Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas quality berastagi.

Post on 24-Jun-2015

2.604 views 3 download

Transcript of Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas quality berastagi.

Asas-asas Hukum Pidana

Betlehem Ketaren, S.H.Kuliah PTHI 7 di Universitas Quality Berastagi

1. PENGERTIAN

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana di ancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan yang merugikan kepentingan umum

Pelanggaran dan kejahatan

• Pelanggaran: perbuatan yang bertentangan hukum pidana, menyangkut hal-hal yang kecil dan ringan (Mengendarai kenderaan bermotor tanpa memiliki SIM atau bersepeda malam hari tanpa lampu, dll);

• Kejahatan: perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana, menyangkut hal-hal yang besar (Pembunuhan, penghinaan, korupsi, pemerkosaan, dll).

Kepentingan umum, meliputi:

•Badan dan peraturan negara; negara, lembaga-lembaga negara, pejabat negara, pegawai negari, UU, PP, dst.

•Kepentingan hukum asasi manusia: jiwa/raga/tubuh, kemerdekaan, kehormatan dan harta benda.

Penderitaan atau siksaan (Pasal 10 KUHP):

• Pidana pokok (utama), meliputi:1. Pidana mati;2. Pidana penjara;

a. Pidana seumur hidup;b. Pidana selama waktu tertentu (1-20 tahun);

3. Pidana kurungan (1hari-1 tahun);4. Pidana denda;5. Pidana tutupan.

• Pidana tambahan, meliputi:1. Pencabutan hak-hak tertentu;2. Perampasan barang-barang tertentu;3. Pengumuman keputusan hakim.

Berlakunya hukum pidana berdasarkankan pada asas legaliatas.

Pasal 1 (1) KUHP:

“Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu daripada perbuatan itu”.

2. Pembagian hukum pidana a. Hukum pidana objektif (ius poenale), yang terdiri

dari:a.1. hukum pidana material, yang terdiri dari:

a.1.1. Hukum pidana umum

a.1.2. Hukum pidana khusus, terdiri dari: - Hukum pidana militer

- Hukum pidana pajak (fiskal).

a.2. hukum pidana formal (hukum acara pidana)

b. Hukum pidana subjektif ( ius puniendi)

Hukum pidana objektif (ius poenale)

Merupakan semua peraturan yang berisikan perintah atau larangan dan terhadap pelanggaran terhadap peraturan tersebut diancam dengan hukuman yang bersifat penderitaan.

Hukum pidana material

Merupakan keseluruhan hukum yang mengatur tentang:

Perbuatan apa yang dapat dihukum; Siapa yang dapat dihukum; Dengan bagaimana orang dihukum.

Hukum pidana umum

Merupakan keseluruhan ketentuan hukum pidana yang berlaku untuk setiap penduduk kecuali yang bertugas sebagai militer (tentara).

Hukum pidana khusus

Merupakan keseluruhan peraturan-peraturan hukum pidana yang dibuat untuk ditujukan kepada orang (golongan) tertentu berkenaan dengan jabatannya (militer) maupun ketentuan-ketentuan hukum pidana yang dibuat khusus karena kebutuhan-kebutuhan yang khusus (misalnya hukum pidana pajak).

Hukum pidana formal adalah keseluruhan peraturan yang mengatur cara-cara menghukum seseorang yang melanggar peraturan pidana material.

Disebut juga hukum acara pidana, menunjuk pada tugasnya sebagai “acara” pelaksanaan hukum pidana material.

Hukum pidana subjektif (ius puniendi) : ialah hak Negara atau alat-alat untuk menghukum berdasarkan hukum pidana objektif

3. Tujuan hukum Pidana

1. Prefentif (pencegahan): untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai

melakukan perbuatan melanggar hukum pidana.

2. Respresif (mendidik, pemasyarakatan) mendidik seseorang melakuakan perbuatan melanggar

hukum pidana, sekaligus mempersiapkannya untuk dapat diterima kembali dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Tindak pidana (delik)

1. Pengertian tindak pidana (delik )

Tindak pidana (delik) adalah perbuatan yang melanggar ketentuan hukum pidana material dalam undang-undang yang mengatur hukum pidana, perbuatan mana bertentangan dengan undang-undang itu yang dilakukan dengan sengaja oleh orang yang dapat minta pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

2. Unsur-unsur tindak pidana

a. Unsur objektif : - perbuatan (positif atau negatif; melanggar UU) - akibat (mewujudkan akibat yang dilarang, misalnya

hilangnya nyawa orang) - keadaan (berkenaan dengan situasi faktual:

terhadap kehormatan oranglain: ditempat umum; terhadap pegawai negeri: sedang bertugas, dst).

b. Unsur subjektif : - kesalahan (schuld) - kesengajaan (dolus) atau - kelalaian (culpa).

3. Jenis-jenis Tindak Pidana (delik)

a. Delik formal dan delik material. Delik formal: kejahatan itu selesai kalau perbuatan

sebagaimana dirumuskan dalam peraturan pidana itu telah dilakukan, misalnya pencurian (pasal 362 KUHP): dengan selesai “mengambil”, kejahatan terjadi.

Delik materil: yang dilarang oleh UU ialah akibatnya. Contoh: Pembunuhan (pasal 338 KUHP). Hilangnya nyawa korban merupakan akibat yang memenuhi syarat terjadinya tindak pidana.

b. Delicta commissionis, delicta ommissionis dan delicta commisionis per ommisionen commisa.

Delicta commissionis: pelanggaran terhadap larangan yang diadakan oleh undang-undang. Misalnya: dilarang menipu (pasal 378 KUHP), dilarang mencuri (pasal 362 KUHP). Delicta ommissionis: pelanggaran terhadap keharusan yang diadakanundang-undang. Misalnya: orang tidak melaporkan rencana makar yang diketahuinya. Delicta commisionis per ommisionen commisa: adalah delik ommisie yang tidak murni. Misalnya: penjaga wesel kereta api yang lalai menari wesel sehingga terjadi tubrukan kereta api.

c. Delik Dolus dan Culpa.

Delik Dolus: perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya: sengaja menghilangkan nyawa orang lain (pasal 338 KUHP).;

Delik Culpa: perbuatan pidana yang dilakukan secara tidak sengaja (lalai). Misalnya: karena kelalaiannya mengakibatkan matinya orang lain (pasal 359 KUHP).

d. Delik berdiri sendiri dan delik terus menerus.

Delik berdiri sendiri, misalnya pencurian, pembunuhan, dll.

Delik terus menerus: perbuatan-perbuatan kejahatan berhubungan erat dan dilakukan dengan satu kehendak. Misalnya: pencurian uang di lemari dilakukan pembantu secara berangsur-angsur.

e. Delik bersahaja dan delik tersusun-susun.

Delik bersahaja: tindak pidana yang praktis (sederhana), misalnya menadah barang.

Delik tersusun-susun: tidak pidana yang terdiri dari beberapa perbuaan. Msalnya: menadah barang secara terus-menerus (kebiasaan).

f. Delik berjalan habis dan delik berlangsung terus.

Delik berjalan habis: kejahatan yang selesai pada saat dilakukan.

Delik berlangsung terus: Kejahatan yang berlangsung lama. Misalnya menyandera orang dalam kurun waktu yang lama.

g. Delik Aduan dan delik Biasa (commune)

Delik aduan: perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan dari korban untuk diperiksa. Misalnya pencurian dalam keluarga, perjinahan, dan lain-lain.

Delik Umum (commune): Perbuatan pidana yang tidak memerluan pengaduan untuk penuntutannya.

h. Delik Politik dan Delik Biasa (commune).

Delik politik: kejahatan yang ditujukan pada keamanan negara atau kepada keamanan kepala negara.

Delik umum (commune delict): kejahatan yang dilakukan oleh setiap orang kepada keamanan seseorang.

i. Delik Umum (commune delict) dan Delik Khusus.

Delik umum (commune delict: Kejahatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang

Delik khusus: Kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu, misalnya oleh pegawai negeri atau militer.

4. Unsur-unsur Tindak Pidana

Ada perbuatan (gedraging); Perbuatan itu sesuai dengan uraian undang-undang

(wettelijk omsshrijving); Perbuatan itu dilakukan tanpa hak; Perbuatan itu dapat dibebankan kepada pelaku; Perbuatan itu diancam dengan hukuman.

5. PembenaranTindak pidana (Rechtsvardigingsgronden)

Keadaan memaksa/berat lawan (overmacht); Keadaan darurat (noodtoestand); Bela diri (noodweer); Melaksanakan undang-undang (teruitvoering van een

wettelijk voorschrift); Melaksanakan perintah secara sah (ambtelijk bevel).

Sumber bacaan:

1. Drs.C.S.T. Kansil, S.H., “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Cetakan Keenam, 1984.

2. Yulies Tiena Masriani, S.H., M.Hum., “Pengantar Hukum Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.