Post on 07-Aug-2015
Apakah partai politik telah menjalankan salah satu fungsinya, yaitu
melakukan pendidikan politik terhadap Masyarakat?
Partai politik (parpol) sekarang sudah dianggap gagal dalam memberikan
pendidikan politik nilai dan membumikan demokrasi substansial. Pendidikan
politik yang diberikan justru kian meneguhkan anggapan bahwa politik itu kotor
dengan manuver dan affairpolitik yang selama ini dilakukan politisi partai.
Pendidikan politik oleh parpol akhirnya tak lebih dari pembodohan
masyarakat yang mengatasnamakan rakyat, bangsa, negara, demokrasi untuk
melegitimasi langkah politis mereka dalam meraih kekuasaan pemerintahan Di
Indonesia fungsi-fungsi parpol diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 31
Tahun 2002 tentang Partai Politik. Secara gamblang UU itu mengatakan, parpol
memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi masyarakat; perekat
persatuan dan kesatuan bangsa; penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi
masyarakat; partisipasi politik warga negara; dan rekrutmen politik dalam proses
pengisian jabatan publik.
Sudah menjadi rahasia umum, kehadiran parpol benar-benar terasa hanya
pada saat-saat mendekati pemilu. Pada masa-masa itu parpol menjadi begitu
populer di kalangan masyarakat sehingga mereka tampil seolah-olah ingin
menjadi juru selamat bagi masyarakat yang tertindas. Begitu pemilu selesai, bulan
madu parpol-rakyat pun usai. Parpol menarik diri, lalu sibuk menyuarakan
kepentingan intern partai atau kelompok elite partai. Partai tiba-tiba menjadi asing
lantaran aktivitas dan isu-isu politiknya tidak menyentuh kepentingan asyarakat.
Partai menjadi lupa akan fungsi yang sebenarnya, fungsi pendidikan
politik parpol belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi peningkatan
kesadaran politik masyarakat. Justru partai politik menuai kritik. Karena parpol
cenderung mengutamakan kepentingan kekuasaan atau kepentingan para elit
parpol ketimbang kepentingan untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negara.
Ironisnya, pendidikan politik yang kerap dikumandang para elit parpol
hanya sebuah slogan tak bermakna. Kondisi ini menuntut setiap partai politik
untuk mengoreksi sejauhmana orientasi dan implementasi visi dan misi parpol
secara konsisten dan terus-menerus.
Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkaji masalah peran parpol
dalam pendidikan politik masyarakat, sehingga platform partai politik harus jelas
menyentuh masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang
menyeluruh tentang kehidupan politik yang sehat dan demokratis.
Seyogianya kiprah partai politik di Indonesia bisa menampilkan diri
sebagai agen pencerahan. Sebab partai politik mengemban peran dan fungsinya
yang kalau saja dijalankan secara konsisten akan membawa perubahan pada
peningkatan kesadaran politik masyarakat. Tetapi pada kenyataan partai politik
hanya mementingkan dirinya sendiri dalam arti bahwa partai politik hanya
memberikan pendidikan politik untuk mereka yang menjadi generasi partainya
saja, tanpa memperdulikan fungsi yang sebenarnya, yaitu memberikan pencerahan
politik terhadap masyarakat.