Post on 07-Aug-2015
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM
Oleh : Nidie Putri Irmansti, S.Ked
Pembimbing : dr. Sukirman. Sp.M
RETINA
Anatomi
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.1 Retina adalah selembar tipis jaringan saraf semitransparan
dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.2
Di bagian anterior retina berakhir pada oraserata. Pada orang dewasa, ora serata
berada sekitar 6,5 mm dibelakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 dibelakang garis
ini pada sisi nasal.
Gambar 1. Struktur-struktur dalam mata manusia. (dikutip dari
www.orangkesehatan.blogspot.com)
Retina berbatas dengan koroid dan badan kaca (vitreus). Retina memiliki struktur
sangat kompleks yang terbagi menjadi 10 lapisan terpisah. Lapisan Permukaan dalam retina
menghadap ke vitreus. Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai
berikut :
[Type text] [Type text] [Type text]
1. Membran limitans interna
Merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
2. Lapisan serabut saraf
Merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-
lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
3. Lapisan sel ganglion
Merupakan lapisan badan sel dari
neuron kedua.
4. Lapisan pleksiformis dalam
Merupakan lapisan aseluler tempat
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan
sel ganglion.
5. Lapisan nukleus dalam
Merupakan tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller. Lapis ini
mendapat metabolisme dari arteri
retina sentral.
6. Lapisan pleksiformis luar
Merupakan lapisan aseluler dan tempat sinaps
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal.
7. Lapisan nukleus luar
Merupakan susunan lapis nukleus sel batang
dan sel kerucut.
8. Membran limitans eksterna
Merupakan membran ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor,
Merupakan lapisan terluar retina, terdiri atas
sel batang yang mempunyai bentuk ramping,
dan sel kerucut.
10. Lapisan sel epitel pigmen retina
Merupakan lapisan kubik tunggal dari sel epithelial berpigmen, melekat longgar pada
retina kecuali di perifer (ora serata) dan disekitar lempeng optic.
[Type text] [Type text] [Type text]
Gambar 2. Lapisan-lapisan di retina2
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membrana bruch, khoroid, dan sklera. Di
sebagian besar tempat retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk
suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan
ora serata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga membatasi
perluasan cairan subretina pada ablasio retina.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serata dan 0,23 mm pada kutub posterior.
Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula lutea yang yang berdiameter 5,5 sampai 6
mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang
pembuluh darah retina temporal dan mempunyai peran penting untuk penglihatan sentral.
Secara klinis, makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang
disebabkan oleh pigmen luteal
(xantofil), yang berdiameter 1,5 mm.
Definisi alternatif secara histologis
adalah bagian retina yang lapisan
ganglionnya mempunyai lebih dari satu
lapis sel. Di tengah makula sekitar 3,5
mm disebelah lateral diskus optikus,
terdapat fovea yang secara klinis
merupakan suatu cekungan yang
memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona
avaskuler di retina dan terletak disebelah lateral dari N II. Secara histologis, fovea ditandai
dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim karena akson-
akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan penggeseran secara sentrifugal
lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah bagian paling
tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah kerucut, dan bagian retina yang paling tipis.
Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling besar di makula dan
penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstasel dapat menyebabkan daerah ini
menjadi tebal sekali.
Retina menerima darah dari dua sistem vaskuler terpisah, yaitu sistem retina (a.
Sentralis retina) dan koroid (khoriokapilaria). Khoriokapilaris yang berada tepat di luar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan fleksiformis luar
dan lapisan inti luar, fotoresptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta arteri sentralis retina
masuk melalui papil saraf optik yang mendarahi 2/3 sebelah dalam retina. Fovea sepenuhnya
[Type text] [Type text] [Type text]
diperdarahi oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila
retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlubang, yang membentuk sawar darah-retina. Lapisan endotel pembuluh koroid dapat
ditembus. Sawar darah retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.
Pembuluh darah retina dan koroid semuanya berasal dari arteri oftalmika yang
merupakan cabang dari arteri karotis interna. Sirkulasi retina adalah sebuah sistem end-arteri
tanpa anostomose. Arteri sentralis retina keluar pada opticdisk yang dibagi menjadi dua
cabang besar. Arteri ini berbelok dan terbagi menjadi arteriole di sepanjang sisi luar optic
disk. Arteriol ini terdiri dari cabang yang banyak pada retina perifer.
Sistem vena ditemukan banyak kesamaan dengan susunan arteriol. Vena retina
sentralis meninggalkan mata melalui nervus optikus yang mengalirkan darah vena ke sistem
kavernosus.
Fisiologi
Retina bertanggung jawab untuk mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Integrasi
awal dari sinyal-sinyal ini juga dilakukan oleh retina. Ada dua jenis fotoreseptor di retina
yaitu sel batang (Rod cells) dan sel kerucut (cone cells). Sel-sel batang dan kerucut di lapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi impuls saraf yang dihantarkan
oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Di
dalam retina kira-kira terdapat 6,5 juta sel kerucut dan 100 juta sel batang.
Sel kerucut bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari. Subgrup dari sel kerucut
responsif terhadap gelombang pendek, menegah dan panjang (biru, hijau, merah). Karena
fungsi sel kerucut sebagai penglihatan sentral dan warna maka disebut juga penglihatan
fotopik (photopic vision). Makula bertanggung jawab pada ketajaman penglihatan dan warna,
sehingga selnya sebagian besar adalah sel kerucut. Sel-sel ini akan terkonsentrasi di fovea
yang bertanggung jawab untuk penglihatan detil seperti membaca huruf kecil. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan
serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling panjang. Phototopic
vision ini akan berkurang setelah usia 50 tahun.
Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam dan perifer (scotopic vision). Sel-sel
ini sensitif terhadap cahaya dan tidak memberikan sinyal informasi panjang gelombang
(warna). Sel batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina bagian lainnya.
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina
sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses
[Type text] [Type text] [Type text]
penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rhodopsin, yang merupakan suatu
pigmen penglihatan fotosensitif. Rhodopsin merupakan suatu glikolipid membran yang
separuh terbenam di lempeng membrane lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
Gambar 3. Fotoreseptor retina
ANATOMI BADAN KACA (VITREUS)
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak anatar lensa
dan retina. Badan kaca menempati dua pertiga bola mata, mempunyai sifat gelatin, avaskuler
dan terdiri atas 90 % air, sisanya asam hialuronik dan anyaman kolagen halus. Badan kaca
memenuhi ruangan antara lensa mata, retina dan papil saraf optic. Bagian luar (korteks)
badan kaca bersentuhan dengan kapsul posterior lensa mata, epitel pars plana, retina dan
papil saraf optic. Badan kaca melekat erat di anterior pada retina perifer (dekat ora serata),
epitel pars plana, dan agak longgar pada makula serta pembuluh darah retina.
Fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata
agar tetap bulat dan mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada
pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian
retina pada pemeriksaan oftalmoskop. Apabila terjadi perubahan struktur badan kaca seperti
misalnya pencairan sel, kondensasi, pengerutan, barulah keadaan ini dapat dilihat dan inipun
hanya dengan slit-lamp dan bantuan lensa kontak.
Terlepasnya vitreous dari retina, yang umum terjadi pada usia lanjut meningkatkan
traksi pada titik-tik perlekatan erat. Hal ini kadang dapat menyebabkan robeknya retina
[Type text] [Type text] [Type text]
perifer, ketika vitreous menarik sebagian retina dibawahnya. Gejala subjektif yang paling
sering pada gangguan anatomi dan fungsi vitreous ialah fotopsia dan floaters. Fotopsia ialah
keluhan berupa kilatan cahaya yang dilihat penderita seperti kedipan lampu neon di lapangan.
Kilatan cahaya tersebut jarang lebih dari satu detik, tetapi sering kembali dalam waktu
beberapa menit. Kilatan cahaya tersebut dilihat dalam suasana redup atau dalam suasana
gelap. Fotopsia diduga oleh karena rangsangan abnormal badan kaca terhadap retina. Floaters
adalah kekeruhan badan kaca yang sangat halus, dilihat penderita sebagai bayangan kecil
yang berwarna gelap dan turut bergerak bila mata digerakkan. Bayangan kecil tersebut dapat
berupa titik hitam, benang halus, cincin, lalat kecil dan sebagainya. Floaters tidak
memberikan arti klinik yang luar biasa, kecuali bila floaters ini datangnya tiba-tiba dan hebat,
maka keluhan tersebut patut mendapat perhatian yang serius, karena keluhan floaters ini
dapat menggambarkan latar belakang penyakit yang serius pula, misalnya ablasio retina atau
perdarahan di badan kaca.
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta, SpM, Prof,. Rahayu, Sri, SpM. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi
Keempat. Fakultas Kedpkteran Universitas Indonesia: Jakarta
2. Vaughan, Daniel, dkk. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika: Jakarta
3. James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes Oftamologi Edisi 19. Erlangga: Jakarta
[Type text] [Type text] [Type text]