Post on 16-Apr-2019
ANALISIS WACANA ISLAM MODERAT PADA SITUS
WWW.SUARAPESANTREN.NET
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S. Sos)
Oleh :
RUPYANI
NIM. 1110051000217
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
i
ABSTRAK
Nama : Rupyani
Analisis Wacana Tentang Pemberitaan Islam Moderat Pada Situs
Www.Suarapesantren.Net
Pada tahun 2015 publik dihebohkan dengan pemblokiran dan penutupan
situs-situs Islam yang dianggap radikal oleh pemerintah atas rekomendasi BNPT.
Pemblokiran tersebut menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat baik
melihatnya sebagai ancaman kebebasan berpendapat atau sebagai upaya
meminimalisir bahaya dari konten situs tersebut. Namun demikian, pemerintah
kembali membuka situs yang dianggap radikal tersebut dengan pengawasan. Di lain
pihak, beberapa kalangan juga membuat situs Islam yang berwajah moderat sebagai
penyeimbang bahkan counter-discourse terhadap situs-situs Islam radikal. Salah
satunya adalah www.suarapesantren.net yang menawarkan wajah moderat Islam dan
dalam profilnya situs ini menyatakan bahwa Pesantren secara umum mewakili suara
Islam ramah dan toleran.
Hadirnya situs suarapesantren.net menurut pengelolanya adalah media
silaturahim sekaligus gagasan yang diniatkan untuk menjadi jembatan dunia
pesantren dengan dunia luarnya. Ditambahkan bahwa hadirnya situs ini untuk
menginformasikan kepada khalayak ditengah mispersepsi yang akut tentang dunia
kepasantrenan yang dibangun oleh ketidaktahuan dan ignoransi. Bagi pencetusnya
pesantren harus lebih banyak bicara keluar. Dan sarana untuk menyuarakan pesan-
pesan ramah dunia pesantren adalah menggunakan media siber.
Dalam mengkaji konten yang diproduksi oleh suarapesantren.net penulis
mendasarkannya pada pendekatan analisis wacana Teun van Dijk dalam kerangka
teori media siber di mana analisis wacana adalah salah satu teknik yang bisa
digunakan dalam melihat fenomena di media siber. Melalui model analisis wacana
van Dijk penulis mencoba menganalisis dan menemukan bagaimana sebuah teks
dapat berfungsi untuk menarasikan pesan-pesan Islam moderat khas pesantren ke
khalayak virtual.
Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan metodologi kualitatif dengan
bersandar pada metode analisis media siber. Metode ini terdiri dari empat level,
yakni ruang media (media space), dokumen media (media archive), objek media
(media object), dan pengalaman (experiential stories). Dan bahan analisis yang
penulis teliti adalah rubrik Opini di media suarapesantren.net.
Tumbuh berkembangnya situs-situs islam yang menyuarakan intoleransi dan
radikalisme meresahkan banyak kalangan tak terkecuali kalangan santri yang kerap
dirugikan atas tindakan sepihak dari oknum-oknum mengatasnamakan islam dan
khususnya pesantren. Imbasnya citra dunia pesantren terkena penilaian negatif.
Untuk menangkal hal tersebut maka dibuatlah sebuah situs yang diharapkan dapat
memperkenalkan citra pesantren yang moderat dan sekaligus mentransmisikan
pengetahuan islam dari pesantren untuk disampaikan ke khalayak.
Keyword: Radikal, Situs-situs Islam, Pesantren, Islam, Moderat.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas rahmat dan magfirah-Nya, yang senantiasa
tercurahkan kepada hamba-hambanya. Serta shalawat dan salam kucurahkan untuk
Nabiku tercinta yakni Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafaatnya
kelak di yaumil akhir.
Penulis bersyukur akhirnya skripsi ini terselesaikan juga. Dalam penulisan
banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Harapannya agar penulis bisa menggali
lebih dalam ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah. Semoga skripsi ini
mendapatkan manfaat bagi penulis, dan bagi para pembaca.
Terwujudnya skripsi ini pada hakekatnya adalah berkat pertolongan Allah
SWT, namun tidak terlepas pula dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang sabar dan tak ternilai
harganya. Untuk itu penulis menghanturkan terima kasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M,Ed, Ph,D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah, M. Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Suhaimi, M. Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
Sekaligus menjadi dosen pembimbing dalam penelitian ini yang telah banyak
iii
meluangkan waktu serta memberikan ilmunya dalam selama proses
bimbingan.
3. Dr. Masran, M. Ag selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Penyiaran dalam penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu serta
memberikan ilmunya dalam selama proses bimbingan. Sebagai Ketua
Program Studi beliau juga telah banyak memberikan bantuan moril kepada
penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. semoga peneliti dapat
mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
5. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur
sebagai referensi dalam menyusun skripsi ini
6. Orangtua tercinta, Bapak Saepul Anwar, dan Ibu Hj. Rupi’ah yang senantiasa
ikhlas dan sabar dalam mengarungi kehidupan yang terasa pahit dan getirnya
perjuangan hidup, demi kelangsungan pendidikan dimana dalam perjuangan
membimbing peneliti dalam meraih sebuah toga.
7. Adik-adikku yang makin besar makin dewasa, Siti Yuliyanah, Rustam
Nawawi, Siti Nurhalimah yang selalu memberikan dukungan walaupun
sebuah ledekan agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman–teman KPI G angkataan 2010 yang senantiasa saling berbagi dalam
senang maupun duka selama perkuliahan, serta selalu memberikan dukungan
iv
dan nasihat yang positif,. Terimakasih atas persahabatan yang telah terjalin
semoga kita bisa menjadi sehabat sampai tua sampai nanti, sampai mati.
9. Teman-teman satu kosan Husni Al-Ghifari, Rais Abdillah, Adrian
Darmawan, Ali Munandar, Ucok Al-Muzani. Kenangan bersama kalian
menorehkan kenangan indah dalam benakku sampai nanti semoga kita bisa
bersama-sama lagi mengukir kenangan indah pada moment tertentu.
10. Istriku Roudhotul Aisiyah yang selalu menjadi penompang disaat aku rapuh,
memberikan semangat dan motivasi sehingga bisa selesai pada waktunya.
11. Anakku Fathan Al-Zafran yang selalu menjadi kekuatan dan semnagta untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini.
12. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang
tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti
ucapkan terimakasih yang begitu besar. Semoga apa yang dilakukan
merupakan hal terbaik dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala
kebaikan dengan balasan yang terbaik (Amin).
Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,
tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan
terima kasih dan memanjatkan do’a yang tulus untuk mereka yang tersayang,
yang selalu ada disamping penulis ketika sedih dan selalu mengingatkan
disaat salah. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Aamiin ya Rabbal alamin.
Jakarta, 13 Juni 2017
Rupyani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. ........................................ 8
C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................... 8
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 10
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 11
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Analisis Wacana ............................................................... 15
1. Pengertian Analisis Wacana . .............................................. 15
2. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis ............................... 19
3. Kerangka Analisis Wacana Teun A Van Dijk .................... 23
B. Teori Media Siber dan Media Online ......................................... 33
1. Pengertian Media Siber ....................................................... 33
2. Jenis-jenis Media Siber ....................................................... 36
3. Pengertian Media Online .................................................... 36
4. Jenis-jenis Media Online .................................................... 38
vi
BAB III GAMBARAN UMUM SITUS WWW.SUARA PESANTREN.NET
A. Propil Situts www.suarapesantren.net ....................................... ... 40
1. Latar Belakang ................................................................. 40
2. Visi dan Misi .................................................................... 41
3. Tujuan ............................................................................... 41
4. Empat Isu Priorotas .......................................................... 42
5. Program ............................................................................ 43
6. Profil Suarapesantren.net ................................................. 45
7. Pengelolaan Situs dan Redaksional ................................. 46
8. Rubrik Situs www.suarapesantren.net ............................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Wacana tentang Pemberitaan Islam Moderat pada
Kolom Opini dengan Elemen Wacana Van Dijk ....................... 62
B. Kognisi Sosial dalam Opini suarapesantren.net berdasarkan Teori
Wacana Van Djik ....................................................................... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 99
B. Saran. .......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2 Model Analisis Wacana Van Dijk ................................................. 24
Tabel 2.1 Struktur Analisis Van Dijk ............................................................. 25
Tabel 2.2 Elemen Analisis Wacana Van Dijk ................................................ 25
Table 2.3 Perbedaan Antara Media Pertama dan Kedua………………….... 34
Table 2.4 Kolom Opini……………………………………………………... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Halaman Utama Situs Suarapesantren.net……………………... 48
Gambar 2 Fanpage Facebook dan Akun Twitter Suarapesantren.net .......... 48
Gambar 3 Rubrik Profil Kiai ........................................................................ 49
Gambar 4 Rubrik Profil Pesantren ............................................................... 51
Gambar 5 Tampilan Rubrik Santri ............................................................... 52
Gambar 6 Tampilan Rubrik Opini ………………………………………… 55
Gambar 7 Tampilan Rubrik Buku…………………………………………. 56
Gambar 8 Tampilan Rubrik Galeri .............................................................. 58
Gambar 9 Tampilan Rubrik Liputan ............................................................ 59
Gambar 10 Tampilan Rubrik Kajian .............................................................. 60
Gambar 11 Tampilan Opini Cintamu Kepada NKRI ..................................... 63
Gambar 12 Tampilan Opini Indonesia bukan Timur Tengah ........................ 69
Gambar 13 Tampilan Reformasi Dakwah Moderat ....................................... 75
Gambar 14 Tampilan Opini Pesan Pancasila Era Walisongo ........................ 81
Gambar 15 Tampilan Santri adalah Koentji Perdamaian............................... 88
Gambar 15 Tampilan Santri adalah Koentji Perdamaian............................... 88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banjir informasi di era cyberculture dewasa ini banyak memunculkan
kepentingan-kepentingan yang termediasi di media internet termasuk tumbuh
suburnya gerakan-gerakan islam radikal yang juga memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai media untuk menyebarkan ideologi mereka
secara viral. Ini tak terlepas dari perkembangan kemajuan teknologi komunikasi
dewasa ini yang berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut
gejala ini sebagai suatu revolusi. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi,
terutama disebabkan oleh berbagai kemampuan dan potensi teknologi
komunikasi tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan
dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas.
Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama
lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan lain-
lainnya, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi
mutakhir.1
Kehadiran media siber dipandang sebagai bentuk cara berkomunikasi
baru. Di media siber, khalayak memiliki otoritas dalam membangun teks serta
memanfaatkan medium. Media siber juga memberikan keleluasaan khalayak
untuk mentransformasikan dirinya untuk memanfaatkan khalayak lainnya (lihat
1 Zulkarimein Nasution, Perkembangan Teknologi Komunikasi (Penerbit Universitas Terbuka. Cet ke-
VIII. 2008).Hal. 1.12
Jordan, 1999; Bell, 2000; Castells, 2009; Johnson, 1997; Meyrowitz, 1995;
Turkle, 1995).2 Dalam konteks ini, apa yang dilakukan oleh gerakan islam
radikal adalah mencoba dan berusaha untuk mentransmisikan ideologi
radikalnya kepada khalayak melalui media siber di mana sasarannya adalah anak
muda yang secara populasi menempati pengguna internet terbesar.
Dalam lingkungan media baru telah terjadi perubahan dalam mediascape
di Indonesia yang tak terpisahkan dari apa yang sedang terjadi di seluruh dunia.
Pada dekade kedua abad ini, menjadi amat jelas bagaimana media baru telah
campur tangan dan membentuk ulang kehidupan sosial kita di seluruh dunia,
dalam berbagai kadar. Hal itu bisa berarti sesepele seseorang memajang fotonya
di laman facebook ketika bertemu seorang teman lama di sebuah kafe, dan
membuat foto itu langsung bisa dilihat di seluruh dunia. Perubahan teknologi ini
mewujud juga dalam hal yang lebih serius, semisal bocornya rahasia Negara,
atau serangan cyber terhadap kekuatan intelijen dan pertahanan Negara pada
tingkat tertinggi, seperti yang diperagakan oleh Wikileaks. 3
Tentunya perubahan lingkungan media baru ini membawa pada
perubahan hubungan antara media dan khalayak. Perubahan-perubahan ini
mempengaruhi secara signifikan karakter khalayak di media internet. Jika di
media tradisional khalayak bersifat pasif maka di era media siber, khalayak
memiliki otoritas dalam membangun teks serta memanfaatkan medium. Sebagai
contoh, fenomena user content generated di internet menjelaskan bagaimana
2 Rulli Nasrullah, Cyber Media (Yogyakarta: IDEA Press, Cet-I, 2013). Hal. 27 & 74
3 Ariel Heryanto, Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia (Jakarta: Penerbit KPG,
2015). Hal. 13
khalayak memproduksi konten media dan sekaligus mendistribusikan serta
menjadi konsumen dari konten itu (Hesmondhalgh, 2010). 4
Dalam perspektif budaya siber (cyberculture), internet merupakan ruang
di mana kultur yang terjadi itu diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi.
Sebagaimana sifat dasar perspektif ini yang mengaburkan batasan ruang (space),
geografis (place), maupun demografis (entities). Di ruang siber memberikan
semacam perlawanan dari suatu kemapanan strukturasi kelas sosial, termasuk
juga hubungan antara media dan khalayak yang dipahami selama ini. Bagi
Castells (2004), media baru memberikan hubungan yang berbeda dan
pemaknaan berbeda kepada khalayak. Media memberikan ruang simbolis
sebagai dasar untuk menjalankan proses untuk mencapai kesejahteraan baik
dalam pengertian ekonomi maupun hak-hak kewarganegaraan (citizenship)
secara lebih bebas (Cardoso, 2006: 334); tentu saja melalui atau diperantarai oleh
teknologi dan informasi. Kondisi ini ditegaskan oleh Murdock (1992), yang
menyatakan bahwa media memfasilitasi warga untuk menjalankan haknya
sebagai warga Negara. Juga, kehadiran media jurnalisme warga memberikan
kesempatan bagi khalayak untuk memproduksi berita secara bebas dan tanpa
adanya pertarungan kepentingan yang biasa terjadi di institusi media tradisional
(Bowman and Willis, 2003: 47-52). 5
Kehadiran media siber dan gerakan citizen journalism (jurnalisme warga)
secara langsung maupun tidak membawa dampak pada media yang selama ini
4 Rulli Nasrullah, Teori & Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media, 2013). Hal. 62
5 Rulli Nasrullah,Teori& Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media, 2013). Hal. 62-63
dianggap sebagai penguasa atas produksi dan distribusi informasi. Sebab internet
memberi kemudahan akses warga dalam membuat akun di milis, situs jejaring
sosial, web-blog, hingga membuat situs sendiri pada kenyataannya menambah
sumber untuk memproduksi dan mendistribusikan media. 6
Dalam hal ini tak terkecuali dimanfaatkan oleh gerakan-gerakan islam
radikal yang menggunakan media siber untuk memproduksi dan
mendistribusikan informasi mereka. Jika dilihat dari muatan kontennya situs-
situs tersebut kerap penyebar paham islam garis keras dan menebar kebencian
terhadap sesuatu yang dianggap sebagai musuh mereka bahkan tak jarang
menyerang sesama umat Islam sendiri. Pada akhirnya di tahun 2015 Kominfo
melakukan pemblokiran terhadap situs-situs islam radikal karena dianggap
menimbulkan keresahan dan citra buruk Islam. Pemblokiran yang dilakukan oleh
Kominfo tersebut mengundang banyak kritik dari masyarakat karena tindakan
pemblokiran dinilai terlalu berlebihan dan pemerintah tidak mempunyai
parameter yang jelas tentang paham radikalisme serta tidak sesuai dengan prinsip
kebebasan berpendapat.
Terlepas dari pro dan kontra pemblokiran situs-situs islam radikal yang
menuai kontroversi di masyarakat, kehadiran situs-situs islam radikal tersebut
sudah menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat. Sebagaimana
BNPT catat, ada empat kriteria sebuah situs web media dapat dinilai radikal
antara lain: 1. Ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan
dengan mengatasnamakan agama, 2. Takfiri atau mengkafirkan orang lain, 3.
6 Rulli Nasrullah,Teori& Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media, 2013). Hal. 40
Mendukung, menyebarkan, dan mengajak bergabung dengan ISIS/IS, 4.
Memakai jihad secara terbatas.7Umumnya sasaran situs radikal tersebut adalah
menyasar kalangan anak muda8 sebagai target utama dari penyebaran ajaran
radikal seperti konten-konten bermuatan kebencian, kekerasan dan ajaran takfiri.
Namun demikian pemerintah melalui Kominfo mencabut pemblokiran
situs-situs radikal dengan pengawasan karena protes dari masyarakat yang
menganggap tindakan pemblokiran tersebut terbentur dengan kebebasan
berpendapat dan protes dari sebagian pengelola situs yang diblokir—yang
menurut pengelolanya mereka masih tidak mengerti alasan dibalik pemblokiran
itu. 9
Setali tiga uang stigma radikal menyasar ke pondok pesantren sebagai
tempat tumbuhnya bibit-bibit islam radikal. Ini dapat dilihat dari terindikasinya
ajaran radikal di lingkungan pesantren bahkan menurut Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saut Usman Nasution menyatakan bahwa
terdapat 19 pondok pesantren yang terindikasi mengajarkan doktrin bermuatan
radikalisme. 10
Terpaan miring yang dialamatkan kepada pesantren tentunya membuat
gerah kalangan pesantren dan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
memberikan informasi yang benar tentang keberadaan pesantren sebagai
7http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150401093434-185-43429/kriteria-situs-islam-radikal-versi-
bnpt/ diakses 23 Agustus 2016 8http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150401093434-185-43429/kriteria-situs-islam-radikal-versi-
bnpt/ diakses 23 Agustus 2016 9http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/04/150410_trensosial_situs_islam diakses 23
Agustus 2016 10
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160203201841-20-108711/bnpt-19-pesantren-terindikasi-
ajarkan-radikalisme/ diakses 23 Agustus 2016
lembaga yang mentransmisikan ilmu pengetahuan Islam dan mengajarkan islam
rahmatan lil alamin, bukan stigma yang berkembang belakangan ini yang
menempatkan pesantren sebagai tempat bersemainya paham-paham radikal.
Salah satu usaha untuk menepis stigma tersebut adalah dengan menegaskan
bahwa pesantren bukanlah sarang bertumbuhnya benih-benih radikalisme seperti
yang dilakukan oleh santri pesantren Buntet Cirebon yang menolak radikalisme
dan menghapus stigma bahwa pesantren adalah sarang teroris. Hematnya
pesantren bukanlah sarang terorisme. 11
Di media siber segala pertarungan wacana dan counter discourse
senantiasa saling bertarung dan berkejar-kejaran untuk menunjukkan
kepentingan nilai-nilai, norma dan ideologi yang mereka anut. Beragam situs-
situs islam bermuncul dengan variasi warnanya termasuk situs-situs yang
menegaskan posisinya sebagai suara islam moderat.
Diantara situs-situs yang bermunculan tersebut adalah
www.suarapesantren.net yang didalam profilnya menjelaskan bahwa
suarapesantren.net berusaha untuk menjembatani dunia pesantren dengan dunia
di luarnya ditengah mispersepsi yang akut tentang dunia kepasantrenan yang
dibangun oleh ketidaktahuan. Bagi suarapesantren.net mispersepsi ini terutama
disumbang oleh fakta bahwa sebagian orang yang dianggap sebagai kelompok
kekerasan juga adalah alumni pesantren. Kelompok yang sesungguhnya kecil ini
bersuara nyaring, seakan merepresentasi wajah pesantren secara keseluruhan.
Sementara, wajah moderat Pesantren yang sesungguhnya dominan, nyaris tak
11
http://www.buntetpesantren.org/2016/02/santri-buntet-pesantren-menolak.html diakses 23 Agustus 2016
bersuara. Situs suarapesantren.net dalam amatan penulis dapat dilihat sebagai
upaya counter culture terhadap kesalahpahaman terhadap lingkungan pendidikan
pesantren yang dianggap kolot, dan bahkan tempat bersemainya radikalisme.
Sejalan dengan itu, mengembalikan pesantren kepada fungsi pokoknya
yang sebenarnya juga harus segara diwujudkan. Sebagaimana diketahui,
setidaknya terdapat tiga fungsi pokok pesantren: pertama, transmisi ilmu
pengetahuan Islam (transmission of Islamic knowledge). Pengetahuan Islam
dimaksud tentunya tidak hanya meliputi pengetahuan agama, tetapi juga
mencakup seluruh pengetahuan yang ada; kedua, pemeliharaan tradisi Islam
(maintenance of Islamic Tradition); dan ketiga, pembinaan calon-calon ulama
(reproduction of ulama).12
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh tentang dinamika dan implikasi media siber di kalangan
santri. Melalui media siber kaum santri mencoba untuk menyuarakan islam
ramah ala pesantren sekaligus counter discourse terhadap anasir-anasir islam
radikal yang juga sama-sama memanfaatkan media siber dan bahkan kelompok
ini turut membawa citra pesantren yang dianggap radikal. Maka penulis
mengajukan penelitian skripsi ini dengan judul ―Analisis Wacana tentang
Pemberitaan Islam Moderat Pada Situs www.suarapesantren.net”. Fokus
utama yang ditelaah dalam penulisan skripsi ini adalah beberapa edisi
pemberitaan terkait wacana Islam moderat, perdamaian, toleran dan inklusif —
12
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Kompleksitas Global (Jakarta: IRD Press, 2004). Hal. 86
ini dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis wacana yang
penulis teliti.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulisan skripsi ini hanya memfokuskan pada pembahasan analisis wacana.
Penelitian ini dengan menggunakan paradigma konstruktivis dengan pisau analisis
wacana model Teun van Dijk.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana wacana teks dalam konten pemberitaan wacana Islam moderat di
rubric liputan yang dikonstruksikan?
2. Bagaimanakah dimensi kognisi sosial dan konteks sosial yang terdapat dalam
wacana dari setiap konten pemberitaan di rubric liputan terkait dengan
pemberitaan Islam moderat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui teks yang dikontruksi di rubrik liputan pemberitaan Islam
moderatwww.suarapesantren.net
b. Untuk mengetahui dimensi kognisi sosial dan konteks sosial yang terdapat
dalam rubrik liputan pemberitaan Islam moderat www.suarapesantren.net
2. Manfaat Penelitian
a. Manfat akademis
Hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya
kajian analisis teks wacana. Menurut pengamatan penulis selama ini
penelitian skripsi dengan pendekatan analisis wacana hanya terbatas
analisis wacana pemberitaan dan analisis film dan penulis hanya
menemukan beberapa analisis wacanadalam konteks rubrik. Dari rubrik
tersebut masih di media konvensional seperti majalah, tabloid dan surat
kabar. Sejauh amatan penulis belum begitu signifikan yang meneliti
analisis wacana di media siber seperti penulis teliti.
Manfaat Praktis
Penelitian diharapkan dapat berkontribusi terhadap khazanah produk
penelitian skripsi di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama penggunaan pendekatan model
analisis wacana dan hubungannya dalam media siber. Dan penelitian
skripsi ini mencoba untuk menemukan karakter analisis wacana yang
dikontruksi di dalam rubrik liputan pemberitaan Islam moderat di
www.suarapesantren.net.
Metodologi Penelitian
a. Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kontsruktivisme.
Dalam paradigma konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat
sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari
subyek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru
menganggap subyek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta
hubungan-hubungan sosialnya. 13
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a) Pengamatan Teks
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang
akan diteliti. Dalam pengertian psikologik, observasi atau disebut
dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.14
Maka
kegiatan observasi ini dilakukan dengan cara mencari dan
menghimpun konten di beberapa konten terkait pemberitaan Islam
moderat, perdamaian, toleran dan inklusif di rubric liputan
www.suarapesantren.nettersebut.
b) Dokumentasi
Penulis akan mengumpulkan bahan-bahan seperti beberapa konten-
konten di dalam rubrik liputanwww.suarapesantren.netterkait
pemberitaan Islam moderat, perdamaian, toleran dan inklusif yang
penulis pilih, data dan informasi yang relevan terkait dengan
penelitian skripsi ini, dokumen-dokumen pendukung, foto-foto dan
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Cet. VII Yogyakarta: LKiS. 2009),
Hal. 5 14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Cet Ke-5Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2002). Hal. 133
berbagai macam literatur yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi
ini.
c) Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
narasumbernya.15
Dalam wawancara penulis akan mewawancarai
redaksi www.suarapesantren.net.
E. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti memperoleh data dan bahan terkait, langkah selanjutnya
adalah memulai mengolah data dengan menggunakan pendekatan analisis
wacana dan disesuaikan dengan konteks metode analisis media siber.
Adapun mengikuti metode analisis siber dalam proses pengolahan data yaitu
terdiri dari empat level, yakni ruang media (media space), dokumen media
(media archive), objek media (media object), dan pengalaman (experiential
stories). Dan bahan analisis yang penulis teliti adalah rubrik liputan terkait
pemberitaan Islam moderat di www.suarapesantren.net.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti terlebih dahulu menelusuri koleksi
skripsi di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006). Hal. 35
Maksud penelitian ini adalah agar data diketahui bahwa apa yang diteliti
sekarang tidak sama persis dengan skripsi-skripsi sebelumnya.
Dari hasil penelusuran karya skripsi mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta seperti penulis sempat
singgung diatas bahwa masih sedikit yang mengkaji pendekatan analisis
wacana berdasarkan penelitian rubrik untuk dijadikan subyek skripsi.
Adapun beberapa tinjauan kepustakaan yang menjadi acuan diantaranya:
a. Skripsi karya Astri Putriyani (103051028444), mahasiswi jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta dengan judul “Analisis Wacana
Rubrik “Media dan Kita”Majalah UMMI Edisi Juli-Oktober 2009.”
Perbedaannya tetap pada obyek yang diteliti yaitu rubrik ―Media dan
Kita‖ Majalah UMMI.
b. Skripsi karya Tia Agnes Astuti (106051101943), Konsentrasi
Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)
UIN Jakarta Angkatan 2006 dengan judul “Analisis Wacana Van
Dijk Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan Di Simpang Kraft” Di
Majalah Pantau.” Perbedaannya terletak pada obyek yang diteliti
yaitu meneliti Jurnalisme Sastrawi di Majalah Pantau.
c. Skripsi karya Nurrina Desiani (105051102024), mahasiswi
Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM) UIN Jakarta Angkatan 2005 dengan judul “Analisis
Wacana Bahasa Jurnalistik Rubrik Editorial Media Indonesia Edisi
Desember 2000.” Pada skripsi ini penulisnya meneliti analisis
wacana di rubrik editorial Media Indonesia.
d. Skripsi Anna Sapitri (109051000012), mahasiswi Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta Angkatan 2009 dengan judul
“Analisis Wacana Citra Perempuan Pada Rubrik Ada Apa Dengan
Hari Ibu di Majalah Daqu.” Penulis meneliti momentum peringatan
Hari Ibu di rubrik Majalah Daqu.
e. Skripsi Popi Ramadhana (109051000187), mahasiswi Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta Angkatan 2009 dengan judul
“Analisis Wacana Plus-Minus Nikah Muda Dalam Tabloid Ibadah.”
Penulis meneliti rubrik Islamika Tabloid Ibadah.
G. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan skripsi terbagi atas lima bab dan setiap bab ada
sub-bab yang menjelaskan masing-masing pembahasan. Berikut susunan
sistematika penulisan ini:
Bab I : Berisi Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang
penelitian skripsi ini, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan
dan pengolahan data, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II : Menguraikan kajian teoritis tentang analisis wacana yang
dikembangkan oleh Teun A van Dijk dengan rincian pengertian
dari discourse analysis (analisis wacana) serta skema model
wacana van Dijk.
Bab III : Berisi tentang gambaran umum situs www.suarapesantren.net
yang memaparkan latar belakang keberadaannya, pengelolaan
situs, redaksional, rubrikasi, alur kerja di situs dan posisi situs
www.suarapesantren.netdalam menghadapi perkembangan
kemajuan media siber dan ancaman dari gerakan islam radikal
yang juga sama-sama memanfaatkan perkembangan media baru.
Bab IV : Berisikan hasil temuan dan analisis data dari penelitian analisis
wacana di rubrik liputan www.suarapesantren.net. Temuan dan
analisis menggunakan model analisis wacana Van Dijk.
Bab V : Penutup berisikan saran dan kesimpulan serta memuat lampiran-
lampiran yang relevan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisisannya
hanya kepada soal kalimat dan barlah belakangan ini sebagian ahli bahasa
memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana (Lubis, 1993: 12).
Lantas, apakah yang disebut analisis wacana itu? Jika kita coba rumuskan,
analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih
tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatic)
bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian wacana.
Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan wacana yang bersifat antar kalimat
dan suprakalimat maka kita sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama lain
(Tarigan, 1993: 24). Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang
terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian
kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih
kompleks dan inheren yang disebut wacana (Littlejohn, 1996: 84).16
Sebuah teks, kata Aart van Zoest, tak pernah lepas dari ideology dan
memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kea rah suatu ideology (van
Zoest, 1991: 70). Eriyanto menempatkan ideologi sebagai konsep sentral dalam
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, cet. ke –V, 2009), h. 47-48
analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini, menurutnya, karena teks,
percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan
ideology tertentu (Eriyanto, 2001: 13).17
Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis
isi kualitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih
menekankan pada pertanyaan ―apa‖ (what), analisis wacana lebih melihat pada
―bagaimana‖ (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana
kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana
pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu
berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan
tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu
teks (Eriyanto, 2001: xv).18
Analisis wacana tidak pretense melakukan generalisasi. Hal ini berbeda
dengan tradisi analisis isi yang memang bertujuan melakukan generalisasi,
bahkan melakukan prediksi. Pengambilan sampel, uji statistik yang biasa
digunakan dalam analisis isi secara tidak langsung memang bertujuan agar hasil
penelitian yang dilakukan dapat menggambarkan fenomena keseluruhan dari
suatu isu/peristiwa, bahkan kalau bisa melakukan prediksi. Jika keadaan dan
kondisi yang diteliti sama dengan yang kita teliti, maka keadaan yang sama
tersebut apabila diteliti niscaya akan menemukan hasil yang sama dengan yang
dilakukan oleh peneliti lain. Analisis wacana tidak bertujuan melakukan
generalisasi dengan beberapa asumsi. Di antaranya, setiap peristiwa pada
17
Ibid, h. 60-61 18
Ibid, h. 68
dasarnya selalu bersifat unik, karena itu tidak dapat diperlakukan prosedur yang
sama yang diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda.
Analisis wacana menekankan bahwa wacana adalah juga bentuk interaksi.
Menurut Van Dijk, sebuah wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan
(assertion), pertanyaan (question, tuduhan (accusation), atau ancaman (threat).
Wacana juga dapat digunakan untuk mendiskrimasi atau mempersuasi orang lain
untuk melakukan diskriminasi. Dalam wicara atau percakapan (conversation),
bentuk-bentuk wacana interaksional juga relevan untum dianalisis. Misalnya,
bagaimana orang mengganti giliran bicara dan bagaimana mereke menyusun
sketsa pembicaraan dalam urutan tertentu.19
Di dalam analisis wacana terdapat tiga pandangan mengenai bahasa
dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-
empiris. Oleh penganut aliran ini memisahkan antara pemikiran dan realitas.
Orang tidak perlu mengetahui makna subjektif atau nilai yang mendasari
pernyataannya. Analisis wacana di sini dimaksudkan untuk menggambarkan tata
aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Jadi, wacana lantas diukur
dengen pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik.
Pandangan kedua, yakni kaum konstruktivisme. Aliran ini menolak
pandangan kaum empirisme/positivism yang memisahkan subjek dan objek
bahasa. Dalam pandangan kaum ini, bahasa diatur dan dihidupkan oleh
pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah
tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta
pengungkapan jati diri dari sang pembicara.
19
Ibid, h. 71-72
Pandangan dari kaum kritis sebagai kelompok ketiga ingin mengoreksi
pandangan kaum konstruktivisme. Analisis wacana dalam paradigma ini
menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan
reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan
dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.20
Menurut Eriyanto, dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis
wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang
melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga teks berita dipandang
sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada kelompok lain.
Wacana dengan demikian adalah suatu alat representasi di mana satu kelompok
yang dominan memarginalkan posisi kelompok yang tidak dominan.21
Melalui pemahaman paradigma kritis ini tentunya teori yang digunakan
tentu saja bukan diambil dari lingkungan linguistik, tetapi pengertian wacana
yang diperkenalkan oleh Michel Foucault dan Althusser. Sumbangan terbesar
Foucault terutama adalah mengenalkan wacana sebagai praktik sosial. Wacana
berperan dalam mengontrol, menormalkan, dan mendisiplinkan individu.
Sementara dalam konsepsi Althusser, wacana berperan dalam mendefinisikan
individu dan memposisikan seseorang dalam posisi tertentu.22
Dalam analisis wacana terdapat beberapa pendekatan atau model analisis,
yakni Roger Fowler dkk, Theo van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclough
dan Teun A van Dijk. Dari model-model tersebut, terdapat persamaan dan
20
Ibid, h. 6 21
Ibid, h. 18 22
Ibid, h. 19
perbedaannya. Namun secara singkat, persamaan dari masing-masing model
adalah pada ideologi yang menjadi bagian penting dari analisis di semua model.
Kekuasaan (power) juga menjadi bagian sentral. Namun, yang harus
diperhatikan pada analisis semua model adalah berpandangan bahwa wacana
dapat dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam
masyarakat untuk memperbesar kekuasaannya. Selain persamaan tersebut, unit
bahasa digunakan sebagai alat penelitian untuk mendeteksi ideologi dalam teks.
Penelitian skripsi ini mengambil model analisis wacana kritis dari model yang
diformulakan oleh Teun A van Dijk.
2. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana-
pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik
sosial. Praktik sosial dalam wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Ia
dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak
imbang antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan
itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Menurut Eriyanto
mengutip pernyataan Teun A van Dijk, Fairclough, dan Wodak, berikut ini
karakteristik penting dalam analisis wacana kritis.
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai tindakan
(action).Pemahaman semacam ini mengasosiaskan wacana sebagai
bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang
tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan
sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri. seseorang
berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain. Dengan pemahaman seperti ini ada
beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama,
wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk
mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi, dan
sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang
diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar
kendali, atau diekspresikan di luar kesadaran.
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana
seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang,
diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu.
Bahasa di sini dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Guy
Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana:
teks, konteks, dan awacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan
hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua
jenis ekspresi komunikasi, ucapan, music, gambar, efek suara, citra
dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti
partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi,
fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana di sini, kemudian
dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama.
Namun, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya
yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan
penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis. Ada beberapa
konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana.
Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara,
dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna
untuk mengerti suatu wacana.
3. Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial ternetu, berarti
wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti
tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek
penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan
wacana itu dalam konteks historis tertentu.
4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen
kekuasaan (power) dalam analisisnya. Wacana di sini dipandang
sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan
bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah satu kunci
hubungan antara wacana dengan masyarakat.
Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk
melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok
mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kontrol di sini
tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga
kontrol secara mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin
membuat kelompok lain bertindak seperti yang diinginkan olehnya,
berbicara, dan bertindak sesuai yang diinginkan.
5. Ideologi
Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang
bersifast kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah
bentuk dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu.
Peranan wacana dalam kerangka ideologi, seperti yang dikatakan
oleh Teun A van Dijk, ideologi terutama dimaksudkan untuk
mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu
kelompok. Ideologi, mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama,
ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal, atau individual;
ia membutuhkan share diantara anggota kelompok, organisasi atau
kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang di-share-kan tersebut
bagi anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas dan
kesatuan dalam bertindak dan bersikap.Kedua, ideologi meskipun
bersifat sosial, ia digunakan secara internal di antara anggota
kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya
menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk
identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain.23
3. Kerangka Analisis Wacana Teun A van Dijk
Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari
23
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 7-14
suatu praktik produksi. Di sini perlu dilihat pula bagaimana suatu teks
diproduksi, sehingga dapat diketahui bagaimana teks bisa seperti itu. Model
analisis wacana van Dijk ini adalah model yang sering dipakai dalam penelitian
karena model van Dijk bisa dikatakan yang paling lengkap karena mengelaborasi
elemen-elemen wacana sehingga dapat digunakan secara praktis. Model van Dijk
ini sering disebut sebagai kognisi sosial.24
Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi,
dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana
kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks
tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan:
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema terntu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari pembuat teks. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bagunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
24
Ibid, h. 221
Model dari analisis wacana van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut.25
Gambar 2. Model Analisis Wacana van Dijk
A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-
bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah
makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.
25
Ibid, h. 225
Konteks sosial
Kognisi sosial
Teks
Tabel 2.1 Struktur Analisis van Dijk
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang
diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan
kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan van Dijk dapat digambarkan sebagai
berikut.26
Tabel. 2.2 Elemen Analisis Wacana Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro TEMATIK
(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur SKEMATIK
(Bagaimana pendapat
disusun dan
dirangkai?)
Skema
26
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 74
Struktur Mikro SEMANTIK
(Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita?)
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur Mikro SINTAKSIS
(Bagaimana pendapat
disampaikan?)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Struktur Mikro STILISTIK
(Pilihan kata apa yang
dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro RETORIS
(Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan dilakukan/)
Grafis, Metafora,
Ekspresi
1. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Sering
disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.
Dalam bukunya van Dijk menyebut topic sebagai property dari arti atau isi
teks. Topik sangat peneting dalam pemahaman keseluruhan teks, misalnya
dalam pembentukan koherensi global, dan mereka bertindak sebagai
semantic, kontrol top-down pada pemahaman lokal di tingkat mikro. Topik
dalam teks memang memainkan peran sentral. Tanpa mereka tidak mungkin
untuk memahami apa teks tentang global, kita hanya akan dapat memahami
fragmen lokal teks, tanpa pemahaman tentang hubungan mereka secara
keseluruhan, hierarki, dan organisasi.27
Topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopic lain yang saling
mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh
serangkain fakta yang ditampilkan yang menunjukkan dan menggambarkan
subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu
bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membnetuk teks
yang koheren dan utuh.28
2. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita
menurut van Dijk mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary
yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni headline dan lead. 29
Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga
mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau
jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam
teks. Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa
umumnya terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah
utama dari peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung
27
Teun A Van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988), h. 31 28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 230 29
Teun A. van Dijk,News as Discourse, h. 53
episode yang disajikan kepada khalayak. Sedangkan subkategori komentar
yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan
komentar atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau
komentar verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua, kesimpulan yang
diambil oleh wartawan dari komentar beberapa tokoh. 30
3. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Pra Anggapan)
Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal
(local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat,
hubungan antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari suatu teks.
Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna
yang eksplisit maupun implisit.31
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti)
yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan kea rah mana
pandangan masyarakat hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat
beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang
memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. 32
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana
wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara implisit. Sikap atau
wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu
30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 232 31
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78 32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235
disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang
dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.33
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya,
dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,
implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah public hanya disajikan
informasi yang menguntungkan komunikator.34
Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan
yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti
upaya mendukung dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan
adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang
dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang
dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.35
4. Sintaksis (Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata Ganti)
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi
merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara
33
Ibid, h. 238 34
Ibid, h. 240 35
Ibid, h. 256
strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa.
Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah
sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana
kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut. 36
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A
yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini
jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bnetuk kalimat ini bukan
hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna
yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif,
seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif
seseorang menjadi objek dari pernyataannya.37
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang
dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang
dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat
menggunakan kata ganti ―saya‖ atau ―kami‖ yang menggambarkan bahwa
sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi,
ketika memakai kata ganti ―kita‖ menjadikan sikap tersebut sebagai
representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara
komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa
36
Ibid, h. 242 37
Ibid, h. 251
yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara
keseluruhan. Pamakaian kata ganti yang jamak seperti ―kita‖ atau ― kami‖
mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi
kritik dan opisisi.38
5. Stilistik (Leksikon)
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan
dilakukan secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan
bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata-kata
yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat
digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda.39
6. Retoris (Grafis, Metafora)
Elemen grafis ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang
yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini muncul lewat
bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Bagian-bagian
yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian
tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting
oleh komunikator, di sana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian
lebih pada bagian tersebut.40
Dalam pandangan van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau
38
Ibid, h. 253-254 39
Ibid, h. 255 40
Ibid, h. 257
menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Van Dijk menyebut
sebagai kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi
dari teks, diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna
itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran
mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian
atas representasi kognisi dan strategi wartwan dalam memproduksi suatu
berita. 41
B. Analisis Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk
meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana
wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin
yang penting: kekuasaan (power), dan akses (access).
1. Praktek Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk
mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemiilikan atas sumber-sumber yang bernilai
seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat
langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk
persuasive, tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol
41
Ibid, h. 259
dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan
pengetahuan.
2. Akses mempengaruhi Wacana
Analisis wacana van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam msyarakat.
Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka lebih berkuasa
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran
khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk
mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik
apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada
khalayak.42
B. Teori Media Siber dan Media Online
1. Pengertian Media Siber
Banyak penyebutan yang bisa disematkan untuk media siber (cybermedia)
dalam literatur akademis, misalnya media online, digital media, media
virtual,e-mail, network media, media baru, media web, dan sebagainya.
Penyebutan ini merujuk pada karakteristik maupun hal teknis seperti
teknologi itu sendiri. Namun, pada intinya beragama penyebutan itu
memiliki muara yang sama, yakni merujuk pada perangkat media baik itu
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Juga,
penggunaan term cybermedia dirasa penulis lebih sesuai karena, pertama,
kata itu bisa dimaksudkan dalam kelompok kajian cyber seperti cyberculture
42
Ibid, h. 273
atau budaya siber yang sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
penyebutan media tidak sekadar merujuk pada teknologinya, melainkan juga
pada aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Kedua,
kata cyber itu sendiri merupakan diskursus yang bisa ditelusuri dan
mengandung makna yang cukup luas. 43
Straubhaar dan LaRose (2002:14) mencatat bahwa adanya perubahan
terminologi menyangkut media. Perubahan tersebut berkaitan dengen
perkembangan teknologi, cakupan area, produksi massal (mass production),
distribusi massal (mass distribution), sampai pada efek yang berbeda dengan
apa yang ada di media massa. Sedangkan menurut John Vivian (2008: 262-
264) keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola-pola
penyebaran pesan media tradisional; sifat internet yang bisa berinteraksi,
mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi, dan yang terpenting bisa
dilakukan secara real time. Nicholas Gane dan David Beer (2008)
memaparkan karakteristik media baru dengan term network, interactivity,
information, interface, archive, dan simulation.44
Salah satu karakter dari apa yang disebut media lama atau baru adalah
term broadcast yang mewakili konteks media lama sementara interactivity
mewakili media baru. Holmes (2005:10) bahkan membagi media dalam
perspektif historis yang menjadi era media pertama (first media age) dengan
pola broadcast dan era media kedua (second media age) dengan pola
interactivity, sebagaimana dijelaskan pada table berikut:
43
Rulli Nasrullah, Cyber Media, (Yogyakarta: IDEA Press, 2013), h. 16 44
Ibid, h. 16
Tabel
Perbedaan Antara Era Media Pertama dan Kedua
Era Media Pertama (Broadcast) Era Media Kedua (Interactivity)
Tersentral (dari satu sumber ke banyak
khalayak)
Tersebar (dari banyak sumber ke banyak
khalayak)
Komunikasi terjadi satu arah Komunikasi terjadi timbale balik atau dua
arah
Terbuka peluang sumber atau media untuk
dikuasai
Tertutupnya penguasaan media dan
bebasnya kontrol terhadap sumber
Media merupakan instrument yang
melanggengkan strata dan ketidaksetaraan
kelas sosial
Media memfasilitasi setiap khayalak
(warga Negara)
Terfragmentasinya khalayak dan dianggap
sebagai massa
Khalayak bisa terlihat sesuai dengan
karakter dan tanpa meninggalkan
keragaman identitasnya masing-masing
Media dianggap dapat atau sebagai alat
mempengaruhi kesadaran
Media melibatkan pengalaman khalayak
baik secara ruang maupun waktu
Ini bermakna bahwa pada media baru khalayak tidak sekadar ditempatkan
sebagai objek yang menjadi sasaran dari pesan. Khalayak dan perubahan
teknologi media serta pemaknaan terhadap medium telah memperbaharui peran
khalayak untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan tersebut. Bahkan secara
historis Manovich (2001) menegaskan bahwa konsep interaktif itu telah
mengaburkan batasan-batasan fisik maupun sosial. Selanjutnya Manovich
menyodorkan dua tipologi untuk mendekati kata interactivity dalam perspektif
media baru, yakni kedalam tipe ‗terbuka‘ (open) dan tipe ―tertutup‘ (closed).
Dalam tipe ‗terbuka‘ khalayak tidak sekadar disodorkan pilihan-pilihan tetapi
bisa menentukan cara mengakses media baru sesuai dengan apa yang diinginkan.
Disamping itu, tipe ‗tertutup‘ hanya membatasi khalayak untuk mengonsumsi
media sesuai dengan struktur atau pilihan yang sudah dibuat (Manovic, 2001:
8).45
2. Jenis-Jenis Media Siber
1. Collaborative Projects (kolaborasi proyek)merupakan suatu media
sosial yang membuat konten dan dalam pembuatannya dapat diakses oleh
khalayak secaraglobal. Contoh: Wikepedia.
2. Blog and Microblog (blog dan microblog) merupakan aplikasi yang
dapat membantu penggunanya untukuntuk tetap posting mengenai
pernyataan apapun sampai seseorang mengerti. Contoh: Blog milik seseoang.
3. Contet Communities (konten masyarakat) merupakan sebuah aplikasi
yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorangbaik itu secara jarak
jauh maupun dekat. Contoh: Youtube.
4. Social Networking Sites (situs jejaring sosial) yang dimana merupakan
situs ayang dapat membantu seseorang untuk membuat sebuah profil dan
45
Ibid, h. 18
kemudian dapat menghubungkan dengan pengguna lainnya. Contoh:
Facebook,Twitter, dll.
5. Vitural Game Worlds (permainan dunia virtual) merupakan permainan
multiplayer dimana ratusan pemain secara simultan dapat didukung. Contoh:
Point Blank, Audition Ayo Dance, dll.
3. Pengertian Media Online
Media Online disebut juga dengan digital media adalah media yang
tersaji online di internet. Secara umum media online diartikan sebagai segala
jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan
teks, foto, video dan suara atau juga bisa dimaknai sebagai komunikasi
secara online.
a. Karakteristik media online
Karakteristik dan keunggulan media online dibandingkan dengan
media konvensional baik cetak maupun elektronik antara lain:46
1. Kapasitas yang luas halaman web dapat memuat naskah yang
panjang.
2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
3. Jadwal terbit bisa kapan saja dan setiap saat.
4. Cepat, begitu diunggah bisa langsung diakses oleh semua orang.
5. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6. Aktual, berisikan info aktual karena kemudahan dan kecepatan
penyajian.
46
http//www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html
7. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan
saja.
8. Interaktif dua arah yakni dengan adanya fasilitas kolom komnetar
dan iroom chat.
9. Terdomentasi, informasi tersimpan di bank data (arsip) dan dapat
ditemukan melalui link dan fasilitas search.
10. Terhubung dengan berbagai sumber lain di seluruh dunia.
4. Jenis-Jenis Media Online
Secara teknis atau fisik media online adalah media berbasis
telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori
media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog dan media
sosial seperti facebook dan twitter), radio online, TV online, dan email.
Media online berupa situs berita bisa kita klasifikasikan menjadi lima
kategori yaitu:47
1. Situs berita ―edisi online‖ dari media cetak surat kabar atau majalah,
seperti republika online, kompas cybermedia, media-indonesia.com,
dan lain sebagainya.
2. Situs berita berupa ―edisi online‖ dari media penyiaran radio, seperti
Radio Australia (radioaustralia.net.au) dan Radio Nederland (rnw.nl).
3. Situs berita berupa ―edisi online‖ media penyiaran televisi, seperti
metrotvnews.com
47
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online, (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2012, cet ke-1)h. 32
4. Situs berita online‖murni‖ yang tidak terkait dengan media cetak dan
media eletronik, seperti detik.com, Viva news, antaranews.com.
5. Situs ―indeks berita‖ yang hanya memuat link-link berita dari situs
berita lain, seperti Yahoo! News, Plasa.msn.com, News Now, dan
Google NEWS – layanan kompilasi berita yang secara otomatis
menampilkan berita dari berbagai media online.
Sedangkan media online dari sisi pemilik atau publisher jenis-jenis
website dapat digolongkan menjadi enam jenis yaitu:
1. News Organisation Website: situs lembaga pers atau penyiaran
mislanya, edisi online surat kabar, televisi dan radio.
2. Commercial Organisation Website: situs lembaga bisnis atau
perusahaan seperti manufaktur, retailer, dan jasa keuangan termasuk
toko-toko online (online store).
3. Website pemerintah di Indonesia ditandai dengan domain (dot) go.id
seperti Indonesia.go.id, setneg.go.id atau dpr.go.id.
4. Website Kelompok Kepentingan (Interest Group) termasuk website
ormas, parpol dan LSM.
5. Website Organisasi Non-Profit seperti lembaga amal atau grup
komunitas.
6. Personal Website (blog). 48
48
Ibid, h. 32
BAB III
GAMBARAN UMUM SITUS WWW.SUARAPESANTREN.NET
A. Profil Situs www.suarapesantren.net
1. Latar Belakang
Situs suarapesantren.net adalah media berbasis internet
yang dikelola oleh Pusat Studi Pesantren (PSP) yang
berkedudukan di Ciputat, Tangerang Selatan. Keberadaan situs
suarapesantren.net tak terlepas dari kiprah Pusat Studi Pesantren
(PSP) dalam menyuarakan gagasan-gagasan moderatisme dunia
pesantren melalui media internet. Dalam pada itu, Pusat Studi
Pesantren (PSP) adalah lembaga nirlaba yang diniatkan untuk
menjadi wadah bagi proses pengkajian dunia kepesantrenan dan
pengembangan pemikiran Islam secara umum, serta wadah bagi
jejaring pesantren yang mengembangkan wawasan yang lebih
moderat dan terbuka.
Secara umum, PSP juga diorientasikan untuk menjadi
jembatan penghubung antara dunia pesantren dan dunia di luarnya,
sekaligus menjadi media yang memfasilitasi proses dialog dan
pencerahan untuk mengeliminir mispersepsi dan misinterpretasi
publik terhadap dunia pesantren.
2. Visi dan Misi
Visi
Mengacu pada peran strategis pesantren, maka Pusat Studi
Pesantren (PSP) mengembangkan transformasi demokratik
melalui dunia pesantren. Transformasi ini merujuk pada
pembentukan masyarakat demokratis yang menghargai
kemajemukan, kewarganegaraan, dan nilai-nilai Islam rahmatan
lil ‗alamin.
Misi
Pusat Studi Pesantren (PSP) mengemban komitmen
melakukan penelitian interdisipliner yang berkaitan dengan
pesantren, Islam dan demokrasi. Pusat Studi Pesantren (PSP) juga
berupaya mewujudkan dan mengembangkan pelbagai aktifitas
positif dan transformatif, khususnya dalam upaya menyebarkan
gagasan dan pandangan mencerahkan, moderat, ramah, toleran,
inklusif dan modern.
3. Tujuan
Pusat Studi Pesantren bertujuan: Sebagai sarana
komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah diantara umat Islam,
khususnya di kalangan masyarakat pesantren di Indonesia;
Menumbuhkan dan mensosialisasikan pandangan dan sikap-sikap
serta misi Islam yang mencerahkan, moderat, ramah, toleran,
inklusif dan modern di kalangan masyarakat;
Menumbuhkembangkan nilai-nilai perdamaian antar sesama umat
manusia; Membangun jembatan penghubung menuju reintegrasi
kalangan pesantren dan masyarakat sekitarnya
4. Empat Isu Prioritas
Terdapat empat isu prioritas yang diperjuangkan oleh PSP
untuk mencapai masyarakat demokratik tersebut yaitu:
Pertama, perawatan atas kemajemukan agama, baik melalui
dialog lintas iman (interfaith dialogue) maupun perlindungan atas
hak-hak minoritas beragama. Agenda ini urgen sebab masyarakat
demokratik membutuhkan perawatan atas kemajemukan bangsa,
dengan menempatkan agama bukan sebagai sumber konflik
melainkan harmoni. Tradisi moderatisme (tawazun) dan jalan
tengah (tawasuth) pesantren menempatkan lembaga ini sebagai
garda depan perawatan kemajemukan agama.
Kedua, deradikalisasi agama. Sebuah masyarakat
demokratik membutuhkan paham keagamaan yang moderat. Hal
ini terkendala manakala sebagian umat beragama memahami
agama secara radikal. Deradikalisasi agama merupakan upaya
moderasi pemahaman keagamaan sehingga umat beragama tidak
terjebak memahami agama sebagai ideologi yang meniadakan
(pemahaman) agama lain. Deradikalisasi juga meliputi pemetaan
gerakan-gerakan keagamaan radikal untuk mengetahui ideologi,
persebaran, rekrutmen dan perjuangan mereka.
Ketiga, kesetaraan gender. Agenda ini merupakan
pengarusutamaan kesetaraan gender sebagai bagian dari
pembentukan masyarakat demokratis. Kesetaraan ini tidak hanya
terjadi pada wilayah ketimpangan relasi gender melainkan
perlindungan hak-hak perempuan dari diskriminasi berbasis
gender.
Keempat, kepedulian lingkungan. Gerakan kepedulian
lingkungan merupakan wujud nyata implementasi teologi
lingkungan yang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan
pesantren. Teologi lingkungan yang ditransformasikan kepada
santri akan menjadi landasan teologi untuk melakukan berbagai
gerakan pada level praktis di masyarakat seperti gerakan
konservasi, tree plantation, kesadaran merawat lingkungan dan
aktifitas lain terkait kepedulian terhadap lingkungan.
5. Program
Untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan fungsi di atas,
Pusat Studi Pesantren (PSP) melaksanakan berbagai usaha yang
halal dan sah dengan mengikutsertakan secara aktif organisasi
yang berbasis keagamaan, antara lain:
(1) Kampanye Islam, Perdamaian, Kemanusiaan dan Demokrasi
Pusat Studi Pesantren (PSP) memfasilitasi komunikasi dan
kerjasama antara bangsa, budaya, agama yang memiliki perhatian
dan minat terhadap perkembangan Islam dan masyarakat Muslim,
khususnya perkembangan pesantren di Indonesia. Di samping itu
mendukung kampanye Islam moderat dan inklusif yang cinta
perdamaian.
(2) Penerbitan dan Perpustakaan
Pusat Studi Pesantren (PSP) mendorong tersosialisasi dan
terpublikasikannya gagasan-gagasan yang lahir dari kalangan
masyarakat pesantren yang sarat dengan prinsip, tingkah laku dan
cara pandang toleran, inklusif, moderat dan aktif melakukan
tindakan nyata yang bermanfaat bagi umat. Pusat Studi Pesantren
juga telah memulai menjembatani kalangan santri untuk turut
mengisi ruang publik melalui publikasi karya-karya santri melalui
suarapesantren.net. Media ini adalah bagian dari upaya untuk
menyuarakan moderatisme berbasis pesantren serta media
alternatif di dunia cyber.
(3) Membangun Database Pesantren di Indonesia
Pusat Studi Pesantren melakukan kegiatan inventarisasi dan
pendataan pesantren di Indonesia serta memperoleh deskripsi
mengenai gerakan masyarakat sipil di Indonesia berbasis
pesantren. Berbagai infomasi tersebut dikumpulkan dan disusun
menjadi database yang komprehensif.
(4) Pendidikan dan Pelatihan
Memberi kesempatan kepada generasi muda kaum santri
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam upaya
mengembangkan kapasitas diri dan pemikiran serta pandangan
ke-islam-an yang inklusif, ramah dan cinta perdamaian. Di
samping itu kesempatan tersebut terbuka untuk kalangan lintas
kultural, lintas bangsa dan lintas agama yang memiliki
pengetahuan cukup mengenai Islam untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Kegiatan dalam program besar pendidikan dan pelatihan
ini dapat berbentuk Diskusi, Workshop dan Seminar.
(5) Network
Pusat Studi Pesantren berupaya mendorong terbangunnya
jaringan antar pesantren untuk tumbuhnya kerjasama yang
produktif antar pesantren; mendorong terbangunnya komunikasi
intensif antara dunia pesantren dengan elemen masyarakat lain di
luarnya.49
6. Profil Suarapesantren.net
Suarapesantren.net adalah media yang diterbitkan oleh
Pusat Studi Pesantren (PSP) sebagai wahana silaturahim,
sekaligus media gagasan yang diniatkan untuk menjadi jembatan
dunia pesantren dengan dunia di luarnya.Di tengah mispersepsi
yang akut tentang dunia kepesantrenan yang dibangun oleh
49
Diolah dari Profil Pusat Studi Pesantren (PSP). http://suarapesantren.net/pusat-studi-pesantren-psp/ .
Diakses 21 April 2017
ketidaktahuan dan ignoransi, Pesantren harus lebih banyak bicara
keluar.
Mispersepsi ini juga terutama disumbang oleh fakta
bahwa sebagian orang yang dianggap sebagai kelompok
kekerasan juga adalah alumni pesantren. Kelompok yang
sesungguhnya kecil ini bersuara nyaring, seakan merepresentasi
wajah pesantren secara keseluruhan. Sementara, wajah moderat
Pesantren yang sesungguhnya dominan, nyaris tak bersuara.
Kami percaya bahwa Pesantren secara umum, secara
tradisional, mewakili suara Islam ramah dan toleran. Dan
Pesantren adalah lembaga yang sangat strategis untuk
mengembangkan karakter Islam yang antidiskriminasi dan
menenggang perbedaan.50
7. Pengelolaan Situs dan Redaksional
Dalam pengelolaan situs dan redaksional suarapesantren.net dapat
dilihat dari susunan redaksional suarapesantren.net sebagai
berikut:
Penanggung Jawab : Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi
Pesantren)
Pemimpin Umum : Anick H. Tohari
Pemimpin Redaksi : Abdullah Sjad
Sekretaris Redaksi : Nur Azizah
Redaktur :
50
Diolah dari profil suarapesantren.net. http://suarapesantren.net/tentang-kami/ . Diakses 21 April 2017
Syaira Rahmani
Aniqotul Ummah
Ummi Hasanah
Nur Ashlihah
Adi Nugroho
Situs suarapesantren.net beralamat redaksi di Jl.
Pagentongan No.8, RT.1/RW.6, Loji, Bogor Barat, Kota Bogor,
Jawa Barat • 16617
Phone: +62 251 8379629 (Bogor)
Email Redaksi:
info@suarapesantren.net
8. Rubrikasi Situs www.suarapesantren.net
Website suarapesantren.net terdiri dari Sembilan rubrik dan di
halaman utama selain berisikan update informasi terbaru dari
kesembilan rubrik juga memuat fanpage facebook dan akun
twitter suarapesantren.net.
Berikut ini merupakan gambar dan penjelasan dari kesembilan
rubrik suarapesantren.net :
Gambar 01. Halaman Utama situs suarapesantren.net
Gambar 02. Fanpage facebook dan akun twitter suarapesantren.net
a. Rubrik Profil Kiai
Gambar 03. Salah satu tampilan di rubrik Profil Kiai
Tidak mudah menulis sebuah biografi yang berjarak waktu dan generasi.
Bukan hanya karena masa itu telah lampau, namun tradisi kita untuk
mendokumentasikan sesuatu masih jauh dari ideal. Lebih lagi, tradisi menulis
kita yang masih sangat minim. Terlalu sering kita mengandalkan cerita dari
mulut ke mulut ala folklor. Konsekuensinya, satu scene cerita bisa beribu
versinya. Sketsa biografi dalam rubrik profil kiai ini adalah upaya kecil untuk
merawat yang lampau. Ali bin Abi Thalib menggoreskan kutipan penting:
Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah
sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti.
Sketsa biografi dalam rubrik profil kiai ini adalah upaya memperbanyak
cermin, agar masa depan bisa mengaca dan belajar dari sejarah. Agar masa
depan bisa mewarisi jejak kebaikan, dan memperbaiki jejak keburukan.
Membaca profil kiai ini, harus diakui bahwa kita tidak akan mendapatkan
gambaran utuh dan detail cerita tokoh pesantren yang kemudian disebut sebagai
kiai, sebagian bahkan disebut wali. Kita tidak akan mendapatkan gambaran
pergulatan batin yang mengaduk-aduk perasaan kita layaknya membaca Romeo
dan Juliet.
Membaca profil kiai ini, kita hanya akan mendapatkan sedikit percikan
permenungan, berdasarkan dokumen dan cerita kesaksian yang terbatas. Karena
keterbatasan itu pula, tentu para penulis tidak akan menyuguhkan informasi
lengkap mengenai perjalanan hidup para kiai yang diangkat kisahnya dalam
suara pesantren ini. Suatu hal yang juga pasti, bahwa profil kiai ini memang
tidak berpretensi membuat cerita lengkap dan komprehensif tentang riwayat
hidup kiai yang dimuat dalam suara pesantren. Meski demikian, sketsa kecil ini
sudah sangat cukup mendokumentasikan ketokohan, pergulatan keilmuan,
gambaran kondisi sosial-politik, dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para kiai
tersebut. Sketsa kecil ini sudah sangat memadai untuk menjadi jembatan awal
antara generasi kita kini, dengan generasi masa lampau di mana sembilan kiai
bergulat dengan keilmuan dan segala perkara yang melingkupinya.
Ada baiknya sketsa kecil ini diperlakukan sebagai dokumen stimulan,
provokasi awal terhadap tradisi penulisan sejarah para kiai, ulama, awliya‘ yang
sangat kaya di negeri ini, negeri bernama Indonesia, negara yang kita cintai yang
sejarah berdirinya juga tidak luput dari pahit getir dan kisah heroik para kiai
terdahulu kita sebagai salah satu elemen bangsa yang berperan penting dalam
sejarah Indonesia. Sejarah memang terkait dengan siapa yang mencipta sejarah.
Lebih khusus, sejarah akan dimenangkan oleh para penulis sejarah. Tradisi
menulis adalah tradisi merawat dan mengabadikan sejarah dan segala nilai di
dalamnya.51
b. Rubrik Profil Pesantren
Gambar 04. Tampilan di rubrik Profil Pesantren
51
http://suarapesantren.net/category/profil-kiai/ . Diakses 21 April 2017
c. Rubrik Santri
Gambar 05. Tampilan di rubrik Santri
Di dalam Rubrik Santri terdiri dari lima subrubrik diantara subrubrik Santripedia,
Kenangan Santri, Kutipan Santri, Karya Santri, dan subrubrik Santri Exchange.
Rubric-rubrik yang ada di dalam rubrik Santri berisikan kegiatan dan geliat para
santri pondok pesantren seperti subrubrik Santripedia yang berisikan entri-entri atau
istilah-istilah yang umum dikenal di kalangan pesantren. Misalnya, sistem
bandongan, sistem Sorogan, Gotha‘an, Lughatan, Mayoran, Ro‘an, Ghosob,
Tikroran, dan lain sebagainya. 52
Subrubrik Kenangan Snatri berisikan informasi tentang suka-duka kehidupan
selama di pesantren yang dialami oleh para santri. Berisikan tulisan-tulisan subyektif
52
http://suarapesantren.net/category/santripedia/. Diakses 21 April 2017
seorang santri tentang masa-masa dan pengalaman mereka menjadi santri, misalnya
tulisan Ira Cahaya yang berjudul Keberkahan dalam Kehidupan Santri yang
mengupas soal kesan-kesan dan pengalaman dirinya selama menjadi santri, ia
mengatakan bahwa ―kesan yang ada dalam benak saya adalah bahwa kehidupan
pondok pesantren adalah kehidupan yang penuh dengan keberkahan, ilmu yang
bermanfaat serta orientasi ukhrawi lebih dominan dari pada urusan duniawi‖.
Ditambahkan olehnya, Posisi pondok pesantren itu berada di atas lahan pegunungan
yang dikelilingi oleh perbukitan yang berada pada paling ujung utara perbatasan
antara kabupaten sampang dan kabupaten Pamekasan. Kehidupan di pondok yang
ketat dengan pengawasan kiai secara langsung serta kondisi yang hamper tidak
pernah ada waktu kosong membuat saya terus belajar beradaptasi. Lingkungan
pesantren yang kental dengan ketawadduan dan keikhlasan dalam berbagai dinamika
pesantren menjadi diri saya belajar mandiri.
Setiap hari, para santri berebut untuk menyapu halaman rumah kiai (―ndelem‖)
yang ditumbuhi oleh pohon-pohon jambu air. Setiap hari daun-daun bertebaran di
halaman rumah kiai. Setelah turun dari mengaji pagi sekitar jam 7, para santri
berebut sapu lidi untuk bisa menyapu halaman rumah kiai dan halam pondok. Para
santri beranggapan bahwa keberkahan itu banyak didapat dengan cara kita
mengabdikan diri kepada kiai, yaitu salah satunya adalah membersihkan halam
rumah kiai dan halam pondok. Perspektif itu yang dipegangn teguh oleh santri untuk
―ngambri‖ barakah, sehingga ilmunya dapat bermanfaat dan kehidupannya yang
akan dating dipenuhi dengan keberkahan.‖ 53
Subrubrik Kutipan Snatri berisikan informasi-informasi yang dikutip dari media
massa, ceramah, pengajian ataupun kitab-kitab kuning misalnya yang ditulis oleh
Tamam Bashori yang berjudul ―Meneladani Ketabahan Para Anbiya‘ Allah
‗Alaihimussalam‖, ia menulis tentang kisah-kisah kesabaran dan keteladanan nabi-
nabi Allah yang ia kutip dari kitab tafsir al-Jalalain.54
Selain itu, terdapat pula
kutipan yang ditulis oleh redaksi suarapesantren.net seperti tulisan yang dikutip dari
karya Fahmi Salim berjudul ―Mbah Wahab Chasbullah kala melobi para ulama
Arab‖, diceritakan cara mbah Wahab melobi para ulama arab bahkan dengan
kecerdasannya dengan menggunakan humor untuk menggagalkan rencana
pembongkaran makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW oleh Pemerintah Arab
Saudi. 55
Subrubrik Karya Santri berisikan tulisan-tulisan karya para santri dalam
pengalamannya menjadi santri dan pandangannya tentang realitas yang ada di
sekelilingnya. Misalnya cerita tentang kisah karyawan toko di komplek Makam
Sunan Ampel, bertemu seorang penyapu Makam Sunan Ampel, fragmen cerita
pendek hingga tulisan semacam catatan harian yang sendu. 56
53
Ira Cahaya, Keberkahan Dalam Kehidupan Santri, http://suarapesantren.net/2015/12/21/keberkahan-
dalam-kehidupan-santri/ . Diakses 21 April 2017 54
http://suarapesantren.net/2016/09/25/meneladani-ketabahan-para-anbiya-allah-alaihimussalam/ . Diakses
21 April 2017 55
http://suarapesantren.net/2016/08/27/mbah-wahab-chasbullah-kala-melobi-para-ulama-arab/ . Diakses
21 April 2017 56
http://suarapesantren.net/category/karya-santri/. Diakses 21 April 2017
Subrubrik Santri Exchange berisikan informasi-informasi dan tulisan dari para
santri yang sedang menjalani proses pertukaran santri ke salah satu pesantren dan
dilatih dalam sebuah program pelatihan dan kaderisasi seperti yang ditulis oleh Asna
Rabbany, ia adalah santri Pondok Pesantren Maslahul Huda, Kajen Pati, Jawa
Tengah yang juga mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ia dikirim ke Pondok
Pesantren Al-Falak Pagentongan, Bogor dalam rangka training jurnalistik pesantren.
Meskipun ia tidak berlama-lama di pesantren, hanya untuk kepentingan peliputan
tetapi hasil liputannya cukup informatif seputar kondisi dan aktivitas di pesantren. 57
d. Rubrik Opini
Gambar 06. Tampilan rubrik Opini
57
http://suarapesantren.net/2017/01/04/santri-exchange-di-pesantren-al-falak-pagentongan-bogor/ .
Diakses 21 April 2017
Dalam rubrik Opini ini ditulis berbagai ulasan, pandangan dan sikap penulisnya
terhadap sesuatu persoalan yang menyangkut kehidupan santri dalam memandang
dunianya. Berbagai isu-isu ditulis di rubrik Opini seperti isu kebangsaan, keumatan,
tradisi keilmuan pesantren, santri perempuan dan modernisasi pesantren, isu Islam
Nusantara, isu perdamaian dan lain sebagainya. 58
e. Rubrik Buku
Gambar 07. Tampilan di rubrik Buku
Di rubrik Buku berisikan ulasan-ulasan, tinjauan, resensi sebuah kitab,
buku dan bedah buku. Misalnya yang ditulis oleh Irfan Asyhari berjudul
―Ta`limul Muta`allim; Panduan Meraih Ilmu yang Barokah‖,dalam ulasannya
Irfan Asyhari menulis Kitab Ta`limul Muta`llim merupakan kitab klasik yang
banyak dipelajari dan dikaji di sebagian besar pesantren yang ada di tanah air
Indonesia ini. Kitab karangan Syaikh Zarnuji ini memuat beberapa pembahasan
58
Dapat diperiksa di halaman rubrik Opini http://suarapesantren.net/category/opini/. Diakses 21 April
2017
yang dapat dirinci sebagai berikut: 1) Tentang hakikat ilmu, fiqh dan keutamaan
fiqh; 2) Niat di dalam mencari ilmu; 3) Tatacara memilih ilmu, guru dan teman;
4) Pengagungan terhadap ilmu dan pemiliknya; 5) Pentingnya serius, konsisten
dan adanya cita-cita; 6) Permulaan mengaji, ukuran dan susunannya; 7)
Tawakkal; 8) Waktu mencari ilmu; 9) Pentingnya kasih sayang dan nasehat; 10)
Istifadah; 11) Wara`; 12) Penyebab cepat dan lambatnya hafalan; dan 13)
Pendorong rezeki . 59
Disamping itu, juga memuat hasil bedah buku tentang isu Islam
Nusantara yang menyatukan Negara dan Agama sebagaimana yang ditulis oleh
Rikza Chamami tentang buku karya Zainul Milal Bizawie berjudul ―Masterpiece
Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945)― terbitan
Pustaka Compass Maret 2016 seakan kita diajak berkelana. Buku dengan tebal
559 halaman ini bukan buku biasa. Di dalamnya banyak kandungan khazanah
Islam lokal, jejaring ulama, model karya ilmiah dan pewarisan keilmuan. Dan
satu hal lagi, ulama sangat berperan dan mewujudkan menjaga kemerdekaan
Indonesia, tulisnya.60
Selain itu, rubrik Buku memuat tinjauan atau resensi sebuah buku. Ira
Cahaya menulis resensi buku Ibrahim Abdul Matin berjudul ―Greendeen:
Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola Alam‖, diresensinya Ira menulis
tentang buku ini bahwa buku ini mengajak kita sebagai orang beragama untuk
memeriksa ulang hubungan kita dengan air, sampah, energi, dan makanan
59
Irfan Asyhari, http://suarapesantren.net/2016/05/09/talimul-mutaallim-panduan-meraih-ilmu-yang-
barokah/ . Diakses 21 April 2017 60
Rikza Chamami, Islam Nusantara Menyatukan Negara dengan Agama,
http://suarapesantren.net/2016/03/27/islam-nusantara-menyatukan-negara-dengan-agama/ .Diakses 21
April 2017
sehari-hari, serta apa dampak dari sikap dan perilaku kita terhadap semua itu
bagi kelestarian bumi dan keseimbangan alam. Abdul Matin memperkenalkan
istilah green deen (agama hijau), sebuah cara untuk mengamalkan agama kita
seraya menguatkan sinergi antara agama dan lingkungan. Karena agama amat
berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang, ia menggali nilai-nilai
etik agama yang menggerakkan pemeluknya untuk memelihara bumi dan
menyelamatkannya dari kerusakan.61
f. Rubrik Galeri
Gambar 08. Tampilan di rubrik Galeri
Di rubrik Galeri terdiri dari kumpulan foto kegiatan, video, audio dan
grafis. Foto kegitan berisikan aktivitas santri misalnya kunjungan Menpora
Imam Nachrowi Pesantren Inggris Assalam, Bogor, santri yang menerima
beasiswa, kunjungan ulama Timur-tengah ke salah satu pesantren di Bogor,
61
Ira Cahaya, Agama Hijau untuk Selamatkan Bumi, http://suarapesantren.net/2015/12/11/agama-hijau-
untuk-selamatkan-bumi/. Diakses 21 April 2017
musabaqoh kaligrafi, acara mauled dan lain sebagainya. Dalam subrubrik audio
berisikan materi audio sholat tahajud, sholawat, pembacaan ayat suci Al-Quran
dan lain sebagainya . Di subrubrik video memuat konten video band santri,
wawancara, video ceramah dan lain sebagainya. Subrubrik grafis berisikan
kutipan kata-kata bijak dan kata mutiara dan motivasi. 62
a. Rubrik Liputan
Gambar 09. Tampilan di rubrik Liputan
Dalam rubrik Liputan memuat informasi seputar pesantren, santri dan
isu-isu terkini yang terkait dengan situasi sosial-politik di kalangan santri. Selain
itu, tentunya rubrik Liputan mengabarkan pernak-pernik kehidupan santri
terutama kegiatan-kegiatan yang berada dibawah naungan organisasi Nahdlatul
Ulama (NU).
62
Bisa diperiksa di rubrik galeri.
g. Rubrik Kajian
Gambar 10. Tampilan di rubrik Kajian
Pada rubrik Kajian berisi sebuah telaah singkat kajian keislaman klasik,
amalan santri, dan isu-isu kontemporer seperti tulisan bagaimana NU
menghadapi paham radikal, dan tabayun di era media sosial baik ditulis oleh tim
redaksi suarapesantren.net dan penulis lain.Diantaranya tulisan Badrun Munajat
yang mengupas tentang bagaimana NU, sebagai organiasi Islam terbesar di
Indonesia dalam menghadapi isu-isu radikalisme bahkan isu terorisme. Dalam
tulisannya, Badrun Manujat menekankan pentingnya pendidikan aqidah Aswaja
yang diharapkan mampu membentengi masyarakat dari liarnya isu-isu dan
pemikiran radikal yang berakhir pada sebuah tindakan terorisme, tekannya. 63
63
Badrun Munajat, NU Menghadapi Paham Rdikal, http://suarapesantren.net/2016/03/11/nu-menghadapi-
paham-radikal/. Diakses 21 April 2017
Sementara di segi penggalian kesilaman klasik, menarik tulisannya
Nadirsyah Hosen yang mengulas tentang cara berpikir tertib ala pesantren
dengan mengkaji pendapat ulama di masing-masing kitab klasik. Ia menjelaskan
bahwa para kiai di pesantren terlatih untuk mengikuti cara berpikir yang ilmiah –
melalui pengkajian kitab-kitab seperti kitab Fathul Mu‘in dengan hasyiah-nya
I‘anatut Tahlibin, sebuah kitab mazhab Syafi‘i yang banyak dipelajari dan
dipedomani di pesantren-pesantren yang membicarakan bagaimana seharusnya
bermazhab. Dalam kitab itu disebutkan bahwa dalam bermazhab (demikian juga
dalam memberikan fatwa dan memutuskan hukum di pengadilan), pendapat yang
harus dipedomani adalah pendapat yang disepakati oleh Imam Nawawi dan
Imam Rafi‘i. akan tetapi jika keduanya berbeda pendapat, pendapat Imam
Nawawi-lah yang harus dijadikan pedoman. Apabila tidak ditemukan pendapat
Imam Nawawi, barulah dipedomani pendapat Imam Rafi‘i, lalu pendapat yang
dinyatakan rajah (kuat) oleh sebagian besar ulama dan seterusnya, terangnya. 64
64
Nadisyah Hosen, Berpikir Tertib ala Pesantren, http://suarapesantren.net/2016/05/10/berpikir-tertib-ala-
pesantren/. Diaskes 24 April 2017
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Wacana tentang Pemberitaan Islam Moderat pada Kolom Opini
dengan Elemen Wacana Van Dijk
Analisis wacana pada kolom opini ini, penulis menggunakan model Van Dijk
karena model ini adalah model yang paling banyak dipakai, ini karena Van Dijk
mengkolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara
praktis. Model yang dipakai Van Dijk kerap disebut sebagai psikologi sosial. Istilah
ini diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjalankan
struktur dan proses terbentuknya suatu teks.
Berikut data tulisan Islam Moderat dari kolom opini yang muncul di website
suarapesantren.net per tahun 2017 :
Tabel. 1
No Tanggal Judul
Wacana
Islam
Moderat
Link
1 8 April
2017
Cintamu
kepada NKRI
http://suarapesantren.net/2017/04/08/cintamu-
kepada-nkri-adalah-bukti-imanmu-kaffah/
2 29 April
2017
Indonesia
Bukan Timur
Tengah
http://suarapesantren.net/2017/04/29/indonesia-
bukan-timur-tengah/
3 7 May
2017
Reformasi
Dakwah
Moderat
http://suarapesantren.net/2017/05/07/refomasi-
dakwah-moderat/
4 1 Juni
2017
Pesan
Pancasila Era
Walisongo
http://suarapesantren.net/2017/06/01/pesan-
pancasila-era-walisongo/
5 24 Juni Santri adalah http://suarapesantren.net/2017/06/24/santri-
2017 Koentji
Perdamaian
adalah-koentji-perdamaian/
1. Analisis Teks Opini
a) Opini tanggal 8 April 2017 dengan judul “Cintamu kepada NKRI
adalah Bukti Imanmu Kaffah” oleh Rikza Chamami tanggal 8 April
2017.
Sumber : www.suarapesantren.net
Gambar I Opini Cintamu Kepada NKRI adalah Bukti Imanmu
Kaffah
1) Struktur Tematik
Opini dengan judul ―Cintamu Kepada NKRI adalah Bukti
Imanmu Kaffah‖ termasuk ke dalam opini yang bertemakan tentang
politik. Opini ini menjelaskan tentang solidaritas bangsa, fitnah buta,
makar, intoleransi, arus besar transnasional hingga rongrongan
Pancasila. Kelompok pemuda NU, Ansor dan Banser merupakan dua
kelompok pemuda yang berupaya menjaga Nasionalisme Indonesia
dari ancaman tersebut. Karena tugas kelompok ini adalah untuk
menjaga akidah ahlussunnah wal jama‘ah yang juga menjaga
keutuhan bangsa dan Negara serta menjaga semangat idealisme
pemuda NU.
2) Struktur Skematik
Secara skematik ditandai melalui kata ―Cinta‖, ―NKRI‖, ―Iman‖
dan ―Kaffah‖, 4 kata diatas menggambarkan penulis opini hendak
menegaskan kembali mengenai Cinta terhadap NKRI. Kesan yang
muncul dari judul ini adalah bahwa cinta terhadap NKRI mulai
melemah, dan tulisan dalam opini ini akan menjelaskan betapa
pentingnya mencintai NKRI karena itu bagian dari Iman seorang
Muslim.
Secara skematik, tulisan ini akan memenuhi catatan lead opini
dan summary, yang tampak dalam paragraf berikut :
- Lead opini; tampak dari pernyataan berikut :
Paragraf di atas dengan jelas menyatakan bahwa Indonesia
mendapatkan banyak ujian yang dideskripsikan di dalamnya
tentang rapuhnya solidaritas bangsa, fitnah buta, makar,
intoleransi, arus besar transnasional dan rongrongan Pancasila.
Dengan mendefinisikan kondisi tersebut, penulis hendak
menyatakan bahwa terjadi tantangan dan ujian besar terhadap
negara. Adapun penekanan informasi ―Menjelang harlah
Nahdlatul Ulama (NU) ke-94‖ digunakan untuk memastikan
bahwa umat Islam dalam hal ini yang tergabung di dalam
organisasi massa tidak terpengaruh dengan situasi yang
melemahkan solidaritas bangsa, intoleransi dan pelemahan
Pancasila.
- Summary
Dari judul yang digunakan penulis, tampaknya penulis ingin
menjelaskan bagaimana umat Islam Indonesia saat ini telah
kehilangan semangat Nasionalismenya sehingga perlu diberikan
penguatan dan pemahaman kembali bahwa Nasionalisme adalah
bagian dari sikap ke-Islaman.
3) Struktur Semantik
Latar dalam opini ―Cintamu Kepada NKRI adalah Bukti Imanmu
Kaffah‖ adalah harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke 94 yang menyatakan
bahwa Indonesia mendapatkan banyak ujian, baik rapuhnya
solidaritas bangsa, fitnah buta, makar, intoleransi dan rongrongan
Pancasila. Dalam latar kondisi tersebut, penulis opini menggiring
pemikiran tentang semangat para pemuda NU yang sejak dahulu telah
menjadi pembela agama, nusa dan bangsa.
Detail dalam opini ―Cintamu kepada NKRI adalah Bukti Imanmu
Kaffah‖ adalah bagaimana kelompok pemuda baik Ansor dan Banser
sejak dahulu telah menjadi pembela ulama dalam usahanya menjaga
NKRI. Bahwa dalam proses pembelaan itu, Ansor dan Banser harus
berhadapan secara langsung dengan fitnah, ujian dan cacian, hal itu
harus dihadapi sebagai bagian dari ibadah.
Maksud dalam opini ―Cintamu Kepada NKRI adalah Bukti
Imanmu Kaffah‖ adalah menjaga NKRI, dengan mengikuti apa yang
sudah dilakukan para wali dan ulama salafus shalih, dan semua
bangsa Indonesia sejati yang mencintai Pancasila dan NKRI.
Sebagaimana termaktub dalam akhir tulisan opini :
Nominalisasi dalam opini ―Cintamu kepada NKRI adalah Bukti
Imanmu Kaffah‖ ada pata kata ―Jangan hiraukan itu semua wahai
Sahabatku. Tugasmu sangat mulia: menjaga akidah ahlussunnah wal
jama‘ah‖. Kata kerja ―Jangan hiraukan‖ adalah pesan untuk
memperkuat diri untuk terus berjuang dalam menjaga NKRI.
4) Struktur Sintaksis
Koherensi dalam opini ―Cintamu kepada NKRI adalah Bukti
Imanmu Kaffah‖ diperjelas dalam kata ―diinjak-injak‖. Penggunaan
kata ―diinjak-injak‖ disandingkan dengan kata ―dirusak‖ untuk
mendeskripsikan bagaimana situasi yang berlangsung dalam ancaman
berbangsa bernegara.
Kalimat di atas, memberikan makna bahwa lahir ideologi yang
menyatakan diri sebagai ideologi yang memurnikan syariat, namun
sesugguhnya bermaksud merusak dan menginjak-injak harmoni
agama. Sehingga pemuda Ansor dan Banser harus membela situasi
ini, meski harus berhadapan dengan ujian dan fitnah.
5) Struktur Stilistik
Gambaran tentang struktur stilistik atau elemen leksikon dari
judul opini ―Cintamu kepada NKRI adalah Bukti Imanmu Kaffah‖.
Makna dari leksikon adalah pilihan kata untuk mempertegas bahwa
membela NKRI adalah sebagian dari iman. Dengan cara inilah, umat
Islam Indonesia menjaga cintanya kepada Negara Bangsa dengan
tidak menghancurkan negaranya sendiri.
Kata leksikon yang digunakan adalah Dua lembaga suci, yang
merujuk kepada Ansor dan Banser, yang dalam hal ini diamanatkan
penulis untuk menjalankan perjuangan nasionalisme.
6) Struktur Retoris
Grafis dalam tulisan opini ini terdapat pada kata ―dawuh para
Kyai‖ yang termaktub dalam paragraf berikut :
Di dalam kata tersebut, penulis hendak menekankan bahwa apa
yang dilakukan oleh Ansor dan Banser harus berdasarkan amanat
Kyai, karena Ansor dan Banser adalah satu kesatuan yang tak
terpisahkan, sehingga sikap yang hendak dilakukan oleh Ansor dan
Banser pun harus merupakan satu kesatuan, dan Kyai adalah
penggerak dari kesatuan itu sendiri.
b) Opini tanggal 29 April 2017 dengan judul “Indonesia Bukan Timur-
Tengah” oleh Kumail Ja’far.
Sumber : www.suarapesantren.net
Gambar II Opini Indonesia Bukan Timur Tengah
1) Struktur Tematik
Opini dengan judul ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖ termasuk
ke dalam opini yang bertemakan tentang politik dan pendidikan.
Opini ini menjelaskan tentang bagaimana Indonesia sebagai tempat
tanah lahir dan Timur Tengah adalah tempat menimba ilmu. Sehingga,
bukan hal yang elok jika bangsa Indonesia yang belajar ke Timur
Tengah lalu kembali untuk merusak tanah airnya sendiri dengan
membom dan menghancurkan Indonesia.
2) Struktur Skematik
Secara skematik ditandai melalui kata ―Indonesia‖, ―Bukan‖,
―Timur Tengah‖, 3 kata diatas menggambarkan penulis opini hendak
menegaskan kembali mengenai kesadaran menjadi Indonesia. Kesan
yang muncul dari judul ini adalah bahwa Indonesia adalah negara
dengan penduduk muslim yang berbeda dengan Timur Tengah,
Indonesia memiliki kekhasannya sendiri.
Secara skematik, tulisan ini akan memenuhi catatan lead opini
dan summary, yang tampak dalam paragraf berikut :
- Lead opini; tampak dari pernyataan berikut :
Paragraf di atas dengan jelas menyatakan bahwa mahasiswa
Indonesia yang melanjutkan studi ke Timur Tengah, diantaranya
setelah menyelesaikan studi berusaha untuk mengubah adat dan
kultural Indonesia. Dengan kata lain, mereka ingin men-timur-
tengah-kan Indonesia, bukan malah meng-Indonesia-kan
Indonesia. Melalui pernyataan tersebut, penulis opini hendak
menegaskan tentang bagaimana Timur Tengah tidak sama dengan
Indonesia.
- Summary
Dari judul yang digunakan penulis, tampaknya penulis ingin
menjelaskan bagaimana pelajar Indonesia yang belajar ke Timur
Tengah telah kehilangan identitas ke-Indonesiaan-nya dengan
menjadi pribadi yang semakin Timur Tengah bukan semakin
meng-Indonesia.
3) Struktur Semantik
Latar dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖ adalah
aktifitas mendalami pendidikan bangsa Indonesia ke luar negeri
termasuk Timur Tengah sangat tinggi. Namun, jika pendidikan itu
malah memberikan keresahan kepada masyarakat dan menimbulkan
kontroversi, maka sebaiknya para generasi muda tersebut
menginstrospeksi diri. Melalui latar opini tersebut, penulis ingin
menegaskan kembali bahwa pendidikan seyogyanya menjadikan
seseorang terdidik dan tidak merusak.
Detail dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖ adalah
bagaimana para pelajar Indonesia yang kembali dari Timur Tengah
juga membawa budaya negara tersebut dan berupaya menjadikan
budaya Timur Tengah sebagai budaya Indonesia. Akhirnya apa yang
mereka lakukan bukan memberi manfaat kepada rakyat Indonesia,
melainkan menjadi benalu di tengah-tengah rakyat Indonesia.
Maksud dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖ adalah
mengenal Indonesia, budayanya, kulturnya dan menjadi Indonesia.
Karena Indonesia adalah tempat kita lahir dan tumbuh. Sehingga
menjaga Indonesia, membangun Indonesia adalah tugas kita bersama.
Sebagai anak bangsa, Indonesia harus dibesarkan dengan ramah dan
kesopanan bukan dengan kekerasan, bukan pula dengan cara yang
ekstrim atau radikalisme dan saling mencaci maki satu dengan
lainnya.
Nominalisasi dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖ ada
pada kata ―Sadar dan Intropreksi diri‖. Kata kerja ―Sadar dan
Intropreksi diri‖ adalah pesan untuk mengenali diri sendiri sebagai
bangsa Indonesia. Itulah yang seharusnya menjadi landasan untuk
menjadi orang yang berintegritas.
4) Struktur Sintaksis
Koherensi dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖
diperjelas dalam kalimat ―Indonesia adalah rumah kita‖. Kalimat itu
diperjelas pula dengan pernyataan ―Indonesia adalah tempat lahir kita
dan tempat kita dibesarkan‖. Mendefinisikan Indonesia dengan rumah,
tempat lahir dan tempat besar, dilakukan untuk mengingat kembali
makna Indonesia untuk setiap pelajar Indonesia.
Kalimat di atas menegaskan bagaimana Indonesia harus
dibesarkan dengan cara menjadi Indonesia, bukan dengan cara-cara
yang ekstrim dan radikal dengan mencaci maki satu sama lain. Ini
menunjukkan bahwa apa yang dibawa dari Timur Tengah ke
Indonesia harus sesuatu yang baik, tidak hal-hal yang merusak negara
bangsa itu sendiri.
5) Struktur Stilistik
Gambaran tentang struktur stilistik atau elemen leksikon dari
judul opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖adalah ―Indonesia
Rumah Kita‖. Kalimatpadaparagrafterakhirpadaopinisebagaiberikut:
Kata ―Rumah Kita‖ mempertegasmaknabahwa Indonesia adalah
tempat dimana setiap orang yang lahir dari-nya harus membesarkan
Indonesia yang ramah dan sopan, bukan dengan kekerasan. Leksikal
―rumah kita‖ menyisipkan pesan kepada para pembelajar ke Timur
Tengah untuk menyadari peran dan fungsinya sebagai tuan rumah.
6) Struktur Retoris
Grafis dalam opini ―Indonesia Bukan Timur Tengah‖
dimunculkan pelalui pesan Sayyidina Ali dalam wasiatnya kepada
salah satu sahabatnya yang bernama Kumail Ibnu Ziat, ―Ilmu itu
adalah hakim, sedangkan uang adalah yang menghakimi pemiliknya‖.
Penjelasan dari grafis ini adalah bagaimana seseorang yang belajar
mengadilkan pikiran dan hatinya dengan tidak bersikap tanpa berfikir.
c) Opini tanggal 07 May 2017 dengan judul “Reformasi Dakwah
Moderat” oleh Irsyadul Ibad.
Sumber : www.suarapesantren.net
Gambar IIIReformasi Dakwah Moderat
1) Struktur Tematik
Opini dengan judul ―Reformasi Dakwah Moderat‖ merupakan
opini mengenai Dakwah dan Gerakan. Opini ini menjelaskan tentang
lahirnya tren kebangkitan fundamentalis-destruktif dalam masyarakat
muslim Indonesia yang mendorong terbentuknya Negara Islam, yang
menurut Alwi Shihab, belum ada kejelasan negara Islam yang benar-
benar menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.
Ketiadaan konsep Negara Islam ini yang pada akhirnya membuat
umat Islam berhadapan secara vis a vis dengan konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang di dalamnya terdapat keragaman
suku bangsa dan agama. Karena kondisi itu pula, sudah sepatutnya
para ulama Islam mendefinisikan ulang ide dan konsep dakwah Islam
moderat yang mengedepankan akhlak sebelum aqidah dan syariat.
2) Struktur Skematik
Secara skematik, opini ini ditandai dengan kata ―Dakwah‖ dan
―Moderat‖. Kata Dakwah merujuk pada ajakan, dorongan dalam
menyiarkan agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat,
dengan menyerukan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama. Kata moderatmengacu pada makna menghindarkan
perilaku atau pengungkapan yang ekstrim, dengan berkecenderungan
ke arah dimensi atau jalan tengah.
Secara skematik, tulisan ini akan memenuhi catatan lead opini
dan summary, yang tampak dalam paragraf berikut :
- Lead opini; tampak dari pernyataan berikut :
Paragraf di atas merupakan opini penulis yang menyatakan bahwa
gerakan fundamentalisme yang memaksa Indonesia menggunakan
sistem Negara Islam lebih dekat pada ―merusak‖ pada apa yang
telah berkembang di Indonesia. Karena belum pernah ada sistem
Negara Islam yang benar-benar berhasil di muka bumi ini. Selain
itu, penggunaan kata konsep khayalan mempertegas bahwa
konsep tentang Negara Islam itu pun tidak memiliki akarnya di
Indonesia.
- Summary
Dari judul yang digunakan penulis, tampaknya penulis hendak
menegaskan kondisi Indonesia yang telah banyak dikuasai oleh
Gerakan Islam fundamentalis-destruktif dengan mendorong
terbentuknya Negara Islam. Dakwah moderat menjadi alternatif
dalam menghadapi Gerakan tersebut, sehingga tujuan
pembentukan Negara Islam di Indonesia bisa diredam.
3) Struktur Semantik
Latar dalam opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖ adalah
kebangkitan kaum fundamentalis-destruktif yang mendapatkan
tempat di hati sebagian masyarakat yang tergiur ketika diberikan
gambaran impian, bahwa dengan sistem negara Islam maka semua
masalah yang dihadapi bangsa Indonesia akan selesai.
Detail dalam opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖ adalah tidak
ada negasa Islam yang benar-benar menjalankan nilai-nilai Islam
secara menyeluruh, bahkan beberapa negara yang tidak menerapkan
syariat Islam justru lebih berhasil menerapkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupannya. Untuk menjawab hal tersebut, kalangan Islam moderat
dapat memberikan jawaban guna melawan atau setidaknya
mengimbangi ide gerakan fundamentalis-desktruktif yang mereka
narasikan melalui dakwah-dakwahnya.
Maksud dalam opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖ adalah
pendekatan akhlak sebelum aqidah dan syariat. Pendekatan akhlak ini
yang digunakan oleh walisongo untuk berdakwah di Indonesia,
sehingga masyarakat nusantara terbuka dalam mengenal Islam dan
meyakininya sebagai ajaran yang mengandung kebenaran.
Nominalisasi dalam opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖ ada
pada kata ―membina hubungan yang berdasarkan kasih sayang‖.
Kalimat yang merupakan kutipan dari Haidar Bagir ini adalah pesan
yang mengejawantahkan dakwah Islam moderat, yang
mengedepankan akhlak sebelum aqidah dan syariat.
4) Struktur Sintaksis
Koherensi dalam opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖ diperjelas
dalam kata ―menyesuaikan diri‖. Menyesuaikan diri disini adalah
menyesuaikan dengan selera dan kecenderungan masyarakat dalam
menyampaikan dakwah.
Paragraf di atas, mengisyaratkan bagaimana berdakwah secara
moderat. Pertama, melalui pendekatan akhlak, kedua melalui
keteladanan, ketiga melalui pengetahuan dan yang keempat adalah
melalui kemajuan teknologi. Bentuk-bentuk dakwah di atas yang
diharapkan penulis opini untuk dikembangkan masyarakat.
5) Struktur Stilistik
Gambaran tentang struktur stilistik atau elemen leksikon dari
judul opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖, dituangkan melalui
ungkapan agama sebagai ―jalan‖ menuju Tuhan. Kata ―jalan‖
mengisyaratkan makna bahwa agama adalah sarana untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga apa yang dilakukan orang
yang beragama harus merupakan sesuatu yang baik dan bukan
kerusakan.
6) Struktur Retoris
Grafis dalam tulisan opini ini terdapat pada kalimat ―Dakwah
adalah menenteramkan dan memberikan ketenangan, bukan
memunculkan kebencian dan permusuhan‖ yang termaktub dalam
paragraf berikut :
Di dalam paragraf tersebut, penulis hendak menekankan bentuk
dakwah yang moderat yang sepatutnya dikerjakan oleh umat Islam
dan ulama Indonesia. Kalimat ini diletakkan di akhir tulisan, untuk
memperkuat dan menegaskan maksud atau pesan dari apa yang
ditulis.
d) Opini tanggal 1 Juni 2017 dengan judul “Pesan Pancasila Era
Walisongo” oleh M. Rikza Chamami
Sumber : www.suarapesantren.net
Gambar IV Opini Pesan Pancasila Era Walisongo
1) Struktur Tematik
Opini dengan judul ―Pesan Pancasila Era Walisongo‖ termasuk ke
dalam opini sejarah politik. Opini ini menjelaskan tentang bagaimana
Islam telah menjadi bagian dari Indonesia selama bertahun-tahun dan
menggunakan pendekatan perdamaian dalam menyebarkan ajarannya.
Walisongo adalah tokoh penyebar Islam yang mengedepankan hidup
beragama secara toleran, menegakkan kemanusiaan, cinta persatuan,
biasa bermusyarah dan menegakkan kehidupan sosial. Maka, pesan
Pancasila secara implisit terkandung makna dalam ajaran Walisongo.
2) Struktur Skematik
Secara skematik, tulisan dalam opini ini ditandai dengan 3 kata
―Pesan‖, ―Pancasila‖ dan ―Walisongo‖. Kata ―Pesan‖ merupakan
objek yang subjek nya adalah kata ―Walisongo‖, sedangkan kata
―Pancasila‖ adalah penekanan atas objek, bisa disebut juga sebagai
kata keterangan. Secara skematik, tulisan ini akan memenuhi catatan
lead opini dan summary, yang tampak dalam paragraf berikut :
- Lead opini; tampak dari pernyataan berikut :
Gambaran inti dari keseluruhan kata ini dideskripsikan penulis
sebagai berikut :
Paragraf di atas ditulis penulis setelah menjelaskan secara singkat
tentang bagaimana Pancasila lahir dan menjadi dasar bagi Negara
Indonesia. Secara ringkas, penulis membangun kesimpulan tentang
Pancasila dan akar sejarahnya yang telah dimulai sejak era Sriwijaya
sampai dengan era walisongo. Akar sejarah ini dirangkum penulis
mengenai bagaimana sejak era Sriwijaya, Majapahit sampai dengan
Walisongo, akar kemajemukan yang ada dalam Pancasila telah
menjadi nilai bersama bangsa Indonesia.
- Summary
Melalui judul yang ditetapkan penulis, penulis bermaksud
membangun opini tentang Indonesia yang majemuk, toleran dan
bagaimana Islam ada dalam kemajemukan itu. Walisongo adalah
figur ulama Islam yang membuat Islam hadir di Indonesia, dan
karenanya menjadi nilai mendasar Islam Indonesia.
Paragraf di atas merupakan tanda yang dibangun penulis untuk
menunjukkan dalil pesan walisongo atas nilai-nilai Pancasila. Pada
paragraf berikutnya, penjelasan mengenai pesan-pesan walisongo
tersebut diuraikan secara lebih mendetail. Sehingga pembaca dapat
menemukan maksud yang hendak disampaikan oleh penulis dan
memahami konteks yang dimaksudkan.
3) Struktur Semantik
Latar dalam opini ―Pesan Pancasila Era Walisongo‖ adalah
situasi bangsa Indonesia yang mengalami ―guncangan demokrasi‖
dimana muncul gerakan bawah tanah yang hendak melemahkan
persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga dibutuhkan benteng
pertahanan yang kuat dalam menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan meneguhkan kembali Pancasila.
Detail dalam opini ―Pesan Pancasila di Era Walisongo‖ adalah
bagaimana bangsa Indonesia menghargai perbedaan agama sebagai
bagian yang paling penting dan itu telah menjadi tonggak sejarah
Nusantara. Detail informasi tersebut dijelaskan pula dalam
kemajemukan dan proses menjaga kemajemukan yang berlangsung
sejak zaman Sriwijaya, Majapahit dan Demak, dimana Walisongo
hidup dan menyebarkan Islam.
Maksud dalam opini ―Pancasila di Era Walisongo‖ adalah
bagaimana Walisongo mengajarkan cara berislam dengan visi
perdamaian, bukan Islam yang bermusuhan. Keseluruhan gambaran
Islam yang toleran, majemuk, beradaptasi dengan kearifan lokal
merupakan penyebaran Islam yang dilakukan oleh walisongo.
Nominalisasi dalam opini ―Pancasila di Era Walisongo‖ ada pada
kata ―Indonesia menghargai perbedaan agama sebagai bagian yang
paling penting sehingga ditempatkan nomor urut pertama dalam
Pancasila‖. Kalimat yang ditulis setelah menyampaikan bahwa
Piagam Jakarta dicabut untuk pasal pertama disepakati dengan
―Ketuhanan yang Maha Esa‖ merupakan pesan yang menegaskan
bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang mengedepankan toleransi
dan kesatuan berbangsa bernegara.
4) Struktur Sintaksis
Koherensi dalam opini ―Pancasila di Era Walisongo‖ ini
diperjelas dalam kata ―tantangan ideologis‖. Kata tantangan ideologis
mendeskripsikan bagaimana terjadi pergeseran makna terhadap
Pancasila, dengan latar gerakan bawah tanah yang melemahkan
persatuan dan kesatuan bangsa, kata tantangan ideologis digunakan
untuk merujukkan kembali bangsa Indonesia ke asalnya. Yakni,
kepada Pancasila yang di dalamnya tertuang nilai-nilai kepribadian
berbangsa bernegara sejak Indonesia berdiri.
Paragraf di atas mengisyaratkan bagaimana Pancasila yang
merupakan nilai-nilai mendasar kebangsaan Indonesia, dimana umat
Islam terlibat di dalamnya telah kehilangan khittahnya. Sehingga
perlu dilakukan telaah kembali terhadap bagaimana nilai-nilai itu
muncul dan menjadi dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ini merupakan cara untuk menghayati kembali Pancasila demi
mempersatukan bangsa Indonesia.
5) Struktur Stilistik
Gambaran tentang struktur stilistikatauelemenleksikon dari judul
opini ―Pesan Pancasila di Era Walisongo‖, dituangkan melalui
inspirasi walisongo dalam menjalankan amanat hidup bangsa
Indonesia. Dari para Walisongo ini, lahir pejuang-pejuang Islam di
Nusantara yang mengedepankan hidup beragama secara toleran,
menegakkan kemanusiaan, cinta persatuan, biasa bermusyawarah dan
menegakkan keadilan sosial. Maka pesan Pancasila secara implisit
terkandung makna dalam ajaran Walisongo.
6) Struktur Retoris
Grafis dalam tulisan opini ini terdapat pada kalimat ―bahwa
ajaran-ajaran yang ditinggalkan oleh Walisongo juga menunjukkan
cara hidup secara damai dan toleran. Bahkan dengan umat agama lain,
Islam yang ditinggalkan Walisongo dicatat sangat menghargai
perbedaan agama. Hal ini dipengaruhi masih ada kekerabatan antara
Sriwijaya dan Majapahit dengan Demak. Sultan Demak adalah anak
kandung Raja Majapahit dan Sunan Ampel adalah keponakan Ratu
Majapahit, Dwarawati. Maka sikap para Walisongo yang sangat
toleran soal perbedaan agama sudah ditunjukkan sejak abad XV.
e) Opini tanggal 24 Juni 2017 dengan judul “Santri adalah Koentji
Perdamaian” oleh Dimas Wildan
1) Struktur Tematik
Opini dengan judul ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖
merupakan opini pendidikan Islam. Di dalam opini ini, penulis
menjelaskan bagaimana seharusnya Santri berperilaku dalam
keseharian. Santri adalah wajah Islam yang kaffah, itu sebabnya
penulis menyebut santri adalah kunci perdamaian dunia. Sebagai
kunci perdamaian, penulis menyusun materi tulisannya dengan
menyebutkan hal-hal yang sepatutnya dilakukan oleh seorang santri,
yang diantaranya adalah (1) menutup aib orang lain, (2) mencegah
kemungkaran, (3) meninggalkan kemaksiatan, (4) menyayangi yang
lemah dan tertindas, (5) sedikit beromong kosong.
2) Struktur Skematik
Secara skematik, tulisan dalam opini ini ditandai dengan 3 kata
―Santri‖, ―Kunci‖ dan ―Perdamaian‖. Kata ―Santri‖ adalah subjek
dalam penulisan, sedangkan Kunci Perdamaian merupakan satu
kesatuan yang menjadi penjelasan atas subjek. Secara skematik,
tulisan ini akan memenuhi catatan lead opini dan summary, yang
tampak dalam paragraf berikut :
- Lead opini; tampak dari pernyataan berikut :
Gambaran inti dari keseluruhan kata ini dideskripsikan penulis
sebagai berikut :
Paragraf di atas ditulis penulis di awal penjelasan. Meski secara
umum tulisan ini tidak disusun ke dalam struktur penulisan yang
baku, tetapi inti dari pesan yang hendak dimaksud ada dalam setiap
bagian yang ada dalam tulisan tersebut. Santri adalah kunci
perdamaian dijadikan sebagai tema ke dalam susunan tulisan yang
dibaginya ke dalam subbab sebagai berikut; (1) menutup aib orang
lain, (2) mencegah kemungkaran, (3) meninggalkan kemaksiatan, (4)
menyayangi yang lemah dan tertindas, (5) sedikit beromong kosong
- Summary
Melalui judul yang ditetapkan penulis, penulis hendak
menyampaikan pesan tentang bagaimana seyogyanya santri
berperilaku, dengan memecah tulisannya ke dalam 5 bagian, seluruh
amanat mengenai santri sebagai kunci perdamaian dituangkan penulis,
beberapa pernyataan yang digunakan antara lain:
1. Janganpernahseorangsantrimenanamkanpadadirinya, untuk
melakukan apa saja yang membuat orang sakit hati.
2. Memaknai jihad dengan sesungguhnya, mencegah kemungkaran
dengan tiga cara: tawasuth, tasamuh dan tawazun
3. Mengerti ilmu agama yang mendalam tidak mudah membuat
kekacauan, menyebar fitnah, menjelekkan dan mengkafirkan
orang lain.
4. Tidak pernah menindas dalam segala bentuk.
5. Menyuarakan indahnya kedamaian.
3) Struktur Semantik
Latar dalam opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖ adalah
Indonesia dan santri yang ada di Indonesia. Latar dalam opini ini
disisipkan ke dalam subbab yang terpisah-pisah, tetapi secara
mendetail menyimpan pesan tentang bagaimana Indonesia meski
berbeda agama, ras dan jenis kulit tetapi ada dalam satu koridor
Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Detail dalam opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖ adalah
bagaimana seorang santri berperan penting dalam menjaga keutuhan
NKRI dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka punya.
Pengetahuan dan pengalaman para santri ini yang dituangkan penulis
ke dalam sikap-sikap yang harus dikembangkan santri.
Maksud dalam opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖ adalah
cita-cita jika semua orang mampu meniru santri maka tidak akan
pernah ada kegaduhan, dan inilah esensi Islam yang rahmatan lil
‗alamin. Bagaimana Islam menjadi penyayang dan pengayom bagi
seluruh makhluk di atas muka bumi.
Nominalisasi dalam opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖
ada pada kata ―garda terdepan‖. Dituangkan dalam kalimat bahwa
―santri sebagai kunci perdamaian siap menjadi garda terdepan dalam
menumpas kemaksiatan orang-orang yang tak jelas tingkahnya‖.
Namun bagaimana peran dan laku santri sebagai garda terdepan,
dituangkan sepenuhnya dalam seluruh amanat yang ada di dalam
tulisan ini.
4) Struktur Sintaksis
Koherensi dalam opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖ ini
adalah 3 cara dalam jihad mencegah kemungkaran, yakni tawasuth,
tasamuh, tawazun. Tawasuth adalah sikap santri sebagai kunci
perdamaian yang tidak berpihak kepada kekerasan. Tasamuh adalah
toleransi dimana santri menghargai perbedaan dengan keragaman
saling mendukung, memikul, menyayangi satu dan yang lainnya.
Tawazun artinya keseimbangan, dimana seorang santri harus mampu
mendamaikan setiap perkara.
Pesan yang terpisah-pisah di dalam bagian-bagian tulisan dalam
opini ini, di satu sisi menyebabkan tulisan menjadi tidak terstruktur,
meski disisi lain pengulangan pesan dan makna berlangsung secara
intens dan kontinyu dapat mempertegas maksud opini. Isyarat-isyarat
tentang peran santri sebagai kunci perdamaian diberlakukan terus
menerus untuk membangun informasi dan pemahaman tentang
bagaimana sepatutnya santri berperilaku dalam kehidupan beragama,
berbangsa dan bernegara.
5) Struktur Stilistik
Gambaran tentang struktur stilistik atau elemen leksikon dari
judul opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖ dituangkan melalui
perandantugassantri dalam menjaga keragaman di Indonesia.
Ungkapan seperti ―terorisme, radikalisme dan usaha merubah NKRI‖
merupakan anti thesa dari opini ini. Santri adalah Koentji Perdamaian
merupakan upaya yang dilakukan untuk memastikan bagaimana
santri tidak terlibat ke dalam terorisme, radikalisme dan usaha
merubah NKRI.
6) Struktur Retoris
Grafis dalam tulisan opini ini ada dalam kata ―Islam rahmatan lil
‗alamin, penyayang dan pengayom bagi seluruh makhluk di atas
muka bumi‖. Sebagai kunci perdamaian, santri diharapkan
menyuarakan indahnya kedamaian dan senantiasa melafalkan kata-
kata bijak kepada orang lain. Walaupun berbeda agama, ras dan jenis
kulitnya, sepanjang ada dalam koridor yang satu yaitu Pancasila,
Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
B. Kognisi Sosial dalam Opini suarapesantren.net Berdasarkan Teori Wacana
Van Djik
Dalam kerangka analisis wacana Teun A. Van Dijk perlu adanya penelitian
mengenai kognisi sosial, yaitu kesadaran mental penulis dalam membentuk teks.
Penulisan teks dalam opini website suarapesantren.net dibangun atas pengetahuan
dan prasangka penulis terhadap kondisi-kondisi kebangsaan Indonesia. Kognisi
sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tak terpisahkan untuk memahami teks.
Menurut Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena
struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna,
pendapat dan ideologi.
Untuk membongkar bagaimana makna tersembunya dalam teks, kita
membutuhkan suatu analisis kognisi sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada
asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh
pemakai bahasa, atau lebih tepatnya oleh kesadaran mental pemakai bahasa. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi penulis
dalam memproduksi tulisannya di website suarapesantren.net. Karena setiap teks
pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka tertentu terhadap
suatu peristiwa.65
Dalam kaitannya dengan opini yang ada di suarapesantren.net,
maka memahami kognisi sosial penulis harus dimulai dari memahami visi misi
suarapesantren.net.
Suara pesantren adalah media yang diterbitkan oleh Pusat Studi Pesantren
(PSP) sebagai wahana silaturahim, sekaligus media gagasan yang diniatkan untuk
menjadi jembatan dunia pesantren dengan dunia di luarnya. Di tengah mispersepsi
yang akut tentang dunia kepesantrenan yang dibangun oleh ketidaktahuan dan
ignorasi, pesantren harus lebih banyak bicara keluar. Jika tidak dilakukan, akan lahir
mispersepsi terutama disumbangkan oleh fakta bahwa sebagian kelompok kekerasan
juga adalah alumni pesantren. Kelompok yang sesungguhnya sangat kecil ini
bersuara nyaring, seakan merepresentasikan wajah pesantren secara keseluruhan,
sedangkan wajah moderat Pesantren yang sesungguhnya dominan, nyaris tak
bersuara.66
Kelahiran suarapesantren.net dengan demikian ditujukan untuk mewakili
suara Islam yang ramah dan toleran. Pesantren bagaimana pun juga adalah lembaga
yang sangat strategis untuk mengembangkan karakter Islam yang anti diskriminasi
dan menenggang perbedaan. Beberapa pesantren yang menjadi penggagas atas
keberadaan website suarapesantren.net diantaranya adalah : Pondok Pesantren
Genggong Probolinggo, Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ambung Kapur Padang
65
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h. 260 66
http://suarapesantren.net/tentang-kami/ diakses 3 september 2017
Pariaman, Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan Ringan Pariaman, Pondok
Pesantren Bustanul Yaqin Padang Pariaman, Pondok Pesantren MTI Batang Kabung
Padang, Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan, Pondok
Pesantren Darul Ulum Padang, Pondok Pesantren Perkampungan Minangkabau,
Pondok Pesantren Bustanul Ulum Pauh Padang, Pondok Pesantren MTI Lubuk
Begalung Padang, Pondok Pesantren Darul Muttaqin Tanah Datar Sumateran Barat,
Pondok Pesantren Maarif Assa‘adiyah Limapuhkoto, Pondok Pesantren Kalimasada,
Pondok Pesantren Qothrotul Falah, Pondok Pesantren Ploso Jombang, Pondok
Pesantren Lirboyo, Pondok Pesantren Daarul Rahman, Pondok Pesantren Darul
Mustofa, Pondok Pesantren Baitul Qurro, Pondok Pesantren Al-Ittifaqiyah Ogan Ilir,
Pesantren Al-Ishlahiyah, Pondok Pesantren Kauman Lasem, Pondok Pesantren
Darul Falah Kudus, Pondok Pesantren Rehabilitasi Narkoba Az-Zainy Malang,
Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Rembang, Pondok Pesantren Buntet Cirebon, Pondok
Pesantren Al-Amien Madura, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak,
Pondok Pesantren Tebuireng dan Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang.67
Adapun penulis dalam opini yang diteliti adalah :
1) Rikza Chamami yang menulis opini ―Cintamu kepada NKRI Bukti Imanmu
Kaffah‖ dan opini ―Pesan Pancasila Era Walisongo‖
Rikza Chamami adalah Sekretaris Lakspedam NU Kota Semarang yang juga
Wakil Ketua KOPISODA (Komunitas Pecinta Mbah Sholeh Darat), Santri
Qudsiyyah dan Dosen UIN Walisongo Semarang. Ia disebut sebagai aktifis tulen
yang prinsip hidupnya selalu memadukan ilmu dan sosial. Organisasi yang
pernah ditekuninya antara lain: Polisi Keamanan Sekolah (PKS), Saka
67
http://suarapesantren.net/category/profil-pesantren diakses 3 september 2017
Bhayangkara, Kader Penegak Disiplin Kodim Kudus, Ikatan Pelajar Madrasah
Aliyah Salafiyah (IPMAS), Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI),
Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Edukasi, Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat, Keluarga Mahasiswa Kudus
Semarang (KMKS), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Poros Pelajar,
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI), Badan Amil Zakat (BAZ), LSM Pusat Kajian Multikultur
(PUSAKA), Ikatan Alumni Madrasah Qudsiyyah (IKAQ), Mutakharijin
Qudsiyah Semarang (MAQDIS), Ikatan Alumni Kependidikan Islam (IKA-KI),
Pusat Kajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ) dan Lakspedam NU.68
2) Kumail Ja‘far dalam opini ―Indonesia bukan Timur Tengah‖
Gus Habib Kumail Ja‘far adalah Pendiri dan pengasuh Majlis Syafaat Jakarta
dan mengajar di salah satu pesantren di Jakarta. Tulisan-tulisannya tersebar
dalam banyak blog dan website. Salah satu tulisannya ―Menelfon Tuhan‖ di
indonesiarayakini.com bertutur tentang hubungan manusia dengan Tuhannya
yang tidak sekedar hubungan antara Pencipta dengan Makhluknya, melainkan
juga hubungan keterikatan yang erat, bahwa seorang makhluk membutuhkan
penciptanya. Lagipula, Tuhan pun memiliki keterbukaan untuk dihubungi,
ditemui dan didekati, sehingga hubungan yang terjalin antara manusia dengan
Tuhannya adalah hubungan yang intens.
3) Irsyadul Ibad yang menulis opini ―Reformasi Dakwah Moderat‖
Irsyadul Ibad adalah aktivis di Lembaga Kajian Islam Mahasiswa Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Mahasiswa Jurusan Antropologi, Universitas
68
http://www.mrikzachamami.com/p/profill.html diakses 3 september 2017
Gadjah Mada. Tulisannya yang tersebar di website suarapesantren.net
bertemakan perdamaian dan ajakan untuk menjadi muslim yang moderat. Selain
―Reformasi Dakwah Moderat‖, tulisannya yang lain adalah ―Menyikapi
Perbedaan atas Nama Kemanusiaan‖ yang bertutur tentang isu LGBT dan
bagaimana budaya di berbagai negara mengakomodir hal tersebut. Ini tidak
berarti bangsa Indonesia harus mengakomodir isu tersebut, sebagaimana
dilakukan beberapa negara lainnya. Akan tetapi juga tidak berarti mengusir
mereka dengan kasar, melainkan dengan menjalin komunikasi dengan mereka
dan memberikan pengayoman dengan baik, agar mereka kembali menjadi
manusia seutuhnya.
4) Dimas Wildan yang menulis opini ―Santri adalah Koentji Perdamaian‖
Dimas Wildan merupakan santri pondok pesantren al-Maarif Bebidas di NTB,
yang menulis Profil Kiai Tuan Guru Haji (TGH) Hasan Mansur, Lombokdengan
menjelaskan bagaimana TGH Hasan Mansur berdakwah dan membimbing
masyarakat dalam beragama. Tulisannya mengenai TGH Hasan Mansur atau
Amaq Hasan bertutur tentang bagaimana Amaq Hasan membangun pesantren
untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di masyarakat. Dengan
perjuangannya membangun pesantren di Bebidas, masyarakat Bebidas yang
sebelumnya tak berpendidikan sekarang telah memiliki setidaknya di setiap
rumah ada anaknya yang menjadi sarjana. Tulisan lainnya adalah tentang
Pesantren Sirajul Ulum yang dituturkannya dalam bentuk cerita dari
pengalamannya berbaur bersama santri Sirajul Ulum yang dalam penuturannya
merupakan santri-santri yang santun dalam berperilaku.
Merujuk pada profil para penulis di atas, kita dapat melihat pola pendekatan
yang hampir sama. Keempatnya merupakan santri Pondok Pesantren yang memiliki
kecenderungan terbuka terhadap perubahan dan memoderasi Islam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ini tampak dari bagaimana mereka menulis tema-tema
yang lebih banyak mengedepankan nasihat untuk menjaga perdamaian dan
kedamaian di Negara Indonesia. Penulis pertama Rikza Chamami misalnya
merupakan seorang santri yang juga bekerja sebagai tenaga pengajar di UIN
Walisongo Semarang yang juga aktifis kebangsaan. Keterlibatannya dalam berbagai
kajian, dan tulisannya yang beragam menunjukkan bagaimana cara pandangnya
dalam memaknai Islam dan Kebangsaan.
Kumail Ja‘far, penulis kedua juga merupakan santri yang mengabdikan
dirinya ke dalam ilmu tarikat dan tasawwuf. Kepemimpinannya di Majlis Syafaat
Jakarta menunjukkan bagaimana pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Kumail
Ja‘far berdasarkan perdamaian dan upaya untuk merekatkan umat. Adapun Irsyadul
Ibad dan Dimas Wildan, mereka adalah santri dengan wawasan kebangsaan yang
cukup baik. Irsyadul Ibad yang menulis dua tema ―Reformasi Dakwah Moderat‖ dan
―Menyikapi Perbedaan atas Nama Kemanusiaan‖ mengisyaratkan cara berpikirnya
yang moderat dan siap menerima perbedaan. Ini senada dengan Dimas Wildan, yang
menulis peran Amak Hasan atau TGH Hasan Mansur, dan menjadikan TGH Hasan
Mansur sebagai tauladan dalam tulisannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya pada bab sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Wacana teks dalam kolom opini website www.suarapesantren.net mewakili
gagasannya sebagai wahana silaturahim antara dunia pesantren dengan
dunia di luar pesantren. Sesuai dengan niat kelahirannya, wacana-wacana
dalam opini website suarapesantren.net ditulis untuk meminimalisir
mispersepsi akut tentang dunia pesantren yang seringkali dituding sebagai
kelompok kekerasan. Tulisan dalam opini yang berkisar tentang kebangsaan,
Pancasila dan Islam moderat menegaskan maksud dari konteks dan kognisi
sosial yang dikembangkan oleh situs suarapesantren.net
b. Konteks sosial dalam setiap konten tulisan opini secara umum terletak pada
berkembangnya paham radikal di masyarakat dan dorongan
mengembangkan Islam yang menolak keberagaman Indonesia di bawah
Pancasila. Konteks sosial ini yang menjadi dorongan para penulis opini
untuk melahirkan tulisan tentang santri yang moderat dengan menggunakan
dalil-dalil seperti sejarah, sebagaimana temaktub dalam tulisan ―Pesan
Pancasila Era Walisongo dan Indonesia Bukan Timur Tengah‖. Atau
dengan menggunakan nasihat dan pengetahuan agama sebagai dasar
berperilaku santri sebagaimana dalam tulisan ―Santri adalah Koentji
Perdamaian dan Reformasi Dakwah Moderat. Juga dengan menekankan ke-
Indonesiaan melalui tulisan ―Cintamu kepada NKRI. Secara kognisi,
tulisan-tulisan di dalam opini juga didasarkan pada visi misi
suarapesantren.net yang merupakan gabungan dari kesadaran bersama
beberapa pesantren di Indonesia, dan mereka mengirimkan santri dan
alumninya untuk berkiprah dan menulis di website tersebut.
B. Saran
Berdasarkan analisis wacana terhadap opini dalam website suarapesantren.net
ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Media internet
Internet merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
informasi kepada masyarakat, sehingga wacana yang dibangun oleh situs internet
harus memiliki kekhasan baik secara konteks dan kognisi agar masyarakat dapat
mengenali pesan-pesan yang disampaikan.
2. Masyarakat
Menjadi pembaca informasi yang cerdas agar media internet menjadi media
informasi yang sehat bagi masyarakat.
3. Mahasiswa
Apabila ada mahasiswa yang ingin menjadikan penelitian ini sebagai referensi
(terutama mengenai kajian wacana) diharapkan untuk lebih kritis, objektif dan
detail terhadap permasalahan yang diteliti. dan mengembangkan temuan-temuan
yang sudah ada dalam skripsi ini. Sehingga memunculkan beranekagam hasil
kesimpulan dan pemahaman mengenai wacana Van Dijk.
4. Perguruan Tinggi
Menjadikan skripsi ini sebagai acuan bagi mahasiswa yang ingin membuat
penelitian mengenai kajian wacana teks khususnya dengan analisis Van Dijk.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Ariel Heryanto, Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia.
Jakarta: Penerbit KPG, 2015.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2006.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Cet. VII Yogyakarta:
LKiS. 2009.
HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas
dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press, 2004.
Rulli Nasrullah, Teori & Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Prenada
Media, 2013.
Rulli Nasrullah, Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press, Cet-I, 2013.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Cet Ke-
5Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002.
Zulkarimein Nasution, Perkembangan Teknologi Komunikasi. Penerbit
Universitas Terbuka. Cet ke-VIII. 2008.