Post on 24-Jun-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Pada 15 september 2008, perusahaan sekuritas terbesar keempat di Amerika
Serikat Lehman Brothers mengumumkan kebangkrutannya yang terjadi karena krisis
kredit perumahan (sub prime mortgage). Hal ini langsung berdampak negatif terhadap
bursa saham di seluruh dunia dan menjadi pemicu krisis ekonomi global. Bursa saham di
kawasan Asia seperti Jepang, Hongkong, China, Australia, Singapura, India, Taiwan dan
Korea Selatan, mengalami penurunan antara 2 sampai 7 persen. Termasuk bursa saham
di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak
terkecuali di AS sendiri, perusahaan besar seperti Meryl Lynch dan AIG juga hampir
mengalami hal yang sama dengan Lehman Brothers, namun Meryl Lynch beruntung
karena diakuisisi oleh Bank Of America, sementara AIG mendapatkan bantuan dana dari
pemerintah Amerika. Bahkan perusahaan otomotif terbesar General Motors sempat
menyiapkan opsi bangkrut guna mengatasi krisis likuiditas akibat menurunnya penjualan
mereka. Di indonesia, dampak yang terjadi pun cukup besar. Otoritas Bursa Efek
Indonesia melakukan penghentian perdagangan saham (suspend) pada hari rabu 8
Oktober 2008 setelah turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 10,38%.
Perdagangan saham baru dibuka kembali pada hari senin 13 oktober. Pada akhir tahun
2008, IHSG ditutup pada nilai 1.340,892 atau turun sebesar 51,17 % dari level
penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826.
Kondisi pasar modal yang tidak menentu ini membuat masyarakat awam menjadi
takut untuk melakukan investasi pada instrumen pasar modal, namun menurut penulis
1
sebagai mahasiswa ekonomi situasi ini justru menjadi sebuah peluang untuk memulai
investasi di pasar modal, karena harga saham mengalami penurunan sehingga modal
yang diperlukan untuk bermain saham menjadi lebih sedikit. Lalu timbul pertanyaan,
”bagaimana cara mengetahui nilai sebuah saham?”, ”kapan saat yang tepat untuk
membeli atau menjual saham?”, dan ”bagaimana cara mengetahui kapan harga akan naik
atau turun?”. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, terdapat 2 analisis, yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis Fundamental adalah studi tentang
ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham
perusahaan. Analisis fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan
keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi
secara wajar, sementara analisis teknikal merupakan sebuah analisa tentang pergerakan
harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa lampau.
Pada Analisis teknikal dilakukan penelitian yang mendasar terhadap pola pergerakan
harga komoditi yang berulang dan dapat diprediksi. Dalam Analisis teknikal, terdapat
banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan saham,
diantaranya adalah metode Bollinger Bands, Relative Strength Index (RSI), Commodity
Channel Index (CCI), Stochastic Oscillator, Elliot Wave, Fibbonaci, serta metode yang
akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu metode candlestick.
Metode candlestick merupakan alat analisis kuno yang pertama kali
dikembangkan oleh para pedagang beras di Jepang pada abad ke-17. Meskipun begitu,
alat analisis ini tetap digunakan secara luas oleh hampir seluruh investor di berbagai
belahan dunia hingga saat ini. Keunikan dari metode ini adalah sebagian besar orang
masih mengaplikasikan metode ini dengan menggunakan intuisi mereka. Hal ini terjadi
dalam mengidentifikasi bentuk dan pola candlestick, dan dalam mengidentifikasi trend
2
yang mendahului kemunculan sebuah pola candlestick. Karena itu, penulis tertarik untuk
mengaplikasikan metode ini untuk menilai pergerakan saham yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, dengan menggunakan metode candlestick yang dikembangkan oleh
Hendra Syamsir. Metode ini dapat mengidentifikasi tren, pola candlestick, support
resistance, dan konfirmasi dengan menggunakan solver dengan software yang
sederhana, yaitu Microsoft Excel, sehingga mudah dilakukan oleh orang awam
sekalipun.
Penulis melakukan analisis pergerakan saham pada PT. Astra International, tbk.
Astra adalah perusahaan besar multibisnis yang berdiri pada tahun 1957. Bisnis yang
dijalankan Astra termasuk bisnis otomotif, agrobisnis, pertambangan, infrastruktur jalan
tol, perbankan, asuransi, serta teknologi informasi. Sahamnya pun merupakan saham
bluechip. Penulis melakukan analisis saham Astra mulai dari 15 September 2008 karena
pada tanggal tersebut Lehman Brothers mengumumkan kebangkrutannya dan menjadi
awal krisis ekonomi global. Dalam periode ini, Harga saham Astra mengalami fluktuasi
yang cukup signifikan, dimana harga sahamnya sempat turun sekitar 50% dan kemudian
kembali menguat. Penulis akan menganalisis pergerakan saham perusahaan ini dengan
metode modified candlestick dibantu dengan RSI. Karena itu, penulis mengambil judul
skripsi ”ANALISIS TEKNIKAL SAHAM PT ASTRA INTERNATIONAL TBK
DENGAN MODIFIED CANDLESTICK PERIODE SEPTEMBER 2008 – JUNI 2009”.
Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi
pembaca yang tertarik untuk berinvestasi di saham, baik yang masih awam maupun yang
sudah mengerti mengenai bermain di pasar modal. Penelitian yang dilakukan dalam
skripsi ini dapat diaplikasikan dengan mudah bahkan oleh orang awam, karena
menggunakan software yang mudah digunakan.
3
I.2 Ruang Lingkup Penelitian
Objek dari skripsi ini adalah pergerakan saham PT. Astra International tbk. Studi
kasus dilakukan pada perusahaan ini yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penulis
membatasi masalah pada :
1. Analisis teknikal pergerakan saham harian PT. Astra International tbk. mulai
tanggal 15 september 2008 sampai 3 Juni 2009 (back testing), meliputi harga
pembukaan (open), harga penutupan (close), harga tertinggi (high), dan harga
terendah (low).
2. Modifikasi sensitifitas SLT ( Significance level of Trend ) untuk meningkatkan
keuntungan.
I.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
I.3.1 Tujuan Penelitian
1. menentukan tren, pola candletick, support resistance, dan konfirmasi dengan
fungsi HS_All_Candle.
2. menentukan overbought dan oversold dengan fungsi HS_RSI_Rec.
3. simulasi back testing dengan membuat rekomendasi (buy atau sell).
4. optimalisasi SLT pada simulasi.
I.3.2 Manfaat Penelitian
1. mampu memperbaiki strategi perdagangan saham untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.
2. metode ini dapat dimodifikasi sesuai dengan karakteristik penggunanya
sehingga pengguna dapat menggunakan metode ini sesuai keinginannya.
4
I.4 Metodologi Penelitian
Riset yang akan dilakukan adalah riset untuk menguji metode candlestick pada
pergerakan saham PT. Astra International tbk. pada periode September 2008 hingga Juni
2009. karakteristik riset ini adalah sebagai berikut:
1. Risetnya adalah riset kausal;
2. Dimensi waktunya adalah melibatkan banyak waktu tertentu dan banyak
sample;
3. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung, yaitu berupa data arsip;
4. Unit analisisnya adalah satu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
I.5 Sistematika Pembahasan
BAB 1. Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang penelitian yang menjadi dasar
pemilihan judul dan topik yang menjadi permasalahan, termasuk tujuan dan manfaat
yang diperoleh dari penulisan skripsi ini, ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
dan metodologi penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data serta
sistematika penulisan skripsi ini.
BAB 2. Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraikan teori yang relevan terhadap judul dan topik yang
dijadikan skripsi, seperti jenis-jenis analisa saham, metode candlestick, Relative Strength
Index (RSI), dan lain-lain.
5
BAB 3. Objek penelitian dan Metodologi penelitian
Bab ini memberikan penjelasan mengenai perusahaan yang akan dianalisa,
riwayatnya, bidang usahanya, susunan organisasi, strategi perusahaan, dan lain-lain.
Kemudian akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data yang akan digunakan
dalam skripsi ini, yang meliputi penelitian kepustakaan dan penelitian di lapangan.
BAB 4. Hasil Pengujian
Bab ini menjelaskan tentang hasil analisis terhadap pergerakan saham PT. Astra
International tbk menggunakan modified candlestick.
BAB 5. Simpulan dan Saran
Bab ini memberikan simpulan atas hasil uraian pembahasan di bab sebelumnya,
juga akan menjelaskan saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan oleh investor
maupun pembaca.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Analisis Saham
Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi
pergerakan harga saham, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dan menghindari
kerugian. Tanpa menggunakan analisis saham, maka bertransaksi dalam pasar modal
hanya merupakan ajang spekulasi saja. Untuk dapat memprediksi pergerakan harga
saham, terdapat dua analisis, yaitu analisis fundamental (fundamental analysis) dan
analisis teknikal (technical analysis).
Menurut Henda M. Fakhruddin (2008), analisis fundamental adalah metode
analisis saham dengan melakukan analisis data-data atau informasi yang berhubungan
dengan kinerja perusahaan. Sementara Steven B. Achelis (2000) mendefinisikan analisis
fundamental sebagai berikut : “Fundamental analysis is the study of economic, industry,
and company conditions in an effort to determine the value of a company's stock.
Fundamental analysis typically focuses on key statistics in a company's financial
statements to determine if the stock price is correctly valued”(p. 52). Umumnya laporan
keuangan menjadi sumber utama dalam analis ini termasuk penggunaan rasio-rasio
keuangan dan rasio-rasio saham seperti earning per share, price earning ratio, dan lain-
lain.
II.2 Analisis Teknikal
Menurut Fakhruddin (2008), analisis teknikal adalah metode analisis saham
dengan berdasar kepada pergerakan harga di masa lalu. Metode ini menggunakan
7
beragam grafik (chart) dalam analisisnya. Sedangkan Martin J. pring (2001) menyatakan
: “the art of technical analysis is to try to identify trend changes at an early stage and
maintain an investment and trading posture until the weight of the evidence shows or
prove that the trend has reserved” (p. 5). Analisis teknikal melihat pergerakan harga
saham dalam grafik, mengidentifikasi trend, lalu membuat prediksi mengenai trend yang
akan terjadi, apakah berlanjut atau berbalik. Dalam analisis teknikal tidak digunakan
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, seperti yang digunakan dalam analisis
fundamental.
Menurut Edianto Ong (2008) terdapat tiga pemikiran yang menjadi dasar analisis
teknikal, yaitu :
1. market price discounts everything. Segala kejadian-kejadian yang dapat
mempengaruhi pergerakan saham seperti faktor ekonomi, politik fundamental
dan termasuk juga kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya
seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada
harga pasar.
2. price moves in trend. Harga saham bergerak dalam satu trend tertentu. Trend ini
akan berlanjut sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan
sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan.
3. history repeats itself. Karena analisis teknikal juga menggambarkan faktor
psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan
untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini
dapat terlihat dari waktu ke waktu dalam grafik. Pola-pola ini mempunyai makna
yang dapat diinterpretasikan untuk memprediksi pergerakan harga.
8
Dalam analisis teknikal, terdapat istilah-istilah yang penting untuk diketahui, yaitu:
Chart
Trend
Support and resistance
II.2.1 chart
Menurut Ong (2008) ”chart adalah sebuah gambar atau grafik yang fungsi
utamanya menunjukkan riwayat pergerakan nilai saham pada suatu periode tertentu,
sehingga dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan analisis teknikal (p. 13)”.
Dalam analisis teknikal, dikenal beberapa macam chart, diantaranya :
Line chart, yang menggambarkan harga penutupan per hari.
Bar chart. Menggambarkan harga open, high, low, dan closing price.
Candlestick chart. Menggambarkan harga high, open, low, dan closing price.
II.2.2 Trend
Menurut Achelis (2000) “A trendline is a sloping line that is drawn between two
or more prominent points on a chart” (p. 106). Sementara Menurut Hendra Syamsir
(2004), “tren adalah kecenderungan pergerakan dalam satu arah”(p. 10). Trend adalah
salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis teknikal, karena tujuan
analisis teknikal itu sendiri salah satunya adalah untuk mendapatkan indikasi apakah
trend harga itu muncul, berakhir, berlanjut atau berbalik arah. Garis tren dapat dibagi
menjadi 3, yaitu :
9
1. Tren naik (up trend). Up trend adalah garis yang memiliki kemiringan (slope)
positif. Tren meningkat mencerminkan terjadinya ekses demand.
Gambar II.1. Contoh Up trend line
2. Tren menurun (down trend). Down trend adalah kebalikan dari up trend, yaitu
garis yang memiliki kemiringan negatif. Tren menurun mencerminkan terjadinya
ekses supply.
Gambar II.2. Contoh Down Trend line
10
3. tren menyamping (horizontal trend). Horizontal trend, atau disebut juga
sideways trend, adalah garis yang menggambarkan trend yang bergerak secara
mendatar.
Gambar II.3. Contoh Horizontal Trend
II.2.3 Support dan resistance
Menurut Syamsir (2008) support - resistance adalah titik batas atas (resistance)
dan batas bawah (support) dari pergerakan harga. Secara rinci, titik support atau support
level adalah sebuah level harga (titik/tingkat/range) di mana pada level tersebut, akan
timbul minat beli yang lebih kuat daripada minat jual, yang akan mengakibatkan
terjadinya ekses demand yang akan meningkatkan harga di pasar, sehingga
menghentikan trend penurunan harga. Sebaliknya, titik resistance merupakan batas
atas/titik/range di mana pada level ini akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar
dibandingkan minat beli, yang secara otomatis akan mengakibatkan timbulnya ekses
supply, yang akan mengakibatkan turunnya harga saham.
11
Gambar II.4. Contoh Support - Resistance
II.3 Jenis-jenis analisis teknikal
Terdapat banyak sekali metode dalam analisis teknikal yang memiliki
keunggulannya masing – masing. Dalam skripsi ini, metode yang digunakan
adalah :
Simple Moving Average
Candlestick
Alat konfirmasi
RSI
II.3.1 Simple Moving average (SMA)
Menurut Fakhruddin (2008) moving average adalah suatu indikator yang
memperlihatkan nilai rata-rata harga suatu saham selama periode tertentu. Moving
average (rata-rata bergerak) digunakan untuk menekankan kecenderungan arah dan
untuk memperhalus (smooth out) fluktuasi harga. Banyak aplikasi metode rata-rata
bergerak yang digunakan dalam analisis teknikal saham, antara lain simple moving
12
average, weighted moving average, dan exponential moving average. Namun dalam
skripsi ini hanya dibahas mengenai metode simple moving average.
Menurut Dedhy Sulistiawan dan Liliana (2007), simple moving average adalah
indikator analisis teknikal modern yang paling sederhana cara perhitungannya dan
mudah dipelajari. Simple moving average dihitung dari penjumlahan harga saham X hari
sebelumnya dibagi dengan X hari. Harga saham yang biasa dipakai adalah harga
penutupan, namun harga rata-rata maupun pembukaan juga dapat digunakan. Rumusnya
adalah :
SMA (4) = (P4+P3+P2+P1) / 4
Keterangan :
SMA (4) : rata-rata bergerak sederhana 4 periode
P4 : harga saham 4 hari sebelumnya
P3 : harga saham 3 hari sebelumnya
P2 : harga saham 2 hari sebelumnya
P1 : harga saham 1 hari sebelumnya
Contoh analisis Simple Moving Average dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar II.5. Contoh Moving average
13
II.3.1.1 Simple Moving Average Modified Trend (SMAMT)
Dalam SMA, suatu tren dikatakan naik apabila posisi harga pada hari tersebut
lebih besar dari nilai Moving Average-nya, demikian sebaliknya apabila harga lebih
kecil dari nilai Moving Average-nya, maka terjadi tren turun. Namun dalam skripsi ini
penentuan tren dalam SMA menggunakan teori dari Hendra Syamsir (2008), yaitu simple
moving average modified trend (SMAMT). Dalam metode ini, penentuan tren naik atau
turun pada suatu periode tidak hanya ditentukan dari nilai MA periode tersebut saja,
namun juga periode-periode sebelumnya dengan dilakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan terhadap posisi nilai data terhadap nilai SMA, maka
variabel-variabel yang akan diberi bobot adalah posisi selisih nilai data terhadap nilai
SMA. Selisih SMA dan data dikonversikan kedalam poin-poin sebagai berikut :
Jika datat > SMAt maka nilai point = 1
Jika datat < SMAt maka nilai point = -1
Jika datat = SMAt maka nilai point = 0
Selanjutnya poin-poin tersebut diberi bobot dengan menggunakan matrik
kepentingan, sesuai dengan periode yang dipakai. Dengan menggunakan 5 periode,
maka pembobotannya sebagai berikut :
Gambar II.6. Perhitungan derajat kepentingan poin SMA 5 periode poin 1 poin 2 poin 3 poin 4 poin 5 jumlah bobotpoin 1 1 0 0 0 0 1 4%poin 2 2 1 0 0 0 3 12%poin 3 2 2 1 0 0 5 20%poin 4 2 2 2 1 0 7 28%poin 5 2 2 2 2 1 9 36%total 25 100%
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
14
Selanjutnya, bobot diatas dikalikan dengan poin dari data untuk menghitung
Significance Level of Trend (SLT). Setelah mendapatkan nilai signifikansi tren,
selanjutnya dilakukan interpretasi atas nilai tersebut, yaitu sebagai berikut :
Apabila batasan SLT nya adalah 0.6, maka
Jika nilai signifikansi tren <= -0.6, maka tren dinyatakan sebagai down trend
Jika nilai signifikansi tren >= 0.6, maka tren dinyatakan sebagai up trend
Jika nilai signifikansi tren > -0.6 dan < 0.6 , maka tren dinyatakan sebagai unclear trend
Batasan SLT ini dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan keinginan pemakai.
Semakin besar batasan SLT yang digunakan, semakin kuat pula keberadaan tren yang
teridentifikasi. Penentuan tren ini sangat berpengaruh pada kemunculan pola candlestick.
Berikut contoh identifikasi tren SMAMT 5 periode
Gambar II.7. Identifikasi Tren SMAMT 5 periode
Date Close SMA (5)Close-SMA Poin
signifikansi tren indikasi
12/1 10000 12/2 9200 12/3 9050 12/4 9100 12/5 8800 9230 -430 -1 12/9 9450 9120 330 1
12/10 9700 9220 480 1 12/11 10400 9490 910 1 12/12 10500 9770 730 1 0.92 Up Trend12/15 10100 10030 70 1 1 Up Trend12/16 10600 10260 340 1 1 Up Trend12/17 10700 10460 240 1 1 Up Trend12/18 10950 10570 380 1 1 Up Trend12/19 11100 10690 410 1 1 Up Trend12/22 10900 10850 50 1 1 Up Trend12/23 11100 10950 150 1 1 Up Trend12/24 10400 10890 -490 -1 0.28 Unclear12/26 10600 10820 -220 -1 -0.28 Unclear12/30 10750 10750 0 0 -0.32 Unclear
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
15
II.3.2 Candlestick
Menurut Syamsir (2008), analisis candlestick dapat dikatakan sebagai salah satu
metode analisis teknikal tertua dalam menilai pergerakan saham. Pertama kali digunakan
di Jepang pada abad ke-17 sebagai alat analisis teknikal dalam perdagangan beras. Alat
analisis candlestick mulai masuk ke berbagai belahan dunia termasuk dunia barat tahun
1900an. Candlestick ditujukan untuk analisis jangka pendek. Secara umum, sebuah
rekomendasi yang dihasilkan dari sebuah analisis candlestick hanya berlaku untuk 10
periode ke depan.
Untuk membuat grafik candlestick, diperlukan harga open (harga dari transaksi
pertama dari periode pengamatan), high (harga tertinggi dalam periode pengamatan),
low (harga terendah dalam periode pengamatan), dan close (harga dari transaksi terakhir
dari periode pengamatan) dari saham. Bagian-bagian dalam suatu candlestick yaitu:
Body, yaitu jarak antara harga open dan close
Upper shadow, yaitu garis yang menunjukkan posisi high
Lower shadow, yaitu garis yang menunjukkan posisi low
Contoh candlestick dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar II.8. Bagian – bagian candlestick
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
16
Dalam menganalisa suatu candlestick, ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu: Warna dari body. Terdapat dua jenis warna candlestick yaitu black
candlestick dan white candlestick.
o White candlestick: apabila close lebih besar daripada open. Hal ini
menunjukkan terjadinya kondisi ekses demand.
o Black candlestick: apabila close lebih kecil daripada open. Hal ini
menunjukkan terjadinya kondisi ekses supply.
Panjang dari body. Digunakan untuk menggambarkan seberapa kuatnya ekses
supply/demand yang terjadi. Semakin panjang sebuah candletick, maka akan
semakin kuat pula ekses supply/demand yang terjadi. Sebaliknya, semakin
pendek badan sebuah candlestick, maka akan semakin lemah pula ekses
supply/demand yang terjadi.
Panjang dari shadow. Jika body dari candlestick mencerminkan posisi
kesetimbangan, maka upper dan lower shadow memberikan informasi tentang
aksi tarik menarik antara penjual dan pembeli yang terjadi sepanjang sesi
perdagangan.
II.3.3.1 Macam-macam pola candlestick
Karena begitu banyaknya pola-pola candlestick, maka penulis hanya akan
memberi contoh beberapa bentuk saja, menurut banyaknya candlestick dan informasi
yang terkandung dalam candlestick tersebut.
17
Gambar II.9. Pola candlestick
Sumber : Santo Vibby (2006)
II.3.3.2 Identifikasi Pola Candlestick
Dalam melakukan analisis candlestick, sebagian besar orang masih
menggunakan intuisi dalam mengaplikasikan metode ini, yaitu dalam mengidentifikasi
kemunculan pola candlestick. Namun dalam skripsi ini, identifikasi terhadap formasi
candlestick dilakukan dengan menggunakan formula yang dimuat dalam buku Hendra
Syamsir (2008).
Untuk mengidentifikasi long, medium, short, dan very short (doji) dari body
sebuah candlestick, juga mengidentifikasi shadow (upper dan lower) dari candlestick,
digunakan formula sebagai berikut :
18
Gambar II.10. Formula identifikasi body dan shadowIdentifikasi bodyLong candle body >= MLT*average candle body1/(MLT)*average candle body <= medium candle body < MLT*average candle body1/(MLT)*1/MLT*average candle body <= short candle body < 1/(MLT)*average candle bodyDoji candle body < 1/(MLT)*1/(MLT)*average candle bodyIdentifikasi upper shadowLong upper shadow >= MLT*average candle body1/(MLT)*average candle body <= medium upper shadow < MLT*average candle body1/(MLT)*1/MLT*average candle body <= short upper shadow < 1/(MLT)*average candle bodyVery short upper shadow < 1/(MLT)*1/(MLT)*average candle bodyIdentifikasi lower shadowLong lower shadow >= MLT*average candle body1/(MLT)*average candle body <= medium lower shadow < MLT*average candle body1/(MLT)*1/MLT*average candle body <= short lower shadow < 1/(MLT)*average candle bodyVery short lower shadow < 1/(MLT)*1/(MLT)*average candle bodyKeterangan :MLT = Multiplier, besaran angka multiplier bisa disesuaikan dengan keinginan anda, namun secara idealbesaran multiplier harus > 1Average candle body = panjang rata-rata dari n body (sesuai dengan periode pengamatan) sebelum candle yang anda analisis
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
Selanjutnya, pola candlestick akan diidentifikasi secara otomatis sesuai dengan
kriteria masing-masing pola. Misalnya, untuk pola hammer (berindikasi bullish),
kriterianya adalah didahului dengan tren menurun (identifikasi tren dilakukan dengan
metode SMAMT yang telah dijelaskan sebelumnya), lalu candle yang terbentuk adalah
short candle dengan medium atau long lower shadow dan very short atau no upper
shadow. Pola hanging man (berindikasi bearish) memiliki bentuk candle yang sama
dengan hammer yaitu short candle dengan medium atau long lower shadow dan very
short atau no upper shadow, namun tren yang mendahuluinya adalah tren naik. Selain
kedua pola ini terdapat banyak sekali pola candlestick yang memiliki bentuk candle
sama namun tren yang mendahuluinya berbeda dan memberikan informasi yang berbeda
juga. Maka dalam metode ini, penentuan tren menjadi penting karena interpretasi atas
sebuah pola candlestick bergantung pada tren yang mendahuluinya.
19
II.3.3.2 Support resistance dalam pola candlestick
Dalam setiap pola candlestick nilai support resistance diukur berdasarkan rumus
yang berbeda. Untuk menentukan support resistance tersebut skripsi ini masih mengacu
pada teori Syamsir (2008). Untuk pola candlestick yang mengandung indikasi bullish,
maka harga akan lebih banyak bergerak di support level, sebaliknya pola candletick
yang berindikasi bearish maka harga akan lebih bergerak di resistance level. Maka
untuk pola candlestick yang mengandung indikasi bullish hanya memberi nilai support
dan juga sebaliknya.
Karena rumus untuk setiap pola candlestick berbeda-beda, dan terdapat banyak
sekali pola candlestick, maka akan dijelaskan beberapa saja sebagai berikut :
Support bullish engulfing (bullish) = titik tengah dari body candle kedua
Support doji (bullish) = harga open atau close, mana yang lebih tinggi
Resistance bearish harami = titik tengah dari body candle kedua
Resistance three inside down = titik tengah dari body candle kedua
Gambar II.11. Formula identifikasi body dan shadow
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
20
II.3.4 level konfirmasi
Untuk menentukan batas support - resistance dalam pola candlestick, skripsi ini
menggunakan alat konfirmasi berdasarkan teori dalam buku Syamsir (2008).
Pada dasarnya, setiap pola candlestick memiliki empat kemungkinan
rekomendasi / output, yaitu:
1. bullish reversal /bullish
2. bearish reversal / bearish
3. bullish continuation / bullish
4. bearish continuation / bearish
Meskipun kita sudah mengetahui kemungkinan yang akan dihasilkan dari pola-
pola candlestick, namun kita membutuhkan konfirmasi, yaitu batasan dan kondisi yang
harus dipenuhi agar peluang kebenaran dari rekomendasi tersebut menjadi lebih besar.
Menurut Syamsir terdapat dua jenis konfirmasi untuk memperkuat informasi
yang diberikan pola candlestick, yaitu confirmation dan stop loss (false signal).
confirmation adalah situasi yang menguatkan rekomendasi yang dihasilkan oleh sebuah
pola candlestick, sementara stop loss atau false signal adalah kondisi yang membatalkan
rekomendasi yang dihasilkan oleh sebuah pola candlestick.
Dalam menentukan level konfirmasi, teori ini menjelaskan istilah upper body dan
lower body. Upper body adalah bagian atas dari body sementara lower body adalah
bagian bawah dari body. Karena itu pada white candlestick, upper body adalah harga
close dan lower body adalah harga open, sebaliknya pada black candlestick, upper body
adalah harga open sementara lower body adalah harga close.
Ilustrasinya sebagai berikut:
21
Gambar II.12. Upper shadow dan lower shadow
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
Batasan upper dan lower body ini digunakan sebagai level konfirmasi, yaitu
sebagai berikut :
untuk pola candlestick yang memiliki informasi bullish (baik bullish reversal
maupun bullish continuation), baik pola satu candle atau lebih, maka level
konfirmasi / confirmation level adalah nilai terbesar dari upper body yang
digunakan dalam pola tersebut. Kondisi konfirmasi terjadi ketika muncul sebuah
white candlestick yang memiliki harga close di atas level konfirmasi. Sementara
kondisi false signal adalah nilai terkecil dari lower body yang digunakan dalam
pola tersebut dan kondisi false signal level terjadi ketika muncul sebuah
candlestick dengan warna apapun yang memiliki harga close di bawah stop loss
level. Ilustrasinya sebagai berikut :
22
Gambar II.13. Konfirmasi Bullish
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
untuk pola candlestick yang mengandung informasi bearish (baik bearish
reversal maupun bearish continuation), baik pola satu candlestick atau lebih,
level konfirmasi adalah nilai terkecil dari lower body yang digunakan dalam pola
tersebut. Kondisi konfirmasi terjadi ketika muncul sebuah black candlestick yang
memiliki harga close di bawah level konfirmasi. Sementara kondisi false signal
adalah nilai terbesar dari upper body yang digunakan dalam pola tersebut dan
kondisi false signal level terjadi ketika muncul sebuah candlestick dengan warna
apapun yang memiliki harga close di atas false signal level.
Gambar II.14. Konfirmasi bearish
Sumber : Hendra Syamsir (2008)
23
Maka kesimpulannya adalah:
1. Untuk pola candlestick yang memberikan indikasi trend bullish, tunggu
kemunculan sebuah white candlestick yang memiliki harga close di atas level
konfirmasi untuk meyakinkan kebenaran rekomendasi bullish yang dihasilkan.
2. Apabila dalam pola candlestick yang memberikan indikasi trend bullish muncul
candlestick dengan warna apapun yang memiliki lower body di bawah level false
signal, maka itu adalah sinyal dari kegagalan rekomendasi bullish yang diberikan
pola candlestick tersebut.
3. Pada pola candlestick yang memberikan indikasi trend bearish, tunggu
kemunculan sebuah black candlestick yang memiliki harga close di bawah level
konfirmasi untuk meyakinkan kebenaran rekomendasi bullish yang dihasilkan.
4. Apabila dalam pola candlestick yang memberikan indikasi trend bearish muncul
candlestick dengan warna apapun yang memiliki upper body di atas level false
signal, maka itu adalah sinyal dari kegagalan rekomendasi bearish yang
diberikan pola candlestick tersebut.
II.3.5 Relative strength index (RSI)
Menurut Syamsir (2008), RSI adalah suatu indikator yang menghitung
perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan ke
dalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100. Karena nilainya yang tetap
(antara 0-100), maka RSI dikelompokkan ke dalam jenis oscillator indicator (RSI hanya
bisa bergerak di antara nilai tersebut).
Syamsir (2008) menjelaskan formula untuk menghitung RSI, yaitu sebagai
berikut :
24
RS = (total gain/n) / (total losses/n)
RSI = 100 - (100/1+RS)
Keterangan :
RSI = relative strength index
RS = relative strength
Total gain = total kenaikan harga dalam periode
Total losses = total penurunan harga dalam periode
N = panjang periode pengamatan
Ilustrasi RSI dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Gambar II.15. Contoh Grafik RSI
25
Bab III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Objek Penelitian
III.1.1 Sejarah singkat PT. Astra International Tbk.
Astra didirikan oleh Tjia Kian Tie dan William Soeryadjaya. Awalnya, sektor
bisnis yang digelutinya adalah perdagangan minuman ringan dengan merek dagang
Prem Club. Setelah memperoleh keuntungan, mereka mencoba bidang usaha baru yaitu
ekspor kelapa kopra, minyak sereh, dan kenanga. Pada tahun 1957, Astra International
berdiri.
Pada tahun 1960, usaha Astra mulai merambah ke impor alat berat, seperti mesin
dan lainnya. Puncaknya, pada 1968, Astra dipercaya menjadi pemasok 800 unit truk
merek Chevrolet dari Amerika Serikat. Inilah awal mula Astra memasuki industri
otomotif. Produsen otomotif lain pun memulai kerja samanya dengan Astra. Pada tahun
1970, Toyota Motors Jepang menunjuk Astra untuk menjadi distributor mobil merek
Toyota produksinya. Lalu, pihak Honda dan Fuji Xerox, produsen mesin fotokopi juga
menunjuk Astra sebagai agen produknya di Indonesia.
Pada tahun 1970, sedikitnya 72 perusahaan telah bernaung di bawah bendera
Astra. Lalu pada tahun 1992, jumlahnya menjadi sekitar 300 perusahaan yang bergerak
di berbagai sektor.
Astra tercatat di Bursa Efek Indonesia dan bursa efek Surabaya pada tahun 1990.
Pada tahun 1992, pendiri Astra, William Soeryadjaya menjual sahamnya di Astra. Dan
pada tahun 1996, saham Astra dimiliki oleh Putra Sampoerna, yang menguasai 14,67%
saham Astra, Bob Hasan (8,83%), Prajogo Pangestu (10,68%), Toyota Jepang (8,26%),
26
Kelompok Salim (8,19%), dan Usman Atmadjaja (5,99%). Sisanya tersebar di tangan
publik.
Saat krisis moneter, Astra mengalami kesulitan dan masuk di BPPN (Badan
Penyehatan Perbankan Nasional). Akhirnya pada tahun 2003 saham Astra dikuasai oleh
konsorsium Cycle & Carriage Mauritius yang menjadi pemenang ketika BPPN menjual
saham Astra. Pada tahun 2004, C&C Mauritius menambah porsi kepemilikan sahamnya
di Astra hingga 41,76%. Pada akhir 2004, kepemilikan C&C Mauritius di Astra dibeli
oleh Jardine Cycle & Carriage. (JCC). Lalu, kepemilikan saham JCC di Astra meningkat
hingga 50,11%.
III.1.2 Bidang usaha
Astra adalah perusahaan multi bisnis yang terbagi menjadi 6 divisi usaha, yaitu :
1. Otomotif
Astra menjalin kemitraan dengan Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Diesel,
Peugeot dan BMW di segmen kendaraan roda empat, serta Honda di segmen kendaraan
roda dua. Selain itu, Astra juga menjalin kemitraan dengan pemasok komponen mobil
seperti Aisin Seiki, Akebono, Denso, Mahle, Kayaba, GS, dan Nittan Valve.
Astra memiliki beragam kepemilikan di beberapa perusahaan manufaktur
kendaraan penumpang dan niaga, seperti:
5% saham PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, yang memproduksi
mobil Toyota.
31, 87% saham PT. Astra Daihatsu Motor yang merupakan perusahaan patungan
dengan Daihatsu Motor Co. Ltd. yang memproduksi kendaraan dan komponen
merek Daihatsu dan Toyota.
27
75% saham PT. Astra Nissan Diesel Indonesia (ANDI), yang merupakan
perusahaan patungan antara Nissan Diesel Motor dan Marubeni Corporation.
PT. Tjahja Sakti Motor, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Astra.
2. Pelayanan finansial
Divisi jasa keuangan memiliki rentang bisnis mulai dari bisnis penjualan mobil,
sepeda motor, dan alat berat milik Astra hingga asuransi kerugian. Selain itu, Astra
bersama Standard Chartered Bank, merupakan pemegang saham PT. Bank Permata tbk.
Usaha pembiayaan mobil dikelola olah Astra Credit Companies (ACC) dan
Toyota Astra Finance (TA Finance). ACC terdiri dari lima perusahaan yang
menawarkan jasa keuangan bagi kepemilikan kendaraan baru maupun bekas.
Perusahaan-perusahaan di bawah bendera ACC menjalin kerja sama dengan seluruh
distributor otomotif utama di Indonesia.
PT. Federal International Finance (FIF), anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki Astra, menawarkan fasilitas pembiayaan bagi pembelian sepeda motor Honda.
Usaha pembiayaan alat berat Astra dijalankan oleh PT. Surya Artha Nusantara
Finance (SANF) dan PT. Komatsu Astra Finance (KAF).
PT. Asuransi Astra Buana (AAB), yang 95,70% sahamnya dimiliki oleh Astra
adalah perusahaan adalah perusahaan asuransi kerugian dengan premi kotor terbesar ke
empat di Indonesia. Bisnis asuransi jiwa dijalankan dijalankan melalui usaha patungan
dengan Common Wealth Bank Of Australia (CBA) yang beroperasi dengan nama PT.
Astra CMG Life.
3. Alat Berat
28
PT. United Tractors tbk (UT), yang 58,45% sahamnya dimiliki Astra, memiliki
tiga unit usaha, yaitu mesin konstruksi, mesin, kontraktor penambangan dan
pertambangan.
Unit mesin konstruksi meliputi peralatan konstruksi dan pertambangan merek
Komatsu serta beberapa merek lain seperti peralatan kehutanan dari Valmet, hydraulic
cranes dari Tadano, vibratory rollers dari bomaq, truk dengan kapasitas besar dari
Nissan Diesel dan Scania.
Usaha kontraktor penambangan dikelola oleh anak perusahaan UT, PT.
PamaPersada Nusantara (Pama), yang dikenal sebagai operator kelas dunia dan
merupakan kontraktor penambangan terbesar di Indonesia dan kawasan regional.
4. Agro industri
Divisi ini dikelola oleh PT. Astra Agro Lestari (AAL) yang 79,68% sahamnya
dimiliki Astra. Lingkup usaha AAL mencakup kegiatan penanaman, pemanenan, dan
pemrosesan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (CPO) yang dipasarkan untuk
kebutuhan dalam negeri dan juga ekspor. Total luas lahan yang dikelola AAL hingga
tahun 2007 mencapai 235.210.
5. Teknologi informasi
Usaha sektor teknologi informasi dikelola oleh PT. Astra Graphia tbk (AG)
dengan kepemilikan saham sebesar 76,87%.
29
Fuji xerox Co.Ltd, perusahaan terkemuka dalam layanan dokumen global
merupakan prinsipal utama document solutions AG. Document solutions AG
memberikan jasa dan solusi yang beragam terkait kebutuhan document-handling,
melalui pendekatan multi services.
Usaha AG di bidang IT dikelola oleh PT. SCS Astragraphia Technologies (SAT),
yang merupakan perusahaan patungan dengan Singapore Computer System Ltd.(CSC).
Perusahaan ini menawarkan solusi dan layanan terintegrasi termasuk infrastruktur
teknologi informasi, sistem yang terintegrasi, implementasi ERP/SAP, solusi bisnis dan
outsourcing TI.
6. Infrastruktur
Astra menjalankan bisnis infrastrukturnya melalui dua anak perusahaan yang
dimiliki secara penuh, yaitu PT. Astratel Nusantara (Asrtatel) dan PT. Intertel
Nusaperdana (Intertel). Kedua perusahaan ini menjalankan usaha di bidang jalan tol,
telekomunikasi, pengelolaan dan pengadaan air bersih, pembangkit listrik dan logistik.
III.1.3 Struktur Organisasi
Gambar III.1. Struktur Organisasi Astra
30
III.2 Metodologi penelitian
III.2.1 jenis dan sumber data
Sumber data dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu harga open, high, low
dan close dari saham harian PT. Astra yang didapat dari www.finance.yahoo.com.
31
III.2.2 pengumpulan sampel
Sampel yang digunakan dalam skripsi ini dikumpulkan dengan metode purposive
sampling, yaitu penentuan sampel dilakukan dengan kriteria tertentu. Sampel yang
digunakan adalah pergerakan saham harian PT. Astra periode 15 september 2008 hingga
3 Juni 2009. Alasan penentuan lingkup waktu ini adalah karena pada 15 September
merupakan awal dari krisis ekonomi global dan pada periode tersebut harga saham PT.
Astra mengalami fluktuasi yang signifikan.
III.2.3 metode analisis dan perhitungan data
Dalam skripsi ini penulis melakukan simulasi back testing yang digunakan untuk
menentukan tabel operasionalisasi. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Fungsi HS_All_Candle digunakan untuk mengidentifikasi pola candlestick, tren
yang mendahuluinya, support resistance, serta level konfirmasi dan stop loss.
Fungsi HS_RSI_Rec digunakan untuk menghitung RSI dan interpretasi atas nilai
RSI tersebut.
Microsoft excel digunakan untuk mempermudah analisis dan menyajikan data
dalam bentuk grafik.
III.2.4 Penyajian Data
Hasil analisis akan ditampilkan dalam bentuk grafik candlestick.
III.3 Operasionalisasi variabel penelitian
Gambar III.2. Tabel Operasionalisasi Penelitian
32
No variabel definisi indikator simbolskala data
1 Open priceharga penutupan dalam perdagangan saham harian Rupiah Rp ratio
2 High priceharga pembukaan dalam perdagangan saham harian Rupiah Rp ratio
3 Low priceharga terendah dalam perdagangan saham harian Rupiah Rp ratio
4 Close priceharga tertinggi dalam perdagangan saham harian Rupiah Rp ratio
9level konfirmasi
nilai yang menguatkan indikasi suatu pola candlestick close price Rp ratio
10stop loss level
nilai yang menggagalkan indikasi suatu pola candlestick close price Rp ratio
11 RSIIndeks kejenuhan pasar dengan rentang poin 1-100 poin RSI ratio
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Trading plan
33
Dalam melakukan simulasi back testing ini, penulis memulai perdagangan
dengan asumsi modal awal Rp.25.000.000. Penulis tidak melakukan short selling.
Transaksi beli dilakukan apabila dalam analisis modified candlestick penulis
menemukan indikasi bullish dalam pola candlestick dan diperkuat dengan konfirmasi
yang diperlukan. Apabila setelah membeli saham penulis kembali menemukan indikasi
bullish, penulis tidak akan kembali membeli saham. Transaksi jual dilakukan apabila
penulis menemukan indikasi bearish. Analisis RSI dilakukan untuk mendukung
keputusan apabila penulis menemukan suatu pertentangan. Misalnya, apabila suatu pola
candlestick telah dinyatakan false signal namun hari berikutnya muncul konfirmasi yang
diperlukan. Dalam hal ini maka penulis akan ikut mempertimbangkan RSI sebagai alat
pengambil keputusan.
Gambar IV.1. Trading plantrading plan
modal awal Rp.25.000.000take profit -stop loss -metode yang dipakai
modified candlestick
software
microsoft excel + add ins (HS_all_candle dan HS_RSI_rec)
IV.2 Analisis 5 periode, SLT 0.6, MLT 1.5, oversold 60 dan overbought 40
Dalam melakukan analisis ini, penulis menggunakan software Microsoft Excel,
yang telah diberi tambahan Macro Addins ‘Hendras Candle Function’. Identifikasi pola
candlestick dan RSI dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan software ini.
34
Pertama-tama, penulis membuat table di Microsoft Excel yang berisi tanggal,
harga open, high, low, close,candlestick, dan RSI. Lalu penulis membuat table yang
memuat periode (5), SLT (0.6), MLT (1.5), dan batasan RSI (60 dan 40). Setelah itu,
penulis memasukkan data harga saham Astra (open, high, low, dan close) tanggal 1
September 2008 hingga 3 Juni 2009. Langkah selanjutnya adalah masuk ke menu insert
lalu function untuk mengidentifikasi candle dengan fungsi HS_All_Candle.
Gambar IV.2. HS_All_Candle
Untuk kolom O, diisi open price saham Astra pada tanggal yang dianalisis, demikian
juga dengan yang lain. H diisi dengan high price, L diisi dengan Low price, C diisi dengan close
price. Period diisi dengan periode yang digunakan dalam analisis. Selain itu terdapat juga kolom
MLT dan SLT (tidak terlihat) yang diisi dengan MLT dan SLT yang digunakan.
Lalu penulis memasukkan harga open, high, low, close Astra tanggal 15
September 2008, memasukkan periode (5), MLT (1.5), dan SLT (0.6). Dengan
melakukan fungsi ini, pola candlestick akan teridentifikasi secara otomatis, berikut tren
35
yang mendahului pola candlestick tersebut, support level ataupun resistance level, dan
juga level konfirmasi serta level stop loss atau false signal.
Perhitungan RSI dilakukan dengan menggunakan fungsi HS_RSI_Rec.
tampilannya sebagai berikut :
Gambar IV.3. HS_RSI_Rec
Untuk kolom period, diisi dengan periode yang digunakan dalam analisis. Nilai yang
digunakan hendaknya sama dengan yang digunakan pada HS_RSI_Rec. Kolom data diisi
dengan close price saham Astra pada tanggal yang dianalisis. OB dan OS diisi dengan batasan
overbought dan oversold yang diinginkan.
Seperti sebelumnya, penulis memasukkan data yang diperlukan, yaitu periode
(5), close price Astra tanggal 15 September 2008, OB (40) dan OS (60). Dengan fungsi
ini, RSI tiap periode akan dihitung, juga interpretasi atas nilai tersebut (overbought,
oversold, ataupun neutral).
Setelah itu, penulis melakukan langkah ini hingga tanggal 3 juni 2009 dengan
men-drag kolom candlestick kebawah. Demikian juga dengan kolom RSI. Sebagai
contoh, berikut adalah grafik candlestick pergerakan saham Astra periode 15 September
36
hingga 6 Oktober 2008 dan hasil perhitungan dengan menggunakan fungsi
HS_All_Candle dan HS_RSI_Rec.
Gambar IV.4. Grafik candlestick saham Astra 15 September – 6 Oktober 2008
14000
15000
16000
17000
18000
19000
20000
9/15 9/16 9/17 9/18 9/19 9/22 9/23 9/24 9/25 9/26 9/29 10/6
Dalam grafik ini, terdapat 5 white candlestick yaitu pada tanggal 16, 18, 19, 24 dan 26
September dan 6 black candlestick yaitu pada tanggal 15, 17, 22, 23, 25, dan 29 September. Lalu
terdapat candlestick yang tidak memiliki warna karena open price dan close price-nya sama,
yaitu tanggal 6 Oktober.
Gambar IV.5. Analisis modified candlestick
Dalam table ini terlihat hasil analisis menggunakan modified candlestick. Sebagai
contoh, pada 22 September terlihat pola gravestone doji. Dijelaskan juga mengenai tren yang
mendahului pola tersebut yaitu up trend, indikasi yang diberikan pola tersebut yaitu bearish,
37
resistance level (bila terlihat sinyal bullish maka yang muncul adalah support level) yaitu
Rp.18.600, serta konfirmasi yang dibutuhkan untuk memperkuat sinyal tersebut yaitu black
candle dengan close price lebih kecil dari Rp.18200, dan stop loss pada yang menyatakan bahwa
sinyal tersebut adalah false signal yaitu Rp.18.600.
Dengan berdasar pada rekomendasi yang diberikan analisis ini, penulis
melakukan simulasi back testing terhadap saham Astra mulai dari 15 September 2008
hingga 3 Juni 2009.
15 September
Mula-mula penulis akan memasuki pasar, maka penulis mencari indikasi bullish.
Pada tanggal ini, tidak terlihat pola candlestick apapun, karena itu penulis tidak
melakukan transaksi apapun.
16 September
Pada tanggal ini terlihat pola bullish engulfing, yang memberikan indikasi
bullish, dengan close price Rp.16.200, support level pada Rp.15.350, RSI 19,61
(oversold). Lalu dengan menggunakan analisis alat konfirmasi, maka untuk memastikan
kebenaran sinyal ini harus menunggu munculnya white candle dengan close price diatas
Rp.16.200, sementara stop loss atau false signal terjadi apabila muncul candle dengan
close price Rp.14.500 kebawah (baik black candle maupun white candle). Karena itu
penulis belum melakukan transaksi pada hari tersebut.
17 September
Pada tanggal ini close price berada pada angka Rp.16.950, namun open price-
nya lebih tinggi sehingga yang muncul adalah black candle, maka sesuai dengan alat
38
konfirmasi, maka penulis belum bisa memasuki pasar, karena yang dibutuhkan adalah
white candle.
18 september
Pada tanggal ini muncul white candle dengan close price Rp.16.800. nilai ini
sesuai dengan konfirmasi pada tanggal 16 September. Maka penulis memutuskan inilah
waktu yang tepat untuk memasuki pasar. Dengan asumsi saham bisa dibeli pada harga
tersebut, maka modal yang dibutuhkan untuk membeli saham sebanyak 1 lot adalah 500
X Rp.16.800 = Rp.8.400.000. Grafiknya sebagai berikut :
Gambar IV.6. Grafik buy ke-1
Pada 16 September terlihat pola bullish engulfing (bullish). namun hari berikutnya
tanggal 17 September belum menguatkan indikasi bullish tersebut. Konfirmasi atas indikasi ini
baru terjadi pada tanggal 18 September, dimana muncul white candle dengan close price diatas
konfirmasi yang diminta.
19 September
39
Setelah melakukan transaksi beli, maka penulis akan menunggu sampai tren naik
berakhir dan terjadi indikasi tren turun. Namun pada tanggal ini tidak terlihat pola
candlestick apapun.
22 September
Pada tanggal ini terlihat pola gravestone doji (bearish) dengan close price
18.200, resistance level Rp.18.600 dan RSI 93,48 (overbought). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candle dengan close price dibawah Rp.18.200, sementara false
signal Rp.18.600 keatas.
23 September
Pada tanggal ini terlihat black candle dengan close price Rp.17.300, sehingga
cocok dengan konfirmasi pada tanggal 22 September. Maka penulis memutuskan untuk
menjual saham pada hari ini, sehingga hasil penjualannya adalah 500 X Rp.17.300 =
Rp.8.650.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.7. Grafik sell ke-1
40
Pada 22 September terlihat pola gravestone doji (bearish). Konfirmasi atas indikasi
bearish ini terlihat pada tanggal 23 September, dimana muncul black candle dengan close price
dibawah konfirmasi yang diminta.
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 18 September Rp.8.400.000
Sell 23 September Rp.8.650.000
Profit Rp.250.000
Previous provit 0
Total profit Rp.250.000
24-25 September
Setelah melakukan transaksi beli, maka sekarang penulis kembali mencari
indikasi tren naik untuk memasuki pasar. Namun, dalam jangka waktu ini tidak terlihat
pola candlestick apapun.
26 September
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan close price
Rp.17.500, support level Rp.17.400, dan RSI 26,67 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.17.500, dan false signal
Rp.17.400 kebawah.
41
29 September
Close price pada tanggal ini adalah Rp.17.100, maka ini merupakan false signal
atau kegagalan pola candlestick pada tanggal 25 dan 26 September. Maka penulis belum
bisa memasuki pasar.
6 Oktober
Pada tanggal ini terlihat formasi long legged doji (bullish) dengan close price
Rp.16.500, support level Rp.16.500, dan RSI 7,69 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.16.500, dan false signal
Rp.16.500 kebawah.
7 Oktober
Close price terjadi pada Rp.16.000, maka indikasi bullish pada pola candletick
sebelumnya adalah false signal. Pada tanggal ini terlihat pola gravestone doji (bullish)
dengan support level Rp.16.000, dan RSI 6,25 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.16.000, dan false signal Rp.16.000
kebawah.
8 Oktober
Close price hari ini menurun cukup besar dari hari sebelumnya, yaitu Rp.12.800.
Angka ini juga merupakan false signal untuk sinyal sebelumnya. Pada tanggal ini
terlihat pola black opening marubozu (bearish) dengan resistance level Rp.15.200, dan
RSI 0 (oversold). Karena penulis mencari indikasi bullish, maka informasi yang
diberikan oleh pola candlestick ini tidak dapat digunakan untuk melakukan transaksi.
42
14 Oktober
Pada tanggal ini terlihat pola white marubozu (bullish) dengan close price
Rp.14.200, support level 13.300, dan RSI 24,56 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.14.200, dan false signal
Rp.13.300 kebawah. Pada tanggal ini juga terlihat pola long bullish harami (bullish)
dengan support level Rp.13.750, dan RSI 7,69 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.15.200, dan false signal Rp.12.800
kebawah.
15 Oktober
Close price terjadi pada angka Rp.14.100 dan merupakan black candle, maka
sinyal bullish pada tanggal 14 Oktober belum dapat dikonfirmasikan, sehingga penulis
tidak melakukan transaksi. Pada tanggal ini terlihat pola long legged doji (bullish)
dengan support level Rp.14.100, dan RSI 26,92 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.14.200, dan false signal Rp.14.100
kebawah.
16 Oktober
Close price terjadi pada angka Rp.13.350, maka informasi bullish pada tanggal
15 Oktober adalah false signal. Pada tanggal ini terlihat pola long legged doji (bullish)
dengan support level Rp.13.300, dan RSI 25,69 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.13.350, dan false signal Rp.13.300
kebawah.
43
Gambar IV.8. Grafik 24 September – 16 Oktober
Pada 26 September terlihat pola four price doji (bullish), namun indikasi ini dinyatakan
signal pada hari berikutnya. Pada 6 Oktober, pola four price doji (bullish) kembali terlihat,
namun kembali dinyatakan false signal pada hari berikutnya, tanggal 7 Oktober. Pada 7 Oktober
juga terlihat pola gravestone doji (bullish), namun kembali dinyatakan false signal pada 8
Oktober. Sebaliknya pada tanggal ini terlihat indikasi bearish dengan pola black opening
marubozu. Pada 14 Oktober, indikasi bullish kembali terlihat dengan pola white marubozu.
Namun harga yang terbentuk pada hari berikutnya belum menguatkan indikasi ini. Pada 15
Oktober terjadi lagi indikasi bullish, yaitu dengan kemunculan pola long legged doji. Pada hari
berikutnya, yaitu 16 Oktober indikasi bullish tersebut kembali dinyatakan false signal. Namun
pada hari ini kembali terlihat pola long legged doji (bullish).
17 Oktober
Close price terjadi pada angka Rp.12.050, maka informasi bullish pada tanggal
14 dan 16 Oktober adalah false signal. Pada tanggal ini terlihat pola black marubozu
(bearish) dengan resistance level Rp.13.500 dan RSI 39,44 (oversold). Karena penulis
mencari indikasi bullish, maka informasi yang diberikan oleh pola candlestick ini tidak
dapat digunakan untuk melakukan transaksi.
44
20 Oktober
Pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
21 Oktober
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan close price
Rp.11.500, support level Rp.11.500, dan RSI 10,61 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.11.500, dan false signal
Rp.11.500 kebawah.
22 – 24 Oktober
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun. Sementara close
price dari tanggal 22 hingga 24 berturut-turut adalah Rp.10.750, Rp.10.000, dan
Rp.9.000, yang menandakan informasi bullish pada tanggal 21 Oktober adalah false
signal.
27 Oktober
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan close price
Rp.8.100, support level Rp.8.100, dan RSI 0 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.8.200, dan false signal Rp.8.100
kebawah.
28 Oktober
Pada tanggal ini close price terjadi pada Rp.7.300, yang menandakan indikasi
bullish pada tanggal sebelumnya adalah false signal. Pada tanggal ini terlihat pola four
45
price doji (bullish) dengan support level Rp.7.300, dan RSI 0 (oversold). Untuk
konfirmasi dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.7.300, dan
false signal Rp.7.300 kebawah.
29 Oktober
Pada tanggal ini close price terjadi pada Rp.7.100, yang menandakan indikasi
bullish pada tanggal sebelumnya adalah false signal.
30 Oktober
Pada tanggal ini close price yang terjadi adalah Rp.7.800. Menurut informasi
pada pola candlestick pada tanggal 28 Oktober, nilai ini merupakan konfirmasi yang
dibutuhkan, namun pada tanggal 29 Oktober indikasi bullish tersebut dinyatakan
sebagai false signal. Karena itu, penulis mencoba mengambil keputusan dengan ikut
mempertimbangkan RSI, yang pada hari ini menunjukkan angka 26,92 (oversold).
Karena close price hari ini merupakan konfirmasi dari pola sebelumnya dan RSI
memberi informasi oversold, yang memberikan indikasi buy, maka penulis memutuskan
untuk membeli saham pada hari ini. Modal yang dibutuhkan adalah 500 X Rp.7.800 =
Rp.3.900.000. Grafiknya sebagai berikut:
46
Gambar IV.9. Grafik buy ke-2
Pada 17 Oktober terlihat pola black marubozu (bearish). Pada 21 Oktober terlihat
indikasi bullish dengan pola four price doji, namun harga yang terbentuk pada hari-hari
berikutnya menggagalkan indikasi tersebut. Pada 27 Oktober kembali terlihat pola four price
doji (bullish), namun close price pada 28 Oktober menggagalkan indikasi bullish tersebut. Pada
28 Oktober pola four price doji (bullish) kembali terlihat, namun kembali false signal pada 29
Oktober. Pada tanggal 30 Oktober, terlihat konfirmasi terhadap indikasi bullish 28 Oktober,
dengan ikut mempertimbangkan RSI, maka penulis memutuskan untuk melakukan aksi beli.
31 Oktober
Kini penulis menunggu indikasi bearish untuk keluar dari pasar. Pada tanggal ini
tidak terlihat pola candlestick apapun.
3 November
Pada tanggal ini terlihat pola white marubozu breaks resistance (bullish) dengan
close price Rp.11.200, support level Rp.9.350, dan RSI 95,35 (overbought). Tren masih
diperkirakan akan naik.
47
4 November
Pada hari ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
5 November
Pada tanggal ini terlihat pola dark cloud cover (bearish) dengan close price
Rp.11.500, resistance level Rp.11.900 dan RSI 83,64 (overbought). Untuk konfirmasi
dibutuhkan black candle dengan close price lebih kecil dari Rp.11.400, dan false signal
Rp.12.600 keatas.
6 November
Pada tanggal ini muncul black candle dengan close price Rp.10.350. Ini adalah
konfirmasi yang diperlukan sebagai penguat indikasi bearish yang didapat pada 5
November. Maka penulis memutuskan inilah saatnya untuk menjual sahamnya. hasil
penjualannya adalah 500 X Rp.10.350 = Rp.5.175.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.10. Grafik sell ke-2
Pada 3 November terlihat indikasi bullish dengan pola white marubozu breaks
resistance. Baru pada 5 November terlihat pola dark cloud cover (bearish), lalu konfirmasi atas
indikasi ini terlihat pada 6 November.
48
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 30 Oktober Rp.3.900.000
Sell 6 November Rp.5.175.000
Profit Rp.1.275.000
Previous provit Rp.250.000
Total profit Rp.1.525.000
7-11 November
Sekarang penulis kembali menunggu indikasi bullish untuk memasuki pasar.
Namun dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
12 November
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan close price
Rp.10.100, support level Rp.9.850, dan RSI 30,77 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.10.100, dan false signal
Rp.9.850 kebawah.
13 november
Close price pada hari ini adalah Rp.9.400, berarti indikasi bullish yang diberikan
hari sebelumnya adalah false signal.
49
14 November
Pada tanggal ini terlihat pola black closing marubozu (bearish) dengan close
price Rp.9.100, resistance level Rp.9.800 dan RSI 16 (oversold). Berarti belum saatnya
memasuki pasar karena harga akan bergerak turun.
Gambar IV.11. Grafik buy ke-1 17 November – 16 November
Pada 12 November terlihat pola four price doji (bullish). Namun, indikasi bullish ini
dinyatakan false signal pada hari berikutnya. Lalu pada 14 November terlihat pola black closing
marubozu (bearish).
17 november
Pada hari ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
18 November
Pada tanggal ini terlihat pola dragonfly doji (bullish) dengan close price
Rp.8.550, support level Rp.8.550, dan RSI 0 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan
white candle dengan close price lebih besar dari Rp.8.600, dan false signal Rp.8.550
kebawah.
50
19-26 November
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun, sementara close
price-nya berturut-turut adalah Rp.8.500, Rp.8.400, Rp.8.400, Rp.8.200, dan Rp.8.150.
Berarti indikasi bullish pada tanggal 18 November adalah false signal. Pada tanggal 26
november, close price-nya adaah Rp.8.650, maka ini adalah konfirmasi atas indikasi
bullish pada tanggal 18 November, namun indikasi ini telah dinyatakan false signal pada
hari-hari sebelumnya. Karena itu, penulis mengambil keputusan dengan ikut
mempertimbangkan RSI. Pada 26 November, RSI berada pada level 66,67 (overbought),
karena itu penulis memutuskan untuk tidak melakukan transaksi beli pada hari ini.
27 November
Pada tanggal ini terlihat pola long white candle breaks resistance (bullish),
dengan close price Rp.9.650, support level Rp.8.750 dan RSI 85,71 (overbought). Untuk
konfirmasi dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.9.650, dan
false signal Rp.9.000 kebawah.
28 November
Pada tanggal ini muncul white candle dengan close price Rp.10.200. nilai ini
sesuai dengan konfirmasi pada tanggal 27 November. Maka penulis memutuskan inilah
waktu yang tepat untuk memasuki pasar. sehingga modal yang dibutuhkan adalah 500 X
Rp.10.200 = Rp.5.100.000. Grafiknya sebagai berikut:
51
Gambar IV.12. Grafik buy ke-3
Pada 18 November terlihat pola dragonfly doji, namun close price pada hari-hari
berikutnya menggagalkan indikasi bullish tersebut. Pada 27 November terlihat pola long white
candle breaks resistance (bullish). Konfirmasi atas indikasi ini terlihat pada 28 November yang
juga merupakan pola long white candle (bullish).
1-9 Desember
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
10 Desember
Pada tanggal ini kembali terlihat formasi long white candle (bullish) dengan
close price Rp.10.400, support 1 level Rp.9700, support 2 level 10050 dan RSI 91,43
(overbought). Ini menandakan tren bullish masih akan berlanjut dan belum saatnya
untuk keluar dari pasar.
11-22 Desember
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
52
Gambar IV.13. Grafik 1 Desember – 19 Desember
Dalam jangka waktu ini hanya satu pola candlestick yang terlihat, yaitu pada tanggal 11
Desember dengan pola long white candle. Dalam waktu ini, penulis berada dalam posisi akan
menjual saham sehingga dengan adanya indikasi bullish tersebut maka penulis belum akan
menjual sahamnya dan menunggu adanya indikasi tren bearish.
23 Desember
Pada tanggal ini terlihat pola black opening marubozu breaks support (bearish)
dengan close price Rp.10.400, resistance level Rp.10.100 dan RSI 29,63 (oversold).
Konfirmasi yang diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah
Rp.10.400, sementara false signal Rp.11.100 keatas.
24 – 6 Januari
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun. Close price-nya
berturut-turut adalah Rp.10.600, Rp.10.550, Rp.10.550, Rp.12.200, dan Rp.12.250. Pada
tanggal 24 – 30 Desember close price yang terjadi belum menguatkan indikasi bearish
pada tanggal 23 Desember, sementara close price pada 5 dan 6 Januari menggagalkan
indikasi bearish tersebut.
53
7 Januari
Pada tanggal ini terlihat pola white opening marubozu (bullish) dengan close
price Rp.13.500, support 1 level Rp.12.600, support 2 level Rp.13.050, dan RSI 99,01
(overbought). Berarti harga diperkirakan akan naik dan belum saatnya untuk menjual
saham.
8 Januari
Pada tanggal ini terlihat pola bearish harami cross (bearish) dengan close price
Rp.12.950, resistance level 12.975, dan RSI 84,29 (overbought). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.12.600, sementara
false signal Rp.13.500 keatas.
9 Januari
Pada tanggal ini muncul black candletick dengan close price Rp.12.450. Ini
adalah konfirmasi yang diperlukan sebagai penguat indikasi bearish yang didapat pada 8
Januari. Maka penulis memutuskan inilah saatnya untuk menjual sahamnya. hasil
penjualannya adalah 500 X Rp.12.450 = Rp.6.225.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.14. Grafik sell ke-3
54
Pada 23 Desember terlihat pola black opening marubozu breaks support (bearish),
namun pada tanggal 5 dan 6 Januari harga yang terbentuk menggagalkan indikasi bearish
tersebut. Pada 7 Januari terlihat pola white opening marubozu (bullish). Lalu pada 8 Januari
terlihat pola bearish harami cross (bearish).Konfirmasi atas indikasi ini terlihat pada 9 Januari,
dimana juga terlihat pola 3 candle yaitu three inside down (bearish).
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 28 November Rp.5.100.000
Sell 9 Januari Rp.6.225.000
Profit Rp.1.125.000
Previous provit Rp.1.525.000
Total profit Rp.2.650.000
12 - 28 Januari
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
29 Januari
Pada tanggal ini terlihat pola gravestone doji (bearish) dengan close price
Rp.12.900, resistance level Rp.13.000 dan RSI 66,67 (overbought). Berarti pasar belum
menunjukkan tanda-tanda akan mengalami kenaikan harga, sehingga belum waktunya
memasuki pasar.
55
Gambar IV.15. Grafik 24 September – 16 Oktober
Dalam jangka waktu ini hanya satu pola candlestick yang terlihat, yaitu gravestone doji
yang berindikasi bearish. Dalam waktu ini penulis menunggu waktu yang tepat untuk memasuki
pasar yaitu terlihatnya tren bullish. Karena itu, penulis masih akan menunggu.
30 Januari - 3 Februari
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
4 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola black opening marubozu (bearish) dengan close
price Rp.11.700, resistance level Rp.12.500 dan RSI 7,14 (oversold). Berarti belum
saatnya membeli saham kembali.
5 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola thrusting (bearish) dengan close price Rp.11.850,
resistance level Rp.11.850 dan RSI 10,34 (oversold). Berarti belum saatnya membeli
saham kembali.
56
6 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan close price
Rp.11.900, support level Rp.11.900, dan RSI 16 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.12.000, dan false signal
Rp.11.900 kebawah.
9 Februari
Close price pada hari ini adalah Rp.11.950, maka belum menguatkan indikasi
bullish hari sebelumnya. Maka penulis memutuskan untuk tidak memasuki pasar
sekarang. Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bullish) dengan support level
Rp.11.900, dan RSI 25 (oversold). Untuk konfirmasi dibutuhkan white candle dengan
close price lebih besar dari Rp.11.950, dan false signal Rp.11.900 kebawah.
10 Februari
Close price pada tanggal ini adalah Rp.11.650, sehingga menggagalkan indikasi
bullish pada tanggal 6 dan 9 Februari.
11 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola black opening marubozu (bearish) dengan close
price Rp.10.900, resistance level Rp.11.450 dan RSI 8,7 (oversold). Berarti belum
saatnya memasuki pasar.
12 Februari
Pada tanggal ini tidak terlihat adanya pola candlestick apapun.
57
13 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola grave stone doji (bullish) dengan close price
Rp.10.950, support level Rp.10.950, dan RSI 11,54 (oversold). Untuk konfirmasi
dibutuhkan white candle dengan close price lebih besar dari Rp.11.000, dan false signal
Rp.10.950 kebawah.
16 Februari
Pada hari ini terbentuk white candlestick dengan close price Rp.11.100, yang
menguatkan indikasi bullish pada tanggal 13 Februari. Maka penulis memutuskan untuk
membeli saham pada hari ini. Modal yang dibutuhkan adalah: 500 X Rp.11.100 =
Rp.5.550.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.16. Grafik buy ke-4
Pada 4 Februari terlihat pola black opening marubozu yang berindikasi bearish,
demikian pula pada 5 februari, terlihat pola thrusting. Pada 6 dan 9 Februari terlihat pola four
price doji (bullish), namun pada 10 Februari harga yang terbentuk menggagalkan indikasi bullish
tersebut. Pada 11 Februari kembali terlihat pola black opening marubozu (bearish). Pada 13
Februari indikasi bullish kembali terlihat dengan pola gravestone doji. Konfirmasi atas indikasi
bullish ini dipastikan pada 16 Februari.
58
17 Februari
Sekarang penulis menunggu berakirnya tren naik dan munculnya indikasi tren
turun untuk menjual sahamnya. Pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
18 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola long white candle (bullish) dengan close price
Rp.10.950, support level Rp.10.600, dan RSI 42,86 (neutral). Ini menandakan tren
bullish masih akan berlanjut.
19 - 24 Februari
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
25 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola white marubozu breaks resistance (bullish) dengan
close price Rp.11.350, support level Rp.11.150, dan RSI 69,23 (overbought). Berarti
belum saatnya untuk keluar dari pasar.
26 Februari
Pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
27 Februari
Pada tanggal ini terlihat pola gravestone doji (bearish) dengan close price
Rp.11.300, resistance level Rp.11.300 dan RSI 88,89 (overbought). Konfirmasi yang
59
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.11.330, sementara
false signal Rp.11.300 keatas.
2 Maret
Close price pada hari ini adalah Rp.10.850, berarti ini menguatkan indikasi
bearish pada hari sebelumnya. Penulis membeli saham dengan harga Rp.11.100,
sehingga apabila menjualnya sekarang maka penulis akan mengalami kerugian. Namun,
karena hasil analisis menunjukkan tren bearish dan telah dikuatkan dengan konfirmasi,
maka penulis memutuskan untuk menjual saham pada hari ini, untuk menghindari
kerugian yang lebih besar. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.17. Grafik sell ke-4
Pada 18 Februari terlihat pola long white candle (bullish). Lalu pada 25 Februari terlihat
indikasi bullish yaitu pola white marubozu. Pada 27 Februari terlihat pola gravestone doji
(bearish). Konfirmasi atas indikasi bearish ini terlihat pada 2 Maret.
60
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 16 Februari Rp.5.550.000
Sell 2 Maret Rp.5.425.000
Profit (Rp.125.000)
Previous provit Rp.2.650.000
Total profit Rp.2.525.000
3 – 10 Maret
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
11 Maret
Pada tanggal ini terlihat pola white opening marubozu (bullish) dengan close
price Rp.11.900, support 1 level Rp.11.450, support 2 level Rp.11.675, dan RSI 99,01
(overbought). Konfirmasi yang diperlukan adalah white candlestick dengan close price
diatas Rp.11.900, sementara false signal Rp.11.450 kebawah.
12 Maret
Pada tanggal ini muncul white candlestick dengan close price Rp.12.450, yang
menguatkan indikasi bullish hari sebelumnya. Pada hari ini juga terlihat pola white
marubozu (bullish). Maka penulis memutuskan untuk melakukan aksi beli pada hari ini,
sehingga modal yang dibutuhkan adalah 500 X Rp.12.450 = Rp.6.225.000. Grafiknya
sebagai berikut:
61
Gambar IV.18. Grafik buy ke-5
Pada 11 Maret terlihat pola white opening marubozu (bullish). Konfirmasi atas indikasi
bullish ini terlihat pada 12 Maret, dimana juga terlihat pola white marubozu (bullish).
13-17 Maret
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
18 Maret
Pada tanggal ini terlihat pola white opening marubozu breaks resistance (bullish)
dengan close price Rp.13.400, support level Rp.13.250, dan RSI 74,36 (overbought).
Berarti harga masih akan mengalami kenaikan.
19-20 Maret
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
62
23 Maret
Pada tanggal ini terlihat pola white opening marubozu (bullish) dengan close
price Rp.14.900, support 1 level Rp.13.950, support 2 level Rp.14.425, dan RSI 81,94
(overbought). Berarti harga masih akan mengalami kenaikan.
24-25 Maret
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
27 Maret
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bearish) dengan close price
Rp.15.800, resistance level Rp.15.800 dan RSI 99,01 (overbought). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.15.600, sementara
false signal Rp.15.800 keatas.
30 Maret
Hari ini muncul black candlestick dengan close price Rp.14.250, yang berarti
menguatkan sinyal bearish tanggal 27 Maret. Selain itu, pada hari ini terlihat 3 pola
candlestick sekaligus, yaitu black opening marubozu, bearish engulfing, dan bearish
breakaway. Maka penulis memutuskan untuk keluar dari pasar dengan menjual
sahamnya pada hari ini. Maka hasil penjualan yang didapat adalah: 500 X Rp.14.250 =
Rp.7.125.000. Grafiknya sebagai berikut:
63
Gambar IV.19. Grafik sell ke-5
Pada 18 Maret terlihat pola white opening marubozu breaks resistance (bullish). Pada 27
Maret terlihat pola four price doji (bearish). Konfirmasi atas indikasi bearish ini dipastikan pada
30 Maret. Pada 30 Maret terlihat 3 formasi sekaligus, yaitu black opening marubozu breaks
resistance (bearish), bearish engulfing (bearish), dan pola 5 candletick yaitu bearish breakaway
(bearish).
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 12 Maret Rp.6.225.000
Sell 30 Maret Rp.7.125.000
Profit Rp.900.000
Previous provit Rp.2.525.000
Total profit Rp.3.425.000
31 Maret - 24 April
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
64
Gambar IV.20. Grafik 31 Maret – 15 April
Dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun. Penulis baru menjual
sahamnya dan menunggu terlihatnya tren bullish. Karena itu, kini penulis menunggu waktu yang
tepat untuk kembali memasuki pasar.
27 April
Pada tanggal ini terlihat pola long black candle (bearish) dengan close price
Rp.15.100, resistance level Rp.15.450 dan RSI 31,82 (oversold). Berarti belum saatnya
memasuki pasar karena tren diperkirakan akan turun.
28 April
Pada tanggal ini terlihat pola white spinning tops (bullish) dengan close price
Rp.15.200, support level Rp.15.100, dan RSI 45 (neutral). Konfirmasi yang diperlukan
adalah white candlestick dengan close price diatas Rp.15.200, sementara false signal
Rp.15.100 kebawah.
65
29 April
Pada hari ini terbentuk white candlestick dengan close price Rp.15.750, yang
menguatkan indikasi bullish pada tanggal 28 April. Maka penulis memutuskan untuk
membeli saham pada hari ini. Modal yang dibutuhkan adalah: 500 X Rp.11.100 =
Rp.5.550.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.21. Grafik buy ke-6
Pada 27 April terlihat pola long black candle (bearish). Lalu pada 28 April terlihat pola
white spinning tops (bullish). Konfirmasi atas indikasi bullish ini terlihat pada 29 April.
30 April
Kali ini penulis kembali menunggu berakhirnya tren naik dan munculnya tren
turun. Namun, pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
1 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola black spinning tops (bearish) dengan close price
Rp.17.700, resistance level Rp.17.850 dan RSI 90,62 (overbought). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.17.700, sementara
false signal Rp.17.850 keatas.
66
4-6 Mei
Pada tanggal tersebut, tidak terlihat pola candlestick apapun. Namun, close price-
nya secara berturut-turut adalah Rp.18.550, Rp.19.000, dan Rp.18.950. Sehingga
menggagalkan indikasi bearish pada tanggal 1 Mei.
7 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bearish) dengan close price
Rp.19.000, resistance level Rp.19.000 dan RSI 96,43 (overbought). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.19.000, sementara
false signal Rp.19.000 keatas.
8 Mei
Close price pada hari ini adalah Rp.21.550, sehingga menggagalkan indikasi
bearish pada tanggal 7 Mei. Sebaliknya, pada tanggal ini terlihat formasi long white
candle (bullish).
11 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola dark cloud cover (bearish), dengan close price
Rp.19.750, resistance level Rp.20.275, dan RSI 58,43 (neutral). Untuk menguatkan
indikasi ini, diperlukan black candle dengan close price Rp.19.000 kebawah dan false
signal pada Rp.21.600.
67
12 – 13 Mei
Close price dalam jangka waktu ini adalah Rp.19.300 dan Rp.19.500, sehingga
belum menguatkan indikasi bearish hari sebelumnya.
14 Mei
Hari ini muncul black candlestick dengan close price Rp.18.350, yang berarti
menguatkan sinyal bearish tanggal 11 Mei. Maka penulis memutuskan untuk keluar dari
pasar dengan menjual sahamnya pada hari ini. Maka hasil penjualan yang didapat
adalah: 500 X Rp.18.350 = Rp.9.175.000. Grafiknya sebagai berikut:
Gambar IV.22. Grafik sell ke-6
Pada 1 Mei terlihat indikasi bearish, yaitu dengan pola black spinning tops, namun
harga yang terbentuk pada hati berikutnya menggagalkan indikasi ini. Pada 7 Mei kembali
terjadi indikasi bearish dengan four price doji, namun harga yang terbentuk pada hari berikutnya
kembali menggagalkan indikasi bearish tersebut. Pada 11 Mei, terlihat pola dark cloud cover
(bearish). Konfirmasi atas indikasi bearish ini terlihat pada 14 Mei.
68
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 29 April Rp.7.875.000
Sell 14 Mei Rp.9.175.000
Profit Rp.1.300.000
Previous provit Rp.3.425.000
Total profit Rp.4.725.000
15 Mei
Kini penulis menunggu terlihatnya indikasi tren naik untuk memasuki pasar.
Pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
18 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola dragonfly doji (bullish) dengan close price
Rp.18.100, support level Rp.18.000, dan RSI 0 (oversold). Konfirmasi yang diperlukan
adalah white candlestick dengan close price diatas Rp.18.100, sementara false signal
Rp.18.000 kebawah.
19 Mei
Pada hari ini terbentuk white candlestick dengan close price Rp.19.750, yang
menguatkan indikasi bullish pada tanggal 18 Mei. Maka penulis memutuskan untuk
membeli saham pada hari ini. Modal yang dibutuhkan adalah: 500 X Rp.19.750 =
Rp.9.875.000. Grafiknya sebagai berikut:
69
Gambar IV.23. Grafik buy ke-7
Pada 18 Mei terlihat pola dragonfly doji (bullish). Konfirmasi atas indikasi bullish ini terlihat
pada 19 Mei.
20 - 26 Mei
Kali ini penulis kembali menunggu berakhirnya tren naik dan munculnya tren
turun. Namun, dalam jangka waktu ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
27 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola white opening marubozu breaks resistance
(bullish) dengan close price Rp.20.750, support level Rp.20.700, dan RSI 64,71
(overbought).
28 Mei
Pada tanggal ini tidak terlihat pola candlestick apapun.
29 Mei
Pada tanggal ini terlihat pola long black candle (bearish) dengan close price
Rp.20.800, resistance level Rp.22.000 dan RSI 63,86 (overbought). Konfirmasi yang
70
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.20.800, sementara
false signal Rp.22.000 keatas.
Selain itu Pada tanggal ini juga terlihat pola dark cloud cover (bearish) dengan
resistance level Rp.21.250. Konfirmasi yang diperlukan adalah black candlestick dengan
close price dibawah Rp.20.750, sementara false signal Rp.22.000 keatas.
1 Juni
Close price pada hari ini adalah Rp.21.950, maka belum menguatkan indikasi
bearish pada tanggal 29 Mei.
2 Juni
Pada tanggal ini terlihat pola four price doji (bearish) dengan close price
Rp.22.150, resistance level Rp.22.200 dan RSI 57,45 (neutral). Konfirmasi yang
diperlukan adalah black candlestick dengan close price dibawah Rp.22.150, sementara
false signal Rp.22.300 keatas.
3 Juni
Pada hari ini terlihat black candle dengan close price Rp.22.100, maka ini
merupakan konfirmasi sinyal bearish pada 2 Juni. Selain itu pada hari tersebut terlihat
pola four price doji. Maka penulis memutuskan untuk keluar dari pasar. Maka hasil
penjualannya adalah 500 X Rp.22.100 = Rp.11.050.000. Grafiknya sebagai berikut:
71
Gambar IV.24. Grafik sell ke-7
Pada 27 Mei terlihat pola white opening marubozu breaks resistance (bullish). Lalu pada
29 Mei terlihat pola long black candle dan dark cloud cover yang keduanya berindikasi bearish.
Pada 2 Juni kembali terlihat indikasi bearish dengan pola four price doji. Konfirmasi atas
indikasi ini terlihat pada 3 Juni, dimana juga terlihat pola four price doji (bearish).
Dengan menjual sahamnya pada tanggal tersebut, maka keuntungannya adalah
Buy 19 Mei Rp.9.875.000
Sell 3 Juni Rp.11.050.000
Profit Rp.1.175.000
Previous provit Rp.4.725.000
Total profit Rp.5.900.000
IV.3 Optimalisasi dengan mengubah SLT
Pemakai dapat mengubah-ubah batasan SLT, MLT, maupun periode analisis
sesuai dengan keinginan, karakteristik, dan kebutuhan pemakai itu sendiri dengan
metode modified candlestick. Kini penulis akan mengubah batasan SLT untuk
mengetahui mana yang memberikan hasil yang lebih baik.
72
Apabila menggunakan SLT yang lebih kecil, maka tren naik atau turun akan lebih
teridentifikasi dibandingkan menggunakan SLT yang lebih besar, dengan begitu maka
identifikasi tren akan berubah, sehingga identifikasi pola candlestick juga akan
mengalami perubahan. Contohnya sebagai berikut :
Gambar IV.25. Perbandingan SLT 0.2 dengan SLT 0.6SLT 0.2
date close candlestick26-Nov-08 8650 White Opening Marubozu, Previous Trend = Down Trend, Indication
= Bullish, Support Level = 8200 Wait for White Candle Appearance with close price greater then 8650 For Confirmation, Stop Loss at 8200
27-Nov-08 9650 Long White Candle, Previous Trend = Up Trend, Indication = Bullish, Support Level 1 = 9000Support Level 2 = 9325 Wait for White Candle Appearance with close price greater then 9650 For Confirmation, Stop Loss at 9000
28-Nov-08 10200 Long White Candle, Previous Trend = Up Trend, Indication = Bullish, Support Level 1 = 9650Support Level 2 = 9925 Wait for White Candle Appearance with close price greater then 10200 For Confirmation, Stop Loss at 9650
SLT 0.6date close candlestick
26-Nov-08 8650 27-Nov-08 9650 Long White Candle Breaks Resistance, Previous Trend = Side
Ways, Indication = Bullish, Support Level = 8750 Wait for White Candle Appearance with close price greater then 9650 For Confirmation, Stop Loss at 9000
28-Nov-08 10200 Long White Candle, Previous Trend = Up Trend, Indication = Bullish, Support Level 1 = 9650Support Level 2 = 9925 Wait for White Candle Appearance with close price greater then 10200 For Confirmation, Stop Loss at 9650
Apabila menggunakan SLT 0.2, pada 26 November terlihat pola White Opening
Marubozu (bullish). Saat itu, penulis berada dalam posisi mencari indikasi bullish untuk
memasuki pasar. Pada 27 November, harga yang terbentuk sesuai dengan konfirmasi
yang dibutuhkan indikasi pada 26 November, sehingga penulis memutuskan untuk
membeli saham pada hari itu dengan harga per lembar Rp.9.650. Sementara dengan
menggunakan SLT 0.6, tidak terlihat pola candlestick apapun, sehingga penulis tidak
melakukan transaksi. Apabila menggunakan SLT 0.6, indikasi bullish baru terlihat pada
73
27 November dengan pola Long White Candle Breaks Resistance (dengan menggunakan
SLT 0.2, pola yang terlihat adalah pola Long white candle), dan konfirmasi atas indikasi
ini terlihat pada 28 November, sehingga penulis baru memasuki pasar pada hari itu
dengan harga per lembar Rp.10.200.
Dalam hal ini, SLT 0.2 memberikan sinyal lebih cepat dibandingkan SLT 0.6,
sehingga modal yang dibutuhkan lebih sedikit dan keuntungan yang akan didapat juga
menjadi lebih besar.
Penulis telah melakukan analisis dengan metode modified candlestick dengan
menggunakan SLT 0.2 sampai dengan SLT 0.7, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
SLT 0.2
Apabila menggunakan SLT 0.2, maka pola candlestick lebih banyak terlihat,
namun tidak berarti transaksi menjadi lebih banyak, karena meskipun terlihat banyak
pola candlestick namun tidak diperkuat dengan konfirmasi yang dibutuhkan maka
penulis tidak melakukan transaksi.
Transaksi jual beli dengan SLT 0.2 dilakukan sebanyak 6 kali, dengan total profit
Rp. 6.950.000 dan ROI 27,80%. Dalam 6 kali transaksi jual beli tersebut, penulis
mengalami sebanyak 1 kali kerugian yaitu pada transaksi ke-4, dimana pada 16 Februari
penulis membeli saham dengan nilai Rp.5.550.000 dan menjualnya pada 2 Maret
seharga Rp.5.425.000, dengan begitu penulis mengalami kerugian sebesar Rp.125.000.
Gambar IV.26. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.2date buy (lot) sell (lot) price buy value sell value cash balance total asset
74
15-Sep-08 25,000,000 25,000,00018-Sep-08 1 16,800 8,400,000 16,600,000 25,000,00023-Sep-08 1 17,300 0 8,650,000 25,250,000 25,250,00030-Oct-08 1 7,800 3,900,000 0 21,350,000 25,250,0006-Nov-08 1 10,350 0 5,175,000 26,525,000 26,525,000
27-Nov-08 1 9650 4,825,000 0 21,700,000 26,525,00019-Dec-08 1 10850 0 5,425,000 27,125,000 27,125,00016-Feb-09 1 11100 5,550,000 0 21,575,000 27,125,000
2-Mar-09 1 10850 0 5,425,000 27,000,000 27,000,0004-Mar-09 1 11000 5,500,000 0 21,500,000 27,000,000
30-Mar-09 1 14250 0 7,125,000 28,625,000 28,625,0001-Apr-09 1 15450 7,725,000 0 20,900,000 28,625,0003-Jun-09 1 22100 0 11,050,000 31,950,000 31,950,000
Profit 6,950,000 ROI 27.80%
SLT 0.3
Dengan menggunakan SLT 0.3 profit yang didapat sebesar Rp.5.350.000 dan
ROI 21,40%. Transaksi jual beli dilakukan sebanyak 7 kali, berarti lebih banyak
dibandingkan dengan analisis menggunakan SLT 0.2 yang hanya 6 kali.
Terdapat beberapa perbedaan hasil dengan analisis menggunakan SLT 0.2. Pada
transaksi buy ke-3, bila menggunakan SLT 0.2 transaksi beli dilakukan pada 27
November dengan nilai Rp.4.825.000, sementara dengan SLT 0.3 dilakukan pada 28
November dengan nilai Rp.5.100.000. Dalam hal ini, analisis dengan SLT 0.2
memberikan sinyal bullish lebih cepat sehingga modal yang dibutuhkan untuk membeli
saham lebih sedikit dan memberikan keuntungan lebih besar.
Pada transaksi buy ke-5, bila menggunakan SLT 0.2 transaksi beli dilakukan pada
4 Maret senilai Rp.5.500.000, sementara dengan SLT 0.3 pada 12 Maret dengan nilai
Rp.6.225.000. Analisis dengan SLT 0.2 kembali memberikan sinyal bullish lebih cepat.
Pada transaksi buy ke-6, bila menggunakan SLT 0.2 transaksi beli dilakukan pada
1 April senilai Rp.7.725.000, sementara dengan SLT 0.3 pada 13 April dengan nilai
Rp.7.625.000. Meskipun analisis dengan SLT 0.2 melakukan transaksi lebih dulu, namun
75
modal yang dibutuhkan lebih besar. Ini terjadi karena setelah tanggal 1 April tren
ternyata menurun, dan baru mulai naik lagi pada tanggal 13 April. Kali ini, analisis
dengan SLT 0.3 memberikan hasil yang lebih baik.
Dengan SLT 0.3, transaksi sell ke-6 dilakukan pada 14 Mei. Lalu transaksi beli
ke-7 pada 19 Mei, dan dijual kembali pada 3 Juni. Keuntungan yang didapat dari 2 kali
menjual saham sebesar Rp.2.725.000, sementara dengan menggunakan SLT 0.2,
transaksi sell ke-6 dilakukan pada 3 Juni, sehingga keuntungannya Rp.3.325.000. Jadi
meskipun transaksi yang dilakukan lebih sedikit namun gain yang didapat lebih banyak.
Analisis dengan SLT 0.3 juga mengalami 1 kali kerugian di waktu yang sama
dengan analisis menggunakan SLT 0.2
Gambar IV.27. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.3date buy (lot) sell (lot) price buy value sell value cash balance total asset15-Sep-08 25,000,000 25,000,00018-Sep-08 1 16,800 8,400,000 16,600,000 25,000,00023-Sep-08 1 17,300 0 8,650,000 25,250,000 25,250,00030-Oct-08 1 7,800 3,900,000 0 21,350,000 25,250,0006-Nov-08 1 10,350 0 5,175,000 26,525,000 26,525,000
28-Nov-08 1 10,200 5,100,000 0 21,425,000 26,525,00019-Dec-08 1 10850 0 5,425,000 26,850,000 26,850,00016-Feb-09 1 11100 5,550,000 0 21,300,000 26,850,000
2-Mar-09 1 10850 0 5,425,000 26,725,000 26,725,00012-Mar-09 1 12450 6,225,000 0 20,500,000 26,725,00030-Mar-09 1 14250 0 7,125,000 27,625,000 27,625,00013-Apr-09 1 15250 7,625,000 0 20,000,000 27,625,000
14-May-09 1 18350 0 9,175,000 29,175,000 29,175,00019-May-09 1 19750 9,875,000 0 19,300,000 29,175,000
3-Jun-09 1 22100 0 11,050,000 30,350,000 30,350,000Profit 5,350,000ROI 21.40%
SLT 0.4 dan SLT 0.5
76
Analisis menggunakan SLT 0.4 dan 0.5 (selanjutnya disebut SLT 0.4) ternyata
memberikan hasil yang sama. Profit yang didapat sebesar Rp.5.100.000 dengan ROI
20,40%. Transaksi jual beli juga dilakukan sebanyak 7 kali.
Analisis menggunakan SLT 0.4 memiliki satu perbedaan dengan analisis
menggunakan SLT 0.3, yaitu pada transaksi buy ke-6. dengan SLT 0.3 transaksi buy
dilakukan pada 13 April dengan nilai Rp.7.625.000, sementara dengan SLT 0.4 baru
dilakukan pada 29 April senilai Rp.7.875.000. Berarti analisis dengan SLT 0.3
memberikan sinyal bullish lebih cepat sehingga memberikan hasil yang lebih baik.
Analisis dengan SLT 0.4 juga mengalami 1 kali kerugian di waktu yang sama
dengan analisis menggunakan SLT 0.2 dan SLT 0.3, yaitu pada transaksi jual beli ke-4.
Gambar IV.28. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.4 dan SLT 0.5date buy (lot) sell (lot) price buy value sell value cash balance total asset15-Sep-08 0 25,000,000 25,000,00018-Sep-08 1 16,800 8,400,000 16,600,000 25,000,00023-Sep-08 1 17,300 0 8,650,000 25,250,000 25,250,00030-Oct-08 1 7,800 3,900,000 0 21,350,000 25,250,0006-Nov-08 1 10,350 0 5,175,000 26,525,000 26,525,000
28-Nov-08 1 10,200 5,100,000 0 21,425,000 26,525,00019-Dec-08 1 10,850 0 5,425,000 26,850,000 26,850,00016-Feb-09 1 11,100 5,550,000 0 21,300,000 26,850,000
2-Mar-09 1 10,850 0 5,425,000 26,725,000 26,725,00012-Mar-09 1 12,450 6,225,000 0 20,500,000 26,725,00030-Mar-09 1 14,250 0 7,125,000 27,625,000 27,625,00029-Apr-09 1 15,750 7,875,000 0 19,750,000 27,625,000
14-May-09 1 18,350 0 9,175,000 28,925,000 28,925,00019-May-09 1 19,750 9,875,000 0 19,050,000 28,925,000
3-Jun-09 1 22,100 0 11,050,000 30,100,000 30,100,000Profit 5,100,000ROI 20.40%
SLT 0.6
77
Dengan menggunakan SLT 0.6 profit yang didapat sebesar Rp.5.900.000 dan
ROI 23,60%. Transaksi jual beli dilakukan sebanyak 7 kali.
Perbedaannya dengan analisis menggunakan SLT 0.4 adalah pada transaksi sell
ke-3. Apabila menggunakan SLT 0.4, juga dengan 0.2 dan SLT 0.3, transaksi sell ke-3
dilakukan pada 19 Desember dengan nilai Rp.5.425.000, sementara dengan
menggunakan SLT 0.6 dilakukan pada 9 Januari dengan nilai Rp.6.225.000. Meskipun
sinyal jual dengan SLT 0.6 lebih lambat dibandingkan dengan SLT yang lain, namun
ternyata memberikan keuntungan yang lebih besar.
Lagi-lagi penulis mengalami 1 kali kerugian di waktu yang sama, yaitu pada
transaksi jual beli ke-4.
Gambar IV.29. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.6
datebuy (lot)
sell (lot) price buy value sell value
cash balance total asset
15-Sep-08 0 25,000,000 25,000,00018-Sep-08 1 16,800 8,400,000 16,600,000 25,000,00023-Sep-08 1 17,300 0 8,650,000 25,250,000 25,250,00030-Oct-08 1 7,800 3,900,000 0 21,350,000 25,250,0006-Nov-08 1 10,350 0 5,175,000 26,525,000 26,525,000
28-Nov-08 1 10,200 5,100,000 0 21,425,000 26,525,0009-Jan-09 1 12,450 0 6,225,000 27,650,000 27,650,000
16-Feb-09 1 11,100 5,550,000 0 22,100,000 27,650,0002-Mar-09 1 10,850 0 5,425,000 27,525,000 27,525,000
12-Mar-09 1 12,450 6,225,000 0 21,300,000 27,525,00030-Mar-09 1 14,250 0 7,125,000 28,425,000 28,425,00029-Apr-09 1 15,750 7,875,000 0 20,550,000 28,425,000
14-May-09 1 18,350 0 9,175,000 29,725,000 29,725,00019-May-09 1 19,750 9,875,000 0 19,850,000 29,725,000
3-Jun-09 1 22,100 0 11,050,000 30,900,000 30,900,000Profit 5,900,000ROI 23.60%
SLT 0.7
78
Dengan menggunakan SLT 0.6 profit yang didapat sebesar Rp.5.900.000 dan
ROI 23,60%. Transaksi jual beli dilakukan sebanyak 7 kali.
Perbedaannya dengan menggunakan analisis menggunakan SLT 0.6 adalah pada
transaksi sell ke-2. Apabila menggunakan SLT 0.6, transaksi sell ke-2 dilakukan pada 6
November dengan nilai Rp.5.175.000, sementara dengan menggunakan SLT 0.7
dilakukan pada 17 november dengan nilai Rp.4.400.000. Sinyal jual dengan
menggunakan SLT 0.7 muncul lebih lambat, dan harga telah mengalami penurunan
sehingga hasil yang didapat lebih sedikit. Pada transaksi sell ke-3, bila menggunakan
SLT 0.6 dilakukan pada 19 Desember dengan nilai Rp.5.425.000, sementara dengan SLT
0.7 pada 2 Februari dengan nilai Rp.6.375.000. Kali ini meskipun sinyal jual datang
lebih lambat namun ternyata memberikan hasil yang lebih baik.
Gambar IV.30. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.7date buy (lot) sell (lot) price buy value sell value cash balance total asset15-Sep-08 0 25,000,000 25,000,00018-Sep-08 1 16,800 8,400,000 16,600,000 25,000,00023-Sep-08 1 17,300 0 8,650,000 25,250,000 25,250,00030-Oct-08 1 7,800 3,900,000 0 21,350,000 25,250,00017-Nov-08 1 8,800 0 4,400,000 25,750,000 25,750,00028-Nov-08 1 10,200 5,100,000 0 20,650,000 25,750,000
2-Feb-09 1 12,750 0 6,375,000 27,025,000 27,025,00016-Feb-09 1 11,100 5,550,000 0 21,475,000 27,025,000
2-Mar-09 1 10,850 0 5,425,000 26,900,000 26,900,00012-Mar-09 1 12,450 6,225,000 0 20,675,000 26,900,00030-Mar-09 1 14,250 0 7,125,000 27,800,000 27,800,00029-Apr-09 1 15,750 7,875,000 0 19,925,000 27,800,000
14-May-09 1 18,350 0 9,175,000 29,100,000 29,100,00019-May-09 1 19,750 9,875,000 0 19,225,000 29,100,000
3-Jun-09 1 22,100 0 11,050,000 30,275,000 30,275,000Profit 5,275,000ROI 21.10%
79
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SLT 0.2 hingga SLT 0.7,
maka SLT yang paling memberikan keuntungan paling besar adalah SLT 0.2.
Memperkecil SLT akan membuat sinyal beli atau jual akan lebih cepat muncul,
namun sinyal yang lebih cepat belum tentu memberikan hasil yang lebih baik
karena analisis dengan SLT 0.3 memberikan hasil lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan SLT 0.6. Semakin kecil SLT maka sinyal jual atau beli
akan lebih banyak muncul, namun belum tentu transaksi yang dilakukan menjadi
lebih banyak, karena untuk melakukan transaksi juga diperlukan konfirmasi yang
memperkuat indikasi yang diberikan pola candlestick.
Hasil rata-rata simulasi dengan SLT 0.2 hingga SLT 0.7 memberikan
keuntungan sebesar Rp.5.612.500 dan ROI 22,45%.
Gambar IV.31. Hasil simulasi back testing dengan SLT 0.2 – SLT 0.7SLT Profit ROI0.2 6,950,000 27.80%0.3 5,350,000 21.40%0.4 5,100,000 20.40%0.5 5,100,000 20.40%0.6 5,900,000 23.60%0.7 5,275,000 21.10%
average 5,612,500 22.45%
Selain mengubah SLT, pemakai juga dapat mengubah nilai MLT. Hal ini akan
berpengaruh pada identifikasi jenis candle dan shadow, apakah long, short atau very
short sehingga identifikasi pola candlestick juga akan berubah. Semakin besar MLT,
maka suatu pola candlestick yang membutuhkan long candle akan semakin sulit
teridentifikasi, sementara untuk pola candlestick yang membutuhkan short atau very
short candle akan lebih mudah teridentifikasi, demikian juga sebaliknya.
80
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1. Simpulan
Setelah melakukan penelitian ini penulis mendapatkan beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Fungsi HS_All_Candle menghasilkan cell output yang informatif untuk
mendukung analisis pola candlestick dan berhasil mengidentifikasi tren, pola
candlestick, support resistance, dan konfirmasi yang dibutuhkan sebagai alat
pengambilan keputusan dalam perdagangan saham. Fungsi ini dapat
mengidentifikasi 52 sinyal jual atau beli selama 169 hari perdagangan, namun
hanya 14 sinyal yang memenuhi kriteria pengambilan keputusan, yaitu 7 kali
sinyal jual dan 7 kali sinyal beli.
2. Fungsi HS_RSI_REC berhasil menentukan nilai overbought dan oversold dengan
analisis RSI. Hasil analisis ini digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan apabila terdapat pertentangan pada analisis menggunakan metode
modified candlestick. Untuk menyeragamkan periode analisis, maka pengaturan
periode RSI menggunakan periode yang sama dengan fungsi
HS_All_Candleyaitu 5 hari, sehingga kondisi overbought dan oversold lebih
sering muncul dan grafiknya sangat fluktuatif.
3. Simulasi back testing pada saham Astra dimulai pada 15 September 2008 hingga
3 Juni 2009 dengan modal awal Rp.25.000.000, mendapatkan keuntungan
sebesar Rp.5.900.000 dan ROI 23,60% dengan 7 kali transaksi, 6 kali gain dan 1
kali loss.
81
4. Optimalisasi SLT dengan mengubah batasan SLT mulai dari 0.2 hingga 0.7
menyebabkan identifikasi candlestick mengalami perubahan pula. Semakin kecil
SLT maka semakin banyak pola candlestick yang teridentifikasi dan sinyal beli
maupun jual lebih cepat terlihat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis
yang memberikan hasil terbaik adalah analisis menggunakan SLT 0.2, dengan
keuntungan Rp.6.950.000 dan ROI 27.80%.
V.2. Saran
1. Bila ingin mengurangi kondisi overbought dan oversold maka pengguna dapat
memperpanjang periode analisis, misalnya dengan mengikuti default metastock
yaitu 14 hari, namun konsekuensinya transaksi yang dilakukan akan lebih
sedikit.
2. Metode ini tidak dapat menentukan take profit dan stop loss level, maka akan
lebih baik apabila metode ini digabung dengan analisis teknikal lain seperti
fibonacci untuk menentukan take profit dan stop loss level.
3. Variabel-variabel lain seperti MLT dan periode analisis juga dapat diubah-ubah
sesuai karakteristik dan keinginan pemakai. Untuk mengetahui mana yang paling
tepat, sebaiknya dilakukan analisis back testing terlebih dulu untuk mengetahui
mana yang paling cocok dengan sekuritas yang diperdagangkan.
4. Terdapat kekurangan pada software yang digunakan, yaitu microsoft excel yang
telah ditambah add-ins Hendras Candle Function. Apabila tabel analisis ditutup
maka terkadang hasil analisis akan hilang sehingga perlu dilakukan analisis
kembali. Demikian juga apabila data file tersebut dibuka di komputer yang
belum ditambah add-ins tersebut, maka hasil analisis tidak akan keluar.
82