Post on 05-Mar-2019
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI UNTUK MENILAI
KINERJA MANAJEMEN PRODUKSI PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA KENCANA KOTA
SAMARINDA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
ANDI AMIRAH AFIFAH
13 651 003
\
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL
SAMARINDA
2017
ii
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI UNTUK MENILAI
KINERJA MANAJEMEN PRODUKSI PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA KENCANA KOTA
SAMARINDA
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat
Sarjana Sains Terapan (S.ST.)
pada Program Studi Akuntansi Manajerial
Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda
Oleh :
ANDI AMIRAH AFIFAH
13 651 003
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL
2017
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI
UNTUK MENILAI KINERJA MANAJEMEN PRODUKSI
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KENCANA
KOTA SAMARINDA TAHUN 2015-2016
NAMA : ANDI AMIRAH AFIFAH
NIM : 13 651 003
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI MANAJERIAL
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA 1 TERAPAN (S1-Terapan)
Skripsi ini telah disahkan
Pada Tanggal, Agustus 2017
Menyetujui:
Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,
Ir. H. Ibayasid, M.Sc
NIP 19590303 198903 1 002
Lulus Ujian Tanggal: 19 Juli 2017
Pembimbing I,
Sucipto, S.E., M.Si
NIP 19590815 198803 1 001
Pembimbing II,
Drs. Usman BV
NIP 19591122 198803 1 003
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI
UNTUK MENILAI KINERJA MANAJEMEN PRODUKSI
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KENCANA
KOTA SAMARINDA TAHUN 2015-2016
NAMA : ANDI AMIRAH AFIFAH
NIM : 13 651 003
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI MANAJERIAL
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA 1 TERAPAN (S1-TERAPAN)
Skripsi ini Telah diuji dan disetujui
Pada Tanggal, Agustus 2017
Dewan Penguji:
Penguji I : H. Mat Juri, S.E., MM.
NIP : 19680312 199403 1 001
Penguji II : Muhammad Kadafi, S.E., M.SA.
NIP : 19750202 200112 1 001
Penguji III : Yulius Gessong Sampeallo, S.E.MM
NIP : 19640715 199303 1 002
Mengetahui:
Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Prodi Akuntansi Manajerial
Rifadin Noor, S.E., M.Si. Muhammad Suyudi, S.E., M.SA., Ak., CA.
NIP 19581005 199003 1 001 NIP 19750514 200502 1 003
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Andi Amirah Afifah
NIM : 13651003
Program Studi : Akuntansi Manajerial
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Analsis Selisih Biaya Produksi Untuk Menilai Kinerja
Manajemen Produksi Pada PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda Tahun 2015-2016
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam
Skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Samarinda, Juli 2017
Andi Amirah Afifah
NIM. 13651003
vi
RIWAYAT HIDUP
Andi Amirah Afifah, lahir pada tanggal 28 Juni 1995 di Samarinda,
Kalimantan Timur, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Andi Syarifuddin, S.E., M.Si. dan Ibu Leni Laila Isnani.
Memulai pendidikan dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri 013
Samarinda Seberang hingga tahun 2003 pindah ke Sekolah Dasar Negeri 027
Terpadu Samarinda tamat pada tahun 2007. Pada tahun 2007 melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Samarinda tamat pada tahun
2010. Dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 8
Samarinda pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Samarinda
Program Studi Akuntansi Manajerial. Selama menempuh pendidikan di Politeknik
Negeri Samarinda, penulis mengikuti beberapa kegiatan yaitu, Orientasi
Mahasiswa Baru Tahun 2013 dan kegiatan Bina Akrab tahun 2013, 2014, 2015
dan 2016. Sebagai salah satu persyaratan selama menempuh pendidikan di
Politeknik Negeri Samarinda, penulis melakukan praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur selama dua bulan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul: Analisis Selisih Biaya Produksi
Untuk Menilai Kinerja Manajemen Produksi Pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2015-2016.
Skripsi ini disusun sebagai syarat guna mencapai derajat Sarjana Sains
Terapan (S.St) pada program studi Akuntansi Manajerial di Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan
skripsi ini tidak semata karena kemampuan penelitian, didalamnya terdapat
campur tangan Allah SWT dan kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.
2. Bapak Rifadin Noor, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda.
3. Ibu Ratna Wulaningrum, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda.
4. Bapak Muhammad Suyudi, S.E., M.SA., Ak., CA., selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Manajerial Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Samarinda.
5. Bapak Sucipto, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
6. Bapak Drs. Usman BV., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen, beserta Staf Teknisi dan Administrasi Jurusan
Akuntansi yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu staf di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Kencana Kota Samarinda yang telah bersedia memberikan data yang
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kepada Orang tua saya, bapak Andi Syarifuddin S.E., M.Si. dan Ibu saya
tercinta Ibu Leni Laila Isnani yang senantiasa memberikan motivasi materil
dan moril dalam meraih cita-cita serta selalu sabar dalam mendidik,
mengasuh dan membimbing dengan doa.
10. Teman-teman terdekat yang selalu memberikan bantuan dalam hal apapun
dalam pengerjaan skripsi ini tanpa pamrih dan teman seperjuangan di kelas
VII A Akuntansi Manajerial yang saling membantu dan memberi semangat
selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan,
maka peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata semoga apa yang telah ditulis dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Samarinda, Juli 2017
Penulis
Andi Amirah Afifah
13 651 003
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
ABSTRACT ........................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah........................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 7
2.2 Landasan Teori ............................................................................................. 8
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya ............................................................... 8
2.2.2 Pengertian Biaya ................................................................................ 9
2.2.3 Pengertian Biaya Produksi ............................................................... 10
2.2.4 Unsur-unsur Biaya Produksi ............................................................ 11
2.2.5 Anggaran .......................................................................................... 12
2.2.5.1 Pengertian Anggaran ................................................................... 12
2.2.5.2 Kegunaan Anggaran .................................................................... 13
x
2.2.5.3 Fungsi Anggaran ......................................................................... 14
2.2.5.4 Jenis Anggaran ............................................................................ 15
2.2.5.5 Anggaran Biaya Produksi ........................................................... 17
2.2.5.6 Metode Penyusunan Anggaran Produksi .................................... 17
2.2.6 Analisis Varians Biaya Produksi ...................................................... 18
2.2.6.1 Varians Bahan Baku.................................................................... 18
2.2.6.2 Varians Tenaga Kerja .................................................................. 19
2.2.6.3 Varians Overhead Pabrik ............................................................ 21
2.2.7 Kinerja Manajerial ........................................................................... 21
2.2.8 Manfaat Varians dalam Penilaian Kinerja Manajemen ................... 24
2.2.9 Tujuan Penilaian Kinerja.................................................................. 25
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 26
2.4 Hipotesis ..................................................................................................... 28
2.5 Definisi Konsepsional ................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 30
3.1 Definisi Operasional................................................................................... 30
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................... 31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
3.4 Jenis Data ................................................................................................... 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.6 Metode Analisis Data ................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 40
4.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................... 40
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................. 42
4.1.2 Cakupan Distribusi Air Bersih ......................................................... 43
4.1.3 Kapasitas Terpasang......................................................................... 45
4.1.4 Proses Pengolahan Air Bersih .......................................................... 45
4.2 Penyajian Data ........................................................................................... 50
4.2.1 Biaya Bahan Baku ............................................................................ 51
4.2.2 Biaya Tenaga Kerja .......................................................................... 52
4.2.3 Biaya Overhead Pabrik .................................................................... 54
xi
4.3 Perhitungan Harga Pokok Standar ............................................................. 58
4.4 Analisis Selisih (Varians) Biaya Produksi ................................................. 60
4.4.1 Selisih Biaya Bahan Baku ................................................................ 61
4.4.2 Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung ............................................. 65
4.4.3 Selisih Biaya Overhead Pabrik ........................................................ 66
4.5 Pembahasan ................................................................................................ 69
4.5.1 Hasil Analisis Selisih Biaya Produksi .............................................. 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 74
5.1 Simpulan .................................................................................................... 74
5.2 Saran ........................................................................................................... 75
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikiran ............................................................................... 27
Gambar 4.1 Proses Produksi Pengolahan Air Bersih ............................................ 45
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Selisih Realisasi Anggaran Harga Bahan Baku Tawas 2015-2016 ........ 2
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 7
Tabel 4.1 Cakupan Pelayanan Air Bersih ............................................................. 43
Tabel 4.2 Kapasitas Terpasang ............................................................................. 45
Tabel 4.3 Kapasitas Produksi Air Bersih Tahun 2015-2016................................. 50
Tabel 4.4 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Bahan Baku Tahun 2015 ............. 51
Tabel 4.5 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Bahan Baku Tahun 2016 ............. 51
Tabel 4.6 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Tahun 2015 ........... 52
Tabel 4.7 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Tahun 2016 ........... 53
Tabel 4.8 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik (Biaya Tetap)
Tahun 2015 ........................................................................................... 54
Tabel 4.9 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik (Biaya Tetap)
Tahun 2016 ........................................................................................... 55
Tabel 4.10 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik (Biaya Variabel)
Tahun 2015 ........................................................................................... 56
Tabel 4.11 Data Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik (Biaya Variabel)
Tahun 2016 ........................................................................................... 57
Tabel 4.12 Rekapitulasi Selisih Harga Biaya Bahan Baku (Kimia) Tahun 2015-
2016 ...................................................................................................... 63
Tabel 4.13 Rekapitulasi Selisih Kuantitas Biaya Bahan Baku (Kimia) Tahun
2015- 2016 ............................................................................................ 65
Tabel 4.14 Rekapitulasi Selisih Biaya Tenaga Kerja Tahun 2015-2016 ............. 66
Tabel 4.15 Tarif Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015 .......................................... 66
Tabel 4.16 Tarif Biaya Overhead Pabrik Tahun 2016 .......................................... 68
Tabel 4.17 Rekapitulasi Selisih Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015-2016 ......... 69
xiv
ABSTRAK
Andi Amirah Afifah, 2017. Analisis Selisih Biaya Produksi Untuk
Menilai Kinerja Manajemen Produksi Pada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2015-2016. Dibawah bimbingan
bapak Sucipto, S.E., M.Si. selaku pembimbing pertama dan bapak Usman
BV selaku pembiming ke dua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih biaya
produksi antara biaya yang dianggarkan perusahaan dengan biaya yang
sesungguhnya terjadi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana
Kota Samarinda tahun 2015-2016 dalam rangka untuk menilai kinerja
manajemen produksi dalam melakukan penganggaran biaya produksi.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis selisih
(varians) biaya bahan baku, analisis selisih biaya tenaga kerja langsung
serta analisis selisih biaya overhead pabrik.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat selisih biaya produksi yang
bersifat menguntungkan pada selisih biaya bahan baku pada tahun 2015
secara total Rp 7.518.675.480,00 dan tahun 2016 sebesar Rp
10.737.338.700,00. Pada analisis selisih biaya tenaga kerja secara total
mengalami selisih menguntungkan pada tahun 2015 sebesar Rp
158.830.473,00 dan tahun 2016 sebesar Rp 169.418.719,00. Dan pada
analisis selisih biaya overhead pabrik terdapat selisih menguntungkan
dengan metode perhitungan selisih anggaran pada tahun 2015 sebesar Rp
1.734.531.736,00 dan tahun 2016 sebesar Rp 561.332.296,00, sedangkan
dengan metode selisih efisiensi tetap dan variabel terdapat selisih tidak
menguntungkan pada tahun 2015 sebesar Rp 477.783.500,00 dan Rp
1.100.917.762,00, dan pada tahun 2016 sebesar Rp 67.101.141,00 dan Rp
182.118.378,00.
Kata Kunci : Analisis, Selisih Biaya Produksi, Manajemen Produksi.
xv
ABSTRACT
Afifah, Andi Amirah, 2017. "Production Cost Difference Analysis to Assess the
Performance of Production Management at Regional Water Company (PDAM)
Tirta Kencana of Samarinda City for 2015-2016 Period" –guided by Sucipto, SE.,
M.Si as the first advisor and Drs. Usman BV. as the second counselor.
This study is aimed at identifying the amount of production cost difference
between the budgeted costs of the company with the actual cost occurred in
PDAM Tirta Kencana Samarinda city in 2015-2016 in order to assess the
performance of production management to perform cost of production cost
budgeting. Analyzer used in this research is analysis of difference (variance) cost
of raw material, analysis of direct labor cost difference and analysis of plant
overhead cost difference.The results indicated that there is a difference in the
cost of production that beneficial on the difference in raw material costs in 2015
in total Rp.7.518.675.480,00. And in 2016 is Rp.10.737.338.700,00. In the
analysis of the difference in labor costs in total experienced a positive difference
in 2015 amounted to Rp.323.800.000, 00 and year 2016 of Rp. 1.718.224.629,00.
And on the analysis of the difference in factory overhead cost is the advantage
difference with the method of calculating budget difference in 2015 amounting to
Rp.19.652.564.396,00 and year 2016 equal to Rp.17.898.570.927,00 whereas with
method of difference of fixed efficiency and variable there is unfavorable
difference at In 2015 amounting to Rp. 6.657.024.409,00 and Rp.
12.158.761.710,00 and in the year 2016 equal to Rp.945.634.677,00 and
Rp.2.00.881.914,00.
Keywords: Analysis, Production Cost Difference, Production Management.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan di bidang ekonomi telah banyak memberikan dampak
perkembangan yang cukup pesat dalam dunia usaha. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin banyaknya perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen yang selalu meningkat. Namun tujuan utama dari
perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perusahaan memiliki banyak pertimbangan dalam menjalankan
usaha bisnisnya.
Pada saat ini perusahaan tidak hanya dihadapkan dengan masalah
pencapaian target produksi namun perusahaan juga dituntut dalam peningkatan
penilaian kinerja manajer. Kinerja manajer merupakan hasil dari aktivitas
manajerial yang mencakup proses perencanaan, pelaksanaan, laporan
pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan. Penilaian kinerja manajerial
ini menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Keberhasilan yang dimaksud adalah keberhasilan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, bersaing dengan perusahaan
lain, berkembang dan memperoleh laba.
Bagian produksi dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen yang
paling banyak menggunakan biaya, menentukan penciptaan produk serta kinerja
produksi, sehingga menentukan peningkatan dan penurunan kinerja perusahaan.
2
Fungsi produksi suatu perusahaan harus selalu mengikuti standar kerja yang ada,
karena tujuan produksi bukan hanya mengejar target kuantitas yang besar namun
dapat menjaga target keunggulan kinerja produktifitas secara continue yang
diharapkan mampu mewujudkan tujuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang stabil.
Sebagai salah satu perusahaan penyedia air bersih di Samarinda PDAM
Tirta Kencana semestinya menyadari pentingnya fungsi dan peranan anggaran
didalam kegiatan operasional perusahaan seperti anggaran biaya produksi. Karena
dengan adanya anggaran biaya produksi perusahaan dapat memanfaatkannya
untuk berbagai macam keperluan terutama yang menyangkut perencanaan dan
pengendalian biaya produksi dalam menilai kinerja manajer produksi.
Berdasarkan data anggaran dan realisasi biaya poduksi 2 tahun terakhir
menunjukkan selisih biaya yang signifikan untuk harga bahan baku (kimia) tawas
pada tahun 2015 – 2016 yang dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Selisih Realisasi Anggaran Harga Bahan Baku (Kimia) Tawas
Tahun 2015 – 2016
Tahun Selisih (Varians) Sifat Selisih
2015 1.501.025.838,00 Tidak Menguntungkan (Unfavorable)
2016 732.421.846,00 Tidak Menguntungkan (Unfavorable)
Sumber : PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa realisasi harga bahan baku (kimia)
tawas yang terjadi menunjukkan selisih tidak menguntungkan pada tahun 2015
dan 2016. Semakin besar selisih yang terjadi merupakan indikasi bahwa
3
penggunan biaya dari anggaran yang dibuat dalam manajemen produksi pada
PDAM Tirta Kencana Samarinda kurang efisien.
Dalam mengukur efisiensi biaya produksi dapat dilakukan dengan
menetapkan anggaran. Anggaran merupakan perencanaan dari seluruh kegiatan
perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
dan sasaran perusahaan. Pemahaman terhadap tujuan anggaran dan informasi
tentang seberapa besar tujuan anggaran memberi dasar bagi manajer untuk
mengukur efisiensi, mengidentifikasi masalah dan mengendalikan biaya. Manajer
juga menggunakan anggaran untuk melakukan penilaian kinerja manajer yang
merupakan hasil akhir dari aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu menyusun
anggaran yang menyeluruh berhubungan dengan seluruh kegiatan operasional.
Penyusunan anggaran yang baik akan mengarah kepada efektifitas dan efisiensi
perusahaan yang digunakan dalam menilai kinerja manajer perusahaan.
Akuntansi biaya dan penyusunan anggaran memiliki peran penting dalam
proses penilaian kinerja manajemen. Dalam departemen produksi, semua biaya
yang dibebebankan akan dituangkan kedalam laporan biaya produksi. Laporan ini
berisikan jumlah biaya yang telah terealisasikan dari anggaran yang dibuat.
Keberhasilan perencanaan yang dilakukan oleh manajemen dapat dilihat dari
laporan anggaran biaya produksi yang tepat. Biaya produksi adalah biaya-biaya
yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yang saling berhubungan
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Adanya
4
perbandingan antara hasil realisasi biaya produksi dengan anggaran biaya
produksi yang sudah dianggarkan perusahaan dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan
(unfavorable) maupun yang menguntungkan (favorable). Oleh karena itu manajer
harus merencanakan koordinasi yang optimal antara penjualan, persediaan dan
tingkat produksi.
Dari latar belakang tersebut penulis mengambil judul penelitian “Analisis
Selisih Biaya Produksi Untuk Menilai Kinerja Manajer Produksi Pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kencana Kota Samarinda
Tahun 2015-2016”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
a. Berapa selisih biaya produksi yang terjadi pada Perusahaan Daerah Air
Minum Tirta Kencana Samarinda Tahun 2015-2016?
b. Apa faktor penyebab terjadinya selisih biaya produksi pada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Kencana Samarinda Tahun 2015-2016?
c. Bagaimana kinerja manajemen produksi dalam efisiensi biaya produksi
pada PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2015-2016?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan ini berfokus pada selisih laporan anggaran
biaya produksi yang timbul antara antara perencanaan manajamen dengan
realisasi yang terjadi guna menilai kinerja manajemen produksi tahun 2015-2016.
5
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui selisih biaya produksi yang terjadi pada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2015-2016.
b. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya selisih biaya produksi pada
Perusahaan Daerah Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2015-2016.
c. Untuk mengetahui kinerja manajemen produksi dalam efisiensi biaya
produksi yang terjadi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana
Kota Samarinda Tahun 2015-2016.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan dapat memberikan kesempatan penulis
untuk menganalisis selisih biaya produksi sebagai alternatif alat untuk
menilai kinerja manajemen produksi.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat bermanfaat bagi semua
pihak baik akademis maupun pihak umum yang memerlukan informasi
tersebut dan untuk membuktikan kebenaran dari teori-teori mengenai
selisih biaya produksi.
c. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang diharapkan dalam
pengambilan keputusan bagi keperluan manajemen dan alternatif untuk
penerapan strategi perusahaan untuk meningkatkan laba dan meningkatkan
kinerja perusahaan.
6
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran mengenai penulisan proposal ini, maka
dalam penulisannya dibagi menjadi lima bab, dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai penelitian terdahulu, landasan teori,
kerangka pikir penelitian dan definisi konsepsional.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang definisi operasional, teknik pengumpulan
data, objek penelitian, serta metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai gambaran umum perusahaan, lokasi
perusahaan, penyajian data perusahaan serta pembahasan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan serta saran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis selisih biaya
produksi yang dapat penulis jadikan sebagai pedoman atau panduan dalam
penulisan skripsi ini diantaranya:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Alat
Analisis
Fakultas/
Universitas
Hasil
Penelitian
Vivi Andy
Fajar Ady
Chandra
2007
Analisis Efisiensi
Biaya Produksi
Pada PT Nyonya
Meener Semaran
Anggaran Biaya
Produksi Sebagai
Alat Untuk
Mengukur
Efektivitas Kerja
Bagian Produksi
Analisis
Varians
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta
Hasil penelitian ini
yaitu selisih anggaran
biaya bahan baku,
selisih biaya tenaga
kerja langung, dan
selisih biaya overhead
pabrik sangat
menguntungkan serta
efektivitas kerja bagian
produksi juga sangat
baik dikarenakan
selama tahun 2005
perusahaan dalam
proses produksinya
dalam keadaan stabil,
sehingga biaya yang
dikeluarkan perusahaan
sesungguhnya tidak
jauh dari yang telah
dianggarkan.
Edwin
Hadinata
2015
Efektivitas
Anggaran Biaya
Produksi Terhadap
Peningkatan
Kinerja Produksi
Pada PT. Roda
Mas Timber
Kalimantan di
Samarinda
Analisis
Varians
Universitas
Mulawarman
Samarinda
Hasil penelitian ini
yaitu efektivitas
anggaran biaya
produksi telah terbukti
mampu meningkatkan
kinerja produksi kayu
log selama tahun 2010-
2012. Di tengah iklim
usaha kehutanan yang
8
makin suram, kinerja
produksi tersebut
menunjukkan prestasi
manajemen yang
sangat bagus.
Eva
Makarios
Zebua
2013
Analisis Selisih
Laporan Biaya
Produksi Untuk
Pertanggungjawab
an Menilai Kinerja
Manajer Produksi
Pada CV Rosty
Samarinda
Analisis
Varians
Politeknik
Negeri
Samarinda
Hasil penelitian
menunjukkan analisis
selisih akuntansi
pertanggungjawaban
dalam mengendalikan
dan mengevaluasi
kinerja manajer
perusahaan pada CV
Rosty telah berjalan
secara efektif dan
efisien, hal ini
dibuktikan dengan
adanya partisipasi dari
manajemen level bawah
dalam proses penetapan
anggaran.
Sumber: Chandra, 2007; Hadinata, 2015; Zebua, 2013 (Data diolah)
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Adapun perbedaan dengan
penelitian terdahulu adalah objek dan tahun penelitian yang akan dilakukan.
Sedangkan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah alat analisis yang digunakan dalam menghitung selisih biaya
produksi yang terjadi antara anggaran dan realisasi biaya produksi.
2.2 Landasan Teori
Adapun landasan teori yang mendasari penelitian ini sebagai berikut:
2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah salah satu kegiatan menghasilkan laporan yang
menyediakan informasi biaya bagi manajemen. Dimana laporan tersebut akan
dimanfaatkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Selain itu,
9
informasi mengenai biaya tersebut juga berguna bagi pemimpin perusahaan untuk
membuat perencanaan di masa yang akan datang.
Perusahaan dalam menjalankan seluruh aktifitas untuk memperoleh
keuntungan atau laba tidak bisa terlepas dari biaya. Hal utama yang perlu
diantisipasi serta direncanakan dengan baik yaitu melakukan efisiensi terhadap
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan pengendalian anggaran
yang telah direncanakan.
Menurut Mulyadi (2012:7) menyatakan bahwa akuntansi biaya merupakan
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan
dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Menurut Supriyono (2012:12) akuntansi biaya adalah salah satu
cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya
dalam bentuk laporan biaya. Menurut Kuswadi (2005:12) akuntansi biaya adalah
akuntansi yang berkaitan dengan proses terjadinya biaya sehingga dapat
memberikan pandangan komprehensif tentang semua kegiatan dalam perusahaan
baik penggunaan sumber daya (resource) maupun laba, dan sebagainya.
Jadi pengertian akuntansi biaya adalah sistem yang mengolah dan
menyajikan data biaya untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk
kepentingan manajemen dalam pengambilan keputusan.
2.2.2 Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2012:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
10
terjadi untuk tujuan tertentu. Adapun pengertian biaya yang dinyatakan oleh
Hansen dan Mowen (2006) dalam Dewi (2015) bahwa “Biaya (cost) adalah kas
atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan
mampu memberikan manfaat pada saat ini atau pada masa yang akan datang bagi
perusahaan”. Menurut Supriyono (2012:16) biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues)
dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu
jumlah yang dikeluarkan dalam bentuk satuan uang yang digunakan untuk suatu
tujuan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
2.2.3 Pengertian Biaya Produksi
Akuntansi biaya harus mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi dalam menghitung biaya produksi. Di dalam proses pengolahan bahan
baku terjadi pengorbanan sumber ekonomi sehingga akuntansi biaya berperan
dalam pencatatan setiap sumber ekonomi yang dikeluarkan dalam setiap tahap
pengolahan produk, kemudian menghasilkan informasi biaya yang digunakan
untuk menghasilkan produk dalam bentuk laporan biaya produksi.
Menurut Rudianto (2009:16) biaya produksi adalah keseluruhan biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk yang siap
untuk dijual. Adapun menurut Mulyadi (2012:17) dalam Dewi (2014), biaya
produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk. Menurut Kuswadi (2005:22) biaya produksi berkaitan dengan
perhitungan beban pokok produksi atau beban pokok penjualan. Beban produksi
11
terdiri atas biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead pabrik.
Jadi pengertian biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan
oleh bagian produksi dalam satuan uang untuk membuat suatu produk siap jual
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
2.2.4 Unsur-unsur Biaya Produksi
Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur-unsur
produksi yang menjadi biaya produksi. Menurut Supriyono (2012:20) biaya
produksi dapat digolongkan ke dalam tiga unsur sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang diolah menjadi bagian produk selesai dan
pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejak atau merupakan
bagian integral pada produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga
perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.
2. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada semua karyawan. Biaya tenaga kerja untuk fungsi
produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu semua balas jasa yang diberikan
kepada karyawan yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau dikuti
jejaknya pada produk tertentu yang dihasilka perusahaan.
12
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu semua balas jasa yang
diberikan kepada karyawan, akan tetapi manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan.
3. Biaya Overhead adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya Overhead dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung
c. Biaya reserpasi dan pemeliharaan aktiva tetap
d. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, misalnya biaya
asuransi dan biaya sewa
e. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap, misalnya biaya
penyusutan gedung pabrik dan mesin.
2.2.5 Anggaran
2.2.5.1 Pengertian Anggaran
Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli mengenai anggaran
perusahaan. diantaranya dikemukakan Munandar dalam Edwin (2015), yang
mendefinisikan tentang anggaran sebagai “Suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam
unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang”. Adapun pengertian anggaran yang dikemukakan oleh Yadiati dan
Wahyudi (2006) yang dikutip oleh Dewi (2014) bahwa : “Anggaran adalah bidang
13
akuntansi yang berkaitan dengan penyusunan rencana keuangan dari keuangan
dari kegiatan perusahaan yang dukur dalam satu unit moneter dan berlaku untuk
jangka waktu tertentu di masa mendatang, serta pengendalian dan analisisnya”.
Menurut Bastian Bustami (2006:1) anggaran adalah pernyataan pertanyaan dalam
kuantitas yang dinyatakan secara formal, disusun secara sistematis, dinyatakan
dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dimasa yang datang.
Jadi pengertian anggaran adalah suatu sistem yang disusun oleh
manajemen secara sistematis sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan yang
telah direncanakan. Proses penyiapan anggaran disebut penganggaran. Rencana
kerja perusahaan tersebut ditulis dalam bentuk angka yang merupakan target
pencapaian perusahaan dalam periode tertentu. Periode anggaran umumnya satu
tahun, atau dikenal dengan anggaran tahunan (annual budget). Anggaran memuat
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu perusahaan, dimana
penyusunannya berdasarkan setiap pusat pertanggungjawaban yang ada di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Tanpa adanya upaya yang baik untuk
mencapainya, maka anggaran yang disusun tidak dapat berfungsi dengan optimal.
2.2.5.2 Kegunaan Anggaran
Kegunaan anggaran atau manfaat anggaran menurut Halim, Supomo dan
Kusufi (2014) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat bantu untuk membuat dan mengkoordinasikan perencanaan
jangka pendek (short-range plans).
2. Sebagai alat komunikasi antara rencana yang disusun dengan para
manajer pusat pertanggungjawaban.
14
3. Sebagai alat untuk memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
4. Sebagai dasar untuk mengandalikan kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
5. Sebagai pedoman untuk mengevaluasi prestasi para manajer dan pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
6. Sebagai piranti pendidikan bagi para manajer.
2.2.5.3 Fungsi Anggaran
Fungsi anggaran yang dinyatakan oleh Rudianto (2009:5) diantaranya:
1. Perencanaan (Planning)
Sebagaimana fungsi anggaran sebagai perencanaan yang tertulis oleh
para manajer yang bersangkutan, dimana didalamnya merupakan hasil
pemikiran yang matang yang disusun dengan satuan uang atau angka. Di
dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dihasilkan
dan dicapai perusahaan di masa mendatang. Termasuk didalamnya
menetapkan produk yang akan dihasilkan, bagaimana menghasilkannya,
sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut,
bagaimana memasarkan produk tersebut dan sebagainya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah segala sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai perusahaan di
masa depan telah ditetapkan, maka perusahaan harus mencari sumber
daya yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah
ditetapkan tersebut.
15
3. Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi anggaran sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
kegiatan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba).
Setelah memperoleh sumber daya yang dibutuhkan, maka tugas
manajemen selanjutnya adalah mengarahkan dan mengolah setiap
sumber daya yang telah dimiliki perusahaan tersebut agar dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Pengendalian (Controlling)
Fungsi anggaran sebagai alat pengendalian atau pengawasan yaitu
dimana anggaran berperan dalam mengevaluasi (menilai) atas
pelaksanaan kegiatan. Penting untuk memastikan bahwa setiap sumber
daya yang ada telah bekerja sesuai dengan rencana yang telah dibuat
perusahaan untuk menjamin tujuan perusahaan secara umum dapat
dicapai. Fungsi ini berkaitan erat dnegan upaya untuk menjamin bahwa
setiap sumber daya organisasi telah bekerja dengan efisien dan efektif.
2.2.5.4 Jenis Anggaran
Menurut Bustami dan Nurlela (2006:6) secara umum anggaran dapat
dikelompokkan berdasarkan sudut pandang:
1. Menurut jangka waktu
a. Anggaran jangka pendek, merupakan anggaran yang disusun dalam
jangka waktu di bawah satu tahun.
16
b. Anggaran jangka panjang, anggaran yang disusun lebih dari satu
tahun, anggaran ini sangat dibutuhkan sebagai acuan penyusunan
anggaran jangka pendek.
2. Menurut bidangnya
a. Anggaran operasional, merupakan anggaran yang berisi tentang
rencana kegiatan operasional perusahaan yang terdiri dari anggaran
penjualan, anggaran biaya pabrikasi, anggaran beban komersil dan
anggaran laporan laba rugi.
b. Anggaran Keuangan, merupakan anggaran yang disusun berkaitan
dengan anggaran kas, anggaran piutang, anggaran hutang dan
anggaran neraca.
3. Menurut kemampuan menyusun
a. Anggaran komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam
anggaran yang disusun secara lengkap, anggaran ini merupakan
perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang
secara lengkap dan terperinci.
b. Anggaran partial, merupakan anggaran yang disusun bagian
perbagian dari setiap jenis anggaran.
4. Menurut dasar penyusunannya
a. Anggaran variabel, merupakan anggaran yang disusun berdasarkan
kisar (interval) dari kapasitas tertentu, atau dengan kata lain
anggaran yang disusun disesuaikan pada tingkat aktivitas tertentu.
17
b. Anggaran statis, merupakan anggaran yang disusun berdasarkan satu
tingkat kapasitas tertentu.
2.2.5.5 Anggaran Biaya Produksi
Menurut Halim, dkk (2014:208) menyatakan bahwa anggaran biaya
produksi memuat tentang anggaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
Anggaran biaya produksi terdiri atas :
1. Anggaran Biaya Bahan Baku, memuat taksiran bahan baku yang
diperlukan dalam proses produksi, yang dinyatakan dalam satuan uang
maupun kuantitas bahan baku. Dari anggaran ini akan diketahui
pembelian bahan baku yang dianggarkan, yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar penyusunan anggaran kas dan anggaran rugi-laba.
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung, memuat taksiran biaya tenaga
kerja langsung selama periode anggaran, yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar penyusunan anggaran kas dan anggaran rugi-laba.
3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik, memuat taksiran biaya overhead
pabrik selama periode anggaran yang digunakan dalam penyusunan
anggaran kas dan anggaran rugi-laba.
2.2.5.6 Metode Penyusunan Anggaran Produksi
Menurut Rudianto (2009:81), dalam penyusunan anggaran produksi
perusahaan dapat menggunakan beberapa metode produksi, yaitu:
18
a. Metode Produksi Stabil, adalah suatu metode produksi dimana
perusahaan menetapkan volume produksi yang relatif sama dari bulan ke
bulan, kecuali untuk bulan tertentu yang volume penjualannya lebih
tinggi.
b. Metode Persediaan Stabil, adalah suatu metode produksi dimana
perusahaan menetapkan volume persediaan yang relatif sama dari bulan
ke bulan, kecuali untuk bulan tertentu.
c. Metode Fleksibel, adalah suatu metode produksi dimana perusahaan
menetapkan volume produksi yang berubah terus menerus dari bulan ke
bulan. Metode ini dapat menggunakan volume produksi dan volume
persediaan sesuai dengan keinginan perusahaan.
2.2.6 Analisis Varians Biaya Produksi
Menurut Bustami dan Nurlela (2006:80) varians adalah selisih antara biaya
aktual dengan standar yang ditetapkan sebelum kegiatan operasi perusahaan
dilakukan. Varians tersebut menyangkut untuk ketiga elemen biaya produksi
yaitu, Varians Bahan Baku, Varians Tenaga Kerja, dan Varians Overhead Pabrik.
2.2.6.1 Varians Biaya Bahan Baku
Selisih bahan baku aktual dengan bahan baku berdsarkan standar yang
diperkenankan. Dalam varians bahan baku dapat dianalisis menjadi: varians harga
bahan baku dan varians kuantitas pemakaian bahan baku.
1. Varians Harga Bahan Baku
Adalah selisih harga bahan baku aktual dengan harga bahan baku
berdasarkan standar yang diperkenankan.
19
Kemungkinan penyebab terjadinya varians harga bahan baku tidak
menguntungkan yaitu:
a. Fluktuasi harga pasar bahan baku yang cukup tajam,
b. Jauhnya pemasok, sehingga tingginya biaya angkut yang dibebani
pada perusahaan,
c. Gagalnya memanfaatkan potongan tunai yang diberikan pemasok.
d. Pembelian yang kurang ekonomis,
e. Gagalnya negosiasi harga yang ditawarkan pemasok.
2. Varians Penggunaan Bahan
Selisih antara kuantitas aktual yang digunakan untuk produksi dengan
pemakaian bahan berdasarkan standar yang ditetapkan, menggunakan
harga beli bahan baku standar.
Kemungkinan penyebab terjadinya varians kuantitas tidak
menguntungkan yaitu:
a. Kehilangan bahan baku saat penanganan tahap awal proses,
b. Pemborosan selama pemrosesan,
c. Terjadi kerusakan bahan dan sisa bahan berlebihan,
d. Perubahan spesifikasi produk yang belum disesuaikan dengan standar
e. Penggantian bahan baku dari standar yang diterapkan.
2.2.6.2 Varians Biaya Tenaga Kerja
Selisih biaya tenaga kerja aktual dengan biaya tenaga kerja berdasarkan
standar yang ditetapkan. Dalam varians tenaga kerja ada dua varians yang
dikembangkan: varians tarif/upah tenaga kerja dan varians efisiensi tenaga kerja.
20
1. Varians Tarif/Upah Tenaga Kerja
Selisih tarif biaya tenaga kerja aktual dengan tarif biaya tenaga kerja
yang diperkenankan, menggunakan jam kerja standar.
Kemungkinan terjadinya penyebab varians tarif tenaga kerja tidak
menguntungkan yaitu:
a. Terjadinya perubahan tarif yang belum disesuaikan dengan standar,
b. Penggunanaan tenaga kerja dengan klasifikasi tarif/upah yang
berbeda dari yang ditetapkan ketika penyiapan standar untuk
pekerjaan,
c. Penggunaan kelompok pekerja, dengan penetapan tarif/upah yang
berbeda yang mengakibatkan sulitnya diantisipasi jika terjadi
perubahan.
2. Varians Efisiensi Tenaga Kerja
Selisih jam kerja aktual dengan jam kerja standar yang diperkenankan,
menggunakan tarif tenaga kerja standar.
Kemungkinan penyebab terjadinya varians efisiensi tenaga kerja tidak
menguntungkan yaitu:
a. Tenaga kerja bekerja kurang efisien,
b. Kurang terlatihnya tenaga kerja,
c. Terjadinya perubahan urutan kerja,
d. Peralatan kurang efisien,
e. Kerusakan mesin,
f. Penggunaan bahan yang tidak sesuai standar ditetapkan.
21
2.2.6.3 Varians Biaya Overhead Pabrik
Selisih biaya overhead pabrik aktual dengan biaya overhead pabrik
berdasarkan standar yang diperkenankan. Dalam menganalisis biaya overhead
pabrik ini dapat dilakukan dengan metode dua varians, metode tiga varians dan
metode empat varians. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode tiga varians.
1. Varians Pengeluaran (Spending Variance)
Selisih varians biaya overhead pabrik aktual dengan jumlah anggaran
fleksibel yang disesuaikan dengan aktivitas aktual yang diperkenankan.
2. Varians Efisiensi Variabel (Variable Efficiency Variance)
Varians biaya overhead pabrik variabel dengan membandingkan
overhead pabrik variabel dengan menggunakan aktivitas aktual dengan
overhead pabrik menggunakan aktivitas standar. Varians ini
mencerminkan pemakaian yang efisien dan tidak efisien untuk dijadikan
dasar oleh perusahaan dalam membebankan biaya overhead pabrik.
3. Varians Volume (Volume Variance)
Varians antara anggaran fleksibel pada aktivitas standar dari dasar
alokasi yang diperbolehkan dengan standar biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke produk. Varians ini mengidentifikasikan aktivitas yang
tersedia tidak digunakan secara efisien.
2.2.7 Kinerja Manajerial
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
22
seseorang). Kinerja merupakan sesuatu capaian kerja yang dihasilkan oleh suatu
seseorang atau organisasi/perusahaan baik berbentuk barang maupun jasa. Kinerja
adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam
suatu organisasi. Deskripsi dai kinerja menyangkut tiga komponen penting yakni
tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi
merupakan strategi yang berguna untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini
memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang
diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Kinerja manajerial merupakan
hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, dan pengawasan. Variabel kinerja
manajerial diukur dengan menggunakan instrumen self rating yang dikembangkan
oleh Mahoney (1963) dalam Alfar (2006) dalam Eva (2010), di mana setiap
responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan dimensi
yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan.
Menurut Mahoney dkk (1963) dalam Eva (2010), kinerja manajerial
dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan
untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi
waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk
memberikan pedoman dan tatacara pelaksanaan, tujua, prosedur,
penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
23
2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui
pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan,
pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya
pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.
3. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-
bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang
dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja.
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap
rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan
catatan hasil kerja sehingga hasil penilaian tersebut dapat diambil
keputusan yang diperlukan.
5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan
dilaporkan.
6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu
unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan
mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja
lainnya.
7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal
pembellian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok
bisnis dan konsultasi dengan kantor-kantor lain.
24
Kinerja dapat dikatakan efektif apabila tujuan dari penyusunan anggaran
tercapai dan keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran serta
memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negoisasi dengan atasan
mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya
sehingga dapat mengurangi dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria, sistem
penganggaran (reward) dan konflik.
2.2.8 Manfaat Varians dalam Penilaian Kinerja Manajemen
Menurut Halim, dkk (2014:214) anggaran dapat digunakan sebagai alat
untuk menilai prestasi atau kinerja manajer. Kinerja manajer dinilai dari
kemampuan mereka untuk mencapai target atau sasaran (goals) anggaran yang
telah ditetapkan. Apabila manajer dinilai mampu memenuhi target anggaran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan, maka mereka akan diberikan bonus atau insentif
maupun promosi dalam jabatan tertentu.
Perilaku positif manajer terjadi apabila terdapat tujuan individu manajer
sejalan dengan tujuan organisasi dan manajer merasa mampu untuk mencapainya.
Begitupun sebaliknya, jika terjadi pertentangan atau konflik antara tujuan individu
yang dimiliki manajer dengan tujuan organisasi akan menimbulkan perilaku
disfungsional (dysfunctional behavior) pada manajer. Perilaku ini dapat
mengganggu organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, penting
untuk menciptakan sistem anggaran yang dapat mendorong manajer untuk
mencapai tujuan organisasi secara etis dan wajar.
Perusahaan dapat memberlakukan kebijakan atau fitur untuk mendorong
perilaku positif pada manajer seperti menyediakan umpan balik kinerja secara
25
berkala terhadap manajer, menerapkan insentif keuangan dan nonkeuangan yang
tepat, menerapkan partisipasi anggaran, menetapkan standar anggaran yang
realistis, kemampuan mengendalikan biaya, dan menerapkan berbagai ukuran
kinerja (multiple measures of performance).
2.2.9 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja adalah membantu memperbaiki dengan
mengetahui kekuatan, kelemahan dan dengan melakukan hal-hal yang akan
mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan.
Tujuan penilaian kinerja menurut Wihana Kirana Jaya (1993:16) dalam
Chandra (2007), adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dalam pengolahan sumber daya yang terdiri dari:
a. Efisiensi internal
Diperoleh melalui pengolahan yang baik dalam perusahaan. Dimana
para manajer menggunakan cara untu memacu para pekerja, menekan
biaya, dan mengawasi pelaksanaan-pelaksanaan yang menyimpang.
b. Alokasi yang efisien
Sumber daya ekonomi dialokasikan secara efisien sehingga tidak ada
lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai dari
output.
2. Kemajuan Teknologi
Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat
meningkatkan bentuk dari suatu karya dan meningkatkan produktivitas.
3. Keseimbangan dalam distribusi
Terdapat distribusi yang wajar terhadap kesejahteraan, pendapatan, dan
kesempatan berkarier.
26
4. Tujuan lain
Mencakupi bermacam niali sosial dan budaya. Dimana setiap individu
mempunyai kebebasan dalam memilih, keamanan dari budaya yang
mengancam dan keanekaragaman budaya yang ada.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kinerja karyawan perusahaan dapat dinilai dari segi efektifitas dan
efisiensi dalam kegiatan perusahaan salah satunya yaitu kegiatan produksi.
Sebagai salah satu bagian dari perusahaan yang memerlukan anggaran biaya yang
besar dalam kegiatannya, maka perusahaan perlu untuk menjalankan pengendalian
dari penggunaan biaya dalam bagian produksi agar tercipta tujuan perusahaan
untuk produksi yang efektif dan efisien.
Anggaran membantu perusahaan dalam memanajemen penggunaan
sumber daya keuangan serta sumber daya lainnya yang digunakan pada periode
tertentu. Anggaran biaya yang tepat akan menghasilkan ukuran kinerja yang baik
dalam penilaian kinerja manajemen khususnya manajemen produksi perusahaan.
Anggaran biaya produksi berguna sebagai pedoman kerja, koordinasi kerja dan
pengendalian kerja divisi produksi.
Analisis selisih biaya produksi menjadi metode yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen produksi dalam menggunakan anggaran biaya
produksi yang telah ditetapkan dengan melihat selisih yang dihasilkan berupa
selisih yang menguntungkan (favorable) atau selisih yang tidak menguntungkan
(unfavorable). Dari hasil selisih tersebut dapat terlihat seberapa jauh efektifitas
dan efisiensi biaya yang telah dilaksanakan dalam bagian produksi tersebut.
27
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti membuat kerangka pemikiran
yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Biaya Produksi:
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
Selisih Biaya Produksi
Analisis Selisih Biaya Produksi
dan Penyebab Selisih Biaya
Produksi
Kinerja Manajemen Produksi
Bagian Produksi
Anggaran Biaya Produksi:
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
Realisasi Biaya Produksi:
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
PDAM TIRTA KENCANA SAMARINDA
28
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan teoritis serta kerangka
konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu
diduga bahwa dengan analisis selisih biaya produksi (Varians) dapat menjadikan
dasar dalam menilai efisiensi kinerja manajermen produksi pada Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda.
2.5 Definisi Konsepsional
Sesuai dengan judul proposal ini yaitu “Analisis Selisih Biaya Produksi
Untuk Menilai Kinerja Manajemen Produksi Pada PDAM Tirta Kencana
Samarinda Tahun 2015-2016”, maka penulis mengemukakan definisi secara
konsepsional dari judul tersebut sebagai berikut:
1. Analisis
Menurut Kamus Akuntansi, analisis adalah melakukan evaluasi terhadap
kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan dnegna akuntansi dan
perbedaan yang muncul.
2. Varians
Menurut Bustami dan Nurlela (2006:80) varians adalah selisih antara
biaya aktual dengan standar yang ditetapkan sebelum kegiatan operasi
perusahaan dilakukan.
3. Biaya Produksi
Menurut Supriyono (2012:19), biaya produksi yaitu semua biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan
baku menjadi produk selesai.
29
4. Biaya Bahan Baku
Menurut Supriyono (2012:20), biaya bahan baku adalah barang yang
dikonsumsi perusahaan, dapat digolongkan ke dalam bahan dan barang
bukan bahan.
5. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Supriyono (2012:20), biaya tenaga kerja langsung yaitu semua
balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang manfaatnya dapat
diidentifikasikan atau dikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan
perusahaan.
6. Biaya Overhead Pabrik
Menurut Supriyono (2012:21), biaya overhead pabrik adalah biaya
produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
1. Analisis
Analisis yang dilakukan pada PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
berfokus terhadap suatu produksi yang telah dilalui pada tahun 2015-2016.
2. Selisih Biaya Produksi (Varians)
Selisih biaya produksi akibat perbedaan antara anggaran dan realisasi biaya
produksi pengolahan air bersih pada PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
tahun 2015-2016.
3. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh PDAM
Tirta Kencana Kota Samarinda dalam kegiatan produksi air bersih.
4. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan oleh
PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda guna memperoleh bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi air bersih seperti tawas dan kaporit.
5. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja merupakan nilai harga yang dibebankan oleh PDAM
Tirta Kencana Samarinda untuk penggunaan tenaga kerja langsung pegawai
yang terlibat dalam proses produksi air bersih, seperti biaya gaji dan honor
pegawai, insentif dan lembur.
31
6. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda adalah
seluruh biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya
bahan baku atau tenaga kerja langsung dan dapat dibedakan menjadi biaya
tetap dan variabel seperti, biaya penyusutan peralatan, biaya pemeliharaan
mesin, biaya perlengkapan.
7. Penialaian Kinerja
Suatu sistem untuk menilai dan mengetahui kinerja seorang karyawan
khususnya bagian manajemen produksi dalam perusahaan PDAM Tirta
Kencana Kota Samarinda dalam melakukan efisiensi penggunaan biaya
produksi air bersih.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penelitian dalah studi kasus yaitu
penelitian terhadap objek tertentu. Kesimpulan yang diambil hanya dapat
digunakan bagi atau berlaku pada objek penelitian yang diteliti yaitu Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kencana Kota Samarinda. Dalam penelitian ini
diperlukan untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan dalam
analisis selisih biaya produksi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai selisih anggaran biaya produksi dalam menilai kinerja manajemen
produksi pada PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda di Jalan Tirta Kencana No.
1, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian akan dilakukan pada bulan
Januari 2017 - April 2017.
32
3.4 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara dengan manajemen perushaan mengenai sejarah singkat
perusahaan, aktivitas perusahaan, dan kebijakan dalam menyusun dan
menggunakan anggaran biaya dalam departemen produksi untuk menilai
kinerja manajer produksi.
2. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diolah perusahaan berupa
laporan keuangan, struktur organisasi, yang berhubungan dengan
penelitian, teori-teori dari literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti mengenai anggaran biaya dalam departemen produksi untuk
menilai kinerja manajer produksi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
secara langsung mengenai proses produksi serta pelaporan anggaran
maupun realisasi biaya produksi dengan pihak yang bersangkutan.
2. Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data-data
yang diperlukan terkait dengan penelitian. Adapun data-data yang
diperlukan seperti anggaran biaya beserta detailnya dan realisasi biaya
33
beserta detailnya untuk proses produksi air bersih dan laporan keuangan
yang berkaitan dengan penelitian.
3. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan melihat secara langsung ke
lapangan untuk mengetahui proses produksi yang dilakukan oleh bagian
produksi di dalam perusahaan.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis masalah penulis menggunakan metode deskriptif,
yaitu memberikan gambaran fakta-fakta yang diperoleh dari hasil kegiatan
penelitian lapangan tentang kegiatan objek penelitian serta menganalisis data
dengan cara mengumpulkan data dan kemudian dibandingkan dengan teori yang
relevan dengan masalah yang dibahas untuk diambil kesimpulan serta saran
kepada perusahaan.
Dalam menganalisis masalah dalam penelitian ini adalah analisis varians
(selisih) anggaran. Analisis varians biaya produksi digunakan untuk mengetahui
hasil sesungguhnya rencana yang dianggarkan yaitu dengan membandingkan
biaya yang dianggarkan terhadap biaya aktual yang sama. Analisis varians
anggaran biaya produksi dapat menunjukkan dimana terjadinya selisih antara hasil
sesungguhnya dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyimpangan
yang terjadi antara anggaran dan realisasi sifatnya dapat menguntungkan
(favorable) dan dapat pula merugikan (unfavorable).
Adapun rumus varians biaya bahan baku yang dapat digunakan untuk
mencari selisih biaya produksi menurut Mulyadi (2009) dan Supriyono (2012)
adalah sebagai berikut:
34
1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku
a) Menghitung Selisih Harga
Menurut Mulyadi (2009:401), selisih harga bahan baku dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
SH = (HS - HSt) KS
Dimana:
SH = Selisih harga bahan baku
HS = Harga beli sesungguhnya setiap satuan
KS = Kuantitas sesungguhnya yang dibeli
HSt = Harga beli standar setiap satuan
Dalam menghitung selisih harga bahan baku dapat ditentukan apakah sifat
selisih harga menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu jika:
HS > HSt, maka selisih harga tidak menguntungkan (unfavorable).
HS < HSt, maka selisih harga menguntungkan (favorable).
HS = HSt, maka realisasi harga sesuai dengan anggaran (tidak ada
selisih).
b) Menghitung Selisih Kuantitas
Menurut Mulyadi (2009:401), selisih kuantitas bahan baku dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
SK = (KS - KSt) HSt
Dimana:
SK = Selisih Kuantitas bahan baku
KS = Kuantitas sesungguhnya atas bahan baku yang dipakai
KSt = Kuantitas standar atas bahan baku yang dipakai
HSt = Harga beli standar bahan baku yang dipakai
35
Untuk mengetahui selisih kuantitas bahan baku menguntungkan atau tidak
menguntungkan dapat ditentukan sebagai berikut :
KS > KSt, Maka selisih kuantitas tidak menguntungkan (unfavorable).
KS < KSt Maka selisih kuantitas menguntungkan (favorable).
KS = KSt Maka realisasi kuantitas sesuai dengan anggaran (tidak ada
selisih) .
2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
a) Menghitung Selisih Tarif Upah
Menurut Mulyadi (2009:406), selisih tarif upah langsung dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
STU = (TUS - TUSt) JKS
Dimana :
STU = Selisih tarif upah langsung
TUS = Tarif sesungguhnya dari upah langsung per jam
TUSt = Tarif standar dari upah langsung per jam
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
Dalam menghitung selisih tarif upah langsung dapat ditentukan selisih
menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu jika:
TS > TSt, maka selisih tarif upah langsung sifatnya tidak
menguntungkan (unfavorable).
TS < TSt, maka selisih tarif upah langsung sifatnya menguntungkan
(favorable).
TS = TSt, maka realisasi tarif upah sesuai dengan anggaran (tidak ada
selisih).
36
b) Menghitung Selisih Efisiensi Upah
Menurut Mulyadi (2009:406), selisih efisiensi upah langsung dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
SEU = (JKS - JKSt) TUSt
Dimana :
SEU = Selisih efisiensi upah langsung
TUSt = Tarif standar dari upah langsung per jam
JKS = Jam kerja sesungguhnya
JKSt = Jam kerja standar
Dalam menghitung selisih efisiensi upah langsung dapat ditentukan
apakah sifat selish menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu
jika:
JS > JSt, maka selisih efisiensi upah langsung sifatnya tidak
menguntungkan (unfavorable).
JS < JSt, maka selisih efisiensi upah langsung sifatnya tidak
menguntungkan (favorable).
JS = JSt, maka realisasi efisiensi upah langsung sesuai dengan anggaran
(tidak ada selisih).
3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
a. Selisih anggaran
Menurut Supriyono (2012:115), selisih anggaran dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
SA = BOPS – (KN x TT) – (KS x TV)
37
Dimana :
SA = Selisih Anggaran
BOPS = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
AFKS = Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Sesungguhnya
KS = Kapasitas Sesungguhnya
TV = Tarif Variabel
KN = Kapasitas Normal
TT = Tarif Tetap
Dalam menghitung selisih anggaran dapat ditentukan apakah sifat selisih
menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu jika:
BOPS > AFKS, maka selisih anggaran sifatnya tidak menguntungkan
(unfavorable).
BOPS < AFKS, maka selisih anggaran sifatnya menguntungkan
(favorable).
BOPS = AFKS, maka realisasi biaya sesungguhnya sesuai dengan biaya
pada kapasitas yang dianggarkan (tidak ada selisih).
b. Selisih efisiensi tetap
Menurut Supriyono (2012:118), selisih efisiensi tetap dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
SET = (KS x TT) – (KSt x TT)
= (KS – KSt) TT
Dimana :
SET = Selisih Efisiensi Tetap
38
KS = Kapasitas Sesungguhnya
KSt = Kapasitas Standar
TT = Tarif Tetap
Dalam menghitung selisih efisiensi tetap dapat ditentukan apakah sifat
selisih menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu jika:
KS > KSt, maka selisih efisiensi tetap sifatnya tidak menguntungkan
(unfavorable).
KS < KSt, maka selisih efisiensi tetap sifatnya menguntungkan
(favorable).
KS = KSt, maka realisasi efisiensi tetap sesuai dengan anggaran (tidak
ada selisih).
c. Selisih efisiensi variabel
Menurut Supriyono (2012:118), selisih efisiensi variable dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
SEV = (KS x TV) – (KSt x TV)
= (KS – KSt) TV
Dimana :
SEV = Selisih efisiensi variabel
KS = Kapasitas Sesungguhnya
KSt = Kapasitas Standar
TV = Tarif Variabel
Dalam menghitung selisih efisiensi variabel dapat ditentukan apakah
sifat selisih menguntungkan atau tidak menguntungkan yaitu jika:
39
KS > KSt, maka selisih efisiensi variabel sifatnya tidak menguntungkan
(unfavorable).
KS < KSt, maka selisih efisiensi variabel sifatnya menguntungkan
(favorable).
KS = KSt, maka realisasi efisiensi variabel sesuai dengan anggaran
(tidak ada selisih).
Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dari objek yang diambil oleh
peneliti selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk menilai
kinerja manajemen produksi dalam penggunaan anggaran biaya produksi pada
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda adalah
suatu Badan Usaha Pemerintah Daerah dibidang jasa pelayanan air minum yang
memenuhi syarat. Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur
dengan luas 71.800 ha, dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap
tahunnya membuat PDAM Tirta Kencana menyadari perlunya melakukan
peningkatan pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal
melalui penambahan kapasitas produksi dengan membangun Instalasi
Pengolahan Air dan perluasan jaringan distribusi, yang dimana sumber dana
pengembangan tersebut diharapkan diperoleh dari tertibnya warga masyarakat
(pelanggan) membayar rekening penagihan pemakaian air bersih secara teratur
dan bantuan dari pihak Pemerintah Daerah maupun Lembaga terkait lainnya.
Sejarah pendirian PDAM Kota Samarinda dimulai dari Pemerintahan
colonial Belanda. Dimulai pada tahun 1932, Pemerintahan Belanda membangun
satu sistem pengolahan air minum dan satu intake dengan kapasitas 10 l/Det
yang kemudian dinamakan Perusahaan Air Minum Daerah Kotamadya
Samarinda (PAMDA KOMAS) yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah
(Perda) Kotamadya Samarinda Nomor 13 tanggal 13 September 1974. Pada
tahun 1975-1985, Direktorat Jendral Cipta Karya merehabilitasi intake Teluk
Lerong Ulu, membangun instalasi pengolahan dengan kapasitas 50 l/det dan
41
merehabilitasi IPA peninggalan Belanda menjadi 20 l/det. pemanfaatan ex
kolam renang Kinibalu menjadi instalasi pengolahan air dengan kapasitas 30
l/det dengan dana PDAM sendiri. PDAM KOMAS mendapatkan pinjaman Bank
Dunia sebesar ± Rp 3 Milyar untuk melaksanakan proyek air minum Samarinda
dengan membangun dua unit instalasi air minum yaitu IPA Cenda berkapasitas
160 liter/detik dan IPA Samarinda Seberang berkapasitas 40 liter/detik.
Pada tahun 1986-1995, PDAM KOMAS meningkatkan kapasitas IPA
Cendana menjadi 300 l/det dan IPA Tirta Kencana dari 100 l/det menjadi 160
l/det dengan pendanaan dari pinjaman sebesar ± Rp 2,9 Milyar. Departemen
Pekerjaan Umum melalui Proyek Sarana dan Prasarana Air Bersih (PSPAB)
melimpahkan Instalasi Kecamatan Kelurahan (IKK) Palaran berkapasitas 2,5
l/det, IKK Lempake berkapasitas 2,5 l/det dan IKK Makroman berkapasitas 5
l/det kepada PDAM KOMAS. Peningkatan kapasitas IPA Tirta Kencana dari
total kapasitas 160 l/det menjadi 360 l/det dan IPA Samarinda Seberang dari 40
l/det menjadi 100 l/det sehingga total kapasitas menjadi 767,5 l/det.
Pada tahun 1996-2002, pembangunan IPA Selili berkapasitas 100 l/det
dengan dana dari PDAM sendiri ± Rp 6,34 Milyar, serta penambahan kapasitas
IPA Palaran menjadi 17,5 l/det dan pembuatan IPA bengkuring kapasitas 12,5
l/det dengan dana hibah pemerintah pusat. Hibah pemerintah pusat berupa
pembangunan IPA Sambutan kapasitas 2,5 l/det yang berupa bagian dari relokasi
pemukiman Sungai Karang Mumus, serta pembangunan IPA Cendana II dengan
kapasitas 200 l/det dengan pendanaan dari proyek Kalimantan Urban
Development Project (KUDP) sebesar ± Rp 17,6 milyar. Bantuan penambahan
42
kapasitas IPA Selili 15 l/det, sehingga kapasitas total menjadi 1.128 l/det.
Pembangunan Intake Loa Kulu dengan kapasitas 800 l/det sebagai antisipasi
terjadinya musim kemarau.
Tahun 2003-2004, modifikasi IPA Cendana II dari 200 l/det menjadi 300
l/det. pembangunan IPA bendang dengan sistem Built Operating & Transfer
(BOT) dengan kapasitas 400 l/det. Dan bantuan dari lembaga nasional melalui
BNI 46 untuk IPA Lempake dan Bengkuring masing-masing 10 l/det dan
bantuan pemerintah pusat (Kimpraswil) pembangunan IPA Pulau Atas 20 l/det
sehingga kapasitas total menjadi 1.685 l/det.
Pada tahun 2008-2012, modifikasi IPA Cendana II dari 300 l/det menjadi
600 l/det. Pemerintah Provinsi memberikan hibah berupa IPA Gunung Lipan
berkapasitas 200 l/det (2008), IPA Loa Bakung 250 l/det (2010), IPA Gunung
Lingai 100 l/det (2012) dan melakukan uprating IPA Bengkuring sehingga
berkapasitas 60 l/det. IPA Bukuan ditambah WTP Mobile 10 l/det dari IPA
Bengkuring (2012). Pembangunan SPAM Sungai Kapih (2012).
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda
adalah :
“Menjadi Perusahaan Terdepan Dalam Pelayanan Air Minum Bagi
Masyarakat Kota Samarinda.”
Misi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota Samarinda
adalah :
a. Mewujudkan pelayanan air minum bagi seluruh masyarakat Kota
Samarinda sesuai dengan standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
43
b. Meningkatkan kinerja perusahaan yang sehat dan bersih dari aspek
keuangan dan operasional administrasi.
c. Meningkatkan profesionalisme SDM dan bekerja dengan hati melayani
konsumen
d. Mendukung program Pemerintah Kota dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat Samarinda.
e. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
4.1.2 Cakupan Distribusi Air Bersih
Distribusi air bersih ke pelanggan adalah hal pokok yang merupakan
prioritas utama dari keseluruhan pelaksanaan kegiatan perusahaan oleh sebab itu
diupayakan distribusi air bersih kepada pelanggan selama 24 jam dengan
tekanan air minimal 0.5 bar secara merata.
Beberapa daerah yang termasuk dalam cakupan pelayanan PDAM Tirta
Kencana adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Cakupan Pelayanan Air Bersih
NO. Kecamatan Kelurahan IPA Pelayanan
1 Samarinda Utara Sempaja Selatan
Sempaja Utara
Sungai Siring
Lempake
Tanah Merah
IPA Cendana
IPA Bendang
IPA Bengkuring
IPA Lempake
IPA Gunung Lingai
2 Loa Janan Ilir Simpang Tiga
Tani Aman
Sengkotek
Harapan Baru
Rapak Dalam
IPA Gunung Lipan
3 Samarinda Ulu Telok Lerong Ilir
Jawa
Air Putih
Sidodadi
Air Hitam
IPA Tirta Kencana
IPA Cendana
IPA Bendang
44
Dadimulya
Gunung Kelua
Bukit Pinang
4 Sungai Kunjang Loa Bakung
Loa Buah
Karang Asam Ulu
Lok Bahu
Telok Lerong Ulu
Karang Asam Ilir
Karang Anyar
IPA Cendana
IPA Bendang
IPA Gunung Lipan
IPA Loa Bakung
5 Samarinda Seberang Sungai Keledang
Baqa
Masjid
Kampung Tenun
Mangkupalas
IPA Seberang
IPA Gunung Lipan
6 Palaran Rawa Makmur
Handil Bakti
Bukuan
Simpang Pasir
Bantuas
IPA Palaran
7 Sambutan Sungai Kapih
Sambutan
Makroman
Sindang Sari
Pulau Atas
IPA Selili
IPA Pulau Atas
8 Sungai Pinang Temindung Permai
Sungai Pinang Dalam
Gunung Lingai
Migirejo
Bandara
IPA Tirta Kencana
IPA Gunung Lingai
9 Samarinda Kota Karang Mumus
Pelabuhan
Sido Mulyo
Sidodamai
Pelita
IPA Tirta Kencana
10 Samarinda Ilir Selili
Sungai Dama
Sido Mulyo
Sidodamai
Pelita
IPA Selili
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
45
4.1.3 Kapasitas Terpasang
Pdam Tirta Kencana Kota Samarinda saat ini memiliki kapasitas terpasang
2.287,5 l/det. Adapun rincian kapasitas terpasang masing-masing Instalasi
Pengolahan Air (IPA) dan Resorvoir yang tersebar di wilayah Kota Samarinda
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kapasitas Terpasang
No IPA/ Lokasi IPA Kapasitas Terpasang
(I/det) Sumber Air Baku
1 IPA Cendana 600 Sei. Mahakam
2 IPA Tirta Kencana 360 Sei. Mahakam
3 IPA Samarinda Seberang 125 Sei. Mahakam
4 IPA Palaran 17,5 Sei. Mahakam
5 IPA Lempake 10 Waduk Benanga
6 IPA Selili 125 Sei. Mahakam
7 IPA Pulau Atas 30 Sei. Mahakam
8 IPA Bengkuring 60 Sei. Karang Mumus
9 IPA Gn. Lipan 200 Sei. Mahakam
10 IPA Loa Bakung 250 Sei. Mahakam
11 IPA Bendang 400 Sei. Mahakam
12 IPA Gn. Lingai 100 Waduk Benanga
13 IPA Bukuan 10 Sei. Mahakam
Jumlah 2.287,50
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
4.1.4 Proses Pengolahan Air Bersih
Gambar 4.1 Proses Produksi Pengolahan Air Bersih
Sumber:Ilustrasi Pengolahan Air Bersih
46
Dalam proses pengolahan air bersih fasilitas yang digunakan antara lain,
intake, menara air, clarifier, pulsator, filter dan reservoir. Selain itu, dalam proses
dan pengolahan air bersih, PDAM juga menggunakan bahan kimia seperti kaporit
dan tawas. Air yang diproduksi oleh PDAM selalu dipantau kualitasnya melalui
uji laboratorium agar senantiasa memenuhi standar kelayakan air bersih.
Adapun fungsi dari fasilitas pengolahan air bersih tersebut adalah:
1. Intake
Intake yakni bangunan penangkap atau pengumpul air baku dari sumber
air (sungai). Volume air yang ditangkap disesuaikan dengan debit yang
diperlukan bagi pengolahan air bersih. Unit ini berfungsi untuk:
a. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi pengolahan.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
c. Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi
pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan
dan pengambilan air dari sumber.
d. Bangunan intake dilengkapi dengan screen, pintu air dan saluran
pembawa.
2. Menara air baku (Prasedimentasi)
Fungsi menara air baku adalah mengontrol dan mengatur tinggi
permukaan air baku dan laju air agar tetap konstan agar proses pengolahan
dengan pembubuhan bahan kimia, koagulasi, pengendapan dan
penyaringan dapat berjalan dengan lancar, baik dan tanpa hambatan.
47
3. Clarifier
Merupakan tempat terjadinya koagulasi. Koagulasi didefinisikan sebagai
muatan pada koloid dan partikel tersuspensi, termasuk bakteri dan virus,
oleh suatu koagulan. Pengadukan cepat merupakan bagian terintegrasi dari
proses ini. Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk:
a. Mengurani kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun
organik didalam air.
b. Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air.
c. Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae dan
organisme plankton lain.
d. Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam
air.
4. Bangunan pengaduk cepat (rapid mixing)
Fungsi bangunan pengaduk cepat ini adalah sebagai tempat pencampuran
koagulan dengan air baku sehingga timbullah koagulasi. Tipe alat yang
biasanya digunkan untuk memperoleh intensitas pengadukan dan gradien
kecepatan yang tepat bisa diklasifikasikan menjadi pengaduk mekanis,
pengaduk pheumatis, dan pengaduk hidrolis.
5. Bangunan pengaduk lambat (slow mixing)
Proses pengadukan lambat atau flokulasi ini bertujuan untuk mempercepat
laju tumbukan partikel. Dalam proses ini, flok-flok yang lebih besar akan
terbentuk dengan stabil sehingga memudahkan proses pengendapan dan
penyaringan. Pulsator memiliki cara kerja sistem ruang hampa, yakni
dengan menaikkan dan menurunkan air sehingga flok-flok yang ada dapat
bercampur.
48
6. Bak Sedimentasi
Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
padatan dan cairan dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih
jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan
secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam
instalasi pengolahan adalah:
a. Mengurangi beban kerja unit fltrasi dan memperpanjang umur
pemakaian unit penyaring selanjutnya.
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
7. Bangunan Filtrasi
Bangunan filtrasi memiliki fungsi sebagai tempat untuk memproses
penyaringan butir-butiran yang tidak ikut terendap pada bak sedimentasi.
Selain itu, bangunan filtrasi juga berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme atau bakteri yang ikut terlarut di dalam air. Proses ini
digunakan pada instalasi pengolahan air minum untuk menghasilkan air
minum dengan kualitas yang baik.
8. Reservoir
Air bersih yang telah selesai diolah ditampung di dalam bangunan
bernama reservoir (tangki penyimpanan air) sebelum akhirnya
didistribusikan ke rumah para pelanggan. Desain dari reservoir meliputi
pemilihan dari ukuran dan bentuknya, pertimbangan lain meliputi proteksi
terhadap air yang disimpan, proteksi struktur reservoir dan proteksi
pekerja pemeliharaan reservoir. Reservoir terdiri dari dua jenis yaitu
ground storage reservoir untuk menampung air dengan kapasitas besar
49
dan membutuhkan pompa dalam pengoperasiannya, dan elevated storage
reservoir untuk menampung air dengan kapasitas yang relative lebih kecil
dan menggunakan gravitasi dalam pengoperasian distribusinya.
Proses pengolahan air bersih dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Penyaringan dan Pengendapan
Penyaringan dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan air baku
dari zat-zat, seperti: sampah, daun, rumput, pasir dan lain-lain
berdasarkan berat jenis zat.
2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhsn bahan kimia Tawas kedalam air
agar kotoran dalam air yang berupa padatan resuspensi misalnya zat
warna organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal
dan cepat mengendap.
3. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan
dari koloid-koloid dalam air baku (air sungai) dengan koagulan.
Pembentukan flok akan terjadi dengan baik jika ditambahkan koagulan
ke dalam air baku kemudian dilakukan pengadukan lambat.
4. Sedimentasi
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air tersebut didiamkan sampai
gumpalan kotoran yang terjadi mengendap keseluruhan. Setelah
kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih.
5. Filtrasi
Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan. Untuk mendapatkan air yang benar-benar jernih harus
50
dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan
mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring
yang terdiri dari saringan pasir silika.
6. Desinfeksi
Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan
agar dapat mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan
menghilangkan bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit).
4.2 Penyajian Data
Dalam penyajian data diberikan laporan keuangan hasil pencatatan selama
kegiatan operasional PDAM dalam bentuk Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Air
Bersih Tahun 2015-2016.
Tabl 4.3 Kapasitas Produksi Air Bersih
Tahun 2015-2016
Instalasi
Pengolahan Air
(IPA)
Kapasitas Produksi Normal Kapasitas Produksi Terdistribusi
2015 2016 2015 2016
M³ Unit M³ Unit M³ Unit M³ Unit
IPA Cendana 23,920,630 79,976 23,012,149 94,188 21,014,191 93,725 20,924,612 94,374
IPA Tirta
Kencana 9,734,243 32,545 9,795,263 40,092 8,665,936 38,651 8,625,710 38,903
IPA Samarinda
Seberang 4,580,251 15,314 4,391,862 17,976 4,453,617 19,864 4,212,123 18,997
IPA Palaran 677,153 2,264 697,637 2,855 655,217 2,922 684,254 3,086
IPA Lempake 250,136 836 263,148 1,077 244,458 1,090 258,849 1,167
IPA Selili 3,697,451 12,362 3,844,753 15,737 3,485,991 15,548 3,613,489 16,297
IPA Pulau Atas 912,317 3,050 1,082,556 4,431 826,876 3,688 950,306 4,286
IPA Bengkuring 1,795,840 6,004 1,915,457 7,840 1,725,934 7,698 1,876,044 8,461
IPA Gn. Lipan 9,774,312 32,679 9,813,792 40,168 9,605,091 42,840 9,670,563 43,616
IPA Loa
Bakung 8,145,229 27,233 8,008,189 32,777 7,702,221 34,353 7,570,764 34,145
IPA Bendang 11,409,127 38,145 12,738,747 52,140 10,976,539 48,956 12,327,182 55,598
IPA Gn. Lingai 3,214,134 10,746 3,365,057 13,773 2,894,118 12,908 3,254,263 14,677
IPA Bukuan 219,173 733 20,029 82 200,291 893 19,229 87
Total 78,329,995 261,888 78,948,640 323,136 72,450,479 323,136 73,987,388 333,696
Sumber:PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
51
4.2.1 Biaya Bahan Baku
Data biaya bahan baku (kimia) air bersih PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda pada tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Bahan Baku (Kimia) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas
(Kg)
Harga
Satuan Jumlah
Kuantitas
(Kg)
Harga
Satuan Jumlah
Tawas 3,072,143 2,800 8,602,000,000 1,677,806 3,700 6,207,884,000
Soda Ash 251,828 19,750 4,973,606,000 170,686 19,750 3,371,050,750
Gas Chloor 260,825 18,915 4,933,500,000 63,174 21,300 1,345,615,000
Kaporit 13,309 19,890 264,723,880 77,005 19,890 1,531,620,150
PE 8,412 76,600 644,380,000 - 76,600 -
Kaolin 150,398 3,800 571,510,500 3,914 3,800 14,875,000
Total
19,989,720,380
12,471,044,900
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
Tabel 4.5
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Bahan Baku (Kimia) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas
(Kg)
Harga
Satuan Jumlah
Kuantitas
(Kg)
Harga
Satuan Jumlah
Tawas 2,576,471 4,300 11,078,823,580 2,457,791 4,598 11,300,925,000
Soda Ash 813,207 6,750 5,489,146,520 273,347 7,337 2,005,550,000
Gas Chloor 237,454 22,500 5,342,713,860 36,828 23,430 862,870,000
Kaporit 159,977 27,700 4,431,373,980 116,592 26,290 3,065,214,450
PE 16,868 77,500 1,307,287,740 4,278 76,900 328,969,500
Kaolin 118,459 5,500 651,521,970 - 4,675 -
Total
28,300,867,650
17,563,528,950
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
52
4.2.2 Biaya Tenaga Kerja
Data biaya tenaga kerja langsung pada PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan Anggaran Realisasi
Gaji & Honor Pegawai IPA 2,520,000,000 1,757,653,000
Tunjangan IPA 7,159,800,000 6,512,711,890
Iuran Pensiun IPA 525,000,000 471,658,083
Premi Askes IPA 564,000,000 630,196,214
Lembur IPA 240,000,000 212,164,200
Jamsostek IPA 288,000,000 293,550,579
Insentif Pegawai IPA 3,495,700,000 2,835,831,363
Gaji & Honor Pegawai Intake 514,800,000 389,141,760
Tunjangan Intake 1,687,400,000 1,358,726,400
Iuran Pensiun Intake 120,000,000 90,432,000
Lembur Intake 120,000,000 317,836,800
Premi Askes Intake 139,000,000 144,374,400
Jamsostek Intake 144,000,000 61,824,000
Insentif Pegawai Intake 70,800,000 564,048,000
Total 17,588,500,000 15,640,148,689
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
Diketahui :
Perhitungan Jam Kerja Standar:
Jumlah jam kerja per hari = 8 jam
Rata-rata hari per kerja perbulan = 22 hari
Jumlah Karyawan = 124 orang
Jam kerja standar = 8 jam x 22 hari x 124 orang = 21.824 jam/bulan
Jam Kerja Standar = 21.824 jam x 12 bulan = 261.888 jam/tahun
Jam Kerja Sesungguhnya = 323.136 Jam
Upah Kerja Standar = Rp 67.160,00/Jam
Upah Kerja Sesungguhnya = Rp 53.429,00/Jam
53
Data biaya tenaga kerja langsung pada PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan Anggaran Realisasi
Gaji & Honor Pegawai IPA 1,977,000,000 1,801,755,900
Tunjangan IPA 7,048,000,000 6,887,043,435
Iuran Pensiun IPA 480,000,000 364,227,178
Premi Askes IPA 624,000,000 571,528,439
Lembur IPA 600,000,000 216,071,000
Jamsostek IPA 420,000,000 306,629,754
Insentif Pegawai IPA 2,520,500,000 2,706,198,768
Gaji & Honor Pegawai Intake 530,000,000 372,151,248
Tunjangan Intake 1,605,750,000 1,488,416,661
Iuran Pensiun Intake 120,000,000 72,838,739
Lembur Intake 300,000,000 55,899,000
Premi Askes Intake 168,000,000 145,043,214
Jamsostek Intake 114,000,000 69,390,080
Insentif Pegawai Intake 757,450,000 489,281,955
Total 17,264,700,000 15,546,475,371
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda
Diketahui :
Perhitungan Jam Kerja Standar:
Jumlah jam kerja per hari = 8 jam
Rata-rata hari per kerja perbulan = 22 hari
Jumlah Karyawan = 153 orang
Jam kerja standar = 8 jam x 22 hari x 153 orang = 26.928 jam/bulan
Jam Kerja Standar = 26.928 jam x 12 bulan = 323.136 jam/tahun
Jam Kerja Sesungguhnya = 333.696 Jam
Upah Kerja Standar = Rp 53.429,00/Jam
Upah Kerja Sesungguhnya = Rp 46.589,00/Jam
54
4.2.3 Biaya Overhead Pabrik
Data biaya overhead pabrik pada PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi (Biaya Tetap) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas
(Bulan) Harga Satuan Jumlah
Kuantitas
(Bulan) Harga Satuan Jumlah
Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah 12 60,358,333 724,300,000 12 19,568,640 234,823,683
Pemeliharaan Alat Perpompaan Sumber 12 33,333,333 400,000,000 12 32,887,270 394,647,236
Pemeliharaan Panel Listrik Pompa 12 16,666,667 200,000,000 12 12,342,908 148,114,900
Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah IPA 12 74,166,667 890,000,000 12 50,793,239 609,518,869
Pemeliharaan IPA 12 47,916,667 575,000,000 12 24,495,508 293,946,096
Pemeliharaan Instalasi Pompa 12 70,833,333 850,000,000 12 49,096,305 589,155,659
Pemeliharaan Panel Listrik Pompa IPA 12 22,083,333 265,000,000 12 11,386,742 136,640,900
Pemeliharaan Genzet IPA 12 20,833,333 250,000,000 12 19,761,129 237,133,545
Biaya Retribusi Air Baku PDAM 12 70,000,000 840,000,000 12 63,213,568 758,562,814
Biaya Penyusutan Sumber Air 12 857,820,005 10,293,840,058 12 713,317,678 8,559,812,132
Biaya Penyusutan Pengolahan Air 12 768,924,675 9,227,096,104 12 596,516,778 7,158,201,338
Total
2,042,936,347 24,515,236,162
1,593,379,764 19,120,557,172
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
55
Tabel 4.9
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi (Biaya Tetap) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas
(Bulan) Harga Satuan Jumlah
Kuantitas
(Bulan) Harga Satuan Jumlah
Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah 12 29,583,333 355,000,000 12 23,138,743 277,664,918
Pemeliharaan Alat Perpompaan Sumber 12 41,666,667 500,000,000 12 42,845,536 514,146,426
Pemeliharaan Panel Listrik Pompa 12 16,666,667 200,000,000 12 6,299,971 75,599,650
Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah IPA 12 126,666,667 1,520,000,000 12 126,091,068 1,513,092,821
Pemeliharaan IPA 12 56,250,000 675,000,000 12 40,985,889 491,830,665
Pemeliharaan Instalasi Pompa 12 70,833,333 850,000,000 12 29,080,467 348,965,600
Pemeliharaan Panel Listrik Pompa 12 26,562,500 318,750,000 12 23,092,172 277,106,060
Pemeliharaan Genzet IPA 12 16,666,667 200,000,000 12 2,612,917 31,355,000
Biaya Retribusi Air Baku PDAM 12 70,000,000 840,000,000 12 66,163,688 793,964,254
Biaya Penyusutan Sumber Air 12 865,988,093 10,391,857,115 12 718,962,128 8,627,545,538
Biaya Penyusutan Pengolahan Air 12 732,411,000 8,788,932,003 12 602,535,636 7,230,427,628
Total
2,053,294,927 24,639,539,118
1,681,808,213 20,181,698,560
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
56
Tabel 4.10
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi (Biaya Variabel) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas Satuan Harga Satuan Jumlah Kuantitas Satuan Harga Satuan Jumlah
Pembinaan Karyawan & Pakaian
Dinas Intake 12 Bulan 1,068,750 12,825,000 12 Bulan 791,667 9,500,000
Bantuan & Sumbangan Intake 12 Bulan 2,625,000 31,500,000 12 Bulan 578,352 6,940,220
Pendidikan & Latihan Intake 2 Pelatihan 25,000,000 50,000,000 2 Pelatihan 21,200,000 42,400,000
Pendidikan & Latihan IPA 3 Pelatihan 33,333,333 100,000,000 3 Pelatihan 25,381,667 76,145,000
Pembinaan Karyawan & Pakaian
Dinas IPA 12 Bulan 4,814,583 57,775,000 12 Bulan 3,751,833 45,022,000
Bantuan & Sumbangan IPA 12 Bulan 3,458,333 41,500,000 12 Bulan 2,736,546 32,838,557
Rupa-rupa Pegawai IPA 12 Bulan 3,965,833 47,590,000 12 Bulan 503,333 6,040,000
Biaya Listrik PLN Intake 12 Bulan 874,673,333 10,496,080,000 12 Bulan 931,290,938 11,175,491,260
Biaya Listrik PLN IPA 12 Bulan 2,416,260,000 28,995,120,000 12 Bulan 2,428,836,414 29,146,036,972
Pengadaan Air Curah 12 Bulan 1,276,500,000 15,318,000,000 12 Bulan 1,057,748,812 12,692,985,745
Rupa-rupa Biaya Pengolahan IPA 12 Bulan 65,673,333 788,080,000 12 Bulan 50,495,546 605,946,550
Total
4,707,372,500 55,938,470,000
4,523,315,109 53,839,346,304
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
57
Tabel 4.11
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi (Biaya Variabel) Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan
Anggaran Realisasi
Kuantitas Satuan Harga Satuan Jumlah Kuantitas Satuan Harga Satuan Jumlah
Pembinaan Karyawan & Pakaian Dinas Intake 12 Bulan 2,114,583 25,375,000 12 Bulan 1,586,667 19,040,000
Bantuan & Sumbangan Intake 12 Bulan 2,916,667 35,000,000 12 Bulan 85,417 1,025,000
Pendidikan & Latihan Intake 2 Pelatihan 75,000,000 150,000,000 - Pelatihan 40,000,000 -
Pendidikan & Latihan IPA 3 Pelatihan 66,666,667 200,000,000 3 Pelatihan 42,555,000 127,665,000
Pembinaan Karyawan & Pakaian Dinas IPA 12 Bulan 7,856,250 94,275,000 12 Bulan 6,454,583 77,455,000
Bantuan & Sumbangan IPA 12 Bulan 3,750,000 45,000,000 12 Bulan 791,667 9,500,000
Rupa-rupa Pegawai IPA 12 Bulan 3,902,500 46,830,000 12 Bulan 745,883 8,950,600
Biaya Listrik PLN Intake 12 Bulan 1,019,266,667 12,231,200,000 12 Bulan 971,029,999 11,652,359,984
Biaya Listrik PLN IPA 12 Bulan 2,561,333,333 30,736,000,000 12 Bulan 2,263,779,600 27,165,355,197
Pengadaan Air Curah 12 Bulan 1,750,000,000 21,000,000,000 12 Bulan 1,208,723,885 14,504,686,614
Rupa-rupa Biaya Pengolahan IPA 12 Bulan 80,015,715 960,188,580 12 Bulan 43,165,228 517,982,730
Total
5,572,822,382 65,523,868,580
4,578,917,927 54,084,020,125
Sumber: PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda (Data Diolah)
4.3 Perhitungan Harga Pokok Standar
Tahun 2015:
Biaya Bahan Bahan = Anggaran BBB
Kapasitas Normal
= Rp 19. 989.720.380 = Rp 76.329,00/jam
261.888 jam
Biaya Tenaga Kerja = Anggaran BTK
Kapasitas Normal
= Rp 17.588.500.000 = Rp 67.160,00/jam
261.888 jam
Biaya Overhead Pabrik:
a. Tetap = Anggaran BOP Tetap
Kapasitas Normal
= Rp 24.515.236.162 = Rp 93.610,00/jam
261.888 jam
b. Variabel = Anggaran BOP Variabel
Kapasitas Normal
= Rp 55.938.470,000 = Rp 213.597,00/jam
261.888 jam
Harga Pokok Standar Per unit Tahun 2015:
Satuan unit = Kapasitas Produksi = 78.329.995 m³ = 299 m³
Kapasitas Normal (Jam) 261.888 jam
BBB: Tawas 1,73 kg @ Rp 2.800 = Rp 32.846
Soda Ash 0,96 kg @ Rp 19.750 = Rp 18.991
Gas Chloor 1,00 kg @ Rp 18.920 = Rp 18.838
Kaporit 0,05 kg @ Rp 19.890 = Rp 1.001
PE 0,03 kg @ Rp 76.600 = Rp 2.461
Kaolin 0,57 kg @ Rp 3.800 = Rp 2.182 +
Total BBB per unit Rp 76.329
BTK per unit @ Rp 67.160 = Rp 67.160
BOP:
a. Tetap per unit @ Rp 93.610 = Rp 93.610
b. Variabel per unit @ Rp 213.597 = Rp 213.597 +
Total BOP Rp 307.207 +
Harga Pokok Standar = Rp 450.696/unit
Tahun 2016:
Biaya Bahan Baku = Anggaran BBB
Kapasitas Normal
= Rp 28.300.867.650 = Rp 87.582/jam
323.136 jam
Biaya Tenaga Kerja = Anggaran BTK
Kapasitas Normal
= Rp 17.264.700.000 = Rp 53.429/jam
323.136 jam
Biaya Overhead Pabrik:
a. Tetap = Anggaran BOP Tetap
Kapasitas Normal
= Rp 24.639.539.118 = Rp 76.251/jam
323.136 jam
b. Variabel = Anggaran BOP Variabel
Kapasitas Normal
= Rp 65.523.868.580 = Rp 202.775/jam
323.136 jam
Harga Pokok Standar Per unit Tahun 2016:
Satuan unit = Kapasitas Produksi = 78.329.995 m³ = 299 m³
Kapasitas Normal (Jam) 261.888 jam
BBB: Tawas 7,97 kg @ Rp 4.300 = Rp 34.285
Soda Ash 2,52 kg @ Rp 6.750 = Rp 16.987
Gas Chloor 0,73 kg @ Rp 22.500 = Rp 16.534
Kaporit 0,50 kg @ Rp 27.700 = Rp 13.714
PE 0,05 kg @ Rp 77.500 = Rp 4.046
Kaolin 0,37 kg @ Rp 5.500 = Rp 2.016 +
Total BBB per unit Rp 87.582
BTK per unit @ Rp 53.429 = Rp 53.429
BOP:
a. Tetap per unit @ Rp 76.251 = Rp 76.251
b. Variabel per unit @ Rp 202.775 = Rp 202.775 +
Total BOP Rp 279.026 +
Harga Pokok Standar = Rp 420.037/unit
4.4 Analisis Selisih (Varians) Biaya Produksi
Analisis yang dilakukan penulis yaitu membandingkan biaya produksi
yang dianggarkan dengan biaya produksi yang telah terjadi pada tahun yang
diteliti yaitu tahun 2015-2016. Dengan hasil yang di dapatkan dari analisis selisih
biaya produksi dimana jika jumlah biaya produksi yang dianggarkan lebih kecil
dari yang terjadi sesungguhnya, maka selisih biaya yang terjadi bersifat
merugikan (unfavorable) dan sebaliknya jika anggaran lebih besar dibandingkan
realisasi, maka hasil selisihnya bersifat menguntungkan (favorable).
Dengan menggunakan metode analisis selisih biaya produksi, dapat
diketahui faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan atau selisih biaya yang
terjadi dan dapat diketahui pula kinerja manajemen yang telah melakukan
penganggaran dengan perbandingan terhadap realisasi biaya yang sesungguhnya.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat
dilakukan perhitungan selisih biaya produksi sebagai berikut:
4.4.1 Selisih Biaya Bahan Baku
Dalam menghitung selisih biaya bahan baku dapat digunakan 2 metode
yaitu selisih harga bahan baku dan selisih kuantitas bahan baku. Adapun
perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut:
a. Selisih Harga Bahan Baku
Tahun 2015:
SH (Tawas) = (HSt – HS) KS
= (Rp 2.800 – Rp 3.700) 1.677.806 Kg
= Rp 1.510.025.838 (Rugi)
SH (Soda Ash) = (HSt – HS) KS
= (Rp 19.750 – Rp 19.750) 170.686 Kg
= Rp 0 (Tidak Terjadi Selisih Harga)
SH (Gas Chloor) = (HSt – HS) KS
= (Rp 260.825 – Rp 18.915) 63.174 Kg
= Rp 150.670.975 (Rugi)
SH (Kaporit) = (HSt – HS) KS
= (Rp 19.890 – Rp 19.890) 77.005 Kg
= Rp 0 (Tidak Terjadi Selisih Harga)
SH (Poly Elektrolite) = (HSt – HS) KS
= (Rp 76.600 – Rp 76.600) 0 Kg
= Rp 0 (Tidak Terjadi Selisih Harga)
SH (Kaolin) = (HSt – HS) KS
= (Rp 3.800 – Rp 3.800) 3.914 Kg
= Rp 0 (Tidak Terjadi Selisih Harga)
Tahun 2016:
SH (Tawas) = (HSt – HS) KS
= (Rp 4.300 – Rp 4.598) 2.457.791 Kg
= Rp 732.421.846 (Rugi)
SH (Soda Ash) = (HSt – HS) KS
= (Rp 6.750 – Rp 7.337) 273.347 Kg
= Rp 160.454.934 (Rugi)
SH (Gas Chloor) = (HSt – HS) KS
= (Rp 22.500 – Rp 23.430) 36.828 Kg
= Rp 34.249.641 (Rugi)
SH (Kaporit) = (HSt – HS) KS
= (Rp 27.700 – Rp 26.290) 116.592 Kg
= Rp 164.395.298 (Laba)
SH (Poly Elektrolite) = (HSt – HS) KS
= (Rp 77.500 – Rp 76.900) 4.278 Kg
= Rp 2.566.732 (Laba)
SH (Kaolin) = (HSt – HS) KS
= (Rp 5.500 – Rp 4.675) 0 Kg
= Rp 0 (Tidak Terjadi Selisih Harga)
Tabel 4.12
Rekapitulasi Selisih Harga Bahan Baku (Kimia) 2015-2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan 2015 Keterangan 2016 Sifat
Tawas (1,510,025,838) Unfavorable (732,421,846) Unfavorable
Soda Ash - - (160,454,934) Unfavorable
Gas Chloor (150,670,975) Unfavorable (34,249,641) Unfavorable
Kaporit - - 164,395,298 Favorable
PE - - 2,566,732 Favorable
Kaolin - - - -
Total (1,660,696,813) Unfavorable (760,164,392) Unfavorable
Sumber: Data Diolah
b. Selisih Kuantitas Bahan Baku
Tahun 2015:
SK (Tawas) = (KSt – KS) HSt
= (3.072.143 Kg – 1.677.806 Kg) Rp 2.800
= Rp 3.904.141.838 (Laba)
SK (Soda Ash) = (KSt – KS) HSt
= (251.828 Kg – 170.686 Kg) Rp 19.750
= Rp 1.602.555.250 (Laba)
SK (Gas Chloor) = (KSt – KS) HSt
= (260.825 Kg – 63.174 Kg) Rp 18.915
= Rp 3.738.555.975 (Laba)
SK (Kaporit) = (KSt – KS) HSt
= (13.209 Kg – 19.890 Kg) Rp 19.890
= Rp 1.266.896.270 (Rugi)
SK (Poly Elektrolite) = (KSt – KS) HSt
= (8.412 Kg – 0 Kg) Rp 76.600
= Rp 644.380.000 (Laba)
SK (Kaolin) = (KSt – KS) HSt
= (150.398 Kg – 3.914 Kg) Rp 3.800
= Rp 556.635.500 (Laba)
Tahun 2016:
SK (Tawas) = (KSt – KS) HSt
= (2.576.471 Kg – 2.457.791 Kg) Rp 4.300
= Rp 510.320.426 (Laba)
SK (Soda Ash) = (KSt – KS) HSt
= (813.207 Kg – 273.347 Kg) Rp 6.750
= Rp 3.644.051.454 (Laba)
SK (Gas Chloor) = (KSt – KS) HSt
= (237.454 Kg – 36.828 Kg) Rp 22.500
= Rp 4.514.093.501 (Laba)
SK (Kaporit) = (KSt – KS) HSt
= (159.977 Kg – 116.592 Kg) Rp 27.700
= Rp 1.201.764.232 (Laba)
SK (Poly Elektrolite) = (KSt – KS) HSt
= (16.868 Kg – 4.278 Kg) Rp 77.500
= Rp 975.751.508 (Laba)
SK (Kaolin) = (KSt – KS) HSt
= (118.459 Kg – 0 Kg) Rp 5.500
= Rp 651.521.970 (Laba)
Tabel 4.13
Rekapitulasi Selisih Kuantitas Bahan Baku (Kimia) Tahun 2015-2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan 2015 Keterangan 2016 Sifat
Tawas 3,904,141,838 Favorable 510,320,426 Favorable
Soda Ash 1,602,555,250 Favorable 3,644,051,454 Favorable
Gas Chloor 3,738,555,975 Favorable 4,514,093,501 Favorable
Kaporit (1,266,896,270) Unfavorable 1,201,764,232 Favorable
PE 644,380,000 Favorable 975,751,508 Favorable
Kaolin 556,635,500 Favorable 651,521,970 Favorable
Total 9,179,372,293 Favorable 11,497,503,092 Favorable
Sumber: Data Diolah
4.4.2 Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam menghitung selisih biaya tenaga kerja langsung dapat digunakan 2
metode, yaitu Selisih Tarif Upah Langsung dan Selisih Efisiensi Upah Langsung.
Dimana dari perhitungan selisih tarif upah langsung akan diketahui selisih yang
terjadi antara tarif yang dianggarkan dengan tarif yang direalisasikan. Dengan
metode perhitungan selisih efisiensi upah langsung, maka akan diketahui selisih
efisiensi upah dengan perbandingan antara jam kerja yang dianggarkan dan jam
kerja sesungguhnya. Adapun perhitungan selisih biaya tenaga kerja langsung
adalah sebagai berikut:
a. Selisih Tarif Upah Langsung
Tahun 2015:
Diketahui:
STU = (TUSt – TUS) JKS
= (Rp 67.160,00 – Rp 53.429,00) 323.136 Jam
= Rp 4.437.239.516,00 (Laba)
Tahun 2016:
STU = (TUSt – TUS) JKS
= (Rp 53.429,00 – Rp 46.589,00) 333.696 Jam
= Rp 2.282.430.511,00 (Laba)
b. Selisih Efisiensi Upah Langsung
Tahun 2015:
SEU = (JKSt – JKS) TUSt
= ( 261.888 jam – 323.136 jam) Rp 67.160,00
= Rp 4.113.439.516,00 (Rugi)
Tahun 2016:
SEU = (JKSt – JKS) TUSt
= ( 323.136 jam – 333.696 jam) Rp 53.429,00
= Rp 564.205.882,00 (Rugi)
Tabel 4.14
Rekapitulasi Selisih Biaya Tenaga Kerja Tahun 2015-2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan 2015 Sifat 2016 Sifat
Selisih Tarif Upah Langsung 4,437,239,516 Favorable 2,282,430,511 Favorable
Selisih Efisiensi Upah Lansung (342,786,626) Unfavorable (47,017,157) Unfavorable
Total 4,094,454,905
2,235,415,370
Sumber: Data Diolah
4.4.3 Selisih Biaya Overhead Pabrik
Perhitungan selisih biaya overhead pabrik yang terjadi pada tahun 2015-
2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15
Tarif Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan Anggaran Realisasi
Tetap Variabel Tetap Variabel
Biaya Pemeliharaan 4,154,300,000
2,643,980,888
Biaya Retribusi 840,000,000
758,562,814
Biaya Penyusutan 19,520,936,162
15,718,013,470
Biaya Adm. & Umum
341,190,000
218,885,777
Biaya Listrik PLN 3,949,282,000 35,541,918,000 4,032,314,823 36,289,213,409
Pengadaan Air Curah
15,318,000,000
12,692,985,745
Rupa-rupa Biaya
Pengolahan IPA 788,080,000
605,946,550
Total 28,464,518,162 51,989,188,000 23,152,871,995 49,807,031,481
Sumber: Data Diolah
Diketahui:
Kapasitas Normal = 261.888 jam/tahun
Kapasitas Sesungguhnya = 323.136 jam/tahun
Tarif BOP Tetap = Rp 108.690/jam
Tarif BOP Variabel = Rp 198.517/jam
Perhitungan Tarif BOP tahun 2015:
a) Selisih Anggaran
SA = BOPS – (KN x TT) – (KS x TV)
= Rp 72.959.903.476,00 – ( 261.888 x Rp 108.690,00) – ( 323.136
x Rp 198.517,00)
= – Rp. 19.652.564.396,00
Analisis selisih anggaran biaya overhead pabrik mengalami selisih
menguntungkan (favorable) sebesar Rp. 19.652.564.396,00.
b) Selisih Efisiensi Tetap
SET = (KS – KSt) TT
= ( 323.136 – 261.888) Rp. 108.690,00
= Rp. 6.657.024.409,00
Analisis selisih efisiensi tetap biaya overhead pabrik mengalami selisih
tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp. 6.657.024.409,00.
c) Selisih Efisiensi Variabel
SEV = (KS – KSt) TV
= ( 323.136 – 261.888) Rp. 198.517,00
= Rp. 12.158.761.710,00
Analisis selisih efisiensi variabel biaya overhead pabrik mengalami selisih
tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp. 12.158.761.710,00.
Tabel 4.16
Tarif Biaya Overhead Pabrik Tahun 2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan Anggaran Realisasi
Tetap Variabel Tetap Variabel
Biaya Pemeliharaan 4,618,750,000
3,529,761,140
Biaya Retribusi 840,000,000
793,964,254
Biaya Penyusutan 19,180,789,118
15,857,973,166
Biaya Adm. & Umum
596,480,000
243,635,600
Biaya Listrik PLN 4,296,882,000 38,670,318,000 3,881,933,518 34,935,781,663
Pengadaan Air Curah
21,000,000,000
14,504,686,614
Rupa-rupa Biaya
Pengolahan IPA 960,188,580
517,982,730
Total 28,936,421,118 61,226,986,580 24,063,632,078 50,202,086,607
Sumber: Data Diolah
Diketahui:
Kapasitas Normal = 323.136 jam
Kapasitas Sesungguhnya = 333.696 jam
Tarif BOP Tetap = Rp 89.549,00
Tarif BOP Variabel = Rp 189.477,00
a) Selisih Anggaran
SA = BOPS – (KN x TT) – (KS x TV)
= Rp 74.265.718.685,00 – ( 323.136 x Rp 89.549,00) – ( 333.696 x
Rp 189.477,00)
= – Rp. 17.898.570.927,00
Analisis selisih anggaran biaya overhead pabrik mengalami selisih
menguntungkan (favorable) sebesar Rp. 17.898.570.927,00.
b) Selisih Efisiensi Tetap
SET = (KS – KSt) TT
= ( 323.136 – 333.696) Rp. 89.549,00
= Rp. 945.634.677,00
Analisis selisih efisiensi tetap biaya overhead pabrik mengalami selisih
tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp. 945.634.677,00.
c) Selisih Efisiensi Variabel
SEV = (KS – KSt) TV
= ( 323.136 – 333.696) Rp. 189.477,00
= Rp. 2.000.881.914,00
Analisis selisih efisiensi variabel biaya overhead pabrik mengalami selisih
tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp. 2.000.881.914,00.
Tabel 4.17
Rekapitulasi Selisih Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015-2016
Dalam Rupiah (Rp)
Keterangan 2015 Sifat 2016 Sifat
Selisih Anggaran (19,652,564,396) Favorable (17,898,570,927) Favorable
Selisih Efisiensi Tetap 6,657,024,409 Unfavorable 945,634,677 Unfavorable
Selisih Efisiensi Variabel 12,158,761,710 Unfavorable 2,000,881,914 Unfavorable
Total (836,778,277)
(14,952,054,336)
Sumber: Data Diolah
4.5 Pembahasan
4.5.1 Hasil Analisis Selisih Biaya Produksi
Analisis selisih biaya produksi pada tahun 2015 menunjukkan hasil yaitu
sebagai berikut:
a. Selisih biaya bahan baku
Dari analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan 2 metode
perhitungan untuk mengetahui selisih biaya bahan baku yaitu, pertama
dengan metode Selisih Harga Bahan Baku, dari tabel 4.12 dapat
diketahui bahwa terdapat selisih tidak menguntungkan sebesar Rp.
1.510.025.838,00 pada harga bahan tawas, dan harga bahan gas chloor
terdapat selisih tidak menguntungkan sebesar Rp. 150.670.975,00.
Sehingga total selisih harga bahan baku yang terjadi adalah sebesar Rp
1.660.696.813,00 dengan sifat tidak menguntungkan (Unfavorable).
Selisih yang terjadi dikarenakan harga yang dianggarkan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan harga pasar/realisasinya, dimana untuk
bahan baku Tawas dianggarkan sebesar Rp 2.800,00/Kg dengan
realisasi sebesar Rp 3.700,00/Kg dan Gas Chloor dengan anggaran
sebesar Rp. 18.915,00/Kg sedangkan realisasi sebesar Rp
21.300,00/Kg. Untuk harga bahan baku yang lain anggaran yang
ditetapkan telah tepat sasaran dengan realisasi yang terjadi. Dari
metode kedua dengan metode Selisih Kuantitas Bahan Baku,
menunjukkan hasil yaitu terdapat selisih tidak menguntukan sebesar
Rp. 1.266.896.270,00 pada kuantitas bahan kaporit, hal ini dikarenakan
penggunaan kaporit yang sesungguhnya sebanyak 77.005/Kg
sedangkan yang dianggarkan hanya sebanyak 13.309/Kg, sehingga
terjadi kekurangan bahan yang dapat menghambat kegaiatan produksi.
Pada kuantitas bahan tawas, soda ash, gas chloor, PE, dan kaolin
mengalami selisih menguntungkan dikarenakan kuantitas bahan baku
yang dipakai tidak melampaui anggaran yang ditetapkan.
b. Selisih biaya tenaga kerja
Pada analisis biaya tenaga kerja dengan menggunakan metode analisis
selisih upah langsung terdapat selisih menguntungkan (favorable)
sebesar Rp 4.437.239.516,00. Hal ini dikarenakan tarif upah
sesungguhnya sebesar Rp 53.429,00 lebih kecil dibadingkan dengan
tarif upah standar yang dianggarkan perusahaan yaitu sebesar Rp
67.160,00. Sedangkan pada selisih efisiensi upah langsung terdapat
selisih tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp
4.113.439.516,00. Hal ini disebabkan jam kerja langsung yang
dianggarkan sebanyak 261.888 jam lebih kecil dibandingkan jam kerja
sesungguhnya sebanyak 323.136 jam.
c. Selisih biaya overhead pabrik
Berdasarkan metode analisis selisih biaya overhead pabrik yang
digunakan, yaitu metode tiga selisih maka dapat diketahui perbedaan
atau selisih yang terjadi dengan menghitung selisih anggaran, selisih
efisiensi tetap, dan selisih efisiensi variabel. Dengan metode pertama
menggunakan selisih anggaran, terdapat selisih menguntungkan
sebesar Rp 19.652.564.396,00, hal ini dikarenakan anggaran biaya
overhead pabrik yang digunakan lebih kecil dibandingkan anggaran
yang telah ditetapkan. Pada metode kedua, dengan menggunakan
selisih efisiensi tetap dapat diketahui bahwa terdapat selisih tidak
menguntungkan sebesar Rp 6.657.024.409,00, dan pada metode ketiga
yaitu selisih efisiensi variabel terdapat selisih tidak menguntungkan
sebesar Rp 12.158.761.710,00.
Analisis selisih biaya produksi pada tahun 2016 menunjukkan hasil yaitu
sebagai berikut:
a. Selisih biaya bahan baku
Dari hasil perhitungan selisih harga bahan baku pada tahun 2016,
diketahui bahwa terdapat selisih harga, yaitu selisih tidak
menguntungkan sebesar Rp. 732.421.846,00 pada harga bahan tawas,
pada harga bahan soda ash terdapat selisih tidak menguntungkan
sebesar Rp. 160.454.934,00, dan pada bahan gas chloor terjadi selisih
tidak menguntungkan sebesar Rp 34.249.641,00. Sedangkan untuk
harga bahan Kaporit dan PE terjadi selisih menguntungkan sebesar Rp
164.395.298,00 dan Rp 2.566.732. Selisih yang terjadi dikarenakan
harga pasar bahan tawas, soda ash, dan chloor lebih besar
dibandingkan dengan anggarannya sehingga mengalami selisih tidak
menguntungkan. Selisih kuantitas bahan yang dipakai mengalami
selisih menguntungkan dengan total selisih sebesar Rp
11.497.503.092,00. Hal ini dikarenakan penganggaran kuantitas bahan
baku kimia yang tepat sehingga bahan yang dipakai tercukupi dan
dipastikan tersimpan dalam sistem penyimpanan yang baik agar tidak
mudah rusak, selain itu perusahaan dapat menekan penggunanaan
bahan tergantung dengan tingkat kejernihan air yang diproduksi.
b. Selisih biaya tenaga kerja
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode
analisis selisih upah langsung, terdapat selisih menguntungkan sebesar
Rp 2.282.430.511,00. Hal ini terjadi karena realisasi tarif upah
langsung lebih kecil dibandingkan anggaran yang ditetapkan
manajemen perusahaan. Sedangkan pada selisih efisiensi upah
langsung, dapat diketahui terdapat selisih tidak menguntungkan
sebesar Rp 564.205.882,00 disebabkan anggaran yang ditetapkan
tidak mencapai sasaran realisasi yang dipengaruhi oleh penambahan
dan pengurangan jumlah karyawan setiap tahunnya.
c. Selisih biaya overhead pabrik
Dengan menggunakan metode perhitungan selisih anggaran, selisih
biaya overhead pabrik produksi air bersih yang terjadi bersifat
menguntungkan sebesar Rp 17.898.570.927,00. Selisih tersebut terjadi
disebabkan oleh perbedaan antara biaya overhead pabrik yang
dianggarkan sebesar Rp 92.164.289.612,00 dimana biaya yang terjadi
sesungguhnya lebih kecil yaitu sebesar Rp 74.265.718.685,00. Dengan
menggunakan metode selisih efisiensi tetap, diketahui terdapat selisih
tidak menguntungkan (unfavorable) sebesar Rp 945.634.677,00. Dan
pada perhitungan selisih efisiensi variabel terdapat selisih tidak
menguntungkan sebesar Rp 2.000.881.914,00. Hal ini dikarenakan
kapasitas standar yang dianggarkan sebesar 323.136 jam/tahun, lebih
kecil dibandingkan kapasitas sesungguhnya yang terjadi yaitu sebesar
333.696 jam/tahun.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil mengenai hasil akhir dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Biaya produksi yang dianggarkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Kencana kota Samarinda terdiri dari biaya bahan baku (kimia),
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Selisih biaya
bahan baku pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kencana Kota
Samarinda tahun 2015-2016 secara keseluruhan menghasilkan selisih
menguntungkan (Favorable). Hal ini dikarenakan adanya kenaikan
harga beberapa bahan kimia untuk memproduksi air bersih, yaitu tawas
dan gas chloor dan dan juga terdapat kenaikan kuantitas bahan baku
yag dipakai pada tiap IPA (Instalasi Pengolahan Air).
b. Selisih biaya tenaga kerja pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Kencana Kota Samarinda pada tahun 2015-2016 mengalami total
selisih menguntungkan. Hal ini disebabkan biaya tenaga kerja
sesungguhnya lebih kecil dibandingkan biaya tenaga kerja langsung
yang dianggarkan. Dapat dilihat dari selisih tarif dan selisih efisiensi
pada upah tenaga kerja langsung di PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda, disebabkan peningkatan jumlah karyawan sedangkan
tingkat kehadiran tenaga kerja pada bagian produksi lebih kecil.
c. Selisih biaya overhead pabrik pada Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Kencana Kota Samarinda tahun 2015-2016 pada perhitungan
selisih anggaran terdapat selisih menguntungkan (Favorable),
sedangkan pada selisih efisiensi tetap dan variabel mengalami selisih
tidak menguntungkan (Unfavorable). Hal ini terjadi dikarenakan
pemeliharaan aktiva tetap yang tidak dilakukan secara berkala, hanya
saat terjadi kebocoran pipa dan sebagainya sehingga penggunaan
anggaran lebih kecil, dan biaya yang dianggarkan untuk pelatihan
karyawan Intake tidak dilaksanakan pada tahun 2016.
d. Dari selisih biaya produksi yang terjadi pada tahun 2015-2016, dapat
disimpulkan bahwa manajemen produksi telah menerapkan perkiraan
anggaran biaya produksi lebih besar daripada biaya sesungguhnya.
Sehingga dapat dikatakan penganggaran yang dilakukan manajemen
produksi telah mencapai sasaran atau tidak kurang dari biaya produksi
yang dibutuhkan sesungguhnya.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang penulis ambil diatas, saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
a. Pihak manajemen PDAM Tirta Kencana hendaknya melakukan
penganggaran biaya produksi dengan berdasarkan kebutuhan produksi
dan rata-rata harga bahan yang diperoleh dari supllier atau dengan
melakukan survei harga bahan langsung ke pasaran agar dapat
menekan jumlah selisih yang terlalu besar.
b. Kinerja manajemen produksi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pelatihan-pelatihan khusus dalam bidang produksi untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang ada di PDAM Tirta Kencana Kota
Samarinda sebagai perusahaan pelayanan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Agnistyasti, Bernadette Yashinta. 2016. Analisis Varians Biaya Produksi (Studi
Kasus pada Pabrik Gula Gondang Baru Klaten Tahun 2013). Skripsi.
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Bustami, Bastian&Nurlela.2006. Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut. Edisi 1.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Chandra, Vivi A.F.A. 2007. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Untuk
Mengukur Efektivitas Kerja Bagian Produksi (Studi Kasus pada PT. Menara
Kartika Buana di Surakarta). Skripsi. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Hadinata, Edwin. 20015. Efektivitas Anggaran Biaya Produksi Terhadap
Peningkatan Kinerja Produksi Pada PT.Roda Mas Timber Kalimantan di
Samarinda. Jurnal. Samarinda:Universitas Mulawarman.
Halim, Abdul, Bambang Supomo, Muhammad Syam Kusufi. 2014. Akuntansi
Manajemen (Akuntansi Manajerial). Edisi 2. BPFE Yogyakarta.
Kamus Akuntansi. 2012. Pengertian Definisi Analisis – Informasi Media.
http://mediainformasill.blogspot.com/2012/04/pengertian-definsi-
analisis.html (diakses pada 10 Januari 2017).
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. (edisi 5). Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Richardo. 2013. Analisis Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian
Biaya Pada CV Widia Mas Di Pelalawan. Skripsi. Riau:Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim.
Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Supriyono. R.A. 2012. Akuntansi biaya : perencanaan dan pengendalian biaya
serta pembuatan keputusan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Yuniar, Dewi Roza. 2014. Analisis Selisih Selisih Harga Pokok Produksi Yang
Dianggarkan Dengan Realisasi Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Kencana Kota Samarinda Tahun 2012. Skripsi.Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda.
Zebua, Eva M.. 2010. Analisis Selisih Laporan Biaya Produksi Untuk
Pertanggungjawaban Menilai Kinerja Manajer Produksi Pada CV Rosty.
Skripsi.Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.
PDAM Tirta Kencana Samarinda
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Kode
Anggaran Keterangan Anggaran Realisasi
Intake
910110 Gaji & Honor Pegawai
Intake Rp 514.800.000 Rp 414.220.320
910111 Tunjangan Intake Rp 1.687.400.000 Rp 1.539.876.141
910112 Iuran Pensiun Intake Rp 120.000.000 Rp 102.499.440
910113 Lembur Intake Rp 120.000.000 Rp 37.717.600
910114 Premi Askes Intake Rp 139.000.000 Rp 163.620.569
910116 Jamsostek Intake Rp 144.000.000 Rp 70.645.293
910117 Insentif Pegawai Intake Rp 70.800.000 Rp 639.265.046
910119 Pembinaan Karyawan &
Pakaian Dinas Intake Rp 12.825.000 Rp 9.500.000
910121 Bantuan & Sumbangan
Intake Rp 31.500.000 Rp 6.940.220
910122 Pendidikan & Latihan
Intake Rp 50.000.000 Rp 42.400.000
910130 Biaya Listrik PLN Intake Rp 10.496.080.000 Rp 11.175.491.260
910210 Pemeliharaan Bangunan
& Penyempurnaan Tanah Rp 724.300.000 Rp 234.823.683
910280 Pemeliharaan Alat
Perpompaan Sumber Rp 400.000.000 Rp 394.647.236
910281 Pemeliharaan Panel
Listrik Pompa Rp 200.000.000 Rp 148.114.900
910310 Biaya Retribusi Air Baku
PDAM Rp 840.000.000 Rp 758.562.814
910900 Biaya Penyusutan
Sumber Air Rp 10.293.840.058 Rp 8.559.812.132
Jumlah Rp 25.844.545.058 Rp 24.298.136.654 Sumber: PDAM Tirta Kencana Samarinda
PDAM Tirta Kencana Samarinda
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Pengolahan Air Bersih
Tahun 2015
Kode
Anggaran Keterangan Anggaran Realisasi
Instalasi Pengolahan Air
920110 Gaji & Honor Pegawai
IPA Rp 2.520.000.000 Rp 1.757.653.000
920111 Tunjangan IPA Rp 7.159.800.000 Rp 6.512.711.890
920112 Iuran Pensiun IPA Rp 525.000.000 Rp 471.658.083
920113 Premi Askes IPA Rp 564.000.000 Rp 630.196.214
920114 Lembur IPA Rp 240.000.000 Rp 212.164.200
920115 Jamsostek IPA Rp 288.000.000 Rp 293.550.579
920116 Insentif Pegawai IPA Rp 3.495.700.000 Rp 2.835.831.363
920117 Pendidikan & Latihan IPA Rp 100.000.000 Rp 76.145.000
920118 Pembinaan Karyawan &
Pakaian Dinas IPA Rp 57.775.000 Rp 45.022.000
920119 Bantuan & Sumbangan
IPA Rp 41.500.000 Rp 32.838.557
920120 Tawas Rp 8.602.000.000 Rp 6.207.884.000
920120 Soda Ash Rp 4.973.606.000 Rp 3.371.050.750
920120 Gas Chloor Rp 4.933.500.000 Rp 1.345.615.000
920120 Kaporit Rp 264.723.880 Rp 1.531.620.150
920120 PE Rp 644.380.000 Rp -
920120 Kaolin Rp 571.510.500 Rp 14.875.000
920150 Biaya Listrik PLN IPA Rp 28.995.120.000 Rp 29.146.036.972
920180 Rupa-rupa Pegawai IPA Rp 47.590.000 Rp 6.040.000
920190 Rupa-rupa Biaya
Pengolahan IPA Rp 788.080.000 Rp 605.946.550
920210 Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah Rp 890.000.000 Rp 609.518.869
920220 Pemeliharaan IPA Rp 575.000.000 Rp 293.946.096
920230 Pemeliharaan Instalasi
Pompa Rp 850.000.000 Rp 589.155.659
920231 Pemeliharaan Panel Listrik
Pompa Rp 265.000.000 Rp 136.640.900
920240 Pemeliharaan Genzet IPA Rp 250.000.000 Rp 237.133.545
920310 Pembelian Air Curah Rp 15.318.000.000 Rp 12.692.985.745
920900 Biaya Penyusutan
Pengolahan Air Rp 9.227.096.104 Rp 7.158.201.338
Jumlah Rp 92.187.381.484 Rp 76.814.421.460 Sumber: PDAM Tirta Kencana Samarinda
PDAM Tirta Kencana Samarinda
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Kode
Anggaran Keterangan Anggaran Realisasi
Intake
910110 Gaji & Honor Pegawai
Intake Rp 530,000,000 Rp 372,151,248
910111 Tunjangan Intake Rp 1,605,750,000 Rp 1,488,416,661
910112 Iuran Pensiun Intake Rp 120,000,000 Rp 72,838,739
910113 Lembur Intake Rp 300,000,000 Rp 55,899,000
910114 Premi Askes Intake Rp 168,000,000 Rp 145,043,214
910116 Jamsostek Intake Rp 144,000,000 Rp 69,390,080
910117 Insentif Pegawai Intake Rp 757,450,000 Rp 489,281,955
910118 Rupa-Rupa Biaya Pegawai Rp 20,000,000 Rp -
910119 Pembinaan Karyawan &
Pakaian Dinas Intake Rp 25,375,000 Rp 19,040,000
910121 Bantuan & Sumbangan
Intake Rp 35,000,000 Rp 1,025,000
910122 Pendidikan & Latihan
Intake Rp 150,000,000 Rp -
910130 Biaya Listrik PLN Intake Rp 12,231,200,000 Rp 11,652,359,984
910210 Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah Rp 355,000,000 Rp 277,664,918
910280 Pemeliharaan Alat
Perpompaan Sumber Rp 500,000,000 Rp 514,146,426
910281 Pemeliharaan Panel Listrik
Pompa Rp 200,000,000 Rp 75,599,650
910310 Biaya Retribusi Air Baku
PDAM Rp 840,000,000 Rp 793,964,254
910900 Biaya Penyusutan Sumber
Air Rp 10,391,857,115 Rp 8,627,545,538
Jumlah Rp 28,373,632,115 Rp 24,654,366,667 Sumber: PDAM Tirta Kencana Samarinda
PDAM Tirta Kencana Samarinda
Data Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Pengolahan Air Bersih
Tahun 2016
Kode
Anggaran Keterangan Anggaran Realisasi
Instalasi Pengolahan Air
920110 Gaji & Honor Pegawai IPA Rp 1,977,000,000 Rp 1,801,755,900
920111 Tunjangan IPA Rp 7,048,000,000 Rp 6,887,043,435
920112 Iuran Pensiun IPA Rp 480,000,000 Rp 364,227,178
920113 Premi Askes IPA Rp 624,000,000 Rp 571,528,439
920114 Lembur IPA Rp 600,000,000 Rp 216,071,000
920115 Jamsostek IPA Rp 420,000,000 Rp 306,629,754
920116 Insentif Pegawai IPA Rp 2,520,500,000 Rp 2,706,198,768
920117 Pendidikan & Latihan IPA Rp 200,000,000 Rp 127,665,000
920118 Pembinaan Karyawan &
Pakaian Dinas IPA Rp 94,275,000 Rp 77,455,000
920119 Bantuan & Sumbangan IPA Rp 45,000,000 Rp 9,500,000
920120 Tawas Rp 11,078,823,580 Rp 11,300,925,000
920120 Soda Ash Rp 5,489,146,520 Rp 2,005,550,000
920120 Gas Chloor Rp 5,342,713,860 Rp 862,870,000
920120 Kaporit Rp 4,431,373,980 Rp 3,065,214,450
920120 PE Rp 1,307,287,740 Rp 328,969,500
920120 Kaolin Rp 651,521,970 Rp -
920150 Biaya Listrik PLN IPA Rp 30,736,000,000 Rp 27,165,355,197
920180 Rupa-rupa Pegawai IPA Rp 46,830,000 Rp 8,950,600
920190 Rupa-rupa Biaya
Pengolahan IPA Rp 960,188,580 Rp 517,982,730
920210 Pemeliharaan Bangunan &
Penyempurnaan Tanah Rp 1,520,000,000 Rp 1,513,092,821
920220 Pemeliharaan IPA Rp 675,000,000 Rp 491,830,665
920230 Pemeliharaan Instalasi
Pompa Rp 850,000,000 Rp 348,965,600
920231 Pemeliharaan Panel Listrik
Pompa Rp 318,750,000 Rp 277,106,060
920240 Pemeliharaan Genzet IPA Rp 200,000,000 Rp 31,355,000
920310 Pembelian Air Curah Rp 21,000,000,000 Rp 14,504,686,614
920900 Biaya Penyusutan
Pengolahan Air Rp 8,788,932,003 Rp 7,230,427,628
Jumlah Rp 107,405,343,233 Rp 82,721,356,339 Sumber: PDAM Tirta Kencana Samarinda