Post on 18-Mar-2019
1
I . PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Definisi Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit, di mana tubuh
penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa)
dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang
bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk
memasok energi (Setiono, 2005). DM merupakan gangguan metabolisme
(metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu
menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam
darah (hiperglikemia) yang akan menyebabkan racun bagi tubuh. Sebagian
glukosa yang tertahan di darah akan melimpah ke sistem urin dan dibuang
melalui urin sehingga air seni yang berkadar gula darah tinggi akan menarik
semut. Gejala ini disebut kencing manis. Penderita diabetes juga dapat
mengalami hipoglikemia ( kekurangan gula darah ), yang bisa membahayakan
jiwa penderita jika tidak segera ditangani. Gejala hipoglikemia adalah kepala
pusing, mata berkunang, berkeringat dingin, dan hasil pemeriksaan gula darah
sangat rendah.
Bahan bakar atau energi pada manusia diperoleh dari pembakaran zat
makanan (karbohidrat, protein, dan asam lemak) yang kemudian diserap usus lalu
diteruskan ke pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh sel organ tubuh sebagai
bahan bakar. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar menjadi energi
melalui proses metabolisme, di mana insulin memegang peran yang sangat
penting, yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel. Jika insulin tidak aktif maka
2
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap di dalam darah, akibatnya kadar
gula darah meningkat sehingga darah mengental dan aliran darah melambat
sehingga pasokan oksigen terganggu. Akibat kekurangan oksigen, maka
pembakaran gula menjadi energi terganggu sehingga tubuh menjadi lemah karena
tidak ada sumber energi, kelelahan, sakit kepala , perubahan emosi, dan jantung
bekerja lebih keras atau berdebar-debar (Setiono, 2005).
Berdasarkan klasifikasi WHO, ada beberapa kelompok penderita diabetes
mellitus, yaitu : (1) diabetes tipe I yang tergantung sepenuhnya pada insulin
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM), (2)diabetes tipe II (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM), (3) Malnutrition Related Diabetes
Mellitus (MRDM) atau Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM, (4)
Impaired Glucose Tolerance (IGT) yaitu toleransi gula terganggu, (5) Gestational
Diabetes Mellitus (GDM) yaitu diabetes yang timbul pada masa kehamilan.
Diabetes tipe I (IDDM) biasanya ditemukan pada penderita yang mulai
mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja, para dokter menyebutnya
diabetes anak muda atau disebut diabetes juvenilis, dan menurut Setiono (2005)
faktor keturunan paling berperan dalam diabetes tipe I. Penderita IDDM harus
mendapat suntikan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau
dapat memproduksinya tapi sangat sedikit. Umumnya diabetes tipe I tidak dapat
diobati dengan obat-obat diabetes yang biasa digunakan. IDDM dapat diderita
oleh berbagai usia, hanya mayoritas penderitanya berusia 30 tahun ke bawah.
Separuh penderita diabetes tipe I mengidap setelah usia dewasa, tetapi tidak
berbadan gemuk seperti umumnya penderita diabetes tipe II, sehingga disebut
diabetes tipe I yang tergantung pada insulin dan peneliti menyebutnya diabetes
3
tipe 1,5 atau LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults) karena sistem imun
menyerang sel-sel beta pankreas secara perlahan-lahan sehingga berhenti
memproduksi insulin. Pada penderita IDDM, dokter tidak menemukan tanda-
tanda dari faktor resiko yang biasa digunakan dokter untuk mendeteksi pasien
diabetes. Penderita IDDM sangat peka terhadap komplikasi jangka pendek,
seperti hipoglikemia , hiperglikemia, dan keracunan keton yang sangat berbahaya
sebagai hasil metabolisme tubuh yang menumpuk (ketoasidosis) yang dapat
menyebabkan koma diabetic.
Diabetes tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM)
terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot
tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga pengiriman gula ke sel tubuh
terganggu. Pada NIDDM, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin pada permukaan sel kurang . Insulin diibaratkan sebagai
anak kunci, jika jumlahnya kurang tetapi lubang kunci banyak, maka pintu tidak
bisa dibuka. Demikian pula jika insulin kurang, maka glukosa tidak bisa masuk
sel sehingga tubuh kekurangan bahan bakar. NIDDM adalah tipe diabetes yang
paling umum dijumpai, hampir 90 persen dari tipe diabetes adalah NIDDM, yang
umumnya dijumpai setelah masa dewasa. NIDDM dapat menurun dari
orangtuanya, dan resiko terkena penyakit diabetes meningkat jika seseorang
kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang tidak sehat (seperti kurang olah
raga dan pola makan yang tidak sehat), penuaan, malnutrisi, stress yang
menyebabkan resistensi insulin (sel-sel tubuh tidak bisa merespon insulin dengan
normal). Dahulu, penderita NIDDM berusia 40 tahun ke atas, tetapi akhir-akhir
ini dari diagnosa dokter penderita NIDDM pada anak-anak sudah banyak sehinga
4
ditemukan diabetes tipe MODY ( Maturity of The Young). NIDDM dapat
dikendalikan dengan diet yang seimbang untuk mengontrol berat badan dan olah
raga yang cukup, jika cara ini sudah tidak efektif maka akan dibantu dengan
minum obat atau suntikan insulin .
Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) atau Diabetes Mellitus
Terkait Malnutrisi (DMTM) yaitu diabetes karena kekurangan gizi (malnutrisi)
sehingga pankreas rusak MRDM dapat terjadi selama kehamilan, selama masa
anak-anak, dan pada masa dewasa. Menurut Setiono (2005), malnutrisi pada janin
tidak hanya disebabkan ibunya kekurangan gizi selama kehamilan, tetapi bisa
diakibatkan ibu yang merokok atau minum alkohol. Penyebab lainnya adalah
faktor keturunan dari keluarga yang mengidap diabetes.
Diabetes tipe Impaired Glucose Tolerance (IGT) yaitu toleransi gula
terganggu. Kadar gula darah di atas normal, tetapi tidak terlalu tinggi untuk
dikatakan diabetes. Indikasinya adalah kadar gula darah antara 115-140 mg/dl dan
gejala diabetes tidak muncul. Penderita bisa sembuh dan kadar gula darah bisa
normal kembali, sebagian tidak mengalami perubahan kadar gula darah ( di antara
ambang normal dan tinggi), dan 25% dari penderitanya mengalami diabetes.
Resiko dari penderita IGT adalah mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) dan
kadar kolesterol tinggi yang dapat berakibat jantung koroner jika tidak dijaga
dengan baik.
Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu diabetes yang timbul pada masa
kehamilan saja. Gejala GDM pada ibu hamil tidak membahayakan ibu, tetapi
dapat menimbulkan sindrom pernafasan dan hipoglikemia pada bayi. Resiko lain
dari GDM adalah ibu rentan mengalami toksemia yaitu menyebarnya racun di
5
dalam aliran darah yang dapat membahayakan ibu dan janin. Pengendalian GDM
dengan diet yang baik dan olahraga, dan jika diperlukan dapat diberi suntikan
insulin. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, berat bayi lahir lebih dari 4 kg.
Faktor –faktor yang berperan terhadap timbulnya diabetes antara lain pola
makan yang salah (obesitas khususnya obesitas sentral atau bentuk apel dan
kurang gizi yang dapat merusak pankreas), kurang olah raga, faktor keturunan
(kelainan genetika), infeksi virus (DM tipe 1), minum obat yang dapat
menaikkan kadar glukosa darah (glukokortikoid, furosemida, thiazide, beta
blocker, produk yang mengandung estrogen), proses menua (‘aging’), stress, dan
sebagainya. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan drastis dari fungsi
fisiologis tubuh, seperti terjadinya kegemukan setelah usia 40 tahun yang
menyebabkan tubuh tidak peka terhadap insulin. Stress menahun (kronis)
cenderung menyebabkan seseorang mengkonsumsi makanan yang manis dan
berlemak untuk meningkatkan kadar serotonin otak yang berfungsi sebagai
penenang sementara untuk mengatasi stress. Konsumsi gula dan lemak ini
berbahaya bagi orang yang mempunyai resiko diabetes.
Gejala umum diabetes antara lain adalah haus berlebihan, sering kencing di
malam hari, berat badan turun dengan cepat, keluhan lemah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, cepat lapar, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka
sukar sembuh (Syahril dalam Waspadji S., 2002). Komplikasi pada diabetes,
misalnya kebutaan, kaki busuk, komplikasi ginjal, jantung dan lain-lain , timbul
karena kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang . Pengendalian
diabetes memerlukan pengelolaan antara lain dengan penyuluhan, perencanaan
6
makan, olah raga, dan obat hipoglikemik atau insulin. Pemantauan kadar glukosa
dengan teratur diperlukan untuk mengatur takaran makanan, latihan jasmani, dan
obat hipoglikemik. Kriteria pengendalian diabetes adalah : kadar glukosa darah
puasa: 80-110 mg/ dL, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan : 110-160 mg/dL
dan HbA 1 C : 4-6.5, sedangkan kadar kolesterol total di bawah 200 mg/dL,
kolesterol HDL di atas 45 mg/dL, dan trigliserida di bawah 200 mg/dL.
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2002), biaya
pengobatan diabetesi di Amerika diperkirakan $132 milyar, dan total biaya yang
ditanggung pemerintah adalah $92 milyar, meliputi $23.2 milyar untuk
perawatan diabetes tanpa komplikasi , $24.6 milyar untuk diabetes dengan
komplikasi kronis, dan $44.1 milyar untuk kondisi pemeriksaan umum. Biaya
tidak langsung untuk hilangnya hari kerja, kurangnya produktivitas, kematian
akibat diabetes adalah $40.8 milyar . Biaya tahunan perawatan diabetesi
meningkat dari $10,071 pada tahun 1997 menjadi $13,243 pada tahun 2002,
dengan peningkatan lebih dari 30%. Sebagai pembanding perawatan kesehatan
untuk orang bukan diabetesi sekitar $2,560 pada tahun 2002. Biaya langsung
untuk diabetesi diperkirakan $92 milyar pada tahun 2002 meningkat dari $44
milyar pada tahun 1997, atau sekitar 19% dari perawatan kesehatan di U.S untuk
diabetesi. Meski yang terdiagnosis diabetes hanya 4.2% dari total populasi di US,
memerlukan $40.3milyar biaya perawatan di rumah sakit, dan $13.8 milyar biaya
perawatan di rumah untuk diabetesi. Perawatan diabetesi di rumah sakit sekitar
16.9 juta hari pada tahun 2002, dan rata-rata 62.6 juta pasien yang datang adalah
diabetesi. Komplikasi penyakit jantung karena diabetes menghabiskan biaya
perawatan sekitar lebih dari $17.6 milyar dari total biaya perawatan kesehatan
7
tahunan $91.8 milyar. Biaya tidak langsung diperkirakan $40 milyar pada tahun
2002, yaitu diabetesi kehilangan hampir 88 juta hari kerja. Sekitar 176,000 kasus
tidak mampu bekerja lagi akibat diabetes bernilai $7.5 milyar.
Menurut ADA ( 2002), prevalensi total diabetesi di US (semua usia) tahun
2002 adalah 6.3% dari populasi penduduk (sekitar 18.2 juta orang) , di mana 13
juta orang (terdiagnosa) dan 5.2 juta orang (tidak terdiagnosa). Prevalensi
diabetesi di bawah 20 tahun sekitar 210,000 orang (0.26% dari total diabetesi).
Maka hampir ada satu dari 400-500 anak dan remaja menderita DM tipe 1.
Berdasar studi regional mengindikasikan DM tipe 2 banyak diderita anak-anak
dan remaja warga negara Amerika keturunan Indian, Afrika, Hispanic, dan Latin.
Prevalensi diabetesi untuk usia 20 tahun ke atas di US (2002) adalah 18 juta
(8,7% orang dari total penduduk usia 20 tahun ke atas), di mana 8.7 juta orang
dengan jenis kelamin laki-laki (8.7% dari penduduk laki-laki; usia 20 tahun ke
atas) dan diabetesi wanita 9.3 juta (8.7 % dari wanita usia 20 tahun ke atas).
Prevalensi diabetesi pada usia 60 tahun ke atas adalah 8.6 juta (18.3% dari total
penduduk usia 60 tahun ke atas) .
Studi populasi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang
prevalensi diabetes menunjukkan Indonesia berada di posisi keempat di dunia
(tabel 1) . Di tahun-tahun mendatang diperkirakan prevalensi diabetes akan terus
meningkat karena perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan ( trend
konsumsi fast food yang miskin serat), dan umumnya diderita penduduk urban
dibanding penduduk desa (ADA, 2002).
8
Tabel 1. Survei WHO mengenai prevelansi diabetes (ADA, 2002)
Negara Tahun 2000
(juta)
Tahun 2030
(juta)
India 3.17 79.4
China 20.8 42.3
US 17.7 30.3
Indonesia 8.4 21.3
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) menyebutkan bahwa pada
tahun 1980 prevalensi diabetes di Indonesia sekitar 1,5-2,3 persen pada penduduk
usia produktif (15 tahun ke atas). Di daerah urban Makasar pada 1981 prevalensi
DM sekitar 1,5 persen lalu melonjak menjadi 2,9 persen pada 1998 atau
mengalami lonjakan hampir dua kali lipat. Di kota Metropolitan Jakarta yang pada
tahun 1982 tercatat 1,7 persen, melonjak tiga kali lipat menjadi 5,7 persen pada
tahun 1993. Jumlah penderita diabetes Melitus yang terdaftar di Poli
Endokrinologi RS Dr Sutomo Surabaya, pada tahun 1964 hanya 133 orang, tahun
1991 meningkat menjadi 125 kali yaitu 16.567 orang. Menurut Ketua Pengurus
Besar Perkeni dr. Sidartawan Soegondo Sp.PD,KE,DTMH (www.Kompas.com)
menunjukkan, sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk di atas usia 15
tahun adalah 1,5-2,3 persen. Penelitian tahun 1991 di kota Surabaya mendapatkan
prevalensi 1,43 persen pada penduduk di atas 20 tahun. Di pedesaan Jawa Timur tahun
1989, prevalensinya 1,47 persen. Sementara di Depok, suburban Jakarta, tahun 2001
angkanya 12,8 persen. Dalam Diabetes Atlas 2000 dari IDF diperkirakan tahun 2000
penderita diabetes di Indonesia mencapai 5,6 juta dengan asumsi prevalensi 4,6 persen
dari 125 juta penduduk di atas 20 tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti
saat ini dan prevalensi diabetes 4,6 persen, tahun 2020 diperkirakan 8,2 juta dari 178
juta penduduk di atas 20 tahun menderita diabetes.
9
Umumnya prevalensi penderita DM meningkat seiring meningkatnya status
sosial yang diikuti perubahan pola hidup yang kurang sehat, antara lain kurang
kegiatan fisik, makan berlebihan, dengan akibat terjadinya kegemukan (obesitas)
yang menyebabkan resistensi insulin dan berlanjut menjadi DM. Prevalensi DM
yang paling banyak dijumpai adalah DM tipe-2 yang seringkali tidak dapat
dirasakan gejalanya pada stadium awal dan tetap tidak terdiagnosis selama
bertahun-tahun sampai terjadi macam-macam komplikasi dari penyakit ini.
Banyak penelitian tentang DM membuktikan bahwa kasus-kasus DM yang tidak
terdiagnosis beresiko lebih tinggi untuk mengalami stroke, jantung koroner, dan
penyempitan pembuluh darah perifer, dibandingkan dengan orang non-DM.
Pengukuran WHO tentang struktur umum populasi diabetes
(tahun 1995-2025)
Negara maju Negara berkembang
Umur pasien diabetes Umur pasien diabetes
paling banyak :>65 th paling banyak :45-65 th
Umur non produktif Umur produktif
Gambar 1. Skema proyeksi WHO (AC Nielsen, 2005)
Semakin tinggi kesadaran rumah sakit /dokter/ ahli gizi terhadap
pentingnya pemberian nutrisi dan pengaturan pola makan diabetesi agar gula
darah lebih terkontrol . Pada tahun 2003 di Indonesia, ada tiga diabetic centre,
setahun kemudian menjadi tujuh diabetic centre. Pada tahun 2003, jumlah klub
Persadia Indonesia adalah 6 wilayah dengan 30 cabang, setahun kemudian
menjadi 46 cabang. Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2005
10
diprediksikan sebesar 8,9 juta atau mengalami pertumbuhan pertumbuhan 1,4
persen setiap tahun (A.C. Nielsen ,2005) .
Jumlah orang (000)
Gambar 2. Prevalensi jumlah penderita DM berdasar daerah tinggal (AC Nielsen, 2005)
Jumlah orang (000)
Gambar 3. Prevalensi jumlah penderita DM berdasar usia
(AC.Nielsen, 2005)
Prevalensi kenaikan diabetesi di urban area pada tahun 2030 sebesar 78%
disebabkan: pola/gaya hidup yang tidak sehat (mis: konsumsi fast food, kesibukan
sehingga jarang olahraga ), obesitas. Treatment baru untuk diabetes tipe 2 dengan
diet sebagai awal pengendalian diabetes melitus tipe 2. Treatment lain dengan oral
monoteraphi, oral combination, oral ditambah insulin, atau insulin saja.
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
2000 2005 2030
Usia 0 - 19 thn Usia 20 - 44 thn Usia 45 - 64 thn Usia 65+ thn
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
2000 2005 2030
Rural Urban
tahun
11
Tabel 2. Prevalensi peluang pasar untuk produk khusus diabetes (AC Nielsen,
2005)
Description Sumber 2005 2006 2007
Jumlah penduduk BPS 219,142 221,655 224,196
Penderita Diabetes RSCM 8,969 9,095 9,222
Prevalensi RSCM 4.09% 4.10% 4.11%
Diabetesi di Urban Area (58%) RSCM 5,202 5,275 5,349
Klas A-B (25%) AC Nielsen 1,301 1,319 1,337
Asumsi 20% aware thd nutrisi 260 264 267
Jumlah Konsumsi/bln 5 5 5
In tonnage /bln 0.24 0.24 0.25
In tonnage / thn 3 3 3
In unit/thn (doos) 15,606 15,825 16,046
Total value/year (HJP) 252,786,960 256,338,209 259,917,643
% Growth 1.40% 1.40%
I.2.Perumusan Masalah
Menurut penelitian WHO dan beberapa universitas di Eropa (Jeniffer,
2004), jumlah penderita diabetes akan dua kali jumlahnya pada tahun 2030. Pada
30 tahun mendatang, di negara yang sedang berkembang diperkirakan kematian
ibu dan anak karena penyakit infeksi menurun, tetapi kematian karena penyakit
diabetes meningkat (misalnya komplikasi karena jantung koroner). Menurut
penelitian AC Nielsen (2005), penderita diabetes di Indonesia diperkirakan
meningkat dari 8.4 juta (tahun 2000) menjadi 21,7 juta (tahun 2030).
Permasalahan yang ada, penderita diabetes memerlukan: makanan/minuman
khusus, yang aman dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Sehingga
dengan nutrisi dan gaya hidup yang baik, maka penderita diabetes diharapkan
tetap mampu beraktivitas seperti orang ‘normal’ dan menjadikan diabetes
sebagai sahabat mereka. Saat ini, industri makanan di Indonesia yang
berkecimpung khusus di ‘healthy food’ relatif masih sedikit, misal PT Nutrifood
Indonesia ( pemanis bukan gula ‘Tropicana Slim’) dan PT Sanghiang Perkasa
12
Health Food Division of Kalbe Farma (susu Diabetasol, Diabetasol Sweetener),
selebihnya masih produk import. Variasi makanan dan minuman yang aman bagi
penderita diabetes sangat diperlukan, sehingga mereka tetap nyaman dan aman
dalam mengkonsumsi makanan/ minuman tersebut. Perumusan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut dalam produk Susu Khusus
Diabetes (SKD)?
b. Bagaimana atribut-atribut produk khusus diabetes mempengaruhi perilaku
konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian produk SKD?
c. Bagaimana implikasi manajerial perusahaan health food dalam memenuhi
kebutuhan konsumen terhadap produk SKD?
I.3.Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
umum penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui preferensi konsumen terhadap atribut dalam produk SKD.
b. Mengetahui pengaruh atribut-atribut produk SKD terhadap perilaku
konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian produk SKD.
c. Implikasi manajerial perusahaan health food dalam memenuhi kebutuhan
konsumen terhadap produk SKD.
I.4.Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penderita diabetes, untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi penderita diabetes, dan cara memenuhi kebutuhan nutrisi
penderita diabetes selama ini, sehingga dapat mengetahui peluang pasar yang
dapat dipenuhi produsen health food.
13
I.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dipakai untuk:
a. Perusahaan health food di dalam memenuhi kebutuhan produk SKD.
b. Pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan masalah –masalah yang
relevan dengan penelitian ini.
c. Peneliti dapat menambah wawasan mengenai preferensi konsumen terhadap
produk SKD.
d. Menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.