Analisis preferensi dan persepsi konsumen susu khusus diabetes · diabetes memerlukan pengelolaan...

13
1 I . PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Definisi Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi (Setiono, 2005). DM merupakan gangguan metabolisme (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam darah (hiperglikemia) yang akan menyebabkan racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di darah akan melimpah ke sistem urin dan dibuang melalui urin sehingga air seni yang berkadar gula darah tinggi akan menarik semut. Gejala ini disebut kencing manis. Penderita diabetes juga dapat mengalami hipoglikemia ( kekurangan gula darah ), yang bisa membahayakan jiwa penderita jika tidak segera ditangani. Gejala hipoglikemia adalah kepala pusing, mata berkunang, berkeringat dingin, dan hasil pemeriksaan gula darah sangat rendah. Bahan bakar atau energi pada manusia diperoleh dari pembakaran zat makanan (karbohidrat, protein, dan asam lemak) yang kemudian diserap usus lalu diteruskan ke pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh sel organ tubuh sebagai bahan bakar. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar menjadi energi melalui proses metabolisme, di mana insulin memegang peran yang sangat penting, yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel. Jika insulin tidak aktif maka

Transcript of Analisis preferensi dan persepsi konsumen susu khusus diabetes · diabetes memerlukan pengelolaan...

1

I . PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Definisi Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit, di mana tubuh

penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa)

dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang

bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk

memasok energi (Setiono, 2005). DM merupakan gangguan metabolisme

(metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu

menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam

darah (hiperglikemia) yang akan menyebabkan racun bagi tubuh. Sebagian

glukosa yang tertahan di darah akan melimpah ke sistem urin dan dibuang

melalui urin sehingga air seni yang berkadar gula darah tinggi akan menarik

semut. Gejala ini disebut kencing manis. Penderita diabetes juga dapat

mengalami hipoglikemia ( kekurangan gula darah ), yang bisa membahayakan

jiwa penderita jika tidak segera ditangani. Gejala hipoglikemia adalah kepala

pusing, mata berkunang, berkeringat dingin, dan hasil pemeriksaan gula darah

sangat rendah.

Bahan bakar atau energi pada manusia diperoleh dari pembakaran zat

makanan (karbohidrat, protein, dan asam lemak) yang kemudian diserap usus lalu

diteruskan ke pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh sel organ tubuh sebagai

bahan bakar. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar menjadi energi

melalui proses metabolisme, di mana insulin memegang peran yang sangat

penting, yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel. Jika insulin tidak aktif maka

2

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap di dalam darah, akibatnya kadar

gula darah meningkat sehingga darah mengental dan aliran darah melambat

sehingga pasokan oksigen terganggu. Akibat kekurangan oksigen, maka

pembakaran gula menjadi energi terganggu sehingga tubuh menjadi lemah karena

tidak ada sumber energi, kelelahan, sakit kepala , perubahan emosi, dan jantung

bekerja lebih keras atau berdebar-debar (Setiono, 2005).

Berdasarkan klasifikasi WHO, ada beberapa kelompok penderita diabetes

mellitus, yaitu : (1) diabetes tipe I yang tergantung sepenuhnya pada insulin

(Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ IDDM), (2)diabetes tipe II (Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM), (3) Malnutrition Related Diabetes

Mellitus (MRDM) atau Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM, (4)

Impaired Glucose Tolerance (IGT) yaitu toleransi gula terganggu, (5) Gestational

Diabetes Mellitus (GDM) yaitu diabetes yang timbul pada masa kehamilan.

Diabetes tipe I (IDDM) biasanya ditemukan pada penderita yang mulai

mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja, para dokter menyebutnya

diabetes anak muda atau disebut diabetes juvenilis, dan menurut Setiono (2005)

faktor keturunan paling berperan dalam diabetes tipe I. Penderita IDDM harus

mendapat suntikan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau

dapat memproduksinya tapi sangat sedikit. Umumnya diabetes tipe I tidak dapat

diobati dengan obat-obat diabetes yang biasa digunakan. IDDM dapat diderita

oleh berbagai usia, hanya mayoritas penderitanya berusia 30 tahun ke bawah.

Separuh penderita diabetes tipe I mengidap setelah usia dewasa, tetapi tidak

berbadan gemuk seperti umumnya penderita diabetes tipe II, sehingga disebut

diabetes tipe I yang tergantung pada insulin dan peneliti menyebutnya diabetes

3

tipe 1,5 atau LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults) karena sistem imun

menyerang sel-sel beta pankreas secara perlahan-lahan sehingga berhenti

memproduksi insulin. Pada penderita IDDM, dokter tidak menemukan tanda-

tanda dari faktor resiko yang biasa digunakan dokter untuk mendeteksi pasien

diabetes. Penderita IDDM sangat peka terhadap komplikasi jangka pendek,

seperti hipoglikemia , hiperglikemia, dan keracunan keton yang sangat berbahaya

sebagai hasil metabolisme tubuh yang menumpuk (ketoasidosis) yang dapat

menyebabkan koma diabetic.

Diabetes tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM)

terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot

tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga pengiriman gula ke sel tubuh

terganggu. Pada NIDDM, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak tetapi

jumlah reseptor insulin pada permukaan sel kurang . Insulin diibaratkan sebagai

anak kunci, jika jumlahnya kurang tetapi lubang kunci banyak, maka pintu tidak

bisa dibuka. Demikian pula jika insulin kurang, maka glukosa tidak bisa masuk

sel sehingga tubuh kekurangan bahan bakar. NIDDM adalah tipe diabetes yang

paling umum dijumpai, hampir 90 persen dari tipe diabetes adalah NIDDM, yang

umumnya dijumpai setelah masa dewasa. NIDDM dapat menurun dari

orangtuanya, dan resiko terkena penyakit diabetes meningkat jika seseorang

kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang tidak sehat (seperti kurang olah

raga dan pola makan yang tidak sehat), penuaan, malnutrisi, stress yang

menyebabkan resistensi insulin (sel-sel tubuh tidak bisa merespon insulin dengan

normal). Dahulu, penderita NIDDM berusia 40 tahun ke atas, tetapi akhir-akhir

ini dari diagnosa dokter penderita NIDDM pada anak-anak sudah banyak sehinga

4

ditemukan diabetes tipe MODY ( Maturity of The Young). NIDDM dapat

dikendalikan dengan diet yang seimbang untuk mengontrol berat badan dan olah

raga yang cukup, jika cara ini sudah tidak efektif maka akan dibantu dengan

minum obat atau suntikan insulin .

Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) atau Diabetes Mellitus

Terkait Malnutrisi (DMTM) yaitu diabetes karena kekurangan gizi (malnutrisi)

sehingga pankreas rusak MRDM dapat terjadi selama kehamilan, selama masa

anak-anak, dan pada masa dewasa. Menurut Setiono (2005), malnutrisi pada janin

tidak hanya disebabkan ibunya kekurangan gizi selama kehamilan, tetapi bisa

diakibatkan ibu yang merokok atau minum alkohol. Penyebab lainnya adalah

faktor keturunan dari keluarga yang mengidap diabetes.

Diabetes tipe Impaired Glucose Tolerance (IGT) yaitu toleransi gula

terganggu. Kadar gula darah di atas normal, tetapi tidak terlalu tinggi untuk

dikatakan diabetes. Indikasinya adalah kadar gula darah antara 115-140 mg/dl dan

gejala diabetes tidak muncul. Penderita bisa sembuh dan kadar gula darah bisa

normal kembali, sebagian tidak mengalami perubahan kadar gula darah ( di antara

ambang normal dan tinggi), dan 25% dari penderitanya mengalami diabetes.

Resiko dari penderita IGT adalah mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) dan

kadar kolesterol tinggi yang dapat berakibat jantung koroner jika tidak dijaga

dengan baik.

Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu diabetes yang timbul pada masa

kehamilan saja. Gejala GDM pada ibu hamil tidak membahayakan ibu, tetapi

dapat menimbulkan sindrom pernafasan dan hipoglikemia pada bayi. Resiko lain

dari GDM adalah ibu rentan mengalami toksemia yaitu menyebarnya racun di

5

dalam aliran darah yang dapat membahayakan ibu dan janin. Pengendalian GDM

dengan diet yang baik dan olahraga, dan jika diperlukan dapat diberi suntikan

insulin. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, berat bayi lahir lebih dari 4 kg.

Faktor –faktor yang berperan terhadap timbulnya diabetes antara lain pola

makan yang salah (obesitas khususnya obesitas sentral atau bentuk apel dan

kurang gizi yang dapat merusak pankreas), kurang olah raga, faktor keturunan

(kelainan genetika), infeksi virus (DM tipe 1), minum obat yang dapat

menaikkan kadar glukosa darah (glukokortikoid, furosemida, thiazide, beta

blocker, produk yang mengandung estrogen), proses menua (‘aging’), stress, dan

sebagainya. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan drastis dari fungsi

fisiologis tubuh, seperti terjadinya kegemukan setelah usia 40 tahun yang

menyebabkan tubuh tidak peka terhadap insulin. Stress menahun (kronis)

cenderung menyebabkan seseorang mengkonsumsi makanan yang manis dan

berlemak untuk meningkatkan kadar serotonin otak yang berfungsi sebagai

penenang sementara untuk mengatasi stress. Konsumsi gula dan lemak ini

berbahaya bagi orang yang mempunyai resiko diabetes.

Gejala umum diabetes antara lain adalah haus berlebihan, sering kencing di

malam hari, berat badan turun dengan cepat, keluhan lemah, kesemutan pada jari

tangan dan kaki, cepat lapar, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka

sukar sembuh (Syahril dalam Waspadji S., 2002). Komplikasi pada diabetes,

misalnya kebutaan, kaki busuk, komplikasi ginjal, jantung dan lain-lain , timbul

karena kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang . Pengendalian

diabetes memerlukan pengelolaan antara lain dengan penyuluhan, perencanaan

6

makan, olah raga, dan obat hipoglikemik atau insulin. Pemantauan kadar glukosa

dengan teratur diperlukan untuk mengatur takaran makanan, latihan jasmani, dan

obat hipoglikemik. Kriteria pengendalian diabetes adalah : kadar glukosa darah

puasa: 80-110 mg/ dL, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan : 110-160 mg/dL

dan HbA 1 C : 4-6.5, sedangkan kadar kolesterol total di bawah 200 mg/dL,

kolesterol HDL di atas 45 mg/dL, dan trigliserida di bawah 200 mg/dL.

Menurut American Diabetes Association atau ADA (2002), biaya

pengobatan diabetesi di Amerika diperkirakan $132 milyar, dan total biaya yang

ditanggung pemerintah adalah $92 milyar, meliputi $23.2 milyar untuk

perawatan diabetes tanpa komplikasi , $24.6 milyar untuk diabetes dengan

komplikasi kronis, dan $44.1 milyar untuk kondisi pemeriksaan umum. Biaya

tidak langsung untuk hilangnya hari kerja, kurangnya produktivitas, kematian

akibat diabetes adalah $40.8 milyar . Biaya tahunan perawatan diabetesi

meningkat dari $10,071 pada tahun 1997 menjadi $13,243 pada tahun 2002,

dengan peningkatan lebih dari 30%. Sebagai pembanding perawatan kesehatan

untuk orang bukan diabetesi sekitar $2,560 pada tahun 2002. Biaya langsung

untuk diabetesi diperkirakan $92 milyar pada tahun 2002 meningkat dari $44

milyar pada tahun 1997, atau sekitar 19% dari perawatan kesehatan di U.S untuk

diabetesi. Meski yang terdiagnosis diabetes hanya 4.2% dari total populasi di US,

memerlukan $40.3milyar biaya perawatan di rumah sakit, dan $13.8 milyar biaya

perawatan di rumah untuk diabetesi. Perawatan diabetesi di rumah sakit sekitar

16.9 juta hari pada tahun 2002, dan rata-rata 62.6 juta pasien yang datang adalah

diabetesi. Komplikasi penyakit jantung karena diabetes menghabiskan biaya

perawatan sekitar lebih dari $17.6 milyar dari total biaya perawatan kesehatan

7

tahunan $91.8 milyar. Biaya tidak langsung diperkirakan $40 milyar pada tahun

2002, yaitu diabetesi kehilangan hampir 88 juta hari kerja. Sekitar 176,000 kasus

tidak mampu bekerja lagi akibat diabetes bernilai $7.5 milyar.

Menurut ADA ( 2002), prevalensi total diabetesi di US (semua usia) tahun

2002 adalah 6.3% dari populasi penduduk (sekitar 18.2 juta orang) , di mana 13

juta orang (terdiagnosa) dan 5.2 juta orang (tidak terdiagnosa). Prevalensi

diabetesi di bawah 20 tahun sekitar 210,000 orang (0.26% dari total diabetesi).

Maka hampir ada satu dari 400-500 anak dan remaja menderita DM tipe 1.

Berdasar studi regional mengindikasikan DM tipe 2 banyak diderita anak-anak

dan remaja warga negara Amerika keturunan Indian, Afrika, Hispanic, dan Latin.

Prevalensi diabetesi untuk usia 20 tahun ke atas di US (2002) adalah 18 juta

(8,7% orang dari total penduduk usia 20 tahun ke atas), di mana 8.7 juta orang

dengan jenis kelamin laki-laki (8.7% dari penduduk laki-laki; usia 20 tahun ke

atas) dan diabetesi wanita 9.3 juta (8.7 % dari wanita usia 20 tahun ke atas).

Prevalensi diabetesi pada usia 60 tahun ke atas adalah 8.6 juta (18.3% dari total

penduduk usia 60 tahun ke atas) .

Studi populasi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang

prevalensi diabetes menunjukkan Indonesia berada di posisi keempat di dunia

(tabel 1) . Di tahun-tahun mendatang diperkirakan prevalensi diabetes akan terus

meningkat karena perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan ( trend

konsumsi fast food yang miskin serat), dan umumnya diderita penduduk urban

dibanding penduduk desa (ADA, 2002).

8

Tabel 1. Survei WHO mengenai prevelansi diabetes (ADA, 2002)

Negara Tahun 2000

(juta)

Tahun 2030

(juta)

India 3.17 79.4

China 20.8 42.3

US 17.7 30.3

Indonesia 8.4 21.3

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) menyebutkan bahwa pada

tahun 1980 prevalensi diabetes di Indonesia sekitar 1,5-2,3 persen pada penduduk

usia produktif (15 tahun ke atas). Di daerah urban Makasar pada 1981 prevalensi

DM sekitar 1,5 persen lalu melonjak menjadi 2,9 persen pada 1998 atau

mengalami lonjakan hampir dua kali lipat. Di kota Metropolitan Jakarta yang pada

tahun 1982 tercatat 1,7 persen, melonjak tiga kali lipat menjadi 5,7 persen pada

tahun 1993. Jumlah penderita diabetes Melitus yang terdaftar di Poli

Endokrinologi RS Dr Sutomo Surabaya, pada tahun 1964 hanya 133 orang, tahun

1991 meningkat menjadi 125 kali yaitu 16.567 orang. Menurut Ketua Pengurus

Besar Perkeni dr. Sidartawan Soegondo Sp.PD,KE,DTMH (www.Kompas.com)

menunjukkan, sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk di atas usia 15

tahun adalah 1,5-2,3 persen. Penelitian tahun 1991 di kota Surabaya mendapatkan

prevalensi 1,43 persen pada penduduk di atas 20 tahun. Di pedesaan Jawa Timur tahun

1989, prevalensinya 1,47 persen. Sementara di Depok, suburban Jakarta, tahun 2001

angkanya 12,8 persen. Dalam Diabetes Atlas 2000 dari IDF diperkirakan tahun 2000

penderita diabetes di Indonesia mencapai 5,6 juta dengan asumsi prevalensi 4,6 persen

dari 125 juta penduduk di atas 20 tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti

saat ini dan prevalensi diabetes 4,6 persen, tahun 2020 diperkirakan 8,2 juta dari 178

juta penduduk di atas 20 tahun menderita diabetes.

9

Umumnya prevalensi penderita DM meningkat seiring meningkatnya status

sosial yang diikuti perubahan pola hidup yang kurang sehat, antara lain kurang

kegiatan fisik, makan berlebihan, dengan akibat terjadinya kegemukan (obesitas)

yang menyebabkan resistensi insulin dan berlanjut menjadi DM. Prevalensi DM

yang paling banyak dijumpai adalah DM tipe-2 yang seringkali tidak dapat

dirasakan gejalanya pada stadium awal dan tetap tidak terdiagnosis selama

bertahun-tahun sampai terjadi macam-macam komplikasi dari penyakit ini.

Banyak penelitian tentang DM membuktikan bahwa kasus-kasus DM yang tidak

terdiagnosis beresiko lebih tinggi untuk mengalami stroke, jantung koroner, dan

penyempitan pembuluh darah perifer, dibandingkan dengan orang non-DM.

Pengukuran WHO tentang struktur umum populasi diabetes

(tahun 1995-2025)

Negara maju Negara berkembang

Umur pasien diabetes Umur pasien diabetes

paling banyak :>65 th paling banyak :45-65 th

Umur non produktif Umur produktif

Gambar 1. Skema proyeksi WHO (AC Nielsen, 2005)

Semakin tinggi kesadaran rumah sakit /dokter/ ahli gizi terhadap

pentingnya pemberian nutrisi dan pengaturan pola makan diabetesi agar gula

darah lebih terkontrol . Pada tahun 2003 di Indonesia, ada tiga diabetic centre,

setahun kemudian menjadi tujuh diabetic centre. Pada tahun 2003, jumlah klub

Persadia Indonesia adalah 6 wilayah dengan 30 cabang, setahun kemudian

menjadi 46 cabang. Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2005

10

diprediksikan sebesar 8,9 juta atau mengalami pertumbuhan pertumbuhan 1,4

persen setiap tahun (A.C. Nielsen ,2005) .

Jumlah orang (000)

Gambar 2. Prevalensi jumlah penderita DM berdasar daerah tinggal (AC Nielsen, 2005)

Jumlah orang (000)

Gambar 3. Prevalensi jumlah penderita DM berdasar usia

(AC.Nielsen, 2005)

Prevalensi kenaikan diabetesi di urban area pada tahun 2030 sebesar 78%

disebabkan: pola/gaya hidup yang tidak sehat (mis: konsumsi fast food, kesibukan

sehingga jarang olahraga ), obesitas. Treatment baru untuk diabetes tipe 2 dengan

diet sebagai awal pengendalian diabetes melitus tipe 2. Treatment lain dengan oral

monoteraphi, oral combination, oral ditambah insulin, atau insulin saja.

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

2000 2005 2030

Usia 0 - 19 thn Usia 20 - 44 thn Usia 45 - 64 thn Usia 65+ thn

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

2000 2005 2030

Rural Urban

tahun

11

Tabel 2. Prevalensi peluang pasar untuk produk khusus diabetes (AC Nielsen,

2005)

Description Sumber 2005 2006 2007

Jumlah penduduk BPS 219,142 221,655 224,196

Penderita Diabetes RSCM 8,969 9,095 9,222

Prevalensi RSCM 4.09% 4.10% 4.11%

Diabetesi di Urban Area (58%) RSCM 5,202 5,275 5,349

Klas A-B (25%) AC Nielsen 1,301 1,319 1,337

Asumsi 20% aware thd nutrisi 260 264 267

Jumlah Konsumsi/bln 5 5 5

In tonnage /bln 0.24 0.24 0.25

In tonnage / thn 3 3 3

In unit/thn (doos) 15,606 15,825 16,046

Total value/year (HJP) 252,786,960 256,338,209 259,917,643

% Growth 1.40% 1.40%

I.2.Perumusan Masalah

Menurut penelitian WHO dan beberapa universitas di Eropa (Jeniffer,

2004), jumlah penderita diabetes akan dua kali jumlahnya pada tahun 2030. Pada

30 tahun mendatang, di negara yang sedang berkembang diperkirakan kematian

ibu dan anak karena penyakit infeksi menurun, tetapi kematian karena penyakit

diabetes meningkat (misalnya komplikasi karena jantung koroner). Menurut

penelitian AC Nielsen (2005), penderita diabetes di Indonesia diperkirakan

meningkat dari 8.4 juta (tahun 2000) menjadi 21,7 juta (tahun 2030).

Permasalahan yang ada, penderita diabetes memerlukan: makanan/minuman

khusus, yang aman dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Sehingga

dengan nutrisi dan gaya hidup yang baik, maka penderita diabetes diharapkan

tetap mampu beraktivitas seperti orang ‘normal’ dan menjadikan diabetes

sebagai sahabat mereka. Saat ini, industri makanan di Indonesia yang

berkecimpung khusus di ‘healthy food’ relatif masih sedikit, misal PT Nutrifood

Indonesia ( pemanis bukan gula ‘Tropicana Slim’) dan PT Sanghiang Perkasa

12

Health Food Division of Kalbe Farma (susu Diabetasol, Diabetasol Sweetener),

selebihnya masih produk import. Variasi makanan dan minuman yang aman bagi

penderita diabetes sangat diperlukan, sehingga mereka tetap nyaman dan aman

dalam mengkonsumsi makanan/ minuman tersebut. Perumusan masalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut dalam produk Susu Khusus

Diabetes (SKD)?

b. Bagaimana atribut-atribut produk khusus diabetes mempengaruhi perilaku

konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian produk SKD?

c. Bagaimana implikasi manajerial perusahaan health food dalam memenuhi

kebutuhan konsumen terhadap produk SKD?

I.3.Tujuan Penelitian

Berdasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

umum penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui preferensi konsumen terhadap atribut dalam produk SKD.

b. Mengetahui pengaruh atribut-atribut produk SKD terhadap perilaku

konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian produk SKD.

c. Implikasi manajerial perusahaan health food dalam memenuhi kebutuhan

konsumen terhadap produk SKD.

I.4.Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penderita diabetes, untuk mengetahui

kebutuhan nutrisi penderita diabetes, dan cara memenuhi kebutuhan nutrisi

penderita diabetes selama ini, sehingga dapat mengetahui peluang pasar yang

dapat dipenuhi produsen health food.

13

I.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dipakai untuk:

a. Perusahaan health food di dalam memenuhi kebutuhan produk SKD.

b. Pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan masalah –masalah yang

relevan dengan penelitian ini.

c. Peneliti dapat menambah wawasan mengenai preferensi konsumen terhadap

produk SKD.

d. Menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.