Post on 02-Oct-2021
ANALISIS PENJUALAN ONLINE MELALUI MERCHANT
GRAB-FOOD TERHADAP PENINGKATAN OMZET
(Studi Pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh:
TSANIA SALSABILLA
170907130
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:
Nama : Tsania Salsabilla
NIM : 170907130
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Judul : Analisis Penjualan Online Melalui Merchant
Grab-Food Terhadap Peningkatan Omzet
(Studi Pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi)
Medan, 2021
Pembimbing Ketua Program Studi
Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
NIP. 197401162014041001 NIP. 195908161986111003
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D
NIP. 196710021994031002
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Skripsi Program Studi
Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara oleh :
Nama : Tsania Salsabilla
NIM : 170907130
Program studi : Ilmu Adminsitrasi Bisnis
Judul : Analisis Penjualan Online Melalui Merchant
Grab-Food Terhadap Peningkatan Omzet
(Studi Pada Foresthree Kota Baru,
Kota Jambi)
Yang dilaksanakan pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 6 Agustus 2021
Jam : 09.00 – 11.00 WIB
Panitia Penguji
Ketua Penguji : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA ( )
NIP. 195908161986111003
Penguji I : Dharmawan Sriyanto, SE, M.Si ( )
NIDN. 0106057202
Penguji II : Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si ( )
NIP. 197401162014041001
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Tsania Salsabilla
NIM : 170907130
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Analisis Penjualan Online melalui Merchant Grab-food Terhadap Peningkatan
Omzet (Studi pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi” merupakan hasil karya
dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai ketentuan. Apabila
terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.
Medan, 16 Juli 2021
Tsania Salsabilla
i
ANALISIS PENJUALAN ONLINE MELALUI MERCHANT
GRAB-FOOD TERHADAP PENINGKATAN OMZET
(STUDI PADA FORESTHREE KOTA BARU, KOTA JAMBI)
Nama : Tsania Salsabilla
NIM : 170907130
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Onan Marakali Siregar, S.Sos. M. Si
Pada era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam baik di
pasar domestik maupun pasar internasional global. Siap tidak siap seluruh bangsa
di dunia akan memasuki era revolusi 4.0. Pihak perusahaan harus mampu
membuat strategi pemasaran yang mampu bersaing dengan cafe-cafe lain, di
antaranya bisa memanfaat teknologi yakni memasarkan secara online melalui jasa
pengiriman pesanan kepada konsumen. Keberadaan e-commerce merupakan
alternatif bisnis yang cukup menjanjikan untuk diterapkan pada saat ini, karena e-
commerce memberikan banyak kemudahan bagi pihak penjual maupun dari pihak
pembeli di dalam melakukan transaksi jual beli, meskipun kedua pihak yang
terlibat tidak bertatap muka secara langsung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan omzet
pada Foresthree di Kota Jambi saat bermitra dengan Grab-Food. Penelitian ini
juga akan melihat apakah strategi yang dilakukan Foresthree Kota Baru sudah
benar-benar tepat.
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung
dengan data kuantitatif. Penelitian ini bermaksud menggambarkan kejadian atau
fakta yang terdapat pada suatu objek penelitian dengan cara melakukan
wawancara yang dibandingkan dengan data pendukung yang didapatkan dengan
cara penyebaran kueisioner.
Penjualan online yang dilakukan Foresthree Kota Baru melalui merchant
Grab-food dinilai berhasil meningkatkan omzet dan membantu Foresthree untuk
mencapai target penjualan kurang lebih sebesar 20%. Target penjualan yang
ditetapkan Foresthree sendiri sebesar Rp. 150.000.000 perbulan dan penjualan
yang didapat dari merchant Grab-food saja bisa mencapai Rp. 12.000.000
perbulan dan disetiap bulan meningkat.
Kata Kunci: Foresthree, Konsumen, Peningkatan Omzet, Penjualan Online
ABSTRAK
ii
ONLINE SALES ANALYSIS THROUGH GRAB-FOOD
MERCHANTS TO INCREASE TURNOVER
(STUDY ON THE FORESTHREE KOTA BARU, JAMBI CITY)
Name : Tsania Salsabilla
Student ID : 170907130
Department : Business Administration
Faculty : Social and Political Sciences
Advisor : Onan Marakali Siregar, S.Sos. M. Si
In this era of globalization, business competition has become very sharp in
both the domestic market and the global international market. Ready or not, all
nations in the world will enter the era of revolution 4.0. The company must be
able to make a marketing strategy that is able to compete with other cafes,
including being able to take advantage of technology, namely marketing online
through order delivery services to consumers. The existence of e-commerce is a
promising business alternative to be implemented at this time, because e-
commerce provides many conveniences for the seller and the buyer in conducting
buying and selling transactions, even though the two parties involved do not meet
face to face directly.
The purpose of this study was to analyze the increase in turnover at
Forestthree in Jambi City when partnering with Grab-Food. This study will also
see whether the strategy that Foresthree Kota Baru has implemented is really
right.
The form of research used by the author in this study is descriptive
analysis using a qualitative approach supported by quantitative data. This study
intends to describe events or facts contained in an object of research by
conducting interviews which are compared with supporting data obtained by
distributing questionnaires.
The online sales conducted by Foresthree Kota Baru through the Grab-
food merchant are considered successful in increasing turnover and helping
Foresthree to achieve the sales target of approximately 20%. The sales target set
by Forestthree itself is Rp. 150,000,000 per month and sales obtained from Grab-
food merchants alone can reach Rp. 12,000,000 per month and every month
increasing.
Keywords: Foresthree, Consumer, Increase in Turnover, Online Sales
ABSTRACT
iii
Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Analisis Penjualan Online melalui Merchant Grab-food Terhadap
Peningkatan Omzet (Studi pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi). Puji syukur
diucapkan penulis karena dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa selama masa perkuliahan hingga pada
penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, masukan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, M.A, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara,
3. Almarhumah Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si selaku dosen Pembimbing penulis
KATA PENGANTAR
iv
yang banyak berjasa terhadap penulis dari segi waktu, tenaga, semangat,
ilmu, serta memberikan arahan yang teramat berarti dalam penyusunan
skripsi ini sampai pada akhir penulisan.
5. Bapak Dharmawan Sriyanto SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan juga dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.SP dan Bapak Ahmad Farid, S.H selaku Staf
Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pengajar atau dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Kedua orangtua penulis, Bapak Muhammad Thorik dan Ibu Ritha Susanty
yang selalu mendoakan anak-anaknya, mengusahakan serta memberikan
segala yang terbaik demi kami, terimakasih banyak. Serta kakak saya Qisthy
Maulidya, dan adik saya Sarah Haninditya.
9. Teman-teman terdekat penulis yaitu Berliana Napitupulu, Mikha Sevterina
Ginting, Shavira Puspita Citra, M Dwi Hardi, T Reza Khadafi, Ivy Calista,
Zulfikar Ali Wardana, Juni Miranda, Milenia De La Rosa, Ferdygustav
Fiansyah Tarigan serta teman – teman Program Studi Administrasi Bisnis
stambuk 2017 yang selalu membantu memberikan dukungan kepada saya.
10. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Muhammad Zacky, Syarifah Shalla Kemala,
Ajeng Widya Meirani, Shania Khairunnisa, Yeni Ulandari, Riska Larasati,
v
Tasya Pretty, Siska Purnama yang selalu memberi semangat dalam
mengerjakan skripsi ini.
11. BPH dan Kadiv IMABI Wilayah 1 2020/2021 yaitu Siti Nurhaliza, Sovia
Ramadhita, Oski Adhiyaksa, Agnes Tabitha Simanungkalit, Lusi Efriani
Panjaitan, Nicky Agus Santoso, Tegar Pratama.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
13. And last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at
all times.
Medan, 16 Juli 2021
Penulis
Tsania Salsabilla
vi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Strategi Pemasaran............................................................ 6
2.1.1 Pengertian Pemasaran ............................................. 6
2.1.2 Pengertian Pemasaran 4.0 ....................................... 6
2.1.3 Bauran Pemasaran................................................... 8
2.1.4 Pengertian Strategi .................................................. 10
2.1.4.1 Tipe-tipe Strategi ........................................ 11
2.1.5 Pengertian Strategi Pemasaran ............................... 12
2.2 Penjualan Online ............................................................... 12
2.2.1 Pengertian Penjualan................................................. 12
2.2.2 Pengertian Penjualan Online ..................................... 14
2.2.3 Tahap Awal dalam Penjualan Online ........................ 15
2.3 Omzet Penjualan ................................................................ 16
2.3.1 Pengertian Omzet Penjualan ..................................... 16
2.3.2 Faktor-Faktor Peningkatan Omzet Penjualan ............ 16
2.3.3 Cara Meningkatkan Omzet Penjualan .................... 17
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................ 20
2.7 Kerangka Pemikiran ........................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian ............................................................. 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 24
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................... 24
3.3.1 Jenis Data ................................................................ 24
3.3.2 Sumber Data ........................................................... 25
3.3.3 Informan Penelitian................................................. 26
3.4 Definisi Konsep ................................................................ 27
3.5 Metode Pengumpulan Data .............................................. 28
vii
vii
3.6 Metode Analisis Data ....................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian.......................... 33
4.1.1 Profil Singkat Foresthree Kota Baru, Kota Jambi .. 33
4.1.2 Struktur Organisasi ................................................. 34
4.2 Profil Informan ................................................................. 34
4.3 Penyajian Data .................................................................. 35
4.3.1 Hasil Wawancara .................................................... 35
4.3.2 Data Informan Kuesioner ....................................... 44
4.3.2.1 Demografi Informan Tambahan ................. 45
4.3.2.2 Pertanyaan Mengenai Penjualan
Pada Grab-food ........................................... 46
4.4 Pembahasan ..................................................................... 51
4.4.1 Strategi Pemasaran Foresthree Kota Baru .............. 51
4.4.2 Penjualan Online Melalui Merchant Grab-food
Terhadap Peningkatan Omzet pada Foresthree
Kota Baru ................................................................ 53
4.4.3 Relevansi Pemasaran 4.0 dengan Penjualan
Online pada Masa Pandemi .................................... 57
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
DAFTAR TABEL
1.1 Tabel Pendapatan Penjualan Foresthree pada Grab-food................... 4
4.1 Konsumen yang melakukan pemesanan ulang ................................. 41
4.2 Informasi Identitas Informan ............................................................ 46
ix
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................... 23
GAMBAR 4.1 Logo Perusahaan ........................................................... 34
GAMBAR 42. Struktur Organisasi ........................................................ 34
GAMBAR 4.3 Tampilan Grab-food ...................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Maraknya rumah makan maupun cafe yang menarik bermunculan
mengakibatkan ketatnya persaingan terutama bagi perusahaan yang berkecimpung
dalam lingkungan usaha yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang
berubah dengan cepat dan dinamis. Pada era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi
sangat tajam baik di pasar domestik maupun pasar internasional global. Salah satu
cara memenangkan pesaingan adalah perusahaan harus mampu memberikan
kepuasan kepada para konsumennya, misalnya dengan memberikan produk yang
mutunya lebih baik, harganya lebih murah, dan pelayanan yang lebih baik dari
pada pesaingnya akan menyebabkan konsumen menjadi lebih puas (Apriyani,
2017:2).
Siap tidak siap seluruh bangsa di dunia akan memasuki era revolusi 4.0.
Menurut Ayodya, secara singkat pengertian industri 4.0 adalah trend di dunia
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber
(2020;11). Akan terjadi banyak perubahan di berbagai bidang. Salah satu yang
akan terkena dampak perubahan adalah dunia usaha. Sektor usaha jelas akan
mengalami banyak perubahan termasuk juga sektor usaha dengan skala Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). Salah satu hal yang akan berubah
mempengaruhi dunia usaha adalah Internet of Things (IoT). Pengertian Internet of
Things (IoT) menurut McKinsey Global Institute adalah sebuah teknologi yang
2
memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan, dan benda fisik
lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan
mengelola kinerjanya sendiri (Ayodya, 2020:15).
Pemilik usaha harus menghindari semua resiko yang dapat membuat
kelangsungan café terancam dan dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk
mempertahankan posisi cafe. Misalnya dengan meningkatkan pelayanan melalui
e-commerce sehingga konsumen masih bisa tetap membeli produk yang
ditawarkan meski tetap di rumah. Pihak perusahaan harus mampu membuat
strategi pemasaran yang mampu bersaing dengan cafe-café lain, di antaranya bisa
memanfaat teknologi yakni memasarkan secara online melalui jasa pengiriman
pesanan kepada konsumen.
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai
peranan yang sangat besar. Berkembangnya teknologi yang semakin cepat maka
bidang finansial dan teknologi juga semakin berkembang dengan efisien dan
modern. Teknologi memudahkan kita dalam menunjang berbagai macam kegiatan
aktifitas dalam kehidupan. Keberadaan e-commerce merupakan alternatif bisnis
yang cukup menjanjikan untuk diterapkan pada saat ini, karena e-commerce
memberikan banyak kemudahan bagi pihak penjual maupun dari pihak pembeli di
dalam melakukan transaksi jual beli, meskipun kedua pihak yang terlibat tidak
bertatap muka secara langsung.
Salah satu contoh e-commerce yang ada di Indonesia yaitu Grab. Grab
hadir di Indonesia pada tahun 2014, Grab diawal kemunculannya
memperkenalkan GrabTaxi sebagai alat transportasi yang dapat di akses
masyarakat secara online. Dengan kebutuhan masyarakat yang semakin
3
bertambah membuat Grab memperkenalkan terobosan-terobosan terbaru untuk
mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, dengan mulai
memperkenalkan GrabCar, GrabBike, GrabExpress, dan yang terakhir GrabFood
(www.grab.com/id/). Dengan melalui Grab seseorang bisa menggunakan jasa
seseorang untuk transportasi dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun
kendaraan roda empat, memesan makanan, mengirim barang, jasa angkut dan
yang lainnya. Aplikasi Grab-food by Grab ini sangat membantu pihak penjual
kerena menjadi sarana promosi dan lebih mudah dijangkau banyak calon
konsumen. Aplikasi Grab-food sekarang ini semakin banyak digunakan oleh
masyarakat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk mendapatkan
kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan aplikasi Grab-food pemilik
usaha kuliner dapat memanfaatkan teknologi dan memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sekarang ini yang menginginkan segala sesuatu
cepat dan mudah.
Berdasarkan omzet pendapatannya, Foresthree Kota Baru termasuk pada
jenis UMKM dengan kriteria Usaha Mikro, dikarenakan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 35 Ayat 5, kriteria UMKM yang termasuk
Usaha Mikro yaitu usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan sampai paling
banyak Rp. 2.000.000.000. Sedangkan Foresthree Kota Baru memiliki hasil
penjualan tahunan kira-kira sebesar Rp. 1.800.000.000
Berdasarkan hasil survey penulis melalui wawancara dengan pemilik cafe,
dengan terdaftarnya Foresthree ke Grab-food sangat membantu Foresthree untuk
membuat promosi lebih mudah. Karena dengan adanya pembatasan sosial dan
ditambah lagi dengan berubahnya kebiasaan konsumen milenial yang ingin semua
4
serba praktis. Biasanya konsumen yang menggunakan aplikasi penjualan online
ada beberapa pertimbangan untuk membeli produk yang diinginkan, yaitu jarak,
harga, promo, dan rating.
Tabel 1.1
Pendapatan penjualan Foresthree pada Grab-food
No. Bulan Pendapatan penjualan
Grab-food
1. Januari 2021 Rp. 1. 444.000
2. Februari 2021 Rp. 1. 523.000
3. Maret 2021 Rp. 3. 742.000
4. April 2021 Rp. 6.693.000
5. Mei 2021 Rp. 12.000.000
Sumber: Foresthree (2021)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan dengan judul “Analisis Penjualan Online melalui Merchant
Grab-food terhadap Peningkatan Omzet (Studi pada Foresthree Kota Baru, Kota
Jambi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah
“bagaimana penjualan online melalui merchant Grab-food dapat meningkatkan
omzet pada Foresthree di Kota Jambi?”
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan
tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Luas lingkup hanya meliputi informasi mengenai peningkatan omzet pada
Foresthree Kota Baru, Kota Jambi dari penjualan online melalui merchant
Grab-food.
2. Penetapan responden yang akan digunakan adalah pihak yang berkompeten
dalam peningkatan omzet Foresthree Kota Baru, Kota Jambi dengan informan
pendukung yaitu konsumen yang sudah pernah melakukan transaksi melalui
merchant Grab-food.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan omzet
pada Foresthree di Kota Jambi saat bermitra dengan Grab-Food.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih, menerapkan,
meningkatkan dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta lebih
mengerti dan memahami teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan.
Dan juga sebagai salah satu syarat kelulusan gelar Sarjana Administrasi Bisnis
FISIP Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi Pemilik Usaha
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam melihat
peningkatan omzet dengan berkerjasama dengan mitra Grab-food.
3. Bagi Program Studi Administrasi Bisnis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan menjadi referensi untuk
pengembangan studi ataupun penelitian mengenai strategi pemasaran di hari-
hari yang akan datang.
6
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1. Strategi Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Santy (Sari, 2020:294), untuk dapat menguraikan strategi
pemasaran dalam meningkatkan penjualan ada 5 indikator yang digunakan di
antaranya kemudahan, efisiensi, harga, fleksibilitas metode pembayaran, dan
pelayanan yang baik. Lima indikator ini dieksplorasi secara definitif
berdasarkan sudut pandang konsumen sehingga dapat diketahui hal-hal apa
saja yang diperlukan guna meningkatkan penjualan. Dalam beberapa riset
kemudahan diterjemahkan sebagai indikator utama dalam pemasaran digital.
Para konsumen menganggap era konvensional cukup merepotkan dan banyak
membuang hal-hal yang tidak perlu, sehingga dampaknya adalah kerugian, baik
secara finansial maupun non finansial (Ardyanto, 2015). Oleh karena itu,
pemasaran digital hadir sebagai solusi bagi konsumen untuk mengatasi hal-
hal demikian. Pemasaran merupakan strategi perencanaan untuk mencapai tujuan.
Pemasaran digital mengedepankan kesederhanaan berbelanja tanpa
harus banyak melakukan pengorbanan seperti tenaga, waktu dan biaya lain di
luar pembelian. Konsep ini secara singkat telah memangkas birokrasi proses
pembelian atau disebut dengan jalur pintas berbelanja. Pasalnya konsumen
dapat melakukannya di mana saja dan dalam kondisi apapun. Karena alasan
tersebutlah model pemasaran digital lebih cepat direspons dan dalam waktu
singkat sudah menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan (urban) (Setyarko,
7
2016). Strategi berikutnya adalah menerjemahkan efisiensi sebagai basis
pertahanan kedua setelah kemudahan. Para pelaku usaha harus bisa mewujudkan
bagaimana waktu dan biaya dapat dirampingkan dengan cara apapun. Para
konsumen tidak ingin mendapatkan kemudahan namun dengan biaya dan waktu
yang tinggi, pertimbangan ini menjadi alasan mengapa konsumen lebih suka
dengan pemasaran digital.
Faktanya pemasaran digital lebih menawarkan keterjangkauan, hemat,
dan irit. Hal ini dapat dilihat cara melakukannya, bahwa konsumen dan
produsen dapat di mana saja melakukan transaksi dengan sedikit pengorbanan,
yang mereka butuhkan hanyalah sistem teknologi, dan itu telah bekerja dengan
baik (Wijaya & Jasfar,2014). Dalam riset lain dikemukakan, bagi masyarakat
modern kehematan adalah gaya hidup, termasuk dalam berbelanja. Maka
tidak ada alasan bagi konsep pemasaran modern untuk mengabaikan efisiensi
(Wulansari, 2015).
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat
daya serang pemasaran, yakni berupa penetapan harga yang kompetitif, metode
pembayaran yang fleksibel dan pelayanan yang ramah. Artinya, selain prinsip
dasar bisnis yang diperkuat sebagai benteng pertahanan penjualan online,
perusahaan atau pelaku usaha wajib memiliki daya serang tajam, dalam hal
ini adalah harga. Dalam banyak riset dikemukakan, 80% lebih konsumen
menjadikan harga sebagai bahan pertimbangan utama dalam keputusan
pembelian (Ristania & Justianto, 2013). Terlebih dalam pasar digital, persaingan
harga adalah hal mendasar yang dilakukan oleh para pelaku usaha, pasalnya
persaingan sudah melibatkan jutaan penjual dari berbagai penjuru dunia.
8
2.1.2 Pengertian Pemasaran 4.0
Menurut Kotler (2020:XVII), pada dasarnya, Marketing 4.0 menguraikan
bagaimana mendalam dan meluasnya pemasaran yang berorientasi pada manusia
untuk meliputi setiap aspek dari perjalanan pelanggan (Kotler, 2020:50).
Marketing 4.0 adalah pendekatan pemasaran yang menggabungkan interaksi
online dan offline antara perusahaan yang menggabungkan interaksi online dan
offline antara perusahaan dan pelanggan, memadukan gaya dengan substansi
dalam menggabung merek, dan akhirnya melengkapi konektivitas mesin-ke-mesin
dengan sentuhan manusia-ke-manusia untuk memperkuat keterlibatan pelanggan.
Marketing 4.0 membantu pemasar beralih ke ekonomi digital, yang
mendefinisikan ulang konsep kunci dari pemasaran. Pemasaran digital dan
pemasaran tradisional dimaksudkan untuk dipadukan dengan tujuan mendapatkan
pembelaan pelanggan.
2.1.3 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler (2020:46), bauran pemasaran adalah alat klasik untuk
membantu merencanakan apa yang ditawarkan dan cara menawarkannya kepada
pelanggan. Pada dasarnya, empat 4: product (produk), price (harga), place
(tempat), dan promotion (promosi). Produk sering kali dikembangkan berdasarkan
kebutuhan dan keinginan pelanggan, yang diperoleh melalui riset pasar. Begitu
perusahaan memutuskan apa yang harus ditawarkan, (produk dan harga), mereka
harus memutuskan cara menawarkannya (tempat dan promosi). Bila keempat P
dari bauran pemasaran dirancang dan diselaraskan secara optimal, penjualan akan
berkurang tantangannya karena pelanggan tertarik dengan proposisi nilai.
9
a. Produk (Product)
Menurut Abbas, produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan, atau
dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat,
organisasi dan gagasan atau buah pikiran (Vildayanti, 2020:251). Menurut
Lestari, produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan, bisa berupa
barang atau jasa yang dapat ditawarkan oleh suatu perusahaan, terdapat tiga
tingkatan produk : core benefit merupakan manfaat sesungguhnya dari
produk yang dibeli oleh pelanggan, actual product merupakan produk nyata
yang dapat digunakan oleh pelanggan dan augmented product merupakan
produk nyata yang didukung oleh pemberian layanan dan manfaat tambahan
untuk pelanggan (Vildayanti, 2020:251).
b. Harga (Price)
Dalam menetapkan harga, perusahaan dapat menggunakan empat
pendekatan yaitu: market based pricing, cost based pricing, competition
based pricing, value based pricing. Harga merupakan satu-satunya unsur
marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, unsur lainnya
hanya unsur biasa saja (Assauri, 2018). Sedangkan menurut (Abdurrahman,
2015) harga yaitu sejumlah uang yang ditagihkan, atas suatu produk atau jasa
atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh
manfaat dan memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa.
c. Tempat (Place)
Untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran,
perusahaan perlu melakukan distribusi tempat. Distribusi atau penyaluran
10
merupakan proses atau kegiatan penyampaian produk dari perusahaan sampai
ke tangan pelanggan pada waktu yang telah ditentukan dengan tepat.
Perusahaan dapat menentukan penyaluran produknya melalui perantara atau
disebut dengan distributor, akan tetapi perusahaan juga bisa melakukan
pendistribusian produknya dengan sendirinya tanpa harus melalui distributor
(Abdurrahman, 2015). Saluran distribusi diperlukan karena adanya perbedaan
yang menimbulkan kesenjangan di antara produksi dan konsumsi. Ada
beberapa faktor kesenjangan yang menimbulkan dibutuhkannya saluran
distribusi, yaitu: perbedaan jarak geografis, perbedaan jarak waktu, perbedaan
celah dalam jumlah, perbedaan varietas, serta perbedaan informasi dan
komunikasi (Assauri, 2018).
d. Promosi (Promotion)
Perusahaan harus bisa mempengaruhi pelanggan agar mereka
menciptakan permintaan terhadap produk yang kita buat. Usaha itu dapat
dilakukan dengan cara kegiatan promosi yang merupakan salah satu strategi
dari bauran pemasaran. Promosi merupakan salah satu dalam bauran
pemasaran yang digunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan
mengingatkan tentang produk perusahaan (Murya & Wulandari, 2016).
2.1.4 Pengertian Strategi
Menurut Hendrawan (Supratikno, 2003:19), kata strategi didapat dari
bahasa Yunani yaitu strategas (stratos : tentara dan Ag : memimpin) sehingga
dapat diartikan sebagai suatu hal yang dilakukan panglima perang untuk
mengolah rencana guna memenangkan perang. Konsep tersebut sesuai pada
11
zaman dahulu yang hampir tiap hari mengalami peperangan dimana panglima
perang berperan sangat komplek guna memimpin suatu angkatan perang.
Rangkuti (2013:183), mengemukakan bahwa strategi adalah perencanaan
induk yang komprehensif yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan
mencapai semua tujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di
tetapkan sebelumnya. Menurut Rachmat (2014:2), beberapa ahli menegaskan
strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-
pendekatan bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan (sesuai target).
Dengan kata lain dapatdi simpulkan bahwa pengertian dari strategi adalah sebuah
tindakan yang dilakukan dalam proses perencanaan untuk tercapainya sebuah
tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya, dengan melalukan hal-hal yang besifat
terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang
kebutuhan pelanggan.
Porter (Rachmat, 2014:6), menjelaskan makna terpenting dari pemahaman
strategi sebagai mengambil tindakan yang berbeda dari perusahaan pesaing dalam
satu industri guna mencapai posisi yang lebih baik. Dalam menentukan strategi
yang tepat sebelum melakukan pengelolaan program, maka perusahaan harus
memikirkan apa yang mungkin saja akan terjadi di masa depan sedari dini. Dalam
hal ini keinginan konsumen yang akan selalu berubah tiap generasinya menjadi
hal yang viral untuk diperhatikan.
2.1.4.1 Tipe-Tipe Strategi
Sama seperti beberapa kajian teori-teori keilmuan lainnya, strategi juga
memiliki beberapa tipe yang dibedakan untuk mengkaji sesuatu dengan lebih
12
detail. Menurut Rangkuti (2014:6), pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan
ke dalam 3 tipe yang berbeda, sebagai berikut:
1. Strategi manajemen, meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi
pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi
pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
2. Strategi investasi, merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.
Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi
pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diverstasi dan sebagainya.
3. Startegi bisnis, sering disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen. Misalnya,
strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi dan
strategi yang berhubungan dengan keuangan.
2.1.5 Pengertian Strategi Pemasaran
Menurut Paul & Jerry (Peter, 2014:27), strategi pemasaran (marketing
strategy) adalah serangkaian rangsangan yang ditempatkan pada lingkungan
konsumen yang dirancang untuk mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen. Stimulus ini melibatkan produk, merek, kemasan, iklan, kupon, toko,
kartu kredit, label harga, komunikasi para penjual, dan pada beberapa kasus, suara
(music), wewangian (parfum), dan petunjuk sensoris lainnya.
2.2. Penjualan Online
2.2.1 Pengertian Penjualan
13
Menurut Mulyadi, (Wulandari, 2015:43), penjualan merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan
memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat
diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau
jasa dari pihak penjual ke pembeli. Penjualan adalah pendapatan lazim dalam
perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas
barang dan jasa. (Wulandari, 2015:44). Dapat disimpulkan penjualan adalah
pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa yang yang dilakukan
perusahaan sebagai usaha pokok.
Ada beberapa teori yang disampaikan menurut Kotler (Wulandari,
2015:148), yaitu :
1. Strategi penjualan periklanan, semua bentuk penyajian non personal promosi
ide-ide barang produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang
dibayar.
2. Promosi penjualan, insentif jangka pendek untuk merangsang pembeli atau
penjualan suatu produk.
3. Publisitas, suatu stimulasi non personal terhadap permintaan suatu produk,
jasa atau unit dagang dengan penyebaran kebutuhan akan produk- produk
tertentu disuatu media yang disebarluaskan atau menghasilkan suatu sosok
kehadiran yang menarik mengenai produk di radio, ditelivisi atau panggung
yang tidak dibayar oleh sponsor.
4. Penjualan pribadi, penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan suatu
atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.
14
5. Pemasaran langsung, penggunaan surat, telepon penghubung non personal
lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon dari
pelanggan dan calon pelanggan tertentu.
2.2.2 Pengertian Penjualan Online
Menurut Kalakota dan Whinston (Wulansari, 2015:36), mendefinisikan
penjualan online atau yang disebut juga e-commerce dari beberapa perspektif
berikut:
1. Perspektif komunikasi: e-commerce merupakan pengiriman informasi,
produk/layanan, atau pembayaran melalui lini telepon, jaringan komputer
atau sarana elektronik lainnya.
2. Perspektif proses bisnis: e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju
otomisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan.
3. Perspektif layanan: merupakan salah satu alat yang memenuhi keinginan
perusahaan, konsumen dan manajemen dalam memangkas service cost ketika
meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.
4. Perspektif online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk
dan informasi di internet dan jasa online lainnya.
Menurut Muslihudin, Wulandari, & Listiarini (Efriyanti, 2018;46), dalam
dunia modern ini, electronic commerce telah memberikan pengaruh yang besar
terhadap pertumbuhan tata sosial dan ekonomi masyarakat. Electronic commerce
telah menjadi bagian terpenting dari sektor bisnis khusus dan umum. Hal ini
memang diakui karena dengan adanya electronic commerce ini, biaya operasional
bisa dikurangi agar bisa bersaing dan berjuang dengan semakin banyaknya
permintaan yang mengharuskan pelayanan yang cepat dan akurat. Jadi dapat
15
disimpulkan e-commerce merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan
media internet antara organisasi dan organisasi maupun organisasi dan konsumen.
E-commerce juga telah menjadi bagian terpenting dari sektor bisnis baik khusus
maupun umum.
2.2.3 Tahap Awal dalam Penjualan Online
Menurut Ayodya (2020:46), ada beberap tindakan yang harus dilakukan agar
bisnis mulai menggunakan teknologi digital dalam operasionalnya:
1. Membuat BlogToko Online Website
Jika selama ini bisnis berjalan secara konvensional dengan membuka gerai
atau kantor, maka kedepannya UMKM sudah mulai harus memiliki tempat
penjualan di dunia maya. Berjualan di dunia maya bergantung dari produk
atau jasa yang dijual. Jika bentuknya adalah usaha yang menjual beberapa
produk dapat memiliki toko online. Namun, jika usahanya menjual dalam
bentuk jasa bisa menggunakan website untuk memberikan informasi pada
banyak khalayak tentang jasa apa yang dijual. Jika ingin membuat website
tapi dapat dibuat dengan bebas biaya.
2. Mulai Aktif menggunakan Sosial Media
Sosial media seperti Twitter, Facebook, dan Instagram saat ini marak
digunakan untuk akun bisnis. Tidak ada salahnya memulai membuat akun
khusus bagi produk atau jasa yang akan dijual. Dengan sosial media juga bisa
menjangkau pelanggan-pelanggan yang ada di luar kota, luar provinsi, bahkan
luar negeri. Jika memiliki modal yang sedikit, tak ada salahnya untuk
memasang iklan Facebook untuk menjangkau konsumen yang disasar. Selain
16
itu, dengan Facebook dan Instagram pun mampu mencari pihak lain yang
dapat menjualkan produk dan jasa seperti reseller dan dropshipper.
3. Mengenal Marketplace
Marketplace adalah situs jual beli online. Contohnya adalah Tokopedia,
Shopee, Lazada dan sebagainya. Disarankan bagi UMKM untuk menjual
produk produk di marketplace. Dengan berjualan melalui marketplace, bisa
mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar dan lebih besar dan lebih luas
dari sebelumnya. Cara berjualan di marketplace juga mudah dipelajari dan
dapat berbiaya gratis.
2.3 Omzet Penjualan
2.3.1 Pengertian Omzet Penjualan
Menurut Chaniago (Wulansari, 2019:134), omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa
dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Ayu (Wulansari, 2019:138),
omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun
waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang
pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omset penjualan dari hari ke
hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Hal ini
diperlukan kemampuan dalam mengatur modal terutama modal kerja agar
kegiatan operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya.
2.3.2 Faktor-Faktor Peningkatan Omzet Penjualan
Menurut Ratih (Amelia, 2019:80), istilah penjualan sering disalah artikan
dengan istilah pemasaran, bahkan ironisnya ada yang menganggap sama
pengertian antara penjualan dengan pemasaran. Kesalahpahaman tidak hanya pada
17
praktek penjualan tetapi juga pada struktur organisasi perusahaan. Pada
hakekatnya kedua istilah tersebut memiliki arti dan ruang lingkup berbeda.
Pemasaran meniliki arti yang lebih luas meliputi berbagai fungsi perusahaan,
sedangkan penjualan merupakan bagian dari kegiatan pemasaran itu sendiri.
Dengan demikian penjualan tidak sama dengan pemasaran. Adanya penjualan
dapat tercipta suatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dengan
pembeli. Didalam perekonomian kita (ekonomi uang), seseorang yang menjual
sesuatu akan mendapatkan imbalan berupa uang. Dengan alat penukar berupa
uang, orang akan lebih mudah memenuhi segala keinginannya dan penjualan
menjadi lebih mudah dilakukan. Jarak yang jauh tidak menjadi masalah bagi
penjual. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan praktek kegiatan penjualan
itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
2. Kondisi Pasar
3. Modal
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
5. Faktor Lain seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, yang
sering mempengaruhi penjualan.
2.3.3 Cara Meningkatkan Omzet Penjualan
Menurut Tandjung (Wulansari, 2015:137), terdapat lima belas (15) cara
meningkatkan omzet penjualan, meliputi:
1. Belajar tentang: perusahaan, industri, pasar, dan pesaing perusahaan.
Salesman harus mengenal perusahaan tempat mereka bergabung, juga produk
18
yang hendak mereka jual. Kedua faktor tersebut merupakan senjata terpenting
yang harus dimiliki para salesman.
2. Menetapkan Sasaran. Sasaran (goal) adalah suatu keadaan yang ingin dicapai
oleh seseorang atau organisasi, bisa dalam jangka pendek, menengah maupun
panjang.
3. Mengatur Agenda Kerja. Seorang salesman yang efektif juga perlu membuat
perencanaan yang matang. Perencanaan sederhana seperti rute kunjungan dan
daftar calon pelanggan yang hendak dikunjungi adalah kompas bagi salesman
untuk melaksanakan aktifitas.
4. Memeriksa Perlengkapan. Setiap perusahaan perlu membekali perlengkapan
tim penjualan sesuai kebutuhan dan jenis produk atau jasa yang dijual. Sering
kali salesman kurang memperhatikan perlengkapan ini sebelum bertemu calon
pembeli. Akibatnya, dapat mengganggu efektivitas presentasi.
5. Perhatikan Penampilan Pakaian. Pastikan pakaian rapi saat berhadapan dengan
pelanggan. Perhatikan juga kombinasi warna. Rambut, Perhatikan
pertumbuhan rambut. Buatlah jadwal berkala untuk memotongnya.Jangan
biarka rambut terlihat berantakan.
6. Optimis Bertemu Pelanggan. Optimis merupakan sikap selalu mempunyai
harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil
yang menyenangkan.
7. Merawat Kendaraan. Mengingat kendaraan sebagai alat transportasi yang
penting bagi salesman, maka perawatan rutin harus dilakukan agar kendaraan
tidak mogok saat hendak berangkat kerja atau ditengah perjalanan.
19
8. Jangan Lupa Menutup Transaksi. Bagian akhir dari serangkaian kegiataan
yang harus dilakukan oleh salesman. Closing bisa dikatakan sukses, bila calon
pembeli melakukan transaksi pembelian.
9. Mencari Prospek Baru. Para salesman sering terlalu asik dengan pembeli yang
sudah ada. Akibatnya, mereka jarang mencari calon pembeli baru padahal
mendapatkan pembeli baru dapat meningkatkan omzet penjualan.
10. Melakukan Evaluasi. Sebuah proses penilaian atas kinerja atau kegiatan yang
telah dilakukan. Evaluasi sangat berguna karena dapat menghemat biaya atau
sumber daya yang diperlukan untuk kegiataan berikutnya.
11. Olahraga Bersama Rekan. Salesman perlu memperhatikan kesehatannya, baik
fisik dan mental agar mampu bekerja secara optimal.
12. Memahami Pelanggan. Masing-masing pelanggan memiliki kebutuhan dasar
yang beragam. Motif pembelian yang mereka lakukan juga berbeda.Hal ini
bergantung pada faktor sosial dan ekonomi setiap pelanggan. Salesman, dalam
hal ini perlu memperhatikan dan memahami kedua hal tersebut jika ingin
menjual.
13. Mengikuti Pelatihan Keterampilan Menjual. Mengikuti pelatihan atau seminar
dapat meningkatkan kinerja penjualan, maka tidak ada salahnya menyisihkan
sebagian pendapatan untuk bisa mengikuti kegiatan positif ini.
14. Mencari Prospek Kakap. Sekali kita bisa menangkap pelanggan dengan
karegori kakap ini, biasanya bisa dipastikan perolehan target penjualan di
perusahaan akan aman. Tenaga dan waktu untuk kujunganpun tidak perlu
tersebar kebanyak pelanggan.
20
15. Melakukan Konsultasi Konsultasi bisa dilakukan antar rekan kerja dengan
kualitas yang setara dengan kita, maupun dengan seorang yang memiliki
kapasitas lebih baik dari diri kita.
2.4 Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan
untuk menjadi acuan atau contoh dalam mengerjakan skripsi ini, mulai dari
perbandingan teori, metodologi dan lain-lain. Berikut adalah beberapa penelitian
terdahulu yang bisa dijadikan referensi dalam melakukan penelitian ini:
1. “Pengaruh Penjualan Online melalui Merchant Go-Food Partner terhadap
Peningkatan Omzet pada Usaha Kuliner di Jalan Garuda Sakti Simpang Baru
Kecamatan Tampan Kota Baru” oleh M. Amdan Saputra, Program Studi
Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim – Riau, Pekanbaru tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan omzet usaha kuliner yang bermitra
dengan Go – Food dan juga untuk mengetahui kontribusi peningkatan omzet
usaha kuliner yang bermitra dengan go-food menurut ekonomi Islam. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan sifat asosiatif dengan
sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan
sebelum dan sesudah menjadi Merchant Patner GO-FOOD.
2. “Analisis Strategi Pemasaran dalam Upaya Peningkatan Omzet di MH Mart
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” oleh Muhammad Da‟al Aula
Arodhi, Program Studi Ekonomi Syari‟ah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam,
Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya, tahun 2018. Tujuan dari penelitian
21
ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan di MH Mart
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan untuk mengetahui
implementasi strategi pemasaran dalam upaya peningkatan omzet di MH Mart
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif induktif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ini didapati hal penunjang dan penghambat dalam
upaya peningkatan omzet di MH Mart. Yang menjadi hal penunjang
peningkatan omzet diantaranya : harga yang lebih murah dari pesaing,
mengedepankan nuansa islami di daerah yang mayoritas penduduknya Islam,
mengedapankan pelayan yang ramah, memberlakukan khiyar serta aktif
melakukan promosi penjualan dan publisitas.
3. “Analisis Pemasaran Online melalui Penggunaan Media Sosial dalam
Meningkatkan Omzet Penjualan (Studi Kasus pada Butik Viesna)” oleh Yuni
Viasari Program Studi Ekonomi Syari‟ah, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri – Kudus tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pemasaran dan promosi melalui online dapat
meningkatkan penjualan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen). Hasil dari
penelitian ini pengguanaan media sosial dapat meningkatkan pertumbuhan
penjualan pada Butik Viesna, hal ini didasarkan prosentase tingkat
pertumbuhan penjualan yaitu dari tingkat prosentase pertumbuhan penjualan
tahun 2011 memiliki presentase pertumbuhan penjualan sebesar 33,5%, tahun
22
2012 pada tingkat presentasi pertumbuhan penjualan sebesar 25,5%, melihat
penurunan tingkat omzet penjualan pada tahun sebelunya.
4. “Strategi Pemasaran Produk Pabrik Krikil UD Gita Putri di Desa Langsar
dalam Rangka Meningkatkan Omzet Penjualan (Studi : UD Gita Putri di Desa
Langsar)” oleh Jailani Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Wiraraja – Sumenep pada tahun 2019. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui strategi pemasaran pabrik krikil UD.Gita Putri Di Desa
Langsar dalam rangka meningkatkan Omset penjualan. Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dimana penelitian kualitatif ini melakukan
beberapa pendekatan baik secara interpretif, kritis. Hasil dari penelitian ini
berdasarkan hasil analisis melelui Matrik QSPM dapat diketahui bahwa
terdapat 2 (dua) alternanif strategi yang baik untuk di gunakan oleh UD Gita
Putri diantaranya, pertama yaitu Mempertahankan pelanggan lama dan
mencari pemakai baru dengan total nilai sebesar 3,13. Dan yang kedua yaitu
Memanfaatkan biaya angkut bahan baku murah untuk menghadapi pesaing
dengan total nilai sebesar 2,55.
5. “Strategi Produsen dalam Meningkatkan Omzet Penjualan (Studi Produksi
Roti Shabrina Bakery di Banjarmasin)” oleh Agnes Stephanie Program Studi
Ekonomi Syari‟ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Antasari – Semarang tahun 2018. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui strategi apa saja yang diterapkan oleh produsen roti Shabrina
Bakery dalam meningkatkan omset penjualan dan untuk mengetahui cara
pengatasan kendala-kendala ketika omset penjualan menurun. Metode
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu bagaimana cara penstrategian
23
produsen untuk meningkatkan omset penjualan. Hasil dari penelitian ini
strategi yang diterapkan produsen roti Shabrina Bakery untuk meningkatkan
omset penjualan adalah dengan memfokuskan strategi produksinya,
diantarannya: strategi penetrasi pasar, strategi formulasikan kembali
produk/pengembangan produk (refomulation strategy), strategi
perluasaan/pengembangan pasar, strategi segmentasi pasar, dan strategi
diversifikasi yang terkonsentrasi.
2.5 Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran (Sugiyono, 2017:101) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Berikut kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Sumber: penulis (2021)
Dalam kerangka berpikir diatas dijelaskan bahwa penelitian dimulai dengan
melakukan penelitian pada penjualan online melalui merchant Grab-Food sebagai
Penjualan Online
Merchant
Grab-Food
Penyesuaian pelaku usaha dalam
memasuki era pemasaran 4.0, yaitu
menggabungkan penjualan offline
dan penjualan online
Peningkatan omzet
24
penyesuaian pelaku usaha dalam memasuki era pemasaran 4.0 dengan
menggabungkan penjualan tradisional dan penjualan online. Dimulai dari mencari
data dan informasi tentang pengaruh dari penjualan online terhadap peningkatan
omzet pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi.
Data yang di dapatkan kemudian dilakukan analisis untuk melihat pengaruh
keefektivitasan penjualan online melalui merchant Grab-Food terhadap
peningkatan omzet pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi. Hasil akhir dari
penelitian akan menjadi dapat memberikan masukan dalam melihat peningkatan
omzet dengan berkerjasama dengan mitra Grab-food.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung
dengan data kuantitatif. Peneliti ingin mendeskripsikan atau menggambarkan
tentang karakteristik individu dansituasi kelompok. Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
pemahaman makna, dan mengkonstruksi fenomena dari pada generalisasi.
Sedangkan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Foresthree Kota Baru yang berlokasi di
Jalan Blekok Raya No. 9, Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Maret 2021 sampai dengan bulan Juni 2021.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Ada 2 jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu
Internal dan Eksternal. Selengkapnya dijabarkan oleh peneliti sebagai berikut :
26
1. Data Internal
Data internal adalah data yang didapatkan peneliti dari dalam
organisasi/institusi yang di teliti. Data internal yang akan digunakan oleh
peneliti berasal dari manajemen Foresthree Kota Baru yang berhubungan
dengan strategi pemasaran yang sedang berjalan sekarang. Data akan
didapatkan melalui wawancara dengan informan dan juga catatan penjualan
melalui merchant Grab-food
2. Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang didapatkan peneliti dari luar
organisasi/institusi yang diteliti. Data eksternal yang akan digunakan peneliti
didapat dari jawaban-jawaban responden mengenai keinginan konsumen yang
sebelumnya sudah disebarluaskan. Jawaban-jawaban dari kuesioner ini
kemudian akan menjadi data perbandingan untuk data internal yang sudah
didapatkan sebelumnya.
3.3.2 Sumber Data
Berikut adalah pembagian sumber data yang akan digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini :
1. Data Primer
Data primer dari penelitian ini didapatkan melalui 2 cara yaitu:
a. Wawancara
Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan
memberikan pertanyaan kepada informan kunci yaitu kepada Owner dari
Foresthree Kota Baru, Kota Jambi,
27
b. Kuesioner
Kuesioner dari penelitian ini akan disebarkan kepada 30 orang yang
menjadi informan pendukung, yaitu konsumen Foresthree Kota Baru yang
pernah melakukan transaksi melalui merchant Grab-food. Tujuan dari
adanya penyebaran kuesioner adalah hanya untuk melihat rata-rata
jawaban dari para konsumen Foresthree Kota Baru mengenai hal-hal apa
yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
2. Data Sekunder
Data sekunder untuk penelitian ini akan didapatkan peneliti melalui
dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan catatan riwayat penjualan online untuk
mendapatkan data yang diperlukan untuk analisis.
3.3.3 Informan Penelitian
Informan yang ditentukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3, yaitu
informan kunci, informan utama dan informan pendukung. Informan kunci adalah
informan yang memiliki informasi secara menyeluruh tentang permasalahan yang
diangkat oleh peneliti, pada penelitian ini peneliti menetapkan bahwa informan
kunci pada penelitian ini adalah Fernando selaku owner Foresthree Kota Baru,
Kota Jambi. Informan Utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan
detail tentang masalah penelitian yang akan dipelajari, dan peneliti menentukan
bahwa yang menjadi informan utama adalah karyawan Foresthree Kota Baru,
Kota Jambi.
28
Peneliti juga menambahkan informan pendukung untuk mendapatkan data
eksternal yang akan digunakan sebagai pembanding dan pelengkap data yang
dibutuhkan karena sejatinya informan pendukung adalah orang yang dapat
memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan
dalam penelitian kualitatif. Adapun informan pendukung yang ditetapkan peneliti
adalah konsumen Foresthree Kota Baru yang pernah melakukan transaksi melalui
merchant Grab-food sebanyak 30 orang.
3.4 Definisi Konsep
Definisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Penjualan Online (X1)
Menurut Muslihudin, Wulandari, &Listiarini (Efriyanti, 2018;46),
dalam dunia modern ini, electronic commerce telah memberikan pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan tata sosial dan ekonomi masyarakat.
Electronic commerce telah menjadi bagian terpenting dari sektor bisnis
khusus dan umum. Hal ini memang diakui karena dengan adanya electronic
commerce ini, biaya operasional bisa dikurangi agar bisa bersaing dan
berjuang dengan semakin banyaknya permintaan yang mengharuskan
pelayanan yang cepat dan akurat. Jadi dapat disimpulkan e-commerce
merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan media internet antara
organisasi dan organisasi maupun organisasi dan konsumen. E-commerce
juga telah menjadi bagian terpenting dari sektor bisnis baik khusus maupun
umum.
2. Peningkatan Omzet (Y)
29
Menurut Chaniago (Wulansari, 2019:134), omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu
barang/jasa dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Ayu (Wulansari,
2019:138), omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa
dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang
diperoleh.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan suatu penelitian tentunya dibutuhkan cara tersendiri
dalam melakukan pengumpulan data. Hal ini tentunya saja untuk memperlancar
penelitian yang dilakukan. Jika dilihat dari metode penelitian yang digunakan,
maka metode atau teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan
dengan cara wawancara dan kuesioner.
1. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara merupakan usaha mengumpulkan
informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung
dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi
(interviewer atau informan hunter) dengan sumber informasi (interviewee).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur (semi structure interview).Teknik wawancara ini sudah termasuk
dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini
30
adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Wawancara yang
dilakukan juga sangat ditentukan oleh informan/responden.
Informan menjadi sumber informasi dalam upaya pengumpulan data pada
suatu penelitian. Penentuan informan ini sendiri tentunya dengan melihat
pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan data/keterangan yang
berkenaan dengan objek penelitiannya. Karena bagaimanapun, kesesuaian
informan sangat menentukan data yang akan didapat untuk seterusnya
dijadikan hasil penelitian.
a. Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Owner Foresthree Kota Baru,
Kota Jambi.
b. Informan Utama
Informan Utama dalam penelitian ini adalah karyawan Foresthree Kota
Baru, Kota Jambi.
2. Kuesioner
Dalam penelitian ini, peneliti membagikan kuesioner kepada konsumen
Forethree Kota Baru, Kota Jambi yang sudah pernah melakukan pemesanan
melalui Merchant Grab-food sebagai informan pendukung.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu
mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman dan
31
sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan
terhadap kenyataan atau realitas.
Dalam penelitian ini peneliti akan membagi dan mengumpulkan jawaban-
jawaban dari kuesioner kedalam beberapa sub-bab yang berbeda dan
dikelompokkan sesuai dengan apa yang akan dijelaskan selanjutnya pada sub bab
pembahasan. Peneliti akan membagi dan mengelompokkan jawaban dari para
informan menjadi beberapa sub bab seperti penjualan online melalui merchant
Grab-food, tahap awal penjualan online, strategi peningkatan penjualan.
1. Penyajian Data
Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Jawaban dari tiap-tiap poin kueisioner mengenai keinginan
konsumen Foresthree Kota Baruakan diakumulasikan dan dihitung dalam
bentuk persentase dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Data yang
didapat dari hasil wawancara dan studi dokumentasi dianalisis, kemudian
penyajian data kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat sehingga
pembaca memahami hasil penelitian ini dengan jelas.
Data yang dituliskan merupakan jawaban narasumber dari perwakilan
Foresthree Kota Baru. Kemudian jawaban dari hasil wawancara terhadap
narasumber dari Foresthree Kota Baru kemudian dibandingkan untuk
mengetahui apakah yang dilakukan saat iuni sudah tepat atau belum dalam
memenuhi keinginan milenial yang menjadi konsumen.
2. Menarik Kesimpulan
32
Tahap penarikan kesimpulan adalah suatu tahap lanjutan dimana pada tahap
ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Pada tahap ini merupakan
interpertasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau sebuah dokumen.
Setelah kesimpulan diambil, peneliti kemudian mengecek ulang proses
koding dan penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah
dilakukan.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Profil Singkat Foresthree Kota Baru, Kota Jambi
Dalam beberapa tahun ini indsutri bisnis dalam bidang coffee shop
mengalami peningkatan yang baik. Hal ini banyak mendorong para wirausahawan
untuk membuka atau menciptakan usaha baru atau mengembangkan usaha yang
sudah ada, yang sekaligus menciptakan persaingan antara coffee shop dengan
begitu ketat. Dapat dilihat dari mulai menjamurnya coffee shop yang ada di
Indonesia terutama di Kota Jambi membuat para pengusaha coffee shop harus
memberikan nilai tambah terhadap produk, jasa, dan pelayanan untuk diberikan
kepada konsumen. Nilai tambah ini yang akan membuat konsumen memiliki
alasan untuk memilih suatu coffee shop yang tepat dibandingkan coffee shop yang
lain.
Foresthree Kota Baru merupakan coffee shop franchise dari Foresthree
Coffee yang berpusat di Jl. Bambu Kuning No.22, Kota Jakarta Selatan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dan berdiri pada tahun 2016 dan berdiri resmi sebagai
waralaba/franchise pada tahun 2018. Terlampir pada sasamecoffee.com hingga
November 2020 sudah ada 55 gerai Foresthree Coffee di seluruh Indonesia.
Foresthree Kota Baru, Kota Jambi sendiri berdiri pada tanggal 19 Desember 2020
dengan beralamat di Jl. Blekok Raya No.9, Handil Jaya, Kec. Jelutung, Kota
Jambi dan coffee shop ini didirikan oleh Fernando Mickael S. Ringgo. Foresthree
34
Kota Baru sekarang memiliki 10 orang karyawan yang dikepalai langsung oleh
pendiri Foresthree Kota Baru sendiri.
Gambar 4.1
Logo Perusahaan
Sumber: foresthreecoffee.com (2021)
4.1.2 Struktur Organisasi
Gambar 4.2
Struktur Organisasi
Foresthree Kota Baru
Sumber : Foresthree Kota Baru (2021)
4.2 Profil Informan
Informan merupakan orang yang digunakan peneliti sebagai pemberi
Owner Foresthree Kota Baru
Leader (dipilih acak setiap bulan)
Staff/Karyawan Foresthree
Kota Baru
35
informasi situasi dan kondisi penelitian. Dalam proses ini penulis langsung
mengumpulkan data melalui wawancara kepada narasumber yang di lakukan di
Foresthree Kota Baru Jalan Jl. Blekok Raya No.9, Handil Jaya, Kec. Jelutung,
Kota Jambi. Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah:
1. Fernando Mickael S. Ringgo sebagai Owner Foresthree Kota Baru
2. Aldi Anugrah Fikri sebagai Karyawan Foresthree Kota Baru
4.3 Penyajian Data
Pada bagian penyajian data penulis akan menyajikan hasil pengumpulan
data yang diperoleh peneliti selama masa penelitian. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan, penulis memperoleh data dengan cara melakukan wawancara
dengan informan kunci, informan utama, dan informan tambahan. Informan
ditunjuk sebagai sumber data yang mampu memberikan informasi yang
selengkap-lengkapnya serta relevan terhadap tujuan penelitian. Peneliti terlebih
dahulu melampirkan data-data yang di dapatkan melalui wawancara kemudian
dilanjutkan dengan melampirkan data pendukung yang didapatkan melalui
kuesioner yang disebarkan kepada 30 konsumen Foresthree Kota Baru sebagai
informan pendukung. Setelah menyajikan kedua data tersebut kemudian peneliti
mengelompokkan data-data yang sama dan sesuai dengan topik yang ingin
dibahas sebelum diteruskan ke pembahasan.
4.3.1 Hasil Wawancara
Berikut akan dijabarkan hasil wawancara dari kedua informan yang
merupakan perwakilan pihak Foresthree Kota Baru terkait pertanyaan mengenai
36
penjualan produk melalui merchant Grab-food. Ada 22 pertanyaan yang
ditanyakan kepada kedua informan yang mana hasilnya sebagai berikut:
1. “Sejak kapan Foresthree bekerjasama dengan mitra Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “sejak pertama kali Foresthree
Kota Baru berdiri, Foresthree sendiri sudah langsung terdaftar di Grab-
food karena sudah ketentuan yang diberikan oleh pusat. Aldi Anugrah
Fikri juga menjawab “dari awal bekerja disini Foresthree Kota Baru sudah
terdaftar di Grab-food.”
2. “Apakah dengan bekerjasama dengan merchant Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui produk mana yang menjadi andalan dari
konsumen?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “sangat membantu karena
tercantum jelas di data Grab-food apa saja produk yang terjual dan
jumlahnya perbulan. Bahkan waktu pembelian juga tercatat jelas di sana.”
Aldi Anugrah Fikri menjawab “sangat membantu karena tercantum di data
Grab-food produk yang dipesan dan berapa banyaknya perbulan.”
3. “Apakah ada menu khusus yang di sediakan untuk konsumen yang
menggunakan Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “Ada, yaitu kopi kemasan literan.
Bagi yang dine in juga boleh memesan produk tersebut tapi jarang sekali.
Kebanyakan konsumen yang melalui Grab-food yang memesan kopi
kemasan literan. Mungkin karna bisa disimpan di lemari pendingin dan
37
dikonsumsi lagi lain waktu.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “kami
menawarkan kopi kemasan literan di Grab-food.”
4. “Hal-hal apa sajakah yang biasanya menjadi keluhan konsumen terkait
dengan pembelian melalui merchant Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “keluhan terkait pembelian
melalui merchant Grab-food biasanya hanya di pengiriman barangnya.
Untuk keadaan produk saat sudah ditangan konsumen tidak pernah ada
keluhan, kita selalu membuat kemasan yang aman. Keluhan tentang
produk juga hanya sekali terjadi saat di outlet. Konsumen tersebut tidak
biasa dengan rasa rum dari produk kami dan langsung kami ganti dengan
yang baru.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “keluhan tentang produk pada
pembelian Grab-food tidak ada, hanya kadang tentang pengiriman dari
drivernya saja. Dan kalau keluhan yang ada di outlet hanya sekali dan
kami langsung segera memperbaikinya.”
5. “Bagaimana strategi Foresthree dalam menentukan harga produk yang ada
di outlet dengan yang ada di merchant Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “Grab-food mematokkan fee
perproduk sebesar 30%. Strategi yang kami terapkan kami menaikkan 30%
harga produk-produk signature dari kami dan tetap dengan harga yang
sama untuk produk basic seperti produk kopi susu. Karena misalnya kopi
susu sendiri modalnya tidak terlalu besar jadi jika dipotong 30% juga tidak
mengakibatkan kerugian.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “untuk harga di
Grab-food ada produk yang harganya dinaikkan ada yang tidak.
38
Tergantung perhitungan laba nya seperti produk kopi susu yang jika
dipotong 30% untuk fee Grab-food tidak mengalami kerugian.”
6. “Bagaimana strategi Foresthree untuk membuat lokasi yang menarik
membuat konsumen nyaman melakukan pemesanan di Foresthree?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “kalau untuk lokasi kita selalu
mau membuat konsumen nyaman. Dan lebih fokus ke outdoor nya apalagi
masa pandemi seperti ini konsumen lebih nyaman di outdoor. Untuk
konsep atau penataan lokasi basic saja tapi memang ada ketentuan
penggunaan warna dari Foresthree pusat supaya senada.” Aldi Anugrah
Fikri menjawab “kalau untuk tatanan lokasi owner langsung yang
mengurusnya.”
7. “Adakah website yang dikelola Foresthree Kota Baru guna melakukan
promosi?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “untuk website dari Foresthree
Kota Baru sendiri tidak ada, website Foresthree langsung dikelola oleh
pusat dengan alamat web foresthreecoffee.com” dan Aldi Anugrah Fikri
menjawab “website tidak ada yang kami kelola, hanya sosial media saja
guna untuk promosi”
8. “Apakah Foresthree mempunyai sosial media seperti Twitter, Facebook,
dan Instagram upaya promosi?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “hanya ada Instagram yang aktif
kami gunakan dengan nama @foresthreecoffee.kotajambi. Kalau check
instagram kita ada repost dari TikTok tapi itu tidak aktif digunakan.” Aldi
39
Anugrah Fikri menjawab “untuk promosi dan membagikan informasi di
sosial media kami menggunakan instagram”
9. “Bagaimana cara Foresthree melakukan promosi melalui sosial media
sehingga efektif untuk meningkatkan penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “biasanya kami memanfaatkan
sosial media untuk interaksi kepada konsumen. Seperti konsumen-
konsumen yang meng-upload produk Foresthree IG Story kemudian tag ke
instagram kita, nanti kita repost di IG Story kita. Untuk promosi sendiri
dari menyebarkan informasi mengenai produk dan promo-promo yang
kami tawarkan.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “sosial media kami
gunakan menjadi sarana untuk mempublikasikan promo-promo yang
ditawarkan oleh Foresthree Kota Baru. Dan juga promo-promo tersebut
seringkali kami bagikan melalui Line.”
10. “Apakah Foresthree pernah melakukan endorsement?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “pernah tapi bukan yang berbayar.
Kami hanya kirimkan produk lalu di review dan di upload ke sosial media
mereka. Melalui kenalan influencer-influencer Kota Jambi.” Aldi Anugrah
Fikri menjawab “pernah kami meng-endorse influencer-influencer Kota
Jambi saja.”
11. “Apakah ada marketplace yang digunakan oleh Foresthree untuk penjualan
online (Tokopedia, Shopee, dll)?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “Foresthree sudah terdaftar di
Shopee. Kalau di search di Shopee „Foresthree Kota Baru‟ akan muncul
40
langsung. Tapi di Kota Jambi sendiri belum ada driver untuk Shopee-food,
tapi tidak tahu ketentuan nanti bagaimana. Untuk sekarang kami
menggunakan metode pembayaran dari Shopee-pay saja dan lumayan
banyak konsumen yang menggunakan metode pembayaran ini karena
cashback yang ditawarkan Shopee juga lumayan besar maksimalnya
30%.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “kita sudah bekerja sama dengan
Shopee untuk metode pembayaran. Tapi untuk pengiriman keluar kota
belum bisa.”
12. “Jika ada, apakah penggunaan marketplace tersebut efektiv dalam
peningkatan penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “lumayan efektif karna
mempermudah konsumen untuk melakukan pembayaran dan tergantung
dari promo yang mereka tawarkan seperti cashback yang besar tersebut.”
Aldi Anugrah Fikri menjawab “kalau yang dari Shopee-food itu belum
ada, karena di Kota Jambi juga belum ada Driver nya.”
13. “Bagaimana strategi yang diterapkan pada Foresthree di dalam merchant
Grab-food untuk meningkatkan promosi? (promo, diskon, dll)”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “kalau promo, diskon, itu biasanya
ada kebijakan dari Foresthree pusat. Jadi ada beberapa promo yang harus
diterapkan dan ada juga yang tergantung Foresthree franchaise mau ambil
promo tersebut atau tidak tergantung kebijakan kita. Kalau promo yang
kami tawarkan sendiri biasanya dapat sponsor contohnya Sampoerna,
alokasi dana yang didapat akan dimanfaatkan untuk membuat promo. Dan
41
pengaplikasian promo tersebut biasanya ditawarkan di outlet dan di e-
commerce seperti Grab-food juga. Sudah ada promosi yang kami berikan,
ditambah lagi Grab-food sendiri sering menawarkan promo potongan
harga ongkos kirim juga.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “untuk promo
rutin kami lakukan. Seperti di tiap bulan di hari senin kami selalu
menawarkan promo diskon tiap minimal pembelian 50.000 ada diskon
sampai 50% tergantung penawaran voucher promo dari Foresthree pusat.”
14. “Dengan adanya promo tersebut, apakah meningkatkan penjualan secara
signifikan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “secara otomatis iya apalagi
melalui Grab-food. Misalnya ada bulan-bulan promo seperti 7.7 dan lain
lain keuntungan dari Grab-food sehari bisa sampai Rp. 500.000. Paling
tingginya sebulan bisa mencapai Rp. 12.000.000 hanya dari Grab-food saja
dan tiap bulannya meningkat. Apalagi ditambah adanya pembatasan sosial
atau physical distancing yang diperketat mau tidak mau kita
memanfaatkan yang ada di online dan peningkatannya juga 2x lipat.” Aldi
Anugrah Fikri menjawab “sangat meningkatkan penjualan karena banyak
konsumen yang memesan produk Foresthree menggunakan Grab-food.”
15. “Apakah dengan adanya promo tersebut efektif untuk membuat konsumen
kembali melakukan pembelian ke Foresthree?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “kalau dilihat melalui data yang
ada di Grab, memang tidak terlalu banyak dan kebanyakan itu pengguna
baru. Tapi setiap bulan pasti meningkat terus pengguna-pengguna Grab-
42
food yang melakukan pemesanan ulang.” Aldi Anugrah Fikri menjawab
“dari data Grab selalu ada yang melakukan pemesanan ulang. Tapi lebih
banyak yang memesan dengan produk yang sama.”
Tabel 4.1
Konsumen yang melakukan pemesanan ulang
No. Bulan Konsumen yang melakukan
pemesanan ulang
1. Januari 2021 2 konsumen
2. Februari 2021 5 konsumen
3. Maret 2021 7 konsumen
4. April 2021 14 konsumen
5. Mei 2021 16 konsumen
Sumber: Grab (2021)
16. “Bagaimana cara Foresthree bersaing dengan saingan yang serupa?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “Foresthree selalu
mengedepankan kulitas dan kenyamanan konsumen. Produk yang kita
tawarkan sudah sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan Foresthree
pusat. Rasa dan kualitas pasti sangat kita jaga.” Aldi Anugrah Fikri
menjawab “kami selalu menjaga kualitas dan kenyamanan konsumen.
Bagi kami kualitas dan kenyamanan adalah yang paling penting.”
17. “Bagaimana strategi Foresthree terhadap karyawan agar menguasai
tentang produk-produk yang ditawarkan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “saat awal karyawan bekerja
langsung diberikan training untuk pengenalan dan pemahaman produk
selama 2 minggu.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “awal masuk kerja kami
43
melakukan training selama 2 minggu praktek dan 1 hari pemahaman
materi.”
18. “Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food meningkatkan
penjualan dari Foresthree Kota Baru?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “penjualan melalui Grab-food
sangat meningkatkan penjualan. Apalagi seperti yang saya katakana tadi
pada saat pemberlakuan physical distancing seperti ini mau tidak mau
konsumen yang ingin dine in di batasi kapasitasnya dan beralih melalui
online. Konsumen tidak perlu keluar rumah dan berkerumun tapi sudah
bisa menikmati produk dari Foresthree.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “di
masa pandemi seperti sekarang penjualan pada Grab-food sangat
membantu meningkatkan penjualan dari Foresthree dan tiap bulan
penjualan melalu Grab-food selalu meningkat.”
19. “Apakah penjualan melalui merchant Grab-food sangat mempengaruhi
omzet penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “sangat mempengaruhi dan sangat
membantu kita untuk mencapai target penjualan. Tidak terlalu berlebih
memang tapi penjualan dari Grab-food sendiri mempengaruhi omzet
penjualan ke target penjualan sebesar kurang lebih 20%.” Aldi Anugrah
Fikri menjawab “sangat berpengaruh. Karena penjualan kita tidak hanya
melalui dine in saja tapi juga take away/online. Ditambah lagi konsumen
lebih banyak melakukan pemesanan online melalui Grab-food
dibandingkan merchant yang lainnya.”
44
20. “Berapakah target atau sasaran penjualan (goal) yang ditentukan oleh
Foresthree (perbulan, perminggu, atau sebagainya) dan apakah dengan
bermitra dengan Grab-food sasaran penjualan tersebut tercapai?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “target penjualan kita tentukan
perbulan sebesar Rp. 150.000.000 dan penjualan melalui Grab-food
membantu kita untuk mencapai target penjualan kurang lebih 20% nya.”
Aldi Anugrah Fikri menjawab “target penjualan yang kami tentukan
sebesar Rp. 150.000.000 perbulan dan penjualan melalui Grab-food
membantu kami untuk mencapai target penjualan.”
21. “Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui spesifikasi pelanggan?”
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “dilihat dari data Grab-food untuk
spesifikasi pelanggan seperti usia, jenis kelamin itu tidak. Kami
melakukan analisa sendiri dari konsumen yang dine in. Kalau siang sampai
ke sore biasanya orang kerja dan mahasiswa, pada bawa laptop
mengerjakan tugas masing-masing. Kalau sore ke malam kebanyakan anak
SMA dan anak kuliah juga yang datang untuk nongkrong gitu sih.” Aldi
Anugrah Fikri menjawab “spesifikasi pelanggan seperti umur dan jenis
kelamin itu tidak ada tapi kami analisa sendiri dari konsumen yang datang
ke Foresthree.”
22. “Apakah adanya rating yang ada pada merchant Grab-food mempengaruhi
omzet penjualan?”
45
Fernando Mickael S. Ringgo menjawab “untuk rating tidak mempengaruhi
omzet penjualan, dan juga rating Foresthree di Grab-food juga terbilang
tinggi.” Aldi Anugrah Fikri menjawab “rating tidak mempengaruhi omzet
penjualan.”
4.3.2 Data Informan Kuesioner
Selain melakukan wawancara kepada pihak Foresthree Kota Baru, peneliti
juga melakukan pengambilan data kepada konsumen Foresthree yang pernah
melakukan pemesanan produk melalui Grab-food yang berjumlah 32 orang.
Berikut adalah hasil data yang didapatkan setelah memberikan angket
kepada 32 responden:
4.3.2.1 Demografi Informan Tambahan
Tabel 4.2
Informasi Identitas Informan
Jenis Kelamin
Laki-laki 31,2%
Perempuan 68,8%
Umur
17-18 tahun 37,5%
19-22 tahun 53,1%
23-26 tahun 9,4%
27-30 tahun 0%
Pendidikan Terakhir
SD 0%
SMP 3,1%
SMA 71,9%
Diploma 6,3%
46
S1 15,6%
S2/S3 3,1%
Pendapatan / Uang Saku perbulan
<Rp. 500.000 34,4%
Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 21,9%
Rp. 1.000.0001 – Rp. 1.500.000 9,4%
Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 15,6%
>Rp. 2.000.001 18,8%
Sumber: penulis (2021)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsumen yang melakukan
pemesanan secara online lebih banyak dilakukan oleh perempuan dibandingkan
laki-laki. Dalam berbelanja online, perempuan dianggap lebih sering
melakukannya dibandingkan laki-laki. Biasanya laki-laki lebih suka langsung
datang ke store dan menikmati produk yang mereka inginkan. Sedangkan
perempuan lebih suka menggunakan pembelian online dalam pemesanan produk
dengan beberapa pertimbangan.
Konsumen yang pernah memesan produk Foresthree melalui Grab-food
berada pada rentang umur 17 sampai 26 tahun sebanyak 98%. Bila kita
kerucutkan, konsumen paling banyak pada rentang usia 19 s.d. 22 tahun. Hal ini
karena kebanyakan pengguna merchant Grab-food adalah generasi milenials.
Sedangkan untuk pendidikan terakhir dari konsumen yang diteliti
kebanyakan berada pada tingkat SMA. Hal ini dikarenakan kebanyakan informan
yang menjawab adalah para mahasiswa yang sering menggunakan merchant Grab-
food. Kelompok umur mahasiswa berada pada kelompok kedua terbanyak
47
terutama di D3 dan S1. Kedua hal tadi juga mendukung temuan sebelumnya yang
menyatakan rentang umur konsumen paling banyak berada pada 17-26 tahun.
4.2.2.2 Pertanyaan Mengenai Penjualan pada Grab-food
Berdasarkan kuesioner yang telah peneliti sebarkan kepada konsumen
yang pernah melakukan pemesanan produk Foresthree Kota Baru pada Grab-Food
sebagai informan tambahan. Infotman tambahan tersebut sebanyak 32 orang.
Konsumen yang melakukan pemesanan produk Foresthree melalui merchant
Grab-food paling banyak 2-3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen
menjadikan produk Foresthree menjadi pilihan untuk pemesanan melalui Grab-
food dan paling banyak konsumen yang menghabiskan Rp. 500.001 - Rp. 100.000
perbulan. Hal ini mendukung temuan sebelumnya yang menyatakan konsumen
melakukan pemesanan produk Foresthree melaluo Grab-food sebanyak 2-3 kali
dengan harga produk Rp. 15.000 – Rp. 30.000.
Konsumen paling sering melakukan pemesanan produk Foresthree
langsung ke store. Hal ini dikarenakan konsumen lebih suka menikmati produk
Foresthree sambil nongkrong di store Foresthree Kota Baru. Temuan ini
menunjukkan bahwa Foresthree memiliki lokasi yang nyaman untuk para
konsumen.
Konsumen paling banyak mengetahui Foresthree Kota Baru dari mulut-
kemulut sebanyak 50% dan yang mengetahui Foresthree melalui sosial media
berada pada kedua terbanyak sebesar 28,1%. Hal ini menunjukkan bahwa sosial
media yang dikelola Foresthree termasuk berhasil dalam promosinya hingga
48
diketahui oleh masyarakat. Sosial media Foresthree yang paling banyak diketahui
oleh konsumen adalah sebesar 96,9% pada sosial media Instagram. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua konsumen mengetahui Instagram yang
dikelola oleh Foresthree Kota Baru dengan nama @foresthreecoffee.kotabaru.
Promo yang konsumen dapatkan pada pemesanan produk Foresthree
paling banyak pada hari/waktu tertentu. Hal ini didukung oleh pernyataan Aldi
Anugrah Fikri selaku karyawan Foresthree Kota Baru yang mengatakan bahwa
promo yang paling rutin ditawarkan adalah setiap hari senin dengan minimal
belanja Rp.50.000 dengan potongan 50%.
Konsumen paling banyak mengetahui promo Foresthree Kota Baru
melalui timeline Grab-food dan kedua terbanyak konsumen mengetahui promo
Foresthree melalui teman/keluarga. Dengan hal ini timeline Grab-food dinilai
efektiv dalam penyebaran informasi untuk konsumen Grab-food. Pada Grab-food
sendiri ditayangkan dengan jelas informasi mengenai pemotongan harga dan juga
ada kolom voucher yang dapat konsumen gunakan. Untuk layanan dari Grab-
food, konsumen selalu merasa puas dengan layanan pengiriman barang melalui
Grab-food. Hal ini menegaskan layanan pengiriman barang yang baik dari Grab-
food menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk melakukan pemesanan
melalui Grab-food. Tentu hal itu penting dilakukan agar konsumen mau
melakukan pemesanan kembali dengan layanan yang sama.
Konsumen yang menganggap bahwa harga yang ditawarkan oleh
Foresthree pada Grab-food terjangkau sebanyak 90,6%. Hal ini mendukung
temuan sebelumnya yaitu produk Foresthree menjangkau keseluruh konsumen
49
dengan uang saku / pendapatan berapapun. Sebanyak 75% konsumen beralasan
untuk melakukan pemesanan produk Foresthree melalui Grab-food dikarenakan
tidak perlu keluar rumah. Dan dengan alasan terbanyak kedua karena banyak
promo yang di tawarkan. Hal ini menegaskan bahwa Grab-food dinilai
mempermudah konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan tanpa
harus keluar rumah. Ditambah lagi banyak promo yang ditawarkan oleh Grab-
food meningkatkan alasan konsumen untuk menggunakan Grab-food.
Konsumen yang melakukan pemesanan ulang (re-order) produk
Foresthree melalui Grab-food sebanyak 2-3 kali sebesar 40,6%. Hal ini
mendukung temuan sebelumnya bahwa konsumen paling banyak melakukan
pemesanan produk Foresthree melalui Grab-food sebanyak 2-3 kali sebesar
62,5%.
Tindakan yang dilakukan konsumen jika merasa puas dengan produk
Foresthree yang dipesan melalui Grab-food adalah memberikan rating tinggi pada
produk Foresthree di Grab-food. Hal ini mendukung rating Foresthree yang ada
pada Grab-food sebesar 4,8. Seluruh konsumen menganggap bahwa Foresthree
selalu dengan sigap menanggapi keluhan yang diberikan konsumen. Hal ini
mendukung pernyataan Fernando Mickael S. Ringgo dan Aldi Anugrah Fikri
bahwa mereka langsung menanggapi keluhan konsumen mengenai produknya dan
langsung mengganti produknya dengan yang baru.
Produk yang cenderung lebih sering dipesan oleh konsumen ialah produk
yang pernah dibeli sebelumnya. Hal ini mendukung data penjualan Foresthree
pada Grab-food bahwa produk kopi susu selalu menjadi best seller di setiap bulan
50
penjualan Grab-food. Konsumen juga paling banyak memilih produk Foresthree
dibandingkan dengan pesaing yang serupa dikarenakan tempat yang nyaman
(31,3%) dan karena rasa produk yang ditawarkan enak (31,3%). Setelah itu alasan
konsumen memilih Foresthree karena harga yang terjangkau (28,1%). Hal tersebut
membuktikan bahwa secara lokasi (place), produk (product), dan harga (price)
Foresthree berhasil dalam pengaplikasiannya.
Kegiatan yang konsumen lakukan biasanya saat memutuskan untuk
memesan produk Foresthree melalui Grab-food paling banyak sambil nongkrong
bersama teman (46,9%) dan yang kedua sambil mengerjakan tugas / belajar
(40,6%). Hal ini menegaskan bahwa produk Foresthree menjadi pilihan konsumen
sembari melakukan aktivitas. Sama dengan pernyataan Fernando Mickael S.
Ringgo yang mengatakan biasanya konsumen yang datang sambil membawa
laptop dan juga sambil berkumpul besama teman-temannya.
Berdasarkan temuan di atas, produk yang biasanya konsumen pesan
melalui Grab-food adalah produk kopi (56,3%) dan yang kedua non-kopi (34,4%).
Hal ini mendukung data penjualan Foresthree pada Grab-food produk yang paling
banyak dipesan adalah produk kopi (kopi susu, doubleshot es kopi susu,
doubleshot ice shaken) dan produk non-kopi (teh tarek, hersey’s creme).
4.4 Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yang artinya
semua data yang disajikan akan dilakukan proses analisa. Setelah melakukan
observasi melihat lebih dekat pada Foresthree Kota Baru, berdasarkan tujuan
penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka penulis mencoba
51
untuk menganalisis peningkatan omzet pada Foresthree di Kota Jambi saat
bermitra dengan Grab-Food.
4.4.1 Strategi Pemasaran pada Foresthree Kota Baru
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan, bisa berupa barang
atau jasa yang dapat ditawarkan oleh suatu perusahaan. Segala sesuatu yang
dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk
barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi,
informasi, dan ide. Produk yang ditawarkan Foresthree Kota Baru merupakan
barang yaitu produk minuman dan makanan. Berdasarkan hasil penelitian,
Foresthree Kota Baru mampu menggunakan produk berkualitas bagi pelanggan.
Dilihat dari konsumen yang memiliki produk andalan setiap saat melakukan
pemesanan produk Foresthree melalui Grab-food. Foresthree Kota Baru juga
memiliki berbagai macam pilihan produk yang ditawarkan, sehingga konsumen
dapat menyesuaikan seleranya pada pemesanan produk Foresthree. Produk yang
ditawarkan juga relativ makanan ringan dan minuman yang cocok untuk
dikonsunsi saat bersantai. Juga dari segi pelayanan Foresthree mampu dengan
sigap untuk menanggapi keluhan dari konsumen.
Harga yaitu jumlah yang harus disiapkan oleh konsumen yang ingin
mendapatkan barang atau jasa. Dalam menetapkan harga, perusahaan dapat
menggunakan empat pendekatan yaitu: market based pricing, cost based pricing,
competition based pricing, value based pricing. Untuk penentuan harga,
Foresthree Kota Baru lebih menggunakan konsep market based pricing yaitu
penetapan harga berdasarkan pertimbangan seperti selera, nilai dan citra yang
52
dirasakan, tingkat persaingan pasar, dan siklus hidup produk. Jadi, perusahaan
memberikan bobot variabel secara lebih signifikan daripada biaya. Harga yang
Foresthree Kota Baru tawarkan tidak jauh berbeda dari harga yang ditawarkan
pesaing serupa. Begitu juga yang Foresthree Kota Baru tetapkan pada penentuan
harga pada merchant Grab-food. Foresthree Kota Baru menaikkan harga produk
signature pada Grab-food sebesar 30% dikarenakan Grab menetapkan fee per
produk sebesar 30%. Namun, Foresthree Kota Baru juga menawarkan promo
potongan harga dengan minimum pembelian dan waktu tertentu sehingga
konsumen tidak terlalu dikenakan harga yang terlalu tinggi.
Tempat sebagai kumpulan dari organisasi-organisasi yang independen,
yang membuat suatu barang atau jasa menjadi tersedia sehingga pelanggan dapat
menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa tersebut bisa merupakan
pelanggan individu ataupun pelanggan bisnis. Ketersediaan dalam elemen tempat
dapat diartikan menjadi beberapa hal yaitu: kenyamanan, keberadaan, variasi,
hemat tempat dan waktu. Berdasarkan hasil penelitian, Foresthree Kota Baru yang
berlokasi di Jalan Blekok Raya No. 9, Kota Jambi dinilai cukup strategis
dikarenakan banyaknya konsumen yang datang (dine in) maupun memesan
produk melalui Grab-food. Salah satu petimbangan konsumen untuk memesan
produk melalui Grab-food adalah jarak / ongkos kirim yang ditawarkan Grab-
food. Konsumen juga menilai lokasi Foresthree Kota Baru nyaman untuk
mengerjakan tugas / belajar maupun untuk berkumpul bersama orang terdekat.
Lokasi Foresthree Kota Baru juga menyediakan outdoor yang cukup besar,
sehingga lebih aman pada masa pandemi seperti sekarang.
53
Promosi dianggap sebagai bentuk pencampuran dari berbagai unsur
kelengkapan yang termasuk dalam media promosi. Kelengkapan komunikasi
pemasaran yang digunakan untuk mengkomunikasikan secara meyakinkan nilai
pelanggan. Mengkomunikasikan hasil dari olahan kelengkapan komunikasi yang
digunakan untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan. Foresthree Kota
Baru melakukan strategi promosi produk yang dimana promosinya lebih
mengutamakan pendekatan pada media internet dan personil yang terlibat didalam
promosi tersebut. Seperti rutin menawarkan promo, diskon, dan lain lain dan
menyebarkan informasi tersebut melalui sosial media dan juga pada timeline
Grab-food. Strategi ini dinilai berhasil karena mengundang banyak konsumen
untuk melakukan pemesanan produk Foresthree terutama pada aplikasi Grab-food.
4.4.2 Penjualan online melalui merchant Grab-food terhadap peningkatan
omzet pada Foresthree Kota Baru
Penjualan online atau pemasaran digital sebenarnya tidak dimaksudkan
untuk menggantikan pemasaran tradisional. Keduanya harus berdampingan
dengan masing-masing peran pada penjualan. Pada awal interaksi, pemasaran
tradisional memiliki peran utama dalam membangun minat konsumen. Sedangkan
peran terpenting pada pemasaran digital untuk lebih mendorong tindakan.
Pemasaran digital sendiri dianggap lebih akuntabel daripada pemasaran
tradisional, dan fokus pemasaran tradisional adalah mengusahakan interaksi
konsumen.
Pada Foresthree Kota Baru sendiri, memadukan interaksi pemasaran dan
penjualan melalui offline dan juga online. Pada penjualan offline sendiri,
54
Foresthree Kota Baru menyediakan lokasi dan tempat yang nyaman untuk
disinggahi, sekaligus menjadi tempat Foresthree untuk menyiapkan dan
menyediakan produk yang ditawarkan. Sponsor-sponsor yang didapat seperti
Sampoerna, juga diaplikasikan pada lokasinya. Pada penjualan online, Foresthree
Kota Baru memanfaatkan merchant yang ada salah satunya Grab-food. Konsumen
yang melakukan pemesanan pada Grab-food melalui aplikasi Grab yang
dihubungkan langsung ke Foresthree Kota Baru melalui driver Grab sebagai
perantara. Kemudian, Foresthree menyiapkan produk yang dipesan dengan
kemasan yang aman untuk dibawa pada perjalanan. Kemudian driver Grab
mengantarkan produk kepada konsumen. Pada metode pembayaran juga Grab-
food menawarkan 2 pilihan, yaitu melalui pembayaran online (OVO) dan
pembayaran cash pada driver (driver membayarkan harga total pemesanan kepada
pihak store, kemudian konsumen menggantinya saat pesanan diantarkan).
Pada dasarnya, Foresthree Kota Baru memanfaatkan segala sarana
pemasaran terutama pemasaran digital seperti bekerjasama dengan e-commerce,
marketplace, endorsement, dan lain-lain. Semakin lama jaman semakin maju, mau
tidak mau segala sektor harus menyesuaikan keadaan. Grab tidak hanya
menawarkan jasa antar-jemput barang namun juga menjadi salah satu strategi
pemasaran bagi pelaku usaha. Strategi yang diterapkan Grab-food sendiri adalah
menampilkan toko-toko makanan dan minuman yang bekerjasama dengan Grab
sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang mereka tawarkan.
55
Gambar 4.3
Tampilan aplikasi Grab-food
Sumber: Aplikasi Grab-food
Dengan begitu, konsumen dengan mudah menemukan mana toko yang
sesuai dengan yang diinginkan. Ditambah lagi Grab-food sering menawarkan
voucher diskon yang ditawarkan oleh Grab-food sendiri, maupun dari para pelaku
usaha. Menurut hasil wawancara dengan Fernando Mickael S. Ringgo selaku
owner Foresthree Kota Baru, Grab-food lebih efisien untuk penjualan online
dibandingkan dengan merchant lain dikarenakan Grab menyediakan banyak
promo dan ongkos kirim yang relatif lebih murah sehingga konsumen lebih
banyak menggunakan Grab dibandingkan merchant lainnya.
Berdasarkan survey yang peneliti lakukan terhadap konsumen Foresthree,
alasan konsumen untuk memilih menggunakan Grab-food sebagai aplikasi dalam
pemesanan produk Foresthree dikarenakan tidak perlu keluar rumah dan juga
banyak promo yang ditawarkan pada hari/waktu tertentu. Dan juga harga yang
56
terjangkau dan rasa yang enak menjadi alasan konsumen untuk memilih produk
Foresthree. Hal ini dapat memperkuat bahwa strategi yang Foresthree terapkan
yaitu mengutamakan kualitas dan kenyamanan adalah benar. Konsumen juga
lebih suka memesan produk yang sudah pernah dipesan sebelumnya. Dan
kebanyakan konsumen menghabiskan sebesar Rp. 50.000 – Rp. 100.000 dalam
sebulan untuk pemesanan produk Foresthree Kota Baru.
Strategi promosi yang diterapkan Foresthree Kota Baru sendiri yaitu
promo-promo ditawarkan langsung dari Forestree Pusat walaupun tidak semua
promo harus diterapkan (kecuali promo-promo wajib) sehingga Forestree cabang
bisa menyesuaikan dengan kondisi penjualan mereka. Seperti contoh Foresthree
mendapatkan sponsor dari Sampoerna, dana dari sponsor tersebut Foresthree
alokasikan sebagai promo-promo untuk konsumen seperti promo ditiap hari senin,
dan lain lain.
Grab-food sendiri mematokkan fee perproduk yang ditawarkan pelaku
usaha sebesar 30%. Foresthree menaikkan harga untuk produk-produk signature
yang mana membutuhkan modal lebih besar dan menawarkan harga normal atau
sama dengan outlet untuk produk-produk basic seperti Kopi Susu karena modal
yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Dengan begitu biaya Grab-food yang
Foresthree Kota Baru bayarkan sudah tertutupi dari penjualan melalui Grab-food
sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan pihak Foresthree Kota Baru dan survey
kepada konsumen Foresthree, ditambah diperkuat dengan data penjualan Grab-
food pada Foresthree, penjualan online yang dilakukan Foresthree Kota Baru
57
melalui merchant Grab-food berhasil meningkatkan omzet dan membantu
Foresthree untuk mencapai target penjualan kurang lebih sebesar 20%. Target
penjualan yang ditetapkan Foresthree sendiri sebesar Rp. 150.000.000 perbulan
dan penjualan yang didapat dari merchant Grab-food bisa mencapai Rp.
12.000.000 perbulan dan disetiap bulan meningkat.
Dengan meningkatnya omzet penjualan biasanya tidak selalu
mempengaruhi peningkatan pendapatan pula. Perlu dilihat juga dari modal
ataupun upaya-upaya yang dilakukan guna meningkatkan omzet. Contohnya
seperti melakukan promosi dengan mengeluarkan modal yang cukup besar.
Namun, peningkatan omzet pada Foresthree Kota Baru penjualan online melalui
Grab-food sendiri cukup meningkatkan pendapatan pula, karena fee yang
dikenakan oleh Grab-food sudah tertutupi melalui harga jual yang Foresthree Kota
Baru tawarkan pada konsumen melalui Grab-food. Ditambah lagi dengan adanya
masa pandemi seperti sekarang dan peraturan pemerintah yang membatasi kuota
konsumen pada store, membuat konsumen beralih melakukan pemesanan produk
melalui online.
4.4.3 Relevansi Pemasaran 4.0 dengan Penjualan Online pada Masa Pandemi
Menurut Kotler (2020:43), pemasaran 4.0 atau marketing 4.0 adalah
pendekatan pemasaran yang menggabungkan interaksi online dan offline antara
perusahaan dan pelanggan. Dalam ekonomi digital, interaksi online saja tidak
cukup, harus dibarengi dengan interaksi offline yang cukup penting. Pada
pemasaran 4.0 mengangkat konektivitas mesin-ke-mesin dan kecerdasan buatan
58
untuk meningkatkan produktivitas pemasaran dengan konektivitas manusia-ke-
manusia untuk memperkuat keterlibatan konsumen.
Pelaku usaha tentu juga perlu mulai beradaptasi dengan pemasaran 4.0
juga, tidak hanya pada pemasaran tradisional saja. Pelaku usaha perlu mencari
cara agar dapat bersaing dengan usaha pesaing serupa. Dengan bekerjasamanya
pelaku usaha dengan instansi besar seperti Grab, Gojek, Shopee, dan sebagainya
juga membangun kepercayaan kepada konsumen terhadap pelaku usaha tersebut.
Hal tersebut tentunya menambah nilai plus dari pemasaran online sendiri.
Pada masa pandemi sekarang, hampir semuanya dibatasi. Dari mulai
pembatasan sosial (physical distancing), pembatasan kuota konsumen pada store,
protokol-protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah diperketat, membuat
pelaku usaha harus mencari cara lagi untuk mempertahankan usahanya. Dengan
memanfaatkan pemasaran online, tentu pelaku usaha dapat menjangkau konsumen
tanpa harus bertatap muka dan juga menjadi alternatif untuk pelaku usaha bisa
tetap bertahan. Grab-food menjadi salah satu cara untuk pelaku usaha terutama
Foresthree Kota Baru untuk bertahan pada masa pandemi seperti sekarang ini.
Dengan terbatasnya konsumen untuk datang langsung untuk memesan produk
Foresthree, dengan adanya Grab-food menjadikan alternatif lain untuk konsumen
agar tetap bisa menikmati produk Foresthree dan begitu juga sebaliknya.
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan di atas,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Dari hasil penelitian, untuk penentuan produk, Foresthree Kota Baru mampu
menggunakan produk berkualitas bagi pelanggan. Dilihat dari konsumen yang
memiliki produk andalan setiap saat melakukan pemesanan produk
Foresthree melalui Grab-food. Untuk penentuan harga, Foresthree Kota Baru
lebih menggunakan konsep market based pricing yaitu penetapan harga
berdasarkan pertimbangan seperti selera, nilai dan citra yang dirasakan,
tingkat persaingan pasar, dan siklus hidup produk. Foresthree Kota Baru yang
berlokasi di Jalan Blekok Raya No. 9, Kota Jambi dinilai cukup strategis
dikarenakan banyaknya konsumen yang datang (dine in) maupun memesan
produk melalui Grab-food. Foresthree Kota Baru melakukan strategi promosi
produk seperti rutin menawarkan promo, diskon, dan lain lain dan
menyebarkan informasi tersebut melalui sosial media dan juga pada timeline
Grab-food. Strategi ini dinilai berhasil karena mengundang banyak konsumen
untuk melakukan pemesanan produk Foresthree terutama pada aplikasi Grab-
food.
2. Foresthree Kota Baru, memadukan interaksi pemasaran dan penjualan melalui
offline dan juga online. Pada penjualan offline sendiri, Foresthree Kota Baru
60
menyediakan lokasi dan tempat yang nyaman untuk disinggahi, sekaligus
menjadi tempat Foresthree untuk menyiapkan dan menyediakan produk yang
ditawarkan. Pada penjualan online, konsumen yang melakukan pemesanan
pada Grab-food melalui aplikasi Grab yang dihubungkan langsung ke
Foresthree Kota Baru melalui driver Grab sebagai perantara.
3. Penjualan online yang dilakukan Foresthree Kota Baru melalui merchant
Grab-food dinilai berhasil meningkatkan omzet dan membantu Foresthree
untuk mencapai target penjualan kurang lebih sebesar 20%. Target penjualan
yang ditetapkan Foresthree sendiri sebesar Rp. 150.000.000 perbulan dan
penjualan yang didapat dari merchant Grab-food saja bisa mencapai Rp.
12.000.000 perbulan dan disetiap bulan meningkat.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi Foresthree Kota Baru. Adapun
saran dari penulis yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pengelolaan produk meskipun Foresthree Kota Baru mampu
menggunakan produk berkualitas bagi pelanggan dengan baik, Foresthree
tetap perlu melakukan pengembangan produk lagi seperti menawarkan
produk-produk spesial perbulan atau permusim seperti produk spesial lebaran,
spesial natal, dan lain-lain.
2. Dalam promosi melalui Grab-food meskipun sudah sangat mempengaruhi
peningkatan penjualan, Foresthree tetap perlu meningkatkan kembali
61
promosi-promosi seperti menampilkan lebih sering lagi tawaran promo di
timeline Grab-food dan juga melalui sosial media.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdurrahman, N. H. 2015. Manajemen Strategi Pemasaran. Bandung: Pustaka
Setia.
Assauri, Sofjan. 2018. Manajemen Pemasaran. Depok: RajaGrafindo Persada.
Ayodya, Wulan. 2020. UMKM 4.0 Strategi UMKM Memasuki Era Digital.
Jakarta: PT Gramedia.
Kotler, Philip. 2020. Marketing 4.0 Bergerak dari Tradisional ke Digital. Jakarta:
PT Gramedia.
Peter, J. Paul. 2014. Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran. Jakarta: Salemba
Empat.
Rachmat. 2014. Manajemen Strategik. Bandung: Pustaka Setia.
Rangkuti, F. 2013. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara
Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supratikno, Hendrawan.2003.Advanced Strategic Management; Back to Basic
Approach. Jakarta: PT. Gravindo Utama.
Skripsi :
Arodhi, Muhammad Da‟al Aula. 2018. Analisis Strategi Pemasaran dalam Upaya
Peningkatan Omzet di MH Mart Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Skripsi. Surabaya: Program Studi Ekonomi Syari‟ah Fakultas
Ekonomi Bisnis Islam, Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya
Jailani. 2019. Strategi Pemasaran Produk Pabrik Krikil UD Gita Putri di
DesaLangsar dalam Rangka Meningkatkan Omzet Penjualan (Studi : UD
GitaPutri di Desa Langsar). Skripsi. Sumenep: Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wiraraja
Stephanie, Agnes. 2018. Strategi Produsen dalam Meningkatkan Omzet
Penjualan (Studi Produksi Roti Shabrina Bakery di Banjarmasin).
Skripsi. Semarang: Program Studi Ekonomi Syari‟ah Fakultas
Ekonomidan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Antasari
Saputra, M. Amdan. 2020. Pengaruh Penjualan Online melalui Merchant Go
Food Partner terhadap Peningkatan Omzet pada Usaha Kuliner di Jalan
Garuda Sakti Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Baru.
Skripsi.Pekanbaru: Program Studi Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah
danHukum,Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Viasari, Yuni. 2016. Analisis Pemasaran Online melalui Penggunaan Media
Sosial dalam Meningkatkan Omzet Penjualan (Studi Kasus pada
ButikViesna). Skripsi. Kudus: Program Studi Ekonomi Syari‟ah,
SekolahTinggi Agama Islam Negeri
Jurnal &Riset :
Amelia, Ratih. 2019. Pengaruh Aplikasi Go Food terhadap Peningkatan
Penjualan Mochitalk Plaza Medan Fair.Jurnal. Medan: Manajemen
Pemasaran Politeknik Unggul LP3M
Apriyani, Dwi Aliyyah. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan Kepuasan
Konsumen (Survei pada Konsumen The Little A Coffee shop
Sidoarjo).Jurnal. Malang: fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya
Ardyanto, D. 2015. Pengaruh kemudahan dan kepercayaan menggunakan
Ecommerce terhadap keputusan pembelian online (Survei Pada
Konsumen www. petersaysdenim. com). Jurnal Administrasi Bisnis,
22(1).
Efriyanti, Mery. 2018. Analisis Implementasi Electronic Commerce untuk
Meningkatkan Omset Penjualan Butik Mery Berbasis Web
Mobile.Jurnal. Lampung: STMIK Pringsewu
Murya, T. P., & Wulandari, A. 2016. Pengaruh Bauran Promosi Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Kedai Kandang Bandung. Prosiding
SNaPP: Sosial, Ekonomi Dan Humaniora
Ristania, N., & Justianto, J. S. 2013. Analisa Pengaruh Harga, Promosi Dan Viral
Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Pada" Online Shop" S-
Nexian Melalui Facebook. Journal of Business Strategy and Execution
Sari, Santy Permata. 2020. Strategi Meningkatkan Penjualan Di Era Digital.
Jurnal. NTT: Universiras Flores
Setyarko, Y. 2016. Analisis Persepsi Harga, Promosi, Kualitas Layanan, dan
Kemudahan Penggunaan Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Secara Online. Jurnal. Ekonomika dan Manajemen
Wijaya, M., & Jasfar, F. 2014. Pengaruh Rancangan Situs, Harga, Kepercayaan
Dan Keamanan Terhadap Pembelian Produk Fashion Melalui Online
Shopping. Jurnal. Manajemen Dan Pemasaran Jasa
Wulandari, Siska Aprilia. 2015. Sistem Informasi Penjualan Produk Berbasis Web
Pada Chanel Distro Pringsewu. Jurnal. TAM (Technology Acceptance
Model)
Wulansari, Dya Ayu. 2015. Pengaruh Penjualan Online terhadap Omzet
Penjualan Butik Zieta Desa Sewulan Kec. Dagangan Kab. Madiun.
Jurnal. Mediun: Program Studi Pendidikan Ekonomi IKIP PGRI
Madiun
Vildayanti, Rina Ayu. 2020. Analisis Strategi Marketing Mix (4p) Dalam
Meningkatkan Volume Penjualan Pada Perusahaan Jasa Periklanan
Bigevo Di Jakarta Selatan Tahun 2019. Jurnal. Jakarta: Universitas
Budi Luhur
Online :
https://www.grab.com/id/ diakses pada 23 April 2021.
https://foresthreecoffee.com diakses pada 3 Mei 2021
LAMPIRAN
DAFTAR WAWANCARA
Judul Penelitian: Analisis Penjualan Online Melalui Merchant Grab-food terhadap
Peningkatan Omzet (Studi pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi)
1. Sejak kapan Foresthree bekerjasama dengan mitra Grab-food?
2. Apakah dengan bekerjasama dengan merchant Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui produk mana yang menjadi andalan dari
konsumen?
3. Apakah ada menu khusus yang di sediakan untuk konsumen yang
menggunakan Grab-food?
4. Hal-hal apa sajakah yang biasanya menjadi keluhan konsumen terkait
dengan pembelian melalui merchant Grab-food?
5. Bagaimana strategi Foresthree dalam menentukan harga produk yang
ada di outlet dengan yang ada di merchant Grab-food?
6. Bagaimana strategi Foresthree untuk membuat lokasi yang menarik
membuat konsumen nyaman melakukan pemesanan di Foresthree?
7. Adakah website yang dikelola Foresthree Kota Baru guna melakukan
promosi?
8. Apakah Foresthree mempunyai sosial media seperti Twitter, Facebook,
dan Instagram upaya promosi?
9. Bagaimana cara Foresthree melakukan promosi melalui sosial media
sehingga efektif untuk meningkatkan penjualan?
10. Apakah Foresthree pernah melakukan endorsement?
11. Apakah ada marketplace yang digunakan oleh Foresthree untuk
penjualan online (Tokopedia, Shopee, dll)?
12. Jika ada, apakah penggunaan marketplace tersebut efektiv dalam
peningkatan penjualan?
13. Bagaimana strategi yang diterapkan pada Foresthree di dalam
merchant Grab-food untuk meningkatkan promosi? (promo, diskon,
dll)
14. Dengan adanya promo tersebut, apakah meningkatkan penjualan
secara signifikan?
15. Apakah dengan adanya promo tersebut efektif untuk membuat
konsumen kembali melakukan pembelian ke Foresthree?
16. Bagaimana cara Foresthree bersaing dengan saingan yang serupa?
17. Bagaimana strategi Foresthree terhadap karyawan agar menguasai
tentang produk-produk yang ditawarkan?
18. Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food meningkatkan
penjualan dari Foresthree Kota Baru?
19. Apakah penjualan melalui merchant Grab-food sangat mempengaruhi
omzet penjualan?
20. Berapakah target atau sasaran penjualan (goal) yang ditentukan oleh
Foresthree (perbulan, perminggu, atau sebagainya) dan apakah dengan
bermitra dengan Grab-food sasaran penjualan tersebut tercapai?
21. Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui spesifikasi pelanggan?
22. Apakah adanya rating yang ada pada merchant Grab-food
mempengaruhi omzet penjualan?
JAWABAN HASIL WAWANCARA
1. “Sejak kapan Foresthree bekerjasama dengan mitra Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo: sejak pertama kali Foresthree Kota Baru berdiri,
Foresthree sendiri sudah langsung terdaftar di
Grab-food karena sudah ketentuan yang diberikan
oleh pusat.
Aldi Anugrah Fikri: dari awal bekerja disini sudah terdaftar di Grab-food.
2. “Apakah dengan bekerjasama dengan merchant Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui produk mana yang menjadi andalan dari
konsumen?”
Fernando Mickael S. Ringgo: sangat membantu karena tercantum jelas di data
Grab-food apa saja produk yang terjual dan
jumlahnya perbulan. Bahkan waktu pembelian juga
tercatat jelas di sana.
Aldi Anugrah Fikri: sangat membantu karena tercantum di data Grab-food produk
yang dipesan dan berapa banyaknya perbulan.
3. “Apakah ada menu khusus yang di sediakan untuk konsumen yang
menggunakan Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo: Ada, yaitu kopi kemasan literan. Bagi yang dine in
juga boleh pesan tapi jarang sekali. Kebanyakan
konsumen yang melalui Grab-food yang memesan
kopi kemasan literan. Mungkin karna bisa
disimpan di kulkas dan diminum lagi lain waktu.
Aldi Anugrah Fikri: kami menawarkan kopi kemasan literan di Grab-food.
4. “Hal-hal apa sajakah yang biasanya menjadi keluhan konsumen terkait
dengan pembelian melalui merchant Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo: keluhan terkait pembelian melalui merchant Grab
food biasanya hanya di pengiriman barangnya.
Untuk keadaan produk saat sudah ditangan
konsumen tidak pernah, kita selalu membuat
kemasan yang aman. Keluhan tentang produk juga
hanya sekali saat di outlet. Konsumen tersebut
tidak biasa dengan rasa rum dan komplain ke kita
dan langsung kami ganti dengan yang baru.
Aldi Anugrah Fikri: keluhan tentang produk pada pembelian Grab-food tidak ada,
hanya kadang tentang pengiriman dari Drivernya saja. Dan
kalau keluhan yang ada di outlet hanya sekali dan kami
langsung segera memperbaikinya.
5. “Bagaimana strategi Foresthree dalam menentukan harga produk yang ada
di outlet dengan yang ada di merchant Grab-food?”
Fernando Mickael S. Ringgo: Grab-food mematokkan fee perproduk sebesar 30%.
Strategi yang kami terapkan kami menaikkan 30%
harga produk-produk signature dari kami dan tetap
dengan harga yang sama untuk produk basic
seperti produk kopi susu. Karena misalnya kopi
susu sendiri modalnya tidak terlalu besar jadi jika
dipotong 30% juga tidak mengakibatkan kerugian.
Aldi Anugrah Fikri: untuk harga di Grab-food ada produk yang harganya
dinaikkan ada yang tidak. Tergantung perhitungan laba nya
seperti produk kopi susu yang jika dipotong 30% untuk fee
Grab-food tidak mengalami kerugian.
6. “Bagaimana strategi Foresthree untuk membuat lokasi yang menarik
membuat konsumen nyaman melakukan pemesanan di Foresthree?”
Fernando Mickael S. Ringgo: kalau untuk lokasi kita selalu mau buat nyaman
konsumen. Dan lebih fokus ke outdoor nya apalagi
masa pandemi seperti ini konsumen lebih nyaman
kalau nongkrong di outdoor. Untuk konsep atau
bagaimananya sih basic saja tapi memang ada
ketentuan penggunaan warna dari Foresthree pusat
supaya senada.
Aldi Anugrah Fikri: kalau untuk tatanan lokasi owner langsung yang
mengurusnya.
7. “Adakah website yang dikelola Foresthree Kota Baru guna melakukan
promosi?”
Fernando Mickael S. Ringgo: untuk website dari Foresthree Kota Baru sendiri
tidak ada, website Foresthree langsung dikelola
oleh pusat dengan alamat web
foresthreecoffee.com
Aldi Anugrah Fikri: website tidak ada yang kami kelola, hanya sosial media saja
guna untuk promosi
8. “Apakah Foresthree mempunyai sosial media seperti Twitter, Facebook,
dan Instagram upaya promosi?”
Fernando Mickael S. Ringgo: hanya ada Instagram yang aktif kami gunakan
namanya @foresthreecoffee.kotajambi. Kalau
check instagram kita ada repost dari TikTok kita
tapi itu tidak aktif kami gunakan.
Aldi Anugrah Fikri: untuk promosi dan membagikan informasi di sosial media
kami menggunakan instagram
9. “Bagaimana cara Foresthree melakukan promosi melalui sosial media
sehingga efektif untuk meningkatkan penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: biasanya kami memanfaatkan sosial media untuk
interaksi kepada konsumen. Seperti konsumen-
konsumen yang meng-upload produk Foresthree
IG Story kemudian tag ke instagram kita, nanti kita
repost di IG Story kita. Untuk promosi sendiri dari
menyebarkan informasi mengenai produk dan
promo-promo yang kami tawarkan.
Aldi Anugrah Fikri: sosial media kami gunakan menjadi sarana untuk
mempublikasikan promo-promo yang ditawarkan oleh
Foresthree Kota Baru. Dan juga promo-promo tersebut
seringkali kami bagikan melalui Line.”
10. “Apakah Foresthree pernah melakukan endorsement?”
Fernando Mickael S. Ringgo: pernah tapi bukan yang berbayar gitu, sih. Kami
hanya kirimkan produk lalu di review dan di
upload ke sosial media mereka. Melalui kenalan
influencer-influencer Kota Jambi.
Aldi Anugrah Fikri: pernah kami meng-endorse influencer-influencer
Kota Jambi saja sih.”
11. “Apakah ada marketplace yang digunakan oleh Foresthree untuk penjualan
online (Tokopedia, Shopee, dll)?”
Fernando Mickael S. Ringgo: Foresthree sudah terdaftar di Shopee. Kalau di
search di Shopee „Foresthree Kota Baru‟ nanti
muncul langsung. Tapi di Kota Jambi sendiri
belum ada driver untuk Shopee-food, tapi tidak
tahu kalau nanti, ya. Untuk sekarang kami
menggunakan metode pembayaran dari Shopee-
pay saja dan lumayan banyak konsumen yang
menggunakan metode pembayaran ini karena
cashback yang ditawarkan Shopee juga lumayan
besar maksimalnya 30%.
Aldi Anugrah Fikri: kita sudah bekerja sama dengan Shopee untuk metode
pembayaran. Tapi untuk pengiriman keluar kota kita belum
bisa.”
12. “Jika ada, apakah penggunaan marketplace tersebut efektiv dalam
peningkatan penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: lumayan efektif karna mempermudah konsumen
untuk melakukan pembayaran dan tergantung dari
promo yang mereka tawarkan seperti cashback
yang besar tersebut.
Aldi Anugrah Fikri: kalau yang dari Shopee-food itu belum ada, karena di Kota
Jambi juga belum ada Driver nya.”
13. “Bagaimana strategi yang diterapkan pada Foresthree di dalam merchant
Grab-food untuk meningkatkan promosi? (promo, diskon, dll)”
Fernando Mickael S. Ringgo: kalau promo, diskon, itu biasanya ada kebijakan
dari Foresthree pusat. Jadi ada beberapa promo
yang harus diterapkan dan ada juga yang
tergantung Foresthree franchaise mau ambil
promo tersebut atau tidak tergantung kebijakan
kita. Kalau promo yang kami tawarkan sendiri
biasanya dapat sponsor nih contohnya
Sampoerna, nanti alokasi dana yang didapat kami
manfaatkan untuk membuat promo. Dan
pengaplikasian promo tersebut biasanya
ditawarkan di outlet dan di e-commerce seperti
Grab-food juga. Sudah ada promosi yang kami
berikan, ditambah lagi Grab-food sendiri sering
menawarkan promo potongan harga ongkos kirim
juga.
Aldi Anugrah Fikri: untuk promo rutin kami lakukan. Seperti di tiap bulan kami
selalu menawarkan promo diskon tiap minimal pembelian
50.000 ada diskon sampai 50% tergantung penawaran
voucher promo dari Foresthree pusat.
14. “Dengan adanya promo tersebut, apakah meningkatkan penjualan secara
signifikan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: secara otomatis iya apalagi melalui Grab-food.
Misalnya ada bulan-bulan promo seperti 7.7 dan
lain lain keuntungan dari Grab-food sehari saja
bisa sampai Rp. 500.000. Paling tinggi nya
sebulan bisa mencapai Rp. 12.000.000 hanya dari
Grab-food saja dan tiap bulannya meningkat.
Apalagi ditambah lagi ada pembatasan sosial atau
physical distancing yang diperketat mau tidak
mau kita memanfaatkan yang ada di online dan
peningkatannya juga 2x lipat terus.
15. “Apakah dengan adanya promo tersebut efektif untuk membuat konsumen
kembali melakukan pembelian ke Foresthree?”
Fernando Mickael S. Ringgo: kalau dilihat melalui data yang ada di Grab,
memang tidak terlalu banyak dan kebanyakan
itu pengguna baru. Tapi setiap bulan pasti
meningkat terus pengguna-pengguna Grab-food
yang melakukan pemesanan ulang.” Aldi
Anugrah Fikri menjawab “dari data Grab selalu
ada yang melakukan pemesanan ulang. Tapi
lebih banyak yang memesan dengan produk
yang sama.”
16. “Bagaimana cara Foresthree bersaing dengan saingan yang serupa?”
Fernando Mickael S. Ringgo: Foresthree selalu mengedepankan kulitas dan
kenyamanan konsumen. Produk yang kita
tawarkan sudah sesuai dengan SOP yang sudah
ditentukan Foresthree pusat. Rasa dan kualitas
pasti sangat kita jaga.
Aldi Anugrah Fikri: kami selalu menjaga kualitas dan kenyamanan konsumen.
Bagi kami kualitas dan kenyamanan adalah yang paling
penting.”
17. “Bagaimana strategi Foresthree terhadap karyawan agar menguasai
tentang produk-produk yang ditawarkan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: saat awal karyawan masuk langsung diberikan
training untuk pengenalan dan pemahaman
produk selama 2 minggu.
Aldi Anugrah Fikri: awal masuk kerja kami melakukan training selama 2 minggu
praktek dan 1 hari pemahaman materi.”
18. “Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food meningkatkan
penjualan dari Foresthree Kota Baru?”
Fernando Mickael S. Ringgo: penjualan melalui Grab-food sangat meningkatkan
penjualan. Apalagi seperti yang saya katakana tadi
pada saat pemberlakuan physical distancing seperti
ini mau tidak mau konsumen yang ingin dine in di
batasi kapasitasnya dan beralih melalui online.
Konsumen tidak perlu keluar rumah dan
berkerumun tapi sudah bisa menikmati produk dari
Foresthree.
Aldi Anugrah Fikri: di masa pandemi seperti sekarang penjualan pada Grab-food
sangat membantu meningkatkan penjualan dari Foresthree
dan tiap bulan penjualan melalu Grab-food selalu meningkat.
19. “Apakah penjualan melalui merchant Grab-food sangat mempengaruhi
omzet penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: sangat mempengaruhi dan sangat membantu kita
untuk mencapai target penjualan. Tidak terlalu
berlebih memang tapi penjualan dari Grab-food
sendiri mempengaruhi omzet penjualan ke target
penjualan sebesar kurang lebih 20%.
Aldi Anugrah Fikri: sangat berpengaruh. Karena penjualan kita tidak hanya
melalui dine in saja tapi juga take away/online. Ditambah
lagi konsumen lebih banyak melakukan pemesanan online
melalui Grab-food dibandingkan merchant yang lainnya.
20. Berapakah target atau sasaran penjualan (goal) yang ditentukan oleh
Foresthree (perbulan, perminggu, atau sebagainya) dan apakah dengan bermitra
dengan Grab-food sasaran penjualan tersebut tercapai?”
Fernando Mickael S. Ringgo: target penjualan kita tentukan perbulan sebesar Rp.
150.000.000 dan penjualan melalui Grab-food
membantu kita untuk mencapai target penjualan
kurang lebih 20% nya.
Aldi Anugrah Fikri: target penjualan yang kami tentukan sebesar Rp. 150.000.000
perbulan dan penjualan melalui Grab-food membantu kami
untuk mencapai target penjualan.”
21. “Apakah dengan bekerjasama dengan mitra Grab-food membantu
Foresthree untuk mengetahui spesifikasi pelanggan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: dilihat dari data Grab-food untuk spesifikasi
pelanggan seperti usia, jenis kelamin itu tidak.
Kami melakukan analisa sendiri dari konsumen
yang dine in. Kalau siang sampai ke sore
biasanya orang kerja dan mahasiswa, pada bawa
laptop mengerjakan tugas masing-masing.
Kalau sore ke malam kebanyakan anak SMA
dan anak kuliah juga yang datang untuk
nongkrong gitu sih.
Aldi Anugrah Fikri : spesifikasi pelanggan seperti umur dan jenis
kelamin itu tidak ada tapi kami analisa sendiri
dari konsumen yang datang ke Foresthree.”
22. “Apakah adanya rating yang ada pada merchant Grab-food mempengaruhi
omzet penjualan?”
Fernando Mickael S. Ringgo: untuk rating tidak mempengaruhi omzet penjualan,
dan juga rating Foresthree di Grab-food juga
terbilang tinggi.
Aldi Anugrah Fikri : rating tidak mempengaruhi omzet penjualan.
KUESIONER PENELITIAN
“Analisis Penjualan Online melalui Merchant Grab-food terhadap Peningkatan
Omzet (Studi pada Foresthree Kota Baru, Kota Jambi)”
Penelitian ini diajukan untuk kepentingan penelitian bukan untuk kepentingan
lainnya. Oleh sebab itu, penelitian ini menjamin kerahasiaan responden.
Terimakasih atas kesediaan Bapak / Ibu / saudara / (i) untuk mengisi kuesioner
ini.
Petunjuk pengisian : Bacalah seksama setiap pertanyaan yang disediakan,
kemudia isi dan pilihlah setiap pertanyaan yag tersedia dalam kuesioner ini
dengan memilih jawaban pada pilihan.
Nomor kuesioner :
Identitas Responden :
1. Nama :
2. Alamat email :
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Umur : a. 17-18 tahun
b. 19-22 tahun
c. 23-26 tahun
d. 27-30 tahun
e. >30 tahun
5. Pendidikan terakhir : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. S1
f. S2/S3
6. Pekerjaan saat ini : a. Mahasiswa/Pelajar
b. Pegawai Negeri
c. Pegawai Swasta
d. Wiraswasta
e. Lainnya :
7. Pendapatan / uang saku (per bulan) :
a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
c. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000
d. > Rp. 2.000.001
8. Berapa kali Anda menggunakan Grab-food untuk pemesanan produk
Foresthree Kota Baru, Kota Jambi? :
a. 1 kali
b. 2-3 kali
c. 4-5 kali
d. 6-7 kali
e. >8 kali
9. Mana yang lebih anda sukai dalam pemesanan produk Foresthree?
a. melalui Grab-food
b. melalui aplikasi online selain Grab-food (Gojek, Maxim, dll)
c. membeli produk langsung ke store
d. Lainnya: ….
10. Saya mengetahui lebih banyak mengenai produk Foresthree melalui website
Foresthree
a. Ya
b. Tidak
11. Sosial media Foresthree apa saja yang anda tau?
a. website
b. instagram
c. lainnya: ….
12. Darimana anda mengetahui tentang Foresthree?
a. Melalui mulut-ke-mulut
b. Melalui sosial media
c. Melalui timeline Grab-food
d. Melalui endorsement artis/selebgram
e. Lainnya: ……
13. Berapa banyak promo yang anda dapatkan saat melakukan pemesanan produk
Foresthree melalui Grab-food?
a. Pada setiap pemesanan
b. Pada hari/waktu tertentu
c. Pada nominal tertentu
d. Pada produk tertentu
e. Pada jenis pembayaran tertentu
14. Darimana anda biasanya mengetahui tentang promo yang ditawarkan Grab-
food terhadap produk Foresthree?
a. Melalui teman/keluarga
b. Melalui timeline Grab-food
c. Melalui sosial media
d. Melalui iklan/endorsement
e. Lainnya: ….
15. Bagaimana menurut anda tampilan produk asli Foresthree dibandingkan yang
ada pada tampilan foto produk di aplikasi Grab-food?
a. Tampilan asli produk sama dengan foto produk yang ada di aplikasi
Grab-food
b. Tampilan asli produk tidak semenarik yang ada pada tampilan foto
produk aplikasi Grab-food
c. Tampilan asli produk lebih menarik dibandingkan yang ada pada
tampilan foto produk aplikasi Grab-food
16. Tampilan foto produk pada aplikasi Grab sesuai dengan aslinya
a. Ya
b. Tidak
17. Saya selalu puas dengan layanan pengiriman barang dari Grab-food
a. Ya
b. Tidak
18. Harga yang ditawarkan Foresthree pada Grab-food terjangkau
a. Ya
b. Tidak
19. Apa alasan anda melakukan pemesanan produk Foresthree melalui Grab-
food?
a. Tidak perlu repot keluar rumah
b. Banyak promo yang ditawarkan
c. Ada produk khusus yang tidak ditawarkan di outlet
d. Lainnya: ….
20. Berapa kali anda pernah melakukan pemesanan ulang (re-order) produk
Foresthree melalui Grab-food?
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. 2-3 kali
d. 4-5 kali
e. >6 kali
21. Apa sikap yang anda lakukan jika merasa puas dengan produk Foresthree
melalui Grab-food?
a. Mengabadikannya di sosial media
b. Merekomendasikan teman/keluarga/orang terdekat produk Foresthree
c. Memberikan rating tinggi pada produk Foresthree di Grab-food
22. Saya cenderung memesan produk Foresthree yang :
a. Produk yang sudah pernah dibeli sebelumnya
b. Produk yang belum pernah dibeli sebelumnya
23. Foresthree dengan sigap menanggapi keluhan yang diberikan konsumen.
a. Ya
b. Tidak
24. Apa alasan anda untuk memilih produk Foresthree dibandingkan coffee shop
yang lain?
a. Tempat yang nyaman
b. Harga yang terjangkau
c. Fasilitas yang memadai
d. Rasa produk yang ditawarkan enak
e. Ada produk yang tidak dapat saya dapatkan di tempat lain
25. Pada kegiatan apa biasanya anda memutuskan untuk memesan produk
Foresthree melalui Grab-food?
a. Saat nongkrong bersama teman
b. Sambil mengerjakan tugas/belajar
c. Sebelum melakukan aktivitas
26. Produk Foresthree apa yang biasanya anda pesan melalui Grab-food?
a. Kopi
b. Non-kopi
c. Minuman kemasan literan
d. Toast (makanan)
e. Lainnya: ….
27. Berapa banyak yang anda habiskan (dalam sebulan) untuk memesan produk
Foresthree melalui Grab-food?
a. <Rp. 50.000
b. Rp. 50.001 – Rp. 100.000
c. Rp. 100.001 – Rp. 150.000
d. >Rp. 150.001
Lampiran jawaban kuesioner
Berapa kali Anda menggunakan Grab-food untuk
pemesanan produk Foresthree Kota Baru, Kota
Jambi?
1 kali 21,9%
2-3 kali 62,5%
4-5 kali 12,5%
6-7 kali 3,1%
>8 kali 0%
Berapa banyak yang Anda habiskan (dalam
sebulan) untuk memesan produk Foresthree
melalui Grab-food?
<Rp.50.000 34,4%
Rp.50.001-Rp.100.000 53,1%
Rp.100.001-Rp.150.000 12,5%
Rp.150.001 0%
Mana yang lebih Anda sukai dalam pemesanan
produk Foresthree?
Melalui Grab-food 43,8%
Melalui aplikasi online
selain Grab-Food (Gojek,
Maxim, dll)
6,2%
Membeli langsung ke store 50%
Sosial media Foresthree apa saja yang Anda tau?
Website 0%
Instagram 96,9%
Lainnya 3,1%
Darimana Anda mengetahui tentang Foresthree?
Melalui mulut-ke-mulut 50%
Melalui sosial media 28,1%
Melalui timeline Grab-
food
12,5%
Melalui endorsement artis
/ selebgram
9,4%
Berapa banyak promo yang Anda dapatkan saat
melakukan pemesanan produk Foresthree melalui
Grab-food
Pada setiap pemesanan 18,8%
Pada hari/waktu tertentu 46,9%
Pada nominal tertentu 18,8%
Pada produk tertentu 9,4%
Pada jenis pembayaran
tertentu
6,3%
Darimana Anda biasanya mengetahui tentang
promo yang ditawarkan Grab-food terhadap
produk Foresthree?
Melalui teman/keluarga 28,1%
Melalui timeline Grab-
food
50%
Melalui sosial media 21,9%
Melalui iklan/endorsement 0%
Bagaimana menurut Anda tampilan produk asli
Foresthree dibandingkan yang ada pada tampilan
foto produk di aplikasi Grab-food?
Tampilan asli produk sama
dengan foto produk yang
ada di aplikasi Grab-food
81,3%
Tampilan asli produk tidak
semenarik yang ada pada
tampilan foto produk
aplikasi Grab-food
12,5%
Tampilan asli produk lebih
menarik dibandingkan
yang ada pada tampilan
foto produk aplikasi Grab-
food
6,2%
Tampilan foto produk pada aplikasi Grab sesuai
dengan aslinya
Ya 93,8%
Tidak 6,2%
Anda selalu puas dengan layanan pengiriman
barang dari Grab-food
Ya 100%
Tidak 0%
Harga yang ditawarkan Foresthree pada Grab-
food terjangkau
Ya 90,6%
Tidak 9,4%
Apa alasan Anda melakukan pemesanan produk
Foresthree melalui Grab-food?
Tidak perlu repot keluar
rumah
75%
Banyak promo yang
ditawarkan
21,9%
Ada produk khusus yang
tidak ditawarkan di outlet
3,1%
Berapa kali Anda pernah melakukan pemesanan
ulang (re-order) produk Foresthree melalui Grab-
food?
Tidak pernah 31,3%
1 kali 21,9%
2-3 kali 40,6%
4-5 kali 6,2%
>6 kali 0%
Apa sikap yang Anda lakukan jika merasa puas
dengan produk Foresthree melalui Grab-food?
Mengabadikannya di
sosial media
3,1%
Merekomendasikan teman
/ keluarga / orang terdekat
34,4%
Memberikan rating pada
produk Foresthree di
Grab-Food
62,5%
Anda cenderung memesan produk Foresthree
yang:
Produk yang sudah pernah
dibeli sebelumnya
78,1%
Produk yang belum pernah
dibeli sebelumnya
21,9%
Foresthree dengan sigap menanggapi keluhan
yang diberikan konsumen.
Ya 100%
Tidak 0%
Apa alasan Anda untuk memilih produk
Foresthree dibandingkan coffee shop yang lain?
Tempat yang nyaman 31,3%
Harga yang terjangkau 28,1%
Fasilitas yang memadai 3,1%
Rasa produk yang
ditawarkan enak
31,3%
Ada produk yang tidak
dapat saya dapatkan di
tempat lain
6,2%
Pada kegiatan apa biasanya Anda memutuskan
untuk memesan produk Foresthree melalui Grab-
food?
Saat nongkrong bersama
teman
46,9%
Sambil mengerjakan tugas
/ belajar
40,6%
Sebelum melakukan
aktivitas
9,4%
Lainnya 3,1%
Produk Foresthree apa yang biasanya Anda pesan
melalui Grab-food?
Kopi 56,3%
Non-kopi 34,4%
Minuman kemasan literan 3,1%
Toast (makanan) 6,2%
DOKUMENTASI
(Informan Kunci: Fernando Mickael S. Ringgo)
(Informan Utama: Aldi Anugrah Fikri)