Post on 03-Mar-2019
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI
NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ANALISIS PENGARUH IKLAN,BRAND IMAGE DAN KUALITAS
PRODUKTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
(Study kasus pada masyarakat Cipayung Rt. 003/02 Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial
untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SRI WAHYUNI
NIM: 204081002238
Dibawah bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
(Dr. Abdul Hamid, Ms) (Heryanto, SE, M.Si)
NIP: 131 474 891 NIP: 131 569 931
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
Lembar Pengesahan Komprehensif
Hari ini jum’at tanggal 21 November 2008 telah dilakukan ujian komprehensif atas
nama SRI WAHYUNI, Nim 204081002238 dengan skripsi yang berjudul “
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT” (studi kasus pada masyarakat Cipayung Ciputat). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah bisa dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen Fakultas
Ekonomi dan ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 21 November 2008
Tim Penguji Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Herni Ali HT, SE, MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ANALISIS PENGARUH IKLAN,BRAND IMAGE DAN KUALITAS
PRODUKTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
(Study kasus pada masyarakat Cipayung Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial
untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SRI WAHYUNI
NIM: 204081002238
Dibawah bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
(Dr. Abdul Hamid, Ms) (Heryanto, SE, M.Si)
NIP: 131 474 891 NIP: 131 569 931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP: 130 317 955
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : SRI WAHYUNI
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : KLATEN, 24 NOVENBER 1986
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
ALAMAT RUMAH : Cimanggis Rt 03/002 Cipayung Ciputat
NO.TELP : 085697754438
PENDIDIKAN
1992 – 1998 : SDN Nangsri Manisrenggo Klaten Jawa Tengah
1998 – 2001 :MTsN Prambanan Klaten Jawa Tengah
2001 – 2004 : SMK Muhammadiyah Cangkringan Sleman Yogyakarta
2004 – sekarang : FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PELATIHAN-PELATIHAN
Work shop Perbankan Syariah “Analisa peluang kerja diBank Syariah” 2006
Seminar dan simulasi pasar modal dan kunjungan keBEJ 2006
One Day Training : Syariah Marketing from strategi to implementasi 2007
Abstrac
ANALYSIS OF ADVERTISING, BRAND IMAGE AND QUALITY PRODUCT
TO PURCHASE DECISION OF PEPSODENT
BY
SRI WAHYUNI
This research aims to know of advertising, brand image and quality product to
purchase decision. This research is done on cipayung’s society with sample as much
100 person with statistic quiz that is multiple regression.
Base on result of analysis multiple regression to be know that advertising,
brand image and quality product influenced to purchase decision or pepsodent. As big
as 28%. All three variable that influenced good partially and also as simultan to
purchase decision. The most dominant influenced in this research is quality product.
Keyword: Advertising, Brand Image, Quality product, purchase decision
Abstrak\
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
OLEH
SRI WAHYUNI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh iklan, brand image dan
kualitas produk terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini dilakukan pada
masyarakat cipayung dengan sampel sebanyak 100 orang dengan uji statistic yang
digunakan adalah regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa iklan, brand
image dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pepsodent
sebesar 28,1%. Ketiga variable tersebut berpengaruh baik secara parsial maupun
simultan terhadap keputusan pembelian . pengaruh paling dominan dalam penelitian
ini adalah kualitas produk.
Kata kunci: Iklan, Brand Image, Kualitas produk, keputusan pembelian
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripisi ini,
yang merupakan tugas untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana
Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berjudul “ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE
DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIANPEPSODENT” (Stusi kasus pada Masyarakat Cipayung Ciputat).
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Faultas ekonomi dan ilmu social yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk belajar tentang ilmu ekonomi dan ilmu manajemen
2. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi semangat, kasih
sayang dan cinta yang tulus. Dan juga adikku Fitri yang selalu membuat hari-hariku
ceria meskipun kadang nyebelin.
3. Keluarga besarku diklaten dan jogya yang selalu memberikan doa dan nasehat serta
dukungannya.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid M.S selaku Dekan dan dosen pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan saran, nasehat, petunjuk, ilmu pengetahuan dan dengan sabar
meluangkan waktunya hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Heryanto SE. MSi selaku sekertaris dan dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran, nasehat, petunjuk dan ilmu pengetahuannya dan dengan
sabar meluangkan waktunya hingga terselesaikan skripsi ini.
6. Bapak Indoyama Nasarudin, selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada koordinasi tehnis dan sekertaris program Non Reguler
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial ibu Lis, ibu Cut, Pak Heryanto,
Pak Herni, Ect yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan,
terimakasih atas ilmu pemasarannya.
9. Kepada seluruh staff bagian akademik mba Ani, Mba Yuli dan Mba Isma serta
bagian perpustakaan Mas Shandy, terimakasih atas segala bantuannya.
10. Sahabat-sahabatku itoh, Ella, hani dan rere makasih atas dukunganya dan waktunya
menemani mencari bahan-bahan buat skripsi, makasih ya semuanyaaaaaa cepet lulus
juga yaaaaa,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
11. Sahabatku tantik, yanti dan yang lainnya diklaten makasih dukungan dan doanya
selama penyusunan skripsi ini.
12. Seluruh angkatan 2004 khususnya Manajemen A
13. Buat Mba Erma dan Mba Ani makasih banyak yaaa udah diajarin SPSS.
14. Serta teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, terima kasih
banyak atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari sempurna mengingt terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
penulis miliki. Meskipun demikian penulis berusaha sesuai kemampuan, dengan
harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya penulis dan umumnya bagi
para pembaca. Penulis juga mengharapkan adanya saran yang membangun bagi
kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta,Desember 2008
Sri Wahyuni
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KRIPSI ............................................................I
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..............................II
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .........................................................III
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................1V
ABSTRACT ...............................................................................................V
ABSTRAK .................................................................................................VI
KATA PENGANTAR ................................................................................VII
DAFTAR ISI ..............................................................................................VIII
DAFTAR TABEL ....................................................................................... IX
DAFTAR GA\MBAR.................................................................................. X
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................1X
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................5
C. Pembatasan Masalah...............................................................5
D. Perumusan Masalah ................................................................6
E. Tujuan dan Manfaat ................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................8
A.Pengertian Manajemen..............................................................8
B.Periklanan .................................................................................12
C. Merek.......................................................................................18
D. Kualitas Produk........................................................................26
E. Keputusan Pembelian ...............................................................32
F. Kerangka Pemikiran Konseptual...............................................38
G. Penelitian Terdahulu ................................................................41
H. Hipotesis ..................................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................44
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................44
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................44
C. Metod Pengumpulan Data .......................................................45
D. Metode Analisis Data..............................................................45
E. Operasional Variabel Penelitian ..............................................56
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...........................................59
A. Gambaran Umum PT. Unilever Indonesia Tbk........................59
1. Sejarah Singkat Perusahaan...............................................59
2. Visi dan Misi Perusahaan..................................................59
3. Sejarah Singkat Pepsodent ................................................60
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................63
C. Penemuan dan Pembahasan.....................................................66
1. Iklan .................................................................................66
2. Brand Image .....................................................................77
3. Kualitas Produk ................................................................82
4. Keputusan Pembelian........................................................88
D. Hasil Analisis Data .................................................................102
1. Diskripsi ...........................................................................102
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................103
a. Autokorelasi..................................................................103
b.Multi Kolinearitas ..........................................................103
c.Heteroskedastisitas.........................................................105
d.Normalitas .....................................................................105
3. Analisis Regresi Berganda ................................................106
a. Koefisien Determinasi.................................................106
b. Uji t Hitung (Parsial)...................................................109
c. Uji f Hitung (simultan)................................................113
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...............................................115
A. Kesimpulan ......................................................................................115
B. Implikasi ..........................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................118
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Skala Likert 46
Tabel 3.2 Koefisien korelasi 49
Tabel 3.3 Tabel uji Durbin Watson 51
Tabel 3.4 Variabel operasional penelitian 56
Tabel 4.1 Uji Validitas 64
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas 66
Tabel 4.3 Iklan melalui surat kabar (Koran) 67
Tabel 4.4 Iklan melalui majalah 68
Tabel 4.5 Iklan TV 69
Tabel 4.6 Iklan membujuk untuk menggunakan Pepsodent 70
Table 4.7 Iklan Pepsodent menarik 72
Tabel 4.8 Iklan Pepsodent tidak melanggar norma sosial 73
Tabel 4.9 Memanbah informasi 74
Tabel 4.10 Iklan dengan memberikan potongan harga 75
Tabel 4.11 Merek menggambarkan manfaat 77
Tabel 4.12 merek menggambarkan kualitas 78
Table 4.13 Merek mudah diingat 79
Tabel 4.14 Merek mempunyai ciri khas 81
Tabel 4.15 Kemudahan 82
Tabel 4.16 Keandalan dan ketahanan 83
Tabel 4.17 Kesesuaian produk 84
Tabel 4.18 Penampilan 85
Tabel 4.19 Operasi 87
Tabel 4.20 Harga 88
Tabel 4.21 Kemudahan didapatkan 89
Tabel 4.22 Bermanfaat 90
Tabel 4.23 Merek terkenal 91
Tabel 4.24 Banyak variasi dan ukuran 92
Tabel 4.25 Kebutuhan 93
Tabel 4.26 Tertarik menggunakan Pepsodent 94
Tabel 4.27 Pengaruh keluarga 95
Tabel 4.28 Pengaruh iklan 96
Tabel 4.29 Pengaruh iklan media 97
Tabel 4.30 Kebiasaan 98
Tabel 4.31 Keyakinan 100
Tabel 4.32 Pengaruh teman 101
Tabel 4.33 Diskriptive statistik 102
Tabel 4.34 Model Summary 103
Tabel 4.35 Multikolinearitas 104
Tabel 4.36 Koefisient Korelasi 106
Tabel 4.37 Tabel nilai koefisien korelasi 107
Tabel 4.38 Coeficient 108
Tabel 4.39 ANOVA 113
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran 40
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas 105
Gambar Kurva Normalitas 106
Daftar Lampiran
Kuesioner penelitian
Hasil kuesioner penelitian
Hasil output regresi
ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PEPSODENT
( Study Kasus pada masyarakat cipayung Ciputat)
Oleh
SRI WAHYUNI NIM: 204081002238
JURUSAN MANAJEMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persaingan yang semakin tajam dalam usaha menjadi hal yang tidak dapat
dihindari. Bahkan saat ini kondisi persaingan telah menjadi Hypercompetition.
Pemenang dalam kompetisi ini adalah perusahaan yang mampu memberikan
kepuasan kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dan efisien atau dengan kata
lain ntuk memenangkan persaingan perusahaan dapat mengupayakan dengan
Customer Satisfaction yang lebih besar dibandingkan dengan pesaing atau sering
disebut Superior Customer Satisfaction. Dalam memberikan kepuasan kepada
konsumen alah satu yang perlu dilakukan adalah dengan selalu memberikan yang
terbaik untuk konsumen.
Apalagi untuk produk yang tergolong barang konsumsi seperti pasta gigi. Pasta
gigi merupakan produk konsumsi yang dalam pembeliannya hanya memerlukan
usaha yang minim dalam membendingkannya dan membelinya. Pepsodent
merupakan alah satu produk pasta gigi yang merupakan market leader dalam kelas
produk tersebut. Pepsodent adalah merek terkemuka disebagian besar Negara Asia
dengan Indonesia dan India sebagai pasar terbesar. Sekitar 1,3% penduduk Indonesia
memiliki masalah gigi setiap bulannya yang mencapai rata-rata 3,86% sehari
disekolah dan kantor ( Sumber: Lembaga penelitian dan Pengembangan Nasional,
Dep-Kes-RI: Persepsi dan Motivasi dari masyarakat peduli Gigi – Survei ekonomi
dan Sosial Nasional, 1998). Berbagai iklan ditayangkan oleh pepsodent untuk
meyakinkan masyarakat bahwa produk tersebut bia memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen. Sebagai market leader pepsodent harus bisa menjaga kualita
produknya agar masyarakat selalu menggunakan produk pepsodent, selain itu agar
posisinya tidak tergeser oleh para pesaingnya.kegiatan promosi merupakan salah satu
variabel Marketing Mix yang digunakan untuk melakukan komunikasi dengan
pasarnya. Berbagai kegiatan promosi dilakukan pepsodent untuk menarik perhatian
masyarakat. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah untuk menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan konsumen sasarannya tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya. Promosi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan program pemasaran. Berbagai alternatif media digunakan untuk
mendukung kelancaran kegiatan promosi. Meskipun suatu barang dikatakan bagus
namun apabila konsumen belum pernah mendengarnya maka konsumen sulit untuk
menerima dan melakukan keputusan pembelian. Secara umum promosi dalam hal ini
Iklan berkaitan dengan upaya bagaimana orang dapat mengenal produk perusahaan
lalu memahaminya, merubah sikap, menyukai, yakin, kemudian membeli dan selalu
ingat akan produk tersebut.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat bisa terprovokasi iklan yang dibuat. Begitu
juga dengan masyarakat yang ada dicipayung yang sebagian masyarakatnya bekerja
secara part-time, jadi peluang mereka untuk melihat iklan terutama diTV semakin
besar sehingga Brand Aware yang sengaja dibentuk oleh pepsodent lebih cepat
terserap oleh masyarakat cipayung. Selain itu pepsodent yang diposisikan sebagai
pasta gigi untuk keluarga dan memberikan perawatan gigi dan mulut akan
memudahkan mereka untuk melakukan keputusan pembelian. Karena pepsodent
konsisten dengan visi dan misinya untuk memberikan perawatan kesehatan gigi dan
mulut kepada masyarakat indonesia terutama anak-anak. Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Dalam jurnal
Andrian D Hagijanto dan skripsi Dian Fardiana yang membahas tentang iklan
memberikan hasil positif yang artinya iklan memang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian suatu produk. Begitu juga dengan teori yang dikemukakan oleh
Frank Jefkins bahwa dalam melakukan sebuah periklanan jangan hanya sekedar
memberikan informasi saja tetapi juga harus dapat mempengaruhi konsumen agar
mereka mau melakukan keputusan pembelian terhadap produk yang diiklankan.
Media yang digunakan dalam promosipun bermacam-macam diantaranya media
cetak, media elektronik dan sebagainya. Promosi termasuk kedalam kegiatan
pemasaran, promosi dapat dikatakan berhasil apabila produk perusahaan dapat masuk
kedalam ingatan konsumen sasaran, media yang digunakan juga turut memberikan
kontribusi dalam kegiatan promosi. Promosi tidak hanya dilakukan pada produk baru
saja, bahkan produk yang sudah mempunyai posisi yang kuat seperti pepsodent pun
harus melakukan promosi. Hal ini dilakukakan agar posisi yang sudah didapat tidak
tergeser oleh pesaing. Selain itu juga untuk menunjukan serta mengingatkan
konsumen akan kinerja perusahaan tentang produknya. Pesan yang disampaikan
dalam setiap melakukan promosi tidak boleh berubah dari waktu ke waktu, karena
kalau pesan yang disampaikan berubah konsumen akan bingung dan sanksi akan
produk tersebut.
Dengan promosi yang dilakukan pepsodent akan dikenal oleh masyarakat dan
akan mendapatkan Image yang baik dari masyarakat,Image produk dapat terbentuk
dari kinerja produk terhadap konsumen, kemampuan produk dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan
psikologis.
Brand dapat diartikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan yang
mempunyai maksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing. Merk
merupakan aset tak berwujud yang bernilai dan harus dikelola dengan baik.
Keberhasilan dalam pengelolaan merek akan menghasilkan Brand Image pada
perusahaan. Apabila perusahaan gagal dalam mempertahankan Brand Image maka
perusahaan akan mengalami kerugian besar antara lain kehilangan konsumen.
Kegagalan mempertahankan Brand Image dapat terjadi kalau produk gagal memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen. Brand Equity atau ekuitas merek dapat
membantu suatu produk pada posisi yang kuat dalam persaingan. Namun kadang-
kadang hal ini tidak dipikirkan oleh perusahaan. Beberapa perusahaan menganggap
merek pada produknya adalah “ Just a Name” hanya sekedar nama, apalah arti sebuah
nama tersebut. Padahal sesungguhnya merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen
sedang produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik seperti apa yang
diungkapkan oleh pakar pemasaran Indonesia Hermawan Kertajaya: perusahaan yang
tidak mempedulikan Brand Name-nya seperti orang tidak mempedulukan nama
baiknya. Lain halnya apabila perusahaan sadar bahwa Brand adalah Equity, maka
Brand akan dibentuk secara benar. Suatu Brand bisa menjadi suatu kesimpulan bagi
konsumen, selanjutnya apabila konsumen mendengar, melihat atau mengetahui ada
pruduk baru yang menggunakan Merek tersebut dia sudah mempunyai kesimpulan
tertentu. Itulah yang disebut Brand Dinasty. Merupakan keuntungan lanjut dari
pembentukan Brand Equity jika hal ini terjadi maka perusahaan akan memetik hasil
yang berkelanjutan yaitu pembelian ulang (Repurchase) oleh konsumen jangka
panjang. Dari penelitian ini diharapkan memberikan hasil bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi masyarakat melakukan keputusan pembelian adalah karena
Brand Image dari pepsodent. Pepsodent berusaha meningkatkan kualitasnya dengan
program kampanye kesehatanny berupa pemeriksaan gigi gratis, agar masyarakt
mempunyai persepsi yang baik terhadap pepsodent. Hasil penelitian ini diharapkan
sejalan dengan teori karena Brand Image merupakan salah satu Brand Asset yang
harus dikelola dengan baik karena Brand Asset akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam jangka panjang.
Untuk itu perusahaan harus memberikan produk yang berkualitas agar
konsumen merasa kebutuhannya terpenuhi. Untuk mengetahui sebuah produk
berkualitas atau tidak hanya kosumen yang dapat memberikan penilaian tersebut.
Kalau sebuah produk sesuai dengan yang diinginkan konsumen maka dapat dikatakan
produk tersebut berkualitas, tapi kalau sebaliknya sebuah produk tidak sesuai dengan
yang diinginkan konsumen maka produk tersebut bisa dikatakan tidak berkualitas.
Untuk mengetahui produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan atau tidak maka
konsumen perlu melakukan pembelian atas produk tersebut. Dalam melakukan
pembelian suatu produk biasanya konsumen melakukan pencarian informasi suatu
produk yang diinginkan melalui media, keluarga dan sebagainya, serta
mempertimbangkan beberapa alternatif yang tersedia. Dalam melakukan keputusan
pembelian suatu barang, sering kali konsumen dipengaruhi oleh lebih dari dua pihak
yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya.
Kualitas produk merupakan faktor penting dalam menjalankan suatu usaha
apabila pepsodent ingin terus bertahan dipasar. Pepsodent merupakan satu-satunya
pasta gigi yang memberikan perawatan lengkap untuk perawatan gigi dan mulut
diharapkan dapat memberikan produk yang berkualitas. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran bagaimana kualitas produk pepsodent dari sisi
konsumen sehingga masyarakat yakin bahwa pepsodent merupakan produk
berkualitas dan memang pantas untuk digunakan.
Dengan dasar pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian guna mengetahui bagaimana konsumen melakukan pembelian dilihat dari
iklan yang ditayangkan, image pepsodent dan kualitas produk pepsodent. Oleh karena
itu penulis mengambil judul “ANALISIS PENGARUH IKLAN, BRAND IMAGE
DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN” ( studi
kasus pada masyarakat cipayung, ciputat).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan, brand image dan
kualitas produk terhadap keputusan pembelian pepsodent ?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara iklan, brand
image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pepsodent?
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penlitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis ada atau tidak hubungan pembelian pepsodent terhadap
iklan, brand image dan kualitas produk.
2. Untuk menganalisis pengaruh paling doniman dari ketiga variabel tersebut
yang mempengaruhi keputusan pembelian pepsodent
Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Bagi penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat melihat sejauh mana penerapan teori yang
diperoleh selama kuliah dengan proaktek yang sebenarnya terjadi.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih
mengoptimalkan persaingan. Serta dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan iklan, image pepsodent serta kualitas
produk.
3. Bagi akademisi
Penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
dan dapat dijadikan studi leteratur untuk penelitian lebih lanjut bagi yang berminat
4. Bagi Konsumen
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada konsumen
sebelum melakukan pembelian suatu produk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemasaran
1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Pemasaran mempunyai pengertian yang meliputi segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap barang atau jasa dengan
tujuan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak.Oleh karena itu perusahaan
harus memproduksi barang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Perusahaan yang memperhatikan kebutuhan konsumen akan lebih berhasil daripada
yang tidak memperhatikan. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran yang
mudah diingat adalah memenuhi keinginan dan kebuthan secara menguntungkan.
Menurut ( Joseph P Canon, dkk, 2008:6) Marketing is the performance of
activities that seek to accomplish an organization’s objectives by anticipating
customer or client needs and directing a flow of need – satisfaying goods and services
from producer to customer or client.
Asosiasi Pemasaran Amerika (2004) menawarkan Definisi pemasaran secara
formal “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperagkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan kepada pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi
dan pemilik sahamnya”. Sedang menurut Kotller dan Killer (2007:6) Mendefinisikan
Manajemen Pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan
mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Dfinisi
pemasaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Definisi secara sosial dan Definisi
secara Manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimaikan pemasar dalam
masyarakat. Disini ada difinisi sosial yang menunjang tujuan seorang pemasar.
Pemasaran suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedang
definisi secara manajerial, Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi, penentuan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen pemasaran merupakan untuk penting dalam perusahaan karena
dapat menentukan keberhasilan dalam perusahaan. Definisi Pemasaran menurut
Kottler dan Amstrong (2003:7) Pemasaran merupakan proses pemberian kepuasan
terhadap konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran utama adalah
mendapatkan konsumen baru dengan menjanjikan nilai unggul dan mempertahankan
konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan.
Sedangkan Definisi Pemasaran menurut Swastha dan Sukotjo (1998:179)
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun potensial.
Dari definisi Pemasaran diatas dapat disimpulkan bahwa Pemasaran adalah
proses penyampaian barang atau jasa kepada konsumen yang potensial dengan
penetapan bauran pemasara yang tepat dengan memberikan nilai unggul kepada
pelanggan dengan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dan memeberikan
kepuasan. Pemasaran termasuk salah satu kegiatan perekonomian dan membantu
dalam menentukan harga barang atau jasa individu. Dalam kondisi pemasaran
sekarang ini tanpa adanya pemasaran, organisasi sulit mencapai tujuan konsumsi yang
memuaskan.
2. Pengertian Bauran Pemasaran
Marketing Mix (Bauran Pemasaran) merupakan suatu perangkat yang akan
menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan dan semuanya ditujukan
untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang dipilih.
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) menurut Swastha dan Sukotjo (1998:193)
dapat diartikan kombinasi dari empat variabel kegiatan yang merupakan inti dari
pemasaran perusahaan yakni setiap perusahaan harus mampu memikat konsumen,
baik konsumen baru maupun konsumen lama yang potensial. Untuk menarik
konsumen baru perusahaan dapat melakukan kegiatan promosi yang dapat dilakukan
dalam berbagai pilihan media baik media elektronik maupun media cetak. Dengan
kegiatan promosi diharapkan perusahaan memperoleh konsumen yang lebih baik.
Kotler (2004:18) Mendefinisikan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasarannya. Kismono, Gugup mendefinisikan
Bauran Pemasaran adalah kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang
terdiri dari strategi produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), dan
Distribusi (Place). Mc Charty dalam Husein (2003:31) mengklasifikasikan alat-alat
pemasaran itu menjadi empat kelompok luas yang disebut Empat-P (4P). dalam
pemasaran yaitu:
1. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk
mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kismono, Gugup (2001:326) produk
dalam istilah pemasaran adalah bentuk fisik barang yang ditawarkan dengan
seperangkat Citra (Image) dan Servis (Service) yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan tertentu atau memberikan manfaat tertentu. Didalam produk terdapat
bbeberapa atribut produk. Salah satunya adalah merek yang merupakan nama dari
bentuk fisik suatu baran yang ditawarkan besera Citra (Image) yang menyertainya.
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai suatu produk atau jasa yang ditukarkan dalam
bentuk moneter. Nilai yang terkandung didalam suatu produk dalam manfaat ini
memiliki ini memiliki dan menggunakan suatu produk.
3. Promosi (Promotion)
Produk yang sudah jadi serta harga yang sudah ditentukan tahap selanjutnya
adalah memperkenalkan kepada masyarakat dengan cara promosi sebagai suatu cara
agar produk bisa dikenal oleh masyarakat luas. Kismono, Gugup (2001:314) promosi
adalah sesuatu yang dilakukan pemasar untuk mempengaruhi pihak lain agar
berpartisipasi dalam kegiatan pertukaran. Merupakan suatu usaha
mengkomunikasikan informasi yang bermanfaat tentang sesuatu perusahaan aau
untuk mempengaruhi pembeli potensial.
4. Distribusi (Place)
Setelah produk ditentukan harganya dan sudah dikenal masyarakat luas tugas
pemasar selanjutnya adalah menyampaikan produk ketangan onsumen, sehingga
konsumen dapat menikmati produk yang mereka inginkan pada tempat dan wakt
sesuai dengan yang mereka inginkan.
B. Periklanan
Periklanan merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh
perusahaan maupun perseorangan. Dengan periklanan perusahaan dapat mencapai
sasaran dan dapat menyampaikan produknya apalagi ditengah perkembanga teknologi
yang semakin pesat. Iklan melalui media elektronik dapat menjadi salah satu alternatif
media periklanan. Dalam periklanan pihak yang memasang iklan (Disebut Sponsor)
harus mengeluarkan sejumlah biaya atas pemasangan iklan kepada masyarakat
sasaran. Berita inilah yang disebut iklan. Iklan bisa membantu perusahaan mencapai
hampir semua sasaran komunikasi. Iklan merupakan sasaran ampuh untuk
membangun kesadaran konsumen, iklan dapat befungsi sedagai media pendidikan dan
informasi. Misalnya, digunakan untuk memberitahukan adanya penarikan suatu
produk karena merugikan kesehatanseperti rokok dan minuman keras. Iklan tersebut
tentunya harus dapat membujuk, membangun reputasi serta meyakinkan kepada
siapapun yang telah membeli produk tersebut.
Dalam rangka memperkenalkan atau mempromosikan suatu produk agar
mencapai sasaran yang telah ditentukan, iklan dapat menjadi suatu alternatif metode
komunikasi yang sangat efektif karena bisa menjangkau audiens dalam jumlah besar.
Kegiatan periklana dapat mempengaruhi penjualan dalam jangka pendek, namun
apabila hal tersebut tidak segera terjadipenjualan pada hari iklan tersebut, berarti ada
sesuatu yang tidak beres dengan iklan tersebut. Hal tersebut juga menandakan bahwa
pesan iklan tidak sampai kepada sasaran. Salah satu kekuatan terbesar periklanan yatu
membangun dan mempertahankan nilai merek. Membangun nilai merek biasanya
dilakukan pada produk yang masih baru dipasaran, sedangkan memeprtahankan nilai
merek biasanya terjadi pada produk atau merek yang sudah terkenal. Iklan
menggunakan suatu ide kreatif yang besar telah menjadi faktor terpenting untuk
mempertahankan kelangsungan hidup merek. Disamping itu, iklan dapat memberikan
nilai tambah dan prestise pada produk, merek dan perusahaan.
Menurut Joseph P Canon, dkk (2008: 426) Advertising is any paid form of
non personal presentatioin of ideas, goods or services by an identified sponsor.
Sementara itu untuk tujuan pemasaran langsung,iklan juga bisa berfungsi
sebagai tenaga pemasaran. Ia bahkan mampu mendorong konsumen untuk membeli
suatu produk tanpa melihat atau mencobanya. Menurut Swastha dan Sukotjo
(1998:223) Mendefinisikan periklanan adalah media komunikasi non individual
dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga
non laba serta individu-individu. Sedangkan menurut Tom Branan (2005:51)
Mendefinisikan Iklan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui suatu media yang
dibayar oleh pemasang iklan. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan
untuk mempengaruhi setiap lapisan atau anggota masyarakat. Ukuran yang digunakan
juga sangat beragam, mulai dari Pers hingga iklan berwarna dengan ukuran
raksasa.media yang sering digunakan juga sangat beragam mulai pers hingga
kampanye yang membutuhkan anggaran besar ditelevisi nasional. Pemanfaatan iklan
bisa menelan biaya dari iklan yang bernilai ratusan ribu saja hingga puluhan bahkan
ratusan juta rupiah.
Menurut Ferdinan F Mauser dan David J Schward dalam bukunya American
Bussiness mendefinisikan iklan sebagai berikut: “Advertising is any form of paid,
impersonal presentation of goods, services, or ideas for the purpose or iducing
people to buy or to act favorablion what is called to their attention”.
(Mengiklankan produk adalah suatu bentuk bayaran presentasi personal atas barang-
barang, jasa, atau ide-ide dengan jutuan membujuk konsumen untuk membeli atau
berperilaku menguntungkan untuk menarik perhatian konsumen). Sedangkan menurut
Frank Jefkins (1997:15) Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi
untuk memenuhi fungsi pemasaran dalam melakukakn periklanan hal yang harus
diperhatikan bahwa kegiatan tersebut jangan hanya memberikan informasi semata
tetapi juga harus mampu membujuk untuk melakukan pembelian. Kalau dalam
kegiatan periklanan hanya mampu memberikan informasi semata tanpa mampu
membujuk untuk membelinya meka perusahaan mengalami kerugian karena tujuan
akhir dari kegiatan iklan tersebut adalah mempengaruhi perilaku konsumen agar mau
melakukan pembelian. Untuk iti sebuah iklan harus dirancang dengan menarik agar
dapat mempengaruhi perilaku konsumen sasarannya.
1. Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan yang terutama adalah menjual atau meningkatkan
penjaulan berang atau jasa. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan
penjaulan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru, terjadi pada
waktu mendatang.
Menurut Swastha dan Sukotjo (1998) tujuan lain dari periklanan adalah :
1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain
2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh salesman dalam
jangka tertentu.
3. Mengaakan hubungan penyalur, misalnya dengan mencatumkan nama dan
alamtnya.
4. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik langgan baru
2. Media Periklanan
Untuk mencapai audiens sasaran, para pengiklan akan mempergunakan jenis
media baik media elektronik maupun media cetak. Pemilihan jenis media yang akan
digunakan merupakan salah satu keputusan penting bagi sponsor. Secara umum
media yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi media cetak. Media elektronik,
media luar ruangan dan media ini bawah.
1) Media cetak yaiitu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan dengan
sejumlah kata, gambar atau foto baik dalam tata warna maupun hitam putih.
Bentuk iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, iklan display,
suplemen, pariwara dan iklan layanan masyarakat. Jenis media cetak tersendiri
atas:
a. Surat kabar
Surat kabar ini merupakan media periklanan yang dapat mencapai masyarakat
luas karena harganya relative lebih murah. Surat kabar memungkinkan kita
menyampaikan pesan lebih panjang ketimbang TV dan radio.
b. Majalah
Dapat dikatakan bahwa pembaca majalah ini relative selektif atau terbatas
dibandingkan dengan surat kabar. Tidak semua orang ingin membaca majalah,
biasanya biaya iklan dimajalah lebih mahal daripada surat kabar, namun dapat
dinikmati lebih serta dapat mengemukakan gambar berwarna yang lebih
menarik.
c. Tabloid, brosur, selebaran dan lain-lain
2) Media Elektronik yaitu media yang menggunakan teknologi elektronik dan
hanya bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran. Bentuk iklan dalam media
elektronik biasanya berupa sponsorship, iklan partisipasi (disisipkan ditengah-
tengah film atau acara), pengumuman acara atau film, iklan layanan
masyarakat dan lain-lain.
a. Televisi
Televisi dapat digunakan baik sebagai media nasional media regional. TV sangat
fleksibel dalam menyampaikan pesan sponsor. Mulai dari pemilihan waktu sampai
adanya jaminan penyampaian ulasan berita secara khusus untuk audiens tertentu. TV
merupakan media paling potensial diantara media lainnya kareja jangkauan lebih luas.
b. Radio
Radio sebagai media yang hanya bisa dinikmati melalui pendengaran saja.
Radio dapat menjangkau daerah yang luas dan dapat diterima oleh segala lapisan
masyarakat sampai pelosok desapun sekarang masyarakat desa sudah banyak yang
memiliki radio.
3) Media Luar Rauangan yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang
dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian
atau tempat khusus lainnya seperti di dalam bis kota, pagr tembok dan
sebaginya. Jenis media luar ruangan meliputi billboard, baleho, poster,
spanduk, umbul-umbul, balon raksasa.
4) Media Lini Bawah yaitu media-media minor yang digunakan untuk
mengiklankan produk. Umumnya ada empat macam media yang digunakan
dalam media ini bawah (Kasali, 1992, p. 142), yaitu
a. Pameran
Umumnya pameran terdiri atas 2 jenis yaitu pameran sambil berdagang dan
pameran tanpa berdagang.
b. Direct Mail
Direct mail merupakan segala bentuk periklanan yang digunakan untuk
menjual barang secara langsung kepada konsumen, baik melalui surat, kupon yang
disebarkan diberbagai media cetak maupun melalui telepon.
c. Point of Purchase
Point of purchase merupakan display yang mendukung penjualan, dengan
tujuan memberi informasi, mengingatkan, membujuk konsumen untuk membeli
secara langsung dan menjajakan produk.
d. Marchandising Schemes
Merchandising Schemes berguna untuk mempertahankan pembelian lewat
celah-celah yang dilupakan. Mislanya konsumen berbelanja diberikan hadiah ekstra,
potongan harga yang dicetak pada kemasan dan kupon hadiah yang langsung dapat
ditukarkan.
e. Kalender
Kalender merupakan salah satu media ini bawah yang sangat populer. Karena
kalender memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai penanggalan, untuk mencatat
janji-janji dan lain-lain. Kalender yang banyak dijumpau antara lain kalender dompet,
kalender meja, kalender buku (agenda), kalender dinding dan kalender perdagangan
dan kalender harian.
C. Merk
1. Pengertian Merk
Di dalam Merk terkandung berbagai muatan yang memberi makna pada
produk bersangkutan. Merek indentik dengan produknya sendiri dan menjadi senjata
ampuh bagi kesukses sebuah produk dalam merebut pasar. Merk dapat dipakai
sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari pembeli baik melalui
periklanan maupun melalui kegiatan promosi lainnya. Menurut Swantha dan Sukotjo
(1995:199) Merk (Brand) adalah suatu nama, istilah, symbol, atau desain (rancangan),
pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing.
Menurut kamus istilah pemasaran (Besty-ann Toffler dan Jane Imber: 2002)
mendefinisikan Merk adalah tanda, symbol, kata atau kombinasi dari semua itu yang
membedakan produk atau jasa perusahaan lain.
Merek adalah nama, sebutan, tnda, lambang atau kombinasinya yang dipakai
penjual mengenai daro merk barang atau jasa penting (kamus manajemen, 1994) atau
dapat diartikan sebagai metode untuk mengidentifikasikan dan membedakan berbagai
produk dari pesaing (Jeff Madura, 2001:101). Sedangkan menurut Asosiasi
Pamasaran Amerika (AMA) (Marketing Magazine/09/V/September 2005:20)
Mendefinisikan bahwa “Merk adalah sebagai nama, isitilah, tanda, symbol atau
desain atau kombinasi dari hal tersebut yang dimaksudkan untuk membedakannya
dari barang atau jasa yang disediakan pesaing”.
Brand atau Merk adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau
kombinasi hal-hal tersebut, yaitu dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari seorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari pesaing.
Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 237) Branding means the use of a
name, term, symbol, or design or a combination of these identity a product.
Definisi diatas menunjukan bahwa pada awalnya Brand diperlukan untuk
membedakan dalam memasarkan suatu produk dengan produk lainnya yang sejenis.
Selanjutnya Merk memegang peranan yang cukup lainnya yang sejenis, selanjutnmya
Merk memegang peranan yang cukup penting dalam pemasaran, yang artinya tidak
sekedar sebagai ciri atau identitas suatu produk yang mampu mendiferensiasikan
terhadap produk pesaing, Merk juga merupakan janji penjual untuk secara
konsistensi menyampaian serangkaian ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para
pembeli. Merek berkaitan erat dengan perseosi, sehingga pesaingan yang terjadi antar
perusahaan adalah pertarungan persepsi dan bukan sekedar pertarungan produk.
Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas.
Keller (1993) berpendapat bahwa pemahaman terhadap isi dan struktur suatu
Merk penting dilakukan, karena mereka mempengaruhi munculnya ingatan ketika
konsumen berfikir tentang suatu merk. Tanggapan konsumen adalah kesadaran Merk
(dalam hubungannya dengan pesan dan pengenalan Merk), kebaikan, kelemahan dan
Keunikan asosiasi merk dalam ingatan konsumen.
Merk merupakan suatu identitas suatu produk dari nama merek yang
digunakan suatu produk konsumen bisa memakai produk tersebut baik atau tidak,
merek mengidentifikasi sumber atau pembuat dan memungkinkan konsumen baik
individual atau organisasi untuk menetapak tanggung jawab pada pembuat atau
distributor tersebut. Konsumen bisa mengevaluasi produk tersebut identik secara
berbeda, tergantung pada bagaimana produk tersebut diberi merek. Konsumen belajar
tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk dan program
pemasarannya. Mereka menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka
dan mereka yang tidak memuaskan kebutuhannya.
Merek dapat menandakan suatu tingkat mutu tertentu, sehingga pembeli puas
dapat lebih mudah memilih produk. Kesetiaan merek memberikan kemampuan untuk
diramal dan keamanan permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan
perusahaan permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan perusahaan
lain memasuki pasar. Menurut Asosiasi pemasaran yang dikutip oleh Killer (2007)
mendefinisikan meek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan
atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengedintifikasi barang atau
jasa penjual atau kelompok penjual dna mendeferensiasikannya dari barang atau jasa
pesaing.
Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan
tertentu dari pembeli baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi
lainnya. Pandangan tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu baik pengalaman
pribadi maupun pengalaman orang lain. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong
(2001:349) mendefinisikan merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol atau desain
atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuatan atau penjualan.
Dari definisi tentang merek tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan
untuk membedakannya dari produk yang dihasilkan oleh pesaing. Konsumen melihat
merek sebagai bagian produk yang penting dan merek dapat menambah nilai produk.
Nama merek membantu konsumen mengidentifikasi produk yang memberikan
manfaat bagi mereka, merek juga memberitahu konsumen seberapa tinggi kualitas
produk. Konsumen yang selalu memberi merek yang sama setiap kali mereka
melakukan pembelian. Merek juga memberikan keuntungan bagi penjual. Nama
merek menjadi dasar utama dalam mengenali kualitas khusus yang dimiliki produk
tersebut.
2. Unsur Merk
Unsur merek adalah alat yang memberi merk dagang yang berfungsi
mengidentifikasi dan membedakan merk. Menurut Kotler dan Killer (2006:341) ada
enam criteria dalam memilih Merk yaitu :
a. Dapat diingat, seberapa mudah merk dapat diigat oleh konsumen
b. Bermakna, sejauh mana unsure merk dapat dipercaya dan sugesti terhadap
kategori yang berhubungan
c. Disukai, bagaimana konsumen menemukan unsure merk itu menarik
secara estetis, apakah disukai secara visual, verbal ataudalam hal lain.
d. Dapat diubah, dapatkah unsure merk digunakan untuk memperkenalkan
produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda, sejauh mana unsure
Merk mempercaya ekuitas Merk sepanjang batas geografis dan segmen
pasar sasaran
e. Dapat diadaptasi, bagaimana cara mengadaptasikan dan memutakhirkan
merk itu
f. Dapat dilindungi, bagaimana cara melindungi unsure merk itu secara
hukum, sejauhmana dapat dilindungi dari pesaingnya apakah mudah ditiru.
3. Manfaat Pemerkan (Branding)
Pemerekan (Branding) atas suatu produk memberikan manfaat baik bagi
pembeli maupun bagi penjual.
a. Manfaat bagi pembeli
1. Membantu mengidentifikasi produk-produk yang disukai dan tidak
disukai
2. Branding mempermudah dalam pengenalan produk baru yang memuat
nama salah satu dari beberapa produk yang sudah ada
3. Membantu usaha promosi perusahaan
4. Melalui Branding (pemerekan) akan membantu mengusahakan
loyalitas pelanggan pada merek
Konsep dasar Branding dapat dilakukan dengan menggunakan dasar fungsi
produk ( Funcional) atau citra brand ( Brand image). Pilihan sebuah konsep brand
dipengaruhi oleh asumsi produsen atas tiga faktor: jenis produk itu sndiri, intensitas
persaingan, dan bagimana konsumen memilih dan mengkonsumsi produk. Suatu
brand image dibangun denganmenciptakan citra dari suatu produk. Konsumen
bersedia membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda karena brand ini
memancarkan asosiasi citra tertantu. Para perancang image dari brand berusaha
memnuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu yang
lebih besar dan dipandang terhormat oleh orang lain, atau untuk mendefinisikan diri
menurut citra yang diinginkan. Brand Image menjadi pilihan pada saat persaingan
sudah menjadi taraf dimana produk-produk yang ditawarkan sudah tidak lagi
memiliki perbedaan.
4. Ekuitas Merk (Brand Equity)
Selain untuk memudahkan proses identifikasi dan diferensiasi antara satu
produk dengan pilihan produk lainnya Merk mempunyai fungsi penting lainnya, yaitu
sebagai factor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen di dalam memilih suatu
produk, baik berupa barang maupun jasa yang akan dikonsumsi.
Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 251) Brand the value of a brand’s
overall strength in the market.
Suatu merk dapat mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan persepsi
yang terbentuk di dalam benak konsumen mengenai brand image atau kesan merk
yang dimiliki oleh merk tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan
pengelolaan terhadap Brand Image, alasna lain yang turut mendukung bahwa Brand
Image perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa Brand Image pada akhirnya akan
mempengaruhi brand equity yang dimiliki oleh suatu merk untuk melihat pengaruh
brand image tersebut perlu untuk diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian
Brand Equity.
Brand Equity concept atau konsep ekuitas merk dikemukakan oleh pakar merk
dari Universitas California di Berkeley (Amarika Serikat) David A Aaker, yang
menyatakan bahwa Brand Equity merupakan satu et brand asset dan liability yang
berhubungan dengan sebuah merk, nama dan symbol yang disediakan sebuah produk
atau servis terhadap seorang konsumen. Brand Equity yang tinggi memberikan
sejumlah keuntungan kompetitif antara lain:
1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena
tingkat kesadaran dan kestiaan merk konsumen yang tinggi.
2. Perusahaan akan mempunyai pisusu yang lebih kuat dalam negosiasi
dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mereka
menyediakan merk tersebut.
3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya
karena merk tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi.
4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merk karena merk
tersebut memiliki kredibilitas tinggi.
5. Merk tersebut memberikan pertahankan terhadap persaingan harga yang
tajam.
Oleh sebab itu suatu merk perlu dikelola dengan cermat agar Brand Equity
tidak mengalami penyusutan. Ini membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan
kesadaran merk, kualitas dan fungsi yang diyakini dari merk itu, Asosiasi merk yang
positif, dan lain-lain secara terus menerus.
5. Kesan Merk (Brand Image)
Kesan merk (Brand Image) adalah merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan ingatan akan suatu merk tertentu. Brand Image terbentuk di
dalam benak konsumen, yakni dimana konsumen menangkap dan menerjemahkan
sinyal-sinyal yang dikirim oleh suatu merek melalui produknya, yaitu berdasarkan
atribut karakteristik atau identitas fisik merk itu sendiri, seperti nama, symbol dan
slogan sinyal itu kemudian dikirim dan disosialisasikan kepada konsumen melalui
program komunikasi merk. Brand Image dimensi kedua dari pengetahuan tentang
merek yang berdasarkan konsumen adalah citra dari sebuah merek. Citra merek dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalm benak konsumen ketika mengingat
suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk
pemukiran atau citra tertentu yang dikaitakn dengan suatu merek, sama halnya ketika
kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dpaat terkonseptualisasi berdasarkan
jenis, dukungan, kekuatan, keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat
dan sikap. Atribut terdiri dari atribut produk, misalnya warna dan ukuran serta atribut
yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan citra
perusahaan. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secar fungsional dan manfaat
secara simbolis serta manfaat berdasarkan pengalaman
6. Strategi membangun Merek
Strategi membangun merek dapat pula mengandalkan merek. Ekuitas merek
berdasarkan perspektif konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam
memori perspektif konsumen adalah pengenalan konsumen atas merek tersebut dan
menyimpannya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat
dan unik. Ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen terdiri dari kesadaran
merek (Brand Awareness) dan citra merek ( Brand Image). Kesadaran merek
merupakan kemampuan merek untuk mucul dalam benak konsumen ketika mereka
sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut
dimunculkan.kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek.
Sebuah merek tidak mempunyai ekuitas sampai konsumen menyadari keberadaan
merek tersebut. Merek baru harus mampu mencapai kesadaran merek dan
mempertahankan kesadaran merek harus dilakukan semua merek.
Tingkat kesadaran merek terdiri dari kenal akan merek sebagai kesadaran
yang cenderung dangkal dan mengingat merek sebagai kesadaran yang lebih dalam.
Citra merek merupakan jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika
mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut dapat mucul dalam bentuk citra
atau pemikiran tertentu yang dikaitakn dengan suatu merek. Asosiasi ini dapat
dikonseptualkan berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan dan keunikan. Jenis asosiasi
merek meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut yang
berhubungan dengan produk, misalnya harga , pemakai dan citra penggunanya.
Sedangkan manfaat mencakup manfaat secara fungsional, manfaat secara simbolis
dan manfaat berdasarkan pengalaman.
Untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek
atau logo yang baik. Usaha yang paling sering dilakukan melalui program pemasaran
dan komunikasi pemasaran agar tercipta asosiasi yang mendukung, kuat dan unik
dibenak konsumen antara merek dan atribut atau manfaatnya. Produk berkualitas
tinggi dan mempresentasikan nilai yang potensial mempunyai ekuitas merek yang
tinggi membutuhkan usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk
membangun dan mempertahankan ekuitas merek.
D. Kualitas Produk
1. Pengertian Produk
Menurut Tjiptono (1995:76) produk adalah pemahaman subyektif dari
pridusen atas sesuatu sebagai usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Sofyan Assauri yang dikutif oleh Arif Isnaini (2005). Mendefinisikan
produk adalah barang atau jas ayang dihasilkan untuk digunakan oleh konsumen guna
memenuhi kebutuhan dna memberikan kepuasan.
Menurut Joseph P Canon, dkk ( 2008: 237) product means the need
satisfaying offering of a firm. Sedangkan Quality menurut Joseph P Canon, dkk (
2008: 251) Quality means a product’s ability to satisfy a cuntomer’s need or
requirment.
Definisi produk menurut William J Stanton yang dikutip oleh Arif Isnaini
(2005) produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (Tangible), dan tidak hanya
nyata (intangible), di dalamnya sudah termasuk warna, harga kemasan, prestige
pabrik, prestige pengencer dan pelayanan dari pabrik serta pengencer yang mungkin
diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya.
Menurut kamus istilah pemasaran (Besty-ann dan Toffler, 2002:863)
merupakan sesuatu objek, jasa, kegiatan, seseorang, tempat, organsiasi atau gagasan
yang mempunyai manfaat dan dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi
kebutuhan dn keinginan. Sedangkan menurut (Teguh Budiarto 1993:62) produk
adalah pemahaman prosedur sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dari dedinisi di atas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan alat
pemenuhan kebutuhan, baik yang nyata maupun yang tidak nyata yang di dalam
mengkonsumsinya konsumen mengharapkan kepuasan.
Mutu produk didasrkan atas dasr cara pandang konsumen atas suatu produk.
Ditinjau dari sudut pandang pemasaran mutu produk adalah kemampuan suatu produk
untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan konsumen, mutu produk tidak bisa dilihat
hanya dengan melihat tampilannya saja tapi mutu suatu produk bisa dilihat dari
manfaat yang diberikan. Pengertian produk menurut Philip Kotler (2004:448) adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan.
Produk merupakan unsur penting dari pemasaran karena merupakan tawaran
nyata kepada konsumen dalam kegiatannya, yang meliputi kemasan, wujud produk,
dan pelayanan. Tanpa adanya produk, maka tidak akan ada yang dapat ditawarkan
kepada pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2. Pengklasifikasian Barang
1. Klasifikasi barang konsumen
Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan
konsumen sendiri. Umumnya barang konsumen dilasifikasikan menjadu
empat yaitu :
a. Convenience goods
Convenience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian yang tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera, dan
hanya memerlukan usaha yang minim dalam membandingkan dan
pembeliannya.
b. Shopping goods
Shopping Gods adalah barang yang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai
alternative yang terjadi. Kriteria perbandingan tersebut meliputi diantra
berbagai alternative yang terjadi, kriteria perbandingkan tersebut
meliputi harga, kualitas dan model masing-masing barang.
c. Specialty goods
Specialty goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan
atau identifikasi merk yang unik dimana sekelompok konsumen
bersedia melakukan usaha khsuus untuk membelinya.
d. Unsought goods
Unsought goods merupakan barang-barang yang tidak diketahui
konsumen ataupun kalau diketahui tetapi pada umumnya tidak
terpikirkan untuk membelinya.
2. Klasifikasi Barang Industri
Barang industri adlah barang yang dikonsumsi oleh industriawan untuk
keperluan lain yang untuk diubah dan untuk kembali. Barang industri
dapat diklasifikasikan berdasarkan peranannya dalam proses produksi dan
biaya relatifnya. Ada tiga kelompok barang industri yang dpat dibedakan
(Koltler, 1994:436-438)
a. Material and Parts
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah barang yang seluruhnya
atau sepenuhnya masuk ke dalam proses produk jadi.
b. Capitals Items
Capitals items adalah barang-barang tahan lama (Long Lasting) yang
memberi kemudahan dalam mengembangkan dan atau mengelola
produk jadi. Mislanya bangunan serta berbagai peralatan yang
menunjang dalam proses produksi.
c. Supplies and Service
Yang masuk dalam kelompok ini adalah barang-barang tidak tahan
lama (Short Lasting) yang memberi kemudahan dalam
mengembangkan dan atau mengelola keseluruhan produk jadi.
3. Tingkat Produk
Untuk merencanakan penawaran produk kepada konsumen, produsen
perlu mengetahui tingkatan dari produk tersebut. Menurut Kotler (2002)
terdapat lima tingkatan produk yaitu :
a. Manfaat inti (Core Benefit)
Yaitu manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen.
Pemasar harus memandang dirinya sendiri sebagai manfaat. Mislanya
seorang penumpang pesawat terbang membeli kenyamanan dalam
perjalanan.
b. Produk dasar (Basic Pruduct)
Pada level kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi
produk dasar. Mioslanya sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur,
kamar mandi, handuk, meja tulism meja rias, dan lemari pakaian.
c. Produk yang diharapkan (Expected Product)
Yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh
pembeli ketika mereka membeli produk tersebut. Mislanya seorang
penumpang pesawat dapat mengharapkan penerbangan yang nyaman,
tempat duduk yang nyaman, pelayanan yang ramah, lingkungan yang
bersih.
d. Produk yang ditingkatkan (Aughmented Product)
Pada level keempat pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan
yang melampaui harapan pelanggan. Misalnya agen penjual tiket
pesawat dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan
kemudahan dalam pemesanan tiket.
e. Produk Potensial (Potensial product)
Mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya
akan dialami oleh produk tersebut di masa depan. Pada level inilah
perusahaan secara agresif mencari berbagai car abaru untuk
memuaskan konsumennya dan membedakan tawarannya.
4. Pengertian Kualitas
Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai kualitas
produk. Karena kualitas produk. Karena kualitas produk mempunyai banyak criteria
dan sangat tergantung pada konteksnya. Menurut Yamiz (2001:7), pengertian kualitas
produk yang dikutip dari tiga pakar kualitas internasional adalah :
1. W. Edwads Deming, mendefinisikan kualitas adalah apapun yang
menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Philip B Crosby, mempersepdikan kualitas sebagai nilai nihil cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
3. Joseph M. Juran, mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap
spesifikasi.
Kualitas produk suatu perusahaan merupakan hal yang penting karena
persepsi konsumen terhadap suatu produk bentuk melalui kualitas produk dalam
memuaskan kebutuhan konsumen. Untuk mempertahankan pelanggan baik pelanggan
baru maupun pelanggan potensial sebuah perusahaan harus menciptakan produk yang
berkualitas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dai suatu produk atau pelayanan
yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhannya. Jadi suatu
produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memenuhi kebutuhan. Apabila
konsumen merasa puasa maka produk tersebut dapat dikatakan berkualitas. Tetapi
apabila sebaliknya, konsumen merasa suatu produk tidak dapat memenuhi kebutuhan
maka produk tersebut dikatakan tidak berkualitas.
Kotler dan Amstrong (2003:347) mendefinisikan kualitas produk adalah
kemampuan satu produk untuk melakukan fungsi-fungsintya, kemampuan itu
meliputi daya tahan, keandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan
dan diperbaiki dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:253) mendefinisikan kualitas sebagai
kemampuan suatu prdoduk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan
kualitas sebagaimana yang diambil oleh American Society for Quality adalah
keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan
kebnutuhan konsumen baik yang terlihat atau yang tersamar.
Dalam setiap promosinya perusahaan akan selalu memperlihatkan kualitas
produk yang dihasilkan. Menurut Heizer Rinder yang dikutip oleh Sarbi Djafri
(1999), secara uum konsumen memandang kualitas suatu barang atau jasa dari enam
dimensi, yaitu :
a. Operasi
Kualitas menurut konsumen dilihat dari bekerjannya atau operasinya
produk setelah produk dipakai.
b. Keandalan dan ketahanan
Dalam hal ini kualitas menggambarkan kemungkinan suatu produk gagal
atau menjadi cepat buruk atau rusak.
c. Kesenian
Kualitas dalam hal ini sangat berhubungan dengan tingkat dimana suatu
produk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Pelayanan
Dimensi ini mengacu pada keramahan, kecepatan serta ketelitian dalam
perbaikan.
e. Penampilan
Dimensi kualitas ini lebih subyektif sifatnya, lebih menggambarkan
perasaan pribadi, seperti variabel sentuhan, suara dan bau.
E. Keputusan Pembelian
Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi oleh
beberapa factor, demikian pola konsumen, konsumen terbentuk karena pengaruh
lingkungan seperti (Buchari Alma 2004:97).
a. Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya dengan demikian
selera seorang individu akan mengikuti pola selera yang dilakukan oleh nenek
moyangnya.
b. Kelas social (Social Class)
Ini merupakan kelompok mempunyai tingkat tertentu, yang memiliki nilai dan
sikap yang berbeda dari kelompok tingkat lainnya.
c. Keluarga (Family)
Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan individu dan sangat
mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam mengkonsumsi
barang tertentu.
d. Klub-klub (Referensi Klub)
Klub-klub seperti ini ialah klub arisan ibu-ibu, klub olahraga, klup rekreasi,
klup profesi. Referensi group ini bisa merupakan group primer, sekunder atau
pemberi aspirasi. Group primer adalah para anggota yang saling berkomuniksi
satu sama lainnya, group sekunder adalah organsiasi yang tidak terlalu banyak
berinteraksi, tatap muka dengan individu seperti organsiasi serikat pekerja,
organsiasi keagamaan sedang group aspirasi adalah seseorang yang memberi
aspirasi para indovidu untuk memiliki sesuatu.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Konsumen pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor budaya,
kepribadian, sosial, psikologi, sebagian besr faktor itu tidak bisa dikendalikan oleh
pemasaran, tetapi harus diperhitungkan sebagai karakteristik yang mempengaruhi
perilaku pembelian (Kismoro, gugup 2001:315)
1. Faktor budaya
Budaya merupakan penentu yang paling fundamenyal dalam membentuk
keinginan dan perilaku seseorang. Anak yang dibesrkan dalam 5 buah masyarakat
mempunyai nilai-nilai dasar, persepsi, perilaku melalui proses sosialisasi yang
melibatkan keluarga dan lembaga lainnya. Kondisi sub budaya juga dipengaruhi turut
berperan dalam pembentukan perilaku seperti kelompok, keagamaan, suku bangsa
dan wilayah geografis, sementara itu kelas, sosial dalam masyarakat yang memiliki
karakteristik nilai, minat dan tingkah laku yang sama, mempunyai beberapa dikantor
yang ikut mmebentuk masyarakat, pendapat-pendapat wilayah tempat tinggal.
2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok
referensi, keluarga, status dan peranan sosial dalam masyarakat, kelompok referensi
memberi pengaruh secara langsung bagi pembentukan sikap dan prilaku kons
sedangkan keluarga mereka sumber organsiasi dimana seseorang akan terlibat dalam
pengambilan keputusan.
3. Faktor kepribadian
Setiap orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda-beda sehingga
berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Pekerjaan dan keadaan ekonomi seseorang
erat kaitannya dengan pola konsumsi dan pilihan produk. Hal tersebut juga
membentuk suatu gaya hidup yang merupakan pola hidup seseorang sehari-hari yang
dinytakan dalam kegiatan ekonomi minat dan opini.
4. Faktor psikologi
Dilihat konsumsi seseorang secara psikologis untuk faktor motivasi, persepsi,
pembelajaran serta keyakinan dan sikap motivasi terbentuk karena dorongan
seseorang untuk mengejar kepuasan. Kepastian pembelian oleh konsumen merupakan
suatu keputusan akhir diserangkaikan proses-proses sebelumnya, mulai dari persepsi
tentang situasi. Proses pembelajaran melalui perubanahn pribadi maupun orang lain.
Sampai pada keyakinan dan sikap terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Tahap
itulah yang secara psikologis membentuk perilaku dan sikap seseorang dalam
menkonsumsi.
Perilaku konsumen adalah hasil interaksi antara kepribadian dan situasi.
Situasi yang relatif sama dalam kurun waktu tentang menghasilkan pola perilaku
tentang yang disebut gaya hidup. Maka dapat diibaratkan bahwa prilaku Hons adalah
sebuah phon, budaya adalah batangnya kepribadian adalah dahannya dan gaya
hidupnya adalah rantingnya.
2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
maupun eksternal individu.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi suatu produk bisa diperoleh
dari sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (jklan,
wiraniaga, penyalur), sumber publik (media massa), sumber pengalaman
(penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Melalui pengumpulan
alternatif, konsumen mengetahui tentang merek-merek yang bersaing dan
keistimewaan merek tersebut.
3. Evaluasi alternatif
Para konsymen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang atribut yang
dipandang rlevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar
pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi. Dalam melaksanakan niat membeli konsumen dapat
membuat 5 sub keputusan pembelian. Diantranya keputusan merek, keputusan
pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidak
puasan tertentu. Kepuasan pembeli merupakan seberapa dekat harapan pembeli
atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut.
Jika kinerja produk lebih rendah dari pada harapan maka pelanggan akan
kecewa, jika ternyata sesuai harapan pelanggan puas, jika melebihi harapan
maka pembeli akan sangat puas.
Hal ini sangat ditentukan oleh pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk yang ia beli. Apakah ia akan puas atau kecewa. Jadi tergantung pada
jarak ekpektasi dengan kenyataan yang dihadapi. Jika kenyatannya ia tidak puas maka
ia akan kecewa, jika sesuai antara apa yang diharapkannya dengan yang dialami
berarti puas, dan jika kenyatannya lebih bagus dari yang ia harapkan mak aia akan
sangat gembira.
F. Kerangka Pemikiran Konseptual
Persaingan yang semakin tajam dalam dunia usaha menjadi hal tang tidak
dapat dihindari. Pemenang dari persaingan ini adalah perusahaan yang mampu
memberikan produk yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Setiap perusahaan harus mampu menarik konsumen baru setiap saat dan harus
mampu mempertahankan pelanggan yang suda ada. Karena mempertahankan
pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menarik
pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menarik
pelanggan lebih sulit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dari pada menari
pelanggan baru. Sesungguhnya persaingan yang terjadi antar perusahaan adalah
pertarungan persepsi bukan sekedar pertarungan produk. Merk yang baik juga
menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. Persepsi yang baik oleh
konsumen akan memberikan image yang baik pula terhadap produk. Sebaliknya
konsumen memberikan persepsi yang buruk terhadap produk maka akan berakibat
buruk terhadap produk. Maka perusahaan harus memberikan produk yang berkualitas
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Untuk menimbulkan tingkat kesadaran merk (Brand Awareness) salah satu
strateginya yaitu mempromosikan produk dan mebujuk konsumen untuk
mengkonsumsi produk, dan memahami akan beradaan suatu prosuk dipasar. Dalam
mempromosikan suatu produk perusahaan harus memilih media yang harus
digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tepat pada sasaran yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tepat pada sasaran yang
ditujukan konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap peroduk sasaran yang
tujuan konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap produk yang dipromosikan.
IKlan Kualitas Produk Brand Image
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Keputusan Pembelian
Regresi linear berganda
Uji Asumsi Klasik:
1. Autokorelasi
2. Multikolinearitas
3. Heteroskedastisitas
4. Normalitas
Uji Hipotesis:
1. Uji t (Parsial)
2. Uji f (Simultan)
Pepsodent
Kesimpulan
Model regresi linear
Gambar: 2.6
Kerangka pemikiran Konseptual
G. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diana Fardina yang membahas
tentang “Analisis pengaruh kreativitas tayangan iklan dan pelayanan penjualan
terhadap keputusan pembelian produk Suzuki”, dengan hasil penelitian bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 77,3% berdasarkan koefisien determinasi,
dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklan dan pelayanan penjualan terhadap
keputusan pembelian produk Suzuki sebesar 59,8% dan selebihnya 40,2% ditentukan
oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan yang membahas tentang
“Analisis pengaruh kualitas produk dan Brand Image terhadap keputusan pembelian
Ban Radial Bridgeston, dengan probalitas 0,000< α 0,05, maka kesimpulannya adalah
kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ban, sedangkan nilai t
hitung untuk Brand Image adalah 0,551 dengan probabilitas (signifikansi) 0,583 < α
0,05, maka kesimpulannya brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian
ban.
Nilai f hitung aalah 13,494 sedang f tabel adalah (α 0,05, nume rator = 2,
denumerator = 97) adalah 3,07. jadi 13,494 > 3,07, kesimpulannya kualitas produk
berpengaruh terhadap keputusan pembelian ban, kedua variabel tersebut berguna
untuk memprediksi keputusan pembelian. R square (indeks determinasi) adalah 0,28,
kondisi ini menunjukkan pengaruh kualitas produk dan Brand Image terhadap
keputusan pembelian adalah sebesar 22% sisanya 78% dijelaskan oleh variabel lain
diluar analisis tersebut.
Berdasarkan penelitian tersebut di atas penelitian ini membahas tentang
analisis pengaruh iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan
pembelian Pepsodent. Dengan hipotesis bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan keputusan pembelian.
H. Hipotesis
1. Ho : β1 = 0, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1)
keputusan pembelian (Y) pepsodent.
Ha : β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1) dengan
keputusan pembelian (Y) pepsodent
2. Ho : β2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image (X2)
dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent.
Ha : β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image (X2)
dengan keputusan pembelian (Y)
3. Ho : β 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan kualitas produk (X3)
dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent.
Ha : β3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk (X3)
dengan keputusan pembelian (Y) pepsodent.
4. Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1), brand
image (X2) dan kualitas produk (X3) secara bersamaan ( simultan) terhadap
keputusan pembelian (Y) pepsodent.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan (X1), brand image
(X2) dan kualitas produk (X3) secara bersamaan ( simultan) terhadap
keputusan pembelian (Y) pepsodent.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh iklan, Brand
Image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk Produk Pepsodent
Pencegah Gigi Berlubang. Pemilihan lokasi penelitian (sampling) dilakukan secara
sengaja dengan responden adalah masyarakat yang layak dijadikan obyek penelitian
dan pernah menggunakan produk tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang dipilih penulis sebagai sumber data yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui produk yang diteliti yaitu pasta gigi
tersebut. Untuk mengetahui besaran sampel maka digunakan rumus slovin dengan
persentase kelonggaran sebesar 10% Husein Umar, 2005: 53) yaitu:
)(1 2eN
Nn
+
=
Dimana:
n = Volume sampel
N = Ukuran sampel
e = Persentasi kelonggaran
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data, penulis menggunakan data primer dan data
sekunder:
1. Data primer yaitu melalui survei lapangan yaitu dengan cara menyebarkan
angket (kuisioner) yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan topik
penelitian kepada responden. Sebelum dilakukan penyebaran kepada 100
responden terlebih dahulu dilakukan try out untuk menguji pertanyaan mana
saja yang valid.
2. Data sekunder yaitu dengan Riset Perpustakaan (Library Research) yaitu
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh bahan yang diperlukan antara
lain melalui jurnal, buku, internet yang berkaitan dengan topik penelitian
tersebut.
D. Metode Analisis Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan instrument
yang disusun berbentuk kuisioner yang diisi oleh para responden. Kuisioner diberikan
kepada para pengguna pepsodent pencegah gigi berlubang. Pedoman kuisioner
disusun sesuai dengan jumlah variabel penelitian yaitu:
1. Variabel iklan
2. Variabel brand image
3. Variabel kualitas produk
4. Variabel keputusan pembelian
Untuk mengetahui pengaruh iklan, brand image dan kualitas produk terhadap
keputusan pembelian pepsodent dilakukan dengan menggunakan skala likert (RA
Likert), mengembangkan prosedur penskalaan dimana suatu kontinum bipolar. Pada
ujung kiri (dengan angka rendah) menggambarkan suatu jawaban negatif, sedang
ujung kanan (dengan angka besar) menggambarkan positif, sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skala Likert
Sangat Tidak
Setuju
Tidak Setuju Ragu Setuju Sangat Setuju
(STS) (TS) (R) (S) (SS)
1 2 3 4 5
Selanjutnya data diperoleh menggunakan kuisioner, dimana analisisnya akan
dipresentasikan dalam bentuk tabel. Hasil dari tabel dianalisis berdasarkan variabel
iklan, brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian setelah
dilakukan perhitungan atas hasil kuisioner pengolahan data yang diperoleh mengenai
iklan, brand image dan kualitas produk serta keputusan pembelian, dilakukan
pengujian statistik linier berganda dan analisis koefisiensi korelasi.
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas menunjukan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang
ingin diukur, instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (menukur) itu valid.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel tertentu. Daftar pertayaan ini
umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Hasil penelitian yang valid
bila tredapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
diujisesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat dari hasil SPSS pada tabel
engan judul item-total statistic. Menilai kevalidan masing-masing butirpertanyaan
dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing bitur
pertanyaan.
Dalam hasil analisis item ini bhuono agung, menyatakan bahwa validitas suatu
butir pertanyaan dapat dilihat dari hasil out put SPSS pada tabel dengan judul item-
total statistic. Menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari
nilai correct item-total correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir
pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai Corected item-
Total Correlatoin > r-tabel atau uji validitas sebaiknya dilakukan secara terpisah
dengan lembar kerja yang berbeda antara satu konstruk variabel yang lain sehingga
dapat diketahuia butir pertanyaan mana yang paling banyak tidak valid.
Apabila suatu alat ukur dinyatakan valid maka tahap selanjutnya yaitu
pengukuran reliabilitas dari alat. Sebagai ukuran yang menunjukan konsistensi dari
alat ukur dalam mengukur segala yang sama dilain kesempatan. Untuk melihat
reliabilitas maka dihitung Cronchbach Alpha masing-masing instrument variabel.
Variabel tersebut dikatakan reliabel bila Cronchbach alphanya lebih besar dari
0,06. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang digunakan
yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Tehnik yang digunakan
untuk menguji reliabilitas adalah koefisien Alpha Cronchbach denganrumus.
∑−
− t
b
K
Kri
2
2
11
:σ
σ
Dimana:
ri : Reliabilitas Instrument
K : Banyaknya butir pertanyaan
σ2t : Varians total
σ2b : Varians butir
2. Analisis Koefisien Korelasi
Analisis statistik ini bertujuan untuk mengatahui ada atau tidak adanya
hubungan antara dua variabel,yaitu nariabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini
yang akan dicari adalah hubungan antara Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk
sebagai variabel bebas dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat.
Rumus koefisien korelasi
Rxy: ∑ x1y1 – (∑x1) (∑x2)
{n∑x1² - (∑x1)²} {n∑y1² - ( ∑x)²}
Dimana:
R : koefisien korelasi
N: jumlah sampel
X: Pengaruh Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk
Y: keputusan pembelian
Dengan ketentuan bahwa
r = 0, berarti hubungan X dan Y tidak ada korelasi (hubungan yang ada sanga lemah)
r = 1 atau mendekati 1, berarti hubungan yang etrjadi sangan kuat (kuat sempurna)
r = ( + ) positif , berarti kenaikan X yang diikuti oleh kenikan Y dan sebaliknya
penurunan nilai X diikuti oleh penurunan nilai Y
r = ( - ) negativ, berarti kenaikan nilai X akan diikuti oleh penurunan nila Y dan
sebaliknya penurunan nilai X akan diikuti oleh kenaikan nilai Y.
Tabel 3.2
Pedoman untuk memberikan koefisien korelasi
Internal koefisien Tingkat korelasi
0,00 - 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 0,1000
Sangan rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, metode penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, 2002
3. Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengaruh antara variabel bebas (Independent) dengan variabel terikat (Dependent).
Metode ini juga bias digunakan sebagai ramalan sehingga dapatdiperkirakan antara
baik atau buruknya suatu variabel X terhadap naik dan turunnya suatu tingkat variabel
Y bagitupun sebaliknya.
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + e
Dimana:
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstamta
b = Regresi yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel
independent, bila b (+) mana naik dan bila b (-) maka terjadi penurunan
x1 = Iklan
x2 = Brand Image
x3 = Kualitas Produk
e = Error
Langkah selanjunya yaitu melakukan pengujian dan pembuktian terhadap
hipotesisi yang telah dibuat pembuktian ini melalui perhitungan dengan menggunakan
program SPSS. Dalam pengujian regresi agar menunjukan hubungan yang valid atau
tidak maka perlu pengujian Asumsi Kalsik pada model Regresi yang digunakan.
Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain adalah:
a. Autokorelasi
Merupakan pengujian dalam regresi dimana dependent variabel tidak
berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah
bahwa nilai variabel terikat (Dependent Variabel) tidak berhubungan dengan nilai
variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai selanjutnya untuk
mendeteksi gejala Autokorelasi kita menggunakan Uji Durbi Watson (DW). Uji ini
menghasilkan nilai DW hitung dan nilai DW table.
Hipotesisinya:
Ho : Tidak ada korelasi, jika Durbin Wason -2 sampai 2
Autokorelasi positif jika DW > 2 maka terjadi Auokorelasi negative.
Rumus Uji Durbin Wason adalah sebagai berkut:
D = ∑(en – en -1)
∑e²n
Criteria pengujian:
Ho : Diterima jika nilai DW diantara angka -2 <d< 2 (nilai Durbin Watson hitung
mendekati atau disekitar angka 2)
Untuk mendiagnosis adanya nilai Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Pedoman unuk memberikan interprestasi
Uji Durbin Watson
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,10
1,10 dan 1,54
1,55 dan 2,46
2,46 dan 3,90
Lebih dari 2,91
Ada autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Tidak ada Autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Ada Autokorelasi
Sumber : Algifari, Analisis Regresi, CV. BPFE, Yogyakarta, Hal: 7-9
b. Multikolinearitas
Adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel
dalam regresi. Model regresi yan g baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi antara variabel terikat maka
variabel ini tidak orthogonal. Variabel onthogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antar sesame variabel bebas sama dengan nol. Menurut Bhuono (2005:58)
untuk melihat ada tidaknya Multikolinearitas biasanya dengan melihat VIF (
Variansce Inflation Factor), ini tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi kuang dari 0,1
untuk masing-masing variabel bebas.
c. Heteroskedastisitas
Asumsi ini digunakan apabila variasi dari factr penggangu selalu sama pada
data pengamatan yang satu terhadap pengamatan lainnya. Jika ini dapat terpenuhi,
berarti variasi factor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat
Homoskedastisitas. Jika asumsi ini tidak dapat terpenuhi maka dapat dikatakan terjadi
penyimpangan . penyimpangan ini terdapat beberapa factor penggangga yang disebut
sebagai Heteroskedastisitas.
Kemudian menurut pandangan Bhuono (2005:62) untuk mengetahui ada atau
tidaknya Heteroskedastisitas terdapat beberapa cara diantaranya:
1. Dengan melihat grafik Plot antara prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residunya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan
melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi
dan sumbu X adalah residunya.
2. Dasar dari analisis ini, jika ada pola tertentu seperti titik yang tidak membentuk
suatu pola yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi
Heteroskedastisitas. Tetapi tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka nol. Maka tidak terjadi Heteroskedastisitas, artinya
hal tersebut terbebas dari asumsi klasik Heteroskedastisitas dan layak dgunakan
dalam penelitian
d.Normalitas
Pengujian Normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam Variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik
dan layak digunakan dalam penelitian adalah memiliki distribusi normal. Normalitas
data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya yakni dengan melihat kurva
normal P-plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-
titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah mengikuti garis diagonal.
4. Uji Hipotesis (Uji Signifikansi)
1) Uji t (secara parsial)
Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dan pengaruh independent secara
individu atau parsial terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lain
bersifat konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang
signifikan antara varabel X dan variabel Y. Untuk menguji hipotesa: Ho = 0, maka
langkah yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji t adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : β : 0 ( Koefisien regresi tidak signifikan)
Ha : β # 0 ( Koefisien regresi signifikan )
b. Menentukan Level of Significance
Level of significance yang digunakan sebesar 5 % atau (α) = 0,05
c. Menentukan nilai t (t hitung)
Menentukan t hitung (t-test) dapat dirumuskan sebagai berikut:
T hitung: bi – (βi)
Sb
d. Menentukan criteria penerimaan dan penolakan Ho
jika propabilitas > 0,05 Diterima Ho
Jika probabilitas < 0,05 Diterima Ho
2) Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara
keseluruhan terhadap variabel dependent. Untuk menguji hipotesa: Ho : β1, β2, β3 =
0, maka langkah-langkah yang dignakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji f
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : β1, β2, β3 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Independent dengan Variabel Dependent)
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel Independent
dengan Variabel Dependent)
b. Menentukan Level of Significance
Level of Significance yang digunakan adalah sebesar 5% (α) = 0,05
c. Menentukan nilai F (F hitung)
Menentukan F hitung perumusannya adalah sebagai berikut:
F = R² / 2
(1 - R²) / (n – k -1) n
Dimana:
R² = Koefisien Determinasi
N = Jumlah pengamatan atau sampel
K-1 = Jumlah variabel Independent
d. Mentukan criteria penerimaan dan penolakan
Jika probabilitas < 0,05 Maka menolak Ho
Jika probabilitas > 0,05 Maka menerima Ho
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan yang dikonotasikan dengan
huruf (X1). Iklan adalah komunikasi individual dengan sejumlah biaya melalui
berbagai media yang dilakukan oleh suatu perusahaan, lembaga non laba serta
individu-individu. Dan Brand Image yang dikonotasikan dengan huruf (X2), Brand
adalah nama, istilah, symbol atau rancangan atau kombinasi hal tersebut yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual untuk membedakannya dari pesaing. Serta Kualitas Produk
sebagai (X3), produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan. Kualitas produk adalah produk yang
menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya.
2. Variabel terikat (Dependet Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y) yaitu
bagaimana seorang konsumen melakukan pembelian atas suatu barang tertentu
berdasarkan berbagai pertimbangan.
Tabel 3.2.
Variabel Operasional Penelitian
No. Variabel
Sub Variabel
Indocator
Sub
Indikator
Skala
1. Iklan Media cetak Surat kabar
Majalah Tabloid
brosur,
selembaran dll
Ordinal
Media elektronik TV, Radio Ordinal
Media luar ruang Ordinal
Media lini
bawah
Pameran Direct
mail Point of
purchase
Merchandising
schemes
Kalender
Ordinal
2. Brand
Image
Criteria merk Merk
menggambarkan
mengenai
manfaat produk
Merk
menggambarkan
kualitas dan
kegiatannya
Ordinal
Merk mudah dan
diucapkan,
dikenal dan
diingat Merk
mempunyai ciri-
khas
3. Kualitas
produk
Operasi
keandalan dan
ketahan
kesesuaian
pelayanan
penampilan
Ordinal
4. Keputusan
pembelian
Pengenalan
masalah
Harga
kemudahan
manfaat Merk
terkenal
Ordinal
Pencarian
informasi
Sumber pribadi
sumber komersial
Keluarga
tetangga
teman iklan
TV
Ordinal
Proses evaluasif Harga
manfaat
variasi
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum PT. Unilever Indonesia Tbk
1. Sejarah singkat perusahaan
PT. Unilever Indonesia (Tbk) didirikan pada 5 desember 1923 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta no: 33 yang dibuat oleh Tn. A.H Van
Ophuijsen, notaris dibatavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van
Negerlandsch – indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 desember 1953, terdaftar
di Raad Van Justitie dibatavia dengan no. 302 pada tanggal 22 desember 1933 dan
diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 januari 1934.
Dengan akta No.171 yang dibuat oleh Notaris Ny. Kartini mulyadi tertanggal 22
juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia . dengan akta No.
92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 juni 1997 nama
perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk, akta ini disetujui oleh
menteri kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH. 98, tertanggal 23
februari 1998 dan diumumkan diberita negara No. 2620 tanggal 15 mei 1998.
2. Visi dan Misi perusahaan
Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Kami memenuhi akan nutrisi,
kesehatan dan perawatan pribadi sehari dengan produk yang membuat para
pemakainya nyaman, berpenampilan dan lebih menikmati hidup.
Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat diseluruh dunia telah
menghasilkan hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan merupakan dasar yang
sangat berguna untuk pertumbuhan kami dimasa mendatang. Kami akan membawa
kekayaan ilmu pengetahuan dan keahlian internasional kami untuk melayani
konsumen setempat, multinasional, multilokal sesungguhnya dengan sebaik-baiknya.
Keberhasilan jangka panjang kami memerlukan komitmen terhadap standar
pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap kerjasama yang harus
dilakukan secara efektif da terhadap keinginan untuk menerima gagasan baru dan
belajar secara terus menerus.
Kami juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan standar etika
usaha pada masing-masing orang yang bekerja bersama kami, masyarakat yang
berinteraksi dengan kami serta lingkungan tempat kami melakukan kegiatan usaha.
Inilah cara yang kami lakukan dalam mancapai pertumbuhan secara
berkesinambungan dan menguntungkan, menciptakan nilai jangka panjang bagi para
pemegang saham, karyawan dan mitra usaha kami.
3. Sejarah singkat Pepsodent
Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua diindonesia. Sejak
awal keberadaannya selalu memberikan lebih sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent
adalah pasta gigi pertama diindonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida
pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi diindonesia yang secara aktif
mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program
sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu pepsodent telah melengkapi
jajaran produknya mulai dari pembersih dasar hingga pasta gigi dengan manfaat
lengkap.
1. Program pepsodent
Pepsodent adalah satu-satunya merek pasta gigi diindonesia yang benar-benar
menjalankan misinya. Bekerja sama dengan Departemen pendidikan dan kesehatan
pemerintah indonesia dan diakui oleh persatuan dokter gigi indonesia (PDGI), sejak
tahun 1990-an, pepsodent telah menjalankan program sekolah yang hingga tahun
2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia dibawah 12 tahun
diseluruh indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan
kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah
gigi khususnya gigi berlubang.
Pepsodent memahami bahwa banyak bagian diindonesia yang mengalami masalah
gigi dan juga dihadapkan pada masalah rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah
penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program pemeriksaan gigi gratis
pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dan memberikan
perawatan dan pendidikan gigi dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan
untuk dilaksanakan dengan program ini, seluruh keluarga dapat memiliki kebiasaan
kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik. Ini juga merupakan usaha untuk
mendorong rakyat indonesia untuk mengunjungi dokter gigi secara rutn sebagai
bagian dari kabiasaan pencegahan gigi berlubang.
2. Survei pepsodent
Survei tentang kebiasaan dan sikap menunjukan hanya sekitar 34% dari rakyat
indonesia yang menyikat gigi mereka sebelum tidur. Bahkan dari penelitian klinis
ditemukan bahwa pada perhitungan bakteri dipagi hari jumlahnya berlipat ganda dua
kali lebih cepat pada malam hari ketimbang pada siang hari. Ini menunjukan bahwa
pertumbuhan bakteri meningkat paling pesat selama malam hari dan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya lubang. Bukti yang ada dewasa ini juga
mendukung menyikat gigi dengan pasta gigi berflorida sebelum tidur pada malam
hari karena perlindungan tambahan yang diberikannya untuk waktu yang lebih lama
pada malam hari. Oleh karena itu mengapa pepsodent merasa perlu untuk
menggunakan tema menyikat gigi pada malam hari sebagai kampanye kesehatannya
untuk membuat orang indonesia menyikat gigi mereka sebelum tidur pada malam hari
sebagai bagian dari mencegah gigi berlubang.
a. Menurut WHO pembusukan gigi masih menjadi masalah utama kesehatan
disebagian besar negara industri karena masalah tersebut menyerang 60% -
90% anak-anak usia sekolah dan sebagian besar orang dewasa.
b. Sekitar 63% penduduk indonesia menderita masalah pembusukan gigi serius,
rata-rata 1,89 pembusukan gigi perorang (Sumber: Sesanas 1998 dan SKRT
1995)
c. Sekitar 1,3% penduduk indonesia memiliki masalah gigi setiap bulan yang
mencapai rata-rata 3,86 sehari disekolah dan kantor (Sumber: Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Nasional, DepKes-RI: Persepsi dan Motivasi
dari masyarakat peduli gigi-Survei Ekonomi dan Sos.Nas,1998)
3. Inovasi yang dilakukan pepsodent
Pada tahun 2006 pepsodent telah meluncurkan kembali varian lengkap pepsodent
barunya:
1. Pepsodent Complet 12, yang menawarkan manfaat yang lengkap dengan harga
terjangkau. Menawarkan manfaat yang labih banyak kepada para
konsumennya sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai misinya
2. Pepsodent Sensitive, yang menawarkan bahan aktif yang menembus gigi
untuk membebaskan rasa sakit akibat syaraf yang sensitif didalam gigi dan
gusi
3. Pepsodent Fighter Toothbrush
Dengan semua inovasi ini, pepsodent mancakup seluruh jangkauan perawatan
kesehatan mulut para konsumennya.
4. Produk pepsodent
1. Pepsodent Complet 12
2. Pepsodent Complet Care
3. Pepsodent Gigi Susu Strawbery
4. Pepsodent Gigi susu Orange
5. Pepsodent Herbal
6. Pepsodent Sensitive
7. Pepsodent Whitening
8. Pepsodent White
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner
kepada masyarakat yang menggunakan produk pepsodent. Sebelum melakukan
penyebaran kuesioner kepada respondent, terlebih dahulu dilakukan Try out terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tujuannya yaitu untuk mengetahui pertanyaan mana
saja yang valid dan pertanyaan mana saja yang tidak valid. Setelah dilakukan Try out
pertanyaan barulah dilakukan penyebaran kuesioner yang valid. Berikut ini adalah
hasil Try Out dari tiap butir pertanyaan.
Tabel 4.1
Hasil Try Out instrument
Pengaruh Iklan, Brand Image dan Kualitas produk
terhadap keputusan pembelian
Pertanyaan
Corrected Item-Total
Correlation
Cronchbach's
Alpha if item
Deleted Keterangan
Q_1 0.341 0.833 Valid dan Reliabel
Q_2 0.011 0.845 Valid dan Reliabel
Q_3 0.222 0.836 Valid dan Reliabel
Q_4 0.459 0.830 Valid dan Reliabel
Q_5 0.741 0.821 Valid dan Reliabel
Q_6 -0.033 0.843
Tidak Valid dan
Reliabel
Q_7 0.450 0.830 Valid dan Reliabel
Q_8 0.260 0.836 Valid dan Reliabel
Q_9 -0.181 0.520
Tidak Valid dan
Reliabel
Q_10 0.596 0.826 Valid dan Reliabel
Q_11 0.535 0.827 Valid dan Reliabel
Q_12 -0.517 0.855
Tidak Valid dan
Reliabel
Q_13 0.263 0.836 Valid dan Reliabel
Q_14 0.304 0.835 Valid dan Reliabel
Q_15 0.423 0.832 Valid dan Reliabel
Q_16 0.722 0.827 Valid dan Reliabel
Q_17 0.581 0.829 Valid dan Reliabel
Q_18 0.150 0.836 Valid dan Reliabel
Q_19 0.016 0.840 Valid dan Reliabel
Q_20 0.295 0.835 Valid dan Reliabel
Q_21 0.189 0.837 Valid dan Reliabel
Q_22 0.652 0.823 Valid dan Reliabel
Q_23 0.487 0.829 Valid dan Reliabel
Q_24 0.624 0.829 Valid dan Reliabel
Q_25 0.232 0.836 Valid dan Reliabel
Q_26 0.552 0.830 Valid dan Reliabel
Q_27 -0.452 0.851
Tidak Valid dan
Reliabel
Q_28 0.272 0.835 Valid dan Reliabel
Q_29 0.761 0.824 Valid dan Reliabel
Q_30 0.645 0.826 Valid dan Reliabel
Q_31 0.221 0.836 Valid dan Reliabel
Q_32 0.347 0.834 Valid dan Reliabel
Q_33 0.782 0.815 Valid dan Reliabel
Q_34 0.283 0.835 Valid dan Reliabel
Q_35 0.376 0.832 Valid dan Reliabel
Q_36 0.402 0.831 Valid dan Reliabel
Sumber: Output SPSS, 2008
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat 4 pertanyaan yang tidak Valid
karena nilai korelasinya negatif (-), maka penulis menghilangkan pertanyaan yang
tidak Valid tersebut. Sehingga nilai korelasinya menjadi positif (+) semua. Karena
semua pertanyaan sudah valid semua maka pertanyaan tersebut penulis anggap sudah
dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini, kemudian disebarkan kepada konsumen
pemakai produk pepsodent.
Tabel 4.2
Reliabilitas Cronhbach Alpha
Cronchbach’s
Alpha
Cronchbach
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.838 .841 36
Sumber: Output SPSS, 2008
Ketentuan suatu data dikatakan reliabel apabila Cronchbach Alphanya adalah
lebih dari 0,60. hasil Try Out kuesioner diatas mempunyan nilai Cronchbach Alpha
sebesar 0.838, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan diatas
reliabel karena nilai Alphanya lebih dari 0,60
C. Penemuan dan Pambahasan
1. IKLAN (X1)
Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan oleh
perusahaan maupun perorangan. Sebuah iklan dapat membantu konsumen dalam
memilih produk yang akan digunakan.
Tabel 4.3
Iklan melalui surat kabar (Koran)
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 5 5 %
TS 6 6 %
R 10 10 %
S 68 68 %
SS 11 11 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Dari table diatas dapat dilihat bahwa terdapat 5 responden yang belum pernah
melihat iklan pepsodent disurat kabar (Koran) begitu juga dengan 6 responden
lainnya mereka menyatakan tidak setuju. Mungkin mereka mengetahui pepsodent
bukan melalui surat kabar tetapi melalui sumber lainnya. Sebanyak 10 responden
menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 68 responden menyatakan setuju mereka pernah
melihat iklan pepsodent disurat kabar. Sebanyak 11 responden menyatakan sangat
setuju.
Surat kabar merupakan media periklanan yang dapat mencapai masyarakat
luas, harganya relative lebih murah. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menyatakan pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar.
Ini berarti bahwa iklan pepsodent disurat kabar dapat mencapai sasaran yang labih
luas. Namun dengan adanya responden yang menyatakan sangat tidak setuju maka
pepsodent perlu memasang iklan melalui surat kabar local, agar dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
Tabel 4.4
Iklan melalui majalah
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 1 1 %
TS 30 30 %
R 22 22 %
S 46 46 %
SS 1 1 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data promer, diolah oleh penulis, 2008
Dari table diatas dapat dilihat bahwa 1 orang responden yang menyatakan
angat tidak setuju. Mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, begitu
juga dengan 30 responden yang menyatakan tidak setuju mereka juga tidak pernah
melihat iklan pepsodent dimajalah. Dan 22 responden menyatakan ragu-ragu.
Responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa responden tersebut bukan termasuk target maeket dari majalah tersebut,
sehingga wajar kalau mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, karena
memang mereka bukan merupakan target market majalah tersebut.
Dapat dikatakan bahwa pembaca majalah ini relative selektif atau terbatas
dibandingkan dengan surat kabar. Tidak semua orang ingin membaca majalah,
biasanya biaya iklan dimajalah lebih mahal daripada surat kabar, namun dapat
dinikmati lebih serta dapat mengemukakan gambar berwarna yang lebih menarik.
Meskipun mereka bukan target market majalah tersebut ada nilai positivnya bahwa
50% lebih responden mengetahui iklan pepsodent dari sumber lain. Sehingga dapar
dinilai bahwa pepsodent sangat aktif dalam melakukan kegiatan periklanan.
Berbeda dengan 46 responden yang menyatakan setuju dan 1 responden yang
menyatakan sangat setuju, menurut penulis responden tersebut merupakan target
pasar dari majalah tersebut, dan target pasar pepsodent itu sendiri. Responden yang
tersebut penulis asumsikan sebagai responden yang selektiv, karena tidak semua
orang ingin membaca majalah, selain harganya mahal berita yang disajikanpun hanya
hal-hal tertentu.
Table 4.5
Iklan TV
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 9 9 %
R 14 14 %
S 60 60 %
SS 17 17 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
TV merupakan media paling potensiel diantara media lainnya karena
jangkauannya yang labih luas. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 9
respondent yang menyatakan tidak setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama
kali bukan dari TV. Bias saja mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari
sumber lainnya. Bisa dari keluarga mereka yang sudah lama menggunakan pepsodent.
Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 60 responden
menyatakan setuju bahwa mereka malihat iklan pepsodent pertama kali dari TV. Dan
17 responden menyatakan sangat setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama kali
juga dari TV. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden
menyatakan setuju bahwa mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari TV.
Dijaman yang kemajuan teknologinya sangat tinggi seperti sekarang ini. TV sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena bisa dijadikan sebagai sumber
informasi dan media hiburan. Jadi menurut penulis pepsodent sudah memilih media
yang tepat dalam melakukan periklanan. Karena TV merupakan media paling efektif
dan media yang paling disukai oleh mesyarakat. Sehingga kesempetan iklan tersebut
dilihat oleh konsumen sasaran lebih besar.
Tabel 4.6
Iklan membujuk untuk menggunakan Pepsodent
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 14 14 %
R 37 37 %
S 41 41 %
SS 8 8 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Menurut Frank Jefkins (1997:15) dalam melakukan periklanan hal yang harus
diperhatikan bahwa kegiatan tersebut jangan hanya memberikan informasi semata
tetapi juga harus mampu membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk
itu iklan harus dirancang secara menarik agar dapat mempengaruhi perilaku
konsumen sasarannya.
Dari table diatas dapat diketahui bahwa 61 responden menyatakan setuju dan
8 responden menyatakan sangat setuju. Bahwa iklan pepsodent mempengaruhi
mereka dalam melakukan pembelian pasta gigi. Sedangkan 14 responden menyatakan
tidak setuju bahwa iklan pepsodent tidak mempengaruhi mereka dalam melakukan
keputusan pembelian pasta gigi yang akan digunakannya, tetapi karena memang
mereka membutuhkan produk tersebut. Dan 37 responden menyatakan ragu-ragu.
Mereka ragu apakah mereka membeli produk tersebut karena pengaruh iklan atau
karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Iklan adalah sebuah
komunikasi persuasif yang mampu mengubah perilaku khalayak. Sebuah iklan
diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan tindakan-tindakan yang diharapkan
oleh pembuat iklan. Iklan pepsodent dibuat agar konsumen mau menggunakan
pepsodent sehingga iklan dibuat dengan menarik.
Table 4.7
Iklan pepsodent menarik
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 8 8 %
R 18 18 %
S 54 54 %
SS 20 20 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Dtaa primer, diolah oleh penulis, 2008
Sebuah iklan yang baik harus dirancang secara menatik agar konsumen selalu
ingat akan produk tersebut. Karena iklan sendiri selain sebagai media komunikasi
antara produsen da konsumen juga sebagai media untuk meningkatkan Brand
Awareness, sebuah iklan yag menarik lebih mudah diingat. Dari table diatas dapat
disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan tidak setuju,mereka merasa iklan
pesodent kurang menarik dibandingkan merek lainnya. Dan 18 responden
menyatakan ragu-ragu. Sementara itu 54 responden menyatakan setuju, mereka
beranggapan bahwa iklan pepsodent lebih menarik dibandingkan pesaingnya.
Sedangkan 20 responden menyatakan sangat setuju mereka juga beranggapan bahwa
iklan pepsodent lebih menarik. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lebih
dari 70 % responden menyatakan bahwa iklan pepsoden sudah menarik. Meskipun
demikian dengan adanya responden yang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu
maka hal tersbut bisa menjadi masukan bagi perusahaan agar terus meningkatkan
kreativitas dalam membuat iklan.
Tabel 4.8
Iklan pepsodent tidak melanggar norma social
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 0 0 %
R 17 17 %
S 56 56 %
SS 27 27 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Sebuah iklan tidak boleh melanggar norma social ataupun menjatuhkan nama
salah satu pihak. Dari table diatas terdapat 17 responden yang menyatakan ragu-ragu
sedangkan 56 responden menyatakan setuju bahwa iklan pepsodent tidak melanggar
norma social bahkan saat ini justru pepsodent telah menjalankan kegiatan social
dengan pemeriksaan gigi gratis dan telah menjalankan program sekolah yang hingga
tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak berusia dibawah 12 tahun
diseluruh Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan menyikat gigi
secara benar. Itulah salah satu bentuk kepedulian pepsodent terhadap kesehatan di
Indonesia. Meskipun demikian dalam jurnal yang ditulis oleh Andrian D Hagijanto,
ada satu iklan Pepsodent yang mendapatkan protes dari Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia ( YLKI ) yaitu pada versi iklan dialog seorang ibu dan kakak tentang
ketidakmungkinan ia untuk sakit gigi dan menganggap iklan tersebut mengada-ada,
sebab tidak mungkin orang tidak sakit gigi. Namun karen kepedulian Pepsodent
terhadap konsumen, akhirnya iklan tersebut tidak ditayangkan lagi. Ini dapat menjadi
pelajaran bagi Pepsodent agar lebih hati-hati dalam membuat sebuah iklan sehingga
kejadian tersebut tidak terulang lagi diwaktu yang akan datang.
Table 4.9
Menambah informasi
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 19 19 %
R 14 14 %
S 55 55 %
SS 12 12 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, dioleh oleh penulis, 2008
Iklan merupakan sasaran ampuh untuk membangun kesadaran konsumen,
iklan dapat membantu perusahaan dalam mencapai semua sasaran komunikasi, iklan
juga berfungsi sebagai media pendidikan dan informasi. Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa 19 responden menyatakan tidak setuju. Mereka mendapat informasi
tentang pepsodent bukan dari iklan tetapi bisa dari teman mereka atau dari sumber
lainnya. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu mereka menyatakan
mendapatkan informasi mengenai pepsodent dari iklan atau dari teman mereka.
Sementara itu 55 responden menyatakansetuju mereka mendapatkan informasi
mengenai pepsodent dari iklan. Sebuah iklan yang baik harus mampu memberikan
informasi mengenai manfaat produk yang ditawarkan. Dan 12 responden menyatakan
sangat setuju mereka mendapatkan informasi mengenai pepsodent juga melalui iklan.
Ini menandakan bahwa iklan Pepsodent sangat bermanfaat bagi asyarakat sehingga
mereka dapat mengetahui informasi serta keunggulan Pepsodent dibanding produk
lainnya.
Tabel 4.10
Iklan dengan memberikan potongan harga
Pernyataan Persentase Frekuensi
STS 5 5 %
TS 8 8 %
R 15 15 %
S 65 65 %
SS 7 7 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Potongan harga merupakan salah satu alternative yang digunakan perusahaan
untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia melakukan pembelian dengan segera.
Menurut Fandy Tjiptono (1995: 148) adanya inflasi yang berkelanjutan dan tingkat
harga semakin melonjak dapat menyebabkan konsumen menjadi selektif terhadap
harga dan setiap alternatif produk yang ada. Mereka menjadi semakin selektif dalam
berbelanja. Oleh karena itu untuk mendapatkan perhatian dari konsume perusahaan
perlu menurunkan harga salah satunya dengan memberikan diskon atau potongan
harga. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju. Mereka tidak pernah mendapat potongan harga dari
pepsodent. Begitu juga dengan 8 responden lainnya mereka juga tidak mendapatkan
potongan harga dari pepsodent. Sedangkan 15 responden menyatakan ragu-ragu.
Mereka lupa apakah pernah mendapatkanpotongan harga atau tidak ketika membeli
pepsodent. Sedangkan 65 responden menyatakan setuju mereka pernah mendapatkan
potongan harga saat membeli pepsodent. Begitu juga dengan 7 responden yang
menyatakan sangat setuju. Dari pernyataan diatas sebagian besar responden pernah
mendapatkan potongan harga meskipun jumlahnya hanya sedikit. Responden tersebut
penulis asumsikan bahwamereka membeli pepsodent diswalayan bukan diwarung-
warung. Karena biasanya yang sering memberikan diskon adalah swalayan dan
sejenisnya.
2. Brand Image (X2)
Tabel 4.11
Merek menggambarkan manfaat
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 19 19 %
R 35 35 %
S 39 39 %
SS 7 7 %
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer dioleh oleh penulis, 2008
Dari tabel diatas tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Dan 19 responden menyatakan tidak setuju bahwa pepsodent tidak bisa mengatasi
masalah gigi dan mulut. Itu artinya bahwa pepsodent belum mempunyai imeg yang
baik dimata konsumen tersebut. Sementara itu tersapat 35 responden yang
menyatakan ragu-ragu terhadap pepsodent yang bermanfaat untuk mengatasi masalah
gigi dan mulut. Mereka beranggapan bahwa merek lain juga mempunyai manfaat
yang sama dengan pepsodent yaitu mengatasi masalah gigi dan mulut. Tredapat 39
responden yang menyatakan setuju dengan manfaat pepsodent untuk mengatasi
masalah gigi dan mulut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pepsodent
mempunyai image yang baik dimata konsumen tersebut. Dan terdapat 7 responden
yang menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent memang mempunyai manfaat untuk
mengatasi masalah gigi dan mulut. Pepsodent mempunyai image yang sangat baik
dimata konsumen tersebut. Dan responden tersebut beranggapan bahwa hanya
pepsodent yang bisa mengatasi masalah gigi dan mulut.
Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa dengan adanya responden yang setuju dan
sangat setuju maka image pepsodent dimata konsumen bisa dikatakan baik. Namun
dengan adanya , maka pepsodent perlu meningkatkan kualitas produk tersebut.
Sehingga konsumen yang tadinya tidak percaya akan manfaat pepsodent dengan
adanya perbaikan kualitas, konsumen mau untuk menggunakan pepsodent.
Tabel 4. 12
Merek menggambarkan kualitas dan kegiatan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 1 1 %
TS 7 7 %
R 40 40 %
S 48 48 %
SS 4 4 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, dioleh oleh penulis, 2008
Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memenuhi keinginan
dan kebutuhan konsumennya.apabila masyarakat menganggap suatu produk dirasakan
dapat memenuhi kebutuhan maka dapat dikatakan produk tersebut berkualitas dan
produk tersebut sudah mendapatkan perhatian khusus dimata konsumen dan
mendapat image yang baik.selanjunya perusahaan yang bersangkutan yang harus
menjaga image yang sudah terbentuk tersebut.
Dari tabel diatas akan diketahui apakah pepsodent sudah memberikan produk yang
berkualitas atau belum. Terdapat 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju,
bahwa pepsodent masih sama kualitasnya dengan merek lainnya. Sementara itu 7
responden menyatakan tidak setuju. Dengan kesimpulan bahwa pepsodent
mempunyai kualitas yang sama dengan merek lainnya. Dan 40 responden menyatakan
ragu-ragu apakah pepsodent kualitasnya lebih bagus dari lainnya atau labih rendah.
Sementara itu 48 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent mempunyai kualitas
yang lebih baik dari merek lainnya. Sedangkan 4 responden menyatakan sangat setuju
mereka beranggapan bahwa pepsodent merupakan merek yang paling berkualitas.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa 50 % labih responden menyatakan
setuju bahwa kualitas pepsodent sudah bagus, itu artinya responden mempunyai
persepsi yang baik terhadap pepsodent.
Tabel 4.13
Merek mudah diingat
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 7 7 %
R 22 22 %
S 49 49 %
SS 21 21 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Semakin terkenal sebuah merek, akan semakin mudah konsumen mengingat
nama merek tersebut apalagi jika didukung dengan pelayanan yang baik, maka selain
namanya semakin diingat masyarakat juga akan mendapatkan image yang baik juga
dari masyarakat. Nama suatu merek merupakan sebuah ekuitas merek, untuk
meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek dan logo yang
baik. Agar konsumen mudah dalam mengingat nama produk tersebut. Sehingga akan
menimbulkan tingkat kesadaran merek yang terdiri dari kenal akan merek tersebut
sebagai kesadaran yang dangkal dan mengingat merek tersebut sebagai kesadaran
yang lebih dalam. Dalam artikel yang ditulis M Sugiyanto ketua STMIK Amikom,
untuk di Indonesia jika kita memikirkan merek pasta gigi yang dengan cepat muncl
adalah nama Pepsodent akan muncul yang pertama adalah nama Pepsodent baru
diikuti nama lain seperti Close-Up, Ciptadent dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa
nama Pepsodent lebih mudah diingat dan diucapkan dari pada nama merek lainnya.
Dari tabel diatas terdapat 7 responden yang menyatakan tidak setuju bahwa pepsodent
bukan satu-satunya merek yang terkenal, 22 responden menyatakan ragu-ragu apakah
pepsodent satu-satunya merek terkenal atau tidak dibandingkan nama formula atau
lainnya. Dan 49 responden menyatakan setuju bahwa nama pepsodent lebih mudah
diingat dan diucapkan dari pada merek lainnya. Begitu juga dengan 21 responden
yang menyatakan sangat setuju.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa nama pepsodent lebih mudah diingat dibandingkan nama
lainnya.
Tabel 4.14
Merek mempunyai ciri khas
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 19 19 %
R 7 7 %
S 39 39 %
SS 35 35 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Untuk menjangkau semua lapisan masyarakat sasaran pepsodent mempunyai
cirri khas berupa variasi dan ukuran, agar konsumen merasa puas dan tidak beralih
dari pesaingnya. Pepsodent merupakan merek pasta gigi dengan konsep positioning
sebagai pasta gigi keluarga indonesia. Pasta gigi ini mempunyai beragam varian
sesuai dengan karakter penggunaan yang berorientasi kepada kepentingan
konsumennya. Sehingga dipasar terdapat banyak jenis Pepsodent mulai dari tipe
Urlium kemasan biasa (aluminium foil, dengan variasi ukuran tube), tipe tube
kemasan plastik, tipe rasa baking soda, tipe untuk kesehatan gigi dan gusi dan lain-
lain. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 19 responden menyatakan tidak setuju
bahwa merek lainnya juga mempunyai banyak variasi dan ukurannya juga. Dan 7
responden menyatakan ragu-ragu apakah pepsodent mempunayi variasi atau tidak.
Responden tersebut mungkin hanya menggunakan satu variasi saja sehingga mereka
tidak perlu mengetahui variasi lainnya. Sementara itu 39 responden menyatakan
setuju bahwa pepsodent memang mempunyai banyak variasi dan ukurannya.
Sehingga mereka tidak perlu khawatir kalau sewaktu merekatidak mempunyai cukup
uang untuk mambeli pepsodent ukuran besar maka mereka hanya perlu membeli
pepsodent ukuran sedang atau kecil. Begitu juga dengan 35 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju. Mereka mempunyai pendapat yang sama bahwa
pepsodent mempunyai banyak variasi dan ukurannya, sehingga semua lapisan
masyarakat yang menjadi target market pepsodent dapat tercapai.
3. Kualitas Produk (X3)
Tabel 4.15
Kemudahan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 0 0 %
R 5 5 %
S 57 57 %
SS 38 38 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Kemudahan suatu produk pada saat didapatkan merupakan factor pendukung agar
konsumen mau menggunakan produk yang bersangkutan. Kemudahan pepsodent
untuk didapatkan tidak terlepas dari peran distributor. Meskipun barangnya baus,
manajemennya bagus tetapi kalau tidak didukung oleh distribusi barang yang lancar
maka akan menghambat sampainya barang ketangan konsumen, karena distribusi
barang merupakan jalur utama yang harus dilalui suatu produk dan merupakan
perantara antara produsen dan kunsumen. Apabila suatu poduk mudah didapatkan
kemungkinan untuk dibeli lebih besar dari pada produk yang sulit didapatkan. Dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan ragu-ragu mereka
kadang sulit mendapatkan pepsodent. Sementara itu 57 responden menyatakan setuju,
bahwa mereka mudah mendapatkan pepsodent. Dan 38 responden menyatakan sangat
setuju, mereka juga mudah mendapatkan produk pepsodent. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pepsodent mudah didapatkan oleh konsumen mereka.
Tabel 4.16
Keandalan dan Ketahanan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 4 4 %
R 15 15 %
S 65 65 %
SS 16 16 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Dalam hal ini kualitas suatu produk digambarkan dari produk tersebut sampai
kekonsumen dalam kedaan bagaimana, apakah masih dalam keadaan sempurna atau
dalam keadaan cacat. Dari tabel diatas dapa disimpulkan bahwa 4 responden
menyatakan sangat tidak setuju. Mereka mereka mendapatkan pepsodent dengan
keasan tidak sempurna. Sementara itu 15 responden menyatakan ragu-ragu mereka
kadang mendapatkan pepsodent yang kemasannya tidak sempurna. Kemasan dalm hal
ini adalah mungkin pembungkusnya sobek dan kotor. Sementara itu 65 responden
menyatakan setuju, mereka mendapatkan pepsodent dengan kemasan yang baik,
begitu juga dengan 16 responden yang lain juga menyatakan sangat setuju dengan
kesimpulan bahwa mereka selalu mendapatkan pepsodent dengan kemasan yang
sempurna.
Tabel 4.17
Kesesuaian Produk
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 2 2 %
TS 9 9 %
R 43 43 %
S 36 36 %
SS 10 10 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Kualitas dalam hal ini sangat berhubungan dengan tingkat dimana suatu
produk dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditatapkan sebelumnya. Pepsodent
telah menetapkan sejak awal bahwa produk tersebut mempunyai spesifikasi sebagai
produk yang memounyai manfaat untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Dari tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa 2 responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa
pepsodent dapat mencegah dan mulut. Sementara itu 9 responden menyatakan tidak
setuju bahwa pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut. Dan 43 responden
menyatakan ragu-ragu, mereka masih ragu apakah pepsodent dapat mengatasi
masalah gigi dan mulut atau tidak.sedangkan 36 responden menyatakan setujubahwa
pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut. Dan 10 responden lainnya
menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent dapat mencegah masalah gigi dan mulut.
Dari semua jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan masih ragu akan kemampuan pepsodent dalam hal mengatasi masalah
gigi dan mulut. Meskipun demikian ada juga responden yang manyatakan bahwa
pepsodent mempunyai kemampuan untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Ini bisa
menjadi masukan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi dengan mencari
kekurangan Pepsodent agar produk selanjutnya kualitasnya lebih baik lagi. Karena
kalau hal tersebut dibiarkan maka akan mengurangi Image Pepsodent dimata
konsumen dan bisa jadi konsumen tersebut akan berpindah keproduk lainnya. Kalau
hal itu terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian karena biaya yang
digunakan untuk menarik konsumen baru lebih mahal dari pada biaya untuk
mempertahankan pelanggan.
Tabel 4.18
Penampilan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 8 8 %
R 26 26 %
S 57 57 %
SS 9 9 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, oleh penulis, 2008
Penampilan disini lebih pada kemasan dari produk yang bersangkutan. Dari
tabel diatas dapat dilihat dahwa 8 responden yang menyatakan tidak setuju dengan
kesimpulan bahwa kemasan pepsodent tidak menarik. Sementara itu 26 responden
menyatakan ragu-ragu dengan kemasan pepsodent, dengan kesimpulan bahwa
kemasan pepsodent kurang menarik. Penulis asumsikan responden yang menjawab
sangat tidak setuj, setuju dan ragu-ragu merasa kemasan Close-Up, Ciptadent dan
yang lainnya lebih menarik daripad kemasan Pepsodent yang hanya berupa tulisan
dan warna yang kurang menarik. Sementara itu 57 responden menyatakan setuju
bahwa kemasan pepsodent menarik. Sedangkan 9 responden menyatakan sangat stuju
dengan kesimpulan bahwa kemasan pepsodent sangat menarik. Ini mencerminkan
bahwa pepsodent konsisten dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
berupa nama, warna, tulisan dan lain-lain, sehingga akan lebih memudahkan
konsumen dalam mengingat Pepsodent.
Tabel 4. 19
Operasi
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 6 6 %
TS 16 16 %
R 25 25 %
S 35 35 %
SS 18 18 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Kualitas menurut konsumen dilihat dari bekerjanya atau operasinya produk
setelah dipakai. Apabila setelah produk dipakai dapat memberikan manfaat maka
produk tersebut berkualitas. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 6 respoden
menyatakan sangat tidak setuju bahwa pepsodent belum bisa beroperasi sesuai dengan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu juga dengan 16 responden lainnya.
Sementara itu 25 respondent menyatakan ragu-ragu apakah manfaat yang dirasakan
sekarang merupakan hasil dari menggunakan pepsodent atau bukan. Sedangkan 35
responden menyatakan setuju bahwa manfaat yang didapat sekarang adalah hasil dari
menggunakan pepsodent. 18 responden lainnya juga menyatakan sangat setuju.
Mereka berpendapat bahwa manfaat yang didapat saat ini adalah hasil dari
menggunakan pepsodent.sehinga masalah gigi dan mulut yang mereka hadapai
sebelum menggunakan pepsodent dapat terwujud setelah menggunakan pepsodent.
4. Keputusan pembelian (Y)
Tabel 4.20
Harga
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 1 1 %
TS 10 10 %
R 14 14 %
S 58 58 %
SS 17 17 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Harga adalah sejumlah nilai suatu produk atau jasa yang ditukarkan dalam
bentuk moneter. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 responden yang
yang menyatakan sangat tidak setuju dengan harga yang ditetapkan oleh pepsodent.
Mereka berharap pepsodent memberikan harga yang lebih mdari harga yang
ditawarkan saat ini. Begitu juga dengan 10 responden yang menyatakan tidak setju
mereka berpendapat bahwa harga pepsodent masih lebih mahal dibandingkan
pesaingnya. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu, mereka tidak tahu
apakah harga pepsodent lebih mahal atau lebih murah dibandingkan pesaingnya..
sementara itu 58 responden menyatakan setuju, bahwa harga pepsodent terjangkau
oleh mereka. Begitu juga dengan 17 responden lainnya yang menyatakan sangat
setuju, mereka juga menyatakan bahwa harga yang ditawarkan pepsodent sudah
sesuai dengan kemampuan mereka atau dengan kata lain harga pepsodent sudah
terjangkau.
Tabel 4.21
Kemudahan didapatkan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 0 0 %
R 19 19 %
S 61 61 %
SS 30 30 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis
Kemudahan suatu produk untuk didapatkan mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian. Apabila sewaktu-waktu konsumen memerlukan produk
tersebut mereka bisa langsung mendapatkannya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
19 responden menyatakan ragu-ragu tentang kemudahan pepsodent didapatkan. Bisa
jadi saat mereka ingin membeli pepsodent persediaan ditempat terseut sedang tidak
ada. Sedangkan 61 responden menyatakan setuju tentang kemudahan pepsodent untuk
didapatkan. Begitu juga dengan 30 responden yang menyatakan sangat setuju tentang
kemudahan pepsodent untuk didapatkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju bahwa pepsodent mudah untuk didapatkan. Meskipun demikian dengan adanya
responden yang menyatakan ragu-ragu maka perusahaan perlu mempercepat proses
pendistribusian produk tersebut agar konsumen menikmati produk tersebutsewaktu-
waktu mereka membutuhkannya.
Tabel 4.22
Bermanfaat
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 6 6 %
TS 15 15 %
R 13 13 %
S 35 35 %
SS 11 11 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Dalam melakukan pembelian biasanya seorang konsumen akan
memperhitungkan menfaat yang akan didapatkan. Apabila manfaat yang mereka
dapatkan lebih besar maka mereka akan membeli produk yang bersangkutan. Dari
tabel 4.22 dapat dilihat bahwa terdapat 6 responden yang menyatakan sangat tidak
setuju akan manfaat pepsodent dalam mengatasi masalah gigi dan mulut. Mereka
beranggapan bahwa produk lain juga mempunyai manfaat yang sama. Begitu juga
dengan 15 responden yang menyatakan tidak setuju, mereka juga beranggapan bahwa
merek lain juga mempunyai manfaat yang sama dengan pepsodent. Konsumen
tersebut akan mempertimbangkan berbagai hal misalnya: harga, sebelum mereka
membeli pepsodent, Jika pepsodent mempunyai manfaat yang sama dengan
pesaingnya. Sementara itu 13 responden menyatakan ragu-ragu akan manfaat
pepsodent dalam mengatasi masalah gigi dan mulut. Dan 35 responden menyatakan
setuju bahwa pepsodent mempunyai manfaat untuk mengatasi masalah gigi dan
mulut. Sedangkan 11 responden menyatakan sangat setuju bahwa pepsodent dapat
mengatasi masalah gigi dan mulut. Dengan demikian responden tidak akan ragu untuk
melakukan pembelian produk tersebut karena mereka mendapatkan manfaat dari
mengkonsumsi produk tersebut.
Tabel 4.23
Merek terkenal
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 5 5 %
R 4 4 %
S 52 52 %
SS 32 32 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, dolah oleh penulis,2008
Dari table diatas dapat dilihat bahwa 5 responden menyatakan tidak setuju,
mereka membeli pepsodent bukan karena merek terkenal. Tetapi bias jadi karena
manfaat yang didapat atau karena memang mereka membutuhkan produk tersebut.
Mereka beranggapan bahwa merek lainnya juga sama terkenalnya dengan pepsodent.
Sementara itu 11 responden menyatakan ragu-ragu dan 52 responden menyatakan
setuju mereka menggunakan pepsodent karena mereknya yang sudah terkenal. Begitu
juga denga 32 responden yang menyatakan sangat setuju, alas an lain mereka
menggunakan pepsodent karena merek tersebut merupakan salah satu merek yang
terkenal. Pepsodent merupakan salah satu merek yang bernaung dibawah Unilever
yang merupakan perusahaan terkenal diseluruh dunia terutama diIndonesia. Belajar
dari pengalaman Unilever yangberhasil menjdai marker leader mereka yakin bahwa
Pepsodent dapat memenuhi kebutuhan mereka dan penggunaan Pepsodent sebagai
merek terkenal akan memberikan kesan tersendiri bagi pemakainya.
Table 4.24
Banyak variasi dan ukuran
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 22 22 %
R 31 31 %
S 43 43 %
SS 4 4 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Untuk menjangkau seluruh konsumennya diseluruh lapisan masyarakat,
pepsodent menghadirkannya dalam bebrapa ukuran dan variasi produk. Jadi
masyarakat tinggal memilih variasi mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dari
table 2.24 dapat dilihat bahwa terdapat 22 responden yang menyatakan tidak setuju,
mereka brkesimpulan bahwa merek lain juga mempunyai beberapa variasi dan
ukurannya juga. Sementara itu 31 responden menyatakan ragu-ragu, mereka tidak
tahu apakah hanya pepsodent yang memepunyai beberapa variasi dan ukuran.
Sedangkan 43 responden menyatakan setuju bahwa pepsodent memang mempunyai
beberapa variasi dan ukuran. Jadi mereka bias menggunakan produk tersebut sesuai
dengan yang mereka butuhkan begitu juga dengan 4 responden yang menyatakan
sangat setuju. Sebagai produk pasta gigi yang berusaha menjangkau masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sasarannya. Pepsodent menghadirkan beberapa variasi produk
dan harga serta ukuran yang berbeda-beda. Sehingga dipasar terdapat beragam jenis
Pepsodent mulai dari urlium kemasan biasa( aluminium foil dengan variasi ukuran
tube ), tipe tube kemasan plastik, tipe rasa baking soda, tipe untuk kesehatan gigi dan
gusi dan lain-lain. Ini semua dilakukan Pepsodent dalam rangka memenuhi kebutuhan
konsumen sesuai target pasar Pepsodent.
Tabel 4.25
Kebutuhan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 4 4 %
TS 26 26 %
R 10 10 %
S 41 41 %
SS 17 17 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Pemasaran mempunyai pengertian yang meliputi segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap barang dan jasa dengan
tujuan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Kebutuhan merupakan
tuntutan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Dari table 4.25 merupakan proses pemenuhan kebutuhan konsumen akan pasta
gigi yang akan digunakan. Dengan haparan bahwa setelah menggunakan produk
tersebut konsumen mendapatkan manfaat berupa pncegahan masalah gigi dan mulut.
4 responden menyatakan sangat tidak setuju dan 26 responden menyatakan tidak
setuju juga, mereka berpendapat mereka memang membutuhkan pasta gigi tetapi
tidak harus menggunakan pepsodent untuk mendapatkan manfaat pencegahan
masalah gigi dan mulut.sementara itu 10 responden menyatakan ragu-ragu apakah
untuk mendapatkan manfaat tersebut harus menggunakan pepsodent atau
menggunakan merek linnya. Dan 41 responden menyatakan setuju dan 17 responden
menyatakan sangat setuju, bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan gigi
dan mulut mereka perlu menggunakan pepsodent.
Table 4.26
Tertarik mengunakan pepsodent
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 2 2 %
TS 16 16 %
R 33 33 %
S 41 41 %
SS 8 8 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Sebelum melakukan pembelian suatu produk biasanya konsumen terlebih
dahulu tertarik terhadap salah satu alternative pilihan merek yang tersedia. Mereka
biasanya membandingkan merek mana saja yang bersaing dan keistimewaan serta
kelebihan merek tersebut. Barulah mereka akan memberikan perhatian terbesar pada
atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Table 4.26 menberikan informasi
mengenai ketertarikan responden untuk menggunakan pepsodent. Terdapat 2
responden menyatakan sangat tidak setuju. mereka sebenarnya tidak tertyarik
menggunakan pepsodent, namun karena keluarga mereka menggunakan merek
tersebut sehingga mereka juga ikut menggunakannya.mereka beranggapan bahwa
pepsodent tidak mempunyai kelebihan diabndingkan merek lainnya, semua pasta gigi
memberikan manfaat yang sama dengan merek lainnya sehingga mereka tidak tertarik
untuk menggunakan merek tersebut. Begitu juga dengan 16 responden yang
menyatakantidak setuju. sedangkan 33 responden menyatakan ragu-ragu terhadap
keinstimewaan pepsodent diabndingkan merek lainnya. Sementara itu 41 responden
menyatakan setuju bahwa pepsodent mempunyai keistimewaan jadi masih bias
dipertimbangkan dalam pembelian pasta gigi. Dan 8 responden menyatakan sangat
setuju bahwa mereka tertarik menggunakan pepsodent karena mempunyai
keistimewaan dibanding pesaingnya.
Table 4.27
Pengaruh keluarga
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 13 13 %
TS 41 41 %
R 23 23 %
S 15 15 %
SS 8 8 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwaterdapat 13 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, bahwa mereka menggunakan pepsodent bukan
karena keluarga mereka mengunakannya tetapi karena manfaat yang mereka harapkan
dari menggunakan produk tersebut. Begitu juga dengan 41 responden yang
menyatakan tidak setuju. sedangkan 23 responden menyatakan ragu-ragu apakah
mereka menggunakan pepsodent karena pengaruh keluarga atau kerana alas an
lainnya. Sementara itu 15 responden menyatakan setuju bahwa mereka menggunakan
pepsodent karena pengaruh keluarga mereka yang juga menggunakan pepsodent.
Begitu juga dengan 8 responden yang menyatakan sangat setuju. mereka
menggunakan pepsodent karena pengaruh keluarga yang juga menggunakan
pepsodent.
Table 4.28
Pengaruh iklan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 4 4 %
TS 26 26 %
R 11 11 %
S 42 42 %
SS 7 7 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Periklanan merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan perusahaan maupun
individu melalui media yang dipilih dengan tujuan untuk mempengaruhi konsumen
agar mau melakukan pembelian. Dar table 4.28 menunjukan bahwa 42 responden
menyatakan setuju bahwa iklan pepsodent mempengaruhi mereka dalam melakukan
pembelian produk tersebut. Sementara itu 7 responden menyatakan sangat setuju
bahwa iklan pepsodent merupakan factor pendekung dalam melakukan pembelian
produk tersebut. Meskipun demikian terdapat 4 responden menyatakan sangat tidak
setuju bahwa iklan pepsodent tidak begitu berpengaruh terhadap keputusan pembelian
produk tersebut. Begitu juga dengan 2 responden yang menyatakan tidak setuju
mereka ridak begitu terpengaruh oleh iklan pepsodent. Tetapi bisa saja yang
mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk tersebut adalah harga
yang tejangkau, keandalan produk tersebut mengatasi maalah gigi dan mulut.
Sementara itu 11 responden menyatakan ragu-ragu, apakah iklan pepsodent
merupakan factor yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk
tersebut.
Table 4.29
Pengaruh Iklan Dimedia Massa
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 0 0 %
TS 19 19 %
R 22 22 %
S 40 40 %
SS 19 19 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Media massa seperti Koran dapat dijadikan salah satu alternative media
periklanan karena harganya yang relative labih merah dan kemungkinan dapat
menyampaikan pesan yang lebih panjang dan dapat memberikan informasi yang lebih
jelas tentang produk yang bersangkutan sehingga dapat mempengaruhi konsumen
dengan segera agar mau melakukan pembelian produk yang bersangkutan. Dari table
diatas dapat dilihat pengaruh iklan media massa terhadap keputusan pembelian
prpdofent. Terdapat 19 responden yang menyatakan tidak setuju terhadap iklan
pepsodent dimedia massa mempangaruhi mereka dalam melakukan pembelian.
Sementara itu 22 responden menyatakan ragu-ragu apakah dia memilih pepsodent
karena pengaruh iklan atau karena factor lain seperti pengaruh keluarga, karena
manfaat, karena harga dan lain-lain. Sedangkan 40 responden menyatakan setuju
bahwa iklan media massa mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian,
karena dari iklan media massa mereka bisa mendapatkan informasi terhadap produk
tersebut dan selanjutnya membandingkan dengan merek lainnya dan setelah itu baru
mereka melakukan pembelian. Bagitu juga dengan 19 responden yang enyatakan
sangat setuju.
Table 4.30
Kebiasaan
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 1 1 %
TS 13 13 %
R 23 23 %
S 55 55 %
SS 8 8 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Apabla didalam memutuskan akan membeli suatu barang didasarkan atas
kebiasaan maka konsumen tidak perlu melewati kelima tahap pembelian. Konsumen
yang sudah terbiasa menggunakan produk tersebut biasanya telah mengetahui
manfaat, keinstimewaan dari produk tersebut. Table 4.30 diketahui 55 responden
manyatakan setuju bahwa mereka membeli pepsodent karena sudah terbiasa
menggunakan produk terseut. Begitu juga dengan 8 responden juga menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan diatas bahwa mereka menbeli pepsodent karena
sudah terbiasa menggunakannya sehingga untuk membeli pepsodent mereka tidak
perlu membandingkan terhadap merek lainnya terlabih dahulu. Sementara itu 1
responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa mereka menggunakan pepsodent
bukan karena kebiasaan tetapi bisa karena cobc-coba atau karena hal lain. Dan 13
responden menyatakan tidak setuju mereka menggunakan pepsodent juga bukan
karena kebiasaan menggunakan produk tersebut. Sedangkan 23 responden
menyatakan ragu-ragu, biasanya responden yang menyatakan ragu-ragu adalah
responden yang masih dalam tahap mancari alternative produk yang akan mereka
gunakan.
Table 4.31
Keyakinan
Penyataan Frekuensi Persentase
STS 1 1 %
TS 10 10 %
R 30 30 %
S 48 48 %
SS 12 12 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Pada tahap ini konsumen sampai pada level kepuasan atau ketidak puasan.
Kepuasan pembeli merupakan seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk
dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Pada table 4.31 dapat
diketahui bahwa 48 responden menggunakan pepsodent karena keyakinan akan
produk tersebut artinya konsumen merasa puas akan kinerja produk yang
bersangkutan dan sudah pada level loyalitas, begitu juga dengan 12 responden mereka
menyatakan sangat setuju, mereka juga sudah smpai pada level kepuasan dan
loyalitas. Meskipun demikian terdapat 1 responden menyatakan sangat tidak setuju
bahwa mereka menggunakan pepsodent bukan karena keyakinan pepsodent dapat
memberikan manfaat tetapi bisa jadi karena masih mencoba-coba. Sementara itu 10
responden menyatakan tidak setuju mereka membeli pepsodent bukan karena mereka
yakin akan manfaat yang diberikan pepsodent. Dan terdapat 30 responden yang
menyatakan ragu-ragu.
Table 4.32
Pengaruh Teman
Pernyataan Frekuensi Persentase
STS 24 24 %
TS 57 57 %
R 12 12 %
S 2 2 %
SS 5 5 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008
Seorang teman dapat memberikan pengaruh terhadap seseorang dalm
melakukan pembelian suatu barang. Dan seorang teman dapat menjadi sumber
informasi untuk teman yang lainnya. Dari table 4.32 akan diketahui seberapa besar
pengaruh teman dalam pembelian pepsodent. Dapat diketahui bahwa terdapat 24
responden yang menyatakan sangat tidak setuju, mereka membeli pepsodent bukan
karena pengaruh teman mereka yang juga menggunakan merek tersebut. Tetapi bisa
karena kebiasaan, manfaat atau karena pengaruh keluarga. Sementara itu terdapat 57
responden yang menyatakan tidak setuju, mereka membeli pepsodent juga bukan
karena ajakan teman. Dan terdapat 12 responden yang menyatakan ragu-ragu, bisa
jadi akrena ajakan teman, tetapi bisa saja karena factor lain. Meskipun demikian
terdapat 2 responden yang menyatakan setuju bahwa mereka membeli pepsodent
karena alas an bahwa teman mereka menggunakan merek tersebut. Begitu juga
dengan 5 responden lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 70
% lebih responden yang membelai pepsodent bukan karena ajakan teman tetapi bisa
jadi karena alas an kebiasaan, manfaat yang mereka dapatkan dan factor lainnya.
D. Hasil Analisis Data
1. Diskripsi
Table 4.33
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Iklan 100 25.00 39.00 32.6200 2.79531
Brnd.Imge 100 10.00 19.00 13.9900 1.86675
kwlts.prdk 100 16.00 27.00 21.6200 1.89513
kpt.pmbln 100 34.00 55.00 45.9500 4.26253
Valid N (listwise) 100
Sumber: Out put SPSS, diolah oleh penulis, 2008
Table diatas menunjukan diskripsi dari semua variable yang digunakan. Yakni
keputusan pembelian (Y), iklan (X1), Brand Image (X2), Kualitas produk (X3). Rata-
rata keputusan pembelian (Y) sebesar 45,95 dengan standar deviasi 4,262. iklan (X1)
mempunyi rata-rata sebesar 32,62 dengan standar deviasi sebesar 2,795. brand Image
(X2) mempunyai rata-rata sebesar 13,99 dengan standar deviasi 1,866. dan kualitas
produk (X3) mempunyai rata-rata 21,62 dengan standar deviasi 1,895.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Autokorelasi
Table 4.34
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .530(a) .281 .259 3.66957 1.848
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan
b Dependent Variable: kpt.pmbln
Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji durbin-watson (DW). Hasil uji durbin-watson dalam penelitian ini
adalah 1,848. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
dalam persamaan regresi dalam penelitian ini dan layak untuk digunakan karena
criteria pengujian Ho diterima apabila nilai durbin-watson diantara angka -2<d<2.
b. Multikolinearitas
Dalam penelitian ini untuk melihat aa atau tidaknya gejala multikolinearitas
dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Hasil uji multikolinearitas
ditunjukan pad table 4.35
Table 4.35
Multikolinearitas
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Iklan
Brand image
Kualitas
produk
.952
,956
,996
1,050
1,046
1,004
Sumber: Output SPSS, diolah oleh penulis, 2008
Pada regresi yang terbebas dari multi kolinearitas yaitu jika pada nilai VIF
tidak lebih dari 10 (<10) dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (>0,1). Dari table
diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk klan adalah (X1) sebesar 1,050, Brand
Image (X2) sebesar 1,046, dan kualitas produk (X3) sebesar 1,004.
Sedangkan untuk setiap variadel nilai tolerancenya adalah variable iklan (X1)
memiliki nilai tolerance sebesar 0,952, variable Brand Image (X2) memiliki nilai
tolerance sebesar 0,956 dan variable kualitas produk (X3) memiliki nilai tolerance
sebesar 0,996, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari
multikolinearits.
c. Heteroskedastisitas
Regression Studentized Residual
3210-1-2-3
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Pre
dic
ted
V
alu
e
2
0
-2
-4
Scatterplot
Dependent Variable: kpt.pmbln
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS, 2008
Pada gambar diatas bahwa data tersebar disekeliling garis lurus dan tidak
teratur. Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan regresi memenuhi asumsi
heteroskedastisitas berdasarkan gambar diatas. Data tersebar disekitar itik nol dan
tidak adanya duatu pola tertentu pada penyebaran data.
d. Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variable yang
akan digunakan dalam penelitian. Dalam pengujian normalitas kita dapat melihat
kurva nomal P-plot.
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: kpt.pmbln
Gambar 4.2
Kurva Normalitas
Sumber: Output SPSS,2008
3. Analisis Regresi Berganda
a. Koefisien Determinasi
Table 4.36
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .530(a) .281 .259 3.66957 1.848
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan
b Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, 2008
Berdasarkan table 4.36 diatas. Nilai korelasi antara variable keputusan
pembelian dengan seluruh variable independent secara umum ( R ) sebesar 0,530. ini
menunjukan bahwa antara variable iklan (X1), Brand Image (X2) dan kualitas produk
(X3) terhadap keputusan pembelian mempunyai pengaruh yang sedang.
Artinya variabel independen memang berpengaruh terhadap keputsan
pembelian pepsodent. Namun masih terdapat banyak factor lain yang dapat
mempengaruhi keputusan tersebut selain Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk
pepsodent sendiri.
Iklan merupakan perangsang emosional yang dirancang agar dapat
mempengaruhi perilaku konsumen dan sebagai peningkat brand aware terhadap
pepsodent. Sedangkan Brand Image merupakan strategi penguat merek. Dan kualitas
pepsodent merupakan jaminan perusahaan yang diberikan kepada konsumen.
Table 4.38
Pedoman untuk memberikan interperstasi koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,199
0,20-0,399
0,30-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2005:216)
Nilai R square sebesar 0,281 artinya iklan (X1), Brand Image (X2), dan
kualitas produk (X3) berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 28 %
sedangkan sisanya 72 % disebabkanvariabel lain yang tidak diketahui dan diluar
analisis ini.
Bisa disebabkan oleh factor harga pepsodent yang terjangkau. Karena
adakalanya seorang konsumen membeli suatu produk yang dilihat adalah harganya.
Atau bisa karena manfaat yang diinginkan setelah menggunakan pepsodent, yaitu
untuk perlindungan masalah gigi dan mulut.
Untuk mengetahui persamaan regresi dalam penelitian ini, maka dapat dilihat
pada table 4.39 dibawah ini.
Table 4.39
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 9.106 6.157 1.479 .142
Iklan .530 .135 .348 3.922 .000 .952 1.050
Brnd.Imge .515 .202 .226 2.549 .012 .956 1.046
kwlts.prdk .571 .195 .254 2.928 .004 .996 1.004
a Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, 2008
Berdasarkan table diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 9,106 + 0,530 (X1) + 0,515 (X2) + 0, 571 (X3)
Konstanta sedesar 9,106 menyatakan bahwa jika iklan, brand image dan
kualitas produk = 0 maka menunjukan peningkatan keputusan pembelian sebesar
9,106.
Variable iklan (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian, dengan koefisien regresi sebesar 0,530 yang artinya apabila factor iklan
meningkat sebesar 1 satuan maka keputusan pembelian pepsodent akan meningkat
sebesar 0,530.
Variable Brand Image (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap
keputusan pembelian, dengan koefisien regresi sebesar 0,515 yang artinya apabila
factor brand image meningkat sebesar 1 satuan maka keputusan pembelian akan
eningkat sebbesar 0,515.
Variable kualitas produk (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap
keputusan pembelian dengan koefisien regresi sebesar 0,571 yang artinya apabila
kualitas produk lebih ditingkatkan 1 satuan maka akan meningkatkan keputusan
pembelian sebesar 0,571.
b. Uji T hitung (Uji parsial)
1. Hipotesis iklan (X1) terhadap keputusan pembelian
Ho : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel X1
dengan variable Y
Ho : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X1 terhadap
Variabel Y
Dengan ketentuan probabilitas
Ho : ditolak, jika probabilitas < α 0,05
Ho : Diterima, jika probabilitas > α 0,05
Variable iklan (X1) meniliki nilai t hitung sebesar 3,922 dengan menentukan
tingkat kesalahan 5 % dan derajad kebebasan (df) = n- jumlah variable independent=
100-3 = 97, didapat t table 2,00 oleh karena nilai t hitung 3,922>2,00 dan jumlah nilai
signifikansi 0,000< 0,05 maka Ho ditolak dengan demikian hal ini berarti variable
iklan (X1) secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y).
Iklan merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi setiap
lapisan anggota masyarakat. Iklan pepsodent diciptakan untuk dapat menggiring pola
piker atau tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pepsodent. Data pikat iklan
pepsodent dibangun untuk mengingatkan masyarakat pada citraan tertentu.
Iklan pepsodent ditayangkan diCommercial break, pada hamper semua stasiun
TV. Sebab terpaku pada konsep pasta gigi untuk keluarga Indonesia. Maka Brand
Aware diharapkan mampu mengendap pada segmennya ditingkat usia yang beragam.
Sebyek yang paling berpengaruh terhadap hal ini adalah kaum perempuan dan anak-
anak, sebab mereka paling mudah perkena pengaruh iklan suatu produk. Maka
kemungkinan iklan ini ditonton oleh anak-anak dan kaum perempuan sangat tinggi.
Walaupun para pengambil keputusan adalah orang tua, namun tindakan orang tua
untuk mencoba produk, seringkali karena dorongan dari anak yang terprovokasi iklan.
2. Hipotesis Brand Image (X2) terhadap keputusan pembelian (Y)
Ho : β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X2
terhadap variable Y
Ho : β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X2 terhadap
variable Y
Dengan ketentuan probabilitas
Ho : Ditolak jika probabilitas < α 0,05
Ho : Diterma jika probablitas > α 0,05
Variable Brand Image (X2) memiliki nilai t hitung 2,549. dengan menentukan
tingkat kasalahan 5 % dan derajad kebebasan (df) = nilai hitung – jumlah variable
independent = 100-3 = 97 didapat t table = 2,00. oleh karena nilai t hitung (2,549) > t
table (2,00) dan nilai signifikansi (0,012) < (0,05). Hal ini berarti variable Brand
Image (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable keputusan pembelian.
Suatu merek dapat mempengaruhi konsumen berdasarkan persepsi yang
terbentuk didalam benak konsumen mengenai Brand Image pepsodent atau kesan
merek yang dimiliki oleh merek pepsodent. Kesadaran merek (Brand Aware)
merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka
sedang memikirkan produk tetentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan.
Tingkat kesadaran merek terdiri dari kenal akan merek sebagai kesadaran yang
cenderung dangkal dan mengingat merek sebagai kesadaran yang lebih dalam, untuk
di Indonesia, jika kita memikirkan merek pasta gigi yang dengan cepat muncul
dikepala kita maka pepsodent akan muncul yang pertama, baru disusul dengan
Ciptadent dan Close-up dan yang lainnya.
Citra merek merupakan jenis asosiasi yang munsul dibenak konsumen ketika
mengingat sebuah merek tertentu.asosiasi tersebut dapat muncul dalam bentuk citra
atau pemikiran tertentu yang dikaitkan dengan merek tertentu. Jenis asosiasi merek
meliputi atribut manfaat dan sikap. Pepsodent sendiri diasosiasikan sebagai pasta gigi
keluarga yang dapat mengatasi masalah serta melindungi gigi dan mulut. Image
pepsodent yang baik akan mendorong konsumen untuk terus menggunakan
pepsodent.
3. Hipotesis kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian (Y)
Ho : β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable X3
terhadap variable Y
Ho : β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan anrata variable X3 terhadap
variabel Y
Dengan ketentuan probabilitas
Ho : Ditolak jika probabilitas < α 0,05
Ho : Diterima jika probabilitas > α 0,05
Variable kualitas produk (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 2,928. dengan
menentukan tingkat kesalahan 5 %, derajad kebebasan (df) = n – jumlah variable
independent = 100-3 = 97 didapat t table = 2,00. oleh karena nilai t hitung (2,928) . t
table (2,00) dan nilai signifikansi (0,04) < 0,05. hal ini berarti variable kualitas produk
(X3) secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Kualitas produk suatu perusahaan merupakan hal penting karena persepsi
konsumen terhadap suatu produk terbentuk melalui kualitas produk dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Merek dapat menandakan suatu tingkat mutu, sehingga
pembeli puas dapat lebih mudah memilih produk. Kalau dilihat dari perusahaan
Unilever yang memproduksi pasta gigi pepsdent masyarakat akan memberikan
penilaian positif terhadap kualitas pepsodent. Namun hal tersebut juga perlu
dibuktikan dengan menggunakan pepsodent terlebih dahulu. Sehingga konsumen
dapat memberikan penilaian tersendiri terhadap kualitas pepsodent.
c. Uji F hitung (uji simultan)
Table 4. 40 ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 506.038 3 168.679 12.527 .000(a)
Residual 1292.712 96 13.466
1
Total 1798.750 99
a Predictors: (Constant), kwlts.prdk, Brnd.Imge, Iklan
b Dependent Variable: kpt.pmbln
Sumber: Output SPSS, Diolah oleh penulis, 2008
Dari hasil analisis diatas menghasilkan F hitung sebesar 12,527 dengan nilai
signifikansi sebasar 0,000. karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi
ini layak untuk digunakan dalam memprediksi keputusanpembelian.
Selain itu diperolah nilai f hitung sebesar 12,527 dengan menentukan tingkat
kesalahan 5 % dan derajad kebebasan df1 = 3 (k-1) variable independent (3+1)= 4-1=
3) dan df2 = 94 (n-k, 100-4)= 96, maka didapat f table sebesar 2,71. oleh karena nilai
f hitung (12,527) > 2,71 maka dapat disimpulkan bahwa variable iklan (X1), Brand
Image (X2), dan Kualitas Produk (X3) berpengaruh terhadapat keputusan pembelian.
Hasil penelitian untuk iklan (X1) ini sesuai dengan teori maupun hasil
penelitian sebelumnya bahwa iklan dapat mempengaruhi masyarakat untuk
melakukan keputusan pembelian, tidak dilihat dari jenis produk apakah itu barang
otomotif atau kebutuhan pokok. Untuk brand image (X2) hasil penelitian ini sesuai
dengan teori bahwa memang brand image berpengaru terhadap keputusan pembelian
karena brand image merupakan brand equity yang harus selalu ditingkatkan terus
menerus dan sesaui juga dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Verawati
sinaga (2008) bahwa brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun penelitian ini tidak searah dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan(2007) dalam penelitian tersebut brand image
tidak berpengaruh terhadap keputusan pembalin ban bridgestone. Hasil yang berbeda
tersebut bisa disebabkan karena perbedaan objek penelitian dan bisa dikarenakan
factor lainnya. Sementara itu untuk kualitas produk (X3) hasil penelitian ini sesuai
dengan teori maupun penelitian terdahulu. Karena kualitas produk merupakan modal
utama perusahaan untuk dapat bertahan dan terus bersaing dengan produk lain
dipasar. Selain itu kualitas produk akan memberikan keuntungan jangka panjang baik
untuk produk itu sendiri maupun untuk perusahaan.
Kampanye iklan produk Unilever termasuk pepsodent begitu gencar. Sehingga
masuk rangking ke-20 dari 25 pengiklan terbesar diASEAN, dengan Amirati puri
lintas sebgaai biro iklannya. Sehingga Brand Aware yang ada diharapkan mengendap
pada segmennya ditingkat usia yang beragam. Kesadaran merek merupakan
kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang
memikirkan proudk tertentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan.
Kesadaran merek mwrupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek. Untuk
meningkatkan ekuitas merek dilakukan melalui pemilihan nama merek atau logo yang
baik. Usaha yang paling sering dilakukan melalui program pemasaran dan
komunikasi pemasaran agar tercipta Asosiasi yang mendukung kuat dan unik dibenak
konsumen antara merek dan atribut atau manfaatnya. Produk berkualitas tinggi dan
mempresentasikan nilai yang potensial mempunyai ekuitas merek yang tinggi dan
membutuhkan komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten untuk membangun
dan mempertahankan ekuitas merek.
Sehingga antara Iklan, Brand Image dan Kualitas Produk mempunyai
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Iklan pepsodent dirancang dengan
menarik dan segmen yang dibidik adalah menengah keatas dan diposisikan sebagai
perangsang yang diharapkan mampu merubah perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi pasta gigi. Selan itu iklan pepsodent diciptakan untuk meningkatkan
Brand Aware dibenak konsumen, dengan Brand Aware yang kuat akan menimbulkan
Brand Image. Karena Brand Image dan Brand Aware merupakan ekuitas merek yang
harus ditingkatkan secara terus menerus. Dengan iklan sebagai perangsang dan
didukung dengan ekuitas merek yang selalu ditingkatkan serta kualitas produk yang
baik, maka konsumen akan terus menggunakan pepsodent, sehingga posisi pepsodent
sebagai market leader produk pasta gigi akan semakin kuat.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari Uji t variable iklan (X1) terhadap keputusan pembelian (Y). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh Dian Fardiana( 2007) dan
Hagijanto (2000). Sedangkan untuk brand image juga berpengaruh terhadap
keputusan pembelian, namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Ridwan ( 2007). Namun penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Verawati Sinaga dan yulia hamdaini putri (2008) bahwa brand
image berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sementara itu kualitas
produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian., penelitian ini sejalan
dengan yang dilakukan oleh Ridwn( 2007) . hasil penelitian ini ada variable
yang hasilnya berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pad variable brand
image hasil penelitian yang berbeda tersebut bisa disebabkan karena
perbedaan daerah penelitian dan produk yang dijadikan objek penelitian
2. Secara bersama-sama variable iklan, brand image dan kualitas produk
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Variable yang
paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian dalam penelitian ini
adalah kualitas produk. Karena kualitas produk merupakan factor paling
penting karena dalam sebuah bisnis karena dari kualitas produk tersebut
konsumen akan menentukan produk mana yang akan mereka gunakan.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan analisis data tersebut diketahuibahwa iklan. Brand Image dan
Kualitas Produk adalah signifikan dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Model regresi ini telah diuji dan terbebas dari gejala Autokorelasi, Multikolinearitas,
Heteroskedastisitas dan Normalitas.
Implikasi yang didapat dari penelitian ini aghar perusahaan meningkatkan
iklan baik pada media cetak maupun media elektronik dan iklan dibuat dengan
menarik agar konsumen yang belum menggunakan pepsodent dapa tertarik untuk
menggunakan pepsodent setelah mlihat iklan yang dibuat. Selain itu juga kegiatan
social yang telah dilaksanakanagar terus dijalankan agar image pepsodent tetap baik
dimata konsumen. Serta terus meningkatkan kualitas produk agar konsumen yang
menggunakan pepodent terus bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Albary dan Anandyo Pramudito, “Jurnal: Asosiasi Merk Handphone Nokia, Siemens
dan Sony Ericson”, pp 195-214, 2004.
Alma, Buchari, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Retai”l, Edisi Revisi, Cetakan ke-7, Alfabeta, Bandung, 2005.
Algifari, “Analisis Regresi”, CV. BPFE, Yogyakarta
Branan, Tom, “Integrated Marketing Communication”, PPm, Jakarta: 2005
Canon, Joseph P, William D. Perreault, JF and E Jerome Mc Carthy, “ Basic
Marketing: A Global Manajerial Aproach”, Sixteenth Edition, Mc Grawhill,
New York: 2008.
Dewi, Kinorika, “Jurnal: Menciptakan Brand Equity Melalui Kepuasan Pelanggan”,
pp 16-30, 2003.
Durianto, Darmadi, dkk, “Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merk”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2004.
Fardiana, Dian, “Analisis Pengaruh Kreatifitas Tayangan Iklan Pelayanan Penjualan
Terhadap Keputusan Pembelian Suzuki”, Jakarta: 2005.
Ferdiand, F Mauser, :Selling: A Self Management Approach”, 2nd
ed, Harcourt Broce Javanovich inc (New York): 1982.
Frank, Jefkins, “Periklanan”, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta: 1977
Hagijanto, D Andrian, “Trilogi Iklan Pastaa Gigi Pepsodent Sebuah Citraan Konflik
sebagai Pembangkit Brand Aware pada Iklan TV”, 2000.
Hamid, Abdul, “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Perss, Jakarta: 2007.
Heizer, Jay dan Barry Render, “Manajemen Operasi”, Edisi 1 Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta: 2004.
Isnaini, Arif, “Metode dan Strategi Pemasaran”, Mataram NTP Pers, 2005
Kamus Istilah Manajemen LPPM, “Kamus dan Aplikasinya di Indonesia”, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992.
Kasali R, “Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia”, Pusaka
Utama Grafiti, Jakarta, 1992.
Kotlerr, Philip, “Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian”, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta, 1999.
Kotlerr, Philip dan Gary Amstrong, “Prinsip-prinsip Pemasaran”, Edisi Ke-8,
Erlangga, Jakarta, 2001.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, “Dasar-Dasar Pemasaran ”, Edisi 9 Jilid 1, PT. Indeks, Jakarta: 2002.
Kotlerr, Philip dan Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran”, Edisi 12 Jilid 1,
Indeks, Jakarta, 2007.
Madura, Jeff, “Pengantar Bisnis”, Salemba 4, Jakarta: 2001.
Ridwan, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap
Keputusan Pembalian Ban Bridgestone”, Jakarta: 2007.
Sinaga, Herawati dan Yulia Hamdaini Putri,” Jurnal: Analisis pengaruh Brand Image
terhadap Keputusan pembelian merek Avon dibandung”, 2008.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Cv. Alfabeta, Bandung: 2002
Sugiyono, “Metodologi Penelitian”,__________, 2004
Tjiptono, Fandy, “Strategi Pemasaran”, Andy Offset, Yogyakarta, 1995
www.uni lever.co.id