Post on 08-Nov-2020
1
Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Risiko Keuangan (Studi
Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2016)
Putri Della Abriani1, Inge Lengga Sari Munthe
2, Asmaul Husnah
3
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Indonesia
Email : putridellaabriani@gmail.com
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan risiko keuangan pada laporan keuangan interim di
perusahaan manufaktur. Corporate governance dalam penelitian ini adalah ukuran
dewan komisaris dan ukuran komite audit. Karakteristik perusahaan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, likuiditas dan risiko
pelaporan keuangan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam melakukan
pemilihan sampel. Sebanyak 39 sampel laporan keuangan interim per 30 Juni tahun
2013-2016 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI ( Bursa Efek Indonesia)
yang dijadikan sampel penelitian. Teori agensi dan stakeholder digunakan untuk
menjelaskan hubungan antar variabel. Metode statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, tingkat profitabilitas dan likuiditas
berhubungan signifikan dengan tingkat pengungkapan risiko keuangan perusahaan.
Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan risiko pada laporan keuangan interim perusahaan.
Kata Kunci : risiko, pengungkapan risiko, laporan keuangan interim, teori agensi, teori
stakeholder, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, likuiditas dan risiko pelaporan keuangan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penerapan GCG yang baik adalah aspek utama untuk membangun fundamental
perusahaan yang kokoh. Menurut Wimboh, kinerja keuangan perusahaan tidak akan
berkelanjutan bila tidak dilandasi oleh praktik-praktik tata kelola yang baik. Selain itu,
ia menilai laporan tahunan yang didukung GCG akan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas publik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan
2
investor. Meningkatnya kepercayaan investor, kata Wimboh, pada akhirnya bisa
mendongkrak investasi baik dari investor dalam negeri maupun investor asing melalui
beragam produk pasar modal di Indonesia maupun melalui investasi langsung. Safyra
Primadhyta , CNN Indonesia | Rabu, 20/09/2017 08:51 WIB.
Dalam hal ini, perusahaan mencoba untuk memenuhi kebutuhan pengguna
informasi akuntansi dengan mengungkapkan informasi lebih lanjut tentang risiko yang
berbeda yang dihadapi perusahaan dan keberlanjutan operasional mereka. Risiko akan
selalu ada dalam setiap jenis usaha. Risiko sendiri berkaitan dengan unsur-unsur
ketidakpastian tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan yang bisa saja
menimbulkan keuntungan atau bahkan kerugian. Untuk mengurangi ataupun
menghindari risiko terjadinya kerugian, maka perusahaan harus memiliki kemampuan
mengelola risiko yang baik. Salah satu cara mengelola risiko adalah dengan manajemen
risiko (Kountur, 2006 dalam Mubarok, 2013).
Dalam konteks laporan keuangan, penentuan karakteristik perusahaan dapat
ditetapkan dengan menggunakan tiga kategori, yaitu: karakteristik yang berhubungan
dengan struktur (structure), kinerja (performance), dan pasar (market) menurut
Subiyantoro (Ruwita, 2012). Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban atau leverage (solvabilitas
perusahaan). Kemudian kinerja mencakup kemampuan perusahaan dalam mendanai
operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan (likuiditas
perusahaan) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas
perusahaan). Selanjutnya karakterisitik yang berhubungan dengan pasar, ditentukan oleh
faktor-faktor yang bersifat kualitatif, misalnya tipe industri dan tipe auditor. Namun
dalam penelitian ini faktor-faktor yang bersifat kualitatif tidak digunakan
Peneliti menggunakan variabel profitabilitas karena perusahaan dengan
profitabilitas yang baik akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk
membenarkan kinerja mereka saat ini kepada para pemegang saham. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Christie (2014). Dalam penelitian tersebut,
terdapat pengaruh signifikan antara profitabilitas dengan luas pengungkapan risiko.
Selanjutnya variabel yang digunakan adalah leverage. Leverage digunakan dalam
penelitian ini karena perusahaan dengan leverage yang tinggi mungkin tidak ingin
menarik perhatian atas tingginya risiko yang mereka miliki, dan karena itu mereka
enggan untuk secara sukarela mengungkapkan informasi risiko lebih banyak. Penelitian
Christie (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara risiko finansial
yang ditunjukkan dengan besarnya leverage dengan pengungkapan risiko. Namun,
penelitian yang dilakukan Elzahar dan Hussainey (2012) tidak menemukan pengaruh
signifikan antar kedua variabel.
Peneliti menggunakan variabel likuiditas karena perusahaan yang likuiditasnya
tinggi dapat mengungkapkan lebih banyak informasi risiko untuk memberikan sinyal
positif kepada investor (Elzahar dan Hussainey, 2012). Dalam penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Mangena dan Pike), terdapat hubungan yang signifikan antara
likuiditas dengan pengungkapan risiko pada laporan keuangan perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
3
stakeholder (Kaihatu, 2006) Secara umum terdapat lima prinsip dasar penerapan Good
Corporate Governance antara lain keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(acountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) seperti yang
tertuang dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG
(Komite Nasional Kebijakan Governance) memiliki maksud dan tujuan dalam rangka
mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan kemudian mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian
masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum
Pemegang Saham, selain itu untuk mendorong pemegang saham, anggota Dewan
Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat juga kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya serta meningkatkan daya saing
perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan
pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
Dalam Pedoman Umum KNKG (2006) diatas juga disebutkan bahwa Dewan
Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif
untuk melakukan pengawasan dan memberikan saran atau nasihat kepada Direksi dan
memastikan bahwa Perusahaan telah menerapkan GCG. Dewan Komisaris dibagi
menjadi dua yaitu Komisaris dan Komisaris Independen. Komisaris Independen adalah
anggota dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris
lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Jumlah Komisaris
Independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Komite audit juga memiliki peranan penting dalam penerapan GCG. Komite audit
berfungsi untuk membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit dipandang
sebagai alat untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan
memonitoring kinerja manajemen (Suhardjanto, 2012). Dalam kasus ini komite audit
turut berperan dalam proses pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan.
Selanjutnya, perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang dipilih untuk diteliti lebih lanjut adalah karena perusahaan-perusahaan
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda daripada perusahaan keuangan dan
perbankan yang regulasinya sangat kompleks. Perusahaan Indonesia yang go public
harus mematuhi peraturan yang disyaratkan oleh Bapepam dan Lembaga Keuangan,
seperti peraturan Nomor: Kep-36/PM/2003 dan Kep-346/BL/2011 mengenai Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini diberi judul “Analisis Pengaruh
4
Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat
Pengungkapan Risiko Keuangan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, dapat diajukan pertanyaan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko
keuangan?
b. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
risiko keuangan?
c. Apakah komite audit berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko keuangan?
d. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko keuangan?
e. Apakah leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko keuangan?
f. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan risiko keuangan?
g. Apakah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
profitabilitas, leverage, dan likuiditas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
risiko keuangan?
KAJIAN TEORI, PENELITIAN TERDHULU DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Morris (1987) mendefinisikan teori keagenan (agency theory) sebagai suatu
kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal (pemilik) menggunakan orang lain agen
(manajer) untuk menjalankan aktifitas perusahaannya. Teori keagenan dapat
diimplikasikan sebagai dasar pemahaman dalam praktik risk disclosure. Manajer
merupakan pihak agen, memiliki informasi perusahaan yang lebih detail dan lebih
akurat, dibandingkan dengan pemegang saham. Informasi tersebut mencakup seluruh
kondisi perusahaan, termasuk kondisi-kondisi yang mungkin akan dihadapi perusahaan
di masa datang. Pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya memerlukan
informasi-informasi tersebut untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan yang akan
dilakukan (Wardhana, 2013).
Teori Stakeholder
Menurut Freeman (1984) dalam Ruwita (2012) dikatakan bahwa stakeholders
merupakan pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung dengan organisasi-
organisasi, diantaranya pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok atau suplier,
para pemberi pinjaman dan masyarakat.
Pengungkapan Resiko
Pengungkapan risiko dalam laporan keuangan terdiri dari pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang memiliki kandungan informasi
berupa hal-hal yang wajib sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Sedangkan
5
pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan dengan tambahan informasi di
dalamnya selain informasi yang wajib dicantumkan sehingga dapat digunakan oleh
manajemen untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan tahunan dalam
mengambil keputusan. Pengungkapan sukarela dapat mengubah harapan pemangku
kepentingan tentang nilai perusahaan (Einhorn, 2007).
Terdapat beberapa peraturan tentang pengungkapan telah diterapkan di Indonesia,
salah satunya adalah ketentuan tentang pengungkapan risiko. Pengungkapan risiko
diatur dalam BAPEPAM dan LK Nomor:Kep-134/BL/2006 tentang : kewajiban
penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik. Sedangkan Ketentuan
mengenai pengungkapan informasi diatur dalam PSAK No.60 (Revisi 2010) tentang
Instrumen keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. Standar ini menggabungkan dan
memperluas sejumlah persyaratan pengungkapan yang telah ada sebelumnya dan
menambahkan beberapa pengungkapan baru.
Corporate Governance
Prinsip-prinsip Corporate Governance telah dijadikan acuan oleh berbagai negara
termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan dasar dalam mewujudkan Good
Corporate Governance dalam suatu perusahaan. Good corporate governance (GCG)
merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan
nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Kaihatu, 2006) Secara umum
terdapat lima Prinsip dasar penerapan Good Corporate Governance antara lain
keterbukaan (transparency) akuntabilitas (acountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Pengungkapan
risiko adalah salah satu bukti nyata dalam penerapan mekanisme corporate governance
sehingga dengan adanya pengungkapan risiko dapat mendorong terwujudnya good
corporate governance.
Selain itu setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan
untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
Ukuran Dewan Komisaris
Dalam prinsip corporate governance, transparansi memiliki sejumlah indikator
salah satunya kepemilikan saham dewan komisaris. Dewan komisaris memainkan peran
penting dalam tata kelola di perusahaan yang listing di Bursa Efek. Dewan komisaris
sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan berperan terhadap aktivitas
pengawasan. Dengan peran dewan komisaris tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pengungkapan risiko oleh manajemen melalui fungsi monitoring atas pelaporan
keuangan.
Besar kecilnya ukuran dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama
dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi, mekanisme
pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu
organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendaliaan terhadap
manajemen (Ujiyantho, 2007). Dalam penelitian ini jumlah anggota dewan komisaris
menjadi proksi untuk mewakili ukuran dewan komisaris dalam pengaruhnya terhadap
pengungkapan risiko di laporan keuangan interim perusahaan.
6
Komite Audit
Penerapan Good Corporate Governance dengan prinsip akuntabilitas memiliki
standar Komite Audit paling kurang 3 (tiga) dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota direksi. Komite audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan perusahaan. Komite audit memiliki peran
yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan
laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan
yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance (Rachmawati dan
Triatmoko, 2007).
Perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih bertanggungjawab, terbuka,
dalam pelaporan keuangan dan menghindari praktik manipulasi pengungkapan
informasi mengenai risiko karena komite audit akan memonitor kegiatan yang ada di
perusahaan. Ukuran komite audit adalah jumlah orang yang berperan menjadi anggota
dalam komite audit. Jumlah tersebut menjadi proksi dalam mewakili ukuran komite
audit yang dapat menjelaskan pengaruhnya dengan pengungkapan risiko di laporan
keuangan interim perusahaan.
Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan unsur-unsur tertentu dalam perusahaan yang
dapat mewakili dalam penilaian perusahaan tersebut. Perbedaan pengungkapan sukarela
tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan
mendapat perhatian penting dalam penelitian karena bertitik tolak dari pemikiran
bahwa sejauh mana pengungkapan sukarela oleh perusahaan sangat tergantung pada
perbandingan antara biaya dan manfaat pengungkapan tersebut, dan perbandingan
biaya-manfaat tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu
dari perusahaan yang bersangkutan (Suripto, 1999). Trade off antara biaya dan manfaat
pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh faktor kondisi diri perusahaan
(karakteristik perusahaan), sehingga akan mengakibatkan perbedaan pengungkapan
antar perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik perusahaan akan
menentukan sejauh mana pengungkapan sukarela dilakukan, sehingga dapat diketahui
lebih besar biaya atau manfaat yang diperoleh dari pengungkapan tersebut.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total penjualan,
total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Lebih rinci, semakin
besar total aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan
maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan Sularto,
2007).
Profitabilitas
Menurut pengertian Husnan (2001) bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, serta
modal saham tertentu. Sedangkan menurut Sartono hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Rasio Profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba yang berkaitan dengan penjualan, total aktiva,
7
maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan
semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.
Dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan
suatu perusahaan.
Ukuran Rasio Profitabilitas
Pengertian Ratio Profitabilitas menurut (Syafri, 2008:304) adalah: “Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya
Leverage
Menurut Agnes Sawir (2000) Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu
perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Dengan
demikian solvabilitas berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang –
utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Ukuran-ukuran yang umum
digunakan untuk mewakili tingkat leverage perusahaan yaitu debt to equity ratio, debt to
asset ratio, debt service coverage, dan long term debt to total equity. Namun dalam
penelitian ukuran yang dipakai untuk menggambarkan tingkat leverage adalah
pembagian dari penjumlahan pinjaman jangka pendek (termasuk overdrafts) dan
liabilitas jangka panjang terhadap dana pemegang saham (modal saham). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Elzahar dan Hussainey (2012) untuk mengukur
gearing atau leverage.
Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membiayai liabilitas jangka
pendeknya. Ukuran yang dapat mewakili likuiditas adalah dengan membandingkan
antara total aset lancar yang dimiliki perusahaan dengan total liabilitas jangka
pendeknya. Semakin tinggi tingkat likuiditasnya, manajer akan melakukan
pengungkapan yang lebih mengenai risiko yang dihadapinya dalam laporan keuangan
interim perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar membedakan yang dilakukan oleh
manajer yang melakukan pengungkapan risiko lebih sedikit pada tingkat likuiditas yang
rendah (Elzahar dan Hussainey, 2012).
Hipotesis
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut:
H1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan risiko
keuangan.
H2 : Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan risiko keuangan.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan risiko keuangan.
H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan risiko keuangan.
H5 : Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan risiko keuangan
H6 : Likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan risiko keuangan.
8
H7 : Ukuran Dewan Komisaris. Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, dan Likuiditas berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan.
METODE PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2013-2016. Perusahaan
manufaktur menjadi pusat penelitian ini karena perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan pengelola sumber daya yang kompleks dan luas serta melakukan kegiatan
transaksi ekonomi dengan melibatkan banyak pihak internal maupun eksternal yaitu
stakeholder (pemasok, kreditur, konsumen dan investor). Perusahaan yang dalam
kegiatan ekonominya melibatkan banyak pihak akan menimbulkan banyak risiko.
Sedangkan ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini merupakan laporan
keuangan triwulan II perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2013-2016 yang mengungkapkan risiko keuangannya per 30 Juni.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan triwulan II atau laporan keuangan tengah tahunan per 30 Juni 2013-2016.
Data mengenai pengungkapan risiko diperoleh dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Selanjutnya, dalam bagian kuantitatif, dapat ditemukan data mengenai ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, dan likuiditas. Informasi mengenai corporate
governance diperoleh melalui laporan tahunan untuk tahun 2013-2016.Data tersebut
diperoleh dari: situs BEI (Bursa Efek Indonesia) yaitu www.idx.co.id.
Operasioanal Variabel
Adapun definisi operasional dari variabel tersebut:
Variabel Dependen
Metode yang digunakan adalah metode indeks pengungkapan risiko berdasarkan
penelitian Hassan (2009) yaitu membandingkan isi dari laporan keuangan masing-
masing perusahaan dalam daftar item pengungkapan. Namun penelitian ini
menggunakan laporan keuangan triwulan II sehingga item yang diungkapan dalam
laporan keuangan triwulan II tidak seluas laporan tahunan perusahaan. Pengukuran
variabel dependen ini dengan menggunakan jumlah pengungkapan risiko yang disajikan
dalam laporan keuangan triwulan II. Risiko keuangan menurut penelitian Amran (2009)
merupakan risiko yang berkaitan dengan instrumen keuangan perusahaan seperti risiko
pasar, kredit, likuiditas, nilai tukar serta tingkat bunga atas arus kas kemudian risiko
operasi juga dikelompokkan dalam kelompok risiko keuangan.
Pengukuran variabel dependen ini dengan mengunakan jumlah pengungkapan
risiko keuangan berdasarkan klasifikasi risiko keuangan berdasarkan penelitian Amran
(2009), kemudian di dalam tabel pengelompokkan risiko akan diberikan nilai 1 (satu)
jika perusahaan tersebut melakukan pengungkapan risiko, dan jika tidak melakukan
pengungkapan risiko diberikan nilai 0 (nol). Pengelompokkan jenis-jenis risiko yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah.
9
Jenis–Jenis Risiko Keuangan
No Risiko Keuangan
1 Risiko Bunga
2 Risiko Nilai Tukar
3 Komoditas
4 Likuiditas
5 Kredit
Sumber Amran et al, 2009
%Pengungkapan Risiko Keuangan =
Jumlah Pengungkapan
Risiko Keuangan
Perusahaan x 100 %
Total Pengungkapan Risiko
Keuangan
Variabel Independen
Board Size (Ukuran Dewan Komisaris)
Ukuran Dewan Komisaris merupakan jumlah atau banyaknya orang yang
menjabat di Dewan Komisaris. Dewan komisaris berperan dalam meningkatkan
pengungkapan risiko oleh manajemen melalui fungsi monitoring atas pelaporan
keuangan. Dalam penelitian ini, variabel ukuran Dewan Komisaris diukur menggunakan
total jumlah anggota yang ada di Dewan Komisaris. Adapun pengukurannya dengan
menggunakan rumus :
UDK= ∑ Dewan Komisaris Perusahaan
Audit Committee Size (Ukuran Komite Audit)
Komite audit dianggap sebagai alat untuk menghindari kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan memonitoring kinerja manajemen (Suhardjanto, 2012). Dalam
Penelitian ini, ukuran Komite Audit diukur dari jumlah total anggota Komite Audit.
UKA = ∑ Komite Audit
Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan diwakili dengan menggunakan total aset perusahaan pada 30 Juni
2013.
Profitabilitas
10
Tingkat profitabilitas merupakan salah satu indikator kemajuan perusahaan dilihat
dari laba yang dihasilkan serta merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini
menggunakan Net Profit Margin (NPM). NPM digunakan untuk menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih. Pada tiap tingkat penjualan
tertentu yang dilakukan. Rumus yang digunakan dalam menghitung NPM adalah :
Profitabilitas = Laba Bersih Setelah Pajak
x 100 % Penjualan Bersih
Leverage
Tingkat leverage merupakan penggunaan aset dalam sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban bunga) agar meningkatkan keuntungan.
Debt to asset ratio adalah proporsi dari jumlah hutang dibandingkan dengan jumlah aset
perusahaan.
Leverage = Total Hutang
x 100 % Total Aktiva
Likuiditas
Tingkat likuiditas merupakan tingkat dari kemampuan perusahaan dalam
membiayai liabilitas jangka pendeknya. Ukuran variabel tingkat likuiditas yang dipakai
dalam penelitian ini adalah hasil pembagian antara total aset lancar dengan total
liabilitas jangka pendek. Penelitian ini menggunakan hasil perhitungan atau angka yang
dihasilkan oleh rumus berikut untuk mewakili variabel likuiditas masing-masing
perusahaan sampel. Apabila dirumuskan sebagai berikut :
Liq = Aset Lancar
Liabilitas Lancar
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Data Penelitian
Populasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data dari
www.idx.co.id jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016 adalah 145
perusahaan. Dari populasi tersebut diambil sampel dengan menggunakan metode
purposive sampling. Dari 145 perusahaan yang termasuk dalam populasi penelitian,
perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel adalah sebagai berikut:
Adapun kriteria sampel yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
11
Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2013-2016.
145
2. Perusahaan tersebut tidak mempublikasikan laporan
keuangan secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2013-2016.
(31)
3. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan tahunan periode 2012-2015 secara
lengkap.
(10)
4. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah pada tahun 2013-2016
(24)
5. Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan laba per
30 Juni Periode 2013-2016.
(33)
6. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan informasi
tata kelola perusahaan mengenai ukuran direksi serta
ukuran komite audit secara lengkap per 30 Juni Periode
2013-2016.
(8)
Total Pemilihan Sampel 39
Menurut kriteria tersebut jumlah perusahaan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 9 perusahaan per tahun pada periode tahun 2013 2014, 2015 dan
2016 sehingga didapatkan jumlah sampel (n) sebanyak 39 x 4 periode = 156 observasi.
Adapun perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
Data Penelitian
Data penelitian digunakan untuk mengetahui seberapa banyak data yang
digunakan dalam penelitian sehingga nantinya dapat mengetahui variabel apa yang
digunakan dalam penelitian ini. Data penelitian dalam penelitian ini berdasarkan
variabel yang digunakan sehingga dapat memberikan gambaran secara umum
mengenani Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas terhadap PengungkapanRisiko Keuangan.
Hasil Analisis Data
Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
dan minimum.
12
Hasil Uji Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximum Mean Std.
Deviation
UDK 156 2 12 4.53 2.102
UKA 156 1 5 3.16 .551
UP 156 .13316 249.55400 13.8535169 39.03513170
PROF 156 .00011 .45968 .0836557 .07146821
LEV 156 .05788 .83814 .4102288 .16473049
LIQ 156 .97173 11.62634 2.4688703 1.78093031
PRK 156 .40 1.00 .8436 .12085
Valid N
(listwise)
156
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Dari tabel diatas menunjukkah bahwa :
1. Ukuran Dewan Komisaris (X1) terdapat nilai minimum adalah 2 nilai maximum
adalah 12, nilai mean adalah 4.53 dan std. deviation 2.102.
2. Ukuran Komite Audit (X2) terdapat nilai minimum adalah 1, nilai maximum
adalah 5, nilai mean adalah 3.16 dan std. deviation 0.551.
3. Ukuran perusahaan (X3) terdapat nilai minimum adalah 0.13316, nilai
maximum adalah 249.55400, nilai mean adalah 13.8535169 dan std. deviation
39.03513170.
4. Profitabilitas (X4) terdapat nilai minimum adalah 0.00011, nilai maximum
adalah 0.45968, nilai mean adalah 0.0836557 dan std. Deviation 0.07146821.
5. Leverage (X5) terdapat nilai minimum adalah 0.05788, nilai maximum adalah
0.83814, nilai mean adalah 0.4102288 dan std. deviation 0.16473049.
6. Likuiditas (X6) terdapat nilai minimum adalah 0.97173, nilai maximum adalah
11.62634, nilai mean adalah 2.4688703 dan std. deviation 1.78093031.
7. Pengungkapan Risiko Keuangan (Y) terdapat nilai minimum adalah 0.40, nilai
maximum adalah 1.00, nilai mean adalah 0.8436 dan std. deviation 0.12085.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Pengujian dengan menggunakan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test (K-S). Jika nilai probabilitas signifikansi K-S lebih besar dari 0.05, maka data
berdistribusi normal. (Ghozali, 2011).
13
Hasil Uji Normalitas dengan One Sampel K-S Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 156
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .10166941
Most Extreme
Differences
Absolute .101
Positive .065
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.264
Asymp. Sig. (2-tailed) .082
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan
One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan bahwa jumlah Kolmogrov-Smirnov
Z 1.264 dan jumlah signifikan 0.082 karena p-value = 0.082 ˃ 0.05, maka diketahui Ho
diterima yang berarti data residual berdistribusi secara normal.
14
Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
UDK .515 1.942
UKA .894 1.119
UP .553 1.808
PROF .719 1.391
LEV .419 2.385
LIQ .499 2.004
a. Dependent Variable: PRK
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan variabel untuk nilai VIF dan Tolerance
untuk variabel Ukuran Dewan Komisaris (X1) memiliki nilai tolerance 0.515 > 0.10,
dengan VIF 1.942 < 10, Ukuran Komite Audit (X2) memiliki nilai tolerance 0.894 >
0.10, dengan VIF 1.119 < 10, variabel Ukuran Perusahaan (X3) memiliki nilai tolerance
0.553 > 0.10, dengan VIF 1.808 < 10, variabel Profitabilitas (X4) memiliki nilai
tolerance 0.719 > 0.10, dengan VIF 1.391 < 10, variable Leverage (X5) memiliki nilai
tolerance 0.419 > 0.10, dengan VIF 2.385 < 10, variabel Likuiditas (X6) memiliki nilai
tolerance 0.499 > 0.10, dengan VIF 2.004 < 10.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang Homoskedastisitas atau yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Cara mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya dan melihat ada tidaknya pola
15
teretentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011).
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Berdasarkan gambar diatas Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain ini uji heterokeastisitas juga
dapat menggunakan uji Spearman’s rho, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05
maka tidak terjadi heterokedasitas.
16
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Spearman’s rho
Correlations
Unstandardized
Residual
Spearman's rho
UDK
Correlation
Coefficient
.011
Sig. (2-tailed) .891
N 156
UKA
Correlation
Coefficient
.015
Sig. (2-tailed) .848
N 156
UP
Correlation
Coefficient
.122
Sig. (2-tailed) .130
N 156
PROF
Correlation
Coefficient
.149
Sig. (2-tailed) .063
N 156
LEV
Correlation
Coefficient
-.033
Sig. (2-tailed) .680
N 156
LIQ
Correlation
Coefficient
.063
Sig. (2-tailed) .436
N 156
17
Unstandardized Residual
Correlation
Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) .
N 156
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk Ukuran
Dewan Komisaris (X1) 0.891 ˃ 0.05, Ukuran Komite Audit (X2) 0.848 ˃ 0.05, Ukuran
Perusahaan (X3) 0.130 ˃ 0.05, Profitabilitas (X4) 0.063 ˃ 0.05, Leverage (X5) 0.680 ˃
0.05 dan Likuiditas (X6) 0.436 ˃ 0.05. Dapat disimpulkan bahwa pada uji ini
menunjukkan tidak adanya heterokedasitas.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 .541a .292 .264 .10370 .780
a. Predictors: (Constant), LIQ, UDK, UKA, PROF, UP, LEV
b. Dependent Variable: PRK
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa nilai DW adalah sebesar 0.780
yang berarti bahwa -2 ˂ 0.780 ˂ +2 Hal ini berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi
dalam model yang digunakan, sehingga model regresi layak digunakan.
18
Uji Regresi Linear Berganda
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .767 .074 10.390 .000
UDK .018 .006 .315 3.277 .001
UKA .038 .016 .172 2.366 .019
UP .000094 .000 .031 .329 .742
PROF -.453 .137 -.268 -3.298 .001
LEV -.106 .078 -.144 -1.354 .178
LIQ -.018 .007 -.272 -2.784 .006
a. Dependent Variable: PRK
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS, 2018
Dari table diatas apat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
PR = 0.767 + 0.018 UDK + 0.038 UKA + 0.000094 UP - 0.453 PROF - 0.106 LEV -
0.018 LIQ + ε
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta (a)
Nilai konstansta (a) bernilai positif yaitu 0.767, ini berarti jika semua variabel bebas
memiliki angka (0), maka nilai variabel Pengungkapan Risiko Keuangan adalah
sebesar 0.767.
b. Koefisien b1 untuk variabel Ukuran Dewan Komisaris
Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0.018, nilai b1 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Ukuran Dewan
Komisaris dengan variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai
variabel Ukuran Dewan Komisaris naik sebesar 1, maka nilai Pengungkapan Risiko
Keuangan akan naik sebesar 0.018. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
c. Koefisien b2 untuk variabel Ukuran Komite Audit
Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0.038, nilai b2 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabe Ukuran Komite Audit
dengan variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai variabel
19
Ukuran Komite Audit naik sebesar 1, maka nilai Pengungkapan Risiko Keuangan
akan naik sebesar 0.038. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
d. Koefisien b3 untuk variabel Ukuran Perusahaan
Besarnya nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0.000094, nilai b3 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Ukuran Perusahaan
dengan variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai variabel
Ukuran Perusahaan naik sebesar 1 Triliun Rupiah, maka nilai Pengungkapan Risiko
Keuangan akan naik sebesar 0.000094. Dengan asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
e. Koefisien b4 untuk variabel Profitabilitas Besarnya nilai koefisien regresi (b4) sebesar -0.453, nilai b4 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel Profitabilitas
dengan variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai variabel
Profitabilitas turun sebesar 1, maka nilai Pengungkapan Risiko Keuangan akan
turun sebesar -0.405. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
f. Koefisien b5 untuk variabel Leverage Besarnya nilai koefisien regresi (b5) sebesar -0.106, nilai b5 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel Leverage dengan
variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai variabel Leverage
turun sebesar 1, maka nilai Pengungkapan Risiko Keuangan akan turun sebesar --
0.106. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
g. Koefisien b6 untuk variabel Likuiditas Besarnya nilai koefisien regresi (b6) sebesar -0.018, nilai b6 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel Likuiditas dengan
variabel Pengungkapan Risiko Keuangan yang artinya jika nilai variabel Likuiditas
turun sebesar 1, maka nilai Pengungkapan Risiko Keuangan akan turun sebesar -
0.018. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
Uji Hipotesis
Uji F
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .661 6 .110 10.252 .000b
Residual 1.602 149 .011
Total 2.264 155
a. Dependent Variable: PRK
b. Predictors: (Constant), LIQ, UDK, UKA, PROF, UP, LEV
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
20
Berdasarkan tabel Diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 10.252
dengan tingkat signifikansi 0.000b nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai F
tabel. Jadi F hitung ˃ F tabel (10.252 ˃ 2.16) dan tingkat signifikansi sebesar 0.000b
maka keputusan H7 diterima Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
Uji T
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .767 .074 10.390 .000
UDK .018 .006 .315 3.277 .001
UKA .038 .016 .172 2.366 .019
UP .000094 .000 .031 .329 .742
PROF -.453 .137 -.268 -3.298 .001
LEV -.106 .078 -.144 -1.354 .178
LIQ -.018 .007 -.272 -2.784 .006
a. Dependent Variable: PRK
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Dengan nilai n=156, α=5% : 2 =2.5%, α=2 (uji dua sisi) dengan derajat
keterbatasan (df) n-k-1 atau 156-6-1=149. Hasil untuk nilai t-tabel dengan pengujian
dua sisi yaitu 1.9760. Dengan ini dapat diambil kesimpulan dari analisis tabel diatas
Sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analasis pada table diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar 3.277 ˃ 1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.001 ˂ 0.05). Maka H1
ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Ukuran Dewan Komisaris (X1)
secara parsial berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
2. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar 2.366 ˃ 1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.019 ˂ 0.05). Maka H2
diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Ukuran Komite Audit (X2) secara
parsial berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
3. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar 0.329 ˂ 1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.742 ˃ 0.05). Maka H3
21
diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Ukuran Perusahaan (X3) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
4. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar -3.298 ˂ -1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.001 ˂ 0.05). Maka
H4 ditolak dan Ho diterima, yang berarti Profitabilitas (X4) secara parsial
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
5. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar -1.354 ˃ -1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.178 ˃ 0.05). Maka
H5 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Leverage (X5) secara parsial
tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
6. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-hitung
sebesar -2.784 ˂ -1.9760 dan nilai signifikansi (p-value = 0.006 ˂ 0.05). Maka
H6 diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Likuiditas (X6) secara parsial
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan (Y).
Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .541a .292 .264 .10370 .780
a. Predictors: (Constant), LIQ, UDK, UKA, PROF, UP, LEV
b. Dependent Variable: PRK
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel Diatas dapat dilihat bahwa dapat diketahui nilai Adjusted R²
(R Square) adalah 0.264. Jadi sumbangan pengaruh dari variabel independen (Ukuran
Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage
dan Likuiditas) terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016 yaitu 26.4% sedangkan
sisanya 73,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Pembahasan
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mubarok (2013) menunjukkan
bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan
dan dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Syaifurakhman dan Laksito
(2016) menunjukkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap
pengungkapan resiko keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Christie (2014) menunjukkan bahwa Dewan Komisaris tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan dan dipertegas dengan hasil
22
penelitian yang dilakukan oleh Utami (2015) menunjukkan bahwa Dewan Komisaris
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Ukuran Komite Audit
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syaifurakhman dan Laksito (2016)
menunjukkan bahwa Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan resiko
keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2013),
Christie (2014) dan Utami (2015) menunjukkan bahwa Ukuran Komite Audit tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elazahar dan Hussainey (2012),
Mubarok (2013), Christie (2014) dan Yuniarti (2016) menunjukkan bahwa Ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan. Tetapi berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amran et.al (2009), Hassan (2009), Anisa
(2010), Wardhana (2013), Daniel (2013) dan Utami (2015) menunjukkan bahwa
Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh
terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christie (2014) menunjukkan bahwa
Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan dan dipertegas oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniarti (2016) menunjukkan bahwa
Tingkat Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan Tetapi
berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anisa (2010), Elzahar
dan Hussainey (2012) dan Mubarok (2013) menunjukkan bahwa Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Leverage tidak berpengaruh
terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amran et.al (2009), Elazahar dan Hussainey
(2012), Daniel (2013) dan Wardhana (2013) menunjukkan bahwa Leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2010), Christie (2014) dan Yuniarti (2016)
menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Likuiditas berpengaruh terhadap
Pengungkapan Risiko Keuangan. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Daniel (2013) menunjukkan bahwa Likuiditas
berpengaruh terhadap pengungkapan resiko keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Elzahar dan hussainey (2012), Mubarok (2013) dan
23
Syaifurakhman dan Laksito (2016) menunjukkan bahwa Likuiditas tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan resiko keuangan.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris,
Ukuran Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan dengan melihat nilai
signifikansi sebesar 0.000 dengan batas signifikansi 0.05. Maka signifikansi 0.000 ˂
0.05.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarakan uraian pembahasan diatas maka kesimpulan yang diambil adalah
sebagai berikut :
1. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko
Keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2016.
2. Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
3. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
4. Profitabilitas berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
5. Leverage tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
6. Likuiditas berpengaruh terhadap Pengungkapan Risiko Keuangan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
7. Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap
Pengungkapan Risiko Keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan terhadap penelitian yang akan
datang agar dapat :
1. Menggunakan periode yang berbeda atau periode terbaru, karena setiap tahun
data didalam perusahaan bisa mengalami fluktuasi. Kemudian hasilnya dapat
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya agar dapat menjadi referensi
untuk peneliti selanjutnya dan bagi manajemen perusahaan.
24
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen yang dapat
mempengaruhi pengungkapan risiko perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, 2015. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
RiskDisclosure. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Andi Mubarok, 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Pengungkapan Risiko Dalam Laporan Keuangan Interim.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Anisa, W. G. 2012. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Risiko.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Christie, 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tingkat Pengungkapan Risiko Keuangan Dalam Interim Report.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Elzahar dan Hussainey (2012) Determinants of Narrative Risk Disclosures in UK
Interim Reports, Journal of Risk Finance, 13 (2), pp. 133-147.
Kaihatu. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8 No. 1 Ed Maret.
Leony Lovancy Tristanti, 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Sukarela. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Mubarok, 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Mekanisme
Corporategovernance Terhadap Pengungkapan Risiko Dalam Laporan
Keuangan Interim. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Mangena, M. And Pike, R., 2005. The Effect Of Audit Committee Shareholding,
Financial Expertise And Size On Interim Financial Disclosures. Accounting
And Business Research, 35 (4), Pp. 327
Ruwita, 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Risiko Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Safyra Primadhyta, 2017. CNN Indonesia | Rabu, 20/09/2017 08:51 WIB
Suhardjanto dan Miranti. 2009. Praktik Penerapan Indonesian Environmental
Reporting Index dan Kaitannya Dengan Karakteristik Perusahaan. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia 13(1): 63-77.
Sunyoto, 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Buku Ekonomi :135
Wardhana, 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan
Risiko. Skripsi. Universitas Diponegoro.