Post on 08-Mar-2019
ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF),
FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)
TERHADAP PROFITABILITAS PADA
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Rizka Nurjannah Kusumawaty
NIM: 11140850000054
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
i
ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF),
FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)
TERHADAP PROFITABILITAS PADA
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017
DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rizka Nurjannah Kusumawaty
NIM: 11140850000054
LEMBAR PERSETUJUAN
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Herni Ali HT, S.E,M.M
NIDN: 0422125902
Santi Yustini, S.E,M.Ak
NIDN:2021078701
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty
2. NIM : 11140850000054
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis No Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas pada Bank
Umum Syariah Periode 2010 – 2017 di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Februari 2018
1. Umiyati, SE.I, M.SI (________________)
NIDN. 2020047903 Penguji I
2. Ade Ananto Terminanto, M.M (________________)
NIP.196811252014111002 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Jumat tanggal 27 Juli 2018 telah diadakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty
2. NIM : 11140850000054
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Non Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum
Syariah Periode 2010 – 2017 di Indonesia.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan mahasiswa bahwa tersebut
diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 27 Juli 2018
1. Fitri Damayanti, S.E, M.Si (_______________)
NIP. 1981073212006042003 Ketua
2. Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M (_______________) NIDN: 0422125902 Sekretaris
3. Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M (_______________) NIDN: 0422125902 Pembimbing I
4. Santi Yustini, S.E, M.Ak (_______________) NIDN: 2021078701 Pembimbing II
5. Yuke Rahmawati, M.A (_______________) NIP: 19759032007012023 Penguji Ahli
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty
NIM : 11140850000054
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS NON
PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR),
BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)
TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE
2010 – 2017 DI INDONESIA adalah benar merupakan karya saya sendiri dan
tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang
ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 09 Juli 2018
Yang Menyatakan,
(Rizka Nurjannah Kusumawaty)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 April 1996
3. Alamat : Perumahan Bekasi Timur Permai Jl. Bima
Suci II Blok E8/7, Rt. 09/12 Desa Setia
Mekar Kecamatan Tambun Selatan Bekasi
17510
4. Email : Rizkan13@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. TK As-salam Tahun 2001 - 2002
2. SDIT As-salam Tahun 2002 - 2008
3. SMP Mandalahayu Tahun 2008 - 2011
4. MA Al-Hamidiyah Tahun 2011 - 2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 – 2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Koordinator Departemen Bahasa (2013-2014)
2. Divisi Cerdas Cermat 2nd
IB Days (Prodi Perbankan Syariah) (2015)
3. Divisi Acara 3rd
IB Days (Prodi Perbankan Syariah) (2016)
4. Notulen Seminar International Prodi Perbankan Syariah “Cultural
Affairs Section of the U.S. Embassy Jakarta” (2017)
vi
ABSTRACT
This study aims to measure the ratio of Non-Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), and the operational costs against operating
income (BOPO) towards profitability ratios Return On Assets (ROA) of the Bank
Indonesia Sharia in Public during the eight year period 2010 to 2017.
The object of the research used is 8 public Bank Syariah in Indonesia
which consists of: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia Sharia
(BNIS), Bank Rakyat Indonesia Sharia (BRIS), Bank Muamalat Indonesia (BMI),
Bank Mega Syariah (BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB), Maybank Islamic
Indonesia (MIS), Bank Panin Syariah (PBS). The results of this research show
that simultaneously throughout the independent variable NPF, FDR, and the
dependent variable BOPO effect on profitability (ROA) of 47%. Partially
retrieved results of NPF to profitability with value prob. of 0.0022 < 0.05, FDR
did not affect profitability with value prob. of 0.5297 > 0.05 and BOPO has no
effect against the profitability of the BUS with the value of the prob. of 0.3446 >
0.05.
Keywords: public Bank syariah, Non Performing Financing (NPF), operational
costs against operating income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR) and
the ratio of profitability Return On Assets (ROA)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur rasio Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap rasio profitabilitas Return On Assets
(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia selama delapan tahun periode 2010
sampai 2017.
Objek penelitian yang digunakan adalah 8 Bank Umum Syariah di
Indonesia yang terdiri dari: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia
Syariah (BNIS), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Muamalat
Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB),
Maybank Indonesia Syariah (MIS), Panin Bank Syariah (PBS). Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan seluruh variabel independen
NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap variabel dependen profitabilitas
(ROA) sebesar 47%. Secara parsial diperoleh hasil NPF berpengaruh terhadap
profitabilitas BUS dengan nilai prob. sebesar 0.0022 < 0.05, FDR tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas dengan nilai prob. sebesar 0.5297 > 0.05 dan
BOPO tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dengan nilai prob. sebesar
0.3446 > 0.05.
Kata kunci: Bank Umum syariah, Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan rasio profitabilitas Return On Assets (ROA).
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada
umatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana pada Program Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan
adalah “ANALISIS Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) TERHADAP
PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017 DI
INDONESIA”. Dalam penyusunan skripsi ini tentu tak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Kepada kedua orang tua, Papa Tanhudin dan Mama Neneng Soraya, penulis
ucapkan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan selama
menuntut ilmu. Sebagai kekuatan terbesar bagi penulis juga memotivasi
penulis untuk berprestasi dan menjadi kebanggaan orang tua.
2. Kepada Kakak penulis, Riky Purnama Rachman dan Kakak Ipar, Rossiana
Zahra atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan.
3. Ibu Cut Erika Ananda SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Fitri Damayanti SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah
membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi
berjalan dengan lancar.
4. Bapak Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M , dan ibu Santi Yustini, S.E M.Ak selaku
dosen pembimbing yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat
serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
ix
5. Muhammad Andhika, yang telah menemani dan mendukung selama kuliah
dan penulisan ini.
6. Sahabat yang selalu mendukung serta menemani penulis selama perkuliahan,
kompre dan skripsi Anggita, Annisa, Arvina, Evi, Heva, Raudhatul, Rita,
Tiara.
7. Sahabat yang selalu mendukung dari awal perkuliahan Almira, Lita, Rahmi,
Vicka, Zulisa.
8. Sahabat yang selalu mendukung, menjadi teman selama perkuliahan diskusi
serta memberikan fasilitas selama penulisan Pamulih B. Prasetyo S.Si, M.Si
9. Sahabat Bryan Angel’s yang selalu menghibur Almira, Mala, Azzahra.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Jakarta, 09 Juli 2018
Rizka Nurjannah Kusumawaty
NIM. 11140850000054
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii
PERNYATAAN ......................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 12
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 17
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian ......................................................... 17
1. Bank Syariah ................................................................................................. 17
a. Definisi Bank Syariah .............................................................................. 17
b. Fungsi dan Peran Bank Syariah ............................................................... 18
c. Sumber Dana Bank Syariah ..................................................................... 18
d. Penggunaan Dana Bank ........................................................................... 20
e. Sumber Pendapatan Bank Syariah ........................................................... 21
xi
2. Analisis Laporan Keuangan .......................................................................... 21
a. Definisi Laporan Keuangan...................................................................... 21
b. Tahap Analisis laporan keuangan ............................................................ 22
c. Analisis rasio keuangan ............................................................................ 22
3. Analisis Kinerja Perbankan .......................................................................... 23
a. Penilaian Risk Profile ............................................................................... 23
b.Penilaian Earnings .................................................................................... 25
4. Profitabilitas Perbankan ................................................................................ 26
a. Return On Assets (ROA) .......................................................................... 27
B. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 28
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis .............................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 34
C. Sumber Data...................................................................................................... 35
D. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 35
1. Indikator profitabilitas .................................................................................. 35
a. Return On Assets (ROA) ......................................................................... 35
2. Indikator Rasio Keuangan ............................................................................ 35
a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .............. 35
b. Non Performing Financing (NPF) .......................................................... 36
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) ........................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 37
F. Teknik Pengolahan Data ................................................................................... 38
1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 38
2. Pengujian Asumsi Klasik .............................................................................. 38
a. Uji Normalitas ......................................................................................... 39
b. Uji Multikolinieritas ................................................................................ 39
c. Uji Heteroskedasitas ................................................................................ 40
d. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 40
3. Uji Stasioneritas ............................................................................................ 41
4. Estimasi Model Data Panel ........................................................................... 42
xii
a. Metode Common Effect Model CEM) atau Pooled Least Square
(PLS) ............................................................................................................ 42
b. Metode Fixed Effect Model (FEM) ........................................................ 43
c. Uji Chow ................................................................................................. 43
d. Metode Random Effcet Model (REM).................................................... 44
e. Uji Haussman .......................................................................................... 45
5. Uji Signifikansi ............................................................................................. 45
a. Uji Statistik t (Uji Parsial) ....................................................................... 45
b. Uji F Statistik (Uji Simultan) .................................................................. 46
c. Koefisien Determinansi ........................................................................... 47
6. Persamaan Model Regresi Data Panel .......................................................... 49
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
A. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................... 50
1. Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................................... 50
2. Hasil Penelitian ............................................................................................. 60
a. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 60
b. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 64
c. Uji Stationeritas ....................................................................................... 66
d. Pengujian Model Regresi Data Panel ...................................................... 67
e. Uji Signifikansi ....................................................................................... 72
f. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih ................................................... 75
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................................ 76
1. Pengaruh Net Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas ............ 76
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas ........... 77
3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Profitabilitas ....................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 79
B. Saran ................................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN .............................................................................................................. 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah .......................... 2
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel ..................................................................... 34
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ....................................................................................... 34
Tabel 4.1 ROA BUS periode 2010-2017 ................................................................... 60
Tabel. 4.2 NPF BUS periode 2010-2017 ................................................................... 61
Tabel. 4.3BOPO BUS periode 2010-2017 ................................................................. 62
Tabel 4.4 FDR BUS periode 2010-2017 .................................................................... 63
Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Bank Sampel Penelitian .............................................. 64
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................ 65
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteriskedastisitas ...................................................................... 66
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 66
Tabel 4.10 Hasil Uji Stationeritas .............................................................................. 67
Tabel 4.11 Hasil Uji CEM ......................................................................................... 68
Tabel 4.12 Hasil Uji FEM .......................................................................................... 69
Tabel 4.13 Hasil Uji Chow ........................................................................................ 70
Tabel 4.14 Hasil Uji REM ......................................................................................... 71
Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman ................................................................................... 72
Tabel 4.16 Hasil Uji t ................................................................................................. 73
Tabel 4.17 Hasil Uji F ................................................................................................ 74
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefesien Determinasi ............................................................. 89
Tabel 4.19 Fixed Effect Model .................................................................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia ................................................. 2
Gambar 1.2 Perkembangan Jumlah Rekening dan Jumlah Nasabah BUS .................. 4
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perbandingan NPF dan ROA tahun 2014-2017.......................................... 7
Grafik 1.2 Perbandingan BOPO dan ROA tahun 2014-2017 ...................................... 8
Grafik 1.3 Perbandingan FDR dan ROA tahun 2014-2017 ......................................... 9
Grafik 1.4 ROA tahun 2014-2017 .............................................................................. 10
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: ROA BUS Periode 2010-2017 .............................................................. 84
Lampiran 2: NPF Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-2017 .......... 85
Lampiran 3: BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-2017 ....... 86
Lampiran 4: FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017 ......... 87
Lampiran 5: Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel ............................... 88
Lampiran 7: Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 89
Lampiran 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 89
Lampiran 10: Hasil Uji CEM ..................................................................................... 90
Lampiran 11: Hasil Uji FEM ..................................................................................... 90
Lampiran 12: Hasil Uji REM ..................................................................................... 91
Lampiran 13: Hasil Uji Chow .................................................................................... 92
Lampiran 13: Hasil Uji Haunsman ............................................................................ 93
Lampiran 14: Hasil Uji Signifikansi .......................................................................... 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional, disertai dengan
pesatnya pertumbuhan Bank Syariah yang hadir ditengah masyarakat,
pertumbuhan dan perkembangan tersebut tidak terlepas dari keterkaitan Bank
Konvensional yang membuka cabang syariah pada masing-masing bank.
Sistem perbankan syariah dianggap mampu dan menjanjikan untuk dijadikan
sebagai alternatif dari sistem perbankan nasional maupun internasional.
Adanya krisis yang terjadi pada tahun 1997 yang melanda perbankan
di Indonesia, orang-orang berfikir bahwa sistem perekonomian konvensional
bukan lah satu-satu nya yang terbaik dan dapat diandalkan. Lalu, hadir lah
perbankan syariah dengan prinsip yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan
keterbukaan dalam perekonomian. Hal ini berpengaruh pada peningkatan
eksistensi bank syariah di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat
masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dan telah
berkembang menjadi sebuah tren. Pemerintah juga menegaskan dengan
adanya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tertulis pula bahwa
bank umum melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan juga dapat
melaksanakan berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Perbedaan yang
paling mendasari atas bank konvensional dan bank syariah adalah adanya
larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut
oleh bank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya,
bank syariah menganut sistem bagi hasil. Dapat dilihat pula dari segi
peranannya, dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai
jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, bank konvensional juga masih
menjadi penyekat antara keduanya karena tidak adanya transferability risk
and return, dimana seluruh keberhasilan dan resiko usaha didistribusikan
secara langsung kepada pemilik dana. Namun, tidak demikian halnya sistem
yang dianut perbankan syariah, dimana perbankan syariah menjadi manajer
2
investasi, wakil, atau pemegang amanat dari pemilik dana atas investasi di
sektor riil sehingga menciptakan suasana harmoni (Muhammad, 2005).
Karena adanya hal tersebut, dapat dibuktikan oleh data Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah (2009) yang menyebutkan berkembangnya
tren tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik
bagi deposan mengingat nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih
kompetitif dibanding bunga di bank konvensional.
Dalam penelitian terdahulu, Said Muhammad dan Ali Herni (2016)
menyatakan bahwa perbankan dan keuangan Islam atau bank syariah tumbuh
sangat signifikan di seluruh dunia baik di negara-negara dengan mayoritas
penduduk muslim dan di negara-negara barat dengan penduduk mayoritas
non-muslim. Pertumbuhan industri global secara
umum diukur dengan kuantitas dan nilai aset keuangan Islam. Lalu,
pada tahun 2011, ada lebih dari 300 lembaga keuangan Islam yang beroperasi
di lebih dari 75 negara di seluruh dunia. Hal ini dapat membuktikan bahwa
pebankan syariah diterima tidak hanya dalam negri namun juga di luar negri.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan pertumbuhan Bank Konvensional
dan Bank Syariah di Indonesia.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: OJK dalam Said Muhammad dan Ali Herni.
Menurut penelitian terdahulu Said Muhammad dan Ali Herni (2016),
dari data pertumbuhan aset bank konvensional dan bank syariah pada Tabel
1.1 menunjukan bahwa tingkat persentase pertumbuhan aset bank syariah
selama 2010-2014 masih lebih tinggi dibandingkan dengan bank
Tahun Pertumbuhan (%)
Bank Konvensional Bank Syariah
2010 18,78 46,98
2011 21,41 48,61
2012 16,75 34,05
2013 16,21 24,23
2014 13,38 12,42
3
konvensional, walaupun pertumbuhan aset hingga tahun 2014 baik bank
konvensional maupun bank syariah, keduanya menunjukan kecenderung
menurun. Pada tahun2010 selisih pertumbuhan Bank Syariah terhadap Bank
Konvensional sebesar 28,2%, tahun 2011 sebesar 27,47%, tahun 2012 sebesar
17,3%, tahun 2013 sebesar 8,02% yang menunjukan pertumbuhan Bank
Syariah lebih tinggi dibandingkan Bank Konvensional walaupun pada tahun
2014 Bank Syariah lebih rendah 4% dibandingkan Bank Konvensional.
Namun, meskipun begitu telah Bank Syariah mampu mempertahankan
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Bank Konvensional dari tahun
2010-2013.
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Bank Syariah di Dunia
Sumber: Islamic Finance Country Index dalam Said Muhammad dan Ali Herni
Sedangkan dalam lingkup internasional, Indonesia menduduki urutan
ke-empat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan
industri keuangan syariah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1. Posisi
Indonesia masih di bawah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Namun,
Indonesia masih lebih unggul dari 16 negara lain nya dengan nilai 29% yang
menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat potensial dalam
pengembahan industri keuangan syariah.
4
Dengan melihat data Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 dan juga melihat
beberapa aspek dalam penghitungan indeks seperti jumlah bank syariah,
jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan
syariah yang memiliki presentase terbesar, maka Indonesia diproyeksikan
akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan.
Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi
pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi (Handriano 2015).
Harapan perkembangan perekonomian syariah di Indonesia yang semakin
meluas mulai terbangun dengan populasi masyarakat indonesia yang
didominasi oleh masyarakat muslim yang mana telah mengetahui hukum
perekonomian konvensional, khususnya dalam perbankan konvensional yang
menganut unsur riba. Dengan demikian peluang besar bagi tumbuhnya
perbankan syariah di Indonesia pun mulai didukung oleh masyarakat
indonesia yang telah mengetahui lemahnya sistem perbankan konvensional.
Perkembangan bank syariah di Indonesia saat ini tengah ada dalam fase
perkembangan yang pesat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2 yang
menunjukan perkembangan jumlah rekening dan jumlah nasabah yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun.
Gambar 1.2
Perkembangan Jumlah Rekening dan Jumlah Nasabah
BUS, UUS dan BPRS
Sumber : OJK , 2017
Berdasarkan Gambar 1.2 pada Oktober 2017 jumlah rekening yang
tercatat mencapai 26,57 juta, naik dari Desember 2016 yang tercatat sebesar
23,45 juta rekening. Sedangkan jumlah rekening PYD juga meningkat dari
4,77 juta menjadi 5,71 juta rekening di periode yang sama. Hal ini
5
membuktikan bahwa masyarakat mulai mempercayai kinerja perbankan
syariah yang dapat di tunjukan dengan peningkatan yang signifikan dari
banyaknya nasabah yang membuka rekening pada Bank Syariah.
Dalam Bisnis perbankan melihat kinerja suatu bank merupakan hal
yang sangat penting, karena bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan,
maka bank harus mampu menunjukkan kredibilitasnya sehingga akan
semakin banyak masyarakat yang percaya dan memutuskan untuk
bertransaksi di bank tersebut, salah satunya melalui peningkatan
profitabilitas. Menurut Sudarsono (2008) Bank Syariah menerapkan
hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan
kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang
dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu,
tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil
bukan hanya untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap
hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Itulah sebabnya
penting bagi bank syariah untuk terus meningkatkan profitabilitasnya.
Besar kecilnya keuntungan dan kemampuan bank menghasilkan laba
akan mengindikasikan besar kecilnya rasio perolehan profitabilitas yang
diperoleh oleh bank, karena itu lah telah dapat di simpulkan bahwa risiko
pembiayaan yang di lakukan oleh bank syariah dapat mempengaruhi besar
kecilnya perolehan rasio profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Apabila profitabilitas rendah maka memberikan gambaran bahwa
pihak manajemen tidak memanfaatkan aktiva produktif yang dimiliki
perusahaan secara maksimal, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
kepercayaan masyarakat yang perlahan akan menurun (Setiawan, 2009).
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat
untuk mengukur kinerja suatu perusahaan (Hanafi, 2001). Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula
kinerja keuangan perusahaan.
Untuk mengukur Rasio profitabilitas atau rentabilitas yang biasa
digunakan ialah menggunakan rasio Return On Equity (ROE) dan Return On
6
Asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
income dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007). Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) ini
memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan
dalam operasi perusahaan.
Pada januari 2012 seluruh Bank Umum di Indonesia menggunakan
pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor terbaru, yaitu RGEC sebagai
pengganti CAMEL. RGEC yang memiliki kepanjangan dari Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earning, dan Capital. aspek Asset Quality dan
aspek Liquidity masuk kepada Risk Profile meliputi Non Performing
Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR), aspek Earnings
meliputi Return On Equity, Return On Asset, dan Operational Efficiency
Ratio (BOPO).
Non Performing Finance (NPF) adalah rasio keuangan yang berkaitan
dengan risiko kredit yaitu adalah perbandingan antara total pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. Rasio
Non Performing Financing dikenal dengan Non Performing Loan pada bank
konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman
namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak
bank (Nusantara, 2009). Berdasarkan kutipan yang diperoleh dari (Nusantara,
2009) mengindikasikan bahwa, jika terjadi risiko kredit yang ditanggung
bank semakin tinggi, maka profitabilitas akan menurun dan begitu pula
sebaliknya. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba bank
dan secara otomatis berpengaruh langsung terhadap tingkat profitabilitas
bank. Hal ini menunjukan tingkat NPF yang tinggi bagi suatu bank
menggambarkan keadaan bank yang tidak sehat (Riyadi, 2014).
7
4.95% 4.84% 4.44% 4.71%
0.41 0.49
0.63
0.96
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
2014 2015 2016 2017
NPF
ROA
Grafik 1.1
Grafik perbandingan NPF dan ROA tahun 2014-2017
Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)
Berdasarkan teori yang diperoleh dari (Nusantara, 2009) mengatakan
ketika NPF naik maka ROA akan menurun, dan jika NPF turun maka ROA
akan naik. Namun dalam Grafik 1.1 dapat dilihat pada tahun 2016 dan 2017
mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika NPF 4,44% ROA
0,63%, dan pada tahun 2017 ketika NPF 4,71% ROA 0,96%. Dari adanya gap
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Mahardian (2008)
yang menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) secara statistik
tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Hasil ini bertentangan
dengan penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian
Mabruroh (2004), dan Mahardian (2008) maka perlu dilakukan penelitian
lanjutan pengaruh NPF terhadap ROA.
BOPO atau Operational Efficiency Ratio yang termasuk kedalam
rentabilitas ratio (Earning) merupakan perbandingan antara total biaya
operasi dengan total pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi rasio BOPO, kinerja bank
akan semakin menurun. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio
BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut (Riyadi, 2006).
8
Dengan demikian besar kecilnya BOPO akan mempengaruhi profitabilitas
bank (ROA)
Grafik 1.2
Grafik perbandingan BOPO dan ROA tahun 2014-2017
Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)
Berdasarkan teori yang diperoleh dari (Riyadi, 2006). mengatakan
ketika BOPO naik maka ROA akan menurun, dan jika BOPO turun maka
ROA akan naik. Namun dalam Grafik 1.2 dapat dilihat pada tahun 2015 dan
2017 mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika BOPO 97,01%
ROA 0,49%, dan pada tahun 2017 ketika BOPO 92,89% ROA 0,96%. Dari
adanya gap tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Heriyanto
dan Edhi (2009) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh yang negatif
antara BOPO terhadap ROA. Hasil ini bertentangan dengan penelitian
sebelumnya Usman (2003) menjelaskan adanya pengaruh positif antara
BOPO terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Heriyanto
dan Edhi (2009), dan Usman (2003) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh BOPO terhadap ROA.
Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to Deposit
Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki
bank (Dendawijaya, 2003). Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank
semakin meningkat (dengan asumsi bahwa bank tersebut mampu
96.97% 97.01% 96.22% 92.89%
0.41 0.49
0.63
0.96
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
2014 2015 2016 2017
BOPO
ROA
9
menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank,
maka kinerja bank juga meningkat (Mahardian, 2008). Dengan demikian
besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank
tersebut.
Grafik 1.3
Grafik perbandingan FDR dan ROA tahun 2014-2017
Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)
Dari penelitian (Mahardian, 2008) dapat memberikan asumsi bahwa
ketika FDR naik maka ROA akan naik, dan jika FDR turun maka ROA akan
turun. Namun, berdasarkan Grafik 1.3 dapat dilihat pada tahun 2016 dan 2017
mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika FDR 85,99%, ROA
0,63%, dan pada tahun 2017 ketika FDR 81,76%, ROA 0,96%. Dari adanya
gap tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Yuliani (2007)
menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA,
didukung oleh penelitian Mintarti (2009) dan Dewi (2010) yang menunjukkan
bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya penelitian Mahardian
(2008), Nusantara (2009) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif
terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Mintarti (2009)
dan Dewi (2010), terhadap penelitian Mahardian (2008), maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan pengaruh FDR terhadap ROA.
86.66% 88.03% 85.99% 81.76%
0.41
0.49
0.63
0.96
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
2014 2015 2016 2017
FDR
ROA
10
Dalam hal perekonomian, sistem perbankan juga termasuk dalam
sektor bisnis yang artinya setiap bisnis pasti dalam tujuan akhirnya adalah
meraih keuntungan untuk kelangsungan hidup bank melalui usaha. Dalam
hukum ekonomi untuk mendapatkan keuntungan adalah pendapatan harus
lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan. Bank mengoperasionalkan
dirinya melalui dana yang diperoleh dari masyarakat dan dititipkan pada bank
atas dasar kepercayaan. Oleh sebab itu, kegiatan operasional harus
dilaksanakan secara efektif dan secara efisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan bagi perusahaan. Karena kesehatan dan keberhasilan suatu bank
dilihat dari keuntungan yang diperoleh oleh bank itu sendiri (Harahap, 2016).
Grafik 1.4
Grafik ROA Bank Syariah Tahun 2014-2017
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2017
Berdasarkan Grafik 1.4 persentase ROA Bank Syariah dari tahun
2014-2017 menunjukan kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2014
sebesar 0,41%, tahun 2015 sebesar 0,49%, tahun 2016 sebesar 0,63%, dan
tahun 2017 sebesar 0,96% Namun kecenderungan kenaikan ini, belum
diketahui penyebabnya. Untuk itu perlu diteliti secara empiris adakah
pengaruh NPF, BOPO, FDR terhadap kenaikan ROA.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas adanya
research gap dari penelitian Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa
Non Performing Financing (NPF) secara statistik tidak berpengaruh terhadap
Return On Asset (ROA) dan hasil ini bertentangan dengan penelitian
0.41 0.49
0.63
0.96
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
2014 2015 2016 2017
ROA
11
Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA, kemudian adanya research gap dari penelitian Heriyanto dan
Edhi (2009) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh yang negatif antara
BOPO terhadap ROA dan hasil ini bertentangan dengan penelitian
sebelumnya Usman (2003) menjelaskan adanya pengaruh positif antara
BOPO terhadap ROA, dan adanya research gap dari penelitian Yuliani
(2007) menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA,
didukung oleh penelitian Mintarti (2009) dan Dewi (2010) yang menunjukkan
bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya penelitian Mahardian
(2008), Nusantara (2009) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif
terhadap ROA.
Berdasarkan adanya research gap tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berdasarkan research gap penelitian terdahulu tersebut.
Sehingga penelitian ini mengambil judul “ANALISIS Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS
PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017 DI
INDONESIA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis maka penulis mengidentifikasi
masalah yang ada sebagai berikut:
1. Kesehatan suatu bank dapat dilihat menggunakan rasio-rasio keuangan.
2. Adanya tingkat rasio NPF, BOPO, FDR yang tidak stabil per tahunnya.
3. Faktor tingkat rasio NPF, BOPO, FDR berpengaruh pada profitabilitas
(ROA) suatu bank.
C. Pembatasan Masalah
1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah bank yang tercatat dalam
BEI (Bursa Efek Indonesia)
2. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variable NPF,
BOPO, FDR terhadap profitabilitas.
12
3. Variabel Profitabilitas dalam penelitian ini menngunakan return on assets
(ROA)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat diajukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh NPF terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?
2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?
3. Bagaimana pengaruh FDR terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?
4. Bagaimana pengaruh NPF, BOPO, dan FDR terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017 secara simultan?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengaruh NPF terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017
2. Untuk menjelaskan pengaruh BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017
3. Untuk menjelaskan pengaruh FDR terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017
4. Untuk menjelaskan pengaruh NPF, BOPO, dan FDR terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017
secara simultan
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini dapat memberikan
manfaat untuk:
1. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di
perusahaan perbankan.
13
2. Perusahaan Perbankan Syariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam bidang keuangan
terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan
3. Akademisi
Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya
pada perusahaan perbankan syariah.
4. Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perbankan
syariah khususnya dalam hal pengukuran kinerja perbankan syariah.
14
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang
terkait dengan judul, antara lain:
Tabel 1.2
Tinjauan Kajian Terdahulu
Peneliti
(tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Ferry
Anggriawan
(2018)
Analisis
Pengaruh CAR,
NPF, BOPO, dan
FDR terhadao
Profitabilitas
Bank Syariah di
Indonesia Tahun
2014-2017
Menggunakan
Variabel NPF,
BOPO dan
FDR,
menggunakan
rasio
profitabilitas
(ROA).
Penelitian ini
menggunakan
metode regresi
berganda,
penelitian ini
menggunakan
variable CAR,
penelitian ini
dimulai tahun
2014-2017.
NPF tidak
berpengaruh,
BOPO dan
FDR
berpengaruh.
Herni Ali
dan
Muhammad
Said
(2016).
An Analysis on
the Factors
Affecting
Profitability
Level of Sharia
Banking in
Indonesia.
Menggunakan
variabel NPF,
FDR dan
ROA.
Penelitian ini
menggunakan
variabel
Inflasi, NOM,
CAR dan TPF.
NPF dan
FDR tidak
berpengaruh
terhadap
ROA.
Mohammed
T.
Abusharbeh
(2014).
Credit Risks and
Profitability of
Islamic Banks:
Evidence from
Indonesia.
Menggunakan
variable NPF
dan ROA.
Penelitian ini
menggunakan
variable Non-
profit-loss
sharing
financing
(NPLS), dan
Profit-loss
sharing
Financing
(PLS).
Variabel
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA.
Berlanjut ke halaman selanjutnya
15
Tabel 1.2
Tinjauan Kajian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Rr. Yoppy
Palupi
Purbaningsih
(2013).
The Effect of
Liquidity Risk
and Non
Performing
Financing
(NPF) Ratio to
Commercial
Sharia Bank
Profitability in
Indonesia.
Menggunakan
variable FDR,
dan NPF.
Penelitian ini
menggunakan
variabel LTA
dan LAD.
FDR dan NPF
secara
bersamaan
secara
signifikan.
mempengaruhi
profitabilitas.
Saiful
Bachri,
Suhadak dan
Muhammad
Saifi
(2013).
Pengaruh Rasio
Keuangan
terhadap
Kinerja
Keuangan
Bank.
Menggunakan
variabel ROA,
NPF dan
FDR.
Penelitian ini
menggunakan
CAR dan
OER.
FDR dan NPF
tidak
berpengaruh
secara
signifikan.
Akhtar
(2011).
Factors
Influencing the
Profitability of
Islamic Banks
of Pakistan.
Menggunakan
variabel ROA
dan BOPO.
Penelitian ini
menggunakan
ROA, NPL
dan CAR.
BOPO
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap ROA
dan ROE.
Heriyanto
dan Edhi
(2009).
Analisis
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Syariah
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia.
Menggunakan
variable NPF,
BOPO, FDR,
dan ROA.
Penelitian ini
menggunakan
variabel ROE.
NPF
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap ROA.
Berlanjut ke halaman selanjutnya
16
Tabel 1.2
Tinjauan Kajian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti
(tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
Gelos
(2006).
Bank
Relationship and
Firm
Performance:
Evidence from
Thailand before
The Asian
Financial Crisis.
Menggunakan
variable NPF,
BOPO, FDR,
dan ROA
Penelitian ini
menggunakan
variabel ROE.
FDR
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
ROA.
Mabruroh
(2004).
Manfaat
Pengaruh Raiso
Keuangan dalam
Analisis Kinerja
Keuangan
Perbankan.
Menggunakan
variabel NPF,
BOPO, FDR
dan ROA.
Penelitian ini
menggunakan
variabel ROE.
NPF
berpengaruh
postif
signifikan
terhadap
ROA.
Usman
(2003).
Aalisis Rasio
Keuangan dalam
Memprediksi
Perubahan Laba
pada Bank-Bank
di Indonesia.
Menggunakan
variable NPF,
BOPO, FDR,
dan ROA.
Penelitian ini
menggunakan
variabel
ROE,CAR.
BOPO
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ROA.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian
1. Bank Syariah
a. Definisi Bank Syariah
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-
jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono,
2008). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah di definisikan sebagai bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Di dalam Undang-undang Nomor 7
tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan prinsip
syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan pokok antara
perbankan islam dan perbankan konvensional adalah adanya larangan
riba (bunga) bagi perbankan islam (Arifin, 2005). Muhammad (2005)
menambahkan bahwa hal mendasar yang membedakan antara lembaga
keuangan non syariah dan syariah adalah terletak pada pengembalian
dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada
18
lembaga keuangan dan / atau yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada nasabah.
b. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Sudarsono (2008) mengatakan bahwa fungsi dan peran bank
syariah adalah sebagai berikut:
1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
c. Sumber Dana Bank Syariah
Arifin (2009) mengatakan bahwa sumber dana bank syariah
terdiri dari:
1) Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari
para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya
dana modal inti terdiri dari:
a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham.
b) Cadangan yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang
disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di
kemudian hari.
c) Laba ditahan yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan
kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham
sendiri diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
19
2) Kuasi Ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip
mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al
maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha
bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan
bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, bank menyediakan jasa
bagi investor berupa:
a) Rekening investasi umum
Bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari
kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi
berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted
investment account). Dalam hal ini bank bertindak sebagai
mudharib dan nasabah bank bertindak sebagai Shahib al Maal,
sedang keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada) yang
dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan nisbah
tertentu. Dalam hal terjadi kerugian, nasabah menanggung
kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan.
b) Rekening investasi khusus
Bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah
institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah
korporasi untuk menginvestasikan dan mereka pada unit-unit
usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau
mereka kehedaki.
c) Rekening tabungan mudharabah.
Dalam aplikasinya bank syariah melayani tabungan
mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan
korban, tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan
untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan
atau jangka waktu tertentu.
3) Dana titipan (wadi’ah/non renumerated deposit)
20
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada
bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Menurut Arifin
(2009), dana titipan ini dikembangkan dalam bentuk berikut:
a) Rekening giro wadi’ah
Dalam hal ini bank menggunakan prinsip wadiah yad
dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus
menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.
Dana tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan
komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh
dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan
komersial.
b) Rekening tabungan wadi’ah
Dalam hal ini nasabah dapat menarik sebagian atau
seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan
perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran
kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas
pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi, atas
kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan
keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank. Bank
menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan
dengan rekening tersebut.
d. Penggunaan Dana Bank
Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai
financial intermediary. Sehingga setelah berhasil menghimpun dana
pihak ketiga, bank syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana
tersebut untuk pembiayaan. Alokasi penggunaan dana bank syariah
pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting (Muhammad,
2005), yaitu:
1) Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset)
Aktiva yang dapat menghasilkan atau earning Asset adalah aset
bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini
disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas:
21
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).
b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah).
c) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’)
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina)
e) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
2) Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Asset)
a) Aktiva dalam bentuk tunai (cash Asset), terdiri dari uang tunai,
cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada
bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih
dalam proses penagihan (collections).
b) Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah
dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan
ajaran Islam.
c) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises
dan equipment).
e. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati porsi
terbesar, pada umumnya sekitar 55%- 60% dari total aktiva. Dari
pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat
mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on
financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank (Muhammad,
2005). Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh
dari:
1) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
2) Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’)
3) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina
4) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
2. Analisis Laporan Keuangan
a. Definisi Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan instrumen untuk
mendiagnosa kekuatan dan kelemahan kinerja perusahaan melalui
analisis hubungan-hubungan kuantitatif dari laporan keuangan
22
perusahaan kemudian mengetahui pengaruhnya yang lebih luas.
Penggunaan rasio ini disesuaikan dengan kebutuhan, maksudnya
untuk beberapa situasi tertentu dibutuhkan variabel-variabel laporan
keuangan secara rinci, dan untuk situasi lain penggunaan beberapa
rasio saja sudah cukup.
b. Tahap Analisis laporan keuangan
1) Analisis neraca yaitu menghubungkan setiap posdengan aktiva.
2) Analisis laporan rugi laba dengan menghubungkn seluruh pos
dengan pendapatan bersih.
3) Analisis laporan arus kas, metode ini mulai dengan laba bersih
dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk sampai pada
kas yang dihasilkan oleh kegiatan pembiayaan bertanda negatif.
c. Analisis rasio keuangan
1) Ukuran kinerja
a) Rasio profitabilitas, yaitu mengukur efektivitas manajemen
berdasarkan hasil pengembangan yang dihasilkan dari
penjualan dan investasi.
b) Rasio pertumbuhan, yaitu mengukur kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan posisi ekonomisnya dalam
pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar
produk tempatnya beroperasi.
c) Ukuran penilaian (valuation measures), yaitu mengukur
kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar
yang melebihi pengeluaran kas.
2) Efisiensi Operasi
a) Manajemen aktiva, mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis dalam
kekuasanya.
b) Manajemen biaya, operasi yang efisien mengelola investasi
dengan baik dan mengendalikan biaya dengan efektif.
23
3) Kebijakan Keuangan
a) Rasio leverage, mengukur sebatas mana total aktiva dibiayai
pemilik jika dibandingkan dengan pembiayaan yang
disediakan kreditur.
b) Rasio likuiditas, mengukur kemempuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibanya yang jatuh tempo.
3. Analisis Kinerja Perbankan
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang
Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bank di Indononesia diwajibkan
menggunakan metode penilaian kesehatan bank yang terbaru yaitu metode
RGEC, meliputi Penilaian Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, dan Capital.
a. Penilaian Risk Profile
Penilaian risk profile ini merupakan penilaian terhadap baik
buruknya penerapan manajemen resiko dan resiko inheren dalam
kegiatan opersional bank. Pada penelitian ini, hanya berfokus pada
risiko kredit yang diwakili oleh rasio NPL dalam Bank Konvensional
sedangkan pada Bank Syariah diwakili oleh rasio NPF. dan risiko
likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR dalam Bank Konvensional,
sedangkan pada Bank Syariah diwakili dengan rasio FDR.
1) Non Performing Financing (NPF)
Pada Bank Konvensional dikenal dengan Non Performing
Loan (NPL) yang merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan
risiko kredit. Non Performing Financing menunjukan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang
diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk
24
kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia, 2005)
Menurut Hendro dan Rahardja (2014) bank perlu
mempertimbangkan secara cermat calon nasbah dalam menganalisa
atau menilai sebuah permohonan pembiayaan yang diajukan calon
nasabah agar terhindar dari NPF dan bank dapat memperoleh
keyakinan bahwa usaha yang dibiayai dengan pembiayaan bank
layak untuk dijalankan dengan menganalisis melalui aspek 5C
(character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy)
dan aspek 7P (personality, party, payment, prospect, purpose,
profitability, dan protection).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs tanggal
30 oktober 2007 mengklasifikasikan kriteria penilaian peringkat
Non Performing Financing sebagai berikut:
NPF < 2% : Sangat Baik
2% NPF 5% : Baik
5% NPF 8% : Cukup Baik
8% NPF 12% : Kurang Baik
NPF 12% : Tidak Baik
Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan
antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak
ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005).
Rasio FDR yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
25
memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang
dimiliki bank. (Dendawijaya, 2003).
Nilai FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah
pada kisaran 78% hingga 100%. Menurut Aisyah (2015) tinggi
rendahnya rasio FDR menunjukan tingkat likuiditas bank yang
dapat di klasifikasikan apabila nilai FDR 80% - 110% maka
likuiditas bank dapat dikatakan baik. Menurut Hasbi (2011)
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
b. Penilaian Earnings
Earnings atau rasio rentabilitas yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba selama periode
tertentu (Riyanto, 2008) dalam (Dewi, Arifati, Andini, 2016). Pada
penelitian ini, fokus penilaian Earnings yaitu menggunakan rasio
ROA dan BOPO.
1) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh laba secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003).
Semakin besar Return On Asset (ROA), semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik. Return On Asset (ROA)
dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan
karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total
aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank (Almilia, 2005). Berdasarkan ketentuan Bank
26
Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.
9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut:
2) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia,
2005).
Karena rasio ini mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasional maka menurut Taswan
(2010) tingkat klasifikasi efesiensi BOPO dapat dikatakan baik
apabiloa berkisar 95% - 96%. Hasbi (2011) menambahkan semakin
kecil rasio ini maka kinerja bank semakin baik. Dengan demikian
efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio BOPO
akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Secara matematis,
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
4. Profitabilitas Perbankan
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan, dalam hal ini
perusahaan perbankan, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya
diukur menggunakan rasio perbandingan. Rasio yang biasa digunakan
untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah
ROE (Return On Equity) dan ROA (Return On Asset).
27
a. Return On Assets (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset yang dimiliki. Perlu
dicatat disini bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank,
Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On
Asset dan tidak memasukkan unsur Return On Equity. Hal ini
dikarenakan karena bank Indonesia, sebagai Pembina dan pengawas
perbankan, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan
masyarakat (Dendawijaya, 2003).
Menurut Fahmi (2013) semakin tinggi rasio ini maka semakin
baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
Dengan adanya teori tersebut akan meningkatkan daya tarik
perusahaan kepada investor. Apabila investor semakin meningkat
ketertarikannya maka perusahaan tersebut semakin diminati oleh
investor karena akan memberikan keuntungan yaitu tingkat
pengembalian atau deviden akan semakin besar.
Untuk menilai sejauh mana investasi yang telah ditanamkan
mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan maka dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
28
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dibuat kerangka yang ditujukkan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Variabel Terikat (Y):
ROA Variabel Bebas (X):
NPF,BOPO, dan FDR
Laporan Keuangan BUS
(2010-2017)
Uji Asumsi Klasik:
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heteroskedastisitas
4. Uji Autokorelasi
Uji Stationer Data
Fixed Effect Model
Uji signifikansi
Common Effect Model
Uji Pemilihan Model
Uji Chow
Random Effect Model
Uji Hausman
Uji T
Pembahasan & Interpretasi
Fixed Effect Model
Uji F Koefesien Determinasi (R2)
Kesimpulan & Saran
29
Penelitian ini mengukur variabel bebas NPF, BOPO, dan FDR
terhadap variable terikat ROA. Data yang digunakan adalah data sekunder,
yaitu laporan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode
2010-2017.
Selanjutnya data tersebut diuji dengan menggunakan Uji Asumsi
Klasik untuk mengetahui data tersebut lolos atau tidak dalam Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji
Autokeralasi. Setelah data tersebut lolos uji, maka data harus melalui Uji
Stationeritas untuk memastikan data tersebut sudah stationer.
Selanjutnya dilakukan Uji Pemilihan Model, Uji chow dilakukan
untuk memilih common effect model atau fixed effect model, setelah
terpilih fixed effect model maka harus diuji kembali menggunakan Uji
Hausman untuk memilih apakah fixed effect model atau random effect
model.
Berdasarkan model yang terpilih maka dapat diperoleh hasil Uji T,
Uji F, dan Uji Koefesien Determinasi. Dari hasil analisis tersebut akan
diperoleh kesimpulan dari penelitian yang akan menjawab rumusan
masalah yang telah dibuat.
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas
(ROA)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang
berhubungan dengan besarnya risiko kredit yang dialami oleh suatu bank.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan risiko kredit adalah kemungkinan
gagal bayar dan tidak dilunasinya pembiayaan yang terima oleh nasabah.
Semakin tinggi NPF pada suatu bank berarti menandakan bahwa bank
tersebut memiliki risiko pembiayaan yang ditanggung oleh bank. Sehingga
semakin besar NPF suatu bank akan mengakibatkan profitabilitas (ROA)
bank menjadi turun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya yang
dikeluarkan bank yaitu biaya pencadangan aktiva produktif yang
dibutuhkan menjadi lebih tinggi (Rivai, 2010).
30
Menurut Adyani 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas menyatakan bahwa NPF
berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan uraian
diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Non Perfoming Financing (NPF) berpengaruh terhadap
profitabilitas.
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas
(ROA)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau biasa disebut dengan rasio
pembiayaan yang diberikan oleh bank, dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh bank (Muhammad, 2005). Menurut kesepakatan
dalam Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) FDR yang ideal
adalah pada kisaran 80% hingga maksimum 90% dinilai sebagai rasio
FDR yang sehat. Apabila suatu bank memiliki rasio FDR sebesar 75%
(dibawah standar ideal) maka dapat diartikan bank hanya menyalurkan
75% dari seluruh dana yang dihimpun. Di sisi lain apabila rasio FDR
mencapai lebih dari 100%, dapat dikatakan bahwa bank melampaui batas
ideal yang telah ditetapkan oleh Asbisindo. FDR dihitung dari pembiayaan
dibagi dengan dana pihak ketiga, apabila dana dari pihak ketiga yang
berhasil dihimpun tinggi maka penyaluran pembiayaan juga tinggi,
pembiayaan tinggi dapat menghasilkan laba yang tinggi pula, sehingga
akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jika rasio FDR yang dimiliki
oleh bank sesuai dengan batas ideal maka laba yang diperoleh bank akan
meningkat (Sangia, 2012). Tetapi apabila rasio FDR rendah berarti
menunjukan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan,
sehingga likuiditas bank menjadi rendah.
Menurut Pratiwi 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
CAR, BOPO, dan FDR Terhadap ROA Bank Umum Syariah menyatakan
bahwa FDR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
31
H2 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
profitabilitas.
3. Biaya Operasional terhaadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhaadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan efektivitas bank dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Rasio BOPO ini mengukur kemampuan pendapan operasional dalam
menutup biaya operasional, dari nilai BOPO ini dapat dilihat kondisi
kinerja bank yang bersankutan. Menurut Sangia (2012) rasio BOPO
merupakan upaya sebuah bank untuk meminimalkan risiko operasional,
yang merupakan ketidakpastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh
bank. Risiko operasional berasal dari kerugian dan kemungkinan
terjadinya kegagalan atas jasa dan produk-produk yang ditawarkan.
Apabila rasio BOPO pada suatu bank tinggi maka berarti bahwa biaya
yang dikeluarkan bank untuk operasional lebih besar daripada pendapatan
operasional yang masuk ke bank. Apabila pendapatan operasional bank
kecil maka tingkat profitabilitas (ROA) bank menjadi rendah.
Menurut Pramudhito 2014 dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Pengaruh CAR, NOF, NOPO, FDR, dan NCOM Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia menyatakan bahwa
BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3 : BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas.
4. NPF, FDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hipotesis tiap variabel secara parsial diatas maka dapat
diajukan hipotesis secara simultan sebagai berikut:
H4: NPF, FDR, dan BOPO berperngaruh secara simultan terhadap
profitabilitas.
33
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang karakteristiknya hendak
diduga (Djarwanto, 1996). Tujuan dari adanya populasi adalah agar dapat
menentukan besarnya anggota sample yang diambil dari anggota populasi dan
membatasi berlakunya daerah generalisasi. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) periode 2010-2017.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki,
dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1996). Penentuan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel ditarik
sejumlah tertentu dari populasi emiten dengan menggunakan pertimbangan atau
tertentu (Sugiono, 1999).
Berikut ini adalah kriteria-kriteria dalam pengambilan berdasarkan populasi
yang telah diuraikan di atas:
1. Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode
2010-2017.
2. Bank Umum Syariah (BUS) yang telah beroperasi pada tahun 2010-2017
3. Bank yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahunannya secara berturut-
turut dari tahun 2010-2017 pada website resminya.
4. Bank Umum Syariah yang memiliki kelengkapan data semua variabel NPF,
BOPO FDR, dan ROA.
Berdasarkan kriteria diatas maka sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
delapan BUS. Keterangan mengenai proses pengambilan sample disajikan pada table
3.1berikut:
34
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sample
Keterangan Jumlah
Bank
Perbankan Syariah telah berbentuk Bank Umum Syariah
periode tahun 2010-2017 13
Bank Umum Syariah tidak memenuhi kriteria sample 5
Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sample 8
Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sample dapat dilihat pada table 3.2:
Tabel 3.2
Sample Penelitian
No Nama Bank Kode
1 Bank Syariah Mandiri (BSM)
2 Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
3 Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
4 Bank Muamalat Indonesia (BMI)
5 Bank Mega Syariah (BMS)
6 Bank Syariah Bukopin (BSB)
7 Maybank Indonesia Syariah (MIS)
8 Panin Bank Syariah (PBS)
Sumber: Data diolah 2018
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan media website khususnya pada bagian
Laporan Keuangan dari masing masing Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2010-2017 yang dijadikan sample dalam penelitian ini sebagai tempat
penelitian.
Waktu penelitian pada karya ilmiah ini berada pada rentang waktu februari
2018 sampai dengan juni 2018.
35
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasi melalui website
masing-masing bank umum syariah yang dijadikan sample dalam penelitian
ini selama periode 2010-2017.
D. Instrumen Penelitian
1. Indikator profitabilitas
a. Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar Return On
Asset (ROA), semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik. Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur
kinerja keuangan perbankan karena Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank (Almilia,
2005). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum dalam
Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan
sebagai berikut:
2. Indikator Rasio Keuangan
a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
36
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil
rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan
bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia, 2005). Hasbi (2011)
menambahkan semakin kecil rasio ini maka kinerja bank semakin
baik. Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan
dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Secara
matematis, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio
keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing
Financing menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.
Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet (Almilia, 2005) Hasbi (2011) menuliskan rasio
NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Rasio FDR yang
37
analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank
yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan
kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.
(Dendawijaya, 2003). Nilai FDR yang diperkenankan oleh Bank
Indonesia adalah pada kisaran 78% hingga 100%. Menurut Hasbi
(2011) Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang
bersifat time series. Data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang
lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan
studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh
berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu
peneliti mempergunakan data yang diperoieh dari internet (Sugiyono, 2005:
62). Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh
data sekunder adalah seoagai berikut:
1. Studi kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan
teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek pembahasan sebagai
bahan analisis yang dicari pada perpustakaan. Mengumpulkan, memilih,
imemahami dengan cara membaca penelitian terdahulu yaitu Jurnal,
Skripsi, Tesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat
penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan peraturan,
laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang diperoleh
biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal inengambil
data yang telah diolah oleh pihak lain. Atau dilakukan dengan menyalin
38
data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain. Data yang diperoleh
dengan teknik ini terdapat dalam laporan tahunan yang telah diaudit dari
bank yang menjadi objek penelitian selama periode 2012- 2016. Laporan
tahunan teisebut diperoleh peneliti melalui website inasing-masing bank
yang menjadi objek penelitian
F. Teknik Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis data panel.data panel
merupakam gabungan antara time series dan cross section data, yakni
sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam
suatu jangka waktu tertentu. Uji regresi data panel ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen (NPF, BOPO dan FDR)
terhadap variabel dependen (ROA), yang mana dalam menguji regresi ini
peneliti menggunakan software Miscrosoft Excel dan Eviews 9.0. Langkah-
langkah dalam pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) (Ghozali, 2016:19). Pada
bagian ini peneliti akan melakukan analisis variabel dependen maupun
variabel independen yang digunakan dalam penelitian guna mengetahui
gambaran umum variabel-variabel yang digunakan.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil regresi
yang dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau
disebut Best Linier Unbiaxed Estimator (BLUE). Dari pengujian tersebut
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi yang
erat antara variable independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi
residual periode t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (heterokedastisitas), data yang dihasilkan berdistribusi normal.
Adapun pengujian asumsi klasik terdiri dari :
39
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi variable dependen dan independen memiliki ditribusi data
yang normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianggap dapat
memiliki suatu populasi. Pada Eviews uji Validitas yang sering
digunakan dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera, menurut winarno (2011)
untuk menguji normalitas salah satunya yaitu dengan mengggunakan
uji Jarque-Bera test mempunyai distribusi Chi Square dengan
menggunakan derajat bebas dua. Dasar pengambilan keputusannya
sebagai berikut:
1) Jarque-Bera < Chi Square, maka data berdistribusi normal
2) Jarque-Bera > Chi Square, maka data berdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan dapat juga dilihat dari tingkat signifikan (5%).
Sehingga dapat diambil kesimpulan:
1) Nilai Probabilitas > nilai signifikansi (5%), maka data berdistribusi
normal.
2) Nilai Probibalitas < nilai signifikan (5%), maka data berdistribusi
tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikoliniearitas diartikan sebagai hubungan linier yang
sempurna antara beberapa atau semua variable bebas (Kuncoro, 2001).
Tujuan dilakukan pengujian multikoliniearitas adalah menegetahui
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variable independen. Apabila variable bebas saling
berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel =
0. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model
regresi dapat dilihat dari ρ < 0.8 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas (Winarmo, 2011)
40
c. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas,
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
sehingga diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,
2007).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada
penelitian ini menggunakan metode Uji White, dengan membandingkan
nilai prob. Obs*R-squared dengan nilai (5%).
1) Jika prob. Obs*R-squared > nilai (5%) maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
2) Jika prob. Obs*R-squared < nilai (5%) maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi maka dalam model regresi tersebut ada aoutokorelasi
(Ghozali, 2007). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak jelas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena gangguan pada individu atau kelompok cenderung
mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
digunakan Uji Breusch-Godfrey Serial Langrange Multiplier Test (LM
41
Test), yaitu dengan membandingkan nilai prob. Obs*R-squared dengan
nilai (5%).
1) Jika prob. Obs*R-squared > nilai (5%) maka tidak terjadi
Autokorelasi.
2) Jika prob. Obs*R-squared < nilai (5%) maka tidak terjadi
Autokorelasi.
3. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian sudah stasioner. Suatu proses stochastic
dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean) dan varian (variance) adalah
konstan sepanjang waktu. Jika data runtun waktu stasioner, maka nilai
mean, variance dan autovariance tetap sama sehingga tidak terpengaruh
oleh waktu (time variant) (Ghozali, 2013:406). Regresi yang menggunakan
data yang tidak stasioner biasanya mengarah kepada regresi lancung
(spurious regression). Permasalahan ini muncul diakibatkan oleh variabel
(dependen dan independen) time series terdapat tren yang kuat (dengan
pergerakan yang menurun dan meningkat). Adanya tren akan
menghasilkan nilai R2 yang tinggi, namun keterkaitan antarvariabel akan
rendah (Ghozali, 2013:407). Terdapat beberapa uji stationeritas data dalam
program Eviews yaitu: analisis grafik, uji autocorrelation function, dan uji
akar unit (unit root test) (Ghozali, 2013:407).
Uji stationer yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit
(unit root test). Cara yang digunakan untuk mengetahui data stasioner
adalah dengan melihat nilai probabilitasnya apakah lebih kecil dari 0.05
(5%), maka data sudah stasioner (Winarno, 2015:11.6). Artinya, jika nilai
probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner.
Sedangkan jika nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
data tidak stasioner. Guna menjadikan data tidak stasioner menjadi
stasioner biasanya data cukup didiferensi saja. Pada tingkat diferensi
pertama, biasanya data sudah menjadi stasioner. Kalau ternyata belum,
kemungkinan besar pada direfensi kedua sudah stasioner (Winarno,
2015:11.5)
42
4. Estimasi Model Data Panel
Dengan menggunakan data panel kita akan menghasilkan intersep dan
slope koefisien yang berbeda pada tiap perusahaan atau bank dan setiap
periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaannya
akan sangat tergantung pada dari asumsi yang kita buat mengenai intersep,
koefisien slope dan variabel pengganggunya.
Metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi
dengan data panel, yaitu:
a. Metode Common Effect Model CEM) atau Pooled Least Square
(PLS)
Metode Common Effect adalah metode estimasi model regresi
data. panel yang paling sederhana yaitu dengan mengkombinasikan data
time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan data
tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu maka kita
bisa menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel
Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun
waktu. Diasumsikan bahwa prilaku data antar perusahaan samadalam
berbagai kurun waktu.
Y = Return On Asset
Ln = Logaritma Natural
C = Konstanta
X1 = Net Performing Financing
X2 = Financing to Deposit Ratio
X3 =Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
lnYit = 𝛽0 + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +
ℯ it
43
b. Metode Fixed Effect Model (FEM)
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan interse Pengertian Fixed Effect inididasarkan adanya
perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar
waktu (time invariant. Disamping itu, model ini juga medgasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap perusahaan dan antar waktu.
Metode teknik variabel dummy ini seringkali disebut dengan teknik
Least Squares Dummy Variables (LSDV) Model Fixed Effect dengan
teknik variabel dummy dapat ditulis sbb:
c. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk membandingkan model mana yang
terbaik antara CE dan FE. Pada tabel uji chow, cukup dilihat pada nilai
probabilitas (prob) untuk cross section F. Jika nilainya < 0.05 maka
model yang terpilih adalah FE, tapi jika > 0.05 maka model yang
terpilih adalah CE.
Hipotesis sebagai berikut:
Ho : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Untuk melakukan pengujian di atas maka perlu dilakukan
perbandingan perhitungan antara F statistik dengan F tabel. Apabila F
hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka Ho ditolak, yang berarti model
yang tepat digunakan adalah fixed effect model begitupun sebaliknya,
jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka Ho diterima sehingga
model yang tepat digunakan adalah model common effect model.
Rumus yang digunakan dalam uji F statistik adalah sebagai berikut:
lnYit = 𝛽0 + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +
β5 D1i + β6 D2i + β7 D3i + β8 D4i + ℯ it
F = 𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆 / 𝑁−1
𝑈𝑅𝑆𝑆 / 𝑁.𝑇−𝑁−𝐾
44
RRSS/URSS : Residual Sum of Squares
T: Jumlah series waktu (time series)
N: Jumlah observasi
K:Jumlah variable independen dan dependen
d. Metode Random Effcet Model (REM)
Pada model Fixed Effect tujuan dimasukannya vaiabel dummy
yaitu unuk mewakili ketidak tahuan kita tentang model yang
sebenarnya. Namun ini juga membawa konsekuensi berkurangnya
derajat kebebasan (Degree of Freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error terms yang dikenal dengan
metode Random Effect. Dalam model ini akan mengestimasi data panel
dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu
dan antar individu. Metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi
model Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS).
Secara umum, persamaan model random effect adalah sebagai
berikut:
(persamaan 1)
(persamaan 2)
β₀ adalah sebuah parameter yang tidak diketahui yang menunjukan
rata-rata intersep populasi. μί adalah variabel gangguan yang bersifatv
random yang menjelaskan adanya perbedaan perlaku perusahaan secara
individu.
Persamaan 1 dan persamaan 2 menghasilkan persamaan sebagai
berikut:
lnYit = β₀ + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +
β₀ = β₀ + 𝜇𝒾 dimana I = 1, ………n.
lnYit = (β₀ + μί) + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +
ℯ it.
Rumus F tabel = ᵅ : df (n-1, nt-n-k)
45
e. Uji Haussman
Uji hausman yaitu uji statistik yang dilakukan untuk memilih
apakah model fixed effect ataukah random effect. Uji hausman ini
didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam metode fixed effect dan
GLS adalah efisien, sedangkan metode OLS tidak alternatifnya metode
OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya
adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji hausman bisa
dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut (Widarjono, 2009).
Pengujian dilakukan dengan hipotesis:
Ho : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Jika chi square hitung > chi-square tabel berarti Ho ditolak, artinya
model yang digunakan adalah fixed effect model, dan sebaliknya jika <
chi-square hitung chi-square tabel berarti H1 ditolak, artinya model
yang digunakan adalah Random Effect Model. Tidak hanya dilihat dari
chi square namun juga dilihat dari profitabilitasnya, jika nilai
profitabilitasnya >0,05 maka model yang terpilih adalah RE. Namun,
jika nilai profitabilitasnya <0,05 maka model yang dipilih adalah FE.
5. Uji Signifikansi
a. Uji Statistik t (Uji Parsial)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian
secara parsial (uji t). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara
parsial variable independen berpengaruh secara signifikan atau tidak
terhadap variable dependen.
Pengujian hipotesis sebagai berikut :
Ho : nilai t hitung < nilai t tabel
Ha : nilai t hitung > nilai t tabel.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel.
Adapun nilai t tabel diperoleh dengan df : a (n-k) di mana a adalah
tingkat signifikasi yang digunakan, n adalah jumlah pengamatan
46
(ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen dan
dependen. Sehingga dapat diambil suatu keputusan, apabla nilai t hitung
> nilai t tabel, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung
< t tabel maka HI diterima, yang artinya variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukandengan cara mengamati nilai
signifikansi t pada tingkat ɑ (5%). Analisis didasarkan pada
pembandingan antara nilai signifikan dengan nilai signifikan 0,05.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis:
Ho : Signifikansi t tingkat ɑ < (0,05)
Ha : Signifikansi t tingkat ɑ > (0.05)
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi t tingkat
ɑ (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel
independen sueara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, tapi jika nilai signifikan F < tingkat ɑ (0,05), maka
H1 diteritna dan Ho ditolak yang artinya bahwa variabel independen
secara parsial bemengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji F Statistik (Uji Simultan)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian
secara simultan (uji f). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara
simultan variable independen (NPF, BOPO, dan FDR) berpengaruh
secara simultan atau tidak terhadap variable dependen (ROA).
Pengujian hipotesis sebagai berikut :
Ho : nilai t hitung < nilai t tabel
Ha : nilai t hitung > nilai t tabel.
Nilai F itung digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of
fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk menguji apakah
variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan
perubahan perubahan nilai variabel tergantung atau tidak. Untuk
menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok atau tidak,
47
kita harus membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan derajat
bebas: df ɑ, (k-1), (k-n), dimana k adalah jumlah variabel independen
dan dependen, sementara n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel).
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel
maka H0 ditolak dan Hi diterima yang berarti bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen tapi jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak
yang artinya bahwa variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan dengan cara mengamati nilai
signifikansi F pada tingkat ɑ (5%). Analisis didasarkan pada
pembandingan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikan 0,05.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis:
Ho : Signifikansi F > tingkat ɑ (0,05)
Ha : Signifikansi F < tingkat ɑ (0,05)
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi F
tingkat > ɑ (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, tapi jika nilai signifikan F tingkat < ɑ
(0,05) maka H1 diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinansi
Koefisien determinasi digunakan untuk mendeteksi seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dinyatakan dalam persentase yang nilainya
berkisar antara 0 < R² < 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
amat terbatas. Sebaliknya, nilai R² yang mendekati 1 menandakan
variabel-variabel indepanden memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi varasi variabel dependen.
Koefesien determinasi hanyalah konsep statistik, kita mengatakan
bahwa sebuah garis regresi adalah baik jika nilai R² tinggi dan
48
sebaliknya jika nilai R² rendah maka kita mempunyai garis regresi yang
kurang baik. Namun demikian kita harus memahami bahwa rendahnya
nilai R² dapat teriadi karena beberapa alasan. Dalam kasus khusus
variabel independen (X) mungkin bukan vaariabel yang menjelaskan
dengan beik terhadap variabel dependen (Y) walaupun kita percaya
bahwa X mampu menjelaskan Y. Akan tetapi dalam hal regresi runtut
waktu (time series) kita sering kali mendapatkan nilai R² yang tinggi.
Hal ini terjadi hanya karena setiap variabel yang berkembang dalam
runtut waktu mampu menjelaskan dengan baik variasi variabel lain
yang juga berkembang dalam waktu yang sama. Dengan kata lain data
runtut waktu didugamengandung unsur trend, yakni bergerak dalam
arah yang sama. Dilain pihak, dalam data antar tempat atau antar ruang
(cross section) akan menghasilkan nilai R² yang rendah. Hal ini terjadi
karena adanya variasi yang besar antara variabel yang diteliti pada
periode waktu yang sama.
Nilai adjusted R² lebih baik jika digunakan untuk menganalisis
kekuatan model. apabila suatu variabel bebas ditambahkan ke dalam
model nilai R² pasti meningkat sementara R² dapat saja meningkat atau
menurun. Ketika sebuah variabel bebas yang memiliki kekuatan
penjelas yang besar diikutsertakan dalam model, maka nilai adjusted R²
meningkat dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R²) memiliki
kesalahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan
dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan
jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun
variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi
kesalahan kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, adjusted R². Koefisien determinasi yang telah
disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut lelah dikoreksi
dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang
49
disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan dapat
naik atau turun oleh adanya penembahan variabel baru dalam model.
6. Persamaan Model Regresi Data Panel
Adapun model regresi data panel dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai
berikut:
lnYit = C + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it + ℯ it
Dimana:
Y = Return On Asset
Ln = Logaritma Natural
C = Konstanta
X1 = Net Performing Financing
X2 = Financing to Deposit Ratio
X3 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
ℯ = Variabel pengganggu atau faktor-faktor diluar variabel
yang tidak dimasukan sebagai variabel model diatas (kesalahan
residual)
50
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
a. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli
1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung
politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang
sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan
nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi
dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu
bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan
PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar
dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa
bank lain serta mengundang investor asing.Pada saat bersamaan,
pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank
Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31
Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik
mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan
Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
51
Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).Tim Pengembangan Perbankan Syariah
memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut
merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank
Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha
BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia
melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999.
Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama
menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan
pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi
mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. (www.syariahmandiri.co.id)
b. Bank Negara Indonesia Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya
yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan
masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan
berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal
tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28
Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu
nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI
Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet
52
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan
operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan
terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah
telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan
syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana
pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai
Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010
tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang
kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan
kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat. (www.bnisyariah.co.id)
c. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRIsyariah secara resmi beroperasi.
Kemudian PT. Bank BRIsyariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun
lebih PT. Bank BRIsyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel
modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
53
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)
dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah
dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRIsyariah di tengah-
tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar
cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan
keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern
sekelas PT. Bank BRIsyariah yang mampu melayani masyarakat
dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan
merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah
dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRIsyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam
PT. Bank BRIsyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak
Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama
PT. Bank BRIsyariah. Saat ini PT. Bank BRIsyariah menjadi bank
syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRIsyariah tumbuh
dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan
dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah,
PT. Bank BRIsyariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRIsyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis
yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
d. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat
Indonesia”) memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah
54
pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani
1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan
dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1
Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus
berinovasi dan mengeluarkan produkproduk keuangan syariah seperti
Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan multifinance syariah (Al-
Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya menjadi terobosan di
Indonesia.
Selain itu produk Bank yaitu Shar-e yang diluncurkan pada
tahun 2004 juga merupakan tabungan instan pertama di Indonesia.
Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada tahun 2011
tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
(MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama
di Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile
banking, ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk
tersebut menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi
tonggak sejarah penting di industri perbankan syariah. Pada 27
Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai
Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003, Bank dengan
percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima)
kali dan merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang
mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah.
Aksi korporasi tersebut semakin menegaskan posisi Bank
Muamalat Indonesia di peta industri perbankan Indonesia.Seiring
kapasitas Bank yang semakin diakui, Bank semakin melebarkan sayap
dengan terus menambah jaringan kantor cabangnya di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2009, Bank mendapatkan izin untuk membuka
55
kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia dan menjadi bank pertama
di Indonesia serta satu-satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di
Malaysia.
Hingga saat ini, Bank telah memiliki 325 kantor layanan
termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga
didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM
Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, serta
lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia
Electronic Payment (MEPS).Menginjak usianya yang ke-20 pada
tahun 2012, Bank Muamalat Indonesia melakukan rebranding pada
logo Bank untuk semakin meningkatkan awareness terhadap image
sebagai Bank syariah Islami, Modern dan Profesional. Bank pun terus
mewujudkan berbagai pencapaian serta prestasi yang diakui baik
secara nasional maupun internasional.
Hingga saat ini, Bank beroperasi bersama beberapa entitas
anaknya dalam memberikan layanan terbaik yaitu Al-Ijarah Indonesia
Finance (ALIF) yang memberikan layanan pembiayaan syariah,
(DPLK Muamalat) yang memberikan layanan dana pensiun melalui
Dana Pensiun Lembaga Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang
memberikan layanan untuk menyalurkan dana Zakat, Infakdan
Sedekah (ZIS). Sejak tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia
bermetamorfosa untuk menjadi entitas yang semakin baik dan meraih
pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi bisnis yang terarah
Bank Muamalat Indonesia akan terus melaju mewujudkan visi
menjadi “The Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with
Strong Regional Presence”.
b. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT
Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global
56
Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para
pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum
konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut
terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi
menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan
Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004,
BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7
November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk
logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi
sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna.
Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank
Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah. Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama
Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki
komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega
Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan
syariah nasional.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat
modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu
memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional.
Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui
rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham
meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun
dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi
57
Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp787,204
miliar. Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran
manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang
teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan
dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya.
Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan
yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor
cabang di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua",
pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan
mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan
lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas
memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil. Sejak 16 Oktober
2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status
tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam
perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas
jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah
domestik, tetapi juga ranah internasional.
Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya
semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu
bank umum syariah terbaik di Indonesia.Selain itu, pada 8 April 2009,
Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama
Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya
penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini
menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung
secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat)
Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega
Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat
Indonesia.
58
c. Bank Syariah Bukopin
Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap
sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia
yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional
didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor
102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah
Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990
tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2
(dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum
dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh
kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin
Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh
Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank
Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia
yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003
tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109
Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT
Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi
oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah
memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008
tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana
secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008,
kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M.
59
Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009.
Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan
kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas)
Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor
Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam)
Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB
dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.
d. Maybank Indonesia Syariah
Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada 11
oktober 2010, PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank
Syariah) telah mengembangkan berbagai layanan dan solusi inovatif
untuk memenuhi kebutuhan para nasabah sekaligus meraih peluang di
pasar keuangan regional yang terus berkembang. Maybank syariah
memposisikan diri sebagai lembaga intermediasi keuangan dan
penghubung antara Malaysia dan Indonesia. Maybank syariah
merupakan anak perusahaan Maybank Group, lembaga jasa keuangan
terbesar Malaysia dengan total aset lebih dari USD 100 milyar serta
salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa
Saham Malaysia (www.maybanksyariah.co.id)
e. Panin Bank Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (Panin Dubai Syariah
Bank), berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin
Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai
dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang
lingkup kegiatan Panin Dubai syariah Bank adalah menjalankan
kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil
berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin
usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia No.1 1/52/KEP.GBIDpG/2009 tanggal 6 Oktober
2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai
60
beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember
2009 (www.paninbank.co.id).
2. Hasil Penelitian
a. Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 4.1
ROA BUS Periode 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
Adapun data rata-rata pergerakan ROA pada masing-masing Bank
umum syariah periode 2010-2017 ditampilkan pada Tabel 4.1. Dari
Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa besarnya Return On Asset (ROA) Bank
Umum Syariah periode 2010-2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun
2010 PT. Bank Syariah Mandiri menunjukkan rata-rata Return On
Asset (ROA) tertinggi sebesar 2,21%. Sedangkan pada tahun 2010 PT.
Bank BNI Syariah menunjukkan rata-rata Return On Asset (ROA)
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 1.36 1.9 0.74 4.48 -2.53 2.21 -5.71 0
2011 1.52 1.58 0.52 3.57 1.75 1.95 2.42 0
2012 1.54 3.81 0.55 2.88 3.48 2.25 1.48 1.19
2013 0.5 2.33 0.69 2.87 1.03 1.53 1.37 1.15
2014 0.17 0.29 0.27 3.61 1.99 0.04 1.27 0.08
2015 0.2 0.3 0.79 -20.13 1.14 0.56 1.43 0.76
2016 0.22 2.63 1.12 -9.51 0.37 0.59 1.44 0.95
2017 0.11 1.56 0.02 5.5 -10.77 0.06 1.4 0.51
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
61
terendah sebesar -5,71%. Tahun 2011 Return On Asset (ROA) tertinggi
ditunjukkan oleh PT. Maybank Syariah sebesar 3,57% dan terendah
ditunjukkan oleh PT. BRI Syariah sebesar 0,02%. Dinamika Non
Performing Financing (NPF), 2010-2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel. 4.2
NPF Bank Umum Syariah (Sampel) Periode
Tahun 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
Pada Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa Non Performing Financing
(NPF), Bank Umum Syariah selama periode penelitian yaitu tahun
2010-2017 mengalami fluktuasi. memiliki rata-rata tertinggi pada
periode 2012 ditunjukan oleh Bank Syariah Bukopin sebesar 4,59% dan
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 4.32 3.52 3.81 0 0 3.52 3.88 3.19
2011 2.6 3.03 1.74 0 0.88 2.42 3.62 2.77
2012 2.09 2.67 4.59 2.49 0.2 2.82 2.02 3
2013 4.69 2.99 4.27 2.69 1.02 4.32 1.86 4.06
2014 6.55 3.89 4.07 5.04 0.53 6.84 1.86 4.6
2015 7.11 4.26 2.99 35.15 2.63 6.06 2.53 4.86
2016 3.83 3.3 7.63 43.99 2.26 4.92 2.94 4.57
2017 4.43 2.95 7.85 0 12.52 4.53 2.97 3.87
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
62
terendah pada periode 2012 sebesar 0,2% yang ditunjukan oleh Panin
Bank Syariah.
Tabel. 4.3
BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) Periode
Tahun 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
Rata-rata BOPO tertinggi terjadi pada periode 2010 sebesar
196,33% yang ditunjukan oleh Bank Mandiri Syariah dan terendah pada
periode 2012 sebesar 47,6% ditunjukan oleh Panin Bank Syariah.
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 87.38 88.86 93.57 34.73 182.31 74.97 196.33 98.77
2011 85.25 90.8 93.86 55.18 74.3 76.44 87.86 99.56
2012 84.47 77.28 91.59 53.77 47.6 73 85.39 86.63
2013 93.86 86.09 92.29 67.79 81.31 86.46 83.94 90.42
2014 97.33 97.61 96.73 69.6 82.58 98.49 89.90 99.47
2015 97.41 99.51 91.99 192.6 89.29 94.78 89.63 93.97
2016 97.76 88.16 109.62 160.28 96.17 94.12 87.67 91.33
2017 97.68 89.16 99.2 83.36 217.4 94.44 87.25 95.24
0
50
100
150
200
250
63
Tabel. 4.4
FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
Financing to Deposit Ratio (FDR) rata-rata tertinggi terjadi pada
periode 2011 sebesar 289,2% yang di tunjukan oleh Maybank Syariah
Indonesia dan terendah pada periode 2010 sebesar 71,31% yang
ditunjukan oleh BRISyariah.
Tabel 4.5.
Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel
Date: 06/01/18 Time: 22:49
Sample: 2010 2017
ROA NPF FDR BOPO
Mean 0.567344 4.433438 92.30609 165.4945
Median 1.145000 3.160000 90.55500 91.05500
Maximum 5.500000 43.99000 172.2600 4736.000
Minimum -20.13000 0.000000 19.77000 19.26000
Std. Dev. 3.631037 6.736848 23.63631 581.1308
Skewness -3.752371 4.744267 0.922177 7.780390
Kurtosis 19.76553 26.19563 7.537114 61.69688
Jarque-Bera 899.7448 1674.852 63.96545 9833.232
Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Sum 36.31000 283.7400 5907.590 10591.65
Sum Sq. Dev. 830.6192 2859.262 35196.53 21275920
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 91.52 78.17 99.15 172.26 69.76 82.54 71.31 95.82
2011 85.18 83.08 83.54 289.2 162.97 86.03 78.80 90.55
2012 94.15 88.88 91.98 197.7 105.66 94.4 84.99 100.96
2013 99.99 93.37 100.29 152.87 90.4 89.37 97.86 102.7
2014 84.14 93.61 92.89 157.77 94.04 82.13 92.60 93.9
2015 90.3 98.49 90.56 110.54 96.43 81.99 91.94 84.16
2016 95.13 95.24 88.18 134.73 91.99 79.19 84.57 81.89
2017 84.41 91.05 82.44 85.94 86.95 77.66 82 71.87
0
50
100
150
200
250
300
350
64
Observations 64 64 64 64
Sumber: Data diolah 2018
Hasil dari statistik deskriptif untuk setiap variable dapat dilihat:
1) Variable BOPO nilai mean sebesar 165,49 nilai median sebesar
91,05 nilai maximum sebesar 4736,0 nilai minimum 19,26 dengan
standard deviasi 581,13.
2) Variable FDR nilai mean sebesar 92,30 nilai median sebesar 90,55
nilai maximum sebesar 172,26 nilai minimum 19,77 dengan standard
deviasi 23,63.
3) Variable NPF nilai mean sebesar 4,43, nilai median sebesar 3,16
nilai maximum sebesar 4,39, nilai minimum 0,00, dengan standard
deviasi 6,73.
4) Variable ROA nilai mean sebesar 0,56 nilai median sebesar 1,14
nilai maximum sebesar 5,50 nilai minimum -20,13 dengan standard
deviasi 3,63.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2017
Observations 58
Mean -1.30e-16
Median 0.056538
Maximum 1.863818
Minimum -2.152334
Std. Dev. 0.859383
Skewness -0.416280
Kurtosis 3.273239
Jarque-Bera 1.855556
Probability 0.395431
Sumber: Data diolah 2018
Dari histogram diatas, terlihat bahwa nilai Jarque Bera sebesar
1.855558 sementara nilai Chi Square sebesar 11.07 yang berarti nilai
Jarque Bera lebih kecil dari nilai Chi Square (1.855558 < 11.07). selain
65
itu dilihat dari nilai probibality sebesar 0.395431 (p > 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa residual memiliki data yang berasal dari
populasi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
NPF FDR BOPO
NPF 1.000000 0.208716 -0.071325
FDR 0.208716 1.000000 0.063985
BOPO -0.071325 0.063985 1.000000
Sumber: Data diolah 2018
Dalam pengujian ini untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas
dengan melihat nilai korelasi, jika berada di atas 0.90 maka diduga
terjadi multikolinearitas. Namun, jika di bawah 0.90 tidak terjadi
multikolinearitas. Berdasarkan table diatas hubungan variabel
independen ( NPF, BOPO, dan FDR) tidak ada yang menunjukan nilai
korelasi > 0.90 sehingga dapat dikatakan dalam data table di atas tidak
terjadi multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.421305 Prob. F(3,4) 0.7482
Obs*R-squared 1.920876 Prob. Chi-Square(3) 0.5890 Scaled explained SS 0.150095 Prob. Chi-Square(3) 0.9852
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai proability
Chi-Square Obs*R-Squared > nilai signifikansi (0.5890 > 0.05).
66
Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan hawa Ho diterima. Artinya
tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian
selanjutnya.
4) Uji Autokorelasi
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 13.00117 Prob. F(2,2) 0.0714
Obs*R-squared 7.428619 Prob. Chi-Square(2) 0.1244
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa
nilai probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi
(0.1244 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
autokorelasi dalam model.
c. Uji Stationeritas
Tabel 4.10
Hasil Uji Augmanted Dickey Fuller (ADF)
Variabel
Tingkat Stationeritas
Keterangan t-statistic probability
NPF 31.6127 0.0112 STATIONER
FDR 30.3882 0.0161 STATIONER
BOPO 42.8441 0.0003 STATIONER
ROA 38.3386 0.0014 STATIONER
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan hasil uji Augmented Dickey Fuller menunjukkan
bahwa variabel dependen (ROA) maupun variabel independen (NPF,
FDR, dan BOPO) sudah stasioner. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas
ADF < nilai signifikansi (0.05) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima,
maka dapat disimpulkan bahwa data sudah stasioner. Karena seluruh
data yang digunakan sudah stasioner, maka dapat dilanjutkan ke tahap
67
uji selanjutnya.
d. Pengujian Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga
model yaitu, common effect, fixed effect, dan randon effect. Pemilihan
model dilakukan dengan menggunakan uji chow untuk memilih
alternatif pilihan antara model common effect dan fixed effect,
selanjutnya menggunakan uji Hausman untuk memilih alternatif pilihan
antara model fixed effect dan random effect. Setelah didapatkan model
yang terbaik berdasarkan uji Chow dan uji Hausman, kemudian melihat
hasi uji t (pengaruh secara parsial) dan uji F (pengaruh secara simultan)
antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, serta
koefisien determinasi (Adjusted R-Squared) untuk mengetahui seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap
variabel dependen dari output estimasi model terpilih.
1) Common Effect Model
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan
pemilihan model dengan melakukan uji Chow adalah dengan
meregresikan data panel menggunakan bentuk model common effect.
Tabel 4.11
Hasil Uji CEM
Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF? -0.321388 0.061276 -5.244890 0.0000
FDR? 0.010056 0.002395 4.198260 0.0001 BOPO? 5.15E-05 0.000199 0.259165 0.7965
R-squared 0.345015 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.321197 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.898243 Akaike info criterion 2.673585 Sum squared resid 44.37618 Schwarz criterion 2.780160 Log likelihood -74.53397 Hannan-Quinn criter. 2.715098
68
Durbin-Watson stat 1.553668
Sumber: Data diolah 2018
2) Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Langkah kedua adalah dengan meregresikan data panel
dengan model fixed effect.
Tabel 4.12
Hasil Uji FEM
Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022 FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446 Fixed Effects
(Cross) 1--C 0.320533 2--C 0.430198 3--C -0.553379 4--C -0.472971 5--C 0.380447 6--C -0.486518 7--C 0.968677 8--C -0.334634
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362 Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136 Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577 F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440 Prob(F-statistic) 0.000006
Sumber: Data diolah 2018
69
3) Uji Chow
Setelah memperoleh hasil dari model common effect dan fixed
effect, untuk menentukan model yang akan dipilih maka dilakukan
Uji Chow. Dengan kriteria pengambilan keputusan jika probabilitas
> nilai signifikansi (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka
model yang dipilih adalah common effect. Jika nilai probabilitas <
0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, maka yang dipilih adalah
model fixed effect
Tabel 4.13
Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CROSSID
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.951465 (7,47) 0.0120
Cross-section Chi-square 21.132375 7 0.0036
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LOGROA?
Method: Panel Least Squares
Date: 06/02/18 Time: 03:17
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.537902 1.709983 0.0930
NPF? -0.378662 0.068918 -5.494368 0.0000
FDR? 0.002582 0.004965 0.519996 0.6052
BOPO? 1.74E-05 0.000196 0.088757 0.9296 R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.882932 Akaike info criterion 2.655334 Sum squared resid 42.09669 Schwarz criterion 2.797434 Log likelihood -73.00469 Hannan-Quinn criter. 2.710685
F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010
Sumber: Data diolah 2018
70
Berdasarkan tabel hasil uji Chow di atas dapat dilihat bahwa
niai Cross-section Chi-square < nilai signifikansi (0.0036 < 0.05),
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa model yang dipilih adalah model fixed effect.
4) Random Effect Model
Setelah melakukan Uji Chow untuk memilih model antara
common effect dan fixed effect, langkah selanjutnya adalah
meregresikan model ke dalam bentuk random effect untuk kemudian
dilakukan Uji Hausman dalam menentukan model yang dipilih
apakah fixed effect atau random effect.
Tabel 4.14
Hasil Uji REM Dependent Variable: LOGROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/02/18 Time: 03:19
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.480544 1.914087 0.0609
NPF? -0.378662 0.061569 -6.150178 0.0000
FDR? 0.002582 0.004436 0.582063 0.5629
BOPO? 1.74E-05 0.000175 0.099351 0.9212
Random Effects (Cross)
1--C 0.000000
2--C 0.000000
3--C 0.000000
4--C 0.000000
5--C 0.000000
6--C 0.000000
7--C 0.000000
8--C 0.000000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 0.788782 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression 0.882932 Sum squared resid 42.09669
71
F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104
Prob(F-statistic) 0.000010 Unweighted Statistics R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716
Sum squared resid 42.09669 Durbin-Watson stat 1.662104
Sumber: Data diolah 2018
5) Uji Hausman
Setelah melakukan uji Chow dan memperoleh hasil bahwa
model fixed effect yang digunakan, selanjutnya perlu dilakukan uji
Hausman untuk memilih antara model fixed effect dan random effect
dengan kriteria jika probabilitas > nilai signifikansi (0.05) maka H0
diterima dan Ha ditolak, artinya model yan dipilih adalah random
effect. Sedangkan jika probabilitas < nilai signifikansi (0.05) maka
H0 ditolak dan Ha diterima, artinya model yang dipilih adalah fixed
effect.
Tabel 4.15
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: CROSSID
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.115887 3 0.0007
** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan tabel hasil uji Hausman di atas dapat diketahui
bahwa nilai probabilitas Cross-section random > nilai signifikansi
(0.0007 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model yang dipilih adalah Fixed Effect Model.
72
e. Uji Signifikansi
1) Uji t (Parsial)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR,
ROA, NI, dan BOPO secara parsial terhadap profitabilitas
digunakan uji t. Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika
probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila probabilitas > 0.05
maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022
FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagai berikut:
a) Pengaruh NPF terhadap ROA pada bank umum syariah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas NPF < nilai signifikansi 5% (0.0022 <
0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
b) Pengaruh FDR terhadap ROA pada bank umum syariah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas FDR > nilai signifikansi 5% (0.5297 >
0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat
73
disimpulkan bahwa FDR tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.
c) Pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum syariah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas BOPO > nilai signifikansi 5% (0.3446
> 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.
2) Uji F ( Simultan)
Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, dan
BOPO secara simultan terhadap profitabilitas digunakan uji F.
Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Apabila probabilitas < nilai signifikansi, maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen. Sedangkan apabila nilai probabilitas > nilai
signifikansi maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel independen. Uji
hipotesis secara simultan dapat diihat dari tabel berikut:
Tabel 4.17
Hasil Uji F Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362
Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136
Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577
F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440
Prob(F-statistic) 0.000006
Sumber: Data diolah 2018
74
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai F-statistik sebesar 6.189403
dengan nilai F tabel 5.41 yang artinya F-statistik lebih besar
daripada F tabel. Dapat dilihat juga pada Prob. F-statistik sebesar
0,000006. Hal ini berarti nilai P lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak, yang artinya bahwa variabel NPF, FDR, dan BOPO secara
simultan berpengaruh terhadap ROA perbankan syariah.
3) Koefesien Determinasi R2
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18
Hasil Koefesien Determinasi
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362
Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136
Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577
F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440
Prob(F-statistic) 0.000006
Sumber: Data diolah 2018
Menurut Imam Ghozali (2009) Koefesien determinasi
dinyatakan dalam presentase 0 < R2 < 1. Nilai R
2 adalah garis
regresi yang artinya jika nilai R2 baik semakin mendekati 1. Dan
begitupun sebaliknya, jika semakin menjauhi 1 maka R2 semakin
rendah. Dalam penelitian ini pada tabel di atas nilai R2 sebesar 0,47
yang artinya variabel independen (NPF, FDR, dan BOPO) mampu
menjelaskan variasi ROA perbanakan syariah sebesar 47%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Menurut Sarwono (2006) interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antar variabel dapat dilihat melalui kriteria berikut:
75
0 : Tidak ada korelasi antar variabel
> 0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah
> 0,25 - 0,5 : Korelasi Cukup
> 0,5 - 0,75 : Korelasi Kuat
> 0,75 - 0,99 : Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna
Dari kriteria berikut dapat dinyatakan bahwa korelasi antar variabel
dalam penelitian ini menunjukan kategori cukup karena nilai yang
diperoleh dari r2 sebesar 0,47.
f. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih
Setelah dilakukan uji chow dan uji hausman maka didapatlah
hasil estimasi model terpilih yaitu Fixed Effect Model.
Tabel 4.19
Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGROA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/02/18 Time: 03:16
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022
FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared
0.476555 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression
0.788782 Akaike info criterion 2.532362
Sum squared resid
29.24235 Schwarz criterion 2.923136
Log likelihood
-62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577
F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440
76
Prob(F-statistic)
0.000006
Sumber: Data diolah 2018
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut:
LnROA = 0.462275 + (-0.252864 lnNPF) + (0.002925lnFDR) +
(0.000178lnBOPO) + e
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar 0.462275 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (NPF, FDR, dan BOPO) pada observasi ke i dan
periode ke t adalah konstan, maka profitabilitas adalah 0.462275.
2. Jika nilai NPF pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode
ke t sebesar -0.252864.
3. Jika nilai FDR pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode
ke t sebesar 0.002925.
4. Jika nilai BOPO pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode
ke t sebesar 0.000178.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas maka penulis dapat
menginterpretasikan variabel-variabel. Terutama yang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
1. Pengaruh Net Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan tabel di atas nilai prob. NPF sebesar 0.0022 < 0.05 dari
hasil hipotesis lebih kecil dari nilai signifikansi disimpulkan bahwa NPF
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini
77
menerima hipotesis pertama (H1). Dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa nilai
NPF tertinggi tahun 2012 sebesar 4,59% oleh Bank Bukopin Syariah dengan
ROA sebesar 0,55%. Pada tahun 2016 nilai NPF mengalami penurunan
sebesar 2,95% dengan nilai ROA meningkat sebesar 1,56%. Hal ini
menunjukan bahwa NPF memang berpengaruh terhadap ROA.
Hal ini sejalan dengan penelitian Heriyanto dan Edhi (2009) dan
Gelos (2006) yang menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas perbankan syariah, karena NPF merupakan tingkat kredit macet
pada bank, apabila NPF dapat ditekan serendah mungkin maka potensi
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Sehingga apabila rasio ini
semakin besar maka semakin besar pula resiko yang ditanggung perbankan
yang nantinya akan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan.
Semakin tinggi rasio NPF maka semakin menurun kinerja perbankan
sehingga menghilangkan kesempatan memperoleh laba. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah yang semakin besar
dibandingkan dengan aktiva produktifnya sehingga dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari
pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh
buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo, 2015)
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan tabel di atas nilai prob. FDR sebesar 0.5297 > 0.05 dari
hasil hipotesis lebih besar dari nilai signifikansi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh FDR terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini
menolak hipotesis kedua (H2). Dapat dilihat pada tabel 4.4 Pada tahun 2010
nilai FDR sebesar 289,2% dengan nilai ROA sebesar 3,57% sedangkan nilai
FDR mengalami penurunan tahun 2011 sebesar 71,31% oleh BNI Syariah
dengan ROA sebesar -5,71%. Hal ini menunjukan bahwa FDR tidak
berpengaruh terhadap ROA.
Hal ini sejalan dengan penelitian Herni Ali dan Muhammad Said (
2016) dan Saiful Bachri, Suhadak dan Muhammad Saifi (2013) yang
menyatakan FDR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Adanya
perbedaan sampel, rentang waktu, dan karakteristik data penelitian
78
menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Syahputra, dkk (2014), Hadiwidjaja (2016), dan Lubis (2013)
yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Finance to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada FDR
tidak diikuti oleh tingkat profitabilitas karena adanya NPF yang tinggi sehingga
tidak adanya kas yang diterima sebagai alat likuid. walaupun tidak memiliki
pengaruh yang signifikan bukan berarti lembaga perbankan tidak memberikan
perhatian terhadap perubahan yang terjadi pada FDR. Akan tetapi lembaga
perbankan tetap harus mengikuti ketentuan tentang pemenuhan minimum
rasio FDR, jika bank memelihara alat likuid yang berlebihan ini akan
menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya
pemeliharaan kas yang menganggur (Kuncoro dan Suhardjono dalam Aini,
2013).
3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan tabel di atas nilai prob. BOPO sebesar 0.3446 > 0.05 dari
hasil hipotesis lebih besar dari niali signifikansi ini disimpulkan bahwa tidak
ada pengaruh BOPO terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini menolak
hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas. Dapat dilihat pada tabel 4.3 Pada tahun 2010 nilai
BOPO sebesar 196,3%% dengan nilai ROA sebesar -5,71%. Nilai BOPO
mengalami penurunan tahun 2016 sebesar 160,3% dengan ROA sebesar -
9,51%. Hal ini menunjukan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA.
Hal ini didukung oleh penelitian Almumani (2013) yang menunjukkan
bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Adanya
perbedaan sampel, rentang waktu, dan karakteristik data penelitian
menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayatullah (2012) yang mengemukakan bahwa BOPO
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Rasio BOPO menunjukkan
seberapa efisien manajemen suatu bank dalam mengelola kegiatan
operasionalnya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
79
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan
Herdiningtyas dalam Syahputra, dkk., 2014)
Rasio BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas
mengindikasikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada rasio BOPO tidak
diikuti dengan peningkatan pendapatan operasi bank yang berakibat
berkurangnya laba sebelum pajak yang berakibat menurunkan ROA.
Walaupun tidak memiliki pengaruh yang signifikan bukan berarti manajemen
bank tidak perlu melakukan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya,
manajemen bank harus tetap memperhatikan dalam hal menggunakan biaya
operasional secara efektif dan tepat sasaran sehingga kegiatan operasional
bank berjalan optimal sehingga mampu meningkatkan profitabilitas.
79
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa
variabel NPF memiliki nilai koefesien 0.0022 < 0.05, maka NPF
berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang
memiliki arti secara parsial NPF berpengaruh terhadap ROA.
2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa
variabel FDR memiliki nilai koefesien 0.5297 > 0.05, maka FDR tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang
memiliki arti secara parsial FDR tidak berpengaruh terhadap ROA.
3. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa
variabel BOPO memiliki nilai koefesien 0.3446 > 0.05, maka BOPO tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang
memiliki arti secara parsial BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA.
4. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) ditemukan bahwa
nilai Probability (F-statistic) 0,000006 < 0.05, maka terdapat pengaruh signifikan
antara NPF, FDR, dan BOPO terhadap profitabilitas bank umum syariah di
Indonesia pada tingkat signifikansi 5% yang memiliki arti variabel independent
NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap variabel dependent ROA.
B. Saran
Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan kesimpulan
dari penelitian ini maka peneliti memberikan rekomendasi berupa saran-saran
sebagai berikut:
1. Pada Bank Syariah yang termasuk kedalam sample penelitian di
harapkan dapat mengelola lagi rasio keuangan NPF uang berpengaruh
pada rasio ROA. Semakin tinggi rasio NPF maka semakin rendah rasio
ROA pada suatu bank. Namun kebalikannya, jika semakin rendah rasio
NPF maka ROA suatu bank akan semakin baik.
80
2. Bank Syariah di harapkan mengoptimalisasi dan memonitor pembiayaan
yang akan berpengaruh pada fluktuasi rasio keuangan dan akan
mempengaruhi profitabilitas bank pada akhirnya.
3. Peneliti selanjutnya di harapkan dapat memperluas objek penelitian, kinerja
yang di ukur tidak terbatas pada rasio keuangan terhadap profitabilitas.
Sehingga hasil yang di dapatkan lebih lengkap dan dapat dijadikan sebagai
refrensi tambahan bagi pihak yang membutuhkan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abusharbeh, Muhammad T. 2014. Credit Risks and Profitability of Islamic
Banks: Evidence from Indonesia. World Review of Business Research
Adyani, Lyla Rahma. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Akhtar, Ali, Sodaqat. 2011. Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks
of Pakistan.
Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas, 2005. “Analisa Rasio Camel
terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode
2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 Nomor 2.
Almumani, Abdelkarim Mohammad. 2013. Impact of Managerial Factors on
Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Jordan.
International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and
Management Sciences, 3(3): 298–310
Arifin, Z. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Azkia Publisher. Jakarta.
Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Ekonisia, Yogyakarta.
Astohar. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Perbankan di Indonesia (studi pada Bank Domestik, Bank Campuran dan
Bank Asing). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Semarang.
Bachri Saiful, Suhadak, dan Saifi Muhammad. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan
terhadap Kinerja Keuangan Bank. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 1
No. 2 April 2013
Bactiar Usman. 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Bank-Bank di Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen.
Vol.3, No.1, April, 2003, hlm 59-74
Bank Muamalat Indonesia. Profil Bank Muamalat artikel diakses 1 Juni 2018, dari
http://www.bankmuamalat.co.id/
Bank Rakyat Indonesia. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
https://www.brisyariah.co.id/
82
Bank Negara Indonesia. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
https://www.bnisyariah.co.id/
Bank Syariah Mandiri. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
https://www.syariahmandiri.co.id/
Bank Mega Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
www.megasyariah.co.id/
Bank Syariah Bukopin. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
https://www.syariahbukopin.co.id/
Brigham, Eugene F And Joel F Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Dendawijaya, 2003, Manajemen Perbankan, Jakarta, Ghalia Indonesia..
Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty.
Yogyakarta.
Edhi Catur, Bayu. 2009. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NIM, LDR, NPL,
PPAP, dan PLO terhadap ROA (studi pada Bank Umum di Indonesia
periode 2004-2007). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Semarang.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmy, M. Shalahuddin. 2013. Pengaruh CAR, NPF, BOPO dan FDR terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Gelos (2006) “Bank Relationship and Firm Performance: Evidence from Thailand
before The Asian Financial Crisis,” Journal of Bussiness Finance and
Accounting
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS .
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.
Hanafi, Mamduh M, Abdul Halim.2009. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Heriyanto, Rickson. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, KAP
terhadap ROA (pada Bank Pemerintah di Indonesia periode tahun 2004-
2008). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.
83
Islamic Finance Country Index. 2011. published in the Global Islamic Finance
Report (GIFR)
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi),
Edisi Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta
Mabruroh, 2004, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan, Benefit Vol. 8. No. 1, BPPE FE UMS.
Maybank Indonesia Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
www.maybanksyariah.co.id/
Nazir, Moch. 2011. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Panin Bank Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari
https://www.paninbanksyariah.co.id/
Purbaningsih, Rr. Yoppy Palupi, “The Effect of Liquidity Risk and Non
Performing Financing (NPF) Ratio to Commercial Sharia Bank
Profitability in Indonesia”, DOI: 10. 7763/IPEDR, V73, dalam
http://www.ipedr.com/vol73/012-ICWIS2014_A10020.pdf diakses tanggal
12 April 2018.
Reeve, James M. at al. 2009. Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory, Buku Dua. Jakarta:
Salemba Empat.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta:
BPFE.
Rodoni Ahmad dan Ali Herni. 2010. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Said Muhammad dan Ali Herni . 2016. An Analysis on the Factors Affecting
Profitability Level of Sharia Banking in Indonesia. Banks and Banks System
Journal Scope International
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: ROA BUS Periode 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 1.36 1.9 0.74 4.48 -2.53 2.21 -5.71 0
2011 1.52 1.58 0.52 3.57 1.75 1.95 2.42 0
2012 1.54 3.81 0.55 2.88 3.48 2.25 1.48 1.19
2013 0.5 2.33 0.69 2.87 1.03 1.53 1.37 1.15
2014 0.17 0.29 0.27 3.61 1.99 0.04 1.27 0.08
2015 0.2 0.3 0.79 -20.13 1.14 0.56 1.43 0.76
2016 0.22 2.63 1.12 -9.51 0.37 0.59 1.44 0.95
2017 0.11 1.56 0.02 5.5 -10.77 0.06 1.4 0.51
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
85
Lampiran 2: NPF Bank Umum Syariah (Sampel) Periode
Tahun 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 4.32 3.52 3.81 0 0 3.52 3.88 3.19
2011 2.6 3.03 1.74 0 0.88 2.42 3.62 2.77
2012 2.09 2.67 4.59 2.49 0.2 2.82 2.02 3
2013 4.69 2.99 4.27 2.69 1.02 4.32 1.86 4.06
2014 6.55 3.89 4.07 5.04 0.53 6.84 1.86 4.6
2015 7.11 4.26 2.99 35.15 2.63 6.06 2.53 4.86
2016 3.83 3.3 7.63 43.99 2.26 4.92 2.94 4.57
2017 4.43 2.95 7.85 0 12.52 4.53 2.97 3.87
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
86
Lampiran 3: BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-
2017
Sumber: Data diolah 2018
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 87.38 88.86 93.57 34.73 182.31 74.97 196.33 98.77
2011 85.25 90.8 93.86 55.18 74.3 76.44 87.86 99.56
2012 84.47 77.28 91.59 53.77 47.6 73 85.39 86.63
2013 93.86 86.09 92.29 67.79 81.31 86.46 83.94 90.42
2014 97.33 97.61 96.73 69.6 82.58 98.49 89.90 99.47
2015 97.41 99.51 91.99 192.6 89.29 94.78 89.63 93.97
2016 97.76 88.16 109.62 160.28 96.17 94.12 87.67 91.33
2017 97.68 89.16 99.2 83.36 217.4 94.44 87.25 95.24
0
50
100
150
200
250
87
Lampiran 4: FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017
Sumber: Data diolah 2018
BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS
2010 91.52 78.17 99.15 172.26 69.76 82.54 71.31 95.82
2011 85.18 83.08 83.54 289.2 162.97 86.03 78.80 90.55
2012 94.15 88.88 91.98 197.7 105.66 94.4 84.99 100.96
2013 99.99 93.37 100.29 152.87 90.4 89.37 97.86 102.7
2014 84.14 93.61 92.89 157.77 94.04 82.13 92.60 93.9
2015 90.3 98.49 90.56 110.54 96.43 81.99 91.94 84.16
2016 95.13 95.24 88.18 134.73 91.99 79.19 84.57 81.89
2017 84.41 91.05 82.44 85.94 86.95 77.66 82 71.87
0
50
100
150
200
250
300
350
88
Lampiran 5: Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel
Date: 06/01/18
Time: 22:49
Sample: 2010 2017
ROA NPF FDR BOPO
Mean 0.567344 4.433438 92.30609 165.4945
Median 1.145000 3.160000 90.55500 91.05500
Maximum 5.500000 43.99000 172.2600 4736.000
Minimum -20.13000 0.000000 19.77000 19.26000
Std. Dev. 3.631037 6.736848 23.63631 581.1308
Skewness -3.752371 4.744267 0.922177 7.780390
Kurtosis 19.76553 26.19563 7.537114 61.69688
Jarque-Bera 899.7448 1674.852 63.96545 9833.232
Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Sum 36.31000 283.7400 5907.590 10591.65
Sum Sq. Dev. 830.6192 2859.262 35196.53 21275920
Observations 64 64 64 64
Sumber: Data diolah 2018
89
Lampiran 6: Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2017
Observations 58
Mean -1.30e-16
Median 0.056538
Maximum 1.863818
Minimum -2.152334
Std. Dev. 0.859383
Skewness -0.416280
Kurtosis 3.273239
Jarque-Bera 1.855556
Probability 0.395431
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 7: Hasil Uji Multikolinearitas
NPF FDR BOPO NPF 1.000000 0.208716 -0.071325
FDR 0.208716 1.000000 0.063985
BOPO -0.071325 0.063985 1.000000
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.421305 Prob. F(3,4) 0.7482
Obs*R-squared 1.920876 Prob. Chi-Square(3) 0.5890 Scaled explained SS 0.150095 Prob. Chi-Square(3) 0.9852
Sumber: Data diolah 2018
90
Lampiran 9: Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 13.00117 Prob. F(2,2) 0.0714
Obs*R-squared 7.428619 Prob. Chi-Square(2) 0.1244
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 10: Hasil Uji CEM
Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF? -0.321388 0.061276 -5.244890 0.0000
FDR? 0.010056 0.002395 4.198260 0.0001 BOPO? 5.15E-05 0.000199 0.259165 0.7965
R-squared 0.345015 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.321197 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.898243 Akaike info criterion 2.673585 Sum squared resid 44.37618 Schwarz criterion 2.780160 Log likelihood -74.53397 Hannan-Quinn criter. 2.715098 Durbin-Watson stat 1.553668
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 11: Hasil Uji FEM
Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022 FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446 Fixed Effects
(Cross) 1--C 0.320533 2--C 0.430198
91
3--C -0.553379 4--C -0.472971 5--C 0.380447 6--C -0.486518 7--C 0.968677 8--C -0.334634
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.568388 Mean dependent var -
0.039716 Adjusted R-
squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of
regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362 Sum
squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136 Log
likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577 F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440 Prob(F-statistic) 0.000006
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 12: Hasil Uji REM Dependent Variable: LOGROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/02/18 Time: 03:19
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.480544 1.914087 0.0609
NPF? -0.378662 0.061569 -6.150178 0.0000
FDR? 0.002582 0.004436 0.582063 0.5629
BOPO? 1.74E-05 0.000175 0.099351 0.9212 Random Effects (Cross)
1--C 0.000000
2--C 0.000000
3--C 0.000000
4--C 0.000000
5--C 0.000000
6--C 0.000000
7--C 0.000000
8--C 0.000000
92
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 0.788782 1.0000 Weighted Statistics
R-squared 0.378660 Mean dependent var -
0.039716 Adjusted R-
squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of
regression 0.882932 Sum squared resid 42.09669
F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010
Unweighted Statistics
R-squared 0.378660 Mean dependent var -
0.039716 Sum
squared resid 42.09669 Durbin-Watson stat 1.662104
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 13: Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CROSSID Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.951465 (7,47) 0.0120
Cross-section Chi-square 21.132375 7 0.0036
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOGROA? Method: Panel Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:17
Sample: 2010 2017 Included observations: 8
Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.537902 1.709983 0.0930
NPF? -0.378662 0.068918 -5.494368 0.0000 FDR? 0.002582 0.004965 0.519996 0.6052
BOPO? 1.74E-05 0.000196 0.088757 0.9296 R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of
regression 0.882932 Akaike info criterion 2.655334 Sum 42.09669 Schwarz criterion 2.797434
93
squared resid Log
likelihood -73.00469 Hannan-Quinn criter. 2.710685 F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 13: Hasil Uji Haunsman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: CROSSID
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.115887 3 0.0007
** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
NPF? -0.252864 -0.378662 0.002310 0.0089
FDR? 0.002925 0.002582 0.000002 0.7906
BOPO? 0.000178 0.000017 0.000000 0.0120
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LOGROA?
Method: Panel Least Squares
Date: 06/02/18 Time: 03:20
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022
FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446
Effects Specification
94
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared
0.476555 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression
0.788782 Akaike info criterion 2.532362
Sum squared resid
29.24235 Schwarz criterion 2.923136
Log likelihood
-62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577
F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440
Prob(F-statistic)
0.000006
Sumber: Data diolah 2018
Lampiran 14: Hasil Uji Signifikansi (Fixed Effect Model)
Dependent Variable: LOGROA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/02/18 Time: 03:16
Sample: 2010 2017
Included observations: 8
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 58
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616
NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022
FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297
BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716
Adjusted R-squared
0.476555 S.D. dependent var 1.090239
S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362