ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING...

112
ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 2017 DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: Rizka Nurjannah Kusumawaty NIM: 11140850000054 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

Transcript of ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING...

ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF),

FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)

TERHADAP PROFITABILITAS PADA

BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Rizka Nurjannah Kusumawaty

NIM: 11140850000054

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

i

ANALISIS NON PERFORMING FINANCING (NPF),

FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)

TERHADAP PROFITABILITAS PADA

BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017

DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rizka Nurjannah Kusumawaty

NIM: 11140850000054

LEMBAR PERSETUJUAN

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Herni Ali HT, S.E,M.M

NIDN: 0422125902

Santi Yustini, S.E,M.Ak

NIDN:2021078701

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty

2. NIM : 11140850000054

3. Jurusan : Perbankan Syariah

4. Judul Skripsi : Analisis No Performing Financing (NPF), Financing to

Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas pada Bank

Umum Syariah Periode 2010 – 2017 di Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan

yang bersangkutan selama proses Ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2018

1. Umiyati, SE.I, M.SI (________________)

NIDN. 2020047903 Penguji I

2. Ade Ananto Terminanto, M.M (________________)

NIP.196811252014111002 Penguji II

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Jumat tanggal 27 Juli 2018 telah diadakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty

2. NIM : 11140850000054

3. Jurusan : Perbankan Syariah

4. Judul Skripsi : Analisis Non Performing Financing (NPF), Financing to

Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum

Syariah Periode 2010 – 2017 di Indonesia.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan mahasiswa bahwa tersebut

diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 27 Juli 2018

1. Fitri Damayanti, S.E, M.Si (_______________)

NIP. 1981073212006042003 Ketua

2. Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M (_______________) NIDN: 0422125902 Sekretaris

3. Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M (_______________) NIDN: 0422125902 Pembimbing I

4. Santi Yustini, S.E, M.Ak (_______________) NIDN: 2021078701 Pembimbing II

5. Yuke Rahmawati, M.A (_______________) NIP: 19759032007012023 Penguji Ahli

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty

NIM : 11140850000054

Jurusan : Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS NON

PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR),

BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO)

TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE

2010 – 2017 DI INDONESIA adalah benar merupakan karya saya sendiri dan

tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang

ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam

skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 09 Juli 2018

Yang Menyatakan,

(Rizka Nurjannah Kusumawaty)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rizka Nurjannah Kusumawaty

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 April 1996

3. Alamat : Perumahan Bekasi Timur Permai Jl. Bima

Suci II Blok E8/7, Rt. 09/12 Desa Setia

Mekar Kecamatan Tambun Selatan Bekasi

17510

4. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK As-salam Tahun 2001 - 2002

2. SDIT As-salam Tahun 2002 - 2008

3. SMP Mandalahayu Tahun 2008 - 2011

4. MA Al-Hamidiyah Tahun 2011 - 2014

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 – 2018

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Koordinator Departemen Bahasa (2013-2014)

2. Divisi Cerdas Cermat 2nd

IB Days (Prodi Perbankan Syariah) (2015)

3. Divisi Acara 3rd

IB Days (Prodi Perbankan Syariah) (2016)

4. Notulen Seminar International Prodi Perbankan Syariah “Cultural

Affairs Section of the U.S. Embassy Jakarta” (2017)

vi

ABSTRACT

This study aims to measure the ratio of Non-Performing Financing (NPF),

Financing to Deposit Ratio (FDR), and the operational costs against operating

income (BOPO) towards profitability ratios Return On Assets (ROA) of the Bank

Indonesia Sharia in Public during the eight year period 2010 to 2017.

The object of the research used is 8 public Bank Syariah in Indonesia

which consists of: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia Sharia

(BNIS), Bank Rakyat Indonesia Sharia (BRIS), Bank Muamalat Indonesia (BMI),

Bank Mega Syariah (BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB), Maybank Islamic

Indonesia (MIS), Bank Panin Syariah (PBS). The results of this research show

that simultaneously throughout the independent variable NPF, FDR, and the

dependent variable BOPO effect on profitability (ROA) of 47%. Partially

retrieved results of NPF to profitability with value prob. of 0.0022 < 0.05, FDR

did not affect profitability with value prob. of 0.5297 > 0.05 and BOPO has no

effect against the profitability of the BUS with the value of the prob. of 0.3446 >

0.05.

Keywords: public Bank syariah, Non Performing Financing (NPF), operational

costs against operating income (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR) and

the ratio of profitability Return On Assets (ROA)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur rasio Non Performing Financing

(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap rasio profitabilitas Return On Assets

(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia selama delapan tahun periode 2010

sampai 2017.

Objek penelitian yang digunakan adalah 8 Bank Umum Syariah di

Indonesia yang terdiri dari: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia

Syariah (BNIS), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Muamalat

Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS), Bank Syariah Bukopin (BSB),

Maybank Indonesia Syariah (MIS), Panin Bank Syariah (PBS). Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan seluruh variabel independen

NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap variabel dependen profitabilitas

(ROA) sebesar 47%. Secara parsial diperoleh hasil NPF berpengaruh terhadap

profitabilitas BUS dengan nilai prob. sebesar 0.0022 < 0.05, FDR tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas dengan nilai prob. sebesar 0.5297 > 0.05 dan

BOPO tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dengan nilai prob. sebesar

0.3446 > 0.05.

Kata kunci: Bank Umum syariah, Non Performing Financing (NPF), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to

Deposit Ratio (FDR) dan rasio profitabilitas Return On Assets (ROA).

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada

umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Program Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan

adalah “ANALISIS Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) TERHADAP

PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017 DI

INDONESIA”. Dalam penyusunan skripsi ini tentu tak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

mendalam kepada :

1. Kepada kedua orang tua, Papa Tanhudin dan Mama Neneng Soraya, penulis

ucapkan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan selama

menuntut ilmu. Sebagai kekuatan terbesar bagi penulis juga memotivasi

penulis untuk berprestasi dan menjadi kebanggaan orang tua.

2. Kepada Kakak penulis, Riky Purnama Rachman dan Kakak Ipar, Rossiana

Zahra atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan.

3. Ibu Cut Erika Ananda SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah

dan Fitri Damayanti SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah

membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi

berjalan dengan lancar.

4. Bapak Dr. Herni Ali HT, S.E, M.M , dan ibu Santi Yustini, S.E M.Ak selaku

dosen pembimbing yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat

serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

ix

5. Muhammad Andhika, yang telah menemani dan mendukung selama kuliah

dan penulisan ini.

6. Sahabat yang selalu mendukung serta menemani penulis selama perkuliahan,

kompre dan skripsi Anggita, Annisa, Arvina, Evi, Heva, Raudhatul, Rita,

Tiara.

7. Sahabat yang selalu mendukung dari awal perkuliahan Almira, Lita, Rahmi,

Vicka, Zulisa.

8. Sahabat yang selalu mendukung, menjadi teman selama perkuliahan diskusi

serta memberikan fasilitas selama penulisan Pamulih B. Prasetyo S.Si, M.Si

9. Sahabat Bryan Angel’s yang selalu menghibur Almira, Mala, Azzahra.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan

datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan

dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.

Jakarta, 09 Juli 2018

Rizka Nurjannah Kusumawaty

NIM. 11140850000054

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii

PERNYATAAN ......................................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ viiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 11

C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 11

D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 12

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................................ 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 17

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian ......................................................... 17

1. Bank Syariah ................................................................................................. 17

a. Definisi Bank Syariah .............................................................................. 17

b. Fungsi dan Peran Bank Syariah ............................................................... 18

c. Sumber Dana Bank Syariah ..................................................................... 18

d. Penggunaan Dana Bank ........................................................................... 20

e. Sumber Pendapatan Bank Syariah ........................................................... 21

xi

2. Analisis Laporan Keuangan .......................................................................... 21

a. Definisi Laporan Keuangan...................................................................... 21

b. Tahap Analisis laporan keuangan ............................................................ 22

c. Analisis rasio keuangan ............................................................................ 22

3. Analisis Kinerja Perbankan .......................................................................... 23

a. Penilaian Risk Profile ............................................................................... 23

b.Penilaian Earnings .................................................................................... 25

4. Profitabilitas Perbankan ................................................................................ 26

a. Return On Assets (ROA) .......................................................................... 27

B. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 28

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis .............................. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 34

C. Sumber Data...................................................................................................... 35

D. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 35

1. Indikator profitabilitas .................................................................................. 35

a. Return On Assets (ROA) ......................................................................... 35

2. Indikator Rasio Keuangan ............................................................................ 35

a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .............. 35

b. Non Performing Financing (NPF) .......................................................... 36

c. Financing to Deposit Ratio (FDR) ........................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 37

F. Teknik Pengolahan Data ................................................................................... 38

1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 38

2. Pengujian Asumsi Klasik .............................................................................. 38

a. Uji Normalitas ......................................................................................... 39

b. Uji Multikolinieritas ................................................................................ 39

c. Uji Heteroskedasitas ................................................................................ 40

d. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 40

3. Uji Stasioneritas ............................................................................................ 41

4. Estimasi Model Data Panel ........................................................................... 42

xii

a. Metode Common Effect Model CEM) atau Pooled Least Square

(PLS) ............................................................................................................ 42

b. Metode Fixed Effect Model (FEM) ........................................................ 43

c. Uji Chow ................................................................................................. 43

d. Metode Random Effcet Model (REM).................................................... 44

e. Uji Haussman .......................................................................................... 45

5. Uji Signifikansi ............................................................................................. 45

a. Uji Statistik t (Uji Parsial) ....................................................................... 45

b. Uji F Statistik (Uji Simultan) .................................................................. 46

c. Koefisien Determinansi ........................................................................... 47

6. Persamaan Model Regresi Data Panel .......................................................... 49

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50

A. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................... 50

1. Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................................... 50

2. Hasil Penelitian ............................................................................................. 60

a. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 60

b. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 64

c. Uji Stationeritas ....................................................................................... 66

d. Pengujian Model Regresi Data Panel ...................................................... 67

e. Uji Signifikansi ....................................................................................... 72

f. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih ................................................... 75

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................................ 76

1. Pengaruh Net Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas ............ 76

2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas ........... 77

3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

terhadap Profitabilitas ....................................................................................... 78

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 79

B. Saran ................................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN .............................................................................................................. 84

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah .......................... 2

Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel ..................................................................... 34

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ....................................................................................... 34

Tabel 4.1 ROA BUS periode 2010-2017 ................................................................... 60

Tabel. 4.2 NPF BUS periode 2010-2017 ................................................................... 61

Tabel. 4.3BOPO BUS periode 2010-2017 ................................................................. 62

Tabel 4.4 FDR BUS periode 2010-2017 .................................................................... 63

Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Bank Sampel Penelitian .............................................. 64

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................ 65

Tabel 4.8 Hasil Uji Heteriskedastisitas ...................................................................... 66

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 66

Tabel 4.10 Hasil Uji Stationeritas .............................................................................. 67

Tabel 4.11 Hasil Uji CEM ......................................................................................... 68

Tabel 4.12 Hasil Uji FEM .......................................................................................... 69

Tabel 4.13 Hasil Uji Chow ........................................................................................ 70

Tabel 4.14 Hasil Uji REM ......................................................................................... 71

Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman ................................................................................... 72

Tabel 4.16 Hasil Uji t ................................................................................................. 73

Tabel 4.17 Hasil Uji F ................................................................................................ 74

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefesien Determinasi ............................................................. 89

Tabel 4.19 Fixed Effect Model .................................................................................. 90

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia ................................................. 2

Gambar 1.2 Perkembangan Jumlah Rekening dan Jumlah Nasabah BUS .................. 4

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perbandingan NPF dan ROA tahun 2014-2017.......................................... 7

Grafik 1.2 Perbandingan BOPO dan ROA tahun 2014-2017 ...................................... 8

Grafik 1.3 Perbandingan FDR dan ROA tahun 2014-2017 ......................................... 9

Grafik 1.4 ROA tahun 2014-2017 .............................................................................. 10

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: ROA BUS Periode 2010-2017 .............................................................. 84

Lampiran 2: NPF Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-2017 .......... 85

Lampiran 3: BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-2017 ....... 86

Lampiran 4: FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017 ......... 87

Lampiran 5: Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel ............................... 88

Lampiran 7: Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 89

Lampiran 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 89

Lampiran 10: Hasil Uji CEM ..................................................................................... 90

Lampiran 11: Hasil Uji FEM ..................................................................................... 90

Lampiran 12: Hasil Uji REM ..................................................................................... 91

Lampiran 13: Hasil Uji Chow .................................................................................... 92

Lampiran 13: Hasil Uji Haunsman ............................................................................ 93

Lampiran 14: Hasil Uji Signifikansi .......................................................................... 94

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional, disertai dengan

pesatnya pertumbuhan Bank Syariah yang hadir ditengah masyarakat,

pertumbuhan dan perkembangan tersebut tidak terlepas dari keterkaitan Bank

Konvensional yang membuka cabang syariah pada masing-masing bank.

Sistem perbankan syariah dianggap mampu dan menjanjikan untuk dijadikan

sebagai alternatif dari sistem perbankan nasional maupun internasional.

Adanya krisis yang terjadi pada tahun 1997 yang melanda perbankan

di Indonesia, orang-orang berfikir bahwa sistem perekonomian konvensional

bukan lah satu-satu nya yang terbaik dan dapat diandalkan. Lalu, hadir lah

perbankan syariah dengan prinsip yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan

keterbukaan dalam perekonomian. Hal ini berpengaruh pada peningkatan

eksistensi bank syariah di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat

masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dan telah

berkembang menjadi sebuah tren. Pemerintah juga menegaskan dengan

adanya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tertulis pula bahwa

bank umum melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan juga dapat

melaksanakan berdasarkan prinsip syariah (bank syariah). Perbedaan yang

paling mendasari atas bank konvensional dan bank syariah adalah adanya

larangan bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut

oleh bank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya,

bank syariah menganut sistem bagi hasil. Dapat dilihat pula dari segi

peranannya, dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai

jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, bank konvensional juga masih

menjadi penyekat antara keduanya karena tidak adanya transferability risk

and return, dimana seluruh keberhasilan dan resiko usaha didistribusikan

secara langsung kepada pemilik dana. Namun, tidak demikian halnya sistem

yang dianut perbankan syariah, dimana perbankan syariah menjadi manajer

2

investasi, wakil, atau pemegang amanat dari pemilik dana atas investasi di

sektor riil sehingga menciptakan suasana harmoni (Muhammad, 2005).

Karena adanya hal tersebut, dapat dibuktikan oleh data Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah (2009) yang menyebutkan berkembangnya

tren tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik

bagi deposan mengingat nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih

kompetitif dibanding bunga di bank konvensional.

Dalam penelitian terdahulu, Said Muhammad dan Ali Herni (2016)

menyatakan bahwa perbankan dan keuangan Islam atau bank syariah tumbuh

sangat signifikan di seluruh dunia baik di negara-negara dengan mayoritas

penduduk muslim dan di negara-negara barat dengan penduduk mayoritas

non-muslim. Pertumbuhan industri global secara

umum diukur dengan kuantitas dan nilai aset keuangan Islam. Lalu,

pada tahun 2011, ada lebih dari 300 lembaga keuangan Islam yang beroperasi

di lebih dari 75 negara di seluruh dunia. Hal ini dapat membuktikan bahwa

pebankan syariah diterima tidak hanya dalam negri namun juga di luar negri.

Pada tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan pertumbuhan Bank Konvensional

dan Bank Syariah di Indonesia.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: OJK dalam Said Muhammad dan Ali Herni.

Menurut penelitian terdahulu Said Muhammad dan Ali Herni (2016),

dari data pertumbuhan aset bank konvensional dan bank syariah pada Tabel

1.1 menunjukan bahwa tingkat persentase pertumbuhan aset bank syariah

selama 2010-2014 masih lebih tinggi dibandingkan dengan bank

Tahun Pertumbuhan (%)

Bank Konvensional Bank Syariah

2010 18,78 46,98

2011 21,41 48,61

2012 16,75 34,05

2013 16,21 24,23

2014 13,38 12,42

3

konvensional, walaupun pertumbuhan aset hingga tahun 2014 baik bank

konvensional maupun bank syariah, keduanya menunjukan kecenderung

menurun. Pada tahun2010 selisih pertumbuhan Bank Syariah terhadap Bank

Konvensional sebesar 28,2%, tahun 2011 sebesar 27,47%, tahun 2012 sebesar

17,3%, tahun 2013 sebesar 8,02% yang menunjukan pertumbuhan Bank

Syariah lebih tinggi dibandingkan Bank Konvensional walaupun pada tahun

2014 Bank Syariah lebih rendah 4% dibandingkan Bank Konvensional.

Namun, meskipun begitu telah Bank Syariah mampu mempertahankan

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Bank Konvensional dari tahun

2010-2013.

Gambar 1.1

Grafik Pertumbuhan Bank Syariah di Dunia

Sumber: Islamic Finance Country Index dalam Said Muhammad dan Ali Herni

Sedangkan dalam lingkup internasional, Indonesia menduduki urutan

ke-empat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan

industri keuangan syariah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1. Posisi

Indonesia masih di bawah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Namun,

Indonesia masih lebih unggul dari 16 negara lain nya dengan nilai 29% yang

menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat potensial dalam

pengembahan industri keuangan syariah.

4

Dengan melihat data Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 dan juga melihat

beberapa aspek dalam penghitungan indeks seperti jumlah bank syariah,

jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan

syariah yang memiliki presentase terbesar, maka Indonesia diproyeksikan

akan menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan.

Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi

pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi (Handriano 2015).

Harapan perkembangan perekonomian syariah di Indonesia yang semakin

meluas mulai terbangun dengan populasi masyarakat indonesia yang

didominasi oleh masyarakat muslim yang mana telah mengetahui hukum

perekonomian konvensional, khususnya dalam perbankan konvensional yang

menganut unsur riba. Dengan demikian peluang besar bagi tumbuhnya

perbankan syariah di Indonesia pun mulai didukung oleh masyarakat

indonesia yang telah mengetahui lemahnya sistem perbankan konvensional.

Perkembangan bank syariah di Indonesia saat ini tengah ada dalam fase

perkembangan yang pesat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2 yang

menunjukan perkembangan jumlah rekening dan jumlah nasabah yang selalu

meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar 1.2

Perkembangan Jumlah Rekening dan Jumlah Nasabah

BUS, UUS dan BPRS

Sumber : OJK , 2017

Berdasarkan Gambar 1.2 pada Oktober 2017 jumlah rekening yang

tercatat mencapai 26,57 juta, naik dari Desember 2016 yang tercatat sebesar

23,45 juta rekening. Sedangkan jumlah rekening PYD juga meningkat dari

4,77 juta menjadi 5,71 juta rekening di periode yang sama. Hal ini

5

membuktikan bahwa masyarakat mulai mempercayai kinerja perbankan

syariah yang dapat di tunjukan dengan peningkatan yang signifikan dari

banyaknya nasabah yang membuka rekening pada Bank Syariah.

Dalam Bisnis perbankan melihat kinerja suatu bank merupakan hal

yang sangat penting, karena bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan,

maka bank harus mampu menunjukkan kredibilitasnya sehingga akan

semakin banyak masyarakat yang percaya dan memutuskan untuk

bertransaksi di bank tersebut, salah satunya melalui peningkatan

profitabilitas. Menurut Sudarsono (2008) Bank Syariah menerapkan

hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan

kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang

dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu,

tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil

bukan hanya untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap

hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Itulah sebabnya

penting bagi bank syariah untuk terus meningkatkan profitabilitasnya.

Besar kecilnya keuntungan dan kemampuan bank menghasilkan laba

akan mengindikasikan besar kecilnya rasio perolehan profitabilitas yang

diperoleh oleh bank, karena itu lah telah dapat di simpulkan bahwa risiko

pembiayaan yang di lakukan oleh bank syariah dapat mempengaruhi besar

kecilnya perolehan rasio profitabilitas (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

Apabila profitabilitas rendah maka memberikan gambaran bahwa

pihak manajemen tidak memanfaatkan aktiva produktif yang dimiliki

perusahaan secara maksimal, hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat

kepercayaan masyarakat yang perlahan akan menurun (Setiawan, 2009).

Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat

untuk mengukur kinerja suatu perusahaan (Hanafi, 2001). Kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja

perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula

kinerja keuangan perusahaan.

Untuk mengukur Rasio profitabilitas atau rentabilitas yang biasa

digunakan ialah menggunakan rasio Return On Equity (ROE) dan Return On

6

Asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam

mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan

ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan

income dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007). Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) ini

memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan

dalam operasi perusahaan.

Pada januari 2012 seluruh Bank Umum di Indonesia menggunakan

pedoman penilaian tingkat kesehatan bank yang terbaru berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor terbaru, yaitu RGEC sebagai

pengganti CAMEL. RGEC yang memiliki kepanjangan dari Risk Profile,

Good Corporate Governance, Earning, dan Capital. aspek Asset Quality dan

aspek Liquidity masuk kepada Risk Profile meliputi Non Performing

Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR), aspek Earnings

meliputi Return On Equity, Return On Asset, dan Operational Efficiency

Ratio (BOPO).

Non Performing Finance (NPF) adalah rasio keuangan yang berkaitan

dengan risiko kredit yaitu adalah perbandingan antara total pembiayaan

bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. Rasio

Non Performing Financing dikenal dengan Non Performing Loan pada bank

konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman

namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit,

semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak

bank (Nusantara, 2009). Berdasarkan kutipan yang diperoleh dari (Nusantara,

2009) mengindikasikan bahwa, jika terjadi risiko kredit yang ditanggung

bank semakin tinggi, maka profitabilitas akan menurun dan begitu pula

sebaliknya. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba bank

dan secara otomatis berpengaruh langsung terhadap tingkat profitabilitas

bank. Hal ini menunjukan tingkat NPF yang tinggi bagi suatu bank

menggambarkan keadaan bank yang tidak sehat (Riyadi, 2014).

7

4.95% 4.84% 4.44% 4.71%

0.41 0.49

0.63

0.96

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

2014 2015 2016 2017

NPF

ROA

Grafik 1.1

Grafik perbandingan NPF dan ROA tahun 2014-2017

Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)

Berdasarkan teori yang diperoleh dari (Nusantara, 2009) mengatakan

ketika NPF naik maka ROA akan menurun, dan jika NPF turun maka ROA

akan naik. Namun dalam Grafik 1.1 dapat dilihat pada tahun 2016 dan 2017

mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika NPF 4,44% ROA

0,63%, dan pada tahun 2017 ketika NPF 4,71% ROA 0,96%. Dari adanya gap

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris sesuai

dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Mahardian (2008)

yang menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) secara statistik

tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Hasil ini bertentangan

dengan penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh

positif signifikan terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian

Mabruroh (2004), dan Mahardian (2008) maka perlu dilakukan penelitian

lanjutan pengaruh NPF terhadap ROA.

BOPO atau Operational Efficiency Ratio yang termasuk kedalam

rentabilitas ratio (Earning) merupakan perbandingan antara total biaya

operasi dengan total pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi rasio BOPO, kinerja bank

akan semakin menurun. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio

BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut (Riyadi, 2006).

8

Dengan demikian besar kecilnya BOPO akan mempengaruhi profitabilitas

bank (ROA)

Grafik 1.2

Grafik perbandingan BOPO dan ROA tahun 2014-2017

Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)

Berdasarkan teori yang diperoleh dari (Riyadi, 2006). mengatakan

ketika BOPO naik maka ROA akan menurun, dan jika BOPO turun maka

ROA akan naik. Namun dalam Grafik 1.2 dapat dilihat pada tahun 2015 dan

2017 mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika BOPO 97,01%

ROA 0,49%, dan pada tahun 2017 ketika BOPO 92,89% ROA 0,96%. Dari

adanya gap tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris

sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Heriyanto

dan Edhi (2009) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh yang negatif

antara BOPO terhadap ROA. Hasil ini bertentangan dengan penelitian

sebelumnya Usman (2003) menjelaskan adanya pengaruh positif antara

BOPO terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Heriyanto

dan Edhi (2009), dan Usman (2003) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan

pengaruh BOPO terhadap ROA.

Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to Deposit

Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk

memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki

bank (Dendawijaya, 2003). Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank

semakin meningkat (dengan asumsi bahwa bank tersebut mampu

96.97% 97.01% 96.22% 92.89%

0.41 0.49

0.63

0.96

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

2014 2015 2016 2017

BOPO

ROA

9

menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank,

maka kinerja bank juga meningkat (Mahardian, 2008). Dengan demikian

besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank

tersebut.

Grafik 1.3

Grafik perbandingan FDR dan ROA tahun 2014-2017

Sumber: OJK, (Data di olah, 2017)

Dari penelitian (Mahardian, 2008) dapat memberikan asumsi bahwa

ketika FDR naik maka ROA akan naik, dan jika FDR turun maka ROA akan

turun. Namun, berdasarkan Grafik 1.3 dapat dilihat pada tahun 2016 dan 2017

mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Ketika FDR 85,99%, ROA

0,63%, dan pada tahun 2017 ketika FDR 81,76%, ROA 0,96%. Dari adanya

gap tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kejadian emipiris sesuai

dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat dengan penelitian Yuliani (2007)

menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA,

didukung oleh penelitian Mintarti (2009) dan Dewi (2010) yang menunjukkan

bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.

Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya penelitian Mahardian

(2008), Nusantara (2009) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif

terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Mintarti (2009)

dan Dewi (2010), terhadap penelitian Mahardian (2008), maka perlu

dilakukan penelitian lanjutan pengaruh FDR terhadap ROA.

86.66% 88.03% 85.99% 81.76%

0.41

0.49

0.63

0.96

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

2014 2015 2016 2017

FDR

ROA

10

Dalam hal perekonomian, sistem perbankan juga termasuk dalam

sektor bisnis yang artinya setiap bisnis pasti dalam tujuan akhirnya adalah

meraih keuntungan untuk kelangsungan hidup bank melalui usaha. Dalam

hukum ekonomi untuk mendapatkan keuntungan adalah pendapatan harus

lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan. Bank mengoperasionalkan

dirinya melalui dana yang diperoleh dari masyarakat dan dititipkan pada bank

atas dasar kepercayaan. Oleh sebab itu, kegiatan operasional harus

dilaksanakan secara efektif dan secara efisien mungkin untuk mendapatkan

keuntungan bagi perusahaan. Karena kesehatan dan keberhasilan suatu bank

dilihat dari keuntungan yang diperoleh oleh bank itu sendiri (Harahap, 2016).

Grafik 1.4

Grafik ROA Bank Syariah Tahun 2014-2017

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2017

Berdasarkan Grafik 1.4 persentase ROA Bank Syariah dari tahun

2014-2017 menunjukan kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2014

sebesar 0,41%, tahun 2015 sebesar 0,49%, tahun 2016 sebesar 0,63%, dan

tahun 2017 sebesar 0,96% Namun kecenderungan kenaikan ini, belum

diketahui penyebabnya. Untuk itu perlu diteliti secara empiris adakah

pengaruh NPF, BOPO, FDR terhadap kenaikan ROA.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas adanya

research gap dari penelitian Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa

Non Performing Financing (NPF) secara statistik tidak berpengaruh terhadap

Return On Asset (ROA) dan hasil ini bertentangan dengan penelitian

0.41 0.49

0.63

0.96

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

2014 2015 2016 2017

ROA

11

Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh positif signifikan

terhadap ROA, kemudian adanya research gap dari penelitian Heriyanto dan

Edhi (2009) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh yang negatif antara

BOPO terhadap ROA dan hasil ini bertentangan dengan penelitian

sebelumnya Usman (2003) menjelaskan adanya pengaruh positif antara

BOPO terhadap ROA, dan adanya research gap dari penelitian Yuliani

(2007) menunjukkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA,

didukung oleh penelitian Mintarti (2009) dan Dewi (2010) yang menunjukkan

bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.

Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya penelitian Mahardian

(2008), Nusantara (2009) menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif

terhadap ROA.

Berdasarkan adanya research gap tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian berdasarkan research gap penelitian terdahulu tersebut.

Sehingga penelitian ini mengambil judul “ANALISIS Non Performing

Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS

PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2010 – 2017 DI

INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis maka penulis mengidentifikasi

masalah yang ada sebagai berikut:

1. Kesehatan suatu bank dapat dilihat menggunakan rasio-rasio keuangan.

2. Adanya tingkat rasio NPF, BOPO, FDR yang tidak stabil per tahunnya.

3. Faktor tingkat rasio NPF, BOPO, FDR berpengaruh pada profitabilitas

(ROA) suatu bank.

C. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah bank yang tercatat dalam

BEI (Bursa Efek Indonesia)

2. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah variable NPF,

BOPO, FDR terhadap profitabilitas.

12

3. Variabel Profitabilitas dalam penelitian ini menngunakan return on assets

(ROA)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh NPF terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah

(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?

2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah

(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?

3. Bagaimana pengaruh FDR terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah

(BUS) di Indonesia periode 2010-2017?

4. Bagaimana pengaruh NPF, BOPO, dan FDR terhadap profitabilitas Bank

Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017 secara simultan?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengaruh NPF terhadap profitabilitas Bank Umum

Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017

2. Untuk menjelaskan pengaruh BOPO terhadap profitabilitas Bank Umum

Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017

3. Untuk menjelaskan pengaruh FDR terhadap profitabilitas Bank Umum

Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017

4. Untuk menjelaskan pengaruh NPF, BOPO, dan FDR terhadap

profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2017

secara simultan

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini dapat memberikan

manfaat untuk:

1. Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di

perusahaan perbankan.

13

2. Perusahaan Perbankan Syariah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam bidang keuangan

terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan

3. Akademisi

Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya

pada perusahaan perbankan syariah.

4. Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perbankan

syariah khususnya dalam hal pengukuran kinerja perbankan syariah.

14

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang

terkait dengan judul, antara lain:

Tabel 1.2

Tinjauan Kajian Terdahulu

Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

Ferry

Anggriawan

(2018)

Analisis

Pengaruh CAR,

NPF, BOPO, dan

FDR terhadao

Profitabilitas

Bank Syariah di

Indonesia Tahun

2014-2017

Menggunakan

Variabel NPF,

BOPO dan

FDR,

menggunakan

rasio

profitabilitas

(ROA).

Penelitian ini

menggunakan

metode regresi

berganda,

penelitian ini

menggunakan

variable CAR,

penelitian ini

dimulai tahun

2014-2017.

NPF tidak

berpengaruh,

BOPO dan

FDR

berpengaruh.

Herni Ali

dan

Muhammad

Said

(2016).

An Analysis on

the Factors

Affecting

Profitability

Level of Sharia

Banking in

Indonesia.

Menggunakan

variabel NPF,

FDR dan

ROA.

Penelitian ini

menggunakan

variabel

Inflasi, NOM,

CAR dan TPF.

NPF dan

FDR tidak

berpengaruh

terhadap

ROA.

Mohammed

T.

Abusharbeh

(2014).

Credit Risks and

Profitability of

Islamic Banks:

Evidence from

Indonesia.

Menggunakan

variable NPF

dan ROA.

Penelitian ini

menggunakan

variable Non-

profit-loss

sharing

financing

(NPLS), dan

Profit-loss

sharing

Financing

(PLS).

Variabel

NPF tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

ROA.

Berlanjut ke halaman selanjutnya

15

Tabel 1.2

Tinjauan Kajian Terdahulu (Lanjutan)

Peneliti

(tahun)

Judul

Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

Rr. Yoppy

Palupi

Purbaningsih

(2013).

The Effect of

Liquidity Risk

and Non

Performing

Financing

(NPF) Ratio to

Commercial

Sharia Bank

Profitability in

Indonesia.

Menggunakan

variable FDR,

dan NPF.

Penelitian ini

menggunakan

variabel LTA

dan LAD.

FDR dan NPF

secara

bersamaan

secara

signifikan.

mempengaruhi

profitabilitas.

Saiful

Bachri,

Suhadak dan

Muhammad

Saifi

(2013).

Pengaruh Rasio

Keuangan

terhadap

Kinerja

Keuangan

Bank.

Menggunakan

variabel ROA,

NPF dan

FDR.

Penelitian ini

menggunakan

CAR dan

OER.

FDR dan NPF

tidak

berpengaruh

secara

signifikan.

Akhtar

(2011).

Factors

Influencing the

Profitability of

Islamic Banks

of Pakistan.

Menggunakan

variabel ROA

dan BOPO.

Penelitian ini

menggunakan

ROA, NPL

dan CAR.

BOPO

berpengaruh

negatif

signifikan

terhadap ROA

dan ROE.

Heriyanto

dan Edhi

(2009).

Analisis

Faktor-Faktor

yang

mempengaruhi

Profitabilitas

Bank Syariah

yang terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia.

Menggunakan

variable NPF,

BOPO, FDR,

dan ROA.

Penelitian ini

menggunakan

variabel ROE.

NPF

berpengaruh

negative

signifikan

terhadap ROA.

Berlanjut ke halaman selanjutnya

16

Tabel 1.2

Tinjauan Kajian Terdahulu (Lanjutan)

Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

Gelos

(2006).

Bank

Relationship and

Firm

Performance:

Evidence from

Thailand before

The Asian

Financial Crisis.

Menggunakan

variable NPF,

BOPO, FDR,

dan ROA

Penelitian ini

menggunakan

variabel ROE.

FDR

berpengaruh

negative

signifikan

terhadap

ROA.

Mabruroh

(2004).

Manfaat

Pengaruh Raiso

Keuangan dalam

Analisis Kinerja

Keuangan

Perbankan.

Menggunakan

variabel NPF,

BOPO, FDR

dan ROA.

Penelitian ini

menggunakan

variabel ROE.

NPF

berpengaruh

postif

signifikan

terhadap

ROA.

Usman

(2003).

Aalisis Rasio

Keuangan dalam

Memprediksi

Perubahan Laba

pada Bank-Bank

di Indonesia.

Menggunakan

variable NPF,

BOPO, FDR,

dan ROA.

Penelitian ini

menggunakan

variabel

ROE,CAR.

BOPO

berpengaruh

positif

signifikan

terhadap

ROA.

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian

1. Bank Syariah

a. Definisi Bank Syariah

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-

jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono,

2008). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah di definisikan sebagai bank

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah. Di dalam Undang-undang Nomor 7

tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan prinsip

syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank

dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,

antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),

pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),

prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),

atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa

pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan

atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan pokok antara

perbankan islam dan perbankan konvensional adalah adanya larangan

riba (bunga) bagi perbankan islam (Arifin, 2005). Muhammad (2005)

menambahkan bahwa hal mendasar yang membedakan antara lembaga

keuangan non syariah dan syariah adalah terletak pada pengembalian

dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada

18

lembaga keuangan dan / atau yang diberikan oleh lembaga keuangan

kepada nasabah.

b. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Sudarsono (2008) mengatakan bahwa fungsi dan peran bank

syariah adalah sebagai berikut:

1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana

nasabah.

2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang

dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah

dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan

sebagaimana lazimnya.

4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas

keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk

mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

c. Sumber Dana Bank Syariah

Arifin (2009) mengatakan bahwa sumber dana bank syariah

terdiri dari:

1) Modal inti (core capital)

Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari

para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya

dana modal inti terdiri dari:

a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham.

b) Cadangan yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang

disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di

kemudian hari.

c) Laba ditahan yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan

kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham

sendiri diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

19

2) Kuasi Ekuitas (mudharabah account)

Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip

mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al

maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha

bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan

bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, bank menyediakan jasa

bagi investor berupa:

a) Rekening investasi umum

Bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari

kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi

berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted

investment account). Dalam hal ini bank bertindak sebagai

mudharib dan nasabah bank bertindak sebagai Shahib al Maal,

sedang keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada) yang

dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan nisbah

tertentu. Dalam hal terjadi kerugian, nasabah menanggung

kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan.

b) Rekening investasi khusus

Bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah

institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah

korporasi untuk menginvestasikan dan mereka pada unit-unit

usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau

mereka kehedaki.

c) Rekening tabungan mudharabah.

Dalam aplikasinya bank syariah melayani tabungan

mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan

korban, tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan

untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan

atau jangka waktu tertentu.

3) Dana titipan (wadi’ah/non renumerated deposit)

20

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada

bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Menurut Arifin

(2009), dana titipan ini dikembangkan dalam bentuk berikut:

a) Rekening giro wadi’ah

Dalam hal ini bank menggunakan prinsip wadiah yad

dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus

menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.

Dana tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan

komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh

dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan

komersial.

b) Rekening tabungan wadi’ah

Dalam hal ini nasabah dapat menarik sebagian atau

seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan

perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran

kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas

pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi, atas

kehendaknya sendiri, bank dapat memberikan imbalan

keuntungan yang berasal dari sebagian keuntungan bank. Bank

menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan

dengan rekening tersebut.

d. Penggunaan Dana Bank

Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai

financial intermediary. Sehingga setelah berhasil menghimpun dana

pihak ketiga, bank syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana

tersebut untuk pembiayaan. Alokasi penggunaan dana bank syariah

pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting (Muhammad,

2005), yaitu:

1) Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset)

Aktiva yang dapat menghasilkan atau earning Asset adalah aset

bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini

disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas:

21

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah).

c) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’)

d) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina)

e) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.

2) Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Asset)

a) Aktiva dalam bentuk tunai (cash Asset), terdiri dari uang tunai,

cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada

bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih

dalam proses penagihan (collections).

b) Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah

dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan

ajaran Islam.

c) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises

dan equipment).

e. Sumber Pendapatan Bank Syariah

Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati porsi

terbesar, pada umumnya sekitar 55%- 60% dari total aktiva. Dari

pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat

mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on

financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank (Muhammad,

2005). Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh

dari:

1) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.

2) Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’)

3) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina

4) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.

2. Analisis Laporan Keuangan

a. Definisi Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan instrumen untuk

mendiagnosa kekuatan dan kelemahan kinerja perusahaan melalui

analisis hubungan-hubungan kuantitatif dari laporan keuangan

22

perusahaan kemudian mengetahui pengaruhnya yang lebih luas.

Penggunaan rasio ini disesuaikan dengan kebutuhan, maksudnya

untuk beberapa situasi tertentu dibutuhkan variabel-variabel laporan

keuangan secara rinci, dan untuk situasi lain penggunaan beberapa

rasio saja sudah cukup.

b. Tahap Analisis laporan keuangan

1) Analisis neraca yaitu menghubungkan setiap posdengan aktiva.

2) Analisis laporan rugi laba dengan menghubungkn seluruh pos

dengan pendapatan bersih.

3) Analisis laporan arus kas, metode ini mulai dengan laba bersih

dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk sampai pada

kas yang dihasilkan oleh kegiatan pembiayaan bertanda negatif.

c. Analisis rasio keuangan

1) Ukuran kinerja

a) Rasio profitabilitas, yaitu mengukur efektivitas manajemen

berdasarkan hasil pengembangan yang dihasilkan dari

penjualan dan investasi.

b) Rasio pertumbuhan, yaitu mengukur kemampuan perusahaan

untuk mempertahankan posisi ekonomisnya dalam

pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar

produk tempatnya beroperasi.

c) Ukuran penilaian (valuation measures), yaitu mengukur

kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar

yang melebihi pengeluaran kas.

2) Efisiensi Operasi

a) Manajemen aktiva, mengukur seberapa efektif perusahaan

memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis dalam

kekuasanya.

b) Manajemen biaya, operasi yang efisien mengelola investasi

dengan baik dan mengendalikan biaya dengan efektif.

23

3) Kebijakan Keuangan

a) Rasio leverage, mengukur sebatas mana total aktiva dibiayai

pemilik jika dibandingkan dengan pembiayaan yang

disediakan kreditur.

b) Rasio likuiditas, mengukur kemempuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban-kewajibanya yang jatuh tempo.

3. Analisis Kinerja Perbankan

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang

Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bank di Indononesia diwajibkan

menggunakan metode penilaian kesehatan bank yang terbaru yaitu metode

RGEC, meliputi Penilaian Risk Profile, Good Corporate Governance,

Earnings, dan Capital.

a. Penilaian Risk Profile

Penilaian risk profile ini merupakan penilaian terhadap baik

buruknya penerapan manajemen resiko dan resiko inheren dalam

kegiatan opersional bank. Pada penelitian ini, hanya berfokus pada

risiko kredit yang diwakili oleh rasio NPL dalam Bank Konvensional

sedangkan pada Bank Syariah diwakili oleh rasio NPF. dan risiko

likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR dalam Bank Konvensional,

sedangkan pada Bank Syariah diwakili dengan rasio FDR.

1) Non Performing Financing (NPF)

Pada Bank Konvensional dikenal dengan Non Performing

Loan (NPL) yang merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan

risiko kredit. Non Performing Financing menunjukan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang

diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan

semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan

jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu

bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini

adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk

24

kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan

kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia, 2005)

Menurut Hendro dan Rahardja (2014) bank perlu

mempertimbangkan secara cermat calon nasbah dalam menganalisa

atau menilai sebuah permohonan pembiayaan yang diajukan calon

nasabah agar terhindar dari NPF dan bank dapat memperoleh

keyakinan bahwa usaha yang dibiayai dengan pembiayaan bank

layak untuk dijalankan dengan menganalisis melalui aspek 5C

(character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy)

dan aspek 7P (personality, party, payment, prospect, purpose,

profitability, dan protection).

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs tanggal

30 oktober 2007 mengklasifikasikan kriteria penilaian peringkat

Non Performing Financing sebagai berikut:

NPF < 2% : Sangat Baik

2% NPF 5% : Baik

5% NPF 8% : Cukup Baik

8% NPF 12% : Kurang Baik

NPF 12% : Tidak Baik

Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

2) Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan

antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak

ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005).

Rasio FDR yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada

bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk

25

memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang

dimiliki bank. (Dendawijaya, 2003).

Nilai FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah

pada kisaran 78% hingga 100%. Menurut Aisyah (2015) tinggi

rendahnya rasio FDR menunjukan tingkat likuiditas bank yang

dapat di klasifikasikan apabila nilai FDR 80% - 110% maka

likuiditas bank dapat dikatakan baik. Menurut Hasbi (2011)

Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

b. Penilaian Earnings

Earnings atau rasio rentabilitas yaitu menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba selama periode

tertentu (Riyanto, 2008) dalam (Dewi, Arifati, Andini, 2016). Pada

penelitian ini, fokus penilaian Earnings yaitu menggunakan rasio

ROA dan BOPO.

1) Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh laba secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003).

Semakin besar Return On Asset (ROA), semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan

kinerja perusahaan yang semakin baik. Return On Asset (ROA)

dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan

karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)

merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total

aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dicapai bank (Almilia, 2005). Berdasarkan ketentuan Bank

26

Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.

9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut:

2) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan

suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia,

2005).

Karena rasio ini mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasional maka menurut Taswan

(2010) tingkat klasifikasi efesiensi BOPO dapat dikatakan baik

apabiloa berkisar 95% - 96%. Hasbi (2011) menambahkan semakin

kecil rasio ini maka kinerja bank semakin baik. Dengan demikian

efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio BOPO

akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Secara matematis,

BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:

4. Profitabilitas Perbankan

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan, dalam hal ini

perusahaan perbankan, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya

diukur menggunakan rasio perbandingan. Rasio yang biasa digunakan

untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah

ROE (Return On Equity) dan ROA (Return On Asset).

27

a. Return On Assets (ROA)

ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam

menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset yang dimiliki. Perlu

dicatat disini bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank,

Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On

Asset dan tidak memasukkan unsur Return On Equity. Hal ini

dikarenakan karena bank Indonesia, sebagai Pembina dan pengawas

perbankan, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang

diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan

masyarakat (Dendawijaya, 2003).

Menurut Fahmi (2013) semakin tinggi rasio ini maka semakin

baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.

Dengan adanya teori tersebut akan meningkatkan daya tarik

perusahaan kepada investor. Apabila investor semakin meningkat

ketertarikannya maka perusahaan tersebut semakin diminati oleh

investor karena akan memberikan keuntungan yaitu tingkat

pengembalian atau deviden akan semakin besar.

Untuk menilai sejauh mana investasi yang telah ditanamkan

mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang

diharapkan maka dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

28

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat

dibuat kerangka yang ditujukkan pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Variabel Terikat (Y):

ROA Variabel Bebas (X):

NPF,BOPO, dan FDR

Laporan Keuangan BUS

(2010-2017)

Uji Asumsi Klasik:

1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi

Uji Stationer Data

Fixed Effect Model

Uji signifikansi

Common Effect Model

Uji Pemilihan Model

Uji Chow

Random Effect Model

Uji Hausman

Uji T

Pembahasan & Interpretasi

Fixed Effect Model

Uji F Koefesien Determinasi (R2)

Kesimpulan & Saran

29

Penelitian ini mengukur variabel bebas NPF, BOPO, dan FDR

terhadap variable terikat ROA. Data yang digunakan adalah data sekunder,

yaitu laporan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode

2010-2017.

Selanjutnya data tersebut diuji dengan menggunakan Uji Asumsi

Klasik untuk mengetahui data tersebut lolos atau tidak dalam Uji

Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji

Autokeralasi. Setelah data tersebut lolos uji, maka data harus melalui Uji

Stationeritas untuk memastikan data tersebut sudah stationer.

Selanjutnya dilakukan Uji Pemilihan Model, Uji chow dilakukan

untuk memilih common effect model atau fixed effect model, setelah

terpilih fixed effect model maka harus diuji kembali menggunakan Uji

Hausman untuk memilih apakah fixed effect model atau random effect

model.

Berdasarkan model yang terpilih maka dapat diperoleh hasil Uji T,

Uji F, dan Uji Koefesien Determinasi. Dari hasil analisis tersebut akan

diperoleh kesimpulan dari penelitian yang akan menjawab rumusan

masalah yang telah dibuat.

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas

(ROA)

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang

berhubungan dengan besarnya risiko kredit yang dialami oleh suatu bank.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan risiko kredit adalah kemungkinan

gagal bayar dan tidak dilunasinya pembiayaan yang terima oleh nasabah.

Semakin tinggi NPF pada suatu bank berarti menandakan bahwa bank

tersebut memiliki risiko pembiayaan yang ditanggung oleh bank. Sehingga

semakin besar NPF suatu bank akan mengakibatkan profitabilitas (ROA)

bank menjadi turun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya yang

dikeluarkan bank yaitu biaya pencadangan aktiva produktif yang

dibutuhkan menjadi lebih tinggi (Rivai, 2010).

30

Menurut Adyani 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas menyatakan bahwa NPF

berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan uraian

diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Non Perfoming Financing (NPF) berpengaruh terhadap

profitabilitas.

2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas

(ROA)

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau biasa disebut dengan rasio

pembiayaan yang diberikan oleh bank, dengan dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun oleh bank (Muhammad, 2005). Menurut kesepakatan

dalam Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) FDR yang ideal

adalah pada kisaran 80% hingga maksimum 90% dinilai sebagai rasio

FDR yang sehat. Apabila suatu bank memiliki rasio FDR sebesar 75%

(dibawah standar ideal) maka dapat diartikan bank hanya menyalurkan

75% dari seluruh dana yang dihimpun. Di sisi lain apabila rasio FDR

mencapai lebih dari 100%, dapat dikatakan bahwa bank melampaui batas

ideal yang telah ditetapkan oleh Asbisindo. FDR dihitung dari pembiayaan

dibagi dengan dana pihak ketiga, apabila dana dari pihak ketiga yang

berhasil dihimpun tinggi maka penyaluran pembiayaan juga tinggi,

pembiayaan tinggi dapat menghasilkan laba yang tinggi pula, sehingga

akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jika rasio FDR yang dimiliki

oleh bank sesuai dengan batas ideal maka laba yang diperoleh bank akan

meningkat (Sangia, 2012). Tetapi apabila rasio FDR rendah berarti

menunjukan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan,

sehingga likuiditas bank menjadi rendah.

Menurut Pratiwi 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

CAR, BOPO, dan FDR Terhadap ROA Bank Umum Syariah menyatakan

bahwa FDR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

31

H2 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap

profitabilitas.

3. Biaya Operasional terhaadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional terhaadap Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan efektivitas bank dalam menjalankan kegiatan operasinya.

Rasio BOPO ini mengukur kemampuan pendapan operasional dalam

menutup biaya operasional, dari nilai BOPO ini dapat dilihat kondisi

kinerja bank yang bersankutan. Menurut Sangia (2012) rasio BOPO

merupakan upaya sebuah bank untuk meminimalkan risiko operasional,

yang merupakan ketidakpastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh

bank. Risiko operasional berasal dari kerugian dan kemungkinan

terjadinya kegagalan atas jasa dan produk-produk yang ditawarkan.

Apabila rasio BOPO pada suatu bank tinggi maka berarti bahwa biaya

yang dikeluarkan bank untuk operasional lebih besar daripada pendapatan

operasional yang masuk ke bank. Apabila pendapatan operasional bank

kecil maka tingkat profitabilitas (ROA) bank menjadi rendah.

Menurut Pramudhito 2014 dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Pengaruh CAR, NOF, NOPO, FDR, dan NCOM Terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia menyatakan bahwa

BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan

uraian diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas.

4. NPF, FDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hipotesis tiap variabel secara parsial diatas maka dapat

diajukan hipotesis secara simultan sebagai berikut:

H4: NPF, FDR, dan BOPO berperngaruh secara simultan terhadap

profitabilitas.

33

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang karakteristiknya hendak

diduga (Djarwanto, 1996). Tujuan dari adanya populasi adalah agar dapat

menentukan besarnya anggota sample yang diambil dari anggota populasi dan

membatasi berlakunya daerah generalisasi. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) periode 2010-2017.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki,

dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1996). Penentuan sampel

dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel ditarik

sejumlah tertentu dari populasi emiten dengan menggunakan pertimbangan atau

tertentu (Sugiono, 1999).

Berikut ini adalah kriteria-kriteria dalam pengambilan berdasarkan populasi

yang telah diuraikan di atas:

1. Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode

2010-2017.

2. Bank Umum Syariah (BUS) yang telah beroperasi pada tahun 2010-2017

3. Bank yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahunannya secara berturut-

turut dari tahun 2010-2017 pada website resminya.

4. Bank Umum Syariah yang memiliki kelengkapan data semua variabel NPF,

BOPO FDR, dan ROA.

Berdasarkan kriteria diatas maka sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah

delapan BUS. Keterangan mengenai proses pengambilan sample disajikan pada table

3.1berikut:

34

Tabel 3.1

Proses Pengambilan Sample

Keterangan Jumlah

Bank

Perbankan Syariah telah berbentuk Bank Umum Syariah

periode tahun 2010-2017 13

Bank Umum Syariah tidak memenuhi kriteria sample 5

Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sample 8

Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria sample dapat dilihat pada table 3.2:

Tabel 3.2

Sample Penelitian

No Nama Bank Kode

1 Bank Syariah Mandiri (BSM)

2 Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)

3 Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)

4 Bank Muamalat Indonesia (BMI)

5 Bank Mega Syariah (BMS)

6 Bank Syariah Bukopin (BSB)

7 Maybank Indonesia Syariah (MIS)

8 Panin Bank Syariah (PBS)

Sumber: Data diolah 2018

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan media website khususnya pada bagian

Laporan Keuangan dari masing masing Bank Umum Syariah di Indonesia

Periode 2010-2017 yang dijadikan sample dalam penelitian ini sebagai tempat

penelitian.

Waktu penelitian pada karya ilmiah ini berada pada rentang waktu februari

2018 sampai dengan juni 2018.

35

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasi melalui website

masing-masing bank umum syariah yang dijadikan sample dalam penelitian

ini selama periode 2010-2017.

D. Instrumen Penelitian

1. Indikator profitabilitas

a. Return On Assets (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba

secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar Return On

Asset (ROA), semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

baik. Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur

kinerja keuangan perbankan karena Return On Asset (ROA)

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba

sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Semakin besar ROA,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank (Almilia,

2005). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum dalam

Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan

sebagai berikut:

2. Indikator Rasio Keuangan

a. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan

36

biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil

rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan

bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia, 2005). Hasbi (2011)

menambahkan semakin kecil rasio ini maka kinerja bank semakin

baik. Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan

dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Secara

matematis, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:

b. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non

Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio

keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing

Financing menunjukan kemampuan manajemen bank dalam

mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.

Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk

kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi

bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang

diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet (Almilia, 2005) Hasbi (2011) menuliskan rasio

NPF ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

c. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara

pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang

berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Rasio FDR yang

37

analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank

yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan

kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.

(Dendawijaya, 2003). Nilai FDR yang diperkenankan oleh Bank

Indonesia adalah pada kisaran 78% hingga 100%. Menurut Hasbi

(2011) Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai

berikut:

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang

bersifat time series. Data sekunder adalah data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang

lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan

studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh

berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu

peneliti mempergunakan data yang diperoieh dari internet (Sugiyono, 2005:

62). Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh

data sekunder adalah seoagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan

teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek pembahasan sebagai

bahan analisis yang dicari pada perpustakaan. Mengumpulkan, memilih,

imemahami dengan cara membaca penelitian terdahulu yaitu Jurnal,

Skripsi, Tesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat

penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan peraturan,

laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang diperoleh

biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal inengambil

data yang telah diolah oleh pihak lain. Atau dilakukan dengan menyalin

38

data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain. Data yang diperoleh

dengan teknik ini terdapat dalam laporan tahunan yang telah diaudit dari

bank yang menjadi objek penelitian selama periode 2012- 2016. Laporan

tahunan teisebut diperoleh peneliti melalui website inasing-masing bank

yang menjadi objek penelitian

F. Teknik Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis data panel.data panel

merupakam gabungan antara time series dan cross section data, yakni

sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam

suatu jangka waktu tertentu. Uji regresi data panel ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen (NPF, BOPO dan FDR)

terhadap variabel dependen (ROA), yang mana dalam menguji regresi ini

peneliti menggunakan software Miscrosoft Excel dan Eviews 9.0. Langkah-

langkah dalam pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) (Ghozali, 2016:19). Pada

bagian ini peneliti akan melakukan analisis variabel dependen maupun

variabel independen yang digunakan dalam penelitian guna mengetahui

gambaran umum variabel-variabel yang digunakan.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil regresi

yang dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau

disebut Best Linier Unbiaxed Estimator (BLUE). Dari pengujian tersebut

asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi yang

erat antara variable independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi

residual periode t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain (heterokedastisitas), data yang dihasilkan berdistribusi normal.

Adapun pengujian asumsi klasik terdiri dari :

39

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi variable dependen dan independen memiliki ditribusi data

yang normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal dianggap dapat

memiliki suatu populasi. Pada Eviews uji Validitas yang sering

digunakan dapat dilihat dari nilai Jarque-Bera, menurut winarno (2011)

untuk menguji normalitas salah satunya yaitu dengan mengggunakan

uji Jarque-Bera test mempunyai distribusi Chi Square dengan

menggunakan derajat bebas dua. Dasar pengambilan keputusannya

sebagai berikut:

1) Jarque-Bera < Chi Square, maka data berdistribusi normal

2) Jarque-Bera > Chi Square, maka data berdistribusi tidak normal

Pengambilan keputusan dapat juga dilihat dari tingkat signifikan (5%).

Sehingga dapat diambil kesimpulan:

1) Nilai Probabilitas > nilai signifikansi (5%), maka data berdistribusi

normal.

2) Nilai Probibalitas < nilai signifikan (5%), maka data berdistribusi

tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Multikoliniearitas diartikan sebagai hubungan linier yang

sempurna antara beberapa atau semua variable bebas (Kuncoro, 2001).

Tujuan dilakukan pengujian multikoliniearitas adalah menegetahui

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variable independen. Apabila variable bebas saling

berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal

adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel =

0. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model

regresi dapat dilihat dari ρ < 0.8 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikolinearitas (Winarmo, 2011)

40

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas,

dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

sehingga diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,

2007).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada

penelitian ini menggunakan metode Uji White, dengan membandingkan

nilai prob. Obs*R-squared dengan nilai (5%).

1) Jika prob. Obs*R-squared > nilai (5%) maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

2) Jika prob. Obs*R-squared < nilai (5%) maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi maka dalam model regresi tersebut ada aoutokorelasi

(Ghozali, 2007). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena

residual (kesalahan pengganggu) tidak jelas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu

(time series) karena gangguan pada individu atau kelompok cenderung

mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada

periode berikutnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

digunakan Uji Breusch-Godfrey Serial Langrange Multiplier Test (LM

41

Test), yaitu dengan membandingkan nilai prob. Obs*R-squared dengan

nilai (5%).

1) Jika prob. Obs*R-squared > nilai (5%) maka tidak terjadi

Autokorelasi.

2) Jika prob. Obs*R-squared < nilai (5%) maka tidak terjadi

Autokorelasi.

3. Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian sudah stasioner. Suatu proses stochastic

dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean) dan varian (variance) adalah

konstan sepanjang waktu. Jika data runtun waktu stasioner, maka nilai

mean, variance dan autovariance tetap sama sehingga tidak terpengaruh

oleh waktu (time variant) (Ghozali, 2013:406). Regresi yang menggunakan

data yang tidak stasioner biasanya mengarah kepada regresi lancung

(spurious regression). Permasalahan ini muncul diakibatkan oleh variabel

(dependen dan independen) time series terdapat tren yang kuat (dengan

pergerakan yang menurun dan meningkat). Adanya tren akan

menghasilkan nilai R2 yang tinggi, namun keterkaitan antarvariabel akan

rendah (Ghozali, 2013:407). Terdapat beberapa uji stationeritas data dalam

program Eviews yaitu: analisis grafik, uji autocorrelation function, dan uji

akar unit (unit root test) (Ghozali, 2013:407).

Uji stationer yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit

(unit root test). Cara yang digunakan untuk mengetahui data stasioner

adalah dengan melihat nilai probabilitasnya apakah lebih kecil dari 0.05

(5%), maka data sudah stasioner (Winarno, 2015:11.6). Artinya, jika nilai

probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner.

Sedangkan jika nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

data tidak stasioner. Guna menjadikan data tidak stasioner menjadi

stasioner biasanya data cukup didiferensi saja. Pada tingkat diferensi

pertama, biasanya data sudah menjadi stasioner. Kalau ternyata belum,

kemungkinan besar pada direfensi kedua sudah stasioner (Winarno,

2015:11.5)

42

4. Estimasi Model Data Panel

Dengan menggunakan data panel kita akan menghasilkan intersep dan

slope koefisien yang berbeda pada tiap perusahaan atau bank dan setiap

periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaannya

akan sangat tergantung pada dari asumsi yang kita buat mengenai intersep,

koefisien slope dan variabel pengganggunya.

Metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi

dengan data panel, yaitu:

a. Metode Common Effect Model CEM) atau Pooled Least Square

(PLS)

Metode Common Effect adalah metode estimasi model regresi

data. panel yang paling sederhana yaitu dengan mengkombinasikan data

time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan data

tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu maka kita

bisa menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel

Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun

waktu. Diasumsikan bahwa prilaku data antar perusahaan samadalam

berbagai kurun waktu.

Y = Return On Asset

Ln = Logaritma Natural

C = Konstanta

X1 = Net Performing Financing

X2 = Financing to Deposit Ratio

X3 =Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

lnYit = 𝛽0 + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +

ℯ it

43

b. Metode Fixed Effect Model (FEM)

Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel

dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

perbedaan interse Pengertian Fixed Effect inididasarkan adanya

perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar

waktu (time invariant. Disamping itu, model ini juga medgasumsikan

bahwa koefisien regresi (slope) tetap perusahaan dan antar waktu.

Metode teknik variabel dummy ini seringkali disebut dengan teknik

Least Squares Dummy Variables (LSDV) Model Fixed Effect dengan

teknik variabel dummy dapat ditulis sbb:

c. Uji Chow

Uji Chow dilakukan untuk membandingkan model mana yang

terbaik antara CE dan FE. Pada tabel uji chow, cukup dilihat pada nilai

probabilitas (prob) untuk cross section F. Jika nilainya < 0.05 maka

model yang terpilih adalah FE, tapi jika > 0.05 maka model yang

terpilih adalah CE.

Hipotesis sebagai berikut:

Ho : Common Effect Model (CEM)

Ha : Fixed Effect Model (FEM)

Untuk melakukan pengujian di atas maka perlu dilakukan

perbandingan perhitungan antara F statistik dengan F tabel. Apabila F

hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka Ho ditolak, yang berarti model

yang tepat digunakan adalah fixed effect model begitupun sebaliknya,

jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka Ho diterima sehingga

model yang tepat digunakan adalah model common effect model.

Rumus yang digunakan dalam uji F statistik adalah sebagai berikut:

lnYit = 𝛽0 + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +

β5 D1i + β6 D2i + β7 D3i + β8 D4i + ℯ it

F = 𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆 / 𝑁−1

𝑈𝑅𝑆𝑆 / 𝑁.𝑇−𝑁−𝐾

44

RRSS/URSS : Residual Sum of Squares

T: Jumlah series waktu (time series)

N: Jumlah observasi

K:Jumlah variable independen dan dependen

d. Metode Random Effcet Model (REM)

Pada model Fixed Effect tujuan dimasukannya vaiabel dummy

yaitu unuk mewakili ketidak tahuan kita tentang model yang

sebenarnya. Namun ini juga membawa konsekuensi berkurangnya

derajat kebebasan (Degree of Freedom) yang pada akhirnya

mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan

menggunakan variabel gangguan (error terms yang dikenal dengan

metode Random Effect. Dalam model ini akan mengestimasi data panel

dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu

dan antar individu. Metode yang tepat digunakan untuk mengestimasi

model Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS).

Secara umum, persamaan model random effect adalah sebagai

berikut:

(persamaan 1)

(persamaan 2)

β₀ adalah sebuah parameter yang tidak diketahui yang menunjukan

rata-rata intersep populasi. μί adalah variabel gangguan yang bersifatv

random yang menjelaskan adanya perbedaan perlaku perusahaan secara

individu.

Persamaan 1 dan persamaan 2 menghasilkan persamaan sebagai

berikut:

lnYit = β₀ + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +

β₀ = β₀ + 𝜇𝒾 dimana I = 1, ………n.

lnYit = (β₀ + μί) + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it +

ℯ it.

Rumus F tabel = ᵅ : df (n-1, nt-n-k)

45

e. Uji Haussman

Uji hausman yaitu uji statistik yang dilakukan untuk memilih

apakah model fixed effect ataukah random effect. Uji hausman ini

didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam metode fixed effect dan

GLS adalah efisien, sedangkan metode OLS tidak alternatifnya metode

OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya

adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji hausman bisa

dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut (Widarjono, 2009).

Pengujian dilakukan dengan hipotesis:

Ho : Random Effect Model

Ha : Fixed Effect Model

Jika chi square hitung > chi-square tabel berarti Ho ditolak, artinya

model yang digunakan adalah fixed effect model, dan sebaliknya jika <

chi-square hitung chi-square tabel berarti H1 ditolak, artinya model

yang digunakan adalah Random Effect Model. Tidak hanya dilihat dari

chi square namun juga dilihat dari profitabilitasnya, jika nilai

profitabilitasnya >0,05 maka model yang terpilih adalah RE. Namun,

jika nilai profitabilitasnya <0,05 maka model yang dipilih adalah FE.

5. Uji Signifikansi

a. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian

secara parsial (uji t). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara

parsial variable independen berpengaruh secara signifikan atau tidak

terhadap variable dependen.

Pengujian hipotesis sebagai berikut :

Ho : nilai t hitung < nilai t tabel

Ha : nilai t hitung > nilai t tabel.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel.

Adapun nilai t tabel diperoleh dengan df : a (n-k) di mana a adalah

tingkat signifikasi yang digunakan, n adalah jumlah pengamatan

46

(ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen dan

dependen. Sehingga dapat diambil suatu keputusan, apabla nilai t hitung

> nilai t tabel, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung

< t tabel maka HI diterima, yang artinya variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian juga dapat dilakukandengan cara mengamati nilai

signifikansi t pada tingkat ɑ (5%). Analisis didasarkan pada

pembandingan antara nilai signifikan dengan nilai signifikan 0,05.

Pengujian dilakukan dengan hipotesis:

Ho : Signifikansi t tingkat ɑ < (0,05)

Ha : Signifikansi t tingkat ɑ > (0.05)

Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi t tingkat

ɑ (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel

independen sueara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen, tapi jika nilai signifikan F < tingkat ɑ (0,05), maka

H1 diteritna dan Ho ditolak yang artinya bahwa variabel independen

secara parsial bemengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji F Statistik (Uji Simultan)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian

secara simultan (uji f). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara

simultan variable independen (NPF, BOPO, dan FDR) berpengaruh

secara simultan atau tidak terhadap variable dependen (ROA).

Pengujian hipotesis sebagai berikut :

Ho : nilai t hitung < nilai t tabel

Ha : nilai t hitung > nilai t tabel.

Nilai F itung digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of

fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk menguji apakah

variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan

perubahan perubahan nilai variabel tergantung atau tidak. Untuk

menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok atau tidak,

47

kita harus membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan derajat

bebas: df ɑ, (k-1), (k-n), dimana k adalah jumlah variabel independen

dan dependen, sementara n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel).

Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel

maka H0 ditolak dan Hi diterima yang berarti bahwa variabel

independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen tapi jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak

yang artinya bahwa variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Pengujian juga dapat dilakukan dengan cara mengamati nilai

signifikansi F pada tingkat ɑ (5%). Analisis didasarkan pada

pembandingan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikan 0,05.

Pengujian dilakukan dengan hipotesis:

Ho : Signifikansi F > tingkat ɑ (0,05)

Ha : Signifikansi F < tingkat ɑ (0,05)

Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi F

tingkat > ɑ (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa

variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen, tapi jika nilai signifikan F tingkat < ɑ

(0,05) maka H1 diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa variabel

independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinansi

Koefisien determinasi digunakan untuk mendeteksi seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Koefisien determinasi dinyatakan dalam persentase yang nilainya

berkisar antara 0 < R² < 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

amat terbatas. Sebaliknya, nilai R² yang mendekati 1 menandakan

variabel-variabel indepanden memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi varasi variabel dependen.

Koefesien determinasi hanyalah konsep statistik, kita mengatakan

bahwa sebuah garis regresi adalah baik jika nilai R² tinggi dan

48

sebaliknya jika nilai R² rendah maka kita mempunyai garis regresi yang

kurang baik. Namun demikian kita harus memahami bahwa rendahnya

nilai R² dapat teriadi karena beberapa alasan. Dalam kasus khusus

variabel independen (X) mungkin bukan vaariabel yang menjelaskan

dengan beik terhadap variabel dependen (Y) walaupun kita percaya

bahwa X mampu menjelaskan Y. Akan tetapi dalam hal regresi runtut

waktu (time series) kita sering kali mendapatkan nilai R² yang tinggi.

Hal ini terjadi hanya karena setiap variabel yang berkembang dalam

runtut waktu mampu menjelaskan dengan baik variasi variabel lain

yang juga berkembang dalam waktu yang sama. Dengan kata lain data

runtut waktu didugamengandung unsur trend, yakni bergerak dalam

arah yang sama. Dilain pihak, dalam data antar tempat atau antar ruang

(cross section) akan menghasilkan nilai R² yang rendah. Hal ini terjadi

karena adanya variasi yang besar antara variabel yang diteliti pada

periode waktu yang sama.

Nilai adjusted R² lebih baik jika digunakan untuk menganalisis

kekuatan model. apabila suatu variabel bebas ditambahkan ke dalam

model nilai R² pasti meningkat sementara R² dapat saja meningkat atau

menurun. Ketika sebuah variabel bebas yang memiliki kekuatan

penjelas yang besar diikutsertakan dalam model, maka nilai adjusted R²

meningkat dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R²) memiliki

kesalahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan

dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan

jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun

variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi

kesalahan kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi

yang telah disesuaikan, adjusted R². Koefisien determinasi yang telah

disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut lelah dikoreksi

dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang

digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang

49

disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan dapat

naik atau turun oleh adanya penembahan variabel baru dalam model.

6. Persamaan Model Regresi Data Panel

Adapun model regresi data panel dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai

berikut:

lnYit = C + β1 lnX1it + β2 lnX2it + β3 lnX3it + ℯ it

Dimana:

Y = Return On Asset

Ln = Logaritma Natural

C = Konstanta

X1 = Net Performing Financing

X2 = Financing to Deposit Ratio

X3 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

ℯ = Variabel pengganggu atau faktor-faktor diluar variabel

yang tidak dimasukan sebagai variabel model diatas (kesalahan

residual)

50

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

a. Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-

1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli

1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung

politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang

sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak

terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan

nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami

krisis luar biasa.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi

dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu

bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh

Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan

PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar

dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa

bank lain serta mengundang investor asing.Pada saat bersamaan,

pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank

Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi

satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31

Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan

menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik

mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan

Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk

mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan

51

Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun

1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi

syariah (dual banking system).Tim Pengembangan Perbankan Syariah

memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut

merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank

Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera

mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha

BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri

sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23

tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi

bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia

melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999.

Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama

menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan

pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi

mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1

November 1999. (www.syariahmandiri.co.id)

b. Bank Negara Indonesia Syariah

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan

sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya

yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan

masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan

berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal

tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI

dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara

dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28

Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu

nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI

Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet

52

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan

operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan

terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang

saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah

telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan

syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin

usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan

UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer

dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana

pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai

Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010

tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang

kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah

terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan

kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga

semakin meningkat. (www.bnisyariah.co.id)

c. Bank Rakyat Indonesia Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah

mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui

suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17

November 2008 PT. Bank BRIsyariah secara resmi beroperasi.

Kemudian PT. Bank BRIsyariah merubah kegiatan usaha yang semula

beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi

kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun

lebih PT. Bank BRIsyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel

modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah

dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

53

Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)

dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah

dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRIsyariah di tengah-

tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar

cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan

keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern

sekelas PT. Bank BRIsyariah yang mampu melayani masyarakat

dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan

merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah

dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

Aktivitas PT. Bank BRIsyariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam

PT. Bank BRIsyariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada

tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak

Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama

PT. Bank BRIsyariah. Saat ini PT. Bank BRIsyariah menjadi bank

syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRIsyariah tumbuh

dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan

dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah,

PT. Bank BRIsyariah menargetkan menjadi bank ritel modern

terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRIsyariah merintis

sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan

memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis

yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan

kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.

d. Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat

Indonesia”) memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah

54

pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani

1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis

Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan

dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1

Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus

berinovasi dan mengeluarkan produkproduk keuangan syariah seperti

Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga

Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan multifinance syariah (Al-

Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya menjadi terobosan di

Indonesia.

Selain itu produk Bank yaitu Shar-e yang diluncurkan pada

tahun 2004 juga merupakan tabungan instan pertama di Indonesia.

Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada tahun 2011

tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia

(MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama

di Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile

banking, ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk

tersebut menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi

tonggak sejarah penting di industri perbankan syariah. Pada 27

Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai

Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003, Bank dengan

percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima)

kali dan merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang

mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah.

Aksi korporasi tersebut semakin menegaskan posisi Bank

Muamalat Indonesia di peta industri perbankan Indonesia.Seiring

kapasitas Bank yang semakin diakui, Bank semakin melebarkan sayap

dengan terus menambah jaringan kantor cabangnya di seluruh

Indonesia. Pada tahun 2009, Bank mendapatkan izin untuk membuka

55

kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia dan menjadi bank pertama

di Indonesia serta satu-satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di

Malaysia.

Hingga saat ini, Bank telah memiliki 325 kantor layanan

termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga

didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM

Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, serta

lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia

Electronic Payment (MEPS).Menginjak usianya yang ke-20 pada

tahun 2012, Bank Muamalat Indonesia melakukan rebranding pada

logo Bank untuk semakin meningkatkan awareness terhadap image

sebagai Bank syariah Islami, Modern dan Profesional. Bank pun terus

mewujudkan berbagai pencapaian serta prestasi yang diakui baik

secara nasional maupun internasional.

Hingga saat ini, Bank beroperasi bersama beberapa entitas

anaknya dalam memberikan layanan terbaik yaitu Al-Ijarah Indonesia

Finance (ALIF) yang memberikan layanan pembiayaan syariah,

(DPLK Muamalat) yang memberikan layanan dana pensiun melalui

Dana Pensiun Lembaga Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang

memberikan layanan untuk menyalurkan dana Zakat, Infakdan

Sedekah (ZIS). Sejak tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia

bermetamorfosa untuk menjadi entitas yang semakin baik dan meraih

pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi bisnis yang terarah

Bank Muamalat Indonesia akan terus melaju mewujudkan visi

menjadi “The Best Islamic Bank and Top 10 Bank in Indonesia with

Strong Regional Presence”.

b. Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum

yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri

Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT

Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global

56

Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para

pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum

konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut

terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi

menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank

Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega

Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi

Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.

Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan

Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum

konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004,

BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7

November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk

logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi

sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna.

Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan

Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank

Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega

Syariah. Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama

Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki

komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega

Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan

syariah nasional.

Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat

modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu

memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang

semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional.

Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui

rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham

meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun

dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi

57

Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp787,204

miliar. Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran

manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang

teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan

dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya.

Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan

yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor

cabang di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua",

pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan

mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan

lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas

memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil. Sejak 16 Oktober

2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status

tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam

perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas

jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah

domestik, tetapi juga ranah internasional.

Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya

semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu

bank umum syariah terbaik di Indonesia.Selain itu, pada 8 April 2009,

Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama

Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya

penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini

menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung

secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat)

Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega

Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat

Indonesia.

58

c. Bank Syariah Bukopin

Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula

masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank

Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank

Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap

sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia

yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional

didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor

102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah

Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990

tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2

(dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum

dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh

kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor

24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin

Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.

Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh

Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank

Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia

yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003

tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109

Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT

Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi

oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah

memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008

tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank

Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank

Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana

secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008,

kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M.

59

Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009.

Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan

kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas)

Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor

Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam)

Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB

dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.

d. Maybank Indonesia Syariah

Sejak memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada 11

oktober 2010, PT Bank Maybank Syariah Indonesia (Maybank

Syariah) telah mengembangkan berbagai layanan dan solusi inovatif

untuk memenuhi kebutuhan para nasabah sekaligus meraih peluang di

pasar keuangan regional yang terus berkembang. Maybank syariah

memposisikan diri sebagai lembaga intermediasi keuangan dan

penghubung antara Malaysia dan Indonesia. Maybank syariah

merupakan anak perusahaan Maybank Group, lembaga jasa keuangan

terbesar Malaysia dengan total aset lebih dari USD 100 milyar serta

salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa

Saham Malaysia (www.maybanksyariah.co.id)

e. Panin Bank Syariah

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (Panin Dubai Syariah

Bank), berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin

Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai

dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang

lingkup kegiatan Panin Dubai syariah Bank adalah menjalankan

kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil

berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin

usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Bank Indonesia No.1 1/52/KEP.GBIDpG/2009 tanggal 6 Oktober

2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai

60

beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember

2009 (www.paninbank.co.id).

2. Hasil Penelitian

a. Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.1

ROA BUS Periode 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

Adapun data rata-rata pergerakan ROA pada masing-masing Bank

umum syariah periode 2010-2017 ditampilkan pada Tabel 4.1. Dari

Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa besarnya Return On Asset (ROA) Bank

Umum Syariah periode 2010-2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun

2010 PT. Bank Syariah Mandiri menunjukkan rata-rata Return On

Asset (ROA) tertinggi sebesar 2,21%. Sedangkan pada tahun 2010 PT.

Bank BNI Syariah menunjukkan rata-rata Return On Asset (ROA)

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 1.36 1.9 0.74 4.48 -2.53 2.21 -5.71 0

2011 1.52 1.58 0.52 3.57 1.75 1.95 2.42 0

2012 1.54 3.81 0.55 2.88 3.48 2.25 1.48 1.19

2013 0.5 2.33 0.69 2.87 1.03 1.53 1.37 1.15

2014 0.17 0.29 0.27 3.61 1.99 0.04 1.27 0.08

2015 0.2 0.3 0.79 -20.13 1.14 0.56 1.43 0.76

2016 0.22 2.63 1.12 -9.51 0.37 0.59 1.44 0.95

2017 0.11 1.56 0.02 5.5 -10.77 0.06 1.4 0.51

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

61

terendah sebesar -5,71%. Tahun 2011 Return On Asset (ROA) tertinggi

ditunjukkan oleh PT. Maybank Syariah sebesar 3,57% dan terendah

ditunjukkan oleh PT. BRI Syariah sebesar 0,02%. Dinamika Non

Performing Financing (NPF), 2010-2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel. 4.2

NPF Bank Umum Syariah (Sampel) Periode

Tahun 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

Pada Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa Non Performing Financing

(NPF), Bank Umum Syariah selama periode penelitian yaitu tahun

2010-2017 mengalami fluktuasi. memiliki rata-rata tertinggi pada

periode 2012 ditunjukan oleh Bank Syariah Bukopin sebesar 4,59% dan

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 4.32 3.52 3.81 0 0 3.52 3.88 3.19

2011 2.6 3.03 1.74 0 0.88 2.42 3.62 2.77

2012 2.09 2.67 4.59 2.49 0.2 2.82 2.02 3

2013 4.69 2.99 4.27 2.69 1.02 4.32 1.86 4.06

2014 6.55 3.89 4.07 5.04 0.53 6.84 1.86 4.6

2015 7.11 4.26 2.99 35.15 2.63 6.06 2.53 4.86

2016 3.83 3.3 7.63 43.99 2.26 4.92 2.94 4.57

2017 4.43 2.95 7.85 0 12.52 4.53 2.97 3.87

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

62

terendah pada periode 2012 sebesar 0,2% yang ditunjukan oleh Panin

Bank Syariah.

Tabel. 4.3

BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) Periode

Tahun 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

Rata-rata BOPO tertinggi terjadi pada periode 2010 sebesar

196,33% yang ditunjukan oleh Bank Mandiri Syariah dan terendah pada

periode 2012 sebesar 47,6% ditunjukan oleh Panin Bank Syariah.

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 87.38 88.86 93.57 34.73 182.31 74.97 196.33 98.77

2011 85.25 90.8 93.86 55.18 74.3 76.44 87.86 99.56

2012 84.47 77.28 91.59 53.77 47.6 73 85.39 86.63

2013 93.86 86.09 92.29 67.79 81.31 86.46 83.94 90.42

2014 97.33 97.61 96.73 69.6 82.58 98.49 89.90 99.47

2015 97.41 99.51 91.99 192.6 89.29 94.78 89.63 93.97

2016 97.76 88.16 109.62 160.28 96.17 94.12 87.67 91.33

2017 97.68 89.16 99.2 83.36 217.4 94.44 87.25 95.24

0

50

100

150

200

250

63

Tabel. 4.4

FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

Financing to Deposit Ratio (FDR) rata-rata tertinggi terjadi pada

periode 2011 sebesar 289,2% yang di tunjukan oleh Maybank Syariah

Indonesia dan terendah pada periode 2010 sebesar 71,31% yang

ditunjukan oleh BRISyariah.

Tabel 4.5.

Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel

Date: 06/01/18 Time: 22:49

Sample: 2010 2017

ROA NPF FDR BOPO

Mean 0.567344 4.433438 92.30609 165.4945

Median 1.145000 3.160000 90.55500 91.05500

Maximum 5.500000 43.99000 172.2600 4736.000

Minimum -20.13000 0.000000 19.77000 19.26000

Std. Dev. 3.631037 6.736848 23.63631 581.1308

Skewness -3.752371 4.744267 0.922177 7.780390

Kurtosis 19.76553 26.19563 7.537114 61.69688

Jarque-Bera 899.7448 1674.852 63.96545 9833.232

Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

Sum 36.31000 283.7400 5907.590 10591.65

Sum Sq. Dev. 830.6192 2859.262 35196.53 21275920

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 91.52 78.17 99.15 172.26 69.76 82.54 71.31 95.82

2011 85.18 83.08 83.54 289.2 162.97 86.03 78.80 90.55

2012 94.15 88.88 91.98 197.7 105.66 94.4 84.99 100.96

2013 99.99 93.37 100.29 152.87 90.4 89.37 97.86 102.7

2014 84.14 93.61 92.89 157.77 94.04 82.13 92.60 93.9

2015 90.3 98.49 90.56 110.54 96.43 81.99 91.94 84.16

2016 95.13 95.24 88.18 134.73 91.99 79.19 84.57 81.89

2017 84.41 91.05 82.44 85.94 86.95 77.66 82 71.87

0

50

100

150

200

250

300

350

64

Observations 64 64 64 64

Sumber: Data diolah 2018

Hasil dari statistik deskriptif untuk setiap variable dapat dilihat:

1) Variable BOPO nilai mean sebesar 165,49 nilai median sebesar

91,05 nilai maximum sebesar 4736,0 nilai minimum 19,26 dengan

standard deviasi 581,13.

2) Variable FDR nilai mean sebesar 92,30 nilai median sebesar 90,55

nilai maximum sebesar 172,26 nilai minimum 19,77 dengan standard

deviasi 23,63.

3) Variable NPF nilai mean sebesar 4,43, nilai median sebesar 3,16

nilai maximum sebesar 4,39, nilai minimum 0,00, dengan standard

deviasi 6,73.

4) Variable ROA nilai mean sebesar 0,56 nilai median sebesar 1,14

nilai maximum sebesar 5,50 nilai minimum -20,13 dengan standard

deviasi 3,63.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: Standardized Residuals

Sample 2010 2017

Observations 58

Mean -1.30e-16

Median 0.056538

Maximum 1.863818

Minimum -2.152334

Std. Dev. 0.859383

Skewness -0.416280

Kurtosis 3.273239

Jarque-Bera 1.855556

Probability 0.395431

Sumber: Data diolah 2018

Dari histogram diatas, terlihat bahwa nilai Jarque Bera sebesar

1.855558 sementara nilai Chi Square sebesar 11.07 yang berarti nilai

Jarque Bera lebih kecil dari nilai Chi Square (1.855558 < 11.07). selain

65

itu dilihat dari nilai probibality sebesar 0.395431 (p > 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa residual memiliki data yang berasal dari

populasi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas

NPF FDR BOPO

NPF 1.000000 0.208716 -0.071325

FDR 0.208716 1.000000 0.063985

BOPO -0.071325 0.063985 1.000000

Sumber: Data diolah 2018

Dalam pengujian ini untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas

dengan melihat nilai korelasi, jika berada di atas 0.90 maka diduga

terjadi multikolinearitas. Namun, jika di bawah 0.90 tidak terjadi

multikolinearitas. Berdasarkan table diatas hubungan variabel

independen ( NPF, BOPO, dan FDR) tidak ada yang menunjukan nilai

korelasi > 0.90 sehingga dapat dikatakan dalam data table di atas tidak

terjadi multikolinearitas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.421305 Prob. F(3,4) 0.7482

Obs*R-squared 1.920876 Prob. Chi-Square(3) 0.5890 Scaled explained SS 0.150095 Prob. Chi-Square(3) 0.9852

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai proability

Chi-Square Obs*R-Squared > nilai signifikansi (0.5890 > 0.05).

66

Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan hawa Ho diterima. Artinya

tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian

selanjutnya.

4) Uji Autokorelasi

Tabel 4.9

Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 13.00117 Prob. F(2,2) 0.0714

Obs*R-squared 7.428619 Prob. Chi-Square(2) 0.1244

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa

nilai probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi

(0.1244 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

autokorelasi dalam model.

c. Uji Stationeritas

Tabel 4.10

Hasil Uji Augmanted Dickey Fuller (ADF)

Variabel

Tingkat Stationeritas

Keterangan t-statistic probability

NPF 31.6127 0.0112 STATIONER

FDR 30.3882 0.0161 STATIONER

BOPO 42.8441 0.0003 STATIONER

ROA 38.3386 0.0014 STATIONER

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan hasil uji Augmented Dickey Fuller menunjukkan

bahwa variabel dependen (ROA) maupun variabel independen (NPF,

FDR, dan BOPO) sudah stasioner. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas

ADF < nilai signifikansi (0.05) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima,

maka dapat disimpulkan bahwa data sudah stasioner. Karena seluruh

data yang digunakan sudah stasioner, maka dapat dilanjutkan ke tahap

67

uji selanjutnya.

d. Pengujian Model Regresi Data Panel

Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga

model yaitu, common effect, fixed effect, dan randon effect. Pemilihan

model dilakukan dengan menggunakan uji chow untuk memilih

alternatif pilihan antara model common effect dan fixed effect,

selanjutnya menggunakan uji Hausman untuk memilih alternatif pilihan

antara model fixed effect dan random effect. Setelah didapatkan model

yang terbaik berdasarkan uji Chow dan uji Hausman, kemudian melihat

hasi uji t (pengaruh secara parsial) dan uji F (pengaruh secara simultan)

antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, serta

koefisien determinasi (Adjusted R-Squared) untuk mengetahui seberapa

besar variabel independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap

variabel dependen dari output estimasi model terpilih.

1) Common Effect Model

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan

pemilihan model dengan melakukan uji Chow adalah dengan

meregresikan data panel menggunakan bentuk model common effect.

Tabel 4.11

Hasil Uji CEM

Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF? -0.321388 0.061276 -5.244890 0.0000

FDR? 0.010056 0.002395 4.198260 0.0001 BOPO? 5.15E-05 0.000199 0.259165 0.7965

R-squared 0.345015 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.321197 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.898243 Akaike info criterion 2.673585 Sum squared resid 44.37618 Schwarz criterion 2.780160 Log likelihood -74.53397 Hannan-Quinn criter. 2.715098

68

Durbin-Watson stat 1.553668

Sumber: Data diolah 2018

2) Hasil Estimasi Fixed Effect Model

Langkah kedua adalah dengan meregresikan data panel

dengan model fixed effect.

Tabel 4.12

Hasil Uji FEM

Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022 FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446 Fixed Effects

(Cross) 1--C 0.320533 2--C 0.430198 3--C -0.553379 4--C -0.472971 5--C 0.380447 6--C -0.486518 7--C 0.968677 8--C -0.334634

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362 Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136 Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577 F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440 Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Data diolah 2018

69

3) Uji Chow

Setelah memperoleh hasil dari model common effect dan fixed

effect, untuk menentukan model yang akan dipilih maka dilakukan

Uji Chow. Dengan kriteria pengambilan keputusan jika probabilitas

> nilai signifikansi (0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak, maka

model yang dipilih adalah common effect. Jika nilai probabilitas <

0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, maka yang dipilih adalah

model fixed effect

Tabel 4.13

Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Pool: CROSSID

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.951465 (7,47) 0.0120

Cross-section Chi-square 21.132375 7 0.0036

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: LOGROA?

Method: Panel Least Squares

Date: 06/02/18 Time: 03:17

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.537902 1.709983 0.0930

NPF? -0.378662 0.068918 -5.494368 0.0000

FDR? 0.002582 0.004965 0.519996 0.6052

BOPO? 1.74E-05 0.000196 0.088757 0.9296 R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.882932 Akaike info criterion 2.655334 Sum squared resid 42.09669 Schwarz criterion 2.797434 Log likelihood -73.00469 Hannan-Quinn criter. 2.710685

F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010

Sumber: Data diolah 2018

70

Berdasarkan tabel hasil uji Chow di atas dapat dilihat bahwa

niai Cross-section Chi-square < nilai signifikansi (0.0036 < 0.05),

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa model yang dipilih adalah model fixed effect.

4) Random Effect Model

Setelah melakukan Uji Chow untuk memilih model antara

common effect dan fixed effect, langkah selanjutnya adalah

meregresikan model ke dalam bentuk random effect untuk kemudian

dilakukan Uji Hausman dalam menentukan model yang dipilih

apakah fixed effect atau random effect.

Tabel 4.14

Hasil Uji REM Dependent Variable: LOGROA?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/02/18 Time: 03:19

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.480544 1.914087 0.0609

NPF? -0.378662 0.061569 -6.150178 0.0000

FDR? 0.002582 0.004436 0.582063 0.5629

BOPO? 1.74E-05 0.000175 0.099351 0.9212

Random Effects (Cross)

1--C 0.000000

2--C 0.000000

3--C 0.000000

4--C 0.000000

5--C 0.000000

6--C 0.000000

7--C 0.000000

8--C 0.000000 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.788782 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression 0.882932 Sum squared resid 42.09669

71

F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104

Prob(F-statistic) 0.000010 Unweighted Statistics R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716

Sum squared resid 42.09669 Durbin-Watson stat 1.662104

Sumber: Data diolah 2018

5) Uji Hausman

Setelah melakukan uji Chow dan memperoleh hasil bahwa

model fixed effect yang digunakan, selanjutnya perlu dilakukan uji

Hausman untuk memilih antara model fixed effect dan random effect

dengan kriteria jika probabilitas > nilai signifikansi (0.05) maka H0

diterima dan Ha ditolak, artinya model yan dipilih adalah random

effect. Sedangkan jika probabilitas < nilai signifikansi (0.05) maka

H0 ditolak dan Ha diterima, artinya model yang dipilih adalah fixed

effect.

Tabel 4.15

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: CROSSID

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 17.115887 3 0.0007

** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan tabel hasil uji Hausman di atas dapat diketahui

bahwa nilai probabilitas Cross-section random > nilai signifikansi

(0.0007 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model yang dipilih adalah Fixed Effect Model.

72

e. Uji Signifikansi

1) Uji t (Parsial)

Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR,

ROA, NI, dan BOPO secara parsial terhadap profitabilitas

digunakan uji t. Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika

probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga

disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila probabilitas > 0.05

maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap

variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 4.16

Hasil Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022

FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagai berikut:

a) Pengaruh NPF terhadap ROA pada bank umum syariah

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan probabilitas NPF < nilai signifikansi 5% (0.0022 <

0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap

profitabilitas.

b) Pengaruh FDR terhadap ROA pada bank umum syariah

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan probabilitas FDR > nilai signifikansi 5% (0.5297 >

0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat

73

disimpulkan bahwa FDR tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap profitabilitas.

c) Pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum syariah

Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas

menunjukkan probabilitas BOPO > nilai signifikansi 5% (0.3446

> 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap profitabilitas.

2) Uji F ( Simultan)

Guna mengetahui besarnya pengaruh variabel NPF, FDR, dan

BOPO secara simultan terhadap profitabilitas digunakan uji F.

Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji

pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Apabila probabilitas < nilai signifikansi, maka

Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa variabel

independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

variabel dependen. Sedangkan apabila nilai probabilitas > nilai

signifikansi maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan

berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel independen. Uji

hipotesis secara simultan dapat diihat dari tabel berikut:

Tabel 4.17

Hasil Uji F Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362

Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136

Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577

F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440

Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Data diolah 2018

74

Dari tabel di atas dapat terlihat nilai F-statistik sebesar 6.189403

dengan nilai F tabel 5.41 yang artinya F-statistik lebih besar

daripada F tabel. Dapat dilihat juga pada Prob. F-statistik sebesar

0,000006. Hal ini berarti nilai P lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha

ditolak, yang artinya bahwa variabel NPF, FDR, dan BOPO secara

simultan berpengaruh terhadap ROA perbankan syariah.

3) Koefesien Determinasi R2

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel

dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18

Hasil Koefesien Determinasi

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362

Sum squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136

Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577

F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440

Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Data diolah 2018

Menurut Imam Ghozali (2009) Koefesien determinasi

dinyatakan dalam presentase 0 < R2 < 1. Nilai R

2 adalah garis

regresi yang artinya jika nilai R2 baik semakin mendekati 1. Dan

begitupun sebaliknya, jika semakin menjauhi 1 maka R2 semakin

rendah. Dalam penelitian ini pada tabel di atas nilai R2 sebesar 0,47

yang artinya variabel independen (NPF, FDR, dan BOPO) mampu

menjelaskan variasi ROA perbanakan syariah sebesar 47%

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

Menurut Sarwono (2006) interpretasi mengenai kekuatan

hubungan antar variabel dapat dilihat melalui kriteria berikut:

75

0 : Tidak ada korelasi antar variabel

> 0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah

> 0,25 - 0,5 : Korelasi Cukup

> 0,5 - 0,75 : Korelasi Kuat

> 0,75 - 0,99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

Dari kriteria berikut dapat dinyatakan bahwa korelasi antar variabel

dalam penelitian ini menunjukan kategori cukup karena nilai yang

diperoleh dari r2 sebesar 0,47.

f. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih

Setelah dilakukan uji chow dan uji hausman maka didapatlah

hasil estimasi model terpilih yaitu Fixed Effect Model.

Tabel 4.19

Fixed Effect Model

Dependent Variable: LOGROA?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/02/18 Time: 03:16

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error

t-Statistic Prob.

C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022

FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared

0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared

0.476555 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression

0.788782 Akaike info criterion 2.532362

Sum squared resid

29.24235 Schwarz criterion 2.923136

Log likelihood

-62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577

F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440

76

Prob(F-statistic)

0.000006

Sumber: Data diolah 2018

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh persamaan model regresi

sebagai berikut:

LnROA = 0.462275 + (-0.252864 lnNPF) + (0.002925lnFDR) +

(0.000178lnBOPO) + e

Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:

1. Konstanta sebesar 0.462275 menunjukkan bahwa jika variabel

independen (NPF, FDR, dan BOPO) pada observasi ke i dan

periode ke t adalah konstan, maka profitabilitas adalah 0.462275.

2. Jika nilai NPF pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar

1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka

akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode

ke t sebesar -0.252864.

3. Jika nilai FDR pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar

1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka

akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode

ke t sebesar 0.002925.

4. Jika nilai BOPO pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar

1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka

akan meningkatkan profitabilitas pada observasi ke i dan periode

ke t sebesar 0.000178.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas maka penulis dapat

menginterpretasikan variabel-variabel. Terutama yang memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

1. Pengaruh Net Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas

Berdasarkan tabel di atas nilai prob. NPF sebesar 0.0022 < 0.05 dari

hasil hipotesis lebih kecil dari nilai signifikansi disimpulkan bahwa NPF

berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini

77

menerima hipotesis pertama (H1). Dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa nilai

NPF tertinggi tahun 2012 sebesar 4,59% oleh Bank Bukopin Syariah dengan

ROA sebesar 0,55%. Pada tahun 2016 nilai NPF mengalami penurunan

sebesar 2,95% dengan nilai ROA meningkat sebesar 1,56%. Hal ini

menunjukan bahwa NPF memang berpengaruh terhadap ROA.

Hal ini sejalan dengan penelitian Heriyanto dan Edhi (2009) dan

Gelos (2006) yang menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh terhadap

profitabilitas perbankan syariah, karena NPF merupakan tingkat kredit macet

pada bank, apabila NPF dapat ditekan serendah mungkin maka potensi

keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Sehingga apabila rasio ini

semakin besar maka semakin besar pula resiko yang ditanggung perbankan

yang nantinya akan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan.

Semakin tinggi rasio NPF maka semakin menurun kinerja perbankan

sehingga menghilangkan kesempatan memperoleh laba. Hal ini dapat

disebabkan karena adanya pembiayaan bermasalah yang semakin besar

dibandingkan dengan aktiva produktifnya sehingga dapat mengakibatkan

hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari

pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh

buruk pada rentabilitas bank (Rahmaniah dan Wibowo, 2015)

2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas

Berdasarkan tabel di atas nilai prob. FDR sebesar 0.5297 > 0.05 dari

hasil hipotesis lebih besar dari nilai signifikansi dapat disimpulkan bahwa

tidak ada pengaruh FDR terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini

menolak hipotesis kedua (H2). Dapat dilihat pada tabel 4.4 Pada tahun 2010

nilai FDR sebesar 289,2% dengan nilai ROA sebesar 3,57% sedangkan nilai

FDR mengalami penurunan tahun 2011 sebesar 71,31% oleh BNI Syariah

dengan ROA sebesar -5,71%. Hal ini menunjukan bahwa FDR tidak

berpengaruh terhadap ROA.

Hal ini sejalan dengan penelitian Herni Ali dan Muhammad Said (

2016) dan Saiful Bachri, Suhadak dan Muhammad Saifi (2013) yang

menyatakan FDR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Adanya

perbedaan sampel, rentang waktu, dan karakteristik data penelitian

78

menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Syahputra, dkk (2014), Hadiwidjaja (2016), dan Lubis (2013)

yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Finance to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh terhadap

profitabilitas menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada FDR

tidak diikuti oleh tingkat profitabilitas karena adanya NPF yang tinggi sehingga

tidak adanya kas yang diterima sebagai alat likuid. walaupun tidak memiliki

pengaruh yang signifikan bukan berarti lembaga perbankan tidak memberikan

perhatian terhadap perubahan yang terjadi pada FDR. Akan tetapi lembaga

perbankan tetap harus mengikuti ketentuan tentang pemenuhan minimum

rasio FDR, jika bank memelihara alat likuid yang berlebihan ini akan

menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya

pemeliharaan kas yang menganggur (Kuncoro dan Suhardjono dalam Aini,

2013).

3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap Profitabilitas

Berdasarkan tabel di atas nilai prob. BOPO sebesar 0.3446 > 0.05 dari

hasil hipotesis lebih besar dari niali signifikansi ini disimpulkan bahwa tidak

ada pengaruh BOPO terhadap ROA. Dengan demikian penelitian ini menolak

hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh

terhadap profitabilitas. Dapat dilihat pada tabel 4.3 Pada tahun 2010 nilai

BOPO sebesar 196,3%% dengan nilai ROA sebesar -5,71%. Nilai BOPO

mengalami penurunan tahun 2016 sebesar 160,3% dengan ROA sebesar -

9,51%. Hal ini menunjukan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA.

Hal ini didukung oleh penelitian Almumani (2013) yang menunjukkan

bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Adanya

perbedaan sampel, rentang waktu, dan karakteristik data penelitian

menyebabkan hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hidayatullah (2012) yang mengemukakan bahwa BOPO

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Rasio BOPO menunjukkan

seberapa efisien manajemen suatu bank dalam mengelola kegiatan

operasionalnya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya

79

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan

Herdiningtyas dalam Syahputra, dkk., 2014)

Rasio BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas

mengindikasikan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada rasio BOPO tidak

diikuti dengan peningkatan pendapatan operasi bank yang berakibat

berkurangnya laba sebelum pajak yang berakibat menurunkan ROA.

Walaupun tidak memiliki pengaruh yang signifikan bukan berarti manajemen

bank tidak perlu melakukan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya,

manajemen bank harus tetap memperhatikan dalam hal menggunakan biaya

operasional secara efektif dan tepat sasaran sehingga kegiatan operasional

bank berjalan optimal sehingga mampu meningkatkan profitabilitas.

79

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa

variabel NPF memiliki nilai koefesien 0.0022 < 0.05, maka NPF

berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang

memiliki arti secara parsial NPF berpengaruh terhadap ROA.

2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa

variabel FDR memiliki nilai koefesien 0.5297 > 0.05, maka FDR tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang

memiliki arti secara parsial FDR tidak berpengaruh terhadap ROA.

3. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) ditemukan bahwa

variabel BOPO memiliki nilai koefesien 0.3446 > 0.05, maka BOPO tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas pada tingkat signifikansi 5% yang

memiliki arti secara parsial BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA.

4. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) ditemukan bahwa

nilai Probability (F-statistic) 0,000006 < 0.05, maka terdapat pengaruh signifikan

antara NPF, FDR, dan BOPO terhadap profitabilitas bank umum syariah di

Indonesia pada tingkat signifikansi 5% yang memiliki arti variabel independent

NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap variabel dependent ROA.

B. Saran

Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan kesimpulan

dari penelitian ini maka peneliti memberikan rekomendasi berupa saran-saran

sebagai berikut:

1. Pada Bank Syariah yang termasuk kedalam sample penelitian di

harapkan dapat mengelola lagi rasio keuangan NPF uang berpengaruh

pada rasio ROA. Semakin tinggi rasio NPF maka semakin rendah rasio

ROA pada suatu bank. Namun kebalikannya, jika semakin rendah rasio

NPF maka ROA suatu bank akan semakin baik.

80

2. Bank Syariah di harapkan mengoptimalisasi dan memonitor pembiayaan

yang akan berpengaruh pada fluktuasi rasio keuangan dan akan

mempengaruhi profitabilitas bank pada akhirnya.

3. Peneliti selanjutnya di harapkan dapat memperluas objek penelitian, kinerja

yang di ukur tidak terbatas pada rasio keuangan terhadap profitabilitas.

Sehingga hasil yang di dapatkan lebih lengkap dan dapat dijadikan sebagai

refrensi tambahan bagi pihak yang membutuhkan.

81

DAFTAR PUSTAKA

Abusharbeh, Muhammad T. 2014. Credit Risks and Profitability of Islamic

Banks: Evidence from Indonesia. World Review of Business Research

Adyani, Lyla Rahma. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Profitabilitas. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Akhtar, Ali, Sodaqat. 2011. Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks

of Pakistan.

Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas, 2005. “Analisa Rasio Camel

terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode

2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 Nomor 2.

Almumani, Abdelkarim Mohammad. 2013. Impact of Managerial Factors on

Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence From Jordan.

International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and

Management Sciences, 3(3): 298–310

Arifin, Z. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Azkia Publisher. Jakarta.

Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Ekonisia, Yogyakarta.

Astohar. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

Perbankan di Indonesia (studi pada Bank Domestik, Bank Campuran dan

Bank Asing). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Semarang.

Bachri Saiful, Suhadak, dan Saifi Muhammad. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan

terhadap Kinerja Keuangan Bank. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 1

No. 2 April 2013

Bactiar Usman. 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan

Laba Pada Bank-Bank di Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen.

Vol.3, No.1, April, 2003, hlm 59-74

Bank Muamalat Indonesia. Profil Bank Muamalat artikel diakses 1 Juni 2018, dari

http://www.bankmuamalat.co.id/

Bank Rakyat Indonesia. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

https://www.brisyariah.co.id/

82

Bank Negara Indonesia. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

https://www.bnisyariah.co.id/

Bank Syariah Mandiri. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

https://www.syariahmandiri.co.id/

Bank Mega Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

www.megasyariah.co.id/

Bank Syariah Bukopin. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

https://www.syariahbukopin.co.id/

Brigham, Eugene F And Joel F Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Dendawijaya, 2003, Manajemen Perbankan, Jakarta, Ghalia Indonesia..

Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty.

Yogyakarta.

Edhi Catur, Bayu. 2009. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NIM, LDR, NPL,

PPAP, dan PLO terhadap ROA (studi pada Bank Umum di Indonesia

periode 2004-2007). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Semarang.

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fahmy, M. Shalahuddin. 2013. Pengaruh CAR, NPF, BOPO dan FDR terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah. Skripsi. Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Gelos (2006) “Bank Relationship and Firm Performance: Evidence from Thailand

before The Asian Financial Crisis,” Journal of Bussiness Finance and

Accounting

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS .

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.

Hanafi, Mamduh M, Abdul Halim.2009. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Heriyanto, Rickson. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, KAP

terhadap ROA (pada Bank Pemerintah di Indonesia periode tahun 2004-

2008). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Semarang.

83

Islamic Finance Country Index. 2011. published in the Global Islamic Finance

Report (GIFR)

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi),

Edisi Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta

Mabruroh, 2004, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Analisis Kinerja

Keuangan Perbankan, Benefit Vol. 8. No. 1, BPPE FE UMS.

Maybank Indonesia Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

www.maybanksyariah.co.id/

Nazir, Moch. 2011. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Panin Bank Syariah. Sejarah artikel diakses 1 Juni 2018, dari

https://www.paninbanksyariah.co.id/

Purbaningsih, Rr. Yoppy Palupi, “The Effect of Liquidity Risk and Non

Performing Financing (NPF) Ratio to Commercial Sharia Bank

Profitability in Indonesia”, DOI: 10. 7763/IPEDR, V73, dalam

http://www.ipedr.com/vol73/012-ICWIS2014_A10020.pdf diakses tanggal

12 April 2018.

Reeve, James M. at al. 2009. Pengantar Akuntansi, Adaptasi Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat.

Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory, Buku Dua. Jakarta:

Salemba Empat.

Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta:

BPFE.

Rodoni Ahmad dan Ali Herni. 2010. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta:

Mitra Wacana Media.

Said Muhammad dan Ali Herni . 2016. An Analysis on the Factors Affecting

Profitability Level of Sharia Banking in Indonesia. Banks and Banks System

Journal Scope International

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

84

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: ROA BUS Periode 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 1.36 1.9 0.74 4.48 -2.53 2.21 -5.71 0

2011 1.52 1.58 0.52 3.57 1.75 1.95 2.42 0

2012 1.54 3.81 0.55 2.88 3.48 2.25 1.48 1.19

2013 0.5 2.33 0.69 2.87 1.03 1.53 1.37 1.15

2014 0.17 0.29 0.27 3.61 1.99 0.04 1.27 0.08

2015 0.2 0.3 0.79 -20.13 1.14 0.56 1.43 0.76

2016 0.22 2.63 1.12 -9.51 0.37 0.59 1.44 0.95

2017 0.11 1.56 0.02 5.5 -10.77 0.06 1.4 0.51

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

85

Lampiran 2: NPF Bank Umum Syariah (Sampel) Periode

Tahun 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 4.32 3.52 3.81 0 0 3.52 3.88 3.19

2011 2.6 3.03 1.74 0 0.88 2.42 3.62 2.77

2012 2.09 2.67 4.59 2.49 0.2 2.82 2.02 3

2013 4.69 2.99 4.27 2.69 1.02 4.32 1.86 4.06

2014 6.55 3.89 4.07 5.04 0.53 6.84 1.86 4.6

2015 7.11 4.26 2.99 35.15 2.63 6.06 2.53 4.86

2016 3.83 3.3 7.63 43.99 2.26 4.92 2.94 4.57

2017 4.43 2.95 7.85 0 12.52 4.53 2.97 3.87

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

86

Lampiran 3: BOPO Bank Umum Syariah (Sampel) PeriodeTahun 2010-

2017

Sumber: Data diolah 2018

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 87.38 88.86 93.57 34.73 182.31 74.97 196.33 98.77

2011 85.25 90.8 93.86 55.18 74.3 76.44 87.86 99.56

2012 84.47 77.28 91.59 53.77 47.6 73 85.39 86.63

2013 93.86 86.09 92.29 67.79 81.31 86.46 83.94 90.42

2014 97.33 97.61 96.73 69.6 82.58 98.49 89.90 99.47

2015 97.41 99.51 91.99 192.6 89.29 94.78 89.63 93.97

2016 97.76 88.16 109.62 160.28 96.17 94.12 87.67 91.33

2017 97.68 89.16 99.2 83.36 217.4 94.44 87.25 95.24

0

50

100

150

200

250

87

Lampiran 4: FDR Bank Umum Syariah (Sampel) Periode Tahun 2010-2017

Sumber: Data diolah 2018

BMI BMS BSB MSI PBS BSM BNIS BRIS

2010 91.52 78.17 99.15 172.26 69.76 82.54 71.31 95.82

2011 85.18 83.08 83.54 289.2 162.97 86.03 78.80 90.55

2012 94.15 88.88 91.98 197.7 105.66 94.4 84.99 100.96

2013 99.99 93.37 100.29 152.87 90.4 89.37 97.86 102.7

2014 84.14 93.61 92.89 157.77 94.04 82.13 92.60 93.9

2015 90.3 98.49 90.56 110.54 96.43 81.99 91.94 84.16

2016 95.13 95.24 88.18 134.73 91.99 79.19 84.57 81.89

2017 84.41 91.05 82.44 85.94 86.95 77.66 82 71.87

0

50

100

150

200

250

300

350

88

Lampiran 5: Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel

Date: 06/01/18

Time: 22:49

Sample: 2010 2017

ROA NPF FDR BOPO

Mean 0.567344 4.433438 92.30609 165.4945

Median 1.145000 3.160000 90.55500 91.05500

Maximum 5.500000 43.99000 172.2600 4736.000

Minimum -20.13000 0.000000 19.77000 19.26000

Std. Dev. 3.631037 6.736848 23.63631 581.1308

Skewness -3.752371 4.744267 0.922177 7.780390

Kurtosis 19.76553 26.19563 7.537114 61.69688

Jarque-Bera 899.7448 1674.852 63.96545 9833.232

Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

Sum 36.31000 283.7400 5907.590 10591.65

Sum Sq. Dev. 830.6192 2859.262 35196.53 21275920

Observations 64 64 64 64

Sumber: Data diolah 2018

89

Lampiran 6: Hasil Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: Standardized Residuals

Sample 2010 2017

Observations 58

Mean -1.30e-16

Median 0.056538

Maximum 1.863818

Minimum -2.152334

Std. Dev. 0.859383

Skewness -0.416280

Kurtosis 3.273239

Jarque-Bera 1.855556

Probability 0.395431

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 7: Hasil Uji Multikolinearitas

NPF FDR BOPO NPF 1.000000 0.208716 -0.071325

FDR 0.208716 1.000000 0.063985

BOPO -0.071325 0.063985 1.000000

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 8: Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji White)

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.421305 Prob. F(3,4) 0.7482

Obs*R-squared 1.920876 Prob. Chi-Square(3) 0.5890 Scaled explained SS 0.150095 Prob. Chi-Square(3) 0.9852

Sumber: Data diolah 2018

90

Lampiran 9: Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 13.00117 Prob. F(2,2) 0.0714

Obs*R-squared 7.428619 Prob. Chi-Square(2) 0.1244

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 10: Hasil Uji CEM

Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. NPF? -0.321388 0.061276 -5.244890 0.0000

FDR? 0.010056 0.002395 4.198260 0.0001 BOPO? 5.15E-05 0.000199 0.259165 0.7965

R-squared 0.345015 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.321197 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of regression 0.898243 Akaike info criterion 2.673585 Sum squared resid 44.37618 Schwarz criterion 2.780160 Log likelihood -74.53397 Hannan-Quinn criter. 2.715098 Durbin-Watson stat 1.553668

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 11: Hasil Uji FEM

Dependent Variable: LOGROA? Method: Pooled Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:16 Sample: 2010 2017 Included observations: 8 Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022 FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446 Fixed Effects

(Cross) 1--C 0.320533 2--C 0.430198

91

3--C -0.553379 4--C -0.472971 5--C 0.380447 6--C -0.486518 7--C 0.968677 8--C -0.334634

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.568388 Mean dependent var -

0.039716 Adjusted R-

squared 0.476555 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of

regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362 Sum

squared resid 29.24235 Schwarz criterion 2.923136 Log

likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577 F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440 Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 12: Hasil Uji REM Dependent Variable: LOGROA?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)

Date: 06/02/18 Time: 03:19

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.480544 1.914087 0.0609

NPF? -0.378662 0.061569 -6.150178 0.0000

FDR? 0.002582 0.004436 0.582063 0.5629

BOPO? 1.74E-05 0.000175 0.099351 0.9212 Random Effects (Cross)

1--C 0.000000

2--C 0.000000

3--C 0.000000

4--C 0.000000

5--C 0.000000

6--C 0.000000

7--C 0.000000

8--C 0.000000

92

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.788782 1.0000 Weighted Statistics

R-squared 0.378660 Mean dependent var -

0.039716 Adjusted R-

squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of

regression 0.882932 Sum squared resid 42.09669

F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010

Unweighted Statistics

R-squared 0.378660 Mean dependent var -

0.039716 Sum

squared resid 42.09669 Durbin-Watson stat 1.662104

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 13: Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests

Pool: CROSSID Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.951465 (7,47) 0.0120

Cross-section Chi-square 21.132375 7 0.0036

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOGROA? Method: Panel Least Squares Date: 06/02/18 Time: 03:17

Sample: 2010 2017 Included observations: 8

Cross-sections included: 8 Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.919803 0.537902 1.709983 0.0930

NPF? -0.378662 0.068918 -5.494368 0.0000 FDR? 0.002582 0.004965 0.519996 0.6052

BOPO? 1.74E-05 0.000196 0.088757 0.9296 R-squared 0.378660 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared 0.344141 S.D. dependent var 1.090239 S.E. of

regression 0.882932 Akaike info criterion 2.655334 Sum 42.09669 Schwarz criterion 2.797434

93

squared resid Log

likelihood -73.00469 Hannan-Quinn criter. 2.710685 F-statistic 10.96963 Durbin-Watson stat 1.662104 Prob(F-statistic) 0.000010

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 13: Hasil Uji Haunsman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: CROSSID

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 17.115887 3 0.0007

** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

NPF? -0.252864 -0.378662 0.002310 0.0089

FDR? 0.002925 0.002582 0.000002 0.7906

BOPO? 0.000178 0.000017 0.000000 0.0120

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: LOGROA?

Method: Panel Least Squares

Date: 06/02/18 Time: 03:20

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022

FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446

Effects Specification

94

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared

0.476555 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression

0.788782 Akaike info criterion 2.532362

Sum squared resid

29.24235 Schwarz criterion 2.923136

Log likelihood

-62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577

F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440

Prob(F-statistic)

0.000006

Sumber: Data diolah 2018

Lampiran 14: Hasil Uji Signifikansi (Fixed Effect Model)

Dependent Variable: LOGROA?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/02/18 Time: 03:16

Sample: 2010 2017

Included observations: 8

Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 58

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.462275 0.501723 0.921375 0.3616

NPF? -0.252864 0.078107 -3.237392 0.0022

FDR? 0.002925 0.004620 0.633116 0.5297

BOPO? 0.000178 0.000187 0.954798 0.3446

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.568388 Mean dependent var -0.039716

Adjusted R-squared

0.476555 S.D. dependent var 1.090239

S.E. of regression 0.788782 Akaike info criterion 2.532362

95

Sum squared resid

29.24235 Schwarz criterion 2.923136

Log likelihood -62.43851 Hannan-Quinn criter. 2.684577

F-statistic 6.189403 Durbin-Watson stat 2.122440

Prob(F-statistic) 0.000006

Sumber: Data diolah 2018