Post on 26-Oct-2021
i
ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA
DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Mei Arisman
NIM 122110123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Masa depan tidak tergantung pada pekerjaan yang dilakukanya, melainkan pada
orang yang mengerjakanya. (Dr. George Crag)
Hidup selalu berada dalam permasalahan, dan setiap permasalahan pasti ada
solusinya.
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya sederhana ini untuk:
Ibu (Kemi) dan Bapak (Parikin) terima kasih atas
perjuangan, kasih sayang, dukungan, dan doa yang telah
mengiringi setiap langkahku. Engkaulah alasanku untuk
terus melangkah maju. Tanpa engkau, cita-citaku hanya
sebatas mimpi.
Skripsi ini penulis hadiahkan untuk:
1. Kakakku, Wijiasih dan Sulastri yang selalu
mendoakan dan memberikan motivasi untuk
keberhasilanku;
2. Keponakanku, Ilham dan Zidni yang selalu
mengajarkan untuk tetap hidup seperti anak kecil
yang tanpa beban hidup;
3. untuk teman-temanku, baik teman kelas, teman
organisasi, teman kos, dan teman seperjuangan 2012
yang selalu mendukung, dan selalu memberikan
suasana baru serta menghiburku.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, tiada sanjungan dan pujian yang berhak diucapkan, selain
hanya kepada Allah Swt. atas limpahan karunia dan segala kemudahan yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis majas
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan pembelajaranya
di kelas XI SMA”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas
Muhammadiyah Purworejo. Penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami
kesulitan, namun berkat adanya bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Terwujudnya skripsi ini semoga dapat memberikan gambaran tentang
pemakaian media pembelajaran guna meningkatkan keterampilan siswa dalam
belajar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banya terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk belajar di Universitas Muhammadiyah Purworejo dari
awal sampai akhir studi;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo;
viii
ABSTRAK
Arisman, Mei.2016. “Analisis Majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaranya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Masalah yang dibahas antara lain mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik
dalam novel Ayah, (2) majas dalam novel Ayah, dan (3) rencana pelaksanaan
pembelajaran dalam novel Ayah di Kelas XI SMA. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata,
(2)majas dan fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, dan (3) rencana
pelaksanaan pembelajarannya di kelas XI SMA.
Objek penelitian ini adalah analisis majas yang terdapat dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata. Fokus penelitian ini pada unsur intrinsik, majas serta
fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan
pembelajarannya di kelas XI SMA. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer dan data skunder. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan kartu pencatat data.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini dengan membaca ulang. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan secara analisis isi. Teknik yang digunakan
penulis untuk menyajikan hasil analisis adalah teknik penyajian informal.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata, mencangkup lima aspek, yaitu tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, dan sudut pandang (2) majas dan fungsinya yang
digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata yaitu: (a) majas perbandingan
(majas hiperbola, majas metonomia, majas personifikasi, majas perumpamaan,
majas metafora, majas alusio, majas eufemisme, dan majas simbolik), (b) majas
perulangan (majas antanaklasis, majas aliterasi, majas repetisi, dan majas retoris),
(c) majas sindiran (majas ironi, majas antifrasis, majas satire, sinisme, dan majas
sarkasme), (d) majas pertentangan (majas litotes, majas paradoks, majas
antithesis, dan majas oksimoron), majas berfungsi untuk membangkitkan seni
kata, seni bahasa dalam suatu perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan
membuat kata serta bahasa menjadi lebih menarik, (3) rencana pelaksanaan
pembelajarannya dikelas XI SMA dengan menggunakan model pembelajaran
Group Investigation. Metode pembelajaran yang digunakan: metode ceramah,
diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran ini yaitu tertulis dengan menggunakan tes esai.
Kata Kunci : Unsur Intrinsik, Majas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
C. Batasan Masalah .......................................................................... 7
D. Penegasan Istilah .......................................................................... 8
E. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
F. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
G. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ........................ 13
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 13
1. Buku Rujukan ................................................................................ 13
2. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................... 15
B. Kajian Teoretis .................................................................................. 17
1. Unsur Intrinsik dalam Karya Sastra ............................................. 18
a. Tema ........................................................................................ 18
b. Tokoh dan Penokohan ............................................................. 19
c. Alur .......................................................................................... 20
d. Latar ......................................................................................... 23
e. Sudut Pandang .......................................................................... 24
x
2. Majas dalam Novel ....................................................................... 24
a. Penegetian majas .................................................................... 25
b. Jenis-jenis majas..................................................................... 27
c. Fungsi majas .......................................................................... 32
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA ................ 34
a. Identitas sekolah ..................................................................... 35
b. Standar kompetensi ................................................................ 35
c. Kompetesi dasar ..................................................................... 35
d. Indikator ................................................................................ 36
e. Tujuan pembelajaran .............................................................. 36
f. Materi pokok ......................................................................... 36
g. Kegiatan pembelajaran .......................................................... 36
h. Metode pembelajaran ……………………………………. 37
i. Model pembelajaran ……………………………………... 37
j. Alokasi waktu ……………………………………………. 39
k. Sumber dan media belajar ………………………………. 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 41
A. Objek Penelitian ................................................................................ 41
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 41
C. Sumber Data ...................................................................................... 41
D. Instrument Penelitian ........................................................................ 42
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 42
F. Validitas Data .................................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 43
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis ........................................................ 44
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA .................................. 46
A. Penyajian Data .................................................................................. 46
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata ............. 46
2. Majas dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata ............................. 48
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah karya Andrea
Hirata di kelas XI SMA ................................................................. 54
B. Pembahasan Data .............................................................................. 54
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata ............. 54
a. Tema ........................................................................................ 53
b. Tokoh dan Penokohan ............................................................. 70
c. Alur .......................................................................................... 83
d. Latar ......................................................................................... 91
e. Sudut Pandang .......................................................................... 100
2. Majas dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata ............................. 102
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah
Karya Andrea Hirata ..................................................................... 141
xi
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 147
A. Simpulan ........................................................................................... 147
B. Saran ................................................................................................. 150
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Daftar 1. Unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Daftar 2. Majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Daftar 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata di kelas XI SMA.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sampul Novel
Lampiran 2. Biografi Pengarang
Lampiran 3. Sinopsis
Lampiran 4. Silabus
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 6. Kartu Pencatat Data
Lampiran 7. Kartu Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pertama ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Pemaparannya adalah sebagai
berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang digunakan pengarang
dalam bentuk tulisan yang mempunyai nilai estetika. Karya imajinatif tersebut
terlahir dari kreasi dan juga daya khayal pengarang. Karya sastra merupakan
penjabaran kehidupan dan pengalaman pengarang atas kehidupan di
sekitarnya. Menurut Nurgiyantoro (2013: 2) menyatakan bahwa karya sastra
sebagai karya imajinatif, menawarkan berbagai permasalah manusia dan
kemanusiaan, hidup dan kehidupan.
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Sebagaimana yang
dikatakan (Nurhayati dalam Nurgiyantoro, 2012: 7), novel merupakan
pengungkapan dari fragmen (cuplikan) kehidupan manusia dalam jangka yang
lebih panjang. Novel tidak hanya berisi khayalan belaka, tetapi menampilkan
gambaran kehidupan yang merupakan suatu kenyataan sosial yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan
pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan
peristiwa-peristiwa di dalamnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan
2
terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah
cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel
yang sangat bagus. Kemudian, untuk menghasilkan novel yang bagus juga
diperlukan pengolahan bahasa. Bahasa merupakan sarana atau media untuk
menyampaikan gagasan atau pikiran pengarang yang akan dituangkan dalam
sebuah karya, yaitu salah satunya novel tersebut.
Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan. Keindahan
adalah aspek dari estetika. Keindahan dalam karya seni sastra dibangun oleh
seni kata, dan seni kata atau seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah
yang terwujud dari ekspresi jiwa. Terkait dengan pernyataan tersebut, maka
membaca sebuah karya sastra atau buku menjadi menarik apabila informasi
yang diungkapkan penulis disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai
estetik. Sebuah buku sastra atau bacaan yang mengandung nilai estetik
memang dapat membuat pembaca lebih bersemangat dan tertarik untuk
membacanya. Apalagi dalam bahasa tersebut diungkapkan dengan bahasa puisi
pasti akan terlihat lebih romantis.
Bahasa yang mengandung nilai estetik, yakni dituangkan dalam bentuk
puisi. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang digunakan sebagai sarana
untuk menyampaikan pikiran atau ungkapan jiwa pengarang kepada
pembacanya. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media
untuk mengungkapkan makna. Dalam arti lain puisi ialah suatu karya sastra
yang inspiratif dan mewakili makna yang tersirat dari ungkapan batin seorang
3
penyair. Sehingga setiap kata atau kalimat tersebut secara tidak langsung
mempunyai makna yang abstrak dan memberikan imaji terhadap pembaca.
Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat membentuk suatu bayangan
khayalan bagi pembaca sehingga memberikan makna yang sangat kompleks.
Dalam puisi sering digunakan bahasa yang cenderung menyimpang dari kaidah
kebahasaan, bahkan menggunakan bahasa yang dianggap aneh atau serta
penyajian bahasanya dengan majas yang unik dan menarik.
Istilah majas diterjemahkan dari kata trope (Yunani), figure of speech
(Inggris), berarti persamaan atau kiasan (Ratna, 2009: 3). Majas (figure of
speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud pengarang atau
pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Majas dalam hal ini
berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Ilmu tentang gaya dan gaya bahasa itu
disebut stilistika.
Majas dan tulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam
sebuah bacaan. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
menuangkan ide setiap tulisanya. Setiap tulisan yang dihasilkan mempunyai
gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya
yang ditulisnya. Jadi, majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis dengan pilihan kata, frasa, klausa, dan kalimatnya.
Novel Ayah diterbitkan pertama kali pada mei 2015. Sejak kemunculan
novel Ayah banyak mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Salah
4
satu alasan demikian, yakni dalam penggunaan tata tulis pengarang menyajikan
dengan bahasa sederhana tetapi menarik dan mudah dipahami. Pengarang juga
mengemas novel Ayah dengan bahasa yang sederhana imajinatif, tetapi tetap
memperhatikan kualitas isi dan ada kombinasi puisi sehingga semakin
membuat novel ini bernilai sastra tinggi. Karya seni seperti puisi, pantun, sajak,
dan karya seni tulis lainnya melantun indah setiap bab dalam lembaran-
lembaran kertas yang pengarang tulis. Kaitanya dengan hal tersebut, peneliti
berminat untuk menganalisis majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
Alasan mendasar kenapa peneliti berminat menganalisis majas dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan pembelajaran di
SMA, yakni dalam novel tersebut, pengarang menyajikan dengan bahasa tulis
yang indah, menarik, imajinatif, serta tetap memperhatikan kualitas isi dan ada
kombinasi puisi sehingga semakin membuat novel ini bernilai sastra tinggi.
Sesuai dengan silabus SMA terdapat standar kompetensi untuk menganalisis
novel. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat mengembangkan imajinasi siswa
dalam berpikir, khususnya dalam hal mengarang.
Cerita novel Ayah diperoleh pengarang dari kisah persahabatan yang
dialaminya sendiri. Ceritanya tentang empat sahabat bernama Sabari, Ukun,
Tamat, dan Toharun. Keempatnya bersekolah di sekolah yang sama. Mirip
dengan tokoh-tokoh di Laskar Pelangi, masing-masing dari keempat sahabat
memiliki karakter unik. Mereka begitu polos dan naïf, tetapi kadang bisa
cerdas. Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut kebanyakan
menggunakan bahasa yang bermakna konotasi dan banyak mengandung unsur
5
estetik karena dalam setiap bagian ceritanya diselingi dengan puisi. Novel
tersebut mengangkat kisah cinta antara laki-laki kepada perempuan, dan
sekaligus menitikberatkan kepada kisah cinta ayah kepada anaknya, juga
sebaliknya. Kisah ini mengambil latar di tanah Belitong, tanah lahir Andrea
Hirata, dan beberapa tempat lainya seperti Sumatera, dan sedikit di Australia.
Andrea mengambil latar waktu untuk kisah ini adalah sejak tahun 1970an
hingga awal 2013.
Andrea Hirata telah menerbitkan 9 novel edisi bahasa Indonesia (Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta di
Dalam Gelas, Sebelas Patriot, Laskar Pelangi Song Book, dan Ayah), ia telah
menerima 3 penghargaan sastra internasional. Sebelumnya, ia juga menjadi
pemenang pertama Buchaward 2013 di Jerman untuk novelnya 'Die
Regenbogen Truppe' yaitu Laskar Pelangi dalam versi bahasa Jerman yang
diterbitkan oleh Hanser Berlin. Beliau sekaligus pemenang pertama New York
Book Festival 2013 kategori general fiction untuk novelnya ‘The Rainbow
Troops’ (Laskar Pelangi edisi Amerika yang diterbitkan oleh Farrar, Straus
and Giroux, New York).
Kaitanya dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pengarang memiliki
kelebihan dalam menyusun dan mengolah karyanya untuk menjadi sebuah
karya sastra yang menarik untuk dibaca. Terbukti dengan hasil karyanya yang
terdahulu dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, sampai yang terakhir saat ini,
yakni novel Ayah, dan masing-masing novel tersebut mendapatkan tanggapan
positif dari setiap pembaca. Dalam novel Ayah juga banyak memiliki
6
kelebihan, yakni dilihat dari segi tata tulis, bahasa, alur, setting, dan konflik itu
menjadi sebuah bumbu yang sangat lezat untuk dinikmati.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka peneliti berminat untuk
menganalisis majas novel Ayah karya Andrea Hirata dan rencana pelaksanaan
pembelajaranya di kelas XI SMA. Karya sastra khususnya novel mempunyai
peran yang sangat besar dalam pembentukan dan pengembangan karakter
peserta didik karena pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam
memahami dan mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik. Melalui
pembelajaran sastra, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik siswa.
Dengan pembelajaran tersebut, siswa diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan dapat mengambil nilai-nilai yang baik untuk dicontoh.
Keterkaitan novel dengan pembelajaran di SMA ini dapat dilihat dalam Standar
Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia kelas X1 yang terdapat dalam silabus.
Pada bagian tersebut terdapat kopetensi dasar untuk menganalisis novel. Materi
yang dijadikan sebagai bahan ajar adalah menganalisis unsur instrinsik novel.
Hasil yang diperoleh dalam analisis unsur instrinsik, yakni majas apa saja yang
terdapat dalam novel tersebut dan pengaruh majas terhadap karya sastra
khususnya novel.
Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk ketrampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta
menunjang pembentukan watak. Selain itu, tujuan pembelajaran sastra di
sekolah secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya
apresiasi siswa. Pendidikan mempunyai peran penting termasuk di dalamnya
7
adalah pembelajaran sastra. Berdasarkan tujuan tersebut sastra memang sangat
perlu diajarkan di sekolah dalam pembelajaran sastra di SMA. Novel Ayah
karya Andrea Hirata diharapkan dapat menambahkan khasanah tentang arti
perjuangan dalam hidup dan dapat mengambil nilai positif dalam upaya
pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya
sastra.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diidentifikasi masalah, sebagai
berikut;
1. karya sastra merupakan karya fiksi yang dapat digunakan sebagai relevansi
pembelajaran di SMA;
2. novel dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA;
3. penggunaan majas dan fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
4. bahasa yang mengandung nilai estetika dan dituangkan dalam bentuk puisi;
dan
5. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah berfungsi sebagai alat untuk memfokuskan penelitian
agar penelitian lebih mendalam dan detail. Dalam penelitian ini batasan
masalahnya, yaitu majas dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata, dan Rencana
pelaksanaan pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata di kelas XI SMA.
8
D. Penegasan Istilah
Penelitian ini berjudul “Analisis Majas dalam Novel Ayah Karya Andrea
Hirata dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaranya di Kelas XI SMA”, supaya
tidak terjadi kasalahan penafsiran, peneliti perlu menjelaskan makna yang
berkaitan dengan judul penelitian ini.
1. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Pendapat lain tentang analisis yaitu proses pemecahan persoalan yang
dimulai dengan dugaanakan kebenaranya.
2. Majas
Majas dan tulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam
sebuah bacaan. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda
dalam menuangkan ide setiap tulisanya. Setiap tulisan yang dihasilkan
mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya sehingga
dapat dikatakan bahwa watak seorang penulis sangat mempengaruhi
sebuah karya yang ditulisnya.
3. Novel Ayah
Novel Ayah karya Andrea Hirata merupakan karya imajinatif dalam
bentuk tulisan yang mempunyai nilai estetika. Karya sastra juga dapat
dikatakan penjabaran kehidupan dan pengalaman pengarang atas
kehidupan di sekitarnya.
9
4. Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah sosok seorang sastrawan di Indonesia yang
sudah menerbitkan karya-karyanya yang berbentuk novel. Berkat
kecerdasan, keuletan, dan semangat yang tinggi novel-novelnya laku
terjual di pasar internasional.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Majas di sekolah
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana berupa langkah
demi langkah yang tertulis secara terperinci yang digunakan sebagai
acuan dalam proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidik.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui rumusan masalah yang
timbul dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah majas dan fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata?
3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata di kelas XI SMA?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut;
10
1. mendeskripsikan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata;
2. mendeskripsikan majas dan fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata; dan
3. mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata di kelas XI SMA.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah
keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang
majas dan pembelajaran sastra tentang keindahan bahasa dalam novel.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa
pihak, antara lain.
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru untuk
dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif,
dan inovatif.
b. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih
memahami isi novel Ayah dan mengambil manfaat darinya. Selain itu,
diharapkan pembaca jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya
novel) dengan memilih novel-novel yang menggunakan bahasa kiasan
atau majas dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana
pembinaan dalam pembelajaran sastra dengan analisis majas.
11
c. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi
maupun bahan pijakan penelitian lain untuk melakukan penelitian
yang lebih mendalam.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan
bagian akhir. Pada bagian awal skripsi, peneliti menyajikan halaman judul,
persetujuan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, dan daftar
isi. Pada bagian isi, peneliti menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab,
yang tersusun sebagai berikut ini.
Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoritis. Dalam bab ini, berisikan
teori-teori yang dijadikan landasan peneliti sebelum melaksanakan penelitian
dan pembahasan penelitian.
Bab III metode penelitian. Metode penelitian berisi jenis penelitian,
subjek dan objek penelitian, fokus penelitian, data penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas data, teknik analisis data,
dan teknik penyajian hasil analisis.
Bab IV penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, peneliti
menguraikan tentang data penelitian yang diambil dari novel Ayah Karya
12
Andrea Hirata mengenai unsur intrinsik dan majas yang terdapat dalam novel
tersebut.
Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Pada bagian
akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka
berisi kajian buku yang menjadi acuan penelitian dan hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian ini. Kajian teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan
penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis untuk membandingkan
kajian terdahulu dengan penelitian ini. Jadi, dapat diketahui perbedaan dan
kesamaan yang khas antara kajian-kajian tersebut.
1. Buku Rujukan
Buku Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 2013). Dalam buku
tersebut dibahas mengenai: (1) fiksi sebuah teks prosa naratif; (2) membaca
teks fiksi; (3) kajian fiksi; (4) tema; (5) cerita; (6) plot; (7) tokoh; (8) latar;
(9) sudut pandang; (10) bahasa; dan (11) moral.
Buku Super Lengkap Majas dan EYD (Putera Rais, 2012). Dalam
buku tersebut dibahas mengenai: (1) pengertian majas; (2) jenis-jenis majas;
(3) fungsi majas; (4) pemakaian huruf; (5) penggunaan tanda baca; (6)
penulisan kata; dan (7) penggunaan konjungtor.
Buku Teori Fiksi (Stanton, 2012). Dalam buku tersebut dibahas
mengenai: (1) fiksi: selayang pandang; (2) membaca fiksi; (3) cerpen; (4)
novel; (5) tipe-tipe fiksi; dan (6) menulis makalah kritik sastra.
14
Buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Arikunto,
2013). Dalam buku tersebut dibahas mengenai: (1) kegiatan penelitian; (2)
alur dan ragam penelitian; (3) penelitian evaluatif; (4) cara mengadakan
penelitian; (5) memilih masalah; (6) studi pendahuluan; (7) merumuskan
masalah; (8) merumuskan anggapan dasar; (9) merumuskan hipotesis; (10)
memilih pendekatan; (11) menentukan variabel; (12) menentukan sumber
data; (13) menentukan dan menyusun instrumen; (14) pengumpulan data;
(15) analisis data; (16) menarik kesimpulan; dan (17) menulis laporan. Buku
Metodologi Penelitian Sastra (Endraswara, 2013) dibahas mengenai; (1)
problem penelitian sastra; (2) manajemen penelitian sastra; (3) epistemologi
penelitian sastra; (4) aliran penelitian sastra; (5) model baru penelitian
sastra; (6) penelitian formalisme dan strukturalisme murni; (7)
pengembangan penelitian strukturalisme sastra; (8) penelitian estetika dan
stilistika; (9) penelitian sosiologi sastra; (10) penelitian psikologi sastra;
(11) penelitian antropologi sastra; (12) penelitian pragmatik dan resepsi
sastra; (13) penelitian sastra bandingan; (14) penelitian feminisme sastra;
(15) penelitian sastra lisan; (16) penelitian sastra; (17) model
postmodernisme dan poskolonialisme; (18) sebuah penjelajahan awal; dan
(19) penelitian pengajaran sastra.
Buku Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum (Sukirno,
2013). Dalam buku tersebut dibahas mengenai: (1) latar belakang, tujuan,
dan manfaat belajar menulis kreatif; (2) pengertian, dasar, tujuan, dan
manfaat belajar kuantum; (3) asumsi, ciri-ciri, dan macam-macam gaya
15
belajar kuantum; (4) belajar menulis pengalaman pribadi; (5) belajar
menulis biografi; (6) belajar menulis cerita pendek; (7) belajar menulis
legenda; (8) belajar menulis dongeng; (9) belajar menulis naskah drama;
(10) belajar menulis skenario film; (11) belajar menulis opini; dan (12)
belajar menulis puisi. Buku Metode Pengajaran Sastra (Rahmanto, 1988)
dibahas mengenai; (1) apakah sastra itu; (2) sastra dalam pengajaran; (3)
pemilihan bahan pengajaran; (4) pentahapan penyajian; (5) pengajaran puisi;
(6) pengajaran prosa cerita; (7) pengajaran drama; (8) penulisan kreatif; dan
(9) evaluasi.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan penelitian sebelumnya yang
relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan. Penelitian yang relevan
dalam penelitian ini adalah.
Atminingsih dalam penelitian berjudul “Analisis Majas dan Nilai
Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Dalam
penelitianya terdapat majas yang digunakan dalam novel Laskar Pelangi
antara lain personifikasi, hiperbola, antithesis, simile, metafora, epizeukis,
eponym, anadipsis, repetisi, parifrasis, tautology, koreksio, pleonasme,
ironi, paradox, satire, hipalase, innuendo, metonomia, sinekdoke
parsprototo, sinekdoke totum pro parte, alusio, epitet, antonomasia, ellipsis,
asidenton, tautotes, anaphora, pertanyaan retoris. Atminingsih juga
menyatakan alasan pengarang menggunakan majas pada novel Laskar
Pelangi adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa atau perasaan tertentu,
16
untuk menunjukkan kreativitas seni dalam bentuk bahasa, kesan keindahan
pada novel, untuk memperjelas makna kata, untuk menampilkan variasi dan
gaya yang berbeda dengan karangan novel lain. Nilai pendidikan yang
digunakan adalah nilai religius, nilai moral, dan nilai sosial. Karya ilmiah
Atminingsih dengan penulis sama-sama mengkaji objek yaitu novel, tetapi
karya Atminingsih mengkaji untuk mendata majas yang digunakan dalam
novel Laskar Pelangi serta nilai pendidikan dalam novel Laskar pelangi.
Sedangkan penulis menganalisis majas dan unsur intrinsik serta rencana
pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA.
Triyatmi dalam penelitian berjudul “Kajian Majas dalam Kain
Rentang Kampanye Pemilu 2004” penelitian ini disimpulkan; (1) majas
yang digunakan dalam Kain Rentang Kampanye 2004, baik kampanye
legislative, calon presiden, dan calon wakil presiden sebagai berikut; (a)
empat jenis majas yang digunakan; (1) majas perbandingan meliputi
eufemisme, epitet, hiperbola, simile, personifikasi, sinekdoke, dan asosiasi;
(2) Majas perulangan, meliputi anaphora dan aliterasi; (3) majas sindiran
(satire); (4) majas pertentangan (oksimoron). (b) Tidak ditemukan majas
penegasan. (c) Majas yang sering digunakan dalam kain rentang kampanye
2004 adalah eufemisme dan epitet. (2) Alasan penggunaan majas pada kain
rentang kampanye 2004, yaitu; (a) penyesuaian konsep yang menjadi dasar
penulisan kain rentang oleh masing-masing tim sukses partai; (b) kain
rentang yang dibuat merupakan salah satu media publikasi yang digunakan
untuk sosialisasi programkerja partai yang bersangkutan; (c) bahasa yang
17
sederhana, simpatik, dan meyakinkan merupakan media yang mudah diingat
dan menarik perhatian massa calon pemilih. Karya ilmiah Triyatmi dengan
penulis yaitu sama-sama mengkaji majas, tetapi dalam simpulan karya
ilmiah Triyatmi tidak ditemukan majas penegasan. Perbedaanya adalah
objek yang diteliti. Objek yang diteliti Triyatmi adalah kain rentang
kampanye 2004, sedangkan peneliti objek yang diteliti adalah novel Ayah
karya Andrea Hirata.
Rasman dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Majas dalam
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan
Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas XI SMA”. Antara Rasman
dengan peneliti terdapat persamaan dan juga perbedaan, sama-sama
menganalisis majas dalam karya sastra (novel) dan dikaitkan dengan
pembelajaran di SMA. Perbedaanya antara Rasman dengan peneliti antara
lain analisis Rasman tidak membahas mengenai unsur intrinsik novel dan
lebih menitikberatkan dalam pembelajaran keterampilan menulis di SMA,
sedangkan analisis yang dilakukan oleh peneliti membahas mengenai unsur
intrinsik novel dan tidak menitikberatkan terhadap pembelajaran
keterampilan menulis.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat
beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan
sebagai acuhan dalam membahas masalah yang diteliti. Pada bagian ini
diuraikan pengertian majas dalam karya sastra, unsur intrinsik novel (tema,
18
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang), dan pembelajaran sastra
di SMA. Paparan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.
1. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik novel adalah unsur yang bersifat timbal balik, saling
menentukan, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu
kesatuan yang utuh, Waluyo (2011: 6). Unsur sebuah novel adalah unsur-
unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik
yang peneliti bahas dalam penelitian ini meliputi tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, dan sudut pandang. Berikut adalah pembahasan
mengenai unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
a. Tema
Stanton (2012: 36) mengungkapkan bahwa tema merupakan aspek
cerita yang sejajar denga sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman
begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah
kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut,
kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri,
atau bahkan usia tua. Tema adalah pokok utama permasalahan yang
dijadikan tujuan utama oleh seorang pengarang dalam karyanya.
Kaitannya dengan pokok permasalahan yang hendak dijadikan sebagai
tema, seorang pengarang biasanya menggunakan pengalaman
kehidupannya, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius,
dan sebagainya yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah cerita
yang utuh. Tema adalah hal yang pokok dalam sebuah cerita, tanpa
19
adanya sebuah tema suatu cerita akan kabur dan tidak terarah. Itu
sebabnya tema dikatakan sebagai gagasan pokok sebuah cerita.
Kaitannya dengan tema, Nurgiyantoro (2012: 82-83), membagi
tema menjadi dua, yaitu tema mayor (tema utama) dan tema minor (tema
tambahan). Tema mayor diartikan sebagai makna pokok cerita yang
menjadi dasar atau gagasan dasar umum cerita itu, sementara tema minor
sendiri diartikan sebagai makna yang hanya terdapat bagian-bagian
tertentu cerita saja yang fungsinya hanya mempertegas eksitensi makna
utama atau tema mayor.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam
novel. Istilah “tokoh” digunakan untuk menunjuk pada pelaku cerita,
sedangkan istilah “penokohan” digunakan untuk melukiskan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
(Nurhayati, 2013: 16). Selanjutnya , Abrams menyatakan bahwa tokoh
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2012: 165).
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam
sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh
tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan
ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian cerita,
20
sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali
atau beberapa kali dalam cerita dan itu pun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2012: 176). Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh dan
penokohan sangat erat kaitannya. Tokoh adalah pelaku yang terdapat
dalam karya sastra, sedangkan penokohan adalah karakter atau sifat yang
dimiliki oleh pelaku dalam karya sastra. Ada dua kategori tokoh, yakni
berdasarkan tingkatnya tokoh dalam cerita dan peran tokoh dalam
pengembangan plot.
1) Berdasarkan Tingkat Pentingnya Tokoh dalam Cerita.
Dilihat dari segi peran atau tingkat tokoh dalam sebuah cerita, tokoh
ada dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
a) Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan
ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita. Ia merupakan paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian karena tokoh utama
paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-
tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara
keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau dikenai kejadian
dan konflik.
21
b) Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan
sekali atau beberapa kali dalam sebuah cerita, dan itu pun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Pemunculan tokoh-
tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya
dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung.
c. Alur
Lukman Ali (Waluyo, 2013: 9) menyatakan alur cerita (plot)
adalah sambung-sinambungnya cerita berdasarkan hubungan sebab
akibat dan menjelaskan mengapa seuatu terjadi. Tahapan-tahapan
peristiwa yang ada di dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa
yang berbagai macam.
Tasrif (Nurgiyantoro, 2013: 209) membedakan tahapan alur
menjadi lima bagian, yaitu:
1) tahap penyituasian (situation)
tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-
tokoh cerita;
2) tahap pemunculan konflik (generating circumstances)
tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang
menyulut terjadnya konflik mulai dimunculkan;
22
3) tahap peningkatan (rising actions)
tahap ini berisi konlfik yang telah dimunculkan pada tahap
sebelumnya semakin berkembang;
4) tahap klimak (climax)
tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh
cerita mencapai titik puncak;
5) tahap penyelesaian (denouement)
tahap ini berisi konflik yang telah mencapai klimaks yang diberi jalan
keluar dan cerita diakhiri.
Berdasarkan kriteria urutan waktu ada tiga macam alur. Ketiga alur
tersebut sebagai berikut ini.
1) Alur maju
alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis,
artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya.
Ceritanya umum dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.
2) Alur sorot balik
alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis
(tidak runtut ceritannya).
3) Alur campuran
alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif dan
regresif.
23
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur merupakan
rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk
oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.
d. Latar/setting
Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar cerita itu
berkaitan dengan dimana, kapan, dan suasana peristiwa itu berlangsung.
Nurgiyantoro (2012: 227), membedakan unsur latar kedalam tiga
unsur pokok, yaitu; (1) latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa,
gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya; (2) latar waktu mengacu
pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi, misalnya tahun, bulan, pagi, siang, malam, dan jam; (3) latar sosial
menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya
kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan
bersikap.
e. Sudut Pandang
Menurut Baldic (dalam Nurgiyantoro, 2013: 259) sudut pandang
adalah posisi atau sudut mana yang menguntungkan untuk
menyampaikan kepada pembaca terhadap peristiwa dan cerita yang
diamati dan dikisahkan. Sudut pandang merupakan penyebutan kata ganti
nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita, dan posisi narator dalam cerita.
24
Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang
pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. Aku
berkemungkinan pengarangnya tetapi dapat pula hanya sebagai narator
(pencerita), dan (2) metode orang kedua (dia), yaitu pengarang
menceritakan kisah dia atau mereka. Dalam hal ini, pengarang
menjadi seseorang yang serba tahu. Kedudukan pengarang dapat sebagai
tokoh utama akan tetapi dapat pula sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh
utama).
2. Majas dalam Novel
Majas merupakan bagian penting dalam karya sastra. Hal itu
dikarenakan majas mengandung nilai estetik atau keindahan. Keindahan
dalam karya sastra dibangun oleh seni kata, dan seni kata atau seni bahasa
tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa.
Terkait dengan pernyataan tersebut, maka membaca sebuah karya sastra
atau buku menjadi menarik apabila informasi yang diungkapkan penulis
disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik. Sebuah buku sastra
atau bacaan yang mengandung nilai estetik memang dapat membuat
pembaca lebih bersemangat dan tertarik untuk membacanya.
a. Pengertian Majas
(Sudjiman, 1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya majas
dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis,
nonsastra, dan ragam sastra. Akan tetapi, secara tradisional majas selalu
ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Majas
25
mencaakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan
citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang
terdapat dalam sebuah karya sastra.
Majas baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk
mengeksplorasi kemampuan bahasa khususnya bahasa yang digunakan.
Stilistika dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman,
dan cara perolehan terhadap substansi kultural pada umunya.
Retorika merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh efek
estetik yang diperoleh melalui beraktivitas pengungkapan bahasa, yaitu
bagaimana seorang pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk
mengungkapkan gagasanya. Pengungkapan bahasa dalam sastra
mencerminkan sikap dan perasaan pengarang yang dapat digunakan
untuk mempengaruhi sikap dan perasaan pembaca. Untuk itu, bentuk
pengungkapan bahasa harus efektif dan mampu mendukung gagasan
secara tepat yang memiliki segi estetis sebagai sebuah karya. Kekhasan,
ketepatan, dan kebaruan pemilihan bentuk-bentuk pengungkapan yang
berasal dari imajinasi dan kreativitas pengarang dalam pengungkapan
bahasa dan gagasan sangat menentukan keefektifan wacana atau karya
yang dihasilkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa akan menentukan
nilai kesastraan yang akan diciptakan.
Karya sastra adalah sebuah wacana yang memiliki kekhasan
tersendiri. Seorang pengarang dengan kreativitasnya mengekspresikan
gagasanya dengan menggunakan bahasa dengan memanfaatkan semua
26
media yang ada dalam bahasa. Gaya berbahasa dan cara pandang seorang
pengarang dalam memanfaatkan dan menggunakan bahasa tidak akan
sama satu sama lain dan tidak dapat ditiru oleh pengaranglain karena hal
ini sudah menjadi bagian dari pribadi seorang pengarang. Kalaupun ada
yang meniru pasti akan dapat ditelusuri sejauh mana persamaan atau
perbedaan antara karya yang satu dengan yang lainya. Hal ini dapat
diketahui mana karya yang hanya sebuah jiplakan atau imitasi.
Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan
berkaitan fungsi dan konteks pemakaianya. Pemakaian gaya dalam sastra
selalu dikaitkan dengan konteks yang melatar belakangi pemilihan dan
pemakaian bahasa. Semua majas ituberkaitan langsung dengan latar
sosial dan kehidupan di mana bahasa itu digunakan.
Menurut KBBI (2012: 859) majas adalah cara melukiskan sesuatu
dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain (kiasan). Majas
dapat dikatakan sebagai keahlian seorang pengarang dalam mengolah
kata-kata. Jangkauan majas sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah
kata, tetapi juga rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa,
klausa, kalimat, dan wacana secara keseluruhan termasuk kemahiran
pengarang dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan,
keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan suatu hasil
ekspresi diri. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan
majas, karya yang dihasilkan akan semakin indah. Jadi, dapat dikatakan
bahwa majas adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks
27
sastra. Melalui majas pembaca dapat menilai kepribadian dan
kemampuan pengarang, semakin baik majas yang digunakan, semakin
baik pula penilaian terhadapnya. Sering dikatakan bahwa bahasa adalah
pengarang yang terekam dalam karya yang dihasilkanya. Oleh sebab itu,
setiap pengarang mempunyai gayanya masing-masing.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pengertian
majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisanatau lisan. Kekhasan dari majas ini terletak pada pemilihan
kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang
sebenarnya.
b. Jenis-jenis Majas
Rais, (2012: 9) berpendapat bahwa pada dasarnya, majas terbagi
menjadi empat macam, yaitu majas perbandingan, majas perulangan,
majas sindiran dan majas pertentangan. Dari keempat majas tersebut,
masing-masing memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam kata,
klausa, dan bahasa.
Sementara itu, (Ade Nurdin dkk, 2002: 21-30) berpendapat majas
dibagi menjadi lima golongan, yaitu; (1) majas penegasan, yaitu repetisi
dan paralelisme; (2) majas perbandingan, yaitu hiperbola, metonomia,
personifikasi, perumpamaan, mertafora, sinekdoke, alusio, simile,
asosiasi, eufemisme, pars prototo, epitet, eponim, dan hipalase; (3) majas
pertentangan, yaitu paradoks, antithesis, litotes, oksimoron, hysteron
prosteron, dan okupasi; (4) majas sindiran, yaitu ironi, sinisme, innuendo,
28
melosis, sarkasme, satire, dan antifarsis; (5) majas perulangan, yaitu
aliterasi, antanaklasis, anafora, anadiplasis, asonansi, smploke,
mesodiplosis, eponalipsis, dan epizuksis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa majas
dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu; (1) majas
perbandingan; (2) majas perulangan; (3) majas sindiran; dan (4) majas
pertentangan.
1) Majas Perbandingan
Menurut Nurgiyantoro (2014: 218) menyatakan majas
perbandingan adalah majas yang membandingkan suatu dengan
sesuatu yang lain melalui ciri-ciri kesamaan antara keduanya. Adapun
majas perbandingan ini meliputi: hiperbola, metonomia, personifikasi,
perumpamaan atau smile, metafora, alusio, eufemisme, dan simbolik.
a) Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan dengan membesar-besarkan suatu unsur dari suatu
kenyataan yang sebenarnya.
b) Metonomia
Metonomia adalah majas yang memberikan penamaan terhadap
suatu benda dengan menggunakan nama yang sudah terkenal atau
melekat pada suatu benda tersebut.
29
c) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda mati
seolah-olah hidup seperti manusia.
d) Perumpamaan atau Smile
Perumpamaan atau smile adalah majas yang membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan kata
perumpamaan atau perbandingan secara eksplisit.
e) Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang kata-kata
pembandingnya tidak dicantumkan (dimplisitkan).
f) Alusio
Alusio adalah majas yang merujuk sesuatu secara tidak langsung
kesamaan antara orang, peristiwa, atau tempat.
g) Eufemisme
Eufemisme adalah majas penghalus untuk menjaga kesopanan atau
menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
h) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu untuk menyetakan
maksud.
2) Majas Perulangan
Majas perulangan adalah majas yang mengulang kata demi kata
entah itu yang diulang pada bagian depan, tengah, atau akhir sebuah
30
kalimat. Majas perulangan ini yaitu: antanaklasis, aliterasi, repetisi,
dan retoris.
a) Antanaklasis
Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang
sama makna yang berbeda. Jadi, antanaklasis adalah sebuah
perulangan kata yang sama dengan maksud yang berbeda.
b) Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang berwujud pengulangan konsonan yang
sama.
c) Repetisi
Repetisi adalah majas penegasan dengan perulangan kata, frasa,
dan klausa yang sama dalam satu kalimat.
d) Retoris
Retoris adalah majas yang mengandung tanya jawab, dimana
jawabanya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
3) Majas Sindiran
Majas sindiran atau ironi adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa
yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. majas sindiran ini
meliputi: ironi, antifrasis, satire, sarkasme, dan sinisme.
a) Ironi
Ironi adalah majas sindiran halus berupa pernyataan yang
maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya.
31
b) Antifrasis
Antifrasis adalah majas semacam ironi yang berwujud penggunaan
sebuah kata dengan nama kebalikannya yang bisa saja dianggap
ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk merangkai
kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
c) Satire
Satire adalah majas yang berbentuk ungkapan dengan maksimal
menertawakan atau menolak sesuatu.
d) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran dengan menggunakan kata-kata
yang kasar dan keras.
e) Sinisme
Sinisme adalah majas sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan secara kasar.
4) Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang maknanya bertentangan
dengan kata-kata yang ada. Majas pertentangan meliputi: litotes,
paradoks, antitesis, dan oksimoron.
a) Litotes
Litotes adalah majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu
dengan tulisan merendahkan diri.
b) Paradoks
32
Paradoks adalah majas yang kata-katanya mengandung
pertentangan dengan fakta yang ada.
c) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan dengan menggunakan kata-kata atau kelompok kata
yang berlawanan.
d) Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang menyatakan dua hal yang bagian-
bagiannya saling bertentangan.
c. Fungsi Majas
Penulis menggunakan gaya bahasa atau majas untuk menciptakan
sebuah novel, supaya memiliki unsur puitis. Salah satu unsur yang
menjadikan novel terasa puitis adalah majas karena majas merupakan
gaya penyampaian yang khas yang digunakan penulis untuk
mengembangkan imajinasi pembaca dan warna emosi tertentu. Majas
berfungsi untuk untuk memperoleh efek estetis, untuk memaksimalkan
ekspresi, serta untuk memperoleh kesan atau rasa tertentu (Maskurun,
2006: 18).
Fungsi majas di dalam novel, yakni untuk mengkonkritkan,
membandingkan, menegaskan, menghaluskan, memperindah, dan
menyindir (Putera Rais, 2012: 7). Berikut penjelasan dari keenam fungsi
majas tersebut.
33
1) Mengkonkritkan
Fungsi majas untuk mengkongkritkan adalah untuk memperjelas
pernyataan yang disampaikan dan untuk mempermudah tingkat
pemahaman pembaca.
2) Membandingkan
Fungsi majas untuk membandingkan adalah untuk menyamakan sesuatu
hal dengan hal yang lain dan ada bagian yang membandingkan.
3) Menegaskan
Fungsi majas untuk menegaskan makna adalah untuk menguatkan
pernyataan yang terdapat dalam gaya bahasa. Sebuah gaya bahasa
dikatakan penegas jika mampu menegaskan maksud dari gaya bahasa
tersebut.
4) Menghaluskan
Fungsi majas untuk menghaluskan adalah jika gaya bahasa tersebut
mampu menghaluskan ungkapan yang terdapat di dalam kalimat
tersebut, sehingga arti dari gaya bahasa tersebut walaupun agak kasar,
namun memiliki gaya bahasa yang bisa dihaluskan.
5) Memperindah
Fungsi majas untuk memperindah adalah untuk mengindahkan
pernyataan yang terdapat di dalam gaya bahasa, sehingga kalimat
tersebut akan terdengar indah di telinga pembaca.
34
6) Menyindir atau Mengkritik
Fungsi majas untuk menyindir atau mengkritik adalah untuk
memberikan kritik sosial terhadap sesuatu keadaan dan suasana
tertentu.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di kelas XI SMA
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Setiap guru dalam satuan pendidikan wajib
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Tidak hanya itu, penyusunan
RPP juga harus memperhatikan komponen dan prinsip penyusunan. Supaya
pembaca mengenai RPP lebih jelas maka pada pembahasan berikut akan
dibahas mengenai komponen.
Tahapan yang paling utama dalam rencana pembelajaran adalah
menguasai isi komponen RPP yang terdiri atas identitas sekolah, alokasi
waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
metode, model pembelajaran, penilaian, sumber dan media belajar (Sukirno,
2009:110). Dibawah ini diuraikan pokok-pokok pembahasan tersebut.
a. Identitas sekolah
Identitas sekolah memuat jenjang pendidikan atau nama sekolahan,
mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu. Alokasi waktu
digunakan untuk menentukan berapa lama pembelajaran kompetensi
dasar itu dapat diselesaikan (Sukirno, 2009:103).
35
b. Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan
peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
(Sukirno, 2009:104).Standar kompetensi merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap kelas dan atau semester pada satu mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang harus
dicapai oleh peserta didik mengikuti proses pembelajaran materi pokok
mata pelajaran tertentu (Sukirno, 2009:104). Kompetensi dasar dapat
digunakan sebagai titik acuan untuk belajar.
d. Indikator
Indikator pencapaian kompetensi adalah kompetensi dasar yang
lebih spesifik dan merupakan acuan dalam menentukan penilaian
(Sukirno, 2009:105). Oleh karena itu, rumusan indikator harus dapat
diukur dengan berbagai teknik dan alat penilaian.
e. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran ini
harus sesuai dengan kompetensi dasar.
36
f. Materi Pokok
Meteri pokok adalah bagian dari struktur keilmuan suatu bahan
kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gusus isi atau
konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan keterampilan.
(Sukirno, 2009:106).
g. Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan suatu kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif.
c) Penutup
Kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas pembelajaran
yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
h. Metode pembelajaran
Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam
menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
37
kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat memilih metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan
materi pelajaran, keadaan siswa, dan suasana kelas. Metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di sekolah, yaitu: ceramah,
diskusi, pemberian tugas, dan tanya jawab
i. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas agar tujuan yang telah disusun
bisa tercapai secara optimal (Rusman, 2014: 133). Penulis melakukan
penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Investigasi kelompok (Group Investigation). Perencanaan dengan tipe
Investigasi kelompok (Group Investigation) adalah kelompok yang
dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan anggota 2-6 orang, tiap
kelompok bebas memilih topik dari keseluruhan materi yang akan
diajarkan, dan membuat laporan kelompok. Selanjutnya, setiap
kelompok mempresentasikan hasil laporan kepada seluruh kelas,
untuk saling tukar pendapat dan informasi tentang hasil laporan
masing-masing kelompok (Rusman, 2012: 220).
1) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation
38
Rusman (2012: 223), mengemukakan bahwa model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya
pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, langkah-
langkah pembelajarannya adalah:
a. membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa;
b. memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
c. mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam
kurun waktu yang disepakati.
2) Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation
Model Group Investigation memiliki kelebihan dan
kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Group
Investigation sebagai berikut.
a) Meningkatkan kemampuan kreativitas siswa yang ditempuh
melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran
dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreativitas.
b) Meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu
masalah.
c) Membangun keterampilan komunikasi antarkelompok.
Selain memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran
Group Investigation juga memiliki beberapa kelemahan.
39
Kelemahan dari model pembelajaran Group Investigation sebagai
berikut.
a) Tidak cocok untuk siswa yang kurang aktif dalam komunikasi,
karena dalam model pembelajaran ini sangat membutuhkan
keterampilan berkomunikasi.
b) Mengutamakan emosional dari pada intelektual.
j. Alokasi Waktu
Alokasi waktu pembelajaran adalah durasi waktu yang digunakan
pada waktu proses pembelajaran itu dimulai sampai berakhir proses
pembelajaran itu.
k. Sumber dan Media Belajar
Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks atau materi
ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar.
Sedangkan media belajar yakni alat yang berfungsi sebagai alat bantu
belajar mengajar yang efektif (Sukirno, 2009:108).
l. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini meliputi evaluasi dalam
aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan
afektif (sikap). Evaluasi dalam aspek kognitif berhubungan dengan
akal pikiran dalam mengerjakan soal tes dan subtansi tugas, penilaian
dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa (dapat
dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas),
40
sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan
peggunaan gaya bahasanya.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2013: 203). Dalam hal ini
dipaparkan objek penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik penyajian hasil
analisis. Rincian dari metode penelitian dijabarkan sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:
161). Objek dalam penelitian ini adalah majas dan fungsinya yang terdapat
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata..
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang berisi
pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono 2010: 285-286).
Penelitian ini difokuskan pada: (1) unsur-unsur intrinsik dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata meliputi tema, tokoh dan penokoham, alur, latar, dan sudut
pandang, (2) majas dan fungsinya dalam novel Ayah dan, (3) rencana pelak-
sanaan pembelajarannya di kelas XI SMA.
3. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang digunakan untuk memperoleh
data dalam penelitian (Arikunto, 2010: 172). Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013:
42
193). Sumber data skunder merupakan data yang diperoleh peneliti untuk
mendukunng data primer (Sugiyono, 2013: 193).
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu novel Ayah karya Andrea
Hirata memiliki tebal 396 halaman, diterbitkan oleh Bentang Pustaka, cetakan
pertama pada tahun 2015. Sumber sekunder penelitian ini meliputi data yang
peneliti sajikan berupa dialog, kutipan langsung dan tidak langsung, serta
buku-buku yang mengenai sastra yang menyangkut dengan isi penelitian.
4. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa instrumen penelitian yaitu
sebuah fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah serta memperoleh hasil yang baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penulis dibantu alat kertas pencatat data,
dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil
dari pembacaan novel yang berupa kutipan-kutipan yang berkaitan dengan
pembahasan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2012: 308). Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik baca, dan teknik catat.
Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-
sumber tertulis (Subroto, 1992: 42). Teknik baca adalah teknik pengumpulan
43
data yang dilakukan dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan
teks sastra secara bolak-balik dari awal sampai akhir (Sangidu, 2004: 19).
Teknik catat adalah teknik mengumpulkan data dengan melakukan pencatatan
terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian
(Subroto, 1992: 42).
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data
sebagai berikut:
1. membaca keseluruhan novel secara kritis dan cermat;
2. mencatat data-data yang yang relevan dengan masalah yang diteliti dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata; dan
3. mengklasifikasikan data sesuai masalah yang diteliti masing-masing.
6. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2013: 363). Uji
validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik
membaca ulang. Dalam peneliti membaca ulang objek yang diteliti dengan
meningkatkan kecermatan dan mencocokkanya dengan teori yang digunakan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah
penelitian karena dengan analisis data yang diteliti akan dapat diketahui makna
atau jawaban pemecahan masalahnya. Sugiyono (2012: 334) mengungkapkan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
44
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.
Teknik anaslisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis isi (content analysis). Endraswara (2013: 161) mengungkapkan bahwa
analisis isi adalah strategi untuk menangkap pesan karya sastra.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. mendeskrepsikan tema dan fakta cerita dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
2. menafsirkan data majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata berupa
kutipan percakapan secara pragmatis atau dengan kata-kata informal;
3. menganalisis data dari segi pembelajaran sesuai atau tidak sebagai
bahan ajar dan langkah-langkah pembelajaran novel Ayah karya
Andrea Hirata; dan
4. membuat kesimpulan.
8. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Sudaryanto (1993: 241) menyatakan teknik penyajian informal adalah
penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda
dan lambang. Teknik penyajian analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan
dengan kata-kata biasa. Jadi, teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian
ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang.
45
Data-data dari novel Ayah karya Andrea Hirata yang telah dianalisis disajikan
dengan kalimat biasa tanpa menggunakan lambang atau tanda-tanda tertentu yang
disebut teknik penyajian informal.
46
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini menyajikan dua hal paparan pokok. Data dari bab ini, yaitu (1)
penyajian data dan (2) pembahasan data yang merupakan hasil penelitian dari
unsur-unsur intrinsik, majas, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ayah
karya Andrea Hirata di Kelas XI SMA.
A. Penyajian Data
Sebelum peneliti membahas data penelitian tentang novel Ayah karya
Andrea Hirata melalui penggunaan majas, terlebih dahulu peneliti menyajikan
data. Data-data dalam penyajian ini merupakan gambaran mengenai masalah-
masalah yang akan peneliti bahas dalam pembahasan data.
1. Unsur intrinsik novel Ayah karya Andra Hirata
Unsur intrinsik yang peneliti analisis dalam novel Ayah Andrea Hirata
antara lain meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut
pandang. Unsur intrinsik tersebut disajikan dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Ayah karya Andrea Hirata
No. Unsur Pembentuk
Karya Sastra
Penyajian Data
1 Tema
a. Tema Minor 1) Masalah Rumah
Tangga
2, 178, 207
2) Masalah Percintaan 3, 67, 73
3) Masalah Ekonomi 41, 53
4) Masalah Mengasuh
Anak
185, 187
5) Masalah Perceraian 212, 243, 266
6) Masalah Kehilangan 219, 228
47
Anak
7) Masalah Kejiwaan 284, 209, 306
8) Masalah Perjuangan
untuk Anak
357, 373
9) Masalah Hukum
Karma
3, 357
b. Tema Mayor 1) percintaan (cinta
ayah kepada anak,
cinta suami kepada
istri, dan cinta anak
kepada ayah)
2 Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh Utama 1) Sabari
(sabar, patang
menyerah, pekerja
keras, dan
penyayang)
32, 156, 373
b. Tokoh Tambahan 1) Marlena
(sombong, durhaka,
dan pembosan)
27, 266
2) Amiru (Zorro)
(cerdas dan penurut)
25, 259, 260
3) Tamat
(baik dan suka
menolong)
295, 346,
4) Markoni
(tegas dan pantang
menyerah)
17, 145
5) Ukun
(baik dan suka
menolong)
295
6) Izmi
(rajin dan pekerja
keras)
40, 60
7) Zuraida
(baik dan perhatian)
284, 285, 285
8) Toarun
(baik, keras, dan
disiplin)
355, 355
3 Alur
1) Tahap Penyituasian 1,3
2) Tahap Pemunculan
Konflik
170, 172
3) Tahap Peningkatan
Konflik
191, 228
48
4) Tahap Klimaks 284, 285
5) Tahap Penyelesaian 286, 342, 381
4 Latar
a. Latar Tempat 9, 20, 32, 36, 60, 65,
112, 120, 194
b. Latar Waktu 32, 53, 75, 187
c. Latar Sosial 7, 137
5 Sudut Pandang 97, 373
2. Majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata
Majas dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata, sebagai berikut:
majas perbandingan (hiperbola, metonomia, personifikasi, perumpamaan,
metafora, alusio, eufemisme, simbolik, retoris, senestesia dan eponim),
majas perulangan (antanaklasis, aliterasi, repetisi, polisidenton, dan
elipsis), Majas Sindiran (ironi, antifrasis, satire, sarkasme, dan sinisme),
dan Majas Pertentangan (litotes, paradoks, antithesis, dan oksimoron).
Berikut penyajian data tabel 2-5.
a. Data Majas Perbandingan dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
Data hasil penelitian novel Ayah selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.
Tabel 2
Data Majas Perbandingan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata
No Majas Pebandingan Penyajian Data
1 Hiperbola a. Didekapnya pensil itu, bunga-bunga
ilalang beterbangan dalam dadanya
(Ayah : 2).
b. Disuruh belajar sama susahnya
dengan menyuruh kambing berkokok
(Ayah : 27).
c. Mendidih hatinya, apalagi
didengarnya desas-desus bahwa
49
masalah Sabari bersangkut paut
dengan Ukun, Tamat, Toharun, dan
Bogel Leboi (Ayah : 69).
d. Burung kutilang di sekitar rumah
seakan ikut tertawa (Ayah : 183).
e. Hati Sabari seperti digunting melihat
panitera pengadilan menggunting
buku nikahnya dan buku nikah lena
(Ayah : 212).
f. Lantainya dingin, pilar-pilarnya
gagah, seakan dapat memanggul
gunung (Ayah : 305).
g. Bersekutu dengan Waktu (Ayah : 386).
2 Metonomia a. Dua kaleng biskuis Khing Khong
(Ayah : 116).
b. Senin, Lena Diantar pria naik motor
Honda Bebek Super Cup (Ayah :
150).
c. Sabari juga kagum pada sepeda
motor tua Yamaha Bebek V 80-nya
yang baru hidup setelah lebih kurang
enam belas kali diengkol (Ayah :
204).
3 Personifikasi a. Radio itu pun tersenyum kepadanya
(Ayah : 133).
b. Sabari terkejut tak kepalang karena
yang menanyakan kabarnya itu
adalah kambing di depanya (Ayah :
166).
c. Awan dapat dirayu agar tak
menurunkan hujan, nyanyikanlah
puisi untuk awan (Ayah : 223).
d. Setiap hari Sabari dicekik kerinduan
sekaligus kecemasan akan keadaan
anaknya (Ayah : 238).
e. Motor kuno itu menjerit-jerit (Ayah :
244)
4 Perumpamaan/simile a. Setelah berpamitan, lelaki yang besar
seperti lemari itu tak ada kabar
beritanya (Ayah : 113).
50
b. Wajah anak itu lonjong macam biji
buah tandong (Ayah : 182).
c. Bagai ikan terikat pada lautan (Ayah:
271).
d. Bagaikan seekor kijang (Ayah : 368)
5 Metafora a. Lady Diana adalah kembang dunia
yang selalu membesarkan orang
miskin, kata mereka (Ayah : 7).
b. Bukan satu-dua orang yang
mengingatkan tokoh kita itu soal
watak Markoni, bahwa dia memang
orang jujur, tetapi berkepala batu,
pemberang bukan buatan (Ayah :
144)
c. Atau, boleh pula motor BSA yang
sangat hebat itu dicuri orang sekalian
sehingga sore itu dia tak pergi ke
toko obat, atau perusahaan yang
membuat aspirin gulung tikar
sehingga di dunia ini tidak ada lagi
aspirin (Ayah : 302)
6 Alusio a. Lempar Batu Sembunyi Tangan
(Ayah : 10)
b. Sebaliknya, Lena yang kemudian
tahu Sabari bekerja di pabrik ayahnya
di samping rumah mereka, dan tahu
strategi udang di balik batu yang
tengah diluncurkanya, memuncak
bencinya kepada si Gigi Tupai itu
(Ayah : 150).
c. Keesokanya Sabari Berkongkalikong
dengan tukang parker di depan Restoran
Bundo Kanduang (Ayah : 224).
d. Kegagalan yang pahit adalah lebih
baik daripada hanya berpangku
tangan (Ayah : 340).
7 Eufemisme a. Maka, jika ada kesempatan
memperdengarkan kebolehan pada
dunia, tanpa harus demam panggung
atau dilempari penonton pakai sandal,
51
itu adalah kesempatan emas (Ayah : 95)
8 Simbolik a. Katanya bukan dia yang menetapkan
syarat-syarat itu, melainkan
semuanya karangan Laila, yang
sudah empat kali kawin ceraidan
menganggap semua lelaki di dunia
tak lain selain buaya darat (Ayah :
241).
b. Data Majas Perulangan dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
Data hasil penelitian novel Ayah selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.
Tabel 3
Data Majas Perulangan dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
No Majas Perulangan Penyajian Data
1 Antanaklusis a. “Aku pun tahu lagu “Trully” itu,
aduh, nadanya tinggi sekali, lebih
tinggi daripada tiang bendera di
kantor bupati!” (Ayah : 96).
b. Tegangan dynamo tinggi karena
tegangan saya sendiri tinggi, pak,
sebab saya mau punya bini (Ayah :
175).
2 Aliterasi a. Mereka punya delapan anak, Zainap,
Zinap, Mainap, Tatap, Rangkap,
Inap, Mantap, dan Genap (Ayah :
289).
3 Repetisi a. Satu patah kata ayahnya, dua patah
kata dia (Ayah : 27)
b. Miring ke kiri salah, ke kanan salah
(Ayah : 30).
c. Sabari mengarungi hari demi hari bak
mengarungi samudra waktu (Ayah :
32).
d. Satu Senyum dari telinga ke telinga
(Ayah : 35).
52
e. Fakta demi fakta dibeberkan secara
lengkap, sistematis, dan masuk akal
(Ayah : 210).
f. Kalau kita punya, yang kita punya
bisa diambil orang, kalu kita tak
punya, tak ada yang diambil orang
(Ayah : 263).
4 Retoris a. Dan tahukah kau, kawan, apa yang
ada dalam the itu? (Ayah : 142).
c. Data Majas Sindiran dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
Data hasil penelitian novel Ayah selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.
Tabel 4
Data Majas Sindiran dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
No Majas Sindiran Penyajian Data
1 Ironi a. Agustus berikutnya, Sabari yang suka
bolos upacara, terpilih masuk tim
paskibra SMA (Ayah : 41).
2 Antifrasis a. Izmi gembira, Amiru sedih (Ayah :
105).
b. Pekerjaan berat, ringan saja baginya
(Ayah : 149).
c. Dia Dapat membuat beban berat jadi
ringan, marah jadi senang, tangis jadi
senyuman (Ayah : 278).
d. Lebih baik kita ke utara dulu baru
turun ke selatan karena turun lebih
gampang daripada naik. (Ayah : 303).
3 Satire a. Nanti kalau kau sudah SMP, sudah
belajar soal gelombang radio, baru ke
sini lagi (Ayah : 47).
b. Berkali-kali ulangan, nilai Izmi sangat
buruk kalau tak mau
disebutmemalukan sehingga dia
pernah disemprot guru habis-habisan
53
di depan kelas (Ayah : 59).
4 Sarkasme a. Kudengar tren Zaman sekarang ini
banyak perempuan cantik suka sama
lelaki yang dungu, siapa tahu. (Ayah :
54).
b. Mereka yang ke pantai itu adalah
orang-orang yang tak laku (Ayah :
137).
c. “Bilang sama Sabari aku tak perlu
rumah reyotnya” (Ayah : 220).
5 Sinisme a. Ai, sejak kapan kau tahu soal puisi?
Ujian Geografi saja kau menyontek
jawabanku (Ayah : 50).
b. Muka bulat tak punya dagu, bibir
macam dilempar sekehendak hati saja
oleh seseorang sambil naik sepeda,
lalu mendarat di bawah hidungmu
yang bentuknya macam tatakan kue
kembang itu (Ayah : 164).
d. Data Majas Pertentangan dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
Data hasil penelitian novel Ayah selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel. Berikut data hasil penelitian.
Tabel 5
Data Majas Pertentangan dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
No Majas Pertentangan Penyajian Data
1 Litotes a. Bolehkah khalayak awan semacam
saya dan mitra saya ini punya
daripada kartu nama (Ayah : 326).
2 Paradoks a. Ada juga yang berspekulasi mungkin
istri manikam bodan pada kemapanan
sedangkan istri jon bosan dengan
ketidakmapanan (Ayah : 195).
3 Antitesis a. Sepi, hanya padang di kiri-kanan
54
jalan (Ayah : 132).
b. Turun-naik dada Markoni karena
muntab (Ayah : 163).
4 Oksimoron a. Lebih senang mengenakan kemeja
daripada kaus, sebaiknya tidak suka
mengenakan celana jins dan akan
lebih baik jika selalu mengenakan
ikat pinggang, berpendidikan
minimal D-3 di bidang manajemen
kalau bisa, bidang Peternakan dan
Perikanan juga disukai, perjaka atau
duda boleh saja, jumlah anak (kalau
duda) tidaklah masalah, tetapi harus
punya pekerjaan tetap (bergaji
bulanan), berperangai tidak grusa-
grusu, menyukai masakan rumah,
senang mendengarkan musik pop
masa kini, senang mendengar radio,
dan senang menonton sinetron (Ayah
: 216).
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea
Hirata
Pembelajaran novel Ayah karya Andrea Hirata dalam keterampilan
membaca di kelas XI SMA meliputi: identifikasi sekolah, alokasi waktu,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, model
pembelajaran, media belajar, sumber belajar, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran novel tersebut berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang diawali dengan membuat Rencana Pelaksanaan
55
Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut dapat
dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea
Hirata di Kelas XI SMA
No Komponen Deskripsi
1 Sekolah SMA
2 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3 Kelas/Semester XI/1
4 Alokasi Waktu 4 X 45 menit (2 pertemuan)
5 Standar Kompetensi Membaca: memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia terjemahan
6 Kompetensi Dasar Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel Indonesia.
7 Indikator 1) Siswa mampu mengidentifikasi unsur
intrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Siswa mampu mengidentifikasi majas dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata.
8 Tujuan Pembelajaran 1) Siwa mampu menganalis unsur intrinsik
novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Siwa mampu menguraikan majas novel
Ayah karya Andrea Hirata.
9 Materi Pembelajaran 1) Pengertian novel.
2) Unsur intrinsik yang terkandung dalam
novel.
3) Majas yang terkandung dalam novel.
10 Metode Pembelajaran 1) Diskusi
2) Ceramah
3) Pemberian Tugas
4) Tanya Jawab
11 Model Pembelajaran 1. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
12 Media Pembelajaran 1) Power point materi mengenai pengertian
unsur intrinsik dan majas dalam novel.
2) Laptop dan proyektor.
13 Sumber Belajar 1) Novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Buku bahasa indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik kelas XI.
3) Buku Pelengkap Materi Pembelajaran.
14 Kegiatan pembelajaran
a. Pertemuan Pertama 1. Pendahuluan
a) guru mengucapkan salam dan berdoa;
b) guru mempresensi dan mengkondisikan
56
kelas agar siswa siap dalam mengikuti
kegiatan belajar;
c) guru menyampaikan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran;
d) guru memberikan apersepsi dan memo-
tivasi siswa tentang pelajaran yang akan
dilaksanakan.
2. Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) siswa diberi kesempatan untuk men-
cari materi sesuai dengan kompetensi
dasar pembelajaran yang berupa teori
unsur intrinsik dan majas;
(2) siswa menyampaikan hasil pencarian
materinya di depan kelas.
b) Elaborasi
(1) beberapa siswa maju ke depan untuk
menjawab pertanyaan guru. Pertanya-
an dapat berupa, “Sebutkan tiga ma-
cam alur berdasarkan urutan waktu?”;
(2) siswa menyebutkan tiga macam alur
berdasarkan urutan waktu;
(3) siswa yang lainnya memberikan tang-
gapan;
(4) guru memberikan materi mengenai
unsur intrinsik novel dan majas yang
terdapat dalam novel;
(5) guru menyuruh siswa untuk membuat
kelompok;
(6) guru menyediakan subjek penelitian
(novel Ayah) dan guru menyuruh
siswa untuk membaca novel. Waktu
yang dibutuhkan untuk mebaca novel
cukup lama.
(c) Konfirmasi
(1) guru memberikan tugas kelompok
kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah. Tugasnya, yakni membaca
kemudian menganalis unsur intrinsik
dan majas novel Ayah karya Andrea
Hirata;
(2) guru membatasi waktu penyelesaian
tugasnya.
3. Penutup
a) guru bersama siswa menyimpulkan kem-
bali pembelajaran yang telah dipelajari;
57
b) guru mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan Kedua 1. Pendahuluan
a) guru mengucapkan salam dan memimpin
doa;
b) guru mempresensi dan mengkondisikan
kelas agar siswa siap dalam mengikuti
kegiatan belajar, supaya tercipta kegiatan
belajar mengajar yang tertib;
c) guru mengajukan pertanyaan yang berkai-
tan dengan materi yang sudah disampai-
kan pada pertemuan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) guru menanyakan tugas pertemuan se-
belumnya
(2) guru sedikit mengulas kembali materi
yang sudah dibahas dengan cara me-
mantau keaktifan siswa;
(3) siswa membentuk kelompok.
b) Elaborasi
(1) siswa mempresentasikan hasil dari
tugas mengkaji unsur intrinsik dan
majas yang terdapat dalam novel
Ayah;
(2) kelompok yang tidak maju bertugas
untuk menanggapinya.
c) Kofirmasi
guru memberikan umpan balik terha-
dap keberhasilan siswa dalam mene-
rima materi dalam bentuk pengharga-
an.
3. Penutup
a) guru bersama siswa menyimpulkan kem-
bali materi yang sudah dipelajari;
b) guru mengadakan evaluasi
c) guru mengakhiri proses pembelajaran de-
ngan salam penutup.
15 Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik penilaian dalam pembelajaran ini
menggunakan teknik tes tertulis dan praktik.
2. Bentuk tes dalam pembelajaran ini mengg-
unakan tes tertulis berupa uraian (ulangan
harian) dan tugas kelompok (presentasi).
16 Instrumen Penilaian 1. Aspek kognitif (Uraian bebas)
a. Jelaskan pengertian novel !
b. Sebutkan unsur intrinsik dalam novel
Ayah !
58
c. Temukan majas dalam novel Ayah!
2. Penilaian psikomotorik (Persentasi kelom-
pok).
Mengidentifikasi unsur intrinsik dan majas
yang terdapat dalam novel Ayah !
3. Penilaian afektif.
Indikator sikap yang dinilai meliputi: sopan
santun, rajin, disiplin, kerjasama, dan tang-
gung jawab.
B. Pembahasan Data
1. Unsur Intrinsik Novel Ayah karya Andrea Hirata.
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Penulis dalam skripsi ini menganalisis unsur intrinsik novel
Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi: (a) tema, (b) tokoh dan
penokohan, (c) alur, (d) latar, dan (e) dan sudut pandang.
a. Tema
Tema merupakan pokok pikiran, dasar cerita yang dipakai
sebagai dasar dalam mengarang. Novel Ayah karya Andrea Hirata,
terdapat dua tema, yakni tema minor dan tema mayor. Tema minor
meliputi masalah rumah tangga, masalah percintaan, masalah ekonomi,
masalah mengasuh anak, masalah perceraian, masalah kehilangan
anak, masalah kejiwaan, masalah perjuangan untuk anak, dan masalah
hukum karma, sedangkan tema mayornya, yakni tentang perjuangan
cinta dan perjuangan untuk anak.
59
a) Tema Minor
Tema minor yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata, terdapat Sembilan masalah. Sembilan masalah tersebut,
dibahas sebagai berikut.
1) Masalah Rumah Tangga
Masalah rumah tangga dalam novel ini terjadi pada saat
Sabari ditinggalkan oleh anak dan istrinya, yakni Marlena dan
Zorro. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Seekor kucing berbulu hitam, tetapi telah berubah menjadi
abu-abu, karena suka tidur di tungku, melompat ke
pangkuanya. Kucing yang telah berjanji pada dirinya
sendiri, untuk ikut Sabari sampai ajal menjemput, juga
merana. Biduk rumah tangganya persis rumah tangga
Sabari, telah karam. Marleni, istrinya, telah minggat,
direbut kucing garong dari pasar pagi Tanjong Pandan yang
tak tahu adat.” (Ayah: 2)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa kesedihan yang dialami
oleh Sabari. Sabari tidak ikhlas jika hidupnya harus tanpa anak dan
istrinya. Kepergian Marlena dan Zorro menyebabkan Sabari seperti
orang gila yang tidak memiliki semangat dan tujuan hidup.
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik. Yaitu
Lena tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di
rumah orangtuanya juga. Tak pernah meski hanya sehari,
apa-apa semalam, Lena tinggal dengan Sabari.” (Ayah:
178)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa keunikan rumah tangga
Sabari yang unik dan lucu. Suami istri, tetapi tinggal tidak dalam
satu rumah. Mereka tinggal dengan orangtuanya masing-masing.
60
Marlena merasa tidak senang tinggal satu rumah dengan Sabari.
Hal tersebut yang menyebabkan Lena tinggal bersama suaminya,
menikah dengan Sabari pun karena terpaksa.
“Drs. Makmur Manikam menjawab waktu hakim ketua
bertanya. Sebab, siapa pun yang terlibat dalam perkara itu
tahu bahwa masalah ketidakbahagiaan sebagai alasan
perceraian bukanlah baru terjadi sehari-dua hari, sudah
menahun, berlarut-larut.” (Ayah: 207)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadi masalah keluarga
dalam keluarga Manikam. Hal tersebut terjadi perceraian yang
disebabkan oleh ketidakbahagiaan yang dialami oleh pihak
keluarga. Manikam merasa tidak nyaman memiliki istri yang tidak
mau diatur oleh suaminya.
2) Masalah Percintaan
Remaja tidak akan lepas dengan dunia percintaan begitu
juga Sabari, dia adalah remaja yang tengah merasakan manis dan
pahitnya percintaan terhadap gadis yang bernama Marlena. Cinta
bertepuk sebelah tangan, itu yang dialami oleh Sabari. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya,
belahan jiwanya, segala-galanya. Sayang seribu sayang, tak
sedikitpun Lena mengacuhkanya. Gambar-gambar hitam
putih, karena sudah lama tentu saja, silih berganti melayang
dalam kepala lelaki lugu yang melankolis itu. Gambar
waktu Sabari mengambil saput tangan Lena yang jatuh di
lapangan Upacara.” (Ayah: 3)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa remaja adalah masa di
mana anak mencari jati diri dan biasanya ditandai dengan perasaan
61
suka atau tertarik terhadap lawan jenis. Dalam kutipan tersebut
jelas terlihat bahawa wanita yang didambakan Sabari adalah
Marlena. Marlena membuat Sabari senawen karena kasmaran.
“Jangankan Sabari, bahkan Ukun, Tamat dan Toharun tak
habis mengerti melihat sikap Lena. Ingat benar Ukun kata
manis Lena untuk Sabari, romeo, juliet-mu. Namun
nyatanya. Lena tetaplah Lena. Boro-boro senang dengan
Sabari, melirik pun tidak .” (Ayah: 67)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Marlena tidak
menghiraukan perasaan Sabari. Cinta Sabari pernah dihentikan
oleh para sahabatnya namun, usaha sahabatnya tidak berhasil.
Cinta Sabari ke Lena sudah terlalu melekat dihatinya, apapun
rintangan menghadang akan diterjang olehnya.
“ Mungkin bagi banyak orang hal itu absurd. Hanya karena
cinta? Namun, mengingat banyak orang di dunia ini
menjerat leher mereka sendiri karena cinta, bolehlah
tindakan Sabari disebut konyol, tetapi tidak luar biasa.”
(Ayah: 73)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa remaja adalah masa di
mana anak mencari jati diri dan biasanya ditandai dengan perasaan
suka atau tertarik terhadap lawan jenis. Rasa cinta pun dialami oleh
Sabari, Marlena, dan Bogel. Sabari sangat mencintai Marlena,
tetapi Marlena tidak mencintainya. Marlena hanya mencintai Bogel
dan menganggap hanya Bogel yang dapat menarik hati Marlena.
Jadi, dapat diketahui bahwa cinta Sabari terhadap Lena bertepuk
sebelah tangan.
62
3) Masalah Ekonomi
Masalah ekonomi dalam novel ini terjadi pada keluarga
Izmi, Izmi menjadi mengubur dalam cita-citanya setelah ayahnya
di tangkap polisi karena korupsi dan semua hartanya di sita. Hidup
tanpa uang rasanya seperti mati, karena apapun hal yang
diinginkan tidak dapat tergapai. Berikut kutipan yang
menggambarkan masalah ekonomi.
“Keluarga Izmi tadinya kaya, tetapi mendadak miskin.
Waktu Izmi kelas satu SMP, ayahnya ditangkap polisi
lantaran korupsi. Semua hartanya disita. Keluarga itu
kocar-kacir. Untuk bertahan, ibu Izmi berjualan kue. Izmi,
anak tertua, menjadi tukang cuci dan strika” (Ayah: 41)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa masalah ekonomi itu
terjadi karena ayah Izmi adalah seorang yang tidak bertanggung
jawab terhadap pekerjaanya. Pekerjaan ayahnya adalah sebagai
pegawai pajak, namun karena memiliki iman yang lemah akhirnya
ayahnya terjerat masalah korupsi dan ditangkap polisi. Izmi
mempunyai cita-cita menjadi dokter hewan, tetapi ia mengubur
dalam cita-citanya. Hal itu karena ia sekarang menjadi orang
miskin yang tidak memiliki harta benda.
“Amiru tak tahu ayahnya telah menggadaikan radio itu.
Pulang dari sekolah dia terkejut melihat radio itu tak ada
lagi di tempatnya. Dari menggadaikan radio itu, Amirza
bisa membawa istrinya pulang setelah beberapa waktu
dirawat di rumah sakit.” (Ayah: 53)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa masalah ekonomi telah
menimpa keluarga Amiru. Ayahnya tidak memiliki uang untuk
63
berobat ibunya sehingga ayahnya terpaksa harus menggadaikan
radio kesayanganya untuk berobat ibunya ke rumah sakit.
Radionya telah menjadi harta satu-satunya yang dimiliki keluarga
Amiru.
4) Masalah Mengasuh Anak
Rasa cinta orang tua terhadap anak memang luar biasa.
Apapun akan dilakukan demi membahagiakan anaknya. Begitu
juga apa yang dilakukan Sabari, ia bersedia mengundurkan diri dari
pekerjaanya demi mengasuh anaknya. Hal itu terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Sebagai mertua Sabari sekaligus kakek dari anak kecil itu,
tersentuh dia membaca bahwa Sabari mengundurkan diri
dari pekerjaan karena harus mengurus anaknya, dan betapa
dia merasa dirinya diberkahi karena mendapat kesempatan
itu.” (Ayah: 185)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa masalah Sabari
mengirimkan surat kepada mertuanya, yang isinya ialah
pengunduran diri kerja. Hal tersebut dilakukan karena Sabari ingin
fokus untuk mendidik dan membesarkan Zorro selaku cucu
Markoni.
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di
pabrik Markoni, membuka warung sembako di rumahnya.
Pekerjaan di warung dan memelihara kambing
memungkinkanya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro,
keajaiban terjadi setiap hari di rumah Sabari.” (Ayah: 187)
64
Kutipan di atas menjelaskan bahwa permasalahan
mengasuh anak telah terjadi pada diri Sabari yang telah bersedia
mengorbankan segalanya demi Zorro. Ia rela keluar dari
pekerjaanya dan menjadi peternak sapi. Hal tersebut dilakukan
demi menjaga buah hatinya. Sebuah perjuangan orang tua yang
patut untuk dicontoh.
5) Masalah Perceraian
Masalah perceraian yang terjadi di dalam novel Ayah,
terjadi di dalam rumah tangga Marlena. Marlena beberapa kali
menikah dan melakukan perceraian dengan suaminya. Pernikahan
yang sepatutnya tidak untuk dicontoh. Marlena selalu merasa
bosan dan kesepian ketika ditinggal kerja oleh suaminya. Hal itu
terjadi pada kutipan di bawah ini.
“Hati Sabari seperti digunting melihat panitera pengadilan
menggunting buku nikahnya dan buku nikah Lena. Yang
mulia mengetuk palu. Majelis menutup sidang .” (Ayah:
212)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadi masalah
perceraian antara Sabari dengan Marlena, sekaligus
menggambarkan perasaan Sabari yang berantakan. Ia telah gagal
membangun rumah tangga yang selama ini ia impikan. Sabari tidak
ikhlas dan belum siap jika harus bercerai dengan wanita yang
selama ini ia damba-dambakan.
65
“Bersusah payah Manikam meminta izin dari kantor untuk
perceraian kedua. Akhirnya, Manikam-Marlena tutup
buku.” (Ayah: 243)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadi perceraian antara
Manikam dengan Marlena. Manikam telah menggugat Marlena,
karena tidak kuat dengan tingkah laku Marlena yang susah diatur
dan tidak patuh dengan suami.
“Semua tampak sempurna, sayangnya tak berlangsung
lama. Lena mengetahui Jon tidak setia, yang menurut
banyak orang menjadi penyebab dua perceraian
sebelumnya.” (Ayah: 266)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Marlena telah
meengguat cerai Jon. Alasan Marlena semakin kuat untuk bercerai
dengan Jon, saat ia mengetahui bahwa Jon telah berselingkuh
dengan wanita lain. Hal tersebut yang menyebabkan Marlena
menggugat cerai Jon. Akhirnya Marlena dan Jon bercerai.
6) Masalah Kehilangan Anak
Anak merupakan harta yang paling berharga dalam sebuah
keluarga. Anak dapat dijadikan sebagai aset untuk masa depan.
Pada cerita novel Ayah, terjadi masalah kehilangan anak, yakni
dialami oleh Sabari, karena anaknya telah dibawa pergi oleh
mantan istrinya Sabari, yakni Marlena. Masalah tersebut dapat
dibuktikan dengan kutipan di bawah ini.
“Sabari menggigil. Tak ada yang paling ditakutkannya
selain Zorro diambil darinya. Namun, Sabari membujuk
dirinya sendiri dengan mengatakan Buncai adalah pembual
kelas satu.” (Ayah: 219)
66
Kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan Sabari yang
ketakutan kehilangan Zorro. Sabari takut kalau Zorro tidak
bersamanya dan memilih tinggal bersama ibunya. Hal tersebut
terjadi pada diri Sabari karena Satu-satunya semangat hidup Sabari
hanya Zorro.
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria
tadi menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, aya! Aya!
Tanganya menggapai-gapai. Semuanya terjadi dengan
sangat cepat. Tahu-tahu Lena dan Zorro telah berada di
seberang jalan, lalu masuk mobil dan meluncur.” (Ayah:
228)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zorro sedang diambil
secara paksa oleh ibunya dari tangan ayahnya. Meskipun anak
memberontak, tetapi apalah daya karena Marlena membawa dua
pria tangguh untuk membantunya. Perasaan Sabari sangat sedih
melihat Zorro direbut oleh ibunya. Sabari hanya bisa menangis dan
tidak dapat berbuat apa-apa.
7) Masalah Kejiwaan
Masalah kejiwaan telah dialami Oleh Sabari setelah Zorro
direbut oleh Marlena selaku ibunya. Sabari menjadi orang yang
tidak punya tujuan hidup, kakinya dilangkahkan ke arah tanpa
tujuan. Kerjanya hanya melamun dan meratapi nasib. Kejiwaanya
sangat labil. Hanya Zorro yang berada di pikiranya. Berikut
kutipan masalah kejiwaan yang dialami Sabari.
67
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui
relung-relung gang pasar yang sepi sambil menggendong
Abu Meong dan memanggil-manggil Marleni. Kerap pula
memanggil Marlena dan Zorro. Langkahnya diikuti
belasan kucing pasar. Jika ada penertiban gelandangan dan
orang gila, kerap Sabari dinaikan bak mobil pikap polisi
pamong praja, tetapi tak lama kemudian dia akan kembali
lagi ke pasar ikan.” (Ayah: 284)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa kehidupan Sabari setelah
tidak bersama Zorro menjadi berantakan, tidak memiliki semangat hidup.
Ia tidak mengurus dirinya dan tak menghiraukan apa yang dilakukan
orang sekitar terhadap dirinya. Ia sering dinaikan mobil polisi pamong
praja oleh petugas karena sering terlihat seperti gelandangan/pengemis,
tetapi tidak lama ia dibebaskan. Hidup Sabari berantakan dan sangat
menderita.
“Dia makin jengkel karena orang yang mengetuk pintu itu
ternyata orang pintar yang dikirim abangnya untuk
mengobatinya.” (Ayah: 306)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Jon adalah suami ketiga
Marlena dan Jon mengalami masalah kejiwaan karena ditinggal oleh
Marlena dan Zorro. Aktivitas Jon hanya berada di dalam rumah. Dia
tidak ingin bertemu dan berbicara dengan orang lain kecuali dengan
Marlena dan Zorro. Melihat kondisi demikian, salah satu kerabat Jon
berusaha untuk mengobatinya, tetapi usahanya tetap gagal.
8) Masalah Perjuangan untuk Anak
Masalah perjuangan untuk anak pada novel Ayah,
dilakukan oleh Sabari untuk menyambut anaknya datang dan
kembali ke pelukanya lagi. Sabari akan mempersembahkan piala
68
lomba maraton. Latihan yang dilakukan Sabari tidak main-main.
Sabari berlatih dengan tekun dan sungguh-sungguh, karena dia
ingin menjadi juara dilomba tersebut. Berikut kutipan tentang
masalah perjuangan untuk anak.
“Sungguh kejam latihan dari Toharun, tetapi nyata
kemajuan yang dirasakan Sabari. Maka, dia tak pernah
mengeluh, lagi pula piala maraton itu begitu manis untuk
menjadi hadiah selamat datang bagi anaknya nanti. Karena
latihan super keras itu, Sabari semakin yakin dia akan
menggondol juara pertama. Penat tubuhnya lenyap jika
Sabari membayangkan menyerahkan piala itu kepada
Zorro di pelabuhan nanti.” (Ayah: 357)
Kutipan di atas menjelaskan tentang perjuangan seorang
Ayah demi menyambut anaknya datang ke pelukanya lagi. Sabari
ingin melihat Zorro bangga kepada ayahnya yang dapat menjadi
juara lomba maraton. Latihan keras Sabari untuk memenangkan
perlombaan tersebut. Toharun melatih Sabari dengan giat, dan
dapat terlihat perbedaan yang meningkat dari diri Sabari
“Meski kakinya perih dan napasnya tersengal-sengal, meski
sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus
berlari karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau
menyerah demi Zorro.” (Ayah: 373)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari memiliki
semangat yang tinggi untuk tetap berlari sampai melewati garis
finis. Segala cara dan dalam kondisi yang terluka Sabari tetap
berusaha berlari. Dia tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain
termasuk Zorro, meski kakinya bercucuran darah, tatapi kakinya
69
tetap dilangkahkan menuju garis finis. Dan akhirnya dia sampai
digaris finis pada malam hari.
9) Masalah Hukum Karma
Hukum karma adalah suatu hal yang dilakukan seseorang
dengan niat tidak baik, dan hal tersebut kelak terjadi kepadanya
sendiri. Masalah hukum karma dalam novel tersebut dialami oleh
Markoni. Markoni berkelakuan buruk kepada ayahnya, dan
akhinya sekarang dia diperlakukan buruk oleh anak-anaknya
sendiri. Berikut kutipan tentang masalah hukum karma.
“Akan tetapi, hukum karma tetap berlaku dan masih
berlaku. Dua anak lelakinya, seperti dirinya dulu,
menempuh jalan hidup sebagai bedebah. ” (Ayah: 27)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadi masalah hukum
karma terhadap diri Markoni. Ia diperlakukan buruk oleh anak-
anaknya. Kedua anak Markoni telah menempuh hidup sebagai
bedebah, yakni seperti apa yang dilakukan Markoni terhadap
ayahnya dulu.
“Lantas, Markoni bilang bahwa kesabaranya sudah habis
karena Lena suka meraupkan abu ke mukanya, satu
ungkapan betapa malunya orang Melayu. Bahwa dia tak
mau lagi menerima Lena kecuali anaknya itu sudah tobat”
(Ayah: 235)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Markoni yang dulunya
ketika masih sekolah telah menjadi bedebah, sekarang sifat
bedebah itu telah menurun kepada anaknya sendiri. Marlena selaku
70
anaknya juga tidak memiliki sopan santun kepadanya. Omongan
Markoni selalu dibantah oleh Marlena
b) Tema Mayor
Tema Mayor merupakan tema keseluruhan dari isi novel
Ayah karya Andrea Hirata. Dalam novel tersebut tema mayornya
adalah gabungan dari tema minor yang meliputi masalah rumah
tangga, masalah percintaan, masalah ekonomi, masalah mengasuh
anak, masalah perceraian, masalah kehilangan anak, masalah
kejiwaan, masalah perjuangan untuk anak, dan masalah hukum
karma. Semua masalah tersebut menjadi satu kesatuan bahwa tema
dalam novel Ayah adalah sebuah percintaan (cinta ayah kepada
anak, cinta suami kepada istri, dan cinta anak kepada ayah).
b. Tokoh dan penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan kunci kualitas novel , karena
tokoh dan penokohan menjadi segala persoalan berasal, berpijak, dan
berujung pada sang tokoh. Tokoh dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata dibedakan menjadi dua. Dua tokoh itu ialah tokoh utama dan
tokoh tambahan. Berikut ini data yang disajikan tentang tokoh dan
penokohan.
1) Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan
setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, di dalam novel
71
Ayah ini tokoh utamanya adalah Sabari. Tokoh ini lebih sering
dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan tokoh ini
merupakan penggerak konflik cerita.
a. Tokoh Sabari
Sabari adalah sosok seseorang yang sabar, ulet,
pekerja keras, ramah, dan pantang menyerah. Sikap dan
watak Sabari disukai banyak orang. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Dulu, diantara kawan-kawannya, Sabari paling
terlambat pandai naik sepeda. Dia juga terakhir pandai
mengaji, pandai menulis dan membaca, semua itu
lantaran kesabarannya.” (Ayah: 32)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari adalah
anak yang tertinggal dengan teman-temanya dalam hal naik
sepeda, mengaji, menulis, dan membaca. Namun Sabari
tetap sabar dan terus berusaha untuk dapat menyusul teman-
temanya.
“Kesimpulan pertama, dengar baik-baik nasihat
ayahmu. Kedua, pabrik batako kita ini adalah tulang
punggung pembangunan sekolah. Maka, buatlah
batako yang kuat, liat, tangguh macam kawan kita
kuli mentah Sabari ini. ”Sabari tersenyum bangga.“
Ketiga, juga seperti Sabari, jujur!.Jangan kau kurangi
takaran semen jika mencetak batako.” (Ayah : 156).
Kutipan di atas menjelaskan pada saat Markoni
sedang berpidato dalam acara pemilihan karyawan terbaik.
Markoni memuji Sabari, ia berkata bahwa Sabari adalah
orang yang pekerja keras dan jujur. Sikapnya wajib
72
diteladani oleh karyawan lain. Menurut Markoni batako
adalah tulang punggung pembangunan sekolah.
“Matahari mengendap, malam menjelang, telapak
kaki Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak
darah tertinggal di aspal. Meskin kakinya perih dan
nafasnya tersengal-sengal, meski sampai finis malam
nanti, Sabari bertekad untuk terus berlari karena dia
teringat akan anaknya. Dia tak mau menyerah demi
Zorro.” (Ayah: 373)
Kutipan di atas menjelaskan watak Sabari yang sabar,
orang yang pantang menyerah dan rela berjuang demi
anaknya. Meskipun pemenang sudah diumumkan dan
matahari sudah tenggelang, tetapi Sabari tetap menunjukan
sikap kesatria untuk menginjak garis finis. Sebuah
pengorbanan yang patut untuk dicontoh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh
utama dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yaitu sosok
seorang ayah yang memiliki rasa kasih sayang terhadap keluarga.
Apapun akan dilakukanya demi kebahagiaan anak dan istrinya.
Sabari disebut tokoh utama karena ia mendominasi alur cerita
dalam novel Ayah. Kemunculan konflik dan penyelesaian konflik
terjadi pada diri Sabari.
2) Tokoh tambahan
Tokoh tambahan dalam novel ini lebih banyak
dibandingkan dengan tokoh utama. Beberapa di antaranya adalah
Zuraida, Ibu Basaria, Toharun, Amirza, Syarif Miskin, Insyafi,
Juru Antar, Bogel Leboi, John Pijareli, Brother Nil, dan Larisa.
73
a. Tokoh Marlena
Marlena adalah seorang tokoh yang keras kepala
dan berani melawan orang tuanya. Marlena mempunyai
watak yang kaku dan tegas dalam mengambil keputusan..
Hal tersebut dapat di lihat pada kutipan berikut :
“Si bungsu sudah menunjukkan tanda-tanda
brandal sejak SD di suruh belajar sama susahnya
seperti menyuruh kambing berkokok. Dimarahi,
dianggapnya seperti angina lalu saja. Di
peringatkan, tak mempan. Di ancam, tak gentar. Di
nasihati, melawan. Satu patah kata ayahnya, dua
patah kata dia. Di hardik supaya rajin belajar agar
bisa sekolah tinggi, di pulangkannya kata-kata
ayahnya,bahwa ayahnya sendiri dulu drop out.”
(Ayah: 27)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Marlena sudah
menjadi bedebah sejak SD. Merkoni hanya bisa merenung
melihat tingkah anak-anaknya yang menjadi bedebah
termasuk Marlena. Marlena menjadi harapan orang tuanya,
tetapi ia tidak dapat memberikan yang terbaik untuk orang
tuanya.
“Lena mengetahui John tak setia, yang menurut
banyak orang juga menjadi penyebab dua
perceraiannya sebelumnya. Lena bukanlah tipe
lampu hijau, lampu kuning, lampu merah. Dia
hanya akan memperingatkan sekali, setelah itu
tiada maaf, khatam, tamat, the end, finite, game
over. Pesannya untuk kawan- kawannya dan
dirinya sendiri terutama, jika menghadapi pasangan
yang selingkuh : get out, don’t look back,. Berkali-
kali John membujuk Lena dan minta ampun
macam orang lebaran, tetapi lena adalah
perempuan besi dengan pendirian yang lebih tegak
74
dari pada tiang bendera di Lapangan Merdeka.”
(Ayah: 266)
Kutipan di atas menjelaskan tentang sikap tidak
sopan dan berani menentang orang tuanya, Marlena
menjadi bedebah, menjadi seorang anak yang berani
membangkang omongan orang tuanya. Namun, Marlena
juga memiliki sifat yang bijaksana dan tegas, yakni
ditunjukan ketika Marlena melihat suaminya telah
selingkuh, dia langsung berani mengambil keputusan untuk
bercerai dengan suaminya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Marlena merupakan sosok perempuan sekaligus anak yang
tidak berbakti terhadap orang tuanya. Ia selalu membantah
apa yang dikatakan dan disuruh ayahnya. Sejak SD ia sudah
menunjukan sifat tidak berbaktinya, dan ketika dewasa pun
sikapnya tidak berubah. Sampai menikah ia tetap tidak
menghiraukan omongan suaminya. Sikapnya masih sering
marah tidak jelas, angkuh, dan hanya suka jalan-jalan.
b. Tokoh Amiru (Zorro)
Zorro adalah seorang anak yang pintar, penyayang,
dan pandai bercerita. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Zorro naik kelas dua dan menduduki peringkat
pertama. Nilai-nilainya jauh meninggalkan Imelda di
peringkat kedua.” (Ayah: 25 )
75
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zorro adalah
seorang anak yang pintar. Dia menjadi juara kelas dan nilai-
nilainya jauh meninggalkan Imelda yang peringkat kedua.
“Penonton terpana mendengar anak dua kelas SD
dapat bercerita seperti itu. Jon ternganga, Lena
menggenggam tanganya kuat-kuat. Tadinya mereka
piker akan mendengar cerita Zorro, seperti cerita
anak-anak lainya, tentang kucing, kancil, petualangan
ke rumah bibi sela libur sekolah mereka. Namun,
cerita Zorro sangat berbeda.” (Ayah: 259)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zorro adalah
seorang anak yang pintar, dan berbakat dalam bercerita. Hal
tersebut ternyata ilmu atau bakat yang dimiliki ayahnya
telah menurun ke dalam diri Zorro. Darah seni Sabari telah
mengalir ke tubuh Zorro.
“Zorro menjadi juara lomba. Di rumah Lena bertanya,
bagaimana dia bisa mengarang kisah keluarga langit
itu? Zorro menatap ibunya. Dia tak bisa menjawab
karena dia sendiri heran bagaimana dia bisa bercerita
seperti itu.” (Ayah: 260)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zorro memiliki
bakat yang tidak dimiliki orang lain. Dia menjadi juara
lomba. Ilmu dari ayahnya, yakni ilmu Sabari telah ditelan
dengan baik. Zorro sering mendengarkan ayahnya bercerita
ketika menidurkanya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh Zorro adalah sosok anak yang pandai dan berbakat.
Sering kali ia ikut dalam perlombaan tingkat sekolah, dan
76
hasilnya ia tetap meraih juara. Di dalam kelasnya ia selalu
mendapatkan peringkat pertama. Hobinya berpuisi, hampir
setiap ia mengalami suatu peristiwa pasti dibuat puisi.
Kepandaianya dalam berpuisi, tidak lain ia menuruni
ayahnya yang gemar akan bahasa.
c. Tokoh Tamat
Tamat adalah sosok yang baik hati, suka menolong,
dan senang bersahabat. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawaah ini.
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar
Sabari tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya
kawan, sungguh mulia”. (Ayah: 295)
Kutipan di atas menjelaskan tentang perjuangan
Tamat untuk sahabatnya itu, yakni Sabari. Tamat dan Ukun
tidak ingin melihat sahabatnya sinting karena memikirkan
anak dan istrinya.
“Tak lagi tampak lelaki linglung lilir mudik macam
orang hilang uang di kawasan pasar ikan karena
Sabari sudah pulang, mencukur rambut, jengggot, dan
kumisnya, mandi dan menggosok gigi. Seperti
Jonpijareli yang merasa terlahir kembali setelah
kedatangan Tamat dan Ukun, Sabari pun terlahir
kembali gara-gara Surat Tamat.” (Ayah: 346)
Kutipan di atas menjelaskan tentang perjuangan
Tamat untuk sahabatnya itu, yakni Sabari. Tamat pun
senang bergaul dengan orang yang belum dikenalnya, yakni
77
Jon pijareli. Hal tersebut dilakukan Tamat supaya Sabari
tidak gila.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh Tamat adalah sosok seorang penolong yang baik hati
dan setia terhadap sahabatnya. Apapun akan dilakukan dan
diperjuangkan demi keselamatan sahabatnya. Ia rela pergi
menjelajahi pulau Sumatera untuk mencari Marlena dan
Zoro, semua itu ia lakukan semata-mata demi sahabatnya.
d. Tokoh Markoni
Markoni adalah seorang ayah yang tegas dan juga
keras dalam mendidik anak-anaknya. Markoni seperti itu,
karena takut pengalamanya akan terjadi pada anak-anaknya.
Markoni di sekolahkan ayahnya tetapi tidak tamat. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ayah yang keras, begitu semua anaknya
menganggap Markoni. Markoni sadar akan hal itu,
tetapi tak dapat mengubahnya. Sistem militan yang
diterapkanya di rumah adalah akibat dari penyesalan
paling besar dalam hidupnya, yang tak ada hari
dilaluinya tanpa menyesalinya, yaitu tidak sempat
sekolah tinggi.” (Ayah: 17)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Markoni khawatir
dengan masa depan anak-anaknya yang tidak mau sekolah.
Markoni menginginkan anak-anaknya menjadi orang pintar
dan terpelajar, tetapi darah bedebah yang dimiliki Markoni
telah mengalir ke tubuh anak-anaknya.
78
“Mencetak batako perlu ketegasan! Sikap pasti, teliti,
cepat, waspada, bijaksana, tidak ragu! Orang-orang
yang berjiwa lemah dan tidak punya pandangan jauh
ke depan tidak bisa bekerja mencetak batako”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Markoni
menginginkan memiliki karyawan yang handal dan mampu
untuk bekerja keras dalam mencetak batakonya. Tuturan di
atas sengaja dilakukan oleh Markoni supaya Sabari menjadi
karyawan yang tidak korupsi, karyawan yang tidak
mengurangi jumlah takaran matrial dalam pembuatan
batako.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh markoni adalah sosok ayah yang perhatian terhadap
masa depan anak-anaknya. Ia tidak ingin masa depan
anaknya tidak jelas dan dia juga memiliki sikap yang tegas
dalam memimpin usahanya. Hal tersebut menyebabkan
Markoni dalam mendidik anaknya sangat berhati-hati.
Meskipun demikian, tetapi anaknya tetaplah menjadi
seorang bedebah yang tidak mau sekolah dan selalu
membatah omonganya.
e. Tokoh Ukun
Ukun adalah sosok yang baik hati, suka menolong,
dan senang bersahabat. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
79
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar
Sabari tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya
kawan, sungguh mulia”. (Ayah: 295)
Kutipan di atas menjelaskan tentang sikap mulia yang
dimiliki Ukun. Ukun akan mencari Zorro dan Marlena
untuk sahabatnya itu, yakni Sabari. Ukun mencari Lena dan
Zorro demi Sabari, supaya ia tidak sinting.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh Ukun adalah sosok seorang penolong yang baik hati
dan setia terhadap sahabatnya. Apapun akan dilakukan dan
diperjuangkan demi keselamatan sahabatnya. Ia rela pergi
menjelajahi pulau Sumatera untuk mencari Marlena dan
Zoro, semua itu ia lakukan semata-mata demi sahabatnya.
f. Tokoh Izmi
Izmi adalah anak perempuan yang berpenampilan
biasa-biasa saja, namun dalam hal pekerjaanya Izmi sangat
rajin. Izmi tanggung jawab atas segala pekerjaanya
meskipun baru SD. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Izmi kawan sekelas Zurai, dianggap siswa lain mirip
Ukun, Tamat, Toharun dan Sabari sendiri. Yakni
sama-sama orang yang tidak keren, para pecundang.”
(Ayah: 40)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Izmi merupakan
seorang anak yang sederhana dan orang miskin seperti
Ukun, Tamat, dan Sabari. Dia juga orang yang tidak keren
80
dan pecundang,tetapi dia memiliki semangat juang yang
tinggi.
“Pulang sekolah, seperti biasa, Izmi berangkat
kerumah seorang tauke, untuk mencuci, dan
menyetrika segunung pakaian. Tak mudah mengurus
pakaian tauke yang mempunyai anak lima beserta ibu
bapak dari pihak suami dan istri. Sebelas orang
semuanya.” (Ayah: 60)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Izmi merupakan
seorang anak yang sederhana dan rajin dalam hal pekerjaan.
Dia memiliki semangat bekerja yang tinggi meskipun baru
SD. Hal tersebut terjadi karena Ismi terinspirasi oleh
Sabari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh Izmi adalah sosok seorang anak yang pekerja keras.
Sejak menduduki bangku Sekolah Dasar ia sudah bekerja.
Ia juga sosok yang sederhana, tidak seperti teman-teman
yang lain. Hal tersebut ia lakukan lantaran keluarganya
yang mendadak miskin karena seluruh hartanya disita oleh
polisi akibat ayahnya yang tertangkap kasus korupsi.
g. Tokoh Zuraida
Zuraida adalah sosok wanita yang prihatin dan
perhatian terhadap Sabari. Ia juga mempunyai rasa
penasaran yang tinggi. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
81
“Suatu ketika Zuraida melihat Sabari berkelabat di
pasar ikan, langsung jalanya dipotong Zurai.”
(Ayah: 284).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zuraida prihatin
dan perhatian melihat keadaan yang dialami oleh Sabari.
Zuraida adalah sahabat Marlena sekaligus teman Sabari.
Zuraida tidak ingin melihat Sabari gila.
“Zuraida merampas map itu dan membukanya.
Terkejut dia melihat berlembar-lembar daftar menu
restoran”. (Ayah: 285)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zuraida adalah
seseorang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi,
terhadap hal yang dialami Sabari. Akhirnya Zuraida
terkejut melihat kertas yang dibawa Sabari, karena isinya
adalah menú makanan di restoran.
“Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton layar
tancab, lihat pasar malam, goda-goda perempuan di
Pantai Tanjong pendam, macam orang laki lainya,
kembalikan hidupmu! Jangan sinting begini.”
(Ayah: 285)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zuraida prihatin
dan perhatian melihat keadaan yang dialami oleh Sabari.
Zuraida berusaha membujuk Sabari untuk hidup normal
seperti laki-laki lainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Zuraida adalah sosok yang perhatian dan suka menolong.
Hal tersebut terbukti pada saat ia menyuruh Ukun dan
82
Tamat untuk mencari Marlena dan Zorro, untuk mengobati
kerinduan Sabari. Zuraida merasa kasian dengan tingkah
Sabari yang tidak memiliki semangat hidup.
h. Tokoh Toharun
Toharun adalah sosok seorang sahabat sekaligus
pelatih fisik Sabari sebelum Sabari ikut lomba maraton.
Toharun melatih Sabari dengan habis-habisan dan dia juga
memberikan semangat kepada Sabari. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sabari senang bukan buatan karena menemukan
pelatih. Disalaminya Toharun kuat-kuat. Sejak itu
Sabari setiap hari kena gencet Toharun.” (Ayah:
355)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari
menemukan sosok pelatih, yakni Toharun. Sabari merasa
sangat senang karena karena sudah dapat pelatih untuk
persiapan lomba maraton.
“Hebat! Kau lebih cepat daripada musang yang
paling sehat sekalipun! Kata Toharunmenyemangati
Sabari yang ngos-ngosan. Setelah seminggu ditekan
Toharun habis-habisan, catatan waktu Sabari cukup
memuaskan.” (Ayah: 355)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Toharun sosok
pelatih yang professional dan pandai dalam menyemangati
Sabari. Sabari merasa sangat senang dapat dilatih oleh
83
Toharun. Toharun melatih Sabari dengan habis-habisan
segala ilmu yang dimiliki diturunkanya ke Sabari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh Toharun adalah sosok yang penolong. Hal tersebut
terbukti pada saat ia menolong Sabari untuk berlatih
mempersiapkan mengikuti perlombaan maraton. Ia tidak
mau dibayar, ia suka rela untuk menong dan ikhlas.hal
tersebut lantaran ia kasiahan melihat Sabari tidak ada yang
melatihnya. Ia melatih semampunya, karena sebenarnya dia
bukanlah seorang pelatih fisik.
Pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengarang novel
ini menggambarkan penokohan secara analitik. Penokohan secara
analitik adalah pelukisan tokoh cerita dengan memberi deskripsi,
uraian, atau penjelasan secara langsung. Hal tersebut jelas terlihat pada
setiap adegan atau karakter yang diperankan oleh masing-masing
tokoh.
b. Alur
Plot atau alur merupakan jalan cerita dalam suatu karya sastra
untuk memperjelas kejadian secara runtun yang memiliki hubungan
sebab akibat sehingga menimbulkan keutuhan dalam sebuah cerita.
Alur yang digunakan dalam penceritaan novel Ayah karya Andrea
Hirata adalah alur campuran.
84
1) Tahap Penyituasian (situation)
Bagian pertama dilukiskan bahwa Sabari sedang duduk di
beranda merasa sedih dan diselimuti rasa kesepian. Pikiran Sabari
hanya tertuju pada Marlena. Marlena adalah seorang yang
membuatnya jatuh cinta. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Meski tersembul di antara gumpalan awan April, purnama
kedua belas terang benderang. Begitu terang sehingga Sabari
yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian, dan merana,
dapat melihat guratan nasib di telapak tangan kirinya. Tangan
kanannya erat menggengam pensil.” (Ayah: 1)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari hanya dapat
merenungi nasibnya. Dia merasa sedih, kesepian dan merana.
Semua itu terjadi karena yang ada dipikiranya hanyalah satu nama,
yakni Marlena binti Markoni. Wanita dambaan hatinya, wanita
cinta matinya. Hal tersebut menjadi tahap penyituasian dalam
cerita novel Ayah.
“marlena, oh Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senawen karena kasmaran. Cinta pertamanya, belahan
jiwanya, segala-galanya.Sayang seribu sayang tak sedikitpun
Lena mengacuhkannya. Gambar-gambar hitam putih, karena
sudah lama tentu saja , silih berganti melayang dalam kepala
lelaki lugu yang melankolis itu. Gambar waktu sabari
mengambil saputangan Lena yang jatuh di lapangan
upacara.” (Ayah: 3)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari ditolak cintanya
oleh Marlena, tetapi Sabari pantang menyerah untuk mendapatkan
Marlena. Wajah Marlena selalu terbayang-bayang dalam
85
ingatanya. Bayangan Sabari kelak akan bersanding dipelaminan
bersama Marlena. Sungguh manusia yang digilakan oleh cinta.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap
penyituasian terjadi pada saat tokoh utama mulai mengalami
adanya situasi yang menjadi beban pikiran. Hal tersebut sering
terjadi pada diri Sabari saat membayangkan dan hanya merenung
tentang sosok seorang wanita yang ia damba-dambakan. Setiap
malam ia selalu melamun di beranda rumah sambil memandangi
langit yang gelap.
2) Tahap Pemunculan Konflik (generating circumstances)
Tahap ini menggambarkan bagaimana Sabari adalah seorang
pecinta namun cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Rasa
kasihnya diabaikan begitu saja oleh orang yang disayangnya. Hal
itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
“Awan takjub melihat seorang lelaki yang mencintai seorang
perempuan di seberang meja itu lebih dari apapun di dunia
ini, sedangkan perempuan itu membenci lelaki itu, lebih dari
apa pun di dunia ini, dan mereka akan segera menikah. Cinta
sungguh, sungguh ajaib.” (Ayah: 170)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadi hal yang sangat
aneh. Ketika ada seseorang lelaki yang suka dengan perempuan,
tetapi perempuan tersebut telah membenci lelaki tersebut. Namun
mereka akan menikah. Sungguh ajaib hidup ini. Entah apa yang
akan terjadi dalam rumah tangganya, pastilah akan kacau,
86
berantakan. Hal tersebut menjadi tahap pemunculan konflik dalam
cerita novel Ayah karya Andrea Hirata.
“Sabari gagah dalam baju pengantin Melayu Tradisional. Dia
tersenyum terus seolah ada peternakan senyum dalam
mulutnya. Marlena berbaju pengantin sederhana saja. Dia
menunduk, sesekali memandang lurus, kaku, dan dingin,
mirip patung Lenin.” (Ayah: 172)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa terjadinya pemunculan
konfik dalam cerita dalam novel Ayah, yakni karena kemunculan
pernikahan antara Sabari dengan Marlena. Sabari sangat mencintai
Lena, tetapi Lena sangat membenci Sabari. Pernikahan yang
sungguh ironi. Sejak penikahan itulak pemunculan-pemunculan
konflik terjadi, dari masalah rumah tangga sampai mengasuh hak
anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap
pemunculan konflik mulai terjadi pada saat Sabari mulai
mengungkapkan perasaanya kepada Lena, dan akhirnya ia ditolak.
Cinta ditolak, tetapi ia tetap akan memperjuangkan cintanya
sampai mendapatkan Lena. Meskipun berkali-kali dilecehkan oleh
Marlena, tetapi ia tetap mencintainya. Seorang laki-laki yang
bodoh, karena wanita di dunia ini banyak, namun Sabari tidak
berpikiran ke arah arah pemikiran demikian.
3) Tahap Peningkatan Konflik (rising action)
Keadaan ini menceritakan ketika persidangan gugatan cerai
Marlena terhadap Sabari, sekaligus Zorro diambil secara paksa
87
oleh Marlena dari tangan Sabari. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Gosip perceraian itu kian hari kian gencar. Sabari tak
karuan. Dia berharap semua itu hanyalah kabar burung. Di
tengah kekalutan itu, saat Sabari mau menidurkan Zorro,
Zorro menatap ayahnya, lalu dari mulut mungilnya terdengar
bunyi, aya! Aya!.” (Ayah: 191)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari digugat cerai oleh
Marlena. Sungguh perasaan Sabari sangat gelisah, ia tidak dapat
membayangkan jika harus berpisah dengan Marlena. Di tengah
kekalutan itu, Sabari menidurkan Zorro, dan dari mulut mungilnya
Zorro terdengar bunyi Aya!. Hal tersebut menjadi tahap
peningkatan konflik dalam cerita novel Ayah karya Andrea Hirata.
“Lena meraih Zorro langsung menggendongnya dan bergegas
pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria tadi
menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro memberontak
dan memanggil-manggil, Aya! Aya, tanganya menggapai-
gapai.” (Ayah: 228)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa perceraian Sabari dan
Marlena berada di depan mata. Sabari pun tidak ada daya untuk
mempertahankan Zorro tetap bersamanya, akhirnya Zorro tinggal
bersama ibunya, dan Sabari hanya dapat melamun dan tak punya
tujuan hidup karena semua yang telah dimiliki telah pergi.
sekalipun. Hal tersebut menjadi tahap peningkatan konflik dalam
cerita novel Ayah karya Andrea Hirata.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap
peningkatan konflik terjadi pada saat Sabari ditinggalkan oleh
88
Marlena dan Zorro. Kehidupannya tidak jelas, pekerjaanya hanya
melamun dan memikirkan Marlena dan Zorro.
4) Tahap Klimaks (climax)
Pemaparan klimaks novel Ayah, tampak ketika Sabari seperti
orang sinting yang kerjaanya hanya melamun, berjalan tanpa arah
tujuan, dan tidak mengurus badanya. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui relung-
relung gang pasar yang sepi sambil menggendong-gendong
Abu Meong Marleni.” (Ayah: 284)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa betapa malang hidup
yang dialami Sabari harus menderita ditinggalkan oleh anak dan
istrinya. Pekerjaanya hanya mondar-mandir dengan Abu Meong
selaku kucing yang setia menemani Sabari. Hidupnya gelap dan
tidak memiliki semangat. Hal tersebut menjadi tahap klimaks
dalam cerita novel Ayah karya Andrea Hirata.
“Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton layar tancab,
lihat pasar malam, goda-goda perempuan di Pantai Tanjong
pendam, macam orang laki lainya, kembalikan hidupmu!
Jangan sinting begini.” (Ayah: 285)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa betapa malang hidup
yang dialami Sabari harus menderita ditinggalkan oleh anak dan
istrinya. Dia seperti orang sinting yang tidak punya tujuan hidup.
Badanya tidak diurus, penampilanya kucel memprihatinkan. Hal
89
tersebut menjadi tahap klimaks dalam cerita novel Ayah karya
Andrea Hirata.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa situasi
konflik sudah menurun dan sudah ada jalan menuju penyelesaian.
Kondisi Sabari sangat memprihatinkan, para sahabatnya tidak tega
melihatnya. Ingin sekali para sahabatnya dapat menolongnya,
tetapi apalah daya obat satu-satunya adalah mengembalikan
Marlena dan Zorro ke rumahnya..
5) Tahap Penyelesaian (denouement)
Peristiwa-peristiwa yang terjadi akhirnya menemukan
pemecahan masalah, yaitu Ukun dan Tamat memutuskan untuk
mencari Marlena dan Zorro. Selang beberapa waktu mereka
menemukan Marlena dan Zorro, dan membujuk untuk pulang
kembali ke Sabari dan mereka akhirnya mau. Bertemulah kembali
Zorro dengan Sabari, hal tersebut membual Sabari lebih semangat
untuk menjalani hidup. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Setelah mempertimbangkan berbagai macam aspek, mereka
memutuskan untuk mencari Lena dan Zorro ke Sumatra dan
membawa keduanya pulang ke Belitong.” (Ayah: 286)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sahabat Sabari, yakni
Ukun dan Tamat memutuskan untuk mencari Lena dan Zorro.
Akhirnya mereka menemukan Lena dan Zorro, dan membawanya
ke Belitong. Hal tersebut menjadi tahap penyelesaian dalam cerita
90
novel Ayah karya Andrea Hirata, Karena titik akhir dari cerita
novel tersebut Sabari dan Zorro tinggal satu atap lagi.
“Sabari langsung membaca surat itu.Tanpa yth. Ini itu, tanpa
menanyakan kabar, keadaan musim atau harga-harga di
pasar, surat itu singkat saja Ri. Kami sudah menemukan Lena
dan Zorro. Kami akan bawa Zorro pulang naik kapal kayu
dari pelabuhan Dabo dan akan merapat di Tanjong Pandan,
sore, 7 September 1997. Demikian, supaya maklum.
Seumpama Kakanda…” (Ayah: 342)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari sangat senang
menerima surat dari Ukun dan Tamat, yang isinya tidak lain bahwa
mereka telah menemukan Lana dan Zorro. Hidup Sabari pulih
kembali sperti baru dilahirkan, semangatnya membara untuk
menjalani hidup. Hal tersebut menjadi tahap penyelesaian dalam
cerita novel Ayah karya Andrea Hirata.
“Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu
persatu melalui pintu itu. Umumnya mereka orang-orang
dewasa, lelaki dan perempuan.Tak lama kemudian dilihatnya
seorang anak melangkah ke luar.Dia terpana karena langsung
mengenali kemeja yang dikenakan anak itu.Sabari merasa
kakinya tak menginjak bumi.Amiru pun langsung mengenali
laki-laki yang berdiri di sampingsepeda sambil memegang
piala itu. Dia berlari menyongsong,Aya ! Aya! Panggilnya.
Zorro, Zorro !panggil Sabari, tetapi taka da suara yang keluar
dari mulutnya.” (Ayah: 381)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa semua yang dilakukan
pasti akan ada hasilnya. Sabari merasa senang telah mendapatkan
surat dari Ukun dan Tamat, yang isi suratnya tidak lain yaitu
bahwa mereka sudah menemukan Lena dan Zorro dan akan
membawanya pulang. Penyambutan yang sungguh dramatik
91
dilakukan Sabari untuk menyenangkan buah hatinya, yakni dengan
membawa pernak-pernik mainanya Zorro waktu kecil.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sahabat
Sabari sudah mulai khawatir dengan kondisinya. Lalu sahabatnya
memutuskan untuk mencari Marlena dan Zorro. Seiring berjalanya
waktu sahabatnya terus berusaha mencari ke seluruh pelosok
Sumatera. Hari keberuntungan telah datang ke Sabari, perasaannya
sudah tenang dan senang, karena kedua sahabatnya telah memberi
kabar bahwa mereka telah menemukan Marlena dan Zorro. Ukun
dan Tamat akan segera membawa pulang orang yang telah
dicarinya. Rasa semangat secara mendadak langsung
menghinggapi diri Sabari. Ia langsung bersih-bersih badan dan
rumah. Rambut dan kumis serta jenggotnya telah dicukur.
Rumahnya yang berantakan telah ditata rapi. Semua itu ia lakukan
semata-mata untuk keluarganya
Berdasarkan kriteria urutan waktu, novel Ayah mengalami alur
campuran. Dikatakan alur campuran karena pada bagian awal
menceritakan masa lampau, selanjutnya bagian tengah menceritakan
masa sekarang, dan bagian akhir menceritakan bagian awal.
d. Latar
Unsur latar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Untuk mendapat gambaran secara lengkap
92
mengenai latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dalam novel Ayah
sebagai berikut:
1) latar tempat
Latar tempat yang terdapat dalam novel Ayah terdiri lebih
dari satu tempat. Hal itu terlihat pada uraian berikut ini.
a) Desa Belantik
Desa Belantik merupakan desa yang berada ujung di
pinggir laut belitong. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Dulu dia tak ubah anak-anak lain di desa Belantik.
Kampung paling ujung di pinggir laut Belitong sebelah
timur.” (Ayah : 9)
Kutipan di atas menjelasan bahwa latar tempat yang ada
dalam novel Ayah berada di Tanjung Pandan. menceritakan
anak-anak di desa belantik. Menceritakan juga tentang lokasi
desa Belantik.
b) Warung Kopi
Warung kopi tempat para orang-rang pusing dengan
berbagai masalahnya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tercenung Markoni di warung kopi. “ (Ayah : 20)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Markoni sedang
tercenung di Warung Kopi. Markoni merasa bersalah terhadap
hal yang dilakukan ke orang tuanya dulu. Warung kopi
menjadi tempat sandaran untuk melamun.
93
c) Gedung MPB
Gedung MPB digunakan merupakan tempat yang pernah
dipijak oleh Sabari. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sejak siang Sabari sudah bercokol di pekarangan
Gedung MPB.” (Ayah : 32)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari telah berada
di pekarangan gedung MPB. Ia menunggu pengumuman
tentang kapal yang akan mendarat di pelabuhan Tanjung
Pandan. Sabari sejak siang sudah berada di tempat itu. Ia
sangat bersemangat, karena ia akan menunggu kapal yang
membawa Zorro dan Marlena.
d) Pasar Belantik
Pasar Belantik disitulah tempat para pedagang dan
pemebeli beraktifitas. Uang dan dagangan ditukarkan. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tahu-tahu dia punya pekerjaan usai jam sekolah, yaitu
menghambabudakkan dirinya kepada tukang sampah di
Pasar Belantik.” (Ayah: 36)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa pasar adalah tempat
Izmi untuk menghambabudakkan dirinya. Di situlah rezeki
orang-orang berada termasuk rezeki Izmi.
e) Rumah Tauke
Rumah tauke adalah rumah dimana tempat Izmi bekerja.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
94
“Pulang sekolah, sebagaimana biasa, Izmi berangkat
kerumah tauke, untk mencuci dan menyetrika segunung
pakaian.” (Ayah: 60)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa rumah Tauke
merupakan tempat Izmi untuk membanting tulang. Izmi yang
baru SD, sudah harus bekerja keras seperti itu. Hal tersebut
dilakukan Izmi karena keluarga Izmi bangkrut dan sekarang
menjadi orang kere. Ayahnya telah berada dalam penjara
karena kasus korupsi.
f) Sungai Lengan
Sungai Lengan merupakan tujuan Sabari dan Zoro untuk
menyaksikan terbenamnya matahari. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Anak dan Ayah itu menuju dermaga, untuk menyaksikan
matahari terbenam nun di muara Sungai Lengan.” (Ayah: 65)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sungai Lengan
merupakan sungai yang indah dilihat ketika sore hari. Hal
tersebut menyebabkan Zorro dan ayahnya ingin ke tempat
tersebut.
g) Tanjung Pandan
Tanjung Pandan adalah tempat untuk Ukun, Tamat, dan
Sabari merantau. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek, tak
lama kemudian Ukun,Tamat, dan Sabari sudah bekerja di
Tanjung Pandan.” (Ayah: 112)
95
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Tanjung Pandan
menjadi tempat untuk merantau tiga bersahabat itu. Tanjung
Pandan merupakan kota besar yang ada di Sumatra. Ukun,
Tamat, dan Sabari memiliki pekerjaan masing-masing di kota
tersebut. Meskipun mereka bekerja di tempat yang berbeda,
tetapi persahabatanya selalu erat.
h) Taman Balai Kota
Taman Balai Kota adalah tempat orang-orang untuk
menongkrong, sama halnya dengan Marlena dan teman-
temanya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Setiap sabtu sore Sabari menghabiskan waktu di taman
balai kota karena kata orang sabtu sore Marlena dan
sekongkolannya suka nongkrong di taman balai kota.”
(Ayah: 120)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Taman Balai Kota
menjadi tempat berkumpul Marlena dan teman-temanya.
Sabari pun ingin melihat Marlena dan akhirnya Sabari datang
ke Taman Balai Kota untuk melihat Marlena.
i) Kota Bengkulu
Kota Bengkulu menjadi tempat kawasan Manikan
tinggal. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Manikam tinggal di kawasan perumahan terpandang di
pinggir kota Bengkulu.” (Ayah: 194)
96
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Bengkulu telah
menjadi tempat di mana Manikam Tinggal. Manikan tinggal
di kawasan perumahan terpandang.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tempat yang digunakan oleh Andrea Hirata dalam novel Ayah,
berada di tanah Belitong, tanah lahir Andrea Hirata, dan beberapa
tempat lainya seperti Sumatera, dan sedikit di Australia. Latar
tempat di Belitong menceritakan kehidupan Sabari menghadapi
berbagai masalah, latar tempat di Sumatra menceritakan perjuangan
Ukun dan Tamat yang bersusah payah mencari Lena dan Zorro,
dan latar tempat di Australia menceritakan seorang nelayan
Australia yang menemukan penyu.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya
peristiwa. Latar waktu yang terjadi dalam novel Ayah, berupa pagi,
siang, sore, dan malam.
a) Malam
Waktu yang menunjukkan ketika Amiru mengalami
kesepian dan tidak dapat tidur, karena memikirkan radio
ayahnya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Malam beranjak, Amiru tak dapat tidur karena dia telah
terbiasa mendengar bunyi radio itu sejak masih kecil. Tak
pernah dia mengalami malam sesenyap dan sepahit
malam itu.” (Ayah: 53)
97
Kutipan di atas menjadi bukti bahwa latar waktu terjadi
pada malam hari. Waktu di mana Amiru melihat ayahnya yang
tidak dapat mendengarkan radio, karena radionya telah
digadaikan untuk berobat ibunya di rumah sakit.
b) Pagi
Waktu yang menunjukkan saat Sabari berusaha untuk
menjadi pusat perhatianya Marlena. Pagi-pagi dia Menyapu
ruang olahraga yang jelas-jelas bukan piketnya pada hari itu.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Keesokanya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain datang,
tampak Sabari menyapu ruang olahraga dengan gesit, meski
hari itu bukan jadwal piketnya. Setelah itu, dia membuka baju
dan berlari mengelilingi lapangan upacara.” (Ayah: 75)
Kutipan di atas menjadi bukti bahwa latar waktu terjadi
pada pagi hari. Waktu di mana Sabari mencoba untuk menjadi
pusat perhatianya Marlena. Pagi-pagi Sabari menyapu ruang
olahraga, yang pada saat itu bukan jadwal piketnya.
c) Siang
Waktu yang menunjukkan Sabari sedang menunggu
pengumuman yang amat penting sejak siang dia di pekarangan
MPB. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sabari mengarungi hari demi hari bak mengarungi
samudra waktu. Akhirnya, tibalah hari pengumuman yang
mendebarkan itu. Sejak siang Sabari sudah bercokol di
pekarangan gedung MPB. Belum perna dia merasa waktu
berjalan begitu lambat sekaligus cepat. Cepat sekaligus
lambat. Membingungkan.” (Ayah: 32)
98
Kutipan di atas menjadi bukti bahwa latar waktu terjadi
pada siang hari. Waktu di mana Sabari sedang menunggu
pengumuman yang amat penting dan mendebarkan. Waktu
yang cepat sekaligus lambat, dan waktu yang membingungkan.
d) Sore
Waktu yang menunjukan kedua sahabat Sabari ke
pantai Barat, untuk melihat langit menjadi biru. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke
pantai barat, tetapi sampai hari terakhir februari, langit
tak kunjung menjadi biru.” (Ayah: 187)
Kutipan di atas menjadi bukti bahwa latar waktu terjadi
pada sore hari. Waktu di mana Ukun dan Tamat menunggu
langit menjadi biru.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel
Ayah karya Andrea Hirata, menggunakan latar waktu malam, pagi,
siang, dan sore. Latar waktu malam hari menjelaskan ketika Sabari
sedang melamun dan merasa kesepian karena memikirkan
seseorang yang dicintainya tidak mencintainya. Latar waktu pagi
hari menjelaskan pada saat Sabari mencari perhatian Marlena, pagi-
pagi ia menyapu ruang olahraga yang pada saat itu bukan piketnya.
Latar waktu siang hari menjelaskan bahwa Sabari sedang
menunggu pengumuman kapal yang akan mendarat di Dermaga.
99
Latar waktu sore hari menjelaskan ketika kedua sahabat Sabari
melihat langit berubah menjadi biru.
3) latar sosial
Novel Ayah, menjelaskan latar sosial tentang kehidupan
orang tua, muda, wanita maupun pria. Semuanya suka
mendengarkan radio lokal, apabila sedikit acara radio
menyinggung sedikit saja nama Lady Diana, lekas volume radio
ditambah. Seluruh penduduk kampong Nira gemar sekali Ladi
Diana. Menurut mereka, Lady Diana adalah kembang dunia yang
selalu membesarkan hati orang miskin. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Acara kesenangan ayahnya adalah ceramah agama Islam,
sandiwara radio, lagu-lagu semenanjung, dan tak lupa,
berita tentang Lady Diana. Entah bagaimana mulanya,
penduduk kampong Nira gemar sekali kepada Lady Diana.
Tak peduli tua, muda, wanita maupun pria. Kegemaran itu
tak luput menghinggapi ayah Amiru. Jika RRI atau radio
lokal menyinggung sedikit saja nama Lady Diana, lekas-
lekas Amirza membesarkan volume radio.” (Ayah: 7)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa latar sosial masyarakat
penduduk Nira sama-sama gemar mendengarkan berita tentang
Lady Diana. Menurut mereka Lady Diana adalah kembang dunia
yang selalu membesarkan hati orang miskin. Ayah Amiru juga
gemar mendengarkan berita tentang Lady Diana.
“Karena itu, Februari adalah bulan yang paling mendebarkan
bagi para bujang lapuk di kampong kami. Jika Februari tiba,
berbondong-bondonglah mereka ke pantai barat.” (Ayah: 137)
100
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setiap bulan Februari,
seseorang yang belum memiliki pasangan pasti akan datang ke
pantai barat untuk melihat langit menjadi biru. Kepercayaan orang
tanjung pandan jika melihat langit menjadi biru maka jodoh akan
segera datang, dan tempat yang paling pas digunakan untuk
melihat langit menjadi biru, yakni di pantai barat.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar sosial
yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yaitu ketika
seluruh penduduk Nira bersama-sama menyaksikan siaran radio
mengenai Lady Diana. Penduduk nira berkumpul jadi satu untuk
mendengarkan siaran tersebut sambil tertawa dan bercanda bersama.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel Ayah, pengarang menggunakan
pusat pengisahan persona ketiga serba tahu. Pengarang menjadi
narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia, dia,
dan mereka. Dengan mengkombinasikan metode dramatik-ironik
dengan metode objektif. Pengkombinasian ini mengakibatkan
pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran dan
perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut sehingga
sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidak diganggu dengan
berbagai komentar atau nasihat pengarang. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
101
“Akhirnya, tibalah malam minggu yang ditunggu-tunggu itu.
Tak mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan seronok.
Dia mengantri di stasiun radio sejak pukul 19.30, setelah lima
belas peserta, tibalah giliranya.” (Ayah: 97)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sudut pandang yang
digunakan pengarang dalam novel tersebut adalah sudut pandang
orang ketiga. Berdasarkan kutipan di atas bahwa pengarang menyebut
nama “Sabari” dan kata “dia”. Jadi, dapat dikatakan bahwa novel
tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga karena pengarang
berada diluar cerita dan serba tahu.
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di
aspal. Meski kakinya perih dan napasnya tersengal-sengal,
meski sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus
berlari karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau
menyerah demi Zorro. Seorang ayah, tak boleh menyerah demi
anaknya, begitu kata hati Sabari.” (Ayah: 373)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sudut pandang yang
digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata hal tersebut dapat
diketahui bahwa dalam kutipan tersebut menggunakan kata “dia”.
Pengarang seolah-olah terlibat dalam peristiwa tersebut, tetapi
mengetahui seluruh alur ceritanya. Pada kutipan tersebut menjelaskan
bahwa betapa besar perjuangan seorang ayah untuk anaknya, keringat
sudah biasa, tetapi kalau darah itu luar biasa. Sabari melakukan semua
itu untuk menyenangkan anaknya, yakni Zorro. Sabari sangat
menyayangi anaknya. Tidak ada hal lain yang dipedulikan , kecuali
mempedulikan anaknya.
102
Novel Ayah, pengarang menempatkan posisi sebagai orang
yang berada di luar cerita. Ia tidak terlibat secara langsung, tetapi
pengarang mengetahui kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh-
tokoh dan berusaha untuk menceritakan kembali kepada pembaca
dengan bahasanya sendiri.
2. Majas yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata
a. Majas Perbandingan
Majas pebandingan yang terdapat dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata, meliputi majas hiperbola, majas metonomia, majas
personifikasi, majas perumpamaan, majas metafora, majas alusio,
majas eufemisme, dan majas simbolik. Berikut majas perbandingan
yang dapat peneliti sajikan.
1) Hiperbola
Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih-lebihkan
apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau
sifatnya. Hasil analisis dalam novel ayah terdapat data majas
hiperbola, yaitu sebagai berikut.
a) Didekapnya pensil itu, bunga-bunga ilalang beterbangan
dalam dadanya (Ayah : 2).
Kalimat “didekapnya pensil itu, bunga-bunga ilalang
beterbangan dalam dadanya”, dapat dikategorikan dalam
majas hiperbola karena dalam kutipan tersebut terdapat
tuturan melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan
baik jumlah, ukuran, atau sifatnya. Kata “beterbangan”,
103
yakni identik dengan udara, tetapi dalam kutipan tersebut
dikaitkan dengan kata “dadanya” sehingga kalimat tersebut
berkesan melebih-lebihkan.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang sedang dialami oleh si tokoh. Tokoh merasa senang
karena dapat menulis dengan pensil yang didekapnya untuk
menulis puisi. Bayanganya hanya tertuju pada wanita yang
dicintainya. Tokoh merasa ia adalah orang yang paling
berbahagia di dunia. Jadi, fungsi majas hiperbola dalam
kutipan tersebut untuk membangkitkan seni kata, seni
bahasa dalam suatu perkataan maupun dalam bentuk tulisan
dan membuat kata serta bahasa menjadi lebih menarik
b) Disuruh belajar sama susahnya dengan menyuruh kambing
berkokok (Ayah : 27).
Kalimat “Disuruh belajar sama susahnya dengan
menyuruh kambing berkokok”, dapat dikategorikan dalam
majas hiperbola karena dalam kutipan tersebut terdapat
tuturan melebih-lebihkan apa yang sebenarnya, yakni kata
“kambing berkokok”. Kata tersebut merupakan kata yang
mustahil karena kambing tidak dapat berkokok. Binatang
yang dapat berkokok, yakni hanyalah ayam.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
104
bagaimana Markoni dengan susahnya menyuruh anak untuk
belajar. Pembaca seolah-olah diajak untuk ikut terlarut
merasakanya. Jadi, fungsi majas hiperbola dalam kutipan
tersebut untuk membangkitkan seni kata, seni bahasa, dan
untuk mengimajinasi pembaca.
c) Mendidih hatinya, apalagi didengarnya desas-desus bahwa
masalah Sabari bersangkut paut dengan Ukun, Tamat,
Toharun, dan Bogel Leboi (Ayah : 69).
Kalimat “Mendidih hatinya, apalagi didengarnya
desas-desus bahwa masalah Sabari bersangkut paut dengan
Ukun, Tamat, Toharun, dan Bogel Leboi”, dapat
dikategorikan dalam majas hiperbola karena dalam kutipan
tersebut terdapat kata yang melebih-lebihkan suatu
kenyataan, yakni kata “mendidih hatinya”. Kata “mendidih
hatinya” dalam kutipan tersebut memiliki makna bahwa
perasaanya sedang kesal karena merasa dibohongi oleh
tokoh lain. Kata “mendidih” lebih tepat digunakan terhadap
air yang sedang direbus.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang sedang dialami Marlena karena dibohongi oleh sahabat
Sabari, yakni Ukun, Tamat, dan Toharun. Pembaca seolah-
olah ikut terlarut merasakan keadaan yang dialami Marlena.
Jadi, fungsi majas hiperbola dalam kutipan tersebut untuk
105
membangkitkan seni kata, seni bahasa, dan untuk
mengimajinasi pembaca.
d) Burung kutilang di sekitar rumah seakan ikut tertawa
(Ayah: 183). Kalimat “Burung kutilang di sekitar rumah seakan
ikut tertawa”, dapat dikategorikan dalam majas hiperbola
karena dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang
melebih-lebihkan keadaan sebenarnya, yakni kata “burung
yang ikut tertawa”. Kata “tertawa”, dalam kalimat tersebut
termasuk melebih-lebihkan karena tertawa hanya dapat
dilakukan oleh manusia.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan di
sekitar rumah, yaitu seekor burung yang seakan tertawa.
Pembaca seolah-olah ikut merasakan suasana yang sedang
terjadi.
e) Hati Sabari seperti digunting melihat panitera pengadilan
menggunting buku nikahnya dan buku nikah lena (Ayah :
212).
Kalimat “Hati Sabari seperti digunting melihat
panitera pengadilan menggunting buku nikahnya dan buku
nikah lena”, dapat dikategorikan dalam majas hiperbola
karena dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang
melebih-lebihkan suatu kenyataan, yakni kata “Hati sabari
seperti digunting”. Kata tersebut temasuk melebih-lebihkan
106
kenyataan, karena hanya melihat buku nikah digunting masa
langsung hati seseorang merasa di gunting. Kata “Hati
sabari seperti digunting”, sebenarnya memiliki arti makna
perasaanya sedih karena melihat buku nikah yang di gunting
oleh hakim pengadilan.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang berada dalam ruang sidang. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut merasakan perasaan yang dialami Sabari. Dadanya
sesak seperti terkena anak panah yang menancap di hatinya.
f) Lantainya dingin, pilar-pilarnya gagah, seakan dapat
memanggul gunung (Ayah : 305).
Kalimat “Lantainya dingin, pilar-pilarnya gagah,
seakan dapat memanggul gunung”, dapat dikategorikan
sebagai majas hiperbola karena dalam kutipan tersebut
terdapat tuturan yang melebih-lebihkan suatu kenyataan,
yakni kata “pilar-pilarnya gagah, seakan dapat memanggul
gunung”. Kata tersebut termasuk dalam majas hiperbola
karena melebih-lebihkan pilar yang dapat memanggul
gunung, padahal gunung tidak dapat dipanggul oleh apapun.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan betapa
kokoh pilar-pilar yang berada di dalam masjid. Pembaca
seolah-olah ikut terlarut merasakan di dalamnya, yakni
107
merasakan bangunan masjid yang memiliki tiang begitu
kokoh.
g) Bersekutu dengan Waktu (Ayah : 386).
Kalimat “Bersekutu dengan Waktu”, dapat
dikategorikan sebagai majas hiperbola karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang melebih-lebihkan suatu
kenyataan. Waktu hanyalah benda mati yang tidak dapat
diajak kerja sama. Jadi, kutipan tersebut termasuk dalam
majas hiperbola.
Pada kutipan di atas majas hiperbola berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan sebuah hal
yang mustahil, yakni bersekutu dengan waktu. Pembaca
seolah-olah ikut terlarut merasakan di dalamnya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas hiperbola
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu peristiwa atau suatu
ungkapan yang tidak lazim. Hal tersebut membuat cerita dari
novel tersebut lebih menarik karena menggunakan kata dan
bahasa yang berseni.
2) Metonomia
Metonomia adalah majas yang memberikan penamaan
terhadap suatu benda dengan menggunakan nama (merk) yang
108
sudah terkenal atau melekat pada suatu benda tersebut. Majas
metonomia dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Dua kaleng biskuit Khing Khong (Ayah : 116).
Kalimat “dua keleng biskuit Khing Khong”, dapat
dikategorikan dalam majas metonomia karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang menyebutkan nama merk roti
yakni Kata “biskuit Khing Khong”. Roti dengan nama merk
tersebut sudah sangat terkenal karena sering dipromosikan
di televisi dan barangnya sudah tersebar diseluruh Indonesia
bahkan luar negeri.
Pada kutipan di atas majas metonomia berfungsi
untuk mengajak pembaca membayangkan dua kaleng roti
biskuit Khing Khong. Pengarang mengajak pembaca seolah-
olah dapat melihat dua kaleng biskuit Khing Khong. Jadi,
majas metonomia berfungsi untuk mengiklankan atau
mempromosikan suatu produk.
b) Senin, Lena Diantar pria naik motor Honda Bebek Super
Cup (Ayah : 150).
Kalimat “Senin, Lena Diantar pria naik motor Honda
Bebek Super Cup”, dapat dikategorikan dalam majas
metonomia karena dalam kutipan tersebut terdapat tuturan
yang menyebutkan nama merk motor Honda, yakni kata
“motor Honda Bebek Super Cup”. Kutipan tersebut
menjelaskan bahwa tokoh yang bernama Lene sering
109
diantar-jemput oleh pacarnya menggunakan motor Honda
Bebek Super Cup.
Pada kutipan di atas majas metonomia berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
situasi yang dialami oleh Lena yang telah diantar oleh
seorang pria menggunakan motor bebek Super Cup.
Pembaca diajak seolah-olah dapat melihat situasi yang
dialami oleh Lena. Jadi, dalam kutipan tersebut majas
metonomia berfungsi untuk mempromosikan suatu produk.
c) Sabari juga kagum pada sepeda motor tua Yamaha Bebek V
80-nya yang baru hidup setelah lebih kurang enam belas
kali diengkol (Ayah : 204).
Kalimat “Sabari juga kagum pada sepeda motor tua
Yamaha Bebek V 80-nya yang baru hidup setelah lebih
kurang enam belas kali diengkol”, dapat dikategorikan
sebagai majas metonomia karena dalam kutipan tersebut
terdapat tuturan yang menyebutkan nama merek, yakni
sepeda motor Yamaha Bebek V 80. Sepeda motor tersebut
pada zamanya termasuk sepeda motor yang memiliki harga
tinggi dan dimemiliki hanya orang-orang tertentu saja.
Setelah bertambahnya hari, minggu, bulan, dan tahun sepeda
motor tersebut terlihat butut, bahkan ketika diengkol saja
susah.
110
Pada kutipan di atas majas metonomia berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan Sabari yang kagum akan motor tua yang digunakan
oleh Juru Antar. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas metonomia
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu barang yang
dipromosikan/diiklankan. Hal tersebut membuat cerita dari
novel tersebut lebih menarik/persuasif karena menggunakan
kata dan bahasa yang berseni.
3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda
mati seolah-olah hidup seperti manusia. Majas personifikasi
dalam novel ayah, sebagai berikut.
a) Radio itu pun tersenyum kepadanya (Ayah : 133).
Kalimat “Radio itu pun tersenyum kepadanya”, dapat
dikategorikan dalam majas personifikasi karena dalam
kutipan tersebut terdapat hal mengumpamakan benda mati
seolah-olah hidup seperti manusia, yakni kata “radio” yang
dapat tersenyum kepadanya, sedangkan radio itu kan benda
mati. Seperti yang kita ketahui, apakah radio memiliki
111
mulut? Tentu jawabanya “tidak”. Jadi, kutipan tersebut
dapat dikategorikan dalam majas personifikasi.
Pada kutipan di atas majas personifikasi berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan yang dialami oleh Amiru yang sangat senang,
karena Amiru dapat menebus radio yang telah digadaikan
ayahnya di tempat pegadaian.
b) Sabari terkejut tak kepalang karena yang menanyakan
kabarnya itu adalah kambing di depanya (Ayah : 166)
Kalimat “Sabari terkejut tak kepalang karena yang
menanyakan kabarnya itu adalah kambing di depanya”,
dapat dikategorikan sebagai majas personifikasi, karena
dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang
mengumpamakan benda mati seolah-olah hidup selayaknya
manusia, yakni tuturan “kambing yang menanyakan
kabarnya Sabari”, padahal yang kambing tidak dapat
berbicara.
Pada kutipan di atas majas personifikasi berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan yang sedang dialami Sabari, yakni terkejut bukan
kepalang karena mendengar hal yang aneh. Pembaca diajak
seolah-olah dapat ikut merasakan situasi yang dialami
Sabari.
112
c) Setiap hari Sabari dicekik kerinduan sekaligus kecemasan
akan keadaan anaknya (Ayah : 238).
Kalimat “Setiap hari Sabari dicekik kerinduan
sekaligus kecemasan akan keadaan anaknya”, dapat
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan yang mengumpamakan
benda mati dianggap seolah-olah hidup selayaknya manusia,
yakni kata “Sabari dicekik kerinduan”. Kerinduan hanyalah
sebuah perasaan saja dan tidak memiliki tangan untuk
mmencekik, yang dapat mencekik, yakni hanyalah makhluk
hidup yang memiliki kedua tangan. Kutipan tersebut
berkisah tentang kerinduan Sabari kepada anak dan istrinya
yang telah pergi meninggalkanya.
Pada kutipan di atas majas personifikasi berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan Sabari. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya. Secara bahasa fungsi majas
menambah daya tarik tersendiri bagi pembaca.
d) Motor kuno itu menjerit-jerit (Ayah : 244)
Kalimat “Motor kuno itu menjerit-jerit”, dapat
dikategorikan sebagai majas personifikasi karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan yang mengumpamakan
benda mati dianggap menjadi selayaknya benda hidup atau
manusia, yakni kata “Motor menjerit-jerit”. Kata “menjerit-
113
jerit” kurang cocok digunakan untuk motor karena motor
tidak mempunyai mulut untuk menjerit dan motor hanyalah
benda mati yang diciptakan oleh manusia. Kutipan tersebut
sebenarnya bermakna motor kuno yang suara knalpotnya
keras, karena motor tersebut motor yang sudah berumur.
Pada kutipan di atas majas personifikasi berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan motor tua yang suara knalpotnya sudah tidak layak
inga orangpakai karena suaranya sudah sangat mengganggu
.Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakanya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas personifikasi
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu peristiwa atau suatu
ungkapan yang tidak lazim. Hal tersebut membuat cerita dari
novel tersebut lebih menarik karena menggunakan kata dan
bahasa yang berseni.
4) Perumpamaan/smile
Perumpamaan atau smile adalah majas yang
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan
menggunakan kata perumpamaan atau perbandingan secara
eksplisit. Majas perumpamaan dalam novel Ayah, sebagai
berikut.
114
a) Setelah berpamitan, lelaki yang besar seperti lemari itu tak
ada kabar beritanya (Ayah : 113).
Kalimat “setelah berpamitan, lelaki yang besar
seperti lemari itu tak ada kabar beritanya”, dapat
dikategorikan dalam majas perumpamaan karena dalam
tuturan tersebut membandingkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dengan menggunakan kata perumpamaan atau
perbandingan secara eksplisit, yakni pada kata “lelaki yang
besar seperti lemari”. Kutipan tersebut membandingkan
antara seseorang dengan sebuah barang, yakni lemari. Hal
tersebut terjadi karena orang yang dibandingkan tersebut
memiliki kualitas ukuran tubuh yang besar sehingga
diumpamakan seperti lemari.
Pada kutipan di atas majas perumpamaan berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan bahwa ada seseorang yang memiliki badan besar
dan diibaratkan seperti lemari. Pembaca seolah-olah melihat
seseorang yang memiliki badan besar.
b) Wajah anak itu lonjong macam biji buah tandong (Ayah :
182).
Kalimat “Wajah anak itu lonjong macam biji buah
tandong”, dapat dikategorikan dalam majas perumpamaan
karena dalam tuturan tersebut membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan kata
perumpamaan atau perbandingan secara eksplisit, yakni
115
“lonjong macam biji buah tandong”. Dalam kutipan tersebut
terjadi perumpamaan antara suatu kata “wajah lonjong”
dengan “biji buah tandong”,dan jika lihat secara bahasa
keduanya memiliki makna yang berbeda.
Pada kutipan di atas majas perumpamaan berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
keadaan wajah seseorang yang memiliki wajah seperti biji
buah tandong. Pembaca diajak seolah-olah ikut
membayangkan wajah yang lonjong tersebut.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas perumpamaan
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan untuk membandingkan suatu hal
yang berbeda dari segi ukuran, fisik, dan kualitasnya. Hal
tersebut membuat cerita dari novel tersebut lebih menarik
karena menggunakan kata dan bahasa yang berseni.
5) Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang kata-kata
pembandingnya tidak dicantumkan (dimplisitkan). Majas
metafora dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Lady Diana adalah kembang dunia yang selalu
membesarkan orang miskin, kata mereka (Ayah : 7).
Kalimat “Lady Diana adalah kembang dunia yang
selalu membesarkan orang miskin, kata mereka”, dapat
dikategorikan dalam majas metafora sebab kutipan tersebut
116
membandingkan dengan kata-kata yang pembandingnya
tidak dicantumkan (dimplisitkan), yakni kata “kembang
dunia”. Kata “kembang dunia” dalam kutipan tersebut
sebenarnya memiliki makna seseorang yang cantik dan baik
di dunia, namun kata tersebut tidak dicantumkan secara
langsung.
Pada kutipan di atas majas metafora berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan sesosok
Lady Diana yang selalu membesarkan orang miskin.
Pembaca seolah-olah diajak untuk melihat kepribadian
Lady Diana. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan di
dalamnya.
b) Bukan satu-dua orang yang mengingatkan tokoh kita itu
soal watak Markoni, bahwa dia memang orang jujur, tetapi
berkepala batu, pemberang bukan buatan (Ayah : 144)
Kalimat “Bukan satu-dua orang yang mengingatkan
tokoh kita itu soal watak Markoni, bahwa dia memang
orang jujur, tetapi berkepala batu, pemberang bukan
buatan”, dapat dikategorikan dalam majas metafora karena
dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang
membandingkan dengan kata-kata yang pembandingnya
tidak dicantumkan (dimplisitkan) yakni kata “berkepala
batu”. Kata tersebut sebenarnya bermakna orang yang keras
117
kepala/sulit dinasihati. Berarti dalam kutipan tersebut bahwa
watah dari tokoh Markoni keras kepala/sulit dinasihati.
Pada kutipan di atas majas metafora berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan karakter
tokoh Markoni yang susah dinasihati. Pembaca seolah-olah
ikut terlarut merasakan keadaan yang ada dalam cerita
tersebut.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas metafora
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu peristiwa atau suatu
ungkapan yang tidak lazim. Biasanya membandingkan manusia
dengan tumbuhan, manusia dengan binatang, dan manusia
dengan alam. Hal tersebut membuat cerita dari novel tersebut
lebih menarik karena menggunakan kata dan bahasa yang
berseni.
6) Alusio
Alusio adalah suatu majas yang menggunakan
ungkapan/pribahasa dan merujuk sesuatu secara tidak langsung
kesamaan antara orang, peristiwa, atau tempat. Majas alusio
dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Lempar Batu Sembunyi Tangan (Ayah : 10)
Kalimat “lempar batu sembunyi tangan”, dapat
dikategorikan sebagai majas alusio karena dalam kutipan
118
tersebut terdapat tuturan yang menggunakan
ungkapan/pribahasa dan merujuk sesuatu secara tidak
langsung kesamaan peristiwa. Ungkapan tersebut
sebenarnya sudah sangat populer dan sudah sering
digunakan oleh para penulis. Kutipan tersebut memiliki
makna “memfitnah orang lain”.
Pada kutipan di atas majas alusio berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan bagaimana
seseorang melakukan kesalahan, tetapi orang tersebut tidak
mengakui kesalahanya. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
b) Sebaliknya, Lena yang kemudian tahu Sabari bekerja di
pabrik ayahnya di samping rumah mereka, dan tahu strategi
udang di balik batu yang tengah diluncurkanya, memuncak
bencinya kepada si Gigi Tupai itu (Ayah : 150).
Kalimat “Sebaliknya, Lena yang kemudian tahu
Sabari bekerja di pabrik ayahnya di samping rumah
mereka, dan tahu strategi udang di balik batu yang tengah
diluncurkanya, memuncak bencinya kepada si Gigi Tupai
itu”, dapat dikategorikan sebagai majas alusio karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan yang menggunakan
ungkapan/pribahasa dan merujuk sesuatu secara tidak
langsung kesamaan peristiwa, yakni kata “udang dibalik
batu”,. Kata tersebut merupakan pribahasa yang sudah
lazim sering digunakan oleh para penulis untuk
119
memperindah suatu bahasa. Kata tersebut memiliki makna
“menginginkan keuntungan dibalik suatu kebaikan”.
Pada kutipan di atas majas alusio berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan akal
seseorang yang sangat cerdik dan licik, yakni mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari apa yang dilakukanya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas alusio dalam
novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca berimajinasi
membayangkan suatu peristiwa atau suatu ungkapan yang tidak
lazim. Hal tersebut membuat cerita dari novel tersebut lebih
menarik karena menggunakan kata dan bahasa yang berseni.
7) Eufemisme
Eufemisme adalah majas penghalus untuk menjaga
kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak
menyenangkan. Majas eufemisme dalam novel Ayah, sebagai
berikut.
a) Maka, jika ada kesempatan memperdengarkan kebolehan pada
dunia, tanpa harus demam panggung atau dilempari penonton
pakai sandal, itu adalah kesempatan emas (Ayah : 95)
Kalimat “Maka, jika ada kesempatan memperdengarkan
kebolehan pada dunia, tanpa harus demam panggung atau
dilempari penonton pakai sandal, itu adalah kesempatan
emas”, dapat dikategorikan sebagai majas eufemisme
karena dalam kutipan tersebut teradap tuturan halus untuk
120
menjaga kesopanan dan menghindari timbulnya kesan yang
tidak menyenangkan, yakni kata “demam penggung”. Kata
tersebut termasuk kata halus yang digunakan Andrea Hirata
dan kata lain yang kasar, yakni kata“gerogi”.
Pada kutipan di atas majas eufemisme berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan situasi
ketika seseorang gerogi berada di atas panggung. Pembaca
seolah-olah ikut terlarut merasakan di dalamnya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas eufemisme
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu peristiwa dengan
menggunakan bahasa yang halus. Hal tersebut membuat cerita
dari novel tersebut lebih menarik karena menggunakan kata dan
bahasa yang berseni.
8) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Majas simbolik dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Katanya bukan dia yang menetapkan syarat-syarat itu,
melainkan semuanya karangan Laila, yang sudah empat kali
kawin ceraidan menganggap semua lelaki di dunia tak lain
selain buaya darat (Ayah : 241).
Kalimat “Katanya bukan dia yang menetapkan
syarat-syarat itu, melainkan semuanya karangan Laila,
yang sudah empat kali kawin cerai dan menganggap semua
121
lelaki di dunia tak lain selain buaya darat”, dapat
dikategorikan sebagai majas simbolik karena kutipan
tersebut melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol
atau lambang untuk menyatakan maksud, yakni kata “buaya
darat”. Kata “buaya darat” memiliki arti makna, yakni
seorang lelaki yang tidak benar (sering merayu wanita).
Pada kutipan di atas majas simbolik berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan bagaimana
keadaan yang dialami Laila yang sudah empak kali kawin
cerai. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan di
dalamnya.
Simpulan uraian di atas, yaitu bahwa majas hiperbola
dalam novel Ayah, berfungsi untuk mengajak pembaca
berimajinasi membayangkan suatu peristiwa atau suatu
ungkapan yang tidak lazim dan melukiskan dengan symbol-
simbol agar terlihat lebih jelas. Hal tersebut membuat cerita dari
novel tersebut lebih menarik karena menggunakan kata dan
bahasa yang berseni.
b. Majas Perulangan
Majas perulangan adalah majas yang mengulang kata demi kata
entah itu yang diulang pada bagian depan, tengah, atau akhir sebuah
kalimat. Berikut majas perulangan yang dapat peneliti sajikan.
122
1) Antanaklasis
Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata
yang sama, makna yang berbeda. Majas antanaklasis dalam
novel Ayah, sebagai berikut.
a) “Aku pun tahu lagu “Trully” itu, aduh, nadanya tinggi
sekali, lebih tinggi daripada tiang bendera di kantor bupati!”
(Ayah : 96).
Kalimat “Aku pun tahu lagu “Trully” itu, aduh, nadanya
tinggi sekali, lebih tinggi daripada tiang bendera di kantor
bupati!”, dapat dikategorikan sebagai majas antanaklasis
karena kutipan tersebut mengandung ulangan kata yang
sama makna yang berbeda, yakni kata “tinggi” yaitu antara
“nada tinggi” dan “tinggi tiang bendera”. Kata “nada
tinggi” kaitanya dengan suara, sedangkan “tinggi tiang
bendera” kaitanya dengan tiang bendera yang berada di
halaman kantor bupati.
Pada kutipan di atas majas antanaklasis berfungsi
untuk mengajak pembaca berimajinasi membayangkan
bagaimana tinggi nada dan tinggi tiang bendera di halaman
kantor bupati. Pembaca seolah-olah ikut melihat situasi
tersebut.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
antanaklasis merupakan unsur pembangun seni bahasa yang
ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut
123
menyebabkan pembaca untuk berimajinasi membayangkan
betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
2) Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang berwujud pengulangan
konsonan yang sama. Majas aliterasi dalam novel Ayah, sebagai
berikut.
a) Mereka punya delapan anak, Zainap, Zinap, Mainap, Tatap,
Rangkap, Inap, Mantap, dan Genap (Ayah : 289).
Kalimat “Mereka punya delapan anak, Zainap, Zinap,
Mainap, Tatap, Rangkap, Inap, Mantap, dan Genap”, dapat
dikategorikan dalam majas aliterasi karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang berwujud pengulangan
konsonan yang sama, yakni kata “Zainap, Zinap, Mainap,
Tatap, Rangkap, Inap, Mantap, dan Genap”, dari tiap kata
nama kutipan tersebut menggunakan konsonan sama, yakni
huruf “P”.
Pada kutipan di atas majas aliterasi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi atau membayangkan delapan
anak yang memiliki nama dengan dengan huruf terakhir “P”.
Pembaca seolah-olah melihat situasi tersebut, betapa lucunya
delapan anak dengan nama huruf terakhir “P”.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
aliterasi merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada
dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut menyebabkan
124
pembaca untuk berimajinasi membayangkan gabungan kata
yang setiap katanya diakhiri dengan huruf “P”. Hal tersebut
menjadi bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
3) Repetisi
Repetisi adalah majas penegasan yang perulangan kata,
frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Majas repetisi
dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Satu patah kata ayahnya, dua patah kata dia (Ayah : 27)
Kalimat “Satu patah kata ayahnya, dua patah kata
dia”, dapat dikategorikan sebagai majas repetisi karena
dalam kutipan tersebut terdapat perulangan kata, frasa, dan
klausa yang sama dalam suatu kalimat, yakni kata “patah
kata”. Kata tersebut diulangi dua kali dalam kalimat
tersebut. Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa ada seorang
anak yang membantah perkataan ayahnya.
Pada kutipan di atas majas repetisi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang tegang. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan
di dalamnya.
b) Miring ke kiri salah, ke kanan salah (Ayah : 30).
Kalimat “Miring ke kiri salah, ke kanan salah”, dapat
dikategorikan sebagai majas repetisi karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang menggunakan perulangan
125
kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat, yakni
kata “salah”. Dalam kutipan tersebut terjadi suatu
ketidaknyamanan.
Pada kutipan di atas majas repetisi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan bagaimana
keadaan ketidaknyamanan. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut merasakan di dalamnya.
c) Fakta demi fakta dibeberkan secara lengkap, sistematis, dan
masuk akal (Ayah : 210).
Kalimat “Fakta demi fakta dibeberkan secara
lengkap, sistematis, dan masuk akal”, dapat dikategorikan
sebagai majas repetisi karena dalam kutipan tersebut
terdapat tuturan yang menggunakan perulangan kata, frasa,
dan klausa yang sama dalam suatu kalimat, yakni kata
“fakta”. Kata fakta diulang dua kali dan kata tersebut
dimaksudkan untuk memperjelas dan memperkut suatu
argument.
Pada kutipan di atas majas repetisi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Ukun dan Tamat yang sedang membela Sabari di dalam
ruang sidang. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan
di dalamnya.
d) Kalau kita punya, yang kita punya bisa diambil orang, kalau
kita tak punya, tak ada yang diambil orang (Ayah : 263).
126
Kalimat “Kalau kita punya, yang kita punya bisa
diambil orang, kalau kita tak punya, tak ada yang diambil
orang”, dapat dikategorikan sebagai majas repetisi karena
dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang menggunakan
perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat, yakni kata “kita punya”. Kata tersebut diulang
sebanyak dua kali. Jadi, kutipan tersebut dapat dinyatakan
sebagai majas repetisi.
Pada kutipan di atas majas repetisi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Sabari yang telah kehilangan anak dan istrinya. Pembaca
seolah-olah ikut terlarut merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
repetisi merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada
dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut
menyebabkan pembaca untuk berimajinasi membayangkan
dua kata yang sama dan masing-masing dari kata tersebut
memiliki mperan yang berbeda. Hal tersebut menjadi bukti
betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
4) Retoris
Retoris adalah majas yang mengandung Tanya jawab, di
mana jawabanya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Majas retoris dalam novel Ayah, sebagai berikut.
127
a) Dan tahukah kau, kawan, apa yang ada dalam teh itu?
(Ayah : 142).
Kalimat “Dan tahukah kau, kawan, apa yang ada
dalam teh itu?”, dapat dikategorikan sebagai majas retoris
karena kutipan tersebut mengandung Tanya jawab, di mana
jawabanya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Pertanyaan tersebut dilontarkan dari Sabari untuk para
kawanya dan jawaban dari pertanyaan tersebut terkandung
di dalamnya.
Pada kutipan di atas majas retoris berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Sabari. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan di
dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
retoris merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada
dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
c. Majas Sindiran
Keraf (2010: 143) berpendapat bahwa majas sindiran atau ironi
adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau
128
maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya. Berikut majas sindiran yang dapat peneliti sajikan.
1) Ironi
Ironi adalah majas sindiran halus berupa pernyataan yang
maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya. Majas ironi
dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Agustus berikutnya, Sabari yang suka bolos upacara,
terpilih masuk tim paskibra SMA (Ayah : 41).
Kalimat “Agustus berikutnya, Sabari yang suka bolos
upacara, terpilih masuk tim paskibra SMA”, dapat
dikategorikan sebagai majas ironi karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang menggunakan sindiran halus
berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan
makna sebenarnya, yakni kata “Sabari yang suka bolos
upacara, terpilih masuk tim paskibra SMA”, dalam kutipan
tersebut terdapat sindiran yang ditujukkan terhadap tokoh
Sabari. Sabari seorang yang tukang bolos sekolah tetapi
malah terpilih menjadi salah satu tim paskibra SMA.
Pada kutipan di atas majas ironi berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang dialami Sabari. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas ironi
merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada dalam
129
novel Ayah, dan berfungsi untuk menyindir seseorang
dengan cara yang halus, sehingga orang yang disindir sadar
diri. Kemunculan majas tersebut untuk membangkitkan seni
kata, seni bahasa dalam suatu perkataan maupun dalam
bentuk tulisan dan membuat kata serta bahasa menjadi lebih
menarik. Hal tersebut menjadi bukti betapa banyak kosa
kata bahasa Indonesia.
2) Antifrasis
Antifrasis adalah majas semacam ironi yang berwujud
penggunaan sebuah kata dengan nama kebalikannya yang bisa
saja dianggap ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk
merangkai kejahatan, roh jahat, dan sebagainya. Majas antifrasis
dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Izmi gembira, Amiru sedih (Ayah : 105).
Kalimat “Izmi gembira, Amiru sedih”, dapat
dikategorikan sebagai majas antifrasis kerena dalam butipan
tersebut terdapat tuturan kata atau kelompok kata yang memiliki
arti berlawanan, yakni kata “gembira”, dengan kata “sedih”.
Kedua kata tersebut memiliki arti berlawanan. Kutipan tersebut
menggambarkan perasaan Izmi yang sedang gembira karena
melihat nilai-nilai raportnya meningkat, dan menggambarkan
perasaan Amiru yang sedang bersedih karena teringat
dengan radio Ayahnya yang berada di kantor gadai.
130
Pada kutipan di atas majas antifrasis berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Izmi dan Amiru. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
b) Pekerjaan berat, ringan saja baginya (Ayah : 149).
Kalimat “pekerjaan berat, ringan saja baginya”,
dapat dikateorikan dalam majas antifrasis karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan kata atau kelompok kata
yang memiliki arti berlawanan, yakni kata “berat” dan
“ringan”, kedua kata tersebut memiliki arti makna yang
berlawanan. Kutipan tersebut menceritakan bahwa semangat
dapat merubah pekerjaan yang berat menjadi ringan.
Pada kutipan di atas majas antifrasis berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan bahwa
semangat dapat merubah segalanya, yakni suatu pekerjaan
berat berubah menjadi ringan. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
antifrasis merupakan majas yang menggunakan lawan kata
dalam satu kalimat serta sebagai unsur pembangun seni
bahasa yang ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas
tersebut untuk membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam
suatu perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat
131
kata serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut
menjadi bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
3) Satire
Satire adalah majas yang berbentuk ungkapan dengan
maksud menertawakan atau menolak sesuatu. Majas satire
dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Nanti kalau kau sudah SMP, sudah belajar soal gelombang
radio, baru ke sini lagi (Ayah : 47).
Kalimat “Nanti kalau kau sudah SMP, sudah belajar
soal gelombang radio, baru ke sini lagi”, dapat
dikategorikan sebagai majas satire karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang berbentuk ungkapan dengan
maksud menertawakan atau menolak sesuatu, yakni “Nanti
kalau kau sudah SMP, sudah belajar soal gelombang
radio”, tuturan tersebut memiliki arti makna menolak untuk
member tahu tentang gelombang radio karena dia umurnya
masih kecil belum SMP.
Pada kutipan di atas majas satire berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang dialami oleh Amiru. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas satire
merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada dalam
novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
132
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
4) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran dengan menggunakan
kata-kata yang kasar dan keras. Majas sarkasme dalam novel
Ayah, sebagai berikut.
a) Mereka yang ke pantai itu adalah orang-orang yang tak laku
(Ayah : 137).
Kalimat “Mereka yang ke pantai itu adalah orang-
orang yang tak laku”, dapat dikategorikan sebagai majas
sarkasme karena dalam kutipan tersebut terdapat tuturan
yang menyindir dengan menggunakan kata-kata yang kasar
dan keras, yakni kata “orang-orang tak laku”. Secara
bahasa ungkapan tersebut termasuk sindiran dan kata-kata
kasar. Kata “tak laku” tidak cocok untuk digunakan
terhadap seseorang, karena seseorang tidak untuk diperjual-
belikan. Kata “tak laku” seharusnya digunakan pada sebuah
dagangan yang diperjual-belikan.
Pada kutipan di atas majas sarkasme berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
dalam kutipan tersebut. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
133
b) “Bilang sama Sabari aku tak perlu rumah reyotnya” (Ayah :
220).
Kalimat “Bilang sama Sabari aku tak perlu rumah
reyotnya”, dapat dikategorikan sebagai majas sarkasme
karena dalam kutipan tersebut terdapat tuturan yang
menyindir dengan menggunakan kata-kata yang kasar dan
keras, yakni kata “rumah reyotmu”. Kata tersebut termasuk
kata yang menyindir secara keras sehingga dapat
menimbulkan perasaan yang membuat seseorang sakit hari
karena merasa terhina.
Pada kutipan di atas majas sarkasme berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang dialami oleh Sabari. Pembaca seolah-olah ikut terlarut
merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
sarkasme merupakan majas sindiran secara kasar sehingga
orang yang disindir langsung tanggap. Majas ini sebagai
unsur pembangun seni bahasa yang ada dalam novel Ayah.
Kemunculan majas tersebut untuk membangkitkan seni
kata, seni bahasa dalam suatu perkataan maupun dalam
bentuk tulisan dan membuat kata serta bahasa menjadi lebih
menarik. Hal tersebut menjadi bukti betapa banyak kosa
kata bahasa Indonesia.
134
5) Sinisme
Sinisme adalah majas sindiran yang berbentuk kesangsian
yang mengandung ejekan secara kasar. Majas sinisme dalam
novel Ayah, sebagai berikut.
a) Ai, sejak kapan kau tahu soal puisi? Ujian Geografi saja kau
menyontek jawabanku (Ayah : 50).
Kalimat “Ai, sejak kapan kau tahu soal puisi? Ujian
Geografi saja kau menyontek jawabanku”, dapat
dikategorikan dalam majas sinisme karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan secara kasar. Kutipan tersebut seolah-
olah meremehkan seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang
puisi, karena ujian geografi saja menyontek.
Pada kutipan di atas majas sinisme berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Zuraida. Pembaca seolah-olat ikut terlarut merasakan
keadaan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
sinisme merupakan unsur pembangun seni dan bahasa yang
ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
memberikan sindiran/ejekan terhadap orang lain serta untuk
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
135
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
d. Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang maknanya bertentangan
dengan kata-kata yang ada. Berikut majas pertentangan yang dapat
peneliti sajikan.
1) Litotes
Litotes adalah majas yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu dengan penurunan kualitas dan merendahkan diri. Majas
litotes dalam novel Ayah, sebagai berikut.
a) Bolehkah khalayak awan semacam saya dan mitra saya ini
punya daripada kartu nama (Ayah : 326).
Kalimat “Bolehkah khalayak awan semacam saya
dan mitra saya ini punya daripada kartu nama”, dapat
dikategorikan dalam majas litotes karena dalam kutipan
tersebut terdapat tuturan yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu dengan penurunan kualitas dan merendahkan diri,
yakni kata “khalayak awan semacam saya”. Kata tersebut
menurunkan kualitas diri menjadi seseorang yang tidak
tahu apa-apa/bodoh, namun sebenarnya orang tersebut
orang tinggi, yakni orang yang cerdas.
Pada kutipan di atas majas litotes berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
Ukun dan Tamat yang bertamu dengan penuh kesantunan
136
dalam bersikap maupun bertutur. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
litotes merupakan unsur pembangun seni bahasa yang ada
dalam novel Ayah. Bahasa yang sederhana dan kesanya
merendah, membuat cerita novel semakin menarik.
Kemunculan majas tersebut untuk membangkitkan seni
kata, seni bahasa dalam suatu perkataan maupun dalam
bentuk tulisan dan membuat kata serta bahasa menjadi lebih
menarik. Hal tersebut menjadi bukti betapa banyak kosa
kata bahasa Indonesia.
2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang kata-katanya mengandung
pertentangan dengan fakta yang ada. Majas paradoks dalam
novel Ayah, sebagai berikut.
a) Ada juga yang berspekulasi mungkin istri Manikam bosan
pada kemapanan sedangkan istri Jon bosan dengan
ketidakmapanan (Ayah : 195).
Kalimat “Ada juga yang berspekulasi mungkin istri
Manikam bosan pada kemapanan sedangkan istri Jon
bosan dengan ketidakmapanan”, dapat dikategorikan dalam
majas paradoks karena kutipan tersebut terdapat tuturan
yang kata-katanya mengandung pertentangan dengan fakta
yang ada. Kata “kemapanan” dan “ketidakmapanan”, ada
137
saat orang bosan dengan kemapanan dan ada juga orang
yang bosan dengan ketidakmapanan.
Pada kutipan di atas majas paradoks berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
istri Manikam dan istri Jon. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
paradoks merupakan unsur pembangun seni bahasa yang
ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
3) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mengandung gagasan-
gagasan bertentangan dengan menggunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan. Majas antithesis dalam novel
Ayah, sebagai berikut.
a) Sepi, hanya padang di kiri-kanan jalan (Ayah : 132).
Kalimat “Sepi, hanya padang di kiri-kanan jalan”,
dapat dikategorikan sebagai majas antithesis karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan yang mengandung gagasan-
gagasan bertentangan dengan penggunakan kata atau
138
kelompok kata yang berlawanan, yakni kata “kiri-kanan”.
Kata “kiri”, yakni bertentangan dengan kata “kanan”.
Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana keadaan
disekitar jalan.
Pada kutipan di atas majas antithesis berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
disekitar jalan. Pembaca seolah-olah ikut terlarut merasakan
keadaan di dalamnya.
b) Turun-naik dada Markoni karena muntab (Ayah : 163).
Kalimat “Turun-naik dada Markoni karena muntab”,
dapat dikategorikan sebagai majas antithesis karena dalam
kutipan tersebut terdapat tuturan yang mengandung gagasan-
gagasan bertentangan dengan penggunaan kata atau
kelompok kata yang berlawanan, yakni kata “turun-naik”.
Kata “turun”, yakni lawanya “naik”. Kata tersebut
merupakan perasaan yang dialami oleh Markoni, karena
salah satu karyawanya ada yang suka dengan putrinya.
Pada kutipan di atas majas antithesis berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
yang dialami oleh Markoni. Pembaca seolah-olah ikut
terlarut merasakan keadaan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
antithesih merupakan unsur pembangun seni bahasa yang
139
ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
4) Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang menyatakan dua hal yang
bagian-bagiannya saling bertentangan. Majas oksimoron dalam
novel Ayah, sebagai berikut.
a) Lebih senang mengenakan kemeja daripada kaus, sebaiknya
tidak suka mengenakan celana jins dan akan lebih baik jika
selalu mengenakan ikat pinggang, berpendidikan minimal
D-3 di bidang manajemen kalau bisa, bidang Peternakan
dan Perikanan juga disukai, perjaka atau duda boleh saja,
jumlah anak (kalau duda) tidaklah masalah, tetapi harus
punya pekerjaan tetap (bergaji bulanan), berperangai tidak
grusa-grusu, menyukai masakan rumah, senang
mendengarkan musik pop masa kini, senang mendengar
radio, dan senang menonton sinetron (Ayah : 216).
Kalimat “Lebih senang mengenakan kemeja daripada
kaus, sebaiknya tidak suka mengenakan celana jins dan akan
lebih baik jika selalu mengenakan ikat pinggang, berpendidikan
minimal D-3 di bidang manajemen kalau bisa, bidang
Peternakan dan Perikanan juga disukai, perjaka atau duda
boleh saja, jumlah anak (kalau duda) tidaklah masalah, tetapi
harus punya pekerjaan tetap (bergaji bulanan), berperangai
tidak grusa-grusu, menyukai masakan rumah, senang
mendengarkan musik pop masa kini, senang mendengar radio,
140
dan senang menonton sinetron”, dapat dikategorikan sebagai
majas oksimoron karena dalam kutipan tersebut terdapat
tuturan yang menyatakan dua hal yang bagian-bagiannya
saling bertentangan. Kata “perjaka” atau “duda”,
merupakan dua kata yang bertentangan “perjaka” berarti
seseorang yang belum pernah menikah, sedangkan “duda”,
seseorang yang sudah menikah tetapi bercerai.
Pada kutipan di atas majas oksimoron berfungsi untuk
mengajak pembaca berimajinasi membayangkan keadaan
memberatkan. Pembaca seolah-olah ikut merasakan betapa
berat syarat yang diajukan oleh Marlena. Pembaca seolah-
olah dapat ikut terlarut merasakan di dalamnya.
Simpulan dari uraian di atas, yaitu bahwa majas
oksimoron merupakan unsur pembangun seni bahasa yang
ada dalam novel Ayah. Kemunculan majas tersebut untuk
membangkitkan seni kata, seni bahasa dalam suatu
perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik. Hal tersebut menjadi
bukti betapa banyak kosa kata bahasa Indonesia.
141
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Ayah karya Andrea Hirata
di Kelas XI SMA
Pembelajaran merupakan suatu proses, cara atau perbuatan yang
dilakukan agar siswa bisa membangun makna atau pemahaman secara
maksimal. Pembelajaran sastra disamping berisi tentang sejarah sastra dan
teori sastra, perlu terutama diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra
yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk mengkaji, atau
mencoba sendiri menciptakan karya sastra. Pembelajaran sastra harus
diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik agar anak didik
mampu memahami, menikmati, dan menghargai karya sastra. Oleh sebab
itu, peneliti mencoba untuk membuat sebuah rencana pelaksanaan
pembelajaran sastra dengan novel Ayah karya Andrea Hirata sebagai
media dalam pembelajaran aprisiasi sastra. Penjabaran lebih lanjut
mengenai RPP tersebut adalah sebagai berikut.
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi, mengikat guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran dan sekaligus sebagai kontrol kualitas
pendidikan nasional. Standar kompetensinya adalah (membaca)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata
pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar pembelajaran
sastra penelitian ini adalah 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata.
142
c. Indikator
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Oleh
karena itu, pembelajaran novel indikator mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1) menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata;
2) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata;
3) menjelaskan majas dan fungsinya dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembelajaran novel
sebagai berikut:
1) siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata;
2) siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
3) siswa mampu menjelaskan majas dan fungsinya dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran Sastra
Materi dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
143
1) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada
bagian pokok dari karya sastra. Unsur intrinsik yang penulis
analisis dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, meliputi tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
2) Unsur Ekstrinsik
Majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata. Terdapat
empat majas, yakni majas perbandingan, majas perulangan, majas
sindiran, dam majas pertentangan.
f. Metode pembelajaran
Mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih
metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi
pembelajaran sastra dan bahasa, metode pembelajaran sastra dan
bahasa yang masih menunjang untuk dipakai dalam pembelajaran
sastra adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian
tugas.
g. Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan peneliti dalam pembe-
lajaran sastra unsur intrinsic dan ekstrinsik novel Ayah karya Andrea
Hirata dalam keterampilan membaca di kelas XI SMA adalah
menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok (group
investigation). Model group investigation merupakan salah satu ben-
tuk model pembelajaran kooperatif, yang mana dalam implementasi-
144
nya, setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan
kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan
kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.
h. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama (2x45)
a. Pendahuluan
1. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapakan salam
dan memimpin doa.
2) Guru mengkondisikan kelas, mengabsen, dan
mengkondisikan kesiapan siswa mengikuti proses
pembelajaran.
3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berakhir.
4) Guru bertanya kepada siswa mengenai kehidupan sehari-
hari yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas
dengan tujuan untuk memotivasi dan menciptakan empati
siswa terhadap materi yang akan dibahas.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
(a) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
145
(b) Guru menentukan sumber data yaitu brupa novel Ayah
karya Andrea Hirata.
(c) Guru menetapkan materi berupa unsur intrinsik dan
majas yang akan dipelajari, menetapkan novel Ayah
karya Andrea Hirata untuk dibaca setiap kelompok
dengan tujuan agar siswa dapat memahami unsur
intrinsik dan majas yang terkandung dalam novel
tersebut.
2) Elaborasi
a) Siswa dalam tiap kelompok saling tukar informasi dan
ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, dan
menganalisis data, serta membuat informasi mngenai
unsur intrinsik dan majas pada novel Ayah karya Andrea
Hirata.
b) Dalam menganalisis data dan membuat informai tiap
kelompok harus membaca keseluruhan novel. Untuk
membaca novel memerlukan waktu ynag cukup lama,
oleh karena itu guru mengajak siswa melanjutkan
membaca novel Ayah karya Andrea Hirata di luar jam
sekolah.
3) Konfirmasi
a) Tiap kelompok diberi tugas yang dikerjakan di rumah
yaitu membaca dan menganalisis unsur intrinsik dan
146
majas yang terkandung dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
b) Guru meminta hasil diskusi tiap kelompok dikerjakan
dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan pada
pertemuan berikutnya.
c. Penutup
1) Guru dan siswa melaksanakan refleksi (reflikasi) terhadap
proses pembelajaran yaitu mengenai kesulitan siswa dalam
memahami unsur intrinsik dan majas yang terkandung
dalam novel.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan mengingatkan siswa untuk tidak lupa
mengerjakan tugasnya.
2) Pertemuan Kedua (2x45 menit)
a) Pendahuluan
(1) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan
memimpin doa.
(2) Guru mengkondisikan kelas, mengabsen, dan
mengkondisikan kesiapan siswa mengikuti pelajaran.
(3) Guru memotifasi siswa dengan mengarahkan pada situasi
pembelajaran.
147
b) Kegiatan inti
(1) Eksplorasi
a. Guru menanyakan tentang tugas yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
b. Guru mengulang sedikit materi.
c. Setiap kelompok mengumpulkan laporannya dan
menyipakan kelompoknya untuk mempresentasikan
hasil diskusinya.
(2) Elaborasi
a. Salah satu kelompok menyajikan hasil análisis novel di
depan kelas.
b. Kelompok lain mengamati, mengevaluasi,
mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan.
(3) Konfirmasi
a. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan
koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan
hasil diskusi kelas.
b. Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang
difokuskan pada pencapaian pemahaman.
148
c) Penutup
(1) Guru dan siswa melaksanakan refleksi (reflikasi) terhadap
proses pembelajaran yaitu mengenai kesulitan siswa dalam
memahami unsur intrinsik dan majas yang terkandung
dalam novel.
(2) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
i. Sumber Belajar
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra, pribadi
guru, dan buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil karya
sastra misalnya penggalan novel, siswa dapat secara langsung
mengkaji novel secara keseluruhan, baik unsur intrinsik maupun
ekstrinsiknya. Adapun novel yang dianalisis, yakni novel Ayah karya
Andrea Hirata, yang diterbitkan oleh penerbit PT Bentang Pustaka
pada tahun 2015, merupakan cetakan pertama dan terdiri dari 396
halaman.
Sumber belajar atau media dalam pembelajaran sastra dan
bahasa khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata diantaranya, yakni
buku-buku referensi berupa: (a) buku paket pelajaran bahasa
Indonesia yang diwajibkan seperti Buku Bahasa Indonesia Ekpresi
Diri dan Akademik kelas X1, (b) buku pelengkap, artinya buku yang
menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pelajaran selain buku
wajib atau buku utama. Dapat juga berupa media cetak (surat kabar
149
dan majalah). Media cetak sebagai sumber belajar harus
mempertimbangkan segi bahasa, estetika, psikologi, materi dan tujuan
belajar. Misalnya cerpen, dan puisi yang ada di surat kabar.
j. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur sesuai
dengan keleluasan dan kedalam materi. Sesuai silabus, pembelajaran
sastra dalam satu Minggunya ada dua kali pertemuan dengan sekali
pertemuan waktunya 2 jam (2 x 45 menit).
k. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini meliputi evaluasi
dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan
afektif (sikap). Evaluasi dalam aspek kognitif berhubungan dengan
akal pikiran dalam mengerjakan soal tes dan subtansi tugas, penilaian
dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa (dapat
dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas),
sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan
peggunaan gaaya bahasanya.
Skor Penilaian.
Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
3.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik novel
Ayah karya Andrea Hirata ?
Sebutkan dan jelaskan majas serta fungsinya
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
150
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (5 unsur atau lebih) = 20
Jawaban kurang lengkap = 10
Tidak ada jawaban = 0
Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Penilaian Afektif
No Nama
Siswa
Indikator Sikap
Tekun Rajin Disiplin Kerjasama
Tanggu
ng
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Mengetahui
Kepala Sekolah
……………………….
…….............................
Purworejo,
Guru Mata Pelajaran
Mei Arisman
NIM. 122110123
151
151
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban atas masalah-
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan dari penulis yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Ayah
karya Andrea Hirata, sebagaimana telah disajikan pada bab IV. Penulis
dapat mengambil simpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian sebagai berikut.
1. Unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, mencangkup
enam aspek, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat. Adapun hasil penemuan dari keenam aspek
tersebut berikut penjelasanya. (a) tema novel ini adalah percintaan. (b)
tokoh utamanya adalah Sabari, sedangkan tokoh tambahannya adalah
Marlena, Zorro, Markoni, Ukun, Tamat, Toharun, Zuraida, Ismi, Insyafi,
Bu Basaria, Juru Antar, John Pijareli, Bogel Leboi, Manikan, Brother
Nil, dan Larisa. Penokohan dalam novel ini adalah sabar, perhatian,
penyayang, tegas, cerdas, pembosan, ulet, patang menyerah, dan pekerja
keras, (c) alur yang digunakan adalah alur campuran, (d) latar dibagi
menjadi 3 yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial. latar tempat: kota
Bengkulu, taman balai kota, Tanjung Pandan, sungai lengan, rumah
Tauke, pasar Belantik, gedung MPB, warung kopi, desa Belantik,
152
Sumatra, Belitong, dan Australia, latar waktu (malam, pagi, siang, dan
sore hari), dan latar sosialnya adalah di Kampung Nira yang saat itu
seluruh penduduk kampong tersebut mendengarkan bersama siaran Lady
Diana, (e) sudut pandang dalam novel Ayah, pengarang menggunakan
pusat pengisahan persona ketiga serba tahu.
2. Majas dan fungsinya yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata yaitu: (1) Majas perbandingan (majas hiperbola, majas
metonomia, majas personifikasi, majas perumpamaan, majas metafora,
majas alusio, majas eufemisme, dan majas simbolik). Majas
perbandingan berfungsi untuk menyamakan suatu hal dengan hal lain
sehingga kata atau bahasa yang digunakan lebih terlihat menarik. (2)
Majas perulangan (majas antanaklasis, majas aliterasi, majas repetisi,
dan majas retoris). Majas perulangan berfungsi untuk menguatkan
pernyataan yang terdapat dalam segi kata maupun bahasa. (3) Majas
sindiran ( majas ironi, majas antifrasis, majas satire, sinisme, dan majas
sarkasme). Majas sindiran berfungsi untuk menghaluskan ungkapan
yang terdapat di dalam kalimat, sehingga arti dari ungkapan tersebut
tidak kasar meskipun sebenarnya kasar. (4) Majas pertentangan (majas
litotes, majas paradoks, majas antithesis, dan majas oksimoron). Majas
pertentangan berfungsi untuk membangkitkan seni kata, seni bahasa
dalam suatu perkataan maupun dalam bentuk tulisan dan membuat kata
serta bahasa menjadi lebih menarik.
153
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel dengan materi majas pada
novel Ayah karya Andrea Hirata berfokus pada aspek membaca.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan silabus
standar kompetensi membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan, kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-
unsur intrinsic dan majas dalam novel Indonesia/novel terjemahan.
Dalam pembelajaran sastra novel Ayah karya Andrea Hirata satu
minggunya ada dua kali pertemuan sekali sesuai dengan silabus. Dalam
pembelajaran novel satu minggu sebelum dimulai pembelajaran siswa
diminta untuk membaca novel tersebut terlebih dahulu di rumah. Dalam
kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Dalam pendahuluan guru
mengkondisikan keadaan siswa agar siapa saja untuk menerima materi
pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan inti menerangkan materi
tentang unsur-unsur karya sastra, kemudian guru meminta para siswa
untuk berdiskusi dalam kelompok yang telah dibentuk untuk
menemukan unsur intrinsik dan majas yang terkandung dalam novel
untuk kemudian dibahas dengan kelompok lain. Dalam tahap penutup
guru merefleksi kegiatan pembelajaran sastra menanamkan bahasa yang
mengandung makna konotatatif sehingga siswa dapat berimajinasi dan
membayangkan suatu hal dengan menggunakan bahasa.
Ketiga aspek tersebut mendukung novel Ayah yang disesuaikan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
154
Pemanfaatan novel Ayah sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran di
kelas XI SMA semester 1 yang terdapat dalam standar kompetensi
membaca: memahami berbagai hikayat, novel terjemahan dengan
kompetensi dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan majas yang
ada dalam novel Indonesia atau novel terjemahan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata sebagaimana yang telah disajikan dalam
bab IV, dapat diambil saran yang berkaitan dengan hasil penelitian. Saran
tersebut berisi usulan yang bermanfaat bagi pendidik, bagi peserta didik,
dan bagi peneliti selanjutnya.
1. Bagi Pendidik
Bagi pendidik, diharapkan dapat menciptakan kegiatan belajar
yang menyenangkan sehingga menumbuhkan rasa cinta peserta didik
terhadap pembelajaran sastra khususnya novel, yaitu dengan cara
memanfaatkan berbagai metode pembelajaran salah satunya seperti
mengombinasikan berbagai metode pembelajaran dalam suatu kegiatan
belajar sehingga dapat tercipta suasana yang tidak membosankan.
Selanjutnya, novel Ayah karya Andrea Hirata diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra yang bermanfaat untuk
diajarkan kepada peserta didik dengan kandungan yang ada pada novel
tersebut. Kemudian diterapkan dengan bahasa-bahasa yang bermakna
155
konotatif sehingga peserta didik dapat berimajinasi dan membayangkan
sesuatu dengan bahasa.
2. Bagi Peserta didik
Bagi peserta didik, diharapkan novel Ayah karya Andrea
Hirata dapat dijadikan acuan menuju ke arah yang lebih baik dalam
kelangsungan hidup sehari-hari. Menggugah peserta didik untuk
brimajinasi dan pastinya menambah wawasan peserta didik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan skripsi ini dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang serupa. Menambah
motivasi peneliti selanjutnya supaya dalam melakukan penelitian dapat
lebih kritis lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Endraswara, Suwardi. 2005. Metode Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.
Rais, Putera. 2012. Panduan Super Lengkap Majas EYD Pribahasa.Yogyakarta:
Buku Pintar
Rasman. 2013. Analisis Majas dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
dan Relevansinya dengan Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas
XI SMA. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sangidu. 2004. Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode dan Kiat.
Yogyakarta: UGM.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharso, Ana Retnoningsih. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
Sukirno.2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: Putra
Offset Purwokerto.
Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tim Penyusunan Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Waluyo, J. Herman. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
BIOGRAFI ANDREA HIRATA
Andrea Hirata lahir di pulau Belitung,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 24
Oktober 1982. Setelah menyelesaikan studi S1
ekonomi di Universitas Indonesia, Andrea mendapat
beasiswa untuk mengikuti studi Master of Science di
Université de Paris, Sorbonne, Perancis dan
melanjutkan studi di Sheffield Hallam University,
Inggris. Andrea bekerja sebagai pegawai di PT. Telekomunikasi Indonesia.
Ia adalah penulis tetralogi Laskar Pelangi. Novel tetralogi Andrea adalah:
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Selain tetralogi
laskar pelangi, Andrea juga menulis novel dwilogi Padang Bulan, yaitu novel
Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, dan novel garapanya yang terakhir
adalah Ayah terbit tahun 2015.
Andrea dapat membuat orang tertawa, dan sedih bahkan menangis ketika
membaca novelnya. Dengan pilihan kata-kata yang tepat, ia mengggambarkan
situasi, tingkah laku dan perasaan anak-anak dan orang dewasa (guru) dalam kisah
novelnya. Ia adalah seorang penulis yang teliti dalam mengamati situasi
lingkungan, kondisi alam dan karakter manusia. Kisah maupun kata-kata dalam
novelnya juga dapat memberi motivasi agar tidak mudah menyerah, tetap tekun
meraih mimpi walaupun hidup dalam kesederhanaan dan kesusahan.
Penggambarannya tentang beragam karakter manusia, alur cerita dan cara
memunculkan suspense membuat novel-novel Andrea disukai semua kalangan,
usia muda maupun tua.
Pada tahun 2008, sukses novel Laskar Pelangi disambut baik oleh
produser, Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza untuk pembuatan film layar
lebar. Mereka membuat film layar lebar berjudul Laskar Pelangi dan film ini pun
sukses dalam ukuran jumlah penontonnya.
Pada bulan Maret 2012 Andrea Hirata menyepakati penerbitan novel
Laskar Pelangi dalam bahasa Inggris berjudul The Rainbow Troops dengan
Penerbit FSG (Farrar, Straus and Giroux) dan Kathleen Anderson Literary
Management di Amerika. FSG adalah salah satu penerbit terbaik di Amerika
dengan kemampuan distribusi yang luas sehingga memungkinkan novel Andrea
dikenal luas di dunia internasional. Banyak pemenang Nobel yang karyanya
diterbitkan oleh Penerbit FSG. Penerbitan novel Laskar Pelangi akan berlanjut
terus dan dalam proses penerjemahan dan peluncuran di berbagai negara, seperti
Italia, Jerman, Belanda, Spanyol, Jepang, China, Vietnam, Taiwan, Korea,
Australia, dan Prancis.
Lampiran 3
SINOPSIS NOVEL AYAH ARYA ANDREA HIRATA
Novel Ayah menceritakan tentang tokoh Sabari, seorang lelaki yang
berperawakan kurus, muka berantakan, telinga macam cantelan wajan, yang
mencintai seorang perempuan cantik bermata indah dan berlesung pipi dalam
bernama Marlena. Cinta Sabari pada Marlena ini mulai tumbuh sejak pertama kali
Marlena menyambar kertas ujiannya saat ujian nasional sekolah menengah
pertama dilakukan. Marlena yang diancam ayahnya bakal dijodohkan kalau tidak
lulus SMP, macam orang kesurupan menyontek lembar jawaban ujian Bahasa
Indonesia milik Sabari di detik-detik terakhir ujian berlangsung. Saat itu Marlena
sama sekali tidak mengenal Sabari, begitu juga Sabari, tidak mengenal Marlena.
Namun, satu hal yang Marlena tidak sadari, Sabari adalah seorang Isaac Newton-
nya Bahasa Indonesia. Alhasil, Marlena diselamatkan oleh hasil nilai ujian Bahasa
Indonesia-nya,tercetak angka 95 di pengumuman kelulusan. Marlena pun lulus
dan tidak jadi dijodohkan ayahnya.
Setelah memasuki babak kehidupan SMA, Sabari yang dulunya
menganggap cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat, mendadak berubah
menjadi majenun (gila) cinta pada Marlena. Sabari dan Marlena bersekolah di
SMA yang sama, hanya beda kelas. Bagi Sabari, sepasang mata Marlena bak
purnama kedua belas yang selalu membuatnya merinding saat menatapnya.
Air susu dibalas air tuba, begitu pepatah yang cocok bagi cinta Sabari pada
Marlena. Kebencian Marlena pada Sabari nampaknya jauh lebih besar dibanding
rasa cinta Sabari pada Marlena meski Sabari tidak mau mengakuinya, baginya
cinta ia pada Marlena tak dapat dikalahkan apapun, hal ini pun membuat ketiga
sahabat Sabari jatuh iba pada Sabari. Ketiga sahabat Sabari yang setia itu bernama
Ukun, Tamat, dan Toharun. Masing-masing adalah siswa peringkat terendah
sekolah Sabari. Ketiga sahabatnya itu sudah melarang Sabari untuk berharap
kepada Lena, tetapi Sabari tetap nekat.
Usai lulus SMA, Sabari sendiri, sesungguhnya bercita-cita menjadi guru
Bahasa Indonesia. Sederhana saja, karena ia amat mencintai sastra dan berpuisi.
Ada begitu banyak hal sederhana di dunia ini, yang mungkin orang lain anggap
hal itu sepele, tetapi di mata Sabari dan dunia puisi, hal-hal sepele itu adalah seni
yang sangat berharga. Ironisnya, Sabari justru mencari pekerjaan berat seperti
buruh kasar, pengangkut balok es, dan pekerjaan berat lainnya, alasannya tak lain
yaitu untuk menipu pikiranya yang selalu tertuju pada Marlena.
Marlena adalah anak Pak Markoni, pengusaha batako. Suatu ketika Sabari
ingin kerja di perusahaan batako tersebut untuk mencuri pandang melihat
kecantikan Marlena. Selama bekerja di perusahaan batako Pak Markoni, Sabari
menggaet gelar pekerja teladan karena dedikasi tingginya terhadap perusahaan itu.
Sabari yang periang dan gemar berpuisi juga langsung disukai para karyawan
perusahaan batako itu.
Tibalah pada saatnya, Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan
berhenti menghitung. Akhirnya, benarlah, Tuhan berhenti menghitung. Sabari
menikahi Lena lantaran Lena terjebak peristiwa hamil di luar nikah dengan pacar
yang entah ke berapanya. Sabari dengan sukarela “menumbalkan” dirinya untuk
menikahi Lena karena seperti yang kita tahu, budaya timur Indonesia sangatlah
menjunjung tinggi moral dan kehormatan. Pernikahan itu berlangsung lantaran
keluarga Markoni terpaksa menjaga kehormatan dan nama baik keluarganya.
Saat bayi itu lahir, Sabari menyambutnya dengan suka cita, sudah
disiapkannya rumah baru bagi putranya yang ia beri nama Zorro itu.
Dibesarkannya Zorro dengan cerita-cerita dan puisi, Zorro pun amat lekat dengan
Sabari yang bak ayah merangkap ibu, karena Lena sering kabur dari rumah dan
tak tahu di mana rimbanya. Sabari sangat mencintai Zorro, dan ia merasa bahwa
dalam hidup ini, kita akan menemukan masa di mana kita menyadari untuk apa
kita dilahirkan di muka bumi ini. Sabari menyadari satu hal bahwa ia dilahirkan di
muka bumi ini untuk menjadi: Seorang “ayah”. Hati Sabari riang tak terperi.
Setelah Marlena melahirkan Zorro, Marlena menggugat cerai dan
mengambil Zorro dari hidup Sabari, ia bagai orang gila yang merasa hampa
selalu. Dihabiskannya waktu untuk melamun di beranda rumah bersama kucing
jantannya yang bernasib sama dengannya: ditinggal bini dan hidup nelangsa
kesepian. Lebih dari itu, kepergian Zorro telah merenggut jati dirinya sebagai
seorang ayah yang selalu mencintai Zorro sepenuh hatinya.
Sementara di Belitong, sedih melihat sahabatnya yang makin gila, Tamat
dan Ukun, sahabat SMA Sabari akhirnya memutuskan untuk mencari di mana
Marlena dan Zorro berada. Pulau Sumatera telah dikelilingi mereka, segala upaya
dikerahkan. Bahkan, Sabari dengan putus asanya menempelkan pelat alumunium
berisi pesan untuk mencari di mana Marlena dan Zorro berada dengan Bahasa
Inggris-nya yang menyedihkan, lalu ditempelkannya pada tempurung penyu.
Surat itupun berakhir di Australia dan membuat geger seorang Niel, yang
kemudian merasa terpanggil untuk juga mencari keberadaan Zorro dan Lena di
Australia. Usaha itu tentu saja gagal.
Pada akhirnya, Ukun dan Tamat berhasil menemukan Lena dan Zorro.
Lena sudah menikah lagi dengan lelaki bernama Amirza. Zorro pun dinamai ulang
dengan nama Amiru. Total pernikahan Lena usai bercerai dengan Sabari adalah
empat kali, sedangkan Sabari hanya menikah sekali saja. Lena adalah cinta
pertama dan terakhirnya.
Zorro alias Amiru segera mengenali aroma ayahnya, yang saban malam
sebelum tidur, selalu dipeluknya kemeja itu, saat mereka bertemu di pelabuhan.
Kedua belahan jiwa itu akhirnya kembali berpelukan dan saling mengisi rumah
mereka yang sempat melamun tak ditinggali bertahun-tahun itu. Amiru yang
cerdas dan mencintai puisi seperti ayahnya, Sabari, sering menghabiskan waktu
berdua dengan Sabari, menunggu matahari tenggelam dan berbalas puisi.
Saat Sabari meninggal, Lena masih berumah tangga dengan Amirza, dan
di makam Sabari tertulis, “Biarkan aku mati dalam keharuman cintamu”. Amiru-
lah yang mengukir puisi itu sesuai permintaan Sabari sebelum wafat. Dan, setahun
berikutnya, Marlena yang dalam keadaan sekarat berpesan pada Amiru anaknya
untuk menguburkan jasadnya di sebelah makan Sabari dan ia juga berpesan untuk
menulis “Purnama kedua belas” di nisannya. Purnama kedua belas adalah
panggilan kesayangan Sabari pada Marlena sejak pertamakali mereka bertemu.
Amiru menurutinya, diukirnya tulisan itu pada nisan ibunya.
Sebelumnya, saat ayahnya masih hidup, Amiru bertanya pada ayahnya,
apakah ayahnya masih mencintai ibunya? Sabari menjawab, “Ingat, Boi, dalam
hidup ini semuanya terjadi tiga kali. Pertama aku mencintai ibumu, kedua aku
mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu.”
170
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / novel terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/ bahan
7.2 Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik dan
ekstrinsik
novel
Indonesia.
Novel Indonesia
dan novel
terjemahan.
Unsur-unsur
intrinsik (alur,
tema,
penokohan,
sudut pandang,
latar, dan
amanat).
Unsur ekstrinsik
(majas)
Membaca novel
Indonesia dan
terjemahan.
Menganalisis
unsur-unsur
ekstrinsik dan
intrinsik (alur,
tema, penokohan,
sudut pandang,
latar, dan amanat)
novel Indonesia
dan terjemahan.
Membandingkan
unsur ekstrinsik
dan intrinsik novel
Indonesia dengan
novel terjemahan.
Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik (majas)
dan intrinsik novel
Indonesia (tema, tokoh,
dan penokohan, alur,
latar, dan amanat)
Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik dan
intrinsik novel
terjemahan.
Membandingkan unsur
ekstrinsik dan intrinsik
novel Indonesia dan
novel terjemahan.
Jenis tagihan
- Tugas individu
- Tugas
kelompok
- Ulangan
Bentuk intrumen
- Uraian bebas
- Pilihan ganda
- Jawaban singkat
Jenis tagihan
- Tugas
kelompok
- Ulangan
Bentuk instrumen
- Uraian bebas
- Pilihan ganda
- Jawaban singkat
4 Novel Ayah
karya Andrea
Hirata
Lam
piran
4
171
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Petanahan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X1/1
Materi Pokok : Menganalisis Novel Ayah
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
7. (membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan.
B. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/
terjemahan
C. Indikator
a. Mengidentifikasi setiap unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
b. Mengidentifikasi majas dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel Ayah, peserta didik dapat mengerti jalan ceritanya.
2. Setelah membaca novel Ayah, peserta didik dapat menemukan unsur
intrinsik novel tersebut.
3. Setelah membaca novel Ayah, peserta didik dapat menguraikan majas dalam
novel.
E. Materi Pembelajaran
1. Menemukan isi novel Ayah.
2. Menemukan unsur intrinsik novel Ayah. Yang meliputi tema, alur/plot,
tokoh dan penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.
3. Menemukan majas dalam novel Ayah.
F. Metode Pembelajaran
Metode Group Investigation
Metode: Ceramah, Diskusi, Pemberian Tugas
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Novel Ayah karya Andrea Hirata
2. Alat dan Bahan
Laptop
LCD
Alat Tulis
3. Sumber Belajar
Buku Buku Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik kelas X1
Buku Pelengkap Materi Pembelajaran
Novel Ayah karya Andrea Hirata
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Inti:
a. guru mengucapkan salam dan berdoa;
b. guru mempresensi dan mengkondisikan kelas
agar siswa siap dalam mengikuti ke- giatan
belajar;
c. guru menyampaikan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran;
d. guru memberikan apersepsi dan memotivasi
siswa tentang materi pelajaran yang akan di-
laksanakan.
a. Eksplorasi
(1) siswa diberi kesempatan untuk mencari materi
sesuai dengan kompetensi dasar pembelajaran
yang berupa teori unsur intrinsik dan aspek nilai
moral novel;
(2) siswa menyampaikan tentang hasil pencarian
materinya di depan kelas.
b Elaborasi
( (1)beberapa siswa maju ke depan untuk menjawab
15 menit
60 menit
pertanyaan guru. Pertanyaan dapat berupa,
“Sebutkan tiga macam alur berdasarkan urutan
waktu?”;
(2) siswa menyebutkan tiga macam tentang alur
berdasarkan urutan waktu;
(3) siswa yang lain memberikan tanggapan;
(4) guru memberikan materi mengenai unsur-
unsur intrinsik novel dan majas yang terdapat
dalam novel;
(5) guru menyuruh siswa untuk membuat
kelompok;
(6) guru menyediakan subjek penelitian (novel
Ayah) dan guru menyuruh siswa untuk
membaca novel. Waktu yang dibutuhkan untuk
membaca novel cukup lama.
c Konfirmasi
(1) guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah. Tugasnya, yakni
membaca kemudian menganalis unsur intrinsik
dan majas dalam novel Ayah;
(2) guru membatasi waktu penyelesaian tugasnya.
Kegiatan
Penutup:
a. guru bersama siswa menyimpulkan kembali
pembelajaran yang telah dipelajari;
b. guru mengucapkan salam penutup
15 menit
Pertemuan kedua,
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Inti:
a) guru mengucapkan salam dan memimpin
doa;
b) guru mempresentasikan dan mengkondisi-
kan kelas agar siswa siap dalam mengikuti
kegiatan belajar, supaya tercipta kegiatan
belajar mengajar yang tertib;
c) guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang sudah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya;
d) guru menyampaikan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran.
a) Eksplorasi
(1) guru menanyakan tugas pertemuan se-
belumnya;
15 menit
60 menit
Kegiatan
Penutup:
(2) guru sedikit mengulas kembali materi
yang sudah dibahas dengan cara me-
mantau keaktifan siswa;
(3) siswa membentuk kelompok.
b) Elaborasi
(1) siswa mempresentasikan hasil dari
mengkaji unsur intrinsik dan majas yang
terdapat dalam novel Ayah;
(2) kelompok yang tidak maju bertugas
untuk menanggapinya.
c) Kofirmasi
(1) guru memberikan umpan balik terhadap
keberhasilan siswa dalam menerima
materi dalam bentuk penghargaan.
a) guru bersama siswa menyimpulkan kembali
materi yang sudah dipelajari;
b) guru mengadakan evaluasi
c) guru mengakhiri proses pembelajaran de-
gan salam penutup.
15 menit
I. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Evaluasi Poses
Bacalah novel Ayah karya Andrea Hirata!
2. Evaluasi hasil
1) Jelaskan tema novel Ayah karya Andrea Hirata?
2) Jelaskan dan sebutkan majas yang terdapat dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata?
Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik novel ?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (5 unsur atau lebih) = 20
Jawaban kurang lengkap = 10
Tidak ada jawaban = 0
Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi tentang unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Penilaian Afektif
No
Nama
Siswa
Indikator Sikap
Tekun Rajin Disiplin Kerjasama
Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Mengetahui
Kepala Sekolah
Dra. Puji Kartanti
NIP. 19650409200801 2005
Purworejo,
Guru Mata Pelajaran
Mei Arisman
NIM. 122110123
Lampiran 6
KARTU PENCATAT DATA
Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Tema
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Masalah-masalah pembentuk tema
a. Masalah Rumah Tangga
“Seekor kucing berbulu hitam, tetapi telah berubah menjadi abu-
abu, karena suka tidur di tungku, melompat ke pangkuanya.
Kucing yang telah berjanji pada dirinya sendiri, untuk ikut Sabari
sampai ajal menjemput, juga merana. Biduk rumah tangganya
persis rumah tangga Sabari, telah karam. Marleni, istrinya, telah
minggat, direbut kucing garong dari pasar pagi Tanjong Pandan
yang tak tahu adat.”
“Rumah tangga Sabari dimulai dengan sangat unik. Yaitu Lena
tetap tinggal di rumah orangtuanya dan Sabari di rumah
orangtuanya juga. Tak pernah meski hanya sehari, apa-apa
semalam, Lena tinggal dengan Sabari.”
“Drs. Makmur Manikam menjawab waktu hakim ketua bertanya.
Sebab, siapa pun yang terlibat dalam perkara itu tahu bahwa
masalah ketidakbahagiaan sebagai alasan perceraian bukanlah
baru terjadi sehari-dua hari, sudah menahun, berlarut-larut.”
b. Masalah Percintaan
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat Sabari
senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya, belahan jiwanya,
segala-galanya. Sayang seribu sayang, tak sedikitpun Lena
mengacuhkanya. Gambar-gambar hitam putih, karena sudah lama
tentu saja, silih berganti melayang dalam kepala lelaki lugu yang
melankolis itu. Gambar waktu Sabari mengambil saput tangan
Lena yang jatuh di lapangan Upacara.”
“Jangankan Sabari, bahkan Ukun, Tamat dan Toharun tak habis
mengerti melihat sikap Lena. Ingat benar Ukun kata manis Lena
untuk Sabari, romeo, juliet-mu. Namun nyatanya. Lena tetaplah
Lena. Boro-boro senang dengan Sabari, melirik pun tidak .”
“Mungkin bagi banyak orang hal itu absurd. Hanya karena cinta?
Namun, mengingat banyak orang di dunia ini menjerat leher
2
178
207
3
67
73
mereka sendiri karena cinta, bolehlah tindakan Sabari disebut
konyol, tetapi tidak luar biasa.”
c. Masalah Ekonomi
“Keluarga Izmi tadinya kaya, tetapi mendadak miskin. Waktu
Izmi kelas satu SMP, ayahnya ditangkap polisi lantaran korupsi.
Semua hartanya disita. Keluarga itu kocar-kacir. Untuk bertahan,
ibu Izmi berjualan kue. Izmi, anak tertua, menjadi tukang cuci dan
strika”
“Amiru tak tahu ayahnya telah menggadaikan radio itu. Pulang
dari sekolah dia terkejut melihat radio itu tak ada lagi di
tempatnya. Dari menggadaikan radio itu, Amirza bisa membawa
istrinya pulang setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit.”
d. Masalah Mengasuh Anak
“Sebagai mertua Sabari sekaligus kakek dari anak kecil itu,
tersentuh dia membaca bahwa Sabari mengundurkan diri dari
pekerjaan karena harus mengurus anaknya, dan betapa dia merasa
dirinya diberkahi karena mendapat kesempatan itu.”
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik
Markoni, membuka warung sembako di rumahnya. Pekerjaan di
warung dan memelihara kambing memungkinkanya untuk selalu
berada dekat Zorro. Semuanya sangat menyenangkan, apalagi
sejak ada Zorro, keajaiban terjadi setiap hari di rumah Sabari.”
e. Masalah Perceraian
“Hati Sabari seperti digunting melihat panitera pengadilan
menggunting buku nikahnya dan buku nikah Lena. Yang mulia
mengetuk palu. Majelis menutup sidang .”
“Bersusah payah Manikam meminta izin dari kantor untuk
perceraian kedua. Akhirnya, Manikam-Marlena tutup buku.”
“Semua tampak sempurna, sayangnya tak berlangsung lama. Lena
mengetahui Jon tidak setia, yang menurut banyak orang menjadi
penyebab dua perceraian sebelumnya.”
f. Masalah Kehilangan Anak
“Sabari menggigil. Tak ada yang paling ditakutkannya selain
Zorro diambil darinya. Namun, Sabari membujuk dirinya sendiri
dengan mengatakan Buncai adalah pembual kelas satu.”
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan bergegas
pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria tadi
menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro memberontak dan
memanggil-manggil, aya! Aya! Tanganya menggapai-gapai.
41
53
185
187
212
243
266
219
228
Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu Lena dan Zorro
telah berada di seberang jalan, lalu masuk mobil dan meluncur.”
g. Masalah Kejiwaan
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya manusia di
platform pasar ikan. Dia berjalan melalui relung-relung gang pasar
yang sepi sambil menggendong Abu Meong dan memanggil-
manggil Marleni. Kerap pula memanggil Marlena dan Zorro.
Langkahnya diikuti belasan kucing pasar. Jika ada penertiban
gelandangan dan orang gila, kerap Sabari dinaikan bak mobil
pikap polisi pamong praja, tetapi tak lama kemudian dia akan
kembali lagi ke pasar ikan.”
h. Masalah Perjuangan untuk Anak
“Sungguh kejam latihan dari Toharun, tetapi nyata kemajuan yang
dirasakan Sabari. Maka, dia tak pernah mengeluh, lagi pula piala
maraton itu begitu manis untuk menjadi hadiah selamat datang
bagi anaknya nanti. Karena latihan super keras itu, Sabari semakin
yakin dia akan menggondol juara pertama. Penat tubuhnya lenyap
jika Sabari membayangkan menyerahkan piala itu kepada Zorro di
pelabuhan nanti.”
“Meski kakinya perih dan napasnya tersengal-sengal, meski
sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus berlari
karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau menyerah demi
Zorro.”
i. Masalah Hukum Karma
“Akan tetapi, hukum karma tetap berlaku dan masih berlaku. Dua
anak lelakinya, seperti dirinya dulu, menempuh jalan hidup
sebagai bedebah. ”
“Lantas, Markoni bilang bahwa kesabaranya sudah habis karena
Lena suka meraupkan abu ke mukanya, satu ungkapan betapa
malunya orang melayu. Bahwa dia tak mau lagi menerima Lena
kecuali anaknya itu sudah tobat”
284
357
373
27
235
Tokoh dan Penokohan
No. Data Kutipan Novel Halaman
1.
2.
Tokoh Utama
1. Sabari
“Dulu, diantara kawan-kawannya, Sabari paling terlambat pandai
naik sepeda. Dia juga terakhir pandai mengaji, pandai menulis dan
membaca, semua itu lantaran kesabarannya.”
“Kesimpulan pertama, dengar baik-baik nasihat ayahmu. Kedua,
pabrik batako kita ini adalah tulang punggung pembangunan
sekolah. Maka, buatlah batako yang kuat, liat, tangguh macam
kawan kita kuli mentah Sabari ini. ”Sabari tersenyum bangga.“
Ketiga, juga seperti Sabari, jujur!.Jangan kau kurangi takaran
semen jika mencetak batako.”
“Matahari mengendap, malam menjelang, telapak kaki Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di aspal.
Meskin kakinya perih dan nafasnya tersengal-sengal, meski
sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus berlari
karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau menyerah demi
Zorro.”
Tokoh Tambahan
1. Marlena
“Si bungsu sudah menunjukkan tanda-tanda brandal sejak SD di
suruh belajar sama susahnya seperti menyuruh kambing berkokok.
Dimarahi, dianggapnya seperti angina lalu saja. Di peringatkan,
tak mempan. Di ancam, tak gentar. Di nasihati, melawan. Satu
patah kata ayahnya, dua patah kata dia. Di hardik supaya rajin
belajar agar bisa sekolah tinggi, di pulangkannya kata-kata
ayahnya,bahwa ayahnya sendiri dulu drop out.”
2. Amiru
“Zorro naik kelas dua dan menduduki peringkat pertama. Nilai-
nilainya jauh meninggalkan Imelda di peringkat kedua.”
3. Tamat
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak jadi
orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh mulia”.
4. Markoni
“Ayah yang keras, begitu semua anaknya menganggap Markoni.
Markoni sadar akan hal itu, tetapi tak dapat mengubahnya. Sistem
militan yang diterapkanya di rumah adalah akibat dari penyesalan
paling besar dalam hidupnya, yang tak ada hari dilaluinya tanpa
menyesalinya, yaitu tidak sempat sekolah tinggi.”
32
156
373
27
25
295
17
5. Ukun
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak jadi
orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh mulia”.
6. Izmi
“Izmi kawan sekelas Zurai, dianggap siswa lain mirip Ukun,
Tamat, Toharun dan Sabari sendiri. Yakni sama-sama orang yang
tidak keren, para pecundang.”
7. Zuraida
“Suatu ketika Zuraida melihat Sabari berkelabat di pasar ikan,
langsung jalanya dipotong Zurai.”
8. Toharun
“Sabari senang bukan buatan karena menemukan pelatih.
Disalaminya Toharun kuat-kuat. Sejak itu Sabari setiap hari kena
gencet Toharun.”
295
40
284
355
Alur
No. Data Kutipan Novel Halaman
1.
a) Tahap Penyituasian
“marlena, oh Marlena, perempuan yang telah membuat Sabari
senawen karena kasmaran. Cinta pertamanya, belahan jiwanya,
segala-galanya.Sayang seribu sayang tak sedikitpun Lena
mengacuhkannya. Gambar-gambar hitam putih, karena sudah
lama tentu saja , silih berganti melayang dalam kepala lelaki lugu
yang melankolis itu. Gambar waktu sabari mengambil saputangan
Lena yang jatuh di lapangan upacara.”
b) Tahap Pemunculan Konflik
“Awan takjub melihat seorang lelaki yang mencintai seorang
perempuan di seberang meja itu lebih dari apapun di dunia ini,
sedangkan perempuan itu membenci lelaki itu, lebih dari apa pun
di dunia ini, dan mereka akan segera menikah. Cinta sungguh,
sungguh ajaib.”
c) Tahap Peningkatan Konflik
“Gosip perceraian itu kian hari kian gencar. Sabari tak karuan. Dia
berharap semua itu hanyalah kabar burung. Di tengah kekalutan
itu, saat Sabari mau menidurkan Zorro, Zorro menatap ayahnya,
lalu dari mulut mungilnya terdengar bunyi, aya! Aya!.”
d) Tahap Klimaks
“Pulanglah, mandi sana, cukur rambut, nonton layar tancab, lihat
pasar malam, goda-goda perempuan di Pantai Tanjong pendam,
macam orang laki lainya, kembalikan hidupmu! Jangan sinting
begini.”
e) Tahap Penyelesaian
“Setelah mempertimbangkan berbagai macam aspek, mereka
memutuskan untuk mencari Lena dan Zorro ke Sumatra dan
membawa keduanya pulang ke Belitong.”
3
170
191
285
286
Latar
No. Data Kutipan Novel Halaman
1.
Latar Tempat
1. Desa Belantik
“Dulu dia tak ubah anak-anak lain di desa Belantik. Kampung
paling ujung di pinggir laut Belitong sebelah timur.”
2. Warung Kopi
“Tercenung Markoni di warung kopi. “
9
20
2.
3.
3. Sungai Lengan
“Anak dan Ayah itu menuju dermaga, untuk menyaksikan
matahari terbenam nun di muara Sungai Lengan.”
4. Tanjung Pandan
“Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek, tak lama
kemudian Ukun,Tamat, dan Sabari sudah bekerja di Tanjung
Pandan.”
5. Kota Bengkulu
“Manikam tinggal di kawasan perumahan terpandang di pinggir
kota Bengkulu.”
6. Rumah Tauke
“Manikam tinggal di kawasan perumahan terpandang di pinggir
kota Bengkulu.”
Latar Waktu
1. Pagi
“Keesokanya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain datang, tampak
Sabari menyapu ruang olahraga dengan gesit, meski hari itu bukan
jadwal piketnya. Setelah itu, dia membuka baju dan berlari
mengelilingi lapangan upacara.”
2. Siang
“Sabari mengarungi hari demi hari bak mengarungi samudra
waktu. Akhirnya, tibalah hari pengumuman yang mendebarkan
itu. Sejak siang Sabari sudah bercokol di pekarangan gedung
MPB. Belum perna dia merasa waktu berjalan begitu lambat
sekaligus cepat. Cepat sekaligus lambat. Membingungkan.”
3. Malam
“Malam beranjak, Amiru tak dapat tidur karena dia telah terbiasa
mendengar bunyi radio itu sejak masih kecil. Tak pernah dia
mengalami malam sesenyap dan sepahit malam itu.”
4. Sore
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke pantai barat,
tetapi sampai hari terakhir februari, langit tak kunjung menjadi
biru.”
Latar Sosial
“Acara kesenangan ayahnya adalah ceramah agama Islam,
sandiwara radio, lagu-lagu semenanjung, dan tak lupa, berita
tentang Lady Diana. Entah bagaimana mulanya, penduduk
65
112
194
194
75
32
53
187
7
kampong Nira gemar sekali kepada Lady Diana. Tak peduli tua,
muda, wanita maupun pria. Kegemaran itu tak luput
menghinggapi ayah Amiru. Jika RRI atau radio lokal
menyinggung sedikit saja nama Lady Diana, lekas-lekas Amirza
membesarkan volume radio.”
Sudut Pandang
No. Data Kutipan Novel Halaman
1.
Sudut pandang
“Akhirnya, tibalah malam minggu yang ditunggu-tunggu itu. Tak
mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan seronok. Dia
mengantri di stasiun radio sejak pukul 19.30, setelah lima belas
peserta, tibalah giliranya.”
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di aspal.
Meski kakinya perih dan napasnya tersengal-sengal, meski sampai
finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus berlari karena dia
teringat akan anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang
ayah, tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
97
373
Unsur Ekstrinsik (Majas) Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Majas dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Data Kutipan Novel Halaman
1.
Majas Perbandingan
1. Hiperbola
“Disuruh belajar sama susahnya dengan menyuruh kambing
berkokok”
“Burung kutilang di sekitar rumah seakan ikut tertawa”
“Bersekutu dengan Waktu”
2. Metonomia
“Dua kaleng biskuit Khing Khong”
“Senin, Lena Diantar pria naik motor Honda Bebek Super Cup”
3. Personifikasi
“Radio itu pun tersenyum kepadanya”
“Sabari terkejut tak kepalang karena yang menanyakan kabarnya
itu adalah kambing di depanya”
“Motor kuno itu menjerit-jerit”
4. Perumpamaan
“Setelah berpamitan, lelaki yang besar seperti lemari itu tak ada
kabar beritanya”
“Wajah anak itu lonjong macam biji buah tandong”
5. Metafora
“Lady Diana adalah kembang dunia yang selalu membesarkan
orang miskin, kata mereka”
“Bukan satu-dua orang yang mengingatkan tokoh kita itu soal
watak Markoni, bahwa dia memang orang jujur, tetapi berkepala
batu, pemberang bukan buatan”
“Ini adalah surat paanggilan dari pengadilan agama karena kau
akan dimejahijaukan oleh lena”
6. Alusio
“Sebaliknya, Lena yang kemudian tahu Sabari bekerja di pabrik
ayahnya di samping rumah mereka, dan tahu strategi udang di
27
183
386
116
150
133
166
244
113
182
7
144
205
150
2.
3.
balik batu yang tengah diluncurkanya, memuncak bencinya
kepada si Gigi Tupai itu”
7. Eufemisme
“Maka, jika ada kesempatan memperdengarkan kebolehan pada
dunia, tanpa harus demam panggung atau dilempari penonton
pakai sandal, itu adalah kesempatan emas”
8. Simbolik
“Katanya bukan dia yang menetapkan syarat-syarat itu, melainkan
semuanya karangan Laila, yang sudah empat kali kawin ceraidan
menganggap semua lelaki di dunia tak lain selain buaya darat”
9. Sinestesia
“Sabari tersenyum pahit”
Majas Perulangan
1. Antanaklusis
“Aku pun tahu lagu “Trully” itu, aduh, nadanya tinggi sekali,
lebih tinggi daripada tiang bendera di kantor bupati!”
2. Aliterasi
“Mereka punya delapan anak, Zainap, Zinap, Mainap, Tatap,
Rangkap, Inap, Mantap, dan Genap”
3. Repetisi
“Miring ke kiri salah, ke kanan salah”
“Fakta demi fakta dibeberkan secara lengkap, sistematis, dan
masuk akal”
“Kalau kita punya, yang kita punya bisa diambil orang, kalau kita
tak punya, tak ada yang diambil orang”
4. Retoris
“Dan tahukah kau, kawan, apa yang ada dalam teh itu?”
Majas Sindiran
1. Ironi
“Agustus berikutnya, Sabari yang suka bolos upacara, terpilih
masuk tim paskibra SMA”
2. Antifrasis
“Izmi gembira, Amiru sedih”
“Pekerjaan berat, ringan saja baginya”
95
241
68
96
289
30
210
263
142
41
105
149
4.
3. Satire
“kau sudah SMP, sudah belajar soal gelombang radio, baru ke sini
lagi”
4. Sarkasme
“Mereka yang ke pantai itu adalah orang-orang yang tak laku”
“Bilang sama Sabari aku tak perlu rumah reyotnya”
5. Sinisme
“Ai, sejak kapan kau tahu soal puisi? Ujian Geografi saja kau
menyontek jawabanku”
Majas Pertentangan
1. Litotes
“Bolehkah khalayak awan semacam saya dan mitra saya ini punya
daripada kartu nama”
2. Paradoks
“Ada juga yang berspekulasi mungkin istri Manikam bosan pada
kemapanan sedangkan istri Jon bosan dengan ketidakmapanan”
3. Antithesis
“Sepi, hanya padang di kiri-kanan jalan”
“Turun-naik dada Markoni karena muntab”
4. Oksimoron
“Lebih senang mengenakan kemeja daripada kaus, sebaiknya
tidak suka mengenakan celana jins dan akan lebih baik jika selalu
mengenakan ikat pinggang, berpendidikan minimal D-3 di bidang
manajemen kalau bisa, bidang Peternakan dan Perikanan juga
disukai, perjaka atau duda boleh saja, jumlah anak (kalau duda)
tidaklah masalah, tetapi harus punya pekerjaan tetap (bergaji
bulanan), berperangai tidak grusa-grusu, menyukai masakan
rumah, senang mendengarkan musik pop masa kini, senang
mendengar radio, dan senang menonton sinetron”
47
137
220
50
326
105
132
163
216