Post on 21-Oct-2021
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA
SISWA KELAS VIII A DI SMP NEGERI 01 PASEMAH AIR KERUH
KABUPATEN EMPAT LAWANG PROVINSISUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu untuk Memenuhi sebagaian Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana dalam Bidang Tadris Bahasa Indonesia
Oleh
LIA RUSLIANA
NIM 1611290008
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN 2021
PERSEMBAHAN
―Syukur Alhamdulillah hamba ucapkan pada Engkau Ya Allah, dengan
seizin-Mu hari ini telah lahirnya karya kecil hamba. Kebahagian ini ingin
kupersembahkan dengan tulus untuk orang-orang yang hamba cintai sepenuh hati
yang senantiasa membimbing saat suka maupun duka, selalu menemani hamba
saat lemah dan terluka yang selalu mendoakan untuk kesuksesan dunia dan
akhirat.‖
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayah (Rudi Harjono) dan Ibu (Sunarti) Terima kasih
untuk semua doa dan dukungan tulus ikhlas, menanti sejuta mimpi untuk
diraih. Mimpi adalah kunci untuk menaklukan dunia yang diiringi doa,
kerja keras, sabar, dan ikhlas untuk diyakini demi merai sejuta mimpi yang
dimiliki.
2. Kasih sayang buat kakak saya (Engga Juliansah) dan adikku (Laura
Puspita Sari) yang selalu memberikan warna dan semangat dalam hidup
ini.
3. Untuk teman-temankuYesi Efrianti, Nur Fitri, Inge Dwi Wahyuni, Eka
Prastisi serta teman-teman kelasku Prodi Tadris Bahasa Indonesia
angkatan 2016 yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan
kebahagian dalam hidup ini.
4. Teruntuk Prodi Tadris Bahasa Indonesia dari kaprodi, dosen, serta semua
mahasiswa yang selalu memberikan pengajaran dan pengalaman yang
begitu berharga.
5. Terima Kasih Almamaterku tercinta IAIN Bengkulu.
MOTTO
―Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.‖
(Al-Baqarah :153)
Biarlah hidup mengalir seperti air.
―Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.‖
(Q.s. Al-Insyirah :6)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ―Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan”. Shalawat dan salam
semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita,
Rasulullah Muhammad Saw. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari
adanya bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami
menghaturkan terimah kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sirajuddin.M.,Ag.,MH. Selaku Rektor IAIN Bengkulu.
2. Dr. Zubaedi, M.Ag.,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
3. Dr. Kasmantoni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Tadris.
4. Heny Friantary, M. Pd. selaku Ketua Prodi Bahasa Indonesia.
5. Nurlaili, M.Pd.I. selaku pembimbing I skripsi Analisis Kesalahan
Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Propinsi Sumatera Selatan.
6. Vebbi Andra, M.Pd. selaku pembimbing II skripsi Analisis Kesalahan
Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Propinsi Sumatera Selatan.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Bengkulu, 2021
Penulis,
Lia Rusliana
NIM 1611290008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................... . vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. .. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... .... viii
ABSTRAK .................................................................................................... .. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. . xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah............................................................... 5
D. Rumusan Masalah................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................ 8
1. Bahasa Indonesia................................................................ 8
a. Hakikat Bahasa Indonesia.................................................. 9
b. Ragam Bahasa.................................................................... 9
c. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar........................ 10
2. Kesalahan Berbahasa.......................................................... 10
a. Definisi Kesalahan Berbahasa............................................ 12
b. Sikap Positif Terhadap Bahasa Indonesia.......................... 13
c. Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa.................. 13
d. Bentuk-Bentuk Kesalahan Berbahasa................................ 16
B. Kajian Penelitian Terdahulu.................................................... 34
C. Kerangka Berpikir................................................................... 40
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................... 42
B. Setting Penelitian..................................................................... 44
C. Subyek dan Informan............................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 46
E. Teknik Keabsahan Data........................................................... 49
F. Teknik Analisis Data................................................................ 51
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Fakta Temuan Penelitian......................................................... 53
1. Gambaran Lengkap Lokasi Penelitian............................... 53
2. Gambaran Lengkap Data Penelitian.................................. 54
B. Interpretasi Hasil Penelitian..................................................... 55
1. Bentuk Kesalahan Fonologi (Tataran Lisan) Penggunaan
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan............................................................... 55
2. Transliterasi Fonetik........................................................... 79
3. Bentuk Kesalahan Ejaan (Tataran Tulisan) Penggunaan
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan............................................................... 80
BABA V: PENUTUP
A. Simpulan................................................................................. 210
B. Saran....................................................................................... 210
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... .. 212
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................
i
ABSTRAK
Lia Rusliana,NIM: 1611290008 Judul Skripsi: ―Analisis Kesalahan Penggunaan
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan‖,Skripsi: ProgramStudi
Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu.
Pembimbing: 1. Nurlaili, M.Pd.I Pembimbing., 2. Vebbi Andra, M.Pd.
Kata Kunci: Analisis, Kesalahan, Bahasa Indonesia
Pada umumnya ketidakmampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia
tampak pada pemakaian ejaan dalam menulis kalimat dan berbicara secara lisan.
Masih banyak terdapat kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa dalam
pemakaian kalimat dan cara penyampaiannya.Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui, yaitu: (1) Bentuk kesalahan fonologi (tataran lisan)
penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. (2)
Bentuk kesalahan ejaan (tataran tulisan) penggunaan bahasa Indonesia pada siswa
kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang
Provinsi Sumatera Selatan. Adapun jenis metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis
berkesimpulan bahwa jumlah seluruh data yang penulis temukan selama
penelitian di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang
Provinsi Sumatera Selatan yaitu berjumlah 15 DF (Data Fonologi) dan 34 DE
(Data Ejaan). Adapun kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas
VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan terdapat dua bentuk kesalahan berbahasa yaitu bentuk kesalahan
fonologi penggunaan bahasa Indonesia dan bentuk kesalahan ejaan penggunaan
bahasa Indonesia. Bentuk kesalahan fonologi tersebut yaitu dalam proses belajar
mengajar guru dan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A di
SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera
Selatan, kesalahan yang disebabkan perubahan bahasa Indonesia menjadi bahasa
Daerah dalam proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan bentuk kesalahan ejaan
yaitu dalam latihan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A di
SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera
Selatan.
ABSTRACT
Lia Rusliana, NIM: 1611290008, Thesis title: ―The Error Analysis of Using
Indonesian language at eighth grade SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat
Lawang Regency, South Sumatra Province‖,Thesis:Indonesian Language Study
Program, Faculy of Tarbiyah and Tadris, IAIN Bengkulu.
Advisor: 1. Nurlaili, M.Pd.I., 2. Vebbi Andra, M.Pd.
Key words: Error, Analysis, Indonesian language.
Generally, the students disbility in using the Indonesian language is on use of
spelling in writing sentences and speaking verbally. There were many languages
error that was done by students in using sentence and way of delivery. The is
ained at knowing study (1) what were forms of phonologyerrors in using
Indonesian language at eighth grade of SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat
Lawang Regency, South Sumatra Province?, (2) what were forms of spelling
errors in using Indonesian language at eighth grade of SMPN 01 Pasemah Air
Keruh, Empat Lawang Regency, South Sumatra Province?. The method of this
study was qualitative research. Based on the research, it was concluded that the
amount of all data that the researcher found during the research at eighth grade
SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat Lawang Regency, South Sumatra Province.
There were fifteen phonology data and thirty four spelling data. As for Indonesian
language error at eighth grade SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat Lawang
Regency, South Sumatra Province. There were two forms error, forms of
phonology error and forms of spelling error. Forms of phonology error was being
learned process by teacher and students Indonesian language error at eighth grade
of SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat Lawang Regency, South Sumatra
Province because chance Indonesian language became local language in learning
process at the second. Class, form spelling error in training, students studied
Indonesian language at eighth grade SMPN 01 Pasemah Air Keruh, Empat
Lawang Regency, South Sumatra Province.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Hasil Obsevasi Kesalahan Fonologi (Tataran Lisan) 1.1
Lampiran 2 Data Fonologi (Pengkodean) 1.2
Lampiran 3 Data Ejaan 1.3
Lampiran 4 Transkripsi Hasil Wawancara 1.4
Lampiran 5 Surat Revisi Judul
Lampiran 6 Lembar Bimbingan
Lampiran 7 Surat Mohon Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah dan Tadris
IAIN Bengkulu
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 10 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah cermin dari budaya. Lewat bahasa dapat terlihatlah karakter
dari diri seseorang. Bahasa yang baik adalah bahasa yang tujuannya dapat
dipahami oleh orang lain. Salah satu bentuk dari bahasa di dunia ialah bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat
di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang memenuhi faktor-faktor komunikasi.
Dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, kita menggunakan keterampilan
berbahasa yang telah dimiliki, meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau
kualitas yang berbeda-beda. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara
optimal, setiap tujuan komunikasinya akan dapat dengan mudah tercapai. Lain
halnya bagi orang yang memiliki tingkat keterampilan bahasa yang lemah, dalam
melakukan komunikasi bukan tujuannya yang akan tercapai, tetapi justru akan
sering timbul kesalahpahaman antara penutur dan mitra tuturnya.1
Bahasa merupakan salah satu aspek penting untuk menunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa juga menjadi instrumen penting
dalam komunikasi sehingga tanpa bahasa manusia akan kesulitan untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, maupun ide yang mereka pikirkan. Dalam
kehidupan, kita menggunakan bahasa untuk berpikir, menyimak, berbicara,
1 Ayudia dkk., ―Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Laporan Hasil
Observasi pada Siswa SMP,‖ Basastra vol. 4 no. 1 (April 2016): h. 35.
1 1
2
membaca, dan menulis. Bahasa dalam sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,
yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan gagasan
ataupun ide melalui dua cara yakni secara verbal maupun nonverbal. Secara
verbal, gagasan dari seseorang secara langsung dapat ia sampaikan. Sebaliknya,
gagasan yang disampaikan secara nonverbal dapat dikemas melalui bahasa tulis.2
Pemakaian bahasa tulis akan selalu menjadi bagian penting dalam proses
pembelajaran di sekolah. Siswa di sekolah tidak hanya dituntut untuk memiliki
keterampilan berbahasa secara verbal, melainkan juga harus memiliki
keterampilan dalam bahasa tulis. Pengembangan kemampuan berbahasa siswa
dapat dilakukan dengan adanya pembelajaran keterampilan berbahasa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran keterampilan berbahasa bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan
sosial. Di samping itu, dari pembelajaran keterampilan berbahasa siswa
diharapkan dapat menyaring hal-hal yang berguna, belajar menjadi diri sendiri dan
menyadari eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari lingkungannya.3
Bahasa juga sarana untuk mengekspresikan gagasan, dan sebuah gagasan
yang utuh biasanya direalisasikan dalam bentuk teks. Teks dimaknai sebagai
ujaran atau tulisan yang bermakna, yang memuat gagasan yang utuh. Dengan
2 Feny Oktaviani dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan
Eksposisi Siswa Kelas X MIPA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Surakarta),‖ Basastra vol. 6 no. 1
(April 2018): h. 95. 3 Feny Oktaviani dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan
Eksposisi Siswa Kelas X MIPA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Surakarta),‖ Basastra vol. 6 no. 1
(April 2018): h. 95.
3
asumsi tersebut, fungsi pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan
dan memahami. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasikan secara sistematik
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik yang sedang
mempelajaribahasadengan menggunakan teori atau prosedur
linguistik.Secaraumum, kesalahan berbahasa merupakan sisi cacat padaujaran atau
tulisan pelajar.4
Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam
setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis.Baik orang dewasa yang
telah menguasaibahasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang
mempelajari suatu bahasa dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada
waktu mereka menggunakanbahasanya.Namunjenis serta frekuensi kesalahan
berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang sedang mempelajari suatu
bahasa berbeda dengan orang dewasa yangtelah menguasai bahasanya.Perbedaan
ini bersumber dariperbedaan penguasaan kaidah-kaidah gramatikal yang pada
gilirannya juga menimbulkan perbedaan realisasi pemakaian bahasa yang
dilakukannya(performance).Disamping itu, perbedaan itu juga bersumber dari
penguasaan untuk menghasilkan atau menyusun tuturan yang sesuai dengan
konteks komunikasi. Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah
banyaknya kesalahan berbahasa.5
4Reni Suprianidan Ida RahmdaniSiregar, ―Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa,‖
Edukasi Kultura (April 2012): h. 68. 5Reni Supriani dan Ida RahmadaniSiregar, ―Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa,‖
Edukasi Kultura (April 2012): h. 68.
4
Jika dilihat dari segi pembelajaran bahasa di sekolah, pada umumnya,
ketidakmampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia tampak pada
pemakaian ejaan dalam karya tulis atau tulisannya dan berbicara secara lisan.
Masih banyak terdapat kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa dalam
pemakaian kalimat dan cara penyampaiannya. Oleh sebab itu, dengan adanya
pembelajaran kesalahan berbahasa akan dapat diungkapkan berbagai hal
mengenai kesalahan bahasa yang dibuat oleh peserta didik. Hal itu dapat
digunakan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki dan menyempurnakan
pengajaran bahasa. Pendidikan bahasa Indonesia sangat mengupayakan
keterampilan berbahasa, pendidikan dalam bahasa Indonesia tidak hanya
difungsikan sebagai alat komunikasi dapat juga dikatakan sebagai sarana
berpikir.6
Berdasarkan unsur observasi awal masih banyak melakukan kesalahan
berbahasa seperti pada tulisan siswa yang masih banyak menggunakan bahasa
nonformal. Maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu bentuk penelitian
yang berhubungan dengan analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada
siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini sangat penting dan harus
dilakukan. Penelitian ini sangat penting dikarenakan memiliki fokus kajian yang
berbeda dengan penelitian yang sebelumnya. Sedangkan kenapa harus dilakukan,
hal ini disebabkan bahwa dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
6 Feny Oktaviani dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan
Eksposisi Siswa Kelas X MIPA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Surakarta),‖ Basastra vol. 6 no. 1
(April 2018): h. 97.
5
meningkatkan kualitas mutu keilmuan dalam bidang pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yaitu, kesalahan wacana, kesalahan sintaksis, kesalahan
semantik, kesalahan morfologi, kesalahan fonologi, dan kesalahan ejaan
penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, dapat dilihat bahwa masalah yang muncul dalam penelitian ini cukup
beragam. Akan tetapi, masalah-masalah tersebut tidak dapat diteliti semua
dikarenakan penulis mempertimbangkan kemampuan, waktu, dan agar penulis
dapat memperoleh pembahasan yang lebih mendalam dari hasil penelitian
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. Penelitian ini akan dibatasi hanya untuk
mengkaji kesalahan fonologi dan ejaandalam analisis kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk kesalahan fonologi (tataran lisan) penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan?
2. Bagaimanakah bentuk kesalahan ejaan (tataran tulisan) penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, yaitu:
1. Bentuk kesalahan fonologi (tataran lisan) penggunaan bahasa Indonesia pada
siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
2. Bentuk kesalahan ejaan (tataran tulisan) penggunaan bahasa Indonesia pada
siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
7
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan hasil yang baik, dapat
mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis, dan dapat
bermanfaat secara umum sebagai media informasi mengenai bentuk-bentuk
analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP
Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera
Selatan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini mencakup tiga hal,
yaitu:
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengaplikasikan kemampuan teori yang
dimiliki dan dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain untuk dapat
mengembangkan penelitian yang sejenis dan dapat menyempurnakan
penelitian ini.
b. Lembaga pendidikan dan pihak terkait, penelitian ini dapat dijadikan referensi
guna menambah wawasan menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
bidang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini berguna untuk dijadikan sebagai panduan
mengenai bentuk-bentuk kesalahan berbahasa, sehingga nantinya masyarakat
dapat memperbaiki bahasanya sesuai dengan aturan bahasa yang baik dan
benar.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku
tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun tata cara pembentukan kata
sudah diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata
dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai
bentukan kata yang menyimpang dari kaidah.Bahasa adalah alat komunikasi yang
mempunyai sistem sebagai keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh
pemakainya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi penutur aslinya, namun juga bagi
siapapun yang ingin menggunakan. Maka, layaknya dalam penggunaan bahasa
pertama, seorang pembelajar bahasa kedua/asing pun dituntut untuk tahu, paham,
dan mampu menggunakan sistem bahasa targetyang dipelajarinya dalam bentuk
keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) dengan
benar dan tempat seperti penutur asli. Setiap penyimpangan terhadap sistem
bahasa ini dianggap sebuah kesalahan.7
7 Fina Sa‘adah, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dan Peranannya Pembelajaran Bahasa
Asing,‖ Studi Islam dan Sosial vol. 14 no. 1 (Maret 2012): h. 2.
8
9
a. Hakikat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa
Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak abad-
abad awal hingga penggalan abad modern, paling tidak dalam bentuk
informalnya.Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu
pasar.Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan publik
kita.Pentingnya peranan bahasa itu antaralain bersumber pada ikrar ketiga
sumpahpemuda 1928 yang berbunyi ―Kami poetra dan poetry Indonesia
mendjoendjoen bahasa persatoen, bahasa Indonesia‖ dan pada Undang-Undang
Dasar1945 kita di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa
―Bahasa negara ialah bahasa Indonesia‖.
Namun, disamping itu beberapaalasan lain mengapa bahasa Indonesia
menduduki tempat yang terkemuka diantara beratus-ratus bahasa nusantara yang
masing-masing amat penting bagipenuturnya sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya
suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran,
dan peranannyasebagai sarana ilmu, seni sastra dan pengungkapan budaya.
b. Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai
keperluan tidak seragam, atau berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dengan kata lain, bahasa itu dalam praktik pemakaiannya pada dasarnya
beranekaragam. Keanekaragaman pemakaian bahasa itulah yang dinamakan
ragam bahasa. Ragam bahasa atau variasi pemakaian bahasa dapat diamati
10
berdasarkan sarananya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya,
bidang penggunaannya, dan lain-lain. Ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam
lisan dan tulis. Pada ragam lisan informasi yang disampaikan dapat diperjelas
dengan menggunakan intonasi, gerakan anggota tubuh tertentu, dan situasi tempat
pembicaraan itu berlangsung. Pada ragam tulis unsur-unsur bahasa yang
digunakan cenderung tidak selengkap unsur bahasa ragam lisan.
Oleh sebab itu, agar informasi yang disampaikan secara tertulis menjadi lebih
jelas, unsur-unsur bahasa yang digunakannya harus lengkap. Bila unsur-unsur
yang digunakan tidak lengkap, ada kemungkinan informasi yang disampaikan pun
tidak dapat lengkap, ada kemungkinan informasi yang disampaikan pun tidak
dapat dipahami secara tepat.8
c. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Lahirnya konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak
terlepas dari konteks pemakaian bahasa yang beragam-ragam. Berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan
kebahasaannya.9
2. Kesalahan Berbahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa
dengan kesalahan yaitu; penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Kesalahan
berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis
8 Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 2. 9 Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 9.
11
yangmenyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang
dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa
Indonesia.10
Dalam konteks penelitian ini, yang menjadi alat analisis kesalahan
berbahasa ialah tataran fonologi. Kesalahan berbahasa juga banyak terjadi karena
pemakaian tanda baca yang kurang tepat. Analisis kesalahan berbahasa dan
kesulitan dalam memahami kaidah kebahasaan ini akan menjadi bahan untuk
memperbaiki perangkat pembelajaran bahasa.11
Kesalahan dalam pemakaian berbahasa secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kesalahan dalam bidang ejaan dan kesalahan
dalam bidang tata bahasa (fonologi). Jadi, segala macam penulisan terkait dengan
segi ortografis/tata tulis dikatakan salah apabila tidak sesuai dengan aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Kesalahan yang berkait dengan tata bahasa, dalam bahasa
Indonesia juga sudah jelas parameter/tolak ukurnya. Jadi, pemakaian bahasa
dianggap salah/tidak tepat dari sudut tata bahasa apabila penyusunannya tidak
sesuai dengan aturan-aturan/kaidah-kaidah yang termaktub dalam Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (TBBBI).12
Kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal
yang tidak bisa kita hindari. Kesalahan seseorang dalam berbahasa dapat menjadi
masalah jika orang tersebut mengerti tentang konsep kesalahan itu sendiri, namun
10
Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 13. 11
Bayu Dwi Nurwicaksono dan Diah Amelia, ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
pada Teks Ilmiah Mahasiswa,‖ Aksis vol. 2 no. 2 (Desember 2018): h. 150. 12
Mujid Farihul Amin, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Penulisan Autobiografi Para
Mahasiswa Prodi S-1 Statistika FMIPA Unimus Angkatan 2016,‖ Nusa vol. 12 no. 3 (Agustus
2017): h. 126.
12
sebaliknya bisa menjadi hal sederhana jika orang tersebut tidak menyadari akan
kesalahannya didalam bertindak tutur atau berbahasa. Kesalahan-kesalahan yang
terjadi itu perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, sebab kesalahan tersebut
merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa.13
a. Definisi Kesalahan Berbahasa
Istilah ―kesalahan‖ dalam berbahasa merupakan padanan kata ―error‖dalam
bahasa Inggris. Dalam literatur Arab, istilah ini lazim dipadankan dengankata
―khata‖ namun terkadang juga digunakan kata untuk maksudyang
sama.Kesalahan tidak sama dengan kekeliruan. Corder membedakan keduanya
secara jelas, yaitu bahwa kesalahan (error) adalah penyimpangan bahasa secara
sistematis atau konsisten, sedangkan kekeliruan (mistake) adalah penyimpangan
bahasa yang dilakukan secara tidak sengaja. Dalam pengucapan, kekeliruan lazim
disebut dengan salah ucap (lapse).Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi,
yaitu karena pembelajar belum memahami atau menguasai sistem bahasa target
yang digunakannya.Sedangkan kekeliruan atau salah ucap terjadi karena faktor
performansi, seperti: kurangnya konsentrasi, kelelahan, kantuk, keterburu-buruan,
kerja acak-acakan, dan semacamnya.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kesalahan berbahasa adalahpenyimpangan dalam menggunakan suatu butir bahasa
target sebagai akibatbelum dipahami atau dikuasainya kaidah-kaidah atau
ketentuan-ketentuan butirtersebut secara sempurna.14
13
Fina Sa‘adah, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dan Peranannya Pembelajaran Bahasa
Asing,‖ Studi Islam dan Sosial vol. 14 no. 1 (Maret 2012): h. 10. 14Fina Sa‘adah, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dan Peranannya Pembelajaran Bahasa
Asing,‖ Studi Islam dan Sosial vol. 14 no. 1 (Maret 2012): h. 5.
13
b. Sikap Positif TerhadapBahasa Indonesia
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kaidahnya adalah cerminan
sikap positif. Sikap positif juga dapat ditunjukkan melalui pemakaian bahasa yang
sesuai dengan situasinya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahasa selain bahasa Indonesia untuk keperluan tertentu tidak perlu dipandang
sebagai cerminan rasa kebanggaan yang rendah. Analisis kesalahan terhadap
belajar bahasa mempunyai dampak positif. Bahasa sebagai perangkat kebiasaan
dimiliki setiap orang sebagai media komunikasi.15
c. Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa
1) Penyebab Kesalahan Berbahasa
Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa
yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Adatiga kemungkinan
penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut:
a) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa
kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa
pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar
(siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem
linguistik B1 dengan sistem linguistikB2.
b) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari.
Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya:
kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan
15
Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 19–21.
14
kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan
seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual
eror). Kesalahan ini disebabkanoleh penyamarataan berlebihan, ketidaktahuan
pembatasan kaidah. Penerapan kaidah yang tidaksempurna, dan salah
menghipotesiskan konsep.
c) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan
dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara pelaksanaan
pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan,
penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut
masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian,
intensitasdan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam
pengajaran.16
2) Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Penyebab terjadinya kesalahan berbahasa adalah adanya interferensi bahasa
ibu, minimnya informasi dan referensi tentang kaidah berbahasa, kurangnya
penguasaan kosakata dan pemahaman tentang kalimat efektif, dan yang paling
terlihat adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar bahasa Indonesia.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk meminimalisasi
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa diantaranya adalah dengan
melakukan kegiatan analisis kesalahan berbahasa, menggunakan model dan
metode pembelajaran yang lebih bervariasi agar siswa benar-benar paham dengan
materi dan seluk beluk menulis yang membutuhkan pemahaman tentang kalimat
16
Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 13–14.
15
efektif, ejaan, diksi, dan lain-lain. Selain itu, dari pihak siswa juga harus ada
upaya untuk melakukan perbaikan diantaranya adalah dengan memunculkan
kesadaran akan budaya literasi sehingga mereka akan terbiasa membaca dan
menulis yang secara otomatis akan mengembangkan pemahaman mereka tentang
kaidah berbahasa dan memperkaya kosakata.17
Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya
memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang.
Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem
kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara
sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa
yang sebenarnya sudah dikuasai.
3) Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi:
a) Berdasarkan tataran linguistik,kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi: kesalahan berbahasa dibidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa,
klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
b) Berdasarkan kegiatan bahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
17
Feny Oktaviani dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan Eksposisi
Siswa Kelas X MIPA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Surakarta),‖ Basastra vol. 6 no. 1 (April
2018): h. 106.
16
c) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.
d) Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan
menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa
karena interferensi.
e) Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan
atas kesalahan berbahasa yanag paling sering, sering, sedang, kurang, dan
jarang terjadi.18
4) Unsur-Unsur Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan unsur-unsur kesalahan berbahasa yang termasuk dalam
kategori linguistik adalah:
a) Kesalahan fonologis, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan
bagi bahasa tulis.
b) Kesalahan morfologis, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
simulfiks, dan perulangan kata.
c) Kesalahan leksikal atau pilihan kata.19
d. Bentuk-Bentuk Kesalahan Berbahasa
Menyangkut dalam analisis kesalahan berbahasa dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu:
18
Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 17. 19
Reni Supriani dan Ida RahmadaniSiregar, ―Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa,‖
Edukasi Kultura (April 2012): h. 71.
17
1) Kesalahan Fonologi
a) Hakikat Fonologi
Secara etimologis fonologi berasal dari dua kata Yunani yaitu phone yang
berarti ―bunyi‖ dan logos yang berarti ―ilmu‖. Jadi secara harfiah katafonologi
berarti ―ilmu bunyi‖Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yangmengkaji
bunyi.20
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-
bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi
adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi
yang membentuk suku kata.21
Kesalahan pada bidang fonologi, fonologi merupakan cabang ilmu bahasa
yang membahas tentang fonem. Fonologi menjadi bidang yang menyelidiki bunyi
bahasa menurut fungsinya.
Berkaitan dengan bidang tersebut, kesalahan pada fonologi berkaitan dengan
penggunaan pelafalan dan ejaan. Kesalahan yang di maksud dalam hal ini antara
lain terkait dengan sebuah pelafalan dan penulisan bunyi suatu bahasa.22
b) Objek Kajian Fonologi
Objek kajian fonologi yang pertama adalah bunyi bahasa (fon) yang disebut
tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem
(fonemik).23
20
Saida Gani dan Berti Arsyad, ―Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi,
Morfologi, Sintaksis, dan Semantik),‖ Bahasa dan Sastra Arab vol. 07 no. 1 (Jini 2018): h. 2. 21
Lina Meriaty Simbolon, ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulis Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan ,‖ Bahasa, Sastra dan Budaya vol. 5 no. 1
(Oktober 2018): h. 4. 22
Kodrat Eko Putro Setiawan dan Wixke Zyuliantina, ―Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia pada Status dan Komentar di Facebook ,‖ Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya vol. 1 no.
1 (Juni 2020): h. 99.
18
c) Proses Fonologi
Satuan bunyi-bunyi bahasa bila digabungkan akan menghasilkan kata-kata.
Untuk menghasilkan sebuah kata yang baik, bunyi-bunyi tersebut melalui sebuah
yang disebut dengan proses artikulasi. Proses tersebut merupakan sebuah proses
yang terjadi pada alat-alat bicaranya. Bunyi-bunyi yang digabungkan tersebut
akan saling mempengaruhi. Bunyi yang satu akan mempengaruhi bunyi yang lain,
apakah terpengaruh bunyi didepannya atau bunyi dibelakangnya. Hal ini terjadi
karena proses artikulasi yang terjadi pada alat ucap kita. Bagaimana dan kapan
terjadinya kita tidak menyadarinya, karena prosesnya cepat berlangsung secara
otomatis tanpa kita sadri. Terjadinya proses artikulasi memudahkan kita untuk
melafalkan rentetan bunyi-bunyi bahasa menjadi sebuah kata yang utuh.24
d) Jenis-Jenis Fonologi
Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi
berbeda dengan fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah
bahasa direalisasikan atau dilafalkan.
Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang
berhubungan dengan penggunaan dan pengucapan bahasa dengan kata lain,
fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa
atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sementara
23
Saida Gani dan Berti Arsyad, ―Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi,
Morfologi, Sintaksis, dan Semantik),‖ Bahasa dan Sastra Arab vol. 07 no. 1 (Jini 2018): h. 3. 24
Sri Sulihingtyas, ―Proses Fonologi Bahasa Belanda,‖ Kajian Kebahasaan, Kesusastraan,
dan Budaya vol. 3. no. 1. (Agustus 2013): h. 34.
19
itu, Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.25
2) Kesalahan Ejaan
a) Analisis Kesalahan
Kesalahan adalah penyimpangan terhadap kaidah (norma) atau aturan yang
telah ditentukan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswaada bermacam-
macam. Bahasa Indonesia mempunyai karakteristik sendiri dan dalam
perkembangannya ada beberapa komponen yang belum dibakukan, yaitu
komponen lafal.
Sementara itu, yang telah dibakukan pertama ialah komponen ortografi (ilmu
ejaan), tata bahasa fonologi. Dari beberapa macam kesalahan berbahasa tersebut,
penelitian ini menganalisis kesalahan ortografi (ilmu ejaan) dengan
memperhatikan ejaan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
b) Hakikat Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi
ujaran, bagaimana menempatkan huruf besar dan huruf kecil, bagaimana
menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong suku kata (pemenggalan
suku kata), serta bagaimana menggabungkan kata-kata.26
Selama ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan
cara mengeja suatu kata.Pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat
karena yang disebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu.Ejaan adalah aturan
25
Lina Meriaty Simbolon, ―Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam Tulis Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan ,‖ Bahasa, Sastra dan Budaya vol. 5 no. 1
(Oktober 2018): h. 4–5. 26
Farika, Cara Asyik Belajar Ejaan(Bandung: Nuansa Citra Grafika, 2006),h.3.
20
tulis-menulis dalam menggambarkan suatu bahasa yang berhubungan dengan
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda
baca.27
Ejaan berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami dan mencerna
informasi yang disampaikan secara tertulis. Berikut ini pokok-pokok bahasan
mengenai ejaan dalam bahasa Indonesia.28
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, b, c,
d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x,y,danz.
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o, dan u.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x,y, dan z.
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan
27
Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 139. 28
Muammar Reza Qhadafi, ―Analisis Kesalahan Penulisan Ejaan yang Disempurnakan
dalam Teks Negosiasi Siswa SMA Negeri 3 Palu,‖ Bahasa dan Sastra vol. 3 no. 4 (Juli 2018): h.
3.
21
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.Gabungan huruf konsonan kh,
ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.29
6. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
29
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 1–3.
22
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,yang, dan untukyang
tidak terletak pada posisi awal.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak,ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.30
7. Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
30
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 6–11.
23
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.31
8. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,seperti
judul buku, bab, atau subbab.32
9. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.33
10. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.34
11. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung.
12. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
31
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 11–12. 32
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016), h. 14. 33
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 13. 34
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016), h. 16.
24
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
c. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.35
13. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vokal itu.
2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan,
di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
3) Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
4) Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
b. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
35
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 15–16.
25
c. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukandi antara unsur-
unsur itu, atau pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah di atas.36
14. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada.37
15. Partikel
a. Partikel -lah,-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
c. Partikel per yang berarti ‗mulai‘, ‗demi‘, dan ‗tiap‘ ditulis terpisah dari
bagian kata yang mendahuluinya atau mengikutinya.
16. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata,
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
36
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 3–5. 37
Effendi, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 263.
26
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret yang diperlakukan
sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.38
17. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor, di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
b. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, satuan waktu,
dan nilai uang.
c. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
d. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
38
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 18–21.
27
e. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
f. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
g. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk
sebagian, supaya lebih mudah dibaca.
h. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
i. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.39
18. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;-ku,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
19. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.40
20. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
39
Effendi, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 265–268. 40
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 17–18.
28
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
d. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
f. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau
nama dan alamat penerima surat.
21. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karenaitu,jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
29
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
j. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat
dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademikyang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
n. Tanda koma dapat dipakai (untuk menghindari salah baca) di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
30
dengan tanda tanya atau tanda seru.41
22. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
23. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerincian.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
d. Tanda titik dua dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
e. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu
karangan.42
24. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
41
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 37–42. 42
Effendi, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 287–288.
31
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakang atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok kata.
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikanse- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan -an, dan
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, serta nama jabatan
rangkap.
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.43
25. Tanda Pisah (—)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
‗sampai‘.
26. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
43
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 44–46.
32
b. Tanda tanya dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
27. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat.
28. Tanda Elipsis (...)
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
hilang.
29. Tanda Petik (―...‖)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
30. Tanda Petik Tunggal (‗...‘)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing.44
31. Tanda Kurung ((...))
44
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 46–51.
33
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
32. Tanda Kurung Siku ([...])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.45
33. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
34. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‗)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.46
35. Penulisan Unsur Serapan
45
Effendi, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 292–293. 46
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 51.
34
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a) unsur asing yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapandan penulisannya masih mengikuti cara asing, dan b)
unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agarejaan asing hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.47
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tentu saja memiliki keterkaitan dengan beberapa penelitian
terdahulu. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa skripsi terkait
dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dalam kajian penelitian terdahulu
penulis membuat persamaan dan perbedaan penelitian yang penulis lakukan
dengan penelitian-penelitian terdahulu. Adapun persamaan dan perbedaan
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Skripsi Sri Rahayuni Tanjung
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Sri Analisis Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kesalahan
47
Effendi, Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar (Jakarta: Pustaka Jaya,
1995), h. 269–280.
35
Rahayuni
Tanjung
Kesalahan
Penggunaan
Kata Baku
pada Teks
Laporan
Hasil
Observasi
Siswa Kelas
X MAN 2
Model
Medan Tahun
Pembelajaran
2016/2017
penggunaan kata baku pada teks laporan hasil
observasi dibedakan menjadi lima bagian, yaitu
a) kesalahan penggantian huruf, b) penghilangan
huruf, c) penyederhanaan huruf, d) ejaan, dan e)
pilihan kata. Oleh sebab itu, dapat diketahui
bahwa kesalahan yang paling dominan yang
ditemukan dalam karangan siswa kelas X MAN
2 Model Medan adalah penggunaan ejaan yang
tidak benar, siswa tidak memahami aspek ejaan
(pemisahan atau penyatuan bagian kata dan kata
penghubung). Tentunya hal ini menunjukkan
kurangnya pengetahuan siswa tentang aspek
ejaan. Mayoritas siswa belum mengetahui kaidah
penggunaan kata baku yang tepat. Siswa hanya
mengandalkan pengetahuan tanpa mencari tahu
atau membaca pedoman umum kata baku.48
48
Sri Rahayuni Tanjung, ―Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku pada Teks Laporan
Hasil Observasi Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017,‖ Basastra
vol. 9 no. 1 (Januari 2012): h. 61.
36
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, dan
perbedaannyaialah penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayuni Tanjung
berpusat untuk mengkaji tentang teks laporan hasil observasi,sedangkan
penelitian yang dilakukan penulisberfokus untuk meneliti tentang analisis
kesalahan penggunaan bahasa Indonesiapada siswa.
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
Skripsi Rohmah Tussolekha
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Rohmah
Tussolekha
Kesalahan
Penggunaan
Ejaan Bahasa
Indonesia pada
Makalah Karya
Mahasiswa
STKIP
Muhammadiyah
Pringsewu
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
bentuk kesalahan penggunaan ejaan terbagi
atas:a) kesalahan penggunaan huruf kapital,
b) kesalahan penggunaan huruf miring, c)
kesalahan penggunaan tanda baca, d)
kesalahan penulisan kata depan, e) kesalahan
penulisan awalan, dan f) kesalahan penulisan
gabungan kata oleh mahasiswa STKIP
Muhammadiyah Pringsewu.49
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
49
Rohmah Tussolekha, ―Kesalahan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia pada Makalah
Karya Mahasiswa,‖ Aksara vol. 20 no. 1 (April 2019): h. 38.
37
meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, tetapi
perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Rohmah Tussolekha ini
berfokus pada makalah karya mahasiswa, sedangkan penelitian yang
penulislakukan berpusat pada analisis kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa.
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu
SkripsiIntan Pandini
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Intan
Pandini
Analisis
Kesalahan
Penggunaan
Ejaan yang
Disempurnakan
pada Karangan
Narasi Siswa
Kelas XI
SMAN 5
Model Palu
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat kesalahan penggunaan ejaan pada
karangan narasi yang ditulis siswa kelas XI
MIPA 3 SMAN 5 Model Palu. Di mana
bentuk kesalahan-kesalahan penggunaan ejaan
tersebut antara lain: a) kesalahan penggunaan
huruf (huruf kapital, huruf kecil, dan huruf
miring), b) kesalahan penggunaan tanda baca
(penggunaan tanda titik, tanda seru, dan tanda
hubung), dan c) kesalahan penulisan kata (kata
38
dasar, kata turunan, kata ganti, kata depan, dan
partikel).50
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, dan
perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Intan Pandiniberpusat
untuk mengkaji tentang karangan narasi siswa kelas XI SMAN 5 Model Palu,
sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus untuk meneliti tentang
analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa.
Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu
SkripsiRiri Ariyanti
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Riri
Ariyanti
Analisis
Kesalahan
Penggunaan
Huruf Kapital,
Tanda Baca,
dan Penulisan
Kata pada
Hasil penelitian ini menyatakan bahwabentuk
paragraf atau alinea bahkan iklan yang ada di
media cetak tentunya harus memperhatikan
kaidah penggunaan huruf kapital, tanda baca,
dan penulisan kata yang baik dan benar sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).51
50
Intan Pandini, ―Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan pada
Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMAN 5 Model Palu,‖ Bahasa dan Sastra vol. 5 no. 4.
(Desember 2015) h. 84–85. 51
Riri Ariyanti, ―Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, dan
Penulisan Kata pada Koran Mercusuar,‖ Bahasa dan Sastra vol. 4. no. 4. (September 2019): h. 20.
39
Koran
Mercusuar
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, tetapi
perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Riri Ariyanti meneliti
tentang kesalahan penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata
pada koran Mercusuar, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus
untuk meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada
siswa.
Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu
Skripsi Kurniawan Hamlan
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Kurniawan
Hamlan
Analisis
Kesalahan
Penulisan Kata
pada Karangan
Deskripsi
Siswa Kelas
VIII SMP
Negeri 1
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwaterdapat kesalahan penulisan ejaan
dalam pembuatan karangan deskripsi pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banawa
Kabupaten Donggala. Meliputi kesalahan
penulisan kata ulang, penulisan kata depan,
penulisan singkatan, dan penulisan
imbuhan.52
52
Kurniawan Hamlan, ―Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Karangan Deskripsi Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Banawa Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah,‖ Bahasa dan Sastra
vol. 3. no. 3. (Maret 2018): h. 9–10.
40
Banawa
Kabupaten
Donggala
Sulawesi
Tengah
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
meneliti tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, dan
perbedaannya ialah penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Hamlan
meneliti tentang kesalahan penulisan kata pada karangan deskripsi, sedangkan
penelitian yang dilakukan penulis berfokus untuk meneliti tentang analisis
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian pada kajian teori, maka pada bagian ini akan diuraikan
beberapa hal yang disajikan penulis sebagai landasan berpikir yang dapat
mengarahkan penulis untuk mendapatkan atau menemukan data (informasi) dalam
penelitian ini, guna memecahkan data yang dipaparkan. Pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia dalam proses pengajaran lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa berkomunikasidalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis.
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian analisis kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia yaitu dari segi kesalahan penggunaan fonologi dan ejaan. Untuk
41
lebih jelasnya, akan diuraikan secara rinci kerangka berpikir yang dijadikan
pegangan dalam penelitian ini.
Alur Konsep Landasan Teori
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
PADA SISWA KELAS VIII A DI SMP NEGERI 01 PADEMAH AIR
KERUH KABUPATEN EMPAT LAWANG PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Kesalahan Fonologi
(Tataran Lisan)
Kesalahan Ejaan
(Tataran Tulisan)
Bentuk kesalahan fonologi (tataran
lisan) penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIIIA
di SMP Negeri 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang
Provinsi Sumatera Selatan
Bentuk kesalahan ejaan (tataran
tulisan) penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A
di SMP Negeri 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang
Provinsi Sumatera Selatan
PUEBI dan KBBI
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
yang tertulis atau lisan dari perilaku-perilaku yang dapat diamati.53
Sedangkan
menurut Nasution penelitian kualitatif adalah suatu tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif
memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis
lainnya.54
Sejalan dengan itu, Satori dan Komariah menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial
tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh
dari situasi yang alamiah.55
Ini diperkuat oleh pendapat Moleong yang mengatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Penelitian ini mengarah pada
53
IkaWahyuPrasetya dkk., ―AnalisisKesalahanBerbahasaTuturanMahasiswa
dalamSeminarProposalSkripsiMahasiswa,‖ Pancaran vol. 2 no.2 (Mei 2013): h. 121.
54
Pupu Saeful Rahmat, ―Penelitian Kualitatif,‖ Equilibrium vol. 5 no. 9 (Juni 2009): h. 2. 55
Siti Nur Tiana, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa,‖ Artikula vol. 4 no.
8 (Juli 2014): h. 33.
42
43
pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenal potret kondisi tentang apa
yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.56
Sedangkan metode penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode deskriptif. Menurut Sulistyo dan Basuki metode deskriptif adalah suatu
metode pengolahan data dengan cara menganalisa faktor-faktor yang berkaitan
dengan objek penelitian dengan penyajian data secara lebih mendalam terhadap
objek penelitian.57
Sedangkan menurut Nawawi metode deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-
lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya.58
Hal ini sejalan dengan pendapat Nazir yang mengatakan bahwa metode
deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki.59
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat di atas dapatlah dipahami bahwa
penelitian deskriptif kualitatif merupakansuatu bentuk penelitian yang berusaha
untuk memaparkan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di lapangan
secara lebih mendalam, khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu
56
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam
Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 163. 57
Aan Prabowo dan Heriyanto, ―Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh
Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang,‖ Ilmu Perpustakaan vol. 2 no. 2 (Mei
2013): h. 5. 58
Rossa Sari Dewi dkk., ―Peningkatan Menulis Teks Diskusi Menggunakan Model
Problem Based Learning di SMP Negeri 2 Pontianak,‖ Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa vol. 6 no. 4 (Juni 2017): h. 5. 59
Nilam Sari dkk., ―Analisis Penggunaan Bahasa pada Media Luar Ruang di Kota
Singkawang,‖ Untan vol. 7 no. 3 (September 2018): h. 5.
44
mengenai analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII
A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera
Selatan, terutama tentang kesalahan penggunaan ejaan dan fonologinya.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Menurut Strauss dan Corbin tempat atau lokasi penelitian adalahsituasi dan
kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah
penelitian.60
Sedangkan menurut Nasution tempat penelitian adalah di mana akan
melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang
sebenarnya terjadi dari objek penelitian yang diteliti dalam rangka mendapatkan
data-data penelitian yang akurat.61
Lokasi yang penulis pilih dalam penelitian ini yaitu di SMPN 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Alasan dipilihnya
sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan keadaan sekolah tersebut
sangat cocok dengan fokus masalah penelitian yang akan penulis lakukan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini ialah berlangsung selama
dua bulan, yaitu pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020.
C. Subjek dan Informan
60
Pupu Saeful Rahmat, ―Penelitian Kualitatif,‖ Equilibrium vol. 5 no. 9 (Juni 2009): h. 2. 61
Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 47.
45
MenurutSetyawatisubjek penelitian adalahdapat dipahami sebagai benda,
hal,atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang
dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran
yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah, data tentang variabel
penelitian diamati.62
Subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat
penelitian. Di mana yang dimaksud adalah mendeskripsikan subjek penelitian
sebagai orang diamati sebagai sasaran penelitian.63
Subjek dalam penelitian ini adalah siswakelas VIII A di SMPN 01 Pasemah
Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan
objek penelitiannya adalah berupa kesalahan penggunaan ejaan dan morfologi
bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa. Untuk menghasilkan suatu bentuk
penelitian yang baik, diperlukan sumber data atau informan yang baik pula.
Menurut Moleong informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi dan data tentang situasi dan kondisi dari latar penelitian.64
Sedangkan
Sudaryanto menyebutkan bahwa sumber data atau informan adalah asal peneliti
memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan.65
Menurut Nadra dan Reniwati seorang informan haruslah memilikisyarat-
syarat tertentu, yaitu:
62
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam
Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 63. 63
Siti Nur Tiana, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa,‖ Artikula vol. 4 no.
8 (Juli 2014): h. 38. 64
Ahmad Mustanir dkk., ―Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang dalam Transect pada
Perencanaan Pembangunan Partisipatif,‖ Moderat vol. 4 no. 4 (November 2018): h. 7. 65
Vebbi Andra, ―Kajian Retorika Kias Sindir dalam Bahasa Melayu Bengkulu,‖ Diksa vol. 1
no. 1 (Juni 2015): h. 37.
46
1. Berusia 40 60 tahun.
2. Berpendidikan tidak terlalu tinggi.
3. Berasal dari desa atau daerah penelitian.
4. Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah
penelitian.
5. Memiliki alat ucap yang sempurna dan lengkap.66
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, maka syarat-syarat informan dalam
penelitian ini ialah:
1. Seorang penutur asli dalam menggunakan bahasa Indonesia.
2. Memiliki alat ucap yang sempurna.
3. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
4. Berusia 10 tahun ke atas.
5. Memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan fokus penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang benar, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
66
Afdal Agus dkk., ―Sastra Lisan Mantra Pengobatan di Kenagarian Talu Kecamatan
Talamau Kabupaten Pasaman Barat,‖ Bahasa dan Sastra vol. 1 no. 3 (Juni 2013): h. 6.
47
ditetapkan.67
Berikut teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini:
1. Teknik Observasi
Menurut Bungin observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya.68
Sedangkan menurut Narbuko danAchmadi observasi yaitu
teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian yang berlangsung
dan mencatatnya dengan menggunakan lembar observasi. Teknik observasi ini
menggunakan pengamatan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi atau
perilaku.69
Teknik observasi ini digunakan untuk melihat kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten
Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, terutama tentangkesalahan
penggunaan ejaan dan fonologinya.
2. Teknik Wawancara
Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
67
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam
Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 163. 68
Mega Linarwati dkk., ―Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di
Bank Mega Cabang Kudus,‖ Of Management vol. 2 no. 2 (Maret 2016): h. 4. 69
Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 62.
48
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.70
Sedangkan menurut Singh wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara
pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang
diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum
bias dan maksimum efisiensi.71
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.72
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwawawancara merupakan
salah satu teknik dalam pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan
orang yang berkaitan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi. Dalam
penelitian ini penulis melakukan teknik wawancara dengan bertanya secara
langsung kepada ahli-ahli bahasa Indonesia mengenai masalah pada siswa kelas
VIII A yang penulis teliti di SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Arikunto teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk
mencari data, hal-hal tentang variabel yang berupa catatan, buku-buku, majalah,
70
Mega Linarwati dkk., ―Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di
Bank Mega Cabang Kudus,‖ Of Management vol. 2 no. 2 (Maret 2016): h. 4. 71
Lukman Nul Hakim, ―Ulasan Metodologi Kualitatif Wawancara terhadap Elit,‖ Aspirasi
vol. 4 no. 2 (Desember 2013): h. 167. 72
Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 63.
49
surat kabar, prasasti, notulen rapat dan lain- lain.73
Sedangkan Sugiyono
menyatakan dokumentasi adalahsuatu dokumen yang merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu, studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan teknik observasi dan wawancara dari penelitian kualitatif.74
Sejalan
dengan itu Sugiyono mengatakan bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik
yang mengumpulkan data berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.75
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMPN 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, terutama tentang kesalahan
penggunaan ejaan dan fonologiya.
E. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan kegiatan penting bagi peneliti dalam upaya
menjamin dan meyakinkan pihak lain bahwa temuan penelitiannya benar-benar
absah. Usaha-usaha yang dapat ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh
keabsahan data penelitian adalah dengan meneliti kredibilitas (kepercayaan)
temuan penelitian dengan menggunakan triangulasi.76
73
Mujid Farihul Amin, ―Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Penulisan Autobiografi Para
Mahasiswa Prodi S-1 Statistika FMIPA Unimus Angkatan 2016,‖ Nusa vol. 2 no. 3 (Agustus
2017): h. 125. 74
Rudy Komarudin, ―Dampak Sertifikasi terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Kota Bandung,‖ FPIPS vol. 2 no. 2 (Oktober 2013): h. 64. 75
Nilam Sari dkk., ―Analisis Penggunaan Bahasa pada Media Luar Ruang di Kota
Singkawang,‖ Untan vol. 7 no. 3 (September 2018): h. 6. 76
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam
Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 164.
50
Menurut Sulistyo dan Basuki triangulasi (gabungan) adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat tiga macam triangulasi yaitu
triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan
waktu.77
Sedangkan Sugiyono menyatakan triangulasi yaitu teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada.78
Hal ini diperkuat dengan pandangan Arikunto
yang berpendapat bahwa triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu pada yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.79
Berikut teknik keabsahan data triangulasi yang penulis gunakan dalam
penelitian ini:
1. Triangulasi sumber, menurut Sugiyonotriangulasi sumber adalah teknik
pengumpulan data untuk menyiapkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama.80
2. Triangulasi teknik, menurut Sugiyono triangulasi teknik adalah untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
77
Aan Prabowo dan Heriyanto, ―Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh
Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang,‖ Ilmu Perpustakaan vol. 2 no. 2 (Mei
2013): h. 5. 78
Wiyatul Fitriani, ―Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal Bordir pada
Siswa Tata Busana Kelas XI di SMK Negeri 1 Kendal,‖ Fashion and Fashion Education vol. 2 no.
1 (Oktober 2013): h. 9. 79
Sandi Hesti Sondak dkk., ―Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai di Dinas Pendidikan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara,‖ Emba vol. 7 no. 1 (Januari 2019): h. 676. 80
Putri Rizca Ayu dan Fakhruddin, ―Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Jalanan di Kota
Semarang Melalui Program Pendidikan Nonformal,‖ Untirta vol. 2 no. 1 (Februari 2017): h. 26.
51
sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan data dilakukan dengan diskusi
atau pengamatan terhadap objek penelitian.81
3. Triangulasi waktu, menurut Sugiyono triangulasi waktu adalah berkaitan
dengan waktu pengumpulan data. Data yang dikumpulkan di pagi hari pada
saat subjek masih segar, sebelum lelah akan menghasilkan data yang lebih
valid.82
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono menyatakan bahwa teknik analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.83
Berdasarkan pendapat tersebut, ada beberapa langkah yang dilalui untuk
menganalisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengumpulkan data berupa kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dalam
bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.
81
Monica Justiana, ―Kesalahan Berbahasa pada Majalah Mimbar Edisi Juni sampai
Agustus 2016,‖ Simki-Pedagogia vol. 2 no. 3 (Juli 2018): h. 6. 82
Amanda Anggarini dan Asri Wijiastuti, ―Studi Deskriptif Komunitas Disleksia Parentes
Suport Group PSG di Lembaga Terapi Cita Hati Bunda Sidoarjo,‖ Pendidikan Khusus vol. 3 no. 2
(November 20018): h. 4. 83
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk., ―Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam
Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2013/2014,‖ Ilmiah Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia (Juni 2015): h. 165.
52
2. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia ke dalam bentuk kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan
ejaan.
3. Menjelaskan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia ke dalam bentuk
kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.
4. Menyimpulkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia ke dalam bentuk
kesalahan fonologi dan kesalahan penggunaan ejaan.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Fakta Temuan Penelitian
1. Gambaran Lengkap Lokasi Penelitian
SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh yang beralamat di Desa Kebanjati
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan. SMP
Negeri 01 Pasemah Air Keruh berdiri pada tahun 1991 dengan luas seluruh lokasi
sekolah 8.835 m2 dan luas bangunan yang ada 2.353 m
2 dari luas tanah yang
dimilikinya didalamnya telah dibangun ruang sekolah yang terdiri dari Ruang
Belajar, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tu, Wc, Lapangan Volly,
Lap Ipa dan Perpustakaan. Proses mengajar dimulai dari hari senin sampai sabtu
dan dimulai dari pukul 07.30 pagi.
SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh dipimpin oleh kepala sekolah yang
bernama Budiman, S.Pd, M.Pd dan dibantu oleh guru dan memiliki siswa
sebanyak 520 orang, terdiri dari siswa laki-laki dan siswi perempuan dari 18 kelas
tahun ajaran 2020 / 2021.84
Adapunjumlah data guru dan pegawai di SMPN 01 Pasemah Air Keruh yang
berjumlah 32 orang. Visi dan Misi SMPN 01 Pasemah Air Keruh
a. Visi SMPN 01 Pasemah Air Keruh
Berimtaq, Unggul dalam Mutu, Disiplin, Berbudi Pekerti Luhur, Berbudaya
Lingkungan dan Mampu Bersaing di Era Global.
84
Tim Penyusun, Profil SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan Tahun Akademik2020/2021 (Sumatera Selatan: SMPN 01 Pasemah Air Keruh,
2020), h. 2 5.
53
54
b. Misi Sekolah SMPN 01 Pasemah Air Keruh
1) MeningkatkankeimanandanketaqwaanterhadapTuhan Yang
MahaEsasertanilai-nilaibudaya,
sehinggamenjadisumberkearifandalambertindakdanberperilaku.
2) Mengembangkanpembelajaran yang efektif,
kreatifdanmenyenangkanbagisiswadan guru,
sehinggabisamengembangkansemuapotensi yang dimilikisiswasecara
optimal.
3) Meningkatkankedisiplinan guru dansiswadalamkegiatanbelajar,
sehinggakegiatanpembelajaranberjalan optimal.
4) Meningkatkanbudipekertidanakhlakulkarimah,
sehinggaberperilakusantundalamperbuatandanperkataanbaikterhadap orang
tua, guru dansesamateman.
5) Menumbuhkansikappedulidansadarlingkungan yang
bersihmelaluipembiasaandanpembelajaranberkelanjutan,
sehinggaterciptalingkungan yang bersihdanindah.
6) Menumbuhkanbudayamutudansemangatkeunggulan,
sehinggamampubersaing di era global.85
2. Gambaran Lengkap Data Penelitian
Adapun jumlah seluruh Data yang penulis temukan selama penelitian di kelas
VIII A SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
85
Tim Penyusun, Profil SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi
Sumatera Selatan Tahun Akademik2020/2021 (Sumatera Selatan: SMPN 01 Pasemah Air Keruh,
2020), h. 2 5.
55
Sumatera Selatan yaitu berjumlah 15 DF (Data Fonologi) dengan lokasi data-data
tersebut yaitu: SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh DF1.1, DF 1.2, DF 1.3, DF
1.4, DF 1.5, DF 1.6, DF 1.7, DF 1.8, DF 1.9, DF 1.10, DF 1.11, DF 1.12, DF 1.13,
DF 1.4, DF 1.15. sedangkan DE (Data Ejaan) berjumlah 34 Data Ejaan dalam
bentuk latihan Siswa dengan lokasi data-data tersebut yaitu: SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh DE 2.1, DE 2.2, DE 2.3, DE 2.4, DE 2.5, DE 2.6, DE 2.7, DE
2.8, DE 2.9, DE 2.10, DE 2.11, DE 2.12, DE 2.13, DE 2.14, DE 2.15, DE 2.16,
DE 2.17, DE 2.18, DE 2.19, DE 2.20, DE 2.21, DE 2.22, DE 2.23, DE 2.4, DE
2.25, DE 2.26, DE 2.27, DE 2.28, DE 2.29, DE 2.30, DE 2.31, DE 2.32, DE 2.33,
DE 2.34.
B. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Bentuk Kesalahan Fonologi(Tataran Lisan) Penggunaan Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan tentang kesalahan
penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan maka
penulis mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa yaitu kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia berdasarkan fonologi.
a. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.1
Kesalahan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
Siswa : Bagaimana
56
Guru : dan bagaimana, itu yang termasuk kedalam unsur-unsur, kalau yang
empat itu kemaren, yang termasuk kedalam jenis-jenis?
Siswa : Berita
Guru : nyelajenis-jenis berita ape syarat-syarat berita, yang pertama? syarat
berita,.
Pengucapan kata nyela merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
nyela dalam bahasa Indonesia yaitu benar. Kata benar dalam KBBI yaitu sesuai
sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah. Dalam percakapan pada DF
1.1 kata nyela merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar
mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nyela sebaiknya
tidak digunakan ketika proses belajar mengajar karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata nyela dimana menjadi kata benar. Sedangkan pengucapan kata ape
merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata ape dalam bahasa
Indonesia yaitu apa. Kata apa dalam KBBI yaitu kata tanya untuk menanyakan
nama (jenis, sifat). Dalam percakapan pada DF 1.1 kata ape merupakan
penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ape sebaiknya tidak di gunakan ketika
proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus
menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ape diubah menjadi apa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkuluyang menyatakan bahwakata nyela dan kata ape pada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
57
berlaku.Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa
formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah
atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata
nyeladan kataape yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam karya ilmiah bahasa Indonesia
yang baik dan benarmerujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) katanyeladan kata apeitu harus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.86
b. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.2
Siswa : Empat
Guru : Enamape empat?
Siswa : Empat
Pengucapan kata ape merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
ape dalam bahasa Indonesia yaitu apa. Kata apa dalam KBBI yaitu kata tanya
untuk menanyakan nama (jenis, sifat). Dalam percakapan pada DF 1.2 kata ape
merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar
padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ape sebaiknya tidak di
gunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar
disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ape
diubah menjadi apa.
86
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
58
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ape pada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau
dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kataape yaitu bahasa daerah.
Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam
karya ilmiah bahasa Indonesia yang baik dan benarmerujuk kePedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kataape itu harus di benarkan karena itu kurang
tepat penggunaannya.87
c. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.3
Guru : Kemaren ibuk jelas kan nye, yang pertama ada berita berbentuk lang?
Siswa : Langsung
Pengucapan kata ibuk merupakan bentuk tidak baku dari hibuk. Kata ibuk
dalam bahasa Indonesia yaitu ibu. Kata ibu dalam KBBI yaitu wanita yang telah
melahirkan seseorang. Dalam percakapan pada DF 1.3 kata ibuk merupakan
penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ibuk sebaiknya tidak digunakan ketika
proses belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar disekolah harus
menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ibuk diubah menjadi
87
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
59
kata ibu. Sedangkan pengucapan kata nye merupakan bahasa daerah yaiu daerah
Pasemah. Kata nye dalam bahasa Indonesia yaitu nya. Kata nya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yaitu kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Bukumu,bukuku, dan
bukunyatesimpan di perpustakaan. Dalam percakapan pada DF 1.3 kata nye
merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar
padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nye sebaiknya tidak
digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata nye diubah menjadi kata nya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kataibuk dan kata nyepada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Jadidalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata ibukdan katanye yaitu
bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk
keKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kataibuk dibenarkan dengan huruf ibu
60
tanpa ada k tidak boleh ibuk sedangkan kata nyedibenarkan dengan huruf nya
karena itu kurang tepat penggunaannya.88
d. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.4
Guru : iya itu termasuk kedalam jenis-jenis berita, kalau pengertian berita
apa?
Siswa : Berita adalah informasi tentang pristiwa terjadi
Pengucapan kata pristiwa merupakan bentuk bahasa tidak baku. Kata pristiwa
dalam bahasa Indonesia yaitu peristiwa. Kata peristiwa dalam KBBI yaitu
kejadian (hal, perkata, dan sebagainya); kejadian yang luar biasa (menarik
perhatian dan sebagainya); yang benar-benar terjadi. Dalam percakapan pada DF
1.4 kata pristiwa merupakan penyampaian siswa ketika dalam kegiatan proses
belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata pristiwa
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata pristiwa diubah menjadi kata peristiwa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata pristiwapada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau
dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
88
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
61
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku katapristiwa. Seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)ketika di kamus itu tulisannya peristiwaberarti peristiwa tapi
biasanya pristiwa itu pengaruh dialeg jadi bentuk tidak baku dari kata peristiwa.
Katapristiwaharus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.89
e. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.5
Guru : iya informasi yang berhubungan dengan peristiwa, yang benar-benar
terjadi, itu kalau berita, yaa nak ya.
Guru : Selanjutnya, unsurnya tadi terdiri atas enam, yaa berarti berita itu
juge harus memiliki unsur-unsur, ada apa, ada siapa, ada kapan,
dimana mengapa dan bagaimana, rumusan nya kemaren apa?, apa
rumusnya kemaren? 5w+1h nyela itu, yang dimaksud rumusan 5w+1h
itu adalah?.,
Pengucapan kata juge merupakan bahasa daerah yaitu bahasa Pasemah. Kata
juge dalam bahasa Indonesia yaitu juga. Kata juga dalam KBBI yaitu selalu
demikian halnya (kadang-kadang untuk menekankan kata di depannya). Dalam
percakapan DF 1.5 kata juge merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan
proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata
juge sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan
proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa
resmi. Jadi kata juge diubah menjadi kata juga. Sedangkan pengucapan kata nyela
merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata nyela dalam bahasa
89
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
62
Indonesia yaitu benar. Kata benar dalam KBBI yaitu sesuai sebagaimana adanya
(seharusnya), betul, tidak salah. Dalam percakapan pada DF 1.5 kata nyela
merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar
padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nyela sebaiknya tidak
digunakan ketika proses belajar mengajar karena kegiatan proses belajar mengajar
disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata nyela
dimana menjadi kata benar.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata juge dan kata nyelapada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal
ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau
benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia.Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata
juge dan katanyela yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam karya ilmiah bahasa Indonesia
yang baik dan benarmerujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) katajuge dan kata nyelaharus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.90
90
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
63
f. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.6
Guru : Berita, unsur-unsur berita itu tadi terdiri rumusannya ada 5w 1h apa
yang dimaksud dengan 5w+1h terdiri atas enam ada what who when,
where why dan how, itu berarti ada apa siapa kapan dimana kenapa,
nyela nomor lima itu kenapa,?
Siswa : Nyelabuk
Pengucapan kata nyela merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
nyela dalam bahasa Indonesia yaitu benar. Kata benar dalam KBBI yaitu sesuai
sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah. Dalam percakapan pada DF
1.6 kata nyela merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar
mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nyela sebaiknya
tidak digunakan ketika proses belajar mengajar karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata nyela dimana menjadi kata benar. Sedangkan pengucapan kata nyela buk
merupakan bahasa daerah yaitu bahasa Pasemah. Kata nyela buk dalam bahasa
Indonesia yaitu benar bu. Kata benar bu dalam KBBI yaitu kata benar sesuai
sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah. Sedangkan kata bu kata
sapaan untuk orang tua perempuan. Dalam percakapan pada DF 1.6 kata nyela
buk merupakan jawaban siswa ketika dalam kegiatan proses proses belajar
mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nyela buk
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata nyela buk diubah menjadi kata benar bu.
64
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa katanyela dan kata nyela
bukpada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Jadidalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal
ketika berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar
itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata
nyela dan katanyela buk yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat merujuk keKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
nyela dan kata nyela buk harus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.91
g. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.7
Guru : Ibuk salah dideprotes tidak jelih mate nye kenapa dan bagai?
Siswa : Bagaimana
Pengucapan kata ibuk merupakan bentuk tidak baku dari hibuk. Kata ibuk
dalam bahasa Indonesia yaitu ibu. Kata ibu dalam KBBI yaitu wanita yang telah
melahirkan seseorang. Dalam percakapan pada DF 1.7 kata ibuk merupakan
penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ibuk sebaiknya tidak digunakan ketika
proses belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar disekolah harus
menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ibuk diubah menjadi
91
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
65
kata ibu. Pengucapan kata dide merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah.
Kata dide dalam bahasa Indonesia yaitu tidak. Kata tidak dalam KBBI yaitu
bentuk tidak baku: indak, partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan dan sebagainya. Dalam percakapan pada DF 1.7 kata dide
merupakan penyampaian guru ketika dalam kegiatan proses belajar
mengajarpadahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata dide sebaiknya
tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata didediubah menjadi kata tidak. Pengucapan kata mate merupakan bahasa
daerah yaitu daerah Pasemah. Kata mate dalam bahasa Indonesia yaitu mata. Kata
mata dalam KBBI yaitu indra untuk melihat, indra penglihat. Dalam percakapan
pada DF 1.7 kata mate merupakan penyampaian guru ketika dalam kegiatan
proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata
mate sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan
proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa
resmi. Jadi kata mate diubah menjadi kata mata. Pengucapan kata nye merupakan
bahasa daerah yaiu daerah Pasemah. Kata nye dalam bahasa Indonesia yaitu nya.
Kata nya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yaitu kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan
-nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Bukumu,
bukuku, dan bukunya tesimpan di perpustakaan. Dalam percakapan pada DF 1.7
kata nye merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar
mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata nye sebaiknya
66
tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata nye diubah menjadi kata nya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kataibuk, dide, mate dan kata
nyepada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Jadidalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal
ketika berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar
itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku
kataibuk, dide, mate dan kata nye yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia yang tepat merujuk keKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kataibuk, dide, mate dan
kata nyeharus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.92
h. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.8
Guru : Kenapa dan bagaimana jadi, ini yang termasuk kedalam unsur-unsur
berita, awas nanti ibu tanya tidak paham, kalian sudah belajarkan?
Apa itu pengertian berita, siapa yang bisa cube ape?
Siswa : Berita adalah informasi tentang peristiwa terkini
Pengucapan kata cube merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
cube dalam bahasa Indonesia yaitu coba. Kata coba dalam KBBI yaitu silakan,
92
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
67
sudihlah, tolong (untuk menghaluskan suruhan atau ajakan). Dalam percakapan
pada DF 1.8 kata cube merupakan pertanyaan guru ketika dalam kegiatan proses
belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata cube
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata cube diubah menjadi kata coba. Sedangkan pengucapan kata ape
merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata ape dalam bahasa
Indonesia yaitu apa. Kata apa dalam KBBI yaitu kata tanya untuk menanyakan
nama (jenis, sifat). Dalam percakapan pada DF 1.8 kata ape merupakan
pertanyaan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ape sebaiknya tidak di gunakan ketika
proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus
menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ape diubah menjadi apa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa katacube dan kata ape pada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Jadidalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku katacube dan kata ape yaitu
bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk
68
kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) katacube dan kata ape harus
di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.93
i. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.9
Siswa : Terkini
Guru : Ya itu yang termsuk dengan berita, ame berita berarti disampaikan
dengan cara., berdasarkan fak?
Siswa : Fakta
Pengucapan kata ame merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
ame dalam bahasa Indonesia yaitu kalau. Kata kalau dalam KBBI yaitu bentuk
tidak baku: kalo kata, penghubung untuk menandai syarat. Dalam percakapan
pada DF 1.9 kata ame merupakan penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses
belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ame
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata amediubah menjadi kalau.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ame pada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau
dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
93
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
69
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku kata ame yaitu bahasa daerah.
Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat jadi ketika berbicara dalam
karya ilmiah bahasa Indonesia yang baik dan benarmerujuk keKamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kataame itu harus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.94
j. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.10
Guru : Jadi, berita itu yang harus benar-benar ada peristiwa?
Siswa : Peristiwa
Guru : Peristiwanya, paham.,?
Siswa : Ham
Guru : Ham katenye, nanti ibu tanya tidak paham agi, kalau syarat tadi
terdiri atas?
Siswa : Empat
Pengucapan katakate merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
kate dalam bahasa Indonesia yaitu kata. Pengucapan kata dalam KBBI yaitu unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, ujar, bicara. Dalam
percakapan pada DF 1.10 kata pengucapankatemerupakan pertanyaan guru ketika
dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia kata pengucapan katesebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar
mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan
bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata pengucapan katediubah menjadi
94
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
70
kata.Pengucapan kata nye merupakan bahasa daerah yaiu daerah Pasemah. Kata
nye dalam bahasa Indonesia yaitu nya. Kata nya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) yaitu kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: Bukumu, bukuku, dan bukunya tesimpan di
perpustakaan. Dalam percakapan pada DF 1.10 kata nye merupakan penjelasan
guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia kata nye sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar
mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan
bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata nye diubah menjadi kata nya.
Pengucapan kata agi merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata agi
dalam bahasa Indonesia yaitu lagi. Pengucapan kata lagi dalam KBBI yaitu
sedang (dalam keadaan melakukan dan sebagainya), masih.Dalam percakapan
pada DF 1.10 kata agimerupakan pertanyaan guru ketika dalam kegiatan proses
belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata
agisebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan
proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa
resmi. Jadi kata agidiubah menjadi lagi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata katenye dan kata agipada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal
ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salahatau
71
benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku katenye
dan kata agi yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia
yang tepat dan benar merujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) katakatenye dan kata agi itu
harus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.95
k. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.11
Siswa : Berita
Guru : Kemaren fungsi dan tujuannya apa?, untuk menyampaikan informasi
membantu masyarat bersifat terbuka, berarti bersipat terbuka, kalau
yang dimaksudkan bersikap terbuka itu, tidak ada yang namanya
kebohongan nak ya, harus jelas terbuka dide bie dibohongkah agi ya
nak ya.
Pengucapan kata dide merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
dide dalam bahasa Indonesia yaitu tidak. Kata tidak dalam KBBI yaitu bentuk
tidak baku: indak, partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan dan sebagainya. Dalam percakapan pada DF 1.11 kata dide
merupakan penyampaian guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar
padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata dide sebaiknya tidak
digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
95
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
72
kata dide diubah menjadi kata tidak. Pengucapan kata bie merupakan bahasa
daerah yaitu daerah Pasemah. Kata bie dalam bahasa Indonesia yaitu ada. Kata
ada dalam KBBI yaitu hadir, telah sedia. Dalam percakapan pada DF 1.11 kata bie
merupakan penyampaian guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar
padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata bie sebaiknya tidak
digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar
mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi
kata bie diubah menjadi kata ada.Pengucapan kata agi merupakan bahasa daerah
yaitu daerah Pasemah. Kata agi dalam bahasa Indonesia yaitu lagi. Pengucapan
kata lagi dalam KBBI yaitu sedang (dalam keadaan melakukan dan sebagainya),
masih. Dalam percakapan pada DF 1.11 kata agi merupakan pertanyaan guru
ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia kata agi sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar
mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan
bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata agi diubah menjadi lagi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata didebie dan kata agipada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal
ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau
benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka
menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar
berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku didebie
73
dan kata agi yaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia
yang tepat dan benar merujuk kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) katadidebie dan kata agi itu
harus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.96
l. Analisis Kesalahan DF (Data Fonologi) 1.12
Guru : Bukan bentuk kata, kalau pengertian itu bentuk kali?
Siswa : Kalimat
Guru : Masa, berita itu informasi., yang bisa angkat tangan, apa itu berita?
Siswa/Ilyas : Berita adalah teks yang berisi pristiwa terkini atau aktual berita
berbentuk laporan atas kejadian ada juga yang mengatakan berita
adalah informasi baru yang menjadikan dalam pembacaan dan
penulisan yang jelas aktual dan baik.
Pengucapan kata pristiwa merupakan bentuk bahasa tidak baku. Kata pristiwa
dalam bahasa Indonesia yaitu peristiwa. Kata peristiwa dalam KBBI yaitu
kejadian (hal, perkata, dan sebagainya), kejadian yang luar biasa (menarik
perhatian dan sebagainya), yang benar-benar terjadi. Dalam percakapan pada DF
1.12 kata pristiwa merupakan penyampaian siswa ketika dalam kegiatan proses
belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata pristiwa
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata pristiwa diubah menjadi kata peristiwa.
96
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
74
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata pristiwapada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau
dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku katapristiwa. Seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) ketika di kamus itu tulisannya peristiwaberarti peristiwa tapi
biasanya pristiwa itu pengaruh dialeg jadi bentuk tidak baku dari kata peristiwa.
Kata pristiwaharus di benarkan karena itu kurang tepat penggunaannya.97
m. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.13
Guru : Itu dihalaman tujuh, yang pertama ada mendengarkan atau membaca
berita, Yang kedua mencatat pokok-pokoknya itu keenam unsur-unsur
berita ini atau adiksim?
Siswa : Adiksimba
Guru : Adiksimba yang terakhir ada menyampaikan kembali secara lengkap
dan ringkas, jelas? Jelas sampai disitu? Pengertiannye disini masih
halaman tujuh.
Pengucapan kata nye merupakan bahasa daerah yaiu daerah Pasemah. Kata
nye dalam bahasa Indonesia yaitu nya. Kata nya dalam Pedoman Umum Ejaan
97
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
75
Bahasa Indonesia (PUEBI) yaitu kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: Bukumu, bukuku, dan bukunya tesimpan di
perpustakaan. Dalam percakapan pada DF 1.13 kata nye merupakan penjelasan
guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia kata nye sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar
mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan
bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata nye diubah menjadi kata nya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nyepada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi kalau
dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika dia
berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik
ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa
baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa
karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku nyeyaitu bahasa daerah.
Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat dan benar merujuk
kePedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata nyeharus di benarkan
karena itu kurang tepat penggunaannya.98
98
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
76
n. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.14
Guru : Lanjut atau ada yang belum paham yang masih ragu-ragu boleh.,
kesimpulan masih ada pertermuan yang berikutnya, sampai disini jelas
apa yang ibuk sampai kan tadi materi awal sampai dihalaman tujuh,
jelas belum?,
Siswa : Jelas
Pengucapan kata ibuk merupakan bentuk tidak baku dari hibuk. Kata ibuk
dalam bahasa Indonesia yaitu ibu. Kata ibu dalam KBBI yaitu wanita yang telah
melahirkan seseorang. Dalam percakapan pada DF 1.14 kata ibuk merupakan
penjelasan guru ketika dalam kegiatan proses belajar mengajar padahal jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata ibuk sebaiknya tidak digunakan ketika
proses belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar disekolah harus
menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi. Jadi kata ibuk diubah menjadi
kata ibu.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kataibukpada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadidalam
percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam bahasa formal ketika berbahasa
Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah salah atau benar itu balik ke konsep
bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar maka menggunakan bahasa baik dan
benar. Kalau melihat dari sudut pandang benar berarti itu salah. Kenapa karena
dia menggunakan bahasa yang tidak baku kataibuk yaitu bahasa daerah.
Seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang tepat merujuk keKamus Besar
77
Bahasa Indonesia (KBBI) kataibukharus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.99
o. Analisis Kesalahan DF (DataFonologi) 1.15
Guru : Kalau jelas, keluarkan kertas selembar kita latihan
Guru : Satu sebutkan dan jelaskan unsur-unsur berita, dua sebutkan
pengertian berita, tiga apa kenggunaan berita bagi pelajar, yang
keempat apa kelebihan informasi yang disampaikan melalui televisi
dibandingkan dengan radio, cukup empat soal silakan dikerjakan.
Guru : Jangan betanye dengan kanten, kerjakan sesuai kemampuankamu.
Pengucapan kata betanye merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah.
Kata betanyedalam bahasa Indonesia yaitu bertanya. Pengucapan kata bertanya
dalam KBBI yaitu meminta keterangan (penjelasan dan sebagainya, meminta
supaya diberi tahu (tentang sesuatu). Dalam percakapan pada DF 1.15 kata
betanyemerupakan pengucapan guru ketika dalam kegiatan proses belajar
mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia kata betanye
sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa formal atau bahasa resmi.
Jadi kata betanye diubah menjadi bertanya. Pengucapan kata kanten merupakan
bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata kantendalam bahasa Indonesia yaitu
teman. Pengucapan kata teman dalam KBBI yaitu kawan, sahabat. Dalam
percakapan pada DF 1.15 kata kantenmerupakan pengucapan guru ketika dalam
kegiatan proses belajar mengajar padahal jika berdasarkan kaidah bahasa
99
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
78
Indonesia kata kanten sebaiknya tidak digunakan ketika proses belajar mengajar.
Karena kegiatan proses belajar mengajar disekolah harus menggunakan bahasa
formal atau bahasa resmi. Jadi katakanten diubah menjadi kata teman.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata betanyedan kata
kantenpada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Jadi kalau dalam percakapan bahasa Indonesia apa lagi dalam
bahasa formal ketika dia berbahasa Indonesia yaitu bahasa daerah bicara masalah
salah atau benar itu balik ke konsep bahasa Indonesia. Ketika konsepnya benar
maka menggunakan bahasa baik dan benar. Kalau melihat dari sudut pandang
benar berarti itu salah. Kenapa karena dia menggunakan bahasa yang tidak baku
kata betanyedan kata kantenyaitu bahasa daerah. Seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia yang tepat dan benar merujuk keKamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata betanyedan kata kantenharus di benarkan karena itu kurang tepat
penggunaannya.100
2. TransliterasiFonetik
Transliterasimerupakan sebuah sarana yang diperlukan untuk
menjembatanikeadaan saling tidak mengerti antar bangsa yang disebabkan
perbedaan bahasa dan tulisan. Transliterasi merupakan penggantian huruf demi
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, dan terkadang sering lepas dari lafal
sebenarnya. Sebuah kata yang bersumber pada kosakata bahasa asing, dibentuk
100
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
79
melalui proses penyerapan dan penerjemahan.101
Adapun transliterasi fonetik
adalah sebagai berikut:
Tabel Transliterasi Fonetik
Bahasa Daerah Bahasa Indonesia
Nyela
Ape
Ibuk
Nye
Pristiwa
Juge
Dide
Mate
Cube
Ame
Kate
Agi
Betanye
Kanten
Benar
Apa
Ibu
Nya
Peristiwa
Juga
Tidak
Mata
Coba
Kalau
Kata
Lagi
Bertanya
Teman
101
Ressy Amalia Zuvara, ―Aplikasi Transliterasi dan Transkripsi Islam ‗Alam Bahasa
Arab Modern dalam Situs BBC Arabic,‖ Kebudayaan Arab Arabia vol. 2 no. 1 (Juni 2018): h.
31.
80
3. Bentuk Kesalahan Ejaan (Tataran Tulisan) Penggunaan Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan tentang kesalahan
penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan maka
penulis mendeskripsikan bentuk kesalahan ejaan yang keliru:
1. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.1
DE 2.1 Vanesa Tasya Aulia
Pada DE(Data Ejaan) 2.1 Vanesa Tasya Aulia terdapat kesalahan ejaan.
Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata(mapel, unsur2, Radio,dimana,
mengapa, apa, yg, Alasan, Sedangkan).Kata mapel merupakan singkatan dari kata
Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh:
Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata
Pelajaran disingkat Mapel bukan mapel jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan ejaan
kata mapel yang ditulis dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang
81
berlaku yaitu Mapel. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata unsur2. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)kata unsur2 seharusnya
menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda hubung (-) menyambung unsur kata
ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.1
terjadi kesalahan penulisan unsur2 yang ditulis dengan tidak menggunakan tanda
hubung. Sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan unsur2
dibenarkan menjadiunsur-unsur. Kesalahan kata Radio pada kalimat akhiran itu
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan ejaan pada kata
Radio sebaiknya kata Radio ditulis dengan radio. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada huruf radio. Kesalahan ejaan pada
kata dimana dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat.
Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf
kecil dan tidak mengguna spasing sebaiknya kata dimana ditulis dengan kata Di
mana.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan
ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata mengapa
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besaryaitu dibenarkan menjadi Mengapa.
Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
82
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kesalahan ejaan pada kata yg
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk
yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.1 terjadi
kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kesalahan penulisan kata Alasan seharusnya
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan
tengahkalimat menggunakan huruf kecil.Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan
penulisan kata Alasan sebaiknya kata Alasan dibenarkan menggunakan huruf
kecil yaitualasan.Kesalahan penulisan kata Sedangkan seharusnya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah
kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.1 terjadi kesalahan penulisan
kata Sedangkansebaiknya kata Sedangkan dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu sedangkan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata mapel, unsur2, Radio,
dimana, mengapa, apa yg, Alasan, dan kata Sedangkan. Pada data di atas kurang
tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Mapel itu singkatan
mata pelajaran seharusnya mata pelajaran saja tidak usah harus mapel, kalaupun
harus di singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu seperti apa dalammata
pelajaran atau mapel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran sebaiknya tulis saja
Mata pelajaran. Pada kata unsur-unsur yang menggunakan huruf angka 2 tidak
83
boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang menyatakan banyak itu salah dan
dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung).Pada kata radio penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata radio yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.Pada kata dimana, mengapa
dan apa penulisan yang menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata dimana, mengapa, dan apa yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan yang tidak
tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan yang di tulis dengan
huruf yang. Pada kata alasan dan kata sedangkan penulisan yang menggunakan
huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya
dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata alasan
dan kata sedangkan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya
di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.102
2. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.2
DE 2.2 Adil Bunga Kurnia
102
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
84
Pada DE (Data Ejaan) 2.2 yang bernama Adil Bunga Kurnia terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata (apa, berita, karna).
Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.2 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kesalahan ejaan pada kata berita
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.2 terjadi kesalahan ejaan kata berita yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar
yaitu dibenarkan menjadi Berita.Kesalahan ejaan pada kata karna merupakan
bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata karna dalam bahasa Indonesia yaitu
karena. Kata karena dalam KBBI yaitu kata penghubung untuk menandai sebab
atau alasan. Dalam kesalahan ejaan pada DE 2.2 kata karna tidak digunakan
85
kegiatan proses belajar mengajar. Jadi kata karna diubah menjadi kata karena dan
kata tersebut dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.2 terjadi kesalahan ejaan kata karena yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata karena ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Karena.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata apa, berita, dan karena.
Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku.Pada kata apa, berita, dan karena penulisan yang menggunakan huruf
kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa, berita, dan karena yang di tulis
dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf
besar.103
3. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.3
DE 2.3 Elva Nada
103
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
86
Pada DE (Data Ejaan) 2.3 Elvan Nada terdapat kesalahan ejaan. Kesalahan
ejaan terdapat pada penulisan kata (Kls, mata pelajaran : B. Indonesia, Jlskan,
Berita, beritah, apa, Berita, yg, Radio, Bagaimana mendengarkan, dapat,
informasih, Radio). Kata Kls merupakan singkatan dari kata Kelas. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr
(Saudara). jadi kata Kelas disingkat Kls pada DE 2.3 terjadi kesalahan kata Kls
ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata mata
pelajaran : B. Indonesia merupakan kesalahan dari kata Mata Pelajaran: Bahasa
Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan. Contoh: Republik Indonesia. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan ejaan pada
mata pelajaran : B. Indonesia dibenarkan Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia. Kata
Jlskan merupakan kesalahan singkatan dari kata jelaskan. DalamPedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
87
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: tilang bukti planggaran. Pada DE
2.3 terjadi kesalahan ejaan kata Jlskan sebaiknya kata Jlskan ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku yaitu jelaskan. Kata Berita pada kalimat akhiran
itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan ejaan pada kata
Berita sebaiknya kata Berita ditulis dengan berita. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada huruf berita.Kata beritah merupakan
kesalahan dari penulisan kata berita. Kata beritah dalam bahasa Indonesia yaitu
berita. Kata berita dalam KBBI yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian
atau peristiwa yang hangat, kabar. Dalam ejaan pada DE 2.3 kata beritah
berdasrkan kaidah bahasa Indonesia kata beritah sebaiknya tidak digunakan ketika
proses belajar mengajar disekolah. Jadi kata beritah diubah menjadi kata berita.
Kata apa Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kesalahan penulisan
kata Berita seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
pada kata penulisan tengah-tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada
DE 2.3 terjadi kesalahan penulisan kata Beritasebaiknya kata Berita dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu berita. Kesalahan ejaan pada kata yg dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.3 terjadi
88
kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kata Radio pada kalimat akhiran itu
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan ejaan pada kata
Radio sebaiknya kata Radio ditulis dengan radio. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada huruf radio. Kata Bagaimana pada
tengah-tengah kalimat itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.3 terjadi
kesalahan ejaan pada kata Bagaimana sebaiknya kata Bagaimana dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ditulis dengan huruf bagaimana. Kata
mendengarkan merupakan kesalahan dari huruf Mendengarkan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan ejaan pada kata
mendengarkan yang di tulis dengan huruf kecil seharusnya di tulis dengan huruf
kapital atau huruf besar yaitu Mendengarkan. Kata dapat merupakan kesalahan
dari huruf Dapat. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya. Jadi pada DE 2.3 terjadi
kesalahan ejaan pada kata dapat yang di tulis dengan huruf kecil seharusnya di
tulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu Dapat. Kata informasih
merupakan kesalahan dari huruf Informasi. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya. Jadi
pada DE 2.3 terjadi kesalahan ejaan pada kata mendengarkan yang di tulis dengan
89
huruf kecil seharusnya di tulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
Informasi. Kesalahan penulisan kata Radio seharusnya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah-tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.3 terjadi kesalahan penulisan kata
Radiosebaiknya kata Radio dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu radio.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata Kls, mata pelajaran : B.
Indonesia, Jlskan, Berita, beritah, apa, Berita, yg, Radio, Bagaimana
mendengarkan, dapat, informasih, dan kata Radio. Pada data di atas kurang tepat
jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada singkatan kelas
tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah
salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat
penggunaannya.Pada kata mata pelajaranBahasa Indonesia penulisan yang
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)jadi kata mata pelajaranBahasa
Indonesia yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi Mata
pelajaran Bahasa Idonesia. Pada singkatan jelaskan tidak tepat dalam
penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya
karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan jelaskan kurang tepat
penggunaannya. Pada kata berita penulisan yang menggunakan huruf kapital atau
huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus
90
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata berita yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu
kurang tepat penggunaannya. Pada singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya
ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena
tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan yang di tulis dengan huruf yang. Pada kata
radio penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah
kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata radio yang menggunakan huruf kapital atau
huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat
penggunaannya.Pada kata bagaimana mendengarkan penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata bagaimana mendengarkan yang menggunakan huruf kapital atau huruf
besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada
kata dapat dan informasih penulisan yang menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata dapat dan informasi yang di tulis dengan huruf kecil
sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata radio
penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak
boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa
91
Indonesia (PUEBI) jadi kata radio yang menggunakan huruf kapital atau huruf
besar sebaiknya di kecil kan saja karena kurang tepat penggunaannya.104
4. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.4
DE 2.4 Safira Amanda
Pada DE (Data Ejaan) 2.4 Safira Amanda terdapat kesalahan ejaan.
Kesalahan ejaan terdapat pada kata(apa, berita, yg, karna). Kesalahan ejaan pada
kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh:
Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.4 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Apa. Kesalahan ejaan pada kata berita dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.4 terjadi
kesalahan ejaan kata berita yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita
104
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
92
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita.
Kesalahan ejaan pada kata yg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Jadi pada DE 2.4 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata
yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kesalahan
ejaan pada kata karna merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata
karna dalam bahasa Indonesia yaitu karena. Kata karena dalam KBBI yaitu kata
penghubung untuk menandai sebab atau alasan. Dalam kesalahan ejaan pada DE
2.4 kata karna tidak digunakan kegiatan proses belajar mengajar. Jadi kata karna
diubah menjadi kata karena dan kata tersebut dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.4 terjadi
kesalahan ejaan kata karena yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata karena
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Karena.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata apa, berita, yang, dan
karena. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku.Pada kata apa dan kata berita penulisan menggunakan huruf kecil di
awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa dan kata berita yang di tulis dengan
huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada
singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan
93
di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan
yangkurang tepat penggunaannya. Pada kata karena penulisan menggunakan huruf
kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata karena yang di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.105
5. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.5
DE 2.5 Keysha Diah Phitalokha
Pada DE (Data Ejaan) 2.5 yang bernama Keysha Diah Phitalokha terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (nama, kls, B. Indonesia,
unsur2, Berita, apa, yg, how, berita, dapat). Kata nama dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf
Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan
ejaan kata nama yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata nama ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Nama. Kata kls
105
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
94
merupakan singkatan dari kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas
disingkat kls pada DE 2.5 terjadi kesalahan kata kls ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari
Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.5
terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia
diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata
unsur2. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata unsur2
seharusnya menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda hubung (-)
menyambung unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-
merahan. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan penulisan unsur2 yang ditulis
dengan tidak menggunakan tanda hubung sebaiknya menggunakan tanda hubung
(-) pada kata penulisan unsur2 dibenarkan menjadi unsur-unsur. Kata Berita pada
kalimat akhiran itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan
ejaan pada kata Berita sebaiknya kata Berita ditulis dengan berita. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada huruf
berita.Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kesalahan ejaan
95
pada kata yg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada
DE 2.4 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kesalahan ejaan pada kata how
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan ejaan kata how yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata how ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi How. Kata berita dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan
ejaan kata berita yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita. Kesalahan
ejaan pada kata dapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.5 terjadi kesalahan ejaan kata dapat
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dapat ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Dapat.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, kls, B. Indonesia,
96
unsur2, Berita, apa, yg, how, berita, dapat Pada data di atas kurang tepat jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata nama yang di tulis
dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.
Pada singkatan kelas tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam
latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat
aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan kelaskurang tepat penggunaannya.Pada kata B. Indonesia penulisan ini
kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa
Idonesia. Pada kata unsur-unsur yang menggunakan huruf angka 2 tidak boleh di
tulis, karena untuk kata yang berulang menyatakan banyak itu salah dan
dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung). Pada kata berita penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata berita yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata apa penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa yang di tulis
dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf
besar.Pada singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan
dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika
97
lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan yangkurang tepat penggunaannya. Pada kata how, berita, dan kata dapat
penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
how, berita, dan kata dapat yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan
menjadi huruf kapital atau huruf besar.106
6. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.6
DE 2.6 M. Akbar
Pada DE (Data Ejaan) 2.6 yang bernama M. Akbar terdapat kesalahan ejaan.
Kesalahan ejaan terdapat pada kata (Mapel : B. Indonesia, yg, Berita, apa,
mengapa, bagaimana, how, yaitu).Kata Mapel dan B. Indonesia merupakan
singkatan dari kata Mata Pelajaran dan kata Bahasa Indonesia. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Jadi kata Mapel diubah Mata Pelajaran
sedangkan pada kata KBBIB huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.6 terjadi
kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah
menjadi Bahasa Indonesia.Kesalahan ejaan pada kata yg dalam Pedoman Umum
106
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
98
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.6 terjadi kesalahan ejaan pada
kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu yang.Kata Berita seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah-tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi pada DE 2.6 terjadi kesalahan penulisan kata Beritasebaiknya
kata Berita dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu berita.Kesalahan ejaan
pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.6 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.6 terjadi kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Mengapa. Kesalahan ejaan pada kata bagaimana dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.6 terjadi kesalahan ejaan kata bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil
99
sebaiknya kata bagaimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Bagaimana.Pada kata how dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.6 terjadi
kesalahan ejaan kata how yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata how
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
How.Kesalahan ejaan pada kata yaitu dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.6 terjadi kesalahan
ejaan kata yaitu yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata yaitu ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar dibenarkan menjadi Yaitu.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata Mapel : B. Indonesia,
yg, Berita, apa, mengapa, bagaimana, how, dan kata yaitu. Pada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata
Mapel Bahasa Indonesia penulisan yangkurang jelas. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata Mapel Bahasa
Indonesia ini kurang tepat penggunaannya. Pada singkatan yang tidak tepat dalam
penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah salah penggunanya
karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) ) jadi kata singkatan yangkurang tepat
100
penggunaannya. Pada kata berita penulisan yang menggunakan huruf kapital atau
huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata berita yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu
kurang tepat penggunaannya.Pada kata apa, mengapa, bagaimana, how, dan kata
yaitu penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa,
mengapa, bagaimana, how, dan kata yaitu di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.107
7. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.7
DE 2.7 Lala Bunga Cinta
Pada DE (Data Ejaan) 2.7 yang bernama Lala Bunga Cinta terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (Tgl, agustus, Kls, Mapel, apa,
ADIKSIMBA). Kata Tgl merupakan singkatan dari kata Tanggal. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr
107
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
101
(Saudara). Jadi kata Tanggal disingkat Tgl pada DE 2.7 terjadi kesalahan kata Tgl
ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Tanggal.Kata agustus
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh: bulan Agustus, bulan Mualid, hari Galungan, hari Jumat, hari Lebaran,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, hari Natal, perang Candu, tahun Hijriah,
tarikh Masehi. Jadi pada DE 2.7 terjadi kesalahan ejaan kata agustus diubah
menjadi Agustus. Kata Kls merupakan singkatan dari kata Kelas. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr
(Saudara). jadi kata Kelas disingkat Kls pada DE 2.7 terjadi kesalahan kata Kls
ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas.Kata
Mapelmerupakan singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata Mapel sebaiknya ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlakuyaitu Mata Pelajaran. Kata apa dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.7 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Apa.Kata ADIKSIMBA merupakan kesalahan penulisan dalamPedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia(PUEBI) kata ADIKSIMBA dibenarkan menjadi adik
simba.
102
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata Tgl, agustus, Kls, Mapel,
apa, dan kata ADIKSIMBA. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada singkatan tanggal tidak tepat dalam
penulisan nya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan tanggalkurang tepat
penggunaannya. Pada singkatan kelas tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat penggunaannya. Pada kata Mapel
Bahasa Indonesia penulisan yangkurang jelas. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata Mapel Bahasa
Indonesia ini kurang tepat penggunaannya. Pada kata apa penulisan menggunakan
huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa yang di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata
agustus dalam penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata agustus yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi
huruf kapital atau huruf besar.Pada kata adik simba penulisan menggunakan huruf
103
kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).108
8. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.8
DE 2.8 Glori Fabian Aldo
Pada DE (Data Ejaan) 2.8 yang bernama Glori Fabian Aldo terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (Kls, apa, inpormasi, yg,
telepisi, Pertiwa, inpormasi, pristiwa, dapat). Kata Kls merupakan singkatan dari
kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh:
Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat Kls pada DE 2.8 terjadi
kesalahan kata Kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Kelas.Kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.7 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis
108
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
104
dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kata inpormasi merupakan bahasa daerah
yaitu daerah Pasemah. Kata inpormasi dalam bahasa Indonesia yaitu informasi.
Kata informasi dalam KBBI yaitu penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
tentang sesuatu. Dalam penulisan pada DE 2.8 kata inpormasi sebaiknya tidak
digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar
harus menggunakan kata baku. Jadi kata inpormasi diubah menjadi informasi.
Kata yg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah
bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.8
terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang.Kata telepisi merupakan bahasa daerah
yaitu daerah Pasemah. Katatelepisi dalam bahasa Indonesia yaitu televisi. Kata
televisi dalam KBBI yaitusistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi
(suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakn alat yang
mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan
mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang
dapat didengar. Dalam penulisan pada DE 2.8 kata telepisi sebaiknya tidak
digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar
harus menggunakan kata baku. Jadi kata telepisi diubah menjadi televisi.Kata
Pertiwa merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata Pertiwa dalam
bahasa Indonesia yaitu peristiwa. Dalam KBBI kata peristiwa yaitu kejadian (hal,
perkara, dan sebagainya), kejadian yang luar biasa (menarik perhatian dan
sebagainya), yang benar-benar terjadi. Dalam penulisan pada DE 2.8 kata
105
Pertiwasebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan
proses belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi kata Pertiwa diubah
menjadi peristiwa.Kata inpormasi dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.8 terjadi kesalahan
ejaan kata inpormasi yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata inpormasi
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Informasi.Kata Pristiwa merupakan kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan pada kata
pristiwa merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata peristiwa.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada kata
huruf peristiwa. Jadi pada DE 2.8 terjadi kesalahan ejaan kata pristiwa dan
dibenarkan dengan huruf peristiwa. Kata dapat dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.8 terjadi
kesalahan ejaan kata dapat yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dapat
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Dapat.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata Kls, apa, inpormasi, yg,
telepisi, Pertiwa, inpormasi, pristiwa, dan kata dapat. Pada data di atas kurang
tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada singkatan kelas
tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu
106
salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat
penggunaannya. Pada kata apa penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata apa yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata informasi penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata informasi yang di
tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf
besar. Pada singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan
dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika
lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ) jadi kata
singkatan yangkurang tepat penggunaannya. Pada kata telepisi tidak boleh salah
penulisannya tapi yang bakunya adalah televisi. Pada kata pertiwa tidak boleh
salah penulisannya tapi yang bakunya adalah peristiwa. Pada kata inpormasi tidak
boleh salah, itu salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan
menggunakan kata inpormasi tapi yang bakunya adalah informasi. Pada kata
pristiwa tidak boleh salah, itu salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor
kebiasaan menggunakan kata pristiwa tapi yang bakunya adalah peristiwa. Pada
kata dapat penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena
ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
107
dapat yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital
atau huruf besar.109
9. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.9
DE 2.9 Fariska Dama Yanti
Pada DE (Data Ejaan) 2.9 yang bernama Fariska Dama Yanti terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (FARISKA DAMA YANTI,
KELAS). Kata FARISKA DAMA YANTI merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf
Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.9 terjadi kesalahan ejaan kata FARISKA
DAMA YANTI yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata FARISKA
DAMA YANTI ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Fariska Dama Yanti. Kata KELAS merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf
Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.9 terjadi kesalahan ejaan kata KELAS yang
109
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
108
ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata KELAS ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata FARISKA DAMA
YANTI dan KELAS. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata Fariska Dama Yanti dan kelas penulisan
menggunakan huruf besar atau huruf kapital semua tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
tersbutyang di tulis dengan huruf besar atau huruf kapital kurang tepat
penggunaannya.110
10. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.10
DE 2.10 Aqilla Yuliza
Pada DE (Data Ejaan) 2.10 yang bernama Aqilla Yuliza terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (AQiLLA YuLizA, Kls, B. Indonesia,
unsur2, Radio, dimana, mengapa, apa, yg, Alasan). Kata AQiLLA YuLizA
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
110
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
109
Indonesia(PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE
2.10 terjadi kesalahan ejaan kata AQiLLA YuLizA yang ditulis dengan huruf
besar semua sebaiknya kata AQiLLA YuLizA ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaituAqilla Yuliza.Kata Kls merupakan singkatan dari
kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh:
Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat Kls pada DE 2.10 terjadi
kesalahan kata Kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Kelas. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam
KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.10 terjadi kesalahan pada
kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa
Indonesia.Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata unsur2. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata unsur2 seharusnya menggunakan
tanda hubung (-). Karena tanda hubung (-) menyambung unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.10 terjadi
kesalahan penulisan unsur2 yang ditulis dengan tidak menggunakan tanda hubung
sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan unsur2 dibenarkan
menjadi unsur-unsur.Kesalahan kata Radio pada kalimat akhiran itu menggunakan
huruf kecil. Jadi pada DE 2.10 terjadi kesalahan ejaan pada kata Radio sebaiknya
kata Radio ditulis dengan radio. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dibenarkan pada huruf radio.Kesalahan ejaan pada kata dimana dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
110
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. Jadi pada DE 2.10 terjadi
kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf kecil dan tidak mengguna
spasing sebaiknya kata dimana ditulis dengan kata Di mana. Kata mengapa dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.10 terjadi kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Mengapa. Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.10 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya
kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Apa.Katayg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada
DE 2.10 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kata Alasan seharusnya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah-
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.10 terjadi kesalahan
penulisan kata Alasan sebaiknya kata Alasan dibenarkan menggunakan huruf
kecil yaitu alasan.
111
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata AQiLLA YuLizA, Kls,
B. Indonesia, unsur2, Radio, dimana, mengapa, apa, yg, dan kata Alasan. Pada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Pada kata Aqilla Yuliza penulisan menggunakan huruf besar atau huruf kapital
semua tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata tersbut yang di tulis dengan huruf besar atau huruf
kapital kurang tepat penggunaannya. Pada singkatan kelas tidak tepat dalam
penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya
karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat penggunaannya.
Pada kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia
sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata unsur-unsur yang
menggunakan huruf angka 2 tidak boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang
menyatakan banyak itu salah dan dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung).
Pada kata radio penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di
akhir kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata radio yang menggunakan huruf kapital
atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat
penggunaannya. Pada kata dimana, mengapa, dan kata apa penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata dimana, mengapa,
112
dan kata apa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf
kapital atau huruf besar. Pada singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya
ketika menggunakan dalam latihan di sekolah salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) ) jadi kata singkatan yangkurang tepat penggunaannya. Pada kata alasan
penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat
tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata alasan yang menggunakan huruf kapital atau huruf
besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.111
11. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.11
DE 2.11 Hesti Amanda
Pada DE (Data Ejaan) 2.11 yang bernama Hesti Amanda terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (Jelaskan, Berita, apa, dg, berita, yg,
Bagi, karna). Kata Jelaskan seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah-tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi pada DE 2.11 terjadi kesalahan penulisan kata Jelaskan sebaiknya
111 Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
113
kata Jelaskan dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu jelaskan. Kesalahan kata
Berita pada kalimat akhiran itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.11
terjadi kesalahan ejaan pada kata Berita sebaiknya kata Berita ditulis dengan
berita. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan
pada huruf berita. Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.11 terjadi
kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.
Kesalahan ejaan pada kata dg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Jadi pada DE 2.11 terjadi kesalahan ejaan pada kata dg sebaiknya kata
dg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu dengan. Kata berita
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.11 terjadi kesalahan ejaan kata berita yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar
yaitu dibenarkan menjadi Berita.Katayg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.11 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg
sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
114
yang. Kata Bagi pada kalimat akhiran itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE
2.11 terjadi kesalahan ejaan pada kata Bagi sebaiknya kata Bagi ditulis dengan
huruf bagi. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan
pada huruf berita. Kata karnadalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.11 terjadi kesalahan ejaan kata karna
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata karna ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Karena.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata Jelaskan, Berita, apa, dg,
berita, yg, Bagi, dan kata karna. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata jelaskan penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata jelaskan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata berita penulisan
yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh.
Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata berita yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar
sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata apa
penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa
115
yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau
huruf besar. Pada singkatan dengan tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah salah penggunanya karena tujuanya tidak
jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata singkatan dengankurang tepat penggunaannya. Pada kata berita
penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
berita yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital
atau huruf besar. Pada singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah salah penggunanya karena tujuanya tidak
jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata singkatan yangkurang tepat penggunaannya. Pada kata bagi penulisan
yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh.
Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata bagi yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar
sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata
karna tidak boleh itu salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan
kata karna tapi yang bakunya adalah karena.112
12. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.12
112
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
116
DE 2.12 Rahmat Teguh Islam My
Pada DE (Data Ejaan) 2.12 yang bernama Rahmat Teguh Islam My terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan pada kata (kls, matapelajaran, Indo, apa,
dimana, bagaimana, apakah, Tokoh, dari, dimanakah, bagaimanakah, berita). Kata
kls merupakan singkatan dari Kelas. kata kls dibenarkan dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: kol Kolonel. Jadi pada DE 2.12 terjadi
kesalahan ejaan pada kata kls sebaiknya kata kls ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata matapelajaranmerupakan kesalahan
penggunaan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata matapelajaran dengan huruf kecil
sebaiknya kata matapelajaran ditulis dengan huruf Mata pelajaran.Kata Indo
merupakan singkatan dari Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata Indo tidak digunakan sebaiknya kata Indo ditulis
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Indonesia Jadi pada DE
2.12terjadi kesalahan pada kata Indo seharusnya pada kata Indo diubah menjadi
117
Indonesia.Kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kata dimana terjadi kesalahan
pada ejaan kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata dimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Dimana. Kata bagaimana dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi
kesalahan ejaan kata bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
bagaimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Bagaimana. Kata apakahdalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata
apakah yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apakah ditulis dengan huruf
kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apakah. Kata Tokoh
118
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kata tengah-tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE
2.12 merupakan kesalahan ejaan pada kata Tokoh dan dibenarkan pada huruf
tokoh. Kata dari dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata dari yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata dari ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Dari. Kata dimanakah dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi
kesalahan ejaan kata dimanakahyang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
apakah ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDi
mana kah. Kata bagaimanakah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata
bagaimanakah yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata bagaimanakah
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Bagaimanakah.Kata berita dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
119
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.12 terjadi kesalahan ejaan kata berita
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata kls, matapelajaran, Indo,
apa, dimana, bagaimana, apakah, Tokoh, dari, dimanakah, bagaimanakah, dan
kata berita. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku. Pada singkatan kelas tidak tepat dalam penulisannya
ketika menggunakan dalam latihan di sekolah salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat penggunaannya.Pada kata mata
pelajaran penulisan yang menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak boleh.
Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata mata pelajaran yang menggunakan kecil sebaiknya di besarkan
saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada singkatan Indonesia tidak tepat
dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas tujuannya ketika lihat aturan dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan Indonesia
kurang tepat penggunaannya. Pada kata apa, dimana, bagaimana, dan kata apakah
penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa,
dimana, bagaimana, dan kata apakah di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata tokoh penulisan
120
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata tokoh yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata dari, di manakah,
bagaimana kah, dan kata berita penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata dari, di manakah, bagaimana kah, dan kata berita di
tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf
besar.113
13. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.13
DE 2.13 Enes Yulanda
Pada DE (Data Ejaan) 2.13 yang bernama Enes Yulanda terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (nama, kls, mapel, B. Indonesia, apa,
ada, AdiksimBA, Apa, Di mana, informasi, inpormasi). Kata nama dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika,
113
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
121
Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.13
terjadi kesalahan ejaan kata nama yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
nama ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Nama. Kata kls merupakan singkatan dari Kelas. kata kls dibenarkan dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: kol Kolonel. Jadi
pada DE 2.13 terjadi kesalahan ejaan pada kata kls sebaiknya kata kls ditulis
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata mapel merupakan
singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi Komawi.
Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel bukan mapel jadi pada DE 2.13 terjadi
kesalahan ejaan kata mapel yang ditulis dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Mapel. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari
Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.13
terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia
diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.13 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kata ada dalam
122
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.13 terjadi kesalahan ejaan kata ada yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata ada ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadi Ada. Kata AdiksimBA seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi pada DE 2.13 terjadi kesalahan penulisan kata AdiksimBA sebaiknya kata
AdiksimBA dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba.Kata ada
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.13 terjadi kesalahan ejaan kata ada yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata ada ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Ada.Kata Dimanadi tengah kalimat merupakan kesalahan
ejaan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Di
mana penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.13
terjadi kesalahan ejaan kata Dimana yang ditulis dengan huruf besar sebaiknya
kata Dimana ditulis dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu di mana. Kata
informasi dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh:
Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.13 terjadi kesalahan ejaan kata informasi yang ditulis
123
dengan huruf kecil sebaiknya kata informasi ditulis dengan huruf kapital atau
huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Informasi. Kata inpormasi merupakan
bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata inpormasi dalam bahasa Indonesia
yaitu informasi. Kata informasi dalam KBBI yaitu penerangan, pemberitahuan,
kabar atau berita tentang sesuatu. Dalam penulisan pada DE 2.13 kata inpormasi
sebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi kata inpormasi diubah
menjadi informasi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, kls, mapel, B.
Indonesia, apa, ada, AdiksimBA, Apa, Di mana, informasi, dan inpormasi.Pada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Pada kata nama penulisan yang menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak
boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata nama yang menggunakan kecil sebaiknya di
besarkan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.Pada singkatan kelas tidak
tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat
penggunaannya.Mapel itu singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran
saja tidak usah harus mapel, kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim
menyingkat itu seperti apa dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau
untuk mata pelajaran sebaiknya tulis saja Mata pelajaran. Pada kata B. Indonesia
124
penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi
Bahasa Idonesia. Pada kata apa dan kata ada penulisan menggunakan huruf kecil
di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa dan kata ada yang di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata adik
simba, apa, dan kata di mana penulisan menggunakan huruf besar atau huruf
kapital di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata adik simba, apa, dan kata di mana
yang di tulis dengan huruf besar atau huruf kapital sebaiknya dibenarkan menjadi
huruf kecil saja. Pada kata informasi penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata informasi yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata inpormasi tidak
boleh, dalam penulisannya salah mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan
menggunakan kata inpormasi tapi yang bakunya adalah informasi.114
14. Analisis Kesalahan DE (DataEjaan) 2.14
DE 2.14 Juni Aprianto
114
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
125
Pada DE (Data Ejaan) 2.14 yang bernama Juni Aprianto terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata(ApriAnto, B. Indonesia, SebuTkan,
Dan, beriTa, pengerTian, apa, Di, Televisi, Dengan, raDio, JAWABAN,
ADIKSimBA, TempaTnya, kejaDianya, iTu, dapaT, paDa, masyarakaT, aDalah,
seperTi, Berita TenTang, Televisi, iTu, muDah, DikeTahui).KataApriAnto
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.14
terjadi kesalahan ejaan kata ApriAnto yang ditulis dengan huruf besar semua
sebaiknya kata ApriAnto ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu Aprianto.Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia.
Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.14 terjadi kesalahan
pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa
Indonesia.KataSebuTkan merupakan kesalahan ejaan dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata SebuTkan diubah menjadi Sebutkan.
Penulisan kata Dandiubah menjadi dan.Kata beriTa seharusnya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat
126
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata
beriTa sebaiknya kata beriTa dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu berita.
Kata pengerTian yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata pengerTian
penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi
kesalahan penulisan kata pengerTian sebaiknya kata pengerTian dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu pengertian. Kata apa merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau
huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.14 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Apa.Kata Di yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata Di penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi
kesalahan penulisan kata Di sebaiknya kata Di dibenarkan menggunakan huruf
kecil yaitu di. Kata Televisi yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata
pengerTian penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14
terjadi kesalahan penulisan kata Televisi sebaiknya kata Televisi dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu televisi. Kata Dengan yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata Dengan penulisan tengah kalimat menggunakan
127
huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata Dengan sebaiknya kata
Dengan dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu dengan. Kata raDio yang di
tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata raDio penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata raDio
sebaiknya kata raDio dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu radio. Kata
JAWABAN merupakan kesalahan ejaan.Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) kata JAWABAN yang di tulis pada huruf besar semua
sebaiknya kata JAWABAN ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu Jawaban.Kata ADIKSimBA yang di tulis akhir kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata ADIKSimBA penulisan akhir kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE
2.14 terjadi kesalahan penulisan kata ADIKSimBA sebaiknya kata ADIKSimBA
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba. Kata TempaTnya yang di
tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata TempaTnya penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata
TempaTnya sebaiknya kata TempaTnya dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu tempatnya.Kata kejaDianya yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata kejaDianya penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14
terjadi kesalahan penulisan kata kejaDianya sebaiknya kata kejaDianyadibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu kejadian nya.Kata iTu yang di tulis di tengah
128
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata iTu penulisan tengah kalimat menggunakan huruf
kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata iTu sebaiknya kata iTu
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu itu.Kata dapaT yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata dapaT penulisan tengah kalimat menggunakan huruf
kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata dapaT sebaiknya kata dapaT
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu dapat. Kata paDa yang di tulis di
tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata paDa penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata paDa
sebaiknya kata paDa dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu pada. Kata
masyarakaT yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata masyarakaT
penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi
kesalahan penulisan kata masyarakaT sebaiknya kata masyarakaT dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu masyarakat.Kata aDalah yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata aDalah penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata aDalah sebaiknya kata
aDalah dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adalah. Kata seperTi yang di
tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata seperTi penulisan tengah kalimat
129
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata seperTi
sebaiknya kata seperTi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu seperti. Kata
Berita yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Berita penulisan
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan
penulisan kata Berita sebaiknya kata Berita dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu berita.Kata TenTang yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata
TenTang penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi
kesalahan penulisan kata TenTang sebaiknya kata TenTang dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu tentang. Kata Televisi yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata Televisi penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata Televisi sebaiknya kata
Televisi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu televisi. Kata iTuyang di tulis
di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata iTui penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata iTu
sebaiknya kata iTu dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu itu.Kata muDah
yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata muDah penulisan tengah
kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi kesalahan penulisan kata
muDah sebaiknya kata muDah dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu mudah.
130
Kata DikeTahui yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata DikeTahui
penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.14 terjadi
kesalahan penulisan kata DikeTahui sebaiknya kata DikeTahui dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu diketahui.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ApriAnto, B. Indonesia,
SebuTkan, Dan, beriTa, pengerTian, apa, Di, Televisi, Dengan, raDio,
JAWABAN, ADIKSimBA, TempaTnya, kejaDianya, iTu, dapaT, paDa,
masyarakaT, aDalah, seperTi, Berita TenTang, Televisi, iTu, muDah, dan kata
DikeTahui. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku.Pada kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena
ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
B. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata Aprianto
dan kata sebut kan penulisan yang menggunakan huruf di tengah kalimat itu tidak
boleh karena dalam penulisan huruf penulisan tersebut harus benar.Pada kata dan,
pengertian, di, televisi, dengan, kejadian nya, itu, dapat, pada, masyarat, adalah,
seperti, berita, televisi, itu, dan kata mudah di ketahui. Kata yang menggunakan
huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya
dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata dan,
pengertian, di, televisi, dengan, kejadian nya, itu, dapat, pada, masyarat, adalah,
seperti, berita, televisi, itu, dan kata mudah di ketahui yang menggunakan huruf
kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat
131
penggunaannya. Pada kata apa penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata apa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan
menjadi huruf kapital atau huruf besar.Pada kata jawaban dan kata adik simba
penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Pada kata berita, radio, tempat nya, dan kata tentang penulisan yang menggunakan
huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya
dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata berita,
radio, tempat nya, dan kata tentang yang menggunakan huruf kapital atau huruf
besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.115
15. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.15
DE 2.15 Vena Agulara
Pada DE (Data Ejaan) 2.15 yang bernama Vena Agulara terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (agulara, kls, B. Indonesia, apa,
sampakan, dg, tlevisi, yg, Thelvisi, brita, Bidang, dibutukan, Televisi, brupa).Kata
115
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
132
nama agulara dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir
Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah,
Ampere. Jadi pada DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan kata agulara yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata agulara ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Agulara. Kata kls merupakan singkatan dari
Kelas. kata kls dibenarkan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Contoh: kol Kolonel. Jadi pada DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada
kata kls sebaiknya kata kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu Kelas. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia.
Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.15 terjadi kesalahan
pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa
Indonesia.Kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kata sampakan merupakan
kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata sampaikan. Kata sampai kan
dalam KBBI yaitu mencapai, datang, tiba setelah berjuang melawan badai. Jadi
DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata sampakan sebaiknya kata sampakan
diubah menjadi huruf sampai kan.Kata dg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
133
Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata dg
sebaiknya kata dg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
dengan.Kata tlevisi merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata
televisi. Kata televisi dalam KBBI yaitu sistem penyiaran gambar yang disertai
dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan
alat yang mengubah cahaya (gambar) atau bunyi (suara) menjadi gelombang
listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan
bunyi yang dapat didengar. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata tlevisi
sebaiknya kata tlevisidiubah menjadi huruf televisi.Katayg dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.15 terjadi
kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu yang.KataThelvisi merupakan kesalahan ejaan pada
kata yang kurang dalamtelevisi dalam KBBI yaitu sistem penyiaran gambar yang
disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) atau bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat
dilihat dan bunyi yang dapat didengar. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada
kata Thelvisi sebaiknya kataThelvisi diubah menjadi huruf televisi.Kata brita
merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam huruf berita. Dalam
KBBI kata berita yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat, kabar. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata brita sebaiknya
134
kata brita diubah menjadi huruf berita.Kata Bidang yang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kataBidang penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan penulisan kata Bidang sebaiknya kata Bidang
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu bidang.Kata dibutukan merupakan
kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata berupa. Dalam KBBI kata
dibutukan yaitu kata turunan berkebutuhan, kebutuhan, membutuhi,
membutuhkan. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata dibutukan
sebaiknya kata dibutukan diubah menjadi huruf di butuh kan.Kata Televisi yang
di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kataTelevisi penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan penulisan kata Televisi
sebaiknya kata Televisi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu televisi. Kata
brupa merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata berupa.
Dalam KBBI kata berupa yaitu ada rupanya yang nyata (kelihatan), berwujud.
Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan pada kata brupa sebaiknya kata brupa diubah
menjadi huruf berupa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata agulara, kls, B.
Indonesia, apa, sampakan, dg, tlevisi, yg, Thelvisi, brita, Bidang, dibutukan,
Televisi, dan kata brupa. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama agulara dan kata apa penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
135
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata nama agulara dan
kata apa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital
atau huruf besar. Pada kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B.
Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada singkatan kelas,
dengan, dan kata yang tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam
latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat
aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan kelas, dengan, dan kata yang kurang tepat penggunaannya. Pada kata
sampakan, dibutukan, dan kata brupa tidak boleh salah penulisannya mungkin itu
tadi dari faktor kebiasaan menggunakan kata sampakan, dibutukan, dan kata brupa
tapi yang bakunya adalah sampai kan, di butuh kan, dan kata berupa. Pada kata
bidang dan kata televisi penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf
besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata bidang dan kata televisi yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu
kurang tepat penggunaannya.116
16. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.16
DE 2.16 Gini Maretasari
116
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
136
Pada DE (Data Ejaan) 2.16 yang bernama Gini Maretasari terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (nama, gini maretasari, kls,
matapelajaran, Baha indonesia, apa, yg, dibandingan, dimana, bagaimana, utk,
mejalani, berita, dlm, dgn). Kata nama dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan kata nama
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata nama ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Nama.Kesalahan penulisan kata gini
maretasari dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir
Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah,
Ampere. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan kata gini maretasari yang
ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata nama ditulis dengan huruf kapital atau
huruf besar yaitu dibenarkan menjadiGini Maretasari.Kata kls merupakan
singkatan dari kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat kls pada
137
DE 2.16 terjadi kesalahan kata kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku yaitu Kelas. Kata matapelajaranmerupakan kesalahan penggunaan dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. pada DE 2.16 terjadi
kesalahan ejaan kata matapelajaran dengan huruf kecil sebaiknya kata
matapelajaran ditulis dengan huruf Mata pelajaran.Kesalahan penulisan kataBaha
indonesia merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata Bahasa
Indonesia. Dalam KBBI kata Bahasa Indonesia yaitubentuk tidak baku basa,
sedangkan Indonesia yaitu nama negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak
di antara benua Asia dan benua Australia. Jadi DE 2.15 terjadi kesalahan ejaan
pada kata Baha indonesia sebaiknya kata Baha indonesia diubah menjadi huruf
Bahasa Indonesia.Kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Katayg dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan pada
kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu yang. Kata dibandingan merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang
dalam kata dibandingkan. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan pada kata
dibandingan sebaiknya kata dibandingan diubah menjadi huruf dibandingkan.Kata
138
dimana dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh:
Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata dimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar
yaitu dibenarkan menjadiDimana. Kata bagaimana dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.16 terjadi
kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
bagaimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadiBagaimana. Katautk dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan pada kata utk sebaiknya kata
utk ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu untuk. Kata
mejalani merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang pada huruf menjalani.
Dalam KBBI kata menjalani yaitu menempuh (jalan dan sebagainya). Jadi DE
2.16 terjadi kesalahan ejaan pada kata mejalani sebaiknya kata mejalani diubah
menjadi huruf menjalani. Kata berita dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan
ejaan kata berita yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis
139
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita.Katadlm
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk
yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.16 terjadi
kesalahan ejaan pada kata dlm sebaiknya kata dlm ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu dalam.Katadgn dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.16 terjadi kesalahan ejaan pada kata dgn
sebaiknya kata dgn ditulis dalam kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
dengan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, gini maretasari,
kls, matapelajaran, Baha indonesia, apa, yg, dibandingan, dimana, bagaimana, utk,
mejalani, berita, dlm, dan kata dgn.Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama, gini maretasari, mata
pelajaran, apa, di mana, bagaimana dan kata berita penulisan menggunakan huruf
kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata nama, gini maretasari, mata pelajaran,
apa, di mana, bagaimana dan kata berita yang di tulis dengan huruf kecil
sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan
kelas, yang, untuk, dalam, dan kata dengan tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata singkatan kelas, yang, untuk, dalam, dan kata dengan kurang
140
tepat penggunaannya. Pada kata baha indonesia, dibadingkan, dan kata mejalani
tidak boleh salah, itu salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan
menggunakan kata baha indonesia, dibadingkan, dan kata mejalani tapi yang
bakunya adalah bahasa Indonesia, di banding kan, dan kata menjalani.117
17. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.17
DE 2.17 Tasya Lorenza
Pada DE (Data Ejaan) 2.17 yang bernama Tasya Lorenza terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat padakata (NAMA, TASYA LORENZA, mapel,
B. Indonesia, Berita, apa, yg, dg, mengapa).Kata NAMA dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf
Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.17 terjadi kesalahan
ejaan kata NAMA yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata NAMA
dibenarkan menjadi Nama. Kata TASYA LORENZA merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai
117 Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
141
sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage
Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.17 terjadi kesalahan ejaan kata
TASYA LORENZA yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata
TASYA LORENZA ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Tasya Lorenza. Kata mapel merupakan singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita
Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel
bukan mapel jadi pada DE 2.17 terjadi kesalahan ejaan kata mapel yang ditulis
dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Mapel.
Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B
huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.17 terjadi kesalahan pada kata
B.Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa Indonesia.
Kata Berita pada kalimat akhiran itu menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.17
terjadi kesalahan ejaan pada kata Berita sebaiknya kata Berita ditulis dengan
berita. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan
pada huruf berita.Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.17 terjadi
kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
142
Apa.Katayg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada
DE 2.17 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang. Kata dg dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.17 terjadi kesalahan ejaan pada
kata dg sebaiknya kata dg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu dengan. Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.17 terjadi
kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Mengapa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata NAMA, TASYA
LORENZA, mapel, B. Indonesia, Berita, apa, yg, dg, dan kata mengapa. Pada data
di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada
kata nama, dan kata tasya lorenza penulisan menggunakan huruf kapital atau
huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). mapel itu singkatan mata pelajaran seharusnya
mata pelajaran saja tidak usah harus mapel, kalaupun harus di singkatan ada
aturan dari akronim menyingkat itu seperti apa dalam mata pelajaran atau mapel
143
boleh tapi kalau untuk mata pelajaran sebaiknya tulis saja Mata pelajaran.Pada
kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia
sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata berita penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata berita yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata apa dan kata
megapa penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena
ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
apa dan kata mengapa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi
huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan yang dan dengan tidak tepat dalam
penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya
karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan yang dan dengan kurang tepat
penggunaannya.118
18. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.18
DE 2.18 Lovelia Junisa
118
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
144
Pada DE (Data Ejaan) 2.18 yang bernama Lovelia Junisa terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (LOVELIA JUNISA, mapel, apa,
bagaimana, apakah, dari, di). Kata LOVELIA JUNISA merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah,
Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan ejaan kata
LOVELIA JUNISAyang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata
LOVELIA JUNISA ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Lovelia Junisa. Kata mapel merupakan singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita
Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel
bukan mapel jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan ejaan kata mapel yang ditulis
dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Mapel.
Kata apa merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
145
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kata bagaimana
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan ejaan kata
bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata bagaimana ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Bagaimana. Kata
apakah merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan
ejaan kata apakah yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apakah ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apakah. Kata dari
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan ejaan kata dari
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dari ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDari. Kata di pada Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. Jadi pada DE 2.18 terjadi kesalahan ejaan
146
kata di yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata di ditulis dengan huruf
kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata LOVELIA JUNISA,
mapel, apa, bagaimana, apakah, dari, dan kata di. Pada data di atas kurang tepat
jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata Lovelia Junisa
penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Mapel itu singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran saja tidak usah
harus mapel, kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu
seperti apa dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran
sebaiknya tulis saja Mata pelajaran. Pada kata apa, bagaimana, apakah, dari, dan
kata di penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena
ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
apa, bagaimana, apakah, dari, dan kata di sebaiknya dibenarkan menjadi huruf
kapital atau huruf besar.119
19. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.19
DE 2.19 Ilyas Rohit
119
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
147
Pada DE (Data Ejaan) 2.19 yang bernama Ilyas Rohit terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata (nama, ILYAS ROHIT, mata
pelajaran, b Indonesia, sebuTkan, beriTa, apa, Televisi, whaT, beriTa iTu dapaT,
disingkaT, unTuk, menyingkaTnya, beriTa, Teks, prisTiwa, Terkini aTau akTual,
beriTa berbenTuk, aTas, mengaTakan beriTa, akTual, beriTa, dapaT, unTuk,
TerganTung, iTu, serTa, membanTu unTuk, diTelevisi dapaT). Kata nama dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika,
Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.19
terjadi kesalahan ejaan kata nama yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
nama ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Nama.Kata ILYAS ROHIT merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman,
Ampere. Jadi pada DE 2.19 terjadi kesalahan ejaan kata ILYAS ROHIT yang
ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata ILYAS ROHIT ditulis dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Ilyas Rohit.Kata
matapelajaranmerupakan kesalahan penggunaan dalam Pedoman Umum Ejaan
148
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. pada DE 2.19 terjadi kesalahan ejaan kata
matapelajaran dengan huruf kecil sebaiknya kata matapelajaran ditulis dengan
huruf Mata pelajaran.Kata b Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa
Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.19 terjadi
kesalahan pada kata b Indonesia seharusnya pada kata b Indonesia diubah menjadi
Bahasa Indonesia.Kata sebuTkan yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata sebuTkan penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19
terjadi kesalahan penulisan kata sebuTkan sebaiknya kata sebuTkan dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu sebut kan. Kata beriTa yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata beriTa penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata beriTa sebaiknya kata
beriTa dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu berita. Kata apa merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.19 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kata Televisi yang di tulis di
tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kataTelevisi penulisan tengah kalimat
149
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata Televisi
sebaiknya kataTelevisi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu televisi.Kata
whaT yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata whaT penulisan
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan
penulisan kata whaT sebaiknya kata whaT dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu what. Penulisan kata beriTa iTu dapaT yang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kata beriTa iTu dapaT penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata beriTa iTu dapaT
sebaiknya kata beriTa iTu dapaT dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
berita itu dapat. Penulisan kata disingkaTyang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kata disingkaTpenulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata disingkaTsebaiknya kata
disingkaTdibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu di singkat. Kata unTuk yang
di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata unTukpenulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata
unTuksebaiknya kata unTukdibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
untuk.Kata menyingkaTnya yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
katamenyingkaTnya penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE
150
2.19 terjadi kesalahan penulisan kata menyingkaTnya sebaiknya kata
menyingkaTnya dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu menyingkat nya.Kata
beriTa yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata beriTa penulisan
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan
penulisan kata beriTa sebaiknya kata beriTa dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu berita.Penulisankata Teks yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kataTeks penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi
kesalahan penulisan kata Teks sebaiknya kata Teks dibenarkan menggunakan
huruf kecil yaitu teks.kata prisTiwa yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kataprisTiwa penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19
terjadi kesalahan penulisan kata prisTiwa sebaiknya kata prisTiwa dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu peristiwa.Kata Terkini aTau akTualyang di tulis di
tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata beriTa penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata Terkini
aTau akTualsebaiknya kata Terkini aTau akTualdibenarkan menggunakan huruf
kecil yaituterkini atau aktual.Kata beriTa berbenTukyang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata beriTa penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata beriTa
151
berbenTuksebaiknya kata beriTa berbenTukdibenarkan menggunakan huruf kecil
yaituberita berbentuk.Kata aTas yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kataaTas penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi
kesalahan penulisan kata aTas sebaiknya kata aTas dibenarkan menggunakan
huruf kecil yaituatas.Kata mengaTakan beriTa yang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada katamengaTakan beriTa penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata mengaTakan beriTa
sebaiknya kata mengaTakan beriTa dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
mengatakan berita. Kata akTual yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kataakTual penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19
terjadi kesalahan penulisan kata akTual sebaiknya kata akTual dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaituaktual.Kata beriTa yang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kataberiTa penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi
DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata beriTa sebaiknya kata beriTa dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaituberita.Kata dapaT yang di tulis di tengah kalimat
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada katadapaT penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi
DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata dapaTsebaiknya kata dapaT dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu dapat.Kata unTuk yang di tulis di tengah kalimat
152
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kataunTuk penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi
DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata unTuk sebaiknya kata unTuk dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaituuntuk.Kata TerganTung yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kataTerganTung penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata TerganTung sebaiknya
kata TerganTung dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitutergantung. Kata iTu
yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kataiTu penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata iTu
sebaiknya kata iTu dibenarkan menggunakan huruf kecil yaituitu. Kata serTa yang
di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kataserTa penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan penulisan kata serTa
sebaiknya kata serTa dibenarkan menggunakan huruf kecil yaituserta. Kata
membanTu unTuk yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata membanTu
unTuk penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi
kesalahan penulisan kata membanTu unTuk sebaiknya kata membanTu unTuk
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitumembantu untuk.Kata diTelevisi dapaT
yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata diTelevisi dapaT penulisan
153
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.19 terjadi kesalahan
penulisan kata diTelevisi dapaT sebaiknya kata diTelevisi dapaT dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitudi televisi dapat.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, ILYAS ROHIT,
mata pelajaran, b Indonesia, sebuTkan, beriTa, apa, Televisi, whaT, beriTa iTu
dapaT, disingkaT, unTuk, menyingkaTnya, beriTa, Teks, prisTiwa, Terkini aTau
akTual, beriTa berbenTuk, aTas, mengaTakan beriTa, akTual, beriTa, dapaT,
unTuk, TerganTung, iTu, serTa, membanTu unTuk, diTelevisi dan kata dapaT.
Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Pada kata nama, mata pelajaran, dan kata apa penulisan menggunakan
huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata nama, mata pelajaran, dan kata
apa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau
huruf besar.Pada kata Ilyas Rohit penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf
besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada kata b. Indonesia penulisan ini kurang tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata b. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia.Pada kata
sebut kan, berita, what, berita itu dapat, di singkat, untuk, menyingkat nya,
peristiwa, terkini atau aktual, berita berbentuk, atas, aktual, berita, dapat, untuk,
tergantung itu, membantu untuk, serta, dan kata di televisi dapat penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
154
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata sebut kan, berita, what, berita itu dapat, di singkat, untuk, menyingkat
nya, peristiwa, terkini atau aktual, berita berbentuk, atas, aktual, berita, dapat,
untuk, tergantung itu, membantu untuk, serta, dan kata di televisi dapat yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu
kurang tepat penggunaannya. Pada kata berita dan kata televisi penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata berita dan kata televisi yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar
sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.120
20. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.20
DE 2.20 Helvi Juliansa
Pada DE (Data Ejaan) 2.20 yang bernama Helvi Juliansa terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata (kls, mapel, unsur2x, apa,
kegulaah, petaaar, kelebilah infursari yalaal campaihal, peladar, telipici
120
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
155
dibadilahal tadio, berita, adl, menari, ditelivisi). Kata kls merupakan singkatan
dari Kelas. kata kls dibenarkan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Contoh: kol Kolonel. Jadi pada DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan pada
kata kls sebaiknya kata kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu Kelas. Kata mapel merupakan singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita
Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel
bukan mapel jadi pada DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan kata mapel yang ditulis
dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Mapel.
Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata unsur2x. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata unsur2x seharusnya menggunakan tanda
hubung (-). Karena tanda hubung (-) menyambung unsur kata ulang. Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.20 terjadi
kesalahan penulisan unsur2x yang ditulis dengan tidak menggunakan tanda
hubung sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan unsur2x
dibenarkan menjadi unsur-unsur. Kata apa merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan
156
huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Apa.Kata kegulaahmerupakan kesalahan ejaan pada kata yang
tidak jelas dengan huruf keguaan. Dalam KBBI kata kegunaan faedah, manfaat.
Jadi DE 2.31 terjadi kesalahan ejaan pada kata kegulaahsebaiknya kata kegulaah
diubah menjadi huruf kegunaan.Katapetaaar merupakan kesalahan ejaan pada kata
yang tidak jelas dalam kata pelajar. Dalam KBBI kata pelajar yaitu berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan pada kata
petaaarsebaiknya kata petaaardiubah menjadi huruf pelajar.Kata kelebilah
infursari yalaal campaihal merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang
dalam kelebilah infursari yalaal campaihal. Jadi DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan
pada kata kelebilah infursari yalaal campaihal sebaiknya kata kelebilah infursari
yalaal campaihal diubah menjadi huruf kelebihan informasi yang di sampaikan.
Kata Peladar merupakan kesalahan ejaan pada kata yang tidak jelas dalam kata
pelajar. Dalam KBBI kata pelajar yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Jadi DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan pada kata Peladar sebaiknya kata
Peladar diubah menjadi huruf pelajar.Kata Peladar merupakan kesalahan ejaan
pada kata yang tidak jelas dalam kata pelajar. Dalam KBBI kata pelajar yaitu
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan
pada kata petaaar sebaiknya kata petaaar diubah menjadi huruf pelajar.Kata
telipici dibadilahal tadio merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang jelas
dalam telipici dibadilahal tadio. Jadi DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan pada kata
telipici dibadilahal tadio sebaiknya kata telipici dibadilahal tadio diubah menjadi
huruf televisi di bandingkan radio. Kata berita dalam Pedoman Umum Ejaan
157
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.20 terjadi
kesalahan ejaan kata berita yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Berita.Kataadl dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Jadi pada DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan pada kata adl sebaiknya kata adl ditulis
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu adalah. Kata menari
merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang jelas dalam menari. Jadi DE
2.20 terjadi kesalahan ejaan pada kata menari sebaiknya kata menari diubah
menjadi huruf menarik.Kata ditelivisi merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.20 terjadi kesalahan ejaan kata ditelivisi yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata ditelivisi ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadi Di televisi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata kls, mapel, unsur2x,
apa, kegulaah, petaaar, kelebilah infursari yalaal campaihal, peladar, telipici
dibadilahal tadio, berita, adl, menari, dan kata ditelivisi. Pada data di atas kurang
tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada singkatan kelas
158
dan singkatan adalah tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam
latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat
aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan kelas dan singkatan adalah kurang tepat penggunaannya. Mapel itu
singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran saja tidak usah harus mapel,
kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu seperti apa
dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran sebaiknya
tulis saja Mata pelajaran.Pada kata unsur-unsur yang menggunakan huruf angka 2
tidak boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang menyatakan banyak itu salah
dan dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung). Pada kata apa dan kata berita
penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa
dan kata berita yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi
huruf kapital atau huruf besar. Pada kata kegulaah, petaaar, kelebilah infurtasi
yalaal campaihal, peladar, telipici dibadilahal tadio, menari, ditelivisi tidak boleh
salah tapi yang benar nya adalah kegunaan, pelajar, kelebihan informasi yang di
sampai kan, pelajar, televisi dibanding kanradio, menarik, Di televisi.121
21. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.21
DE 2.21 Zahratu Fildza Ganafi
121
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
159
Pada DE (Data Ejaan) 2.21 yang bernama Zahratu Fildza Ganafi terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (hari:sabtu,kls, mapel, apa,
ADIKSIMBA). Kata hari:sabtumerupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh: Tempat Sidang : Ruang 104, Hari
: Senin, Waktu : 09.30. Jadi pada DE 2.21 terjadi kesalahan ejaan kata
hari:sabtuyang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata hari:sabtuditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Hari: Sabtu.Kata kls
merupakan singkatan dari Kelas. kata kls dibenarkan dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: kol Kolonel. Jadi pada DE 2.21 terjadi
kesalahan ejaan pada kata kls sebaiknya kata kls ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Kelas.Kata mapel merupakan singkatan dari kata
Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh:
Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata
Pelajaran disingkat Mapel bukan mapel jadi pada DE 2.21 terjadi kesalahan ejaan
kata mapel yang ditulis dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang
160
berlaku yaitu Mapel. Kata apa merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.21 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya
kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Apa. Kata ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi pada DE 2.21 terjadi kesalahan penulisan kata ADIKSIMBAsebaiknya kata
ADIKSIMBAdibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata hari:sabtu, kls, mapel,
apa, ADIKSIMBA. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku.Pada kata hari : sabtu, dan kata apa penulisan
menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi katahari : sabtu, dan kata
apa yang di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital
atau huruf besar. Pada singkatan kelas tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia(PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat penggunaannya. Mapel
itu singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran saja tidak usah harus
mapel, kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu
161
seperti apa dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran
sebaiknya tulis saja Mata pelajaran.Pada kata adik simba penulisan menggunakan
huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).122
22. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.22
DE 2.22 Dewi Rosalia
Pada DLS (Data Ejaan) 2.22 yang bernama Dewi Rosalia terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata(NAMA, Kls, M. Pelajaran, B.
Indonesia, tgl : hari, apa, ADIKSIMBA, yg, telivisi).Kata NAMA dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage
Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.22 terjadi
kesalahan ejaan kata NAMA yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya
kata NAMA dibenarkan menjadi Nama. Kata Kls merupakan singkatan dari kata
Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah
bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk
122
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
162
(Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat kls pada DE 2.22 terjadi
kesalahan kata Kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Kelas. Kata M. Pelajaran merupakan kesalahan ejaan pada DE 2.22 kata M.
Pelajaran dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Kesalahan
ejaan pada kata M. Pelajaran sebaiknya ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Jadi kata M. Pelajaran diubah menjadi Mata Pelajaran. Kata B.
Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2
abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.22 terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia
seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kata tgl :
hari merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contoh: Tempat Sidang : Ruang 104, Hari : Senin, Waktu : 09.30. Jadi
pada DE 2.22 terjadi kesalahan ejaan kata tgl : hari yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata tgl : hari ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Tanggal : Hari. Kata apa merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia
mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.22 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan
huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Apa. Kata ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat
163
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.22 terjadi kesalahan penulisan kata
ADIKSIMBA sebaiknya kata ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu adik simba.Katayg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Jadi pada DE 2.22 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata
yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu yang. Katatelivisi
dalam bahasa Indonesia yaitu televisi. Kata televisi dalam KBBI yaitu sistem
penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa dengan menggunakn alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. Dalam penulisan pada
DE 2.22 katatelivisi sebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar. Karena
kegiatan proses belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi katatelivisi
diubah menjadi televisi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata NAMA, Kls, M.
Pelajaran, B. Indonesia, tgl : hari, apa, ADIKSIMBA, yg, dan kata telivisi. Pada
data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
Pada kata nama dan kata adik simba penulisan menggunakan huruf kapital atau
huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada singkatan kelas dan singkatan kata yang
tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu
salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
164
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas dan singkatan
kata yang kurang tepat penggunaannya. Pada kata M. Pelajaran dan kata B.
Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata M. Pelajaran dan kata B.
Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Mata Pelajaran dan kata Bahasa
Idonesia. Pada kata tgl : hari dan kata apa penulisan menggunakan huruf kecil di
awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata tgl : hari dan kata apa di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata
telivisi tidak boleh salah, itu salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor
kebiasaan menggunakan kata telivisi tapi yang bakunya adalah televisi.123
23. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.23
DE 2.23 M. Agung Dani
Pada DE (Data Ejaan) 2.23 yang bernama M. Agung Dani terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan pada kata (NAMA, M AGUNG DANI, Kls, MAPEL, B.
Indonesia, unsur2, apa, yg, bagaimana, berita, terpelinci).Kata NAMA dalam
123
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
165
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika,
Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.23
terjadi kesalahan ejaan kata NAMA yang ditulis dengan huruf besar semua
sebaiknya kata NAMA dibenarkan menjadi Nama.Kata M AGUNG DANI
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.23
terjadi kesalahan ejaan kata M AGUNG DANI yang ditulis dengan huruf besar
semua sebaiknya kata M AGUNG DANI ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku yaitu M Agung Dani. Kata Kls merupakan singkatan dari kata Kelas.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk
yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak),
Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat kls pada DE 2.23 terjadi kesalahan kata
Kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas.Kata
MAPEL merupakan singkatan dari kata Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
huruf kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi
Komawi. Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel bukan MAPEL jadi pada DE
2.23 terjadi kesalahan ejaan kata MAPEL yang ditulis dengan huruf besar semua
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Mapel.Kata B. Indonesia
merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad
166
Indonesia. Jadi pada DE 2.23 terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya
pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kesalahan ejaan terdapat
pada penulisan kata unsur2. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) kata unsur2 seharusnya menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda
hubung (-) menyambung unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.23 terjadi kesalahan penulisan unsur2 yang
ditulis dengan tidak menggunakan tanda hubung sebaiknya menggunakan tanda
hubung (-) pada kata penulisan unsur2 dibenarkan menjadi unsur-unsur. Kata apa
merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.23 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Katayg dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.23 terjadi kesalahan ejaan pada
kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu yang. Kata bagaimana merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.23 terjadi
kesalahan ejaan kata bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
bagaimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
167
Bagaimana.Kata berita dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.23 terjadi kesalahan ejaan kata berita
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita.Kata terpelinci merupakan
kesalahan ejaan pada kata yang kurang jelas dalam kata terperinci. Dalam KBBI
terperinci yaitu sudah diperinci. Jadi DE 2.23 terjadi kesalahan ejaan pada kata
terpelinci sebaiknya kata terpelinci diubah menjadi huruf televisi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata NAMA, M AGUNG
DANI, Kls, MAPEL, B. Indonesia, unsur2, apa, yg, bagaimana, berita, dan kata
terpelinci. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Pada kata Nama, M. Agung Dani, Mapel. penulisan menggunakan
huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada singkatan kelas dan
singkatan kata yang tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam
latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat
aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan kelas dan singkatan kata yang kurang tepat penggunaannya. Pada kata
B. Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia sebaiknya
dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata unsur-unsur yang menggunakan
168
huruf angka 2 tidak boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang menyatakan
banyak itu salah dan dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung).
Pada kata apa dan kata berita penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat
tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata apa dan kata berita di tulis dengan huruf kecil
sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata terpelinci
tidak boleh itu salah penulisannya tapi yang bakunya adalah televisi.124
24. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.24
DE 2.24 Tera Listari
Pada DE (Data Ejaan) 2.24 yang bernama Tera Listari terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (mapel, B. Indonesia, Berita, apa,
dimana, mengapa, dg, yg, telivisi, Pristiwa). Kata mapel merupakan singkatan dari
kata Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh:
124
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
169
Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata
Pelajaran disingkat Mapel bukan mapel jadi pada DE 2.24 terjadi kesalahan ejaan
kata mapel yang ditulis dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku yaitu Mapel. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa
Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.24 terjadi
kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah
menjadi Bahasa Indonesia.Kata Berita pada kalimat akhiran itu menggunakan
huruf kecil. Jadi pada DE 2.24 terjadi kesalahan ejaan pada kata Berita sebaiknya
kata Berita ditulis dengan berita. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dibenarkan pada huruf berita. Kesalahan ejaan pada kata apa dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.24 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadi Apa. Kesalahan ejaan pada kata dimana dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.24 terjadi
kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
dimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Dimana.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
170
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.24 terjadi
kesalahan ejaan kata mengapayang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
mengapaditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Mengapa. Kata dg dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Jadi pada DE 2.24 terjadi kesalahan ejaan pada kata dg sebaiknya kata dg ditulis
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu dengan.Katayg dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.24 terjadi
kesalahan ejaan pada kata yg sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu yang.Katatelivisi dalam bahasa Indonesia yaitu
televisi. Kata televisi dalam KBBI yaitu sistem penyiaran gambar yang disertai
dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakn alat
yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan
mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang
dapat didengar. Dalam penulisan pada DE 2.24 katatelivisi sebaiknya tidak
digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses belajar mengajar
harus menggunakan kata baku. Jadi katatelivisi diubah menjadi televisi.
Kesalahan ejaan pada kata Pristiwa yang ditulis dengan huruf besar. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada kata huruf
peristiwa. Jadi pada DE 2.24 terjadi kesalahan ejaan kata Pristiwa dan dibenarkan
dengan huruf peristiwa.
171
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata mapel, B. Indonesia,
Berita, apa, dimana, mengapa, dg, yg, telivisi, dan kata Pristiwa.Pada data di atas
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Mapel itu
singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran saja tidak usah harus mapel,
kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu seperti apa
dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran sebaiknya
tulis saja Mata pelajaran. Pada kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata B. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata
berita penulisan yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah
kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata berita yang menggunakan huruf kapital atau
huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.
Pada kata apa, di mana, dan kata mengapa penulisan menggunakan huruf kecil di
awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa, di mana, dan kata mengapa di tulis
dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.
Pada singkatan dengan dan singkatan yang tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata singkatan dengan dan singkatan yang kurang tepat
penggunaannya. Pada kata telivisi dan kata pristiwa tidak boleh salah
172
penulisannya mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan menggunakan kata telivisi
dan kata pristiwa tapi yang bakunya adalah televisi dan kata peristiwa.125
25. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.25
DE 2.25 Gina Sonia
Pada DE (Data Ejaan) 2.25 yang bernamaGina Sonia terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (GINA SONIA, B. Indonesia, unsur2).
Kata GINA SONIA merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-
unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman, Ampere.
Jadi pada DE 2.25 terjadi kesalahan ejaan kata GINA SONIA yang ditulis dengan
huruf besar semua sebaiknya kata GINA SONIA ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaituGina Sonia. Kata B. Indonesia merupakan singkatan
dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE
2.25 terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia
125
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
173
diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kesalahan ejaan pada kata unsur2. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata unsur2 seharusnya
menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda hubung (-) menyambung unsur kata
ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.25
terjadi kesalahan penulisan unsur2 yang ditulis dengan tidak menggunakan tanda
hubung sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan unsur2
dibenarkan menjadi unsur-unsur.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata GINA SONIA, B.
Indonesia, dan kata unsur2. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama Gina Sonia penulisan
menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada kata B.
Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia sebaiknya
dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata unsur-unsur yang menggunakan
huruf angka 2 tidak boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang menyatakan
banyak itu salah dan dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung).126
26. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.26
DE 2.26 Ilham Akbar Paiker
126
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
174
Pada DE (Data Ejaan) 2.26 yang bernamaIlham Akbar Paiker terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata(ILHAM AKBAR PAIKER,
mengapa, ADIKSIMBA). Kata ILHAM AKBAR PAIKER merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah,
Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.26 terjadi kesalahan ejaan kata
ILHAM AKBAR PAIKER yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata
ILHAM AKBAR PAIKER ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaituIlham Akbar Paiker. Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.26 terjadi kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu
dibenarkan menjadi Mengapa. Kata ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.26 terjadi kesalahan penulisan kata
ADIKSIMBA sebaiknya kata ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaitu adik simba.
175
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ILHAM AKBAR
PAIKER, mengapa, dan kata ADIKSIMBA. Pada data di atas kurang tepat jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata Ilham Akbar Paiker
dan kata adik simba penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua
itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Pada kata mengapa penulisan menggunakan huruf kecil di
awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata mengapa di tulis dengan huruf kecil
sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.127
27. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.27
DE 2.27 Laura Natasya Putri
Pada DE (Data Ejaan) 2.27 yang bernamaLaura Natasya Putri terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (kls, matpel, dimana,
mengapa, ADIKSIMBA, pristiwa, telivisi). Kata kls merupakan singkatan dari
kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan
127
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
176
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh:
Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat kls pada DE 2.27 terjadi
kesalahan kata kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Kelas. Kata matpel merupakan kesalahan singkatan dari kata Mata Pelajaran.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Komawi, Kongres Wanita
Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi kata Mata Pelajaran disingkat Mapel
bukan matpel jadi pada DE 2.27 terjadi kesalahan ejaan kata matpelyang ditulis
dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Mapel.Kesalahan ejaan pada kata dimana dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.27 terjadi kesalahan
ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dimana ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Dimana.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.27 terjadi
kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
mengapaditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Mengapa.Kata ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
177
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi pada DE 2.27 terjadi kesalahan penulisan kata ADIKSIMBA sebaiknya kata
ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba.Kesalahan
ejaan pada kata pristiwa merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam
kata peristiwa. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
dibenarkan pada kata huruf peristiwa. Jadi pada DE 2.27 terjadi kesalahan ejaan
kata pristiwa dan dibenarkan dengan huruf peristiwa.Katatelivisi dalam bahasa
Indonesia yaitu televisi. Kata televisi dalam KBBI yaitu sistem penyiaran gambar
yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakn alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat
dilihat dan bunyi yang dapat didengar. Dalam penulisan pada DE 2.27 katatelivisi
sebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar. Karena kegiatan proses
belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi katatelivisi diubah menjadi
televisi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata kls, matpel, dimana,
mengapa, ADIKSIMBA, pristiwa, dan kata telivisi. Pada data di atas kurang tepat
jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada singkatan kelas
tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu
salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas kurang tepat
penggunaannya. Mapel itu singkatan mata pelajaran seharusnya mata pelajaran
178
saja tidak usah harus mapel, kalaupun harus di singkatan ada aturan dari akronim
menyingkat itu seperti apa dalam mata pelajaran atau mapel boleh tapi kalau
untuk mata pelajaran sebaiknya tulis saja Mata pelajaran. Pada kata di mana dan
kata mengapa penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata di mana dan kata mengapa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.Pada kata adik simba penulisan
menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada kata
pristiwa dan kata telivisi tidak boleh salah dalam penulisan nya mungkin itu tadi
dari faktor kebiasaan menggunakan kata pristiwa dan kata telivisi tapi yang
bakunya adalah peristiwa dan kata televisi.128
28. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.28
DE 2.28 Sela Loversi
Pada DE (Data Ejaan) 2.28 yang bernamaSela Loversi terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan kata (nama, kls, B. Indonesia, apa,
128
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
179
yg, dgn, dimana, mengapa, bagaimana, apakah, dari, dimanakah, bagaimanakah,
berita, untuk, sbagai, Pda). Kata nama dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata nama
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata nama ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Nama.Kata kls merupakan singkatan
dari kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas disingkat kls pada DE 2.28
terjadi kesalahan kata kls ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu Kelas. Kata B. Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia.
Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan
pada kata B. Indonesia seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa
Indonesia.Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kata dgn dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.28 terjadi
kesalahan ejaan pada kata dgn sebaiknya kata dgn ditulis dengan kaidah bahasa
180
Indonesia yang berlaku yaitu dengan.Katayg dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan pada kata yg
sebaiknya kata yg ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
yang. Kata dimana dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata
dimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dimana ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Dimana.Kesalahan ejaan
pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata
mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata mengapa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Mengapa. Kata
bagaimana merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan
ejaan kata bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata bagaimana
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Bagaimana.Kata apakah merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
181
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi
kesalahan ejaan kata apakah yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
apakah ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Apakah. Kata dari merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi
kesalahan ejaan kata dari yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dari
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDari. Kata
dimanakah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata dimanakah yang
ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dimanakah ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDi mana kah.Kata bagaimanakah dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata bagaimanakah yang ditulis dengan huruf
kecil sebaiknya kata bagaimanakah ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar
yaitu dibenarkan menjadi Bagaimanakah. Kata berita dalam Pedoman Umum
182
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi
kesalahan ejaan kata berita yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata berita
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Berita.
Kata untukdalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan kata untuk yang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata untuk ditulis dengan huruf kapital atau huruf
besar yaitu dibenarkan menjadiUntuk.Kata sbagai dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.28 terjadi kesalahan ejaan pada kata
sbagai sebaiknya kata sbagai ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku
yaitu sebagai.kata Pda yang ditulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Pda
penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.28 terjadi
kesalahan penulisan kata Pda sebaiknya kata Pda diubah menggunakan huruf kecil
yaitu pada.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, kls, B. Indonesia,
apa, yg, dgn, dimana, mengapa, bagaimana, apakah, dari, dimanakah,
bagaimanakah, berita, untuk, sbagai, dan kata Pda. Pada data di atas kurang tepat
183
jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama, apa,
dimana, mengapa, bagaimana, apakah, dari, di mana kah, bagaimana kah, berita
dan kata untuk penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata nama, apa, di mana, mengapa, bagaimana, apakah, dari, di mana kah,
bagaimana kah, berita dan kata untuk di tulis dengan huruf kecil sebaiknya
dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan kelas, yang,
dengan, sebagai, dan singkatan kata pada tidak tepat dalam penulisannya ketika
menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya
tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) jadi kata singkatan kelas, yang, dengan, sebagai, dan singkatan kata pada
kurang tepat penggunaannya. Pada kata B. Indonesia penulisan ini kurang tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata B. Indonesia sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia.129
29. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.29
DE 2.29 Yolanda Tania Putri
129
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
184
Pada DE (Data Ejaan) 2.29 yang bernamaYolanda Tania Putri terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (NAMA, yolanda tania
puteri, kls, mabel, Bi. Indonesia, unsur2, apa, telipici, bagai mana, adl,
ADIKSIMBA, tersebut).Kata NAMA dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.29 terjadi kesalahan ejaan kata NAMA
yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata NAMA dibenarkan menjadi
Nama. Kata yolanda tania puteri merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf
Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.29 terjadi kesalahan ejaan kata yolanda tania
puteri yang ditulis dengan huruf kecil semua sebaiknya kata yolanda tania puteri
ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaituYolanda Tania Puteri.
Kata kls merupakan singkatan dari kata Kelas. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata Kelas
disingkat Kls pada DE 2.29 terjadi kesalahan kata kls ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata mabel merupakan kesalahan
185
ejaan pada kata Mata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Komawi, Kongres Wanita Indonesia disingkat menjadi Komawi. Jadi
kata Mata Pelajaran disingkat Mapel bukan mabel jadi pada DE 2.29 terjadi
kesalahan ejaan kata mabelyang ditulis dengan huruf kecil dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Mapel. Kata Bi. Indonesia merupakan singkatan dari
Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.29
terjadi kesalahan pada kata Bi. Indonesia seharusnya pada kata Bi. Indonesia
diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kesalahan ejaan pada kata unsur2. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata unsur2 seharusnya
menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda hubung (-) menyambung unsur kata
ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.29
terjadi kesalahan penulisan unsur2 yang ditulis dengan tidak menggunakan tanda
hubung sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan unsur2
dibenarkan menjadi unsur-unsur.Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.29 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya
kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Apa.Katatelipici dalam bahasa Indonesia yaitu televisi. Kata televisi dalam KBBI
yaitu sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel
186
atau melalui angkasa dengan menggunakn alat yang mengubah cahaya (gambar)
dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. Dalam penulisan
pada DE 2.29 katatelipici sebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar.
Karena kegiatan proses belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi
katatelipici diubah menjadi televisi.Kata bagai manamerupakan kesalahan ejaan
dalam kata bagaimana. dalam KBBI kata bagaimana yaitu kata tanya untuk
menanyakan cara, perbuatan (lazimnya diikuti kata cara. Jadi DE 2.29 terjadi
kesalahan ejaan pada kata bagai mana sebaiknya kata bagai mana diubah menjadi
huruf bagaimana. Kata adl dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih. Jadi pada DE 2.29 terjadi kesalahan ejaan pada kata adl sebaiknya kata
adl ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu adalah.Kata
ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada
DE 2.29 terjadi kesalahan penulisan kata ADIKSIMBA sebaiknya kata
ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba.Kesalahan
penulisan pada kata tersebut dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.29 terjadi kesalahan ejaan kata
tersebut yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata tersebut ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Tersebut.
187
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata NAMA, yolanda tania
puteri, kls, mabel, Bi. Indonesia, unsur2, apa, telipici, bagai mana, adl,
ADIKSIMBA, dan kata tersebut. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama penulisan menggunakan
huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pada kata yolanda tania
puteri penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada
aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
yolanda tania puteri di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi
huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan kelas dan singkatan adalah tidak
tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas dan singkatan
adalah kurang tepat penggunaannya. Mabel itu singkatan mata pelajaran
seharusnya mata pelajaran saja tidak usah harus mabel, kalaupun harus di
singkatan ada aturan dari akronim menyingkat itu seperti apa dalam mata
pelajaran atau mabel boleh tapi kalau untuk mata pelajaran sebaiknya tulis saja
Mata pelajaran.Pada kata Bi. Indonesia penulisan ini salah. Kerena ada aturannya
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata Bi. Indonesia
sebaiknya dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata unsur-unsur yang
menggunakan huruf angka 2 tidak boleh di tulis, karena untuk kata yang berulang
menyatakan banyak itu salah dan dibenarkan dengan unsur-unsur (tanda hubung).
188
Pada kata apa, bagaimana, dan kata tersebut penulisan menggunakan huruf kecil
di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa, bagaimana, dan kata tersebut di tulis
dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar.
Pada kata telipici tidak boleh salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor
kebiasaan menggunakan kata telipici tapi yang bakunya adalah televisi. Pada kata
adik simba penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak
tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI).130
30. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.30
DE 2.30 Nabila Okta Pani
Pada DE (Data Ejaan) 2.30 yang bernamaNabila Okta Pania terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (apa, dg, dimana, mengapa,
bagaimana, pristiwa, apakah, dari, dimanakah, pristiwa, mendengarkan, pokok
pokoknya). Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
130
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
189
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi kesalahan
ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan
huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kata dg dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan pada kata dg sebaiknya kata dg ditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu dengan.Kata dimana dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan kata dimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
dimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Dimana.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Mengapa. Kata bagaimana merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
190
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan kata bagaimana yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
bagaimana ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Bagaimana. Kata pristiwa merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan kata pristiwa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
pristiwa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadiPeristiwa.Kata apakah merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa
maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE
2.30 terjadi kesalahan ejaan kata apakah yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya
kata apakah ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadi Apakah. Kata dari merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi
kesalahan ejaan kata dari yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dari
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDari.Kata
dimanakah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
191
contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu
belum selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi kesalahan ejaan kata dimanakah yang
ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata dimanakah ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiDi mana kah.Kesalahan ejaan pada kata
pristiwa merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang dalam kata peristiwa.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dibenarkan pada kata
huruf peristiwa. Jadi pada DE 2.30 terjadi kesalahan ejaan kata pristiwa dan
dibenarkan dengan huruf peristiwa. Kata mendengarkan merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Iandonesia (PUEBI) huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh:
Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum
selesai. Jadi pada DE 2.30 terjadi kesalahan ejaan kata mendengarkanyang ditulis
dengan huruf kecil sebaiknya kata mendengarkanditulis dengan huruf kapital atau
huruf besar yaitu dibenarkan menjadiMendengarkan. Kesalahan ejaan pada kata
pokok pokoknya. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) kata
pokok pokoknya seharusnya menggunakan tanda hubung (-). Karena tanda
hubung (-) menyambung unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan. Jadi pada DE 2.30 terjadi kesalahan penulisan pokok
pokoknyayang ditulis dengan tidak menggunakan tanda hubung sebaiknya
menggunakan tanda hubung (-) pada kata penulisan pokok pokoknyadibenarkan
menjadi pokok-pokoknya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata apa, dg, dimana,
192
mengapa, bagaimana, pristiwa, apakah, dari, dimanakah, pristiwa, mendengarkan,
dan kata pokok pokoknya. Pada data di atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata apa, di mana, mengapa, bagaimana,
apakah, dari, di mana kah,dan kata mendengarkan penulisan menggunakan huruf
kecil di awal kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata apa, di mana, mengapa, bagaimana,
apakah, dari, di mana kah,dan kata mendengarkan di tulis dengan huruf kecil
sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada singkatan kata
dengan tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di
sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kata
dengan kurang tepat penggunaannya. Pada kata pristiwa tidak boleh salah
penulisan nya mungkin itu tadi dari faktor kebiasaan menggunakan kata pristiwa
tapi yang bakunya adalah peristiwa. Pada kata pokok-pokok nya yang tidak
menggunakan tanda hubung tidak boleh karena untuk kata yang berulang
menyatakan banyak itu harung menggunakan tanda hubung.131
31. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.31
DE 2.31 Wika Puspika
131
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
193
Pada DE (Data Ejaan) 2.31 yang bernamaWika Puspika terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (apa, mengapa, jawab, ADIKSIMBA,
pristiwa, tilivisi, gambarnyan, sekangkan). Kesalahan ejaan pada kata apa dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.31 terjadi kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadi Apa.Kesalahan ejaan pada kata mengapa dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf
pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita
harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.31 terjadi
kesalahan ejaan kata mengapa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata
mengapa ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi
Mengapa. Kesalahan ejaan pada kata jawab dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.31 terjadi kesalahan
ejaan kata jawab yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata jawab ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiJawab. Kata
194
ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada
DE 2.31 terjadi kesalahan penulisan kata ADIKSIMBA sebaiknya kata
ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu adik simba.Kata
pristiwa merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Iandonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama
kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus
bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.31 terjadi kesalahan
ejaan kata pristiwa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata pristiwa ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadiPeristiwa.
Katatilivisi dalam bahasa Indonesia yaitu televisi. Kata televisi dalam KBBI yaitu
sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau
melalui angkasa dengan menggunakn alat yang mengubah cahaya (gambar) dan
bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. Dalam penulisan
pada DE 2.31 katatilivisisebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar.
Karena kegiatan proses belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi
katatilivisidiubah menjadi televisi.Kata gambarnyan merupakan kesalahan ejaan
pada kata yang kurang dengan huruf gambaran nya. Dalam KBBI kata kegunaan
gambaran yaitu hasil menggambar, lukisan, bayangan. Jadi DE 2.31 terjadi
kesalahan ejaan pada kata gambarnyan sebaiknya kata gambarnyan diubah
menjadi huruf gambaran nya.Kata sekangkan merupakan kesalahan ejaan pada
kata yang kurang jelas dalam kata sedangkan. Dalam KBBI sedangkan yaitu kata
195
penghubung untuk menandai perlawanan, meski (sekalipun). Jadi DE 2.31 terjadi
kesalahan ejaan pada kata sekangkan sebaiknya kata sekangkan diubah menjadi
huruf sedangkan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata apa, mengapa, jawab,
ADIKSIMBA, pristiwa, tilivisi, gambarnyan, dan kata sekangkan. Pada data di
atas kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada
kata apa, mengapa, dan kata jawab penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kataapa, mengapa, dan kata jawab di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata adik
simba penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak
tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI).Pada kata pristiwa, tilivisi, gambarnyan, dan kata sekangkan tidak boleh
penulisan nya salah mungkin dari faktor kebiasaan menggunakan kata pristiwa,
tilivisi, gambarnyan, dan kata sekangkan tapi yang bakunya adalah peristiwa,
televisi, gambaran nya, dan kata sedangkan.132
32. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.32
DE 2.32 Ikek
132
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
196
Pada DE (Data Ejaan) 2.32 yang bernamaIkek terdapat kesalahan ejaan.
Kesalahan ejaan terdapat pada kata (NAMA, IKEK, KLS, PLJ, B. inDonesiA, tgl,
apa, pengunan, inpormasi, dibadikan, Radio, Romus, memudakan, ADIKSIMBA,
Teks).Kata NAMA dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah,
Ampere. Jadi pada DE 2.32 terjadi kesalahan ejaan kata NAMA yang ditulis
dengan huruf besar semua sebaiknya kata NAMA dibenarkan menjadi Nama.
Kata IKEK merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf Supratman, Ampere. Jadi pada DE
2.32 terjadi kesalahan ejaan kata IKEK yang ditulis dengan huruf besar semua
sebaiknya kata IKEK ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu
Ikek.Kata KLS merupakan singkatan dari kata Kelas. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). jadi kata
Kelas disingkat Kls pada DE 2.32 terjadi kesalahan kat KLS kls ditulis dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Kelas. Kata PLJ merupakan kesalahan
197
ejaan dari singkatan kata Pelajaran. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). Jadi kata Pelajaran
disingkat Plj pada DE 2.32 terjadi kesalahan kata PLJ ditulis dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Pelajaran.Kata B. inDonesiA merupakan
singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2 abjad Indonesia. Jadi
pada DE 2.32 terjadi kesalahan pada kata B. inDonesiA seharusnya pada kata B.
inDonesiA diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kata tgl merupakan singkatan dari
kata Tanggal. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Contoh: Bpk (Bapak), Sdr (Saudara). Jadi kata Tanggal disingkat tgl pada DE
2.32 terjadi kesalahan kata tgl ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku yaitu Tanggal.Kesalahan ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia
huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya,
Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.32 terjadi
kesalahan ejaan kata apa yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa
ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa. Kata
pengunan merupakan kesalahan ejaan pada kata yang kurang jelas dalam kata
penggunaan. Dalam KBBI penggunaan yaitu proses, cara, perbuatan
menggunakan sesuatu, pemakaian. Jadi DE 2.32 terjadi kesalahan ejaan pada kata
pengunan sebaiknya kata pengunan diubah menjadi huruf penggunaan.Kata
inpormasi merupakan bahasa daerah yaitu daerah Pasemah. Kata inpormasi dalam
198
bahasa Indonesia yaitu informasi. Kata informasi dalam KBBI yaitu penerangan,
pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu. Dalam penulisan pada DE 2.32
kata inpormasi sebaiknya tidak digunakan proses belajar mengajar. Karena
kegiatan proses belajar mengajar harus menggunakan kata baku. Jadi kata
inpormasi diubah menjadi informasi.Kata dibadikan merupakan kesalahan ejaan
pada kata yang kurang jelas dalam kata di banding kan.Dalam KBBI banding
yaitu persamaan, tara, imbangan. Jadi DE 2.32 terjadi kesalahan ejaan pada kata
dibadikan sebaiknya kata dibadikan diubah menjadi huruf di banding kan.
Kesalahan penulisan kata Radioseharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil.
Jadi pada DE 2.32 terjadi kesalahan penulisan kata Radio sebaiknya kata Radio
dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu radio. Kesalahan penulisan kata
Romus seharusnya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
pada kata penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.32
terjadi kesalahan penulisan kata Romus sebaiknya kata Romus dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu rumus. Kata memudakan merupakan kesalahan
ejaan pada kata yang kurang jelas dalam kata memudahkan. Dalam KBBI kata
memudahkan yaitu menjadikan mudah, menggampangkan. Jadi DE 2.32 terjadi
kesalahan ejaan pada kata memudakan sebaiknya kata memudakan diubah
menjadi huruf memudahkan. Kata ADIKSIMBA seharusnya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.32 terjadi kesalahan penulisan kata
ADIKSIMBA sebaiknya kata ADIKSIMBA dibenarkan menggunakan huruf kecil
199
yaitu adik simba. Kesalahan penulisan kata Teks seharusnya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi pada DE 2.32 terjadi kesalahan penulisan kata
Teks sebaiknya kata Teks dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu teks.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata NAMA, IKEK, KLS,
PLJ, B. inDonesiA, tgl, apa, pengunan, inpormasi, dibadikan, Radio, Romus,
memudakan, ADIKSIMBA, dan kata Teks. Pada data di atas kurang tepat jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata nama, ikek, dan
kata adik simba penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu
tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Sebaiknya di tulis dengan huruf Nama, Ikek, dan kata adik
simba. Pada singkatan kelas, pelajaran, dan singkatan kata tanggal tidak tepat
dalam penulisannya ketika menggunakan dalam latihan di sekolah itu salah
penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat aturan dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata singkatan kelas, pelajaran, dan
singkatan kata tanggal kurang tepat penggunaannya. Pada kata B. inDonesiA
penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. inDonesiA sebaiknya dibenarkan menjadi
Bahasa Idonesia.Pada kata apa penulisan menggunakan huruf kecil di awal
kalimat tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata apa di tulis dengan huruf kecil sebaiknya dibenarkan
menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata pengunan, inpormasi, dibadikan,
200
dan kata memudakan tidak boleh salah penulisannya mungkin itu tadi dari faktor
kebiasaan menggunakan kata pengunan, inpormasi, dibadikan, dan kata
memudakan tapi yang bakunya adalah penggunaan, informasi, di banding kan,
dan kata memudahkan. Pada kata radio penulisan yang menggunakan huruf
kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena ada aturan nya dalam
kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata radio yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja karena itu
kurang tepat penggunaannya. Pada kata teks penulisan yang menggunakan huruf
kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya
dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata teks
yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan saja
karena itu kurang tepat penggunaannya.133
33. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.33
DE 2.33 Ragita Giserra Mekantika
133
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
201
Pada DE (Data Ejaan) 2.33 yang bernamaRagita Giserra Mekantika terdapat
kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (nama, B. Indonesia, Berita,
apa, BeRita Bagi PelajaR, InforMasi, RaDio, BeRita, BeRita Bisa Juga diseBut,
aDiksiMBa, DiaRtikan, Bahasa InggRis, how, Bisa diseBut Dengan, Disampaikan
kePaDa MasyRakat, menamBahwawasan, BeRBagai, Baik teRkait penDiDikan
MauPun tiDak, agar, MasyRakat Dapat). Kata nama dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf
Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere. Jadi pada DE 2.33 terjadi kesalahan
ejaan kata nama yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata nama ditulis
dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Nama. Kata B.
Indonesia merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia. Dalam KBBI B huruf ke-2
abjad Indonesia. Jadi pada DE 2.33 terjadi kesalahan pada kata B. Indonesia
seharusnya pada kata B. Indonesia diubah menjadi Bahasa Indonesia.Kata Berita
yang di tulis di akhir kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Berita penulisan akhir kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata Berita
sebaiknya kataBerita dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu berita. Kesalahan
ejaan pada kata apa dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal
202
kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.33 terjadi kesalahan ejaan kata apa
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata apa ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi Apa.Kata BeRita Bagi PelajaR yang di
tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata BeRita Bagi PelajaR penulisan tengah
kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
BeRita Bagi PelajaR sebaiknya kataBeRita Bagi PelajaR dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu berita bagi pelajar.Kata InforMasi yang di tulis di
tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata InforMasi penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
InforMasi sebaiknya kataInforMasi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
informasi.Kata RaDio yang di tulis di akhir kalimat merupakan kesalahan ejaan.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata RaDio
penulisan akhir kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan
penulisan kata RaDio sebaiknya kataRaDio dibenarkan menggunakan huruf kecil
yaituradio. Kata BeRita yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan
ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata
BeRita penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi
kesalahan penulisan kata BeRita sebaiknya kataBeRita dibenarkan menggunakan
huruf kecil yaitu berita.Kata BeRita Bisa Juga diseButyang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
203
Indonesia (PUEBI) pada kata BeRita Bisa Juga diseButpenulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata BeRita
Bisa Juga diseButsebaiknya kataBeRita Bisa Juga diseButdibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu berita bisa juga disebut. Kata aDiksiMBa yang di
tulis di akhir kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata aDiksiMBa penulisan akhir kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
aDiksiMBasebaiknya kataaDiksiMBadibenarkan menggunakan huruf kecil
yaituadik simba.Kata DiaRtikan yang di tulis di tengah kalimat merupakan
kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada
kata DiaRtikan penulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33
terjadi kesalahan penulisan kata DiaRtikan sebaiknya kataDiaRtikan dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu diartikan. Kata Bahasa InggRis yang di tulis di
akhir kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa
Inggris. pada kata Bahasa InggRis penulisan akhir kalimat menggunakan huruf
kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata Bahasa InggRis sebaiknya
kataBahasa InggRis dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitubahasa Inggris.
Kesalahan ejaan pada kata how dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagia huruf pertama kata pada
awal kalimat. contoh: Dia mengantuk, Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras,
Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada DE 2.33 terjadi kesalahan ejaan kata how
204
yang ditulis dengan huruf kecil sebaiknya kata how ditulis dengan huruf kapital
atau huruf besar yaitu dibenarkan menjadi How.Kata Bisa diseBut Denganyang di
tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Bisa diseBut Denganpenulisan tengah
kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
Bisa diseBut Dengansebaiknya kataBisa diseBut Dengandibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu bisa disebut dengan. Kata Disampaikan kePaDa
MasyRakatyang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Disampaikan
kePaDa MasyRakatpenulisan tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE
2.33 terjadi kesalahan penulisan kata Disampaikan kePaDa MasyRakatsebaiknya
kataDisampaikan kePaDa MasyRakatdibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
di sampaikan kepada masyrakat. Kata menamBahwawasan yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata menamBahwawasan penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
menamBahwawasan sebaiknya katamenamBahwawasan dibenarkan
menggunakan huruf kecil yaitu menambahwawasan.Kata BeRBagai yang di tulis
di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata BeRBagai penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
BeRBagaisebaiknya kataBeRBagaidibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
berbagai.Kata Baik teRkait penDiDikan MauPun tiDak yang di tulis di tengah
205
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata Baik teRkait penDiDikan MauPun tiDak penulisan
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan
penulisan kata Baik teRkait penDiDikan MauPun tiDak sebaiknya kataBaik
teRkait penDiDikan MauPun tiDak dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu
baik terkait pendidikan maupun tidak.Kata MasyRakat Dapat yang di tulis di
tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata MasyRakat Dapat penulisan tengah kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.33 terjadi kesalahan penulisan kata
MasyRakat Dapat sebaiknya kata MasyRakat Dapat dibenarkan menggunakan
huruf kecil yaitu masyrakat dapat. Kesalahan ejaan pada kata agar dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagia huruf pertama kata pada awal kalimat. contoh: Dia mengantuk,
Apa maksudnya, Kita harus bekerja keras, Pekerjaan itu belum selesai. Jadi pada
DE 2.33 terjadi kesalahan ejaan kata agar yang ditulis dengan huruf kecil
sebaiknya kata agar ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar yaitu dibenarkan
menjadi Agar.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata nama, B. Indonesia,
Berita, apa, BeRita Bagi PelajaR, InforMasi, RaDio, BeRita, BeRita Bisa Juga
diseBut, aDiksiMBa, DiaRtikan, Bahasa InggRis, how, Bisa diseBut Dengan,
Disampaikan kePaDa MasyRakat, menamBahwawasan, BeRBagai, Baik teRkait
penDiDikan MauPun tiDak, agar, dan kata MasyRakat Dapat. Pada data di atas
206
kurang tepat jika berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata
nama, apa, how dan kata agar penulisan menggunakan huruf kecil di awal kalimat
tidak tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) jadi kata nama, apa, how dan kata agar di tulis dengan huruf
kecil sebaiknya dibenarkan menjadi huruf kapital atau huruf besar. Pada kata B.
Indonesia penulisan ini kurang tepat. Kerena ada aturannya dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata B. Indonesia sebaiknya
dibenarkan menjadi Bahasa Idonesia. Pada kata berita penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata berita yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata BeRita Bagi
PelajaR, InforMasi, RaDio, BeRita, BeRita Bisa Juga diseBut, aDiksiMBa,
DiaRtikan, Bahasa InggRis, Bisa di seBut Dengan, Disampaikan kePaDa
MasyaRat, menamBahwawasan, BeRBagai, Baik teRkait penDiDikan MauPun
tiDak, dan kata MasyaRat Dapat tidak boleh salah penulisannya mungkin itu tadi
dari faktor kebiasaan menggunakan kata BeRita Bagi PelajaR, InforMasi, RaDio,
BeRita, BeRita Bisa Juga diseBut, aDiksiMBa, DiaRtikan, Bahasa InggRis, Bisa
di seBut Dengan, Disampaikan kePaDa MasyaRat, menamBahwawasan,
BeRBagai, Baik teRkait penDiDikan MauPun tiDak, dan kata MasyaRat Dapat
tapi yang bakunya adalah berita bagi pelajar, informasi, radio, berita, berita bisa
juga disebut, adik simba, diartikan, bahasa Inggris, bisa di sebut dengan, di
207
sampai kan kepada masyarat, menambahwawasan, berbagai, baik terkait
pendidikan maupun tidak, dan kata masyarat dapat.134
34. Analisis Kesalahan DE (Data Ejaan) 2.34
DE 2.34 Alin Ivanov
Pada DE (Data Ejaan) 2.34 yang bernamaAlin Ivanov terdapat kesalahan
ejaan. Kesalahan ejaan terdapat pada kata (ALIN IVANOV, M.p, Televisi,
Bidang, Informasi). Kata ALIN IVANOV merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Wage Rudolf
Supratman, Ampere. Jadi pada DE 2.34 terjadi kesalahan ejaan kata ALIN
IVANOV yang ditulis dengan huruf besar semua sebaiknya kata ALIN IVANOV
ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku yaitu Alin Ivanov. Kata
M.pmerupakan kesalahan ejaan dari singkatan kata Mata Pelajaran. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Contoh: Bpk (Bapak), Sdr
134
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
208
(Saudara). Jadi DE 2.34 terjadi kesalahan kata M.pditulis dengan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku yaitu Mata Pelajaran.Kata Televisi yang di tulis di tengah
kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) pada kata Televisi penulisan tengah kalimat menggunakan
huruf kecil. Jadi DE 2.34 terjadi kesalahan penulisan kata Televisi sebaiknya
kataTelevisi dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu televisi.Kata Bidang yang
di tulis di akhir kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Bidang penulisan akhir kalimat
menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.34 terjadi kesalahan penulisan kata Bidang
sebaiknya kataBidang dibenarkan menggunakan huruf kecil yaitu bidang. Kata
Informasi yang di tulis di tengah kalimat merupakan kesalahan ejaan. Dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada kata Informasi penulisan
tengah kalimat menggunakan huruf kecil. Jadi DE 2.34 terjadi kesalahan
penulisan kata Informasi sebaiknya kataInformasi dibenarkan menggunakan huruf
kecil yaitu informasi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak Yusuf seorang ahli bahasa Indonesia
di kantor bahasa Bengkulu yang menyatakan bahwa kata ALIN IVANOV, M.p,
Televisi, Bidang, dan kata Informasi. Pada data di atas kurang tepat jika
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pada kata Alin Ivanov
penulisan menggunakan huruf kapital atau huruf besar semua itu tidak tepat.
Kerena ada aturannya dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Pada singkatan M.p tidak tepat dalam penulisannya ketika menggunakan dalam
latihan di sekolah itu salah penggunanya karena tujuanya tidak jelas ketika lihat
209
aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata
singkatan M.p kurang tepat penggunaannya sebaiknya tulis saja Mata pelajaran.
Pada kata televisi dan kata bidang penulisan yang menggunakan huruf kapital atau
huruf besar di akhir kalimat tidak boleh. Kerena ada aturannya dalam kamus
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) jadi kata televisi dan kata
bidang yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di kecil kan
saja karena itu kurang tepat penggunaannya. Pada kata informasi penulisan yang
menggunakan huruf kapital atau huruf besar di tengah kalimat tidak boleh. Kerena
ada aturannya dalam kamus Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
jadi kata informasi yang menggunakan huruf kapital atau huruf besar sebaiknya di
kecil kan saja karena itu kurang tepat penggunaannya.135
BAB V
PENUTUP
135
Hasil wawancara dengan Bapak M. Yusuf seorang ahli bahasa dari Kantor Bahasa
Bengkulu Senin, 7 September 2020.
210
A. Simpulan
Berdasrkan hasil penelitian, maka penulis berkesimpulan bahwa jumlah
seluruh data yang penulis temukan selama penelitian di SMP Negeri 01 Pasemah
Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan yaitu berjumlah
15 DF (Data Fonologi) dan 34 DE (Data Ejaan).Adapun kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air Keruh
Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan terdapat dua bentuk
kesalahan berbahasa yaitu bentuk kesalahan fonologi penggunaan bahasa
Indonesia dan bentuk kesalahan ejaan penggunaan bahasa Indonesia. Bentuk
kesalahan fonologi tersebut yaitu dalam proses belajar mengajar guru dan siswa
pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A di SMP Negeri 01 Pasemah Air
Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan, kesalahan yang
disebabkan perubahan bahasa Indonesia menjadi bahasa Daerah dalam proses
belajar mengajar di kelas. Sedangkan bentuk kesalahan ejaan yaitu dalam latihan
siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A di SMP Negeri 01
Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran
kepada beberapa pihak. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1) Bagi siswa, hasil penelitian ini hendaknya dijadikan bahan evaluasi diri
setelah mengetahui kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang
210
211
telah dilakukan, baik dalam fonologi (tataran lisan), maupun ejaan (tatarn
tulisan).
2) Bagi guru bahasa Indonesia hasil penelitian ini hendaknya sebagai bahan
refleksi mengajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada
aspek berbicara dengan memperhatikan pada fonologi (tataran lisan) dan
ejaan (tataran tulisan).
3) Bagi sekolah, khususnya sumber data hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai sumber informasi mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang benar
untuk menyempurnakan kualitas baik komunikasi antara siswa dan siswa di
dalam kelas.
4) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi jika
melakukan penelitian sejenis.
212
DAFTAR PUSTAKA
Ayudia dkk. 2016. Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Laporan Hasil Observasi pada Siswa SMP. Basastra Vol. 4 No. 1
(https://media.neliti.com/media/publications/53972-ID-analisis-kesalahan-
penggunaan-bahasa-ind.pdf, diakses 8 Januari 2020).
Aan Prabowo dan Heriyanto. 2013. Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-
Book) oleh Pemustaka di Perpustakaan Sma Negeri 1 Semarang. Ilmu
Perpustakaan Vol. 2 No. 2
(https://media.neliti.com/media/publications/104349-ID-analisis-
pemanfaatan-buku-elektronik-e-b.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Amanda Anggarini dan Asri Wijiastuti. 2018. Studi Deskriptif Komunitas
Disleksia Parentes Suport Group PSG Di Lembaga Terapi Cita Hati Bunda
Sidoarjo. Pendidikan Khusus Vol. 3 No. 2
(https://core.ac.uk/download/pdf/230622111.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Afdal Agus dkk. 2013. Sastra Lisan Mantra Pengobatan di Kenagarian Talu
Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Bahasa dan SastraVol. 1
No. 3(file:///C:/Users//Downloads/2191-4784-1-SM.pdf, diakses 15 Juni
2020).
Ahmad Mustanir dkk. 2018. Potret Irisan Bumi Desa Tonrong Rijang dalam
Transect pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Moderat Vol. 4 No.
4 (file:///C:/Users//Downloads/1775-6401-1-PB%20(1).pdf, diakses 15
Juni 2020).
Bayu Dwi Nurwicaksono dan Diah Amelia. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia pada Teks Ilmiah Mahasiswa. Aksis Vol. 2 No. 2
(file:///C:/Users//Downloads/9543-Article%20Text-19267-1-10-
20190104.pdf, diakses, 8 Januari 2020).
Effendi. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Farika. 2006. Asyik Belajar Ejaan. Bandung: Nuansa Citra Grafika.
Feny Oktaviani dkk. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada
Karangan Eksposisi Siswa Kelas X MIPA (Studi Kasus di SMA Negeri 4
Surakarta). Basastra Vol. 6 No. 1 (file:///C:/Users//Downloads/12227-
25659-2-PB.pdf, diakses 8 Januari 2020).
212
213
Fina Sa‘adah. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa dan Peranannya Pembelajaran
Bahasa Asing. Studi Islam dan Sosial Vol. 14 No. 1
(file:///C:/Users//Downloads/351-614-1-SM.pdf, diakses 19 Desember
2019).
Henry Guntur Tarigan. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
IkaWahyuPrasetya dkk. 2013. AnalisisKesalahanBerbahasaTuturanMahasiswa
dalamSeminarProposalSkripsiMahasiswa. Pancaran Vol. 2 No.2
(file:///C:/Users//Downloads/688-1-1306-1-10-20140830.pdf, diakses 15
Juni 2020).
Intan Pandini. 2015. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan
pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMAN 5 Model Palu. Bahasa dan
Sastra Vol. 5 No. 4 (file:///C:/Users//Downloads/12747-40194-1-PB.pdf,
diakses 20 Januari 2020).
Kurniawan Hamlan. 2018. Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Karangan
Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Banawa Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah. Bahasa dan Sastra Vol. 3. No. 3
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/10053, diakses
8 Januari 2020).
Lina Meriaty Simbolon. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Ragam
Tulis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Babalan Pangkalan Beranda.
Bahasa, Sastra dan Budaya Vol. 5 No. 1
(file:///C:/Users//Downloads/11722-25269-1-SM.pdf, diakses 25 Januari
2021).
Lukman Nul Hakim. 2013. Ulasan Metodologi Kualitatif Wawancara Terhadap
Elit. Aspirasi Vol. 4 No. 2 (file:///C:/Users//Downloads/501-1047-1-
SM.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Mega Linarwati dkk. 2016. Studi Deskriptif Pelatihan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Serta Penggunaan Metode Behavioral Event
Interview dalam Merekrut Karyawan Baru di Bank Mega Cabang Kudus.
Of Management Vol. 2 No. 2 (https://docplayer.info/43127424-Mega-
linarwati-1-azis-fathoni-2-maria-m-minarsih-3-dosen-jurusan-manajemen-
fakultas-ekonomika-dan-bisnis-universitas-pandanaran-semarang.html,
diakses 15 Juni 2020).
214
Monica Justiana. 2018. Kesalahan Berbahasa pada Majalah Mimbar Edisi Juni
Sampai dengan Agustus 2016. Simki-Pedagogia Vol. 2 No. 3
(http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2018/fd3ace584cfcef1
9d23a08b4871c2885.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Muammar Reza Qhadafi. 2018. Analisis Kesalahan Penulisan Ejaan yang
Disempurnakan dalam Teks Negosiasi Siswa SMA Negeri 3 Palu. Bahasa
dan Sastra Vol. 3 No. 4 (file:///C:/Users//Downloads/10525-33979-1-
PB.pdf, diakses 8 Januari 2020).
Mujid Farihul Amin. 2017. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Penulisan
Autobiografi Para Mahasiswa Prodi S-1 Statistika FMIPA Unimus
Angkatan 2016. Nusa Vol. 12 No. 3 (file:///C:/Users//Downloads/16854-
41169-1-SM.pdf, diakses 15 Juni 2020).
M. Yusuf.Hasil wawancara dengan seorang ahli bahasa dari kantor bahasa
Bengkulu: Senin 7 September 2020.
Nanik Setyawati. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan
Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Nia Binti Qurota A‘yuni dkk. 2015. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran
Morfologi dalam Skripsi Mahasiswa PBSI IKIP PGRI Madiun Tahun
Akademik 2013/2014. Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
(file:///C:/Users//Downloads/2111-5037-1-SM%20(1).pdf, diakses 15 Juni
2020).
Nilam Sari dkk. 2018. Analisis Penggunaan Bahasa pada Media Luar Ruang di
Kota Singkawang. untan Vol. 7 No. 3 (file:///C:/Users//Downloads/24494-
75676577117-1-PB.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Pupu Saeful Rahmat. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium Vol. 5 No. 9
(http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf,
diakses 15 Juni 2020).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: PT Grasindo.
Putri Rizca Ayu dan Fakhruddin. 2017. Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak
Jalanan di Kota Semarang Melalui Program Pendidikan Nonformal.
Untirta Vol. 2 No. 1 (https://docplayer.info/123475645-Pemenuhan-
215
kebutuhan-belajar-anak-jalanan-di-kota-semarang-melalui-program-
pendidikan-nonformal.html, diakses 15 Juni 2020).
Ressy Amalia Zuvara. 2018. Aplikasi Transliterasi dan Transkripsi Islam ‗Alam
Bahasa Arab Modern dalam Situs BBC Arabic. Kebudayaan Arab
ArabiaVol. 2 No. 1
(https://www.researchgate.net/publication/326125451_Kurikulum_Pembelajaran_
Bahasa_Arab_di_Perguruan_Tinggi. pdf, diakses 25 Januari 2021).
Reni Suprianidan Ida RahmadaniSiregar. 2012. Penelitian Analisis Kesalahan
Berbahasa. Edukasi Kultura (file:///C:/Users//Downloads/5204-10366-1-
SM.pdf, diakses 19 Desember 2019).
Riri Ariyanti. 2019. Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca,
dan Penulisan Kata pada Koran Mercusuar. Bahasa dan Sastra Vol. 4 No.
4 (file:///C:/Users//Downloads/12178-38452-1-PB.pdf, diakses 19
Desember 2019).
Rohmah Tussolekha. 2019. Kesalahan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia pada
Makalah Karya Mahasiswa. Aksara Vol. 20 No. 1
(file:///C:/Users//Downloads/17810-40435-1-PB.pdf, diakses 8 Januari
2020).
Rossa Sari Dewi dkk. 2017. Peningkatan Menulis Teks Diskusi Menggunakan
Model Problem Based Learning di Smp Negeri 2 Pontianak. Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 6 No. 4
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/19865/16312,
diakses 15 Juni 2020).
Rudy Komarudin. 2013. Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Kota Bandung. Fpips Vol. 2 No. 2
(https://core.ac.uk/download/pdf/144089873.pdf, diakses 15 Juni 2020).
Saida Gani dan Berti Arsyad. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa
(Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik. Bahasa dan Sastra Arab
Vol. 07 No. 1 (file:///C:/Users//Downloads/4617-10987-1-SM%20(1) pdf,
diakses 25 Januari 2021).
Sandi Hesti Sondak dkk., 2019 ―Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai di Dinas
Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara,‖ Emba Vol. 7 No. 1
216
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/articl/viewFile/22478/22170,
diakses 19 Desember 2019).
Siti Nur Tiana. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa.
ArtikulaVol. 4 No. 8
(http://repository.upi.edu/12682/3/S_PGSD_1003358_Abstract.pdf, diakses 19
Desember 2019).
Sri Sulihingtyas. 2013. Proses Fonologi Bahasa Belanda. Kajian Kebahasaan,
Kesusastraan, dan Budaya Vol. 3. No. 1 (file:///C:/Users//Downloads/785-
2381-1-PB.pdf, diakses 25 Januari 2021).
Sri Rahayuni Tanjung. 2012. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku pada
Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan
Tahun Pembelajaran 2016/2017. Basastra Vol. 9 No. 1
(file:///C:/Users//Downloads/10118-24378-1-PB.pdf, diakses 19 Desember
2019).
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Tim Penyusun. 2020. Profil SMPN 01 Pasemah Air Keruh Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan Tahun Akademik 2020/2021. Sumatera
Selatan: SMPN 01 Pasemah Air Keruh.
Vebbi Andra. 2015. Kajian Retorika Kias Sindir dalam Bahasa Melayu
Bengkulu.Diksa Vol. 1 No. 1 (https://ejournal.ac.id/index.php/jurnal
diksa/article/view/3140, diakses 25 Juni 2020).
Wiyatul Fitriani. 2013. Efektivitas Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal
Bordir pada Siswa Tata Busana Kelas XI Di Smk Negeri 1 Kendal.
Fashion and Fashion Education Vol. 2 No. 1
(https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe/article/view/2297, diakses 15
Juni 2020).