Post on 06-Feb-2018
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN YOGHURTDI PERUSAHAAN DAFARM KECAMATAN
CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
AULIYA SYAFRULH34052695
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
RINGKASAN AULIYA SYAFRUL. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH). Gaya hidup masyarakat dengan berbagai macam aktivitas dan kesibukannya serta ditunjang oleh perkembangan teknologi telah mengakibatkan perubahan pada cara pemenuhan akan makanan dan minuman. Kepraktisan dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan dan minuman sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Hal ini merupakan pendorong bagi industri makanan dan minuman jadi di Indonesia untuk tumbuh dengan baik. Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, pengeluaran penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 23,6 persen per tahun. Salah satu produk minuman olahan yang banyak dijumpai di pasar adalah yoghurt. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2008) jumlah produksi yoghurt di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya mencapai angka 56,97 persen. Salah satu perusahaan pembuatan yoghurt yang ada di Kabupaten Bogor adalah Dafarm yang didirikan pada tahun 2007. Permintaan yogurt buatan Dafarm semakin meningkat, rata-rata permintaan perbulannya mencapai 68.000 stik. Sedangkan saat ini Dafarm baru bisa memenuhi sekitar 40.000 stik perbulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi agar permintaan yang ada bisa terpenuhi. Dengan demikian, diperlukan analisis kelayakan usaha yang sedang berjalan saat ini dan kelayakan peningkatan kapasitas produksi baik dari aspek finansial maupun non finansial. Adanya pengalaman perusahaan berupa penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga susu segar sebesar 12,5 persen membuat perusahaan perlu melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap kelayakan usaha secara finansial. Selain itu, diperlukan juga analisis switching value untuk mengetahui tingkat dari perubahan tersebut yang masih dapat diterima agar usaha mencapai titik impasnya. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, manajemen, serta sosial ekonomi dan lingkungan, (2) menganalisis kelayakan usaha pembuatan yoghurt Dafarm ditinjau dari aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan, artikel, studi literatur, internet, serta data dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Alat pengumpul data atau instrumentasi yang digunakan adalah alat pencatat dan alat perekam. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran usaha dan untuk mengkaji aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial usaha. Analisis kuantitatif ini diolah dengan menggunakan software microsoft excel 2003. Analisis finansial dilakukan dengan mengolah data menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan usaha dalam menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi. Sedangkan analisis switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana usaha ini layak untuk dijalankan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi seperti penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah usaha ini layak untuk dijalankan baik dari segi aspek finansial maupun aspek non finansial. Aspek pasar menunjukkan adanya permintaan yang cukup besar yang masih belum terpenuhi dan secara teknis tidak ada kendala yang menghambat untuk menjalankan usaha ini. Dari aspek manajemen, usaha pembuatan yoghurt telah memiliki struktur organisasi formal dan juga pembagian tugas yang jelas antara pemimpin dan karyawan, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk dijalankan. Secara hukum usaha ini telah memiliki izin usaha resmi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupten Bogor. Aspek sosial lingkungan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Aspek ekonomi menunjukkan bahwa terdapat kontribusi perusahaan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Hasil analisis terhadap aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario I menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 55.324.877, Net B/C 1,56, IRR 19%, dan payback periode 5,92 tahun. Sedangkan skenario usaha II menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 83.147.143, Net B/C 1,80, IRR 24%, dan payback periode 5,11 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario usaha tidak layak untuk dijalankan ketika mengalami penurunan penjualan 36,57%, tetapi ketika mengalami kenaikan harga susu segar sebesar 12,5%, usaha tersebut tetap layak untuk dijalankan. Analisis switching value mennjukkan bahwa perubahan penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan pada skenario usaha I adalah sebesar 29,477765%, sedangkan pada skenario usaha II adalah sebesar 34,889207%. Perubahan berupa kenaikan harga susu segar yang masih dapat diterima pada skenario usaha I adalah sebesar 20,072390% dan pada skenario usaha II adalah sebesar 26,006326%.
Dari hasil analisis tersebut, perusahaan sebaiknya mengusahakan skenario usaha II yaitu dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi agar lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value, penurunan jumlah penjualan sangat sensitif terhadap kelayakan usaha. Penurunan penjualan bisa disebabkan minimal oleh dua hal, yaitu munculnya saingan baru dan terbatasnya bahan baku. Oleh karena itu, solusi yang bisa ditempuh, diantaranya : (1) melakukan kontrak dengan supplier bahan baku dan tidak bergantung hanya pada satu supplier saja, (2) menghadirkan cita rasa yoghurt yang berbeda dari pesaing dan berusaha menjadi pemimpin harga, (3) menjalin hubungan purna jual yang baik dengan agen yang ada, (4) memperluas wilayah pemasaran.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN YOGHURT DI PERUSAHAAN DAFARM KECAMATAN
CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
AULIYA SYAFRUL H34052695
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan
Dafarm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Nama : Auliya Syafrul
NRP : H34052695
Disetujui, Pembimbing
Drs. Iman Firmansyah, MSi NIP. 19620301 1988 031 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 1984 031 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis
Kelayakan Usaha Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010 Auliya Syafrul H34052695
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pati, Sumatera Barat pada tanggal 21
Oktober 1986. penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Zul Asri dan Ibunda Leli Warnelis.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak pada tahun 1993
dari TK Bhayangkari 10 Tanjung Pati, pendidikan dasar di SD Negeri 20 Tanjung
Pati diselesaikan pada tahun 1999, dan pendidikan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 2002 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Koto Nan
Gadang, Payakumbuh. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 2
Payakumbuh diselesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006
penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan penulis juga mengambil program
minor Manajemen Fungsional di fakultas yang sama.
Selama menjadi mahasiswa penulis bergabung dengan beberapa
organisasi, diantaranya adalah Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) sebagai
sekretaris, Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB sebagai staf divisi
sumber daya insani, dan Forum Mahasiswa dan Studi Islam (FORMASI) FEM
IPB sebagai sekretaris. Penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) selama menempuh perkuliahan di IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kelayakan Pembuatan Yoghurt di Perusahaan Dafarm Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial
ekonomi dan lingkungan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menganalisis
kelayakan finansial dan sensitivitas usaha Dafaram.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010
Auliya Syafrul
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi rabbil alamin. Ash-Shalatu was salamu ‘ala rasulihi khatamil
an-biya’ wal mursalin. Wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Sesungguhnya hanya
kepada Allah kita memuji, memohon pertolongan, ampunan, petunjuk dan
perlindungan dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan
salam kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Mhammad saw yang telah
mengantarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya ilmu dan Islam.
Ucapan terima kasih ingin penulis ucapkan kepada :
1) Papa dan Mama...the best parents for now and forever, thank you for always
supporting and loving me..I dedicated this for both of you...Love you so much.
2) Drs. Iman Firmansyah, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
arahan, bantuan, dan waktu yang telah diberikan selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi.
3) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan
saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis.
4) Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang berkenan
memberikan saran, masukan dan koreksi dalam perbaikan skripsi penulis.
5) Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS, selaku dosen pembimbing akademik atas motivasi
dan segala dukungan yang telah diberikan.
6) Adik-adik tersayang, Debi, Rizki, dan Welly, atas doa, dukungan, cinta, dan kasih
sayang yang telah diberikan.
7) Bapak H. Ir. Nursyamsu Mahyuddin, MSi selaku pihak Darul Fallah atas
kesediaan dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
8) Mba Nurul selaku pihak Dafarm atas kesediaannya memberikan informasi dan
membantu proses penelitian penulis.
9) Semua dosen Departemen Agribisnis dan Manajemen atas ilmu dan informasi
yang telah diberikan.
10) Sekretariat Departemen Agribisnis (Ibu Ida, Mba Dian, Ibu Yoyoh, Pak Yusuf,
Mas Hamid, dan Mas Pian) atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
11) Seluruh teman-teman TPB B-17 dan B-18 angkatan 42 dan teman-teman lorong 6
gedung C2 asrama putra TPB IPB.
12) Teman-teman Gladikarya Kabupaten Majalengka, khususnya Kecamatan Tonjong
(Ocha, Shinta, dan Noel).
13) Semua teman-teman AGB 42 mulai dari NRP H3405010 – H34054422.
14) Khairunnas atas pinjaman komputernya dan semua teman-teman di Depok.
15) Senior-senior Madani (Mas Hernowo, Mas Gangsar, Mas Bhakti, Mas Burhan,
Mas Anang, Mas Rangga, Mas Didik, Mas Uki, Mas Hendro, Mas Triyadi, Mas
Dimas, Mas Roni, Da Aji, Mas Irawan, Mas Wahyu, Mas Sandra, Mas Dani, Mas
Surya, dan Mas Supra) atas bimbingan dan berbagi pengalamannya.
16) Teman-teman Madani 2010 (Dindin, Anas, Oyok, Yuda, Muja, Azan, Doni, Joko,
Udin, Cahyo, Iqbal, Vicky, Miftah, Rendi, Arif, Uthe, dan Novan) atas bantuan,
dukungan, dan doanya kepada penulis.
17) Keluarga Besar Citayam atas bimbingan, bantuan, dukungan, dan doanya.
18) Mak Tong, Mak Ami, Mak Ida, Ni Rina, Da on dan semua keluarga di Tanjung
Pati atas dukungan, bantuan, dan doanya.
19) Doni, Mas Aryo, Mas Agresta, Mas Fauzan, Moe, Nazrul, Eko, Fatwa, Faris,
Dena, Oci, serta semua sahabat dan keluarga di mana pun berada.
20) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas
doa yang tulus, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, Januari 2010
Auliya Syafrul
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL …………………………………………………...….. iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………...…. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10 2.1. Yoghurt ....................................................................................... 10 2.2. Jenis Yoghurt .............................................................................. 11 2.3. Manfaat Yoghurt ........................................................................ 12 2.4. Proses Pembuatan Yoghurt ........................................................ 14 2.5. Minuman Yoghurt ...................................................................... 16 2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................... 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 20 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................ 20 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis ...................................................... 20 3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ............................... 21 3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat ................................................... 23 3.1.4. Analisis kelayakan Investasi .............................................. 24 3.1.5. Analisis Finansial .............................................................. 25 3.1.6. Analisis Sensitivitas ........................................................... 26 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 26 IV. METODE PENELITIAN ............................................................... 29 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 29 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 29 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 29 4.4. Analisis Kelayakan Non Finansial ............................................. 30 4.5. Analisis Kelayakan Investasi ..................................................... 30 4.5.1. Net Present Value (NPV) .................................................. 30 4.5.2. Net Benefit and Cost Ratio ................................................ 31 4.5.3. Internal Rate of Return ….…………...………………….. 32 4.5.4. Payback Period ……....………………………………….. 32 4.6. Analisis Sensitivitas .................................................................... 32 4.7. Defenisi Operasional ………………………………………….. 33 4.8. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial …………..………...... 34
ii
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... ` 36 5.1. Gambaran Umum Wilayah ........................................................ 36 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah ...................................................... 36 5.1.2. Kondisi Kependudukan ..................................................... 37 5.1.3. Kondisi Pendidikan ........................................................... 38 5.1.4. Kondisi Pertanian dan Peternakan .................................... 39 5.1.5. Kondisi Perekonomian ...................................................... 40 5.2. Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 40 5.2.1. Sejarah Singkat Unit Peternakan Daarul Falah ................. 40 5.2.2. Letak dan Kondisi Lahan ................................................. 41 5.2.3. Visi dan Misi Unit Peternakan Daarul Falah ................... 42 5.2.4. Unit Peternakan Daarul Falah ........................................... 42 VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL .......................... 44 6.1. Aspek Pasar ................................................................................ 44 6.1.1. Potensi Pasar .................................................................... 44 6.1.2. Strategi Pemasaran ............................................................ 45 6.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar .............................................. 46 6.2. Aspek Teknis .............................................................................. 46 6.2.1. Lokasi Usaha ..................................................................... 46 6.2.2. Skala Usaha ....................................................................... 49 6.2.3. Proses Produksi ................................................................. 50 6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis ............................................. 52 6.3. Aspek Manajemen ...................................................................... 52 6.3.1. Manajemen Organisasi Perusahaan .................................. 52 6.3.2. Manajemen Sumberdaya Manusia .................................... 53 6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen ..................................... 54 6.4. Aspek Hukum ............................................................................. 54 6.4.1. Bentuk Badan Usaha ......................................................... 55 6.4.2. Izin Usaha ......................................................................... 55 6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................................... 55 VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ..................................... 57 7.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I ........................ 57 7.1.1. Inflow ................................................................................. 58 7.1.1.1. Penerimaan Penjualan ............................................ 58 7.1.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value) ..................................... 59 7.1.2. Outflow ............................................................................. 60 7.1.2.1. Biaya Investasi ....................................................... 60 7.1.2.2. Biaya Reinvestasi ................................................... 62 7.1.2.3. Biaya Operasional .................................................. 63 7.1.2.4. Pajak Penghasilan ................................................. 65 7.1.3. Analisis Laba Rugi Usaha ................................................. 66 7.1.4. Analisis Kelayakan Finansial ............................................ 68 7.1.5. Analisis Sensitivitas ......................................................... 69 7.1.6. Analisis Switching Value ................................................... 70
iii
7.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II ...................... 72 7.2.1. Inflow ................................................................................. 72 7.2.1.1. Penerimaan Penjualan ............................................ 72 7.2.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value) ..................................... 73 7.2.2. Outflow ............................................................................. 73 7.2.2.1. Biaya Investasi ....................................................... 74 7.2.2.2. Biaya Reinvestasi .................................................. 76 7.2.2.3. Biaya Operasional ................................................. 77 7.2.2.4. Pajak Penghasilan ................................................. 78 7.2.3. Analisis Laba Rugi Usaha ................................................ 79 7.2.4. Analisis Kelayakan Finansial ............................................ 81 7.2.5. Analisis Sensitivitas .......................................................... 82 7.2.6. Analisis Switching Value ................................................. 83 7.3. Perbandingan Laba Rugi Usaha ................................................. 84 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha ......................................................................................... 84 7.5. Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha ........... 85 7.6. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Usaha .... 86 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 88 8.1. Kesimpulan ………….......…………………………………….. 88 8.2. Saran …………..………………………………………………. 88 DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………….. 91 LAMPIRAN .............................................................................................. 93
iv
DAFTAR TABEL Nomor Halaman
1. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Per Bulan Tahun 2000-2007 ................... 2
2. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005 ................... 4 3. Volume Impor dan Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008 ..... 4 4. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007- 2008 .................................................................................................. 5 5. Perkembangan Volume Penjualan Yoghurt Dafarm Tahun 2009 .... 6 6. Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia ......….......... 7 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 .................................................................................................. 8 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g ................................ 13 9. Jarak Antar Desa (Km) di Kecamatan Ciampea Tahun 2003 ........... 36 10. Jumlah Penduduk dan Kepala keluarga di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 ....................................................................................... 37 11. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2007 ................................................................... 38 12. Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 ......... 40 13. Jumlah Sapi Perah dan Kambing Perah Unit Peternakan Daarul Falah Tahun 2009 .............................................................................. 43 14. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I ................... 59 15. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha I ......................... 60 16. Biaya Investasi pada Skenario Usaha I ............................................. 61 17. Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha I ........................... 62 18. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha I ................... 63 19. Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha I ............... 64
v
20. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha I ........................... 65 21. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm Skenario Usaha I ................................................... 67 22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I ............. 68 23. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha I ............................ 70 24. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I ................... 71 25. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha II .................. 73 26. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha II ........................ 73 27. Biaya Investasi pada Skenario Usaha II ........................................... 75 28. Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha II .......................... 76 29. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha II .................. 77 30. Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha II ............. 78 31. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha II ......................... 79 32. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm Skenario Usaha II .................................................. 80 33. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha II ........... 81 34. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha II .......................... 82 35. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II ................. 83 36. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha ... 84 37. Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha ................. 85 38. Perbandingan Hasil Switching Value pada Kedua Skenario Usaha . 86
vi
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 28 2. Saluran Distribusi Yoghurt Dafarm .................................................. 45 3. Proses Produksi Yoghurt Dafarm …………………………………. 51 4. Struktur Organisasi Unit Peternakan PP Daarul Falah ..................... 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman
1. Cashflow Skenario Usaha I .............................................................. 93 2. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I .............................................. 95 3. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Penurunan Penjualan 36,57% .............................................................................................. 96 4. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5% …………………………………................................... 98 5. Switching Value Kenaikan Harga Susu 84,463046% Skenario
Usaha I .............................................................................................. 100 6. Switching Value Penurunan Penjualan 40,219679% Skenario
Usaha I .............................................................................................. 102 7. Cashflow Skenario Usaha II ............................................................. 104 8. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha II ............................................. 106 9. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Penurunan Penjualan 36,57% .............................................................................................. 107 10. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5% ………………………………….................................. 109 11. Switching Value Kenaikan Harga Susu 100,200418% Skenario
Usaha II ............................................................................................ 111 12. Switching Value Penurunan Penjualan 45,032791% Skenario Usaha II ............................................................................................ 113 13. Layout Ruang Produksi Dafarm ........................................................ 115 14. Foto Alat Produksi Dafarm ............................................................... 116
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan dalam masyarakat
mulai dari gaya hidup sampai pada pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi
sejalan dengan dinamika teknologi. Kemajuan teknologi mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas di segala bidang termasuk pangan. Pertumbuhan industri pangan
yang tidak terlepas dari perkembangan teknologi mengakibatkan terciptanya
inovasi produk. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tuntutan keragaman
produk dan kepuasan konsumen.
Gaya hidup masyarakat pada era modern saat ini dengan berbagai macam
aktivitas serta kesibukannya, berpengaruh pada pemenuhan akan makanan dan
minuman yang praktis. Kepraktisan dalam mengolah makanan telah menjadi
kebutuhan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Perubahan gaya hidup dan
pola konsumsi tersebut, memberikan peluang bagi para produsen untuk
menciptakan keragaman produk. Saat ini hampir semua bahan makanan dapat
diolah dan dikemas sehingga lebih praktis. Beberapa diantaranya adalah sayur-
sayuran, buah-buahan, hingga makanan olahan seperti sosis, nugget dan kornet.
Pangan tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar tubuh tetapi
juga dapat bersifat fungsional, dimana hal ini menjadi awal munculnya konsep
pangan fungsional yang akhir-akhir ini sangat populer. Secara umum pangan
fungsional adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada
tubuh, tetapi juga memberikan efek perlindungan tubuh terhadap gangguan
berbagai penyakit. Pangan fungsional telah melahirkan paradigma baru bagi
perkembangan ilmu dan teknologi pangan, yaitu dilakukannya modifikasi produk
olahan pangan menuju sifat fungsional (Hariyadi, 2005).
Industri makanan dan minuman di Indonesia masih tumbuh dengan baik1.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat pengeluaran rata-rata
penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi setiap tahunnya terus
mengalami peningkatan. Adapun data pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia
terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per bulan dapat dilihat pada
Tabel 1. 1 http://www.hupelita.com/baca.php (diakses Agustus 2009)
2
Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Per Tahun Tahun 2000-2007
Tahun Pengeluaran
Jumlah (Rp) Tren (Persen)
2000 8.535 -
2001 11.544 35.2
2002 20.012 75.3
2003 22.068 10.3
2004 24.202 9.7
2005 27.729 14.6
2006 30.169 8.8
2007 33.589 11.3 Sumber : BPS, 2007 (dalam Masrurah, 2009)
Pada Tabel 1 dapat dilihat pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia
terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per tahun, selama periode delapan
tahun atau dari tahun 2000 sampai tahun 2007 selalu mengalami peningkatan.
Tren pengeluaran penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per
kapita per tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,6 persen.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan semakin meningkat seiring dengan
majunya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh
terhadap penataan pola makan dalam upaya mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Pemilihan makanan tidak hanya didasarkan pada kelezatannya, tetapi
juga khasiat yang terkandung dalam pangan tersebut. Pangan yang dikonsumsi
harus memiliki efek yang menyehatkan. Banyak usaha yang ditempuh masyarakat
agar kondisi fisiknya tetap baik atau tetap sehat. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mengkonsumsi minuman kesehatan. Produk minuman kesehatan
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu minuman berenergi, minuman isotonik dan
minuman susu fermentasi2.
Susu fermentasi merupakan produk olahan susu yang telah difermentasi
dengan cara menginokulasikan bakteri (starter) pembentuk asam laktat (LAB).
2 Tria. K. 2007. Bugar dengan Minuman Kesehatan. http://www.jadilangsing.com (diakses
Agustus 2009)
3
Tujuan utama diproduksinya susu fermentasi adalah untuk memperpanjang daya
simpan susu karena mikroorganisme perusak sulit tumbuh pada suasana asam dan
kondisi kental (Susilorini, 2006).
Susu fermentasi menjadi salah satu pangan fungsional. Pangan fungsional
adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi
juga memberikan efek perlindungan bagi tubuh terhadap gangguan berbagai
macam penyakit3. Susu fermentasi dipercaya mengandung zat gizi yang baik serta
memiliki khasiat terhadap kesehatan manusia terutama saluran pencernaan.
Secara komersial, produk susu fermentasi telah banyak ditemui di pasar
Indonesia seperti yoghurt dan kefir. Namun produk susu fermentasi lain seperti
koumiss belum banyak dikenal4. Yoghurt selain memiliki flavor yang disukai
ternyata juga memiliki dampak yang sangat baik bagi kesehatan. Hal ini
dikarenakan yoghurt mengandung mikroba yang menguntungkan bagi kesehatan.
Kemajuan teknologi mendukung produk seperti yoghurt untuk mengalami
perubahan dan penambahan dengan unsur lain sehingga diklaim dapat
meningkatkan kualitas kesehatan orang yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan laporan ACNielsen tahun 2003, minuman yoghurt merupakan
produk yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat diantara produk makanan
dan minuman lainnya yang memiliki total penjualan sekitar satu milyar Dollar di
seluruh dunia. Cina berada di daftar teratas yang memiliki laju pertumbuhan 49
persen setiap tahunnya5.
Pertumbuhan minuman probiotik juga diperkuat laporan dari Datamonitor
yang menunjukkan bahwa semua kategori pangan fungsional sedang mengalami
perkembangan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akibat iklan yang gencar dan
faktor produk yang disukai oleh konsumen. Data mengenai produksi yoghurt pada
tahun 2002 sampai 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.
3 Hariyadi. P. 2007. Mencermati Label dan Iklan Pangan. http://www.ipb.ac.id (diakses Agustus
2009) 4 Apriyantono. A. 2004. Susu Fermentasi. http://groups.yahoo.com.group/halal-baik-
enak/message/604 (diakses Agustus 2009) 5 Food Review. Minuman Probiotik Tumbuh Paling Cepat. Vol II. No 3. Maret 2007)
4
Tabel 2. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005 Tahun Produksi (Liter) Nilai (000 Rp) Pertumbuhan (%)
2002 1.039.279 8.985.642 -
2003 1.536.824 11.356.826 26.39
2004 1.682.642 13.475.394 18.65
2005 1.765.031 30.438.258 125.88 Sumber : BPS, 2008
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat produksi yoghurt mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat berdampak positif karena dengan
laju pertumbuhan yang semakin meningkat tersebut mengindikasikan bahwa
kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, diantaranya
adalah semakin meningkatnya tingkat konsumsi yoghurt atau dapat juga semakin
banyaknya produsen yoghurt sehingga produksinya meningkat.
Semakin meningkatnya kebutuhan yoghurt dalam negeri salah satunya
dapat dilihat dari semakin besarnya nilai impor yoghurt dan semakin kecilnya
nilai ekspor yoghurt. Secara keseluruhan, Departemen Perindustrian mencatat
jumlah impor yoghurt nasional yang selalu meningkat dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2007. Pada tahun 2008 memang terjadi penurunan jumlah impor
yoghurt, tetapi hal ini juga diimbangi oleh peningkatan jumlah ekspor yoghurt.
Data tentang volume impor dan ekspor yoghurt nasional bisa dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Volume Impor dan Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008
No Tahun Impor Ekspor Berat (Kg) Nilai (US$) Berat (Kg) Nilai (US$)
1. 2004 172.027 244.769 704.763 878.43
2. 2005 169.396 293.988 336.982 743.494
3. 2006 713.311 712.768 146.341 213.335
4. 2007 1.481.554 1.502.598 126.046 284.045
5. 2008 (Jan-Okt) 734.985 770.089 234.861 660.077 Sumber: Departemen Perindustrian,2009 (dalam Indriyani, 2009)
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun 2006, volume
impor yoghurt selalu lebih tinggi dari nilai ekspornya. Hal ini bisa menjelaskan
bahwa kebutuhan yoghurt nasional lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
produksi dalam negeri. Sedangkan pada tahun 2008, volume ekspor mengalami
5
peningkatan sebesar 112,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor
yang meningkat ini menunjukkan bahwa industri dalam negeri yang mulai
berkembang.
Salah satu perusahaan yoghurt yang berada di Kabupaten Bogor adalah
Dafarm, tepatnya perusahaan ini berada di Kecamatan Ciampea. Perusahaan
Dafarm merupakan bagian dari unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul
Fallah yang telah beroperasi selama 2 tahun. Karena perusahaan tersebut relatif
masih baru dan belum pernah dilakukan studi kelayakan terhadap usaha yang
sedang dijalankannya, maka diperlukan adanya studi kelayakan mengenai Dafarm
untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usahanya.
1.2. Perumusan Masalah
Pembangunan sumber daya manusia yang unggul membutuhkan berbagai
faktor pendukung, salah satu faktor tersebut adalah asupan gizi yang baik.
Diantara makanan atau minuman yang dibutuhkan untuk mendapatkan asupan gizi
yang baik adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi.
Kandungan gizinya lengkap dan sifat gizinya mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh. Saat ini, konsumsi susu masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Konsumsi susu per kapita per tahun masyarakat Indonesia hanya sekitar 7 liter per
tahun, sedangkan konsumsi susu masyarakat Eropa mencapai 100 liter per tahun.
Data tentang konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia bisa dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007-2008
No Komoditi Tahun
2007 2008
1 Daging (Kg) 8,37 7,75
2 Telur (Kg) 20,64 17,42
3 Susu (Kg) 7,12 6,92 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009
Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi susu pada tahun 2008
lebih rendah dari tahun 2007. Rendahnya konsumsi susu tersebut bisa diakibatkan
oleh image masyarakat yang menganggap susu sebagai komoditi yang mahal dan
6
mewah. Sebagai solusi dari masalah ini diperlukan adanya produk susu yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat, khususnya oleh kalangan menengah ke
bawah. Salah satu produk susu dengan harga yang cukup murah adalah yoghurt
buatan Dafarm. Yoghurt ini dijual dengan harga Rp 500 untuk kemasan 45 ml dan
Rp 1.000 untuk kemasan 80 ml. Harga ini cukup terjangkau oleh anak sekolah
yang merupakan target pasar utama Dafarm saat ini.
Dafarm merupakan salah satu pemain baru dalam industri susu di
Kabupaten Bogor atau tepatnya di Kecamatan Ciampea. Dafarm hadir dengan
produknya yaitu yoghurt untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pangan.
Adanya perbedaan yang besar antara angka konsumsi dengan angka produksi susu
ini merupakan peluang yang sangat baik bagi Dafarm untuk mengembangkan
usahanya. Selain itu, potensi pengembangan atau peningkatan produksi yoghurt di
Dafarm sendiri juga terlihat dari permintaan yoghurt oleh para distributor yang
setiap minggu rata-rata meminta sebanyak 17.000 stik atau sebanyak 68.000 stik
per bulan. Sedangkan selama lima bulan pertama di tahun 2009 ini Dafarm baru
bisa memproduksi rata-rata 27.220 stik setiap bulannya. Artinya Dafarm sejauh
ini baru mampu memenuhi sekitar 40% dari total permintaan yang ada. Disini
terlihat adanya gap yang besar antara permintaan dan pemenuhan permintan.
Data tentang volume penjualan yoghurt Dafarm tahun 2009 bisa dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Volume Penjualan Yoghurt Dafarm Tahun 2009 Bulan Jumlah Penjualan (Stik) Jumlah Penjualan (Liter)
Januari 25.360 887,60
Februari 31.060 1.141,70
Maret 46.050 1.650,25
April 10.712 374,92
Mei 22.920 802,20 Sumber : Dafarm, 2009
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk yoghurt
Dafarm tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan
demikian, pasar dapat menyerap seluruh yoghurt yang diproduksi oleh
7
perusahaan. Saat ini permintaan yang ada lebih banyak datang dari para
distributor untuk dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi, sedangkan yang langsung di pasarkan ke konsumen hanya
sekitar 5 persen saja.
Meskipun demikian, produk yang ditawarkan Dafarm harus mampu
memposisikan diri sebagai produk yang terjangkau dan berbeda dengan produk
susu fermentasi lain yang beredar di Indonesia. Adapun beberapa merek minuman
susu fermentasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 6. Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia Merek Produsen
Yakult PT. Yakult Indonesia Persada
Vitacharm PT. Pola Sehat Industri
Activia PT. Danone Indonesia
Bio Kul PT. Diamond Cold Storage
Yo’lite PT. Cisarua Mountain Dairy
Nice PT. Indomurni Dairy Industry
Duton Milk PT. Nirwana Lestari
Calpico PT. Milko Beverage Industry
Elle & Vire PT. Sukanda Djaya
Emmi PT. Indoguna Utama
Queen Yoghurt Perusahaan Queen Bandung
Taurus Bio Yoghurt PT. Fajar Taurus Indonesia Sumber : Masrurah, 2009
Berbagai merek susu fermentasi yang ada di Tabel 4 sebenarnya tidak
langsung menjadi pesaing Dafarm karena segmen pasar mereka dan Dafarm
berbeda. Tetapi semua merek tersebut bisa mengancam pasar Dafarm seandainya
mereka juga memasuki pasar menengah ke bawah. Selain pesaing-pesaing yang
telah berskala nasional tersebut, Dafarm juga menghadapi persaingan dari
produsen skala lokal. Ada beberapa produsen yoghurt baik yang tercatat pada
Dinas Perindustrian dan Perdagangan karena memiliki TDI (Tanda Daftar
Industri) maupun yang berskala home industry yang menjadi pesaing Dafarm di
8
wilayah Bogor. Nama-nama produsen pesaing Dafarm yang berada di wilayah
Bogor tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No Nama Perusahaan Alamat Usaha Kapasitas Produksi
Terpasang per Tahun (L) 1 PT Fajar Ahad Mandiri Desa Banjarwangi,
Kec. Ciawi 20.000
2 Riri Yoghurt Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin
9.000
3 Murita Yoghurt Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin
8.000
4 PP Darul Fallah (Dafarm)
Desa Cibanteng, Kec. Ciampea
20.000
5 PT Bambino Boga Persada
Jalan Pajajaran, Bogor Timur
6.000
6 PT Trias Sukses Dinamika
Jalan Raya Tajur 31.500
Sumber: Indriyani (2009)
Karena itu diperlukan analisis studi kelayakan mengenai Dafarm untuk
melihat kelayakan dan kelangsungan usaha dalam menghadapi persaingan agar
eksistensinya di industri minuman jadi tetap terjaga. Selain menganalisis
kelayakan usaha yang ada saat ini, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis
tentang pengembangan usaha dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Peningkatan kapasitas produksi ini diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar
yang masih tersedia dan juga untuk memanfaatkan kapasitas produksi mesin yang
masih belum terpakai. Permintaan pasar yoghurt Dafarm baru bisa dipenuhi
sekitar 40 persen selama 5 bulan pertama di tahun 2009. Sementara itu, kapasitas
produksi terpasang yang dimiliki Dafarm adalah sekitar 1.700 liter per bulan,
sedangkan yang terpakai saat ini baru 1.400 liter per bulan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum,
aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar?
2) Bagaimana kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan
dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan
pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas
maksimal mesin produksi?
9
3) Bagaimana sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1) Menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum,
aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar.
2) Menganalisis kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan
dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan
pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas
maksimal mesin produksi.
3) Menganalisis sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1) Sebagai bahan masukan informasi bagi perusahaan untuk melihat kelayakan
usaha yang sedang dijalankan dan kelayakan pengembangan usaha serta
sensitivitas usahaa guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang
kompetitif dalam industri makanan dan minuman jadi.
2) Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai
Studi Kelayakan Bisnis.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
. Penelitian ini dilaksanakan di Dafarm, yaitu unit usaha peternakan Pondok
Pesantren Darul Fallah yang berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Fokus penelitian yaitu pada analisis kelayakan usaha pengolahan susu
segar menjadi yagurt ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Yoghurt
Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah
dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman
bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang
diizinkan. Definisi lain mengenai yoghurt dikemukakan oleh Rahayu dan
Sudarmadji (1998). Yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh
bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus)
yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa
asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut
menghasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding.
Secara sederhana fermentasi didefinisikan sebagai proses menghasilkan
suatu produk dengan memanfaatkan jasa mikroorganisme (sering disebut juga
dengan mikroba). Fermentasi merupakan metode tertua pengolahan susu yang
mampu memperpanjang masa simpan susu. Pengolahan susu menjadi yoghurt
telah dikembangkan kurang lebih 2.000 tahun yang lalu oleh penduduk Balkan.
Namun manfaat yoghurt bagi kesehatan baru mulai populer pada tahun 1908
ketika seorang peneliti berkebangsaan Rusia bernama Ellie Metchnikoff membuat
hipotesis yang mengatakan bahwa ada hubungan erat antara umur panjang
penduduk kawasan Balkan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi susu
fermentasi.
Menurut Metchnikoff, dengan mengkonsumsi yoghurt maka akan
meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan khususnya usus
halus. Oleh karena itu, para pengkonsumsi yoghurt umumnya jarang menderita
penyakit akibat cemaran mikroba, seperti influenza dan diare. Fakta penduduk
Balkan yang ditemukan Metchnikoff tersebut kemudian melahirkan teori panjang
usia dan tetap awet muda (Metchnikoff longevity-without-aging theory)6. Hasil
temuan Metchnikoff tersebut menimbulkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi
yoghurt di seluruh dunia.
6 Efi. Manfaat Yoghurt. 2007. http://nuwowaway.multiply.com/reviews/item/13 (diakses Agustus
2009)
11
Saat ini minuman yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan
berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara di antaranya adalah Jugurt
(Turki), Dahee (India), Filmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja
(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba
(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),
Fiili (Finlandia), dan Leban (Libanon).
Negara-negara seperti Turki, Perancis, Mesir, India, Yunani, Bulgaria dan
Rusia telah menggunakan yoghurt sebagai minuman sehari-hari, bahkan yoghurt
digunakan dalam berbagai bentuk menu masakan. Contoh menu masakan yang
menggunakan yoghurt adalah Shish Kebab atau Satai khas Turki, Pilaf (nasi
berbumbu khas Turki), Tandoori (daging/ayam panggang dari India). Di negara-
negara Eropa khususnya Perancis, yoghurt sering dijadikan pengganti krim, baik
krim pekat (double cream) maupun krim encer (single cream).
2.2. Jenis Yoghurt
Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu
asidofilus, kefir dan koumiss. Namun tidak semua beredar di Indonesia dalam
bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgarius dan
Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter.
Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan
metode pembuatannya, tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis, yaitu set yoghurt
dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini berdasarkan pada sistem pembuatannya dan
struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu
inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga
memungkinkan koagulannya tidak berubah (Rahman et al., 1992). Sedangkan
pada pembuatan yoghurt stirred, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki
atau wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam
kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya rusak atau pecah sebelum
pendinginan dan pengemasan selesai (Helferich dan Westhoff dalam Rahman et
al., 1992).
Berdasarkan kadar lemaknya yoghurt dibagi menjadi : (1) yoghurt
berkadar lemak penuh (di atas 3.0 persen), (2) yoghurt medium (0.5-3.0 persen)
12
dan (3) yoghurt berkadar lemak rendah (0.5 atau kurang). Sedangkan berdasarkan
kekentalannya, yoghurt dikenal ada dua macam, yaitu puding yoghurt yang
bersifat kental dan drink yoghurt yang berasal dari pengenceran yoghurt hasil
fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai kurang dari empat dan
penambahan stabilizer. Penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta
pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan
dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan.
Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang
optimum adalah nol koma lima sampai satu koma lima mikron, dan pada ukuran
partikel lima koma nol sampai sepuluh koma nol mikron yoghurt yang dihasilkan
bersifat kasar (Sutheim dalam Setiawan, 2006). Sedangkan berdasarkan flavornya
yoghurt dibedakan menjadi : natural yoghurt atau plain yoghurt, yaitu yoghurt
tanpa penambahan flavor lain sehingga rasa asamnya sangat tajam, dan fruit
yoghurt, yaitu yoghurt yang diberi flavor atau jus buah dan zat pewarna.
Menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk
yoghurt lain yang telah dimodifikasi, antara lain :
1) Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu
dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya.
2) Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku.
3) Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah
laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein.
4) Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24 persen atau
yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90 sampai 94 persen.
2.3. Manfaat Yoghurt
Yoghurt pada umumnya mengandung komposisi gizi atau nutrisi yang
hampir sama dengan komponen susu segar sebagai bahan baku utamanya. Namun
terdapat komponen lain sebagai hasil aktivitas bakteri yoghurt. Terdapat beberapa
peningkatan dan penurunan terhadap asam amino tertentu selama terjadinya
proses fermentasi, tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan (Helferich dan
Westhoff, 1980).
Dalam yoghurt terkandung Kalori, Protein, Karbohidrat, Kalsium dan
Potasium yang lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya
13
lebih rendah. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt oleh Tamime dan
Robinson dapat dilihat pada Tabe 6.
Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g No Kandungan (unit/100 g) Susu Yoghurt
1 Kalori 67,5 72
2 Protein (g) 3,5 3,9
3 Lemak (g) 4,25 3,4
4 Karbohidrat (g) 4,75 4,9
5 Kalsium (mg) 119 145
6 Sodium (mg) 50 47
7 Potassium (mg) 152 186 Sumber : Tamime dan Robinson, 1989
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi
lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek
dan mineral besi (Helferich dan Westhoff, 1980). Vitamin B komplek akan
digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi, sehingga yoghurt akan
kekurangan vitamin B komlek.
Yoghurt dipercaya dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan
manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk
membantu jalannya pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih
dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri
tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok
masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau
kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagi flora usus (Winarno et al,
2003).
Menurut Winarno et al. (2003), mikroflora usus mengandung bakteri
tertentu yang dapat digolongkan dalam kelompok yang membantu kesehatan dan
kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan
(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi
gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan sakit.
14
Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian
besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci, dan
Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan
produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi immune
response sedemikian rupa sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai
penyakit infeksi dapat ditangani.
Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan (Theraupetic
purposes) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu fermentasi, yaitu :
memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan
zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran
pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare),
memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan
dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam
darah dan tekan darah.
Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa
susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan defisiensi atau kekurangan
enzim pencerna laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno et al. (2003), susu yang telah
mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada,
sehingga tersisa sekitar 75 persen. Hasilnya, penderita Lactose intolerance dapat
mengkonsumsi produk fermentasi susu, dengan tidak menyebabkan gejala-gejala
yang merugikan.
2.4. Proses Pembuatan Yoghurt
Yogurt secara tradisional dibuat dengan cara memanaskan susu sampai
volumenya menjadi dua pertiga dari volume sebelumnya. Starter yang digunakan
adalah yoghurt dari hasil produksi sebelumnya, serta diinkubasi pada suhu kamar
sampai terbentuk koagulum yang kompak atau biasanya berjangka waktu sampai
satu malam (Puspitasari, 1996).
Pada pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan
awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan
yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula,
15
pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur
starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson, 1989).
Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam
wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah
dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan
pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk ke
mesin homogen (homogenizer) (Tamime dan Robinson, 1989).
Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen
(homogenizer) dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Tujuan dilakukannya proses
homogenisasi adalah untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi
kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan
absorbsi globula lemak terhadap misel kasein, menurunkan sineresis, susu
menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan
Robinson, 1989).
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses
pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk (1) mendenaturasi whey
protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan lebih kental, (2)
menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar
pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, (3)
mengurangi jumlah O2 dalam susu, yang secara normal bersifat mikroaerofilik
sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan (4) merusak
protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah
oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson, 1989).
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu pasca pasteurisasi
secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-
45°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media
pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan (Puspadewi, 2005).
Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah
ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur
campuran yang terdiri dari Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus
thermophilus (Puspadewi, 2005).
16
Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator
yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi)
dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang menggumpal dan memiliki
karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu
tersebut dinamakan stirred yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu dingin
(refrigerator) (Tamime dan Robinson, 1989).
2.5. Minuman Yoghurt
Minuman yoghurt diperoleh dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi
serta penurunan pH sampai mencapai < 4 dan penambahan stabilizer. Dilakukan
penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk
meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup
plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt
merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah 0,5-1,5
mikron, dan pada ukuran partikel 5,0-10,0 mikron yoghurt yang dihasilkan
bersifat kasar.
Selama proses pengolahan, terutama pengemasan dengan kemasan cup
plastik, yaitu sebelum dicup, minuman yoghurt diberi perlakuan pasteurisasi.
Demikian juga cup beserta plastiknya harus disterilisasi terlebih dahulu agar tidak
menjadi sumber kontaminan. Kontaminan berupa jasad renik dapat menyebabkan
kerusakan yang tidak diinginkan. Pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu di
bawah 100°C selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membunuh mikroba
patogen dan sebagian mikroba penyebab kebusukan.
Pasteurisasi minuman biasanya dilakukan pada suhu antara 75-80°C
selama 30 menit, yaitu tanpa ditutup terlebih dahulu agar udara dapat keluar dari
minuman (exhausting). Exhausting perlu dilakukan pada minuman untuk
mencegah oksidasi oleh O2 dan menciptakan suasana anaerob di dalam minuman.
Setelah waktu pemanasan selesai, cup langsung ditutup lalu didinginkan secara
cepat dengan udara untuk mencegah pertumbuhan spora-spora jasad renik. Suhu
dan waktu pasteurisasi untuk setiap jenis minuman berbeda-beda, tergantung dari
derajat keasamannya (pH). Semakin tinggi pH, semakin tinggi suhu dan waktu
yang diperlukan. Minuman yoghurt tergolong minuman berasam tinggi karena
mempunyai pH di bawah 4,0. Makanan yang tergolong ke dalam asam tinggi
17
tidak dirusak oleh bakteri pembentuk spora, sehingga tidak diperlukan proses
sterilisasi, cukup dengan proses pasteurisasi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Artayati
Harnasari (2009). Penelitian tersebut berjudul Analisis Proses Keputusan
Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink Shop Bogor. Tujuan
dari pnelitiannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen
yoghurt, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt, dan
merumuskan alternatif strategi pemasaran yoghurt Cimory. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa karakteristik umum responden Cimory Yoghurt
Drink dilihat dari segi demografis adalah kalangan muda yang sebagian besar
adalah perempuan. Rata-rata responden berusia 20-24 tahun (30%), telah menikah
(52%) dan berdomisili di Jakarta. Motivasi responden dalam mengkonsumsi
Cimory Yoghurt Drink adalah manfaat kesehatan pencernaan. Hasil analisis
tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat
kinerja tertinggi adalah pilihan rasa, sedangkan atribut yang memiliki peringkat
kinerja terendah adalah volume. Atribut yang perlu dipertahankan adalah pilihan
rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM RI dan
tanggal kadaluarsa. Strategi pemasaran yang direkomendasikan antara lain
membuat age group dengan segmentasi yang tepat untuk mendapatkan pasar
potensial.
Risman (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran
Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, mengemukakan bahwa hasil analisis IFE
menunjukkan UUP Dafa memiliki posisi internal yang stabil dengan faktor
kekuatan yang paling berpengaruh adalah kualitas produk yang baik, sedangkan
faktor kelemahan adalah kurangnya diversifikasi produk serta kemasan kurang
menarik. Hasil analisis EFE terhadap lingkungan eksternal didapat faktor peluang
yang mempengaruhi pemasaran adalah pangsa pasar yang masih luas serta
ancaman yang dihadapi oleh UPP Dafa adalah isu produk yoghurt yang
mengandung melamin. Hasil analisis matrik IE menempatkan UPP Dafa pada
kuadran ke V, yaitu strategi Hold and Maintain (jaga dan pertahankan). Hasil
18
analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat dijalankan UPP
Dafa yaitu : 1) Mempertahankan kualitas produk untuk menarik pelanggan, 2)
Menjalankan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal, 3) Menambah
jaringan distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru, 4) Melakukan riset
pemasaran, 5) Mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) Melakukan
promosi produk yang lebih gencar dan efektif. Strategi pemasaran yang diperoleh
adalah kegiatan promosi yang harus dioptimalkan melalui media massa maupun
media cetak untuk menjangkau segmentasi, terget dan posisi yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Inovasi produk perlu dilakukan dengan tetap mempertahankan
kualitas, harga jual yang murah dan melakukan kerjasama dengan agen baru.
Simatupang (2004) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan
investasi pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku pada
CV. Bintang Tiga. Tujuan penilitiannya antara lain menganalisis tingkat
kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt dengan menggunakan
kemasan semi kaku. Hasilnya, berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi
diperoleh bahwa proyek ini layak untuk dijalankan baik dari aspek pasar , teknis,
organisasi, dan finansial. Tingkat IRR yang diperoleh adalah sebesar 74,28
persen, Net B/C yang diperoleh sebesar 2,42 dan masa pembayaran kembali
selama 1 tahun 8 bulan.
Analisis sensitivitas dengan berbagai kombinasi skenario pada
peningkatan dan penurunan penjualan sebesar 10 persen, peningkatan biaya
operasional sebesar 21 persen dan perubahan tingkat suku bunga menjadi 27
persen, menunjukkan proyek ini umumnya layak untuk dijalankan. Analisis
switching value menghasilkan proyek masih memberikan keuntungan jika terjadi
penurunan pada tingkat penjualan maksimal sebesar 31,42 persen, masih
memberikan keuntungan jika terjadi peningkatan harga susu bubuk maksimal
125,27 persen dan masih memberikan keuntungan jika terjadi kenaikan harga gula
maksimal 616,56 persen.
Walaupun ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian penulis dalam hal produk yang diteliti yaitu yoghurt, namun terdapat
perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa
penelitian di atas, misalnya pada penelitian Artayati Harnasari (2009) yang diteliti
19
dari produk yoghurt tersebut adalah karakteristik konsumen yoghurt, kepuasan
konsumen dan strategi pemasaran yang tepat untuk produk yoghurt yang diteliti.
Tidak ada kesamaan metodologi antara penelitian Artayati dengan penelitian
penulis, karena penelitian ini mengkaji kelayakan usaha yang menggunakan
analisis aspek non finansial dan aspek finansial, sedangkan penelitian Artayati
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction
Index (CSI) untuk mangkaji kepuasan konsumen.
Adapun perbedaan dengan penelitian Risman (2009) adalah pada topik
yang menjadi fokus kajian. Walaupun sama-sama meneliti perusahaan yoghurt
Dafarm, tetapi penelitian Risman (2009) mengambil topik tentang strategi
pemasaran produk yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm, sedangkan penelitian ini
mengambil topik tentang kelayakan usaha Dafarm saat ini dan kelayakan
pengembangan usaha tersebut dengan menambah kapasitas produksi.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Simatupang memang
memiliki kesamaan dalam hal komoditi dengan penelitian yang dilakukan penulis,
tetapi terdapat perbedaan dalam hal aspek yang diteliti. Simatupang (2004) dalam
penelitiannya fokus pada aspek pengembangan kemasan yoghurt menggunakan
kemasan semi kaku sedangkan penulis fokus pada aspek pengembangan kapasitas
produksi yoghurt.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Yoghurt
Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah
dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman
bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang
diizinkan. Definisi lain mengenai yoghurt dikemukakan oleh Rahayu dan
Sudarmadji (1998). Yoghurt adalah bahan pangan hasil fermentasi susu oleh
bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophilus)
yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak dengan rasa
asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat tersebut
menghasilkan bentuk atau konsistensi yang menyerupai pudding.
Secara sederhana fermentasi didefinisikan sebagai proses menghasilkan
suatu produk dengan memanfaatkan jasa mikroorganisme (sering disebut juga
dengan mikroba). Fermentasi merupakan metode tertua pengolahan susu yang
mampu memperpanjang masa simpan susu. Pengolahan susu menjadi yoghurt
telah dikembangkan kurang lebih 2.000 tahun yang lalu oleh penduduk Balkan.
Namun manfaat yoghurt bagi kesehatan baru mulai populer pada tahun 1908
ketika seorang peneliti berkebangsaan Rusia bernama Ellie Metchnikoff membuat
hipotesis yang mengatakan bahwa ada hubungan erat antara umur panjang
penduduk kawasan Balkan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi susu
fermentasi.
Menurut Metchnikoff, dengan mengkonsumsi yoghurt maka akan
meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam sistem pencernaan khususnya usus
halus. Oleh karena itu, para pengkonsumsi yoghurt umumnya jarang menderita
penyakit akibat cemaran mikroba, seperti influenza dan diare. Fakta penduduk
Balkan yang ditemukan Metchnikoff tersebut kemudian melahirkan teori panjang
usia dan tetap awet muda (Metchnikoff longevity-without-aging theory)6. Hasil
temuan Metchnikoff tersebut menimbulkan kesadaran pentingnya mengkonsumsi
yoghurt di seluruh dunia.
6 Efi. Manfaat Yoghurt. 2007. http://nuwowaway.multiply.com/reviews/item/13 (diakses Agustus
2009)
11
Saat ini minuman yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan
berkembang ke seluruh dunia. Berikut terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara di antaranya adalah Jugurt
(Turki), Dahee (India), Filmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja
(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba
(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),
Fiili (Finlandia), dan Leban (Libanon).
Negara-negara seperti Turki, Perancis, Mesir, India, Yunani, Bulgaria dan
Rusia telah menggunakan yoghurt sebagai minuman sehari-hari, bahkan yoghurt
digunakan dalam berbagai bentuk menu masakan. Contoh menu masakan yang
menggunakan yoghurt adalah Shish Kebab atau Satai khas Turki, Pilaf (nasi
berbumbu khas Turki), Tandoori (daging/ayam panggang dari India). Di negara-
negara Eropa khususnya Perancis, yoghurt sering dijadikan pengganti krim, baik
krim pekat (double cream) maupun krim encer (single cream).
2.2. Jenis Yoghurt
Beberapa jenis susu fermentasi diantaranya adalah yoghurt, susu
asidofilus, kefir dan koumiss. Namun tidak semua beredar di Indonesia dalam
bentuk siap minum. Bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgarius dan
Streptococcus thermophilus sebagai kultur starter.
Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan
metode pembuatannya, tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis, yaitu set yoghurt
dan stirred yoghurt. Klasifikasi ini berdasarkan pada sistem pembuatannya dan
struktur fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu
inkubasi atau fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga
memungkinkan koagulannya tidak berubah (Rahman et al., 1992). Sedangkan
pada pembuatan yoghurt stirred, proses fermentasi susu dilakukan pada tangki
atau wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam
kemasan kecil, sehingga memungkinkan koagulannya rusak atau pecah sebelum
pendinginan dan pengemasan selesai (Helferich dan Westhoff dalam Rahman et
al., 1992).
Berdasarkan kadar lemaknya yoghurt dibagi menjadi : (1) yoghurt
berkadar lemak penuh (di atas 3.0 persen), (2) yoghurt medium (0.5-3.0 persen)
12
dan (3) yoghurt berkadar lemak rendah (0.5 atau kurang). Sedangkan berdasarkan
kekentalannya, yoghurt dikenal ada dua macam, yaitu puding yoghurt yang
bersifat kental dan drink yoghurt yang berasal dari pengenceran yoghurt hasil
fermentasi serta penurunan pH sampai mencapai kurang dari empat dan
penambahan stabilizer. Penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta
pemanasan untuk meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan
dengan kemasan cup plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan.
Minuman yoghurt merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang
optimum adalah nol koma lima sampai satu koma lima mikron, dan pada ukuran
partikel lima koma nol sampai sepuluh koma nol mikron yoghurt yang dihasilkan
bersifat kasar (Sutheim dalam Setiawan, 2006). Sedangkan berdasarkan flavornya
yoghurt dibedakan menjadi : natural yoghurt atau plain yoghurt, yaitu yoghurt
tanpa penambahan flavor lain sehingga rasa asamnya sangat tajam, dan fruit
yoghurt, yaitu yoghurt yang diberi flavor atau jus buah dan zat pewarna.
Menurut Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk
yoghurt lain yang telah dimodifikasi, antara lain :
1) Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu
dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya.
2) Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku.
3) Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah
laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein.
4) Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24 persen atau
yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90 sampai 94 persen.
2.3. Manfaat Yoghurt
Yoghurt pada umumnya mengandung komposisi gizi atau nutrisi yang
hampir sama dengan komponen susu segar sebagai bahan baku utamanya. Namun
terdapat komponen lain sebagai hasil aktivitas bakteri yoghurt. Terdapat beberapa
peningkatan dan penurunan terhadap asam amino tertentu selama terjadinya
proses fermentasi, tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan (Helferich dan
Westhoff, 1980).
Dalam yoghurt terkandung Kalori, Protein, Karbohidrat, Kalsium dan
Potasium yang lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya
13
lebih rendah. Hasil analisis kandungan gizi susu dan yoghurt oleh Tamime dan
Robinson dapat dilihat pada Tabe 6.
Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Tiap 100 g No Kandungan (unit/100 g) Susu Yoghurt
1 Kalori 67,5 72
2 Protein (g) 3,5 3,9
3 Lemak (g) 4,25 3,4
4 Karbohidrat (g) 4,75 4,9
5 Kalsium (mg) 119 145
6 Sodium (mg) 50 47
7 Potassium (mg) 152 186 Sumber : Tamime dan Robinson, 1989
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi
lainnya, tetapi yoghurt tidak cukup mengandung vitamin C, vitamin B komplek
dan mineral besi (Helferich dan Westhoff, 1980). Vitamin B komplek akan
digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi, sehingga yoghurt akan
kekurangan vitamin B komlek.
Yoghurt dipercaya dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan
manusia. Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk
membantu jalannya pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih
dari 100 triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri
tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok
masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau
kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagi flora usus (Winarno et al,
2003).
Menurut Winarno et al. (2003), mikroflora usus mengandung bakteri
tertentu yang dapat digolongkan dalam kelompok yang membantu kesehatan dan
kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan
(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi
gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan sakit.
14
Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan, sebagian
besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci, Enterococci, dan
Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui mampu menekan
produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu menstimulasi immune
response sedemikian rupa sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai
penyakit infeksi dapat ditangani.
Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan (Theraupetic
purposes) yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi susu fermentasi, yaitu :
memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan
zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran
pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare),
memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan
dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam
darah dan tekan darah.
Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa
susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan defisiensi atau kekurangan
enzim pencerna laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno et al. (2003), susu yang telah
mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada,
sehingga tersisa sekitar 75 persen. Hasilnya, penderita Lactose intolerance dapat
mengkonsumsi produk fermentasi susu, dengan tidak menyebabkan gejala-gejala
yang merugikan.
2.4. Proses Pembuatan Yoghurt
Yogurt secara tradisional dibuat dengan cara memanaskan susu sampai
volumenya menjadi dua pertiga dari volume sebelumnya. Starter yang digunakan
adalah yoghurt dari hasil produksi sebelumnya, serta diinkubasi pada suhu kamar
sampai terbentuk koagulum yang kompak atau biasanya berjangka waktu sampai
satu malam (Puspitasari, 1996).
Pada pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan
awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan
yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula,
15
pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur
starter dan inkubasi (Tamime dan Robinson, 1989).
Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam
wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah
dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan
pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk ke
mesin homogen (homogenizer) (Tamime dan Robinson, 1989).
Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen
(homogenizer) dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Tujuan dilakukannya proses
homogenisasi adalah untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi
kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan
absorbsi globula lemak terhadap misel kasein, menurunkan sineresis, susu
menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen (Tamime dan
Robinson, 1989).
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses
pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk (1) mendenaturasi whey
protein (albumin dan globulin) agar susu yang dihasilkan lebih kental, (2)
menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar
pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, (3)
mengurangi jumlah O2 dalam susu, yang secara normal bersifat mikroaerofilik
sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan (4) merusak
protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah
oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson, 1989).
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu pasca pasteurisasi
secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-
45°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media
pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan (Puspadewi, 2005).
Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah
ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur
campuran yang terdiri dari Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus
thermophilus (Puspadewi, 2005).
16
Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator
yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi (inkubasi)
dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang menggumpal dan memiliki
karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu
tersebut dinamakan stirred yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu dingin
(refrigerator) (Tamime dan Robinson, 1989).
2.5. Minuman Yoghurt
Minuman yoghurt diperoleh dari pengenceran yoghurt hasil fermentasi
serta penurunan pH sampai mencapai < 4 dan penambahan stabilizer. Dilakukan
penambahan gula untuk meningkatkan cita rasa, serta pemanasan untuk
meningkatkan daya simpan. Terakhir dilakukan pengemasan dengan kemasan cup
plastik dan pasteurisasi untuk memperpanjang daya simpan. Minuman yoghurt
merupakan suatu emulsi. Ukuran partikel emulsi yang optimum adalah 0,5-1,5
mikron, dan pada ukuran partikel 5,0-10,0 mikron yoghurt yang dihasilkan
bersifat kasar.
Selama proses pengolahan, terutama pengemasan dengan kemasan cup
plastik, yaitu sebelum dicup, minuman yoghurt diberi perlakuan pasteurisasi.
Demikian juga cup beserta plastiknya harus disterilisasi terlebih dahulu agar tidak
menjadi sumber kontaminan. Kontaminan berupa jasad renik dapat menyebabkan
kerusakan yang tidak diinginkan. Pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu di
bawah 100°C selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membunuh mikroba
patogen dan sebagian mikroba penyebab kebusukan.
Pasteurisasi minuman biasanya dilakukan pada suhu antara 75-80°C
selama 30 menit, yaitu tanpa ditutup terlebih dahulu agar udara dapat keluar dari
minuman (exhausting). Exhausting perlu dilakukan pada minuman untuk
mencegah oksidasi oleh O2 dan menciptakan suasana anaerob di dalam minuman.
Setelah waktu pemanasan selesai, cup langsung ditutup lalu didinginkan secara
cepat dengan udara untuk mencegah pertumbuhan spora-spora jasad renik. Suhu
dan waktu pasteurisasi untuk setiap jenis minuman berbeda-beda, tergantung dari
derajat keasamannya (pH). Semakin tinggi pH, semakin tinggi suhu dan waktu
yang diperlukan. Minuman yoghurt tergolong minuman berasam tinggi karena
mempunyai pH di bawah 4,0. Makanan yang tergolong ke dalam asam tinggi
17
tidak dirusak oleh bakteri pembentuk spora, sehingga tidak diperlukan proses
sterilisasi, cukup dengan proses pasteurisasi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Artayati
Harnasari (2009). Penelitian tersebut berjudul Analisis Proses Keputusan
Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink Shop Bogor. Tujuan
dari pnelitiannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen
yoghurt, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt, dan
merumuskan alternatif strategi pemasaran yoghurt Cimory. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa karakteristik umum responden Cimory Yoghurt
Drink dilihat dari segi demografis adalah kalangan muda yang sebagian besar
adalah perempuan. Rata-rata responden berusia 20-24 tahun (30%), telah menikah
(52%) dan berdomisili di Jakarta. Motivasi responden dalam mengkonsumsi
Cimory Yoghurt Drink adalah manfaat kesehatan pencernaan. Hasil analisis
tingkat kepentingan dan kinerja menunjukkan atribut yang memiliki peringkat
kinerja tertinggi adalah pilihan rasa, sedangkan atribut yang memiliki peringkat
kinerja terendah adalah volume. Atribut yang perlu dipertahankan adalah pilihan
rasa, kandungan nutrisi dan informasi produk (label halal, izin BPOM RI dan
tanggal kadaluarsa. Strategi pemasaran yang direkomendasikan antara lain
membuat age group dengan segmentasi yang tepat untuk mendapatkan pasar
potensial.
Risman (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pemasaran
Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, mengemukakan bahwa hasil analisis IFE
menunjukkan UUP Dafa memiliki posisi internal yang stabil dengan faktor
kekuatan yang paling berpengaruh adalah kualitas produk yang baik, sedangkan
faktor kelemahan adalah kurangnya diversifikasi produk serta kemasan kurang
menarik. Hasil analisis EFE terhadap lingkungan eksternal didapat faktor peluang
yang mempengaruhi pemasaran adalah pangsa pasar yang masih luas serta
ancaman yang dihadapi oleh UPP Dafa adalah isu produk yoghurt yang
mengandung melamin. Hasil analisis matrik IE menempatkan UPP Dafa pada
kuadran ke V, yaitu strategi Hold and Maintain (jaga dan pertahankan). Hasil
18
analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat dijalankan UPP
Dafa yaitu : 1) Mempertahankan kualitas produk untuk menarik pelanggan, 2)
Menjalankan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal, 3) Menambah
jaringan distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru, 4) Melakukan riset
pemasaran, 5) Mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) Melakukan
promosi produk yang lebih gencar dan efektif. Strategi pemasaran yang diperoleh
adalah kegiatan promosi yang harus dioptimalkan melalui media massa maupun
media cetak untuk menjangkau segmentasi, terget dan posisi yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Inovasi produk perlu dilakukan dengan tetap mempertahankan
kualitas, harga jual yang murah dan melakukan kerjasama dengan agen baru.
Simatupang (2004) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan
investasi pengembangan kemasan yoghurt menggunakan kemasan semi kaku pada
CV. Bintang Tiga. Tujuan penilitiannya antara lain menganalisis tingkat
kelayakan investasi pengembangan kemasan yoghurt dengan menggunakan
kemasan semi kaku. Hasilnya, berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi
diperoleh bahwa proyek ini layak untuk dijalankan baik dari aspek pasar , teknis,
organisasi, dan finansial. Tingkat IRR yang diperoleh adalah sebesar 74,28
persen, Net B/C yang diperoleh sebesar 2,42 dan masa pembayaran kembali
selama 1 tahun 8 bulan.
Analisis sensitivitas dengan berbagai kombinasi skenario pada
peningkatan dan penurunan penjualan sebesar 10 persen, peningkatan biaya
operasional sebesar 21 persen dan perubahan tingkat suku bunga menjadi 27
persen, menunjukkan proyek ini umumnya layak untuk dijalankan. Analisis
switching value menghasilkan proyek masih memberikan keuntungan jika terjadi
penurunan pada tingkat penjualan maksimal sebesar 31,42 persen, masih
memberikan keuntungan jika terjadi peningkatan harga susu bubuk maksimal
125,27 persen dan masih memberikan keuntungan jika terjadi kenaikan harga gula
maksimal 616,56 persen.
Walaupun ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian penulis dalam hal produk yang diteliti yaitu yoghurt, namun terdapat
perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa
penelitian di atas, misalnya pada penelitian Artayati Harnasari (2009) yang diteliti
19
dari produk yoghurt tersebut adalah karakteristik konsumen yoghurt, kepuasan
konsumen dan strategi pemasaran yang tepat untuk produk yoghurt yang diteliti.
Tidak ada kesamaan metodologi antara penelitian Artayati dengan penelitian
penulis, karena penelitian ini mengkaji kelayakan usaha yang menggunakan
analisis aspek non finansial dan aspek finansial, sedangkan penelitian Artayati
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction
Index (CSI) untuk mangkaji kepuasan konsumen.
Adapun perbedaan dengan penelitian Risman (2009) adalah pada topik
yang menjadi fokus kajian. Walaupun sama-sama meneliti perusahaan yoghurt
Dafarm, tetapi penelitian Risman (2009) mengambil topik tentang strategi
pemasaran produk yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm, sedangkan penelitian ini
mengambil topik tentang kelayakan usaha Dafarm saat ini dan kelayakan
pengembangan usaha tersebut dengan menambah kapasitas produksi.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Simatupang memang
memiliki kesamaan dalam hal komoditi dengan penelitian yang dilakukan penulis,
tetapi terdapat perbedaan dalam hal aspek yang diteliti. Simatupang (2004) dalam
penelitiannya fokus pada aspek pengembangan kemasan yoghurt menggunakan
kemasan semi kaku sedangkan penulis fokus pada aspek pengembangan kapasitas
produksi yoghurt.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang
yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen,
dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka (Umar, 2007). Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan (Kasmir, 2003). Sementara itu, menurut Umar (2007), studi kelayakan
bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran
produk baru. Sedangkan Subagyo (2007) menyebutkan studi kelayakan bila
diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan
proyek. Jika objeknya adalah pengembangan usaha-berarti usaha sudah berjalan,
namun direncanakan ada pengembangan-studi kelayakannya disebut studi
kelayakan bisnis.
Secara umum, tujuan penyusunan studi kelayakan adalah mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
1) Apakah produk yang akan ditawarkan marketable atau tidak?
2) Dari sisi produksi, apakah secara teknis dapat dilakukan dan sustainable?
3) Dari sudut pandang manajemen, apakah bisnis tersebut efektif dan efisien?
4) Ditinjau dari sisi hukum, apakah termasuk usaha yang legal atau ilegal?
5) Dari sisi keuangan, apakah bisnis tersebut profitable atau tidak?
Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan
provitable, berarti bisnis tersebut layak (layak untuk dibiayai/diberikan
kredit/didirikan/dan atau disetujui izinnya) (Subagyo, 2007).
21
Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), tahap-tahap untuk melakukan
investasi usaha adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi
Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan
dan ancaman dari usaha tersebut.
2) Perumusan
Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan
investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor
yang penting dijelaskan secara garis besar.
3) Penilaian
Penilaian dilakuakan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik,
manajemen, dan finansial.
4) Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang
akan dicapai
5) Implementasi
Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang
pada anggaran.
3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam menganalisa suat proyek yang efektif harus mempertimbangkan
aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan
mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan
proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek tersebut antara
lain :
1) Aspek pasar dan pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama dan pertama
dilakukan dalam pengkajian usulan proyek investasi, alasannya adalah tidak
akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan jika tidak ada pasar
yang siap menerima produk perusahaan tersebut (Suratman, 2002). Proses
pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi
22
pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha
pemasaran (Kotler, 1997).
2) Aspek teknis dan teknologi
Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada penilaian atas
kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi. Penilaian meliputi penentuan
lokasi proyek, penentuan model bangunan proyek, pemilihan mesin, peralatan
lainnya, teknologi yang diterapkan, dan lay out serta penentuan skala operasi
(Suratman, 2002).
3) Aspek manajemen
Untuk menyusun studi kelayakan, menjalankan proyek, dan mengoperasikan
bisnis diperlukan manajemen. Proses pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki
organisasi atau perusahaan tidak akan optimal apabila prinsip-prinsip
manajemen tidak diterapkan secara konsisten. Pada setiap kegiatan,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian harus
dijalankan secara berkesinambungan (Subagyo, 2007). Aspek manajemen
perlu dikaji agar proyek yang didirikan dan dioperasikan nantinya dapat
berjalan dengan lancar (Suratman, 2007).
4) Aspek finansial
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakn proyek bisnis
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan
menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2007). Untuk
dapat menentukan apakah suatu proyek investasi dapat dikatakan layak
diperlukan teknik-teknik kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada
estimasi aliran kas proyek yang bersangkutan (Suratman, 2007). Pada
umumnya ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai
dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost (Net B/C),
Break Event Point (BEP), Payback Period (PBP), analisis sensitivitas.
23
5) Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan mengkaji tentang dampak proyek
terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dari sisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek dapat merubah atau
justru mengurangi income per capita penduduk setempat. Dari sisi sosial
apakah dengan adanya proyek tersebut wilayah setempat menjadi semakin
ramai, lalu lintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik
dan lain sebagainya (Suratman, 2002). Sementara itu analisis mengenai
dampak lingkungan harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak
dengan beroperasinya proyek-proyek industri (Umar, 2007).
6) Aspek hukum
Usaha dapat dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari
pemerintah daerah setempat melalui instansi/lembaga/departemen/dinas
terkait. Namun, analis dan investor perlu memerhatikan sumber legal dari
kelompok masyarakat (Subagyo, 2007).
3.1.3.Teori Biaya dan Manfaat
Dalam menganalisa suatu proyek, analisa harus disertai dengan definisi
biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang mengurangi suatu
tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya
suatu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran
atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang
diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
24
Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi
terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :
1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti
rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya
adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan
adanya proyek (Gittinger, 1986).
3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek
dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan perhitungan
berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh
pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa
sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan
dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang digunakan pada
model perhitungan berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki
kelemahan umum dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut
belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang
diterima (Gittinger, 1986).
Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present
value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang
(future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: 1) time preference (sejumlah
sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi dibandingkan
jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), 2) Produktifitas atau
efisiensi modal (modal yang dimiliki saat ini memiliki peluang untuk
25
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui kegiatan yang
produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan (Kadariah et al., 2001).
Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar
modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga
dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus
biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk
tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses “discounting” (Kadariah
et al.,2001).
3.1.5. Analisis Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 1994). Analisis finansial terdiri dari :
1) Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang.
Dasar pemikiran untuk metode NPV cukup sederhana. Nilai NPV sebesar nol
menunjukkan bahwa arus kas proyek tersebut pasti memadai untuk membayar
kembali modal yang diinvestasikan dan untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang diminta atas modal tersebut. Jika sebuah proyek memiliki
nilai NPV yang positif, maka proyek tersebut menghasilkan kas yang lebih
banyak daripada yang dibutuhkan untuk melayani utangnya dan untuk
memberikan pengembalian yang diminta kepada para pemegang saham, dan
kelebihan kas ini akan dikumpulkan untuk dibayarkan kembali hanya untuk
para pemegang saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006)
2) Internal Rate of Return (IRR) atau Tingkat Pengembalian Internal.
Tingkat pengembalian internal merupakan kriteria keputusan penganggaran
modal yang mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat suatu proyek.
Secara matematis merupakan tingkat disonto kas yang menyamakan nilai
sekarang dari pemasukannya dengan nilai sekarang dari pengeluarannya
(Keown et al, 2005)
3) Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan
Profitability Index (PI) atau Indeks Keuntungan.
26
Indeks profitabilitas merupakan suatu kriteria keputusan penganggaran modal
yang digambarkan sebagai rasio nilai sekarang arus kas bebas masa depan
terhadap pengeluaran awal (Keown et al, 2005)
4) Payback Period atau Pengembalian Investasi
Periode pengembalian kembali dinyatakan sebagai ekspektasi jumlah tahun
yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali investasi awal (Brigham dan
Houston, 2006)
3.1.6. Analisis Sensitivitas
Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan
proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
(Gittinger, 1986).
Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang
mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu:
1) Perubahan harga jual
2) Keterlambatan pelaksanaan proyek
3) Kenaikan biaya
4) Perubahan volume produksi
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Yoghurt memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan susu segar dan
jenis minuman jadi lainnya. Keunggulan tersebut berupa; kandungan kalori
protein, karbohidrat, kalsium, dan potasium yang lebih tinggi daripada susu segar,
memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan
zat-zat gizi, dapat mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran
pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare),
memiliki efek anti kanker, mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan
dalam detoksifikasi dan mengatasi stress, serta mengontrol kadar kolesterol dalam
darah dan tekanan darah. Berbagai keunggulan tersebut merupakan landasan
utama bagi investor dalam menginvestasikan modalnya pada usaha pembuatan
27
yoghurt di perusahaan Dafarm sehingga diharapkan dapat berjalan dengan baik
dan menghasilkan profit yang maksimal.
Keberhasilan Dafarm bergerak dalam menjalankan usaha pembuatan
yoghurt dapat dilihat bahwa usia Dafarm dalam menggeluti dunia bisnis ini telah
mencapai dua tahun. Namun demikian, jalan atau tidaknya usaha bukanlah
indikator penentu kelayakan dari suatu usaha. Indikator penentu layak atau
tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari aspek finansial dan non finansialnya.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan aspek non
finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek
sosial) dan aspek finansial dari usaha pembuatan yoghurt yang dikelola oleh
perusahaan Dafarm. Untuk aspek finansial, dalam penelitian ini akan dianalisis 2
skenario. Skenario pertama adalah analisis finansial untuk kondisi usaha saat ini.
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah usaha yang ada saat ini sudah layak atau
belum secara finansial. Sedangkan skenario usaha kedua adalah analisis finansial
untuk kondisi dimana kapasitas mesin produksi dimanfaatkan secara maksimal.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kapasitas produksi
tersebut akan menghasilkan laba yang lebih besar dari penambahan biaya
produksi atau sebaliknya.
Penentuan kelayakan aspek non finansial dari usaha pembuatan yoghurt
perusahaan Dafarm yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
membandingkan antara fakta yang ada dengan teori-teori yang terkait melalui
observasi dan studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan
kriteria investasi berupa; NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Sebagai bentuk
kewaspadaan terhadap usaha tersebut yang dikhawatirkan akan mengalami
perubahan-perubahan pada peningkatan harga input dan penurunan kuantitas
output, maka melalui analisis pengganti (switching value analisys) akan diketahui
berapa besarnya batas perubahan tersebut yang akan membuat usaha tidak layak.
Dengan demikian, maka hasil dari analisis ini akan dapat memberikan informasi
tentang tingkat kelayakan finansial maupun non finansial dari usaha pembuatan
yoghurt yang diusahakan oleh perusahaan Dafarm. Alur kerangka pemikiran
operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
28
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Sensitivitas
Kelayakan Finansial (NPV, Net B/C,
IRR, PBP)
Skenario I (Kondisi saat ini)
Skenario II (Kondisi saat
kapasitas mesin maksimal)
Kelayakan Non Finansial Aspek Pasar (permintaan,
penawaran, harga, pemasaran, struktur persaingan)
Aspek Teknis (kondisi fisik, teknologi, keterampilan, lokasi, proses produksi)
Aspek Manajemen (bentuk usaha, struktur organisasi)
Aspek Hukum (bentuk badan hukum)
Aspek Sosial (kesempatan kerja, ramah lingkungan)
Analisis Kelayakan Usaha
Pengembangan usaha Dafarm
Yoghurt merupakan produk dengan nilai tambah tinggi
Permintaan yang belum terpenuhi
Produksi yoghurt yang belum maksimal
Perusahaan Dafarm, unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah
Tidak Layak Layak
Perlu dilakukan perhitungan ulang untuk mengetahui besaran biaya
dan manfaat yang layak
Usaha bisa dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan bagi
yang berinvestasi
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dafarm, yaitu unit usaha peternakan Darul
Fallah yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat Darul
Fallah adalah salah satu pelaku usaha yang relatif baru dalam industri minuman
olahan susu fermentasi yogurt. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober
sampai November 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dan observasi langsung di
lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan
penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik, serta jurnal dan artikel elektronik yang
terkait dengan penelitian ini. Untuk informasi tambahan yang mendukung
penelitian ini menggunakan literatur-literatur yang relevan dengan objek
permasalahan.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan
kalkulator Casio fx-350TL dan Microsoft Excel 2003. Analisis data dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan interpretasi
data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan
usaha Dafarm pada kondisi saat ini. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi
analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis
kelayakan non finansial mengkaji berbagai aspek mulai dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek
hukum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha Dafarm
secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis
kelayakan finansial dan analisis switching value.
30
4.4. Analisis Kelayakan Non Finansial
Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji
kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dalam
aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi jumlah permintaan,
harga jual produk, penawaran, pemasaran, dan struktur persaingan. Pada aspek
teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi kondisi fisik, teknologi,
keterampilan, loaksi usaha Dafarm, dan proses pembuatan yaghurt. Pada aspek
manajemen, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi bentuk organisasi,
struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan. Pada aspek hukum, variabel yang dianalisis adalah bentuk badan
usaha dan izin usaha. Sedangkan untuk aspek sosial ekonomi dan lingkungan akan
dikaji pengaruh usaha Dafarm terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
4.5 Analisis Kelayakan Investasi
Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi kriteria
kelayakan investasi. Untuk mengetahui kelayakan usaha Dafarm akan dilihat
melalui kriteria kelayakan investasi. Adapun kriteria kelayakan investasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini antara lain Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) dan Payback
Period (PBP).
4.5.1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek adalah selisih antara nilai sekarang
(present value) dari manfaat terhadap arus biaya. NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam
menghitung NPV dibutuhkan informasi mengenai tingkat suku bunga yang
relevan. Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
NPV =
n
tttt
iCB
0 1
31
Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :
1) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata
lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
2) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
4.5.2. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka
perbandingan antar jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai
sekarang yang bernilai negatif. Adapun rumus perhitungan Net B/C yaitu :
Net B/C = Dimana 0
0
tt
tt
CBCB
Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah :
1) Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi
2) Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan
3) Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan
n
tttt
n
tttt
iCBiCB
0
0
1
1
32
4.5.3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR yaitu tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila
memiliki nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku,
demikian juga sebaliknya investasi akan dianggap tidak layak apabila nilai IRR
lebih kecil daripada tingkat suku bunga yang berlaku. Rumus IRR yaitu :
IRR = iiNPVNPV
NPVi
''
Keterangan :
i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV’ = NPV yang bernilai negatif
4.5.4. Payback Period
Payback Period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian
suatu investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang
diperoleh dari usaha Dafarm. Semakin kecil Payback Period menunjukkan
semakin cepat jangka waktu pengembalian suatu investasi dan semakin kecil
risiko yang dihadapi oleh investor. Rumus untuk menghitung Payback Period
yaitu :
Payback Period = bA
I
Keterangan:
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
4.6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah dari hasil suatu analisis. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
33
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini perlu dilakukan karena dalam
berinvestasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang
(Gittinger, 1986).
Menurut Gittinger (1986) suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah
nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung
memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan
terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat
menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam
penelitian ini, analisis kepekaan digunakan apabila terjadi perubahan pada
kenaikan harga input atau bahan baku dan penurunan jumlah penjualan.
4.7. Defenisi Operasional
1) Usaha pembuatan yoghurt adalah pengolahan susu sapi menjadi yoghurt untuk
meningkatkan nilai tambah susu.
2) Pendapatan adalah dana yang diperoleh dari jumlah penjualan produk
dikalikan dengan harga.
3) Biaya adalah dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk.
4) Investasi adalah dana yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.
5) Penyusutan adalah pengurangan nilai investasi karena pemakaian barang-
barang investasi tersebut untuk menjalankan usaha dan biasanya dihitung
dalam satuan tahun.
6) Produksi per tahun adalah jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam satu
tahun.
7) Skenario usaha adalah rencana atau pola yang akan diterapkan pada suatu
usaha yang meliputi biaya dan manfaat.
8) Umur usaha adalah perkiraan lamanya usaha akan berjalan yang dihitung
berdasarkan umur ekonomis terlama dari barang investasi.
9) Inflow adalah jumlah dana yang diperoleh oleh suatu usaha baik dari hasil
penjualan atau dari sumber lainnya.
10) Outflow adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh suatu usaha untuk
membiayai seluruh kegiatan usaha.
34
11) Saluran distribusi adalah media atau jalan yang ditempuh oleh suatu usaha
untuk menyampaikan produknya ke tangan konsumen.
12) Nilai sisa adalah sisa nilai investasi pada akhir tahun kesepuluh yang
dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
13) Biaya reinvestasi adalah investasi ulang untuk mengganti investasi yang telah
habis masa pakainya atau yang mengalami kerusakan.
14) Biaya operasional adalah dana yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu
usaha. Terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
15) Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan dalam jumlah yang sama
meskipun perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi.
16) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan
produksi yang jumlahnya tergantung dari besarnya produksi yang dihasilkan.
17) Satuan ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi
ternak dimana satu ST setara dengan satu ekor ternak dewasa atau setara dua
ekor ternak muda atau setara empat ekor pedet atau anakan.
4.8. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial
Untuk melakukan perhitungan analisis finansial, digunakan beberapa
asumsi sebagai berikut:
1) Umur proyek usaha pembuatan yoghurt di Dafarm diperoleh berdasarkan
umur ekonomis dari mesin inkubator dan mesin pasteurisasi. Penetapan mesin
inkubator dan mesin pasteurisasi sebagai variable yang dijadikan lamanya
umur proyek karena usaha pembuatan yoghurt sangat bergantung pada kedua
mesin tersebut. Kedua mesin tersebut memiliki umur ekonomis selama 10
tahun.
2) Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 2007 dan 2008, tetapi karena investasi
pertama dilakukan diakhir tahun 2007 dan investasi terbanyak terjadi pada
tahun 2008, maka awal perhitungan atau tahun pertama investasi diasumsikan
dimulai dari tahun 2008.
3) Perusahaan telah mulai beroperasi dan menghasilkan produk sejak tahun
pertama investasi.
4) Perusahaan beroperasi 12 bulan dalam satu tahun.
35
5) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek dan biaya
reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur
ekonomisnya.
6) Modal yang digunakan dalam usaha ini berasal dari modal sendiri dan hibah
dari Departemen Pertanian berupa dana LM3 (Lembaga Mandiri dan
Mengakar di Masyarakat).
7) Penentuan harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang
berlaku pada saat penelitian dilakukan dan diasumsikan konstan hingga umur
proyek berakhir.
8) Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. Perhitungan
beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba rugi yang akan
menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh pemilik
usaha setiap tahunnya.
9) Perhitungan besarnya pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-undang
PPh tahun 2009 tentang Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi.
10) Tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt adalah sebesar 90 persen. Penentuan
besarnya tingkat keberhasilan berdasarkan pengalaman usaha selama ini.
11) Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis adalah tingkat suku bunga
deposito rata-rata Bank Indonesia pada bulan November 2009, yaitu sebesar
6,5 persen. Tingkat suku bunga diasumsikan konstan selama masa umur
proyek.
12) Harga jual yoghurt yang dipakai terdiri dari 6 harga yang terdiri dari 3 harga
untuk kemasan 45 ml (Rp 300, Rp 350, dan Rp 500 untuk masing-masing
saluran pertama, kedua dan ketiga) dan 3 harga untuk kemasan 80 ml (Rp 600,
Rp 700, Rp 1000 untuk masing-masing saluran pertama, kedua dan ketiga).
13) Upah tenaga kerja borongan adalah sebesar Rp 20 untuk setiap pengisian 1
stik yoghurt. Tenaga kerja borongan hanya bekerja setiap kali proses produksi
dilakukan. Proses produksi biasanya dilakukan 3 kali seminggu.
14) Pada analisis finansial skenario II, jumlah input produksi setiap bulannya
meningkat 16 persen dari skenario I dan diasumsikan konstan hingga akhir
umur proyek.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Wilayah
5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah
Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor. Luas Kecamatan Ciampea
adalah sekitar 55,63 km2, yang terdiri dari 13 Desa dan terbagi menjadi 43 Dusun,
120 Rukun Warga (RW), serta 470 Rukun Tetangga (RT). Jarak antar desa di
Kecamatan Ciampea bisa dilihat pada Tabel 9. Batas-batas wilayah administrasi
yang mengelilingi Kecamatan Ciampea adalah sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur dan Kecamatan
Kemang.
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya.
3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cibungbulang.
4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga (Laporan Tahunan
Kecamatan Ciampea 2007).
Tabel 9. Jarak Antar Desa (Km) di Kecamatan Ciampea Tahun 2003
Desa
Cia
mpe
a U
dik
Cin
angk
a
Cib
untu
Cic
adas
Tega
l War
u
Boj
ong
Jeng
kol
Cih
ideu
ng U
dik
Cih
ideu
ng H
ilir
Cib
ante
ng
Boj
ong
Ran
gkas
Boj
ong
Ran
gkas
Ben
teng
Cia
mpe
a
Ciampea Udik 3 2 4 6 6 7 7 8 8 7 7 9 Cinangka 3 2 2 3 3 4 5 5 5 4 4 6 Cibuntu 2 2 2 3 4 5 6 7 6 4 4 3 Cicadas 4 2 2 2 4 5 4 5 4 3 3 5 Tegal Waru 6 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 Bojong Jengkol 6 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 4 Cihideung Udik 7 4 5 5 3 2 2 3 6 5 4 6 Cihideung Hilir 7 5 6 4 3 2 2 1 4 4 4 5 Cibanteng 8 5 7 5 2 2 3 1 3 3 3 3 Bojong Rangkas 8 5 6 4 3 3 6 4 3 2 2 1 Cibadak 7 4 4 3 2 2 5 4 3 2 1 2 Benteng 7 4 4 3 2 3 4 4 3 2 1 3 Ciampea 9 6 3 5 4 4 6 5 3 1 2 3 Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, 2007
37
Berdasarkan jarak orbitas serta sarana transportasi antara pusat
pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan ibukota negara (Jakarta), ibukota
propinsi (Bandung), ibukota kabupaten (Cibinong), dan desa yang terjauh masing-
masing memiliki jarak sekitar 80 km, 147 km, 45 km, dan 5 km. Secara topografi,
Kecamatan Ciampea memiliki kontur yang terdiri dari dataran sampai berombak
sekitar 45 persen dan berombak sampai berbukit sekitar 55 persen. Ketinggian
wilayah sekitar 300 m di atas permukaan laut. Sedangkan suhu udaranya berkisar
antara 20o – 30oC dan banyaknya curah hujan sekitar 278 mm/t (Laporan Tahunan
Kecamatan Ciampea 2007).
5.1.2. Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea sampai dengan akhir bulan
Desember 2006 (Sensus Daerah) tercatat sebanyak 139.037 jiwa yang terdiri dari
70.827orang laki-laki dan 68.210 orang perempuan serta tercatat sebanyak 32.787
kepala keluarga. Jumlah penduduk dan kepala keluarga untuk setiap desa di
Kecamatan Ciampea dapat dilihat di Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kecamatan Ciampea Tahun 2007
No Nama Desa Jumlah Penduduk
Total (jiwa) Jumlah KK Laki-laki Perempuan
1. Benteng 5.575 5.370 10.945 2.754
2. Bojong Rangkas 5.733 5.433 11.166 2.818
3. Bojong Jengkol 4.748 4.430 9.178 2.193
4. Ciampea 5.040 5.080 10.120 2.415
5. Cibadak 4.881 5.062 9.943 2.345
6. Cihideung Ilir 4.886 4.539 9.425 2.021
7. Cibanteng 8.075 7.665 15.740 3.619
8. Cihideung Udik 7.126 6.556 13.682 3.158
9. Cicadas 5.178 4.975 10.153 2.419
10. Cibuntu 4.008 4.066 8.074 1.736
11. Ciampea Udik 3.740 3.443 7.183 1.668
12. Cinangka 5.773 5.511 11.284 2.756
13. Tegal waru 6.064 6.080 12.144 2.885
Jumlah 70.827 68.210 139.037 32.787
Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
38
Kepadatan penduduk di Kecamatan Ciampea adalah 200 jiwa/km2. Jumlah
penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja adalah sebanyak 76.144 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 37.876 jiwa dan perempuan sebanyak 38.268
jiwa (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007). Pekerjaan penduduk
Kecamatan Ciampea beraneka ragam, tetapi secara umum sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai petani, pedagang, dan buruh. Keadaan masyarakat
berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani pemilik lahan 2.129
2. Petani penggarap sawah 3.130
3. Buruh tani 3.179
4. Pengusaha 4.672
5. Pengrajin 9.737
6. Buruh industri 2.442
7. Pertukangan 1.194
8. Buruh pertambangan 5.857
9. Pengemudi 563
10. Pedagang 10.871
11. TNI/Polri 180
12. Pegawai Negeri Sipil 944
13. Lin-lain 1.963 Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, 2007
5.1.3. Kondisi Pendidikan
Pendidikan adalah modal dasar dan terpenting bagi kehidupan manusia,
bangsa, dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kondisi
pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan perlu diarahkan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga tercipta Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai semua itu, maka ketersediaan
dan penyebaran fasilitas pendidikan harus merata di semua daerah. Di Kecamatan
39
Ciampea, fasilitas pendidikan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) memiliki jumlah
terbesar, sedangkan fasilitas pendidikan untuk tingkat Perguruan Tinggi memiliki
jumlah paling kecil.
Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Ciampea adalah berupa 10
gedung Taman Kanak-Kanak (TK), 49 gedung Sekolah Dasar (SD) yang terdiri
dari 48 gedung Sekolah Dasar Negeri dan 1 gedung Sekolah Dasar Swasta, 9
gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang terdiri dari 1 gedung
SLTP Negeri dan 8 gedung SLTP Swasta, 6 gedung Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang terdiri dari 1 gedung SMA Negeri dan 5 gedung SMA Swasta, 3
gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta, 1 gedung Universitas
Swasta, sarana pendidikan keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 19
gedung, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 8 gedung, dan Madrasah Aliyah
(MA) sebanyak 3 gedung (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007)
5.1.4. Kondisi Pertanian dan Peternakan
Kegiatan pertanian di Kecamatan Ciampea terdiri dari pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian tanaman
pangan dan peternakan merupakan sektor komoditi andalan bagi penduduk
Kecamatan Ciampea. Komoditi unggulan dari subsektor tanaman pangan utama
adalah padi, jagung, kacang tanah, dan sayur-sayuran. Sedangkan dari subsektor
tanaman perdagangan komoditi unggulannya berupa kelapa, kelapa sawit, dan
kopi. Di sektor perikanan, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas,
gurame, mujair, lele, dan bawal.
Kecamatan Ciampea mempunyai lahan sawah irigasi setengah teknis,
irigasi sederhana, dan tadah hujan/sawah rendengan, tetapi tidak ada lahan sawah
yang memiliki irigasi teknis. Luas lahan sawah irigasi setengah teknis adalah
seluas 1.189,47 Ha, lahan beririgasi sederhana seluas 43 Ha, dan lahan tadah
hujan seluas 325 Ha. Penduduk Kecamatan Ciampea rata-rata mengusahakan
lahan seluas 2,5 Ha (Laporan Monografi Kecamatan Ciampea, 2007)
Kegiatan subsektor peternakan hampir tersebar di seluruh desa di
Kecamatan Ciampea meskipun jumlahnya bervariasi. Kegiatan peternakan di
Kecamatan Ciampea secara umum masih dikelola secara tradisional. Populasi
ternak di Kecamatan Ciampea tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 12.
40
Tabel 12. Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 No Jenis Ternak Populasi (ST) Persentase (%)
1. Sapi perah 25,25 2,75
2. Kerbau 204,75 22,27
3. Kambing kacang 150,04 16,32
4. Kambing PE 33,04 3,60
5. Domba 421,15 45,80
6. Ayam buras 83,97 9,13
7. Itik 1,24 0,13
Jumlah 919,44 100,00 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor , 2007 (dalam Yulida, 2008)
5.1.5. Kondisi Perekonomian
Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Ciampea antara lain
Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak 12 unit, koperasi produksi sebanyak 5 unit,
koperasi lainnya sebanyak 3 unit, pasar umum sebanyak 1 unit, pasar bangunan
permanen sebanyak 1 unit, pasar bangunan semi permanen sebanyak 401 unit,
toko/kios/warung sebanyak 645 unit, dan Bank sebanyak 1 unit. Disamping itu, di
Kecamatan ciampea juga terdapat industri mulai dari industri kecil hingga industri
besar. Jumlah industri besar adalah sebanyak 17 lokasi, industri sedang sebanyak
12 lokasi, industri kecil sebanyak 75 lokasi, dan Usaha Kecil Mikro (UKM)
sebanyak 460 lokasi. Semua industri-industri tersebut tersebar di 13 desa yang ada
di Kecamatan Ciampea. Jenis usaha lain yang berkontribusi bagi perekonomian
Kecamatan Ciampea adalah rumah makan/warung makan sebanyak 46 unit dan
perdagangan sebanyak 670 unit.
5.2. Gambaran Umum Perusahaan
5.2.1. Sejarah Singkat Unit Peternakan Darul Fallah
Yayasan Pondok Pesantren Darul Fallah telah memulai kegiatan
pendidikannya sejak 46 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1963. Sejak saat
itu pula Yayasan PP Darul Fallah telah melakukan kegiatan usaha peternakan.
Usaha peternakan yang dilakukan saat itu adalah sapi perah. Tetapi dalam
perjalanannya usaha sapi perah ini banyak mengalami pasang surut, bahkan
41
kondisi terburuk seperti semua sapi perahnya tidak menghasilkan susu pun pernah
terjadi. Untunglah sejak tahun 1990 usaha sapi perah ini mendapat penanganan
yang intensif.
Untuk perkembangan selanjutnya, Unit Peternakan Daarul Falh
mempunyai tiga jenis usaha di bidang peternakan, yaitu sapi perah, kambing
perah, dan penggemukan domba dan kambing. Namun seiring berjalannya waktu,
usaha Unit Peternakan Darul Fallah lebih difokuskan pada usaha ternak kambing
perah dan menghentikan usaha penggemukan domba dan kambing karena pasar
susu kambing mulai berkembang. Komersialisasi ternak kambing perah ini telah
dimulai sejak bulan Mei 2001.
Sementara itu, untuk usaha pengolahan susu, Unit Peternakan Darul Fallah
baru mencoba mengembangkannya pada tahun 2007. Produk olahan susu yang
dihasilkan Dafarm diantaranya adalah yoghurt, es susu, dan kefir yang terbuat dari
bahan baku susu sapi dan susu kambing. Karena permintaan pasar lebih banyak
yang menyukai yoghurt dari susu sapi, maka Dafarm lebih mengutamakan
pengembangan yoghurt yang berbahan baku susu sapi.
5.2.2. Letak dan Kondisi Lahan
Yayasan PP Darul Fallah terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor Ciampea.
Luas lahan yang dimiliki oleh Yayasan PP Darul Fallah seluruhnya adalah seluas
26,5 Ha. Sedangkan lahan yang digunakan untuk Unit Peternakan Darul Fallah
adalah seluas tiga hektar. Lahan 26,5 Ha tersebut memanjang dari tepi jalan raya
melewati Kampung Kebun Eurih sampai ke Kampung Gunung Leutik. Secara
topografi, lahan yang dimiliki Yayasan PP Darul Fallah ini terdiri dari 90% lahan
berbukit dan 10% lahan datar. Sebagian besar lahannya berupa lahan kering dan
hanya 5% saja yang berupa lahan sawah. Di lahan seluas ini mengalir dua sungai
besar yaitu Sungai Cinangneng dan Sungai Ciampea.
Lahan Yayasan PP Darul Fallah dibagi menjadi dua blok yaitu Blok
Lemah Duhur yang luasnya sekitar 10 Ha dan Blok Bukit Darul Fallah yang
luasnya sekitar 16,5 Ha. Di Blok Lemah Duhur ini terdapat gedung sekolah,
asrama, masjid, koperasi dan pemukiman guru serta sarana pendidikan lainnya.
Sedangkan Blok Bukit Darul Fallah dijadikan sebagai areal praktek dan usaha
42
produktif seperti kultur jaringan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Unit
Peternakan Darul Fallah juga terdapat di blok ini.
5.2.3. Visi dan Misi Unit Peternakan Darul Fallah
Unit Peternakan Darul Fallah memiliki visi menjadi unit usaha yang
mampu berperan sebagai sumber pembiayaan PP Darul Fallah dan menjadi usaha
yang berkembang agar dapat menjadi tempat pembelajaran bagi para santri dan
masyarakat. Visi ini sengaja dibuat karena keberadaan unit-unit usaha yang ada di
PP Darul Fallah termasuk Unit Peternakan adalah untuk menopang
keberlangsungan proses pendidikan dan terbentuknya pribadi yang mampu
berwirausaha.
Dengan ditetapkannya visi tersebut, maka ada beberapa misi yang
diemban oleh Unit Peternakan Darul Fallah, yaitu :
1) Mengembangkan kuantitas dan kualitas hasil ternak serta usaha pengolahan
susu sehingga menghasilkan nilai tambah produk.
2) Membangun jaringan pemasaran yang kuat.
3) Mengembangkan teknologi dan inovasi agar dapat menciptakan produk yang
inovatif, serta dapat menciptakan produk yang bermanfaat dan menyehatkan.
5.2.4. Unit Peternakan Darul Fallah
Unit Peternakan Darul Fallah memiliki aset berupa kandang untuk sapi
perah dan kambing perah seluas 3000 m2, lapangan rumput yang luasnya lebih
dari tiga hektar, unit pengolahan susu, pembuatan pupuk bokashi, instalasi biogas
dan kolam ikan. Unit Peternakan memiliki beberapa program seperti
pengembangan ternak baik dari segi kuantitas maupun kualitas, diversifikasi
usaha, pengelolaan produksi spesifik dari hulu sampai ke hilir dan mendirikan
pusat pelatihan bisnis peternakan. Program-program ini diantaranya diwujudkan
dengan adanya usaha pengolahan hasil peternakan. Sapi perah yang dipelihara di
sini berjumlah 18 ekor, sedangkan kambing perah berjumlah 60 ekor. Data
populasi sapi perah dan kambing perah yang dimiliki Unit Peternakan Darul
Fallah pada tahun 2009 bisa dilihat di Tabel 13.
43
Tabel 13. Jumlah Sapi Perah dan Kambing Perah Unit Peternakan Darul Fallah Tahun 2009
No Keterangan Sapi Perah (ekor) Kambing Perah (ekor)
1. Pejantan 1 1
2. Jantan - 1
3. Induk betina laktasi 6 11
4. Induk betina bunting 7 11
5. Pedet (anak) jantan 2 5
6. Pedet (anak) betina 2 31
Jumlah 18 60 Sumber: Data Primer, 2009
Walaupun sapi perah yang dimiliki saat ini hanya berjumlah enam ekor,
tetapi tujuh ekor sapi betina lainnya yang sedang bunting tetap bisa menghasilkan
susu meskipun dalam jumlah yang kecil. Unit Peternakan Darul Fallah mampu
menghasilkan susu sapi rata-rata tiap harinya sekitar 70 liter.
Pasar yang dibidik oleh Unit Peternakan untuk susu sapi adalah konsumen
rumah tangga di sekitar Bogor. Susu yang dipasarkan berupa susu segar tanpa
pengolahan. Biasanya pihak Dafarm memberikan pelayanan berupa delivery
service untuk masing-masing pelanggan. Sedangkan untuk susu kambing,
biasanya konsumen yang membutuhkanlah yang datang langsung ke lokasi
peternakan untuk membeli susu kambing tersebut.
Pada bulan Februari 2007 dirintislah usaha pengolahan susu Unit
Peternakan Darul Fallah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah
produk susu yang dihasilkan. Pengolahan susu tersebut diantaranya menjadi
yoghurt, es susu, kefir dan susu pasteurisasi yang bahan bakunya sebagian besar
adalah susu sapi. Tetapi karena permintaan pelanggan lebih menyukai yoghurt,
maka Dafarm memutuskan untuk lebih fokus pada produk yoghurt yang berbahan
baku susu sapi.
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
6.1. Aspek Pasar
Analisis mengenai aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar
dari produk yoghurt Dafarm baik dari sisi permintaan, penawaran serta harga yang
berlaku, dan strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran
pemasaran yaitu harga, tempat, promosi dan distribusi.
6.1.1. Potensi Pasar
Potensi pasar untuk produk yoghurt saat ini tergolong cukup tinggi.
Tingginya potensi pasar yoghurt tersebut didukung oleh data perbandingan impor
dan ekspor yoghurt nasional, dimana sejak tahun 2006 volume impor yoghurt
selalu lebih besar dari volume ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan
dalam negeri terhadap yoghurt cukup besar sedangkan produsen dalam negeri
belum mampu memenuhi semua kebutuhan tersebut.
Selain itu, potensi pengembangan atau peningkatan produksi yoghurt di
Dafarm sendiri juga masih terbuka lebar. Hal ini terbukti dari permintaan yoghurt
oleh para distributor yang setiap minggu rata-rata meminta sebanyak 17.000 stik
atau sebanyak 68.000 stik per bulan. Sedangkan selama lima bulan pertama di
tahun 2009 Dafarm baru bisa memproduksi rata-rata 27.220 stik setiap bulannya.
Artinya Dafarm sejauh ini baru mampu memenuhi sekitar 40% dari total
permintaan yang ada. Disini terlihat adanya gap yang besar antara permintaan dan
pemunuhan permintan.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk yoghurt
Dafarm tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan
demikian, pasar dapat menyerap seluruh yoghurt yang diproduksi oleh
perusahaan. Saat ini permintaan yang ada lebih banyak datang dari para
distributor untuk dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi, sedangkan yang langsung di pasarkan ke konsumen hanya
sekitar 5% saja.
45
6.1.2. Strategi Pemasaran
Ciri khas atau pembeda yoghurt buatan Dafarm dengan yoghurt yang
lainnya adalah adanya tambahan nata de coco di dalam yoghurt yang berbentuk
irisan tipis seperti korek api. Yoghurt tersebut ditawarkan dalam dua ukuran yaitu
kemasan 45 ml dan 80 ml. Produk tersebut dikemas dalam plastik berukuran 20x3
cm untuk kemasan 45 ml dan plastik berukuran 20x5 cm untuk kemasan 80 ml.
Pada kemasan primer tersebut belum ada label. Kemudian produk dikemas dalam
kemasan sekunder yang telah diberi label dengan isi sebanyak 20 stik untuk
yoghurt dengan kemasan 45 ml dan masing-masing 10 stik untuk yoghurt dengan
kemasan 80 ml.
Dalam mendistribusikan produknya ke konsumen, Dafarm dibantu oleh
beberapa agen. Ada 3 saluran distribusi yang terdapat dalam alur distribusi produk
Dafarm. Saluran pertama memberikan kontribusi kurang lebih 60%, saluran kedua
berkontribusi sebesar 35% dan saluran ketiga yang merupakan pemasaran
langsung ke konsumen berkontribusi sebanyak 5%. Saluran distribusi tersebut
bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Saluran Distribusi Yoghurt Dafarm
Saluran distribusi pertama terdiri dari 1 agen besar yang membawahi 5 sub
agen. Permintaan masing-masing agen tersebut setiap bulannya adalah 2.500 stik
yoghurt. Sedangkan pada saluran distribusi kedua yang terdiri dari 4 orang agen,
permintaan masing-masingnya adalah 500 stik yoghurt setiap bulannya.
Harga yang ditetapkan untuk masing-masing saluran distribusi berbeda-
beda. Untuk saluran pertama, harga untuk agen adalah Rp 300 untuk produk yang
netto 45 ml dan Rp 600 untuk produk netto 80 ml. Sedangkan harga untuk agen
3
2
1
Dafarm Agen
Konsumen
Sub Agen
Retailer
Retailer
Konsumen
Konsumen Agen
46
pada saluran kedua adalah Rp 350 dan Rp 700 untuk produk netto 45 ml dan 80
ml. Sedangkan harga yang diterima konsumen sama untuk ketiga saluran tersebut,
yaitu sebesar Rp 500 untuk produk netto 45 ml dan Rp 1000 untuk produk netto
80 ml. Adanya margin harga yang cukup besar ini dimaksudkan untuk menarik
minat para agen agar mau menjual yoghurt yang dihasilkan oleh Dafarm.
Pada saat ini promosi yoghurt Dafarm dilakukan melalui informasi dari
mulut ke mulut yang dilakukan oleh distributor Dafarm dan juga dengan
mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Meskipun begitu, pada awal pendiriannya, Dafarm pernah melakukan promosi
produk dengan menggunakan brosur dan leaflet.
6.1.3. Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis potensi dan strategi pasar yoghurt diatas, dapat
disimpulkan bahwa usaha pembuatan yoghurt ini layak untuk diusahakan dan
dikembangkan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar untuk produk yoghurt
bila dilihat dari sisi permintaan, penawaran dan harga. Jumlah permintaan yang
tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang pasar yang besar
pada usaha pembuatan yoghurt. Disamping itu, harga jual yang bersaing juga
cukup menjanjikan bahwa usaha pembuatan yoghurt dapat mendatangkan
keuntungan.
6.2. Aspek Teknis
Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi didirikannya suatu usaha,
besarnya skala usaha, jenis pemilihan mesin produksi, dan ketepatan teknologi
yang digunakan. Berikut ini adalah hasil analisis terhadap beberapa kriteria aspek
teknis.
6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm) terletak di komplek
Pesantren Pertanian Darul Fallah, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena Dafarm merupakan
bagian dari PP Darul Fallah itu sendiri. Beberapa pertimbangan yang
diperhitungkan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut :
47
1) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan oleh Dafarm dalam memproduksi yoghurt
adalah susu sapi. Susu sapi murni yang digunakan Dafarm dalam proses
produksi ada yang berasal dari Unit Peternakan Darul Fallah dan juga dari
peternak mitra yang berlokasi di Kunak, Pamijahan. Meskipun Unit
Peternakan Darul Fallah mampu menghasilkan susu sapi murni rata-rata 70
liter per hari, tetapi karena sebagian besar susu tersebut dialokasikan untuk
memenuhi permintaan konsumen susu murni, maka Dafarm membeli
kekurangan susu tersebut dari peternak mitra yang merupakan anggota KPS
Bogor dengan harga Rp 4.000 per liter. Bahan penolong dalam produksi
yoghurt seperti gula, nata de coco esense/flafor, dan starter Lactobacillus
bulgarius dan Streptococcus thermophilus masing-masing diperoleh dari toko
langganan, unit usaha lain di lingkungan PP Darul Fallah, dan Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan dan Sumberdaya Genetik yang berlokasi di
Cimanggu, Bogor.
2) Letak pasar yang dituju
Dafarm memasarkan yoghurt buatannya ke beberapa daerah seperti Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dalam proses pemasarannya Dafarm
dibantu oleh para distributor. Distributor merupakan pihak yang membantu
perusahaan untuk mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan hasil
produksi Dafarm kepada pembeli akhir. Saat ini sebesar 95% yoghurt Dafarm
dipasarkan melalui para agen dan sub agen. Sedangkan 5% sisanya dipasarkan
langsung kepada konsumen akhir. Sistem penjualan yang diberlakukan bagi
para distributor adalah sistem putus. Artinya, produk yang telah dibeli tidak
dapat dikembalikan namun dapat ditukar apabila terjadi ketidaksesuaian dan
kekeliruan. Demikian juga halnya dengan barang yang rusak atau tidak laku
terjual sepenuhnya menjadi risiko distributor. Distributor harus melunasi
seluruh pesanannya pada pengiriman produk selanjutnya.
3) Tenaga listrik dan air
Untuk tenaga listrik, daerah produksi yoghurt Dafarm telah dijangkau oleh
aliran listrik sehingga untuk kebutuhan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini.
Sementara itu, ketersediaan air di daearah produksi sangat melimpah karena
48
lokasinya berada di daerah yang masih asri dan dialiri oleh dua sungai besar.
Saat ini Dafarm menggunakan air yang berasal dari sumber mata air langsung
untuk keperluan usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam
masalah ketersediaan air. Keuntungan lainnya dengan menggunakan air yang
langsung dari sumbernya adalah Dafarm tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk penggunaan air dan listrik yang seyogyanya harus dikeluarkan
perusahaan jika menggunakan sumur pompa atau air PAM. Selain bersih, air
yang digunakan pun tidak mengandung bahan kimia atau logam sehingga
perusahaan tidak perlu melakukan proses penyaringan air untuk
menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam.
4) Suplai tenaga kerja
Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tenaga
kerja. Untuk suplai tenaga kerja, Dafarm lebih cenderung memberdayakan
masyarakat lingkungan pesantren dan beberapa santri lulusan pesantren. Pada
bagian teknis, karyawan bagian produksi dan distribusi berlatar belakang
pendidikan SMA. Sedangkan pekerja borongan terdiri dari remaja wanita dan
ibu-ibu yang memiliki latar belakang pendidikan sederajat SD dan SMP.
5) Fasilitas transportasi
Lokasi perusahaan yang terletak di dekat Kampus IPB Darmaga telah
memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik. Untuk alat transportasi yang
digunakan dalam membantu proses produksi baik untuk pendistribusian
produk maupun akses untuk menuju sumber bahan baku Dafarm
menggunakan mobil milik perusahaan. Tidak ada kesulitan untuk menuju
lokasi perusahaan karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat
diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
6) Hukum dan peraturan yang berlaku
Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang
kegiatan usaha Dafarm. Perusahaan juga telah memiliki izin TDI (Tanda
Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08. selain itu,
Dafarm juga telah memiliki sertifikat halal yang diperoleh dari MUI Propinsi
Jawa Barat dengan nomor 01041028021107. Kondisi sosial budaya
49
masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini,
meskipun sebagian besar mata pencaharian masyarakat sekitar adalah petani.
7) Sikap masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha pembuatan
yoghurt ini. Karena dengan adanya usaha ini mampu menyerap tenaga kerja
dari masyarakat lingkungan sekitar pesantren. Selain itu, masyarakat sekitar
juga bisa ikut menjadi agen atau distributor yoghurt buatan Dafarm. Tetapi
masyarakat sekitar Dafarm masih belum ada yang ikut membuka usaha
pembuatan yoghurt. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya modal
dan terbatasnya pengetahuan untuk membuat yoghurt.
8) Rencana untuk perluasan usaha
Dafarm berencana untuk melakukan pengembangan usaha dengan menambah
meningkatkan kapasitas produksi. Kapasitas produksi terpasang berdasarkan
akta TDI (Tanda Daftar Industri) yang dimiliki oleh Dafarm adalah sebesar
20.000 liter per tahun atau sekitar 1.700 liter per bulan. Sedangkan kapasitas
terpakai saat ini berada jauh di bawah kapasitas terpasang, yaitu baru
mencapai 952,71 liter per bulan. Untuk merealisasikan harapan tersebut,
kendala yang dihadapi adalah adanya pesaing baik perusahaan menengah,
kecil maupun usaha skala rumah tangga yang juga memproduksi yoghurt.
9) Layout
Layout adalah keseluruhan proses penentuan dan penempatan fasilitas-
fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan dengan
sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan oleh
perusahaan. Dafarm memiliki luas ruang produksi sebesar 16 m2. Struktur
ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi. Di
dalam ruangan produksi ini terdapat mesin inkubator, mesin pasteurisasi, freezer,
kulkas, kompor gas, peralatan dapur, dan peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk
memproduksi yoghurt.. Untuk lebih lengkapnya, layout Dafarm dapat dilihat pada
lampiran 13.
6.2.2. Skala Usaha
Saat ini Dafarm masih beroperasi dalam skala kecil. Produksinya baru
dapat dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
50
dan Bekasi. Jumlah produksi yang dilakukan saat ini masih belum optimal.
Kapasitas produksi yang terpakai saat ini masih jauh di bawah kapasitas produksi
terpasang. Akibatnya dari seluruh permintaan yang ada, Dafarm baru bisa
memenuhi sekitar 40% dari jumlah yang ada. Untuk mengatasi masalah ini, maka
Dafarm harus memanfaatkan seluruh kapasitas produksinya supaya permintaan
yoghurt yang 60% lagi dapat terpenuhi. Dengan demikian, tidak ada lagi pembeli
atau agen yang tidak mendapatkan yoghurt. Karena permintaan yoghurt masih
terbilang cukup tinggi, maka peluang untuk meraih keuntungan besar dapat
diperoleh dengan mengembangkan kapasitas produksi dan memperluas skala
usaha. Dapat dikatakan bahwa Dafarm masih sangat berpotensi untuk
meningkatkan skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis.
6.2.3. Proses Produksi
Pada proses produksi yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan
pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap difermentasi dan
menghasilkan yoghurt. Proses poduksi yang dilakukan Dafarm dapat dilihat pada
Gambar 3. Berikut adalah beberapa tahapan dalam memproduksi yoghurt di
Dafarm :
1) Pemanasan susu
Pemanasan susu dilakukan dengan cara memasukkan susu ke dalam wadah
kemudian dipanaskan sampai suhunya mencapai 85oC selama kurang lebih
lima menit. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses
pemanasan awal sebelum masuk ke tahapan selanjutnya.
2) Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu susu secara cepat dan
menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45oC. Suhu
tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan
starter yoghurt. Setelah suhunya sesuai dengan yang diinginkan, lalu
masukkan susu tersebut ke dalam wadah berukuran 22 liter untuk
ditambahkan starter.
3) Penambahan kultur starter
Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah
ditentukan. Dosis yang dipakai adalah sebanyak 3-5 persen dari volume susu.
51
Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari
Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus thermophilus.
4) Inkubasi
Inkubasi merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator
yang suhunya diatur pada kisaran 40-45oC. Proses fermentasi (inkubasi) ini
dilakukan selama minimal 12 jam.
5) Penambahan gula
Susu yang telah difermentasi menjadi yoghurt kemudian ditambahkan dengan
larutan gula lalu diaduk dan disaring agar menyatu.
6) Penambahan nata de coco
Proses berikutnya adalah penambahan nata de coco ke dalam larutan yoghurt
agar yoghurt yang diproduksi memiliki rasa nata de coco.
7) Proses finishing
Proses akhir dari pembuatan yoghurt aalah dengan mengemasnya ke dalam
plastik lalu dibekukan di dalam lemari es selama satu malam dan barulah
kemudian yoghurt tersebut siap untuk dipasarkan.
Pemanasan susu
Pendinginan susu
Penambahan kultur starter
Inkubasi
Penambahan gula
Penambahan nata de coco
Finishing
Gambar 3. Proses Produksi Yoghurt Dafarm
52
Saat ini, kondisi manajemen produksi yoghurt di Dafarm belum berjalan
dengan baik, hal ini terlihat dari belum adanya penjadwalan produksi.
Permasalahan yang sering timbul akibat produksi yang tidak terjadwal tersebut
adalah ketersediaan stok barang yang kurang terkontrol. Hal ini menyebabkan
Dafarm tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pesanan yang datang.
6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis
Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa usaha
pembuatan yoghurt yang dilakukan oleh Dafarm adalah layak untuk dijalankan.
Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan usaha pembuatan
yoghurt ini. Usaha ini pun telah mendapatkan izin dari Departemen Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Bogor dan juga telah memperoleh sertifikat halal
yang dikeluarkan oleh MUI Propinsi Jawa Barat.
6.3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen mengkaji beberapa hal mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian di dalam perusahaan. Suatu
bisnis dapat dikatakan layak secara manajemen apabila empat hal tersebut dapat
terlaksana dengan baik sehingga program kerja perusahaan dapat berjalan dengan
lancar dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang direncanakan.
6.3.1. Manajemen Organisasi Perusahaan
Salah satu cara untuk mencapai kemampuan mengelola suatu organisasi
yang baik adalah dengan menentukan struktur formal organisasi. Hal ini
diperlukan untuk memudahkan para anggota organisasi melihat bagaimana
organisasi disusun, sehingga masing-masing anggota mengetahui tugas dan
wewenang serta tanggung jawabnya secara jelas. Struktur organisasi formal
merupakan hubungan yang saling terkait antara tugas, wewenang dan tanggung
jawab sehingga struktur organisasi tersebut sangat penting untuk dibuat dan
dijalankan.
Sejak didirikan pada tahun 2007, Dafarm telah mempunyai struktur
organisasi formal karena perusahaan tersebut merupakan bagian dari Unit
Peternakan Darul Fallah yang telah ada sejak lama. Struktur organisasi yang
53
terdapat di Dafarm merupakan struktur organisasi fungsional. Model struktur
organisasi seperti ini membagi tugas ke spesialisasi fungsional, sehingga
memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap tanggung jawab dari
tugas yang ditetapkan. Untuk melihat sistem koordinasi yang ada di Dafarm, dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Organisasi Unit Peternakan PP Darul Fallah 6.3.2. Manajemen Sumberdaya Manusia Dafarm yang merupakan bagian dari Unit Peternakan Darul Fallah
dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh wakil manajer. Latar belakang
pendidikan manajer dan wakil manajer tersebut adalah pasca sarjana. Tugas
Tenaga kerja borongan
Supervisor Unit Peternakan (Nurul Rachmawati)
Pemilik Unit Peternakan (Pengurus Yayasan PP Darul Fallah)
Wakil Manajer Unit Peternakan (Ir. Iman Hilman, MM)
Manajer Unit Peternakan (Ir. H. Nursyamsu Mahyuddin, MSi)
Karyawan bagian budidaya
Usaha pengolahan susu
Karyawan bagian distribusi
Karyawan bagian produksi
Usaha budidaya sapi perah dan kambing perah
54
mereka berdua adalah mengatur dan melakukan kontrol serta evaluasi terhadap
kinerja perusahaan. Dalam pelaksanaan tugas di lapangan, manajer dan wakil
manajer dibantu oleh seorang supervisor yang membawahi bagian budidaya dan
unit pengolahan susu. Latar belakang pendidikan supervisor adalah SMU. Sampai
sejauh ini, Dafarm telah mengalami pergantian supervisor sebanyak tiga kali
dalam dua tahun, hal ini sedikit banyaknya tentu berpengaruh terhadap kegiatan
operasional perusahaan.
Dalam perekrutan tenaga kerja, Dafarm lebih cenderung memberdayakan
masyarakat sekitar pesantren dan juga beberapa santri lulusan pesantren untuk
bekerja pada bagian unit usaha pengolahan susu. Oleh karena itu Dafarm tidak
menetapkan kualifikasi pendidikan tertentu untuk tenaga kerjanya. Pada bagian
teknis, karyawan bagian produksi dan distribusi berlatar belakang pendidikan
SMU. Kemampuan mereka sudah cukup memadai karena telah memiliki
keterampilan teknis yang baik. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan yang
berjumlah delapan orang memiliki latar belakang pendidikan sederajat SD dan
SMP. Mereka terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri sekitar pesantren. Tugas tenaga
kerja borongan ini adalah untuk melakukan pengemasan yoghurt secara manual.
6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen
Hasil dari analisis aspek manajemen yang terdiri dari manajemen
organisasi dan manajemen sumberdaya manusia, dapat dikatakan bahwa usaha
pembuatan yoghurt yang dilakukan oleh Dafarm tidak terdapat masalah
manajemen yang dapat menghambat jalannya usaha meskipun ketika terjadi
pergantian kepemimpinan produksi dafarm agak terganggu. Usaha pembuatan
yoghurt telah memiliki struktur organisasi formal dan juga pembagian tugas yang
jelas antara pemimpin dan karyawan, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut
layak untuk dijalankan.
6.4. Aspek Hukum
Perusahaan yang berbentuk badan usaha atau memiliki perizinan usaha
akan lebih diakui keberadaannya baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Suatu perusahaan dikatakan apabila telah memenuhi persyaratan legalitas agar
55
mempermudah hubungan ke luar perusahaan, memiliki kekuatan hukum, dan
diakui serta terikat dengan hukum yang berlaku.
6.4.1. Bentuk Badan Usaha
Dafarm memiliki bentuk badan usaha berupa usaha perorangan. Modal
awal pendirian usaha pembuatan yoghurt tersebut berasal dari anggaran Yayasan
PP Darul Fallah. Dalam perjalanannya Dafarm memperoleh dana hibah untuk
pengembangan usaha dari LM3 (Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat)
yang diberikan oleh Departemen Pertanian RI. Dana tersebut berjumlah seratus
juta rupiah dan digunakan untuk pembelian investasi berupa mesin pengolahan
serta kendaraan untuk distribusi. Keuntungan dari bentuk badan usaha perorangan
adalah dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha.
Sedangkan kelemahannya adalah semua bentuk kerugian atau beban usaha harus
menjadi tanggung jawab pemilik perusahan itu sendiri.
6.4.2. Izin Usaha
Usaha pembuatan yoghurt yang dijalankan oleh Dafarm telah memperoleh
izin TDI (Tanda Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08.
nomor TDI tersebut telah tercantum pada kemasan sekunder produk. Selain itu,
usaha pembuatan yoghurt Dafarm juga telah memperoleh sertifikat halal dari MUI
Provinsi Jawa Barat dengan nomor 01041028021107
6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pembangunan suatu usaha atau perusahaan seharusnya memperhatikan
kepentingan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial ekonomi. Pembangunan usaha yang baik adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Hal tersebut dapat terwujud apabila semua komponen
dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam
setiap tahapan produksinya.
Usaha pembuatan yoghurt yang dijalankan oleh Dafarm telah membuka
kesempatan kerja bagi penduduk sekitar pesantren. Dafarm memiliki tenaga kerja
borongan yang berasal dari penduduk sekitar sebanyak delapan orang. Selain itu,
56
usaha yang dijalankan Dafarm ini juga memberikan pengaruh bagi pendapatan
negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan usaha Dafarm.
Keberadaan usaha Dafarm tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi
lingkungan di sekitar tempat usaha. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian
yang menghasilkan limbah berbahaya, kegiatan usaha pembuatan yoghurt yang
dilakukan Dafarm ini tidak menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk
bagi keseimbangan lingkungan.
Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, usaha pembuatan
yoghurt ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat
merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja
bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk
mengetahui kelayakan usaha pembuatan yoghurt. Analisis kelayakan finansial
yang dilakukan pada kedua pola usaha bertujuan untuk melihat jenis pola usaha
pembuatan yoghurt manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk
mengetahui hasil kelayakan usaha pembuatan yoghurt akan dilihat dari kriteria-
kriteria kelayakan finansial yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Periode.
Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini akan dibagi menjadi 2
skenario berdasarkan kegiatan usaha yang telah dilakukan dan rencana
pengembangan usaha ini ke depan. Pada skenario I, analisis kelayakan finansial
yang dilakukan berdasarkan pada kenyataan di lapangan saat ini, dimana kapasitas
produksi belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk skenario II,
analisis kelayakan finansial yang dilakukan berdasarkan rencana pengembangan
usaha di masa yang akan datang. Pada skenario II, optimalisasi produksi yoghurt
akan dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi yang
ada saat ini.
7.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I (Kondisi Usaha Saat Ini)
Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat
ini, dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal
mesin produksi dan diasumsikan tidak terjadi penambahan biaya dan manfaat
selama umur proyek berlangsung. Pada skenario I, jumlah produksi per bulan
berada di bawah kapasitas terpasang yakni baru mencapai 1.400 liter per bulan.
Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm adalah 90 persen,
maka yoghurt yang dihasilkan dalam satu bulan adalah 1.260 liter. Jumlah ini
setara dengan 33.600 stik kemasan 45 ml dan 3.877 stik kemasan 80 ml.
Sedangkan kapasitas produksi terpasang berdasarkan akta TDI (Tanda Daftar
Industri)yang dimiliki Dafarm adalah sebesar 20.000 liter per tahun atau sekitar
1.700 liter per bulan.
58
7.1.1. Inflow
Aliran kas masuk (inflow) pada skenario usaha I berasal dari penerimaan
penjualan produk dan nilai sisa dari peralatan.
7.1.1.1. Penerimaan Penjualan
Penerimaan penjualan diperoleh dari perkiraan jumlah produksi yang
dikalikan dengan harga jual produknya (Tabel 14). Jumlah produksi didasarkan
pada jumlah produksi rata-rata. Jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali
proses produksi tidak selalu sama, namun rata-rata jumlah produksi per bulannya
mencapai 1.400 liter. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di Dafarm
adalah 90 persen, maka dalam satu bulan yoghurt yang dihasilkan adalah
sebanyak 1.260 liter. Dafarm beroperasi 12 bulan dalam setahun. Sehingga
diperoleh jumlah produksi sebanyak 15.120 liter per tahun. Jumlah tersebut setara
dengan 449.724 stik setiap tahunnya yang terdiri dari 403.200 stik ukuran 45 ml
dan 46.524 stik ukuran 80 ml. Jumlah tersebut diasumsikan tetap selama umur
usaha.
Sedangkan harga jual produk terdiri dari enam kategori harga. Untuk
yoghurt dengan kemasan 45 ml, terdapat tiga kategori harga, yaitu Rp 300 untuk
agen pada saluran distribusi pertama, Rp 350 untuk agen pada saluran distribusi
kedua, dan Rp 500 untuk pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi
pada saluran distribusi ketiga. Yoghurt dengan kemasan 80 ml juga memiliki tiga
kategori harga, yaitu Rp 600 untuk agen pada saluran distribusi pertama, Rp 700
untuk agen pada saluran distribusi kedua, dan Rp 1000 untuk pelanggan yang
datang langsung ke tempat produksi pada saluran distribusi ketiga. Besarnya
persentase jumlah produk yang dijual pada ketiga saluran distribusi tersebut
adalah 60 persen untuk saluran distribusi pertama, 35 persen untuk saluran
distribusi kedua, dan 5 persen untuk saluran distribusi ketiga. Hal ini disebabkan
karena enam agen yang ada di saluran distribusi pertama masing-masingnya
meminta 2.500 stik setiap bulan, sedangkan empat agen yang ada di saluran
distribusi kedua permintaan masing-masingnya hanya 500 stik setiap bulannya.
59
Tabel 14. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I
Tahun Ukuran Kemasan (ml)
Jumlah (kemasan)
Harga (Rp)
Nilai Penjualan (Rp)
Total Nilai Penjualan (Rp)
1-10
45 241.920 300 75.576.000
165.523.200
45 141.120 350 49.392.000
45 20.160 500 10.080.000
80 27.914 600 16.748.400
80 16.284 700 11.398.800
80 2.328 1000 2.328.000 Keterangan : Jumlah produksi dan nilai penjualan diasumsikan tetap selama umur usaha
Berdasarkan hasil perhitungan penerimaan penjualan, jumlah penerimaan
yang berasal dari penjualan produk selama umur usaha adalah Rp 1.655.232.000.
Nilai penjualan diperoleh dari jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga
jual selama umur usaha. Jumlah produk yang terjual sama dengan jumlah produk
yang diproduksi oleh Dafarm karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan
sehingga seluruh yoghurt yang diproduksi terjual atau tidak ada sisa produk yang
tidak laku.
7.1.1.2. Nilai Sisa (Salvage Value)
Investasi yang diperlukan dalam skenario I meliputi mesin pasteurisasi,
mesin inkubator, Cream separator, kompor gas, tabung gas, panci besar, panci
sedang, panci kecil, milk can, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran,
saringan, pengaduk kayu, mangkuk, centong, galon air mineral, kulkas, freezer,
dan sepeda motor. Arus penerimaan yang berasal dari nilai sisa (salvage value)
dihitung berdasarkan nilai dari investasi peralatan yang masih tersisa pada akhir
umur usaha. Peralatan yang masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha
(pada tahun ke-10) adalah freezer, kulkas, termometer, dan kompor gas. Rincian
nilai sisa investasi Dafarm dapat dilihat pada Tabel 15.
Nilai sisa yang didapatkan pada akhir masa proyek adalah sebesar Rp
17.653.333. Nilai tersebut berasal dari nilai peralatan yang dikurangi dengan
akumulasi penyusutannya. Nilai sisa terbesar berasal dari nilai sisa freezer yaitu
sebesar Rp 13.333.333. Penghitungan penyusutan dari peralatan tersebut
menggunakan metode garis lurus.
60
Tabel 15. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha I
No Uraian Nilai Beli (Rp)
Umur Pakai
(tahun)
Penyusutan per Tahun
(Rp)
Nilai Sisa (Rp)
1 Freezer 20.000.000 3 6.666.667 13.333.333
2 Kulkas 5.600.000 3 1.866.667 3.733.333
3 Termometer 20.000 3 6.667 13.333
4 Kompor gas 540.000 3 180.000 360.000
Jumlah 17.439.999
7.1.2. Outflow
Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan
perusahaan. Dalam skenario usaha I, pengeluaran dikelompokkan ke dalam
beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan
pajak penghasilan.
7.1.2.1. Biaya Investasi
Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi karena
biaya investasi pertama terjadi diakhir tahun 2007 dan investasi terbesar terjadi
pada tahun 2008, diasumsikan tahun 2008 sebagai tahun pertama perhitungan
kelayakan finansial, artinya perusahaan baru mulai berproduksi setelah semua
kebutuhan investasinya terpenuhi pada tahun 2008. Kebutuhan investasi Dafarm
disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis yang meliputi bangunan
tempat usaha, mesin dan peralatan untuk menghasilkan produk, kendaraan serta
peralatan penunjang lainnya seperti alat komunikasi.
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Dafarm adalah sebesar Rp
132.520.000. Biaya investasi terbesar pada skenario usaha I tersebut adalah biaya
pembelian mesin pasteurisasi, yaitu sebesar Rp 30.000.000. Peralatan investasi
lainnya memiliki umur ekonomis yang kurang dari umur proyek, oleh karena itu
memerlukan investasi ulang atau reinvestasi. Pada perhitungan biaya
investasi,harga tanah tidak dimasukkan karena Dafarm berada di PP Darul Fallah
yang tanahnya merupakan tanah wakaf, sehingga bisa dipakai secara gratis untuk
kepentingan pesantren. Rincian biaya investasi pada skenario usaha I dapat dilihat
pada Tabel 16.
61
Tabel 16. Biaya Investasi pada Skenario Usaha I
No Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Umur
Ekonomis 1. Mesin pasteurisasi 1 unit 30.000.000 30.000.000 10
2. Mesin inkubator 1 unit 27.000.000 27.000.000 10
3. Cream separator 1 unit 6.000.000 6.000.000 10
4. Kompor gas 2 unit 270.000 540.000 3
5. Tabung gas 2 unit 300.000 600.000 5
6. Panci besar (20 L) 3 unit 250.000 750.000 1
7. Panci sedang (15L) 1 unit 180.000 180.000 1
8. Panci kecil (10 L) 1 unit 150.000 150.000 1
9. Milk can (stainless) 3 unit 700.000 2.100.000 5
10. Milk can (alminium) 2 unit 400.000 800.000 5
11. Box susu (35 L) 10 unit 370.000 3.700.000 5
12. Wadah plastik (20 L) 15 unit 50.000 750.000 1
13. Wadah plastik (5 L) 1 unit 15.000 15.000 1
14. Timbangan 1 unit 90.000 90.000 1
15. Takaran 1 unit 25.000 25.000 1
16. Saringan 1 unit 16.000 16.000 1
17. Pengaduk kayu 4 unit 5.000 20.000 1
18. Mangkuk 10 unit 4.000 40.000 1
19. Centong 4 unit 3.000 12.000 1
20. Galon air 2 unit 46.000 92.000 1
21. Kulkas 2 unit 2.800.000 5.600.000 3
22. Freezer (528 L) 1 unit 4.800.000 4.800.000 3
23. Freezer (300 L) 1 unit 3.900.000 3.900.000 3
24. Freezer (200 L) 4 unit 2.400.000 9.600.000 3
25. Freezer (120 L) 1 unit 1.700.000 1.700.000 3
26. Sepeda motor 1 1 unit 15.000.000 15.000.000 10
27. Sepeda motor 2 1 unit 9.000.000 9.000.000 10
28. Bangunan 1 unit 10.000.000 10.000.000 10
29. Termometer 1 unit 20.000 20.000 3
62
7.1.2.2. Biaya Reinvestasi
Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk mengganti peralatan investasi yang
telah habis masa ekonomisnya sebelum proyek berakhir. Biaya reinvestasi yang
dikeluarkan berbeda-beda setiap tahunnya. Jumlah tersebut tergantung dari
banyaknya peralatan yang perlu diperbaharui. Peralatan seperti panci, wadah
plastik, saringan, pengaduk kayu, mangkuk, dan centong merupakan peralatan
yang tidak tahan lama dan harus diperbaharui setiap tahun. Oleh karena itu, pada
tahun kedua dari umur usaha sudah mulai dikeluarkan biaya reinvestasi untuk
mengganti peralatan tersebut. Besarnya biaya reinvestasi setiap tahunnya dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Reinvestasi Dafarm pada Skenario Usaha I Tahun ke- Peralatan yang diganti Nilai Reinvestasi (Rp)
2 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000
3 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000
4 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
28.320.000
5 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000
6 Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can
9.360.000
7 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
28.320.000
8 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000
9 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
2.160.000
10 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
28.320.000
63
Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7, dan 10 umur
usaha, yaitu sebesar 28.320.000. Besarnya biaya reinvestasi pada tahun tersebut
karena adanya biaya reinvestasi untuk freezer sebesar Rp 20.000.000. Investasi
lain yang perlu diganti pada tahun tersebut adalah kulkas, kompor gas, oven,
pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong,
dan galon air.
7.1.2.3. Biaya Operasional
Selain biaya investasi dan reinvestasi, biaya lain yang dikeluarkan dalam
kegiatan usaha adalah biaya operasional. Karena sifatnya yang operasional, maka
biaya ini selalu dikeluarkan setiap tahunnya selama umur proyek. Biaya
operasional ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada Dafarm meliputi pemeliharaan, listrik,
komunikasi, transportasi dan penyusutan peralatan. Komponen biaya tetap
penyusutan terdapat dalam penghitungan laba/rugi perusahaan. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung dari
perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Diantara biaya bahan baku tersebut
adalah susu, bakteri starter, gula, nata de coco, perasa buah, air galon, plastik
kemasan primer, plastik kemasan sekunder, dan gaji karyawan borongan. Rincian
biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha I No Uraian Nilai (Rp)
1 Pemeliharaan 6.626.000
2 Listrik 4.200.000
3 Komunikasi 1.200.000
4 Transportasi 3.600.000
5 Penyusutan peralatan* 20.066.667 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 6.626.000.
Besarnya biaya pemeliharaan dihitung 5 persen dari biaya investasi. Sedangkan
64
pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar adalah
biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 20.066.667. Biaya penyusutan
peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut
tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan
hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan
laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 35.692.667. Sedangkan total biaya tetap dalam
perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 15.626.000.
Tabel 19. Biaya Variabel Dafarm Per Tahun pada Skenario Usaha I
No Uraian Jumlah per bulan
Jumlah per tahun
Harga satuan (Rp)
Total biaya (Rp)
1 Susu 750 L 9000 L 4.000 36.000.000
2 Bakteri starter 18,75 L 225 L 100.000 22.500.000
3 Gula 262,50 kg 3150 kg 8.000 25.200.000
4 Nata de coco 30 kg 360 kg 2.000 720.000
5 Perasa buah 10 botol 120 botol 4.000 480.000
6 Air galon 45 galon 540 galon 3.000 1.620.000
7 Plastik kemasan primer
15 kg 180 kg 25.000 4.500.000
8 Plastik kemasan sekunder
9 kg 108 kg 36.750 3.969.000
9 Gaji pegawai 2 orang 24 orang 500.000 12.000.000
10 Gaji pegawai borongan
41.633,58 stik
499.603 stik
20 9.992.060
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh Dafarm selama umur usaha
adalah tetap. Hal ini dikarenakan jumlah produk yang dikeluarkan juga tetap
sehingga kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya juga
tetap atau sama besarnya selama umur usaha. Total biaya variabel yang harus
dikeluarkan adalah sebesar 116.981.060 per tahun. Pengeluaran terbesar adalah
untuk membiayai pembelian bahan baku berupa susu segar yakni sebesar
36.000.000. Walaupun harga satuan susu lebih murah dari beberapa bahan baku
lainnya, namun karena susu merupakan bahan baku utama dan dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak, maka nilainya lebih tinggi.
65
7.1.2.4. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan merupakan komponen pengeluaran (outflow) yang
harus dikeluarkan atas laba yang diperoleh setiap tahunnya. Pajak ini merupakan
pajak penghasilan yang diserahkan kepada pemerintah. Penghitungan pajak
penghasilan didasarkan pada tarif Pasal 21 UU PPh tahun 2009 atas Penghasilan
Kena Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi, dimana tarif pajak yang berlaku adalah
tarif pajak progresif. Pada dasarnya Dafarm tidak membayarkan pajak kepada
pemerintah karena pemilik belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat akan pentingnya pembayaran
pajak penghasilan. Namun, sebagai biaya imbangan dari laba yang dihasilkan,
maka dalam perhitungan analisis kelayakan finansial perlu dihitung besarnya
jumlah pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan.
Berdasarkan perhitungan laba/rugi perusahaan Dafarm (Lampiran 2).
perusahaan mulai mengeluarkan pajak pada tahun pertama usaha karena pada
tahun tersebut perusahaan sudah mendapatkan keuntungan atau laba. Besarnya
pajak penghasilan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan Dafarm setiap
tahunnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha I Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp)
1 12.849.473 642.474
2 12.849.473 642.474
3 12.849.473 642.474
4 12.849.473 642.474
5 12.849.473 642.474
6 12.849.473 642.474
7 12.849.473 642.474
8 12.849.473 642.474
9 12.849.473 642.474
10 30.502.806 1.525.140
Nilai pajak penghasilan yang seharusnya dikeluarkan oleh Dafarm adalah
sebesar 5 persen dari laba bersih sebelum pajak yang diperoleh setiap tahunnya.
66
Persentase pajak penghasilan tersebut berdasarkan tarif pajak progresif, dimana
untuk laba bersih yang masih dibawah Rp 50.000.000 setiap tahunnya, besarnya
tarif pajak adalah 5 persen. Besarnya pajak penghasilan yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan pada tahun pertama sampai tahun ke sembilan usaha adalah sama
karena nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun-tahun tersebut
juga sama. Sementara itu, pada tahun kesepuluh usaha, besarnya pajak
penghasilan yang dikeluarkan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena
nilai laba bersih sebelum pajak yang diperoleh pada tahun ke sepuluh juga lebih
besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
7.1.3. Analisis Laba Rugi Usaha
Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh data-data
pendapatan dan biaya. Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari
penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh
biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha
dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap
dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai
penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian
dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak
atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan
pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang
bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian didapatkan nilai
penerimaan setelah pajak atau laba/rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada
komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan
dari barang-barang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada
Tabel 21.
67
Tabel 21. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yoghurt Dafarm
No Uraian Jumlah Umur Ekonomis
Nilai Total (Rp)
Penyusutan/Tahun
1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000
2. Mesin inkubator 1 unit 10 27.000.000 2.700.000
3. Cream separator 1 unit 10 6.000.000 600.000
4. Kompor gas 2 unit 3 540.000 180.000
5. Tabung gas 2 unit 5 600.000 120.000
6. Panci besar (20 L) 3 unit 1 750.000 750.000
7. Panci sedang (15L) 1 unit 1 180.000 180.000
8. Panci kecil (10 L) 1 unit 1 150.000 150.000
9. Milk can (stainless) 3 unit 5 2.100.000 420.000
10. Milk can (alminium) 2 unit 5 800.000 160.000
11. Box susu (35 L) 10 unit 5 3.700.000 740.000
12. Wadah plastik (20 L) 15 unit 1 750.000 750.000
13. Wadah plastik (5 L) 1 unit 1 15.000 15.000
14. Timbangan 1 unit 1 90.000 90.000
15. Takaran 1 unit 1 25.000 25.000
16. Saringan 1 unit 1 16.000 16.000
17. Pengaduk kayu 4 unit 1 20.000 20.000
18. Mangkuk 10 unit 1 40.000 40.000
19. Centong 4 unit 1 12.000 12.000
20. Galon air 2 unit 1 92.000 92.000
21. Kulkas 1 unit 3 2.800.000 933.333,33
22. Frizeer (528 L) 1 unit 3 4.800.000 1.600.000
23. Frizeer (300 L) 1 unit 3 3.900.000 1.300.000
24. Frizeer (200 L) 4 unit 3 9.600.000 3.200.000
25. Frizeer (120 L) 1 unit 3 1.700.000 566.666,67
26. Sepeda motor 1 1 unit 10 15.000.000 1.500.000
27. Sepeda motor 2 1 unit 10 9.000.000 900.000
28. Termometer I unit 3 20.000 6.667
Jumlah 20.066.667
68
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap laba/rugi usaha, diperoleh hasil
bahwa pada skenario usaha I Dafarm memperoleh laba mulai dari tahun pertama
usaha hingga akhir umur usaha. Laba bersih terbesar diperoleh pada akhir tahun
usaha yaitu sebesar Rp 30.502.806. Jumlah keseluruhan laba bersih yang
diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha I adalah Rp 138.840.660.
7.1.4. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial untuk skenario usaha I dihitung berdasarkan
nilai manfaat bersih (net benefit) yang didiskontokan dengan tingkat dicount
factor sebesar 6,5%. Tingkat discount factor ini didasarkan pada tingkat suku
bunga yang berlaku di Bank Indonesia pada bulan November 2009. Hal ini
dilakukan karena seluruh modal usaha yang digunakan berasal dari modal
pemiliki sendiri dan dari dana hibah. Selain itu, pemilik usaha juga tidak memiliki
tabungan di bank komersial karena pemilik menabung di salah satu bank syari’ah,
sehingga sebagai nilai social opportunity cost of capital dari modal yang dimiliki
tersebut digunakan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai tingkat diskon
faktornya. Nilai net benefit yang diperoleh tersebut dijadikan dasar perhitungan
kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi, yaitu: Net Present Value
(NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback
Periode (Tabel 22).
Tabel 22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I
NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Periode
(Tahun)
55.324.877 1,56 19 5,92
Berdasarkan hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut, didapatkan
nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 55.324.877. Nilai tersebut merupakan selisih dari
manfaat bersih yang telah didiskontokan dengan biaya yang telah didiskontokan
selama umur usaha. Dengan demikian, usaha ini layak untuk dijalankan karena
menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih besar dari nol.
Nilai Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 1,56 yang berarti nilai Net
B/C>1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan setiap Rp 1 untuk
membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 1,56 selama umur usaha. Nilai
69
Net B/C yang lebih besar dari 1 tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak.
Investasi pada usaha pembuatan yoghurt Dafarm juga dapat dikatakan
layak berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi lainnya yaitu Internal Rate
of Return (IRR). Nilai IRR yang diperoleh adalah 19 persen yang berarti bahwa
keuntungan internal yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 19 persen per
tahun. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan
tingkat discount factor yaitu 6,5 persen. Sedangkan nilai yang dihasilkan oleh
kriteria Payback Periode adalah 5,92 tahun. Nilai tersebut berarti bahwa jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan sejumlah nilai investasi yang telah
dikeluarkan adalah selama 5,92 tahun atau 5 tahun 11 bulan 12 hari. Waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek daripada
lama atau umur usaha sehingga dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan.
Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Periode menunjukkan bahwa secara finansial penggunaan investasi untuk usaha
pembuatan yoghurt Dafarm adalah layak karena lebih menguntungkan daripada
menyimpan uang dalam bentuk deposito atau tabungan di bank.
7.1.5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari
usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.
Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya
bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman yang pernah
dialami oleh perusahaan, usaha ini pernah mengalami penurunan penjualan
sebesar 36, 57 persen. Nilai tersebut berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam
satu bulan dibandingkan dengan nilai rata-rata penjualan perbulannya. Rata-rata
penjualan yoghurt Dafarm adalah sebesar 1.400 liter per bulan. Pada bulan Januari
2009, jumlah penjualan hanya mencapai 888 liter, yang berarti terjadi penurunan
sebesar 36,57 persen dari penjualan rata-rata. Penurunan ini terjadi karena pada
bulan tersebut terjadi pergantian kepemimpinan di dalam perusahaan Dafarm
sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Penurunan produksi sebesar 36,57
persen ini merupakan produksi bulanan, tetapi dalam perhitungan kelayakan ini
diasumsikan penurunan tersebut berlaku setiap bulan dengan angka yang sama.
70
Biaya bahan baku terbesar adalah biaya untuk pembelian susu segar.
Kenaikan harga susu segar pernah dialami perusahaan yang meningkat dari Rp
4.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Dengan demikian terjadi peningkatan
harga susu segar sebesar 12,5%. Adanya penurunan penjualan dan kenaikan harga
bahan baku tersebut memerlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat
yang ditimbulkan secara finansial. Hasil analisis sensitivitas dengan dua tingkat
kepekaan tersebut pada skenario usaha I dapat dilihat pada hasil perhitungan
kriteria investasi yang diperoleh (Tabel 23).
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha I
Kriteria Investasi Penurunan Penjualan 36,57%
Kenaikan Harga Susu 12,5%
NPV (Rp) -41.079.432 20.872.408
Net B/C 0,67 1,20
IRR (%) -3,19 11
Payback Periode (tahun) - 8,31
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan
sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV)
sebesar Rp -41.079.432. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan
penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak dijalankan.
Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga
menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 20.872.408. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap
menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau
NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 62,28
persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan
harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,20, 11 persen dan
8,31 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 23,07
persen, IRR sebesar 42,10 persen, dan Payback Periode sebesar 28,76 persen.
7.1.6. Analisis Switching Value
Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu
variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario
71
usaha I, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen membuat usaha tidak
layak lagi untuk dijalankan. Sedangkan adanya kenaikan harga bahan baku
sebesar 12,5 persen masih membuat usaha masih layak secara finansial. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai
sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa
ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga
bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan
tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik
impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat
dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I
Perubahan Persentase (%)
NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
Payback Periode (tahun)
Penurunan penjualan
29,477765 0,00 1 6,5 10
Kenaikan harga susu
20,072390 0,00 1 6,5 10
Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas
tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak
untuk dijalankan adalah sebesar 29,477765 persen. Pada tingkat tersebut jumlah
penjualan per tahun adalah sebesar 317.155 stik. Penurunan jumlah penjualan
yang melebihi 29,477765 persen akan menyebabkan usaha tidak layak lagi untuk
dijalankan.
Analisis switching value terhadap kenaikan harga jual menunjukkan
bahwa tingkat minimum diterimanya usaha tersebut adalah terjadinya kenaikan
harga bahan baku sebesar 20,072390 persen. Pada tingkat tersebut, harga susu
segar mencapai Rp 4.803 per liter. Dengan demikian, peningkatan harga susu
segar yang lebih besar dari 20,072390 persen atau lebih besar dari Rp 4.803 per
liter, akan menyebabkan usaha pembuatan yoghurt tidak layak lagi untuk
dijalankan.
72
7.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II
Skenario usaha II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan
kapasitas produksi menjadi 1.667 liter per bulan. Peningkatan kapasitas produksi
ini dilakukan dengan penambahan sejumlah investasi pada peralatan produksi.
Tujuan peningkatan kapasitas produksi tersebut adalah untuk memenuhi
permintaan yoghurt yang mencapai 68.000 stik per bulan.
7.2.1. Inflow
Arus kas masuk atau inflow pada skenario II berasal dari penerimaan
penjualan dan nilai sisa investasi.
7.2.1.1. Penerimaan Penjualan
Penerimaan penjualan pada skenario usaha II dihitung dengan mengalikan
jumlah penjualan dengan harga jualnya selama umur usaha. Jumlah penjualan
sama dengan jumlah produksi karena produksi hanya berdasarkan permintaan
yang ada sehingga seluruh produk terjual. Jumlah produksi pada skenario usaha II
adalah 1.667 liter per bulan. Karena tingkat keberhasilan pembuatan yoghurt di
Dafarm adalah 90 persen, maka yoghurt yang dihasilkan dalam satu bulan adalah
1.500 liter. Sedangkan harga jual yang ditetapkan sama seperti pada skenario
usaha I yaitu Rp 300, Rp 350 dan Rp 500 untuk kemasan berukuran 45 ml serta
Rp 600, Rp700, dan Rp 1000 untuk kemasan berukuran 80 ml.
Skenario usaha II merupakan pengembangan dari skenario usaha I dimana
jumlah produksi ditingkatkan sebesar 267 liter per bulan untuk memenuhi
permintaan konsumen di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sehingga
jumlah produksi menjadi 44.625 stik per bulan atau 535.380 stik per tahun.
Karena permintaan tambahan datang dari distributor yang telah ada, maka
penambahan kapasitas produksi tidak memerlukan tamabahan jalur distribusi. Hal
ini menyebabkan persentase permintaan masing-masing jalur distribusi pada
skenario usaha II sama dengan jalur distribusi pada skenario usaha I, yaitu 60%
untuk jalur distribusi pertama, 35% untuk jalur distribusi kedua dan 5 persen
untuk jalur distribusi ketiga. Jumlah produksi dan nilai penjualan yang diperoleh
pada skenario usaha II selama umur usaha dapat dilihat pada Tabel 25. Nilai
penjualan total yang diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha II adalah
73
Rp 2.150.172.000. Jumlah produksi dan harga jual serta komposisi penjualan dari
masing-masing harga diasumsikan tetap selama umur usaha.
Tabel 25. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha II
Tahun Ukuran Kemasan (ml)
Jumlah (kemasan)
Harga (Rp)
Nilai Penjualan (Rp)
Total Nilai Penjualan (Rp)
1-10
45 288.000 300 86.400.000
193.474.800
45 168.000 350 58.800.000
45 24.000 500 12.000.000
80 33.228 600 19.936.800
80 19.380 700 13.566.000
80 2.772 1000 2.772.000 Keterangan : Jumlah produksi dan nilai penjualan diasumsikan tetap selama umur usaha
7.2.1.2. Nilai Sisa
Pada skenario usaha II, nilai sisa berasal dari sisa nilai investasi pada akhir
tahun yang dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Penghitungan penyusutan
berdasarkan metode garis lurus. Besarnya nilai sisa pada skenario usaha II (Tabel
26) lebih besar dari skenario usaha I karena jumlah investasi yang dikeluarkan
juga lebih besar.
Tabel 26. Nilai Sisa Investasi Dafarm pada Skenario Usaha II
No Uraian Nilai Beli (Rp)
Umur Pakai (thn)
Penyusutan Per Tahun (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
1 Freezer 28.700.000 3 9.566.667 19.133.333
2 Kulkas 5.600.000 3 1.866.667 3.733.333
3 Termometer 20000 3 6.667 13.333
4 Kompor gas 810.000 3 180.000 540.000
Jumlah 23.419.999
7.2.2. Outflow
Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Pada
skenario usaha II, pengeluaran tersebut digunakan untuk membiayai investasi,
reinvestasi, operasional perusahaan, dan pajak penghasilan atas laba yang
didapatkan.
74
7.2.2.1. Biaya Investasi
Pengembangan usaha pembuatan yoghurt Dafarm melalui skenario usaha
II ini membutuhkan sejumlah investasi yang lebih besar dari skenario usaha II.
Kebutuhan invesatsi tersebut disesuaikan dengan peningkatan kapasitas produksi
yang akan dilakukan. Seluruh biaya investasi pada skenario usaha ini dikeluarkan
pada tahun pertama umur usaha.
Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk pengembangan usaha ini
adalah Rp 145.118.000. Biaya investasi terbesar yang dikeluarkan oleh Dafarm
adalah biaya pembelian mesin pasteurisasi sebesar Rp 30.000.000. Selain itu,
investasi juga diperlukan untuk pembelian peralatan produksi yang lebih banyak
dari sebelumnya karena peralatan yang ada sudah tidak memadai untuk
memproduksi produk dalam jumlah yang lebih besar lagi. Rincian biaya investasi
pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 27.
75
Tabel 27. Biaya Investasi pada Skenario Usaha II
No Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
1. Mesin pasteurisasi 1 unit 30.000.000 30.000.000 10
2. Mesin inkubator 1 unit 27.000.000 27.000.000 10
3. Cream Separator 1 unit 6.000.000 6.000.000 10
4. Kompor gas 3 unit 270.000 810.000 3
5. Tabung gas 3 unit 300.000 900.000 5
6. Panci besar (20 L) 5 unit 250.000 1.250.000 1
7. Panci sedang (15L) 2 unit 180.000 360.000 1
8. Panci kecil (10 L) 2 unit 150.000 300.000 1
9. Milk can (stainless) 3 unit 700.000 2.100.000 5
10. Milk can (alminium) 2 unit 400.000 800.000 5
11. Box susu (35 L) 15 unit 370.000 5.550.000 5
12. Wadah plastik (20 L) 25 unit 50.000 1.250.000 1
13. Wadah plastik (5 L) 2 unit 15.000 30.000 1
14. Timbangan 1 unit 90.000 90.000 1
15. Takaran 2 unit 25.000 50.000 1
16. Saringan 2 unit 16.000 32.000 1
17. Pengaduk kayu 6 unit 5.000 30.000 1
18. Mangkuk 15 unit 4.000 60.000 1
19. Centong 6 unit 3.000 18.000 1
20. Galon air 3 unit 46.000 138.000 1
21. Kulkas 2 unit 2.800.000 5.600.000 3
22. Frizeer (528 L) 2 unit 4.800.000 9.600.000 3
23. Frizeer (300 L) 2 unit 3.900.000 7.800.000 3
24. Frizeer (200 L) 4 unit 2.400.000 9.600.000 3
25. Frizeer (120 L) 1 unit 1.700.000 1.700.000 3
26. Sepeda motor 1 1 unit 15.000.000 15.000.000 10
27. Sepeda motor 2 1 unit 9.000.000 9.000.000 10
28. Bangunan 1 unit 10.000.000 10.000.000 10
29. Termometer 1 unit 20.000 20.000 3
76
7.2.2.2. Biaya Reinvestasi
Sebagian besar investasi memiliki umur ekonomis yang lebih pendek dari
umur usaha. Oleh karena itu perlu dilakukan investasi ulang atau reinvestasi untuk
mengganti investasi yang telah habis masa pakainya atau yang mengalami
kerusakan. Biaya reinvestasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha II Tahun ke- Peralatan yang diganti Nilai Reinvestasi (Rp)
2 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
3.638.000
3 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
3.638.000
4 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
38.768.000
5 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
3.638.000
6 Pengaduk, panci, box susu, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air, milk can
12.988.000
7 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
38.768.000
8 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
3.638.000
9 Pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
3.638.000
10 Freezer, kulkas, kompor gas, termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk, centong, galon air
38.768.000
Dafarm mulai mengeluarkan biaya reinvestasi sejak tahun kedua usaha.
Biaya terbesar dikeluarkan pada tahun ke 4, 7 dan 10 dari usaha tersebut yaitu
sebesar Rp 38.768.000. Pada tahun tersebut jumlah peralatan investasi yang harus
diperbaharui lebih banyak dari pada tahun-tahun yang lainnya. Biaya reinvestasi
tersebut mencakup biaya untuk mengganti freezer, kulkas, kompor gas,
77
termometer, pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan,
mangkuk, centong dan galon air. Sedangkan biaya reinvestasi terkecil dikeluarkan
pada tahun ke 2, 3, 5, 8 dan 9. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut
hanya peralatan investasi yang memiliki masa pakai satu tahun saja yang diganti
seperti pengaduk, panci, wadah plastik, timbangan, takaran, saringan, mangkuk,
centong dan galon air.
7.2.2.3. Biaya Operasional
Seperti halnya pada skenario usaha I, biaya operasional yang dikeluarkan
pada skenario usaha II juga terdiri dari dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap dan biaya variabel Dafarm pada skenario usaha II dapat
dilihat pada Tabel 29 dan 30.
Adanya peningkatan kapasitas produksi menyebabkan pengeluaran untuk
biaya tetap pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I.
Pemeliharaan merupakan komponen biaya tetap yang paling besar dalam skenario
usaha II.
Tabel 29. Biaya Tetap Per Tahun Dafarm pada Skenario Usaha II No Uraian Nilai (Rp)
1 Pemeliharaan 7.255.900
2 Listrik 4.872.000
3 Komunikasi 1.392.000
4 Transportasi 4.176.000
5 Penyusutan peralatan* 25.888.001 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan laba/rugi
Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya tetap terbesar
adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan yaitu sebesar Rp 7.255.900.
Sedangkan pada perhitungan laba/rugi perusahaan, komponen biaya tetap terbesar
adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 25.888.001. Biaya penyusutan
peralatan hanya ada dalam perhitungan laba/rugi karena pada perhitungan tersebut
tidak dikeluarkan biaya investasi sehingga komponen outflow untuk peralatan
hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya tetap dalam perhitungan
78
laba/rugi usaha adalah sebesar Rp 43.583.901. Sedangkan total biaya tetap dalam
perhitungan cashflow usaha adalah sebesar Rp 17.695.900.
Tabel 30. Biaya Variabel Dafarm per Tahun pada Skenario Usaha II
No Uraian Jumlah per bulan
Jumlah per tahun
Harga satuan (Rp)
Total biaya (Rp)
1 Susu 870 L 10.440 L 4.000 41.760.000
2 Bakteri starter 21,75 L 261 L 100.000 26.100.000
3 Gula 304,5 kg 3654 kg 8.000 29.232.000
4 Nata de coco 34,8 kg 417,6 kg 2.000 835.200
5 Perasa buah 12 botol 144 botol 4.000 576000
6 Air galon 52 galon 624 galon 3.000 1.872.000
7 Plastik kemasan primer
17,4 kg 208,8 kg 25.000 5.220.000
8 Plastik kemasan sekunder
10,44 kg 125,28 kg 36.750 4.604.040
9 Gaji pegawai 2 orang 24 orang 500.000 12.000.000
10 Gaji pegawai borongan
49.582 stik
594.984 stik
20 11.899.680
7.2.2.4. Pajak Penghasilan
Komponen pengeluaran lainnya pada skenario usaha II adalah pajak
penghasilan. Pajak tersebut dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha dengan
jumlah yang tergantung dari besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada
setiap tahun usahanya.perhitungan pajak penghasilan tersebut didasarkan pada
aturan di dalam Pasal 21 Undang-Undang PPh tahun 2009 atas Penghasilan Kena
Pajak untuk Wajib Pajak Pribadi. Dalam pasal tersebut tarif pajak yang berlaku
adalah tarif pajak progresif. Tabel 31 menunjukkan besarnya pajak yang
dikeluarkan oleh Dafarm setiap tahunnya pada skenario usaha II.
Pengeluaran pajak penghasilan terbesar terjadi pada tahun kesepuluh
usaha. Hal ini disebabkan karena pada saat itu jumlah laba yang diperoleh lebih
besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Faktor penyebab lebih besarnya laba
yang diperoleh pada tahun kesepuluh ini adalah adanya tambahan penerimaan
yang bersumber dari nilai sisa investasi.
79
Tabel 31. Pajak Penghasilan Dafarm pada Skenario Usaha II Tahun ke- Laba bersih sebelum pajak (Rp) Nilai pajak (Rp)
1 15.791.979 789.599
2 15.791.979 789.599
3 15.791.979 789.599
4 15.791.979 789.599
5 15.791.979 789.599
6 15.791.979 789.599
7 15.791.979 789.599
8 15.791.979 789.599
9 15.791.979 789.599
10 39.211.978 1.960.599
7.2.3. Analisis Laba Rugi Usaha
Dari perhitungan laba rugi usaha pembuatan yoghurt menggunakan
skenario usaha II (Lampiran 8) terlihat bahwa selama umur usahanya, Dafarm
selalu memperoleh keuntungan. Cara perhitungan laba rugi usaha pada skenario
usaha II ini tidak berbeda dengan perhitungan pada skenario usaha I. Laba bersih
terbesar yang bisa diperoleh Dafarm terjadi pada tahun ke 10 usaha yaitu sebesar
Rp 39.211.978. Sedangkan total keuntungan selama sepuluh tahun usaha tersebut
adalah sebesar Rp 172.272.800.
Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan
komponen biaya penyusutan dari barang-barang investasi per tahunnya.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya
penyusutan dapat dilihat pada Tabel 32.
80
Tabel 32. Penyusutan Barang-barang Investasi pada Usaha Pembuatan Yogurt Dafarm Skenario Usaha II
No Uraian Jumlah Umur
Ekonomis (Th)
Nilai Total (Rp)
Penyusutan/Tahun
1. Mesin pasteurisasi 1 unit 10 30.000.000 3.000.000
2. Mesin inkubator 1 unit 10 27.000.000 2.700.000
3. Screen saparator 1 unit 10 6.000.000 600.000
4. Kompor gas 3 unit 3 810.000 270.000
5. Tabung gas 3 unit 5 900.000 180.000
6. Panci besar (20 L) 5 unit 1 1.250.000 1.250.000
7. Panci sedang (15L) 2 unit 1 360.000 360.000
8. Panci kecil (10 L) 2 unit 1 300.000 300.000
9. Milk can (stainless) 3 unit 5 2.100.000 420.000
10. Milk can (alminium) 2 unit 5 800.000 160.000
11. Box susu (35 L) 15 unit 5 5.550.000 1.110.000
12. Wadah plastik (20 L) 25 unit 1 1.250.000 1.250.000
13. Wadah plastik (5 L) 2 unit 1 30.000 30.000
14. Timbangan 1 unit 1 90.000 90.000
15. Takaran 2 unit 1 50.000 50.000
16. Saringan 2 unit 1 32.000 32.000
17. Pengaduk kayu 6 unit 1 30.000 30.000
18. Mangkuk 15 unit 1 60.000 60.000
19. Centong 6 unit 1 18.000 18.000
20. Galon air 3 unit 1 138.000 138.000
21. Kulkas 2 unit 3 5.600.000 1.866.667
22. Frizeer (528 L) 2 unit 3 9.600.000 3.200.000
23. Frizeer (300 L) 2 unit 3 7.800.000 2.600.000
24. Frizeer (200 L) 4 unit 3 9.600.000 3.200.000
25. Frizeer (120 L) 1 unit 3 1.700.000 566.667
26. Sepeda motor 1 1 unit 10 15.000.000 1.500.000
27. Sepeda motor 2 1 unit 10 9.000.000 900.000
28. Termometer 1 unit 3 20.000 6.667
Jumlah 25.888.001
81
7.2.4. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dilakukan dengan
mendiskontokan nilai net benefit yang diperoleh dengan tingkat discount factor
sebesar 6,5 persen. Penentuan discount factor sebesar 6,5 persen didasarkan pada
tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Indonesia per November 2009.
Penggunaan suku bunga Bank Indonesia tersebut adalah karena perusahaan dalam
meningkatkan kapasitas produksinya tidak meminjam pada bank, tetapi memakai
modal sendiri. Hasil analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi
pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Dafarm pada Skenario Usaha II
NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Payback Periode
(Tahun)
83.147.143 1,80 24 5,11
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi di atas, usaha pembuatan
yoghurt Dafarm dengan menggunakan skenario usaha II mampu menghasilkan
nilai Net Present Value (NPV) yang lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp
83.147.143. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha pembuatan yoghurt ini
layak untuk dijalankan secara finansial. Nilai Net B/C yang diperoleh dari analisis
ini adalah sebesar 1,80. Nilai ini memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria
investasi dimana usaha dikatakan layak apabila nilai Net B/C-nya lebih besar dari
1. Nilai Net B/C sebesar 1,80 berarti bahwa setiap investasi sebesar Rp 1 akan
menghasilkan Rp 1,80.
Ukuran investasi lainnya adalah IRR. Niali IRR yang diperoleh adalah
sebesar 24 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penggunaan investasi pada
usaha pembuatan yoghurt ini dapat memberikan keuntungan internal sebesar 24
persen per tahun. Karena nilai tersebut lebih besar daripada tingkat discount factor
yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen, maka usaha pembuatan yoghurt ini
dapat dikatakan layak secara finansial untuk dijalankan.
Jangka waktu pengembalian investasi dari usaha pembuata yoghurt ini
bisa dilihat dari nilai payback periode. Hasil yang diperoleh untuk nilai payback
periode tersebut adalah 5,11 tahun atau selama 5 tahun 1 bulan 9 hari. Jangka
82
waktu payback periode yang lebih pendek dari umur usaha tersebut menandakan
usaha pembuatan yoghurt tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis
finansial di atas, nilai NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode yang diperoleh
pada skenario usaha II telah memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria
investasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara finansial, skenario
usaha II tersebut layak untuk dijalankan.
7.2.5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui tingkat kepekaan usaha
secara finansial dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan perubahan yang
terjadi. Perubahan yang pernah dialami oleh Dafarn adalah berupa penurunan
penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku (susu segar)
sebesar 12,5 persen. Berdasarkan kedua tingkat perubahan tersebut, analisis
sensitivitas pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Hasil Analisis Sensitivitas pada Skenario Usaha II
Kriteria Investasi Penurunan Penjualan 36,57%
Kenaikan Harga Susu 12,5%
NPV (Rp) -11.471.777 29.565.802
Net B/C 0,90 1,27
IRR (%) 4 13
Payback Periode (tahun) - 6,46
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan penjualan
sebesar 36,57 persen tersebut akan menghasilkan nilai Net Present Value (NPV)
sebesar Rp -11.471.777. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan
penjualan sebesar 36,57 persen akan menjadikan usaha ini tidak layak lagi untuk
dijalankan.
Adanya kenaikan harga bahan baku (susu segar) sebesar 12,5 persen juga
menurunkan nilai Net Present Value (NPV) menjadi Rp 29.565.802. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen tetap
menjadikan usaha ini layak dijalankan. Penurunan nilai manfaat bersih kini atau
NPV yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 64,44
persen. Nilai Net B/C, IRR dan Payback Periode yang dihasilkan oleh kenaikan
83
harga bahan baku sebesar 12,5% secara berturut-turut adalah 1,27, 13 persen dan
6,46 tahun. Hal ini berarti terjadi penurunan terhadap Net B/C sebesar 29,44
persen, IRR sebesar 45,83 persen, dan Payback Periode sebesar 20,89 persen.
7.2.6. Analisis Switching Value
Analisis switching value atau analisis nilai pengganti merupakan suatu
variasi dari analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario
usaha II, adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga
bahan baku sebesar 12,5 persen membuat usaha masih layak secara finansial.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui sampai
sejauh mana penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang bisa
ditolerir agar usaha tetap layak secara finansial. Analisis switching value ini juga
bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penurunan penjualan dan
tingkat kenaikan harga bahan baku yang masih diterima agar usaha mencapai titik
impasnya. Hasil dari analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat
dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II
Perubahan Persentase (%)
NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
Payback Periode (tahun)
Penurunan penjualan 34,889207 0,00 1 6,5 10
Kenaikan harga susu 26,006326 0,00 1 6,5 10
Hasil dari analisis switching value tersebut menunjukkan bahwa batas
tingkat penurunan penjualan yang masih bisa diterima agar usaha masih layak
untuk dijalankan adalah sebesar 34,889207 persen. Pada tingkat tersebut jumlah
penjualan per tahun adalah sebesar 348.590 stik. Penurunan jumlah penjualan
yang melebihi 34,889207 persen akan menyebabkan usaha tidak layak lagi untuk
dijalankan.
Analisis switching value terhadap kenaikan harga jual menunjukkan
bahwa tingkat minimum diterimanya usaha tersebut adalah terjadinya kenaikan
harga bahan baku sebesar 26,006326 persen. Pada tingkat tersebut, harga susu
segar mencapai Rp 5.040 per liter. Dengan demikian, peningkatan harga susu
84
segar yang lebih besar dari 26,006326 persen atau lebih besar dari Rp 5.040 per
liter, akan menyebabkan usaha pembuatan yoghurt tidak layak lagi untuk
dijalankan.
7.3. Perbandingan Laba Rugi Usaha
Dari hasil perhitungan laba rugi pada skenario usaha I dan II, terlihat
bahwa kedua skenario tersebut sudah memberikan keuntungan sejak tahun
pertama hingga tahun terakhir usaha. Jumlah laba yang diperoleh pada skenario
usaha II lebih besar dari laba yang diperoleh pada skenario usaha I, begitu pula
untuk total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha. Total laba bersih yang
diperoleh selama umur usaha pada skenario usaha I adalah sebesar Rp
138.840.660, sedangkan pada skenario usaha II total laba bersih yang diperoleh
adalah sebesar Rp 172.272.800. Dengan demikian, adanya pengembangan usaha
melalui peningkatan kapasitas produksi sebesar 16 persen dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar yaitu 1,24 kali dari usaha yang saat ini sedang
dijalankan oleh Dafarm.
7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha
Hasil analisis finansial kedua skenario usaha menunjukkan bahwa usaha
pembuatan yoghurt Dafarm layak secara finansial untuk dijalankan baik dengan
menggunakan skenario usaha I ataupun skenario usaha II. Berdasarkan
perbandingan hasil perhitungan kriteria investasi (Tabel 36) skenario usaha II
lebih menguntungkan daripada skenario usaha I. Hal ini dikarenakan nilai NPV,
Net B/C, dan IRR pada skenario usaha II tersebut lebih besar dari skenario usaha
I.
Tabel 36. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Usaha Kriteria Skenario Usaha I Skenario Usaha II
Net Present Value (Rp) 55.324.877 83.147.143
Net B/C 1,56 1,80
IRR (%) 19 24
Payback Periode (tahun) 5,92 5,11
85
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai NPV pada skenario usaha II 1,5
kali lebih besar daripada skenario usaha I. Begitu juga untuk nilai Net B/C dan
IRR yang diperoleh pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I.
Demikian pula nilai Payback Periode untuk skenario usaha II lebih cepat 9 bulan
21 hari daripada skenario usaha I. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
skenario usaha II lebih menguntungkan daripada skenario usaha I karena
peningkatan kapasitas produksi tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih
besar. Selain itu adanya peningkatan kapasitas produksi juga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih
banyak, penyerapan bahan baku yang lebih besar, dan terpenuhinya permintaan
produk.
7.5. Perbandingan Hasil Sensitivitas Kedua Skenario Usaha
Analisis sensitivitas pada kedua skenario usaha dilakukan terhadap
penurunan penjualan sebesar 36,57 persen dan kenaikan harga bahan baku (susu
segar) sebesar 12,5 persen. Hasil analisis sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa
kedua skenario usaha tersebut tidak layak dijalankan ketika menghadapi
penurunan penjualan sebesar 36,57 persen, tetapi ketika menghadapi kenaikan
harga bahan baku sebesar 12,5 persen, kedua skenario usaha tersebut tetap layak
untuk dijalankan. Perbandingan analisis sensitivitas kedua skenario usaha tersebut
dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Perbandingan Hasil Sesitivitas Kedua Skenario Usaha
Kriteria Skenario Usaha I Skenario Usaha II
Penurunan Penjualan
36,57%
Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5%
Penurunan Penjualan
36,57%
Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5%
NPV (Rp) -41.079.432 20.872.408 -11.471.777 29.565.802
Net B/C 0,67 1,20 0,90 1,27
IRR (%) -3,19 11 4 13
PBP (tahun) - 8,31 - 6,46
Berdasarkan Tabel 37 di atas, nilai NPV yang dihasilkan pada kedua
skenario usaha dengan penurunan penjualan sebesar 36,57 persen adalah lebih
kecil dari nol atau bernilai negatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
86
secara finansial kedua skenario usaha tersebut tidak layak lagi untuk dijalankan.
Sementara itu, saat menghadapi perubahan berupa kenaikan harga susu segar
sebesar 12,5 persen, baik skenario usaha I maupun skenario usaha II masih layak
untuk dijalankan karna nilai NPV-nya lebih besar dari nol, nilai Net B/C yang
lebih besar dari 1, nilai IRR yang lebih besar dari tingkat discount factor-nya, dan
nilai paybck periode yang lebih pendek dari umur usaha.
Adanya penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tersebut menyebabkan
penurunan manfaat yang lebih besar pada skenario usaha I daripada skenario
usaha II. Hal ini terlihat dari penurunan NPV pada skenario usaha I yang
mencapai 174,25 persen sedangkan NPV skenario usaha II hanya turun 119,81
persen. Sedangkan dengan adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 12,5 persen
menyebabkan penurunan manfaat yang lebih besar pada skenario usaha II. Hal ini
terbukti dengan penurunan NPV pada skenario usaha II yang mencapai 64,44
persen, sementara skenario usaha I hanya mengalami penurunan NPV sebesar
62,27 persen.
7.6. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Usaha
Analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario usaha
bertujuan untuk mengetahui batas maksimal penurunan penjualan dan kenaikan
harga bahan baku agar usaha mencapai titik impasnya. Perbandingan hasil
switching value pada kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Perbandingan Hasil Switching Value pada Kedua Skenario Usaha Perubahan Skenario Usaha I Skenario Usaha II
Penurunan penjualan (%) 29,477765 34,889207
Kenaikan harga susu segar (%) 20,072390 26,006326
Berdasarkan Tabel 35 di atas, skenario usaha I akan tetap layak untuk
dijalankan ketika menghadapi penurunan penjualan sampai sebesar 29,477765
persen. Sedangkan skenario usaha II akan tetap layak ketika menghadapi
penurunan penjualan sampai sebesar 34,889207 persen. Penurunan penjualan
yang lebih besar dari 29,477765 persen untuk skenario usaha I dan 34,889207
87
persen untuk skenario usaha II akan membuat usaha ini tidak layak lagi secara
finansial.
Dalam merespon kenaikan harga bahan baku, skenario usaha I akan tetap
layak dijalankan ketika menghadapi kenaikan harga susu segar sampai sebesar
20,072390 persen. Sedangkan skenario usaha II akan tetap layak ketika
menghadapi kenaikan harga susu segar sampai sebesar 26,006326 persen.
Kenaikan harga susu segar yang lebih dari 20,072390 untuk skenario usaha I dan
26,006326 persen akan membuat usaha ini tidak layak lagi secara finansial.
Hasil switching value pada kedua skenario usaha tersebut menunjukkan
bahwa batas maksimal penurunan penjualan agar usaha mencapai titik impasnya
pada skenario usaha II lebih besar daripada skenario usaha I. Hal tersebut berarti
skenario usaha I memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi atau lebih sensitif
dalam menghadapi perubahan berupa penurunan penjualan daripada skenario
usaha II.
Sementara itu, batas maksimal kenaikan harga susu segar agar usaha
mencapai titik impasnya, pada skenario usaha I lebih rendah dari skenario usaha
II. Dengan demikian skenario usaha I lebih sensitif atau memiliki tingkat
kepekaan yang lebih tinggi dari skenario usaha II saat menghadapi perubahan
berupa kenaikan harga susu segar.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Usaha pembuatan yoghurt Dafarm layak untuk dijalankan ditinjau dari hasil
analisis terhadap aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
2) Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak
untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha yang
memberikan keuntungan lebih besar adalah skenario usaha II. Hal ini terbukti
dengan nilai NPV skenario usaha II yang 1,45 kali nilai NPV skenario usaha I.
Begitu pula dengan hasil analisis laba rugi ang bernilai positif setiap tahunnya
pada masing-masing skenario usaha. Laba bersih yang diperoleh pada
skenario usaha II lebih besar 1,3 kali laba usaha pada skenario usaha I.
3) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, kedua skenario usaha tidak layak
dijalankan saat mengalami penurunan penjualan sebesar 36,57 persen tetapi
tetap layak saat mengalami kenaikan harga susu segar sebesar 12,5 persen.
Sementara itu hasil analisis switching value menunjukkan bahwa skenario
usaha I lebih sensitif baik terhadap penurunan penjualan maupun terhadap
kenaikan harga bahan baku berupa susu segar.
8.2. Saran
1) Perusahaan sebaiknya mengusahakan skenario usaha II yaitu dengan
memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi agar setiap bulannya bisa
memproduksi lebih banyak yoghurt. Selain karena lebih menguntungkan juga
lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti penurunan penjualan
dan kenaikan harga bahan baku berupa susu segar.
2) Perusahaan sebaiknya melakukan pemasaran yang tidak berdasarkan
permintaan disamping pemasaran yang sudah ada. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengantisipasi penurunan penjualan apabila agen yang ada tidak bisa
memasarkan produk sebagaimana mestinya. Cara yang bisa dilakukan
diantaranya dengan membentuk tim marketing sendiri yang bertugas untuk
membuka pasar baru, misalnya melakukan kerjasama baru dalam
89
medistribusikan produknya dengan agen-agen distributor baru dan menambah
perantara pemasar sperti toko-toko dan retail yang ada di sekitar Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
3) Sebaiknya Dafarm tidak terlalu sering melakukan pergantian kepemimpinan
supaya roda organisasi bisa berjalan dengan baik dan kegiatan operasional
perusahaan tidak terganggu.
4) Dalam masalah teknis, perlu dilakukan inovasi produk mengingat adanya
perubahan selera konsumen serta merubah kemasan produk agar lebih menarik
dengan menambahkan informasi tentang produk seperti komposisi nutrisi,
label, tanggal kadaluarsa dan nama produsen pada kemasan primer dan
sekunder, karena selain berfungsi sebagai pelindung produk, kemasan juga
dapat berfungsi sebagai media promosi. Selain itu, perusahaan juga perlu
membuat jadwal produksi rutin supaya stok yoghurt yang tersedia di
perusahaan tetap ada sehingga apabila ada permintaan bisa langsung dipenuhi.
5) Pelaksanaan usaha pembuatan yoghurt sangat dipengaruhi oleh kegiatan
pemasaran. Pasar yang lesu akan menyebabkan risiko kerugian yang besar.
Berdasarkan hasil analisis switching value, penurunan jumlah penjualan sangat
sensitif terhadap kelayakan usaha, oleh karena itu pihak Dafarm sebaiknya
berusaha meminimalisir penurunan penjualan tersebut. Penurunan penjualan
bisa disebabkan oleh minimal dua hal, yaitu munculnya saingan baru dan
terbatasnya bahan baku. Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang bisa
ditempuh, diantaranya : (1) melakukan kontrak dengan supplier bahan baku
dan tidak bergantung hanya pada satu supplier saja, (2) mempertahankan cita
rasa yoghurt yang berbeda dari pesaing dan berusaha selalu menjadi pemimpin
harga, (3) menjalin hubungan purna jual yang baik dengan agen yang ada, (4)
memperluas wilayah pemasaran.
6) Untuk jangka panjang, sebaiknya Dafarm memenuhi kebutuhan bahan
bakunya dengan memproduksi susu segar sendiri melalui Unit Peternakan
Darul Fallah untuk menjaga tetap tersedianya pasokan baku. Hal ini perlu
dilakukan karena untuk jangka waktu 10 tahun ke depan tidak ada jaminan
KPS Bogor mampu memenuhi permintaan susu segar dari Dafarm.
90
7) Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang strategi pemasaran yang
cocok diterapkan untuk produk yoghurt buatan dafarm supaya ketika
penambahan produksi dilakukan, semua produk yang dihasilkan bisa diserap
oleh pasar.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produksi Yoghurt di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku Satu. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Direktorat Jenderal Peternakan. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007-2008. www.ditjennak.go.id. [Januari 2009]
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI-Press.
Hariyadi P. 2005. Mencermati Label dan Iklan Pangan. Buletin Ilmu dan Teknologi Pangan. Bogor: IPB. www.ipb.ac.id. [Agustus 2009].
Harnasari A. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yoghurt. Prentice-Hall, Inc. New Jersey: Engelwood Cliffs.
Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Pencetak AMP YPKN.
Indriyani. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm), Desa Benteng Ciampea-Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Prenada Media.
Keown A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Jilid Satu. Edisi Kesembilan. Jakarta : PT INDEKS.
Kottler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta : PT INDEKS.
Masrurah S. 2009. Analisis Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Krim Yoghurt Activia (Kasus di Giant Botani Square, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pemerintah Kabupaten Bogor. Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea 2007
92
Laporan Monografi Kecamatan Ciampea 2007
Puspadewi, S. 2005. Pengkajian Pengembangan Produk Yoghurt dalam Bentuk Yoghurt Drink di PT Diamond Cold Storage. Laporan Magang. Supervisor dan Jaminan Mutu Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Puspitasari D. 1996. Analisa Potensi Pasar dan Perilaku Konsumen Yoghurt untuk Pengembangan Pasar Yighurt di Wilayah Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rahayu K, Sudarmadji S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein Hewani. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Rahman AS, Fardiaz WP,Suliantari, Nurwitri CC. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Darul Fallah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Robinson RK. 1999. Encyclopedia of Food Microbiology. Academic press.
Setiawan I. 2006. Kajian Pengembangan Minuman Yoghurt di PT Fits Mandiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Simatupang RMA. 2004. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Kemasan Yoghurt Menggunakan Kemasan Semi-Kaku Pada CV. Bintang Tiga [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. DEPDIKNAS: Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Susilorini ET. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tamime AY, Robinson RX. 1989. Yoghurt Science And Technology. Pergamon press ltd.
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Winarno et al. 2003. Flora Usus dan Yoghurt. Bogor: M-Brio Press.
Yulida. 2008. Analisis Potensi Sumberdaya Peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk Pengembangan Ternak Domba [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
93
Lampiran 1. Cashflow Skenario Usaha I
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 2. Nilai Sisa 17,439,999 Total Inflow 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 182,963,199 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 540,000 540,000 540,000 540,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 600,000 600,000 Panci Besar (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Panci Sedang (15 L) 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Panci Kecil (10 L) 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 3,700,000 3,700,000 Wadah Plastik (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Wadah Plastik (5 L) 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Saringan 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pengaduk Kayu 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Mangkuk 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 Centong 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 Galon Air 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 132,520,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000 2,160,000 9,360,000 28,320,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000
94
2.Biaya Variabel Susu 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 Bakteri Starter 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 Gula 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 Nata de Coco 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 Perasa Buah 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 Air Galon 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 Plastik Kemasan Primer 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Plastik Kemasan Sekunder 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 Total Biaya Variabel 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 Total Outflow 265,127,060 134,767,060 134,767,060 160,927,060 134,767,060 141,967,060 160,927,060 134,767,060 134,767,060 160,927,060 Net Benefit (99,603,860) 30,756,140 30,756,140 4,596,140 30,756,140 23,556,140 4,596,140 30,756,140 30,756,140 22,036,139 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (99,603,860) 28,879,005 27,116,436 3,804,910 23,907,458 17,193,175 3,149,892 19,791,767 18,583,819 12,502,275 PV Negatif (99,603,860) PV Positif 154,928,737 NPV 55,324,877 Net B/C 1.56 IRR 19% Payback Period 5.92
95
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 2. Nilai Sisa 17,653,333 Total Inflow 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 183,176,533 Outflow 1.Biaya Variabel Susu 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 36,000,000 Bakteri Starter 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 Gula 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 Nata de Coco 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 Perasa Buah 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 Air Galon 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 Plastik Kemasan Primer 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Plastik Kemasan Sekunder 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 Total Biaya Variabel 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 116,981,060 2.Biaya Tetap Penyusutan 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 20,066,667 Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 35,692,667 Total Outflow 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 152,673,727 EBIT 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 30,502,806 Biaya Bunga - - - - - - - - - - EBT 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 12,849,473 30,502,806 Pajak Penghasilan 642,474 642,474 642,474 642,474 642,474 642,474 642,474 642,474 642,474 1,525,140 Laba Bersih Setelah Pajak 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 12,206,999 28,977,666
96
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Penurunan Penjualan 36,57%
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 2. Nilai Sisa 17,439,999 Total Inflow 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 114,540,720 131,980,719 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 540,000 540,000 540,000 540,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 600,000 600,000 Panci Besar (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Panci Sedang (15 L) 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Panci Kecil (10 L) 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 3,700,000 3,700,000 Wadah Plastik (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Wadah Plastik (5 L) 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Saringan 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pengaduk Kayu 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Mangkuk 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 Centong 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 Galon Air 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 132,520,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000 2,160,000 9,360,000 28,320,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000
97
2.Biaya Variabel Susu 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 22,834,800 Bakteri Starter 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 14,271,750 Gula 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 15,984,360 Nata de Coco 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 456,696 Perasa Buah 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 304,464 Air Galon 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 1,027,566 Plastik Kemasan Primer 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 2,854,350 Plastik Kemasan Sekunder 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 2,517,537 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 6,338,880 Total Biaya Variabel 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 78,590,403 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 Total Outflow 226,736,403 96,376,403 96,376,403 122,536,403 96,376,403 103,576,403 122,536,403 96,376,403 96,376,403 122,536,403 Net Benefit (112,195,683) 18,164,317 18,164,317 (7,995,683) 18,164,317 10,964,317 (7,995,683) 18,164,317 18,164,317 9,444,316 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (112,195,683) 17,055,697 16,014,739 (6,619,219) 14,119,543 8,002,645 (5,479,714) 11,688,851 10,975,447 5,358,263 PV Negatif (124,294,616) PV Positif 83,215,184 NPV (41,079,432) Net B/C 0.67 IRR -3.19% Payback Period
98
Lampiran 4. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha I Kenaikan Harga Bahan Baku 12,5%
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 2. Nilai Sisa 17,439,999 Total Inflow 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 182,963,199 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 540,000 540,000 540,000 540,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 600,000 600,000 Panci Besar (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Panci Sedang (15 L) 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Panci Kecil (10 L) 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 3,700,000 3,700,000 Wadah Plastik (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Wadah Plastik (5 L) 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Saringan 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pengaduk Kayu 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Mangkuk 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 Centong 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 Galon Air 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 132,520,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000 2,160,000 9,360,000 28,320,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000
99
2.Biaya Variabel Susu 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000 Bakteri Starter 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 Gula 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 Nata de Coco 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 Perasa Buah 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 Air Galon 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 Plastik Kemasan Primer 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Plastik Kemasan Sekunder 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 Total Biaya Variabel 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 121,481,060 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 Total Outflow 269,627,060 139,267,060 139,267,060 165,427,060 139,267,060 146,467,060 165,427,060 139,267,060 139,267,060 165,427,060 Net Benefit (104,103,860) 26,256,140 26,256,140 96,140 26,256,140 19,056,140 96,140 26,256,140 26,256,140 17,536,139 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (104,103,860) 24,653,653 23,148,970 79,589 20,409,504 13,908,711 65,888 16,895,989 15,864,779 9,949,185 PV Negatif (104,103,860) PV Positif 124,976,268 NPV 20,872,408 Net B/C 1.20 IRR 11% Payback Period 8.31
100
Lampiran 5. Switching Value Kenaikan Harga Susu 20.072390% Skenario Usaha I
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 2. Nilai Sisa 17,439,999 Total Inflow 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 165,523,200 182,963,199 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 540,000 540,000 540,000 540,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 600,000 600,000 Panci Besar (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Panci Sedang (15 L) 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Panci Kecil (10 L) 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 3,700,000 3,700,000 Wadah Plastik (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Wadah Plastik (5 L) 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Saringan 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pengaduk Kayu 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Mangkuk 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 Centong 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 Galon Air 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 132,520,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000 2,160,000 9,360,000 28,320,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000
101
2.Biaya Variabel Susu 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 43,226,244 Bakteri Starter 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 22,500,000 Gula 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 25,200,000 Nata de Coco 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 Perasa Buah 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 480,000 Air Galon 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 Plastik Kemasan Primer 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Plastik Kemasan Sekunder 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 3,969,000 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 9,992,060 Total Biaya Variabel 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 124,207,304 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 Total Outflow 272,353,304 141,993,304 141,993,304 168,153,304 141,993,304 149,193,304 168,153,304 141,993,304 141,993,304 168,153,304 Net Benefit (106,830,104) 23,529,896 23,529,896 (2,630,104) 23,529,896 16,329,896 (2,630,104) 23,529,896 23,529,896 14,809,895 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (106,830,104) 22,093,799 20,745,351 (2,177,329) 18,290,332 11,918,878 (1,802,500) 15,141,634 14,217,497 8,402,442 PV Negatif (110,809,933) PV Positif 110,809,933 NPV (0.00) Net B/C 1.00 IRR 6.5% Payback Period 10.00
102
Lampiran 6. Switching Value Penurunan Penjualan 29,477765% Skenario Usaha I
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 2. Nilai Sisa 17,439,999 Total Inflow 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 127,350,886 144,790,885 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 540,000 540,000 540,000 540,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 600,000 600,000 Panci Besar (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Panci Sedang (15 L) 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Panci Kecil (10 L) 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 3,700,000 3,700,000 Wadah Plastik (20 L) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Wadah Plastik (5 L) 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 Saringan 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 Pengaduk Kayu 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 Mangkuk 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 Centong 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 Galon Air 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 92,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 132,520,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000 2,160,000 9,360,000 28,320,000 2,160,000 2,160,000 28,320,000
103
2.Biaya Variabel Susu 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 25,388,005 Bakteri Starter 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 15,867,503 Gula 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 17,771,603 Nata de Coco 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 507,760 Perasa Buah 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 338,507 Air Galon 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 1,142,460 Plastik Kemasan Primer 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 3,173,501 Plastik Kemasan Sekunder 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 2,799,028 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 7,046,624 Total Biaya Variabel 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 86,034,990 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 6,626,000 Listrik 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 Komunikasi 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 Transportasi 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Total Biaya Tetap 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 15,626,000 Total Outflow 234,180,990 103,820,990 103,820,990 129,980,990 103,820,990 111,020,990 129,980,990 103,820,990 103,820,990 129,980,990 Net Benefit (106,830,104) 23,529,896 23,529,896 (2,630,104) 23,529,896 16,329,896 (2,630,104) 23,529,896 23,529,896 14,809,895 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (106,830,104) 22,093,799 20,745,351 (2,177,329) 18,290,332 11,918,878 (1,802,500) 15,141,634 14,217,497 8,402,442 PV Negatif (106,830,104) PV Positif 106,830,104 NPV 0.00 Net B/C 1.00 IRR 6.5% Payback Period 10.00
104
Lampiran 7. Cashflow Skenario Usaha II
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 2. Nilai Sisa 23,419,999 Total Inflow 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 216,894,799 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 28,700,000 28,700,000 28,700,000 28,700,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 810,000 810,000 810,000 810,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 900,000 900,000 Panci Besar (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Panci Sedang (15 L) 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Panci Kecil (10 L) 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 5,550,000 5,550,000 Wadah Plastik (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Wadah Plastik (5 L) 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Saringan 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 Pengaduk Kayu 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Mangkuk 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Centong 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 Galon Air 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 145,118,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000 3,638,000 12,988,000 38,768,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000
105
2.Biaya Variabel Susu 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 Bakteri Starter 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 Gula 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 Nata de Coco 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 Perasa Buah 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 Air Galon 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 Plastik Kemasan Primer 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 Plastik Kemasan Sekunder 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 Total Biaya Variabel 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 Total Outflow 296,912,820 155,432,820 155,432,820 190,562,820 155,432,820 164,782,820 190,562,820 155,432,820 155,432,820 190,562,820 Net Benefit (103,438,020) 38,041,980 38,041,980 2,911,980 38,041,980 28,691,980 2,911,980 38,041,980 38,041,980 26,331,979 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (103,438,020) 35,720,169 33,540,065 2,410,680 29,570,909 20,941,726 1,995,679 24,480,251 22,986,151 14,939,533 PV Negatif (103,438,020) PV Positif 186,585,163 NPV 83,147,143 Net B/C 1.80 IRR 24% Payback Period 5.11
106
Lampiran 8. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha II
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 2. Nilai Sisa 23,419,999 Total Inflow 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 216,894,799 Outflow 1.Biaya Variabel Susu 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 41,760,000 Bakteri Starter 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 Gula 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 Nata de Coco 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 Perasa Buah 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 Air Galon 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 Plastik Kemasan Primer 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 Plastik Kemasan Sekunder 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 Total Biaya Variabel 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 134,098,920 2.Biaya Tetap Penyusutan 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 25,888,001 Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 43,583,901 Total Outflow 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 177,682,821 EBIT 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 39,211,978 Biaya Bunga - - - - - - - - - - EBT 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 15,791,979 39,211,978 Pajak Penghasilan 789,599 789,599 789,599 789,599 789,599 789,599 789,599 789,599 789,599 1,960,599 Laba Bersih Setelah Pajak 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 15,002,380 37,251,379
107
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Penurunan Penjualan 36,57%
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 2. Nilai Sisa 23,419,999 Total Inflow 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 136,464,600 159,884,599 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 28,700,000 28,700,000 28,700,000 28,700,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 810,000 810,000 810,000 810,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 900,000 900,000 Panci Besar (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Panci Sedang (15 L) 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Panci Kecil (10 L) 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 5,550,000 5,550,000 Wadah Plastik (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Wadah Plastik (5 L) 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Saringan 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 Pengaduk Kayu 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Mangkuk 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Centong 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 Galon Air 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 145,118,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000 3,638,000 12,988,000 38,768,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000
108
2.Biaya Variabel Susu 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 26,488,368 Bakteri Starter 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 16,555,230 Gula 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 18,541,858 Nata de Coco 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 529,767 Perasa Buah 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 365,357 Air Galon 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 1,187,410 Plastik Kemasan Primer 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 3,311,046 Plastik Kemasan Sekunder 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 2,920,343 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 7,547,967 Total Biaya Variabel 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 89,447,345 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 Total Outflow 252,261,245 110,781,245 110,781,245 145,911,245 110,781,245 120,131,245 145,911,245 110,781,245 110,781,245 145,911,245 Net Benefit (115,796,645) 25,683,355 25,683,355 (9,446,645) 25,683,355 16,333,355 (9,446,645) 25,683,355 25,683,355 13,973,354 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (115,796,645) 24,115,826 22,643,968 (7,820,396) 19,964,265 11,921,403 (6,474,108) 16,527,399 15,518,684 7,927,828 PV Negatif (115,796,645) PV Positif 104,324,868 NPV (11,471,777) Net B/C 0.90 IRR 4% Payback Period
109
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Skenario Usaha II Kenaikan Harga Susu 12,5%
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 2. Nilai Sisa 23,419,999 Total Inflow 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 216,894,799 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 28,700,000 28,700,000 28,700,000 28,700,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 810,000 810,000 810,000 810,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 900,000 900,000 Panci Besar (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Panci Sedang (15 L) 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Panci Kecil (10 L) 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 5,550,000 5,550,000 Wadah Plastik (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Wadah Plastik (5 L) 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Saringan 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 Pengaduk Kayu 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Mangkuk 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Centong 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 Galon Air 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 9,000,000 Total Biaya Investasi 145,118,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000 3,638,000 12,988,000 38,768,000 3,638,000 3,638,000 62,768,000
110
2.Biaya Variabel Susu 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 46,980,000 Bakteri Starter 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 Gula 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 Nata de Coco 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 Perasa Buah 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 Air Galon 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 Plastik Kemasan Primer 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 Plastik Kemasan Sekunder 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 Total Biaya Variabel 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 139,318,920 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 Total Outflow 302,132,820 160,652,820 160,652,820 195,782,820 160,652,820 170,002,820 195,782,820 160,652,820 160,652,820 219,782,820 Net Benefit (108,658,020) 32,821,980 32,821,980 (2,308,020) 32,821,980 23,471,980 (2,308,020) 32,821,980 32,821,980 (2,888,021) DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (108,658,020) 30,818,761 28,937,803 (1,910,692) 25,513,283 17,131,748 (1,581,765) 21,121,148 19,832,064 (1,638,528) PV Negatif (108,658,020) PV Positif 138,223,822 NPV 29,565,802 Net B/C 1.27 IRR 13% Payback Period 6.46
111
Lampiran 11. Switching Value Kenaikan Harga Susu 26.006326% Skenario Usaha II
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 2. Nilai Sisa 23,419,999 Total Inflow 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 193,474,800 216,894,799 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 28,700,000 28,700,000 28,700,000 28,700,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 810,000 810,000 810,000 810,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 900,000 900,000 Panci Besar (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Panci Sedang (15 L) 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Panci Kecil (10 L) 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 5,550,000 5,550,000 Wadah Plastik (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Wadah Plastik (5 L) 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Saringan 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 Pengaduk Kayu 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Mangkuk 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Centong 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 Galon Air 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 145,118,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000 3,638,000 12,988,000 38,768,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000
112
2.Biaya Operasional Susu 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 52,620,242 Bakteri Starter 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 26,100,000 Gula 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 29,232,000 Nata de Coco 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 835,200 Perasa Buah 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 576,000 Air Galon 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 1,872,000 Plastik Kemasan Primer 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 5,220,000 Plastik Kemasan Sekunder 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 4,604,040 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 11,899,680 Total Biaya Operasional 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 144,959,162 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 Total Outflow 307,773,062 166,293,062 166,293,062 201,423,062 166,293,062 175,643,062 201,423,062 166,293,062 166,293,062 201,423,062 Net Benefit (114,298,262) 27,181,738 27,181,738 (7,948,262) 27,181,738 17,831,738 (7,948,262) 27,181,738 27,181,738 15,471,737 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (114,298,262) 25,522,759 23,965,032 (6,579,961) 21,128,993 13,015,044 (5,447,215) 17,491,617 16,424,054 8,777,940 PV Negatif (114,298,262) PV Positif 114,298,262 NPV 0.00 Net B/C 1.00 IRR 6.5% Payback Period 10.00
113
Lampiran 12. Switching Value Penurunan Penjualan 34,889207% Skenario Usaha II
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow 1.Penjualan 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 2. Nilai Sisa 23,633,333 Total Inflow 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 139,999,404 163,632,737 Outflow 1.Biaya Investasi Freezer 28,700,000 28,700,000 28,700,000 28,700,000 Kulkas 5,600,000 5,600,000 5,600,000 5,600,000 Mesin Inkubator 27,000,000 Pengaduk 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Termometer 20,000 20,000 20,000 20,000 Kompor Gas 810,000 810,000 810,000 810,000 Bangunan 10,000,000 Mesin Pasteurisasi 30,000,000 Cream Separator 6,000,000 Tabung Gas 900,000 900,000 Panci Besar (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Panci Sedang (15 L) 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Panci Kecil (10 L) 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Milk Can (stainless) 2,100,000 2,100,000 Milk Can (alumunium) 800,000 800,000 Box Susu/cool box 5,550,000 5,550,000 Wadah Plastik (20 L) 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 Wadah Plastik (5 L) 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Timbangan 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 Takaran 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Saringan 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 Pengaduk Kayu 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 Mangkuk 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Centong 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 Galon Air 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 138,000 Sepeda Motor 1 15,000,000 Sepeda Motor 2 9,000,000 Total Biaya Investasi 145,118,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000 3,638,000 12,988,000 38,768,000 3,638,000 3,638,000 38,768,000
114
2.Biaya Variabel Susu 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 27,190,267 Bakteri Starter 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 16,993,917 Gula 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 19,033,187 Nata de Coco 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 543,805 Perasa Buah 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 375,038 Air Galon 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 1,218,874 Plastik Kemasan Primer 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 3,398,783 Plastik Kemasan Sekunder 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 2,997,727 Gaji pegawai 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 Gaji pegawai borongan 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 7,747,976 Total Biaya Variabel 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 91,499,575 3.Biaya Tetap Pemeliharaan 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 7,255,900 Listrik 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 4,872,000 Komunikasi 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 1,392,000 Transportasi 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 4,176,000 Total Biaya Tetap 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 17,695,900 Total Outflow 254,313,475 112,833,475 112,833,475 147,963,475 112,833,475 122,183,475 147,963,475 112,833,475 112,833,475 147,963,475 Net Benefit (114,314,071) 27,165,929 27,165,929 (7,964,071) 27,165,929 17,815,929 (7,964,071) 27,165,929 27,165,929 15,669,262 DF 6.5% 1 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 PV DF 6.5% (114,314,071) 25,507,915 23,951,094 (6,593,049) 21,116,704 13,003,505 (5,458,050) 17,481,444 16,414,502 8,890,006 PV Negatif (114,314,071) PV Positif 114,314,071 NPV 0.00 Net B/C 1.00 IRR 6.5% Payback Period 10.00
115
Lampiran 13. Layout Ruang Produksi Dafarm
4 m
4 m
Freezer
Freezer
Kulkas
Kulkas
Mesin incubator
Mesin pasteurisasi
Kompor gas Peralatan dapur
116
Lampiran 14. Foto Alat Produksi Dafarm
Ruang produksi Freezer Mesin incubator
Kompor gas Peralatan dapur Timbangan
Yoghurt dafarm Milk can Yoghurt dafarm
Kulkas Mesin pasteurisasi