Post on 27-Mar-2019
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL TERBAKAR KUMANDANG AZAN
KARYA YUSNI A. GHAZALI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Izzah
NIM: 105051001935
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 3 Juni 2009
Izzah
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM NOVEL TERBAKAR KUMANDANG AZAN
KARYA YUSNI A. GHAZALI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Izzah NIM : 105051001935
Di Bawah Bimbingan
Umi Musyarofah, MA
NIP. 19710816 199703 02 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
ABSTRAK
Izzah
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Terbakar Kumandang Azan Karya
Yusni A. Ghazali
Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai
sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Berdakwah melalui tulisan merupakan bagian integral dari bidang kajian dakwah.
Keberadaan novel sekarang, bisa dijadikan sebagai media dakwah yang sangat efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Novel Terbakar Kumandang Azan adalah
salah satu novel yang isinya kental dengan nuansa dakwah. Di dalamnya terdapat
pesan-pesan keagamaan dan moral. Biasanya pesan moral itu mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai keagamaan.
Meraih cinta Ilahi melalui ibadah dengan mencari cinta pada azan. Novel
Terbakar Kumandang Azan ini mengungkap nilai dan hikmah di balik sebuah
azan yang sering kali terabaikan. Novel tersebut banyak memuat pesan-pesan
keagamaan yang terkandung dalam ajaran Islam.
Dari konteks di atas, timbul pertanyaan: Pesan apa saja yang terdapat
dalam novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali? Pesan apa yang
paling dominan dalam novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau
disebut juga content analysis yang bersifat kuantitatif. Menurut Wimmer &
Dominick (2000) analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dan
kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Bungin Burhan, h. 134). Data dikumpulkan menggunakan lembar koding (coding sheets) yang dibuat
berdasarkan kategori yang ditetapkan. Penulis dalam hal ini mencoba untuk menganalisis isi pesan dakwah dalam
novel Terbakar Kumandang Azan. Dan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ini adalah
pesan syari’ah dengan prosentase 37.2%. Pesan akhlak dengan prosentase 36.2%.
Dan pesan aqidah mendapatkan prosentase terendah yaitu 26.6%. Hal ini
berdasarkan hasil koefisien reliabilitas antar juri.
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb.
Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba selain ucapan
puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu
menyertai setiap langkah-langkah kita di permukaan bumi ini. Tak lupa pula,
shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling sempurna dan
paling mulia, Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya
yang istiqomah dalam menjalankan risalahnya, hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (satu) di bidang
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami dan berkat kesungguhan hati,
kerja keras dan motivasi serta bantuan berbagai pihak, maka segala kesulitan
tersebut memberikan hikmah tersendiri. Maka atas tersusunnya skripsi ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk serta dukungan terutama kepada kedua
orang tua penulis (Ibunda Azizah Na’im dan ayahanda (alm) Marzuki Ali) yang
selalu mencurahkan kasih sayang dan do’anya serta motivasi kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Dan berharap penulis dapat menjadi anak yang
mulia dan sukses dalam menempuh hidup di dunia dan akhirat. “Semoga amal
baik keduanya mendapat balasan yang setimpal”. Amiin yaa Rabb.
1. Dr. Arief Subchan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam sekaligus Dosen Pembimbing skripsi ini yang senantiasa
meluangkan waktunya dan senantiasa membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini .
4. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, yang telah membekali penulis dengan ilmu
yang berharga. Khususnya dosen Metodologi penelitian Komunikasi
Bapak Drs. Jumroni, M.Si terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat ini.
5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan Utama UIN Jakarta, perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, perpustkaan Iman Jama’, yang telah
memberikan pelayanan yang baik yang sangat membantu penulis dalam
memperoleh referensi-referensi untuk karya ilmiah ini.
6. Keluargaku tercinta dan tersayang, Husni Ali, Dhiauddin, Ichsan, Mukafi
Ali, Salwa Mufida, Nisryn, Rasya Fadhilah, Titin, Shofi dan Silma yang
senantiasa setia menemani setiap langkah penulis dalam suka dan duka.
Juga seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan
inspirasi kepada penulis. Love you all.
7. Heri Andrian beserta keluarga besar, yang telah memberikan doa dan
motivasinya dalam penyusunan skripsi ini. Selalu menghibur penulis saat
sedih dan setia menemani langkah penulis. Thank’s for all
8. Tiga orang juri, yaitu Romdoni Lc, Muhammad Ridwan MA, dan Fahmi
Raisin Lc, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
semoga amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT.
9. Yusni Amru Ghazali, penulis novel Terbakar Kumandang Azan yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai dan memberikan kritik
dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu memotivasi aku untuk terus maju dan
selalu setia menemani aku dalam suka dan duka: Khuzem, Nandar, Zubay,
Sendi, Muthi’ah, Dina, Indira, Khoerunnisa, Maulida dan sahabat-
sahabatku yang lain yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu namanya
tapi tidak mengurangi rasa sayangku kepada mereka. Thanks for our
friendship my best friends, miss you all
11. Teman-teman KPI C angkatan 2005 yang telah berjuang bareng semasa di
bangku kuliah, sudah banyak kenangan yang kita ukir bersama, itu akan
menjadi kenangan terindah dalam hidupku. Tetap solid ya!
12. Dan untuk semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung
penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih banyak.
Wassalam,
Jakarta, 03 Juni 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah melalui media tulisan atau sering kita sebut dengan dakwah
bil qalam yaitu sarana dan metode dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah
kepada mad’u melalui media-media cetak baik koran, majalah, buku-buku
atau berupa tulisan dan artikel lainnya, pengertian dakwah bil qalam itu
sendiri menurut Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktual adalah
menyampaikan dakwah melalui media cetak (tulisan).1
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dimanfaatkan oleh
para tokoh agama ataupun lainnya sebagai sarana dakwah untuk mengajak
manusia ke jalan Tuhan (ud’u ila sabiili rabbika), sehingga tujuan dakwah
yaitu agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat dapat tercapai.
Sastra adalah salah satu karya seni, karya seni itu mengandung unsur
estetika. Karena karya sastra yang berbentuk novel tidak lepas dari latar
belakang pengarangnya, apalagi pengarang tersebut seorang muslim, besar
kemungkinan kelahiran karya tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya
untuk menyampaikan pesan moral yang terkandung dalam ajaran agamanya,
yaitu peristiwa yang berlangsung atau dialaminya.2
Setiap novel mengandung tema yaitu dasar pemikiran penulis yang
disampaikan lewat karya-karyanya, maka dasar atau tema cerita merupakan
1 Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1998), h. 172
2Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1995), h. 322
sasaran atau tujuan yang penting dalam sebuah cerita. Maka apabila sebuah
novel dimuat dengan tema-tema dakwah yang dikemas oleh penulisnya dalam
bentuk sebuah cerita yang imajinatif, agar pesan dakwahnya itu dapat diterima
dan dipahami oleh pembacanya.3
Belakangan banyak penulis muda muslim melakukan dakwah dengan
pena melalui buku. Dengan payung Forum Lingkar Pena (FLP) Helvi Tiana
Rosa sebagai pimpinannya dan aktivis-aktivis lainnya telah menelorkan karya
buku-buku fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen, serta buku-buku Islami
yang isinya kental dengan nuansa dakwah.4
Salah satu da’i muda yang memilih berdakwah melalui tulisan dan
memilih al qalam sebagai media dakwah yaitu Yusni Amru Ghazali, da’i
muda yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta ini sangat produktif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah
melalui berbagai tulisan, artikel dan karya tulis tentang dakwah, selain itu
beliau juga aktif menulis buku-buku yang memiliki substansi nilai-nilai
keislaman dengan gaya tulisan yang dapat dicerna dan mudah dipahami oleh
pembacanya. Dari tangan kreatifnya, penulis kelahiran Ponorogo 12
September 1981 ini banyak menciptakan karya-karya yang layak diberikan
apresiasi dan telah meraih banyak prestasi. Yusni Amru Ghazali yang senang
disapa Yusni ini berhasil mendapatkan penghargaan sebagai “10 besar penyair
3 Arswendo Atmowiloto, Mengarang Itu Gampang, (Jakarta: Suberta Citra Pusaka,
1995), h. 69-70 4 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, (Bandung: Penerbit MQ
Media Qalbu, 2004), cet. Ke-1, h. 42
muda” dalam orasi budaya di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada
acara “Dies Natalis”, pada tanggal 29 Mei 2005.
Saat ini kita akui masyarakat sangat merindukan nilai-nilai
spititualitas, hal ini dibuktikan dengan fenomena novel-novel Islam dan film-
film Islami yang saat ini digemari oleh masyarakat, buku-buku tentang Islam
dan ajarannya banyak diminati. Da’i saat ini dituntut untuk dapat berperan
dalam berbagai hal, terutama dalam bidang tulis menulis karena dakwah bil
qalam dirasakan sangat efektif di tengah kondisi masyarakat terutama
masyarakat metropolis yang tidak banyak memiliki waktu luang untuk
menghadiri langsung kajian-kajian tentang keagamaan.
Maka munculah rasa tertarik peneliti untuk mengungkap dakwah
melalui novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni Amru Ghazali. Karya-
karya yang diciptakannya telah mengantarkan Yusni ke jenjang kepopuleran
sebagai penulis yang diperhitungkan. Peneliti merasa tertarik mengungkap
dakwah melalui novel Terbakar Kumandang Azan ini karena menurut peneliti
novel tersebut sangatlah berkualitas dalam pengemasannya, gaya bahasa dan
tema ceritanya mengenai hal-hal yang dekat dengan kehidupan dan aktivitas
kita sehari-hari sebagai seorang muslim. Novel Terbakar Kumandang Azan ini
mengungkap nilai dan hikmah di balik sebuah azan yang sering kali kita
abaikan. Novel Terbakar Kumandang Azan yang menjadi pokok bahasan
skripsi ini banyak memuat pesan-pesan keagamaan yang terkandung dalam
ajaran Islam. Karena Yusni adalah seorang muslim dan aktivis dakwah, oleh
karena itu tidak mustahil bila ia mendasari pandangannya tentang nilai-nilai
keagamaan sebagaimana yang diajarkan Islam.
Hal inilah yang menjadi landasan mengapa penulis tertarik
mengangkat judul skripsi Analisis Isi pesan Dakwah dalam Novel Terbakar
Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali, karena penulis ingin menganalisis
pesan-pesan dakwah apa sajakah yang disampaikan oleh pengarang novel ini.
Dari latar belakang tersebut, novel Terbakar Kumandang Azan karya
Yusni A Ghazali perlu diteliti dengan judul “Analisis Isi Pesan Dakwah
dalam Novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar peneliti lebih terarah dan memudahkan untuk menelitinya, maka
peneliti membatasi penelitian ini mengenai pesan dakwah yang terdapat dalam
novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali sebagai upaya
mengungkap informasi mengenai dakwah melalui novel dengan menggunakan
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Terbakar Kumandang Azan karya
Yusni A Ghazali.
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah:
1. Pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam novel Terbakar Kumandang
Azan karya Yusni A Ghazali?
2. Pesan dakwah apa yang paling dominan dalam novel Terbakar
Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian secara Umum
1) Untuk mengetahui bahwa dakwah bisa disampaikan melalui novel.
2) Untuk mengetahui bahwa novel bisa dijadikan sarana dalam
penyampaian dakwah
b. Tujuan Penelitian secara Khusus
1) Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam
novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali.
2) Untuk mengetahui pesan dakwah yang paling dominan tentang
aqidah, syari’ah dan akhlak dalam novel Terbakar Kumandang
Azan karya Yusni A Ghazali
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti lain dan
bisa menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan Islam. Dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang bagus dan positif dalam bidang
dakwah melalui novel.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan praktis
untuk memberikan pengetahuan kepada penulis tentang isi pesan
dakwah yang terkandung dalam novel Terbakar Kumandang Azan
karya Yusni A Ghazali. Dan juga untuk menemukan teori-teori tentang
tulisan sastra dan dakwah di dalam novel Terbakar Kumandang Azan
karya Yusni A Ghazali. Jadi bukan hanya sekedar sebuah tulisan
semata melainkan sebagai media yang di dalamnya terdapat pesan-
pesan dakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
metode penelitian analisis isi. R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai
metode analisis isi pesan dalam suatu cara yang sistematis menjadi
petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan-pesan tertentu yang
disampaikan oleh komunikator.5 Analisis isi adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau
tercetak dalam media massa.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek penelitian adalah sumber tempat memperoleh data.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah novel Terbakar
Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali. Dan sebagai objek
5 R. Hostly. Et.al, Konteks Analisis dalam Handbook Psycology, edited by: Gardner
Lindsey 6 Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2004), Ed. 1, cet. K-2, h. 7.9
penelitiannya adalah pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel
Terbakar Kumandang Azan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Kategorisasi
Tabel 1
Kategori dan Subkategori Pesan Dakwah dalam Novel
Terbakar Kumandang Azan
No Kategori Subkategori
1 Pesan Aqidah a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat
c. Iman kepada Kitab
d. Iman kepada Rasul
e. Iman kepada Akhirat
f. Iman kepada Qadha dan
Qadar
2
Pesan Syari’ah a. Ibadah
b. Muamalah
3
Pesan Akhlak a. Akhlak kepada Allah
b. Akhlak kepada sesama
ciptaan Allah
b. Observasi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan
untuk melakukan pengukuran. Di sini, observasi atau pengamatan
diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.7
Observasi dilakukan dengan membaca kata perkata novel tersebut
secara seksama.
c. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).8 Dalam hal
ini penulis melakukan wawancara kepada Yusni A Ghazali di Ciputat
pada tanggal 7 maret 2009, jam 10:30 WIB.
d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa buku-buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi
dan buku-buku novel, serta data tentang novel yang didapat dari
internet.
4. Teknik Analisis Data
Data akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis
dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan
menjelaskan dan menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel
Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali. Adapun penelitian ini
7 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-1, h. 69 8Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, h. 68
bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi novel
Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali. Tahapan-tahapan
penulis dalam menganalisa data adalah:
a. Melakukan kategorisasi terhadap novel Terbakar Kumandang Azan.
b. Memasukkan data ke dalam lembar koding sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan.
c. Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi novel
dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder yang
dipilih dari orang yang dianggap kredibel untuk mengisi lembar
koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan. Juri tersebut
yaitu: (1) Romdoni Lc, juri (2) Muhammad Ridwan MA, dan juri (3)
Fahmi Raisin Lc.
d. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien
reliabilitas dengan rumus dari Holsti (1969). Yaitu:
Koefisien Reliabilitas : 21
2
NN
M
+
Keterangan:
2 M : Nomor keputusan yang sama antar juri
N1 N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
e. Setelah itu diperoleh rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan Komposit Reliabilitas9 dengan
menggunakan rumus yaitu:
Komposit Reliabilitas : ( )
( )( )juriantarXN
juriantarXN
11 −+
Keterangan:
N : Jumlah juri
X: Rata-rata koefisien reabilitas antarjuri
f. Kemudian dilakukanlah perhitungan prosentase mengenai pesan
dakwah yang dominan yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan. Selanjutnya menganalisa data. Perhitungan
prosentase mengenai pesan dakwah yang dominan dihitung dengan
rumus :
%100×=N
FP
Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Populasi
5. Definisi Operasional
a. Pesan Dakwah
9 Holisti, O.R, Contens Analysis for the Social Sciense and Humanities, (USA: Addiron
West ley Publishng Co. 1969) h. 137-140
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesan mengandung arti
perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau
disampaikan kepada orang lain.10 Menurut Onong Uchjana Effendy,
pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.11 Dalam buku Komunikasi Dakwah, Toto Tasmara
mengatakan bahwa pesan dakwah adalah semua pernyataan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun lisan
dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.12
Sedangkan M. Masyhur Amin dalam bukunya Dakwah Islam dan
Pesan Moral dan M. Hafi Anshari dalam Pemahaman dan Pengalaman
Dakwah pun juga E. Hasan Saleh dalam bukunya Studi Islam,
menjelasakan bahwa materi atau pesan dakwah yang harus
disampaikan adalah mencakup aqidah, syari’ah, dan akhlak.13
b. Novel
Novel adalah genre sastra dari Eropa yang muncul dilingkungan
kaum borjuis di Inggris dalam abad 18. Novel merupakan produk
masyarakat kota yang terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang
untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa perkembangan novel terjadi
tahun 1970-an.14
10 Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), 761 11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-2, h.43
12 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
13 M. Ibnu Rochman, Hukum Islam dalam Perspektif Filsafat, (Yogyakarta:: Philoshofy
Press, 2001), cet. Ke-1, h. 9-10 14
Jakob Sumardjo, Konteks sosial Novel Indonesia 1920-1977 ( Bandung : Penerbit
Alumni , 1999 ), Cet Ke- 1 h. 12.
Novel memiliki unsur-unsur pembangunan yang menyebabkan
karya sastra itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik.
6. Teknik Penulisan
Untuk keperluan skripsi, penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah cet. Ke-1 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan
penulis dari hasil observasi yang telah penulis lakukan sampai saat ini tidak
menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang penulis ajukan dan
perbedaan antara judul penulis dengan judul sebelumnya yaitu skripsi tahun
2006 membahas tentang Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Rihlah
Ilallah Karya Najib Khaelani, pada tahun 2006 Analsis Pesan Dakwah Pada
Novel Nikah Dini Keren Karya Haekal Siregar, pada skripsi tahun 2007
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Nomik (Novel-Komik) Karya Ali Muakhir,
pada tahun 2008 Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Di Atas Sajadah
Cinta karya Habiburrahman Al-Shirazy. Sedangkan penulis menganalisa
tentang Novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A Ghazali.
Penulis memilih judul tersebut dikarenakan belum adanya yang
menganalisa tentang Novel Terbakar Kumandang Azan. Maka penulis tertarik
untuk meneliti novel tersebut dikarenakan seluruh masyarakat patut
memahami arti mendalam dari sebuah azan yang bukan hanya sebagai tanda
masuk waktu shalat tapi ada sebuah pengalaman yang mendalam yang
dituangkan oleh penulis yang layak diketahui. Ini adalah sebuah metode
dakwah yang efektif sebagai acuan memulai pentingnya shalat berjama’ah.
Demikian alasan penulis dalam mengajukan judul skripsi Analisis Isi Pesan
Dakwah Dalam Novel Terbakar Kumandang Azan Karya Yusni A.Ghazali.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini lebih sistematis sehingga tampak adanya gambaran
yang terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab
berikutnya, maka penulisan laporan ini disusun dalam lima bagian:
Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teoritis, yang terdiri dari analisis isi, konsep dakwah
yang termuat di dalamnya tentang pengertian, tujuan dan pesan
dakwah. Dan ruang lingkup novel yang termuat di dalamnya
pengertian novel dan unsur intrinsik dalam novel. Novel sebagai
media dakwah.
Bab III Gambaran umum novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni A
Ghazali. Terdiri dari biografi Yusni A Ghazali, Ringkasan Cerita
dalam novel Terbakar Kumandang Azan, Unsur Intrinsik dalam
novel Terbakar Kumandang Azan dan karya-karya Yusni A
Ghazali.
Bab IV Temuan dan Analisa Data. Terdiri dari Analisis Isi Pesan Dakwah
dalam Novel Terbakar Kumandang Azan. Pesan Dakwah Dominan
dalam Novel terbakar Kumandang Azan dan Analisa Data.
Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran, serta diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Analisis Isi
Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu
alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang
terbuka dari komunikator yang dipilih (Budd, 1967:2). Analisis isi adalah
penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi
adalah Harold D Laswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu
mencatat lambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian diberi
interpretasi.15 Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi
komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi: surat kabar,
buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-
undang, musik, teater dan sebagainya.16
Menurut R. Holsty, analisis isi adalah suatu metode analisis isi
pesan dalam suatu cara yang sistematis dan menjadi petunjuk mengamati
serta menganalisis pesan-pesan tertentu yang disampaikan oleh
15
Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, h. 7.9 16
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), cet. Ke-11, h. 89
komunikator. Dia menjelaskan batasan tentang analisis dengan pendekatan
kuantitatif yang mengutamakan ketetapan dalam mendefinisikan isi pesan
seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu,
konsep, tema atau penyajian suatu informasi. Sedangkan yang kedua
adalah pendekatan kualitatif. Di mana dalam pendekatan ini menggunakan
seperangkat tema sebagai pedoman dalam pembahasan seluruh isi pesan
dan mencoba menerangkan bagaiman tema tersebut dikembangkan oleh
suatu sumber atau media dan cendereung untuk meneliti masalah yang
tidak mencakup jumlah.17
Menurut Klaus Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable)
dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik
penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk
pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian, ia
bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan
“fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya. Ia adalah sebuah alat.18
Atherton dan Klemmack (1982) mendefinisikan analisis isi
(content analysis) sebagai studi tentang arti komunikasi verbal. Bahan
yang dipelajari dapat berupa bahan yang diucapkan atau bahan tertulis.
17
Toni Sultoni, Analisis Isi Pesan Dakwah Novel Gadis Pantai Karya Pranoedya Ananta
Toer, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h.
12 18
Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993), cet. Ke-2, h. 15
Biasanya, peneliti tertarik akan ide atau sikap dan tidak dengan
pengetahuan, kinerja dan tingkah laku atau keadaan mental.19
Barelson mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif
tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian ini
adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
Holsti memberi definisi yang agak lain dan menyatakan bahwa kajian isi
adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui
usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.20
Metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam bidang ilmu
komunikasi karena yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah isi
pesan yang disampaikan oleh suatu media komunikasi. Prosedur kerja
metode ini hampir sama dengan metode survei, yang membedakan
hanyalah objek penelitiannya. Pada metode survei yang menjadi objek
penelitiannya adalah individu atau orang, sedangkan pada metode analisis
isi, yang menjadi objek analisisnya adalah isi pesan.21
Sejarah analisis isi diperkenalkan sebagai sebuah metode
sistematik untuk mempelajari media massa oleh Harold Laswell pada
19
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet.
Ke-6, h. 72 20
Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penetapan, (Jakarta:
Ringka Cipta, 2005), cet. Ke-2, h. 13-14 21
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1,
h.68
tahun 1927. Metode ini mulai populer sebagai metodologi riset selama
tahun 1920-an dan 1930-an untuk menyelidiki isi komunikasi dalam film-
film yang mengalami perkembangan sangat cepat saat itu. Pada fase
berikutnya perkembangan metode analisis isi sangat dipengaruhi oleh
pendekatan kuantitatif yang ditawarkan Bernard Berelson.22
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab Dakwah dan kata daa’a,
yad’u yang berarti panggilan, ajakan dan seruan.23
Di samping itu, makna
dakwah secara bahasa juga mempunyai arti:
a) An-Nida artinya memanggil.
b) Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong sesuatu.
c) Ad-dakwah ila qadhiyah, artinya menegaskannya atau membelanya
baik terhadap yang haq ataupun yang batil, yang positif maupun yang
negatif.
d) Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia
ke suatu aliran atau agama tertentu (Al-Misbah Al-munir, pada kalimat
da’aa).
e) Memohon dan meminta, ini yang sering disebut dengan istilah
berdo’a.24
22
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h.70 23 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-1, h. 2
Ki Moesa A. Machfoeld dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu
Dakwah dan Penerapannya) mendefinisikan dakwah yaitu panggilan,
tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan
Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan
Allah tersebut bersifat ekspansif yaitu memperbanyak jumlah manusia
yang berada di jalan-Nya.25
Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah secara definitif adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di
dunia dan akhirat.26
Dakwah menurut Syaikh Ali Mahfudz yaitu mengajak
manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek, agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.27
Jum’ah Amin Abdul Aziz dalam Fiqh Dakwah mengartikan
dakwah sebagai usaha menyeru manusia kepada Islam yang hanif dengan
keutuhan dan keuniversalannya, dengan syiar dan syariatnya, dengan
aqidah dan kemuliaan akhlaknya, dengan metode dakwahnya yang
24
Jum’ah Amin Abdul ‘Aziz, Fiqh Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam,
(Solo: Era Intermedia, 1998), cet. Ke-3, h. 25 25
A. Machfoeld, Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2004), h. 15 26
Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004), Cet.
Ke-1. h. 67 27
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 28
bijaksana dan saran-sarannya yang unik serta cara-cara penyampaiannya
yang benar.28
Dakwah menurut HSM. Nasaruddin Latif yaitu setiap aktifitas
dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
maupun lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT, sesuai dengan
garis-garis Aqidah dan syariat serta akhlak Islaminya.29
Menurut Sudirman (1979) dalam bukunya Problematika Dakwah
Islam di Indonesia, dakwah adalah merealisasikan ajaran Islam di dalam
kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan perorangan maupun
masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridlaan
Allah SWT.30
Dari beberapa pengertian dakwah di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan, dakwah yaitu menyampaikan dan memanggil serta mengajak
manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat
(amar ma’ruf nahi munkar).
2. Tujuan Dakwah
Tujuan pelaksanaan dakwah ada dua, yaitu:
a. Tujuan langsung yakni ditujukan langsung kepada masyarakat agar
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-nya.
28
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h.
74 29
Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara, t.t.), h. 11 30 Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta: PDII, 1979, h. 47
b. Tujuan tidak langsung, yaitu dengan membentuk kader-kader da’i baik
melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal, sehingga
mereka dapat diterjunkan ke dalam masyarakat. 31
Jadi tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia
dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran
Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.32
3. Pesan Dakwah
Materi dakwah ialah ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran
Islam inilah yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak
mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran-
ajaran Islam benar-benar diketahui, dipahami, dihayati dan diamalkan,
sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan agama Islam.33
Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting yaitu
aqidah, syari’ah dan akhlak. Dengan begitu bisa dikatakan akhlak
merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak dari
seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara
pada pembentukan akhlak yang mulia.34
1) Aqidah
31
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h. 35
32 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 5
33 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press,
1997), cet. Ke-1, h. 11 34
Didin Hafidhuddin, Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pustaka
Zaman, 2000), cet. Ke-1, h. 71
Dari segi bahasa, aqidah berasal dari al ‘aqdu yang berarti
ikatan, kepastian, pengukuhan, pengencangan dengan kuat, juga berarti
yakin dan mantap (Kamus Lisan al-Arab, III:295-300). Aqidah atau
iman yaitu pengakuan dengan lisan dan membenarkan dengan hati
bahwa semua yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar dan hak.
Masalah iman ini telah digariskan dan ditetapkan sebagai yang tersebut
dalam rukun iman.35
Aqidah ini merupakan fondamen bagi setiap muslim. Aqidah
inilah yang menjadi dasar yang memberi arah bagi hidup dan
kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan keimanan kepada
Allah SWT, para malaikat as, kitab-kitab yang diwahyukan kepada
para Rasul, adanya hari kiamat dan adanya qadha’ dan qadar serta
masalah-masalah yang berakitan dengan pokok-pokok keimanan itu.
Hal ini pernah diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw ketika beliau
menjawab pertanyaan malaikat Jibril as sebagai berikut:36
� �نأ �� � ام��ا� و����ر و���آ و���� � و�� �ر"!�� ����و � )روا# +*( )( )' (# %$ و#
Artinya :“Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para
malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir
dan adanya takdir baik dan buruk (yang diciptakan
oleh)Nya.” (HR. Muslim dan Umar)
Dimensi aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia
terhadap rukun iman, kebenaran agama dan masalah-masalah gaib
yang diajarkan agama. Inti dimensi aqidah dalam ajaran Islam adalah
35
Syekh Thahir Ibn Saleh, Al-Jawahirul Kalamiyah, (Al-Qahirah: 1386 H, T.pn.,) hlm, 3 36 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 11
tauhid. Ismail R. Al-Faruqi seperti dikutip oleh Fuad Anshori bahwa
esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang
menegaskan Allah sebagai Yang Maha Esa.37
Aqidah adalah pesan-pesan dakwah yang meliputi: Iman
kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah,
iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada
qadha dan qadar.38
2) Syari’ah
Secara bahasa (etimologi) kata “syari’ah” berasal dari Bahasa
Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat harus dipatuhi dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya.39
Berbicara mengenai syari’ah, Syeikh Mahmud Syaltut,
sebagaimana dikutip H. Endang Saefuddin Anshari, M.A, menulis:40
keyakinan merupakan dasar daripada syari’ah. Dan syari’ah adalah
hasil daripada kepercayaan, sebab perundang-undangan tanpa
keimanan bagaikan bangunan yang tidak bertumpuan dan keimanan
dengan tidak disertai syari’ah untuk melaksanakannya, hanyalah akan
merupakan teori, ajaran yang tiada berdaya dan berhasil.
37
Fuad Nashori dan Pachmy Diana Muharam, Mengembangkan Kretaivitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-2, h. 78
38 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 95
39 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1,
h. 343 40
Endang Saefuddin Anshari, Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan
Tinggi, (Jakarta:Rajawali, 1992), cet. Ke-3, ed.2, h. 91
Syari’ah mengandung cara-cara atau peraturan ibadah seperti
sembahyang, puasa, zakat, ibadah haji dan lain-lain yang dalam istilah,
lebih umum disebutkan “hablum minallah”. Syariah juga mengandung
muamalah seperti perkawinan, hutang-piutang, jual-beli, keadilan
sosial, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan manusia
(hablum minan nas).41
a) Ibadah
Ibadah adalah bahasa Arab yang secara etimologi berasal
dari akar kata ‘abada-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan yang berarti taat,
tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu
mempunyai makna yang berdekatan.42
Para ahli dari berbagai
disiplin ilmu mengemukakan pengertian ibadah dari segi
terminologi dengan rumusan yang bervariasi sesuai dengan
bidangnya. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah
sebagai berikut: Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah
dan menyelenggarakan segala syari’at (hukum). Menurut ahli Fiqh,
ibadah adalah: Segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk
mencapai keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di
akhirat.43
Para Ulama membagi ibadah menjadi dua, yaitu ibadah
makhdhah dan ibadah ghair makhdhah. Ibadah makhdhah adalah
41
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), cet. Ke-1, h.10 42
Al-Qardhawi Yusuf, Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah, (Beirut: T.pn.,1979).
cet. 6, h. 27 43
Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), cet. Ke-8, h. 3
berbagai perbuatan yang dilakukan semata-mata hanya wujud
pengabdian seseorang kepada Tuhannya. Sedangkan ibadah ghair
makhdhah adalah berbagai perbuatan yang dilakukan sebagai
upaya memenuhi kebutuhan kehidupan dunia yang disertai dengan
niat mencari ridha-Nya.44
Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini
adalah beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa
ibadah adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan
mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Dan ibadah di dalam
Islam mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh
kehidupan dengan berbagai macam isinya.45
b) Muamalah
Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama
dari segi bahasa dan ke dua dari segi istilah. Menurut bahasa
muamalah berasal dari kata ‘aamala-yu’aamilu-mu’aamalatan
sama dengan wazan faa’ala-yufaa’ilu-mufaa’alatan, artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.46
Menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan
pengertian muamalah dalam arti sempit. Definisi muamalah dalam
arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut: Al Dimyati
44
M. Saefuddaulah, Akhlak Ijtima’iyah, (T.tp.:Pamator, 1998), cet. Ke-1, h. 8 45
Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005),
cet. Ke-1, h.118 46 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1
berpendapat bahwa muamalah adalah: Menghasilkan duniawi,
supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi.47
Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah
adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.48
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas),
didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut:
a) Menurut Hudlari Byk: Muamalah adalah semua akad yang
membolehkan manusia saling menukar manfaatnya.
b) Menurut Idris Ahmad,49 muamalah adalah aturan-aturan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik.
c) Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar-menukar
barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang
telah ditentukan.
d) Muamalah menurut Fuqaha yaitu segala hukum yang
dilaksanakan untuk kebaikan keluarga, masyarakat dan Negara
atau kemuslihatan dunia.50
3) Akhlak
47
Lihat al Dimyati, dalam: I’anat al Thalibin, Toha Putra, Semarang, tt. hlm.2 48
Lihat Abdul Madjid, dalam : Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kbendaan
dalam Islam, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 1986 hlm. 1 49
Lihat Fiqh al-Syafi’iyah, Karya Indah, Jakarta, 1986, hlm. 1 50 Tengku Muhammad Habsyi Ash-Siddieqy, Kuliah Ibadah, h. 5
Akhlak secara etimologis berarti tingkah laku atau perbuatan.
Dan secara terminologis akhlak adalah tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam
sekitarnya.51
Imam Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan
sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.52
Dr Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan
bahwa akhlak adalah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan
manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang
hak atau yang batil.53
Sedangkan menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.54
Akhlak yang dituntut dan dipelihara ialah akhlak yang
merupakan sendi agama di sisi Tuhan, bukanlah sekedar mengerti
bahwa kebenaran itu adalah mulia dan dusta adalah hina, dan bukan
pula sekedar mengetahui bahwa ikhlas itu suatu yang agung, sedang
tipu daya adalah sebuah kehancuran. Akan tetapi akhlak yang dituntut
51
Hasan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan
Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000), cet. Ke-2, h. 57 52
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, h. 3 53
Ahmad Amin, Al-Akhlak, terjemahan Y Bahtiar Affandy, (Jakarta: Jembatan, 1995),
h. 1 54 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3
yaitu reaksi jiwa dan segala sesuatu yang mempengaruhinya untuk
melakukan apa yang patut dilakukan dan meninggalkan apa yang harus
ditinggalkan.55
Adapun ruang lingkup akhlak terbagi dalam beberapa bagian:
1) Akhlak terhadap Kholik. Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha
pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia
wajib tunduk kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukkan kepada
sifat manusia sebagai hamba.
2) Akhlak terhadap Mahkluk. Prinsip hidup dalam Islam termasuk
kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang
beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya
adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggota badan dengan
anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat.56
C. Ruang Lingkup Novel
1. Pengertian Novel dan Unsur Intrinsik dalam Novel
Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula
dari kata noveis yang berarti “baru”.57
Dikatakan baru karena kalau
dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama dan
lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. Menurut Robert Liddell
“ novel Inggris yang pertama sekali lahir adalah Famela pada tahun 1740”
55
Ali Akbar, Nabi Muhammad Pembawa Rahmat, Suara Mesjid, No. 64, DDII, hlm. 9 56
http://www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=286,
diakses pada tanggal 08 Mei 2009, pada pukul 16:40 WIB 57 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung:Angkasa, 1984), h.164
(1965:17). Novel sebagai salah satu bentuk dari prosa fiksi, mempunyai
arti sebagai sebuah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Istilah novel sendiri sama dengan roman. Kata novel berasal dari
bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat.
Sedang istilah roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan
yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan.
Istilah roman berkembang di Jerman, Belgia, dan bagian-bagian Eropa
daratan yang lain.58
Menurut Abdullah Ambary dalam bukunya Inti Sari Sastra
Indonesia, novel ialah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa
dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau
menentukan nasibnya.59 Sedangkan menurut P. Supratman Nata Wijaya,
novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup seseorang.60
Menurut Suprapto, novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sikap prilaku.61
58
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusatraan, (Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986), cet. Ke-1, h. 29
59 Abdullah Ambary, Inti Sari Sastra Indonesia, (Bandung: Djatmika, 1983), h. 61
60 P. Supratman Nata Wijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, (Jakarta: Bpk. Gunung
Mulia, 1979), cet. Ke-2, h. 37 61
Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Bahasa Indonesia, (Surabaya: Indah, 1993),
h. 53
Novel memiliki unsur-unsur pembangunan yang menyebabkan
karya sastra itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisasi karya sastra. Unsur-unsur tersebut menurut Welleck dan
Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro, adalah antara lain
keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya.62
Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan
corak karya yang dihasilkannya. Selain itu, psikologi pengarang dan
keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan sosial juga
termasuk unsur ekstrinsik yang juga akan berpengaruh terhadap karya
sastra.
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur
intrinsik inilah yang membuat sebauh novel berwujud. Unsur yang
dimaksud antara lain:
a) Plot
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit
orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai
unsur fiksi lain. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot,
62 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 23
kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier,
akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang
ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita,
kesederhanaan plot berarti kemudahan cerita untuk dimengerti.
Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks, ruwet dan sulit
dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita
menjadi lebih sulit dipahami.63
Plot sendiri menurut Josip Novakovich adalah peristiwa kunci
dalam cerita dan logika yang menghubungkan peristiwa utama dengan
peristiwa lainnya yang berfungsi memperkuat peristiwa itu. Dan plot
menjalin sebab akibat.64
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi 2 kategori.
1. Plot progresif atau plot lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang
diceritakan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama
kali diikuti oleh (atau:menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa
yang kemudian. Atau secara berurutan cerita dimulai dari tahap
awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah
(konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
2. Plot regresif atau alur sorot balik (flash-back), yakni peristiwa yang
diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari
tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan
tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
63
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 120 64
Josip Novakovich, Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani,
(Bandung: Penerbit Kaifa, 2003), cet. Ke-1, h. 98
Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-
kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro
dalam pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu
kategori plot yaitu plot progresif-regresif atau dapat dinamakan plot
campuran.65
b) Tokoh dan Penokohan
Seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan
Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambar yang jelas tentang
seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.66
Tokoh sendiri dapat dibedakan menjadi:
1) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian,
termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi
perkembangan plot. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita,
melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh di dalam peristiwa-
peristiwa yang membangun cerita.67
2) Tokoh Protagonis
65
Josip Novakovich, Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani,
h. 155-156 66
Josip Novakovich, Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani,
h. 164-165 67
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, (Bandung: Katarsis, 2003), cet. Ke-1, h. 16
Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan
Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang
kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejewantahan norma-
norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
3) Tokoh Antagonis yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh
protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.68
4) Tokoh Tritagonis yaitu tokoh menjadi penengah antara pelaku
protagonis dan antagonis.
5) Tokoh Pembantu atau tambahan yaitu pelaku bertugas membantu
pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu,
mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai
penenang atau sebagai penengah jika terjadi konflik.
c) Setting atau Latar
Setelah penokohan atau alur cerita ditetapkan, agar keadaan suatu
peristiwa dan tokoh dalam cerita tersebut dapat tergambarkan dengan
jelas maka diperlukan adanya latar. Latar adalah segala keterangan
mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra.69
Latar atau setting menurut M. H. Arbams, sebagaimana dikutip
oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu
yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
68
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 180 69
Erwan Juhara, dkk, Cendekia Berbahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT.
Setia Purna Inves, t.t.), h. 102
diceritakan. Secara singkat, latar adalah “latar belakang fisik, unsur
tempat dan ruang, dalam suatu cerita”.70
Latar atau tempat
menyarankan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan
terjadinya peristiwa-peistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan
prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi.71
d) Point Of View
Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton,
sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan
sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat
secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat
memadai.72 Sedang Ismail Marahimin membahasakan point of view
dengan “Posisi Narator”.73
D. Novel Sebagai Media Dakwah
Di era saat ini, ada banyak media yang bisa dijadikan sebagai sarana
dakwah. Selain media massa, seperti koran, majalah, radio dan televisi, ada
juga sarana lain yang cukup efektif, yakni melalui buku. Melihat animo
70
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, h.136 71
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 181 72
Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
Layar Terkembang, h. 120 73
Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2001), cet.
Ke-3, h. 130
masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan,
menjadikan dakwah melalui buku sebagai alternatif yang cukup
representatif.74
Dalam rentang sejarah dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW,
kita akan menemukan kenyataan bahwa Rasulullah SAW pun memanfaatkan
media ini untuk melakukan dakwah di jalan Allah. Oleh karenanya menjadi
penting bagi kita untuk juga memperhatikan pemanfaatan media ini dalam
upaya mengemban tugas dakwah di jalan Allah SWT yang penuh barokah
ini.75
Dakwah bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen, cerbung,
cergam dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah didalamnya.
Beberapa penulis juga sudah melakukan hal ini. Dan bahkan sekarangpun
beberapa ustadz juga telah menulis buku hal ini tentunya juga sebagai suatu
media dakwah. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat ajakan
untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan
masyarakat Yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang
berbeda-beda.76
Dakwah yang dikemas dalam bentuk tulisan jauh lebih awet ketimbang
yang dilakukan secara lisan. Daya jangkaunya juga lebih luas, menembus
batas ruang dan waktu. Buktinya, tulisan para ulama yang dibuat ratusan tahun
silam masih bisa dinikmati oleh generasi kini. Bahkan generasi mendatang,
74
Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, h. 41 75
http://syuhadajogja.co.cc/index.php/telaah-utama/4-syuhada/12-invasi-zionisme-ust-
abubakar-baasir, diakses pada tanggal 26 April 2009, pukul 11:08 WIB 76
http://mediadakwah.com/?link=dtl&id=935, diakses pada tanggal 26 April 2009, pukul
11:09 WIB
berikutnya, serta berikutnya lagi, senantiasa dapat mengambil manfaat
darinya.
Tidak sedikit orang yang kaya ilmu pengetahuan, tapi tidak mengikatnya
dengan tulisan. Saat itu ia akan hilang seiring dengan hilangnya usia.
Gagasan-gagasannya akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Namanya
pun akan berakhir dimakan zaman.77
Setiap manusia suatu saat pasti akan mati. Ini suatu keniscayaan,
siapapun tak mungkin dapat mengelak. Maka, sebelum ajal menjemput,
alangkah eloknya jika kita meninggalkan karya yang berharga. Jasad penulis
boleh terkubur, tapi tulisannya akan senantiasa langgeng.78
Bukankah setelah
mati, maka seketika itu juga putuslah amaliah seseorang. Kecuali tiga perkara
yang dapat menyambung, di antaranya ilmu yang bermanfaat bagi orang lain.
Dakwah adalah sebuah entitas dimana kita dituntut untuk selalu kreatif
dan kekreatifan itu dibungkus oleh ketaatan kepada Sang Super Creator Allah
Swt. Karena ketidak-taatan kepadaNya tidak lagi disebut kreatif tapi bodoh.
Maka apapun bentuk dakwah dibutuhkan kekreatifan pada penggeraknya, agar
dakwah terus berjalan, mengalir dan menjadi bagian dari hidup kita yang tidak
terpisahkan.
Berdakwah melalui sastra membutuhkan setidaknya idealisme yang jelas
serta kekayaan bahasa, agar karya kita mampu menggerakkan seseorang.
77
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid, 2004), cet. Ke-1, h. 11 78
http://padepokanpena.wordpress.com/2008/10/21/yuk-berdakwah-lewat-tulisan/,
diakses pada tanggal 26 April 2009, pukul 11:28 WI
Karena ciri khas sastra adalah kekayaan bahasa, ungkapan yang luhur, dan
menggerakkan perasaan.79
Novel sangat berpotensi sebagai media dakwah untuk mengenalkan
keindahan Islam yang dikemas melalui bahasa yang khas, halus, indah,
komunikatif, dengan menggunakan metode dakwah yang khas dari seorang
pengarang atau penulisnya untuk disampaikan kepada para pembaca dan
pecinta novel.
Dengan kelebihan dan kekurangan sebuah novel, tetapi perlu diketahui
bahwa dengan novel pembaca (mad’u) tidak merasa digurui, artinya novel bisa
memberikan waktu lebih panjang untuk berpikir sehingga orang bisa
bercermin lewat novel yang dibacanya.
79
http://burjo.wordpress.com/2008/12/15/antara-idealisme-dan-estetikarealitas-dakwah-
melalui-sastra/, diakses pada tanggal 24 Maret 2009, pukul 11:31 WIB
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL TERBAKAR KUMANDANG AZAN
KARYA YUSNI A GHAZALI
A. Biografi Yusni A Ghazali
Bermula di Ponorogo, pada 12 September 1981 silam. Di situlah dan
saat itulah Yusni Amru Ghazali dilahirkan. Dia adalah putra tertua dari lima
bersaudara pasangan Mahfudz Ghazali dan Lili Lutfiati. Saudara kandungnya
adalah Muhammad Alwi Amru Ghazali, Muhammad Hafidz Amru Ghazali,
Saodah dan Muhammad Izul Haq. Yusni lahir di Rumah Sakit Bersalin
Aisyiyah, lembaga kesehatan milik Muhammadiyah. Pada tahun 2007, Yusni
menikah dengan Yusepta Eka Sari dan dikarunia seorang putra bernama
Muhammad Habsyi Mustofa Himsyi.
Yusni Amru Ghazali pertama kali mengenyam pendidikan formal di
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengkol 3 Ponorogo pada tahun 1988-1994.
Selama Yusni sekolah di SDN Pengkol, ini Yusni selalu medapatkan rangking
pertama dari kelas 1 hingga kelas 6. Kemudian dilanjutkan di Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Tebu Ireng Jombang pada tahun 1994-1997
dan 1997-2000. Sewaktu di Madrasah Tsanawiyah Yusni pernah mendapat
prestasi sebagai The Best Ten Students. Pada tahun 2000, ia merantau ke
Jakarta untuk kuliah di Universitas Islam Negeri Jakarta dan mengambil
Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Di kampus ini, ia
selalu aktif, ia pernah menjadi sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Sosiologi Agama. Selama ia kuliah di Jakarta, ia memutuskan untuk
masuk ke pesantren Luhur Ilmu Hadits Darussunnah. Darusunnah adalah
sebuah pesantren mahasiswa yang mengajarkan hadits dan ilmu-ilmu agama
lainnya yang sumbernya berasal dari literatur kitab-kitab Arab dan kegiatan
belajar mengajar sehari-harinya adalah menggunakan bahasa Arab. Pengasuh
pondok pesantren Darussunnah adalah Prof. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA.
(Master Tafsir-Hadits Universitas King Saud, Riyadh, Guru Besar Ilmu Hadits
IIQ Jakarta dan juga Imam besar masjid Istiqlal Jakarta).80
Di pondok
pesantren inilah, Yusni mulai menulis karena di pondok pesantren ini sudah
dibiasakan untuk menulis. Rasa keingin tahuan dunia tulis menulis Yusni
berawal dari rasa iri Yusni pada temannya di Darussunnah yang sudah aktif
menulis bahkan tulisannya pun dimuat di surat kabar harian Republika rubrik
Hikmah. Mulai saat itulah, semua mahasantri Darussunnah berlomba-lomba
menulis agar karyanya juga bisa dimuat di media massa.
Berbagai macam motivasi mulai menggugah hati Yusni untuk menulis.
Motivasi intelektual misalnya, Yusni ingin karyanya diaplikasikan dan
dihargai banyak orang dan motivasi financial yang ternyata dengan menulis
bisa menghasilkan uang. Walaupun pada saat itu, tulisannya tidak pernah
dimuat di media massa, akan tetapi Yusni tetap semangat untuk menulis.
Yusni selalu berusaha menghasilkan karya-karya yang menarik, puisi
80
http://edofaqeeh.wordpress.com/2008/11/14/darussunnah-gak-Cuma-buat-anak-yang-
kuliah -agama/, diakses pada tanggal 8 Maret 2009, pukul 11:57 WIB
misalnya. Salah satu puisinya membuat Yusni berhasil mendapatkan
penghargaan sebagai “10 besar penyair muda” dalam orasi budaya di
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada acara “Dies Natalis”, pada
tanggal 29 Mei 2005. Pada saat itulah, ketika Putu Wijaya membacakan novel
dengan berapi-api, Yusni baru tahu betapa hebatnya Putu Wijaya membacakan
sebuah novel sangatlah detail di depan podium seperti membacakan khutbah.
Dalam acara ini, terjadi sebuah peristiwa yang sangat menggugah hati Yusni
untuk terus berkarya, karena pada acara tersebut seorang penyair (Hamid
Jabar) meninggal pada usia 55 tahun ketika sedang membaca sebuah puisi.
Hal itulah, yang membuat Yusni ingin terus berkarya dan Yusni percaya
karyanya akan selalu dihargai orang lain.
Selama di Darussunnah, Yusni juga aktif dalam organisasi intra
pesantren. Salah satunya, Yusni pernah menjabat sebagai ketua Forum Diskusi
Lintas Persepektif (FDLP) Rasionalika. Organisasi ini bertujuan untuk
mengembangkan wawasan para mahasantri agar bersikap kritis terhadap
berbagai persoalan yang banyak terjadi di masyarakat. Kegiatan rutin
organisasi ini adalah penyelenggaraan diskusi dwi mingguan yang diadakan
pada hari Jumat. Materi-materi yang dibahas adalah sekitar permasalahan
keIslaman yang masih relevan dan banyak diperbincangkan oleh berbagai
kalangan terutama para intelektual dan para cendekiawan muslim.81
Awalnya, novel Terbakar Kumandang Azan ini buku biasa yang
populer. Yusni sajikan biasa bukan karena tidak menarik tetapi loncatannya
81
http://www.freewebs.com/darus-sunnah/ekstrakulikuler.htm, dikases pada tanggal 8
Maret 2009, pukul 12:10 WIB
sangat tajam. Yusni mau mencoba menerobos dan menyajikan buku-buku
agama dan novel-novel islami yang berbeda dari yang lainnya. Buku-buku
agama biasanya disajikan tematik yang sangat membosankan dan sudah
saatnya menciptakan karya yang berbeda yaitu menyajikan bacaan yang baik
dan mungkin akan lebih mengena ke pembaca karena bisa dibaca sambil
santai, sambil minum kopi, tetapi masalahnya tidak semua penulis yang
kompeten dalam bidang agama juga mempunyai kompetensi untuk menulis
dengan gaya novel yang bisa menarik minat pembaca, banyak tokoh-tokoh
agama yang sebenarnya mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu.
Yusni sangat potensial agamanya dalam cara mengeksplore gaya bahasa
dalam bentuk novel juga karya-karya Yusni sangat diakui oleh seluruh
masyarakat muslim Indonesia.
Mulanya Yusni idealis, idealis dalam arti Yusni tidak pernah tahu
bahwa ternyata ketika menulis itu menghasilkan uang bahkan dalam jumlah
yang banyak. Akan tetapi, pada dasarnya Yusni memang ingin berdakwah
melalui media apa saja yang bisa disajikan sarana dalam berdakwah. Seperti
yang disampaikan oleh Prof. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA., beliau bercerita
ketika beliau ingin masuk ke perpusatakaan Irak, beliau melihat khat besar
yang artinya bertuliskan “tulisan akan bertahan sangat lama sedangkan orang
yang menulisnya sudah mati di kalang tanah.” Dari sanalah, mahasantri
Darussunnah berlomba-lomba berkarya.82
Mahasantri Darussunnah berobsesi
untuk menjadi penulis dan mementingkan idealisme ketika menulis dan
82 Hasil wawancara dengan Yusni Amru Ghazali pada tanggal 7 Maret 2009, jam 10:30
WIB
berkarya, intinya dakwah. Yusni pun akan seperti itu, tidak pernah
memperhitungkan berapapun royalti yang diberikan oleh penerbit. Tetapi jika
karya Yusni diterbitkan, itu merupakan kebahagiaan, kebanggaan dan hadiah
yang tidak bisa dinilai oleh uang. Mulai saat itulah, Yusni bertekad untuk terus
menulis dan berkarya. Jika banyak pembaca yang membaca karyanya dan
mengamalkannya minimal Yusni mendapat pahala.
Beberapa editor menyampaikan bahwa kecenderungan karya Yusni
diminati bukan hanya karena isinya saja tetapi juga gaya tuturnya yang lebih
damai dan lembut, bukan gaya tutur yang kaku.
Menurut penulis yang hobby bermain bola ini ketika ditanyakan
mengenai perkembangan novel di Indonesia, Yusni menjawab: “novel di
Indonesia berkembang cukup pesat. Kreasi anak bangsa untuk menyajikan
gubahan-gubahan baru dengan gaya modern sangat ramai. Walaupun sebagian
hanya follower saja. Namun, ternyata di hati masyarakat novel semacam itu
diminati. Kalau novel-novel fiksi masih kalah dengan buku-buku terjemahan
Barat. Namun, novel-novel yang bersifat memoar dalam negeri sangat bagus
dan dicari pembaca.”83
Novel Terbakar Kumandang Azan ini terinspirasi ketika Yusni pulang
kerja pada sore hari. Pada saat Yusni terjebak macet, terdengarlah kumandang
azan yang seharusnya ketika azan dikumandangkan umat muslim segera
menunaikan shalat. Ketika sedang berada di rumah pun sering kali Yusni
mengabaikan azan, Yusni bertanya dalam hatinya, “kenapa ketika azan
83
Hasil wawancara dengan Yusni Amru Ghazali pada tanggal 7 Maret 2009, jam 10:30
WIB
dikumandangkan hati saya tidak tergugah seperti para sahabat yang ketika
mendengar azan dikumandangkan langsung bergegas menunaikan shalat?”.
Menurutnya, jika lama kelamaan azan ini tidak disampaikan hakikat dan
maknanya, umat muslim hanya seperti mendengar tepuk tangan seseorang
yang tidak ada artinya. Pada kenyataannya, azan itu sangatlah agung dan
maknanya begitu dalam. Azan bukan hanya sekedar panggilan bahkan orang
Syi’ah menganggap bahwa azan itu dari Allah SWT seperti diceritakan dalam
novel ini.84
Kelebihan novel Terbakar Kumandang Azan ini adalah novel ini lebih
dalam maknanya dan lebih bagus dalam pengungkapannya, karena Yusni
sudah terbiasa dalam menulis dan sudah banyak pengalaman menulis
walaupun karya sebelumnya bukanlah novel. Bahkan, novel ini bukanlah
sekedar novel saja tetapi Yusni menambahkan sedikit ilmu yang berakitan
dengan azan. Kekurangan novel Terbakar Kumandang Azan yaitu novel ini
tidak sepenuhnya novel karena novel ini adalah novel pertama karya Yusni.
Oleh karena itu, Yusni merasa kurang maksimal dalam menyajikannya.
Apabila Yusni diberikan jalan dan kesempatan untuk terus menulis,
Yusni bertekad akan terus menulis dan berkarya sampai akhir hidupnya.
Teknik-teknik dalam penulisan Yusni adalah mengajak kebaikan dan sampai
ke pembacanya. Hampir semua karya Yusni menarik perhatian pembaca.
Sepertinya, Yusni tidak kehabisan kata-kata yang menggugah jiwa dan emosi
untuk larut dalam cerita yang disajikan dalam kata-kata indah dan membuat
84 Hasil wawancara dengan Yusni Amru Ghazali pada tanggal 7 Maret 2009, jam 10:30
WIB
pembaca merasa tertarik untuk membacanya berulang-ulang dan tidak merasa
bosan.
Sesuai dengan ciri khas Yusni dalam berkarya yang selalu didominasi
oleh pesan Ibadah, maka ini menjadi kata kunci dalam semua karya yang
Yusni hasilkan adalah beribadah hanya karena Allah SWT. Yusni memang
berdakwah dalam semua karya yang telah Yusni hasilkan. Karena bagi Yusni,
berdakwah memang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
berdakwah sesuai dengan apa yang memang bisa kita lakukan demi
mengagungkan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Itulah
gunanya manusia memiliki akal dan menjadi makhluk yang sempurna
dibanding makhluk lain.
Yusni merasa dengan Yusni berkarya melalui menulis menyerahkan
jiwanya untuk keberhasilan agama Allah dan memanfaatkan semua apa yang
Yusni miliki untuk dimanfaatkan demi perkembangan Islam dan untuk Islam.
Inilah yang mendorong Yusni untuk terus bersemangat dan beribadah dengan
terus berkarya melalui tulisannya. Selain menulis, Yusni juga beribadah
kepada Allah SWT.85
B. Ringkasan Cerita dalam Novel Terbakar Kumandang Azan
Novel Terbakar Kumandang Azan adalah sebuah novel yang ditulis
oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 12 September 1981 yang
85
Hasil wawancara dengan Yusni Amru Ghazali pada tanggal 7 Maret 2009, jam 10:30
WIB
bernama Yusni Amru Ghazali. Ia adalah sarjana lulusan Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta pada tahun 2005.
Novel ini adalah novel Islami yang mencoba menebarkan dakwah
melalui sebuah karya seni, dan novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai
media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih
banyak tentang Islam.
Yusni Amru Ghazali, penulis novel ini, berhasil menghidupkan cerita.
Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan
gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa
benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus.
Novel ini menceritakan tentang perjalanan seorang muslim dalam
mencari cintanya, bukan cinta pada manusia akan tetapi cinta pada azan
sebagai bukti akan kecintaannya pada Sang Khaliq, Allah Swt. Dia bernama
Farih. Farih telah menjalankan semua perintah Allah Swt dengan baik sesuai
dengan ajaran Islam. Menjalankan shalat tepat pada waktunya, berpuasa,
berzakat dan ibadah lainnya. Walaupun sebenarnya dia tidak pernah tahu
apakah ibadah dan ketaatannya pada Sang Pencipta sudah sempurna, tapi
baginya ketidaksempurnaan itu malah membuatnya merasa dalam proses dan
semakin memotivasinya untuk terus menyempurnakan ibadah dan
ketaatannya. Setiap hari, Farih terus berjuang untuk menjadi muslim terbaik.
Kadang kala, sebagai manusia biasa dia merasa letih menjalankan tanggung
jawabnya sebagai hamba Allah Swt.
Hampir setiap waktu, dia mendengar azan dikumandangkan, setiap
waktu shalat fardu tiba tentunya. Ketika itu, bujukan kebaikan dan bujukan
keburukan berperang di dalam hatinya. Bujukan kebaikan berkata, “shalat
magrib adalah yang dicintai Allah”, seketika itu pula hatinya tenang dan
semangat menjawab azan. Dia ingin sekali pergi ke masjid untuk mengikuti
shalat berjamaah. Tetapi keburukan berusaha membujuknya untuk beristirahat,
bukan berarti dia meninggalkan shalat, tetapi dia ingin mengulur waktu
sebentar untuk beristirahat karena dia letih bekerja seharian. Walaupun
sebenarnya, hati kecilnya ingin sekali untuk shalat berjamaah. Kegundahan ini
membuatnya tidak tenang dan merasa tertekan, karena dia ingin meraih
kemenangan (al-falah) dan ingin menikmati merdunya suara azan.
Farih terus berjuang untuk mencintai azan dan menggapai unsur
terindah dari kumandang azan. Dia memulai perjuangannya dari hal yang
paling sederhana dan yang dia bisa yaitu terus mencari, memahami dan
menyelami makna azan yang terdalam melalui hadis-hadis yang berkaitan
dengan azan. Dan dia mencoba memahami hadis-hadis tersebut dengan
bantuan orang-orang yang sudah memahami hadis tersebut. Farih terus belajar
dan berdiskusi dengan guru-gurunya atau orang lain yang lebih memahami
makna azan. Farih tidak berjuang sendiri, dia ditemani istrinya yang
senantiasa memotivasinya untuk menemukan cintanya pada azan.
Setiap saat, tanpa mengeluh dan tanpa letih dia terus berjuang mencari
makna azan untuk menemukan cintanya pada azan. Ternyata perjuangan dan
pengorbananannya tidak sia-sia, Farih telah menemukan cintanya pada azan,
cinta padanya karena Allah, cinta yang dia bagikan segala rasanya kepada
semua orang. Farih memutuskan untuk menjadi muazain dan dia sangat
bersyukur kepada Allah Swt karena Allah Swt telah memberikan kemudahan
untuknya dalam meniti jalan menuju surga.
C. Unsur Intrinsik Dalam Novel Terbakar Kumandang Azan
Di antara beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan:
1. Plot
Pertama, dalam novel Terbakar Kumandang Azan terdapat plot
yang mengandung Progresif atau plot lurus. Sesuai dengan cerita ke-1:
Shalat telah aku jalankan dengan baik dan terus berusaha
menyempurnakan setiap rukun dengan definisinya yang pas dan sesuai
dengan ajaran Rasulullah. Aku buka setiap lembaran kitab hadis, aku baca
setiap penafsiran dan pendapat ulama semampu mungkin. Terus aku baca
dan aku pahami setiap maknanya, mencari sisi terdalam dan
menempatkannya dengan proposisi yang pas buat diriku. Aku berjuang saat ini. Berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik sebagai budak Tuhan.
Kadang aku, sebagai manusia juga lelah menghadapi dunia dan tanggung jawabku sebagai hamba. Usai bekerja dan pulang dengan membawa
keringat lesu aku berbaring sejenak. Dan tidak lama kemudian, kumandang azan maghrib bergema. Hatiku berkecamuk hebat, sepertinya
kebaikan dan keburukan dalam diriku sedang bertempur habis-habisan.
Kedua, plot regresif atau alur sorot balik dimulai dari tahap awal
atau tengah atau bahkan tahap akhir sesuai dengan cerita ke-5:
Ia kini telah duduk tepat di sampingku. Setelah aku pandangi lebih
lama, ternyata dia adalah Pak Bashri, imam tetap di masjid ini. Aku pun
buru-buru ambil posisi duduk. Dan lenyaplah kantukku seketika, terbang
dibawa angin sepoi-sepoi. Pak Bashri seumuran dengan bapakku, sekitar
setengah abad lebih sedikit. Ia adalah orang Jawa asli yang sudah mukim
di Jakarta lebih dari separuh umurnya. Terhitung sukses dan berhasil, ia
kini tinggal di kompleks perumahan milik sebuah asuransi ternama di
Indonesia. Dan di perumahan tersebut dialah yang diusulkan masyarakat untuk menjadi imam tetap Nurul Hidayah. Pak Bashri berkisah tentang
azan, aku berpikir dan terus berpikir. Membayangkan bagaimana jika
tanda shalat itu berupa lonceng apa jadinya kalau memakai terompet dan
seterusnya.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam novel Terbakar Kumandang Azan ini dapat
dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, dan tokoh pembantu.
a. Tokoh utama adalah tokoh diutamakan, dalam novel tersebut tokoh
utamanya yaitu Farih.
b. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, dalam novel tersebut
yang menjadi tokoh protagonis adalah Doktor Fathullah, ustad Zainul
dan Ustad Andi.
c. Tokoh pembantu atau tambahan yaitu tokoh pembantu pelaku tokoh
utama, sesuai dengan novel tersebut: Istri Farih, Zamroni, Pak Bashri,
Doktor Fathullah, ustad Zainul, Ustad Andi, dan istri Doktor Fathullah.
3. Setting atau Latar
Diantara yang termasuk setting dan latar dari novel tersebut:
Tangerang.
4. Point Of View
Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan
tatanan bahasa yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan unsur
intrinsik dalam novel tersebut lebih terasa dan menggugah pembacanya
untuk terus membaca dan tidak merasa bosan bahkan terlarut dalam cerita
yang diceritakan
D. Karya-karya Yusni Amru Ghazali
Yusni adalah penulis muda berbakat. Novel Terbakar Kumandang
Azan adalah novel pertamanya. Telah begitu banyak karya yang telah Yusni
hasilkan khususnya dalam bidang tulis-menulis. Hampir semua karya yang
telah dihasilkan banyak diminati dan menjadi best seller di toko-toko buku
yang ada. Karya-karyanya sangat khas penuh dengan nilai-nilai religi Islami
dan pesan-pesan moral yang tersampaikan dengan cukup baik.
Yusni selalu menghasilkan karya-karya yang bernafaskan Islam dan
selalu mencari terobosan-terobosan yang terbaru dan tidak membuat
penggemarnya bosan dengan karya-karya yang dihasilkannya. Yusni sangat
percaya akan berkah dari Allah. Semua tujuannya akan tercapai dan menuai
hasil yang memuaskan dari semua karya-karya yang telah dihasilkannya.
Maka dalam hal ini, akan diuraikan secara jelas karya-karya Yusni yang telah
dibuat dalam tabel agar lebih dimengerti oleh pembaca.
Tabel 2
Karya-Karya Yusni A Ghazali
No. Jenis Karya Judul Karya Tahun
Terbitan
Penerbit
1 Buku Islami Shalat 5 Waktu Bersama Nabi 2007 Alif Ba Ta
2 Buku Islami Puasa Sepanjang Tahun
Bersama Nabi
2007 Alif Ba Ta
3 Buku Islami Rahasia Sifat Shalat Nabi 2007 Alif Ba Ta
4 Buku Islami Sujud di Keheningan Malam 2007 Alif Ba Ta
5 Buku Islami Kesalahan dalam Shalat 2007 Aksara Kalbu
6 Buku Islami Mukjizat Tahajjud dan
Shubuh
2007 Grafindo
Khazanah
Ilmu
7 Buku Islami Shalat Dhuha 2007 Grafindo
Khazanah
Ilmu
8 Novel Islami Shalat Hajat dan Dhuha 2008 Himmah
9 Buku Islami Terbakar Kumandang Azan 2008 Edelwiss
10 Buku Islami Shalat Malam bersama Nabi 2008 Zaman
Serambi
11 Buku Islami Mukjizat Shalat Shubuh 2008 Grafindo
Khazanah
Ilmu
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Terbakar Kumandang Azan
Pada Bab IV ini, akan ditampilkan pengolahan data dalam memperoleh
validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel Terbakar
Kumandang Azan. Pengolahan data dalam novel Terbakar Kumandang Azan
sesuai dengan kategori yang ditentukan, yaitu kategori Aqidah, Syari’ah dan
Akhlak. Kemudian akan ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi.
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi pesan
dakwah dalam novel Terbakar Kumandang Azan, penulis mengadakan
pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder yang dipilih dari orang
yang dipandang kredibel, yang terdiri dari: juri (1) Romdoni Lc, juri (2)
Muhammad Ridwan MA, dan juri (3) Fahmi Raisin Lc. Hasil dari kesepakatan
tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reliabilitas.
Rumus uji statistik yang digunakan untuk mencari keofisien reliabilitas
kategori antar juri dari Holsti (1969):
Koefisien Reliabilitas : 21
2
NN
M
+
Keterangan:
2M : Nomor keputusan yang sama antar juri
N 1, N2 :Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
Tabel 3
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 1
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 17 10 8 0.59
Ke 1 dan 3 17 8 10 0.47
Ke 2 dan 3 17 8 10 0.47
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.59, 0.47 dan
0.47.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0.59, itu berarti terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua
juri. Sedangkan kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0.47 yang menunjukkan
kesepakatan di antara kedua juri cukup rendah. Kesepakatan juri 2 dan 3
sebesar 0.47, itu juga menunjukkan terdapat kesepakatan di antara kedua juri
yang cukup rendah.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : ( )
( )( )juriantarXN
juriantarXN
11 −+
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 4
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.59
Ke 1 dan 3 0.47
Ke 2 dan 3 0.47
Nilai Rata-rata (X) = 1.53 : 3 = 0.51
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 76,002,2
53,1
51,021
51,03==
×+
×
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.76, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 5
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 2
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 10 4 6 0.4
Ke 1 dan 3 10 5 5 0.5
Ke 2 dan 3 10 6 4 0.6
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.4, 0.5, dan
0.6.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0.4, itu berarti terdapat kesepakatan yang cukup rendah antar kedua
juri. Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0.5 yang menunjukkan
kesepakatan di antara kedua juri juga cukup rendah. Kesepakatan antara juri 2
dan 3 sebesar 0.6, itu menunjukkan terdapat kesepakatan di antara kedua juri
yang cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : ( )
( )( )juriantarXN
juriantarXN
11 −+
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 6
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.4
Ke 1 dan 3 0.5
Ke 2 dan 3 0.6
Nilai Rata-rata (X) = 1.5 : 3 = 0.5 Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.5 = 1.5 = 0.75
1 + 2 × 0.5 2
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.75, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 7
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 3
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 7 4 3 0.57
Ke 1 dan 3 7 4 3 0.57
Ke 2 dan 3 7 5 2 0.71
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.57, 0.57, dan
0.71.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2,
serta juri 1 dan 3 sebesar 0.57, itu berarti terdapat kesepakatan antar juri yang
cukup tinggi. Sama halnya dengan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0.71
yang menunjukkan kesepakatan di antara kedua juri juga cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : N ( X antar juri) 1+( N-1 ) ( X antarjuri )
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 8
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.57
Ke 1 dan 3 0.57
Ke 2 dan 3 0.71
Nilai Rata-rata (X) = 1.85 : 3 = 0.62
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.62 = 1.85 = 0.82
1 + 2 × 0.62 2.24
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.82, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 9
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 4
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 12 9 3 0.75
Ke 1 dan 3 12 6 6 0.5
Ke 2 dan 3 12 8 4 0.67
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.75, 0.5, dan
0.67.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0.75, itu berarti terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua
juri. Sedangkan kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0.5 yang menunjukkan
kesepakatan di antara kedua juri cukup rendah. Kesepakatan juri 2 dan 3
sebesar 0.67, itu menunjukkan terdapat kesepakatan di antara kedua juri yang
cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : N ( X antar juri) 1+( N-1 ) ( X antarjuri )
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 10
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.75
Ke 1 dan 3 0.5
Ke 2 dan 3 0.67
Nilai Rata-rata (X) = 1.92 : 3 = 0.64
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.64 = 1.92 = 0.84
1 + 2 × 0.64 2.28
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.84, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 11
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 5
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 17 11 6 0.65
Ke 1 dan 3 17 9 8 0.53
Ke 2 dan 3 17 11 6 0.65
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.65, 0.53, dan
0.65.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
serta juri 2 dan 3 sebesar 0.65, itu berarti terdapat kesepakatan antar juri yang
cukup tinggi. Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0.53, itu menunjukkan
terdapat kesepakatan di antara kedua juri yang cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : N ( X antar juri) 1+( N-1 ) ( X antarjuri )
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 12
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.65
Ke 1 dan 3 0.53
Ke 2 dan 3 0.65
Nilai Rata-rata (X) = 1.83 : 3 = 0.61
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.61 = 1.83 = 0.82
1 + 2 × 0.61 2.22
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.82, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 13
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 6
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 9 6 3 0.67
Ke 1 dan 3 9 7 2 0.78
Ke 2 dan 3 9 6 3 0.67
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.67, 0.78, dan
0.67.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0.67, itu berarti terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua
juri. Sama halnya dengan kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0.78 yang
menunjukkan kesepakatan di antara kedua juri juga cukup tinggi. Kesepakatan
juri 2 dan 3 sebesar 0.67, itu menunjukkan terdapat kesepakatan di antara
kedua juri yang cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : N ( X antar juri)
1+( N-1 ) ( X antarjuri )
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 14
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.67
Ke 1 dan 3 0.78
Ke 2 dan 3 0.67
Nilai Rata-rata (X) = 2.12 : 3 = 0.71
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.71 = 2.12 = 0.88
1 + 2 × 0.71 2.42
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.88, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
Tabel 15
Koefisien Reliabilitas Antar Juri (koder) pada Bab 7
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 22 13 9 0.59
Ke 1 dan 3 22 15 7 0.68
Ke 2 dan 3 22 15 7 0.68
Tabel tersebut menjelaskan bahwa: koefisien reliabilitas masing-
masing antar juri (koder) 1 dan 2, 1 dan 3, serta 2 dan 3, yaitu: 0.59, 0.68, dan
0.68.
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2
sebesar 0.59, itu berarti terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua
juri. Kesepakatan juri 1 dan 2 serta juri 2 dan 3 sebesar 0.68, itu menunjukkan
terdapat kesepakatan di antara kedua juri yang cukup tinggi.
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri,
dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas : N ( X antar juri)
1+( N-1 ) ( X antarjuri )
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata Koefisien Reliabilitas antar juri
Tabel 16
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri
Antar Juri Nilai
Ke 1 dan 2 0.59
Ke 1 dan 3 0.68
Ke 2 dan 3 0.68
Nilai Rata-rata (X) = 1.95 : 3 = 0.65
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai dari keputusan antar juri
dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus komposit reliabilitas, adalah
sebagai berikut:
Komposit Reliabilitas = 3 × 0.65 = 1.95 = 0.85
1 + 2 × 0.65 2.3
Dari hasil komposit reliabilitas ditemukan bahwa rata-rata tingkat
kesepakatan antar juri sebesar 0.85, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang
cukup tinggi antar juri.
B. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel terbakar Kumandang Azan
Setelah melakukan penghitungan Koefisien Reliabilitas kepada tiga
juri terhadap kategori-kategori yang telah peneliti buat, selanjutnya akan
ditampilkan data mengenai pesan dakwah yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan, kemudian dihitung untuk mencari jumlah frekuensi
sehingga diketahui kecenderungan isi pesan dakwah dalam novel Terbakar
Kumandang Azan.
Tabel 17
Rincian Kategorisasi Aqidah
Juri No. Bab/hal/dialog Uraian
1 2 3
1 1 / 7 / 7 Terkadang aku termenung mencari makna Allahu
Akbar dalam kalimat azan. √ - -
2 √1 / 8 / 9 Aku sudah siap mendengarkan kumandang azan,
kini aku buka telinga dan hatiku, siap untuk
menerima panggilan suci.
√ √ -
3 1 / 9 / 10 Lamat-lamat aku mendengar seseorang memekik
kesunyian dengan takbir. Aku merasakan getaran
dalam hatiku, tapi hanya sebentar.
√ √ √
4 1 / 9 / 13 Ternyata nada-nada azan itu jika aku salami, telah
membawaku larut dalam kedamaian. Ruhku
membumbung untuk memuji kebesaran Allah,
menghaturkan sembah sujud yang paling dalam.
√ √ -
5 2 / 12 / 4 Aku membayangkan, seolah Rasulullah
menyampaikan hadis ini pada kerumunan orang,
dan aku berada di antara mereka. Dalam khayalan
itu, Rasulullah menyampaikan dengan suara yang
kharismatis dan penuh dengan aura kenabian.
√ √ √
6 2 / 18 / 19 Azan dalam hatiku, azan yang akan aku dengar
dengan cinta. √ √ -
7 3 / 28 / 1 “Pada hari kiamat nanti, ketika semua manusia bingung dan galau dengan dirinya sendiri,
bertanya-tanya akan disiksa atau diberi nikmat-
maka kesaksian dari makhluk lain akan kebaikan (azan) yang pernah kita lakukan di dunia, akan
meringankan siksaan dan menambah derajat pahala.”
- √ √
8 4 / 37 / 12 Aku pikir azan bukanlah termasuk senandung lagu
yang diciptakan oleh manusia. √ √ -
9 4 / 37 / 13 Pada hatinya yang paling dalam, semua orang yang
mendengar azan sebenarnya tergerak ingin
mengerjakan shalat.
√ - -
10 4 / 38 / 14 Karena kalimat ini diciptakan agar dipahami secara
fitrah oleh semua makhluk, maka semua makhluk
akan larut dalam penggilan ketakwaan ketika ia
√ √ -
dikumandangkan.
11 4 / 38 / 15 Karena setan takut beriman, taku panggilan takwa,
takut kalau suara azan itu menjadikannya makhluk yang baik. Kalau kita mencari hakikat iman dan
takwa, sedangkan setan menjauhi bahkan menghancurkan iman dan takwa kita.
√ √ √
12 4 / 44 / 3 “Sabar sayang, dokter memang benar Allah Swt Maha Besar, Dialah yang akan menentukan apakah
kita punya anak atau tidak. Jangankan untuk
menumbuhkan anak dalam rahim yang ada miom-
nya. Jika Ia berkehendak maka di atas batu pun
akan jadi anak. Saat ini kita harus banyak berdoa,
bermunajat pada Zat yang Menghidupkan dan
Mematikan. Dialah yang menentukan apakah kita
punya anak atau tidak.”
√ √ √
13 5 / 52 / 1 “Sebagaimana fungsinya ruh sebagai penggerak,
motivator dan kekuatan bagi tubuh. Maka doa pun
menjadi sumber kekuatan dalam beribadah pada
Allah SWT. Ketika seorang hamba sedang berdoa
maka seharusnya pada saat itu tidak ada harapan
apa pun yang terlintas melainkan kuasa Allah
SWT.”
√ √ √
14 5 / 52 / 2 “Dan ekspresi paling sempurna yang dapat
ditampilkan dalam ibadah adalah doa, memohon
dan meminta pada Allah Swt.”
√ √ -
15 5 / 56 / 1 “Dan hal ini menegaskan bahwa tidak ada istilah
monopoli pahala dalam Islam. Artinya, walaupun
tidak seluruhnya umat Islam memiliki modal
(suara), tetapi yang ingin berlomba dalam ibadah maka akan mendapatkan jatahnya masing-
masing.”
√ √ -
16 5 / 58 / 1 “Di hadapan Allah Swt, antara yang menjawab
azan dan muazin adalah sama dan pada hakikatnya yang menjawab azan adalah juga muazin. Bukan
begitu Farih?”
√ √ -
17 6 / 68 / 8 Karena pada suara yang indah itu terdapat ajakan
bagi pendengar untuk memuji Allah Swt, bersaksi akan ke-Esa-an Allah Swt dan kerasulan
Muhammad Saw.
√ √ √
18 6 / 69 / 8 Azan tidak pernah dikumandangkan oleh orang
yang beragama non-muslim sebagai upaya untuk mengecoh.
√ √ √
19 6 / 69 / 9 Panggilan paling sopan ini punya daya rayuan
yang tinggi dan kuat, karena tersusun begitu rapi.
Dalam kalimatnya azan tidak langsung mengajak
orang untuk shalat “Hayya ‘alas shalaah” tetapi
- √ √
pendengar diajak terlebih dahulu untuk
mengagungkan Allah Swt, kemudian syahadat
barulah ajakan shalat.
20 7 / 86 / 3 “Ridha kepada Allah Swt artinya kita ridha dan
mengakui bahwa Allah Swt adalh Tuhan yang memelihara dan mengatur alam ini. Kita sebagai
makhluk jiga harus ridha dengan segala ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt (qadha dan
qadar). Sedangkan ridha pada Muhammad Saw
artinya kita ridha dan mengakui bahwa semua
yang diturunkan kepada adalah wahyu dari Allah.
Termasuk ridha terhadap semua yang
diperintahkannya. Sebagai wujud kesaksian kita
akan kerasulan beliau. Sedangkan ridha terhadap
Islam sebagai agama adalah ridha dengan segala
perintah dan larangan yang terdapat di dalamnya.”
√ √ √
21 7 / 86 / 4 “Seseorang yang membaca syahadat harus mampu
membuktikan kehambaannya pada Allah,
kepatuhannya pada perintah Rasulullah, dan sikap
mulianya sebagai sikap seorang muslim.”
√ - -
22 7 / 94 / 4 “Kalau melihat pada redaksi hadis ini, tampak
begitu agung dan mulia akhlak Rasulullah Saw.
Betapa tidak? Seorang Nabi dan Rasul yang telah dinobatkan sebagai makhluk paling mulia
sekalipun, dengan rendah hati mengharap umatnya mau mendoakan beliau agar mendapatkan
wasilah.”
- √ -
23 7 / 96 / 4 “Wasilah ini hanya untuk seorang hamba yang
benar-benar sempurna tauhid dan imannya, dari golongan para rasul, nabi dan malaikat.”
√ √ -
24 7 / 101 / 5 “Maha Besar Allah. Terus terang, saya tidak pernah sebelumnya mengenal azan sedalam ini
pak. Dan atas semua bantuan Pak Fathullah saya mengucapkan banyak terima kasih. Mungkin tak
terhingga.”
√ √ √
25 7 / 101 / 15 Dan pahala mereka akan menumpuk diberikan
bagiku tanpa sedikitpun pahala mereka berkurang. Alangkan mudah Allah Swt memberikan jalan
kepada hamba-Nya untuk meniti jalan menuju
surga.
√ √ √
Jumlah
25
Tabel 18
Rincian Kategorisasi Syari’ah
Juri No. Bab/hal/dialog Uraian
1 2 3
1 1 / 5 / 1 Aku adalah seorang muslim. Muslim sejati sejak lahir. Hingga umurku yang ke dua puluh tujuh
tahun ini semua ajaran Islam aku jalankan dengan baik. Tapi aku tidak pernah tahu apakah sudah
sempurna ataukah belum ibadahku, Islamku, ketaatanku, dan semuanya. Sebenarnya tidak
penting bagiku, untuk merasa sempurna dalam ibadah. Justru aku merasa nyaman dengan rasa
yang selalu kurang. Karena dengan begitu aku
merasa dalam proses.
- √ √
2 1 / 5 / 2 Shalat telah aku jalankan dengan baik, dan terus
berusaha menyempurnakan setiap rukun dengan
definisinya yang pas dan sesuai dengan ajaran
Rasulullah.
√ √ √
3 1 / 6 / 5 Aku ingin menang dan meraih kemenangan (al-
falah) untuk menjalankan jamaah. Dan dapat
menikmati kemerduan azan.
- √ -
4 1 / 7 / 7 Aku ingin mencintai azan, merindukan kumandangnya dari waktu ke waktu dan mengikuti
ajakannya dengan ikhlas dan penuh kerelaan.
√ √ -
5 1 / 9 / 11 Aku berusaha masuk ke dalam nada-nadanya dan
membiarkan diriku larut dalam keikhlasan.
√ √ -
6 1 / 10 / 13 Azan benar-benar dahsyat untuk menghanyutkan
jiwaku menuju panggilan sembahyang.
√ √ -
7 2 / 14 / 1 “Assalamu’alaikum-wa’alaikum salaam” √ - √
8 2 / 14 / 2 “Eh…Farih, silahkan masuk. Senang sekali rasanya pagi-pagi begini sudah dikunjungi.
Silahkan, silahkan duduk.”
√ - √
9 2 / 15 / 1 “Hadis ini menurut Ibnu Rajab menjajdi dasar
hukum bahwasanya untuk setiap waktu shalat fardhu, hanya dibutuhkan satu kali azan dalam satu
masjid atau mushala.”
√ √ √
10 2 / 17 / 16 Di dalam catatanku, tertulis: Diadakannya undian
azan menunjukkan adanya dua faktor penting,
yakni terbatasnya waktu dan banyaknya peminat
(semua manusia).
√ √ √
11 3 / 31 / 1
Azan menurutku bukan lagi hanya untuk
memanggil orang agar datang dan mengerjakan
shalat berjamaah. Tapi ia juga kekuatan yang
membuatku harmonis dengan alam sekitarku.
√ √ √
12 4 / 34 / 5 Justru dengan adanya masalah kita dapat belajar
jauh tentang solusi dan risiko dalam bertindak. √ √ -
13 4 / 37 / 12 Azan adalah kumandang shalat yang dikehendaki Allah Swt untuk umat Islam.
- √ √
14 4 / 37 / 13 Suara azan benar-benar memiliki daya rayu yang kuat dan akan menggetarkan hati siapa saja yang
mendengarnya.
- √ √
15 4 / 42 / 2 Pada intinya azan punya kekuatan dua arah,
menjadikan makhluk baik pada kita dan menjadikan makhluk takut pada kita.
√ √ √
16 5 / 48 / 4 Bahkan sekarang aku sudah rapi dengan baju koko, setelah baru saja mengerjakan shalat dhuha empat
rakaat.
- √ √
17 5 / 48 / 7 “Rasulullah bersabda: ‘Doa tidak akan ditolak jika
diucapkan antara azan dan iqamah’”
- √ √
18 5 / 49 / 8 Dalam kitab Al-Muwatha’ yang kebetulan
halamannya terbuka di sampingku disebutkan, bahwa Sahl bin Sa’d As-Sa’idi berkata, “Dua
waktu, saat di mana pintu-pintu langit terbuka,
dan sedikit sekali pada saat itu doa seseorang
ditolak yakni ketika tiba azan shalat dan saat
sedang berada pada barisan jihad.”
√ √ √
19 5 / 49 / 10 Semua berawal saat aku kemarin sempat mengadu
pada Ustad Andi tentang masalah yang sedang aku
hadapi. Dan Ustad Andi dengan senang hati akan
membantuku menemukan cinta yang tak kunjung
datang. Cinta pada azan.
√ √ -
20 5 / 51 / 1 “Doa merupakan pondasi utama untuk membangun semangat, dalam usaha untuk
mendapatkan kebahagiaan. Baik itu di dunia atau di akhirat.”
√ √ √
21 5 / 51 / 2 “Farih harus tahu bahwa doa merupakan ikrar seorang hamba akan kelemahan dia dalam
mencapai kesuksesan apa pun. Karena Zat Yang Maha Mulia adalah penentu segalanya atas cita-
cita seorang hamba.”
√ - √
22 5 / 51 / 3 “Betul Ustad, saya setuju. Dan saya juga pernah
mendengar sebuah hadis yang isinya mengatakan, ‘doa adalah ruhnya ibadah.’ Lalu bagaimana
Ustad memahami ini secara kontekstual?”
√ √ √
23 5 / 54 / 1 Rasulullah bersabda, ’jika azan shalat telah
dikumandangkan maka pintu-pintu langit terbuka
dan doa akan dikabulkan.’ Nah, inilah inti yang
dapat kamu petik untuk menemukan cintamu itu.
- √ √
24 5 / 55 / 1 “Kadang saya berpikir hanya muazin saja yang
beruntung. Saya kasihan dengan mereka yang
√ √ √
tidak tahu akan mukjizat azan ini Ustad.”
25 5 / 56 / 1 Umat Islam yang tidak mampu berhaji, dengan
cara lain akan mendapatkan kesempatan meraih pahala dan keutamaan yang setara.
√ √ √
26 6 / 69 / 8 Kalimat-kalimat azan begitu singkat tapi padat, kandungan dan muatannya sama dengan yang
disampaikan dalam dakwah-dakwah yakni ajakan tuhid, shalat, dan berbuat kebaikan menuju sukses
(al-falah).
√ √ √
27 6 / 75 / 2 “Kita sebagai umat Islam mestinya bersyukur,
karena masih memiliki kumandang pemersatu berupa azan.”
√ √ √
28 7 / 77 / 1 Malam ini aku menjalankan tahajud. Cukup tiga rakaat, termasuk witir.
√ √ √
29 7 / 82 / 2 Aku lebih senang menjadi pendengar di sini. Membaca pola pikir seorang Doctor dan cara dia
menyampaikan pendapat, mengutarakan ide, dan
mengungkapkannya dengan bahasa yang
sederhana.
√ √ -
30 7 / 90 / 3 “Karena azan adalah hak setiap muslim tanpa
kecuali.”
√ √ √
31 7 / 92 / 4 “Hadis memang mengatakan bahwa rezeki kita
sudah ditentukan. Tapi itu rezeki pokoknya Zam,
sedangkan rezeki bonus dan insentifnya,
tergantung pada usaha dan ibadah kita pada Allah.
Kalau rezeki pokok, ente tidur dia akan datang
menghampiri. Tapi kalau untuk mendapatkan
rezeki yang bonus dan intensif, ente perlu banyak
usaha, berdoa dan beribadah.”
√ - √
32 7 / 95 / 4 “Seharusnya umat Islam banyak mengucapkan shalawat dan berdoa untuk beliau, terutama
memohonkan wasilah yang beliau kehendaki itu.”
√ - √
33 7 / 96 / 4 “Dengan do’a, seseorang dapat mengadu pada
Allah Swt tentang segala hal yang dia butuhkan dalam hidup ini.”
- √ √
34 7 / 98 / 4 “Ada zikir khususnya Zam, untuk meniti cita-citamu itu. Bacalah tasbih dan istighfar setiap
habis shalat shubuh dan ashar.”
√ √ √
35 7 / 99 / 5 “Tidak sekedar pahala yang diperoleh dari muazin
sendiri. Muazin masih akan diberi lagi tambahan yakni pahala dari setiap jamaah yang datang dan
shalat bersamanya.”
√ √ √
Jumlah
35
Tabel 19
Rincian Kategorisasi Akhlak
Juri No. Bab/hal/dialog Uraian
1 2 3
1 1 / 5 / 3 Aku berjuang saat ini. Berjuang untuk
mendapatkan nilai terbaik sebagai budak Tuhan.
√ - √
2 1 / 7 / 6 Sekarang setiap hari aku berjuang menikmati azan,
tidak mengabaikannya atau mengacuhkan
panggilannya.
√ - √
3 1 / 7 / 8 Namun aku tidak menyerah, aku tetap ingin
berjuang menggapai unsur terindah dari
kumandang azan.
- √ √
4 1 / 8 / 9 Aku akan datang ke masjid dan mempersiapkan
telingaku terbuka mendengar azan.
√ √ √
5 1 / 8 / 10 Aku ingin mencintai azan, dengan caraku, dengan
semangatku, dengan gairahku, dengan
ketulusanku.
√ - √
6 1 / 9 / 12 Azan telah membangunkan pikiranku dari segala
percakapan duniawi dan khayalan-khayalan. √ √ √
7 1 / 10 / 14 Selanjutnya aku akan menunggu azan-azan pada
shalat fardhu lain.
√ √ √
8 2 / 13 / 7 Aku tidak boleh kecewa, aku tidak boleh
menyesal, jika kelak pada hari yang sudah ditentukan semua keutamaan ibadah ditampakkan
pada manusia. Aku tidak mau menjadi orang yang berkata, “Oh…andaikan aku dihidupkan lagi di
dunia. Pasti akan kuhabiskan hidupku untuk menjadi muazin dan mendengar azan dengan
seksama.”
- √ √
9 2 / 13 / 8 Adapun mereka yang datang menjadi muazin,
yang seksama mendengar dan menjawab setiap kumandang azan, adalah yang pintar. Mereka
adalah orang-orang yang dengan sendirinya telah menemukan rahasia di balik azan.
- - √
10 2 / 13 / 9 Tapi sepertinya ini tidak akan lebih nikmat dibandingkan jika aku menambah ilmu dari orang
lain yang lebih tahu.
- √ √
11 2 / 15 / 1 “Saya datang untuk minta sedikit tambahan ilmu
dari Ustad.”
- √ √
12 3 / 20 / 8 Tapi, yang sedang aku cari saat ini bukan sekedar
itu. Melainkan cinta pada azan.
- √ √
13 3 / 23 / 13 Kalau orang-orang tidak merasa nyaman
mendengar suaraku, masih ada bebatuan, ada
pepohonan, ada kambing, ada jin dan masih
banyak lagi makhluk lain. Mereka akan bersaksi
untukku tanpa menilai bagus atau tidak suaraku.
√ - √
14 3 / 29 / 1 “Ayo, silahkan diminum Farih.” √ √ √
15 3 / 30 / 1 “Karena, jujur saja, untuk memahami hadis secara
teksnya seperti ini saja sudah merupakan kepuasan dalam benak saya. Jadi, saya belum jauh berpikir
ke situ Ustad.”
√ √ √
16 3 / 31 / 1 “Saya pun tidak berlebihan Farih, kalau berkata,
jika kamu ingin dicintai alam sekitarmu, kumandangkanlah azan. Mau masuk hutan,
kumandangkan azan. Mau nyebrang sungai kumandangkan azan. Mau berpergian,
kumandangkan azan. Atau kapan pun kamu
merasa terancam oleh bahaya alam sekitar maka
kumandangkan azan. Bagaimana? Apa kamu
setuju?”
√ √ -
17 4 / 34 / 4 Tapi aku harus menjalani semua ini dengan sabar.
Sebagian besar masalah dalam hidup ini
sebenarnya sama sekali bukanlah masalah yang
harus dijauhi, melainkan dijalani.
√ √ √
18 4 / 36 / 8 Tapi sesekali aku sadar dan mengenyahkan pikiran
semacam itu, karena aku tahu itu pertanda bahwa setan sedang menggoda dan menipu daya.
√ √ √
19 4 / 40 / 1 “Ya mas, hati-hati nyebrangnya. Jangan lama-lama ya!”
√ √ √
20 5 / 47 / 3 Aku mencuci semua bajuku dan baju istriku, mengepel lantai dan menguras kamar mandi.
√ √ √
21 5 / 53 / 1 “Namun doa tidak harus kemudian diucapkan seenaknya, semaunya apalagi jika terkesan
berlebihan.”
- √ √
22 5 / 57 / 1 “Mari kita menjawab kumandang azan dengan
tegas dan ikhlas dari hati yang paling dalam.”
√ - √
23 6 / 60 / 4 Ini adalah perjalanan hati dan pikiran yang begitu
berat untuk dilalui. Tapi mungkin inilah pengorbanan untuk menuai cinta.
√ - √
24 6 / 62 / 1 “Begini mas Farih. Tapi sebelumnya saya beritahu bahwa ini sejarah panjang. Jadi mas Farih harap
sabar mendengarkan saya bercerita.”
√ √ √
25 6 / 75 / 2 “Ya, betul itu mas Farih. Betul sekali. Yang kita
butuhkan sekarang memang rasa syukur, bukan
yang lain.”
√ - √
26 6 / 76 / 2 “Oo…nggak apa-apa. Ilmu agama itu harus dibagi- √ √ √
bagi, kalau disimpan kita tidak akan mendapat
kemuliaan.”
27 7 / 78 / 3 Siapapun yang terlalu banyak membaca dan terlalu sedikit menggunakan otaknya sendiri, akan jatuh
pada kebiasaan malas berpikir, jangan melakukan akumulasi melainkan eliminasi, jangan menambah
setiap hari melainkan mengurangi, karena puncak
kebahagiaan selalu menuju kepada kesederhanaan.
- √ √
28 7 / 78 / 4 Kesempurnaan manusia adalah ketika ia
menemukan ketidaksempurnaannya √ - √
29 7 / 81 / 1 “Baik. Ee… sebenarnya saya di sini menunggu kehadiran mas Farih. Saya dengar mas Farih ini
ingin belajar azan. Atau tepatnya mencintai azan.
Bukan begitu Mas Farih?”
√ √ √
30 7 / 82 / 2 “Wah… Diskusi kita akan semakin hangat kalau
sudah ditemani isi nampan ini.” √ √ √
31 7 / 84 / 3 “Ya kalau belum nggak apa-apa. Yang penting
kamu mengerjakannya. Dan sekarang lebih baik
kita berbincang-bincang atau diskusi sederhana
tentang azan. Siapa tahu ini akan menjadi pemicu
untuk membuat makalahmu makin baik. Bukan
begitu Mas Farih?”
√ √ √
32 7 / 93 / 4 “Setidaknya nanti kan bisa menginspirasi saya
untuk menulis, atau kalau tidak pun sudah pasti
ada manfaatnya buat saya.”
- √ √
33 7 / 94 / 4 Inilah yang terbaik dari istriku, tanpa disuruh pun
kalau ia tahu ada tamu pasti dia buatkan teh. √ √ √
34 7 / 97 / 4 “Begini Zam, kaya itu boleh. Bahkan kalau perlu semua orang Islam itu harusnya menjadi kaya.
Tapi kalau cita-cita menjadi kaya itu hanya mentok di kayanya saja, dan tidak berimbas pada kebaikan
sosial maka rasanya akan kering. Kalau hanya kaya saja maka ujungnya akan foya-foya dan
kesombongan Qorun. Maka dari itu, sisipkanlah
niat sosial pada setiap waktu, saat kamu hendak merealisasikan cita-citamu menjadi orang kaya
itu.”
√ - √
Jumlah
34
Setelah dilakukan analisis isi dalam novel Terbakar Kumandang Azan
dari data tabel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat pesan
dominan dalam novel tersebut dihitung dengan rumus :
P = N
Fx 100%
Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Populasi
Tabel 20
Hasil Prosentasi Data
Pesan Dakwah Frekuensi Prosentase (%)
Aqidah 25 26.6
Syari’ah 35 37.2
Akhlak 34 36.2
Jumlah 94 100
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa pesan dominan yang
terdapat dalam novel Terbakar Kumandang Azan yaitu pesan Syari’ah dengan
hasil prosentase 37.2%, selanjutnya pesan Akhlak menempati urutan ke dua
dengan prosentase 36.2%. Di urutan terakhir pesan Aqidah dalam novel
Terbakar Kumandang Azan mendapatkan prosentase terendah yaitu 26.6%.
C. Analisa Data
Setelah melakukan pengolahan data untuk memperoleh koefisien
reliabilitas kategori dan jumlah frekuensi isi pesan dakwah dalam novel
“Terbakar Kumandang Azan”, maka dapat ditemukan pesan-pesan dakwah
yang terdapat dalam novel tersebut seperti yang terlihat pada uraian berikut:
1. Pesan dakwah tentang aqidah dalam novel Terbakar Kumandang Azan
Frekuensi aqidah sebanyak 26.6% yang terdapat dalam novel
Terbakar Kumandang Azan. Pesan aqidah tersebut meliputi enam
keimanan (arkan al iman) yaitu iman kepada Allah, iman kepada
Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Rasul, iman kepada Akhirat
dan iman kepada Qadha dan Qadar.
Pesan aqidah kepada Allah yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan bisa dilihat dari tokoh Farih yang mencari cinta pada
azan sebagai bentuk kecintaannya pada Allah Swt. Hal ini bisa dilihat
dalam dialog 8, halaman 68, bab 6:
Karena pada suara yang indah itu terdapat ajakan bagi pendengar untuk
memuji Allah Swt, bersaksi akan ke-Esa-an Allah Swt dan kerasulan
Muhammad Saw.
Pesan aqidah kepada Allah yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan juga bisa dilihat dari tokoh Ustad Andi yang berpegang
teguh pada hadis-hadis dan meyakini bahwa doa adalah senjatanya hamba
untuk memohon kepada Sang Khaliq dari setiap keluh kesah seorang
muslim. Bisa dilihat dalam dialog berikut (dialog antara Ustad Andi dan
Farih):
“Sebagaimana fungsinya ruh sebagai penggerak, motivator dan kekuatan
bagi tubuh. Maka doa pun menjadi sumber kekuatan dalam beribadah
pada Allah SWT. Ketika seorang hamba sedang berdoa maka seharusnya
pada saat itu tidak ada harapan apa pun yang terlintas melainkan kuasa
Allah SWT.” (Bab 5, halaman 52, dialog 1)
Pesan aqidah yang terdapat dalam novel Terbakar Kumandang
Azan layak diangkat sebagai referensi dan pegangan seorang hamba agar
lebih memahami arti ajakan menuju jalan Allah dari sebuah seruan yang
setiap lima waktu dikumandangkan. Ini adalah perjalanan hamba menuju
maalikul ‘alamiin jika meresapi dan memahami arti sebuah azan. Karena
aqidah adalah pokok-pokok keimanan, maka aqidah sifatnya kekal dan
tidak mengalami perubahan, baik karena perubahan zaman maupun karena
perubahan tempat.
2. Pesan dakwah tentang syari’ah dalam novel Terbakar Kumandang Azan
Dari hasil pengolahan data diketahui prosentase pesan syari’ah
sebanyak 37.2% yang terdapat dalam novel Terbakar Kumandang Azan.
Hasil ini menunjukkan, bahwa pesan syari’ah menjadi pesan yang
mendominasi dibandingkan dengan pesan aqidah dan pesan akhlak dalam
novel Terbakar Kumandang Azan.
Pesan-pesan syari’ah yang terdapat dalam novel Terbakar
Kumandang Azan diantaranya sebagai berikut:
Kalimat-kalimat azan begitu singkat tapi padat, kandungan dan
muatannya sama dengan yang disampaikan dalam dakwah-dakwah yakni
ajakan tuhid, shalat, dan berbuat kebaikan menuju sukses (al-falah).(Bab
6, halaman 69, dialog 8)
“Dengan do’a, seseorang dapat mengadu pada Allah Swt tentang segala
hal yang dia butuhkan dalam hidup ini.” (Bab 7, halaman 96, dialog 4)
Dalam novel Terbakar Kumandang Azan karya Yusni Amru
Ghazali ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca mengenai
hakikat dan makna azan, yang jika ditelusuri lebih jauh, maka kita akan
mengetahui hakikat dan makna yang sebenarnya dari sebuah azan. Azan
bukanlah suara yang berlalu begitu saja seperti mendengar tepuk tangan
seseorang yang tidak ada artinya. Pada kenyataannya, azan itu sangatlah
agung dan maknanya begitu dalam. Azan bukan hanya sekedar panggilan
bahkan orang Syi’ah menganggap bahwa azan itu dari Allah SWT seperti
diceritakan dalam novel ini. Sebenarnya, walaupun Rasulullah telah
meminta kepada Allah untuk meringankan shalat fardhu yang tadinya
berjumlah 50 waktu menjadi 5 waktu, akan tetapi pada hakikatnya shalat
dalam sehari itu bukan hanya 5 waktu melainkan ditambahkan dengan
shalat-shalat sunnah lainnya seperti shalat tahajjud, shalat dhuha dan
sebagainya. Allah Swt menciptakan manusia hanya untuk beribadah
kepada-Nya.
3. Pesan dakwah tentang Akhlak dalam novel Terbakar Kumandang Azan
Dari hasil pengolahan data diketahui prosentase pesan akhlak
dalam novel Terbakar Kumandang Azan sebanyak 36.2%. Pesan akhlak
menempati urutan ke dua dalam novel tersebut. Pesan-pesan akhlak yang
terdapat dalam novel Terbakar Kumandang Azan diantaranya sebagai
berikut:
Namun aku tidak menyerah, aku tetap ingin berjuang menggapai unsur
terindah dari kumandang azan. (Bab 1, halaman 7, dialog 8)
Tokoh Farih terlihat begitu semangat, walaupun ia hidup
sederhana, akan tetapi ia terus berjuang untuk mencari makna dan hakikat
azan sebenarnya untuk mendapatkan nilai terbaik sebagai hamba Allah.
Farih juga membagikan ilmu yang dimilikinya kepada sesama makhluk
Allah, bisa dilihat ketika Farih memberikan penjelasan kepada Zamroni,
temannya tentang menjadi kaya dengan ibadah, akhlak Farih tersebut
adalah akhlak mahmudah karena Farih membantu temannya sesama
makhluk Allah Swt dalam hal kebaikan, seperti dalam dialog berikut ini:
“Begini Zam, kaya itu boleh. Bahkan kalau perlu semua orang Islam itu
harusnya menjadi kaya. Tapi kalau cita-cita menjadi kaya itu hanya
mentok di kayanya saja, dan tidak berimbas pada kebaikan sosial maka
rasanya akan kering. Kalau hanya kaya saja maka ujungnya akan foya-
foya dan kesombongan Qorun. Maka dari itu, sisipkanlah niat sosial pada
setiap waktu, saat kamu hendak merealisasikan cita-citamu menjadi
orang kaya itu.” (Bab 7, halaman 97, dialog 4)
Dalam novel Terbakar Kumandang Azan ini, pesan akhlak
ditunjukkan oleh Farih dan orang-orang di sekitarnya, seperti Ustad Andi,
Doktor Fathullah, Pak Bashri, Ustad Zainul dan Ustad Musthafa yang
saling bantu membantu khususnya membantu Farih dalam menemukan
cintanya pada azan. Akhlak mahmudah juga ditunjukkan oleh istri Farih
yang dengan penuh pengertian memahami akan pencarian dan perjuang
suaminya dalam meraih cinta pada azan. Farih terus menambah ilmu dari
orang sekitarnya agar ia bisa lebih memahami makna azan. Itu berarti
Farih terus menjalin tali silaturahmi dengan sesama muslim melalui
komunikasi. Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan
batin, keakraban, dan rasa sayang di antara sesama muslim dan
menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Karena kedudukan seorang
muslim dengan muslim lainnya, ibarat satu tubuh, dimana satu anggota
badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Jika
anggota badan yang satu merasakan sakit, anggota badan yang lain juga
merasakannya.
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai isi pesan
dakwah yang terkandung dalam novel Terbakar Kumandang Azan, penulis
menyimpulkan bahwa pesan dakwah yang dominan dalam novel Terbakar
Kumandang Azan adalah pesan syari’ah. Novel Terbakar Kumandang Azan
ini berisikan pesan-pesan dakwah khususnya pesan syari’ah, novel ini
memberikan pengetahuan kepada kita mengenai azan, karena dalam
kehidupan kita sehari-hari azan adalah sesuatu hal yang kecil, tetapi pada
dasarnya azan memiliki makna yang sangat penting. Azan bukan hanya seruan
atau pemberitahuan akan datangnya waktu shalat fardhu, tetapi dibalik rahasia
azan itu banyak hal yang bisa kita ungkap.
�� و�*2( �1ل ��ی.*( *( )� أ�7 ه ی ة أن2 ر��ل ا 4*32 ا
ا�@�2س �7A ا�@%"اء وا�<2=% ا9و2ل >(2 �( ی;"وا إ29 أن ی+8�'�ا
���� 8��9'�ا )**(...
Dari Abi Hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Seandainya
manusia tahu rahasia yang terdpat pada azan dan shaf awal, namun mereka
tidak mendapat kesempatan kecuali harus dengan mengundi, pastilah mereka
akan membuat undian…” (HR Al-Bukhari)86
Jika kita memahami sesuatu dari hal yang paling kecil, tentunya kita
juga akan bisa lebih memahami hal yang besar. Pesan syari’ah dalam novel
86 Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Bab Al-Istihaam fil Adzan (II/483. no. hadis. 580)
Terbakar Kumandang Azan ini juga ditunjukkan dari tokoh Farih yang terus
beribadah kepada Allah dan berusaha untuk menyempurnakan ibadahnya
karena sesungguhnya manusia beribadah kepada Allah Swt hanya untuk
kemaslahatan dirinya sebagai makhluk yang membutuhkan Allah di setiap
nafas kehidupan manusia. Allah Swt tidak membutuhkan manusia karena
Allah Swt Maha Kaya dan Maha Pencipta. Bukan hanya itu, Farih juga
menjaga tali silaturahminya kepada sesama muslim sesuai dengan aturan-
aturan Allah Swt (muamalah).
Transformasi nilai-nilai dakwah dan informasi pesan dakwah yang
disajikan dalam novel Terbakar Kumandang Azan ini terasa menyentuh hati
pembaca. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan terhadap apa yang
dipahami atau dipersepsikan pembaca yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya, seorang pembaca novel Terbakar Kumandang Azan
mengalami perubahan yang cukup signifikan setelah membaca novel tersebut,
karena melalui novel tersebut ia dapat memaknai dan meresapi hakikat azan
sebenarnya. Menurutnya, dengan mendengar dan menjawab azan dapat
menambah keimanan dan memahami akan kebesaran dan keagungan Allah
Swt dalam setiap kalimat azan karena azan bukanlah ciptaan manusia.
Pengaplikasian suatu reaksi terhadap hakikat azan bukan hanya secara ucapan
untuk menjawab kumandang azan melainkan seberapa besar keikhlasan kita
untuk menghargai panggilan azan didasari pada kecintaan kita kepada Allah
bukan dengan paksaan melainkan kesadaran nurani dan jiwa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pesan dakwah yang terdapat dalam Novel Terbakar Kumandang Azan
meliputi: pesan Aqidah, pesan Akhlak dan pesan Syariah. Isi pesan yang
diteliti dalam novel tersebut meliputi narasi atau dialog yang berisikan
pesan dakwah yang terdapat dalam novel Terbakar Kumandang Azan.
Dari kategori pesan yang telah disebutkan terdapat subkategori
diantaranya: pesan aqidah meliputi: iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-Nya, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya dan iman
kepada qadha dan qadar. Pesan syariah meliputi: ibadah dan muamalah.
Dan pesan akhlak meliputi: akhlak kepada Allah (khaliq) dan akhlak
terhadap sesama ciptaan (makhluk) Allah.
2. Pesan Syari’ah menjadi urutan tertinggi dalam novel Terbakar Kumandang
Azan dengan prosentase: 37.2%. Selanjutnya pesan Akhlak menempati
urutan ke dua dengan prosentase: 36.2%. Sedangkan pesan Aqidah berada
di urutan terakhir dalam novel Terbakar Kumandang Azan, dengan
prosentase: 26.6%. Maka sesuai dengan data yang ada, dapat diketahui isi
pesan dakwah dalam novel Terbakar Kumandang Azan didominasi oleh
pesan Syari’ah dengan prosentase 37.2%. Dalam novel tersebut
menceritakan tentang seseorang yang ingin menyempurnakan ibadahnya
kepada Allah sebagai bukti kecintaannya kepada Sang Khaliq. Pada
dasarnya ibadah membawa seseorang untuk memenuhi perintah Allah Swt,
bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya dan melaksanakan hak sesama
manusia. Oleh karena itu, tidak mesti ibadah memberikan hasil dan
manfaat kepada kehidupan manusia yang bersifat material, tidak pula
merupakan hal yang mudah mengetahui hikmah ibadah melalui
kemampuan akal yang terbatas. Seandainya ibadah itu harus sesuai dengan
kemampuan akal dan harus mengetahui hikmah atau rahasianya secara
terperinci, tentu orang yang lemah kemampuan akalnya mengetahui
hikmah tersebut tidak akan melaksanakannya atau menjauhinya. Mereka
akan menyembah akal dan nafsunya, tidak menyembah Tuhan.
B. Saran
Saran-saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Bagi pembaca novel, hendaknya tidak hanya sekedar menikmati novel
sebagai hiburan, namun ditelaah kemudian dipelajari nilai-nilai apa saja
yang terkandung di dalamnya. Jika terdapat nilai-nilai yang baik yaitu
merupakan ajakan ke jalan yang baik dan yang benar maka dapat diikuti
dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik.
2. Bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hendaknya dapat lebih
meningkatkan rasa ketertarikan dalam bidang sastra khususnya membaca
novel yang selama ini dianggap sulit dan membosankan tapi kenyataannya
tidak demikian. Maka untuk mewujudkannya dapat mengadakan kajian
sastra terutama hasil karya dari sastrawan dan penulis Muslim. Karena
mereka dapat memberikan kontribusinya sehingga minat baca dan
ketertarikannya pada sastra menjadi bertambah. Apalagi sampai
menimbulkan minat untuk menjadikan novel sebagai media dakwah.
3. Bagi mahasantri Darussunnah, mudah-mudahan tidak hanya membaca tapi
mengamalkan apa yang telah dibaca. Sebab tema-tema yang disampaikan
sangat bermanfaat untuk kehidupan yang lebih baik dari segi aqidah,
syari’ah dan akhlak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Soejono. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penetapan.
Jakarta: Ringka Cipta, 2005.
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.
Ambary, Abdullah. Inti Sari Sastra Indonesia. Bandung: Djatmika, 1983.
Amin, Ahmad. Al-Akhlak, terjemahan Y Bahtiar Affandy.Jakarta: Jembatan, 1995.
Amin, M. Masyhur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Yogyakarta: Al Amin Press,
1997.
Anshari, Endang Saefuddin. Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi. Jakarta:Rajawali, 1992.
Asti, Badiatul Muchlisin. Berdakwah dengan Menulis Buku. Bandung: Penerbit
MQ Media Qalbu, 2004.
Atmowiloto, Arswendo. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Suberta Citra Pusaka,
1995.
Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqh Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah
Islam. Solo: Era Intermedia, 1998.
Departemen Pendidikan dan Budaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.
Hafidhuddin, Didin. Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan. Jakarta: Pustaka Zaman, 2000.
Hasanuddin, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Juhara, Erwan dkk. Cendekia Berbahasa: Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Setia Purna Inves. t.t.
Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Jakarta Press, 2006.
Kasman, Suf. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka
Cipta, 1996.
Krippendorff, Klaus. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1993.
Kusnawan, Aep. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung: Mujahid, 2004.
Latif, Nasarudin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara, t.t.
Machfoeld, A. Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”. Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2004.
Marahimin, Ismail Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2001.
Masy’ari, Anwar Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu, 1990
Mujieb, M. Abdul Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994
Mutahhari, Murtadha. Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan agama. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Nashori, Fuad dan Muharam, Pachmy Diana. Mengembangkan Kretaivitas dalam
Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus, 2002.
Novakovich, Josip. Fiction Writer’s Workshop, diterjemahkan Fahmi Yamani.
Bandung: Penerbit Kaifa, 2003.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1995.
Omar,Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004.
O.R, Holisti, Contens Analysis for the Social Sciense and Humanities. USA:
Addiron West ley Publishng Co., 1969.
Qardhawi, Yusuf. Ibadah dalam Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005.
Rahmat,, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin. Islam Aktual. Bandung: Mizan, 1998.
Ritonga, A. Rahman Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Rochman, Ibnu. M.Hukum Islam dalam Perspektif Filsafat. Yogyakarta:
Philoshofy Press, 2001.
Saefuddaulah, M. Akhlak Ijtima’iyah. T.tp., :Pamator, 1998.
Saleh, Hasan. Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan
Pengembangan Wawasan. Jakarta: Penerbit ISTN, 2000.
Saleh, Syekh Thahir Ibn. Al-Jawahirul Kalamiyah, Al-Qahirah: T.Pn., 1386 H.
Setiawan, Bambang. Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Sofia, Adib dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan
dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis, 2003.
Sudirman. Problematika Dakwah Islam di Indonesia. Jakarta: PDII, 1979.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Sumardjo, Jakob. Konteks sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung : Penerbit
Alumni , 1999.
Sumardjo, Jakob dan K.M, Saini. Apresiasi Kesusatraan. Jakarta: Penerbit
Gramedia, 1986.
Suprapto. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Bahasa Indonesia. Surabaya: Indah,
1993.
Taringan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa, 1984.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Uchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003.
Wijaya, P. Supratman Nata. Bimbingan Untuk Cakap Menulis. Jakarta: Bpk.
Gunung Mulia, 1979.
Yusuf, Al-Qardhawi Al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah. Beirut: T.Pn.,
1979
http://www.cahayaislam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=2
86,
http://syuhadajogja.co.cc/index.php/telaah-utama/4-syuhada/12-invasi-zionisme-
ust-abubakar-baasir
http://mediadakwah.com/?link=dtl&id=935,
http://padepokanpena.wordpress.com/2008/10/21/yuk-berdakwah-lewat-tulisan/,
http://burjo.wordpress.com/2008/12/15/antara-idealisme-dan-estetikarealitas-
dakwah-melalui-sastra/,
http://edofaqeeh.wordpress.com/2008/11/14/darussunnah-gak-Cuma-buat-anak-yang-kuliah -agama/
http://www.freewebs.com/darus-sunnah/ekstrakulikuler.htm,