Post on 31-Aug-2018
1
ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31 NAHDLATUL
ULAMA DI SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI NOPEMBER – DESEMBER 2004
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyartaan
mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam(KPI)
Noor Zaidah
1101202
FAKULTAS DA'WAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2006
2
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 Bendel Hal : Persetujuan Naskah skripsi
Kepada.Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan
sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi :
Nama : Noor Zaidah
NIM : 1101202
Fak./Jur/kons. : Dakwah/KPI/Penerbitan
Judul : ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31 NAHDLATUL ULAMA DI SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI NOPEMBER-DESEMBER 2004
Dengan ini telah kami setujui dan mohon agar segera diujikan,
demikian atas persetujuannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Semarang, Juli 2006
Pembimbing
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata tulis
Drs. H. Ahmad Hakim,M.A.Ph.D Drs.Najahan Musyafak.MA. NIP.150 234 846 NIP. 150 275 330
3
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS DAKWAH SEMARANG Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus III) Ngalian – Semarang Telp. (024) 7606405
PENGESAHAN Skripsi Saudara : Noor Zaidah Nomor Induk : 1101202 Judul : Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama Di Surat Kabar Suara Merdeka Edisi Nopember-Desember 2004 Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus pada tanggal :
31 Juli 2006
Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program Strata Satu (S.1) tahun 2006 guna memperoleh gear Sarjana dalam Ilmu Dakwah, Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Semarang, 31 Juli 2006 Ketua Sidang Sekretaris Sidang Drs. H. Aminuddin Sanwar,M.M. Drs. H. Najahan Musyafak, M.A NIP.150 170 349 NIP. 150 275 330 Penguji I Penguji II
Abdul Sattar, M.Ag H.M.Alfandi, M.Ag NIP.150 279 717 Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Ahmad Hakim, MA.,Ph.D Drs.H. Najahan Musyafak, M.A NIP. 150 235 846 NIP. 150 275 330
4
M O T T O
ومن احسن قوال ممن دعا الى هللا وعمل صالحا وقال اننى من المسلمين
)33:الفصلت (
'' Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah ,mengerjakan amal yang saleh dan berkata ,'' sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ''. (Depag RI,1989 : 778)
5
PERSEMBAHAN
Dengan segenap ketulusan , Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
• Ayah dan ibu tercinta ,bapak Mahmudi dan ibu Kasmirah trimakasih atas do'a
dan segala dukungan yang diberikan, baik moril dan materiil dengan tulus
ikhlas demi kesuksesan putri tercintanya.
• Bapak dan ibu mertuaku, bapak Ali Rohmat dan ibu Hj.Suyamatun
terimakasih atas doanya sehingga terselesaikan skripsi ini.
• Mas Azis yang selalu memotivasiku sehingga terselesaikan skripsi ini.
• Adik-adikku Nik dan Andhim Terima kasih atas do'anya. .
• Sahabat dekatku Ety, Lailis, Dwik,,Hera, Mutmainah dan Ayu.
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas taufiq
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing kita ke jalan yang lurus yaitu jalan yang terang benderang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
selesai dengan baik dan sempurna tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai
pihak, oleh karena itu ijinkahlah penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof.Dr. Abdul Jamil,M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Drs. H. Aminuddin Sanwar,M.M.,selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Dr. Awaluddin Pimay.L.c.M.Ag, selaku Wali Studi.
4. Drs.H.Ahmad Hakim,MA,Ph.D dan Drs. H.Najahan Musyafak M.A,
selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu,tenaga dan
pikirannya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Segenap Civitas akademika Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
6. Ayahanda dan Ibunda yang perannya tidak bisa penulis ukir dengan kata-
kata dalam skripsi ini.
7. Bapak ibu mertuaku yang memberikan do'anya sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
8. TemankuWismaAlamanda(MbakKhasanah,Wanna,Eny,Subiyah,Nurul,Em
a,Nia,Ida).
9. Sahabatku Seperjuanganku KPI angkatan '' 2001 ''.
10. Teman-teman KKN ( Teh Ety, teh Anik, dek Yiyid,Tuti, Akrom,Khijron
,Budi,Bandeng,Turki serta Dwi)
11. Semua pihak yang telah berperan dan membantu penulis hingga skripsi
ini bisa terwujud.
7
Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa dari semua
pihak tersebut di atas akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah
SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
sempurna.Oleh karena itu ,penulis membuka kritik dan saran yang konstruktif
bagi kesempurnaan penulisan skripsi ini.Semoga skrpsi ini bermanfaat bagi kita
semua..
Semarang, Juli 2006 Penyusun
Noor Zaidah 1101202
8
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah yaitu: untuk mengetahui kecenderungan Surat kabar Suara Merdeka Terhadap pemberitaan Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama edisi Nopember – Desember 2004 serta bagaimana pemberitaan itu dilihat dari perspektif Dawah. Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali dilaksanakan tanggal 28 Nopember -2 Desember 2004 diwarnai oleh munculnya kompetisi antara dua poros di kalangan Nahdhiyyin yaitu Poros Langitan dan Poros Lirboyo. Poros Langitan di bawah kepemimpinan ulama sepuh NU, KH. Abdullah Faqih. Poros tersebut kenal dekat dengan Gus Dur dan kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di sisi lain Poros Lirboyo di bawah kendali KH. Idris Marzuki dikenal dekat dengan KH.Hasyim Muzadi. Kedua Poros tersebut bersaing dalam perebutan jabatan Rais Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama(PBNU). Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Analisis yang digunakan penulis adalah Analisis Induktif. Analisis induktif yang berangkat dari hal-hal yang khusus kemudian ditarik pada kesimpulan umum. Penulis telah mengumpulkan data dengan metode dokumentasi dari Suara Merdeka dari tanggal 23 Nopember - 18 Desember 2004. Suara Merdeka menurunkan beritanya selama 19 edisi. Selama 19 edisi ada 8 edisi cenderung memihak terhadap Poros Lirboyo, 7 edisi berpihak pada Poros Langitan dan 3 edisi bersikap Netral. Hasil dari penelitian ini Pertama, Suara Merdeka cenderung melihat Muktamar ke-31 sebagai bentuk demokrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali. Di sini Suara Merdeka mengemas beritanya cenderung memihak Poros Lirboyo. Kedua, jika dilihat dari perspektif dakwah, pemberitaan Suara Merdeka belum memenuhi kode etik jurnalistik Islami.
9
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan atau lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun
yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Semarang, Juli 2006 Penyusun
Noor Zaidah 1101202
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
HALAMAN ABTRAKSI .......................................................................... viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
1.4. Tinjauan Pustaka........................................................................... 9
1.5. Kerangka Teoritik ......................................................................... 11
1.6. Metodelogi Penelitian ................................................................... 14
1.6.1. Jenis dan Sumber Pendekatan ............................................ 14
1.6.2. Sumber Data....................................................................... 15
1.6.3. Definisi Operasional .......................................................... 15
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data................................................. 16
1.6.5. Teknik Analisis Data.......................................................... 16
1.7. Sistematika Penulisan ................................................................... 19
BAB II. MEDIA MASSA DAN ETIKA PEMBERITAAN ISLAMI
2.1. Media Massa ................................................................................. 21
2.1.1. Pengertian Media Massa .................................................... 21
2.1.2. Karakteristik Media Massa ................................................ 22
2.1.3. Fungsi Media Massa .......................................................... 24
2.1.4. Peran Media Massa ............................................................ 27
2.2. Pers dan Pemberitaan.................................................................... 28
11
2.2.1. Pengertian pers .................................................................. 28
2.2.2. Pengertian Berita............................................................... 30
2.2.3. Jenis-jenis Berita ................................................................ 35
2.3. Etika dan Pemberitaan Islami ....................................................... 37
BAB III. PEMBERITAAN SUARA MERDEKA TENTANG MUKTAMAR
Ke-31 NAHDLATUL ULAMA
3.1. Profil Suara Merdeka .................................................................... 43
3.1.1. Sejarah Berdirinya Suara Merdeka .................................... 43
3.1.2. Perkembangan Suara Merdeka........................................... 46
3.2. Ideologi Suara Merdeka................................................................ 50
3.2.1. Visi Misi Suara Merdeka ................................................... 51
3.2.2. Struktur Organisasi ............................................................ 52
3.3. Pemberitaan Suara Merdeka Tentang Muktamar Ke-31Nahdlatul Ulama
....................................................................................................... 54
BAB IV. ANALISIS TERHADAP PEMBERITAAN MUKTAMAR KE-31
NAHDLATUL ULAMA
4.1. Analisis framing terhadap pemberitaan Muktamar Ke-31Nahdlatul
Ulama............................................................................................ 70
4.2. Ideologi Suara Merdeka Dalam pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul
Ulama............................................................................................ 107
4.3. Pemberitaan Suara Merdeka tentang MuktamarKe-31 Nahdlatul Ulama
dilihat dari Perspektif dakwah ...................................................... 110
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 113
5.2. Saran ............................................................................................. 115
5.3. Penutup ......................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Noor Zaidah
Tempat, Tanggal Lahir : Jepara,14 Januari 1983
Alamat : Pelemkerep Rt:03 Rw:IV No;91 Mayong Jepara.
Pendidikan :
1. SDN 02 Pelemkerep Mayong Jepara lulus tahun
1995.
2. SLTP Islam Al-Hikmah Mayong Jepara lulus
tahun 1998.
3. MA Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan
Jepara lulus 2001.
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Demikian riwayat hidup yang disusun dengan sebenar-benarnya dan dengan
dipertanggungjawabkan.
Semarang, Juli 2006 Penulis Noor Zaidah
13
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU
Tabel 2. Katagori Pemberitaan Suara Merdeka Berdasarkan Agenda
Muktamar ke-31 NU
Tabel 3. Analisis framing Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar
ke-31 Nahdlatul Ulama
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses
komunikasi dalam masyarakat moderen sekarang adalah keberadaan media massa
(cetak maupun elektronik). Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi manusia dewasa ini, bahkan ketergantungan manusia pada
media massa sudah sedemikian besar. Ketergantungan yang tinggi pada media
massa tersebut akan mendudukkan media massa sebagai alat yang akan ikut
membentuk apa dan bagaimana masyarakat. Seperti cara belanja yang baik dan
memilih kebutuhn hidup dan lain-lain. Semua itu ditentukan media massa.
(Nuruddin, 2003: 1)
Media massa menjalankan fungsinya tidak hanya sebagai penyalur
informasi, tetapi sekaligus untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat. Masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah
lewat media pula. Berbagai inovasi atau pembaharuan bisa dilakukan oleh
masyarakat, bahkan keinginan aspirasi pendapat dan sikap juga dapat
disebarluaskan melalui media (Nuruddin, 2004: 69).
Indonesia kini memang sedang memasuki era baru, yaitu era demokratisasi media
dimana media massa muncul seperti jamur di musim penghujan. Penampilan
media jelas jauh berani bersikap kritis terhadap penguasa dibanding masa-masa
sebelumnya. Media menjadi lebih agresif dan kreatif dalam memberi nilai tambah
16
suatu berita dan juga dalam mengekplorasi isu-isu permasalahan untuk diolah
menjadi komoditi infomasi (Hidayat, 2001:viii).
Namun sayang, di sisi lain seringkali terlihat ada berita yang tidak akurat atau
tidak berimbang. Masih cukup banyak pers melanggar kode etik jurnalistik
(Siregar, 2004: xiii). Sesungguhnya tugas mulia media adalah menyampaikan
kebenaran. Namun tugas menyampaikan kebenaran itu tidaklah sederhana. Ada
berbagai kepentingan yang “berbicara” yang pada gilirannya memberi bentuk
pada kebenaran yang disampaikan. Selalu saja ada ketegangan di antara pihak
yang memiliki kepentingan dan masyarakat umum sebagai konsumen berita
(Sobur, 2002: viii).
Apa yang disebut berita itu ternyata jauh lebih dari apa yang dipersepsi selama ini.
Di kalangan praktisi dan teoritisi komunikasi telah terbentuk suatu konsensus
bahwa media massa dalam menjalankan fungsinya harus berpegang teguh pada
prinsip obyektifitas. Konsensus itu dalam praktik ternyata tidak mudah dijalankan,
masalahnya seringkali terbentur pada pengertian obyektif itu. Berita pada
hakekatnya tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat, namun realitas
obyektif yang ada baik berupa peristiwa atau ide tindakan sama dengan realitas
berita di media massa (Abrar, 1995: 94). Media bukanlah saluran yang bebas, dari
kepentingan di dalam memberitakan suatu peristiwa apa adanya. Media yang
seperi kitaa lihat justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Tidak
mengherankan jikalau kita tiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana
peristiwa yang sama bisa diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa
yang diberitakan, ada yang tidak diberitakan. Ada yang dianggap penting, ada
17
yang tidak dianggap sebagai berita. Ada peristiwa yang dimaknai secara berbeda,
dengan wawancara berbeda dengan orang yang berbeda, dengan titik perhatian
yang berbeda, semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subyektifnya berita.
Mengetengahkan perbedaan semacam ini, tentu bukan menekankan bias atau
distorsi dari pemberitaan media. Ini dipaparkan untuk memberikan ilustrasi
bagaimana berita yang kita baca tiap hari telah melalui proses konstruksi
(Eriyanto, 2004: 2). Organisasi Jami'yyah Nahdlatul Ulama merupakan organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia, tentunya tidak lepas dari sorotan media.
Organisasi tersebut adalah Nahdlatul Ulama(NU), dengan keanggotaan yang
diperkirakan berjumlah tiga puluh lima juta orang, merupakan organisasi yang
sungguh berbasis massa di bawah kepemimpinan ulama (Martin, 1994: 1).
Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 oleh para
ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok pesantren. Kelahiran
Nahdlatul Ulama merupakan muara rangkaian kegiatan yang mempunyai mata
rantai hubungan dengan berbagai keadaan. Dalam organisasi Nahdlatul Ulama,
ulama merupakan panutan, pembimbing bagi jalannya organisasi dan warga NU.
Ulama dipandang sebagai orang yang memahami dan mengetahui tentang ajaran
Islam ( Rozikin Damam, 2001: 43).
Dalam muktamar ke 27 di Situbondo 1984 Nahdlatul ulama telah
memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926. Namun hal itu tidak serta merta bisa
menjadikan warga NU mudah meninggalkan dunia politik (Suara Merdeka, 27
Nopember 2004). Pada Muktamar ke 28 diadakan di Yogyakarta 1989 dirumuskan
18
pedoman politik bagi warga NU. Dalam muktamar ini dibahas bahwa warga
NU boleh berpolitik asal tidak membawa nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama
(Rozikin Daman, 2001: 194).
Muktamar ke 31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan
Boyolali yang dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember-2 Desember
2004 ternyata diwarnai dengan kompetesi antara dua poros di kalangan
warga Nahdliyyin yaitu poros Langitan dan poros Lirboyo. Poros
Lirboyo dibawah kepemimpinan KH. Idris Marzuki dan KH. Zainuddin
Jazuli (Pondok Pesantren Ploso Kediri) dikenal dekat dengan KH.
Hasyim Muzadi. Sementara poros Langitan di bawah kendali ulama
sepuh yaitu K.H. Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan Gus Dur dan
kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kedua poros tersebut secara tidak langsung telah warga NU ke dalam
politik praktis, yang ditandai dengan adanya keterlibatan Partai yang
memberikan dukungan kepada kedua poros tersebut. Poros Lirboyo
memberikan dukungan politik penuh saat Hasyim Muzadi mencalonkan diri
dan kampanye sebagai cawapres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P). Sedangkan poros Langitan dibawah kendali KH.Abdullah Faqih yang
dikenal dekat dengan Gus Dur memberikan dukungan dari Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004).
Soentandoyo berpandangan baik poros Lirboyo maupun langitan
sama-sama menyeret NU ke ranah politik. Pencalonan Hasyim Muzadi
sebagai cawapres berpasangan dengan Megawati dari PDI-P jelas bermuatan
politis, kendati pada saat pencalonan berlangsung mantan PWNU Jawa Timur
tersebut non aktif dari kepengurusan NU Jawa Timur. Pada sisi lain manuver-
19
manuver politikus PKB yang kerap kali meminta restu, fatwa dan nasihat kiai-
kiai poros Langitan seperti munculnya fatwa haram memilih presiden wanita
menjelang pilpres putaran kedua telah mencampur adukkan antara ranah
politik dan syariah agama (Suara Merdeka, 27 Nopember 2004).
Pada Muktamar ke-31 NU, KH.Hasyim Muzadi terpilih sebagai ketua
Tanfidziyah PBNU untuk 5 tahun ke depan, tetapi pihak kiai-kiai sepuh NU
tidak mengakui hasil Muktamar ke-31 tersebut. Pasca Muktamar ke-31, warga
NU terbagi menjadi tiga, yaitu:NU struktural Hasyim Muzadi, NU kultural
Gus Dur dan kiai-kiai sepuh NU. Gus Dur menilai,dalam kepemimpinan
Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah progresif, Hasyim
Muzadi hanya sibuk mengurus persoalan politik, tidak seperti NU pada lima
belas tahun silam. Gusdur tetap tidak mengakui kekalahannya. Hal ini
memynculkan sebuah ide untuk membentuk NU Tandingan sebagai hasil dari
tidak berhasilnya Gu Dur menduduki Kursi Rais Aam (Suara Merdeka,10
Desember 2004).
Langkah Gusdur mendirikan NU Tandingan sulit dihentikan dan
konflik antar Gus Dur dan Hasyim Muzadi merupakan luka yang sulit
disembuhkan. Hasyim dinilai telah melanggar etika komunikasi dalam
hubungan santri terhadap kiai. Jika Hasyim tidak mundur dari ketua umum
PBNU maka Gusdur, kiai-kiai sepuh dan aktivis pemuda NU pasca Muktamar
merencanakan membentuk ormas baru atau NU tandingan (La Ode Ida, Suara
Merdeka, 10 Desember 2004).
20
Secara garis besar ada dua persoalan mengenai isu tersebut. Pertama,
terkait dengan konflik internal PBNU pasca Muktamar ke-31 NU. Oleh karena
itu, media diharapkan memberitakan secara luas terutama kepada warga NU.
Kedua, berita itu perlu diselidiki lebih lanjut, karena untuk mengetahui sikap
media dalam memberitakan isu adanya kompetesi poros Lirboyo (Hasyim
Muzadi) dan Langitan (Gusdur) dalam Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji
Donohudan Boyolali.
21
Bagaimana media memaknai peristiwa tersebut, apakah berita itu
penting sehingga perlu diberitakan ataukah hanya rumor biasa yang perlu
mendapat penyelidikan lebih lanjut? Penulis berusaha meneliti dengan analisis
framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif
atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang atau perspektif pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak
dibawa kemana berita tersebut ( Bimo Nugroho, 1999: 21).
Alasan penulis memilih framing sebagai analisis teks media, karena
analisis framing memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan analisis
isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif yang ditekankan adalah isi dari
suatu pesan atau teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang
menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing,
memfokuskan diri pada bagaimana pesan atau peristiwa dikonstruksi oleh
media.
Konstruksi realitas itu dipengaruhi dari ideologi dari sebuah media
Peta ideologi menggambarkan bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan
dalam tempat-tempat tertentu. Seperti dikatakan Matthw Kieran, beritya
tidaklah dibentuk dalam ruang hampa , berita diproduksi dari ideologi
dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi juga bermakna
politik penandaan atau pemaknaan. Dalam proses melihat dan menandakan
peristiwa dengan menggunakan titik-titik tertentu. Titik atau posisi melihat itu
22
menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam karangka berfikir dari
wartawan(Eriyanto,2002:131)
Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya
kepada khalayak pembaca. Dengan framing kita dapat mengetahui idiologi
suatu media. Penelitian ini berusaha mengkaji seputar pemberitaan tema
tersebut di Harian Suara Merdeka. Penulis berusaha menemukan
kecenderungan wartawan Suara Merdeka dalam mengkonstruksi pemberitaan
tersebut dilihat dari perspektif dakwah. Alasan penulis mengapa memilih
Suara Merdeka, dilihat dari sudut Prokximity( kedekatan wilayah) Suara
Merdeka adalah Surat Kabar di Jawa Tengah.. Untuk itu layak kiranya penulis
mengambil penelitian dengan judul “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan
Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama Di Surat Kabar Suara Merdeka Edisi
Nopember - Desember 2004 ”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah kecenderungan surat kabar Suara Merdeka dalam
memberitakan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31?
b. Bagaimanakah Suara Merdeka mengkonstruksi berita-berita tentang
Muktamar NU ke-31 dilihat dari perspektif dakwah ?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
23
a. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan surat kabar Suara Merdeka
dalam memberitakan muktamar Nahdlatul Ulama ke-31.
b. Untuk mengetahui Suara Merdeka mengkonstruksi berita-berita tentang
Muktamar NU ke-31 dilihat dari perspektif dakwah.
Manfaat Penelitian a. Secara teoritis
1) Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah pengetahuan
yang berkaitan dengan dakwah di media cetak
2) Dari hasil penelitian ini agar berguna bagi peningkatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat pula bagi penelitian-
penelitian selanjutnya
b. Secara praktis
Selain sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, juga bisa memberikan sumbangan pada fakultas dakwah tentang kondisi media massa kita, apa lagi sengitnya wacana yang ada di media massa, sehingga untuk selanjutnya di jadikan pertimbangan dalam berdakwah di media massa
1.4 Tinjauan Pustaka
Dari berbagai penelitian yang dilakukan mahasiswa khususnya
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, ada beberapa judul penelitian
tentang dakwah di media massa. Diantara penelitian tersebut, pertama
penelitian Novi Maria Ulfa (2004) berjudul “Analisis Wacana Mengenai
Pemberitaan Aktivis Muslim Di Majalah Tempo 2003 Pasca Tragedi Bom JW
Marriot” fokus penelitian tersebut adalah bagaimana majalah Tempo
menggambarkan aktivis muslim pasca tragedi bom JW Marriot tahun 2003.
24
Penelitaan ini mengguanakan metode penelitian Kualitatif, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah wacana. Hasil penelitian tersebut adalah
pemberitaan terhadap aktivis muslim merupakan makna globlal atau umum
dalam wacana.Tema ini kemudian didukung oleh super struktur(skema ) yaitu
serangkaian pola atau bentuk dari suatu teks. Pada elemen dasar, teks
digunakan untuk mendukung tema berita mengenai dasyatnya bom Marriot,
kelihaian Dr. Azahari dalam melakukan penyamaran.
Kedua, skripsi yang berjudul “Pemberitaan Media Massa tentang
Invasi Amerika Serikat ke Irak (Analisis Framing Surat Kabar Republika
tanggal 20 Maret – 19 April 2003)”. Skripsi ini ditulis oleh Sri Susmiyati, ,
yang mengambil fokus dalam penelitiannya adalah bagaimana surat kabar
Republika mengkontruksi pemberitaannya tentang Invasi Amerika Serikat ke
Iraq serta cara pandang media massa dalam memberitakan invasi AS ke Iraq.
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
framing. Dalam penelitin ini disimpulkan bahwa surat kabar Republika
cenderung mengemas beritanya dalam frame unfavourable terhadap AS dan
sekutunya. Dalam pandangan Republika, tindakan AS menyerang irak diberi
penonjolan yang lebih tinggi bahwa penyerangan itu tidak beralasan dan
sebuah bentuk penyimpangan (Sri Susmiyati, 2004:8).
Ketiga, skripsi saudara Darmanto tahun 2005 yang berjudul ''
Pemberitaan media massa tentang pengakuan lembaga Internasional
Worldhelp yang membawa 300 Anak-anak korban Bencana Alam Tsunami Di
25
Aceh (Analisis framing Harian Republika dan Kompas)'' . Dalam penelitian
ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah kecenderungan Republika dan
Kompas dalam memberitakan tentang pengakuan worldhelp yang telah
membawa 300 Anak –anak korban bencana Alam Tsunami Di Aceh. Hasil
penelitian ini adalah Republika cenderung menganggap pengakuan Worldelp
tersebut sebagai kebenaran yang terjadi di Lapangan.Sedangkan Kompas
cenderung mengangagap pemberitaan tersebut merupakan isu destruktif yang
meresahkan masyarakat( Darmanto, 2005:10).
Di sini penulis meneliti tentang kecenderungan Suara Merdeka
dalam memberitakan Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama dilihat dari
perspektif dakwah. Meski sama-sama menggunakan metode kualitatif akan
tetapi untuk menganalisis data, penulis menggunakan analisis framing
sebagai bentuk analisis teks media.
1.5 Kerangka Teori
Pemberitaan pada sebuah media perlu diteliti karena untuk mengetahui
validitas terhadap suatu realitas, penelitian ini sesuai dengan ayat al-qur'n surat
al-Hujarat ayat 6 yang berbunyi:
يا ايها الذين امنوا ان جاءكم فاسق بنباء فتبينوا ان تصيبوا قوما بجهالة نندمي ملتا فعلى ما عوبحص6: احلجرات(. فت(
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan sesuatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat: 6) (Depag, 1989: 846).
26
Dalam surat tersebut, kita diperintahkan meneliti sebuah berita dari orang
fasik. Menurut Jalaluddin As-Suyuti ayat ini jelas sekali memberikan larangan
terhadap orang-orang mukmin supaya tidak menerima berita yang
disampaikan kepadanya. Karena mungkin jadi yang mengabarkan itu orang-
orang fasik, sehingga kabarnya itu palsu (As-Suyuti,1993: 491).
Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat (sarana) dan
saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan informasi atau
berita dan pesan kepada masyarakat luas (Depdikbud,1995: 640). Alat yang
digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut bisa berupa koran, majalah,
radio, televisi, film, poster, spanduk. Pengertian media masa yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah media massa cetak yang berupa surat kabar harian
(Gunadi, 1998: 12).
Pada abad modern seperti ini berita adalah kebutuhan dan menjadi menu
utama. Besarnya kebutuhan akan berita itu disadari atau tidak telah menyeret
orang yang terlibat di dalam industri “berita” sering terjebak di dalam situasi
“fasik” yang setiap saat dapat menyeretkan ke pintu bencana (Dharma, 2003:
170). Untuk itulah, agar masyarakat tidak terjebak ke dalam situasi fasik,
haruslah menseleksi berita yang masuk. Apalagi jika mengikuti paradigma
yang berkembang akhir-akhir ini bahwa media bukanlah sarana bagaimana
pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Media bukanlah
sekedar saluran yang bebas. Ia juga subyek yang mengkontruksi realitas
lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya(Eriyanto, 2004: 23).
27
Ketika wartawan menulis berita tentang suatu peristiwa, wartawan bukan
hanya mengkonstruksi bagaimana peristiwa dipahami, tetapi juga
memperhitungkan khalayak yang akan membaca teks tersebut. Sehingga
ketikaberita dikonstrruksi, bukan hanya peristiwa yang dijelaskan dalam peta
ideologi tertentu, melainkan khalayak sebagai pembaca teks berita juga
ditempatkan dalam peta ideologi tertentu( Eriyanto, 2002: 134).
Di sini penulis dalam mengkaji isi teks sebuah berita di surat kabar
menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Zhong Dang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Dalam pendekatan ini mereka membagi ke dalam empat
struktur besar yaitu:
a. Struktur Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa. struktur ini dapat diamati dari bagan berita yaitu lead, latar,
headline, informasi, kutipan,sumber pernyataan dan penutup.
b. Struktur Skrip, berhubungan bagaimana wartawan mengisahkan sebuah
fakta.struktur ini dapat diamati dengan adanya unsur 5W+1H.
c. Struktur Tematik, struktur ini berhubungan dengan bagaimana cara
wartawan menulis sebuah fakta.struktur ini dapat diamati melalui paragraf,
proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.
d. Struktur Retoris, dalam struktur ini wartawan menekankan sebuah fakta.
Struktur ini dapat diamati melalui kata, idiom, gambar, grafik.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
28
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat
struktur tersebut (Nugroho, 1999: 31-32).
Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik, tentang suatu
masalah yang melibatkan tiga pihak, wartawan, sumber berita dan khalayak,
masing-masing pihak mengajukan perspektif untuk memberikan pemaknaan
terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak. Setiap pihak berusaha
untuk menonjolkan basis penafsiran, klaim atau argumentasi masing-masing
berkaitan dengan persoalan yang diberitakan suatu wacana. Dalam konteks
inilah mereka menggunakan bahasa simbolik atau retorika dengan konotasi
tertentu yang umumnya bermuara pada pembenaran tindakan sendiri dan
memburukkan pihak lain (Nurgroho, 1999: 26).
Berita menurut pandangan konstruksionis adalah konstruksi atas realitas.
Pandangan ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada realitas, yang ada
hanyalah konstruksi atas realitas. Karena itu pertanyaan pokoknya adalah
bagaimana media mengembangkan pemberitaannya. Bagaimana suatu
peristiwa dipahami dan dimaknai oleh media (Eriyanto, 2004: 26).
Misalnya saja pemberitaan media atas pembacokan Matori Abdul Djalil oleh
orang tak dikenal di depan rumahnya. Esokya, kita membaca di surat kabar,
telah terjadi kriminalitas politik . Lawan-lawan yng tidak suka terhadp Matori
melakukan cara kekerasan dengan melakukan teror kepadanya. Peristiwa
pembacokan itu dimaknai oleh media sebagai kriminalitas politik. Pemaknaan
seperti ini adalah konstruksi dari wartawan.. Ia bukanlah suatu peristiwa yang
seakan-akan memang seperti itu, sebaliknya wartawan yang secara aktif
29
memproduksi dan mendefinisikan peristiwa tersebut sebagai kriminalitas
politik. Fakta ada dalam konsepsi pikiran seseorang (Eriyanto, 2004: 21). Dari
pandangan seperti itulah penelitian akan penulis lakukan.
1.6 Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini
bersifat holistik (utuh) dan sistematik terkait secara keseluruhan tidak
bertumpu pada pengukuran sebagai penjelasan mengenai suatu gejala yang
diperoleh para pelaku (sasaran penelitian) atau pelaku sendiri yang
menafsirkan mengenai tindakannya (Moleong, 2001: 3). Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah framing. Framing merupakan
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi dan menulis berita
(Eriyanto, 2004: 68). Pembingkaian itu tentu saja melalui proses
konstruksi, di sini realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna
tertentu (Eriyanto, 2004: 3)
b. Sumber dan jenis data
30
Menurut Lexi J. Moloeng (1995:122) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah “kata-kata” dan “tindakan”, selebihnya adalah
tambahan seperti Dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini datanya antara lain :
1) Sumber data primer
Yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
pertamanya (Suryabrata, 1995: 85). Di sini peneliti mengambil berita surat
kabar Suara Merdeka yang terbit pada kurun waktu antara tanggal 23
Nopember – 18 Desember 2004. Alasan mengapa rentang waktu ini yang
penulis pilih adalah karena Muktamar ke-31 NU dilaksanakan 28
Nopember- 2 Desember 2004, sehingga pemberitaan yang penulis teliti
dalam kurun waktu Nopember-Desember 2004, berarti pemberitaan
sebelum dan sesudah peristiwa Muktamar dilaksanakan.
2) Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen
(Suryabrata, 1995: 85). peneliti untuk menambah data yaitu buku-buku,
jurnal tulisan, makalah opini yang ada kaitannya dengan judul penelitian.
c. Definisi Operasional
Berita yang dimaksud pada penelitian ini adalah definisi yang
ditulis oleh Willard C. Bleyer yaitu sesuatu yang aktual yang dipilih oleh
wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat menarik
31
pembaca tersebut ( Totok Djuroto, 2003: 5). Dengan demikian berita
dalam penelitian ini adalah laporan-laporan mengenai peristiwa Muktamar
Ke-31 NU, berita di sini hanya mencakup berita aktual.
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian skripsi ini adalah laporan hasil penelitian
denagan menggunakan Metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1998: 236). Di sini penulis mendokumentasikan tulisan-tulisan
semua berita yang dimuat dalam harian Suara Merdeka pada edisi 23
Nopember- 18 Desember 2004 atau sebelum dan sesudah Muktamar Ke-
31 Nahdlatul Ulama dilaksanakan. Data yang kami maksud dalam
penelitian ini adalah data primer yang telah disebutkan diatas.
e. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing model
Pan dan Konsikci. Menurut Eriyanto ada empat model framing yang
dikembangkan oleh para ahli. Model-model tersebut dikembangkan oleh
Edelman, Robbet N. Entman, Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki. Meskipun ada banyak istilah dan definisi, berbagai model
tersebut mempunyai kesamaan. Analisis framing secara umum membahas
mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas,
menyajikannya dan menampilkan kepada khalayak. Analisis framing
adalah versi terbaru dari pendekatan wacana.
32
Akhir-akhir ini, framing telah digunakan untuk menggambarkan
proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas
oleh media. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan
pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik dan
lebih berarti. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita, cara pandang atau
perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana
berita tersebut(Nugroho,1999: 21)
Dalam penelitian framing digunakan untuk mengkonstruksi berita-
berita Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU yang dilaksanakan
pada 28 Nopember- 2 Desember 2004. Langkah Pada penelitian ini
pertama, penulis mengkatagorisasikan berita, Katagorisasi berita adalah
upaya pengklasifikasikan dan meyederhanakan realitas sehingga dapat
dipahami dengan mudah (Eriyanto,2002:165). Katagorisasi berita
Muktamar ke-31 NU itu berdasarkan agenda NU. Agenda itu meliputi:
Laporan Pertanggungjawaban (LPj), Pemilihan Ketua Umum, Penyusunan
Program / Evaluasi, Organisasi, Bahsul Masail (Sekjend PBNU, 2004:.
Kedua, setelah mengkategorisasikan, penulis menganalisis denagan
analisis framing.
Framing menurut Pan dan Kosicki di definisikan sebagai proses
membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari
33
pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Ada
dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi
psikologi. Konsepsi ini lebih menfokuskan pada bagaimana seseorang
memproses informasi pada dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan
proses kognitif bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan di
tunjukkan dalam skema tertentu(Eriyanto, 2002: 252).
Kedua, konsepsi sosiologis. Konsepsi ini lebih melihat bagaimana
kontruksi sosial atas realitas. Frame ini dipahami sebagai proses
bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya, dan realitas di
luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi
teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli
dengan label tertentu. (Eriyanto, 2002: 253). Dalam pendekatan ini
perangkat framing dibagi empat stuktur besar. Pertama, struktur sintaksis.
Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik. Dan keempat struktur
retoris ( Alex Sobur, 2004: 175-176).
Struktur sintaksis berhubungan dengan begaimana wartawan
menyusun fakta,perangkat framing dapat diamati melalui headline, lead,
latar, informasi, kutipan, pernyataan. Struktur skrip melihat bagaimana
wartawan mengisahkan suatu fakta, struktur tematik berhubungan dengan
bagaimana wartawan menulis fakta atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan dan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan
34
menekankan arti tertentu seperti pemakaian pilihan idiom, grafik, gambar
( Fathurin zen, 2004:106).Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk
memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau tidak
dari suatu hipotesa. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah
metode analisis induktif. Metode induktif adalah berangkat dari fakta-
fakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit kemudian dari fakta-fakta
tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum
(Azwar,1998:40). Dalam penelitian ini penulis akan mengambil
berdasarkan Pemberitaan pada Surat Kabar Suara Merdeka tentang
Muktamar ke-31 NU setelah itu menarik kesimpulan yang bersifat umum.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bab, yaitu:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teoritik dan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian/
pendekatan/spesifikasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data dan sistematika penulisan.
Bab kedua akan membahas tentang Media Massa dan Etika
Pemberitaan Islami, di dalamnya tinjauan tentang pengertian media massa,
pers dan pemberitaan, etika serta jurnalistik islami.
35
Bab ketiga akan menguraikan tentang deskripsi obyek penelitian yang
meliputi sejarah perkembangan Suara Merdeka dan pemberitaan mengenai
Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 di Suara Merdeka.
Bab keempat merupakan analisis tentang Pemberitaan Muktamar
Nahdlatul Ulama ke-31 dilihat dengan perspektif dakwah, edisi 23 Nopember-
18 Desember 2004. Dalam bab ini penulis akan menggunakan model analisis
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk menganalisis teks-teks
berita tersebut.
Bab kelima mengenai penutup, kesimpulan dan saran-saran
BAB II
MEDIA MASSA DAN ETIKA PEMBERITAAN ISLAMI
2.1 Media Massa
2.1.1 Pengertian Media Massa
Salah satu unsur penting yang dapat berperan di dalam penyebaran
informasi dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi bagi sebuah perubahan
masyarakat adalah media massa. Hal ini disebabkan pada satu persepsi bahwa
salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik secara individu
maupun sebagai anggota masyarakat adalah adanya kebutuhan untuk berbagai
tujuan. Dalam hubungan ini kehadiran media sebagai sarana penyampaian
informasi menjadi penting artinya.
Dalam abad modern seperti ini, kehidupan masyarakat tidak dapat
dipisah-pisahkan lagi dari kebutuhan komunikasi dan media sebagai sarana
36
tercapainya komunikasi tersebut. Dalam kaitannya ini B. Aubrey Fisher
memberikan istilah komunikasi bermedia. Menurutnya hal ini adalah untuk
membedakan secara jelas antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi
massa ( Aubrey Fisher, 1986 : 170).
Secara umum para ahli komunikasi memberikan batasan, yakni
merupakan sarana penghubung dengan masyarakat seperti: surat kabar,
majalah, radio, televisi, film dan lain-lain.
J.B. Wahyudi memberikan definisi media merupakan sarana untuk
"menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini dapat
berupa pembaca, pendengar, maupun pemirsa, yang mana mereka lazim
disebut sebagai audience (Wahyudi, 1991 : 55).
Sedangkan Dja'far H. Assegaf mengartikan (1983 : 129) media massa
sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah,
buku, radio dan televisi. Sebagaimana disebutkan oleh Drs. Jalaluddin
Rahmat, bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan
anonim melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat (Jalaludin Rahmat, 1999 : 189).
Dari berbagai definisi media massa yang telah dijelaskan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa, media massa digunakan dalam proses komunikasi
37
yang dilakukan secara massal dengan menggunakan media teknologi
komunikasi massa.
2.1.2. Karakteristik Media Massa
Untuk suksesnya komunikasi massa kita perlu mengetahui sedikit
banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi sifat-sifat unsur yang mencakupnya.
Onong Uchjana Effendi, memberikan lima ciri-ciri ( Onong Uchjana,
1999:52) diantaranya:
a. Sifat komunikan
Komunikasi ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar
dan heterogen. Ciri khas dari komunikasi melalui media massa ini ialah
pertama bahwa jumlah yang besar itu hanya dalam periode waktu yang
singkat saja. Kedua, komunikasi massa sifatnya heterogen. Selain itu
komunikator tidak tahu apa pesan yang disampaikannya menarik perhatian
atau tidak.
b. Sifat Media
Sifat media massa adalah serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan
keserempakan kontrak antara komunikator dan komunikasi yang demikian
besar jumlahnya. Selain itu sifat media massa adalah cepat. Artinya
memungkinkan pesan yang disampaikan kepada begitu banyak orang dalam
waktu yang cepat.
c. Bersifat pesan
38
Sifat pesan media massa lebih umum. Media massa adalah sarana
menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok orang
tertentu. Karena pesan komunikasi massa bersifat umum, maka
lingkungannya menjadi universal, mengakui segala hal dan dari berbagai
tempat. Sifat lain media massa adalah sejenak (transient), hanya sajian
d. Bersifat melembaga
Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka
komunikator dalam media massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar radio,
TV adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi
yang kompleks. Pesan-pesan yang sampai kepada khalayak adalah hasil
kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil tidaknya komunikasi massa
ditentukan berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa.
Berita yang disusun oleh seorang wartawan tidak akan sampai kepada
pembaca kalau tidak dikerjakan oleh redaktur, lay outer, juru cetak dan
karyawan lain dalam organisasi surat kabar tersebut.
e. Sifat efek
Sifat komunikasi melalui media massa yang timbul pada komunikan
bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.
39
Apakah tujuannya agar tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan
pandangannya, atau komunikan berubah tingkah lakunya.
2.1.3. Fungsi Media Massa
Sebagaimana diketahui bahwa setiap institusi mempunyai fungsinya
sendiri. Demikian pula dengan media massa sebagai institusi sosial
mempunyai fungsi penting dalam komunikasi massa itu tentunya
berbeda di negara yang berbeda, di negara satu dengan negara yang
lainnya.
J.B. Wahyudi memberikan keterangannya berkaitan dengan fungsi
media massa, walaupun pada hakekatnya jenis media massa yang satu
dengan yang lain berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai lima
kesamaan fungsi (Wahyudi, 1991 : 91), yaitu:
1. The surveillance of the environment
Yakni mengamati lingkungan atau dengan kata lain perkataan
berfungsi sebagai penyaji berita atau penerangan. Dalam hal ini media
massa harus memberikan informasi yang obyektif kepada pembaca
mengenai apa yang terjadi di dunia. Dalam kaitan ini fungsi utama
40
media massa adalah sebagai penyebar informasi atau pemberitaan
kepada khalayak.
2. The correlation of the parts of society in responding to the environment.
Artinya bahwa setelah media massa berfungsi sebagai sarana
pemberitaan yang ada di lingkungannya, juga mengadakan korelasi
antara informasi yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran,
karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih menekankan pada
seleksi, evaluasi dan interpretasi.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next.
Yakni sebagai penyalur aspirasi nilai-nilai atau warisan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Atau dengan kata lain perkataan
sebagai penyampai seni budaya dan penunjang pendidikan dapat
dikatakan bahwa di negara-negara berkembang yang rakyatnya belum
maju, komunikasi dalam banyak hal merupakan sarana pembelajaran.
4. Entertainment (hiburan)
Baik radio, televisi maupun surat kabar ataupun majalah
mempunyai fungsi hiburan bagi khalyak. Radio dengan kelebihan
audionya banyak menampilkan musik, sandiwara dan lain sebagainya.
Televisi kekuatan audio visualnya mampu memberikan hiburan yang
cukup lengkap, selain ini media massa ini merupakan sarana hiburan
yang relatif murah.
41
5. To sell goods for us (iklan)
Peran radio, televisi dan film mempunyai fungsi penyalur
iklan yang efektif. Radio, walaupun ini pesannya hanya audio (suara),
tetapi mempunyai daya jangkau yang relatif besar. Film kaerna
disajikan ke audio visual walaupun daya jangkaunya relatif kecil tetapi
mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi. Televisi
selain mempunyai daya jangkau yang relatif besar juga
mempunyai daya rangsang yang sangat tinggi, karena audio visual
sinkron dengan hidup.
2.1.4. Peran Media Massa
Sebagaimana telah disebutkan bahwa peran media massa di negara
berkembang dan negara maju terdapat perbedaan. Di negara berkembang
peran pers lebih menunjuk pada peran yang membangun untuk memberi
informasi, mendidik dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan. (Rahmadi, 1990 : 17).
Peran media massa adalah sebagai berikut:
1) Sebagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat.
Peranan media massa adalah sebagai agen perubahan (agent of
change), demikian kata Wilbur Schramm, letak peranannya adalah
membantu menciptakan proses peralihan masyarakat tradisional ke
modern. Media massa sebagai agen perubahan mempunyai beberapa
tugas memperluas cakrawala pandangan, memusatkan perhatian
42
khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya, menumbuhkan aspirasi,
menciptakan suasana membangun (Rahmadi, 1990 : 17).
2) Sebagai pembentuk pendapat umum
Peran media massa selain melakukan pemberitaan kepada
masyarakat juga berperan dalam pembentuk pendapat umum. Bahkan
dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat.
Hal ini didasarkan bahwa selain isi pesan media massa memuat berita
atau uraian berita, juga pendapat-pendapat ini dapat perorangan,
lembaga media massa yang kesemuanya itu isi pesannya bersifat
umum sehingga dapat menimbulkan reaksi pro dan kotra dalam
masyarakat. Pro dan kontra inilah yang disebut sebagai pendapat
umum (Rahmadi, 1990 : 18).
2.2. Pers dan Pemberitaan
2.2.1 Pengertian Pers
Dalam pengertian umum pers mengandung dua arti, yaitu pers
dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit yaitu yang
menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan
barang cetakan misalnya surat kabar, tabloid, majalah. Sedangkan pers dalam
arti luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan
dengan media cetak maupun dengan media elektronik seperti radio, televisi
maupun internet (Kusumaningrat, 2005: 17).
43
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang mengaitkan pers dengan
jurnalistik, jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan
Journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari,
atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari perkataan hasil
diurnalis, artinya “harian” atau “tiap hari”. Dari perkataan itulah lahir kata
jurnalis yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik (Kusumaningrat,
2005: 15).
Menurut Dja’far Assegaff jurnalistik merupakan kegiatan untuk
menyampaikan pesan / berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran
media, baik media cetak maupun media elektronik (Ardhana,1995:1).
Pers atau mass media sebagai salah satu ajang kerja jurnalistik dan
sarana komunikasi. Oleh karenanya kebijaksanaan dalam memberikan
penerangan tentang pembangunan kepada masyarakat luas, tidak boleh tidak
harus melibatkan keikutsertaan pers. Hal ini dikarenakan pers atau bidang
kerja jurnalistik pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi,
pemberi hiburan dan melaksanakan kontrol sosial di samping sebagai
pendidik. Dengan fungsi-fungsi itu pers memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap masyarakat (Ardhana, 1995: 2).
2.2.2 Pengertian Berita
Secara sosiologis berita adalah semua hal yang terjadi di dunia,
seperti yang dilukiskan oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang
ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio dan apa yang ditayangkan
44
televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.
Berita bisanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa
dijadikan berita ( Haris Sumadiria, 2005: 63).
Berita berasal dari bahasa Sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa
Inggris disebut “Write") arti sebenarnya adalah “ada” atau “terjadi”, ada juga
yang menyebut dengan “Vritta” artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”.
“Vritta” dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi “berita” atau “warta”. Jadi
menurut artinya berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang
terjadi ( Totok Djuroto, 2003: 1).
Para ilmuan, penulis dan pakar komunikasi memberikan definisi
berita yang beraneka ragam, di antaranya adalah sebagai berikut:
Sebagaimana yang dikutip oleh Williard C. Bleyer mendefinisikan
berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat
dalam surat kabar. Karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi
pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk
membaca berita tersebut ( Haris Sumadiria, 2005: 64).
Menurut William S. Maulsby berita adalah suatu penuturan secara
benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru
terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat
berita tersebut ( Totok Djuroto, 2003: 6).
Sedangkan Dja’far H. Assegaf mendefinisikan berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang termasa (baru),, yang dipilih oleh staf redaksi atau
45
harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena
luar bisa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia
mencakup segi-segi hukum interest seperti humor, emosi dan ketegangan (
Totok Djuroto, 2003: 7).
Esensi kegiatan menulis berita adalah melaporkan seluk beluk suatu
peristiwa apa yang telah, sedang atau akan terjadi. Melaporkan di sini berarti
menulis apa yang dilihat, didengar atau dialami seorang atau sekelompok
orang. Berita ditulis sebagai rekonstruksi tertulis dari apa yang terjadi (
Ashadi Siregar, 1998: 19).
Sebagai fakta, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui prosedur
jurnalistik yang sangat ketat dan terukur. Dalam teori jurnalistik ditegaskan,
fakta-fakta yang disajikan media ada khalayak sesungguhnya realitas tangan
kedua. Realitas tangan pertama adalah fakta atau peristiwa itu sendiri ( Haris
sumadiria, 2005: 73).
Karena merupakan realitas tangan kedua, maka berita sebagai fakta
sangat rentang terhadap kemungkinan adanya intervensi dan manipulasi.
Meski pada tingkatan diksi atau simbolis sekalipun ( Haris Sumadiria, 2005:
74). Pandangan ini mengandalkan seolah-olah ada realitas yang benar-benar
riil yang ada di luar dari wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan
terseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.
Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan
(Eriyanto, 2002: 101).
46
Seorang wartawan yang mendekati obyek realitas selalu akan
diharapkan dengan situasi yang membingungkan. Begitu banyak realitas yang
dapat ditemukan, begitu seringnya realitas itu muncul, dan begitu cepat
berlalu. Akibatnya, begitu “biasa”nya realitas itu dihadapi, sehingga tidak
disadari nilainya sebagai berita. Realitas itu bisa lewat begitu saja dari
perhatian ( Ashadi Siregar, 1998: 35).
Tidak setiap kejadian bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada ukuran-
ukuran tertentu yang harus dipenuhi agar suatu kejadian atau suatu peristiwa
dalam masyarakat dapat diberitakan pers. Ini disebut sebagai kriteria layak
berita, yaitu layak tidaknya suatu kejadian dalam masyarakat diberitakan oleh
pers atau bernilainya kejadian tersebut bagi pers.
Hal yang menjadikan suatu kejadian atau peristiwa sebagai layak
berita adalah adanya unsur penting dan menarik dalam kejadian itu. Apa yang
penting dan menarik pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita. Karena
itu unsur-unsur yang dapat menarik perhatian pembaca disebutkan sebagai
unsur berita ( Dja'far Assegaf, 1983: 25-35).
Unsur-unsur berita yang dipakai dalam memilih berita adalah
sebagai berikut :
1. Aktual atau termasa (time lines)
Aktual merupakan bagian penting agar berita kita dapat menarik
pembaca. Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi, kejadian yang
47
masih hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik, dibanding kejadian
atau peristiwa yang sudah lama berlangsung.
Pengertian aktual di sini memang amat beragam ,aktual bisa
berarti masih hangat artinya berita yang disajikan bukan berita
basi,sehingga hari berita hari ini harus diberitakan hari ini juga
.Aktualitas pun juga berarti hangat, dalam arti meskipun peristiwa tersebut
sudah terjadi lama dan merupakan termasuk peristiwa sejarah(terjadi 50
tahun yang lalu) bisa actual jika kurun waktu tersebut diangkat oleh media
massa.
2. Jarak (proximity)
Jauh dekatnya jarak yang berimbas berita kita, merupakan unsur
yang perlu kita perhatikan, unsur kedekatan ini tidak harus dalam
pengertian fisik, tetapi juga kedekatan emosional antara pembaca dengan
medianya.Sebagai contoh beritatabrakan sebuah bis yang menewaskan 20
orang di Jakarta, daya tarikny akan berbeda dengan berita tabrakan di
Jawa Tengah yang menewaskan enam orang.Jika ditarik ke media
lokal,Suara Merdeka memberi nilailebih di hati masyarakat Jwa Tengah
dari pada media Kompas.
3. Keterkenalan (prominence)
Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja.
Demikian pula tempat-tempat terkenal Seperti : Museum Nasional,
Gedung Gajah atau Candi Borobudur. Perisitwa-peristiwa terkenal dan
48
situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita yang tinggi
Misalnya:Candi Prambanan rusak berat akibat gempa bumi yang terjadi
di wilayah Yogyakarta dan Jateng.Pembaca akan lebih tertarik karena
mengenal candi Prambanan. ( Haris Sumadiria, 2005: 88).
4. Dampak (consequence)
Kejadian atau peristiwa yang memiliki akibat atau pengaruh
biasanya menarik perhatian masyarakat. Ini karena sifat manusia yang
egosentris selalu mementingkan dirinya sendiri. Sesuatu yang
menimbulkan akibat akan menarik perhatiannya. Ini perlu diwaspadai
dalam hal membuat berita.Suatu peristiw atau kebijakan pemerintah yang
meyebabkan akibat yang luas akan menjdi daya tarik bagi media massa,
misalnya pemerintah menaikkan tarif BBM atau listrik,sehingga
masyarakat bereaksi.,kemudian mahasiswa bereaksi melakukan
demonnstrasi yang menuntut penolakan kenaikan tariff tersebut. Maka
efek dari kebijakan peristiwa ini layak diberitakan.
5. Ketertarikan manusiawi (human interest)
Definisi mengenai istilah human interest senantiasa berubah-ubah
menurut redaktur surat kabar masing-masing dan menurut
perkembangan zaman. Menarik bisa diartikan mengundang orang untuk
membaca berita yang kita tulis, disamping yang factual dan actual serta
menyangkut kepentingan orang banyak. Tetapi yang pasti adalah bahwa
49
berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati,
menggugah perasaan khalayak pembaca (Haris Sumandiria, 2005: 90).
2.2.3 Jenis-jenis Berita
Ada beberapa jenis berita yang disajikan wartawan (Sumandiria,
2005 : 69-71).
1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita langsung yang hanya
menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita memiliki nilai
penyajian obyektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan. Jenis ini
ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where,
why dan how (5W + 1H).
2. Depth news report adalah berita mendalam, dikembangkan berdasarkan
penelitian dan penyelidikan dari berbagai sumber.
3. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari beberapa aspek, maksudnya mencoba
menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita
peristiwa sehingga benar merahnya terlihat jelas.
4. Interpretetive report berita ini memfokuskan sebuah isu, masalah atau
peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan
beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.
5. Feature story adalah berita yang menyajikan suatu pengalaman atau berita
yang pada gaya penulisan dan humor dari pada pentingnya informasi yang
50
disajikan. Berita yang berisi cerita atau karangan khas yang berpijak pada
fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik.
6. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap dan utuh suatu peristiwa fenomena atau aktual.
7. Investigasi Reporting adalah berita yang dikembangkan berdasarkanj hasil
penelitian dan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi
demi tujuan.
8. Editorioal Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan
mempengaruhi pendapat umum.
2.3. Pengertian Etika dan Pemberitaan Islami
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani Kuno "ethos" dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu, padang rumput, kadang,
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (la etha) artinya kebiasaan (Ahmad Amin, 1973 : 4).
Etika dalam istilah Islam lebih dikenal dengan kata "akhlak" perkataan
akhlak berasal dari bahasa Arab "اخالق". Secara luas akhlaq dapat diartikan
sebagai interaksi seorang hamba Allah dan sesama manusia.(Amin ,1973: 3)
Menurut Ahmad Amin, etika merupakan suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus
51
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat. (Amin, 1973 : 15).
Kata etika sering disebut dengan etik saja. Karena itu, etika
merupakan pencerminan dari pandangan masyarakat mengenai apa yang baik
dan buruk, serta membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima atau
ditolak guna mencapai kebaikan dalam kehidupan bersama. Etika
mengandung nilai-nilai sosial dan budaya yang disepakati besama itu tidak
salalu sama pada semua masyarakat lainnya. (Amin, 1973: 34).
Sedangkan yang dimaksud Etika di sini adalah kode etik profesi yaitu,
norma-norma yang harus di pindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam
menjalankan tugas profesi dalam kehidupan di masyarakat. Norma-norma itu
berisi apa yang boleh dan apa yang yang tidak boleh dilakukan oleh tenaga
profesi dan pelanggaran terhadap norma-norma tersebut akan mendapatkan
sanksi.
Jurnalistik Islami dapat dirumuskan dengan suatu proses meliput,
mengolah dan menyebarkan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai
kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut
agama dan umat Islam, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran
Islam kepada khalayak melalui media massa. ( Asep Romly, 2003 : 34).
Karena jurnalistik Islam adalah jurnalistik dakwah, maka setiap
jurnalis muslim, yakni wartawan dan penulis yang beragama Islam,
berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai "ideologi" dalam
52
profesinya. Jurnalis muslim adalah sosok juru dakwah (da'i) di bidang pers,
yakni mengemban dakwah bil qalam (dakwah melalui pena dan tulisan).
Jurnalistik Islami bermissi '' amar ma'ruf nahi munkar '' maka ciri
khasnya adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan
Allah SWT. Jurnalistik islam berpesan dan berusaha keras utuk
mempengaruhi komunikan agar berperilaku sesuai ajaran Islam( Asep
Romly,2003:35).
Sebagaimana Asep Syamsul Romly (2003:39-40) menjelaskan peran
jurnalis muslim yaitu ;
1) Mendidik (muaddib) yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang islami,
mengajak khayalak pembaca agar melakukan perintah Allah Swt dan
menjauhi larangan-Nya. Selain itu juga melindungi umat dari pengaruh
buruk dan perilaku yang menyimpang dari syariat Islam.
2) Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid)
Setidaknya ada 3 hal yang harus diluruskan oleh jurnalis muslim. Permta,
informasi tentang ajaran dan umat Islam, informasi tentang karya-karya
atau prestasi umat Islam. Ketiga, jurnalis muslim dituntut mampu
menggali, melakukan investigasi reporting tentang kondisi umat Islam.
3) Sebagai Pembaharu (Mujaddid)
Yakni menyebarkan paham pembaharuan akan pemahaman dan
pengalaman ajaran Islam, jurnalis muslim hendaknya menjadi juru bicara
53
dalam menyerukan umat Islam, memegang teguh al-Qur'an dan As-Sunah
yang memurnikan pemahaman tentang Islam.
4) Sebagai Pemersatu (muwahid) yaitu harus mampu menjadi jembatan yang
mempersatukan umat Islam.
Qleh karena itu kode Etik Jurnalistik yang berupa tidak memihak pada
golongan tertentu dan menalin dua sisi dari dua sisi dari setip informasi harus
ditegakkan. Untuk menjalankan peran-peran di atas, makajurnalis muslim
mempunyai kode etik jurnalistik sesuai dengan ajaran Islam.Kode Etik yang
dimaksud antara lain sebagai berikut; ( Asep Romly,2003: 41-42).
a. Menginformasikan atau menyampaikan yang benar saja (tidak berbohong) juga
tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hajj : 30
)30:الحاج (ؤاجتنبو اقول الزور
Artinya: '' Dan jauhilah perkataan dusta'' (Depag,1989:516)
b. Bijaksana, penuh nasehat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik
pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman obyek pembaca harus dipahami,
sehingga tulisan berita yang dibuat pun akan disesuaikan sehingga mudah dibaca
dan dicerna.
Firman Allah Dalam Q.S An-Nahl: 125
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعضة الحسنة وجادلهم باالتى هي احسن ان
) 125:النحل(د ين ربك هواعلم بمن ضل عن سبيليه وهو اعلم باالمهت
54
Artinya :''serulah ke jalan TuhanMu dengan penuh kebijakan (hikmah ), nasihat yang baik ,serta bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik.'' (Q.S.An-Nahl:125) (Depag,1989:421)
c. Meneliti kebenaran berita / fakta sebelum dipublikasikan harus melakukan
check and recheck.
Firman Allah Dalam Q.S Al-Hujarat :6
ياايهاالذين امنوا ان جاءآم فاسق بنباء فتبينو ان تصيبوا قوما بجهلة
ا ) 6:الحجرات(وا على مافعلتم ندمين فتصبح
Artinya: '' Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa berita, carilah keterangan tentang kebenaran nya supaya jangan kamu rugikan orang karena tidak tahu.''(Q.S.Al-Hujarat:6). (Depag, 1989: 846)
d. Hindari olok-olok, penghinaan, mengejek atau caci maki sehinggai
menumbuhkan permusuhan dan kebencian.
Dalam firman Allah Q.Sal-Hujarat:11
ان يكونوا خيرا منهم وال نساء من نساء ىمنوا ال يسخر قوم عسالذين ا ياا ايها
با االلقاب بئس االسم انفسكم وال تنا بزوا وال تلمزوا ان يكن خيرا منهنىعس
) 11:الحجرات (الفسوق
Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu yang mengejek orang lain, mungkin yang diejek itu lebih baik dari mereka yang mengejek. Janganlah kamu saling mencaci dan janganlah memberi nama ejekan…" (QS. Al-Hujurat : 11).(Depag, 1989:847)
55
e. Hindarkan prasangka buruk (suudzhan). Dalam istilah hukum, pegang
teguh "asas praduga tak bersalah" disebutkan dalam Firman Allah QS.Al-
Hujarat :
يا ايها الذين امنوا اجتنبوا آثيرا من الظن ان بعض الظن اثم وال تجسسوا وال ) 12:الحجرات(يغتب بعضكم بعضا
Artinya : ''Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesunguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari–cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain ''.(Q.S. Al-Hujarrat :12)( Depag, 1989: 847)
Dalam surat ini dijelaskan bahwa Kaum mukmin dilarang terlalu
banyak prasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa,
dilarang pula saling memata-matai (mecari kesalahan orang lain).dan
saling memfitnah atau menggunjing (ghibah, membicarakan aib orang
lain). ( Asep Romly, 2003 : 43).
Dalam al-Qur'an juga dijelaskan tentang seruan larangan untuk
berprasangka dan menyebarkan fitnah.
)11- 10: القالم(. هماز مشاء بنميم. وال تطع كل حالف مهنيArtinya :"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang banyak bersumpah
lagi hina, yang banyak mencela, dan kian kemari menghambur fitnah". (QS. Al-Qalam : 10-11).( Depag, 1989:961)
Selain kode etik jurnalistik muslim di atas, jurnalis muslim juga mentaati kode etik jurnalistik umum (pers). Ketaatan atau keterkaitan pada kode etik jurnalistik merupakan realisasi dari sebagai seorang jurnalis profesional sekaligus menjadi warga negara yang baik dan konstitusional". Pasal 7 (2) UU No. 40/1999 tentang pers menyebutkan "Wartawan Memiliki Dan Menaati Kode Etik Jurnalistik". (Romly, 2003 : 43).
BAB III
PEMBERITAAN SUARA MERDEKA TENTANG
56
MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-31
3.1 Profil Suara Merdeka
3.1.1 Sejarah Berdirinya Suara Merdeka
Suara Merdeka sebagai salah satu koran tertua di Indonesia
yang lahir pada era pasca kemerdekaan. Berbagai pengalaman di
bidang jurnalistik menempa H.Hetami menjadi seorang wartawan
yang ulet. Menjadi pengasuh di majalah Reethe Hoge School (Fakultas
Hukum Zaman Belanda) di Jakarta, Harian Sinar Baru zaman perjuangan di
Solo menumbuhkan niatnya untuk mendirikan surat kabar sendiri, dialah H.
Hetami (Sadono, 1996: 33).
Ketika terbit pertama tanggal 11 Februari 1950, kantor harian Suara
Merdeka masih menumpang pada harian berbahasa Belanda, De Locomotief,
yang juga mencetaknya. Beberapa tahun kemudian, Harian ini bisa
menempati gedungnya sendiri lengkap dengan percetakannya di Jl. Merak II
A. Harian ini didirikan oleh H. Hetami yang dibantu oleh H.R. Wahyoedi
dan Moh. Sulaiman menerbitkan koran yang bernama “Suara Merdeka”.
Rencana awalnya, koran tersebut akan diberi nama “Mimbar Merdeka”
terdapat 13 huruf padahal pendiri koran ini, H. Hetami (almarhum)
tampaknya tidak suka angka ganjil, bukan percaya angka ganjil membawa
sial, namun kemudian dicari angka yang cocok,
asalkan tidak meninggalkan kata-kata merdeka. Maka dipilihlah Suara
43
57
Merdeka yang jumlahnya 12 huruf yang ternyata memberi berkah hingga
berkembang sampai sekarang (Massoesiswo, dkk, 2003: 22).
Misi awal Suara Merdeka adalah memperdengarkan suara rakyat
yang baru memperoleh kemerdekaannya. H. Hetami berpendapat bahwa
aspirasi dan hati nurani rakyat perlu ditampung oleh media yang dikelola
oleh pejuang-pejuang pers. Pada mulanya koran tersebut terbit sore hari,
empat halaman dan dicetak hanya dibantu dua karyawan, dua meja dan dua
mesin ketik. Untuk mencetaknya, Suara Merdeka menumpang di harian “De
Locomotief” Jalan Kepodang Semarang, tetapi yang paling menggembirakan
adalah ketika Suara Merdeka mendapat kehormatan dan kepercayaan
sebagai satu-satunya koran di Jawa Tengah yang diambil langganan secara
kolektif oleh kesejahteraan Teer IV (Kodam IV/Diponegoro sekarang)
sebanyak 1000 eksemplar tiap hari untuk dibagikan kepada kesahian-
kesahiannya (Massoesiswo, dkk., 2003: 23).
Sayang, perkembangan yang belum maksimal itu terhambat
dikarenakan adanya “Gunting Syarifuddin” yang memperkecil nilai mata
uang menjadi separuh, selain itu pada tahun 1961 ada pemogokan
dipercetakan De Locomotief, maka harian Suara Merdeka harus dicetak di
Yogyakarta selama satu tahun lebih. Meski demikian, berkat usaha kerja
keras pengasuhnya, yang sangat kreatif, dengan memunculkan rubrik-rubrik
yang khas seperti Semarangan, Sirpong sebagai pojok, kemudian di Grundel
dan jangan disepelekan Kliblokosuto, sebagai rubrik satu halaman bisa
mengatasi cobaan demi cobaan bahkan makin lama makin mendapatkan
58
kepercayaan karena sudah berakar di kalangan pembaca (Massoesiswo,
dkk., 2003: 23).
Menurut almarhaum Hetami, wartawan sejati harus mempunyai
sikap independen, obyektif, dan tanpa prasangka. Ketiga sikap ini tak lain
adalah motto Suara Merdeka. Independen, artinya kita ingin menempatkan
kepentingan umum diatas kepentingan kelompok. Obyektif, dimaksud
bahwa dalam mengemukakan pendapat itu kepentingan sendiri tidak boleh
ditonjolkan. Sedang tanpa prasangka artinya dalam mengemukakan isi
tulisan tidak dipengaruhi oleh buruk sangka ataupun sebalik ( Bambang
Sadono, 1996: 33).
Hal itu yang menjadikan Suara Merdeka merdeka terjepit. Hingga
suatu ketika harus menyelamatkan diri dengan mengubah nama menjadi
harian Berita Yudha edisi Jawa Tengah. Untung saja keadaan yang sangat
sumpek bagi kehidupan pers nasional itu berakhir dengan hancurnya Partai
Komunis Indonesia (PKI). Orde Baru memberi peluang kepada pers
nasional untuk kembali kepada jati diri masing-masing. Dan dengan izin
Jendral Ibnu Subroto, yang ketika itu memimpin Berita Yudha, nama Suara
Merdeka dipulihkan kembali.
Regenerasi kepemimpinan Suara Merdeka berlangsung ketika H.
Hetami sejak 11 Februari 1982 menyerahkan pengelolaan koran pada
menantunya, Ir. H. Budi Santoso. Dan tanggal 8 Februari 1986, ketika para
tokoh wartawan se-Indonesia berkumpul di Yogyakarta untuk merayakan
59
Hari Pers Nasional tanggal 9 Februari, H. Hetami wafat ( Bambang Sadono,
1996: 33).
3.1.2 Perkembangan Suara Merdeka
Awal kemajuan Suara Merdeka dimulai setelah masuknya beberapa
tenaga redaksi seperti Soewarno, SH, Mochtar Hidayat (alm), Tjan Thwan
Soen, Soejono Said, L. Poedji Srijono, Hanapi, Modjono (alm), dan Drs.
Sutrisno, pada saat itulah Suara Merdeka terbit pagi hari. Tahun 1956,
menambah penerbitan “Minggu Ini” yang terbit setiap minggu.
Suara Merdeka memiliki percetakan sendiri tahun 1960. ini berarti
sejak tahun ini, Suara Merdeka tidak lagi dicetak di percetakan “De
Locomotief” tetapi dipercetakan miliknya sendiri “NV. Semarang” dengan
menggunakan mesin Duplex dan sejumlah mesin penyusun huruf Intertype
dan Linotype.
Pada awal tahun 1970-an Suara Merdeka memasuki babak baru era
ofset. Dengan demikian semua perangkat huruf, lay out dan unsur pra cetak
menyesuaikan. Meskipun masih menggunakan mesin ketik, namun sebagian
perangkat lain sudah dapat diganti komputer dan mesin “Duplex” diganti
dengan mesin Web Offset merk “Pacer” yang mampun mencetak dengan
kecepatan 30.000 eksemplar/ jam dan mempunyai lagi yang terbaru merk
“Goos Orbanite” dengan kecepatan mesin cetak 60.000 eksemplar / jam
(Mas soesiswo, 2002: 20).
60
Memasuki tahun 1992, Suara Merdeka menggunakan teknologi lay
out layar dengan menggunakan macintos. Dengan teknologi ini, proses
pembuatan berita, pengiriman, editing, penyusunan, dan pemilihan huruf lay
out serta pengaturan warna melalui komputer semua dan seluruh bagian bisa
on-line (Mas soesiswo, dkk, 2002: 21).
Perubahan dan kemajuan lain yang bisa dilihat adalah dengan selalu
menambah jumlah halaman setiap harinya, dan liputan langsung ke berbagai
negara. Juga penambahan rubrik yang selalu menarik sesuai kebutuhan
pembaca. Sebelum tanggal 1 Mei 2000 Suara Merdeka. Terbit 16 halaman
empat kali dan selebihnya 12 halaman full colour. Kini Suara Merdeka
terbit 20 halaman dengan menambah liputan-liputan khusus yang meng-
cover wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Deverifikasi usaha penerbitan di
Suara Merdeka Group meliputi majalah “MOP dan Belia” yang
bekerjasama dengan Depdikbud Jawa Tengah”, “Hello” dalam bahasa
Inggris serta harian sore Wawasan. Terbitan Minggu ini yang sekarang
berubah menjadi Tabloid “Cempaka” (Massoesiswo, 2003: 23).
Di luar penerbitan Suara Merdeka Group juga
mempunyai anak perusahaan seperti PT. Dentrace yang bergerak di
bidang kontraktor, radio FM setereo “Suara Sakti”. Untuk menunjang
pengembangan berbagai usaha dilakukan Suara Merdeka Group. Pada
HUT ke-32, yakni pada tahun 1982, industri pers ini menempati gedung
dan percetakan barunya di Jalan Raya Kaligawe KM 5 Semarang.
Gedung bertingkat megah ini digunakan untuk kantor redaksi dan
percetakan PT. Mascom Graphy. Anak perusahaan Suara Merdeka.
Sedangkan tahun 1984 dibuka dan ditempati pula gedung direksi dan
61
bagian TU, Sirkulasi, Iklan, di Jalan Pandanaran 30 Semarang
(Massoesiswo,dkk, 2003 : 24).
Suara Merdeka yang terbit di Semarang, ibu kota provinsi Jawa
Tengah, berarti Suara Merdeka mempunyai komitmen dengan masyarakat.
Daerah dan pemerintah Jawa Tengah. Lokasi pemberitaan juga sekaligus
merupakan pangkal usaha pembangunan. Pembatasan wilayah peredaran ini
penting artinya dalam hubungan dengan ragam berita. Nuansa penyajian
waktu sampai ke tangan pembaca. Sejak awal penerbitan, Suara Merdeka
telah menjadikan masyarakat golongan menengah ke atas sebagai target
group. Secara segmented sasarannya adalah segmen psikografik masyarakat
Jawa Tengah yang terdiri atas berbagai lapisan dan kelompok, itulah yang
kemudian memunculkan identitas yang kemudian menjadi slogan “Koran
Jawa Tengah” penelitian kelompok sasaran ini dengan sendirinya juga
menentukan penekanan kebijakan pemberian, penyajian pendapat, serta
pemilihan topik ulasan, semuanya dimaksudkan agar isi harian ini dirasakan
manfaatnya bagi pembaca (Massoesiswo, dkk. 2003: 24)
Dalam konnteks otonomi daerah, sudah tentu penonjolannya berita-
berita daerah yang harus dtekankan dalam pemberitaannya. Melihat posisi
strategis dalam visi misi Suara Merdeka,penulisan berita daerah memang
harus memperlihatkan cirri-ciri khusus. Pertama, haruslah disadari ,
pembaca opada umumnya sudah mengenal keadaan serta tokoh-tokoh dalam
masyarakat daerah setempat. Kedua, berita derah punya jangkauan dampak
dan pengaruh terbatas kepada wilaah tertentu. Bagi orang-orang yang
62
tinggal di wilayah itu, atau tidak mengenalnya bias jadi berita terebut tidak
mempunyai nilai.
Namun kendati orang yang bertempat tinggal di tempat yang jauh
tetapi pernah berdiam diwilayah tersebut dengan baik, berita-berita daerah
masih menarik. Cara berfikir Suara Merdeka adalah'' Menggugah,
mendekatkan, mempersatukan, mempersentuhkan, merekatkan '' masyarakat
Jawa Tengah. Ketiga, dalam konteks otonomi daerah, pemosisian berita
sebagai '' Perekat '' diartikan sebagai upaya agar memberi daya tarik bagi
pembaca sekalipun ia buan penduduk daerah tersebut (Massoesiswo,dkk,
2002: 28).
Porsi pemberitaan harus memperhatikan aspek pemerataan
pemberitaan meliputi : gambar, ulasan, laporan. Suara Merdeka secara
umum melalui kebijaka rubrikasi dan pengaturan halaman berkisar sebagai
berikut: berita Regional( Jateng/ DIY termasuk Semarang) adalah 50%,
berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) sejumlah 30%, berita
Internasional sejumlah 20%. Ditinjau dari jenisnya, maka Suara Merdeka
diharakan mampu meliput berbagai bidang : politik, ekonomi, hokum,
kriminalitas,olahraga, kebudayaan, pendidikan, teknologi, lingkungan
hidup, kemanusiaan, dan sebagainya. kebutuhan semua golongan dan dan
lapisan pembaca harus terpenuhi, kaerena Suara Merdeka menetapkan
segmen geografis, bukan suatu golongan masyarakat yang harus selau
dijga, titik sentuh bidang-bidang itu tetap harus mengacu pada segmen
63
geografis, yakni porsi kebutuhan dan kedekatan Jawa Tengah (
Massoesiswo,dkk,2002: 36).
3.2.1 Ideologi Suara Merdeka
Harian Suara Merdeka yang didirikan oleh almrhumH. Hetami pada
tanggal 11 pebuari 1950 di Semarang merupakan salah satu surat kabara
yang menadi pelopor persurat kabaran Indonesia setelah merdeka. Ketika
pertama kali dirntis surat kabar inin dijiwai oleh semangat untuk memberi
penerangan dan informasi seluas-luasnya kepada masyarakatagar
meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. Oleh karena itu slogan yang
diemban adalah '' Independen, Obyektif, Tanpa Prasangka'' . Slogan itu
dipegang sebagai landasan ideology Suara Merdeka . Independen artinya
tidak memuihak kepada kepentingan asiapapun kecuali kepentingan seluruh
bangsa dan Negara, juga harus bersikap netral dalam suatau peristiwa,
dalam arti liputan yang berimbang.( to cover multi sides).
Setiap wartawan bebas memiliki aspirasi politik tetapi tidak boleh
mewarnai dan mempengaruhi kebijakan redaksional. Obyektif berarti dalam
menyajikan berita , laporan maupun opini harus selaul; bersifat factual dan
memanipulasi semua yng dilkukan dengan pemberitaan itu tidak dilandasi
oleh prasangka buruk . Suara Merdeka harus fair dan geantleyang
dimaksudkan dalam penyajian isinya tidak ingin bersifat Prejudice,
melakukan Trial by the press dan bersikap menuduh. Hal ini merupakan
konsekuensi dari motto '' Obyektif '' yang dicanangkan Suara Merdeka( Mas
Soesisw, dkk,2002:33).
64
Ideologi Suara Merdeka adalalah ingin menjadikan lembaganya
sebagai alat control social dan media pendidikan. Suara Merdeka ingin
menjadi media bagi masyarakat unuk menyampaikan aspirasinya, juga ingin
mendidik masyarakat melalui pesan informasi yang disampaikannya.
3.2.1 Visi dan Misi Suara Merdeka
Misi awal Suara Merdeka yang terbit pada 11 Februari 1950 di
Semarang adalah memperdengarkan suara rakyat yang baru saja merdeka.
Gambaran idealnya waktu itu, aspirasi dan suara hati nurani rakyat perlu
ditampung oleh media yang dikelola oleh pejuang pers. Sedangkan dalam
sisi praktis pendiri harian ini menyebutkan penerbitan koran juga
dimaksudkan membuka lapangan kerja dan berperan serta dalam
pembangunan.
Bahwa dalam perkembangannya para pengasuh koran ini pernah
mencanangkan Suara Merdeka sebagai koran koran nasional yang terbit di
Semarang. Semua itu tidak akan terpisah dari misi awal, walaupun
hakikatnya lebih terkait dengan tuntutan komitmen ideal sekaligus
kesadaran akan potensi posisi pasar koran ini dalam perpektif bisnis
(Massoesiswo, dkk, 2003: 25).
Sebutan sebagai pers nasional menunjuk komitemen harian ini
kepada kepentingan nasional, sedangkan penyebutan Semarang dan Jawa
Tengah menunjuk pada fakta historis, sosiologis dan geografis sebagai
koran yang dijaga untuk selalu menjadi terbesar dan terkemuka di Provinsi
65
ini. Suatu kenyataan bahwa perkembangan Suara Merdeka tidak terlepas
dari usaha-usaha tanpa kenal lelah yang dirintis oleh H. Hetami dan
kemudian diteruskan oleh para perintisnya, kemudian pada tanggal 11
Februari 1981 para pendiri dan perintisnya penyepakati cita-cita untuk
menjadikannya sumber kebutuhan informasi demi kemajuan bangsa dan
memberi nikmat kepada pengasuh serta manfaat bagi masyarakat
(Massoesiswo, dkk, 2003: 26)
Komitmen yang merupakan kombinasi idealistis dan realistis itu
diraih dengan motto yang akan selalu diaktualkan oleh generasi penerus,
yakni independen-obyektif. Tanpa prasangka yang telah dicanangkan oleh
perintisnya, yang dalam perkembangannya mewujud sebagai upaya visioner
untuk memposisikan Suara Merdeka, dengan segala kematangan tampilan
isinya, menjadi moderator sekaligus perekat seluruh komunitas Jawa
Tengah (Mossoesiswo, dkk, 2003: 25).
3.2.2 Struktur Organisasi Suara Merdeka
Struktur Organisasi Suara Merdeka
Pendiri : H. Hetami
Pimpinan Umum/Pimpinan Perusahaan
Ir. Budi Santoso
Pimpinan Redaksi :
Sasongko Tedjo
Redaksi
66
Wakil Pimpinan Redaksi: Hendro Basuki, Amir Machmud Ns.
Redaktur Senior: Sutrisno, Mas Soesiswo. Redaktur Pelaksana: Sudarto,
Heryanto Bagas Pratomo, A. Zaini Bisri. Koordinator Liputan: Sri Mulyadi,
Cocong Arief Priyono. Sekretaris Redaksi: Eko Hari Mudjiharto, Djito
Pafiajmodjo. Staf Redaksi: Sri Humaini As, Sumardi, Soesriowati, Eddy
Junaidi, Ragil Wiranto, Eko Riyono, Ananto Pradonoi Nengah Segara Seni,
Muhammad Ali, Soemaryono. Litbang: Djurianto, Prabowo (Kepala), M.
Norman Wijaya. Diklak: Zaenal Abidin. Pusdok: Dadang Aribowo
(Koordinator). Personalia: Sri Mulyadi (Kelapa), Priyongo. Redaktur
Bahasa: Nana Swarasama (Kepala), Tavif Rudiyanto. Redaktur Artistik:
Patut Wahyu Widodo (Koordinator), Toto Tri Nugroho, Joko Sunarto. Biro
Semarang: Agus Fathudin Yusuf (Kepala), Murdiyatmoko (Wakil Kepala).
Biro Jakarta: Wahyu Atmaji (Kepala), A. Adib, Biro Surakarta: Joko Dwi
Hastantao (Kepala), Subakti A. Sidik. Biro Banyumas: Didi Wahyu
(Kepala), Anton Suparno. Biro Pantura: Wahidin Soedja (Kepala), Tria
Purwadi. Biro Muria: Prayitno (Kepala). Biro Kedu/Diy: Dedy Ardjana
(Kepala). Daerah Istimewa Yogyakarta: Bambang Ujianto, Sugianto, Asril
Sutan Marajo, Agung Priyo Wicaksono. Koresponden: Wiharjono (Malang),
Ainur Rohim (Surabaya). Manajer Iklan: Harry Afandi. Manajer Pemasaran:
Bambang Chadar. Manajer Produksi: Kasmir, Manajer Riset dan
Pengembangan: Sudadi. Manajer TU/Personalia: Amir Ar. Manajer
Keuangan: Eko Widodo. Manajer Pembukuan: Kemad Suyadi. Manajer
Logistik/Umum: Poerwono.
Alamat Redaksi
Jl. Raya Kaligawe KM. 5 Semarang 50118 Tepelon : (024) 6580900, 8412600, 8412600
Fax: (024) 8411116, 8447858 Email: redaksi@suaramer.famili.com.
Jl. Pandanaran No. 30 Semarang 50241 (Suara Merdeka,14 Maret 2006).
3.3 Gambaran Umum Pemberitaan Suara Merdeka terhadap Muktamar
ke-31 Nahdhatul Ulama
67
Pada penelitian ini penulis telah mengumpulkan berita-berita dari surat
kabar Suara Medeka mulai tanggal 23 Nopember- 18 Desember
2004.Selama satu bulan penuh Suara Merdeka memberitakan Muktamar
ke-31 NU, ada bahwa 19 edisi yang diterbitkan, ini menunjukkan bahwa
Suara Medeka memberikan perhatian yang lebih pada pemberitaan
Miktamar Ke-31 NU. Di bawah ini merupakan tabel pemberitaan Suara
Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU
Tabel I
Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar Nahdhatul Ulama Ke-31
No Tanggal Judul Pemberitaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
23 Nop 2004
24 Nop 2004
25 Nop 2004
26 Nop 2004
27 Nop 2004
28 Nop 2004
29 Nop 2004
30 Nop 2004
01 Des 2004
02 Des 2004
03 Des 2004
06 Des 2004
07 Des 2004
08 Des 2004
09 Des 2004
10 Des 2004
15 Des 2004
16 Des 2004
18 Des 2004
Jateng Pertahankan Hasyim
Gus Dur Jagokan Gus Mus
Gus Mus Bersedia Dicalonkan
NU Tandingan Bikin Masalah
Muktamar Dibuka Minggu Besok
Wacana NU Tandingan Serius
Kh. Sahal – Gus Dur bersaing
16 Pengurus Wilayah Dukung Hasyim
Gus Mus Tak Diijinkan Ibunya
GusDur-MasDar Ancam Bikin NU Tandingan
Kekalahan Masdar Mengejutkan
Politik NU Dan Parpol Taksama
Hari Ini NU Tandingan Dibentuk
Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar
Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur
Konflik Sulit Disembuhkan
TimGusDurMatangkanPembentukanNUBenar
Juni,Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa NU
Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana
68
Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama di Asrama Haji Donohudan
Boyolali yang dilaksanakan pada tanggal 28 Nopember – 2 Desember 2004,
ternyata diwarnai dengan kompetisi antara dua poros di kalangan warga
Nahdiyin yaitu poros Langitan dan poros Lirboyo. Poros Lirboyo dibawah
kepemimpinan KH. Idris Marzuki dan KH. Zainuddin jazuli (Pondok
Pesantren Ploso Kediri) dikenal dekat dengan KH. Hasyim Muzadi.
Sementara poros Langitan di bawah kendali ulama sepuh yang sangat dihargai
warga NU yaitu KH. Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan Dus Dur dan
kalangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (Suara Merdeka, 27 Nopember
2004).
Pada Muktamar ini PKB merelakan Dus Dur menjadi Rais Aam
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) untuk periode 2004-2009. Untuk
menjaga hubungan NU dan PKB, Gus Dur rela melepaskan sebagai Dewan
Sura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam Muktamar ke-31Nahdhatul
Ulama Gus Dur bersaing dengan KH. Hasyim Muzadi, tapi Gus Dur yakin,
bahwa Hasyim Muzadi tidak akan terpilih lagi sebagai ketua umum PBNU
pada Muktamar ke-31 NU ini diperkuat dengan kutipan Gus Dur:
'' Saya yakin muktamirin tidak memlilh pak Hasyi Muzadi , dia juga menekankan hampir semua Pengurus Cabang (PCNU ) se-Indonesia menyatakan tidak mendukung Hasyim Muzadi untuk kembali duduk di Kursi Ketua Umum PBNU untuk lima tahun mendatang''.
Tentang pencalonannya sebagai Rais Aam, Gus Dur menyerahkan
kepada peserta muktamar. Gus Dur memandang jabatan Rais Aam idealnya
dari orang yang ahli fiqh (Suara Merdeka, 24 Nopember 2004). Pencalonan
kembali KH. Hasyim Muzadi-Sahal Mahfud, Gus Dur menilai bahwa langkah
69
Hasyim selama ini telah menjadikan NU sebagai kendaraan politik sehingga
Khittah perlu diselamatkan pada muktamar ini. Langkah Hasyim pada pemilu
lalu tidak bisa dilepaskan dari tindakan politik praktis dengan melibatkan
institusi NU (Suara Merdeka, 28 Nopember 2004).
Apabila duet Hasyim-Sahal tidak mundur dari pencalonan ketua
PBNU, Gus Dur mengancam membuat Nu Tandingan, karena itu KH. Masdar
F. Mas’ud mengusulkan harus ada islah antara kedua belah pihak ini sesuai
dengan pernyataannya:
'' Pertemuan harus terjadi dalam muktamar, sebab kalau tidak , bisa membahayakan NU ke depan. NU Tandingan benar-benar muncul'', ujar Masdar''
Para kiai sepuh mensponsori pertemuan islah itu, KH. Sahal Mahfud
dan KH. Abdullah Faqih Langitan, kedua kubu itu perlu bertemu sebelum
muktamar selesai. Jika pertemuan itu tidak terjadi bisa membahayakan Nu ke
depan. Hasyim Muzadi menyatakan siap melakukan pertemuan dengan Gus
Dur (Suara Merdeka, 29 Nopember 2004).
Dalam pembukaan Muktamar, para kiai sepuh memberikan pernyataan
yang intinya mendukung Hasyim terpilih kembali serta meminta semua pihak
menghormati hasil muktamar, apapun hasil dan siapapun yang terpilih sebagai
ketua umum Rais Aam dan ketua umum tanfidziyah (Suara Merdeka, 30
Nopember 2004).
Dalam Muktamar kali ini jika KH. Hasyim Muzadi terpilih, NU
terancam pecah. Puluhan kiai yang tergabung dalam poros Langitan
70
mengerahkan pernyataan sikap mengembalikan NU kepada Durriyat
(keturunan). Surat penyerahan ditandatangani puluhan kiai sepuh yang
tergabung dalam poros Langitan. Intinya meminta Gus Dur menyelamatkan
NU untuk tetap menjadi Jam’iyyah Diniyyah yang bergerak pada pendidikan
dan sosial.
Mereka juga memberi tugas kepada Gus Dur sebagai keturunan
pendiri NU untuk membentuk Nu yang benar sebagaimana cita-cita pendiri
jam’iyyah pada tahun 1926. para kiai sepuh mencalonkan pasangan KH.
Musthofa Bisri (Gus Mus) dan Tolkhah Hasan, tapi Gus Dur tidak mendapat
ijin dari ibunya. Sedangkan Thalchah mengaku sudah terlalu tua untuk duduk
ditanfidiyah. Karena kedua calon tidak bersedia, Masdar mengatakan untuk
menegaskan kesiapan menjadi calon ketua umum bersaing dengan Hasyim
Muzadi, Gus Dur merasa optimis karena ia mendapat dukungan banyak
cabang di luar Jawa (Suara Merdeka, 1 Desember 2004).
Pada akhirnya proses pemilihan ketua PBNU untuk lima tahun ke
depan dilaksanakan pada pukul 00.30 hingga pukul 03.30, 2 Desember 2004.
Poros Lirboyo tetap mengajukan KH. MA Sahal Mahfudz sebagai kandidat,
sedangkan poros Langitan menampilkan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Kiai Sahal mendapat dukungan 363 suara, Gus Dur 75 suara, KH. Said Aqil
Siradj 1 suara, Alwi Shihab 2 suara, Gus Mus 3 suara, Agung Rahman Sabang
1 suara, abstain dan tak sah masing-masing satu suara. Dengan demikian,
jumlah suara keseluruhan 452 suara. Dalam proses pemilihan akhirnya poros
71
Langitan kalah dengan poros Lirboyo dalam pemilihan Rais Aam (Suara
Merdeka, 2 Desember 2004).
Kekalahan Gus Dur pada Muktamar ke-31 NU membuat Gus Dur
untuk membuat Jam’iyyah sendiri Nu pecah menjadi dua, organisasi yang
dibentuk Gus Dur bersifat rekonsiliatif bukan organisasi permanen dan
berkantor di PBNU Jl. Kramat Raya 164.
Gus Dur selaku mandaritas kiai sepuh akan menggelar Mukmatar Luar
Biasa (MLB) Nahdhatul Ulama pada Juni 2005, karena Gus Dur menganggap
Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai cacat hukum, karena ada indikasi
politik uang (Suara Merdeka, 16 Desember 2004).
Bagaimana media memandang dan memaknai peristiwa Muktamar ke-
31 Nahdhatul Ulama tersebut? Harian Umum Suara Merdeka mulai rentang
waktu tanggal 23 Nopember – 18 Desember 2004 menampilkan berita
tersebut.
Menurut data yang berhasil penulis kumpulkan, Suara Merdeka
menurunkan tujuh berita berbentuk Straight News, sembilan berita diletakkan
di halaman depan sebagai headline, sedangkan tiga berita yang lain terletak di
halaman dalam. Dalam penelitian ini, penulis akan mengulas satu per satu
pemberitaan tersebut menggunakan analisis framing. Dalam penelitian ini ada
proses katagorisasi berita. Katagorisasi berita adalah upaya pengklasifikasikan
dan penyerderhanaan realitas sehingga mudah dipahami. Katagorisasi berita
tersebut berdasarkan agenda Mukatamar Ke-31 NU. Agaenda itu meliputi
72
Laporan Pertanggung Jawaban( LPJ), Penyusunan Program, Organiasi dan
Bahshul Masail. Di bawah ini adalah Tabel katagorisasi Pemberitaan Suara
Merdeka terhadap Muktamar ke-31 NU.
Tabel 2 Katagori Pemberitaan Suara Merdeka Terhadap Muktamar ke-31
Nahdlatul Ulama Edisi 23 Nopember – 18 Desember 2004 Berdasarkan agenda Muktamar ke-31 Nahdlatul ulama
No Katagori Judul Berita Frekuensi Tanggal terbit 1
Laporan Pertangung Jawaban( LPJ)
• 16 PW Dukung Hasyim • Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil
Muktamar ke-31 NU
2 edisi
30 Nopember 8 Desember
2 Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum.
• Jateng Pertahankan Hasyim • Gus Dur Jagokan Gus Mus • Gus Mus Bersedia dicalonkan • KH.Sahal-Gus Dur Bersaing Siap
Dicalonkan Sebagai Rois Aam • Kekalahan Masdar Mengejutkan • Gus Mus Tak diijinkan Ibunya • Gus Dur Masdar Ancam Bikin NU
Tandingan • NU Tandingan Bikin Masalah
8 edisi 23 Nopember 24 Nopember
25 Nopember 29 Nopember
3 Desember 1 Desember 2 Desember 26 Desember
3 Penyusunan Program
/Evaluasi • Hari Ini NU Tandingan Dibentuk • Tim Gus Dur Matangkan
Pembentukan NU Benar • Wacana NU Tandingan Serius • Muktamar Luar Biasa NU Masih
Sebatas Wacana • Juni, Gus Dur Gelar Muktamar
Luar Biasa NU
5 edisi 7 Desember 15 Desember 28 Nopember 18 Desember 16 Desember
4 Organisasi • Pilitik Nu Dan Parpol Tak Sama • Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur • Konflik Sulit disembuhkan • Muktamar dibuka Minggu besok •
4 edisi 6 Desember 9 Desember 10 Desember 7 Nopember
5 Bahsul Masail • 0
Adapun pemberitaan yang diambil oleh penulis sesuai seleksi teks
berita berdasarkan signifikansi, relevansi serta representasi teks terhadap
tema adalah sebagai berikut:
1. Suara Merdeka Edisi 23 Nopember 2004
73
Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita mengenai
pencalonan Rois Aam wakil Rois Aam. Berita tersaji dengan judul;
''Jateng Pertahankan Hasyim''. Dilihat dari bagaimana wartawan
menyusun fakta ke dalam teks berita (struktur sintaksis ). Teks berita ini
ditempatkan sebagai headline yang mengindikasikan bahwa berita ini
mempunyai nilai berita yang tinggi. Sementara latar yang dipilih
adalah tentang kerelaan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melepas Gus Dur
untuk maju menjadi Rois Aam PBNU pada muktamar ke-31 NU.
Dari struktur skrip, teks berita tersebut mengisahkan tentang
Dewan Pimpinan Pusat PKB mengikhlaskan Gus Dur melepas jabatan
ketua umum Dewan Syuro PKB,dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur
berita yaitu:Who (Dewan Pimpinan Pusat PKB),What (menjaga hubungan
NU dan PKB),How (Gus Dur untuk melepas jabatannya).
Dari sudut tematik yaitu bagaimana cara wartawan menulis
fakta. Pertama , kerelaan PKB untuk melepas Gus Dur Dari jabatan ketua
umum Dewan Syuro PKB. Kedua, pernyataan pengurus cabang NU
Kebumen mencantumkan sikap tegas dengan tetap mendukung duet KH.
Hasyim Muzadi dan KH.MA.Sahal Mahfud untuk menjadi ketua Umum
dan Rois Aam pada Muktamar ke-31 NU. Dalam aspek Retoris Suara
Merdeka menekankan melalui logo Gambar Muktamar ke-31.
2. Suara Merdeka Edisi 24 Nopember 2004.
Dalam edisi ini Suara Merdeka menyajikan berita dengan judul ;
''Gus Dur Jagokan Gus Mus''. Dari struktur Sintaksis, dari teks berita ini
74
menampilkan lead tentang: ''kubu Hasyim yakin menang ''. Kemudian untuk
menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan pendapat dari
sumber yang mempunyai otoritas, dalam teks berita menghadirkan nara
sumber yang dikutip pendapatnya yaitu ketua PWNU Jateng Drs. H. Moh.
Adnan, MA. Sedangkan dari struktur skrip, mengisahkan mengenai Gus Dur
tidak senapas dengan Hasyim Muzadi dalam pencalonan ketua umum
PBNU. Sementara dari struktur tematik, ada dua tema.
Pertama, ketidaksetujuan Gus Dur dalam pencalonan ketua
umum PBNU. Kedua, bahwa pendapat Gus Dur berbeda dari ketua PWNU
Jateng Drs.H. Moh.Adnan M.A yang yakin bahwa KH.Hasyim Muzadi akan
mendapat dukungan dari sebagian besar dari peserta muktamar. Dari
struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta. Pada pemilihan
kata/leksikon pada kalimat Gus Dur tidak senapas dengan KH. Hasyim
Muzadi. Pada kata '' senapas'' mengandung arti tidak setuju dengan Hasyim
Muzadi.
3. Suara Merdeka Edisi 25 Nopember 2004
'' GUS MUS Bersedia Dicalonkan '' ini merupakan judul yang
ditampilkan Suara Merdeka . Pada teks berita menggunakan latar Gus Mus
secara tersirat bersedia dicalonkan menjadi ketua PBNU. Dalam teks berita
ini secara umum mengisahkan bahwa Gus Mus bersedia dicalonkan . Dari
berita tersebut unsur berita yang terdapat adalah who (Gus Mus), what
(bersedia dicalonkan), why (merasa punya tanggung jawab), How
(mengembalikan NU ke khittahnya).unsur tidak dimunculkan dalam
75
pemberitaannya, kelengkapan berita belum memenuhi unsur 5w+1H. Di sisi
lain terdapat penonjolan yang ditekankan melalui perangkat gambar /foto
Masdar F. Mas'udi dan satu logo Muktamar NU.
4. Suara Merdeka Edisi 26 Nopember 2004
Dalam Muktamar, siapapun yang terpilih sebagai ketua umum PBNU
Muktamar ke-31 NU bisa diterima semua pihak, khususnya di kalangan
Nahdliyyinn. Harian ini menurunkan berita dengan judul '' NU Tandingan
Bikin Masalah ''. Dari struktur sintaksis ditemukan pemakaian latar
mengulas tentang siapapun yang terpilih menjadi ketua PBNU bisa diterima
semua pihak. Sedangkan dari struktur skrip mengisahkan tentang adanya
prinsip ''asal bukan Hasyim''. Sementara dari sudut struktur tematik, berita
ini mempunyai tema tentang pertemuan kiai sepuh yang tergabung dalam
Poros Langitan di Jatim membahas untuk membentuk NU Tandingan.
Sedangkan dari aspek retoris menekankan pada gambar/logo tentang liputan
khusus tentang pemberitaan Muktamar NU ke-31.
5. Suara Merdeka Edisi 27 Nopember 2004
Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan judul:
''Muktamar dibuka Minggu Besok ''. Pada teks berita ini latar yang
dikemukakan adalah berupa prediksi adanya kompetisi sengit dua poros
penting di kalangan warga NU yaitu poros Lirboyo dan poros Langitan
dalam perebuatan jabatan ketua dan wakil Rois Aam PBNU untuk lima
tahun mendatang. Sedangkan struktur skrip mengisahkan bahwa Muktamar
ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang
76
Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi antara dua poros Lirboyo dan
poros Langitan. Dari struktur tematik, mengandung tema penting, tema itu
tentang prediksi kompetisi sengit antara kedua poros tersebut di atas.
6. Suara Merdeka edisi 28 Nopember 2004
Ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membentuk NU Tandingan
.Ancaman serius dan tidak mustahil akan terjadi.Dalam edisi ini,
menurunkan berita dengan judul ''Wacana NU Tandingan Serius ''.Judul itu
diperkuat dengan lead yang mendukung lead tersebut adalah '' Kiai Sahal
dan Faqih bertemu ''. Dari struktur skrip mengisahkan tentang ancaman
yang dilontarkan Gus Dur untuk membuat NU Tandingan bukan wacana
kosong. Dari elemen grafis yang muncul dalam pemberitaan ini dalam
bentuk ekpresi dengan judul yang tercetak besar dan tebal.
7. Suara Merdeka edisi 29 Nopember 2004
Perebutan jabatan tertinggi di PBNU baik Rois Aam maupun
Tanfidziah, hal itu terkait dengan kesediaan KH. Sahal Mahfudh dan Gus
Dur sama-sama menyatakan siap dicalonkan untuk menduduki Rois Aam.
ini bisa dilihat pada harian Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul
: “ KH. Sahal - Gus Dur bersaing “. Struktur sintaksis lain dengan
pemakaian latar. Latar yang dipakai berupa informasi perebutan jabatan
ketua umum PBNU pada Muktamar Ke-31 NU. Dari sisi tematik,
bagaimana wartawan menulis fakta, elemen wacana detail dihadirkan di teks
ini dengan menampilkan nara sumber yang diwawancarai
8. Suara Merdeka Edisi 30 Nopember 2004.
77
Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan judul :
“16 PW Dukung Hasyirn “. Judul ini merupakan headline yang
menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi. Namun lead yang
digunakan adalah “Ancaman NU tandingan dapat reaksi keras “. Dan
aspek skrip, teks berita ini mengisahkan bagaimana dukungan Hasyim -
Sahal saat LPJ PBNU mengalir untuk menjadi ketua dan RoisAamPBNU
untuk lima tahun mendatang. Unsur-unsur berita yang terkandung dalam
berita tersebut adalah : who (Hasyim-Sahal) , what (dukungan), when (lima
tahun mendatang ), where (saat LPJ PBNU), dan how (bagaimana menjadi
ketua PBNU). Sedangkan dan aspek tematik terdini dua tema. Pertama,
tentang penerimaan LPJ PBNU kepemimpinan
Hasyim oleh peserta Muktamar. Kedua. ancaman NU Tandingan
dapat reaksi keras dan putra pendiri NU yakni Gus Fawaid. Gus Hasib, Gus
Ghozi. Di sini juga bisa dilihat bahwa elemen grafisnya dengan tulisan judul
dicetak tebal dan dalam ukuran tebal.
9. Suara Merdeka edisi 01 Desember 2004.
Edisi ini disajikan dengan Judul “(Gus Mus tak diijinkan ibunya “.
Judul ini didukung dengan lead. Lead itu mengatakan “Gus Mus Temui
KH. Sahal “. Struktur sintaksis lain adalah dengan Pemakaian latar untuk
mendukung gagasannya yaitu “teka-teki restu Ma’rufah Bisri akhirnya
terjawab”. Sedangkan dari struktur skrip mengisahkan berita. Pertama,
bahwa KH.Mustofa Bisri teryata tidak tidak mendapatkan izin dan ibunya
untuk maju ke bursa pemilihan ketua umum. Kedua, bertemunya Gus Mus
78
dengan KH MA .Sahal Mahfudh yang disebut-sebut upaya islah setelah
terjadi ketegangan pada Muktamar ke-31 NU. Selain itu penekanan
dilakukan pula oleh harian ini melalui efek foto KH. Yusuf Hasyim
menemui KH. A .Mustofa Bisri (Gus Mus ) pada halaman depan.
10. Suara Merdeka Edisi 02 Desember 2004.
Setelah KH. A.Mustofa Bisri (Gus Mus) tidak bersedia dicalonkan
sebagai ketua umum periode mendatang .Harian Suara Merdeka untuk
edisi ini menurunkan judul ; Gus Dur-Masdar Ancam Bikin NU
Tandingan “. Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu
tentang kubu Gus Dur merestui KH. Masdar, jika kalah dan Hasyim
terpilih, NU terancam pecah. Sementara dan struktur skrip, mengisahkan
bahwa kubu Gus Dur merestui pencalonan KH. Masdar F.Mas’udin jika
Hasyim menang. NU terancaM pecah. Sedangkan dan struktur tematik
,berita ini disusun dalam tema besar tentang ancaman Gus Dur —
Masdar membuat NU Tandingan. Penekanan yang paling kuat dan
Suara Merdeka tersebut adalah pemakaian foto Masdar dan Hasyim.
79
11. Suara Merdeka edisi 03 Desember 2004
Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya dengan
judul “Kekalahan Masdar Mengejutkan”. Judul ini menjadi headline .Aspek
sintaksis lain berupa latar yang dipakai tentang ” poros Lirboyo Leading
dalam perebutan ketua umum PBNU “ Sedangkan struktur skrip
mengisahkan bahwa poros Lirboyo berhasil meini mpin dalam perebutan
jabatan ketua umum PBNU, duet Sahal-Hasyim terpilih sebagai Rois Aam
dan ketua umum PBNU. Sementara dan struktur tematik, berita itu
membawa tema besar yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Tema itu
adalah tentang poros Lirboyo berhasil memimpin dalam perebutan dua
jabatan PBNU lima tahun ke depan. Penekanan yang digunakan Suara
Merdeka adalah penggunaan kata-kata “ leading “merupakan kata yang
digunakan Suara Merdeka dalam melabeli pemberitaannya.
12. Suara Merdeka edisi 6 Desember 2004
Edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul: ‘Politik NU
dan parpol tak sama ”. Judul berita ini menjadi headline yang didukung
dengan keadaan-keadaan ini adalah kutipan wawancara pengamat
politik Imam Supravogo. Sementara dan aspek skrip bagaimana
wartawan mengisahkan suatu fakta-fakta ini mengisahkan tentang
muktamar ke-31 NU menyepakati pembetukan komisi politik.
Sedangkan struktur tematik, tema ini disusun tentang pembetukan
komisi politik NU justru akan membawa NU ke kancah politik.
80
13. Suara Merdeka edisi 7 Desember 2004
“Hari ini NU Tandingan Dibentuk”. ini merupakan judul yang
ditampilkan Suara Merdeka yang menjadi headline pada surat kabar itu
serta diperkuat dengan lead [ Struktur Sintaksis] “Poros langitan bertemu di
Cirebon “. Di sini juga ditemukan latar. Latar ini berupa kutipan wawancara
dan Gus Dur. Sementara bagaimana wartawan mengisahkan Gus Dur
dengan sejumlah kiai sepuh tergabung dengan poros Langitan hari ini
bertemu di pondok pesantren Buntet Cirebon. Dan struktur tematik., berita
ini dapat di amati dan detail wawancara dan Gus Dur. NU yang akan
dibahas Gus Dur bukan NU Tandingan, melainkan Iebih bersifat untuk
menggalang upaya rekonsiliasi sampai lima tahun kedepan. Dan aspek
retonis dapat diarnati melalui aspek grafis yaitu pada judul atau headline
yang dicetak tebal dan berukuran besar.
14. Suara Merdeka edisi 8 Desember 2004
Judul yang diturunkan Suara Merdeka adalah “Para Kiai .sepuh
tak akui hasil Muktamar ke-31 “. Dalam edisi ini benita tersebut menjadi
headline. Peran sintaksis lain adalah pemakaian latar. Latar yang dipakai
adalah tantang pertemuan forum silaturrahmi kiai-kiai sepuh dengan Gus
Dur menghasilkan keputusan menolak hasil Muktarnar ke-3 1 NU. Dalam
struktur skrip, berita ini mengisahkan tentang penolakan hasil muktamar ke-
31 NU oleh kiai-kiai sepuh dan Gus Dur. Segi pemilihan kata/leksikon,
pilihan kata yang digunakan adalah “Champion Of Democracy “ yang
81
ditujukan terhadap Gus Dur. Elemen gaya dipilih ini dibungkus dengan
bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu pada khalayak.
15. Suara Merdeka edisi 9 Desember 2004.
Kepengurusan PBNU di bawah kepeini mpinan KH. Sahal Mahfudh
akan mengakomodasi kelompok KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur
).Dalam edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita dengan judul:
“Hasyim Akomodasi kubu Gus Dur”. Dan struktur sintaksis juga
didukung dengan lead “ namanya perlu persetujuan “ dalam struktur ini
juga ditemukan latar. Latar ini mengulas bahwa kelompok Gus Dur
bersama kiai-kiai sepuh NU tetap dimasukkan dalam susunan
kepenngurusan PBNU untuk lima tahun mendatang. Sedangkan dalam
struktur skrip mengisahkan tentang kepengurusan PBNU di bawah
kepemimpinan KH.Sahal Mahfudh Hasyim akan akomodasi kelompok
Gus Dur. Penekanan ini diberikan dalarn teks berita ini dengan
menguraikan susunan kepengurusan PBNU di bawah kepeimmpinan
KH.Sahal Mahfudh-Hasyim bisa diartikan sebagai bentuk islah.
1 6. Suara Merdeka edisi 10 Desember 2004
Pada edisi ini Suara Merdeka menampilkan beritanya degan
judul “konflik NU Sulit disembuhkan . Pada teks berita ini latar yang
ditampilkan adalah berupa kutipan dan wawancara pengamat NU La Ode
Ida. Sementara teks berita ini rnengisahkan (struktur skrip) tentang
perkembangan baru dalam pasca Muktamar ke-31 NU. Dalam aspek tematik
ditulis secara terperinci. Pertama, konflik antara Gus Dur dan Hasyim
82
Muzadi merupakan luka yang sulit di sembuhkan. Kedua, dan kutipan La
Ode Ida menilai kepeimmpinan Hasyim lima tahun terakhir ini tidak ada
Langkah-langkah progresif. Dari aspek rotoris menekankan pada elemen
grafis. Elemen itu muncul dalam bentuk foto Hasyim dan Gus Dun.
17. Suara Merdeka edisi 15 Desember 2004.
Langkah Gus Dur untuk membentuk organisasi dalam tubuh NU
tak bisa dihentikan ini terbukti dengan adanya pembentukan tim kecil oleh
Gus Dur untuk pembentukan NU Benar. Pada edisi ini Suara Merdeka
menurunkan berita dengan judul “Tim GusDur Matangkan Pembentukan
NU BENAR”. Perangkat sintaksis lain berupa latar. Latar tersebut adalah
“Tim kecil yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan “NU
BENAR”. Dan struktur skrip, mengisahkan berita tentang tim yang ditunjuk
Gus Dur mematangkan pembentukan NU BENAR “ dengan mengadakan
rapat setibanya dan Australia, Sedangkan dan sudut tematik ,berita ini
menuliskan tema tentang aktivis muda NU menggelar aksi demo di depan
kantor PWNU Jatim. Selain itu penekanan pada judul berita dengan
pemakaian tanda kutip pada kata “NU BENAR” ini akan mendukung arti
penting suatu pesan.
1 8.Suara Merdeka edisi 16 Desember 2004.
Gus Dur selaku mandataris kiai-kiai sepuh menegaskan akan
menggelar Muktamar Luar Biasa NU pada Juni 2005. Pada edisi ini Suara
Merdeka menurunkan berita dengan judul ‘ Gus Dur menggelar Muktamar
Luar Biasa NU”. Struktur skrip mengisahkan Gus Dur akan menggelar MLB
83
NU pada bulan juni 2005. Pada strukrur tematik, menuliskan tema tentang
keseriusan Gus Dur rnenggelar MLB untuk membentuk NU baru pada bulan
Juni 2005 dan Gus Dur menilai Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai
cacat hukum karena ada indikasi politik uang.
19. Suara Merdeka edisi 18 Desember 2004.
Ketua umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengatakan bahwa
rencana Muktamar Luar Biasa NU yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas
wacana. Sebab sejak Muktamar ke-31 NU di Boyolali di gelar belum ada
satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas hasil Muktamar. ini yang
berjudul “Muktamar Luar Biasa NU masih Sebatas Wacana “. Struktur
sintaksis berupa kutipan dan KH. Hasyim muzadi dan Gus Sholah.
Sedangkan dan struktur tematik menuliskan berita dengan tema tentang
Hasyim mengatakan rencana Muktamar Luar Biasa yang dilontarkan Gus
Dur masih sebatas wacana. Sementara dan struktur skrip, mengisahkan
bahwa MLB yang digagas Gus Dur dimungkinkan terjadi karena AD/ART
organisasi ini memungkinkan adanya MLB tersebut.
Dalam penelaahan data yang dilakukan di atas, Suara Merdeka memberikan respon cukup besar, dengan pilihan-pilihan kata terhadap pemberitaan Muktamar NU ke-31 yang diwarnai kompetisi antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan. Harian umum Suara Merdeka menampilkan berita dalam rentang tangga 23 Nopember- 18 Desember menurunkan berita dengan 19 kali terbitan, ini menunjukkan Suara Merdeka merespon pemberitaan Muktamar NU ke-31
BAB IV ANALISIS PEMBERITAAN SUARA MERDEKA
TENTANG MUKTAMAR NAHDHATUL ULAMA KE-31
84
4.1 Analisis Framing terhadap Pemberitaan Muktamar ke-31 Nahdlatul
Ulama.
Analisis framing adalah upaya media untuk menonjolkan pemaknaan
atau penafsiran mereka atas suatu peristiwa . Wartawan akan menggunakan
seperangkat wacana antara lain:kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat , foto,
grafik, dan perangkat lain untuk membuat dirinya mengungkapkan pemaknaan
mereka sehingga dapat diilahami oleh pembaca. Dalam analisis ini penulis
menganalisis framing terhadap pemberitaan Muktamar Ke-31 NU.
Dalam Surat kabar Suara Merdeka Mukatamar ke-31 NU di Asrama Haji
Donohudan diwarnai kompetisi perebutan kursi Rais Aam dan Ketua Umum
PBNU oleh dua Poros penting di Kalangan Nahdliyyin, yaitu Poros Lirboyo di
bawah kepemimpinan KH.Idris Marzuki yang dikenal dekat dengan Hasyim
Muzadi . Di sisi ;lain ada Poros Langitan yang dikendalikan ulama NU KH.
Abdullah Faqih. Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur . Dalam menyikapi
pemberitaan Muktamar ke-31 NU Suara Merdeka menurunkan beritanya dari 23
Nopember -18 Desember 2004.
Selama 1 bulan penebitan ada 19 edisi . Dalam Pemberitaan Muktamar ke-
31 Suara Merdeka penulis mengkatagorisasikan berita tersebut sesuai agenda
Muktamar ke-31 NU. Agenda tersebut meliputi Laporan Pertanggung
Jawaban(LPJ), Pemilihan Ketua Umum, Penyusunan Program , Organisasi dan
Bahshul Masil .Setelah mengkatagoriasasi berita tersebut penulis menganalisis
dengan menggunakan Framing. Di bawah ini tabel analisis Framing terhadap
pemberitaan Muktamar Ke-31 NU.
85
Dalam Surat kabar Suara Medeka Muktamar ke-31 Nu di Asrama Haji
Donohudan Boyolali diwarnai kompetisi perebutan Kursi Rais Aam dan Ketua
Umum PBNU oleh dua Poros penting diKalangan Nahdliyyin, yaitu Poros
Lirboyo di bawah kepemimpinan KH.Idris Maezuki yang dikenal dekat dengan
Hasyim Muzadi. Di sisi lain ada poros Langitan yang dikendalikan ulama NU
KH. Abdullah Faqih. Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur. Dalam menyikapi
pemberitaan Muktamar ke-31 NU, Suara Merdeka menurunkan beritanya dari 23
Nopember -18 Desember 2004.
Selam 1 bulan penerbityan ada 19 edisi. Dalam pemberitaan Muktamar ke-
31 Suara Merdeka penulis mengkatagorisasikan berita tersebut sesuai agenda
Muktamar ke-31 NU, Agenda tersebut meliputi Laporan Pertanggung jawaban(
Lpj), pemilihan Ketua Umum, Penyusunan Program, Organisasi dan Bahshul
Masail. Setelah mengkatagorisasi berita tersebut, penulis menganalisis dengan
menggunakan pendekatan Framig. Di bawah ini table analisis Framing terhadap
pemberitaan Muktamar ke-31 NU.
Tebal 3 Ananalis framing Suara Merdeka tentang Muktamar ke-31 NU
edisi 23 Nopember- 18 Desember 2004
A. Katagorisasi Laporan Pertanggung Jawaban(LPJ)
Tanggal Kalimat Proposisi Sintaksis
Skrip Tematik Retoris
30 Nop 1 2 3
4
16 PW Dukung Hasyim-Sahal. Ancaman NU Tandingan dapat reaksi keras. Penerimaan LPJ Kepemimpinan Hasyim Muzadi sekaligus mendukng pencalonan kembali Sahal-Hasyim. NU Tandingan dapat reaksi keras dari putra pendiri NU,menurut KH.Hasib Ancaman Gus Dur hanyalah gertakan biasa.
Headline Lead Latar
Who, What, how, where
Tema mendukung Hasyim
penekanan kata' Gertakan'
8 Des 1 2
3
Kiai Sepuh tak akui hasil Muktamar ke-31. Pertemuan forum Silaturrahmi kiai sepuh dengan Gus Dur yang menghasilkan keputusan menolak Muktamar ke-31 NU. Pada hari yang sama kiai sepuh asal Jatim
Headline Latar
Who What Where Why
Tema 1 dukung Headline
Ada penekanan kata ''Champion of Democrcy''
86
berkumpul di Yogyakarta membahas penyelamatan NU,termasuk mencegah Gus Dur membentuk NU Tandingan.
Tema 2 menentang pembentukan NU Tandingan
Analisis Pemberiaan katagori Laporan Pertanggungjawaban( LPj) Pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 1999-2004 yang dipilih dan
diangkat dan mendapatkan mandat untuk melaksanakan seluruh putusan
Muktamar ke 30 NU, oleh karena itu diperlukan pertanggung Jawaban atas
pelaksanaan mandat tersebut. Pertanggung jawaban disampaikan secar formal pad
forum muktamar ke-31 NU (Sekjend NU, 2004: 25). Sesuai keputusan Muktamar
ke-31 NU nomor 01/MNU-31/XI/2004 tentang jadwal acara dan peraturan tata
tetib muktamar perlu mendengar, membahas dan mengevaluasi Laporan yang
disampaikan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 1999-2004 kemudian
dapat dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dasar
untuk, melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja PBNU pada lima tahun ke
depan (Sekjend NU, 2004:26).
Dalam Muktamar ke-31 NU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah
menyampaikan pandangan umum sebagai bentuk pembahasan dan evaluasi atas
laporan pelaksanaan putusan muktamar 30 NU dan secara aklamasi menyatakan
menerima dengan bulat. Mayoritas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
menyampaikan pandangan umum atas Laporan Pertanggung Jawaban (LPj)
PBNUdi bawah kepemimpnan KH.Hasyim Muzadi menyatakan menerima (LPJ)
tersebut ( Sekjen NU, 2004:26). Tak hanya itu, mereka juga mendukung
pencalonan kembali Hasyim Muzadi sebagai sebagai Ketua Umum dan
87
KH.MA.Sahal Mahfudh sebagai Rais Aam PBNU 2004-2009. Pencalonan
kembali duet Sahal-Hasyim dinilai sebagai kesinambungan atas kepemimpinan
selam lima tahun. Dalam pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum duet Sahal-
Hasyim terpilih kembali untuk periode lima tahun mendatang. Gus dur dan kiai
sepuh yang tergabung dalam poros Langitan mengadakan pertemuan di Pondok
pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Pertemuan itu bertajuk forum
sillaturrahmi kiai sepuh, pertemuan itu dilaksanakan di kediaman KH.Abdullah
Abbas.Pertemuan itu menghasilkan keputusan menolak hasil Muktamar ke-31 Nu
di Asrama Haji Donohudan Boyolali yng mengantarkan KH.Hasyim Muzadi
sebagai Ketua Tanfidziah PBNU selama lima tahun ke depan. Untuk menyikapi
Kasus tersebut, Suara Merdeka menurunkan berita katagori Pertanggung jawaban
(LPJ) sebanyak 2 edisi. Edisi tersebut adalah tanggal 30 Nopember dan 8
Desember 2004.
B. Katagori Pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum
23 Nop 1 2 3 4
Jateng Pertahankan Hasyim. Partai Kebangkitan Bangsa merelakan Gus Dur maju Menjadi Rais Aam Dewan Pimpinan Pusat. PKB Mengikhlaskan Gus Dur melepas Jabatan Ketua Umum Dewan Syuro PKB. Pernyataan PCNU Kebumen telah menentukan sikap tegas mendukung duet Sahal-Hasyim.
Headline Latar
Who What How
Tema 1dukung Gus Dur Tema 2 dukung duet Sahal-Hasyim
Penekanan Logo/Gambar Khusus untuk Liputan Muktamar ke -31 NU
24 Nop 1 2 3 4 5
Gus Dur Jagokan Gus Mus. Kubu Hasyim Yakin Menang. Gus Dur Tidak Senafas Dengan Hasyim Dalam Pencalonan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-31 NU. Ketidaksetujuan Gus Dur dalam pencalonan Hasyim Muzadi Ketua PWNU Jateng yakin duet Sahal-Hasyim akan mendapatkan dukungan sebagian besar peserta muktamar
Headline Lead
Who What Why
Tema 1 dukung Gus Dur Tema2 dukung Sahal-Hasyim
Penekanan Kata ''senafas''
25 Nop 1 2
Gus Mus bersedia dicalonkan. Gus Mus bersedia dicalonkan karena merasa punya tanggung jawab untuk mengembalikan NU ke Khittahnya.
Headline
Who, What,Why How
Tema Dukung Gus Mus
26 Nop 1 2 3
NU Tandingan Bikin Masalah Opsi itu untuk kepentingan Individu Siapapun yang terpilih menjadi Ketua PBNU bisa
Headline Lead
What, where how
Tema mendukung Gus Dur
88
4 5
diterima semua pihak Para Muktamirin seharusnya menerima hasil muktamar,tapi pada sebelumnya timbul Prinsip ''asal bukan Hasyim'' itu merupakan awal yang tidak baik terhadap kubu Lirboyo Beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di kantor PWNU Jatim,dalam pertemuan itu tercetus untuk membuat NU Tandingan bila nanti Hasyim terpilih menjadi Ketua Umum
Latar
membuat NU Tandingan
29 Nop 1 2 3
Kh.Sahal-Gus Dur Bersaing Dalam Pencalonan Rois Aam Presiden Sby Minggu Kemarina Membuka Muktamar Ke-31 Nu. Persaingan Antara Kh.Sahal Mahfudh Dan Gus Dur dalam perebutan Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-31 NU
Headline Lead
Who What When
Tema mendukung judul berita
1 Des 1 2 3
Gus Mus Tak Diijinkan Ibunya. Gus Mus Temui kiai Sahal. Teka-teki restu Ibunda Gus Mus akhirnya terjawab sudah
Hedline Leadr
Why,what Where How
Penekanan melalui foto KH.Yusuf Hasyim dan KH.Mustofa Bisri
2 Des 1 2
Gus Dur –Masdar Ancam Bikin Nu Tandingan. Kubu Gus Dur Merestui Masdar Maju Menjadi Ketua Umum,jika kalah dan Hasyim menang terpilih NU terancam Pecah.
Headline
Who, What, Why How
Foto Masdar dan Hasyim
Des 1 2 3
Kekalahan Masdar mengejutkan, Sahal-Hasyim Pimpin NU lagi KH. Hasyim Muzadi. berpelukan dengan Masdar setelah penghitungan suara dalam pemilihan Ketua Umum PBNU Hasyim terpilih Kembali periode 2004-2009. Poros Lirboyo Leading dalam perebutan Ketua Umum PBNU untuk Lima tahun Mendatang,duet Sahal-Hasyim terpilih sebagai Rais Aam dan Ketua PBNU.
Headline Lead
Who, What, When Where, Why,How
Tema Mendukung Hasyim
Penekanan Kata'' Leading''
Analisis Katagori pemberitaan Pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum Jam'iyyah yang sehat dan efektif sesuai dengan jiwa dan semangat khittah
Nahdlatul Ulama 1926. Sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Nahdltul Ulama sebagai upaya nyata dalam berkhidmat kepada umat, bangsa dan
Nagara Republik Indonesia perlu dipilih seorang Rais Aam sebagai pimpinan
tertinggi organisasi Nahdlatul Ulama(Sekjend NU, 2004:157). Pada muktamar ke-
31 NU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama telah menyampaikan pandangan umum
sebagai bentuk pembahasan dan evaluasi atas laporan pertanggung jawaban
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Untuk menduduki Jabatan penting dalam
89
kepengurusan NU, Muktamar ke-31 diwarnai kompetisi dua Poros penting di
kalangan warga Nahdliyyin, yaitu Poros Lirboyo dan Poros Langitan. Poros
Liorboyo dibawah kepemimpinan KH.Idris Marzuki dikenal dekat dengan KH.
Hasyim Muzadi. Sementara itu, Poros Langitan dibawah kendali ulama sepuh
yang sangat dihargai warga NU yaitu KH.Abdullah Faqih. Poros ini dekat dengan
Gus Dur dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Perebutan jabatan tertinggi
diPBNU, baik jabatan Rais Aam maupun Tanfidziyah semakin seru. Hal itu
terkait dengan kesediaan Sahal Mahfudh dan Gus Dur yang sama-sama
menyatakan siap untuk menduduki Rais Aam. Sementara itu, jabatan Tanfidziyah
bakal dierebutkan oleh banyak kandidat, antar lain: KH.Hasyim Muzadi,
KH.Masdar Farid Mas'udi, Gus Mus dan Tolchah Hasan. Dalam keputusan
Muktamar ke-31 NU, duet KH.MA.Sahal Mahfudh – KH.Hasyim Muzadi telah
dipilih menjadi Rais Aam dan Ketua Umum PBNU secara langsung dan
Demokratis sesuai ketentuan peraturan tata tertib Muktamar ke-31 NU untuk lima
tahun mendatang.Untuk menyikapi kasus tersebut, Suara Medeka menurunkan
berita katagori pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU sebanyak 8 edisi.
Edisi tersebut antara lain : 23, 24, 25, 26, 29 Nopember dan 1, 2, 3 Desember
2004.Pemberitaan ini merupakan edisi terbanyak pada katagori suksesi pemilihan
Rais Aam dan ketua umum, ini terbukti ada 8 edisi yang diterbitkan
C. Katagorisasi Penyusunan Program/ Evaluasi
28 Nop
1 2 3
Wacana NU Tandingan Serius Kiai Faqih Bertemu Ancaman yang dilontarkan Gus Dur Untuk membuat NU Tandingan Bukan Wacana Kosong
Haeadline Lead
Who What Why
90
7 Des 1 2 3
Hari Ini NU Tandingan Dibentuk. Poros Langitan bertemu Di Cirebon. Gus Dur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu di Cirebon.
Headline Lead kutipan
Lengkap
Detail, Panjang
15 Des
1 2 3
Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan NU ''Benar'' Tim kecil yang dibuat Gus Dur mematangkan pembentukan '' NU Benar'' dengan mangadakan rapat setibanya dari Australia. Puluhan aktivis muda NU menggelar aksi demo di depan kantor PWNU Jatim
Headline Latar
Who What Why When
Tema 1 dukung Gus Dur Tema 2 dukung tema 1
Pemakaian tanda '' NU Benar''
18 Des
1 2
Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana Hasyim Muzadi mengatakan bahwa rencana Muktamar Luar Biasa yang dilontarkan Gus Dur masih Sebatas wacana
Headline kutipan
What
Tema dukung Hasyim
Analisis Katagori Penyusunan Program/ Evaluasi Muktamar ke-31 NU telah mengantarkan duet Kh.Sahal Mahfudh-KH.
Hasyim Muzadi menjadi Roiis Aam dan Ketua Umum PBNU untuk periode
2004-2009. Kekalahan Gus Dur dalam Muktamr tersebut mengancam akan
membentuk NU Tandingan. Dia menilai bahwa langkah Hayim selama ini telah
menjadikan NU sebagai kendaraan Politik sehingga Khittah perlu diselamatkan.
GusDur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros Langitan bertemu
di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Di Pondok milik KH.Abdullah
Abbas itulah akan ibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif bukan organisasi
permanent yng berkantor di PBNU Dalam pembentukan NU Rekonsiliatif Gus
Dur menunjuk tim kecil guna pmempersiapkan pembentukan NU yang mereka
sebut sebagai '' NU Benar ''. Tim yang diketuai KH.Aminullah Muchtar
91
memberikan keterangan bahwa organisasi ini akan diberi nama '' Jam'iyyah
Nahdlatul Ulama 1926 ''. Gus Dur sebagai mandataris kiai sepuh
menegaskan,akan menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul
Ulama(NU) pada bulan Juni 2005.Pada kesempatan itu orgnisasi jam'iyyah NU
serta susunan PBNU akan diumumkan. Penegasan itu disampaikan Gus Dur di
lantai 5 gedung PBNU, Jl. Kramat Raya 164 Jakarta. Gus Dur yng didampingi
dengan tim kecil optimis MLB akan berjalan sukses, dia percaya setelah MLB
Juni mendatang semua masalah akan selesai. Para kiai sepuh telah
mengamanatkan kepada Gus Dur untuk segera mengambil tindakan guna
membentuk Organisasi NU Baru.Dalam menanggapi Muktamar Luar Biasa NU,
Ketua Umum Hasym Muzadi mengatakan bahwa rencana Muktmar Luar Biasa
(MLB) yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Sejak Muktamar ke-31
NU di Boyolali digelar belum ada satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas
hasil Muktamar ke-31 NU. Dalam menyikapi peristiwa tersebut , Suara Merdeka
menurunkan berita pada katagori pemberitaan penyusunan program /evaluasi
menerbitkan 5 edisi yaitu 28 Nopember, 7, 15, 18 Desember 2004.
D. Katagorisasi Organisasi
27 Nop
1 2 3
Muktamar Dibuka Minggu Besok Prediksi Adanya Kompetisi Sengit Dua Poros Penting Dikalangan Warga Nahdliyyin Muktamar Nu di Asrama Haji Donohudan dibuka oleh Presidean Susilo Bambang Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi sengit antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan
Headline Latar
Who When Where What why
Tema mendukung latar
6 Des
1 2 3
Poltik NU dan Parpol tak sama. Politk Versi NU tidak Sama dengan pengertian dari Partai Politik. Pembentukan Komisi Politk NU
Headline Kutipan
Tema mendukung Kutipan
Penulisan dengan desain grafis dicetak miring
92
9 Des
1 2 3 4
Hasyim Akomodasi Kubu Gus Dur. Namanya Perlu Persetujuan. Pertemuan Forum Sillaturrahmi Kiai Sepuh Asal Jatim Berkumpul Di Yogyakarta Membahas Penyelamatan NU, Termasuk Mencegah Gus Dur Membuat NU Tandingan. Kepemimpinan KH.Sahal-Hasyim Akan Akomodasi Kelompok Gus Dur.
Headline Lead Latar
what Who Where
10 Des
1 2 3 4
Konflik Sulit Disembuhkan. Pengamat Politk La Ode Ida,Melihat Nu Pasca Muktamar Ke-31 terbagi menadi tiga,yaitu NU struktural,Kultural dan NU yang tidak pro Gus Dur maupun Hasyim. Konflik antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi . merupakan luka yang lama yang sulit disembuhkan Kepemimpinan Hasyim Muzadi lima tahu terakhir ini tidak ada langkah. progresif,Hasyim hanya sibuk mengurusi persoalan politik, tidak seperti NU pada 15 tahun silam.
Headline Latar
Who What Where Why How
Tema 1 ditulis detail ,panjang Tema 2 Ditulis detail dan lengkap
16 Des
1 2
Juni, Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa(MLB)NU Gus Dur dan tim kecilnya mengungkapkan tidak ingin NU pecah,tapi dalam rangka menyelamatkan NU dari orang-orang tertentu.
Headline kutipan
Who What When Why
Analisis Katagori pemberitaan Organisasi Mukatamar Ke-31 Nu Di Asrama Haji Donohudan Boyolali menyepakati
adanya pembentukan komisi Politik NU.Menurut pengamat politik Imam
Suprayogo ,hal itu jangan diartikan sama dengan pengertian dari partai politik.
Politik di NU hanya berkisar pada dakwah dan tidak ada kepentingan seperti
halnya partai politik yang arahnya pada kekuasaan. Apa yang dilontarkan Gus
Dur beberapa wktu lalu untuk membuat NU Tandingan ataupun ingin menguasai
gedung PBNU , menurut Imam Suproyogo , sebagai hal yang biasa bagi
kalangan warga NU. Sikap dan kata-kata Gus Dur diakui memang seperti itu
sejak dulu, namun itu semua akan selesai de.ngan sendirinya. Dalam program
93
kerja NU ada program pemberdayaan politik warga yang bertujuan meningkatkan
partisipai politik mayarakat/warga NU dalam menentukan dan memperbaiki dan
mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah, partai, maupun organisasi yang
didukung oleh warga NU ( Sekjend NU, 2004: 127) . Sesuai dengan kesepakatan
tim formatur, pengangkatan pengurus harian akan dikomunikasikan dengan
nama-nama yang ditetapkan sebagai pengurus, karena para pengurus harus
menyatakan kesediannya. Apabila terdapat pengurus yang tidak bersedia ,
penunjukan penggantinya diserahkan kepad Rais Aam dan Ketua Umum PBNU (
Sekjend NU, 2004:169). Kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan
KH.MA.Sahal Mahfudh –KH.Hasyim Muzadi akan mengakomodasi kubu Gus
Dur. Kubu Gus Dur tetap dimasukkan dalam kepengurusan NU. Akomodasi
tersebut bisa berada pada forum harian syuriah-tanfidziyah, mustasyar,a'wan,dan
bisa juga lembaga-lembaga di samping forum sillaturrahmi. Konfilk antara Gus
Dur dan Hasyim Muzadi sulit diselesaikan. Sebab Hasyim telah dinilai melanggar
etika komunikasi hubungan santri terhadap kiai, menurutnya Hasyim adalah orang
yang dibesarkan dan diangkat oleh Gus Dur. Dalam menyikapi Kasus ini, Suara
Merdeka menurunkan berita katagori Organisasi menerbitkan 4 edisi, yaitu 6, 9,
10,27 Desember 2004.
Dari tabel di atas dapat dibaca bahwa Suara Merdeka memberikan perhatian
lebih terhadap Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 NU yang diselenggarakan pada
28 Nopember-2 Desember 2004. Hal ini terbukti Suara Merdeka Menurunkan
beritanya dari tanggal 23 Nopember–18 Desember 2004 ada 19 edisi. Dari 19
edisi penulis mengkatagorikan berita itu berdasarkan agenda Muktamar ke-31
94
NU, katagori itu diantaranya : Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ ), Pemilihan
Rais Aam dan Ketua Umum, Penyusunan Program/evaluasi , Organisasi dan
Bahsul Masail. Pada pemberitaan Muktamar ke-31 NU, katagori pemberitaan
Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Suara Merdeka menerbitkan 2 edisi,
katagori pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum ada 8 edisi, katagori penyusunan
program/evaluasi 4 edisi, katagori organisasi ada 5 edisi dan katagori Bahsul
Masail tidak ada. Dari lima katagori di atas, katagori pemilihan Rois Aam dan
Ketua Umum frekuensi terbitnya lebih banyak. Ini menunjukan bahwa Suara
Merdeka memberikan perhatian yang lebih terhadap Muktamar ke-31 NU.
Muktarmar ke-31 yang sebelumnya diwarnai kompetisi antara Poros Lirboyo
dan Poros Langitan dalam perebutan jabatan Rais Aam dan Ketua Umum untuk
periode 2004-2009. Konflik intenal NU itu berlanjut hingga pasca Muktamar ke-
31 NU. Berangkat dari kasus tersebut penulis berusaha menemukan
kecenderungan Suara Merdeka dalam memberitkan Muktamar ke-31 NU tersebut.
Frame Suara Merdeka, 23 Nopember 2004
“Jateng Pertahankan Hasyim”
Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan
Boyolali berlangsung 28 Nopember – 2 Desember 2004. Dalam Muktamar itu
akan dipilih Rais Aam dan Wakil Rais Aam untuk lima tahun mendatang.
Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud skema atau bagan
berita dengan judul: “Jateng Pertahankan Hasyim”. Dalam edisi tersebut
berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan yang
tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.
95
Perangkat sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang Partai
Kebangkitan Bangsa relakan Gus Dur jadi Rais Aam PBNU pada Muktamar
ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Keputusan itu diambil guna menjaga
hubungan antara NU dan PKB, mensugestikan pandangan khalayak bahwa
PKB menentukan sikap, supaya Gus Dur maju menjadi Rais Aam.
Sedangkan dari struktur Skrip yaitu bagaimana cara wartawan
mengisahkan fakta. Secara umum teks berita Suara Merdeka mengisahkan
bahwa Dewan Pimpinan Pusat PKB mengikhlaskan Gus Dur melepas jabatan
Ketua Umum Dewan Syuro PKB. Dengan memberikan penegasan diawal teks
semacam itu, menunjukkan arah berita bahwa PKB menyetujui Gus Dur maju
untuk menjadi Rais Aam PBNU. Dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur
penting berita yaitu: Who (Dewan Pimpinan Pusat PKB), What (menjaga
hubungan NU dan PKB), How (Gus Dur untuk melepas jabatannya).
Dari sudut tematik yaitu cara wartawan menulis fakta, di sini terdapat
dua tema dalam teks berita tersebut. Pertama, kerelaan PKB untuk melepas
Gus Dur dari jabatan ketua umum Dewan Syuro PKB. Jika nantinya terpilih
menjadi Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-31 NU.
Tema kedua, pernyataan Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
Kebumen telah menentukan sikap tegas dengan tetap mendukung duet KH.
Hasyim Muzadi dan KH. MA. Sahal Mahfudh. Bila keduanya tidak bersedia,
PCNU Kebumen sudah mengantongi nama KH. Tolchah Hasan dan Gus Mus
(KH. A.. Musthofa Bisri) dari Rembang. Tema ini disusun melalui cara
menulis menggunakan koherensi kontras.
96
Dalam hal retoris, yaitu cara wartawan menekankan fakta. Dalam teks
berita yang menekankan logo Gambar Muktamar ke-31 NU melalui gambar
itu merupakan ciri khas pemberitaan tentang Muktamar NU.Dengan gambar
tersebut Suara Merdeka memberikan perhatian khusus dalam pemberitaan
Muktamar NU.
Frame Suara Merdeka , 24 Nopember 2004
“Gus Dur Jagokan Gus Mus”
Mantan Ketua Umum PBNU Gus Dur tidak setuju dengan Hasyim
Muzadi dalam pencalonan Ketua Umum PBNU. Gus Dur yakin Hasyim
Muzadi tidak akan terpilih lagi sebagai Ketua Umum PBNU pada Muktamar
ke-31 NU, tapi berbeda pendapat dari ketua PWNU Jateng Drs. H. Moh.
Adnan MA, yang yakin Hasyim akan mendapat dukungan dari sebagian besar
peserta Muktamar.
Dari analisis sintaksis, pandangan Suara Merdeka diwujudkan dalam
skema atau bagan berita. Frame Suara Merdeka tersebut tertuang dalam judul
berita: “Gus Dur jagokan Gus Mus” lead atau kepala berita yang dipakai
Suara Merdeka adalah: “Kubu Hasyim Yakin Menang” sudut pandang berita
dari rangkaian lead itu menunjukkan bahwa kubu Hasyim yakin akan
memenangkan pemilihan Ketua Umum pada Muktamar NU ke-31, ini bisa
diamati dari kutipan berita sebagai berikut:
“Adnan mengungkapkan, Aspirasi yang diserap dari cabang-cabang sebagian
besar menginginkan KH. MA.Sahal Mahfudh dan KH. Hasyim Muzadi
97
memimpin PBNU lagi untuk lima tahun mendatang Kesimpulan sementara rapat
PWNU juga menyatakan dukungannya terhadap kedua tokoh tersebut dalam
Muktamar ke-31 NU”.
Bagian berita ini menggambarkan bahwa duet Sahal-Hasyim
bisa memimpin PBNU lagi untuk lima tahun mendatang karena duet
Sahal-Hasyim mendapat dukungan besar dari PWNU baik di Jawa dan
di luar Jawa.
Dari analisis skrip, berita tersebut mengisahkan mengenai Gus Dur
tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi dalam pencalonan ketua umum
PBNU. Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat dalam teks adalah who
(Gus Dur), what (pencalonan ketua umum PBNU), why (tidak senapas dengan
KH. Hasyim Muzadi), ketika mengisahkan “why” Suara Merdeka secara jelas
bahwa Gus Dur tidak sejalan dengan Hasyim Muzadi.
Dengan menyusun struktur skrip seperti ini, maka yang muncul di
hadapan khalayak adalah bahwa Gus Dur meragukan Hasyim Muzadi untuk
maju dalam pencalonan ketua umum PBNU.
Sementara itu dari struktur tematik, berita ini membawa tema besar
yang ingin ditampilkan kepada khalayak, pertama; ketidaksetujuan Gus Dur
dalam pencalonan Hasyim Muzadi. Gus Dur menekankan hampir semua
pengurus cabang PCNU se-Indonesia menyatakan tidak mendukung Hasyim
Muzadi untuk duduk kembali di kursi ketua umum PBNU pada lima tahun
mendatang.
98
Tema kedua, bahwa pendapat Gus Dur berbeda dari ketua PWNU
Jateng Drs. H. Moh. Adnan MA, yakin pasangan KH.MA.Sahal Mahfud-
KH.Hasyim Muzadi akan mendapat dukungan dari sebagian besar peserta
Muktamar. Sehingga akan dipilih kembali sebagai ketua umum. Kedua tema
diatas secara detail dan panjang lebar Suara Merdeka menghadirkan fakta-
fakta yang ada di lapangan. Tema ini disusun melalui cara menulis
menggunakan koherensi kontras.
Dari struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta pada
tema pertama, Gus Dur tidak senapas dengan KH. Hasyim Muzadi dalam
pencalonan ketua umum PBNU. Penekanan dapat disimak pada pemilihan
kata atau leksikon diambil dari berita tersebut adalah “senapas” dengan KH.
Hasyim Muzadi. Kalimat “ senapas ” di sini mencitrakan kepada khalayak ada
sikap tidak senang kepada lawan Gus Dur.
Frame Suara Merdeka , 25 Nopember 2004
“Gus Mus Bersedia Dicalonkan”
KH. Musthofa Bisri (Gus Mus) akhirnya siap dicalonkan sebagai ketua
umum PBNU dalam Muktamar ke-31 NU, Gus Mus secara tersirat bersedia
dicalonkan setelah bertabayyun selama tiga jam dengan KH. Attabik Ali
Pondok Pesanteren Krapyak Yogyakarta.
Frame Suara Merdeka bisa diperhatikan dari bagaimana wartawan
menyusun kalimat dalam bentuk berita secara keseluruhan. Dari analisis
sintaktis judul yang digunakan Suara Merdeka adalah “ Gus Mus Bersedia
99
Dicalonkan ” berita itu merupakan tingkat kemenonjolan yang besar
perangkat sintaksis yang lain adalah lead. Lead yang digunakan Suara
Merdeka adalah “Masdar: saya baru seperlimanya Gus Dur”. Dalam berita
tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara judul berita dengan lead
yang digunakan bahwa pemberitaannya tidak berimbang. Latar yang
digunakan Suara Merdeka adalah “Gus Mus secara tersirat bersedia
dicalonkan menjadi ketua PBNU”. Ini bisa diarahkan bahwa pandangan
khalayak hendak dibawa untuk mendukung Gus Mus.
Dari struktur skrip, secara umum Suara Merdeka mengisahkan bahwa
Gus Mus bersedia dicalonkan, karena dia merasa punya tanggung jawab untuk
mengembalikan NU ke Khittahnya. Dengan cara mengisahkan seperti ini,
makna yang ditekankan bukanlah Gus Mus berambisi ingin mencalonkan diri
sebagai ketua umum PBNU tapi lebih untuk menyelamatkan NU, yang
beberapa tahun ini telah terseret ke arus politik praktis, dia ingin
mengembalikan NU ke Khittah 1926.
Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat adalah who (Gus Mus),
what (bersedia dicalonkan), why (merasa punya tanggung jawab), how
(mengembalikan NU ke Khittahnya, disini tidak disebutkan unsur when
(kapan), ini membuat pandangan khalayak untuk bertanya-tanya kapan akan
mengembalikan NU pada khittahnya.
Frame Suara Merdeka juga dapat diamati dari analisis tematik, berita
ini disusun dalam dua tema. Pertama, kesediaan Gus Mus untuk dicalonkan
ketua PBNU. Kedua, keraguan Gus Dur jika Masdar F Masudi tidak cocok
100
dalam memimpin NU, karena pemikirannya terlalu maju, sehingga
kemungkinan ditolak para kiai, tema ini secara langsung menekankan bahwa
Gus Dur memandang Masdar F. Mas’udi tidak pantas untuk duduk di kursi
ketua PBNU, karena Masdar F. Mas’udi, pikirannya terlalu modern. Tema ini
disusun dalam teks dengan bentuk koherensi kondisional berhubungan dengan
pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan atau dijelaskan.
Frame Suara Merdeka juga ditekankan melalui retorika tertentu.
Masing-masing pihak dalam teks menekankan dengan cara tertentu agar
pandangannya bisa diterima dan berpengaruh terhadap publik. Berita itu
dilengkapi oleh gambar atau foto. Foto ini adalah Masdar F. Masudi dan satu
logo Muktamar NU yang diletakkan dibawah judul berita. Foto Masdar bisa
diartikan khalayak dikenalkan inilah tokoh NU mempunyai peranan penting
dalam NU. Mengenai logo Muktamar, itu merupakan ciri khusus untuk
memperlihatkan khayalak bahwa logo itu khusus untuk meliput berita
Muktamar NU ke-31.
Frame Suara Merdeka , 26 Nopember 2004
“NU Tandingan Bikin Masalah”
Dalam pemilihan ketua umum PBNU siapapun yang terpilih pada
Muktamar ke-31 di Donohudan 28 Nopember – 2 Desember 2004 bisa
diterima semua pihak, khususnya di kalangan Nahdliyyin. Sekalipun KH.
Hasyim Muzadi terpilih kembali, itu harus bisa diterima. Dari frame Suara
Merdeka jika dianalisis, melalui struktur sintaksis bagaimana wartawan
101
menyusun fakta yang akan menimbulkan makna tertentu ketika diterima
khalayak. Judul yang dipergunakan Suara Merdeka adalah “NU Tandingan
bikin masalah”. Judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead
(struktur sintaksis): “Opsi itu untuk kepentingan individu” membentuk kepala
berita / lead seperti itu memberikan sudut pandang bahwa NU tandingan
merupakan opsi untuk kepentingan individu semata bukan untuk kepentingan
jam’iyyah Nahdhatul Ulama.
Dalam analisis sintaksis ditemukan pemakaian latar yang mengulas
tentang siapapun yang terpilih menjadi ketua PBNU bisa diterima oleh
disemua pihak, khususnya kalangan Nahdliyyin. Frame ini pun terlihat
bagaimana wartawan menyusun fakta. Fakta yang ditampilkan adalah
seharusnya para peserta Muktamar harus menghormati siapa pun yang terpilih
dalam Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan nanti.
Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta ini dapat diperhatikan
melalui alur berita tersebut yang dikisahkan melalui perangkat analisis skrip.
Secara keseluruhan teks berita ini mengisahkan bagaimana para muktamirin
menerima hasil muktamar jika sebelum muktamar sudah ada prinsip “Asal
Bukan Hasyim” jelas ini sudah menjadi awal yang tidak baik. Dalam teks
berita ini terdiri dari unsur kelengkapan berita antara lain what (menerima
hasil muktamar), where (pada muktamar ke-31), how (ada prinsip “asal bukan
Hasyim”). Di sini tidak disebutkan who (siapa) itu membuat khalayak untuk
bertanya siapa yang membuat prinsip “Asal Bukan Hasyim”.
102
Sementara itu dari sudut tematik, berita itu mempunyai tema pertama
beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di PWNU Jatim. Dalam
pertemuan itu tercetus gagasan untuk membuat NU tandingan, bila terpilih
menjadi ketua PBNU nanti adalah KH. Hasyim Muzadi.
Tema kedua adalah adanya opsi yang berkembang dalam pertemuan
yang dihadiri ulama yang tidak setuju bila Hasyim – Sahal mencalonkan diri
dalam Muktamar ke-31 NU. Tema berita ini disusun melalui cara menulis
menggunakan koherensi kondisional dalam wacana dapat berhubungan sebab
akibat, dapat juga berupa hubungan penjelas:
“Menjelang muktamar beberapa kiai sepuh mengadakan pertemuan di PWNU
Jatim. Dalam pertemuan itu tercetus gagasan untuk membuat NU tandingan, bila
terpilih menjadi ketua PBNU nanti adalah KH. Hasyim Muzadi. NU tandingan itu
salah satu opsi dari lima opsi yang berkembang…”
Strategi kondisional yang dipakai dalam teks berita ini sebagai
penjelas yang ingin ditampilkan di depan publik.Dari aspek retoris ada
penekanan tertentu melalui gambar/logo Muktamar untuk menandai
liputan khusus untuk Muktamar NU ke-31.Ini merupakan perhatian
penting dari Suara Merdeka.
Frame Suara Merdeka , 27 Nopember 2004
“Muktamar dibuka Minggu Besok”
Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali yang akan
dibukan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada Minggu besok, diprediksi
103
diwarnai dengan kompetisi sengit dua Poros di kalangan warga Nahdliyyin,
yaitu Poros Langitan dan Poros Lirboyo. Pandangan itu dikemukakan sosiolog
dari Universitas Airlangga Surabaya.
Dari analisis sintaksis, frame tersebut disusun dalam skema tertentu.
Judul berita yang digunakan Suara Merdeka adalah “Muktamar dibuka
Minggu Besok”. Perangkat sintaksis yang lain adalah latar untuk mendukung
gagasannya. Latar yang digunakan berupa prediksi adanya kompetisi sengit
dua Poros penting di kalangan warga Nahdliyyin, yaitu Poros Langitan dan
Poros Lirboyo, teks menekankan pada khalayak bahwa apa yang
diprediksikan akan terjadi.
Dalam frame Suara Merdeka mengisahkan peristiwa pemberitaan
tersebut (skrip). Berita ini mengisahkan bahwa Muktamar NU di Asrama Haji
Donohudan Boyolali yang akan dibuka minggu besok oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono diprediksi akan diwarnai kompetisi sengit antara Poros
Langitan dan Poros Lirboyo. Dari berita tersebut, unsur berita yang terdapat
adalah who (Presiden SBY), when (Minggu besok), where (di Asrama Haji
Donohudan), what ( muktamar dibuka), why (diprediksi diwarnai kompetisi
sengit). Unsur berita how tidak dicantumkan dalam berita tersebut, itu akan
membuat khalayak untuk bertanya bagaimana peristiwa itu terjadi.
Dari sudut tematik, ada beberapa tema yang mendukung gagasan
Suara Merdeka dalam berita tersebut. Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji
Donohudan yang dibuka oleh Presiden SBY yang diprediksi diwarnai
kompetisi antara dua Poros. Dalam teks, tema ini dapat diuraikan bahwa
104
Muktamar ke-31diprediksi ada kompetisi antara Poros Lirboyo dan Langitan.
Poros Lirboyo dibawah pimpinan KH. Idris Marzuki dikenal dekat dengan
KH. Hasyim Muzadi. Poros ini sejak awal kurang senang dengan
kepemimpinan PKB dibawah kontrol Gus Dur.
Poros Langitan dibawah kendali Ulama Sepuh, KH. Abdullah Faqih
Poros ini dikenal dekat dengan Gus Dur dan kalangan PKB. Para kiai sepuh
NU menyatakan tidak setuju dengan pencalonan kembali Hasyim Muzadi
sebagai ketua umum PBNU lima tahun ke depan. Tema ini ditulis secara
panjang detail dan lengkap.
Dari struktur retoris, bagaimana wartawan menekankan fakta. Di sini
fakta tidak ditekankan dengan foto, tetapi Suara Merdeka melabeli gambar
khusus untuk edisi pemberitaan tentang Muktamar NU ke-31, logo/ gambar
menandakan bahwa Suara Merdeka mempunyai perhatian khusus terhadap
pemberitaan tersebut.
Frame Suara Merdeka , 28 Nopember 2004
“Wacana NU Tandingan Serius”
Ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk membentuk NU Tandingan
tersebut, menurut wakil katib syuriah PBNU KH. Masdar, tidak boleh
dianggap sepele. Ancaman itu serius dan tidak mustahil akan terjadi.
Dari struktur sintaksis bisa dianalisis, Suara Merdeka mengambil judul
“Wacana NU tandingan serius” judul itu diperkuat dengan lead yang
mendukung. Leadnya adalah “Kiai Sahal dan Faqih bertemu” judul itu
105
menunjukkan kecenderungan berita. Dan lead akan membawa khalayak
berpandangan NU Tandingan dibentuk oleh Gus Dur jika ia kalah dalam
mencalonkan ketua PBNU.
Dilihat dari sudut bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Di
sini ada dua tema penting pertama, ancaman yang dilontarkan Gus Dur untuk
membuat NU Tandingan bukan wacana kosong. Seperti yang diketahui,
sejumlah kiai sepuh mengeluarkan beberapa opsi yang ditujukan agar Hasyim
tidak mencalonkan kembali dalam Muktamar ke-31 di Asrama Haji
Donohudan. Jika tetap mencalonkan mereka akan mengancam membuat NU
tandingan. Tema ini didukung oleh latar informasi yang begitu detail.
Tema kedua, apabila kedua Poros Langitan dan Lirboyo tetap tidak
bisa bersatu. Maka, perlu adanya islah antara kedua belah pihak. Menurut
Masdar, KH.MA. Sahal Mahfudh dan KH. Abdullah Faqih Langitan perlu
bertemu sebelum Muktamar itu selesai. Tema ini dapat diamati betapa banyak
peran Masdar F. Masudi untuk menyelamatkan NU dari perpecahan. Dari
elemen wacana yang dipakai adalah detail dan bentuk kalimat diuraikan
dengan detail dan panjang.
Jika dilihat dari analisis retoris yakni bagaimana cara wartawan
menekankan suatu fakta. Elemen grafis yang muncul dalam pemberitaan ini
dalam bentuk ekspresi dengan mencetak judul dengan cetak tebal. Ini
mengandung arti bahwa Suara Merdeka mengontrol perhatian dan
ketertarikan secara intensif dan menarik sehingga perlu difokuskan.
106
Frame Suara Merdeka , 29 Nopember 2004
“KH. Sahal – Gus Dur Bersaing”
Perebutan jabatan tertinggi di PBNU baik jabatan Rais Aam maupun
Tanfidziyah, dalam Muktamar ini semakin seru. Hal itu terkait dengan
kesediaan KH.MA. Sahal Mahfudh dan Gus Dur untuk dicalonkan sebagai
Rais Aam.Frame Suara Merdeka bila dianalisis sintaksis, Suara Merdeka
menurunkan berita dengan judul “KH. Sahal-Gus Dur Bersaing” judul ini
menjadi headline sehingga mengandung tingkat kemenonjolan yang tinggi.
Menunjukkan kecenderungan berita, perangkat sintaksis yang lain berupa lead
yang dipilih yiatu:
“Presiden Susilo Bambang Yudoyono Minggu kemarin membuka Muktamar ke-
31 Nahdhatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali. Sejumlah tokoh
menyaksikan pemukulan gong menandai pembukaan Muktamar, yaitu KH. MA
Sahal Mahfudh, KH. Hasyim Muzadi dan Gubernur Jateng H. Mardiyanto”.
Berita itu juga memakai latar. Latar yang dipakai berupa
informasi perebutan jabatan ketua PBNU semakin seru. Hal itu ditandai
kesediaan KH.MA.Sahal Mahfudh dan Gus Dur menyatakan siap
dicalonkan menduduki Rais Aam. Dengan menguraikan secara detail
latar belakang informasi perebutan jabatan. Teks menekankan kepada
107
khalayak bahwa apa yang diperebutkan oleh KH.MA. Sahal Mahfudh
dan Gus Dur benar terjadi Dari sudut tematik yaitu mengenai bagaimana
cara wartawan menulis suatu fakta. Ada dua tema yang mendukung
gagasan Suara Merdeka dalam berita tersebut. Pertama, perebutan
jabatan ketua PBNU antara KH.MA.Sahal Mahfudh dan Gus Dur dalam
Muktamar kali ini semakin seru. Dalam teks, tema ini dapat diuraikan
dengan keterangan yang diberikan oleh sumber berita yang
diwawancarai. Diantaranya adalah KH. Masruri Mughni, Rois Syuriah
PWNU Jateng yang menyatakan secara khusus dan resmi ia sudah
bertemu dengan Kiai Sahal, demi kepentingan umat dan NU beliau siap
dicalonkan lagi.
Tema kedua, adanya kompetisi sengit antara kedua Poros perlu adanya
islah, dan memberikan pernyataan agar semua pihak menghormati hasil
Muktamar, apapun hasilnya dan siapapun yang terpilih sebagai Rais Aam dan
Ketua Umum Tanfidziyah. Dari sini bisa dianalisis bahwa Suara Merdeka
membawa pandangan khalayak agar menyetujui adanya islah antara kedua
Poros tersebut.
Struktur skrip akan melihat bagaimana wartawan mengisahkan fakta
dalam berita secara keseluruhan. Berita ini mengisahkan tentang persaingan
antara KH.MA. Sahal Mahfudh dan Gus Dur dalam perebutan Rais Aam
PBNU pada muktamar ke-31 NU. Berita itu dikisahkan dalam konteks tentang
persaingan kedua tokoh itu memang benar terjadi, sehingga banyak kalangan
digambarkan menolak persaingan tersebut.
108
Frame Suara Merdeka , 30 Nopember 2004
“16 PW Dukung Hasyim-Sahal”
Mayoritas pengurus wilayah NU yang menyampaikan pemandangan
umum atas laporan pertanggung jawaban (LPJ) PBNU dibawah
kepemimpinan KH. Hasyim Muzadi menyatakan menerima LPJ tersebut. Tak
hanya itu, mereka juga mendukung pencalonan kembali Hasyim-Sahal
sebagai ketua PBNU dan Rais Aam 2004-2009. Ada 16 PWNU di Jawa dan
luar Jawa yang mendukungnya. Menurut 16 wilayah ini sebagian besar karena
pertimbangan merasa lebih sering dikunjungi PBNU saat ini ketimbang
kepengurusan periode sebelumnya.
Analisis Sintaksis akan melihat frame ini. Judul yang digunakan Suara
Merdeka adalah “16 PW dukung Hasyim-Sahal” judul itu mengindikasikan
bahwa khayalak diajak untuk setuju atas dukungan Hasyim-Sahal. Namun
lead yang digunakan adalah “Ancaman NU tandingan dapat reaksi keras”.
Lead ini memberikan sudut pandang dari berita, khalayak dibawa supaya
menyetujui Hasyim-Sahal menjadi Rais Aam, di sisi lain ada ancaman Gus
Dur membuat NU tandingan, perangkat sintaksis lain adalah latar. Latar
tersebut adalah penerimaan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)
kepemimpinan Hasyim Muzadi, dan mereka mendukung pencalonan kembali
109
Hasyim – Sahal sebagai ketua dan Rais Aam PBNU untuk lima tahun
mendatang. Secara detail teks berita itu mendeskripsikan hasil kepemimpinan
Hasyim – Sahal. Dengan bagan berita seperti ini mengandung pesan bahwa
duet Hasyim – Sahal layak didukung.
Dari perangkat skrip, kisah dari berita itu adalah dukungan Hasyim-
Sahal saat LPJ PBNU mengalir untuk menjadi ketua dan Rais Aam PBNU
untuk lima tahun mendatang. Dari unsur-unsur berita yang terkandung dalam
berita tersebut adalah: who (Hasyim-Sahal), what (dukungan), when (lima
tahun mendatang), how (bagaimana menjadi ketua PBNU), where (saat LPJ
PBNU).
Dari pandangan Suara Merdeka terdiri atas dua tema. Pertama,
penerimaan LPJ PBNU kepemimpinan Hasyim oleh peserta Muktamar serta
dukungan untuk dicalonkan kembali menjadi ketua PBNU untuk lima tahun
mendatang. Ini dapat dilihat dari tema berita yang mengungkap secara detail
dukungan Hasyim-Sahal untuk duduk di kursi ketua dan Rais Aam PBNU.
Tema kedua, ancaman NU tandingan dapat reaksi keras dari putra
pendiri NU, menurut KH. Hasib Wahab Hasbullah bahwa ancaman Gus Dur
hanyalah gertakan biasa. Di sini bisa dilihat khalayak diajak supaya
memojokkan Gus Dur. Kata “gertakan” merupakan pilihan kata yang
digunakan dan dapat penekanan dari sekian banyak pilihan yang ada. Ini
menyelipkan pesan tindakan Gus Dur tersebut hanya lelucon biasa. Di sini
juga bisa dilihat bahwa elemen grafisnya adalah tulisan judul dicetak tebal dan
dalam ukuran besar untuk mendukung gagasan yang ingin ditonjolkan.
110
Frame Suara Merdeka , 1 Desember 2004
“Gus Mus tak Diizinkan Ibunya”
Teka-teki Ma’rufah Bisri, ibunda KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus),
akhirnya terjawab. Gus Mus ternyata tidak mendapat izin ibunya untuk maju
ke pemilihan ketua umum PBNU dalam Muktamar kali ini. Ibunya meminta
dia agar memusatkan perhatiannya mengembangkan pesantren Roudlotut
Tholibien, Leteh, Rembang.
Dari struktur sintaksis, Suara Merdeka mengambil headlinenya adalah
“Gus Mus tak Diizinkan Ibunya” judul ini digunakan dalam membuat
pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Perangkat
sintaksis lain yang dipakai Suara Merdeka adalah lead. Lead itu mengatakan
“Gus Mus Temui KH. Sahal” lead ini memberi sudut pandang sendiri untuk
memperkuat judul. Latar yang dipakai Suara Merdeka untuk mendukung
gagasannya yaitu “Teka-teki restu Ma’rufah Bisri, Ibunda KH. A. Musthofa
Bisri (Gus Mus), akhirnya terjawab”.
Latar ini bisa diamati bahwa pengutipan sumber cukup obyektif
karena disampaikan tokohnya. Dilihat dari skrip, bagaimana wartawan
mengisahkan berita. Suara Merdeka mengisahkan bahwa KH. Musthofa Bisri
ternyata tidak mendapatkan izin dari Ibu Ma’rufah Bisri untuk maju ke bursa
pemilihan ketua umum. Ibunya meminta untuk memusatkan perhatian
mengembangkan pesantren Roudhotut Tholibien, Leteh, Rembang.
111
Unsur-unsur berita yang ada pada frame Suara Merdeka yaitu who
(KH. Musthofa Bisri), what (tidak mendapat izin dari ibunya), why (ibunya
meminta memusatkan perhatin mengembangkan pesantren), where (untuk
maju ke bursa pemilihan ketua umum), how (menggambarkan bagaimana Gus
Mus tidak mendapatkan izin ibunya), Suara Merdeka mengisahkan “how”
secara jelas alasan ibu Gus Mus dalam pencalonan ketua umum.
Dengan menyusun skrip seperti ini, makna yang muncul dihadapan
khalayak adalah informasi yang diberikan oleh Ibunda Gus Mus benar-benar
obyektif. Dari struktur tematik bisa dilihat dua tema besar yang ingin
ditampilkan kepada khalayak. Pertama, teka-teki restu Ma’rufah Bisri, Ibunda
KH. A. Musthofa Bisri, akhirnya terjawab. Gus Mus ternyata tidak mendapat
izin dari ibunya. Beliau meminta Gus Mus supaya memusatkan perhatian pada
pesantren Roudhotut Tholibien. Pemberitaan ini diterangkan secara detail dan
panjang. Tujuan akhirnya adalah publik disajikan informasi secara jelas.
Tema kedua, “Gus Mus tadi malam menemui Rais Aam KH. MA.
Sahal Mahfudh di rumah Jl. Adisucipto 17 Solo”. Pertemuan itu disebut-sebut
upaya islah setelah terjadi ketegangan pada Muktamar ke-31 NU. Tema
yang disajikan secara tersamar, implisit, tersembunyi. Tujuan akhirnya publik
hanya disajikan informasi tidak jelas.
Berita Suara Merdeka ini menunjukkan bagaimana media menjadi
ajang perang simbolik. Masing-masing pihak saling mengedepankan klaim
112
atau alasan pembenar agar pendapatnya lebih diterima khalayak. Klaim-klaim
yang dilontarkan tersebut sering kali disertai retorika-retorika tertentu untuk
mengunggulkan pandangan dan mengecilkan pandangan pihak lain. Retorika
yang digunakan harian ini adalah penggunaan bahasa dengan penafsirannya,
sering dilabeli dengan keterangan bahwa penafsiran yang paling benar. Selain
itu penekanan dilakukan pula oleh harian ini melalui efek foto. Dengan
menampilkan foto KH. Yusuf Hasyim menemui KH.A.Musthofa Bisri (Gus
Mus) pada halaman depan, foto itu menunjukkan makna yang ditonjolkan
nilai positifnya.
Frame Suara Merdeka , 2 Desember 2004
“Gus Dur – Masdar Ancam Bikin NU Tandingan”
Setelah KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus) tidak bersedia dicalonkan
sebagai ketua umum PBNU Periode lima tahun mendatang. Kubu Gus Dur
merestui KH. Masdar F. Masudi. Jika kalah, dan KH. Hasyim Muzadi terpilih,
NU terancam pecah. Puluhan kiai tergabung dalam Poros Langitan
menyerahkan pernyataan sikap mengembalikan NU kepada duriyat
(keturunan) pendiri NU Jam’iyyah Diniyyah tersebut, untuk mengambil sikap
mendirikan NU.
Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud dalam
skema atau bagan berita dengan judul “Gus Dur – Masdar Ancam Bikin NU
Tandingan”. Dalam edisi tersebut berita ini menjadi headline sehingga
113
mengandung tingkat kemenonjolan yang besar. Perangkat sintaksis lain
berupa latar yang dipilih yaitu tentang Kubu Gus Dur merestui KH. Masadar
F. Mas’udi. Jika kalah, dan KH. Hasyim Muzadi terpilih, NU terancam pecah.
Latar ini memberi pandangan khalayak bahwa ancaman Gus Dur bahwa NU
terancam pecah benar-benar akan terjadi. Pandangan ini juga didukung oleh
bagaimana Suara Merdeka menyusun fakta secara keseluruhan. Dalam berita
ini Suara Merdeka melengkapi beritanya dengan kutipan dari kiai sepuh yang
tergabung dalam Poros Langitan. Fakta pendapat Poros Langitan diletakkan di
depan yang kemudian didukung oleh pendapat-pendapat yang lain.
Dilihat dari struktur skrip yaitu bagaimana wartawan mengisahkan
fakta. Secara umum teks cerita Suara Merdeka mengisahkan setelah Gus Mus
tidak bersedia dicalonkan, maka Kubu Gus Dur merestui pencalonan KH.
Masdar F. Mas’udi, jika kalah, dan KH. Hasyim menang, NU terancam pecah.
Dalam teks berita ini terdapat unsur-unsur penting, who (kubu Gus Dur), what
(merestui pencalonan), how (bagaimana NU terancam pecah), why (jika
kalah). Di sini unsur when (kapan) tidak dimunculkan dalam teks. Ini
membuat pandangan khalayak kapan NU terancam pecah.
Frame Suara Merdeka dapat diamati dari analisis tematik. Berita ini
disusun dalam tema besar tentang Ancaman Gus Dur – Masdar membuat NU
tandingan. Tema ini dapat diperhatikan dari awal uraian yang
mendeskripsikan alasan NU menjadi pecah. Dalam teks, tema ini disusun
dengan detail yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan secara sengaja
untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
114
Frame Suara Merdeka diperkuat dengan penekanan tertentu dalam
wacana berita dan penekanan yang paling kuat dari berita Suara Merdeka
tersebut adalah pada pemakaian foto Masdar F. Mas’udi dan Hasyim Muzadi.
Foto tersebut menekankan pada khalayak bahwa kedua foto itu yang
dibicarakan dalam berita ini dan mempunyai fungsi yang menonjol.
Frame Suara Merdeka , 03 Desember 2004
“Kekalahan Masdar Mengejutkan”
Sahal-Hasyim Pimpin NU Lagi
Pada Muktamar ke-31 Nahdhatul Ulama yang dilaksanakan 28
Nopember – 02 Desember 2004. Poros Lirboyo leading dalam perebutan dua
jabatan bergengsi PBNU lima tahun ke depan. Duet KH. Sahal Mahfudh-KH.
Hasyim Muzadi terpilih sebagai Rais Aam dan ketua umum PBNU dalam
pemilihan yang berlangsung delapan jam.
Frame Suara Merdeka, juga bisa diperhatikan dari bagaimana
wartawan menyusun fakta (sintaksis) untuk disusun ke dalam teks berita.
Judul yang digunakan Suara Merdeka adalah “Kekalahan Masdar
Mengejutkan”. Judul berita ini menunjukkan tingkat kecenderungan berita
yang tinggi, pembaca cenderung lebih mengingat headline. Judul ini didukung
dengan lead. Lead yang digunakan adalah:
“KH. Hasyim Muzadi berpelukan dengan Masdar Farid Mas’udi setelah
penghitungan suara dalam pemilihan ketua umum PBNU, Kamis (2/12) dalam
Muktamar ke-31 NU Hasyim terpilih kembali untuk periode 2004-2009”.
115
Lead yang ditunjukkan untuk memperjelas sudut pandang Suara
Merdeka. Berita itu juga memakai latar untuk mendukung gagasannya.
Latar yang dipakai:“Poros Lirboyo leading dalam perebutan ketua
PBNU lima tahun ke depan. Duet Hasyim – Sahal terpilih sebagai Rais
Aam dan ketua PBNU''. Dengan menguraikan secara detail. Teks
menekankan kepada khalayak bahwa Poros Lirboyo leading memang
benar-benar terjadi. Dari sudut skrip bagaimana cara wartawan
mengisahkan fakta. Di sini frame Suara Merdeka mengisahkan bahwa
Poros Lirboyo leading dalam perebutan dua jabatan bergengsi PBNU,
Kamis 2 Desember 2004 dalam Muktamar ke-31 NU. Duet KH. MA.
Sahal Mahfudh – KH. Hasyim Muzadi terpilih sebagai Rais Aam dan
ketua umum PBNU untuk periode 2004-2009.
Dari berita tersebut unsur berita yang terdapat dalam teks adalah who
(Poros Lirboyo), what (leading), when (kamis, 2 Desember 2004), where
(dalam Muktamar ke-31 NU), why (duet Sahal-Hasyim terpilih), how
(bagaimana Duet Hasyim terpilih). Semua unsur berita telah terdapat dalam
berita itu dengan lengkapnya unsur berita yang disajikan, khalayak akan
menafsirkan bahwa peristiwa kemenangan Poros Lirboyo tidak dapat
dibantah. Sedangkan pandangan yang menganggap bahwa berita itu belum
jelas, hanya isu destruktif belaka, tidak punya dasar, karena semua informasi
tentang kemenangan Poros Lirboyo (Sahal-Hasyim) itu telah terpenuhi.
Sedangkan dari struktur tematik, berita itu membawa tema besar yang
ingin ditampilkan kepada khalayak. Tema itu adalah Dalam Muktamar ke-31
116
NU Poros Lirboyo memimpin dalam perebutan dua jabatan PBNU lima tahun
ke depan. Tema ini, disusun secara detail yang lengkap dan panjang lebar
merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
Frame Suara Merdeka juga dapat dilihat dalam struktur retoris. Aspek
retoris tertentu untuk menekan makna yang ingin disampaikan kepada
masyarakat umum kata-kata “ leading ” merupakan pilihan kata yang
digunakan dan mendapat penekanan dari sekian banyak pilihan yang ada.
Kalimat ini menyelipkan pesan kepemimpinan tersebut adalah sebuah
kesuksesan dari kerja tim Poros Lirboyo. Dalam aspek grafis, frame Suara
Merdeka menampilkan judul dengan tulisan bercetak tebal. Makna yang ingin
disampaikan dalam judul berita itu adalah untuk mendukung gagasan yang
ingin ditonjolkan.
Frame Suara Merdeka , 6 Desember 2004
“Politik NU dan Parpol Tak Sama”
Sekalipun Muktamar ke-31 NU di Boyolali menyepakati antara lain,
pembentukan komisi politik NU, namun menurut pengamat politik Imam
Suprayoga, hal itu jangan diartikan politik versi NU, itu sama dengan
pengertian dari partai politik. Politik di NU hanyalah berkisar pada dakwah
dan tidak ada kepentingan seperti halnya partai politik yang arahnya pada
kekuasaan.
117
Analisis sintaksis dari pandangan Suara Merdeka terwujud skema atau
bagan berita dengan judul: “Politik NU dan Parpol tak sama”. Dalam edisi
tersebut berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat
kemenonjolan berita. Perangkat sintaksis lain berupa lead. Lead ini berupa
kutipan wawancara pengamat politik Imam Suprayoga, tentang pembentukan
komisi politik NU, menurutnya politik versi NU jangan diartikan sama dengan
pengertian dari partai politik. Lead ini memberikan sudut pandang dari berita,
pasalnya politik NU dan Parpol tak sama yang selama ini NU tidak pernah
terlepas dari politik praktis.
Frame Suara Merdeka ini juga didukung dengan bagaimana Suara
Merdeka mengisahkan suatu fakta. Berita ini mengisahkan tentang Muktamar
ke-31 NU menyepakati pembentukan komisi politik. Tema ini dapat dilihat
dari pendapat pengamat politik Imam Suprayoga. Dia mengungkapkan politik
versi NU tidak sama pengertian dari partai politik. Politik di NU hanyalah
berkisar pada dakwah dan tidak ada kepentingan seperti halnya partai politik
yang arahnya pada kekuasaan. Dari sudut tematik yaitu cara wartawan
menulis fakta. Tema yang disusun adalah tentang pembentukan komisi politik
NU. Ini justru akan membawa NU ke kancah politik, kekhawatiran itu
diantaranya akan dijadikan sarana untuk menyeleksi orang-orang NU yang
mau maju dalam pemilihan kepala daerah. Sehingga ke depan NU tetap akan
terseret ke politik praktis.
Hal itu diungkapkan M. Asfar, dari Peneliti Pusat Studi Demokrasi dan
HAM dari Surabaya. Teks ini dapat diamati dari kutipan M. Asfar.
118
''Melalui komisi politik, NU hanya seperi mengubah kendaraan dalam politik. Padahal, di satu sisi NU tidak lagi terlibat politik praktis seperi tercermin dalam kontrak Jam'iyyah, tapi pada sisi lain NU juga menunjukkan tetap ingin berpolitik praktis lewat pembentukan komisi politk ''
Tema ini dalam wacana berita dikembangkan dengan cara penulisan
tertentu, yakni menggunakan koherensi kondisional, fakta bahwa adanya
komisi politik NU menyebabkan NU terseret ke dalam politik praktis.
Dari aspek retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan fakta. Di
sini bisa dilihat dengan pemakaian grafis, judul yang dibuat dengan bercetak
tebal dan miring menekankan khalayak menaruh perhatian lebih kepada
bagian tersebut.
Frame Suara Merdeka, 7 Desember 2004
“Hari ini NU Tandingan Dibentuk”
Pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Poros
Langitan gagal menduduki kursi Rais Aam dan ketua PBNU. Kekalahan itu
mendorong Gus Dur dengan sejumlah kiai sepuh yang tergabung dalam Poros
Langitan bertemu di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Di pondok milik KH.
Abdullah Abbas itulah akan dibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif.
Dari frame Suara Merdeka, jika dianalisis sintaksis, bagaimana
wartawan menyusun fakta, judul yang dipergunakan Suara Merdeka adalah
“Hari ini NU tandingan dibentuk” menunjukkan frame yang hendak
dikembangkan, judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead
(struktur sintaksis): “Poros Langitan bertemu di Cirebon”. Dari bentuk lead
119
yang seperti ini memberikan sudut pandang bahwa pembentukan NU
Tandingan dibentuk pada pertemuan di Cirebon.
Dalam analisis sintaksis juga ditemukan latar. Latar ini berupa kutipan
wawancara dari Gus Dur,'' Gus Dur dan sejumlah kiai sepuh yang tergabung
dalam Poros Langitan bertemu diCirebon''. Frame ini terlihat bagaimana
peristiwa disusun,fakta yang ditampilkan adalah sikap Gus Dur datang ke
Buntet bukan inisiatif Gus Dur tapi posisinya diundang oleh kiai sepuh.
Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta. Ini dapat diperhatikan
melalui berita tersebut dikisahkan melalui perangkat analisis skrip. Secara
keseluruhan teks berita ini mengisahkan Gus Dur dengan sejumlah kiai sepuh
yang tergabung dalam Poros Langitan hari ini bertemu di pondok pesantren
Buntet, Cirebon. Di pondok milik KH. Abdullah Abbas itulah akan dibentuk
Pengurus PBNU rekonsiliatif. Dalam teks berita ini terdiri dari unsur
kelengkapan berita antara lain: who (Gus Dur dan kiai sepuh Langitan), what
(bertemu), when (hari ini), where (pondok pesantren Buntet, Cirebon), why
(dibentuk pengurus PBNU rekonsiliatif), how (bagaimana dibentuk pengurus
PBNU rekonsiliatif). Dengan adanya semua unsur-unsur berita. Fakta yang
akan ditunjukkan adalah kebenaran pembentukan NU tandingan di kalangan
warga NU, ini didukung dengan pengutipan yang digunakan Suara Merdeka
kepada Gus Dur.
Dari sudut tematik, bagaimana wartawan menulis fakta, berita ini
disusun dalam tema besar tentang dibentuknya NU tandingan. Hal ini dapat
diamati dari detail wawancara dari Gus Dur. “NU yang akan dibentuk Gus
120
Dur bukan NU Tandingan, melainkan lebih bersifat untuk mengalang upaya
rekonsiliasi sampai lima tahun ke depan”. Tema yang disusun secara detail
merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
Sebagai arena perang simbolik, frame Suara Merdeka dapat diamati
dengan aspek grafis yaitu pada judul atau headline dicetak dengan huruf besar
dan bercetakkan tebal. Huruf besar pada headline untuk mendukung arti
penting suatu pesan yang ditonjolkan Suara Merdeka kepada khalayak.
Frame Suara Merdeka, 8 Desember 2004
“Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar Ke-31”
Pertemuan bertajuk forum silaturahmi kiai sepuh itu dilaksanakan di
kediaman KH. Abdullah Abbas, seorang kiai sepuh yang setia mendukung
Gus Dur. Putusan menolak Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan
Boyolali, yang mengantar KH. Hasyim Muzadi sebagai Tanfidziyah PBNU.
Analisis sintaksis, dari pandangan Suara Merdeka terwujud dalam
skema atau bagan berita dengan judul:
“Para Kiai Sepuh Tak Akui Hasil Muktamar Ke-31”. Dalam edisi
tersebut berita ini menjadi headline sehingga mengandung tingkat
kemenonjolan yang besar tidak mendukung hasil Muktamar. Perangkat
sintaksis lain berupa latar yang dipilih yaitu tentang pertemuan forum
silaturahmi kiai sepuh dengan Gus Dur yang menghasilkan keputusan
121
menolak Muktamar ke-31 NU. Latar ini memberi kesan bahwa kiai-kiai sepuh
dan Gus Dur menolak hasil Muktamar.
Sktruktur skrip akan melihat bagaimana wartawan mengisahkan fakta
dalam berita secara keseluruhan. Berita ini mengisahkan tentang penolakan
hasil Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan oleh kiai-kiai sepuh
dan Gus Dur di pondok pesantren Buntet, Cirebon. Unsur berita yang ada
adalah who (kiai sepuh dan Gus Dur), what (penolakan hasil Muktamar ke-31
NU), where (pondok Buntet, Cirebon). Sedangkan unsur why dalam peristiwa
tersebut tidak terdapat, sehingga khalayak akan bertanya-tanya, mengapa Gus
Dur dan kiai sepuh menolak hasil Muktamar.
Ada beberapa tema yang mendukung frame Suara Merdeka itu.
Pertama, Gus Dur dan Kiai-kiai sepuh mengadakan pertemuan bertajuk forum
silaturahmi dilaksanakan di kediaman KH. Abdullah Abbas yang
menghasilkan keputusan menolak hasil Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji
Donohudan Boyolali. Hal ini dilihat dari wawancara dengan KH. Ubaidillah
Faqih. Tema ini juga didukung oleh latar informasi yang begitu detail, dalam
informasi itu mengaku bahwa pertemuan itu menolak hasil Muktamar ke-31
NU. Kedua, pada hari yang sama kiai sepuh asal Jatim berkumpul di
Yogyakarta. Mereka membahas penyelamatan NU, termasuk mencegah Gus
Dur mendirikan PBNU tandingan. Tema ini dapat diamati dari wawancara
dengan KH. Attabik Ali.
Dari aspek retoris, bagaimana cara wartawan menekankan sebuah
fakta, ini dapat dilihat pada pemakaian bahasa yang digunakan wartawan
122
Suara Merdeka dalam wawancara Prof. Riswanda Imawan. Penekanan ini
pada kata “Champion of Democrary” yang ditunjukkan kepada Gus Dur.
Elemen gaya yang dipilih ini dibungkus dengan bahasa tertentu untuk
menimbulkan efek tertentu kepada khalayak yang tidak tahu bahasa tersebut.
Frame Suara Merdeka, 9 Desember 2004
“Hasyim Akomodasi kubu Gus Dur”
Kepengurusan PBNU dibawah kepemimpinan KH. Sahal Mahfudh-
KH. Hasyim Muzadi akan mengakomodasi kelompok KH. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur). Kelompok Gus Dur bersama kiai sepuh NU tetap
dimasukkan dalam susunan kepengurusan PBNU lima tahun mendatang”
Dari analisis sintaksis, frame Suara Merdeka menulis judul “Hasyim
Akomodasi kubu Gus Dur” menunjukkan frame yang hendak dikembangkan.
Judul ini menjadi headline serta diperkuat dengan lead (struktur sintaksis):
“namanya perlu persetujuan”. Dari bentuk lead seperti ini memberikan sudut
pandang bahwa Hasyim dalam mengakomodasi kubu Gus Dur perlu adanya
persetujuan”. Perangkat sintaksis lain adalah latar. Latar ini mengulas bahwa
kelompok Gus Dur bersama kiai sepuh NU tetap dimasukkan dalam susunan
kepengurusan PBNU lima tahun mendatang.
Bagaimana Suara Merdeka mengisahkan fakta, ini dapat diperhatikan
melalui alur berita tersebut yang dikisahakn melalui perangkat analisis. Skrip,
secara keseluruhan teks berita ini mengisahkan tentang kepengurusan PBNU
di bawah kepemimpinan KH. Sahal – Hasyim akan mengakomodasi
123
kelompok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari unsur berita yang
terkandung dalam berita tersebut adalah: who (KH. Sahal-Hasyim), what
(akan mengakomodasi), where (kepengurusan PBNU).
Dari pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas beberapa tema.
Pertama, kepengurusan PBNU dibawah kepemimpinan KH. Sahal-Hasyim
akan mengakomodasi kubu Gus Dur. Ini dapat dilihat dari berita yang
mengungkapkan secara detail langkah Hasyim dalam mengakomodasi kubu
Gus Dur.
Tema kedua, susunan kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan
KH. Sahal-Hasyim bisa diartikan sebagai bentuk islah yang sekarang bisa
diartikan dengan akomodasi. Tema ini disusun dengan koherensi kondisional
yang memberi penjelasan kata tetapi juga memberi label dengan kesan baik
terhadap kepemimpinan KH. Sahal – Hasyim.
Frame Suara Merdeka ditekankan pula melalui rekaman dalam
elemen grafis. Di sini judul dibuat dengan ukuran besar dan bercetak tebal.
Bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian
tersebut.
Frame Suara Merdeka, 10 Desember 2004
“Konflik Sulit Disembuhkan”
Pengamat NU La Ode Ida melihat perkembangan baru dalam pasca
muktamar ke-31 NU Boyolali. Warga NU terbagi menjadi tiga, yaitu NU
124
struktural Hasyim Muzadi, NU kultural kiai sepuh NU, serta NU yang tidak
pro Hasyim ataupun Gus Dur.
Dari analisis sintaksis, bagaimana cara wartawan menyusun fakta yang
akan menimbulkan makna tertentu ketika diterima oleh khalayak. Judul yang
dipakai oleh Suara Merdeka adalah: “Konflik Sulit Disembuhkan”. Teks
berita ini akan menunjukkan dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi.
Perangkat sintaksis lain adalah berupa latar. Latar ini berupa kutipan dari
wawancara pengamat NU La Ade Ida, yang melihat NU pasca muktamar ke-
31 terbagi menjadi tiga yaitu NU struktural, NU kultural dan NU yang tidak
pro Hasyim ataupun Gus Dur. Secara detail teks berita Suara Merdeka
mendeskripsikan bahwa NU pecah menjadi tiga. Dengan bagan berita seperti
ini mengandung pesan bahwa konflik Hasyim dan Gus Dur memang sulit
untuk dihentikan sehingga NU pasca muktamar pecah menjadi tiga.
Dari perangkat analisis skrip, bagaimana cara wartawan mengisahkan
fakta dalam bagian berita ini adalah sebagai berikut. Kisah dari berita itu
adalah bagaimana perkembangan baru dalam pasca muktamar ke-31 NU
Boyolali, warga NU terbagi menjadi tiga. Konflik antara Gus Dur dan Hasyim
Muzadi merupakan luka yang sulit disembuhkan. Dari unsur-unsur berita
yang terkandung dalam berita tersebut adalah: who (tokoh yang berkomentar),
what (perkembangan NU pasca muktamar), where (Boyolali), why (warga NU
terbagi menjadi tiga), how (bagiamana NU terbagi menjadi tiga pasca
muktamar ke-31). Dalam teks berita mengisahkan pula bentuk lain dari akibat
konflik yang sulit disembuhkan.
125
Pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas beberapa tema. Pertama,
konflik antara Gus Dur dan Hasyim Muzadi merupakan luka yang sulit
disembuhkan. Ini dapat di lihat dari tema berita yang mengungkapkan secara
koherensi kondisional dalam wacana berupa hubungan sebab akibat.
Tema kedua, dari kutipan La Ode Ida menilai, dalam kepemimpinan
Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah-langkah progresif,
Hasyim hanya sibuk mengurusi persoalan Politik, tidak seperti NU pada 15
tahun silam. Dalam tema ini secara detail memberitakan kepemimpinan
Hasyim Muzadi lima tahun terakhir ini tidak ada langkah progresif. Ini dapat
dilihat bagaimana tema ini dikembangkan dengan melakukan strategi wacana
berupa detail. Detail yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang
dilakukan secara sengaja menciptakan citra tidak baik Hasyim kepada
khalayak.
Frame Suara Merdeka ditekankan pula melalui penekanan pada
elemen grafis. Elemen itu muncul dalam bentuk foto Hasyim Muzadi dan Gus
Dur untuk mendukung gagasan yang ingin ditonjolkan, supaya pandangan
khalayak tertuju pada tampilan foto.
Frame Suara Merdeka, 15 Desember 2004
“Tim Gus Dur Matangkan Pembentukan “NU BENAR”
Pada Muktamar ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan Poros Langitan
tidak berhasil menduduki jabatan Rais Aam dan ketua PBNU, langkah Gus
Dur membentuk tim kecil untuk mematangkan pembentukan “NU Benar”
126
dengan mengadakan rapat bersama setibanya Gus Dur dari Australia kemarin
malam. Di sisi lain, Salahuddin Wahid (Gus Sholah) terus berupaya agar
terjadi islah sehingga tidak ada organisasi kembar bagi warga Nahdliyyin.
Organisasi yang akan dibentuk Gus Dur diberi nama “Jamiyah Nahdlatul
Ulama 1926” nama belum diketahui mengenai kapan dan dimana organisasi
ini akan dideklarasikan belum ada kepastian.
Dari struktur sintaksis, akan melihat frame Suara Merdeka ini. Judul
yang digunakan Suara Merdeka adalah: “Tim Gus Dur Matangkan
Pembentukan “NU Benar”, judul berita Suara Merdeka sudah sangat jelas
menunjukkan pandangan Suara Merdeka. Judul ini akan menimbulkan pesan
bahwa “NU Benar” memang akan dibentuk oleh Gus Dur. Perangkat sintaksis
lain berupa latar. Latar tersebut adalah Tim Kecil yang ditunjuk Gus Dur
mematangkan pembentukan “NU Benar”.
Dalam analisis skrip, bagaimana wartawan mengisahkan berita. Di sini
Suara Merdeka mengisahkan tentang tim kecil yang ditunjuk KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mematangkan pembentukan “NU Benar”
dengan mengadakann rapat setibanya dari Australia. Unsur-unsur berita yang
terkandung dalam berita tersebut adalah: who (Gus Dur), what (tunjuk tim
kecil), why (mematangkan pembentukan “NU Benar”, when (setiba dari
Australia).
Dari pandangan Suara Merdeka sendiri terdiri atas dua tema, pertama
tentang tim kecil yang ditunjuk Gus Dur mematangkan pembentukan “NU
Benar”. Ini dapat dilihat bahwa tema berita itu menggunakan elemen
127
koherensi kondisional, ini ditandai pemakaian kata hubung yang dipakai
untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan dengan bagaimana
seseorang memakai suatu peristiwa yang ingin ditampilkan ke publik.
Tema kedua, tentang puluhan aktivis muda NU, menggelar aksi demo
di depan kantor PWNU Jatim, mereka menuntut elit-elit NU untuk
menghentikan konflik dan melakukan islah, tema ini memakai elemen
maksud, ini dapat di lihat pada informasi yang diuraikan secara tersamar,
implisit dan tersembunyi. Tujuan akhir adalah publik disajikan informasi yang
menguntungkan komunikator.
Frame Suara Merdeka juga memberi penekanan pada judul berita
“Tim Gus Dur mematangkan pembentukan “NU Benar”. Pemakaian tanda
kutip pada kata “NU Benar” ini akan mendukung arti penting suatu pesan
kepada khalayak pentingnya bagian tersebut.
Frame Suara Merdeka, 16 Desember 2004
“Juni, Gus Dur Gelar Muktamar Luar Biasa NU”
Gus Dur selaku mandataris kiai sepuh menegaskan, akan menggelar
Muktamar luar biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU) pada Juni 2005. pada
kesempatan itu organisasi jamiyah NU dan susunan PBNU akan diumumkan.
MLB nanti mencari pengurus dari orang yang benar-benar menghidupi
organisasi, bukan mencari hidup di NU. “Orang yang menghidupi NU, bukan
hidup dari NU”.
128
Muktamar NU beberapa waktu lalu dinilai cacat hukum, karena ada
indikasi politik uang ujar Gus Dur. Dari analisis sintaksis, dapat di lihat
pandangan ini. Judul yang ditulis Suara Merdeka dengan jelas mendukung
pandangan itu. Judulnya adalah “Juni, Gus Dur gelar Muktamar Luar Biasa
NU”. Dalam berita ini Suara Merdeka mewawancarai Gus Dur dan tim kecil
yang terdiri atas KH. Aminullah Muchtar, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny),
KH. Ikhsan Abdullah SH, MH, dan M. Munif. Gus Dur mengungkapkan tidak
ingin NU pecah tapi dalam rangka menyelamatkan NU dari tangan-tangan dan
niat tidak benar dari orang-orang tertentu. Dengan menyusun fakta seperti itu,
Suara Merdeka ingin menekankan bahwa Muktamar Luar Biasa (MLB)
disetujui oleh kubu Gus Dur.
Sedangkan dari analisis skrip, yaitu bagaimana cara wartawan
mengisahkan fakta-fakta. Secara umum teks Suara Merdeka mengisahkan
Gus Dur, akan menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama
pada bulan Juni 2005. Dengan memberikan penegasan di awal teks semacam
itu, menunjukkan arah berita bahwa Gus Dur akan menggelar MLB bulan Juni
2005. Unsur-unsur berita yang terdapat dalam teks ini adalah: who (Gus Dur),
what (menggelar MLB), when (Juni 2005), why (untuk menyelamatkan NU),
unsur where tidak ditampilkan pada berita tersebut, ini akan membuat
khalayak bertanya-tanya dimana Mukmatar Luar Biasa akan digelar.
Ada beberapa tema yang mendukung frame Suara Merdeka itu,
pertama, Gus Dur menegaskan, akan menggelar MLB NU pada Juni 2005.
tema ini juga didukung oleh latar informasi yang begitu detail kenapa Gus
129
Dur menggelar MLB NU. Kedua, para kiai sepuh menyatakan hasil Muktamar
yang lalu cacat hukum. Tema ini dapat diamati dari wawancara Gus Dur.
Frame Suara Merdeka, 18 Desember 2004
“Muktamar Luar Biasa NU Masih Sebatas Wacana”
Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengatakan, rencana
Muktamar Luar Biasa (MLB) yang dilontarkan Gus Dur masih sebatas
wacana. Sebab, sejak Muktamar ke-31 NU di Boyolali digelar hingga
sekarang belum ada satupun PWNU yang mempersoalkan legalitas hasil
Muktamar.
Analisis sintaksis, frame Suara Merdeka menulis skema berita
berjudul: “Muktamar Luar Biasa Nu Masih Sebatas Wacana”. Judul tersebut
menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi terhadap berita. Yang penting
juga dalam analisis sintaksis ini adalah bagaimana komentar atau kutipan
disusun dalam suatu teks secara keseluruhan. Dalam berita itu ada dua orang
yang diwawancarai: KH. Hasyim Muzadi dan Gus Sholah, pernyataan Hasyim
Muzadi ditempatkan di awal kalimat, sebagai inti didukung oleh pernyataan
Gus Sholah. Kutipan wawancara Gus Sholah “MLB yang digagas Gus Dur
dimungkinkan terjadi karena AD/ART organisasi ini memungkinkan adanya
MLB tersebut. Namun dia menginginkan sebaiknya kedua belah pihak Gus
Dur dan Hasyim Muzadi melakukan islah.
Frame Suara Merdeka itu tersusun dalam beberapa tema menunjuk
kepada pandangan tertentu yang dikembangkan Suara Merdeka. Pertama,
130
Hasyim Muzadi mengatakan, rencana Muktamar Luar Biasa (MLB)
dilontarkan Gus Dur masih sebatas wacana. Hal ini dapat diamati dari kutipan
wawancara Hasyim Muzadi. Kedua, Muktamar Luar Biasa (MLB) yang
digagas Gus Dur dimungkinkan terjadi. Teks ini dapat diamati dari kutipan
Gus Sholah. Tema ini dalam wacana berita dikembangkan dengan cara
penulisan tertentu, yakni menggunakan koherensi kondisional berhubungan
dengan penjelasan tentang Muktamar Luar Biasa(MLB) Nahdlatul Ulama
(NU).
4.2 Ideologi Suara Merdeka dalam Memberitakan Muktamar Ke-31
Nahdlatul Ulama
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya Harian Suara Merdeka yang
didirikan oleh almarhum H.Hetami pada tanggal 11 Pebuari 1950 di Semarang
merupakan salah satu surat kabar yang menjadi pelopor persurat kabaran di
iIndonesia setelah Merdeka. Suara Merdeka mendefinisikan sebagai pers umum.
Dalam pemberitaannya Suara Merdeka mengedepankan Idealisme ,yakni
Independen, Obyektif dan tanpa prasangka .Independen artinya mempunyai siksp
bebas ,mengikuti apa yang diyakini sendiri sebagai sesuatu yang harus
dikemukakan demi kepentingan umum. Obyektif artinya bahwa dalam
mengemukakan pendapat, kepentingan sendiri tidak boleh ditonjolkan.Sedangkan
tanpa prasangka,dalam mengemukakan isi tulisan dipengaruhi oleh buruk sangka(
Sadono,1996:33).
Berdasarkan prinsip-prinsip framing.Suara Merdeka telah melakukan
strategi tertentu dalam mengkonstruksi berita-berita seputar Muktamar Ke-31
131
Nahdlatul Ulama. Dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 yang diwarnai
kompetisi Poros Langitan yang akhirnya mengantarkan pasangan KH. MA.Sahal
Mahfud - KH.Hasyim Muzadi sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU
periode 2004-2009. Poros Lirboyo telah memenangkan kompetisi ini.
Suara Merdeka cenderung melihat muktamar ke-31 NU sebagai bentuk
demokrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap
lima tahun sekali. Di sini Suara Merdeka cenderung mengemas beritanya belum
obyektif. Pada pemberitaan terhadap Muktamar NU ke-31 Suara Merdeka
cenderung mendukung Poros Lirboyo yang dikendalikan oleh KH. Sahal Mahfud
dan KH.Hasyim Muzadi, ini terlihat dari 19 kali edisi pemberitaannya, ada 8 edisi
isinya cenderung mendukung Poros Lirboyo, empat edisi cenderung bersikap
netral dan 7 edisi mendukung Poros Langitan.
Selama 19 edisi,ada 8 edisi cenderung memihak pada Poros Lirboyo yakni
edisi 23, 24, 26, 27, 30 Nompember dan 03, 09, 18 Desember 2004. Sedangkan
empat edisi yang cenderung netral yaitu edisi 29 Nopember 01, 06, 10
Desember2004 dan tujuh edisi berpihak pada Poros Langitan antar tanggal 25, 28,
02, 07, 08, 15,dan 16 Desember 2004.
Kecenderungan Suara Merdeka mendukung Poros Lirboyo terlihat pada
pemberitaan edisi 23 Nopember 2004,judul dalam edisi ini : '' Jateng
Pertahankan Hasyim'' . Judul ini menjadi headline dalam surat kabar Suara
Merdeka dan menunjukkan tingkat kemenonjolan yang tinggi. Pemberitaan ini
terlihat pad kutipan berita sebagai berikut:
132
'' Menurut Drs.KH.Masykur Rozak,PCNU telah mengadakan rapat guna menentukan sikap .Sesuai arahan PWNU Jateng, seluruh cabang di Jateng masih tetap berharap duet KH.SahalMahfudh dan Hasyim Muzadi masih mau memimpin NU periode 2004-2009, sebab keduanya dinilai sebagai pasangan ideal dan memiliki konstribusi terhadap NU '' .
Pemberitaan iitu menunjukkan kecenderungan berita yang berpihak pada
Poros Lirboyo . Pemberitaan lain dapat dilihat pada edisi 30 Nopember 2004.
Edisi ini berjudul : '' 16 pengurus Wilayah Dukung Hasyim ''. Judul itu
mengindikasikan bahwa khalayak diajak setuju atas dukungan Sahal-Hasyim.
Lead yang dipakai adalah ''Ancaman NU Tandingan dapat reaksi keras ''. Lead ini
memberikan sudut pandang dari berita, di samping khalayak dibawa supaya
menyetujui pasangan Sahal- Hasyim untuk maju menjadi Rais Aam dan Ketua
Umum PBNU 2004-2009.Pemberitaan yan mendukung Poros Lirboyo terlihat
pada kutipan berita sebagai berikut:
'' Pasca Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) PBNU,mayoritas pengurus Wilayah mendukung pencalonan kembali duet Sahal-Hasyim sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU periode 2004-2009.Pencalonan kembali duet Sahal-Hasyim dinilai sebagai kesinambungan atas kepemimpinan selam lima tahun ke depan '' .
Strategi yang dipakai Suara Merdeka di atas antara headline dan lead saling
mendukung.Semua itu digunakan untuk mendukung gagasannya. Dari sisi lain
bisa dimaknai Suara Merdeka mendukung Poros Lirboyo , ini dibuktikan dengan
headline, lead, kutipan, informasi berita yang disajikan Suara Merdeka. Strategi
lain yang tampak ditekankan adalah penempatan elemen grafis, gambar/ foto
untuk mendukung gagasannya. Jadi menurut Penulis,Suara Merdeka belum
memenuhi Ideologinya yakni: Independen, obyektif, dan tanpa
133
prasangka.Meskipun ada beberapa edisi yang bersikap netral,namun yang
ditemukan penulis lebih banyak bersikap mendukung Poros Lirboyo.
4.3 Pemberitaan Suara Merdeka tentang Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama
dilihat dari perspektif Dakwah
Muktamar ke-31 Nahdlatul Ulama di Asrama Hahi Donohudan
Boyolali diwarnai kompetisi sengit antara Poros Lirboyo dan Poros Langitan
dalam memperebutkan Rais Aam dan ketua umum PBNU, terkait dengan
adanya konflik internal PBNU sebelum dan pasca Muktamar ke-31 NU,
penulis ingin mengetahui konstruksi wartawan Suara Merdeka. Dengan motto
pemberitaannya, Independen, Obyektif dan Tanpa Prasangka, apakah motto
itu sesuai dengan pemberitaannya ataukah sebaliknya.
Suara Merdeka menurunkan sembilan belas berita tentang Muktamar
ke-31 NU, diantaranya delapan berita berbentuk straight news, sembilan
berita sebagai headline, dua berita yang diletakkan di dalam. Berita itu
diekspos hampir satu bulan penuh. Selain itu ada juga tulisan dalam bentuk
features, artikel dan kolom yang mengulas masalah itu dengan detail.
Apa yang dilakukan oleh Suara Merdeka pada pemberitaan Muktamar
Nahdlatul UlamA ke-31yang terdiri dari 19 edisi, ada 8 edisi yang memihak
kepada Poros Lirboyo, empat edisi cenderung netral, dan 7 edisi memihak
Poros Langitan .Jadi menurut penulis Suara Merdeka belum memenuhi etika
pemberitaan islami. Sebagaimana dikatakan oleh( Romly ,2003: 41) etika
pemberitaan islami dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami, ini ditandai
134
dengan pemberitaan yang obyektif, bijaksana, penuh nasihat yang
baik,meneliti kebenaran berita sebelum dipublikasikan , tidak mencaci-
maki,sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian serta prasangka
buruk.
Sebagai contoh pada pemberitaan Suara Merdeka ,26 Nopember 2004
judul dalam edisi ini disebutkan: '' NU Tandingan Bikin Masalah ''.Secara
tidak langsung judul headline tertuju pada Poros Langitan karena yang
membuat ide adanya NU Tandingan adalah Poros Langitan. Pemberitaan ini
terlihat dari kutipan berita sebagai berikut:
'' Ide membuat NU Tandingan justru makin tidak mengerti kalangan Nahdliyyin. Sebab apa yang digagas para kiai sepuh untuk membentuk NU Tandingan akan membingungkan .Ide ini bukanlah memecahkan masalah, melainkan justru sebaliknya hanya menambah persoalan ''.
Kutipan berita di atas jika dilihat dari kode etik jurnalistik islami,
Suara Merdeka belum memenuhi kode etik pemberitaan islami di antaranya:
Suara Merdeka belum sepenuhnya obyektif. Pemberitaan seperti itu hanya
memperkeruh masalah antara kedua Poros yang bersaing, sehingga bisa
menumbuhkan permusuhan dan kebencian.
Contoh lain pemberitaan Suara Merdeka, edisi 30 Nopember 2004.
Pada edisi ini Suara Merdeka menurunkan berita judul Lead :'' Ancaman NU
Tandingan Dapat Reaksi Keras'' . Lead tersebut jika dilihat dari etika
pemberitaan islami ,Suara Merdeka cenderung memihak Poros Lirboyo,
seharusnya judul lead itu harus bersikap netral dalam arti tidak memihak
135
Poros Lirboyo maupun Langitan. Pemberitaan yang tidak netral dapat dilihat
pada kutipan berita sebagai berikut:
''Ancaman Gus Dur membuat NU Tandingan mendapat reaksi keras .Reaksi itu dari putra pendiri NU yaitu Gus Fawaid, Gus Hasib dan Gus Ghozi. Menurut tiga putra pendiri NU menilai Program membangun NU oleh Rais Aam KH.MA.Sahal Mahfud dan Ketua Umum PBNU Kh. Hasyim Muzadi sejak Muktamar Lirboyo hinnga sekarang belum rampung.Karena itu kiai Sahal dan kiai Hasyim perlu diberi kesempatan lima tahun lagi untuk merampungkan programnya ''.
Kutipan berita di atas dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami di
antaranya : Suara Merdeka tidak obyektif dalam memberitakan karena hanya
tema yang berhubungan dengan Poros Lirboyo yang diangkat dalam pemberitaan
edisi tersebut.Walaupun ada beberapa edisi yang mendukung Poros Langitan dan
juga ada yang cenderung netral,tapi lebih banyak mendukung Poros Lirboyo. Pada
pemberitaan Muktamar NU ke-31 Suara Merdeka tetap mencantumkan Mottonya
( Independen, obyektif dan tanpa prasangka),tapi dalam kenyataannya Suara
Merdeka belum sepenuhny Obyektif.
136
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan uraian dan analisa bab sebelumnya, maka kesimpulan yang
dapat ditarik dari kasus Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 dalam harian
umum Suara Merdeka mulai tanggal 23 Nopember hingga 18 Desember 2004.
analisis Framing adalah analisis mengetahui perspektif atau cara pandang
yang digunakan wartawan ketika men seleksi isu-isu dan menulis berita.
Asumsi dasar dari Framing adalah individu wartawan selalu menyertakan
pengalaman hidup, pengalaman sosial, dan kecenderungan psikologisnya
ketika menafsirkan pesan yang kepadanya. Dampak dari aktivitas ini adalah
adanya perbedaan makna berita meskipun fakta/kejadiannya sama.
Kecenderungan serta kecondongan wartawan dalam memahami
perisitwa dapat dicermati melalui empat perangkat utama, yaitu struktur
sintaksis adalah bagaimana wartawan menyusun fakta, struktur skrip meliputi
bagaimana wartawan mengisahkan suatu fakta, struktur tematik sebuah cara
bagaimana wartawan menulis fakta, struktur retoris, bagaimana wartawan
menekankan suatu fakta. Berdasarkan empat struktur tersebut, analisis
framing berita tentang Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan
Boyolali yang mengantar kembali KH. Hasyim Muzadi dan KH.MA.Sahal
Mahfudh menjadi ketua umum dan Rais Aam PBNU periode 2004-2009
dalam skripsi ini melihatkan adanya interpretasi Suara Merdeka terhadap
137
peristiwa, pernyataan, maupun sumber yang diberitakan secara berbeda
menurut pandangan Suara Merdeka.
Berdasarkan prinsip-prinsip framing, Suara Merdeka telah melakukan
strategi tertentu dalam mengkonstruksi berita-berita seputar Muktamar ke-31
Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Donohudan Boyolali.Suara Merdeka
cenderung melihat muktamar ke-31 NU sebagai bentuk Demkkrasi warga NU
untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali,
Jadi dalam sebuah Demokrasi harus mengakui siapa yang kalah dan menang.
Pada Pemberitaan selama 19 edisi Suara Merdeka dalam mengkonstruksi
beritanya belum obyektif.Ini terbukti dalam 19 edisi, ada 8 edisi cenderung
memihak Poros Lirboyo, empat cenderung netral dan 7 edisi memihak poros
Langitan . Jadi penulis menilai Suara Merdeka lebih memihak Poros Lirboyo.
2. Sebagaimana yang disampaikan di atas Suara Merdeka memiliki Motto
Pemberitaan Independen, Obyektif, dan Tanpa Prasangka. Motto tersebut
yang sekaligus menjadi Ideologi Suara Merdeka Dalam pemberitaan
Muktamar ke-31 NU Suara Merdeka belum obyektif. Menurut penulis, Suara
Merdeka belum memenuhi etika pemberitaan islami. Etika pemberitaan
islami dapat dilihat dari kode etik jurnalistik islami, ini ditandai dengan
pemberitaan yang obyektif, bijaksana, tidak mencaci maki sehingga
menimbulkan permusuhan, kebencian serta prasangka buruk. Sebagai contoh
pemberitaan Suara Merdeka, 26 Nopember 2004. Judul headline dalam edisi
ini disebutkan '' NU Tandingan Bikin Masalah '' secara tidak langsung judul
headline mimihak pada Poros Lirboyo, padahal jika dilihat dari etika
138
pemberitaan islami sikap memihak tidak boleh dimunculkan . Pada
Pemberitaan Muktamar NU ke-31 Saura Merdeka tetap mencantumkan motto
pemberitaannya yakni Independen, Obyektif dan Tanpa Prasangka, tapi
kenyataannya Suara Merdeka belum obyektif.
5.2 Saran-saran
Kepada seluruh mahasiswa yang membaca skripsi ini, khususnya
mahasiswa Dakwah untuk melakukan pengkajian terhadap analisis Framing.
Analisis ini penting untuk mengetahui bagaimana sikap sebuah media dalam
memberitakan suatu fakta. Analisis ini juga dapat mengetahui siapa
mendukung siapa, dan siapa saja yang dikucilkan yang bisanya tidak
dinyatakan dengan jelas dalam pemberitaan. Dengan pengetahuan tersebut
diharapkan mampu memanfaatkan dalam berdakwah di jalannya, sebagai
implementasi dari keilmuan yang selama ini digeluti.
5.3 Penutup
Alhamdulillah, rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kepada
Allah SWT, atas segala rahman, rahimNya yang senantiasa melimpahkan kita
dalam segala aktivitasnya.
Sekali lagi ucapan syukur penulis panjatkan atas selesainya penulisan
skripsi ini. Karena tanpa hidayah dan inayahNya, penulis yakin tidak sanggup
menyelesaikan skripsi ini. Namun penulis berdoa semoga penelitian ini akan
bermanfaat bagi ruang lingkup khususnya bidang komunikasi penyiaran
Islam. Amin.
139
Hasil penelitian, meskipun penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menghasilkan yang terbaik, namun harus diakui, bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik itu menyangkut data maupun
ketajaman analisis. Maka agar pembahasa terhadap tema penelitian ini
menjadi lebih mendalam, sumbangan saran dari pihak-pihak yang
berkompeten sangat kami harapkan. Terima kasih.
140
DAFTAR PUSTAKA
Abrar Nadya, Ana. 1995. Panduan Buat Pers Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin ,Ahmad.1995. Etika , Bandung: Bulan Bintang Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta.
As-Suyuti, Jalaluddin Imam. 1993. Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qur'an, Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Assegaf, H.Dja'far .1983. Jurnalistik Masa Kini ,Pengantar Kepraktek Wartawan ,Jakarta :Ghalia Indonesia.
Azwar, saifuddin .1998. Motodologi Penelitian ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bruinessen, Van Marten. 1994. NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, Yogyakarta: LKiS .
Damam, Rozikin. 2001. Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittah, Yogyakarta: Gema Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: Balai Pustaka.
Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur'an Terjemahan, Jakarta: Toha Putra.
Dharma, S. Satya, dkk. 2003. Mal Praktek Pers Indonesia, Jakarta: Awam Indonesia.
Djuroto, Totok. 2003. Teknis Mencari dan Menulis Berita, Semarang: Dahara Prize.
Effendi ,Onong Uchana .2001. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek ,Bandung: Remaja Rosdakarya.
.2004. Dinamika Komunikasi ,Bandung : Rosdakarya.
Eka Ardhana, Sutirman .1995. Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Eriyanto . 2002. Analisis Framing,Yogyakarta:LKiS.
Fatkhurin, zen. 2004. NU Politik : Analisis Wacana Media, Yogyakarta: LKIS.
Fisher, B.Aubrey .1986. Teori-Teori Komunikasi , Bandung : Remaja Rosdakarya.
Gunadi, Ys. 1998. Himpunan Istilah Komunikasi Lengkap dengan Lampiran, Jakarta: Gramedia.
141
Hidayat N, Dedy. Sebuah Pengantar dalam Agus Sudibyo, 2001. Politik Media dalam Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS.
M.Romly, Asep Syamsul .2003. Jurnalistik Dakwah,Visi Misi Dakwah Bil qalam , Bandung: Remaja Rosdakarya.
Massoesiswo,dkk .2002. Moderator masyarakat Jawa Tengah (Buku Pintar Wartawan Suara Merdeka), Semarang :Redaksi Suara Merdeka.
Moleong, Lexi, Dr. MA, 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Surasin.
Nugroho, Bimo. 1999. Politik Media Mengemas Berita, Jakarta: ISAI.
Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
.2003.Komunikasi Massa ,Yogyakarta : Pustaka pelajar. .
Purnama , Hikmah Kusumaningrat .2005. Jurnalistik Teori dan Praktek , Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rahmadi F. 1990. Perbandingan Sistim Pers , Jakarta : Gramedia.
Rahmad ,Jalalaluddin.2000. Psikologi Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sadono, Bambang SY. 1996. Profil Pers Indonesia, Semarang: Pamda Grafika.
Sekretariat Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. 2004. Hasil-Hasil Muktamar XXXI Nahdlatul Ulama, Jakarta : Sekretariat Jendral NU Jakarta.
Siregar Efendi, Amir. 2004. Sebuah Kata Pengantar Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta: UUI Press.
Siregar, AShadi .1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Mediadia Massa, Yogyakarta : Kanisius.
Sobur,Alex .2002. Analisis Teks Media , Bandung :Rosdakarya.
Sumadiria, As Haris .2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita, dan Feature, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Suara Merdeka, 2004, 24 Nopember.
, 25 Nopember.
, 26 Nopember.
142
, 27 Nopember.
_____________ , 28 Nopember.
,30 Nopember
,01 Desember.
,02 Desember.
, 04 Desember.
,5 Desember.
,06 Desember.
,07 Desember.
,08 Desember.
,10 Desember.
,5 Desember.
,16 Desember.
,18 Desember.
Sumadi, Suryasubrata Ph.D, MA. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyudi, JB.1991. Komunikasi Jurnalistik , Bandung : Alumni.
Zen, Fathurin. 2004. NU Politik:Analisis Wacana Media, Bandung: Remaja Rosdakarya.
143