Post on 15-Apr-2017
MAKALAH AGAMA (AL-QURAN)
“POSISI NIAT DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI”
ADITYA WARSITO (11451105929)
HESTI JUMAIDHA RAHMI (11451201929)
ILHAM RAHMADHANI (11451101967)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU2014/2015
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai bagaimana posisi niat seseorang dalam pengembangan
teknologi yang saat ini semakin maju.
Makalah ini dibuat dengan melihat dan membaca beberapa sumber dan
beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu penulis selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang para pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun dan saling berbagi ilmu.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian dan bisa membedakan mana ajaran yang baik dan mana yang tidak.
Pekanbaru, 9 November 2015
Penulis
2
DAFTAR ISIKata Pengantar.....................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan.............................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
2.1 Pengembangan Teknologi Menurut Ajaran Islam...............................................5
2.2 Posisi Niat dalam Mengembangkan Teknologi...................................................5
2.2.1 Mengharap Ridho Allah...............................................................................7
2.2.2 Niat Karena Dunia.....................................................................................10
BAB 3................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi pada masa ini dapat dikatakan sangat maju,
melihat banyaknya penemuan yang ditemukan oleh para peneliti yang semakin
memudahkan pekerjaan manusia. Hal ini tentu tidak lepas dari kuasa Allah azza
wa jalla karena Dia-lah yang telah menciptakan seisi alam semesta beserta isinya.
Sepandai apapun kita, jika Allah tidak meridhai pekerjaan kita, tentunya kita tidak
ada apa-apanya.
Dalam pembahasan yang akan penulis terangkan dalam makalah ini, ketika
kita mengembangkan serta membuat suatu penemuan teknologi, hendaknya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan terutama bagaimana posisi niat kita dalam
pengembangan teknologi itu sendiri. Kemudian pembahasan ini kami buat sebagai
bentuk dari tugas mata kuliah Agama 3 (Al- Quran) dalam tugas kelompok yang
disajikan dalam bentuk makalah.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana posisi niat yang benar dalam pengembangan teknologi ?
b) Apa saja ayat yang menjelaskan tentang niat tersebut ?
1.3 Tujuan Pembahasan
a) Mengetahui tentang posisi niat dalam pengembangan teknologi
b) Menjelaskan ayat-ayat yang menjelaskan posisi niat
4
BAB IIISI
2.1 Pengembangan Teknologi Menurut Ajaran Islam
Teknologi pada masa ini bukan merupakan sesuatu yang asing lagi di dunia.
Banyak penemuan di bidang teknologi yang di temukan oleh para peneliti dan
semakin mempermudah pekerjaan manusia dan memajukan peradaban manusia.
Teknologi bertopang pada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar pada
proses teknik tertentu. Apapun yang ditemukan para peneliti, dan apapun sarana
serta prasarana yang digunakan oleh peneliti tersebut, semuanya ada yang
memiliki jauh sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan, yaitu Allah subhanahu
wa ta’ala.
Perlu disadari oleh para pencari ilmu, bahwa mengembangkan suatu
teknologi tidak hanya untuk kebermanfaatan dunia saja, namun juga harus
menyadari bahwa semua yang terjadi semata-mata adalah kuasa Allah subhanahu
wa ta’ala. Dengan pengembangan teknologi tersebut, hendakya kita bisa lebih
mengenal serta mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala atas apa yg telah
diberikan kepada kita. Diharapkan juga dalam hal ini, bisa tumbuh rasa syukur
yang luar biasa atas nikmat-Nya sehingga meningkatkan pengabdian kepada Allah
subhanahu wa ta’ala.
Namun perlu diingat bahwa kita tidak hidup semata-mata hanya untuk dunia
saja, karena hidup di dunia singkat dan tidak sebanding dengan kehidupan di
akhirat. Maka dari itu penting dari diri kita sendiri untuk memposisikan diri
sehingga kita tidak terlena oleh gemelapnya dunia yang apabila kita turuti tentu
tidak akan ada habisnya. Di pembahasan berikutnya akan di bahas mengenai
posisi niat dalam pengembangan teknologi.
5
2.2 Posisi Niat dalam Mengembangkan Teknologi
Dalam mengembangkan teknologi pada zaman ini, hal utama yang harus
diluruskan adalah bagaimana niat kita atas pengembangan teknologi tersebut agar
kebermanfaatannya tidak hanya untuk dunia tapi juga untuk akhirat. Apapun ilmu
nya dan apapun penemuannya hal itu tidak akan lepas dari kekuasaan Allah.
Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia tidak ada yang terlewat oleh Allah
subhanahu wa ta’ala, bahkan niat yang terselip di dalm hati kita. Seperti contoh
yaitu ketika kita mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang dapat memberi
manfaat kepada orang banyak. Hal yang sering terjadi tanpa kita sadari pada
keadaan seperti itu yaitu sulitnya kita menghindari berbagai macam penyakit hati
yang akan mengurangi berkah dari amalan pekerjaan kita tersebut, seperti yang
telah Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam Surat Al-Bayyinah ayat 5, yaitu :
Artinya : “Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus (benar).” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)
Ikhlas dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika dicermati
secara mendalam sesungguhnya menjadi keharusan bagi kita. Karena Allah yang
maha kuasa menciptakan segala sesuatu, begitu juga yang menciptakan kita.
Sehebat apapun kita, pastinya mempunyai segala keterbatasan karena manusia
adalah makhluk yang lemah yang hatinya mudah sekali terpengaruh oleh sesuatu
yang ada di sekitarnya. Pada ayat diatas dijelaskan bahwa kita tidak dibebani
tugas kecuali agar ibadah kita hanya ditujukan untuk menjalankan serta taat
kepada agama, agar jauh dari kebatilan dan agar kita sealu melaksanakan salat dan
menunaikan zakat yaitu memberi zakat kepada orang yang membutuhkan, karena
6
itulah agama yang lurus.Seseorang yang melaksanakan ibadah secara ikhlas
berarti juga telah menjalankan ajaran agama yang hanif (lurus). Kalimatة� م� ي� م� ل� ٱ(yang lurus) disini maksudnya adalah jauh dari kesyirikan dan juga jauh dari
kesesatan.
Pada kelanjutan ayat 5 Surah al-Bayyinah Allah subahanahu wa ta’ala
menjelaskan tentang dua macam ibadah yang sangat penting untuk kita tunaikan,
yaitu salat dan zakat. Salat merupakan ibadah yang paling utama dan menjadi
sarana dalam berhubungan secara langsung kepada Allah (hablumminallah).
Dengan menunaikan salat berarti kita mengkhususkan diri untuk mengingat Allah
dan membuktikan ketundukan kepada-Nya. Bahkan apabila kita menjadi orang
nomor satu di dunia yang mengetahui banyak ilmu, hal itu harus diseimbangkan
dengan ibadah kita apalagi ibadah wajib seperti shalat. Karena sejatinya yang
akan kita bawa ketika mati nanti tidaklah hanya ilmu pengetahuan dunia semata,
melainkan ilmu mengenai akhirat kelak, karena dunia adalah hal fana dan bersifat
sementara sedangkan akhirat adalah kehidupan sejati kita. Ibadah kedua yang
disebutkan adalah zakat. Zakat merupakan ibadah sebagai sarana mengukuhkan
hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Zakat dilakukan dengan
mengeluarkan sebagian dari harta benda untuk membantu fakir miskin dan
menegakkan agama. Ibadah salat dan zakat harus selalu kita pelihara untuk
menegakkan agama Islam agar tetap kukuh.
2.2.1 Mengharap Ridho Allah
Walaupun dalam pengembangan teknologi penggunaannya kebanyakan
dalam hal dunia, hal ini lantas tidak menjadi jaminan bahwa pekerjaan kita
tersebut hanya untuk dunia juga, karena Allah melihat niat di hati kita. Kita bisa
saja mendapatkan pahala atas kebaikan yang telah kita lakukan dengan
memanfaatkan ilmu serta nikmat yang telah Allah berikan untuk kita. Hal ini juga
telah diterangkan dalam QS. Al-Qasas ayat 77 yang berbunyi :
7
خرة اآل� الدار ه الل آتاك فيما �تغ نصيبك ������� واب تنس وال
�يا الدن �ك ������� من إلي ه الل أح�سن كما �غ ������� وأح�سن تب وال
ض ر� األ� في �فساد �مف�سدين ������� ال ال يحب ال ه الل [إن
:٢٨ ٧٧[
Artinya : "Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugrahkan allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebgaimana allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, sungguh allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan"
(QS. Al-Qasas : 77)
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan empat macam
nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Qarun oleh kaumnya, namun begitu
nasihat dan petunjuk tersebut harus diamalkan pula oleh kita sebagai pengikut
Rasulullah salallahu alaihi wassallam karena Al-Quran adalah petunjuk yang
sempurna untuk ummat beliau salallahu alaihi wassallam. Allah menganugrahkan
banyak nikmat kepada kita, dan menyuruh kita mencari pahala dengan nikmat
tersebut. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah-limpah,
perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak,
hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di
dunia dan di akhirat. Mempunyai kemampuan untuk mengambangkan serta
memajukan teknologi juga merupakan nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita. Dengan mempergunakan nikmat kemampuan tersebut sebaik-baiknya, kita
dapat membantu serta memudahkan pekerjaan orang lain. Dengan keikhlasan
dalam hati ketika berbuat baik kepada saudara kita, Allah pasti akan memberikan
balasan yang setimpal untuk kita seperti pahala dan nikmat yang lebih, jika kita
benar-benar melakukan pekerjaan itu untuk mencari ridha allah, tanpa berharap
pujian serta jabatan dari manusia saja. Allah melihat hati kita, hendaklah
8
keikhlasan tersebut tidak hanya di luar saja namun juga ikhlas dan tulus dari
dalam hati.
Dalam ayat diatas Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, “... tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia...”. Artinya Allah swt juga
menciptakan kesenangan dunia untuk dinikmati manusia. Juga memberi tahu
mereka bahwa dalam bumi allah swt terkandung berbagai macam rezeki yang
harus dicari, diolah, dan dinikmati, agar kehidupan senantiasa tumbuh dan
berkembang. Namun, mereka tetap tidak boleh melupakan kehidupan akhirat.
Menikmati kesenangan dalam kehidupan saat ini sebenarnya adalah bentuk rasa
syukur atas nikmat-Nya dan memanfaatkan pemberian-nya, sebab itu adalah salah
satu bentuk ketaatan yang disenangi Allah, tentunya dengan kadar yang tidak
berlebihan karena Allah juga tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan yang
justru akan memicu timbulnya kerusakan. Dalam ayat ini kita juga diperintahkan
untuk berbuat baik kepada orang lainsebagaimana Allah berbuat baik kepadanya,
seperti dengan melakukan atau membuat sesuatu yang bisa digunakan oleh orang
lain dengan memanfaatkan nikmat ilmu pengetahuan yang Allah berikan.
Bukannya malah merugikan orang lain dan bisa membuat kerusakan di muka
bumi. Kerusakan tersebut bukan hanya kekacauan dalam bentuk material,
melainkan juga bisa melalui aqidah yang rusak yang terpengaruh oleh banyak
sebab. Allah tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan
memberikan ridha dan rahmat-Nya.
Maka dari itu perlu ditanamkan aqidah yang kuat pada setiap muslim untuk
melakukan segala sesuatu yang berhugungan dengan kebaikan sesuai syariat islam
serta ikhlas karena mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala agar segala nikmat
yang kita terima tidak hanya memberikan kesenangan dunia namun juga
menghasilkan pahala untuk akhirat kelak. Kita sungguh tidak diperintahkan untuk
berbuat maksiat apalagi menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi,
ibadah yang kita kerjakan masih belum sempurna jika tidak dilakukan dengan
ikhlas. Dari sini dapat dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari
kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya. Di antara kualitas ibadah
yang paling utama adalah keikhlasan untuk mencari ridha Allah subhanahu wa
9
ta’ala. Sebagai contoh, seseorang yang ingin membantu orang lain dengan ilmu
pengetahuannya yang lebih tinggi dari dari orang biasa, jika sekedar mengharap
mendapat sanjungan dari orang lain serta jabatan di dunia, di hadapan Allah
subhanahu wa ta’ala tidaklah bernilai. Ia tidak berhak untuk mendapatkan balasan
atas kebaikan dari Allah. Padahal dalam kehidupan ini tidak hanya dunia yang
harus dipikirkan melainkan juga akhirat, seperti yang telah dijelaskan dalam QS.
An Nisa ayat 134 yang berbunyi :
�يا الدن ثواب ه الل فعند �يا الدن ثواب يريد كان من
خرة بصيرا واآل� سميعا ه الل ٤:[وكان ١٣٤[
Artinya : "Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia, maka ketahuilah
bahwa di sisi allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan allah maha mendengar,
maha melihat.”
(QS. An-Nisa : 134)
Ayat ini menerangkan bagi orang-orang yang hatinya serakah pada
kesenangan-kesenangan duniawi semata. Padahal kemurahan Allah subhanahu wa
ta’ala jauh lebih mulia. Dia memiliki pahala di dunia dan di akhirat. Karena itu
apabila meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang lainnya maka hanya
akan mendatangkan kerugian bagi manusia. Janganlah seorang hamba Allah puas
hanya dengan kenikmatan dunia saja sehingga menyerahkan perasaan cinta
terhadapnya. Karena dunia yang dia prioritaskan hanya bersifat sementara,
sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Sedangkan Allah maha
mendengar dan maha melihat atas apa yang dilakukan setiap hambanya di dunia.
2.2.2 Niat Karena Dunia
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan nikmat kepada seorang hamba-Nya yang
dikehendaki karena sejatinya manusia tidak akan bisa untuk menghidupi
kehidupannya sendiri. Allah menjadikan dua ladang berbeda yang disuguhkan ke
hadapan manusia untuk dipilih,karena manusia sendiri lah yang diberi kebebasan
untuk menjatuhkan pilihannya. Seperti ayat dibawah ini yang berbunyi :
10
Artinya : "Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami
tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan
di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bagian pun di akhirat” (QS. As-Syuaro : 20)
Kepada orang yang menjatuhkan pilihannya untuk menhendaki keuntungan
dari akhirat yaitu berupa tempat yang mulia di sisi-Nya, maka tidak hanya berupa
suburnya kebun akhirat yang ia dapat, melainkan Allah akan menambah
nikmatnya berupa keuntungan duniawi. Tapi barangsiapa yang hanya
menghendaki keuntungan duniawi semata, maka Allah hanya akan memberikan
sebagian dari keuntungan dunia yang sudah ditetaptak, tidak akan ditambah, dan
mempunyai batas waktu yang hanya sementara. Dan tidak lah mereka akan
mendapatkan keuntungan akhirat sedikitpun karena mereka tidak ingin berusaha
untuk mendapatkannya.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan
riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti
shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal-amal
lainnya yang tampak di mata manusia atau pada amalan yang memberikan
manfaat bagi orang lain (semisal berdakwah, membantu orang lain dan lain
sebagainya). Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam ini sangatlah berat, amal
yang tidak ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan
kemurkaan dan hukuman dari Allah.”
11
12
BAB 3KESIMPULAN
Teknologi pada masa ini bukan merupakan sesuatu yang asing lagi di dunia.
Banyak penemuan di bidang teknologi yang di temukan oleh para peneliti dan
semakin mempermudah pekerjaan manusia dan memajukan peradaban manusia.
Teknologi bertopang pada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar pada
proses teknik tertentu. Apapun yang ditemukan para peneliti, dan apapun sarana
serta prasarana yang digunakan oleh peneliti tersebut, semuanya ada yang
memiliki jauh sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan, yaitu Allah subhanahu
wa ta’ala. Ikhlas dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika
dicermati secara mendalam sesungguhnya menjadi keharusan bagi kita. Karena
Allah yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, begitu juga yang
menciptakan kita. Sehebat apapun kita, pastinya mempunyai segala keterbatasan
karena manusia adalah makhluk yang lemah yang hatinya mudah sekali
terpengaruh oleh sesuatu yang ada di sekitarnya.
Dengan keikhlasan dalam hati ketika berbuat baik kepada saudara kita,
Allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal untuk kita seperti pahala dan
nikmat yang lebih, jika kita benar-benar melakukan pekerjaan itu untuk mencari
ridha allah, tanpa berharap pujian serta jabatan dari manusia saja. Allah melihat
hati kita, hendaklah keikhlasan tersebut tidak hanya di luar saja namun juga ikhlas
dan tulus dari dalam hati.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan
riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti
shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal-amal
lainnya yang tampak di mata manusia atau pada amalan yang memberikan
manfaat bagi orang lain (semisal berdakwah, membantu orang lain dan lain
sebagainya). Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam ini sangatlah berat, amal
yang tidak ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan
kemurkaan dan hukuman dari Allah.”
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Ad-dahduh, Salman Nashif.2002.Bebas Dari Jerat Dunia.Pustaka Hidayah : Bandung
15