Post on 27-Feb-2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang (Notoatmodjo, 2003). Pembuangan sampah akhir merupakan
suatu upaya yang tidak mungkin dicarikan alternatifnya, kecuali harus dimusnahkan
atau dimanfaatkan (Chandra, 2007).
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Notoatmodjo, 2007). Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan
dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human
waste tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas
tidak termasuk di dalamnya).
2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah
2.1.1.1. Jenis Sampah
Sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni: sampah padat, sampah cair, dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi berbagai jenis,
yakni:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya : logam/ besi, pecahan gelas dan plastik.
b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan dan buah-buahan.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah dibakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik dan kain
bekas.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/
logam bekas, pecahan gelas, dan kaca (Notoatmodjo, 2007).
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
a. Mudah membusuk, misalnya: sisa makanan dan potongan daging.
b. Sulit membusuk, misalnya: plastik, karet dan kaleng (Chandra, 2007).
2.1.1.2. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah dapat dibagi menjadi:
1. Garbage
Merupakan jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau sayur-
sayuran yang berasal dari proses pengolahan, persiapan, pembuatan, dan
penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari bahan yang mudah
membusuk, lembab dan mengandung sejumlah air.
2. Rubbish
Merupakan sampah yang mudah atau susah terbakar, berasal dari rumah tangga,
pusat perdagangan, dan kantor, yang tidak termasuk kategori garbage.
Universitas Sumatera Utara
3. Ashes (abu)
Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di
kantor, maupun industri.
4. Street Sweeping (sampah jalanan)
Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran,
daun-daunan, dll.
5. Dead Animal (bangkai binatang)
Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau
kecelakaan.
6. Household refuse (sampah pemukiman)
Yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal
dari daerah perumahan.
7. Abandoned vehicles (bangkai kendaraaan)
Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk kereta api, satelit,
kapal laut dan alat transportasi lainnya.
8. Sampah Industri
Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi,
tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.
9. Demolotion wastes (sampah hasil penghancuran gedung/ bangunan)
Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/ bangunan.
10. Construction wastes (sampah dari daerah pembangunan)
Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan
pembaharuan gedung.
Universitas Sumatera Utara
11. Sewage solid
Terdiri dari benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu
masuk suatu pusat pengolahan air buangan.
12. Sampah khusus
Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya,
misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif, dan zat yang toksis (Mukono,
2006).
2.1.2. Sumber-sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber
berikut:
1. Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa
atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa
proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),
sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat hiburan dan
umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan, kompleks militer,
gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain.
Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat dan ringan
Termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri
logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya,
baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa
bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,
ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang
telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga
tanaman (Chandra, 2007).
2.1.3. Pengelolaan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, yaitu:
1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber
Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya)
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah.
Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang
terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan
Universitas Sumatera Utara
sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut
ini:
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke
dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk
menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak
pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, di antaranya:
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi
kenderaan pengangkut sampah.
2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan
binatang lain masuk ke dalam dipo.
4. Ada kran air untuk membersihkan.
5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.
6. Mudah dijangkau masyarakat.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode:
a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah.
b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar
(Chandra, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Pengangkutan
Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh
Dinas Kebersihan Kota (Chandra, 2007).
3. Tahap Pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain:
a. Sanitary landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Sampah dibuang
pada tanah yang rendah, kemudian menimbun lagi dengan tanah yang
dilakukan selapis demi selapis paling sedikit 60 cm, untuk mencegah
pengorekan oleh anjing, tikus dan binatang-binatang lainnya (Entjang, 2000).
Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill
yang baik harus memenuhi persyaratan: tersedia tempat yang luas, tersedia
tanah untuk menimbunnya, dan tersedia alat-alat besar.
Ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary
landfill ini, yaitu :
1. Metode galian parit (trench metod)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian
digunakan untuk menutup galian tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah
penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah salah satu parit terisi
penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
Universitas Sumatera Utara
2. Metode area
Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau
pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh
dari tempat tersebut.
3. Metode Ramp
Metode Ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas.
Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari
dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga,
tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.
b. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara terkendali melalui pembakaran suhu
tinggi. Keuntungan metode ini adalah bahwa pembakaran dapat dilakukan pada
semua jenis sampah kecuali batu atau logam dan pelaksanaannya tidak
dipengaruhi iklim. Manfaat sistem ini, antara lain:
Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya
Tidak memerlukan ruang yang luas
Panas yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai sumber uap
Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
Peralatan yang dipergunakan dalam insenerasi, antara lain :
1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat pembuangan sampah yang berasal dari
kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul
ditumpuk dan diaduk.
2. Furnance
Furnance atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan
jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk
memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian
tungku tidak terlalu penuh.
3. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih
panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada
tungku pertama.
4. Chimney atau stalk
Chimney atau stulk adalah cerobong asap untuk megalirkan asap keluar dan
mengalirkan udara ke dalam.
5. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu
yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Proses dekomposisi yang
sifatnya anaerobik berlangsung dengan sangat lambat dan menghasilkan bau,
tetapi dekomposisi aerobik berlangsung relatif lebih cepat dan kurang
menimbulkan bau. Ada beberapa metode pembuatan kompos, antara lain:
1. Secara alami
Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik secara
tradisional (anaerobik) maupun secara sederhana (aerobik). Metode
tradisional, bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan
meletakkan tumpukan sampah dalam lubang tanpa udara di tanah dan
dibiarkan beberapa saat. Metode ini memerlukan waktu yang lama selain
dapat menimbulkan bau akibat pembentukan gas H2S dan NH3. Pembuatan
kompos dengan metode sederhana dilakukan dengan cara mengaduk atau
membolak-balikkan sampah atau dengan menambahkan nutrien yang berupa
lumpur atau kotoran binatang ke dalam sampah.
2. Mekanis
Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk menghasilkan
kompos dalam waktu yang singkat. Sampah organik yang telah dipisahkan
dari sampah anorganik (karet, plastic, logam) dipotong kecil-kecil dengan
alat pemotong. Potongan sampah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
digester stabilisator agar terjadi dekomposisi. Dalam digester ini perlu
dilakukan pengaturan suhu, udara, dan pengadukan sampah. Setelah 3-5
hari, kompos sudah dapat dihasilkan dan ke dalamnya dapat pula
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman (mis., karbon,
nitrogen, fosfor, sulfur dan sebagainya).
d. Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis., babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah perlu diolah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk
mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah
memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h. Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah pedesaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau
daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain,
plastik, gelas, kaleng besi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
j. Reduction
metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis
garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk
menghasilkan lemak.
k. Salvagimg
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas,.
Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra,
2007).
2.1.4. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
2.1.4.1. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut:
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3. Sampah dapat diberikan utnuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengolahan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk
sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak
serangga atau binatang pengerat.
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
Universitas Sumatera Utara
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu
negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
2.1.4.2. Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut:
a. Pengaruh terhadap kesehatan
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat atau tikus.
2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor
penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng atau pun ban bekas
yang berisi air hujan.
3. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan,
misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya.
4. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap lingkungan
1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
kebakaran yang lebih luas.
4. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan
aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.
5. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan
banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur
dangkal.
6. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti
jalan, jembatan, dan saluran air.
c. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya
masyarakat setempat.
2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
3. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan atara penduduk setempat dan pihak
pengelola.
4. Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga
produktivitas masyarakat menurun.
5. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar
sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
6. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan
yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
7. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan
tidak memiliki nilai ekonomis.
8. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).
2.2. Pengertian Kulit
2.2.1. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan
tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada
muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada
kepala. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
epidermis atau kutikel, dermis atau korium dan subkutis atau hipodermis (Djuanda,
2007).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel terdiri atas : stratum korneum atau lapisan tanduk,
stratum lusidum, stratum granulosum atau lapisan keratohialin, stratum spinosum
atau lapisan malphigi dan stratum basale.
2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis.
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak di dalamnya (Djuanda, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting selain fungsi
utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain, yaitu :
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas dan gangguan infeksi luar
terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pula yang larut lemak.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh.
4. Indera Perasa
Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam
kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri, perabaan, panas,
dan dingin (Harahap, 2000).
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) adalah peran kulit untuk
mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah
kulit (Hetharia, 2009).
Universitas Sumatera Utara
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.
7. Fungsi keratinisasi
Proses keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan melalui
proses degradasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung normal selama 14 – 21
hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut,
sehingga vitamin D sistemik masih tetap diperlukan (Djuanda, 2007).
2.2.3. Penyakit Kulit
Kulit berfungsi untuk melawan berbagai jenis organisme pengganggu yang
berada di lingkungan. Beberapa organisme berasal dari manusia, hewan, atau
mungkin dari tanah dan tumbuhan. Jika organisme pengganggu tersebut sampai
kepada manusia baik melalui kontak langsung dengan kulit atau dengan droplet yang
menyentuh kulit, atau bersentuhan dengan pakaian yang sudah terkontaminasi, kursi
atau tempat tidur. Kadang-kadang, organisme pengganggu masuk ke dalam tubuh
melalui cara yang berbeda seperti melalui pernapasan atau saluran pencernaan dan
dapat mencapai kulit melalui darah. Kadang-kadang, organisme pengganggu
mungkin ada dalam beberapa jaringan lain dari tubuh dan mencapai kulit baik melalui
aliran darah atau oleh penyebaran dengan jaringan yang berdekatan (Pasricha, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Tubuh memiliki potensi yang sangat besar sebagai pelindung dari organisme
pengganggu, namun dalam keadaan tertentu, jika jumlahnya terlalu banyak atau
ketika mekanisme pertahanan tubuh rusak akibat kelainan genetik, kekurangan gizi,
penyakit seperti diabetes, atau dalam masa perawatan oleh obat-obatan, perlindungan
terhadap organisme pengganggu dapat menimbulkan penyakit (Pasricha, 2002).
2.2.4. Penyebab Penyakit Kulit
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh organisme yang ada di lingkungan yang
beberapa organisme berasal dari manusia, hewan, atau makhluk hidup lain. Beberapa
penyebab penyakit kulit adalah:
1. Bakteri
Infeksi kulit oleh bakteri merupakan bentuk utama penyakit kulit. Untungnya,
infeksi ini cenderung tetap relatif dangkal dan tidak menjadi ancaman seperti
infeksi sistemik yang lebih serius. Namun, tanda-tanda dan gejala sistemik dapat
berkembang dan dalam situasi tertentu bahkan dapat mengancam jiwa (Soter,
1984).
Jenis-jenis penyakit kulit yang diakibatkan oleh bakteri, yaitu:
a. Impetigo (korengan)
Impetigo adalah suatu infeksi superfisial yang menular dan sering terjadi pada
anak-anak. Impetigo disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
kadang-kadang oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Lesi yang terjadi berawal
dari pustula (lepuhan kecil berisi nanah), lesi baru akan timbul dalam beberapa
jam. Lesi ini sering terjadi pada kulit wajah namun tidak menutup
kemungkinan menyebar ke daerah lain (Sauer, 1985).
Universitas Sumatera Utara
b. Selulitis
Sebuah bentuk akibat dari infeksi bakteri streptokokus adalah selulitis. Selulitis
sering ditemukan pada tungkai kaki. Infeksi ini terjadi oleh karena adanya
kerusakan pada kulit sehingga bakteri bisa masuk dan berkembang biak.
Selulitis menyebabkan kemerahan danperadangan yang terlokalisasi. kulit
tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri.
c. Eritrasma
Eritrasma disebabkan oleh organisme Gram positif, Corynebacterium
minutissium. Tempat yang paling sering diserang oleh bakteri ini adalah sela-
sela jari kaki, aksila, lipat paha dan daerah bawah payudara. Infeksi
menyebabkan terbentuknya bercak-bercak pink dengan bentuk yang tidak
beraturan, yang kemudian akan berubah menjadi sisik-sisik halus berwarna
coklat. Biasanya timbul rasa gatal yang sifatnya ringan (Brown, 2005).
d. Boils (Bisul)
Boils atau furuncle atau bisul adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutan di sekitarnya, penyebabnya adalah bakteri
stapilokokus dan bakteri lainnya. Seing ditemukan di daerah leher, payudara,
wajah dan bokong. Infeksi ini berawal dari benjolan keras berwarna merah
yang mengandung nanah, lalu berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau
kuning (pustula). Kulit di sekitarnya tampak merah atau meradang (Zulkoni,
2010).
Universitas Sumatera Utara
e. Carbuncle (Borok)
Carbuncle atau karbunkel atau sering disebut borok merupakan sekumpulan
bisul yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan
jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri stapilokokus. Lebih banyak terjadi
pada pria dan paling banyak ditemukan di leher bagian belakang. Infeksi ini
menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa ditularkan ke orang
lain.
2. Infeksi Virus
Penyakit kulit oleh infeksi virus merupakan hal yang sudah biasa ditemukan.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus adalah:
a. Kutil
Kutil merupakan neoplasma jinak epidermis yang disebabkan oleh virus dari
kelompok human papillomavirus (HPV). Pada kutil biasa, berupa tonjolan
seperti kembang kol yang terutama sering terdapat pada tangan. Kutil ini bisa
menyebar, berkelompok atau timbul di sekitar kuku. Pada Kutil telapak kaki
(plantar wart), menyebar di seluruh telapak kaki. Penampakan yang khas
berupa daerah-daerah kecil penebalan kulit yang ketika mengelupas akan
menampakkan bintik-bintik hitam dan sering menimbulkan nyeri. Padakutil
datar (plane wart), bentuknya kecil, rata pada bagian atas, kemerahan, dan
biasanya terdapat pada punggung tangan dan wajah (Brown, 2005).
b. Moluskum kontagiosum
Lesi-lesi ini disebabkan oleh poxvirus. Penampakan yang khas adalah seperti
mutiara, papula merah muda. Lesi bisa timbul di setiap tempat di tubuh tetapi
Universitas Sumatera Utara
biasanya terdapat di daerah kepala, leher, dan badan. Sering bergerombol, dan
bisa juga terjadi reaksi eksema ringan di sekelilingnya.
c. Herpes zoster (shingles)
Infeksi yang disebabkan oleh virus varicellazoster. Herpes zoster biasanya
mengenai satu dermatom, di mana yang paling sering biasanya adalah pada
dada dan perut. Lesi berupa sederetan vesikel dengan dasar kulit yang
eritematosa. Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh.
3. Jamur
Jamur yang dapat mengakibatkan penyakit bekerja dengan sifat metaboliknya
sendiri sehingga dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada jaringan.
Beberapa jamur dapat mengatasi atau melawan mekanisme pertahanan tubuh
manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah:
a. Kadas/ Kurap/ Tinea (Ringworm)
Penyakit kadas atau kurap atau tinea (Ringworm) adalah infeksi jamur yang
disebabkan oleh beberapa jamur yang berbeda dan biasanya dikelompokkan
berdasarkan lokasinya pada tubuh, seperti :
1) Kadas/ kurap kaki
Biasanya muncul pada kaki pada saat cuaca panas/ hangat. Penyebabnya
Trochophyton atau Epidermophyton. Jamur ini bisa tumbuh di daerah yang
lembab dan hangat, di antara jari-jari kaki dan dapat menimbulkan nyeri
serta lepuhan yang berisi cairan. Jamur bisa menyebabkan kaki menjadi
retak-retak.
Universitas Sumatera Utara
2) Kadas/ kurap di selangkangan (tinea crucis)
Penyakit ini adalah infeksi jamur pada kulit di pangkal paha. Jamur ini
akan tumbuh dengan cepat pada suhu hangat, dan lingkungan lembab.
Infeksinya menyebabkan kemerahan berbentuk seperti cincin, kadang
disertai dengan lepuhan kecil di kulit. Penyakit ini lebih sering ditemukan
pada pria dibanding wanita. Gejala kadas/ kurap selangkangan adalah
berupa ruam gatal di kedua lipatan paha.
3) Kadas/ kurap di kulit kepala
Penyakit ini sangat menular, terutama pada anak-anak, disebabkan jamur
Trichophyton atau Microsporum. Penyakit ini bisa menyebabkan
terbentuknya ruam merah bersisik yang kadang terasa gatal atau
menyebabkan kerontokan rambut.
4) Kadas/ kurap pada badan (Tinea corporis)
Kurap ini disebabkan oleh jamur dermatophyte yang biasanya
menyebabkan ruam berwarna pink sampai merah yang kadang-kadang
membentuk bercak bundar dan tengahnya jernih. Kadas/ kurap badan bisa
ditemukan di setiap kulit tubuh.
b. Panu (Pityriasis versicolor)
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, namun bisa juga pada orang
dewasa. Dapat dijumpai di bagian dada atas dan meluas ke lengan atas, leher
dan perut atau tungkai atas/ bawah. Lesi awalnya berada di sekitar folikel
rambut namun bisa saja semakin meluas dan menyatu menjadi area yang lebih
luas. Panu terjadi disebabkan oleh infeksi Malassezia furfur. Keluhan
Universitas Sumatera Utara
Pityriasis versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ macula
berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan
rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat (Pasricha, 2002).
4. Parasit
Penyakit kulit oleh parasit sangat luas artiannya dan termasuk di dalamnya
penyakit kulit yang berkaitan dengan tiga kelompok: protozoa, cacing dan
artropoda. Beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh parasit adalah:
a. Skabies
Infeksi ini biasanya terjadi peningkatan prevalensi pada penduduk yang
sedang perang, kelaparan, atau sakit, ketika hygiene perorangannya tidak lagi
dianggap penting. Skabies adalah sebuah infeksi kulit yang disebabkan oleh
tungau, Acarus scabiei. Infestasinya terjadi dengan kontak kulit ke kulit atau
bisa juga menular melalui tempat duduk, pakaian dan tempat tidur bersama.
Gejala awal tidak muncul sampai si penderita mengalami hipersensitivitas
terhadap sekresi atau kotoran tungau tersebut. Ciri khas dari scabies adalah
gatal-gatal hebat dan lubang tungau pada kulit tampak sebagai garis
bergelombang. Lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air (Pasricha, 2002).
b. Pedikulosisi
Infestasi kutu dapat menyerang seluruh usia yang biasanya diakibatkan oleh
kurangnya kebersihan dan jarang menukar pakaian dan bisa menyerang
hampir setiap kulit tubuh. Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat,
penggarukan yang sering dapat mengakibatkan kulit terbuka, yang bisa
mengakibatkan infeksi bakteri.
Universitas Sumatera Utara
5. Dermatitis kontak (contact dermatitis)
Selain penyakit kulit yang telah disebutkan di atas ada juga yang disebut dengan
dermatitis kontak (contact dermatitis). Dermatitis kontak adalah peradangan yang
disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah
tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas (Sauer, 1985).
Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui dua cara, yaitu:
a. Iritasi (dermatitis kontak iritan)
Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi
kulit setelah beberapa kali digunakan. Kadang pemaparan berulang bisa
menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit.
b. Reaksi alergi (dermatitis kontak alergika)
Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan
suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan
dermatitis dalam waktu 4-24 jam. Dermatitis juga bisa terjadi akibat berbagai
bahan yang ditemukan di tempat bekerja disebut dermatitis okupasional. Bila
dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari,
maka keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis
kontak fototoksisk. Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari
kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada
pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.
2.2.5. Struktur Lesi Kulit
Kulit merupakan organ yang unik dibandingkan dengan sistem organ lain
karena dapat dengan mudah melakukan inspeksi secara langsung, pemeriksaan fisik,
Universitas Sumatera Utara
dan analisis histopatologi terhadapnya. Pengenalan dan gambaran yang akurat
terhadap lesi kulit sering diartikan dengan penyakit kulit yang tidak bersih. Deskripsi
di bawah mengenai lesi dasar akan membantu untuk mengenal berbagai gangguan
pada kulit (Soter, 1984).
1. Makula
Perubahan warna kulit berbentuk bulatan dengan permukaan rata (bercak merah).
Biasanya berbentuk bulat, oval, atau menyebar di sekitarnya. Makula merupakan
lesi yang dihasilkan dari perubahan dalam lapisan atau komponen kulit seperti
hiperpigmentasi dan kelainan vaskular. Makula dalam berbagai kondisi, seperti
panu, dapat ditemukan dengan skala yang sangat kecil.
Gambar 2.1 Makula
Universitas Sumatera Utara
2. Papula
Papula adalah tonjolan kulit yang padat dengan tidak ada cairan di dalamnya.
Papula memiliki ukuran diameter kurang dari 1 cm. Biasanya berada di lubang
saluran keringat atau folikel rambut.
Gambar 2.2 Papula
3. Nodul
Nodul adalah benjolan padat yang dapat dilihat dan diraba, berbentuk bulat atau
elips dengan ukuran yang berbeda (diameter lebih dari 1 cm), bisa berada di
epidermis atau ke dalam dermis atau jaringan subkutan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Nodul
4. Plak
Plak adalah suatu daerah yang menonjol pada permukaan kulit, berbentuk
lempengan dan bulat. Plak sering terbentuk oleh pertemuan papula, seperti pada
psoriasis. Ukuran plak biasanya berdiameter lebih kecil dari 2 cm pada plak kecil
dan lebih besar dari 2 cm pada plak besar.
5. Vesikel
Vesikel adalah benjolan yang berisi cairan yang dapat dilihat dan dindingnya
sangat tipis, berukuran kecil dengan diameter kurang dari 0,5 cm.
6. Bula
Bula adalah pengumpulan cairan yang dapat dilihat, berbentuk bulat atau tidak
beraturan. Bula adalah vesikel yang ukuran diameternya lebih dari 0,5 cm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Bula
7. Pustula
Pustula adalah timbunan pada kulit yang berisi nanah, berwarna keputihan atau
kekuningan atau bisa kemerahan jika mengandung darah dengan nanah. Bentuk
pustula mirip dengan vesikel. Pustula bisa terjadi atau berkembang dari papula
dan vesikel.
Gambar 2.5 Pustula
Universitas Sumatera Utara
8. Ulkus
Ulkus adalah sebuah lesi yang terjadi karena kerusakan pada epidermis dan
dermis. Ulkus dapat terjadi sebagai akibat dari infark jaringan tubuh, muncul pada
tumor atau benjolan yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti bakteri,
parasit dan bakteri.
9. Bilur (Weal)
Bilur atau weal adalah daerah menonjol yang merupakan hasil dari edema pada
lapisan atas dermis. Bilur berdiameter 3 – 4 mm, terasa gatal dan berwarna merah
pucat.
2.3. Kecacingan
2.3.1. Jenis Cacing
Parasit cacing termasuk golongan hewan yang memiliki banyak sel
(multiseluler) dan tubuh yang simetris bilateral. Terdapat dua golongan (filum) cacing
yang penting bagi kesehatan manusia, yaitu filum Platyhelminthes dan filum
Nemathelmintes (Soedarto, 2008).
1. Cacing pipih (Plathyhelmintes/ flatworms)
Cacing ini memiliki bentuk tubuh yang pipih seperti daun atau seperti pita, sistem
reproduksi hermafrodit (alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu tubuh
cacing), alat pencernaan yang belum sempurna (tidak berusus, atau tidak tumbuh
lengkap), serta tidak memiliki rongga tubuh (body cavity). Cacing ini terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
a. Cacing pita (Cestoda)
Pada umumnya cacing Cestoda mempunyai bentuk seperti pita, pipih ke arah
dorsoventral, dan mempunyai banyak ruas (segmen). Ukuran panjang Cestoda
sangat bervariasi, antara beberapa millimeter sampai beberapa meter.
Berdasarkan tempat hidupnya Cestoda dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
1) Cestoda Usus
Spesies yang terpenting di antaranya: Diphyllobothrium latum, Taenia
saginata, Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan
Diphylidium caninum. Hospes definitif Cestoda usus umumnya adalah
manusia dan hewan mamalia tertentu. Ukuran tubuh Cestoda yang paling
panjang dapat mencapai 25 meter (pada spesies T. saginata). Telur Cestoda
usus berbeda morfologinya menurut spesies dan telur-telur tersebut dapat
ditemukan dalam feses penderita. Cestoda usus dewasa seluruhnya hidup di
usus halus.
2) Cestoda Jaringan
Umumnya adalah golongan cacing berbentuk larva yang hidupnya di dalam
jaringan hospes dan terdiri dari beberapa spesies penting di antaranya
Echinococcus granulosus, Echinococcus multicularis, dan Multiceps
multiceps.
b. Cacing pipih (Trematoda)
Trematoda mempunyai bentuk tubuh yang tidak bersegmen, pipih mirip daun.
Ukuran panjang tubuhnya berkisar antara 1 mm dan beberapa sentimeter. Pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya bersifat hermafrodit kecuali spesies Schistosoma. Cacing dewasa
mempunyai alat isap mulut (oral sucker) yang terdapat di bagian kepala, dan
alat isap ventral (ventral sucker atau acetabulum) yang terdapat di daerah perut.
Alat pencernaan sudah dimiliki namun masih belum sempurna, karena tidak
mempunyai anus. Salah satu ciri khas lain dari cacing golongan ini adalah
adanya sistem ekskresi (flame cell), yang untuk tiap-tiap spesies khas bentuknya
(Soedarto, 2008).
Selain manusia, berbagai jenis mamalia dapat bertindak sebagai hospes definitif
cacing Trematoda. Untuk melengkapi siklus hidupnya, diperlukan hospes
perantara yaitu moluska misalnya siput dan keong, yang hidup di air tawar.
Menurut tempat hidupnya, ada 4 penggolongan Trematoda, yaitu:
1) Trematoda Darah
Golongan Trematoda darah memiliki spesies penting di antaranya
Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma
haematobium. Cacing Schistosoma adalah trematoda yang tidak
hermafrodit. Cacing jantannya yang berukuran lebih besar tetapi lebih
pendek dari pada ukuran cacing betina. Tempat hidup cacing Schistosoma di
dalam vena berbeda, sehingga telur cacing dalam pemeriksaan parasitologis
dapat ditemukan di dalam urine atau tinja penderita (Soedarto, 2008).
Penyakit schistosomiasis atau bilharziasis ditularkan melalui moluska yaitu
keong. Penularan terjadi oleh cercariae, bentuk khas yang dilepaskan ke
dalam air oleh vektornya, setelah berkembang parasit ini menembus kulit
manusia memasuki peredaran darah (Zulkoni, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2) Trematoda Hati
Trematoda hati yang penting adalah Clonorchis sinensis, Opistorchis
felineus, Opistorchis viverrini, Fasciola hepatica dan Dicrocoelium
dendriticumi. Parasit-parasit ini hidup di dalam jaringan hati, saluran
empedu, kandung empedu, atau di dalam ductus pancreaticus. Selain
manusia, berbagai jenis hewan dapat bertindak sebagai hospes definitif,
yaitu manusia maupun unggas (Clonorchis sinensis). Terdapat dua jenis
hospes perantara, yaitu siput sebagai hospes perantara pertama, dan ikan,
siput atau semut (Dicrocoelium dendriticum) (Soedarto, 2008).
3) Trematoda Usus
Trematoda ini terdiri dari Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes,
Metagonimus yokogawai dan Echinostoma. Cacing ini tinggal di dalam usus
baik di duodenum dan jejunum, usus halus maupun mukosa usus hospesnya.
Selain manusia berbagai jenis hewan seperti babi dan hewan pemakan
ikanbertindak sebagai hospes.
4) Trematoda Paru
Spesies Trematoda paru adalah Paragonimus westermani. Penyebaran
Paragonimus westermani bersifat kosmopolit pada mamalia. Hospes
defintif adalah manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu,
seperti kucing, kambing, sapi. Hospes perantara I adalah keong air tawar.
Hospes perantara II adalah ketam air tawar dan udang batu. Cacing dewasa
berada pada paru manusia dan juga pada organ lainnya (Muslim, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2. Cacing bundar (Nemathelmintes / roundworms)
Cacing ini mempunyai bentuk tubuh yang bulat panjang, silindris, filariform, tidak
bersegmen, dan bilateral simetris. Cacing ini memiliki rongga tubuh (body cavity),
dan tubuhnya tertutup oleh kutikulum. Ukuran tubuh bervariasi antara 2 mm – 1
meter. Alat pencernaannya telah lengkap, tetapi sistem saraf dan sistem
ekskresinya belum sempurna (Soedarto, 2008).
Nematoda adalah cacing yang diecious atau uniseksual, dengan jenis kelamin
cacing yang sudah terpisah antara jantan dan betina. Berdasarkan tempat hidup
cacing dewasa di dalam tubuh manusia, Nematoda dikelompokkan menjadi:
a. Nematoda Usus
Nematoda ini berada atau hidup di usus. Spesies nematode usus yang ditemukan
pada manusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris Trichiura, Oxyuris
vermicularis, Strongyloides stercolaris, Ancylostoma duodenale, Ancylostoma
braziliense, Ancylostoma caninum, Necator americanus, Toxocara canis, dan
Toxocara cati. Umumnya manusia merupakan hospes definitive. Tiap spesies
nematoda memiliki morfologi yang berbeda-beda. Cacing betina ukurannya
lebih besar daripada jantan (Muslim, 2009)
Tiap larva spesies berada dalam sirkulasi darah kecuali Trichuris trichiura.
Gejala klinis dipengaruhi oleh tingkat infeksi (jumlah cacing), jenis parasit,
stadium parasit, lokalisasi parasit, dan lamanya kasus infeksi. Diagnosis
penyakit ditegakkan dengan menemukan telur dalam feses, bilasan duodenum,
larva dalam jaringan, uji serologis. Dalam siklus hidupnya cacing ini
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan kondisi lingkungan yang mempunyai temperatur dan kelembapan
yang sesuai.
b. Nematoda Jaringan
Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, subkutan, dan jaringan ikat dalam
pada tubuh manusia. Mikrofilaria terdapat pada darah perifer/ jaringan kulit
serta sifatnya sangat aktif. Spesies nematoda jaringan yang hidup pada manusia
adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, mansonella ozzardi, Onchocerca
volvulus, Loa load dan Dracunculus medinensis. Pada umumnya manusia
sebagai hospes definitive nematode jaringan, sedangkan hospes perantaranya
adalah nyamuk dan lalat. Larva infektif berkembang dalam tubuh vektor dan
ditularkan melalui gigitan dan tumbuh dewasa dalam hospes definitif (manusia
dan mamalia lain). Cara menetapkan diagnosis nematoda jaringan dilakukan
dengan menemukan microfilaria dala darah tepi, larva dalam jaringan, dan
cacing dewasa yang diperoleh dari bahan biopsi.
2.3.2. Penyebab Kecacingan
Cacingan (atau sering disebut kecacingan) merupakan penyakit endemik dan
kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan,
tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya
kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.
Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut, atau langsung melalui luka di
kulit (cacing tambang dan benang). Cacing yang masuk dapat berupa telur, kista atau
larvanya, yang ada di atas tanah terutama bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan
dengan sistem terbuka dan tidak memenuhi persyaratan hygienis. Saat telur cacing
Universitas Sumatera Utara
masuk ke dalam perut, maka ia akan segera menetas dan segera menggerogoti tubuh
penderita (Zulkoni, 2010).
1. Platyhelminthes
Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:
a. Taeniasis solium untuk penyakit akibat cacing pita babi. Manusia terinfeksi
dengan cara memakan daging babi mentah atau kurang matang.
b. Taeniasis saginata untuk penyakit akibat cacing pita sapi. Infeksi pada manusia
terjadi jika makan daging sapi atau kerbau yang masih mentah atau kurang
matang.
c. Infeksi Fasciolopsis buski pada manusia umumnya terjadi karena makan
tumbuhan air mentah dalam keadaan segar.
d. Schistosomasis merupakan infeksi akibat cacing pipih Schistisoma
haematobium yang menyerang darah, ditularkan oleh vektor keong dan dapat
menembus kulit.
2. Nemathelmintes
Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:
a. Oxyuris untuk penyakit akibat cacing kremi, penularan terjadi dari mulut
penderita atau terjadi karena memegang benda yang tercemar telur infektif,
seperti alas tidur, bantal dan pakaian penderita.
b. Ancylostomiasis untuk penyakit akibat cacing tambang, penularan terjadi karena
larva mampu menembus kulit manusia.
c. Ascariasis untuk penyakit akibat cacing gelang, penularan terjadi dari makanan
dan minuman yang masuk ke dalam usus.
Universitas Sumatera Utara
d. Trichuriasis untuk penyakit akibat cacing cambuk, infeksi terjadi jika tertelan
cacing yang infektif akibat renahnya hygiene sanitasi perorangan dan
lingkungan.
e. Filariasis untuk penyakit akibat cacing filarial, infeksi terjadi oleh perantaraan
vektor.
2.4. Pengertian Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit kerena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta
membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan (Aswar, 1996).
2.4.1. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan (kebersihan perorangan) adalah cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting
untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter,2005). Kebersihan diri
meliputi :
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan paling pertama memberi kesan.
Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan
kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta
kebiasaan hidup sehari – hari.
Universitas Sumatera Utara
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu
memperhatikan seperti :
1. menggunakan barang – barang keperluan sehari – hari milik sendiri
2. mandi minimal 2x sehari
3. mandi memakai sabun
4. menjaga kebersihan pakaian
5. makan yang bergizi terutama sayur dan buah
6. menjaga kebersihan lingkungan
b. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan
kesan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan
selalu menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala maka perlu diperhatikan hal
sebagai berikut :
1. memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci sekurang – kurangnya 2x
seminggu
2. mencuci rambut dengan menggunakan samphoo / bahan pencuci rambut
lainnya
3. sebaiknya menggunakan alat peralatan rambut sendiri
c. Kebersihan Gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan
gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kesehatan gigi adalah :
1. menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
Universitas Sumatera Utara
2. memakai sikat gigi sendiri
3. menghindari makanan yang merusak gigi
4. membiasakan makan buah yang menyehatkan gigi
5. memeriksa gigi secara teratur
d. Kebersihan Mata
Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam kesehatan mata adalah :
1. membaca di tempat terang
2. makan makanan yang bergizi
3. istirahat yang cukup dan teratur
4. memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti handuk dan sapu tangan)
5. memelihara kebersihan lingkungan
e. Kebersihan Telinga
Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
1. membersihkan telinga teratur
2. jangan mengorek – ngorek telinga menggunakan benda tajam
f. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas
dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari – hari. Selain indah
dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari
berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
kontaminasi dan berbagai penyakit – penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. membersihkan tangan sebelum makan
Universitas Sumatera Utara
2. memotong kuku secara teratur
3. membersihkan lingkungan
4. mencuci kaki sebelum tidur
Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :
a. kebersihan kulit
b. kebersihan rambut dan kulit kepala
c. kebersihan tangan, kaki dan kuku
2.5. Alat Pelindung Diri
Terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang terdapat
di lingkungan kerja, yaitu: pengendalian secara teknik (engineering control),
pengendalian secara administratif (administrative control) dan pemakaian alat-alat
pelindung diri (personal protective equipment).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
personal protective equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai
alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Alat pelindung diri yang efektif harus:
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
6. Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan
7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2008).
Ada berbagai macam alat pelindung diri, yaitu:
a. Alat pelindung kepala
Tujuan dari penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk mencegah:
bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda keras yang dapat menyebabkan
luka gores, potong atau tusuk; bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul
oleh benda-benda yang melayang atau meluncur di udara; bahaya panas
radiasi, api, dan percikan bahan-bahan kimia yang korosif.
b. Alat pelindung wajah/ mata
Alat pelindung mata menurut bentuknya dapat dikategorikan menjadi:
kacamata (spectacles), goggles (cup type/ box type), tameng muka (face
screen/ face shields).
c. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barier) antara sumber
bising dan telinga bagian dalam, juga melindungi telinga dari ketulian akibat
kebisingan. Secara umum, alat pelindung telinga dibedakan menjadi sumbat
telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).
d. Pemakaian masker
Pemakaian masker untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu (Daryanto,
2007)
Universitas Sumatera Utara
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan.
Dalam memilih sarung tangan perlu dipertimbangkan beberapa faktor sebagai
berikut: bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif, panas dingin,
tajam, atau kasar; daya tahan terhadap bahaya-bahaya kimia.
f. Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki atau sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk
melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan,
dan tertusuk oleh benda-benda tajam.
g. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung atau pakaian kerja dapat berbentuk Apron yang menutupi
sebagian dari tubuh, pemakainnya yaitu mulai dari dada sampai lutut dan
Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakian pelindung digunakan untuk
melindungi pemakai dari percikan bahan kimia dan cuaca kerja yang ekstrim.
h. Sabuk dan tali pengaman
Sabuk dan tali pengaman dipergunakan untuk bekerja di tempat tinggi,
misalnya pada palka kapal, sumur, atau tangki. Alat pengaman ini juga
dipergunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat, dan kontruksi bangunan
(Sarwono, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konsep
2.7. Hipotesis Penelitian
Ha = Ada hubungan hygiene perorangan dengan keluhan gangguan kulit pada
petugas pengangkut sampah.
Ho = Tidak ada hubungan hygiene perorangan dengan keluhan gangguan kulit
pada petugas pengangkut sampah.
Ha = Ada hubungan hygiene perorangan dengan kecacingan pada petugas
pengangkut sampah.
Ho = Tidak ada hubungan hygiene perorangan dengan kecacingan pada petugas
pengangkut sampah.
Ha = Ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan keluhan
gangguan kulit.
Hygiene Perorangan
Pemakaian Alat
Pelindung Diri
Keluhan
gangguan kulit
Kecacingan
Ada Keluhan
Tidak Ada
Keluhan
+ telur cacing
- telur cacing
Universitas Sumatera Utara
Ho = Tidak ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan
keluhan gangguan kulit.
Ha = Ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan kecacingan
pada petugas pengangkut sampah.
Ho = Tidak ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan
kecacingan pada petugas pengangkut sampah.
Universitas Sumatera Utara