repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 54948... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmodjo, 2003). Pembuangan sampah akhir merupakan suatu upaya yang tidak mungkin dicarikan alternatifnya, kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan (Chandra, 2007). Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah ( waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2007). Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya). 2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah 2.1.1.1. Jenis Sampah Sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni: sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi berbagai jenis, yakni: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi: Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 54948... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang (Notoatmodjo, 2003). Pembuangan sampah akhir merupakan

suatu upaya yang tidak mungkin dicarikan alternatifnya, kecuali harus dimusnahkan

atau dimanfaatkan (Chandra, 2007).

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya

(Notoatmodjo, 2007). Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan

dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau

sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan

oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human

waste tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas

tidak termasuk di dalamnya).

2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah

2.1.1.1. Jenis Sampah

Sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni: sampah padat, sampah cair, dan

sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi berbagai jenis,

yakni:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

Universitas Sumatera Utara

a. Sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya : logam/ besi, pecahan gelas dan plastik.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan dan buah-buahan.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah dibakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik dan kain

bekas.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/

logam bekas, pecahan gelas, dan kaca (Notoatmodjo, 2007).

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

a. Mudah membusuk, misalnya: sisa makanan dan potongan daging.

b. Sulit membusuk, misalnya: plastik, karet dan kaleng (Chandra, 2007).

2.1.1.2. Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah dapat dibagi menjadi:

1. Garbage

Merupakan jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau sayur-

sayuran yang berasal dari proses pengolahan, persiapan, pembuatan, dan

penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari bahan yang mudah

membusuk, lembab dan mengandung sejumlah air.

2. Rubbish

Merupakan sampah yang mudah atau susah terbakar, berasal dari rumah tangga,

pusat perdagangan, dan kantor, yang tidak termasuk kategori garbage.

Universitas Sumatera Utara

3. Ashes (abu)

Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di

kantor, maupun industri.

4. Street Sweeping (sampah jalanan)

Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran,

daun-daunan, dll.

5. Dead Animal (bangkai binatang)

Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau

kecelakaan.

6. Household refuse (sampah pemukiman)

Yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal

dari daerah perumahan.

7. Abandoned vehicles (bangkai kendaraaan)

Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk kereta api, satelit,

kapal laut dan alat transportasi lainnya.

8. Sampah Industri

Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi,

tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

9. Demolotion wastes (sampah hasil penghancuran gedung/ bangunan)

Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/ bangunan.

10. Construction wastes (sampah dari daerah pembangunan)

Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan

pembaharuan gedung.

Universitas Sumatera Utara

11. Sewage solid

Terdiri dari benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu

masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

12. Sampah khusus

Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya,

misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif, dan zat yang toksis (Mukono,

2006).

2.1.2. Sumber-sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber

berikut:

1. Pemukiman Penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa

atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa

proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering

(rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan

melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang

dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),

sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang

sampah berbahaya.

Universitas Sumatera Utara

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat hiburan dan

umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan, kompleks militer,

gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain.

Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri

logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya,

baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa

bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,

ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang

telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga

tanaman (Chandra, 2007).

2.1.3. Pengelolaan Sampah Padat

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, yaitu:

1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya)

ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah.

Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang

terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan

Universitas Sumatera Utara

sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut

ini:

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke

dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk

menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak

pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, di antaranya:

1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi

kenderaan pengangkut sampah.

2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.

3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan

binatang lain masuk ke dalam dipo.

4. Ada kran air untuk membersihkan.

5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.

6. Mudah dijangkau masyarakat.

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode:

a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah.

b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar

(Chandra, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2. Tahap Pengangkutan

Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan

sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh

Dinas Kebersihan Kota (Chandra, 2007).

3. Tahap Pemusnahan

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat

digunakan, antara lain:

a. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Sampah dibuang

pada tanah yang rendah, kemudian menimbun lagi dengan tanah yang

dilakukan selapis demi selapis paling sedikit 60 cm, untuk mencegah

pengorekan oleh anjing, tikus dan binatang-binatang lainnya (Entjang, 2000).

Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak

menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill

yang baik harus memenuhi persyaratan: tersedia tempat yang luas, tersedia

tanah untuk menimbunnya, dan tersedia alat-alat besar.

Ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary

landfill ini, yaitu :

1. Metode galian parit (trench metod)

Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian

digunakan untuk menutup galian tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah

penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah salah satu parit terisi

penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.

Universitas Sumatera Utara

2. Metode area

Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau

pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh

dari tempat tersebut.

3. Metode Ramp

Metode Ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas.

Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari

dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga,

tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.

b. Incineration

Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

dengan cara membakar sampah secara terkendali melalui pembakaran suhu

tinggi. Keuntungan metode ini adalah bahwa pembakaran dapat dilakukan pada

semua jenis sampah kecuali batu atau logam dan pelaksanaannya tidak

dipengaruhi iklim. Manfaat sistem ini, antara lain:

Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya

Tidak memerlukan ruang yang luas

Panas yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai sumber uap

Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

Peralatan yang dipergunakan dalam insenerasi, antara lain :

1. Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat pembuangan sampah yang berasal dari

kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul

ditumpuk dan diaduk.

2. Furnance

Furnance atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan

jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk

memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian

tungku tidak terlalu penuh.

3. Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih

panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada

tungku pertama.

4. Chimney atau stalk

Chimney atau stulk adalah cerobong asap untuk megalirkan asap keluar dan

mengalirkan udara ke dalam.

5. Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu

yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.

c. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat

organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Proses dekomposisi yang

sifatnya anaerobik berlangsung dengan sangat lambat dan menghasilkan bau,

tetapi dekomposisi aerobik berlangsung relatif lebih cepat dan kurang

menimbulkan bau. Ada beberapa metode pembuatan kompos, antara lain:

1. Secara alami

Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik secara

tradisional (anaerobik) maupun secara sederhana (aerobik). Metode

tradisional, bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan

meletakkan tumpukan sampah dalam lubang tanpa udara di tanah dan

dibiarkan beberapa saat. Metode ini memerlukan waktu yang lama selain

dapat menimbulkan bau akibat pembentukan gas H2S dan NH3. Pembuatan

kompos dengan metode sederhana dilakukan dengan cara mengaduk atau

membolak-balikkan sampah atau dengan menambahkan nutrien yang berupa

lumpur atau kotoran binatang ke dalam sampah.

2. Mekanis

Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk menghasilkan

kompos dalam waktu yang singkat. Sampah organik yang telah dipisahkan

dari sampah anorganik (karet, plastic, logam) dipotong kecil-kecil dengan

alat pemotong. Potongan sampah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

digester stabilisator agar terjadi dekomposisi. Dalam digester ini perlu

dilakukan pengaturan suhu, udara, dan pengadukan sampah. Setelah 3-5

hari, kompos sudah dapat dihasilkan dan ke dalamnya dapat pula

Universitas Sumatera Utara

ditambahkan zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman (mis., karbon,

nitrogen, fosfor, sulfur dan sebagainya).

d. Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis., babi). Perlu diingat

bahwa sampah basah perlu diolah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk

mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

e. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air

limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah

memang baik.

f. Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau

tempat sampah.

g. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran

pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

h. Individual inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk

terutama di daerah pedesaan.

i. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau

daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain,

plastik, gelas, kaleng besi, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

j. Reduction

metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis

garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk

menghasilkan lemak.

k. Salvagimg

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas,.

Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra,

2007).

2.1.4. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

2.1.4.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut:

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

3. Sampah dapat diberikan utnuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengolahan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk

sampah tersebut terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak

serangga atau binatang pengerat.

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

Universitas Sumatera Utara

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu

negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

2.1.4.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

bagi kesehatan, lingkungan maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, seperti berikut:

a. Pengaruh terhadap kesehatan

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat atau tikus.

2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor

penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng atau pun ban bekas

yang berisi air hujan.

3. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan,

misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya.

4. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.

b. Pengaruh terhadap lingkungan

1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas

tertentu yang menimbulkan bau busuk.

Universitas Sumatera Utara

3. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas.

4. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan

aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.

5. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan

banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur

dangkal.

6. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti

jalan, jembatan, dan saluran air.

c. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya

masyarakat setempat.

2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan

hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

3. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan atara penduduk setempat dan pihak

pengelola.

4. Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga

produktivitas masyarakat menurun.

5. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar

sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

6. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan

yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.

Universitas Sumatera Utara

7. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan

tidak memiliki nilai ekonomis.

8. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang

dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).

2.2. Pengertian Kulit

2.2.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% berat badan. Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang

elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan

tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada

muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada

kepala. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

epidermis atau kutikel, dermis atau korium dan subkutis atau hipodermis (Djuanda,

2007).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :

1. Lapisan epidermis atau kutikel terdiri atas : stratum korneum atau lapisan tanduk,

stratum lusidum, stratum granulosum atau lapisan keratohialin, stratum spinosum

atau lapisan malphigi dan stratum basale.

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada

epidermis.

3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya (Djuanda, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting selain fungsi

utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain, yaitu :

1. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas dan gangguan infeksi luar

terutama kuman/bakteri maupun jamur.

2. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan

yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu pula yang larut lemak.

3. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa

metabolisme dalam tubuh.

4. Indera Perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam

kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri, perabaan, panas,

dan dingin (Harahap, 2000).

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) adalah peran kulit untuk

mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah

kulit (Hetharia, 2009).

Universitas Sumatera Utara

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal

dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen

(melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.

7. Fungsi keratinisasi

Proses keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan melalui

proses degradasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung normal selama 14 – 21

hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut,

sehingga vitamin D sistemik masih tetap diperlukan (Djuanda, 2007).

2.2.3. Penyakit Kulit

Kulit berfungsi untuk melawan berbagai jenis organisme pengganggu yang

berada di lingkungan. Beberapa organisme berasal dari manusia, hewan, atau

mungkin dari tanah dan tumbuhan. Jika organisme pengganggu tersebut sampai

kepada manusia baik melalui kontak langsung dengan kulit atau dengan droplet yang

menyentuh kulit, atau bersentuhan dengan pakaian yang sudah terkontaminasi, kursi

atau tempat tidur. Kadang-kadang, organisme pengganggu masuk ke dalam tubuh

melalui cara yang berbeda seperti melalui pernapasan atau saluran pencernaan dan

dapat mencapai kulit melalui darah. Kadang-kadang, organisme pengganggu

mungkin ada dalam beberapa jaringan lain dari tubuh dan mencapai kulit baik melalui

aliran darah atau oleh penyebaran dengan jaringan yang berdekatan (Pasricha, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Tubuh memiliki potensi yang sangat besar sebagai pelindung dari organisme

pengganggu, namun dalam keadaan tertentu, jika jumlahnya terlalu banyak atau

ketika mekanisme pertahanan tubuh rusak akibat kelainan genetik, kekurangan gizi,

penyakit seperti diabetes, atau dalam masa perawatan oleh obat-obatan, perlindungan

terhadap organisme pengganggu dapat menimbulkan penyakit (Pasricha, 2002).

2.2.4. Penyebab Penyakit Kulit

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh organisme yang ada di lingkungan yang

beberapa organisme berasal dari manusia, hewan, atau makhluk hidup lain. Beberapa

penyebab penyakit kulit adalah:

1. Bakteri

Infeksi kulit oleh bakteri merupakan bentuk utama penyakit kulit. Untungnya,

infeksi ini cenderung tetap relatif dangkal dan tidak menjadi ancaman seperti

infeksi sistemik yang lebih serius. Namun, tanda-tanda dan gejala sistemik dapat

berkembang dan dalam situasi tertentu bahkan dapat mengancam jiwa (Soter,

1984).

Jenis-jenis penyakit kulit yang diakibatkan oleh bakteri, yaitu:

a. Impetigo (korengan)

Impetigo adalah suatu infeksi superfisial yang menular dan sering terjadi pada

anak-anak. Impetigo disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan

kadang-kadang oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Lesi yang terjadi berawal

dari pustula (lepuhan kecil berisi nanah), lesi baru akan timbul dalam beberapa

jam. Lesi ini sering terjadi pada kulit wajah namun tidak menutup

kemungkinan menyebar ke daerah lain (Sauer, 1985).

Universitas Sumatera Utara

b. Selulitis

Sebuah bentuk akibat dari infeksi bakteri streptokokus adalah selulitis. Selulitis

sering ditemukan pada tungkai kaki. Infeksi ini terjadi oleh karena adanya

kerusakan pada kulit sehingga bakteri bisa masuk dan berkembang biak.

Selulitis menyebabkan kemerahan danperadangan yang terlokalisasi. kulit

tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri.

c. Eritrasma

Eritrasma disebabkan oleh organisme Gram positif, Corynebacterium

minutissium. Tempat yang paling sering diserang oleh bakteri ini adalah sela-

sela jari kaki, aksila, lipat paha dan daerah bawah payudara. Infeksi

menyebabkan terbentuknya bercak-bercak pink dengan bentuk yang tidak

beraturan, yang kemudian akan berubah menjadi sisik-sisik halus berwarna

coklat. Biasanya timbul rasa gatal yang sifatnya ringan (Brown, 2005).

d. Boils (Bisul)

Boils atau furuncle atau bisul adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel

rambut dan jaringan subkutan di sekitarnya, penyebabnya adalah bakteri

stapilokokus dan bakteri lainnya. Seing ditemukan di daerah leher, payudara,

wajah dan bokong. Infeksi ini berawal dari benjolan keras berwarna merah

yang mengandung nanah, lalu berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau

kuning (pustula). Kulit di sekitarnya tampak merah atau meradang (Zulkoni,

2010).

Universitas Sumatera Utara

e. Carbuncle (Borok)

Carbuncle atau karbunkel atau sering disebut borok merupakan sekumpulan

bisul yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan

jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri stapilokokus. Lebih banyak terjadi

pada pria dan paling banyak ditemukan di leher bagian belakang. Infeksi ini

menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa ditularkan ke orang

lain.

2. Infeksi Virus

Penyakit kulit oleh infeksi virus merupakan hal yang sudah biasa ditemukan.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus adalah:

a. Kutil

Kutil merupakan neoplasma jinak epidermis yang disebabkan oleh virus dari

kelompok human papillomavirus (HPV). Pada kutil biasa, berupa tonjolan

seperti kembang kol yang terutama sering terdapat pada tangan. Kutil ini bisa

menyebar, berkelompok atau timbul di sekitar kuku. Pada Kutil telapak kaki

(plantar wart), menyebar di seluruh telapak kaki. Penampakan yang khas

berupa daerah-daerah kecil penebalan kulit yang ketika mengelupas akan

menampakkan bintik-bintik hitam dan sering menimbulkan nyeri. Padakutil

datar (plane wart), bentuknya kecil, rata pada bagian atas, kemerahan, dan

biasanya terdapat pada punggung tangan dan wajah (Brown, 2005).

b. Moluskum kontagiosum

Lesi-lesi ini disebabkan oleh poxvirus. Penampakan yang khas adalah seperti

mutiara, papula merah muda. Lesi bisa timbul di setiap tempat di tubuh tetapi

Universitas Sumatera Utara

biasanya terdapat di daerah kepala, leher, dan badan. Sering bergerombol, dan

bisa juga terjadi reaksi eksema ringan di sekelilingnya.

c. Herpes zoster (shingles)

Infeksi yang disebabkan oleh virus varicellazoster. Herpes zoster biasanya

mengenai satu dermatom, di mana yang paling sering biasanya adalah pada

dada dan perut. Lesi berupa sederetan vesikel dengan dasar kulit yang

eritematosa. Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh.

3. Jamur

Jamur yang dapat mengakibatkan penyakit bekerja dengan sifat metaboliknya

sendiri sehingga dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada jaringan.

Beberapa jamur dapat mengatasi atau melawan mekanisme pertahanan tubuh

manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah:

a. Kadas/ Kurap/ Tinea (Ringworm)

Penyakit kadas atau kurap atau tinea (Ringworm) adalah infeksi jamur yang

disebabkan oleh beberapa jamur yang berbeda dan biasanya dikelompokkan

berdasarkan lokasinya pada tubuh, seperti :

1) Kadas/ kurap kaki

Biasanya muncul pada kaki pada saat cuaca panas/ hangat. Penyebabnya

Trochophyton atau Epidermophyton. Jamur ini bisa tumbuh di daerah yang

lembab dan hangat, di antara jari-jari kaki dan dapat menimbulkan nyeri

serta lepuhan yang berisi cairan. Jamur bisa menyebabkan kaki menjadi

retak-retak.

Universitas Sumatera Utara

2) Kadas/ kurap di selangkangan (tinea crucis)

Penyakit ini adalah infeksi jamur pada kulit di pangkal paha. Jamur ini

akan tumbuh dengan cepat pada suhu hangat, dan lingkungan lembab.

Infeksinya menyebabkan kemerahan berbentuk seperti cincin, kadang

disertai dengan lepuhan kecil di kulit. Penyakit ini lebih sering ditemukan

pada pria dibanding wanita. Gejala kadas/ kurap selangkangan adalah

berupa ruam gatal di kedua lipatan paha.

3) Kadas/ kurap di kulit kepala

Penyakit ini sangat menular, terutama pada anak-anak, disebabkan jamur

Trichophyton atau Microsporum. Penyakit ini bisa menyebabkan

terbentuknya ruam merah bersisik yang kadang terasa gatal atau

menyebabkan kerontokan rambut.

4) Kadas/ kurap pada badan (Tinea corporis)

Kurap ini disebabkan oleh jamur dermatophyte yang biasanya

menyebabkan ruam berwarna pink sampai merah yang kadang-kadang

membentuk bercak bundar dan tengahnya jernih. Kadas/ kurap badan bisa

ditemukan di setiap kulit tubuh.

b. Panu (Pityriasis versicolor)

Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, namun bisa juga pada orang

dewasa. Dapat dijumpai di bagian dada atas dan meluas ke lengan atas, leher

dan perut atau tungkai atas/ bawah. Lesi awalnya berada di sekitar folikel

rambut namun bisa saja semakin meluas dan menyatu menjadi area yang lebih

luas. Panu terjadi disebabkan oleh infeksi Malassezia furfur. Keluhan

Universitas Sumatera Utara

Pityriasis versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ macula

berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan

rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat (Pasricha, 2002).

4. Parasit

Penyakit kulit oleh parasit sangat luas artiannya dan termasuk di dalamnya

penyakit kulit yang berkaitan dengan tiga kelompok: protozoa, cacing dan

artropoda. Beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh parasit adalah:

a. Skabies

Infeksi ini biasanya terjadi peningkatan prevalensi pada penduduk yang

sedang perang, kelaparan, atau sakit, ketika hygiene perorangannya tidak lagi

dianggap penting. Skabies adalah sebuah infeksi kulit yang disebabkan oleh

tungau, Acarus scabiei. Infestasinya terjadi dengan kontak kulit ke kulit atau

bisa juga menular melalui tempat duduk, pakaian dan tempat tidur bersama.

Gejala awal tidak muncul sampai si penderita mengalami hipersensitivitas

terhadap sekresi atau kotoran tungau tersebut. Ciri khas dari scabies adalah

gatal-gatal hebat dan lubang tungau pada kulit tampak sebagai garis

bergelombang. Lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air (Pasricha, 2002).

b. Pedikulosisi

Infestasi kutu dapat menyerang seluruh usia yang biasanya diakibatkan oleh

kurangnya kebersihan dan jarang menukar pakaian dan bisa menyerang

hampir setiap kulit tubuh. Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat,

penggarukan yang sering dapat mengakibatkan kulit terbuka, yang bisa

mengakibatkan infeksi bakteri.

Universitas Sumatera Utara

5. Dermatitis kontak (contact dermatitis)

Selain penyakit kulit yang telah disebutkan di atas ada juga yang disebut dengan

dermatitis kontak (contact dermatitis). Dermatitis kontak adalah peradangan yang

disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah

tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas (Sauer, 1985).

Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui dua cara, yaitu:

a. Iritasi (dermatitis kontak iritan)

Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi

kulit setelah beberapa kali digunakan. Kadang pemaparan berulang bisa

menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit.

b. Reaksi alergi (dermatitis kontak alergika)

Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan

suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan

dermatitis dalam waktu 4-24 jam. Dermatitis juga bisa terjadi akibat berbagai

bahan yang ditemukan di tempat bekerja disebut dermatitis okupasional. Bila

dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari,

maka keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis

kontak fototoksisk. Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari

kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada

pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.

2.2.5. Struktur Lesi Kulit

Kulit merupakan organ yang unik dibandingkan dengan sistem organ lain

karena dapat dengan mudah melakukan inspeksi secara langsung, pemeriksaan fisik,

Universitas Sumatera Utara

dan analisis histopatologi terhadapnya. Pengenalan dan gambaran yang akurat

terhadap lesi kulit sering diartikan dengan penyakit kulit yang tidak bersih. Deskripsi

di bawah mengenai lesi dasar akan membantu untuk mengenal berbagai gangguan

pada kulit (Soter, 1984).

1. Makula

Perubahan warna kulit berbentuk bulatan dengan permukaan rata (bercak merah).

Biasanya berbentuk bulat, oval, atau menyebar di sekitarnya. Makula merupakan

lesi yang dihasilkan dari perubahan dalam lapisan atau komponen kulit seperti

hiperpigmentasi dan kelainan vaskular. Makula dalam berbagai kondisi, seperti

panu, dapat ditemukan dengan skala yang sangat kecil.

Gambar 2.1 Makula

Universitas Sumatera Utara

2. Papula

Papula adalah tonjolan kulit yang padat dengan tidak ada cairan di dalamnya.

Papula memiliki ukuran diameter kurang dari 1 cm. Biasanya berada di lubang

saluran keringat atau folikel rambut.

Gambar 2.2 Papula

3. Nodul

Nodul adalah benjolan padat yang dapat dilihat dan diraba, berbentuk bulat atau

elips dengan ukuran yang berbeda (diameter lebih dari 1 cm), bisa berada di

epidermis atau ke dalam dermis atau jaringan subkutan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Nodul

4. Plak

Plak adalah suatu daerah yang menonjol pada permukaan kulit, berbentuk

lempengan dan bulat. Plak sering terbentuk oleh pertemuan papula, seperti pada

psoriasis. Ukuran plak biasanya berdiameter lebih kecil dari 2 cm pada plak kecil

dan lebih besar dari 2 cm pada plak besar.

5. Vesikel

Vesikel adalah benjolan yang berisi cairan yang dapat dilihat dan dindingnya

sangat tipis, berukuran kecil dengan diameter kurang dari 0,5 cm.

6. Bula

Bula adalah pengumpulan cairan yang dapat dilihat, berbentuk bulat atau tidak

beraturan. Bula adalah vesikel yang ukuran diameternya lebih dari 0,5 cm.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Bula

7. Pustula

Pustula adalah timbunan pada kulit yang berisi nanah, berwarna keputihan atau

kekuningan atau bisa kemerahan jika mengandung darah dengan nanah. Bentuk

pustula mirip dengan vesikel. Pustula bisa terjadi atau berkembang dari papula

dan vesikel.

Gambar 2.5 Pustula

Universitas Sumatera Utara

8. Ulkus

Ulkus adalah sebuah lesi yang terjadi karena kerusakan pada epidermis dan

dermis. Ulkus dapat terjadi sebagai akibat dari infark jaringan tubuh, muncul pada

tumor atau benjolan yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti bakteri,

parasit dan bakteri.

9. Bilur (Weal)

Bilur atau weal adalah daerah menonjol yang merupakan hasil dari edema pada

lapisan atas dermis. Bilur berdiameter 3 – 4 mm, terasa gatal dan berwarna merah

pucat.

2.3. Kecacingan

2.3.1. Jenis Cacing

Parasit cacing termasuk golongan hewan yang memiliki banyak sel

(multiseluler) dan tubuh yang simetris bilateral. Terdapat dua golongan (filum) cacing

yang penting bagi kesehatan manusia, yaitu filum Platyhelminthes dan filum

Nemathelmintes (Soedarto, 2008).

1. Cacing pipih (Plathyhelmintes/ flatworms)

Cacing ini memiliki bentuk tubuh yang pipih seperti daun atau seperti pita, sistem

reproduksi hermafrodit (alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu tubuh

cacing), alat pencernaan yang belum sempurna (tidak berusus, atau tidak tumbuh

lengkap), serta tidak memiliki rongga tubuh (body cavity). Cacing ini terdiri atas:

Universitas Sumatera Utara

a. Cacing pita (Cestoda)

Pada umumnya cacing Cestoda mempunyai bentuk seperti pita, pipih ke arah

dorsoventral, dan mempunyai banyak ruas (segmen). Ukuran panjang Cestoda

sangat bervariasi, antara beberapa millimeter sampai beberapa meter.

Berdasarkan tempat hidupnya Cestoda dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan, yaitu:

1) Cestoda Usus

Spesies yang terpenting di antaranya: Diphyllobothrium latum, Taenia

saginata, Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan

Diphylidium caninum. Hospes definitif Cestoda usus umumnya adalah

manusia dan hewan mamalia tertentu. Ukuran tubuh Cestoda yang paling

panjang dapat mencapai 25 meter (pada spesies T. saginata). Telur Cestoda

usus berbeda morfologinya menurut spesies dan telur-telur tersebut dapat

ditemukan dalam feses penderita. Cestoda usus dewasa seluruhnya hidup di

usus halus.

2) Cestoda Jaringan

Umumnya adalah golongan cacing berbentuk larva yang hidupnya di dalam

jaringan hospes dan terdiri dari beberapa spesies penting di antaranya

Echinococcus granulosus, Echinococcus multicularis, dan Multiceps

multiceps.

b. Cacing pipih (Trematoda)

Trematoda mempunyai bentuk tubuh yang tidak bersegmen, pipih mirip daun.

Ukuran panjang tubuhnya berkisar antara 1 mm dan beberapa sentimeter. Pada

Universitas Sumatera Utara

umumnya bersifat hermafrodit kecuali spesies Schistosoma. Cacing dewasa

mempunyai alat isap mulut (oral sucker) yang terdapat di bagian kepala, dan

alat isap ventral (ventral sucker atau acetabulum) yang terdapat di daerah perut.

Alat pencernaan sudah dimiliki namun masih belum sempurna, karena tidak

mempunyai anus. Salah satu ciri khas lain dari cacing golongan ini adalah

adanya sistem ekskresi (flame cell), yang untuk tiap-tiap spesies khas bentuknya

(Soedarto, 2008).

Selain manusia, berbagai jenis mamalia dapat bertindak sebagai hospes definitif

cacing Trematoda. Untuk melengkapi siklus hidupnya, diperlukan hospes

perantara yaitu moluska misalnya siput dan keong, yang hidup di air tawar.

Menurut tempat hidupnya, ada 4 penggolongan Trematoda, yaitu:

1) Trematoda Darah

Golongan Trematoda darah memiliki spesies penting di antaranya

Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma

haematobium. Cacing Schistosoma adalah trematoda yang tidak

hermafrodit. Cacing jantannya yang berukuran lebih besar tetapi lebih

pendek dari pada ukuran cacing betina. Tempat hidup cacing Schistosoma di

dalam vena berbeda, sehingga telur cacing dalam pemeriksaan parasitologis

dapat ditemukan di dalam urine atau tinja penderita (Soedarto, 2008).

Penyakit schistosomiasis atau bilharziasis ditularkan melalui moluska yaitu

keong. Penularan terjadi oleh cercariae, bentuk khas yang dilepaskan ke

dalam air oleh vektornya, setelah berkembang parasit ini menembus kulit

manusia memasuki peredaran darah (Zulkoni, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2) Trematoda Hati

Trematoda hati yang penting adalah Clonorchis sinensis, Opistorchis

felineus, Opistorchis viverrini, Fasciola hepatica dan Dicrocoelium

dendriticumi. Parasit-parasit ini hidup di dalam jaringan hati, saluran

empedu, kandung empedu, atau di dalam ductus pancreaticus. Selain

manusia, berbagai jenis hewan dapat bertindak sebagai hospes definitif,

yaitu manusia maupun unggas (Clonorchis sinensis). Terdapat dua jenis

hospes perantara, yaitu siput sebagai hospes perantara pertama, dan ikan,

siput atau semut (Dicrocoelium dendriticum) (Soedarto, 2008).

3) Trematoda Usus

Trematoda ini terdiri dari Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes,

Metagonimus yokogawai dan Echinostoma. Cacing ini tinggal di dalam usus

baik di duodenum dan jejunum, usus halus maupun mukosa usus hospesnya.

Selain manusia berbagai jenis hewan seperti babi dan hewan pemakan

ikanbertindak sebagai hospes.

4) Trematoda Paru

Spesies Trematoda paru adalah Paragonimus westermani. Penyebaran

Paragonimus westermani bersifat kosmopolit pada mamalia. Hospes

defintif adalah manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu,

seperti kucing, kambing, sapi. Hospes perantara I adalah keong air tawar.

Hospes perantara II adalah ketam air tawar dan udang batu. Cacing dewasa

berada pada paru manusia dan juga pada organ lainnya (Muslim, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2. Cacing bundar (Nemathelmintes / roundworms)

Cacing ini mempunyai bentuk tubuh yang bulat panjang, silindris, filariform, tidak

bersegmen, dan bilateral simetris. Cacing ini memiliki rongga tubuh (body cavity),

dan tubuhnya tertutup oleh kutikulum. Ukuran tubuh bervariasi antara 2 mm – 1

meter. Alat pencernaannya telah lengkap, tetapi sistem saraf dan sistem

ekskresinya belum sempurna (Soedarto, 2008).

Nematoda adalah cacing yang diecious atau uniseksual, dengan jenis kelamin

cacing yang sudah terpisah antara jantan dan betina. Berdasarkan tempat hidup

cacing dewasa di dalam tubuh manusia, Nematoda dikelompokkan menjadi:

a. Nematoda Usus

Nematoda ini berada atau hidup di usus. Spesies nematode usus yang ditemukan

pada manusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris Trichiura, Oxyuris

vermicularis, Strongyloides stercolaris, Ancylostoma duodenale, Ancylostoma

braziliense, Ancylostoma caninum, Necator americanus, Toxocara canis, dan

Toxocara cati. Umumnya manusia merupakan hospes definitive. Tiap spesies

nematoda memiliki morfologi yang berbeda-beda. Cacing betina ukurannya

lebih besar daripada jantan (Muslim, 2009)

Tiap larva spesies berada dalam sirkulasi darah kecuali Trichuris trichiura.

Gejala klinis dipengaruhi oleh tingkat infeksi (jumlah cacing), jenis parasit,

stadium parasit, lokalisasi parasit, dan lamanya kasus infeksi. Diagnosis

penyakit ditegakkan dengan menemukan telur dalam feses, bilasan duodenum,

larva dalam jaringan, uji serologis. Dalam siklus hidupnya cacing ini

Universitas Sumatera Utara

membutuhkan kondisi lingkungan yang mempunyai temperatur dan kelembapan

yang sesuai.

b. Nematoda Jaringan

Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, subkutan, dan jaringan ikat dalam

pada tubuh manusia. Mikrofilaria terdapat pada darah perifer/ jaringan kulit

serta sifatnya sangat aktif. Spesies nematoda jaringan yang hidup pada manusia

adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, mansonella ozzardi, Onchocerca

volvulus, Loa load dan Dracunculus medinensis. Pada umumnya manusia

sebagai hospes definitive nematode jaringan, sedangkan hospes perantaranya

adalah nyamuk dan lalat. Larva infektif berkembang dalam tubuh vektor dan

ditularkan melalui gigitan dan tumbuh dewasa dalam hospes definitif (manusia

dan mamalia lain). Cara menetapkan diagnosis nematoda jaringan dilakukan

dengan menemukan microfilaria dala darah tepi, larva dalam jaringan, dan

cacing dewasa yang diperoleh dari bahan biopsi.

2.3.2. Penyebab Kecacingan

Cacingan (atau sering disebut kecacingan) merupakan penyakit endemik dan

kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan,

tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya

kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.

Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut, atau langsung melalui luka di

kulit (cacing tambang dan benang). Cacing yang masuk dapat berupa telur, kista atau

larvanya, yang ada di atas tanah terutama bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan

dengan sistem terbuka dan tidak memenuhi persyaratan hygienis. Saat telur cacing

Universitas Sumatera Utara

masuk ke dalam perut, maka ia akan segera menetas dan segera menggerogoti tubuh

penderita (Zulkoni, 2010).

1. Platyhelminthes

Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:

a. Taeniasis solium untuk penyakit akibat cacing pita babi. Manusia terinfeksi

dengan cara memakan daging babi mentah atau kurang matang.

b. Taeniasis saginata untuk penyakit akibat cacing pita sapi. Infeksi pada manusia

terjadi jika makan daging sapi atau kerbau yang masih mentah atau kurang

matang.

c. Infeksi Fasciolopsis buski pada manusia umumnya terjadi karena makan

tumbuhan air mentah dalam keadaan segar.

d. Schistosomasis merupakan infeksi akibat cacing pipih Schistisoma

haematobium yang menyerang darah, ditularkan oleh vektor keong dan dapat

menembus kulit.

2. Nemathelmintes

Infeksi cacing ini disebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti:

a. Oxyuris untuk penyakit akibat cacing kremi, penularan terjadi dari mulut

penderita atau terjadi karena memegang benda yang tercemar telur infektif,

seperti alas tidur, bantal dan pakaian penderita.

b. Ancylostomiasis untuk penyakit akibat cacing tambang, penularan terjadi karena

larva mampu menembus kulit manusia.

c. Ascariasis untuk penyakit akibat cacing gelang, penularan terjadi dari makanan

dan minuman yang masuk ke dalam usus.

Universitas Sumatera Utara

d. Trichuriasis untuk penyakit akibat cacing cambuk, infeksi terjadi jika tertelan

cacing yang infektif akibat renahnya hygiene sanitasi perorangan dan

lingkungan.

e. Filariasis untuk penyakit akibat cacing filarial, infeksi terjadi oleh perantaraan

vektor.

2.4. Pengertian Hygiene

Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya

mencegah timbulnya penyakit kerena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta

membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan

kesehatan (Aswar, 1996).

2.4.1. Hygiene Perorangan

Hygiene perorangan (kebersihan perorangan) adalah cara perawatan diri

manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting

untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk

kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter,2005). Kebersihan diri

meliputi :

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan paling pertama memberi kesan.

Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan

kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta

kebiasaan hidup sehari – hari.

Universitas Sumatera Utara

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu

memperhatikan seperti :

1. menggunakan barang – barang keperluan sehari – hari milik sendiri

2. mandi minimal 2x sehari

3. mandi memakai sabun

4. menjaga kebersihan pakaian

5. makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. menjaga kebersihan lingkungan

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan

kesan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan

selalu menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala maka perlu diperhatikan hal

sebagai berikut :

1. memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci sekurang – kurangnya 2x

seminggu

2. mencuci rambut dengan menggunakan samphoo / bahan pencuci rambut

lainnya

3. sebaiknya menggunakan alat peralatan rambut sendiri

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan

gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga

kesehatan gigi adalah :

1. menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan

Universitas Sumatera Utara

2. memakai sikat gigi sendiri

3. menghindari makanan yang merusak gigi

4. membiasakan makan buah yang menyehatkan gigi

5. memeriksa gigi secara teratur

d. Kebersihan Mata

Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam kesehatan mata adalah :

1. membaca di tempat terang

2. makan makanan yang bergizi

3. istirahat yang cukup dan teratur

4. memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti handuk dan sapu tangan)

5. memelihara kebersihan lingkungan

e. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :

1. membersihkan telinga teratur

2. jangan mengorek – ngorek telinga menggunakan benda tajam

f. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas

dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari – hari. Selain indah

dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari

berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya

kontaminasi dan berbagai penyakit – penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. membersihkan tangan sebelum makan

Universitas Sumatera Utara

2. memotong kuku secara teratur

3. membersihkan lingkungan

4. mencuci kaki sebelum tidur

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :

a. kebersihan kulit

b. kebersihan rambut dan kulit kepala

c. kebersihan tangan, kaki dan kuku

2.5. Alat Pelindung Diri

Terdapat berbagai upaya untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang terdapat

di lingkungan kerja, yaitu: pengendalian secara teknik (engineering control),

pengendalian secara administratif (administrative control) dan pemakaian alat-alat

pelindung diri (personal protective equipment).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

personal protective equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai

alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik yang

bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Alat pelindung diri yang efektif harus:

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut

3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya

4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas

5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat

Universitas Sumatera Utara

6. Tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan

7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2008).

Ada berbagai macam alat pelindung diri, yaitu:

a. Alat pelindung kepala

Tujuan dari penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk mencegah:

bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda keras yang dapat menyebabkan

luka gores, potong atau tusuk; bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul

oleh benda-benda yang melayang atau meluncur di udara; bahaya panas

radiasi, api, dan percikan bahan-bahan kimia yang korosif.

b. Alat pelindung wajah/ mata

Alat pelindung mata menurut bentuknya dapat dikategorikan menjadi:

kacamata (spectacles), goggles (cup type/ box type), tameng muka (face

screen/ face shields).

c. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga berfungsi sebagai penghalang (barier) antara sumber

bising dan telinga bagian dalam, juga melindungi telinga dari ketulian akibat

kebisingan. Secara umum, alat pelindung telinga dibedakan menjadi sumbat

telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).

d. Pemakaian masker

Pemakaian masker untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu (Daryanto,

2007)

Universitas Sumatera Utara

e. Alat pelindung tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan.

Dalam memilih sarung tangan perlu dipertimbangkan beberapa faktor sebagai

berikut: bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif, panas dingin,

tajam, atau kasar; daya tahan terhadap bahaya-bahaya kimia.

f. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki atau sepatu keselamatan kerja dipergunakan untuk

melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan,

dan tertusuk oleh benda-benda tajam.

g. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung atau pakaian kerja dapat berbentuk Apron yang menutupi

sebagian dari tubuh, pemakainnya yaitu mulai dari dada sampai lutut dan

Overalls yang menutupi seluruh tubuh. Pakian pelindung digunakan untuk

melindungi pemakai dari percikan bahan kimia dan cuaca kerja yang ekstrim.

h. Sabuk dan tali pengaman

Sabuk dan tali pengaman dipergunakan untuk bekerja di tempat tinggi,

misalnya pada palka kapal, sumur, atau tangki. Alat pengaman ini juga

dipergunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat, dan kontruksi bangunan

(Sarwono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada hubungan hygiene perorangan dengan keluhan gangguan kulit pada

petugas pengangkut sampah.

Ho = Tidak ada hubungan hygiene perorangan dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengangkut sampah.

Ha = Ada hubungan hygiene perorangan dengan kecacingan pada petugas

pengangkut sampah.

Ho = Tidak ada hubungan hygiene perorangan dengan kecacingan pada petugas

pengangkut sampah.

Ha = Ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan keluhan

gangguan kulit.

Hygiene Perorangan

Pemakaian Alat

Pelindung Diri

Keluhan

gangguan kulit

Kecacingan

Ada Keluhan

Tidak Ada

Keluhan

+ telur cacing

- telur cacing

Universitas Sumatera Utara

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan

keluhan gangguan kulit.

Ha = Ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan kecacingan

pada petugas pengangkut sampah.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan

kecacingan pada petugas pengangkut sampah.

Universitas Sumatera Utara