Post on 01-Feb-2021
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang Kota
Jayapura yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Fungsi rencana pola ruang Kota Jayapura
adalah:
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
d. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada Kota Jayapura.
Pola ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya ditetapkan berdasarkan
dominasi pemanfaatan ruang dan dibagi ke dalam klasifikasi ruang yang lebih rinci pada
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Peruntukan ruang untuk fungsi budi daya meliputi
kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana, dan
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 2
kawasan sektor informal tidak digambarkan dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
Jayapura, karena bersifat fungsional dan dapat melekat pada peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya lainnya. Rencana pola ruang wilayah Kota Jayapura termuat dalam
Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.
4.1 RENCANA POLA PEMANTAPAN KAWASAN LINDUNG
Pengertian kawasan lindung menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan Keppres No. 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, kawasan lindung ditetapkan
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar
dalam memasok air, pencegahan longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi, dan
menjaga fungsi hidrologi ekosistem kawasan sekitarnya. Pemantapan kawasan lindung
di Kota Jayapura adalah:
1. hutan lindung;
2. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yang
meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
3. kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan resapan dan sekitar mata air;
4. ruang terbuka hijau;
5. kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan
6. kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah longsor,
kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.
4.1.1 HUTAN LINDUNG
Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang dapat memberikan perlindungan
pada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir
dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung ditetapkan
dengan ketentuan kawasan yang berfungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mencegah terjadinya erosi, sedimentasi, mencegah banjir,
mencegah intrusi air laut, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin
ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung di
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 3
Kota Jayapura memiliki luas lebih kurang 6.634 (enam ribu enam ratus tiga puluh
empat) hektar yang terletak di:
1. Hutan Lindung Abepura di Distrik Abepura dan Distrik Heram;
2. Hutan Lindung Pegunungan Djar di Distrik Muara Tami;
3. Hutan Lindung Bougenville di Distrik Muara Tami; dan
4. hutan lindung di Taman Wisata Alam Teluk Youtefa di Distrik Jayapura Selatan dan
Distrik Abepura, yaitu sepanjang ruas jalan ring road Jayapura-Sentani dan Jalan
Hamadi Holtekamp.
Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan hutan lindung di Kota
Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan kawasan hutan lindung.
Pembangunan papan informasi kawasan hutan lindung serta batas patok yang jelas
dapat meminimalkan konflik dalam kawasan hutan lindung;
2. rehabilitasi dan reboisasi hutan lindung; dan
3. mengembangkan wisata ekologi.
4.1.2 KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP
KAWASAN BAWAHANNYA
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang
terdapat di Kota Jayapura adalah kawasan resapan air dan kawasan bergambut.
A. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer)
yang berguna sebagai sumber air. Kawasan ini diperuntukkan untuk kegiatan
pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah di
bawahnya, karena sifatnya demikian, maka bangunan yang dapat menghalangi
masuknya air hujan ke dalam tanah harus dibatasi bahkan ditiadakan.
Berdasarkan identifikasi terhadap kondisi fisik kawasan sesuai dengan kriteria
kawasan ini yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perlindungan terhadap
kawasan resapan air diarahkan dengan luas lebih kurang 6.371 (enam ribu tiga ratus
tujuh puluh satu) hektar. Lokasi kawasan resapan air terletak di seluruh wilayah Kota.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya di Kota Jayapura adalah:
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 4
1. pemulihan dan peningkatan kemampuan meresapkan air hujan ke dalam tanah pada
kawasan resapan air; dan
2. perlindungan terhadap biota yang dilindungi.
B. Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur membentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang bertimbun dalam waktu yang
lama. Tujuan perlindungan adalah untuk mengendalikan hidrologi wilayah, yaitu sebagai
penambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan
bergambut. Kawasan bergambut memiliki luas lebih kurang 1.176 (seribu seratus tujuh
puluh enam) ha yang terletak di Kelurahan Koya Timur dan Kampung Mosso Distrik
Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan bergambut adalah:
1. perlindungan terhadap biota yang dilindungi; dan
2. revitaliasasi kawasan bergambut.
4.1.3 KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
A. Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan prioritas sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai dengan
tujuan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian
fungsi pantai. Selain itu, sempadan pantai juga akan memberikan perlindungan kepada
kawasan di belakangnya terhadap terpaan angin laut dan badai, gelombang laut yang
tinggi, seperti tsunami. Kawasan sempadan pantai ini ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dan 60 meter di
kawasan yang sudah memiliki bangunan permukiman penduduk;
b. mempertimbangkan aspek topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya, serta kelestarian lingkungan;
c. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
d. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 5
e. perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam
lainnya;
f. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu
karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
g. pengaturan akses publik; dan
h. pengaturan untuk saluran air dan limbah.
Melihat dari kriteria dan kepentingan perlunya sempadan pantai, maka perlu
diperhatikan area bibir pantai terutama yang memiliki karakteristik landai, berhadapan
langsung dengan laut lepas, sering mengalami bencana (gelombang pasang, rob,
tsunami), permukiman padat penduduk, kawasan nelayan dan akses langsung ke laut,
dan kawasan budi daya. Karakteristik pantai tersebut sangat membutuhkan aturan yang
lebih kuat untuk sempadan pantai, seperti tidak diperkenankan mendirikan bangunan
permanen pada jalur sempadan pantai. Namun, untuk kawasan yang memiliki daya
dukung dan sensitivitas yang lebih rendah terhadap dampak yang ditimbulkan dari laut,
aturan dapat disesuaikan dengan pengaturan akses publik yang lebih baik.
Sempadan pantai di Kota Jayapura berada di distrik yang berbatasan dengan
laut meliputi:
a. Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Imbi, Kelurahan Mandala, Kelurahan
Bhayangkara, dan Kelurahan Gurabesi berada di Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Hamadi, Kelurahan Entrop,
Kampung Tahima Soroma, dan Kampung Tobati berada di Distrik Jayapura Selatan;
c. Kelurahan Wahno, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Asano, Kelurahan Abepantai,
Kampung Nafri, dan Kampung Enggros berada di Distrik Abepura; dan
d. Kampung Holtekamp, Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, Kampung
Skouw Mabo, dan Kampung Mosso berada di Distrik Muara Tami.
Luas kawasan sempadan pantai adalah 110 ha. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang
kawasan sempadan pantai adalah:
a. pemeliharaan infrastruktur perlindungan pantai, seperti talud, pemecah ombak pada
kawasan pantai di permukiman Pantai Hamadi Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura
Selatan; dan
b. penghijauan kembali kawasan sempadan pantai.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 6
B. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan ini meliputi kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Selain itu, fungsi sempadan sungai adalah
sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, sehingga fungsi sungai
dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
Ketentuan kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. daratan sepanjang tepian sungai yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik, sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter
di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman, sedangkan kawasan
sempadan sungai bertanggul pada kawasan budi daya perkotaan sekurang-
kurangnya 5 meter dari tepi tanggul;
TABEL IV.1 KAWASAN LINDUNG SEMPADAN SUNGAI
NO KRITERIA SUNGAI KETENTUAN SEMPADAN MINIMAL KETERANGAN
A Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
Minimal 3 meter dari tepi kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Di kawasan perkotaan Kota Jayapura, kawasan sempadan sungai bertanggul sekurang-kurangnya 5 meter dari tepi tanggul.
Di kawasan perkotaan Kota Jayapura, kawasan sempadan dapat diwujudkan dalam jalan inspeksi.
Garis sempadan diukur ruas per ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan
Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai.
B Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
a. Kedalaman sungai kurang atau sama dengan 3 meter adalah minimal 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
b. Kedalaman sungai lebih dari 3 - 20 meter adalah minimal 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai;
c. Kedalaman sungai lebih dari 20 meter adalah minimal 30 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
C Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
a. Sungai besar sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
b. Sungai kecil sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 tentang Sungai dan Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 7
b. mempertimbangkan tipologi kawasan serta aspek teknis, sosial, dan ekonomi
masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan
c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika sungai,
dampak terhadap banjir, serta kebutuhan terhadap jalan inspeksi.
Kawasan sempadan sungai memiliki luas lebih kurang 3.151 (tiga ribu seratus
lima puluh satu) hektar meliputi:
a. Sungai APO terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Sungai Anafre terletak di Distrik Jayapura Utara;
c. Sungai Kloofkamp terletak di Distrik Jayapura Utara;
d. Sungai Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
e. Sungai Acai terletak di Distrik Abepura;
f. Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram;
g. Sungai Hubai terletak di Distrik Heram;
h. Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura;
i. Sungai Buper terletak di Distrik Heram;
j. Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami;
k. Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami;
l. Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan
m. Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sempadan sungai di Kota Jayapura
adalah:
1. perbaikan kualitas air sungai sesuai baku mutu untuk menjamin kehidupan biota air
dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat;
2. peningkatan nilai estetika sempadan sungai;
3. peningkatan keterletakan badan air berfungsi sebagai penampung kelebihan air dan
prasarana pengendali daya rusak air; dan
4. penghijauan kembali kawasan sempadan sungai.
C. Kawasan Sekitar Danau dan Telaga
Kawasan sempadan danau dan telaga adalah kawasan tertentu di sekeliling
danau dan telaga yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi danau. Ketentuan kawasan sekitar danau adalah:
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 8
a. daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat;
b. mempertimbangkan tipologi kawasan serta aspek teknis, sosial, dan ekonomi
masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan
c. mempertimbangkan dampak untuk pemeliharaan, kelestarian dan estetika danau,
serta dampak terhadap kenaikan air danau dan banjir.
Luas kawasan sekitar danau adalah lebih kurang 255 hektar. Kawasan sekitar
danau terletak di:
a. Danau Sentani di Distrik Heram;
Danau Sentani berada pada wilayah administrasi Kota Jayapura dan Kabupaten
Jayapura. Danau ini memanjang dari Timur ke Barat sepanjang 26,5 km, lebar 0,75-6
km dengan kedalaman maksimum mencapai 51,8 m. Luas Danau Sentani 9.630 Ha
yang terletak pada ketinggian 75 m dpl. Danau ini menjadi sumber hidup masyarakat
di Kampung Yoka Distrik Heram. Dimanfaatkan sebagai sarana transportasi, objek
wisata, sumber air bersih dan MCK keluarga, tempat membuat keramba, serta
tempat aliran limbah dari perumahan.
b. Telaga Yuong di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;
c. Telaga Wakulu di Kelurahan Asano Distrik Abepura; dan
d. Telaga Djar di Kampung Skouw Yambe Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar danau di Kota Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi danau sebagai kawasan tangkapan air, pariwisata, dan
transportasi;
2. perbaikan kualitas air danau sesuai baku mutu, untuk menjamin kehidupan biota air
dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat; dan
3. penghijauan kembali kawasan sempadan danau dan telaga.
D. Kawasan Resapan dan Sekitar Mata Air
Kawasan ini merupakan kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Ketentuan
kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang diarahkan menjadi kawasan bebas fisik
bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter dari pusat mata
air, termasuk dalam kriteria tersebut adalah mata air yang memiliki debit permanen
sepanjang tahun. Kawasan sekitar mata air adalah:
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 9
a. Cagar Alam Cycloops terletak di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan,
Distrik Abepura, dan Distrik Heram;
b. Hutan Lindung Abepura terletak di Distrik Abepura dan Distrik Heram;
c. Hutan Lindung Pegunungan Djar terletak di Distrik Muara Tami;
d. Hutan Lindung Bougenville terletak di Distrik Muara Tami;
e. Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
f. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara yang berada di RT 01 RW III, RT 03
RW I, RT 02 RW II, RT VI RW II;
g. mata air sagu di Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara; dan
h. mata air Dok VIII dan Dok IX Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan sekitar mata air adalah:
1. penghijauan kembali kawasan sekitar mata air; penanaman pohon pada wilayah
mata air dengan kriteria pemilihan vegetasi diantaranya relatif tahan terhadap
penggenangan air, daya transpirasi rendah, dan memiliki sistem perakaran yang kuat
dan dalam, sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan infiltrasi (resapan) air.
Beberapa tanaman yang memiliki daya transpirasi yang rendah antara lain Cemara
Laut (Casuarina Equisetifolia), Karet Munding (Ficus Elastica), Manggis (Garcinia
Mangostana), Kelapa (Cocos Nucifera), Damar (Agathis Loranthifolia); dan
2. penataan kawasan mata air.
4.1.4 RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ketentuan penetapan ruang
terbuka hijau sebagai kawasan lindung adalah:
a. dapat berupa area yang berfungsi sebagai bermain, berolahraga, bersosialisasi,
evakuasi bencana, dan aktivitas lain bagi masyarakat;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
Pengembangan RTH di Kota Jayapura, selain sebagai kebutuhan normatif
dalam penataan ruang juga dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang
cukup bagi:
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 10
a. kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;
b. kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;
c. area pengembangan keanekaragaman hayati;
d. area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;
e. tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;
f. tempat pemakaman umum;
g. pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;
h. pengaman sumberdaya alam, buatan, maupun historis;
i. penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria
pemanfaatannya;
j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan
k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan
tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
Ruang terbuka hijau di Kota Jayapura minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas
kawasan budi daya meliputi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
1. Ruang terbuka hijau publik, yaitu RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH
publik meliputi:
a. RTH taman Rukun Tetangga (RT), dengan luas lebih kurang 88 hektar yang
terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RT adalah:
jumlah penduduk pendukung adalah 250 jiwa dan kebutuhan luas lahan
minimal 250 m2; dan
mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
b. RTH taman Rukun Warga (RW), dengan luas lebih kurang 43 hektar yang terletak
di seluruh wilayah Kota. Ketentuan RTH taman RW adalah:
penduduk yang dilayani 2.500 jiwa dan luas minimal 1.250 m2;
mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
c. RTH taman distrik, dengan luas lebih kurang 29 hektar terletak di seluruh wilayah
Kota. Ketentuan RTH taman distrik adalah:
penduduk yang dilayani 30.000 jiwa dan luas minimal 9.000 m2;
mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
d. RTH taman kota, dengan luas lebih kurang 87 hektar terletak di seluruh wilayah
Kota. Ketentuan RTH taman kota adalah:
penduduk yang dilayani adalah 480.000 jiwa dan luas minimal 144.000 m2;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 11
mempertimbangkan kondisi fisik kawasan.
Tabel IV.2 merupakan taman-taman kota yang telah ditetapkan dalam Keputusan
Walikota.
TABEL IV.2 TAMAN KOTA DI KOTA JAYAPURA
NO TAMAN KOTA LUAS (M2)
1 Taman Imbi 2.347,20
2 Taman Youtefa 200,80
3 Taman Weref 380,70
4 Taman Cecak 2.292,00
5 Taman Dok II 400,00
6 Taman Perdamaian/Mandiri 3.165,00
7 Taman Pepera 388,00
8 Taman Pompa Bensin 90,80
9 Taman Mesran 2.122,88
10 Taman Youtefa Pitd 322,00
11 Taman Kantor Pos 1.525,00
12 Taman Weref 426,00
13 Taman Dok II No.1 120,88
14 Taman Dok II No.2 1.080,00
15 Taman Perahu 55,00
16 Taman Segitiga DPR Tk. 1 30,00
17 Taman Gedung Negara 322,00
18 Taman Gedung Negara 161,00
19 Taman Ardipura 70,00
20 Taman Mandala 141,70
21 Taman SMKK 320,10
22 Taman Mandala 2 287,00
23 Taman Pompa Bensin Lama 66,70
24 Taman SMP I Jayapura Utara 39,87
25 Taman Segitiga Kelapa Dua 122,50
26 Taman Segitiga Entrop 195,75
27 Taman Vihara Vim 24,00
28 Taman Jayanti 34,20
29 Taman Batas Kota 328,00
30 Taman Pertigaan Dolok 60,00
31 Taman Argapura 25,00
32 Taman Pemotong Hewan 470,00
33 Taman Gereja Pniel 220,00
34 Taman Depan Sospol 65,00
35 Taman Lumba-lumba 450,00
36 Taman Weref 410,00
37 Taman Porasko 96,00
38 Taman Depan Polsek Abepura 120,00
TOTAL LUAS TAMAN KOTA 18.975,08
Sumber: Keputusan Walikota Jayapura No. 12 Tahun 2012
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 12
e. RTH pemakaman, dengan luas lebih kurang 24 hektar berada di:
(a) pemakaman Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
(b) pemakaman Tanjung Ria terletak di Distrik Jayapura Utara;
(c) Taman Pemakaman Umum (TPU) Kristen terletak di Kelurahan Asano,
Kelurahan Awiyo, dan Kampung Nafri Distrik Abepura;
(d) TPU Islam terletak di Kelurahan Abepantai dan Kampung Nafri Distrik
Abepura;
(e) pemakaman terletak di Kampung Waena Distrik Heram;
(f) pemakaman terletak di Distrik Muara Tami; dan
(g) Taman Makam Pahlawan (TMP) terletak di Kelurahan Waena Distrik Heram.
Kondisi lokasi pemakaman dan kebutuhan ruang akan sangat subyektif terhadap
kebutuhan penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Alokasi untuk tempat
pemakaman umum didekati dengan luas lahan minimal untuk kebutuhan kota.
Pemilihan vegetasi di sekitar RTH ini adalah:
sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan
bangunan;
batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanjir;
sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang
dapat dikonsumsi langsung;
tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
tahan terhadap hama penyakit;
berumur panjang;
dapat berupa pohon besar, sedang, atau kecil disesuaikan dengan
ketersediaan ruang; dan
sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Contoh vegetasi untuk pemakaman adalah Bougenvil, Kamboja Putih, Puring, Lili
Pita, Tanjung, Dadap, Kembang Merak, Jamblang, dan Salam.
f. RTH sempadan sungai, dengan luas lebih kurang 2.605 hektar (83% dari total
kawasan sempadan sungai) terletak di kawasan sempadan sungai di kawasan
budi daya perkotaan:
(a) Sungai APO terletak di Distrik Jayapura Utara;
(b) Sungai Anafre terletak di Distrik Jayapura Utara;
(c) Sungai Kloofkamp terletak di Distrik Jayapura Utara;
(d) Sungai Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
(e) Sungai Acai terletak di Distrik Abepura;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 13
(f) Sungai Kujabu terletak di Distrik Heram;
(g) Sungai Hubai terletak di Distrik Heram;
(h) Sungai Siborogonyi terletak di Distrik Abepura;
(i) Sungai Buper terletak di Distrik Heram;
(j) Sungai Tami terletak di Distrik Muara Tami;
(k) Sungai Moso terletak di Distrik Muara Tami;
(l) Sungai Sekanto terletak di Distrik Muara Tami; dan
(m) Sungai Buaya terletak di Distrik Muara Tami.
g. RTH sempadan jalan dengan luas lebih kurang 26 hektar;
h. RTH hutan kota dengan luas lebih kurang 2.762 hektar, yaitu:
(a) Hutan Frembi dengan luas lebih kurang 390 (tiga ratus sembilan puluh) hektar
terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
(b) Hutan Pendidikan Kampus Uncen dengan luas lebih kurang 5 (lima) hektar
terletak di Kelurahan Yabansai Distrik Heram;
(c) Hutan Kebun Botani dengan luas lebih kurang 600 (enam ratus) hektar
terletak di Distrik Abepura. Di dalam lahan seluas 600 ha dimaksud terdapat 3
buah mata air dimana salah satunya terletak antara Km 2-2.5 dan 1 buah
telaga yang terletak dekat Sungai Skamto. Potensi hasil hutan berupa kayu,
non kayu, dan jasa lingkungan perlu difungsikan secara optimal; dan
(d) perbukitan dengan luas lebih kurang 1.767 (seribu tiga ratus tujuh puluh
sembilan) hektar terletak di:
Kelurahan Tanjung Ria, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Imbi,
Kelurahan Trikora, Kelurahan Mandala, Kelurahan Bhayangkara, dan
Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
Kelurahan Numbai, Kelurahan Argapura, Kelurahan Ardipura, Kelurahan
Entrop, dan Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
Kelurahan Vim, Kelurahan Wahno, dan Kelurahan Wai Mhorock Distrik
Abepura; dan
Kampung Yoka dan Kampung Waena Distrik Heram.
i. RTH lapangan olahraga dengan luas lebih kurang 40 hektar meliputi lapangan
sepakbola yang terletak di seluruh wilayah Kota.
2. Ruang terbuka hijau privat, yaitu RTH milik institusi tertentu atau orang pribadi yang
pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat yang ditanami tumbuhan dengan luas lebih kurang
1.479 hektar meliputi:
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 14
a. pekarangan rumah;
b. halaman perdagangan dan jasa;
c. halaman pendidikan;
d. halaman kesehatan;
e. halaman peribadatan;
f. halaman pertahanan dan keamanan;
g. halaman perkantoran; dan
h. halaman industri.
Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Jayapura adalah:
1. peningkatan fungsi dan mempertahankan luasan RTH eksisting;
2. peningkatan kualitas taman kota;
3. pengembangan taman dan hutan kota;
4. peningkatan RTH lapangan olahraga;
5. peningkatan RTH pemakaman, dimana kawasan pemakaman ini hendaknya tidak
dibangun secara berlebihan;
6. peningkatan jalur hijau sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan danau, dan
sempadan jalan;
7. peningkatan kerja sama pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memelihara
RTH publik; dan
8. pengembangan RTH privat.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 15
TABEL IV.3 RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU KOTA JAYAPURA, 2013-2033
NO FUNGSI RUANG
KONDISI EKSISTING 2012 RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033
DISTRIK JAPUT
DISTRIK JAPSEL
DISTRIK ABEPURA
DISTRIK HERAM
DISTRIK MUARA TAMI
DISTRIK JAPUT
DISTRIK JAPSEL
DISTRIK ABEPURA
DISTRIK HERAM
DISTRIK MUARA TAMI
I RTH PUBLIK
1 Taman RT - - - - - 22 23 25 14 4
2 Taman RW - - - - - 11 11 12 7 2
3 Taman Distrik - - - - - 7 7 7 4 4
4 Taman Kota 1 1 0,04 0,03 - 13 18 16 29 10
5 Pemakaman 1 1 14 4 - 4 1 14 4 1
6 Sempadan Sungai - - - - - 125 10 231 35 2.205
7 Sempadan Jalan 0,4 - - - - 0,4 3 11 2 9
8 Hutan Kota 64 390 - 5 600 381 751 1.242 305 83
9 Lapangan Olahraga 8 3 1 3 - 8 6 8 12 6
Total RTH Publik (Ha) 75 395 15 12 600 572 830 1.566 412 2.324
Total RTH Publik Kota Jayapura (Ha) 1.096 5.704
PERSENTASE (%) 13 51
II RTH Private
1 Perumahan 66 61 89 48 91 98 91 246 78 754
2 Perdagangan dan Jasa 2 3 4 1 - 5 10 12 3 28
3 Pendidikan - - - - - 6 3 22 17 1
4 Kesehatan - - - - - 2 0,3 1 1 3
5 Peribadatan - - - - - 5 2 6 2 -
6 Pertahanan & Keamanan 3 8 3 5 - 3 9 3 5 16
7 Perkantoran 12 5 9 3 - 19 5 10 7 -
8 Industri 0,1 1 0,3 0,4 - 0,2 3 1 1 -
9 Pariwisata - - - - - - - - - -
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 16
NO FUNGSI RUANG
KONDISI EKSISTING 2012 RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2033
DISTRIK JAPUT
DISTRIK JAPSEL
DISTRIK ABEPURA
DISTRIK HERAM
DISTRIK MUARA TAMI
DISTRIK JAPUT
DISTRIK JAPSEL
DISTRIK ABEPURA
DISTRIK HERAM
DISTRIK MUARA TAMI
9 Fasilitas Sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan) 8 5 20 11 - - - - - -
Total RTH Private (Ha) 91 82 126 69 91 140 123 302 114 801
Total RTH Private Kota Jayapura (Ha) 460 1.479
PERSENTASE (%) 5 13
TOTAL RTH (Ha) 166 477 141 81 691 711 953 1.868 526 3.125
TOTAL RTH KOTA JAYAPURA (Ha) 1.556 7.183
PERSENTASE (%) 18 64
LUAS PERKOTAAN 8.426 11.185
LUAS KAWASAN HUTAN PRODUKSI - 48.278
LUAS KAWASAN LINDUNG 85.574 34.537
LUAS WILAYAH KOTA 94.000 94.000
Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 17
4.1.5 KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA
A. Kawasan Cagar Alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai penyangga sistem kehidupan. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan cagar alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistem;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit penyusunannya;
c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisika yang masih asli;
d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. memiliki ciri khas.
Luas kawasan cagar alam di Kota Jayapura adalah lebih kurang 9.694 hektar. Lokasi
cagar alam berada di Cagar Alam Cycloops yang terletak di Distrik Jayapura Utara,
Distrik Jayapura Selatan, dan Distrik Heram.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar alam adalah perlindungan
keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang memiliki keadaan yang
menarik dan indah secara alamiah maupun buatan manusia, memenuhi kebutuhan
manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat dengan pusat-pusat
pemukiman penduduk. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi keaslian
alamnya, sehingga tetap menjadi pelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Taman wisata alam ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, dan ekosistem sumber daya alam
hayati;
b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 18
c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistem untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
d. kondisi lingkungan di sekitar untuk mendukung upaya pengembangan kegiatan
wisata alam.
Kawasan taman wisata alam di Kota Jayapura, yaitu di Taman Wisata Alam
Teluk Youtefa dengan luas lebih kurang 308 hektar yang terletak di Distrik Jayapura
Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Pemanfaatan dan pengelolaan taman
wisata alam adalah:
1. perlindungan keanekaragaman biota, ekosistem, dan keunikan alam bagi penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan tradisional masyarakat
setempat; dan
2. pengembangan sistem pengaman dan perlindungan kawasan berbasis masyarakat.
C. Kawasan Cagar Budaya
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengertian cagar
budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan melalui proses penetapan. Jadi, cagar budaya adalah satuan ruang
geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan
dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Pelestarian cagar budaya bertujuan:
a. melestarikan warisan budaya dan warisan umat manusia;
b. meningkatkan harkat dan martabat melalui cagar budaya;
c. memperkuat kepribadian bangsa;
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
e. mempromosikan warisan budaya kepada masyarakat internasional dan bangsa.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 19
TABEL IV.4 KETENTUAN CAGAR BUDAYA
NO BENTUK CAGAR BUDAYA KETENTUAN
1 Benda, bangunan, atau struktur
a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih. b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun. Masa gaya yang
dimaksud adalah ciri yang mewakili masa gaya tertentu yang berlangsung sekurang-kurangnya 50 tahun, antara lain tulisan, karangan, pemakaian bahasa, dan bangunan rumah, misalnya gedung Bank Indonesia yang memiliki gaya arsitektur tropis modern Indonesia pertama;
c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, dan
d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
2 Situs cagar budaya a. Mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya.
b. Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
3 Kawasan cagar budaya a. Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan. b. Berupa landscape budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 tahun. c. Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit
50 tahun. d. Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang
berskala luas. e. Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya. f. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau
endapan fosil.
Sumber: UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya dengan luas lebih kurang 356 hektar meliputi:
1. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi:
a. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura
Selatan;
c. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik
Abepura;
d. Kampung Yoka dan Kampung Waena terletak di Distrik Heram; dan
e. Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan
Kampung Mosso terletak di Distrik Muara Tami.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 20
TABEL IV.5 KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT PORT NUMBAY
KAMPUNG SUKU
Kayobatu Puy dan Makanuay
Tahima Soroma/Kayu Pulo Sibi, Jouwe, Haai, Soro
Tobati Itaar, Ireuw, Mano, Haai, Merauje, Hamadi, Hababuk, Hanasbe, Assor, Dawir, Iwo
Enggros Drunyi,Sanyi, Merauje, Sembra, Hanasbei, Samai,Hababuk, dan Feb
Nafri Barat: Awi, Awinero,Fingkreuw,Tjoe,Uyo dan Wamuar Timur: Awi, Taniau,Merahabia, Kay, Sibri, Hanueby dan Wamia
Koya Koso Koya Koso
Waena Ohee/Modouw, Hendambo, Pumoko, Dasim/Yepese, Kambu/Yepese, Kaegere dan Ongge
Kampung Yoka Wilayah sentani jadi masuk juga adat sentani termasuk Danau Sentani
Kampung Holtekamp Merauje, Sanyi, Sembre, Ramela. Klan yang ada masih berhubungan dengan etnis Skouw dan etnis Tobatji Injros.
Koya Tengah Koya Tengah
Skouw Yambe Rolo, Patipeme, Ramela, Membilong, Pae
Skouw Mabo Malo, Membilong, Palora, Awe, dan Kemo
Skouw Sae Nali, Mutang, Lomo, Reto, Palora
Mosso Wapafoa, Syawu, Nutafoa, Smu
Sumber: Masterplan Pengembangan Minapolitan Budi daya di Kota Jayapura, 2011 dan Bappeda Kota Jayapura, 2013
2. bangunan/benda cagar budaya meliputi:
a. Gedung Negara terletak di Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;
b. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya,
Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua terletak di
Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
c. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;
d. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura Utara;
e. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;
f. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
g. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik
Jayapura Selatan;
h. Gedung FISIP Uncen terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;
i. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura; dan
j. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo
Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan cagar budaya adalah:
1. revitalisasi budaya, hasil budaya atau peninggalan sejarah bernilai tinggi dan khusus
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah; dan
2. pengembangan kegiatan wisata budaya.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 21
4.1.6 KAWASAN RAWAN BENCANA
Kawasan rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun
secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.
A. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap
musim hujan mengalami genangan dan banjir. Kawasan rawan banjir merupakan
kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir
secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Kawasan rawan bencana banjir
meliputi:
1. Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
2. Kelurahan Vim, Kelurahan Wai Mhorock, dan Kelurahan Kota Baru terletak di Distrik
Abepura;
3. Kelurahan Hedam dan Kelurahan Waena terletak di Distrik Heram; dan
4. Kelurahan Koya Timur dan Kelurahan Koya Barat terletak di Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan rawan banjir adalah:
1. penetapan tingkat bahaya banjir pada setiap Distrik;
2. normalisasi saluran drainase dan sungai; dan
3. penyediaan daerah evakuasi bencana banjir di Kota Jayapura.
B. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Ditetapkan dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah
mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity
(MMI). Kota Jayapura merupakan zona daerah sangat aktif kegempaannya, sehingga
kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh distrik di Kota Jayapura.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 22
Pemanfaatan dan pengelolaan terhadap kawasan ini meliputi:
1. penetapan tingkat bahaya gempa bumi; dan
2. penyediaan ruang-ruang terbuka yang tersebar di lingkungan perumahan.
C. Kawasan Rawan Bencana Abrasi, Tsunami, dan Gelombang Pasang
Kawasan rawan bencana alam rawan abrasi, tsunami, dan gelombang pasang
terletak di pesisir Samudera Pasifik meliputi Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura
Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Muara Tami. Ketentuan kawasan rawan abrasi
ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi.
Ketentuan mengenai gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan sekitar
pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai
100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau
matahari. Kriteria tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah
dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Pemanfaatan dan pengelolaan
kawasan ini adalah:
1. penetapan tingkat bahaya abrasi, gelombang pasang, dan tsunami pada setiap
Distrik;
2. pemeliharaan mangrove dan tumbuhan penahan abrasi, tsunami, dan gelombang
pasang pada kawasan yang memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi; dan
3. pembangunan bangunan penahan abrasi (breakwater) pada kawasan abrasi sangat
tinggi.
D. Kawasan Rawan Bencana Longsor
Kawasan rawan bencana alam rawan longsor merupakan wilayah yang kondisi
permukaan tanahnya mudah longsor, karena terdapat zona yang bergerak akibat
adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Pasal 58 PP No. 26
Tahun 2008 menyebutkan kritera kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang
rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran. Ciri-ciri kawasan berpotensi longsor adalah:
a. daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat;
b. lapisan tanah tebal di atas lereng;
c. sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 23
d. lereng terbuka atau gundul;
e. terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing;
f. banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil;
g. adanya aliran sungai di dasar lereng;
h. pembebanan yang berlebihan pada lereng, seperti adanya bangunan rumah atau
sarana lainnya; dan
i. pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan.
Kawasan rawan longsor di Kota Jayapura adalah:
1. potensi longsor di Distrik Jayapura Utara meliputi:
a. Kawasan Rumah Sakit Dok II terletak di Kelurahan Bhayangkara;
b. Kawasan APO terletak di Kelurahan Bhayangkara;
c. Kawasan Dok VII dan Dok VIII terletak di Kelurahan Imbi; dan
d. Kawasan Kloofkamp terletak di Kelurahan Gurabesi;
2. potensi longsor di Distrik Jayapura Selatan meliputi:
a. perbukitan Entrop terletak di Kelurahan Entrop;
b. perbukitan Kelurahan Ardipura; dan
c. Kelurahan Numbai.
3. potensi longsor di Distrik Abepura berada di sepanjang Tanah Hitam menuju Koya.
Pemanfaatan dan pengelolaan rawan bencana longsor di Kota Jayapura adalah:
1. penetapan tingkat bahaya longsor bagi bagi masing-masing kawasan;
2. penetapan kawasan rawan longsor sebagai ruang terbuka hijau.
E. KAWASAN RAWAN BENCANA LAIN
Kawasan rawan bencana lainnya yang dimaksud adalah bencana kebakaran
dengan potensi bencana terjadi pada kegiatan budi daya meliputi:
1. perumahan kepadatan tinggi terletak di:
a. Distrik Jayapura Utara;
b. Distrik Jayapura Selatan;
c. Distrik Abepura; dan
d. Distrik Heram.
2. rawan bencana kebakaran hutan dan lahan terletak di
a. Distrik Jayapura Utara;
b. Distrik Jayapura Selatan;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 24
c. Distrik Abepura; dan
d. Distrik Heram.
Kawasan bencana tersebut umumnya bersifat temporer, baik secara lokasi
maupun waktu. Namun demikian, pada kawasan-kawasan yang mempunyai
kecenderungan terjadi bencana ini, sedapat mungkin diadakan pembatasan dalam
kegiatan budi daya, khususnya permukiman. Mekanisme dan prosedur pengungsian
penduduk perlu dilakukan sedini mungkin. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan
rawan bencana kebakaran adalah:
1. pencegahan bencana kebakaran berupa sosialisasi kepada masyarakat;
2. penyediaan pos pemadam kebakaran;
3. pembangunan hidran air;
4. penyediaan tanden;
5. pembangunan pos pengawasan hutan terletak di seluruh wilayah Kota; dan
6. rencana induk proteksi kebakaran wilayah Kota Jayapura.
4.2 RENCANA POLA PENGELOLAAN KAWASAN BUDI DAYA
Pengelolaan kawasan budi daya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan
kelestarian lingkungan hidup, sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan
kawasan budi daya adalah:
1. terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; dan
2. terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan
ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang
memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat.
Pengelolaan kawasan budi daya dilakukan secara seksama dan berdaya guna
bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan budi daya dengan mempertimbangkan
aspek teknis serta aspek-aspek keruangan. Untuk itu, dalam penetapan kegiatan-
kegiatan budi daya dibutuhkan pertimbangan teknis sektoral dan keruangan dengan
menggunakan kriteria teknis sektoral dan kriteria keruangan, yaitu ukuran yang
digunakan untuk penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk kegiatan budi daya.
Kriteria teknis sektoral adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 25
untuk suatu kegiatan dalam kawasan memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya
dukung, kesesuaian lahan, dan bebas bencana alam.
Arahan pengelolaan kawasan budi daya Kota Jayapura dalam bentuk arahan
zonasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya. Dalam penentuan ini perlu
diperhatikan kondisi tata ruang yang ada, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan,
sumberdaya manusia, kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, tujuan
pembangunan dan tujuan penataan ruang wilayah.
Penentuan suatu kawasan budi daya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan
kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat kesesuaian secara teknis
sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan
dalam ruang/kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara
teknis sektoral dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang
ada dalam ruang terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah
sekitarnya.
Dalam penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk
kegiatan pada suatu saat tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:
a. kegiatan yang ada tetap dipertahankan;
b. kegiatan yang ada tetap, tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan
c. kegiatan yang ada diubah.
Kawasan budi daya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:
a. kawasan peruntukan perumahan;
b. kawasan peruntukan perkantoran;
c. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan peruntukan pariwisata;
f. kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau;
g. kawasan peruntukan pendidikan;
h. kawasan peruntukan kesehatan;
i. kawasan peruntukan peribadatan;
j. kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana;
k. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
l. kawasan peruntukan pertambangan;
m. kawasan peruntukan perikanan;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 26
n. kawasan peruntukan pertanian;
o. kawasan peruntukan hutan produksi; dan
p. kawasan peruntukan sektor informal.
4.2.1 KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN
Kawasan peruntukan perumahan adalah kawasan di luar kawasan lindung yang
diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di
daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk
menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta
memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Ketentuan kawasan peruntukan perumahan
adalah:
a. kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari
bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha;
b. tersebar di seluruh bagian kota, dimana arah pengembangannya berdasarkan
karakteristik kawasan; dan
c. disesuaikan terhadap hierarki pusat pelayanan masyarakat untuk melayani
kebutuhan fungsi pelayanan, sehingga dapat dicapai dengan mudah.
Kawasan peruntukan perumahan memiliki luas lebih kurang 3.746 hektar meliputi:
1. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi, merupakan kawasan
perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang tinggi dan didukung dengan
kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya
dukung kawasan. Perumahan kepadatan tinggi di Kota Jayapura meliputi:
a. Kelurahan Gurabesi, Kelurahan Bhayangkara, dan Kelurahan Tanjung Ria
terletak di Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Numbai, Kelurahan Ardipura, Kelurahan Argapura, Kelurahan Entrop,
dan Kelurahan Hamadi terletak di Distrik Jayapura Selatan; dan
c. Kelurahan Wahno, Kelurahan Vim, Kelurahan Wai Mhorock, Kelurahan Kota
Baru terletak di Distrik Abepura.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 27
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi
dilakukan melalui:
a) pengendalian kepadatan bangunan;
b) peningkatan kualitas hunian melalui pembangunan perumahan secara vertikal;
c) penyediaan sistem utilitas, terutama sampah, pengolahan limbah, dan air bersih;
d) penyediaan sistem pembuangan air hujan dan air drainase dengan kapasitas
cukup;
e) pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih;
dan
f) penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
2. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang, merupakan kawasan
perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang dan didukung dengan
kepadatan penduduknya yang juga tidak memungkinkan untuk kepadatan
bangunan tinggi. Perumahan kepadatan sedang di Kota Jayapura diarahkan di:
a) Kelurahan Mandala, Kelurahan Angkasapura, Kelurahan Trikora, dan Kelurahan
Imbi terletak di Distrik Jayapura Utara;
b) Kelurahan Entrop terletak di Distrik Jayapura Selatan;
c) Kelurahan Abepantai, Kelurahan Yobe, Kelurahan Asano, Kelurahan Awiyo, dan
Kampung Koya Koso terletak di Distrik Abepura;
d) Kelurahan Hedam, Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung
Waena terletak di Distrik Heram; dan
e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah,
Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami.
3. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah, merupakan kawasan
perumahan dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan didukung dengan
kepadatan penduduknya yang tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan
sedang hingga tinggi. Perumahan kepadatan rendah di Kota Jayapura diarahkan di:
a) Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
b) Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura
Selatan;
c) Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di Distrik
Abepura;
d) Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 28
e) Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Sae, dan Kampung Mosso terletak di
Distrik Muara Tami.
Pengembangan peruntukan kawasan perumahan kepadatan sedang dan kawasan
perumahan kepadatan sedang dan kawasan peruntukan perumahan kepadatan
rendah adalah:
a. pembangunan dengan kepadatan bangunan sedang dan rendah disertai upaya
mempertahankan fungsi resapan air;
b. pengurangan secara bertahap pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih;
c. peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;
d. penyediaan sistem utilitas terutama sampah, pengolahan air limbah, dan air
bersih; dan
e. penyediaan sistem pembuangan air hujan dan drainase dengan kapasitas
cukup.
4.2.2 KAWASAN PERUNTUKAN PERKANTORAN
Selain pendidikan, pelatihan dan penelitian, fungsi lain yang membedakan Kota
Jayapura dengan kota-kota lain adalah terdapatnya beberapa kawasan perkantoran
yang menjadi pusat administrasi bagi kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan di Wilayah
Kota Jayapura maupun di wilayah sekitarnya. Sarana yang dimaksud adalah kantor-
kantor administrasi pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif). Kantor pemerintah
lainnya, seperti kantor polisi, kantor pos, kantor telkom, pemadam kebakaran, PLN, dan
lain-lain yang berhubungan dengan tata pemerintahan.
Sebagai kota pemerintahan dan perdagangan jasa, sangat wajar akhirnya
kebutuhan ruang terhadap sarana perkantoran meningkat, baik untuk kepentingan
publik maupun sektor swasta. Di Kota Jayapura, persebaran kantor pemerintahan
Provinsi dan Kota tidak mengikuti pola memusat, tetapi menyebar. Hal ini merupakan
salah satu langkah antisipasi perkembangan kota yang semakin memusat pada titik
tertentu. Sementara kantor pemerintahan kota yang ada saat ini, yaitu di Kelurahan
Entrop diharapkan dapat memusat di sana, sedangkan arahan perkantoran swasta lebih
cenderung mendekati pusat kota.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 29
Luas kawasan perkantoran adalah lebih kurang 95 ha. Pengelolaan kawasan
peruntukan perkantoran adalah:
a. pengembangan kawasan peruntukan perkantoran Pemerintah Kota terpusat di
Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
b. peningkatan kawasan perkantoran pemerintah skala kelurahan/kampung dan distrik
di setiap distrik;
c. penyediaan ruang terbuka non hijau dan ruang terbuka hijau; dan
d. penyediaan kawasan perkantoran swasta kecil terletak di kawasan permukiman atau
kawasan lainnya dengan memperhatikan akses pelayanan.
4.2.3 KAWASAN PERUNTUKAN PERDAGANGAN DAN JASA
Kota Jayapura direncanakan sebagai pusat pelayanan, maka fungsi perdagangan
dan jasa kota Jayapura sebagai sarana utama bagi distribusi dan koleksi barang dan
jasa yang ada di Kota Jayapura, dan berfungsi pula sebagai pusat pelayanan bagi
daerah di sekitarnya. Ketentuan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah:
a. didominasi kegiatan fungsional utama perdagangan dan jasa;
b. memiliki pemanfaatan, penggunaan, dan nilai tanah yang tinggi;
c. memiliki prospek pengembangan ekonomi perkotaan yang baik;
d. dapat berupa kawasan campuran dan/atau kawasan kompak untuk mendukung
efisiensi perjalanan yang disesuaikan dengan hirarki pelyanan kota; dan
e. memiliki tingkat pelayanan prasarana dan sarana sesuai standar pelayanan nasional
atau internasional.
Luas lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa adalah lebih kurang 327 ha.
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi:
1. pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Persebaran pasar tradisional
terletak di:
a. Kelurahan Gurabesi dan Pasar Inpres Dok IX Distrik Jayapura Utara;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 30
b. Pasar Sentral Hamadi yang berada di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura
Selatan;
c. Pasar Youtefa terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura;
d. Kampung Waena Distrik Heram; dan
e. Kelurahan Koya Barat dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan ruang pasar tradisional adalah:
a. peningkatan fasilitas pasar;
b. pengembangan pasar tradisional khusus masyarakat asli Port Numbay dan
Papua;
c. penyediaan pasar lingkungan;
d. peningkatan kualitas pasar perbatasan Indonesia-PNG;
e. pengembangan kegiatan pasar agro; dan
f. penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
2. pusat perbelanjaan dan toko modern,
Definisi dari pusat perbelanjaan merupakan suatu area tertentu yang terdiri dari satu
atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang
dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan
kegiatan perdagangan barang. Definisi dari toko modern merupakan toko dengan
sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang
berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, atau grosir yang
berbentuk perkulakan. Persebaran pusat perbelanjaan dan toko modern terletak di:
a. Jalan Samratulangi Distrik Jayapura Utara;
b. Jalan Irian Distrik Jayapura Utara;
c. Jalan Ahmad Yani Distrik Jayapura Utara;
d. Jalan Percetakan Distrik Jayapura Utara;
e. Jalan Raya Abepura Distrik Abepura;
f. Jalan Gerilyawan Distrik Abepura; dan
g. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram;
h. Jalan Abepura-Sentani Distrik Heram;
i. Jalan Koya Timur-Koya Barat Distrik Muara Tami; dan
j. Jalan Skouw Distrik Muara Tami.
Pengembangan toko modern dilakukan dengan penyediaan ruang terbuka hijau
dan ruang terbuka non hijau.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 31
4.2.4 KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura dengan luas lebih kurang 27
hektar meliputi pengembangan industri kecil terletak di seluruh wilayah Kota. Ketentuan
mengenai kawasan peruntukan industri adalah:
a. jenis industri yang dikembangkan merupakan industri yang hemat penggunaan lahan,
air, energi, dan tidak berpolusi;
b. memperhatikan aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan
c. memperhatikan daya dukung transportasi dan infrastruktur lainnya.
Kegiatan industri diantaranya adalah:
a. pembuatan tahu, tempe, makanan, kerajinan tangan yang tersebar di Distrik
Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram, dan Distrik
Muara Tami; dan
b. mebel, sawmill, dan pembuatan batubata tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan
Distrik Heram.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan industri di Kota Jayapura adalah:
1. pengembangan industri rumah tangga agar terintegrasi dengan pariwisata budaya;
2. pengembangan kawasan peruntukan industri dibatasi hanya untuk jenis industri yang
hemat penggunaan lahan, air, dan energi, tidak berpolusi, serta memperhatikan
aspek lingkungan dan menggunakan teknologi tinggi; dan
3. pengembangan industri dengan mekanisme pengendalian yang berkelanjutan.
4.2.5 KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA
Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Tujuan pengelolaan
kawasan ini adalah untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna
mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai
budaya, adat istiadat, mutu, dan keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan
yang berkelanjutan. Ketentuan kawasan peruntukan pariwisata adalah:
a. memadukan unsur pembangunan budaya dan pariwisata yang dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 32
b. memanfaatkan lingkungan, baik sumber daya alam maupun kondisi geografis,
dengan menerapkan keseimbangan hubungan manusia dengan alam untuk
mencegah pengrusakan alam;
c. pendekatan partisipatif untuk mengoptimalkan potensi lokal; dan
d. pendekatan kewilayahan, pengembangan produk wisata, dan pasar, yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan sistem wilayah.
Pengembangan pariwisata menunjang kontribusi pendapatan daerah apabila
dikelola secara profesional dan optimal. Potensi yang ada pada saat ini sudah cukup
memberikan harapan bagi pengembangan kawasan wisata yang baik. Kawasan
peruntukan pariwisata di Kota Jayapura adalah:
1. Kawasan peruntukan wisata alam meliputi:
a. Pantai Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;
b. Pantai Pasir II terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;
c. Pemancar Jayapura City terletak di Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan;
d. Pantai Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
e. Taman Wisata Teluk Youtefa terletak di Distrik Jayapura Selatan;
f. Pantai Holtekamp terletak di Kampung Holtekamp;
g. Sumber Air Panas Caurita Kali Moso terletak di Kampung Mosso Distrik Muara
Tami;
h. Pantai Skouw terletak di Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Mabo,
Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan
i. Danau Sentani terletak di Distrik Heram.
2. Kawasan peruntukan wisata budaya meliputi:
a. perkampungan mengelompok masyarakat adat meliputi:
1. Kampung Kayobatu terletak di Distrik Jayapura Utara;
2. Kampung Tahima Soroma dan Kampung Tobati terletak di Distrik Jayapura
Selatan;
3. Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kampung Koya Koso terletak di
Distrik Abepura;
4. Kampung Waena dan Kampung Yoka terletak di Distrik Heram; dan
5. Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan
Kampung Mosso terletak di Distrik Muara Tami; dan
b. bangunan/benda cagar budaya meliputi:
1. Gedung Negara terletak di Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 33
2. Kawasan Taman Imbi berupa Taman Imbi, Gedung Kesenian/Balai Budaya,
Gedung Sarinah, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Provinsi Papua
terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
3. Tugu Pepera terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;
4. Kawasan Kantor Gubernur terletak di Kelurahan Mandala Distrik Jayapura
Utara;
5. SPN Base-G terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara;
6. Tugu pendaratan sekutu terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura
Selatan;
7. Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank terletak di Kelurahan Hamadi Distrik
Jayapura Selatan;
8. Gedung FISIP Universitas Cenderawasih terletak di Kelurahan Kota Baru
Distrik Abepura;
9. Tugu pendaratan Jepang terletak di Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;
dan
10. Goa Jepang terletak di Kampung Skouw Yambe dan Kampung Skouw Mabo
Distrik Muara Tami.
3. Kawasan peruntukan wisata buatan meliputi:
a. Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Entrop dan Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan;
c. Kampung Enggros Distrik Abepura;
d. Kampung Waena dan Kampung Yoka Distrik Heram; dan
e. Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah,
Kampung Skouw Sae, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami.
TABEL IV.6 OBYEK WISATA ALAM
NO JENIS
OBYEK NAMA OBYEK LOKASI PANORAMA
1 Obyek Wisata Alam
Pantai Base-G Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara Pasir putih, laut jernih, ombaknya bergulung-gulung
Pantai Pasir II Kel. Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara Pasir putih, keindahan bawah laut
Pemancar Jayapura City Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan Pemandangan alam Kota Jayapura dari atas bukit
Pantai Hamadi Kel. Hamadi Distrik Jayapura Selatan Pasir berwarna, air jernih, ombak bergulung-gulung
Taman Wisata Teluk Youtefa
Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Abepura Fauna dan Flora, Ecoturism, Fishing, Diving, masyarakat adat Port Numbay
Pantai Holtekamp Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami Pasir berwarna, airnya jernih, tanaman bakau
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 34
NO JENIS
OBYEK NAMA OBYEK LOKASI PANORAMA
Sumber air panas Caurita Kali Moso
Kampung Mosso Distrik Muara Tami Air panas, batu putih, flora dan fauna
Pantai Skouw Kampung Skouw Yambe, Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami
Pasir berwarna, air jernih, ombak untuk selancar
Yoka Danau Sentani Kampung Yoka Distrik Heram Pemandangan Danau Sentani
2 Obyek Wisata Budaya/ Sejarah
Perkampungan Tradisional
- Kampung Kayobatu Distrik Jayapura Utara - Kampung Tahima Soroma dan Kampung
Tobati Distrik Jayapura Selatan - Kampung Enggros dan Kampung Nafri
Distrik Abepura
- Kampung Yoka Distrik Heram
- Kampung Skouw Mabo, Kampung Skouw Sae, Kampung Skouw Yambe, dan Kampung Mosso Distrik Muara Tami
Tarian tradisional, musik suling bambu, rumah adat, kehidupan masyarakat
Gedung Negara Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara Gedung Negara dulunya merupakan Istana Belanda tahun 1961
Tugu Pepera Kel. Bhayangkara Distrik Jayapura Utara Tugu pembebasan Irian Jaya
Kawasan Kantor Gubernur
Kel. Mandala Distrik Jayapura Utara Gedung Gubernur dulunya merupakan pemerintahan Belanda
Museum Uncen Kampus Uncen Benda-benda budaya khas Papua
Museum Negeri Waena Expo Benda-benda budaya khas Papua
Kawasan Taman Imbi Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara Tugu Yos Sudarso, Gedung Kesenian/Balai Budaya, Gedung Sarinah, Gedung DPRP
Tugu Pendaratan Tentara Sekutu
Hamadi Distrik Jayapura Selatan Peninggalan tank-tank sekutu pada PD II
Tugu Jepang Kel. Abepantai Distrik Abepura Tempat pesembayangan Tentara Jepang PD II
Bangkai Kendaraan Lapis Baja Tank
Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan Kendaraan yang digunakan dalam PD II
Goa Jepang Kp. Skouw Yambe dan Kp. Skouw Mabo Tempat persembunyian Jepang dari Sekutu
3 Obyek Wisata Buatan
Angkasa Kel. Angkasapura Distrik Jayapura Utara Pemandangan ke Laut Pasifik, hawa sejuk
Para-para di Skyline Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan Pemandangan ke Laut, Teluk Youtefa, Laut Pasifik, Peristirahatan Gubernur
Penangkaran Buaya Kelurahan Entrop Ditstrik Jayapura Selatan Penangkaran buaya untuk diambil kulitnya untuk dijadikan tas, dompet, ikat pinggang, sepatu, dan sebagainya
Teluk Youtefa Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan dan Kampung Enggros Distrik Abepura
Diving, Snorkelling, Power Boating, Sky Air, wisata rohani
Buper Kampung Waena Pemandangan ke Danau Sentani, Kota Abepura, Sirkuit Racing
Gelanggang Kampung Yoka Pemandangan ke Danau Sentani, memancing
Kolam Pancing Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kp. Skouw Sae, Kampung Mosso
Memancing, rekreasi
Sumber: RIPPDA Kota Jayapura Tahun 2011 dan Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata adalah:
a. kawasan peruntukan pariwisata ini diperuntukan bagi kegiatan yang bersifat
pemanfaatan obyek wisata maupun kegiatan penyediaan, pemeliharaan sarana dan
prasarana wisata, kegiatan promosi dan yang bersifat menunjang pariwisata. Dalam
rangka melindungi dan tidak merusak atau mengurangi nilai obyek wisata, segala
bentuk vandalisme dan kegiatan yang dapat mencemari lingkungan dilarang.
Sarana wisata, seperti hotel, motel, lapangan olahraga, dan sebagainya,
hendaknya ditempatkan di luar areal wisata yang menghendaki daya dukung
rendah, seperti taman wisata alam;
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 35
b. mendorong investor untuk mengembangkan prasarana dan sarana wisata di
masing-masing kawasan wisata di Kota Jayapura;
c. penetapan kawasan pengembangan pariwisata;
d. pengembangan obyek dan daya tarik wisata;
e. pengembangan aksesibilitas;
f. pengembangan fasilitas penunjang wisata; dan
g. pengembangan SDM dan kelembagaan.
4.2.6 KAWASAN PERUNTUKAN RUANG TERBUKA NON HIJAU
Ruang terbuka non hijau (RTNH) adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
yang tidak termasuk dalam kategori ruang terbuka hijau. Ketentuan kawasan
peruntukan ruang terbuka non hijau adalah:
a. bagian dari pekarangan di luar Koefisien Daerah Hijau;
b. bagian dari kawasan peruntukan RTH yang tidak ditumbuhi tanaman;
c. bagian dari fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang terbuka dan
tidak ditumbuhi tanaman;
d. bagian dari sarana dan fasilitas transportasi yang terbuka;
e. lahan parkir terbuka; dan
f. satu kesatuan dengan kawasan peruntukan permukiman, pusat perkantoran,
perdagangan dan jasa, serta industri.
Luas kawasan ruang terbuka non hijau adalah lebih kurang 3 ha. Ruang terbuka
non hijau di Kota Jayapura terdiri dari:
a. Lapangan olahraga tenis, voli, basket, bulu tangkis, trotoar, tugu, yang tersebar di
seluruh wilayah Kota; dan
b. Kawasan parkir di wilayah kota meliputi pusat-pusat kegiatan perdagangan dan
jasa dan pemerintahan.
Pemanfaatan dan pengelolaan ruang terbuka tidak hijau di Kota Jayapura adalah:
1. pengembangan ruang terbuka non-hijau untuk kegiatan sosial masyarakat dan
ruang evakuasi bencana;
2. pengembangan ruang terbuka non-hijau kawasan komersial, perkantoran, dan
perumahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi masyarakat; dan
3. penataan kembali ruang terbuka non-hijau yang telah mengalami penurunan fungsi
dan kualitas ruang.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 36
4.2.7 KAWASAN PERUNTUKAN PENDIDIKAN
Kawasan peruntukan pendidikan ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. karakter kawasan ini pada dasarnya membutuhkan ketenangan dan kemudahan
pencapaian. Keberadaan kawasan pendidikan yang telah ada di jalan utama dapat
dipertahankan, namun untuk pembangunan baru direkomendasikan untuk tidak
diletakkan pada jalan utama, terutama pada jalan arteri;
b. pengembangan sarana pendidikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), berada di
tengah-tengah kelompok keluarga, tidak menyeberang jalan raya, bergabung
dengan taman, sehingga terjadi pengelompokkan kegiatan. Persebarannya
terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;
Sekolah Dasar (SD), berada di tengah-tengah kelompok keluarga, tidak
menyeberang jalan raya, bergabung dengan taman, sehingga terjadi
pengelompokkan kegiatan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota
Jayapura;
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dapat dijangkau dengan kendaraan
umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak selalu harus di pusat
pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di Kota Jayapura;
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dapat
dijangkau dengan kendaraan umum, disatukan dengan lapangan olah raga, tidak
selalu harus di pusat pelayanan. Persebarannya terdapat di seluruh distrik di
Kota Jayapura.
Kawasan peruntukan pendidikan dengan luas lebih kurang 115 hektar meliputi:
a. Kelurahan Gurabesi dan Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara;
b. Kelurahan Ardipura dan Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
c. Kelurahan Vim, Kelurahan Kota Baru, dan Kelurahan Yobe Distrik Abepura;
d. Kelurahan Waena, Kelurahan Yabansai, dan Kampung Waena Distrik Heram; dan
e. Distrik Muara Tami.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pendidikan adalah:
a. pengembangan dan peningkatan status pendidikan tinggi; dan
b. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 37
4.2.8 KAWASAN PERUNTUKAN KESEHATAN
Kawasan peruntukan kesehatan di Kota Jayapura adalah lebih kurang 18 hektar
yang terletak di seluruh Distrik, dimana:
a. rumah sakit dengan pelayanan wilayah/regional di Papua berada di Kelurahan
Gurabesi;
b. pelayanan puskesmas tersebar di setiap Distrik;
c. Puskesmas Pembantu terdapat di seluruh kelurahan; dan
d. Posyandu tersebar di setiap unit lingkungan dan cenderung menggunakan
perumahan penduduk yang memiliki kapling yang luas dan/atau di kantor
lurah/kampung/distrik.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan kesehatan adalah:
a. peningkatan Rumah Sakit Tipe A terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik
Jayapura Utara;
b. pengembangan dan peningkatan Rumah Sakit Tipe B terletak di:
1. Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura;
3. Kelurahan Waena Distrik Heram;
4. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami.
c. pengembangan rumah sakit tipe C terletak di:
1. Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
2. Kelurahan Wahno Distrik Abepura; dan
3. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;
d. pengembangan puskesmas rawat inap di Kelurahan Koya Barat dan Kampung
Mosso Distrik Muara Tami; dan
e. pengembangan dan peningkatan penyediaan Posyandu di seluruh wilayah Kota.
4.2.9 KAWASAN PERUNTUKAN PERIBADATAN
Karakteristik kawasan ini membutuhkan ketenangan, namun tetap membutuhkan
kemudahan pencapaian. Penyediaan fasilitas peribadatan selama ini merupakan respon
atas kebutuhan rohani dari masyarakat sesuai perkembangan jumlah
warga/jemaat/jamaah yang harus dilayani, sehingga penyediaannya lebih merupakan
swadaya dari masyarakat sendiri. Persebarannya terdapat di seluruh wilayah Kota
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 38
dengan luas lebih kurang 35 hektar. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan
peruntukan peribadatan adalah:
1. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana; dan
2. penyediaan fasilitas parkir.
4.2.10 KAWASAN PERUNTUKAN RUANG EVAKUASI BENCANA
Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. lokasi mudah diakses dari kawasan rawan bencana;
b. relatif aman saat mengalami bencana;
c. tersedia utilitas dan sarana yang memadai; dan
d. merupakan bagian dari fasilitas sosial, fasilitas umum, dan perkantoran.
Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana meliputi:
a. GOR Cenderawasih terletak di Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara;
b. GOR SGO (Sekolah Guru Olahraga) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura
Utara;
c. GOR Waringin terletak di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura;
d. Kantor Walikota terletak di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan;
e. Jalan Holtekamp-PNG terletak di Distrik Muara Tami;
f. kawasan perkantoran pemerintahan terletak di seluruh Distrik;
g. ruang evakuasi kawasan pendidikan dan peribadatan terletak di seluruh Distrik;
h. Lapangan Sekolah Kepolisian Negara terletak di Kelurahan Tanjung Ria Distrik
Jayapura Utara;
i. Lapangan Trikora terletak di Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura;
j. kantor distrik terletak di Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami; dan
k. ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau terletak di seluruh wilayah Kota.
Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ini difungsikan sebagai pengembangan
ruang evakuasi bencana.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 39
4.2.11 KAWASAN PERUNTUKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Kriteria kawasan ini ditentukan khusus oleh intitusi pertahanan dan keamanan.
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan dengan luas lebih kurang 85 hektar
meliputi:
a. Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/CENDRAWASIH Jalan Polimak IV Atas
Kelurahan Ardipura Distrik Jayapura Selatan;
b. Zeni Tempur (Zipur) Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Hedam Distrik
Abepura;
c. Komando Resor Militer (Korem) 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura
Padang Bulan Distrik Abepura;
d. Korem 172/Prajawirayakti Jalan Raya Sentani-Abepura Kelurahan Waena Distrik
Heram;
e. Komando Distrik Militer (Kodim) 1701 Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara
Distrik Jayapura Utara;
f. Komando Rayon Militer (Koramil) 1701-02 Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura
Utara;
g. Komando Rayon Militer 1701-03 Jalan Raya Abepura Distrik Abepura;
h. Komando Rayon Militer 1701-09 Jalan Kelapa Dua Kelurahan Entrop Distrik
Jayapura Selatan;
i. Komando Rayon Militer 1701-22 Distrik Muara Tami;
j. Pos Militer (POM) terletak di Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura Utara;
k. Pangkalan Utama Angkatan Laut (LANTAMAL) 5 Jalan Amphibi 1 Kelurahan
Hamadi Distrik Jayapura Selatan;
l. Kantor Kepolisian Daerah Jalan Samratulangi Kelurahan Bhayangkara Distrik
Jayapura Utara;
m. Kantor Kepolisian Resor Jalan Ahmad Yani Kelurahan Gurabesi Distrik Jayapura
Utara;
n. Markas Besar Brigade Mobil (Brimob) Jalan Raya Abepura-Kotaraja Kelurahan Vim
Distrik Abepura;
o. Kantor Kepolisian Sektor di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, dan
Distrik Abepura;
p. Pos Polisi Skouw-Perbatasan terletak di Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami;
dan
q. Kawasan Radar TNI AU terletak di Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 40
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
adalah mempertahankan fungsi RTH kawasan pertahanan dan keamanan, sedangkan
pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan harus melalui kajian
yang komprehensif dan mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.
4.2.12 KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN
Kota Jayapura memiliki potensi bahan galian batuan, diantaranya:
pasir besi yang terdapat di Waena, Angkasa, dan Base G;
nikel yang terdapat di sepanjang kaki Pegunungan Cycloop;
batugamping/batu karang yang tersebar di Entrop, Polimak, Tanah Hitam, Koya Koso,
Koya Barat, Moso, dan Koya Tengah;
pasir dan batu (sirtu) tersebar di daerah Pasir II, Waena, Padang Bulan dan Yoka;
bentonit terdapat di daerah Nafri; tanah liat/batulempung terdapat di daerah Nafri,
Koya Timur, Koya Barat, Koya Tengah, Holtekamp, dan Koya Koso; dan
pasir besi terdapat di daerah Angkasa dan Waena.
Bahan galian ini tersebar sesuai dengan kondisi geologi (morfologi, stratigrafi dan
struktur geologi) Kota Jayapura. Eksploitasi bahan galian di Kota Jayapura telah
dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan berbadan hukum. Namun, kawasan
pertambangan eksisting tersebut berada pada kawasan lindung, permukiman padat
penduduk.
Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup
besar, maka kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif, seperti kerusakan
dan pencemaran lingkungan sekitar daerah kegiatan, rusaknya daerah-daerah
konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi (banjir, gerakan
tanah/longsor dan erosi/sedimentasi, dan menurunnya kualitas dan muka air tanah),
sehingga menyebabkan berkurangnya debit air permukaan.
Luas peruntukan pertambangan adalah lebih kurang 28 hektar yang berada di
Distrik Jayapura Selatan, Distrik Heram, dan Distrik Muara Tami, namun berdasarkan
pertimbangan di atas, maka pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan
pertambangan dilakukan melalui tahapan kajian lingkungan hidup.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 41
4.2.13 KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN
Kawasan peruntukan perikanan yang dimaksud adalah kawasan yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Kawasan ini memiliki luas lebih kurang
893 hektar meliputi:
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap terletak di semua Distrik yang memiliki
wilayah pantai; dan
b. kawasan peruntukan perikanan budi daya terletak di Distrik Abepura, Distrik Muara
Tami, dan Distrik Heram. Kawasan peruntukan perikanan budi daya terdiri atas
kawasan peruntukan perikanan budi daya air tawar, air payau (tambak), dan budi
daya laut.
1. Kawasan perikanan budi daya air tawar, terdiri dari kegiatan perikanan budi daya
kolam dan budi daya danau.
Pengembangan kegiatan perikanan budi daya kolam diarahkan di:
Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, dan Kampung Koya Tengah
Distrik Muara Tami; dan
Kampung Koya Koso Distrik Abepura.
Pengembangan kegiatan perikanan budi daya danau diarahkan di Kampung Yoka
dan Kampung Waena Distrik Heram.
2. Kawasan perikanan budi daya air payau (tambak) dikembangkan di Kampung
Holtekamp Distrik Muara Tami.
3. Kawasan perikanan budi daya laut dikembangkan di kawasan perairan Teluk
Youtefa, yaitu:
Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan; dan
Kampung Enggros, Kampung Nafri, dan Kelurahan Abepantai Distrik Abepura.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan adalah:
a. pengembangan minapolitan di Distrik Muara Tami dan Distrik Abepura.
Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra pembesaran, pembenihan, dan pengolahan
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya,
misalnya wisata.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 42
TABEL IV.7 RENCANA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN
NO JENIS KAWASAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN
PENGEMBANGAN LOKASI PENGEMBANGAN
1 Kawasan perikanan budi daya air tawar
a. Kawasan perikanan budi daya air tawar di kolam
Ikan mas, ikan nila, dan ikan lele Kelurahan Koya Barat Kelurahan Koya Timur Kampung Koya Tengah
Kampung Koya Koso
b. Kawasan perikanan budi daya air tawar di danau
Ikan mujair dan ikan gabus Kampung Yoka Kampung Waena
2 Kawasan perikanan budi daya air payau (tambak)
Ikan bandeng Kampung Holtekamp
3 Kawasan perikanan budi daya laut Ikan bandeng, kuwe (bobara), dan ikan karang lainnya, seperti ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek, ikan kerapu lumpur, ikan kakap putih, ikan napoleon, ikan sunu (lodi), dan ikan baronang.
Kawasan perairan Teluk Youtefa, yaitu:
Kampung Tobati Kampung Enggros Kampung Nafri Kelurahan Abepantai
4 Kawasan minapolis (kawasan pemasaran dan jasa)
Kawasan merupakan pusat pemasaran, informasi, serta pelatihan bagi masyarakat dalam hal teknologi pengolahan, budi daya perikanan, dan manajemen usaha dalam pengembangan minapolitan.
Pemasaran produk-produk minapolitan, baik ikan segar maupun produk olahan.
Pasar Youtefa Distrik Abepura
Sumber: Masterplan Pengembangan Minapolitan Budi daya di Kota Jayapura
b. pengembangan prasarana Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) di Distrik Muara Tami;
c. pengembangan dan pembangunan Pusat Pengolahan Ikan (PPI) terletak di PPI
Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan; dan
d. peningkatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Hamadi terletak di Kelurahan Hamadi
Distrik Jayapura Selatan.
4.2.14 KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN
Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan budi daya yang fungsi
utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian. Ketentuan kawasan peruntukan
pertanian adalah:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; dan
b. dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi dalam rangka intensifikasi
lahan.
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 43
Bangunan sub-terminal agribisnis (STA) di Koya Barat sudah dibangun oleh
Pemerintah Provinsi pada akhir tahun 2007, namun belum berfungsi sampai saat ini,
karena belum dilengkapi dengan peralatan penunjangnya. Pengembangan kawasan
pertanian di Distrik Muara Tami diarahkan pada pengembangan konsep agropolitan.
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian adalah:
1. kawasan pertanian tanaman pangan;
Kawasan pertanian pangan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan
bagi kegiatan pertanian pangan, karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang
sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk lahan
basah dalam menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Kesesuaian lahan kawasan tanaman pangan adalah
dataran rendah dan dataran tinggi, dengan bentuk lahan datar sampai berombak
(lereng
Bab IV Rencana Pola Ruang | IV - 44
kawasan ini tidak diperkenankan menanam tanaman semusim. Pengalihan fungsi
peruntukan kawasan perkebunan, khususnya kawasan non-pertanian, harus
mendapatkan persetujuan melalui lembaga perizinan yang sah.
Tanaman perkebunan yang dapat dikembangkan adalah kopi, kakao, kelapa sawit,
lada, karet, pinang, dan sirih. Luas kawasan peruntukan pertanian perkebunan
adalah lebih kurang 2.482 hektar terletak di:
a. Kelurahan Abepantai Distrik Abepura;
b. Kampung Koya Koso Distrik Abepura;
c. Kelurahan Koya Barat Distrik Muara Tami;
d. Kampung Koya Tengah Distrik Muara Tami;
e. Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami;
f. Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami;
g. Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami; dan
h. Kampung Skouw Y