4. marxist dan sosialis'

Post on 30-Jun-2015

322 views 0 download

Transcript of 4. marxist dan sosialis'

FEMINISME MARXIST DAN SOSIALIS

Materi KuliahSEJARAH DAN TEORI GENDER

JURUSAN SOSIOLOGI FISIPGANJIL 2013

TEORI FEMINISME MARXIS

SEJARAH Aliran feminisme marxis merupakan turunan dari

analisis Karl Marx dan Friedrich Engels tentang masyarakat industri yang dikuasi oleh kapitalisme

Isi konsep: produktifitas individu sudah dikuasi oleh kaum pemilik modal. Akibatnya, kaum buruh teralienasi dari kerja dan hasil-hasil produksi. Sehingga kelompok pekerja menjadi kelompok yang tunduk berada di bawah kekuasaan kaum kapitalis.

Aliran feminis marxis pun memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik terhadap kapitalisme. Asumsinya bahwa penindasan terhadap perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara-cara produksi.

Bahwa kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange).

Laki-laki mengontrol produksi pertukaran dan sebagai konsekwensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari kepemilikan.

Hal ini diperparah lagi dengan sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan, yang mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat, yakni borjuis dan proletar.

Teori Engels kemudian dikembangkan menjadi landasan aliran ini, di mana status perempuan jatuh karena adanya kekayaan pribadi (private property).

Jika kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaikai.

Oleh sebab itu, aliran ini bersama dengan faham marxisme mengadakan kritik utama terhadap kapitalisme.

Tokoh aliran ini antara lain Catharine MacKinnon. Ia menyatakan bahwa hubungan feminisme dengan marxisme adalah sebagaimana hubungan marxisme dengan ekonomi-politik klasik. Dimana kapitalisme merupakan puncak kritik.

Selanjutnya, Sheila Rowbothman menunjukkan bagaimana pemisahan kerja (produksi) dengan waktu pemanfaatan (konsumsi), pemisahan yang hanya ada pada laki-laki dan tidak ada pada perempuan.

Konsep sosial mengenai rumah sebagai tempat pelarian dari dunia kerja memberikan topeng pada kerja berdasarkan jenis kelamin.

Konsep ini mengaburkan kerja perempuan di rumah, memperlihatkan kenyataan bahwa kerja domestik membantu mereproduksi kapitalis dan masyarakat kapitalis.

PENGERTIAN

Feminisme marxis adalah analisa status status perempuan melalui melalui seperangkat sistem dan struktur sosial.

Menurut aliran ini, demoninasi terhadap perempuan tidak disebabkan oleh aksi individu yang terjadi serentak, melainkan secara komunal yang berkaitan dengan kapitalisme.

Itu berarti sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi membuat perempuan tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan laki-laki.

PENDEKATAN YANG DIKEMBANGKAN

Berangkat dari analisis Marx, aliran ini melihat pekerjaan sebagai penyebab kaum perempuan tidak dapat berdiri sejajar dengan laki-laki.

Hal ini juga berkaitan dengan teori Engels tentang keluarga. Pekerjaan rumah tangga kaum perempuan tidak dianggap penting dan bukan merupakan pekerjaan esensial.

Akibatnya, ketika terjun ke ruang publik, perempuan akan diberi pekerjaan-pekerjaan domestik dengan perolehan upah yang rendah.

Feminisme Marxisme menyatakan bahwa penindasan perempuan merupakan wajah dari sistem kapitalisme terhadap pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.

Feminisme Marxist mendukung hak-hak perempuan dalam hal kesempatan kerja dan upah yang sama bagi laki-laki dan perempuan.

GERAKAN YANG DIHASILKAN Cara yang diupayakan kaum feminisme

marxist ialah membuka kesepatan yang seluas-luasnya bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif dan tidak terasing dari hasil-hasil produksi yang mungkin dicapainya.

Oleh karena itu, di abad ke-19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan kerja dan hak mnerima upah yang sama di kalangan perempuan, terutama buruh-buruh di pabrik tekstil dan garmen.

Di Indonesia, gerakan ini tidak terlalu dominan dan tidak terorganisasi, namun gerakan kelompok dan individu terlihat dalam aksi tokoh buruh perempuan seperti Marsinah dan Dyah Indah.

TEORI FEMINISME SOSIALIS

SEJARAH

Aliran ini merupakan salah satu aliran feminisme utama dari feminisme barat, terutama di Eropa dan Amerika.

Aliran ini lahir sebagai kritik terhadap Marxis, karena merurut sosialis bahwa patriarkhi sudah ada sebelum kapitalisme sebelum menindas perempuan.

Patriarkhi dan kapitalisme merupakan dua faktor yang sejalan dalam melakukan eksploitasi terhadap perempuan, bahkan patriakrkhi tidak dapat berubah meskipun kapitalisme runtuh.

Gelombang feminisme ini kental terjadi di Amerika serikat, dengan bergaungnya tulisan Betty Friedan dengan judul The Feminine Mystique, tahun 1963,

Terlebih setelah Friedan membentuk organisasi perempuan dengan nama, National Organtization for Woman (NOW), yang berjuang tentang kondisi kerja yang dapat dinikmati oleh perempuan dan memperoleh gaji yang sama dengan laki-laki, serta aqual act, perempuan memiliki hak pilih secara penuh dalam semua bidang kehidupannya.

PENGERTIAN Nancy Freser mengatakan bahwa di Amerika

Serikat, keluarga inti dikepalai oleh laki-laki, dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara, dan para pekerja resmi dimotori oleh peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin.

Feminisme Sosialis percaya bahwa perempuan adalah penduduk kelas dua dalam masyarakat kapitalisme-patriarkhis yang menggantungkan keberlangsungan hidupnya kepada eksploitasi para pekerja dan juga perempuan.

Oleh sebab itu, mentransformasi kepemilikan alat-alat produksi dan pengalaman sosial karena akar pendindasan perempuan itu pada faktor ekonomi.

Patriarkhi sudah lama membatasi akses-akses kaum perempuan terhadap sumber-sember ekonomi dan tidak mengijinkan perempuan melakukan kontrol terhadap seksualitas dan kapasitas reproduksinya.

Berangkat dari kedua kenyataan di atas, kapitalisme dan patriarkhi dianggap bekerjasana melakukan subordinasi terhadap perempuan.

Kapitalisme “dimodali” tenaga kerja perempuan, anak-anak dan laki-laki, tetapi modal tersebut kemudian dialihkan pada kaum laki-laki proletar.

Rumah tangga akan “hancur” jika isteri proletar membantu mencari nafkah di luar.

Aliran feminis sosialis melakukan analisa terhadap kapitalisme barangkat dari gagasan yang menganalisa faktor-faktor ekonomi materialisme

Sementara analisis patriarkhi bertolak pada gagasan non material dengan memperhatikan kehidupan perempuan dan keluarga dalam hubungan dengan fungsi ekonomi, bio-sosial (fisik dan kerja) dan ideologis (anggapan masyarakat terhadap bagaimana perempuan harus memperlakukan laki-laki).

PENDEKATAN YANG DIKEMBANGKAN

Feminisme Sosialis memberikan tekanan terhadap pembagian kerja secara seksual.

Tekanan ini mengasilkan tesis yang menyebutkan bahwa marginalisasi perempuan dan fungsinya sebagai kekuatan kerja sekunder merupakan karakteristik kapitalisme.

Sebelum kapitalisme menggelembung, kaum perempuan sebenarnya memiliki modal yang membuat dia tidak harus bergantung pada laki-laki. Namun kemitraan hancur karena kekuatan kapitalis yang menciptakan batasan yang tegas dan jauh antara rumah dan lingkungan kerja (terjadi pada jaman Aufklarung).

Kapitalisme merubah perempuan dari faktor primer menjadi tenaga kerja cadangan (sekunder).

Cara penyelesaian yang ditawarkan oleh feminisme sosialisme ialah menghancurkan ideologi dan sistem kapitalisme dan juga patriarkhi, dengan menciptakan sistem masyarakat egaliter dan memberikan kesempatan setara bagi semua masyarakat untuk memperoleh akses-akses ekonomi, pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial-domestik.

GERAKAN YANG DIHASILKAN

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarkhi dan kapitalisme yang membentuk sistem ganda (duak-system theory) dan sistem menyatu (unified system theory).

Sehingga, agenda perjuangan feminisme sosialis untuk memerangi dan menghapus kapitalisme dan sistem patriarkhi.

Terutama ditujukan pada sistem perkawinan yang melegalkan perempuan sebagai milik patriarkhi.

Slogan utama aliran ini ialah “egalitarian dan equality”.

Tidak ada perjuangan kemerdekaan dan kesetaraan masyarakat yang mengabaikan perempuan. Atau dengan kata lain, tidak ada perjuangan sosialisme, jika ia mengabaikan kepentingan dan nasib perempuan.

Aliran ini banyak bergerak dalam organisasi perempuan yang berafiliasi dengan organisasi besar yang memperjuangkan hak kaum miskin dan perjuangan kemerdekaan.

Kampanye mereka sejalan dengan kampanye gerakan organisasi induk yakni perjuangan pembebasan dan kesetaraan.

Di Indonesia feminisme terlihat dalam perjuangan GERWANI (berafiliasi dengan PKI), Isteri Buruh (berafiliasi dengan Partai Buruh) dan lain sebagainya.

S E L E S A I