Post on 05-Jan-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk dunia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang
semakin pesat. Pada tahun 1650 penduduk Amerika Selatan sebesar 113 juta jiwa,
tahun 1750 menjadi 152,4 juta jiwa, dan tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi,
dalam dua abad jumlahnya menjadi tiga kali lipat. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab masalah kemiskinan dan kekurangan pangan di beberapa negara di dunia
(Mantra, 2007). Sedangkan jumlah penduduk Indonesia menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2015 adalah sebesar 255.461.686 jiwa. Jumlah penduduk yang
besar ini dapat menyebabkan timbulnya suatu permasalahan baru, yaitu kepadatan
penduduk. Jumlah manusia yang semakin bertambah secara tidak langsung akan
berpengaruh pada lingkungannya karena memang sejak awal berada di muka bumi ini
manusia telah berinteraksi dengan lingkungannya.
Aktivitas hidup manusia akan terpenuhi dengan memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam di sekitarnya. Bumi merupakan lingkungan tempat manusia
melakukan aktivitas. Kebutuhan manusia di bumi semakin meningkat sehingga juga
membutuhkan peningkatan sumber daya dan teknologi namun perkembangan
teknologi justru memberikan dampak terhadap lingkungan yang semakin
memprihatinkan (Utina & Baderan, 2013:4). Masalah lingkungan bukanlah sesuatu
yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah
kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan. Dalam hal ini, kerusakan
lingkungan merupakan akibat dari bertambahnya jumlah penduduk serta
meningkatnya kebutuhan hidup manusia (Mantra, 2000 dalam Utina & Baderan,
2013:4).
Salah satu dampak kepadatan jumlah penduduk di Indonesia adalah adanya
perubahan iklim. Indonesia dengan keunikannya sebagai negara kepulauan,
keanekaragaman hayati yang tinggi, dan jumlah penduduk yang besar memiliki peran
atau kontribusi yang unik dalam konteks perubahan iklim. Saat ini, berita perubahan
1
2
iklim dan pemanasan global semakin menunjukkan peningkatan yang salah satunya
dipicu oleh perilaku penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan distribusinya
terkonsentrasi di beberapa daerah yang secara fisik merupakan daerah rentan
perubahan iklim (BkkbN, 2012). Pemanasan global memiliki dampak yang sangat
berbahaya. Perubahan iklim yang drastis serta naiknya permukaan air laut merupakan
sebagian contoh dampak dari efek Global Warming. Pertambahan penduduk yang
diiringi dengan laju pertumbuhan transportasi juga menyebabkan tidak terkontrolnya
pencemaran. Emisi gas buang kendaraan, polusi pabrik, efek rumah kaca dan
penebangan hutan secara besar merupakan hal utama penyebab Global Warming
(Pratama, 2015).
Pemanasan global masih merupakan sebagian kecil permasalahan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia terhadap lingkungan. Pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan rendahnya kualitas penduduk yang disertai dengan pengaruh negatif
dari aktivitas dan pola konsumsi serta perkembangan teknologi menghasilkan tekanan
pada lingkungan. Tekanan penduduk yang melampai daya dukung dan daya tampung
lingkungan akan memicu berbagai permasalahan. Kepadatan penduduk pedesaan
mendorong gerak penduduk dari desa ke kota, yang membawa dampak di perkotaan
seperti meningkatnya jumlah pengangguran, kemiskinan, pemukiman liar, kawasan
kumuh, dan masalah tumpukan sampah. Secara global tekanan penduduk akan
meningkatkan beban pencemaran lingkungan, meningkatnya konversi lahan, dan
memicu kerawanan pangan serta meningkatnya penyediaan air bersih (BkkbN, 2012).
Adanya laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menimbulkan
implikasi negatif yang cukup luas terhadap hasil pembangunan yang telah dicapai
selama ini, di antaranya adalah gangguan lingkungan karena daya dukung alam yang
tidak memadai dan tidak disesuaikan, semakin tingginya angka pengangguran
sehingga menambah jumlah kemiskinan, dan timbulnya berbagai permasalahan sosial
lainnya, seperti tindak kriminal, gelandangan, pengemis serta berbagai permasalahan
lainnya yang multidimensional yang cenderung merugikan pembangunan itu sendiri
dan mengancam keberlanjutannya (Ekwarso & Sari, 2010).
3
Beberapa permasalahan lingkungan yang telah disebutkan di atas merupakan
suatu hal yang perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai dinamika kependudukan di Indonesia, masalah kependudukan di
Indonesia khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, dan solusi masalah densitas
kependudukan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) bagaimanakah dinamika kependudukan di Indonesia?
2) bagaimanakah masalah densitas kependudukan di Indonesia yang berkaitan
dengan lingkungan?
3) bagaimanakah solusi masalah densitas kependudukan di Indonesia?
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut:
1) untuk mengetahui dinamika kependudukan di Indonesia.
2) untuk mengetahui masalah densitas kependudukan di Indonesia yang berkaitan
dengan lingkungan.
3) untuk mengetahui solusi masalah densitas kependudukan di Indonesia.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Dinamika Kependudukan di Indonesia
2.1.1 Pengertian Dinamika Kependudukan
Dinamika penduduk terdiri atas dua suku kata yaitu dinamika dan penduduk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2010), dinamika merupakan gerak
atau kekuatan dan tenaga yang menggerakan. Penduduk merupakan sejumlah
manusia yang mendiami wilayah yang sama, berpemerintahan yang sama dan terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Sedangkan dalam bukunya
Syamsuri (1992) menyatakan, perubahan jumlah penduduk setiap tahunnya
dinamakan dinamika kependudukan. Oleh karena itu dinamika kependudukan
merupakan keadaan yang bersifat dinamis karena selalu mengalami perubahan
penduduk yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang
bersangkutan.
2.1.2 Faktor Penentu Dinamika Populasi Kependudukan
Beberapa faktor penentu terjadinya dinamika populasi kependudukan menurut
Syamsuri (1992) adalah sebagai berikut.
1) Natalitas
Natalitas atau laju kelahiran merupakan angka yang menunjukan jumlah bayi
yang dilahirkan untuk setiap 1000 orang penduduk pertahun. Laju kelahiran juga
sering disebut tingkat kelahiran, fertilitas, atau angka kelahiran. Laju kelahiran
memiliki beberapa macam, diantaranya:
a. Laju Kelahiran Kasar banyaknya kelahiran yang hanya membandingkan dengan
jumlah penduduk tanpa memperhatikan orang yang tidak mungkin melahirkan
seperti anak, pria, bujangan dan wanita yang telah mengalami menopause.
b. Laju Kelahiran Spesifik banyaknya kelahiran yang membandingkan dengan
jumlah wanita pada kelompok umur tertentu yang secara potensial dapat
melahirkan.
4
5
c. Laju Kelahiran Total banyaknya kelahiran yang membandingkan dengan 1000
wanita yang secara potensial mampu melahirkan.
Berikut merupakan tabel tingkat laju kelahiran berdasarkan laju kelahiran kasar.
Tabel 2.1Tabel Tingkat Laju Kelahiran
Rentang Kelajuan Kategori
< 20 Rendah
20 – 30 Sedang
> 30 Tinggi
Sumber: (Syamsuri, 1992: 80) dengan perubahan.
2) Mortalitas
Mortalitas atau laju kematian merupakan angka yang menunjukan banyaknya
kematian untuk setiap 1000 orang per-tahun. Laju kematian juga disebut tingkat
kematian, atau angka kematian. Macam laju kematian sebagai berikut:
a. Laju Kematian Kasar banyaknya kematian yang memperbandingkan dengan
semua penduduk.
b. Laju Kematian Spesifik banyaknya kematian yang menujukan untuk setiap
1000 orang yang berjenis kelamin tertentu pada umur tertentu pula.
Berikut merupakan tabel tingkat laju kematian berdasarkan laju kelahiran kasar.
Tabel 2.2 Tabel Tingkat Laju Kematian
Rentang Kelajuan Kategori
< 14 Rendah
14 – 18 Sedang
>18 Tinggi
Sumber: (Syamsuri, 1992: 81) dengan perubahan.
3) Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain.
Perpindahan tersebut dapat berlangsung dalam jarak dekat, dari desa ke desa atau
jauh misalnya menyebrangi lautan dan menuju negara lain. Berikut merupakan macan
migrasi:
6
a. Urbanisasi perpindahan penduduk yang berlangsung dari desa kecil menuju
kota yang lebih besar.
b. Transmigrasi perpindahan penduduk yang berlangsung dalam suatu negara.
c. Emigrasi perpindahan penduduk dari luar negeri menuju dalam negeri.
d. Imigrasi perpindahan penduduk dari dalam negeri keluar negeri.
2.1.3 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk merupakan kenaikan jumlah penduduk dari waktu ke
waktu. Pertumbuhan penduduk ditentukan oleh laju pertumbuhan penduduk, yaitu
angka yang menunjukan banyaknya pertumbuhan penduduk untuk setiap 1000 orang
penduduk pertahun dan ditentukan oleh selisih antara natalitas dengan mortalitas serta
oleh selisih imigrasi dan emigrasi. Rumus yang sering digunakan yaitu:
P = [l – m] + [i – e]
Keterangan: P = laju pertumbuhan penduduk (%)
l = laju kelahiran (%)
m = laju kematian (%)
i = jumlah imigran, dihitumg untuk setiap 100 penduduk (%)
e = jumlah emigran, dihitumg untuk setiap 100 penduduk (%)
Pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat disebut sebagai
pertumbuhan eksponensial, karena pertambahan penduduk berdasar suatu prosentase
yang konstan sehingga sering kali digambar berdasar deret ukur. Dan sering juga
disebut ledakan penduduk karena jumlah penduduk terus bertambah karena laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut perkiraan para ahli, apabila pertumbuhan penduduk suatu negara
sebesar 1% pertahun, maka jumlah penduduknya akan berlipat dua kali dalam waktu
70 tahun, apabila sebesar 2% pertahun, maka penduduknya akan berlipat dua kali
dalam 35 tahun, dan apabila sebesar 3% pertahun akan berlipat dua kali dalam 24
tahun.
7
2.1.4 Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Idonesia tidak merata. Meurut Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2005 sebagian besar penduduk Indonesia yaitu 58.8% dari seluruh
populasi berada di pulau jawa yang luasnya hanya 6.9% dari seluruh pulau di
Indonesia.
Tabel 2.3 Distribusi Persentase Luas dan Penduduk menurut Pulau
Pulau
Luas
wilay
ah
(%)
Penduduk (%)
1930 1961 1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005
1. Jawa dan
Madura 6.9 68.7 65.0 63.8 61.9 60.9 60.0 58.9 59.1 58.8
2. Sumatera 24.7 13.5 16.2 17.5 19.0 19.9 20.3 21.0 20.7 21.0
3.
Kalimantan 28.1 3.6 4.2 4.4 4.5 4.7 5.1 5.5 5.5 5.5
4. Sulawesi 9.9 6.9 7.3 7.1 7.1 7.0 7.0 7.3 7.3 7.2
5. Pulau
lainnya 30.4 7.3 7.3 7.2 7.5 7.5 7.6 7.3 7.4 7.5
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Asmanedi dan Wiyono, 2007.
2.2 Masalah Densitas Kependudukan di Indonesia yang Berkaitan dengan
Lingkungan
2.2.1 Pengertian Densitas Kependudukan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), densitas berarti kerapatan
atau kepadatan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
8
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, kependudukan adalah
hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran,
mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut
politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat.
Adapun definisi lain menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas
ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono,
1992).
b. Densitas kependudukan atau kepadatan penduduk adalah perbandingan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah yang dihuni (Mantra, 2007).
Merujuk dari beberapa definisi diatas, secara umum densitas kependudukan
dapat dikemukakan sebagai jumlah individu per satuan daerah.
2.2.2 Kriteria Densitas Kependudukan
Adapun kriteria atau penggolongan dari densitas kependudukan, yaitu:
a. Kepadatan Arithmatik
Kepadatan arithmatik adalah jumlah penduduk rata-rata per kilometer persegi
daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas penduduk. Jenis
kepadatan ini merupakan kepadatan tradisional, paling mudah perhitungannya.
b. Kepadatan Fisiologis
Kepadatan fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah luas dari
tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif dalam hal ini adalah
tanah yang digarap.
c. Kepadatan Agraris
Kepadatan agraris adalah jumlah penduduk yang bertani dari setiap kesatuan
tanah yang dikerjakan untuk pertanian.
d. Kepadatan Ekonomis
Kepadatan ekonomis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin
penghidupannya oleh tiap kesatuan wilayah tanah (kesatuan luas tanah). Perhitungan
9
ini tidak hanya tergantung dari sektor pertanian tapi juga sektor industri dan
perdagangan. Kepadatan jenis ini dipengaruhi oleh:
1) Kesuburan tanah,
2) Tingkat intensitas dalam bertani,
3) Jarak dengan kota industri makmur,
4) Tingkat kebutuhan rohani penduduk.
Berdasarkan kepadatan penduduknya, setiap daerah dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu :
a. Kelebihan Penduduk (over population)
Kelebihan penduduk adalah keadaan daerah tertentu selama waktu yang
terbatas, bahan untuk keperluan hidup tidak mencukupi kebutuhan daerah tersebut
secara layak. Daerah yang mengalami kelebihan penduduk biasanya akan mengalami
kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk (pangan, sandang dan tempat
tinggal).
b. Kekurangan Penduduk (under population)
Kekurangan penduduk adalah keadaan suatu daerah tertentu, dimana keadaan
jumlah penduduk sudah sedemikian kecilnya, sehingga sumber alam yang ada hanya
sebagian yang mampu untuk dimanfaatkan.
c. Penduduk Optimum (optimum population)
Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang sebaik-baiknya berdasarkan
daerah tertentu. Penduduk dapat berproduksi maksimum perkapita berdasarkan
sumber alam yang tersedia dan teknologi yang berkembang.
2.2.3 Hubungan Densitas Kependudukan dengan Masalah Lingkungan
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Pada
daerah dengan kepadatan yang tinggi akan menimbulkan permasalahan sosial
ekonomi, kesejahteraan, keamanan, ketersediaan lahan, air bersih dan kebutuhan
pangan. Dampak yang paling besar adalah kerusakan lingkungan. Semua kebutuhan
manusia dipenuhi dari lingkungan, karena lingkungan merupakan sumber alam yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Christiani dkk., 2012).
10
Kepadatan penduduk di Indonesia lebih terkonsentrasi tinggi di daerah Pulau
Jawa. Ada beberapa asumsi penyebab kepadatan tersebut yaitu :
1) tingginya tingkat pertumbuhan penduduk,
2) banyaknya migrasi nasional dari pulau lain ke Pulau Jawa, yang umumnya
bertujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik,
3) kesadaran untuk bertransmigrasi masih rendah,
4) tinjauan historis, yaitu kerajaan besar zaman dahulu (yang memiliki kejayaan
besar) ada di Pulau Jawa, sehingga pusat kegiatan penduduk ada di daerah
tersebut.
Jumlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin
meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu:
1) semakin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena
lahan tersebut dipakai untuk pemukiman.
2) semakin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih
untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan
bertambahnya kebutuhan air bersih. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih
menurun.
3) pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya,
kebutuhan alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi
meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat
persediaan minyak bumi makin menipis.
4) pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah
tangga, seperti sampah. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
(Siregar, dkk, 2013).
Menurut Syamsuri (1992), masalah pokok kependudukan Indonesia, yaitu: (1)
laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, (2) penyebaran penduduk yang
tidak merata, (3) kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan, (4) timbulnya
tekanan pada penduduk, (5) banyaknya pegangguran karena kurangnya lapangan
kerja, (7) masalah pangan, (8) sandang, (9) perumahan, (10) fasilitas kesehatan, (11)
pendidikan, dan (12) perhubungan.
11
2.3 Solusi Masalah Densitas Kependudukan di Indonesia
Masalah kependudukan adalah masalah dunia yang dirasakan oleh negara maju
maupun berkembang, namun dampaknya yang berbeda. Di negara maju, akibat
pertambahan penduduk lebih pada pencemaran lingkungan karena perkembangan
IPTEK. Sedangkan di negara berkembang permasalahannya mengenai cara
meningkatkan kualitas hidup penduduk serta cara meningkatkan penyediaan
kebutuhan pokok yang tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan penduduk
(Syamsuri, 1992).
Masalah kependudukan merupakan masalah internasional maka pemecahannya
memerlukan kerjasama dan koordinasi antarnegara. Misalnya masalah pangan,
pendidikan, kesehatan, pencemaran, dan narkotika. PBB menetapkan tahun 1974
sebagai Tahun Kependudukan Dunia (World Population Year) (Syamsuri, 1992).
Selain itu, untuk mengatasi masalah kepadatan kependudukan dapat dilakukan
dengan upaya, yaitu :
1) melaksanakan sosialisasi pengendalian penduduk untuk mewujudkan
pembangunan berwawasan kependudukan terutama pada Pasangan Usia Subur
maupun kepada generasi muda melalui media massa baik cetak maupun
elektronik,
2) meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan semakin sadar
akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka
diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan
keluarga berencana,
3) mempermudah dan meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, sehingga
keinginan untuk segera menikah dapat dihambat, dan
4) mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi. Dengan menyebar
penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah
diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara
jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia (Soemarwoto,
2007).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pada pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Dinamika kependudukan merupakan keadaan yang bersifat dinamis karena
selalu mengalami perubahan penduduk yang dapat menimbulkan perubahan
dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Dinamika kependudukan
dipengaruhi oleh natalitas, mortalitas, dan migrasi. Persebaran penduduk di
Idonesia tidak merata. Meurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005
sebagian besar penduduk Indonesia yaitu 58.8% dari seluruh populasi berada
di pulau jawa yang luasnya hanya 6.9% dari seluruh pulau di Indonesia.
(2) Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Pada
daerah dengan kepadatan yang tinggi akan menimbulkan permasalahan sosial
ekonomi, kesejahteraan, keamanan, ketersediaan lahan, air bersih dan
kebutuhan pangan. Dampak yang paling besar adalah kerusakan lingkungan.
Semua kebutuhan manusia dipenuhi dari lingkungan, karena lingkungan
merupakan sumber alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
(3) Masalah kependudukan merupakan masalah internasional maka pemecahannya
memerlukan kerjasama dan koordinasi antarnegara. Misalnya masalah pangan,
pendidikan, kesehatan, pencemaran, dan narkotika. PBB menetapkan tahun
1974 sebagai Tahun Kependudukan Dunia (World Population Year).
3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis antara lain sebagai berikut.
(1) Mahasiswa sebaiknya mempelajari mengenai dinamika kependudukan dan
juga permasalahannya sehingga dapat memberikan solusi yang positif,
khususnya yang berkaitan dengan lingkungan.
(2) Mahasiswa perlu melaksanakan penelitian mengenai permasalahan lingkungan
hidup.
12