Post on 20-Nov-2020
42 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah PT. Sinar Sosro
Pada mulanya bisnis ini dilakukan oleh Keluarga Sosrodjoyo di
Kota Slawi, Jawa Tengah pada tahun 1940 dengan memproduksi dan
memasarkan teh seduh merek “ Teh Cap Botol”. Kemudian pada tahun 1965
Keluarga Sosrodjoyo memperluas bisnis mereka menuju Jakarta dengan
melakukan strategi “cicip rasa” ke beberapa pasar – pasar, memasak dan
menyeduh langsung ditempat. Setelah siap, teh itu kemudian dibagikan
kepada orang – orang yang ada dipasar. Namun cara ini kurang berhasil
karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau
lama sehingga pengunjung dipasar yang ingin mencicipinya tidak sabar
menunggu.
Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi
dimasukkan ke dalam panci – panci besar untuk selanjutnya dibawa kepasar
dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi – lagi cara ini kurang berhasil
karena Teh yang dibawa tumpah selama perjalanan dari kantor ke pasar. Hal
ini disebabkan karena pada waktu itu jalanan di Jakarta masih berlubang dan
belum sebagus sekarang.
Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh dan
dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup
menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung
dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya.
Tahun 1969, diputuskan untuk menjual minuman teh dalam
kemasan botol secara massal dengan nama Tehbotol Sosro. Nama “Tehbotol”
diambil dari teh seduh merek “Teh Cap Botol”, yang saat itu sudah mulai
terkenal di Jakarta dan “Sosro” dari nama keluarga pendiri yakni “Sosrodjojo”
Agar bisa melayani pasar dengan lebih baik, Soegiharto Sosrodjojo
dan saudara–saudaranya memutuskan untuk memisahkan usaha teh siap
43 Universitas Kristen Petra
minum dalam kemasan dari usaha teh seduh keluarga Sosrodjojo yakni dengan
mendirikan sebuah perusahaan baru. Perusahaan baru ini diharapkan akan bisa
lebih fokus dalam melayani dan mengembangkan pasar minuman teh siap
minum dalam kemasan botol beling.
Pada tanggal 17 Juli 1974, Soegiharto Sosrodjojo dan saudara –
saudaranya resmi mendaftarkan perusahaan baru tesebut dengan nama PT.
Sinar Sosro, yang berdomisili di Jalan Raya Sultan Agung KM 28, Medan
Satria, Bekasi – yang juga merupakan lokasi pabrik pertama Tehbotol Sosro
sekaligus merupakan pabrik Teh siap minum dalam kemasan yang pertama di
Indonesia dan di dunia.
PT. Sinar Sosro sekarang sudah dikelola oleh generasi ke- 3
Keluarga Sosrodjojo, berikut para pendiri PT. Sinar Sosro :
Gambar 4.1 Foto para pendiri PT Sinar Sosro
Sumber : www.sosro.com
Soemarsono Sosrodjojo
Soegiharto Sorodjojo
Soejipto Sosrodjojo
Surjanto Sosrodjojo
4.2. Identitas PT. Sinar Sosro
PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur berlokasi di Jalan Letjen Sutoyo
49 – 51, Waru, Sidoarjo. Telepon ( 031 ) 854 3237 ( 031 ) 853 2997. PT. Sinar
Sosro memiliki website resmi yaitu www.sosro.com. PT Sinar Sosro bergerak
44 Universitas Kristen Petra
di bidang industri, yaitu minuman dalam kemasan. Berikut ini adalah produk
yang sudah dimiliki PT. Sinar Sosro yaitu : minuman kemasan siap minum
(Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, Sosro Joy Green Tea, S-Tee, Country
Choice, Happy Jus, Tebs, Air Mineral Prim-a, Creso)
Gambar 4.2. Foto Produk PT. Sinar Sosro
Sumber : www.sosro.com
4.1.2. Pabrik PT. Sinar Sosro Mojokerto
PT. Sinar Sosro KPB Mojokerto berlokasi di Jalan Ir. Sutami Lingkar
Awang – Awang Mojosari, Mojokerto. PKN dilaksanakan didua tempat yaitu
Kantor Penjualan Wilayah Jawa Timur yang terletak di Waru dan Pabrik PT.
Sinar Sosro yang terletak di Mojosari, Mojokerto. Pabrik Mojokerto ini adalah
pabrik yang paling baru, yaitu didirikan pada tahun 2008 dengan memiliki
auditorium terbesar daripada pabrik – pabrik dikota lain. Karena tergolong pabrik
baru, mesin produksi yang dimiliki baru satu dan hanya bisa memproduksi
minuman kemasan kaca.
45 Universitas Kristen Petra
Hingga saat ini, PT. Sinar Sosro sudah memiliki 13 pabrik yang
tersebar di wilayah Pulau Sumatera, Jawa dan Bali.
Gambar 4.3. Peta penyebaran Pabrik PT. Sinar Sosro
Sumber : File milik Public Relations PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
Gambar 4.4 Peta penyebaran Pabrik PT. Sinar Sosro
Sumber : File milik Public Relations PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
46 Universitas Kristen Petra
4.1.3. Pengertian Logo
Gambar 4.5. Logo PT. Sinar Sosro
Sumber : File milik Public Relations PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
- Warna merah dan putih pada logo melambangkan produk Sosro adalah
produk Indonesia. Warna ini merepresentasikan warna bendera
Indonesia yaitu merah dan putih.
- Logo berbentuk lingkaran merepresentasikan bentuk globe. Bentuk
globe ini bisa mengartikan global yaitu dengan harapan produk PT.
Sinar Sosro bisa menjadi merek yang mengglobal / mendunia.
- Tulisan ‘SOSRO’ dibuat miring dari bawah ke kanan atas mengartikan
bahwa harapannya adalah PT. Sinar Sosro semakin lama akan semakin
meningkat dalam segala hal.
- Kata – kata untuk PT. Sinar Sosro sendiri memiliki arti yaitu Ribuan
Sinar. Walaupun Sosro diambil dari nama pendirinya, namun dalam
arti bahasa jawa, Sosro artinya adalah ribuan.
4.1.4. Filosofi PT. Sinar Sosro
Dasar atau Filosofi PT. Sinar Sosro adalah Niat Baik yang
dijabarkan dalam 3K dan RL yakni :
- Peduli terhadap KUALITAS
- Peduli terhadap KEAMANAN
- Peduli terhadap KESEHATAN Produk
47 Universitas Kristen Petra
- Serta RAMAH LINGKUNGAN
4.1.5. Visi dan Misi PT. Sinar Sosro
Visi PT Sinar Sosro adalah :
Menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang dapat memenuhi
konsumen kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah untuk
semua pihak terkait.
Misi PT. Sinar Sosro adalah :
- Membangun merek Sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas
dan unggul.
- Melahirkan merek dan produk baru baik yang berbasis teh maupun non
teh dan menjadikannya pemimpin pasar pada kategorinya masing-
masing.
- Memimpin jaringan distribusi nasional dan membangun jaringan
distribusi internasional
- Menciptakan dan memlihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang, baik dalam volume penjualan maupun jumlah pelanggan
- Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang
sesuai dengan nilai – nilai utama perusahaan
- Memberikan kepuasan kepada para konsumen dan pelanggan
- Memberikan kontribusi terhadap penerimaan devisa negara
4.1.6. Program Tehbotol Sosro Goes to School
Diawal kegiatan, tim Tehbotol Sosro Goes to School membentuk 8
hingga 10 kelompok. Dari setiap kelompok itu, terdapat seorang
pendamping dari tim Tehbotol Sosro Goes to School yang memberikan
materi. Materi yang diberikan berisi ilmu pengetahuan yang menjelaskan
bagaimana tumbuhan berfotosintesis, bagaimana makanan dan minuman
dapat membusuk, manfaat teh untuk kehidupan sehari-hari, dan langkah
48 Universitas Kristen Petra
proses produksi minuman dalam kemasan. Materi disampaikan dengan alat
bantu video dan alat peraga. Bagi siswa yang belum paham terhadap
penjelasan materi, dapat langsung bertanya pada saat materi diberikan.
Setelah tanya jawab selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sesi quiz. Sesi quiz
ini untuk melatih siswa agar menjadi siswa yang aktif dan berani
dilingkungan dengan menjawab pertanyaan yang diberikan dari materi yang
sudah dijelaskan. Sesi kemudian dilanjutkan dengan kegiatan permainan
yang melatih kekompakkan dan kerjasama dalam menyusun puzzle dan
gerak berirama. Dan diakhir acara, tim Tehbotol Sosro Goes to School
memberikan apresiasi berupa uang tunai sebesar Rp300.000,00 bagi juara
pertama, Rp250.000,00 bagi juara kedua, dan Rp200.000,00 bagi juara
ketiga yang telah membuat hasta karya terbaik dari bahan dasar utama
kardus bekas. Penilaian hasta karya terbaik dinilai dari kreativitas dan
manfaat yang dapat diperoleh dari hasta karya yang dihasilkan.
49 Universitas Kristen Petra
50
Universitas Kristen Petra
Bagan 2.1. Struktur Organisasi PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
Sumber : Public Relations PT. Sinar Sosro KPW Jawa TImur 2016
51 Universitas Kristen Petra
4.2. Profil Informan
A. Manajemen
Nama : Eka Nugraha
Usia : 52 Tahun
Jabatan : Vice General Manager
Lama Bekerja : 28 Tahun
Eka bergabung dalam PT. Sinar Sosro sejak tahun 1988. Lulus kuliah pada
tahun 1987, sebagai seorang sarjana ekonomi di Universitas Kristen Satya
Wacana. Semasa kecil, Eka menghabiskan masa kecinya di Kebumen, Jawa Barat
tempat tinggal ibunya. Sebelumnya menjabat sebagai Vice GM PT. Sinar Sosro
KPW Jawa Timur, pertama kali beliau menjabat sebagai Executive Account Head
Office Jakarta selama 5 tahun. Kemudian perjalanan karir Eka terus berjalan
hingga saat ini, beliau menjabat sebagai Vice General Manager PT. Sinar Sosro
KPW Jawa Timur. Selaku Vice General Manager PT. Sinar Sosro KPW Jawa
Timur, beliau adalah informan yang tepat dalam aspek manajemen.
B. Organisasi
Nama : Haryono
Usia : 53 Tahun
Jabatan : Sales and Promotion Manager
Lama Bekerja : 16 Tahun
Haryono lahir pada tanggal 23 September 1963 di Surabaya. Sejak tahun
2000 beliau telah bergabung dengan PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur. Namun,
posisi yang beliau capai tidak lansgung menjadi Manager, sebelumnya ditahun
2000 diposisi operasional, tahun 2005 divisi personalia, dan terakhir marketing.
Haryono bekerja sebagai marketing mulai tahun 2009 hingga sekarang. Pada
52 Universitas Kristen Petra
tahun 2009 berada di posisi asisten manajer marketing, kemudian pada tahun 2013
baru di posisi Manager marketing. Seorang bapak yang memiliki bintang Virgo
ini menyukai hobby bermain musik dan berolahraga sejak kecil. Sejak kecil
Haryono sangat aktif di sekolah. Karena terlalu aktif, beliau sempat membuat
band semasa SMA. Beliau sempat didapuk sebagai penabuh drum di Bandnya.
Lagu pertama yang beliau bawakan pada saat pertama kali tampil ialah karya
Koes Plus. Semasa SMA, beliau semakin dalam menekuni musik, bersama teman-
temannya. Berawal dari hobby akhirnya, menjadi sebuah profesi. Beliau pernah
menjadi band pengiring dalam acara-acara dilingkungannya. Saat masuk dalam
jenjang universitas, pria yang memilih jurusan akutansi ini mulai vakum dalam
bandnya karena ada beberapa personelnya bandnya juga yang melanjutkan kuliah
keluar negeri.
Haryono menjadi key informan dalam penelitian ini karena merupakan
pihak yang bertanggung jawab dan menjadi atasan Felix dan Youke dalam
program Tehbotol Sosro Goes to School dari pertama kali hingga saat ini. Selaku
Sales and Promotion Manager Haryono berperan dalam memonitor pelaksanaan
program Tehbotol Goes to School dan mengawasi aspek komunikasi selaku
koordinator Program Tehbotol Sosro Goes to School.
C. Komunikasi 1
Nama : Felix Mathias
Usia : 27 Tahun
Jabatan : Divisi Event dan Sponsorship
Lama Bekerja : 4 Tahun
Felix lahir pada tanggal 7 Juli 1989 di Jember. Beliau adalah seorang
pemuda yang berumur 27 tahun yang sudah bekerja di PT. Sinar Sosro KPW Jawa
Timur selama 4 tahun. Pria muda yang masih single ini sering dipanggil dengan
Felix. Sebelum bekerja di PT. Sinar Sosro KPW Jatim, beliau pernah mencoba
53 Universitas Kristen Petra
online shop selama 6 bulan, setekah itu beliau kemudian pindah ke Solo untuk
bekerja disalah satu perusahaan importir dan eksportir. Kemudian pada tahun
berikutnya beliau memutuskan untuk pindah ke Surabaya dan bergabung dengan
PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur dalam departemen marketing support yaitu
divisi Event dan Sponsorship. Hobi yang disukai adalah badminton, kuliner dan
main musik. Jenis alat musik yang beliau tekuni adalah gitar.
Felix menjadi key informan dalam penelitian ini karena merupakan
koordinator dan terjun langsung dalam program Tehbotol Sosro Goes to School
dari pertama kali hingga saat ini. Mulai dari menjalin kerjasama dengan pihak
sekolah hingga pelaksanaannya. Sehingga menjadi informan yang berkompeten
untuk menguraikan program Tehbotol Sosro Goes to School.
D. Komunikasi 2
Nama : Youke
Usia : 43 Tahun
Jabatan : Divisi Event dan Sponsorship
Lama Bekerja : 14 Tahun
Youke merupakan salah satu staff departemen marketing support dalam
divisi Event dan Sponsorship yang bekerja sama dengan Felix Mathew dalam
pelaksanaan Tehbotol Sosro Goes to School. Orang yang sangat ramah dan suka
bercanda ini memiliki satu putra dan satu putri. Waktu luangnya sering beliau isi
dengan bermain dengan putra putrinya. Namun disamping itu beliau juga hobi
bermain game, pria yang suka makan bakso ini gemar bermain tetris, catur,
counter strike, hingga game online ragnarok untuk mengisi waktu luang. Selain
itu beliau juga selalu mengikuti perkembangan informasi terkini yang terjadi
melalui media online. Menurutnya, internet dapat berdampak positif apabila kita
menggunakannya dengan benar seperti mencari berita terbaru dan informasi
terbaru. Sebelum bergabung pertama kali di PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
54 Universitas Kristen Petra
pada tahun 2002 sebagai sales. beliau pernah menjadi administrasi di salah satu
perusahaan perkapalan di Tanjung Perak. Pada tahun 2009 beliau dipindahkan
jabatan dari sales menjadi staff Event dan Sponsorship.
Beliau merupakan informan yang tepat bagi penelitian ini karena beliau
tergabung dalam divisi Event dan Sponsorship dan beliau menjadi koordinator
kedua program Tehbotol Sosro Goes to School bersama Felix Matthew sebagai
koordinator pertama. Sehingga menjadi informan yang tepat untuk penelitian ini.
E. Umpan Balik
Nama : Wiwit
Usia : 57 Tahun
Jabatan : Kepala Sekolah SD Hangtuah 10 Juanda
Lama mengajar : 32 tahun
Wiwit lahir di Nganjuk 19 Maret 1959, dan sudah memiliki seorang cucu.
Beliau sangat berdedikasi pada pendidikan di Indonesia. Sudah hampir 32 tahun
sejak tahun 1980 hingga saat ini beliau menjadi guru, dan baru pada bulan Januari
2012 Wiwit menjadi kepala sekolah Sekolah Dasar Hangtuah 10 Juanda.
Memimpin 70 karyawannya di Sekolah Dasar Hangtuah tidaklah mudah, ada suka
maupun duka didalamnya, oleh karena itu beliau selalu menekankan pesan kepada
seluruh karyawannya yaitu “Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas jangan lupa
berdoa demi kemajuan Sekolah Dasar Hangtuah 10 Juanda yang kita cintai”.
Kesibukan beliau sehari-harinya diluar sebagai guru adalah merias pengantin.
Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan kedua yang dicintai dalam hidupnya. Hobby
yang ia gemari adalah menyanyi campursari. Di sela-sela kesibukan itu beliau
selalu mengatur waktunya dengan baik. Setiap hari beliau bangun pukul 03.00
untuk memasak dan menyiapkan segala kebutuhan suami dan anak-anak.
Semuanya itu djalani dengan komitmen, dan hal yang beliau pegang agar
55 Universitas Kristen Petra
semuanya berjalan dengan baik adalah tidak membawa masalah dari sekolah ke
rumah, atau sebaliknya.
Beliau menjadi informan yang tepat bagi peneliti karena beliau adalah
kepala sekolah Sekolah Dasar Hangtuah 10 Juanda. Beliau sebagai gerbang utama
bertanggung jawab dan mengikuti program Tehbotol Sosro Goes to School di
sekolah tersebut.
4.2. Setting Penelitian
Peneliti pertama kali mewawancarai Felix Matthew selaku koordinator
Tehbotol Soso Goes to School dan divisi Event dan Sponsorship PT. Sinar Sosro
KPW Jawa Timur. Hari Selasa, 27 Juli 2016 peneliti melakukan in depth
interview di ruangan departemen Marketing Support di kantor PT. Sinar Sosro
KPW Jawa Timur. Wawancara dilakukan disana karena informan menyediakan
waktu setelah jam kerja dan kondisi sepi dan tenang. Sedangkan pada informan
yang kedua yaitu Youke (staff divisi Event dan Sponsorship), peneliti melakukan
in depth interview diruangan departemen Marketing Support di kantor PT. Sinar
Sosro KPW Jawa Timur. Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2016
selama kurang lebih 30 menit. Wawancara dilakukan pada pukul 17.00 WIB
Pada informan ketiga yaitu Haryono (Sales and Promotion Manager),
peneliti melakukan in depth interview diruangan Sales and Promotion Manger.
Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2016, saat jam makan siang, pukul
13.00. Wawancara dilakukan disana karena kondisi ruangan yang nyaman, tenang
dan lenggang mendukung pelaksanaan in-depth interview. Wawancara
berlangsung sekitar 65 menit. Lalu, informan keempat Eko Nugraha ( Vice
General Manager), penelitian dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2016, di kantor
PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur. Waktu in-depth interviewiew dilakukan pada
pukul 16.00 WIB. Lokasi ini dipilih karena informan dapat ditemui diruang
kantor. Kondisi ruangan yang nyaman, tenang dan lenggang mendukung
pelaksanaan in-depth interview.
56 Universitas Kristen Petra
Sedangkan dengan seorang informan lainnya yaitu Ibu Wiwit, selaku
kepala sekolah SD Hangtuah 10 Juanda yaitu di Jalan Tangkuban Perahu no.5
Juanda. penelitian dilakukan pada hari Senin, 08 Agustus 2016. In-depth interview
dilakukan di ruangan kepala sekolah SD Hangtuah 10 Juanda pada pukul 12.00-
12.59 WIB. Lokasi dan waktu in-depth interview dipilih karena kondisi ruangan
yang cukup tenang, nyaman dan sejuk serta waktu belajar siswa-siswa Sekolah
Dasar Hangtuah 10 Juanda berakhir mendukung untuk melakukan in-depth
interview.
Peneliti melakukan wawancara kembali oleh Felix Matthew untuk
mendapatkan informasi tambahan. Wawancara dilakukan pada hari Minggu, 20
Agustus 2016 melalui pesan singkat karena informan kesulitan mengatur jadwal
bertemu dengan peneliti. Media komunikasi ini digunakan untuk memperoleh
tanggapan dan respon dari informan. Meski melalui media, peneliti tetap
mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Kegiatan observasi dilakukan saat peneliti melakukan program Tehbotol
Sosro Goes to School di sekolah ini pada tanggal 21 Agustus 2015 dan kemudian
pada tanggal 8 Agustus 2016. Dalam kegiatan observasi ini peneliti mengamati
dan mengikuti program Tehbotol Goes to School di Sekolah Dasar Hangtuah 10
Juanda.
4.4. Temuan Data
Penelitian ini mengevaluasi mengenai program Tehbotol Sosro Goes to
School PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur. Berikut merupakan temuan data yang
dilihat melalui empat aspek dalam audit mini komunikasi, yakni aspek
manajemen, aspek organisasi, aspek komunikasi dan aspek umpan balik.
57 Universitas Kristen Petra
4.4.1 Aspek Manajemen
Aspek manajemen dalam program Tehbotol Sosro Goes to School ini
adalah Eka Nugraha selaku Vice GM PT. Sinar Sosro. Aspek manajemen dalam
program ini berperan sebagai individu yang merencanakan tujuan program dan
memiliki wewenang untuk menentukan sumber daya manusia dalam program
Tehbotol Goes to School.
Hal yang ingin dicapai oleh Manajemen dalam program Tehbotol Sosro
Goes to School ini adalah mengenalkan produk Sosro pada anak usia dini serta
memberikan edukasi ilmu pengetahuan. Edukasi yang diberikan seperti cara
membuat teh, perbedaan teh melati dan teh hijau. Namun yang ditekankan dalam
program ini lebih mengarah kepada edukasi. Kategori usia dini disini menurut
Manajemen adalah anak-anak SD. Anak-anak SD merupakan kategori peminum
pemula Tehbotol Sosro.
“Ya sasarannya yang jelas tentang educated. Lebih mengarah kepada
pengenalan melalui bidang pendidikan. Tetep ke educatednya. Yang
penting kembali ke awalnya knowledge itu tadi. Kan soalnya kalau kita
ngomong sama anak SD kan mereka belum tau cara buat teh gimana sih..
Perbedaan teh melati dan teh hijau itu apaan sih. Itu merupakan faktor
yang utama. Jadi pengenalan Tehbotol Sosro ke usia dini maka
sasarannya banyak ke SD. Karena anak-anak SD adalah kategori
peminum pemula Tehbotol Sosro. Jadi diharapkan dari program Tehbotol
Sosro Goes to School ini mereka bisa mengenal apa Tehbotol Sosro juga
sejak kecil. ” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Program Tehbotol Sosro Goes to School ini sudah sesuai dengan
visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang
memberikan nilai tambah untuk konsumen. Sasaran dari program ini adalah
anak-anak SD. Melalui program Tehbotol Sosro Goes to School ini,
perusahaan ingin menunjukkan bahwa perusahaan juga peduli terhadap bidang
pendidikan. Isi kegiatan dalam program inilah yang menjadi nilai tambah yang
58 Universitas Kristen Petra
bermanfaat untuk konsumen. Yaitu mengedukasi seperti yang dijelaskan
diatas.
“Ohh bukan… tapi yang perusahaan minuman terbaik dan terkenal
seluruh dunia. Itu ada di Indonesian World Class Company” (Eka
Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Pada intinya TGTS merupakan pengenalan yang diberikan pada anak usia
dini tentang Tehbotol Sosro. Yang termasuk dalam usia dini menurut Manajemen
adalah anak-anak SD.
“Initnya di awal itu TGTS itu dasarnya pengenalan usia dini dengan
Tehbotol. “ (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Pada saat prosesnya ternyata perusahaan juga dapat meraih program pasar
melalui kantin sekolah yakni penjualan melalui jalur sekolah. Ini juga melibatkan
guru-guru yang ada untuk berjualan bahkan adanya repeat order untuk keperluan
penjualan intern mereka sendiri.
“Program ini ya pertama tadi sebenarnya sudah menjawab yakni
educated. Begini jelasnya, bisa meraih program pasar melalui kantin
sekolah. Penjualan melalui jalur sekolah. Apakah banyak..,.? Ya
lumayan, bahkan guru-guru yang ada juga melakukan penjualan bahkan
sampai repeat order. Mereka bisa menjual lagi, mungkin mereka yang
punya warung yang terlepas dari sekolah.” (Eka Nugraha, 3 Agustus
2016, personal interview)
Kebijakan yang ada dalam Program TGTS ini adalah mengatur harga
penjualan dengan memberikan harga promo dan bukan harga retail. Selain itu
manajemen membuat sesi lomba dimana hal ini menunjang kreativitas siswa.
“Biasanya harganya sudah termasuk retail.. eh apa bukan retail itu
namanya promo. Kemudian lomba termasuk program enggak? Soalnya
kan lomba itu menggali juga untuk kreativitas. Lomba menggunakan
kardus atau menggunakan PET, plastik dibuat pesawat, dsb.” (Eka
Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
59 Universitas Kristen Petra
TGTS Indonesia ini merupakan program yang baru berjalan dua tahun lalu
yakni 2014. Namun TGTS di Jawa Timur setahun yang lalu yakni tahun 2015.
“Dari 2014 sudah berjalan.. Oh yaa kalau yang dari Jawa Timur
memang baru berjalan tahun 2015 kemarin.” (Eka Nugraha, 3 Agustus
2016, personal interview)
Menurut manajemen, program ini baru saja dilakukan karena idenya baru
muncul. Sehingga membuat program ini baru berjalan selama satu tahun di Jawa
Timur.
“Kalau pertanyaan ini simple pak jawabannya. Kalau program ini eee..
baru dijalankan karena baru ketemu.. baru muncul ide.. hampir dua
tahun yaaa.” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Di dalam program ini pihak luar yakni para guru di sekolah terkait dapat
memberikan kritik dan sarannya. Pemberian kritik dan saran dilakukan dengan
cara tatap muka secara langsung. Hal ini juga disertai evaluasi dari pihak sekolah
kepada pihak penyelenggara program.
“Oh ya bisa saja memberikan kritik dan saran. Kalau pihak luar berarti
guru yaaa.. Nah biasanya disampaikan kepada pihak panitia… Caranya
ya langsung aja.. tatap muka dan melakukan evaluasi. Tiap program ada
melakukan evaluasi kepada pihak sekolah biasanya.” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Bentuk evaluasi yang dilakukan melalui percakapan. Percakapan yang
dilakukan antara Eka dengan Haryono. Dalam percakapan ini, Haryono
melaporkan berlangsungnya program dari pra pelaksanaan, pelaksanaan hingga
pasca pelaksanaan program. Percapakan ini bersifat informal untuk mengetahui
kelebihan, kekurangan dan masalah program yang berjalan.
“Biasaya kan ada pra dan afternya? Nah biasanya sih kita berdialog aja
sih…Kelebihan, kekurangan, masalah programnya berjalan seperti apa
gitu..” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
60 Universitas Kristen Petra
Manajemen tidak mengetahui berapa banyak sekolah dasar yang sudah di
kunjungi oleh TGTS. Manajemen mengatakan untuk peneliti bertanya kepada
pihak organisasi untuk masalah yang detail.
“Itu mungkin tanya ke Pak Har yaaa untuk masalah datanya. Kalau
detailnya saya ga paham yaaa” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Perusahaan juga memiliki rencana jangka pendek dan rencana jangka
panjang. Jangka pendek disasarkan kepada sekolah dasar. Sedangkan jangka
panjang ditujukan kepada sekolah menengah atas atau SMA, dimana pihak Sosro
memberikan sponsorship dikegiatan pendidikan mahasiswa (Pensi).
“Jangka pendek itu sasaranya apa? SD yaa.. Panjang SMA.. Jadi kalo
SMA adanya ya PenSi.. Pendidikan Siswa.. Jadi jangka panjangnya yaaa
itu tadi ya kegiatan di pensi jadi sponsor di pensi ituu..” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Selama saat pelaksanaan TGTS ini tidak ada perubahan yang terjadi secara
susunan acara ataupun programnya. Biasanya perubahan Tehbotol Sosro Goes to
School terjadi bila cuaca tidak menentu seperti turun hujan. Bila hal ini terjadi,
berpindah dari lapangan yang terbuka dan pindah kedalam gedung. Hal ini
dilakukan karena ada permainan yang harus dilakukan. Namun hal ini dirasa
bukan sebagai hal yang gagal karena Program TGTS tetap berjalan.
“Semua selalu sesuai kecuali hujan.. jadi dari lapangan terbuka kita
pindah ke dalam aula soalnya akan ada permainan dan membutuhkan
orang banyak.. Bukan gagal tapi itu ditunda. Tapi menurut saya itu bukan
halangan yaaa… karna kan programnya tetap jalan.” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Menurut Eka, terdapat rencana-rencana yang berubah juga. Namun hal ini
dilakukan oleh pihak sekolah yang akan mengikuti TGTS. Biasanya perubahan
yang terjadi itu penggantian jadwal berlangsungnya Program TGTS.
61 Universitas Kristen Petra
“Ya, biasanya sekolah yang membuat plannya berbeda.. misal ada
kunjungan apa jadinya mundur.. tapi ya dikit ajaa” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Pada Program TGTS Jawa Timur ini belum ada krisis yang terjadi. Bahkan
pelaksanaan bisa dikatakan sangat baik. Hal ini dilihat dari terus banyaknya
permintaan kepada pihak Sosro untuk mengadakan TGTS di sekolah-sekolah lain.
“Di Jawa Timur? Gak pernah sih..Malah bisa dikatakan sangat baik..
karna bisa dilihat semakin banyak permintaan” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Menurut dari pihak manajemen permintaan yang tinggi itu terjadi karena
TGTS memiliki nilai educated. Hal ini bisa juga masuk ke dalam ilmu
pengetahuan bagi siswa sekolah.
“Kalau saya lihatnya lebih dari sisi educated. Masuk ke program
kesiswaan. Kan bisa masuk program bagi mereka juga.” (Eka Nugraha,
3 Agustus 2016, personal interview)
Program TGTS ini merupakan program yang bebas biaya. Jadi setiap
pelaksanaan program ini adalah program gratis.
“Iya tanpa biaya” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Menurut manajemen tentang durasi yang ada masih dirasa kurang. Namun
itu merupakan langkah awal. Ada juga pra dan pasca yang dilakukan sebagai
dasar dari program ini. Manajemen juga mengatakan bahwa knowledge tersebut
adalah eforia (edukasi yang eforia).
“hmmm… sebenarnya kurang ya. Tapi itulah langkah awal. Mangkanya
kenapa ada pra dan after itu. Iya ada pra dan pasca itu sebagai dasar itu.
Tapi kalau secara knowlade itu kan eforia.. jadi ya educated yang eforia.
Kan ada game, permainan dan kan ada yang menarik itu menari penguin.
Itukan eforia” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
62 Universitas Kristen Petra
Manajemen juga mengatakan bahwa tujuan awal, perencanaan,
pelaksanaan dan hasil yang didapat sudah sesuai dengan harapan.
“Sesuai..” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview)
Peneliti menanyakan tentang apakah ada harapan masalah budget yang
telah dikeluarkan setelah program ini berlangsung. Lalu respon yang ada,
manajemen mengatakan bahwa program ini membantu penjualan. Pernah satu
ketika penjualan sampai ribuan karton pada satu sekolah. Manajemen juga
mengatakan bila sehari saja belum tentu Sosro dapat menjual seribu karton.
Namun melalui program ini kurang dari dua jam saja telah mencapai penjualan
ribuan karton.
“Maksudnya membantu penjualan? Sangat membantu penjualan. Malah
pernah berapa ribu karton gitu satu sekolah…Iya sampai ribu karton
kalau enggak salah.. Seribu atau berapa.. Kita jualan sehari aja belum
tentu seribu.. Ini Cuma dua jam, belum lagi wali murid dan juga
guru…..” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview).
Aspek manajemen dalam program TGTS ini berperan sebagai pengaturan
sumber daya manusianya. Hal ini dilakukan agar tidak adanya kerancuan dan
kegiatan bisa berjalan sesuai dengan rencana dan tidak mengganggu kegiatan
yang lainnya. Dua mentor saja cukup selama program berlangsung untuk
meningkatkan sisi efisiensi dan biaya yang dikeluarkan berupa uang makan kecil.
“Saya pengaturnya SDM. Ya.. biar tidak ada kerancuan.. biar kegiatan
itu bisa berjalan sesuai dengan rencana dan tidak mengganggu kegiatan
lainnya termasuk penjualan sehari-hari. Jadi disana cukup dua saja nih
mentornya.. kalo banyak-banyak orang pengeluaran juga semakin
banyak. tergantung siswanya.. Jadi ga grudukan biar efisien.. kan
pelanggan yang utama.” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal
interview).
63 Universitas Kristen Petra
Manajemen mengaku evaluasi yang dijalankan hanya sebatas dilihat dari
sisi biaya yang didapat, target yang terpenuhi atau tidak dan antusiasme para
pesertanya. Selebihnya evaluasi dijalankan oleh Haryono.
“Kalau evaluasi langsung ke Pak Har.. Secara garis besar ya seperti
biaya yang didapat, terus targetnya terpenuhi atau tidak.. kan kita ada
targetnya. Terus dilihat dari siswanya juga… antusiasnya. Disana ada
angket evaluasi ga?” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Ide dan gagasan awal adanya TGTS ini dari HO (Head Office) di Jakarta.
“Kalau ini dari pusat sih..” (Eka Nugraha, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Kesimpulan yang bisa diambil dari aspek Manajemen ini adalah dalam
program Tehbotol Sosro Goes to School program lebih menekankan untuk
mengedukasi anak-anak usia dini sekaligus mengenalkan Tehbotol Sosro melalui
bidang pendidikan. Edukasi disini yang diberikan melalui cara pembuatan
minumah teh itu seperti apa, kemudian apa perbedaan teh hijau dan teh melati.
Selain itu juga ternyata Program TGTS ini bisa menjadi ajang penjualan dimana
meraih program pasar melalui kantin sekolah. Didalam ini juga diberikan harga
khusus yakni harga promo.
Di aspek manajemen inilah jumlah SDM diatur. Berapa banyak jumlah
orang panitia dalam pelaksanaan program merupakan wewenang dari aspek
manajemen. Bila dirasa terlalu banyak atau kurangnya SDM, maka aspek inilah
yang akan bertanggung jawab. Manajemen mengatakan cukup 2 orang yang
bertugas sebagai mentor pada saat pelaksanaan program hal ini dikarenakan agar
lebih efisien dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit, namun ditemukan ketidak
sesuaian dengan petunjuk pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School,
Jumlah PIC minimal 10 orang dengan kapasitas peserta maksimal 500 orang.
64 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6. Slide Power Point Petunjuk pelaksanaan Program Tehbotol Sosro
Goes to School KPW Jawa Timur
Sumber : Divisi Event dan Sponsorship PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
Adanya keganjilan yang terjadi pada saat mengumpulkan temuan data ini.
Yaitu ketika manajemen tidak dapat menjawab sudah berapa sekolah yang
melaksanakan program Tehbotol Sosro Goes to School. Ketika ditanya mengenai
seperti apa bentuk evaluasi yang dilakukan, Manajemen tidak dapat menjawab
dan melemparkan jawaban ke aspek organisasi.
4.4.2 Aspek Organisasi
Aspek organisasi dalam program Tehbotol Sosro Goes to School ini adalah
Haryono selaku kepala departemen Sales dan Marketing PT. Sinar Sosro. Aspek
organisasi dalam program ini berperan dalam memonitor pelaksanaan program
Tehbotol Goes to School dan mengawasi aspek komunikasi selaku koordinator
Program Tehbotol Sosro Goes to School.
65 Universitas Kristen Petra
Menurut pihak organisasi, Program Tehbotol Sosro Goes to School sudah
sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Visi yang sejalan dengan perusahaan
disini adalah memberikan pengetahuan atau nilai tambah kepada orang lain
khususnya generasi pemula peminum Tehbotol Sosro. Misi yang sesuai dengan
perusahaan adalah member - Membangun merek Sosro sebagai merek teh yang
alami, berkualitas dan unggul.
“PT. Sinar Sosro selaku produsen minuman teh itu wajib mengingatkan
kepada konsumen bahwa ini lo ada produk minuman teh yang
semuanya menggunakan bahan asli dan aman untuk dikonsumsi
masyarakat. Intinya itu, jadi visinya adalah memberikan pengetahuan
seseorang, lebih khusus lagi kepada kalangan generasi pemula. Misinya
adalah P 4 adalah Pendidikan Peminum Peminum Pemula.” (Haryono,
3 Agustus 2016, personal interview)
TGTS juga merupakan “Niat Baik” Sosro untuk menyampaikan sesuatu
mengenai materi edukasi sederhana. Niat Baik merupakan salah satu nilai yang
ditanamkan oleh PT Sinar Sosro. Edukasi sederhana ini meliputi pengetahuan
umum hingga gambaran umum mengenai minuman yang sehat. Melalui TGTS ini
menyampaikan materinya mulai dari edukasi, permainan, pengolahan teh dan lain
sebagainya. Materi dikemas dalam bentuk permainan agar menarik untuk anak-
anak sebagai sasarannya.
“Jadi TGTS itu merupakan niat baik Sosro untuk menyampaikan sesuatu
umum mengenai materi edukasi sederhana, baik pengetahuan umum
hingga gambaran mengenai minuman yang sehat dan tidak berbahaya
bagi kesehatan. Secara moral kita harus menyampaikan itu kepada
konsumen kita. Namun, apabila kita sudah menyampaikan namun
konsumen memilih yang lain dan sebagainya ya itu hak pribadi masing-
masing, yang penting kami sudah menyampaikan, nah sarananya kami
melalui TGTS. Materinya banyak kan, mulai edukasi, pengolahan,
games, dll. semuanya supaya menancap di pemikiran mereka masing-
masing. Jadi mengapa kita kemas dalam bentuk permainan supaya
66 Universitas Kristen Petra
menarik karena sasarannya anak-anak.” (Haryono, 3 Agustus 2016,
personal interview)
Pada dasarnya TGTS ini merupakan pengenalan Tehbotol Sosro pada usia
dini. Usia dini yang dimaksud adalah anak-anak Sekolah Dasar.
“Initnya di awal itu TGTS itu dasarnya pengenalan usia dini dengan
Tehbotol Sosro.. akan memang banyak jajanan di lauar sana..
mangkanyaaa….” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview).
TGTS ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD). Di SD ini melibatkan kelas
satu sampai enam untuk yang mengikuti TGTS. Namun siapa saja yang menjadi
perserta akan kembali kepada pihak sekolah.
“Betul, jadi kami pasti bertanya muridnya ada berapa? Kelas 1-6. Lalu
mereka yang menentukan” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Ada ketentuan bahwa satu orang mentor tidak boleh memegang lebih dari
50 siswa. Ketentuan ini sudah dipertimbangkan dan disepakati oleh tim Tehbotol
Sosro Goes to School. Dengan pertimbangan, bila terlalu banyak maka siswa
hanya dapat menerima sedikit dari materi yang diberikan. Hal ini juga dibutuhkan
bantuan para guru-guru untuk berperan didalam kelompok. Peran guru-guru
sekolah disini adalah membantu menertibkan dan mengawasi setiap anggota
kelompok agar tertib.
“Jadi kalo satu mentor tidak lebih dari 50 murid. Pertimbangannya kalo
lebih dari 50 peserta mungkin yang menangkap hanya sedikit. Guru-guru
juga ikut berperan untuk mengatur dalam kelompok.” (Haryono, 3
Agustus 2016, personal interview)
Total keseluruhan panitia dalam Program TGTS ini dapat terlihat dari
jumlah pembagian jobdesciptionnya. Terdapat 5 orang untuk menjadi mentor, 3
orang di divisi penjualan dan satu orang menjadi MC (Kantor Penjualan). Jadi
terdapat 9 orang yeng terlibat pada saat program TGTS.
67 Universitas Kristen Petra
“5 orang mentor, satu orang MC, divisi selling ada 3 orang. Jadi
totalnya 9. Total ini kita bagi satu dari marketing satu dari KP yang
bersangkutan”. (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Pada saat pra pelaksanaan hanya ada dua orang sebagai tenaga kerjanya.
Dua orang tersebut dari bagian divisi event yakni Pak Youke dan Pak Felix.
Semua persiapan dilakukan satu hari sebelum program dimulai karena program
akan berlangsung pada pagi hari.
“Ada dua saja. Kalo dari KP hanya terlibat dipelaksanaan saja. Kalo pra
persiapan seperti proposal, dan koordinasi dengan materi serta peralatan
hanya dua orang saja, yaitu pak Felix dan pak Youke. Kalo loading in
semuanya disiapkan satu hari sebelum acara, karena besok paginya
harus sudah bersih dan siap berjalan, karena acaranya dimulai pada pagi
hari itu juga dilakukan oleh divisi marketing support yaitu Pak Felix dan
Pak Youke.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
SD Hangtuah 10 menjadi pilihan pertama karena terdapat strategi promosi
juga dari pelaksanaan TGTS. Pada hari yang sama saat pelaksanaan program di
sore hari ada acara yakni pentas kebudayaan di sekolah. Jadi materi branding
seperti banner dan backdrop tetap dipasang di sekolah.
“Wah, pertanyaan menarik… Itu sudah menyentuh kepada salah satu
strategi pelaksanaan TGTS. Pertama, kebetulan pada hari pelaksanaan
TGTS di SD Hangtuah disore harinya ada acara seperti pentas
kebudayaan disekolah itu. Keuntungannya juga pada hari itu tidak ada
pengajaran hanya event, dan banyak orang lihat, sehinga kami juga bisa
berjualan disana juga. (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Selain itu juga SD Hangtuah 10 merupakan SD yang peduli akan UKS
(Unit Kesehatan Sekolah). PT Sinar Sosro juga bekerja sama dengan Pendidikan
Nasional Provinsi terkait dengan UKS. Hal ini dirasakan cocok dengan “Niat
Baik” Sosro karena tidak menggunakan pemanis dan pengawet buatan sehingga
produk ini ada produk yang higenis dan sehat dimana UKS juga menekankan
hidup sehat.
68 Universitas Kristen Petra
“Dan alat branding kami seperti banner dan backdrop digunakan disana
sebagai backdrop untuk pentas seni. Lalu yang kedua kami mengetahui
bahwa SD Hangtuah itu sangat aktif dibidang pelaksanaan UKS.
Kebetulan PT. Sinar Sosro ini juga bekerja sama dengan Diknas
provinsi terkait dengan UKS. Gayung bersambut, mereka menyetujui juga
dan cocok dengan “niat baik” Sosro, karena kita adalah produk yang
higenis, sehat, tidak menggunakan pemanis dan pengawet buatan nah
ini cocok dengan UKS yang menekankan hidup sehat. Disana kami tahu
jajannya tanpa bahan pengawet, pewarna, maka kita satu visi. Tidak
menggunakan bahan yang neko-neko semuanya alami. Maka ada benang
merah disitu ya jelas kami memilih sebagai yang pertama.” (Haryono, 3
Agustus 2016, personal interview)
Waktu yang digunakan untuk sekali putaran program TGTS ini rata-rata
dua jam. Ini sudah meliputi pembukaan diawal hingga permainan di akhir acara.
“Rata-rata dua jam. Mulai dari sambutan pertama, materi,
games hingga terakhir.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Masih memungkinkan apabila dalam satu sekolah yang sama ingin
mengajukan Program TGTS lebih dari satu kali. Namun hal ini tidak dapat dalam
waktu yang berdekatan. Kegiatan tersebut bisa jadi akan berlangsung di semester
berikutnya.
“Prioritas hanya satu kali, namun kami akan melakukan kembali
tentunya tidak dalam jangka waktu yang berdekatan itu bisa dua kali.
Beda semester mungkin.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Program TGTS Jawa Timur ini sudah dimulai pada Bulan Agustus 2015
untuk pertama kalinya dan sampai hari ini sudah ada 86 sekolah yang tercatat
mengikuti program TGTS ini.
“Satu tahun lebih, awalnya dimulai pada Bulan Agustus 2015 dan 86
sekolah” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
69 Universitas Kristen Petra
Sekolah Dasar tersebut tidak memiliki kriteria khusus sebagai lokasi
Tehbotol Sosro Goes to School. Perusahaan tidak memandang pula pada sekolah
swasta atau pun negeri. Hal ini juga bekerjasama dengan KP (Kantor Penjualan)
dan semua bisa menjadi prioritas.
“Bisa dikatakan kami tidak mengkhususkan itu SD Negeri atau
SD Swasta, nggak. Sisanya kami hanya mensosialisasikan kepada KP
apabila disekolah itu bisa diajak kerjasama dan prospeknya bagus, maka
itu semuanya prioritas kami, dan tidak ada pembedaan. Jadi mau sekolah
negeri atau swasta semuanya sama aja. Bahkan kita juga ada MI,
semuanya kami terima.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Evaluasi yang ada meliputi pra pelaksanaan yakni hubungan antara pihak
Sosro dan pihak sekolah melalui sales yang ada dengan cara face to face. Kedua,
saat acara berlangsung yakni bagaimana mengkomunikasikan kepada anak-anak
mulai dari mengenalkan, membawa permainan hingga penyampaian tentang
produk dan kandungannya. Ketiga, pasca pelaksanaan adalah berapa keuntungan
yang diraup dari pelaksanaan program ini.
Dari sisi organisasi mengatakan bahwa adanya tolak ukur. Tolak ukur
keberhasilannya adalah menjual Produk Sosro dan seberapa banyak keuntungan
yang didapat.
“Tolak ukur keberhasilan kami adalah kami menjual produk sosro dan
keuntungan yang diperoleh berapa banyak?“ (Haryono, 3 Agustus 2016,
personal interview)
Organisasi melakukan evaluasi dengan memonitor lewat dokumentasi dan
dari bawahan saja. Evaluasi secara formal tidak ada. Pihak organisasi juga
mengatakan yang kurang dalam TGTS ini adalah kurangnya sisi kontribusi dalam
peningkatan penjualan.
“Saya hanya memonitor lewat dokumentasi dan bawahan saja. Evaluasi
secara formal tidak ada. Saya hanya bertanya apa semuanya berjalan
lancar atau tidak. Secara pelaksanaan saya anggap tidak ada masalah
70 Universitas Kristen Petra
semuanya sudah berjalan lancar, walaupun ada kurang sana-kurang sini
tapi tidak masalah. Namun yang kurang adalah di sisi kontribusi,
bagaimana penjualan dapat ditingkatkan pada saat TGTS.” (Haryono,
3 Agustus 2016, personal interview)
Sekali lagi dijelaskan mengapa memilih anak SD kerena pengalaman
orang hidup itu dimulai dari anak-anak dan bukan pada orang dewasa. Jadi kita
mau membrainwash memori mereka sedini mungkin.
“Karena kita yakin pengalaman orang hidup itu dimulai dari anak-
anak, bukan dewasa. Jadi ketika masih anak-anak brain mereka masih
bersih, berbeda dibandingkan dengan brain orang dewasa, jadi
memorinya dia seawal mungkin kita isi dengan produk Sosro. Jadi
merupakan brainwash.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Waktu dua jam dalam Program TGTS ini dirasa masih kurang. Hal ini
dilihat dari peserta yang masih anak-anak. Maka dari itu Sosro juga melakukan
kegiatan hasta karya agar keluarga juga terlibat dalam pembuatan hasta karya.
Agar para orang tua mengenal sendiri dan yakin akan produk Sosro yang
menmbuat mereka akan membeli produk ini terus menerus.
“Rasanya kurang, karena mereka masih anak-anak dan membutuhkan
waktu lebih untuk berpikir. Maka dari itu beberapa materi dari TGTS itu
kita supaya brainwash kombinasikan ini tidak hanya dirasakan pada
anak-anak saja, melalui kegiatan hasta karya. Kami juga melakukan
perlombaan hasta karya itu supaya keluarga terlibat dalam pembuatan
hasta karya itu. Tujuannya orang tuanya mengenal sendiri dan yakin
terhadap Sosro. Kalo sudah yakin mereka akan beli terus Produk Sosro.
Khususnya orang tua, orang tua akan menghimbau anaknya untuk
membeli Produk Sosro.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Pihak organisasi juga menambahkan bahwa adanya double job yang
dilakukan. Dilihat dari kemampuan dan cara menghandlenya.
71 Universitas Kristen Petra
“Jelas ada, tapi selama orang itu mampu dan bisa menghandle, kita
saling melengkapi.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal interview)
Dari hasil temuan data yang ada didalam aspek organisasi ini bahwa
Program TGTS ini menjawab visi dan misi perusahaan. PT Sinar Sosro selaku
produsen minuman teh, wajib mengingatkan kepada konsumen bahwa masih ada
produk minuman teh yang semuanya menggunakan bahan asli dan aman. Hal ini
terealisasi dari visinya yakni memberikan pengetahuan seseorang, lebih khusus
lagi kepada kalangan peminum usia dini. Perusahaan juga memiliki slogan P4
yang berarti Pendidikan Peminum Peminum Pemula. Intinya TGTS ini sebagai
dasar penegenalan usia dini dengan Tehbotol Sosro.
TGTS juga menjawab filosofi “Niat Baik” Sosro yang menyampaikan
sesuatu materi edukasi sederhana dengan memberikan pengetahuan umum hingga
gambaran umum mengenai minuman yang sehat dan tidak berbahaya bagi tubuh.
Materi yang diberikan dengan media permainan yang dikemas agar lebih menarik
untuk anak-anak. Untuk satu kali berlangsungnya Program TGTS ini dilakukan
pembagian tugas. Satu orang yang bertugas sebagai mentor akan membawahi
tidak lebih dari 50 murid. Sekalinya program berlangsung biasanya akan terdapat
lima orang mentor, satu orang MC dan tiga divisi dibagian penjualan. Namun
pada saat pra dan pasca program (loading in dan loading) hanya akan ada dua
orang saja yang bertugas karena sudah dirasa cukup. Terlihat juga bahwa adanya
double job yang dilakukan. Hal ini diterapkan dengan pertimbangan bahwa si
tenaga kerja mampu dan bisa menghandle serta saling melengkapi.
Berlangsungnya TGTS di SD Hangtuah 10 ini menjadi ajang pertama kali
TGTS berlangsung di Jawa Timur. Ini merupakan salah satu strategi pelaksanaan
TGTS karena SD ini sangat aktif dalam pelaksanaan UKS yang menekankan
hidup sehat. Hal ini dirasa cocok dengan “Niat Baik” Sosro, karena Sosro
merupakan produk yang higenis, sehat, tidak menggunakan pemanis dan
pengawet buatan. Program TGTS ini berlangsung selama dua jam dari awal
sambutan hingga games berakhir. Hingga saat ini sudah 86 sekolah dasar yang
menjadi tempat untuk Program TGTS ini berlansung sejak satu tahun yang lalu.
72 Universitas Kristen Petra
Ada pula tolak ukur keberhasilan program yang dikatakan oleh aspek
organisasi ini yakni PT. Sinar Sosro dapat menjual Produk Sosro dan mendapat
banyak keuntungan dari Program TGTS ini. Hal ini dapat dilihat bahwa adanya
ketidaksamaan dengan tujuan Program TGTS ini diadakan. Terlihat pula, bahwa
pra dan pasca pelaksanaan program menjadi bagian yang penting pula. Bila kita
lihat bahwa tidak ada program pada saat pra dan pasca program, yang ada PT.
Sinar Sosro hanya melakukan penjualan saja. Aspek organisasi ini mengevaluasi
program hanya dengan memonitori Program TGTS melalui dokumentasi dan
berita dari bawahannya serta menurut pengakuannya tidak adanya evaluasi secara
formal.
4.4.3. Aspek Komunikasi
Aspek komunikasi dalam program Tehbotol Sosro Goes to School ini
adalah Felix dan Youke selaku koordinator Program Tehbotol Sosro Goes to
School. Aspek komunikasi dalam program ini berperan sebagai koordinator
pelaksanaan Program Tehbotol Sosro Goes to School dari awal hingga akhir.
Komunikasi disini juga berkaitan dengan tanggapan terhadap kritikan,
perencanaan, penjelasan tentang kebijakan dan tindakan – tindakan tertentu.
Tujuan dari Tehbotol Sosro Goes to School dimulai pada bulan Agustus
2015 pada dasarnya untuk mengenalkan produk Tehbotol Sosro dikalangan
peminum pemula, diharapkan untuk mempertahankan keberadaan dan membentuk
loyalitas konsumen. Namun perintah atasan lebih menekankan untuk melakukan
sebanyak mungkin TGTS di Jawa Timur, yang kedua bertujuan untuk
meningkatkan penjualan produk.
“Sebenernya yang dicapai sih kalo dari perintah atasan sih ya terutama
dari segi kuantiti ya, yang kedua kalo diliat dari segi penjualannya ya
seharusnya target penjualan. Tapi kalo secara pendasarannya adalah
perluya mengenalkan produk Tehbotol Sosro dikalangan peminum
pemula. Nah sehingga kedepannya mereka diharapkan untuk
mempertahankan keberadaan dan membentuk loyalitas konsumen
73 Universitas Kristen Petra
terhadap produk Tehbotol Sosro.” (Felix, 27 Juli 2016, personal
Interview).
Sekali lagi, Youke selaku koordinator kedua Program Tehbotol Sosro
Goes to School menjeaskan tujuan dari Tehbotol Sosro Goes to School ini adalah
untuk mendidik peminum pemula agar meminum produk Tehbotol Sosro sejak
kecil.
“Tujuan dari TGTS yaitu mendidik peminum pemula, jadi yang
diharapkan itu kita mendidik mereka dari kecil itu untuk minum Sosro.
Jadi yang diharapkan nanti kalo dia sudah besar, dia gak lupa sama
Tehbotol Sosro.” (Youke, 3 Agustus 2016, personal interview).
Visi dan misi perusahaan yang sesuai dengan kegiatan Tehbotol Sosro
Goes to School yang diingat oleh Youke adalah menjadi minuman kelas dunia dan
memberi kepuasan bagi pelanggan dan konsumen
“Iya sesuai, kita kan PT. Sinar Sosro itu kan visi misinya itu… opo yo,….
(lalu kami tertawa bersama). Duh lali aku.. sebentar aku inget inget, kan
ada visinya menjadi minuman kelas dunia kan, kalo misinya salah
satunya yaitu memberi kepuasan bagi pelanggan dan konsumen. (Youke,
3 Agustus 2016, personal interview).
Program Tehbotol Sosro Goes to School baru muncul pada bulan Agustus
2015. Dibuat agar peminum Sosro yang anak-anak dapat mengenal Tehbotol
Sosro dan tahu bahwa minuman yang sehat itu Tehbotol Sosro.
“Ngga ada peristiwa penting apa-apa. Program ini juga baru muncul
pada bulan Agustus tahun lalu karena memang peminum Sosro yang
dibawah itu (anak-anak) biar mengenal Tehbotol Sosro dan mereka tahu
bahwa minuman yang sehat itu Tehbotol Sosro” (Youke, 3 Agustus 2016,
personal interview).
Yang menjadi sasaran dalam program Tehbotol Sosro Goes to School ini
adalah anak Sekolah Dasar karena anak Sekolah Dasar sering melihat banyak
iklan di televisi mengenai berbagai macam produk teh yang merupakan
74 Universitas Kristen Petra
kompetitor dari Tehbotol Sosro, dan hal ini mempengaruhi bahwa eksistensi
Tehbotol Sosro sudah mulai hilang. Felix mengatakan program Tehbotol Sosro
Goes to School ini membrainwash anak-anak bahwa Tehbotol Sosro itu ahlinya
teh dan sebagai pelopor.
“Kalo dari jenis produknya sih ya, ini kan program nasional ya jadi dari
setiap HO itu seperti kantorku sini (KPW Jawa Timur) itu harus
menjalankan program itu. Nah salah satu programnya adalah TGTS ini.
Kalo sasarannya SD kemungkinan sih mereka melihat bahwa kan banyak
iklan di TV yang mempengaruhi bahwa eksistensi Tehbotol Sosro itu kan
sudah mulai hilang. Banyak kompetitor yang sudah masuk, dari wings,
dari mayora, dari orangtua itu semua mengeluarkan jenis minuman teh.
Mereka ga tahu bahwa awal mulanya teh dulu adalah Tehbotol Sosro
sebagai pelopor. Mereka tahunya yang di TV sekarang adalah produk –
produk lain selain Tehbotol Sosro. Makanya kita membrainwash bahwa
dulu Sosro itu pelopor dan yang lainnya pengekor aja. Awal mulanya
ahlinya teh itu ya Tehbotol Sosro.” (Felix, 27 Juli 2016, personal
Interview).
Pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School di Sekolah Dasar di
Jawa Timur dilakukan secara merata, baik itu dari bawah-menengah-atas menjadi
sasaran program Tehbotol Sosro Goes to School asalkan sekolah yang
bersangkutan mau untuk diajak bekerja sama.
“Yang pemerataan saja, misalnya kelas middle ke atas, middle ke bawah.
Trus ke desa-desa juga ada kita. Yang penting rata, jadi dari sekolah
yang high class sudah pernah, sekolah middle juga sudah pernah, sekolah
low juga pernah. Kita gak pilih-pilih sekolah. Prosesnya kita tawarkan ke
mereka, kita ajak kerjasama, mereka ada waktu, mereka bisa, oke kita
jalan, kemudian bikin appointment, laksanakan.” (Felix, 27 Juli 2016,
personal Interview).
Pada saat pelaksanaan Tehbotol Sosro Goes to School di SD Hangtuah 10,
terdapat perubahan durasi program. Menurut petunjuk pelaksanaan dari HO (Head
75 Universitas Kristen Petra
Office) Jakarta durasi pelaksanaan hanya 60 menit, namun pihak komunikasi
menjawab bahwa waktu 60 menit dirasa tidak cukup efektif maka sesuai dengan
kesepakatan dengan aspek organisasi durasi pelaksanaan ditambah menjadi 2 jam.
“Iya soalnya dirasa waktu ga cukup kalo sejam jadi ya kita ubah jadi 2
jam. Kalo sejam ga cukup. Ya pas ngobrol sama pak Har gitu dwin. Pas
perencanaan awal sebelum mulai TGTS, kita dapat petunjuk
pelaksanaannya klo sejam kami rasa ga cukup dan pasti ga efektif. Gitu
sih..” (Felix, 27 Juli 2016, personal Interview).
Dari pihak komunikasi mengatakan jumlah peserta Tehbotol Sosro Goes
to School maksimal 500 orang. Namun pada pelaksanaan di SD Hangtuah 10,
secara tidak sadar jumlah peserta melebihi jumlah maksimal hingga 516 orang.
Sebagai perserta kelas 4-6 yang dipilih menjadi oleh komunikasi, tapi pihak guru
SD Hangtuah 10 Juanda meminta kelas 3-5, sehingga yang menjadi peserta kelas
3-5 SD. Disini guru-guru berperan membantu untuk mengatur siswa.
“Jumlah peserta maksimal dalam kegiatan TGTS harusnya 200 orang.
Namun pada saat di SD Hangtuah 10 kemarin jumlah keseluruhannya
sebanyak 516 orang, kami juga tidak menyadarinya. Untuk SD kami pilih
SD kelas 4-6 saja, tapi pada saat di SD Hangtuah 10, guru-guru minta
kami kelas 3-5 saja, karena kelas 6 ada ujian. Untuk pengawasan lebih
lagi kita dibantu guru, karena untuk mengatur siswa tidak segampang
yang dipikirkan ya kan?” (Felix, 27 Juli 2016, Personal Interview).
Seperti yang terungkap dalam pernyataan Felix, Sekolah Dasar Hangtuah
10 adalah sekolah pertama penyelenggaraan program Tehbotol Sosro Goes to
School di Jawa Timur karena sekolah tersebut yang paling cepat merespon
Tehbotol Sosro Goes to School yang diajukan. Felix selaku koordinator Tehbotol
Sosro Goes to School menginformasikan mengenai perihal acara kepada guru-
guru sekolahan tersebut agar guru-guru dapat memberikan informasi terlebih
dahulu kepada siswa. Misalnya mengenai perlombaan hasta karya yang diikuti
oleh siswa, agar siswa dapat mepersiapkan terlebih dahulu hasta karya dan kupon
dari rumah.
76 Universitas Kristen Petra
“Karena yang paling cepat repson sekolah itu. Lalu, kita infoin dulu
kegurunya, nanti sekolah kita akan mengadakan acara dengan Tehbotol
Sosro, kalian persiapkan ini ya. Misalnya persiapkan kupon, kita kan
sebelumnya sebarkan kupon, jadi kita sebar kupon ke mereka. Nanti juga
ada lomba hasta karya, siapkan ya.” (Felix, 27 Juli 2016, personal
Interview).
Dalam pernyataannya, Youke mengutamakan persiapan secara fisik dan
mental. Yang terutama menurutnya ialah menjaga tubuh agar sehat karena
melakukan loading in dan loading out sendiri. Lalu menyiapkan mental untuk
menghadapi kejadian yang tak terduga seperti yang ia ceritakan yaitu
mengucapkan salam dalam agama muslim lalu dikatakan kafir, dan di
diskriminasi karena ras keturunan Tiong Hoa. Oleh karena beban yang ditanggung
terlalu berat seperti menanggung beban fisik dan mental.
“Persiapan yang pertama kali kita itu badannya harus sehat, karena kita
harus loading in dan loading out sendiri. Kedua menyiapkan mental, kita
ga boleh malu, karena kita joget didepan anak-anak juga. Dilihatin guru-
guru harus tetep senyum, biarpun kita joget bagaimanapun. Kalian akan
merasakan kalo punya anak dan sekolah anak kalian didatangin program
TGTS. Saya pernah di datengin anak kecil, tanya ke saya begini : lapo
lek?.. gituu. Saya juga pernah disuruh mengucapkan salam agama
muslim, padahal saya Kristen, dan itu merupakan ujian mental bagi saya.
Saya pernah ditanyain: kamu cina ya? Dan inilah kenyataannya kita
harus menerima. Saya pernah dibilang juga, mas jangan salaman sama
dia mas, Kristen dia mas, kafir. Jadi saya merasa jobdesc yang diberikan
terlalu berat karena kami harus menanggung beban fisik dan mental.”
(Youke, 3 Agustus 2016, personal interview).
Sebanyak 10 orang yang tergabung dalam tim Tehbotol Sosro Goes to
School dirasa kurang menurut Felix. Menurut Felix, jumlah 10 orang itu berlaku
saat pelaksanaan Tehbotol Sosro Goes to School saja, tetapi saat loading in dan
loading out dijalankan hanya 2 orang saja. Usulan untuk menambah orang sudah
disampaikan kepada manajemen, tapi tidak dianggap.
77 Universitas Kristen Petra
“Sekitar 10 orang. Itu sudah termasuk KP. Pengaruh, Sebenernya pada
saat dilapangan jumlah tim sudah pas, tapi pada saat persiapan kurang.
Karena persiapan hanya dijalankan oleh 2 orang saja, yaitu saya sama
pak Youke. Jadi itu sangat repot buat kita. Kami sudah pernah sampaikan
usulan kami nambah orang, tapi tidak ditanggap “ (Felix, 27 Juli 2016,
personal Interview).
Menurut pengakuan Felix, dirinya seringkali menerima double job seperti,
pada saat dilapangan harus menjadi MC, menjadi mentor, kadang juga ikut
mendokumentasikan acara. Semunya itu Felix lakukan karena kekurangan skill
dari sumber daya manusia yang lainnya.
“Pernah. Sering. Seperti misalnya, dilapangan pada saat pelaksanaan
TGTS, kadang jadi mc, kadang jadi mentor, kadang juga pernah jadi
dokumentasi. Ya karena itu semua kekurangan skill dari sumber daya
manusianya.” (Felix, 27 Juli 2016, personal Interview).
Demikian halnya dengan Youke, menurutnya jobdesc tertulis ada. Hanya
saja pada saat tertentu, saat dilapangan, hal yang dilakukan tidak sesuai dengan
jobdesc. Terkadang Ia harus melakukan pekerjaan diluar jobdescnya seperti
menjadi MC, mendokumentasikan, menjadi juri hingga harus loading in dan
loading out.
“Ada, hanya saja pada saat tahap tertentu disekolahnya itu sepertinya
tidak sesuai dengan jobdesc. Karena itu diluar tugas kita, tapi
kenyataannya kita juga harus terjun. Pernah, double job yang paling
sering itu yaitu jadi MC sekalian jadi juri juga jadi mentor sekaligus,
setelah itu kami juga harus loading in dan loading out barang sendiri.”
(Youke, 3 Agustus 2016, personal interview).
Total keseluruhan jumlah orang dalam tim Tehbotol Soro Goes to School
sebanyak 10 orang. Namun jumlah itu tidak sama saat pra pelaksanaan, dimana
hanya dijalankan 2 orang saja. Menurut rencana terdiri beberapa orang yang ikut
dalam pra pelaksanaan, tapi tidak sesuai dengan yang terjadi dilapangan.
“Sekitar 10 orang. Kurang. KP hanya bantu pada saat hari H aja, pada
saat pra-pelaksanaan dan paska pelaksanaan ngga ikut. Saya pernah
78 Universitas Kristen Petra
loading in dan loading out sendiri. Pra pelaksanaan itu siapkan branding
di sekolah tempat pelaksanaan, membawa peralatan dan persiapan materi
yang diperlukan seperti sound system, meja booth dan tenda tenda kecil.
Sedangkan paska pelaksanaan, membongkar semua peralatan dan
perlengkapan yang telah dipasang setelah acara selesai. Jadi semestinya
menurut rencana untuk dalam bagian ini kami terdiri dari beberapa
orang, tapi pada saat pelaksanaannya yang dilapangan yang
menjalankan hanya Staff divisi Event dan Sponsorship saja, yaitu pak
Felix dan saya” (Youke, 3 Agustus 2016, personal interview).
Materi yang disampaikan pada saat TGTS sudah disesuaikan dengan
penerima. Menurut komunikasi acara berupa games dan edukasi sesuai dengan
anak-anak. Terdapat peruahan acara yang direncanakan oleh Tehbotol Sosro Goes
to School sebelumnya. Acara yang seharusnya bernyanyi jingle Sosro bersama
diganti dengan menari penguin.
“Sudah sesuai dengan siswa-siswa, ada gamenya, ada edukasinya. Jadi
sesuai dengan anak-anak SD. Tapi ada perubahan acara dari acara yang
direncanakan TGTS sebelumnya. Kalo dari pusat didalamnya ada acara
beryanyi jingle sosro bersama namun acara tersebut kami ganti dengan
menari penguin dan itu menghibur anak-anak.” (Felix, 27 Juli 2016,
personal Interview).
Waktu 2 jam dirasa cukup menurut Youke, dengan pertimbangan bila
acara terlalu lama hal ini menyebabkan anak akan merasa jenuh dan bosan. Lalu
dijelaskan pula program Tehbotol Sosro Goes to School ini sudah
menggambarkan citra perusahaan sebagai minuman teh tanpa bahan pengawet dan
sehat melalui rangkaian acara didalamnya.
“Iya, sesuai. Kita kan sebagai minuman teh tanpa bahan pengawet, sehat
menjelaskan itu didalam program TGTS itu. Waktu 2 jam cukup,
alasannya jika terlalu lama anak akan merasa jenuh dan bosan.” (Youke,
3 Agustus 2016, personal interview).
Pihak komunikasi memberikan saran kepada manajemen untuk
menambah PIC. Menurutnya hal ini menyebabkan kewalahan jika loading in dan
79 Universitas Kristen Petra
loading out hanya dilakukan 2 orang saja. Selain itu pada saat pelaksanaan juga
ikut ambil bagian dalam berbagai hal yang dapat merepotkan.
“Tambahin main power atau PIC aja, supaya ngga terlalu kewalahan.
Kalau kita acara kan harus loading in loading out harus mengatur sendiri
hanya dilakukan oleh 2 orang saja, semuanya. Pada saat pelaksanaan kita
juga ikut acara, jadi juri, jadi mentor, jadi operator, jadi MC, kadang jadi
kamera juga. Makanya aku bilang ga ada orang, kalo perusahaan lain
mungkin menggunakan vendor, biar ga repot.“ (Felix, 27 Juli 2016,
personal Interview)
Dari pihak komunikasi, ditemukan keganjilan yang telah merugikan
perusahaan. Dimana didalam aspek komunikasi adanya kecurangan yang sengaja
dilakukan oleh pihak komunikasi 1 namun hal ini tidak diketahui oleh
manajemen. Dalam program Tehbotol Sosro Goes to School, komunikasi 1
menentukan jumlah produk yang dijual. Cara yang dilakukan yaitu dengan
melakukan “permainan” harga. Harga promo produk dinaikkan untuk mencari
keuntungan yang lebih banyak dan keuntungan yang diperoleh diambil untuk
kepentingan pribadi. Cara yang kedua yaitu dengan menjual sisa produk gratis
yang diberi untuk Tehbotol Sosro Goes to School lalu keuntungannya diambil
pribadi.
Karena begini dwin, jujur aja aku bisa dapet keuntungan hampir 1 jutaan
dalam sekali TGTS ini. Misalnya di SD hangtuah 10 ini, kemarin aku
untungnya banyak. Tapi kamu jangan beritahu ke atasan ya, jangan
direkam juga ya. Caranya ya melalui penjualan dwin. Kan aku
koordinator TGTS, aku yang mengatur berapa banyak karton produk
Tehbotol yang dijual pada saat pelaksanaan TGTS. Harganya kan sudah
ditetapkan sama Manajemen, yaitu harga promo. Nah yang aku jual
harganya aku naikin sedikit. Jadi misalnya harganya 10 ribu rupiah dapet
3 botol, nah aku jualnya 12.500 rupiah dapet 3 botol. Kalo harga aslinya
satu botol 5 ribu rupiah. Kadang juga produk yang ditaruh di program
TGTS itu free dari perusahaan. Nah, kadang darisana aku juga dapet
keuntungan, aku jualin produk yang free itu ke ibu-ibu yang disekolah.
80 Universitas Kristen Petra
Jadi ya lumayan juga dapetnya.” (Felix, 27 Juli 2016, personal
Interview)
Dari aspek komunikasi 1 dan 2 diatas terdapat temuan-temuan yaitu
Program Tehbotol Sosro Goes to School ini bertujuan untuk mengenalkan produk
Tehbotol Sosro kepada peminum pemula. Peminum pemula yang dimaksud
adalah anak-anak SD. Namun perintah dari atasan lebih menitik beratkan pada
berapa banyak jumlah Tehbotol Sosro Goes to School sudah dilakukan dan
penjualan produk pada saat pelaksanaan program. Program Tehbotol Sosro Goes
to School sudah sesuai terkait visi dan misi yang dimiliki perusahaan.
Diharapkan dari program yang dimulai pada bulan Agustus 2015 ini, agar
peminum Tehbotol Sosro kategori anak-anak SD dapat mengenal Tehbotol Sosro.
Alasan anak-anak Sekolah Dasar yang menjadi sasaran dalam program ini
dikarenakan anak-anak jaman sekarang sudah terlalu sering melihat iklan di TV
berbebagai macam produk teh. Namun mereka tidak mengetahui bahwa pelopor
minuman teh adalah Tehbotol Sosro.
Pihak komunikasi juga mengatakan Program Tehbotol Sosro Goes to
School ini nantinya akan dilakukan secara merata diseluruh sekolah. SD Hangtuah
adalah SD pertama yang melaksanakan program Tehbotol Sosro Goes to School.
Menurut komunikasi, hal ini dikarenakan SD Hangtuah adalah sekolah yang
paling cepat mersepon daripada sekolah-sekolah lain.
Dalam sekali pelaksanaan program, jumlah maksimal peserta adalah 200
orang dan terdiri dari kelas 4-6 SD. Akan tetapi terdapat keganjilan ketika saat
pelaksanaan jumlah peserta program di SD Hangtuah 10 mencapai 516 orang
yang terdiri dari kelas 3-5 SD. Diakui oleh pihak komunikasi penambahan peserta
tersebut tidak disadari. Hal ini juga terjadi ketidak sesuaian antara petunjuk
pelaksanaan dengan realisasi yang terjadi dilapangan. Ditulis dalam Petunjuk
pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School bahwa maksimal peserta
berjumlah 500 orang saja.
81 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.7. Slide Power Point Petunjuk pelaksanaan Program Tehbotol Sosro
Goes to School KPW Jawa Timur
Sumber : Divisi Event dan Sponsorship PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
Isi materi yang disampaikan dalam program diakui pihak komunikasi
sudah disesuaikan dengan penerima. Dimana didalamnya terdapat games dan
edukasinya. Isi materi juga sudah sesuai dalam menggambarkan citra perusahaan.
Selain itu komunikasi juga sudah merubah salah satu acara dalam program agar
bisa lebih disukai oleh anak-anak, yaitu acara bernyanyi jingle Sosro diubah
menjadi menari penguin.
Dikomunikasi juga disampaikan terdapat double job pada saat pelaksanaan
program. Seperti yang terjadi adalah Felix dan Youke harus betugas sebagai MC,
mentor, juri dan mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung secara
bersamaan. Menurut komunikasi, jumlah 10 orang dalam satu tim Tehbotol Sosro
Goes to School tidak cukup. Hal ini dirasa kurang ditambah karena pada saat pra
pelaksanaan yaitu loading in dan loading out yang bertugas hanya dua orang saja
82 Universitas Kristen Petra
yaitu Felix dan Youke. Saran disampaikan komunikasi kepada pihak manajemen
agar pihak manajemen menambah PIC atau jumlah tenaga dalam Program
Tehbotol Sosro Goes to School ini. Namun saran ini tidak ditanggapi oleh
manajemen.
Terdapat suatu keganjilan juga dimana didalam aspek komunikasi
dilakukan kecurangan oleh pihak komunikasi yang tidak diketahui oleh pihak
manajemen dan organisasi. Kecurangan yang dimaksud adalah dengan mengambil
keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk disimpan sendiri. Cara yang
dilakukan adalah dengan menaikkan harga jual promo lalu hasil yang didapat
dipotong harga penjualan kemudian sisanya diambil untuk keuntungan pribadi.
Selain itu dengan juga menjual produk gratis yang seharusnya dibagikan kepada
peserta, namun oleh pihak komunikasi dijual kepada pembeli.
4.4.4. Aspek Umpan Balik
Aspek umpan balik dalam program Tehbotol Sosro Goes to School ini
adalah Wiwit selaku kepala sekolah SD Hangtuah 10. Aspek umpan balik
merupakan faktor penting dalam program ini. Umpan balik berperan dalam
memberikan saran dan rekomendasi untuk Program Tehbotol Sosro Goes to
School.
Menurut Wiwit, selaku kepala sekolah SD Hangtuah 10, menangkap
tujuan Tehbotol Sosro Goes to School sebagai bukan kepentingan mencari
keuntungan saja tetapi juga ikut membantu sekolah mengupayakan pendidikan
kesehatan dengan menjelaskan bagaimana tumbuhan berfotosintesis, bagaimana
makanan dan minuman dapat membusuk.
“Yang jelas, dari segi ekonomi pasti ada kepentingan dari PT. Sinar
Sosro. Tapi tidak hanya dari segi ekonomi saja, tapi ikut membantu
sekolah untuk mengupayakan bahwa sosro ini layak untuk diminum anak-
anak. Ingin sedini mungkin anak-anak itu sehat, Sosro ini tidak sekedar
membangun produknya diluar tapi juga membantu suksesnya
pendidikan. Kepedulian dalam bidang pendidikan pun Sosro juga ikut
berperan, buktinya melalui TGTS ini disekolah SD Hangtuah 10.
83 Universitas Kristen Petra
Pendidikan seperti bagaimana tumbuhan berfotosintesis, bagaimana
makanan dan minuman dapat membusuk, manfaat teh untuk kehidupan
sehari-hari, dan langkah proses produksi minuman dalam kemasan.”
(Wiwit, 5 Agustus 2016, personal Interview).
Program Tehbotol Sosro Goes to School ini sesuai dengan standar Sekolah
Dasar Hangtuah 10 yang bergerak dalam bidang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Dari prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan sebagai sekolah UKS, sudah
dijalankan dari sekolah ini. Dan Program Tehbotol Sosro Goes to School yang
menjelaskan dan memberikan pendidikan mengenai makanan dan minuman yang
layak dan sehat sesuai dengan kegiatan UKS yang dijalankan. Hal ini dapat
terlihat dari pernyataan Wiwit, yang mengatakan bahwa sekolahnya sudah
menjalankan kegiatan UKS sejak tahun 2009 dan menjadi sekolah percontohan
UKS Nasional.
“Kami itu mengikuti program UKS awalnya dari jenjang kecamatan,
kemudian kabupaten kemudian propinsi dan kemudian sekaligus nasional.
sekolah UKS ini dituntut mulai dari lingkungannya, dari kebiasaannya
siswa, dari kantinnya, dari kamar mandi adalah sudah nuansa UKS. UKS
sudah kami laksanakan, bahkan kami jadi contoh-contoh dari sekolah-
sekolah baik dari dalam kota maupun luar kota bahkan dari sabang
sampai merauke sudah kesini semuanya. Kebetulan sekolah kami ini
bukan hanya UKS saja, tetapi juga adiwiyata nasional, adiwiyata mandiri,
kantin higenis nasional. Ini contohnya kami mendapatkan kantin sehat
(menunjuk salah satu foto di dinding) dari pemerintah, ini membuktikan
bahwa kantin kami sudah kantin sehat, kami bekerja sama dengan para
wali murid untuk mengisi jajanan pasar untuk anak-anak. Dan disini
sudah mendapat pengawasan dari badan POM provinsi setiap 6 bulan
sekali, jajanan anak ini diperiksa, uji kelayakan dari zat-zat yang
membahayakan anak-anak. Yang jelas dikantin kami ini terbebas dari 4
P. 4 P adalah pengenyal, pengawet, perasa, pewarna. Dan kami sudah
menghimbau anak-anak sarapan pagi dari rumah dan untuk
menanggulangi sampah disekolah, maka anak-anak juga membawa alat-
alat makan dan minum seperti sendok sendiri, botol minum sendiri
84 Universitas Kristen Petra
sehingga tidak menyisakan sampah. Kita juga mendapat pemeriksaan
berkala dari dinas kesehatan atau puskesmas. Kita kerjasamanya bagus,
pemeriksaan gigi, pemeriksaan mata, dan imunisasi-imunisasi. Sejauh itu
UKS kami lakukan dari tahun 2009.” (Wiwit, 5 Agustus 2016, personal
Interview).
Beberapa proses seperti mengkaji proposal yang diberikan oleh Tim
Tehbotol Sosro Goes to School dilalui sebelum pelaksanaan Program Tehbotol
Sosro Goes to School dilaksanakan di Sekolah Dasar Hangtuah 10. Sebagai kepala
sekolah, Wiwit yang memiliki keputusan apakah program diterima atau ditolak.
Wiwit mengatakan banyak pembelajaran yang diberikan dari program Tehbotol
Sosro Goes to School ini. Terdapat game yang menurutnya dapat membangun
kerjasama tim dan pendidikan.
“Pada awalnya Sosro menawarkan program untuk dilakukan di sekolah
ini, setelah kami dengarkan dan perhatikan program ini cocok dengan
sekolah. Akhirnya kami melihat banyak pembelajaran yang diberikan
dari program itu. Ada game juga, tidak hanya gamenya mengarah pada
produk tapi betul-betul kepada kerjasamaa tim dan pendidikan. Dari
proposal yang kami pelajari, kami menerimanya karena kami melihat
programnya bukan mengarah pada produk saja tetapi pada pendidikan
juga. Jadi memang tujuan utamanya bukan hanya mengembangkan
bisnis saja tapi membantu pendidikan.” (Wiwit, 5 Agustus 2016,
personal Interview).
Dalam rangkaian Program Tehbotol Sosro Goes to School, adanya
kesepakatan bersama antara pihak perusahaan dengan pihak sekolah yakni
kesepakatan dalam hal durasi pelaksanaan yaitu 2 jam dan peserta yang
berpartisipasi. Namun dilapangan yang terjadi tidak sesuai dengan yang
direncanakan, kegiatan berjalan hingga 2 jam setengah. Dan menurut
pertimbangan peserta yang dapat mengikuti kegiatan hanya siswa kelas 3,4, dan 5
saja. Menurut pernyataan Bu Wiwit acara yang berdampak paling signifikan
untuk peserta hanya pada saat cerdas cermat dimana hal ini bermanfaat untuk
siswa dan yang lainnya hanya main-main saja. Berikut pernyataan dari Wiwit
mengenai hal ini:
85 Universitas Kristen Petra
“Kami menyepakati bersama. Jadi pihak sekolah bertanya kepada pihak
sosro waktu yang diberikan berapa lama, kemudian pihak sosro
menjawab 2 jam setengah, jadi acara dimulai jam 7.00-9.30. “Kelas 3, 4
dan 5, totalnya 516 siswa. Kelas 3 sebanyak 4 kelas totalnya 195 anak.
Kelas 4 sebanyak 5 kelas totalnya 186 anak. Kelas 5 sebanyak 4 kelas
totalnya 135 anak. Disana yang signifikan saya lihat pada saat cerdas
cermat dimana mereka harus bekerja sama dengan tim mereka untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh MC. Yang lain kurang ya,
hanya senang-senang saja.”. (Wiwit, 5 Agustus 2016, personal
Interview).
Setelah pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School berakhir,
umpan balik diberikan oleh pihak sekolah kepada pihak penyelenggara program
yaitu PT. Sinar Sosro melalui tim Tehbotol Sosro Goes to School. Wiwit
mengatakan kritik dan saran disampaikan secara langsung dan berisfat informal
kepada koordinator setelah acara. Yang menjadi masukkan dari umpan balik
adalah ketersediaan mentor yang kurang banyak. Menurutnya satu orang mentor
menaungi 20-30 anak saja agar lebih efektif melihat peserta disini adalah anak-
anak yang memerlukan perhatian khusus.
“Cukup namun mentor yang ada kurang karena satu mentor menaungi
20-30 anak. Harusnya seorang mentor menaungi 10-15 anak saja
supaya lebih efektif karena bila berhadapan dengan anak-anak kecil
harus diberikan perhatian khusus atau lebih” (Wiwit, 5 Agustus 2016,
personal Interview).
Kesimpulan yang bisa ditarik dalam temuan data aspek umpan balik ini
yaitu Sekolah Dasar Hangtuah 10 merupakan sekolah yang mengutamakan dan
menjalankan prinsip-prinsip UKS, dengan salah satu kriteria memiliki kantin yang
tidak mengandung pengenyal, pengawet, perasa, pewarna. Sedangkan Program
Tehbotol Sosro Goes to School yang menjelaskan dan memberikan pendidikan
mengenai makanan dan minuman yang layak dan sehat. Dengan mengkaji dan
mempertimbangkan proposal Program Tehbotol Sosro Goes to School bahwa
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip UKS yang dijalankan
oleh Sekolah Dasar Hangtuah 10 maka pihak sekolah menerima kegiatan
86 Universitas Kristen Petra
Tehbotol Sosro Goes to School. Dampak yang paling dirasakan dari program ini
yaitu pada saat peserta mengikuti cerdas cermat.
Sesuai dengan kesepakatan bersama antara umpan balik dan pihak
perusahaan, program berjalan 2 jam. Namun ditemukan keganjilan, ternyata saat
pelaksanaan memakan waktu 2,5 jam. Umpan balik juga menambahkan jumlah
mentor yang ada dirasa kurang. Saran yang diberikan menurut umpan balik
menambahkan mentor agar program lebih efektif.
4.4.5. Analisis Data dan Interpretasi
Dalam analisa Program Tehbotol Sosro Goes to School, terdapat berbagai
pokok bahasan analisa data. Data yang diperoleh selama penelitian akan dianalisa
sesuai dengan kegiatan komunikasi Public Relations disertai dengan berbagai
tinjauan pustaka pendukung yang disertakan peneliti di bab 2.
4.4.5.1. Analisa Data dan Interpretasi Aspek Manajemen
4.4.5.1.1. Manajemen sebagai penyedia Sumber Daya Manusia
Rex Harlow secara tegas menekankan peran manajemen Public Relations
merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan
mempertahankan garis komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama
timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya; melibatkan manajemen
ke dalam sebuah isu; membantu manajemen untuk selalu mendapatkan mengenai
pendapat masyarakat dan menanggapinya; membantu manajemen untuk
senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif
(Ardianto, 2011, p.14). Pada pelaksanaan Program Tehbotol Sosro Goes to School
manajemen membantu menciptakan dan mempertahankan kerja sama antara
organisasi dan publiknya. Karyawan dalam hal ini bisa dikategorikan sebagai
publik atau stakeholder dari perusahaan. Definisi stakeholder menurut Freeman
(1984) merupakan individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya.
Manajemen disini berperan untuk menyediakan Sumber Daya Manusia yang
dibutuhkan untuk Program Tehbotol Sosro Goes to School.
87 Universitas Kristen Petra
Berkaitan dengan hal ini dimana terjadi ketidaksesuaian antara manajemen
yang menyediakan sumber daya manusia dalam Program Tehbotol Sosro Goes to
School dengan komunikasi. Menurut Frank Jefkins (2004) pengertian dari
perencanaan program kerja Public Relation yaitu terdiri dari semua bentuk
kegiatan perencanaan komunikasi baik kegiatan ke dalam maupun keluar antara
organisasi dan publiknya yang tujuannya untuk mencapai saling pengertian.
Manfaat perencanaan kerja Public Relations yaitu mengefektifkan dan
mengefisiensikan koordinasi atau kerjasama antardepartemen dari pihak terkait
lainnya dan selain itu mengefisiensikan waktu, tenaga, upaya dan biaya. (Ruslan,
2014, p.156).
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan kesenjangan tanggung jawab
dan peran yang diberikan dalam pelaksaanaan Program Tehbotol Sosro Goes to
School. Ditemukan bahwa manajemen sengaja menentukan 2 orang mentor saja
agar efisien. Berikut pernyataan Eka selaku manajemen tentang hal ini :
“ Jadi disana cukup dua saja nih mentornya.. kalo banyak-banyak orang
pengeluaran juga semakin banyak... Jadi ga grudukan biar efisien..” (Eka
Nugraha, 3 Agustus 2016, personal interview).
Gambar 4.8. Slide Power Point Petunjuk pelaksanaan Program Tehbotol Sosro
Goes to School KPW Jawa Timur
Sumber : Divisi Event dan Sponsorship PT. Sinar Sosro KPW Jawa Timur
88 Universitas Kristen Petra
Efisiensi yang dilakukan dalam manajemen adalah dari segi biaya dan
teanga. Namun terlihat dari powerpoint diatas yang merupakan petunjuk
pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School tampak jika manajemen
tidak melihat dan melaksanakan petunjuk pelaksanaan Program Tehbotol Sosro
Goes to School dari Head Office Jakarta. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan
Program Tehbotol Sosro Goes to School, tertulis jumlah PIC minimal 10 orang.
Pernyataan dari aspek organisasi juga membenarkan tentang jumlah panitia yang
terlibat dalam Program Tehbotol Sosro Goes to School. Berikut pernyataan
Haryono tentang hal ini :
“5 orang mentor, satu orang MC, divisi selling ada 3 orang. Jadi
totalnya 9. Ada dua saja. ….Kalo dari KP hanya terlibat dipelaksanaan
saja. Kalo pra persiapan seperti proposal, dan koordinasi dengan materi
serta peralatan hanya dua orang saja, yaitu pak Felix dan pak Youke.
Kalo loading in semuanya disiapkan satu hari sebelum acara, karena
besok paginya harus sudah bersih dan siap berjalan, karena acaranya
dimulai pada pagi hari itu juga dilakukan oleh divisi marketing support
yaitu Pak Felix dan Pak Youke.” (Haryono, 3 Agustus 2016, personal
interview)
Dari pernyataan Haryono tersebut, dapat disimpulkan bahwa total panita
yang bertugas berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 orang mentor, satu orang MC,
divisi selling 9 orang. Sedangkan pada saat pra pelaksanaan program yaitu
loading in dan loading out hanya dilakukan 2 orang saja yaitu oleh Felix dan
Youke selau divisi marketing support.
Berdasarkan data observasi peneliti, yang terlibat dalam pra pelaksanaan
dan pasca pelaksanaan Program Tehbotol Sosro Goes to School di SD Hangtuah
hanya 2 orang saja. Pada saat pelaksanaan panitia yang terlibat sebanyak 10
orang. Hal ini juga ditegaskan dalam pernyataan Felix selaku koordinator
program yang keberatan dengan wewenang manajemen tentang hal ini :
“Sekitar 10 orang. Itu sudah termasuk KP. Pengaruh, Sebenernya pada
saat dilapangan jumlah tim sudah pas, tapi pada saat persiapan kurang.
89 Universitas Kristen Petra
Karena persiapan hanya dijalankan oleh 2 orang saja, yaitu saya sama
pak Youke. Jadi itu sangat repot buat kita. Kami sudah pernah sampaikan
usulan kami nambah orang, tapi tidak ditanggap.(Felix, 27 Juli 2016,
personal Interview)
Dari pernyataan tersebut, nampak bahwa koordinator mengalami kendala
dan ketidakpuasan karena bertentangan dengan kewenangan manajemen sebagai
penyedia sumber daya manusia dalam program ini. Ternyata keputusan
manajemen mengurangi sumber daya manusia yang terlibat dalam Program
Tehbotol Sosro Goes to School SD Hangtuah 10 tidak dapat diterima oleh pihak
komunikasi selaku koordinator Program Tebotol Sosro Goes to School. Salah satu
tujuan audit mini komunikasi dalam program adalah mengukur kualitas
hubungan-hubungan komunikasi, secara khusus mengukur sejauh mana
kepercayaan antar pribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja
karyawan keseluruhan dilaksanakan (Hardjana, 2000, p.12).
Dari pernyataan ini menegaskan bahwa manajemen hanya ingin
“menangnya sendiri” dengan tidak menerima usulan yang disampaikan Felix.
Menurut Keith Davis (1977) dalam bukunya Human Relations at Work, falsafah
human relations mencakup kepentingan bersama. Dimana setiap orang, pimpinan
dengan yang dipimpin, mempunyai kepentingan atau tujuan yang berbeda satu
dengan yang lain. Tapi dalam suatu organisasi mereka harus mempunyai
kepentingan bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran demi kepentingan utama
organisasi yang bersangkutan, dan bukan berdasarkan kepentingan per individu
atau kelompok. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, baik
pemimpin maupun bawahan saling terkait satu dengan yang lain dalam satu
kesatuan dan saling bekerjasama untuk mencapai kepentingan bersama pula.
(Ruslan, 2014, p.88).
Dari penjelasan diatas, nampak bahwa manajemen tidak menjalankan
fungsi Public Relations yaitu hubungan internal. Nampak manajemen kurang
membangun hubungan yang baik dengan koordinator program dimana juga
termasuk dalam publik internal perusahaan. Hubungan yang tidak baik ini
ditandai dengan kritik yang tidak ditanggapi oleh manajemen mengenai hal
tersebut. Menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya Effective Public
90 Universitas Kristen Petra
Relations (2006, p.320) bagian dan fungsi dari Public Relations hubungan
internal adalah bagian khusus yang membangun dan mempertahankan hubungan
yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi
menggantungkan kesuksesannya. Fungsi Public Relations satu ini sangat penting
karena aspek positif dari perilaku karyawan sangat dipengaruhi oleh komunikasi
dua arah yang interaktif diseluruh organisasi. Kebutuhan untuk membangun
jaringan komunkasi membuat setiap level bisa melakukan komunikasi secara
efektif
Dari uraian diatas maka dapat ditarik titik rawan. Titik rawan yang keluar
adalah kebijakan manajemen dalam menentukan SDM dengan tujuan efisiensi
biaya dengan mengurangi SDM yang dipakai tidak sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan program Tehbotol Sosro Goes to School. Dari sikap manajemen yang
tidak menanggapi usulan dan keluhan menunjukkan manajemen tidak
menjalankan fungsi Public Relations yaitu hubungan internal dengan
karyawannya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Akan timbul
ketidakpercayaan antara pimpinan dan bawahan, kurangnya kerjasama antara
karyawan, turunnya kepuasan dan motivasi bekerja dan ketidakpuasan dalam
bekerja. Dengan kata lain produktifitas karyawan menurun dan program tidak
berjalan maksimal.
4.4.5.1.2. Manajemen Menyusun Tujuan Program
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006) dalam Manajemen Public
Relatons (Ruslan, 2014, p. 158) mengatakan bahwa tujuan dan pelaksanaan
program organisasi ditentukan berdasarkan visi organisasi. Organisasi
sebagaimana halnya individu memiliki cita-cita dan tujuan. Begitu pula Program
Tehbotol Sosro Goes to School ini hal yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan
misi dari perusahaan PT. Sinar Sosro. Menjadi perusahaan minuman kelas dunia
yang dapat memenuhi konsumen kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai
tambah untuk semua pihak terkait adalah visinya. Dengan misinya membangun
merk Sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas dan unggul.
Dalam Program Tehbotol Sosro Goes to School ini anak-anak SD dipilih
sebagai sasaran program ini. Yang menjadi alasan adalah karena anak-anak SD
91 Universitas Kristen Petra
termasuk dalam kategori peminum pemula Tehbotol Sosro. Peminum pemula
Tehbotol Sosro adalah anak-anak yang belum tahu produk Tehbotol Sosro.
Berikut pernyataan Eka :
“Karena anak-anak SD adalah kategori peminum pemula Tehbotol Sosro.
Jadi diharapkan dari program Tehbotol Sosro Goes to School ini mereka
bisa mengenal apa Tehbotol Sosro juga sejak kecil.” (Eka Nugraha, 3
Agustus 2016, personal interview)
Maka dari itu diharapkan melalui Program Tehbotol Sosro Goes to School
ini eksistensi dari produk Tehbotol Sosro tidak hilang oleh karena tidak ada
generasi penerus peminum Tehbotol Sosro. Edukasi adalah cara tepat yang
dipakai dalam menyampaikan Program Tehbotol Sosro Goes to School di SD
Hangtuah dilhat dari kacamata manajemen. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Gleen dan Danny Grisworld dalam bukunya “Your Public Relations” (1975)
terdapat konsep peran, tugas, dan fungsi Public Relations yang mampu
mempengaruhi dalam praktik menunjang manajemen organisasi-publik, yaitu
salah satunya melalui pendekatan pendidikan. Dengan memberikan informasi atau
menyebarluaskan informasi, pendidikan dan ilmu pengetahuan kepada publiknya.
(Ruslan, 2014, p.33).
Edukasi yang yang diberikan dalam program dikemas dalam bentuk materi
dan kuis. Materi yang diberikan seputar pengetahuan umum berupa pengenalan
jenis-jenis teh, bagaimana tumbuhan berfotosintesis, proses pembusukan makanan
dan minuman dan langkah memproduksi minuman dalam kemasan. Dari
pengamatan peneliti yang ikut dalam Program Tehbotol Sosro Goes to School di
SD Hangtuah 10, dalam bagian tersebut materi disampaikan dalam kelompok oleh
mentor Tehbotol Sosro Goes to School. Selain itu juga ada acara kuis untuk para
peserta, dimana MC akan memberikan pertanyaan kepada tiap-tiap kelompok
seputar materi yang sudah dibagikan. Bagi anggota tiap kelompok yang paling
cepat dan benar jawabannya maka akan diberikan hadiah berupa produk Tehbotol
Sosro kemasan kotak.
Materi edukasi yang disampaikan oleh Tehbotol Sosro Goes to School
ditangkap dengan positif oleh Wiwit selaku kepala sekolah SD Hangtuah. Berikut
pernyataan mengenai hal ini :
92 Universitas Kristen Petra
“Pada awalnya Sosro menawarkan program untuk dilakukan di sekolah
ini, setelah kami dengarkan dan perhatikan program ini cocok dengan sekolah..
Sosro ingin sedini mungkin anak-anak itu sehat Disana yang saya lihat pada saat
cerdas cermat dimana mereka harus bekerja sama dengan tim mereka untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh MC. Yang lain kurang ya, hanya
senang-senang saja.” (Wiwit, 8 Agustus 2016, personal interview)
Menurutnya isi materi yang disampaikan sesuai dengan program UKS
sekolah. Hal yang berdampak paling signifikan bagi siswa adalah pada saat kuis
dan acara lainnya dirasa kurang bermanfaat. Bagi manajemen, tujuan dari
program ini adalah melakukan penjualan produk melalui jalur sekolah.
“Jelasnya, bisa meraih program pasar melalui kantin sekolah. Penjualan
melalui jalur sekolah. Apakah banyak..,.? Ya lumayan, bahkan guru-guru
yang ada juga melakukan penjualan. Mereka bisa menjual lagi, mungkin
mereka yang punya warung yang terlepas dari sekolah.” (Eka Nugraha,
3 Agustus 2016, personal interview)
Dari pernyataan Eka terlihat hal ini bertentangan dengan apa yang
disampaikan diawal tadi mengenai apa yang ingin dicapai dari progam ini, yaitu
edukasi. Terdapat titik rawan yang muncul dalam aspek manajemen yaitu ketidak
sesuaian tujuan program dengan isi program yang kurang bermanfaat dan lebih
banyak mengarah pada penjualan. Dalam realisasinya dirasa oleh umpan balik
acara tidak seimbang, ada acara yang berdampak signifikan bagi peserta namun
lebih cenderung kurang bermanfaat dan senang-senang saja. Acara seperti menari
penguin dan minum bersama yang dirasa kurang bermanfaat, dan acara cerdas
cermat yang member dampak signifikan pada peserta. Selain itu keuntungan
penjualan produk bukan dampak pengetahuan yang diberikan kepada peserta yang
diutamakan oleh manajemen.
4.4.5.2. Analisa Data dan Interpretasi Aspek Organisasi
James E. Grunig membedakan 3 kegiatan Public Relations yaitu Event,
Kampanye dan Program. Sedangkan, menurut Smith (2002) Evaluasi terhadap
program yang sedang atau telah dijalankan itu diperlukan guna untuk
93 Universitas Kristen Petra
memperlihatkan nilai dari masing – masing kegiatan, sehingga pada akhirnya
kegiatan tersebut layak untuk dijalankan atau diteruskan.
Program Tehbotol Sosro Goes to School ini tidak pernah dilakukan
evaluasi secara menyeluruh oleh pihak organisasi.
“Saya hanya memonitor lewat dokumentasi dan bawahan saja. Evaluasi
secara formal tidak ada. Saya hanya bertanya apa semuanya berjalan
lancer atau tidak. Secara pelaksanaan saya anggap tidak ada masalah
semuanya sudah berjalan lancar, walaupun ada kurang sana-kurang sini
tapi tidak masalah.” (Haryono, 3 Agustus 2016, Personal Interview)
Dikatakan oleh narasumber disini bahwa evaluasi dilakukan secara
informal hanya melalui laporan yang diberikan oleh koordinator program. Dari
pernyataan terebut nampak jika organisasi percaya sepenuhnya kepada
koordinator pelaksana Program Tehbotol Sosro Goes to School saja. Tidak adanya
evaluasi dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen dan
organisasi, berdampak negatif bagi perusahaan. Hal ini menyebabkan adanya
peluang tindakan kecurangan atau kerugian pada perusahaan. Diakui oleh Felix,
selaku koordinator program. Berikut pernyataannya mengenai hal ini :
“Jujur aja aku bisa dapet keuntungan hampir 1 jutaan dalam sekali TGTS
ini. Misalnya di SD hangtuah 10 ini, kemarin aku untungnya banyak. Tapi
kamu jangan beritahu ke atasan ya...” (Felix, 27 Juli 2016, Personal
Interview)
Diakuinya tanpa sepengetahuan atasan, Felix menggunakan peluang yang
ada untuk mencari keuntungan pribadi dari progam ini. selaku koordinator
program, Felix bebas menentukan berapa banyak produk yang dibawa untuk
kegiatan Tehbotol Sosro Goes to School. Produk yang dibawa ada yang diberi
kepada peserta sebagai hadiah perlombaan dan ada yang dijual dengan harga
promo, bukan harga pasaran. Kesempatan yang dipakai oleh Felix, dengan cara
sisa produk yang seharusnya diberi secara gratis kepada peserta, namun oleh Felix
dijual kembali dan hasil penjualannya disimpan untuk keuntungan individu.
Sayangnya tindakan ini tidak diketahui oleh pihak manajemen dan organisasi,
karena kedua pihak hanya menerima laporan saja.
94 Universitas Kristen Petra
“Ya nggak tahu dwin, yang penting kan buat mereka produk yang ditaruh
di TGTS jumlahnya berapa, pemasukkan dari penjualan produk itu sesuai
dengan harga yang diterapkan. Kalo produk free yang dibuat perusahaan
itu mereka ga peduli.” (Felix, 27 Juli 2016, Personal Interview)
Peluang ini bisa terjadi karena pihak organisasi hanya melakukan
monitoring program dari dokumentasi dan laporan dari bawahan saja. Pihak
organisasi tidak pernah terjun langsung dilapangan dan evaluasi secara dalam.
Evaluasi yang diutamakan oleh pihak manajemen ke pihak organisasi pun adalah
keuntungan penjualan dari Program Tehbotol Sosro Goes to School. Menurut
John Marston bukunya The Nature of Public Relations, aktivitas Public Relations
memiliki empat elemen, yang disebut dengan RACE. Dijelaskan bahwa RACE
adalah Research (apa saja masalah atau situasinya), Action (apa yang akan
dilakukan mengenai hal tersebut), Communication (bagaimana cara
memberitahukan kepada publik), dan Evaluation (apa publik menerima informasi
tersebut dan efeknya). Selain itu juga, evaluasi dalam Public Relations adalah
setiap dan semua penelitian yang dirancang untuk menentukan efektivitas relatif
sebuah program, kegiatan atau strategi Public Relations dengan mengukur
keluaran (output), dampak (outcome) program, kegiatan atau strategi itu
berdasarkan sejumlah tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Iriantara, 2004,
p.148).
Pembahasan diatas menunjukkan adanya titik rawan dalam program ini.
Munculnya tindakan kriminal yang dapat menyebabkan kerugian perusahaan.
Tindakan ini terjadi karena tidak adanya penelitian yang dilakukan oleh organisasi
dalam mencari masalah-masalah yang kemungkinan akan terjadi dalam
pelaksanaan program. Sehingga organisasi juga tidak mengambil tindakan apa-
apa dalam kejadian ini. Gregory dalam bukunya Planning and Managing a Public
Relations Campaign (2003, p.138) mengatakan manfaat yang dirasakan jika
melakukan evaluasi oleh Public Relations adalah memfokuskan usaha pada hal-
hal yang penting. Lalu menunjukkan keefektifitasan agar tujuan program yang
telah ditetapkan dapat tercapai dan dapat melakukan efisiensi biaya. Apabila
dilakukan evaluasi seperti teori diatas maka akan diketahui dampak dari program
ini baik dari perusahaan maupun dari peserta program, dan ini dapat
95 Universitas Kristen Petra
meningkatkan efektivitas sebuah program. Namun, koordinator program
memanfaatkan kelemahan perusahaan yaitu dalam hal evaluasi untuk mengambil
keuntungan perusahaan. Organisasi memegang titik penting dalam jalannya
sebuah program yang ada.
4.4.5.3. Analisa Data dan Interpretasi Aspek Komunikasi
Aspek Komunikasi yang merupakan divisi event sponsorship Sosro KPW
Jawa Timur beraggotakan dua orang yakni Youke dan Felix. Dalam Program
Tehbotol Sosro Goes to School mereka sebagai koordinator Program Tehbotol
Sosro Goes to School. Program tersebut memiliki susunan acara yang
menunjukkan sesi apa saja yang akan diberikan kepada para siswa disetiap
sekolahnya. Setiap sesi yang akan diberikan kepada para siswa disekolah akan
mengacu pada petunjuk pelaksanaan yang di turunkan dari Head Office (HO)
Jakarta mengingat ini merupakan program dari kantor pusat.
Susunan acara didalam petunjuk pelaksanaan Program Tehbotol Goes to
School merupakan salah satu bentuk perencanaan. Manajemen Public Realtisons
berarti penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian suatu kegiatan
komunikasi yang disponsori oleh organisasi (Ruslan, 2013, p.31). Didalam
petunjuk pelaksanaan tersebut berisikan susunan acara Program Tehbotol Sosro
Goes to School yakni pemutaran dan bernyanyi Jingle Sosro bersama, pembukaan
acara, pembagian kelompok, penyampaian pembekalan dan mekanisme interaktif,
aktivitas interaktif, pemberian hadiah, penutup dan trial produk.
Susunan acara ini juga terdapat berapa lama waktu yang diperlukan untuk
setiap sesi yang dilakukan. Pertama kali dilakukan pemutaran jingle dan diikuti
bernyanyi bersama oleh peserta, dengan durasi waktu 10 menit. Kemudian
dilanjutkan pembukaan acara dan pembagian kelompok dengan durasi 8 menit.
Selanjutnya penyampaian pembekalan dan mekanisme interaktif kurang lebih 15
menit. Berikutnya pemberian hadiah pemenang dan penutup dalam waktu 5 menit.
Puncaknya adalah trial produk kepada peserta dengan durasi kurang lebih 10
menit. Jumlah waktu yang ditentukan dipetunjuk pelaksanaan pada satu kali
96 Universitas Kristen Petra
putaran program adalah 48 menit. Data ini bisa dilihat dari jumlah durasi yang
tercantum pada gambar petunjuk pelaksanaan. Waktu yang ada memiliki jumlah
durasi maksimum yakni 60 menit dengan jumlah siswa minimal 200 orang dan
maksimal 500 orang.
Pada saat pelaksanaan Program Tehbotol Sosro Goes to School ini ternyata
adanya perubahan yang terjadi pada sesi yang diberikan. Perubahan ini dilakukan
oleh komunikasi atas kesepakatan bersama dengan aspek organisasi yang mana
merupakan atasan mereka. Sesi yang diubah adalah menyanyikan lagu Jingle
Sosro dengan menari penguin. Hal ini dilakukan mereka dengan menimbang akan
terjadi kebosanan dari para siswa bila hanya menyanyikan lagu Jingle Sosro.
Maka dari itu, dibuatlah kegiatan yang lebih atraktif yakni menari bersama di
awal acara tanpa adanya pemberitahuan kepada pihak pusat atau HO.
“Tapi ada perubahan acara dari acara yang direncanakan TGTS
sebelumnya.Kalo dari pusat didalamnya ada acara beryanyi jingle sosro
bersama namun acara tersebut kami ganti dengan menari penguin dan itu
menghibur anak-anak.” (Felix, 27 Juli 2016, personal Interview)
Perubahan yang dilakukan oleh pihak komunikasi ini ternyata berdampak
dengan durasi program yang sudah ditetapkan. Perubahan yang terjadi ini
mengakibatkan program berlangsung lebih lama yakni 150 menit dan diikuti oleh
512 siswa. Bila dibandingkan dengan aturan dan ketetapan dari petunjuk
pelaksanaan yang ditetapkan bahwa terlihat adanya perbedaan jumlah waktu atau
durasi yang sangat signifikan. Terjadi dua setengah kali lipat lebih lama, dari
ketetapan maksimal 60 menit menjadi 150 menit dalam menjalankan satu kali
putaran program di SD Hangtuah 10. Maka dari itu dukungan dana, tenaga,
property dan lain-lain pada waktu pelaksanaan rencana program adalah sesuatu
yang mutlak ada agar apa yang direncakan dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan yaitu melalui jadwal rencana program (Ruslan, 2014,
161). Sesuai teori menurut Gozali (2005, p.39) dalam bukunya Konsep dan
Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relations, poin kunci Public Relations yang
tergabung di aspek komunikasi harus berpijak pada riset dan bahwa riset harus
diaplikasikan sebagai bagian dari proses komunikasi. Riset ini harus dilakukan
97 Universitas Kristen Petra
untuk menentukan inputs terhadap perencanaan dan persiapan seperti menyusun
materi, susunan acara, dan sasaran program, outputs yang dihasilkan dan outcome
yang muncul dari pelaksanaan program.
Dari uraian diatas maka dapat dilihat bahwa ada munculnya titik rawan.
Titik rawan yang ada adalah masalah waktu. Perencanaan yang kurang matang
dan dengan keputusan yang singkat dapat mengubah sistematika yang sudah ada.
Akibatnya program berjalan kurang efektif. Durasi yang memiliki selisih 90 menit
ini bila terus dilakukan pada Program Tehbotol Sosro Goes to School selanjutnya
akan berdampak buruk bagi nama perusahaan. Dampaknya ialah pihak sekolah
akan dirugikan dengan adanya kegiatan Program Tehbotol Sosro Goes to School
karena memakan waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.
4.4.5.4. Analisa Data dan Interpretasi Aspek Umpan Balik
Aspek umpan balik dalam penelitian ini adalah SD Hangtuah 10 yang
bergerak di bidang UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dimana sedini mungkin bisa
dikenalkan kepada siswa. Sekolah ini menjadi pilihan pertama oleh pihak Sosro
dalam menjalankan Program Tehbotol Sosro Goes To School dimana Sosro juga
memiliki tujuan yang sama yakni mengedukasi kepada anak-anak dimasa usia
dini. Didalam buku Strategic Planning for Public Relations, progam merupakan
salah satu kegiatan yang dijalankan oleh Public Relations secara
berkesinambungan dan memiliki tujuan serta goal. Program juga fokus dalam
membangun hubungan dengan publik tertentu (Smith, 2002, p.289).
Pada saat program TGTS ini berlangsung di SD Hangtuah 10 sudah
berjalan dengan baik menurut Wiwit selaku kepala sekolah. Berjalan dengan baik
berarti program yang diberikan Sosro sesuai dengan yang diharapkan sekolah
yakni mengedukasi. Seperti yang diungkapkan oleh Cutlip, Center dan Broom
(2006, p.6), mengatakan bahwa fungsi Public Relations yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan
publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.
Edukasi adalah cara tepat yang dipakai dalam menyampaikan Program Tehbotol
Sosro Goes to School di SD Hangtuah. Hal ini sesuai dengan teori menurut Gleen
98 Universitas Kristen Petra
dan Danny Grisworld dalam bukunya Young Public Relations (1975) terdapat
konsep peran, tugas, dan fungsi Public Relations yang mampu mempengaruhi
dalam praktik menunjang manajemen organisasi-publik, yaitu salah satunya
melalui pendekatan pendidikan. Dengan memberikan informasi atau
menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan kepada publiknya. (Ruslan,
2014, p.33). Hal yang dimaksudkan adalah tentang edukasi yang disampaikan. Isi
dari edukasi tersebut adalah bagaimana tumbuhan berfotosintesis, bagaimana
makanan dan minuman dapat membusuk, manfaat teh untuk kehidupan sehari-hari
dan juga langkah-langkah proses produksi minuman dalam kemasan. Selain itu
juga materi yang diberikan juga dikemas secara meriah, yakni dengan
menggunakan permainan. Permainan yang dilakukan juga tidak hanya mengarah
kepada produk namun mengarah kepada kerjasama tim. Hal ini membuat pihak
sekolah melihat adanya pembelajaran yang diberikan melalui Program TGTS
kepada para siswa.
Namun, walau Program Tehbotol Sosro Goes to School sudah berjalan
sesuai dengan tujuan awal seperti yang terurai diatas, masih ada ketidakpuasaan
dari aspek umpan balik. Ketidakpuasan ini diakibatkan oleh jumlah mentor yang
tidak memadai dan kurangnya Sumber Daya Manusia di Program Tehbotol Sosro
Goes to School. Hal ini bisa dilihat dari uraian Wiwit dalam wawancara bersama
peneliti saat melakukan observasi.
“…Harusnya seorang mentor menaungi 10-15 anak saja supaya lebih
efektif karena bila berhadapan dengan anak-anak kecil harus diberikan
perhatian khusus atau lebih.” (Wiwit, 5 Agustus 2016, personal
Interview).
Pelanggan adalah raja, merupakan ungkapan yang tepat untuk menunjukan
pentingnya pelanggan. Hubungan yang harus dibina oleh humas (PR) seperti
publikasi, event, berita pendekatan komunikasi konsumen, mencitrakan, serta
program-program yang menyangkut social responsibility (Anggoro, 2001, p.71).
Maka dari itu, setiap dari respon sekolah akan program menjadi hal yang penting.
Hal ini menyangkut tentang kepuasan dari pelanggan akan jumlah mentor yang
tersedia. Pada realisasi yang ada bahwa terdapat lima mentor yang menangani 512
99 Universitas Kristen Petra
siswa di SD Hangtuah 10. Dari jumlah mentor dan siswa yang ada, maka
terbagilah menjadi lima kelompok besar dimana satu mentor dalam satu group
membawahi lebih dari 100 siswa. Sedangkan menurut pihak sekolah bahwa
jumlah ini terlalu banyak untuk siswa SD. Maka dari itu hal ini dirasa kurang oleh
pihak sekolah di SD Hangtuah 10 yang menyarankan untuk satu mentor
menangani 10 sampai 15 siswa saja mengingat anak kecil harus diberikan
perhatian khusus atau lebih.
Dari data uraian di atas maka munculah titik rawan yang ada. Titik rawan
dalam aspek umpan balik ini terlihat adanya ketidakpuasan dari pihak sekolah.
Sekolah merupakan publik dari perusahaan, karena sekolah merupakan tempat
penjualan produk perusahaan. Teori Grunig menyebutkan publik muncul ketika
organisasi membuat keputusan yang memiliki konsekuensi pada orang-orang
didalam dan diluar organisasi, yang mana mereka tidak terlibat dalam pembuatan
keputusan itu (Ardianto, 2011, p. 93-96). Sekolah menjadi publik yang menerima
Program Tehbotol Sosro Goes to School ini. Sekolah menerima manfaat program
yang sesuai dengan kegiatan sekolah yaitu UKS. Dalam program ini, sekolah
merupakan publik fungsional yang didalamnya terdapat siswa-siswi SD yang
menjadi peserta program. Kepala Sekolah menjadi penanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan di SD Hangtuah 10. Ketidakpuasan ini bisa merupakan
calon masalah yang ditemukan diaspek umpan balik dalam Program Tehbotol
Sosro Goes to School ini. Calon masalah yang disampaikan oleh umpan balik ini
berkaitan dengan manajemen yang menetapkan jumlah Sumber Daya Manusia
yang ada untuk setiap Program TGTS.