BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil PT. Sinar Sosrothesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00415-MN...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil PT. Sinar Sosrothesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00415-MN...
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil PT. Sinar Sosro
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan di
Indonesia. Nama Sosro diambil dari nama keluarga pendirinya yakni Sosrodjojo.
Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil
bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual
adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya
masih di seputar wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai
memperluas bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk
memperkenalkan produk Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah
Jawa Tengah. Perjalanan memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai
dengan melakukan strategi “cicip rasa” (product sampling) ke beberapa pasar di
kota Jakarta.
Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol
dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah seduhan
tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Tetapi
cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses
penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin
mencicipinya tidak sabar menunggu.
73
74
Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan
kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa ke pasar dengan
menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh
yang dibawa, sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar. Hal
ini disebabkan pada saat tersebut jalanan di kota Jakarta masih berlubang dan
belum sebagus sekarang.
Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor,
dikemas ke dalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik
minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu
menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya.
Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to
drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT. Sinar Sosro
yang merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di
Indonesia dan di dunia. Model botol untuk kemasan Teh botol Sosro mengalami
tiga kali perubahan yakni :
1. Botol versi I
Dikeluarkan pada tahun 1970 dengan merek Teh Cap Botol Soft Drink
Sosrodjojo
2. Botol versi II
Dikeluarkan pada tahun 1972 dengan merek TEH CAP BOTOL
(dengan penulisan ”CAP” lebih kecil, sehingga orang lebih membaca
TEH BOTOL), selain itu penulisan Soft Drink dihilangkan, dan tulisan
TEH BOTOL diganti dengan warna merah putih yang menggambarkan
75
produk asli Indonesia. Penulisan Sosrodjojo juga disingkat menjadi
SOSRO dalam logo bulat merah.
3. Botol versi III
Pada tahun 1974, terjadi perubahan desain botol yang ketiga. Desain
botolnya tidak seperti botol versi I & II. Dengan bentuk botol yang baru
dan perubahan pada penulisan merek Teh Botol Sosro pada
kemasannya. Desain botol ketiga ini diperkenalkan seiring dengan
didirikannya pabrik PT. Sinar Sosro yang pertama di daerah Cakung,
Jakarta.
Bisnis Sosro sampai dengan saat ini sudah dijalankan oleh 3 generasi
Sosrodjojo, yakni :
I. Generasi Pertama (Pendiri Grup Sosro) :
• Bapak Sosrodjojo (Alm.)
II. Generasi Kedua
• Bapak Soemarsono Sosrodjojo (Alm.)
• Bapak Soegiharto Sosrodjojo
• Bapak Soetjipto Sosrodjojo (Alm.)
• Bapak Surjanto Sosrodjojo
III. Sejak awal tahun 1990, bisnis ini telah mulai dikelola oleh cucu Bapak
Sosrodjojo atau dapat juga disebut dengan Generasi Ketiga
Pengembangan bisnis minuman teh selanjutnya dilakukan oleh dua
perusahaan :
76
• PT. Sinar Sosro, perusahan yang memproduksi Teh Siap Minum Dalam
Kemasan. Produk-produknya adalah Teh Botol Sosro, Fruit Tea Sosro, Joy
Green Tea, TEBS, Happy Jus, dan Air Minum Prim-A
• PT. Gunung Slamat, perusahaan yang memproduksi Teh Kering Siap Saji.
Produk-produknya adalah Teh Celup Sosro, Teh Cap Botol, Teh Poci, Teh
Terompet, Teh Sadel, Teh Sepatu dan Teh Berko.
• PT. Gunung Slamat mendapatkan penghargaan sebagai Top Brand Award 2008
untuk kategori Teh Celup
PT. Sinar Sosro memiliki kantor di Jl. Raya Legok Ds. Cibogo Kulon
Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Tangerang 15810, yang
digunakan sebagai kantor penjualan wilayah Banten dari kegiatan bisnisnya.
Dasar atau filosofi PT. Sinar Sosro adalah “Niat Baik” yang dijabarkan dalam 3K
dan RL, yakni :
• Peduli terhadap Kualitas
• Peduli terhadap Keamanan
• Peduli terhadap Kesehatan
• Serta Ramah Lingkungan
Sebagai bukti, SOSRO selalu menjaga 3K dan RL (Peduli terhadap
KUALITAS, KEAMANAN, KESEHATAN, serta RAMAH LINGKUNGAN),
SOSRO mendapatkan penghargaan Sertifikat dan Award antara lain sebagai
berikut :
1. Sertifikat ISO 9000:2000, yaitu sertifikat system management mutu
untuk menjamin kualitas pengolahan dan hasil produk
77
2. Sertifikat ISO 14.000, yaitu sertifikat sistem lingkungan untuk menjamin
keamanan lingkungan
3. Sertifikat HALAL, yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga
Pengkajian Pangan, Obat-obatan & Kosmetika MUI) bekerjasama
dengan Departemen Agama, BPPOM dan Balai POM Daerah untuk
menjamin kehalalan bahan baku, proses dan produknya
4. Sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia), dikeluarkan oleh lembaga
Sertifikasi Produk Departemen Perindustrian
5. Sertifikasi HACCP, yaitu sertifikat sistem manajemen keamanan
makanan untuk menjamin produk yang aman bagi konsumen.
6. Sertifikat HYGIENE dan SANITARY, sebagai salah satu persyaratan
untuk eksport yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat & Makanan.
7. Top Brand Award untuk “Teh Botol Sosro For Ready To Drink Tea-Non
Bottle (Tetrapack) dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting
Keterangan untuk produk PT. Sinar Sosro :
• Teh Botol Sosro menggunakan bahan baku : air, gula industri, dan teh
hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir (dikenal
dengan teh wangi)
• Fruit Tea menggunakan bahan baku yakni : air, gula industri, teh
hitam, dan konsentrat sari buah asli.
• Joy Green Tea menggunakan bahan baku : air, gula industri, dan teh
hijau.
78
Bahan baku teh untuk produk-produk PT. Sinar Sosro disuplai oleh PT.
Gunung Slamat, sedangkan bahan baku teh tersebut dikelolah oleh PT. Agro
Pangan selaku sister company. Bahan baku teh untuk PT. Sinar Sosro berasal dari:
• Perkebunan Teh Gunung Rosa di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Manik di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Cempaka di Cianjur
• Perkebunan Teh Gunung Satria di Garut
• Perkebunan Teh Daerah Neglasari di Garut
• Perkebunan Teh Daerah Cukul di Pangalengan
• Perkebunan Teh Daerah Sambawa di Tasikmalaya
Kesegaran rasa serta higienitas dari produk menjadi salah satu konsentrasi
PT. Sinar Sosro dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Di samping
itu, sampai dengan tahun 2008, untuk menjangkau konsumennya, PT. Sinar Sosro
telah memliki 10 pabrik yang tersebar di beberapa wilayah Nusantara, antara lain :
Pabrik Cakung, Pabrik Tambun, Pabrik Pandeglang, Pabrik Cibitung, Pabrik Bali,
Pabrik Ungaran, Pabrik Serdang, Pabrik Gresik, Pabrik Mojokerto, Pabrik
Palembang. Kemudian diiringi oleh kantor penjualan wilayah yang tersebar di
kota-kota besar, seperti : Jakarta, Balikpapan, Makassar, Tangerang, Cirebon,
Bandung, Semarang, Sidoarjo, Kuta, Medan, Pekanbaru, Palembang.
PT. Sinar Sosro telah mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru
Nusantara, melalui lebih dari 150 kantor cabang penjualan, serta beberapa Kantor
Penjualan Wilayah (KPW). Selain itu, produk PT. Sinar Sosro sudah merambah
pasar internasional dengan upaya mengekspor produk-produk dalam kemasan
79
kotak dan kaleng ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, sebagian Timur Tengah, Afrika, Australia, dan Amerika.
4.1.2 Struktur Organisasi PT. Sinar Sosro
Struktur organisasi dari PT. Sinar Sosro dapat digambarkan dalam Gambar
4.1 di bawah ini:
Keterangan : • GM : General Manager • ASM Mitra : Assistant Sales Manager Mitra • MSM : Marketing and Sales Manager • ASM : Area Sales Manager • PGAM : Personal and General Affair Manager • AFM : Accounting and Financial Manager • MDM : Merchandising Manager • SPV : Supervisor • SS Promo : Senior Supervisor Promotion • SS Key Acc. : Senior Supervisor Key Account • Staff IS : Staff Information System • UM : Unit Manager • SSS : Senior Sales Supervisor • SS Personalia : Senior Supervisor Personalia • Ass. AFM : Assistant Accounting Finance Manager
Sumber: PT Sinar Sosro
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sinar Sosro
GM
Sekretariat
ASM Mitra MSM ASM PGAM AFM
SPV SS Promo
SSS
UM
SS Key Acc.
Staff IS
SPV
MDM
SPVSS Personalia
SPV
SPV
Staff Keuangan
Logistik
80
Keterangan :
1. GM (General Manager)
• Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan
• Bertanggung jawab ke dalam dan kantor pusat
• Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahaan
• Menyebarkan dan menerapkan kebijakan serta mengawasi pelaksanaannya
• Melaksanakan kontrak kerja dengan pihak luar
• Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada tiap
Manager dan menjalin hubungan kerja yang baik
2. Sekretariat
• Menyelenggarakan surat menyurat berhubungan dengan perusahaan
• Mengatur hubungan dengan pihak luar dan tamu
• Menyusun dokumentasi
• Bertanggung jawab kepada General Manager
3. Logistik
• Menyiapkan, menyimpan, memelihara dan mengatur barang-barang
perlengkapan milik perusahaan
• Membuat daftar pinjaman alat-alat dan membuat peraturannya
• Mengontrol arus barang dari sumber produksi ke pasar.
4. ASM (Area Sales Manager)
• Menjalin hubungan dan kerjasama dengan bisnis partner
• Mengembangkan pasar sasaran diwilayahnya
• Bertanggung jawab terhadap pencapaian target penjualan
81
5. MSM ( Marketing and Sales Manager)
• Merencanakan, mengontrol dan mengkoordinir proses penjualan dan
pemasaran bersama Supervisor untuk mencapai target penjualan dan
mengembangkan pasar secara efektif dan efisien.
• Menganalisa dan mengembangkan strategi pemasaran untuk meningkatkan
jumlah pelanggan dan layanan sesuai dengan target yang ditentukan
6. PGAM (Personal and General Affair Manager)
• Mengawasi kelancaran administrasi, kepegawaian dan hubungan
masyarakat di kantor dan pabrik
• Membuat laporan secara tertulis serta pelaksanaan tugas dan membuat
rencana kerja untuk masa yang akan datang dan dilakukan secara periodik
• Bertanggung jawab pada General Manager atas kelancaran administrasi,
kepegawaian dan hubungan masyarakat
7. AFM (Accounting and Financial Manager)
• Membuat laporan keuangan kepada atasan secara berkala tentang
penggunaan uang
• Mengendalikan budget pendapatan dari belanja perusahaan sesuai dengan
hasil yang diharapkan
• Bertanggung jawab atas penentuan biaya administrasi perusahaan
8. MDM (Merchandising Manager)
• Memastikan ketersediaan atau pasokan barang untuk dibeli pelanggan
• Memastikan barang yang tersedia tersebut berkualitas tinggi
82
• Memastikan harga jual pada pelanggan adalah harga terbaik dibanding
dengan kompetitor atau pesaing
9. SPV (Supervisor)
• Membantu mengawasi dan mengendalikan kegiatan sesuai dengan
bidangnya kepada Manager
• Menyiapkan laporan yang dibutuhkan Manager
• Memberikan pengarahan terhadap karyawan yang berada dibawahnya
10. SS Promo (Senior Sales Promotion)
• Menyiapkan dan menjalankan program promosi regional
• Menjalin hubungan dengan para retailer
11. SS Key Acc. (Senior Supervisor Key Account)
• Bertanggungjawab terhadap merchandising dan purchase order
• Menangani administrasi sales & analisa perkembangan performance-nya
• Mengimplementasi program kerja internal & external yang ditentukan untuk
mencapai target penjualan
• Melaporkan analisa perkembangan penjualan setiap hari
12. Staff IS (Staff Information System)
• Melakukan eskalasi atau penyelesaian masalah dengan tahapan yang
berjenjang sesuai pemeliharaan day to day dari sistem yang telah dibangun
• Pengembangan sistem kegiatan dan memastikan sistem (jaringan, aplikasi,
dan perangkat pendukung) berjalan sesuai prosedur
13. UM (Unit Manager)
83
• Mengelola, mengontrol pembiayaan yang dilakukan unit (marketing), serta
melakukan pemutusan status pembiayaan
• Melakukan report ke kantor pusat
14. SSS (Senior Sales Supervisor)
• Memelihara hubungan dengan pelanggan lama dan retailer
• Mempersiapkan laporan penjualan dan menyampaikannya kepada Manager
15. SS Personalia (Senior Supervisor Personalia)
• Membantu Personal and General Affair Manager dalam hal kegiatan
administrasi
• Merekrut dan melatih pegawai baru yang dibutuhkan perusahaan
• Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kepala-kepala bagian
16. Staff Keuangan
• menyusun laporan keuangan, perpajakan, anggaran pengeluaran dan
penghasilan bulanan atau tahunan,
• membayar gaji karyawan, membuat surat-surat yang berhubungan dengan
perbankan dan kemampuan keuangan perusahaan
4.2 Kondisi Persaingan Bisnis Perusahaan
Produk pesaing yang ada di pasaran saat sekarang ini seperti Nu Green Tea
dari ABC President, FresTea (dari Coca-cola company), Zestea dari grup 2 Tang.
Perusahaan yang menghasilkan produk tersebut menggunakan berbagai macam
strategi persaingan, seperti promosi melalui iklan, baik di media cetak, maupun
media elektronik, mengadakan consumer promo, yakni pengadaan undian
84
berhadiah kepada konsumen. Pasar dalam industri minuman teh siap saji ini
cenderung bersifat persaingan sempurna, karena banyak perusahaan minuman teh
siap saji yang saling bersaing dengan menawarkan produk sejenis kepada para
konsumen.
Ancaman selanjutnya datang dari produk substitusi, seperti minuman soft
drink, minuman isotonik, jus buah, dan lain sebagainya. Makin semaraknya
produk-produk substitusi bermunculan merupakan ancaman yang kuat sekaligus
menjadi tantangan PT. Sinar Sosro untuk selalu melakukan inovasi produk serta
mendiferensiasikannya seperti yang sudah diterapkan hingga kini. Beberapa faktor
yang menyebabkan ketatnya persaingan dalam industri sejenis ini antara lain:
1. Jumlah perusahaan yang banyak dan saling bersaing untuk mendapatkan
pelanggan.
2. Banyaknya terdapat produk dan minuman siap saji lainnya dengan varian
rasa yang begitu beragam, hal inilah yang menyebabkan pelanggan
tertarik mencari dan mencoba alternatif pengganti, sehingga perusahaan
akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelanggannya.
Namun demikian, muncul beragam inovasi strategi pemasaran yang
dihasilkan oleh sumber daya manusia di PT. Sinar Sosro yang tentunya
menimbulkan ketertarikan dari sejumlah penggemar Teh Sosro. Salah satu produk
unggulan PT. Sinar Sosro adalah Teh Botol Sosro kemasan botol beling atau
sering disebut RGB (Returnable Glass Bottle). Untuk memenuhi kebutuhan
pecintanya dimanapun berada, PT. Sinar Sosro dengan inovasinya meluncurkan
85
produk minuman teh hijau Joy Green Tea pada tanggal 26 Oktober 2007 yang
sampai sekarang ini telah memiliki banyak pilihan varian rasa produk yaitu :
• Joy Green Tea kemasan PET 300 ml rasa Jasmine dan Jasmine Less Sugar
• Joy Green Tea kemasan PET 500 ml rasa Jasmine, Honey Lemon, Apple
Cinnamon dan Jasmine Less Sugar (sumber :
http://www.sosro.com/joytea.php)
Banyaknya pesaing yang masuk ke dalam pasar teh hijau siap minum
membuat supply teh hijau meningkat. Riset AC Nielsen Indonesia mencatat sejak
September 2005 - September 2006 pasar teh hijau siap minum tumbuh 1,02
persen. Hal tersebut berarti konsumsi masyarakat terhadap produk teh hijau siap
minum meningkat. (sumber : www.mix.co.id/index.php)
Dapat dilihat beberapa merek pesaing minuman teh hijau dalam kemasan
siap minum berdasarkan Top Brand Index dari tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Top Brand Index Teh Hijau Dalam Kemasan Siap Minum Tahun 2010
No Merek TBI (%) Kategori
1 Nu Green Tea 33,9 TOP
2 Frestea Green 26,8 TOP
3 Joy Green Tea 26,3 TOP
4 Zestea 9.5
5 Yeo’s 1,2 Sumber: www.mix.co.id/index.php Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa minuman teh hijau dalam kemasan siap
minum dikuasai oleh Nu Green Tea dengan persentase 33,9%, kemudian disusul
86
oleh Frestea Green dan Joy Green Tea. Keunggulan yang dimiliki oleh Nu Green
Tea adalah peluncuran produk yang lebih dulu di pasar, dimana time to market
nya lebih cepat dibandingkan produk minuman teh hijau lainnya.
Omzet penjualan PT. Sinar Sosro pada periode 2009 mencapai Rp 1,8
triliun—Rp 9 miliar berasal dari nilai ekspor. PT. Sinar Sosro memang bertahan di
tengah persaingan ketat. Secara keseluruhan PT. Sinar Sosro masih bertahan
memimpin pasar di tengah persaingan ketat. Posisi PT. Sinar Sosro yang terus
bertahan tak bisa dipisahkan dari filosofi produk Sosro, yaitu Niat Baik. (sumber :
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/09/28/LK/mbm.20090928.LK13
1506.id.html)
4.3 Inovasi Produk PT. Sinar Sosro
Inovasi terbaru dari PT. Sinar Sosro adalah Joy Green Tea yang telah
diluncurkan pada tanggal 26 Oktober 2007. Kelahiran Joy Gren Tea merupakan
jawaban bagi penggemar Teh hijau yang ingin mengikuti trend atau gaya hidup
sehat. Dapat dilihat dari penentuan segmentasi, targeting, dan positioning oleh PT.
Sinar Sosro pada produk Joy Green Tea dari tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Segmentasi, Targeting, dan Positioning Joy Green Tea
Segmentasi Targeting Positioning
Orang-orang yang
berpendidikan serta
berpenghasilan relatif di
atas rata-rata
Kalangan muda-mudi di
kota-kota besar (urban
city) yang cenderung
lebih peduli akan trend
global
Menjadi satu-satunya
RTD green tea yang
dapat memberikan
istirahat sejenak yang
menenangkan Sumber : http://marketingsupportsnews.blogspot.com/2010
87
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa teh hijau dalam kemasan ini diperuntukan
bagi kalangan muda-mudi di kota-kota besar (urban city) yang cenderung lebih
peduli akan trend global tersebut yang menjadi target pasar untuk produk ini.
Positioning dari produk adalah menjadi satu-satunya RTD (Ready to Drink) green
tea yang dapat memberikan istirahat sejenak yang menenangkan. Dengan jingle
iklannya yaitu “tenangkan diri sejenak dengan aroma dan sejuknya Joy Green
Tea.”
Dapat dilihat juga bauran pemasaran (marketing mix) yang diterapkan oleh
PT. Sinar Sosro pada produk Joy Green Tea sebagai berikut.
Tabel 4.3 Bauran Pemasaran Joy Green Tea
Kemasan Vol Varian Komposisi Harga Promosi Distribusi
Politetlin (PET)
300 ml, 500 ml
Jasmine, Jasmine Less Sugar
Air, gula,
ekstrak teh
hijau
melati,
asam
askorbat
Rp 3.700,-
sampai
Rp 5.000,-
Above
the line,
below
the line
Perusahaan
Agen
Sub agen
Retail
Konsumen
500 ml Honey Lemon
500 ml Apple Cinnamon
Sumber : http://marketingsupportsnews.blogspot.com/2011
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa produk Joy Green Tea tersedia dalam
kemasan PET volume 300 ml dan 500 ml. Bahan baku yang digunakan hanya dari
pucuk daun teh terpilih, yang dipetik dari perkebunan milik sendiri. Adapun
pengolahannya, menggunakan mesin paling modern dari Jerman yang dilakukan
untuk menghasilkan produk terbaik dengan standar kualitas yang dikontrol secara
88
ketat. Harga satuan Joy Green Tea dibanderol untuk kemasan PET berkisar antara
Rp 3.700,- hingga Rp 5.000,- yang disesuaikan dengan retailer (pengecer), pack
(kemasan), varian rasa dan ukuran volume (isi). Di sisi lain, penyaluran
distribusinya disesuaikan dengan target yang dibidik dari minimarket hingga
kantin-kantin sekolah di kawasan tertentu. Sedangkan, aktivitas bauran promosi
yang dijalankan, antara lain : iklan baik above the line (ATL) melalui televisi,
majalah, radio, surat kabar, internet dan juga below the line (BTL) melalui
pameran di berbagai pusat perbelanjaan modern dan menjadi sponsor di berbagai
event sesuai segmen.
Menghadapi persaingan yang begitu ketat, perusahaan harus mempunyai
strategi yang tepat agar dapat menjadi pemenang di hati konsumen. Divisi
Marketing perlu memfokuskan diri untuk memperkuat brand Joy Green Tea
dibenak konsumen yang dilakukan dengan jalan membangun merek. Sebuah
produk yang memiliki ekuitas merek yang berbasis pada pelanggan akan
memberikan keunggulan kompetitif untuk dapat bertahan, bersaing dan bahkan
menjadi market leader dalam era hypercompetition.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Profil Responden
Dalam penelitian ini, terdapat 150 responden yang dipilih untuk mengisi
kuisioner yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang dibedakan menurut
jenis kelamin, usia, tingkat pengeluaran. Adapun karakteristik responden dapat
dilihat pada penjelasan di bawah ini.
89
• Jenis Kelamin Responden
Dari 150 orang responden, yang berjenis kelamin pria sebanyak 61 orang
dan sisanya sebanyak 89 orang adalah wanita. Maka, dapat dikatakan bahwa
jumlah konsumen Joy Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang yang
berjenis kelamin wanita lebih banyak ketimbang yang berjenis kelamin pria,
di mana terdapat sebesar 40,7% beranggotakan pria dan sisanya sebesar
59,3% beranggotakan wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2 di bawah ini:
PriaWanita
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.2 Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin
• Usia Responden
Kelompok usia responden 20 tahun ke bawah terdapat 105 orang (70%),
kemudian untuk kelompok usia antara 20 – 22 tahun sebanyak 42 orang
(28%), dan untuk usia 23 – 25 tahun terdapat 3 orang (2%). Maka dapat
dikatakan bahwa kelompok usia yang paling banyak dari konsumen Joy
Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang adalah kaum muda, yaitu
usia dibawah 20 tahun, diikuti oleh kelompok usia 20 – 22 tahun, lalu
90
sisanya diisi oleh kelompok usia 23 – 25 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini:
< 20 th20 - 22 th23 - 25 th> 25 th
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.3 Profil Responden berdasarkan Usia
• Tingkat Pengeluaran Responden dalam Sebulan
Dari 150 konsumen Joy Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang,
diperoleh data primer sebagai berikut : 107 orang (71,3%) diantaranya
memiliki kisaran pengeluaran antara Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000
merupakan yang paling dominan, lalu terdapat 22 orang (14,7%)
berpengeluaran lebih dari Rp. 1.000.000 hingga Rp. 1.500.000 merupakan
kedua terbanyak diantara lainnya. Kemudian anggota yang mempunyai
pengeluaran berkisar Rp. 1.500.000 hingga Rp. 2.000.000 sebanyak 12 orang
(8%), dan sisanya 9 orang (6%) diantaranya memiliki pengeluaran dengan
kisaran lebih dari Rp. 2.000.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.4 di bawah ini:
91
Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000> Rp. 1.000.000 -Rp. 1.500.000> Rp. 1.500.000 -Rp. 2.000.000> Rp 2.000.000
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.4 Profile Responden berdasarkan Tingkat Pengeluaran
• Frekuensi Responden Mengkonsumsi Joy Green Tea dalam Sebulan
Dari 150 konsumen Joy Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang,
terkumpul data primer sebagai berikut : 103 orang (68,7%) secara rutin
mengkonsumsi kurang dari 2 kali, kemudian yang mengkonsumsi 2 hingga 4
kali dalam sebulan sebanyak 40 orang (26,7%), 4 orang (2,7%)
mengkonsumsi secara rutin sebanyak 5 hingga 8 kali. Selanjutnya, 2 orang
(1,3%) lainnya memilih untuk rutin mengkonsumsi produk tersebut lebih dari
8 kali dan sisanya 1 orang (0,7%) jarang atau kadang-kadang (tidak menentu)
dalam mengkonsumsi secara rutin produk Joy Green Tea. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini:
92
< 2 kali2 - 4 kali5 - 8 kali> 8 kaliLainnya
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.5 Profile Responden berdasarkan Frekuensi Responden
Mengkonsumsi Joy Green Tea dalam Sebulan
• Frekuensi Responden Mengetahui Joy Green Tea Melalui
Pada gambar 4.6 dapat dilihat beberapa media komunikasi yang diketahui
oleh para konsumen Joy Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang
dalam mengetahui minuman Joy Green Tea. Dimana televisi termasuk
media yang paling dominan dengan responden sebanyak 126 orang (84%),
diikuti oleh saudara/teman sebanyak 15 orang (10%). Melalui majalah
sebanyak 1 orang (0,7%). Lalu sisanya 8 orang (5,3%) mengetahui Joy
Green Tea melalui iklan billboard, kantin, dan minimarket.
KoranMajalahTelevisiSaudara/temanLainnya
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.6 Profile Responden berdasarkan Frekuensi Responden
Mengetahui Joy Green Tea Melalui
93
• Frekuensi Responden berdasarkan Kebiasaan atau Perilaku dalam
Mengkonsumsi Joy Green Tea
Dari 150 konsumen Joy Green Tea dari 3 Sekolah Tinggi di Tangerang,
terkumpul data primer sebagai berikut : 20 orang (12,9%) mengkonsumsi
minuman selama aktivitas kelas, kemudian yang mengkonsumsi saat makan
sebanyak 50 orang (33,3%), mayoritas 61 orang (40,7%) mengkonsumsi
ketika kumpul dengan teman. Lalu sisanya 19 orang (12,7%) mengkonsumsi
saat haus, lelah, dan waktu senggang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.7 di bawah ini:
Minuman selama aktivitas kelasKetika kumpul dengan teman
Saat makan
Sumber : Hasil olah data kuesioner, 2011
Gambar 4.7 Profile Responden berdasarkan Kebiasaan / Perilaku
Responden dalam Mengkonsumsi Joy Green Tea
4.4.2 Transformasi Data Ordinal menjadi Data Interval
Teknik transformasi data ordinal menjadi interval yang digunakan dalam
penelitian ini adalah MSI (Method of Successive Interval).
Keterangan:
94
Alternatif Jawaban 1= Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban 2= Tidak Setuju
Alternatif Jawaban 3= Biasa
Alternatif Jawaban 4= Setuju
Alternatif Jawaban 5= Sangat Setuju
o Transformasi variabel Customer-Based Brand Equity (X) ditunjukkan pada
Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Transformasi Variabel Customer-Based Brand Equity
Skala Ordinal Berubah Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1 menjadi 1
Nilai Alternatif Jawaban 2 menjadi 2,06
Nilai Alternatif Jawaban 3 menjadi 3,11
Nilai Alternatif Jawaban 4 menjadi 4,15
Nilai Alternatif Jawaban 5 menjadi 5,30
Sumber : Hasil olah data MSI, 2011
o Transformasi variabel Keputusan Pembelian (Y) ditunjukkan pada Tabel 4.5
berikut ini:
Tabel 4.5 Transformasi Variabel Keputusan Pembelian
Skala Ordinal Berubah Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1 menjadi 1
Nilai Alternatif Jawaban 2 menjadi 2.09
Nilai Alternatif Jawaban 3 menjadi 3,20
95
Nilai Alternatif Jawaban 4 menjadi 4,27
Nilai Alternatif Jawaban 5 menjadi 5,37
Sumber : Hasil olah data MSI, 2011il Pengolahan Data
o Transformasi variabel Loyalitas Merek (Z) ditunjukkan pada Tabel 4.6
berikut ini:
Tabel 4.6 Transformasi Variabel Loyalitas Merek
Skala Ordinal Berubah Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1 menjadi 1
Nilai Alternatif Jawaban 2 menjadi 1,98
Nilai Alternatif Jawaban 3 menjadi 2,85
Nilai Alternatif Jawaban 4 menjadi 3,74
Nilai Alternatif Jawaban 5 menjadi 4,84
Sumber : Hasil olah data MSI, 2011an Data
4.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana df = n-2.
Nilai n dalam penelitian ini yaitu 150, sehingga nilai df = 148. Dengan begitu,
diperoleh nilai ttabel = 1,65. Selanjutnya dengan menggunakan rumus rtabel, maka
diperoleh nilai rtabel = 0,10.
Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut:
o Jika rhitung > 0,10, maka butir pertanyaan tersebut valid
o Jika rhitung < 0,10, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid
96
Sedangkan, dasar pengambilan keputusan pada uji reliabilitas adalah sebagai
berikut:
o Jika Cronbach Alpha > 0,10, maka data reliabel
o Jika Cronbach Alpha < 0,10, maka data tidak reliabel
4.4.3.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Customer-Based Brand
Equity (Variabel X)
Variabel X diukur melalui butir pertanyaan 1 sampai 21. Dengan
menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel
4.7 :
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Customer-Based Brand Equity
Butir Pertanyaan rhitung Keterangan
1 0,124 Valid
2 0,313 Valid
3 0,186 Valid
4 0,430 Valid
5 0,477 Valid
6 0,440 Valid
7 0,331 Valid
8 0,373 Valid
9 0,321 Valid
10 0,337 Valid
11 0,381 Valid
12 0,478 Valid
13 0,502 Valid
14 0,441 Valid
97
15 0,509 Valid
16 0,575 Valid
17 0,389 Valid
18 0,523 Valid
19 0,533 Valid
20 0,502 Valid
21 0,465 Valid Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
r: Hasil Pengolahan Data Untuk menguji reliabilitas data melalui hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai
Cronbach Alpha = 0,837 > 0.10 (rtabel), maka data reliabel.
Jadi untuk variable X, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas butir pernyataan 1 sampai 21.
4.4.3.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian
(Variabel Y)
Variabel Y diukur melalui butir pertanyaan 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29.
Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian
Butir Pertanyaan
rhitung Keterangan
22 0,381 Valid
23 0,499 Valid
24 0,292 Valid
25 0,410 Valid
26 0,431 Valid
27 0,418 Valid
28 0,447 Valid
98
29 0,361 Valid Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Untuk menguji reliabilitas data melalui hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai
Cronbach Alpha = 0,710 > 0.10 (rtabel), maka data reliabel.
Jadi untuk variable Y, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas butir pertanyaan 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29.
4.4.3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Loyalitas Merek (Variabel Z)
Variabel Z diukur melalui butir pertanyaan 30, 31, 32, 33, 34. Dengan
menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel
4.9 :
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas Merek
Butir Pertanyaan rhitung Keterangan
30 0,267 Valid
31 0,268 Valid
32 0,380 Valid
33 0,221 Valid
34 0,308 Valid
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Untuk menguji reliabilitas data melalui hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai
Cronbach Alpha = 0,517 > 0.10 (rtabel), maka data reliabel.
99
Jadi untuk variable Z, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa selanjutnya adalah data jawaban atas butir pertanyaan 30, 31, 32, 33, 34.
4.4.4 Uji Normalitas
4.4.4.1 Uji Normalitas Variabel Customer-Based Brand Equity
Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut dalam Tabel 4.10 dan Gambar 4.8:
Tabel 4.10 Test of Normality Variabel Customer-Based Brand Equity
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Customer_Based_Brand_Equity ,056 150 ,200 ,987 150 ,161
a Lilliefors Significance Correction
Sumber : Output SPSS, 2011
Sumber : Output SPSS, 2011
Gambar 4.8 Grafik Normalitas Variabel Customer-Based Brand Equity
100
Dasar Pengambilan Keputusan
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal
Keputusan
Variabel X memiliki Sig = 0,200 (≥ 0,05) maka data berdistribusi normal,
sehingga variabel X dapat digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.4.4.2 Uji Normalitas Variabel Keputusan Pembelian
Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut dalam Tabel 4.11 dan Gambar 4.9:
Tabel 4.11 Test of Normality Variabel Keputusan Pembelian
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Keputusan_Pembelian ,070 150 ,066 ,987 150 ,172
a Lilliefors Significance Correction Sumber : Output SPSS, 2011
101
Sumber : Output SPSS, 2011
Gambar 4.9 Grafik Normalitas Variabel Keputusan Pembelian
Dasar Pengambilan Keputusan
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal
Keputusan
Variabel Y memiliki Sig = 0,066 (≥ 0,05) maka data berdistribusi normal,
sehingga variabel Y dapat digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.4.4.3 Uji Normalitas Variabel Loyalitas Merek
Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut dalam Tabel 4.12 dan Gambar 4.10:
102
Tabel 4.12 Test of Normality Variabel Loyalitas Merek
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Loyalitas_Merek ,073 150 ,051 ,987 150 ,156 a Lilliefors Significance Correction
Sumber : Output SPSS, 2011
Sumber : Output SPSS, 2011 Gambar 4.10 Grafik Normalitas Variabel Loyalitas Merek
Dasar Pengambilan Keputusan
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika angka Sig Uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal
Keputusan
Variabel Z memiliki Sig = 0,051 (≥ 0,05) maka data berdistribusi normal,
sehingga variabel Z dapat digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
103
4.5 Analisis Pengaruh Customer-Based Brand Equity terhadap Keputusan
Pembelian pada produk Joy Green Tea
Sebelum melakukan analisis, akan ditampilkan terlebih dahulu struktur
hubungan kausal antara variabel Customer-Based Brand Equity (X), Keputusan
Pembelian (Y), dan Loyalitas Merek (Z) dalam Gambar 4.8 berikut ini:
ε1 ε2
ρyX ρzy
ρzX
Sumber: Riduwan dan Kuncoro, 2007
Gambar 4.11 Struktur Hubungan X, Y, dan Z
Untuk melakukan analisa jalur maka Struktur Hubungan pada Gambar
4.11 akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sub-struktur 1 dan sub-struktur 2, di
mana sub-struktur 1 akan diuraikan dalam sub-bab ini, dan sub-struktur 2 akan
diuraikan selanjutnya dalam sub-bab 4.6.
Analisa pengaruh Customer-Based Brand Equity (X) terhadap Keputusan
Pembelian (Y) akan digambarkan dalam sebuah model yang selanjutnya akan
disebut dengan sub-struktur 1. Adapun gambar dari sub-struktur 1 tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.11:
X Z Y
104
ε1
ρyX
Sumber: Riduwan dan Kuncoro, 2007
Gambar 4.12 Sub-struktur 1
Selanjutnya, dengan menggunakan bantuan program SPSS, analisa data X
dan Y memperoleh hasil diolah dengan menggunakan program SPSS, sehingga
menghasilkan output sebagai berikut (Tabel 4.13 – Tabel 4.17):
Tabel 4.13 Deskriptif Data X dan Y
Descriptive Statistics
Mean Std.
Deviation N Keputusan_Pembelian 3,55829 ,543768 150
Customer_Based_Brand_Equity 3,60812 ,439117 150
Sumber : Output SPSS, 2011
Tabel 4.14 Korelasi Pearson X dan Y
Correlations
Keputusan_PembelianCustomer_Based_
Brand_Equity Pearson Correlation
Keputusan_Pembelian 1,000 ,612
Customer_Based_Brand_Equity ,612 1,000Sig. (1-tailed)
Keputusan_Pembelian . ,000
Customer_Based_Brand_Equity ,000 .N Keputusan_Pembelian 150 150 Customer_Based_Brand_Equity 150 150
Sumber : Output SPSS, 2011
X Y
105
Tabel 4.15 Anova sub-struktur 1
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df Mean Square
F
Sig
1 Regression Residual Total
16,526 27,531 44,057
1 148 149
16,526 ,186
88,839 ,000a
a. Predictors: (Constant), Customer_Based_Brand_Equity b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Sumber : Output SPSS, 2011
Tabel 4.16 Coefficients sub-struktur 1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig B Std. Error Beta 1 (Constant)
Customer_Based _Brand_Equity
,822
,758
,292
,080
,612
2,810 9,425
,006
,000a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sumber : Output SPSS, 2011
Tabel 4.17 Model Summary sub-struktur 1
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the
Estimate 1 ,612a ,375 ,371 ,431301
a. Predictors: (Constant), Customer_Based_Brand_Equity b. Dependent Variable : Keputusan_Pembelian
Sumber : Output SPSS, 2011
106
Pertama-tama akan diinterpretasikan terlebih dahulu hasil output pada
Tabel 4.13. Untuk mengintepretasikan statistik deskriptif data, akan dibuat suatu
kriteria mengenai arti nilai masing-masing variabel yang diteliti, yaitu variabel
Customer-Based Brand Equity (X), Keputusan Pembelian (Y), dan Loyalitas
Merek (Z). Untuk menentukan kriteria tersebut, digunakan rumus Sturges untuk
menghitung jumlah kelas (k) dan lebar kelas (l), di mana jumlah kelas (k) telah
ditentukan terlebih dahulu yaitu sebanyak 5 kelas, yaitu kelas pertama “sangat
buruk”, kelas kedua “buruk”, kelas ketiga “cukup”, kelas keempat “baik”, kelas
kelima “sangat baik”. Adapun rumus Sturges untuk lebar kelas (l) yaitu:
l = (Xmax-Xmin)/k
Untuk variabel x dan variabel y menggunakan nilai baru pada skala
interval (bukan skala ordinal). Sehingga kriteria penilaian jawaban untuk variabel
X, variabel Y, dan variabel Z adalah sebagai berikut dalam Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Intepretasi Nilai Variabel X, Y dan Z
Interval Variabel X Kriteria Interval Variabel Y Kriteria
1,00 – 1,86 Sangat Buruk 1,00 – 1,87 Sangat Buruk
1,87 – 2,73 Buruk 1,88 – 2,75 Buruk
2,74 – 3,6 Cukup 2,76 – 3,63 Cukup
3,7 – 4,56 Baik 3,64 – 4,51 Baik
4,57 – 5,43 Sangat Baik 4,52 – 5,39 Sangat Baik
Interval Variabel Z Kriteria
1,00 – 1,77 Sangat Buruk
1,78 – 2,55 Buruk
2,56 – 3,33 Cukup
3,34 – 4,11 Baik
107
4,12 – 4,88 Sangat Baik
Sumber : Hasil olah data MSI, 2011
Pada tabel 4.14, terlihat mean (rata-rata) dari variabel Customer-Based
Brand Equity (X) = 3,60812 yang dengan mengacu pada tabel 4.18, maka dapat
dikatakan Customer-Based Brand Equity pada Joy Green Tea adalah Cukup.
Untuk variabel Keputusan Pembelian (Y) dengan mean = 3,55829 juga dapat
dinilai Cukup. Selain itu, berdasarkan Tabel 4.13, dapat dilihat bahwa Standard
Deviation untuk variabel x dan variabel y cenderung kecil yang menunjukkan
Customer-Based Brand Equity dan Keputusan Pembelian pada produk Joy Green
Tea juga cenderung seragam.
Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel x dan variabel
y dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara
dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Berdasarkan
tabel 4.14, Korelasi Variabel Customer-Based Brand Equity (X) dan
Keputusan Pembelian (Y) = 0,612, sehingga hubungan kedua variabel
tersebut bersifat kuat dan searah.
Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Customer-Based Brand
Equity dan Keputusan Pembelian pada produk Joy Green Tea
Ha: Ada hubungan yang Signifikan antara variabel Customer-Based Brand Equity
dan Keputusan Pembelian pada produk Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
108
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan:
Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Customer-
Based Brand Equity dan Keputusan Pembelian produk Joy Green Tea memiliki
hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat kuat dan searah.
Hubungannya bersifat kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,612 berada dalam
range 0,60 – 0,799. Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai
positif, jadi jika nilai variabel Customer-Based Brand Equity (X) naik, maka nilai
variabel Keputusan Pembelian (Y) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika
nilai variabel Customer-Based Brand Equity (X) turun, maka nilai variabel
Keputusan Pembelian (Y) juga akan turun.
Kemudian, sebelum melakukan analisis jalur pada variabel x dan variabel y
(sub-struktur 1), harus diuji linieritas hubungan antara kedua variabel tersebut.
Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan pada Tabel 4.15 seperti berikut:
Hipotesis
Ho: Hubungan antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y bersifat tidak
linier
Ha: Hubungan antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y bersifat linier
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
109
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan:
Hubungan antara variabel bebas X terhadap variabel terikat Y bersifat linier
dengan tingkat kepercayaan 95%. Jadi, asumsi mengenai linieritas hubungan
dalam analisa jalur terpenuhi.
Kemudian dianalisa sub-struktur 1 dengan menggunakan analisis jalur,
dengan persamaan struktural sebagai berikut:
Y= ρyx X + ρy ε1
Pengujian antara Variabel Bebas X dengan Variabel Terikat Y secara
keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 4.15.
Hipotesis
Ho: Variabel Customer-Based Brand Equity (X) tidak memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) pada produk Joy
Green Tea
Ha: Variabel Customer-Based Brand Equity (X) memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) pada produk Joy
Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Sig < 0,05 Ho ditolak
110
Hasil
Sig = 0,000 <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Variabel Customer-Based Brand Equity (X) memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) pada produk Joy Green Tea.
Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat diketahui dengan
melihat nilai Rsquare pada Tabel 4.17, dimana nilai R2 = 0,375 = 37,5%. Jadi,
37,5% nilai dari variabel Y dipengaruhi oleh variabel X, sedangkan sisanya
sebesar 62,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Sementara itu,
besarnya koefisien jalur bagi variabel lain di luar penelitian yang mempengaruhi
nilai variabel Y (ρY) = 21 R− = 375,01− = 0,7905.
Masih mengacu pada Tabel 4.17, nilai R (koefisien korelasi) diketahui
sebesar 0,612. Hal ini berarti hubungan antara variabel bebas X dengan variabel
terikat Y bersifat kuat (karena nilai R lebih besar dari 0,5) dan searah (karena nilai
R positif). Kemudian rangkuman nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam
Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub-struktur 1
Pengaruh Antar
Variabel
Koefisien Jalur (beta)
Nilai Sig
Hasil Pengujian
Koefisien Determinasi
Koefisien Variabel lain (ρyε1)
X terhadap Y 0,612 0,000 Ho ditolak 0,375 =
37,5% 0,7905 Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
111
Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 1, namun disajikan
dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisa data sehingga
model sub-struktur 1 menjadi seperti terlihat pada Gambar 4.13 berikut:
0,7905
0,612
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011 Sumber: Hasil Pengolahan D
Gambar 4.13 Sub-struktur 1 beserta Koefisien Jalur
Jadi dapat diperoleh persamaan stuktural sub-struktur 1:
Y = ρyX + ρyε1
Y = 0,612 X + 0,7905 ε1 di mana R2 = 0,375
Dari persamaan struktural sub-struktur 1 dapat diartikan bahwa:
• Nilai Keputusan Pembelian (Y) dipengaruhi oleh Customer-Based Brand
Equity (X) sebesar 37,5% dan sisanya sebesar 62,5% dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
• Setiap peningkatan nilai Customer-Based Brand Equity (X) sebesar satu,
maka Keputusan Pembelian (Y) juga akan naik sebesar 0,612. Begitu juga
sebaliknya, setiap penurunan Customer-Based Brand Equity (X) sebesar
satu, maka Keputusan Pembelian (Y) juga akan turun sebesar 0,612.
Y X
112
4.6 Analisis Pengaruh Customer-Based Brand Equity dan Keputusan
Pembelian terhadap Loyalitas Merek pada Produk Joy Green Tea
Selanjutnya, analisa pengaruh Customer-Based Brand Equity (X) dan
Keputusan Pembelian (Y) terhadap Loyalitas Merek (Z) akan digambarkan dalam
sebuah model yang selanjutnya akan disebut dengan sub-struktur 2. Adapun sub-
struktur 2 tersebut digambarkan pada Gambar 4.14 sebagai berikut:
ε2
ρzy
ρzX
Sumber: Riduwan dan Kuncoro, 2007
Gambar 4.14 Sub-struktur 2
Kemudian untuk melihat hubungan serta pengaruh X dan Y terhadap Z
dapat dibantu dengan menggunakan program SPSS yang menghasilkan output
sebagai berikut (Tabel 4.20 – Tabel 4.24):
Tabel 4.20 Deskriptif Data X, Y, dan Z
Descriptive Statistics
Sumber : Output SPSS, 2011
Mean Std. Deviation N Loyalitas_Merek 3,50063 ,527926 150 Customer_Based_Brand_Equity 3,60812 ,439117 150
Keputusan_Pembelian 3,55829 ,543768 150
X Y Z
113
Tabel 4.21 Korelasi Pearson X, Y, dan Z
Correlations
Loyalitas _Merek
Customer _Based _Brand_ Equity
Keputusan _Pembelian
Pearson Correlation
Loyalitas_Merek 1,000 ,773 ,518
Customer_Based_Brand_Equity ,773 1,000 ,612 Keputusan_Pembelian ,518 ,612 1,000Sig. (1-tailed) Loyalitas_Merek . ,000 ,000 Customer_Based_Brand_Equity ,000 . ,000 Keputusan_Pembelian ,000 ,000 .N Loyalitas_Merek 150 150 150 Customer_Based_Brand_Equity 150 150 150 Keputusan_Pembelian 150 150 150
Sumber : Output SPSS, 2011
Tabel 4.22 Anova Sub-struktur 2
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 24.843 2 12.421 109.442 .000a
Residual 16.684 147 .113
Total 41.527 149 a. Predictors: (Constant), Keputusan_Pembelian, Customer_Based_Brand_Equity b. Dependent Variable: Loyalitas_Merek
Sumber : Output SPSS, 2011
Tabel 4.23 Coefficients Sub-struktur 2
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t
Sig B Std. Error Beta 1 (Constant)
Customer_Based _Brand_Equity Keputusan_Pembelian
,187
,589 ,247
,234
,080 ,088
,552 ,229
,796
6,724 2,792
,427
,000 ,006
a. Dependent Variable: Loyalitas_Merek
Sumber : Output SPSS, 2011
114
Tabel 4.24 Model Summary Sub-struktur 2
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the
Estimate 1 ,773a ,598 ,593 ,336895
a. Predictors: (Constant), Keputusan_Pembelian, Customer_Based_Brand_Equity b. Dependent Variable: Loyalitas_Merek
Sumber : Output SPSS, 2011
Sehingga pada tabel 4.20, terlihat mean dari variabel Loyalitas Merek (Z) =
3,50063 yang apabila mengacu pada tabel 4.18, maka dapat dikatakan bahwa
Loyalitas Merek pada merek Joy Green Tea dinilai Baik. Selain itu, dari Tabel
4.20 terlihat bahwa Standard Deviation untuk variabel Z cenderung kecil sehingga
dapat diketahui bahwa variasi jawaban responden cenderung seragam.
Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel X, Y, dan Z
dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara
dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Berdasarkan
tabel 4.21:
a. Korelasi Variabel Customer-Based Brand Equity (X) dan Variabel
Loyalitas Merek (Z) = 0,773, sehingga hubungan kedua variabel tersebut
bersifat kuat dan searah.
Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Customer-Based Brand
Equity dan Loyalitas Merek pada Produk Joy Green Tea
115
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Customer-Based Brand Equity
dan Loyalitas Merek pada Produk Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan:
Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa Customer-Based
Brand Equity dan Loyalitas Merek pada Produk Joy Green Tea memiliki
hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat kuat dan searah.
Hubungannya bersifat kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,773 berada dalam
range 0,60 – 0,799. Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai
positif, jadi jika nilai variabel Customer-Based Brand Equity (X) naik, maka nilai
variabel Loyalitas Merek (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai
variabel Customer-Based Brand Equity (X) turun, maka nilai variabel Loyalitas
Merek (Z) juga akan turun.
b. Korelasi Variabel Keputusan Pembelian (Y) dan Variabel Loyalitas
Merek (Z) = 0,518, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat
cukup kuat dan searah.
Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Keputusan Pembelian
dan Loyalitas Merek pada merek Joy Green Tea
116
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Keputusan Pembelian dan
Loyalitas Merek pada merek Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan:
Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Keputusan
Pembelian dan Loyalitas Merek pada merek Joy Green Tea memiliki hubungan
secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat cukup kuat dan searah.
Hubungannya bersifat cukup kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,518 berada
dalam range 0,40 – 0,599. Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai
positif, jadi jika nilai variabel Keputusan Pembelian (Y) naik, maka nilai variabel
Loyalitas Merek (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya jika nilai variabel
Keputusan Pembelian (Y) turun, maka nilai variabel Loyalitas Merek (Z) juga
akan turun.
Hasil uji korelasi Pearson antara variabel X, Y, dan Z di atas dapat
diringkas sebagai berikut dalam Tabel 4.25:
Tabel 4.25 Sifat Hubungan Bivariat X, Y, dan Z
Hubungan antara Korelasi Sifat Hubungan X dengan Z 0,773 Kuat, Searah, dan Signifikan
Y dengan Z 0,518 Cukup Kuat, Searah, dan Signifikan
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
117
Kemudian, sebelum melakukan analisis jalur pada variabel X, Y, dan Z
(sub-struktur 2), harus diuji linieritas hubungan antara ketiga variabel tersebut.
Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan pada Tabel 4.22 seperti berikut:
Hipotesis
Ho: Hubungan antara variabel bebas X dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat
tidak linier
Ha: Hubungan antara variabel bebas X dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat
linier
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan:
Hubungan antara variabel bebas X dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat linier
dengan tingkat kepercayaan 95%. Jadi, asumsi mengenai linieritas hubungan
dalam analisa jalur terpenuhi.
Kemudian dianalisa sub-struktur 2 dengan menggunakan analisis jalur,
dengan persamaan struktural sebagai berikut:
Z = ρzx X + ρzy Y + ρz ε2
118
4.6.1 Pengujian secara Simultan (Keseluruhan) antar Variabel Bebas X dan
Variabel Y dengan Variabel terikat Z
Uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 4.22.
Hipotesis
Ho: Variabel Customer-Based Brand Equity (X) dan Keputusan Pembelian (Y)
tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel
Loyalitas Merek (Z) pada Produk Joy Green Tea
Ha: Variabel Customer-Based Brand Equity (X) dan Keputusan Pembelian (Y)
memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel
Loyalitas Merek (Z) pada Produk Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Sig < 0,05 Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Variabel Customer-Based Brand Equity (X) dan Keputusan Pembelian (Y)
memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Loyalitas
Merek (Z) pada Produk Joy Green Tea. Maka itu, pengujian secara individual
dapat dilakukan atau dilanjutkan.
Besarnya pengaruh variabel X dan variabel Y secara simultan terhadap
variabel Z dapat diketahui dengan melihat nilai Rsquare pada Tabel 4.24, dimana
119
nilai R2 = 0,598 = 59,8%. Jadi, 59,8% nilai dari variabel Z dipengaruhi oleh
variabel X dan variabel Y, sedangkan sisanya sebesar 40,2% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Sementara itu, besarnya koefisien jalur bagi
variabel lain di luar penelitian yang mempengaruhi nilai variabel Y (ρY)
= 21 R− = 598,01− = 0,634.
Masih mengacu pada Tabel 4.24, nilai R (koefisien korelasi) diketahui
sebesar 0,773. Hal ini berarti hubungan antara variabel bebas X dan Y secara
bersama-sama dengan variabel terikat Z bersifat kuat (karena nilai R lebih besar
dari 0,5) dan searah (karena nilai R positif).
4.6.2 Pengujian secara Individual antara Variabel X dan Variabel Y
terhadap Variabel Z
Setelah dilakukan uji pengaruh secara simultan, maka dilakukan uji
individual, di mana dicari pengaruh masing-masing variabel X dan variabel Y
terhadap variabel Z secara individual.
a. Pengujian secara Individual antara Variabel X terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada table 4.23.
Hipotesis
Ho: Variabel Customer_Based_Brand_Equity (X) tidak berkontribusi secara
signifikan terhadap variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea
Ha: Variabel Customer_Based_Brand_Equity (X) berkontribusi secara signifikan
terhadap variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
120
Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Sig < 0,05 Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Variabel Customer_Based_Brand_Equity (X) berkontribusi secara signifikan
terhadap variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea.
b. Pengujian secara Individual antara Variabel Y terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada table 4.23.
Hipotesis
Ho: Variabel Keputusan Pembelian (Y) tidak berkontribusi secara signifikan
terhadap variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea
Ha: Variabel Keputusan Pembelian (Y) berkontribusi secara signifikan terhadap
variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea
Dasar Pengambilan Keputusan
Sig ≥ 0,05 Ho diterima
Sig < 0,05 Ho ditolak
Hasil
Sig = 0,006 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan
Variabel Keputusan Pembelian (Y) berkontribusi secara signifikan terhadap
variabel Loyalitas Merek (Z) pada produk Joy Green Tea.
121
Kemudian rangkuman nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam Tabel
4.26 berikut:
Tabel 4.26 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub-struktur 2
Pengaruh
Antar
Variabel
Koefisien
Jalur
(beta)
Nilai
Sig
Hasil
Pengujian
Koefisien
Determinasi
Koefisien
Variabel
lain (ρzε2)
X terhadap Z 0,552 0,000 Ho ditolak 0,598 =
59,8% 0,634
Y terhadap Z 0,229 0,006 Ho ditolak
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Dengan demikian diperoleh diagram jalur sub-struktur 2, namun disajikan
dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisa data sehingga sub-
struktur 2 menjadi seperti tampak pada Gambar 4.15 berikut.
0,634
0,229
0,552
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Gambar 4.15 Sub-struktur 2 beserta Koefisien Jalur
Jadi dapat diperoleh persamaan stuktural dari sub-struktur 2:
Z = ρzx X + ρzy Y + ρz ε2
X Z Y
122
Z = 0,552 X + 0,229 Y + 0,634 ε2 di mana R2 = 0,598
Dari persamaan struktural sub-struktur 2 dapat diartikan bahwa:
• Loyalitas Merek (Z) dipengaruhi oleh Customer-Based Brand Equity (X)
dan Keputusan Pembelian (Y) secara simultan sebesar 59,8% dan sisanya
sebesar 40,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
• Setiap peningkatan nilai Customer-Based Brand Equity (X) sebesar satu,
maka Loyalitas Merek (Z) akan naik sebesar 0,552. Begitu juga sebaliknya,
setiap penurunan Customer-Based Brand Equity (X) sebesar satu maka
Loyalitas Merek (Z) juga akan turun sebesar 0,552.
• Setiap peningkatan nilai Keputusan Pembelian (Y) sebesar satu, maka
Loyalitas Merek (Z) juga akan naik sebesar 0,229. Begitu juga sebaliknya,
setiap penurunan Keputusan Pembelian (Y) sebesar satu maka Loyalitas
Merek (Z) juga akan turun sebesar 0,229.
Jadi keseluruhan pengaruh kausal variabel Customer-Based Brand Equity
(X) dan Keputusan Pembelian (Y) dan dampaknya terhadap Loyalitas Merek (Z)
dapat digambarkan dalam model struktur lengkap sebagai berikut (Gambar 4.16):
0,7905 0,634
0,612 0,229
0,552
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Gambar 4.16 Hubungan Kausal Empiris Variabel X dan Variabel Y
terhadap Z
X Y Z
123
Kemudian seluruh koefisien jalur dari hubungan kausal dapat diketahui
pengaruh kausal langsung (PKL), pengaruh kausal tidak langsung (PKTL), serta
pengaruh kausal total (PKT) dari tiap-tiap variabel. Hasilnya dirangkum dalam
Tabel 4.27 berikut ini:
Tabel 4.27 Rangkuman Hubungan Kausal Empiris Variabel X dan Y
terhadap Variabel Z
Variabel Koefisien
Jalur
Pengaruh Kausal Pengaruh
Bersama
terhadap
Variabel
Z
Langsung
Tidak
Langsung
Melalui Y
Total
X 0,552 0,552 0,229 0,781 -
Y 0,229 0,229 - 0,229 -
ε1 0,7905 0,79052=0,624 - - -
ε2 0,634 0,6342=0,401 - - -
X dan Y - - - - 0,598
Sumber : Hasil olah data SPSS, 2011
Berdasarkan Tabel 4.27, maka dapat ditarik kesimpulan sehingga memberikan
informasi sebagai berikut:
1. Hipotesis kedua yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan
variabel Customer-Based Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian produk
124
Joy Green Tea”, menyatakan bahwa secara individual diterima, karena
berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 1, koefisien jalur variabel X
terhadap Y secara statistik adalah signifikan. Dengan demikian, dapat
diperoleh informasi bahwa Customer-Based Brand Equity berkontribusi dan
signifikan terhadap perilaku Keputusan Pembelian. Besarnya kontribusi
Customer-Based Brand Equity berpengaruh langsung terhadap Keputusan
Pembelian sebesar 0,6122 x 100% = 37,5% dan sisanya 62,5% dipengaruhi
faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
2. Hipotesis kedua yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan
variabel Customer-Based Brand Equity terhadap Loyalitas Merek pada
produk Joy Green Tea”, menyatakan bahwa secara individual diterima, karena
berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 2, koefisien jalur variabel X
terhadap Y secara statistik adalah signifikan. Dengan demikian, dapat
diperoleh informasi bahwa Customer-Based Brand Equity berkontribusi dan
signifikan terhadap Loyalitas Merek. Besarnya kontribusi Customer-Based
Brand Equity berpengaruh langsung terhadap Loyalitas Merek sebesar 0,5522
x 100% = 30,4% dan sisanya 69,6% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar
penelitian ini.
3. Hipotesis kedua yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan
variabel Keputusan Pembelian terhadap Loyalitas Merek pada produk Joy
Green Tea”, menyatakan bahwa secara individual diterima, karena
berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 2, koefisien jalur variabel Y
terhadap Z secara statistik adalah signifikan. Dengan demikian, dapat
125
diperoleh informasi bahwa Keputusan Pembelian berkontribusi dan signifikan
terhadap Loyalitas Merek. Besarnya kontribusi Keputusan Pembelian
berpengaruh langsung terhadap Loyalitas Merek sebesar 0,2292 x 100% =
5,2% dan sisanya 94,8% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
4. Hipotesis kedua yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif dan signifikan
variabel Customer-Based Brand Equity dan Keputusan Pembelian secara
simultan terhadap Loyalitas Merek pada produk Joy Green Tea”, bahwa secara
keseluruhan menyatakan signifikan. Demikian pula, secara individual semua
sub-variabel diterima, karena berdasarkan pengujian jalur sub-struktur 2,
koefisien jalur X terhadap Z dan Y terhadap Z signifikan. Dengan demikian,
dapat diperoleh informasi bahwa Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian,
berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap Loyalitas Merek.
Besarnya kontribusi Customer-Based Brand Equity dan Keputusan Pembelian
berpengaruh secara simultan yang langsung mempengaruhi Loyalitas Merek
adalah 59,8% dan sisanya sebesar 40,2% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar
penelitian ini.
4.7 Implikasi Hasil Penelitian
Setelah semua data telah dikumpulkan dan hasil analisis selesai dilakukan,
pertama-tama diperoleh kesimpulan bahwa customer-based brand equity pada Joy
Green Tea adalah cukup baik dan secara keseluruhan tidak terdapat keberagaman
yang terlalu tinggi di antara konsumen Joy Green Tea. Begitu pula, tingkat
keputusan pembelian konsumen Joy Green Tea juga termasuk cukup baik, yang
126
berarti secara umum konsumen Joy Green Tea merasa puas akan produk yang
telah dikonsumsi, terlihat dari jawaban mereka juga cenderung seragam dimana
tingkat frekuensi pembelian produk Joy Green Tea relatif tinggi. Hal ini sejalan
dengan loyalitas merek pada merek Joy Green Tea yang dicapai PT. Sinar Sosro
berdasarkan tingkatan-tingkatan dalam loyalitas merek menunjukkan tingkatan
yang baik dengan jawaban cenderung seragam, yang berarti secara umum
konsumen Joy Green Tea di 3 Sekolah Tinggi yang ada di Tangerang merupakan
pelanggan yang loyal melalui adanya pengalaman yang baik akan merek Joy
Green Tea. Selanjutnya, setelah hasil kuesioner selesai dianalisa dengan analisis
jalur, diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Customer-Based Brand Equity (X) berkontribusi secara positif dan
signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Customer-Based Brand
Equity memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tingkat
Keputusan Pembelian pada produk Joy Green Tea, dengan sifat pengaruh
‘sedang’. Customer-Based Brand Equity juga memiliki hubungan yang kuat
dengan Keputusan Pembelian. Hal ini berarti semakin efektif dan efisien
Customer-Based Brand Equity yang diterapkan, maka tingkat Keputusan
Pembelian produk Joy Green Tea akan lebih tinggi. Maka daripada itu, PT.
Sinar Sosro perlu mengembangkan aktivitas Customer-Based Brand Equity
pada konsumen Joy Green Tea agar perilaku Keputusan Pembelian yang
dilakukan konsumen tersebut juga meningkat. Dari Lampiran 2, diketahui
bahwa rata-rata skor yang paling rendah dari keenam dimensi yang ada
127
adalah dimensi brand resonance. Hal ini menunjukkan relasi yang dirasakan
pelanggan terhadap merek masih rendah. Resonansi merek tercermin pada
intensitas atau kekuatan ikatan psikologis antara pelanggan dan merek. Butir
pernyataan yang memiliki total skor paling rendah adalah butir 21, di mana
butir tersebut menyatakan bahwa opini responden mengenai perhatian
perusahaan dalam mengurus relasi merek dengan konsumen. Butir 20 yang
menyatakan responden beranggapan tentang kekuatan ikatan psikologis
pelanggan pada merek juga memiliki total skor terendah kedua. Hal ini
menunjukkan bahwa konsumen Joy Green Tea merasa masih kurang
diperhatikan oleh perusahaan, salah satunya karena perhatian PT. Sinar
Sosro pada tingkat resonansi merek untuk mengelola mereknya masih
terbilang minim. Maka itu, PT. Sinar Sosro perlu memperhatikan
terciptanya hubungan antara merek dengan konsumen untuk
mempertahankan ekuitas merek berbasis konsumen. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan menciptakan ikatan psikologis antara pelanggan dan
merek melalui penciptaan pengalaman konsumen yang baik pada merek
baik sebelum, saat, maupun sesudah mengkonsumsi produk. Maka akan
lebih efisien dan tepat sasaran demi keuntungan pihak perusahaan. Contoh
konkretnya, PT. Sinar Sosro bisa menjadi donatur atau sponsorship dalam
berbagai acara seminar atau event yang bertemakan gaya hidup modern,
dinamis, trendy dan sehat, misalkan ditujukan bagi kalangan muda-mudi
yang memiliki segudang kesibukan dan aktivitas yang padat. Sehingga
128
responden selaku target pasar dapat lebih merasakan kehadiran produk Joy
Green Tea di tengah-tengah berjamurnya produk teh berkhasiat lainnya.
b. Customer-Based Brand Equity (X) berkontribusi secara positif dan
signifikan terhadap Loyalitas Merek (Z)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Customer-Based Brand
Equity memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap Loyalitas
Merek pada merek Joy Green Tea, dengan sifat pengaruh ‘sedang’.
Customer-Based Brand Equity juga memiliki hubungan yang kuat dengan
Loyalitas Merek. Hal ini berarti semakin efektif dan efisien Customer-Based
Brand Equity, maka semakin tinggi juga Loyalitas Merek pada merek Teh
Joy Green Tea. Maka itu, PT. Sinar Soro perlu mengembangkan Customer-
Based Brand Equity agar dapat meningkatkan Loyalitas Merek produk yang
bersangkutan. Tentunya hal ini didukung oleh pernyataan Keller (2007, p59)
mengenai kekuatan merek terletak pada apa yang ada di dalam benak
pelanggan, yang dirasakan sebagai efek diferensial bahwa pengetahuan
merek ada pada respon konsumen terhadap pemasaran dari merek. Dari
Lampiran 4, diketahui bahwa rata-rata skor yang paling rendah dari kelima
dimensi yang ada adalah dimensi Comitted Buyer. Sedangkan kedua dimensi
lainnya, yaitu Switcher dan Satisfied Buyer menunjukkan total skor yang
cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen Joy Green Tea
merupakan bukan tipikal pelanggan yang membeli karena hanya komitmen,
namun termasuk golongan pelanggan yang membeli produk karena beralih
dari merek lain dan puas dengan Joy green Tea. Dimensi Switcher yang
129
tinggi mungkin dikarenakan oleh kemampuan merek yang baik dalam
menarik perhatian konsumen untuk berpindah dari merek lain, sedangkan
dimensi Satisfied Buyer yang tinggi disebabkan karena timbulnya rasa
kepuasan tersendiri ketika mengonsumsi produk Joy Green Tea. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen Joy Green Tea membeli
produk bukan karena komitmen belaka, akan tetapi lebih dikarenakan
munculnya rasa emosional yang tinggi terhadap brand tersebut. Oleh karena
itu, PT. Sinar Sosro diharapkan mampu mempertahankan loyalitas merek di
mata konsumen Joy Green Tea dimana mayoritas diantara mereka masuk
kategori switcher dan satisfied. Misalnya saja dengan meningkatkan dan
merangsang pengalaman konsumen pada merek untuk memuaskan
konsumen sehingga mau untuk tetap setia pada merek dan mereferensikan
merek kepada orang lain juga.
c. Keputusan Pembelian (Y) berkontribusi secara positif dan signifikan
terhadap Loyalitas Merek (Z)
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Keputusan Pembelian
memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek
pada merek produk Joy Green Tea, dengan sifat pengaruh ‘lemah’.
Keputusan Pembelian juga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan
Loyalitas Merek. Hal ini berarti semakin tinggi Keputusan Pembelian
responden, maka akan tercapai Loyalitas Merek yang tinggi pula. Hal di atas
sejalan dengan pendapat Tjiptono (2005, p387) yang mengemukakan bahwa
loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang
130
atau berlangganan dengan produk yang disukai secara konsisten di masa
mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara
berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi
menyebabkan perilaku beralih merek. Maka dari itu, keputusan pembelian
merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh PT. Sinar
Sosro untuk meraih loyalitas merek pada merek Joy Green Tea. Maka dari
itu, PT. Sinar Sosro perlu mengkaji ulang taktik pemasaran yang dijalankan.
Terutama pada elemen customer-based brand equity yang seringkali
dipandang sebelah mata, padahal bisa berdampak positif bagi perusahaan
bila benar-benar dirancang sedemikian rupa sesuai era saat ini. Dengan
mendekatkan diri secara intens lewat pengenalan merek yang berbasis pada
pelanggan, akan mampu meningkatkan kekuatan merek dan akan lebih sigap
menanggapi keluhan yang tidak sesuai dengan harapan setelah membeli.
Tak dipungkiri lagi bahwa perilaku konsumen meliputi pengalaman yang
dirasakan maupun pemikiran seseorang dan tingkah laku yang ditunjukkan
dalam proses konsumsi sebagai interaksi yang dinamis (Peter, J Paul & Jerry
C, Olson, 2005). Bilamana PT. Sinar Sosro berhasil dalam mengelola
perilaku konsumen sebagai hasil interaksi konsumen pada merek dalam
membangun merek yang kuat, maka sudah dipastikan taktik customer-based
brand equity akan lebih kena sasaran dan tepat guna.