Post on 04-Jan-2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan pasien, diharapkan
menjadi suatu masukan bagi organisasi layanan kesehatan agar berupaya
memenuhinya. Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu
fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu
datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu
mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja pelayanan kesehatannya
dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien (Pohan, 2002).
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang
Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, ditetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu, pada awal
pemerintahan SBY – JK telah diambil kebijakan strategis untuk menggratiskan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak 1 Januari 2005 program ini
menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Miskin (JPKMM) yang
populer dengan nama Askeskin (Lubis, 2008).
Program ini bertujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan
masyarakat miskin dan tidak mampu. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Miskin ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu
melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka
kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan masyarakat
miskin umumnya (KEPMENKES RI, 2008)
Pada awal tahun 2005 sasaran program berjumlah 36,1 juta jiwa penduduk
miskin di seluruh Indonesia. Sejalan dengan usulan Pemerintah Daerah dan
bersamaan dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
2
Minyak (PKPS-BBM), mulai pertengahan tahun 2005 sampai tahun 2006 sasaran
disesuiakan dengan jumlah rumah tangga (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa.
Masyarakat miskin memperoleh pelayanan kesehatan secara berjenjang mulai
dari rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas, sampai rujukan rawat spesifikasi
dan rawat inap di kelas tiga rumah sakit (Lubis, 2008).
Pada tahun 2008 program Askeskin ini diubah namanya menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang tidak mengubah jumlah sasaran.
Program ini bertujuan untuk memberi akses pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sangat miskin, miskin dan mendekati miskin berjumlah 76.4 juta
jiwa. Jumlah kuota masyarakat miskin yang ditanggung di provinsi Kalimantan
Timur sebanyak 910.925 jiwa serta khusus untuk Kota Samarinda sebanyak
121.420 jiwa (KEPMENKES RI, 2008).
Puskesmas sebagai wadah pelayanan kesehatan harus mempunyai fungsi
utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi penderita. Sehubungan dengan itu dapatlah dinyatakan
puskesmas adalah sisi pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan segala latar
belakang sosial kulturnya, tanpa pandang bulu sebagai sisi yang mengharapkan
akan menerima pelayanan dengan baik. Dalam mendukung pelaksanaan program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau yang sekarang lebih
dikenal dengan Jamkesmas, puskesmas memiliki peranan yang sangat penting.
Peranannya adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
menjadi pengguna atau peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Miskin.
Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkannya Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RAKERKESNAS) I di
Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan
kesehatan Tanah Air, dimana pada saat itu pelayanan kesehatan tingkat pertama
pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan
seperti BKIA, BP, P4M dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak
3
saling berhubungan. Hasil dari RAKERKESNAS tersebut timbullah suatu
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu
organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat
(KEPMENKES, 2004)
Puskesmas Pasundan, yang terletak di Kelurahan Jawa Samarinda, sebagai
salah satu puskesmas di Samarinda yang merupakan ujung tombak pembangunan
kesehatan dan tulang punggung upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama
dalam pelaksanaan program-program kesehatan bagi masyarakat, khususnya di
Kecamatan Samarinda Ulu. Wilayah kerja Puskesmas Pasundan meliputi
Kelurahan Teluk Lerong Ilir, Kelurahan Jawa dan Kelurahan Bugis. Puskesmas
Pasundan memiliki tenaga dokter sebanyak 3 orang, tenaga bidan sebanyak 3
orang dan tenaga perawat sebanyak 7 orang (Puskesmas Pasundan, 2010).
Puskesmas Pasundan merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai
lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Salah satu contoh dari hasil
pembinaan Puskesmas bagi masyarakat adalah terbentuknya Posyandu. Terdapat
43 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pasundan, diantaranya posyandu
Asparagus, posyandu Cempaka dan posyandu Arjuna serta beberapa posyandu
Lansia. Adapun jumlah kunjungan pasien pada tahun 2010 sebanyak 36.711
orang, dimana 927 orang diantaranya merupakan peserta program Jamkesmas
Miskin yang memanfaatkan fasilitas pelayanan yang diterimanya sebagai peserta
program Jamkesmas Miskin. Namun jumlah kunjungan pasien Jamkesmas
Miskin pada puskesmas ini masih rendah, dimana terdapat 3.661 orang peserta
Jamkesmas Miskin di wilayah kerja Puskesmas Pasundan namun hanya sekitar
25 % saja yang memanfaatkan program Jamkesmas Miskin yang diterimanya
(Puskesmas Pasundan, 2010).
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dapat ditarik suatu
rumusan masalah yaitu “Bagaimana gambaran sistem pelayanan kesehatan
peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di
Puskesmas Pasundan Samarinda?”
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada program magang ini adalah:
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman keterampilan, penyesuaian sikap dan
penghayatan di dunia kerja dalam rangka memperkaya pengetahuan dan
melatih kemampuan bekerja sama serta keterampilan di bidang ilmu
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi standar operasional prosedur pelayanan kesehatan
peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di
Puskesmas Pasundan Samarinda.
b. Mengidentifikasi alur pelayanan kesehatan bagi peserta program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan
Samarinda
c. Mengidentifikasi masalah teknis pelayanan kesehatan dan prioritas
masalah serta alternatif pemecahan masalah bagi peserta program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas
Pasundan Samarinda.
5
D. Manfaat
Manfaat program magang ini yaitu:
1. Bagi mahasiswa
a. Melatih mahasiswa dalam berfikir, bersikap dan bertanggung jawab.
b. Menambah pengalaman/ wawasan dalam dunia kerja secara langsung
berdasarkan disiplin ilmu kesehatan masyarakat.
c. Meningkatkan keterampilan dan kreativitas mahasiswa.
2. Bagi Instansi
a. Mengetahui permasalahan di dalam instansi khususnya di Puskesmas
Pasundan Samarinda.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengambilan kebijakan dan
penentuan keputusan di bidang kesehatan masyarakat.
3. Bagi Fakultas
a. Sebagai bahan evaluasi penyempurnaan kurikulum di masa mendatang.
b. Menjembatani antara instansi dengan pihak Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Mulawarman dalam hal kerjasama dalam bidang
kesehatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit
kerja yang bersangkutan. Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal
tetapi juga eksternal, karena SOP selain dapat digunakan untuk mengukur kinerja
organisasi publik, juga dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik
di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian SOP merupakan pedoman atau
acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata
hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan (Atmoko, 2009).
Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem,
mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu
tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai suatu
dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang
bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku.
Pengembangan instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan
bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat terkendali dan
dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Atmoko, 2009).
Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan pada sistem
manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas
berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa tingkat
7
dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan
yang bersifat reaktif (Atmoko, 2009).
Tahap penting dalam penyusunan Standar operasional prosedur adalah
melakukan analisis sistem dan prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan
analisis prosedur kerja, dapat diketahui sebagai berikut:
1. Analisis sistem dan prosedur kerja
Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan
fungsi-fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang
diperlukan dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem
adalah kesatuan unsur atau unit yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam bentuk keseluruhan,
bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah
prosedur yang diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau
kegiatan yang terencana untuk menangani pekerjaan yang berulang dengan
cara seragam dan terpadu.
2. Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan
penelaahan yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu
analisa tugas diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan organisasi.
Analisa tugas diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan,
sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab pejabat. Di bidang
manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang berkaitan langsung dengan
analisis tugas yaitu :
a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan
penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.
b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari
analisa tugas, disajikan dalam bentuk terorganisasi yang
mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas atau jabatan tertentu.
Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan
8
individual; merupakan dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel
memiliki fungsi yang sama; dan mengidentifikasikan individual dan
persyaratan kualifikasi untuk mereka serta harus dipastikan bahwa mereka
memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang
didefinisikan itu.
c. Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan
pekerja untuk tugas spesifik
d. Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas
tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas
spesifik dalam hubungannya dengan tugas lain
e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur
penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan
menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat
pelaksanaan pekerjaan. Melalui analisa tugas ini tugas-tugas dapat
dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku.
Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar
operasional prosedur yaitu membuat penggolongan pekerjaan yang
direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan kerja dengan
sistematis.
3. Analisis prosedur kerja
Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan
langkah-langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana
hal tersebut dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut
dilakukan, dan siapa yang melakukannya. Prosedur diperoleh dengan
merencanakan terlebih dahulu bermacam-macam langkah yang dianggap
perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja dapat
dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan,
biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara
tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan tahap yang
penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram
9
alur (flow chart) dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang
akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini
perlu didokumetasikan dalam bentuk prosedur-prosedur dan selanjutnya
memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-
prosedur kerja yang telah terstandarisasi. Prosedur kerja merupakan salah satu
komponen penting dalam pelaksanaan tujuan organisasi sebab prosedur
memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan pengawasan yang
lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut
dilakukan; mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya
tambahan; dan membuat koordinasi yang lebih baik di antara bagian-bagian
yang berlainan (Atmoko, 2009).
B. Sistem Pelayanan Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera baik dari segi badan, mental spiritual
(dirinya sendiri) maupun dari segi social budaya (lingkungannya). Sehat
merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya perorangan, tetapi oleh keluarga,
kelompok dan masyarakat. Keadaan sehat membutuhkan banyak hal, salah satu
diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Leevey dan
Loomba, 1973 dalam Azwar 1996).
Dalam Notoatmodjo (2003) sistem adalah suatu kesatuan yang utuh,
terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (subsistem) yang saling berhubungan di
dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau
mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu kalau berbicara tentang sistem
pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari subsistem di dalam suatu
unit atau di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan
masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitative. Sehingga
sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit,
10
Balkesmas dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan
peningkatan kesehatan.
Lebih lanjut dalam Notoatmodjo (2003) sistem pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services). Secara umum pelayanan kesehatan
masyarakat adalah merupakan subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Terdapat tiga strata pelayanan kesehatan
di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena itu jumlah kelompok ini di dalam suatu populasi
sangat besar (lebih kurang 80%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok
ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic helath services), juga
merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).
Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan Balkesmas.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat
yang memerluka perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanann ini misalnya Rumah Sakit
tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau
pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.
Contoh di Indonesia Rumah Sakit tipe A dan B.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan
tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di dalam suatu sistem, dan
11
saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer, maka ia menyerahnkan tanggung jawab tersebut
ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung
jawab dari satu pelayanan ke pelayanan kesehatan yang lain disebut “rujukan”.
C. Puskesmas
Menurut Azwar, Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah
suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan
secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam
bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Puskesmas adalah suatu unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996).
Menurut Depkes RI (1991) Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Effendi, 1998).
Dari berbagai referensi definisi Puskesmas maka dapat diambil sebuah
makna yang lebih mendalam, yang menunjukkan bahwa Puskesmas mempunyai
wewenang dan tangguang jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin. Dengan demikian Puskesmas harus lebih aktif
terjun kemasyarakat karena Puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan
tindakan pencegahan (preventif) dibandingkan tindakan pengobatan (kuratif).
Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
posyandu di wilayahnya masing-masing (Notoatmodjo, 2005).
Adapun struktur organisasi puskesmas, sebagai berikut:
12
1. Susunan Organisasi Puskesmas
a. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas
b. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha
c. Unsur Pelaksana : Unit I s/d Unit VII
2. Tugas Pokok
a. Kepala Puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan
jabatan fungsional.
b. Kepala Urusan Tata Usaha
Mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
dan surat menyurat serta pencatatan dan laporan.
c. Unit I
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan
anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.
d. Unit II
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan, dan
laboratorium sederhana.
e. Unit III
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan
mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
f. Unit IV
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan sekoalah dan olahraga, kesehatan jiwa,kesehatan
mata dan kesehatan khusus lainnya.
g. Unit V
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan
masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
13
h. Unit VI
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan
dan rawat inap.
i. Unit VII
Melaksanakan tugas kefarmasian.
Bagan 1. Struktur Organisasi Puskesmas
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan Wajib tersebut adalah :
Kepala Puskesmas
Tata Usaha
1 2 3 4 5
IIIIII IV V VI VII
Puskesmas Pembantu
14
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
Tujuan umum :
1) Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbility)
dikalangan Ibu.
2) Kegiatan pokok ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama
kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui.
3) Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status
gizi dan pencagahan sedini mungkin berbagai penyakit menular
yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sasarannya yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak sampai
dengan umur 5 tahun. Kelompok-kelompok masyarakat ini adalah
sasaran primer program. Sasaran sekunder adalah dukun bersalin dan
kader kesehatan (Dainur, 1995).
b. Keluarga Berencana (KB)
Program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap pendewasaan usia
perkawinan, penurunan angka kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dilaksanakan kegiatan-kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE), pelayanan keluarga berencana, pembangunan keluarga sejahtera,
pemantapan pelembagaan program, pendidikan dan pelatihan, pelaporan
dan penelitian. Upaya-upaya tersebut telah meningkatkan jumlah peserta
KB, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan mengajak masyarakat
melaksanakan KB secara mandiri (www.bappenas.go.id).
c. Usaha Kesehatan Gizi
Program perbaikan gizi ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi
konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan keadaan gizi
masyarakat. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan gizi
masyarakat, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), upaya perbaikan gizi
15
institusi, fortifikasi pangan, dan peningkatan penerapan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Pelayanan gizi di posyandu,
terutama ditujukan kepada kelompok masyarakat yang rawan gizi yaitu
wanita pranikah, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Posyandu
merupakan ujung tombak dalam penanggulangan masalah gizi kurang
seperti kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kurang iodium
(GAKI), anemia gizi besi (AGB) dan kurang energi protein (KEP).
Kegiatan pemantauan pelayanan gizi di posyandu antara lain meliputi
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian paket
pelayanan gizi, pemberian makanan tambahan dan pemantauan dini
terhadap perkembangan kehamilan (www.bapennas.go.id).
d. Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah wawasan lingkungan fisik, biologis,
sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia dimana
lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pentingnya lingkungan sehat ini
telah dibuktikan oleh WHO, dimana dari penyelidikan-penyelidikan di
seluruh dunia didapatkan hasil bahwa angka kematian (mortalitas), angka
perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi serta seringnya terjadi
epidemi terdapat di tempat-tempat yang higiene dan sanitasi
lingkungannya buruk, yaitu di tempat-tempat dimana terdapat banyak
lalat dan nyamuk, seperti pembuangan kotoran dan sampah yang tidak
teratur, air rumah tangga yang buruk, perumahan yang terlalu sesak dan
keadaan sosial ekonomi yang buruk. Terbukti bahwa di tempat-tempat
dimana higiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan
morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya (Entjang,
2000).
16
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang dilakukan staf
puskesmas adalah:
1) Penyehatan air bersih
2) Penyehatan pembuangan kotoran
3) Penyehatan lingkungan perumahan
4) Penyehatan air buangan/limbah
5) Pengawasan sanitasi tempat umum
6) Penyehatan makanan dan minuman
7) Pelaksanaan peraturan perundangan
e. Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
Bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan
mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat untuk
memudahkan terjadinya penyebaran suatu penyakit menular. Dengan
sasaran ibu hamil, balita dan anak-anak sekolah untuk kegiatan imunisasi.
Sasaran sekunder adalah lingkungan pemukiman masyarakat. Untuk
pemberantasan penyakit menular tertentu (misal, penyakit kelamin),
kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berperilaku resiko tinggi
juga perlu dijadikan sasaran kegiatan P2M. Penyakit menular adalah
penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dan
reservoir ataupun dari benda-benda yang mengandung bibit penyakit
lainnya kepada manusia-manusia sehat (Efendi, 1998).
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakaan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah
untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data / keterangan yang
bersumber pada hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan /
penelitian epidemiologi (Entjang, 2000).
f. Pengobatan
Bertujuan memberi pengobatan dan perawatan di puskesmas
(khusus untuk puskesmas perawatan). Dengan sasaran masyarakat yang
17
mengunjungi puskesmas yang mencari pengobatan. Upaya yang dapat
dilakukan:
1) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
a) mendapatkan riwayat penyakit
b) mengadaan pemeriksaan fisik
c) mengadaan pemeriksaaan laboratorium
2) Membuat diagnosa
3) Melaksanakan tindakan pengobatan.
4) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut
dapat berupa :
a) rujukan diagnostik
b) rujukan pengobatan/rehabilitasi
c) rujukan lain
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan Kesehatan yang ditemukan di
masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
Puskesmas yang telah ada yakni :
a. Upaya Kesehatan sekolah
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (KEPMENKES RI, 2004).
18
Lebih lanjut dalam Effendy (1998), ada 3 fungsi pokok puskesmas yaitu:
1. Sebagian pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Menurut Effendy (1998) puskesmas memiliki proses dalam melaksanakan
fungsinya, dilakukan dengan cara:
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program puskesmas.
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai intitusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize,
tatalaksana kegiatan yang disusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan
yang akurat. Rangkaian manajerial diatas bermanfaat dalam penentuan skala
prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun kedepan, puskesmas juga
dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya
peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.
19
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang secara sistematik
untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Ada tiga fungsi
manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi
Manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan
(KEPMENKES RI, 2004).
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia,
pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok
yakni:
1. Asas pertanggung jawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan pertanggung jawaban wilayah kerja. Dalam arti puskesmas
bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya (KEPMENKES RI, 2004).
Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja puskesmas
tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti kunjungan
masyarakat ke puskesmas, melainkan harus secara aktif yakni memberikan
pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari pada
itu, karena karena puskesmas bertanggung jawab atas semua kesehatan yang
terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan masyarakat (Azwar,1999).
2. Asas peran serta masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan asas peran serta masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib
memeberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat, agar berperan aktif
dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (KEPMENKES RI, 2004).
Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan masyarakat banyak
macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos Pelayanan Terpadu
(Azwar, 1999).
20
3. Asas Keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus
melaksanakan asas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan
tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program) tetapi
juga dengan sektor lain (lintas sektor).
a. Keterpaduan lintas program.
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab
Puskesmas (KEPMENKES RI, 2004).
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengemabangan dan inovasi)
dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha (KEPMENKES RI, 2004).
Dengan dilaksanakannya keterpaduan ini, berbagai manfaat akan di dapat
diperoleh. Bagi puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan
bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan kesehatan (Azwar,
1999).
c. Asas rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari atau satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama (KEPMENKES RI, 2004).
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatau
masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih
mampu. Untuk pelayanan ke dokter jalur rujukannya adalah Rumah Sakit.
Puskesmas/Puskesmas Pembantu
Departemen Kesehatan
Kantor Wilayah/Dinas Kesehatan Propinsi
Kantor Departemen/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya
Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit Kelas A
Rumah Sakit Kelas C
Rujukan Kesehatan Rujukan Medis
21
Sedangkan untuk jalur rujukannya adalah sebagai ”Kantor” kesehatan
( Azwar, 1999).
Bagan 2. Rujukan Pelayanan Puskesmas
D. Jamkesmas
Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan
merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan
mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga
tidak ada lagi Maskin (Masyarakiat Miskin) yang kesulitan memperoleh
pelayanan kesehatan karena alasan biaya (Lubis, 2008).
Tujuan dari Jamkesmas yaitu:
1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin
dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
22
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.
b) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh
Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai
jaminan kesehatan lainnya.
Adapun kebijakan operasional Jamkesmas yaitu:
1. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara
nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
2. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/ Kota berkewajiban
memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada
prinsip-prinsip:
a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata
peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.
b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang
“cost effective” dan rasional.
c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas.
d. Transparan dan akuntabel (Mukti dan Moertjahjo, 2008).
PT. ASKES
PUSATREGIONALCABANG
AAM
DEPKESTim Pengelola:
PengarahKetua
SekretarisPelaksana
DINKESPROVINSI
Tim Pengelola
DINKESKEB/ KOTA
Tim Pengelola
Puskesmas
Rumah Sakit
PPATRS
VerifikatorIndependen
23
Bagan 3. Struktur Organisasi Jamkesmas
TIM KOORD PUSAT
TIM KOORD PROV
TIM KOORD KAB/ KOTA
24
E. Metode Penentuan dan Penyelesaian Masalah
1. Penentuan Identifikasi Masalah
a. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,
sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam
mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu
autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)
dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips
saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah,
mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan
menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali
25
jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negatif.
c. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan
untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan
observasi kelompok tidak terstruktur. Observasi partisipasi (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
suatu objek. Sedangkan observasi kelompok adalah observasi yang
dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek
sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah
topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus
kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku
(www.blog.unila.ac.id)
d. Curah Pendapat (Brainstorming)
Curah pendapat adalah teknik mengembangkan ide dalam waktu
singkat. Alat tersebut digunakan untuk mengenali adanya masalah, baik
yang telah terjadi maupun potensial terjadi, menyusun daftar masalah,
ManMachineMethodTime
Market Material Money
26
menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk
monitoring, mengembangkan kreativitas dan menggambarkan aspek-aspek
yang perlu dianalisis dari suatu pokok bahasan.
Hasil curah pendapat dapat berupa daftar masalah. Daftar pendapat
dari anggota tersebut ditulis di papan tulis. Pendapat yang sama
dikelompokan menjadi satu dan kepada setiap anggota diberikan
kesempatan untuk meminta penjelasan terhadap apa yang disampaikan
oleh anggota kelompok (Koentjoro, 2007).
e. Fishbone
Penyelesaian sebuah masalah akan efektif dan efisien jika yang
diselesaikan adalah penyebab masalah yang utama. Penyebab masalah
yang utama dapat diselesaikan dengan metode fishbone (metode tulang
ikan) (Subirman, 2008).
Diagram tulang ikan digunakan untuk memberikan gambatan umum
suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim
untuk mengidentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk
menentukan fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data
dan/atau mengembangkan solusi, mengenali penyebab terjadinya variasi
proses, dan menganalisis masalah (Koentjoro, 2007)
Bagan 4. Metode Fishbone
Masalah
27
Langkah-langkah:
a. Penyebab utama paling dekat dengan kepala ikan
b. Penyebab merupakan sumber daya (6M+1T)
c. Panah-panah kecil merupakan penyebab dari (6M+1T)
(Subirman, 2008)
2. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL
Dalam menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan metode
CARL. Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.
Metode CARL juga di dasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi
skor 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C : Capability
Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)
A : Accesibility
Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti juklak/ peraturan.
R : Readiness
Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian/ kemampuan dan motivasi.
L : Leverage
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya, bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan
hasil perkalian: C x A x R x L (Subirman, 2008).
3. Alternatif Pemecahan Masalah
Apabila prioritas masalah telah ditetapkan, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menetapkan prioritas jalan keluar.
28
a. Menyusun alternatif jalan keluar
1) Menentukan berbagai penyebab masalah. Untuk dapat menentukan
berbagai penyebab masalah, lakukan curah pendapat (brainstorming)
dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Gunakan alat bantu
diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram) atau popular
pula dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).
2) Memeriksa kebenaran penyebab masalah. Karena daftar penyebab
masalah yang disusun baru bersifat teoritis, perlu dilakukan
pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation).
3) Mengubah penyebab masalah kedalam bentuk kegiatan. Apabila daftar
penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil disusun,
lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah tersebut
kedalam bentuk kegiatan.
b. Memilih prioritas jalan keluar
1) Efektivitas jalan keluar
a) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b) Pentingnya jalan keluar
c) Sensitvitas jalan keluar
2) Efisiensi jalan keluar
c. Melakukan uji lapangan
Untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang
kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.
d. Memperbaiki prioritas jalan keluar
Memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersama dengan itu
meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji
lapangan.
e. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas
jalan keluar adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
selengkapnya (Azwar, 1996).
29
BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG
A. Tempat
Program magang akan dilaksanakan di Puskesmas Pasundan, Kelurahan
Jawa, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda.
B. Waktu
Waktu pelaksanaan program magang akan dilaksanakan selama 1 bulan,
tepatnya mulai tanggal 2 Maret 2011 – 2 April 2011.
C. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang
No. KegiatanWaktu
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
1. Pengenalan lingkungan2. Identifikasi masalah3. Pengumpulan dan
Penyusunan data4. Prioritas masalah
30
Tabel 2. Planning Of Action (POA)
No. Kegiatan Tujuan SasaranTarget
Metode Pelaksana PJSumber Biaya
Tempat IndikatorWaktu Pelaksanaan
1. Perkenalan dengan pihak Puskesmas Pasundan
Mahasiswa dapat mengenal dan mempererat hubungan dengan pihak puskesmas
Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan
100%
Wawancara, Observasi
Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Puskesmas Pasundan
Dari hasil orientasi mahasiswa dapat mengenal kondisi puskesmas.
Minggu I
2. Mengidentifi-kasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin
Mahasiswa dapat meng-identifikasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin
Petugas puskesmas
100%
Brainstorming
Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan
Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas
Puskesmas Pasundan
80%, mahasiswa dapat mengidentifikasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin
Minggu II
3. Mengidentifi-kasi alur pelayanan bagi peserta
Mahasiswa dapat mengidentifikasi alur
Petugas puskesmas
100%
Brainstorming dan observasi
Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan
Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas
Puskesmas Pasundan
80%, mahasiswa dapat mengetahui
Minggu II
31
program Jamkesmas miskin
pelayanan bagi peserta program Jamkesmas miskin
alur pelayanan dari peserta program Jamkesmas miskin, masuk sampai keluar puskesmas
4. Mengumpul-kan data struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang
Mahasiswa dapat mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang
Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan
100%
Observasi Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan
Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas
Puskesmas Pasundan
100%, mahasiswa mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas petugas di unit tersebut
Minggu III
5. Menentukan prioritas masalah yang ada dan alternatif pemecahan-nya
Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dan alternatif pemecahannya
Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan
100%
Fishbone & CARL
Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan
Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas
Puskesmas Pasundan
80%, mahasiswa dapat menemukan masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah
Minggu IV
32
BAB IV
HASIL KEGIATAN
A. Gambaran Instansi, Struktur Organisasi, Fungsi dan Tugas di Puskesmas
Pasundan
1. Gambaran Umum Puskesmas Pasundan
Puskesmas Pasundan berlokasi di Jalan Pasundan, Kelurahan Jawa,
Kecamatan Samarinda Ulu. Puskesmas Pasundan berbatasan langsung
dengan wilayah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sidodadi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai Mahakam
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bugis
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teluk Lerong Ilir.
Puskesmas Pasundan merupakan Puskesmas Induk dengan wilayah
kerja meliputi tiga kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Jawa, terdiri dari 40 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah
penduduk sebanyak 11.970 jiwa atau sebanyak 3.071 Kepala Keluarga
(KK). Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak 1.170
jiwa atau sebanyak 341 Kepala Keluarga (KK).
b. Kelurahan Bugis, terdiri dari 19 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah
penduduk sebanyak 4.758 jiwa atau sebanyak 1.344 Kepala Keluarga (KK).
Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak 452 jiwa atau
sebanyak 148 Kepala Keluarga (KK).
c. Kelurahan Teluk Lerong Ilir, terdiri dari 30 Rukun Tetangga (RT) dengan
jumlah penduduk sebanyak 11.635 jiwa atau sebanyak 3.558 Kepala
Keluarga (KK). Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak
1.015 jiwa atau sebanyak 319 Kepala Keluarga (KK). Puskesmas Pasundan
memiliki satu Puskesmas Pembantu yang terletak di Kelurahan Teluk
Lerong Ilir.
33
2. Data Tenaga Puskesmas Pasundan
Tabel 3. Jumlah Tenaga Puskesmas Pasundan
No. Jenis TenagaJumlah(orang)
1. Dokter Umum 22. Dokter Gigi 13. Bidan 34. Perawat 65. Perawat Gigi 16. Asisten Apoteker 17. Gizi 18. Sanitarian 29. Analis 110. Sarjana Kesehatan 111. Administrasi 612. Wakar 113. Honorer 6
TOTAL 32Sumber : Data Sekunder, 2011
3. Visi, Misi, Nilai serta Strategi Utama Puskesmas Pasundan
Adapun Visi, Misi, Nilai serta Strategi Utama yang dimiliki
Puskesmas Pasundan untuk peningkatan derajat kesehatan yaitu:
a. Visi
“Mewujudkan keluarga sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas
Pasundan”
b. Misi
1) Mendorong prilaku hidup sehat dan bersih
2) Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi
3) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu
c. Nilai
1) Tanggung Jawab
2) Kerjasama
34
3) Professional
d. Strategi Utama
1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
dan mandiri
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
4) Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
5) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mewujudkan keluarga
sadar mandiri.
4. Struktur Organisasi Puskesmas Pasundan
Puskesmas Pasundan terdiri dari:
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala Tata Usaha
1) Data dan Informasi
2) Perencanaan dan Penilaian
3) Keuangan
4) Umum dan Kepegawaian
5) Inventaris Barang
c. Promosi Kesehatan
d. Kesehatan Ibu dan Anak
1) Anak
2) Ibu Hamil
3) Keluarga Berencana (KB)
e. P2P
f. Gizi
g. Kesehatan Lingkungan
h. Pengobatan
1) Kusta
2) TB Paru
35
i. Gigi dan Mulut
j. UKS
k. PHN
l. Usila
m. Laboratorium
n. Apotik
o. Puskesmas Pembantu
5. Fungsi dan Tugas Unit di Puskesmas Pasundan
Setiap unit maupun jabatan di dalam suatu puskesmas memiliki tugas
dan fungsi masing-masing dalam agar dapat terlaksana sebuah kegiatan.
Tugas yang dimiliki masing-masing unit antara lain:
a. Kepala Puskesmas
Mengatur serta mengkoordinasikan semua kegiatan usaha kesehatan
baik itu di dalam lingkup puskesmas yang dipimpinnya maupun integrasi
program-program kesehatan dari stakeholder seperti Dinas Kesehatan
Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Tata Usaha
Tugas pokok dari tata usaha yaitu menghimpun dan menyusun
semua laporan kagiatan puskesmas, dimana dalam fungsinya membantu
dokter dalam melaksanakan ketata usahaan puskesmas. Kegiatan pokok
tata usaha yaitu:
1) Mengumpulkan laporan berkala setiap petugas puskesmas untuk
disusun menjadi laporan Puskesmas sesuai dengan form yang telah
ditentukan.
2) Membuat surat-surat dan menyimpan arsip masuk
Kegiatan lain tata usaha yaitu:
1) Tata usaha Rumah Tangga Puskesmas
2) Tata usaha kepegawaian Puskesmas
3) Tata usaha keuangan Puskesmas
36
4) Menerima pembayaran uang di loket
5) Mempersiapkan/ menyediakan kartu-kartu penderita
6) Pengetikan laporan maupun surat
c. Poli Kartu
Melayani proses administrasi pasien masuk, memberikan kartu
pengobatan, memberikan kartu pengenal pada pasien baru serta
pemberian kertas resep baik itu untuk pasien yang membayar secara
pribadi maupun pasien dari peserta program asuransi kesehatan seperti
Jamkesmas, ASMARA dan ASKES.
d. Poli Umum
Tugas pokok dokter dan perawat di bagian ini yaitu mengusahakan
agar fungsi puskesmas diselenggarakan dengan baik. Memberikan
pelayanan kesehatan berupa kuratif, rujukan serta konsultasi kesehatan,
berkoordinasi dengan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
e. Poli KIA
Melaksanakan bimbingan teknis bagi program PWS, KB,
Imunisasi, DDK dan MTBS. Poli ini juga memberikan pelayanan
promotif, preventif dan kuratif kepada anak dan ibu hamil. Poli KIA
berfungsi mengkoordinasi dan memonitor serta mengevaluasi
berjalannya program-program KIA baik di internal puskesmas maupun
eksternal puskesmas seperti posyandu.
f. Poli Gigi
Poli gigi memiliki tugas pokok untuk dokter dan perawat gigi agar
mengusahakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja
puskesmas dapat berjalan dengan baik, dimana dalam fungsinya
mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.
Kegiatan pokok di poli gigi yaitu member pelayanan kesehatan gigi dan
mulut diwilayah kerja puskesmas secara teratur. Kegiatan lainnya adalah
memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
37
g. Poli Gizi
Memiliki tugas melaksanakan kegiatan perbaikan gizi di wilayah
kerjanya, dimana dalam fungsinya membantu kepala puskesmas
melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas. Kegiatan pokok di unit ini
yaitu:
1) Penyuluhan gizi dan melatih kader gizi dan menggerakkan
masyarakat untuk mengadakan taman gizi
2) Demontrasi makanan sehat
3) Cara pemberian makanan tambahan
4) Pemberian vitamin A konsentrasi tinggi pada anak-anak balita
5) Pengisian dan penggunaan KMS oleh ibu-ibu PKK dan kader gizi
Adapun kegiatan lain untuk poli gizi antara lain membantu
surveillance penyakit menular dan imunisasi, pencatatan dan pelaporan
kegiatan, mengembangkan PMKD dan membina kader gizi.
h. Laboratorium
Memiliki tugas menegakkan diagnosa penyakit dengan
melaksanakan pemeriksaan specimen.
i. Apotek
Dalam unit ini pengatur obat memiliki tugas pokok mengelola obat-
obatan yang ada di puskesmas, dengan fungsi membantu dokter untuk
melaksanakan kegiatan, kegiatan di puskesmas. Dimana kegiatan
pokoknya yaitu:
1) Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas
2) Mengatur penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas
3) Mengatur administrasi obat di puskesmas
4) Meracik obat-obatan untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah
dokter
5) Membuat zat reagens untuk laboratorium
6) Mengatur distribusi obat sederhana untuk UKS dan KIA/ KB
38
7) Menyediakan obat untuk puskesmas keliling dan puskesmas
pembantu
Kegiatan lain yaitu:
1) Penyuluhan kesehatan terutama dalam bidang penggunaan obat keras
dan bahaya narkotika
2) Pencatatan dan pelaporan kegiatan yang dilakukan
3) Membantu pelaksanaan fungsi manajemen
4) Pemegang inventaris peralatan medis puskesmas
Adapun tugas pokok juru obat dimana juru obat membantu meracik
obat dan membungkusnya serta dalam fungsinya membantu
melaksanakan kegiatan pengatur obat. Kegiatan pokok juru obat yaitu:
1) Membantu dalam menyimpan obat dan administrasi obat
2) Membatu meracik dan membungkus obat
3) Membantu kegiatan distribusi obat untuk kader UKS serta
menyediakan obat untuk puskesmas keliling
4) Membantu administrasi obat-obat yang bersumber khusus, antara lain:
obat ASKES, obat P3M, vaksin, obat KB dan lain-lain
Kegiatan lain juru obat yaitu:
1) Membantu kebersihan dan kerapihan kamar obat dan gudang obat
2) Membantu menyimpan administrasi makanan tambahan
3) Membantu inventarisasi semua peralatan medis puskesmas
j. Sanitarian
Tugas pokok sanitarian yaitu merubah, mengendalikan atau
menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang member
pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan pokok
sanitarian antara lain:
1) Penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih,
jamban keluarga, rumah sakit, kebersihan lingkungan serta
penanaman pekarangan
39
2) Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
air, penampungan air hujan dan sebagainya serta melatih pembuatan
leher angsa untuk jamban keluarga
3) Pengawasan hygiene perusahaan di tempat-tempat umum
k. Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil. Puskesmas pembantu juga merupaka bagian
integral dari puskesmas, dengan kata lain satu puskesmas meliputi juga
seluruh puskesmas pembantu yang ada di wilayah kerjanya.
6. Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengevaluasian Program di Puskesmas
Pasundan
a. Perencanaan
Perencanaan mikro tingkat puskesmas atau microplannning adalah
penyusunan rencana di tingkat puskesmas untuk 5 (lima ) tahun,
termasuk rincian tahapan tiap tahunnya. Dimana perencanaan memiliki:
1) Tujuan umum
Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai
dengan masalah yang dihadapi puskesmas, sehingga dapat
meningkatkan fungsi puskesmas
2) Tujuan khusus
a) Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu 5
tahun secara tertulis
b) Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai jabaran
rencana kerja 5 tahunan tersebut secara tertulis
Langkah-langkah penyusunan rencana
1) Identifikasi keadaan dan masalah, langkah ini akan menghasilkan
suatu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah yang dihadapi
puskesmas serta alternatif permasalahannya
40
2) Penyusunan rencana, menyusun sistematiak tujuan dan sasaran,
kebijaksanaan dan langkah-langkah, kegiatan serta sumber daya
3) Penyusunan POA, dimana dilakukan penjadwalan, alokasi sumber
daya serta pelaksanaan kegiatan
4) Penulisan naskah rencana
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan program dilakukan sesuai jadwal dan target dari POA.
Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk aktivitas nyata menentukan tingkat
keberhasilan dari suatu puskesmas di setiap perencanaan yang dilakukan.
c. Pengevaluasian
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan
digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan
pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih
bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahankesalahan dimasa
lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah
perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara
objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya,
dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk
perencanaan yang akan dilakukan di depan (www.repository.usu).
Adapun program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan yang
telah dievaluasi yaitu perencanaan pada tahun 2010, dimana perencanaan
serta pelaksanaan kegiatan telah bejalan sesuai target dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
41
Tabel 4. POA Jamkesmas Puskesmas Pasundan
No. Kegiatan Sasaran Target
1. Pertemuan kader posyandu lansia
Kader posyandu lansia
100 %
2. Senam lansia di posyandu lansia
Anggota posyandu lansia
100 %
3. Kunjungan rumah ibu hamil
Ibu hamil miskin 100 %
4. Pertolongan persalinan Ibu hamil miskin 100 %5. Kunjungan balita Balita 100 %6. Revitalisasi posyandu Posyandu 100 %7. Penyuluhan tentang
makanan bergizi30 Posyandu 100 %
8. Pelayanan kesehatan Masyarakat miskin
100 %
9. Operasional dan manajemen
Manajemen 100 %
11. Penyegaran kader DDTK
Kader 100 %
Sumber: Data Sekunder, 2010
B. Identifikasi Sistem Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Miskin
1. Identifikasi Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di
Puskesmas Pasundan
Tabel 5. Jumlah Peserta Program Jamkesmas Miskin di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasundan tahun 2008
Wilayah Jumlah Peserta (orang)Kelurahan Teluk Lerong Ilir 1.015
Kelurahan Jawa 1.184Kelurahan Bugis 452
Jumlah 3.661Sumber: Data Sekunder, 2008
42
Tabel 6. Jumlah Kunjungan Peserta Program Jamkesmas Miskin
di Puskesmas Pasundan Tahun 2010
Bulan Jumlah Kunjungan (orang)Januari 53Februari 86Maret 61April 103Mei 101Juni 67Juli 106
Agustus 96September 62Oktober 60
November 60Desember 72
Jumlah 927Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 7. Jumlah Kunjungan Peserta Program Jamkesmas Miskin
di Puskesmas Pasundan Periode Maret-April Tahun 2011
Bulan Jumlah Kunjungan (orang)Januari 78Februari 89Maret 97Jumlah 264
Sumber: Data Sekunder, 2011
Adapun prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta,
sebagai berikut:
a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya
b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan
kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat
miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan
SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi
pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya
43
c. Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan kesehatan rujukan,
maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal
sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus
emergency
d. Pelayanan rujukan sebagaimana butir c diatas meliputi :
1) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/
BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.
2) Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit
3) Pelayanan obat-obatan
4) Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic
Puskesmas Pasundan menetapkan aturan dimana pasien harus membawa
kartu Jamkesmas Miskin yang berisikan pula nomor kartu pengobatan, yang
berisikan rekam medis pasien pelayanan umum, anak, KB maupun hamil.
Adapun Standar Operasional Pelayanan (SOP) yang ditetapkan oleh
pemerintah telah sesuai dengan pelayanan peserta Jamkesmas Miskin di
Puskesmas Pasundan.
Beberapa peserta program Jamkesmas Miskin mengeluhkan
ketidaktahuan mereka akan informasi pemanfaatan Jamkesmas Miskin sendiri,
dimana seringkali mereka memiliki kartu Jamkesmas Miskin namun mereka
tidak tahu bagaimana memanfaatkan jaminan kesehatan tersebut. Adapula
pasien yang tidak membawa persyaratan untuk berobat karena lupa atau tidak
tahu, mengeluhkan pembayaran yang harus dibayar jika berobat. Kemudian
untuk pasien yang kartu Jamkesmas Miskinnya berasal dari luar wilayah kerja
Puskesmas Pasundan, maka akan dikelompokkan sebagai pasien umum dan
diarahkan untuk ke puskesmas yang sesuai dengan wilayah domisilinya.
44
2. Identifikasi Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan
Samarinda
Dari hasil identifikasi alur pelayanan kesehatan terutama untuk peserta
program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan, yang dilaksanakan sesuai
Planning Of Action (POA), didapatkan alur sebagai berikut
Bagan 5. Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jamkesmas Miskin
Puskesmas Pasundan
Pasien (peserta program Jamkesmas) datang dengan membawa kartu
Jamkesmas Miskin masuk ke ruang loket dan mengambil nomor antrian.
Setelah nomor antrian dipanggil, pasien akan mendapatkan lembar registrasi
berupa kertas resep dan kartu pengobatan yang berisi rekam medis pasien
selama berobat di Puskesmas Pasundan. Setelah proses registrasi selesai,
pasien masuk ke ruang pemeriksaan (poli) yang dituju untuk mendapatkan
Pasien
Puskesmas
Registrasi
Pemeriksaan
Pelayanan obat
Rujuk Rumah Sakit
Pasien pulang
45
pelayanan rawat jalan tingkat pertama, setelah itu dipersilahkan ke pelayanan
obat (apotik) dan pulang.
Alur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin di Puskesmas
Pasundan ini telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan
Jamkesmas miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan
pelayanan kesehatan belum mengetahui alur pelayanan. Bagan alur yang
tertempel didalam puskesmas kurang terlihat oleh pasien.
3. Identifikasi Masalah Teknis Pelayanan Kesehatan dan Prioritas Masalah
serta Alternatif Pemecahan Masalah bagi Peserta Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan
Samarinda
a. Penentuan Identifikasi Masalah
1) Tujuan Kegiatan
Kegiatan identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui
masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program
Jamkesmas Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayaan
kesehatan yang diberikan Puskesmas Pasundan kepada pasiennya.
2) Metode Kegiatan
Dari hasil brainstorming, observasi serta wawancara yang
dilakukan pada sejumlah petugas puskesmas serta peserta program
Jamkesmas Miskin yang akan berobat di Puskesmas Pasundan.
Adapun pada identifikasi penyebab masalah menggunakan metode
fishbone atau diagram tulang ikan yang digunakan untuk memberikan
gambaran umum suatu masalah.
3) Proses Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.
ManMachineMethodTime
Market Material Money
46
4) Hasil Kegiatan
Penyebab masalah yang telah diidentifikasi melalui 6M + 1 T
yaitu man, money, machine, material, method, market dan time dapat
diketahui sebagai berikut:
a) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan
program Jamkesmas Miskin
Bagan 6. Analisa Penyebab Masalah Kurangnya Pengetahuan
Masyarakat Cara Pemanfaatan Program Jamkesmas Miskin
Masalah
Man : Kurangnya informasi yang diterima masyarakat
mengenai alur pelayanan dan bagaimana cara
memanfaatkan pelayanan kesehatan dari program
Jamkesmas Miskin.
Money : -
Machine : -
Material : Papan alur pelayanan yang kurang terlihat oleh pasien
yang akan berobat karena terletak di dalam bangunan
puskesmas.
Methode : Sosialisasi yang tidak merata.
Market : Tidak tepatnya sasaran yang mendapatkan Jamkesmas
Miskin.
Time : Pasien yang terburu-buru sehingga lupa atau tidak
membawa kartu Jamkesmas Miskin.
ManMachineMethodTime
Market Material Money
ManMachineMethodTime
Market Material Money
47
b) Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan
Bagan 7. Analisa Penyebab Masalah Kurangnya Tenaga Kesehatan
di Puskesmas Pasundan
Masalah
Man : Pembagian job description yang tidak merata.
Money : -
Machine : -
Material : -
Methode : Belum ada pembahasan tupoksi masing-masing
jabatan pada petugas Puskesmas Pasundan secara lebih
lanjut.
Market : -
Time : Kurang efektif dan efisiennya pelayanan dikarenakan
tupoksi yang tidak sesuai.
c) Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran
Bagan 8. Analisa Penyebab Masalah Kurang Efisiennya Waktu
Pelayanan di Loket Pembayaran
Masalah
48
Man : Terbatasnya sumber daya manusia.
Money : Biaya untuk menerapkan sistem online cukup mahal.
Machine : Belum diterapkannya sistem komputerisasi secara
online dari tiap unit.
Material : Beberapa komputer rusak sehingga menghambat
penginputan data.
Methode : - Pencatatan data pasien yang masih manual.
- Rak kartu pengobatan yang tidak terurut.
Market : -
Time : Antrian pasien yang cukup panjang ketika menunggu
proses pembayaran, pendaftaran serta mengambil kartu
pengobatan.
b. Penentuan Prioritas Masalah
1) Tujuan Kegiatan
Kegiatan prioritas masalah bertujuan untuk memprioritaskan
masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program
Jamkesmas Miskin, dimana hasil dari prioritas masalah akan
menentukan permasalahan apa yang mendasari dalam teknis pelayanan
Jamkesmas serta alternatif pemecahannya.
2) Metode Kegiatan
Pada penentuan prioritas masalah yang menggunakan metode
CARL dimana metode ini di dasarkan pada serangkaian kriteria yang
harus diberi skor 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C : Capability
Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)
A : Accesibility
Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/
49
teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti juklak/
peraturan.
R : Readiness
Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian/ kemampuan dan motivasi.
L : Leverage
Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan yang dibahas.
3) Proses Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.
4) Hasil Kegiatan
Tabel 8. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL
No. PermasalahanKriteria Penilaian Total
SkorPrioritas
C A R L1. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan program Jamkesmas Miskin
4 5 4 3 240 I
2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan
3 3 4 4 144 II
3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran
2 4 3 4 96 III
Dari hasil prioritas masalah di dapatkan prioritas masalah yang
selanjutnya akan diberikan suatu rekomendasi alternatif pemecahan
masalah.
50
c. Alternatif Pemecahan Masalah
1) Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi alternatif
pemecahan masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi
peserta program Jamkesmas Miskin yang harapannya dapat menjadi
masukan atau penentu kebijakan dalam pengembangan Puskesmas
Pasundan ke depannya.
2) Metode Kegiatan
Pada alternatif pemecahan masalah, metode yang dipakai adalah
penyusunan alternatif pemecahan masalah.
3) Proses Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.
4) Hasil Kegiatan
Didapatkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang dapat
direkomendasikan sebagai upaya penyelesaian atau solusi bagi
permasalahan yang ada dalam sistem pelayanan Jamkesmas Miskin di
Puskesmas Pasundan. Adapun rekomendasi alternatif pemecahan
masalah, yaitu:
Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah
No. Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah1. Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai cara pemanfaatan program Jamkesmas Miskin
1. Memindahkan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung
2. Sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas
3. Pembuatan leaflet dan poster mengenai Jamkesmas
2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan
1. Mengadakan pertemuan curah pendapat (brainstorming)
2. Pembahasan tupoksi tiap unit maupun jabatan
3. Advokasi dengan stakeholder terkait
51
No. Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah3. Kurang efisiennya waktu
pelayanan di loket pembayaran
1. Perbaikan sistem registrasi2. Pembenahan di rak kartu
pengobatan3. Penerapan sistem
komputerisasi online4. Perbaikan komputer
C. Kegiatan Partisipasi yang Dilakukan di Lokasi Magang
Adapun kegiatan lapangan yang pernah dilakukan di lokasi magang yaitu:
1. Mengikuti kegiatan posyandu bayi/ balita di wilayah kerja Puskesmas
Pasundan.
2. Mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pasundan.
3. Mengikuti kegiatan puskesmas pembantu di Kelurahan Teluk Lerong Ilir.
4. Berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan peningkatan gizi bayi/ balita.
52
BAB V
PEMBAHASAN
A. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas
Pasundan
Program Jamkesmas Miskin yang berasal dari permasalahan kesehatan
masyarakat Indonesia dimana derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah,
hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga
setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak
miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi
penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan
lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih
masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan
pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin
berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000
kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur
Harapan Hidup 70,5 Tahun (KEPMENKES RI, 2008)
Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut
diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses
pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan
secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya
kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit,
perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan
berbasis pembayaran out of pocket, kondisi geografis yang sulit untuk
menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh
terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban
masyarakat dan pemerintah (KEPMENKES RI, 2008).
53
Maka, SOP (Standar Operasional Prosedur) yang menurut Atmoko (2009)
merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja
internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan
instansi pemerintah. SOP sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang
proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan
suatu standar yang sudah baku. Dimana Puskesmas Pasundan sebagai salah satu
instansi pemerintah Kota Samarinda, turut menerapkan SOP untuk pelayanan
program Jamkesmas Miskin sebagai upaya untuk meningkatkan serta menjaga
mutu layanan yang diberikan kepada peserta program Jamkesmas Miskin.
Walaupun pelayanan ini diberikan kepada masyarakat miskin pada umumnya,
namun mutu pelayanan harus tetap dipertahankan.
Puskesmas Pasundan menetapkan aturan dimana pasien harus membawa
kartu Jamkesmas Miskin yang berisikan pula nomor kartu pengobatan, yang
berisikan rekam medis pasien pelayanan umum, anak, KB maupun hamil.
Beberapa peserta program Jamkesmas Miskin mengeluhkan ketidaktahuan
mereka akan informasi pemanfaatan Jamkesmas Miskin sendiri, dimana
seringkali mereka memiliki kartu Jamkesmas Miskin namun mereka tidak tahu
bagaimana memanfaatkan jaminan kesehatan tersebut. Adapula pasien yang tidak
membawa persyaratan untuk berobat karena lupa atau tidak tahu, mengeluhkan
pembayaran yang harus dibayar jika berobat. Kemudian untuk pasien yang kartu
Jamkesmas Miskinnya berasal dari luar wilayah kerja Puskesmas Pasundan, maka
akan dikelompokkan sebagai pasien umum dan diarahkan untuk ke puskesmas
yang sesuai dengan wilayah domisilinya.
Pada tahun 2010 kunjungan pasien peserta program jumlah kunjungan
pasien Jamkesmas Miskin pada puskesmas ini masih rendah. Terdapat 3.661
orang peserta program Jamkesmas Miskin yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Pasundan namun pada jumlah peserta Jamkesmas di wilayah ini,
namun hanya sekitar 25 % saja yang memanfaatkan program Jamkesmas Miskin
yang diterimanya. Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat
miskin bersifat komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang
54
dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif pada pelayanan
kesehatan program Jamkesmas Miskin di Puskesmas dan Jaringannya Rawat
Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada Puskesmas dan jaringannya
baik dalam maupun luar gedung meliputi pelayanan :
1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
2. Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)
3. Tindakan medis kecil
4. Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal
5. Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita
6. Pelayanan KB dan penanganan efek samping
7. Pemberian obat (KEPMENKES RI, 2008)
B. Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan Samarinda
Menurut KEPMENKES RI Tahun 2008 administrasi kepesertaan
Jamkesmas Miskin meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu
sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero)
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh
PT. Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.
2. Entry data setiap peserta meliputi nomor kartu, nama peserta, jenis kelamin,
tempat dan tanggal lahir/umur dan alamat
3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan
sampai ke peserta.
4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak,
mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang
ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.
5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada
Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan
Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat.
55
Lebih lanjut dalam KEPMENKES RI Tahun 2008, disebutkan bahwa
setiap peserta Jamkesmas Miskin mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan
dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta
pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap
tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam
program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Pelayanan
rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan
rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan
Rumah Sakit. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang
rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS
TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama
Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat
yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek
pengaturan. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak
memiliki perjanjian kerjasama.
Sedangkan untuk alur pelayanan kesehatan bagi peserta program
Jamkesmas Miskin yang akan berobat ke Puskesmas Pasundan, sebagai berikut:
1. Pasien (peserta program Jamkesmas) datang dengan membawa kartu
Jamkesmas Miskin masuk ke ruang loket dan mengambil nomor antrian.
2. Nomor antrian dipanggil dan pasien akan mendapatkan lembar registrasi
berupa kertas resep dan kartu pengobatan yang berisi rekam medis pasien
selama berobat di Puskesmas Pasundan.
3. Setelah proses registrasi selesai, pasien masuk ke ruang pemeriksaan (poli)
yang dituju untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan tingkat pertama.
4. Pasien dipersilahkan ke pelayanan obat (apotik)
5. Pasien pulang.
56
Alur pelayanan peserta program Jamkesmas Miskin di Puskesmas
Pasundan ini telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan
Jamkesmas miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan
pelayanan kesehatan belum mengetahui alur pelayanan. Bagan alur yang
tertempel didalam puskesmas kurang terlihat oleh pasien.
Alur pada sistem pelayanan program Jamkesmas Miskin untuk rujukan
puskesmas ke rumah sakit mengalami beberapa kendala dimana puskesmas yang
pada dasarnya merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health
care), tidak diketahui oleh pasien. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena itu jumlah
kelompok ini di dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 80%), pelayanan
yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic
helath services). Namun karena informasi yang dirasakan kurang, beberapa pasien
Jamkesmas Miskin, terkadang langsung berobat ke rumah sakit. Sehingga
terdapat kerugian dimana pasien harus bolak-balik ke puskesmas maupun rumah
sakit.
C. Masalah Teknis Pelayanan Kesehatan dan Prioritas Masalah serta Alternatif
Pemecahan Masalah bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan Samarinda
Pada kegiatan identifikasi masalah yang bertujuan untuk mengetahui
masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program
Jamkesmas Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas Pasundan kepada pasiennya. Dari hasil brainstorming,
observasi serta wawancara yang dilakukan pada sejumlah petugas puskesmas
serta peserta program Jamkesmas Miskin yang akan berobat di Puskesmas
Pasundan. Pada hasil kegiatan, didapatkan sejumlah masalah kemudian
57
identifikasi penyebab masalahnya yang menggunakan metode fishbone yang akan
diprioritaskan menggunakan metode CARL, sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan program
Jamkesmas Miskin. Permasalahan lain muncul ketika ada pasien yang ingin
memanfaatkan Jamkesmas, padahal pasien tersebut tidak tergolong dalam
kategori miskin. Dimana informasi yang diterima masyarakat cukup kurang
mengenai alur pelayanan dan bagaimana cara memanfaatkan pelayanan
kesehatan dari program Jamkesmas Miskin serta siapa sebenarnya sasaran dari
program Jamkesmas Miskin ini sendiri. Tercatat dari dari 3.661 peserta
Jamkesmas Miskin yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pasundan
hanya 927 orang pada tahun 2010 yang memanfaatkan fasilitas ini. Selain itu
papan alur pelayanan yang kurang terlihat oleh pasien yang akan berobat
karena terletak di dalam bangunan puskesmas.
2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan yang mengakibatkan
pembagian job description yang tidak merata. Adapun dampak lainnya yaitu
Kurang efektif dan efisiennya pelayanan dikarenakan tupoksi yang tidak
sesuai. Misalnya satu orang petugas yang tidak sesuai kompetensinya sebagai
tenaga administrasi namun ia harus menjalankan tugas administrasi, sehingga
tidak focus pada tupoksinya sendiri. Namun, belum ada pembahasan tupoksi
masing-masing jabatan pada petugas Puskesmas Pasundan secara lebih lanjut.
3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran. Pencatatan register
pasien yang masih manual mengakibatkan antrian pasien yang cukup panjang
ketika menunggu proses pembayaran, pendaftaran serta mengambil kartu
pengobatan. Salah satu penyebabnya yaitu belum diterapkannya sistem
komputerisasi secara online dari tiap unit, dikarenakan terbatasnya sumber
daya manusia yang berkompeten di bidang sistem informasi puskesmas
(SIMPUS). Selain itu biaya untuk menerapkan sistem online cukup mahal.
Maka, dengan metode penyusunan alternatif masalah, diberikanlah
beberapa alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan
bagi peserta program Jamkesmas Miskin yang harapannya dapat menjadi
58
masukan atau penentu kebijakan dalam pengembangan Puskesmas Pasundan ke
depannya. Didapatkan sejumlah alternatif pemecahan masalah, yaitu:
1. Masalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan
program Jamkesmas Miskin
Alternatif pemecahan masalah ini yaitu dengan memindahkan papan
alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung sehingga pasien yang
sedang menunggu nomor antrian dapat melihat alur pelayanan. Sosialisasi
tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin juga sangat penting dilakukan,
dimana seharusnya masyarakat tahu siapa sasaran Jamkesmas Miskin,
persyaratan apa yang harus dibawa jika hendak berobat dan bagaimana
proses alur pelayanan kesehatan jika harus dirujuk ke rumah sakit. Sosialisasi
dapat melalui penyuluhan, leaflet dan poster.
2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan untuk permasalahan
ketenagaan di Puskesmas Pasundan yaitu dengan mengadakan suatu
pertemuan curah pendapat (brainstorming) serta pembahasan ulang mengenai
tupoksi masing-masing unit serta jabatan sehingga job description tiap
petugas menjadi terarah sesuai kompetensinya. Advokasi terhadap
stakeholder terkait juga perlu dilakukan misalnya Badan Kepegawaian
Daerah, guna penambahan Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran
Alternatif pemecahan masalah untuk kurang efisiennya waktu pelayanan
diloket pembayaran yaitu dengan menerapkan sistem online. Perbaikan
sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan juga perlu
dilakukan, dimana kartu pengobatan seharusnya diurutkan sesuai nomor
registrasi. Alternatif pemecahan masalah yang terakhir yaitu sangat
diperlukannya perbaikan komputer, dimana terdapat kerusakan pada 3
komputer, terutama pada komputer di ruang registrasi.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi dan observasi pada saat pelaksanaan kegiatan
magang yang berlokasi di Puskesmas Pasundan, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota
Samarinda Tahun 2011, dapat disimpulkan:
1. Puskesmas Pasundan menerapkan SOP untuk pelayanan program Jamkesmas
Miskin sebagai upaya untuk meningkatkan serta menjaga mutu layanan yang
diberikan kepada peserta program Jamkesmas Miskin.
2. Alur pelayanan peserta program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan
telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan Jamkesmas
miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan pelayanan
kesehatan belum mengetahui alur pelayanan.
3. Pada kegiatan identifikasi masalah yang bertujuan untuk mengetahui masalah
yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program Jamkesmas
Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
Puskesmas Pasundan kepada pasiennya. Didapatkan sejumlah masalah
kemudian diidentifikasi penyebab masalahnya yang menggunakan metode fish
bone serta diprioritaskan menggunakan metode CARL. Masalah pada prioritas
pertama yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan
program Jamkesmas Miskin.
4. Beberapa rekomendasi sebagai alternatif pemecahan masalah yang berkaitan
dengan teknis pelayanan bagi peserta program Jamkesmas Miskin. Pada
masalah kurangnya pengetahuan masyarakat diberikan rekomendasi untuk
memindahkan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung dan
sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin. Pada masalah kurangnya
tenaga kesehatan diberikan rekomendasi untuk mengadakan suatu pertemuan
curah pendapat (brainstorming) serta pembahasan ulang mengenai tupoksi
60
masing-masing unit serta jabatan. Pada masalah kurang efisiennya waktu
pelayanan di loket pembayaran dapat diatasi dengan menerapkan sistem
online, perbaikan sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan
serta perbaikan komputer yang rusak.
B. Saran
Setelah kegiatan magang yang berlokasi di Puskesmas Pasundan maka
saran yang dapat diberikan sebagai rekomendasi dalam rangka meningkatkan
kinerja dan mutu pada sistem pelayanan kesehatan peserta program Jamkesmas
Miskin, adalah sebagai berikut:
1. Pemindahan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung
sehingga pasien yang sedang menunggu nomor antrian dapat melihat alur
pelayanan serta sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin melalui
penyuluhan, leaflet dan poster.
2. Mengadakan suatu pertemuan curah pendapat (brainstorming) serta
pembahasan ulang mengenai tupoksi masing-masing unit serta jabatan
sehingga job description tiap petugas menjadi terarah sesuai kompetensinya.
3. Perbaikan sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan juga
perlu dilakukan, dimana kartu pengobatan seharusnya diurutkan sesuai nomor
registrasi. Penerapan sistem terkomputerisasi yang terintegrasi dengan jaringan
internet dapat direncananakan untuk perbaikan sistem informasi puskesmas
kedepannya serta perbaikan bagi beberapa komputer yang rusak.