Post on 07-Feb-2016
I. Skenario 1 Perawatan Saluran Akar (PSA) Gigi Permanen
Seorang laki-laki umur 23tahun datang ke RSGM ingin memeriksakan gigi belakang bawah kiri sakit
cekot-cekot yang menjalar sampai ke kepala, terutama bila kemasukkan makanan sejak 2hari yang lalu. Setelah
dilakukan pemeriksaan pada gigi 36 didapatkan karies media kelas 1, tes vitalitas positif. Tindakan apa yang
dilakukan pada penderita tersebut sebelum dilakukan preparasi saluran akar.
II. Klarifikasi Istilah
II.1 Preparasi saluran akar
Merupakan tindakan “cleaning” dan “shaping” yang bertujuan untuk mempersiapkan saluran akar sebagai
tempat untuk pengisian bahan tumpatan. Dimana “cleaning” adalah tindakan pembersihan pada ruang
pulpa dan saluran akar dengan tujuan mengambil dan mengeluarkan jaringan nekrotik, iritan dan semua
kotoran pada gigi. Sedangkan “shaping” merupakan tindakan untuk membentuk dinding Saluran akar
sebagai persiapan untuk tahap pengisian saluran akar.
II.2 Perawatan saluran akar
Merupakan usaha untuk menyelamatkan gigi dari tindakan pencabutan dan melakukan perawatan dengan
mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi, yang kemudian pada kamar pulpa dilakukan pengisian
dengan zat/bahan pengisi. Perawatan saluran akar ini terdiri dari 3 tindakan yaitu, preparasi saluran akar,
disinfeksi dan obturasi saluran akar.
III. Perumusan Masalah
III.1 Apakah diagnose pada scenario di atas?
III.2 Bagaimana rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai diagnose pada pasien tersebut?
III.3 Apa saja tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sebelum dilakukan preparasi saluran akar?
IV. Identifikasi Masalah
IV.1 Diagnosa
Pada kasus diatas dapat di diagnose sebagai penyakit pulpitis irreversible. Hal ini berdasarkan pada
gejala klinis yang dirasakan oleh pasien, dimana pada kasus diatas dijelaskan bahwa pasien mengalami
sakit cekot-cekot yang menjalar sampai kepala terutama bila kemasukan makanan,adanya karies media
kelas 1 serta tes vitalitas positif. Hal ini menunjukkan bahwa gigi 36 tersebut masih vital. Untuk
menunjang diagnose yang akan ditegakkan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dilakukannya
foto rontgen.
1
Pulpitis irreversible merupakan keradangan pulpa yang terus menerus dengan atau tanpa gejala yang
disertai oleh kerusakan pulpa. Bila stimulus penyebab rasa sakit dihilangkan gigi tidak dapat menjadi
normal kembali.
IV.2 Rencana Perawatan sesuai dengan diagnose
Rencana perawatan yang mungkin dilakukan untuk pulpitis irreversible adalah pulpektomi, yaitu
pengambilan jaringan pulpa dan korona secara keseluruhan. Pulpektomi terbagi menjadi pulpektomi
vital,devital dan non-vital. Pada pulpektomi vital dan devital, jaringan pada pulpa gigi masih vital.
Perbedaannya adalah pada pulpektomi vital sebelum dilakukan tindakan pada pasien tersebut diberikan
anastesi, sedangkan pada pulpektomi devital, jaringan pulpa dimatikan dengan menggunakan arsen atau
TKF, sehingga pasien tidak perlu diberikan anastesi.
Bila terjadi karies media dengan diagnose pulpitis irreversible maka dilakukan pemeriksaan radiografi,
kemudian melakukan beberapa tes seperti tes vitalitas, tes perkusi, dll apabila tidak terjadi reaksi
dilanjutkan dengan tes kavitas, tes jarum miller. Apabila tidak terjadi reaksi sama sekali kemungkinan
terjadi nekrosis pulpa.
IV.3 Tindakan-tindakan sebelum dilakukan preparasi saluran akar
a. Anastesi. Apabila pasien tidak menghendaki adanya anastesi bias dengan cara mematikan pulpa dengan
bantuan bahan kimia seperti arsen dan TKF sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien.
b. Asepsis.
c. Cavity entrance. Membuat jalan masuk yang benar menuju ke ruang pulpa yang menghasilkan
penetrasi garis-garis lurus ke orifice saluran akar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menembus
enamel dan dentin yang ada pada fosa sentral dengan sudut pengeburan kea rah akar distal (kamar
pulpa terbesar) dengan menggunakan round bur hingga meluas kea rah cusp mesiobukal untuk
menemukan saluran mesio bukal.
d. Mencari Orifice dengan menggunakan jarum miller.
Kemudian menghilangkan atap dan tanduk pulpa dengan menggunkan round bur besar untuk
membentuk cavity entrance agar alat preparasi mudah masuk. Kemudian, untuk memperluas dan
menghaluskan kavitas digunakan fissure bur ,untuk mngeceknya dapat menggunakan sonde. Sehingga
didapatkan cavity akses berbentuk bulat atau rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan
banyaknya orifice saluran akar yang ada.
e. Ekstirpasi jaringan pulpa
Ekstirpasi kamar pulpa dan saluran akar dari jaringan yang masih tertinggal dan debridement jaringan
nekrotik menggunakan instrumentasi, irigasi dan disinfeksi. Dilakukan setelah jalan masuk atau cavity 2
entrance sudah memadai. Saat ektirpasi pulpa di dirobek dari saluran akar hingga meninggalkan luka
koyak yang ditandai dengan timbulnya reaksi perdarahan, inflamasi dan perbaikan.biasanya
menimbulkan rasa sakit minimal dan dapat ditanggulangi dengan analgesic ringan.
Untuk mencegah infiltrasi darah ke dalam tubuli dentin dapat dilakukan dengan melakukan irigasi pada
saluran akar dan kamar pulpa dengan larutan sodium hipoklorit akan membantu mencegah diskolorsi
pada gigi.
f. Pengukuran panjang kerja
Pengukuran panjang kerja pada pasien dapat dilakukan dengan bantuan foto rontgen. Pengukuran
dilakukan dengan memasukkan jarum miller yang telah diberi stopper pada saluran akar hingga stopper
terletak pada cusp tertinggi,kemudian stopper ditekuk. Kemudian dilakukan pengukuran dengan
menggunakan rumus :
Pk = Pgs – 1mm
Keterangan :
Pgs = panjang gigi sebenarnya
Pgf = panjang gigi dalam foto
Pas = panjang alat sebenarnya
Paf = panjang alat dalam foto
Kemudian dicocokan dengan tabel panjang gigi menurut Ingle, J.I
V. Mapping3
Pgs =Pgf x Pas
Paf
VI. Learning Objective
Mampu memahami dan menjelaskan tahapan sebelum preparasi saluran akar terutama pada cavity entrance.
VII. Analisis Masalah
Tahapan sebelum preparasi salura akar adalah :
a. anastesi atau devitalisasi dengan menggunakan arsen atau TKF sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
pasien.
b. asepsis daerah kerja.
c. pembentukan cavity entrance sampai dinding saluran akar lurus.
d. mencari orifice dengan menggunakan jarum miller.
e. ekstirpasi yaitu membuang jaringan nekrotik pulpa. Biasanya terjadi perdarahan, hal ini menandakan
bahwa pada saat pembukaan cavity entrance mengenai pada tanduk pulpa, sehingga gigi menjadi
perforasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian bahan irigasi sodium hipoklorit dan analgesic.
f. menghitung panjang kerja
g. kemudian preparasi saluran akar sesuai panjang kerja gigi.
Outline cavity entrance pada gigi 36 adalah dengan cara membentuk proyeksi ruang pulpa dengan bentuk
triangular alas sejajar dengan bukal, dapat juga berupa rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan 4
Diagnosa Pulpitis Irreversible
Rencana Perawatan
Pulpektomi
Non-AnastesiAnastesi
Cavity Entrance
banyaknya saluran akar pada gigi tersebut. Pembuatan outline cavity entrance bertujuan menghindari
pembuangan jaringan pulpa yang berlebihan, membuka atap ruang pulpa, dan membuat akses masuknya alat
preparasi ke dalam saluran akar. Preparasi pada cavity entrance haruslah lurus agar alat preparasi mudah masuk.
Hal ini sesuai dengan prinsip preparasi saluran akar menurut Ingle, yaitu :
1. Convinience form. Yaitu pembentukan jalan masuk dari permukaan incisal/oklusal menuju apeks gigi
haruslah lurus. Hal ini bertujuan menghindari preparasi yang berlebihan atau pembentuka apical
menjadi lonjong,
2. Resistance form, dimana penyempitan pada apical constriction harus tetap. Bertujuan mencegah
keluarnya bahan pengisi ke dalam jaringan periodontal.
3. Retention Form merupakan daerah apical sepanjang 2-5mm dari resistance form, dengan tujuan
menahan bahan pengisi utama pada tempatnya.
4. Extention merupakan perluasan dinding saluran akar sesuai bentuk anatomi saluran akar.
5. Toilet of cavity merupakan oembersihan saluran akar dari seluruh kotoran atau debridement dengan
bahanirigasi.
6. Outline form. Yaitu memperbaiki bentuk luar dan dalam kavitas disesuaikan bentuk alat dan bahan
pengisi saluran akar.
Untuk membedakan pulpitis reversible dan irreversible dapat dilakukan dengan anamnesa pada pasien,
dengan menanyakan keluhan pada pasien. Pada pulpitis reversible sakit terasa bila terjadi stimulus, sedangkan
pada pulpitis irreversible sakit dapat terasa meskipun tidak ada stimulus.
Pulpitis irreversible dapat terjadi pada karies media, hal ini terjadi karenya adanya stimulus yang
dihantarkan oleh tubuli dentin kepada pulpa. Namun pada pemeriksaan karies media tidak diperlukan tes miller,
kecuali pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa.
Berikut merupakan gambaran penampang gigi sehat, gigi saat terjadi karies media (pada scenario), serta
bentuk cavity entrance dari arah oklusal, proksimal dan bukal.
5
KESIMPULAN
1. Perawatan saluran akar adalah usaha untuk menyelamatkan gigi dari tindakan pencabutan dan melakukan
perawatan dengan mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi.
2. Perawatan saluran akar terdiri dari beberapa tahapan yaitu, anastesi atau devitalisasi, asepsis, pembentukan
cavity entrance, mencari orifice, ekstirpasi, menghitung panjang kerja, kemudian preparasi saluran akar
sesuai panjang kerja gigi.
3. Pembentukan cavity entrance bertujuan untuk membentuk jalan masuk dari oklusal menuju saluran akar,
menghindari pembuangan jaringan sehat secara berlebihan, membuka atap ruang pulpa, dan memudahkan
alat preparasi masuk ke dalam saluran akar.
4. Bentuk cavity entrance pada gigi 36 adalah triangular dengan alas sejajar dengan bukal, dapat juga
berbentuk rhomboid ataupun persegi panjang sesuai dengan banyaknya saluran akar pada gigi.
5. Prinsip preparasi saluran akar meurut ingle adalah convenience form, resistance form, retention form,
extention, toilet of cavity serta outline form.
6
DAFTAR PUSTAKA
Bence R. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Handbook of Clinical Endodontics, CV. Mosby Company.
Alih Bahasa : Sundoro EH, 1990
Edwina A.M. Kidd, Sally Joyston – Bechal.1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. EGC :
Jakarta.
Louis I Grossman,dkk. 199. Ilmu Endodontik dalam Praktek. EGC:Jakarta
Paquette,O.E, Segall, R.O, dan Rio, ac.ae. Modified film holder for endodontics. J.Endod, 5 :158,1979.
7