Post on 24-Oct-2015
9
II. IKAN
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi,
ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan ikan di
dalam dunia hewan
3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan
4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan
B. Pengertian Iktiologi
Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya
merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti
suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan.
Perkataan “iktiologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia.
Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian,
ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari
ikan dan dengan segala aspek kehidupannya.
Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni
1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan
termasuk biota perairan lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I
Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4 undang-undang ini tercantum
pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama
seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang ditetapkan
pada tanggal 29 Oktober 2009.
Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas,
yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga
karang (filum Coelenterata), siput, kerang, dan cumi-cumi (filum Moluska),
bulubabi, bintang laut, dan teripang (filum Echinodermata), udang, kepiting, dan
10
rajungan (filum Crustacea), bahkan penyu (kelas Reptilia), duyung dan paus
(kelas Mamalia). Istilah ini sering dikenal sebagai “ikan menurut undang-undang”.
Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin
(poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan
badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan
menggunakan insang. Istilah untuk arti yang kedua ini dikenal sebagai “ikan
secara taksonomi”.
Kata “sistematika” berasal dari bahasa Latin, yaitu systema. Kata systema
biasa digunakan sebagai suatu cara atau sistem untuk mengelompokkan
tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus
pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773.
Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah “taksonomi” yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum.
Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan sebagai
teori mengklasifikasikan tumbuhan.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, maka sistematika
atau taksonomi adalah ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota. Saat
ini, baik istilah sistematika maupun istilah taksonomi, dipakai saling bergantian
dalam bidang klasifikasi tumbuhan dan hewan. Selanjutnya, iktiologi sistematika
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman
ikan serta segala hubungan di antara mereka.
C. Nomenklatur / Tata-nama
Istilah “nomenklatur” berasal dari bahasa Latin, yaitu nomenklatural, yang
berarti pemberian nama/tata-nama/penamaan. Pada umumnya ada tiga macam
sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu:
1. Valid scientific name atau Scientific name:
adalah nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan
nama yang sah atau diakui.
Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan
disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan.
Contoh:
Scientific name: Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758)
Synonym: Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933
11
Carassius chinensis Gronow, 1854
Carassius discolor Basilewsky, 1855
Scientific name: Sarda sarda (Bloch, 1793)
Synonym: Thynnus brachipterus Cuvier, 1829
Sarda pelamis (Brünnich, 1768)
Scomber palamitus Rafinesque, 1810
2. Standard common name atau Common name:
adalah nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang
atau ikan. Pada setiap negara biasanya memiliki nama-nama umum untuk
sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut.
Namun demikian, nama-nama umum tersebut sering pula berlaku untuk
seluruh dunia, terutama jika mempergunakan bahasa Inggris, Perancis,
Jerman, Jepang, atau Hawaii.
Contoh:
Scientific name: Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)
Common name: Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba,
Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto
Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela).
Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat,
Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada,
Selandia Baru).
Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia).
Scientific name: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758
Common name: Common carp (di Australia, Amerika Serikat,
Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya,
Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka,
Taiwan, Uruguay, Uzbekistan).
Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss).
Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay).
3. Vernacular name atau Local common name:
adalah nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu binatang atau ikan.
Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat
12
bervariasi. Keanekaragaman nama lokal ini tergantung kepada banyak
tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut.
Contoh:
Nama umum (Indonesia): ikan mas, karper
Nama lokal: masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai
lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh
(Padang).
Nama umum (Indonesia): betok
Nama lokal: betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu
(Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyu-
puyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale
oseng (Bugis).
Sistim penamaan modern telah dirintis oleh Carolus Linnaeus (1707-1778),
dalam karyanya Systema Naturae (edisi sepuluh, 1758). Penamaan ini
menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata
pertama ditujukan untuk nama genus (jamaknya: genera) yang maksudnya untuk
menunjukkan sifat umum dari binatang tersebut. Kata ini selalu diawali dengan
huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: Atropus, Barbonymus, Channa. Kata
kedua ditujukan untuk nama spesies (jamaknya: spesies) yang menunjukkan sifat
khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata.
Dalam perkembangan nomenklatur selanjutnya, sistim binomial mungkin
saja berkembang menjadi sistim trinial atau sistim penamaan dengan memakai
tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena
dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies.
Misalnya: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 dan Auxis thazard thazard
(Lacepede, 1800).
Biasanya di belakang nama ilmiah dari sesuatu ikan, dicantumkan pula
nama penemunya. Nama tersebut dikenal sebagai authority name atau descriptor
name. Nama author bukanlah merupakan suatu hadiah, melainkan nama orang
yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat
deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama author tersebut tidak
disingkat, tetapi ditulis secara lengkap, kecuali bagi nama author yang sudah
13
terkenal atau mempunyai ketentuan lain untuk mempermudah penulisan saja.
Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal
dari nama Linnaeus; serta Ctenopharyngodon idellus (C.V.) yang merupakan
singkatan dari Cuvier dan Valenciennes.
Apabila suatu spesies dipindahkan ke dalam suatu genus yang berbeda
dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli
ditulis dalam kurung. Misalnya: Cheilopogon katoptron (Bleeker), Clarias
batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang
menerangkan satu spesies baru, kemudian menghubungkan pada genus yang
salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera,
sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi
diberi tanda kurung ( ).
Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah
itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali
dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu spesies ikan terbang adalah
Cypselurus poecilopterus (Valenciennes, 1846). Jika sebuah ikan memiliki nama
ilmiah yang sama tetapi berbeda nama author, maka nama author yang
mendeskripsikan lebih awal dinyatakan sebagai nama ilmiah (valid scientific
name) sedangkan deskripsi yang belakangan dianggap sebagai synonym (nama
persamaan). Sebagai contoh, nama ilmiah ikan kiper yang sah adalah
Scatophagus multifasciatus Richardson, 1844, dan nama persamaannya adalah
Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855.
Pada bagian belakang dari nama genus atau genera, sering pula ditrulis
suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan “sp.” artinya jika satu jenis ikan
belum diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Arti
“spp.” adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi
nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap.
Seringkali ditemukan pustaka yang mencantumkan nama ikan dan diikuti dengan
tulisan “n.gen.” dan “n.sp.”, yang merupakan singkatan dari “new genus” dan “new
species”. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk spesies dan genus
yang baru. Sebagai contoh misalnya ikan Celestichthys margaritatus n.gen., n.sp.
yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).
14
D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan
Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas,
dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan
atas dua subkingdom, yaitu Protozoa (unicellulair animals) dan Metazoa
(multicellulair animals atau tissue animals).
Subkingdom Metazoa terdiri atas 21 fila, satu di antaranya adalah filum
Chordata. Ciri khas filum Chordata antara lain mempunyai chorda dorsalis atau
batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi
lima subfila, yaitu:
Grup A. Acrania
Subfilum: Hemichordata
Subfilum: Urochordata (Tunicata)
Kelas: Larvacea / Appendicularia
Kelas: Ascidiacea
Kelas: Thaliacea
Subfilum: Cephalochordata
Grup B. Craniata atau Vertebrata
Subfilum: Agnatha (vertebrata tanpa rahang)
Kelas: Ostracodermi (sudah punah)
Kelas: Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina
(Lamprey dan hagfishes)
Subfilum: Gnathostomata (vertebrata yang berahang)
Superkelas: Pisces
Kelas: Placodermi (sudah punah)
Kelas: Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)
Kelas: Osteichthyes (ikan bertulang sejati)
Superkelas: Tetrapoda
Kelas: Amphibia
Kelas: Reptilia
Kelas: Aves
Kelas: Mammalia
Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3
juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500
15
spesies), Placozoa (1 spesies), Cnidaria (10 000 spesies), Ctenophora (100
spesies), Acoela (400 spesies), Platyhelminthes (20 000 spesies), Rotifera (1800
spesies), Ectoprocta (4500 spesies), Brachiopoda (335 spesies), Acanthocephala
(1100 spesies), Cycliophora (1 spesies), Nemertea (900 spesies), Annelida (16
500 spesies), Moluska (93 000 spesies), Loricifera (10 spesies), Priapula (16
spesies), Onychophora (110 spesies), Tardigrada (800 spesies), Nematoda (25
000 spesies), Arthropoda (1 000 000 spesies), Echinodermata (7000 spesies),
Hemichordata (85 spesies), dan Chordata (52 000 spesies), Secara filogeni
berdasarkan data molekuler, Recce et al. (2011), membedakan filum Chordata
atas: Cephalochordata (lancelets), Urochordata (tunicata), Myxini (hagfishes),
Petromyzontida (lamprey), Chondrichthyes (ikan bertulang rawan), Actinopterygii
(ikan bersirip sejati), Actinistia (coelacanth), Dipnoi (lungfishes), Amphibia, Reptilia
(termasuk burung), dan Mammalia.
Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven et al. (2011)
dan membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut adalah: Porifera,
Cnidaria, Ctenophora, Acoela, Micrognathozoa, Rotifera, Cycliophora,
Platyhelminthes, Brachiopoda, Bryozoa (Ectoprocta), Annelida, Moluska,
Nemertea, Loricifera, Kinorhyncha, Nematoda, Tardigrada, Arthropoda,
Onychophora, Chaetognatha, Echinodermata, dan Chordata, Di dalam klasifikasi
ini, filum Chordata dibedakan atas tiga subfila, yaitu Urochordata,
Cephalochordata, dan Vertebrata. Selanjutnya, subfilum Vertebrata terdiri atas:
Myxini (hagfishes, 30 spesies), Cephalaspidomorphy (lamprey, 35 spesies),
Chondrichthyes (cartilaginous fishes, 750 spesies), Actinopterygii (ray-finned
fishes, 30 000 spesies), Sarcopterygii (lobe-finned fishes, 8 spesies), Amphibia,
Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.
E. Jumlah Spesies Ikan
Jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan
jumlah spesies hewan vertebrata lainnya. Menurut Lagler et al. (1977), jumlah
spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar 15 000 – 17 000 jenis,
dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler
et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces
20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies
(14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%).
17
Menurut taksiran Nelson (1976), Pisces terbagi atas 46 ordo, 450 famili,
4032 genera, dan 18 818 spesies (6851 di antaranya merupakan spesies air
tawar). Ordo-ordo yang seluruhnya hidup di air tawar, antara lain: Amiiformes,
Ceratodiformes, Cypriniformes, Indostomiformes, Semionotiformes, Lepidosireni-
formes, Osteoglossiformes, Percopsiformes, Polypteryformes, dan Mormyri-
formes. Jumlah spesies ikan tersebut meningkat terus seiring dengan
pertambahan waktu, yaitu menjadi 21 723 spesies dalam 445 famili (Nelson,
1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir
(Nelson, 2006) menunjukkan saat ini terdapat 27 977 spesies yang termasuk
dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah
diketahui saat ini adalah 54 771 spesies dan jumlah spesies ikan yang
dikemukakan oleh Nelson (2006) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah spesies
gabungan Vertebrata lainnya (Tetrapoda), yaitu 27 977 spesies berbanding 26
734 spesies.
Tabel 3. Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan genera (Nelson, 2006)
No. Ordo Famili Genera Spesies Spesies air tawar
1 Acipenseriformes 2 6 27 14 2 Albuliformes 3 8 30 0 3 Amiiformes 1 1 1 1 4 Anguilliformes 15 141 791 6 5 Argentiniformes 6 57 202 0
6 Ateleopodiformes 1 4 12 0 7 Atheriniformes 6 48 312 210 8 Aulopiformes 15 44 236 0 9 Batrachoidiformes 1 22 78 6 10 Beloniformes 5 36 227 98 11 Beryciformes 7 29 144 0 12 Carcharhiniformes 8 49 224 1
13 Ceratodontiformes 3 3 6 6 14 Characiformes 18 270 1674 1674 15 Chimaeriformes 3 6 33 0 16 Clupeiformes 5 84 364 79 17 Coelacanthiformes 1 1 2 0 18 Cypriniformes 6 321 3268 3268
19 Cyprinodontiformes 10 109 1013 996 20 Echinorhiniformes 1 1 2 0 21 Elopiformes 2 2 8 0
18
Tabel 3. Lanjutan
No. Ordo Famili Genera Spesies Spesies air tawar
22 Esociformes 2 4 10 10 23 Gadiformes 9 75 555 1 24 Gasterosteiformes 11 71 278 21 25 Gonorynchiformes 4 7 37 31 26 Gymnotiformes 5 30 134 134 27 Heterodontiformes 1 1 8 0 28 Hexanchiformes 2 4 5 0 29 Hiodontiformes 1 1 2 2 30 Lamniformes 7 10 15 0 31 Lampriformes 7 12 21 0 32 Lepisosteiformes 1 2 7 6 33 Lophiiformes 18 66 313 0 34 Mugiliformes 1 17 72 1 35 Myctophiformes 2 35 246 0 36 Myliobatiformes 10 27 183 23 37 Myxiniformes 1 7 70 0 38 Ophidiiformes 5 100 385 5 39 Orectolobiformes 7 14 32 0 40 Osmeriformes 3 22 88 82 41 Osteoglossiformes 4 28 218 218
42 Perciformes 160 1539 10 033 2040 43 Percopsiformes 3 7 9 9 44 Petromyzontiformes 3 10 38 29 45 Pleuronectiformes 14 134 678 10 46 Polymixiiformes 1 1 10 0 47 Polypteriformes 1 2 16 16
48 Pristiformes 1 2 7 0 49 Pristiophoriformes 1 2 5 0 50 Rajiformes 4 32 285 0 51 Saccopharyngiformes 4 5 28 0 52 Salmoniformes 1 11 66 45 53 Scorpaeniformes 26 279 1477 60 54 Siluriformes 35 446 2867 2740
55 Squaliformes 6 24 97 0 56 Squatiniformes 1 1 15 0 57 Stephanoberyciformes 9 28 75 0 58 Stomiiformes 5 53 391 0 59 Synbranchiformes 3 15 99 96 60 Tetraodontiformes 9 101 357 14
61 Torpediniformes 2 11 59 0 62 Zeiformes 6 16 32 0
JUMLAH 515 4494 27 977 11 952
19
Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah
spesies lebih dari 400, dengan jumlah total seluruhnya mencapai 9302 spesies
atau sekitar 33% dari seluruh spesies ikan. Sekitar 66% dari spesies tersebut
(6106 spesies) merupakan spesies air tawar. Kesembilan famili tersebut adalah
Cyprinidae, Gobiidae, Cichlidae, Characidae, Loricariidae, Balitoridae, Serranidae,
Labridae, dan Scorpaenidae. Lebih lanjut pada klasifikasi yang terakhir terdapat
64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies,
dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya
memiliki lebih dari 1000 spesies.
Ikan terkecil yang pernah diketemukan adalah Paedocypris progenetica
Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di
perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan
betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm
(Kottelat et al., 2006). Ikan Photocorynus spiniceps Regan, 1925 merupakan
anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut dalam. Ikan jantan matang
kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang
memiliki panjang tubuh 46 mm (Pietsch, 2005). Ikan Schindleria brevipinguis
Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di
Great Barrier Reef, Australia (Gambar 2). Ikan betina matang kelamin pada
ukuran panjang 7 – 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 – 7 mm.
Spesimen terbesar yang pernah ditemukan memiliki panjang tubuh 8,4 mm
(Watson dan Walker, 2004). Ikan terbesar yang pernah didapatkan adalah ikan
cucut Rhincodon typus Simth, 1828 (whale shark) yang mempunyai ukuran
panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al.,
2011). Ikan bertulang sejati terbesar adalah Mola mola (Linnaeus, 1758) atau
ocean sunfish yang memiliki panjang tubuh 3,3 m dan bobot tubuh 2300 kg
(Summers, 2007).
F. Distribusi Ikan
Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat
dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan
Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi
geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.
20
Gambar 2. Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)
21
1. Distribusi geografis:
adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut
diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada
enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu:
a. Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan
beberapa pulau di Samudera Atlantik.
b. Oriental: meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India,
Srilanka, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan
Filipina.
c. Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah,
Dataran Mexico, dan Hindia Barat.
d. Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara,
Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya.
e. Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico
sampai ke Greenland.
f. Palearctic: meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan sampai ke
Himalaya, Afghanistan, Persia, dan Afrika bagian Utara Gurun
Sahara.
2. Distribusi ekologis:
adalah persebaran spesies hewan yang berhubungan dengan keadan
lingkungan (habitat) di mana mereka berada. Secara ekologis, distribusi
hewan tersebut dapat digolongkan antara lain: habitat air laut, air tawar,
hutan, padang rumput, dan padang pasir. Berkaitan dengan hal ini, ikan
termasuk hewan air, sehingga distribusi ekologisnya terbatas pada air, baik
air tawar maupun air laut.
3. Distribusi geologis:
merupakan distribusi suatu spesies organisme yang berhubungan dengan
waktu atau zaman dan periode umur bumi di mana spesies hewan itu
diketemukan. Pembagian zaman dan periode umur bumi secara geologis
dapat dilihat pada Tabel 4.
23
Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)
Zaman Periode Waktu
(jutaan tahun) 1. Archeozoic - 2. Protezoic -
1500 – 500
3. Paleozoic Cambrian 500 – 450 Ordovician 450 – 360 Silurian 360 – 330 Devonian 330 – 290 Carboniferous 290 – 230 Permian 230 – 200
4. Mesozoic Triassic 200 – 170 Jurassic 170 – 130
Cretaceous 130 – 70 5. Cenozoic Palaeocene 70 – 55
Eocene 55 – 40 Oligocene 40 – 25 Miocene 25 – 10 Pliocene 10 – 1 Pleistocene 1 –
Ikan yang pertama kali hadir di atas permukaan bumi dan diperkirakan
hidup pada zaman Paleozoic periode Ordovician (kira-kira 400 juta tahun yang
lalu) adalah ikan Ostracodermis. Spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat
sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).
G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia
Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan
kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian
Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan
de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919),
daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat)
Paparan Sunda merupakan bagian dari benua Asia pada zaman dahulu
(Gambar 4). Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang terdapat di Pulau
Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, sangat mirip dengan ikan yang berasal
dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.
24
Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
Garis Weber Garis Wallace
25
Ikan air tawar yang terdapat di rawa-rawa, sungai-sungai, dan danau-danau,
di ketiga pulau tersebut, kira-kira sebanyak 500 spesies. Pada umumnya
perairan di ketiga pulau tersebut dihuni oleh jenis-jenis ikan karnivor dan
omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor.
Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais
(Kryptopterus spp.), gabus (Channa spp.), jambal (Wallago spp.), patin
(Pangasius spp.), dan belida (Notopterus spp.). Perairan sungai dataran
rendah antara lain dihuni oleh: nilem (Osteochillus spp.), jelawat
(Leptobarbus spp.), dan hampal (Hampala spp.). Sebaliknya, ikan-ikan
penghuni daerah rawa-rawa antara lain: sepat (Trichogaster spp.), tambakan
(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungai-
sungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m)
antara lain adalah ikan arengan (Labeo spp.) dan ikan sengkaring
(Labeobarbus spp.), namun ikan-ikan ini tidak suka hidup bersama dengan
jenis-jenis ikan lainnya.
2. Ikan-ikan daerah Wallacea
Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies
ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak terdapat ikan-ikan herbivor
dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae), demikian juga ikan-ikan
karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla
spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).
3. Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat)
Spesies ikan belum banyak diketahui karena belum begitu banyak penelitian
yang dilakukan di daerah ini. Spesies ikan yang diketahui di daerah ini
berdasarkan hasil penelitian Hardenberg pada tahun 1950, dan hanya
terbatas pada daerah pesisir Irian Jaya, sebagian besar termasuk dalam
famili Gobiidae dan Siluridae
Walaupun berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas diketahui
bahwa ketiga daerah tersebut masing-masing mempunyai penghuni yang khas,
akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja
26
terjadi. Hal ini terjadi karena adanya campur tangan manusia atau oleh faktor
distribusi lainnya.
H. Sistem Klasifikasi Ikan
Saat ini telah banyak dipublikasikan sistem klasifikasi ikan. Sistem-sistem
klasifikasi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan antara satu dan yang
lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai
kategori, perbedaan perincian di dalam kategori yang sama, perbedaan ciri-ciri
dalam penentuan dasar penamaan, dan perbedaan penggolongan di dalam
kategori (Sjafei et al., 1989).
Setiap sistem klasifikasi ikan yang telah dikemukakan oleh seorang ahli
sistematika biasanya memiliki pengikut. Pengikut-pengikut tersebut tidak saja
berasal dari kawasan yang sama dengan ahli tersebut, tetapi juga berasal dari
kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik,
sistem klasifikasi ikan yang sering digunakan adalah sistem Bleeker yang telah
direvisi oleh Sunier, Weeber dan de Beaufort. Beberapa sistem klasifikasi ikan
yang pernah digunakan antara lain yaitu:
1. Sistem Boulenger, digunakan di Inggris dan bekas jajahannya, selain
penggunaan sistem J. R. Norman.
2. Sistem Schultz, digunakan di Jerman dan bekas jajahannya, selain
penggunaan sistem Bleeker.
3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D.
S. Berg dan sistem Jordan.
4. Sistem Bleeker, digunakan di Belanda, Belgia, Perancis, dan bekas
jajahannya.
5. Sistem Ian S. R. Munro, digunakan di Sri Lanka, merupakan modifikasi
sistem L. S. Berg.
6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand.
7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia.
Perbedaan jumlah hirarki kategori pada beberapa sistem klasifikasi ikan
yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler et al.
(1977), Saanin (1984), dan Sjafei et al. (1989). Berikut ini diberikan sistem
klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti
27
tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem klasifikasi Lagler et al. (1977). Di
dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.
1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi
Kelas Pisces
Subkelas Elasmobranchii
Ordo Hatoidei
Ordo Selachii
Subkelas Chondrostei
Subkelas Dipnoi
Subkelas Teleostei
Ordo Allotriognathi
Ordo Anacanthini
Ordo Apodes
Ordo Berycomorphi
Ordo Blennoidea
Ordo Discocephali
Ordo Gobioidea
Ordo Heteromi
Ordo Heterosomata
Ordo Hypostomides
Ordo Labyrinthici
Ordo Malacopterygii
Ordo Microcyprini
Ordo Myctophoidea
Ordo Ophistomi
Ordo Ostariophysi
Ordo Pediculati
Ordo Percesoces
Ordo Percomorphi
Ordo Plectognathi
Ordo Scleroparei
Ordo Solenichthys
Ordo Synbranchoidea
28
Ordo Sypnentognathi
Ordo Xenopterygii
2. Sistem klasifikasi Lagler et al.
Golongan Agnatha (tidak memiliki rahang bawah)
Kelas Cephalaspidomorphi
Subkelas Cyclostomata
Ordo Myxiniformes
Ordo Petromyzontiformes
Golongan Gnathostomata (memiliki rahang bawah)
Kelas Chondrichthyes
Subkelas Holocephali
Ordo Chimaeriformes
Subkelas Elasmobranchii (Selachii)
Ordo Heterodontiformes
Ordo Hexanchiformes
Ordo Pristiophoriformes
Ordo Rajiformes (Batoidei)
Ordo Squaliformes
Kelas Osteichthyes
Subkelas Crossopterygii
Ordo Coelacanthiformes
Subkelas Dipnoi
Ordo Dipteriformes
Subkelas Actinopterygii
Ordo Acipenceriformes
Ordo Amiiformes
Ordo Anguilliformes
Ordo Beloniformes
Ordo Beryciformes
Ordo Cetomiformes
Ordo Clupeiformes
Ordo Cypriniformes (Ostariophysi)
Ordo Cyprinodontiformes
29
Ordo Dactylopteryformes
Ordo Elopiformes
Ordo Gadiformes (Anacanthini)
Ordo Gasterosteiformes
Ordo Gobiesociformes
Ordo Gonarynchiformes
Ordo Lampridiformes
Ordo Lepisosteiformes
Ordo Lophiiformes
Ordo Mastacembeliformes
Ordo Mugiliformes
Ordo Myctophiformes
Ordo Notacanthiformes (Heteromi)
Ordo Osteoglossiformes
Ordo Pegasiformes
Ordo Perciformes
Ordo Percopsiformes (Salmopercae)
Ordo Pleuronectiformes
Ordo Polypteriformes
Ordo Salmoniformes
Ordo Scorpaeniformes
Ordo Synbranchiformes
Ordo Tetraodontiformes
Ordo Zeiformes
I. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tugas berikut ini.
1. Carilah deskripsi ikan-ikan yang berasal dari perairan Indonesia sepuluh
tahun terakhir ini.
2. Apa sebabnya ikan-ikan yang berada di perairan sebelah timur Indonesia
agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?
30
J. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.
Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus
of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the world’s smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899;
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons,
New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New
York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc.
New York. 601 p. Pietsch, T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: modes of
reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes (Teleostei: Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236;
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Raven, P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. 2011.
Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.
31
Recce, J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.
Roberts, T.R. 2007. The “celestial pearl danio”, a new genus and species of
colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140.
Rohner, C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J.,
2011, How large is the world’s largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran
Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book
Company, Inc., New York. Summers, A., March 2007, No bones about ‘em. Natural History 116(2): 36-37. Watson, W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The world’s smallest vertebrate,
Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142