Post on 26-Jul-2015
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
1
1
KARAKTERISTIK BATUAN VULKANIK DALAM MENGUNGKAP POTENSI SUMBERDAYA AIR DAN KAITANNYA DENGAN ZONA KONSERVASI LINGKUNGAN
DI DAERAH LERENG GUNUNG SALAK BAGIAN TIMUR KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT
Oleh
M. Sapari Dwi Hadian, Undang Mardiana, T. Yan Waliyana , Hendarmawan, Jurusan Geologi Universitas Padjadjaran
Ringkasan
Secara geologi, Gunung Salak termasuk dalam Cekungan Jakarta bagian
Selatan, yang tersusun oleh endapan gunungapi yang terdiri dari material tuff, breksi vulkanik, breksi laharik dan lava. Kegiatan penelitian untuk mengetahui sebaran dan pola pengaliran airtanah baik dangkal ataupun dalam yang merupakan salah satu dasar geometri tempat dan mengalirnya sebagai dasar untuk langkah konservasi airtanah.
Pendekatan survey geolistrik, pengamatan hidrogeologi di lapangan dan kompilasi dengan data pemboran telah menghasilkan sebaran (meski geometri 2 dimensi) akifer baik dangkal maupun dalam. Umumnya, akifer dangkal berkembang ke arah dalam menjadi akifer semi tertekan dan akhirnya tertekan. Pola pengaliran menunjukkan bahwa airtanah di daerah ini merupakan daerah yang masih alami dan berpotensi untuk dikembangkan dan sekaligus untuk dilestarikan.
Dari kedua metoda tersebut diharapkan dapat merekokstruksikan kondisi akifer dan sistemnya melalui survey permukaan dan bawah permukaan. Hasil kombinasi kedua survey tersebut selanjutnya harus digambarkan dalam bentuk peta hidrogeologi (dan peta turunannya), diagram blok yang menggambarkan akifer, dan sistem akifer dalam bentuk dua dimensi. Survey hidrogeologi permukaan lainnya menggunakan metoda geologi. Sementara itu, survey hidrogeologi bawah permukaan menggunakan metoda geolistrik. Kata kunci: Cekungan Jakarta, Pola pengaliran, batuan pembawa air (aquifer) dan airtanah.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
2
2
A CHARAKTERISTIC OF VOLCANIC SUCCESSION IN IDENTYFIND WATER RESOURCES POTENTIAL RELATED
WITH CONCERVATION ZONE ON THE EAST FOOT SLOPES SALAK MOUNTAIN, DISTRICT SUKABUMI,
PROVINCE WEST JAVA
by M. Sapari Dwi Hadian, Undang Mardiana, T. Yan Waliyana , Hendarmawan
Dept. Geology Padjadjaran University Abstract
Geological setting of Salak Mountain belongs to the Southern part of the Jakarta Basin. The area is covered by welled tuff, volcanic brecia, laharic brecia and lava product. Understanding the distribution and groundwater pattern either in the shallow part or the deep part is one of the basic for a geometric model and its groundwater flow in identifying the groundwater conservation.
The result of the aquifer distribution either in the shallow or the deep parts this study is approached by the geoelectrical survey, hydrogeological survey in the field and well data. In general, the shallow aquifer developed to downward becoming semi confined aquifer and confined aquifer.
Both methods are expected to reconstruct the aquifer condition and its system through surface and underground surveys. The combination results of both surveys must be depicted in a form of a hydrogeology map (and its differential map), a block diagram depicting the aquifer, and aquifer system in a form of two dimensions. The other surface hydrogeology surveys use geological method. In contrast, the underground hydrogeology survey use the electrical sounding method.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
3
3
PENDAHULUAN
Air yang kita gunakan sehari-hari telah menjalani siklus meteorik, yaitu
telah melalui proses penguapan (presipitation) dari air laut, danau maupun sungai;
lalu mengalami kondensasi di atmosfer dan kemudian menjadi air hujan yang
turun ke permukaan bumi. Air hujan yang turun ke permukaan bumi tersebut, ada
yang langsung mengalir di permukaan bumi (run off) dan ada yang meresap ke
bawah permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan
bumi tersebut, ada yang mengalir ke sungai, lalu mengalir ke danau dan akhirnya
sampai mengalir kembali ke laut. Sementara itu, air yang meresap ke bawah
permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone)
dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh, adalah air bawah tanah yang terdapat pada
suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan airtanah. Sistem ini
dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik serta struktur
bumi yang membentuk cekungan airtanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan
mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akifer (aquifer).
Sejalan dengan pesatnya perkembangan pembangunan dipelbagai sektor di
Kota-kota besar termasuk kota Tangerang, dapat memicu kebutuhan sumberdaya
alam dan kemungkinan timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan hingga persoalan sosial ekonomi. Salah satu kebutuhan adalah
ketersediaan adanya sumber air sebagai faktor utama untuk berlangsungnya
kegiatan proses produksi, menjadi sangat dominan sehingga diperlukan adanya
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air secara selektif sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas sumberdaya air yang dimiliki.
Daerah Tangerang dan sekitarnya telah banyak diteliti seperti oleh :
Effendi, A.C., etc., 1974; Haryadi, T., dkk., 1996, ;Hadipurwo, S., dan Hadi, S.,
2000 ; Prawoto, N., 2001 untuk penelitian Konservasi Airtanah Daerah Jakarta
dan sekitarnya. Dan Sukardi, P., 1986 ; Murtianto, E., etc., 1994, melakukan
pemetaan hidrogeologi regional. Namun demikian, pada umumnya penelitian
yang sudah dilakukan masih bersifat regional dan untuk kebutuhan suatu
konservasi airtanah yang komprehensif memerlukan suatu kajian yang detil akan
model hidrogeologi (wadah). Oleh karena itu, penelitian identifikasi airtanah pada
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
4
4
akifer tak tertekan (bebas) dan akifer tertekan di Kecamatan Batuceper dan
Kecamatan Benda, Kotamadya Tangerang menjadi sangat penting dan menarik
untuk dilakukan (Gambar 1). Tulisan ini mencoba mengungkap sebaran dan pola
aliran airtanah di kedua Kecamatan tersebut, sehingga diperoleh kejelasan
geometri akifer dan potensinya.
GEOLOGI
Jenis litologi, stratigrafi batuan dan kondisi struktur geologi yang
membentuk daerah kajian dan sekitarnya seperti terlihat pada Gambar 1. Daerah
kajian berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal dengan sebutan
Tangerang High (Suyitno dan Yahya, 1974). Tinggian ini terbentuk oleh batuan
Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat Utara di bagian Barat dengan
cekugan Sunda di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah
permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang berarah Utara-Selatan. Di
bagian Timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang
disebut dengan Jakarta Sub Basin.
Cekungan Jakarta tersebut mempunyai ciri adanya endapan aluvial yang
tebal (Gambar 2), sedang cekungan di Barat Tangerang High memiliki ciri
endapan pantai dan delta. Struktur-struktur tersebut pada saat ini sulit dijumpai di
permukaan karena pada saat ini endapan Kuarter yang berumur lebih muda
telah menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan Kuarter yang menutupi batuan
tersebut berupa batuan Volkanik yang berasal dari G. Gede-Pangrango dan G.
Salak. Hampir seluruh dari daerah kajian ditutupi oleh batuan volkanik yang
berasal dari Gunung Gede - Pangrango dan Gunung Salak serta sebagian kecil
ditutupi oleh endapan aluvial. Deskripsi singkat mengenai satuan batuan dari tua
ke muda yang terdapat di daerah kajian (Tabel 1) adalah sebagai berikut :
a. Satuan Batuan Tuf Banten Atas / Tuf Banten
Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung dan batu pasir tufaan
yang berasal dari letusan Gunung Rawa Danau. Tuf tersebut menunjukkan
keadaan yang lebih asam (pumice) dibandingkan dengan batuan volkanik yang
diendapkan sesudahnya. Pada bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
5
5
perubahan kondisi pengendapan dari di atas permukaan air menjadi di bawah
permukaan air. Satuan ini berumur Plio – Pleistosen atau sekitar dua juta tahun
yang lalu.
b. Endapan Kipas Aluvium Volkanik Muda
Endapan ini terdiri atas material batupasir dan batu lempung tufan,
endapan lahar, dan konglomerat. Ukuran butiran pada endapan kipas aluvial ini
berubah menjadi semakin halus ke arah utara. Satuan ini terbentuk oleh material
endapan volkanik yang berasal dari gunungapi di sebelah selatan Kabupaten
Tangerang seperti Gunung Salak dan Gunung Gede - Pangrango. Batuan ini
diendapkan pada umur Pleistosen (20.000 – dua juta tahun yang lalu). Kipas
aluvial volkanik tersebut terbentuk pada saat gunungapi menghasilkan material
volkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh oleh air,
tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan melalui lembah. Ketika
mencapai tempat yang datar material tersebut akan menyebar dan membentuk
endapan seperti kipas yang disebut dengan kipas aluvial.
c. Endapan Pantai dan Endapan Pematang Pantai
Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran
sungai dan berumur antara 20.000 tahun yang lalu hingga saat ini. Endapan
tersebut tersusun oleh material lempung, pasir halus dan kasar, dan konglomerat
serta mengandung cangkang molusca. Endapan aluvial tersebut dapat membentuk
endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir pantai, dan endapan sungai
dengan bentuk meander atau sungai teranyam.
d. Endapan Aluvium
Endapan ini terdiri atas lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan
bongkah yang berumur Kuarter. Tersebar pada daerah pedataran serta sekitar
aliran sungai.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
6
6
3. Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu pemetaan detil geologi
dan survey muka airtanah dan fisika airtanah, survey geolistrik dan analisis data
hasil pemboran. Pemetaan geologi dilaksanakan dengan sistem trapers kompas
dan pendeskrisian atas batuan yang tersingkap. Inventarisasi batuan-batuan yang
dapat berfungsi sebagai akifer dan lapisan batuan yang bersifat impermeabel atau
tidak meluluskan air. Survey lapangan sekaligus melakukan pengukuran muka
airtanah pada sumur-sumur gali (akifer dangkal) dan sumur-sumur dalam yang
ada. Sebagai tambahan data, pengukuran fisik airtanah berupa suhu, electrical
conducvity dan pH air tanah juga dilakukan.
Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki
kondisi bawah permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat aliran listrik pada
batuan di bawah permukaan bumi. Kurang lebih 200 titik survey geolistrik telah
dilaksanakan.
Kompilasi dan korelasi antara hasil analisis ketiga survey tersebut
dilakukan untuk memperoleh gambaran sebaran dan pola aliran airtanah akifer tak
tertekan dan akifer tertekan. Untuk mempermudah kejelasan hasil analisa, hasil
penelitian ditampilkan dalam bentuk peta.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Survey lapangan
Data survey geolistrik dianalisis dan dilakukan konturing setelah
dikorelasikan dengan data log bor. Adapun karakteristik data pemboran dapat
diuraikan sebagai berikut;
• Sumur bor di lokasi Cengkareng, diperoleh data sebagai berikut :
- Kedalaman sumur bor 200 m.
- Kedalaman muka air tanah 37.75 m.
- Elevasi 7 m.
- Litologi yang terekam, lempung, pasir, pasir kuarsa, pasir tufaan, batu
lempung, breksi, konglomerat, lempung pasiran.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
7
7
- Jenis akifer yang terdapat, akiklud kedalaman 0 – 10.5 m, 16.5 – 25.5 m, 40.5
– 101.5 m, 104.5 – 200 m, dan akifer I kedalaman 10.5 – 16.5, 25.5 – 40.5,
akifer II kedalaman 101.5 – 104.5 m.
• Sumur bor di lokasi stasiun radio Batuceper, diperoleh data sebagai berikut :
- Kedalaman sumur bor 120 m.
- Kedalaman muka air tanah 2 m.
- Elevasi 10.8 m
- Litologi yang terekam, lempung, tufa, pasir, pasir lempungan, dan perselingan
lempung dan pasir.
- Jenis akifer yang terdapat, Akifer I kedalaman 0 – 22.5 dan 25 – 29m, akiklud
kedalaman 22.5 – 25 m, 29 – 32.5 m, 73 – 84.5 m, 93 – 97.5 m, dan akifer II
kedalaman 32.5 – 73, 84.5 – 93 m, 97.5 – 106 m.
Sebagai hasil pengolahan data diperoleh peta sebaran daya hantar listrik untuk
akifer dangkal dan dalam diperoleh seperti pada gambar 3 dan 4. Penelusuran
ketebalan dari akifer dangkal dan akifer dalam pun dilakukan untuk mengetahui
tren sebaran ketebalan masing-masing akifer, seperti ditampilkan pada gambar 5
dan gambar 6.
Muka airtanah di kecamatan ini diperoleh bahwa pada akifer dangkal
(kedalam kurang 50 m) memiliki muka airtanah antara 2 m – 10 m di bawah
permukaan tanah setempat (bmt), sedangkan pada akifer dalam (kedalaman lebih
50 m) diperoleh muka airtanah antara 40 m – 60 m (bmt). Hasil pengukuran muka
air secara rinci ditampilkan dalam bentuk kontur muka airtanah (Gambar 7 dan 8).
4.2 Sebaran akifer
Akifer yang berkembang pada Kecamatan Batuceper adalah litologi
pasir tufaan. Adapun ketebalan dari akifer tersebut beragam, yaitu akifer dangkal
(kedalaman kurang dari 50 m) memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 m dan
akifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m) memiliki ketebalan 4 m – 80 m. Akifer
dangkal (kedalaman kurang 50 m) adalah akifer bebas (tak tertekan) dan pada
tempat yang semakin dalam berubah menjadi akifer semi tertekan. Sedangkan
akifer dalam (kedalaman lebih 50 m) merupakan akifer tertekan yang dibatasi oleh
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
8
8
dua lapisan kedap air (impermeable layer) pada bagian atas dan bawahnya.
Penampang G-H merupakan suatu contoh sebaran vertikal dalam kaitan dengan
sifat dan ketebalan akifer (Gambar 9).
Sementara itu, akifer yang berkembang di Kecamatan Benda pun berupa
litologi pasir tufaan. Adapun ketebalan dari akifer tersebut beragam, yaitu akifer
dangkal (kedalaman kurang dari 50 m) memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 m
dan akifer dalam (kedalaman lebih dari 50 m) memiliki ketebalan 4 m – 80 m.
Akifer dangkal (kedalaman kurang 50 m) adalah akifer bebas (tak tertekan) dan
pada tempat yang semakin dalam berubah menjadi akifer semi tertekan.
Sedangkan akifer dalam (kedalaman lebih 50 m) merupakan akifer tertekan yang
dibatasi oleh dua lapisan kedap air (impermeable layer) pada bagian atas dan
bawahnya.
Sistem airtanah bebas di Kecamatan Benda dijumpai pada kedalaman
antara 2 – 10 meter di bawah permukaan tanah setempat (bmt). Batuan penyusun
akifer berada pada satuan endapan pantai. Akifer tersebut merupakan akifer bebas
dan berubah menjadi semi-tertekan pada tempat yang lebih dalam. Permeabilitas
batuan pada satuan endapan ini sedang dan pada beberapa lokasi mempunyai
permeabilitas tinggi khususnya pada daerah akumulasi endapan sungai dengan
butiran pasir kasar hingga kerakal. Ketinggian muka airtanah bebas antara 2 – 10
m (bmt). Debit aliran pada sumur-sumur gali berkisar antara 0 – 3 liter/detik.
Tipologi akifer yang berkembang pada Kecamatan ini adalah Sistem
Endapan Aluvial Pantai. Batuan penyusun akifer ini umumnya berupa lempung,
pasir dan kerikil hasil dari erosi, dan transportasi dari batuan di bagian hulunya.
Dengan melihat keadaan ini umumnya batuan di endapan aluvial bersifat tidak
kompak sehingga potensi airtanahnya cukup baik.
Morfologi pada endapan aluvial pantai umumnya datar sampai sedikit
bergelombang. Dari segi kuantitas, airtanah pada endapan aluvial pantai dapat
menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada lensa-lensa batupasir lepas.
Namun demikian, dari segi kualitas airtanah pada akifer endapan aluvial
pantai tergolong buruk, ditandai dengan bau, warna kuning, keruh tingginya
kandungan garam, dan kandungan besi serta mangan (Fe dan Mn). Akan tetapi
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
9
9
kualitas airtanah yang baik umumnya dapat di jumpai pada endapan akifer aluvial
pantai berupa akifer tertekan.
Kondisi airtanah endapan aluvial pantai banyak ditentukan kondisi
geologi di hulunya. Endapan aluvial ini dapat menjadi tebal jika cekungan yang
membatasi terus menurun karena beban endapannya, misalnya dibatasi oleh
sesar/patahan turun. Akifer pada sistem ini tersusun oleh endapan pasir halus yang
belum terkompaksi dan setempat terdapat airtanah segar.
4.3 Karakteristik pola pengaliran dan fisik airtanah
Pada peta pola aliran airtanah dangkal nampak bahwa terbentuk depresi
konus airtanah terutama di sekitar kota Tangerang. Beberapa hal mungkin menjadi
penyebab dari kondisi tersebut yaitu akibat perkembangan secara alami geometri
akifer dari endapan delta yang cenderung membentuk lensa-lensa barupasir.
Sementara itu, depresi aliran juga terbentuk pada zona yang hampir sama terjadi
pada peta pola aliran air tanah dalam. Selain kondisi yang sama dengan kondisi
alamiah berupa endapan delta dengan lensa-lensanya, juga interpretasi yang lain
adalah kondisi tersebut mungkin diakibatkan oleh pengambilan air yang melebihi
kapasitas akifer yang ada, mengingat pada lokasi ini perkembangan industri yang
memanfaatkan airtanah begitu besar.
Sebagai tambahan, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diperoleh
bahwa kualitas airtanah daerah kajian berbeda-beda. Hal tersebut terlihat pada
hasil pengukuran sifat fisik dan hasil pengujian kimia airtanah pada sumur pantek
dan sumur bor. nilai daya hantar listrik pada akifer dangkal (kedalaman kurang 50
m) memiliki nilai antara 500 – 6250 µS/cm, dan pada akifer dalam (kedalaman
lebih 50 m) memiliki nilai daya hantar listrik antara 750 – 2600 µS/cm. Besarnya
nilai menunjukkan bahwa kedua kecamatan tersebut merupakan daerah luahan
(zona discharge).
Akifer dalam (kedalam lebih 50 m) yang berkembang pada daerah kajian
adalah akifer produktif dengan aliran melalui ruang antar butir. Akifer dalam yang
merupakan akifer tertekan ini memiliki daerah resapan (rercharge area) di luar
wilayah daerah kajian. Sedangkan, akifer dangkal (kedalaman kurang 50 m) yang
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
10
10
berkembang pada Kecamatan ini adalah akifer produktif dengan aliran melalui
ruang antar butir. Akifer dangkal yang merupakan akifer bebas ini memiliki
daerah resapan (recharge area) di atas akifer itu sendiri. Untuk mendukung
kesinambungan dari akifer ini maka sebaiknya pada daerah kajian terdapat seluas
mungkin lahan hijau. Penutupan lahan dengan beton supaya dibatasi dan sebanyak
mungkin dibuat sumur serta parit resapan.
5. Kesimpulan
Akifer yang berkembang pada Kecamatan Batuceper adalah litologi pasir
tufaan. Sementara itu, akifer yang berkembang di Kecamatan Benda pun berupa
litologi pasir tufaan. Tipologi akifer yang berkembang pada Kecamatan ini adalah
Sistem Endapan Aluvial Pantai. Batuan penyusun akifer ini umumnya berupa
lempung, pasir dan kerikil hasil dari erosi, dan transportasi dari batuan di bagian
hulunya.
Di Kecamatan Batuceper, akifer dangkal (kedalaman kurang dari 50 m)
memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 m dan akifer dalam (kedalaman lebih dari
50 m) memiliki ketebalan 4 m – 80 m. Akifer dangkal umumnya bersifat akifer
bebas (tak tertekan) semakin kerah bawah berubah menjadi akifer semi tertekan.
seluruh akifer dalam (kedalaman lebih 50 m) bersifat akifer tertekan. Sedangkan
di Kecamatan Benda, relatif beragam, yaitu akifer dangkal (kedalaman kurang
dari 50 m) memiliki ketebalan mulai dari 5 m – 25 m dan akifer dalam
(kedalaman lebih dari 50 m) memiliki ketebalan 4 m – 80 m. Akifer dangkal
(kedalaman kurang 50 m) adalah akifer bebas (tak tertekan) dan pada tempat
yang semakin dalam berubah menjadi akifer semi tertekan. Umumnya, akifer
dalam (kedalaman lebih 50 m) merupakan akifer tertekan.
Pola pengaliran airtanah relatif ke arah timur di dua kecamatan tersebut
dan terbentuk depresi konus aliran airtanah terutama di kota Tangerang. Kondisi
demikian menunjukkan dua penyebab yang memungkin yaitu perkembangan
lensa-lensa secara alamiah terbentuk pada daerah tersebut atau pengambilan
airtanah yang berlebih khusus di zona tersebut. Untuk itu, Kawasan depresi
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
11
11
airtanah perlu ditelaah lebih lanjut guna diambil langkah kebijakan terkait dengan
konservasi airtanah di Kota Tangerang.
Daftar Pustaka
Effendi A.C., 1974, Peta Geologi Lembar Bogor Skala 1 : 100.000, Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung
Hadipurwo, S., dan Hadi, S., 2000, Konservasi Airtanah Daerah Jakarta –
Bogor, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung. Haryadi, T., dkk., 1996, Konservasi Airtanah Wilayah Jakarta – Bogor –
Tangerang – Bekasi, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.
IWACO, 1986, Jabotabek Water Resources Management Study, Directorate
General of Water Resources Development, Jakarta. Rusmana, 1991, Peta geologi lembar Serang Skala 1 : 100.000, Pusat
Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung Sukardi, P., 1986, Peta Hidrogeologi Indonesia Skala 1 : 250.000 Lembar
Jakarta, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
12
12
Gambar 1. Peta Geologi daerah Tangerang dan sekitarnya dan lokasi daerah penelitian (.Effendi, 1974)
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
13
13
Gambar 2. Penampang geologi utara-selatan berdasarkan data pemboran di Cekungan Jakarta.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
14
14
Tabel 1. Stratigrafi daerah kajian
BATUAN KUARTER
Aluvial
Aluvial Pantai : lempung, setempat mengandung material organik, mudah digali, pemeabilitas rendah, jenuh air. Aluvial Sungai : lempung, pasir, kerikil, kerakal, dengan komposisi andesitik – basaltik, lepas-lepas, mudah digali, permabilitas tinggi. Aluvial Lembah : lempung tufan, pasir, lepas-lepas, mudah digali/ permeabilitas sedang-tinggi, muka airtanah dangkal.
Endapan pematang pantai
Pasir halus dengan komposisi andesitik, mengandung fragmen cangkang, lepas-lepas, mudah digali, airtanah dangkal, setempat terdapat airtanah segar.
Endapan delta
Pasir dan kerikil berkomposisi andesitik – basaltik, terpilah baik, lepas-lepas di bagian atas, kompak di bagian bawah, mudah digali, permeabilitas tinggi berkurang ke arah bawah, muka airtanah dangkal.
Endapan gunung api muda
Lempung tufan, pasir tufan, konglomerat, endapan lahar, butiran mengkasar ke arah selatan, pelapukan dalam, permeabilitas meningkat ke arah selatan, muka airtanah dalam.
BATUAN TERSIER
Tufa banten atas
Tuf, batuapung, breksi, dan batupasir tufan.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
15
15
Gambar 3. Hasil konturing nilai resistiviti pada akifer dangkal (kedalaman < 50 m)
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
16
16
Gambar 4. Hasil konturing nilai resistiviti pada akifer dalam (kedalaman > 50 m)
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
17
17
Gambar 5. Sebaran ketebalan akifer dangkal di Kecamatan Batuceper dan
Kecamatan Benda, Kota Tangerang
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
18
18
Gambar 6. Sebaran ketebalan akifer dalam di Kecamatan Batuceper dan
Kecamatan Benda, Kota Tangerang
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
19
19
Gambar 7. Peta Pola Aliran airtanah dangkal.
Karakteristik Batuan Vulkanik Dalam Mengungkap Potensi Sumberdaya Air dan Kaitannya Dengan Zona Konservasi Lingkungan Di Daerah Lereng Gunung Salak Bagian Timur Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
20
20
Gambar 8. Peta Pola Aliran airtanah dalam
Identifikasi dan Pemetaan Airtanah Tidak Tertekan dan Tertekan di Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Periuk Kotamadya Tangerang, Propinsi Banten
21
Gambar 9. Salah satu penampang (G_H) hasil korelasi nilai resistivitas batuan dan data pemboran.