Post on 13-Jul-2016
TUGAS 06
POTENSI SUMBER DAYA LAUT INDONESIA
(Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Oseanografi Lingkungan (OS 3106)
Oleh :
Larasati Citra 12913012
I Wayan Gede Adi A 15313002
Dwi Rizki Setyarti 15313092
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 1
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan pencetus konsep
Negara Kepulauan (archipelagic state) atau wawasan Nusantara. Menurut Lubis (2006),
Kepulauan Indonesia merupakan gabungan dari 5 pulau utama dan sekitar 30 kelompok kepulauan,
Lokasi strategis dari kepulauan yang sangat luas ini yaitu diantara lautan pasifik di timur, lautan
Hindia di barat, daratan Asia di Utara dan daratan Australia di selatan, mempengaruhu sirkulasi
global baik atmosfir maupun laut.
Satu dari lima pulau utama Indonesia adalah Pulau Jawa, sebagai Pulau dengan jumlah
penduduk terbesar pulau ini mempunyai karakteristik laut yang berbeda dibanding dengan pulau
yang lain, selain berbatasan langsung dengan samudera Hindia Kondisi Pulau yang memanjang
dari Provinsi Banten sampai dengan Jawa Timur dan membentang di 22 kabupaten, mulai
Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Canjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Kebumen,
Purworejo, Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung,
Blitar, Malang, Lumajang, Jember, hingga Banyuwangi. menambah keunikan dari karakteristik
Oseanografi di pulau Jawa, Pulau Jawa mempunyai sejuta potensi, baik potensi ekologi maupun
Fisika yang dapat menghasilkan Sumber Daya Alam yang tak tergantikan.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai potensi sumber daya laut dan
pesisir di provinsi DIY.
1. Karakteristik Fisik
1.1 Kondisi Gelombang dan Arus
Karakter ombak laut (wave) di pesisir selatan Pulau Jawa, contohnya di Provinsi DIY,
umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar. Ini karena pantai berbatasan langsung dengan laut
lepas. Berdasarkan teori, ada tiga faktor pemicu terjadinya ombak, yaitu arus pasang-surut (swell),
angin pantai (local wind), dan pergeseran (turun-naik) massa batuan di dasar samudera.
Di pantai selatan Provinsi DIY, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal
yang bertiup kencang, khususnya saat musim Barat, akan menimbulkan ombak besar. Jenis ombak
lain yang sangat berbahaya di Pantai Selatan Provinsi DIY adalah gelombang tsunami. Gelombang
ini dipicu oleh pergeseran naik-turunnya massa batuan di dasar samudera. Interaksi antara ketiga
jenis gelombang (swell, gelombang angin lokal, dan tsunami) itu diyakini dapat menghasilkan
gelombang dahsyat yang tiba-tiba datang menyapu pantai.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 2
Bentuk morfologi dasar laut di sejumlah lokasi Pantai Selatan juga sangat memungkinkan
terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai yang sekaligus memicu terjadinya arus seretan.
1.2 Kondisi Pasang Surut
Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari bulan dan matahari yang
terjadi sekitar dua kali perhari. Tanggapan laut terhadap gaya-gaya ini adalah dalam bentuk
gelombang gravitasi permukaan barotropik dengan topografi kemudian dapat membangkitkan
gelombang gravitasi internal baroklinik (bariklinik internal gravity waves), Karena periodenya
relatif lama dibandingkan perioda rotasi, maka gaya coriolis juga berperan, dan pasut merambat
sebagai gelombang Poincare (inertia gravity) dan gelombnag Kelvin (Lubis, 2006).
Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan jawa adalah
bertipe Mixed Semidiurnal, yaitu kondisi pasang surut yang cenderung condong ke arah pasut
ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda.
1.3. Kondisi Kestabilan Pantai
Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh berbagai proses
geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan
proses eksogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar bumi. Proses endogen bermula dari gerak-
gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunungapi; proses tersebut membentuk benua,
lautan, deretan pegunungan, dsb. Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan
atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sedimen, dan sedimentasi di berbagai tempat.
Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara menghasilkan
penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB). Penunjamann dicirikan
oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur busur luar dan jalur volkanik. Pesisir dan
pantai jalur ini umumnya dibentuk oleh perbukitan terjal dengan tebing lereng depan curam tanpa
tutupan tumbuhan. Pantai umumnya menerima langsung hempasan gelombang dan erosi,
sementara teluk terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang rumit dan batas antar litologi. Pasir
pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen sungai. Terumbu karang tumbuh di
perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan pulau-pulau kecil. Ciri morfologi pantai
dan pesisir lainnya sebagai berikut.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 3
• Tebing curam perbukitan pantai
• Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam
• Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang membentuk
bukit pasir (sand dune) dengan selingan rawa.
• Pola aliran sungai hampir tegak lurus pantai dengan gradient tebing curam lambah sungai
Kegempaan kuat dan sering kejadiannya, adakalanya diikuti tsunami
• Penenggelaman bergantian dengan pengangkatan pantai atau terumbu karang mengiringi
proses penunjaman
Curah hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan ini memberikan bentang alam dengan
tebing dan lereng curam.
2. Karakteristik Biologi
2.1 Ekosistem Pesisir
Pesisir di Provinsi DIY dapat dibagi menjadi 3 area, yaitu kulonprogo, bantul, dan
gunung kidul.
Potensi Ekosistem Pesisir Kabupaten Kulonprogo Berdasarkan Karakteristik Spasial
Wilayah pesisir Kabupaten Kulonprogo dari Barat ke Timur terdiri dari Pantai Congot, Glagah,
Bugel, dan Trisik. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Kulonprogo berdasarkan karakteristik
spasial dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem
1 Congot - Muara Sungai Bogowonto
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis
pantai yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
- Gumuk pasir
2 Glagah - Muara Sungai Serang
- Sandy beach (pantai
- Pesisir
- Estuari
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 4
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Gumuk pasir
3 Bugel - Muara Kali Sen/Bugel
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
4 Trisik - Muara Sungai Progo
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
- Gumuk pasir
Kabupaten Bantul terletak di sisi paling selatan dari DIY, berbatasan langsung dengan
Samudera Indonesia. Pantai-pantai yang terkenal di wilayah Kabupaten Bantul antara lain
Pantai Parangtritis, Parangkusuma, Depok, Samas, Kuwaru, Baru, Goa Cemara, dan
Pandansimo. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Bantul berdasarkan karakteristik spasial
sebagai berikut:
No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem
1 Parangtritis - Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir
- Perbukitan
struktural
- Gumuk pasir
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 5
- Pesisir luas
- Bentuk garis pantai cup and
bay
- Sering terjadi RIP Current
- Bagian timur terdapat
cliff
2 Parangkusuma - Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Perbukitan
struktural
- Gumuk pasir
3 Depok - Muara Sungai Opak-
Oyo
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
- Gumuk Pasir
4 Samas - Muara Sungai Opak-
Oyo
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
- Gumuk pasir
5 Kuwaru, Baru, Goa
Cemara
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- pesisir
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 6
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
6 Pandansimo - Muara Sungai Progo
- Sandy beach (pantai
berpasir hitam)
- Lereng pantai landai
- Mempunyai garis pantai
yang panjang
- Pesisir luas
- Pesisir
- Estuari
Pantai karst di wilayah Kabupaten Gunungkidul dari barat ke timur memiliki karakteristik
lingkungan pantai yang berbeda-beda. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Gunungkidul
berdasarkan karakteristik spasial sebagai berikut:
No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem
1 Baron, Krakal,
Kukup
- Coral beach (pantai
berkarang)
- Pantai cliff
- Lereng pantai terjal
- Mempunyai garis pantai
yang pendek
- Pantai berbentuk teluk
- Pesisir
- Karst
2 Ngobaran,
Ngrenehan
- Coral beach (pantai
berkarang)
- Pantai cliff
- Lereng pantai terjal
- Mempunyai garis pantai
yang pendek
- Pantai berbentuk teluk
- Pesisir
- Karst
3 Sundak, Siung,
Wediombo
- Coral beach (pantai
berkarang)
- Pesisir
- Karst
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 7
- Pantai cliff
- Lereng pantai terjal
- Mempunyai garis pantai
yang pendek
- Pantai berbentuk teluk
4 Indrayanti,
Sepanjang,
Watu Kodok
- Coral beach (pantai
berkarang)
- Pantai cliff
- Lereng pantai terjal
- Mempunyai garis pantai
yang pendek
- Pantai berbentuk teluk
- Pesisir
- Karst
(Sumber : Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam Konteks Uuk Diy, Suhadi Purwantara)
Karakteristik biologi lainnya yang dimiliki oleh Laut Selatan Jawa khususnya Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah beragamnya jenis ikan dan terumbu karang. Selain itu, di sekitar
pesisir juga dapat tumbuh Familia tumbuhan seperti Convolvulaceae, Gramineae, Mimosaceae
dan Papilionaceae.
3. Segi Pemerintahan
3.1 Lembaga Pemerintahan tentang Kelautan D.I. Yogyakarta
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Pembentukan dan Organisasi Dinas daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan berada di Jalan Sagan III/4, Terban, Yogyakarta.
Berdasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 66 Tahun 2015,
Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Kelautan Dan Perikanan, bahwa Dinas Kelautan dan
Perikanan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kelautan dan
perikanan, kewenangan dekonsentrasi serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah.
penyusunan program dan pengendalian di bidang kelautan dan perikanan;
perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kelautan dan perikanan;
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 8
pelaksanaan, pengembangan, pengolahan dan pemasaran kelautan dan perikanan, wilayah
pesisir;
pelaksanaan koordinasi perijinan di bidang kelautan dan perikanan;
pengujian dan pengawasan mutu perikanan;
pemberian fasilitasi penyelenggaraan bidang kelautan dan perikanan kabupaten/kota;
pelaksanaan pelayanan umum sesuai kewenangannya;
penyelenggaraan kegiatan kelautan dan perikanan lintas kabupaten/ kota;
pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang kelautan dan perikanan;
pelaksanaan kegiatan ketatausahaan;
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Dalam rangka efektivitas dan efisiensi peran Dinas, struktur organisasi yang ada pada
eselon tiga terdiri dari: Sekretariat, Bidang Perikanan, Bidang Kelautan dan Pesisir, Bidang Bina
Usaha, UPT Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) dan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Sadeng serta Kelompok Jabatan Fungsional. Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 2 kantor unit yaitu UPTD BPTKP dan
PPP. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) adalah unit organisasi di lingkungan Dinas Kelautan
dan Perikanan yang melaksanakan tugas teknis penunjang dan atau tugas teknis operasional.
UPTD BPTKP (Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan) berkedudukan di
Cangkringan, Sleman, sedangkan UPTD PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) berkedudukan di
Sadeng, Girisubo, Gunungkidul.
Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya
pencapaiannya kemudian dijabarkan secara lebih sistematis melalui perumusan strategi dan
kebijakan. Adapun strategi dan kebijakan berdasarkan masing-masing misi adalah sebagai berikut:
1. Strategi dan Kebijakan Misi Pertama (Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautan
dan perikanan)
a. Strategi
Pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan kawasan kelautan dan perikanan;
Penguatan Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, Iptek dan Pemberdayaan Masyarakat;
b. Kebijakan
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 9
Pengembangan perikanan budidaya secara terintegrasi berbasis kawasan;
Optimalisasi produksi dan produktivitas nelayan, sarana dan prasarana perikanan tangkap
secara terpadu dan berkelanjutan;
Percepatan pengembangan infrastruktur untuk mendukung pemberdayaan potensi ekonomi
kawasan pantai selatan:
Pengembangan budaya maritim dan penyiapan Sumber Daya Manusia kelautan yang
berkualitas:
2. Strategi, Arah Kebijakan, Misi Kedua (Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
kelautan dan perikanan)
a. Strategi
Pengembangan ketersediaan ikan, distribusi, akses, mutu keamanan pangan dan
peningkatan usaha serta investasi;
b. Kebijakan
Fasilitasi pengembangan usaha pemasaran dan sarana pemasaran produk perikanan dan
pengembangan budaya makan ikan;
3. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Ketiga (Meningkatkan dan
memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya kelautan perikanan)
a. Strategi
Percepatan rehabilitasi eksositem dan cadangan SDA;
Menciptakan kerjasama yang sinergis dengan instansi terkait;
b. Kebijakan
Perlindungan dan pelestarian sumberdaya kelautan perikanan;
Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan aparat;
Pangkalan TNI AL Yogyakarta atau Lanal Yogyakarta adalah Pangkalan TNI AL Kelas
"Khussus" di bawah Komando Pembinaan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V, Surabaya.
Pangkalan TNI Angkatan Laut Yogyakarta yang sebelumnya bernama Detasemen Angkatan Laut
(Denal) sejak 15 Desember 2007 telah dinaikkan statusnya menjadi Pangkalan TNI Angkatan Laut
(Lanal). Hal ini menjadi momentum dan cermin tentang kejayaan Majapahit dan Sriwijaya yang
mampu menguasai armada laut yang besar dan kuat sampai ke Madagaskar. Pertahanan yang
tangguh dan handal, pada hakikatnya merupakan totalitas dan struktur kekuatan, tingkat
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 10
kemampuan dan konsep gelar pertahanan laut nasional, yang mampu menjamin penegakan dan
hukum di wilayah laut nasional. Kondisi tersebut hanya bisa diwujudkan melalui upaya
pembangunan dan pembinaan kesiapan serta operasional satuan secara terpadu, antara kesiapan
personel dan materiil.
3.2 Keamanan Laut D.I. Yogyakarta
Untuk keamanan laut di D.I. Yogyakarta sendiri cukup berjalan dengan lancar. TNI AL
sebagai penjaga keamanan laut telah melakukan tugasnya dengan baik dalam melakukan beberapa
patroli. Selain itu TNI AL bersama beberapa petugas keamanan daerah laut di D.I. Yogyakarta
juga melakukan patroli laut demi menghindari illegal fishing yang sering terjadi di perairan
Indonesia. Dengan adanya patroli laut ini diharapkan agar Indonesia tidak kecolongan lagi dalam
hal illegal fishing yang dapat merugikan negara. Potensi wilayah laut Indonesia khususnya D.I.
Yogyakarta yang sangat beragam haruslah dijaga agar tetap dapat termanfaatkan dengan efektif
dan efisien.
4. Karakeristik Sosial Ekonomi
Potensi sumber daya kelautan D.I. Yogyakarta sangatlah banyak. Potensi dan pemanfaatan
bidang kelautan dan perikanan terdiri dari perairan umum sebesar 3.133,5 ha (tingkat pemanfaatan
5,20 ha), rambak 650 ha tingkat pemanfaatan 58 ha), sawah tambak 240 ha belum dimanfaatkan),
kolam 4.630,2 ha (tingkat pemanfaatan 915 ha), dan Mina Padi 10.265,6 ha (tingkat pemanfaatan
1,233 ha). Di samping itu, potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam khususnya
perikanan di Selatan Jawa, terdiri dari puluhan ton/tahun tingkat pemanfaatan 45%, mencapai
25.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 18.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 44%, tenggiri 10.000
ton/tahun tingkat pemanfaatannya 11%, dan pelagis kecil 431.000 ton/tahun.
Pemanfaatan potensi perikanan di DIY memang belum optimal. Padahal, sumber daya ini
bisa menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian daerah. Baik perikanan budidaya
maupun perikanan tangkap, tingkat pemanfaatan masih sangat rendah. Menurut data, tingkat
pemanfaatan lahan untuk budidaya ikan di kolam, perairan umum dan sawah, yang masih dapat
ditingkatkan. Tingkat pemanfaatan kolam 75.35 persen dari potensi yang ada, sedangkan untuk
sawah (baik sebagai penyelang, mina padi, maupun palawija) baru 2.58 persen. Untuk sawah
tambak dari potensi 240 hektar baru dimanfaatkan 1.6 persen.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 11
Disisi lain, permintaan produk ikan oleh masyarakat DIY sendiri terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat perekonomiannya. Berdasarkan data
penduduk DIY, konsumsi ikan per kapita per tahun meningkat rata-rata 5.45 persen. Tahun 2006
diperkirakan konsumsi ikan penduduk 11.43 kg/kapita/tahun, sementara targetnya adalah 18
kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tahun 2006, diperlukan 39.63 ton setara ikan
segar. Padahal, produksi ikan hanya 7840.5 ton. Jadi, tingkat pemenuhannya kurang dari
seperempatnya. Secara makro bisa dikatakan bahwa masyarakat Yogyakarta memang jauh dari
tradisi menangkap ikan. Mereka belum pengalaman. Laut bagi mereka adalah dunia yang asing
untuk diarungi. Apalagi perikanan tangkap di laut yang bisa dikatakan masih baru bagi nelayan
Yogyakarta. Total produksi tahun 2000 hanya 1427 ton atau setara dengan Rp 8.1 miliar. Produksi
tersebut turun menjadi 1339.2 ton tahun 2001. Artinya, baru 33.26 persen dimanfaatkan. Potensi
lestari perikanan di Samudera Hindia diperkirakan 4290 ton.
Secara alamiah memang ada yang disebut musim ikan. Ini sangat penting guna menentukan
daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan jenis alat tangkapnya. Jaring insang, misalnya,
umumnya dioperasikan pada radius 5-8 kilometer dari pantai dengan kedalaman lebih kurang 60
meter. Sasaran utama jaring insang adalah ikan-ikan pelagis kecil (layur, tenggiri, tongkol, dan
lemuru). Jaring insang dasar (bottom gillnet) digunakan di daerah penangkapan ikan dasar laut
yang berbatu karang dengan kedalaman lebih kurang 25-60 meter dengan sasaran ikan-ikan
demersal (kakap dan kerapu). Daerah penangkapan jaring krendet adalah pada cekungan batu
karang yang terkena pasang surut laut. Sasaran utama jaring krendet adalah udang karang atau
udang barong. Daerah penangkapan ikan pelagis seperti tuna, tongkol, tenggiri, dan jenis ikan
cucut (hiu, pari) ada di laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Meskipun potensinya besar,
tidak semua nelayan mampu memanfaatkan sumber daya ikan di laut lepas ini karena keterbatasan
peralatan, apalagi nelayan DIY. Hanya nelayan yang menggunakan kapal dengan kekuatan mesin
besar atau lebih dari 25 PK mampu beroperasi hingga laut lepas.
Untuk perikanan budidaya, hambatannya lain lagi. Pertama, usaha perikanan budidaya di
Yogyakarta 80 persen merupakan usaha sampingan. Skala usaha mereka umumnya di bawah 500
meter persegi. Padahal, menurut penelitian, agar bisa untung, minimal perlu 4000 meter persegi.
Kecenderungan yang terjadi justru inefisiensi karena usaha kecil yang hanya sampingan cenderung
dikelola tidak serius. Misalnya memberi makan ikan seadanya dan adopsi teknologinya rendah.
Untuk mengembangkan perikanan budidaya, Koesnan belakangan memberlakukan kawasan
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 12
sentra pengembangan produksi yang betul-betul mempunyai modal potensial dari segi kesediaan
lahan dan masyarakatnya. Terdapat sekitar 16 KSPP (Kawasan Sentra Pengembangan Perikanan)
di DIY yang ditetapkan. Harapannya adalah dengan adanya kawasan itu ada konsentrasi usaha,
pengaturan produksi, pasar, pembinaan teknis, penyediaan sarana produksi, dan pengembangan
kemitraan. Minggir, misalnya, ada KSPP dengan unggulan udang galah, Ngemplak unggulannya
nila. Total ada 5 unggulan yang ditetapkan termasuk lele, gurami, dan ikan hias. Harapan perikanan
DIY berkembang cukup besar. Walau sejarah kebahariannya pendek, kenyataan menunjukkan
mereka yang terjun menjadi nelayan di DIY hampir 70 persen berusia 20-40 tahun dengan tingkat
pendidikan minimal sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Inilah yang akan menjadi kekuatan
ekonomi baru.
5. Ancaman
Ancaman yang mungkin di hadapi pemerintahan DIY dalam mengembangkan potensi
sumber daya laut antara lain :
5.1 Ancaman Dari Segi Hasil Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Secara Keseluruhan beberapa sumber daya alam di wilayah pesisir dan lautan telah
mengalami over exploitasi. Sumberdaya perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 63,49% dari
total potensi lestarinya (MSY, Maximum Suistainable Yield), namun di beberapa kawasan
perairan beberapa stok sumberdaya ikan telah mengalami kondisi tangkap lebih (over fishing).
Jenis stok sumberdaya ikan yang telah mengalami over fishing adalah jenis udang dan ikan karang
konsumsi. Kondisi over fishing ini tidak hanya disebabkan karena tingkat penangkapan yang
melampaui potensi lestari sumberdaya perikanan, tetapi juga disebabkan karena kualitas
lingkungan laut sebagai habitat hidup ikan mengalami penurunan atau kerusakan akibat
pencemaran dan terjadinya degradasi fisik ekosistem perairan sebagai tempat pemijahan, asuhan,
dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut tropis.
Selain itu, beberapa nelayan di sekitar laut di Daerah Istimewa Yogyakarta juga terkadang
tidak dapat menangkap laut per harinya. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang membuat
gelombang besar di Laut Jawa. Dengan demikian maka nelayan di sekitar tempat tersebut tidak
memliki penghasilan dalam hari tersebut.
5.2 Ancaman Dari Segi Kondisi Alam
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 13
Berdasarkan karakteristik fisik poin gelombang dan arus, Laut Selatan Jawa terutama di
Daerah Istimewa Yogyakarta memliki jenis gelombang dan ombak yang besar dan umumnya
berenergi tinggi. Hal ini dikarenakan pantai berbatasan langsung dengan laut lepas.
Di pantai selatan Provinsi DIY, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal
yang bertiup kencang, khususnya saat musim Barat, akan menimbulkan ombak besar. Jenis ombak
lain yang sangat berbahaya di Pantai Selatan Provinsi DIY adalah gelombang tsunami.
Menghadapi ancaman tersebut, perlu dilakukan sosialisasi mitigasi bencana terhadap masyarakat
sekitar.
5.3 Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati Ekosistem Pantai
5.3.1 Terumbu Karang
Ada lima macam gangguan utama yang menyebabkan rusaknya terumbu karang di
50 Indonesia, yaitu:
a. Penangkapan ikan dengan bahan beracun, misalnya sianida disemprotkan ke terumbu
karang membuat ikan-ikan pingsan dan terapung; dapat mematikan terumbu karang.
b. Penangkapan ikan dengan bahan peledak, contohnya peledak rakitan sendiri dilemparkan
ke daerah terumbu karang yang tidak terlalu dalam untuk membunuh ikan; ini juga
mematikan larva, ikan kecil, dan terumbu karang.
c. Penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan serta produksi kapur.
d. Sedimentasi dan polusi sebagai hasil penebangan hutan, erosi, limbah yang tidak ditangani
dengan baik dan buangan industri, juga mematikan terumbu karang.
e. Penangkapan ikan lebih dari potensi lestari yang ada, hal ini tidak secara langsung
mematikan terumbu karang tetapi juga mengurangi keanekaragaman dari ikan karang serta
biota laut lainnya di sekitar karang.
Berdasarkan informasi dari instansi pemerintah seperti Dinas Perikanan, Bagian
Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Bagian Perekonomian
dan Pembangunan, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai cukup baik dalam melakukan
aktivitasnya, dalam arti tidak sampai merusak atau mengancam kelestarian ekosistem
terumbu karang. Dalam kenyataannya, tidak selalu demikian, ada aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat yang mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang. Walaupun
sekarang dampaknya belum terasa, tetapi dalam jangka panjang akan membahayakan
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 14
kelestarian ekosistem terumbu karang. Bahkan ada yang dampaknya mulai terasa yakni
pada kondisi Pantai Baron yang di bibir pantainya sudah tidak dijumpai terumbu karang
lagi, padahal berdasarkan informasi di lapangan dulu di Pantai Baron banyak dijumpai
terumbu karang seperti Pantai Kukup. Apabila hal seperti itu dibiarkan maka di masa-masa
yang akan datang di pantai-pantai lain tidak akan dijumpai keindahan hamparan terumbu
karang seperti sekarang.
Adanya informasi dari beberapa instansi pemerintah yang berbeda dengan
kenyataan di lapangan mernunjukkan bahwa pemerintah kurang jeli menanggapi
permasalahan di lapangan dan kurang melakukan pengawasan di lapangan. Informasi dari
Dinas Pariwisata, Kepala Desa, dan Pengurus POKDARWIS oleh yang mendekati
kenyataan di lapangan. Aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kelestarian ekosistem
terumbu karang masing-masing pantai tidak sama tergantung pada kondisi dan potensi
masing-masing pantai.
Pantai Baron dibanding pantai lainnya merupakan daerah pariwisata paling
berkembang dan paling banyak pengunjungnya sehingga kerusakan lingkungan yang
diakibatkan aktivitas-aktivitas masyarakat lebih besar dibanding pantai lainnya. Hal ini
dapat dilihat pada kondisi Pantai Baron yang sekarang tidak dijumpai lagi keindahan
hamparan terumbu karang. Pantai Kukup dan Pantai Drini apabila dibiarkan seperti Pantai
Baron di masa yang akan datang dikhawatirkan keindahan hamparan terumbu karang akan
lenyap.
Rendahrnya kesadaran masyarakat menyebabkan timbulnya permasalahan, yaitu
kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan khususnya, ekosistem
terumbu karang seperti diuraikan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Hardjasoemantri (1993), yaitu bahwa guna mendayagunakan dan menghasilgunakan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, perlu dipenuhi beberapa
syarat salah satu di antaranya adalah sadar lingkungan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa
kunci berhasilnya program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan
masyarakat. Karena itu, sangat penting unfuk menumbuhkan pengertian, motivasi, dan
penghayatan di kalangan masyarakat untuk berperan serta dalam mengembangkan
lingkungan hidup (Hardjasoemantri, I 993).
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 15
5.3.2 Rusaknya ekosistem Gumuk Pasir
Beberapa pantai sudah memiliki penahan alami dari bahaya abrasi dengan adanya
sand dunes atau sering disebut gumuk pasir, misalnya di sepanjang Pantai Depok hingga
ke Pantai Parang Kusumo. Gumuk pasir merupakan fenomena alam yang langka dan satu-
satunya di Asia Tenggara, berupa gundukan-gundukan pasir yang membentuk bukit-bukit
akibat terbawa oleh hembusan angin. Gumuk pasir ini terjadi karena material vulkanik
Gunung Merapi yang terbawa arus aliran Sungai Progo dan Sungai Opak yang diendapkan
di pantai. Endapan pasir ini terpukul gelombang ke darat dan pada saat air laut surut
endapan pasir tertiup angin kencang dari laut sehingga lama kelamaan terbentuklah bukit
pasir. Proses terbetuknya sand dunes memakan waktu ribuan tahu sampai akhirnya
terbentuk gumuk pasir yang sekarang ini. Bentuk dari gumuk pasir ini bermacam-macam,
ada yang berbentuk melintang (tranverse), sabit (barchans), parabola (parabolic), dan
memanjang (longitudinal dune).
Dulunya masyarakat tidak terlalu memperhatikan gumuk pasir tersebut, namun
lambat laun masyarakat menjadi sadar bahwa gumuk pasir yang ada di sekitar
pemukimannya adalah warisan dunia yang harus dijaga kelestariannya, setidaknya untuk
penahan abrasi pantai. Terlepas dari itu, fenomena gumuk pasir juga sering dijadikan
tempat memotret pre wedding, syuting video klip, tempat penelitian bagi para akademis.
Dibangun pula Museum Geospasial dan laboratorium untuk kegiatan dan rekreasi yang
dilengkapi dengan beberapa instrumen dan pustaka tentang geospasial dan ilmu kebumian.
Para pecinta alam seringkali melakukan petualangannya di area sand dunes tersebut. Selain
beberapa manfaat tersebut, gumuk pasir sering dijadikan tempat latihan manasik haji bagi
calon jamaah haji.
Ancaman Kerusakan Pantai Parangtritis Pasona Pantai Parangtritis dengan gumuk
pasirnya bukan tidak mungkin mengalami kerusakan-kerusakan yang tak disadari oleh
manusia dan bahkan oleh pemerintahpun jika tidak mendapatkan perhatian yang serius.
Ancaman kerusakan itu antara lain :
1) dilihat dari proses terjadinya material pasir itu berasal dari Gunung Merapi yang
dibawa aliran sungai Opak dan sungai Progo, sementara sekarang ini pasir tersebut sudah
dihadang oleh penambang pasir di sepanjang kedua sungai tersebut, sehingga pasokan
pasirnya berkurang atau bahkan “habis” sehingga pembentukan gumuk pasir akan terhenti.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 16
2) Pengambilan atau penambangan pasir pantai untuk keperluan “uruk” pondasi
bangunan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
3) pemukiman atau tempat usaha oleh masyarakat atau pendatang dengan dalih
ekonomi.
4) dimungkinkan adanya rayuan pengusaha yang akan membangun hotel, fasilitas
lain yang menggunakan dalih pengembangan obyek wisata yang muara akhirnya ke
kemakmuran masyarakat.
5) polusi sampah plastik bekas botol minuman, bungkus makanan dan sampah lain
dari para pengunjung obyek wisata. Usaha
Kelestarian ekosistem pantai harus tetap dijaga. Pantai Parangtritis sebagai satu-
satunya pantai dengan keelokan sand dunes haruslah diberi perhatian lebih sebagai salah
satu aset daerah bahkan negara, yang juga sangat berguna untuk penahan abrasi secara
alami. Perlu adanya kerjasama dari masyarakat sekitar, serta pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat untuk bersama-sama melakukan perlindungan terhadap Pantai
Parangtritis ini. Kesimpulan Konservasi lahan pantai sangatlah dibutuhkan, guna
menyeimbangkan populasi manusia yang semakin bertambah, dengan keadaan pantai yang
semakin tidak terawat. disinilah esensi yang mendorong wajibnya dilakukan konservasi
lahan pantai, khususnya di parangteritis melihat keadaan sekarang, dengan semakin
padatnya pengunjung, apa lagi ditambah dibangunya penginapan-penginapan warga,
gubuk-gubuk yang dijadikan obyek mata pencaharian dan sumber penghidupan warga
disekitar areal bibir pantai.
5.3.3 Alih Fungsi Lahan Mangrove
Jenis-Jenis Pengalihfungsian Lahan Hutan Mangrove antara lain :
a. Lahan Pemukiman Konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman di kawasan Desa
Dongko lebih dikarenakan oleh faktor penambahan jumlah penduduk sehingga
meningkatkan kebutuhan penduduk akan lahan semakin meningkat.. Sehingga
menyebabkan pembukaan lahan baru untuk membangun rumah di sekitar kawasan
mangrove. serta memanfaatkan kayu hutan mangrove untuk peralatan rumah dan bahan
bakar kayu arang untuk memasak.
b. Lahan Tambak/Empang Konversi hutan mangrove menjadi tambak/empang di kawasan
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 17
c. Lahan Fasilitas Umum Sama halnya dengan konversi hutan mangrove menjadi lahan
pemukiman, konversi hutan mangrove menjadi fasilitas umum juga dikarenakan oleh
faktor jumlah
5.3.4 Acaman Spesies Penyu
Penyu termasuk ke dalam kelas Reptilia, merupakan binatang yang ada sejak jutaan
tahun yang lalu, seusia dengan Dinosaurus. Kemampuan adaptasi penyu yang tinggi
menyebabkan binatang ini masih bisa kita jumpai sampai saat ini walaupun dalam jumlah
sangat terbatas. Penyu termasuk binatang pengelana, berenang dengan jarak cukup jauh,
untuk jarak 3.000 kilometer ditempuh selama 58 – 73 hari. Kekuatan dan ketangkasan
berenang pada penyu didukung oleh sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung.
Walaupun hidupnya berada di dalam air, penyu sesekali naik ke permukaan air untuk
mengambil nafas, karena alat pernafasannya menggunakan paru-paru. Demikian pula
untuk bertelur, penyu turun ke darat biasanya di daerah pantai, dan menempatkan telurnya
dalam lubang-lubang yang dirasa aman dari ancaman pemangsa.
Semua jenis penyu yang ada di dunia ini termasuk binatang langka yang hampir
punah, sehingga statusnya dilindungi. Banyaknya ancaman pada fase telur, tukik sampai
penyu dewasa menyebabkan keberadaan penyu semakin menyusut. Oleh karenanya, perlu
upaya pelestarian penyu yang lebih intensif agar binatang purba tersebut tidak punah.
6. Indonesian CTI National Plan Of Actions
Di dunia ini terdapat 3 kawasan di katulistiwa yang merupakan pusat kenekaragaman
hayati dunia, yaitu Amazone di Benua Amerika, Congo Basin di Afrika dan Coral Triangle di
Asia Pacific. Amazone dikenal sebagai kawasan pusat keanekaragaman hayati flora, Congo Basin
sebagai pusat kenakaragaman hayati fauna dan Coral Triangle sebagai kawasan pusat
keanekaragaman hayati laut. Coral Triangle merupakan kawasan yang membentang dari ujung
utara Philiphina, pantai Timur Kalimantan sampai pulau Bali dan membentang ke arah paling
timur Solomon Islands sebagai kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut paling tinggi
di dunia. Keanekaragaman hayatinya bahkan disinyalir lebih tinggi dari kawasan terumbu karang
paling terkenal didunia yaitu Great Barrier Reef di Australia.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 18
Kawasan tersebut kemudian dikenal sebagai kawasan Coral Triangle (CT), karena
bentuknya yang hampir menyerupai bentuk segitiga. Penentuan kawasan ini ditetapkan
berdasarkan kriteria penemuan lebih dari 500 jenis karang di dalam wilayah perairannya. CT,
sering juga disebut sebagai “Amazonnya Lautan” merupakan pusat keanekaragaman dan
kelimpahan kehidupan laut di planet bumi. Di beberapa lokasi, CT memiliki lebih dari 600 jenis
karang (lebih dari 75 persen jenis karang yang telah diketahui), 53 persen terumbu karang dunia,
3,000 jenis ikan, dan sebaran hutan bakau terbesar di dunia. Selain itu, CT menyediakan tempat
pemijahan dan perkembangbiakan ikan tuna yang merupakan supplier bahan baku salah satu
industri ikan tuna terbesar di dunia. Sumberdaya hayati CT secara langsung menopang kehidupan
lebih dari 120 juta orang yang tinggal di kawasan ini serta memberikan manfaat bagi jutaan umat
manusia di seluruh penjuru dunia.
Manfaat sumberdaya hayati tersebut bagi umat manusia meliputi: (a) Menopang mata
pencaharian, pendapatan, dan ketahanan pangan – khususnya bagi masyarakat yang tinggal di
sepanjang garis pantai negara-negara Coral Triangle, (b) Nilai ekonomis terumbu karang, bakau
dan eksosistem pesisir lain yang berasosiasi dengannya diperkirakan sebesar US$ 2.3 miliar per
tahun, (c) Lokasi pemijahan dan pengembangbiakan tuna yang menopang multi-milyar industri
perikanan tuna dan menyediakan ikan tuna bagi jutaan konsumer di segala penjuru dunia, (d)
Sumberdaya laut yang sehat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri pariwisata
alam di kawasan CT, (e) Ekosistem terumbu karang dan bakau yang sehat dapat melindungi
masyarakat pesisir dari badai dan tsunami, sehingga mengurangi biaya rekonstruksi di masa yang
akan datang dan kebutuhan bantuan internasional. Sayangnya sumberdaya hayati laut tersebut
berada dalam ancaman dari berbagai faktor seperti penangkapan ikan berlebih (overfishing),
penangkapan ikan secara destruktif, perubahan iklim, dan polusi.
Daerah Istimewa Yogyakarta tidak termasuk dalam wilayah CTI, namun di bawah ini ada
beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mendukung CTI Natioal Plan Of Actions :
Mengurangi penangkapan ikan yang tidak lestari dengan mengatasi pemicu sosial dan
ekonomi yang menyebabkan penangkapan ikan berlebih; menyusun kebijakan dan cara
pengelolaan perikanan yang lestari; mengurangi kelebihan kapasitas penangkapan dan
menghilangkan subsidi yang tidak efisien yang mendorong penangkapan ikan berlebih;
menegakkan peraturan penangkapan ikan; menghentikan penangkapan ikan yang merusak;
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 19
memperbaiki dan memperluas KKP untuk memperbesar manfaat; dan melibatkan pemangku
kepentingan dalam perngelolaan sumberdaya.
Mengelola pembangunan pesisir dengan membuat perencanaan kawasan pesisir dan
melaksanakannya untuk mendorong pembangunan lahan yang baik; melindungi vegetasi
pesisir; melakukan tindakan pengendalian erosi selama pembangunan; memperbaiki
pengolahan limbah; menghubungkan kawasan laut dan darat yang dilindungi; dan
mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan.
Mengurangi pencemaran yang berasal dari DAS dengan mengurangi terbawanya endapan dan
unsur hara ke dalam perairan pesisir melalui perbaikan cara pertanian, peternakan, dan
pertambangan; memperkecil limpasan dari industri dan kota; dan melindungi dan
memulihkan vegetasi tepi sungai (tumbuhan di sepanjang sungai dan anak sungai).
Mengurangi pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut dengan mengurangi buangan
limbah kapal di laut; memperketat peraturan terkait pembuangan air balas dari kapal;
menetapkan alur pelayaran dan kawasan berperahu yang aman; mengelola kegiatan
pertambangan minyak dan gas lepas pantai; dan menggunakan KKP untuk melindungi
terumbu karang dan perairan sekitarnya.
Meningkatkan keuletan terumbu karang setempat. Banyak bukti semakin menunjukkan
bahwa dengan mengurangi ancaman setempat (termasuk penangkapan ikan berlebih dan
pencemaran yang berasal dari daratan), terumbu karang memungkinkan dapat pulih lebih
cepat dari pemutihan karang. Perencanaan strategis untuk meningkatkan keuletan terumbu
karang setempat perlu diarahkan pada tempat yang genting, misalnya daerah pemijahan ikan
dan daerah terumbu karang yang lebih tahan secara alami terhadap pemutihan. Jaringan KKP
perlu memasukkan berbagai bagian dari sistem terumbu karang untuk membantu keterkaitan
reproduksi dan pertumbuhan kembali terumbu karang pada masa depan.209 Upaya tersebut
mungkin merupakan kesempatan untuk “memberi waktu” bagi terumbu karang sampai
buangan gas rumah kaca dunia dapat dikendalikan.
Membangun upaya pengelolaan terpadu di setiap ekosistem. Kesepakatan yang melibatkan
sektor dan masyarakat yang terkena dampak lebih mungkin untuk menghindari berulangnya
upaya dan kemungkinan benturan, serta memperbesar kemungkinan manfaat. Kesepakatan
ini juga perlu mempertimbangkan hubungan ekologis yang ada antar batas kewenangan.
Dalam hal terumbu karang, pendekatan yang cocok meliputi pengelolaan pesisir, pewilayahan
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 20
laut, dan pengelolaan DAS secara terpadu. Sebagai tambahan, pengembangan dan
pelaksanaan KKP dan jaringan KKP yang ulet terhadap perubahan iklim yang dirancang
untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mendukung perikanan yang lestari sangat
penting bagi upaya tesebut.
7. Simpulan dan Saran
Berdasarkan karakteristik fisik dan biologi serta kondisi pemerintahan dan ancaman yang
mungkin dihadapi, Laut Selatan khusunya yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Potensi tersebut antara lain :
1. Potensi Pantai di Kabupaten Kulonprogo dimanfaatkan sebagai destinasi wisata lokal/regional
dan nasional serta perikanan tangkap bagi masyarakat sekitar.
2. Potensi Pantai di Kabupaten Bantul dimanfaatkan sebagai destinasi wisata
nasional dan internasional yang dikelola oleh dinas terkait.
3. Potensi Pantai karst di Kabupaten Gunungkidul dimanfaatkan untuk bidang
perikanan tangkap, budidaya rumput laut, destinasi wisata nasional, dan
dijadikan cagar.
Untuk memaksimalkan potensi tersebut perlu dilakukan minimalisasi terhadap ancaman-
ancaman yang memungkinkan ada dengan cara sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana,
peraturan daerah dan penerapannya yang tegas tentang perairan dan keanekaragaman hayati yang
ada didalamnya, serta penerapan teknologi yang ramah lingkungan dalam memaksimalkan hasil
panen nelayan serta mengembangkan budidaya perikanan tambak.
TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 21
DAFTAR PUSTAKA
Bruke, Lauretta, dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga
Terumbu Karang. World Resources Institute
Damanaik, 2006. Potret Kerusakan Lingkungan Pesisir Jawa Damanik Riza dalam
http://Kampanye_Pesisisr_dan_laut/ac
Lubis, Saut Maruli, 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi. ITB : Bandung
Martono, 2006. Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut
dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
Purwantara, Suhadi. 2013. Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah
Istimewa Yogyakarta Dalam Konteks UUK DIY. Universitas Negeri Yogyakarta
http://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/strategiarahan
https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkalan_TNI_AL_Yogyakarta
https://indra90.wordpress.com/2008/03/15/perikanan-di-daerah-istimewa-yogyakarta/
http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-di-yogyakarta/sumber-daya-alam