Post on 25-Apr-2015
description
Oleh : Atep Afia Hidayat – Staf Pengajar Teknik
Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta
Penggunaan plastik untuk kemasan makanan
sudah meluas, bahkan sudah menjangkau desa-
desa terpencil. Bahan tersebut lebih mudah
didapat. Harganya relatif murah dan praktis,
sehingga mampu menyisihkan bahan
pembungkus makanan alami seperti daun
pisang, daun jati dan daun kelapa muda. Namun
ternyata pemakaian plastik yang makin meluas
tidak disertai perhatian terhadap dampak
negatif yang ditimbulkannya. Selain merusak
lingkungan, penggunaan plastik untuk kemasan
makanan berpotensi mengganggu kesehatan
manusia.
Plastik yang digunakan untuk kemasan
makanan digolongkan dalam bentuk monomer,
dimmer dan trimer. Jenis senyawa kimianya
meliputi polystyrene (PS), polyvinyl chloride
(PPC), vinylidene chloride resin (VCR), PVDC,
akrilonitril (ABS), polietilen dan polipropilen.
Ada juga kemasan makanan yang terbuat dari
plastik daur ulang yang sulit diidentifikasi jenis
bahan kimianya. Dari sekian banyak bahan
pembuat plastik, jenis yang kurang berbahaya
ialah polietilen dan polipropilen.
Styrofoam, Karsinogen dan EDC
Jenis kemasan plastik yang cukup popelar ialah
Styrofoam, warnanya putih dan empuk. Saat ini
penggunaannya sangat meluas, terutama untuk
mie instant dan kemasan fast food. Styrofoam
terdiri dari styrene dimmer dan styrene trimer,
mengandung bahan kimia polystyrene. Bahan
tersebut berpotensi membahayakan kesehatan
manusia, antara lain bersifat karsinogen
(menimbulkan kanker) dan dapat menyebabkan
endrocrine disruption.
Endrocrine disruption chemical (EDC)
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada pada system endrokrinologi dan
reproduksi pada manusia, terutama disebabkan
oleh bahan kimia yang bersifat karsinogen
dalam makanan. Selain dari bahan untuk
kemasan makanan seperti Styrofoam dan jenis
plastik lainnya, EDC juga bersumber dari
pestisida (meliputi 66 senyawa seperti DDT,
dioxin, PCBs, endrin, dan sebagainya), kosmetik
(BHA) dan komponen elektronik (PCBs).
Antara senyawa-senyawa dalam kemasan
Styrofoam dengan senyawa-senyawa dalam
makanan terjadi reaksi kimia yang aktif,
terutama jika makanan masih memiliki suhu
tinggi (panas). Hal itu disebabkan lemahnya
ikatan struktur kimia Styrofoam, sehingga
residu monomernya mudah berpindah ke
makanan. Kandungan residu monomer
Styrofoam yang diserap makanan makin tinggi
jika kontak makanan dengan kemasan makin
lama.
Mie instant yang dikemas dalam Styrofoam, bila
secara langsung ditambah air panas, maka
komposisinya selain mengandung karbohidrat,
Bahaya Kemasan Plastik !
protein, lemak dan vitamin, juga akan
mengandung residu monomer. Begitu pula nasi
panas, bubur panas, ayam goring dan kentang
goreng yang ditempatkan pada wadah yang
terbuat dari styrofoam, dengan sendirinya
bahan makanan tersebut akan dilengkapi
dengan residu monomer yang tergolong EDC.
Bagi penyantap makanan dengan kemasan
terbuat dari Styrofoam, kelenjar endrokrinnya
sangat rawan terhadap gangguan. Kelenjar
endrokrin disebut juga kelenjar inkresi atau
kelenjar buntu, merupakan kelenjar yang
menghasilkan lebih dari 20 jenis hormon,
seperti thyroxin, parathormon, insulin,
adrenalin dan somatotrop. Hormon yang
merupakan zat organic dihasilkan oleh tubuh
sendiri, sangat vital dalam memperngaruhi
metabolisme tubuh.
Jika kelenjar endrokin terkontaminasi EDC,
antara lain dapat menyebabkan: 1. Menurunnya
tingkat kesuburan yang ditandai dengan
merosotnya jumlah sperma; 2. Terjadinya
demaskulinisasi dan defeminisasi; 3. System
kekebalan tubuh menjadi lemah; 4.
Menurunnya tingkat kecerdasan (cretinisme
akibat terganggunya fungsi kerja hormon
thyroxin); 5. Menurunnya kandungan air susu
ibu (ASI) dan periode laktasi menjadi pendek; 6.
Gangguan psikologis; 7. Menimbulkan
kekerdilan atau gigantisme akibat hormon
somatotrop yang mengalami hypo atau hyper;
8. Menyebabkan diabetes mellitus (kencing
manis) akibat hormon insulin dalam kondisi
hypo; 9. Dapat menimbulkan kanker payudara,
rahim, prostat dan testis.
Bahan Plastik Lainnya
Makanan yang mengandung lemak tinggi dan
yang bersifat asam sangat mudah bereaksi
dengan plastik yang terbuat dari PVC. Menurut
hasil sebuah penelitian, sekitar 10-40 part per
billion (ppb) monomer vinyl chlorida dapat
diserap makanan dan minuman yang berlemak
dan bersifat asam jika menggunakan kemasan
plastik PVC. Jenis kemasan yang mengandung
PVC seperti plastik yang bening dan kaku,
plastik wrap (sangat tipis biasanya untuk
mengemas sayur dan buah), dan plastik untuk
bungkus permen.
Penggunaan plastik untuk membungkus bakso
atau soto panas perlu diwaspadai, karena jenis
makanan dan minuman panas tersebut dengan
mudah akan melarutkan bahan dan mengadopsi
residu kimianya. Pada konsentrasi yang rendah,
dampak negatif bagi kesehatan hampir tidak
ada, namun jika penggunaannya berulang-
ulang, maka senyawa yang bersifat karsinogenik
dan tergolong EDC akan terakumulasi dan
bersifat reaktif.
Penggunaan alat-alat plastik yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti gelas,
piring, gayung, dan cerek juga perlu diwaspadai.
Apalagi jika alat-alat tersebut menggunakan
plastik daur ulang yang bahanny dapat terlarut
dalam makanan dan air panas.
Penutup
Sebenarnya sampai saat ini belum ditemukan
bagaimana cara mengatasi dampak negatif EDC
terhadap kesehatan manusia. Berbagai
penelitian di Jepang makin mengarah pada
pembuktian, bahwa bahan pengemas
polystyrene seperti Styrofoam cenderung positif
membahayakan kesehatan manusia. Hal itu
diperkirakan akan mengguncang bisnis pangan,
terutama dalam kaitannya dengan penggunaan
kemasan.
Perlu ada langkah preventif untuk mencegah
bahaya penggunaan kemasan plastik yang
makin meluas, tidak cukup hanya dengan
diterbitkannya UU tentang pangan atau UU
tentang Perlindungan Konsumen. Kalangan
produsen bahan pangan dituntut untuk
menggunakan kemasan plastik yang bersifat
food grade (aman atau sesuai untuk makanan).
Sedangkan konsumen dituntut untuk
meningkatkan kewaspadaannya dengan
menerapkan langkah-langkah: 1. Hindari
membungkus makanan dan minuman panas
dengan plastik; 2. Hindari penggunaan alat
makan dan minum yang terbuat dari plastik
untuk makanan dan minuman yang masih
panas; 3. Hindari kontak yang terlalu lama
antara makanan dan minuman berlemak dan
bersifat asam dengan plastik; dan 4. Gunakan
pembungkus alami untuk makanan.
Bagaimanapun menggunakan pembungkus
alami jauh lebih sehat dibandingkan dengan
plastik. Penggunaan daun pisang untuk nasi
timbel misalnya, selain menjadikan aroma nasi
lebih harum, meningkatkan selera makan, juga
mudah terurai menjadi bahan organic tanah,
sehingga berperan terhadap pelestarian
lingkungan. (Atep Afia).
Sumber Gambar:
http://ibrahim-
wahyus.blogspot.com/2010/12/bahaya-
styrofoam-gabus.html
Dimuat di :
http://www.pantonanews.com/berita-119-
bahaya-kemasan-plastik-.html 19 Januari 2011