00-bahaya-kemasan-plastik.pdf

3
Oleh : Atep Afia Hidayat Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta Penggunaan plastik untuk kemasan makanan sudah meluas, bahkan sudah menjangkau desa- desa terpencil. Bahan tersebut lebih mudah didapat. Harganya relatif murah dan praktis, sehingga mampu menyisihkan bahan pembungkus makanan alami seperti daun pisang, daun jati dan daun kelapa muda. Namun ternyata pemakaian plastik yang makin meluas tidak disertai perhatian terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Selain merusak lingkungan, penggunaan plastik untuk kemasan makanan berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Plastik yang digunakan untuk kemasan makanan digolongkan dalam bentuk monomer, dimmer dan trimer. Jenis senyawa kimianya meliputi polystyrene (PS), polyvinyl chloride (PPC), vinylidene chloride resin (VCR), PVDC, akrilonitril (ABS), polietilen dan polipropilen. Ada juga kemasan makanan yang terbuat dari plastik daur ulang yang sulit diidentifikasi jenis bahan kimianya. Dari sekian banyak bahan pembuat plastik, jenis yang kurang berbahaya ialah polietilen dan polipropilen. Styrofoam, Karsinogen dan EDC Jenis kemasan plastik yang cukup popelar ialah Styrofoam, warnanya putih dan empuk. Saat ini penggunaannya sangat meluas, terutama untuk mie instant dan kemasan fast food. Styrofoam terdiri dari styrene dimmer dan styrene trimer, mengandung bahan kimia polystyrene. Bahan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan manusia, antara lain bersifat karsinogen (menimbulkan kanker) dan dapat menyebabkan endrocrine disruption. Endrocrine disruption chemical (EDC) merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada pada system endrokrinologi dan reproduksi pada manusia, terutama disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat karsinogen dalam makanan. Selain dari bahan untuk kemasan makanan seperti Styrofoam dan jenis plastik lainnya, EDC juga bersumber dari pestisida (meliputi 66 senyawa seperti DDT, dioxin, PCBs, endrin, dan sebagainya), kosmetik (BHA) dan komponen elektronik (PCBs). Antara senyawa-senyawa dalam kemasan Styrofoam dengan senyawa-senyawa dalam makanan terjadi reaksi kimia yang aktif, terutama jika makanan masih memiliki suhu tinggi (panas). Hal itu disebabkan lemahnya ikatan struktur kimia Styrofoam, sehingga residu monomernya mudah berpindah ke makanan. Kandungan residu monomer Styrofoam yang diserap makanan makin tinggi jika kontak makanan dengan kemasan makin lama. Mie instant yang dikemas dalam Styrofoam, bila secara langsung ditambah air panas, maka komposisinya selain mengandung karbohidrat, Bahaya Kemasan Plastik !

description

materi plastik

Transcript of 00-bahaya-kemasan-plastik.pdf

Page 1: 00-bahaya-kemasan-plastik.pdf

Oleh : Atep Afia Hidayat – Staf Pengajar Teknik

Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta

Penggunaan plastik untuk kemasan makanan

sudah meluas, bahkan sudah menjangkau desa-

desa terpencil. Bahan tersebut lebih mudah

didapat. Harganya relatif murah dan praktis,

sehingga mampu menyisihkan bahan

pembungkus makanan alami seperti daun

pisang, daun jati dan daun kelapa muda. Namun

ternyata pemakaian plastik yang makin meluas

tidak disertai perhatian terhadap dampak

negatif yang ditimbulkannya. Selain merusak

lingkungan, penggunaan plastik untuk kemasan

makanan berpotensi mengganggu kesehatan

manusia.

Plastik yang digunakan untuk kemasan

makanan digolongkan dalam bentuk monomer,

dimmer dan trimer. Jenis senyawa kimianya

meliputi polystyrene (PS), polyvinyl chloride

(PPC), vinylidene chloride resin (VCR), PVDC,

akrilonitril (ABS), polietilen dan polipropilen.

Ada juga kemasan makanan yang terbuat dari

plastik daur ulang yang sulit diidentifikasi jenis

bahan kimianya. Dari sekian banyak bahan

pembuat plastik, jenis yang kurang berbahaya

ialah polietilen dan polipropilen.

Styrofoam, Karsinogen dan EDC

Jenis kemasan plastik yang cukup popelar ialah

Styrofoam, warnanya putih dan empuk. Saat ini

penggunaannya sangat meluas, terutama untuk

mie instant dan kemasan fast food. Styrofoam

terdiri dari styrene dimmer dan styrene trimer,

mengandung bahan kimia polystyrene. Bahan

tersebut berpotensi membahayakan kesehatan

manusia, antara lain bersifat karsinogen

(menimbulkan kanker) dan dapat menyebabkan

endrocrine disruption.

Endrocrine disruption chemical (EDC)

merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya

gangguan pada pada system endrokrinologi dan

reproduksi pada manusia, terutama disebabkan

oleh bahan kimia yang bersifat karsinogen

dalam makanan. Selain dari bahan untuk

kemasan makanan seperti Styrofoam dan jenis

plastik lainnya, EDC juga bersumber dari

pestisida (meliputi 66 senyawa seperti DDT,

dioxin, PCBs, endrin, dan sebagainya), kosmetik

(BHA) dan komponen elektronik (PCBs).

Antara senyawa-senyawa dalam kemasan

Styrofoam dengan senyawa-senyawa dalam

makanan terjadi reaksi kimia yang aktif,

terutama jika makanan masih memiliki suhu

tinggi (panas). Hal itu disebabkan lemahnya

ikatan struktur kimia Styrofoam, sehingga

residu monomernya mudah berpindah ke

makanan. Kandungan residu monomer

Styrofoam yang diserap makanan makin tinggi

jika kontak makanan dengan kemasan makin

lama.

Mie instant yang dikemas dalam Styrofoam, bila

secara langsung ditambah air panas, maka

komposisinya selain mengandung karbohidrat,

Bahaya Kemasan Plastik !

Page 2: 00-bahaya-kemasan-plastik.pdf

protein, lemak dan vitamin, juga akan

mengandung residu monomer. Begitu pula nasi

panas, bubur panas, ayam goring dan kentang

goreng yang ditempatkan pada wadah yang

terbuat dari styrofoam, dengan sendirinya

bahan makanan tersebut akan dilengkapi

dengan residu monomer yang tergolong EDC.

Bagi penyantap makanan dengan kemasan

terbuat dari Styrofoam, kelenjar endrokrinnya

sangat rawan terhadap gangguan. Kelenjar

endrokrin disebut juga kelenjar inkresi atau

kelenjar buntu, merupakan kelenjar yang

menghasilkan lebih dari 20 jenis hormon,

seperti thyroxin, parathormon, insulin,

adrenalin dan somatotrop. Hormon yang

merupakan zat organic dihasilkan oleh tubuh

sendiri, sangat vital dalam memperngaruhi

metabolisme tubuh.

Jika kelenjar endrokin terkontaminasi EDC,

antara lain dapat menyebabkan: 1. Menurunnya

tingkat kesuburan yang ditandai dengan

merosotnya jumlah sperma; 2. Terjadinya

demaskulinisasi dan defeminisasi; 3. System

kekebalan tubuh menjadi lemah; 4.

Menurunnya tingkat kecerdasan (cretinisme

akibat terganggunya fungsi kerja hormon

thyroxin); 5. Menurunnya kandungan air susu

ibu (ASI) dan periode laktasi menjadi pendek; 6.

Gangguan psikologis; 7. Menimbulkan

kekerdilan atau gigantisme akibat hormon

somatotrop yang mengalami hypo atau hyper;

8. Menyebabkan diabetes mellitus (kencing

manis) akibat hormon insulin dalam kondisi

hypo; 9. Dapat menimbulkan kanker payudara,

rahim, prostat dan testis.

Bahan Plastik Lainnya

Makanan yang mengandung lemak tinggi dan

yang bersifat asam sangat mudah bereaksi

dengan plastik yang terbuat dari PVC. Menurut

hasil sebuah penelitian, sekitar 10-40 part per

billion (ppb) monomer vinyl chlorida dapat

diserap makanan dan minuman yang berlemak

dan bersifat asam jika menggunakan kemasan

plastik PVC. Jenis kemasan yang mengandung

PVC seperti plastik yang bening dan kaku,

plastik wrap (sangat tipis biasanya untuk

mengemas sayur dan buah), dan plastik untuk

bungkus permen.

Penggunaan plastik untuk membungkus bakso

atau soto panas perlu diwaspadai, karena jenis

makanan dan minuman panas tersebut dengan

mudah akan melarutkan bahan dan mengadopsi

residu kimianya. Pada konsentrasi yang rendah,

dampak negatif bagi kesehatan hampir tidak

ada, namun jika penggunaannya berulang-

ulang, maka senyawa yang bersifat karsinogenik

dan tergolong EDC akan terakumulasi dan

bersifat reaktif.

Penggunaan alat-alat plastik yang berhubungan

dengan makanan dan minuman seperti gelas,

piring, gayung, dan cerek juga perlu diwaspadai.

Apalagi jika alat-alat tersebut menggunakan

plastik daur ulang yang bahanny dapat terlarut

dalam makanan dan air panas.

Penutup

Sebenarnya sampai saat ini belum ditemukan

bagaimana cara mengatasi dampak negatif EDC

terhadap kesehatan manusia. Berbagai

penelitian di Jepang makin mengarah pada

pembuktian, bahwa bahan pengemas

polystyrene seperti Styrofoam cenderung positif

membahayakan kesehatan manusia. Hal itu

diperkirakan akan mengguncang bisnis pangan,

Page 3: 00-bahaya-kemasan-plastik.pdf

terutama dalam kaitannya dengan penggunaan

kemasan.

Perlu ada langkah preventif untuk mencegah

bahaya penggunaan kemasan plastik yang

makin meluas, tidak cukup hanya dengan

diterbitkannya UU tentang pangan atau UU

tentang Perlindungan Konsumen. Kalangan

produsen bahan pangan dituntut untuk

menggunakan kemasan plastik yang bersifat

food grade (aman atau sesuai untuk makanan).

Sedangkan konsumen dituntut untuk

meningkatkan kewaspadaannya dengan

menerapkan langkah-langkah: 1. Hindari

membungkus makanan dan minuman panas

dengan plastik; 2. Hindari penggunaan alat

makan dan minum yang terbuat dari plastik

untuk makanan dan minuman yang masih

panas; 3. Hindari kontak yang terlalu lama

antara makanan dan minuman berlemak dan

bersifat asam dengan plastik; dan 4. Gunakan

pembungkus alami untuk makanan.

Bagaimanapun menggunakan pembungkus

alami jauh lebih sehat dibandingkan dengan

plastik. Penggunaan daun pisang untuk nasi

timbel misalnya, selain menjadikan aroma nasi

lebih harum, meningkatkan selera makan, juga

mudah terurai menjadi bahan organic tanah,

sehingga berperan terhadap pelestarian

lingkungan. (Atep Afia).

Sumber Gambar:

http://ibrahim-

wahyus.blogspot.com/2010/12/bahaya-

styrofoam-gabus.html

Dimuat di :

http://www.pantonanews.com/berita-119-

bahaya-kemasan-plastik-.html 19 Januari 2011