Post on 07-Mar-2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 81 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak beketja
Alamat : Kalibendo 01/01 Candi Bandungan, Bandungan, Semarang
Tanggal masuk RS : 21 Maret 2018
No. CM : 0667xx
Anamnesis ( autoanamnesis ) 23 Maret 2018
Keluahan Utama :
Nyeri bokong kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 9 bulan belakangan pasien mengeluh bokong sebelah kanan nya sering nyeri. Nyeri
dirasakan terutama ketika beribadah shalat, dari posisi duduk ke berdiri. Nyeri awalnya ringan
dan masih bisa ditahan oleh pasien. Semakin hari nyeri bokong kanan semakin terasa. Awalnya
tidak mengganggu aktifitas sehari – hari tetapi makin lama makin membatasi pasien dalam
bergerak, terutama dari duduk ke berdiri. Untuk mengurangi nyeri biasanya pasien segera
berbaring dan memijit mijit bokong yang nyeri tersebut. Keluhan nyeri tidak menjalar sampai
kebawah. Kaki pun tidak merasakan kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tidak
berobat ke dokter ataupun ke tukang pijit atas keluhannya ini. Tidak ada keluhan lain yang
menyertai.
Dalam 5 bulan belakangan pasien merasa keluhannya semakin memberat, jika diberikan
skala nyeri 1 – 10, pasien mengatakan tingkat nyerinya adalah 4. Pasien merasa semakin terbatas
dalam melakukan aktifitas sehari – hari dan menjadi lebih sering berbaring. Pasien sempat
berobat ke puskesmas terdekat dan diberikan obat. Keluhan berkurang namun nyeri kembali
timbul dan aktifitas pasien sehari – hari tetap terganggu.
1
Sejak 1 minggu belakangan pasien merasa nyeri bokongnya memberat. Nyeri timbul
dengan perubahan posisi. Ketika tidur pasien selalu harus miring ke kiri. Nyeri dirasakan
menjalar sampai ke kaki bagian bawah. Pasien mengeluh kakinya terasa panas, nyeri dan kebas.
Nyeri tidak menjalar keatas. Pasien mulai tidak bisa berdiri terlalu lama dan harus berpegangan
tembok jika berjalan. Nyeri dirasakan terus menerus, bertambah berat dengan perubahan posisi
seperti posisi miring ke kanan atau ke kiri, atau dari berbaring ke posisi duduk hingga
berbaringpun terasa nyeri. Tetapi nyeri tidak bertambah berat dengan bersin, batuk atau
mengejan. Pasien mengeluhkan aktifitasnya sehari – hari menjadi terbatas. Keluhan tersebut
membaik jika pasien berbaring dan menggosok gosok kakinya dari bokong kebawah yang
biasanya dilakukan pula oleh anaknya kepada pasien. BAK dan BAB baik, namun BAB jarang
karena nafsu makan pasien menurun. Kualitas tidur menurun karena pasien sering merasakan
nyeri terus menerus. Kamudian pada tanggal 21 Maret pasien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat jatuh pada daerah punggung bawah disangkal
Riwayat jatuh pada daerah bokong kanan disangkal
Riwayat sering mengangkat benda berat diakui
Riwayat gangguan ginjal disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa dengan pasien. Disangkal
adanya riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis dan batuk lama.
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien mengakui adanya kebiasaan menunduk atau bungkuk untuk bercocok tanam di
kebun rumahnya sendiri. Sehari hari pasien juga mengurus cucu cucunya seperti menggendong.
Riwayat trauma, stress emosi, keganasan atau tumor disangkal.
Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
2
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal : Nyeri bokong kanan menjalar sampai ke kaki kanan
Sistem integumentum : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Resume :Pasien perempuan berumur 81 tahun datang ke RSUD Ambarawa dengan keluhan nyeri
bokong sebelah kanan sejak 7 hari SMRS. Keluhan ini lebih memberat dari sebelumnya. Nyeri
diarasakan menjalar kebawah hingga ke ujung kaki. Keluhan nyeri punggung bawah sebelah
kanan sudah dirasakan selama 9 bulan, tetapi saat itu hilang timbul dan pasien masih dapat
manahan rasa sakitnya. Pada 3 hari SMRS, nyeri tersebut dirasakan bertambah jika pasien
berubah posisi dan mengganggu aktivitas pasien. Nyeri tidak disertai dengan demam, nyeri
kepala dan badan terasa pegal-pegal. Pasien belum minum obat untuk mengurangi rasa nyeri
tersebut hanya di pijit pijit sendiri. Pasien tidak bekerja dan hanya mengurus cucu dirumah,
namun terkadang pasien mengerjakan lahan kebun milik keluarganya di dekat rumah.
Diskusi I :
Pada kasus ini nyeri bokong kanan menjalar ke bagian kaki kanan. Nyeri bokong kanan sudah
dirasakan pasien sejak 9 bulan SMRS, namun tidak mengganggu aktifitas. Nyeri bokong kanan
baru dirasakan menjalar sampai ke kaki bagian bawah sejak 7 hari SMRS. Nyeri yang dirasakan
pasien atas keluhannya merupakan nyeri akut namun sejak lama sudah timbul gejalanya.
Riwayat BAB dan BAK normal, menandakan keluhan yang dialami tidak mengganggu fungsi
vegetatif pasien. Riwayat trauma disangkal dapat menyingkirkan kemungkinan nyeri pinggang
akibat trauma tulang belakang. Riwayat Gonorhae, kencing berpasir dan batu ginjal disangkal,
menunjukkan bahwa kelainan yang ada saat ini bukan berasal dari oragn genitalia maupun
struktur sekitarnya.
Menurut teori, nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi
atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (International Association for the Study of
Pain, 1994).
3
Jika ditinjau dari sumbernya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik luar, somatik
dalam, dan viseral. Nyeri yang timbul pada pinggang bawah ini dapat dicurigai sebagai nyeri
somatik luar, nyeri somatik dalam dan nyeri viseral. Nyeri somatik luar dapat berasal dari kulit.
Nyeri somatik dalam dapat berasal dari tulang, otot, dan sendi. Kemungkinan terjadinya nyeri
akibat sprain atau strain pada otot juga bisa dicurigai. Sedangkan nyeri viseral berasal dari organ
viseral atau membran yang menutupinya.
Jika ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif, neurogenik, dan
psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya kerusakan pada jaringan somatik atau viseral
sedangan nyeri neurogenik disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf perifer.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
dimana pengukurannya sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Beberapa jenis pengukuran nyeri antara lain:
Skala intensitas nyeri deskriptifSkala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” hingga “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerikSkala penilaian numerik (numerical rating scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Numeric Pain Scale (NPS)
Gambar 2. Numeric Pain Scale (NPS) 10
4
NPS merupakan skala nyeri yang secara umum dapat diterima masyarakat dan
mudah dipahami sehingga banyak digunakan untuk menentukan intensitas nyeri. NPS
ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis karena NPS dilengkapi dengan suatu
skema berbentuk seperti penggaris untuk mempermudah pasien menunjuk angka
yang dimaksudkan. Walaupun bersifat subyektif, namun NPS ini efektif untuk orang
dewasa dengan berbagai derajad disfungsi kognitif, namun tidak dapat diterapkan
pada anak-anak.
o Skor 0 adalah tidak nyeri kepala,
o skor 1-3 adalah nyeri ringan,
o skor 4-6 adalah nyeri sedang,
o serta skor 7-10 adalah nyeri berat.
Skala analog visual
Skala analog visual (visual analogue scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
5
Skala nyeri BourbanisKategori dalam skala nyeri Bourbanis sama dengan kategori VDS, yang memiliki 5 kategori dengan menggunakan skala 0-10. Kriteria nyeri pada skala ini yaitu:
0 : tidak nyeri1-3 : nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik4-6 : nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik7-9 : nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan distraksi
10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu berkomunikasi lagi.
Definisi Low Back Pain (LBP)
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk)
sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah
merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).
Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Menurut David (2008) banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan dalam literatur,
tetapi tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing- masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri pinggang primer, sekunder, referal
dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumber rasa nyeri (viserogenik, neurogenik,
6
vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik), berdasarkan lama penyakitnya (akut, sub akut,
kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non spesifik).
1. Klasifikasi Berdasarkan Sumber Rasa Nyeri
Sementara klasifikasi sumber nyeri pinggang bawah (NPB) menurut Macnab (2007)
dapat dibagi atas beberapa jenis yaitu:
Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada
organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, dan lain-lain.
Neurogenik
Merupakan nyeri yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung
bawah.
Vaskulogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar
punggung bawah.
Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada
struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
psikologis pasien
7
2. Klasifikasi menurut Onset
Akut low back pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh
8
sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor
Setelah mempertimbangkan dari jenis dan sumber nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien dapat
dicurigai nyeri pinggang bawah tipe neurogenik dan spondilogenik. Keluhan seperti nyeri
tertusuk-tusuk dan menjalar hingga ke dubur serta kedua kaki serta keluhan bila berjalan terasa
nyeri, merupakan salah satu karakteristik nyeri neurogenik. Nyeri neurogenik yang dirasakan
pasien bisa berasal dari kelainan struktur tulang belakang atau spondilogenik yang mengiritasi
struktur saraf di belakangnya.
Penyebab Low Back Pain (LBP)
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:
1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978)
kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya low back pain yang disertai dengan scoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra
dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala- gejala berat sepert
club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika
lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan. Beberapa jenis kelainan
tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
9
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009).
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini
berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila
penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:
o Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.
o Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang
menimbulkan skoliosis ringan.
o Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.
o Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina
corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan.
Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah
low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray
dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).
Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke
V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
2. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo,
2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.
10
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan
dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat
memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut
(Idyan, 2008). Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back
pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat
posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.
Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah
punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota
bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
jaringan antara lain:
Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot- ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra
yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia
11
muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang
(Idyan, 2008).
Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,1995
dalam Idyan, 2008).
Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas dua
jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,
disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan
duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch,
2006 dalam Shocker, 2008). Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini
disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
12
Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa
sajja namun dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka
yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan
nyeri pinggang ini semakin lam asemakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
13
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
Faktor Indeks Massa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih
besar.
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun
lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga
riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan
ini.
Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti
duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri.
Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas banyak unit
rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan
yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat
14
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat beban
berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan
posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai
tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan
ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada
tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan
pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut
Red Flags
Pada nyeri punggung bawah perlu diwaspadai adanya Red Flag, yaitu tanda dan gejala yang
menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flags dapat diketahui melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penilaian awal pada penderita nyeri punggung bawah adalah
untuk mengeksklusikan kemungkinan diagnosis banding penyakit yang serius (memerlukan
penanganan segera dan masif) yaitu tumor,infeksi, dan fraktur (Greenberg, 2001). Kondisi yang
merupakan “Red Flag” (bendera merah) dari LBP (Low Back Pain) adalah:
Adanya sindroma kauda equina (terutama retensi urin, gejala dan tanda
neurologis bilateral, saddle anesthesia)
Trauma yang bermakna
Kehilangan berat badan
Riwayat kanker
Demam
Penggunaan obat-obat iv atau paparan HIV
Penggunaan steroid
Umur lebih dari 50 tahun atau kurang dari 20 tahun
Nyeri berat yang tidak hilang saat malam hari
Nyeri bertambah saat berbaring (Greenberg, 2001)
15
Diagnosis
Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke
kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya
perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak
ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh
penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
16
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada
tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Herniasi diskus bisa
membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2- 4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,
dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab
mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan,
karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan
ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-
defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari
dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya
perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut,
yang memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa
yang menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit
metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa
terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti
17
bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih
ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat dengan adanya
depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang menyertai
nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri),
gangguan tidur, menangis spontan dan perasaan depresi secara umum.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh
bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak
untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
o Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
o Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Palpasi :
18
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (stepoff) pada
palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaaan Motorik
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan
abnormalitas motoris. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
o Berjalan dengan menggunakan tumit.
o Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
o Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru
Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf
spinal.
Special Test
o Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapat mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
19
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis/ lumbo-sacralis.
Tes Patrick dan anti-patrick:
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar
kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul,
negative pada ischialgia.
Tes kernig:
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh
mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme involunter otot
semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut dan
timbul nyeri.
Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis.
20
Tes valsava:
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya sama
dengan percobaan Naffziger.
Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat – kuat pada meja
oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi
vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan
hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh
spasme involunter m.psoas.
Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering menyertai
penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa
memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan menggerakkan
paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke
bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan
fleksi columna spinalis lumbalis.
.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian
informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera
kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back pain
dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari
pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak
konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari
pengangkatan beban yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.
21
Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah Kronisitas
Guidelines tatalaksana untuk strata 1 dititikberatkan pada identifikasi faktor risiko ke
arah kronisitas. Pendekatan yang berguna telah dikembangkan di New Zealand. Bertujuan untuk
mengikutsertakan semua pihak (pasien, keluarga, paramedis, dan yang paling penting atasan
pasien). Empat kelompok faktor risiko (flags) untuk kronisitas berikut dengan strategi
penatalaksanaan yang direkomendasikan, termasuk pemakaian kuesioner skrining, struktur
interview yang sesuai dan pedoman manajemen perilaku. Fokusnya hanya pada faktor psikologis
yang mengarah ke kronisitas . Red flags akan mengidentifikasi sejumlah kecil pasien yang
membutuhkan rujukan ke ahli bedah. Begitu pula jika pasien bertendensi untuk bunuh diri, harus
dirujuk ke psikiater secepatnya. Kedua grup pasien ini harus ditatalaksana secara terpisah.
Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam perkembangan kronisitas
adalah psikologikal dibandingkan dengan biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud
adalah distress berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran
aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah. Terhadap pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan rujukan spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain
management programme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan penyakit,
tatalaksana dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa terapi spesifik, penatalaksanaan
multidisiplin, menekankan pada metode aktif daripada pasif, dan self care daripada hanya
menerima terapi.
Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti biasanya.
Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan.
Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika
diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba
22
campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi
hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas sehari-
harinya dalam 4-6 minggu.
Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat penghilang
nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu.
Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.
Diagnosis Sementara :
Diagnosis Klinis : LBP akut on chronic
Diagnosis Topik : Jaringan Peka Nyeri Lumbosacral
Diagnosis Etiologi : LBP spondilogenik dd neurogenik, ischialgia
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 24 Maret 2018, pukul 14.00 WIB di Bangsal Wijaya Kusuma RSUD
Ambarawa.
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CM / GCS: E4V5M6
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Kepala : Dalam batas normal, normocephal
Mata : Dalam batas normal, Refleks .Pupil +/+, diameter 2/2
23
Telinga : Dalam batas normal, tinnitus (-), discharge (-),
Hidung : Dalam batas normal, epistaksis (-), obstruksi (-)
Mulut : Dalam batas normal, ulkus (-), lesi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), vulnus ekskoriatum (-)
Thoraks : Normochest, simetris,
Pulmo : VBS +/+ normal, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : S1-S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, BU (+) normal, supel, nyeri tekan 9 regio (-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)
Urogenital : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
Genitalia : Dalam batas normal, hematuri (-)
Status Psikiatrik
Tingkah laku : Normoaktif
Perasaan hati : Normoritmik
Orientasi : Orientasi orang, waktu, dan tempat baik
Kecerdasan : Dalam batas normal
Daya ingat : Dalam batas normal
Status NeurologisSikap Tubuh : Lurus dan SimetrisGerakan Abnormal : (-)Kepala : NormocephalSaraf otak :
Tabel Pemeriksaan Nervus KranialisNERVUS CRANIALIS Kanan KiriN.I Daya Penghidu Normal/NormalN.II
Daya Penglihatan Normal/NormalPenglihatan Warna Normal/Normal
Lapang Pandang Normal/Normal
24
N.III
Ptosis -/-Gerakan mata ke medial Normal/NormalGerakan mata ke atas Normal/NormalGerakan mata ke bawah Normal/NormalUkuran Pupil + (3 mm) + (3mm)Reflek cahaya Langsung + +Reflek cahaya konsensuil + +
Strabismus divergen -/-
N.IV
Gerakan mata ke lateral bawah +/+Strabismus konvergen -/-Menggigit Normal/Normal
Membuka mulut Normal/Normal
N.V
Sensibilitas muka Normal/NormalReflek kornea + +
Trismus -/-
N.VI
Gerakan mata ke lateral bawah +/+
Strabismus konvergen -/-
N.VII
Kedipan mata Normal/NormalLipatan nasolabial Simetris/simetrisSudut mulut Simetris/simetrisMengerutkan dahi Normal/NormalMenutup mata Normal/NormalMeringis Normal/NormalMenggembungkan pipi Normal/Normal
Daya kecap lidah 2/3 depan Normal/Normal
N.VIII Mendengar suara berbisik +/+Mendengar detik arloji +/+Tes Rinne Tidak dilakukanTes Schawabach Tidak dilakukan
25
Tes Weber Tidak dilakukan
N.IX
Arkus Faring Normal/NormalDaya kecap lidah 1/3 belakang Normal/NormalReflek muntah +Sengau –Tersedak –
N.X
Denyut nadi 80x/mnt regularArkus Faring Simetris/simetrisBersuara Normal/NormalMenelan Normal/Normal
N.XI
Memalingkan kepala Normal/NormalSikap bahu Normal/NormalMengangkat bahu Normal/NormalTrofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi
N.XII
Sikap Lidah Normal/NormalArtikulasi Normal/NormalTremor Lidah -/-Menjulurkan Lidah Normal/NormalTrofi otot lidah Eutrofi/EutrofiFasikulasi Lidah -/-
Ekstremitas
G
B B
K
5 5
Tn
N N
Tr
Eu Eu
B B 4 5 N N Eu Eu
RF
+ +
RP
– –
Cl+ + – – –
Tes Patrick : +/-
Tes Contrapatrick : +/-
Tes Laseque : +/+
26
Tes Sicard : +/+
Tes Bragard : +/+
Tes Valsava : +/+
Tes Door-Bell : +/+
Sensibilitas : Normal
Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal
LABORATORIUM TANGAL 21 Maret 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai RujukanHematologi
Darah RutinHemoglobin 14.7 11.7-15.5 g/dlLeukosit 8.8 3.6-11 ribuEritrosit 5.17 3.8-5.4 jutaHematokrit 44.7 35-47 %Trombosit 242 150-400 ribuMCV 86.4 82-98 fLMCH 28.4 27-34 pgMCHC 32.9 32-37 g/dlRDW 14.1 10-16 %MPV 10.1 7-11 mikro m3
Kimia KlinikGlukosa puasa 117 82-115 mg/dlGlukosa 2 Jam PP 99 < 120 mg/dlUreum 36.7 10-50 mg/dlCreatinin 0,99 0,62-1,1 mg/dlSGOT 23 0-50 U/LSGPT 65 0-50 IU/L
Cholesterol 186
<200 dianjurkan
200-239 resiko sedang
>240 resiko tinggiHDL – Cholesterol 49 31 – 75LDL – Cholesterol 126 <150Trigliserida 155 30 – 150
27
X-Foto LumboSacral AP-Lateral :
Kesan :
Spondilosis Lumbalis Tak tampak kompresi maupun listesis Penyempitan diaspek Posterior diskus intervertebralis L5-S1
DISKUSI II
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil positif pada tes provokasi n. ischiadicus, yaitu
Laseque, Sicard, Bragard, Door-bell. Hasil positif ini menunjukkan adanya perangsangan pada n.
ischiadicus, atau disebut ischialgia. Cara-cara dari pemeriksaan tersebut antara lain:
Test Patrick: tes dengan pasien terlentang, paha dan lututnya tertekuk. Maleolus eksternal bertumpu pada patela kaki yang berlawanan dan lutut ditekan. Produksi rasa sakit menunjukkan radang sendi pinggul.
Laseque: tungkai pasien diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut, positif bila pada sudut <60º terasa sakit menjalar mulai dari bokong hingga ujung kaki (sepanjang n. ischiadicus).
28
Sicard: dilakukan seperti Laseque dengan disertai dorsofleksi ibu jari kaki, positif bila terasa nyeri sepanjang n. ischiadicus.
Bragard: dilakukan seperti Laseque dengan disertai dorsofleksi kaki, positif bila terasa nyeri sepanjang n. ischiadicus.
Valsava: dilakukan saat penderita duduk dan diminta mengejan, positif bila terasa nyeri sepanjang n. ischiadicus.
Door-bell: dilakukan perkusi dengan palu refleks pada daerah lumbal bawah, positif bila terasa nyeri pada paha dan tungkai.
Sebelum dilakukan tes provokasi n. ischiadicus, perlu dilakukan tes penilaian kelainan sendi sakro-iliaka yaitu tes Patrick dan Contra-Patrick. Karena didapatkan hasil positif maka kemungkinan adanya kelainan sendi sakro-iliaka. Pada pasien ini tidak didapatkan keterlibatan gangguan sensorik, sedangkan pada kaki kanan sedikit gangguan motorik. Kekuatan anggota gerak atas masing-masing dinilai 5 dan anggota gerak bawah sebelah kanan 4, sebelah kiri 5. Pemeriksaan sensibilitas masih baik..
Pemeriksaan rontgen pada vertebra lumbo-sakral dapat digunakan untuk menentukan penyebab LBP, dimana dapat menyingkirkan penyebab-penyebab lain selain HNP, namun tidak dapat mendiagnosis HNP itu sendiri. Pada pasien ini didapatkan kesan penyempitan pada diskus intervertebralis L5-S1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri punggung bawah yang menjalar hingga ke Kaki Kanan diakibatkan oleh faktor Neurogenik sehingga menyebabkan nyeri neurogenik. Adanya nyeri dari bokong hingga ke kaki bagian bawah mendukung kemungkinan adanya penekanan saraf ischiadicus. Penyebabnya belum diketahui pasti, salah satunya dapat merupakan HNP.
Diagnosis Akhir
Diagnosis Klinis : LBP akut on chronic
Diagnosis Topik : Radiks Lumbosacral
Diagnosis Etiologik : LBP spondilogenik, ischialgia
A. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi :
a. Infus Asering 20 tpm
b. Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul
c. Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul
29
d. Injeksi Meticobalamin 1 x 1 ampul
e. Peroral Diazepam 2 x 2 mg
f. Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg
2. Non-Farmakologi :
a. Rawat inap
b. Tirah Baring
c. Fisioterapi
B. PLANNING
- Pemasangan korset
C. PROGNOSIS
1. Death : bonam
2. Disease : bonam
3. Disability : dubia ad bonam
DISKUSI III
Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul
Ketorolac merupakan suatu analgesic non-opioid. Mekanisme kerjanya ialah dengan
menghambat pelepasan enzim siklooksigenasi 2 yang nantinya akan menghambat pelepasan
prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi. Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk
inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari.
Injeksi Ranitidin 2×1 amp
Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v.
kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam
lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.
Injeksi Mecobalamin 1×1 amp
Meticobalamin adalah golongan cobalamin, bentuk dari vitamin B12. Pada kasus ini diberikan
meticobalamin sebagai vitamin untuk melindungi saraf dari kerusakan akibat terjadinya
inflamasi di organ viseral sekitar saraf.
Peroral Diazepam 2x2mg
30
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi
neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf pusat.
Diazepam diberikan sebagai muscle relaxant pada kasus ini.
Peroral Fluoxetin 1x 10 mg
Fluoxetin adalah anti depresan dari golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).
Fluoxetin memiliki efek sedatif dan antikolinergik.
FOLLOW UP
23/03/2018 24/03/2018 25/03/2018
S Nyeri di bokong kanan
belum berkurang, BAK dan
BAB lancar, kelemahan
anggota gerak (-), kesemutan
(-), kesulitan untuk tidur
karena nyeri
Nyeri di bokong kanan mulai
berkurang, BAK dan BAB lancar,
kelemahan anggota gerak (-),
kesemutan (-), kesulitan tidur
berkurang
Nyeri di bokong kanan
berkurang, BAK dan BAB
lancar, kelemahan anggota gerak
(-), kesemutan (-),kesulitan tidur
berkurang
O KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 110/70 mmHg
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36,6o C, N: 68x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 110/80 mmHg
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36,6o C, N: 72x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 120/80 mmHg
A Low Back Pain, ischialgia Low Back Pain, ischialgia Low back pain, ischialgia
P Infus Asering 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1
ampul
Injeksi Ranitidine 2 x 1
ampul
Injeksi Meticobalamin 1 x 1
ampul
Peroral Diazepam 2 x 2 mg
Infus Asering 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul
Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul
Injeksi Meticobalamin 1 x 1
ampul
Peroral Diazepam 2 x 2 mg
Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg
Infus Asering 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 ampul
Injeksi Ranitidine 2 x 1 ampul
Injeksi Meticobalamin 1 x 1
ampul
Peroral Diazepam 2 x 2 mg
Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg
31
Peroral Fluoxetin 1 x 10 mg
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751.
2. Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa Indonesia. 1998. hal 505
3. Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization of a lumbar. Volume 38. 2000
4. Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D Medica. 2006. Hal 1-31
5. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
6. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose penyakit. Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.
7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
32
8. S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit FK UI. Hal 18-19
9. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. [online]. [cited Jan 12]. Available from http://www.jamsostek.co.id . Hal 1-15
10. Pfirman CWA, Hodler J, Zanetti M, Boos N. magnetic Resonance Classification of Lumbar Invertebral Disc Degeneration. Spine Journal. 2001. DOI:10.1097/00007632-200109010-00011.
11. Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain : Navigating Evaluation and Treatment Choices. American Family Physician:2008:78(7).
12. The Bone and Joint Decade Task Force on Neck Pain. Neck Pain Evidence Summary.
LAPORAN KASUSDiajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Saraf
LOW BACK PAIN
33