VIGOR DAN VIABILITAS BENIH PARE (Momordica charantia L.)LOKAL LOMBOK SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN
PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGITUMBUHAN I
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamInstitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan MataramUntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
OLEH
MAQITA FIRMANSYAHNIM 11 211 088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM2015
SKRIPSI
VIGOR DAN VIABILITAS BENIH PARE (Momordica charantia L.)LOKAL LOMBOK SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN
PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGITUMBUHAN I
OLEH
MAQITA FIRMANSYAHNIM 11 211 088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM2015
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
..Motivasi, Aksi, Strategi, Pengorbanan..
Persembahan
1. Untuk kedua orangtua saya Bapak Qaimulhaq, S.Pd dan Mama
Mahabbah. Tidak adak kata yang mampu saya sandingkan dengan
apa yang telah bapak dan mama korbankan (Skripsi ini untuk bapak
dan mama)
2. Untuk kakak Wahyu Pratama, semoga ini menjadi motivasi untuk
segera menyelesaikan kuliahnya. Semangat !!!
3. Untuk adik-adik saya, Kholil Muhenda, Intan Suryani, dan Enda
Ayu Madiar, tetap saling semangati dik. Bapak dan mama pasti
bangga ketika melihat kalian semua sukses.
4. Untuk Sahabat “OBUT” (Dwi, Ade, Indro, Hari, Wira, Amri, Rian,
Andri, Eka, Yuli, dst), Semangat sama-sama raih gelar Sarjana-nya.
5. Untuk rumah tua segudang ilmu (Laboratorium Biologi), terimakasih
telah menjadikan saya sebagai mahasiswa yang mampu bersaing
dalam bidang akademik. Tetap eksis dan terus lahirkan Co’Asisten
Biologi yang kompeten dan berintegritas tinggi.
6. Untuk rekan-rekan organisasi HMJP Biologi, BEM FPMIPA, IPMI
Mataram, PSM. Terimakasih untuk pengkaderannya. Paradigma
sekarang yang saya rasakan sekarang berbanding terbalik dengan
semasa saya belum mengenal organisasi.
7. Untuk Profesor-profesor rumah tua Segudang ilmu(Laboratorium
Biologi), Andar, Anggrat, Zulkan, Arief, Wulan, Amel, Miya, Pajri,
Ahmad, Dea, Wenda, Adi, Made, Syintia, Darmi, dan Ivan. Makasih
semangat, saran, dan nasehatnya.
8. Untuk Sahabat D’Konek (Anto, Wulan, Yudha, Riska, Kiki).
Persahabatan akan terus ada sampai kita sukses !!
9. Almamater biru langit IKIP Mataram kebanggaanku.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Vigor dan Viabilitas Benih Pare
(Momordica charantia L) Lokal Lombok sebagai Dasar Penyusunan Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan I”.
skrpisi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana
(S1) Pendidikan Biologi. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat Husnul Jannah, SP.,
M.Si., Selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan, saran, arahan yang diberikan,
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dan Safnowandi, S.Pd., M.Pd.,
Selaku Pembimbing II, yang banyak memberikan saran, arahan, serta bimbingan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D., Selaku Rektor IKIP Mataram.
2. Drs. Sumarjan, M.Si., Selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram.
3. Ismail Efendi, S.Pd., M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Kedua Orang tua (Qaimulhaq, S.Pd., dan Mahabbah) serta keluarga besar
penulis yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik moril maupun
materil dari awal hingga akhir.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
vii
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Mataram, 11 Mei 2015
Maqita Firmansyah
viii
ABSTRAK
VIGOR DAN VIABILITAS BENIH PARE (Momordica charantia L.)LOKAL LOMBOK SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN
PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGITUMBUHAN I
Maqita FirmansyahProgram Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan MataramEmail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana vigor dan viabilitasbenih pare (Momordica charantia L.) lokal lombok serta mengembangkan hasilpenelitian sebagai dasar penyusunan petunjuk praktikum fisiologi tumbuhan I.Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini yakni vigor dan viabilitas,sedangkan variabel terikat yaitu benih pare (Momordica charantia L.) LokalLombok. Produk dalam penelitian ini berupa petunjuk praktikum fisiologitumbuhan I yang dibuat dengan menggunakan pendekatan 4D model (Define,Design, Develop, Disseminate) atau yang dikenal dengan nama pengembanganperangkat model 4-P (Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan,Pendiseminasian). Uji coba produk dilakukan dengan validasi, Validasi dilakukandengan memberikan angket/lembar validasi kepada 2 (dua) validator yangmemiliki keahlian dalam bidang bahan ajar dan materi, serta 1 (satu) validasi ujiketerbacaan oleh mahasiswa. Rancangan yang digunakan dalam penelitian iniyakni Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Fully Randomized Design Penelitianini terdiri dari 3 perlakuan dan 9 ulangan. 3 perlakuan diperoleh dari posisi benihpare (Momordica charantia L.) yakni bagian ujung (P1), bagian tengah (P2), danbagian pangkal (P3) yang masing-masing diulangi sebanyak 9 kali, sehinggadiperoleh 27 petridisch percobaan. Dari hasil penelitian, yakni bagian pangkalpersentase perkecambahan lebih tingi yakni 51,11 % dibandingkan dengan bagianujung dan tengah yakni 26,66% dan 42,22%. Lembar validasi ahli bahan ajarmemiliki rata-rata 3,11 yang berarti bahwa petunjuk praktikum layak digunakantanpa revisi, lembar validasi Ahli Materi memiliki rata-rata 3,38 yang berartipetunjuk praktikum layak digunakan tanpa revisi dan rata-rata nilai untuk ujipersentase keterbacaan yakni 81,25% yang diisi oleh 20 perwakilan mahasiswa.
Kata kunci : vigor dan viabilitas, benih pare, petunjuk praktikum
x
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... ii
HALAMAN LOGO........................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................... x
ABSTRACK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
E. Lingkup Penelitian ........................................................................... 5
F. Definisi Istilah atau Operasional ...................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 9
xii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iv
xiii
A. Landasan Teori ................................................................................ 9
1. Klasifikasi Pare (Momordica charantia L.) ............................... 9
2. Deskripsi Pare (Momoridca charantia L.) ................................. 10
3. Nilai Ekonomi dan Sosial........................................................... 11
4. Vigor........................................................................................... 12
5. Viabilitas .................................................................................... 13
B. Prinsip Penyusunan Bahan Ajar ...................................................... 14
C. Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................... 15
D. Kerangka Berpikir ............................................................................ 16
E. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 20
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 20
C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 21
D. Rancangan Penelitian .............................................................................. 21
E. Populasi dan Sampel ............................................................................... 24
F. Instrumen Penelitian................................................................................ 25
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 26
H. Teknik Analisis Data............................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 29
1. Deskripsi Data................................................................................... 29
B. Taraf Signifikansi.................................................................................... 35
C. Pengembangan Bahan Ajar ..................................................................... 35
xiv
D. Pembahasan............................................................................................. 38
BAB V PENUTUP............................................................................................. 43
A. Simpulan ................................................................................................. 43
B. Saran........................................................................................................ 43
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Momordica charantia L. .............................................................. 9
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 18
Gambar 4.1 Laju Perkecambahan Benih Bagian Ujung (P1) .......................... 31
Gambar 4.2 Laju Perkecambahan Benih Bagian Tengah (P2) ........................ 32
Gambar 4.3 Laju Perkecambahan Benih Bagian Pangkal (P3)........................ 33
Gambar 4.4 Kondisi Benih yang Tidak Berkecambah..................................... 42
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Pare.............................................................. 11
Tabel 3.1 Denah Percobaan.............................................................................. 22
Tabel 3.2 Kriteria Validasi Analisis Rata-rata ................................................. 23
Tabel 3.3 Data Pengamatan.............................................................................. 28
Tabel 3.4 Tabel Sidik Ragam........................................................................... 28
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Viabilitas Benih.................................................. 29
Tabel 4.2 Jumlah Benih Normal dan Abnormal pada Benih ........................... 33
Tabel 4.3 Analisis Ragam Jumlah Benih Pare ................................................. 35
Tabel 4.4 Analisis Uji Lanjut Duncan Jumlah Benih Pare .............................. 35
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Tabel Pengamatan Viabilitas Perlakuan P1................ 46
Lampiran 2. Instrumen Tabel Pengamatan Viabilitas Perlakuan P2................ 47
Lampiran 3. Instrumen Tabel Pengamatan Viabilitas Perlakuan P3................ 48
Lampiran 4. Instrumen Tabel Pengamatan Vigor ............................................ 49
Lampiran 5. Instrumen Validasi Ahli Bahan ajar ............................................ 56
Lampiran 6. Instrumen Validasi Ahli Materi ................................................... 57
Lampiran 7. Instrumen Uji Keterbacaan Mahasiswa....................................... 58
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian............................................................... 59
Lampiran 9. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan I ................................. 51
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pare atau paria atau bitter gourd termasuk salah satu jenis sayuran
berpotensi komersial bila dibudidayakan secara intensif dalam skala
agribisnis. Nilai ekonomi dan sosial pare cukup tinggi. Selain merupakan
komoditas usaha tani yang menguntungkan dan bahan dagangan di pasar
lokal hingga pasar swalayan, pare mengandung gizi tinggi dan lengkap,
serta berkhasiat obat (Rukmana, 1997). Daerah persebaran pare di
Indonesia mencakup Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, dan Sulawesi
(Kardono, 2010).
Merupakan satu jenis sayuran potensi yang mempunyai nilai
ekonomi dan sosial cukup tinggi. Peluang pasar pare terbuka luas mulai
dari pasar-pasar lokal hingga pasar swalayan di kota-kota besar. Meskipun
prospek pasar pare cukup cerah, namun kultur budidaya tanaman ini di
tingkat petani masih bersifat usaha sampingan. Pada umumnya budidaya
tanaman pare dilakukan dalam skala kecil di lahan-lahan pekarangan dan
lebih lagi budidaya pare lokal yang mulai terdegradasi oleh pare jenis
pertanian yang lebih mendominasi permintaan pasar (Rukmana, 1997).
Kesadaran akan pentingnya pare bagi kesehatan masih kurang
dirasakan oleh masyarakat banyak. Kondisi dari sektor pertanian juga
kurang memfokuskan pare sebagai salah satu tanaman konsumtif,
melainkan tanaman yang di tanam mengisi lahan kosong. Inilah salah satu
yang mendasar akan kebutuhan akan pare yang masih kurang. Selain itu,
1
2
rasa dari pare sangatlah pahit. Hal ini yang menyebabkan minat untuk
mengkonsumsi pare cendrung lebih rendah. Di satu sisi Manfaat dari pare
sangatlah beragam, yang salah satunya dapat dijadikan olahan industri
rumah tangga serta obat-obatan alami yang banyak mengandung khasiat.
Kondisi yang dapat dirasakan bersama bahwa pare yang dikonsumsi saat
ini adalah pare jenis pertanian yang sudah disilangkan sehingga daging
buahnya tebal dan rasanya kurang pahit, sedangkan pare lokal yang saat
ini ada kian terdegradasi. Pare lokal rasanya lebih pahit dan daging buah
yang tipis sehingga minat konsumen untuk mengkonsumsi pare lokal kian
menurun.
Dalam dunia pertanian, petani memperoleh benih pare dari toko-
toko yang menjual berbagai benih. Petani tidak berpikir bahwa benih yang
di tanam dari pare tersebut berasal dari bagian ujung, tengah, dan pangkal
pare. Prosesnya yakni memilih, membeli, menanam, dan memanen pare.
Inilah yang menjadi salah satu model instan yang terdapat pada dunia
pertanian. Dalam hal ini peneliti ini mencoba membuktikan posisi benih
pare pada bagian pangkal, tengah, atau ujung yang lebih dominan tumbuh
dan lebih unggul, yang salah satunya yakni dengan pengadaan dan
peningkatan benih bermutu pare lokal.
Penerapan kurikulum pada perguruan tinggi IKIP Mataram
terdapat salah satu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang sub materinya
membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan. Buku asistensi
merupakan kebutuhan mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi
pelaksanaan kegiatan praktikum di laboratorium. Dalam hal ini,
3
pengembangan buku asistensi dilakukan dengan menggunakan model
pengembangan 4-D, yaitu Define (Pendefinisian), Desaign (Perancangan),
Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran) yang diadaptasi
menjadi Define (Pendefinisian), Desaign (Perancangan), dan Develop
(Pengembangan) yang dikarenakan keterbatasan waktu, dan selanjutnya
sebagai salah satu acuan penyusunan petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I lebih khususnya materi pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam hal ini perlu
dilakukan penelitian dengan judul “Vigor dan Viabilitas Benih Pare
(Momordica charaintia L.) Lokal Lombok Sebagai Dasar Penyusunan
Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan I”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana vigor dan viabilitas benih pare (Momordica charantia L.)
lokal Lombok.
2. Bagaimana mengembangkan hasil penelitian tentang Vigor dan
Viabilitas benih pare (Momordica charantia L.) lokal Lombok sebagai
dasar penyusunan petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana vigor dan viabilitas benih pare
(Momordica charaintia L.) lokal Lombok.
4
2. Untuk mengembangkan hasil penelitian tentang vigor dan viabilitas
benih pare (Momordica charantia L.) lokal Lombok sebagai dasar
penyusunan petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang pertumbuhan dan perkembangan.
b. Diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk dapat
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum
terungkap dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi lembaga
terkait yang membutuhkan.
b. Diharapkan dapat membuka pandangan baru kepada masyarakat
khususnya dalam pengelolaan dan perkembangbiakan tanaman
pare.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman
praktikum Fisiologi Tumbuhan I dalam upaya meningkatkan
pemahaman mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan
pada benih.
5
E. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian dalam penelitian ini mencakup :
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek atau sampel adalah
timbuhan dicotyledonae dari famili cucurbitaceae yang diwakili oleh
Pare (Momordica charantia L.).
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah benih pare (Momordica
charantia L.) yang dibagi ke dalam 3 bagian, yakni benih pada bagian
pangkal buah (P3), bagian tengah buah (P2), dan bagian ujung buah
(P1) yang selanjutnya diamati tingkat vigor dan viabilitasnya.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jalan Lestari Pejeruk
Bangket Gang Manalagi IV Kecamatan Ampenan.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015.
F. Definisi Istilah atau Operasional
Untuk mempermudah dalam pemahaman dan penafsiran istilah
yang terkandung dalam judul, maka peneliti menguraikan beberapa
definisi agar tidak adanya salah tafsir atau penafsiran ganda terhadap
beberapa istilah yang digunakan. Adapun istilah tersebut adalah sebagai
berikut :
6
1. Vigor (Daya Tumbuh)
Menurut Sutopo (2012), vigor adalah menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman
normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum
atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama.
Kondisi yang dilakukan yakni memberikan air secara teratur ketika
kondisi tanah yang ada pada polybag kering. Pengamatan dilakukan
pada akhir penelitian yang di mana membandingkan ciri-ciri kecambah
normal dan abnormal menurut referensi dengan kecambah normal dan
abnormal sesuai dengan benih yang sudah berkecambah
2. Viabilitas (Daya Kecambah)
Menurut Sutopo (2012), Pada uji viabilitas benih, baik uji
daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan
dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu
substrat. Pengamatan dilakukan di Petridisch yang sudah di siapkan
sebanyank ulangan, kemudian meletakkan kapas di dalamnya yang
berguna sebagai media perkecambahan yang kemudia nantinya akan
dipindahkan ke polybag sebagai media daya tumbuh dari tanaman pare
(Momordica charantia L.).
3. Benih
Menurut Kamil (1986), dalam pengertian ilmu tumbuhan
(botany) atau tepatnya secara embriologis, yang dimaksud dengan
benih adalah biji yang berasal dari ovule. Ovule dalam
pertumbuhannya setelah masak (mature) lalu menjadi biji.
7
4. Pare (Momordica charantia L.)
Pare atau bitter gourd atau balsam pear bukan tanaman asli
Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas
(tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare
terdapat di Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yakni
Assam dan Burma. Tanaman Pare termasuk tumbuhan semusim
(annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya
tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin
(Rukmana, 1997). Pare yang digunakan dijadikan 3 bagian posisi
pengambilan benih, yakni bagian ujung (1), bagian tengah (2), dan
bagian pangkal (3).
5. Petunjuk Praktikum
Petunjuk praktikum adalah pedoman pelaksanaan praktikum
yang berisi tata cara persiapan, pelaksanaan, analisis data dan
pelaporan, yang disusun dan ditulis oleh seorang atau kelompok staf
pengajar yang menangani praktikum tersebut dan mengikuti kaidah
tulisan ilmiah. Dalam hal ini petunjuk praktikum mencakup pokok
bahasan mengenai pertumbuhan dan perkecambahan benih pare
(Momordica charantia L.).
Dalam penyusunan buku praktikum, peneliti menggunakan
model pengembangan perangkat Four-D Model. Model
pengembangan perangkat seperti yang disarankan oleh Thiagarajan,
Semmel dan Semmel (1974), memiki empat tahapan (Ibrahim, 2002).
Model pengembangan Four-D dibagi menjadi beberapa tahap
8
pengembangan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap erancangan
(design), tahap pengembangan (develop), dan tahap pendesiminasian
(disseminate) yang diadaptasi menjadi Define (Pendefinisian), Desaign
(Perancangan), dan Develop (Pengembangan) yang dikarenakan
keterbatasan waktu
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Klasifikasi Pare (Momordica charantia L.)
Menurut Rukmana (1997), tanaman pare diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
Gambar 2.1 Momordica charantia L.
Sumber foto : http://wb5.itrademarket.com/pdimage/84/1204684_pariaf1dragon.jpg.
9
10
2. Deskripsi Pare (Momordica charantia L.)
Paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari
wilayah Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam
dan Burma. Anggota labu-labuan atau cucurbitaceae ini biasa
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama momordica yang melekat pada nama binominalnya
berarti “gigitan” yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang
menyerupai bekas gigitan (Wikipedia, 2015).
Pare (Momordica charantia L) sinonim Momordica
balsamina Blanco, Momordica balsamina Descourt, Momordica
cylindrica Blanco, Momordica jagorana C. Koch, Momordica
operculata Vell, Cucumis africanus Lindl. Merupakan tanaman tropis,
hidup di dataran rendah dan dapat merupakan tanaman yang
dibudidayakan atau tanaman liar di tanah kosong. Bila dibudidayakan
akan ditanam di ladang, halaman rumah, dirambatkan pada anjang
anjang bambu, atau di pohon dan pagar. Pare mudah tumbuh
memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di
tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari.
Pare banyak tumbuh di daerah tropik, tumbuh baik di dataran
rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,
dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di
pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak
sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang
agak terlindung (Kardono, 2010).
11
Tanaman semusim berumur hanya setahun perambat dengan
sulurnya mirip spiral membelit kuat untuk merambat. Mempunyai
banyak cabang, batangnya segi lima. Pare berdaun tunggal, berjajar di
antara batang berselang-seling, bentuknya bulat panjang, dengan
panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal
berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Buah yang masih kecil
digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan daun
tundung (Rukmana, 1997).
3. Nilai Ekonomi dan Sosial
Bagian utama tanaman pare yang mempunyai nilai ekonomi
yang cukup tinggi adalah buah. Dari sudut pandang petani (produsen)
peluang pasar pare merupakan salah satu alternatif usaha tani yang
dapat dijadikan sumber penghasilan dan peningkatan pendapatan.
Sebaliknya, bagi kalangan konsumen (pengguna), selain dijadikan
berbagai jenis masakan, buah pare juga mensuplai gizi yang berfungsi
ganda sebagai obat.
Kandungan gizi buah pare disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Pare Tiap 100 Gram Bahan Mentah (Segar).
No. Kandungan GiziBanyaknya
1) 2)
1 Kalori (energi) 22,00 kal. 29,00 kal.
2 Protein 0,90 g 1,10 g
3 Lemak 0,40 g 0,30 g
4 Karbohidrat 4,60 g 6,60 g
5 Serat 0,90 g -
6 Abu 0,70 mg -
7 Kalsium 32,00 mg 45,00 mg
8 Fosfor 32,00 mg 64,00 mg
12
9 Kalium 211,00 mg -
10 Zat besi 0,90 mg 1,40 mg
11 Natrium 2,00 mg -
12 Niasin 0,03 mg -
13 Vitamin A 335,00 S.I. 180,00 S.I.
14 Vitamin B-1 0,06 mg 0,08 mg
15 Vitamin B-2 0,03 mg -
16 Vitamin C 55,00 mg 52,00 mg
17 Air 93,40 g 91,20 g
18 Bagian dapat dimakan - 77,00 %
Sumber : (1) food Composition (1964) handbook No. 1 Manila (Knott J.E. &J.R Deanon Jr (1967) (2) Direktorat Gizi Depkes R.I (1981).
4. Vigor
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.
(Sutopo, 1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor
fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang
berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain
dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan
terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test (Retro,2010).
Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor
benih harus relevan dengan tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang
tinggi dicirikan antara lain oleh:
a. Tahan disimpan lama.
b. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
c. Cepat dan merata tumbuhnya.
13
d. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub
optimal.
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan
adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan
perkecambahan kuat, dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh
yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan
dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya
sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
5. Viabilitas
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas
benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau
daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat
dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari
sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau
sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah
mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi
sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil,
1979).
14
B. Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar
adalah bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang dimaksud
yakni petunjuk praktikum. Dalam penyusunan bahan ajar, model
pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan perangkat
Four-D Model. Model pengembangan perangkat seperti yang disarankan
oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974), memiki empat tahapan
(Ibrahim, 2002). Model pengembangan Four-D dibagi menjadi beberapa
tahap pengembangan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap
pendesiminasian (disseminate). Tetapi dalam pengembangan ini hanya
terbatas pada tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan,
sedangkan tahap penyebaran tidak dilakukan karena pertimbangan
keterbatasan waktu. Uji coba produk dilakukan dengan validasi, Validasi
dilakukan dengan memberikan angket/lembar validasi kepada 2 (dua)
validator ahli dan 1 angket validasi keterbacaan dari mahasiswa.
Jenis data yang diperoleh dalam pengembangan ini berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar, saran atau
kritikan dari validator sebagai dasar untuk merevisi atau memperbaiki
produk. Sedangkan data kuantitatif berupa angka-angka yang diperoleh
dari pengisian angket atau lembar validasi produk yang menggunakan
skala likert (4, 3, 2, 1) dan persentase (%) keterbacaan dan keterlaksanaan.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
15
angket atau lembar validasi bahan ajar dan validasi materi serta angket
untuk uji keterbacaan (diisi oleh mahasiswa) dan angket untuk uji
keterbacaan (diisi oleh peserta didik) serta lembar observasi dalam bentuk
daftar check list untuk uji keterlaksanaan (Imaniarta, I, dkk, 2013).
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat
dipaparkan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian Ichsan, C.N (2004), yang berjudul “Uji Viabilitas dan
Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) yang
Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama Kemasakan”,
menyimpulkan bahwa varietas tidak berpengaruh nyata terhadap
potensi tumbuh, daya kecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan
tumbuh, T50 dan berat kering kecambah normal benih padi. Varietas
kalimas dan IR 64 merupakan varietas yang lebih dapat beradaptasi
terhadap temperatur yang berbeda dibandingkan dengan varietas
lainnya. Selain itu, temperatur berpengaruh nyata terhadap kecepatan
tumbuh, dan berpengaruh sangat nyata terhadap T50 benih padi tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap peubah viabilitas benih (potensi
tumbuh dan daya kecambah) dan peubah vigor benih (keserempakan
tumbuh dan berat kering kecambah normal). Nilai kecepatan tumbuh
dan T50 tertinggi dijumpai pada varietas Cisantang.
2. Hasil penelitian Saleh M.S, dkk (2005), jurnal yang berjudul
“Pengaruh Skarifikasi dan Media Tumbuh terhadap Viabilitas Benih
dan Vigor Kecambah Aren”, menyimpulkan bahwa benih
16
berkecambah terbanyak pada perlakuan skarifikasi + KNO3 0,5% yang
direndam selama 36 jam + suhu 40ºC yang dikecambahkan pada media
tumbuh tanah asal hutan aren + pupuk organik (1:1) + pupuk NPK (1g/
kg media) yaitu daya berkecambah 83,33-86,67% dan kecepatan
berkecambah 0,85-1,04 %/etmal. Perlakuan tersebut juga
menghasilkan kecambah normal yang vigor ditandai besarnya bobot
kering kecambah dan indeks vigor hipotetik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Riry, M.K.L.J dan Matatula, E.A
(2013), yang berjudul “Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa
Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon”, menyimpulkan
bahwa benih yang beredar di pasaran kota Ambon, seperti jagung,
sawi, kacang panjang, terung, pare, mentimun, cabai besar, dan kubis
memiliki kualitas yang sangat baik dilihat dari hasil daya kecambah
benih mencapai 90.33% – 97,33% pada pengujian di Laboratorium dan
pengujian di rumah kaca mencapai 90.33% – 94.33%, vigor yang kuat
dengan keserempakan tumbuh mencapai 51.00% – 64.67%, serta
kecepatan tumbuh mencapai 29.46% - 33.65%.
D. Kerangka Berpikir
Pare merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan petani
ketika masih terdapat lahan kosong atau dengan kata lain masih bersifat
usaha sampingan. Tanaman pare memang pahit, tetapi dibalik rasa
pahitnya ternyata menyimpan sejuta manfaat untuk kesehatan. Seperti :
disentri, kencing manis, penambah ASI, bisul, bronkhitis, demam nifas,
batuk, bekas luka dan lain sebagainya (Kardono, 2010). Selain bermanfaat
17
dari segi kesehatan, manfaat dari pare sangatlah beragam, yang salah
satunya dapat dijadikan olahan industri rumah tangga serta obat-obatan
alami yang banyak mengandung khasiat.
Dalam dunia pertanian, petani memperoleh benih pare dari toko-
toko yang menjual berbagai benih. Petani tidak berpikir bahwa benih yang
ditanam dari pare tersebut berasal dari bagian ujung, tengah, dan pangkal
pare. Prosesnya yakni memilih, membeli, menanam, dan memanen pare.
Inilah yang menjadi salah satu model instan yang terdapat pada dunia
pertanian. Dalam hal ini peneliti mencoba membuktikan posisi benih pare
pada bagian pangkal, tengah, atau ujung yang lebih dominan tumbuh dan
lebih unggul, yang salah satunya yakni dengan pengadaan dan peningkatan
benih bermutu pare lokal.
Budidaya pare menjadi salah satu usaha sampingan yang dilakukan
oleh petani, selain itu permintaan pasar akan pare lokal saat ini menurun,
sebab rasa dari pare lokal yang dimaksud sangat pahit. Kerangka berpikir
penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
18
Budi daya pare di sektorpertanian masih sebatas usahasampingan.
Keunggulan dari benih pare lokalhampir sama dengan pare yanglain, hanya saja rasa dari paretersebut yang membedakannya.
Ketersedian benih pare lokal yanglangkah.
Pengetahuan petani akan benihlokal yang bermutu masihkurang.
Menyediakan benih pare lokalyang unggul melalui dayakecambah dan daya tumbuh.
Vigor dan Viabilitas Benih Pare (Momordica charantia L.)Lokal Lombok sebagai Dasar Penyusunan PetunjukPraktikum Fisiologi Tumbuhan I.
Hasil penelitian akan disusun dalam bentuk petunjukpraktikum fisiologi tumbuhan I.
Penyusunan Petunjuk Praktikum menggunakan Model 4D(Define, Design, Develop, Disseminate), kemudiandiadaptasi menjadi 3P (Define, Design, Develop).
Petunjuk Praktikum di validasi oleh 2 (dua) validator ahli yaituvalidator bahan ajar, validator materi dan 1 (satu) validasiketerbacaan oleh mahasiswa.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian.
19
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh Vigor dan
Viabilitas Benih Pare (Momordica charantia L.) Lokal Lombok Sebagai
Dasar Penyusunan Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan I.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena penelitian
ini direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang ada kaitannya dengan hipotesis dan dengan menggunakan
beberapa perlakuan pada benih pare (Momordica charantia L.). Variabel
bebas yang dimaksud dalam penelitian ini yakni vigor dan viabilitas benih,
sedangkan variabel terikat yaitu pare (Momordica charantia L.) Lokal
Lombok. Sedangkan penelitian pengembangan dalam penelitian ini berupa
petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I menggunakan pendekatan 4D
model (Define, Design, Develop, Disseminate). Tetapi dalam
pengembangan ini hanya terbatas pada tahap pendefinisian, perancangan,
dan pengembangan, sedangkan tahap penyebaran tidak dilakukan karena
pertimbangan keterbatasan waktu. Uji coba produk dilakukan dengan
validasi. Validasi dilakukan dengan memberikan angket/lembar validasi
kepada 2 (dua) validator yang memiliki keahlian dalam bidang masing-
masing dan 1 (satu) validasi keterbacaan oleh mahasiswa.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, karena semua data-data yang
dikumpulkan berupa angka dan non angka, melalui pengukuran seperti
jumlah daun, kecambah normal dan tidak normal (Sugiyono, 2011).
Kemudian penelitian pengembangannya yakni dengan menggunakan
20
21
pendekatan 4D model (Define, Design, Develop, Disseminate). Yang
dikembangkan penggunaannya tidak sampai kepada Disseminate yang
dikarenakan keterbatasan waktu yang dilakukan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai
maret 2015 dan tempat penelitian yakni di Jalan Lestari Pejeruk Bangket
Gang Manalagi IV Kecamatan Ampenan.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yakni Rancangan
Acak Lengkap (RAL) atau Fully Randomized Design. Rancangan Acak
Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau
tempat percobaan yang seragam atau homogen, sehingga RAL banyak
digunakan untuk percobaan laboratorium, rumah kaca, dan peternakan
(Sastrosupadi, 2000).
Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan 9 ulangan. 3 perlakuan
diperoleh dari posisi benih pare (Momordica charantia L.) yakni bagian
Ujung (P1), bagian Tengah (P2), dan bagian Pangkal (P3) yang masing-
masing diulangi sebanyak 9 kali, sehingga diperoleh 27 petridisch
percobaan.
22
Tabel 3.1 Denah Percobaan.P3.3 P1.4 P2.4 P2.5 P2.3 P1.1 P3.2 P2.8 P1.3
P3.6 P2.7 P1.2 P1.6 P3.8 P2.9 P2.6 P3.7 P3.4
P1.5 P1.9 P2.1 P3.5 P1.7 P3.9 P1.8 P3.1 P2.2
Keterangan :
P1 = benih bagian ujungP2 = benih bagian tengahP3 = benih bagian pangkal
Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai dasar pembuatan
petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I. Jenis data yang diperoleh
dalam pengembangan ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa komentar, saran atau kritikan dari validator sebagai dasar
untuk merevisi atau memperbaiki produk. Sedangkan data kuantitatif
berupa angka-angka yang diperoleh dari pengisian angket atau lembar
validasi produk yang menggunakan skala likert (4, 3, 2, 1) dan presentasi
(%) keterbacaan dan keterlaksanaan. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau lembar validasi isi
(yang diisi oleh dosen) dan angket untuk uji keterbacaan (diisi oleh peserta
didik) serta lembar observasi dalam bentuk daftar checklist untuk uji
keterlaksanaan (Imaniarta, I, dkk. 2013).
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data
hasil validasi dari dosen adalah teknik perhitungan rata-rata. Rumus yang
digunakan untuk menghitung hasil pengisian angket adalah dengan
perhitungan rata-rata yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) yaitu :
23
= ∑Dengan := Nilai rata-rata∑ = Jumlah jawaban penilaian validator atau subyek uji= Jumlah validator atau subyek uji
Rentang kriteria validasi terhadap hasil perhitungan secara
lengkap dapat diamati pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kriteria Validasi Analisis Rata-rata.Nilai rata-rata Kriteria validitas
3,26 – 4,00 Sangat Valid
2,51 – 3,25 Valid
1,76 – 2,50 Kurang Valid (direvisi)
1,00 – 1,75 Tidak Valid (revisi total)
Sumber : (Arikunto, 2006)
Pada Uji keterbacaan, 20 mahasiswa mewakili untuk diberikan
angket tentang kemudahan memahami dan kemenarikan isi buku
petunjuk praktikum yeng telah dikembangkan. Perhitungan persentase
(%) keterbacaan dapat dihitung dengan perhitungan berikut :
Persentase Keterbacaan = × 100%Dengan :
= Nilai rata-rata jawaban mahasiswa4 = Jumlah jawaban
24
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti
(Kusriningrum, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah benih pare
(Momordica charantia L.) Lokal Lombok.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk
diteliti (Kusriningrum, 2008). Sampel adalah sebagian anggota
populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang
disebut teknik sampling. Untuk menentukan sampel dalam penelitian
ini, digunakan teknik penarikan sampel acak sederhana (simple
random sampling). Penarikan sampel acak sederhana (simple random
sampling) adalah pengambilan sampel secara acak sederhana dari
populasi sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi
berpeluang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel
(Kusriningrum, 2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah benih bagian pangkal,
bagian tengah, dan bagian ujung yang masing-masing diletakkan 5
buah benih kedalam petridisch yang disediakan.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Adapun beberapa alat dan bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini yakni,
a. Lembar pengamatan vigor dan viabilitas benih pare.
25
b. Petridisch, sebagai tempat pengamatan vigor.
c. Polybag, sebagai tempat pengamatan viabilitas.
d. Kapas, sebagai media tempat berkecambah pare pada petridisch.
e. Kertas Label, sebagai penanda perlakuan yang diberikan.
f. Pinset, untuk mengangkat benih yang berkecambah.
g. Benih pare pada bagian pangkal, bagian tengah, dan bagian ujung.
2. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar
Instrumen yang digunakan dalam penyusunan buku petunjuk
praktikum Fisiologi Tumbuhan I yakni berupa lembar validasi yang
akan diberikan kepada validator ahli untuk dikoreksi sehingga
petunjuk praktikum yang dibuat layak digunakan. Jenis data yang
diperoleh dalam pengembangan ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar, saran atau kritikan dari
validator sebagai dasar untuk merevisi atau memperbaiki produk.
Sedangkan data kuantitatif berupa angka-angka yang diperoleh dari
pengisian angket atau lembar validasi produk yang menggunakan skala
likert (4, 3, 2, 1). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket atau lembar validasi yang diisi oleh dosen
sebagai validator ahli materi dan validator ahli bahan ajar serta
keterwakilan dari mahasiswa sebanyak 20 orang sebagai validator uji
keterbacaan mahasiswa.
26
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yakni sebagai berikut :
1) Observasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dilakukan
dengan teknik observasi. Teknik observasi yaitu suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan kegiatan pengamatan,
pengukuran dan pencatatan langsung terhadap obyek yang diamati.
2) Lembar Validasi
Validasi dalam penelitian ini yakni memberikan lembar
validasi kepada dosen ahli yang ditunjuk sebagai validator dalam
memvalidasi hasil petunjuk praktikum fisologi tumbuhan I.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara
mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengambilan gambar-
gambar pada saat penelitian.
27
H. Teknik Analisis Data
Umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan
persentase perkecambahan. Dimana perkecambahan harus cepat dan
pertumbuhan kecambahnya kuat, dan ini mencerminkan kekuatan
tumbuhnya, yang dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan (Sutopo,
L. 2012).
1. Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)
Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah
normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi
lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
% ℎ = ℎ ℎ ℎℎ ℎ ℎ × 100%2. Laju Perkecambahan (Germination Rate)
Laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung
jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.
− ℎ = + +⋯+ℎ ℎ ℎDi mana :
N= Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktutertentu.
T= Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampaidengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan
28
Data hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis menggunakan
Analisa of Varians satu arah dengan menggunakan SPSS, hal ini dilakukan
untuk memperoleh data yang signifikan terhadap perkecambahan pare.
Tabel 3.3 Data Pengamatan
PerlakuanPerlakuan
TotalRata-
rata1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P1.8 P1.9
P2 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 P2.8 P2.9
P3 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 P3.8 P3.9
Tabel 3.4 Sidik Ragam
SumberKeragaman (S.K)
DerajatBebas(d.b)
JumlahKuadrat (JK)
Kuadrattengah (KT)
Fhitung F 5%F1%
Perlakuan t – 1 JK P JK P/(t-1) KTP/KTG
Galat(rt-1) –
(t-1)JK G JK G/(rt-t)
Total rt – 1 JKP + JKG
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Drs. Sumarjan, M.Si., gang
Manalagi No IV Pajeruk Bangket Ampenan. Dalam penelitian ini
menggunakan 135 benih pare (Momordica charantia L.) yang terdiri dari
45 benih pada bagian pangkal, 45 benih pada bagian tengah, dan 45 benih
pada bagian ujung yang selanjutnya diamati tingkat viabilitas dan vigor
dari masing-masing benih. Berikut data penelitian yang telah
dilaksanakan.
1. Deskripsi Data
a. Viabilitas Benih
Viabilitas pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain
untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase
kecambah benih, atau daya tumbuh benih. Viabilitas atau daya
kecambah pada benih pare (Momordica charantia L.) yang terdiri
dari bagian ujung, bagian tengah, dan bagian pangkal. Berikut
tabel 4.1 hasil pengamatan viabilitas benih.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan viabilitas benih
No Perlakuan BenihUlangan
Total Rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Bagian Ujung (P1) 4 4 4 2 3 1 1 4 2 25 2,77
2 Bagian Tengah (P2) 2 2 3 5 1 3 4 4 5 29 3,22
3 Bagian Pangkal (P3) 5 4 2 5 5 4 4 5 5 39 4,33
Jumlah total benih berkecambah 10.32
29
30
Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengamatan viabilitas benih,
menunjukkan bahwa benih pada bagian pangkal (P3) memiliki jumlah
benih yang berkecambah terbanyak yakni 39 benih. Sedangkan benih
pada bagian ujung (P1) dan benih pada bagian tengah (P2) jumlah
perkecambahan benihnya rendah. Selain itu, laju perkecambahan pada
viabilitas benih pare (Momrdica charantia L.) juga dapat diukur
dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya
radikel atau plumula. Berikut rumus perhitungan laju perkecambahan
(Germination Rate).
− ℎ = + +⋯+ℎ ℎ ℎDi mana :
N= Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktutertentu.
T= Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampaidengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan
a. Laju perkecambahan benih pada bagian ujung (P1)
− ℎ = + + + + + + + +ℎ ℎ ℎ= (3.3) + (7.3) + (3.3) + (1.3) + (1.3) + (2.3) + (0.3) + (4.3) + (1.3) + (3.3)25= 9 + 21 + 9 + 3 + 3 + 6 + 0 + 12 + 3 + 925= 7525= 3
Rata-rata laju perkecambahan benih pada bagian ujung (P1)
yakni 3 hari sekali dengan jumlah benih yang berkecambah
sebanyak 25 benih. Laju perkecambahan benih pada bagian ujung
31
juga dapat dilihat dalam bentuk diagram garis. Bentuk diagram
garisnya dapat dilihat pada gambar 4.1.
b. Laju perkecambahan benih pada bagian tengah (P2)
− ℎ = + + + + + + + +ℎ ℎ ℎ= (6.3) + (5.3) + (3.3) + (4.3) + (6.3) + (2.3) + (1.3) + (0.3) + (0.3) + (2.3)29= 18 + 15 + 9 + 12 + 18 + 6 + 3 + 0 + 0 + 629= 8729= 3
Rata-rata laju perkecambahan benih pada bagian ujung (P1)
yakni 3 hari sekali dengan jumlah benih yang berkecambah
sebanyak 29 benih. Laju perkecambahan benih pada bagian ujung
juga dapat dilihat dalam bentuk diagram garis. Bentuk diagram
garisnya dapat dilihat pada gambar 4.2.
3
7
3
1 12
0
4
1
3
0 0012345678
18 februari 21 februari 24 februari 27 februari 01 maret 04 maret 07 maret 10 maret 13 maret 16 maret 19 maret 22 maret
gambar 4.1 laju perkecambahan benih bagian ujung (P1)
jumlah benih berkecambah
32
c. Laju perkecambahan benih pada bagian pangkal (P3)
− ℎ = + + + + + + + +ℎ ℎ ℎ= (7.3) + (9.3) + (2.3) + (1.3) + (5.3) + (3.3) + (2.3) + (3.3) + (1.3) + (6.3)39= 21 + 27 + 6 + 3 + 15 + 9 + 6 + 9 + 3 + 1839= 11739= 3
Rata-rata laju perkecambahan benih pada bagian ujung (P1)
yakni 3 hari sekali dengan jumlah benih yang berkecambah
sebanyak 39 benih. Laju perkecambahan benih pada bagian ujung
juga dapat dilihat dalam bentuk diagram garis. Bentuk diagram
garisnya dapat dilihat pada gambar 4.3.
6
5
3
4
6
2
1
0 0
2
0 00
1
2
3
4
5
6
7
18 februari 21 februari 24 februari 27 februari 01 maret 04 maret 07 maret 10 maret 13 maret 16 maret 19 maret 22 maret
gambar 4.2 laju perkecambahan benih bagian tengah (P2)
jumlah benih berkecambah
33
b. Vigor benih
Vigor dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.
Dalam penelitian ini, kondisi sub optimal yang dimaksud yakni
cekaman air, yang dimana tanaman dibiarkan kondisi tanahnya
kering, hingga tanaman mengalami cekaman air, kemudian baru
tanaman diberikan air kembali untuk menstabilkan kondisi
hidupnya lagi. Dalam penelitian yang dilakukan, benih yang
berkecambah dikategorikan kedalam benih normal dan benih
abnormal yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 jumlah benih normal, abnormal dan tidak berkecambah padapare (Momordica charantia L.)
No. Perlakuan BenihBenih Pare
Normal Abnormal Tidak Berkecambah
1 Bagian Ujung (P1) 12 13 20
2 Bagian Tengah (P2) 19 10 16
3 Bagian Pangkal (P3) 23 16 6
Jumlah 54 39 42
7
9
21
5
32
3
1
6
0 00
2
4
6
8
10
18 februari 21 februari 24 februari 27 februari 01 maret 04 maret 07 maret 10 maret 13 maret 16 maret 19 maret 22 maret
gambar 4.3 laju perkecambahan benih bagian pangkal (P3)
jumlah benih berkecambah
34
Dari data yang sudah diperoleh, dapat dihitung juga
persentase perkecambahan benih pare (Momordica charantia L.).
Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah
normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi
lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Selain itu persentase perkecambahan dihitung untuk
membuktikan bagian benih dengan persentase perkecambahan
terbanyak.
1) Persentase perkecambahan benih bagian pangkal (P3)
% ℎ = ℎ ℎ ℎℎ ℎ ℎ × 100%= 2345 × 100%= 51,11%
2) Persentase perkecambahan benih bagian tengah (P2)
% ℎ = ℎ ℎ ℎℎ ℎ ℎ × 100%= 1945 × 100%= 42,22%
3) Persentase perkecambahan benih bagian ujung (P1)
% ℎ = ℎ ℎ ℎℎ ℎ ℎ × 100%= 1245 × 100%= 26,66%
35
B. Taraf Signgikansi
Dari analisis data yang dilakukan, diperoleh data yakni hasil nilai P
Value / Signifikansi < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara jumlah benih yang berkecambah pada
masing-masing perlakuan yakni bagian ujung buah, bagian tengah buah,
dan bagian pangkal buah, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis
diterima. Berikut tabel data perhitungan menggunakan SPSS 16.0.
Tabel 4.3 Analisis Ragam Jumlah Benih Pare (Momordica charantia L.) pada 3bagian buah.
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 11.556 2 5.778 3.737 .039
Within Groups 37.111 24 1.546
Total 48.667 26
Tabel 4.4 Analisis Uji Lanjut Duncan Jumlah Benih Pare (Momordica charantia L.)pada 3 bagian buah.
PERLAKUAN NSubset for alpha = 0.05
1 2
P1 9 2.7778
P2 9 3.2222 3.2222
P3 9 4.3333
Sig. .456 .070
C. Pengembangan Bahan Ajar
Dalam penelitian ini juga digunakan validator untuk
memvalidasikan petunjuk praktikum yang disusun oleh. Dalam hal ini,
validator yang digunkaan yakni validator ahli materi oleh Drs. Sumarjan,
M.Si, validator ahli bahan ajar oleh Ervina Titi Jayanti, M.Si, dan validator
uji keterbacaan mahasiswa oleh 20 Mahasiswa Pendidikan Biologi
36
FPMIPA IKIP Mataram. Berdasarkan hasil lembar validasi yang sudah
diisi oleh validator, didapatkan data sebagai berikut :
a. Validator Ahli Bahan Ajar
No Indikator Validator
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan SK dan KD 3
2 Kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik 3
3 Kelengkapan komponen buku petunjuk praktikum 3
4 Kesesuaian substansi materi 3
5 Kesesuaian isi tahapan dalam praktikum 3
6 Kemudahan memperoleh alat 4
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan 3
8 Kejelasan Informasi 3
9 Kesesuaian dengan kaidah bahasa indonesia 3
10 Penggunaan bahasan secara efektif dan efisien 3
PENYAJIAN
11 Kejelasan Tujuan 3
12 Ketepatan alur berpikir secara terbimbing 3
13 Pemberian motivasi dan daya tarik 3
14 Interaktivitas (stimulus dan respon) 3
15 Kelengkapan penyajian 4
KEGRAFISAN
16 Penggunaan font 3
17 Layout/tata letak 3
18 Ilustrasi, gambar, foto 3
Jumlah Skor 56
Rata-rata 3,11
37
b. Validator Ahli Materi
No Indikator Validator
KEBENARAN KONSEP
1 Petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I acara
Morfogenesis atau Perkecambahan sesuai dengan mata
kuliah yang ditempuh
4
2 Konsep yang terdapat pada petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I acara Morfogenesis atau Perkecambahan sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli
3
3 Penjabaran konsep kegiatan pada petunjuk praktikum
Fisiologi Tumbuhan I acara Morofogenesis atau
Perkecambahan sesuai dengan tingkat semester mahasiswa
3
4 Kegiatan praktikum dalam petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I acara Morofogenesis atau Perkecambahan dapat
mencapai tujuan pembelajaran
3
5 Penggunaan petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I acara
Morofogenesis atau Perkecambahan sesuai dengan
kurikulum
3
6 Kedalaman materi sesuai dengan kematangan berpikir
peserta didik3
TINGKAT KETERLAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM
7 Kegiatan yang dilakukan di petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I acara Morofogenesis atau Perkecambahan tidak
berbahaya bagi peserta didik
3
8 Praktikum dalam petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I
acara Morofogenesis atau Perkecambahan mudah
dilaksanakan
3
9 Kegiatan praktikum dalam petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I acara Morofogenesis atau Perkecambahan
sesuai dengan alokasi waktu perguruan tinggi
3
10 Kegiatan praktikum dalam petunjuk praktikum Fisiologi
Tumbuhan I acara Morofogenesis atau Perkecambahan
membentuk pengalaman langsung
4
11 Kegiatan praktikum yang dipilih dalam petunjuk praktikum
Fisiologi Tumbuhan I acara Morofogenesis atau
Perkecambahan sesuai dengan tema
4
12 Langkah kerja yang disajikan dalam petunjuk praktikum
Fisiologi Tumbuhan I acara Morofogenesis atau4
38
Perkecambahan dapat diterapkan dengan runtut dan benar
13 Petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I acara
Morofogenesis atau Perkecambahan secara umum sudah
mampu membantu peserta didik menerapkan keterampilan
proses dasar yang mencakup melakukan pengamatan,
mencatat data, melakukan pengukuran,
mengimplementasikan pengukuran, prosedur, dan mengikuti
instruksi.
4
Jumlah Skor 44
Rata-rata 3,38
c. Validator Uji Keterbacaan Mahasiswa
Uji keterbacaan terhadap petunjuk praktikum yang disusun
untuk mengetahui kemudahan mahasiswa dalam memahami isi buku,
serta ketertarikan mahasiswa dalam menggunakan petunjuk praktikum.
Hasil pengisian angket oleh 20 perwakilan mahasiswa dapat dilihat
pada lampiran 7 Instrumen Validasi Uji Keterbacaan.
D. Pembahasan
Benih pare (Momordica charantia L.) yang digunakan dalam
penelitian yakni benih bagian ujung (P1), benih bagian tengah (P2), dan
benih bagian pangkal (P3). Jumlah benih yang digunakan yakni 135 benih
pare (Momordica charantia L.) yang terbagi menjadi 45 benih bagian
ujung (P1), 45 benih bagian tengah (P2), dan 45 benih bagian ujung (P3).
Dari 135 benih yang digunakan, kemudian diamatai viabilitas dan vigor
dari masing-masing bagian benih. Berdasarkan tabel pengamatan 4.1,
menunjukkan bahwa benih yang terdapat pada bagian pangkal (P3) lebih
banyak berkecambah yakni 39 benih berkecambah dibandingkan dengan
benih yang terdapat pada bagian ujung (P2) yakni 25 dan benih pada
39
bagian tengah (P3) yakni 29. Kemudian laju perkecambahan dari masing-
masing bagian benih yakni rata-rata 3 hari pengamatan.
Proses Perkecambahan suatu benih diawali dengan imbibisi, bila
proses penyerapan air oleh benih pada waktu imbibisi mengandung unsur-
unsur yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman, maka kecambah
yang muncul akan memiliki viabilitas yang tinggi seperti pada benih
bagian pangkal. Karena kebutuhan unsur hara dalam proses
perkecambahan selain diperoleh dari benih juga diperoleh dari lingkungan
sekitar.
Adapun faktor pendukung penyebab benih bagian pangkal lebih
dominan berkecambah dibandingkan dengan benih pada bagian ujung dan
tengah yakni dilihat dari umur benih yang matang secara fisiologisnya
baik, pencahayaan yang diperoleh benih bagian ujung langsung diterima
oleh benih sehingga masak fisiologis benih pada bagian ujung lebih dini
yang menyebabkan mulai terlihat penurunan nilai viabilitas karena
mulai mengalami kemunduran akibat perubahan katabolik yang terus
berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Justice dan Bass (2002)
dalam Cut Nur Ichsan, et.all, 2013, bahwa penurunan kemampuan benih
untuk berkecambah dapat terjadi pada buah yang lewat masak
fisiologis akibat perubahan katabolik di dalam benih.
Jumlah benih yang berkecambah dari bagian ujung (P1), bagian
tengah (P2), dan bagian pangkal (P3) yakni 93 benih, yang kemudian
benih dikategorikan kedalam kecambah normal dan abnormal. Pada bagian
ujung, terdapat 12 kecambah normal antara lain : 3 kecambah normal dari
40
P1.1, 2 kecambah normal dari P1.2, 2 kecambah normal dari P1.3, 1
kecambah normal dari P1.4, 1 kecambah normal dari P1.6, 1 kecambah
normal dari P1.8, dan 2 kecambah normal dari P1.9. kemudian 13
kecambah yang termasuk kedalam abnormal antara lain : 1 kecambah
abnormal pada P1.1, 2 kecambah abnormal pada P1.2, 2 kecambah
abnormal pada P1.3, 1 kecambah abnormal pada P1.4, 3 kecambah
abnormal pada P1.5, 1 kecambah abnormal pada P1.7, dan 3 kecambah
abnormal pada P1.8.
Jumlah benih berkecambah pada bagian tengah yakni 29 kecambah
yang dibagi menjadi 19 kecambah normal antara lain : 2 kecambah normal
dari P2.1, 1 kecambah normal dari P2.2, 2 kecambah normal dari P2.3, 3
kecambah normal dari P2.4, 3 kecambah normal dari P2.6, 3 kecambah
normal dari P2.8, dan 5 kecambah normal dari P2.9. kemudian 10
kecambah abnormal antara lain : 1 kecambah abnormal pada P2.2, 1
kecambah normal pada P2.3, 2 kecambah normal pada P2.4, 1 kecambah
normal pada P2.5, 4 kecambah normal pada P2.7, dan 1 kecambah normal
pada P2.8.
Jumlah benih yang berkecambah pada bagian pangkal yakni 39
benih yang dibagi menjadi 23 kecambah normal antara lain : 1 kecambah
normal dari P3.1, 4 kecambah normal dari P3.2, 1 kecambah normal dari
P3.3, 2 kecambah normal dari P3.4, 2 kecambah normal dari P3.5, 3
kecambah normal dari P3.6, 2 kecambah normal dari P3.7, 5 kecambah
normal dari P3.8, dan 3 kecambah nomral pada P3.9. Kemudian benih
bagian pangkal (P3) berjumlah 16 benih yang termasuk kriteria kecambah
41
abnormal dengan ciri-ciri kecambah busuk atau rusak, hypocotyl pendek,
antara lain : 4 kecambah abnormal pada P3.1, 1 kecambah abnormal pada
P3.3, 3 kecambah abnormal pada P3.4, 3 kecambah abnormal pada P3.5, 1
kecambah abnormal pada P3.6, 2 kecambah abnormal pada P3.7, dan 2
kecambah abnormal pada P3.9.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih ada dua yaitu
faktor dari luar dan faktor dari dalam benih itu sendiri. Faktor luar yang
mempengaruhi perkecambahan benih adalah : (1) Air, (2) Oksigen, (3)
Cahaya, (4) suhu (Kamil, 2005 dalam surtina 2010). Dalam hal penelitian,
air memegang peran penting pada proses perkecambahan, dimana pada
awal perkecambahan tersebut kebutuhan air meningkat. Peranan air pada
proses perkecambahan adalah untuk pelarut, sebagai pereaksi, untuk
kegiatan metabolisme, dan untuk transportasi. Bila air yang diserap oleh
benih mengandung unsur hara, maka benih secara tidak langsung akan
mendapat stimulan dalam proses perkecambahannya. Dengan masuknya
air kedalam benih maka hara yang terkandung juga ikut terserap
kedalamnya.
Dari 135 benih yang disiapkan, ada beberapa benih yang tergolong
kedalam benih normal dan benih abnormal. Hal ini memiliki keterkaitan
dengan viabilitas benih, sebab beberapa faktor yang mempengaruhi
viabilitas benih pare (Momordica charantia L). selain itu, terdapat juga
beberapa benih yang tidak berkecambah yakni benih pada bagian pangkal
berjumlah 20, benih pada bagian tengah 16 dan benih pada bagian pangkal
6. Berikut gambar 4.1 benih yang tidak berkecambah.
42
Dari kondisi benih yang terdapat pada gambar 4.1, dapat dilihat
bahwa benih yang tidak berkecambah warna kulit bijinya putih pucat, biji
menjadi lunak, serta biji menjadi warna hijau. Biji menjadi putih pucat
disebabkan oleh proses imbibisi oleh biji kurang maksimal, kemudian dari
proses imbibisi ini, kondisi anatomi benih bagian dalam tidak mampu
berkembang dengan baik sehingga kondisi biji menjadi lunak. Selain itu,
warna hijau yang terdapat pada biji, disebabkan oleh kurang maksimalnya
proses pembersihan biji dari lapisan atau lendir yang terdapat pada biji.
Petunjuk praktikum yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilkakukan divalidasikan oleh validator ahli bahan ajar, validator materi
dan validator uji keterbacaan. Dari hasil analisis data validator ahli bahan
ajar oleh Ervina Titi Jayanti, M.Si diperoleh rata-rata 3,11 dari 18
komponen penilaian dengan menggunakan skala likert (4, 3, 2, 1) yang
berarti bahwa petunjuk praktikum layak digunakan tanpa revisi, kemudian
hasil analisis data validator ahli materi oleh Drs. Sumarjan, M.Si diperoleh
rata-rata 3,38 dari 13 komponen penilaian dengan menggunakan skala
likert (4, 3, 2, 1) yang berarti bahwa petunjuk praktikum layak digunakan
tanpa revisi. Kemudian uji keterbacaan petunjuk praktikum divalidasikan
Gambar 4.1 kondisi benih yang tidak berkecambah
43
oleh perwakilan 20 orang mahasiswa dan diperoleh rata-rata 81,25 % yang
berarti bahwa petunjuk praktikum layak digunakan tanpa revisi.
44
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tingkat viabilitas pada benih pare yakni lebih dominan pada benih
bagian pangkal dengan jumlah 39 benih berkecambah, sedangkan
benih bagian ujung dan benih tengah yakni 29 dan 25. Tingkat vigor
dari masing-masing bagian benih yakni benih bagian pangkal memiliki
23 kecambah normal dan 16 kecambah abnormal, benih bagian ujung
memiliki 19 kecambah normal dan 10 kecambah abnormal serta benih
bagian tengah memiliki 12 kecambah normal dan 13 kecambah
abnormal.
2. Petunjuk praktikum yang disusun dan divalidasi oleh ahli bahan ajar
dengan rata-rata 3,11 layak digunakan tanpa revisi, kemudian
divalidasi oleh ahli materi dengan rata-rata 3,38 layak digunakan tanpa
revisi serta validasi uji keterbacaan oleh 20 perwakilan mahasiswa
dengan rata-rata 81,25% layak digunakan tanpa revisi.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait vigor dan viabilitas
benih, namun secara umum lebih ditekankan kepada jarak posisi
pemotongan buah antara bagian ujung buah, bagian tengah buah, dan
bagian pangkal buah. Sehingga kedepannya penelitian ini dapat dijadikan
sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum fisiologi tumbuhan I.
43
29
DAFTAR RUJUKAN
Adminboro. 2013. Manfaat dan Kandungan Dari Buah Pare.http://wb.5.itrademarket.com/pdimage/84/1204684_pariafIdragon.jpeg.diakses pada tanggal 20 Januari 2015 jam 20.15 WITA.Direktorat GiziDepartemen Kesehatan Republik Indonesia (1981).
Ibrahim, M. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru MataPelajaran Biologi : Direktorat Sekolah lanjutan Tingkat Pertama,Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah, DepartemenPendidikan Nasional.
Ichsan, C.N. 2004. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryzasativa L) yang Diproduksi pada Temperatur yang berbeda Selamakemasakan. J. Floratek 2 : 37 – 42.
Imaniarta, I, dkk. 2013. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMABerbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi danKesetimbangan Kimia : Universitas Negeri Malang.
Kamil, J. 1986. TEKNOLOGI BENIH 1. Padang : Angkasa Raya Padang.
Kardono,2010. Budidaya dan Manfaat Bawang, Mentimun, dan Pare. Jl. PatalSenayan 25 Jakarta 12210 : PT Armandelta Selaras.
Knott J.E & J.R Deanon Jr. 1967. Food Composition (1964) handbook No. 1Manila.
Maharani, U.I. 2013. Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Terpadu TemaFotosintesis Berbasis Learning Cycle Untuk Siswa SMP : UniversitasNegeri Semarang.
Rukmana, R. 1997. Budi daya Pare.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Saleh, M.S, dkk 2005. Pengaruh Skarifikasi dan Media Tumbuh TerhadapViabilitas Benih dan Vigor Kecambah Aren. J. Agroland (3) : 182 –190, September 2008 ISSN : 0854 – 641X.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian EdisiRevisi. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabet Bandung.
Sutopo, L. 2012. TEKNOLOGI BENIH.Ed. Revisi-8.-Jakarta : PT. RajagrafindoPersada.
44
30
Wikipedia. 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Peria diakses pada tanggal 20Januari 2015 Pukul 20.20 WITA
45
46
BAGIAN UJUNG BUAH(PERLAKUAN P1) (9 KALI ULANGAN)
HARI/TANGGALPERLAKUAN DAN ULANGAN
KETERANGANP1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P1.8 P1.9
Rabu, 18 Februari 2015 - 1 - - 1 - - 1 - Pengamatan ke 1Sabtu, 21 februari 2015 1 2 1 1 - 1 1 - - Pengamatan ke 2Selasa, 24 februari 2015 - - 1 - - - - 1 1 Pengamatan ke 3Jumat, 27 februari 2015 - - - - 1 - - - - Pengamatan ke 4Senin, 2 maret 2015 - - - - - - - 1 - Pengamatan ke 5Kamis, 5 maret 2015 - - 1 - - - - 1 - Pengamatan ke 6Minggu, 8 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 7Rabu, 11 maret 2015 1 1 - 1 - - - - 1 Pengamatan ke 8Sabtu, 14 maret 2015 1 - - - - - - - - Pengamatan ke 9Selasa, 17 maret 2015 1 - 1 - 1 - - - - Pengamatan ke 10Jumat, 20 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 11Minggu, 23 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 12
Lam
piran 1.Instrumen T
abel Pengam
atan Viabilitas P
erlakuan P1
47
BAGIAN UJUNG BUAH(PERLAKUAN P2) (9 KALI ULANGAN)
HARI/TANGGALPERLAKUAN DAN ULANGAN
KETERANGANP2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 P2.8 P2.9
Rabu, 18 Februari 2015 - - 1 1 - - - 1 3 Pengamatan ke 1Sabtu, 21 februari 2015 - - 1 1 - 1 2 - - Pengamatan ke 2Selasa, 24 februari 2015 - - - 1 1 - 1 - - Pengamatan ke 3Jumat, 27 februari 2015 - 1 - 1 - - - 1 1 Pengamatan ke 4Senin, 2 maret 2015 - 1 - - - 2 1 2 - Pengamatan ke 5Kamis, 5 maret 2015 - - 1 - - - - - 1 Pengamatan ke 6Minggu, 8 maret 2015 - - - 1 - - - - - Pengamatan ke 7Rabu, 11 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 8Sabtu, 14 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 9Selasa, 17 maret 2015 2 - - - - - - - - Pengamatan ke 10Jumat, 20 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 11Minggu, 23 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 12
Lam
piran 2.Instrumen T
abel Pengam
atan Viabilitas P
erlakuan P2
48
BAGIAN UJUNG BUAH(PERLAKUAN P3) (9 KALI ULANGAN)
HARI/TANGGALPERLAKUAN DAN ULANGAN
KETERANGANP3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 P3.8 P3.9
Rabu, 18 Februari 2015 - - 1 2 2 - 1 1 - Pengamatan ke 1Sabtu, 21 februari 2015 1 1 - - 2 1 1 1 2 Pengamatan ke 2Selasa, 24 februari 2015 - - - - 1 1 - - - Pengamatan ke 3Jumat, 27 februari 2015 - - - - - 1 - - - Pengamatan ke 4Senin, 2 maret 2015 3 - - 1 - - - - 1 Pengamatan ke 5Kamis, 5 maret 2015 1 - - - - - - - 2 Pengamatan ke 6Minggu, 8 maret 2015 - - 1 1 - - - - - Pengamatan ke 7Rabu, 11 maret 2015 - 2 - 1 - - - - - Pengamatan ke 8Sabtu, 14 maret 2015 - - - - - - 1 - - Pengamatan ke 9Selasa, 17 maret 2015 - 1 - - - 1 1 3 - Pengamatan ke 10Jumat, 20 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 11Minggu, 23 maret 2015 - - - - - - - - - Pengamatan ke 12
Lam
piran 3.Instrumen
Tabel P
engamatan V
iabilitas Perlakuan P
3
49
TABEL PENGAMATANVIGOR
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.1
(1) Hipokotil panjang(2) Bibit rusak(3) Hipokotil panjang(4) Hipokotil panjang(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.2
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Bibit rusak atau busuk(4) Bibit rusak(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.3
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Bibit rusak(4) Hipokotil panjang(5) Tidak ada
Lam
piran 4. Instrumen T
abel Pengam
atan Vigor
50
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.4
(1) Hipokotil panjang(2) Bibit rusak(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.5
(1) Bibit rusak(2) Bibit rusak(3) Hipokotil pendek(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.6
(1) Hipokotil panjang(2) Tidak ada(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.7
(1) Bibit rusak atau busuk(2) Tidak ada(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
51
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.8
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Bibit rusak atau busuk(3) Hipokotil pendek(4) Hipokotil pendek(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P1.9
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.1
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.2
(1) Hipokotil panjang(2) Bibit rusak atau busuk(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
52
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.3
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Bibit rusak atau busuk(3) Hipokotil panjang(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.4
(1) Hipokotil pendek(2) Hipokotilpanjang(3) Hipokotil pendek(4) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(5) Hipokotil panjang
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.5
(1) Bibit rusak atau busuk(2) Tidak ada(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.6
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Hipokotil panjang(4) Tidak ada(5) Tidak ada
53
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.7
(1) Bibit rusak atau busuk(2) Hipokotil pendek(3) Hipokotil pendek dan membengkak(4) Hipokotil pendek(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.8
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Hipokotil pendek dan membengkak(4) Hipokotil panjang(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P2.9
(1) Hipokotil panjang(2) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(3) Hipokotil panjang(4) Hipokotil panjang(5) Hipokotil panjang
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.1
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil pendek(3) Hipokotil pendek(4) Hipokotil pendek(5) Hipokotil pendek
54
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.2
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Hipokotil panjang(4) Hipokotil panjang(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.3
(1) Hipokotil panjang(2) Bibit rusak atau busuk(3) Tidak ada(4) Tidak ada(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.4
(1) Bibit rusak atau busuk(2) Hipokotil panjang(3) Hipokotil panjang(4) Bibit rusak atau busuk(5) Hipokotil pendek
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.5
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Daun pertama keriput(4) Bibit rusak atau busuk(5) Bibit rusak atau busuk
55
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.6
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil pendek(3) Hipokotil panjang(4) Hipokotil panjang(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.7
(1) Tanaman berbunga, hipokotil panjang(2) Tanaman berbunga, Hipokotil panjang(3) Hipokotil pendek(4) Bibit rusak atau busuk(5) Tidak ada
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.8
(1) Hipokotil panjang(2) Hipokotil panjang(3) Hipokotil panjang(4) Hipokotil panjang(5) Hipokotil panjang
ULANGAN.PERLAKUAN BENIH KETERANGAN
P3.9
(1) Hipokotil panjang(2) Bibit rusak atau busuk(3) Benih rusak atau busuk(4) Hipokotil panjang(5) Hipokotil panjang
59
Memasukkan tanah kedalam Polybag untukmedia vigor
Memilah benih bagian ujung, tengah danpangkal
Meletakkan benih pada petridischMemotong Kapas tempat media viabilitas
Pemberian air pada benih
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
59
Memasukkan tanah kedalam Polybag untukmedia vigor
Memilah benih bagian ujung, tengah danpangkal
Meletakkan benih pada petridischMemotong Kapas tempat media viabilitas
Pemberian air pada benih
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
59
Memasukkan tanah kedalam Polybag untukmedia vigor
Memilah benih bagian ujung, tengah danpangkal
Meletakkan benih pada petridischMemotong Kapas tempat media viabilitas
Pemberian air pada benih
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
60
Benih yang berkecambah (Pengamatan Viabilitas)
Kecambah Abnormal (pengamatan Vigor)Kecambah Normal (Pengamatan Vigor)
Pengamatan Akhir Viabilitas Pengamatan Akhir Vigor
60
Benih yang berkecambah (Pengamatan Viabilitas)
Kecambah Abnormal (pengamatan Vigor)Kecambah Normal (Pengamatan Vigor)
Pengamatan Akhir Viabilitas Pengamatan Akhir Vigor
60
Benih yang berkecambah (Pengamatan Viabilitas)
Kecambah Abnormal (pengamatan Vigor)Kecambah Normal (Pengamatan Vigor)
Pengamatan Akhir Viabilitas Pengamatan Akhir Vigor
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan petunjuk
praktikum Fisiologi Tumbuhan I dengan judul acara: Morfogenesis
(Perkecambahan). Buku petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I ini merupakan
bagian dari skripsi yang berjudul “Vigor dan Viabilitas Benih Pare (Momordica
charantia L.) Lokal Lombok Sebagai Dasar Penyusunan Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan I.”
Penyusun berharap dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini dapat
digunakan dalam melaksanakan praktikum di lapangan, penyusun menyadari buku
petunjuk praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan,. Akhirnya
semoga buku petunjuk praktikum Fisiologi Tumbuhan I ini dapat digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan praktikum Morfogenesis (Perkecambahan).
Mataram, April 2015
Maqita FirmansyahNIM. 11 211 088
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
TATA TERTIB PRAKTIKUM ....................................................................... vi
KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM ..................................................... vii
ACARA PRAKTIKUM................................................................................... 1
A. TUJUAN .............................................................................................. 1
B. KAJIAN TEORI .................................................................................. 1
1. Benih Bermutu ............................................................................... 1
2. Tanaman Paria atau Pare................................................................ 2
3. Viabilitas ........................................................................................ 2
4. Vigor .............................................................................................. 4
5. Hasil Penelitian .............................................................................. 5
C. ALAT DAN BAHAN .......................................................................... 6
D. CARA KERJA ..................................................................................... 6
E. ANALISIS DATA ............................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L.) ..................................................... 2
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengamatan Viabilitas........................................................................ 7
Tabel 2. Pengamatan Vigor.............................................................................. 7
vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM
MORFOGENESIS (PERKECAMBAHAN)
1. Mahasiswa hadir 15 menit sebelum acara praktikum dimulai.
2. Mahasiswa menggunakan jas praktikum.
3. Hp dinon-aktifkan.
4. Mahasiswa mengeluarkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
5. Mahasiswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur kerja yang
terdapat pada petunjuk praktikum.
6. Mahasiswa dilarang untuk berkeliaran maupun mengganggu kelompok
kerja lainnya.
Mataram, April 2015Kepala Laboratoriumm Biologi
FPMIPA IKIP Mataram
Nofisulastri, SPt., M.Si
vii
KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM
MORFOGENESIS (PERKECAMBAHAN)
1. Dilarang merokok di dalam laboratorium
2. Gunakan peralatan kerja : kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.
3. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama selesai
praktikum.
4. Hati-hati menggunakan bahan kimia berbahaya. Bila kulit terkena bahan
kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar. Segera cuci dengan air
sebanyak-banyaknya.
5. Hati-hati menggunakan api.
6. Mengetahui letak tabung pemadam kebakaran dan kotak P3K.
7. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan
segera pada asisten atau petugas laboratorium. Segera pergi ke dokter
untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.
Mataram, April 2015Kepala Laboratoriumm Biologi
FPMIPA IKIP Mataram
Nofisulastri, SPt., M.Si
1
ACARA PRAKTIKUM
MORFOGENESIS (PERKECAMBAHAN)
A. Tujuan
Mengamati proses morfogenesis (Perkecambahan) pada Pare (Momordica
charantia L.).
B. Dasar Teori
1. Benih Bermutu
Benih merupakan salah satu faktor paling mahal, dan paling
penting yang mempengaruhi potensi hasil. Kualitas benih ditentukan
oleh perkecambahan dan analisis kemurnian. Secara hukum, semua
bibit tanaman harus diberi label untuk persen perkecambahan, benih
tanaman, benih gulma dan kandungan bahan inert, dan tanggal
pengujian perkecambahan. Membeli bibit akan lebih baik pada dealer
benih terkemuka yang memiliki pembersihan penanganan tepat dan
fasilitas penyimpanan. Benih berkualitas ditentukan oleh banyak
faktor, terutama benih kemurnian dan perkecambahan. Namun, banyak
faktor lain seperti berbagai kehadiran benih-penyakit yang ditularkan,
vigor benih, dan ukuran biji yang penting ketika mempertimbangkan
pembelian benih (Polpoke. 2013)
Berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1992, benih bermutu
mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Produktivitasnya tinggi, yaitu varietas/klon mempunyai produksi
yang tinggi, artinya gap antara produksi yang diperoleh pada
lingkungan pengujian sebelum varietas/klon tersebut dirilis dengan
lingkungan pertanaman luas atau di masyarakat rendah,
b. Pertumbuhan seragam, yaitu pertumbuhan antar satu tanaman
dalam suatu pertanaman sama, baik dari aspek tinggi tanaman,
diameter batang, perkembangan kanopi, dan produktivitas.
2
c. Mutu genetisnya tinggi, yaitu struktur gen dalam kromosom sama
pada setiap tanaman dalam klon/varietas tersebut. Misalnya pada
tanaman pala dengan varietas Banda.
2. Tanaman Paria atau pare
Paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari
wilayah Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam
dan Burma. Anggota labu-labuan atau Cucurbitaceae ini biasa
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binominalnya
berarti “gigitan” yang menunjukkan tepi daunnya yang menyerupai
bekas gigitan (Wikipedia, 2015).
Menurut Rukmana (1997), tanaman pare diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
3. Viabilitas
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas
benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau
daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat
dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari
sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L.)
2
c. Mutu genetisnya tinggi, yaitu struktur gen dalam kromosom sama
pada setiap tanaman dalam klon/varietas tersebut. Misalnya pada
tanaman pala dengan varietas Banda.
2. Tanaman Paria atau pare
Paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari
wilayah Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam
dan Burma. Anggota labu-labuan atau Cucurbitaceae ini biasa
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binominalnya
berarti “gigitan” yang menunjukkan tepi daunnya yang menyerupai
bekas gigitan (Wikipedia, 2015).
Menurut Rukmana (1997), tanaman pare diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
3. Viabilitas
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas
benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau
daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat
dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari
sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L.)
2
c. Mutu genetisnya tinggi, yaitu struktur gen dalam kromosom sama
pada setiap tanaman dalam klon/varietas tersebut. Misalnya pada
tanaman pala dengan varietas Banda.
2. Tanaman Paria atau pare
Paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari
wilayah Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam
dan Burma. Anggota labu-labuan atau Cucurbitaceae ini biasa
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan
pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binominalnya
berarti “gigitan” yang menunjukkan tepi daunnya yang menyerupai
bekas gigitan (Wikipedia, 2015).
Menurut Rukmana (1997), tanaman pare diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Species : Momordica charantia L.
3. Viabilitas
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas
benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau
daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat
dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari
sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L.)
3
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau
sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah
mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi
sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil,
1979).
Secara umum, faktor pertumbuhan tanaman meliputi faktor
internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut : (a)
Ketahan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis, (b) laju
fotosintesis, (c) respirasi, (d) pembagian hasil asimilasi dan nitrogen,
(e) klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya, (f) tipe dan letak
meristem, (g) kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, (h)
aktivitas enzim, (i) pengaruh langsung oleh gen, dan (j) diferensiasi.
Sedangnkan Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah sebagai berikut : (a) faktor iklim yang meliputi cahaya,
temperatur, air, panjang hari, angin, dan gas, (b) faktor edafik meliputi
tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, pH,
kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi, (c) faktor biologis yang
meliputi gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda,
herbivora, dan mikroorganisme.
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan
adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan
perkecambahan kuat, dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh
yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan
dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya
sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002)
a. Kriteria Kecambah Normal
1) Akar
Pada bagian akar, akar primer kuat, dengan atau tanpa akar-
akar sekunder, akar primer membatang, paling kurang dengan
dua akar-akar sekunder yang kuat.
4
2) Hipokotil
Hypocotyl panjang atau pendek, tetapi pertumbuhannya baik.
3) Kotiledon
Ada dua buah, bebas dari pembusukan atau kerusakan berat
lainnya (other serious injury)
4) Epikotil
Utuh kalau bisa dilihat.
b. Kriteria Kecambah Abnormal
1) Akar
Tak ada akar primer, akar primer membatang (stubby primary
root) tanpa disertai akar-akar sekunder, akar primer
membatang, dengan disertai akar-akar sekunder lemah, dan
hypocotyl pendek.
2) Hipokotil
Hypocotyl cacat, pendek atau terlalu membengkak, kalau
sekiranya ini disebabkan perlakuan zat kimia yang berlebihan.
3) Kotiledon
Satu atau kedua-duanya hilang, atau busuk
4) Epikotil
Rusak berat.
4. Vigor
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. (Sutopo,
1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor
genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda
sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur
genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari
indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan
terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test (Retro,2010).
5
Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor benih
harus relevan dengan tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi
dicirikan antara lain oleh:
a. Tahan disimpan lama.
b. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
c. Cepat dan merata tumbuhnya.
d. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub
optimal.
5. Hasil Penelitian
Mekanisme perkecambahan pada Pare (Momordica charantia
L.) antara lain proses imbibisi. Benih menyerap air yang dibutuhkan
dalam proses perkecambahannya. Banyak sedikitnya air yang akan
diserap akan menentukan benih tersebut akan mampu berkecambah
ataupun akan mati. Proses imbibisi juga dipengaruhi oleh kulit biji,
semakin tebal kulit biji, maka semakin kecil kemungkinan proses
penyerapan air terjadi. Kemudian dalam proses perkecambahan, yang
menjadi cadangan makanan dalam perkecambahannya yakni kotiledon,
bukan endosperm biji.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
jumlah perbedaan jumlah berkecambah benih yang terdapat pada
bagian ujung, bagian tengah, dan bagian pangkal, yakni persentase
perekcambahan pada bagian ujung 26,66 %, bagian tengah 42,22 %,
dan bagian pangkal 51, 11 %. Dalam hal ini benih yang terdapat pada
bagian pangkal yang lebih dominan berkecambah. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi benih pada bagian pankal dominan
berkecambah yakni :
a. Umur benih
Benih yang terdapat pada bagian pangkal akan cepat berkecambah
dikarenakan kadar air yang terdapat pada benih cukup dalam
membantu benih dalam proses perkecambahan.
b. Pencahayaan
6
Pencahayaan membantu benih untuk mampu berkecambah dengan
cepat. Benih pada bagian pangkal lebih cepat terkena cahaya yang
dikarenakan kulit buah pada bagian pangkal lebih kecil dan tipis
dibandingkan kulit buah pada bagian tengah dan ujung. Hal ini
menyebabkan penetrasi cahaya ke buah pada bagian ujung lebih
optimal.
c. Unsur Hara
Dalam proses perkecambahan, unsur hara yang dialirkan dan
diserap oleh benih mampu menjadi cadang makanan yang nantinya
akan digunakan ketika proses perkecambahan. Benih pada bagian
pangkal memiliki unsur hara yang cukup ketika melakukan proses
perkecambahan, dikarenakan aliran hara akan melewati benih pada
bagian pangkal dan akan mengalir pada bagian ujung. Logikanya,
benih juga tidak akan mampu menampung unsur hara yg
berlebihan, sehingga bagian benih yang optimal menerima unsur
hara yakni benih pada bagian pangkal.
C. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Petridisch Benih pare (Momordica charantia L.)
Polybag Tanah
Pinset Kapas
Saringan Air
Pisau
Alat Tulis Menulis
Tabel Pengamatan
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum praktikum
dimulai.
2. Siapkan 18 petridisch yang sudah diletakkan kapas sebagai media
tumbuh dan letakkan benih sebanyak 3 buah pada masing-masing
petridisch
7
3. Siapkan polybag sebanyak 54 buah yang sudah terisi tanah sebagai
media tumbuh benih yang sudah berkecambah.
4. Pada saat benih sudah mulai berkecambah, amati dan pindahkan benih
yang berkecambah pada polybag yang sudah disiapkan.
5. Amati dan deskripsikan kecambah yang dipindahkan, kemudian
golongkan kedalam kategori kecambah normal atau abnormal
berdasarkan referensi yang jelas.
6. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali untuk pengamatan viabilitas benih.
7. Catatlah hasil pengamatan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Pengamatan VigorNo. Perlakuan Parameter Deskripsi
1. Akar
Hipokotil
Kotiledon
Epikotil
2. Akar
Hipokotil
Kotiledon
Epikotil
Tabel 2. Pengamatan Viabilitas
No. Perlakuan UlanganJumlah Berkecambah (3 hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.
Ben
ih b
agia
n U
jung
1
2
3
4
5
6
2.
3.
8
E. Analisis Data
1. Lakukan perhitungan persentase perkecambahan !% ℎ = ℎ ℎ ℎℎ ℎ ℎ × 100%2. Lakukan perhitungan Laju Perkecambahan !− ℎ = + +⋯+ℎ ℎ ℎ
Di mana :
N= Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu
tertentu.
T= Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai
dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan
3. Lakukan Analisis ANOVA dan uji lanjut Duncan 0,05% !
9
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, J. 1986. TEKNOLOGI BENIH 1. Padang : Angkasa Raya Padang.
Polpoke, Z. 2013. http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-254-
kriteria-pemilihan-benih-bermutu-.html di akses pada tanggal 10 April
2015 pukul 20.00 WITA
Rukmana, R. 1997. Budi daya Pare.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sutopo, L. 2012. TEKNOLOGI BENIH.Ed. Revisi-8.-Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada.
UU RI No.12 Tahun 1992; UU RI No.18 Tahun 2000. PP RI No.44 Tahun 1995.
Wikipedia. 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Peria diakses pada tanggal 20
Januari 2015 Pukul 20.20 WITA
RIWAYAT HIDUP
Nama Maqita Firmansyah, tempat dan tanggal lahir
Sumbawa, 23 November 1992, alamat asal Kecamatan
Alas Desa Luar RT.002 / RW.007. Penulis merupakan
anak ketiga dari 4 bersaudara dari Qaimulhaq, S.Pd
dan Mahabbah. Menyelesaikan Sekolah Dasar (SD)
selama 6 tahun di SDN 3 Alas. Melanjutkan sekolah di
SMPN 1 Alas selama 3 tahun, kemudian melanjutkan Pendidikan di
SMAN 1 Alas selama 3 tahun dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun
2011, penulis melanjutkan sekolah di Perguruan Tinggi (PT) tepatnya di
IKIP Mataram pada tahun akademik 2011/2012 dan mengambil jurusan
Pendidikan Biologi pada Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA IKIP
Mataram. Mengawali proses perkuliahan, Penulis berkecimpung di
Organisasi HMJP Biologi sebagai Sekretaris UMUM pada tahun 2012-
2013, kemudian menjadi Ketua HMJP Biologi FPMIPA IKIP Mataram
pada tahun 2013-2014, dan menjadi ketua BEM FPMIPA IKIP Mataram
tahun akademik 2014-2015. Dalam bidang akademik penulis
dipercayakan sebagai Coordinator Asisten Laboratorium Biologi
FPMIPA IKIP Mataram sampai akhir pendidikan di IKIP Mataram.
Penulis menyelesaikan studi Strata 1 (S1) dengan judul skripsi “Vigor
dan Viabilitas Benih Pare (Momordica charantia L.) Lokal Lombok
Sebagai Dasar penyusunan Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan I”
dengan predikat kelulusan Cum Laude.
Top Related