UPAYA GURU PENGAJIAN ANTARA MAGRIB DAN ISYA
DALAM MENGAJAR BACA TULIS AL-QUR’AN DI
MASJID NURUL IKHLAS KELURAHAN
SUKA KARYA KECAMATAN
KOTA BARU JAMBI
SKRIPSI
DITA FEBRIYANTI
NIM.TP.161444
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
UPAYA GURU PENGAJIAN ANTARA MAGRIB DAN ISYA
DALAM MENGAJAR BACA TULIS AL-QUR’AN DI
MASJID NURUL IKHLAS KELURAHAN
SUKA KARYA KECAMATAN
KOTA BARU JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
DITA FEBRIYANTI
NIM.TP.161444
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah wasyukurilla, dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, ucapan syukur tiada henti penulis ucapkan
pada-Mu Ya Rabb, atas segala nikmat, hidayah dan inayah yang berikan kepad penulis.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat
berangkaikan salam, semoga selalu tercurahkan kepada Sayyidul Anbiya’ Wal
Mursalin, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang mulia.
Saya persembahkan skripsi ini untuk Ayahanda tercinta Muslim (Alm) dan
Ibundaku tercinta Ramlah yang tiada pernah henti selama ini memberikan semangat
do’a, dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan
hingga saya selalu kuat menjalani rintangan yang ada di depanku. Ayah, Ibu terimalah
bukti kecil ini sebagai kado terindah dan perjuanganku yang selalu saja
menyusahkanmu. Untuk semua teman-teman seperjuanganku KKN Posko 05
gelombang 1, PPL SMA N 11 Muaro Jambi, PAI B 2016, terkhusus Istiqomah, Juniar
Armadila, Ramlah, Abdullah Mursyid, Dwi Sinta Anggraini, Azizah, Miya Kurniati
dan Futri Afnirozzaq dari awal hingga akhir selalu menemaniku dan berjuang bersama.
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata yang dapat kupersembahkan kepada
kalian semua, beribu-ribu terimakasih saya ucapkan.
vii
MOTTO
كم نفمسأ لأ أحسنتم ن أحسنتم(٧... )الارسإء: إ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri ...” (Q.S. Al-Isra’ : 7)
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحن الرحيم Alhamdulillah Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis
ucapkan kehadirat Allah Swt. sebagai Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam
semesta ini, dan yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di
kehendakinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul : “Upaya Guru Pengajian
Antara Magrib dan Isya Dalam Mengajar Baca Tulis Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis
meyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’adi Asy’ari, M.A, Ph.D. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadillah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd. selaku Wakil Dekan I, , Bapak Dr.Najmul Hayatl, S.Ag. M.
Pd.I. Selaku Wakil Dekan II, dan Ibu Dr. Yusria, S. Ag, M.Ag. Selaku Wakil Dekan
III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Habib Muhammad, S.Ag, M.Ag. Selaku Sekretaris Prodi
Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Drs. H. Constantin, S.Ag, M.Ag. Selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh
ix
keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
6. Bapak Mukhlis, S.Ag, M.Ag. Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan keikhlasan, kesabaran
dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Bapak-bapak dan Ibuk-ibu Dosen, karyawan dan karyawati serta segenap Aktivitas
Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan..
8. Bapak kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi beserta segenap karyawan-karyawati.
9. Bapak Pengurus Masjid Nurul Ikhlas dan Guru Pengajian Antara Maghrib dan Isya.
10. Teman-teman seperjuangan yang ikut memberikan perhatian dan partisipasinya
dalam menulis skripsi ini.
11. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terimakasih.
Kemudian sebagai karya manusia tentu skripsi ini ada terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kepada seluruh pembaca diharapkan kesediaannya untuk
mengkritik skripsi ini yang sifat kontribusi membangun, seterusnya mudah-mudahan
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan orang-orang yang
mencintai ilmu pengetahuan.
Jambi, Maret 2020
Penulis,
Dita Febriyanti
TP.161444
x
ABSTRAK
Nama : Dita Febriyanti
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Upaya Guru Pengajian Antara Maghrib dan Isya dalam Mengajar Baca Tulis
Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi
Skripsi ini membahas tentang upaya guru pengajian antara maghrib dan isya
dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya
Kecamatan Kota Baru Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang
dilakukan guru pengajian antara maghrib dan isya dalam mengajar baca tulis Al-
qur’an. Penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana dapat
dengan mudah mengetahui permasalahan dengan pengamatan langsung dan dengan
metode deskriptif, dengan tujuan dapat memberi gambaran tentang gejala tertentu dan
menjawab pertanyaan dari penelitian yang berkenaan dengan upaya guru pengajian
antara maghrib dan isya. Banyak hal yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, mulai
dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang ada pada masjid Nurul Ikhlas
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi untuk mengumpulkan data. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru dalam mengajar baca
tulis Al-qur’an yaitu dengan membuat peraturan jadwal pelaksanaan, meningkatkan
disiplin belajar, berupaya mengajar dengan baik, melakukan kerja sama dengan orang
tua murid, memberikan nasehat, dan memberikan motivasi. Guru pengajian antara
maghrib dan isya di masjid Nurul Ikhlas ini menggunakan metode qiro’ati dan iqra.
Masih ada kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengajar baca tulis Al-qur’an,
seperti terbenturnya jadwal mengajar, kurangnya disiplin murid-murid dalam belajar,
datang tidak tepat waktu, dan keterbatasan waktu, ini adalah hasil wawancara dengan
guru pengajian antara maghrib dan isya. Berdasarkan penelitian ini, diharapkan akan
menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar, para
peneliti dan semua pihak yang membutuhkan dilingkungan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Kata Kunci: Upaya, Guru, Pengajian Antara Maghrib dan Isya, Baca Tulis Al-qur’an
xi
ABSTRACT
Name : Dita Febriyanti
Major : Islamic Education
Title : The effort of Teacher Recitation Between Maghrib and Isha in Teaching
Reading and Writing Al-qur’an in Nurul Ikhlas Mosque Suka Karya Village District
Kota Baru Jambi
This thesis discusses the efforts of recitation teachers between maghrib and
isya in teaching reading and writing Al-quran at the Nurul Ikhlas mosque Suka Karya
Village District Kota Baru Jambi. This study aims to determine the efforts made by the
teacher of recitation between maghrib and isya in teaching reading and writing the
Qur'an. The author in this study uses qualitative research which can easily find out
problems with direct observation and with descriptive methods, with the aim of being
able to give a description of certain symptoms and answering questions from research
regarding the teacher's effort to teach between maghrib and isya. Many things were
done by researchers in the field, starting from observations, interviews and
documentation available at the Nurul Ikhlas mosque Suka Karya Village District Kota
Baru Jambi to collect data. The results of this study indicate that the efforts made by
teachers in teaching reading and writing Al-quran are by making rules of the
implementation schedule, improving discipline of learning, trying to teach well,
collaborating with parents, giving advice, and providing motivation. The recitation
teacher between maghrib and isya at Nurul Ikhlas mosque uses qiro’ati and iqra
methods. There are still obstacles faced by teachers in teaching reading and writing the
Qur'an, such as the clash of teaching schedules, lack of student discipline in learning,
not coming on time, and time constraints, these are the results of interviews with
recitation teachers between Maghrib and Isha . Based on this research, it is expected to
be a material of information and input for students, lecturers, researchers and all parties
who need the environment of the Sulthan Thaha Saifuddin Jambi State Islamic
University.
Keywords : Effort, Teacher, Recitation between Maghrib and Isha, Reading and
Writing Al-qur’an
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
NOTA DINAS ....................................................................................................ii
PENGESAHAN ..................................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi
MOTTO...............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
ABSTRAK ..........................................................................................................x
ABSTRACT ........................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Fokus Permasalahan ................................................................................3
C. Rumusan Masalah ...................................................................................3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitiann .............................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................................5
1. Upaya Guru .......................................................................................5
2. Pengajian Antara Maghrib dan Isya ..................................................20
3. Mengajar Baca Tulis Al-qur’an ........................................................27
B. Studi Relevan ..........................................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian .........................................................35
B. Setting dan Subjek Penelitian..................................................................35
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................36
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................37
E. Teknik Analisis Data ...............................................................................39
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .....................................................41
G. Jadwal Penelitian .....................................................................................43
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum........................................................................................44
B. Temuan Khusus .......................................................................................52
xiii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................64
B. Saran ........................................................................................................64
C. Kata Penutup ...........................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian............................................................................... 47
Tabel 4.1 Struktur Organisasi ............................................................................ 50
Tabel 4.2 Data Guru PAMI Masjid Nurul Ikhlas ............................................... 51
Tabel 4.3 Data Murid PAMI Masjid Nurul Ikhlas .............................................. 52
Tabel 4.4 Daftar Kelompok Mengaji PAMI Masjid Nurul Ikhlas ..................... 54
Tabel 4.5 Keadaan Sarana Masjid Nurul Ikhlas................................................. 55
Tabel 4.6 Keadaan Prasarana Masjid Nurul Ikhlas ............................................. 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap umat muslim dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi
dari kandungan ayat tersebut. Maka dari itu perlu bagi kita untuk mempelajari
Al-qur’an, baik belajar membaca, menulis maupun mempelajari isi dari
kandungan Al-qur’an tersebut karena Al-qur’an adalah pedoman bagi setiap
umat Islam dan Al-qur’an mampu memberikan syafaat bagi yang mempelajari
dan mengamalkannya.
Tujuan pembelajaran Al-qur’an adalah untuk meningkatkan dan
mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam
membaca, menulis, menghafal dan memahami Al-qur’an yang nantinya
diharapkan nilai-nilai Al-qur’an menjadi landasan moral, etika dan spiritual
yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan nasional.
Kitab Al-qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa,
maka tidak mungkin seorang muslim mampu membaca dan memahami
kandungan isinya, melainkan harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
Untuk itu mempelajari Al-qur’an, baik mengenai bacaannya secara benar sesuai
dengan ilmu tajwid.
Seiring dengan perkembangan zaman, kaum yang dianggap generasi
milenial kurang memperhatikan aspek pendidikan agama Islam dan disibukkan
dengan kepentingan materil dan duniawi. Generasi milenial yang disibukkan
dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat
diperoleh dengan mudah di era digital sekarang ini, dapat memperoleh
informasi melalui sambungan internet, media cetak, media elektronik dan lain
sebagainya. Namun kemudahan informasi yang didapat belum mampu menarik
minat dan kesadaran untuk mempelajari kitab suci Al-qur’an.
Pengajian antara maghrib dan isya atau disingkat dengan PAMI adalah
kegiatan untuk membudayakan kegiatan membaca Al-qur’an setelah shalat
2
maghrib di kalangan masyarakat baik diperkotaan maupun pedesaan yang
bertujuan untuk menghidupkan kembali budaya mengaji saat maghrib yang
sebenarnya sudah mengakar di Indonesia. Bahkan kenangan masa kecil kita
pasti mengantarkan suasana setelah maghrib adalah waktu khusus yang penuh
barokah untuk belajar dan mengaji. Namun sayang kegiatan ini semakin lama
semakin hilang dan ditinggalkan oleh masyarakat terutama anak-anak dan para
remaja seiring dengan perkembangan zaman modern saat ini. Menyikapi hal ini
tepatnya pada tanggal 23 Juni 2016 Walikota Jambi mengeluarkan peraturan
kegiatan pengajian antara maghrib dan isya agar terlaksana dengan baik
sebagaimana yang dikeluarkan dengan peraturan pengajian antara maghrib dan
isya Nomor 12 Tahun 2016.
Begitu pentingnya membaca Al-qur’an bagi kehidupan di dunia dan
akhirat, untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan dan pentingnya
motivasi membaca Al-qur’an. Disamping itu, mempelajari Al-qur’an
merupakan keharusan bagi umat Islam. Dalam proses belajar, tentunya ada
tingkatan-tingkatan yang dimulai dari tingkat paling dasar yaitu dari mengeja
huruf satu-persatu sampai lancar membacanya.
Di kalangan masyarakat dengan mudah dijumpai anak-anak muslim
yang belum mampu membaca Al-qur’an, dan ada sebagian anak-anak yang
masih belum mengenal huruf-huruf Al-qur’an. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa minat untuk membaca Al-qur’an di kalangan sebagian anak muslim saat
ini mulai berkurang. Kurangnya minat belajar baca tulis Al-qur’an ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Pada akhirnya menjadi tugas guru untuk
berupaya meningkatkan dan mengajar baca tulis Al-qur’an. Berbagai upaya
dilakukan oleh guru untuk kepentingan hal tersebut. Berhasil atau tidaknya
upaya tersebut sangat bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu aspek dalam pendidikan agama Islam yang perlu
mendapatkan perhatian lebih adalah pendidikan tentang membaca dan menulis
Al-qur’an dengan baik dan benar. Maka diperlukan guru yang bisa
3
membimbing dan bisa menggunakan metode yang tepat untuk mengajarkan nya
supaya anak dapat membaca dan menulis Al-qur’an dengan baik dan benar.
Terkadang kita menyalahkan anak-anak yang saat belajar membaca dan
menulis Al-qur’an mereka kurang serius, tapi yang sebenarnya tejadi itu
kesalahan bukan hanya dari anak-anak tetapi hal tersebut terjadi karena guru
tersebut juga tidak membuat pembelajaran baca tulis Al-qur’an itu menarik
sehingga anak-anak menjadi sulit dalam memahami baca tulis Al-qur’an. Guru
mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang
menyenangkan, menarik minat anak untuk belajar membaca Al-qur’an dan
supaya tidak rewel, tidak ramai dan tidak membosankan, maka diperlukan
kreativitas guru. Ini yang membuat anak-anak sulit untuk mengerti dan
memahami dalam membaca dan menulis Al-qur’an karena metode yang
digunakan oleh guru kurang sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Hal ini
yang menyebabkan siswa menjadi kurang serius dalam belajar membaca dan
menulis Al-qur’an.
Berdasarkan pengamatan awal (Grand Tour) yang dilakukan oleh
penulis di Masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru
Jambi, penulis menemukan adanya permasalahan : Pertama, guru saat
mengajar kurang memperhatikan metode yang digunakan untuk mengajar baca
tulis Al-qur’an, Kedua, proses kegiatan mengajar tidak berlangsung secara
normal. Ketiga, kurangnya disiplin anak-anak dalam mengikuti pengajian
antara maghrib dan isya.
Di lingkungan masjid Nurul Ikhlas yang berada di RT 04 Kelurahan
Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi sudah melakukan kegiatan pengajian
antara maghrib dan isya untuk anak-anak. Berdasarkan latar belakang masalah
di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya Guru
Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI) Dalam Mengajar Baca Tulis
Al-qur’an Di Masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan
Kota Baru Jambi.
4
B. Fokus Permasalahan
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh
peneliti, maka penelitan ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan upaya
guru pengajian antara maghrib dan isya (PAMI) dalam mengajar baca tulis al-
qur’an di masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru
Jambi.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pengajian antara maghrib dan isya dalam mengajar baca
tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas?
2. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan pengajian antara maghrib
dan isya dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas?
3. Bagaimana upaya guru dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid
Nurul Ikhlas?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui upaya guru pengajian antara maghrib dan isya dalam
mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas.
b. Ingin mengetahui metode yang digunakan dalam mengajara baca tulis
Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas.
c. Ingin mengetahui kendala yang menghambat pelaksanaan pengajian
antara maghrib dan isya dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid
Nurul Ikhlas.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian merupakan informasi yang menggambarkan tentang
upaya guru pengajian antara maghrib dan isya (PAMI) dalam mengajar
baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas.
b. Hasil penelitian ini merupakan informasi yang bermanfaat untuk
menambah koleksi pustaka yang ada di Universitas Islam Negeri
5
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang dapat digunakan sebagai sumber
referensi bagi peneliti atau mahasiswa lain.
c. Penelitian ini merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu (S1) Prodi Pendidikan Agama Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Upaya Guru
a. Pengertian Upaya
Upaya dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah usaha,
daya,ikhtiar, cara, akal (Kamisa, 1997:566). Maksudnya adalah upaya
dan usaha yang dilakukan untuk melakukan sesuatu, mencari akal untuk
merubah dari kondisi yang kurang baik menjadi baik sehingga tujuan
atau keinginan dapat tercapai sesuai dengan program yang dibuat atau
direncanakan.
Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya dalah usaha untuk
menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar. Peter Salim dan Yeni Salim
mengatakan upaya adalah bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian
dari tugas utama yang harus dilakukan (Peter Salim dan Yeni Salim,
2005: 1187)
Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya
adalah bagian dari usaha dan peranan yang harus dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini di
tekankan pada bagaimana usaha guru dalam mencapai tujuan pada saat
proses pembelajaran.
2. Guru
a. Pengertian Guru
Pengertian guru dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
orang yang pekerjaannya (mata pencariannya, profesinya) mengajar.
Pengertian pendidik dalam pandangan Islam hamper sama dengan teori
barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan murid didik dengan mengupayakan
7
perkembangan seluruh potensi murid didik, baik potensi efektif, potensi
kognitif, maupun potensi psikomotorik (Ahmad Tafsir, 2008:74)
Menurut Zakiyah Dradjat guru adalah pendidik professional,
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidian yang terpikul dipundak
para orang tua. Para orang tua tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,
berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya
kepada sembarangan guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi
guru (Muhammad Nurudiin, 2004:155)
Menurut Syarifuddin Nurdin guru adalah seorang yang
mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik, menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka
menjunjung tinggi, mengembangkan dan keilmuan (Syarifuddin
Nurdin, 2008:8)
Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh
potensinya, baik potensi efektif, potensi kognitif maupun potensi
psikomotorik. Guru juga berarti orang yang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu
berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Di
samping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu
yang mandiri (Muhammad Nurdin, 2004:156)
Dari berbagai pandangan di atas, peniliti berpendapat bahwa
guru adalah orang yang bergerak dibidang pendidikan untuk
membimbing dan mendidik muridnya sehingga peserta didik menjadi
cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Memiliki bekal keterampilan
untuk hidup bermasyarakat.
8
Keberadaan guru mempengaruhi muridnya dalam memajukan
pola pikir, guru adalah kunci dalam membuka cakrawala pemikiran para
murid. Kemudian murid juga dapat memberikan penilaian seorang guru
dalam mengajar dan mengembangkan metode-metode yang
diajarkannya.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah
mengelola pengajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif
yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua
subyek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengaruh serta
pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat
aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajarannya.
Guru tidak boleh terisolasi dari perkembangan sosial
masyarakatnya, tugas guru sebagai pendidik merupakan mewariskan
ilmu pengetahuan dan teknologi kepada muridnya, kemudian muridnya
belajar memperoleh dan mengembangkan keterampilan, melatih
menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga bagi gurunya
(Syaiful Sagala, 2013:12)
Sedangkan untuk keberhasilan dalam suatu proses pendidikan
dan pengajaran itu, hanya akan tercapai bila pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab guru juga baik, dengan disertai keikhlasan yang tinggi.
Disamping persyaratan lahiriyah, harus ada pula persyarataan yang
hakiki, yaitu mental, persiapan batin maupun kesanggupan bekerja
dengan keikhlasan. Seorang guru juga harus mampu dalam bidang
metodologi pendidikan, sebagaimana di kemukakan oleh Nasution,
bahwa guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan
pelajaran (Nasution S, 1986:13)
Jika melihat pada perubahan-perubahan transisional dalam
pengajaran seperti yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu yang
9
menambah kesempatan bagi murid-murid untuk belajar dan
berkembang, dan di pihak lain berdasarkan peranan professional guru
modern maka sudah tentu menimbulkan atau menambah tanggung
jawab guru menjadi lebih besar (Oemar Hamalik, 2007:127). Tanggung
jawab itu sebagai berikut :
1) Guru harus menuntut murid-murid belajar
Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan
menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru
harus membimbing murid agar mereka memperoleh keterampilan-
keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan,
kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang
serasi.
2) Turut serta membina kurikulum sekolah
Sesungguhnya guru merupakan seorang key person yang paling
mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan
tingkat perkembangan murid. Karena itu sewajarnya apabila dia
turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahanya. Untuk
mengubah kurikulum itu tentu tidak mungkin, akan tetapi dalam
rangka membuat atau memperbaiki proyek-proyek pelaksanaan
kurikulum, yang berhubungan dengan tugas dan tanggung
jawabnya, tentu sangat diperlukan. Paling tidak dia berkewajiban
memberi saran-saran yang berguna demi penyempuranaan
kurikulum kepada pihak yang berwenang.
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan
jasmaniah)
Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan
pekerjaan yang sulit, tetapi membina siswa agar menjadi manusia
berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.
Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga mereka
10
memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan bertaubat, berani
dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak
atas dasar nilai-nilai mordal yang tinggi, semuanya menjadai
tanggung jawab guru.
4) Memberikan bimbingan kepada murid
Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya
sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi
kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat
diperlukan. Mereka perlu dibimbing ke arah terciptanya hubungan
pribadi yang baik dengan temannya di mana perbuatan dan
perkataan guru dapat menjadi contoh yang hidup. Guru perlu
menghormati pribadi anak, supaya mereka menjadi pribadi yang
tahu akan hak-hak orang lain.
5) Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan
mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar
dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa. Juga
bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan
kemajuan belajar serta melakukan diagnosis dengan cermat
terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa.
6) Menyelenggarakan penlitian
Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan
(scientist) bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki
cara bekerjanya. Tidak cukup sekedar melaksanakan pekerjaan rutin
saja, melainkan harus juga berusaha menghimpun banyak data
melalui penelitian yang kontinu dan intensif. Bagi seorang guru,
keahlian dalam pekerjaan penelitian merupakan tanggung jawab
professional sebagaimana halnya dokter, insinyur, dan sebagainya.
7) Mengenal masyarakat dan ikut secara aktif
11
Guru tak mungkin melaksanakan pekerjaannya secara efektif,
jikalau ia tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara lengkap.
Harus dipahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan,
minat dan kebutuhan masyarakat, karena perkembangan sikap,
minat, aspirasi anak sangat banyak dipengaruhi oleh masyarakat
sekitarnya. Ini berarti bahwa dengan mengenal siswa dan
menyesuaikan pelajarannya secara efektif.
8) Menghayati, mengamalkan, dan mengamatkan pancasila
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari
semua sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu
maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang
terbesar termasuk sekolah. Pendidikan bertujuan membentuk
menuasi pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan di
antaranya sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan
itu tercapai. Untuk manusia seperti yang kita itu maka sudah tentu
suasana belajar diorganisasi sedemikian rupa sehingga
kemungkinan siswa mengembangkasn sikap watak, moral, dan
perilaku yang pancasialis.
9) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa
dan perdamaian dunia
Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi
warga Negara yang baik. Pengertian yang baik ialah antara lain
memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan
demikian dapat tercipta apabila para siswa didik saling menghargai,
mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap,
hubungan-hubungan sosial, keyakinan. Kepercayaan, peninggalan –
peninggalan historis setempat, keinginan dan minat dari daerah-
daerah lainnya diseluruh nusantara.
10) Turut menyukseskan pembangunan
12
Pembangunan adalah cara yang paling tepat guna membawa
masyarakat ke arah kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pada
garis besarnya, pembangunan itu meliputi pembangunan dalam
bidang mental spiritual dan bidang fisik materi. Turut serta dalam
kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat termasuk tanggung jawab guru yang efektif. Dengan
berpartisipasi dalam pembangunan itu dengan segala bentuk yang
mungkin dikerjakan, baik dalam hal yang bersifat sederhana
maupun yang bersifat kompleks.
11) Tanggung jawab meningkatkan perasaan professional guru
Bertitik tolak dari tanggung jawab guru seperti telah
dikemukakan di atas maka dengan demikian guru sangat perlu
meningkatkan perasaan dan kemampuan profesionalnya. Tanpa
adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh gutu maka
kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan
tanggung jawab dengan cara yang sebaik-baiknya.
Dengan demikian dapat dikatakan bhwa tugas guru bukan hanya
menjadikan anak pintar untuk menguasai segudang ilmu
pengetahuan saja tetapi lebih dari itu mereka harus dibentuk menjadi
manusia dewasa yang berkepribadian yang baik dan memiliki
perasaan diri yang peka terhadap berbagai permasalahannya di
lingkungan hidupnya.
c. Syarat-syarat Guru
Seorang guru memiliki keduduk yang begitu mulia sehingga
kedudukannya menyamai rasul Allah yang diutus kepada suatu kaum.
Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam
Islam (Muhammad Nurdin, 2004:159) adalah :
1) Sehat jasmani dan rohani
13
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan
melamar menjadi guru. Jika guru mengidap penyakit menular
umpamanya, maka akan sangat membahayakan kesehatan anak
didiknya. Di samping itu, tentu saja guru yang berpenyakitan tidak
akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian, kesehatan badan
setidaknya akan sangat mempengaruhi semangat dalam bekerja
(mengajar).
Di samping kesehatan jasmani, seorang guru juga harus sehata
rohaninya. Orang yang rohaninya tidak sehat, peluang untuk
menderita stress akan terbuka lebar. Apalagi pada zaman sekarang
yang serba matrealistis, semuanya hanya bisa diukur dengan
kekayaan materi.
2) Bertakwa
Menurut Zakiyah Dradjat dalam buku Muhammad Nurdin, guru
sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Ia adalah teladai bagi muridnya sebagaimana
juga Muhammad SAW menjadi tauladan bagi umatnya. Sejauh
seorang guru mampu memberikan teladan yang baik kepada anak
didiknya, sejauh itu pula ia akan berhasil mendidik mereka menjadi
generasi penerus dan mulia.
3) Berilmu pengetahuan luas
Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku Muhammad Nurdin,
ijazah sarjana bukan semata-mata selembar kertas, akan tetapi
merupakan bukti bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan
tingkat tinggi. Ia dapat diperoleh dengan belajar (menuntut ilmu),
karena syarat seorang guru secara administrative harus dibuktikan
dengan ijazah sarjana. Guru pun, kata Zakiyah lebih lanjut, harus
mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar.
4) Berlaku adil
14
Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku Muhammad Nurdin,
guru hendaknya berlaku adil di antara anak didiknya, yang tidak
cenderung kepada salah seorang di antara mereka. Anak didik
sangat tajam pandangannya terhadap guru yang tidak adil. Kadang-
kadang guru yang masih muda biasanya pilih kasih. Guru laki-laki
lebih memperhatikan anak perempuan yang cantik atau anak yang
pandai daripada yang lain. Oleh karena itu, seharusnya guru
memperlakukan mereka secara sama.
5) Berwibawa
Tentang kewibawaan, contohnya ketika anak-anak ribut dan
berbuat sekehendaknya, lalu ada guru yang merasa jengkel,
berteriak sambil memukul-mukul meja, maka ketertiban itu hanya
dapat dikembalikan dengan kekerasan. Mereka tertib karena
kekerasan sehingga ketertiban itu bersifat semu. Sebaliknya, jika
ada guru yang mendapati kelasnya ribut, dengan tenang dia
memasuki kelas dengan spontan kelas menjadi tenang, padahal
tidak ada kekerasan, tapi ia mampu menguasai anak didik seluruhya,
inilah guru yang berwibawa.
6) Ikhlas
Hendaknya guru itu adalah seorang yang ikhlas. Sifat itu
termasuk sifat rabbaniyyah. Dengan kata lain, hendaknya seorang
yang berprofesi sebagai guru harus bercita-cita menggapai kerdhaan
Allah. Karena, kalau saja sifat ikhlas ini hilang, dikuatirkan yang
terjadi adalah sikap saling mendengki di antara para guru, dan
menghiraukan pendapat orang lain. Maka akan muncul sifat egois
yang didukung oleh hawa nafsu sehingga menggantikan pola hidup
di atas kebenaran.
7) Mempunyai tujuan yang rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang Rabbani, di mana
segala sesuatunya bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya,
15
mengabdi kepada-Nya, mengikuti syariat-Nya, dan mengenal sifat-
sifat-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat Rabbani, maka dalam
segala kegiatan pendidikan anak didiknya akan menjadi Rabbani
juga, yaitu orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut nama
Allah dan merasakan keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa
sejarah kehidupan melintas di hadapannya.
8) Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
Guru harus mampu merencanakan proses belajar mengajarnya
dengan baik. Guru yang dapat membuat perencanaan adalah sama
pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut.
Karena sebuah perencanaan yang matang dalam sebuah proses
belajar mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan
dalam melihatt ke masa depan, yang akan berhasil manakala
rencana tersebut juga dilaksanakan.
9) Menguasai bidang yang ditekuni
Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang
guru hidup dengan ilmunya. Guru tanpa ilmu yang dikuasainya
bukanlah guru lagi. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu
menekuni dan menambah ilmu lagi. Yang dimaksud dengan
menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli
dalam mata pelajaran tertentu.
Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar
anak didiknya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia
professional dan menguasai. Yang tidak termasuk professional
adalah seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu hanya
karena pelajaran lainnya sudah penuh oleh guru yang lain, sehingga
dia terpaksa memegang pelajaran tersebut. (Muhammad Nurdin,
2004:159)
d. Peran Guru
16
Ketika berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa terlepas
dari istilah guru. Setelah mengetahui pengertian guru dari uraian di atas,
bahasan selanjutnya mengkaji mengenai peran guru. Guru bagi siswa
adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu. Guru
adalah pribadi yang mengagungkan akhlak siswanya. Guru merupakan
pribadi penuh cinta terhadap amurid-muridnya, hidup dan matinya
pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru. Guru merupakan
pembangkit listrik kehidupan siswa di masa depan.
Masih ada sementara orang yang berpandangan, bahwa peranan
guru hanya mendidik dan mengajar saja, mereka itu tak mengerti bahwa
menajar itu adalah mendidik juga dan mereka sudah mengalami
kekeliruan besar dengan mengatakan bahwa tugas itu hanya satu-
satunya bagi setiap guru. (Oemar Hamalik, 2001:123)
Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh adams dan
dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas (Oemar Hamalik,
2007:123), meliputi:
1) Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam lokal ia
menyampaikan pengajaran agar murid memahami dengan baik
semua pengetahuan yang disampaikan itu, selain dari itu juga
berusaha agara terjadi perubahan sikap, keterampilan kebiasaan,
hubungan social, apresiasi, dan sebagainya meliputi pengajaran
yang diberikan
Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami
sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung
jawabnya dan menguasi dengan baik metode dan teknik mengajar.
2) Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar
mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan
masalah nya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri
17
dengan lingkungannya.Murid-murid membutuhkan bantuan guru
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,
kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan
interpersonal. Karena itu, setiap guru perlu memahami dengan baik
teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individu, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian,
psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Jika murid
menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan
bantuan cara memecahkannya, baru minta bantuan kepada ahli
bimbingan (guidance specialist) untuk memberikan bimbingan
kepada anak yang bersangkutan.
3) Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
Guru dipandang orang yang paling berpengetahuan. Dia bukan
saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya
kepada murid tetapi juga berkewajiban mengembangkan
pengetahuan itu dan terus-menerus memupuk pengetahuan yang
telah dimilikinya.
Dalam abad ini, di mana pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan pesat, guru harus mengikuti dan menyesuaikan
diri dengan perkembangan tersebut, banyak cara yang dapat
dilakukan misalnya: belajar sendiri, mengadakan penelitian,
mengikuti khursus, mengarang buku dan membuat tulisan-tulisan
ilmiah sehingga peranannya sebagai ilmuwan terlaksana dengan
baik.
4) Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang
disenangi oleh mirid-muridnya, oleh orang tua, dan oleh
masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar ia dapat
melaksanakan pengajaran secara efektif. Karena itu guru wajib
berusaha memupuk sifat-sifat pribadinya sendiri dan
18
mengembangkan sifat-sifat pribadi yang disenangi oleh muridnya,
tegasnya bahwa setiap guru perlu sekali memiliki sifat-sifat, baik
untuk kepentingan jabatannya maupun kepentingan dirinya sendiri
sebagai warga Negara masyarakat.
Bahkan dalam arti yang luas, dimana lembaga pendidikan
merupakan atau berfungsi sebagai penghubung antara ilmu dan
teknologi dengan masyarakat, di mana lembaga pendidikan
merupakan tempat untuk mengembang tugas memodernisasi
masyarakat dan di mana lembaga pendidikan turut serta secara
pembangunan. Maka dengan demikian peranan guru menjadi lebih
luas, meliputi juga: (Oemar Hamalik, 2007:124)
5) Guru sebagai penghubung (teacher as communicator)
Lembaga pendidikan berdiri diantara dua lapangan, yakni disatu
pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu,
teknologi, dan kebudayaan terus menerus berkembang dengan
lajunya, dan dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah,
kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua
lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai
penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana.
6) Guru sebagai pembaharu ( teacher as modernisator)
Pembaharuan didalam masyarakat terjadi berkat masuknya
pengaruh-pengaruh dari ilmu dan teknologi modern, yang datang
dari negara-negara yang sudah berkembang. Masuknya pengaruh-
pengaruh itu, ada yang secara langsung kemasyarakat dan ada
melalui lembaga pendidikan.
Guru memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena
melalui kegiatan guru penyampaian ilmu dan teknologi, contoh-
contoh yang baik dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa
pembaruan dikalangan murid. Karena lembaga pendidikan dalam
hal ini bertindak sebagai agent-moderniza-tion maka guru harus
19
senantiasa mengikuti usaha-usaha pembaharuan di segala bidang
dan menyampaikan kepada masyarakat dalam batas-batas
kemampuan dan aspirasi masyarakat itu.
7) Guru sebagai pembangun (teacher as contructor)
Lembaga pendidikan turut serta memperbaiki masyarakat
dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang sedang dilaksanakan masyarakat itu.
e. Kompetensi Guru
Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1) Kompetensi professional
Kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh
kompetensi yang diinginkan. (Mulyasa, 2017:42)
2) Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah mencakup kepribadian yang
utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa, beriman, bermoral; kemampuan
mengaktualisasikan diri seperti disiplin, tanggung jawab, peka,
objekti, luwes, berwawasan luas, dapat berkomunikasi dengan
orang lain; kemampuan mengembangkan profesi seperti berpikir
kreatif, kritis, reflektif, mau belajar sepanjang hayat, dapat ambil
keputusan. (Suparno, 2002:47)
Kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang
guru sebagai pribadi yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus
mau belajar untuk maju. Yang pertama ditekankan adalah guru itu
bermoral dan beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang
20
sangat penting karena salah satu tugas guru adalah membantu anak
didik yang bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik.
3) Kompetensi pedagogik
Kompetensi paedagogik disebut juga kemampuan dalam
pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat,
ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai
beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan
perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat
dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan
siswa.
Pertama, sangat jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik
yang mau dibantunya. Guru diharapkan memahami sifat-sifat,
karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak
didik. Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti
kesulitan dan kemudahan anak didik dalam belajar dan
mengembangkan diri. Dengan demikian guru akan lebih mudah
membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan pendekatan
yang baik, tahu ilmu psikologi anak dan perkembangan anak dan
tahu bagaimana perkembangan pengetahuan anak.
Kedua, guru perlu juga menguasai beberapa teori tentang
pendidikan terlebih pendidikan di jaman modern ini. Dengan
mengerti bermacam-macam teori pendidikan, diharapkan guru
dapat memilih mana yang paling baik untuk membantu
perkembangan anak didik.
Ketiga, guru juga diharapkan memahami bermacam-macam
model pembelajaran. Dengan semakin mengerti banyak model
pembelajaran, maka dia akan lebih mudah mengajar pada anak
sesuai dengan situasi anak didiknya. Dan yang tidak kalah penting
dalam pembelajaran adalah guru dapat membuat evaluasi yang tepat
21
sehingga dapat sungguh memantau dan mengerti apakah siswa
sungguh berkembang seperti yang direncanakan sebelumnya.
Apakah proses pendidikan sudah dilaksanakan dengan baik dan
membantu anak berkembang secara efisien dan efektif.
4) Kompetensi sosial
Kompetensi sosial itu sebagai social intelligence atau
kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari
sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi,
alam, dan kuliner). Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang.
Hanya saja, mungkin beberapa di antaranya menonjol, sedangkan
yang lain biasa atau bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa
kecerdasan itu bekerja secara padu dan simultan ketika seseorang
berpikir dan atau mengerjakan sesuatu. Kompetensi sosial meliputi:
a) Memiliki empati pada orang lain
b) Memiliki toleransi pada orang lain
c) Memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada
setiap kompetensi yang lain
d) Mempu bekerja sama dengan orang lain
Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa ini banyak
muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat
dipahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan
komperehensif, atau pendekatan multidisiplin. Kecerdasan lain
yang terkait erat dengan kecerdasan sosial adalah kecerdasan
pribadi (personal intellegence), lebih khusus lagi kecerdasan emosi
atau emotial intelligence. (Syaiful Sagala, 2013:31-41)
3. Pengajian Antara Maghrib dan Isya
a. Pengertian pengajian
Secara bahasa kata pengajian berasal dari kata dasar “kaji” yang
berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Jika kata kaji dimasukkan
22
awalan “pe” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “pengajian”, maka
bermakna (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan Al-qur’an.
Pendapat lain mengatakan pengajian memiliki dua pengertian: pertama
sebagai kata kerja yang berarti pengajaran, yakni pengajaran-
pengajaran ilmu agama Islam, dan kedua sebagai kata benda yang
menyatakan tempat, yaitu tempat untuk melaksanakan pengajaran
agama Islam, yang dalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan,
seperti pada masyarakat sekarang dikenal dengan majlis ta’lim (Ahmad
Idris Marzuqi, 2015: 9)
Secara istilah pengajian adalah lembaga pendidikan Islam non
formal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara
berkala dan teratur, diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan manusia yang santun
dan serasi antara sesamanya, dan antara manusia dengan
lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa
kepada Allah Swt. (Alfisyah, 2009:3).
Pengajian antara magrib dan isya adalah sistem pembelajaran
dan pengajian Al-qur’an yang waktunya dilaksanakan ba’da shalat
magrib sampai menjelang shalat isya. Kegiatan pengajian antara magrib
dan isya adalah kegiatan keagamaan yang beriorientasi kepada
pengajaran Al-qur’an dengan tujuan syiar agama islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pengajian adalah kegiatan pendidikan agama Islam bukan hanya
terbatas pada pengajian Al-qur’an saja, tetapi pengajian di sini termasuk
juga pengajian pendidikan agama Islam secara umum, baik itu
pengajian tentang tauhid, ibadah, fiqh, hadits dan kajian ilmu agama
Islam lainnya.
b. Tujuan pengajian
23
Mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman Allah
Swt dalam surat Ali ‘Imran ayat 104:
ن وفأ وينون عنأ إلمم لمعرم ون بأ رم ل إلخيأ ويأممون إ ة يدعم أم نكم م ولتكمن مأ ئأك هم كرأ وأول
ون فلأحم إلمم
Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian
(dakwah) yaitu mengikuti jalan atau tuntunan Allah swt dan
mewujudkan kebaikan dengan cara menyeru orang berbuat baik dan
mencegah orang lain dari perbuatan jelek, dengan harapan mereka
dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.
Menurut A. Rosyad Saleh, tujuan pengajian (dakwah Islam) adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat
Islam tentang ajaran Islam
2) Menanmkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan
3) Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat,
khususnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia
4) Membendung tindakan-tindakan dari golongan atau aliran lain yang
berusaha untuk merubah Islam dalam keyakinan agamanya
5) Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan
ajaran Islam
c. Sistmen dan proses pengajian antara maghrib dan isya
Sistem merupakan suatu kesatuan unsur-unsur atau komponen-
komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam
memproses masukan menjadi keluaran. Menurut definisi tradisional,
sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pendidikan pada hakikatnya adalah interaksi komponen-
komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
24
Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi
unsur-unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional dipandang
sebagai faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
Pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem sosial yang
dipahami sebagai aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai
kepribadian muslim pada operasionalisasinya melibatkan berbagai
komponen yang berkaitan erat satu sama lainnya. Oleh karena itu,
pendidikan Islam pada dasarnya adalah sebuah sistem, di mana proses
pendidikan Islam dipahami sebagai interaksi antara komponen yang
satu dengan yang lainnya guna mencapai tujuan pendidikan Islam
(Mahmud dan Tedi Priatna, 2005:89-91).
Pendidikan Islam di Indonesia yang pada mulanya dilaksanakan
secara informal, yang pelaksanaannya menitikberatkan kepada
terjadinya hubungan dan kontak-kontak pribadi antara muballigh
dengan masyarakat sekitar. Pada waktu terjadinya hubungan antar
“pemberi” dan “penerima” tersebut terjadilah proses pendidikan.
Kemudian setelah masyarakat muslim terbentuk pendidikan Islam
semakin intensif dilaksanakan di mesjid-mesjid atau langgar dalam
bentuk pendidikan nonformal. Seterusnya semakin intensif lagi
pelaksanaannya setelah terbentuk lembaga-lembaga pendidikan formal,
seperti pesantren, maktab, dan setelah abad ke-20 muncullah madrasah
dan perguruan tinggi Islam. Keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan
itu memberi sumbangan besar bagi proses Islamisasi di Indonesia
(Haidar Putra Daulay, 2012:17).
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai
komponen atau faktor pendidikan. Nabawi mengemukakan faktor
tersebut adalah pendidik, murid didik, relasi (alat pendidikan), tujuan
pendidikan dan sosio kultural. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Bawani mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendidikan paling
kurang harus ada tiga unsur: yang mendidik, yang dididik, dan tujuan
25
yang hendak dicapai. Sedangkan Muhaimin dan Abdul Majib
mengemukakan bahwa komponen-komponen dasar pendidikan Islam
adalah: pendidikan, murid didik, kurikulum, metode dan evaluasi
(Mahmud dan Tedi Priatna, 2005:93-94).
d. Faktor pendukung pengajian antara maghrib dan isya
1) Faktor Internal
a) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap dan terus-
menerus untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar, karena bila bahan yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat seseorang, maka orang
tersebut tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh dan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto,
2007:57).
b) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisasi baik
manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasuk daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Muhibbin
Syah, 2005:136). Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi seseorang adalah motivasi intrinsik karena lebih
murni serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang
lain.
Motivasi intrinsik ini merupakan dorongan dari dalam
diri sendiri atau kesadaran diri untuk mencapai prestasi dan
memiliki pengetahuan dan keterampilan demi masa depannya
sendiri. Motivasi jenis ini akan memberi pengaruh yang lebih
26
kuat dan relatif lebih murni dibandingkan dengan motivasi
ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar seseorang atau
karena dorongan dan dukungan dari guru atau orang tua.
c) Fisik
Kesiapan fisik untuk membaca Al-qur’an sangat urgen
untuk diperhatikan. Seseorang yang sering sakit, kurang
istirahat, terlalu lelah, dapat kehilangan kondisi yang optimal
untuk membaca dan belajar Al-qur’an. Secara spesifik ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca
(Slameto, 2007:54). Faktor ini berhubungan dengan sifat fisik
yaitu kemampuan penglihatan, dan kemampuan pendengaran.
Seseorang yang lemah penglihatannya tidak akan dapat melihat
dengan jelas apa yang dibaca, sehingga orang tersebut akan
mengalami kesulitan untuk membaca Al-qur’an.
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling
sederhana dalam kehidupan manusia. Anggota-anggotanya
terdiri dari atas ayah, ibu, dan anak. Bagi anak, keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan
demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal
pembentukan jiwa keagamaan anak.
Dalam konsep Father Image (citra seorang bapak)
menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak
dipengaruhi oleh citra anak terhadap bapaknya. Jika seseorang
bapak menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, maka
anak-anak cenderung mengidentifikasikan sikap dan tingkah
laku yang baik. Demikian pula sebaliknya, jika bapak
menampilkan sikap buruk juga akan berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian anak.
27
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari.
Oleh karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa
keagamaan tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung
jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan
kepada orang tua, yaitu mengazankan ke telinga bayi yang baru
lahir, mengaqikahkan, memberi nama yang baik, mengajarkan
Al-qur’an, membiasakan shalat serta bimbingan lainnya yang
sejalan dengan perintah agama. Keluarga dinilai sebagai faktor
yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi
perkembangan jiwa keagamaan (Jalaluddin, 2004:240).
b) Faktor Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan bagian dari
pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan
lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu,
kehidupan sekolah adalah jembatan bagi murid yang
menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan
dalam masyarakat kelak (Hasbullah, 2005:46).
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar seseorang. Pengaruh itu terjadi
karena keberadaannya seseorang dalam masyarakat. Masyarakat
diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata
nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti masyarakat adalah
wadah atau wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang
majemuk (plural: suku, agama, kegiatan kerja, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia
berada dalam multi kompleks antar hubungan dan interaksi di
dalam masyarakat (Hasbullah, 2005:55).
28
Dalam pendidikan nonformal, kepribadian seseorang
dapat tumbuh dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang
dilandasi sikap yang selektif berdasarkan rasio, idealisme, dan
falsafah hidupnya. Pada umumnya kepribadian seseorang
terbentuk melalui pendidikan maka kepribadian pada
hakikatnya adalah gejala sosial, dan kepribadian individu
bertalian erat dengan kebudayaan lingkungannya. Misalnya
individu yang hidup dalam lingkungan orang-orang
berpendidikan (akademisi), cenderung untuk suka belajar.
Individu yang hidup di lingkungan yang religius, cenderung
menjadi orang yang tekun beribadah.
Individu yang hidup dalam lingkungan bisnis, cenderung
untuk selalu berjiwa ekonomis (berdasar perhitungan
untung/rugi). Individu yang biasa bergaul dalam kehidupan
keras dan penuh tekanan akan berjiwa penuh dan penurut, atau
sebaliknya menjadi pemberontak dapat menjadi berjiwa preman
dan sebagainya. Maka sebaiknya kita selalu cermat dalam
memilih lingkungan hidup, atau sebagai orang
tua/guru/pemimpin masyarakat agar cermat menciptakan
lingkungan sosial yang menguntungkan perkembangan individu
(Ary H. Gunawan, 2000:58-59)
4. Mengajar Baca Tulis Al-qur’an
a. Pengertian mengajar baca tulis Al-qur’an
Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya
kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa
29
sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani
maupun rohani, baik fisik maupun mental (Sardiman AM, 2004:48).
Mengajar dapat diartikan sebagai : 1) Menyampaikan
pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah, 2) mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
sekolah, 3) usaha mengorganisasi lingkungan sehinggamenciptakan
kondisi belajar bagi siswa, 4) memberikan bimbingan belajar kepada
murid, 5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara
yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, 6) suatu proses
membantu siswa menghadapi kehidupan sehari-hari (Oemar Hamalik,
2001:44-53).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar
adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan
pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas
kompleks yang dimaksud antara lain adalah mengatur kegiatan belajar
siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang ada di kelas maupun di
luar kelas), dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan serta
dorongan kepada siswa. Lebih rinci, menurut Nasution, mengajar terdiri
atas sejumlah kegiatan tertentu, yaitu :
1) Membangkitkan dan memelihara perhatian
2) Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan
3) Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan
keterampilan yang merupakan persyarat agar memahami pelajaran
yang akan diberikan
4) Menyajikan simulasi yang berkenaan dengan bahan pelajaran
5) Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar
mengajar
6) Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan
kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak
30
7) Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada
murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan
pelajaran itu dengan memberikan soal
8) Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh
tambahan untuk menggeneralisasikan apa yang telah dipelajari itu
sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi situasi lain
9) Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-
latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu (Nasution,
2010:80)
Pengertian baca tulis, baca dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis
(dengan melisankan atau hanya di hati). (Departemen Pendidikan
Nasional, 2002:83).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit, yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi
juga melibatkan aktivis visual, psikolinguistik, dan metakognitif.
Sebagai proses visual membaca meupakan proses menerjemahkan
symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. (Farida Rahim, 2007:3).
Membaca dalam kaitannya dengan Al-qur’an dapat diartikan melihat
tulisan yang terdapat dalam Al-qur’an dan melisankannya.
Tulis merupakan kata benda sedangkan kata verbalnya menulis
yang berarti membuat huruf, angka dan sebagainya dengan pena (pensil,
kapur, dsb). (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:1219). Menulis
bukan hanya suatu aktivitas yang melukiskan lambing huruf saja, akan
tetapi juga merupakan pross berfikir untuk menciptakan suatu produk
atau hasil. Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk
sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang
dilaksanakan secara berurutan yaitu membaca dan menulis.
Kata Al-qur’an dalam KBBI berarti firman-firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat
31
Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau
pedoman hidup bagi umat manusia, kitab suci umat Islam. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1988:24).
Al-qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu
bacaanpun sejak manusia mengenal baca tulis yang dapat menandingi
Al-qur’an Al-karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. (Didik Ahmad,
2011:169).
Secara terminologi Al-qur’an adalah kitab suci yang
diwahyukan tuhan kepada Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan
lewat malaikat Jibril, yang dikomunikasikan dengan menggunakan
bahasa arab yang harus dipercayai kebenarannya tanpa syarat dan
menjadi pedoman hidup bagi para pengikutnya, yaitu umat Islam.
(Didik Ahmad, 2011:169).
Jadi, yang dimaksud dengan baca tulis Al-qur’an adalah suatu
kegiatan belajar membaca dan menulis huruf-huruf Al-qur’an dengan
baik dan benar agar siswa/peserta didik mendapatkan pengetahuan
dalam membaca dan menulis huruf Al-qur’an. Baca tulis Al-qur’an
merupakan kegiatan seseorang dalam melisankan serta melambangkan
huruf-huruf Al-qur’an.
b. Manfaat baca tulis Al-qur’an
Membaca Al-qur’an mempunyai beberapa manfaat. Al-qur’an
secara tegas menyebutkan tentang hal tersebut sebagaimana yang
dijelaskan dalam Surah Al-baqarah : 121 :
ئك ي ؤمنون به لونه حق تلوته أول ناهم الكتاب ي ت ئك ومن ي الذين آت ي ول ر به ك
هم الاسرون
32
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa membaca Al-qur’an
merupakan kegiatan mulia dan terdapat banyak manfaat serta
keuntungan sehingga akan merugi orang-orang yang mengabaikannya.
Membaca Al-qur’an adalah jalan untuk mengingat Allah, memuja,
memuji dan memohonkan do’a kepada-Nya. Karena dalam membaca
Al-qur’an terjadi hubungan rohani antara manusia dengan tuhan-Nya.
Quraish Shihab menambahkan bahwa dengan membaca Al-
qur’an yang berulang-ulang dapat menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin. ( M. Quraish Shihab, 2008:5). Sementara itu, Al-
qur’an maupun hadits tidak menyebutkan secara spesifik mengenai
manfaat menulis Al-qur’an kecuali keterangan mengenai sejarah
penulisan Al-qur’an itu sendiri. Meski demikian, menulis Al-qur’an
memiliki manfaat yaitu mengetahui dan memahami huruf dari kitab
Allah (Al-qur’an) dengan baik dam benar. Selain itu juga dapat
memelihara dan mendekatkan diri dengan kitab Allah (Al-qur’an).
c. Metode baca tulis Al-qur’an
Dalam pembelajaran Al-qur’an, metode memegang peranan
yang tidak kalah penting dengan komponen-komponen lain. Metode
baca dan tulis Al-qur’an adalah suatu cara atau jalan untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajaran Al-qur’an. Untuk dapat
membaca dan menulis Al-qur’an seseorang harus terlebih dahulu
mengenar huruf-hurufnya, karena tanpanya adalah tidak dimungkinkan
bisa membaca ataupun menulis Al-qur’an. Berikut adalah beberapa
macam metode membaca Al-qur’an (Muhammad Aman Ma’mun,
2018:57) adalah :
1) Metode Baghdadiyah
Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
33
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan
metode alif, ba’, ta’.
2) Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati adalah pengajaran membaca Al-qur’an dengan
langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu
tajwid, mengajar jilid 1 dan 2 sebaiknya secara perorangan
sedangkan mengajar jilid 3 sampai 6 sebaiknya secara klasikal,
namun setiap siswa diberi kesempatan membaca.
Pada jilid pertama huruf dibaca langsung tanpa mengeja dengan
cepat dan tidak langsung memanjangkan suara, pada jilid dua
diperkenalkan nama harakat, angka arab, dan bacaan mad thabi’i.
Jilid tiga adalah pendalaman jilid satu dan dua, jilid empat
dikenalkan nun sukun, tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan min
bertasydid, wawu yang tidak dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqaf,
mafatih al suwar dan pendalaman jilid sebelumnya. Pada jilid enam
diajarkan cara membaca izhar halqi dan membaca Al-qur’an juz
satu.
3) Metode An-Nadhiyah
Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca Al-
qur’an yang muncul di daerah Tulung agung, Jawa Timur. Materi
pembelajaran Al-qur’an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati
dan Iqra’. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih
ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan
atau lebih tepatnya pembelajaran Al-qur’an pada metode ini lebih
menekankan pada kode “ketukan” dalam pelaksanaan.
Inti pelajaran metode An-Nahdhiyah ini pada jilid pertama siswa
diperkenalkan huruf yang belum dirangkai sekaligus pengenalan
tanda fathah, kasrah dan dhammah. Pada jilid kedua diajarkan
rangkaian huruf, bacaan mad thabi’i, tanda bacaan, harakat tanwin,
pengenalan angka arab. Jilid yang ketiga diajarkan, ta’ marbuthah,
34
huruf dengan tanda sukun, alif fariqah, ikhfak, hamzah washal. Jilid
keempat diajarkan bacaan izhar qomariyah, bacaan izhar syafawi,
bacaan izhar halqiyah, dan bacaan mad wajib muttasil. Jilid kelima
diajarkan bacaan lien, tanda tasydid, bacaan ghunnah, idgham
bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab, cara membaca lafadz
jalalah, dan bacaan ikhfa’ syafawi. Di akhir jilid 1-5 diberikan
materi do’a harian. Jilid keenam diajarkan idgham syamsiyah,
qolqolah, mad lazim kilmi musaqqol/mukhaffaf, mad aridly, mad
iwadh, mad lazim harfi, tanda-tanda waqof, dan surat-surat pilihan.
4) Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca Al-qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku
panduan Iqra’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana,
tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Pembelajaran membaca Al-qur’an dengan metode Iqra’ini pernah
dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk
mengembangkan minat baca terhadap kitab suci Al-qur’an. Meski
demikian, harus diakui setiap metode memiliki kelebihan dan juga
kelemahannya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya
konveregensi dengan memodivikasi beberapa metode guna
mendapatkan metode pembelejaran yang menarik, menyenangkan
dan efektif.
Metode menulis Al-qur’an, salah satu metode menulis Al-qur’an
adalah dengan cara imla. Imla’ adalah menuliskan huruf-huruf
sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga
terjadinya kesalahn makna. Imla’ adalah kategori menulis yang
menekankan pada rupa/postur huruf dalam bentuk kata-katab atau
kalimat.
Secara umum, ada tiga kecakapan dasar yang dikembangkan
dalam keterampilan imla’, yaitu kecakapan mengamati, kecakapan
35
mendengar, dan kelenturan tangan dalam menulis. Ada 4 macam
jenis imla’ yang bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan tahap
kognitifnya, yaitu (Muhammad Aman Ma’mun, Jurnal Pendidikan
Islam, Maret 2018:61) :
a) Imla’ manqul
Siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di
kitab atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis
ini untuk tingkat pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk
cermat dan teliti saat membaca tulisan dan menyalinnya.
b) Imla’ mandhur
Siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat
yang ada di kitab atau di papan tulis. Selanjutnya guru
mendiktekan teks bacaan atau kalimat yang sama. Imla’
mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat
membaca, tapi juga harus mengingat bentuk tulisannya dan
berkonsentrasi dengan guru. Mata, telinga dan kekuatan daya
ingat harus saling mendukung.
c) Imla’ Ghairu al-mandhur (masmu’)
Siswa menulis teks bacaan atau kalimat yang dibacakan
guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke
dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, dimana siswa telah
menguasai dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan.
Ketika siswa mendengarkan bacaan guru, siswa
mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai
dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu
menuliskannya dengan cepat.
36
B. Studi Relevan
1. Skripsi Rhizki Nafriyanda dengan judul “ Pelaksanaan Pengajian Antara
Maghrib dan Isya” study analisis di Rukun Tetangga 05 Kelurahan Sungai
Putri Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Mahasiswa dari program studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2014
2. Skripsi Siti Rohaniah dengan judul “Program Peningkatan Baca Al-qur’an
Melalui Kegiatan Pengajian Antara Maghrib dan Isya” study analisis di
Mushola Al-Muttaqin Desa Talang Kerinci Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. Mahasiswa dari program studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi tahun 2016
3. Skripsi Nurrahmatullah dengan judul “Pelaksanaan Pengajian Ba’da
Maghrib” study analisis di Balai Busthanuth Thalibin Desa Lambaed Kuta
Baro Aceh Besar. Mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh tahun 2017
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusu yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Lexy J Moleong, 2011 : 6)
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat dari sudut
pandangan pendidikan dengan mengkaji tentang upaya guru PAMI dalam
mengajar baca tulis Al-qur’an. Disebut kualitatif karena sifat data yang
dikumpulkan dianalisis secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang
menggunakan alat ukur tertentu.
Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran
mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar
oleh pengukuran formal. Studi kualitatif dengan pendekatan naturalistic
menurut pengumpulan data pada setting yang alamiah. Berdasarkan konsep
kerja tersebut, peneliti mengupayakan agar kehadiran peniliti tidak merubah
situasi dan perilaku orang yang diteliti. (Lexy J Moleong, 2011 : 7 )
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Lokasi penelitian di RT 04 Kelurahan Suka Karya, dengan alasan
daerah ini masih diharapkan pada upaya guru PAMI dalam mengajar baca
tulis Al-qur’an PAMI di RT 04 Keluarahan Suka Karya, dan permasalahan
ini belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah guru PAMI yang berjumlah 1 orang dan
murid PAMI yang berjumlah 29 oerang. Subjek penelitian ini diambil
38
dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik yang
didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya
dengan ciri-ciri dan sifat-sifat yang ada didalam populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Amirul Hadi dan Haryono, 1998 : 202). Maka
diterapkan informan kunci (key informan) adalah guru PAMI dan bersama
Murid PAMI sebagai respondek. Subjek dalam penelitian ini sebagian
didatangi dan diwawancarai, sebagaian lagi didatangi untuk diamati atau
diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi
atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh
melalui observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data dan informasi
sampai pada titik jenuh.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Mukhtar, 2007 :
87). Data primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data
tentang upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an PAMI
di RT 04 Kelurahan Suka Karya, khususnya mengenai :
1) Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an
PAMI di masjid Nurul Ikhlas
2) Metode yang digunakan dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di
masjid Nurul Ikhlas
3) Kendala pelaksanaan PAMI di masjid Nurul Ikhlas
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistic, majalah,
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Mukhtar, 2007 : 91).
Biasanya data ini terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
39
orang diluar penyidik itu sendiri secara tidak langsung meskipun data
tersebut adalah data yang asli, jika diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya, maka data tersebut adalah data sekunder data pendukung
penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini mengenai gambaran
umum RT 04 Kelurahan Suka Karya, seperti :
1. Historis dan geografis
2. Strukur organisasi
3. Keadaan guru dan murid PAMI
4. Keadaan sarana dan prasarana
2. Sumber Data
Sumber data adalah dimana data diperoleh (Amirul Hadi dan Haryono,
1998 : 122). Sumber data terdiri atas jenis-jenis informasi yang diperoleh
peniliti dari subjek penelitiannya dan dijadikan sebagai responden atau
informan, sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi :
a. Guru Pami
b. Tokoh Agama
c. Murid Pami
d. Arsip
e. Peristiwa/kejadian
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi
data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode
sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek
dengan menggunakan seluruh indera (Suharsimi Arikunto, 2006 : 156).
Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang
disiapkan untuk memudahkan dan membantu penelitian dalam memperoleh
data.
40
Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis
berada dilokasi penelitian. Metode observasi yang digunkan dalam
penelitian ini adalah metode observasi partisipan yang mana peniliti
melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan peneliti mengenai upaya
guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas RT
04 Kelurahan Suka Karya, khususnya mengenai :
a. Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Al-qur’an di
masjid Nurul Ikhlas
b. Metode yang digunakan dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di Masjid
Nurul Ikhlas
c. Kendala dalam pelaksanaan PAMI di masjid Nurul Ikhlas
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan
oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting
alamiah, di mana arah pembicaraan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan dengan mengedepankan kepercayaan sebagai landasan utama
dalam proses memahami. (Haris Herdiansyah, 2015 : 31) Tujuan dari
wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan
ide-idenya. (Sugiyono, 2008 : 233)
Wawancara tidak terstruktur gunakan sebagai instrument perlengkapan
observasi untuk mengumpulkan data di lapangan tentang upaya guru PAMI
dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas, khususnya
mengenai data tentang :
a. Upaya guru dalam meningkatkan baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul
Ikhlas
b. Metode yang digunakan dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid
Nurul Ikhlas
c. Kendalam dalam pelaksanaan PAMI di masjid Nurul Ikhlas
3. Dokumentasi
41
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berebntuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013 : 240). Dokumentasi penulis gunakan
sebagai instrument utama untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum RT 04 Kelurahan Suka Karya,
seperti :
a. Historis dan geografis
b. Struktur organisasi
c. Keadaan guru dan murid PAMI
d. Keadaan sarana dan prasarana
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
analisi interaktif sebagaimana dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2007 :189) analisis tersebut terdiri dari tiga yang saling berinteraksi,
yaitu, (1) Reduksi data (data reduction), (2) Penyajian data (data display), (3)
Penarikan kesimpulan (conclution), berikut penjelasan :
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformation data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan
data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema,
membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud
menyisihkan data/informasi yang tidak relevan. (Burhan Bungin, 2003 : 70)
42
Masalah upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an
diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan megorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Display data,
maka akan memudahlan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja salnjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono,
2008 :249). Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk
dapat mendiskripsikan data sehingga akan lebih mudah dipahami mengenai
masalah upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an yang telah
direduksi melalui bab-bab yang sudah tersedia.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2008 : 252). Pada
penelitian ini, kesimpulan awal yang dikembangkan oleh peneliti akan
didukung oleh data-data yang diperoleh peneliti di lapangan. Jawaban dari
hasil penelitian akan memberikan penjelasan dan kesimpulan atas
permasalahn penelitian yang diteliti dalam penelitian ini mengenai masalah
upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul
Ikhlas Kelurahan Suka Karya.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun tingkat kepercayaan dan (trustworthiness) dalam penelitian
dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain: melakukan perpanjangan
43
keikutsertaan, ketekunan pengamatan triangulasi data (Lexy J Moleong,
2004:175). Berikut penjelasannya :
1. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutesertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan yang dikumpulkan melalui teknik ini, peneliti akan
berusaha meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian dengan
mengunjungi PAMI di RT 04 Kelurahan Suka Karya agar peneliti dapat
menyelesaikan aktivitas murid PAMI terkait upaya guru PAMI dalam
mengajar baca tulis Al-qur’an.
2. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini secara terperinci. Dalam hal ini, peneliti
melakukan pengamatan terhadap masalah yang menonjol dalam penelitian
dan berusaha mencari solusinya dengan berpedoman pada literature yang
ada, misalnya, upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an.
3. Triangulasi Data
Triangulasi Data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekkan atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Lexy J Moleong,
2004 : 330). Jadi dalam hal ini, mengecek sumber data yang diperoleh di
lapangan berekenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
triangulasi data dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek baik
derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingan dengan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
44
c. Membandingkan keadaan dengan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya dan pemerintahann.
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
dikaitkan. (Lexy J Moleong, 2004 : 330-331)
Triangulasi data dengan metode menurut Moleong adalah: pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tenik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber dengan metode yang sama. Triangulasi data dengan penyidik
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekkan
kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil
kerja seseorang analisis dengan analisis lainnya. Sedangkan, triangulasi data
dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan
secara logika (Lexy J Moleong, 2004 : 330-331)
Berdasarkan teknik triangulasi data tersebut di atas, maka maksud untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan
tentang upaya guru PAMI dalam mengajar baca tulis Al-qur’an dari sumber
observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan keseluruhan data yang diperoleh dilapangan dalam
penelitian tersebut.
45
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian
No KEGIATAN
2019 2020
Juli September Oktober Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan
proposal √
3 Pengajuan dosen
pembimbing √
4 Perbaikan proposal √
5 Pengajuan seminar √
6 Pelaksanaan
seminar √
7
Perbaikan proposal
yang telah
diseminarkan
√
8 Pengajuan surat
izin riset √
9 Riset lapangan √
10 Penyusunan data √
11 Penulisan skripsi √
12 Perbaikan dari
pembimbing
√
13 Penyempurnaan
skripsi
√
14 Munaqosah
15 Wisuda
46
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Masjid Nurul Ikhlas
Menurut hasil wawancara dan observasi peneliti dengan ketua
masjid Nurul Ikhlas : H. Ilyas Yakub, S.Ag mengatakan “pembangunan
masjid Nurul Ikhlas pertama kali dimulai pada tahun 1998 dari swadaya
masyarakat sekitar maupun dari bantuan donator warga yang berada
disekitar lingkungan masjid Nurul Ikhlas, tanah untuk pembangunan
masjid Nurul Ikhlas tersebut diwakafkan dari seorang warga.
(Wawancara: tanggal 6 Februari 2020)
Masjid Nurul Ikhlas yang terdiri dari lantai dasar dan lantai satu,
seiring dengan bertambahnya jamaah dan kebutuhan dalam
melaksanakan kegiatan ibadah serta perayaan hari besar Islam oleh
karena itu masjid Nurul Ikhlas melakukan renovasi seperti penambahan
bangunan guna melengkapi dan memperindah bangunan serta
lingkungan di dalam masjid Nurul Ikhlas. (Observasi: Masjid tanggal 6
Februari 2020)
2. Letak Geografis
Tempat penelitian yang dilakukan berada di masjid Nurul Ikhlas
beralamat di RT 04 Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi.
Masjid Nurul Ikhlas berbatasan langsung dengan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan rumah warga RT 04
b. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sunan Ampel
c. Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga
d. Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga
(Observasi tanggal 10 Februari 2020)
3. Kegiatan-kegiatan di masjid Nurul Ikhlas
Adapun kegiatan yang dilaksankan di masjid Nurul Ikhlas pada
tahun ke tahun, berdasarkan wawancara kepada ketua masjid Nurul
Ikhlas Bapak H. Ilyas Yakub, S.Ag mengatakan sebagai berikut :
a. Sholat masjid berjamaah lima waktu
b. Sholat Jum’at berjamaah setiap hari Jum’at
c. Majlis taklim ibu-ibu yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali
d. Yasinan bapak-bapak yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali
e. Peringatan nuzul qur’an
f. Sholat tarawih dan witir di bulan ramadhan
g. I’tikaf bersamaan di masjid di bulan ramadhan
h. Tadarus Al-qur’an
i. Menerima dan menyalurkan zakat, infak, sedekah, fidyah
j. Kegiatan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW
k. Kegiatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
l. Kegiatan menyambut bulan ramadhan dan hari raya idul fitri
m. Sholat idul fitri
n. Perayaan tahun baru Islam
o. Kegiatan menyambut hari raya idul adha dan potong qurban
p. Kegiatan menyambut tahun baru Hijriyah 1 Muharam
q. Bersih-bersih masjid (Wawancara pada tanggal 06 Februari 2020)
4. Struktur Organisasi Pengurus Masjid Nurul Ikhlas
Struktur organisasi merupakan tolak ukur suatu lembaga organisasi
baik lembaga pendidikan maupun lembaga lain. Organisasi yang baik
dapat menunjukkan kegiatan yang baik, juga merupakan pendukung
dalam pelaksanaan segala program kerja organisasi tersebut. Masjid
Nurul Ikhlas telah memiliki struktur organisasi, sama hal dengan
organisasi kemasyarakatan lainnya. Secara operasional struktur
organisasi ini telah memiliki tugas dan wewenang masing-masing.
Demi kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan diperlukan
persiapan perencanaan yang baik, untuk itu dibutuhkan struktur
kepengurusan yang mantap dan terencana sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara Bapak H.
Ilyas Yakub, S.Ag kepengurusan masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka
Karya Kecamatan Kota Baru Jambi periode 2017-2020 sebagai berikut
:
49
Tabel 4.1: Struktur Organisasi Masjid Nurul Ikhlas
STRUKTUR PENGURUS MASJID NURUL IKHLAS KELURAHAN SUKA KARYA KECAMATAN KOTA BARU KOTA
JAMBI
SK. NOMOR : 37 TAHUN 2017
CAMAT KECAMATAN KOTA BARU
KA. KUA KEC. KOTA BARU
LURAH SUKA KARYA
KETUA RT. 04, 05, 06, 12, 17 DAN 18 DI
LINGKUNG MASJID NURUL IKHLAS
ASIYO
H. CHADRI
IMAM : PONIMAN
KHATIB : NOFIALDI
BILAL : PAIMAN
IMAM, KHATIB DAN
BILAL MASJID
PENASEHAT
H. ILYAS YAKUB S.Ag
KETUA UMUM
SAWUNDRA, S.Ag
WAKIL : TASRIP
SEKRETARIS
H. ERMAN JURI, SE
WAKIL : SUDARTO
BENDAHARA
KETUA : H. SUFIRMAN ARIF
ANGGOTA :
HASBULLAH
H. DARISMAN, SE, MSI
DEWAN PENGURUS
KEUANGAN
KETUA I
BIDANG IDAROH
(PEMBANGUNAN)
KETUA : H. KARYONO
KETUA II
BIDANG IMAROH
(IBADAH DAN PENDIDIKAN)
KETUA III
BIDANG RI’AYAH
(PEMELIHARAAN)
KETUA : ANWAR SADAT, S.Pd.I KETUA : MARZUKI GM
KETUA IV
BIDANG
PERPUSTAKAAN
KETUA : JUNAIDI, SE
50
5. Keadaan Ustadz dan Murid PAMI
a. Keadaan Ustadz
Guru merupakan suatu komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu
unsur tenaga kependidikan adalah tenaga pengajar yang tugas
utamanya adalah mengajar.
Sebagai sarana pendidikan sangat tidak mungkin jika tidak
memiliki komponen pengajar. Ustadz termasuk bagian terpenting
dalam kegiatan mengaji, keberadaan ustad sangat dibutuhkan dalam
mendidik dan membimbing murid untuk belajar mengaji. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan bapak Poniman mengatakan :
“Jumlah guru yang mengajar di PAMI masjid Nurul Ikhlas ini
ada 3 orang dan guru yang mengajar memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda”. (Wawancara tanggal 27
Januari 2020 )
Tabel 4.2: Data Guru Pengajian Antara Maghrib dan Isya di Masjid
Nurul Ikhlas
No Nama Alamat Pendidikan
terakhir
1 Poniman Jl. Sunan Ampel RT 04 SMA
2 Kamal Ashdaq Jl. Sunan Ampel RT 04 Pondok
3 Jecky Ahmad R Jl. Sunan Ampel RT 04 MA
b. Keadaan Murid
Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam
sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan
sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
51
Guru sebagai tenaga pendidik membutuhkan murid-murid untuk
dididik dalam proses transfer ilmu baca tulis Al-qur’an. Sedangkan
murid-murid adalah orang (anak) yang sedang berguru, atau sebagai
penerima pendidikan baca tulis Al-qur’an.
Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang dapat menunjang
terjadinya pembelajaran, selain ustadz, dan masjid, peserta didik juga
tidak kalah pentingnya. Tanpa adanya peserta didik proses
pembelajaran tidak mungkin dapat berjalan atau terlaksana.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan bapak Poniman, mengatakan:
“Murid PAMI di masjid Nurul Ikhlas ini terdiri dari laki-laki dan
perempuan, mereka yang belajar menagaji di PAMI masjid
Nurul Ikhlas ini tinggal di lingkungan masjid dan mereka
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Jumlah murid
PAMI di masjid Nurul Ikhlas sebanyak 29 murid”.
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Berikut ini murid-murid PAMI di masjid Nurul Ikhlas :
Tabel 4.3: Data murid-murid PAMI di Masjid Nurul Ikhlas periode
2019-2020
No Nama Alamat Sekolah
1 Farras Putri Meilian RT 18 SD
2 Rayhan Ramdani RT 18 SMA
3 M. Farel R. RT 18 SMP
4 M. Faran Fikri RT 18 SD
5 Sri Wahyuni RT 04 Tamat SD
6 Fathir Isman RT 04 SD
7 Naraya Putri R. RT 04 SD
8 Mezya Ariani Putri RT 04 SD
9 M. Syafiq Jiwanta RT 04 SMP
10 Nurlina RT 04 SMP
52
11 Hayati Setia Hanipah RT 04 SD
12 Aura Jodya Salsabila RT 04 SD
13 Ardino Putra RT 04 STM
14 Muhammad Al Faris RT 04 SD
15 Amrinaza Armansyah RT 05 STM
16 Karenina Maharani RT 06 SMP
17 Regina Mutiara RT 04 SMP
18 Reva Sandreani RT 04 SMA
19 Salsabila RT 18 SMP
20 Sherina Lebani RT 18 SD
21 Silvia Dwi Rahmasari RT 04 SMA
22 Azahra Tu Siva RT 18 SD
23 Muhammad Andhika RT 04 SD
24 Nadhifa Dwi Artanti RT 04 SD
25 Ayu Estiningsih RT 04 SMA
26 Ramzy Al- Fairuz RT 04 SD
27 Julian Anugrah P RT 05 SD
28 Andri Manan P RT 05 SMA
29 Mahdar Fahrid RT 04 STM
Tabel 4.4: Daftar Kelompok Mengaji Pengajian Antara Maghrib dan Isya di Masjid
Nurul Ikhlas
No Kelompok
Pengajian
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Al-qur’an 8 12 20
2 Iqra’ 3 6 9
53
Jumlah Murid 29
6. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Upaya dalam meningkatkan mutu penidikan dan tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan maka sebagai lembaga pendidikan tentunya
membutuhkan fasilitas untuk menunjang proses pendidikan yang
dilakukan. Keberadaan saran dan prasarana selain memperlancar proses
pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar murid-murid.
Sarana pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses
pembelajaran agar dapat berjalan denga baik dan juga dapat memberikan
motivasi kepada murid dalam belaajar, sementara prasarana merupak
fasilitas yang membantu dan menunjang proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa di masjid Nurul
Ikhlas memilik fasilitas yang mendukung sehingga pelaksanaan
pembelajaran baca tulis Al-qur’an berjalan dengan baik. (Observasi
tanggal 6 Februari 2020 )
Adapun sarana yang dapat menunjang berlangsungnya proses
pembelajaran di PAMI masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya
Kecamatan Kota Baru Jambi dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5: Keadaan sarana di masjid Nurul Ikhlas
No Uraian Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Masjid tempat pengajian
berlangsung 1 Masjid Baik
2 Tempat parkir 1 Halaman Baik
54
b. Prasarana
Disamping sarana terdapat pula prasarana yang merupakan
fasilitas yang mendukung dan membantu proses pembelajaran di PAMI
masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi
yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6: Keadaan prasarana di masjid Nurul Ikhlas
No Uraian Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Al-qur’an 50 Baik
2 Jus ‘Amma 2 Baik
3 Iqra’ 20 Baik
4 Buku-buku Islami 30 Baik
5 Lemari penyimpanan
Al-qur’an 2 Baik
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Konidis pengajian antara maghrib dan isya di masjid Nurul Ikhlas
Kelurahan Suka Karya
Pengajian antara maghrib dan isya di masjid nurul ikhlas rutin
dilaksanakan selama 6 hari dengan jadwal libur di hari kamis malam jum’at.
Pengajian ini berlangsung dari setelah maghrib hingga isya. Pengajian ini
dilakukan di masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota
Baru Jambi. Tugas guru di sini ialah mengajarkan baca tulis Al-qur’an
dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal, kondisi tersebut dapat
dicapai jika guru mampu mengatur siswa serta mengendalikannya dalam
situasi belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
sesuai yang di harapkan. Kondisi pengajian antara maghrib dan isya di
masjid nurul ikhlas ini berjalan tidak berlangsung secara normal,
berdasarkan observasi peneliti :
55
a. Guru kurang tegas
Dalam proses pengajian berlangsung guru terkadang mengalami
hambatan dan tantangan dari siswa yang bertingkah laku kurang
terdidik, karena saat proses pengajian berlangsung murid masih ada
yang berkeliaran di luar masjid. Hasil observasi penulis di lapangan
menemukan bahwa murid yang masih sering keluar masuk saat
pengajian berlangsung, guru hanya menegur sekali saja, sehingga tidak
lama kemudia murid tersebut mengulangi perbuatannya lagi.
Kondisi belajar merupakan suatu keadaan yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, oleh karena itu guru harus
memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran secara langsung
sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang
seharusnya terjadi pada siswa. Tindaka tegas sangat diperlukan dari
seorang guru terhadap setiap pelanggaran murid-muridnya, baik
pelanggaran disiplin maupun tingkah laku.
b. Teguran yang diberikan kurang memberikan efek jera
Guru sebagi pendidik yang diberikan tanggung jawab untuk
menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dalam belajar
harus mengkomunikasikan kepada murid dan orang tua murid, sehingga
terciptanya kerjasama antara guru dengan orang tua murid dengan baik.
Dalam hal memberikan hukuman kepada murid harus disertai dengan
penjelasan sebagai bentuk pengajaran kepada murid, tidak melukai yang
menyebabkan cacat fisik, mengandung makna edukasi. Hasil observasi
penulis di lapangan menemukan bahwa hukuman yang diberikan guru
pengajian antara maghrib dan isya di masjid Nurul Ikhlas ini tidak
memberikan efek jera kepada murid-murid yang melanggar peraturan,
ini terbukti karena murid yang melanggar peraturan ini tidak lama
kemudian mengulangi kesalahan mereka lagi.
56
Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik perlu mengetahui
hukuman mana yang tepat diberikan kepada murid yang melakukan
pelanggaran sehingga menimbulkan penyadaran bagi siswa yang
melanggar tersebut karena hukuman merupakan salah satu bentuk
pendekatan yang digunakan dalam usaha mendisiplinkan dan merubah
siswa dari yang negative ke arah yang positif. Hukuman ini diberikan
secara bertahap mulai dari yang ringan sampai yang berat dan juga
disesuaikan dengan frekuensi dan bentuk pelanggarannya.
2. Kendala yang menghambat pelaksanaan pengajian antara maghrib dan isya
dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas
Setiap usaha untuk memajukan cita-cita yang diharapkan tentunya
diperlukan berbagai macam faktor pendukung, namun demikian dalam
penyuksesannya pasti ada kendala maupun halangannya, demikian pula
pada pelaksanaan pengajian antara maghrib dan isya di masjid Nurul Ikhlas.
Berdasarkan hasil observasi peneliti dalam pelaksanaan pengajian
antara maghrib dan isya ditemukan beberapa kendala diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Kepentingan pribadi pengajar yang tiba-tiba terbentur dalam jadwal
mengajarnya
Kadang para pengajar memiliki jadwal yang tidak diduga pada
waktu pengajar, terhalangnya mengajar bukan karenan kesengajaaan
akan tetapi ada kegiatan lain diluar megajar seperti yasinan ketika ada
orang yang meninggal dilingkungan masjid Nurul Ikhlas dan juga
adanya jadwal pengajian bapak-bapak yang terkadang terbentur dengan
jadwal pengajian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan ustad
Poniman, mengatakan :
“Kalau ada jadwal pengajian bapak-bapak di masjid Nurul
Ikhlas ini, maka kegiatan pengajian untuk satu hari itu
diliburkan dan kalau ada yasinan orang meninggal di sekitar
masjid Nurul Ikhlas dan ada kegiatan hari besar agama maka
57
kegiatan pengajian juga diliburkan” (Wawancara tanggal 27
Januari 2020)
b. Peserta didik yang masih sering datang tidak tepat waktu dan kadang-
kadang tidak hadir
Dari pengamatan penulis di lapangan, penulis menemukan
beberapa kendala yang dialami oleh guru pengajian antara maghrib dan
isya di masjid Nurul Ikhlas, diantaranya ada beberapa murid yang masih
datang terlambat, hal ini jelas akan mengganggu proses belajar megajar
yang sedang berlangsung, masih ada murid yang tidak masuk, biasanya
murid ini memang izin kepada orang tuanya untuk mengaji, namun
mereka bisa saja mampir ketempat lainnya.
Hasil wawancara dengan Ustad Poniman selaku guru mengaji, beliau
mengatakan:
“Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pengajian antara maghrib
dan isya ini mendapat dukungan dari para orang tua murid,
sehingga banyak anak-anak yang memperharikan pelajaran
yang kami ajarkan. Akan tetapi masih ada juga murid yang
datang ke masjid nya telat, tidak sesuai dengan peraturan yang
sudah ditetapkan yaitu datang sebelum magjhrib”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Penulis kembali mewawancarai salah seorang orang tua murid,
beliau mengatakan bahwa :
“Sebenarnya dari rumah saya sudah menyuruh untuk sholat
maghrib berjamaah di masjid, biar mengajinya tidak telat. Tetapi
yang namanya juga anak-anak, masih saja terkadang suka
membantah dan kadang-kadang anak saya pergi bersama teman-
temannya dari rumah jam 17.00, bilangnya mau lansgung ke
masjid tetapi bukannya langsung ke masjid tapi mampir dulu ke
toko. Maka dari itu dia terkadang datang terlambat”.
(Wawancara tanggal 6 Februari 2020)
Mendidik anak dan membiasakan mereka untuk disiplin dan
tepat waktu memang bukanlah hal yang mudah. Orang tua harus terus
mengingatkan agar mereka tepat waktu, dibina sedini mungkin, agar
58
setelah dewasa anak-anak akan terbiasa tepat waktu dan dapat mengatur
jadwal kegiatannya dengan baik.
Kondisi pengajian antara maghrib dan isya di masjid Nurul
Ikhlas berjalan dengan baik dan lancar, meskipun berjalan dengan
lancar tetapi masih ada murid-murid yang tidak datang saat proses
pembelajaran.
c. Anak-anak kurang disiplin dalam belajar
Sikap ataupun akhlak yang kurang terpuji dilakukan anak-anak
adalah perbuatan yang tidak mematuhi prinsip kegiatan belajar seperti
melakukan perbuatan keluar masuk masjid saat kegiatan mengaji
sedang berlangsung. Perbuatan ini mungkin dilihat sepele, tetapi jika
dibiarkan, membuat anak-anak menjadi berani dan akan mengulangi
perbuatan yang salah itu pada waktu yang lain. Pada saat pengajian
berlangsung, masih ada anak yang asyik bersenda gurau dengan teman
lainnya. Keterangan bapak Poniman sebagai berikut :
“Kurangnya sikap disiplin anak-anak dalam mengikuti
pengajian antara maghrib dan isya ini memang bermacam-
macam, karena memang pengajian ini untuk anak-anak mulai
dari sebelum sekolah sampai rata-rata SMP sehingga cukup
bervariasi, oleh karena itu ada anak-anak yang memang
mempunyai prilaku negative sehingga ditiru oleh anak-anak
lainnya”. (Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Dispilin adalah kata kunci keberhasilan belajar anak-anak.
Tanpa disiplin sulit belajar akan berhasil. Melalui disiplin anak-anak
mengerti bagaimana usaha untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Anak-anak sering membuat kesalahan dalam memulai pelajaran dengan
datang terlambat. Padahal waktu yang tertinggal sangat berarti sekali
jika diisi dengan kegiatan belajar.
Wawancara lain dengan ustad Jecky, salah satu guru mengaji di
pengajian antara maghrib dan isya, mengatakan :
59
“Ada sebagian anak yang kurang serius dalam mengikuti
pengajian membaca Al-qur’an, sehingga terlihat anak tersebut
tidak begitu memikirkan hasil dari apa yang dipelajarinya untuk
masa depan mereka. Hal ini yang membuat kami berupaya
semaksimal mungkin dalam mengajar agar mereka mencapai
tujuan yang diharapkan” (Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Anak-anak yang berniat dapat dilihat dari tingkah laku mereka
baik di rumahnya maupun di tempat pengajian mereka. Anak-anak yang
kurang berniatpun dapat dilihat dari kebiasaannya yang belajarnya
sering asal-asalan, kurang memiliki rasa percaya diri serta tidak serius
dalam belajar saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
d. Keterbatasan waktu belajar
Waktu merupakan seluruh rangkaian yang sangat menunjang
dalam keberhasilan proses pembelajaran. Melihat jadwal pembelajaran
Al-qur’an yang dilakukan pada malam hari yaitu mulai dari ba’da
maghrib sampai isya, membuat guru sedikit kekurangan waktu dalam
mengajar untuk lebih optimal lagi dalam memberikan pengajaran
membaca Al-qur’an dan pemahaman ilmu tajwid kepada peserta didik.
Wawancara penulis dengan ustad Poniman, mengatakan:
“Keterbatasan waktu mengajra merupakan salah satu kendala
yang ada, karena waktu pembelajaran yang cukup singkat yaitu
dilakukan pada malam hari setelah sholat maghrib sampai
dengan isya membuat guru sedikit kurang optimal memberikan
pengajaran Al-qur’an dan memberikan penjelasan serta
pemahaman tentang ilmu tajwid kepada peserta didik”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Dengan demikian, dengan terbatasnya waktu yang ada, guru
dituntut untuk bisa menggunakan waktu yang ada dalam memberikan
materi tentang tajwid dan menghubungkannya dengan membaca Al-
qur’an.
3. Upaya guru dalam mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurul Ikhlas
60
a. Peraturan jadwal pelaksanaan
PAMI masjid Nurul Ikhlas memiliki sistem jadwal pelaksanaan
yang disusun oleh pengurus untuk menciptakan kelancaran suatu
kegiatan belajar membaca tulis Al-qur’an. Pihak-pihak yang sudah
terlibat langsung wajib menaati jadwal pelaksanaan yang sudah
ditetapkan.
Masjid Nurul Ikhlas sudah memiliki jadwal tetap dalam
pelaksanaan kegiatan PAMI. Kegiatan PAMI dilaksanakan selama
enam hari dan libur di hari kamis. Berdasarkan wawancara peneliti
dengan Ustadz Poniman mengatakan :
“Peraturan PAMI di masjid Nurul Ikhlas ini salah satunya
mewajibkan murid-muridnya datang ke masjid sebelum
maghrib supaya mereka bisa mengikuti sholat maghrib
berjamaah di masjid. Dengan begitu mereka bisa terbiasa sholat
berjamaah di masjid dan juga mereka juga bisa disiplin atas
waktu yang sudah ditentukan” (Wawancara tanggal 27 Januari
2020)
Berdasarkan hasil observasi peniliti murid yang mengikuti
pengajian antara maghrib dan isya di masjid Nurul Ikhlas ini ketika
waktu sholat maghrib tiba murid yang datang tepat waktu melakukan
sholat maghrib berjamaah di masjid. (Observasi: tanggal 27 Januari
2020)
Mengenai ketidakhadiran murid dalam pelaksanaan kegiatan
PAMI menjadi salah satu faktor penilaiaan bagi guru untuk memberikan
nilai kepada murid apakah murid tersebut layak untuk melanjutkan
pengajiannya kejenjang berikutnya atau tidak.
Hal ini berdasarkan observasi langsung oleh peneliti dengan
guru pengajian antara maghrib dan isya, guru mencatat kehadiran semua
murid setiap pelaksanaan pengajian berlangsung (Observasi: tanggal 27
Januari 2020)
61
Untuk jadwal kegiatan PAMI ini merupakan peraturan tidak
tertulis yang sudah disepakati bersama oleh murid dan orang tua murid.
Jadwal ini merupakan wewenang guru yang kapanpun bisa berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
Pengurus PAMI masjid Nurul Ikhlas membuat aturan-aturan
dalam pelaksanaan kegiatan baca tulis Al-qur’an yang wajib ditaati oleh
murid-murid. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketertiban selama proses
belajar berlangsung.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan ustadz Poniman ia
mengatakan:
“PAMI di masjid Nurul Ikhlas kami sudah membuat peraturan-
peraturan dan tata tertib untuk murid yang mengaji di sini.
Peraturan yang dibuat oleh guru PAMI masjid Nurul Ikhlas di
sini memang belum dipaparkan di dalam buku khusus,
peraturan-peraturan ini hanya disampaikan secara langsung oleh
guru PAMI kepada murid serta orang tuanya di awal mereka
memulai mengikuti PAMI di masjid ini”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Berdasrkan wawancara langsung peneliti dengan bapak
Poniman, diketahui tata tertib dan peraturan sebagai berikut :
Tata tertiib dan peraturan pengajian antara maghrib dan isya di masjid
Nurul Ikhlas terdiri dari :
1) Peraturan
a) Apabila murid berhalangan untuk hadir, orang tua harus
memberitahu salah satu ustadz, baik secara langsung atau
melalui telepon
b) Saat kegiatan mengaji berlangsung tidak diperkenankan
meninggalkan pengajian tanpa izin dari ustadz
c) Murid tidak diperkenankan datang lewat dari adzan maghrib
d) Murid harus menggunakan pakaian muslim lengkap bagi laki-
laki dan perempuan, tidak dibolehkan menggunakan baju kaos
dan celan jeans
62
e) Jika tidak mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan maka akan
diberikan sanksi
2) Sanksi-sanksi
Murid yang melanggaar ketentuan-ketentuan akan diberikan sanksi
berupa :
a) Peringatan
b) Hukuman
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
b. Berupaya meningkatkan disiplin belajar
Pelaksanaan pengajian antara maghrib dan isya dilaksanakan
dengan jadwal yang telah ditentukan. Murid-murid sebelum sholat
maghrib harus sudah ada di masjid agar mereka bisa melaksanakan
sholat maghrib berjamaah, setelah itu baru mulai pelaksanaan mengaji,
baru setelah selesai mengaji mereka melakukan sholat isya berjamaah
kemudian mereka pulang dengan teratur dan rapi.
Hasil observasi penulis di lapangan menemukan bahwa disiplin
anak-anak diwajibkan untuk mengikuti peraturan yang telah di tentukan
belum terlalu tinggi. Terlihat dari anak-anak yang masih ada datang
tidak tepat waktu, yaitu mereka datang sholat maghrib selesai mereka.
(Observasi tanggal 6 Februari 2020). Dengan demikian adanya disiplin
waktu dalam mengaji akan dapat meningkatkan kemampuan membaca
Al-qur’an dan juga memotivasi murid-murid dalam belajar Al-qur’an.
c. Berupaya mengajar dengan baik
Dalam pelaksanaan pengajaran, guru harus memiliki metode
yang bagus serta respon yang aktif dari anak didiknya yang kurang aktif
dalam pengajian. Guru harus menampilkan sikap yang baik dan
menyenangkan serta harus menghindari sikap-sikap yang kurang
disenangi oleh murid seperti selalu marah, bicara kasar, suka
63
membentak dan sifat pilih kasih. Dampaknya hal seperti itu akan
mengakibatkan hubungan guru dan anak didik menjadi tidak baik.
Berdasarkan wawncara penulis dengan bapak Poniman,
mengatakan :
“Selaku guru kami selalu berusaha untuk bersikap baik dengan
murid-murid dalam arti menjadikan anak didik sebagai objek
dalam proses pembelajaran dan sekaligus menjadi orang yang
terdekat terhadapa mereka. Dengan demikian anak didik tidak
merasa seperti diasingkan oleh para guru yang mengajar di sini”.
(Wawancara tanggal 27 Januari 2020)
Selanjutnya wawancara terhadap salah satu guru lainnya,
mengatakan :
“Sikap positif terhadap anak didik selalu kami tunjukkan agar
dapat membuatan suasana belajar yang nyaman. Selain itu kami
juga berusaha memberikan beberapa metode dalam membaca
Al-qur’an yang baik, mendiskusikan tentang apa yang membuat
mereka senang belajar Al-qur’an. Hal itu semua demi
tercapainya hasil belajar yang baik yang diharapkan oleh para
guru dan orang tua mereka”. (Wawancara tanggal 27 Januari
2020)
Guru yang baik harus memiliki banyak pengalaman, sebab
dengan adanya pengalaman guru dapat menghadapi anak-anak didik
yang berbeda karakter dan sikap. Demikian juga dengan fisik mereka,
tentu saja ada aspek intelektualnya juga berbeda. Hal ini terlihat pada
rangsangan mereka terhadap pelajaran yang diberikan. Ada yang cepat
menerima ada juga yang lambat. Oleh karena itu guru harus pandai-
pandai dalam menghadapi hal yang demikian agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
d. Kerja sama dengan orang tua murid
Pelaksanaan kegiatan PAMI di masjid Nurul Ikhlas ini
melibatan orang tua murid untuk ikut berperan dalam memperhatikan
perkembangan perilaku murid, dengan menitipkan anaknya mengaji di
64
PAMI masjid Nurul Ikhlas ini bukan berarti peran orang tua dalam
mengajar dan mendidik lepas begitu saja, karena dalam mengajar dan
mendidik tidak cukup dengan peran guru saja.
Tujuan didirikannya PAMI masjid Nurul Ikhlas ini adalah untuk
membantu mewujudkan harapan para orang tua agar anaknya mampu
membaca Al-qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan hukum tajwid
dan juga menamakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut keterangan orang tua murid yang bernama Syahril
kepada peneliti ia mengatakan :
“Harapan saya, agar anak saya bisa membaca Al-qur’an dengan
lancar sesuai dengan kaidahnya bisa terwujud. Karena saya
sebagai orang tua memiliki kekurangan untuk mengajari anak
saya membaca Al-qur’an secara langsung, dengan itu saya
menitipkan anak saya di PAMI ini agar anak saya dapat
dibimbing oleh guru-guru PAMI di masjid Nurul Ikhlas ini”.
(Wawancara: tanggal 6 Februari 2020)
e. Memberikan Nasehat
Sebagai guru yang bertanggung jawab dan bijak, maka guru
selalu memberikan nasehat kepada siswa, agar mereka kelak menjadi
anak yang baik, sholeh, dan bertanggung jawab. Untuk itu, guru selalu
mengingatkan dengan melalui memberikan nasehat agar disiplin dalam
belajar. Perbuatan siswa terkadang melanggar norma-norma agama, ini
perlu mendapat perhatian dari guru. Misalnya siswa berkelahi,
bertengkar, tidak mengaji, di sini guru perlu memberikan nasehat
sehingga anak dapat kembali pada kebaikan. Hasil wawancara dengan
ustad Poniman, mengatakan :
“Pada awalnya kemauan anak dalam belajar Al-qur’an masih
sangat kurang, hal ini terlihat kurang bersemangatkan anak-anak
untuk mengikuti pengajian. Ada juga anak yang menganggap
belajar membaca Al-qur’an sangat sulit. Dengan memberikan
pengertian kepada anak bahwa belajar membaca Al-qur’an
sangat penting bagi mereka” (Wawancara tangga; 27 Januari
2020)
65
Hal ini terlihat dari hasil observasi di masjid Nurul Ikhlas saat
kegiatan PAMI berlangsung, guru memberikan sedikit nasehat setiap
selesai pengajian. Mereka melakukan itu semua agar dalam jiwa anak
didik di pengajian itu tercipta rasa cinta dan senang terhadap membaca
Al-Qur’an dengan baik dan disertai dengan hukum-hukum bacaannya.
Nasehat bukan saja untuk mengembalikan anak pada jalan yang benar,
akan tetapi juga penting untuk menjaga anak agar tetap berada pada
jalan yang benar dan berakhlakk mulia.
f. Memberikan motivasi
Seorang guru tentu saja menginginkan anak didiknya berhasil
dengan baik. Oleh karena itu sebagai guru kita perlu memberikan
motivasi terhadap murid-murid. Motivasi yang diberikan terhadap
murid-murid seperti memberikan saran dan dukungan terhadap anak
didik sebelum maupun sesudah latihan.
Peserta didik yang kurang termotivasi menyebabkan peserta
didik tidak dapat menerima atau menyerap pembelajaran dengan baik.
Oleh sebab itu, dalam mengajar baca tulis Al-qur’an bukan hanya orang
tua saja yang memberikan motivasi kepada anaknya, tetapi guru juga
harus menjadi motivator bagi peserta didik yang kurang termotivasi ini.
Membangkitkan keinginan dari dalam diri peserta didik merupakan
salah satu cara yang tepat untuk dapat membantu peserta didik lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar membaca Al-
qur’an.
Dari hasil wawancara dengan bapak Poniman, beliau
mengatakan :
“Saya berusaha untuk memberikan semangat kepada peserta
didik agar mereka dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar
membaca Al-qur’an dengan baik, mengarahkan mereka agar
tetap tekun belajar dan lebih disiplin lagi ketika proses kegiatan
66
PAMI berlangsung. Saya tahu bahwa peserta didik yang kurang
semangat mengikuti pembelajaran, pada akhirnya membuat apa
yang disampaikan guru menjadi tidak berguna”. (Wawancara
tanggal 27 Februari 2020)
Guru harus bisa menjadi motivator untuk muridnya, agar
muridnya yang sedang mengalami kejenuhan dan kebosanan
menjalankan aktivitas pembelajaran tidak berlarut-larut dan
menyebabkan peserta didik pada akhirnya menjadi terjebak dalam
kesulitan belajar.
Upaya guru dalam memberikan arahan bisa sebagai motivator
bagi anak didik. Karena anak-anak perlu diberi semangat, pujian serta
dukungan penuh agar mereka disiplin ketika belajar dan semangat demi
masa depannya. Dengan demkikian, guru yang bertindak sebagai
motivator diharapkan benar-benar memperhatikan kebutuhan dan
perkembangan anak. Guru juga selalu harus membantu anak-anak
dalam meningkatkan motivasi belajar membaca Al-qur’an.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan
pelaksanaan PAMI di masjid Nurul Ikhlas sebagai berikut :
1. Upaya yang dilakukan guru pengajian antara maghrib dan isya di masjid
Nurul Ikhlas dalam mengajar baca tulis Al-qur’an yaitu dengan membuat
jadwal dan peraturan pelaksanaan, meningkatkan disiplin belajar, mengajar
dengan baik, melakukan kerja sama dengan orang tua murid, memberikan
nasehat, dan memberikan motivasi.
2. Metode yang digunakan guru pengajian antara maghrib dan isya dalam
mengajar baca tulis Al-qur’an di masjid Nurull Ikhlas yaitu metode qiro’ati
dan metode iqra’.
3. Kendala yang dihadapi guru pengajian antara maghrib dan isya di masjid
Nurul Ikhlas dalam mengajar baca tulis Al-qur’an yaitu adanya kepentingan
pribadi pengajar yang tiba-tiba terbentur dengan jadwal mengajarnya,
peserta didik yang masih sering datang tidak tepat waktu dan jarang hadir,
anak-anak yang kurang disiplin dalam belajar dan keterbatasan waktu
belajar.
B. Saran
Setelah menarik kesimpulan, melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada pengurus masjid Nurul Ikhlas dan guru dapat
memberikan pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan bakat anak
pengajian masjid Nurul Ikhlas dan dapat mengembangkan kreativitas yang
ada pada diri anak agar berguna bagi masyarakat.
2. Diharapkan orang tua untuk lebih meningkatkan lagi dalam memberikan
morivasi kepada anak-anaknya dan selalu memperhatikan anak-anaknya
dalam pembelajaran membaca Al-qur’an.
3. Para peserta didik atau murid-murid di Pengajian Antara Maghrib dan Isya
Masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru Jambi
untuk selalu meningkatkan prestasi dan menghormati guru, kurangi
bermain-main dalam belajar dan semangatlah selalu agar kelak menjadi
anak yang sukses.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan inayah
dari Allah SWT yang disertai dengan usaha dan dorongan dari semua pihak
khususnya dosen pembimbing 1 dan 2 yaitu bapak Mukhlis M.Pd.I dan Drs. H.
Constantin, S.Ag. Penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun
dalam penyelesainnya banyak rintangan dan hambatan yang penulis temui.
Penulis menyadari akan kekurangan ilmu pengetahuan yang penulis
miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penulis. Akhirnya
penulis sangat berharap seoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan
mudah-mudahan perlindungan serta petunjuk akan senantiasa tercurahkan
kepada kita semua. Aamiin.
Jambi, Maret 2020
Dita Febriyanti
TP. 161444
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, ‘Athiyah. 1977. Dasar-dasar Pokok Pendidikan dan Pengajaran.
Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Ghazali. 1939. Ihya ‘Ulumuddin Jilid III Kairo: Babil Halibi.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Daulay, Haidar Putra. 2012. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. 1997. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Iktiar Baru Van
Hoeve.
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi Tentang
Berbagai Problem Pendidikan). Jakarta: Asdi Mahasatya
Hadi, Amirul dan Haryono. 1998. Metodologi Penlitian Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Huda, Nurul. 1990. Pedoman Majlis Taklim. Jakarta: KODI.
Idris, M dan Marno. 2004. Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Ketrampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Jogjakarta: AR RUZZ.
Jalaludin. 2004. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mahmud dan Tedi Priatna. 2005. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Sahifa.
Maunah, Binti. 2007. Ilmu Pendidi
kan. Jember: Center For Society Studies.
Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Alih
Bahasa Tjetjhep Rohendi. Jakarta: UI Press.
Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jambi: Sulthan Thaha
Press.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Imam. 1999. Riyadhus Sholihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
Saleh, A Rasyid. 1997. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Slemeto. 2007. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukadi. 2006. Guru Powerfull, Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Depdikbud. 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul : Upaya Guru Pengajian Antara Maghrib dan Isya dalam Mengajar Baca
Tulis Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota
Baru Jambi
A. Wawancara
1. Wawancara terhadap pengurus masjid Nurul Ikhlas
a. Bagaimana struktur organisasi di masjid Nurul Ikhlas?
1) Ketua : H. Ilyas Yakub, S.Ag
2) Sekretaris : Sawundra, S.Ag
3) Wakil Sekretaris : Tasrip
4) Bendahara : H. Erman Juri, SE
5) Wakil Bendahara : Sudarto
b. Sejak kapan pengurus yang aktif di masjid Nurul Ikhlas dibentuk?
Berdasarkan surat keputusan No 47 Tahun 2017, pengurus masjid Nurul
Ikhlas dibentuk sejak Agustus 2017 dengan periode tahun 2017-2020.
c. Berapa lama masa jabatan pengurus di masjid Nurul Ikhlas?
4 tahun
d. Kegiatan apa saja yang ada di masjid Nurul Ikhlas?
1) Sholat wajib berjamaah lima waktu
2) Sholat jum’at berjamaah setiap jum’at
3) Majlis taklim ibu-ibu yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali
4) Yasinan bapak-bapak yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali
5) Peringatan nuzul qur’an
6) Sholat tarawih dan witir di bulan ramadhan
7) I’tikaf bersamaan di masjid di bulan ramadhan
8) Tadarus Al-qur’an
9) Menerima dan menyalurkan zakat, infak, sedekah, fidyah
10) Kegiatan peringatakn kelahiran Nabi Muhammad SAW
11) Kegiatan Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW
12) Kegiatan menyambut bulan ramadhan dan hari raya idul fitri
13) Sholat idul fitri
14) Perayaan tahun baru Islam
15) Kegiatan menyambut hari raya idul adha dan potong qurban
16) Kegiatan menyambut tahun baru Hijriyah 1 Muharam
17) Bersih-bersih masjid
2. Wawancara terhadap guru PAMI masjid Nurul Ikhlas
a. Berapa jumlah guru yang mengajar PAMI di masjid Nurul Ikhlas?
3 orang
b. Sudah berapa lama mengajar PAMI di masjid Nurul Ikhlas?
Dari tahun 2016
c. Apa yang membuat guru tertarik mengajar PAMI di masjid Nurul
Ikhlas?
Merasa ada tuntutan dalam diri, terlebih karena kita tinggal di
lingkungan masji Nurul Ikhlas
d. Apa saja metode yang dipakai guru dalam mengajar baca tulis Al-
qur’an?
1) Metode Iqra’
2) Metode Qiroati
e. Berapa murid yang ada di PAMI masjid Nurul Ikhlas?
29 murid
f. Fasilitas apa saja yang dimiliki PAMI di masjid Nurul Ikhlas?
Tentu saja Al-qur’an, Juz Amma, Iqra, buku-buku Islami, papan tulis
g. Bagaimana upaya guru dalam mengajar PAMI di masjid Nurul Ikhlas?
1) Membuat peraturan jadwal pengajian
2) Berupaya mengajar dengan baik
3) Kerja sama dengan orangtua murid
4) Memberikan nasehat
5) Memberikan motivasi
h. Apa saja faktor yang menghambat guru dalam mengajar baca tulis Al-
qur’an?
1) Kepentingan pribadi pengajar yang tiba-tiba terbentur dengan
jadwal mengajar
2) Peserta didik yang masih sering datang tidak tepat waktu dan jarang
hadir
3) Anak-anak kurang disiplin dalam belajar
4) Keterbatasan waktu belajar
3. Wawancara terhadap murid PAMI masjid Nurul Ikhlas
a. Dimana tempat tinggal murid PAMI masjid Nurul Ikhlas?
Di lingkungan masjid Nurul Ikhlas
b. Apa tingkatan pengajian murid PAMI masjid Nurul Ikhlas?
Dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu Iqra’ dan Al-qur’an
c. Fasilitas apa yang diterima murid PAMI masjid Nurul Ikhlas?
Buku-buku Islami dan papan tulis untuk belajar
B. Observasi
1. Mengamati upaya guru dalam mengajar baca tulis Al-qur’an PAMI masjid
Nurul Ikhlas
2. Mengamati apa saja aturan-aturan yang dibuat guru dalam mengajar baca
tulis Al-qur’an PAMI masjid Nurul Ikhlas
3. Mengamati apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam mengajar
baca tulis Al-qur’an PAMI masjid Nurul Ikhlas
C. Dokumentasi
1. Historis dan geografis
2. Struktur organisasi
3. Keadaan guru dan pengurus
4. Keadaann sarana dan prasarana
DAFTAR INFORMAN DAN RESPONDEN
1 H. Ilyas Yakub, S.Ag Ketua Masjid
2 Poniman Guru PAMI/Ketua RT.04
3 Jecky Ahmad Ridwan Guru PAMI
4 Nasrizal Orang tua murid
5 Farras Putri Meilian Murid
6 Rayhan Ramdani Murid
7 M. Farel R. Murid
8 M. Faran Fikri Murid
9 Sri Wahyuni Murid
10 Fathir Isman Murid
11 Naraya Putri R. Murid
12 Mezya Ariani Putri Murid
13 M. Syafiq Jiwanta Murid
14 Nurlina Murid
15 Hayati Setia Hanipah Murid
16 Aura Jodya Salsabila Murid
17 Ardino Putra Murid
18 Muhammad Al Faris Murid
19 Amrinaza Armansyah Murid
20 Karenina Maharani Murid
21 Regina Mutiara Murid
22 Reva Sandreani Murid
23 Salsabila Murid
24 Sherina Lebani Murid
25 Silvia Dwi Rahmasari Murid
26 Azahra Tu Siva Murid
27 Muhammad Andhika Murid
28 Nadhifa Dwi Artanti Murid
29 Ayu Estiningsih Murid
30 Ramzy Al- Fairuz Murid
31 Julian Anugrah P Murid
32 Andri Manan P Murid
33 Mahdar Fahrid Murid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Dita Febriyanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Jambi, 03 Febaruari 1999
Alamat : Perum. Aur Duri II Mendalo Darat
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 081368654670
Pengalaman-Pengalaman Pendidikan Formal
1. SD/MI, tahun tamat : SDN 116/IV Kota Jambi : 2010
2. SMP/MTS, tahun tamat : Mts N Kenali Besar Jambi : 2013
3. SMA/MA, tahun tamat : MAN MODEL kota Jambi : 2016
4. Perguruan tinggi : UIN STS Jambi : 2020
Pendidikan Nonformal
1. Mengikuti seminar-seminar diberbagai kegiatan kampus maupun luar kampus
Motto
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain
Maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama : Dita Febriyanti
NIM : TP 161444
Pembimbing I : Drs. H. Constantin, M.Ag
Judul Skripsi
: Upaya Guru PAMI dalam Mengajar Baca
Tulis Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru
Jambi
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No. Tangggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
Pembimbing
1 20 Agustus 2019 Penyerahan surat penunjukkan
dosen pembimbing
2 2 September 2019 Perbaikan proposal
3 19 September 2019 Tanda tangan izin seminar
4 17 Oktober 2019 Perbaikan proposal
5 15 Januari 2020 ACC Pengesahan judul dan izin
riset
6 28 Januari 2020 Penyerahan surat pengesahan
judul
7 4 Maret 2020 Perbaikan skripsi
8 10 Maret 2020 Perbaikan skripsi
9 18 Maret 2020 ACC skripsi
10 18 Maret 2020 Tanda tangan nota dinas
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 05-10-2015 R-0 -
Jambi, 18 Maret 2020
Pembimbing I
Drs. H. Constantin, S.Ag
NIP. 19571231198503102
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama : Dita Febriyanti
NIM : TP 161444
Pembimbing I : Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I
Judul Skripsi
: Upaya Guru PAMI dalam Mengajar Baca
Tulis Al-qur’an di Masjid Nurul Ikhlas
Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kota Baru
Jambi
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama slam
No. Tangggal Materi Bimbingan Tanda Tangan
Pembimbing
1 20 Agustus 2019 Penyerahan surat penunjukkan
dosen pembimbing
2 2 September 2019 Perbaikan proposal
3 19 September 2019 Tanda tangan izin seminar
4 17 Oktober 2019 Perbaikan proposal
5 15 Januari 2020 ACC Pengesahan judul dan izin
riset
6 28 Januari 2020 Penyerahan surat pengesahan
judul
7 4 Maret 2020 Perbaikan skripsi
8 10 Maret 2020 Perbaikan skripsi
9 18 Maret 2020 ACC skripsi
10 18 Maret 2020 Tanda tangan nota dinas
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 05-10-2015 R-0 -
Jambi, 18 Maret 2020
Pembimbing II
Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I
NIP. 196710031997031001
Top Related