POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
PENINGKATAN KOMPETENSI OPERATOR PENGELOLA
SISTEM DATABASE PEMASYARAKATAN
DI LAPAS KELAS II A BANCEUY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan
MIRZA HENDRAWAN
Stb. 3114
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN
DEPOK
MARET 2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
UJIAN SKRIPSI
Nama : MIRZA HENDRAWAN
STB : 3114
Judul Skripsi :
Depok, 9 Maret 2020
Menyetujui,
Ketua Program Studi,
Dr. Syahrial Yuska, Bc.IP, S.H, M.H
NIP.19641218 198503 1 001
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mulyani Rahayu S.Sos., M.Si
NIP.197801022001122001
PENINGKATAN KOMPETENSI OPERATOR
PENGELOLA SISTEM DATABASE
PEMASYARAKATAN DI LAPAS KELAS II A
BANCEUY
iii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Mirza Hendrawan
STB : 3114
Judul Skripsi :
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan pada Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan (Crash
Program) Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
Dewan Penguji
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 09 Maret 2020
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Dr. Rachmayanthy, Bc.IP.,S.H.,M.Si
NIP. 19690426 199203 2 001
Pembimbing : Mulyani Rahayu, S.Sos., M.Si
( )
Penguji : Pramono, S.H., M.M., M.Si ( )
Penguji : Dr. Syahrial Yuska, Bc.IP., S.H., M.H ( )
PENINGKATAN KOMPETENSI OPERATOR
PENGELOLA SISTEM DATABASE
PEMASYARAKATAN DI LAPAS KELAS II A
BANCEUY
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Mirza Hendrawan
STB : 3114
Tempat Tanggal Lahir : Boyolali, 14 Agustus 1993
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Peningkatan
Kompetensi Operator Pengelola Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas
II A Banceuy” pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara
penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.
Depok, 9 Maret 2020
MIRZA HENDRAWAN
STB. 3114
v
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI
Nama : Mirza Hendrawan
STB : 3114
Judul Skripsi : Peningkatan Kompetensi Operator Pengelola Sistem Database
Pemasyarakatan Di Lapas Kelas II A Banceuy
Telah dipertahankan di hadapan sidang dewan penguji pada :
KEGIATAN HARI / TANGGAL WAKTU
Ujian Sidang RABU / 11 MARET 2020 13.00 – 13.30
Depok, Maret 2020
Dewan Penguji
Ketua Sidang merangkap
anggota :
Dr. Syahrial Yuska, Bc.IP.,
S.H., M.H ( )
Penguji Merangkap anggota : Pramono., S.H., M.M., M.Si ( )
Pembimbing merangkap
anggota : Mulyani Rahayu, S.Sos., M.Si ( )
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (POLTEKIP), saya
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MirzaHendrawan
STB : 3114
Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan (Crash Program)
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
POLTEKIP Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Peningkatan Kompetensi Operator Pengelola Sistem Database Pemasyarakatan Di Lapas
Kelas II A Banceuy”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini POLTEKIP berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan
skripsi saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 09 Maret 2020
Yang Menyatakan
MIRZA HENDRAWAN
STB. 3114
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berfokus pada peningkatan kompetensi operator pengelola Sistem
Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy dan mencari tahu tentang
permasalahan serta upaya pemecahan masalah yang dihadapi. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penelitian lapangan, wawancara
dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui
bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan sistem database pemasyarakatan diLapas
Kelas II A Banceuy sudah berjalan namun masih belum optimal. Hal tersebut
disebabkan oleh karena SDM yang kurang mempunyai skill dalam menyelesaikan
permasalahan. Pada Lapas Kelas II A Banceuy sudah dilakukan upaya peningkatan
kompetensi petugas namun belum maksimal sehingga diperlukan beberapa metode
pelatihan guna meningkatkan kompetensi petugas pengelola SDP.Setelah
menganalisa berbagai fakta yang ada serta guna meminimalisir berbagai
permasalahan, ditemukan beberapa alternatif pemecahan masalah dapat di lakukan
dengan cara : melaksnakan bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, diantaranya meliputi sosialisasi dan pelatihan mengenai
Sistem Database Pemasyarakatan. Pelatihan dapat dilakukan dengan cara metode
e-learning atau dengan penyelenggaraan diklat SDP secara berkala. Pelatihan
dengan diklat SDP harus dilaksanakan setidaknya dari salah satu perwakilan dari
operator SDP sehingga setelah dilakukan pelatihan operator tersebut dapat
memberikan pembelajaran terhadap operator pengelola SDP yang lain. Perlunya
pelatihan tersebut agar petugas memiliki dan mengerti pengetahuan teknis,
kematangan intelektual, serta integritas moral yang tinggi guna mengantisipasi
berbagai tantangan dimasa yang akan datang, khususnya dalam mengantisipasi
kemajuan teknologi yang semakin berkembang. sehingga para operator atau teknisi
mengetahui apa manfaat dan fungsi dari Sistem Database Pemasyarakatan,
sekaligus mampu mengoperasikan dengan terampil.
Kata Kunci : Kompetensi, Sistem Database Pemasyarakatan, Operator
viii
ABSTRACT
This thesis focuses on improving the competence of the operator of the Correctional
Database System Management in Banceuy Class II A Correctional Institution and
finding out about the problems and problem solving efforts faced. The research
method used is descriptive qualitative approach. Data collection techniques used
were field research, interviews and literature studies. Based on the results of
research conducted, it is known that in the implementation of the management
system of the correctional database system in Banceuy Class II A Correctional
Institution has been running but is still not optimal. This is caused by the lack of
human skills in solving problems. In Banceuy Class II A Correctional Institution,
efforts have been made to increase the competency of officers but have not been
maximized. technical guidance organized by the Directorate General of
Corrections, including covering socialization and training on the Correctional
Database System. Training can be done by e-learning method or by organizing SDP
training regularly. Training with SDP training must be carried out at least from one
representative of the SDP operator so that after the training is conducted the
operator can provide learning to other SDP management operators. The need for
the training is for officers to have and understand technical knowledge, intellectual
maturity, and high moral integrity in order to anticipate various challenges in the
future, especially in anticipating advancing technological advancements. so that the
operators or technicians know what are the benefits and functions of the
Correctional Database System, as well as being able to operate skillfully.
Keywords: Competence, Correctional Database System, Operator
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah memberikan kasih sayang dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat ujian pada
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
Saya menyadari bahwa di dalam pembuatan skripsi ini banyak pihak yang
telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu izinkan
saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy, Bc.IP.,S.H.,M.Si., selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Ibu Mulyani Rahayu S.Sos., M.Si. selaku pembimbing penyusunan Skripsi.
3. Bapak/Ibu Pengajar/Dosen dan Pembina, serta seluruh staf dan karyawan
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang telah banyak memberikan bekal ilmu
pengetahuan, pengajaran, pelatihan dan pengasuhan kepada saya.
4. Bapak Tri Saptono Sambudji selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas
II A Banceuy.
5. Keluarga besar Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy yang
telah banyak membantu dan memberikan banyak pengalaman selama saya
menjalankan penelitian.
6. Teman-teman Taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan Angkatan L,
khususnya kepada rekan-rekan yang banyak memberikan saran pada skripsi
ini.
x
7. Adik-adikku Politeknik Ilmu Pemasyarakatan angkatan LI dan LII yang
banyak memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi
agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Yuni Suryaningtyas istriku yang selalu memberikan motivasi agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Saya menyadari bahwa di dalam pembuatan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya berharap semoga penulisan skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua.
Depok, 9 Maret 2020
Mirza Hendrawan
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian ........................................................................... iv
Lembar Berita Acara Sidang Skripsi ................................................................... v
Halaman Persetujuan Publikasi ......................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar .................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................... xi
Daftar Gambar ................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv
Glosarium ............................................................................................................. xv
BAB I. Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 9
A. Deskripsi Teori ............................................................................................. 9
B. Kajian Penelitian Sebidang ........................................................................ 14
BAB III. Metode Penelitian ................................................................................. 17
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 17
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 18
C. Teknik Analisis Data .................................................................................. 19
D. Informan Penelitian .................................................................................... 20
E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 20
xii
BAB IV. Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 22
A. Deskripsi Lokus Penelitian ....................................................................... 22
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 28
C. Pembahasan ............................................................................................... 36
D. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ................................................ 49
BAB V. Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 50
A. Kesimpulan ................................................................................................ 50
B. Saran ........................................................................................................... 51
BAB VI. Daftar Pustaka ...................................................................................... 53
Lampiran
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Hlm
1.1 Gambar Jumlah Kejahatan ..................................................................... 3
4.1 Struktur Organisasi LAPAS Kelas II A Banceuy .......................... 24
4.2 Topologi SDP Modul Lapas/Rutan ........................................................ 35
4.3 Struktur Organisasi Subseksi Registrasi Lapas Kelas II A Banceuy ..... 37
4.4 Alur Proses Pengusulan Remisi Secara Online ..................................... 40
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL Hlm
2.1. Jadwal Penelitian .................................................................................... 21
4.1 Data Pegawai Lapas Kelas II A Banceuy ............................................... 25
4.2 Data Tahanan Lapas Kelas II A Banceuy .............................................. 25
4.3 Data Narapidana Lapas Kelas II A Banceuy .......................................... 26
xv
GLOSARIUM
PEMASYARAKATAN : Kegiatan untuk melakukan pembinaan
warga binaan pemasyarakatan
berdasarkan sistem, kelembagaan, dan
cara pembinaan yang merupakan bagian
akhir dari sistem pemidanaan dalam tata
peradilan pidana.
LEMBAGA PEMASYARAKATAN: Tempat untuk melaksanakan pembinaan
narapidana dan anak didik
pemasyarakatan.
NARAPIDANA : Terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan.
SISTEM DATABASE
PEMASYARAKATAN :
Sistem aplikasi yang dibangun sebagai
tools (alat bantu) bagi petugas
pemasyarakatan dalam pelaksanaan
tugas dilapangan baik Kantor Pusat,
Divisi Pemasyarakatan, Lapas, Rutan,
Bapas dan Rupbasan untuk menjamin
ketersediaan data dan informasi
pemasyarakatan dengan cepat, akurat
dan valid keaslian datanya sebagai
wujud implementasi dari Reformasi
Birokrasi di Pemasyarakatan.
GADGET : Perangkat elektronik kecil yang
memiliki fungsi khusus.
SERVER :
Komputer yang digunakan untuk
menampung semua data yang berasal
dari komputer client dalam sebuah
jaringan. Tidak hanya itu, komputer
server juga digunakan untuk mengelola
sebuah jaringan komputer. Sirkulasi
data, informasi, maupun perintah yang
berasal dari komputer client akan selalu
melewati komputer server ini.
xvi
CLIENT : Komputer yang digunakan untuk
meminta layanan tertentu dari komputer
server. Layanan tersebut bisa jadi data,
file, gambar, printer, maupun yang
lainnya. Oleh karena itu, di dalam
komputer client dibutuhkan suatu
aplikasi tertentu agar dapat mengakses
layanan dari komputer server.
FINGERPRINT :
Alat untuk memenuhi kebutuhan data
yang cepat dengan menggunakan
verifikasi sidik jari.
1
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era digital seperti sekarang informasi menjadi salah satu
kebutuhan yang mendasar. Informasi sudah menjadi kebutuhan primer bagi
manusia. Berkembangnya teknologi informasi seperti perkembangan
internet, gadget (smartphone, tab, laptop) dan media elektronik lainnya
mendukung cepatnya penyebaran informasi. Mayoritas pengguna gadget
menghubungkan perangkatnya dengan internet untuk mengakses informasi,
baik dalam penggunaan sosial media seperti whatsapp, Instagram,
facebook, youtube atau untuk membaca berita atau informasi didalam surat
kabar elektronik.
Berdasarkan data didalam website https://andi.link/data jumlah
pengguna internet di dunia pada akhir tahun 2018 mencapai 4,47 miliar
orang dibandingkan dengan jumlah total penduduk didunia yaitu 7,697
miliar orang, dapat diartikan lebih dari setengah penduduk dunia yang aktif
menggunakan internet. Dalam data tersebut Indonesia menempati urutan
keempat jumlah pengguna internet terbesar didunia dengan jumlah 143,26
juta pengguna setelah India diposisi pertama, Amerika Serikat di posisi
kedua, dan Brazil di posisi ketiga. Sehingga dapat disimpulkan bahawa
pengguna internet di seluruh dunia sangatlah besar, begitu juga pengguna
internet di Indonesia. Banyak aktivitas manusia yang didukung oleh sistem
informasi. Tidak hanya pada negara-negara maju, Indonesia telah
menggunakan sistem informasi, contohnya pada kegiatan di dalam kantor,
di lingkungan pasar swalayan, di bandara, bahkan di rumah ketika seseorang
dapat bercengkerama dengan orang lain melalui dunia internet. Disadari
atau tidak, penggunaan sistem informasi sudah banyak membantu dan
memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia.
Di Indonesia sendiri, mayoritas institusi pemerintahan
menggunakan perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Sistem Informasi yang dimiliki oleh suatu institusi akan sangat
2
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
membantu proses pengambilan kebijakan yang menyangkut kepentingan
bersama terlebih lagi didalamnya terdapat informasi dan ketersediaan data..
Ketersediaan data akan mempengaruhi suatu institusi untuk pengambilan
suatu keputusan atau kebijakan. Penguasaan oleh sumber daya manusia atau
operator dalam pengelolaan data dan informasi di masing-masing instansi
pemerintah dapat mendorong pengumpulan data dan informasi. Semakin
banyak data dan informasi yang diperoleh, semakin memudahkan suatu
institusi dalam pengambilan keputusan. Selain itu ketersediaan data dapat
digunakan oleh pihak-pihak lain yang terkait dan kepada publik yang
memerlukan data tersebut.
Data sebagai sumber informasi untuk membuat suatu perencanaan
yang baik memiliki banyak variabel sesuai kebutuhan. Pada tugas
penegakkan hukum, data yang penting adalah informasi jenis kejahatan,
pelaku dan pelaksana penegakan hukum sendiri. Banyaknya pelanggaran
hukum dan tindak kejahatan secara statistik berakibat pada meningkatnya
angka kriminalitas, yang secara langsung berpengaruh pada peningkatan
jumlah narapidana maupun tahanan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara. Menurut sumber dari Biro Pengendalian Operasi
Mabes Polri dalam buku statistik kriminal 2019 yang merangkum jumlah
kejahatan tahun 2016 sampai dengan 2018, jumlah kejahatan di tahun 2018,
mencapai 294.281 kasus seperti terdapat dalam gambar 1.1. Jumlah tersebut
ternyata lebih rendah dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya yaitu tahun
2016 sejumlah 357.197 kasus dan pada tahun 2017 sejumlah 336.652 kasus.
Berikut adalah data yang memperlihatkan jumlah kriminal tahun 2016
sampai dengan tahun 2018.
3
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Gambar 1.1 Jumlah Kejahatan (Crime Total) Tahun 2016 - 2018
Crime Total
400.000
357.197 336.652
350.000
294.281 300.000 250.000
200.000 2016 2017
2018
Sumber : Biro Pengendalian Operasi, Mabes Polri
Kondisi ini secara signifikan menghasilkan permasalahan
overkapasitas di dalam Lapas dan Rutan karena pembangunan atau
penambahan kapasitas Lapas dan Rutan tidak sebanding dengan lonjakan
pertumbuhan jumlah kriminalitas di Indonesia. Meningkatnya jumlah
narapidana dan tahanan yang menghuni Lapas maupun Rutan di Indonesia,
secara langsung maupun tidak langsung membuat tugas yang diemban oleh
petugas pemasyarakatan semakin berat, dimana jumlah petugas Lapas dan
Rutan tidak sebanding dengan jumlah penghuni. Berdasarkan keadaan
tersebut maka Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan membuat suatu terobosan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dengan menggunakan sistem informasi
dan untuk memudahkan petugas Pemasyarkatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam Rencana Aksi Nasional KemenkumHAM dan Program
Strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah meningkatkan layanan
informasi berbasis teknologi yang diterapkan di Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan, Kanwil Pemasyarakatan yang terdapat di seluruh
Indonesia. Layanan informasi tersebut dikenal dengan Sistem Database
Pemasyarakatan (SDP), Sistem Database Pemasyarakatan merupakan
aplikasi yang berfungsi sebagai alat bantu kerja atau tools yang sesuai
kebutuhan UPT Pemasyarakatan, Kanwil dan Ditjenpas. Aplikasi SDP yang
dikelola oleh Sub Direktorat Data dan Informasi Direktorat Informasi dan
Komunikasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ini bertujuan untuk :
4
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
1. Membangun database narapidana / tahanan nasional;
2. Menyediakan informasi yang berkualitas dan valid untuk
menunjang pengambilan keputusan;
3. Meningkatkan pelayanan.
Sistem Database Pemasyarakatan atau yang dikenal dengan SDP
merupakan sistem aplikasi yang dibangun sebagai tools (alat bantu) bagi
petugas pemasyarakatan dalam pelaksanaan tugas dilapangan baik Kantor
Pusat, Divisi Pemasyarakatan, Lapas, Rutan, Bapas dan Rupbasan untuk
menjamin ketersediaan data dan informasi pemasyarakatan dengan cepat,
akurat dan valid keaslian datanya sebagai wujud implementasi dari
Reformasi Birokrasi di Pemasyarakatan serta peningkatan layanan
informasi pemasyarakatan kepada publik. Dengan dikeluarkannya, program
tersebut harus secara maksimal diterapkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Hal
tersebut sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang no. 12 Tahun 1995 berbunyi
“Kegiatan untuk melakukan pembinaan WBP berdasarkan sistem, lembaga
dan tata cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana1.” Grand design sistem database
pemasyarakatan sudah dikembangkan sejak tahun 2008 dan mulai di
terapkan pada unit pelaksana teknis tahun 2011, dan terus dikembangkan
sampai saat ini.
Sejalan dengan diterapkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.IN.04.03 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi pada
Ditjen PAS, Kanwil Kemenkum HAM, dan UPT Pemasyarakatan. Bahwa
dalam rangka penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik di bidang
pemasyarakatan diperlukan penyediaan informasi publik dengan
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola informasi publik. Keterbukaan terhadap informasi di lingkungan
Ditjen PAS merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik
1 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 1
5
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
terhadap penyelenggaraan pembinaan narapidana di Lapas, pembimbingan
klien pemasyarakatan di Bapas, pelayanan tahanan di Rutan dan
pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan.
Menurut pasal 3 dalam PermenkumHAM Republik Indonesia
Nomor M.HH-01.IN.04.03 Tahun 2011, tujuan pelayanan Informasi
Pemasyarakatan pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor
Wilayah, dan UPT Pemasyarakatan adalah:
1. Mewujudkan komunikasi dua arah yang serasi antara Penyedia
Informasi dengan Pemohon dan pengguna Informasi
Pemasyarakatan.
2. Mendorong partisipasi masyarakat didalam proses pengambilan
kebijakan publik serta pengelolaan Informasi Pemasyarakatan yang
baik.
3. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang
transparan, efektif, efisien, akuntabel, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Meningkatkan pengelolaan dan Pelayanan Informasi untuk
menghasilkan layanan Informasi yang berkualitas2.
Berdasarkan situs website berita online TRIBUNNEWS
memberitakan tentang aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan di
Manokwari pada Senin (20/8/2019) meluas hingga sampai ke daerah
Sorong Papua Barat. Di Sorong, Lapas Sorong sempat dibakar dan
dirusak oleh narapidana setelah sebelumnya terjadi kerusuhan di luar
Lapas. Massa anarki yang berada di luar Lapas melempari Gedung
Lapas dengan batu sehingga membuat narapidana yang berada di
dalam lapas marah dan terprovokasi. Akibat kejadian tersebut,
gedung lapas bahkan dibakar para Narapidana dan beberapa Napi
melarikan diri keluar Lapas. Diberitakan dalam Tribunnews.com
sebelumnya, kerusuhan didalam Lapas tersebut dibenarkan oleh
Kepala Bagian Humas Ditjen PAS, Ade Kusmanto. "Memang benar,
ada provokasi dari para pendemo di luar Lapas. Mereka melempari
2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.IN.04.03 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Pasal 3
6
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
gedung Lapas dan membuat para penghuni Lapas marah," tuturnya,
Senin (19/8/2019)3.
Peristiwa kerusuhan didalam Lapas Kelas II B Sorong tersebut
menjadi salah satu bukti pentingnya pelaksanaan Sistem Database
Pemsayarakatan di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan. Meskipun data-
data warga binaan pemasyarakatan seperti, nama-nama WBP, putusan-
putusan pengadilan, status program pembinaan dan data terkait pembinaan
lainnya yang ada didalam Lapas telah rusak dan hilang, namun dengan
adanya Sistem Database Pemasyarakatan data-data tersebut bisa di back up,
sehingga data-data terkait dengan pembinaan warga binaan pemasyarakatan
dapat dikembalikan seperti semula. Namun fakta dilapangan, Lapas Kelas
II B Sorong tidak dapat melakukan back up data dengan cepat, perlu waktu
beberapa bulan sehingga data pembinaan kembali normal kembali. Dalam
pelaksanaan sistem database pemasyarakatan di unit pelaksana teknis
pemasyarakatan, sistem database pemasyarakatan yang memerlukan dua
komponen utama yaitu seperangkat alat sistem database pemasyarakatan
(komputer, server, dan jaringan) dan yang ke dua adalah petugas
pemasyarakatan yang bertugas sebagai operator Sistem Database
Pemasyarakatan. Hingga saat ini seluruh unit pelaksana teknis
pemasyarakatan sudah memiliki perangkat dan sudah terhubung dengan
jaringan sistem database pemasyarakatan pusat, begitu juga untuk operator
SDP sudah terdapat di seluruh unit pelaksana teknis Pemasyarakatan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harrington Emerson, ada
lima unsur manajemen (5M) saling terikat satu dengan yang lain, yaitu Man
(Manusia), Machines (Mesin), Money (Uang/ Modal), (Metode/Prosedur),
Materials (Bahan Baku)4. Dalam penelitian yang penulis laksanakan, hal
yang menjadi perhatian diantara kelima unsur manajemen tersebut adalah
Man yaitu sumber daya manusia. Manusia yang dimaksud dalam hal ini
adalah operator Sistem Database Pemasyarakatan. Pelaksanaan Sistem
3 Arif Tio Buqi Abdulah. “Kerusuhan di Manokwari Sempat Meluas ke Sorong, Lapas Dibakar dan Napi Kabur” Selasa, 20 Agustus 2019 4 Pfiffner, John F., Presthus, Robert Vance. (1953). Public Administrasion. New York : The Ronald Press.
7
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Database Pemasyarakatan tidak dapat berjalan dengan baik apabila sumber
daya manusia tidak mempunyai skill atau kompetensi yang baik,
berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan kompetensi operator pengelola
Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
penulis membahas rumusan masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan Sistem Database Pemasyarakatan
di Lapas Kelas II A Banceuy?
2. Bagaimana peningkatan kompetensi operator pengelola Sistem
Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan di atas, maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan penggunaan Sistem Database Pemasyarakatan
di Lapas Kelas II A Banceuy.
2. Mengetahui pelaksanaan peningkatan kompetensi operator pengelola
Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy.
D. Manfaat Penelitian
1. Dunia Akademik Penelitian ini dimaksudkan agar nantinya penulis
mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana peningkatan kompetensi
sumber daya manusia dalam pengelolaan sistem database
pemasyarakatan.
8
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
2. Dunia Praktisi dengan melakukan penelitian ini, penulis berharap hasil
dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pedoman oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan dalam memberikan pelatihan atau diklat untuk
petugas operator sistem database pemasyarakatan.
9
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Manajemen
a. Pengertian manajemen
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno
ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan
secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam,
diantaranya:
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.5
Gulick dalam Wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan.
Schein (2008: 2) memberi definisi manajemen sebagai profesi.
Menurutnya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk
bekerja secara profesional, karakteristiknya adalah para profesional
membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional
mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja
tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat.6
Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pebgarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.7 Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang
5 Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) Stoner yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) 6 Schein (2008: 2) 7 Terry (2010: 9)
10
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami
bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari
usaha-usaha yang telah dilakukan.
Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk
menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen
merupakan sebuah kegiatan; pelaksanaannya disebut manajing dan orang
yang melakukannya disebut manajer.
Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga
keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas. Menurut Harrington manajemen terdiri
dari berbagai unsur, yakni man, money, method, machine, market, materia.8.
1) Man : Sumber daya manusia;
2) Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
3) Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan;
4) Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi;
5) Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan;
2. Pelatihan
Pengertian Pelatihan menurut Widodo, Pelatihan merupakan
serangkaian aktivitas individu dalam meningkatkan keahlian (skill) dan
pengetahuan secara terstruktur sehingga mampu memiliki kinerja yang
profesional di bidangnya. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai
dengan standar9. Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi karyawan,
agar mereka dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan (skill),
keahlian, pengetahuan (knowledge), dan perilaku spesifik yang berkaitan
8 Pfiffner, John F., Presthus, Robert Vance. (1953). Public Administrasion. New York : The Ronald Press. 9 Widodo, Joko. (2001). Good Governance. Insan Cendekia. Surabaya Hal. 82
11
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
dengan pekerjaan10. Dari beberapa pengertian diatas, pelatihan adalah sebuah
proses untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat melatih
kemampuan, keterampilan, keahilan dan pengetahuan karyawan guna
melaksanakan pekerjaan secara efektifvitas dan efisien untuk mencapai
tujuan di suatu perusahaan. Delapan tujuan utama program pelatihan antara
lain:
(1) Memperbaiki kinerja
(2) Meningkatkan keterampilan karyawan
(3) Menghindari keusangan manajerial
(4) Memecahkan permasalahan
(5) Orientasi karyawan baru
(6) Persiapan promosi dan keberhasilan manajerial
(7) Memperbaiki kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personel11
Peter Sheal (2001) memberikan beberapa alasan, mengapa pengembangan
pegawai menjadi satu hal yang penting, yaitu karena:
a. Perubahan yang cepat dalam hal teknologi dan pekerjaan itu sendiri.
Meskipun SDM yang direkrut sudah memiliki skill dan pengalaman
untuk mengerjakan pekerjaan, tetapi karena perubahan pekerjaan dan
lingkungan kerja, menuntut organisasi tersebut untuk meng-update skill
mereka. Jika pegawai tidak diberi kesempatan untuk pengembangan,
atau retraining, pegawai dan skill-nya akan menjadi ‘obsolete’.
b. Keterbatasan keahlian (skill) untuk jangka menengah dan panjang atau
sering disebut ‘skill gap’. Perkembangan teknologi membawa pada
kondisi semakin besarnya persentase pekerjaan yang ‘skill and
knowledge based’, sehingga membutuhkan lebih banyak ‘skilled
worker’. Misalnya di era informasi sekarang ini, semakin banyak
dibutuhkan pegawai yang mempunyai keahlian di bidang teknologi
10 Ike Rachmawati Kusdyah.(2008) Manajeme Sumber Daya Manusia, Yogyakarta. Hal. 110 11 Rony Salinding, (2011) . Analisis Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Erajaya Swasembada Cabang Makassar.Universitas Hassanudin Makassar. Hal. 15
12
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
informasi. Skill gap dapat dikurangi dengan memperluas kesempatan
bagi pegawai untuk berkembang termasuk retraining.
c. Perubahan dalam hal ekspektasi dan komposisi workforce (total number
of worker in the organization). Pada masa lalu, pegawai beranggapan
skill yang dimilikinya dapat bertahan lama (berguna dalam jangka
panjang), tetapi pada saat ini pendidikan hanya memberikan basic
foundation dalam bekerja. Dalam kondisi dimana proporsi pekerja
manajerial, supervisory dan professional semakin meningkat, semakin
dibutuhkan training and development.
d. Kompetisi dan tekanan eksternal untuk meningkatkan kualitas produk
dan jasa (pelayanan). Sheal (2001) mengasumsikan bahwa hanya
‘quality people’ (manajer, supervisor, dan staf yang selalu meng-update
pengetahuan dan expertise), yang dapat menghasilkan produk dan jasa
(pelayanan) yang berkualitas. Training and development merupakan
cara yang tepat untuk mencapai produk atau jasa (pelayanan) yang
berkualitas.12
Kompetensi merupakan sekumpulan perilaku spesifik yang dapat
diamati dan dibutuhkan oleh seseorang untuk sukses dalam melakukan peran dan
mencapai target perusahaan. Sedangkan Development Dimensions International
(DDI) mendefinisikan kompetensi sebagai sekumpulan perilaku, motivasi dan
pengetahuan yang dapat diobservasi dan terukur serta mempengaruhi seseorang
untuk sukses atau gagal dalam pekerjaannya13. Secara umum, kompetensi
sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan, atribut
personal, dan pengetahuan yang dapat tercermin melalui perilaku kinerja yang
dapat diamati, diukur, dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur, kompetensi
sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi
yang berkaitan erat dengan kemampuan mengelola proses pekerjaan, hubungan
antar manusia, serta membangun interaksi dengan orang lain. Tipe kompetensi
12 Sheal, Peter. 2001. Staff Development : An Action for Managers and Supervisors,New Delhi :
Crest Publishing House
13 Manopo, Christine. 2011. Competency Based Talent and Perfomance Management System. Jakarta: Salemba Empat Hal. 41
13
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
yang kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi yang
berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan
kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ditekuni.
Subsistem dari kompetensi adalah seleksi, promosi, pelatihan dan
pengembangan, manajemen kinerja, dan perencanaan karir14. Oleh sebab itu,
peningkatan kinerja manajemen sumberdaya manusia dapat diciptakan melalui
integrasi subsistem ini ke dalam sebuah sistem yang lebih besar yang disebut
dengan Competency-Based Human Resource Management (CBHRM).
CBHRM adalah suatu pola pendekatan dalam rangka membangun
suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang handal dengan
memanfaatkan kompetensi sebagai titik sentralnya.15 Terdapat 4 keunggulan
dari penerapan sistem sumber daya manusia berbasis kompetensi ini, yaitu:
(a) Berkurangnya waktu komunikasi, pelatihan, dan administrasi;
(b) Subsistem memvalidasi satu sama lain;
(c) Subsistem memperkuat satu sama lain;
(d) Seluruh sistem dan setiap subsistem dapat divalidasi
menggunakan strategi validasi berorientasi konten (yaitu,
subsistem dapat dikaitkan dengan persyaratan pekerjaan yang
ditentukan).
Untuk mencapai hasil yang optimal, strategi CBHRM ini harus
dilakukan bersama-sama dengan program-program lainnya dalam kerangka
pengembangan sumberdaya manusia, seperti dalam pelaksanaan rekruitmen dan
seleksi, dalam pelatihan, promosi pegawai, dan lain-lainnya.
Inti dari pengembangan SDM berbasis kompetensi ini adalah
kompetensi jabatan yang disyaratkan dibandingkan dengan kompetensi yang
dimiliki individu. Semua aspek manajemen sumberdaya manusia selalu
dikaitkan dengan kompetensi yang dimiliki dan dibutuhkan untuk menduduki
suatu jabatan.
14 Byham, William C. (t.t.). Developing Dimension/Competency-Based Human Resource System: A Monograph . Pittburghd: Development Dimensions International. Hal 6 15 Ibid. Hal. 6–7
14
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Meskipun CBHRM seringkali diimplementasikan pada organisasi
privat, tidak berarti bahwa konsep ini menjadi tabu bagi organisasi publik seperti
organisasi Pemerintah Daerah. Apalagi pemerintah telah berkomitmen untuk
melakukan reformasi birokrasi dari pusat sampai ke daerah. Misi pelayanan yang
harus dilakukan oleh birokrasi di daerah menuntut mereka berkinerja tinggi dan
dengan demikian dibutuhkan pegawai dengan kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan kerja. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan sistem kepegawaian daerah
yang mampu mendorong penciptaan dan peningkatan kompetensi pegawai
melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen sumberdaya manusia yang
terintegrasi. Langkah awal untuk mengimplementasikan manajemen sumber
daya manusia terintegrasi ini adalah dengan melakukan penilaian kinerja
pegawai secara objektif, terukur, dan akuntabel. Operator : Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia arti makna ope-ra-tor n adalah orang yg bertugas
menjaga, melayani, dan menjalankan suatu peralatan, mesin, telepon, radio, dsb.
B. Kajian Penelitian Sebidang
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tiyas Puspitarani, Joko Wasisto Jurusan Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Skripsi ini
berjudul “Pemanfaatan Arsip Narapidana Dalam Proses Pemberian Remisi di
Lapas Wanita Kelas II A Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui sistem pengelolaan arsip Narapidana di Lapas Wanita Kelas II A
Semarang serta pemanfaatannya dalam proses pemberian remisi yang
mencakup kriteria serta prosedur pemanfaatan arsip tersebut.16 Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Inti penelitian oleh Tiyas Puspitarani, Joko Wasisto ini adalah pemanfaatan
arsip Narapidana dalam proses pemberian remisi menunjukkan tiga hal yang
pertama yaitu pengelolaan arsip Narapidana di Lapas dilakukan dengan cara
manual dan elektronik mengggunakan SDP (Sistem Database
Pemasyarakatan) yang memudahkan dalam proses temu kembali arsip ketika
16 Tiyas Puspitarani, Joko Wasisto “Pemanfaatan Arsip Narapidana Dalam Proses Pemberian Remisi di Lapas Kelas IIA Wanita Semarang” Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
15
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
dibutuhkan. Kedua, dalam kegiatan pemanfaatan arsip Narapidana ada
kriteria penilaian terhadap arsip Narapidana serta prosedur pemanfaatan pada
saat proses pengajuan pemberian remisi. Ketiga, alasan penggunaan arsip
Narapidana dalam proses pemberian remisi, karena arsip merupakan sumber
informasi utama dalam penentuan kebijakan pemberian remisi dan juga
sebagai syarat administratif pengajuan pemberian remisi.
Selain itu penulis mengambil referensi dari karya ilmiah yang ditulis
oleh Sony Wicaksono Alumni Akademi Ilmu Pemasyarakatan angkatan
XLVI dengan judul “fungsi sistem database pemasyarakatan dalam
pemenuhan kebutuhan informasi narapidana di lembaga pemasyarakatan
kelas II A Yogyakarta17” Penelitian yang dilakukan oleh Sony Wicaksono
ini berfokus pada permasalahan fungsi Sistem Database Pemasyarakatan
dalam pemenuhan kebutuhan informasi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa dalam upaya pelaksanaan fungsi Sistem
Database Pemasyarakatan terhadap pemenuhan kebutuhan informasi masih
belum menyeluruh memberikan kebutuhan bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta. Beberapa faktor kendala yang
mempengaruhi fungsi Sistem Database Pemasyarakatan dikarenakan
kualitas sumber daya manusia yang ada, dalam hal ini adalah kurangnya
keterampilan dan kemampuan petugas dalam menggunakan komputer,
terutama dalam hal mengoperasikan Sistem Database Pemasyarakatan.
Kemudian keterbatasan dan kekurangan pada sarana dan prasarana yang ada,
seperti penyediaan alat-alat yang menunjang fungsi Sistem Database
Pemasyarakatan. Lalu pada kurangnya anggaran dan biaya yang diterima
pada masing-masing UPT, dikarenakan kebutuhan dan keberadaan setiap
UPT yang berbeda sehingga masih belum berjalan dengan maksimal. Oleh
karena itu, penulis (Sony Wicaksono) menyarankan untuk
diselenggarakannya bimbingan teknis (bimtek) dengan jangka waktu 3 bulan
sekali agar para operator atau teknisi mengetahui manfaat dan fungsi SDP,
17 Sony Wicaksono “fungsi sistem database pemasyarakatan dalam pemenuhan kebutuhan informasi narapidana di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta” Akademi Ilmu Pemasyarakatan
16
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dengan kualitas tinggi
sehingga sarana dan prasarana dapat bertahan lama, tidak mudah rusak,
sesuai fungsi dan kegunaannya, serta penyediaan anggaran dan biaya yang
diberikan per UPT yang dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sekali, agar
selalu ada pembaharuan pada sarana dan prasarana yang menunjang
pelaksanaan SDP.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, penulis dapat menyimpulkan
yaitu pentingnya pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan, sehingga
dalam penyediaan alat-alat maupun sumber daya manusia harus dilengkapi.
Begitu juga dalam hal kompetensi petugas pemasyarakatan yang
mempunyai jabatan sebagai operator SDP harus lebih ditingkatkan kembali
agar pelaksanaan SDP didalam Lapas atau Rutan dapat berjalan secara
maksimal.
17
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif.
Selain itu, dalam buku lain disebutkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya persepsi, perilaku, motivasi, tindakan, dll.,
secara holistik dengan mendeskripsikan dalam bentuk bahasa dan kata-kata
dalam sebuah konteks khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode
yang alamiah.18
Penelitian ini dilakukan berfokus pada pelaksanaan peningkatan
kompetensi operator pengelola Sistem Database Pemasyarakatan, lokus
penelitian ini bertempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy.
Dalam pelaksaan penelitian yang dilakukan agar mendapatkan hasil yang
diharapkan, yang pertama peneliti lakukan adalah membawa surat tugas
dari Politeknik Ilmu Pemasyarakatan sebagai dasar peneliti melaksanakan
penelitian. Setelah peneliti sampai di Lapas Kelas II A Banceuy, hal yang
dilakukan adalah menghadap Kepala Lapas Kelas II A Banceuy untuk
menyampaikan maksud dan tujuan. Setelah mendapat izin Kepala Lapas
Kelas II A Banceuy dan menyelesaikan administrasi di bagian Tata Usaha,
hal kedua yang peneliti lakukan adalah mengamati keadaan dan kondisi di
Lapas Kelas II A Banceuy. Setelah mengetahui kondisi Lapas Kelas II A
Banceuy secara umum, peneliti berkoordinasi dengan petugas terkait
dengan informan yang di wawancarai. Dalam kegiatan observasi, peneliti
mengamati serta mencatat kondisi yang ada. Dari hasil wawancara dan
observasi yang peneliti lakukan, maka didapatkan sebuah hasil penelitian.
18Bogdan dan Taylor Meoleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga Puluh Enam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm.4
18
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan sumber data penulis mengumpulkan sumber
data dari para informan dan melalui dokumen-dokumen yang sesuai dengan
penelitian ini. Metode dan teknik pengumpulan data dalam memperoleh
data-data yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu19.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang memberikan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberi jawaban dari pertanyaan tersebut.. Informan yang diwawancari
terdiri dari petugas operator SDP dan narapidana, informan pertama yang
diwawancari adalah operator SDP, dalam wawancara tersebut penulis ingin
mengetahui sampai sejauh mana kemampuan seorang operator SDP dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Setelah mewawancarai operator SDP,
penulis mewawancarai Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Seksi
Pembinaan Narapidana dan Kepala Sub Seksi Registrasi, serta Narapidana
untuk mengetahui apakah program-program pembinaan melalu SDP sudah
dijalankan. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang peneliti
pilih, antara lain:
1) Petugas Pemasyarakatan terdiri dari operator SDP, Kepala
Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Seksi Pembinaan Narapidana
dan Kepala Sub Seksi Registrasi.
2) Warga Binaan Pemasyarakatan terdiri dari Narapidana dan
Tahanan.
2. Observasi
Dalam melakukan penelitian dengan instrumen observasi, peneliti
menggunakan observasi nonpartisipan, observasi nonpartisipan tidak
melibatkan peneliti dan hanya sebagai pengamat independen.20 Pelaksanaan
peningkatan kompetensi operator dalam pengelolaan Sistem Database
19 Bogdan dan Taylor Meoleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga Puluh Enam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm.4 20 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 36
19
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Pemasyarakatan Namun pentingnya observasi dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti mengetahui keadaan SDP Lapas dengan menyaksikan secara
langsung, jadi data yang didapat sudah bisa dipastikan kebenarannya. Selain
itu peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak ditemukan saat wawancara
untuk dikaitkan nantinya.
c. Data Sekunder
1) Studi Kepustakaan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan literature-literatur yang
relevan sebagai referensi untuk menambah pemahaman tentang
permasalahan yang dibahas serta sebagai bahan perbandingan dan
kajian pustaka.
2) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara menyalin
dan mengkopi dokumen serta catatan penting yang ada di lokus
penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Kemudian setelah menentukan metode pengumpulan data maka yang
diperlukan selanjutnya adalah teknik untuk menganalisis data yang telah
diperoleh. Teknik analisis data yang adalah Teknink Analisis Data
Kualitatif, dimana menurut Seiddel dalam Moleong menyampaikan bahwa,
analisis data kualitatif merupakan tahapan-tahapan yakni;
a. Pencatatan lapangan dengan menggunakan kode-kode tertentu
sehingga sumber-sumbernya dapat ditelusuri,
b. Mengumpulkan, menyaring, memastikan, mensinkronisasikan,
mengkodifikasikan, dan membuat kesimpulannya.
c. Berfikir, meciptakan data yang bermakna, mencari dan memilih pola-
pola dan hubungannya, serta membuat temuan-temuan yang bersifat
umum.21
21 Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi, cetakan xxv).
Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, hlm.248
20
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Jadi, teknik analisis data kualitatif merupakan proses pengelolaan
data-data yang sudah dikumpulkan dan kemudian dilakukan analisis
terhadap data-data tersebut sehingga menemukan pola-pola yang berkaitan
atau berhubungan dengan apa yang diteliti serta bersifat umum.
D. Informan Penelitian
Menurut Bagong Suyanto (2015 : Hlm.172) informan penelitian
meliputi;
1. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui
dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak secara langsung terlibat dalam interaksi sosial
yang diteliti.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa informan
penelitian merupakan sumber-sumber yang dapt memberikan informasi
atau data mengenai penelitian yang diteliti. Peneliti mewawancarai Kepala
Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Subseksi Registrasi, Pengelola SDP dan
Narapidana.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Banceuy.
21
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
2. Waktu Penelitian
No Waktu Keterangan
1 13 Desember 2019 Penentuan Pembimbing
skripsi
2 14 Desember 2019 sampai dengan 17
Januari 2020
Pembimbingan Proposal
3 23 Januari 2020 sampai dengan 24
Januari 2020
Sidang hasil Proposal
4 17 Februari 2020 sampai dengan 22
Februari 2020
Melaksanakan giat
Penelitian
22
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokus Penelitian
1. Sejarah , Lokasi dan Kondisi Bangunan
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banceuy Bandung terletak di Jalan
Soekarno Hatta No. 187A Bandung, sebelumnya terletak di Jalan Banceuy
No. 8 Bandung, nama Banceuy melekat pada nama Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Bandung di Jalan Soekarno Hatta No. 187A Bandung, karena nilai
historis pada saat itu mantan presiden Soekarno pernah ditahan di Lembaga
Pemasyarakatan Banceuy. Pada tahun 1985 melalui prakarsa Ka. Lapas
Banceuy Bandung (R.A . Basarah) semua penghuni Lapas Banceuy Bandung
(Jalan Banceuy No. 8 Bandung) dipindahkan ke Rumah Tahanan Negara
(Rutan) di Jalan Jakarta No. 29 Bandung. Pada tahun 1990, setelah kebutuhan
minimal standar Lapas sebagai tempat hunian Narapidanabangunan kantor,
blok hunian, listrik, dan air, serta fasilitas lainnya tersedia.
Kepala Kantor Wilayah Dep. Kehakiman Jawa Barat (KOHAR
SAYUTI, S.H.) bersama Ka Lapas Banceuy (Marsono, Bc.IP., S.H.) Lapas
Banceuy silam resmi dihuni oleh narapidana pindahan dari Rutan Kebon
Waru jalan Jakarta No. 29 Bandung. Berdasarkan Surat Menteri Kehakiman
RI No. W8. UM. 01 .06 .245 A tanggal 30 september 1999 tentang
Pembentukan Lapas Khusus Napi Narkoba. Hal tersebut guna memfungsikan
beberapa Lapas sebagai tempat pembinaan narapidana kasus narkotika, salah
satunya yaitu : Lapas Klas II A Banceuy Bandung untuk menampung
narapidana kasus narkotika dari Kantor Wilayah Departemen Kehakiman
DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Lapas Kelas II A Banceuy mempunyai visi dan misi dalam pelaksanaan
tugasnya, visi dan misi tersebut antara lain:
Visi` : Pemulihan kesatuan hubungan hidup dan penghidupan Warga
Binaan Pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan
mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
23
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Misi : Melaksanakan Pembinaan narapidana korban penyalahguna
narkoba melalui program therapi terpadu agar mampu
membebaskan narapidana dari ketergantungan narkoba dan tidak
melanggar hukum lagi.
Motto : BERBENAH ( Bersih- Betah - Tumaninah )
Tugas Pokok & Fungsi :
a. Melaksanakan pembinaan narapidana / anak didik kasus narkotika
b. Memberikan bimbingan, terapi dan rehabilitas narapidana / anak didik
kasus narkoba.
c. Melakukan bimbingan sosial / kerohanian.
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib lapas.
e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2. Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan SK Surat Menteri Kehakiman RI No. W8. UM. 01 .06 .245
A tanggal 30 september 1999 tentang Pembentukan Lapas Khusus Napi
Narkoba, kemudian dibentuklah Lapas Kelas II A Banceuy yang berada
dibawah pengawasan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Barat. Maka struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Banceuy sebagai berikut :
24
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KELAS II A BANCEUY
Sumber: Bagian Tata Usaha, Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy
3. Data Teknis Subtantif dan Data Fasilitatif
a. Keadaan petugas
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy memiliki pegawai
sebanyak 104 orang. Berikut beberapa tabel yang menggambarkan data
kepegawaian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy :
SUB. BAGIAN
TATA USAHA
URUSAN KEPEG. &
KEUANGAN URUSAN UMUM
SUB. SEKSI BIMASWAT
SUB. SEKSI REGISTRASI
SEKSI ADM.
KAMTIB SEKSI BINAPI
SUB SEKSI
PELAPORAN dan
TATA TERTIB
SUB. SEKSI
KEAMANAN
PETUGAS
PENGAMANAN
K.P.L.P.
LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KELAS IIA BANCEUY
SEKSI GIATJA
SUB SEKSI BIMKER dan
HAKER
SUB SEKSI SARANA
KERJA
25
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Tabel 4.1
DATA PEGAWAI LAPAS KELAS II A BANCEUY BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1. S3 -
2. S2 10
3. S1 30
4. DIPLOMA 1
5. SLTA 63
6. SLTP -
JUMLAH 104
Sumber: Urusan Kepegawaian dan Keuangan.
b. Keadaan Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy mempunyai
kapasitas 913 orang penghuni, dengan keterangan sebagai berikut : Data
Per Tanggal 26 Februari 2020 Kapasitas : 913 Orang, Jumlah penghuni :
1063 Orang.
Tabel 4.2 & 4.3
DATA JUMLAH PENGHUNI LAPAS KELAS II A BANCEUY
a) Tahanan
TAHANAN
DEWASA ANAK KETERANGAN
PRIA WANITA PRIA WANITA
A.I - - - - WNI
DEWASA : -
ANAK : -
WNA
DEWASA : -
A.II - - - -
A.III - - - -
A.IV - - - -
A.V - - - -
26
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Sumber: Sub Seksi Registrasi
b) Narapidana
c. Proses Pembinaan WBP
Setiap Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Banceuy telah dibuat statusnya pembinaannya berada pada tahapan
pembinaan tertentu. Hal ini mempermudah Wali Pemasyarakatan Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP)
untuk mengidentifikasi WBP yang berkaitan dengan bentuk kegiatan
pembinaannya.
Pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan perlu
memperhatikan faktor-faktor dalam menyusun program pembinaan
dengan memperhatikan semua aspek meliputi:
1) Tujuan kegiatan;
2) Target kegiatan ;
3) Pelaksanaan kegiatan (Petugas Pemasyarakatan);
4) Peserta Kegiatan (Warga Binaan Pemasyarakatan);
JUMLAH 0 - - 0 ANAK : -
- Orang
NARAPIDAN
A
DEWASA ANAK KETERANGA
N PRI
A
WANIT
A
PRI
A
WANIT
A
Hukuman
Mati - - - -
WNI
Dewasa : 1073
Anak : Seumur Hidup - - -
B.I 843 - - -
B.II A 227 - - -
B.Iib - - - -
B.III / B.III s 1 - - -
B.III.V/H 2 - - -
JUMLAH 1073 - - - 1073 Orang
27
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
5) Jenis kegiatan;
6) Sarana dan biaya;
7) Jangka waktu dan jadwal kegiatan;
8) Monitoring dan evaluasi.
Pembinaan dan bimbingan yang dimaksud adalah pembinaan dan
bimbingan kepada narapidana yang sesuai dengan ketentuan pokok-pokok
pemasyarakatan dan berdasarkan Pancasila.
Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Pembinaan Kepribadian
Pembinaan yang ditekankan pada perkembangan mental dan
watak agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Bentuk-bentuk
pembinaan kepribadian yang diberikan kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy
yaitu:
1) Pembinaan Agama
Pembinaan agama wajib dilaksanakan oleh setiap Warga
Binaan Pemasyarakatan sesuai agama yang dianutnya. Kehadiran
Warga Binaan Pemasyarakatan dalam beribadah menjadi salah satu
syarat substantif yang ditetapkan oleh Tim Pengamat
Pemasyarakatan agar Warga Binaan Pemasyarakatan dapat
diusulkan asimilasi dan integrasi. Pembinaan ini memberi
kesempatan dan manyalurkan pendidikan kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan berupa pendidikan penyetaraan seperti Kejar Paket
yang bekerja sama dengan Sanggar Kegiatan Belajar Dinas
Pendidikan Kota Bandung. Sarana perpustakaan juga disediakan
untuk Warga Binaan Pemasyarakatan. Mereka bisa memakai
fasilitas tersebut dengan cara membaca dan meminjam buku sesuai
tata tertib yang ada. Perpustakaan Daerah Bandung dengan rutin
membina petugas perpustakaan Lapas serta secara periodik
meminjamkan buku-buku.
2) Penyuluhan-Penyuluhan
28
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Beberapa kali Warga Binaan Pemasyarakatan diberikan
penyuluhan dengan berbagai materi, misalnya penyuluhan tentang
kesadaran hukum, penyuluhan kesehatan tentang narkoba,
HIV/AIDS dan penyakit sex menular berupa Komunikasi, Informasi
dan Edukasi yang secara rutin dilaksanakan 2 kali dalam sebulan.
3) Konseling
Warga Binaan Pemasyarakatan diberikan kesempatan untuk
berkonsultasi, menyampaikan keluhan, pengaduan kepada wali
Pemasyarakatan, pembina agama, psikolog dan pekerja sosial.
4) Pembinaan mengintegrasikan dengan masyarakat
Integrasi merupakan hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Untuk memperolehnya Warga Binaan Pemasyarakatan harus
memenuhi syarat yang ditentukan dalam sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan. Hasil sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan
merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada Kepala Lembaga
Pemasyarakatan untuk mengambil keputusan.
b. Pembinaan kemandirian
Pembinaan kemandirian adalah pembinaan yang ditekankan pada
bakat dan ketrampilan. Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy
kegiatan kemandirian dikelompokkan menjadi beberapa kegitan seperti
kegitan kesenian, kegitan kerja dan tamping kerja.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan uraian sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka pada bab ini penulis ingin menguraikan temuan dari hasil penelitian yang
telah di laksanakan. Penulis telah melakukan observasi dan studi wawancara
yang merupakan elemen yang sangat penting untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan penggunaan Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A
Banceuy, dan juga untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan peningkatan
kompetensi operator Sistem Database Pemasyarakatan. Pengumpulan data
dengan menggunakan teknik tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
29
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
memperoleh jawaban dan mempermudah penulis dalam mendapatkan hasil
yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. Observasi
Dalam melaksanakan penelitian selama 6 hari terhitung dari hari
senin tanggal 17 Februari 2020 sampai dengan hari sabtu tanggal 22
Februari 2020, peneliti melaksanakan observasi di bagian sub seksi
Registrasi. Didalam sub seksi Registrasi terdapat 4 orang staff registrasi dan
1 orang Kepala Subseksi Registrasi. Penelti menemukan beberapa informasi
terkait dengan pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan berdasarkan
observasi langsung.
Sistem Database Pemasyarakatan atau yang dikenal dengan SDP
merupakan sistem aplikasi yang dibangun sebagai tools (alat bantu) bagi
petugas pemasyarakatan baik Kantor Pusat, Divisi Pemasyarakatan, Lapas,
Rutan, Bapas dan Rupbasan untuk menjamin penyediaan data dan informasi
pemasyarakatan dengan cepat, akurat dan akuntabel sebagai wujud
implementasi dari Reformasi Birokrasi di Pemasyarakatan serta
peningkatan layanan informasi pemasyarakatan kepada publik. Dengan
dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM Nomor PAS-
5.TI.01.04-159 perihal tentang Optimalisai Sistem Database
Pemasyarakatan, yang kemudian dipertegas dengan keluarnya Peraturan
Meneteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor. 39
Tahun 2016 Tentang Sistem Database Pemasyarakatan, program tersebut
harus secara maksimal diterapkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Pemasyarakatan di seluruh Indonesia.
Aplikasi ini dikelola oleh Sub Direktorat Data dan Informasi Direktorat
Teknlogi Informasi dan Kerja Sama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Pembangunan SDP dilatar belakangi dengan adanya permasalahan dalam
pelaporan, sebagai sumber utama data dan informasi untuk pengambilan
kebijakan.
Di Lapas Kelas II A Banceuy sudah memiliki sarana dan prasarana
terkait dengan kelengkapan penggunaan Sistem Database Pemasyarakatan,
diantaranya adalah :
30
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
a. Server
b. Client
c. Camera
d. Finger scan
e. Scanner
2. Wawancara
Berdasarkan wawancara secara langsung oleh peneliti di Lapas
Kelas II A Banceuy, terdapat 4 orang operator Sistem Database
Pemasyarakatan yang berada di bagian sub seksi registrasi. Dengan
pembagian tugas masing-masing dikarenakan kemampuan SDM yang tidak
merata.
Hal tersebut diperkuat dengan wawancara dengan operator
pengelola SDP di sub seksi registrasi Lapas Kelas II A Banceuy bapak
Fahmi.
“Karena selama ini untuk operator SDP baik pengelola
SDP maupun penelaah status warga binaan
pemasyarakatan tidak pernah mendapatkan pelatihan,
jadi kemampuan untuk menggunakan SDP juga
bervariasi dan akhirnya kita bagi-bagi tugas saja.”
(Operator SDP, 18 Februari 2020)
Berdasarkan wawancara diatas operator pengelola sistem
database pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy belum pernah
mendapatkan pelatihan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, operator
di Lapas Kelas II A Banceuy hanya mempelajari penggunaan SDP melalui
modul ataupun buku panduan pelaksanaan penggunaan SDP.
Peningkatan kompetensi operator pengelola SDP di Lapas Kelas II
A Banceuy dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui
bimbingan teknis. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan akan melaksanakan
bimbingan teknis atau Bimtek apabila akan dilaksanakan fitur baru didalam
SDP. Bimtek tersebut dilaksanakan melalui teleconference dengan
mengahdirkan kepala direktorat sebagai narasumber beserta jajaran
kemudian mensosialisasikan bagaimana penggunaan fitur-fitur terbaru
31
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
didalam SDP, contohnya cara untuk melakukan pengusulan hak remisi
warga binaan pemasyarakatan yang sudah memenuhi syarat.
Peningkatan kompetensi operator pengelola SDP di Lapas Kelas II
A Banceuy selain melalui bimtek adalah dengan diajarkan oleh Kepala
Subseksi Registrasi sendiri. Hal tersebut dilakukan apabila Kepala Subseksi
Registrasi sudah mengetahui cara-cara untuk menggunakan fitur-fitur yang
terdapat dalam SDP. Kemudian Kasubsi Registrasi akan menerangkan
bagaimana cara penggunaan fitu-fitur baru tersebut digunakan. Hal tersebut
juga dilakukan apabila staff atau operator pengelola SDP yang lain sudah
mengetahui bagaimana cara menggunakan fitur baru tersebut, maka akan
saling memberitahu.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kasubsi Registrasi
di Lapas Kelas II A Banceuy sebagai berikut.
“Biasanya aku otak atik sendiri dimenu fitur-fitur
dalam SDP, kebetulan dulu pernah kuliah jurusan
Teknologi Informatika jadi dikit-dikit ngertilah tentang
aplikasi kaya SDP ini. Setelah paham nanti akan
jelaskan ke staff-staff saya biar mereka bisa dan ngga
susah-susah telfon orang ditjen lagi” (Kasubsi
Registrasi, 19 Februari 2020)
Berdasarkan wawancara dengan operator pengelola SDP di Lapas
Kelas II A Banceuy diketahui bahwa kendala-kendala dalam pelaksanaan
peningkatan kompetensi operator pengelola SDP.
“Selama ini kami belajar otodidak mas, saya baca-baca
modul, terus dicoba, kalo untuk fitur-fitur perubahan
data yang sederhana kita bisa mas, tap kalo sudah sk
remisi susulan, perbaikan data atau backup data kami
ngga bisa mas, sama pas kita dulu habis kebakaran,
data fisik kebakar, kita juga belum input data diSDP
karena belum bisa”
Pada tahun 2016 Lapas Kelas II A Banceuy pernah mengalami
kerusuhan yang mengakibatan bangunan perkantoran dan administrasi
Narapidana terbakar dan menghabiskan berkas-berkas Narapidanan juga
didalamnya. Ditambah lagi pada saat itu SDP Lapas Kelas II A Banceuy
tidak dapat back-up data dari SDP Ditjen PAS dikarenakan sebelum
peristiwa kerusuhan tersebut terjadi, data Warga Binaan Pemasyarakatan
32
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
belum semuanya dimasukkan kedalam SDP karena memang operator
pengelola SDP pada saat itu belum bisa menggunakan SDP secara
maksimal.
Setelah kejadian tersebut kemudian pergantian pejabat struktural
yang kemudian menginisiasi untuk pelaksanaan perekaman data melalui
SDP menjadi sebuah keharusan. Hal tersebut akhirnya membuat operator
pengelola SDP mempelajari SDP hanya dengan modul, karena Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan tidak menyelenggarakan pelatihan terhadap
operator pengelola SDP.
Namun dalam pelaksanaan pembelajaran secara otodidak dengan
menggunakan modul saja sebagai pedoman mempunyai kekurangan yaitu
tidak maksimalnya pengetahuan atau skill yang diperoleh oleh operator SDP
sehingga pelaksanaan pengelolaan SDP akan terganggu.
Selain dengan menggunakan modul atau buku pedoman SDP,
peningkatan kompetensi operator pengelola SDP dilakukan dengan
pembelajaran dari Kepala Subseksi Registrasi. Namun dalam
pelaksanaannya cara tersebut mempunyai keterbatasan yaitu dikarenakan
pengetahuan Kepala Subseksi tentang aplikasi SDP hanya sebatas yang
diketahui oleh Kasubsi tersebut. Hal-hal yang tidak diketahui oleh kasubsi
tersebut pada akhirnya harus ditanyakan operator SDP kepada pihak
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Banceuy memperlihatkan bahwa kurangnya anggaran yang
dialokasikan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk memberikan
pelatihan atau diklat terkait dengan pelaksanaan SDP pada unit Pelaksana
Teknis.
“iya dek, setahu saya petugas SDP (operator pengelola
SDP) jarang mendapatkan pelatihan, seingat saya dulu
ada pernah sekali waktu awal-awal keluar SDP tahun
2011an sama Ditjen, setelah itu ngga ada lagi mungkin
cuman lewat telconfrence aja, saya paham ini pasti
masalah anggaran saja yang emang ngga ada.”
33
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
3. Data Sekunder
a. Studi Kepustakaan
SDP di Lapas Banceuy mulai dilaksanakan pada tahun 2014, namun
karena terkendala kerusuhan pada awal tahun 2016 sehingga SDP di
lanjutkan kembali pada tahun 2016 akhir. Berdasarkan buku Modul
Pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan, aplikasi ini memiliki fitur
antara lain :
a. Fitur Manajemen WBP/registrasi yang mencakup bidang registrasi
narapidana dan tahanan (foto diri, ciri khusus, sidik jari, riwayat
pribadi dan keluarga, riwayat pidana)
b. Fitur Keamanan yang mencakup manajemen blok dan kamar,
register F dan Rupam serta memudahkan petugas pengmanan dalam
penempatan maupun mengetahui posisi kamar seorang narapidana
pada Lapas/Rutan dan untuk memantau sorang narapidana yang
sedang terkena register F.
c. Fitur Kunjungan yang mencakup pendaftaran kunjungan dan
layanan kunjungan. Fitur ini merupakan alat bantu bagi lapas rutan
untuk proses kunjungan WBP. Manfaat lainnya adalah bahwa data
siapa yang mengunjungi WBP siapa pada tiap harinya tercatat, baik
kartu identitasnya (terfoto), foto yang mengunjungi, jumlah dan
nama pengikutnya, serta status hubungan. WBP yang dikunjungi
pun dapat menolak atau menerima kunjungan karena foto
pengunjung dapat dilihat di operator blok hunian. Fitur ini juga
bermanfaat bagi petugas portir untuk mencocokan foto dan yang
mengunjungi pada saat masuk dan keluar Lapas/Rutan.
d. Fitur Executive Dashboard diperuntukan bagi Ka. UPT atau
pimpinan yang menampilkan secara umum kondisi di UPT melalui
grafik dan angka.
34
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
e. Fitur Bimkemas yang merupakan fitur pencatatan proses PB, CB,
dan CMB serta sidang TPP dan fitur pencabutan PB.
f. Fitur Layanan Informasi yaitu fitur yang menampilkan informasi
WBP. Untuk memperoleh informasi hak-hak pembinaannya tanpa
harus menanyakan petugas. Hanya dengan menempelkan jarinya
pada fingerscanner maka WBP dapat melihat data tentang informasi
hak-haknya. Rencana pengembangan akan disediakan pula fitur
layanan informasi bagi keluarga narapidana. Setelah teregistrasi,
keluarga narapidana dapat melihat informasi yang sama terkait
keluarganya yang di dalam Lapas/Rutan.
g. Fitur Konsolidasi. Untuk menjamin terlihatnya/terkonsolidasinya
data dan informasi pemasyarakatan dari seluruh Indonesia maka
dibutuhkan adanya jaringan internet di setiap UPT Pemasyarakatan.
Provider jaringan yang digunakan oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan adalah Telkom. Ditjen Pemasyarakatan juga
menyambungkan jaringan VPN kepada 47 (empat puluh tujuh
Lapas, Rutan, Bapas dan Rupbasan. VPN adalah singkatan dari
Virtual Private Network, yaitu sebuah cara aman untuk mengakses
Local Area Network (LAN) yang berada pada jangkauan, dengan
menggunakan internet atau jaringan umum lainnya untuk
melakukan transmisi data paket secara pribadi, dengan enkripsi
perlu penerapan teknologi tertentu agar walaupun menggunakan
medium yang umum, tetapi traffic (lalu lintas) antar remote-site
tidak dapat disadap dengan mudah, juga tidak memungkinkan pihak
lain untuk menyusupkan traffic yang tidak semestinya ke dalam
remote-site.
35
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Gambar 4.2
Topologi SDP Modul Lapas/Rutan
SDP bermanfaat untuk mengawasi manajemen Lapas atau Rutan
sehingga kantor pusat Ditjen PAS dapat memantau, mengawasi dan
mendeteksi Lapas atau Rutan dimana saja, termasuk kondisi dan isi tiap
kamar sel. Melalaui SDP, seluruh Lapas atau Rutan di Indonesia dapat
diketahui dan masyarakat juga bisa ikut memantau melalui
smslap.ditjenpas.go.id. selain itu, SDP dapat digunakan sebagai penyedia
informasi detail terkait identitas narapidana, misal sidik jari, ciri fisik, data
tanggal masuk tahanan, masa sepertiga tahanan, separuh masa pidana, dua
pertiga masa pidana, jumlah penghuni kamar, blok, kegiatan penghuni atau
warga binaan, bahkan keberadaan napi di blok apa serta siapa teman
sekamarnya pun dapat diketahui.
SDP
Executive
Dashboard Server Pusat Kunjungan
Integrasi
Pembinaan Keamanan
Registrasi
Self Service
informasi
narapidana
36
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
C. Pembahasan
Untuk membahas permasalahan penelitian yang pertama yaitu
bagaimana pelaksanaan pengelolaan Sistem Database Pemasyarakatan di
Lapas Kelas II A Banceuy, peneliti melakukan penggalian dan pendalaman
pemahaman untuk memperoleh data kualitatif mulai dari observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti sudah
lakukan, pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A
Banceuy sudah baik. Kaitannya dengan teori dari Harrington Emerson yang
peneliti gunakan, terdapat lima unsur manajemen yang dibutuhkan oleh sebuah
organisasi agar tujuan dapat terlaksana secara maksimal, lima unsur tersebut
antara lain :
1. Man
Manusia disini diartikan sebagai sumber daya manusia yang ada,
sumber daya manusia dalam hal ini merupakan petugas operator pengelola
Sistem Database Pemasyarakatan di bagian Subseksi Registrasi Lapas Kelas
II A Banceuy. Untuk melaksanakan Sistem Database Pemasyarakatan yang
maksimal dibutuhkan petugas operator SDP yang berintegritas tinggi,
mampu mengatasi setiap permasalahan yang terjadi, mampu berinovasi, dan
mau mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, petugas operator pengelola
SDP di Lapas Kelas II A Banceuy berjumlah 4 orang. Dengan pembagian
tugas masing-masing dikarenakan kemampuan SDM yang tidak merata.
37
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Sub Seksi Registrasi
Sumber: bagian TU Lapas Kelas II A Banceuy bulan Februari 2020
Hal tersebut diperkuat dengan wawancara dengan operator
pengelola SDP di sub seksi registrasi Lapas Kelas II A Banceuy bapak
Fahmi.
“.... selama ini untuk operator SDP baik pengelola SDP
atau penelaah status warga binaan pemasyarakatan ngga
pernah dapet pelatihan, jadi kemampuan untuk
menggunakan SDP juga bervariasi dan akhirnya kita bagi-
bagi tugas aja.” (Operator SDP, 18 Februari 2020)
Berdasarkan wawancara diatas operator pengelola sistem
database pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy belum pernah
mendapatkan pelatihan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, operator
di Lapas Kelas II A Banceuy hanya mempelajari penggunaan SDP melalui
modul ataupun buku panduan pelaksanaan penggunaan SDP.
2. Machines
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sarana dan prasarana
yang ada di ruang registrasi Lapas Kelas II A Banceuy sudah lengkap.
Menurut buku panduan pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan
terdapat beberapa komponen pendukung yang harus dilengkapi guna
menunjang pelaksanaan Sistem Dtabase Pemasyarakatan, antara lain :
a. Server
Server adalah suatu perangkat komputer utama yang digunakan untuk
mengolah SDP yang kemudian nanti akan dihubungkan dengan
Kepala Sub Seksi Registrasi
Ferry Berthoni
Operator SDP
Operator SDP
Operator SDP
Operator SDP
38
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Komputer induk (database) pusat agar terjalin informasi dan
komunikasi secara akurat dan pasti. Di Lapas Kelas II A Banceuy
sudah terdapat server yang terletak pada bagian belakang dalam ruang
registrasi. Server tersebut diberikan tambahan kipas angin agar suhu
tetap terjaga dikarenakan beban kerja yang berat shingga server mudah
panas.
b. Client
Client merupakan perangkat komputer tambahan yang mempunyai
fungsi sama seperti dengan server, namun tugasnya hanya dapat
berfungsi sebagai input data saja, untuk konekis ke komputer induk
(database) pusat adalah tugas dari server. Pada Lapas Kelas II A
Banceuy sudah memiliki 3 unit komputer client yang digunakan untuk
input data narapidana baik baru mendapatkan putusan atau pindahan
dari Rutan atau Lapas lain.
c. Camera
Camera adalah suatu alat yang digunakan untuk mengambil foto atau
gambar dari tahanan yang diperlukan untuk mengisi berkas yang
terdapat pada aplikasi sistem database pemasyarakatan. Pada subseksi
registrasi Lapas Kelas II A Banceuy, sudah mempunyai 2 unit camera
yang digunakan untuk mengambil foto narapidana apabila pada
transfer data narapidana foto atau gambar tidak ada.
d. Finger scan
Finger scan merupakan perangkat elektronik yang digunakan untuk
merekam sidik jari tahanan. Sidik jari tersebut diperlukan dalam sistem
database pemasyarakatan untuk sebagai alat identifikasi tahanan
tersebut. Pada bagian subseksi registrasi Lapas Kelas II A Banceuy
mempunyai 2 unit fingerprint scanner yang dihubungkan pada
komputer client untuk merekam data sidik jari narapdana yang didalam
SDP tidak lengkap.
e. Scanner
Scanner adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk untuk
memindai suatu berkas atau dokumen yang nanti hasilnya dapat
39
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
disimpan dalam bentuk digital atau data didalam komputer. Scanner
sangat diperlukan dalam penggunaan SDP karena dokumen-dokumen
tahanan yang datang baik dari kepolisian maupun kejaksaan harus
dimasukkan kedalam aplikasi SDP untuk digunakan sebagai data
backup atau pemulih apabila dokumen asli hilang atau rusak. Pada
Registrasi Lapas Kelas II A Banceuy memiliki 2 unit scanner yang di
hubungkan dengan 2 unit komputer client.
3. Money
Money atau “uang” yang dimaksud dalam salah satu unsur
manajemen merupakan anggaran oleh penyelenggara program terhadap
pelaksana program. Berdasarkan Peraturan Meneteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor. 39 Tahun 2016 yang mengatur
Tentang Sistem Database Pemasyarakatan terkait perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan, dan
pemeliharaan SDP merupakan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan. Namun karena Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berada
dibawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga anggaran
yang diajukan tidak semuanya dapat diberikan oleh Kementerian hukum
dan HAM.
Selain itu wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Banceuy memperlihatkan bahwa kurangnya anggaran yang
dialokasikan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk memberikan
pelatihan atau diklat terkait dengan pelaksanaan SDP pada unit Pelaksana
Teknis.
“iya dek, setahu saya petugas SDP (operator pengelola
SDP) jarang mendapatkan pelatihan, seingat saya dulu
ada pernah sekali waktu awal-awal keluar SDP tahun
2011an sama Ditjen, setelah itu ngga ada lagi mungkin
cuman lewat telconfrence aja, saya paham ini pasti
masalah anggaran saja yang emang ngga ada.”
(wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan,
17 Februari 2020)
Kurangnya anggaran terkait dengan pelatihan operator pengelola
SDP mengakibatkan tidak adanya pelatihan yang spesifik seperti diklat
kepada operator pengelola SDP yang dapat diselenggarakan oleh
40
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Hal tersebut berdampak pada
kemampuan operator pengelola SDP menjadi kurang.
4. Method
Dalam pelaksanaan tujuan organisasi, method disini diartikan
sebagai cara atau alur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan
organisasi. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui Direktorat
Pembinaan Narapidana, Latihan Kerja dan Produksi telah mengeluarkan
peraturan terkait dengan pelaksanaan syarat dan tata cara pemberian remisi,
yang harus dilaksanakan pada setiap Lapas dan Rutan.
Gambar 4.4
Alur Proses Pengusulan Remisi Secara Online
Sumber Direktorat Pembinaan Narapidana, Latihan Kerja dan Produksi
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 03
Tahun 2018 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, pelaksanaan
pengusulan remisi seluruh Lapas dan Rutan diberikan tenggang atau batas
waktu yaitu 3 hari, hal tersebut didukung dengan penggunaan Sistem
Database Pemasyarakatan yang mempermudah unit pelaksana teknis baik
Lapas maupun Rutan untuk mengirimkan berkas-berkas pengusulan
sehingga batas waktu tidak menjadi masalah.
41
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Di Lapas Kelas II A Banceuy pelaksanaan pengusulan remisi
melalui Sistem Database Pemasyarakatan sudah dilaksanakan dengan baik.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan narapidana.
“Kemarin kami sudah dipanggil keruangan registrasi
pak untuk diberikan sosialisasi pengusulan remisi,
kebetulan saya narapidana kasus pidana umum jadinya
ngga perlu JC (justice collabolator) untuk bisa ngusulin
remisi pak. Saya juga sudah cek di self service,
pengusulan saya akan diajukan pak.”(Wawancara
dengan Narapidana, 20 Februari 2020)
5. Materials
Dalam mencapai tujuan organisasi, perlunya suatu bahan baku atau
dasar dalam pelaksanaan suatu kegiatan merupakan hal yang penting. Hal
yang sama terjadi dalam pelaksanaan program Sistem Database
Pemasyarakatan, terdapat aturan yang mendasari pelaksanaan Sistem SDP
sehingga harus dilaksanakan diseluruh unit pelaksana teknis
Pemasyarakatan di Indonesia. Berawal dari Surat Edaran Menteri Hukum
dan HAM Nomor PAS-5.TI.01.04-159 perihal tentang Optimalisai Sistem
Database Pemasyarakatan, yang kemudian dipertegas dengan keluarnya
Peraturan Meneteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor. 39 Tahun 2016 Tentang Sistem Database Pemasyarakatan, program
tersebut harus secara maksimal diterapkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Pemasyarakatan di seluruh Indonesia.
Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harrington Emerson, ada lima unsur
manajemen (5M) saling terikat satu dengan yang lain, yaitu Man (Manusia),
Machines (Mesin), Money (Uang/ Modal), (Metode/Prosedur), Materials
(Bahan Baku)22. Dalam penelitian yang penulis laksanakan di Lapas Kelas II A
Banceuy, hal yang menjadi perhatian diantara kelima unsur manajemen tersebut
22 Pfiffner, John F., Presthus, Robert Vance. (1953). Public Administrasion. New York : The Ronald Press.
42
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
adalah Man yaitu sumber daya manusia. Manusia yang dimaksud dalam hal ini
adalah operator Sistem Database Pemasyarakatan.
Pelaksanaan Sistem Database Pemasyarakatan tidak dapat berjalan
dengan baik apabila sumber daya manusia tidak mempunyai skill atau
kompetensi yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti sekaligus
menjawab pertanyaan penelitian yang kedua terkait dengan bagaimana
peningkatan kompetensi operator pengelola Sistem Database Pemasyarakatan di
Lapas Kelas II A Banceuy.
Menurut Peter Sheal (2001) memberikan beberapa alasan, mengapa
pengembangan pegawai menjadi satu hal yang penting, yaitu karena:
1. Perubahan yang cepat dalam hal teknologi dan pekerjaan itu sendiri.
Meskipun SDM yang direkrut sudah memiliki skill dan pengalaman
untuk mengerjakan pekerjaan, tetapi karena perubahan pekerjaan dan
lingkungan kerja, menuntut organisasi tersebut untuk meng-update skill
mereka. Jika pegawai tidak diberi kesempatan untuk pengembangan,
atau retraining, pegawai dan skill-nya akan menjadi ‘obsolete’ atau
usang.
Pada Lapas Kelas II A Banceuy petugas operator pengelola Sistem
Database Pemasyarakatan tidak mempunyai “basic” atau pendidikan
yang mendukung dengan pekerjaan sebagai pengelola SDP. Selain itu
operator pengelola SDP di Lapas Kelas II A Banceuy juga belum pernah
mendapatkan diklat atau pelatihan terkait dengan pengelolaan SDP,
berdasarkan data dari smslap.ditjenpas dan wawancara dengan operator
SDP di Lapas Kelas II A Banceuy setelah kerusuhan di Lapas Kelas II
A Banceuy pada bulan April 2016 seluruh data Narapidana terbakar
sehingga menyebabkan data-data terkait program pembinaan dan
ekspirasi Narapidana menjadi kacau.
“Selama ini kami belajar otodidak mas, saya baca-baca
modul, terus dicoba, kalo untuk fitur-fitur perubahan
data yang sederhana kita bisa mas, tap kalo sudah sk
remisi susulan, perbaikan data atau backup data kami
ngga bisa mas, sama pas kita dulu habis kebakaran,
data fisik kebakar, kita juga belum input data diSDP
karena belum bisa” (operator SDP, 19 Februari 2020)
43
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Keadaan memburuk setelah menurut operator pengelola SDP data-data
narapidana di Lapas Kelas II A Banceuy belum sempat diinput kedalam
Sistem Database Pemasyarakatan dan hanya sebagian saja. Hal tersebut
menyebabkan registrasi di Lapas Kelas II A Banceuy menjadi lumpuh.
2. Keterbatasan keahlian (skill) untuk jangka menengah dan panjang atau
sering disebut ‘skill gap’. Perkembangan teknologi membawa pada
kondisi semakin besarnya persentase pekerjaan yang ‘skill and knowledge
based’, sehingga membutuhkan lebih banyak ‘skilled worker’. Misalnya
di era informasi sekarang ini, semakin banyak dibutuhkan pegawai yang
mempunyai keahlian di bidang teknologi informasi. Skill gap dapat
dikurangi dengan memperluas kesempatan bagi pegawai untuk
berkembang termasuk retraining. Aplikasi Sistem Database
Pemasyarakatan yang berbasis proses Pemasyarakatan yang dibuat secara
digital membuat penggunaan aplikasi tersebut tidak semudah program-
program komputer yang lain. Selama ini operator pengelola SDP di Lapas
Kelas II A Banceuy melakukan peningkatan kompetensi hanya dengan
dengan menggunakan modul atau buku pedoman SDP, selain itu
peningkatan kompetensi operator pengelola SDP dilakukan dengan
pembelajaran dari Kepala Subseksi Registrasi. Namun dalam
pelaksanaannya cara tersebut mempunyai keterbatasan yaitu dikarenakan
pengetahuan Kepala Subseksi tentang aplikasi SDP hanya sebatas yang
diketahui oleh Kasubsi tersebut. Hal-hal yang tidak diketahui oleh kasubsi
tersebut pada akhirnya harus ditanyakan operator SDP kepada pihak
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Hal tersebut sesuai dengan wawancara dengan Kepala Subseksi
Registrasi yang pernah menjalani pendidikan dibidang Teknologi
Informasi.
“Biasanya saya otak atik sendiri dimenu fitur-fitur
dalam SDP, kebetulan saya dulu pernah kuliah jurusan
Teknologi Informatika jadi dikit-dikit ngertilah tentang
aplikasi kaya SDP ini. Setelah saya paham nanti saya
akan jelaskan ke staff-staff saya biar mereka bisa dan
ngga susah-susah telfon orang ditjen lagi” (Kasubsi
Registrasi, 19 Februari 2020)
44
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
3. Perubahan dalam hal ekspektasi dan komposisi workforce (total number
of worker in the organization). Pada masa lalu, pegawai beranggapan
skill yang dimilikinya dapat bertahan lama (berguna dalam jangka
panjang), tetapi pada saat ini pendidikan hanya memberikan basic
foundation dalam bekerja. Dalam kondisi dimana proporsi pekerja
manajerial, supervisory dan professional semakin meningkat, semakin
dibutuhkan training and development. Operator pengelola SDP di Lapas
Kelas II A Banceuy terdiri dari 4 orang pegawai. 2 diantaranya
merupakan pegawai senior yang sudah hampir 10 tahun berada di
subseksi Registrasi. Awalnya staff sub seksi registrasi hanya berjumlah
2 orang namun karena tuntutan pekerjaan dan perkembangan zaman
yatitu munculnya Sistem Database Pemasyarakatan akhirnya staff
registrasi ditambah 2 orang menjadi total 4 orang. Hal tersebut
diperlukan karena selain diperlukan penyegaran, tenaga muda baru yang
direkrut kedalam subseksi registrasi yang masih fresh sehingga mudah
dalam menguasai pengoperasian SDP berdasarkan modul yang didapat.
Berdasarkan wawancara dengan kasubsi Registrasi staff registrasi rata-
rata dapat menguasai pengelolaan sistem database pemasyarakatan,
namun untuk beberapa hal tertentu membutuhkan diklat secara langsung
oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, dikarenakan terdapat hal-hal
teknis yang tidak tercantum didalam modul.
“....operator kita harusnya ada seenggaknya 1 orang lah
dapet diklat ke Ditjen biar ada yang bisa kalo misal
nanti aplikasi error atau terjadi hal-hal yang ngga kita
inginkan..” (wawancara Kasubsi Registrasi, 17
Februari 2020)
4. Kompetisi dan tekanan eksternal untuk meningkatkan kualitas produk
dan jasa (pelayanan). Sheal (2001) mengasumsikan bahwa hanya
‘quality people’ (manajer, supervisor, dan staf yang selalu meng-update
pengetahuan dan expertise), yang dapat menghasilkan produk dan jasa
(pelayanan) yang berkualitas. Training and development merupakan
cara yang tepat untuk mencapai produk atau jasa (pelayanan) yang
45
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
berkualitas.23 Pada Lapas Kelas II A Banceuy sudah dilaksanakan
beberapa macam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi operator pengelola SDP yaitu pembelajaran dari modul
penggunaan SDP, yang kedua pembelajaran dari Kasubsi Registrasi
selain itu terdapat Bimbingan Teknis oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan terkait dengan hal-hal yang bersifat khusus seperti
ketika akan memasuki waktu pengusulan remisi hari raya. Namun
peningkatan kompetensi tersebut tidak dapat berjalan maksimal
dikarenakan pembelajaran dari modul dan pengarahan dari Kasubsi
Registrasi mempunyai batasan-batasan tertentu seperti terdapat hal-hal
yang tidak terdapat dalam modul atau diluar kapasitas atau pengetahuan
Kasubsi Registrasi. Selain itu Bimtek yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan hanya membahas tentang tata cara
pelaksanaan pengusulan program pembinaan tertentu saja, dan tidak
menjelaskan tentang bagaimana cara melakukan pengelolaan dan
perawatan SDP secara menyeluruh serta durasinya yang singkat yaitu
sekitar 2 jam saja,
Berdasarkan Peraturan Meneteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor. 39 Tahun 2016 yang mengatur Tentang Sistem
Database Pemasyarakatan terkait perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan SDP merupakan
tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Divisi
Pemasyarakatan dan Unit Pelaksana Teknis merupakan pelaksana dalam
pengelolaan program SDP. Menurut pasal 7 Permenkumham No. 36 tahun 2016
huruf “m” menyatakan bahwa pelaksanaan pengelolaan SDP tingkat unit
pelaksana teknis adalah melatih operator terkait pemasukan data (input) setiap
antarmuka (interface)24. Pada Lapas Kelas II A Banceuy sudah dilaksanakan
sesuai dengan aturan yaitu operator diberikan modul SDP yang wajib dibaca dan
23 Sheal, Peter. 2001. Staff Development : An Action for Managers and
Supervisors,New Delhi : Crest Publishing House
24 Permenkumham No. 36 tahun 2016
46
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
diterapkan dalam pelaksanaan sehari-hari, namun hal tersebut masih menemui
permasalahan-permasalahan sehingga diperlukan suatu pemecahan oleh
penanggung jawab pelaksanaan SDP yaitu Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Dalam permenkumham tersebut juga dikatakan dalam pasal 5 huruf “h” bahwa
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan harus menyelenggarakan Bimbingan
Teknis. Pada dasarnya Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sudah
menyelenggarakan bimbingan teknis terhadap seluruh unit pelaksana teknis
yang menyelenggarakan SDP melalui teleconference. namun dalam
pelaksanaannya masih banyak, permasalahan-permasalahan yang belum dapat
diselesaikan oleh petugas pengelola SDP pada unit pelaksana teknis sehingga
sangat diperlukannya suatu peningkatan kompetensi operator pengelola SDP
yang lebih efektif.
Terkait dengan peningkatan kompetensi pegawai di Kementerian
Hukum dan HAM, dimana pengembangan pegawai lebih difokuskan pada
pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap pegawai, maka hal-hal yang
perlu dilakukan adalah perlu dilakukan Training Need Analysis (TNA).Untuk
mencapai tujuan pengembangan kualitas pegawai, sebelum melakukan pelatihan
(training), organisasi harus menentukan terlebih dulu kebutuhan training
(Training Need Analysis)25. Training need analysis (TNA) dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan efektivitas training. Penilaian efektivitas training,
tidak hanya dilihat dari output, tetapi outcome, yaitu peningkatan kinerja
karyawan. Training and development harus dikaitkan dengan tujuan jangka
pendek,
a. manajer lini harus berperan dalam training melalui pengenalan sistem
penilaian kinerja yang akan menciptakan kemungkinan yang semakin besar
dalam menafsirkan keuntungan training terhadap kinerja,
b. digunakan beragam metode penyampaian materi dalam training,
c. pengembangan ini disertai dengan pergeseran persepsi training sebagai
investasi jangka panjang, bukan lagi biaya jangka pendek.
25 Irfan, Muhlis (2002), Efektivitas Diklat Struktural Bagi Pegawai Negeri Sipil (Post Training Evaluation), halaman 20.
47
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Melihat hal ini, berarti perlunya dilakukan training need analysis untuk
setiap jabatan fungsional, dan untuk setiap unit kerja. Pengumpulan data untuk
melakukan training need analysis, harus menjangkau semua jenis pekerjaan
yang ada di unit-unit kerja dan jabatan fungsional, dan tidak bisa hanya
dilakukan dengan menggunakan sampel.
Pemilihan Metode Training and Development. Pemilihan metode yang
digunakan dalam pelatihan akan menentukan efektivitas pelatihan. Dalam
konteks peningkatan kompetensi operator pengelola Sistem Database
Pemasyarakatan, ada metode klasikal (tatap muka) dan non klasikal (pelatihan
di tempat kerja, dan pelatihan jarak jauh). Pemilihan metode yang digunakan
dalam training disesuaikan dengan target objek yang akan diberikan pelatihan.
Beberapa pendekatan berbeda diperlukan untuk target-target yang berbeda,
misalnya: (1) new starter yang membutuhkan instruksi dalam hal basic skill atau
operator SDP yang baru bertugas sebagai pengelola; (2) more experienced
people yaitu orang yang sudah lama menjadi operator pengelola SDP atau untuk
mempelajari skill-skill baru untuk menerima tanggungjawab yang ekstra.
Secara teoritis ada beberapa metode training dan development yang
dapat dilakukan:
a. On-the-job Training yaitu training yang dilakukan di tempat kerja dimana
karyawan mempelajari pekerjaan mereka di bawah pengawasan langsung26.
Para peserta latihan belajar dengan mengamati karyawan-karyawan yang
berpengalaman dan bekerja dengan secara aktual. Keunggulan On-the-job
Training adalah transfer latihan lebih tinggi, karena para peserta latihan
mempelajari ketrampilan kerja dalam lingkungan di mana mereka
sesungguhnya bekerja, mereka dengan mudah menerapkan ketrampilan ini
pada pekerjaan. Teknik atau metode yang dapat digunakan antara lain:
coaching, mentoring, understudy, rotasi (tour of duty), proyek khusus dan
task force, dan penugasan. Metode-metode tersebut dapat diaplikasikan
dalam peningkatan kompetensi operator pengelola SDP di Lapas Kelas II A
Banceuy. Dengan metode seperti coaching atasan wajib memberikan
pembelajaran terhadap staff atau bawahannya apabila mereka menemukan
26 Ibid (hlm. 21)
48
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
suatu permasalahan. Kemudian diberikan juga mentoring oleh atasan yaitu
dengan melihat perkembangan pekerjaan staff terkait pelaksanaan
pengelolaan SDP. Setelah coaching dan mentoring berjalan dengan baik
kemudian dilanjutkan dengan rotasi perbagian misal dibagian penginputan
data narapidana dipindah ke bagian pengusulan berkas remisi, atau ke
bagian yang lain. Selian itu pelatihan dengan metode on the job training
dapat dilakukan dengan metode e-learning yaitu pelatihan tanpa harus
datang ke tempat pelatihan dan hanya cukup duduk didepan komputer. E-
learning dilakukan dengan teleconference dan kemudian diberikan evaluasi
setelah pembelajaran berakhir.
b. Off-the-job Training yaitu training di luar pekerjaan, artinya jika karyawan
membutuhkan skill khusus yang harus dimiliki untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya.27 Teknik atau metode yang dapat digunakan: sensitivity
training, special meeting dan course. Metode pelatihan ini mengharuskan
peserta atau petugas operator pengelola SDP untuk melakukan diklat ke
tempat pelatihan. Hal tersebut dilakukan agar peserta memahami lebih
detail tentang tugas pokok fungsi serta pengetahuan terkait SDP secara lebih
rinci. Pelatihan ini wajib dihadiri salah satu dari perwakilan operator
pengelola SDP dari Lapas, setelah kembali dari pelatihan operator tersebut
dapat memberikan coaching terhadap operator yang lain.
Dalam memilih teknik atau metode pelatihan, perlu beberapa ‘trade-
off’. Hal ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu paling baik dan hal itu
tergantung pada sejauh mana suatu teknik yang dipilih itu memenuhi faktor-
faktor berikut ini:
a. Efektivitas biaya
b. Isi program yang dikehendaki
c. Kelayakan fasilitas-fasilitas
d. Preferensi dan kemampuan peserta
e. Preferensi dan kemampuan instruktur/ pelatih
f. Prinsip-prinsip belajar.
27 Ibid (hlm22)
49
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
D. Teknik pemeriksaan dan keabsahan data
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada Bab sebelumnya mengenai
Metode Pengumpulan data, yang peneliti gunakan adalah wawancara, observasi,
dan studi pustaka. Metode pengumpulan data tersebut juga sering disebut
Triangulasi data.
Data yang peneliti peroleh melalui wawancara, peneliti melakukan teknik
pemeriksaan dan keabsahan data tersebut dengan cara membandingkannya
dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh responden yang berbeda.
Kemudian yang peneliti wawancara adalah merupakan pejabat yang memiliki
keterpercayaan dan keahlian dalam bidang yang peneliti teliti, sehingga untuk
kepastian terhadap informasi yang diberikan oleh responden sangat akurat.
Selanjutnya data yang peneliti peroleh melalui observasi, teknik
pemeriksaan dan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara
terjun langsung ketempat yang peneliti ingin perolh data-datanya, dan
kemudian peneliti melakukan konfirmasi terhadap data-data yang peneliti
peroleh tersebut kepada orang-orang atau petugas yang berperan langsung
ditempat peneliti mencari data tersebut.
Kemudian pengumpulan data dengan studi pustaka, teknik pemeriksaan
dan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengumpulkan
data-data terkait dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian yang peneliti teliti, kemudian mencocokannya dengan keadaan
dilapangan.
50
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab I, II, III, IV yang dasar pembahasannya
berdasarkan penelitian dengan observasi, wawancara serta beberapa literatur,
maka pertanyaan penelitian mengenai bagaimana pelaksanaan pengelolaan
Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas II A Banceuy dan bagaimana
peningkatan kompetensi operator Pengelola Sistem Database Pemasyarakatan
di Lapas Kelas II A Banceuy dapat diambil suatu kesimpulan dan beberapa
saran :
1. Pelaksanaan pengelolaan Sistem Database Pemasyarakatan di Lapas Kelas
II A Banceuy telah berjalan dengan baik, tetapi belum sepenuhnya bekerja
secara optimal. Berdasarkan 5 unsur manajemen menurut Harrington Man,
Money, Method, Machine, dan Materials, unsur yang mengalami kendala
pada pelaksanaan pengelolaan SDP di Lapas Kelas II A Banceuy adalah
pada unsur Man atau manusia yaitu kurangnya skill atau kemampuan dan
pengetahuan petugas dalam menyelesaikan permasalahan.
2. Pada Lapas Kelas II A Banceuy peningkatan kompetensi petugas operator
pengelola SDP sudah dilaksanakan sesuai dengan Permenkumham No. 36
Tahun 2016 tentang Sistem Database Pemasyarakatan, yaitu dengan metode
self learning atau membaca modul SDP, dan melalui Bimbingan Teknis
oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Namun dalam pelaksanaannya
masih belum maksimal disebabkan karena permasalahan-permasalahan
yang terdapat pada pengelolaan SDP Lapas Kelas II A Banceuy diluar dari
51
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
apa yang terdapat dalam modul. Selain itu dalam pelaksanaan bimbingan
teknik atau bimtek kurang maksimal karena keterbatasan waktu yang tidak
lama dan banyaknya peserta Lapas dan Rutan yang mengikuti sehingga
pihak penyelenggara Bimtek melalui teleconference tidak dapat
mengakomodir semua pertanyaan.
B. Saran
Untuk dapat mencapai pelaksanaan peningkatan kompetensi operator
pengelola SDP yang optimal di Lapas Kelas II A Banceuy diperlukan
pemahaman yang mendasar mengenai Sistem Database Pemasyarakatan.
Adapun cara untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan:
1. Dilakukan peningkatan kompetensi operator pengelola SDP oleh Unit
pelaksana teknis dengan melakukan pengusulan operator kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan melalui divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM RI.
2. Diadakannya Bimbingan Teknis yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, diantaranya meliputi sosialisasi dan pelatihan
mengenai Sistem Database Pemasyarakatan yang dilakukan 3 bulan sekali.
Pelatihan dapat dilakukan dengan cara metode e-learning atau dengan
penyelenggaraan diklat SDP secara berkala. Pelatihan dengan diklat SDP
harus dilaksanakan setidaknya dari salah satu perwakilan dari operator SDP
sehingga setelah dilakukan pelatihan operator tersebut dapat memberikan
pembelajaran terhadap operator pengelola SDP yang lain. Perlunya pelatihan
tersebut agar petugas memiliki dan mengerti pengetahuan teknis, kematangan
intelektual, serta integritas moral yang tinggi guna mengantisipasi berbagai
tantangan dimasa yang akan datang, khususnya dalam mengantisipasi
52
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
kemajuan teknologi yang semakin berkembang. sehingga para operator atau
teknisi mengetahui apa manfaat dan fungsi dari Sistem Database
Pemasyarakatan, sekaligus mampu mengoperasikan dengan terampil.
53
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Byham, William C. (t.t.). Developing Dimension/Competency-Based
Human Resource System A Monograph . Pittburghd: Development
Dimensions International
Ike Rachmawati Kusdyah.(2008) Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta : ANDI
Manopo, Christine. 2011. Competency Based Talent and Perfomance
Management System. Jakarta: Salemba Empat
Moleong, L. J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. 2014. Bandung:
PT Rosdakarya Offset.
Pfiffner, John F., Presthus, Robert Vance. (1953). Public Administrasion.
New York : The Ronald Press.
Rony Salinding, (2011). Analisis Pengaruh Pelatihan Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Erajaya Swasembada
Cabang Makassar.Universitas Hassanudin Makassar
Sheal, Peter. 2001. Staff Development : An Action for Managers and
Supervisors,
New Delhi : Crest Publishing House
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Widodo, Joko. (2001). Good Governance. Insan Cendekia. Surabaya
B. Karya Ilmiah
A. Aziz Sanapiah Strategi Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Aparatur Melalui Pendidikan Dan Pelatihan
Ahmad Azmy Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Untuk
Mencapai Career Ready Professional .Penerbit Universitas Tanri
Abeng
Puspitarani, Tiyas & Wasisto, Joko. 2016. Tesis. Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Pemanfaatan Arsip Narapidana dalam Proses Pemberian Remisi
di Lapas Kelas II A Wanita Semarang. Penerbit Universitas
Diponegoro.
M.Riansyah, Teknologi Informasi dalam Pelayanan Publik di Kementerian
Hukum dan HAM
Wicaksono Sony. 2013. Karya Tulis Akhir. Fungsi Sistem Database
Pemasyarakatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi
Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta.
Penerbit Akademi Ilmu Pemasyarakatan
Muhammad Fadhil, Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Balai Latihan Kerja Industri
Makassar
54
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
C. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemenuhan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.HH-01.IN.04.03 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan dan
Pelayanan Informasi dan Dokumentasi pada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
D. Website
https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/20/kerusuhan-di-
manokwari
https://andi.link/data
http://rumahcemara.or.id/mencegah-kerusuhan-di-penjara-bagian-1/
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DOKUMENTASI KEGIATAN
Wawancara dengan Operator SDP
Koneksi Jaringan Internet SDP Lapas Kelas IIA Banceuy
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Komputer Server SDP Lapas Kelas IIA Banceuy
Berkas-Berkas Fisik Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lapas Kelas IIA Banceuy
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Komputer client SDP di Lapas Kelas II A Banceuy
Proses Input Data Registrasi Narapidana Baru di Lapas Kelas IIA Banceuy
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Tampilan SDP di Lapas Kela IIA Banceuy
Wawancara dengan Narapidana Lapas Kelas IIA Banceuy
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Wawancara dengan Narapidana Lapas Kelas IIA Banceuy
Pelaksanaan Bimtek melalui teleconference
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PETUGAS
A. IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jabatan :
B. Pertanyaan Utama
1. Sudah berapa lama Saudara bertugas sebagai petugas di Lapas
Kelas II A Banceuy?
2. Apa saja tugas-tugas Saudara sebagai petugas?
3. Apakah Saudara mengerti SOP?
4. Apa Saudara yang bertugas menjadi operator pengelola SDP ?
5. Apakah Saudara menggunakan cara manual atau dengan
menggunakan Sistem Database Pemasyarakatan dalam registrasi
tahanan baru tersebut?
6. Apakah anda pernah mengikuti diklat SDP?
7. Berikan penjelasan mengenai Hardware apa saja yang harus ada
dalam proses registrasi tahanan baru?
8. Kendala apa yang Saudara temukan ketika melaksanakan input
data ke SDP?
9. Berapa orang jumlah SDM yang menguasai Sistem Database
Pemsayarakatan?
10. Bagaimana anda mengatasi masalah-masalah terkait pengelolaan
SDP tersebut?
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WBP
A. IDENTITAS INFORMAN
Jenis Kelamin :
Tindak pidana :
Pendidikan Terakhir :
B. Pertanyaan Utama
1. Sudah berapa lama Saudara berada di Lapas Kelas II A Banceuy?
2. Bagaimana keseharian saudara menjalani aktivitas di Lapas?
3. Apakah Saudara tahu hak dan kewajiban saudara disini?
4. Apa Saudara pernah dimintai keterangan terkait data diri, foto, dan
sidik jari ?
5. Apakah Saudara dicatat menggunakan cara manual atau dengan
menggunakan Sistem Database Pemasyarakatan?
6. Apakah saudara mengetahui kapan anda habis masa penahanan?
7. Apakah saudara pernah dimintai uang untuk penempatan kamar?
8. Apakah petugas melayani saudara dengan baik?
9. Apakah saudara sudah diusulkan remisi?
10. Apakah saudara pernah memberikan kritik atau saran terhadap
petugas?
LAMPIRAN
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BUKTI SUBMIT JURNAL
Nama : Mirza Hendrawan
STB : 3114
Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MIRZA HENDRAWAN
Stb. : 3114
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 14 Agustus 1993
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tinggi dan Berat Badan : 173cm dan 79 kg
Email : [email protected]
Alamat : Sidorejo Rt 18/Rw 06, Kuwiran, Banyudono,
Boyolali. Kode Pos : 57373
No. HP : 085729245200
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : 1. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kuwiran
tamat dan berijazah tahun 2005.
2. SMP Negeri 1 Banyudono, tamat dan berijazah
tahun 2008.
3. SMA Negeri 3 Boyolali, tamat dan berijazah
tahun 2011.
4. Politeknik Ilmu Pemasyarakatan, tamat dan
berijazah tahun 2018.
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
LAMPIRAN
Riwayat Bekerja : 1. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
Kelas I Surakarta. (2013-2018)
2. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Singkawang. (2018-2019)
3. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. (2019-
sekarang)
Riwayat Pendidikan
dan Pelatihan
: 1. Diklat Kesamaptaan Calon Taruna Akademi
Ilmu Pemasyarakatan Angkatan L (50) Bulan
Agustus tahun 2015 di Mako Brimob Kelapa
Dua – Depok
2. Pelatihan kursus Mahir Dasar Kepramukaan
Tahun 2016 di BPSDM Hukum dan HAM
3. Pendidikan dan Pelatihan Bina Cendikia
Samapta Bulan Maret Tahun 2018 di Sekolah
Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma)
POLRI - Jakarta
4. Pelatihan Menembak ( Senpi Revolver) pada
bulan Maret 2018 di di Sekolah Staf dan
Pimpinan Pertama (Sespimma) POLRI -
Jakarta
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN Jl. Raya Gandul No.4, Cinere, Depok 16512 Telepon: (021) 7538421
Laman : www.poltekip.ac.id
Nomor : SDM.5.SM.09.03 – 220 13 Februari 2020
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Izin Penelitian Bagi Taruna Tingkat IV Program Alih Jenjang
(Crash Program ) POLTEKIP Tahun Akademik 2020
Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat
di
Bandung
Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 20 ayat 2 dinyatakan
bahwa: “Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat”, untuk melaksanakan kewajiban dimaksud dan dalam rangka
pengumpulan data yang valid untuk penyusunan Skripsi Taruna Tingkat IV Program Alih Jenjang
(Crash Program) Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (POLTEKIP) Tahun Akademik 2020, taruna
akan melaksanakan penelitian di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat.
Sehubungan hal tersebut di atas, kiranya Bapak berkenan memberikan izin pelaksanaan
kegiatan Penelitian dimaksud yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 22 Februari 2020
sebagaimana daftar terlampir.
Atas perhatian dan perkenan Bapak diucapkan terima kasih.
Direktur,
Rachmayanthy
NIP 196904261992032001
Tembusan :
1. Plt. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
2. Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia;
3. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banceuy.
DAFTAR LOKASI PENELITIAN
TARUNA ALIH JENJANG (CRASH PROGRAM) TAHUN 2020
A. BPSDM Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Dedi Kurniawan 3028 Poltekip
2 Eka Fitri Setiawan 3037 Poltekip
3 Dimas Putra Pratama 3035 Poltekip
4 Taufiq Rahmadi 3069 Poltekip
B. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Aceh
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Muhammad Faydiban 3051 Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Aceh
C. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Mangaraja Dolly Manurung 3048 Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan
2 Fathah Dien Akbar 3040 Rumah Tahanan Negara Medan
3 Yosua Sosolsolon Sagala 3144 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam
4 Alexander 3019 Rumah Tahanan Negara Kelas I Medan
5 Ruth Elisabeth Manik 3066 Rumah Tahanan Negara Kelas I Medan
6 Christian Natanael Tarigan 3087 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam
7 Gerry Tri Aryadi A.Md.P 3101 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan
D. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Barat
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Hadi Susilo 2937 Balai Pemasyarakatan Kelas II Bukit Tinggi
E. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Ridho Hakim 2979 Rumah Tahanan Negara Kelas I Pekanbaru
2 Pandu Akbar Wijayanto 3122 Rumah Tahanan Negara Kelas I Pekanbaru
3 Vendra Hermawan 3141 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bengkalis
F. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Nidal Muamar Fadillah 2970 Rumah Tahanan Negara Kelas I Batam
2 Surya Kusuma 3068 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Batam
3 Samuel Fredrick Natanael S 3134 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Tanjung Pinang
G. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Riko Hamdan 3062 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jambi
H. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bengkulu
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Melli Kurniati 3049 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bengkulu
2 Tri Ghaly Ramadhitya 3138 Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Bengkulu
I. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bangka Belitung
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Prabowo Danu Brata 3124 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Pangkal Pinang
2 Fiqih Utama 3098 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Pangkal Pinang
J. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Wahda Chairunnisa 3070 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang
2 Guntur Adi Prakoso 3041 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Palembang
3 Teguh Santoso 3137 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kayua Agung
4 Bambang Budiantoro H 3084 Rumah Tahanan Negara Kelas I Palembang
5 Dicki Novriandi 3091 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kayu Agung
6 Raafi Hidayat 3128 Rumah Tahanan Negara Kelas I Palembang
K. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Anggara Dwi Putra 3023 Balai Pemasyarakatan Kelas Ii Metro
2 Ari Rahman Hakim 3024 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung
3 Habibie Agusman 3043 Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandar Lampung
4 Puja Saka 3058 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung
L. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Agung Tria Nugraha 3027 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cilegon
2 Nadya Mustika Sandy 3053 Balai Pemasyarakatan Kelas I Tangerang
3 Pramuningtyas Wardhana 3057 Balai Pemasyarakatan Kelas I Tangerang
4 Wahyu Kusriyono Qorim 3071 Balai Pemasyarakatan Kelas I Tangerang
5 Dhimas Rizki Saputra 3090 Balai Pemasyarakatan Kelas I Tangerang
6 Dian Yusuf Ponco Saputro 3033 Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Ciangir
7 Nurul Aeni 3055 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tangerang
8 Wahyu Rusdiantoro 3072 Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang
9 Derby Renova Romadanti 3088 Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Tangerang
10 Hanif Zuhry 3103 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang
11 Reza Ikhwan Purnama 3061 Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang
12 Latifah Mukhlasin 3110 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
M. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Aditya Putra Pratama 3015 Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta
2 Andika Pratama Simanjuntak 3021 Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan
3 Dedy Aryadi 3029 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang
4 Dinda Sawajua Wijarnako 3036 Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta
5 Gusti Nugraha Prakoso 3042 Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan
6 Yoga Dwi Putra Permana 3073 Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Pusat
7 Aziz Imam Hanafi 3082 Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta
8 Gilang Wicaksono 3102 Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan
9 Siti Ngatiqoh 3136 Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Pusat
10 Andri Noverman 3022 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba
11 Dani Diyaulhaq 3027 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang
12 Lalu Dwi Malaya Anjasmada 3046 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang
13 M. Syahcrul syahruddin. 3112 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
Jakarta
14 Putu bagus sabda pramesti, 3127 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang
15 Yoslan Josua Hasurungan
Doloksaribu 3143
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
Jakarta
16 Ronalda Rumsayor 2987 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Jakarta
17 Ade Nomi 3014 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang
18 Elan Junaidi 3038 Rupbasan Kelas I Jakarta Selatan
19 A Yudhistira Hadiyan
Pratama 3076
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
Jakarta
20 Akwila Amadea Pitaka 3077 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang
21 Aldina Kurnia Yasinanda 3078 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Jakarta
22 Aldy Harri Perwira 3079 Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Pusat
23 Faisal Islam 3095 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba
24 Galogo Sakti 3099 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
Jakarta
25 Julianto Andriano Silalahi 3109 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
Jakarta
26 Leo Frans Jerry Sihaloho 3111 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Jakarta
27 Ni Nengah Widayanti Utari 3121 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
Jakarta
28 Recqy Jodi Triwahyu 3129 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
Jakarta
N. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Asti Saraswati 3025 Balai Pemasyarakatan Kelas I Bandung
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
2 Desy Silvyaningrum 3031 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung
Sindur
3 Rizki Ayu Hanifah 3064 Balai Pemasyarakatan Kelas I Bandung
4 Trie Efriliawati 3140 Rumah Tahanan Negara Perempuan Kelas IIA
Bandung
5 Muhammad Harun Al-Rasyid 3052 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
6 Nugroho Adjie Wibowo 3054 Rumah Tahanan Negara Kelas I Depok
7 Yudhistira Putra 3075 Rumah Tahanan Negara Kelas I Depok
8 Bakti Dzikrulloh 3083 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
Bandung
9 Desi Komalasari 3089 Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iib Tasik
10 Erwin Kurnia Aditama 3094 Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iia Cikarang
11 Mirza Hendrawan 3114 Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iia Banceuy
12 Mohamad Sugiarto Sarfa'i 3117 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cirebon
13 Pandu Puji Wibowo 3123 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung
Sindur
14 Prayoga Ardiansyah Achmad 3126 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cikarang
15 Rifaldi Shandri Akbar 3130 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong
16 Robby Robbany 3132 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong
17 Rofi Oktafianto 3133 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung
Sindur
18 Syamsul Bachri 2994 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor
19 Agung Muhammad 3016 Rumah Tahanan Negara Kelas I Depok
20 Fauzi Irfana Akbar 3097 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor
21 Indah Purnama Sari
Simamora 3106 Rumah Tahanan Negara Kelas I Cirebon
22 Jagad Agus Nugroho 3108 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banceuy
23 Maria Thalia Bate Jawa 3112 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tasikmalaya
24 Hasnan Habib Sutikno 3044 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung
Sindur
25 Mochammad Raka Iliyamsyah
3050 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Kelas IIA Gunung Sindur
O. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Ganang Mahardiko 3100 Balai Pemasyarakatan Kelas I Surakarta
2 Rachmad Wahyudi 3060 Lembaga Pemasyarakatan High Risk Pasir Putih
3 Rizal Surya Syaputra 3063 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu
4 Akhmad Jamal Dwicahyono 3018 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
5 Okki Oktaviandi 3056 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu Nk
6 Yudha Nugraha Septiawan 3074 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
7 Brahmatiya Putra Sakti 3085 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen
8 Mohammad Ziun Khabibulloh
3116 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Brebes
9 Praka Avien Ichsani 3125 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
10 Dhimas Aditya Naraharyya 3032 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
11 Rizkyza Tunky Ferdinand Ohei
3065 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu High Risk Nusakambangan
12 Sugiono 3067 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen
13 Elpasha Braniswara 3093 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
14 Fatkhur Rohman 3096 Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kendal
P. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM D.I. Yogyakarta
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Didik Prasetya Adi 3092 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
2 Muhammad Nanda Gustiko 3118 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
3 Moch Subhan Zakaria 3115 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
4 Tri Prakoso Akbara Bantolo A
3139 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta
Q. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Bima Nugraha 3026 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Madiun
2 Farah Rianda Nur Swandaru 3039 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Bondowoso
3 Putri Rahmawaty Herlambang
3059 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kediri
4 Ananda Alif Rizal Pahlavi 3080 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Mojokerto
5 Andra Naftali Gustaf Vano 3081 Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Madiun
6 Dimas Alseta Putra 3034 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun
7 I Made Gede Yoga Dewantara
3105 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Malang
8 Rizali Nor Hidayatullah 3131 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pamekasan
9 Satriyo Widagdo 3135 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun
10 Yusuf Andre Amalohi 3145 Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Malang
R. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 I Komang Disan Maha Tangeb
3104 Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Bangli
S. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Barat
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 M. Irawan Hardi 3047 Balai Pemasyarakatan Kelas II Mataram
T. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Tengah
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Mulia Wernat Situmorang 3119 Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Palangkaraya
U. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah
No Nama STB Lokasi Penelitian
1 Herdi 3045 Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Palu
Direktur,
Rachmayanthy
NIP 196904261992032001
Top Related