Perhitungan Link Budget Menggunakan
Model Path Loss dan Model Propagansi
Outdoor
1.Perhitungan Link Budget Menggunakan Model Path LossBanyak model propagansi radio diturunkan menggunakan
kombinasi metode analitik dan empirik. Pendekatan empiric
didasarkan pada kurva yang sesuai atau pernyataan analitik
yang membuat sebuah set data yang terukur. Hal ini memiliki
keuntungan secara eksplisit atas semua factor propagansi, baik
yang dikenal maupun yang tidak dikenal melewati pengukuran
aktual.
Bagaimanapun, validitas dari sebuah model empiris pada
transmisi frekuensi atau lingkungan dibandingkan dengan
menggunakan model turunan hanya dapat ditetapkan oleh tambahan
data yang terukur dalam lingkungan baru pada transmisi
frekuensi yang dibutuhkan.
Dari waktu ke waktu beberapa model propagansi klasik
sudah muncul, yang sekarang digunakan untuk memprediksi
cakupan skala besar untuk desain sistem komunikasi bergerak.
Dengan menggunakan model path loss untuk mengestimasi level
sinyal yang diterima sebagai sebuah fungsi jarak, hal ini
menjadi mungkin untuk memprediksi SNR untuk sistem komunikasi
bergerak.
Menggunakan teknik analisis noise yang diberikan pada
lampiran B, dasar noise dapat ditentukan. Sebagai contoh 2
model sinar diuraikan pada bagian 3.6 digunakan untuk
mengestimasi kapasitas pada sebuah penyebaran spectrum sistem
selular, sebelum sistem seperti itu disebarkan. Teknik
estimasi Practical path loss sekarang telah dikenalkan.
1.1 Log-distance Path Loss ModelKedua model propagansi berdasarkan teori dan pengukuran
mengindikasikan bahwa rata-rata daya sinyal yang diterima
menurun secara logaritma dengan jarak, apakah diluar ruang
atau didalam ruang channel radio. Model seperti itu sudah
digunakan secara luas di dalam literature. Rata-rata path loss
skala besar untuk sebuah pemisahan T-R diekspresikan dalam
bentuk fungsi jarak dengan menggunakan sebuah eksponen path
loss, n.
Dimana n adalah eksponen path loss yang mengindikasikan
kecepatan dimana path loss meningkat dengan jarak, d0 adalah
jarak referensi yang ditentukan dari pengukuran dekat dengan
transmitter, dan d adalah pemisahan jarak T-R.
Baris pada persamaan (3.67) dan (3.68) menunjukkan rata-
rata kumpulan dari semua kemungkinan nilai path loss untuk
sebuah nilai d yang diberikan. Ketika diplot pada sebuah skala
log-log, model path loss adalah garis lurus dengan kemiringan
yang sama dengan 10n dB per decade. Nilai n bergantung pada
lingkungan propagansi yang spesifik. Sebagai contoh, pada
ruang hampa, n sama dengan 2, dan ketika terdapat gangguan, n
akan memiliki nilai yang lebih besar.
Penting sekali untuk memilih jarak referensi pada ruang
hampa yang tepat untuk lingkungan propagansi. Pada cakupan
sistem selular yang besar, jarak referensi 1 km banyak
digunakan, dimana pada sistem mikroselular, banyak jarak lebih
kecil yang digunakan (seperti 100 atau 1 m). Jarak referensi
harus selalu berada di medan jauh dari antenna sehingga medan
dekat tidak mengubah titik referensi path loss. Titik
referensi path loss dihitung menggunakan rumus ruang hampa
path loss yang diberikan pada persamaan (3.5) atau melalui
perhitungan dilapangan pada jarak d0. Tabel 3.2 mendaftarkan
tipe eksponensial path loss yang diperoleh dari berbagai
lingkungan radio bergerak.
1.2 Log-normal ShadowingModel persamaan (3.68) tidak mempertimbangkan fakta bahwa
kekacauan disekeliling lingkungan akan sangat berbeda pada dua
lokasi berbeda yang memiliki pemisahan T-R. Hal ini
mengarahkan pada pengukuran sinyal yang sangat berbeda
dibandingkan rata-rata nilai yang diprediksi oleh persamaan
(3.68). pengukuran menunjukkan bahwa pada semua nilai dari d,
path loss PL(d) pada lokasi khusus adalah acak dan log-
normally (normal in dB) kira-kira titik tengan jarak yang
bergantung pada nilai.
Dimana Xσ adalah titik tengah variable acak terdistribusi
Gaussian (dB) dengan deviasi standard σ (dB).
Ditribusi log-normal menguraikan efek bayangan acak yang
terjadi diatas lokasi pengukuran yang besar yang memiliki
pemisahan T-R sama, namun memiliki tingkat kekacauan yang
berbeda pada jalur progansi.
Mudahnya, bayangan log-normal menyatakan secara tidak
langsung bahwa pengukuran level sinyal pada pemisahan T-R yang
spesifik memiliki distribusi Gaussian (normal) kira-kira jarak
bergantung pada titik tengah persamaan (3.68), dimana
pengukuran level sinyal memiliki nilai pada satuan dB.
Standard deviasi dari distribusi Gaussian yang
menguraikan bayangan juga memiliki satuan dalam dB. Demikian,
efek acak dari bayangan dilaporkan untuk menggunakan
distribusi Gaussian yang memberi koreksi untuk evaluasi.
Jarak referensi terdekat d0, eksponen path loss n, dan
standard deviasi σ, secara statistic menguraikan model path
loss untuk sembarang lokasi yang memiliki pemisahan T-R yang
spesifik, dan model ini bisa digunakan pada simulasi computer
untuk menyediakan level daya pada lokasi acak di desain dan
analisis sistem komunikasi.
Pada prakteknya, nilai n dan σ dihitung dari data yang
terukur, menggunakan regresi linear seperti contohnya
perbedaan antara path loss yang terukur dan terestimasi di
minimalkan pada titik tengah eror di atas jarak lebar dari
lokasi pengukuran dan pemisahan T-R. Nilai PL (d0) pada (3.69)
didasarkan pada salah satu pengukuran atau pada asumsi ruang
hampa dari transmitter ke d0.
Sebuah contoh dari bagaimana eksponen path loss di
tentukan dari data hasil pengukuran. Gambar 3.17
mengilustrasikan data pengukuran actual pada berbagai sistem
radio selular dan menunjukkan variasi acak mengenai nilai
tengah path loss (dB) seharusnya pada bayangan pada pemisahan
T-R yang spesifik.
Kemungkinan bahwa sinyak level yang diterima akan
melebihi nilai pasti γ dapat dihitung dari total kepadatan
fungsi sebagai
Dengan cara yang sama, kemungkinan level sinyal yang diterima
akan dibawah nilai γ diberikan oleh
1.3 Determination of Precentage of Coverage AreaSudah jelas bahwa dalam kaitannya dengan efek acak dari
bayangan, beberapa lokasi yang berada pada area cakupan akan
berada dibawah ambang penerimanaan sinyal. Ini sering berguana
untuk menghitung bagaimana batas cakupan berhubungan dengan
persentase area yang dicakup dengan batas.
Untuk cakupan area yang memiliki radius R dari sebuah
base stasiun, anggap disana terdapat ambang penerimaan sinyal
γ. Kita akan menghitung U(γ), persentasi dari layanan area
yang berguna (persentase area dengan sinyal yang diterima sama
dengan atau lebih besar dari γ). d = r merepresntasikan jarak
radius dari transmitter, ini bisa ditunjukkan bahwa jika Pr
[Pr(r) > γ] adalah kemingkinan sinyal yang diterima acak pada
d = r melebihi nilai batas γ dengan pertambahan area dA,
kemudian U(γ) dapat ditemukan dengan
Dalam rangka menentukan path loss sebagai referensi untuk
batas sel (r = R), sudah jelas bahwa
Persamaan (3.78) dapat dievaluasi untuk nilai yang besar
dari σ dan n. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.18. Sebagai
contoh, jika n = 4 dan σ = 8 dB, dan jika batasnya adalah
memiliki batas cakupan 75% (75% waktu sinyal berada diatas
batas ambang penerimaan sinyal), kemududan cakupan area sama
dengan 94%. Jika n = 2 dan σ = 8 dB, 75% batas cakupan
menyediakan 91% cakupan area. Jika n = 3 dan σ = 9 dB, maka
50% batas cakupan menyediakan 71% cakupan area.
2.Model Propagansi Outdoor
Transmisi radio pada sistem komunikasi bergerak sering
mengambil tempat melebihi daerah yang tidak ditentukan. Daerah
dari area khusus membutuhkan untuk diambil kedalam perhitungan
untuk mengestimasi path loss. Daerah bermacam-macam dari
lengkungan simple hngga berbentuk gunung.
Adanya pepohonan, bangunan dan objek lainnya harus masuk
ke dalam perhitungan. Angka dari model propagansi tersedia
untuk menprediksi path loss yang melebihi daerah yang tidak
ditentukan. Saat semua model ini mengarahkan untuk memprediksi
kekuatan sinyal pada titik penerima khusus atau pada spesifik
area local (disebut sector).
Metode bermacam-macam secara luas pada pendekatan,
kompleksitas dan ketepatan. Banyak dari model ini berdasarkan
pada sistematik interperasi dari data yang terukur diambil
pada area layanan. Beberapa dari propagansi model outdor yang
biasa digunakan akan didiskusikan sekarang.
2.1 Longley-Rice ModelModel Longley-Rice dapat diaplikasikan titik ke titik
sistem komunikasi pada batas frekuensi dari 40 MHz hingga 100
GHz, melebihi jenis berbeda dari daerah. Nilai tengah kerugian
transmisi dapat diprediksi dengan menggunakan geometri jalur
dari daerah dan pembiasan dari trofosfer. Teknik geometri
cahaya (utamanya 2 sinar model pemantulan dasar) digunakan
untuk memprediksi kekuatan sinyal dalam perpindahan radio.
Kehilangan difraksi melewati objek terisolasi diestimasi
menggunakan model Fresnel-Kirchoff sudut tajam. Meneruskan
teori penghamburan digunakan untuk membuat prediksi
troposcatter melewati jarak yang panjang, dan kerugian
difraksi medan jauh pada perpindahan jalur ganda di prediksi
menggunakan metode Van der Pol-Bremmer yang telah
dimodifikasi. Model prediksi propagansi Longley-Rice juga
menunjuk pada model daerah tak tentu ITS.
Model Longley-Rice juga tersedia sebagai sebuah program
komuper untuk menghitung nilai tengah kerugian transmisi skala
besar. Relative terhadap kerugian ruang hampa diatas daerah
tak tentu untuk frekuensi antara 20 MHz dan 10 GHz. Untuk
jalur transmisi yang diberikan, program mengambil sebagai
masukannya frekuensi transmisi, jalur, panjang, polarisasi,
tinggi antenna pembiasan permukaan, radius efektif dari bumi,
konduktivitas tanah, konstanta dielektrik tanah dan cuaca.
Program ini juga akan beroperasi pada parameter jalu yang
spesifik seperti perpindahan jarak dari antenna, perpindahan
sudut elevasi, perpindahan jarak angular, daerah tak tentu dan
masukan spesifik lainnya.
Metode Longley-Rice beroperasi pada 2 mode. Ketika detail
jalur daerah tersedia, parameter jalur spesifik dapat
ditentukan dengan mudah dan prediksi itu disebut sebagai
prediksi mode titik ke titik. Pada sisi lain, jika daerah
jalur tidak tersedia, metode Longley-Rice menyediakan teknik
untuk mengestimasi parameter jalur spesifik dan sebuah
prediksi dikenal sebagai prediksi mode area.
2.2 Durkin ModelPendekatan prediksi propagansi klasik serupa dengan yang
digunakan oleh Longley-Rice didiskusikan kembali oelh Edwards
dan Durkin. Makala ini menguraikan simulasi computer, untuk
memprediksi kuat medan kontur melebihi daerah yang tak tentu,
hal itu diadopsi oleh Joint Radio Committe (JRC) di U.K. untuk
estimasi dari cakupan area radio bergerak yang efektif.
Meskipun simulator ini hanya memprediksi fenomena skala
besar (path loss), namun menyediakan persektif menarik ke
dalam propagansi alam melebihi daerah tak tentu dan kerugian
yang disebabkan oleh objek pada jalur radio. Penjelasan
mengenai metode Edwards dan Durkin di sampaikan disini dalam
rangka menunjukkan bagaimana semua konsep yang diurai pada bab
ini digunakan pada mode tunggal.
Pelaksanaan simulasi path loss Durkin terdiri dari 2
bagian. Bagian pertama mengakses data topografis dari sebuah
layanan area yang diajukan dan merekonstruksi informasi
sepajang penyatuan radius pemancar ke penerima. Bagian kedua
dari algoritma simulasi menghitung path loss yang diharapkan
sepanjang radius tersebut. Setelah ini selesei, lokasi
penerima yang disimulasikan bisa dipindah ke lokasi berbeda di
area layanan menarik kesimpulan dari kontur kekuatan sinyal.
Data topografik dapat dianggap sebagai susunan 2 dimensi.
Masing-masing element susunan merujuk pada sebuah titik di
atas peta area layanan saat konten actual dari masing-masing
elemen susunan mengantuk ketinggian diatas permukaan laut,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.19.
Gambar 3.20a menunjukkan jaringan topografis dengan
sembarang lokasi pemancar dan penerima, radius antara pemancar
dan penerima dan titik yang menggunakan interpolasi linear
diagonal. Gambar 3.20b juga menunjukkan seperti apa daerah
radius terrekonstruksi. Pada kenyataannya, nilai-nilai ini
tidak ditentukan dengan mudah hanya oleh satu urutan
interpilasi, tapi oleh kombinasi dari 3 untuk meningkatkan
akurasi.
Sekarang masalah dikurangi hingga ke perhitungan satu
dimensi titik ke titik. Tipe masalah ini telah ditetapkan dan
prosedur untuk menghitung path loss menggunakan teknik
difraksi knife-edge yang telah diuraikan sebelumnya akan
digunakan.
Pada titik ini, algoritma harus mengambil keputusan
sebagai apa yang seharusnya diharapkan dari kerugian
transmisi. Langkah pertama adalah untuk memutuskan apakah
jalur line-of-sight (LOS) berada antara pemancar dan penerima.
Untuk melakukannya, program menghitung perbedaan, δj, antara
ketinggian dari garis penghubung pemancar dan penerima dari
ketinggian tanah untuk masing-masing titik sepanjang radius.
(liaht gambar 3.21)
Jika kondisi untuk tepi difraksi tunggal tidak memuaskan,
maka pemeriksaan untuk dua tepi difraksi dilakukan. Test ini
serupa dengan tep difraksi tunggal dengan pengecualiaan bahwa
computer melihat 2 tepi pada pandangan masing-masing (lihat
gambar 3.22)
2.3 Okumura ModelModel Okumura merupakan salah satu model yang terkenal
dan paling banyak digunakan untuk melakukan prediksi sinyal di
daerah urban (kota). Model ini cocok untuk range frekwensi
antara 150-1920 MHz dan pada jarak antara 1-100 km dengan
ketinggian antenna base station (BS) berkisar 30 sampai 1000
m.
Okumura membuat kurva-kurva redaman rata-rata relatif
terhadap redaman ruang bebas (Amu) pada daerah urban melalui
daerah quasi-smooth terrain dengan tinggi efektif antenna base
station (hte) 200 m dan tinggi antenna mobile station (hre) 3 m.
Kurva-kurva ini dibentuk dari pengukuran pada daerah yang luas
dengan menggunakan antenna omnidirectional baik pada BS maupun
MS, dan digambarkan sebagai fungsi frekuensi (range 100-1920
MHz) dan fungsi jarak dari BS (range 1-100 km).
Untuk menentukan redaman lintasan dengan model Okumura,
pertama kita harus menghitung dahulu redaman ruang bebas (free
space path loss), kemudian nilai Amu (f,d) dari kurva Okumura
ditambahkan kedalam factor koreksi untuk menentukan tipe
daerah. Model Okumura dapat ditulis dengan persamaan berikut:
Dimana L adalah nilai rata-rata redaman lintasan
propagasi, LF adalah redaman lintasan ruang bebas, Amu adalah
rata-rata redaman relatif terhadap redaman ruang bebas, G(hte)
adalah gain antena BS, G(hre) adalah gain antena MS, dan GAREA
adalah gain tipe daerah. Gain antena disini adalah karena
berkaitan dengan tinggi antena dan tidak ada hubungannya
dengan pola antena.
Lebih jauh, Okumura juga menemukan bahwa G(hte) mempunyai
nilai yang bervariasi dengan perubahan 20 dB/decade dan G(hre)
bervariasi dengan perubahan 10 dB/decade pada ketinggian
antena kurang dari 3 m.
Beberapa koreksi juga dilakukan terhadap model Okumura.
Beberapa parameter penting seperti tinggi terrain undulation
(Dh), tinggi daerah seperti bukit atau pegunungan yang
mengisolasi daerah, kemiringan rata-rata permukaan daerah, dan
daerah transisi antara daratan dengan lautan juga harus
diperhitungkan.
Jika parameter-parameter tersebut dihitung, maka factor
koreksi yang didapat dapat ditambahkan untuk perhitungan
redaman propagasi. Semua faktor koreksi akibat parameter-
parameter tersebut juga sudah tersedia dalam bentuk kurva
Okumura.
Model Okumura ini, semuanya berdasarkan pada data
pengukuran dan tidak menjelaskan secara analitis hasil
perhitungan yang diperoleh. Untuk kondisi tertentu, kita dapat
melakukan ekstrapolasi terhadap kurva Okumura untuk mengetahui
nilai-nilai di luar rentang pengukuran yang dilakukan Okumura,
tetapi validitas dari ekstrapolasi yang kita lakukan sangat
bergantung kepada keadaan dan kehalusan kurva ekstrapolasi
yang kita buat.
2.4 Hata ModelModel Hatta merupakan bentuk persamaan empirik dari kurva
redaman lintasan yang dibuat oleh Okumura, karena itu model
ini lebih sering disebut sebagai model Okumura-Hatta. Model
ini valid untuk daerah range frekuensi antara 150-1500 MHz.
Hatta membuat persamaan standard untuk menghitung redaman
lintasan di daerah urban, sedangkan untuk menghitung redaman
lintasan di tipe daerah lain (suburban, open area, dll), Hatta
memberikan persamaan koreksinya. Persamaan prediksi Hatta
untuk daerah urban adalah:
Dimana fc adalah frekuensi kerja antara 150-1500 MHz, hte
adalah tinggi effektif antena transmitter (BS) sekitar 30-200
m , hre adalah tinggi efektif antena receiver (MS) sekitar 1-
10 m, d adalah jarak antara Tx-Rx (km), dan a(hre) adalah
faktor koreksi untuk tinggi efektif antena MS sebagai fungsi
dari luas daerah yang dilayani.
Untuk kota kecil sampai sedang, faktor koreksi a(hre)
diberikan oleh persamaan:
sedangkan untuk kotta besar:
2.5 PCS Extension to Hata ModelEuropean Co-operative for Scientific and Technical
Research (EURO-COST) membentuk komite kerja COST-231 untuk
membuat model Hatta yang disempurnakan atau diperluas. COST-
231 mengajukan suatu persamaan untuk menyempurnakan model
Hatta agar bisa dipakai pada frequensi 2 GHz. Model redaman
lintasan yang diajukan oleh COST-231 ini memiliki bentuk
persamaan:
Dimana a(hre) adalah faktor koreksi tinggi efektif antenna
MS sesuai dengan hasil Hatta, dan 0 dB untuk daerah kota
sedang dan suburban CM = 3 dB untuk daerah pusat metropolitan
Model Hatta COST-231 hanya cocok untuk parameter-parameter
berikut:
f : 1500 – 2000 MHz
hte : 30-200 m
hre : 1-10 m
d : 1-20 km
2.6 Walfisch and Bertoni Model
Sebuahmodel yang dikembangkan oleh Walfisch dan Bertoni
mempertimbangkan dampak dari atap dan tinggi bangunan dengan
menggunakan difraksi untuk memprediks ikekuatan sinyal rata-
rata di jalan. Model ini menganggap path loss, S, menjadi
produk dari tiga faktor.
di mana P0 merupakan ruang bebas path loss antara antena
isotropik yang diberikan oleh
In dB, the path loss is given by;
2.7 Wideband PCS Microcell Model
Untuk model bumi refleksi datar,df jarak di mana zona
Fresnel menjadi terhalang oleh tanah (pertamaFresnelizinzona)
diberikan oleh;
Top Related