Download - PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN METAMORFOSIS KATAK (bufo sp)

Transcript

PENGARUH HORMON TIROKSIN TERHADAP KECEPATAN

METAMORFOSIS KATAK (bufo sp)

Oleh :Ikhsana Nuri Astiti 4411412002Lili Andriani 4411412004Arif Bayu Satria 4411412017Risma Romaulina S. 4411412030

BAB I PENDAHULUAN

Populasi Katak Menurun

Tingginya Pemanfaatan

Katak Berkurangnya

Populasi Katak

Hilangnya Habitat Alami

Pemanfaatan DagingnyaPemanfaatan KulitnyaPemanfaatan KepalanyaHewan Percobaan

Ketidakseimbangan Jaring-

Jaring Makanan

Ketidakseimbangan Dalam Ekosistem

Gagal Panen

LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

Pemanfaatan katak

Tak terkendali

Menurunnya populasi katak

Permintaan katak

meningkat Metamorfosis lama

Laju kecacatan normal

Upaya pembudiday

aan

Mempercepat

metamorfosis

Hormon tiroksin

LATAR BELAKANG

Apakah hormon tiroksin berpengaruh terhadap kecepatan metamorphosis katak ?

Bagaimanakah pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorphosis katak ?

RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN

TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN

Untuk mengetahui apakah hormone tiroksin berpengaruh terhadap laju metamorphosis katak

Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh hormone tiroksin terhadap laju metamorphosis katak

MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN

Manfaat Teoritis• Dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu dibidang biologi, khususnya fisiologi hewan.

• Dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama.

Manfaat Praktis• Dapat menjadi acuan bagi peternak katak agar dapat membiakkan katak dalam waktu yang lebih cepat dengan menggunakan hormone tiroksin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hormon yg dihasilkan oleh kelenjar Tiroid

Dpt mempengaruhi sel tubuh dan

pengaturan suhu

Mengatur metabolisme karbohidrat

Mengatur penggunaan O2 dan CO2

Dpt mempengaruhi tubuh dan mental

Digunakan untuk mengukur

konsentrasi dan fungsi kelenjar

tiroid

Faktor yg mempengaruhi : dosis, cara,

waktu, kualitas makanan,

stress, spesies & ukuran

Mempercepat metamorfosis

Hormon Tiroksin

Faktor-Faktor yang Meningkatkan dan Menurunkan kadar Tiroksin

Kadar iodium

Stress psikis maupun fisik

Penyakit kelenjar tiroid

Perubahan suhu

TSH tiroid

stimulating

hormon di

hasilkan di

hipotalamus

Perubahan Metamorfosis Katak

Morfologi Biokimia Perubahan spesifik

Morfologi

• Perubahan dari aquatik menjadi daratan• Hilangya ekor• Berkembangnya anggota tubuh dan morfogenesis kelenjar demoid

• Terbentuknya lengan belakang dan lengan depan• Lidah berkembang• Insang mengalami degenerasi• Paru-paru membesar• Otot dan tulang rawan berkembang untuk memompa udara masuk dan keluar pada paru-paru

• Mata dan telinga berdiferensiasi. Telinga bangian tengah berkembang dan membran timfani terletak pada bagian telinga luar.

Biokimia• Pada berudu, fotopigmen ratina yang utama adalah porphyropsin

• Selama metamorfosis, pigmen ini merubah karakterisik fotopigmen dari darat dan vertebrata perairan.

• Pengikatan hemoglobin (Hb) dengan O2 juga mengalami perubahan.

• Enzim yang terdapat pada hati juga mengalami perubahan, disebabkan karena adanya perubahan habitat

• Kecebong bersifat ammonotelik yaitu mensekresikan amonia, sedangkan katak dewasa bersifat ureotelik yaitu mensekresikan urea.

• Selama metamorfosis, hati mensintesis enzim untuk siklus urea agar dapat membentuk atau menghasilkan urea dari CO2 dan amonia.

Perubahan

spesifik• Organ tubuh yang berbeda juga akan merespon beda pada stimulasi hormon. Stimulus yang sama menyebabkan beberapa jaringan degenerasi dan menyebabkan diferensiasi dan perkembangan yang berbeda.

• Respon hormon thyroid lebih spesifik pada bagian-bagian tubuh tertentu.

• Pada ekor, T3 menyebabkan kematian dari sel-sel epidermal. Meskipun terjadi kematian dari sel-sel epidermal pada ekor, kepala dan epidermis tubuh tetap melanjutkan fungsinya.

Metamorfosis Bufo

Metamorfosis dapat didefinisikan sebagai serentetan perubahan pasca embrio yang meliputi perubahan dtruktur, fisiologi, biokimia, dan perubahan tingkah laku (Duellman, 1998 :179)

Metamorfsis katak

Metamorfosis Sempurna

Telur => Kecebong => kecebong berkaki => katak berekor => katak dewasa

Metamorfosis katak

1. Ruang Lingkup Penelitian

2. Tempat dan Waktu Penelitian

3. Populasi dan sampel

4. Variabel Penelitian5. Jenis dan rancangan penelitian

6. Alat dan bahan

7. Cara kerja8. Data dan metode pengumpulan data

9. Alur Penelitian

10. Analisis data

BAB III METODE PENELITIAN

• Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Hormon Tiroksin dan laju Metamorfosis ekor katak.

• Tempat dan Waktu Penelitian Penilitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. pada bulan oktober 2014.

• Populasi dan sampelPopulasi

Populasi hewan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah kecebong katak disekitar lingkungan Universitas Negeri Semarang.

Sampel sampel dalam penelitian ini adalah kecebong (Bufo

sp) sebanyak 60 ekor yang diperoleh dari lingkungan sekitar Universitas Negeri Semarang.

Variabel Penelitian• Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar hormon tiroksin yang diberikan.

• Variabel terikat Varibel terikat pada penelitian ini adalah laju pertumbuhan munculnya kaki pada berudu katak (Bufo sp.).

Jenis dan rancangan penelitianJenis penelitian : experimentalPenelitian menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design yaitu suatu rancangan yang digunakan untuk mengukur efek setelah diberikan perlakuan pada beberapa kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

kelompok perlakuan pada penelitian ini: pemberian hormon tiroksin dengan kadar 0,05 gr ;0,075 gr; 0,1 gr.

Alat dan Bahan

BAHAN•60 ekor berudu (Bufo sp.)

• Hormon Tiroksin

• Air• Pakan berudu (tanaman air)

ALAT• Gelas objek• Baker Glass (tempat perlakuan)

• Pipet• Aeresis • Timbangan Elektrik

• Pengaduk • Gelas penutup• Kamera digital• Penggaris• Alat tulis

15 ekor kecebong

15 ekor kecebong

15 ekor kecebong

15 ekor kecebong

Perlakuan kontrolHormon tiroksin 0,05 mg

Hormon tiroksin 0,075 mg

Hormon tiroksin 0,05 mg

Cara kerja

berudu dipelihara hingga munculnya kaki belakang dan kaki depan

Data dan metode pengumpulan data

• Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer berupa data yang dikumpulkan dari hasil penelitian dan pengamatan laju metamorfosis pada katak dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

• Metode pengumpulan data Studi kepustakaan : Teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap beberapa jurnal yang berhubungan dengan obyek penelitian

Alur Penelitian

Analisis data

• Data kuantitatif : ciri morfologi dari perkembangan metamorfosis katak.

• Data kualitatif : data perlakuan yang diperoleh dihitung menggunakan uji ANAVA.

Tabel Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Munculnya Kaki Belakang Kecebong

PERLAKUAN

Hari ke- Kontrol Konsentra

si 0,05

(mg/L)

Konsentra

si

0,075

(mg/L)

Konsentra

si

0,1

(mg/L)

1 - - - -

2 - - - -

3 - - - 1

4 - 1 2 -

5 - 4 4 3

6 - 4 3 3

7 - - - -

8 - 1 1 3

9 - - - -

10 1 2 - -

Lanjutan....

Hari ke- Kontrol 0,05 0,075 0,1

11 1 - - -

12 - 1 - -

13 - - - -

14 2 - 2 2

15 2 2 2 3

16 - - 1 -

∑ 6 15 15 15

X (mean) 0,375 0,9375 0,9375 0,9375

Tabel Pengaruh Hormon Tiroksin Terhadap Munculnya Kaki Belakang Kecebong Menggunakan Uji Anava

•Perlakuan Kontrol : S2= = = 0,516

•Kadar tiroksin 0,05 gram : S2= = = 1,812

•Kadar tiroksin 0,075 gram S2= = = 1,662

•Kadar tiroksin 0,1 gram S2= = = 1,795

Variansi (S2)

• Jadi nilai variansi pada tiap perlakuan berturut-turut = 0,516 ; 1,812 ; 1,662; 1,795

• Variansi total, F hitung = = 3,511

• Fhitung ≥ F 1/2α (v1, v2) α= 0,05 v= total hari pengamatan = n-1 = 16-1= 15Jadi, F tabel 0,025 (15,15) = 6,203

Ftabel ≥ Fhitung

6,203≥ 3,511Hipotesis :H0: hormon tiroksin berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kaki belakang katak Ha: hormon tiroksin tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kaki belakang katak Kesimpulan: Ho diterimaHa ditolakKesimpulan : hormon tiroksin berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kaki belakang katak

Hasil Pengamatan

Lampiran …

Lampiran …

Lampiran …

BAB III Pembahasan

Perlakuan ke - Konsentrasi hormon tiroksin

(%)

Nilai variansi

1 Kontrol 0,516

2 0,05 1,812

3 0,75 0,075

4 0,1 1,795

Pembahasan

Nilai Variansi terbesar menunjukan konsentrasi yang paling optimum untuk laju pertumbuhan katak yaitu pada perlakuan ke-2 dengan Konsentrasi hormon tiroksin 0,05 gram/L

Pembahasan

Suatu bentuk kontrol hormon tiroksin pada perkembangan katak dan proses metamorfosis menurut Etkin (1968) yang telah disempurnakan oleh M. Dodd dan J. Dodd (1976) dan A. White dan Nicoll (1981) adalah sebagai berikut :

Pembahasan

Selama premetamorfosis

• Selama Prometamorfosis Awal

• Prometamorfosis Akhir

• Selama Metamorfosis Klimaks

Pembahasan

• Selama premetamorfosis

Medula otak dan hipotalamus belum berkembang dan otak

sekresi prolaktin tinggi dan sekresi TSH turun

prolaktin dapat meningkatkan pertumbuhan larva tanpa pengaruh dari

hormon tiroksin

Pembahasan

Peningkatan hormon tiroksin

• Selama Prometamorfosis Awal

meningkatkan perkembangan

medula otak dan pembentukan

pintu penghubung antara

adenohipofisis dan hipotalamus.

meningkatkan perkembangan lebih lanjut pada medula

otak, sehingga terjadi umpan balik positif.

Pembahasan

Terpenuhinya suatu jaringan dengan hormon tiroid

melengkapi transformasi

medulla otak dan jaringan

penghubungnya dengan hipofisis

terbantuk.

• Prometamorfosis Akhir

Kadar prolaktin dalam darah

berkurang secara drastis

menyebabkan penghambatan

hipotalamus secara maksimal.

Pembahasan

Peningkatan hormon tiroid selama prometamorfosis akhir bekerja pada

hipotalamus

• Selama Metamorfosis Klimaks

Menyebabkan serabut ini dapat meningkatkan sekresi TSH

sehingga interaksi umpan balik positif dari hipotalamus-hipofisis-tiroid hilang.

terjadinya degenerasi yang berlangsung secara

bertahap pada serabut

hilangnya setimulus untuk sekresi TSH dan penghambatan aktivitasnya, hormon tiroid dapat bekerja tanpa adanya

hambatan.

Pembahasan

Konsentrasi hormon tiroksin

(%)

Jumlah kecebong yang mati (ekor)

Kontrol 12

0,05 10

0,75 8

0,1 4

Persentase kematian kecebong

Pembahasan

Kematian kecebong

• kemungkinan diindikasikan karena makanan kecebong berupa lumut bereaksi negatif dengan

hormon tiroksin yang kami tambahkan

• penempatan kecebong pada tempat yang kurang cahaya matahari sehingga lumut yang terdapat

dalam bak tidak dapat melakukan fotosintesis

• sifat dari kecebong itu sendiri yang bersifat

kanibal sehingga kematian dapat meningkatkan

terjadinya kematian antar perlakuan.

BAB IV PENUTUP

Dari tinjauan teoritis dan uraian pembahasan dapat diambil kesimpulan bhawa hormone tiroksin yang disekresi oleh kelenjar tiroid berpengaruh dalam proses metamorphosis Bufo sp yaitu dapat mempercepat metamorphosis. Hormone tiroksin dalam metamorphosis Bufo sp berpengaruh dalam pembentukan tungkai belakang dan tungkai depan disertai dengan resorbsi ekor.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Badawy G. M. 2011. Effect Thiroid Stimulating Hormone On The Ultrastructure of the Thyroid and in the Mexican Axolotl during Metamorphic Climax. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 01 (04): 60-66Blakery, J. 1985. The Sience of Animal Husbandry. Reston Publishing Company Inc. Hermawan, dkk. 2004. Pengaruh pemberian hormone tiroksin pada induk terhadap metemorfosa dan kelangsungan hidup larva ikan betutu Oxyeleotris marmorata (BLKR). Jurnal Akuakultur Indonesia. 3(3): 5-8 (2004)M. Zairin Jr dkk. 2005. Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin Secara Oral terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Plati Koral Xiphophorus maculatus. Jurnal Akuakultur Indonesia. 4 (1): 31–35 (2005)

1. Tahap-tahap methamorphosis pada katak :

Premetamorfosis

Prometamorfosis Awal

Prometamorfosis Akhir

Metamorphosis Klimaks

Hormon tiroksin paling berperan

JAWABAN PERTANYAAN

Periode hari tahapan metamorphosis katak

2. Perubahan-perubahan yang mengindikasikan tahap-tahap perubahan katak dari hewan akuatik menjadi terestrial :

Perubahan panjang usus kecebong

menjadi lebih pendek

Perubahan mulut dari bentuk oval kecil membuka ke struktur lebih luas dengan lidah diperpanjang melekat pada pada bagian depan mulut

Perubahan ekor yang mereduksi dan benar2

hilang

Perubahan alat pernapasan dari

insang menjadi paru-paru

Perubahan munculnya kaki mulai bagian belakang diikuti

bagian depan

3. Alasan mengapa konsentrasi tiroksin 0,05% kecebong banyak yang mati dibanding konsentrasi 0,1%

Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (sedikit), tetapi jika kekurangan atau berlebihan akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh.

konsentrasi tiroksin 0,05% kecebong lebih banyak yang mati dibandingkan dengan konsentrasi tiroksin 0,1%

Karena

Bila dosis hormon tiroksin yang diberikan terlalu rendah atau kurang dari batas normal

yang diperlukan oleh tubuhMenyebabkan terjadinya kelainan : mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta metabolisme

tubuh

Terganggunya fungsi kerja organ di dalam tubuh

Tingginya angka kematian kecebong.

4. Tabel sajian data dan hasil analisis data

Hasil perhitungan menggunakan analisis varian didapatkan, bahwa pada :• Perlakuan kontrol/perlakuan yang tidak diberi hormon tiroksin memiliki nilai variansi 0,516.

• Perlakuan ke-2 dengan Konsentrasi hormon tiroksin 0,05 mg memiliki nilai variansi 1,812.

• Perlakuan ke-3 dengan Konsentrasi hormon tiroksin 0,075 mg memiliki nilai variansi 1,662.

• Perlakuan ke-4 dengan Konsentrasi hormon tiroksin 0,1 mg memiliki nilai variansi 1,795.

Dari nilai variansi tersebut, pengaruh hormon tiroksin perlakuan hormon tiroksin dengan kadar 0,05 mg menunujukan kecondongan yang paling optimum terhadap laju pertumbuhan kaki belakang katak, karena memiliki nilai variansi terbesar.

Nilai variansi total menunjukan nilai f hitung sebesar 3,511. dan nilai F tabel pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh F tabel 6,203. sehingga diperoleh nilai F tabel lebih besar dari F hitung. Hal ini menunujukan bahwa H0 diterima, yaitu hormon tiroksin berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kaki belakang katak.

5. Mekanisme aksi tiroksin dalam mempercepat proses metamorphosis (keterlibatan enzim-enzim lisosom dalam tubuh berudu)

Hormon tiroksin

Tubuh berudu

Menginduksi

TerjadiApoktosis

Kematian sel-sel di dalam ekor

AkibatBanyak enzim pencerna yang dilepaskan oleh sel

TerjadiPenghancuran oleh sel itu sendiri

Dimakan oleh sel makrofag

Melalui Peristiwa autofagosit

osis

Lisosom dalam ekor memakan sel-selnya sendiri

Penghilangan atau regresi ekor

6. Proses pembentukan tonjolan kaki pada embrio katak yang sedang berkembang

Menurut Taylor dan Kollros (10946) dalam rugh (1951) berdasarkan perkembangan morfologi pada metamorfosis , kecebong dibagi dalam 25 stadia yaitu sebagai berikut:

• Stadia I : Tunas kaki belakang tampak suatu elevasi atau peninggian yang terletak dalam suatu lekukan antara ekor dan dinding perut, dimana panjang kaki kurang dari setengah diameter.

• Stadia II : Panjang kaki belakang sama dengan setengah diameter

• Stadia III : Panjang kaki belakang sama dengan diameter

• Stadia IV : Panjang kaki belakang sama dengan satu setengah diameter

• Stadia V : Panjang kaki belakang sama dengan dua kali diameter dan bagian distal membengkok kearah ventral

• Stadia VI : Pada akhir bagian distal tunas kaki belakang memipih kearah belakang membentuk telapak kaki

• Stadia VII : Pinggiran telapak kaki membentuk lekukan jari (ke 5-4)

• Stadia VIII : Pinggiran telapak kaki membentuk lekukan jari(ke 5-4 dan 4-3)

• Stadia IX : Pinggiran telapak kaki membentuk lekukan jari(ke 5-4, 4-3, & 3-2)

• Stadia X : Pinggiran telapak kaki pada jari 5 dan 3 membentuk garis lurus

• Stadia XI : Pinggiran telapak jari 5 dan 2 membentuk garis lurus dan pada jari ke 3 terdapat satu lapisan melanofor.

• Stadia XII : Pinggiran telapak pada jari ke 5 mengarah pada jari 1, melonofor terdapat pada jari ke 2

• Stadia XIII : Pinggiran telapak pada jari ke 5 mengarah pada ibu jari (prehalus)

• Stadia XIV : Pigmen tampak antara jari kaki yang selanjuytnya akan berkembang.

• Stadia XV : Telapak jari kaki proksimal mulai terlihat.

• Stadia VI : Telapak jari kaki tengah mulai Nampak.

• Stadia XVII : Telapak jari kaki kearah distal dan tampak jari ke 2 dan 4 berhubungan.