i
MAKSUD TUTURAN IMPERATIF PADA TUTURAN GURU
KEPADA SISWA KELAS VII DAN VIII
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS:
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh :
GEOVANI FUTUT PUJI RAHAYU
NIM: 121224012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang dengan setia mendampingi dan melindungi peneliti di
saat titik terendah dan tertinggi.
Kedua orang tua terkasih Stefanus Saridi dan Susana Jumilah yang selalu
memberikan kasih sayang, membimbing, dan menguatkan hati peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Bahwa satu-satunya hal yang menghalangi kita untuk berkembang dan lebih
maju adalah ketidakpercayaan terhadap diri kita sendiri”
(Alanda Kariza, Travel Young)
“Janji Tuhan pasti digenapi pada waktu-Nya, ketika kita percaya”
(Geovani Futut Puji Rahayu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Rahayu, Geovani Futut Puji. 2017. Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada
Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas maksud tuturan imperatif guru kepada siswa kelas
VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas: suatu kajian
pragmatik. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan maksud tuturan
imperatif yang disampaikan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, dan (2) mendeskripsikan maksud tuturan
imperatif yang dominan digunakan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Jenis penelitian ini adalah penelitan dekriptif kualitatif. Data dalam
penelitian berupa tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung
maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode simak.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) maksud tuturan imperatif yang
disampaikan oleh guru terdiri dari konstruksi imperatif, deklaratif, dan interogatif.
Maksud tuturan imperatif dalam setiap konstruksi menghasilkan tuturan yang
mengandung makna imperatif yang berbeda-beda, sesuai dengan ciri penanda
tuturan imperatif dan konteks, dan (2) maksud tuturan imperatif yang paling
dominan digunakan oleh guru adalah tuturan yang mengandung makna imperatif
perintah dalam konstruksi imperatif, yaitu sebanyak 119 tuturan dan persentase
sebesar 44,91%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Rahayu, Geovani Futut Puji. 2017. The Purpose of Imperative Utterances’s
Teacher to Students Class VII and VIII in Indonesian Language
Learning in the Classroom: A Study of Pragmatics. Essay. Yogyakarta:
PBSI, FKIP, USD.
This research discussed about the imperative purpose of utterances teacher
to students of class VII and VIII in the Indonesian language learning in the
classroom: a study of pragmatics. The purpose of this research were: (1) to
describe a purpose of imperative utterance which are spoken by the teacher to the
students of class VII and VIII in the Indonesian language learning in the
classroom, and (2) to describe a purpose of imperative utterance are
predominantly used by the teacher to the students of class VII and VIII in
Indonesian language learning in the classroom.
This research was a descriptive-qualitative research. The data in this
research were imperative utterances teacher to students of class VII and VIII in
the Indonesian language learning in the classroom. The gathering data methods of
this research were observation method and listen method.
The result showed that: (1) the purpose of imperative utterances that are
spoken by the teacher consists construction imperative, declarative and
interrogative. The purpose of the imperative utterance in any construction to
produced utterance which implies pragmatic imperatives were different, according
to the characteristic markers of imperative utterance and the context of the
utterance, (2) a purpose of imperative utterances which predominant used by
teachers was a utterance which implies a pragmatic imperative command in
construction imperative, as many as 119 utterances and the percentage as big as
44,91%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
berkat kasih dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan triangulator II
yang telah sabar mengarahkan, membimbing, dan memberikan masukan
bagi peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi.
4. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar
mengarahkan, membimbing, dan memberikan masukan bagi peneliti dalam
menyusun dan menyelesaikan skripsi.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. yang berperan sebagai triangulator I
dalam menguji keabsahan hasil analisis data penelitian dalam penulisan
skripsi peneliti.
6. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang telah sabar dan
ramah melayani segala pelayanan administratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. MG. Fitri Ana Mintarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur
Salatiga yang telah memperbolehkan peneliti untuk melakukan penelitian
skripsi di sekolah yang bersangkutan.
8. Fransiska Domas Ngatini, S.S. selaku guru bahasa Indonesia SMP Pangudi
Luhur Salatiga sekaligus subjek penelitian yang dengan tangan terbuka
memperbolehkan peneliti untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan
memberikan berbagai dukungan agar penulisan skripsi peneliti cepat selesai.
9. Anselmus Aka Prasetya, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah bagian
kurikulum SMP Pangudi Luhur Salatiga yang dengan sabar mengurus
masalah administratif selama peneliti melakukan penelitian skripsi.
10. Seluruh guru dan staff SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah memberikan
sambutan baik saat peneliti melakukan penelitian skripsi.
11. Seluruh siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah memberikan
sambutan yang baik dan kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar saat
peneliti melakukan penelitian skripsi.
12. Bapak Stefanus Saridi dan Ibu Susana Jumilah selaku orang tua peneliti
yang memberikan kasih sayang, doa, dan bantuan moril maupun materil
untuk kelancaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
13. Alfonsus Rodriquez Anjar Riyadi, Leo Agung Fiar Wijaya, dan Yoanes
Neumann Ageng Pangestu yang selalu memberikan motivasi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
14. Singgih Kuntjoro yang selalu memberi semangat, motivasi, dan sabar dalam
menanggapi keluh kesah peneliti saat menyelesaikan penulisan skripsi.
15. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan. Walaupun
demikian, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
MOTO ....................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA...................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
1.5 Batasan Istilah ................................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 7
1.7 Sistematika Penyajian ....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 9
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................................. 9
2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 12
2.2.1 Pragmatik ............................................................................................... 12
2.2.2 Tindak Tutur .......................................................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.3 Konteks .................................................................................................. 16
2.2.4 Modus Imperatif .................................................................................... 19
2.2.5 Maksud Tuturan Imperatif ..................................................................... 20
2.2.6 Ciri Penanda Tuturan Imperatif ............................................................. 22
2.2.7 Guru ....................................................................................................... 36
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 40
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 40
3.2 Data Penelitian .................................................................................................. 41
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 41
3.4 Instrumen Penelitian.......................................................................................... 45
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 46
3.6 Triangulasi Data ................................................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 48
4.1 Deskripsi Data Penelitian .................................................................................. 48
4.2 Analisis Data ..................................................................................................... 49
4.2.1 Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada
Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas ..................................................................................................... 49
4.2.1.1 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Imperatif ........................ 49
4.2.1.2 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Deklaratif ....................... 76
4.2.1.3 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Interogatif ...................... 89
4.2.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan
Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas ................................................................................. 97
4.3 Pembahasan ....................................................................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.3.1 Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada
Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas ..................................................................................................... 102
4.3.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan
Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas ................................................................................. 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 109
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 109
5.2 Saran .................................................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 112
LAMPIRAN .............................................................................................................. 114
Lampiran 1 Triangulasi Data .................................................................................. 115
Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Fakultas ................................... 177
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah yang
Bersangkutan ...................................................................................... 178
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan tujuh hal, yaitu latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penyajian. Ketujuh hal tersebut diuraikan sebagai
berikut.
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan
seseorang disimbolisasikan supaya dapat menyampaikan arti kepada orang lain
(Subyakto dan Nababan, 1992:124). Bahasa menjadi salah satu sarana bagi setiap
pribadi untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai suatu kesepakatan.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dibedakan menjadi
empat golongan fungsi bahasa: (1) fungsi kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan,
(3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan. Keempat macam fungsi tersebut
erat berkaitan sebab „perorangan‟ adalah anggota „masyarakat‟ yang hidup dalam
masyarakat itu sesuai dengan pola-pola „kebudayaannya‟ yang diwariskan dan
dikembangkan melalui „pendidikan‟ (Nababan, 1984:38). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa bahasa menjadi alat untuk memperoleh suatu pendidikan.
Bahasa dapat dipelajari melalui suatu proses yang secara sadar dilakukan
oleh pembelajar untuk menguasai bahasa yang dipelajarinya. Penguasaan bahasa
biasanya dilakukan melalui pengajaran formal dan dilakukan secara intensif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(Gultom, 2012). Sekolah menjadi salah satu tempat yang memenuhi kriteria untuk
mempelajari bahasa. Dalam lingkup sekolah, guru berperan untuk memberikan
pengajaran bahasa kepada para murid. Pengajaran bahasa diberikan secara
langsung melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas ataupun di luar
kelas. Akan tetapi, pengajaran bahasa yang diberikan kepada murid tidak serta
merta dapat diterima murid dengan cepat dan mudah. Yang perlu disadari bahwa
kemampuan berbahasa anak tidak dapat diperoleh secara signifikan, melainkan
bertahap. Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan
fisik, mental, intelektual, dan sosial.
Guru merupakan fasilitator bagi siswa untuk mendapatkan ilmu. Guru
menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa ataupun dari siswa ke
guru. Bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan oleh guru berupa pengajaran ilmu-
ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan dalam mata pelajaran maupun
kehidupan. Zamzani (2002) mengungkapkan bahwa guru berkewajiban
memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada anak didik agar anak didik
menjadi manusia yang cerdas dan terampil. Sebagai pendidik, guru berkewajiban
memberikan nilai-nilai dan membina anak didik agar menjadi manusia yang
memiliki moral dan budi pekerti yang baik. Dapat dikatakan bahwa guru juga
memegang peran yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak dalam
lingkup pendidikan sehingga akan terbentuk anak yang berkualitas dalam segi
akademik dan non akademik.
Ilmu pengetahuan yang diberikan dapat diterima atau diserap dengan baik
oleh siswa apabila guru menggunakan tuturan kalimat yang baik dan benar. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dimaksud dengan kalimat di sini, lebih kepada penyusunan suatu kata-kata yang
dituturkan oleh guru untuk menyampaikan maksud atau tujuan pembicaraan
kepada siswa. Penggunaan kalimat yang baik dan benar dapat mempengaruhi
seberapa besar respons yang diberikan oleh siswa kepada topik pembicaraan.
Akan tetapi yang perlu diketahui bahwa respons dari setiap siswa berbeda-beda,
ada yang mampu menyerap setiap tuturan dengan cepat dan ada pula yang
menyerap setiap tuturan dengan lambat. Maka dari itu, disinilah tugas dari
penggunaan kalimat dari seorang guru harus lebih diperhatikan guna
memperdalam pemahaman bagi siswa.
Salah satu jenis kalimat yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) yaitu kalimat imperatif. Kalimat imperatif merupakan
kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur
melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur (Rahardi, 2015:79).
Kalimat imperatif dalam kegiatan belajar mengajar berfungsi untuk memberikan
penegasan berupa pengaturan untuk siswa dan pemberian tanggapan terhadap
kinerja siswa. Kalimat imperatif yang digunakan oleh guru dapat berupa kalimat
imperatif langsung atau kalimat imperatif tidak langsung, yang berupa kalimat
interogatif ataupun kalimat deklaratif guna penghalusan dari kalimat yang
dituturkan oleh guru untuk menunjukkan makna dan maksud dari tuturan yang
ingin disampaikan oleh guru. Penggunaan kalimat imperatif langsung dan tidak
langsung disesuaikan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya. Yang dimaksud konteks di sini, menurut Leech (2011: 19) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
konteks dalam sebuah aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan
yang bersangkutan.
Agar memahami kalimat imperatif yang digunakan guru, ilmu pragmatik
diperlukan untuk memperdalam makna atau maksud yang terkandung dalam
tuturan tersebut. Pragmatik sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar
untuk mengetahui makna atau maksud sebuah tuturan, terlebih dalam tuturan
imperatif agar proses belajar mengajar (KBM) dapat berjalan lancar dan efektif,
serta terjalin kerja sama yang baik antara guru dan siswa.
Berdasarkan permasalan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penelitian ini berbentuk
penelitian deskriptif kualitatif yang memfokuskan kajian pada “Maksud Tuturan
Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
dipaparkan, penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Maksud tuturan imperatif apa sajakah yang disampaikan oleh guru
kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Maksud tuturan imperatif apakah yang dominan digunakan dalam tuturan
guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah, yaitu:
1. Mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang disampaikan oleh guru
kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas.
2. Mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang dominan digunakan
pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian terhadap penggunaan maksud imperatif yang dituturkan oleh guru
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat
yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan maksud
tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Penelitian ini dikatakan
memiliki kegunaan teoritis karena memahami teori-teori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dikemukakan oleh para ahli. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi dalam pembelajaran dan pengetahuan.
2. Manfaat praktis
Penelitian penggunaan maksud tuturan imperatif guru dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) diharapkan dapat memberikan
masukan bagi seluruh pendidik maupun pembaca untuk memperhatikan
setiap tuturan dalam penggunaan kalimat imperatif agar dapat diterima
oleh siswa. Demikian pula, penelitian ini akan memberikan masukan
kepada praktisi untuk mengetahui pentingnya maksud tuturan imperatif
bahasa Indonesia dalam kajian pragmatik.
1.5 Batasan Istilah
1. Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari makna dan maksud
yang terkandung dalam suatu tuturan berdasarkan situasi yang terjadi
dalam tuturan tersebut.
2. Modus Imperatif
Modus imperatif adalah modus yang menyatakan perintah atau larangan
(KBBI, 2008).
3. Konteks
Konteks adalah aspek-aspek yang menjadi satu kesatuan dalam
lingkungan fisik dan nonfisik sebuah tuturan.
4. Maksud Tuturan Imperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Maksud tuturan imperatif adalah sesuatu (makna sebenarnya) yang ingin
disampaikan oleh penutur bersumber dari tuturan yang sifatnya meminta
untuk melakukan tindakan atau perbuatan, serta dinilai secara subjektif.
5. Ciri Penanda Tuturan Imperatif
Ciri penanda tuturan imperatif adalah tanda khas dalam ujaran yang
mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur
melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur yang membedakan
dengan ujaran lainnya.
6. Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan muird-murid, baik secara individual ataupun
klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Ametembun dalam
Djamarah, 2005).
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
terbatas pada kegiatan mendeskripsikan maksud tuturan imperatif dalam kajian
pragmatik. Penelitian ini juga terbatas pada sejumlah data berupa tuturan
imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung maksud imperatif pada
tuturan guru kepada siswa kelas VII A, VII B, VII C, VIII A, dan VIII B dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur Salatiga pada bulan Mei
tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.7 Sistematika Penyajian
Penelitian ini disajikan ke dalam lima bab. Di dalam Bab I, diuraikan
pendahuluan berupa latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika
penyajian. Di dalam Bab II, diuraikan kajian pustaka berupa penelitian terdahulu
yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir yang berguna untuk menjawab
rumusan masalah. Di dalam Bab III, diuraikan metodologi penelitian yang terdiri
dari jenis penelitian, data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Di dalam Bab IV, diuraikan
hasil penelitian dan pembahasannya yang terdiri dari deskripsi data penelitian,
analisis data, dan pembahasan. Adapun dalam Bab V, diuraikan penutup yang
terdiri dari kesimpulan serta saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan tiga hal, yaitu penelitian terdahulu yang relevan,
landasan teori, dan kerangka berpikir untuk menjawab rumusan masalah. Ketiga
hal itu diuraikan sebagai berikut.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Imas
Setianingrum, mahasiswi Universitas Negeri Semarang (2014) yang berjudul
Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Drama Q10. Penelitian tersebut
menganalisis kalimat imperatif dilihat dari hubungan antara pembicara dengan
lawan bicara dan respons lawan bicara terhadap kalimat imperatif yang
disampaikan kepadanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode studi pustaka. Data yang digunakan berupa kalimat yang merupakan
kalimat imperatif dalam drama Q10. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis objek data dengan menggunakan teori pragmatik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan di antara pembicara dan lawan
bicara pada saat kalimat imperatif digunakan adalah 1) kepala sekolah dengan
murid, 2) guru dengan murid, 3) panitia dengan peserta kegiatan, 4) pasien dengan
dokter, 5) penyanyi dengan penggemar, 6) teman satu kelas, 7) teman satu
sekolah, 8) mantan pacar, 9) rekan kerja, dan 10) keluarga. Peneliti menemukan
dan mengelompokkan berbagai macam respons lawan bicara ke dalam lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kategori, yaitu 1) lawan bicara hanya menjawab tanpa melakukan apa yang
diperintahkan, 2) lawan bicara melakukan tanpa menjawab terlebih dahulu,
3) lawan bicara menjawab kemudian melakukan apa yang diperintahkan, 4) lawan
bicara tidak menjawab ataupun melakukan apa yang diperintahkan, dan 5) lawan
bicara menolak apa yang diperintahkan.
Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh
Yusuf Saputro, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (2014) yang berjudul
Bentuk-Bentuk Tuturan Imperatif dan Satuan Lingual Pembentuk Makna
Imperatif dalam Naskah Drama Draussen Vor Der Tur Karya Wolfgang
Borchert. Penelitian tersebut menganalisis bentuk-bentuk tuturan imperatif dan
satuan lingual pembentuk makna imperatif naskah drama Draussen vor der Tur.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode agih dan metode padan pragmatisl. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat 4 bentuk tuturan bermakna imperatif
yang dituturkan melalui berbagai macam bentuk kalimat, yaitu 167 tuturan
imperatif berbentuk kalimat imperatif, 41 tuturan imperatif berbentuk kalimat
pernyataan, 20 tuturan imperatif berbentuk kalimat tanya, dan 5 tuturan imperatif
berbentuk kalimat harapan, 2) terdapat tiga satuan lingual pembentuk makna
imperatif yaitu 209 tuturan dengan kalimat sebagai pembentuknya, 4 tuturan
dengan frasa sebagai pembentuknya, dan 20 tuturan dengan kata sebagai
pembentuknya.
Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti berjudul Maksud Tuturan Imperatif Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian Imas Setianingrum dan penelitian ini
memiliki persamaan pada objek penelitian, yaitu penggunaan kalimat imperatif.
Perbedaannya dapat dilihat dari subjek penelitian dan ranah penelitian. Subjek
penelitian yang dilakukan oleh Imas Setianingrum adalah drama Q10, sedangkan
subjek penelitian ini adalah guru. Ranah penelitian yang dilakukan oleh Imas
Setianingrum adalah hubungan antara pembicara dengan lawan bicara dan respon
lawan bicara terhadap kalimat imperatif yang disampaikan, sedangkan ranah
penelitian ini adalah maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik.
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf
Saputro dengan penelitian ini. Persamaannya terletak pada objek penelitian,
berupa penggunaan kalimat imperatif. Sedangkan perbedaan penelitian terletak
pada subjek penelitian dan ranah penelitian. Subjek penelitian yang dilakukan
oleh Yusuf Saputro adalah naskah drama Drausen Vor Tur karya Wolfgang
Borchert, sedangkan subjek penelitian ini adalah guru. Adapun, ranah penelitian
Yusuf Saputro yaitu bentuk tuturan imperatif dan satuan lingual pembentuk
makna imperatif, sedangkan penelitian ini meneliti maksud tuturan imperatif
dalam kajian pragmatik.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut
yaitu penelitian ini meninjau maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik,
baik dalam konstruksi imperatif maupun nonimperatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Bahasa menjadi salah atu alat bagi manusia untuk menjalin relasi melalui
komunikasi. Dengan latar belakang betapa pentingnya suatu bahasa dalam
kehidupan, maka dikembangkan ilmu-ilmu bahasa oleh para linguis, diantaranya
adalah pragmatik. Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang
terbaru dikembangkan. Pragmatik mencakup ilmu bahasa yang berfokus pada
makna dan maksud dari penutur kepada lawan tutur dalam sebuah tuturan.
Verhaar (dalam Rahardi, 2003: 10) mengatakan bahwa pragmatik sebagai
cabang linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di
dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur
dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang
sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa.
Parker (dalam Wijana, 2011: 4) menyatakan bahwa pragmatics is distinct
from grammar, which is the study of the internal structure of language.
Pragmatics is the study of how language is used to communicate (“Pragmatik
berbeda dari tata bahasa, yang merupakan studi tentang struktur internal bahasa.
Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan untuk
berkomunikasi”).
Cruse (dalam Cummings, 2007: 2) menyatakan bahwa pragmatik dapat
dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dengan pengertian yang
paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh
konvensi yang diterima secara umum dalam dalam bentuk-bentuk linguistik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada
makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat
penggunaan bentuk-bentuk tersebut.
Yule (2006: 5) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang
hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu.
Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur
kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan
mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka
perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kerugian yang besar adalah bahwa
semua konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan
objektif.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari makna dan maksud yang
terkandung dalam suatu tuturan berdasarkan situasi yang terjadi dalam tuturan
tersebut.
2.2.2 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu
maksud dari pembicaraan diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984: 154). Tindak
tutur merupakan salah satu objek yang di pelajari dalam ilmu pragmatik. Tindak
tutur berguna untuk mengetahui makna dan tindakan dari seorang penutur, yang
kemudian dihubungan dengan bahasa sehingga menjadi satu kesatuan maksud
tuturan yang mudah dimengerti oleh mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Menurut John R. Searle (1983), terdapat tiga macam tindak tutur di dalam
pemakaian bahasa yang sesungguhnya di masyarakat secara berturut-turut dapat
disebutkan sebagai berikut ini : (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak
ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts)
(Rahardi, 2003: 70). Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa,
dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat
itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act of saying something (Rahardi,
2003: 71). Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud
dan fungsi yang tertentu pula. Tindak tutur semacam ini dapat dikatakan sebagai
the act of doing something (Rahardi, 2003: 71). Tindak perlokusi adalah tindak
menumbuhkan pengaruh (effect) kepada diri sang mitra tutur. Tindak tutur
semacam ini disebut dengan the acts of effecting someone (Rahardi, 2003: 71).
Ketiga macam tindak tutur tersebut memiliki beberapa perbedaan.
Perbedaan tersebut untuk akan dijelaskan melalui ilustrasi tuturan berikut.
Misalnya, terdapat tuturan “Di teras rumah ada orang gila”. Ditinjau melalui
tindak lokusioner, diketahui bahwa maksud yang ingin disampaikan oleh penutur
dalam tuturan “Di teras rumah ada orang gila” adalah untuk memberitahu
bahwa di teras rumah ada orang gila. Kemudian, jika ditinjau melalui tindak
ilokusioner, tuturan “Di teras rumah ada orang gila” yang dituturkan oleh
penutur sebenarnya memiliki maksud tidak hanya untuk memberitahukan kepada
mitra tutur bahwa ada orang gila di teras rumah, melainkan penutur
mengharapkan suatu tindakan dari mitra tutur terhadap orang gila yang terdapat di
teras rumah, misalnya dengan mengusir. Dalam tindak perlokusi, tuturan “Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
teras rumah ada orang gila” memiliki maksud untuk menumbuhkan suatu
pengaruh pada mitra tutur. Misalkan, mitra tutur memiliki rasa trauma terhadap
orang gila. Jadi, maksud yang ingin disampaikan oleh penutur dengan menuturkan
hal tersebut adalah ingin membuat mitra tutur merasa ketakutan dan bersembunyi
di dalam ruangan agar tidak keluar rumah, terlebih ke teras rumah.
Diketahui bahwa tindak tutur memiliki relasi terhadap wujud imperatif.
Seperti disebutkan oleh Rahardi (2005: 7), bahwa karena fungsi komunikatif
imperatif itu terwujud dalam bentuk tindak-tindak tutur, tuturan imperatif itu pun
erat hubungannya dengan jenis-jenis tindak tutur. Tindak tutur yang dimaksud
adalah (1) tindak lokusioner, (2) tindak ilokusioner, dan (3) tindak perlokusioner.
Menurut Downes (1976: 77-97) dan Fraser (dalam Richard and Schmidt (eds.),
1983: 29-59) yang di kutip oleh Rahardi (2005: 7), adapun kadar keeratan relasi
atau hubungan antara tuturan imperatif dengan tindak-tindak tutur itu dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) sebagai tindak lokusioner tuturan imperatif yang
merupakan pernyataan makna dasar dari konstruksi imperatif (basic locutionary
meaning), (2) sebagai tindak ilokusioner makna imperatif yang pada dasarnya
merupakan maksud yang disampaikan penutur dalam menyampaikan tuturan
imperatif (illocutionary meaning), dan (3) sebagai tindak perlokusioner sosok
imperatif yang berkaitan dengan dampak yang timbul sebagai akibat dari tindak
tutur (perlocutionary meaning).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.3 Konteks
Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski (1923: 307)
dengan sebutan “situasi tutur”. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah
ini:
Exactly as in the reality of spoken or written language, a word without
linguistic context is a mere figment and stand for nothing by itself, so in the reality
of spoke living tongue, the utterance has no meaning except in the context
situation (“Persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata
tanpa konteks linguistik hanyalah sekedar isapan jempol belaka dan tidak ada
artinya, jadi dalam kenyataan berbicara dengan lidah yang hidup, ujaran itu tidak
ada artinya kecuali dalam konteks situasi).
Sejalan dengan pendapat Malinowski, Firth (dikutip Brown dan Yule, 1996)
juga menyinggung konteks situasi untuk memahami sebuah ujaran. Menurut Firth,
konteks situasi bagi pekerjaan linguistik menghubungkan tiga kategori, yaitu:
(a) ciri-ciri yang relevan dari para peserta: orang-orang, kepribadian-kepribadian:
(i) perbuatan verbal para pesertadan (ii) perbuatan nonverbal para peserta,
(b) tujuan yang relevan, dan (c) akibat perbuatan verbal. Konteks situasi yang
dikenalkan Malinowski dan Firth itu lalu dikembangkan lagi oleh Hymes (1974)
yang menghubungkan dengan situasi tutur. Dalam situasi tutur tersebut, terdapat
delapan komponen tutur yang disingkat menjadi SPEAKING. Komponen tutur itu
meliputi latar fisik dan latar psikologis (setting and scene), peserta tutur
(partisipants), tujuan tutur (ends), urutan tindak (acts), nada tutur (keys), saluran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tutur (instruments), norma tutur (norms), dan jenis tutur (genre) (Nugroho, 2009:
118-119).
Konteks adalah aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun
nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan
yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta mendukung
interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses
bertutur (Rahardi, 2005: 51). Sejalan dengan Rahardi, Leech (dalam Nugroho,
2009: 119) mendefinisikan konteks sebagai aspek-aspek yang berkaitan dengan
lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Leech menambahkan dalam
definisinya tentang konteks, yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang
secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra penutur, dan konteks ini
membantu penutur menafsirkan atau menginterpretaikan maksud tuturan penutur.
Dalam hal ini, konteks memiliki suatu relasi dengan pragmatik. Hal tersebut
dinyatakan oleh Levinson dalam bukunya yang berjudul Pracmatics, yaitu:
(1) Pragmatics is the study of those relations between language and context that
are gramaticalized, or encoded in the structure of language (“Pragmatik adalah
kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatisasikan atau
dikodekan di dalam struktur bahasa”), (2) Pragmatics is the study of relations
between language and context that a basic to an acount of language
understanding (“Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan
konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa”), dan
(3) Pracmatics is the study of the ability of language users to pair sentences with
the context in which they would be approriate (“Pragmatik adalah kajian ihwal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kemampuan penggunaan bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks
sehingga kalimat itu patut atau tepat diujarkan”) (Nugroho, 2009: 118).
Imam Syafi’ie (dalam Lubis, 2015: 10) menjelaskan bahwa konteks
pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) konteks fisik
(physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu
komunikasi, objek yang disajkan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan
atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu, (2) konteks
epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama
diketahui oleh pembicara ataupun pendengar, (3) konteks linguistik (linguistics
context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului
satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi, (4) konteks sosial
(social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan
antara pembicara (penutur) dengan pendengar.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa konteks adalah aspek-
aspek yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan fisik dan nonfisik sebuah
tuturan. Konteks berkaitan erat dan membantu mitra tutur untuk mengetahui
maksud suatu tuturan yang terbalut di dalam pragmatik karena konteks sangat
dekat dan tidak dapat dihindarkan dari lingkup tuturan. Oleh karena itu, konteks
berperan mempengaruhi kelancaran komunikasi untuk menangkap dan memaknai
maksud dari pesan yang ingin disampaikan oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.4 Modus Imperatif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian modus adalah
bentuk verba yang mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan
perbuatan menurut tafsiran pembicara tentang apa yang diucapkan. Secara formal,
berdasarkan modusnya, Wijana (1996, 30) membedakan kalimat menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (interogatif).
Secara konvensional, kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu
(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.
Modus imperatif adalah modus yang menyatakan perintah atau larangan
(KBBI, 2008). Modus imperatif dapat diutarakan melalui modus deklaratif atau
interogatif. Tujuannya agar penutur terkesan lebih sopan ketika bertutur dan
lawan tutur tidak merasa bahwa dirinya diperintah (Wijana, 1996). Berikut
beberapa contoh untuk memperjelas pemahaman di atas.
(a) Ada tamu di teras.
(b) Siapa yang mengetuk pintu?
Kedua tuturan di atas merupakan (a) tuturan deklaratif dan (b) tuturan
interogatif. Dalam tuturan (a) mengindikasikan bahwa penutur memberi tahu pada
lawan tutur bahwa ada tamu di teras. Sama halnya dengan tuturan (b) yang
mengindikasikan bahwa penutur menanyakan siapa sosok yang mengetuk pintu
rumah. Akan tetapi, maksud sebenarnya yang dituturkan dalam tuturan (a) dan (b)
lebih dari yang dinyatakan diatas. Maksud dalam tuturan (a) dan (b) menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bahwa penutur menyuruh mitra tutur untuk melihat dan menemui sosok tamu
yang berada di teras dan mengetuk pintu. Kedua tuturan tersebut dapat
dikategorikan sebagai tuturan imperatif melalui konteks yang mendukung.
2.2.5 Maksud Tuturan Imperatif
Menurut Wijana (2008), maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber
dari pembicaraan dan bersifat subjektif. Sedangkan tuturan imperatif adalah
ucapan atau ujaran yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu,
baik berupa tindakan ataupun perbuatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa maksud
tuturan imperatif adalah sesuatu (makna sebenarnya) yang ingin disampaikan oleh
penutur bersumber dari tuturan yang sifatnya meminta untuk melakukan tindakan
atau perbuatan, serta dinilai secara subjektif.
Rahardi dalam bukunya yang berjudul Pragmatik Kesantunan Imperatif
Bahasa Indonesia menggunakan istilah wujud pragmatik imperatif untuk
mengartikan maksud tuturan imperatif. Menurut Rahardi (2008), wujud pragmatik
imperatif adalah realisasi maksud dari tuturan imperatif. Wujud imperatif dalam
bahasa Idonesia mencakup dua macam, yakni (1) wujud imperatif formal atau
struktural dan (2) wujud pragmatik imperatif atau nonstruktural. Wujud formal
imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri
struktural atau formalnya. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi
maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks
situasi tutur yang melatarbelakanginya. Wujud imperatif formal dan wujud
pragmatik imperatif memiliki fokus kajian yang berbeda. Dalam wujud imperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
formal, yang menjadi titik pusat kajian adalah bentuk-bentuk lingual, tanpa secara
sadar mempertimbangkan situasi tuturan sehingga analisisnya bersifat formal.
Sedangkan dalam wujud pragmatik imperatif yang dijadikan fokus kajian adalah
maksud pembicara yang selalu tersurat atau tersirat berada di balik tuturan. Secara
singkat dapat diperjelas bahwa wujud imperatif formal lebih mempelajari dalam
segi sintaksis, sedangkan wujud imperatif pragmatik lebih mempelajari dalam segi
pragmatik.
Dalam penelitian ini, yang menjadi kajian penelitian adalah pragmatik. Oleh
sebab itu, peneliti hanya menggunakan teori wujud pragmatik imperatif sebagai
landasan teori penelitian. Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia
dapat berupa tuturan yang berkonstruksi imperatif dan nonimperatif. Yang
dimaksud dengan konstruksi nonimperatif adalah tuturan imperatif yang
dituturkan secara tidak langsung, yaitu berupa konstruksi deklaratif dan
interogatif.
Berdasarkan literatur yang telah peneliti lihat, terdapat beberapa perbedaan
dari beberapa teori para ahli mengenai wujud tuturan imperatif. Menurut Gorys
Keraf (dalam Rahardi, 2005), wujud tuturan imperatif dibedakan menjadi
sembilan macam. Sembilan macam wujud tuturan imperatif tersebut, antara lain
(1) perintah biasa, (2) permintaan, (3) mengizinka, (4) ajakan, (5) bersyarat,
(6) sindiran, (7) larangan, (8) harapan, dan (9) seruan.
Sedangkan, menurut Rahardi (2005), wujud tuturan imperatif dibedakan
menjadi tujuh belas macam. Ketujuh belas macam wujud tuturan tersebut, antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lain (1) perintah, (2) suruhan, (3) permintaan, (4) permohonan, (5) desakan,
(6) bujukan, (7) imbauan, (8) persilaan, (9) ajakan, (10) permintaan izin,
(11) mengizinkan, (12) larangan, (13) harapan, (14) umpatan, (15) pemberian
ucapan selamat, (16) anjuran, (17) ngelulu.
Selain itu, menurut Finoza (2008), wujud tuturan imperatif dipilah menjadi
tujuh. Wujud tuturan imperatif tersebut, antara lain (1) halus, (2) suruhan,
(3) permohonan, (4) ajakan dan harapan, (5) larangan, dan (7) pembiaraan.
Kemudian, menurut Suparman (dalam Putrayasa, 2009), wujud tuturan
imperatif dibedakan menjadi enam macam. Keenam macam wujud tuturan
imperatif tersebut, antara lain (1) komando atau aba-aba, (2) suruhan, (3) perintah,
(4) permohonan, (5) harapan atau doa, (6) seruan.
Dari beberapa makna tuturan imperatif menurut para ahli, peneliti
memutuskan untuk menggunakan teori wujud tuturan imperatif milik Rahardi
sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun alasan peneliti memilih teori milik
Rahardi karena teori tersebut membagi setiap maksud imperatif ke dalam
beberapa makna yang lebih kompleks dibandingkan dengan teori lainnya.
2.2.6 Ciri Penanda Tuturan Imperatif
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian ciri adalah tanda khas
yang membedakan sesuatu dari yang lain. Sedangkan pengertian tuturan imperatif
adalah ucapan atau ujaran yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan
sesuatu, baik berupa tindakan ataupun perbuatan. Sehingga dapat diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kesimpulan, pengertian dari ciri penanda imperatif adalah tanda khas dalam ujaran
yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana
diinginkan oleh penutur yang membedakannya dengan ujaran lain. Rahardi
membagi maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik ke dalam 17 makna,
diantaranya sebagai berikut:
a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Ciri penanda dari tuturan imperatif yang mengandung makna pragmatik
imperatif perintah, yaitu tuturan mengandung makna menyuruh untuk melakukan
sesuatu yang harus dilakukan dan dapat diparafrasa. Sedangkan ciri penanda dari
tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005: 94). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Dodi, duduk!”
Konteks:
Tuturan disampaikan oleh guru kepada muridnya
ketika ia melihat bahwa muridya sedang lari-lari di
dalam kelas pada saat murid yang lain sedang
mengerjakan tugas.
Nonimperatif Tuturan:
“Bumbu dapur sudah habis, aku tidak bisa masak.”
Konteks:
Tuturan seorang istri kepada suaminya pada saat
suaminya mencari-cari makanan di meja makan
karena kelaparan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Suruhan
Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh
pemakaian penanda kesantunan coba dan dapat di parafrasa. Sedangkan ciri
penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
suruhan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Coba gunakan gaun ini untuk pesta nanti malam!”
Konteks:
Tuturan disampaikan oleh ibu kepada anak
perempuannya . Anak perempuannya bingung hendak
memakai gaun yang seperti apa, sehingga sang ibu
menyuruh anaknya memakai gaun yang ia pilihkan.
Nonimperatif Tuturan:
Pemilik Rumah : “Tamu yang saya tunggu sedang
dalam perjalanan ke rumah. Apakah kamu sudah
membersihkan ruang tamu?’
Pembantu : “Sudah Bu, sudah saya bersihkan tadi
pagi”.
Konteks:
Dituturkan oleh pemilik rumah kepada pembantunya
saat ia sedang berbenah diri untuk menyambut tamu
yang ditunggu-tunggu.
c. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permintaan
Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat
ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta dan
dapat di parafrasa. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang
mengandung makna pragmatik imperatif permintaan dapat diketahui melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005).
Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Ani : “Tolong bawakan buku saya yang tertinggal
dirumahmu, ya!”
Reta : “Ooh, iya An, pasti aku bawakan.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan seseorang kepada teman
dekatnya melalui telepon. Ia menyampaikan untuk
membawakan buku miliknya yang tidak sengaja
tertinggal pada saat ia berkunjung kerumah teman
dekatnya.
Nonimperatif Tuturan:
Bagas : “Sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian
sekolah, sebaiknya kamu menjaga kesehatan.”
Sinta : “Iya, sepertinya aku memang harus menjaga
kesehatan.”
Konteks:
Tuturan ini dituturkan oleh kekasih kepada pasangan
kekasihnya. Ia menemani pasangan kekasihnya yang
sedang tergolek lemas di rumah sakit.
d. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permohonan
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna permohonan, biasanya
ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan
hadirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazim digunakan untuk
memperhalus kadar tuntutan imperatif permohonan dan dapat di parafrasa.
Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna
pragmatik imperatif permohonan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh
untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Mohon perbaiki tindak tutur dalam bersikap!”
Konteks:
Tuturan seorang guru kepada muridnya di ruangan
bimbingan konseling yang merasa bahwa muridnya
tersebut telah berperilaku dan berbicara yang tidak
sewajarnya lagi.
Nonimperatif Tuturan :
Orang tua pasien : “Bu, saya baru bisa bayar separuh
dulu. Nanti sisanya saya lunasi segera, yang penting
anak saya diobati dulu.”
Bagian administrasi : “Baik Bu, tidak apa-apa.”
Konteks:
Tuturan ini cuplikan percakapan antara orang tua
pasien dan bagian administrasi rumah sakit.
e. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Desakan
Imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai
pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau
harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang
digunakan untuk menuturkan jenis imperatif ini, lazimnya, cenderung lebih keras
dibandingkan dengan intonasi pada tuturan imperatif yang lainnya. Sedangkan ciri
penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
desakan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Krisna kepada Ayah : “Ayo, kita liburan ke
Lombok, Yah! Ayo, Yah! Kita sudah lama tidak
liburan.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan seorang anak kepada
Ayahnya di ruang keluarga, pada saat melihat acara
televisi mengenai pariwisata di Lombok.
Nonimperatif Tuturan:
Seorang anak kepada ibunya : “Bu, kapan aku
dibelikan handphone baru? Waktu itu ibu bilang
kalau minggu ini aku akan dibelikan handphone.”
Konteks :
Tuturan ini disampaikan oleh anak kepada ibunya
pada saat ia melihat ibunya melakukan transaksi
penarikan uang dari mesin ATM.
f. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya,
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga
imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong. Sedangkan
ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik
imperatif bujukan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang
melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk
memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Seseorang kepada sahabatnya : “Kita belanjanya di
akhir pekan aja, yuk! Kalo akhir pekan banyak yang
diskon lho.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Konteks:
Tuturan ini disampaikan seseorang kepada
sahabatnya yang merencanakan hendak berbelanja.
Berhubung di akhir pekan biasanya terdapat diskon di
toko-toko, maka ia membujuk sahabatnya untuk
berbelanja di akhir pekan.
Nonimperatif Tuturan:
Kakak kepada adiknya : “Kalau adik mau makan-
makanan yang bergizi, tubuh adik akan menjadi sehat
dan kuat.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan kakak kepada adiknya pada
saat ia sedang menyuapi adiknya yang tidak mau
makan.
g. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Imbauan
Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya, digunakan bersama
partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan
ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Sedangkan ciri penanda dari
tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Harap pelajari materi yang telah saya berikan selama
semester ini!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada murid-
muridnya yang hendak menghadapi ujian tengah
semester.
Nonimperatif Tuturan:
“Siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX harus
mendapatkan pengetahuan mengenai bahaya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
penggunaan narkoba.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh salah seorang guru
kepada rekan guru pada saat rapat mengenai kegiatan
yang akan dilakukan pada hari kesehatan nasional.
h. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya, digunakan dengan
penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan
untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Sedangkan ciri
penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
persilaan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Tuan rumah dan tamu : “Silakan dimakan dan
diminum dulu suguhan sederhana ini!”.
Konteks:
Tuturan ini disampaikan tuan rumah kepada tamu
pada saat pembantu dari tuan rumah meletakkan
suguhan diatas meja ruang tamu.
Nonimperatif Tuturan:
“Kemarin aku mendapatkan banyak oleh-oleh dari
Lampung. Kalau kamu mau, ambil saja beberapa
untuk kamu makan.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada
teman dekatnya pada saat berbincang-bincang di
trotoar. Teman dekatnya mengeluhkan bahwa ia tidak
memiliki cadangan makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
i. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Ajakan
Imperatif dengan makna ajakan, biasanya, ditandai dengan pemakaian
penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu
masing-masing memiliki makna ajakan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan
nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Aini kepada tema-temannya : “Ayo, nanti malam
nonton konser Afgan di Auditorium Sanata Dharma!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh Aini kepada teman-
temannya pada saat berkumpul bersama di ruang
kelas, ia mengajak teman-teman yang mengidolakan
dengan Afgan untuk menonton konser.
Nonimperatif Tuturan:
Anak kepada ibu : “Martabak, enak nih.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan anak kepada ibunya untuk
membeli martabak.
j. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permintaan Izin
Imperatif dengan makna permintaan izin, biasanya, ditandai dengan
penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh. Sedangkan ciri
penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
permintaan izin dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk
memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Seseorang kepada Pedagang : “Bu, mari saya bantu
dorong gerbobaknya!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada
pedagang yang terlihat kesulitan mendorong gerobak
dagangannya untuk melewati tanjakan.
Nonimperatif Tuturan:
Anak kepada Ayah : “Ayah, aku boleh beli es krim
dan coklat?”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan anak kepada ayahnya pada
saat sedang berbelanja di minimarket.
k. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Mengizinkan
Imperatif bermakna mengizinkan, lazimnya, ditandai dengan pemakaian
penanda kesantunan silakan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif
yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan dapat diketahui
melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi,
2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Silakan duduk sesuai dengan nomor yang tertera
pada karcis!”
Konteks:
Tuturan ini ditemukan di dalam bus untuk para
penumpang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Nonimperatif Tuturan:
“Area bebas rokok.”
Konteks:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan yang terdapat
pada sebuah warung makan yang memiliki dua
bagian tempat khusus untuk area merokok dan tidak
merokok.
l. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia, biasanya,
ditandai oleh pemakaian kata jangan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan
nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Ibu kepada Dhani : “Jangan hujan-hujanan Dhan,
nanti sakit!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada
anaknya pada saat ia melihat anaknya bermain sepak
bola di halaman rumah pada saat hujan turun.
Nonimperatif Tuturan:
“Lantai licin”
Konteks:
Tuturan ini ditemukan pada peringatan yang terdapat
dilantai mall saat lantai masih basah karena baru saja
di pel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
m. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan makna harapan, biasanya, ditunjukkan dengan
penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua macam penanda kesantunan itu di
dalamnya mengandung makna harapan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan
nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
“Aku harap, kamu mengerti keadaan aku!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang kekasih kepada
pasangan kekasihnya yang sedang bertengkar hebat
mengenai keluarga.
Nonimperatif Tuturan:
“Kalau semua barang dagangan ini laku, aku pasti
bisa membelikan adik mainan.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang kakak pada
dirinya sendiri yang sedang menunggui barang
dagangannya untuk dibeli oleh orang-orang yang
berada di sekelilingnya.
n. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Umpatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian umpatan adalah
makian. Imperatif jenis ini banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia
pada komunikasi keseharian. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif
yang mengandung makna pragmatik imperatif umatan dapat diketahui melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005).
Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Budi dan Heru : “Anak tidak tahu diri! Sudah tahu
orang tuanya susah, malah tidak sekolah dengan
baik.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh kakak kepada adiknya
pada saat mengetahui nilai rapor adiknya jelek dan
sering bolos sekolah.
Nonimperatif Tuturan:
“Anjing ya bisanya hanya menggonggong.”
Konteks:
Tuturan seseorang kepada sahabatnya yang sedang
sedih karena menjadi bahan perbincangan teman-
teman kampus.
o. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Pemberian Ucapan Selamat
Ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik
imperatif pemberian ucapan selamat dapat diketahui melalui konteks situasi tutur
yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh
untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Vani kepada Dian : “Selamat wisuda kak! Semoga
aku juga cepat wisuda ya.
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang teman kepada
temannya pada saat menghadiri pesta wisuda.
Nonimperatif Tuturan:
Kalvin : “Dik, novel karyaku sudah terbit.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dita : “Wow, keren kak.”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh kakak kepada adiknya
pada saat makan bersama, sembari ia menunjukkan
novel tersebut kepada adiknya.
p. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Anjuran
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya
ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Sedangkan ciri
penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
anjuran dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan
mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Reni kepada Dinda : “Sebaiknya kamu pulang
sekarang saja sebelum hujan turun!”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada
temannya pada saat bermain di taman dan keadaan
awan sudah mulai mendung.
Nonimperatif Tuturan:
Suharjo kepada Ratni : “Apakah seluruh siswa disini
sudah mendapatkan dana BOS?”
Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh kepala dinas pendidikan
kepada kepala sekolah pada saat memantau
perkembangan sekolah didaerah pedesaan.
q. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif “Ngelulu”
Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik
“ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud
adalah melarang melakukan sesuatu. Sedangkan ciri penanda dari tuturan
nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif ngelulu dapat
diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya
(Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut.
Tuturan Tuturan dan Konteks
Imperatif Tuturan:
Ibu : “Main PES saja terus Dik, tidak penting juga kan
belajar!”
Anak : “Iya, iya Bu. Sebentar lagi selesai mainnya”.
Konteks:
Tuturan antara ibu dan anaknya yang banyak
menghabiskan waktu untuk bermain PES dan tidak
pernah belajar.
Berdasarkan penjabaran mengenai wujud tuturan imperatif di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa wujud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik terdiri
dari tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif dan nonimperatif. Tuturan
imperatif dalam konstruksi imperatif dapat diketahui makna dari setiap tuturan
melalui ciri penanda dan konteks yang terdapat dalam tuturan imperatif.
Sedangkan tuturan imperatif dalam konstruksi nonimperatif, dapat diketahui
makna imperatifnya melalui konteks.
2.2.7 Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan muird-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah (Ametembun dalam Djamarah, 2005). Dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dikatakan bahwa guru dituntut agar selalu memperhatikan setiap aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik anak didiknya, baik di dalam lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah. Dengan demikian, siswa diharapkan ketika
dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah terbentuk menjadi pribadi yang
memiliki kreativitas tinggi dan pemikiran-pemikiran kritis terhadap segala ilmu
pengetahuan yang dimiliki, serta memiliki rasa empati yang tinggi kepada
lingkungan sekitarnya.
Mengingat banyaknya tugas dan tanggung jawab guru terhadap siswa,
adakalanya guru mendapatkan hambatan ketika proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Menurut Cruickshank (2014) faktor yang mempengaruhi cara guru
mengajar, yaitu karakteristik pribadi, pengalaman dan persiapan dalam
pendidikan, dan konteks pengajaran. Yang dimaksud dengan karakteristik pribadi
dalam faktor pertama adalah karakteristik pribadi dari guru, yaitu gender, usia,
pengalaman, kepribadian, sistem nilai, dan gaya belajar. Faktor kedua meliputi
pengalaman guru dan persiapan guru sebelum mengajar, yaitu cara pegajaran yang
guru terima, cara pengajaran yang guru ingin lakukan, pengetahuan guru akan
materi ajar, dan pengajaran serta persiapan pedagogis. Dalam faktor ketiga, yang
dimaksud dengan konteks adalah tempat dimana guru mengajar. Konteks tersebut
ditentukan oleh tipe siswa serta jumlah siswa yang guru ajar, karakteristik kelas,
ketersediaan peralatan dan materi ajar, waktu yang tersedia untuk mengajar,
tujuan dari pelajaran, dan sudut pandang utama mengenai cara terbaik dalam
pengajaran yang guru lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Penelitian ini mendeskripsikan maksud tuturan imperatif guru kepada
siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas:
suatu kajian pragmatik.
2. Landasan teori yang digunakan adalah pragmatik, tindak tutur, konteks,
modus imperatif, maksud tuturan imperatif, ciri penanda tuturan
imperatif, dan guru.
3. Atas dasar teori tersebut, penelitian ini akan menjelaskan atau
mendeskripsikan secara jelas mengenai maksud imperatif dari tuturan
imperatif, deklaratif, dan interogatif guru kepada siswa kelas VII dan
VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas: suatu kajian
pragmatik.
4. Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
menitikberatkan pada deskripsi data penelitian.
Untuk memperjelas kerangka berpikir diatas, dibuatlah skema yang
menandakan urutan dari kerangka berpikir tersebut. Skema kerangka berpikir
disusun dengan rinci sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
PRAGMATIK
TINDAK TUTUR
KONTEKS
MODUS IMPERATIF
MAKSUD TUTURAN
IMPERATIF
CIRI PENANDA TUTURAN
IMPERATIF
GURU
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan enam hal, yaitu jenis penelitian, data penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan
trianggulasi data. Keenam hal itu diuraikan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Nawawi (1989: 63), penelitian deskriptif yaitu metode yang bermaksud
untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dll). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data
(Narbuko & Achmadi, 2007: 44).
Lexy J. Moelong (2007: 3) mendeskripsikan bahwa penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu data tertulis
atau lisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang yang menjadi objek
penelitian. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses
dari proses berpikir secara indiktif yang berhubungan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati dan senantiasa menggunakan logika ilmiah
(Gunawan, 2013: 80).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Penelitian mengenai Maksud Tuturan Imperatif Guru Kepada Siswa Kelas
VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian
Pragmatik termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini
bermaksud untuk menggambarkan atau melukiskan maksud tuturan imperatif dari
tuturan imperatif dan nonimperatif yang digunakan guru selama proses kegiatan
belajar mengajar (KBM).
3.2 Data Penelitian
Data adalah informasi yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena
empiris, wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif berupa
angka-angka) atau berupa kata-kata (kualitatif) (Noor, 2011: 137). Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sehingga data berupa kata-kata. Data
tersebut yaitu tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung
maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Yang dimaksud dengan siswa dalam
penelitian ini adalah murid laki-laki maupun perempuan yang terdapat di dalam
kelas VII dan VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) dan metode
simak. Metode ini diyakini dapat membantu peneliti untuk memperoleh data
berupa maksud tuturan imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan
VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia: suatu kajian pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Metode observasi (pengamatan) merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki (Narbuko, 2007). Dalam metode observasi ini, peneliti
menggunakan jenis teknik observasi partisipan untuk pengumpulan data. Menurut
Narbuko (2007:72), yang dimaksud dengan observasi partisipan ialah apabila
observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam
keadaan obyek yang diobservasi (disebut observees). Pada penelitian ini, peneliti
berada di dalam kelas VII maupun kelas VIII saat guru dan para siswa
melaksanakan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia, sehingga peneliti dapat
mengamati setiap tindakan dan tuturan dari guru maupun siswa guna melengkapi
konteks dari setiap tuturan guru.
Metode kedua diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun,
2007: 92). Teknik yang digunakan untuk melaksanakan metode simak ini adalah
teknik catat dan teknik rekam baik secara langsung maupun tidak langsung, baik
secara terbuka maupun secara tersembunyi. Dari catatan dan rekaman penutur itu,
tuturan kebahasaan diperoleh sebagai bahan penelitian pragmatik ini. Catatan dan
rekaman yang dihasilkan dari metode simak tersebut kemudian diteliti oleh
peneliti.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti,
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
1) Mengamati dan menyimak seluruh kegiatan guru dan siswa di kelas saat
pembelajaran bahasa Indonesia. Peneliti juga merekam tuturan guru dan murid
menggunakan handphone selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta
mencatat beberapa tuturan yang mengandung maksud imperatif yang secara
langsung di dengar oleh peneliti.
2) Membuat transkrip tuturan guru dan murid saat pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas dengan cara mendengarkan hasil rekaman dan mencocokkan
dengan hasil catatan yang di dengar secara langsung.
3) Membaca dan menandai tuturan guru yang mengandung maksud imperatif
dalam kajian pragmatik dengan menggaris bawahi tuturan yang terdapat dalam
transkrip.
4) Membuat daftar tuturan guru yang mengandung maksud imperatif.
5) Memasukkan daftar tuturan yang mengandung maksud imperatif ke dalam
kolom instrumen penelitian.
6) Melengkapi konteks yang terdapat dalam setiap tuturan berdasarkan kenyataan
yang terjadi saat pembelajaran di kelas dalam kolom instrumen penelitian.
7) Memberi kode pada setiap tuturan untuk memudahkan dalam melakukan
klasifikasi. Kode pada setiap data tersebut, sebagai berikut.
a) TIKI sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif.
b) TIKD sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi deklaratif .
c) TIKInter sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi interogatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d) TMMPIP sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah.
e) TMMPIS sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
suruhan.
f) TMMPIPmin sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif permintaan.
g) TMMPIPmoh sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif perintah.
h) TMMPID sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
desakan.
i) TMMPIB sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
bujukan.
j) TMMPII sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
imbauan.
k) TMMPIPs sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
persilaan.
l) TMMPIAj sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
ajakan.
m) TMMPIPI sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
permintaan izin.
n) TMMPIMI sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif mengizinkan.
o) TMMPIL sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
larangan.
p) TMMPIH sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
harapan.
q) TMMPIU sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
umpatan.
r) TMMPIPUS sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif pemberian ucapan selamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
s) TMMPIA sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
anjuran.
t) TMMPIN sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
ngelulu.
u) D1, D2, dst sebagai data yang terdapat dalam penelitian 1,2, dst.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010: 203). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
berbekal pengetahuan mengenai teori maksud imperatif dalam kajian pragmatik.
Peneliti menggunakan buku catatan untuk mencatat setiap tuturan yang
mengandung maksud imperatif.
Data yang telah didapat akan dicatat, kemudian dianalisis lebih lanjut.
Data tersebut dimasukkan ke dalam kolom seperti di bawah ini.
Tuturan :
Konteks :
Ciri Penanda Imperatif :
Makna Tuturan :
Maksud Tuturan :
Kode :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 244). Analisis data menjadi satu
cara yang digunakan untuk mengklasifikasi atau mengelompokkan data dari
penelitian sehingga akan mempermudah peneliti dalam memperoleh hasil dari
data penelitian.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan merinci dan
menjelaskan secara panjang lebar (menyeluruh) keterkaitan data penelitian dalam
bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 103). Tahapan yang dilakukan oleh peneliti
dalam analisis data tersebut, yaitu mengklasifikasi data yang mengandung maksud
imperatif dalam konstruksi imperatif dan nonimperatif, mengidentifikasi data
berdasarkan teori maksud imperatif dalam kajian pragmatik, menafsirkan data
berdasarkan hasil identifikasi, dan menguji keabsahan data melalui bantuan para
triangulator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.6 Triangulasi Data
Penelitian Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik
menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2007:195), triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk
melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.
Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian kemampuan berbahasa untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Peneliti lainnya yang
melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini adalah Dr. R. Kunjana
Rahardi, M. Hum. sebagai triangulator makna tuturan imperatif dan Prof. Dr.
Pranowo, M.Pd. sebagai triangulator maksud tuturan imperatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan tiga hal, yaitu deskripsi data penelitian, analisis
data, dan pembahasan. Ketiga hal itu diuraikan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian ini berupa tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang
mengandung maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas . Data diperoleh melalui metode
observasi dan metode simak yang dilakukan secara langsung pada tanggal 14 Mei
2015 sampai 27 Mei 2015 di SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Peneliti memperoleh data sebanyak 266 tuturan yang tergolong dalam
maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Maksud tuturan imperatif
tersebut terdiri dari tuturan yang berkonstruksi imperatif dan nonimperatif
(deklaratif dan interogatif). Terdapat 214 tuturan yang mengandung maksud
imperatif dalam konstruksi imperatif, 37 tuturan yang mengandung maksud
imperatif dalam konstruksi deklaratif, dan 15 tuturan yang mengandung maksud
imperatif dalam konstruksi interogatif. Data yang mengandung maksud imperatif
guru tersebut akan dianalisis berlandaskan teori yang dijabarkan oleh peneliti di
dalam analisis data dan pembahasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4.2 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi dua bagian, yaitu maksud tuturan
imperatif yang disampaikan oleh guru kepada siswa dan maksud tuturan imperatif
yang dominan dituturkan oleh guru kepada siswa.
4.2.1 Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada Siswa
Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
Ranah penelitian ini mengenai maksud tuturan imperatif dalam kajian
pragmatik. Dalam analisis data, peneliti menggunakan teori dari Rahardi yang
menyebutkan maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik dengan istilah
wujud pragmatik imperatif. Menurut Rahardi (2005: 93), wujud pragmatik adalah
realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan
konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Maksud imperatif dalam bahasa
Indonesia tidak selalu dalam konstruksi imperatif, tetapi dapat pula dalam
konstruksi nonimperatif. Maksud tuturan imperatif dalam penelitian ini ditemukan
baik dalam konstruksi imperatif, deklaratif, dan interogatif. Hasil analisis data
disampaikan di bawah ini.
4.2.1.1 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Imperatif
Tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif mengandung arti tuturan yang
mengandung makna dan maksud imperatif, serta disampaikan oleh penutur
menggunakan tuturan berkonstruksi imperatif. Di bawah ini diberikan masing-
masing maksud tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Perintah memiliki arti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu; suruhan; aba-aba; komando; aturan dari pihak atas yang harus dilakukan
(KBBI, 2008: 1057). Dari pengetian tersebut, dapat dikatakan bahwa perintah
merupakan suatu perkataan baik berupa aba-aba atau komando yang bermaksud
menyuruh untuk melakukan sesuatu dan harus dilakukan. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(1) Berdiri! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru
mengoreksi tugas membuat puisi yang telah diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya dengan berkeliling ke meja para siswa. Siswa
tersebut ternyata tidak membuat puisi, sehingga dihukum dengan berdiri
sambil membuat puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi serta
mata melotot.
(2) Lima belas menit untuk membuat puisi, untuk tiga anak ini!
(TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada beberapa siswa saat guru
mengoreksi puisi yang telah dibuat oleh para siswa. Beberapa siswa
tersebut kedapatan tidak membuat puisi, sehingga dihukum untuk
membuat puisi dengan durasi waktu selama lima belas menit dan dengan
cara berdiri. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata menatap
pada tiga siswa yang tidak membuat puisi.
(3) Menulisnya agak cepat ya! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang maju
untuk menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis. Setelah siswa
selesai menuliskan puisinya di papan tulis, guru dan beserta siswa lain
akan menyunting puisi tersebut, yang merupakan kompetensi dasar dari
pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata menatap
murid yang menuliskan puisi.
(4) Yosua Gilbert! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat membagikan
kertas ulangan siswa yang telah dinilai. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi sambil menggerakkan tangan yang berisi kertas ulangan
kepada siswa yang dipanggil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(5) Heh, yang keras! Biasanya kamu suaranya sampai ruang guru,
Mbak. (TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat siswa
menjawab pertanyaan guru dengan volume suara yang kecil dan cepat.
Volume suara siswi tersebut berbeda ketika berada di luar kelas untuk
istirahat dan di dalam ruang kelas saat kegiatan belajar mengajar. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Tuturan (1), (2), (3) (4), dan (5) mengandung makna perintah, yaitu yang
mengharuskan mitra tutur untuk melakukan hal yang disampaikan oleh penutur.
Sebagai salah satu bukti bahwa data di atas merupakan tuturan yang mengandung
makna perintah, tuturan tersebut dapat diparafrasa menjadi kalimat deklaratif,
yang merupakan ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah dalam konstruksi imperatif.
Bentuk parafrasa tuturan data di atas, yaitu (1) Guru memerintahkan siswa
supaya berdiri, (2) Guru memerintahkan tiga siswanya agar dapat membuat pusi
dalam waktu lima belas menit, (3) Guru memerintahkan siswa agar lebih cepat
menulisnya di papan tulis, (4) Guru memerintahkan Yosua Gilbert untuk
mengambil kertas ulangan miliknya yang dibagikan guru, dan (5) Guru
memerintahkan siswi supaya suaranya keras.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas di antaranya sebagai berikut.
Tuturan (1) memiliki maksud untuk memerintahkan salah satu siswa
untuk mengerjakan puisi dengan cara berdiri. Guru memerintahkan seperti itu
karena siswa tersebut tidak membuat tugas puisi yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya, sebagai bentuk hukumannya, maka guru meminta siswa
tersebut untuk membuat puisi dengan cara berdiri. Tuturan (2) mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
maksud untuk memerintahkan kepada para siswa yang tidak membuat tugas puisi
agar dapat menyelesaikan puisi karya mereka dengan durasi waktu lima belas
menit.
Adapun, tuturan (3) memiliki maksud agar siswa yang akan menuliskan
puisi dipapan tulis dapat menuliskan puisinya dengan cepat karena puisi tersebut
akan disunting secara bersama-sama antara guru dan siswa lain, sehingga tidak
menghabiskan jam pelajaran. Tuturan (4) memiliki maksud agar siswa yang
bernama Yosua Gilbert untuk mengambil lembar ulangan yang diberikan oleh
guru. Hal tersebut terlihat ketika guru memanggil nama siswa tersebut, lalu
menggerakkan lembar ulangan yang berada ditangannya. Tuturan (5) memiliki
maksud agar siswa menjawab pertanyaan guru dengan volume suara yang keras.
Siswa tersebut biasanya berbicara dengan volume suara yang keras ketika di luar
jam pelajaran, sehingga guru membandingkan volume suara siswa tersebut ketika
menjawab pertanyaan dengan kondisi ketika siswi tersebut berbicara di luar kelas.
b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Suruhan berasal dari kata dasar suruh. Suruhan memiliki arti perintah;
sesuatu yang disuruhkan; perbuatan (hal dsb) menyuruh; orang yang disuruh
(KBBI, 2008: 1362). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa suruhan
merupakan tuturan atau tindakan yang mengandung makna perintah untuk
melakukan suatu perbuatan dan memiliki kemungkinan untuk tidak
melakukannya. Berikut beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif suruhan yang ditemukan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(6) Coba dibuka! Saya ingin melihat, kamu sudah membuat atau belum,
kamu sudah mencari atau belum. (TIKI/TMMPIS/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat pelajaran dimulai
dan guru ingin melihat puisi yang dibuat oleh para siswa sebagai tugas
yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menyenderkan pinggul di meja siswa.
(7) Coba kamu lihat posisi saya! Saya berdiri tegak, bandingkan dengan
begini! (TIKI/TMMPIS/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menyunting puisi
salah satu siswa yang dituliskan di papan tulis. Guru merealisasi apa yang
terdapat di dalam puisi ke dalam kenyataan. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menunjuk posisi tubuh guru.
(8) Coba peragakan yang kamu lakukan tadi! (TIKI/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat diketahui
saling ejek menggunakan suara hewan dan memperagakan perilaku hewan
tersebut. Kegiatan saling ejek tersebut dilakukan oleh siswa saat guru
sedang menjelaskan materi pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi dan ekspresi wajah marah.
(9) Nak, coba silahkan duduk! Tidak usah dicari siapa yang mengoreksi
punyamu, nantikan kalau selesai, saya bagi. (TIKI/TMMPIS/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai
mengoreksi hasil ulangan. Para siswa bertanya-tanya pada rekannya
mengenai ulangan yang dikoreksi dan menyebabakan kegaduhan. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk para siswa.
(10) Coba diulangi dan pelan! (TIKI/TMMPIS/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat siswa
menjawab pertanyaan guru dengan volume suara yang kecil dan cepat
sehingga suara tersebut tidak dapat tersengar jelas oleh guru. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata menatap siswa.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan di
atas, ditandai dengan penanda kesantunan coba dan tuturan dapat diparafrasa yang
merupakan ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
suruhan dalam konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan coba
ditunjukkan dalam tuturan (6) “Coba dibuka! Saya ingin melihat, kamu sudah
membuat atau belum, kamu sudah mencari atau belum”, (7) “Coba kamu lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
posisi saya! Saya berdiri tegak, bandingkan dengan begini!”, (8) “Coba
peragakan yang kamu lakukan tadi!”, (9) ”Nak, coba silahkan duduk! Tidak usah
dicari siapa yang mengoreksi punyamu, nantikan kalau selesai, saya bagi”, dan
(10) “Coba diulangi dan pelan!”.
Bentuk parafrasa dalam setiap tuturan data di atas, yaitu tuturan (6) Guru
menyuruh siswa supaya membuka buku dan catatan mereka, tuturan (7) Guru
menyuruh para siswa supaya melihat posisi berdirinya, tuturan (8) Guru
menyuruh siswa supaya memperagakan gerakan yang mereka lakukan
sebelumnya, tuturan (9) Guru menyuruh siswa supaya duduk, dan tuturan (10)
Guru menyuruh siswa supaya mengulangi menjawab pertanyaan dan dengan
kecepatan yang pelan.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (6) mengandung maksud agar para siswa membuka buku
pelajaran mereka, yang berisi tugas membuat puisi, yang diberikan oleh guru pada
pertemuan sebelumnya. Guru ingin mengetahui apakah para siswa sudah
membuat dan mencari puisi yang ditugaskan. Tuturan (7) mengandung maksud
untuk menyuruh para siswa melihat guru, terlebih pada posisi berdiri guru. Guru
meminta siswa untuk membandingkan dua posisi yang berbeda dari posisi tubuh
yang ia peragakan. Hal itu dilakukan guru untuk memberikan pandagan mengenai
perbedaan dua hal yang terdapat dalam larik puisi yang sedang disunting.
Selanjutnya, tuturan (8) mengandung maksud agar dua orang siswa yang
ditunjuk oleh guru untuk melakukan hal yang baru saja dilakukan oleh mereka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yaitu mengikuti suara hewan untuk saling ejek. Kegiatan yang dilakukan mereka
menyebabkan siswa lain menjadi menonton kegiatan saling ejek tersebut dan
tertawa sehingga tugas yang diberikan oleh guru tidak diindahkan. Tuturan (9)
mengandung maksud agar para siswa duduk. Karena pada saat itu, para siswa
berdiri dan sibuk mencari korektor dari ulangan miliknya untuk mengetahui nilai
yang diperoleh dari ulangan yang telah dikerjakan. Tuturan (10) mengandung
maksud agar siswa mengulangi menjawab pertanyaan dari guru dengan kecepatan
suara yang lambat. Guru menyuruh siswa melakukan hal itu karena saat
menjawab pertanyaan sebelumnya, suara siswa tersebut cenderung kecil dan cepat
dalam membaca sehingga menyebabkan suara murid terdengar tidak jelas di
telinga guru.
c. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan
Permintaan berasal dari kata dasar minta. Permintaan memiliki arti
perbuatan (hal dsb) meminta; apa yang diminta (KBBI, 2008: 917). Dari
pengertian tersebut, dapat dikatakan permintaan merupakan tuturan atau tindakan
yang mengandung makna untuk meminta. Berikut beberapa tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif permintaan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(11) Papan tulis dibagi dua dan tolong tulisannya jangan terlalu melebar
kekanan ya! (TIKI/TMMPIPmin/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat
menuliskan puisi di papan tulis. Papan tulis dibagi dua agar dua puisi
dapat dituliskan dalam satu papan tulis dan mudah disunting guru. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk papan tulis.
(12) Nak, saya minta tolong anak putri saja yang mengumpulkan!
(TIKI/TMMPIPmin/D3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar
beberapa siswi yang mengambil tugas siswa lain dari meja ke meja dan
mengumpulkannya di meja guru. Guru memilih siswi yang
mengumpulkan buku tugas karena mereka tidak membuat kegaduhan
saat proses pengumpulan berlangsung, seperti siswa. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
(13) Lalu minta tolong, apa namanya, pintunya, eh kok pintunya, buku
paketnya diambil di 8B! (TIKI/TMMPIPmin/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat pelajaran akan
dimulai. Guru meminta salah satu siswa mengambilkan buku paket yang
akan digunakan sebagai pemandu belajar di kelas 8B. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk keluar kelas.
(14) Ya sudah, tolong saya ambilkan apa namanya, soal ulangan tempat
Bu Yayuk! (TIKI/TMMPIPmin/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa dimaksudkan
untuk mengambilkan soal ulangan pada salah satu guru yang berada di
ruang kantor guru. Soal ulangan tersebut akan digunakan oleh guru untuk
panduan dalam mengoreksi jawaban dari ulangan para siswa karena guru
yang bersangkutan tidak memiliki file dari ulangan tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk keluar kelas.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan,
ditandai dengan penanda kesantunan tolong dan tuturan dapat diparafrasa yang
merupakan ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
permintaan dalam konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tolong
ditunjukkan dalam tuturan (11) “Papan tulis dibagi dua dan tolong tulisannya
jangan terlalu melebar kekanan ya!”, (12) “Nak, saya minta tolong anak putri
saja yang mengumpulkan!”, (13) “Lalu minta tolong, apa namanya, pintunya, eh
kok pintunya, buku paketnya diambil di 8B!”, dan (14) “Ya sudah, tolong saya
ambilkan apa namanya, soal ulangan tempat Bu Yayuk!”.
Bentuk parafrasa dalam tuturan diatas, antara lain tuturan (11) Guru
meminta siswa supaya membagi papan tulis menjadi dua dan tulisannya jangan
terlalu melebar ke kanan, tuturan ( 12) Guru meminta supaya para siswi saja yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mengumpulkan buku, tuturan (13) Guru meminta siswa supaya mengambilkan
buku paket di kelas 8B, dan tuturan (14) Guru meminta siswa supaya
mengambilkan soal ulangan di tempat Bu Yayuk.
Keempat tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (11) mengandung maksud agar para siswa membagi papan tulis
menjadi dua bagian agar dapat digunakan oleh dua orang murid untuk menuliskan
puisi karya mereka. Kemudian, guru juga meminta agar tulisan siswa yang
menuliskan puisinya di papan tulis untuk tidak melebar kekanan karena guru akan
menggunakan ruang yang kosong disebelah kanan puisi siswa untuk menyunting
puisi yang dituliskan oleh siswa. Tuturan (12) mengandung maksud agar para
siswi yang mengumpulkan tugas para siswa di kelas tersebut ke meja guru. Pada
tuturan tersebut, guru lebih memilih para siswi yang mengumpulkan tugas para
siswa ke meja guru ditandai dengan adanya adverbia “saja” dalam tuturan yang
makna arti anjuran. Guru menuturkan hal tersebut dengan alasan karena siswi
cenderung lebih bisa menjaga sikap saat mengumpulkan tugas sehingga tidak
menimbulkan kegaduhan.
Adapun, tuturan (13) mengandung maksud agar salah satu siswa di kelas
tersebut (8A) untuk mengambil buku paket bahasa Indonesia di kelas 8B karena
buku paket tersebut akan digunakan guru dan siswa kelas 8A sebagai bahan
pembelajaran pada pertemuan hari ini. Tuturan (14) mengandung maksud agar
salah satu siswa untuk mengambilkan soal ulangan yang akan digunakan untuk
panduan mengoreksi ulangan pada salah satu guru bahasa Indonesia juga di SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tersebut, bernama Bu Yayuk. Panduan mengoreksi ulangan tersebut akan
digunakan oleh guru pada pertemuan hari itu. Guru meminta siswa untuk
mengambilkan soal ulangan pada guru yang bernama Bu Yayuk karena guru tidak
memiliki file mengenai soal ulangan yang dimaksudkan, sehingga meminta siswa
untuk mengambil sekaligus meminjam soal ulangan milik Bu Yayuk.
d. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Desakan berasal dari kata dasar desak. Desakan memiliki arti dorongan
(tolakan) yang keras; tekanan yang keras; permintaan (anjuran dan sebagainya)
yang menekan keras (KBBI, 2008: 319). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan
bahwa desakan merupakan tuturan yang mengandung makna permintaan, baik
berupa anjuran dengan menggunakan tekanan yang keras. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(15) Ayo Nak, silahkan duduk Nova! (TIKI/TMMPID/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa yang masih berdiri
saat guru telah masuk di dalam kelas dan ingin memulai pelajaran. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap tajam Nova.
(16) Ayo, buat kalimat langsung ini menjadi kalimat tidak langsung!
(TIKI/TMMPID/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat tanya jawab
mengenai materi pelajaran kalimat langsung dan tidak langsung yang
mendorong para siswa untuk membuat contoh kalimat. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
(17) Ayo, cepet! (TIKI/TMMPID/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang saling ejek
saat guru meminta para siswa mengerjakan latihan soal. Guru meminta
siswa tersebut untuk duduk di depan kelas. Dimaksudkan sebagai
hukuman bagi mereka karena tidak mengindahkan tugas. Guru
menuturkan dengan intonasi keras dan ekspresi wajah marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(18) Dalam membuat puisi, kita harus membuat orang berimajiinasi!
(TIKI/TMMPID/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan
materi pelajaran mengenai puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menatap para siswa.
(19) Nah, milikmu ini boleh digunakan, tapi harus ditambahi! Jika tidak
ditambahi, maka tidak saya nilai karena ini tadi Bu Domas yang
mengerjakan. (TIKI/TMMPID/D4)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat
menjelaskan mengenai tugas yang harus dikumpulkan siswa pada
pertemuan selanjutnya. Guru menuturkan tuturan itu pada salah satu siswa
yang puisi hasil karyanya telah di sunting bersama-sama antara guru dan
para siswa di kelas saat pembelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil berjalan menuju keluar kelas.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan,
ditandai dengan penggunaan penanda kesantunan ayo dan harus, serta tuturan
dapat diparafrasa yang merupakan ciri dari tuturan yang mengandung makna
pragmatik imperatif desakan. Penggunaan penanda kesantunan ayo, ditunjukkan
pada tuturan (15) “Ayo Nak, silahkan duduk Nova!”, (16) “Ayo, buat kalimat
langsung ini menjadi kalimat tidak langsung!”, (17) “Ayo, cepet!”. Sedangkan
penanda kesantunan harus, ditunjukkan pada tuturan data (18) “Dalam membuat
puisi, kita harus membuat orang berimajiinasi!” dan (19) “Nah, milikmu ini
boleh digunakan, tapi harus ditambahi! Jika tidak ditambahi, maka tidak saya
nilai karena ini tadi Bu Domas yang mengerjakan”.
Bentuk parafrasa dalam tuturan diatas, antara lain tuturan (15) Guru
mendesak siswa bernama Nova supaya duduk, tuturan (16) Guru mendesak siswa
supaya membuat kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, tuturan (17)
Guru mendesak siswa supaya cepat, tuturan (18) Guru mendesak siswa supaya
dalam membuat puisi dapat membuat orang lain berimajinasi, dan tuturan (19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Guru mendesak siswa agar menambahi. Jika tidak ditambahi, tidak akan beliau
nilai karena puisi tadi beliau yang mengerjakan.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (15) mengandung maksud agar siswa yang bernama Nova untuk
duduk karena guru akan memulai kegiatan belajar mengajar. Siswa tersebut
berdiri terus dari awal guru masuk kelas, seolah-olah tidak mengetahui
keberadaan guru di kelas dan pada waktu itu, guru sudah saatnya memulai
kegiatan belajar mengajar. Tuturan (16) mengandung maksud agar para siswa
dapat mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, yang
merupakan materi dalam kegiatan belajar mengajar pada pertemuan itu. Tuturan
(17) agar siswa segera duduk didepan kelas sebagai bentuk hukuman dari guru
karena siswa tersebut tidak mengindahkan tugas yang diberikan, yaitu tidak
mengerjakan soal dalam latihan soal yang terdapat di BPM. Siswa tersebut
menggunakan waktu yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan latihan soal,
hanya untuk bercanda dengan saling ejek sehingga menyebabkan kegaduhan dan
guru marah.
Selanjutnya, tuturan (18) mengandung maksud agar para siswa mampu
membuat pembaca ataupun pendengar berimajinasi terhadap puisi yang dibuat
oleh penyair. Yang dimaksud penyair dalam tuturan guru disini adalah siswa
sendiri. Tuturan (19) mengandung maksud agar salah satu siswa yang
dimaksudkan oleh guru dapat menambah larik dalam puisi yang telah dibuatnya
karena dalam puisi siswa tersebut, sebelumnya telah disunting oleh guru dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menambahkan beberapa larik puisi agar puisi tersebut terlihat lebih indah. Guru
mengancam jika siswa tersebut tidak memberikan tambahan larik dalam puisinya
saat mengumpulkan tugas, guru tidak akan memberikan nilai.
e. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
Bujukan berasal dari kata dasar bujuk. Bujukan memiliki arti rayuan (KBBI,
2008: 216). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa bujukan merupakan
tuturan yang mengandung makna untuk merayu atau membujuk orang dengan
kata-kata manis. Berikut beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif bujukan yang ditemukan dalam penelitian ini.
(20) Mohon maaf, tolong ditulis lagi ya, Nak, Galih, kamu tulis lagi
puisinya! (TIKI/TMMPIB/D4)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang telah
menuliskan puisi pada pertemuan sebelumnya dan puisi tersebut belum
disunting. Sehingga siswa diminta untuk menuliskan puisinya kembali
agar dapat disunting. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menatap wajah Galih.
(21) Ayo Yuda, tidak apa-apa! (TIKI/TMMPIB/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang malu-malu
untuk menuliskan puisinya di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil mengayunkan tangan pada Yuda.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan,
ditandai dengan penggunaan penanda kesantunan tolong dan ayo yang merupakan
ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan dalam
konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tolong, ditunjukkan dalam
tuturan (20) “Mohon maaf, tolong ditulis lagi ya, Nak, Galih, kamu tulis lagi
puisinya!”. Sedangkan penggunaan penanda kesantunan ayo, ditunjukkan dalam
tuturan (21) “Ayo Yuda, tidak apa-apa!”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kedua tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (20) mengandung maksud agar siswa yang bernama Galih
menuliskan lagi larik puisi miliknya di papan tulis karena akan disunting secara
bersama-sama antara guru dan para siswa lain. Guru memintanya untuk
menuliskan lagi karena pada pertemuan sebelumnya, siswa tersebut sudah
menuliskan puisi di papan tulis, akan tetapi belum melewati tahap penyuntingan
oleh guru dan para siswa lain karena jam pelajaran sudah habis. Tuturan (21)
mengandung maksud agar siswa yang bernama Yuda untuk maju menuliskan
puisi karya miliknya di papan tulis agar dapat disunting bersama-sama antara guru
dan para siswa lain. Yuda merasa malu-malu ketika hendak maju menuliskan
puisinya, sehingga menyebabkan guru membujuk Yuda menuliskan puisinya di
papan tulis.
f. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
Imbauan berasal dari kata dasar imbau. Imbauan memiliki arti panggilan;
permintaan (seruan); ajakan (KBBI, 2008: 527). Dari pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa imbauan merupakan suatu tuturan yang memiliki makna
memanggil, meminta, dan mengajak mitra tutur melakukan sesuatu. Berikut
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(22) Tugasnya, besok bawalah soal ulangan harian satu hingga empat yang
semester dua! Cari dan besok bawa! (TIKI/TMMPII/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mengingatkan siswa agar para siswa membawa soal ulangan harian
semester dua. Soal ulangan tersebut akan digunakan untuk penajaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
materi sebelum ulangan akhir semester. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi dan menunjuk satu jari keatas.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan,
ditandai dengan penggunaan partikel -lah dalam kata kerja yang merupakan ciri
penanda dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan
dalam konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tersebut ditunjukkan
pada tuturan (22) “Tugasnya, besok bawalah soal ulangan harian satu hingga
empat yang semester dua! Cari dan besok bawa!”.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan di
atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (22) mengandung maksud agar para siswa mencari dan membawa
soal ulangan harian satu hingga empat pada pertemuan selanjutnya. Guru meminta
siswa untuk membawa soal tersebut karena soal tersebut akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Hal itu dilakukan sebab soal ulangan tersebut akan
dijadikan bahan evaluasi antara guru dan para siswa di kelas tersebut sebelum
menghadapi ulangan akhir semester.
g. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
Persilaan berasal dari kata dasar sila (KBBI, 2008). Persilaan memiliki arti
perbuatan menyilakan (mempersilakan). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan
bahwa persilaan merupakan suatu perbuatan yang bermakna untuk
mempersilakan. Berikut beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif persilaan yang ditemukan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(23) Silahkan BPM-nya ditukar dengan teman sebangku, ditukarkan
dengan teman sebelahnya! (TIKI/TMMPIPs/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa sebelum mengoreksi.
Siswa diminta untuk menukarkan BPM agar dapat saling mengoreksi.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil membuka BPM.
(24) Nah, sekarang yang putri. Silahkan anak putri sukarelawan!
(TIKI/TMMPIPs/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mempersilahkan siswi maju dan menuliskan puisi karya mereka sendiri.
Sebelumnya, siswa berjenis kelamin laki-laki telah menuliskan puisi di
papan tulis, lalu guru meminta siswa berjenis kelamin perempuan untuk
gantian menulis puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menatap siswa berjenis kelamin perempuan.
(25) Silahkan mengerjakan yang soal pilihan ganda! (TIKI/TMMPIPs/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para murid dimaksudkan agar
para siswa mengerjakan latihan soal bagian ulangan akhir semester dengan
jenis soal pilihan ganda. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
melihat soal dalam BPM.
(26) Nak, silahkan dikumpul sambil menunggu bel! (TIKI/TMMPIPs/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
meletakkan tugas di meja agar diambil oleh murid yang telah ditugaskan
guru untuk mengumpulkan tugas para siswa ke meja guru. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi sambil merapikan meja guru.
(27) Silahkan ditulis Nak, itu KD 15.1, 15 pokoknya alur cerpen, puisi,
sudah selesai! (TIKI/TMMPIPs/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menuliskan
jadwal ulangan di papan pengumuman kelas. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menunjuk kearah papan pengumuman.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan,
ditandai dengan penggunaan penanada kesantunan silahkan yang merupakan ciri
penanda tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan dalam
konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tersebut, ditunjukkan
dalam tuturan (23) “Silahkan BPM-nya ditukar dengan teman sebangku,
ditukarkan dengan teman sebelahnya!”, tuturan (24) “Nah, sekarang yang putri.
Silahkan anak putri sukarelawan!”, tuturan (25) “Silahkan mengerjakan yang soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pilihan ganda!”, tuturan (26) “Nak, silahkan dikumpul sambil menunggu bel!”,
dan tuturan (27) “Silahkan ditulis Nak, itu KD 15.1, 15 pokoknya alur cerpen,
puisi, sudah selesai!”.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (23) mengandung maksud agar para siswa saling menukarkan
BPM dengan teman sebangkunya karena guru dan para siswa akan mengoreksi
jawaban dari latihan soal yang terdapat dalam BPM dan nilai yang di dapatkan
dari jawaban dalam BPM tersebut akan dimasukkan ke dalam buku nilai. Tuturan
(24) mengandung maksud agar para siswi untuk maju menuliskan puisi mereka di
papan tulis secara sukarelawan atau tanpa guru memerintahkan siswi untuk
menuliskan puisi. Setelah sebelumnya, para siswa telah secara sukarelawan juga
menuliskan puisi karya mereka di papan tulis. Tuturan (25) mengandung maksud
agar siswa mengerjakan soal yang terdapat dalam BPM. Soal yang diminta oleh
guru terletak pada BPM bagian ulangan akhir semester dengan jenis soal pilihan
ganda.
Adapun, tuturan (26) mengandung maksud agar para siswa mengumpulkan
tugas yang telah dikerjakan selama jam pelajaran berlangsung sembari menunggu
jam pelajaran yang akan selesai. Tugas tersebut akan dikumpulkan oleh beberapa
orang siswa yang akan mengambil tugas siswa lain di meja mereka, lalu akan
dikumpulkan ke meja guru. Tuturan (27) mengandung maksud agar siswa
menuliskan jadwal ulangan di papan pengumuman kelas mengenai jadwal
ulangan bahasa Indonesia yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Materi ulangan yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya adalah materi
mengenai alur cerpen dan puisi yang terletak pada KD 15.
h. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Ajakan berasal dari kata dasar ajak. Ajakan memiliki arti anjuran
(permintaan dsb) supaya berbuat; undangan (KBBI, 2008: 22). Dari pengertian
tersebut, dapat dikatakan bahwa ajakan merupakan tuturan yang memiliki makna
untuk mengajak atau menganjurkan lawan tutur supaya berbuat sesuatu. Berikut
beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan yang
ditemukan dalam penelitian ini.
(28) Jalan sabara, mari kita lihat, yuk! (TIKI/TMMPIAj/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mengoreksi latihan soal. Guru dan murid berdiskusi mengenai materi
pelajaran yang akan dibahas pada hari itu. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil melihat BPM.
(29) Baik, mari kita koreksi! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan guru
mengajak para siswa untuk mengoreksi soal yang terdapat dalam BPM
bersama-sama. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat
kearah BPM.
(30) Lalu, yuk Nak untuk yang uraian! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
melanjutkan mengerjakan latihan soal bagian uraian. Kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan adalah siswa mengerjakan soal dari latihan soal.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat soal dalam BPM.
(31) Yuk, mulai dari Robi! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas
soal dari BPM dan dimaksudkan agar siswa yang bernama Robi menjadi
siswa pertama yang membaca dan menjawab soal pada nomor satu,
kemudian siswa yang duduk disebelah Robi. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap kearah Robi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(32) Lanjut Catur saja, yuk! Kita mulai uji kompetensi empat, yang jalan
segara kita tinggalkan! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas
latihan soal dan dimaksudkan agar siswa membaca dan menjawab soal
yang di bahas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat
kearah BPM.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan,
ditandai dengan penggunaan penanda kesantunan berupa mari dan yuk yang
merupakan ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
Penggunaan penanda kesantunan tersebut mari, ditunjukkan dalam tuturan (28)
“Jalan sabara, mari kita lihat, yuk!”, dan tuturan (29) “Baik, mari kita koreksi!”.
Sedangkan penggunaan penanda kesantunan yuk, ditunjukkan dalam tuturan (30)
“Lalu, yuk Nak untuk yang uraian!”, tuturan (31) “Yuk, mulai dari Robi!”, dan
tuturan (32) “Lanjut Catur saja, yuk! Kita mulai uji kompetensi empat, yang jalan
segara kita tinggalkan!”.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (28) mengandung maksud agar para siswa mengoreksi latihan soal
yang bermaterikan mengenai puisi berjudul Jalan Sabara. Soal pertama dalam
latihan soal yang akan dibahas berupa bacaan mengenai puisi Jalan Sabara,
sehingga guru menyebutkan ama puisi tersebut sebagai materi awal yang akan di
koreksi bersama. Tuturan (29) mengandung maksud agar para siswa mengoreksi
latihan soal yang telah dikerjakan oleh siswa secara bersama-sama. Latihan soal
tersebut sudah dikerjakan oleh para siswa saat pertemua sebelumnya.
Selanjutnya, tuturan (30) mengandung maksud agar para siswa melanjutkan
mengoreksi latihan soal yang telah dikerjakan ke bagian uraian, setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sebelumnya telah mengoreksi bagian pilihan ganda. Tuturan (31) mengandung
maksud agar para siswa mengoreksi latihan soal bersama dengan cara
membacakan soal dan jawaban dari BPM yang dikoreksi oleh siswa secara
bergantian. Guru mengajak siswa yang bernama Robi untuk memulai
membacakan soal dan jawaban koreksian dari soal pertama, kemudian dilanjutkan
oleh siswa yang berada disebelah Robi.Tuturan (32) mengandung maksud agar
siswa yang bernama Catur untuk melanjutkan membaca soal dan jawaban dari
latihan soal yang akan dibahas oleh teman sebelahnya. Guru mengajak para siswa
untuk mengoreksi jawaban dari bagian yang baru yaitu uji kompetensi empat,
setelah membahas mengenai soal puisi berjudul Jalan Sabara.
i. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Larangan berasal dari kata dasar larang. Larangan memiliki arti perintah
(aturan) yang melarang suatu perbuatan; sesuatu yang terlarang karena dipandang
keramat atau suci; sesuatu yang terlarang karena kekecualian (KBBI, 2008: 791).
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa larangan merupakan suatu
tuturan atau tindakan yang memiliki makna perintah untuk melarang suatu
perbuatan. Berikut beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif larangan yang ditemukan dalam penelitian ini.
(33) Jangan lupa membuka BPM untuk mencocokkan rima yang
digunakan teman-temanmu! (TIKI/TMMPIL/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mencari
rima yang digunakan dalam puisi salah satu siswa yang telah dituliskan di
papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
wajah para siswa.
(34) Saya tidak akan menerangkan, yang penting Anda tidak boleh
mengganggu yang lain! (TIKI/TMMPIL/D2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa yang hanya diam saja
karena guru tidak memberikan materi pelajaran. Guru marah pada para
siswa karena para murid tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
(35) Nak, jangan menggunakan kata “Yak‟e”, Nak, ini bahasa Indonesia!
(TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru
menanyakan mengenai puisi yang dibuat oleh siswa. Siswa tersebut
menjawab dengan kata “yak‟e” yang berarti mungkin. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
(36) Tidak usah menanggapi Falfo! Falfo yo ora nanggepi koncone!
(TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang diajak
berbicara dengan rekan sebangku pada saat mengerjakan latihan soal. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk salah satu siswa.
(37) Makanya Le, kalau gurunya belum selesai, jangan ngomong wae!
(TIKI/TMMPIL/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru
menanyakan kembali mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian
siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Siswa
tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena siswa tersebut
berbicara dengan rekannya saat guru menjelaskan mengenai tugas yang
akan diberikan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk
siswa yang berbicara.
Dalam tuturan yag mengandung makna pragmatik imperatif larangan,
ditandai dengan adanya penggunaan penanda kesantunan jangan yang merupakan
ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan dalam
konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tersebut ditunjukkan dalam
tuturan (33) “Jangan lupa membuka BPM untuk mencocokkan rima yang
digunakan teman-temanmu!”, tuturan (34) “Saya tidak akan menerangkan, yang
penting Anda tidak boleh mengganggu yang lain!”, tuturan (35) “Nak, jangan
menggunakan kata “Yak‟e”, Nak, ini bahasa Indonesia!”, tuturan (36) “Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
usah menanggapi Falfo! Falfo yo ora nanggepi koncone!”, dan tuturan (37)
“Makanya Le, kalau gurunya belum selesai, jangan ngomong wae!”.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (33) mengandung maksud agar siswa tidak lupa membuka BPM
yang di dalam BPM tersebut terdapat materi mengnai rima dalam puisi. Guru
meminta siswa memuka BPM tersebut guna melihat dan mencocokkan rima yang
terdapat dalam puisi karya temannya yang akan disunting mejadi puisi yang lebih
indah. Tuturan (34) mengandung maksud agar para siswa tidak mengganggu
siswa lain dalam jam pelajaran saat itu. Dalam kegiatan belajar mengajar saat itu,
guru tidak memberikan materi pelajaran dan meminta siswa untuk belajar sendiri.
Penanda larangan yang digunakan dalam kalimat tersebut terdapat pada kata
„tidak boleh‟, yang memiliki makna sama dengan „jangan‟.
Adapun, tuturan (35) mengandung maksud agar siswa tidak menggunakan
kata “Yak‟e” yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “mungkin”, karena pada saat
itu guru beserta siswa lainnya sedang dalam kegiatan belajar mengajar, terlebih
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sehingga diharapkan dengan sebisa
mungkin, siswa berbicara kepada guru dengan menggunakan bahasa Indonesia,
bukan bahasa daerah. Tuturan (36) mengandung maksud agar siswa yang bernama
Falfo dan rekan sebangkunya untuk tidak saling menanggapi pembicaraan satu
sama lain atau dapat dikatakan guru melarang mereka untuk berbicara. Penanda
larangan ada kalimat tersebut terletak pada kata „tidak usah‟, yang memiliki arti
sama dengan „jangan‟. Tuturan (37) mengandung maksud agar siswa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berbicara degan rekannya pada saat guru sedang menjelaskan mengenai tugas
yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Larangan tersebut terjadi karena
siswa yang berbicara dengan rekannya pada saat guru sedang menjelaskan
mengenai tugas yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya, ia tidak dapat
menjawab dan menjelaskan kembali mengenai jawaban dari pertanyaan guru.
j. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
Harapan berasal dari kata dasar harap. Harapan memiliki arti sesuatu yang
(dapat) diharapkan; keinginan supaya menjadi kenyataan; orang yang diharapkan
atau dipercaya (KBBI, 2008: 482). Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan
bahwa harapan merupakan sesuatu yang diharapkan atau diinginkan untuk
menjadi kenyataan. Berikut tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
harapan yang ditemukan dalam penelitian ini.
(38) Ini adalah salah satu contoh bagaimana orang yang sebetulnya tidak
mengenal dunia tulis menulis mampu menghasilkan karya selama karya
tersebut ditekuni dan sungguh-sungguh. Jadi harapannya Bu Domas, ya Anda
demikian! (TIKI/TMMPIH/D4)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi
pelajaran mengenai puisi. Guru memberikan satu contoh mengenai seorang
sosok yang mampu hidup dari suatu karya sastra. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
Dalam tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan,
ditandai dengan adaya penggunaan penanda kesantunan harap yang merupakan
ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan dalam
konstruksi imperatif. Penggunaan penanda kesantunan tersebut ditunjukkan dalam
tuturan (38) “Ini adalah salah satu contoh bagaimana orang yang sebetulnya
tidak mengenal dunia tulis menulis mampu menghasilkan karya selama karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
tersebut ditekuni dan sungguh-sungguh. Jadi harapannya Bu Domas, ya Anda
demikian!”
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan data
di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (38) mengandung maksud agar para siswa mampu menjadi seperti
tokoh yang diceritakan oleh guru, yaitu siswa mampu menghasilkan suatu karya
asalkan para siswa tekun dan sungguh-sungguh dalam karya yang mereka pilih.
k. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan
Umpatan berasal dari kata dasar umpat. Umpatan memiliki arti hasil
mengumpat; makian (KBBI, 2008:152). Dari pengertian tersebut, dapapt
dikatakan bahwa umpatan merupakan tuturan yang bermakna makian dan
menuturkan menggunakan kata-kata yang kasar. Berikut beberapa tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif umpatan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(39) Dengarkan dulu temanmu, temanmu itu koyo pitek meh ngendok! Ayo
lanjut! (TIKI/TMMPIU/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat membacakan
soal ulangan yang akan dikoreksi. Pada saat itu, situasi kelas masih ramai
karena siswa yang lain asik berbincang-bincang dan siswa yang membacakan
soal tersebut tetap membaca walaupun sebagian teman di kelas masih
berbicara dengan rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
ekspresi wajah marah.
(40) Ben koe ki reti lho nek koe ki pah-poh, ora mudengan, ora gelem sinau,
tidak mau belajar dengan tekun! (TIKI/TMMPIU/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan
soal, tetapi para siswa hanya diam saja dan tidak menanggapi setiap
pertanyaan yang guru terkait materi yang diberikan, sehingga menyebabkan
guru marah. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah
marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(41) Ditanya, plonga-plongo koyo kebo! (TIKI/TMMPIU/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan
soal, tetapi para siswa hanya diam saja dan tidak dapat menjawab pertanyaan
dari salah satu soal di latihan soal dan pertanyaan dari guru, sehingga
menyebabkan guru marah. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
ekspresi wajah marah.
Ketiga tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari setiap
tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (39) guru mengumpat siswa dengan “Dengarkan dulu temanmu,
temanmu itu koyo pitek meh ngendok! Ayo lanjut!” yang memiliki arti dalam
bahasa Indonesia, “Dengarkan dulu temanmu, temanmu itu seperti ayam yang
ingin bertelur! Ayo lanjut!”. Dalam tuturan tersebut mengandung maksud
umpatan, yaitu mengungkapkan bahwa siswa yang berbincang-bincang saat guru
dan siswa lain akan mengoreksi latihan soal seperti ayam yang ingin bertelur.
Dalam hal ini, diketahui bahwa situasi saat ayam yang ingin bertelur selalu
berkokok keras, sehingga guru mengumpat siswa dan mengibaratkan siswa
layaknya ayam yang sedang ingin bertelur.
Selanjutnya, tuturan (40) guru mengumpat siswa dengan “Ben koe ki reti lho
nek koe ki pah-poh, ora mudengan, ora gelem sinau, tidak mau belajar dengan
tekun!”, yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia, “Biar kamu itu tahu lho kalau
kamu itu pah-poh, tidak mudah mengerti, tidak mau belajar, tidak mau belajar
dengan tekun!”. Tuturan tersebut dituturkan guru ketika siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan dari latihan soal maupun pertanyaan dari guru. Guru
mengumpat siswa karena guru marah dengan siswa yang diam saja (tidak
kooperatif) dalam KBM. Tuturan tersebut memiliki maksud untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mengungkapakan kepada para siswa agar mereka mengetahui kalau mereka tidak
mampu menjawab pertanyaan dan mereka menyadari bahwa mereka tidak mudah
mengerti akan materi yang diberikan guru, serta mereka tidak tekun dalam belajar.
Tuturan (41) guru mengumpat siswa dengan tuturan “Ditanya, plonga-plongo
koyo kebo!”, yang memiliki arti “Ditanya, plonga-plongo seperti kerbau!”. Guru
mengumpat siswa karena siswa tidak kooperatif dalam KBM. Seperti yang kita
tahu, bahwa hewan kerbau selalu diam saja dan tidak melakukan perlawanan
ketika ditanya ataupun diperlakukan yang kurang baik, lalu guru mengibaratkan
siswa seperti hewan kerbau yang terlihat tidak ada respon ketika diberikan
pertanyaan. Jadi dapat diketahui bahwa maksud dalam tuturan tersebut agar siswa
kooperatif dan mampu menjawab setiap pertanyaan guru.
l. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
Anjuran berasal dari kata dasar anjur. Anjuran memiliki arti yang
dianjurkan; usul; saran; nasihat; ajakan (KBBI, 2008: 72). Dari pengertian
tersebut, dapat dikatakan bahwa anjuran merupakan tuturan untuk menganjurkan
sesuatu yang bersifat usul, saran, nasihat, dan ajakan. Berikut tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif anjuran yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(42) Tinimbang tak suarani bodo, mending koe lingguh kono! Cikmang-
cikmangan yo karepmu, arep cup-cupan yo karepmu. Wes kono wong loro.
(TIKI/TMMPIAn/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang bercanda saat
guru meminta para siswa untuk mengerjakan latihan soal. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan di
atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (42) “Tinimbang tak suarani bodo, mending koe lingguh kono!
Cikmang-cikmangan yo karepmu, arep cup-cupan yo karepmu. Wes kono wong
loro.”, memiliki arti dalam bahasa Indonesia, “Daripada saya katakan bodoh,
lebih baik kamu duduk sana! Cikmang-cikmangan ya terserah kamu, mau cup-
cupan ya terserah kamu. Sudah sana orang dua”. Dalam tuturan tersebut
terkandung maksud, yaitu guru menganjurkan siswa untuk duduk berdua di depan
kelas sebagai bentuk hukuman guru kepada mereka karena mereka bercanda saat
guru meminta untuk mengerjakan latihan soal. Guru menganjurkan hal tersebut
pada siswa, daripada guru mengumpat murid dengan julukan „bodoh‟.
m. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”
Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh
mitra tutur melakukan sesuatu, namun sebenarnya yang dimaksud adalah
melarang melakukan sesuatu (Rahardi, 2005: 116). Berikut tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif “ngelulu” yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(43) Sing luwih duwur meneh! (TIKI/TMMPIN/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang menuliskan
puisi di papan tulis bagian yang tinggi. Tangan guru tidak sampai untuk
menyunting puisi di bagian yang tinggi karena postur tubuh guru yang tidak
tinggi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan siswa
yang menuliskan puisi di papan tulis.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan di
atas diantaranya sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Dalam tuturan (43) “Sing luwih duwur meneh!”, memiliki arti dalam bahasa
Indonesia, “Yang lebih tinggi lagi!”. Tuturan tersebut berbanding terbalik dengan
maksud yang ingin disampaikan oleh guru, Tuturan tersebut memiliki maksud
agar siswa tidak menuliskan puisinya di papan tulis yang bagian tinggi karena
guru tidak mampu menyunting puisi tersebut jika letaknya di atas karena kondisi
tubuh guru yang pendek.
4.2.1.2 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Deklaratif
Tuturan imperatif dalam konstruksi deklaratif memiliki arti tuturan yang
mengandung makna dan maksud imperatif, akan tetapi disampaikan oleh penutur
menggunakan tuturan berkonstruksi deklaratif. Dalam tuturan yang mengandung
makna pragmatik imperatif dalam konstruksi deklaratif, tidak terdapat ciri
penanda dari tuturan tersebut untuk menunjukkan apakah makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut mengandung suatu makna imperatif tertentu. Makna dan
maksud dari tuturan tersebut hanya dapat diketahui melalui konteks tuturan yang
melatarbelakangi atau mewadahinya. Dibawah ini data masing-masing tuturan
imperatif dalam konstruksi deklaratif.
a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Pengertian dari perintah sudah dijelaskan pada halaman 50. Berikut
beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah yang
ditemukan dalam penelitian ini.
(44) Sekali lagi, besok mengumpulkan puisimu bertema keindahan alam
yang sudah disunting. (TIKD/TMMPIP/D4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan
mengenai tugas yang harus dikumpulkan siswa pada pertemuan
selanjutnya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk
para siswa.
(45) Kamu amati, kamu rasakan, kamu cari pengalamanmu yang berkaitan
dengan keindahan alam. Lalu yang kamu rasakan, kamu pikirkan, kamu
alami, kamu memiliki pendapat itu ditulis. (TIKD/TMMPIP/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat memberikan
penjelasan mengenai materi yang diberikan berupa materi menulis puisi.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para
siswa.
(46) Tuliskan apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu lihat, apa yang
kamu dengar, bagaimana pendapatmu, tulis saja. (TIKD/TMMPIP/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan
materi pelajaran mengenai menulis puisi. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(47) Makanya Nak, biar gak kelihatan loadingnya lama, dengarkan Bu
Domas. (TIKD/TMMPIP/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat
menanyakan kembali mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian
siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Siswa
yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru, sibuk berbicara dengan
rekannya saat guru menjelaskan mengenai tugas yang diberikan. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk salah satu siswa.
Keempat tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan data di atas diantaranya sebagai berikut.
Dalam tuturan (44) memiliki maksud guru agar para siswa mengumpulkan tugas
menulis puisi hasil karya mereka sendiri dengan tema keindahan alam yang telah
disunting pada pertemuan selanjutnya. Tuturan (45) memiliki maksud agar para
siswa mengamati, mencari pengalaman yang berkaitan langsung dengan
keindahan alam. Setelah siswa mendapatkannya, kemudian guru memerintahkan
siswa agar apa yang mereka rasakan, pikirkan, alami, dan pendapat yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mengenai puisi tersebut, sehingga para siswa dapat menuliskannya dalam larik-
larik puisi.
Adapun, tuturan (46) memiliki maksud agar para siswa menuliskan apa saja
yang siswa pikirkan, lihat, dengar, dan pendapat para siswa mengenai suatu objek
kedalam larik-larik puisi untuk menjadi topik pembahasan materi yang
disampaikan oleh guru. Tuturan (47) memiliki maksud agar para siswa
mendengarkan guru terlebih dahulu mengenai tugas yang akan diberikan pada
pertemuan selanjutnya agar siswa tersebut mengerti saat ditanyakan kembali
mengenai tugas yang diberikan. Guru memerintahkan siswa melakukan hal itu
karena siswa tersebut sibuk berbicara saat guru menjelaskan tugas yang akan
diberikan pada pertemuan selanjutnya.
b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Pengertian dari suruhan sudah dijelaskan pada halaman 52. Berikut
beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan yang
ditemukan dalam penelitian ini.
(48) Dua saja, dua anak. Satu kiri, satu kanan. (TIKD/TMMPIS/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada beberapa siswa saat beberapa siswa
maju ke depan kelas ingin menuliskan puisinya, padahal yang diinginkan
guru untuk menulis hanya dua orang siswa. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(49) Sekarang, itu biarkan Eka yang koreksi. Kamu koreksi milikmu sendiri,
artinya kamu buka BPM-mu. (TIKD/TMMPIS/D5)
Koteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang tidak pernah
masuk sekolah saat akan mengoreksi latihan soal dalam BPM. Guru
mengetahui kalau siswa tersebut belum mengerjakan latihan soal yang
ditugaskan oleh guru, sehingga guru tidak memperbolehkan siswa tersebut
untuk mengoreksi karena akan merugikan siswa lain yang sudah
mengerjakan. Sehingga guru meminta dia untuk melihat BPM miliknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sendiri. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah
siswa.
(50) Nak, mengerjakan Nak. Saya tidak meminta Anda tidur diatas meja,
Nak. (TIKD/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat salah satu
siswa mengerjakan latihan soal dengan posisi kepala diletakkan diatas meja.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah siswa.
(51) Dari tulisanmu, lalu disunting. Disuntingnya, contohnya seperti miliknya
Arya dan Galih. (TIKD/TMMPIS/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat memberikan
penjelasan mengenai materi yang diberikan berupa materi menulis puisi.
Materi yang diberikan berupa materi megenai penyuntingan puisi. Tuturan
tersebut dituturkan setelah guru dan para siswa selesai menyunting puisi milik
Arya dan Galih. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk
puisi di papan tulis.
Keempat tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan data di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (48) memiliki maksud agar beberapa siswa yang hendak maju
menuliskan puisi, untuk membatasi jumlanya menjadi dua orang saja yang
menuliskan puisi karya mereka di papan tulis. Masing-masing dari dua anak
tersebut menuliskan puisi di papan tulis sebelah kanan dan kiri. Tuturan (49)
memiliki maksud agar siswa yang menjadi lawan tutur guru untuk memberikan
buku latihan soal milik siswa lain, yang di pegangnya agar tidak dikoreksi oleh
siswa tersebut. Guru menyuruh siswa tersebut untuk mengoreksi latihan soal
miliknya sendiri.
Selanjutnya, tuturan (50) memiliki maksud agar salah satu siswa yang
mengerjakan latihan soal dengan meletakkan posisi kepala diatas meja untuk
mengerjakan latihan soalnya dengan posisi duduk yang baik, yaitu dengan duduk
yang tegap dan tanpa meletakkan kepalanya di meja. Tuturan (51) memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
maksud agar para siswa menyunting puisi yang telah dibuat oleh mereka, menjadi
puisi seperti milik Arya dan Galih, murid yang puisinya telah disunting secara
bersama-sama oleh guru dan siswa sekelas.
c. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Pengertian dari desakan sudah dijelaskan pada halaman 58. Berikut
beberapa tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan yang
ditemukan dalam penelitian ini.
(52) Yang tidak membuat, kesadaran diri untuk berdiri.
(TIKD/TMMPID/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru mengoreksi
tugas menulis puisi yang telah dibuat oleh para siswa. Terdapat beberapa
siswa yang kedapatan tidak membuat puisi, sehingga dihukum oleh guru
untuk berdiri sambil membuat puisi. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(53) Besok Senin ulangan menulis puisi. Kalau besok sampai Anda
sebagian besar dibawah KKM, Anda tambahan sepulang sekolah.
(TIKD/TMMPID/D2)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa di jam terakhir guna
mengingatkan siswa kalau hari Senin akan ada ulangan. Guru menuturkan
dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(54) Setelah ini yang sukarelawan dari anak putra. Berarti nanti setelah
dikoreksi, dua anak putra harus menjadi sukarelawan.
(TIKD/TMMPID/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat dua siswi
menuliskan puisinya di papan tulis untuk di sunting. Guru meminta agar
yang menuliskan puisi selanjutnya adalah dua siswa. Guru menuturkan
dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(55) Waktumu hanya satu jam mengerjakan, setelah itu dikumpulkan.
(TIKD/TMMPID/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang belum
mengerjakan tugas karena pada pertemuan sebelumnya sedang latihan
untuk persiapan lomba antar sekolah. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil mengacungkan satu jari keatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
(56) Silahkan. Kita akan bisa menyunting, jika ada sukarelawan maju. Jika
Anda tidak maju, tidak ada sukarelawan, maka kita tidak dapat
meneruskan pelajaran ini. (TIKD/TMMPID/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mempersilahkan para siswa yang bersedia menuliskan puisi hasil karyanya
di papan tulis guna di sunting. Pada saat itu, guru tidak menunjuk para
siswa untuk menuliskan puisi di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Dalam tuturan (52) memiliki maksud agar para siswa yang tidak membuat
tugas menuliskan puisi untuk berdiri. Guru mendesak siswa untuk berdiri karena
ingin melihat berapa banyak siswa yang belum membuat tugas menuliskan puisi,
setelah itu guru akan memberikan hukuman pada siswa yang belum menuliskan
puisi dengan menuliskan puisi sambil berdiri. Dalam tuturan (53) memiliki
maksud agar para siswa mencapai nilai diatas KKM ketika ulangan menulis puisi
pada hari Senin. Apabila nilai para siswa tidak mencapai KKM, guru akan
menghukum mereka dengan memberikan pelajaran tambahan.
Adapun, tuturan (54) memiliki maksud agar para siswa yang berjenis
kelamin laki-laki untuk secara sukarela menuliskan puisi karya mereka di papan
tulis agar dapat di sunting bersama-sama antara guru dan para murid sebagai
bahan pembelajaran. Dalam tuturan (55) memiliki maksud agar salah satu siswa
yang belum mengerjakan tugas agar dapat menyelesaikan tugas dengan durasi
waktu satu jam, kemudian tugas tersebut dapat dikumpulkan kepada guru. Tuturan
(56) memiliki maksud agar para siswa untuk secara sukarela maju menuliskan
puisi karya mereka di papan tulis untuk di sunting secara bersama-sama antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
guru dan siswa dalam materi pelajaran menyunting puisi, tanpa harus ditunjuk
oleh guru atau siswa yang lain.
d. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
Pengertian dari bujukan telah dijelaskan pada halaman 61. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(57) Ho‟o, jangan marah jika dikomentari, kan kita semua belajar disini.
(TIKD/TMMPIB/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang puisi
karyanya telah disunting. Siswa tersebut terlihat marah ketika puisinya
dikomentari oleh rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah,
sambil menatap wajah salah satu siswa.
(58) Waduh, nulisnya agak kesini Mbak, mepet tempatnya Marsya supaya
jika saya sunting milikmu, bisa untuk menulis. (TIKD/TMMPIB/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang maju
menuliskan puisi di papan tulis. Tulisan murid tersebut sedikit dekat
dengan ujung papan tulis, sehingga akan menyulitkan guru dalam proses
penyuntingan. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
mengarahkan penulisan.
Kedua tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan data di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (57) memiliki maksud agar salah satu siswa yang puisinya
disunting agar tidak marah saat guru dan teman sekelasnya menyunting dan
mengomentari puisi milik siswa tersebut agar menjadi puisi yang lebih baik. Guru
membujuk siswa karena siswa tersebut terlihat marah ketika teman-temannya
mengomentari mengenai salah satu larik puisinya. Padahal sebelum pertemuan,
guru sudah mengingatkan para siswa agar tidak marah ketika puisi karya mereka
di komentari saat proses penyuntingan. Tuturan (58) memiliki maksud agar siswi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menuliskan puisi tidak terlalu dekat dengan ujung papan tulis, melainkan
letaknya berdekatan dengan puisi milik salah satu siswi yang menuliskan puisinya
di papan tulis pula, yaitu Marsya. Hal itu dilakukan supaya masih ada ruang di
papan tulis agar guru dapat menyunting puisi milik siswi tersebut.
e. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
Pengertian dari imbauan telah dijelaskan pada halaman 62. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(59) Jika kita kesulitan, kita lihat satu baris per baris. Jika Anda kesulitan
untuk menyunting nanti puisimu sendiri, lihatlah baris per baris, lalu
renungkan. (TIKD/TMMPII/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas
materi pelajaran mengenai puisi, terlebih pada langkah-langkah dalam
penyuntingan larik puisi. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menatap wajah para siswa.
(60) Usahakan dalam menulis puisi, Anda mengurangi kata-kata
penghubung. (TIKD/TMMPII/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas
materi pelajaran mengenai puisi. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(61) Duduknya yang bagus, Mbak. Anak cowok saja saya larang, apalagi
anak putri. (TIKD/TMMPII/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang duduk
dengan posisi yang tidak sopan. Siswi tersebut duduk dengan menaikkan
salah satu kakinya di atas kursi. Guru menuturkan dengan intonasi rendah,
sambil menunjuk kearah siswi.
(62) Jika kamu ingin nilaimu, hasilmu dimasukkan, ya kamu tenang
sebentar. Nanti seperti pasar hewan. (TIKD/TMMPII/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai
mengoreksi dan para siswa berbicara dengan rekan sebangku mereka
hingga membuat kondisi ruangan menjadi berisik. Pada saat itu, guru ingin
memasukkan nilai yang telah dikoreksi oleh para siswa ke buku nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dengan cara mendikte. Guru menuturka dengan intonasi rendah, sambil
menatap wajah para siswa.
(63) Bicara boleh, tapi harus mapan enggon, wayah. Harus pas pada
tempat dan waktu. (TIKD/TMMPII/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru
menanyakan kembali mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian
siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Siswa
tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena ia berbicara dengan
rekan sebangkunya saat guru sedang menjelaskan mengenai tugas yang
akan diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (59) memiliki maksud agar para siswa yang merasa kesulitan
dalam menyunting puisinya, dapat melakukan penyuntingan dengan mudah, yaitu
dengan cara melihat baris per baris setiap puisi yang dibuatnya. Lalu siswa dapat
merenungkan setiap baris puisi tersebut agar dapat mengubah dan memperbaiki
setiap larik dalam baris puisi menjadi puisi yang lebih indah. Tuturan (60)
memiliki maksud agar para siswa mengurangi penggunaan kata-kata penghubung
dalam menulis larik-larik sebuah puisi. Kata imbauan yang terdapat dalam frasa
tersebut adalah “Usahakan”.
Selanjutnya, tuturan (61) memiliki maksud agar salah satu siswi yang
dimaksud oleh guru dapat duduk dengan posisi yang baik. Guru mengimbau hal
tersebut karena siswi yang dimaksudkan tersebut duduk dengan menaikkan salah
satu kakinya keatas meja sehingga menyebabkan rok murid tersingkap kemana-
mana. Tuturan (62) memiliki maksud agar para siswa tenang karena guru hendak
memasukkan nilai tugas yang telah dikoreksi kedalam buku nilai dengan cara
mendikte para siswa. Apabila siswa tidak tenang, guru tidak akan mendengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
suara siswa yang menyebutkan nilai dari nama siswa yang disebutkan oleh guru.
Tuturan (63) memiliki maksud agar siswa berbicara sesuai dengan tempat dan
waktu agar siswa tersebut tidak salah dalam mendapatkan informasi. Guru
mengimbau siswa tersebut karena siswa tersebut tidak dapat menjawab
pertanyaan guru mengenai tugas yang diberikan pada pertemuan selanjutnya. Hal
itu disebabkan karena siswa sibuk berbicara dengan rekan sebangkunya saat guru
memberitahukan mengenai tugas yang diberikan pada pertemuan selajutnya.
f. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Pengertian dari ajakan telah dijelaskan pada halaman 66. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(64) Oke kalau begitu, jalan segara dulu. (TIKD/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan menentukan
latihan soal yang akan dibahas terlebih dahulu. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil melihat BPM.
(65) Bayangkan Nak, dari pagi orang-orang yang demonstrasi itu mungkin
tidak, belum makan. (TIKD/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan
tentang salah satu puisi yang terdapat dalam salah satu soal di BPM. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Kedua tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (64) memiliki maksud agar para siswa membahas latihan soal yang
bertopik mengenai puisi yang berjudul Jalan Segara terlebih dahulu, dibandingkan
topik yang lain. Tuturan (65) memiliki maksud agar para siswa membayangkan
situasi dan kondisi ketika orang sedang berdemonstrasi yang kemungkinan belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
makan ketika melakukan demo, sebagai bentuk imajinasi mengenai puisi yang
menjadi topik pembahasan kegiatan belajar mengajar.
g. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Pengertian dari larangan telah dijelaskan pada halaman 68. Berikut tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(66) Tidak menyalin Nak, membuat sendiri. (TIKD/TMMPIL/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang dihukum
untuk membuat puisi karena siswa tersebut lupa untuk membuat tugas
menulis puisi. Guru melihat siswa tersebut membaca puisi milik teman
sebangkunya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap
wajah siswa.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan data
di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (66) memiliki maksud agar salah seorang siswa yang dihukum oleh
guru untuk membuat puisi karyanya sendiri. Guru melarang siswa tersebut untuk
melihat atau bahkan menyalin puisi milik rekannya, guna dijadikan puisi
karyanya.
h. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
Pengertian dari harapan telah dijelaskan pada halaman 71. Berikut tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(67) Kita berharap saja itu salah, kepiting. (TIKD/TMMPIH/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat siswa menanyakan
tentang hewan kepinding dan guru kurang mengerti akan hewan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Pertanyaan itu muncul ketika siswa menemukan penulisan hewan tersebut
dalam salah satu soal di latihan soal yang terdapat di BPM. Guru menuturkan
dengan intonasi rendah, sambil melihat buku.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan data
di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (67) memiliki maksud agar salah satu soal yang terdapat di buku
latihan soal para siswa, yang membahas mengenai hewan kepinding merupakan
kesalahan pengetikan dari pencetak buku, yaitu dari hewan kepiting. Guru dan
para siswa tidak mengetahui bahwa memang ada hewan yang bernama kepinding,
sehingga guru mengharapkan bahwa penulisan tersebut merupakan penulisan dari
hewan kepiting.
i. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
Pengertian dari anjuran telah dijelaskan pada halaman 74. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(68) Anda membuat, tidak usah dipikirkan, “Oh rimanya ini”. Nanti akan
muncul dengan sendirinya, apabila Anda membuat dengan bahasa yang,
pilihan kata yang Anda pilih. (TIKD/TMMPIAn/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi
salah satu siswa yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(69) Kalau Anda tidak fokus, lebih baik Anda duduk tidak usah bersama
teman. Tapi duduklah sendiri supaya Anda fokus dalam pelajaran.
(TIKD/TMMPIAn/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang sering
bolos dan nilainya menurun. Guru bermaksud menasehati siswa tersebut
agar fokus dalam kegiatan belajar mengajar. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(70) “Tubuhmu bergoyang bak penari jaipong”, ini sebenarnya sudah
masuk menggunakan kata-kata berkonotasi, tidak perlu diubah, tidak papa.
(TIKD/TMMPIAn/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi
salah satu siswa yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menghapus puisi di papan tulis.
(71) Jadi biasakan menulis puisi untuk yang lain juga, biasakanlah ini lho,
mengurangi kata-kata yang sebetulnya kata penghubung atau kata
sambung, itu hilangkan saja. (TIKD/TMMPIAn/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi dan
menyunting puisi hasil karya salah satu siswa yang telah maju menuliskan
puisinya di papan tulis. Puisi yang dituliskan tersebut banyak
menggunakan kata penghubung. Guru menuturkan dengan intonasi rendah,
sambil menatap wajah para siswa.
Keempat tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (68) memiliki maksud agar para siswa tidak memikirkan terlebih
dahulu rima yang akan digunakan dalam membuat sebuah puisi. Rima dalam puisi
tersebut karena pada dasarnya akan muncul dengan sendirinya seiring dengan
bagaimana puisi itu dibuat. Tuturan (69) memiliki maksud agar salah satu siswa
yang sering bolos dan nilainya menurun untuk duduk sendiri saat kegiatan belajar
berlangsung. Hal itu dimaksudkan agar siswa tersebut dapat fokus dalam
belajarnya di kelas dan dapat mengalami peningkatan pelajaran. Anjuran tersebut
baru pertama kali guru berikan pada siswa tersebut dan berharap hal tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa yang bersangkutan.
Adapun, tuturan (70) memiliki maksud agar larik dalam puisi “Tubuhmu
bergoyang bak penari jaipong” tidak perlu diubah karena dalam larik tersebut
sudah mengandung konotasi. Guru memberikan anjuran tersebut saat sedang
menyunting salah satu puisi milik siswa di papan tulis. Tuturan (71) memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
maksud agar para siswa membiasakan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan penggunaan kata-kata penghubung dalam menulis puisi. Guru
menuturkan hal demikian karena guru menemukan banyak penggunaan kata
penghubung dalam larik puisi yang merupakan hasil karya mereka sendiri.
4.2.1.3 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Interogatif
Tuturan imperatif dalam konstruksi interogatif memiliki arti tuturan yang
mengandung makna dan maksud imperatif, akan tetapi disampaikan oleh penutur
menggunakan tuturan berkonstruksi interogatif. Sama halnya dengan tuturan
imperatif dalam konstruksi deklaratif, tuturan imperatif dalam konstruksi
interogatif tidak memiliki ciri penanda yang dapat membuktikan bahwa tuturan
tersebut merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif dalam
konstruksi interogatif. Makna dan maksud dari tuturan imperatif dalam konstruksi
interogatif hanya dapat diketahui melalui konteks tuturan yang melatarbelakangi
dan mewadahinya. Dibawah ini data masing-masing tuturan imperatif dalam
konstruksi interogatif.
a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Pengertian dari perintah telah dijelaskan pada halaman 50. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(72) Bisakah Anda tenang? (TIKInter/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai
mengoreksi latihan soal dan para siswa berbicara dengan rekan sebangku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
hingga membuat kondisi ruangan menjadi berisik. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
(73) Bisa diam dulu? (TIKInter/TMMPIP/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru akan
memberikan pesan untuk pertemuan selanjutnya diakhir pelajaran, tetapi
para siswa sibuk berbicara satu sama lain. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Kedua tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan data di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (72) memiliki maksud agar para siswa tenang karena suara para
siswa dari ruangan kelas terdengar sangat berisik dan dapat mengganggu kegiatan
belajar mengajar di kelas lain. Para siswa berisik sesaat setelah selesai mengoreksi
latihan soal yang dikoreksi bersama. Tuturan (73) memiliki maksud agar para
siswa diam karena guru ingin menyampaikan pesan untuk pertemuan selanjutnya.
Pada saat itu, siswa sibuk berbicara dengan rekannya, sehingga guru tidak dapat
menyampaikan pesannya karena terhalangi oleh suara para siswa yang lebih besar
daripada suara guru.
b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Pengertian dari suruhan telah dijelaskan pada halaman 52. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(74)Kamu, mejamu boleh kamu geser kepada siapa itu?
(TIKInter/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas
soal ulangan dan siswa tersebut tidak memiliki lembar soal sehingga guru
memintanya untuk bergabung dengan rekan yang lain. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil mengarahkan meja ke siswa lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
(75) Duduknya tidak bisa kedepan to, Nak? (TIKInter/TMMPIS/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa duduknya
menghadap kebelakang atau berhadapan dengan rekan dibelakangnya saat
kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah siswa.
Kedua tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (74) memiliki maksud agar salah satu siswa yang tidak memiliki
soal dari latihan soal yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya untuk
menggeser meja miliknya agar dekat dengan rekannya yang memiliki soal dari
latihan soal yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan saat itu, guru akan
membahas mengenai latihan soal yang telah ia berikan, sehingga guru menyuruh
siswa untuk menggeserkan posisinya bertujuan agar siswa tersebut dapat ikut serta
dan dapat mengerti mengenai soal-soal yang di bahas. Tuturan (75) memiliki
maksud agar siswa yang duduk menghadap kebelakang saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung dapat memutar balik posisi duduknya menjadi duduk
menghadap ke depan atau mengarah ke guru. Guru menyuruh siswa melakukan
itu karena siswa tersebut duduk menghadap ke meja belakang milik rekannya
hanya untuk berbincang-bincang saat kegiatan belajar sedang berlangsung,
padahal bukan waktu untuk berdiskusi.
c. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Pengertian dari desakan telah dijelaskan pada halaman 58. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(76)Sekarang sukarela, siapa yang mau menulis didepan?
(TIKInter/TMMPID/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mempersilahkan beberapa siswa yang dengan senang hati ingin
menuliskan puisi hasil karyaya di papan tulis untuk dikoreksi bersama,
tanpa harus ditunjuk oleh guru untuk maju. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(77) Jika paham, sekarang sukarelawan dua, siapa?
(TIKInter/TMMPID/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa untuk
mempersilahkan para siswa yang bersedia menuliskan puisinya di papan
tulis, tanpa harus ditunjuk oleh guru untuk maju. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
(78) Sekarang, saya ingin kejujuran Anda, siapa yang menulis,
mengumpulkan hasil puisi itu dari mengambil di internet? Tunjuk jari,
tidak usah malu! (TIKInter/TMMPID/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengetahui
bahwa sebagian dari siswa menuliskan puisi hasil karyanya dengan
mencari dan menyalin dari situs internet. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
(79) Sing jawab kok ming Rio, sing liyane endi? (TIKInter/TMMPID/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat kegiatan tanya
jawab berlangsung, sedangkan yang menjawab pertanyaan dari guru hanya
satu orang. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
wajah para siswa.
(80)Sing jawab kok ming daerah kene tok, sing liyane endi?
(TIKInter/TMMPID/D6)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas
latihan soal dan yang menjawab pertanyaan dari guru hanya sebagian anak
(deretan siswa yang duduk di depan meja guru), sedangkan sisanya hanya
diam. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah
para siswa.
Kelima tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (76) memiliki maksud agar para siswa menuliskan puisi karya
mereka di papan tulis secara sukarela dan senang hati, tanpa diperintahkan oleh
guru untuk maju. Puisi yang dituliskan oleh siswa hendak disunting oleh guru dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
para siswa lainnya guna memenuhi salah satu materi pembelajaran berupa
menyunting puisi. Tuturan (77) memiliki maksud agar para siswa dengan jumlah
dua orang dari beberapa puluh siswa di kelas mau dan mampu menuliskan puisi
hasil karya mereka sendiri di papan tulis. Guru meminta dua orang dari beberapa
siswa tersebut menuliskan puisinya secara sukarela, tanpa diperintahkan oleh guru
untuk maju. Tuturan (78) memiliki maksud agar para siswa untuk jujur dan
mengakui kepada guru kalau diantara mereka menulis dan mengumpulkan puisi
yang mengatasnamakan diri mereka sendiri sebagai penulisnya, merupakan puisi
hasil dari mengunduh melalui situs internet. Guru meminta para siswa yang
mengumpulkan tugas menulis puisi tersebut dengan mengambil dari situs internet
untuk mengaku pada guru dengan cara tunjuk jari dan tanpa rasa malu
mengakuinya saat diperintahkan oleh guru untuk tunjuk jari.
Selanjutnya, tuturan (79) memiliki maksud agar seluruh siswa aktif
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, karena hanya siswa yang
bernama Rio, yang mampu dan aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Sedangkan siswa yang lain hanya diam dan mendengarkan Rio ketika
menjawab pertanyaan guru. Tuturan (80) memiliki maksud agar seluruh siswa di
kelas ikut aktif dalam menjawab pertanyaan guru mengenai soal-soal yang
terdapat dalam latihan soal yang di bahas bersama. Guru mendesak para siswa
karena hanya siswa yang duduk di deretan depan meja guru, yang aktif menjawab
pertanyaan dari latihan soal yang diberikan oleh guru. Sedangkan siswa lainnya
hanya diam dan tertunduk saat guru menanyakan jawaban dari soal yang
dipertanyakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
d. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
Pengertian dari persilaan telah dijelaskan pada halaman 63. Berikut tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(81) Silahkan maju, siapa yang akan menuliskan bait-bait puisinya?
(TIKInter/TMMPIPs/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk
mempersilahkan para siswa yang bersedia menuliskan puisi hasil karyanya
di papan tulis. Saat itu, guru tidak menunjuk salah satu siswa untuk
menuliskan puisi karya mereka di papan tulis, tapi guru hanya
mempersilahkan siswa dan menguji keberanian siswa yang mampu
menuliskan puisi tanpa di suruh. Guru menuturkan dengan intonasi rendah,
sambil menatap wajah para siswa.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan di
atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (81) memiliki maksud untuk guru mempersilakan para siswa
menuliskan puisi karya mereka sendiri di papan tulis yang merupakan tugas dari
guru. Dalam tuturan tersebut, guru tidak menunjuk salah satu siswa ataupun
beberapa siswa untuk maju menuliskan puisinya, tetapi guru hanya
mempersilakan kepada semua siswa yang bersedia untuk menuliskan puisinya
tanpa harus ditunjuk oleh guru untuk maju. Dalam hal ini, guru sekaligus menguji
seberapa besar keberanian dan keaktifan siswa untuk menuliskan puisinya di
papan tulis karena para siswa biasanya hanya aktif ketika guru memberikan suatu
perintah kepada mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
e. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Pengertian dari ajakan telah dijelaskan pada halaman 66. Berikut tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan yang ditemukan dalam
penelitian ini.
(82) Yuk, sekarang kita koreksi apa? PR ya? (TIKInter/TMMPIAj/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para murid dimaksudkan
mengajak para siswa mengoreksi tugas yang terdapat dalam BPM. Tugas
tersebut sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil membuka BPM.
Tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari tuturan
data di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (82) memiliki maksud agar guru mengajak para siswa dalam
kegiatan belajar mengajar melakukan kegiatan berupa mengoreksi PR yang
terdapat dalam salah satu buku panduan siswa, yaitu BPM. PR tersebut telah
diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya, sehingga pada pertemuan saat
itu, guru dan para siswa sudah bisa melakukan tahap koreksi terhadap hasil
jawaban dari soal dalam PR.
f. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Pengertian dari larangan telah dijelaskan pada halaman 68. Berikut beberapa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan yang ditemukan
dalam penelitian ini.
(83) Kok sudah ngobrol ya? Heh, kok sudah ngobrol?
(TIKInter/TMMPL/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat diminta guru
mengerjakan latihan soal. Akan tetapi, baru beberapa menit mengerjakan,
para siswa sudah berbicara kepada rekannya. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(84) Wahid, dari tadi kok ngobrol wae? (TIKInter/TMMPL/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang
berbincang-bincang saat guru menerangkan mengenai materi pelajaran.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah Wahid.
(85) Kok sepertinya, kelasnya seperti lebah berdengung ya? Seperti ada
sarang lebah ya? (TIKInter/TMMPL/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menunggu salah
satu siswa menuliskan puisi di papan tulis untuk di sunting. Para siswa
berbicara dengan rekannya sehingga menyebabkan guru menyindir secara
halus. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat buku milik
guru.
Ketiga tuturan di atas memiliki maksud. Maksud yang terkandung dari
setiap tuturan data di atas diantaranya sebagai berikut.
Tuturan (83) memiliki maksud agar para siswa tidak saling berbicara
dengan rekannya. Guru melarang siswa untuk berbicara karena siswa masih dalam
kegiatan belajar mengajar dan rentang waktu yang diberikan oleh guru kepada
siswa adalah untuk mengerjakan soal-soal dalam latihan soal di salah satu buku
panduan siswa, tidak untuk saling berbicara. Tuturan (84) memiliki maksud agar
siswa yang bernama Wahid untuk tidak berbincang-bincang kepada rekannya saat
guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang diberikan saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung. Dalam tuturan guru diketahui bahwa selama guru
menjelaskan materi pelajaran, siswa yang bernama Wahid sibuk berbincang-
bincang dengan rekannya, terlihat dari kalimat “dari tadi kok ngobrol wae”, yang
dalam bahasa Indonesia memiliki arti “dari tadi kok berbincang-bincang saja”
hingga akhirnya guru memutuskan untuk melarang siswa tersebut berbincang-
bincang dengan rekannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Adapun, tuturan (85) memiliki maksud agar siswa tidak saling berbicara
kepada rekannya saat menunggu salah satu siswa menuliskan hasil karya puisi
miliknya di papan tulis sampai siswa yang menuliskan puisi di papan tulis selesai
menuliskan puisinya, hingga kemudian disunting oleh guru dan para siswa.
Bentuk larangan tersebut disertai dengan sindiran guru terhadap situasi kelas.
Sindiran guru terhadap suara siswa diibaratkan dengan suara lebah yang
berdengung. Seperti yang diketahui bahwa suara lebah yang berdengung
menimbulkan suara yang cukup tidak enak untuk di dengar karena kebisingannya.
4.2.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan
Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas
Berdasarkan analisis data, ditemukan 266 maksud tuturan imperatif yang
digunakan guru dalam bertutur. Maksud imperatif tersebut terdiri dari maksud
imperatif dalam konstruksi imperatif, deklaratif, dan interogatif. Maksud imperatif
dalam konstruksi imperatif yang ditemukan dalam penelitian, yaitu: (1) tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah sebanyak 119 tuturan,
(2) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan sebanyak 7
tuturan, (3) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan
sebanyak 4 tuturan, (4) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
desakan sebanyak 18 tuturan, (5) tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif bujukan sebanyak 2 tuturan, (6) tuturan yang mengandung makna
pragmatik imperatif imbauan sebanyak 1 tuturan, (7) tuturan yang mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
makna pragmatik imperatif persilaan sebanyak 9 tuturan, (8) tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif ajakan sebanyak 10 tuturan, (9) tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan sebanyak 37 tuturan,
(10) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapanan sebanyak 1
tuturan, (11) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan
sebanyak 4 tuturan, (12) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
anjuranan sebanyak 1 tuturan, dan (13) tuturan yang mengandung makna
pragmatik imperatif “ngelulu” sebanyak 1 tuturan.
Maksud imperatif dalam konstruksi deklaratif yang ditemukan dalam
penelitian, yaitu (1) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah sebanyak 5 tuturan, (2) tuturan yang mengandung makna pragmatik
imperatif suruhan sebanyak 4 tuturan, (3) tuturan yang mengandung makna
pragmatik imperatif desakan sebanyak 5 tuturan, (4) tuturan yang mengandung
makna pragmatik imperatif bujukan sebanyak 2 tuturan, (5) tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif imbauan sebanyak 11 tuturan, (6) tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan sebanyak 2 tuturan,
(7) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan sebanyak 1
tuturan, (8) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan
sebanyak 1 tuturan, dan (9) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
anjuran sebanyak 6 tuturan.
Sedangkan, maksud imperatif dalam konstruksi interogatif yang ditemukan
dalam penelitian, yaitu (1) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah sebanyak 2 tuturan, (2) tuturan yang mengandung makna pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
imperatif suruhan sebanyak 2 tuturan, (3) tuturan yang mengandung makna
pragmatik imperatif desakan sebanyak 6 tuturan, (4) tuturan yang mengandung
makna pragmatik imperatif persilaan sebanyak 1 tuturan, (5) tuturan yang
mengandung makna pragmatik imperatif ajakan sebanyak 1 tuturan, dan
(6) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan sebanyak 3
tuturan.
Berikut ini merupakan grafik yang menunjukkan persentase maksud tuturan
imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran
bahasa Indonesia: suatu kajian pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Dari penjabaran di atas, diketahui bahwa tuturan yang dominan digunakan
oleh guru adalah tuturan yang mengandung makna pragmatik perintah dalam
konstruksi imperatif. Adapun beberapa tuturan tersebut, sebagai berikut.
(86) Nomor satu! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas
latihan soal dan dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban
yang benar dari soal nomor satu. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil memperhatikan BPM.
(87) Amos! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa
selesai menjumlahkan nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan
memasukkan nilai kedalam buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang
mengoreksi latihan soal milik siswa yang disebutkan namanya,
menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
(88) Heh, mas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa yang berbicara
dengan rekannya, padahal akan berdoa pagi bersama. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan wajah marah.
Tuturan (86) memiliki maksud agar siswa membacakan soal dan jawaban
soal nomor satu yang di bahas secara bersama. Soal dan jawaban yang di bahas
tersebut merupakan soal yang terdapat dalam buku panduan siswa, berupa BPM.
Tuturan (87) memiliki maksud agar siswa yang mengoreksi latihan soal milik
Amos, dapat membacakan nilai yang di dapatkan oleh Amos. Siswa tersebut
diperintahkan untuk membacakan nilai pada saat guru memasukkan nilai para
murid di depan kelas. Tuturan (88) memiliki maksud agar siswa diam.
Tuturan tersebut digunakan oleh guru dalam situasi-situasi tertentu, seperti
tuturan (86) digunakan oleh guru pada saat mengoreksi latihan soal bersama-sama
dengan siswa. Saat mengoreksi latihan soal, guru hanya menuturkan nomor yang
akan di bahas dengan intonasi yang tinggi. Dan setelah itu, siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mendapatkan giliran membacakan soal dan jawaban, merekapun otomatis
membacakan soal maupun jawaban soal yang dimaksudkan oleh guru secara
bergiliran. Tuturan (87) digunakan oleh guru pada saat guru akan memasukkan
nilai para siswa ke dalam buku daftar nilai. Dalam tuturan tersebut, guru hanya
memanggil nama-nama siswa yang terdapat dalam buku daftar nilai. Kemudian
siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa yang namanya disebutkan oleh
guru, secara langsung menyebutkan nilai yang diperoleh oleh siswa yang
disebutkan. Tuturan (88) digunakan guru saat terdapat salah satu siswa yang
berbicara dengan rekannya pada waktu yang tidak tepat, seperti pada saat akan
berdoa, mengerjakan latihan soal, atau membahas soal dan jawaban. Guru
menuturkan dengan memanggil nama siswa yang dimaksud dan di dukung dengan
intonasi yang tinggi, serta menatap siswa tersebut. Dan siswa yang namanya
disebutkan oleh guru, akan diam.
Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah dalam
konstruksi imperatif merupakan maksud tuturan imperatif yang dominan
digunakan oleh guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Maksud
tersebut menjadi yang dominan digunakan oleh guru saat bertutur kepada siswa
karena guru mendapati bahwa siswa memberikan respons dengan cepat mengenai
tuturan yang disampaikan oleh guru. Akan terjadi sebaliknya, ketika guru bertutur
menggunakan maksud pragmatik imperatif dalam konstruksi deklaratif atau
interogatif, siswa tidak merasa bahwa guru sedang memberikan suatu perintah
kepada mereka, sehingga siswa tidak memberikan respons yang bermakna atau
yang seperti diharapkan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.3 Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan memaparkan mengenai maksud tuturan
imperatif dan penggunaan maksud imperatif yang dominan digunakan oleh guru
kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
4.3.1 Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada Siswa
Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
Peneliti melakukan penelitian mengenai “Maksud Tuturan Imperatif pada
Tuturan Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menemukan maksud imperatif yang digunakan oleh guru selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai maksud tuturan imperatif
dalam kajian pragmatik. Penelitian ini berlandaskan pada teori Rahardi yang
menyebutkan maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik dengan istilah
wujud pragmatik imperatif. Rahardi (2015) menjelaskan bahwa wujud pragmatik
imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila
dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Maksud
imperatif dalam kajian pragmatik berupa tuturan dalam konstruksi imperatif
maupun nonimperatif, atau dalam pengertian lebih mudahnya adalah kalimat
deklaratif dan interogatif. Ciri penanda maksud imperatif adalah adanya
penggunaan ungkapan penanda kesantunan dalam tuturan si penutur, tuturan dapat
di parafrasa sebagai bukti bahwa masing-masing tuturan mengandung makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sebenarnya, serta di dukung oleh konteks situasi tutur. Sedangkan maksud
imperatif dalam konstruksi nonimperatif, hanya dapat diketahui makna dan
maksud imperatifnya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelaknginya atau
mewadahinya.
Perhatikan tuturan berikut sebagai contoh pembanding antara makna
pragmatik imperatif dalam konstruksi imperatif dan nonimperatif.
(35) Nak, jangan menggunakan kata “Yak‟e”, Nak, ini bahasa Indonesia!
(TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru
menanyakan mengenai puisi yang dibuat oleh siswa. Siswa tersebut
menjawab dengan kata “yak‟e” yang berarti mungkin. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
(66) Tidak menyalin Nak, membuat sendiri. (TIKD/TMMPIL/D1)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang dihukum
untuk membuat puisi karena siswa tersebut lupa untuk membuat tugas
menulis puisi. Guru melihat siswa tersebut membaca puisi milik teman
sebangkunya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap
wajah siswa.
(83) Kok sudah ngobrol ya? Heh, kok sudah ngobrol?
(TIKInter/TMMPL/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat diminta guru
mengerjakan latihan soal. Akan tetapi, baru beberapa menit mengerjakan,
para siswa sudah berbicara kepada rekannya. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Tuturan (35), (66) dan (83) merupakan tuturan yang sama-sama
mengandung makna larangan. Akan tetapi, dalam tuturan tersebut terdapat
perbedaan dalam konstruksi tuturan. Tuturan (35) merupakan tuturan dalam
konstruksi imperatif, tuturan (66) merupakan tuturan dalam konstruksi deklaratif,
dan tuturan (83) merupakan tuturan dalam konstruksi interogatif.
Tuturan (35) merupakan maksud imperatif larangan dalam konstruksi
imperatif. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa mengandung makna larangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
yaitu terlihat dari penggunaan penanda kesantunan “Jangan” yang merupakan
salah satu ciri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
larangan, yang terdapat dalam tuturan “Nak, jangan menggunakan kata “Yak‟e”,
Nak, ini bahasa Indonesia!”. Tuturan tersebut memiliki maksud agar siswa tidak
menggunakan kata “Yak‟e” yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “mungkin”.
Guru melarang siswa untuk menggunakan kata tersebut karena pada saat itu guru
beserta siswa lainnya sedang dalam kegiatan belajar mengajar, terlebih dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia. Sehingga diharapkan dengan sebisa mungkin,
siswa berbicara kepada guru dengan menggunakan bahasa Indonesia, bukan
bahasa daerah. Konteks tuturan tersebut terjadi saat guru menanyakan mengenai
puisi yang dibuat oleh siswa. Siswa tersebut menjawab dengan kata “yak‟e” yang
dalam bahasa Jawa memiliki arti “mungkin”.
Tuturan (66) merupakan maksud imperatif larangan dalam konstruksi
deklaratif. Tuturan “Tidak menyalin Nak, membuat sendiri”, memiliki konstruksi
deklaratif. Dalam tuturan tersebut, diketahui bahwa guru melarang siswa untuk
menyalin, yang terdapat pada kalimat “Tidak menyalin Nak”, yang memiliki
maksud untuk melarang siswa untuk menyalin. Akan tetapi, tidak terlalu jelas
maksud dari guru tersebut, siswa dilarang untuk menyalin apa dan untuk siswa
yang mana tuturan yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, dalam konteks
tuturan dijelaskan bahwa “Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang
dihukum untuk membuat puisi karena siswa tersebut lupa untuk membuat tugas
menulis puisi. Guru melihat siswa tersebut membaca puisi milik teman
sebangkunya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
siswa”. Sehingga, jelas terlihat bahwa maksud tuturan guru tersebut ditujukan
untuk salah seorang siswa yang dihukum oleh guru untuk membuat puisi
karyanya sendiri. Guru melarang siswa tersebut untuk melihat atau bahkan
menyalin puisi milik rekannya, guna dijadikan puisi karyanya.
Tuturan (83) merupakan maksud imperatif larangan dalam konstruksi
interogatif. Tuturan “Kok sudah ngobrol ya? Heh, kok sudah ngobrol?”, jelas
terlihat bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan berkonstruksi interogatif.
Tuturan yang disampaikan oleh guru tersebut mungkin sudah sedikit terlihat jelas
untuk melarang berbicara atau ngobrol, tapi tidak diketahui mengapa atau alasan
dibalik tuturn guru melarang dan menuturkan tuturan tersebut. Akan tetapi, dalam
konteks tuturan dijabarkan, “Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat
diminta guru untuk mengerjakan latihan soal. Akan tetapi, baru beberapa menit
mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru, para siswa sudah berbicara
kepada rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah
para siswa”. Sehingga, dapat diketahui maksud dari tuturan guru tersebut adalah
guru melarang para siswa untuk berbicara kepada rekannya karena siswa masih
dalam tugas untuk mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Maksud tuturan imperatif adalah sesuatu (makna sebenarnya) yang ingin
disampaikan oleh penutur bersumber dari tuturan yang sifatnya meminta untuk
melakukan tindakan atau perbuatan, serta dinilai secara subjektif. Maksud tuturan
imperatif terdiri dari tiga konstruksi, yaitu konstruksi imperatif, deklaratif, dan
interogatif. Maksud tuturan imperatif dapat bersifat tersurat apabila maksud
imperatif dituturkan dalam konstruksi imperatif. Sedangkan maksud tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
imperatif dapat bersifat tersirat apabila maksud imperatif yang dituturkan dalam
konstruksi deklaratif dan interogatif. Ciri penanda dan konteks yang digunakan
dalam setiap tuturan mempermudah untuk membedakan makna dan maksud
tuturan imperatif yang disampaikan.
4.3.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan
Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas
Berdasarkan analisis data maksud tuturan imperatif yang peneliti lakukan,
ditemukan beberapa maksud tuturan imperatif yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas, baik dalam konstruksi imperatif dan konstruksi
nonimperatif, yang berupa deklaratif dan interogatif. Maksud tuturan imperatif
yang digunakan oleh guru dalam konstruksi imperatif cenderung lebih banyak
digunakan, dibandingkan dalam konstruksi nonimperatif. Dalam konstruksi
imperatif, maksud tuturan imperatif yang digunakan oleh guru, berupa tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif 1) perintah, 2) suruhan,
3) permintaan, 4) desakan, 5) bujukan, 6) imbauan, 7) persilaan, 8) ajakan,
9) larangan, 10) harapan, 11) umpatan, 12) anjuran, dan 13) “ngelulu”. Maksud
tuturan imperatif dalam konstruksi deklaratif yang digunakan oleh guru, berupa
tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif 1) perintah, 2) desakan,
3) suruhan, 4) imbauan, 5) bujukan, 6) ajakan, 7) larangan, 8) harapan, dan
9) anjuran. Sedangkan maksud tuturan imperatif dalam konstruksi interogatif yang
digunakan oleh guru, berupa tuturan yang mengandung makna pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
imperatif 1) perintah, 2) suruhan, 3) desakan, 4) persilaan, 5) ajakan, dan
6) larangan.
Dari beberapa penggunaan maksud tuturan imperatif yang terdapat dalam
data, maksud tuturan imperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah dalam konstruksi imperatif merupakan tuturan yang paling banyak
dituturkan oleh guru, yaitu sebanyak 119 tuturan dengan persentase sebesar
44,91%. Maksud tersebut paling dominan digunakan oleh guru karena maksud
tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap respons yang diberikan
oleh siswa. Siswa menjadi lebih cepat memberikan respons terhadap tuturan guru,
yaitu respons berupa tindakan atau perbuatan seperti yang diharapkan oleh guru.
Akan tetapi, ketika guru bertutur dengan menggunakan konstruksi nonimperatif,
siswa kurang memberikan respons yang baik, seperti halnya pada konstruksi
imperatif. Hal tersebut dapat terjadi, kemungkinan karena faktor perbedaan
intonasi dalam tiga tuturan tersebut. Dalam tuturan imperatif, intonasi yang
digunakan cenderung tinggi, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi sisi
psikologis siswa, yaitu menjadi takut atau bahkan termotivasi sehingga siswa akan
dengan cepat melakukan hal yang diperintahkan oleh guru. Sedangkan dalam
tuturan deklaratif dan interogatif, intonasi yang digunakan lebih rendah
dibandingkan intonasi dalam tuturan imperatif. Dengan begitu, tuturan
nonimperatif guru menyebabkan siswa menjadi kurang memberikan respons
dengan baik.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa maksud tuturan
imperatif yang dominan digunakan oleh guru dari keseluruhan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dianalisis adalah tuturan yang mengandung makna perintah dalam konstruksi
imperatif. Hal ini terlihat dari jumlah yang ditemukan oleh peneliti yaitu sebanyak
119 tuturan dan persentase sebesar 44,91%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran. Kedua hal itu
diuraikan sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap Maksud Tuturan
Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa maksud tuturan imperatif yang disampaikan oleh guru kepada
siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, terdiri
dari maksud tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif, deklaratif, dan
interogatif. Dalam konstruksi imperatif, maksud imperatif yang digunakan oleh
guru terdiri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah,
suruhan, permintaan, desakan, bujukan, imbauan, persilaan, ajakan, larangan,
harapan, umpatan, anjuran, dan “ngelulu”.
Adapun, dalam konstruksi deklaratif, maksud imperatif yang digunakan
oleh guru terdiri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif
perintah, desakan, suruhan, imbauan, bujukan, ajakan, larangan, harapan, dan
anjuran. Sedangkan dalam konstruksi interogatif, maksud imperatif yang
digunakan oleh guru terdiri dari tuturan yang mengandung makna pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
imperatif perintah, suruhan, desakan, persilaan, ajakan, dan larangan. Keseluruhan
maksud imperatif dalam konstruksi imperatif digolongkan ke dalam makna
tertentu berdasarkan ciri penanda yang terdiri dari pemakaian penanda
kesantunan, penggunaan parafrasa, dan konteks. Sedangkan maksud imperatif
dalam konstruksi deklaratif dan interogatif digolongkan ke dalam makna tertentu
berdasarkan konteks yang melatarbelakangi dan mewadahinya.
Maksud tuturan imperatif yang dominan digunakan oleh guru adalah tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah dalam konstruksi
imperatif. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah tuturan yang ditemukan oleh
peneliti, yaitu sebanyak 119 tuturan dan persentase sebesar 44,91%.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran yang kiranya berguna
bagi pihak-pihak tertentu. Saran tersebut ditujukan bagi pendidik dan peneliti lain.
Kedua saran tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Pendidik
Pendidik diharapkan mampu menyeimbangkan penggunaan tuturan
deklaratif dan interogatif yang mengandung maksud imperatif dengan
tuturan imperatif yang mengandung maksud imperatif. Hal itu didasari
bahwa fungsi dari tuturan deklaratif dan interogatif yang mengandung
maksud imperatif adalah untuk memperhalus tuturan agar terkesan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sopan. Dengan demikian, pendidik yang merupakan salah satu sosok
panutan bagi siswa, dirasa akan lebih baik jika mampu bertutur
menggunakan tuturan tersebut.
2. Peneliti lain
Fokus penelitian ini adalah maksud tuturan imperatif guru dalam kajian
pragmatik dan subjek penelitian ini adalah guru. Oleh karena itu, bagi
peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian yang berfokus pada
maksud tuturan deklaratif atau interogatif dalam kajian pragmatik. Selain
itu, subjek penelitian dapat digantikan dengan tuan rumah yang memiliki
asisten rumah tangga. Subjek tersebut diperkirakan lebih banyak memiliki
variasi dalam bertutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Cruickshank, Donald, dkk. 2014. Perilaku Mengajar Edisi 6 – Buku I. Jakarta:
Salemba Humanika.
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner.
Yogyakarta: Pustaka Pealajar.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Suatu Penekanan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Non-
Jurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Lubis, Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M. S, Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia.
Nandar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Narbuko, Cholid, dkk. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Nawawi, Hadari. 1998. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, Miftah, dkk. 2009. Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Nurastuti, W. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Putrayasa, Bagus Ida. 2009. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:
Penerbit Dioma.
_______________ . 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
________________ . 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.
Saputro, Yusuf. 2014. Bentuk-Bentuk Tuturan Imperatif dan Satuan Lingual
Pembentuk Makna Imperatif dalam Naskah Drama Draussen Vor Der Tur
Karya Wolfgang Borchert. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Setianingrum, Imas. 2014. Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Drama
Q1. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Subyakto, Sri Utari dan Nababan. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengantar.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik Teori dan
Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
___________________________________________. 2011. Analisis Wacana
Pragmatik Kajian Teori dan Analisis.Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zamzani. 2002. Penigkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 1 Triangulasi Data
TRIANGULASI DATA
Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik yang telah dicek oleh ahli atau pakar.
1 TUTURAN IMPERATIF DALAM KONSTRUKSI IMPERATIF
1.1 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik imperatif Perintah
No Data Maksud Triangulator
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Berdiri! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru mengoreksi tugas
membuat puisi yang telah diberikan guru pada pertemuan sebelumnya dengan
berkeliling ke meja para siswa. Siswa tersebut ternyata tidak membuat puisi,
sehingga dihukum dengan berdiri sambil membuat puisi. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi serta mata melotot.
Guru memerintahkan salah satu siswa
untuk mengerjakan puisi dengan cara
berdiri.
√
2 Tuturan:
Sambil berdiri, kamu membuat! Tugas tambahannya, sambil berdiri harus
membuat. Hari ini harus jadi! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru mengoreksi puisi yang
telah dibuat para siswa. Siswa tersebut ternyata tidak membuat puisi, sehingga
dihukum dengan berdiri sambil membuat puisi. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menunjuk murid dengan jari.
Guru memerintahkan siswa untuk
membuat tugas dengan cara berdiri dan
pada hari itu juga tugas harus sudah
jadi.
√
3 Tuturan:
Lima belas menit untuk membuat puisi, untuk tiga anak ini! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada beberapa siswa saat guru mengoreksi puisi yang
Guru memerintahkan untuk ketiga
siswa yang di hukum agar dapat
membuat puisi dalam durasi waktu
lima belas menit.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
telah dibuat oleh para siswa. Beberapa siswa tersebut kedapatan tidak membuat
puisi, sehingga dihukum untuk membuat puisi dengan durasi waktu selama lima
belas menit dan dengan cara berdiri. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
mata menatap pada tiga siswa yang tidak membuat puisi.
4 Tuturan:
Kamu lihat, itu yang tidak sempurna! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi yang ditulis di
papan tulis dan mencari bentuk rima yang digunakan dalam puisi tersebut. Akan
tetapi para siswa lupa akan materi yang berkaitan dengan rima dalam puisi. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi sambil menunjuk puisi yang tertulis di papan
tulis.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat jenis rima yang tidak
sempurna.
√
5 Tuturan:
Rima apa yang ada dalam pengulangan di baris berikutnya? Kamu cari!
(TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi yang ditulis di
papan tulis dan mencari bentuk rima yang digunakan dalam puisi tersebut. Akan
tetapi para siswa lupa akan materi yang berkaitan dengan rima dalam puisi. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dengan muka marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
mencari istilah dari rima yang terdapat
dalam pengulangan di baris berikutnya.
√
6 Tuturan:
Disitu ada tidak? Dibaca! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi yang ditulis di
papan tulis dan mencari bentuk rima yang digunakan dalam puisi tersebut. Akan
tetapi para siswa lupa akan materi yang berkaitan dengan rima dalam puisi dan
mencari di buku. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi sambil menggelengkan
kepala.
Guru memerintahkan siswa untuk
membaca jenis-jenis rima yang
terdapat dalam di dalam buku.
√
7 Tuturan:
Lalu lihat bait tiga! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk bait ketiga dalam puisi di papan tulis.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat bait tiga puisi. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
8 Tuturan:
Nah, sekarang kita lihat yang ini! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu murid
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk puisi salah satu siswa yang dikoreksi.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat puisi yang ditunjuk oleh guru. √
9 Tuturan:
Sekarang kita lihat! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mengoreksi puisi milik salah
satu siswa yang dituliskan di papan tulis. Guru mengajak para siswa untuk
menyunting puisi tersebut. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk puisi di papan tulis.
Guru memerintahkan siswa utuk
melihat puisi yang dituliskan di papan
tulis.
√
10 Tuturan:
Sekarang kita lihat yang di atas garis! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Terdapat puisi yang letaknya di atas garis. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk puisi di papan tulis
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat puisi yang di atas garis. √
11 Tuturan:
Satu lagi! Jika tidak, berarti saya anggap bisa lho. Satu lagi! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi dua puisi milik
dua orang siswa. Guru meminta salah satu siswa lagi untuk menuliskan puisi hasil
karyanya di papan tulis agar dapat disunting bersama. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap seluruh siswa.
Guru memerintahkan siswa agar satu
murid lagi yang maju menuliskan puisi
karyanya di papan tulis. Kalau tidak
ada yang maju menuliskan, guru
menganggap bahwa para siswa bisa.
√
12 Tuturan:
Tambah satu lagi! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi dua puisi. Guru
meminta salah satu siswa lagi untuk menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mengacungkan satu jari keatas.
Guru memerintahkan siswa untuk
menambah satu orang siswa lagi yang
menuliskan puisinya di papan tulis.
√
13 Tuturan:
Dihapus saja! Agak cepat menulisnya! (TIKI/TMMPIP/D1)
Guru memerintahkan siswa untuk
menghapus puisi sebelumnya di papan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang maju ke depan kelas untuk
menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis untuk disunting. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan mata menatap siswa yang menuliskan puisi.
tulis dan lebih cepat menuliskan puisi
miliknya.
14 Tuturan:
Menulisnya agak cepat ya! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang maju untuk menuliskan puisi
hasil karyanya di papan tulis. Setelah siswa selesai menuliskan puisinya di papan
tulis, guru dan beserta siswa lain akan menyunting puisi tersebut, yang merupakan
kompetensi dasar dari pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata
menatap siswa yang menuliskan puisi.
Guru memerintahkan siswa agar murid
yang akan menuliskan puisi dipapan
tulis dapat menuliskan puisinya dengan
cepat karena puisi tersebut akan
disunting secara bersama-sama antara
guru dan siswa lain, sehingga tidak
menghabiskan jam pelajaran.
√
15 Tuturan:
Jika sudah dibuat, tinggalkan saja! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada para siswa saat membahas BPM yang akan dijadikan
tugas untuk siswa dan ternyata tugas yang akan diberikan oleh guru, sudah
dikerjakan oleh para siswa. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi sambil
membuka lembar-lembar BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
meninggalkan saja materi yang telah di
kerjakan.
√
16 Tuturan:
Baik, tukarkan dengan teman disamping ya! Tidak usah disalin Nak, tidak usah
disalinkan tidak apa-apa. Tukarkan dengan teman di samping! (TIKI/TMMPIP/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mengoreksi latihan soal yang
ada dalam BPM. Para siswa akan menyalin jawaban dari latihan soal ke kertas.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menggerakkan tangan kearah
murid satu ke yang lain.
Guru memerintahkan siswa untuk
menukarkan hasil pekerjaan latihan
soal dengan teman di samping mereka
dan para siswa dilarang untuk menyalin
jawaban mereka yang terdapat dalam
buku ke kertas.
√
17 Tuturan:
Soal puisi, pelajari sendiri! (TIKI/TMMPIP/D2)
Konteks:
Tuturan dituturkan oleh guru kepada siswanya saat berjalan menuju pintu keluar
kelas. Guru memberikan tugas kepada para siswa untuk mempelajari mengenai
materi puisi yang akan dijadikan materi ulangan pada pertemuan selanjutnya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi.
Guru memerintahkan siswa untuk
mempelajari mengenai soal puisi. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
18 Tuturan:
Yosua Gilbert! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat membagikan kertas ulangan
siswa yang telah dinilai. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi sambil
menggerakkan tangan yang berisi kertas ulangan kepada siswa yang dipanggil.
Guru memerintahkan Yosua Gilbert
untuk mengambil lembar ulangan yang
diberikan oleh guru.
√
19 Tuturan:
Kita lihat puisi! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat salah satu siswa telah menuliskan
puisi di papan tulis. Guru meminta siswa untuk melihat dan mengoreksi puisi yang
telah dituliskan oleh rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk jari kearah puisi.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat puisi. √
20 Tuturan:
Suntinglah kembali puisimu! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang puisi miliknya telah disunting
secara bersama-sama, antara guru dan siswa sekelas. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi sambil menatap siswa.
Guru memerintahkan siswa agar
menyunting kembali puisi miliknya. √
21 Tuturan:
Ini nanti disunting lagi! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang telah maju menuliskan
puisnya dan telah disunting. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil mata
menatap siswa.
Guru memerintahkan siswa agar
menyunting kembali puisinya. √
22 Tuturan:
Baik, besok anak putra! Besok, hari Rabu anak putra yang maju, dua sukarelawan!
(TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai menyunting puisi dan
memberikan sedikit materi pelajaran. Guru memberikan tugas untuk pertemuan
selanjutnya agar siswa yang berjenis kelamin laki-laki untuk menuliskan puisi hasil
karya mereka di papan tulis untuk disunting. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil mengacungkan dua jari keatas.
Guru memerintahkan dua siswa
berjenis kelamin laki-laki untuk maju
menuliskan puisinya dengan sukarela.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
23 Tuturan:
Duduk Gilbert, tidak ada yang ingin mengumpulkan! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menjelaskan mengenai
tugas yang akan diberikan untuk pertemuan selanjutnya. Akan tetapi, siswa tersebut
berdiri dan hendak maju ke meja guru untuk mengumpulkan tugasnya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap siswa yang berdiri.
Guru memerintahkan siswa yang
bernama Gilbert untuk duduk karena
guru tidak memerintahkan siswa untuk
mengumpulkan tugas.
√
24 Tuturan:
Ditanyakan, apakah sudah bel! (TIKI/TMMPIP/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat jam pelajaran sudah habis,
akan tetapi bel pergantian pelajaran belum berbunyi. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
menanyakan ke kantor apakah sudah
bel.
√
25 Tuturan:
Galih, dibagi dua, Le! Jangan terlalu besar-besar biar bisa untuk penyuntingan ya!
(TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menuliskan puisi hasil
karyanya di papan tulis dengan tulisan yang cukup besar. Siswa dilarang oleh guru
untuk menuliskan puisi dengan ukuran penulisan yang besar karena guru
membutuhkan ruang di samping puisi tersebut untuk menyuntingnya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil mengetuk papan tulis.
Guru memerintahkan siswa yang
bernama Galih untuk membagi dua
papan tulis dan menuliskan puisi tidak
dengan tulisan yang besar agar guru
dapat menyunting.
√
26 Tuturan:
Perhatikan sini, bandingkan yang asli, yang mentah dengan yang sudah disunting!
(TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran
mengenai puisi. Di papan tulis terdapat dua buah puisi, yaitu puisi yang belum
disunting dan puisi yang sudah di sunting. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menunjuk puisi di papan tulis.
Guru memerintahkan siswa untuk
memperhatikan puisi yang terdapat di
papan tulis dan membandingkan puisi
yang asli dengan yang sudah disunting.
√
27 Tuturan:
Kamu lihat, pohon pinus itu berdiri tegak, tidak bergoyang! (TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat pohon pinus yang berdiri tegak
dan tidak bergoyang.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
yang dituliskan di papan tulis. Dengan menggunakan media pohon pinus. Guru
mengibaratkan puisi yang sedang dibahas menggunakan pohon pinus. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk pohon pinus.
28 Tuturan:
Baik, kita cari yang secara visual itu gampang diterima! (TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran
mengenai puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan
buku.
Guru memerintahkan siswa untuk
mencari larik puisi yang secara visual
dapat diterima oleh akal.
√
29 Tuturan:
Tugas, suntinglah milikmu kemarin, buat menjadi seindah mungkin!
(TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat memberikan tugas kepada mereka
di jam terakhir pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
menyunting puisi miliknya agar
menjadi lebih indah.
√
30 Tuturan:
Besok pagi kumpulkan di kertas! Beri nama, kelas, absen, boleh diberi hiasan!
(TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar para siswa tidak lupa
memberikan identitas diri dalam lembar tugas membuat puisi yang diminta oleh
guru untuk dikumpulkan pada hari berikutnya. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengumpulkan tugas di kertas dengan
menyertakan nama, kelas, dan absen.
Guru pun memperbolehkan siswa
untuk memberi hiasan pada lembar
tugas.
√
31 Tuturan:
Besok pagi dikumpulkan sudah dalam bentuk jadi! (TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan mengenai tugas yang
harus dikumpulkan siswa pada pertemuan selanjutnya. Guru meminta para siswa
untuk mengumpulkan tugas puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengumpulkan tugas puisi dalam
bentuk jadi, tidak setengah-setengah.
√
32 Tuturan:
Beri hiasan pada puisi milikmu! Jangan lupa nama, kelas, dan absen supaya nanti
yag paling bagus bisa saya tempelkan di papan! (TIKI/TMMPIP/D4)
Guru memerintahkan siswa untuk
memberi hiasan pada puisi milik
murid. Guru pun mengingatkan siswa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan mengenai tugas yang
harus dikumpulkan murid pada pertemuan selanjutnya. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menunjuk para siswa.
untuk memberi nama, kelas, dan absen
pada lembar tugas puisi agar puisi
siswa yang terbaik dapat di tempelkan
di papan mading.
33 Tuturan:
Nah, sekarang buka BPM-mu! (TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan memulai materi pelajaran baru
melalui BPM. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil membuka BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membuka buku panduan belajar
mengajar mereka, yang bernama BPM.
√
34 Tuturan:
Tukarkan dengan teman di samping! (TIKI/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mengoreksi latihan soal yang
telah dikerjakan oleh siswa. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk murid satu per satu.
Guru memerintahkan siswa untuk
menukarkan lembar latihan soal
dengan teman di samping.
√
35 Tuturan:
Oh ya sudah, diambilkan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat meminta tolong siswa untuk
mengambilkan buku paket pada salah satu guru lain. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi sambil mengarahkan tangan keluar kelas.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengambilkan buku paket yang
terdapat pada guru bahasa Indonesia
kelas lain.
√
36 Tuturan:
Heh, mas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa yang berbicara dengan rekannya,
padahal akan berdoa pagi bersama. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
diam. √
37 Tuturan:
Tulis saja 15.1, 15.2! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menuliskan jadwal ulangan di
papan pengumuman kelas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
membuka buku.
Guru memerintahkan siswa untuk
menulis materi ulangan di papan
pengumuman kelas dengan menuliskan
KD pembelajarannya, yaitu KD 15.1
dan 15.2.
√
38 Tuturan: Guru memerintahkan siswa untuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Rp. 150,00 kali 6, dihitung sendiri! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat salah satu siswa menanyakan
jumlah biaya yang harus dibayarkan untuk fotocopy ulangan. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil membuka buku.
menghitung sendiri hasil dari
penjumlahan Rp. 150,00 di kali 6.
39 Tuturan:
Besok Rabu ulangan, siap uang ya! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mengadakan ulangan
dipertemuan berikutnya. Para siswa diminta untuk menyiapkan uang guna
mengganti biaya fotocopy lembar ulangan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menatap para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
menyiapkan uang pada saat ulangan di
hari Rabu.
√
40 Tuturan:
Atau kamu cari pinjaman BPM sana! 8B tidak ada bahasa Indonesia.
(TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat akan membahas latihan soal
dalam BPM, akan tetapi siswa tersebut tidak membawa BPM. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk kearah kelas 8B.
Guru memerintahkan siswa untuk
meminjam BPM milik kelas 8B. √
41 Tuturan:
Langsung kutipan saja! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas soal dari BPM.
Guru meminta siswa membacakan langsung pada kutipan, tidak perlu membaca
soal. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan langsung pada bagian
kutipan.
√
42 Tuturan:
Lalu tentukan sajak puisi tersebut! Bait pertama, bunyinya? (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membacakan soal dari BPM yang
dibahas secara bersama. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
wajah para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
menentukan sajak puisi yang di bahas
bersama.
√
43 Tuturan:
Nomor satu! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor satu.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
satu. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
44 Tuturan:
Dua! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
dua. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor dua.
√
45 Tuturan: Tiga! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
tiga. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor tiga.
√
46 Tuturan: Empat! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
empat. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor empat.
√
47 Tuturan: Lima! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
lima. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor lima.
√
48 Tuturan:
Enam! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
enam. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor enam..
√
49 Tuturan: Guru memerintahkan siswa untuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Intinya a atau b, kita lihat! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas jawaban dari latihan
soal. Siswa bingung untuk memberikan jawaban karena jawaban a dan b memiliki
kemiripan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
melihat inti jawaban soal tersebut,
antara a atau b.
50 Tuturan:
Tujuh, lanjut! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
tujuh. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor tujuh.
√
51 Tuturan:
Delapan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
delapan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor delapan.
√
52 Tuturan:
Sembilan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
sembilan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor sembilan.
√
53 Tuturan:
Sepuluh! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
sepuluh. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor sepuluh.
√
54 Tuturan:
Sebelas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor sebelas.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
sebelas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
55 Tuturan:
Dua belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
dua belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor dua belas.
√
56 Tuturan:
Tiga belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
tiga belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor tiga belas.
√
57 Tuturan:
Empat belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
empat belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor empat belas.
√
58 Tuturan:
Lima belas! (TIKI/TMMPIP/D58)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
lima belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor lima belas.
√
59 Tuturan:
Enam belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
enam belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor enam belas.
√
60 Tuturan:
Tujuh belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor tujuh belas.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
tujuh belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
61 Tuturan:
Delapan belas! Heh, delapan belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membaca dan menjawab soal selanjutnya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap murid dengan wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor delapan belas.
√
62 Tuturan:
Yo, Sembilan belas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
sembilan belas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan
BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor sembilan belas.
√
63 Tuturan:
Heh, San-San! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat membacakan soal ulangan yang
akan dikoreksi pada saat situasi kelas masih ramai karena para siswa yang lain
mengobrol. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan wajah marah.
Gru memerintahkan siswa bernama
San-San agar berhenti membaca. √
64 Tuturan:
Lihat dulu soalnya dan jawaban! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal. Siswa
merasa kebingungan dengan jawaban dari soal yang dipertanyakan. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat terlebih dahulu soal dan
jawaban dari buku.
√
65 Tuturan:
Angelika! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa yang mengobrol saat guru dan para
siswa lain mengoreksi latihan soal yang dibahas. Guru menuturkan dengan intonasi
keras dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan Angelika untuk
diam. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
66 Tuturan:
Dua puluh! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membacakan soal dan jawaban yang benar dari soal nomor
dua puluh. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil memperhatikan BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
membacakan soal dan jawaban dari
nomor dua puluh.
√
67 Tuturan:
Berikan ke temanmu! Kembalikan ke temanmu! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi jawaban dari
latihan soal milik siswa yang lain. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menatap para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
memberikan dan mengembalikan hasil
koreksian dari latihan soal yang di
bahas.
√
68 Tuturan:
Betulnya dikalikan lima! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar para siswa
menjumlahkan jawaban yang benar dari latihan soal yang dibahas sehingga skor
tersebut skor menjadi nilai akhir dan dapat dimasukkan kedalam daftar nilai siswa.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengalikan jumlah betul dengan angka
lima.
√
69 Tuturan:
Nilai betul dikali lima! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat terdapat salah satu siswa yang
menanyakan kembali mengenai penilaian dari latihan soal yang dikoreksi bersama.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para murid.
Guru memerintahkan siswa agar nilai
betul dari jawaban soal yang betul
dikalikan dengan angka lima.
√
70 Tuturan:
Ya, Aron! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Aron
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
71 Tuturan: Guru memerintahkan siswa yang √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Amos! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
mengoreksi latihan soal milik Amos
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
72 Tuturan:
Asti! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Asti
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
73 Tuturan:
Dendi! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Dendi
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
74 Tuturan:
Deni! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Deni
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
75 Tuturan:
Diva! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Diva
untuk membacakan nilai yang di
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
dapatkan olehnya.
76 Tuturan:
Eka Yuli! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Eka Yuli
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
77 Tuturan:
Ema! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Ema
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
78 Tuturan:
Eunike! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Eunike
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
79 Tuturan:
Fransiskus! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik
Fransiskus untuk membacakan nilai
yang di dapatkan olehnya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
80 Tuturan:
Hani! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Hani
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
81 Tuturan:
Ikhsan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Ikhsan
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
82 Tuturan:
Leonardus Bagas! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik
Leonardus Bagas untuk membacakan
nilai yang di dapatkan olehnya.
√
83 Tuturan:
Marselino! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik
Marselino untuk membacakan nilai
yang di dapatkan olehnya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
84 Tuturan:
Mariska! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Mariska
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
85 Tuturan:
Panji! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Panji
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
86 Tuturan:
Pedro! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Pedro
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
87 Tuturan:
Riski! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Riski
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
88 Tuturan: Guru memerintahkan siswa yang √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Robi! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
mengoreksi latihan soal milik Robi
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
89 Tuturan:
Sekar! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Sekar
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
90 Tuturan:
Selvi! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Selvi
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
91 Tuturan:
Suci! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Suci
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
92 Tuturan:
Tanti! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Tanti
untuk membacakan nilai yang di
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
dapatkan olehnya.
93 Tuturan:
Yudha Catur! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Yudha
Catur untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
94 Tuturan:
Elia! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Elia
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
95 Tuturan:
Angelika! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa selesai menjumlahkan
nilai akhir latihan soal yang dikoreksi dan guru akan memasukkan nilai kedalam
buku nilai, dimaksudkan agar para siswa yang mengoreksi latihan soal milik siswa
yang disebutkan namanya, menyebutkan nilai akhir latihan soal tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menuliskan nilai di daftar nilai.
Guru memerintahkan siswa yang
mengoreksi latihan soal milik Angelika
untuk membacakan nilai yang di
dapatkan olehnya.
√
96 Tuturan:
Kembalikan ke pemiliknya! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi dan
memasukkan nilai hasil latihan soal para siswa. Guru meminta para siswa untuk
Guru memerintahkan siswa untuk
mengembalikan latihan soal yang telah
di koreksi kepada pemiliknya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
mengembalikan buku latihan soal yang telah dikoreksi kepada pemiliknya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
97 Tuturan:
Cepet! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat diketahui saling ejek
menggunakan suara hewan dan memperagakan hewan tersebut. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk cepat
melakukan adegan ulang yang baru
saja mereka lakukan.
√
98 Tuturan:
Duduk di depan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang saling ejek untuk duduk di
depan kelas. Dimaksudkan sebagai hukuman bagi mereka karena tidak
mengindahkan tugas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah
marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
duduk di depan ruang kelas. √
99 Tuturan:
Heh, tanganmu kiri sini. Tanganmu kanan. Nah, wes ngono terus. Sudah, kerjakan
sambil berpegang-pegangan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang bercanda saat guru meminta
para siswa untuk mengerjakan latihan soal. Guru menghukum siswa dengan duduk
di depan kelas sambil mengerjakan tugas dengan posisi bergandengan tangan. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk tangan siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan tugassambil berpegangan
tangan.
√
100 Tuturan:
Wes, mengerjakan sambil berpegangan tangan! Ora greneng-greneng lho!
(TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang dihukum guru untuk
mengerjakan tugas dengan posisi bergandengan tangan. Dua orang siswa tersebut
masih mengobrol saat guru menyuruh mereka untuk mengerjakan tugas. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan tugas sambil berpegangan
tangan dan tidak diperbolehkan
berbicara.
√
101 Tuturan:
Yowes, Falfo menulis disitu! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa yang
bernama Falfo agar menuliskan
tugasnya di tempat yang di tunjuk oleh
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang saling ejek untuk duduk di
depan kelas bersama-sama. Dimaksudkan sebagai hukuman bagi mereka karena
tidak mengindahkan tugas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk siswa.
guru.
102 Tuturan:
Pegangan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang saling ejek untuk duduk di
depan kelas. Guru menghukum dua orang siswa tersebut dengan berpegangan
tangan. Dimaksudkan sebagai hukuman bagi mereka karena tidak mengindahkan
tugas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan menunjuk tangan siswa.
Guru memerintahkan siswa yang di
hukum untuk berpegangan tangan. √
103 Tuturan:
Letakkan itu diatas meja, Mbak, bukan di atas pahamu! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat salah satu siswa mengerjakan
latihan soal dengan meletakkan buku diatas paha, bukan diatas meja. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk buku siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
meletakkan bukunya di atas meja. √
104 Tuturan:
Sekarang mengerjakan! (TIKI/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar mengerjakan latihan
soal dan tidak berbicara kepada rekan sebangkunya. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan latihan soal yang
diberikan.
√
105 Tuturan:
Marsya, itu dihapus! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat siswa hendak maju untuk
menuliskan puisi karyaya di papan tulis. Guru meminta siswa untuk menghapus
puisi milik salah satu siswa yang telah disunting sebelumnya agar dapat dituliskan
puisi baru kembali. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk
tulisan di papan tulis.
Guru memerintahkan siswa yang
bernama Marsya untuk menghapus
puisi di papan tulis.
√
106 Tuturan:
Lalu karena pelajaran sudah selesai, buka BPM-mu! Kita koreksi!
(TIKI/TMMPIP/D6)
Guru memerintahkan siswa untuk
membuka BPM, kemudian di koreksi
bersama.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat kegiatan belajar akan dimulai lagi
melalui media pembelajaran BPM. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
membuka BPM.
107 Tuturan:
Semuanya dikerjakan, kerjakan di perpus, satu jam ya! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang belum mengerjakan tugas
karena pada pertemuan sebelumnya sedang latihan untuk persiapan lomba antar
sekolah. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk kearah
perpustakaan.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan semua soal yang
diberikan oleh guru di perpustakaan
dengan waktu satu jam.
√
108 Tuturan:
Marsya, ke kanan! Makanya rambut diikat, Mbak, biar kedengaran.
(TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang tidak mendengar arahan dari
guru mengenai alur dari pengoreksian BPM. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menunjuk kearah kanan siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
memberikan buku yang akan dikoreksi
ke teman di sebelah kanan.
√
109 Tuturan:
Kita mulai dari belakang, Jaka! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan membahas soal dari BPM dan
dimaksudkan agar siswa membaca dan menjawab soal selanjutnya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap siswa yang bernama Jaka.
Guru memerintahkan siswa untuk
mulai membacakan soal dan jawaban
yang di bahas dari belakang, yaitu dari
Jaka.
√
110 Tuturan:
Ya dibuka dong catatanmu! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para murid tidak bisa menjawab
pertanyaan dari soal dari BPM yang dikoreksi maupun pertanyaan dari guru
mengenai materi yang dibahas dalam soal. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi
dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
membuka catatan milik mereka. √
111 Tuturan:
Iya, kaca. Kamu taruh di depanmu tu lho! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa untuk
meletakkan kaca di depan mereka. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal, tetapi para
siswa hanya diam saja sehingga menyebabkan guru marah. Guru meminta para
siswa untuk membawa kaca agar para siswa dapat melihat wajah mereka ketika
KBM. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
112 Tuturan:
Nak, nanti dilihat lagi, besok diocokkan! (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat jam pelajaran berakhir,
dimaksudkan agar para siswa mempelajari latihan soal yang diberikan. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
melihat atau mempelajari lagi soal
yang di bahas karena besok akan
dicocokkan.
√
113 Tuturan:
Satu lagi yang putra! (TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar salah satu dari siswa
berjenis kelamin laki-laki menuliskan puisi di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil mengacungkan salah satu jari keatas.
Guru memerintahkan siswa berjenis
kelamin laki-laki untuk maju
menuliskan puisi karyanya di papan
tulis.
√
114 Tuturan:
Heh, yang keras! Biasanya kamu suaranya sampai ruang guru, Mbak.
(TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat siswa menjawab pertanyaan
guru dengan volume suara yang kecil dan cepat. Volume suara siswa tersebut
berbeda ketika berada di luar kelas untuk istirahat dan di dalam ruang kelas saat
kegiatan belajar mengajar. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi
wajah marah.
Guru memerintahkan siswa agar
menjawab pertanyaan guru dengan
volume suara yang keras.
√
115 Tuturan:
Mereka berdua itu banyak bicara saja, perhatikan disini! (TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa saat guru sedang menerangkan
materi terdapat siswa yang berbicara dengan rekannya dan tidak memperhatikan
guru. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan wajah marah.
Guru memerintahkan dua orang siswa
yang banyak bicara untuk
memeperhatikan guru.
√
116 Tuturan:
Iya, bandingkan miliknya Ahmad yang asli dengan yang sudah disunting!
(TIKI/TMMPIP/D8)
Guru memerintahkan siswa untuk
membandingkan puisi milik Ahmad
yang belum disunting dan yang sudah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai menyunting puisi murid
yang tituliskan di papan tulis. Guru meminta para siswa untuk membandingkan
puisi sebelum disunting dan sesudah disunting. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil meunjuk puisi di papan tulis.
disunting.
117 Tuturan:
Yang miliknya Selvi tadi, dihapus! (TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada siswa yang akan menuliskan puisi di papan tulis.
Siswa tersebut bingung akan menulis di bagian mana karena papan tulis penuh
dengan tulisan puisi sebelumnya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk papan tulis.
Guru memerintahkan siswa untuk
menghapus puisi milik Selvi yang di
papan tulis.
√
118 Tuturan:
Sudah, diam saja! (TIKI/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menerangkan materi,
tetapi siswa tersebut mengomentari penjelasan guru dengan hal-hal yang tidak
penting. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata menatap tajam pada
siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
diam. √
119
Tuturan:
Konsisten! Siapa yang langsung? (TIKI/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada para siswa saat menjawab pertanyaan guru dengan
tidak konsisten atau berganti-ganti jawaban. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi dan wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
konsisten dalam menjawab. √
1.2 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan: Coba dibuka! Saya ingin melihat, kamu sudah membuat atau belum, kamu sudah
mencari atau belum. (TIKI/TMMPIS/D1)
Konteks:
Guru menyuruh siswa untuk membuka
buku pelajaran mereka, yang berisi
tugas membuat puisi, yang diberikan
oleh guru pada pertemuan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat pelajaran dimulai dan guru ingin
melihat puisi yang dibuat oleh para siswa sebagai tugas yang diberikan guru pada
pertemuan sebelumnya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menyenderkan pinggul di meja siswa.
sebelumnya.
2 Tuturan: Coba kamu lihat posisi saya! Saya berdiri tegak, bandingkan dengan begini!
(TIKI/TMMPIS/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menyunting puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru merealisasi apa yang terdapat di dalam puisi ke
dalam kenyataan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk posisi
tubuh guru.
Guru menyuruh siswa untuk melihat
guru, terlebih pada posisi berdiri guru. √
3 Tuturan: Coba dibayangkan jika di Jakarta itu! (TIKI/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan tentang salah satu
puisi yang terdapat dalam salah satu soal di BPM. Puisi tersebut menceritakan
mengenai Jakarta. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk
keatas.
Guru menyuruh siswa untuk
membayangkan situasi dan kondisi di
Jakarta.
√
4 Tuturan: Coba diperagakan! (TIKI/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat diketahui saling ejek
menggunakan suara hewan dan memperagakan perilaku hewan tersebut. Guru
menuturkan dengan intonasi keras dan ekspresi wajah marah.
Guru menyuruh siswa untuk
memperagakan kembali hal yang
dilakukan oleh siswa.
√
5 Tuturan: Coba diperagakan yang kamu lakukan tadi! (TIKI/TMMPIS/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat diketahui saling ejek
menggunakan suara hewan dan memperagakan perilaku hewan tersebut. Kegiatan
saling ejek tersebut dilakukan oleh siswa saat guru sedang menjelaskan materi
pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru menyuruh dua orang siswa yang
ditunjuk oleh guru untuk melakukan
hal yang baru saja dilakukan oleh
mereka, yaitu mengikuti suara hewan
untuk saling ejek.
√
6 Tuturan: Nak, coba silahkan duduk! Tidak usah dicari siapa yang mengoreksi punyamu,
Guru menyuruh siswa agar para murid
duduk. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
nantikan kalau selesai, saya bagi. (TIKI/TMMPIS/D7)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi hasil ulangan.
Para siswa bertanya-tanya pada rekannya mengenai ulangan yang dikoreksi dan
menyebabakan kegaduhan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk para siswa.
7
Tuturan: Coba diulangi dan pelan! (TIKI/TMMPIS/D8)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat siswa menjawab pertanyaan
guru dengan volume suara yang kecil dan cepat sehingga suara tersebut tidak dapat
tersengar jelas oleh guru. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan mata
menatap siswa.
Guru menyuruh siswa untuk
mengulangi menjawab pertanyaan dari
guru dengan kecepatan suara yang
lambat.
√
1.3 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan: Papan tulis dibagi dua dan tolong tulisannya jangan terlalu melebar ke kanan ya!
(TIKI/TMMPIPmin/D3)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menuliskan puisi di papan
tulis. Papan tulis dibagi dua agar dua puisi dapat dituliskan dalam satu papan tulis
dan mudah disunting guru. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk papan tulis.
Guru meminta siswa untuk membagi
papan tulis menjadi dua bagian agar
dapat digunakan oleh dua orang siswa
untuk menuliskan puisi karya mereka.
Kemudian, guru juga meminta agar
tulisan siswa yang menuliskan puisinya
di papan tulis untuk tidak melebar
kekanan karena guru akan
menggunakan ruang yang kosong
disebelah kanan puisi siswa untuk
menyunting puisi yang dituliskan oleh
siswa.
√
2 Tuturan: Nak, saya minta tolong anak putri saja yang mengumpulkan!
(TIKI/TMMPIPmin/D3)
Konteks:
Guru meminta agar siswi untuk
mengumpulkan tugas para siswa di
kelas tersebut ke meja guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar beberapa siswi yang
mengambil tugas siswa-siswi lain dari meja ke meja dan mengumpulkannya di meja
guru. Guru memilih siswi yang mengumpulkan buku tugas karena mereka tidak
membuat kegaduhan saat proses pengumpulan berlangsung, seperti siswa. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
3 Tuturan: Lalu minta tolong, apa namanya, pintunya, eh kok pintunya, buku paketnya diambil
di 8B! (TIKI/TMMPIPmin/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat pelajaran akan dimulai. Guru
meminta salah satu siswa mengambilkan buku paket yang akan digunakan sebagai
pemandu belajar di kelas 8B. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk keluar kelas.
Guru meminta agar salah satu siswa di
kelas tersebut (8A) untuk mengambil
buku paket bahasa Indonesia di kelas
8B karena buku paket tersebut akan
digunakan guru dan siswa kelas 8A
sebagai bahan pembelajaran pada
pertemuan hari ini.
√
4 Tuturan: Ya sudah, tolong saya ambilkan apa namanya, soal ulangan di tempat Bu Yayuk!
(TIKI/TMMPIPmin/D5)
Konteks: Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa dimaksudkan untuk mengambilkan
soal ulangan pada salah satu guru yang berada di ruang kantor guru. Soal ulangan
tersebut akan digunakan oleh guru untuk panduan dalam mengoreksi jawaban dari
ulangan para siswa karena guru yang bersangkutan tidak memiliki file dari ulangan
tersebut. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk keluar kelas.
Guru meminta agar salah satu siswa
untuk mengambilkan soal ulangan
yang akan digunakan untuk panduan
mengoreksi ulangan pada salah satu
guru bahasa Indonesia juga di SMP
tersebut, bernama Bu Yayuk.
√
1.4 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Jadi, Anda harus hafal! Yang paling mudah dan paling sering kita ingat itu seperti
pantun, syair, puisi lama. (TIKI/TMMPID/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan mengenai jenis-jenis
karya sastra dalam bahasa Indonesia. Guru menginginkan seluruh siswa mengetahui
jenis-jenis karya sastra. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
Guru mendesak siswa untuk hafal jenis
karya sastra. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
para siswa.
2 Tuturan:
Ayo Nak, silahkan duduk Nova! (TIKI/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa yang masih berdiri saat guru telah
masuk di dalam kelas dan ingin memulai pelajaran. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap tajam Nova.
Guru mendesak siswa agar siswa yang
bernama Nova untuk duduk karena
guru akan memulai kegiatan belajar
mengajar.
√
3 Tuturan:
Ayo, harus berpikir, Nak! (TIKI/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru meminta para siswa untuk
menyunting puisi yang telah dibuat dan dituliskan oleh salah satu siswa yang telah
maju. Guru menuturkan dengan intonasi keras, sambil menatap para siswa.
Guru mendesak siswa untuk berpikir. √
4 Tuturan:
Harusnya kamu jelaskan, jangan mengatakan, “Jam tujuh yak’e”!
(TIKI/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan mengenai
puisi yang dibuat oleh siswa. Siswa tersebut menjawab dengan kata “yak’e” yang
memiliki arti “mungkin”. Guru menuturkan dengan intonasi keras, sambil menunjuk
siswa.
Guru mendesak siswa untuk
menjelaskan mengenai alasannya, tidak
dengan mengatakan, “Jam 7 yak’e”.
√
5 Tuturan:
Ayo, buat kalimat langsung ini menjadi kalimat tidak langsung!
(TIKI/TMMPID/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat tanya jawab mengenai materi
pelajaran kalimat langsung dan tidak langsung yang mendorong para siswa untuk
membuat contoh kalimat. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi
wajah marah.
Guru mendesak siswa agar dapat
mengubah kalimat langsung menjadi
kalimat tidak langsung, yang
merupakan materi dalam kegiatan
belajar mengajar pada pertemuan itu.
√
6 Tuturan:
Baik, gunungnya mana dulu maka ini harus dijelaskan! (TIKI/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi dan menyunting puisi
salah satu siswa yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi
Guru mendesak siswa untuk
menjelaskan gunung mana yang
dimaksudkan dalam puisi tersebut.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
tinggi, sambil menunjuk puisi di papan tulis.
7 Tuturan:
Inikan dibahas supaya kamu tahu, harusnya kamu bawa! (TIKI/TMMPID/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat akan membahas latihan soal
dalam BPM, akan tetapi siswa tersebut tidak membawa BPM. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru mendesak siswa untuk membawa
BPM karena guru akan menggunakan
BPM sebagai bahan KBM.
√
8 Tuturan:
Ayo yang betul, baru saja dikatakan Bu Domas! (TIKI/TMMPID/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjawab pertanyaan dengan
jawaban yang salah. Sebelumnya guru sudah membahas mengenai materi tersebut,
tetapi ketika diberi soal lagi, siswa salah menjawab. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru mendesak siswa supaya
menjawab pertanyaan dengan benar
karena guru baru saja memberikan
materi mengenai hal yang sama dengan
soal yang dijawab siswa.
√
9 Tuturan:
Yo, yang lain sekarang mengerjakan! Tidak usah melihat, kan sudah tahu mereka dua
sejoli. (TIKI/TMMPID/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa melihat dua orang siswa
yang dihukum oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk kearah buku para siswa.
Guru mendesak siswa untuk
mengerjakan tugas yang diberikan. √
10 Tuturan:
Ayo, cepet! (TIKI/TMMPID/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang saling ejek saat guru meminta
para siswa mengerjakan latihan soal. Guru meminta siswa tersebut untuk duduk di
depan kelas. Dimaksudkan sebagai hukuman bagi mereka karena tidak
mengindahkan tugas. Guru menuturkan dengan intonasi keras dan ekspresi wajah
marah.
Guru mendesak agar siswa segera
duduk didepan kelas sebagai bentuk
hukuman dari guru karena siswa
tersebut tidak mengindahkan tugas
yang diberikan, yaitu tidak
mengerjakan soal dalam latihan soal
yang terdapat di BPM.
√
11 Tuturan:
Karena letak kalimat utama di akhir, berarti ide pokok juga harus d iakhiri!
(TIKI/TMMPID/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas salah satu soal dari
Guru mendesak siswa agar mengetahui
bahwa ide pokok letaknya berada di
akhir ketika letak kalimat utama berada
di kahir.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
ulangan mengenai kalimat deduktif dan induktif. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
12 Tuturan:
Dalam membuat puisi, kita harus membuat orang lain berimajinasi!
(TIKI/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan materi pelajaran
mengenai puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru mendesak siswa agar para siswa
mampu membuat pembaca ataupun
pendengar berimajinasi terhadap puisi
yang dibuat oleh penyair.
√
13 Tuturan:
Kamu yang seharusnya punya inisiatif bertanya, baru saya membahas!
(TIKI/TMMPID/D7)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan kembali
mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi
dan ekspresi wajah marah.
Guru mendesak siswa untuk bertanya
kepada guru. √
14 Tuturan:
Salah satu caranya, harus ada sukarelawan yang maju kedepan menuliskan puisinya,
lalu nanti bersama-sama kita lihat, kita sunting, kita bedah! (TIKI/TMMPID/D9)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat meminta beberapa siswa maju untuk
menuliskan puisi hasil karya mereka agar dapat disunting secara bersama-sama. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa untuk secara
sukarela menuliskan puisi karya
mereka di papan tulis agar dapat
disunting.
√
15 Tuturan:
Nah usahakan Nak, jika nanti, inikan langkah pertama, kita harus langkah kedua
memperbaiki dengan bahasa yang indah! (TIKI/TMMPID/D8)
Konteks:
Tuutran dituturkan guru kepada para siswa memberikan materi pelajaran mengenai
langkah menulis puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap para
siswa.
Guru mendesak siswa agar dalam
langkah kedua menyunting puisi
mampu memperbaiki bahasanya
menjadi lebih indah.
√
16 Tuturan:
Saya melihatnya belum selesai, nanti harus dirapikan lagi! (TIKI/TMMPID/D8)
Konteks:
Guru mendesak siswa agar merapikan
lagi larik puisinya karena terlihat
belum selesai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai menyunting puisi di papan
tulis. Guru merasa kalau hasil suntingan tersebut belum memuaskan, sehingga siswa
perlu memperbaikinya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk
puisi di papan tulis.
17 Tuturan:
Nak, tugasmu nanti, besok harus mengumpulkan puisi yang sudah Anda sunting!
(TIKI/TMMPID/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mengingatkan para
siswa berkaitan dengan tugas yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil merapikan meja guru.
Guru mendesak siswa agar
mengumulkan puisi yang sudah di
sunting pada pertemuan selanjutnya.
√
18 Tuturan:
Nah, milikmu ini boleh digunakan, tapi harus ditambahi! Jika tidak ditambahi, maka
tidak saya nilai karena ini tadi Bu Domas yang mengerjakan. (TIKI/TMMPID/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menjelaskan mengenai tugas
yang harus dikumpulkan siswa pada pertemuan selanjutnya. Guru menuturkan
tuturan itu pada salah satu siswa yang puisi hasil karyanya telah di sunting bersama-
sama antara guru dan para siswa di kelas saat pembelajaran. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil berjalan menuju keluar kelas.
Guru mendesak siswa agar salah satu
siswa yang dimaksudkan oleh guru
dapat menambah larik dalam puisi
yang telah dibuatnya karena dalam
puisi murid tersebut, sebelumnya telah
disunting oleh guru dengan
menambahkan beberapa larik puisi
agar puisi tersebut terlihat lebih indah.
√
1.5 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Mohon maaf, tolong ditulis lagi ya, Nak, Galih, kamu tulis lagi puisinya!
(TIKI/TMMPIB/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang telah menuliskan puisi pada
pertemuan sebelumnya dan puisi tersebut belum disunting. Sehingga siswa diminta
untuk menuliskan puisinya kembali agar dapat disunting. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah Galih.
Guru membujuk siswa yang bernama
Galih untuk menuliskan lagi larik puisi
miliknya di papan tulis karena akan
disunting secara bersama-sama antara
guru dan para siswa lain.
√
2 Tuturan: Guru membujuk siswa yang bernama √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Ayo Yuda, tidak apa-apa! (TIKI/TMMPIB/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang malu-malu untuk menuliskan
puisinya di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
mengayunkan tangan pada Yuda.
Yuda untuk maju menuliskan puisi
karya miliknya di papan tulis agar
dapat disunting bersama-sama antara
guru dan para siswa lain.
1.6 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Tugasnya, besok bawalah soal ulangan harian satu hingga empat yang semester dua!
Cari dan besok bawa! (TIKI/TMMPII/D7)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mengingatkan siswa
agar para siswa membawa soal ulangan harian semester dua. Soal ulangan tersebut
akan digunakan untuk penajaman materi sebelum ulangan akhir semester. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan menunjuk satu jari keatas.
Guru mengimbau siswa mencari dan
membawa soal ulangan harian satu
hingga empat pada pertemuan
selanjutnya.
√
1.7 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Silahkan BPM-nya ditukar dengan teman sebangku, ditukarkan dengan teman
sebelahnya! (TIKI/TMMPIPs/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa sebelum mengoreksi. Siswa diminta untuk
menukarkan BPM agar dapat saling mengoreksi. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil membuka BPM.
Guru mempersilakan siswa untuk
saling menukarkan BPM dengan teman
sebangkunya karena guru dan para
siswa akan mengoreksi jawaban dari
latihan soal yang terdapat dalam BPM
dan nilai yang di dapatkan dari
jawaban dalam BPM tersebut akan
dimasukkan ke dalam buku nilai.
√
2 Tuturan:
Yuk, silahkan duduk kembali! (TIKI/TMMPIPs/D5)
Guru mempersilakan siswa untuk
duduk kembali. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang telah dihukum untuk duduk
bergandengan di depan kelas saat jam pelajaran berlangsung. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
3 Tuturan:
Nah, sekarang yang putri. Silahkan anak putri sukarelawan! (TIKI/TMMPIPs/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan
siswa putri maju dan menuliskan puisi karya mereka sendiri. Sebelumnya, siswa
berjenis kelamin laki-laki telah menuliskan puisi di papan tulis, lalu guru meminta
siswa berjenis kelamin perempuan untuk gantian menulis puisi. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap siswa berjenis kelamin perempuan.
Guru mempersilakan agar siswa yang
berjenis kelamin perempuan untuk
maju menuliskan puisi mereka di papan
tulis secara sukarelawan atau tanpa
guru memerintahkan siswa untuk
menuliskan puisi.
√
4 Tuturan:
Iya, silahkan Pak Alvin! (TIKI/TMMPIPs/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan
siswa yang bernama Alvin menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk siswa.
Guru mempersilakan siswa yang
bernama Alvin untuk menjawab
pertanyaan guru.
√
5 Tuturan:
Sekarang, silahkan maju! (TIKI/TMMPIPs/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan para
siswa yang bersedia menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru mempersilakan siswa untuk maju
menuliskan puisi karyanya di papan
tulis.
√
6 Tuturan:
Nah berarti sekarang yang ulangan akhir semester, silahkan dikerjakan!
(TIKI/TMMPIPs/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar para siswa
mengerjakan latihan soal bagian ulangan akhir semester. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi sambil melihat soal dalam BPM.
Guru mempersilakan siswa untuk
mengerjakan soal dari BPM bagian
ulangan akhir semester.
√
7 Tuturan:
Silahkan mengerjakan yang soal pilihan ganda! (TIKI/TMMPIPs/D8)
Konteks:
Guru mempersilakan siswa untuk
mengerjakan soal yang terdapat dalam
BPM. Soal yang diminta oleh guru
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Tuturan dituturkan guru kepada para murid dimaksudkan agar para siswa
mengerjakan latihan soal bagian ulangan akhir semester dengan jenis soal pilihan
ganda. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat soal dalam BPM.
terletak pada BPM bagian ulangan
akhir semester dengan jenis soal
pilihan ganda.
8 Tuturan:
Nak, silahkan dikumpul sambil menunggu bel! (TIKI/TMMPIPs/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk meletakkan tugas di
meja agar diambil oleh murid yang telah ditugaskan guru untuk mengumpulkan tugas
para siswa ke meja guru. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi sambil merapikan
meja guru.
Guru mempersilakan siswa untuk
mengumpulkan tugas yang telah
dikerjakan selama jam pelajaran
berlangsung sembari menunggu jam
pelajaran yang akan selesai.
√
9 Tuturan:
Silahkan ditulis Nak, itu KD 15.1, 15 pokoknya alur cerpen, puisi, sudah selesai!
(TIKI/TMMPIPs/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menuliskan jadwal ulangan di
papan pengumuman kelas. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk kearah papan pengumuman.
Guru mempersilakan siswa untuk
menuliskan jadwal ulangan di papan
pengumuman kelas mengenai jadwal
ulangan bahasa Indonesia yang akan
dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya. Materi ulangan yang akan
diberikan pada pertemuan berikutnya
adalah materi mengenai alur cerpen
dan puisi yang terletak pada KD 15.
√
1.8 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Ya, mari kita lihat! (TIKI/TMMPIAj/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar para siswa
memperhatikan dan mampu mengoreksi puisi yang dibuat oleh rekannya di papan
tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat soal yang akan
dibahas.
Guru mengajak para siswa untuk
melihat puisi di papan tulis. √
2 Tuturan:
Jalan sabara, mari kita lihat, yuk! (TIKI/TMMPIAj/D1)
Konteks:
Guru mengajak siswa untuk
mengoreksi latihan soal yang
bermaterikan mengenai puisi berjudul
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mengoreksi latihan
soal. Guru dan murid berdiskusi mengenai materi pelajaran yang akan dibahas pada
hari itu. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat BPM.
Jalan Sabara.
3 Tuturan:
Yuk, Tina! (TIKI/TMMPIAj/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi saat siswi tersebut ragu-ragu untuk
menuliskan puisi karyanya di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menunjuk Tina.
Guru mengajak siswi yang bernama
Tina untuk menuliskan puisinya di
papan tulis.
√
4 Tuturan:
Mari kita lihat! (TIKI/TMMPIAj/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk melihat puisi milik
salah satu siswa yang telah dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap kearah papan tulis.
Guru mengajak para siswa untuk
mlihat puisi milik rekannya yang
terdapat di papan tulis.
√
5 Tuturan:
Baik, mari kita koreksi! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan guru mengajak para siswa
untuk mengoreksi soal yang terdapat dalam BPM bersama-sama. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil melihat kearah BPM.
Guru mengajak siswa untuk
mengoreksi latihan soal yang telah
dikerjakan oleh mereka secara
bersama-sama.
√
6 Tuturan:
Yuk, lanjut! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas soal dari BPM dan
dimaksudkan agar siswa membaca dan menjawab soal selanjutnya. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil melihat soal di BPPM.
Guru mengajak siswa untuk lanjut
membacakan soal dan jawaban dari
BPM.
√
7 Tuturan:
Lalu, yuk Nak untuk yang uraian! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk melanjutkan
mengerjakan latihan soal bagian uraian. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
adalah siswa mengerjakan soal dari latihan soal. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil melihat soal dalam BPM.
Guru mengajak siswa untuk
melanjutkan membahas latihan soal
bagian uraian.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
8 Tuturan:
Yuk, mulai mas Robi! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas soal dari BPM dan
dimaksudkan agar siswa yang bernama Robi menjadi siswa pertama yang membaca
dan menjawab soal pada nomor satu, kemudian siswa yang duduk disebelah Robi.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap kearah Robi.
Guru mengajak siswa mengoreksi
latihan soal bersama dengan cara
membacakan soal dan jawaban dari
BPM yang dikoreksi oleh siswa secara
bergantian. Guru mengajak siswa yang
bernama Robi untuk memulai
membacakan soal dan jawaban
koreksian dari soal pertama, kemudian
dilanjutkan oleh siswa yang berada
disebelah Robi.
√
9 Tuturan:
Lanjut Catur saja, yuk! Kita mulai uji kompetensi empat, yang jalan segara kita
tinggalkan! (TIKI/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal dan
dimaksudkan agar siswa membaca dan menjawab soal yang di bahas. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil melihat kearah BPM.
Guru mengajak siswa yang bernama
Catur untuk melanjutkan membaca soal
dan jawaban dari latihan soal yang
akan dibahas oleh teman sebelahnya.
Guru mengajak para siswa untuk
mengoreksi jawaban dari bagian yang
baru yaitu uji kompetensi empat,
setelah membahas mengenai soal puisi
berjudul Jalan Sabara.
√
10 Tuturan:
Mari, kita lihat! (TIKI/TMMPIAj/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk melanjutkan
menyunting puisi yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil melihat soal dalam BPM.
Guru mengajak siswa untuk
melanjutkan menyunting puisi. √
1.9 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Jangan lupa membuka BPM untuk mencocokkan rima yang digunakan teman-
temanmu! (TIKI/TMMPIL/D1)
Guru melarang siswa untuk lupa
membuka BPM yang di dalam BPM
tersebut terdapat materi mengenai rima
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan mencari rima yang digunakan
dalam puisi salah satu siswa yang telah dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
dalam puisi. Guru meminta siswa
memuka BPM tersebut guna melihat
dan mencocokkan rima yang terdapat
dalam puisi karya temannya yang akan
disunting menjadi puisi yang lebih
indah.
2 Tuturan:
Yang membuat! Kamu, yang lain jangan mengatakan, “Ya”! (TIKI/TMMPIL/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru menanyakan mengenai puisi
yang dibuat oleh salah satu siswa di papan tulis, akan tetapi siswa lain yang
menjawab. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru melarang siswa lain untuk ikut
menjawab “Ya” dari pertanyaan guru.
Guru hanya meminta jawaban dari
yang membuat puisi.
√
3 Tuturan:
Saya tidak akan menerangkan, yang penting Anda tidak boleh mengganggu yang
lain! (TIKI/TMMPIL/D2)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa yang hanya diam saja karena guru tidak
memberikan materi pelajaran. Guru marah pada para siswa karena para murid tidak
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
ekspresi wajah marah.
Guru melarang siswa untuk saling
mengganggu siswa lain dalam jam
pelajaran saat itu.
√
4 Tuturan:
Jangan sakit hati, jangan marah, tapi justru ini jadi masukan bagi kalian jika ingin
membuat puisi, menulis puisi lebih baik lagi! (TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar siswa yang akan
menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis tidak akan marah jika puisinya akan
dikomentari oleh guru dan rekan-rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa untuk sakit hati
dan marah ketika puisi mereka di
sunting dan di komentari. Guru
meminta agar menjadikan setiap
suntingan dan komentar menjadi
sebuah masukan agar saat menulis
puisi menjadi lebih baik.
√
5 Tuturan:
Maka bagi si pemilik, jangan sakit hati, tapi justru harus berterima kasih!
(TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar siswa yang akan
menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis tidak akan marah jika puisinya akan
Guru melarang pemilik puisi untuk
sakit hati ketika puisi milik mereka di
komentari.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
dikomentari oleh guru dan rekan-rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menatap wajah para siswa.
6 Tuturan:
Nak, jangan menggunakan kata “Yak’e”, Nak, ini bahasa Indonesia!
(TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan mengenai
puisi yang dibuat oleh siswa. Siswa tersebut menjawab dengan kata “yak’e” yang
berarti mungkin. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah
para siswa.
Guru melarang siswa untuk tidak
menggunakan kata “Yak’e” yang dalam
bahasa Jawa memiliki arti “mungkin”,
karena pada saat itu guru beserta murid
lainnya sedang dalam kegiatan belajar
mengajar, terlebih dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia.
√
7 Tuturan:
“Menyambut kelahiran mentari”, nah ini tidak usah diubah, sudah cukup menurut
saya! (TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menyunting puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menghapus puisi siswa.
Guru melarang siswa untuk mengubah
larik puisi “Menyambut kelahiran
mentari” karena menurut guru, larik
tersebut sudah cukup baik.
√
8 Tuturan:
Jangan takut dikatakan alay jika memang kamu melakukan di tempat, di tempat yang
tepat! (TIKI/TMMPIL/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat ada siswa yang mengatakan kalau dia
takut dikatakan alay ketika membuat puisi dengan bahasa yang memiliki majas. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa untuk takut
dikatakan alay oleh beberapa orang
karena menggunakan larik-larik puisi
yang bermajas.
√
9 Tuturan:
Nak, jangan gaduh! Sambil menunggu teman menulis. (TIKI/TMMPIL/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menunggu rekan mereka menuliskan
puisi di papan tulis untuk disunting. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa untuk gaduh di
dalam kelas saat KBM sedang
berlangsung.
√
10 Tuturan:
Ya, jangan bersiul! (TIKI/TMMPIL/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
Guru melarang siswa menggunakan
kata “bersiul” dalam larik puisi yang
disunting di papan tulis.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
yang dituliskan di papan tulis. Puisi tersebut menggunakan kata „bersiul‟ dalam
puisinya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menghapus puisi siswa di
papan tulis.
11 Tuturan:
Jangan marah lho, saya bicara apa adanya lho Falfo! (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat berdiskusi mengenai jadwal
ulangan harian terakhir. Sedangkan ada salah satu siswa yang jarang masuk sekolah
sehingga guru mempertimbangkan waktu yang tepat agar para siswa bisa belajar.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap tajam kearah siswa.
Guru melarang siswa yang bernama
Falfo untuk marah ketika guru menegur
dia.
√
12 Tuturan:
Hanya ada tiga rima sesuai dengan letaknya dalam bait. Ngono yo ngono Nak, tapi
ojo kebangeten ah! (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada para siswa saat tanya jawab mengenai materi latihan
soal. Para siswa tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai rima. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru melarang siswa untuk keterlaluan
karena tidak mengetahui mengenai
materi jumlah rima dalam bait.
√
13 Tuturan:
Nak, Nak ojo sok mbodoni! Tak sepakatke bodo, koe bodo lho engko. Kene cah loro,
merene! (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat diketahui saling ejek
menggunakan suara hewan dan memperagakan hewan tersebut. Siswa tersebut tidak
mengaku pada guru tentang hal yang baru saja mereka lakukan, sehingga kejadian itu
membuat guru marah. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah
marah.
Guru melarang siswa untuk
membodohi guru karena siswa tersebut
berbohong kepada guru mengenai hal-
hal yang mereka lakukan.
√
14 Tuturan:
Biasakan Nak, jangan menulis sambil meletakkan kepala di atas meja! Kalau kamu
menulis dengan kaki, boleh. Iya, tapi harus dengan kaki. (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat salah satu siswa mengerjakan
latihan soal dengan posisi kepala diletakkan meja. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap para siswa.
Guru melarang siswa untuk meletakkan
kepala di atas meja saat sedang
menulis.
√
15 Tuturan: Guru melarang siswa untuk √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Ra usah hoek ngono! (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menasihati siswi yang duduk
dengan posisi tidak sopan. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menunjuk salah satu siswa.
mengatakan “hoek” ketika mendengar
temannya di nasehati guru mengenai
posisi duduknya yang kurang baik.
16 Tuturan:
Selvi, jangan terlalu banyak action wae Mbak, nanti pelajaranmu juga tertinggal!
(TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi saat mengerjakan latihan soal. Siswi
tersebut asik bercerita dengan rekan sebangkunya. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap tajam pada Selvi.
Guru melarang siswi yang bernama
Selvi untuk banyak bertingkah di saat
KBM sedang berlangsung karena
ditakutkan oleh guru kalau murid
tersebut akan tertinggal dalam
pelajaran.
√
17 Tuturan:
Tidak usah menanggapi Falfo! Falfo yo ora nanggepi kancane. (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang diajak berbicara dengan rekan
sebangku pada saat mengerjakan latihan soal. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menunjuk salah satu siswa.
Guru melarang siswa yang bernama
Falfo dan rekan sebangkunya untuk
tidak saling menanggapi pembicaraan
satu sama lain atau dapat dikatakan
guru melarang mereka untuk berbicara.
√
18 Tuturan:
Nanti tidak usah dikumpulkan puisimu, tapi dikumpulkan besok! Hari ini kamu
diberi kesempatan Bu Domas untuk menulis lagi. (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengetahui bahwa sebagian dari
siswa menuliskan puisi hasil dari mencari di internet. Guru meminta para siswa untuk
menulis ulang puisi hasil karya masing-masing. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa unutk
mengumpulkan puisi pada hari itu juga
karena guru memberikan kesempatan
pada siswa tersebut untuk memperbaiki
puisinya.
√
19 Tuturan:
Jangan mencari diinternet! Jika besok Anda kumpulkan, Bu Domas tidak akan
menilai lagi. Yang lain tidak usah iri! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengetahui bahwa sebagian dari
siswa-siswi menuliskan puisi hasil dari mencari di internet. Guru meminta para siswa
untuk menulis ulang puisi hasil karya masing-masing. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa untuk
mengumpulkan tugas dari mencari dan
mengunduh dari situs internet. Guru
pun melarang agar siswa yang lain
tidak iri kepada siswa yang diberikan
kesempatan guru untuk membuat puisi
lagi.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
20 Tuturan:
Besok jika diminta untuk membuat sesuatu, jangan mengambil karya orang lain, lalu
diaku menjadi milikmu sendiri! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengetahui bahwa sebagian dari
murid menuliskan puisi hasil dari mencari di internet. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru melarang siswa untuk mengambil
karya orang lain dari situs internet dan
di akaui sebagai karya sendiri ketika
mengumpulkan tugas.
√
21 Tuturan:
Beri nama, kelas, jangan lupa! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa, dimaksudkan agar para siswa menuliskan
identitas diri di lembar tugas puisi yang akan dikumpulkan. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil berjalan menuju kursinya.
Guru melarang siswa untuk lupa dalam
memberikan identitias nama dan kelas
dalam tugas yang akan di kumpulkan.
√
22 Tuturan:
Tidak usah bicara, tadi sudah diberi tahu lho! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat para siswa mengumpulkan karya
puisinya disertai berbicara dengan rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi
dan ekspresi wajah marah.
Guru melarang siswa untuk berbicara
ketika mengumpulkan puisi. √
23 Tuturan:
Heh, Mbak, tidak usah menulis puisi! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswi saat guru menjelaskan mengenai materi
pelajaran, sedangakn siswi tersebut menuliskan mengenai materi pelajaran yang
dijelaskan oleh guru. Guru menuturkan dengan intonasi keras dan ekspresi wajah
marah.
Guru melarang siswi untuk menulis
puisi saat guru menjelaskan materi
pelajaran.
√
24 Tuturan:
Ini kalimat langsung. Jangan asal menjawab begini, Nak! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas salah satu soal ulangan
mengenai kalimat langsung dan kalimat tidak langsung dan para siswa salah
menjawab pertanyaan dari guru. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan
ekspresi wajah marah.
Guru melarang siswa untuk asal
memberikan jawaban saat menjawab
pertanyaan guru.
√
25 Tuturan: Guru melarang siswa untuk lupa dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Nah, jangan lupa Nak, “Bahwa” digunakan karena itu pemisah! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada para siswa saat menjelaskan mengenai materi pelajaran
tentang kalimat langsung dan tidak langsung. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
mengenai penggunaan kata “bahwa”
dalam suatu kalimat, merupakan
pemisah.
26 Tuturan:
Tidak usah dipilih, pilihanmu tinggal b atau d! (TIKI/TMMPIL/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal dan para
siswa bingung memilih jawaban dari salah satu soal. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi, sambil melihat soal BPM.
Guru melarang siswa untuk memilih
jawaban dari soal pilihan ganda. √
27 Tuturan:
Makanya Le, kalau gurunya belum selesai, jangan ngomong wae!
(TIKI/TMMPIL/D7)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan kembali
mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Siswa tersebut tidak dapat menjawab
pertanyaan guru karena siswa tersebut berbicara dengan rekannya saat guru
menjelaskan mengenai tugas yang akan diberikan. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menunjuk siswa yang berbicara.
Guru melarang siswa untuk tidak
berbicara degan rekannya pada saat
guru sedang menjelaskan mengenai
tugas yang akan diberikan pada
pertemuan selanjutnya.
√
28 Tuturan:
Tidak usah menyuruh orang lain, jika dirimu saja tidak mau maju!
(TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru meminta para siswa untuk
menuliskan puisi karya mereka di papan tulis. Para siswa saling tunjuk rekannya
untuk menuliskan puisi. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah
marah.
Guru melarang siswa yang tidak mau
maju menuliskan puisi di papan tulis
untuk menyuruh rekannya menuliskan
puisi di papan tulis.
√
29 Tuturan:
Dua, Nak! Jangan hanya satu! (TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat meminta para siswa menuliskan puisi
di papan tulis. Siswa yang maju menuliskan puisi hanya satu orang. Guru
Guru melarang siswa yang menuliskan
puisi di papan tulis hanya satu orang,
melainkan dua orang.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk dua jari keatas.
30 Tuturan:
Jangan terlalu kekanan karena nanti akan disunting! (TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang menuliskan puisinya di papan
tulis. Siswa menuliskan puisi dengan memakan banyak tempat ke sebelah kanan.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap siswa yang menuliskan
puisi di papan tulis.
Guru melarang siswa untuk menuliskan
puisi terlalu ke kanan di papan tulis
karena yang sebelah kanan akan
digunakan untuk menyunting puisi
tersebut.
√
31 Tuturan:
Selvi, jangan terlalu besar Nak tulisannya sehingga tidak ada tempat!
(TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang menuliskan puisi di depan.
Siswi menuliskan puisi dengan ukuran yang besar sehingga cukup memakan ruang.
Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap kearah siswi yang
menuliska puisi di papan tulis.
Guru melarang siswi yang bernama
Selvi agar tidak menuliskan puisinya di
papan tulis dengan ukuran huruf yang
besar karena akan memakan tempat
sehingga tidak bisa untuk menyunting.
√
32 Tuturan:
Nah ini sudah masuk semua, ya sudah tidak usah dikoreksi! (TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat puisi yang dituliskan oleh salah satu
siswa di papan tulis sudah memenuhi kriteria penulisan puisi. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menunjuk puisi di papan tulis.
Guru melarang siswa untuk
mengoreksi puisi milik salah stu murid
karena puisi tersebut sudah memasuki
kriteria penulisan puisi yang baik.
√
33 Tuturan:
Satu saja, jangan banyak-banyak! Waktunya tidak cukup karena Anda harus menulis.
(TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para murid saat para siswa berebut untuk maju dan
menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil menunjukkan satu jari kearah para siswa.
Guru melarang beberapa siswa untuk
menuliskan puisinya di papan tulis
karena waktu dalam jam pelajaran
sudah hampir habis.
√
34 Tuturan:
Nak, jangan besar-besar! (TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat siswa menuliskan puisi di papan
tulis dengan ukuran yang besar. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
Guru melarang siswa untuk menuliskan
puisi di papan tulis dengan ukuran
huruf yang besar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
menatap kearah siswa yang menuliskan puisi di papan tulis.
35 Tuturan:
Nak, jangan lupa nanti diteruskan di rumah! (TIKI/TMMPIL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat meninggalkan kelas dan
dimaksudkan agar para siswa mengerjakan kembali latihan soal yang diberikan. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil berjalan keluar kelas.
Guru melarang siswa untuk lupa
meneruskan mengerjakan latihan soal
di rumah.
√
36 Tuturan:
Buku paketnya tidak usah digunakan, Jaka, karena kita akan menggunakan BPM!
(TIKI/TMMPIL/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang mengambilkan buku paket dan
hendak membagikan kepada rekan-rekannya. Padahal guru tidak memerintahkan
untuk membagikan buku paket. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
menatap Jaka yang mengambil buku paket.
Guru melarang siswa yang bernama
Jaka untuk mengambil dan
menggunakan buku paket BPM dalam
KBM.
√
37 Tuturan:
Tidak usah, wong saya kotor juga tidak papa kok! (TIKI/TMMPIL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat siswa akan mengganti uang
pembayaran fotocopy ulangan yang terjatuh dengan uang yang berbeda karena uang
yang terjatuh dianggap kotor oleh siswa. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil mengambil uang milik siswa.
Guru melarang siswa untuk mengganti
uangnya yang jatuh dan kotor dengan
uang yang baru.
√
1.10 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Ini adalah salah satu contoh bagaimana orang yang sebetulnya tidak mengenal dunia
tulis menulis mampu menghasilkan karya selama karya tersebut ditekuni dan
sungguh-sungguh. Jadi harapan Bu Domas, ya Anda demikian! (TIKI/TMMPIH/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran mengenai
puisi. Guru memberikan satu contoh mengenai seorang sosok yang mampu hidup
Guru berharap agar siswa mampu
menjadi seperti tokoh yang diceritakan
oleh guru, yaitu siswa mampu
menghasilkan suatu karya asalkan para
siswa tekun dan sungguh-sungguh
dalam karya yang mereka pilih.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
dari suatu karya sastra. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap
para siswa.
1.11 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Dengarkan dulu temanmu, temanmu itu koyo pitek meh ngendok! Ayo, lanjut!
(TIKI/TMMPIU/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru pada salah satu siswa saat membacakan soal ulangan yang
akan dikoreksi. Pada saat itu, situasi kelas masih ramai karena siswa yang lain asik
berbincang-bincang dan siswa yang membacakan soal tersebut tetap membaca
walaupun sebagian teman di kelas masih berbicara dengan rekannya. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru mengumpat siswa dengan tuturan
“koyo pitek meh ngendok” memiliki
maksud bahwa para siswa yang berisik
karena berbicara dengan rekannya
untuk diam.
√
2 Tuturan:
Ben koe ki reti lho nek koe ki pah-poh, ora mudengan, ora gelem sinau, tidak mau
belajar dengan tekun! (TIKI/TMMPIU/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal, tetapi para
siswa hanya diam saja dan tidak menanggapi setiap pertanyaan yang guru terkait
materi yang diberikan, sehingga menyebabkan guru marah. Guru menuturkan dengan
intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru mengumpat siswa untuk
mengungkapakan kepada para murid
agar mereka mengetahui kalau mereka
tidak mampu menjawab pertanyaan
dan mereka menyadari bahwa mereka
tidak mudah mengerti akan materi yang
diberikan guru, serta mereka tidak
tekun dalam belajar
√
3 Tuturan:
Ditanya, plonga-plongo koyo kebo! (TIKI/TMMPIU/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal, tetapi para
siswa hanya diam saja dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari salah satu soal di
latihan soal dan pertanyaan dari guru, sehingga menyebabkan guru marah. Guru
menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru mengumpat siswa agar siswa
kooperatif dan mampu menjawab
setiap pertanyaan guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
1.12 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Tinimbang tak suarani bodo, mending koe ligguh kono! Cikmang-cikmangan yo
karepmu, arep cup-cupan yo karepmu. Wes kono wong loro. (TIKI/TMMPIAn/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada dua orang siswa yang bercanda saat guru meminta
para siswa untuk mengerjakan latihan soal. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menunjuk siswa.
Guru menganjurkan siswa untuk untuk
duduk berdua di depan kelas sebagai
bentuk hukuman guru kepada mereka
karena mereka bercanda saat guru
meminta untuk mengerjakan latihan
soal. Guru menganjurkan hal tersebut
pada siswa, daripada guru mengumpat
siswa dengan sebutan „bodoh‟.
√
1.13 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Sing luwih duwur meneh! (TIKI/TMMPIN/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang menuliskan puisi di papan tulis
bagian yang tinggi. Tangan guru tidak sampai untuk menyunting puisi di bagian yang
tinggi karena postur tubuh guru yang tidak tinggi. Guru menuturkan dengan intonasi
tinggi, sambil memperhatikan siswa yang menuliskan puisi di papan tulis.
Tuturan guru memiliki maksud agar
siswa tidak menuliskan puisinya di
papan tulis yang bagian tinggi karena
guru tidak mampu menyunting puisi
tersebut jika letaknya di atas karena
kondisi tubuh guru yang pendek.
√
2 TUTURAN IMPERATIF DALAM KONSTRUKSI DEKLARATIF
2.1 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Sekali lagi, besok mengumpulkan puisimu bertema keindahan alam yang sudah di
Guru memerintahkan siswa untuk
mengumpulkan tugas menulis puisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
sunting. (TIKD/TMMPIP/D4)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan mengenai tugas yang
harus dikumpulkan siswa pada pertemuan selanjutnya. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menunjuk para siswa.
hasil karya mereka sendiri dengan tema
keindahan alam yang telah disunting
pada pertemuan selanjutnya.
2 Tuturan:
Karena saya mengejar waktu, untuk halaman 58 ulangan akhir semester, silahkan
dikerjakan. Kerjakan ulangan akhir semester halaman 58, soal pilihan ganda. Dari
halaman 58 sampai selesai. (TIKD/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para murid dimaksudkan agar para siswa
melanjutkan mengerjakan latihan soal dari BPM. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil membuka BPM.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengerjakan soal dari BPM bagian
ulangan akhir semester dengan jenis
soal pilihan ganda yang terdapat pada
halaman 58.
√
3 Tuturan:
Kamu amati, kamu rasakan, kamu cari pengalamanmu yang berkaitan dengan
keindahan alam. Lalu yang kamu rasakan, kamu pikirkan, kamu alami, kamu
memiliki pendapat itu ditulis. (TIKD/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat memberikan penjelasan mengenai
materi yang diberikan berupa materi menulis puisi. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
mengamati, mencari pengalaman yang
berkaitan langsung dengan keindahan
alam. Setelah siswa mendapatkannya,
kemudian guru memerintahkan siswa
agar apa yang mereka rasakan,
pikirkan, alami, dan pendapat yang
dimiliki mengenai puisi tersebut,
sehingga para siswa dapat
menuliskannya dalam larik-larik puisi.
√
4 Tuturan:
Tuliskan apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar,
bagaimana pendapatmu, tulis saja. (TIKD/TMMPIP/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menjelaskan materi pelajaran
mengenai menulis puisi. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap
wajah para siswa.
Guru memerintahkan siswa untuk
menuliskan apa saja yang murid
pikirkan, lihat, dengar, dan pendapat
para siswa mengenai suatu objek
kedalam larik-larik puisi untuk menjadi
topik pembahasan materi yang
disampaikan oleh guru
√
5 Tuturan:
Makanya Nak, biar gak kelihatan loadingnya lama, dengarkan Bu Domas.
(TIKD/TMMPIP/D7)
Konteks:
Guru memerintahkan siswa untuk
mendengarkan guru terlebih dahulu
mengenai tugas yang akan diberikan
pada pertemuan selanjutnya agar siswa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat menanyakan kembali mengenai
tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa tersebut tidak dapat menjawab
pertanyaan guru dengan tepat. Siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru,
sibuk berbicara dengan rekannya saat guru menjelaskan mengenai tugas yang
diberikan. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk salah satu
siswa.
tersebut mengerti saat ditanyakan
kembali mengenai tugas yang
diberikan.
2.2 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Dua saja, dua anak. Satu kiri, satu kanan. (TIKD/TMMPIS/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada beberapa siswa saat beberapa siswa maju ke depan
kelas ingin menuliskan puisinya, padahal yang diinginkan guru untuk menulis hanya
dua orang siswa. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah
para siswa.
Guru menyuruh beberapa siswa yang
hendak maju menuliskan puisi untuk
membatasi jumlanya menjadi dua
orang saja yang menuliskan puisi karya
mereka di papan tulis. Masing-masing
dari dua anak tersebut menuliskan puisi
di papan tulis sebelah kanan dan kiri.
√
2 Tuturan:
Sekarang, itu biarkan Eka yang koreksi. Kamu koreksi milikmu sendiri, artinya kamu
buka BPM-mu. (TIKD/TMMPIS/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang tidak pernah masuk sekolah
saat akan mengoreksi latihan soal dalam BPM. Guru mengetahui kalau siswa tersebut
belum mengerjakan latihan soal yang ditugaskan oleh guru, sehingga guru tidak
memperbolehkan siswa tersebut untuk mengoreksi karena akan merugikan siswa lain
yang sudah mengerjakan. Sehingga guru meminta dia untuk melihat BPM miliknya
sendiri. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah siswa.
Guru menyuruh agar siswa yang
menjadi lawan tutur guru untuk
memberikan buku latihan soal milik
siswa lain, yang di pegangnya agar
tidak dikoreksi oleh siswa tersebut.
Guru menyuruh murid tersebut untuk
mengoreksi latihan soal miliknya
sendiri.
√
3 Tuturan:
Nak, mengerjakan Nak. Saya tidak meminta Anda tidur di atas meja, Nak.
(TIKD/TMMPIS/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat salah satu siswa mengerjakan
latihan soal dengan posisi kepala diletakkan diatas meja. Guru menuturkan dengan
Guru menyuruh siswa yang
mengerjakan latihan soal dengan
meletakkan posisi kepala diatas meja
untuk mengerjakan latihan soalnya
dengan posisi duduk yang baik, yaitu
dengan duduk yang tegap dan tanpa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
intonasi rendah, sambil menatap wajah siswa. meletakkan kepalanya di meja.
4 Tuturan:
Dari tulisanmu, lalu disunting. Disuntingnya, contohnya seperti miliknya Arya dan
Galih. (TIKD/TMMPIS/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat memberikan penjelasan mengenai
materi yang diberikan berupa materi menulis puisi. Materi yang diberikan berupa
materi megenai penyuntingan puisi. Tuturan tersebut dituturkan setelah guru dan para
siswa selesai menyunting puisi milik Arya dan Galih. Guru menuturkan dengan
intonasi rendah, sambil menunjuk puisi di papan tulis.
Guru menyuruh siswa untuk
menyunting puisi yang telah dibuat
oleh mereka, menjadi puisi seperti
milik Arya dan Galih, siswa yang
puisinya telah disunting secara
bersama-sama oleh guru dan siswa
sekelas.
√
2.3 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Yang tidak membuat, kesadaran diri untuk berdiri. (TIKD/TMMPID/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru mengoreksi tugas menulis puisi
yang telah dibuat oleh para siswa. Terdapat beberapa siswa yang kedapatan tidak
membuat puisi, sehingga dihukum oleh guru untuk berdiri sambil membuat puisi.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa yang tidak
membuat tugas menuliskan puisi untuk
berdiri.
√
2 Tuturan:
Besok Senin ulangan menulis puisi. Kalau besok sampai Anda sebagian besar di
bawah KKM, Anda tambahan sepulang sekolah. (TIKD/TMMPID/D2)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa di jam terakhir guna mengingatkan siswa
kalau hari Senin akan ada ulangan. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa agar siswa
mencapai nilai diatas KKM ketika
ulangan menulis puisi pada hari Senin.
Apabila nilai para siswa tidak
mencapai KKM, guru akan
menghukum mereka dengan
memberikan pelajaran tambahan.
√
3 Tuturan:
Setelah ini yang sukarelawan dari anak putra. Berarti nanti setelah dikoreksi, dua
anak putra harus menjadi sukarelawan. (TIKD/TMMPID/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat dua siswi menuliskan puisinya di
Guru mendesak para siswa untuk
secara sukarela menuliskan puisi karya
mereka di papan tulis agar dapat di
sunting bersama-sama antara guru dan
para siswa sebagai bahan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
papan tulis untuk di sunting. Guru meminta agar yang menuliskan puisi selanjutnya
adalah dua siswa. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah
para siswa.
pembelajaran.
4 Tuturan:
Waktumu hanya satu jam mengerjakan, setelah itu dikumpulkan.
(TIKD/TMMPID/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang belum mengerjakan tugas
karena pada pertemuan sebelumnya sedang latihan untuk persiapan lomba antar
sekolah. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil mengacungkan satu jari
keatas.
Guru mendesak siswa yang belum
mengerjakan tugas agar dapat
menyelesaikan tugas dengan durasi
waktu satu jam, kemudian tugas
tersebut dapat dikumpulkan kepada
guru.
√
5 Tuturan:
Silahkan. Kita akan bisa menyunting, jika ada sukarelawan maju. Jika Anda tidak
maju, tidak ada sukarelawan, maka kita tidak dapat meneruskan pelajaran ini.
(TIKD/TMMPID/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan para
siswa yang bersedia menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis guna di sunting.
Pada saat itu, guru tidak menunjuk para siswa untuk menuliskan puisi di papan tulis.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak para siswa untuk
secara sukarela maju menuliskan puisi
karya mereka di papan tulis untuk di
sunting secara bersama-sama antara
guru dan siswa dalam materi pelajaran
menyunting puisi, tanpa harus ditunjuk
oleh guru atau siswa yang lain.
√
2.4 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Ho’o, jangan marah jika dikomentari, kan kita semua belajar disini.
(TIKD/TMMPIB/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang puisi karyanya telah disunting.
Siswa tersebut terlihat marah ketika puisinya dikomentari oleh rekannya. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah salah satu siswa.
Guru membujuk siswa yang puisinya
disunting agar tidak marah saat guru
dan teman sekelasnya menyunting dan
mengomentari puisi milik siswa
tersebut agar menjadi puisi yang lebih
baik.
√
2 Tuturan:
Waduh, nulisnya agak kesini, Mbak, mepet tempatnya Marsya supaya jika saya
Guru membujuk siswi menuliskan
puisi tidak terlalu dekat dengan ujung
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
sunting milikmu bisa untuk menulis. (TIKD/TMMPIB/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang maju menuliskan puisi di papan
tulis. Tulisan murid tersebut sedikit dekat dengan ujung papan tulis, sehingga akan
menyulitkan guru dalam proses penyuntingan. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil mengarahkan penulisan.
papan tulis, melainkan letaknya
berdekatan dengan puisi milik salah
satu siswi yang menuliskan puisinya di
papan tulis pula, yaitu Marsya. Hal itu
dilakukan supaya masih ada ruang di
papan tulis agar guru dapat menyunting
puisi milik siswi tersebut.
2.5 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Jika kita kesulitan, kita lihat satu baris per baris. Jika Anda kesulitan untuk
menyunting nanti puisimu sendiri, lihatlah baris per baris, lalu renungkanlah.
(TIKD/TMMPII/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran mengenai
puisi, terlebih pada langkah-langkah dalam penyuntingan larik puisi. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mengimbau siswa yang merasa
kesulitan dalam menyunting puisinya,
dapat melakukan penyuntingan dengan
mudah, yaitu dengan cara melihat baris
per baris setiap puisi yang dibuatnya.
Lalu siswa dapat merenungkan setiap
baris puisi tersebut agar dapat
mengubah dan memperbaiki setiap
larik dalam baris puisi menjadi puisi
yang lebih indah.
√
2 Tuturan:
Anda kurang puas, lakukan lagi penyuntingan. (TIKD/TMMPII/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang puisi miliknya telah disunting
oleh guru dan teman sekelasnya. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menggoyangkan tangan.
Guru mengimbau siswa agar
melakukan lagi penyuntingan terhadap
puisinya jikalau siswa merasa kurang
puas terhadap puisi karya mereka.
√
3 Tuturan:
Usahakan dalam menulis puisi, Anda mengurangi kata-kata penghubung.
(TIKD/TMMPII/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran mengenai
Guru mengimbau siswa agar
mengurangi penggunaan kata-kata
penghubung dalam menulis larik-larik
sebuah puisi.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
puisi. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
4 Tuturan:
Panjang boleh, tapi kata penghubung jangan terlalu sering dimunculkan karena dia,
kata penghubung muncul jatuhnya mengurangi keindahan. (TIKD/TMMPII/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas materi pelajaran mengenai
puisi. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk para siswa.
Guru mengimbau siswa agar
mengurangi menggunakan kata
penghubung dalam larik puisi karena
akan mengurangi keindahan dari puisi
tersebut.
√
5 Tuturan:
Duduknya yang bagus, Mbak. Anak cowok saja saya larang, apalagi anak putri.
(TIKD/TMMPII/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang duduk dengan posisi yang tidak
sopan. Siswi tersebut duduk dengan menaikkan salah satu kakinya di atas kursi. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk kearah siswi.
Guru mengimbau salah satu siswi yang
berjenis kelamin perempuan untuk
duduk dengan posisi yang baik.
√
6 Tuturan:
Jika kamu ingin nilaimu, hasilmu dimasukkan, ya kamu tenang sebentar. Nanti
seperti pasar hewan. (TIKD/TMMPII/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi dan para siswa
berbicara dengan rekan sebangku mereka hingga membuat kondisi ruangan menjadi
berisik. Pada saat itu, guru ingin memasukkan nilai yang telah dikoreksi oleh para
siswa ke buku nilai dengan cara mendikte. Guru menuturka dengan intonasi rendah,
sambil menatap wajah para siswa.
Guru mengimbau agar para siswa
tenang karena guru hendak
memasukkan nilai tugas yang telah
dikoreksi kedalam buku nilai dengan
cara mendikte para siswa.
√
7 Tuturan:
Nak, jika Anda tidak mau diikat, dipotong saja seperti Bu Domas.
(TIKD/TMMPII/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswi yang tidak mendengar arahan dari
guru mengenai rute pengoreksian BPM. Guru berasumsi kalau siswi tersebut tidak
dapat mendengar arahan guru karena telinganya tertutup oleh rambut. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil memperagakan cara mengikat rambut.
Guru mengimbau siswi yang
rambutnya terurai agar memotong
rambutnya seperti rambut milik guru.
√
8
Tuturan:
Bicara boleh, tapi harus mapan enggon, wayah. Harus pas pada tempat dan
waktunya. (TIKD/TMMPII/D7)
Guru mengimbau siswa agar berbicara
sesuai dengan tempat dan waktu agar
siswa tersebut tidak salah dalam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan kembali
mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Siswa tersebut tidak dapat menjawab
pertanyaan guru karena ia berbicara dengan rekan sebangkunya saat guru sedang
menjelaskan mengenai tugas yang akan diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
mendapatkan informasi.
9 Tuturan:
Lalu ketika dikoreksi Anda marah, Anda kecewa, tidak perlu. (TIKD/TMMPII/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan agar para siswa yang
menuliskan puisinya di papan tulis dan puisi tersebut disunting oleh guru, siswa tidak
marah karena penyuntingan tersebut merupakan bagian dari KBM. Guru menuturkan
dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mengimbau siswa agar tidak
marah dan kecewa ketika puisi mereka
di sunting dan di komentari oleh guru
dan rekan mereka.
√
10 Tuturan:
Ini tidak usah saja daripada Anda nanti kesulitan mengurangi makna, jadi
dihilangkan. (TIKD/TMMPII/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menyunting puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menghapus puisi siswa di papan tulis.
Guru mengimbau siswa untuk
menghilangkan satu kata dalam sebuah
larik puisi agar puisi tersebut
kehilangan makna yang terkandung di
dalamnya.
√
11 Tuturan:
Jadi tugasmu besok, mengumpulkan satu buah puisi ciptaan Anda sendiri, bukan
milik orang lain. (TIKD/TMMPII/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mengingatkan para
siswa berkaitan dengan tugas yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menunjuk para siswa.
Guru mengimbau siswa agar
mengumpulkan tugas puisi ciptaan
siswa sendiri, bukan dari karya orang
lain atau mengunduh dari internet.
√
2.6 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan: Guru mengajak siswa untuk membahas √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Oke kalau begitu, jalan segara dulu. (TIKD/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat akan menentukan latihan soal yang
akan dibahas terlebih dahulu. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
melihat BPM.
latihan soal yang bertopik mengenai
puisi yang berjudul Jalan Segara
terlebih dahulu, dibandingkan topik
yang lain.
2 Tuturan:
Bayangkan Nak, dari pagi orang-orang yang demonstrasi itu mungkin tidak, belum
makan. (TIKD/TMMPIAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menerangkan tentang salah satu puisi
yang terdapat dalam salah satu soal di BPM. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mengajak siswa untuk
membayangkan situasi dan kondisi
ketika orang sedang berdemonstrasi
yang kemungkinan belum makan
ketika melakukan demo, sebagai
bentuk imajinasi mengenai puisi yang
menjadi topik pembahasan kegiatan
belajar mengajar.
√
2.7 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Tidak menyalin Nak, membuat sendiri. (TIKD/TMMPIL/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang dihukum untuk membuat puisi
karena siswa tersebut lupa untuk membuat tugas menulis puisi. Guru melihat siswa
tersebut membaca puisi milik teman sebangkunya. Guru menuturkan dengan intonasi
rendah, sambil menatap wajah siswa.
Guru melarang siswa yang di hukum
oleh guru untuk melihat atau bahkan
menyalin puisi milik rekannya, guna
dijadikan puisi karyanya. Guru
menginginkan siswa tersebut membuat
puisi karyanya sendiri.
√
2.8 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Kita berharap saja itu salah, kepiting. (TIKD/TMMPIH/D8)
Guru berharap agar salah satu soal
yang terdapat di buku latihan soal para √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat siswa menanyakan tentang hewan
kepinding dan guru kurang mengerti akan hewan tersebut. Pertanyaan itu muncul
ketika siswa menemukan penulisan hewan tersebut dalam salah satu soal di latihan
soal yang terdapat di BPM. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil melihat
buku.
siswa, yang membahas mengenai
hewan kepinding merupakan kesalahan
pengetikan dari pencetak buku, yaitu
dari hewan kepiting
2.9 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1
Tuturan:
Anda membuat, tidak usah dipikirkan, “Oh rimanya ini”. Nanti akan muncul dengan
sendirinya, apabila Anda membuat dengan bahasa yang, pilihan kata yang Anda
pilih. (TIKD/TMMPIAn/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menatap wajah para siswa.
Guru menganjurkan siswa agar tidak
memikirkan terlebih dahulu rima yang
akan digunakan dalam membuat
sebuah puisi.
√
2 Tuturan:
Kalau Anda tidak fokus, lebih baik Anda duduk tidak usah bersama teman. Tapi
duduklah sendiri supaya Anda fokus dalam pelajaran. (TIKD/TMMPIAn/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang sering bolos dan nilainya
menurun. Guru bermaksud menasehati siswa tersebut agar fokus dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah
siswa.
Guru menganjurkan agar salah satu
siswa yang sering bolos dan nilainya
menurun untuk duduk sendiri saat
kegiatan belajar berlangsung.
√
3 Tuturan:
“Tubuhmu bergoyang bak penari jaipong”, ini sebenarnya sudah masuk
menggunakan kata-kata berkonotasi, tidak perlu diubah, tidak papa.
(TIKD/TMMPIAn/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi puisi salah satu siswa
yang dituliskan di papan tulis. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
Guru menganjurkan siswa agar larik
dalam puisi “Tubuhmu bergoyang bak
penari jaipong” tidak perlu diubah
karena dalam larik tersebut sudah
mengandung konotasi.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
menghapus puisi di papan tulis.
4 Tuturan:
Jadi biasakan menulis puisi untuk yang lain juga, biasakanlah ini lho, mengurangi
kata-kata yang sebetulnya kata penghubung atau kata sambung, itu hilangkan saja.
(TIKD/TMMPIAn/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengoreksi dan menyunting puisi
hasil karya salah satu siswa yang telah maju menuliskan puisinya di papan tulis. Puisi
yang dituliskan tersebut banyak menggunakan kata penghubung. Guru menuturkan
dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru menganjurkan siswa agar
membiasakan untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan penggunaan
kata penghubung dalam menulis puisi.
√
5 Tuturan:
Maka, silahkan cari soal-soal ulangan yang kemarin. Lalu pelajari lagi, jika perlu
dikerjakan ulang. (TIKD/TMMPIAn/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat ulangan tengah berlangsung. Guru
menyampaikan pesan dari guru lain yang membuat soal ulangan akhir untuk
mempelajari kembali soal-soal ulangan harian yang pernah diberikan. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru menganjurkan siswa untuk
mencari soal-soal ulangan yang pernah
di lalui guna di pelajari lagi, atau
bahkan lebih baik jika siswa
mengerjakan kembali soal-soal
tersebut.
√
6 Tuturan:
Tapikan sudah saya ingatkan Wahid, jika ingin menjadi pelawak, carilah tempat yang
tepat. Tapi jika pas pelajaran, yo ojo, ngelawak yo do nanggepi.
(TIKD/TMMPIAn/D7)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat guru menanyakan kembali
mengenai tugas yang diberikan oleh guru, kemudian siswa tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan guru dengan tepat karena siswa tersebut ketika di dalam kelas
lebih banyak bercanda daripada serius. Guru menuturkan dengan intonasi rendah,
sambil menatap wajah para siswa.
Guru meganjurkan siswa yang bernama
Wahid agar tidak melawak saat
pelajaran sedang berlangsung.
√
3 TUTURAN IMPERATIF DALAM KONSTRUKSI INTEROGATIF
3.1 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
1 Tuturan:
Bisakah Anda tenang? (TIKInter/TMMPIP/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai mengoreksi latihan soal dan
para siswa berbicara dengan rekan sebangku hingga membuat kondisi ruangan
menjadi berisik. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk
tenang karena suara para siswa dari
ruangan kelas terdengar sangat berisik
dan dapat mengganggu kegiatan belajar
mengajar di kelas lain.
√
2 Tuturan:
Bisa diam dulu? (TIKInter/TMMPIP/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat guru akan memberikan pesan untuk
pertemuan selanjutnya diakhir pelajaran, tetapi para siswa sibuk berbicara satu sama
lain. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi dan ekspresi wajah marah.
Guru memerintahkan siswa untuk diam
karena guru ingin menyampaikan
pesan untuk pertemuan selanjutnya.
√
3.2 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Kamu, mejamu boleh kamu geser kepada siapa itu? (TIKInter/TMMPIS/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa saat membahas soal ulangan dan
siswa tersebut tidak memiliki lembar soal sehingga guru memintanya untuk
bergabung dengan rekan yang lain. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil
mengarahkan meja ke siswa lain.
Guru menyuruh salah satu siswa yang
tidak memiliki soal dari latihan soal
yang diberikan guru pada pertemuan
sebelumnya untuk menggeser meja
miliknya agar dekat dengan rekannya
yang memiliki soal dari latihan soal
yang diberikan oleh guru.
√
2 Tuturan:
Duduknya tidak bisa kedepan to, Nak? (TIKInter/TMMPIS/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa duduknya menghadap kebelakang
atau berhadapan dengan rekan dibelakangnya saat kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah siswa.
Guru menyuruh siswa yang duduk
menghadap kebelakang saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung dapat
memutar balik posisi duduknya
menjadi duduk menghadap ke depan
atau mengarah ke guru.
√
3.3 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
No Data Maksud Triangulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Sekarang sukarela, siapa yang mau menulis di depan? (TIKInter/TMMPD/D1)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan
beberapa siswa yang dengan senang hati ingin menuliskan puisi hasil karyaya di
papan tulis untuk dikoreksi bersama, tanpa harus ditunjuk oleh guru untuk maju.
Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa menuliskan puisi
karya mereka di papan tulis secara
sukarela dan senang hati, tanpa
diperintahkan oleh guru untuk maju.
√
2 Tuturan:
Jika paham, sekarang sukarelawan dua, siapa? (TIKInter/TMMPD/D3)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa untuk mempersilahkan para siswa yang
bersedia menuliskan puisinya di papan tulis, tanpa harus ditunjuk oleh guru untuk
maju. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak agar para siswa dengan
jumlah dua orang dari beberapa puluh
siswa di kelas mau dan mampu
menuliskan puisi hasil karya mereka
sendiri di papan tulis.
√
3 Tuturan:
Sekarang, saya ingin kejujuran Anda, siapa yang menulis, mengumpulkan hasil puisi
itu dari mengambil di internet? Tunjuk jari, tidak usah malu! (TIKInter/TMMPD/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat mengetahui bahwa sebagian dari
siswa menuliskan puisi hasil karyanya dengan mencari dan menyalin dari situs
internet. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa untuk jujur dan
mengakui kepada guru kalau diantara
mereka menulis dan mengumpulkan
puisi yang mengatasnamakan diri
mereka sendiri sebagai penulisnya,
merupakan puisi hasil dari mengunduh
melalui situs internet.
√
4 Tuturan:
Sing jawab kok ming Rio, sing liyane endi? (TIKInter/TMMPD/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat kegiatan tanya jawab berlangsung,
sedangkan yang menjawab pertanyaan dari guru hanya satu orang. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak seluruh siswa aktif
menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru, karena hanya siswa yang
bernama Rio, yang mampu dan aktif
menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
√
5 Tuturan:
Sing jawab ming daerah kene tok, sing liyane endi? (TIKInter/TMMPD/D6)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat membahas latihan soal dan yang
menjawab pertanyaan dari guru hanya sebagian anak (deretan siswa yang duduk di
depan meja guru), sedangkan sisanya hanya diam. Guru menuturkan dengan intonasi
Guru mendesak agar seluruh siswa di
kelas ikut aktif dalam menjawab
pertanyaan guru mengenai soal-soal
yang terdapat dalam latihan soal yang
di bahas bersama.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
tinggi, sambil menatap wajah para siswa.
6 Tuturan:
Siapa yang akan maju lagi? (TIKInter/TMMPD/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat selesai menyunting puisi milik siswa
sebelumnya. Guru menawarkan kepada para siswa untuk menuliskan puisi hasil
karyanya di papan tulis dan akan disunting lagi oleh guru dan siswa lain. Guru
menuturkan dengan intonasi rendah, sambil menatap wajah para siswa.
Guru mendesak siswa untuk maju
menuliskan puisi karya mereka di
papan tulis untuk disunting.
√
3.4 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Silahkan maju, siapa yang akan menuliskan bait-bait puisinya?
(TIKInter/TMMPIPs/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa dimaksudkan untuk mempersilahkan para
siswa yang bersedia menuliskan puisi hasil karyanya di papan tulis. Saat itu, guru
tidak menunjuk salah satu siswa untuk menuliskan puisi karya mereka di papan tulis,
tapi guru hanya mempersilahkan siswa dan menguji keberanian siswa yang mampu
menuliskan puisi tanpa di suruh. Guru menuturkan dengan intonasi rendah, sambil
menatap wajah para siswa.
Guru mempersilakan para siswa
menuliskan puisi karya mereka sendiri
di papan tulis yang merupakan tugas
dari guru.
√
3.5 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Yuk, sekarang kita koreksi apa? PR ya? (TIKInter/TMMPAj/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para murid dimaksudkan mengajak para siswa
mengoreksi tugas yang terdapat dalam BPM. Tugas tersebut sudah diberikan pada
Guru mengajak para siswa dalam
kegiatan belajar mengajar melakukan
kegiatan berupa mengoreksi PR yang
terdapat dalam salah satu buku
panduan siswa, yaitu BPM.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
pertemuan sebelumnya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil membuka
BPM.
3.6 Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
No Data Maksud Triangulasi
Setuju Tidak
Setuju
1 Tuturan:
Kok sudah ngobrol ya? Heh, kok sudah ngobrol? (TIKInter/TMMPL/D5)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat diminta guru mengerjakan latihan
soal. Akan tetapi, baru beberapa menit mengerjakan, para siswa sudah berbicara
kepada rekannya. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi, sambil menatap wajah
para siswa.
Guru melarang siswa untuk saling
berbicara saat mengerjakan latihan
soal.
√
2 Tuturan:
Wahid, dari tadi kok ngobrol wae? (TIKInter/TMMPL/D7)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada salah satu siswa yang berbincang-bincang saat guru
menerangkan mengenai materi pelajaran. Guru menuturkan dengan intonasi tinggi,
sambil menatap wajah Wahid.
Guru melarang siswa yang bernama
Wahid untuk tidak berbincang-bincang
kepada rekannya saat guru sedang
menjelaskan materi pelajaran yang
diberikan saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung.
√
3 Tuturan:
Kok sepertinya, kelasnya seperti lebah berdengung ya? Seperti ada sarang lebah ya?
(TIKInter/TMMPL/D8)
Konteks:
Tuturan dituturkan guru kepada para siswa saat menunggu salah satu siswa
menuliskan puisi di papan tulis untuk di sunting. Para siswa berbicara dengan
rekannya sehingga menyebabkan guru menyindir secara halus. Guru menuturkan
dengan intonasi tinggi, sambil melihat buku milik guru.
Guru melarang siswa untuk tidak saling
berbicara kepada rekannya saat
menunggu salah satu siswa menuliskan
hasil karya puisi miliknya di papan
tulis sampai siswa yang menuliskan
puisi di papan tulis selesai menuliskan
puisinya, hingga kemudian disunting
oleh guru dan para siswa.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Fakultas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah yang
Bersangkutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
BIOGRAFI PENULIS
Geovani Futut Puji Rahayu lahir di Gunung
Batin, 31 Januari 1993. Penulis berasal dari Desa
Mulya Asri, Kecamatan Tulang Bawang Tengah,
Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Xaverius
Gunung Batin, Kecamatan Terbanggi Besar. Setelah
itu, penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di
SMP Xaverius Gunung Batin, Kecamatan Terbanggi Besar.
Kemudian penulis meneruskan sekolah menengah atas di SMA Lentera
Harapan Way Pengubuan, Terusan Nunyai. Pada tahun 2012, penulis tercatat
sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related