Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab....

17
Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281 1 ANALISIS TINDAKAN PEDAGOGI GURU PENERIMA PROGAM CLCC UNESCO PADA PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) SAINS SD DAN MI Yanti Herlanti 1 Burhanuddin Milama UIN Syarif HIdayatullah Jakarta 2 Abstract The Creating Learning Communities for Children (CLCC) Program is a joint program between the Government of Indonesia, UNESCO and UNICEF and is supporting the improvement of primary education in a decentralized and democratic environment. Programming aims to develop approaches that raise the quality of primary education available to the children. It works mainly at local level and is focused on giving schools and communities more responsibility for managing their own resources and helping them to use these resources more effectively. The program consists of three components: School Based Management (SBM), Community Participation (CP) and Active, Joyful and Effective Learning (AJEL). In this paper we focus to AJEL. We will analyze pedagogy steps of science teacher that teach their student with AJEL. Location of this research is Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten, Indonesia. Two schools involved in this research, with two teachers and 55 students. From the observation, we found four indicators of AJEL that optimum implementation, and two indicators was not optimum implementation, and one indicator was not implementation. From Verbal Interaction Category Systems (VICS) Method was used to analyze pedagogy steps of science teacher. From this analyzed, we knew the pedagogy steps of science teacher is only Informing, so cognitively, students only got Intelligible. CLCC UNESCO program add the positive value for science teacher, i.e. using process approach in informing of pedagogy steps. CLCC programs have positive impact for Madrasha Ibtidaiah (MI), although MI did not get directly program. Keyswords: CLCC, AJEL, VICS, pedagogy steps, informing, eliciting, directing. 1 Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarf Hidayatullah, Jakarta

Transcript of Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab....

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

1

ANALISIS TINDAKAN PEDAGOGI GURU PENERIMA PROGAM

CLCC UNESCO PADA PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN

MENYENANGKAN (PAKEM) SAINS SD DAN MI

Yanti Herlanti

1

Burhanuddin Milama

UIN Syarif HIdayatullah Jakarta2

Abstract The Creating Learning Communities for Children (CLCC) Program is a joint program

between the Government of Indonesia, UNESCO and UNICEF and is supporting the

improvement of primary education in a decentralized and democratic environment.

Programming aims to develop approaches that raise the quality of primary education

available to the children. It works mainly at local level and is focused on giving schools

and communities more responsibility for managing their own resources and helping them

to use these resources more effectively. The program consists of three components:

School Based Management (SBM), Community Participation (CP) and Active, Joyful and

Effective Learning (AJEL). In this paper we focus to AJEL. We will analyze pedagogy

steps of science teacher that teach their student with AJEL. Location of this research is

Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten, Indonesia. Two schools

involved in this research, with two teachers and 55 students. From the observation, we

found four indicators of AJEL that optimum implementation, and two indicators was not

optimum implementation, and one indicator was not implementation. From Verbal

Interaction Category Systems (VICS) Method was used to analyze pedagogy steps of

science teacher. From this analyzed, we knew the pedagogy steps of science teacher is

only Informing, so cognitively, students only got Intelligible. CLCC UNESCO program

add the positive value for science teacher, i.e. using process approach in informing of

pedagogy steps. CLCC programs have positive impact for Madrasha Ibtidaiah (MI),

although MI did not get directly program.

Keyswords: CLCC, AJEL, VICS, pedagogy steps, informing, eliciting, directing.

1 Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarf Hidayatullah, Jakarta

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

2

435

420

427

32

36

41

38

45

48

1999

2003

2007

negara partisipan Peringkat skore

Upaya UNESCO dan UNICEF

dalam membantu pemerintah Indonesia

memperbaiki mutu pendidikan sekolah

dasar sudah dimulai sejak tahun 1999.

Program tersebut disebut Creating

Learning Communities for Children

(CLCC) atau lebih dikenal dengan

program MBS. Program ini bertujuan

memberdayakan stakeholders, guru,

kepala sekolah, komite sekolah,

pengawas, dan jajaran dinas. Program

ini menggarap tiga bidang yaitu

manajemen sekolah, peranserta

masyarakat, dan kegiatan belajar

mengajar yang bersipat aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan atau yang

dikenal dengan PAKEM

(Pembelajaran aktif, kreatif, efektif,

dan menyenangkan).

Pada tahun 2004-2005 Proyek

CLCC Unesco mulai dirintis di Depag

dengan melibatkan 45 Madrasah

Ibtidaiyah (MI) di 3

Kabupaten/Propinsi. Ini berarti telah

ada 45 MI yang telah melaksanakan

PAKEM. Menurut Faisol, dampak

KBM-PAKEM pada 6.750 siswa

secara umum adalah kehadiran anak

(laki-laki/perempuan) mengalami

peningkatan, kurang angka mengulang

kelas, menurunnya angka putus

sekolah (DO), meningkatnya nilai

ujian murid, meningkatnya nilai ujian

murid, anak-anak senang belajar,

murid lebih percaya diri yang

dibuktikan dengan berani bertanya

dengan memakai bahasa sendiri,

berdiskusi dan sebagainya.

Diantara tiga program yang

diusung oleh CLCC Unesco dengan

program Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS), maka penelitian ini

memfokuskan pada PAKEM bidang

studi IPA.

Bidang studi IPA menjadi

focus penelitian, karena perolehan

nilai siswa Indonesia umumnya masih

rendah. Berdasarkan Trends

International Mathematics and Science

Study (TIMSS) 2003 peringkat siswa

untuk bidang studi sains Indonesia ke

36 dari 45 negara partisipan, dengan

rata-rata nilai 420. Prestasi Indonesia

pun berada di bawah rata-rata

internasional (437). Bahkan prestasi

Indonesia berada jauh di bawah

Malaysia yang berada diperingkat 20

dengan skor 510. Prestasi sains siswa

Indonesia di TIMSS dari 1999 sampai

2007 terus merosot terlihat dari skor

dan peringkat yang diperolehnya (lihat

Gambar 1).

Gambar 1. Peringkat dan Skore

Siswa Kelas 8 di Indonesia Pada

Bidang Studi Sains di TIMSS

Bahkan jika dibandingkan

negara lain di wilayah Asia Tenggara,

nilai Indonesia cukup mengkawatirkan,

Indonesia ada diurutan 2 terbawah

untuk tahun 1999 dan 2003. Bahkan

Thailand yang menjadi partisipan

TIMSS di tahun 2007 mampu

mengalahkan Indonesia (lihat Gambar

2).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keberhasilan penerapan

PAKEM pada pembelajaran sains,

tindakan pedagogis guru IPA dalam

PAKEM di SD yang telah

mendapatkan program PAKEM CLCC

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

3

569

578

567

429

510

471 471

435

420

427

345

377

488

473

467

1999

2003

2007

Rata2 Dunia Philippines

Indonesia Thaliland

Malaysia Singapore

UNESCO secara langsung dan

imbasnya terhadap guru MI yang

mendapatkan program PAKEM CLCC

UNESCO secara tidak langsung.

Gambar 2. Prestasi Siswa Indonesia

Kelas 8 Pada Bidang Studi Sains

Dibandingkan dengan Negara

Partisipan di Asia Tenggara

Pustaka

Pada tahun 1999, UNESCO

dan UNICEF membantu memperbaiki

mutu pendidikan di Indonesia dengan

program Creating Learning

Communities for Children (CLCC).

Salah satu komponen program

peningkatan mutu pendidikan tersebut

adalah kegiatan belajar mengajar

(KBM), dengan memperkenalkan

KBM yang bersifat aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan atau yang

dikenal dengan PAKEM

(Pembelajaran aktif, kreatif, efektif,

dan menyenangkan).

Selama kurun waktu 1999-2002

program CLCC UNESCO UNICEF

telah dilakukan di 124 SD/MI yang

berada di tujuh kabupaten di Jawa

Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,

dan Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya melalui dana hibah dari

pemerintahan selandia baru NZAID

dan pemerintahan Australia AUSAID,

dan beberapa lembaga donor lainnya,

terjadi perluasan program CLCC

menjadi 42 kabupaten/kota di 11

propinsi dengan jumlah sekolah 3.748

(Arie, 2008)

Pada program CLCC

UNESCO, menurut Sanders (2005)

PAKEM yang diterapkan pada

program ini dapat dilihat dari tujuh

ciri, yaitu:

1. Suasana kelas yang menyenangkan

2. Guru mudah didekati

3. Soal terbuka

4. Murid menemukan sendiri

5. Murid mengekspresikan diri sendiri

6. Pajangan hasil karya siswa

7. Kerja kelompok

PAKEM di Indonesia bukanlah

hal baru. Sebelumnya Indonesia

pernah dikenalkan dengan Cara Belajar

Siswa Aktif (CBSA) atau Student

Active Learning (SAL). Baik PAKEM

maupun SAL memiliki filosofi yang

sama seperti ungkapan Piaget (1959),

yaitu seorang anak membangun secara

aktif pengetahuan melalui berbagai

jalur yakni membaca, mendengarkan,

bertanya, menelusuri, dan

melaksanakan eksperimen terhadap

lingkungannya. Filosofi ini kemudian

dikenal dengan konstruktivisme.

Hakekat konstruktivisme

adalah bagaimana pengajar dapat

mengaktifkan pengetahuan awal siswa,

mengelaborasi pengetahuan tersebut,

dan otak siswa pun akif

mengkonstruksi pengetahuan.

Pengaktifan otak (minds on) siswa

melalui tiga langkah kegiatan, yaitu:

1. Mengaktifkan pengetahuan lama

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

4

2. Mengelaborasi pengetahuan lama

menjadi baru

3. Mengkonstruksi pengetahuan baru

Tiga tahap kegiatan inilah yang

akan menghantarkan siswa tidak hanya

mengenal dan memahami, tetapi

mampu melaksanakan, menganalisis,

dan mengevaluasi. Melalui tiga hal

inilah lapisan tertinggi berpikir pada

siswa pun bisa dicapai. Tiga langkah

ini seiring dengan arahan guru dalam

informing, eliciting, dan directing dan

sejalan dengan apa yang diperoleh

siswa yaitu intelligible, plausible, dan

fruitfull.

Metode

Penelitian bersifat penelitian

kelas dengan jenis kualitatif.

Penelitian dilakukan di wilayah yang

telah mendapatkan program CLCC

Fase I, yaitu Kecamatan Labuan.

Subyek target pertama adalah

guru sains di SDN 3 Labuan, yang

merupakan guru inti pada program

CLCC UNESCO. Subyek target kedua

adalah guru yang mendapatkan imbas

dari program CLCC UNESCO, yaitu

guru sains di MI An Nidzomiyah.

Data dijaring melalui

pengamat-an, kuisioner, wawancara,

dan analisis dokumen. Instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data

adalah lembar observasi berupa daftar

check list, kuisioner berupa daftar isian

dan daftar check list, dan pedoman

wawancara. Selain itu untuk meng-

analisis tindakan pedagogi guru

digunakan lembar observasi Flanders

(1970).

Berbagai dokumen seperti

rencana pembelajaran guru, soal-soal

evaluasi yang disajikan guru dinilai

dan dianalisis. Pedoman penilai

berupa rubrik digunakan untuk menilai

dan menganalisis dokumen.

Hasil dan Pembahasan

Guru IPA di SDN 3 Labuan

adalah guru inti yang mendapatkan

telah mendapatkan pelatihan SEQIP

(Science Quality Improvement Project)

selama 223 jam. SEQIP adalah

program peningkan mutu pembelajaran

IPA yang digulirkan pemerintah

Indonesia bekerjasama dengan

pemerintahan Jerman pada tahun 1992-

2004. Selain itu karena posisinya

sebagai guru inti, maka guru IPA SDN

3 Labuan mendapatkan pelatihan

secara langsung dari CLCC UNESCO

UNICEF selama 150 jam.

Kualitas guru IPA dalam

perencanaan, pelaksaanaan dan

evaluasi kegiatan belajar mengajar

yang menggunakan paradigma

konstruktivisme (PAKEM), dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Guru IPA dalam

Kegiatan Belajar dan Mengajar

No Hal yang dinilai

Skor

guru

IPA

Skor

Maks

Yang

bisa

diraih

1.

Rencana

pembelajaran

(lesson plan) 4 4

2.

Penguasaan

terhadap teori-teori

pembelajaran

berbasis

konstruktivisme

80% 100%

3.

Soal evaluasi yang

disajikan/dibuat

guru 3 4

4.

Penilaian guru

terhadap kinerjanya

dalam menyiapkan,

melaksanakan, dan

mengevaluasi

pembelajaran yang

aktif, kreatif,

efektif, dan

menyenangkan.

9,3 10

5.

Penilaian siswa

terhadap kinerja

guru dalam

menyajikan

pembelajaran yang

aktif, kreatif,

efektif, dan

menyenangkan

2,9 3

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

5

Proporsi interaksi proses

belajar mengajar sains di dalam kelas

dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel

2 tampak bahwa pola interaksi yang

dominan adalah pola interaksi tanya-

jawab (dua arah).

Tabel 2. Proporsi Interaksi Siwa-

Guru pada Pembelajaran IPA yang

Menerapkan PAKEM Katagori

interaksi

Guru IPA

Jumlah Persen

1. Guru

mendominasi

32 8,8

2. Interaksi dua

arah: guru-

siswa

dan siswa-guru

293 80,4

3. Siswa

mendominasi

4 1,4

4. Lainnya 34 9,4

5. Jumlah

Interaksi

363 100

Proses Belajar Mengajar dan

Indikator PAKEM (Sanders, 2005)

Sanders mengemukakan tujuh

indikator keberhasilan PAKEM pada

program CLCC UNESCO. Penerapan

ketujuh hal tersebut pada proses belajar

mengajar sains di SDN 3 Labuan dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kualitas Penerapan

PAKEM berdasarkan Indikator

Sanders (2005) No Indikator O R B

1 Suasana kelas yang

menyenangkan V

2 Guru mudah didekati V

3 Murid menemukan

sendiri V

4 Murid mengekspresikan

diri sendiri V

5 Pajangan hasil karya

siswa V

6 Kerja kelompok V

7 Soal terbuka V Keterangan:

O = Optimal

R = Belum optimal

B = Belum tampak

1. Suasana kelas yang

menyenangkan dan guru mudah

didekati

Pada Tabel 1, tampak bahwa

rata-rata penilaian siswa terhadap guru

IPA dalam melaksanakan

pembelajaran yang aktif, efektif,

kreatif, dan menyenangkan mendekati

skor maksimal yaitu 2,9 (skor

maksimal 3).

Skor 2,9 bermakna bahwa siswa

menyenangi cara mengajar guru,

menurut siswa guru telah membuat

aneka kegiatan ketika mengajar, guru

pun sering membuat aneka alat peraga,

guru selalu memberi komentar yang

menyenangkan dan membangun

motivasi mereka, guru pun membuat

mereka bersemangat untuk belajar.

Suasana di kelas pun

menyenangkan bagi siswa dengan

sapaan guru yang khas untuk

membangkitkan semangat dan menjaga

konsentrasi siswa. Sapaan yang

senantiasa diungkapkan guru adalah,

“Apa kabar anak-anak?” maka siswa

akan menjawab, “sukses mulia”.

2. Murid menemukan sendiri

Pada Tabel 2 tampak bahwa guru

memberi kesempatan pada siswa untuk

menemukan sendiri, walaupun

porsinya sangat kecil yaitu 1,4%.

Contoh cuplikannya adalah sebagai

berikut:

Cuplikan transkip wacana untuk

cuplikan struktur makro mikro di atas

adalah

Guru : Bagaimana kalau tali ini

(rapia) dan nilon

diadukan? Mana yang

menang?

Siswa : Yang itu! (siswa menunjuk

tali nilon)

Meminta siswa untuk meyimpulkan

kekuatan antara tali rapia dan tali

nilon tanpa melalui percobaan

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

6

Guru : Ya, jelas saja. Karena tali

ini (tali kasur) dengan

yang ini (tali rapia)

menang ini (tali kasur),

dan ini (tali kasur) dengan

ini (tali nilon), menang ini

(tali nilon). Jadi kalau ini

(tali nilon) dengan ini (tali

tapia), tentu akan menang

tali ini (tali nilon).

Pada cuplikan transkip wacana,

terlihat bahwa guru kurang

memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengemukakan alasan

(reasioning) dari jawaban yang telah

diberikan siswa. Guru terlalu cepat

memberikan kesimpulan, hal ini

tampak pada Tabel 2, proporsi terbesar

(80,4) interaksi dua arah, guru bertanya

langsung direspon siswa, atau siswa

bertanya langsung direspon guru. Hal

ini menunjukkan bahwa pembangun

pengetahuan lebih banyak dilakukan

oleh guru. Guru kurang memberi

kesempatan pada murid untuk

menemukan sendiri jawabannya.

3. Murid mengekspresikan diri

Hasil observasi menggunakan

Flander (1970) menunjukkan bahwa

jumlah kolom ekspresi siswa sangat

sedikit. Pada Tabel 5, tampak

proporsinya sebesar 1,4 %. Ini

menunjukkan guru kurang memberikan

kesempatan pada siswa untuk

mengekspresikan diri.

4. Panjangan hasil karya siswa

Panjangan hasil karya siswa

cukup memadai, dinding setiap kelas

termasuk kelas 5 yang sedang belajar

sains dipenuhi oleh kumpulan hasil

karya siswa, alat peraga/gambar pada

berbagai bidang studi, waktu

kedatangan siswa, sudut baca,

kumpulan tugas dalam bentuk

portofolio tiap siswa, dan kata/slogan

penyemangat bagi siswa. Kondisi

kelas penuh dengan pajangan dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kondisi Kelas di SDN 3

Labuan Penuh dengan Pajangan

5. Belajar berkelompok

Hasil analisis pedagogi guru pada

guru IPA melalui struktur makro dan

mikro, tampak bahwa guru memberi

kesempatan pada siswa untuk belajar

berkelompok (lihat Gambar 4).

Gambar 4. Cuplikan Tindakan

Pedagogi Guru dalam Belajar

Berkelompok

6. Soal terbuka

Guru memberikan soal latihan

bersumber dari buku sains terbitan

Ganeca Exact. Pada Tabel 1, yang

didasarkan pada nilai hasil portofolio

dari soal yang disajikan guru pada

siswa, nilainya 3 dengan kekurangan

terbesar pada point le-3 yaitu sifat soal

Menguji coba kembali kekuatan dari

bahan yang sama (koreksi terhadap 2.2)

Menjelaskan cara kerjanya bahwa tiap

kelompok mendapatkan tiga buah tali.

Setiap tali dibuat dalam pilin satu,

pilin dua dan pilin tiga kemudian

ditandingkan

Menjelaskan yang ditandingkan antara

pilin satu dengan pilin dua, pilin satu

dengan tiga, pilin dua dengan tiga

dicarai siap yang menang dan ditulis di

tabel

Guru membagikan kepada masing-

masing kelompok tiga tali rapia

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

7

yang low order thinking. Hasil

selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Keterbacaan soal, struktur bahasa

yang digunakan pada soal cukup

jelas dan sudah sesuai dengan

bahasa anak. Nilai yang didapat

guru adalah 4 dari skor maksimal

4.

2. Materi soal yang dibuat kontennya

sudah sesuai dengan pokok

bahasan yang diajarkan. Nilai

yang didapat guru adalah 4 dari

skor maksimal 4.

3. Sisi skill thinking, soal yang

dibuat guru masih monoton hanya

mengukur aspek ingat siswa.

Nilai yang didapat guru adalah 1

dari skor maksimal 4.

Akibat tidak terbiasanya siswa

mengerjakan soal bersifat terbuka

tampak dari rendahnya hasil tes untuk

soal-soal bersifat terbuka (high order

thinking). Nilai rata-rata yang

diperoleh siswa kelas 5 SDN 3

Labuan adalah 39, ini bermakna

penguasaan siswa terhadap soal

terbuka dibawah 50%. Keterampilan

berpikir yang diujikan pada soal yang

dikerjakan siswa meliputi ingatan dan

keterampilan berpikir yang bersifat

high order thinking. Keterampilan

berpikir yang diujikan berupa berupa

membaca chart, menarik kesimpulan,

dan eksterpolasi data. Untuk

keterampilan berpikir ini nilai rata-

rata yang diperoleh siswa sangat

rendah (lihat Gambar 5).

Analisis Tindakan Pedagogi Guru

Penerima Progam CLCC UNESCO

Fase I

Analisis tindakan pedagogi

guru didasarkan pada motif tindakan

guru dan motif yang diterima siswa

sesuai paradigma konstruktivisme.

Motif tindakan tergambar dalam pola

interaksi antara guru-siswa dan materi

subyek. Pola interaksi ini disebut

model trilogi Proses Belajar Mengajar

(PBM). Model trilogy PBM terlihat

pada Gambar 6.

Gambar 5. Nilai Rata-rata Siswa

Kelas 5 SDN 3 Labuan dalam

Menjawab Soal IPA

Gambar 6. Trilogi PBM: Hubungan

antara Materi Subyek, Pembelajar,

dan Pengajar (Siregar, 1999:13).

Mekanisme interaksi dimulai

ketika pengajar sebagai narasumber

memulai proses belajar mengajar

dengan menginformasikan (informing),

mengembangkan (elicting), dan

mengarahkan (directing). Peran ini

sejalan dengan upaya memudahkan

pembelajar untuk mengakses materi

18.18

20.45

18.18

29.55

Membaca Chart

menarik kesimpulaninduksi

menarik kesimpulandeduksi

eksterpolasi data

pembelajar pengajar

Materi

subyek

1. Intelligible 2. Plausible

3. Fruitfull

1. Informing 2. Eliciting

3. Directing

1. Konten

2. Substansial

3. Sintaktikal

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

8

subyek agar dipahami sebagai

pengetahuan deklaratif (intelligible),

dipahami sebagai pengetahuan

prosedural (plausible), dan dipahami

sebagai keterampilan intelektual

(fruitfull) (Siregar, 1999a:15).

Analisis pada motif tindakan

guru, tampak bahwa guru IPA banyak

menggunakan pendekatan proses.

Motif tindakan guru IPA secara makro

dalam menyampaikan materi di kelas 5

SDN 3 Labuan dapat dilihat Pada

Gambar 7.

Pada Gambar 7 terlihat

tindakan pedagogi guru IPA dalam

menyampaikan materi sifat bahan

terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Informing, eliciting, dan directing

tentang daya serap bahan terhadap

air.

2. Informing eliciting, dan directing

tentang kekuatan bahan

3. Penguatan directing tentang sifat

bahan secara keseluruhan

Gambar 6. Struktur Makro

Tindakan Pedagogi Guru IPA Kelas

5 SDN 3 Labuan

Pada materi sifat bahan, seharusnya

siswa memperoleh pengetahuan

deklaratif (intelegible), prosedural

(plausible) dan fruitfull berupa:

1. Siswa mengetahui setiap bahan

mempunyai kemampuan menyerap

air dan kekuatan yang berbeda-

beda. (intelegible).

2. Siswa memahami prosedur cara

mengetahui daya serap berbagai

benda terhadap air dan kekuatan

benda. (plausible).

3. Siswa dapat memanfaatkan

pengetahuan dan prosedural yang

dipahaminya untuk diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari atau

masalah baru lainnya. (fruitfull).

Gambar 8. Cuplikan Tindakan

Pedagogi Guru dalam Informing

tentang Saya Serap Bahan terhadap

Air

Proses informing dan eliciting

dilakukan guru IPA dengan

pendekatan proses. Contoh dari

tindakan ini adalah, ketika guru

menyampaikan informasi daya serap

bahan dan kekuatan bahan, guru

SiFAT-SIFAT BAHAN

Daya serap bahan

terhadap air

Perbedaan antara tisue, koran, dan

plastik dalam kemampuannya

menyerap air

Menyimpulkan bahwa bahan

mempunyai sifat yang berbeda-beda

Kekuatan bahan

Kekuatan bahan dari bahan yang

berbeda

Kekuatan bahan dari bahan yang

sama

Latihan soal secara berkelompok

Menunjukkan air dalam gelas

dan menumpahkannya di atas

meja siswa

Menyuruh siswa melap air yang

tumpah di atas meja dengan

menggunakan plastik Menanyakan hasil kerja siswa

Menyuruh siswa melap air dengan

menggunakan kertas koran

Menanyakan hasil kerja siswa

Menyuruh siswa melap air dengan

menggunakan kertas tisue

Menanyakan hasil kerja siswa

Menanyakan ke siswa

mengapa dengan kertas tisue

menjadi kering

Meminta siswa menyimpulkan

perbedaan antara tisue, koran, dan

plastik dalam kemampuannya

menyerap air

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

9

menyajikan melalui serangkaian

demonstrasi. Guru pun meminta

bantuan pada siswa dalam

peragaannya. Cuplikan tindakan

pedagogi guru dapat dilihat pada

Gambar 8.

Pada saat informing kekuatan

bahan dengan cara demonstrasi, terjadi

ketidaksesuaian fakta dan teori.

Seharusnya tali yang berpilin tiga

dapat menang dari tali berpilin dua.

Tetapi faktanya tali berpilin dua yang

menang. Hal ini terlihat dari cuplikan

wacana guru mengajar di kelas seperti

di bawah ini:

Guru Nah, perhatikan. Ini ada dua jenis

tali yang sama. Tapi kelabangnya

berbeda. Yang satu kelabang dua

dan yang satu kelabang tiga.

Bapak, tanya lagi sekarang. Kalau

kita adu gesek lagi mana yang

lebih kuat?

Siswa : Ini (siswa menunjukkan kelabang

tiga)

Guru : Ya, silahkan maju! Kita hitung...

Siswa : Memperhatikan

Ternyata kelabang mana yang

kalah?

Siswa : Memperhatikan

Guru

: Ternyata yang kalah adalah

kelabang tiga... kelabang dua

yang menang.

Ketidakcocokan teori dan fakta

membuat guru berinisiatif untuk

melakukan percobaan ulang secara

kelompok. Dari percobaan kelompok

itu, akhirnya siswa mendapatkan

kesimpulan yang sesuai dengan teori.

Cuplikan tindakan pedagogi dalam

mengulang kembali percobaan dapat

dilihat pada Gambar 9.

Proses informing yang

dilakukan oleh guru pada daya serap

dan kekuatan bahan, menjadikan siswa

memahami pengetahuan yang disajikan

sebagai pengetahuan deklaratif

(intelegible).

Gambar 9. Cuplikan Tindakan

Pedagogi Guru dalam Informing

ulang tentang Kekuatan Bahan

Sesuai Jumlah Pilinan

Proses eliciting ditunjukkan

oleh guru lewat prosedur menguji daya

serap bahan dan prosedur menguji

kekuatan bahan. Hanya saja eliciting

yang dilakukan guru bersifat eliciting

semu. Artinya posisi guru sebenarnya

masih dalam ranah informing. Hal ini

terjadi karena siswa tidak diberi

kesempatan untuk menerapkan

pengetahuan prosedural-nya pada

kasus baru. Sehingga elicting yang

diberikan guru pada kasus ini hanya

ditangkap oleh siswa sebagai

pengetahuan deklaratif (intelegible).

Inilah yang disebut eliciting semu.

Seandainya pada materi daya

serap benda terhadap air, siswa diberi

Menguji coba kembali kekuatan dari

bahan yang sama (koreksi terhadap 2.2)

Menjelaskan cara kerjanya

bahwa tiap kelompok

mendapatkan tiga buah tali.

Menjelaskan yang ditandingkan

antara pilin satu dengan pilin

dua, pilin satu dengan tiga,

pilin dua dengan tiga

Guru membagikan kepada masing-

masing kelompok tiga tali rapia

Menyuruh siswa untuk menuliskan hasil

percobaan ke dalam tabel masing-masing

Meminta perwakilan kelompok siswa

untuk menguji kekuatan kelabang tiap

kelabang

Menarik kesimpukan bahwa pada bahan

yang sama dan jenis yang sama tetapi

pilinannya berbeda yang paling kuat

adalah pilinan tiga

Setiap tali dibuat dalam

pilin satu, pilin dua dan pilin

tiga kemudian ditandingkan

Menyuruh siswa membuat tabel

untuk menuliskan pemenangnya

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

10

kesempatan untuk menguji daya serap

aneka kain terhadap air, maka siswa

akan memanfaatkan pengetahuan

proseduralnya untuk memperoleh

pengetahuan baru. Begitu pula

seandainya siswa diberikan tugas

untuk menguji kekuatan aneka benda

lainnya, maka siswa akan

menggunakan prosedur yang sudah

didapatkan untuk memperoleh

pengetahuan baru. Tetapi proses ini

tidak dilakukan guru, proses untuk

memastikan siswa memahami prosedur

(plausible).

Fakta yang terjadi, pada materi

daya serap benda terhadap air, guru

melakukan eliciting dengan meloncat

pada konsep baru. Tindakan eliciting

semu guru IPA Kelas 5 SDN 3 Labuan

dapat dilihat pada Gambar 10 (bertinta

hijau).

Gambar 10. Cuplikan Tindakan

Pedagogi Guru dalam Eliciting

tentang Daya Serap Bahan

Pada cuplikan tindakan

pedagogi guru di atas (Gambar 10),

terjadi loncatan-loncatan konsep dari

sifat bahan yang difokuskan pada

plastik, koran, dan tisue ke jenis-jenis

kain, serta loncatan konsep ke bahan

pembuat kertas. Pada tindakan

eliciting ini, pemaparan guru tidak

prosedural, sehingga siswa pun tidak

dapat menarik pengetahuan prosedural

(plausible). Karena tidak prosedural,

maka tindakan eliciting yang dilakukan

guru hanya ditanggap oleh siswa

sebatas intelegible. Siswa hanya

memperoleh informasi bahwa kertas

terbuat dari kulit pohon dan ada aneka

jenis kain.

Tindakan eliciting semu yang

dilakukan guru IPA pada materi

kekuatan bahan dapat dilihat pada

Gambar 11 (bertinta hijau).

Gambar 11. Cuplikan Tindakan

Pedagogi Guru dalam Eliciting

tentang Kekuatan Bahan

Pada gambar tampak bahwa

tindakan eliciting yang dilakukan guru

sangat singkat tidak menyentuh

procedural. Akhirnya siswa pun tidak

memperoleh pengetahuan procedural

(plausible) tetapi hanya intelegible.

Pada wacana yang diungkapkan guru

di bawah ini, memperjelas bahwa guru

hanya menyampaikan pengetahuan

Menarik kesimpukan bahwa pada

bahan yang sama dan jenis yang sama

tetapi pilinannya berbeda yang paling

kuat adalah pilinan tiga

Menjelaskan bahwa walaupun

pilinan sama dipengaruhi oleh

rapat dan tidaknya pilinan

tersebut

Menanyakan kembali mengapa pilinan

yang sama-sama tiga bisa ada yang

kalah

Menjelaskan penerapan hasil

percobaan siswa bahwa dalam rumah

tangga biasanya menggunakan pilinan

yang banyak dan kencang karena

pengaruhnya semakin kuat

Meminta siswa bertepuk tangan kepada

kelompok yang menjawab kulit pohon

Menanyakan kalau turun hujan supaya

badan tidak basah menggunakan bahan

apa? Plastik, koran atau tisue

Menyimpulkan bahwa bahan

mempunyai sifat yang berbeda-

beda

Meminta siswa memberikan contoh alat

rumah tangga yang terbuat dari plastik

Menunjukkan bahan plastik berupa

botol aqua

Menanyakan mengapa terbuat

dari plastik

Meminta siswa untuk

membanyangkan jika botol

aqua terbuat dari kertas Menanyakan kalau dirumah ibu mengepel

menggunakan kain apa

Menanyakan kertas terbuat dari apa

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

11

yang bersifat deklaratif bukan

procedural.

Guru : Pabrik tali membuat tali, ada pilin

enam, pilin delapan, pilin tujuh.

Ternyata hasil dari percobaan kalian.

Pilin satu jajal dengan pilin dua pilin

tiga ternyata kekuatannya segini.

Makanya tali-tali yang banyak beredar

untuk keperluan rumah tangga,

biasanya dibuat mulai ada pilin tiga.

Walaupun bahannya sama, tetap

pilinannya semakin kenceng ternyata

ada pengaruhnya semakin kuat.

Pada proses directing, guru

hanya menyampaikan secara singkat

penerapan konsep daya serap dan

kekuatan bahan. Cuplikan wacananya

adalah sebagai berikut:

Directing guru pada materi konsep

daya serap air terhadap bahan

Guru : Nah, kalau demikian supaya kalau kita

hujan-hujanan, kalau kita menggunakan

kertas tisue. Badan kita basah tidak?

Siswa : Basah!

Guru : Basah!

Kalau kita menggunakan koran, badan

kita basah tidak?

Siswa : Basah!

Guru : Kalau Bapak hujan-hujan ininya

(sambil mempertunjukkan plastik

diletakkan ke kepala) menggunakan

plastik bagaimana?

Siswa : Tidak!

Guru : Nah ternyata, antara bahan kemudian

ini mempunyai sifat yang berbeda.

Bisa dipahami?

Directing guru pada materi

kekuatan bahan dengan bahan yang

berbeda

Guru : Atau mana yang paling cocok

menarik timba, tali ini

(memperlihatkan rapia) atau tali ini

(memperlihatkan tali tambang

plastik)

Siswa : (Kiki menunjuk tali tambang platik)

Guru : Tentu saja tali ini (tambang plastik).

Nah untuk menarik benda yang kuat,

harus menggunakan tambang yang

kuat.

Directing guru pada materi

kekuatan bahan dengan bahan yang

sama

Guru : Nah, semakin lilitan kelabangnya

semakin rapat. Perhatikan, nah kalau

ini tali ada tiga, semakin tali semakin

kecil, ternyata lebih kuat, dari pada

begini, ini pilin tiga tetapi longgar-

longgar. Nih, bapak kasih contoh

dulu, supaya membuat tali kalau

nanti kamu pramuka, supaya lebih

kuat. Perhatikan. Ki ke depan, bantu

Bapak, Nah...ini supaya kuat pilinannya

harus rapat. Kalau kamu jarang, jarak

jauh...ini pilin tiga tetapi ada

rongganya, tetapi ini tidak...

Siswa : Tidak kuat

Guru : Ya, tidak kuat.

Pada contoh wacana directing

yang dilakukan guru terlihat bahwa

guru memberikan berbagai kesimpulan

lagi dan tidak memberikan kesempatan

pada siswa untuk melakukan

eksplorasi. Ini menunjukkan bahwa

directing yang dilakukan oleh guru

hanya ditangkap oleh siswa sebagai

pengetahuan deklaratif. Sehingga

dierecting yang dilakukan guru

sesungguhnya semu. Directing semu,

karena guru tidak melakukan directing

tetapi hanya informing saja.

Penguatan directing dilakukan

guru dengan memberikan berbagai

latihan soal. Soal diambil dari buku

paket, dan soal yang dijawab siswa pun

tidak berkaitan dengan konsep yang

sedang dijelaskan (diinformasikan)

guru. Berikut ini cuplikan transkip

wacana yang menggambarkan soal-

soal yang dikerjakan siswa: Siswa : Pakaian yang digunakan oleh

orang yang tinggal di daerah

panas, terbuat dari bahan...

Siswa : kapas!

Guru : Sebentar, Bapak tanya

mengapa harus terbuat dari

kapas?

Siswa : Karena dingin

Guru : Ya, karena dingin atau mudah

menyerap...?

Siswa : Air!

Guru : Ya, air. Lebih tepat mudah

menyerap...?

Siswa : Udara

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

12

Guru : Ya, tepatnya panas.

Silahkan lanjutkan lagi!

Siswa : Diantara jenis-jenis bahan di

bawah ini yang tidak tembus

air adalah?

Siswa : Plastik!!!

Guru : Ini karena sifat plastik?

Siswa : Tidak tembus air

Guru : Ya, tidak tebus air. Silahkan

lanjut!

Siswa : Baju petugas pemadam

kebakaran terbuat dari?

Siswa : Asbes!!

Guru : Mengapa baju pemadam

kebakaran terbuat dari asbes?

Siswa : Karena tahan panas.

Guru : Ya, tahan panas. Asbes itu

terbuat dari serat asbes dan

sipatnya tahan dibakar atau

tahan panas. Kalau

menggunakan asbes tahan api.

Teu teurak dibeuleum.

Silahkan lanjut!

Siswa : Sifat bahan yang dimiliki oleh

besi, baja, dan kayu adalah....

Siswa : Keras

Guru : Baja, bersifat keras. Baja

cocoknya untuk apa?

Siswa : Membangun rumah.

Guru : Membangun rumah. Terus?

Siswa : Membangun benteng

Guru : Kalau ini sungai. Untuk

melewatinya harus ada apa?

Siswa : Jembatan

Guru : Ya, jembatan. Biasanya jembatan

terbuat dari baja, karena sifatnya yang

kuat. Lanjut!

Siswa : Salah satu sifat dari bahan katun

adalah...

Guru : Ya, salah satu sifat bahan katun?

Siswa : Tidak tembus air

Guru : Yang tidak tembus air tadi bahan dari

apa?

Siswa : Plastik!

Guru : Ya, plastik!

Nah, kalau katun?

Siswa : Menyerap air

Guru : Ya, bisa menyerap air atau menyerap

panas. Nah perhatikan, baju kalian

yang dipakai ini adalah terbuat dari...

Siswa : Katun

Guru : Dari katun, ya.

Berdasarkan cuplikan di atas,

tampak bahwa proses directing yang

dilakukan oleh guru, diterima oleh

siswa sebagai pengetahuan deklaratif

juga. Karena apa yang ditanyakan

pada soal-soal latihan yang dikerjakan

siswa tidak berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif yang diperoleh

siswa. Maka proses penguatan

directing pun hanyalah semu, siswa

pun hanya sampai di tahap intelegible.

Ini berarti pada pembelajaran

IPA Kelas 5 SDN 3 Labuan, siswa

tidak mencapai tahap fruitfull. Adapun

motif tindakan yang dilakukan oleh

guru sebenarnya melulu di tahap

informing, sehingga siswa pun hanya

mendapatkan pengetahuan yang

bersifat deklaratif (intelegible).

Imbas penerapan PAKEM IPA di

SD terhadap MI.

Hal positif yang diperoleh oleh

guru IPA SDN 3 Labuan yang

mendapatkan program CLCC

UNESCO Fase I dari sisi PAKEM

adalah:

1. Guru bersifat ramah anak, karena

menyajikan suasana yang

menyenangkan di kelas dan guru

mudah didekati.

2. Suasana kelas yang gembira dengan

yel yel dan pajangan kelas

3. Suasana belajar di kelas secara

berkelompok

4. Tindakan pedagogi pada tahap

informing menggunakan pendekatan

proses.

Guru IPA di MI An

Nidzomiyah tidak secara langsung

mendapatkan pelatihan dari CLCC

UNESCO UNICEF. Guru IPA di MI

mendapatkan tranfer pengetahuan dan

keterampilan dalam pembelajaran

matematika melalui kegiatan kelompok

kerja guru (KKG) di gugus rintisan

MBS.

KKG gugus rintisan MBS

beranggotakan sekolah-sekolah yang

mendapat program CLCC UNESCO

UNICEF Fase I di Kecematan Labuan.

Dari 32 SD dan 2 MI yang ada di

Kecamatan Labuan. Enam buah SD

dan dua MI termasuk dalam KKG

gugus rintisan MBS. Kegiatan KKG

diadakan secara rutin (dua minggu

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

13

sekali). Pada kegiatan KKG, guru-

guru inti yang telah mendapatkan

pelatihan dari CLCC UNESCO

UNICEF secara langsung, akan

mentransfer pengetahuan dan

keterampilannya pada guru-guru dalam

kegiatan KKG rutin.

Pada kegiatan KKG pula, para

guru dimonitoring oleh fasilitator

program CLCC membuat rencana

pembelajaran bersama. Untuk SD

monitoring fasilitator CLCC dilakukan

secara mendalam, karena fasilitator

CLCC adalah para pengawas di UPTD

Dinas Pendidikan Kecamatan. Adapun

monitoring ke MI tidak sedalam seperti

ke SD, karena wewenang monitoring

di MI berada di bawah pengawas dari

Mapenda Depag setempat.

Hal positif yang tampak di

SDN 3 Labuan juga tampak di MI An

Nidzomiyah:

1. Guru ramah anak

Hasil kuisioner terhadap siswa MI

tampak bahwa rata-rata penilaian

adalah 2,9 (skor maksimal 3). Skor

2,9 bermakna bahwa siswa

menyenangi cara mengajar guru, guru

telah membuat aneka kegiatan ketika

mengajar, guru pun sering membuat

aneka alat peraga, guru selalu memberi

komentar yang menyenangkan dan

membangun motivasi mereka, guru

pun membuat mereka bersemangat

untuk belajar.

2. Suasana kelas gembira dengan

yel-yel

Guru di MI An Nidzomiyah

pun memberikan beberapa “ice

breaking” untuk menyegarkan dan

membuat suasana lebih rileks dan

menyenangkan. Salah satu yang

ditampilkan saat itu adalah memulai

senam COCONUT sebelum

pembelajaran di mulai.

Walaupun tidak selengkap dan

isinya seramai SDN 3 Labuan, tetapi

MI Nidzomiyah pun memasang aneka

pajangan kelas untuk membuat kelas

lebih meriah dan konduksif untuk

belajar.

Gambar 12. Suasana Kelas di MI An

Nidzomiyan dengan Pajangan

Kelasnya

3. Suasana belajar di kelas secara

berkelompok

Pada struktur makro dan mikro

hasil analisis pedagogi guru, tampak

bahwa MI An Nidzomiyah pun

melaksanakan pembelajaran kelompok.

Siswa diberi kesempatan untuk

berkelompok, seperti cuplikan struktur

makro dan mikro berikut ini

4. Tindakan pedagogi guru

(informing) menggunakan

pendekatan proses

Pada Gambar 13 tampak bahwa

guru IPA di MI pun seperti guru IPA

SD melakukan informing dengan

menggunakan pendekatan proses,

berupa pengamatan (observasi).

Tindakan pedagogi yang dilakukan

oleh guru pada Gambar 13 dapat

diringkas sebagai berikut:

1. Informing dengan pendekatan

proses tentang warna daun pada

tumbuhan hijau (nomor 2 & 2.1).

2. Informing tentang proses

Secara berkelompok membagi kelas

menjadi dua kelompok yaitu kelompok

Malik dan Ridwan

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

14

fotosintesis pada tumbuhan (nomor

3)

3. Informing dengan pendekatan

proses (nomor 4, 4.1, 4.2, 4,3),

eliciting (nomor 4.4 dan 4.5), dan

directing (nomor 4.5.1) tentang cara

tumbuhan menyimpan makanan

Pada tahap informing dengan

pendekatan proses (4.2) guru hanya

memperlihatkan satu tanaman saja

yang ada di sekitar sekolah, yaitu

singkong. Pada proses eliciting (4.4.)

siswa bisa menyebutkan wortel, talas,

dan ubi sebagai tanaman yang juga

menyimpan cadangan makananya di

akar. Begitu pula ketika directing

(4.5.1) siswa sudah mampu dapat

menyebutkan tempat menyimpan

cadangan makanan pada aneka

tanaman yang menyimpan tanpa

mengamatinya secara langsung dan

mampu membedakan aneka tumbuhan

sesuai dengan tempat menyimpan

cadangan makanannya.

Tindakan pedagogis yang

dilakukan oleh guru IPA MI pun

memberikan kesempatan yang cukup

banyak bagi siswa untuk beraktifitas

(44%) dari total semua tindakan

pedagogis yang dilakukan Guru IPA

MI (lihat Gambar 14).

Gambar 14. Proporsi Aktifitas Guru

dan Siswa pada Pembelajaran IPA

di MI

41%

44%

15%

Penjelasan dan instruksi guru

Aktifitas siswa mengamati

Aktifitas review

Tumbuhan Hijau

1.Guru menjelasan topik

yang akan dipelajari

siswa

1.1.Guru menyuruh siswa

membawa sebuah tanaman

dalam pot kecil di luar

2.Guru menjelaskan daun pada

tanaman ada yang berwarna hijau

dan bukan hijau

2.1Guru menngajak siswa

mengamati warna daun pada

tanaman yang ada di sekitar

sekolah 3.Guru menjelaskan proses

fotosintesis pada tanaman

4.Guru menjelaskan cara tanaman

menyimpan cadangan makanan

4.1.Guru mengajak siswa

memperhatikan tanaman di sekitar

sekolah yang menyimpan cadangan

makanan di buah

4.3.Guru menjelaskan contoh tanaman

yang menyimpan cadangan makanan di

batang dengan memperlihatkan

tanaman tebu yang dibawanya

4.2.Guru mengajak siswa

memperhatikan tanaman di sekitar

sekolah yang menyimpan cadangan

makanan di akar

4.4.Guru meminta siswa yang ditunjuk

mereview kembali cara tanaman

menyimpan cadangan makannya

4.5.1.Siswa keluar kelas untuk

mengerjakan LKS dengan cara

mengamati langsung tanaman yang

ada di sekitarnya

4.5.Guru menjelaskan cara mengisi LKS

dengan melihat langsung tanaman yang

ada di sekitar sekolah

5.Guru meriview ulang pelajaran yang telah

dipelajari dengan Tanya jawab pada semua

siswa

Gambar 15. Tindakan Pedagogi Guru

IPA MI pada Pembelajaran Sains Kls 5

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

15

Imbas penerapan PAKEM terhadap

Hasil Belajar Siswa MI An

Nidzomiyah

Berdasarkan data hasil ujian

akhir sekolah/nasional selama tiga

tahun terakhir, rata-rata nilai IPA siswa

MI An Nidzomiyah dan SDN Labuan

di atas standar kelulusan yang

ditetapkan pemerintah yaitu 5,2.

Gambar rata-rata nilai ujian siswa MI

dan SD selama tiga tahun terakhir

dapat dilihat pada Gambar 13.

Berdasarkan nilai ujian akhir

siswa, rata-rata nilai ujian siswa

mengalami peningkatan, dari sebelum

program CLCC UNESCO UNICEF

(2005). Rata-rata peningkatan nilai MI

lebih tinggi (0,99) dari pada SD (0,23).

Ini berarti, walaupun hanya menerima

imbas dari program CLCC UNESCO,

dari sisi kualitas siswa, MI An

Nidzamiyah lebih baik dari SDN 3

Labuan.

Gambar 13. Rata-rata Nilai Ujian

Akhir Sekolah/Nasional SDN 3

Labuan dan MI An Nidzomiyah

selama Tiga Tahun Terakhir

Walaupun kemampuan siswa

MI dalam menyelesaikan soal-soal

berpikir tingkat tinggi masih rendah

(kemampuan dibawah 50%). Tetapi

hasil tesnya lebih baik daripada pada

skor siswa SDN 3 Labuan. Hanya saja

perbedaan diantara keduanya secara

statistik tidaklah signifikan (F=0,861,

Sig.= 0.357).

Perbandingan antara

kemampuan siswa MI dan SD dalam

menyelesaikan soal-soal berpikir

tingkat tinggi dapat dilihat pada

Gambar 14.

Pada Gambar 14 tampak

bahwa, pada tiga hal yaitu:

kemampuan membaca diagram,

menarik kesimpulan secara induksi,

dan melakukan eksterpolasi data pada

siswa MI An Nidzomiyah lebih baik

dibandingkan siswa di SDN 3 Labuan.

Hasil pada Gambar 14 pun

membuktikan bahwa penerapan

PAKEM di MI An Nidzomiyah dari

sisi kualitas hasil belajar siswa telah

berimbas dengan baik.

Gambar 14. Perbandingan Nilai

Rata-rata Siswa Kelas 5 MI An

Nidzomiyah dan SDN 3 Labuan

dalam Menjawab Soal IPA Berfikir

Tingkat Tinggi

6.03

7.13

6.9

6.8

6.9

7.15

2005

2006

2007

IPA-SD IPA-MI

35.29

23.53

5.88

64.71

18.18

20.45

18.18

29.55

Membaca Chart

menarik kesimpulaninduksi

menarik kesimpulandeduksi

eksterpolasi data

SDN 3 Labuan MI An Nidzomiyah

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

16

Kesimpulan

Ada empat indikator program

CLCC UNESCO, yang sudah terlihat

di SDN 3 Labuan secara optimal

pelaksanaannya, yaitu: penyajian

suasana kelas yang menyenangkan,

kerja kelompok, guru mudah didekati,

dan kelas penuh dengan pajangan hasil

karya siswa. Adapun dua indicator,

yaitu murid menemukan sendiri dan

murid mengekspresikan diri sendiri

sudah muncul indikasinya, tetapi

belum optimal. Satu indikator yang

belum tampak sama sekali adalah

penyajian soal pada siswa dengan tipe

terbuka.

MI An Nidzomiyah hanya

mendapatkan imbas dari program

CLCC UNESCO, tetapi dari berbagai

sisi termasuk indikator penerapan

PAKEM, kualitas MI tidak berbeda

terlalu jauh dengan SD. Bahkan dalam

beberapa hal lebih unggul daripada

SDN 3 Labuan. Misalnya dalam

kemampuan siswa memahami soal-

soal berjenis high order thingking, dan

urutan tindakan pedagogi guru.

Tindakan guru IPA yang telah

mendapatkan pelatihan PAKEM,

pengajarannya lebih menekankan pada

pendekatan proses dan menggunakan

alat peraga sebagai alat bantu untuk

mempermudah siswa memahami

konsep.

Tindakan pedagogi guru IPA

MI sudah terlaksanakan secara runut

mulai informing,eliciting dan directing.

Sehingga secara kognitif, siswa akan

mengalami intelegible, plausible, dan

fruitfull.

Rekomendasi

Pada penelitan ini, tampak

bahwa bagi guru IPA tidak mudah

menyajikan materi dengan pendekatan

proses dan PAKEM tanpa kehilangan

kerunutan menyampaikan konsepnya.

Akibat kehilangan runutan konsep,

maka siswa hanya sampai pada

intelligible. Ini berarti siswa hanya

memahami konsep sains sebagai

pengetahuan deklaratif yang mudah

dilupakan. Oleh karena itu disarankan

untuk lebih memahamkan guru IPA

dalam melakukan tindakan informing,

eliciting, dan directing yang berbasis

proses dan PAKEM, sehingga tercapai

intelligible, plausible, dan fruitfull

pada siswa.

Selain itu perlu pula

memahamkan guru IPA dalam

menyajikan beraneka ragam soal yang

bersifat terbuka, sehingga siswa di

Indonesia terbiasa dengan soal-soal

high order thinking. Soal-soal seperti

itu dapat mengasah berbagai skill

thinking siswa.

Salah satu alternatif yang bisa

digunakan oleh Kelompok Kerja Guru

(KKG) Kecamatan Labuan, untuk

lebih memahamkan kerunutan tindakan

pedagogi guru dan juga menyiapkan

teaching material yang berbasis minds

on dan hands on adalah mempekaya

kegiatan KKG dengan Lesson Study

dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

secara Kolaboratif.

Lesson studi dapat menjadi

wadah sharing, correcting, and

learning community bagi para guru.

Adapun PTK dapat meningkatkan

kompetansi dan kemampuan guru

dalam memperbaiki pembelajarannya

di kelas.

Analisis Tindakan Pedagogi Guru Penerima Program CLCC UNESCO pada PAKEM Sains SD dan MI di Kab. Pandeglang. Edusains 2 (1), Juni 2009. 67-90. ISSN 1979-7281

17

Daftar Pustaka

Arief, MF. (2008). Membumikan

CLCC melalui Bindiklat.

Tersedia on line di

http://www.penapendidikan.co

m/membumikan-clcc-melalui-

bindiklat Dahar, R.W. (1996). Teori-teori

Belajar. Jakarta: Erlangga.

Diknas. (2007). Kurikulum Tingkat

Satuan Pembelajaran. Tersedia on line di

http://www.diknas.go.id.

[Akses tanggal 24 Mei 2008]

Faisol, Muslim. Upaya Pemberdayaan

MI melalui Manajemen

Berbasis Madrasah, Peran

Serta Masyarakat dan PAKEM

(Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan)

Program Rintisan Departemen

Agama RI DEPAG – UNESCO

di Tiga Propinsi di Indonesia

2004 – 2005.

MBE Project. (2003). Summary of

Findings. Tersedia on line di

http://mbeproject.net. [Akses

tanggal 24 Mei 2008]

TIMSS. Dec 2004. Results achieved

by Québec students on the

2003 Mathematics and

Science Tests. Ministère de

l’Éducation, Gouvernement du

Québec. ISBN: 2-550-43613-X

Sander, M.F. (2005). Inclusion and the

Removal of Barriers to

Learning,

Participation and Development

Inclusive and Child Friendly

Schools Emerging in Asia.

Paper on International

Symposium Bukittinggi [West

Sumatra], Indonesia, 26th to

29th September 2005. Tersedia

on line di http://www.idp-

europe.org

Siregar, N. (1999a). Pedagogi Materi-

Subyek: Dasar-dasar

Pengembangan PBM (Bahan

Kuliah Pedagogi Materi

Subyek). Materi kuliah PPS

UPI. Bandung: tidak

diterbitkan.

_________. (1999b). Pedagogi Materi

subyek: Memapankan

Pengetahuan Praktis Mengajar.

Makalah Lokakarya MGMP

Kimia Propinsi Jawa Barat,

Sanggar IPA SMUN 8 Bandung.

__________. (2000). PBM sebagai

Wacana Membangun

Pengetahuan: Acuan Lapangan

untuk Pengembangan

Kurikulum. Makalah pada

penataran guru di UPI Bandung.