BAB III
TUNE – UP
A. Pengertian Tune Up
Translate kata "tune" itu berarti menyetel,
menyesuaikan, mencocokkan dan menyempurnakan. Sedangkan
kata "up" itu berarti ke atas, naik, atau menaikkan
jika sebagai kata kerja. Jadi tune up jika di
indonesiakan artinya adalah
menyetel/menyesuaikan/mencocokkan/menyempurnakan ke
atas.
Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa
pengertian tune up adalah menyetel, menyesuaikan,
mencocokkan dan menyempurnakan engine atau mesin atau
mobil supaya performanya dapat ke atas atau maksimal.
Sedangkan secara umum pengertian tune up adalah
suatu pekerjaan servis ringan engine/mesin/mobil yang
bertujuan agar performa mesin/engine/mobil dapat
maksimal atau ke atas, dan pekerjaannya dapat berupa
pemeriksaan dan pencocokan dengan standar pabrik,
penyetelan, perbaikan, perawatan dan atau penggantian
komponen jika diperlukan.
B. Tujuan Tune Up
Tune-up merupakan servis yang paling sering
dilakukan dibandingkan dengan jenis servis mobil yang
lain, seperti overhaul, spooring- balancing, dan
kenteng magic (ketok magic). Tune-up merupakan servis
yang bertujuan untuk mengembalikan tenaga motor / mobil
agar sesuai dengan standarnya. Jadi, tune-up merupakan
servis penting sebuah motor / mobil sebelum servis
lainnya.
Pekerjaan tune-up harus sesuai dengan prosedurnya.
Tanpa mengikuti urutan yang benar, hasil tune-up tidak
akan sempurna dan akan banyak mengalami terjadinya
pengulangan pekerjaan. Ibarat orang membersihkan
ruangan, langkah yang tepat adalah menyapu
(membersihkan) bagian atas (langit-langit), kemudian
membersihkan lantainya. Jika menyapu lantai terlebih
dahulu, kemudian membersihkan langit-langit ruangan,
7
lantainya harus disapu lagi. Ini jelas tidak efisien,
baik tenaga, waktu, maupun hasil pekerjaan. Dengan
prosedur tune-up yang benar, akan diperoleh beberapa
keuntungan sebagai berikut:
Waktu yang diperlukan lebih cepat.
Tenaga yang dikeluarkan untuk menservis lebih kecil.
Peralatan lebih awet karena frekuensi pemakaian alat
berkurang.
Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya
relatif lebih kecil.
Adapun bagian – bagian dari kendaraan yang sering di
tune – up antara lain :
1. Sistem pendingin
Komponen system pendingin yang biasa di tune-up
antara lain:
a. Air radiator
Sebelum tune-up dimulai, terlebih dahulu air
radiatornya kita periksa. Buka tutup radiator dengan
8
cara diputar, kemudian lihat air radiator dari
lubang pengisian air. Jika jumlah air radiatornya
kurang, tambahkan secukupnya dengan air yang bersih.
b. Reservoir tank
Volume air di radiator dikatakan cukup jika
ketinggiannya mencapai batas bawah leher tutup
radiator. Jangan menghidupkan mesin dalam keadaan
air radiator kurang, karena, mesin akan menjadi
sangat panas.
c. Tutup radiator
1) Gunakan alat uji tutup radiator
2) Tekanan pembukaan standar :
0,75- 1,05 kg/cm persegi (10,7- 14,9 psi )
9
Tekanan pembukaan minimum :
0,6 kg/cm persegi (8,5 psi )
3) Apabila tekanan pembukaan kurang dari minimum,
maka tutup radiator perlu di ganti.
2. Oli Pelumas
Setelah memeriksa air radiator, tahap berikutnya
adalah memeriksa oli mesin. Jika oli mesin diperiksa
setelah tune-up selesai, hasil tune-up tidak akan
maksimal karena kondisi oli mesin berpengaruh terhadap
suhu kerja mesin. Selain itu, oli mesin juga
berpengaruh terhadap bunyi mesin. Jika oli mesin sangat
kotor, encer, atau kurang, bunyi mesin akan menjadi
kasar. Hal ini akan berpengaruh terhadap putaran
stasioner dan idel.
Pemeriksaan oli mesin meliputi volume oli dan
kondisi oli. Volume oli harus memenuhi batas minimal
yang ditentukan, jika Oli kurang, tambahkan dengan oli
10
yang kekentalanya sama. Sebaiknya, oli yang ditambahkan
tersebut mereknya sama, untuk menghindari reaksi kimia
yang dapat merugikan kondisi dan kerja mesin.
Dilihat dari bahan bakunnya, oli pelumas ada 2 macam,
yaitu :
a. Oli Mineral Oli mineral dibuat dari bahan crude oli
yang mengandung bahan hidro karbon dan parafin yang
cukup tinggi.
b. Oli Sintetis merupakan hasil dari perpaduan beberapa
senyawa kimia. Oli sintetis lebih baik daripada oli
mineral karena bisa tahan bekerja pada suhu rendah
dan suhu tinggi.
c. Kondisi Visual Mesin
Selesai memeriksa oli mesin, jangan langsung
menghidupkan mesin. Amati dengan teliti kondisi
visual mesin. Pastikan bahwa mesin benar-benar aman
untuk dihidupkan.
11
Memeriksa kondisi mesin secara visual termasuk
tindakan pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan
sebelum tune-up. Mesin dikatakan aman untuk dihidupkan
jika pemeriksaan mesin menunjukkan hasil sebagai
berikut:
1)Tidak ada kabel yang tersangkut.
2)Tidak ada kabel busi yang tidak terpasang.
3)Pemasangan kabel-kabel busi sudah benar sesuai
dengan urutan pengapiannya.
4)Tidak ada peralatan apa pun yang terletak di atas
mesin.
5)Baut dan mur terpasang dengan baik.
6)Tidak terdapat kebocoran bensin pada mesin.
7)Tidak ada kabel yang mengalami hubungan singkat.
8)Oli mesin dan air radiator cukup.
3. Menghidupkan Mesin
Setelah mesin siap dihidupkan dan aman dari
kemungkinan adanya bahaya, hidupkan mesin pada putaran
stasioner, beberapa menit kemudian tambahkan putarannya
12
jika diperlukan. Jangan menghidupkan mesin langsung
pada putaran tinggi, karena pelumasan belum sampai ke
seluruh komponen mesin, untuk mencegah keausan pada
komponen. Untuk keperluan menganalisis kerusakan mesin,
selama mesin hidup perhatikan tiga hal sebagai berikut:
a. Bunyi Mesin
Bunyi mesin yang bisa timbul saat menghidupkan mesin
sebagai berikut:
1)Ledakan akibat Pembakaran
Ledakan akibat pembakaran bahan bakar (bensin
atau solar) menimbulkan bunyi yang khas. Pada
mesin yang pembakarannya normal, bunyi ledakannya
rata. Pada mesin yang pembakarannya tidak normal,
bunyi ledakannya tidak rata, terjadi entakan
setiap beberapa detik. Jika bunyi tersebut tidak
disalurkan lewat knalpot, akan terdengar sangat
keras dan memekakkan telinga.
Bunyi mesin berbahan bakar bensin lebih halus
13
dibandingkan dengan mesin berbahan bakar solar
atau diesel.
2)Getaran Komponen
Mengetahui ciri-ciri bunyi berbagai mesin akan
mempermudah dalam menentukan kerusakannya. Bunyi
yang ditimbulkan oleh getaran komponen mesin
merupakan bunyi yang tidak normal. Getaran
tersebut bisa terjadi karena baut atau mur yang
longgar, komponen retak, atau patah. Bunyi-bunyi
akibat getaran mesin berbeda sekali dengan bunyi
akibat pembakaran bahan bakar.
3)Gesekan
Gesekan komponen yang tidak dilumasi dengan oli,
bisa menimbulkan bunyi yang tidak nyaman. Bunyi
akibat gesekan bisa timbul pada tuas sistem kawat
gas karburator yang tidak dilumasi dengan baik,
gesekan piston dengan dinding silinder, atau
gesekan pada lakher.
14
4)Aliran Gas
Aliran gas yang bocor bisa menimbulkan bunyi yang
tidak normal, seperti terjadinya kebocoran pada
saluran gas masuk dalam silinder (intake
manifold). Bunyi tersebut berupa desis yang
keras.
5)Ketukan (knocking)
Bunyi yang diakibatkan oleh adanya ketukan dua
komponen mesin yang cukup keras, biasanya terjadi
di daerah sebagai berikut:
Celah katup yang terlalu besar.
Bantalan poros engkol longgar.
Piston kocak.
Pen piston longgar.
15
Poros nok kocak.
Loncatan Bunga Api.
Loncatan listrik tegangan tinggi bisa menimbulkan bunyi
khas. Bunyi tersebut bisa mirip suara seekor cicak
berdecak. Penyebab loncatan bunga api listrik adalah
kebocoran arus atau hubungan singkat.
6)Tekanan Gas
Bunyi yang disebabkan oleh tekanan gas yang bocor
hampir sama dengan kebocoran aliran gas masuk.
Kebocoran gas disebabkan oleh sekat yang kurang
rapat. Bunyi mesin harus didengarkan dengan
saksama untuk mencari penyebab kerusakan mesin.
Karena itu, bandingkan bunyi mesin sebelum dan
setelah tune-up.
b. Getaran Mesin
Perhatikan getaran selama mesin hidup pada putaran
stasioner. Mesin yang normal tidak memiliki getaran
16
yang kasar. Jika diamati, pada waktu mesin
dinyalakan, bodi mesin tersebut tidak bergetar
kecuali kabel-kabel businya yang sedikit bergetar.
Jika getaran mesin agak kasar, berarti terdapat
gangguan pada proses pembakaran atau komponen-
komponennya. Getaran yang kasar disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut:
1) Tekanan kompresi tidak sama antara masing-masing
silinder.
2) Tekanan kompresi di atas standarnya.
3) Pembakaran pada salah satu silinder tidak normal.
4) Salah satu busi mati.
5) Salah satu kabel busi lepas.
6) Pemasangan kabel busi tidak sesuai urutan
pengapiannya.
7) Terdapat komponen-komponen yang kocak atau kendor
baut-bautnya.
c. Asap Knalpot
17
Setelah bunyi mesin dan getarannya diamati,
selanjutnya perhatikan dengan teliti bentuk dan
warna asap sisa pembakaran yang keluar dari knalpot.
Asap yang keluar dari knalpot merupakan petunjuk
baik tidaknya proses pembakaran bahan bakar mesin
tersebut.
Ada empat warna asap knalpot yang dapat dijadikan
petunjuk baik tidaknya proses pembakaran dalam mesin
sebagai berikut:
1) Warna Asap Hitam
Warna asap hitam pada mesin diesel merupakan
sesuatu yang wajar. Namun, warna asap hitam pada
mesin bensin merupakan pertanda adanya pembakaran
yang tidak sempurna karena kelebihan bensin pada
campuran gas dan bensinnya. Ukuran standar yang
digunakan sebagai pembanding warna asap dikatakan
hitam atau normal adalah asap mesin dalam kondisi
normal.
18
2) Warna Asap Putih
Asap mesin 2 tak yang normal berwarna putih.
Berbeda dengan mesin 4 tak, jika asap mesin 4 tak
berwarna putih berarti terdapat kerusakan atau
gangguan pada mesin tersebut. Warna putih
disebabkan asap dari oli yang terbakar. Pada mesin
2 tak, oli memang terbakar bersama bensin. Namun
pada mesin 4 tak, oli tidak terbakar, kecuali
terdapat kebocoran oli dari karter ke ruang bakar.
3) Asap Tak Berwarna
Asap mesin 4 tak yang baik adalah yang tidak
berwarna. Warna asap seperti ini menandakan
campuran gas normal, tidak kelebihan bensin,
tidak bercampur dengan oli, dan tidak kekurangan
bensin.
4) Asap Knalpot Berjelaga
Jelaga pada asap mesin, baik itu mesin 2 tak
maupun 4 tak, disebabkan adanya kandungan minyak
19
tanah di dalam bensin. Jika asap yang dihasilkan
berjelaga, bunyi mesin pasti tidak normal (kasar)
dan elektroda businya hitam.
4. Saringan bahan bakar (Fuel filter)
1. Lepas filter bahan bakar
2. Perhatikan saluran masuk dan buangnya
3. Semprotkan udara bertekanan rendah
4. Urutan penyemprotan : saluran buang - saluran
masuk, saluran masuk - saluran buang, saluran buang -
saluran masuk.
20
5. Tiup ( dengan mulut ) dari saluran masuk dan
buangnya. Apabila ringan : berarti bersih, apabila
berat harus diganti.
6. Saringan udara (Air filter)
Saringan udara terlebih dahulu harus diservis
dibandingkan dengan komponen yang lain, karena saringan
udara merupakan komponen mesin yang paling dingin
dibandingkan dengan komponen yang lain setelah mesin
dihidupkan. Selain itu saringan udara juga berpengaruh
terhadap komponen lain jika diservis belakangan,
seperti terhadap pembentukan campuran udara dan bensin
di saluran pada intake manifold (saluran pemasukan
gas).
21
Saringan udara atau lebih populer dengan sebutan
filter terletak di dalam kotak berbentuk lingkaran yang
menyerupai piring. Kotak tersebut terbuat dari pelat
besi biasa. Saat pengapian, putaran stasioner sangat
dipengaruhi oleh saringan udara. Penyetelan idel juga
dipengaruhi oleh saringan udara.
5. Baterai (Accu)
Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan accu.
Pemeriksaan accu meliputi sebagai berikut:
a. Tinggi Air Accu
Air accu harus cukup, yakni ketinggiannya antara
garis batas atas (upper level) dan garis batas bawah
(lower level). Jika air accu jumlahnya kurang,
tambahkan dengan accu zur secukupnya. Ketinggian air
accu pada prinsipnya adalah merendam seluruh sel-sel
accu sekurang-kurangnya 1 cm di atas sel.
Jika mobil menggunakan accu kering, perawatannya
22
menjadi lebih mudah karena tidak memerlukan air accu
yang bisa berkurang karena penguapan. Kutub-kutub
accu juga harus bersih, tidak kotor oleh jamur atau
sejenisnya. Namun, harga accu kering lebih mahal
sehingga masih banyak mobil yang menggunakan accu
basah. Air accu yang kurang (di bawah standar)
berakibat reaksi pada accu tidak maksimal, sehingga
arus yang dihasilkannya tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan listrik pada mobil.
b. Bersihkan Kutub-kutub Accu dari Jamur dan Karat
23
Jamur pada kutub-kutub accu bisa dibersihkan dengan
air hangat, sedangkan karat yang mengotori kutub-
kutub accu harus dibersihkan dengan ampelas.
Bagian yang nampaknya remeh, tetapi sangat penting,
adalah klem atau penjepit kabel accu dengan kutub-
kutubnya. Klem tersebut mudah sekali kendor. Jika
klem kendor, mesin akan mati karena busi tidak
melon¬catkan bunga api. Untuk merawat klem agar
tetap berfungsi dengan baik, ke¬raskan baut
pengikatnya dan gunakan klem yang berkualitas baik.
Kutub-kutub accu yang kotor atau berkarat
menyebabkan tahanan sangat besar. Akibatnya, arus
yang mengalir menjadi berkurang (kecil) sehingga
tenaga mesin menjadi berkurang, bahkan mesin tak
bisadihidupkan. Pada pemeriksaan pengapian, umumnya
accu diperiksa paling akhir, itu pun kalau bunga api
yang keluar dari busi sangat kecil dan bagian
pengapian lainnya telah diservis.
24
6. Sistem Pengapian
Komponen system pengapian yang biasa di tune-up
antara lain:
a. Busi
Busi sebaiknya diperiksa setelah pengukuran tekanan
kompresi atau sebelum penyetelan celah katup.
Alasannya, pada pengukuran tekanan kompresi maupun
penyetelan celah katup busi dalam keadaan tidak
terpasang, bisa menghasilkan efisiensi kerja yang
optimal. Saat pengukuran kompresi, busi harus
dilepaskan karena lubang busi digunakan untuk
memasukkan ujung alat pengukur tekanan kompresi.
Pada penyetelan celah katup, busi sebaiknya dalam
keadaan tidak terpasang agar mesin ringan saat
diputar.
Bagian busi yang perlu diperiksa adalah
elektrodanya, yang meliputi kebersihan dan celah
elektrodanya. Elektroda yang kotor harus diampelas
dengan ampelas besi dan elektroda positif dan
25
elektroda negatif tidak boleh berhubungan. Karena
itu, harus disetel celahnya. Adanya kotoran pada
kedua elektroda busi bisa mengakibatkan terhalangnya
jalan loncatan bunga api listrik.
Setelah elektrodanya dibersihkan dengan ampelas,
pada elektroda busi perhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Jika terdapat lingkaran berwarna agak biru antara
elektroda tengah dengan insulatornya, berarti tipe
busi yang digunakan cocok.
2) Jika insulatornya agak hitam dan elektrodanya
berwarna biru, berarti tipe businya terlalu
dingin.
3) Jika insulatornya berwarna putih dan terjadi erosi
pada elektrodanya, berarti tipe businya terlalu
panas.
Ada tiga tipe busi, yaitu busi panas, sedang, dan
dingin. Busi tipe panas kurang tahan terhadap panas,
26
tipe dingin tahan terhadap panas. Busi panas cocok
untuk perjalanan jauh.
b. Kabel busi
Setelah platina diservis, tutup distributor tidak
perlu segera dipasang. Periksa kondisi tutup
distributor beserta kabel-kabelnya. Pemeriksaan
tersebut dilakukan setelah menyervis platina dengan
tujuan untuk efisiensi kerja.
Kondisi mesin dipengaruhi oleh kualitas
pengapiannya. Kualitas pengapian dipengaruhi oleh
nyala api busi dan kabel¬kabel businya. Namun, kabel
27
busi harus diperiksa atau diservis terlebih dahulu
daripada businya, karena kabel busi merupakan
pengantar untuk lewatnya arus tegangan tinggi ke
busi.
Nyala api busi sangat dipengaruhi oleh kondisi
kabel-kabel businya.
Kabel busi tidak boleh diganti dengan kabel yang
sembarangan kualitasnya. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari hambatan yang besar pada busi. Isolasi
kabel busi harus memenuhi syarat, karena listrik
yang dialirkan bertegangan tinggi (15.000-20.000
volt). Isolasi kabel busi yang sudah usang harus
diganti kabelnya. Penggantian kabel busi sebaiknya
satu unit, dengan harga yang bermacam¬macam.
Umumnya, semakin mahal harganya, semakin baik
kualitasnya.
Kabel busi yang retak isolatornya atau telah usang
menyebabkan timbulnya crossfire, yakni induksi pada
kabel busi yang berdekatan, sehingga busi yang
28
kabelnya terkena induksi meloncatkan bunga api liar
dan menyebabkan kerja mesin terganggu. Cross fire
menyebabkan bunyi mesin kasar dan tenaga mesin
menjadi turun. Untuk mengecek kabel busi biasanya
besarnya tahanan diukur menggunakan Ohm meter, jika
besarnya tahanan tidak sesuai dengan standartnya
maka kabel busi diganti dengan yang baik.
c. Tutup distributor
Tutup distributor sebaiknya diperiksa kondisinya
bersamaan dengan pemeriksaan kabel-kabel busi dan
servis platina. Hal ini dimaksudkan untuk meng¬hemat
waktu kerja. Jika pemeriksa¬an tutup ditributor
dilakukan se¬telah mesin dihidupkan, akan mengulangi
pekerjaan melepas dan mencabut kabel busi dan tutup
dis¬tributor.
Tutup distributor dinyatakan baik jika kondisinya
sebagai berikut:
29
1) Tidak retak.
2) Arang pada tutup distributor yang berfungsi
meng¬alirkan listrik tegangan tinggi tidak aus.
3) Bisa menutup dengan rapat.
Ada model tutup distributor yang dilengkapi lubang
ventilasi di bagian atas tutup tersebut. Fungsi lubang
ventilasi tersebut adalah untuk penguapan air yang
terjebak di dalam tutup distributor. Dengan adanya
ventilasi tersebut, uap air bisa keluar sehingga
distributor tetap kering.
d. Platina
Setelah saringan udara dibersihkan atau diganti,
komponen berikutnya yang harus diservis adalah
platina. Platina terletak di dalam distributor.
Platina perlu diperiksa atau diservis terlebih
dahulu sebelum menyetel saat pengapian dan putaran
stasioner. Jika platina disetel setelah penyetelan
30
saat pengapian dan putaran stasioner, akan terjadi
pengulangan kerja. Setelah platina dibersihkan dan
dipasang, saat pengapian pasti berubah, karena saat
pengapian dipengaruhi oleh celah platina. Jika celah
platina lebih besar, saat pengapian akan maju
sedikit. Sebaliknya, jika celah platina lebih
sempit, saat pengapian akan mundur.
Putaran stasioner juga dipengaruhi oleh celah
platina. Jika celah platina lebih besar, putaran
stasioner akan turun. Sebaliknya, jika celah platina
semakin kecil, putaran stasioner akan naik sedikit.
Meskipun perubahan putaran stasioner tersebut tidak
begitu besar, perlu diperhatikan untuk ketelitian
hasil servis. Kondisi permukaan kontak platina
sangat berpengaruh terhadap putaran stasioner dan
bunyi mesin. Jika permukaan platina kotor, putaran
stasioner akan turun. Namun, jika permukaan platina
dibersihkan, putaran stasioner akan naik. Karena
31
itu, tidak tepat jika platina diservis setelah
penyetelan putaran stasioner dan campuran gas.
Setelah perbaikan platina selesai, pasanglah platina
dengan benar. Perhatikan kabel yang bisa menyebabkan
hubungan singkat dengan bodi mesin. Hubungan singkat
dengan bodi mesin mengakibatkan tidak terjadinya
loncatan bunga api pada busi. Apabila mobil sudah
menggunakan CDI maka tidak perlu melewati tahapan
ini.
7. Menyetel Celah Katup
Langkah paling tepat begitu selesai menyervis busi
adalah menyetel celah katup. Selama penyetelan celah
katup, busi tidak perlu dipasang di lubangnya.
Biarkan mesin tanpa busi untuk sementara, hingga
penyetelan katup selesai.
Penyetelan celah katup dalam keadaan mesin tanpa
busi akan memperoleh keuntungan sebagai berikut:
32
a.Mesin akan lebih ringan diputar saat mencari
posisi top kompresi masing-masing silinder.
b.Mempermudah dalam memeriksa posisi piston, yakni
sudah mencapai titik puncaknya atau belum.
c.Lebih aman, karena mesin tidak mungkin berputar
(hidup) tanpa busi.
d.Syarat Penyetelan Katup
Agar penyetelan katup berhasil dengan baik, harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Penyetelan dilakukan ketika katup menutup
rapat.
2) Penyetelan dilakukan
ketika celah katup paling besar.
3) Penyetelan katup dapat berhasil dengan baik
jika proses kerja mesin (gerak naik-turun
piston) sesuai dengan gerak katup-katupnya.
e.Cara Penyetelan
33
Ada dua cara penyetelan untuk memenuhi syarat-
syarat agar penyetelan katup berhasil dengan baik,
yaitu sebagai berikut:
1)Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat
piston berada di posisi top kompresi masing-
masing silinder. Cara ini banyak membutuhkan
tenaga dan waktu, karena harus memutar puli
sesuai dengan banyaknya silinder sampai
mendapatkan posisi piston pada top silinder 1, 2,
3, 4, dan seterusnya. Saat posisi top kompresi,
kedua katup iNdan EX harus dalam keadaan menutup
rapat, sehingga bisa disetel celahnya.
2)Dengan memutar poros engkol (pub), untuk membuat
piston pada posisi top kompresi silinder 1 dan
silinder lain yang diperlukan sesuai dengan
proses kerja mesin. Cara ini lebih cepat dan
menghemat dengan tenaga, tetapi memerlukan
pengetahuan teknik mobil yang cukup, khususnya
34
hubungan antara urutan pengapian (FO = firing
order) dan penyetelan katup.
8. Positive Crank Case Ventilation (PCV)
PCV adalah sistem ventilasi ruang engkol. Uap bensin
yang bocor ke dalam ruang engkol dialirkan kembali
ke ruang bakar mesin melalui sebuah selang yang
menghubungkan ruang engkol ke intake manifold.
Setelah penyetelan katup, sebaiknya PCV diservis
terlebih dahulu sebelum .tes kompresi. PCV sedikit
berpengaruh terhadap tekanan kompresi dan putaran
35
mesin. Tanpa PCV putaran mesin lebih rendah
dibandingkan dengan ketika PCVdiaktifl<an.
Dalam servis PCV, yang perlu diperiksa adalah kerja
katup PCV dan kerapatan selang-selangnya. Katup PCV
yang telah rusak sebaiknya diganti dengan yang baru.
9. Saat Pengapian
Saat pengapian sebaiknya disetel setelah penyetelan
putaran mesin. Alasannya, karena saat pengapian yang
tercantum dalam buku pedoman servis mobil adalah
saat pengapian pada putaran stasioner. Jika saat
pengapiannya disetel pada putaran tidak stasioner,
akan terjadi pengulangan kerja. Hal ini sebenarnya
bisa dihindari, karena begitu pu¬taran mesin
disetel, saat penga¬t,piannya pasti berubah.
Prinsip penyetelan saat pengapian adalah memutar
dis¬tributor dalam keadaan mesin hidup sampai
memperoleh bunyi mesin yang paling halus dengan
tenaga yang paling besar. Prinsip penyetelan ini
bisa dijadikan pedoman, jika penyetelan saat
36
pengapian dilakukan tanpa menggunakan timing- light
(penyetelan perigapian) atau alat bantu lainnya.
Distributor dapat diputar ke kiri atau ke kanan
setelah baut pengikatnya dikendorkan. Jika
distributor diputar berlawanan arah dengan putaran
rotor, berarti saat pengapiannya dimajukan.
Sebaliknya, jika distributor diputar searah dengan
putaran rotor, berarti saat pengapian dimundurkan.
10. Idel
Penyetelan idel merupakan penyetelan yang paling
akhir dalam tune-up mesin mobil. Hasil penyetelan
idel tidak berpengaruh terhadap saat pengapian,
celah katup, kompresi, dan pendinginan. Sebaliknya,
idel sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen
mesin.
Menyetel idel pada prinsipnya adalah menyetel
campuran antara udara dengan bensin pada putaran
idling. Jadi sebelum menyetel campuran idel, putaran
mesinnya harus stasioner terlebih dahulu. Jika
37
setelah penyetelan idel, kemudian putaran
stasionernya berubah, putaran stasionernya harus
disetel ulang.
11. Tali Kipas
Dalam tune up, tali kipas juga harus disetel.
Kekencangan tali kipas berpengaruh terhadap
pendinginan dan putar¬an alternator. Jika tali kipas
kendor, putaran mesin tidak bisa memu-tar kipas
pendingin de¬ngan baik karena selip.
Akibatnya, pendinginan oleh kipas tidak sesuai
dengan putaran mesin sehingga mesin menjadi panas.
Selain itu, putaran alternator juga tidak bisa
maksimum sehingga pengisian ke baterai kurang baik.
C. Menghidupkan Mesin Setelah Tune-Up
Setelah tune-up selesai dan mesin akan dihidupkan,
perhatikan seluruh komponen mesin sudah terpasang di
tempatnya dengan benar atau belum. Jika semua komponen
telah terpasang dengan benar, hidupkan mesin pada
38
Top Related