BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang
lain,sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa
yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam
hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak
dan sebaliknya istri juga mempunya I hak. Begitu pula dengan
suami yang mempunyai beberapa kewajiban dan istri mempunyai
beberapa kewajiban pula. Dalam al – Qur’an pada surat Al –
Baqarah : 228
228. Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat
surat An Nisaa' ayat 34).
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan
istri juga mempunyai kewajiban. Kewajiban istri adalah hak
bagi suami. Dalam hadits Nabi telah disebutkan
1 | P a g e
ا كم ح�ق� كم ع�لي سائ� ا و ل�ن� كم ح�ق� سا ئ� ن� ل�كم ع�لى ن�� لا أ . أArtinya : ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus
dipikul oleh istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang
harus kamu pikul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas berikut ini
dijelaskan secara rinci beberapa rumusan masalah yang
menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini.
1. Apa kewajiban suami terhadap istri yang merupakan
hak atas istri ?
2. Apa kewajiban istri terhadap suami yang merupakan
hak atas suami ?
C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah.
1. Menjelaskan kewajiban suami terhadap istri yang
merupakan hak atas istri
2 | P a g e
2. Menjelaskan kewaiban istri terhadap suami yang
merupakan hak atas suami
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Suami Terhadap Istri YangMerupakan Hak Istri
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ق� ح ن� أل� هن� م� لي هم ع� ل� عل أهلل ما ح�. هن� ل� وأج�. ز� دن� لا سج. ن� ن� ساء أ مرت� أل�ن� د لا ح� د لا سج. ن� ن� دأ أ ح� مرأ أ ن�ت� أ= و ك� ل�3 | P a g e
“Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud no. 2140, Tirmidzi no. 1159, Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
1. Kewajiban materi berupa nafkah
a. Nafkah dan Hukumnya
Kata nafkah berasal dari kata anfaqa ,Al-Infaq , yang
artinya Mengeluarkan. Jadi, nafkah artinya memenuhi semua
kebutuhan dan keperluan hidup meliputi: makanan, tempat
tinggal, pakaian, serta biaya rumah tangga dan pengobatan
bagi isteri sesuai dengan keadaan, termasuk juga biaya
pendidikan anak.
Memberikan nafkah kepada isteri hukumnya wajib menurut
Al-Qur’an, Hadits SAW., maupun Ijma’. Dalam Firman Allah SWT
dalam Q.S. Al-Baqarah: 233, Adapun dari Hadits Rasulullah
SAW, yang artinya :
“Dari Mu’awiyah Al-Quraisy r.a berkata, “ Saya bertanya wahai Rasulullah,
apakah hak seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda,
“engkau memberi makanan kepadanya sebagaimana engkau berpakaian.
Janganlah engkau memukul mukanya, janganlah engkau menjelekkannya,
kecuali masih dalam satu rumah.”
Dan adapun menurut Ijma’ adalah sebagai berikut :
4 | P a g e
Ibnu Qadamah berkata, “ Para ahli ilmu sepakat tentang
kewajiban suami menafkahi isteri-isterinya, bila sudah
baligh, kecuali kalau isteri berbuat durhaka.
Ibnu Munzir dan lainnya berkata, “Isteri yang durhaka
boleh dipukul sebagai pelajaran. Perempuan adalah orang yang
tertahan ditangan suaminya. Ia telah menahannya untuk
berpergian dan bekerja. Karena itu, ia berkewajiban untuk
memberi nafkah kepadanya.
Adapun seorang isteri berhak menerima nafkah dari
suaminya, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
o Dalam ikatan perkawinan yang sah.
o Menyerahkan dirinya kepada suaminya.
o Suaminya dapat menikmati dirinya.
o Tidak menolak apabila diajak pindah ketempat yang
dikehendaki suaminya. Kecuali kalau suami bermaksud
merugikan isteri dengan membawanya pindah, atau
membahayakan keselamatan diri dan hartanya.
o Keduanya dapat saling menimati.
Sedangkan mengenai waktu memberi nafkah, para fuqaha
berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa nafkah itu
menjadi wajib apabila suami telah menggauli atau mengajak
bergaul dan isteri termasuk orang yang dapat digauli dan
suami telah dewasa.
5 | P a g e
Imam Abu Hanifah dan Syafi’i berpendapat bahwa suami
yang belum dewasa wajib memberi nafkah apabila isteri
telah dewasa, sedang apabila isteri belum dewasa, dalam
hal ini Imam Syafi’i terdapat dua pendapat: pertama, sama
dengan pendapat Imam Malik. Pendapat kedua, bahwa istri
berhak memperoleh nafkah bagaimanapun keadaaannya
b. Sebab-sebab yang mewajibkan nafkah
a. Dengan sebab turunan
Seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya,
atau ibu apabila ayah telah tiada. Begitu juga wajib kepada
cucu apabila ia tidak mempunyai ayah. Wajibnya memberi
nafkah bagi ayah dan ibu kepada anak dengan syarat apabila
anaknya masih kecil dan misikin. Demikian juga sebaliknya,
anak wajib memberi nafkah kepada kedua orang tuanya, apabila
keduanya tidak mampu dan tidak memiliki harta.
b. Dengan sebab perkawinan
Suami wajib memberi nafkah kepada isterinya yang taat,
baik makanan, pakaian, maupun tempat tinggal, perkakas rumah
tangga dan sebagainya sesuai dengan kemampuannya. Banyaknya
nafkah sesuai dengan kebutuhan dan adat kebiasaan yg biasa
berlaku ditempat masing-masing, dengan mengingat tingkatan
dan keadaan suami.
c. Dengan sebab milik
6 | P a g e
Binatang yang dimiliki seseorang misalnya, maka
mendapatkan makanan dan wajib dijaga agar tidak diberi beban
melebihi kemampuannya.
c. Besarnya nafkah
Imam Syafi’i berpendapat bahwa besarnya nafkah ditentukan atas
kemampuan suami, yaitu bagi orang kaya dua mud, orang yang
sedang satu setengah mud, dan orang miskin satu mud. Imam Malik
berpendapat bahwa besarnya nafkah tidak ditentukan berdasarkan
ketentuan syara’ tetapi berdasarkan keadaan masing-masing
suami isteri dan ini berbeda-beda sesua dengan waktu, keadaan
dan tempat. Pendapat ini juga dikemukakan ole Imam Abu Hanifah.
Perbedaan pendapat ini desebabkan oleh ketidakjelasan nafkah,
antara dipersamakan dengan pemberian makan, dalam kafarat atau
dengan pemberian pakaian. Hal ini karena para Fuqaha telah
sepakat bahwa pemberian pakaian itu tidak ada batasnya.
Golongan Syafi’i dalam menetapkan bahwa jumlah nafkah tidak
diukur dengan jumlah kebutuhan, tetapi diukur berdasarkan
Syara;. Mereka sependapat dengan golongan Hanafi, yaitu dengan
memperhatikan kondisi, yaitu kaya dan miskin. Selanjutnya
mereka mengatakan bahwa dalam nafkah harus dibedakan antara
suami yang kaya dan suami yang miskin ssuai dengan petunjuk
Al-Qur’an yang tidak menjelaskan nafkah tertentu. Oleh karena
itu, untuk menetapkan jumlahnya harus dengan ijtihad. Dan
sebagai ukuran nafkah yang paling dekat adalah memberi makan
kafarat yang sudah ditetntukan jumlahnya.
7 | P a g e
Jumlah Kafarat yang wajib dibayarkan kepada orang miskin
paling banyak adalah dua mud. Dan kafarat yang paling sedikit dan
wajib dibayarkan adalah satu mud bagi orang-orang yang
berkumpul bagi isterinya disiang hari bulan ramdhan.
Jika kepada isteri diberikan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan tanpa ada ketentuan jumlah secara jelas, tentu akan
menimbulkan pertengkaran yang tidak akan habis-habisnya, maka
akan menentukan jumlah, langkah tersebut sesuai dengan
kewajaran.
d. Nafkah anak
Seperti telah disebutkan diatas bahwa ayah berkewajiban member
nafkah kepada anak-anaknya. Dengan denikian, kewajiban nafkah
kepada anak-anaknya .dengan demikian, kewajiban ayah ini
memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Anak-anak membutuhkan nafkah (fakir) dan tidak mampu
bekerja. Anak dipandang tidak mampu bekerja apabila masih
kanak-kanak atau telah besar tetapi tidak mendapatkan
pekerjaan.
2. Ayah mempunyai harta dan berkuasa member nafkah yang menjadi
tulang punggung kehidupannya.
Para imam mazhab berbeda pendapat tentang anak yang sudah dewasa,
tetapi miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.
Imam Abu Hanifah berpendapat : Nafkah bagi anak yang sudah dewasa
dan sehat dari orang tuanya menjadi gugur. Tetapi nafkah bagi
8 | P a g e
anak perempuan dari orang tuanya tidak menjadi gugur kecuali ia
sudah menikah. Seperti ini juga pendapat Imam Malik tetapi ia
mewajibkan kepada bapak untuk tetap memberikan nafkah kepada anak
perempuannya hingga ia dicampuri oleh suaminya.
Imam Syafi’I berpendapat : Nafkah anak yang sudah dewasa gugur
dari kewajiban orang tuanya, baik anak tersebut laki-laki maupun
perempuan.
Imam Ahmad ibn Hambal berpendapat: Nafkah anak yang sudah dewasa
tatp menjadi kewajiban bapaknya jika anak tersebut tidak memiliki
harta dan pekerjaan.1
2. Kewajiban berupa Mahar
Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan
islam terhadap wanita adalah dengan memberikannya hak
kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan dan
menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.
3. Kewajiban yang tidak bersifat materi
1 Tihami dan Sohari Sahrani, FIkih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, RajaGrafindo
Persada Jakarta 2013 cet. Ke-3.
9 | P a g e
a. Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak
bersifat materi adalah sebagai berikut :
a) Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman
Allah dalam surat an – Nisa : 19
b) Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu
kesulitan dan mara bahaya.
c) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan
Allah untuk terwujud. (sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk
maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi
istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya.
Dan sesuai dengan firman Allah ar – rum ayat 21.
B. Kewajiban Istri Terhadap Suami Yang Merupakan Hak Suami
Dijelaskan dalam ayat berikut:
ات� Dظ اف�� ات� ح� ي� GHن ا ات� ق�� ج ال� ال�ص هم ق�� وأل� م� ن� أ وأ م� ق� ق� ن�� ما أ .Rب و عض� لى ن�. هم ع� عض� ن�. ل أهلل ص� ما ف�� ساء ب�. لى أل�ن� ون� ع� أم� و ال ق� ح�. أل�رهن� لي وأ ع� غ� ب. لا ن�\ م ق�� ك عي� ط� ن� أ ا ن� ق�� وه� .Hب ر ع وأض� اح�. مص� ى أل� ن� ف� روه� ج. ن� وأه� وه� Dعظ ن� ف�� ه� وز� lش ون� ن�� اق� ج� ي ت�� � Rت ا وأل�ل أهلل Dظ ف� ما ح� ت. ب�. ن لع� ل�
لا ي tب س�“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yangkamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An Nisa’: 34)
10 | P a g e
B. Kewajiban Istri Merupakan Hak Suami1. Mematuhi Suami
Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak
membangkang yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik
wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
ها xxس ف� ى ن�� ه ف� xxف� ال� ج� ر ولا ت�� xxم أ أ ذ� ه أ xxع ب ط ر وت�� xx Dظ أ ت�� ذ� ه أ ر xxس ى ن�� ت� ال أل� xxر ق��xx ي اء خ� xxس ي أل�ن� م أ ل �xxه وس xx لي ع� ى أهلل ل �xxص ول أهلل �xxرس ل ل� xxي ق��
ره ك ما ئ� ها ب�. ال� وم�
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu
yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika
diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga
membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2:
251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih)
Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di
neraka dilihat dari sikapnya terhadap suaminya, apakah
ia taat ataukah durhaka.
Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya
pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan
tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepadanya,
11 | P a g e
ن� ي� ري أ Dظ ات�� xxال: ق�� xxه. ق�� xxي� ت� ع� xxر� ج. ا ع� xxلا م� وه أ xxل� ا أ= xxم� : ت� ال� xxه؟ ق�� xxل �ت� ن� ف� أ xxب ال: ك� xxعم. ق�� : ن�� ت� ال� xx؟ ق�� ن��ت� أ وج� أت� ز� ذ� أازك�¡ �Hئ ك¡ و ي� ن� و ح�. ما ه� اب�� ه، ق�� ي� م� �ت� ن� أ
“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab,
“Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab,
“Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku
tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan
suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.
Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih
sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At
Targhib wa At Tarhib no. 1933)
Namun ketaatan istri pada suami tidaklah mutlak. Jika
istri diperintah suami untuk tidak berjilbab, berdandan
menor di hadapan pria lain, meninggalkan shalat lima
waktu, atau bersetubuh di saat haidh, maka perintah
dalam maksiat semacam ini tidak boleh ditaati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
معروف� ى أل� اعه� ف� ما أل�ظ ب�� ، أ ه� ي عص ى م� اعه� ف� لا ط�
“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat.Ketaatan itu hanyalah
dalam perkara yang ma’ruf(kebaikan).” (HR. Bukhari no. 7145
dan Muslim no. 1840)
12 | P a g e
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan,
أل�له ه� ي عص ى م� ف� لوق� مج� اعه� ل� لا ط�
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.”
(HR. Ahmad 1: 131. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh
Syu’aib Al Arnauth)
Taat dan patuh pada suami, selama suaminya tidak
menyuruhnya untuk melakukan perbuatan maksiat, seperti
berjudi, menjual obat-obatan terlarang dan lain-lainnya
yang dilarang oleh agama. Bila suruhan atau larangan
suami bertentangan atau tidak sejalan dengan ajaran
agama, tidak ada kewajiban istri untuk mengikutinya.
Isi dari pengertian taat atau patuh adalah:
1) Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di
rumah yang telah disediakan.
Istri berkewajiban memenuhi hak suami bertempat
tinggal di rumah yang telah disediakan apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar
untuk istri.
b. Rumah yang disediakan pantas menjadi tempat
tinggal istri serta dilengkapi dengan perabot
dan alat yang diperlukan untuk hidup berumah
13 | P a g e
tangga secara wajar, sederhana, tidak
melebihi kekuatan suami.
c. Rumah yang disediakan cukup menjamin jiwa dan
harta bendanya, tidak terlalu jauh dengan
tetangga dan penjaga-penjaga keamanan.
d. Suami dapat menjamin keselamatan istri
ditempat yang disediakan.
2. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila
melanggar larangan Allah
Istri wajib memenuhi hak suami, taat kepada
perintah-perintahnya apabila memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Perintah yang dikeluarkan suami termasuk
hal-hal yang ada hubungannya dengan
kehidupan rumah tangga. Dengan demikian,
apabila misalnya suami memerintahkan istri
untuk membelanjakan harta milik pribadinya
sesuai keinginan suami, istri tidak wajib
taat sebab pembelanjaan harta milik pribadi
istri sepenuhnya menjadi hak istri yang
tidak dapat dicampuri oleh suami.
b. Perintah yang dikeluarkan harus sejalan
dengan ketentuan syariah. Apabila suami
memerintahkan istri untuk menjalankan hal-
hal yang yang bertentangan dengan ketentuan
syariah, perintah itu tidak boleh ditaati.
14 | P a g e
Mematuhi suami dapat dilihat dari isyarat
firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 34:
أهلل Dظ ف� ما ح� ت. ب�. ن لع� ات� ل� Dظ اف�� ات� ح� ي� GHن ا ات� ق�� ج ال� ال�ص ق��wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka).
Tidak adanya kewajiban patuh pada siapa pun termasuk
pada suami yang menyuruh kepada maksiat dapat dipahami
dari sabda Nabi:
ال�ق� أل�ج� ه� ى م�عصي لوق� ف� لاط�اعه� ل�مج�Tidak ada kewajiban taat pada siapa pun bila disuruh
untuk berbuat maksiat kepada Allah.
c. Suami memenuhi kewajiban-kewajibannya yang
menjadi hak istri, baik yang bersifat
kebendaan maupun yang bersifat bukan
kebendaan.
3. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali izin suami
Allah Ta’ala berfirman,
ولي ألا ه� لي اه� ج. أل� ج� ر ي. ن� ت�\ ج�. ر ي. ن� ولا ت�\ ك وئ�� ي tن� ى �رن� ف� وق�
15 | P a g e
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS.
Al Ahzab: 33).
Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali
dengan izin suaminya. Baik si istri keluar untuk
mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan
yang lain, sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah
kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata,
“Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti
ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat
kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas
mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)
Istri wajib berdiam di rumah dan tidak keluar
kecuali
Izin suami apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar
untuk istri.
b. Larangan keluar rumah tidakberakibat memutuskan
hubungan keluarga. Dengan demikian, apabila
suami melarang istri menjenguk keluarga-
keluarganya, istri tidak wajib taat. Ia boleh
16 | P a g e
keluar untuk berkunjung, tetapi tidak boleh
bermalam tanpa izin suami.
4. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami
Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada haji Wada’,
ن� ئ وط� ن� لا ب� هن� أ لي م ع� ك ول� أهلل لمه� ك هن� ب�. �روج�. م ق� لت� ل ج ت� وأس� أهلل ان� م� ا ن� ئ�. موه� ب�� د� ح�� م أ ك ئ�� ا ساء ق�� ى أل�ن� ف� وأ أهلل ق� ان�� ق��ه وت�� ره� ك دأ ئ�\ ح� م أ ك lرس�� ق�
“Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian), karena
sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan
kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian
atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang
tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian” (HR. Muslim
no. 1218)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ه ت�� ا ره ق�� xxم xxر أ ي ن� ع� ع� ه� xف� ق� ن� ن�� ت� م� ف� ق� ن�� ا أ xه ، وم� x �Hت ذ� Ãا tلا ئ� ه أ xxي� Åب tى ب� ن� ف� ذ� ا xxه، ولا ئ�� x �Hت ذ� Ãا tلا ئ� د أ اه� l�xxا س xه وج�. وم وز� xxص ن� ت�� ه� أ xرأ لم ل ل� xج لا ت�ره ظ lه ش� ي ل� ي أ ذ و ب�
“Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan
suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan
orang lain masuk rumah suami tanpa ijin darinya. Dan jika ia
menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami
mendapat setengah pahalanya”. (HR. Bukhari no. 5195 dan
Muslim no. 1026)
17 | P a g e
Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan hadits dari Abu
Hurairah,
ه �Hت ذ� Ãا tلا ئ� د أ اه� lو س� ها وه� وج�. ز� ت� ن tن� ى ه� ف� ن� أل�مرأ ذ� ا لا ئ��
“Tidak boleh seorang wanita mengizinkan seorang pun untuk masuk di
rumah suaminya sedangkan suaminya ada melainkan dengan izin
suaminya.” (HR. Ibnu Hibban 9: 476. Kata Syaikh Syu’aib
Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat
Muslim)
Hadits di atas dipahami jika tidak diketahui ridho
suami ketika ada orang lain yang masuk. Adapun jika
seandainya suami ridho dan asalnya membolehkan orang
lain itu masuk, maka tidaklah masalah. (Lihat Shahih
Fiqh Sunnah, 3: 193)
Hak suami agar istri tidak menerima masuknya seseorang
tanpa izinnya, dimaksudkan agar ketentraman hidup rumah
tangga tetap terpelihara. Ketentuan tersebut berlaku
apabila orang yang datang itu bukan mahram istri.
Apabila orang yang datang adalah mahramnya, seperti
ayah, saudara, paman, dan sebaginya, dibenarkan
menerima kedatangan mereka tanpa izin suami.
5. Menjaga nama baik suami
Nama suami harus dijaga oleh istri, jangan sampai
membeberkan aib atau kekurangan suami kepada yang lain,
18 | P a g e
sebagaimana hak istri atas suaminya, mengurus dan
mendidik anaknya dan semua yang berhubungan dengan
rumah tangga. Sebagaimana suami, istri pun harus
bertanggung jawab atas pimpinannya, tidak hanya kepada
suaminya saja, tetapi juga kepada Allah SWT.
6. Berhias untuk suami
Di antara hak suami atas istri adalah berdandan
karenanya dengan berbagai perhiasan yang menarik.
Setiap perhiasannya yang terlihat semakin indah akan
membuat suami senang dan merasa cukup, serta tidak
melakukan hal yang haram. Sesuatu yang tidak diragukan
lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan menambah
kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apa pun yang
menimbulkan kebencian akan mengurangi rasa cintanya.
7. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.
8. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk
suaminya dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang
9. Menjauhkan diri dari memperlihatkan muka yang tidak
enak dipandang dan suara yang tidak terdengar.
Kesemuanya dapat dilihat dari sabda Rasul dalam hadits abu
hurairah yang dikelurkan nasai
كره ما ئ� سها و م�ال�ها ب�. ف� ى ن�� ه ف� ال�ف� ج� مر ولا ت�� عه أن� أ طب ر وت�� Dظ سره أن� ت�� ال أت�Hي أن� ن�� ر ؟ ق�� ي ساء خ� ا زس�ول أل�له أي أل�ن� ل ئ� ي . ق��Artinya : nabi ditanya : Ya rasul Allah perempuan mana yang lebih
baik ? Nabi berkata : bila suami memandangnya ia menyenangkan
19 | P a g e
suami, bila menyuruh ia mematuhi ia tidak menyalahi suaminya
tentang diri dan hartanya tentang suatu yang tidak di sengaja.2
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
2 Syarifuddin,amir. 2011. Hukum kompilasi Indonesia.
20 | P a g e
Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang
lain,sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang
mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan
suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan sebaliknya
istri juga mempunya I hak. Begitu pula dengan suami yang
mempunyai beberapa kewajiban dan istri mempunyai beberapa
kewajiban pula. Dalam al – Qur’an pada surat Al – Baqarah : 228
Kewajiban suami yang merupakan hak istri dapat dibagi
menjadi dua :
1. Kewajiban berupa materi yang disebut nafaqoh
Kata nafkah berasal dari kata anfaqa ,Al-Infaq , yang artinya
Mengeluarkan. Jadi, nafkah artinya memenuhi semua kebutuhan
dan keperluan hidup meliputi: makanan, tempat tinggal,
pakaian, serta biaya rumah tangga dan pengobatan bagi isteri
sesuai dengan keadaan, termasuk juga biaya pendidikan anak.
Memberikan nafkah kepada isteri hukumnya wajib menurut Al-
Qur’an, Hadits SAW., maupun Ijma’. Dalam Firman Allah SWT
dalam Q.S. Al-Baqarah: 233, Adapun dari Hadits Rasulullah
SAW, “Dari Mu’awiyah Al-Quraisy r.a berkata, “ Saya bertanya wahai
Rasulullah, apakah hak seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau
bersabda, “engkau memberi makanan kepadanya sebagaimana engkau
berpakaian. Janganlah engkau memukul mukanya, janganlah engkau
menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah.”
21 | P a g e
Nafkah disini adalah mencakupi segala kebutuhan istri yang
mencakup makanan, tempat tinggal, pelayanan dan obat, meskipun
dia orang kaya. Hokum memberi nafkah adalah wajib berdasarkan al
– Qur’an, sunnah, dan ijma’ .
Dalil kewajibannya menurut al – quran seperti berikut :
i. Firman Allah swt., al – Baqarah (2) : 233 “dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
ii. Muawiyah Al – Qusyairi ra. Menuturkan bahwa dirinya
bertanya pada Rasulullahsaw., “wahai Rasul, apa hak
seorang istri yang harus ditunaikan suaminya?”
Rasulullah menjawab,
ت� ن tى أل�ب هج.ر ألا ف� ح ولا ت�� ب. ف� ه ولا ن�� رت. أل�وخ. ض� ت� ولا ت�� سن أ أك�ن� كشوه�ا أذ� ظعمها أذ� ط�عمت� و ئ�� ت��“ memberinya makan ketika engkau dapat makan dan
memberinya pakaian ketika engkau dapat berpakaian ,
janganlah memukul wajah dan menghinanya, dan jangan
menjauhinya melainkan didalam rumah.”
iii. Sedangkan ketetapan ijma’, dinyatakan Ibnu Qudamah,
Seluruh ulama sepakat, menafkahi istri adlah kewajiban
yang harus ditunaikan suami selama mereka telah baligh,
kecuali jika istrinya membangkang.”3
Untuk menerima nafkah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yakni sebagai berikut :
3 Sabiq,sayyid.2012.Fiqih Sunah jilid 2. Jakarta : Al – I’tishom, Hal. 324-342
22 | P a g e
a) Akad nikah yang dilakukan sah
b) Istri menyerahkan diri kepada suami
c) Istri bersedia digauli suami
d) Tidak menolak pindah ke tempat baru yang diinginkan
suami
e) Suami dan istri sama- sama dapat menikmati hubungan
dengan pasangannya.
2. Mahar
Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan
islam terhadap wanita adalah dengan memberikannya hak
kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan dan
menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.
Kewajiban yang tidak bersifat materi
Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak
bersifat materi adalah sebagai berikut :
a.Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman
Allah dalam surat an – Nisa : 19
b.Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu
kesulitan dan mara bahaya.
23 | P a g e
c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan
Allah untuk terwujud. (sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk
maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi
istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya.
Dan sesuai dengan firman Allah ar – rum ayat 21.
Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami :
1. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk
suaminya dan memberikan rasa cinta dan kasih sayang
3. Taat dan patuh kepada suaminya selama suami tidak
menyuruhnya dalam melakukan kemaksiatan. An – nisa
(4:34)
4. Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya, bila tidak
ada dirumah.
5. Menjauhkan dirinya dari segal sesuatu perbuatan yang
tidak disenangi oleh suaminya
6. Menjauhkan diri dari memperlihatkan muka yang tidak
enak dipandang dan suara yang tidak terdengar.
24 | P a g e
Daftar Pustaka
Sabiq,sayyid.2012.Fiqih Sunah jilid 2. Jakarta : Al – I’tishom
Tihami dan Sohari Sahrani, FIkih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
RajaGrafindo Persada Jakarta 2013 cet. Ke-3.
Azzam,aziz abdul Muhammad. 2011.Fiqih Munakahat khitbah,nikah, dan talak.
Jakarta: AMZAH,
Syarifuddin,amir. 2011. Hukum kompilasi Indonesia.
Hasan, M.Ali. 2006. Pedoman hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta:
Siraja Prenada Media Group.
As – Subki, Ali yusuf .2010.Fiqh Keluarga Pedoman berkeluarga dalam
Islam. Jakrta: Amzah.
Mustthafa, Mun’in, Abdul Syaikh. 2008. Ensiklopedi Hak & Kewajiban
Keluarga Muslim. Jakarta: Inasmedia.
Sati, Faqih.2011. Panduan Lengkap Pernikahan.Yogyakarta. Bening.
Al-Faqi, Mersi, Sobri. 2011. Solusi Problematika Rumah Tangga Modern.,
Surabaya. Pustaka Yasir.
25 | P a g e
Mughniyah, Jawad, Muhammad. 1996. Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-
Khamsah.Beirut. Dar al-Jawad.
Hasil Penelitian
Berupa Materi :
1. Apakah mahar yang didapat ketika akad nikah berlangsung ?
2. Bagimana nafkah yang diberikan seorang suami kepada istri ?
Dari hasil penelitian kami, dapat kami simpulkan mayoritas uang
belanja yang diterima oleh seorang istri pada :
Keluarga karir : 80 persen dari hasil kerja suami diberikan
kepada istri sebagi nafkah .
Keluarga (suami yang bekerja): 4 dari 10 keluarga tiap hari
memberi nafkah, 2 keluarga per minggu ,2 keluarga per bulan, 2
keluarga tergantung kebutuhan si istri (kondisional).
26 | P a g e
Top Related