BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi
yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat
potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana
sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi
khalifatullah fil ardh.
Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya
kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang
terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu
saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat,
kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang
dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada
dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah
mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi
kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa
saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan
manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan
1
kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah
suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi
lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu yang dimaksud dengan belajar dan mengajar.
2) Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban.
3) Kapan proses belajar berlangsung dan sampaikan
kapan
4) Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar
mengajar
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1) Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar
dan mengajar
2) Ingin mengetahui mengapa menuntut ilmu itu suatu
kewajiban bagi muslim laki-laki maupun perempuan.
3) Ingin mengetahui kapan proses belajar maupun
mengajar dimulai
4) Ingin menambah wawasan atau pengetahuan mengenai
hal ini.
D. Metode Penulisan
2
Dalam memperoleh data atau informasi yang
digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan
dengan mengambil referensi dari buku-buku dan internet
yang relevan dengan topik penulisan makalah ini sebagai
dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang
digunakan.
E. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang
kami tim penyusun miliki serta sesuai rujukan materi
yang harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan
oleh ibu dosen pengasuh mata kuliah Hadits Tarbawi yang
juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah
ini terbatas pada pembahasan kewajiban belajar dan
mengajar
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dan Mengajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan
membuat tafsirannya tentang “Belajar”. Seringkali pula
perumusan dan tafsiran berbeda satu sama lain. Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. (learning is defined as the modification or trengthening
of behavior through experiencing).
Menurut pengertian diatas, belajar adalah
merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi
lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan. Ada juga yang mengatakan bahwa
belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah
latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis,
dan seterusnya.
Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada
proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Didalam
ilmu pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang
4
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas
pendidikan dirinya dan orang lain. Atau konsekuensi
dari pada pengetahuan yang didapat.
B. Alasan Msenuntut Ilmu (Belajar)
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan
kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat
dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan
mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak
bisa menjadi lebih baik. Karena menuntut ilmu merupakan
sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi
keseharusan dalam menuntut ilmu.
C. Awal Perintah Membaca
Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu
pertama turun kepada nabi SAW mengisyaratkan tentang
5
perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni Surat Al-Alaq
ayat 1
Artinya
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”
Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang
pada mulanya berarti menghimpun. Apabila kita merangkai
huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita
sudah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikinan,
realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya
suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula
harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti
dari kata tersebut adalah bisa menyampaikan, menela’ah,
membaca, meneliti, mendalami.
D. Hadits-Hadits
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala
persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan
dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan
6
cahaya, karena ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk
kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada
dalam kegelapan.
Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di
sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang
mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti yang
terdapat dalam QS : Al-Mujadalah ayat 11 :
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadalah :
11)
Selain itu banyak hadits Nabi Saw yang mendorong
agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Di bawah ini terdapat hadits Nabi Saw yang berkenaan
dengan kewajiban menuntut ilmu diantaranya:
a. Hadits tentang keharusan meniru orang yang banyak ilmu
7
ي� لا ف� سد إ� ه وس�لم : لاح� ي� ص�لي إل�له ع�لي� ب� ال إل�ن� ال : ق�' ه ق�' ي� إل�له ع�ي� سعود رض� م� ن3 د إل�له ب�� ب� ن3 ع� ع�
ها ي ب�� ض� ق' هو ي�� مه' ف�� ك ح اه إل�له إل� 'Dت Fل إ حق' , و رج�� ي� إل� ه ف� كي' ل لي ه� لط ع� س ا لا ف�� اه إل�له م� 'Dت Fل إ : رج�� ن3 ي� ب' Wن Xإث�( اري� ح� علمها )روإه إل�ب� وي��
Sebelum menterjemahkan secara keseluruhan hadits
tersebut, marilah kita lihat terlebih dahulu
terjemahannya secara harfiyah (kata-perkata) berikut
ini :
Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan Arab
Janganlah hasud Laa hasada سد لاح�kecuali seperti dua
orang ini.Illa fitsnataini ن3 ي� ب' Wن Xي� إث� لا ف� إ�
orang yang diberi
Allah
Rojulun
ataahullohu ل اه إل�له رج�� 'Dت Fإkekayaan berlimpah Malaan ا لا م�dan ia
membelanjakannyaFasullitho لط س ف��
Dengan benar Fil Haqqi ي� إل�حق' ف�Hikmah Al-Hikmata مه' ك ح إل�
8
ia berprilaku sesuai
dengannyaFa Huwa Yaqdhi ي ض� ق' هو ي�� ف��
dan mengajarkannya Wayu’allimuha علمها وي��Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah
bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang
ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia
membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-
Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada
orang lain (HR Bukhari)
Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu
seorang muslim harus merasa iri dalam beberapa hal.
Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang
dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang
harus ada pada diri seorang muslim, yaitu pertama
menginginkan banyak harta dan harta itu dibelanjakan di
jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan
lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa
dan maksiat kepada Allah, kedua menginginkan ilmu
seperti yang dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan
kepada orang lain dengan ikhlash.
9
Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian,
pertama hukumnya menjadi fardhu ‘ain untuk mempelajari
ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta Al-
Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap
muslim wajib memahami dan mempraktekkan dalam
pengabdiannya kepada Allah. Fardu ‘ain artinya setiap
orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak.
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk
mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti : ilmu
sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Fardu Kifayah
artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta
mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian
orang saja.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits
nabi, yaitu :
سلمه' سلم و م� ل م� لي ك� ه' ع� ض� �Dي �ر لب� إل�علم ف� ط�د إلب�ر ن3 ع�ب� �lب ((روإه إ�
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”
(HR. Ibnu Abdil Bari)
10
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan
bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja kepada
laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan
bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu,
semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu
harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan
sebagimana dalam shalat, tetapi setiap ada kesempatan
untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu.
Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-
lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non
formal. Bahkan, pengalaman kehidupanpun merupakan guru
bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil pelajaran
dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita.
Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan untuk
menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat
maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut
bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai di tempat
yang jauh seperti negeri China.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas
usia, sejak kita terlahir sampai kita masuk kuburpun
kita senentiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan,
dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu
11
sepanjang hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum
dalam hadits nabi :
هد )روإه م�سلم ) لى إل�ل د إ� مح ن3 إل� علم م� لب� إل� ط� FإArtinya
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)
b. Hadits yang menjelaskan keutamaan orang yang menuntut ilmu
Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu
sebagai berikut :
)روإه م�سلم) ه' ي� لى إل�ج� ا إ� ق' �Dي ر ل إل�له له ط� ه لما س� ه ع� ي� لت'مس ف�� ا ت�� ق' �Dي ر ك} ط� ل ن3 س� م�
Perhatikan terjemahan secara harfiah dibawah ini :
Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan ArabBarang siapa yang
menempuhMan salaka ك} ل ن3 س� م�
suatu jalan Thoriiqon ا ق' �Dي ر ط�Ilmu ‘ilman لما ع�Allah akanSahhalalloohu ل إل�له ه س�
12
memudahkan
Baginya Lahu لهJalan menuju surga
Thoriiqon ilal
jannah ه' ي� لى إل�ج� ا إ� ق' �Dي ر ط�
Terjemah secara lengkap :
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan
ilmulah surga itu akan didapat. Karena dengan ilmu
orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan
dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan.
Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah orang
yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas
tempat, dan juga tidak mengenal batas usia, baik anak-
anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim,
pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau
diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia.
Dengan ilmu, kehidupan di dunia terasa lebih indah,
13
yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa
lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah,
harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa
didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh
karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah
merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan
dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga
Allah.
Allah sangat mencintai orang-orang yang berilmu,
sehingga orang yang berilmu yang didasarkan atas iman
akan diangkat derajatnya oleh Allah, sebagaimana
firman-Nya di atas dalam Q.S Al-Mujadallah : 11
Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai
kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :
ال�علم ه ت�� علي� ما ف�� رإد ه� Fن3 إ ال�علم و م� ه ت�� علي� ره' ف�� خ�� رإد إلا� Fن3 إ ال�علم و م� ه ت�� علي� ا ف�� ب� Wlن رإد إل�د Fن3 إ م�( �ى� lرإن (روإه إل�طب�
Artinya :
14
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka
itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan
keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih
dengan syarat memiliki ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at
ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan,
yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang
benar
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan
ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia
beserta orang-orang yang beriman
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan
taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani
maupun jasmani
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam,
rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di
akhirat.
15
E. Biografi Perawi-Perawi Hadits
1. Ibnu Abdil Barr
Nama dan Kelahiran Beliau
Nama beliau adalah Yusuf bin Abdillah bin Muhammad
bin Abdil Barr bin Ashim An-Namri Al-Andalusi Al-
Qurthubi Al-Maliki, sang penyusun karya-karya besar.
Kelahirannya: Ibnu Abdil Barr dilahirkan pada
tahun 368 H. mengnai bulan dilahirkannya, para
sejarahwan masih berselisih, ada yang mengatakan ia
dilahirkan pada bulan Rabi’ul Akhir dan ada juga yang
mengatakan ia dilahirkan pada bulan Jumadal Ula.
Pencarian Ilmu dan Keluasan Ilmunya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia mencari ilmu setelah
tahun 390 H. dan masih sempat berguru kepada ulama-
ulama besar pada masa itu. Umurnya sangat panjang dan
sanad yang ia punyai sangat banyak. Murid-murid banyak
berdatangan kepadanya. Kegiatanya adalah mengumpulkan
ilmu, menyusun karya, meneliti mana sanad yang tsiqah
(terpercaya) dan mana sanad yang dhaif (lemah). Kitab-
16
kitab karyanya sangat banyak dan keilmuanya telah
diakui oleh para ulama pada masa itu.
Ia tidak sempat berguru kepada ayahnya, Imam Abu
Muhammad karena ayahnya meninggal lebih dahulu pada
tahun 308 H. Ia adalah seorang ahli fikih, ahli ibadah
dan ahli tahajjud. Ia hidup selama 50 tahun, belajar
fikih kepada At-Tajibi dan berguru kepada Ahmad bin
Matraf dan seorang ahli sejarah, Abu Umar bin Hazm.
Ia juga mempelajari Sunan Abi dawud dari Abu
Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Abdil Mukmin dengan
sanad dari Ibnu assah. Abu Muhammad juga meriwayatkan
hadits kepadanya dari riwayat Ismail bin Muhammad Ash-
Shaffar, mengajarkan kepadanya kitab An-Nasikh wa Al-
Mansukh karya Abu Dawud dengan sanad dari Abu Bakar An-
Najjad dan meriwayatkan kepadanya Musnad Ahmad bin
Hambal dengan riwayat dari Al-Qathi’i.”
Abu Abdillah bin Abi Al-Fath mengatkan, “Semula ia
adalah pengikut madzhab Zhahiri dalam waktu yang lama.
Kemudian ia kembali menggunakan qiyas tanpa bertaqlid
kepada siapapun. Hanya saja ia seringkali cenderung
mengikuti madzhab Asy-syafi’i. Demikianlah yang
dikatakan orang. Adapun yang masyhur dia adalah
pengikut madzhab Maliki.
17
Ibnu Khallikan mengatakan, “Ia meninggalkan kota
Kordova dan mengelilingi kawasan barat kota Andalusia
dalam beberapa waktu, kemudian pindah ke kawasan timur
Andalusia. Di sini, ia bertempat di Daniah, Valencia
dan Syatibah dalam waktu yang berbeda-beda.
Guru dan Murid-Murid Beliau
Guru-Gurunya:
Adz-Dzahabi mengatakan, “Guru-guru Ibnu Abdil Barr
adalah Khalaf bin Al-Qasim, Abdul Warits bin Sufyan,
Abdullah bin Muhammad Abdul Mukmin, Muhammad bin Abdul
Malik bin Shafwan, Abdullah bin Muhammad bin Asad Al-
Juhani, Yahya bin Wajh Al-Jannah, Ahmad bin Fath Ar-
Rassan, Said bin Nashr, Al-Husain bin Ya’qub Al-Yamani,
Abu Umar Ahmad bin Al-Hasur, dan sejumlah ulama
lainnya.
Ia mendapat ijazah hadits dari Al-Musnid Abu Al-Fath
bin Saibakht dan Al-Hafidz Abdul Ghani dari Mesir. Ia
juga memperoleh Ijazah hadits dari Abu Al-Qasim
Ubaidillah As-Saqthi dari Makkah. Ia telah melebihi
ulama zamannya dalam hafalan dan ketelitian.”
Murid-muridnya:
Adz-zahabi mengatakan, “Murid-murid Ibnu Abdil Barr
adalah Abu Muhammad bin Hazm, Abu Al-Abbas bin Dilhats
18
Ad-Dila’I, Abu Muhammad bin Abi Quhafah, Abu Al-Hasan
bin Mufawwiz, Al-Hafidz Abu Ali Al-Ghassani, Al-Hfidz
Abu Abdillah Al-Humaidi, Abu Bahr Sufyan bin Al-Ash,
Muhammad bin Fatuh Al-Anshari, Abu Dawud, Sulaiman bin
Abi Al-Qasim Najjah, Abu Imran Musa bin Abi Talid dan
sejumlah murid-murid yang lain.”
Kitab-Kitab Karyanya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Abu Umar bin Abdil Barr
mempunyai kitab :
Al-Kafi fi Madzhabi
Malik, sebanyak 15
jilid
Al-Ikhtifa’ fi
Qira’ati Nafi’ wa Abi
Amr
At-Taqashshi fi
Ikhtishar Al-
Muwaththa’
Al-Imba’ ‘an Qaba’il
Ar-Ruwat
Al-Intiqa’ li Madzahib
Ats-Tsalatsah Al-
Ulama’ Malik wa Abi
hanifah wa Asy-Syafi’i
Al-Bayan fi Tilawati
Al-qur’an
Al-Ajwibah Al-Mu’ibah
Al-Kuna
Al-Maghazi
19
Al-Qasd wa Al-Umam fi
Nasab Al-‘Arab wa
Al-‘Ajam
Asy-Syawahid fi Itsbat
Khabar Al-Wahid
Al-Inshaf fi
Asma’illah
Al-Fara’dh dan
Asy’ar Abi
Al-‘Athaiyyah.
Ibnu Abdil Barr hidup
selama 95 tahun.
20
Wafat Beliau
Abu Dawud Al-Muqri mengatakan, “Abu Umar meninggal pada
malam Jum’at, akhir bulan Rabi’ul Akhir tahun 463 H. ia
hidup selama 95 tahun lebih lima hari.”
Adz-Dzahabi mengatakan, “Ia adalah Al-Hafidz kawasan
barat pada masanya.”
2. Imam Muslim (202 – 261 H)
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim
bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia lahir pada
tahun 202 H dan meninggal dunia pada sore hari Ahad
bulan Rajab tahun 261 H dan dikuburkan di Naisaburi.
Ia juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti
Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al
Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang
menerima hadits dari Imam Muslim, termasuk tokoh-tokoh
ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa
karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling
bermanfaat adalah kitab sahihnya yang dikenal dengan
Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari
Shahih Bukhari. Kedua kitab hadits sahih ini, Shahih Muslim
dan Shahih Bukhari, biasa disebut dengan Ash-Shahihain.
21
Kedua tokoh hadits ini biasa disebut Asy-Syakhani atau
Asy-Syakhaini, yang berarti dua orang tua, yang maksudnya
dua tokoh ulama ahli hadits. Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang
berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Ia belajar hadits sejak usia 16 tahun,yaitu mulai
tahun 218 H. ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan
negara-negara lainnya.
Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan
Ishak bin Rahawaih; di Ray, ia berguru kepada Muhammad
bin Mahran dan Abu ‘Ansan; di Irak, ia berguru kepada
Imam Ahmad dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz, ia
belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar; di
Mesir, ia berguru kepada ‘Amr bin Sawad, Harmalah bin
Yahya, dan kepada ulama ahli hadits lainnya.
Ia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar
kepada ulama-ulama ahli hadits, dan kunjungannya yang
terakhir pada tahun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang
ke Naisabur, ia sering datang kepadanya untuk berguru,
sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika
terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-
Zihli, ia bergabung dengan Bukhari sehingga hal ini
menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli.
Muslim dalam Shahih-nya maupun dalam kitab lainnya,
22
tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-
Zihli padahal Az-Zihli adalah gurunya. Hal serupa ia
lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits
dalam Shahih-nya, yang diterima dari Bukhari, padahal
Bukhari pun gurunya. Tampaknya menurut Muslim, yang
lebih baik adalah tidak memasukkan hadits-hadits yang
diterima dari kedua gurunya itu ke dalam Shahih-nya,
namun tetap mengakui mereka sebagai guru.
Imam Muslim wafat pada Minggu Sore dan dikebumikan
di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar
Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M
dalam usia 55 tahun.
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit
jumlahnya, di antaranya: Al-Jami’ Ash-Shahih (Shahih Muslim), Al-
Musnad Al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para
rawi hadits), Al-Asma wal-Kuna, Al-Ilal, Al-Aqran, Su’alat Ahmad bin
Hanbal, Al-Intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramin, Man Laisa Lahu illa
Rawin Wahid, Auladish-Shahabah, Auham Al-Muhadditsin.
Di antara karya-karya tersebut, yang termasyhur
adalah Ash-Shahih, yang judul lengkapnya adalah Al-Musnad
Ash-Shahih Al-Mukhtasar min As-Sunan bi Naql Al-‘Adl ‘an Rasul Allah.
Menurut perhitungan M. Fuad ‘Abd Al-Baqi, kitab ini
berisi 3.033 hadits.
23
3. Imam Ath-Thabrani
Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Lakhmiy ath-
Thabrani, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam ath-
Thabrani (seringkali juga disebut Imam Ath-Thabarani)
(bahasa Arab: ى�� lرإن �ب���ام إل�ط ����م adalah seorang imam dan sangat (إ�alim (bahasa Arab: �ه' �����dan tercata sebagai pemuka ,(إل�علامahli hadits. Dia bernama lengkap Abul Qasim Sulaiman
bin Ahmad bin Ayyub Asy-Syami Ath-Thabrani, dan dikenal
sebagai sosok yang produktif, di antara karyanya yang
terkenal dan mendapat apresiasi juga banyak dijadikan
rujukan oleh para ulama adalah Mu'jamul Kabir, Mu'jamul
Ausath, dan Mu'jamush Shaghir
Lahir dan Wafat
Ath-Thabrani lahir di kota Akka pada bulan Safar
tahun 260 H. di tengah keluarga yang terhormat dari
kabilah Lukham suku Yaman dan kemudian berimegrasi ke
Quds, Palestina dan menetap di sana. Dia meninggal di
Isfahan pada tanggal 28 Dzul Qa'dah tahun 360 pada usia
seratus tahun sepuluh bulan; dikebumikan di samping
kubur Hamamah Ad-Dausi, salah seorang sahabat Nabi.
Perjalanan
24
Ath-Thabrani pada tahun 273 H. mulai belajar
hadits, atau pada usianya yang ke-13 tahun, dan pada
tahun 274 H. dia berkelana ke Quds Palestina, juga ke
Syiria dan Qaisariyah untuk menghafal Al-Qur'an dan
memperdalam ilmu agama, dilanjutkan kemudian dengan
mengunjungi Hijaz, Yaman, Mesir, Irak, Iran,
Semenanjung Saudi Arabia, Afganistan, dan lain-lain
dalam rangka mempelajari hadits Nabi, selama kurun
kurang lebih 30 tahun. Selain itu, pada tahun 290 H. ia
mengunjungi Isfahan dan menetap di sana hingga akhir
hayatnya.
Guru dan Murid
Guru :
Hastim bin Mursi Ath-Thabrani, Ahmad bin Mas'ud Al-
Khayyar, Idris bin Ja'far, Yahya bin Abi Ayyub
Al-'Allaq, Ishaq bin Ibrahim Ad-Dabiri, Hafshah bin
Umar, Miqdam bin Dawud Ar-Ru'yani, Ali Al-Baghawi, Amr
bin Tsaur, Ahmad bin Abdillah Al-Lihyani, Ahmad bin
Ibrahim Al-Busri, Abdullah bin Muhammad bin Sa'id bin
Abi Maryam, dan Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Asja'i.
Murid :
25
Ibnu Mandah, Abu Bakar bin Abi Ali, Muhammad bin Ahmad
Al-Jarudi, Ibnu Mardawaih, Abu Sa'id An-Naqqas, Ahmad
bin Abdirrahman Al-Azdi, dan Abu Nu'aim Al-Ashbahani
Karya-karya
Ath-Thabrani memiliki perhatian khusus pada bidang
keilmuan Islam, terlebih dalam bidang hadits; beberapa
karyanya antara lain:
1. Musnadul Asy'ari;
2. Musnadusy Syamiyyin;
3. An-Nawadir;
4. Musnad Abi Hurairah;
5. Musnad 'Aisyah;
6. At-Tafsir;
7. Dalailun Nubuwwah;
8. Ar-Raddu 'alal Mu'tazilah;
9. Ahaditsuz Zuhri 'An Anas;
10. Kitabus Sunnah;
11. Al-Manasik;
12. Manaqibu Ahmad;
13. Kitabul Asyribah;
14. Al-'Ilmu;
15. Ahaditsul Munkadir
'alar Rasul;
16. Hadits Syaiban;
17. Ma'rifatush
Shahabah; dan lain-
lain
26
Selain yang sudah disebutkan, berikut ini adalah tiga
karya besar Ath-Thabrani yang terkenal dan mendapat
banyak apresiasi dari pada ulama:
Mu'jamul Kabir
Terdiri dari dari 12 jilid dan merupakan kitab
hadits yang berbentuk ensiklopedis, tidak hanya
memuat hadits Nabi, melainkan juga memuat beberapa
informasi sejarah; dan secara keseluruhan memuat
60.000 hadits, karenanya, Ibnu Dihyah mengatakan
bahwa Mu'jamul Kabir ini merupakan karya
ensiklopedis hadits terbesar di dunia.
Mu'jamul Ausath
Karya ini terdiri dari 2 jilid besar, memuat
30.000 hadits, baik yang berkualitas shahih, atau
pun yang tidak, disusun berdasarkan nama-nama guru
Ath-Thabrani yang hampir mencapai 2000 orang.
Mu'jamush Shaghir
Karya ini disusun berdasarkan naman guru-guru Ath-
Thabrani, hanya saja untuk setiap nama guru,
hadits yang dicantumkan hanya satu buah,
karenanya, dibandingkan dua Mu'jam sebelumnya,
27
Mu'jamush Shaghir ini merupakan mu'jam yang sangat
singkat dan ringkas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah merupakan proses suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih
luas daripada itu, yakni mengalami
Mengajar lebih identik kepada proses
mengarahkan seseorang agar lebih baik
Rangkuman Materi :
28
1. Seorang muslim dibolehkan merasa iri dalam hal
pertama melihat orang yang mempunyai harta
kemudian menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan
kedua, orang yang mempunyai ilmu kemudian
diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.
2. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan, dari mulai sejak
lahir sampai sebelum masuk kubur
3. Ilmu yang harus dicari adalah ilmu agama dan ilmu
pengetahuan umum yang bermanfaat
4. Kewajiban orang yang memiliki ilmu adalah
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan
mengajarkannya kepada orang lain
B. Saran
Demikianlah makalah dari kami, pembahasan tentang
Kewajiban Belajar dan Mengajar. Dan kami merasa
bahwasanya masih terdapat kekurangan dalam penyajian
makalah kami ini. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
29
Abuddin Nata,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 2002.
Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kririk Hadits. Terj. A.
Yamin. Jakarta: Pustaka Hidayah. 1992.
Nashiruddin al-Albani, Muhammad. Ringkasan Shahih Muslim
Jakarta : Pustaka Azzam. 2003.
Solahudin, Muhammad; Agus Suyadi Ulumul Hadis. Bandung:
Pustaka Setia. 2009.
Umar, Bukhari, M.Ag. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam
Perspektif Hadis. Jakarta : AMZAH Bumi Aksara. Cet 1
2012 Cet 2 2014
Yusuf al-Qardawi, Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,
terj. Abad Badruzzaman, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogya. 2001.
Tambahan :
Add Ins Al-Qur’an dan Terjemahan Microsoft Word 2010
30
Top Related