BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ketahuilah bahwa Allah menciptakan manusia untuk
menjadi makhluk social dan saling tolong-menolong,
artinya manusia membutuhkan sesamanya untuk bertukar
pikirandan berinteraksi dalam mencukupi segala
kebutuhannya. Adapun cara mendapatkan gadai, pinjaman,
sewa-menyewa atau upah mengupah yang dapat menyatukan
manusia dalam komunitas yang tidak terpisah. Jadi jika
manusia hidup secara individual maka ia akan merasakan
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Islam adalah agama yang sempurna (komperhensif) yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik aqidak,
ibadah, akhlak maupun muamalah. Salah satu ajaran yang
penting adalah bidang muamalah. Kitab- kitab islam
tntang muamalah sangat banyak dan berlimpah , jumlahnya
lebih dari seribuan judul buu. Para ulama tidak pernah
mengabaikan kajian dalam-dalam kita fiqih mereka dan
halaqah mereka.
Namun dalam waktu yang panjang, materi muamalah
(ekonomi islam) cendrung diabaikan kaum muslimin,
padahal ajaran muamalah bagian muamalah penting dalam
ajara islam , akibatnya, terjadilah kajian islam parsial
(sepotong-sepotong). Padahal orang-orang beriman
1
diperintahkan untuk memasuki islam secara kaffah
(sempurna). Akibatnya umat islam tertinggal dalam
ekonomi dan banyak kaum muslimin yang melanggar prinsip
ekonomi islamdalam mencari nafkah dengan cara haram dan
batil daik dalam bidang Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn yang
akan kita bahas nanti dan lain-lain. Pembahasan
selanjutnya akan diuraikan dalam pembahasan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Ijarah,’Ariyah, dan Rahn
2. Dalil Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn
3. Syarat Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn
4. Rukun-rukun dalam Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn
1.3 Tujuan Penelitian
Agar kita mengetahui pengertian ijarah ‘Ariyah dan
Rahn dalam kehidupan sehari hari dimana kita sering
melakukannya. Kemudian agar kita mengetahui dalil-dalil
atau landasannya didalam sumber hukum islam, serta
syarat-syarat dan rukun-rukun dalam kegiatan ijarah
‘Ariyah dan Rahn
Mengingat suatu perjanjian dalam bermuamalah bertujuan
memberikan hak kepada manusia mengantisipasi kemiskinan
yang ada dalam masyarakat.
Mempermudah atau membantu kelancaran ekonomi dalam
islam. Menjadi bukti yang tertulis atau terikatnya suatu
hubungan sehingga tidak terjadi permasalahn kelak
dikemudian hari.
2
Member kemaslahatan bagi kedua belah pihak dalam
hubungan bermuamalah. Dan menciptakan suasana yang aman,
nyaman, damai, dan tentram
Agar setiap kegiatan muamalah kita berlangsung harus
sesuai dengan ridha Allah SWT dengan cara mempelajari
syarat dan rukun untuk sahnya kegiatan ijarah, ‘ariyah,
dan rahn. Serta memecahkan berbagai macam masalah-
masalah dalam bidang Ijarah, ‘Ariyah dan Rahn
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ijarah dan ‘Ariyah serta Rahn
A. Ijarah
Idris ahmad dalam bukunya yang berjudul fiqh syafi’i1
berpendapat bahwa ijarah berarti upah mengupah. Hal ini
1 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo Persada JakartaTahun: 2011, hlm 114 mengutip tulisan sulaiman rasyid, fiqihislam, Jakarta: attahiriyah. Tahun 1976 hlm,194
3
terlihat ketika beliau menerangkan rukun dan syarat
upah-mengupah, yaitu mu’jir dan mu’tajir ( yang memberi
upah dan yang menerima upah).
Dalam bahasa arab upah dan sewa disebut ijarah. Al-
ijarah brasal dari kata Al-Ajru yang arti menurut bahasanya
iyalah Al-‘Iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya
adalah ganti atau upah.
Sedangkan menurut istilah Hanafiyah, ijarah adalah“
akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja
dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”2, sedangkan menurut
Malikiyah ijarah adalah”nama bagi akad-akad untuk
memanfaatkan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat
dipindahkan”3
Menurut salah tulisan yang penulis kutip dari ebook,
ijarah itu ada dua tipe yaitu:
1. The contract is executed for a usufruct of a
particular asset (ayn) e.g some one says to the
other: “ I let you this house”, or the contract
is executed of usufruct of an asset describe on
liability e.g I let you camel whose description
is so and so. (kontrak dijalankan untuk hak pakai
hasil dari asset tertentu (ayn) misalnya
seseorang berkata kepada yang lain: “saya
2 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011, hlm 114, mengutip tulisan buku Abd al-Rahman al-Jaziri dalam al fiqh ‘ala madzahib al-Arba’ah.Th 1969 hlm.943 Hendi suhendi, fiqh muamalah , PT. RajaGrafindoPesadaJakarta Tahun 2011, hlm 114 mengutip tulisan sayyidsabiq dalam buku fiqh sunnah, hlm 68
4
membiarkan kepadamu rumah ini”, atau kontrak
dijalankan untuk hak pakai hasil dari asset
dijelaskan pada kewajiban. Misalnya: saya
membiarkan sebuah unta dimana deskripsi untanya
begini-begini (menjelaskan deskripsi dari unta)
2. The contract is executed for a particular work,
e.g. some one says to other:” I hire you to build
me this wall or make me this box, or any other
type of contracting with craftsmen as the
contract is made for the work provided by them,
though the ultimate goal of this contracting is
to acquire the result usufruct , but the subject
of the contract which is composed of the work nd
the usufruct comes as a consequence of it akin
to the case of irrigation (musaqat) contract
where the orchard is the subject of the contract
and the ususfruct of fruits comes as a
result.”(kontrak dijalankan untuk pekerjaan
tertentu, misalnya beberapa orang brkata kepada
yang lain: “saya memperkerjakan anda untuk
membangun tembok ini atau buatkan saya kotak ini,
atau jenis lain dari kontrak dengan pengrajin
sebagai kontrak dibuat untuk pekerjaan yang
disediakan oleh mereka, meskipun tujuan akhir
dari kontrak ini adalah untuk memperoleh para
hak pakai hasil dihasilkan , tetapi dari kontrak
yang terdiri dari pekerjaan dan menikmati hasil
5
datang sebagai konnsekunsiny yaitu mirip dengan
kasus irigasi (musaqat) kontrak dimana kebun
adalah subjek kontrak dan hak pakai hasil buah
buahan datang sebagai hasilnya)4
Contoh ijarah:
1. IMBT
Mmerupakan kependekan dari Ijarah Mumtahiya bit
Tamlik. Pembiayaan IMBT tidak sama dengan IMBT,
begitupun IMBT tidak sama dengan sewa beli, dan tidak
sama pula dengan leasing. Dalam sewa beli, lessee
otomatis jadi pemilik barang di akhir masa sewa. Dalam
IMBT, janji pemindahan kepemilikan di awal akad ijarah
adalah wa’ad (janji) yang hukumnya tidak mengikat. Bila
janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa
ijarah selesai. Sedangkan pada leasing, kepemilikan
lessee tersebut hanya terjadi bila hak opsinya
dilaksanakan oleh lessee. Pada pembiayaan IMBT, bank
sebagai penyedia uang untuk membiayai transaksi
dengan prinsip IMBT paling tidak mempunyai dua pilihan.
Pertama, besarnya angsuran bulanan IMBT yang harus
dibayarkan nasabah kepada bank telah memasukkan komponen
nilai perolehan barang IMBT, sehingga pada akhir masa
ijarah nilai perolehan barang IMBT yang masih
tersisa telah nihil. Dalam hal ini, meskipun secara4 Dr. Abdul sattar abu guddah secretariat general, unifiedsyariah panel dallah al- barakah group.
6
teori fikih dikatakan hukumnya tidak mengikat untuk
memindahkan kepemilikan barang tersebut, namun secara
praktik bisnisnya barang tersebut akan diserahkan
kepemilikannya kepada nasabah. Jadi dalam hal ini
pembiayaan IMBT lebih mirip dengan sewa beli
dibandingkan dengan leasing. Kedua, besarnya angsuran
bulanan IMBT yang harus dibayarkan nasabah kepada
tidak memasukkan komponen nilai perolehan barang IMBT,
sehingga pada akhir masa ijarah nilai perolehan
barang IMBT yang masih tersisa tidak nihil (biasanya
disebut nilai residu). Dalam hal ini, bila nasabah
membayar nilai residu tersebut maka bank akan
memindahkan kepemilikannya pada nasabah. Namun bila
nasabah belum membayar nilai residunya, bank belum
memindahkan kepemilikan tersebut. Jadi dalam hal ini
pembiayaan IMBT lebih mirip dengan leasing
dibandingkan dengan sewa beli.
Pihak lessor dalam leasing hanya bermaksud untuk
membiayai perolehan barang modal oleh lessee, dan
barang tersebut tidak berasal dari pihak lessor, tapi
dari pihak ketiga atau dari pihak lessee sendiri. Pada
sewa beli, lessor bermaksud melakukan semacam
investasi dengan barang yang disewakannya itu dengan
uang sewa sebagai keuntungannya. Karena itu, biasanya
barang tersebut berasal dari milik pemberi sewa sendiri.
Pada IMBT keduanya dapat terjadi, menyediakaan barang
sewa dengan cara menyewa, kemudian menyewakannya
7
kembali. Juga dimungkinkan menyediakan barang sewa
dengan membeli kemudian menyewakannya.
Pada pembiayaan IMBT, bank sebagai penyedia uang
untuk membiayai transaksi dengan prinsip IMBT dapat
saja membiayai penyewaan barang kemudian barang
tersebut disewakan kembali, dan dapat pula membiayai
pembelian barang kemudian barang tersebut disewakan.
Yang jelas pembiayaan IMBT adalah penyediaan uang untuk
membiayai transaksi dengan prinsip IMBT, bukan akad
IMBT itu sendiri. Terakhir, leasing boleh dilakukan
oleh perusahaan pembiayaan sedangkan sewa beli tidak
termasuk kegiatan lembaga pembiayaan. Pembiayaan IMBT
boleh dilakukan oleh bank syariah, sedangkan sewa
beli, leasing, IMBT tidak termasuk kegiatan bank
syariah.
Fatwa MUI tentang IMBT
Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi
al-Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah terlebih
dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual
beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa
Ijarah selesai.
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di
awal akad Ijarah adalah wa'd (ال�وع�د), yang hukumnya tidakmengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka
8
harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan
setelah masa Ijarah selesai.
2. Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah
dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.
Dalam rangka pembiayaan multijasa tersebut, bank
memperoleh ujrah (imbalan jasa). Besarnya ujrah
disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan prosentase.
Dalam praktek di dunia perbankan Islam, akad
ijarah ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. al-Ijarah dan
2. Ijarahmuntahiyahbi al-tamlik.
Akad ijarah (operationalleasing)yaitu akad
pemindahan guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas
barang tersebut. Sedangkan ijarah muntahiyahbi al-tamlik
(financial lease with purchase option) adalah sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang ditangan si penyewa, sifat
kepemilikan inilah yang membedakan dengan ijarah biasa.
9
Bank Islam yang mengoperasikan produk ijarah
dapat melakukan leasing baik dalam bentuk operating
leasing maupun financial lease, akan tetapi pada umumnya
bank Syari’ah lebih banyak menggunakan ijarah
muntahiyahbi al-tamlik, dikarenakan lebih sederhana
dari sisipembukuan, selain itu bank tidak direpotkan
untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat
leasing maupun sesudahnya.5
B. ‘Ariyah
Pinjaman atau ‘ariyah menurut bahasa ialah
pinjaman. sedangkan menurut istilah,’ariyah ada
beberapa; yang pertama menurut Hanafiyah ‘ariyah
adalah memilikan “manfaat secara Cuma-Cuma”6. Menurut
Malilkiyah, ’ariyah ialah “memilikan manfaat dalam
waktu tertentu dengan tanpa imbalan”7. Menurut Syafi’iyah,
’ariyah ialah “kebolehan mengambil manfaat dari seseorang
yang apa yang membebaskanya apa yang mungkin untuk di
manfaatkan serta tetap zat barangnya supaya dapat di kembalikan
kepada pemiliknya”.
5
http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/asas/article/download/155/1166 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011 hlm 91 mengutip buku Abd al-Rahman al-Jaziri dalam al fiqh ‘ala madzahib al- Arba’ah.Th 1969 hlm.2707 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 91 mengutip buku Abd al-Rahman al-Jaziridalam al fiqh ‘ala madzahib al-Arha’ah.Th 1969 hlm.270
10
Para fuqaha mendefenisikan ‘ariyah sebagai; pembolehan
oleh pemilik akan miliknya untuk dimanfaatkan oleh orang
lain dengan tanpa ganti (imbalan).8
C. Rahn
Menurut bahasanya, (dalam bahasa arab) rahn adalah:
tetap dan lestari, seperti juga dinamai Al-Habsu,
artinya: penahanan. Seperti dikatakan : “Ni’matun Rahinah”,
artinya karunia yang tetap dan lestari. Dan untuk yang
kedua (al-habsu), firman Allah SWT :
“tiap –tiap pribadi terikat (tertahan) dengan atas apa
yang diperbuatnya”. (Q.S:74: ayat 38)
Adapun dalam pengertian syara’, ia berarti: menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan
syara’ sebagai jaminan hutang, sehingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa
mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. Demikian
menurut yang didefenisikan para ulama.9
Menurut prof. Dr. Hendi Suhendi mengutip dalam buku
Ahmad Azhar Basyir, berjudul: riba, hutang-piutang dan gadai.
Gadai (rahn) ialah menjadikan suatu benda bernilai
menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan hutang,
dengan adanya benda yang menjadi tanggungan ini seluruh
atau sebagian hutang dapat diterima.10
8 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 13 (terjemahan), cetakanke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung1996 hlm 679 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 12 (terjemahan), cetakanke 11, PT. Al-Ma’rifah Bandung 1997 hlm 13910 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011,hlm 107
11
2.2 Dalil Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn
A. Ijarah
Sewa-menyewa disyariatkan berdasarkan alquran dan
sunnah dan ijma adalah sebagai berikut
Landasan Al-Qur’an
“apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-Mu kami
telah menentukan antara penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian
mereka yang lain bebrapa derajat, agar sebagian mereka
dapat mempergunakan yang lain. Da rahmat tuhan-Mu lebih
baik dari pada apa yang mereka kumpulkan”. (Q.S: 43 ayat
32)
Dan juga terdapat pada Q.S: 2 ayat 233 dan Q.S: 28
ayat 26,27 al-thalaq: 6.11
Landasan sunnah
1. Al-bukhari meriwayatkan, bahwa nabi saw, pernah
menyewa seseorang dari bani ad diil12) bernama
Abdullah bin Al-Uraiqith. Orang ini penunjuk jalan
yang professional.
2. Diriwayatkan oleh ibnu majah, bahwa nabi saw,
bersabda: “berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum
keringatnya kering”.
3. Al-bukhari dan muslim meriwayatkan dari ibnu abbas,
bahwa nabi saw., bersabda: “berbekamlah kamu, kemudian
berikanlah olehmu upahnya kepad tukang bekam itu”
11 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 11612 Suatu cabang dari kabilah ‘abdu qais
12
Landasan ijma’
Landasan ijma ialah semua umat bersepakat , tidak ada
seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’)
ini, sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang
berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap.13
Contoh Ijarah dalam kehidupan sehari-hari:
Upah perbuatan taat
Ijarah dalam perbuatan taat seperti menyewa orang lain
untuk shalat, atau puasa, atau mengerjakan haji, atau
membaca al-qur’an yang pahalanya dihadiahkan kepada
orang yang menyewa, atau untuk azan, atau untuk menjadi
imam mansuia atau hal-hal lainnya yang serupa itu, tidak
dibolehkan, dan hukumnya haram mengambil upah)14
tersebut, berdalilkan kepada sabda rasul yang berbunyi:
“Bacalah olehmu alquran dan jangan kamu cari makan
dengan jalan itu”.
Dan sabda rasul kepada amru bin ash:
“jika kamu mengankat orang menjadi imamatau mu,azzin
maka janganlah kau pungut dari azan sesuatu upah”.
B. ‘Ariyah
Adapun landasan hukumnya dalam al-quran ialah
13 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 117 mengutip dalam buku Sayyid sabiq,fiqh sunnah jilid 13, cetakan ke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung 1996, hlm18.14 Mazhab Hanafi
13
1. “Dan tolong-menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan
dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong untuk
berbuat dosa dan permusuhan (al-maidah ayat 2)
2. “Sesungguhnya allah memerintahkan kamu agar
menyampaikan amanat kepada orang yang berhak
menerimanya”. (al-nisa: 58). 15
Sebagaimana halnya bidang-bidang lain, selain dari al-
quran, landasan hukum yang kedua ialah al-hadist. Dalam
landasan ini, ‘ariyah dinyatakan sebagai berikut:
1. “Sampaikanlah amanat orang yang meberikan amanat kepadamu
dan janganlah kamu khianat sekalipun dia khianat kepadamu”
(dikeluarkan oleh Abu Daud)
2. “Barang pinjaman adalah benda yang wajib dikembalikan”
(riwayat Abu Daud)
3. “Pinjaman yang berkhianat tidak diwajibkan mengganti kerugian
dan orang yang menerima titipan tidak berkewajioban menganti
kerugian”(riwayat Daruquthni).
4. “Orang kaya yang memperlambat (melalaikan) kewajiban membayar
hutang adalah zalim (berbuat aniaya)”. (riwayat Bukhari dan
Muslim). 16
C. Rahn
15 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 9316 hendi suhendi, fiqh muamalah, PT. RajaGrafindoPesadaJakarta Tahun 2011 hlm 93
14
Sebagai referensi atau landasan hukum pinjam-meminjam
dengan jaminan (borg) adalah firman Allah sebagai
berikut:
“apabila kamu dalam perjalanan dan tidak ada orang
yang menuliskan utang, maka hendaklah dengan rungguhan
yang diterima ketika itu.”(al-baqarah 283)
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu
Majah, dari Anas r.a, ia berkata:
“Rasulullah saw. merungguhkan baju besi kepada seorang yahudi di
Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang yahudi.”
Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa agama islam
tidak membeda-bedakan antara oarng muslim dan non muslim
dalam bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib
membayar utangnya sekalipun kepada non muslim.17
2.3 Syarat-syarat Ijarah,’Ariyah, dan Rahn
A. Ijarah
Menurut yang penulis kutip dari tulisan Sayyid Sabiq
dalam buku fiqh sunnah jilid 13 yaitu:
1. Kerelaan pihak yang melakukan akad berdalilkan
kepada firman Allah: (Q.S: 4 ayat 29)
17 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 107
15
mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang
diakadkan, sehingga mencegah terjadinya
perselisihan. 18
Dengan jalan menyaksikan barang itu sendiri, atau
kejelasan sifat-sifat jika dapat hal ini dilakukan,
menjelaskan masa sewa; seperti sebulan atau setahun atau
lebih atau kurang, serta menjelaskan pekerjaan yang
diharapkan.
2. hendaklah barang yang menjadi objek transaksi
(akad) dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut
criteria, realita dan syara’.
Sebagian diantara para ulama ahli fiqih ada yang
membebankan persyaratan ini, untuk itu ia berpendapat,
bahwa menyewakan barang yang tidak dapat dibagi-tanpa
dalam keadaan yang lengkap-hukumnya tidak boleh, sebab
manfaat kegunaannya tidak dapat ditentukan. Pendapat ini
adalah pendapat mazhab Abu Hanifah dan sekelompok para
ulama. Akan tetapi jumhur ulama mengatakan:
“Bahwa menyewa barang yang tidak dapat dibagi dalam
keadaan utuh secara mutlak: diperbolehkan, apakah dari
kelengkapan aslinya atau bukan. Sebab barang yang dalam
keadaan tidak lengakap itu termasuk juga dapat
dimanfaatkan dan penyerahannya dalap dilakukan dengan
mempretelinya atau dengan cara mempersiapkannya untuk
kegunaan tertentu, sebagaimana hal ini juga diperbolekan
dalam transaksi jual beli.
18 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 13 (terjemahan), cetakanke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung1996 hlm 21
16
Dan transaksi sewa-menyewa itu sendiri adalah salah
satu diantara kedua jenis transaksi jual beli. Dan
apabila manfaat (barang yang dipreteli itu) masih belum
jelas kegunaannya, maka transaksi sewa-menyewanya tidak
sah alias batal.
3. Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut
kegunaan (manfaatnya)
Maka tidak sah penyewaan binatang yang buron dan tidak
sah pula binatang yang lumpuh, karena tidak dapat
diserahkan. Begitu juga tanah pertanian yang tandus dan
untuk pengangkutan yang lumpuh, karena tidak
mendatangkan kegunaan yang menjadi objek dari akad ini.
4. Bahwa manfaat, adalah hal yang mubah, bukan yang
diharamkan.
Maka tidak sah sewa-menyewa dalam hal maksiat, karena
maksiat wajib ditinggalkan. Orang yang menyewa seseorang
untuk membunuh seseorang secara aniaya, atau menyewakan
rumahnya kepada orang yang menjual khamar atau untuk
digunakan tempat main judi atau dijadikan gereja, maka
menjadi ijarah fasid. Demikian juga member upah kepada
tukang ramal dan tukang hitung-hitung dan semua
pemberian dlam rangka peramalan19) dan perhitungan-
perhitungan20), karena upah yang ia berikan adalah
19 Orang yang meramalkan berita-berita yang bakal terjadidimasa datang dan ia mengakui rahasia-rahasia.20 Adalah orang yang mengakui bahwa dirinya mengetahuibarang-barang yang dicuri dan mengetahui di mana barangyang hilang berada.
17
penggantian dari hal yang haram dan termasuk kedalam
kategori memakan uang manusia yang batil.
Tidak sah pula ijarah puasa dan sholat, karena ini
termasuk fardhu ’ain yang wajib dikerjakan oleh orang
yang terkena kewajiban.
5. Bahwa imbalan itu harus berbentuk harta yang
mempunyai nilai jelas diketahui, baik dengan
menyaksikan atau dengan menginformasikan cirri-
cirinya. 21
B. ‘Ariyah
Syarat- syarat ;ariyah menurut yang kami kutip dalam
buku fikih sunnah Sayyid Sabiq yaitu:
1. Bahwa orang yang meminjamkan adalah pemilik yang
berhak untuk menyerahkannya.
2. Bahwa materi yang dipinjamkan dapat dimanfaatkan
3. Bahwa pemanfaatan itu dibolehkan22
C. Rahn
Menurut dalam buku fikih sunnah Sayyid Sabiq syarat-
syarat rahn yaitu:
1. Berakal
2. Baligh
3. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada
pada saat akad sekalipun tidak satu jenis.
21 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 13 (terjemahan), cetakanke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung1996 hlm 21-2522 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 13 (terjemahan), cetakanke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung1996 hlm 67-68
18
4. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang
menerima gadian ( murtahin) atau wakilnya23
Asy syafi’i mengatakan: “Allah tidak menjadikan hukum
kecuali dengan borg berkriteria jelas dalam serah
terima. Jika criteria tidak berbeda (dengan aslinya)
maka wajib tidak ada keputusan.”
Mazhab Maliki berpendapat: gadai wajib dengan akad
(setelah akad) orang yang menggadaikan (rahin) dipaksa
untuk menyerahkan bprg untuk dipegang oleh yang memegang
gadaian (murtahin). Jika borg sudah berada di tangan
pemegang gadaian (murtahin), orang yang menggadaikan
(rahin) mempunyai hak memanfaatkan, berbeda dengan
pendapat imam asy syafi’i yang mengatakan: hak
memanfaatkan berlaku selama tidak merugikan/
membahayakan pemegang gadaian (murtahin).
2.4 Rukun Ijarah, ‘Ariyah, dan Rahn
A. Rukun-rukun ijarah
Rukun-rukunya adalah sebagai berikut:
1. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan
akad sewa-menyewa atau upah-mengupah. Mu’jir adalah
yang memberikan upah dan yang menyewakan, musta’jir
adalah orang yang menerima upah untuk melakukan
sesuatu dan yang menyewa sesuatu.
2. Shigat ijab Kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab
Kabul sewa-menyewa dan upah-mengupahnya.
23 Sayyid sabiq, fiqh sunnah jilid 13 (terjemahan), cetakanke 6, PT. Al-Ma’rifah bandung1996 hlm 141
19
3. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua
belah pihak,baik dalam sewa-menyewa maupun da;am
upah-mengupah.
4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan
dalam upah-mengupah. 24
B. Rukun-rukun ‘Ariyah
Menurut syafi’iyah,25 rukun ‘ariyah adalah
sebagai berikut
1. Kalimat mengutangkan (lafadz), seperti seorang
berkata,”saya utangkan benda ini kepada kamu” dan yang
menerima berkata. ”Saya mengaku berutang benda anu kepada
kamu”
2. Mu’ir yaitu orang yang mengutangkan-berpiutang dan
musta’ir yaitu orang yang menerima hutang
3. Benda yang dihutangkan26
C. Rukun-rukun Rahn
Adalah sebagai berikut:
1. Akad ijab dan Kabul
2. Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang
menerima gadai (murtahin).
3. Barang yang dijadikan jaminan (borg)
24 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 11725 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 95 mengutip tulisan Abd Al-Rahman Al-jaziri,dalam; al-Fiqh ‘ala madzahib al-arba’ah,ttp tp. Th.1969, hlm 27226 Hendi Suhendi, fiqh muamalah PT.RajaGrafindo PersadaJakarta Tahun: 2011hlm 95
20
4. Adanya hutang. 27
BAB III
27 Hendi suhendi, fiqh muamalah, PT. RajaGrafindo PesadaJakartaTahun 2011 hlm 107-108
21
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ijarah adalah upah dan sewa disebut ijarah. Al-ijarah
brasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya
iyalah al-‘iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya
adalah ganti atau upah.
‘Ariyah adalah pembolehan oleh pemilik akan miliknya
untuk dimanfaatkan oleh orang lain dengan tanpa ganti
(imbalan)
Rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai
harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan hutang,
sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang
atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu
Dalil ijarah salah satunya terdapat dalam alquran Q.S:
Q.S: 2 ayat 233 dan Q.S: 28 ayat 26,27, Al-thalaq: 6,
Q.S: 43 ayat 32. ‘Ariyah Al-maidah ayat 2, Al-nisa: 58.
Dan Rahn Al-baqarah 283. Dalil ‘ariyah terdapat dan
surat al-maidah ayat 2, dan al-nisa: 58. kemudian dalil
Rahn al-baqarah 283
Syarat Ijarah berdasarkan Q.S: 4 ayat 29, dan
mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang
diakadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan.
Dan hendaklah barang yang menjadi objek transaksi (akad)
dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut criteria, realita
dan syara’. Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan
22
berikut kegunaan(manfaatnya). Kemudian bahwa manfaat,
adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan.
Syarat ‘Ariyah : Bahwa orang yang meminjamkan adalah
pemilik yang berhak untuk menyerahkannya. Dan materi
yang dipinjamkan dapat dimanfaatkan, serta pemanfaatan
itu dibolehkan
Syarat rahn: Berakal, baligh, bahwa barang yang
dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad
sekalipun tidak satu jenis. Kemudian ahwa barang
tersebut dipegang oleh orang yang menerima
gadian( murtahin) atau wakilnya
Rukun ijarah yaitu: adanya Mu’jir dan musta’jir,
adanya Shigat ijab Kabul antara mu’jir dan musta’jir,
adanya ujrah, adanya Barang yang disewakan atau sesuatu
yang dikerjakan dalam upah-mengupah.
Rukun ‘Ariyah : adanya lafadz, adanya mu’ir dan
musta’ir, kemudian adanya barang yang dihutangkan.
Rukun rahn: adanya Akad ijab dan Kabul, adanya Aqid,
adanya barang yang dijadikan jaminan (borg)
3.2 Saran
Semoga dengan selesinya makalah ini, maka penyusun
mengharapkan respon dari para teman-teman mahasiswa
ataupun dari dosen dan saran konstrukstif dari siapapun
datangnya, demi perbaikan makalah ini. semoga makalah
ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun
sendiri, umumnya para pembaca lainnya. Amin ya rabbal
‘alamin
23
DAFTAR PUSTAKA
Sayyiq sabiq. Fikih sunnah jilid 13 (terjemahan) cet.6,
Bandung: Al-Ma’rifah tahun 1996
Sayyiq sabiq. Fikih sunnah jilid 12(terjemahan) cet.11,
Bandung: Al-Ma’rifah tahun 1997
Prof. Dr. H. Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah Ed.1, cet.7.
Jakarta: Rajawali Press tahun 2011Dr. Abdul sattar abu guddah secretariat general, unified
syariah panel dallah al- barakah group.
(http://www.albaraka.com/)http://ejournal.iainradenintan.ac.id/
25
Top Related