BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
gangguan pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(Rampengan, 2008). Demam Thypoid atau tifus abdominalis adalah
pemyakit infesi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran
(Suriyadi & Yiliani 2010).
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari dan
gangguan pada saluran cerna. Demam Thypoid dikenal dengan nama tipes
atau thypus oleh masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella
Typhi dan hanya didapatkan pada manusia saja. Penularan penyakit ini
hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri (Papantungan & Rombot, 2016).
Menurut Ranuh (2013) demam tifoid adalah penyakit infeksi yang
lazim didapatkan di daerah tropis dan subtropis dan sangat erat kaitannya
dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat. Penularan penyakit ini
lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di negara
yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air
minum bersih belum terpenuhi.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Demam merupakan perubahan berupa naiknya titik
pengaturan, sedangkan terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mengganggu mekanisme kehilangan panas (Perry &
Potter, 2010)
B. Etiologi
Penyakit ini desebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa/Eber
Thella Typhosa yang merupakan kumam gram negatif, motil dan tidak
menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang lebih rendah, seta dapat mati pada suhu tubuh
70o
C ataun dengan antiseptic. Kuman Salmonella Thypi diketahui bahwa
hanya menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam
antigen yaitu :
a. Antigen O = ohne hauch = antigen somatik (tidak menyebar). Titer
antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti suspek demam
thypoid kecuali pasien yang telah mendapat vaksinasi dan jika Titer
antigen O diatas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap demam thypoid.
b. Antigen H = hauch (menyebar), terdapat pada flagela dan bersifat
termolabil. Titer antigen H 1/40 berarti suspek terhadap demam thypoid
kecuali pada pasien yang divaksinasi jauh lebih tinggi.Titer antigen
diatas 1/80 memberi indikasi adanya demam thypoid.
c. Antigen V1 = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tesebut di dalam tubuh manusia disebut
agglutinin. Dari ketiga agglutinin tersebut hanya aglutin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
pasien menderita thypoid (Rampengan, 2008)
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi siskemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur
endothelial atau endokardinal dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit monoklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s pacth (IDAI, 2015).
Nirmala (2017) berpendapat penyakit demam thypoid merupakan
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi,
sedangkan faktor yang menyebabkan adalah kebersihan lingkungan yang
kurang bersih, personal hygiene dan dekat dengan rumah pemotongan
hewan yang masih kurang bagus karena masih banyak lalat yang dijumpai
dan banyak dijumpai kotoran hewan yang berserakan dijalan yang
membawa penyakit.
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita masih
mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam
ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier
sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang
menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal
(intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan
yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenis
intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
Ranuh (2013) berpendapat penyakit demam tifoid mudah menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga.
Sumber utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau
makanan yang tercemar kuman salmonella secara langsung maupun tidak
langsung yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan
perorangan. Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam
makanan) dengan air yang tercemar akan mempermudah penularan demam
tifoid apabila tidak dimasak dengan baik. Demikian juga apabila penyakit
demam tifoid tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai
komlpikasi.
Menurut Suratun & Lusianah (2010) etiologi dari demam tifoid
disebabkan oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A, Paratyphi B,
and Paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil gram negatif, berflagel
dan tidak berspora, anaerob fakultatif masuk ke dalam
keluargaenterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan lebar 0.5-0.7 um,
berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik
pada suhu 37°C dan dapat hidup pada air steilyang beku dan dingin, air
tanah, air laut dan debu selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-
bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasit hanya pada
tubuh manusi. Dapat dimatikan pada suhu 60°C selama 15 menit. Hidup
subur pada medium yang mengandung garam empedu. S typhi memiliki 3
macam antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H
(flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan
berbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C. Manifestasi klinis
a. Nyeri pada kepala, lemah dan lesu.
b. Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu
pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh
meningkat pada sore dan malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, pada minggu ketiga suhu
berangsur angsur turun dan kembali normal.
c. Gangguan pada saluran cerna: halitosis, bibir kering, dan pecah-pecah,
lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual,
tidak napsu makan, hepatomegaly, splenomegali yang disertai nyeri
pada perabaan.
d. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran.
e. Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam
kapiler kulit.
f. Epitaksis: perdarahan pada hidung yang terjadi akibat sebab local atau
sebab umum atau kelainan siskemik(Suriyadi & Yuliani, 2010)
Menurut (Nugrahajati, 2012) gejala-gejala klinis dari demam thypoid
yaitu:
a. Demam lebih dari satu minggu, biasanya dema lebih dari seminggu,
demam terjadi pada malam hari, sedangkan siang hari terlihat segar.
Selama demam tinggi, penderita sering mengigau, ingatannya menurun,
dan sulit berfikir.
b. Tidak bisa buang air besar atau sembelit selama beberapa hari. Namun
bisa juga sebaliknya, yaitu diare. Intinya system pencernaan akan
sangat terganggu.
c. Lidah terasa pahit. Lidah bagian tengah berwarna putih susu dan
pinggirnya merah. Pada anak-anak, cenderung ingin makan makanan
yang asam atau pedas.
d. Sakit perut(nyeri), lemas, dan pusing akibat demam yang tinggi. Sakit
perut disebabkan oleh pembengkakan hati atau limpa.
e. Selalu ingin tidur. Jika duduk atau berdiri maka akan terasa mual lalu
muntah. Hal ini terjadi karena bakteri salmonella berkembang biak di
hati dan limpa. Disitu akan terjadi pembengkakan yang menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Rasa mual yang berlebih akan
memicu makanan tidak bisa masuk secara sempurna dan akan keluar
lagi(muntah).
f. Hilangnya nafsu makan yang mengakibatkan badan lemas dan berat
badan turun.
g. Pingsan. Penderita umumnya lebih nyaman berbaring tanpa banyak
bergerak. Namun jika kondisi sudah parah, sering terjadi gangguan
kesadaran.
h. Otot terasa nyeri.
i. Batuk dan peradangan pada cabang tenggorokan.
j. Timbul bercak merah dadu di daerah dada dan perut.
Awal gejala thypus sama dengan gejala flu, bedanya demam thypus
hanya muncul malam hari, tidak disertai batuk pilek, demam tidak kunjung
turun, disertai sakit kepala hebat, perut tidak enak, dan sembelit selama
beberapa hari. Pada parathypus(thypus ringan) penderita sesekali
mengalami buang-buang air, lidah tampak berselaput susu dengan bagian
pinggir merah terang, bibir kering, kondisi fisik sangat lemah, dan terlihat
kesakitan. Jika kondisi sudah sangat parah, maka akan timbuh gejala
penyakit kuning yang akan disebabkan oleh pembengkakan organ hati.
Komplikasi thypus biasanya terjadi pada minggu kedua penderita
mengalami demam. Gejalanya, suhu tubuh mendadak turun dan
beranggapan bahwa sakitnya sudah mulai sembuh, namun denyut nadi
meninggi, perut menjadi mulas melilit dan enderita tampak sangat
kesakitan.
C. Patofisiologi
Patofisiologi demam thypoid menurut padila (2013) yaitu, demam
thypoid timbul akibat dari bakteri salmonella thypi yang masuk kedalam
tubuh manusia melalui mulut. Bakteri ini dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu: food (makanan), fingers (jari
tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan
muntah pada penderita demam thypoid dapat menularkan kuman
Salmonella Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat hinggap di makanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Jika orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman Salmonella Thypi masuk ke tubuh seseorang yang
sehat melalui mulut. Kuman akan masuk ke jaringan limpoid dan akan
berkambang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial.
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepas kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan
gejala toksomia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia, akan
tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada demam
thypoid. Endotoksemia berperan pada demam thypoid karena membantu
proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena
Salmonella Thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan
zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Wijaya & Putri (2013) menyatakan bahwa patogenesis (tata cara
masuknya kuman thypoid ke dalam tubuh) pada penyakit thypoid dibagi
dua bagian yaitu:
a. Menembus dinding usus masuk kedalam darah kemudian dipatogenesis
oleh kuman RES (Reticulo Endothelial System) dalam hepar dan lien,
disitulah kuman berkembangbiak dan masuk kedalam darah lagi dan
menimbulkan infeksi di usus lagi.
b. Basil melalui tonsil secara lymphogen dan heamophogen masuk ke
dalam hepar dan lien kecil, basil mengeluarkan toksin, toksin inilah
yang menimbulkan gejala klinis.
D. PATHWAY
Bakteri salmonella thypi dan salmonella parathypi
Proses makan dan minum
Masuk ketubuh orang sehat melalui
mulut
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
Masuk kedalam lambung
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Pemeriksaan dapat ditemukan leukopenia, dapat pula leukositosis
atau kadar leukosit normal untuk bayi/anak 9.000-12.000/mm3.
Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan Uji Widal
Nyeri akut
Jaringan limfoid Kuman mati
Sebagian besar masuk kedalam usus halus
Proses peradangan
Pelepasan endotoksin Berkembang biak di usus halus Mual muntah
anoreksia
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Menyerang vulli usus halus
Kuman masuk keperedaran darah
Mencapai sel-sel retikuloendotelial
Melepaskan kuman keperedaran darah
Masuk ke limpa, lambung, empedu
Minggu 1 akan
terjadi hiperplasi Minggu 2 terjadi
nekrosi
Minggu 2 terjadi
ulserasi perforasi
Minggu akan
terjadi hiperplasi
Hospitalisasi
Hipertermi
Nyeri akut Tahap penyembuhan dengan menimbul
kansikatrik
Nyeri otot
Intoleransi aktivitas
Cemas
Gambar 2.1 Pathway Demam Thypoid Fever menurut Wulandari & Erawati (2016)
Uji widal adalah pemeriksaan darah yang bertujuan untuk
mendapatkan zat anti kuman thypus. Widal positif jika titer O 1/200
atau lebih dan menunjukkan kenaikan yang progresif. Uji widal
dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella thypi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutin dalam penderita Thypoid Fever. Akibat adanya infeksi oleh
salmonella thypy maka penderita membuat antibodi (aglitin).
3. Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama, kultur urin: bisa
positif pada akhir minggu kedua, kultur feses: bisa positif dari minggu
kedua hingga minggu ke tiga.
4. Anti Salmonella Thypi IgM (Imunoglobin)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella thypi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan
4 terjadinya demam (Nurarif & Kusuma, 2015)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit typhoid fever menurut Dewi & Meira (2016)
dibagi tiga yaitu :
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring atau perawatan professional bertujuan untuk
mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya
ditempat seperti makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan
buang air besar akan membantu dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan demam thypoid perlu sekali dijaga kebersihan tempat
tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu
diawasi untuk mencegah dikubitus dan pneumonia ortostatik serta
hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses
penyembuhan penyakit typhoid fever karena makanan yang kurang
akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin
menurun dan proses penyembuhan akan menjadi lama, dimasa
lampau penderita typhoid diberi bubur, kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi, perubahan diet
pasien tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien.
Pemberian bubur diberikan untuk menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.
3. Pemberian antibiotic: antimikroba, antipiretik seperlunya, vitamin
B dan vitamin C
H. Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan
1. Komplikasi
Ranuh (2013) berpendapat komplikasi yang dapat muncul
akibat demam tifoid yang tidak segera ditangani adalah dapat
terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 – 3%
yang terjadi setelah minggu pertama sakit. Komplikasi tersebut
dapat ditengarai apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak
turun dan kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan
lokasinya dengan jelas, yaitu di daerah distal ileum disertai dengan
nyeri perut, muntah-muntah dan adanya gejala peritonitis yang
dapat berlanjut menjadi sepsis, komplikasi lain yaitu pneumonia
dan bronchitis. Komplikasi ini ditemukan sekitar 10% pada anak-
anak. Komplikasi lain yang lebih berat dengan akibat fatal adalah
apabila mengenai jantung (myocarditis) dengan arrhytmiasis, blok
sinoarterial, perubahan ST-T pada elektrokardiogram atau
cardiogenic shock. Prognosa tergantung dari pengobatan yang tepat
dan cepat.
Menurut Rampengan (2008) komplikasi typhoid fever dapat
dibagi atas dua bagian:
a. Komplikasi pada usus halus
1) Perdarahan
Perdarahan pada kasus thypoid ini lebih jarang terjadi pada
anak. Diagnosis dapat ditegakkan dengan: penurunan tekanan
darah, denyut nadi bertambah cepat dan kecil, kulit pucat
penurunan suhu tubuh, mengeluh nyeri perut, sangat iretebal,
darah tepi sering diikuti peningkatan hitung leukosit dalam
waktu singkat.
2) Perforasi usus
Perforasi usus ini sering terjadi pada minggu ketiga serta
lokasi yang paling sering dilaporkan ileum terminalis. Angka
kejadian bevariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya tanda dan gejala klinis pemeriksaan
radiologis.
3) Peritonitis
Peritonitis pada umumnya mempunyai tanda dan gejala
sering didapatkan, penderita mendadak kesakitan didaerah perut,
perut kembung, tekanan darah menurun, suara bising usus
melemah dan pekak hati berkurang.
b. Komplikasi diluar usus halus
1) Bronchitis dan bronkopnemonia
Bronkus terjadi pada akhir minggu pertama perjalanan
penyakit. Kasus demam tifoid yang berat, bila disertai
infeksi sekunder dapat terjadi bronkopnemonia. Angka
kejadian bervariasi 2,5-7 %.
2) Kolesistitis
Kolesistitis jarang terjadi pada anak dan biasanya
terjadi pada akhir minggu kedua dengan gejala dan tanda
klinis yang tidak khas. Angka kejadian pada anak berkisar
antara 0-2 %. Bila terjadi kolesistitis penderita cenderung
menjadi seorang karier.
3) Ensefalopati.
Ensefalopati merupakan komplikasi typhoid fever
dengan gejala dan tanda klinis sebagai berikut: kesadaran
menurun, kejang, muntah, demam tinggi dan pemeriksaan
cairan otak masih dalam batas normal. Angka kejadian yang
dilaporkan berkisar 0,3 - 9,1 %. Bila disertai kejang-kejang,
proknosis biasanya jelek dan bila sembuh sering ditakuti
oleh gejala sisa sesuai dengan lokasi terkena.
4) Meningitis
Meningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau
spesies salmonella lain yang lebih sering didapatkan pada
neonates ataupun bayi dibanding pada anak dengan gejala
klinis sering tidak jelas sehingga diagnosis sering terlambat.
Penyebabnya adalah Salmonella Havana dan Salmonella
oranerburg. Gejala klinisnya antara lain: bayi tidak mau
menetek, kejang, latergi, sianosis, panas, diare, kelainan
neurologis seperti opisthotonus, fontanella cembung, reflek
memegang menurun, reflex menghisap menurun.
5) Miokarditis
Komplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan
serta gambatan klinisnya tidak khas. Insidennya pada anak
umur 7 tahun keatas serta sering terjadi pada minggu kedua
dan ketiga.
2. Prognosis
Prognosis pada pasien demam thypoid tergantung ketepatan
terapi, usia, keadaan kesehatan pasien sebelumnya, dan ada
tidaknya komplikasi. Di negara maju dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas kurang dari 1%. Di negara berkembang,
angka morbalitasnya lebih dari 10%, biasanya karena
keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya
komplikasi mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S.
ser. Typhi kurang lebih 3 bulan setelah infeksi umumnya menjadi
karier kronis. Resiko menjadi karier pada anak-anak rendah dan
meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh
pasien demam tifoid. Insidens penyakit truktus biliaris lebih tinggi
pada karier kronis dibandingkan dengan populasi umum. Karier
urin kronis juga dapat terjadi, hal ini jarang dan dijumpai terutama
pada individu dengan skistosomiasis (IDAI, 2015).
1. Pencegahan
Pencegahan pada demam thypoid secara umum untuk
memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella Thypi, maka
setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Salmonella thypi akan mati di dalam
air apabila dipanasi setinggi 57oC untuk beberapa menit atau
dengan proses iodinasi/klorinasi. Masak makanan sampai suhu
57oC beberapa menit dan merata juga agar kuman salmonella thypi
mati. Penurunan edemisitas suatu negara/daerah tergantung pada
baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan
sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.
Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian thypoid
fever (IDAI, 2015).
Menurut pendapat (Nugrahajati, 2012) untuk mencegah
demam thypoid ini, kebersihan dan higienitas menjadi syarat
mutlak yang harus dipenuhi. Sebelum terlambat, alangkah baiknya
melakukan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari.
b. Hindari jajanan yang kurang bersih.
c. Konsumsi makanan dan minuman yang sudah dikonsumsi.
d. Lindungi makanan dari lalat, kecoa, dan tikus.
e. Selalu cuci tangan dengan air mengalir dan sabunsetelah
beraktifitas (terutama setelah dari toilet)
f. Jangan membuang sampah sembarangan sehingga akan
mengundang lalat.
g. Jika dirumah banayak lalat basmi dengan tuntas.
h. Buat sanitasi dan toilet yang higienis.
i. Temukan dan awasi pembawa virus thypus.
j. Berikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai
bahaya thypus.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut:
a. Identitas
b. Riwayat Sesehatan Sekarang
Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan
utama pasien, sehingga dapat ditegakan prioritas masalah
keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau
penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit sistem
pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit demam tifoid.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Konjungtiva anemis, kondisi lidah khas (selaput putih kotor,
ujung dan tepi lidah berwarna kemerahan), napas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah, dan hidung-hidung terjadi
epistaksis.
3) Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, dan
nyeri tekan.
4) Sirkulasi bradikardi dan gangguan kesadaran.
5) Terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit punggung dan
ekstremitas
e. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakan diagnosis penyakit demam tifoid, perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan
pemeriksaan sebagai berikut:
1) Darah tepi
a) Terdapat gambaran leucopenia
b) Limfositosis retalif
c) Emeosinofila pada permulaan sakit
d) Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan
penyakit secara tepat.
2) Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila
titer lebih dari 1/80, 1/160 dan seterusnya, maka hal ini
menunjukan bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin berat
penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Herdman (2015) Diagnosa yang lazim muncul pada pasien anak
dengan demam thypoid adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Anak yang mengalami demam thypoid akan merasakan
nyeri pada perutnya karena gangguan pencernaan sehingga
bisa timbul masalah keperawatan nyeri akut.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Otak terjadi perubahan keseimbangan ion kalium dan
natrium sehingga banyak melepas muatan listrik yang
mengakibatkan proses terjadinya penyakit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
Anak yang mengalami penyakit pencernaan akan
mengalami ketidakseimbangan nutrisi karena tidak mampu
untuk mencerna makanan dengan baik.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
Anak yang mengalami demam thypoid akan dianjurkan
untuk betres agar tidak terjadi komplikasi.
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Anak yang mengalami kejang demam di rawat inap di
rumah sakit anak takut dengan prosedur medis seperti jarum
suntik, obat-obatan, takut dengan perawat sehingga anak
mengalami hospitalisasi maka timbul masalah keperwatan
ansietas.
3. Nursing Care Plan
Tabel 2.1. Diagnosa Keperawatan No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b.d
proses peradangan
NOC
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan
selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien mampu
mengontrol nyeri dengan
kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan.
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri.
3. Mampu menggali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri.
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
NIC
Pain manajement
1. Lakukan pengkajian nyeri
secarakomprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Kurangi factor presipitasi
nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
5. Kolaborasi analgetik
untuk mengurangi nyeri
jika perlu.
1. Respon nyeri sangat
individual sehingga
penanganannya pun
berbeda untuk
masing-masing
individu.
2. Mengetahui tingkat
kenyamanan
3. Meningkatkan
kenyamanan.
4. Teknik non
farmakologi seperti
Tarik nafas dalam
untuk mengurangi
nyeri dari
meningkatkan
kenyamanan.
5. Untuk pemberian
obat anti nyeri secara
farmakologi dan
untuk mengurangi
nyeri.
2
Hipertermia b.d
proses penyakit
NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam suhu/tempratur pada
pasien dalam batas normal
dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.
NIC
Fever treatment
1. Monitor suhu sesering
mungkin
2. Monitor IWL
3. Memberikan cairan IV
sesuai yang dianjurkan
4. Monitor intake dan output
5. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
6. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
1. Untuk meyakinkan
perbandingan data
yang akurat.
2. Untuk mengetahui
perkembangan
pasien.
3. Menghindari
hilangnnya natrium
klorida dank alum
yang berlebihan.
4. Meningkatkan
kenyamanan,
menurunkan
tempratur suhu tubuh
5. Untuk membantu
menurunkan demam.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
NOC
Status nutrisi : masukan
makana dan cairan
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi dengan
kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
2. Berat badab ideal dengan
tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti.
NIC
Nutrition manajement
1. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori,
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
2. Beri diit lunak atau
makanan yang sudah
terpilih.
3. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
1. Untuk mengetahui
jumlah nutrisi dan
kalori yang masuk
pada tubuh pasien
2. Untuk
mempermudah
pemberian nutrisi
pada pasien.
3. Untuk meningkatkan
nafsu makan pasien.
4. Untuk pertumbuhan
dan menjaga
kesehatan tubuh.
4 Resiko kekurangan
volume cairan b.d
masukan tidak
adekuat
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : food and
fluid intake
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam keseimbangan cairan
pasien terpenuhi dengan
kriteria hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal,
HT normal.
2. Tidak ada tanda-tanda
dehirasi
3. TTV dalam batas normal
NIC
Fluid management
1. Pertahankan intake dan
output
2. Monitor status hidrasi
(kelembapan membrane
mukosa,nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
3. Ukur tanda-tanda vital
4. Catat masukan makanan
dan cairan
5. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
6. Motivasi untuk
meningkatkan mukosa
oral
1. Untuk mengetahui
intake kalori harian
pasien
2. Untuk mengetahui
status status hidrasi
pasien.
3. Untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan
cairan yang tidak
terpenuhi melalui
oral.
4. Untuk mengetahui
intake dan output
pasien.
5 Ansietas b.d
ancaman pada
status terkini
hospitalisasi
1. Anxiety self-control
2. Anxiety level
3. Coping
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam kecemasan pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontrol
Anxiety reduction
1. Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
2. Jauhkan peralatan
perawatan dari
pandangan pasien
3. Ciptakan atmosfer
rasa nyaman untuk
meningkatkan
kepercayaan
4. Berikan aktivitas
pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi
1. Untuk membina
hubungan saling
percaya
2. Untuk
menghilangkan
pandangan pasien
dari peralatan
perawatan yang
menakutkan
3. Untuk menciptakan
suasana yang
nyaman
4. Untuk mengurangi
rasa cemas pasien