ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N MASA HAMIL, BERSALIN,
NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN KELUARGA BERENCANA DI
PRAKTEK MANDIRI BIDAN T.NAPITU PEMATANGSIANTAR
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh :
ZAINA FITRIANIM : P0.73.24.2.18.052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K MASA HAMIL, BERSALIN,
NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN KELUARGA BERENCANA DI
PRAKTEK MANDIRI BIDAN T.NAPITU PEMATANGSIANTAR
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Ahli
Madya Kebidanan Pada Program Studi D-III Kebidanan
Pematangsiantar Poltekkes Kemenkes RI Medan
Oleh :
ZAINA FITRIANIM : P0.73.24.2.18.052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
PEMATANGSIANTAR
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dijadikan
sebagai acuan untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI merupakan
rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2019).
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan
kelompok yang rentan. Hal ini terkait fase kehamilan, persalinan dan nifas pada
ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini menjadi alasan penting upaya
kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di
Indonesia. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untur
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu selain untuk menilai program kesehatan
ibu, indicator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas (Kemenkes RI, 2019).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana
(Dinkes Provsu, 2018)
Angka kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
Angka Kematian Neonatal Indonesia sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi 24 per 1.000 kelahiran hidup,danAngka Kematian Balita 32
per1.000 kelahiranhidup. (Dinkes provsu, 2018)
1
Asuhan Kebidanan mengutamakan pelayanan berkesinambungan (continuity
of care) sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang
professional yang sama atau dari satu team kecil tenaga professional, sebab
dengan begitu perkembangan kondisi seorang wanita akan terpantau dengan baik
selain itu juga seorang wanita akan lebih percaya dan terbuka karena merasa
sudah mengenal si pemberi asuhan (Walyani, 2015).
Pada saat persalinan telah selesai, sebagian wanita biasanya akan mengalami
perlukaan jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan pada jalan lahir. Perlukaan
jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan uterus. Jenis
perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai
perdarahan hebat (Walyani, 2016).
Pada umumnya robekan jalan lahir juga dapat terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan
pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan, trauma forceps atau vakum ekstraksi (Prawirohardjo,
2018).
Asuhan Kebidanan pada Bayi hingga usia 1 bulan merupakan golongan umur
yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan
dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut, antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan neonates
(0-28 hari) minimal tiga kali,satu kali pada usia 0-7 hari (KN1) dan dua kali pada
usia 8-28 hari (KN3) (Kemenkes RI, 2017).
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas yang sesuai standar, harus dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu enam jam
sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan ke 4
28 pasca persalinan dan pada hari ke 29 sampai hari ke 42 pasca persalinan. Masa
nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Cakupan
kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan
dari tahun 2008 sebesar 17,9% menjadi 87,36% pada tahun 2017 (Dinkes Provsu,
2018).
1
Berdasarkan uraian di atas maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (continuity of care) mulai dari kehamilan, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan Keluarga Berencana di rumah Ny. N di Jalan
Silimakuta no.44 Kota Pematangsiantar dan Praktek Mandiri Bidan T.Napitu di
Kota Pematangsiantar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka asuhan kebidanan pada Ny. N umur 31
tahun GIII PII A0 dilakukan secara berkelanjutan (continuity of care) perlu
dilakukan pada ibu mulai dari kehamilan yang fisiologis dengan melakukan 4 kali
kunjungan, menolong persalinan, memantau masa nifas, melakukan perawatan
pada bayi baru lahir sampai menjadi akseptor KB.
1.3 Tujuan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. N dari
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana dengan
menggunakan standar asuhan kebidanan, pendokumentasian menggunakan SOAP
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana,
dan bayi baru lahir.
b) Menegakkan diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru.
c) Merencanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
d) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
e) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
2
1.4 Sasaran, Tempat, Dan Waktu Asuhan Kebidanan
1.4.1 Sasaran
Asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. N dengan memperhatikan
continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana.
1.4.2 Tempat
Asuhan kebidanan pada Ny. N dilakukan di Praktek Mandiri Bidan
T.Napitu Kota Pematangsiantar dari masa hamil sampai dengan KB dan di rumah
Ny. N Jalan Silimakuta no.44 Kota Pematangsiantar.
1.4.3 Waktu
Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan continuity of care pada Ny. N
yaitu mulai bulan Januari-April tahun 2021
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan evaluasi institusi terhadap kemampuan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan, kehamilan, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan keluarga berencana serta sebagai bahan bacaan dan motivasi bidan
dan mahasiswa kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan
terhadap pelayanan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sebagai
salah satu cara untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.
1.5.2 Manfaat Praktis
Klien mendapatkan asuhan yang berkelanjutan (countinuity of care) masa
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana serta dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mutu pelayanan kebidanan secara komprehensif.
3
BAB IPENDAHULUAN
1.2 Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dijadikan
sebagai acuan untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI merupakan
rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2019).
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan
kelompok yang rentan. Hal ini terkait fase kehamilan, persalinan dan nifas pada
ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini menjadi alasan penting upaya
kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di
Indonesia. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untur
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu selain untuk menilai program kesehatan
ibu, indicator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas (Kemenkes RI, 2019).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana
(Dinkes Provsu, 2018)
Angka kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
Angka Kematian Neonatal Indonesia sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi 24 per 1.000 kelahiran hidup,danAngka Kematian Balita 32
per1.000 kelahiranhidup. (Dinkes provsu, 2018)
5
2
Asuhan Kebidanan mengutamakan pelayanan berkesinambungan (continuity
of care) sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang
professional yang sama atau dari satu team kecil tenaga professional, sebab
dengan begitu perkembangan kondisi seorang wanita akan terpantau dengan baik
selain itu juga seorang wanita akan lebih percaya dan terbuka karena merasa
sudah mengenal si pemberi asuhan (Walyani, 2015).
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas yang sesuai standar, harus dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu enam jam
sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan ke 4
28 pasca persalinan dan pada hari ke 29 sampai hari ke 42 pasca persalinan. Masa
nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Cakupan
kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan
dari tahun 2008 sebesar 17,9% menjadi 87,36% pada tahun 2017 (Dinkes Provsu,
2018).
Berdasarkan uraian di atas maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan
secara berkesinambungan (continuity of care) mulai dari kehamilan, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan Keluarga Berencana di rumah Ny. N di Jalan
Silimakuta no.44 Kota Pematangsiantar dan Praktek Mandiri Bidan T.Napitu di
Kota Pematangsiantar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka asuhan kebidanan pada Ny. N umur 31
tahun GIII PII A0 dilakukan secara berkelanjutan (continuity of care) perlu
dilakukan pada ibu mulai dari kehamilan yang fisiologis dengan melakukan 4 kali
kunjungan, menolong persalinan, memantau masa nifas, melakukan perawatan
pada bayi baru lahir sampai menjadi akseptor KB.
1.3 Tujuan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. N dari
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana dengan
3
menggunakan standar asuhan kebidanan, pendokumentasian menggunakan SOAP
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
f) Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana,
dan bayi baru lahir.
g) Menegakkan diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru.
h) Merencanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
i) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
j) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana dan bayi baru lahir.
1.4 Sasaran, Tempat, Dan Waktu Asuhan Kebidanan
1.4.1 Sasaran
Asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. N dengan memperhatikan
continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana.
1.4.2 Tempat
Asuhan kebidanan pada Ny. N dilakukan di Praktek Mandiri Bidan
T.Napitu Kota Pematangsiantar dari masa hamil sampai dengan KB dan di rumah
Ny. N Jalan Silimakuta no.44 Kota Pematangsiantar.
1.4.3 Waktu
Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan continuity of care pada Ny. N
yaitu mulai bulan Januari-April tahun 2021
4
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan evaluasi institusi terhadap kemampuan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan, kehamilan, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan keluarga berencana serta sebagai bahan bacaan dan motivasi bidan
dan mahasiswa kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan
terhadap pelayanan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sebagai
salah satu cara untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.
1.5.2 Manfaat Praktis
Klien mendapatkan asuhan yang berkelanjutan (countinuity of care) masa
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana serta dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mutu pelayanan kebidanan secara komprehensif.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
A. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Asuhan kebidanan juga menerapkan fungsi
dan kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Sutanto, 2019).
2.2. Konsep Dasar Kehamilan
A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine dimulai
dari sejak awal konsepsi dan diakhiri sampai permulaan persalinan, waktu yang
diperlukan untuk ovulasi sampai kehamilan atem kira-kira 280 hari atau 40
minggu (Miftahul Khairoh, 2019).
B. Perubahan-Perubahan Pada Ibu Hamil
1.Trimester pertama
Menurut Burnart (1991), stres selama masa reproduksi dihubungan dengan
3 aspek utama yaitu:
a)Stres di dalam individu
b) Stres yang disebabkan oleh pihak lain
c)Stres yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan sosial [ CITATION
And19 \l 1033 ]
2.Timester kedua
Pada trimester II, fluktuasi emosional sudah mulai merada dan perhatian ibu
hamil lebih terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi selama
kehamilan, kehidupan seksual keluarga, dan hubungan dengan bayi yang
dikandungan. Terdapat dua fase yang dialami ibu hamil pada trimester II yaitu
5
fase prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang di rasakan) dan
postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu).
6
a)Fase Prequickening
Selama akhir trimester I dan masa prequickening pada trimester II, ibu hamil
mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang
telah terjadi selama ini. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasi kembali ini
adalah perubahan identitas dari penerimaan kasih sayang (dari ibunya) menjadi
pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan
pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang
9memberikan kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkan.
b) Fase Postquickening
Pada fase postquickening secara umum, ibu hamil akan mengalami perubahan
psikologis sebagai berukut:
1) Kesedihan meninggalkan peran lama sebelum hamil
2) Menjaga agar ikatan tetap kuat
3) Menjaga kehamilan yang sehat
4) Reaksi orang-orang di sekitar ibu hamil
5) Hubungan seks [ CITATION And19 \l 1033 ]
3.Trimester ketiga
Pada trimester III, saiffudin, ddk (2002) menyatakan, adaptasi psikologis ibu hamil
berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita hamil
sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang
mungkin akan dihadapinya. Pada usia kehamilan 39-40 minggu, seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa
khawatir akan keselamatannya. Trimester ketiga sering kali disebut periode penantian dan
waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester
ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti
terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif
untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Trimester ketiga adalah
saat persiapan aktif untuk melahirkan bayi dan menjadi orang tua[ CITATION And19 \l 1033 ]
C. Perubahan fisiologis pada kahamilan
Selama kehamilan normal, hampir semua sistem organ mengalami perubahan anatomis
dan fungsional. Dibawah ini akan dijelaskan perubahan-perubahan yang terjadi selama
kehamilan.
1. Sistem Reproduksi
7
a) Uterus
Pada wanita hamil, uterus normal memiliki berat sekitar 70 gram dan rongga
berukuran 10 ml atau kurang. Selama kehamilan uterus berubah menjadi organ
muscular dengan dinding relative tipis yang mampu menampung janin,
p,asenta, dan cairan amnion. Volume total isi uterus pada kehamilan aterm
adalah sekitar 5 L meskipun dapat juga mencapai 20 L atau lebih. Pada akhir
kehamilan, uterus telah mencapai kapasitas 500-1000 kali lebih besar dari
pada keadaan tidak hamil.
b) Serviks
Pada suatu bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami pelunakan
dan sianosis yang signifikan. Perubahan-perubahan ini terjadi karena
peningkatan vaskularitas dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar serviks.
c) Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-folikel baru
ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita
hamil. Stuktur ini berfungsi maksimal selama 6-7 minggu pertama kehamilan,
4-5 minggu pascaevolusi dan setelah itu tidak banyak berkontraksi dalam
produksi progesterone.
d) Vagina dan perineum
Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di kulit dan
otot perineum dan vulva, disertai pelunakan jaringan ikat dibawahnya.
Dinding vagina mengalami perubahan mencolok sebagai persiapan untuk
meregang saat persalinan dan kelahiran.
2. Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan
nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara membesar dan memperlihatkan
vena-vena halus dibawah kulit. Puting menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih
gelap dan lebih tegak. Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan dapat
terbentuk stiae seperti yang terjadi di abdomen. Meskipun jarang, payudara dapat
membesar secara berlebihan dan ptologis- disebut juga gigantomastia yang
memerlukan intervensi bedah.
D. Tanda dan gejala kehamilan
1. Tanda dan gejala kehamilan pasti antara lain:
8
a)Ibu merasakan gerakan kuat bayi didalam perutnya
b)Bayi dapat dirasakan didalam rahim
c)Denyut jantung bati dapat terdengar
d)Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hami
2. Tanda dan gejala kehamilan yang tidak pasti
a) Ibu tidak menstruasi.
b) Mual atau ingin muntah, banyak ibu hamil merasa mual dipagi hari mual itu disebut
“morning sickness”
c) Ibu merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari
d) Sakit kepala
e) Ibu sering berkemih
f) Sembelit
g) Sering meluda
h) Ngidam
E. Jadwal pemeriksaan kehamilan
Jadwal pemeriksan menurut: Khairoh,2019
Kunjungan I: Dilakukan sebelum minggu ke 14 pada trimester 1
Kunjungan II: Dilakukan semelum mingguke 28 pada trimester 2
Kunjungan III: Dilakukan antara minggu ke 28-36 pada trimester 3
Kunjungan IV: Dilakukan setelah minggu ke 36 pada trimester 3
F. Pelayanan Asuhan Standar Kehamilan
Menurut Walyani 2015, Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T dan
sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T
adalah sebagai berikut :
1. Timbang berat badan dan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran
<145 cm. Berat badan di timbang saat ibu datang atau berkunjung untuk
mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal
rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg.
Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil didasarkan pada
indeks masa tubuh pra kehamilan (body mass index) yang menggambarkan
9
perbandingan berat badannya lebih sedikit dari pada ibu yang memasuki
kehamilan dengan berat badan sehat.
2. Pengukuran tinggi fundus uteri
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nomor pada tepi atau
simphysis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).
3. Tekanan Darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah yang
cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila
turun di bawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal
berkisar sistole/diastole: 100/80-120/80 mmHg.
4. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas,
karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan
janin.
5. Pemberian imunisasi TT
Untuk melindungi dari tetanusneonatorium. Efek samping TT yaitu nyeri,
kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan.
6. Pemeriksaan Hb
Pemeriksa Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali,
lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7. Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine
ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsi.
8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory ( VDRL) untuk
mengetahui adanya treponemapallidum penyakit menular seksual, antara lain
syphilis.
9. Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi
penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.
10. Perawatan Payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang
ditunjukkan pada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah:
10
a) Menjaga kebersihan payudara, terutama puting susu
b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada puting susu
terbenam)
c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi.
e) Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan mulai pada
kehamilan 6 bulan.
11. Senam Ibu hamil
Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat pemulihan
setelah melahirkan serta mencegah sembelit.
12. Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk para ibu hamil didaerah
endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria atau panas tinggi
disertai menggigil.
13. Pemberian kapsul minyak beryodium
Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana
tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat kekurangan yodium dapat
menyebabkan gondok dan kretin yang ditandai dengan:
1) Gangguan fungsi mental
2) Gangguan fungsi pendengaran
3) Gangguan pertumbuhan
4) Gangguan kadar hormon yang rendah
14. Temu wicara
Defenisi Konseling Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk
menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapinya (Walyani, 2015).
2.2.1 Pengertian Asuhan Kehamilan
Setiap kehamilan merupakan proses alamia, bila tidak dikelola dengan baik akan
memberikan kompikasi pada ibu dan janin dalam keadaan sehat dan aman. Filosofi adalah
pernyataan mengenai keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang perpengaruh terhadap
perilaku seseorang/kelompok. Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang
dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai paduan yang diyakini dalam memberikan asuhan
kebidanan pada klien pada masa kehamilan (Walyani, 2016)
11
2.2.2 Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan Asuhan Kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu juga
bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum.
d. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
2.3 Persalinan
A. Defenisi persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan (37-42 minggu) atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktuk 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Nurhayati, 2019)
B. Tahapan Persalinan
1. Kala I: Kala Pembukaan
Kala I adalah kala pelepasa yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Lama kala I unruk primigrafida berlangsung 12 jam sementara multigrifida 8 jam.
Secara klinis, partus dimulai apabila timbulnya his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
yang bersemu darah (blood show). Kala I dibagi menjadi 2 fase, antara lain:
a. Fase Laten: dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap, berlangsung lambat dari pembukaan 1-3 cm, lama 7-8 jam.
b.Fase Aktif: terjadi penurunan bagian bawah janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus
meningkat (kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3 kali atau lebih dalam 10
menit lama 40 detik atau lebih). Fase aktif dibagi menjadi 3 tahap di antaranya:
Periode akselerasi (pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam).
Periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam).
Periode deselerasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam).
Beberapa perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi pada kala I persalinan, antara
lain:
1)Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
12
2)Perubahan bentuk uterus
3)Perubahan pada serviks
4)Perubahan pada vagina dan dasar panggul
5)Bloody show
6)Tekanan dara
7)Metabolisme
8)Suhu
9)Denyut jantung (Frekuensi jantung)
10) Perubahan pada ginjal
11) Perubahan pada saluran cerna
12) Perubahan hematologi (Eka Nurhayati, 2019)
2. Kala II : Pengeluaran
Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan
proses dan penatalaksanaan pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kontraksi yang terjadi selama
kala II adalah sering, kuat, dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung
60-90 detik. Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa peruses pengeluaran bayi sudah dimulai. Perubahan fisiologis
pada kala II adalah sebagai berikut:
a. Serviks
b.Uterus
c. Vagina
d.Organ panggul
e. Ekspulsi janin
f. Metabolisme
g.Denyut nadi
3. Kala III : Pelepasan
Kala III adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai lahirnya
plasenta dan selaput plasenta. Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai
dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta.
Normalnya pelepasan uri ini berkisar ¼ – ½ jam sesudah anak lahir.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada saat proses persalinan kala III yaitu:
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
13
b.Tali pusat memanjang
c. Semburan darah secara singkat dan mendadak (Nurhayati, 2019)
4. Kala IV : Pemantauan
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai sempat jam pertama setelah
melahirkan. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses
tersebut. Beberapa observasi yang harus dilakukan pada kala IV, antara lain tingkat kesadara;
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, dan penapasan); kontraksi uterus; serta
terjadinya perdarahan (perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc). Asuhan dan pemantauan yang dilakukan pada kala IV, yaitu:
Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus
berkontraksi.
Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat
dan fundus uteri.
Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episotomi).
Evaluasi kondisi ibu secara menurun.
Dokumenasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman
belakang patograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah Penilaian dilakukan.
Perubahan – perubahan fisiologis kala IV, yaiyu:
a. Tanda vital
b. Gemetaran
c. Sistem Gastrointestinal
d. Sistem renal
e. Sistem kardiovaskuler
f. Serviks
g. Perieum
h. Vulva dan vagina
i. Pengeluaran asi
Langkah Langka APN (asuhan persalinan normal)
a. Mengenali gejala dan tanda kala dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran dengan terjadinya kontraksi
14
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c) Perenium tampak menonjol
d) Vulva dan sfigter ani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esnsial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia
tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
a) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air yang bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan Steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perenium menyekanya dengan hati-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa dibasahi air DTT
a) Jika introitus vagina, perenium atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
b) Buang kapas atau kasa Pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c) Ganti sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi lepaskan dan rendam larutan
klorin 0,5%
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan.
15
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi /saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120-160 x/menit)
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin ( ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta Keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat. Bantu ibu ke posisi setelah duduk atau posisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya(kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk meneran, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
16
f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perenium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perenium ibu untuk
menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian
a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah
resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
17
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
h. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu., di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta
18
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirnya plasenta
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 menit
masase.
i. Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
j. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
19
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuscular di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam
satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik ( 40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5°C-37,5°C)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
20
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
keluar rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58.Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
Lima benaang merah menurut JNPK-KR (2017) menyatakan bahwa dalam
asuhan persalinan normal ada lima benang merah meliputi :
1. Keputusan klinik
Membuat keputusan merupkan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan yang
diperlukan oleh pasien,keputusan itu harus
a. Akurat
b. Komprehensif bagi pasien,kelurga pasien dan tugas kesehatan
c. Aman
2. Asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan
sang ibu. Asuhan sayang ibu dalan poses persalinan :
a. Panggil sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f.Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu dan anggota keluarga
lainnya.
g. Ajarkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga yang lain selama persalinan
dan kelahirannya bayinya.
h. Ajarkan suami dan anggota keluarga lainnya mengenai cara-cara bagaimana mereka
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan.
i.Secara konsisten lakukan praktik pencegahan infeksi.
j.Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan.
21
l.Anjurkan ibu untuk makan makanan yang ringan sepanjang ibu menginginkannya.
m. Hargai dan perbolehkan tindakan-tindakan praktik tradisional selama tidak
merugikan kesehatan ibu.
n. Hindari tindakan yang berlebihan dan mungkin membahayakan nyawa ibu.
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera mungkin.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam setelah bayi lahir.
q. Siapkan rencana rujuk bila perlu.
r.Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan.
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.Siap untuk melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
a) Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca persalinan.
1) Anjurkan ibu selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
2) Bantu ibu untuk menyusu bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai dengan yang
diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif.
3) Anjurkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah
melahirkan.
4) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk dan mensyukuri kelahiran bayi.
5) Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin
terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau
rasa khawatir
b) Pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi ialah tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan:
a. Meminimalkan infeksi yang diberikan oleh mikroorganisme.
b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV/AIDS.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yaitu :
Seorang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
Permukaan berada disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan
telah bersentuhan hingga setelah digunakan harus diproses secara benar.
22
Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses
maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.
Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara
besar dan konsisten.
c) Pencatatan
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji data ulang
memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih
efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau
perawatan bagi ibu atau bayinya.
d) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan para bayi baru lahir.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam
mempersiapkan dalam rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) : Pastikan ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten untuk penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi
baru lahir unuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A (Alat) : Bawa perlengakapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,masa
nfas,bayi baru lahir(tabung suntik, selang IV ,alat resusitasi,dll)bersama
ibu ke tempat rujukkan.
K (Keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.
S (Surat) : Berikan surat ke tempat rujukan
O (Obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan.
K (kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi cukup nyaman.
U (Uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas
rujukan
23
b.4 Nifas
b.5 2.4 1 Konsep dasar nifas
b.6 A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plaseta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari [ CITATION And19 \l 1033 ]
A. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Mendeteksi adanya pendarahan masa nifas
Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih
dari traktus genitalia setelah melahirkan.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayi.
3. Menjaga kebersihan.
4. Melaksanakan screening secara komprehensif.
5. Memberikan pendidikan lantasi dan perawatan payudara.
6. Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak.
7. Konseling keluarga berencana (kb).
8. Mempercepat involusi alat kandungan.
B. Tahapan Masa Nifas
1. Tahapan Nifas
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
C. Kunjungan Nifas
24
1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalina)
Tujuan :
a. Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tandan demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada tali pusat bayi,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan: sama seperti kunjungan 6 hari setelah persalinan
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami
b. Memberikan konseling KB secara dini [ CITATION And19 \l 1033 ]
D. Perubahan psikologi pada ibu nifas
1. Fase taking in
Merupakan fase setelah melahirkan sampai hari kedua
Ciri ciri nya seperti:
a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya
25
b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
c. Ibu akan mengulangi pengalaman waktu melahirkan
2. Fase taking hold
Merupakan fase dari hari ke 3 sampai 10
Ciri cirinya seperti:
a. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi muncul perasaan
sedih (baby blues)
b. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya
c. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya
3. Fase letting to
Merupakan fase dari hari ke 10 sampai akhir masa nifas
Ciri cirinya seperti:
a. Ibu merasakan percaya diri untuk merawat diri dan bayinya setelah ibu pulang
kerumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga
b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi [ CITATION And19 \l 1033 ]
E. Kebutuhan dasar ibu nifas
a. Nutri dan cairan
1. Kalori kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah asi
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui disbanding pada saat hamil
kandungan kalori asi dengan nutrisi yang baik adalah 70 kal 100 ml.
2. Protein diperlukan untuk menggantikan sel sel dan pertumbuhan yang rusak
atau mati membentuk tubuh bayi perkembangan otak dan prosuksi asi
3. Cairan ibu menyusui dapat mengonsumsi cairan dalam bentuk air putih susu
dan jus buah
4. Mineral mineral yang di peroleh dari makan yang dikonsumsi digunakan
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh
5. Zat besi diperoleh dari pil zat besi dari dokter untuk menambah zat gizi
setidaknya diminum selama 40 hari pasca persalinan
6. Vitamin A manfaat vitamin A berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
sel, perkembangan dan kesehatan mata, kesehatan kulit dan membrane sel
26
7. Vitamin D penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang
8. Vitamin C, bayi tidak memperoleh vitamin c, selain dari ASI, maka ibu
menyusui perlu makanan segar dengan jumlah yang cukup untuk ibu dan bayi
perhari
9. Asam folat, mensintesis DNA dan membantu dalan pembelahan sel
10. Zinc, mendukung sistem kekebalan tubuh dan penting dalam penyembuhan
luka
11. Lodium, iodium dengan jumlah yang cukup diperlukan untuk pembentukan air
susu
12. Lemak-lemak merupakan komponen yang penting dalam air susu, sebagai
kalori yang berasal dari lemak bermanfaat untuk pertumbuhan bayi.
b. Ambulansi dan mobilisasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu
bersalin keluar dari tempat tidur dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan
pada persalinan normal, sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam.
c. Eliminasi
d. Kebersihan diri
e. Seksual
f. Keluarga berencana
b.7 Bayi baru lahir
b.7.1 Konsep dasar bayi baru lahir
A. Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari atau
sama dengan 37 minggu yang memiliki berat badan lahir 2500-4000 gram
(Armini 2018)
B. Asuhan pada bayi baru lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama
setelah kelahirannya. Bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan
spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. Penting diperhatikan dalam
memberikan asuhan segera yaitu jaga bayi agar tetap kering dan hangat,
kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin.Beberapa asuhan
yang diberikan kepada bayi baru lahir menurut (Armini, 2018).
1. Perawatan tali pusat
27
a. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum dan sesudah
merawat tali pusar
b. Menjaga tali pusar agar tetap kering dan terkena udara dapat dilakukan
dengan membungkus tali pusar dengan longgar menggunakan kasa
bersih
c. Bersih tali pusar dengan sabun dan air bersih jika terkontaminasi urine
atau kotoran
d. Hindari sering menyentuh tali pusar dengan kondisi tangan yang tidak
bersih, menutupi, tali pusar dengan apapun, membersihkan tali pusar
dengan alcohol
2. Perawatan mata
a. Membersihkan segera setelah lahir
b. Pada jam pertama setelah kelahirah segera beri salep atau tetes mata
c. Penyebab umum kegagalan profilaksis
- Memberi profilaksis setelah jam pertama kelahiran
- Membilas mata setelah menggunakan obat tetes mata
3. Imunisasi
Imunisasi wajib diberikan kepada bayi baru lahir, tubuh bayi belum
punya daya tahan tubuh yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit,
selain antibody bawaan yang diberikan ibu sejak didalam kandungan.
Dengan imunisasi tubuh bayi disiapkan mengenali beberapa penyakit
tertentu yang mungkin mengencamnya.
C. Ciri ciri bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal memiliki (Ni Made Dwi Mahayati, 2020) yaitu :
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan atas 11-12 cm
g. Pernapasan 40-60 x/i
h. Frekuensi denyut jangan 120-160 x/i
i. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
28
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
k. Kuku sedikit panjang dan lemas
l. Nilai APGAR
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut)
p. Refleks sacking (isap dan menalan) sudah terbentuk dengan baik
q. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik
r. Refleks grasping (menggemgam) sudah baik
s. Organ genitalia pada laki laki sudah berada pada skrotum dan penis
berlubang,pada perempuan vagina dan uretra berlubang.
t. Mekonium sudah keluar dlam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan.
2.2 Keluarga berencana
2.61. Ko. nsep dasar keluarga berencana
ADefinisi keluarga berencana
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan,pengaturan kelahiran,pembinaan ketahanan
keluarga,peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,bahagia dan
sejahtera (Jitowiyono, 2019)
a. Tujuan keluarga berencana
Tujuan umum untuk memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan keluarga berencana yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera. (Febrianti, 2019).
b. Ruang Lingkup KB
Ruang Lingkup KB antara lain: Keluarga berencana,
Kesehatan reproduksi remaja, Ketahanan dan pemberdayaan
keluarga, penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas,
keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan SDM aparatur,
penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan,
peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara
(Febrianti, 2019).
29
c. Konseling
Konseling adalah suatu proses saling membantu kepada
yang lain, berupa informasi yang sedang ia butuhkan sedemikian
rupa, sehingga orang lain tersebut memahaminya lalu
menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Konseling
merupakan kegiatan KIE. Proses yang berjalan dan menyatu
dalam semua aspek pelayanan KB. Melalui konseling pemberian
pelayanan membantu klien memilih KB yang cocok dan
membantunya untuk terus menggunakan cara tersebut dengan
benar (Febrianti, 2019).
B. Program KIE dalam Pelayanan KB
1. Prinsip KIE tentang Program KB
Prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam memberikan konseling yaitu [ CITATION
Sug19 \l 1033 ] :
1) Memperlakukan dengan sopan, baik, dan ramah.
2) Memahami keadaan ibu dan menghargai sebagaimana adanya.
3) Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dalam memberikan
konseling.
4) Dalam memberikan konseling, gunakan alat peraga yang menarik dan gunakan
contoh dari kehidupan sehari-hari.
5) Menyesuaikan isi konseling yang diberikan dengan keadaan dan resiko yang akan
kemungkinan terjadi pada ibu.
2. Langkah-Langkah Konseling KB
Langkah-langkah konseling KB dapat dilakukan dengan pedoman SATU TUJU. Kata
kunci atau pedoman SATU TUJU yaitu sebagai berikut [ CITATION Sug19 \l
1033 ]:
SA : Sapa dan Salam.
Berikan perhatian penuh kepada pasien dengan tetap menjaga privasi
pasien. Tanyakan juga kepada pasien apakah adda yang perlu dibantu
dan menjelaskan pelayanan apa yang akan diperolehnya.
T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi mengenai KB tentang dirinya. Ajak
klien untuk berbicara mengenai keluarga berencana, kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan dan bagaimana keadaan kesehatan
30
keluarganya. Tanyakan juga jenis alat kontrasepsi yang diinginkan
klien.
U : Uraikan
Beritahu pasien secara rinci tentang jenis alat kontrasepsi yang akan
dipilihnya dan uraikan juga tentang pilihan jenis-jenis kontrasepsi.
TU : Bantu
Bantu klien untuk memutuskan pilihan yang sesuai dengan keadaan
dan kebutuhannya. Arahkan klien untuk mengatakan keinginannya
sehingga dapat mengajukan pertanyaan. Bantu klien untuk
mempertimbangkan pilihannya kemudian tanyakan juga kepada klien
apakah pasangannya mendukung pilihannya. Setelah itu yakinkan
pasien bahwa pilihannya merupakan pilihan yang tepat.
J : Jelaskan
Setelah pasien sudah menentukan alat kontrasepsi yang akan
digunakannya, jelaskan kepada pasien tentang alat kontrasepsi
tersebut. Arahkan pasien untuk memberikan pertanyaan agar lebih
jelas lagi. Pastikan pasien memahami alat kontrasepsi yang akan
digunakannya, berikan pujian jika klien dapat menjawab pertanyaan
dengan benar.
U : Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang sangat perlu dilakukan untuk memastikan keadaan
pasien. Buatlah perjanjian dengan klien kapan akan bertemu kembali
untuk melakukan pemeriksaan. Beritahu kepada klien untuk dating
ketika terjadi masalah.
3. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi menurut [ CITATION Sug19 \l 1033 ] dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Metode Sederhana Tanpa Alat (Kontrasepsi alamiah)
b. Metode Pantang Berkala
Tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri.
2. Metode Suhu Basal
Ketika menjelang ovulasi, suhu basal tubuh akan mengalami penurunan kurang lebih
24 jam setelah ovulasi. Suhu basal dapat meningkat sebesar 0,2-0.5 ketika ovulasi.
3. Metode Lendir Serviks
31
Dilakukan dengan mengamati lender serviks, apabila dipegang di antara kedua jari
dapat diregangkan tanpa terputus bisa disebut lender subur.
4. Metode Coitus Interuptus
Dilakukan dengan cara mengeluarkan sperma tidak masuk ke vagina.
5. Metode Aminorhea Laktasi (MAL)
Merupakan metode sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif.
b. Metode Sederhana Dengan Alat (Mekanis/Barrier)
1. Kondom Merupakan sarung karet yang memiliki mekanisme kerja menghalangi
masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.
2. Diafragma Merupakan kap berbentuk bulat cembung yang terbuat dari karet yang
diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
c. Kontrasepsi Hormonal
1. PIL Pil kombinasi (hormone estrogen dan progesterone) atau hanya hormone
progesterone saja.
Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan penebalan
dinding Rahim.
2. Suntik
Suntik kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan penebalan
dinding Rahim.
3. Implan Untuk pencegahan kehamilan dengan cara menanamkan susuk yang terdapat
hormon ke dalam lapisan kulit agar tidak terjadi pembuahan dan penebalan dinding
Rahim. 4. IUD Merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim untuk
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
32
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N DI
PMB T.NAPITUPEMATANGSIANTAR
3.1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMILI. PENGUMPULAN DATAA. IDENTITASNama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. R
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/IndonesiaSuku/kebangsaan :
Jawa /Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat Rumah :Jl.Silimakuta no.44 Alamat Rumah :
Jl.Silimakuta no.44
B. ANAMNESE (DATA SUBYEKTIF)
Kunjungan I
Pada tangggal :03-Maret 2021 Pukul : 14.00
WIB
1. Alasan kunjungan saat ini : Memeriksakan Kehamilannya
2. Keluhan-keluhan : Mudah lelah
3. Riwayat menstruasi :
a. Haid pertama umur : 16 tahun - Teratur
b. Siklus : 30 Hari - Lamanya : 7 hari
c. Banyaknya : 3x ganti doek - Sifat darah
segar, ada
gumpalan
d. Dismenorhoe : Ada
4. Riwayat kehamilan sekarang :
a. Hari pertama haid terakhir : 07 juli 2020
b. Tafsiran Persalinan : 14 april 2021
c. Pergerakan janin pertama kali : 16 minggu
d. Pergerakan anak 24 jam terakhir : Ada
33
e. Bila lebih dari 20x dalam 24 jam : Frekuensi < 15
f. Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Mual dan Muntah
Trimester II : Pusing dan Mual
g. Trimester III : Mudah lelah
h. Keluhan yang dirasakan saat ini (bila ada jelaskan)
1. Rasa lelah : Ada
2. Mual dan muntah yang lama : Tidak ada
3. Nyeri perut : Tidak ada
4. Panas menggigil : Tidak ada
5. Saki kepala berat : Tidak ada
6. Penglihatan kabur : Tidak ada
7. Rasa panas / nyeri waktu BAK : Tidak ada
8. Rasa gatal pada vulva dan sekitarnya : Tidak ada
9. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
10. Pengeluaran cairan pervagianam : Tidak ada
11. Oedema : Tidak ada
i. Tanda-tanda bahaya/penyulit
Perdarahan : Tidak ada
j. Obat-obatan yang dikonsumsi
Antibiotik : Tidak ada
Tablet Ferum : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
Status emosional : Stabil
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
6. n.
Tgl Lah
Usia K
Jenis
Komplik
Penolo
Bayi NifasPB/BB
Keada
Keada
Laeta
34
ir/Umur
ehamilan
Persalinan
asi Ibu/ Bayi
ng
Jenis
an
an
si
1 01Juni 2015
38 Minggu
Normal
TidakAda
Bidan
50cm/3,5kg
Sehat
Sehat
ASI
2 02Mei 2017
38 Minggu
Normal
TidakAda
Bidan
49cm/3,3kg
Sehat
Sehat
ASI
3 KE
HA
MI
LAN
SE
KA
RA
N G
7. Riwayat kesehatan / penyakit sistemik yang pernah diderita
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Jantung : Tidak ada
35
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
9. Keadaan social ekonomi
a. Status perkawinan : Sah
b. Kawin : Umur : 24
c. Kehamilan ini : Direncanakan
d. Perasaan tentang kehamilan ini : Bahagia
e. Dukungan keluarga : Ada
f. Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik KB 3
bulan ,Pil KB
g. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami dan Istri
h. Diet / makan
- Makanan sehari-hari : Nasi + sayur + buah +
ikan
- Perubahan makanan yang dialami : Tidak ada
- Minum : 8 gelas sehari
- Vitamin A : Tidak ada
i. Pola eliminasi
- BAB : 1 jam sehari
- BAK : 2 jam sekali
j. Aktivitas sehari-hari
- Pekerjaan : Melakukan Aktivitas
Kebersihan Rumah
- Pola istirahat / tidur : Teratur
- Seksualitas : Tidak terganggu
k. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
- Merokok : Tidak ada
- Minuman keras : Tidak ada
- Mengkonsumsi obat-obat terlarang : Tidak ada
l. Tempat mendapatkan pelayanan kesehatan
- Rencana penolong persalinan : Bidan T.Napitu
- Rencana tempat persalinan : Klinik bidan T.Napitu
- Imunisasi TT 1 tanggal : -
36
- Imunisasi TT 2 tanggal : -
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : 59 kg
2. Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 78 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 36,5˚C
3. Lila : 28 cm
4. Kepala
a) Rambut : Hitam Kulit kepala: Bersih
b) Wajah : Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Pucat : Tidak pucat
Oedema : Tidak oedem
c) Mata : Konjungtiva : tidak pucat
Sklera Mata : tidak kuning
d) Hidung : Lubang hidung : Bersih
Polip : Tidak ada
e) Mulut : Lidah : Bersih
Gigi : Tidak ada caries
Stomatitis : Tidak ada
f) Telinga : Serumen
g) Leher : Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
h) Payudara : Bentuk : Simetris
Puting susu : Menonjol
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran colostrum : Tidak ada
i) Pemeriksaaan Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada
- Pembesaran perut Sesuai usia
kehamilan
37
- Pembesaran pada hati : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
- Askes : ada
- TBBJ : ( 30-13)x 155=
2.635
j) Palpasi
Leopold I : TFU Pertengahan antara px dan pusat
Leopold II : Bagian kiri, abdomen ibu teraba
keras, panjang dan memapan sedangkan bagian kanan ibu
teraba benjolan-benjolan kecil janin seperti jari-jari tangan dan
jari-jari kaki janin
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba
bulat ,
keras, melenting, dengan
presentasi
kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk
rongga pintu atas
panggul (PAP)
k) Ekstremitas
Varices dikaki : ada
Refleks Patela : Ka (+) Ki (+)
Oedema : Tidak ada
D. UJI DIAGNOSTIK
HB : 14,1 gr %
Urine : Glukosa : (-) Negatif
Protein : (-) Negatif
ANALISA
Diagnosa Kebidanan :
38
GIIIPIIA0 berat bdan sebelum hamil 50 kg sekarang 59 kg usia
kehamilan 34 minggu, punggung kiri, janin hidup tunggal, intra
uterin, belum masuk PAP, Keadaan Umum ibu dan janin baik.
Masalah :Ibu merasa mudah lelah
Kebutuhan :
1. Hasil pemeriksaan pada ibu
2. Personal Hygiene
3.Informasi masalah mudah lelah yang dialami ibu
4. Anjurkan ibu untuk istirat yang cukup
5. Anjurkan ibu untuk imunisasi TT
6. Kebutuhan Nutrisi ibu
7. Anjurkan Kunjungan pemeriksaan ulang
PENATALAKSANAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kehamilannya dengan tanda-tanda
vital dalam batas normal serta keadaan ibu dan janin baik
Tujuan: Agar ibu mengerti keadaan nya sekarang
2. Menginformasikan ibu agar menghindari pakaian dalam yang ketat,
seriing mengganti pakaian dalam apabila sudah terasa lembab dan
basah.
Tujuan : Agar vagina tidak lembab
3. Menginformasikan ibu untuk istirahat yang cukup
Tujuan: Agar ibu tidak terlalu lelah
4. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas
Tujuan : Agar ibu tidak lagi mudah lelah
5. Menganjurkan ibu untuk imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Tujuan : untuk perlindungan ibu dan janinnya terhadap infeksi
6. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi
yang mengandung serat, protein, karbohidrat, asam folat, kalsium dll,
Tujuan : Makanan yang bergizi tinggi sangat baik pada ibu dan
perkembangan janin
7. Memberitahu ibu bahwasanya akan dilakukan kunjungan minimal 3
kali.
39
Tujuan: Agar dapat mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan
janin
8. Melakukan pendokumentasian pada buku KIA ibu
Tujuan : Agar mengetahui perkembangan ibu setiap pemeriksaan
untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi
Kunjungan II
Tempat : Praktek Mandiri Bidan T.Napitu
Hari/Tanggal : 04 Maret 2021 Pukul: 10:00 WIB
S : Ibu mengatakan sering BAK dan mudah lelah
O : K/U Baik TD 110/80 Mmhg, nadi 78x/I, suhu 36,5 c , pols
22x/i.BB 59 kg, LILA 28 cm, Hb 14,1 gr%,protein urin negative, HIV
negative,
sifilis negative
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px
Leopold II : Bagian kiri abdomen ibu teraba keras ,
panjang, dan memapan sedangkan bagian kanan ibu teraba
benjolan-benjolan kecil janin seperti jari-jari tangan dan jari-jari kaki
janin.
Leopold III : Bagian bawah abdomen ibu teraba bulat dan
keras
Leopold IV : Bagian terbawah janin Sudah masuk rongga
pintu atas panggul (PAP)
TFU (Mc.Donald) : 27 cm
TBBJ : (27-12)x 155= 2325 gr
DJJ : Ada (145x/i)
A : GIIIPIIA0 usia kehamilan 34 minggu, letak
membujur ,punggung kiri, presentasi kepala, janin hidup
intrauterine, tunggal, keadaan ibu dan janin baik
Masalah : Ibu merasakan sering BAK dan mudah lelah
Kebutuhan :
1. hasil pemeriksaan pada ibu
2. Informasi penyebab sering BAK
40
3. Informasi penyebab mudah lelah
4. Informasi posisi yang nyaman serta
istirahat yang cukup
5. Pemberian tablet Fe
P :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kehamilannya dengan tanda-tanda
vital dalam batas normal serta keadaan ibu dan janin baik
Tujuan: agar ibu mengerti keadaan nya sekarang
2. Menginformasikan pada ibu bahwa sering berkemih karena kepala
janin turun ke pintu atas panggul serta terjadi penekanan pada
kandung kemih , sehingga menyebabkan kandung kemih terus
terasa penuh
Tujuan : Agar ibu paham penyebab sering BAK
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum air putih dimalam hari
Tujuan : Agar frekuensi BAK berkurang dan pola tidur ibu tidak
terganggu
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi sebelum tidur seperti
meregangkan bagian tubuh
Tujuan : untuk mengatasi rasa mudah lelah ibu
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup , tidur siang minimal
1-2 jam dan tidur malam minimal 6- 7 jam dan posisi tidur
sebaiknya miring ke kiri
Tujuan : Agar ibu tidak mudah kelelahan sehingga tidak
mengganggu kesehatan janin
6. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet Fe 1 x 1 dalam sehari
dan baik digunakan malam hari sebelum tidur
Tujuan : Supaya kadar Hb ibu tetap normal
7. Melakukan pendokumentasian pada buku KIA ibu
Tujuan : Agar mengetahui perkembangan ibu setiap pemeriksaan
untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi .
Kunjungan III
Tempat : Praktek Mandiri Bidan T.Napitu
Hari/Tanggal : 01 April 2021 Pukul: 14:00 WIB
41
S : Ibu mengeluh sering buang air kecil dan susah tidur
O : K/u baik , kesadaran composmentis , TD : 100/70
Mmhg , nadi : 75x/i, suhu : 36,6 C , dan pernafasan : 22x/I , TB :
156cm, BB sekarang : 60 kg, lila : 28cm , konjungtiva tidak pucat
dan sklera tidak ikretik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, gigi tidak ada caries, dan belum ada pengeluaran
colostrum.
Hasil palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah px
Leopold II : Bagian kiri abdomen ibu teraba
keras, panjang, dan memapan sedangkan bagian kanan ibu
teraba benjolan-benjolan kecil janin seperti jari-jari tangan dan jari-
jari kaki janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba
bulat dan keras
Leopold IV : Bagian terbawah janin Sudah masuk
rongga pintu atas panggul (PAP)
DJJ : (138x/i)
TBBJ : (33-11)x155= 3.410 gr
A :
GIIIPIIA0 usia kehamilan 38 minggu, letak membujur ,punggung kanan,
presentasi kepala,sudah masuk PAP, janin hidup, tunggal,
intrauterin
Masalah : Ibu sering buang air kecil dan susah tidur
Kebutuhan :
1. Hasil pemeriksaan pada ibu
2. Penjelasan mengapa ibu sering BAK
3. Personal hygiene
4. Informasi persiapan persalinan dan tanda-tanda
persalinan, serta tanda bahaya persalinan
5. Penjelasan perawatan payudara
6. Penjelasan tentang ASI EKSLUSIF
P:
42
a. Memberitahu hasil pemeriksaan kehamilannya dengan tanda-
tanda vital dalam batas normal serta keadaan ibu dan janin baik
Tujuan : Agar ibu mengerti keadaannya sekarang
b. Menginformasikan pada ibu bahwa muncul keluhan sering
berkemih karena kepala janin turun ke pintu atas panggul serta
terjadi penekanan pada kandung kemih, sehingga menyebabkan
kandung kemih terus terasa penuh
Tujuan : Agar ibu paham penyebab BAK
c. Menginformasikan kepada ibu untuk sering mengganti celana
dalam apabila sudah terasa lembab atau menggunakan
doek/softek
Tujuan : Supaya vagina ibu tetap terjaga atau tidak lembab
d. Menginformasikan tanda-tanda persalinan seperti keluarnya
lender bercampur darah , serta adanya kontraksi. tanda-tanda
bahaya persalinan seperti keluarnya air ketuban keruh dan
berbau, dan ibu mengalami kejang-kejang
Tujuan : Agar mental ibu lebih siap dan mencegah hal yang tidak
diinginkan
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Tujuan : Agar ibu lebih rileks untuk persiapan persalinan
f. Menginformasikan persiapan persalinan dan persiapan ibu di
klinik bidan
Tujuan : Agar mental ibu lebih siap dan mencegah yang hal yang
tidak diinginkan
g. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara dengan
membersihkan payudara disaat mandi , melakukan pemijatan
kearah dalam dan luar ,serta membersihkan putting dengan
kassa/kain bersih
Tujuan : Agar ibu lebih siap untuk memberi ASI ekslusif kepada
bayinya nanti
h. Menginformasikan kepada ibu pentingnya melakukan IMD
segera setelah lahir dan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
tanpa makanan pendamping apapun
43
i. Melakukan pendokumentasian buku KIA ibu.
Tujuan : Agar mengetahui perkembangan ibu setiap
pemeriksaan untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi.
3.2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Pemeriksaan di PMB T.Napitu PematangsiantarTanggal 12 April 2021 Pukul 15.15 Wib DATA SUBJEKTIFNy. N, GIIIPII A0, HPHT: 07-07-2020, TTP: 14-04-2021 datang ke PMB mengatakan perut terasa mules dan ada keluar lender campur darah sejak pukul 03.00 Wib.Kala IDATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/80 mmHg , nadi: 80x/i, suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 21x/i, conjungtiva tidak pucat,mamae tidak ada benjolan, papilla protruding, dan ada pengeluaran kolostrum. TFU 34 cm, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan 4/5 di hodge I, DJJ 140 x/I, His 3x10’ durasi 30”. VT teraba porsio menipis, selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 5 cm. 15.45 WIB: DJJ: 140 x/I, N: 83 x/I, His 3x10’ durasi 30”.16.15 WIB: DJJ: 143 x/I, N: 83 x/I, His 3x10’ durasi 30”. 16.45 WIB: DJJ: 140 x/I, N: 82 x/I, His 4x10’ durasi 30”.17.15 WIB: DJJ: 138 x/I, N: 80 x/I, His 4x10’ durasi 40”. 17.45 WIB: DJJ: 140 x/I, N: 80 x/I, His 4x10’ durasi 42”.ANALIS Ny N, GIIIPIIA0, dengan usia kehamilan 38 minggu, inpartu kala I fase aktif sub fase dilaktasi maksimal, keadaan ibu dan janin baik. Kebutuhan : Pemantauan kemajuan persalinan.PENATALAKSANAAN 1. Melakukan pemeriksaan TTV, dan observasi tanda bahaya, kemajuan persalianan dan kesejahteraan janin, melakukan pemeriksaan dalam. 2. Melakukan pemeriksaan (VT) dalam per 4 jam. 3. Melakukan pemantauan DJJ, nadi, dan kontraksi per setengah jam. 4. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan . 5. Menginformasikan bahwa saat ini pembukaan serviks sudah 5 cm. 6. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf. 7. Mengajarkan ibu Teknik relaksasi pada saat tidak ada his. 8. Mempersiapkan alat, obat dan alat perlindung diri (APD). 9. Memberikan pemenuhan nutrisi ibu. 10. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan.DATA PERKEMBANGAN Pukul 18.15 Wib DATA SUBJEKTIFIbu mengatakan perutnya semakin mules.DATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/70 mmHg , nadi: 78x/i, pernapasan: 21x/i, suhu: 36,2 0 C, penurunan 2/5 di hodge III, DJJ 142 x/I, His 4x10’ durasi 40”. VT pembukaan serviks 9 cm.18.45 WIB: DJJ: 142 x/I, N: 83 x/I, His 5x10’ durasi 45”. 19.15 WIB: DJJ: 143 x/I, N: 83 x/I, His 5x10’ durasi 45”ANALISA GIIIPIIA0, Inpartu kala I fase aktif sub fase dilaktasi maksimal serta keadaan ibu dan janinbaik.
44
Masalah : perut semakin sering mules Kebutuhan : memantau kemajuan persalinanANALISA GIIIPIIA0, Inpartu kala I fase aktif sub fase dilaktasi maksimal serta keadaan ibu dan janinbaik. Masalah : perut semakin sering mules Kebutuhan : memantau kemajuan persalinanDATA PEMANTAUAN KALA II Tanggal 12 April 2021 Pukul 19.15 Wib DATA SUBJEKTIF Ibu merasa sangat kesakitan dan sudah ada keinginan seperti mau BAB
DATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/80 mmHg , nadi: 78x/i, suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 22x/I, penurunan1/5 di hodge III, DJJ 143 x/I, His 5x10’ durasi 45”. VT pembukaan serviks 10 cm, terdapattanda-tanda kala II.ANALISA Ibu multigravida Inpartu kala II dengan kebutuhan: Memberikan semangat pada ibu. Menganjurkan ibu untuk meneran disaat kontraksi. Melakukan pertolongan persalinan.PENATALAKSANAAN 19.15 WIB: Memberitahu hasil pemeriksaan, asuhan yang diberikan. Ibu mengerti
Mengajarkan Teknik meneran dan Teknik relaksasi, ibu melakukan dengan baik19.20 WIB: Menolong persalinan. 19.25 WIB: Bayi lahir spontan, laki-laki, Apgar score 8/10 dengan warna badan kemerahan,
gerakan rangsangan lemah, aktivitas sedikit, pernafasan teratur, nadi <100 x/i.Memotong tali pusat, memfasilitasi IMD, berhasil pada menit ke 30 menit.
DATA PEMANTAUAN KALA III Pukul 19.25 Wib DATA SUBJEKTIFIbu mengatakan ada perasaan mules pada perut.DATA OBJEKTIF K/u baik, TFU setinggi pusat, kontraksi ada, teraba bulat, keras, tidak terdapat janin kedua, bayi lahir tanggal 12 April 2021 pukul 19.25 wib, jenis kelamin laki-laki, BB 3500 gram dan kandung kemih kosong.ANALISA Ibu multigravida Inpartu kala III. Masalah : Adanya perasaan mules pada perut ibu. Kebutuhan : Pengeluaran plasenta dengan manajemen aktif kala III.
PENATALAKSANAAN 1. Selanjutnya memastikan bayi hidup tunggal dan menyuntikan oksitosin 10 unit di 1/3
paha kanan atas ibu dan melakukan pemotongan tali pusat dengan cara menjepit talipusat menggunakan umbilical cord klem 3 cm dari pusat bayi dan memasang klemkedua 2 cm dari umbilical cord klem dan memotong tali pusat diantara kedua klemtersebut.
2. Penolong mengganti kain basah dan menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dankering
3. Memindahkan klem pada tali pusat kira-kira 5-10 cm dari vulva
45
4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali serta menilai pelepasan plasenta denganperasat kustner. Ternyata tali pusat tidak masuk kembali kedalam vagina yang berartiplasenta sudah lepas dari dinding uterus. Melakukan pengeluaran plasenta yaitupenolong menarik tali pusat kearah bawah kemudian kearah atas, mengikuti kurvejalan lahir sambal tangan kiri meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jikaplasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta denganmenggunakan kedua tanggan. Memegang plasenta dan memutar plasenta ataumemilin plasenta searah jarum jam dengan lembut dan perlahan.
5. Plasenta lahir spontan pukul 19.40 wib. Melihat kelengkapan plasenta yaitu kotiledonlengkap 18 buah, Panjang tali pusat ± 50 cm selaput ketuban lengkap. Melakukanmasase uterus, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.
DATA PEMANTAUAN KALA IV Pukul 19.40 Wib DATA SUBJEKTIF Ibu merasa lebih tenang dan lebih baikDATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/70 mmHg , nadi: 74x/i, suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 20x/i. kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra normal, terdapat ruptur perineum derajat II.ANALISA Ibu inpartu kala IV dengan rupture perineum derajat II. Masalah : Nyeri pada luka perineum. Kebutuhan : Penjahitan luka perineum dan pengawasan kala IV.PENATALAKSANAAN 1. Melakukan Penilaian laserasi dengan kain kasa, terdapat ruptur perineum derajat II. 2. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan. Ibu memahami. Mengestimasi jumlah perdarahan sebanyak ± 200 cc dan terdapat rupture perineum derajat II 3. Melakukan penjahitan perineum dengan Teknik jelujur 4. Membersihkan ibu dengan mengganti baju ibu, memasang gurita dan pembalut pada ibu 5. Memfasilitasi pemenuhan nutrisi dan melengkapi patograf. Melakukan pemantauan kala IV, memantau keadaan ibu daam 2 jam postpartum, setiap 15 menit di 1 jam pertama dan setiap 30 menit di 1 jam kedua. 19.55 WIB: Melakukan pemantauan terhadap keadaan ibu. TD: 110/70 mmHg , nadi: 74x/i,
suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 21x/i. TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahannormal, kandung kemih telah dikosongkan, kontraksi baik.
20.10 WIB: Melakukan pemantauan terhadap keadaan ibu. TD: 110/70 mmHg , nadi: 73x/i,suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 20x/i. 48 TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahannormal, kandung kemih telah dikosongkan, kontraksi baik.
20.25 WIB: Melakukan pemantauan terhadap keadaan ibu. TD: 110/80 mmHg , nadi: 74x/i,suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 20x/i. TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahannormal, kandung kemih telah dikosongkan, kontraksi baik.
20.40 WIB: Melakukan pemantauan terhadap keadaan ibu. TD: 110/80 mmHg , nadi: 74x/i,suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 20x/i. TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahannormal, kandung kemih telah dikosongkan, kontraksi baik.
21.10 WIB: Melakukan pemantauan terhadap keadaan ibu. TD: 100/70 mmHg , nadi: 76x/i,suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 21x/i. TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahannormal, kandung kemih telah dikosongkan, kontraksi baik.
46
3.3. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFASKunjungan IPemeriksaan di PMB T.Napitu Pematangsiantar 13 April2021 Pukul 07.30 WibDATA SUBJEKTIFNy.N melahirkan 13 jam yang lalu, mengatakan masih nyeri pada luka perineum, ibumengatakan ASI sudah keluar.DATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/70 mmHg , nadi: 80x/i, suhu: 36,0 0 C dan pernapasan: 21x/i, papillaprotruding, tidak ada tanda tanda perdarahan, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik,perdarahan normal (± 40 cc), lochea rubra, kandung kemih kosong, luka jahitan tidak adatanda-tanda infeksi.ANALISA Ibu 13 post partum fisiologis, keadaan umum baik Masalah : Masih nyeri pada luka perineum Kebutuhan : 1. Hasil pemeriksaan pada ibu,
2. Personal hygiene, 3. Menjelaskan kepada ibu tentang mobilisasi.PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu bahwa hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus baik, tidak terjadi perdarahan, TFU 3 jari dibawah pusat.
2. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengganti pembalut bilapembalut terasa penuh
3. Memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi, ibu dudah mulai miring kiridan kanan dan mulai turun dari tempat tidur. Memberitahu ibu caramerawat luka perineum, dengan melakukan hal-hal berikut:
a) Menjaga luka robekan selalu bersih dan kering. b) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada luka robekan. c) Ibu dapat dating ke klinik bidan jika ia mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukannya atau jikadaerah luka tersebut menjadi lebih nyeri.
d) Menganjurkan ibu untuk memberi ASI Eksklusif pada bayinya,mengajarkan ibu Teknik menyusui yang benar dan mengajarkan ibu caramerawat tali pusat yang baik dan benar.
Kunjungan II Pemeriksaan di Rumah Ny. N Tanggal 15 April 2021 Pukul 10.00 WibNy. N melahirkan 4 hari yang lalu, mengatakan kondisinya sudah mulai membaik, banyinyamenyusui dengan kuat, istirahat ibu cukup dan tidak ada keluhan nyeri pada luka perineum,sudah BAK sebanyak 6 kali dan sudah BAB, minum ± 8 gelas.DATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/70 mmHg , nadi: 78x/i, suhu: 36,20 C dan pernapasan: 22x/i, ASI keluar lancer, proses laktasi berjalan dengan lancer, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat dengan simfisis, luka pada perineum terlihat kering dan tidak ada ditemukan tanda-tanda infeksi, lochea sanguinolenta ± 5 cc.
ANALISA Ibu 4 hari post partum fisiologis, keadaan umum baik. Kebutuhan : 1. Hasil pemeriksaan pada ibu,
47
2. Tanda bahaya masa pemulihan, 3. pemenuhan nutrisi ibu, 4. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif.
PENATALAKSANAAN 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan. 2. Melakukan observasi terhadap kenormalan involusi uteri dan hasilnya involusio uteri berjalan normal dengan cara melakukan palpasi pada abdomen bawah ibu. 3. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu: ibu demam, bengkak pada kaki, payudara bengkak. 4. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum.
Kunjungan III Pemeriksaan di Rumah Ny. NTanggal 22 April 2021 Pukul 10.00 Wib DATA SUBJEKTIF Ny. N melahirkan 11 hari yang lalu, mengatakan sudah jauh lebih sehat dan sudah dapat merawat bayinya sendiri.
DATA OBJEKTIF K/u baik, TD: 110/70 mmHg , nadi: 80x/i, suhu: 36,20 C dan pernapasan: 24x/i, tidak ada tanda-tanda peradangan, ASI ada, TFU sudah tidak teraba, lochea alba.
ANALISA Ibu 11 hari post partum fisiologis, keadaan umum baik.
PENATALAKSANAAN 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan. 2. Melakukan observasi terhadap kenormalan involusi uteri dan hasilnya involusio uteri berjalan normal dengan cara melakukan palpasi pada abdomen bawah ibu. 3. Memberikan konseling untuk KB secara dini. 4. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum.
5. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.
3.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Kunjungan I
Pada Tanggal 13 April 2021 Pukul
07:30 Wib
Di Rumah Ny. N
S : Bayi Ny. N Ibu mengatakan bayinya rewel dan belum bisa menyusu
dengan baik
48
O : K/U Baik, N 130 x/i’, P 45 X/i’, S 36, 70C, tidak ada kelainan atau cacat
bawaan, reflex baik.
A : BBL Neonatus keadaan umum bayi baik.
Masalah: Belum bisa menyusu dengan baik
Kebutuhan: Memandikan bayi dan merawat tali pusat agar tidak
infeksi
P :
1. Melakukan observasi keadaan umum bayi.
2. Melakukan perawatan baru lahir yaitu mengganti popok bayi ketika
bayi BAB atau BAK.
3. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan benar
4. Memantau tali pusat apakah bernanah atau tidak
5. Memandikan Bayi.
Kunjungan II
Pada Tanggal 15 April 2021 Pukul
10.00 Wib
Di Rumah Ny. N
S : Bayi Ny. N mengatakan sudah bisa menyusu dengan baik
O : K/U Baik, N 130 x/i’, P 45 X/i’, S 36, 60C, tidak ada kelainan atau cacat
bawaan, reflex baik.
A : BBL Neonatus keadaan umum bayi baik.
Masalah: -
Kebutuhan: Memandikan bayi dan merawat tali pusat agar tidak
infeksi
P :
1. Melakukan observasi keadaan umum bayi.
2. Melakukan perawatan baru lahir yaitu mengganti popok bayi ketika
bayi BAB atau BAK.
3. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan benar
4. Memantau tali pusat apakah bernanah atau tidak
5. Memandikan Bayi.
49
Kunjungan III
Tanggal 22 April 2021 Pukul
10.00 Wib
Di Rumah Ny. N
S : Bayi Ny. N bayinya tidak rewel, ASI Eksklusif
O : K/U Baik, N 124 x/i, P 48 x/i, S 37,1 0c, tidak ada kelainan atau cacat
bawaan, reflex baik, BB 3400 gram, tali pusat belum putus
A : BBL Neonatus dengan keadaan umum bayi baik.
Kebutuhan : Pemberian ASI eksklusif dan perawatan bayi.
P
: 1. Melakukan observasi keadaan umum bayi.
2. Melakukan perawatan baru lahir yaitu mengganti
popok bayi ketika bayi BAB atau BAK.
3. Memandikan Bayi.
4. Menginformasikan ibu jadwal imunisasi, yaitu:
0-7 hari: HB0
1 bulan: BCG, Polio
a. 2 bulan : DPT- HB 1- Polio 2
b. 3 bulan: DPT 2- HB 2- Polio 3
c. 4 bulan: DPT 3- HB 3- Polio 4
d. 9 bulan: Campak
e. 18 bulan: DPT- HB- Hib
24 bulan: Campak
50
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Kehamilan
Asuhan kebidanan yang dilakukan selama hamil secara komprehensif dengan continue ofcare, ANC sebanyak 3 kali selama kehamilan ini, yang terdiri dari tiga kali pada trimester III.Hal ini sesuai dengan teori dimana ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasanantenatal minimal sebanyak 3 kali . Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan mengikuti asuhan pelayanan kebidanan yaitu:Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, Pengukuran tekanan darah, PengukuranLingkar Lengan Atas, Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), Pemberian imunisasiTetanus Toksoid, Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin, Pelaksanaan temuwicara, Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),pemeriksaan protein dan reduksi urin dan tatalaksana kasus. Pada Ny. N mendapatkanseluruh pelayanan kesehatan ibu hamil tersebut, sehingga tidak terdapat kesenjangan antarateori dengan praktek dilapangan (Kemenkes RI, 2017). Pada saat memasuki trimester III ibu mengeluh sering mengalami miksi dan cepat lelah.Frekuensi BAK pada trimester III biasanya meningkat karena penurunan kepala ke PAP(Pintu Atas Panggul) karena hormone progesterone meningkat. Ini terjadi karena pada awalkehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantung kemih sehingga kapasitasnyaberkurang dan yang dialami oleh Ny. N sesuai dengan teori yang ada (Walyani, 2015). Kunjungan I dilakukan pada tanggal 03 Maret 2021. Hasil pemeriksaan pada Ny. Ndiperoleh TTV dalam batas normal, BB 59 kg. Pada saat ini usia kehamilan ibu adalah 32-34minggu. Hasil pemeriksaan palpasi Leopold I TFU setinggi pusat (27 cm). Leopold IIdiperoleh pada bagian kiri abdomen ibu teraba keras panjang, memapan. Leopold IIIdiperoleh bagian terbawah abdomen ibu bulat, keras dan melenting. Leopold IV belum masukPAP. Ibu mengatakan sering mudah lelah. Kunjungan II dilakukan pada tanggal 04 Maret 2021. Hasil pemeriksaan pada Ny. Ndiperoleh TTV dalam batas normal, BB 59 kg. Pada saat ini usia kehamilan ibu adalah 32-34minggu. Hasil pemeriksaan palpasi Leopold I TFU 2 jari diatas pusat (27 cm). Leopold IIdiperoleh pada bagian kiri abdomen ibu teraba keras panjang, memapan. Leopold IIIdiperoleh bagian terbawah abdomen ibu bulat dan keras. Leopold IV belum masuk PAP. Ibumengatakan sering BAK.
Kunjungan III dilakukan pada tanggal 01 April 2021. Hasil pemeriksaan pada Ny. Ndiperoleh TTV dalam batas normal, BB 60 Kg. Pada saat ini usia kehamilan ibu adalah 36minggu. Hasil pemeriksaan palpasi Leopold I TFU 4 jari diatas pusat (30 cm). Leopold IIdiperoleh pada bagian kiri abdomen ibu teraba keras panjang, memapan. Leopold IIIdiperoleh bagian terbawah abdomen ibu bulat dan keras. Leopold IV belum masuk PAP. Ibumengatakan sering BAK.
51
Imunisasi TT telah ibu dapatkan sebanyak 2 kali. Imunisasi TT1 didapatkan ibu padatanggal 04 Maret 2021 dan TT2 pada tanggal 01 April 2021. Vaksin TT harus diberikan padawanita hamil untuk menjadikan tubuh ibu mempunyai antioksidan yang akan melindungi ibudan bayi dalam kandungan ibu dari bakteri Clostridium Tetani yang menyebabkan penyakittetanus sehingga bakteri tersebut tidak dapat berkembang biak ataupun menginfeksi tubuh ibudan bayi. Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksalagi menjelang persalinan. Pemeriksaan HB adalah salah satu upayauntuk mendeteksi anemia pada ibu hamil, dan di dapatkan Ny. N tidak mengalami anemiadengan Hb 14,1 gr%.4.2 Persalinan Kala I Pada usia kehamilan 38 minggu Ny. N dan suami datang ke klinik bidan T.Napitu dengankeluhan mules-mules pada perutnya, dan adanya lendir bercampur darah yang keluar darivagina. Kemudian bidan melakukan anamnese yaitu mengenai riwayat persalinan ibu yanglalu, riwayat kesehatan ibu, kemudian penolong melakukan pemeriksaan dalam pada Ny. Ndan didapatkan hasil bahwa serviks sudah pembukaan 5 cm, ketuban masih utuh, penurunankepala 3/5, portio menipis dan keadaan umum ibu baik.
Kala II Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalanproses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembukaanserviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebutsebagai kala pengeluaran bayi. Lamanya kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasiadalah sekitar 40 menit pada primigravida 15 menit pada multipara (Walyani,2016). Penulis memimpin ibu untuk meneran dan menganjurkan ibu untuk beristirahat diantarakontraksi. Pada kala II Ny. N bayi lahir spontan pukul 19.25 WIB, jenis kelamin laki-laki,APGAR score 8/10. Pada asuhan kala II terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek,sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2016) yaitu penggunaan alat pelindung diri, penolong hanyamenggunakan sarung tangan, masker, kacamata dan apron, hal ini tidak sesuai dengan APDyang dianjurkan dalam asuhan persalinan normal karena tidak tersedia peralatan yanglengkap di klinik bidan T.Napitu. Pada kala II mules semakin sering dan adanya keinginan ibu untuk mengedan dan sepertiingin buang air besar yang disebabkan oleh kepala bayi yang semakin turun dan menekanrectum hal ini sesuai dengan teori di mana semakin turunnya kepala bayi maka menyebabkantekanan pada rectum ibu sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anusterbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka, danperineum menegang. Kemajuan persalinan dipantau dengan menggunakan partograf hal ini telah sesuai padaasuhan persalinan normal yaitu mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dansemua hasil-hasil penilaian lainnya pada partograf. Setelah bayi lahir dan dilakukan laserasijalan lahir ternyata di dapatkan ibu mengalami rupture perineum dan dilakukan penjahitansehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
52
Kala III
Kala III (pelepasan plasenta) adalah masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya prosespengeluaran plasenta. Sebelum melakukan manajemen aktif kala III, pastikan bahwa janinhidup tunggal atau ganda dan sudah diberikan oksitosin pada paha kanan ibu, selanjutnyapenulis melihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan memindahkan klem pada tali pusat sekitar5-10 cm dari vulva (Walyani, 2016). Kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali dan menilai pelepasan plasentaserta masase fundus ibu. Plasenta lahir selama kurang lebih selama 15 menit, lalu penulismemeriksa kelengkapan plasenta, ternyata plasenta lahir lengkap, kotiledon 20 buah, talipusat 50 cm dan selaput ketuban utuh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manajemen aktifkala III yaitu pemberian oksitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masasefundus uteri. Penanganan kala III pada Ny. I telah sesuai dengan asuhan persalinan normal(JNPK-KR, 2016).
Kala IV Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.Setelah plasenta lahir penulis melakukan pemantauan kepada Ny.N selama 2 jam yaitu pemantauan vital sign, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,kandung kemih kosong dan menilai perdarahan (Walyani, 2016). Pada tinjauan kasus didapatkan bahwa kala IV pada Ny. N terdapat robekan jalan lahirderajat 2 dikarenakan posisi ibu litotomi, dan penyebab utama perdarahan postpartumbiasanya terjadi ketika ibu melahirkan dengan posisi litotomi karena posisi ini menyebabkanpeningkatan tekanan pada perineum. Penulis melakukan penjahitan perineum dengan jelujur, dimulai dari 1 cm diatas luka,jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai laserasi. Kemudian melakukanpemeriksaan dengan memasukkan jari ke anus untuk mengetahui terabanya jahitan padarectum karena dapat menyebabkan fistula dan bahkan infeksi, tidak ditemukan masalah yangserius selama proses pengawasan kala IV.
4.3 Nifas Pada tinjauan kasus penulis melakukan kunjungan pada Ny. N sebanyak 3 kali selamamasa nifas yaitu KF1 pada tanggal 13 April 2021 KF2 tanggal 15 April 2021, KF3 tanggal 22April 2021. Selama masa nifas ibu tidak memiliki pantangan apapun terhadap makanan. Ibuselalu makan makanan yang bergizi. Involusi uterus berjalan normal. Masa nifas 6-8 jam, Ny. N mengatakan perutnya masih terasa mules TFU 2 jari dibawahpusat, kontraksi baik. Keadaan ibu dalam batas normal, colostrum keluar, penolongmendekatkan bayi dengan ibu agar bayi mengenal putting ibu dan bayi mendapatkan ASI.Pada jam ini, penolong melakukan pemantauan dengan hasil pengeluaran lochea rubraberwarna merah dengan konsistensi kental ± 50 cc tahap ini ibu dalam masa pemulihandimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam waktu 0-24 jam post partumdan pada masa nifas ibu tidak memiliki masalah.
53
4.4 Bayi Baru Lahir Bayi Ny. N lahir spontan pada tanggal 12 April 2021 pukul 19.25 WIB, asuhan yangdiberikan penulis pada bayi segera setelah lahir yaitu langsung meletakkan bayi di atas perutibu, segera mengeringkan bayi dengan kain kering dan menilai APGAR score bayi dan apgarscore 8/10 kemudian melakukan penghisapan lendir dengan de lee dan bayi segera menangiskuat, warna kulit kemerahan, dan gerakan aktif, kemudian tali pusat di jepit dengan klem danmemotongnya. Setelah itu mengganti kain yang tadi membungkus bayi dengan kain yangbersih dan kering kemudian dilakukan IMD. Hal ini dilakukan supaya dapat merangsanguterus berkontraksi dan mencegah perdarahan, merangsang produksi air susu, memperkuatrefleks menghisap pada bayi dan bayi Ny. N menghisap setelah 1 jam pertama setelah lahir. Setelah persalinan selesai penulis melakukan penilaian pada bayi dan melakukanperawatan selanjutnya yaitu menjaga kehangatan pada bayi, tidak langsung memandikansetelah bayi lahir dan menempatkan bayi dilingkungan yang hangat untuk mencegahhipotermi. Pada bayi Ny. N penulis memberikan vitamin K secara IM, Hb0 dosis 0,5 di pahakanan anterolateral dan salep mata sebagai profilaksis yaitu salep tetracycline 1%. Profilaksistidak akan efektif bila tidak diberikan pada 1 jam pertama, oleh karena itu penulis segeramemberikan profilaksis tersebut kepada bayi Ny. N. Pada tinjauan kasus, bayi baru lahir spontan, jenis kelamin laki-laki dengan PB 50 cm, BB3500 gram, LK 33 cm dan LD 34 cm. Hal ini normal karena sesuai dengan teori yangmengatakan bahwa normal PB 48-52 cm, BB 2500-4000 gram, LK 33-35 cm, LD 30-38 cm.Dan pada saat lahir apgar score bayi 8/10 yang artinya bayi tidak mengalami asfiksia karenaberdasarkan teori bayi mengalami asfiksia jika nilai apgar score < 7. Pada kunjunganneonatus usia 4 hari, ibu mengatakan bayi tidak rewel, menyusui dengan kuat dan tali pusattelah putus.
54
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Asuhan kehamilan pada Ny. N dari awal pemeriksaan kehamilan pada 03 Maret 2021 sampai dengan berakhirnya kunjungan pada tanggal 01 April 2021, dari hasil pengkajian dan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan tidak ditemukan kelainan atau komplikasi pada ibu dan janin saat kehamilan, HB ibu selama hamil menurun dan dinyatakan anemia ringan. 2. Proses persalinan pada Ny. N mengalami rupture perineum derajat II dan asuhan yang diberikan sudah berhasil sehingga tidak berdampak buruk bagi ibu. 3. Asuhan masa nifas pada Ny. N dimulai dari tanggal 13 April 2021 – 22 April 2021 yaitu dari 6 jam postpartum sampai 11 minggu postpartum. Selama kunjungan ibu mengatakan bayinya rewel dan kuat menyusu, tidak ada masalah pada masa nifas ibu. 4. Asuhan Bayi Baru Lahir pada bayi Ny. N jenis kelamin laki-laki, BB 3500 gram, PB 50 cm, LK 33 cm LD 34 cm. Tidak cacat dan tidak ada tanda bahaya. Diberikan salep mata tetrasiklin 1% dan Vit Neo K 1 mg/0,5 cc di 1/3 bagian paha luar sebelah kiri, serta imunisasiHepatitis B0.
5. Asuhan konseling, informasi, dan edukasi keluarga berencana dan alat kontrasepsi KB Suntik pada Ny. N. Setelah dilakukan konseling Ny. N telah menjadi akseptor KB Suntik yang 1 bulan.
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaanfasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehinggadapat menghasilkan bidan yang berkualitas dimasa depan.
2. Bagi klien Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan kesehatannya secarateratur di klinik bidan atau pelayanan kesehatan terdekat, sehingga merasa lebih yakin dannyaman mendapatkan pengawasan kesehatan, menjaga kebersihan diri dengan caramelakukan personal hygiene, nutrisi yang seimbang dan memenuhi kebutuhan ASI pada bayi,dan menganjurkan klien untuk menjaga jarak kehamilan dengan menggunakan KB sehinggadapat meningkatkan kesejahteraan kesehatan ibu dan anak.
55