i
SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK
BERDASARKAN RISK BASED BANK RATING DAN
FINANCIAL DISTRESS PADA PT BANK SYARIAH
MANDIRI
Untuk Memenuhi Peryaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Oleh
SINTA KURNIA
NIM.217120169
PROGRAM SARJANA ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI PERBANKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021
vii
RIWAYAT HIDUP
Sinta Kurnia adalah nama penulis skripsi ini, lahir pada
tanggal 11 Maret 1998 di Tanjung, Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penulis ini merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara dari
pasangan Zaenudin Ahmad dan Nurnawati. Penulis pertama
kali masuk pendidikan tahun 2005-2011 di SDN 5 BENTEK, kemudian
melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 GANGGA TAHUN 2011-2014 dan
melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 TANJUNG tahun 2014-2017 dan pada tahun
2017-2021 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Mataram Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Administrasi Bisnis.
Dengan ketekunan, motivasi yang tinggi untuk terus belajar dan berusaha
penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini semoga
dengan penulis akhir tugas skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi
dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar besar nya atas
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Risk Based Bank Rating Dan Financial Distress Pada Pt Bank Syariah
Mandiri”
viii
MOTTO
“... Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita...."
Surat At-Taubah ayat 40
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling
tinggi derajatnya jika kamu beriman."
Surat Ali Imran ayat 139
“ jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang
manusia punya mulut tapi belum tentu punya pikiran”
Albert Einstein
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahhirabil alamin, penulis mengucapkan kehadirat allah swt,
telah memberikan anugerah, kesehatan serta rahmat nya hingga skripsi dapat
terselesaikan. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Untuk bapak saya Zaenudin Ahmad dan ibu saya Nurnawati yang tercinta yang
tidak pernah jenuh untuk mendoakan dan menasehati saya dan yang selalu
ikhlas dalam memenuhi semua kebutuhan saya.
2. Untuk adik saya Bimas To R Langga tercinta.
3. Untuk kaka saya Esi Aprilia yangku sayangi
4. Untuk keluarga besar saya yang saya cintai, yang selalu membantu dan
mendukung saya.
5. Untuk teman-teman seperjuangan ku yang tercinta, khusus nya untuk teman-
teman seangkatan.
6. Untuk almamater tercinta.
7. Sahabat-sahabat saya Sabrina, Sukur, Daud, Abay, Maun, Panji, Alik dan Izi
kawan-kawan di kampung halaman.
8. Buat temen saya terutama SUSIS DAN FAISAL terimakasi sudah selalu ada
disaat saya butuh bantuan dalam menyusun skripsi.
9. Buat Bagas terimakasi sudah menemani kerjain skripsi dan selalu kasi
semangat.
10. Buat temen-temen kuliah, Risky, Rani, Masrullah, Vina, Iyan, Rita, Rozi,
Novi, Ros, Iskandar, Afifah, Arni. Citra, Shindy.
x
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN RISK
BASED BANK RATING DAN FINANCIAL DISTRESS PADA PT BANK
SYRAIAH MANDIRI
Sinta Kurnia1, Lalu Hendra Maniza, S.Sos., M.M.2, Nurul Hidayati Indra
Ningsih, S.E.,M.M3
Baiq Reinalda Tri Yunarni, S.E., M.Ak.4
Mahasiswa1, Pembimbing Utama2, Pembimbing Pendamping3, Penguji Netral4
Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank Syariah
Mandiri tahun 2018-2019 dengan menggunakan metode pengukuran yang telah
diatur dalam peraturan otoritas jasa keuangan No.8/POJK/2014 tentang penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dengan metode RBBR dan Financial
Distress.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap empat faktor
RBBR yaitu Risk Profile melalui NPF dan FDR, Earning melalui rasio ROA, faktor
Capital melalui rasio CAR dan Good Corporate Goverance dan faktor Financial
Distress.
Hasil penelitian tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri menunjukkan
bahwa predikat kesehatan bank sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
OJK. Pada tahun 2018-2019 rasio keuangan Bank Syariah Mandiri memperoleh
predikat sehat untuk rasio Risk Profile yang menggunakan rasio NPF dan FDR,
rasio ROA mendapat predikat cukup sehat pada tahun 2018 sementara pada tahun
2019 mendapat predikat sangat sehat, rasio CAR mendapat predikat sangat sehat
pada tahun 2018-2019, faktor GCG mendapat predikat sangat seha tahun 2018-
2019 dan faktor Financial Distres pada zona abu-abu pada tahun 2018-2019.
Kata kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RBBR dan Financial Distress
xii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
nya, sehinga pemyusun dapat merampungkan skripsi dengan judul: “Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Based Bank Rating Dan Financial
Distress Pada PT Bank Syariah Mandiri” sebagai syarat menyelsaikan program
sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Fisipol Universitas Muhammadiyah
Mataram.
Penghargaan dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada ibunda tercinta
Nurnawati dan ayahanda yang kusayangi Zaenudin Ahmad, adik tersayang Bimas
To R Langga serta Keluarga Besar yang saya cintai, yang telah mencurahkan
segenap cinta dan kasih sayang, dukungan dan perhatian yang tulusnya. Semogah
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di
dunia dan akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Penghargaan dan terimakasih penulis berikan kepada Bapak Lalu Hendra Maniza,
S.Sos., M.M. Selaku Dosen Pembibing Utama dan Ibu Nurul Hidayati Indra Ningsih,
S.E., M.M. Selaku Dosen Pendamping Saya yang telah membantu penulissan skripsi ini.
Serta ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Arsyad Abd, Ghani, M.Pd. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Mataram.
2. Bapak Dr. H. Muhamad Ali, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Muhammadiyah Mataram
xiii
3. Bapak Lalu Hendra Maniza, S.Sos., M.M. Selaku Prodi Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Muhammadiyah Mataram.
4. Ibu Baiq Reinelda Tri Yunarni, S.E., M.Ak. Selaku Sekretaris Prodi
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas
Muhammadiyah Mataram.
5. Seluruh Dosen Dan Staff Prodi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Muhammadiyah Mataram.
6. Almamaterku yang tercinta Universitas Muhammadiyah Mataram.
7. Terimaski buat temen-temen kuliah saya selama 3.5 tahun ini.
8. Semua Pihak Yang Tidak Dapat Biasa Disebutkan Satu Persatu Yang Telah
Membantu Memberikandukungan.
Akhir kata menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, 11 Februari 2021
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ iii
PERNYATAAN KEAHLIAN SKRIPSI ........................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................ x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ..................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 10
2.2 Landasaran Teori .......................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Bank ................................................................................... 12
2.2.2 Bank Syariah ........................................................................................ 13
2.2.3 Financial Distress ................................................................................ 16
2.2.4 Risk Based Bank Rating ....................................................................... 24
2.3 Kerangka Konseptual ................................................................................... 35
xv
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 36
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 36
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 36
3.3 Jenis Dan Sumber Data ................................................................................ 36
3.3.1 Jenis Data ............................................................................................. 36
3.3.2 Sumber Data ......................................................................................... 36
3.4 Populsi Dan Sampel ..................................................................................... 37
3.4.1 Populasi ................................................................................................ 37
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 37
3.5 Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 38
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 41
3.7 Tehnik Alat Analisis Data ............................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 46
4.1 Gambaran Umum Pt Bank Syariah Mandiri ................................................ 46
4.1.1 Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri ........................................... 46
4.1.2 Visi Dan Misi Bank Syariah Mandiri ................................................... 48
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................ 49
4.3 Pembahasan .................................................................................................. 54
4.3.1 Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Based Bank Rating ....... 54
4.3.2 Financial Distress ................................................................................ 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 62
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 62
5.2 Saran ............................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1.1 Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di OJK (2018-2019) ........................... 3
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 10
2.2 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan NPF ................................................... 27
2.3 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan FDR .................................................. 29
2.4 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan ROA ................................................. 31
2.5 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan CAR ................................................. 32
3.1 Bank Umum Syariah (2018-2019) .................................................................. 37
3.2 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan NPF ................................................... 42
3.3 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan FDR................................................... 42
3.4 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan ROA .................................................. 42
3.5 Predikat Kesehatan Bank Berdasarkan CAR .................................................. 43
3.6 Bobot Peringkat Komposit .............................................................................. 44
4.1 NPF Bank Syariah Mandiri ............................................................................. 49
4.2 FDR Bank Syariah Mandiri ............................................................................ 50
4.3 ROA Bank Syariah Mandiri ............................................................................ 51
4.4 CAR Bank Syariah Mandiri ............................................................................ 52
4.5 GCG Bank Syariah Mandiri ............................................................................ 52
4.6 Financial Distress ........................................................................................... 53
4.7 Kesehatan Bank Syariah Mandiri Pada Tahun 2018....................................... 54
4.8 kesehatan bank syariah mandiri pada tahun 2019 ........................................... 57
4.9 Prediksi Financial Distress Bank Syariah Mandiri 2018 ............................... 61
4.10 Prediksi Financial Distress Bank Syariah Mandiri 2019 .............................. 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Konseptual ................................................................................... 35
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan,
dengan pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan, serta lembaga
yang bertanggung jawab untuk memperlancar arus kas dan mendukung
pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam konteks perbankan pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
juga berperan dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas
sistem keuangan. Oleh karena itu, diperlukan perbankan yang sehat, transparan
dan bertanggung jawab (Buku Pegangan Bank Indonesia, 2011) dalam
Harahap (2018).
Dari pemahaman tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan ekonomi
suatu negara sangat bergantung pada perkembangan bank dan lembaga
keuangan lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah perantara yang digunakan oleh orang-orang yang memiliki terlalu
banyak uang dan mereka yang kekurangan uang. Banyak ahli yang memiliki
definisi yang berbeda tentang bank, tetapi pada dasarnya mereka setuju bahwa
bank adalah entitas komersial yang kegiatan utamanya adalah mengumpulkan
simpanan dari masyarakat, kemudian mendistribusikannya untuk mendapatkan
2
keuntungan dan memberikan layanan dalam bisnis pembayaran (Rivai, Basir,
Sudarto, & Veithzal, 2013).
Menurut Lubis (Lubis, 2010), salah satu fungsi bank adalah bertindak
sebagai agent of a trust, artinya kegiatan bank sebagai perantara keuangan
menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diperoleh bank dari
kepercayaan masyrakat. Fungsi bank sebagai trust agent tentunya tidak terlepas
dari prinsip saling menguntungkan.
Masyarakat percaya bahwa bank dapat mengelola dananya sendiri, dan
pemilik dana tersebut dapat menarik dananya kapan saja, dan jika ingin
menjaga kepercayaan, bank harus dapat mengembalikan dananya. Pada saat
yang sama, penarikan dana akan menimbulkan kesulitan likuiditas bagi bank
dan dapat mengakibatkan kebangkrutan (Simorangkir, 2004). Mengingat
pentingnya tingkat kesehatan bank, maka perlu dilakukan penilaian tingkat
kesehatan bank.
Penilaian tersebut untuk mengetahui apakah bank dalam kondisi tidak
sehat, kurang sehat, cukup sehat, sehat dan sangat sehat., sehingga bank harus
tetap beroperasi atau bahkan berhenti beroperasi. Metode penilaian kesehatan
bank selalu berubah sesuai dengan perkembangan terkini. Untuk
mencerminkan kesehatan bank saat ini dan masa depan, penilaian kesehatan
bank perlu ditingkatkan (Taswan, 2006).
Penilaian tingkat kesehatan bank dihitung berdasarkan metode yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia No.13 / 1 / PBI / 2011, dimana bank harus
menggunakan metode Risk Based Bank Rating (RBBR) untuk melakukan self
3
assessment tingkat kesehatan bank. Metode tersebut berlaku untuk bank biasa
dan bank syariah.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan komersial sesuai
dengan hukum Syariah. Bank Syariah mulai mendirikan pijakan kelembagaan
pada tahun 1991, yang dilambangkan dengan berdirinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Sejak diundangkannya UU No. 10 tahun 1998, perbankan
syariah berkembang pesat. Undang-undang secara jelas mengatur bahwa baik
bank umum maupun bank perkreditan rakyat dapat melakukan usaha dan
pembiayaan sesuai dengan prinsip syariah. Perkembangan bank umum syariah
yang terdaftar di OJK dari 2018 hingga 2019 sebanyak 14 unit yaitu
Tabel 0.1 Bank umum syariah yang terdaftar di OJK (2018-2019)
No Nama Bank
1 PT. Bank Aceh Syariah
2 PT. BPD NTB Syariah
3 PT. Bank Muamalat Indonesia
4 PT. Bank Victoria syariah
5 PT. Bank BRI syariah
6 PT. Bank Jabar Banten Syariah
7 PT. Bank BNI syariah
8 PT. Bank Syariah Mandiri
9 PT. Bank Mega Syariah
10 PT. Bank Bank Panin Dubai Syariah
11 PT. Bank Syariah Bukopin
12 PT. BCA Syariah
13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
14 PT. Maybank Syariah Indonesia
Sumber: www.ojk.gp.id.
Bank Syariah Mandiri merupakan bank umum konvensional pertama di
Indonesia yang pertama kali membuka unit syariah yang selanjutnya diikuti
oleh bank umum konvensional yang lainnya. Sebagai lembaga keuangan yang
berorientasi pada keuntungan, bank syariah tentunya akan menghadapi berbagai
4
risiko yang melekat dalam aktivitas perbankan, tidak menutup kemungkinan
bahaya yang mengancam kelangsungan hidupnya. Berdasarkan ketentuan
penilaian kesehatan bank disebutkan bahwa risiko inheren akan mempengaruhi
status keuangan, artinya apabila bank dapat meramalkan kemungkinan risiko
tersebut tidak akan mempengaruhi status keuangan dan tidak akan
menimbulkan krisis keuangan. Bagi bank, menjaga tingkat kesehatan sangat
penting. Penilaian tingkat kesehatan dengan metode Risk Based Bank Rating
(RBBR) menggunakan penilaian empat faktor. Berdasarkan PBI No.13 / 1 / PBI
/ 2011, penilaian tersebut meliputi faktor profil risiko, profitabilitas,
permodalan dan good corporate governance (GCG).
Profil risiko tersebut mencakup beberapa risiko, seperti risiko kredit dan
risiko likuiditas. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena counterparty
gagal melaksanakan atau gagal melaksanakan kewajibannya (Rivai, Basir,
Sudarto dan Veithzal, 2013). Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
risiko kredit adalah kredit bermasalah (NPL). Di bank syariah, kredit
(pinjaman) tidak digunakan, dan pembiayaan (financing) digunakan di bank
syariah, hal ini hanya karena perbedaan terminologi. Oleh karena itu, istilah
kredit bermasalah (NPF) harus digunakan untuk mengukur rasio risiko kredit
bank syariah. Non performing financing (NPF) adalah perbandingan antara
kredit bermasalah dengan total pembiayaan yang disediakan bank.
Risiko likuiditas merupakan risiko yang disebabkan oleh
ketidakmampuan bank dalam memenuhi utang yang telah jatuh tempo (Rivai,
Basir, Sudarto & Veithzal, 2013). Rasio Loan To Deposit Ratio dapat digunakan
5
untuk menentukan risiko likuiditas. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR)
adalah hasil perbandingan jumlah yang dikreditkan dengan dana yang diterima
bank. Pada bank syariah, term ratio menggunakan rasio Financing to Deficit
Ratio. Financing to Deficit Ratio adalah perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diajukan oleh bank.
Rasio rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh
keuntungan. Pengembalian (leasability) dapat diukur dengan menggunakan
Return On Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar
tingkat pengembalian aset suatu bank, semakin besar pula keuntungan yang
diperoleh bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank dalam penggunaan
aset tersebut. Oleh karena itu, semakin tinggi aset bank yang dialokasikan untuk
pinjaman dan semakin rendah rasio permodalannya, semakin besar
kemungkinan bangkrut. Pada saat yang sama, semakin tinggi ROA maka
semakin kecil kemungkinan bank gagal (Haryati, 2001) dalam Kurniasari
(2013).
Modal merupakan faktor terpenting bagi sebuah bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Tingkat kecukupan modal merupakan hal yang
harus diperhatikan bank, karena memiliki modal yang cukup untuk mengatasi
kemungkinan kerugian yang mungkin diderita bank, dan juga dapat juga
digunakan sebagai cadangan pada saat bank mengalami krisis. Modal
(permodalan) dapat diukur dengan menggunakan rasio kecukupan modal
(CAR). Rasio kecukupan modal (CAR) merupakan rasio kecukupan modal
6
yang menunjukkan bahwa bank memiliki modal yang cukup dan pengelola
bank memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan
mengendalikan risiko yang dapat mempengaruhi permodalan bank (Kuncoro,
2011, No.519)
Dalam penilaian kesehatan berdasarkan peringkat risiko bank, faktor
good corporate governance juga menjadi alat untuk menentukan kesehatan
bank. Penilaian faktor GCG bank umum syariah merupakan evaluasi terhadap
kualitas pengelolaan bank. Sesuai dengan PBI No.13 / 1 / PBI / 2011, tujuan
penerapan GCG adalah agar bank dapat mendeteksi permasalahan secara dini,
melakukan langkah-langkah perbaikan tindak lanjut yang tepat dan cepat, serta
menerapkan GCG yang lebih baik sehingga bank dapat lebih efektif dalam
menghadapi krisis, elastisitas. Artinya jika bank dapat menerapkan GCG sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan maka kemungkinan permasalahan yang
dihadapi bank akan semakin berkurang. Gunakan nilai komposit untuk
mengukur GCG.
Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan bank umum syariah. Alasan pemilihan faktor yang diyakini dapat
mempengaruhi kesehatan bank adalah karena hasil yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya masih terdapat gips. Atas dasar inilah penelitian ini
menjadi sangat menarik, bertujuan untuk membuktikan hasil sebenarnya
tentang “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Based Bank
Rating Dan Financial Distress Pada PT Bank Syariah Mandiri”
7
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah dari penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari
faktor non performing financing (NPF) selama periode 2018-2019?
2. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari
faktor Non Financing to Depocit Ratio (FDR) selama periode 2018-2019?
3. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari
faktor Return on Assets (ROA) selama periode 2018-2019?
4. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari
faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) selama periode 2018-2019?
5. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari
faktor Good Corporate Govermance (GCG) selama periode 2018-2019?
6. Bagaimana tingkat Financial Distress pada PT Bank Syariah Mandiri
selama peridoe 2018-2019?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganlisis bagaimanakah tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari faktor non performing financing
(NPF) selama periode 2018-2019?
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari faktor non Financing to Depocit
Ratio (FDR) selama periode 2018-2019?
8
3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari faktor Return on Assets (ROA)
selama periode 2018-2019?
4. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari faktor Capital Adequacy Ratio
(CAR) selama periode 2018-2019?
5. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Mandiri dilihat dari faktor Good Corporate
Govermance (GCG) selama preiode 2018-2019?
6. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana tingkat Financial
Distress pada PT Bank Syariah Mandiri selama peridoe 2018-2019?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu:
1. Bagi Teoritis
a. Bagi penulis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan,
serta pengalaman yang berharga dalam mempelajari, memahami dan
mengimplementasikan Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Risk Based Bank Rating Dalam Memprediksi Financial
Distress Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.
9
b. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, menambah
wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat umum yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai media refrensi bagi peneliti
selanjutnya yang nantinya menggunakan konsep dan dasar penelitian yang
sama, yaitu Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risk Based Bank
Rating Dan Financial Distress Pada PT Bank Syariah Mandiri.
3. Bagi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi
sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan keputusan
serta kebijakan mengenai kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kesehatan
bank dan financial distress dapat di jabarkan dalam tabel sebagai berikut:
No Keterangan Uraian
1 Nama Dan Tahun Almilia Luciana Spica Dan Winny
Herdinigtys (2005)
Judul Analisis rasio camel terhadap prediksi
kondisi bermasalah pada lembaga perbankan
periode 2000-2002
Jenis Penelitian Kuantitatif
Tehnik Pengumpulan Data Studi dokumentasi dan browsing
Tehnik Analisis Data Regresi logistic
Hasil Penelitian 1. CAR berpengaruh negative dan signifikan.
2. NPL dan BOPO berpengaruh positif dan
signifikan.
2 Nama Dan Tahun Adhistya risky bestari dan abdul rohman
(2013).
Judul Pengaruh rasio camel dan ukuran bank
terhadap prediksi kondisi bermasalah pada
sector perbankan. (Studi pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di bursa efek
Indonesia tahun 2007-2011).
Jenis Penelitian Kuantitatif
Tehnik Pengumpulan Data Studi dokumentasi dan browsing
Tehnik Analisis Data Regresi logistic
Hasil Penelitian 1. CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR
berpengaruh tidak signifikan.
2. NIM dan ukuran bank berpengaruh
signifikan.
3 Nama Dan Tahun Lina nur hidayati (2015)
Judul Pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap
probabilitas kebankrutan bank (studi pada
bank unun swasta devisa yang tercatat di BEI
tahun 2009-2013)
Jenis Penelitian Kuantitatif
Tehnik Pengumpulan Data Studi dokumentasi dan browsing
Tehnik Analisis Data Regresi linier berganda
11
Hasil Penelitian 1. CAR berpengaruh negative dan tidak
signifikan.
2. NP: berpengaruh positif dan tidak
signifikan.
3. LDR berpengaruh negative dan
signifikan.
4 Nama Dan Tahun Hutasoit, hatyanto (2016)
Judul Pengaruh LDR, NPL, BOPO, ukuran
perusahaan dan CAR terhadap resiko
kebangkrutan (Studi pada Bank Umum
Konvensional Periode 2012-2014)
Jenis Penelitian Kuantitatif
Tehnik Pengumpulan Data Studi dokumentasi dan browsing
Tehnik Analisis Data Regresi linear berganda
Hasil Penelitian 1. LDR dan CAR berpengaruh negative
tidak signifikan terhadap kebangkrutan.
2. NOL dan BOPO berpengaruh negative
signifikan
5 Nama Dan Tahun Ni made meliani andari dan I gusti bagus
wiksuana (2017)
Judul RBBR sebagai determinasi dalam
menanggulangi financial distress pada
perusahaan perbankan di bursa efek
Indonesia.
Jenis Penelitian Kuantitatif
Tehnik Pengumpulan Data Studi dokumentasi dan browsing
12
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Bank
Menurut undang-undang nomor 10 republik indonesia tentang
perbankan tanggal 10 november 1998 (pasal 10 ayat 1 ayat 2 tahun 1998)
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Bank adalah perantara, digunakan oleh pihak yang memiliki dana
terlalu banyak dan pihak yang kekurangan dana. Banyak ahli yang memiliki
pengertian berbeda dengan bank, tetapi pada dasarnya sepakat bahwa bank
adalah entitas komersial yang kegiatan utamanya adalah mengumpulkan
simpanan dari masyarakat, kemudian mendistribusikannya untuk
mendapatkan keuntungan dan memberikan layanan dalam bisnis
pembayaran. (Rivai, Basir), Sudarto dan Veithzal, 2013).
Bank sebagai lembaga keuangan tentunya memiliki fungsi yang
sama dengan lembaga lainnya. Peran bank dalam perekonomian suatu
negara dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Irsyad Lubis 2010):
1. Agent of Trust
Yaitu kegiatan bank sebagai lembaga perantara keuangan didasarkan
pada kepercayaan yang diterima bank dari masyarakat dan diberikan
dalam bentuk otorisasi untuk menjalankan fungsinya, sehingga bank
dapat mengelola dan melindungi dana masyarakat yang disimpan di
13
bank. Fungsi bank sebagai trust agent tidak terlepas dari prinsip saling
menguntungkan.
2. Agent of development
Fungsinya yaitu Berperan untuk mencapai perkembangan dan
kesejahteraan ekonomi perbankan, yang dinilai sebagai institusi yang
memiliki peran penting. Hal ini dikarenakan aktivitas bank sebagai
financial intermediary dapat menggabungkan antara sektor fisik dan
sektor moneter untuk saling berinteraksi. Sebagian besar peredaran
uang dalam perekonomian dilakukan melalui lembaga perbankan,
sehingga untuk mendukung proses pembangunan diharapkan interaksi
antara sektor fisik dan sektor valas dapat berjalan dengan baik.
3. Agent of service
Artinya Bank juga dikenal sebagai lembaga yang bergerak dalam
berbagai jasa, dengan kata lain kegiatan perbankan tidak terbatas pada
penggalangan dana dan pemberian dana kepada masyarakat
2.2.2 Bank Syariah
2.2.2.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
yang dimaksud dengan bank umum syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah.
Menurut Muhammad (2015), bank syariah adalah bank yang tidak
mengandalkan bunga untuk menjalankan usahanya dan produknya
dikembangkan berdasarkan Alquran dan Hadits Nabi. Menurut
14
lembaganya, perbankan syariah Indonesia Bisnis dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit
Komersial Syariah (UUS) dan Bank Keuangan Umum Syariah
(BPRS).
2.2.2.2 Fungsi Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2008 pasal 3 tujuan
perbankan syariah yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Fungsi bank syariah menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf (2010)
adalah sebagai berikut:
1. Manajer Investasi
Bank syariah berperan sebagai pengelola investasi dari pemilik
dana dan menggunakan dana yang terkumpul untuk pembiayaan
produktif sehingga dana yang diperoleh melalui saluran tersebut
dapat membagi keuntungan antara bank syariah dengan pemilik
dana.
2. Investor
Bank syariah berinvestasi pada dana yang dimiliki oleh bank
(dana pemilik bank dan dana rekening investasi) dengan jenis
dan metode investasi yang sesuai dengan hukum Syariah.
15
3. Jasa Keuangan
Bank syariah menyediakan kliring, transfer, pemungutan,
pembayaran gaji, dll. Ini hanya bener-bener melibatkan prinsip
Islam dan tidak boleh dilanggar.
4. Fungsi Sosial
Bank syariah telah memberikan pelayanan sosial melalui dana
pinjaman amal (qardh) atau zakat sesuai dengan ajaran Islam
dan memberikan donasi. Fungsi ini juga membedakan antara
perbankan biasa dan perbankan syariah.
2.2.2.3 Landasan Hukum Bank Syariah
Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan, bank merupakan Badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Adapun dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank di
Indonesia dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bank yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip tradisional dan
prinsip syariah.
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat 13 tentang
perbankan menyatakan apa yang dimaksud dengan prinsip
syariah yakni Prinsif sayariah adalah “aturan perjanjian
berdasarkan hokom Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan lainnya
16
yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual
beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina)”
Sedangkan Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah mengatur bahwa yang dimaksud
dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah. Dari pengertian bank tersebut, dapat disimpulkan
bahwa bank syariah adalah badan usaha yang menjalankan fungsi
intermediasi sesuai dengan prinsip syariah.
2.2.3 Financial Distress
2.2.3.1 Pengertian Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi keuangan perusahaan
dalam keadaan tidak sehat atai rawan kebangkrutan, dimulai
ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau
ketika proyeksi arus kas yang mengindikasikan bahwa perushaan
17
tersebut dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves,
2009: 868).
Bank yang diduga mengalami financial distress menyatakan
bahwa bank tersebut dalam keadaan tidak sehat sehingga fungsi
intermediasinya rusak, sehingga sumber dana masyarakat untuk
kegiatan konsumsi dan investasi dalam perekonomian akan
dibatasi, dan arus pembayaran sistem akan menjadi lancar dan
tidak efisien.
Ketidakpastian kesehatan bank juga dapat menyebabkan
penarikan dana dalam jumlah besar, yang disebabkan oleh
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan,
yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup bank dan
mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi (eitzhal et al.,
2012): 97). Jika terjadi kesulitan keuangan, investor dan kreditor
akan cenderung berhati-hati atau berinvestasi memberikan
pinjaman kepada perusahaan tersebut. Para pemangku
kepentingan akan bereaksi negatif terhadap situasi ini.
2.2.3.2 Penyebab Terjadinya Financial Distress
Financial Distress dapat terjadi di semua perusahaan. Alasannya
juga berbeda-beda (Rodini & Ali (2014) dalam Harahap (2018),
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah sebagai berikut:
18
1. Faktor Keuangan Perusahaan
a. Faktor Ketidakcukupan Modal dan Kekurangan Modal
Apabila arus kas pendapatan penjualan tidak
diimbangi dengan pengeluaran untuk mendanai
operasional perusahaan, dan dana tersebut tidak dapat
ditarik untuk menutupi kekurangan dana maka
perusahaan akan mengalami kerugian dan perusahaan
akan berada dalam keadaan likuiditas yang tidak
mencukupi.
b. Besarnya Beban Hutang dan Bunga
Jika perusahaan dapat menarik dana dari luar seperti
memperoleh kredit dari bank untuk menutupi kekurangan
maka likuiditas perusahaan dapat diselesaikan dengan
aman. Namun kemudian muncul masalah baru, yaitu
kewajiban membayar kembali pokok pinjaman dan
bunganya. Jika tingkat suku bunga lebih rendah dari
tingkat investasi aset, dan perusahaan mengelola risiko
hutang yang diterimanya, tidak akan merugikan
perusahaan. Manajemen risiko hutang sangat penting.
Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola risiko
hutang dapat mengakibatkan perusahaan harus
menanggung kerugian yang tidak perlu.
19
c. Menderita Kerugian
Pendapatan yang diperoleh perusahaan haruslah
dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan dan
menghasilkan laba bersih. penghasilan bersih sangat
penting bagi perusahaan untuk diinvestasikan kembali,
sehingga meningkatkan kekayaan bersih perusahaan dan
meningkatkan return on equity untuk menjamin
kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu,
perusahaan harus selalu berupaya untuk meningkatkan
pendapatan dan pengendalian tingkat biaya. Perusahaan
tidak dapat menjaga keseimbangan antara pendapatan
dan pengeluaran perusahaan dan dapat mengalami
kesulitan keuangan.
2. Faktor Ekonomi Makro
a. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April
1983 sebagai indikator perubahan harga saham biasa dan
saham preferen. Indeks pasar merupakan alat untuk
mengukur kinerja surat bahagia, khususnya kinerja saham
yang tercatat di bursa efek yang digunakan bursa efek
dunia. IHSG digunakan untuk mengukur kinerja indikator
persediaan. Ini juga bisa digunakan sebagai panduan,
indikator portofolio, indikator tren pasar, indikator
20
profitabilitas, dan sebagai alat bantu kembangkan produk
turunan.
b. Inflasi
Inflasi merupakan proses kenaikan harga yang
berkelanjutan. Dengan kata lain, inflasi adalah proses
peristiwa, bukan tingkat harga. Artinya harga yang
dianggap harga tinggi belum tentu menunjukkan inflasi.
Ketika kenaikan harga terus mempengaruhi satu sama
lain, itu disebut. Faktor risiko yang harus diperhatikan
dalam proses investasi.
Daya beli biasanya menaikkan harga, sehingga
tingkat pengembalian yang sebenarnya akan menurun.
Oleh karena itu, jika tingkat inflasi naik, investor ingin
meningkatkan pendapatan nominal untuk melindungi
tingkat inflasi yang sebenarnya.
c. Nilai Tukar
Globalisasi tidak hanya untuk tujuan diversifikasi,
tetapi juga mendorong investasi lintas batas, sehingga
risiko mata uang menjadi faktor yang membuat investor
menghadapi ketidakpastian saat berinvestasi di pasar
modal. Nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar AS
memiliki hubungan yang positif dan penting dalam
21
mempengaruhi return saham. Pengembalian saham
mempengaruhi financial distress.
Menurut Hanafi (2000:261) prediksi kebangkrutan
dapat digunakan untuk:
1) Penyedia informasi kebangkrutan digunakan untuk
mengambil keputusan tentang pinjaman dan
pemantaoan.
2) Informasi kebangkrutan investor digunakan untuk
pengambilan keputusan sekuritas.
3) Informasi kepalitan pemerintah digunakan untuk
mengambil tindakan pendahuluan yang dapat
dilakukan, khususnya bagi badam usaha milik
negara.
4) Akuntan informasi kebangkrutan digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan perusahaan.
5) Pengelolaan informasi kepalitan digunakan untuk
melakukan tindakan pencegahan agar biaya
kebangkrutan dapat dihindari atau diminimalkan.
2.2.3.3 Manfaat informasi kondisi Financial Distress
Menurut Platt dan Paltt (1991) dalam Harahap (2018) kegunaan
informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress
adalah sebagai berikut:
22
1) Tindakan manajemen dapat dipercepat untuk mencegah
masalah sebelum kebangkrutan.
2) Manajemen dapat melakukan merger atau akuisisi sehingga
perusahaan dapat melunasi hutangnya dengan lebih baik dan
mengelola perusahaan dengan tepat.
3) Memberikan tanda peringatan dini kebangkrutan yang akan
datang.
2.2.3.4 Metode Prediksi Financial Distress
Beaver mengusulkan metode untuk memprediksi kesulitan
keuangan pada tahun 1966, dan kemudian Edward Altman
melakukan penelitian tentang kesulitan keuangan pada tahun
1968. Model Altman disebut skor Z-score. Dengan menggunakan
metode Z-Score kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan
dapat diprediksi. Altman telah melakukan banyak studi tentang
item perusahaan dalam kondisi yang berbeda. Formula Z-Score
pertama diproduksi oleh Altman pada tahun 1968. Rumusnya
didasarkan evaluasi dari berbagai perusahaan publik. Pada tahun
1984, Ultraman melanjutkan penelitian dibanyak perusahaan
manufaktur yang tidak terdaftar.
Setelah mempelajari tujuan berbagai perusahaan manufaktur dan
mengusulkan dua formula deteksi kebangkrutan, Altman tidak
berhenti. Selain itu, Ultraman juga mengkaji apakah perusahaan
selain perusahaan manufaktur bisa go public. Hasil penelitian ini
23
memperoleh rumus berikut untuk Z-Score dari tiga perusahaan
non-manufaktur (Altman, 2000).
𝑍 = 6,56 𝑋1 + 3,26 𝑋2 + 6,72 𝑋3 + 1,05 𝑋4
Dimana:
Z= Overall Index
𝑋1 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋2 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋3 = 𝑒𝑏𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋4 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐸𝑘𝑢𝑎𝑡𝑖𝑠
𝑁𝐼𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
Pengklasifikasian perusahaan sehat dan bangkrut berdasarkan Z score
model Altman yang dimodifikasi yaitu:
1. Jika nilai Z < 1,1 berarti perusahaan berada di daerah berbahaya yang
artinya perusahaan tersebut telah bangkrut.
2. Jika nilai 1,1 <Z <2,6 menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam
wilayah abu-abu, artinya perusahaan tersebut dalam keadaan rentan.
Dalam hal ini, perusahaan menghadapi masalah keuangan yang harus
ditangani secepat mungkin.
3. Jika nilai Z> 2,6 berarti perusahaan dalam keadaan aman, artinya
perusahaan dalam keadaan baik sehingga kemungkinan bangkrut
sangat kecil.
24
Definisi diskriminasi Z (zeta) adalah:
1. Bandingkan rasio aset lancar bersih (lancar) dengan total aset
(likuiditas: total aset) dan rasio likuiditas. Aktiva bersih lancar (lancar)
atau modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi
kewajiban lancar.
2. Rasio (Untistributed Profit: Total Assets) Rasio ini merupakan rasio
keuntungan yang digunakan untuk menguji kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dalam operasi.
3. Rasio (EBIT: Total Aset) Rasio ini digunakan untuk mengukur
profitabilitas, yaitu pengembalian aset yang diperoleh dengan
membagi laba sebelum pajak tahunan perusahaan dengan total nilai
aset di neraca.
4. Rasio (nilai buku ekuitas: nilai buku hutang) Rasio ini mengukur rasio
ekuitas terhadap total kewajiban dan menunjukkan bagaimana
menurunkan nilai aset sebelum kewajiban melebihi asetnya dan
perusahaan bangkrut.
2.2.4 Risk Based Bank Rating
Evaluasi kinerja bank tidak terlepas dari evaluasi kesehatan
yang dilakukan oleh Bank Indonesia di Indonesia. Sesuai ketentuan
Bank Indonesia. 5/10 / PBI / 2004, menggunakan metode CAMEL
untuk menilai kesehatan bank-bank di Indonesia yang meliputi
permodalan, aset, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Namun,
perubahan regulasi dilakukan pada tahun 2011 untuk menggantikan
25
CAMEL. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13 / 1 / PBI /
2011, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating) yang
meliputi aspek profil risiko (risk profile), good corporate governance
(GCG), rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital).
Menurut Bank Indonesia No. 13/1 / PBI / 2011, bank
menggunakan metode Risk Based Bank Rating (RBBR) untuk menilai
tingkat kesehatan bank. Metode penilaian kesehatan RBBR adalah
pembaruan dari metode CAMEL. Metode CAMEL mengevaluasi
kesehatan bank dari enam faktor yaitu Capital (permodalan), Asset
(aset), Management (manajemen), Earning (pendapatan), Liqudity
(likuiditas) dan Sensitivity to Market Risk (sensitivitas terhadap risiko
pasar). Perbedaan metode CAMEL dan RBBR terletak pada
komponen risk profile, dimana penilaian faktor risk merupakan
penilaian risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko
dalam operasional bank. Aset, likuiditas, dan kepekaan terhadap risiko
pasar dalam CAMEL dimasukkan ke dalam bagian risk profil (profil
risiko) dari metode RBBR, sedangkan elemen manajemen lainnya dari
metode CAMELS dimasukkan dalam risk profile (profil risiko) dari
metode RBBR, dan GCG adalah dievaluasi secara terpisah komponen.
PBI No.13 / 1 / PBI / 2011 menyebutkan bahwa Bank
Indonesia telah menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan
bank umum dengan menggunakan metode RBBR untuk mendorong
26
perlunya peningkatan manajemen risiko dan efisiensi penerapan
GCG. Tujuannya agar bank dapat mendeteksi permasalahan secara
dini, melakukan tindakan korektif yang tepat dan cepat, serta
menerapkan GCG dan manajemen risiko yang lebih baik, sehingga
bank dapat lebih tangguh dalam menghadapi krisis.
Metode RBBR dalam penelaian kesehatan bank
menggunakan empat faktor sebagai berikut:
3. Risk Profile (Profil Risiko)
Profil risiko menjadi dasar penilaian tingkat bank saat ini,
karena setiap aktivitas yang dilakukan bank sangat berpotensi
menimbulkan risiko. Bank Indonesia menjelaskan bahwa dalam PBI
No.13 / 1 / PBI / 2011, risiko yang harus diperhatikan dalam
menggunakan metode RBBR dalam menilai tingkat kesehatan bank
antara lain:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit mengacu pada risiko kerugian terkait
kemungkinan counterparty gagal memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo Sulad sri hardanto (2006: 106). Rasio kredit
bermasalah (NPL) dapat digunakan untuk menentukan
bagaimana mengukur risiko kredit. Di bank syariah, istilah non
performing loan (NPL) diubah menjadi NPF (non performance
financing). NPF adalah rasio kemampuan manajemen bank
dalam mengelola pembiayaan buruk yang diberikan oleh bank.
27
Pengertian kredit macet adalah pinjaman yang sulit dilunasi
karena faktor kesengajaan dan / atau faktor eksternal yang
berada di luar kendali debitur dalam Harahap (2018) (Siamat,
2005). Semakin besar jumlah pembiayaan dari bank bermasalah
maka semakin buruk kondisi pembiayaan bank yang dapat
menimbulkan masalah keuangan.
Rasio NPF dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut (Rivai, Basir, Sudarto, & Veithzal, 2013) dalam Harahap
(2018):
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
Tabel 0.2 Predikat kesehatan bank berdasarkan NPF
No Rasio NPF Predikat
1 NPF < 2% Sangat Sehat
2 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
5 NPF ≥ 12% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP 2011
b. Risiko Pasar
Risiko adalah suatu chance, perusahaan dapat memperkecil
risiko dengan antisipasi berupa kontrol, namun tidak mungkin
dapat sepenuhnya menghindari adanya exposure, bahkan
dengan struktur pengendalian maksimal sekalipun Gondodiyoto
(2007:110). Penilaikan risiko pasar menurut surat edaran Bank
Indonesia Nomor 13/PBI/2011 Risiko pasar adalah risiko pada
posisi neraca dan rekening administrasi termasuk di dalamnya
28
transaksi derivatif, akibat dari perubahan kondisi pasar, dan
risiko perubahan harga option.
c. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain
disebabkan adanya ketidakcukupan dana tau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, atau
adanya problem ekternal yang mempengaruhi operasional bank,
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
18/POJK.03/2016.
d. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan risiko yang muncul ketika bank
mengalami kesulitan atau gagal memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (Hanafi, 2019). Untuk mengukur risiko likuiditas,
Anda dapat menggunakan rasio LDR (loan-to-deposit ratio). Di
bank syariah, pinjaman berjangka diubah menjadi rasio simpanan
pembiayaan (FDR). Dalam Harahap (2018), rasio ini digunakan
untuk mengukur komposisi jalur kredit dibandingkan dengan
dana masyarakat dan modal bekas (Kasmir, 2012). Semakin
tinggi rasionya, semakin rendah likuiditas bank yang
bersangkutan, yang membuat bank tersebut kemungkinan besar
akan mendapat masalah. Rasio FDR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Rivai, Basir, Sudarto, &
Veithzal, 2013) dalam Harahap (2018):
29
FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 × 100%
Tabel 0.3 Predikat kesehatan bank berdasarkan FDR
No Rasio FDR Predikat
1 FDR < 75% Sangat Sehat
2 75% ≤ FDR < 85% Sehat
3 85% ≤ FDR < 100% Cukup Sehat
4 100% ≤ FDR < 120% Kurang Sehat
5 FDR ≥ 120% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DNDP, 2011
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat
tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis. Risiko
hukum dapat bersumber antara lain kelemahan aspek yuridis
yang disebabkan oleh lemahnya prikatan yang dilakukan oleh
bank, ketiadaan dana tau perubahan peraturan perundang-
undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah
dilakukan bank menjadi tidak sesuai dengan ketentuan, dan
proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga
terhadap bank maupun bank terhadap pihak ketiga,
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
18/POJK.03/2016.
f. Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko yang antara lain akibat
adanya ketidaktepatan dalam pengambilan dan pelaksanaan
stratejik bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank
terhadap perubahan eksternal. Risiko Stratejik timbul antara
lain karena bank menetapkan strategi yang kurang sejalan
30
dengan visi dan misi bank melakukan analisis lingkungan
stratejik yang tidak komprehensif, dana tau terdapat
ketidaksesuaian rencana stratejik (strategic plan) antar level
stratejik, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 18/POJK.03/2016.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul dari
ketidakpatuhan bank dan / atau kegagalan dalam menerapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016.
h. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang timbul akibat
berkurangnya kepercayaan stakeholder yang bersumber dari
opini negatif yang menyebabkan kerugian besar non financial
terhadap lembaga perbankan, Bambang Rianto Rustam
(2013).
4. Earning (Rentabilitas)
Menurut Munawari (2010: 89) return on asset merupakan rasio
laba yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba atas seluruh dana yang
digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi nilai
ROA dan semakin tinggi ROA maka semakin baik kinerja
perusahaan. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan
31
dari seluruh aset yang diberikan kepada perusahaan” (Wild,
Subramanyam, dan Halsey 2005: 65). Menurut Kasmir (2008)
rasio bank atau biasa disebut profitabilitas komersial digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi komersial dan profitabilitas
yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rentabilitas rasio
bank terdiri dari gross profit margin, net profit margin, retun on
equity capital atau ROU, return on total assets, rete retun on
loans, interest margin in earning assets, interest margin on loans,
leverage multiplier, assets utilization, interest expense ratio, cost
of fund, cost of money, cost of loanable fund, cost of operable
fund, dan cost efficiency.
Return on Assets (ROA) dapat dirumuskan:
ROA = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%
Standar penetapan peringkat komposit Return on Assets
(ROA) yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tabel 0.4 Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA
No Rasio ROA Predikat
1 ROA< 1,5% Sangat Sehat
2 1,25% ≤ ROA < 1,5% Sehat
3 0,5%≤ ROA < 1,25% Cukup Sehat
4 0% ≤ ROA < 0,5% Kurang Sehat
5 ROA ≥ 0% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP, 2011
5. Faktor permodalan (Capital)
Capital Adequacy Ratio adalah salah satu indikator
permodalan bank. Penilaian permodalan merupakan penilaian
32
terhadap kecukupan modal bank untuk mencover eksposur risiko
saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang. CAR
menunjukkan bahwa selain memperoleh dana dari sumber selain
bank, jumlah total aset bank termasuk (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) yang juga mengandung semua
risiko juga disediakan oleh dananya sendiri (Almilian dan
Herdiningtyas) dalam Wicaksana 2011). Semakin tinggi rasio
kecukupan modal maka semakin kuat kemampuan bank dalam
menanggung risiko dari setiap kredit / aset produktif yang berisiko.
Jika rasio kecukupan modal tinggi, maka bank dapat menyediakan
dana untuk kegiatan operasi dan memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap profitabilitas. Peningkatan rasio kecukupan modal
dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada bank, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas bank.
Rasio kecukupan modal (CAR) dapat dinyatakan sebagai
berikut (Rivai et al., 2013):
CAR = 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑘
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 × 100%
Kriteria penetapan peringkat rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 0.1 Predikat kesehatan bank berdasarkan CAR
No Rasio CAR Predikat
1 CAR > 12% Sangat Sehat
2 9% ≤ CAR < 12% Sehat
3 8% ≤ CAR < 9% Cukup Sehat
4 6% < CAR < 8% Kurang Sehat
5 CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber: SEBI No. 13/24/DNDP, 2011
33
6. Good Corporate Governance (GCG)
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
penerapan Good Corporate Governance (GCG), Bank secara
berkala melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara
komprehensif terhadap penerapan GCG, sehingga dapat segera
menetapkan rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan
korektif (corrective action) yang diperlukan apabila masih terdapat
kekurangan.
Penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG)
merupakan penilaian terhadap kualitas Manajemen Bank atas
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang
mengacu pada ketentuan regulator yang ditetapkan.
Hasil self assessment Good Corporate Governance (GCG)
ddibagi menjadi 5 kategori level yaitu level 1, level 2, level 3, level
4, dan level 5.
Pemeringkatan dengan faktor Good Corporate
Governance (GCG) yang lebih kecil mencerminkan pengaruh GCG
yang lebih baik. Pelaksanaan self assessment GCG telah sesuai
dengan SE OJK yang meliputi tiga aspek governance, yaitu
governance structure, governance process dan governance outcome.
Penilaian tiga aspek governance tersebut dilakukan dibidang-
bidang berikut:
34
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
6. Penanganan benturan kepentingan
7. Penerapan fungsi kepatuhan
8. Penerapan fungsi audit intern
9. Penerapan fungsi audit ekstern
10. Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)
11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan
internal.
Dalam merangkum faktor-faktor positif (strength) dan faktor-
faktor negatif (weakness) ketiga aspek pemerintahan (governance)
tersebut, maka perlu diperhatikan esensi penyelenggaraan
pemerintahan, tidak hanya memenuhi persyaratan prosedur formal
(normatif). Penilaian pada governance structure, governance
process, dan governance outcome merupakan satu rangkaian
penilaian yang terintegrasi, komprehensif dan terstruktur sehingga
kesimpulan hasil penilaian governance outcome mencerminkan
35
sejauh mana penerapan governance process dan dukungan yang
memadai dari governance structure, yang perlu diuji dan dibuktikan
lebih lanjut.
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 0.1 Kerangka Konseptual
BAB III
Financial
distress
Kesehatan Bank
Non performing financing (NPF)
Financing to depocit ratio (FDR)
Good Corporate Governance (GCG)
Return On Asset (ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR)
BANK
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
historis yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan bank yang diteliti.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang menentukan nilai satu atau lebih variabel bebas (independen)
tanpa ada perbandingan atau korelasi dengan variabel lain.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan syariah khususnya pada
Bank Syariah Mandiri yang diakses melalui media internet dari situs web
resminya.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah proses menemukan pengetahuan dengan
menggunakan data dalam bentuk digital (angka) sebagai alat untuk
menganalisis informasi tentang apa yang ingin diketahui (Kasiram,
2008: 149).
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah bentuk data yang sudah ada yang
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain (Sugiyono, 2004). Data
37
sekunder diperoleh dari situs ojk (www.ojk.gp.id.) dan
(http://www.syariahmandiri.co.id
3.4 Populasi Dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah umum yang tersusun atas objek / tema
dengan kualitas dan karakteristik tertentu. Peneliti mengidentifikasi
objek / topik penelitian dan menarik kesimpulan, sedangkan sampel
merupakan bagian dari ukuran dan karakteristik populasi (Sugiyono,
2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank
umum syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) antara
tahun 2018 dan 2019.
Tabel 3. 1 Bank Umum Syariah 2018-2019
No Nama Bank
1 PT. Bank Aceh Syariah
2 PT. BPD NTB Syariah
3 PT. Bank Muamalat Indonesia
4 PT. Bank Victoria Syariah
5 PT. Bank BRI syariah
6 PT. Bank Jabar Banten Syariah
7 PT. Bank BNI Syariah
8 PT. Bank Syariah Mandiri
9 PT. Bank Mega Syariah
10 PT. Bank Panin Dubai Syariah
11 PT. Bank Syariah Bukopin
12 PT. BCA syariah
13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
14 PT. Bank Maybank Syariah Indonesia Sumber: www.ojk.gp.id.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari ukuran dan karakteristik populasi. Jika
populasinya besar, dan karena uang, tenaga, dan waktu, peneliti tidak
akan dapat mempelajari semua yang ada dalam populasi tersebut.
38
Peneliti kemudian dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut. Melalui penelitian sampel, kesimpulan yang
diambil akan berlaku untuk seluruh populasi. Oleh karena itu, sampel
yang dikumpulkan dari populasi tersebut harus benar-benar
representatif, Sugiyono (2014: 62).
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan metode non-
probability random sampling berdasarkan probability sampling yang
didasarkan pada purposive sampling berdasarkan judgement
sampling.
Standar sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan tahun
2018 hingga 2019.
2. Perusahaan perbankan yang telah menerbitkan laporan Good
Corporate Governance (GCG) selama tahun 2018 hingga 2019.
Berdasarkan kriteria terebut diperoleh perusahaan perbankan
yang sesuai yaitu Bank Syariah Mandiri.
3.5 Definisi Operasional Variabel
a. Financial Distress
Financial Distress adalah tahap situasi keuangan sebelum kebangkrutan
atau penurunan likuiditas. Financial Distress dapat menggunakan rumus
Z-Score seperti yang ditunjukkan dibawah ini:
𝑍 = 6,56 𝑋1 + 3,26 𝑋2 + 6,72 𝑋3 + 1,05 𝑋4
39
Dimana:
Z= Overall Index
𝑋1 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋2 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋3 = 𝑒𝑏𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋4 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐸𝑘𝑢𝑎𝑡𝑖𝑠
𝑁𝐼𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
b. Kesehatan Bank
Integritas bank mengacu pada kemampuan bank untuk menjalankan
bisnis perbankan secara normal dan memenuhi seluruh kewajibannya
sesuai dengan ketentuan perbankan yang berlaku. Penilaian tingkat
kesehatan bank dihitung sesuai dengan metode yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia No.13 / 1 / PBI / 2011, yang menetapkan bahwa bank harus
menggunakan metode RBBR untuk melakukan penilaian bank sendiri
terhadap kesehatan yaitu:
1) Non Performing Financing (NPF)
Rasio ini menunjukkan bahwa bank dapat mengelola kredit
bermasalah. Dalam hal ini, kredit mengacu pada kredit kepada pihak
ketiga, tidak termasuk kredit ke bank lain.
Rumus untuk menghitung rasio Non Performing Financing
adalah:
NPF= 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
40
2) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang
disalurkan ke dana masyarakat dan komposisi modal yang digunakan.
Rumus untuk menghitung Financing to Deposit Ratio
adalah:
FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 × 100%
3) Return on Asset (ROA)
Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Rumus untuk mengukur Return on Asset adalah:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 × 100%
4) Capital Adequecy Ratio (CAR)
Rasio ini mengukur rasio kecukupan modal bank untuk
mendukung aset berisiko (seperti pinjaman).
Rumus untuk mengukur Capital Adequecy Ratio adalah:
CAR = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 × 100%
5) Good Corporate Governance (GCG)
Melalui self assessment yang komprehensif atas penerapan
GCG, dapat dikembangkan indikator evaluasi tata kelola perusahaan
yang baik, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dapat segera
ditetapkan action plan yang memuat langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan. Pelaksanaan penerapan self assessment (GCG) telah
41
memenuhi ketentuan SE OJK, meliputi tiga aspek tata kelola, yaitu
struktur tata kelola, proses tata kelola, dan hasil tata kelola.
Hasil self assessment GCG dibagi menjadi 5 (lima) level,
yaitu level 1, level 2, level 3, level 4, dan level 5.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Riset dokumentasi yaitu mengumpulkan laporan keuangan masing-masing
perusahaan tahun 2018-2019 yang diperoleh dari website bank umum
syaiah periode 2018-2019.
2. Metode browsing yaitu dilakukan dengan mencari atau membaca data dan
jurnal dari situs resmi bank.
3.7 Tehnik Alat Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah menganalisis laporan
keuangan sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/ 1/ PBI/ 2011 tentang
penilaian integrasi kesehatan bank umum. Analisis deskriptif terhadap data
yang diperoleh, dan kemudian gunakan rumus yang sesuai dalam definisi
operasi ariabel untuk diproses.
Adapun langkah-langkah penilaian tingkat kesehatan bank untuk
masing-masing faktor dan komponennya adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel penelitian dari
laporan keuangan perusahaan.
42
2. Analisis Profile Risiko (Risk Profile)
a) Menghitung Risiko Kredit
Menghitung rasio Non Performing Financing (NPF) dengan rumus
sebagai beriku:
NPF= 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
Tabel 3.2 Predikat kesehatan bank berdasarkan NPF
No Rasio NPF Predikat
1 NPF < 2% Sangat Sehat
2 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
5 NPF ≥ 12% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP, 2011
b. Menghitung resiko likuiditas
Dengan menhitung rasio Financing Deposit Ratio (FDR)
FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 × 100%
Tabel 3.3 Predikat kesehatan bank berdasarkan FDR
No Rasio FDR Predikat
1 FDR < 75% Sangat Sehat
2 75% ≤ FDR < 85% Sehat
3 85% ≤ FDR < 100% Cukup Sehat
4 100% ≤ FDR < 120% Kurang Sehat
5 FDR ≥ 120% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP, 2011
3. Earning (Rentabilitas)
Dengan menghitung Return On Assets (ROA)
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 × 100%
Tabel 3.4 Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA
No Rasio ROA Predikat
1 ROA < 1,5% Sangat Sehat
2 1,25% ≤ ROA < 1,5% Sehat
3 0,5% ≤ ROA < 1,25% Cukup Sehat
4 0% ≤ ROA < 0,5% Kurang Sehat
5 ROA ≥ 0% Tidak Sehat
43
Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP, 2011
4. Faktor Permodalan (Capital)
Dengan menhitung Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 × 100%
Tabel 3.5 Predikat kesehatan bank berdasarkan CAR
No Rasio CAR Predikat
1 CAR ≥ 12% Sangat Sehat
2 9% ≤ CAR < 12% Sehat
3 8% ≤ CAR < 9% Cukup Sehat
4 6% < CAR < 8% Kurang Sehat
5 CAR ≤ 6% Tidak Sehat Sumber: SEBI No. 13/24/DPNP, 2011
5. Analisis Good Corporate Governance (GCG)
Menganalisis laporan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan
aspek evaluasi yang melibatkan tiga aspek tata kelola. Dasar penerapan
laporan tersebut adalah:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa.
6. Penanganan benturan kepentingan.
7. Penerapan fungsi kepatuhan.
8. Penerapan fungsi audit intern
9. Penerapan fungsi audit ekstern
10. Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)
11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
44
12. pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan internal.
6. Memberi nilai komprehensif untuk penilaian kesehatan bank dari 2018
hingga 2019. Nilai komprehensif rasio keuangan setiap komponen
dalam kelas komprehensif adalah:
a. Peringkat 1 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 5
b. Peringkat 2 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 4
c. Peringkat 3 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 3
d. Peringkat 4 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 2
e. Peringkat 5 = setiap kali ceklist dikalikan dengan 1
Kemudian, peralihan untuk menampilkan bobot dari nilai gabungan yang
diperoleh untuk setiap daftar dengan menggunakan rumus berikut:
Peringkat Kompodit = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 × 100%
Tentukan bobot atau persentase keseluruhan rating komprehensif dari
komponen sebagai berikut:
Tabel 3.6 bobot peringkat komposit
Bobot (%) Peringkat Komposit Keterangan
86-100 PK 1 Sangat Sehat
71-85 PK 2 Sehat
61-70 PK 3 Cukup Sehat
41-60 PK 4 Kurang Sehat
<40 PK 5 Tidak Sehat Sumber: Refmasari dan Setiawan, 2014
7. Prediksi financial distress dengan menggunakan rumus Z-Score yaitu
sebagai berikut:
𝑍 = 6,56 𝑋1 + 3,26 𝑋2 + 6,72 𝑋3 + 1,05 𝑋4
45
Dimana:
Z= Overall Index
𝑋1 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋2 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋3 = 𝑒𝑏𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑋4 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐸𝑘𝑢𝑎𝑡𝑖𝑠
𝑁𝐼𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
Pengklasifikasian perusahaan sehat dan bangkrut berdasarkan Z score
model Altman yang dimodifikasi yaitu:
1. Jika nilai Z <1,1 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berada di
kawasan berbahaya, artinya perusahaan tersebut telah bangkrut.
2. Jika nilai 1,1 <Z <2,6 menunjukkan bahwa perusahaan berada di
wilayah abu-abu, artinya perusahaan tersebut dalam keadaan rentan.
Dalam hal ini, perusahaan menghadapi masalah keuangan yang harus
ditangani secepat mungkin.
3. Jika nilai Z > 2,6 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut aman,
artinya perusahaan tersebut dalam keadaan baik sehingga kemungkinan
bangkrut sangat kecil.
8. Sesuai dengan standar perhitungan tingkat kesehatan bank yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia berdasarkan analisis rasio, maka diambil kesimpulan
tentang tingkat kesehatan bank.
Top Related