LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN (Dalam Rangka Penerapan Lapangan pada Mata Kuliah Manajemen
Konflik)
TAWURAN ANTAR PELAJAR DI PRUMPUNG, JAKARTA TIMUR
KELOMPOK1. Muiz Lidinillah 4915111646
2. Ade Nuraini 4915110494
3. Robby Agung Wahyudi 4915110371
4. Widyastuti 4915110048
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi lapangan, sebagai salah satu tugas
mata kuliah Manajemen Konflik di Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Jakarta.
Dalam laporan observasi ini kami mengambil tema Tawuran Antar
Pelajar di Prumpung, Jakarta Timur. Dalam penyusunan laporan
observasi lapangan ini, kami banyak mendapatkan bantuan baik moril
maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Eko Siswono, M.Si, selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Manajemen
Konflik.
3. Masyarakat sebagai narasumber di Prumpung, Jakarta Timur.
4. Kepolisian Sektor Jatinegara sebagai narasumber
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada kami dalam
penyelesaian laporan observasi lapangan ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan observasi lapangan ini
masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan maupun penulisan,
oleh karena itu kami mengharapkansaran dan kritik membangun dari
semua pihak dan semoga laporan observasi lapangan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang pembaca.
Jakarta, November
2013
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................
...........................................i
DAFTAR
ISI ..............................................................
....................................................ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ....................................................
...........................................1
B. Perumusan
Masalah .....................................................
....................................................2
C. Tujuan
Penelitian ..................................................
....................................................3
D. Manfaat
Penelitian ..................................................
.......................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tawuran Antar
Pelajar......................................................
.................4
B. Penyebab Tawuran Antar
Pelajar......................................................
..............4
C. Proses Terjadinya Tawuran Antar
Pelajar......................................................
.5
D. Dampak Terjadinya Tawuran Antar
Pelajar ..................................................5
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian ..................................................
.......................6
B. Alat dan
Bahan .......................................................
........................................6
C. Pendekatan Penelitian yang Digunakan..............6
D. Data dan Informasi yang
Diperlukan ............................................... .
7
E. Metode Pengumpulan
Data ........................................................
.....................................................7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyebab Tawuran Antar Pelajar di
Prumpung ............................................8
B. Proses Terjadinya Tawuran Antar Pelajar di
Prumpung..................................9
C. Dampak Terjadinya Tawuran Antar Pelajar di
Prumpung...............................10
D. Resolusi Tawuran Antar Pelajar di Prumpung........11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ..................................................
...................................................13
B.
Saran .......................................................
........................................................13
DAFTAR
PUSTAKA ..........................................................
...........................................14
LAMPIRAN .........................................................
..........................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan berita yang ditayangkan di media cetak maupun
elektronik, akhir-akhir ini semakin banyak terjadi kasus
perkelahian pelajar di sebagian kota besar di Indonesia.
Perkelahian di kalangan pelajar yang dikenal dengan “Tawuran
Antar Pelajar” pada era sekarang ini di sebagian masyarakat
tertentu bukanlah merupakan suatu pemandangan yang aneh. Bukan
hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi media cetak
tetapi tawuran antar warga, antar umat beragama, antar etnis,
antar pihak keamanan, dan antar mahasiswa. Sungguh ironis disaat
gencarnya semboyan “perdamaian itu indah’ teteapi disisi lain
ada beberapa kasus yang diselesaikan dengan cara tawuran.
Beberapa kota besar di Indonesia yang seringkali terjadi
tawuran adalah Medan, Jakarta, Bandung, dan Makassar. Jakarta
adalah satu dari sekian kota besar di Indonesia yang menyumbang
jumlah terbanyak terjadinya tawuran antar pelajar. Wilayah-
wilayah di Jakarta yang sering dijadikan tempat favorit untuk
tawuran antar pelajar biasanya di Prumpung-Cipinang Besar Utara,
Klender-Duren Sawit, Kalimalang-Cawang, Pulogadung-Matraman,
Bulungan, Senen, dan Pancoran.1
1) 11 kasus tawuran antar pelajar. http://braindamageassociation.com dibuat pada tanggal 08 Oktober 2012. Akses
tanggal 28 November 2013.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat data
kasus tawuran di Indonesia dari tahun 2011 yang terdapat 128
kasus. Jumlah ini meningkat tajam 100% di tahun 2012 hingga
berjumlah 330 kasus dengan menewaskan 82 orang pelajar. Kemudian
Januari-Oktober 2013 sebanyak 229 kasus dengan menewaskan 19
orang pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa tawuran antar pelajar
di Indonesia meningkat di setiap tahunnya.2
Tawuran antar pelajar di Indonesia menunjukkan bahwa lemahnya
bidang pendidikan Indonesia. Bidang pendidikan yang diharapkan
dapat mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang sesuai
dengan tujuan pendidikan ternyata belum mampu merubah kebiasaan-
kebiasaan negatif pelajar di kehidupan sehari-hari yang biasanya
mereka dapatkan melalui pewarisan “tradisi” dari generasi-
generasi sebelumnya.
Pewarisan “tradisi” negatif oleh generasi-generasi sebelumnya
berlangsung secara bertahap dan bersifat menetap lama sehingga
tradisi tersebut menjadi sesuatu yang “wajib” mereka wariskan
kepada generasi-generasi selanjutnya. Pewarisan “tradisi”
negatif tersebut mempengaruhi kenakalan remaja di kalangan
pelajar dan kemudian mereka mengatasnamakannya dengan kelompok
atau genk.
Pemicu utama terjadinya tawuran antar pelajar adalah rasa
kesetiakawanan sosial terhadap temannya dalam satu genk. Mereka
merasakan kesetiakawanan sosial tersebut sebagai bentuk agar
mereka diterima dalam pergaulan genk tersebut. Pemicu lain
seperti tingkat psikologis dan logika pelajar yang masih labil
karena masih dalam masa pertumbuhan remaja juga turut
mempengaruhi tawuran antar pelajar. Pelajar belum mampu
2) Tahun 2013, 19 pelajar tewas sia-sia di jalan. http://tribunnews.com dibuat pada tanggal 21 November 2013. Akses
tanggal 28 November 2013.
1
mengambil keputusan bijak yang didasarkan atas pemikiran yang
matang. Oleh karena itu, apabila pelajar dihadapkan pada isu-isu
yang sepele dan sensitif maka akan ditanggapi sebagai sebuah
tantangan yang kemudian muncul sebuah tindakan anarkis berbentuk
tawuran. Isu-isu tersebut dapat berupa saling ejek-mengejek
(mencemarkan nama baik yang mengatasnamakan pribadi, genk, dan
sekolah), perebutan fasilias umum (angkutan umum, jalanan, lahan
parkir, dan tempat tongkrongan), dan peributan percintaan
(pacar). Isu-isu tersebut berlarut-larut dalam jangka waktu yang
cukup lama dan membekas sehingga selalu ada dendam yang pada
akhirnya muncul istilah “musuh bebuyutan” antar pelajar yang
tawuran.
B. Perumusan Masalah
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia yang terus
melakukan perbaikan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang
diantaranya adalah tingkat karakter pelajar Indonesia yang belum
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat serta
tingkat sumber daya manusia pelajar Indonesia yang masih rendah.
Pendidikan merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan
keluarga yang memegang peranan penting dalam rangka membentuk
karakter pelajar Indonesia sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi
penerus bangsa yang sesuai dengan tujuan pendidikan ternyata
belum mampu merubah kebiasaan-kebiasaan negatif pelajar di
kehidupan sehari-hari yang biasanya mereka dapatkan melalui
pewarisan “tradisi” dari generasi-generasi sebelumnya. Sebagai
contoh, pewarisan “tradisi” tersebut adalah perilaku tawuran
antar pelajar di Indonesia. Berbagai fakta dan data telah
membuktikan bahwa pelajar adalah mayoritas pelaku tawuran yang
terjadi di Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan suatu penelitian
mengenai :
1. Apa penyebab tawuran antar pelajar di Prumpung, Jakarta
Timur?
2. Bagaimana proses terjadinya tawuran antar pelajar di
Prumpung, Jakarta Timur?
3. Apa dampak dari terjadinya tawuran antar pelajar di Prumpung,
Jakarta Timur?
4. Bagaimana resolusi untuk mengatasi tawuran antar pelajar di
Prumpung, Jakarta Timur?
2
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1. Menganalisis penyebab tawuran antar pelajar di Prumpung,
Jakarta Timur.
2. Menganalisis proses terjadinya tawuran antar pelajar di
Prumpung, Jakarta Timur.
3. Menganalisis dampak dari terjadinya tawuran antar pelajar
di Prumpung, Jakarta Timur.
4. Menganalisis resolusi untuk mengatasi tawuran antar pelajar
di Prumpung, Jakarta Timur.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi tentang penyebab tawuran antar pelajar di
Prumpung, Jakarta Timur.
2. Memberi informasi tentang proses terjadinya tawuran antar
pelajar di Prumpung, Jakarta Timur.
3. Memberi informasi tentang dampak dari terjadinya tawuran
antar pelajar di Prumpung, Jakarta Timur.
4. Memeberi informasi tentang resolusi untuk mengatasi tawuran
antar pelajar di Prumpung, Jakarta Timur.
5. Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tawuran Antar Pelajar
Tawuran adalah perkelahian antar dua pihak. Tawuran dapat
terjadi antar warga, antar pihak keamanan, antar umat beragama,
antar etnis, bahkan antar pelajar. Tawuran antar pelajar yang
masih duduk di bangku pendidikan merupakan salah satu bentuk
dari kenakalan remaja. Pelajar yang sejatinya dipersiapkan untuk
menjadi generasi penerus bangsa untuk masa depan yang cemerlang,
berbanding terbalik dengan perilaku tawuran pelajar yang
menjadikannya generasi penerus bangsa untuk masa depan yang
suram.
Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian adalah suatu
perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana
perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara
bersamaan.3
Perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar
yang turut serta dalam perkelahian tersebut. Jadi, perkelahian
antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai
(massal) dan dilakukan secara anarkis yang jelas-jelas termasuk
tindakan kriminal.
B. Penyebab Terjadinya Tawuran Antar Pelajar
Kenakalan remaja yang berbentuk tawuran dapat disebabkan ke
dalam 2 jenis yaitu situasional dan sistematik.4
1. Situasional
Tawuran terjadi disebabkan adanya situasi yang “mengharuskan”
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
3 Dr. Sofyan, S, Willis, M.Pd, Remaja dan Masalahnya, ALFABETA, 2005, hal 141
4 Ibid
4
Masalah tersebut biasanya berupa isu-isu sepele dan sensitif,
diantaranya saling ejek-mengejek (mencemarkan nama baik yang
mengatasnamakan pribadi, genk, dan sekolah), perebutan
fasilias umum (angkutan umum, jalanan, lahan parkir, dan
tempat tongkrongan), dan peributan percintaan (pacar).
2. Sistematik
Para remaja yang terlibat tawuran itu berada di dalam suatu
organisasi atau kelompok tertentu (genk). Di sini terdapat
aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh
kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja
seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk dan dari
pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja
tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena
ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya. Hal inilah yang
menjadikannya pewarisan “tradisi”. Aturan, norma, dan
kebiasaan tertentu diwariskan dari generasi sebelumnya
biasanya berlangsung secara bertahap dan bersifat menetap
lama sehingga tradisi tersebut menjadi sesuatu yang “wajib”
mereka wariskan kepada generasi selanjutnya.
Secara umum, pemicu utama terjadinya tawuran antar pelajar
adalah rasa kesetiakawanan sosial terhadap temannya dalam satu
genk. Mereka merasakan kesetiakawanan sosial tersebut sebagai
bentuk agar mereka diterima dalam pergaulan genk tersebut.
Pemicu lain seperti tingkat psikologis dan logika pelajar yang
masih labil karena masih dalam masa pertumbuhan remaja juga
turut mempengaruhi tawuran antar pelajar. Pelajar belum mampu
mengambil keputusan bijak yang didasarkan atas pemikiran yang
matang. Oleh karena itu, apabila pelajar dihadapkan pada isu-isu
yang sepele dan sensitif maka akan ditanggapi sebagai sebuah
tantangan yang kemudian muncul sebuah tindakan anarkis berbentuk
tawuran.
C. Proses Terjadinya Tawuran Antar Pelajar
Pelajar yang termasuk ke dalam keanggotaan kelompok atau genk
biasanya mempunyai tempat-tempat favorit sebagai tongkrongan
mereka. Apabila pelajar tersebut dihadapkan pada isu-isu yang
sepele dan sensitif dari pelajar lain maka akan ditanggapi
sebagai sebuah tantangan yang kemudian muncul sebuah tindakan
anarkis berbentuk tawuran. Pada langkah awal biasanya kedua
kelompok pelajar tersebut hanya berkelahi dalam bentuk saling
ejek-mengejek (mencemarkan nama baik yang mengatasnamakan
pribadi, genk, dan sekolah). Kemudian apabila mereka bertemu
secara tidak sengaja, maka kedua kelompok pelajar tersebut
melakukan suatu gertakan berupa ancaman. Langkah klimaks apabila
kedua kelompok tersebut mengadakan perjanjian pertemuan di
sebuah tempat yang mereka sepakati. Sebelum tawuran ini terjadi,
dari masing-masing sekolah/kelompok memiliki strategi atau
menejemen tawuran agar dapat memenangkan tawuran. Misalnya saat
melakukan aksi tawuran mereka harus memiliki kesigapan yang baik
seperti sikap hati-hati melihat antara lawan dan teman. Di
tempat tawuran terjadi mereka datang dengan perlengkapan yang
telah dipersiapkan seperti senjata tajam berupa pisau, golok,
samurai, batu, botol kaca, kapak, kayu, dan gear motor.
Selanjutnya terjadilah aksi saling serang-menyerang antar
pelajar. Tawuran berlangsung dalam waktu yang singkat namun
sangat brutal dan anarkis.
D. Dampak Terjadinya Tawuran Antar Pelajar
Tawuran telah usai, tetapi masalah belum terselesaikan bahkan
menimbulkan masalah baru yaitu menimbulkan kerugian baik
materiil (kerusakan fasilitas umum dan pribadi) maupun moril
(korban tewas dan luka-luka). Selain itu, merugikan masyarakat
karena membuat keributan. Bagi pihak sekolah, sekolah juga
tercoreng nama baiknya akibat tawuran tersebut.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Prumpung, Jakarta Timur.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 30
November 2013.
Peta Lokasi Prumpung,
Jakarta Timur5
Ket Peta Lokasi Prumpung, Jakarta Timur (diperbesar)6
KampusUNJ Rawamangun
Prumpung
5 Peta Administratif Jakarta Timur. http://google.com. Akses tanggal 27 November 2013
6 Peta Prumpung, Jakarta Timur. Ibid
6
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk keperluan kegiatan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Alat tulis
b. Alat dokumentasi berupa kamera
C. Pendekatan Penelitian yang Digunakan
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif dinilai sesuai dengan tema dan
permasalahan yang akan dibahas dalam laporan observasi lapangan
ini karena ingin membahas sejarah tawuran antar pelajar di
Prumpung, Jakarta Timur.
D. Data Informasi yang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil
langsung dari sumber-sumber data yaitu masyarakat sekitar
tempat tawuran di Prumpung, Alumni pelajar sekolah yang terlibat
tawuran, dan Kepolisian Sektor Jatinegara sebagai narasumber.
Sedangkan data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan
lingkungan baik geografis, sosial, ekonomi, dan masyarakat.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data meliputi:
1. Teknik Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang
diteliti.
2. Teknik Wawancara
Data dikumpulkan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung terhadap narasumber.
3. Teknik Pencatatan
Mencatat dan mengumpulkan data yang diperoleh dari
pengamatan terkait obyek yang diteliti.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyebab Terjadinya Tawuran Antar Pelajar di Prumpung
Aksi tawuran pelajar di Prumpung, Jakarta Timur yang terjadi
pada tahun 2000 hingga 2001 merupakan salah satu contoh dari
sekian banyaknya tawuran yang seringkali terjadi di Jakarta.
Prumpung dijadikan tempat favorit bagi pelajar sekitar Prumpung
untuk melakukan tawuran. Hal ini dikarenakan letak geografis
Prumpung yang berdekatan dengan wilayah sekolah-sekolah sekitar
Prumpung (Prumpung sebagai jalan penghubung antar sekolah-
sekolah tersebut). Bukan hanya jalanannya saja yang dijadikan
tempat favorit mereka untuk tawuran, tetapi angkutan umum yang
melewati jalan Prumpung juga dijadikan sebagai objek tawuran
mereka. Banyak sekolah-sekolah sekitar Prumpung yang melewati
jalan Prumpung dan juga sebagai pelaku tawuran. Sekolah tersebut
diantaranya Sekolah Teknik Menengah Negeri 3 (dikenal dengan
sebutan Bonser), Sekolah Teknik Menengah Negeri 2, Sekolah
Menengah Kejuruan Kemala Bhayangkari 1 (dikenal dengan sebutan
Toeboen), dan Sekolah Menengah Atas Boedi Moerni 1. Jarak antar
sekolah-sekolah tersebut tidak begitu jauh sehingga seringkali
berpapasan dimanapun.
Menurut hasil wawancara kami kepada narasumber yang bernama
Sugeng (Alumni Sekolah Teknik Menengah 2) dan Staff Resor
Kriminal Kepolisian Sektor Jatinegara yang bernama Agus bahwa
penyebab tawuran antar pelajar yang terjadi di Prumpung
mayoritas karena hal sepele.
Tawuran bermula dari aksi Sekolah Teknik Menengah Negeri 3
(dikenal dengan sebutan Bonser) dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Kemala Bhayangkari 1 (dikenal dengan sebutan Toeboen). Kedua
sekolah tersebut merupakan sekolah tertua yang ada di Jakarta.
Derajat yang dimiliki oleh kedua sekolah tersebut adalah sama-
sama sekolah menengah teknik atau kejuruan yang mayoritas
pelajarnya adalah laki-laki dan beridentik dengan “kejantanan”.
Akar permasalahannya berada pada status sekolah antara negeri
dan swasta. Sekolah Teknik Menengah Negeri 3 (dikenal dengan
sebutan Bonser) merupakan sekolah berstatus negeri. Sedangka
Sekolah Menengah Kejuruan Kemala Bhayangkari 1 (dikenal dengan
sebutan Toeboen) merupakan sekolah berstatus swasta. Perbedaan
status sekolah antara begeri dan swasta tersebut memperlihatkan
kecemburuan di antara kalangan pelajar, khususnya pelajar
sekolah swasta. Kecemburuan tersebut berupa menyangkut hal
gengsi, ekonomi, dan sosial. Kedua sekolah tersebut saling ejek-
mengejek mengatasnamakan sekolah, diantaranya “sekolah yang
bukan favorit”, “anak-anak ekonomi rendah”, dan “anak-anak
bertemperamen cemen serta banci”.
8
Kedua sekolah tersebut mencari “gandengan” sekolah lain yang
sama statusnya untuk mengumpulkan massa jika suatu saat terjadi
tawuran. Sekolah Teknik Menengah Negeri 3 (dikenal dengan
sebutan Bonser) bergabung dengan Sekolah Teknik Menengah Negeri
2 melawan Sekolah Menengah Kejuruan Kemala Bhayangkari 1
(dikenal dengan sebutan Toeboen) bergabung dengan Sekolah
Menengah Atas Boedi Moerni 1.
Aksi saling ejek-mengejek tersebut berlanjut dengan aksi
pemalakan dan pembajakan (pemboikotan) fasilitas-fasilitas umum,
diantaranya jalanan dan angkutan umum (Mayasari Patas 98
Pulogadung-Kampung Rambutan, Mayasari Bhakti Patas 9 Pondok
Gede-Pasarbaru, Mayasari Bhakti Patas 9A Bekasi-Senen, Mayasari
Bhakti Patas 24A JatiAsih-Senen, Mayasari Bhakti 507 Pulogadung-
Tanah abang, Sinar Jaya Patas 146 Bekasi-Rawamangun) yang berada
di jalan Prumpung yang sering dijadikan tempat tongkrongan
pelajar-pelajar dari berbagai sekolah. Hal ini terjadi saat jam
pulang sekolah. “Siapa yang cepat maka ia dapat”, “berani lewat
berani mati”, itulah pepatah yang menggambarkan aksi pemalakan
dan pembajakan jalanan dan angkutan umum di Prumpung. Kedua
sekolah tersebut saling berebut membajak jalanan dan angkutan
umum di Prumpung. Pengguna jalan, sopir angkutan umum, dan
masyarakat sekitar hanya bisa pasrah saat kejadian tersebut
berlangsung karena pelajar-pelajar tersebut berperilaku anarkis
(memecahkan kaca dengan batu). Sebagian pengguna jalan, sopir
angkutan umum dan masyarakat bersikap tegas membubarkan pelajar-
pelajar tersebut tetapi pelajar-pelajar tersebut seperti “tidak
ada rasa takutnya”, mereka semakin anarkis. Sebagiannya lagi,
pengguna jalan tersebut bergegas meninggalkan Prumpung karena
takut terkena imbas dari aksi pelajar tersebut.
B. Proses Terjadinya Tawuran Antar Pelajar di Prumpung
Aksi kedua sekolah tersebut saling ejek-mengejek kemudian
pembajakan fasilitas umum, dilanjutkan dengan aksi klimaks yaitu
tawuran bertempat di Prumpung, Jakarta Timur antara pelajar
Bonser (Sekolah Teknik Menengah Negeri 2 dan Sekolah Teknik
Menengah Negeri 3) melawan Pelajar Toeboen (Sekolah Menengah
Kejuruan Kemala Bhayangkari 1 dan Sekolah Menengah Kejuruan
Boedi Moerni 1). Tawuran tersebut berlangsung selama tahun 2000-
2001. Gabungan pelajar dari sekolah tersebut berjumlah hampir
seratus orang. Ada tiga hal utama yang menjadi pemicu tawuran
antar pelajar tersebut yang merupakan hal sepele. Berawal dari
kecemburuan status sekolah, perebutan angkutan umum, dan
peributan percintaan yang pada akhrirnya menjurus pada rasa
kesetiakawanan sosial (solidaritas) yang sangat berlebihan.
Perlengkapan yang biasa digunakan oleh pelajar tersebut untuk
melakukan aksi tawuran berupa pedang, celurit, arit panjang,
golok sisir, aur keras, batu dan kopel atau gesper berkepala
gear, bahkan senapan angin.
9
Dua pelajar yang terlibat tawuran tidak menghiraukan adanya
pengguna jalan dan masyarakat sekitar di jalan tersebut. Pada
saat mereka melakukan aksi tawuran, mereka saling mem-back up
jagoannya (jawara atau pentolannya). Apabila jagoanya mulai
keteteran atau kewalahan menghadapi jagoan dari musuh, maka yang
mem-back up harus membantunya dari belakang dengan mengayunkan
senjata. Tawuran pun tidak akan berhenti hingga dari salah satu
sekolah belum terdapat korban yang luka-luka bahkan tewas.
Pelajar tersebut biasanya melakukan aksi tawuran di Prumpung
karena Prumpung dianggap wilayah yang aman, strategis dan telah
menjadi tempat tongkrongan. Disebut aman karena terdapat banyak
jalan-jalan tikus (gang-gang kecil) untuk melarikan diri apabila
salah satu kelompok yang terlibat tawuran tersebut kalah atau
terdapat razia dari polisi. Gang kecil yang paling sering mereka
lewati adalah gang Prumpung sawah dan gang Mayong yang letaknya
tidak jauh dari halte Prumpung.
Biasanya tawuran antar pelajar di Prumpung terjadi secara
terencana dan tidak terencana. Secara terencana yaitu salah satu
siswa mengadakan perjanjian pertemuan untuk melakukan tawuran.
Sedangkan yang tidak terencana yaitu tidak sengaja bertemu
dijalan dan melakukan tawuran tanpa basa-basi. Tawuran antar
pelajar tersebut berlangsung dalam tempo sesaat (sekitar 5
menit) dan dengan anarkis yang sangat brutal. Cara mereka
tawuran sangat bervariasi, diantaranya dengan membacok leher
belakang, menyiram air keras, menusuk dibagian perut, menebas
dibagian kuping, menebas kaki atau tangan.
Menurut wawancara kami dengan Syaiful Bahri (teman Alpian
siswa Sekolah Teknik Menengah 3) mengatakan bahwa temannya yang
bernama Alpian menjadi korban penembakan senapan angin dibagian
kepala. Kronologis penembakan tersebut bermula dari rombongan
siswa Sekolah Teknik Menengah 3 yang pada saat itu menaiki
angkutan umum Mayasari Bhakti Patas 98, tiba-tiba ditimpuki
dengan batu oleh pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan Kemala
Bhayangkari 1 dan Sekolah Menengah Kejuruan Boedi Moerni 1 saat
melewati Prumpung. Kemudian tanpa basa-basi terjadilah aksi
saling serang antar pelajar tersebut. Pada saat terjadinya aksi
saling serang tiba-tiba Alpian (siswa Sekolah Teknik Menengah 3)
terkena tembakan senapan angin di bagian kepala. Entah dari mana
asal tembakan senapan angin tersebut, kasusnya masih dalam
pencarian hingga sekarang.
C. Dampak Terjadinya Tawuran Antar Pelajar di Prumpung
Aksi tawuran antar pelajar tersebut berlanjut di tahun 2001.
Tawuran tersebut berlarut-larut dalam jangka waktu yang cukup
lama dan membekas sehingga selalu ada dendam yang pada akhirnya
muncul istilah “musuh bebuyutan” antar pelajar yang tawuran
(pelajar Bonser dan pelajar Toeboen). Hal inilah yang kemudian
adanya kewajiban pewarisan “tradisi” tawuran dari generasi yang
terlibat tawuran kepada generasi pelajar selanjutnya.
10
Walaupun generasi yang terlibat tawuran sudah menjadi alumni
tetapi mereka tetap memantau pewarisan “tradisi” tawuran dan
keeksistensi dari almamaternya. Maksud dari pewarisan “tradisi”
tawuran tersebut adalah untuk menyiapsiagakan generasi pelajar
selanjutnya terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
suatu saat nanti, karena masalah yang dahulunya sepele kini
terlanjur membesar dan belum terselesaikan.
Setelah tahun 2001 berakhir pihak masyarakat Prumpung,
Kepolisian Sektor Jatinegara, dan pihak sekolah (Sekolah Teknik
Menengah Negeri 2, Sekolah Teknik Menengah Negeri 3, Sekolah
Menengah Kejuruan Kemala Bhayangkari 1, dan Sekolah Menengah
Kejuruan Boedi Moerni 1) berhasil meminimalisir tawuran antar
pelajar tersebut.
Tawuran antar pelajar yang terjadi di Prumpung jelas sangat
merugikan banyak pihak. Pihak pelajar itu sendiri, pengguna
jalan, masyarakat sekitar, dan sekolah pun menjadi pihak yang
merasakan kerugian. Kerugian tersebut berbentuk materiil
(fasilitas umum dan pribadi) dan moril (korban luka-luka dan
tewas).
1.Korban luka-luka berjumlah puluhan dan korban tewas yang
belum diketahui pasti jumlahnya.
2.Terjadi kemacetan parah dari arah Cawang-Rawamangun sehingga
mengganggu pengguna jalan.
3.Halte dan pagar pembatas jalan dirusak oleh pelajar yang
tawuran.
4.Rumah dan warung di pinggir jalan milik masyarakat sekitar
dirusak oleh pelajar yang tawuran.
5. Sekolah mereka pun menjadi tercoreng nama baiknya akibat
tawuran yang terjadi.
D. Resolusi Tawuran Antar Pelajar di Prumpung
Peran masyarakat Prumpung untuk mengatasi tawuran antar
pelajar di Prumpung adalah melakukan aksi pembubaran tawuran
secara paksa saat terjadi tawuran antar pelajar. Masyarakat
mulai berani dan lebih mendominasi membubarkan tawuran antar
pelajar tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat benar-
benar merasa dirugikan akibat tawuran antar pelajar tersebut dan
sudah geram melihat tawuran antar pelajar tersebut yang anarkis
secara brutal. Masyarakat menyiapkan alat-alat seperti balok
kayu panjang untuk mengusir pelajar yang akan tawuran dan kini
gang-gang kecil di Prumpung telah di pasang gerbang teralis
besi. Fungsi gerbang ini untuk menghalangi pelajar yang tawuran
melarikan diri dan masuk ke dalam gang rumah masyarakat
tersebut. Dari data internet yang kami dapatkan, ada seorang
satpam bernama Duryat yang sangat tegas membubarkan tawuran
antar pelajar.7
Peran kepolisian, khususnya Kepolisian Sektor Jatinegara
sudah menyiagakan dan menempatkan pesonilnya di sekitar Prumpung
dan tempat-tempat rawan tawuran. Selain itu, Agus, Staff Resor
Kriminal Kepolisian Sektor Jatinegara mengatakan bahwa polisi
sudah melakukan pengawasan terhadap siswa sekolah yang biasa
terlibat tawuran di bypass Prumpung. Pengawasan tersebut berupa
patroli dan razia rutin tiap hari-hari libur, biasanya hari
Jumat malam, hari Sabtu, dan hari Minggu malam.
Peran sekolah, khususnya Sekolah Teknik Menengah Negeri 3
(dikenal dengan sebutan Bonser), Sekolah Teknik Menengah Negeri
2, Sekolah Menengah Kejuruan Kemala Bhayangkari 1 (dikenal
dengan sebutan Toeboen), dan Sekolah Menengah Atas Boedi Moerni
1 juga melakukan cara untuk mengatasi tawuran yang telah terjadi
dan mencegah terulangnya tawuran baik di Prumpung maupun di
wilayah lain. Menurut Sidik (siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Kemala Bhayangkari 1), di sekolahnya kini rutin diadakan razia
dadakan. Razia dadakan ini dimaksudkan untuk menggeledah barang-
barang bawaan siswa ke sekolah dan memeriksa daftar hadir siswa.
Sanksi dan hukuman apabila terlibat tawuran yang ringan berupa
skorsing telah berganti menjadi sanksi dan hukuman yang berat
berupa Drop Out. Selain itu terdapat jam pelajaran tambahan
berupa materi moral kepada siswa.
7 Seorang satpam bubarkan tawuran pelajar di Prumpung. Tribunnews.com dibuat tanggal 7 November 2012. Akses tanggal
28 November 2013.
11
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tawuran antar pelajar merupakan bentuk kenakalan remaja.
Tawuran antar pelajar di Prumpung bukanlah berasal dari sekolah-
sekolah yang berada di Prumpung, melainkan berasal dari sekolah-
sekolah yang melewati Prumpung. Prumpung dijadikan tempat favorit
pelajar sebagai tempat tongkrongan dan untuk melakukan tawuran
karena letaknya yang strategis yaitu jalan yang menghubungkan
sekolah-sekolah sekitar Prumpung dan kondisinya yang aman karena
terdapat banyak gang-gang kecil untuk melarikan diri. Penyebab
tawuran antar pelajar di Prumpung berawal dari masalah sepele
yaitu saling ejek-mengejek mengatasnamakan sekolah, pemalakan dan
pembajakan angkutan umum, yang kemudian berkembang menjadi masalah
besar yaitu kesetiakawanan sosial (solidaritas) yang berlebihan.
Tawuran tersebut berlarut-larut dalam jangka waktu yang cukup lama
dan membekas sehingga selalu ada dendam yang pada akhirnya muncul
istilah “musuh bebuyutan” antar pelajar yang tawuran.
B. Saran
Pelajar yang sejatinya diharapkan sebagai generasi penerus
bangsa yang dapat menjadi tumpuan perkembangan nasib bangsa sudah
saatnya harus merubah karakter-karakter yang “membenarkan yang
biasa” dengan “membiasakan yang benar”. Tawuran sebagai contoh
yang tidak benar tetapi karena telah terbiasa dilakukan maka
jadilah ia sebagai suatu budaya. Kini, membiasakan sikap cinta
damai maka akan tercipta kehidupan yang nyaman dan aman.
13
DAFTAR PUSTAKA
11 kasus tawuran antar pelajar. http://braindamageassociation.com
dibuat pada tanggal 08 Oktober 2012. Akses tanggal 28 November
2013.
Tahun 2013, 19 pelajar tewas sia-sia di jalan.
http://tribunnews.com dibuat pada tanggal 21 November 2013. Akses
tanggal 28 November 2013.
Dr. Sofyan, S, Willis, M.Pd, Remaja dan Masalahnya, ALFABETA,
2005, hal 141.
Seorang satpam bubarkan tawuran pelajar di Prumpung.
Tribunnews.com dibuat tanggal 7 November 2012. Akses tanggal 28
November 2013.
Peta Administratif Jakarta Timur. http://google.com. Akses tanggal
27 November 2013.
Peta Prumpung, Jakarta Timur. http://google.com. Akses tanggal 27
November 2013.
14
LAMPIRAN
Gambar 1. Halte Prumpung Gambar 2. Halte Prumpung
Gambar 3. Kondisi Jalan Prumpung Gambar 4. Kondisi Jalan Prumpung
Gambar 5. Teralis Besi yang
dipasang di Gang-gang sekitar
Prumpung
Gambar 6. Teralis Besi yang
dipasang di Gang-gang sekitar
Prumpung15
Gambar 6. Polsek Jatinegara Gambar 7. Wawancara dengan Staff
Reskrim Polsek Jatinegara
Top Related