ZONING REGULATION, ZONING, ZONA
Menurut pengertiannya, zona, zoning dan zoning regulation yaitu. Zona adalah kawasan
atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Zoning adalah
pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau
diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Sedangkan zoning regulation dapat
didefinisikan sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi, notasi dan kodifikasi zona-
zona dasar, peraturan penggunaan, peraturan pembangunan dan berbagai prosedur pelaksanaan
pembangunan.
Tujuan
Tujuan penyusunan peraturan zonasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan dan
keserasian peruntukan tanah dan menentukan tindak atas suatu satuan ruang.
2. Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang memadai serta meningkatkan
kualitas hidup.
4. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan.
5. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta
mendorong peran serta masyarakat.
Fungsi peraturan zonasi
Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Peraturan zonasi dapat menjadi jembatan
dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-
ketentuan tentang perjabaran rencana dari yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat
meso sampai kepada rencana yang bersifat mikro (rinci).
Sebagai panduan teknis pemanfaatan lahan. Ketentuan-ketentuan teknis yang menjadi kandungan
peraturan zonasi, seperti ketentuan tentang penggunaan rinci, batasan-batasan pengembangan
persil dan ketentuan-ketentuan lainnya menjadi dasar dalam pengembangan dan pemanfaatan
lahan.
Sebagai instrumen pengendalian pembangunan. Peraturan zonasi yang lengkap akan memuat
ketentuan tentang prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya.
Ketentuan-ketentuan yang ada karena dikemas dalam aturan penyusunan perundang-undangan
yang baku dapat dijadikan landasan dalam penegakan hukum.
Zoning terbagi menjadi 3 area :
1. Privat
Dipilih area yang paling terhindar dari kebisingan jalan dan lingkungan sekitar. Maka
dipilih area ini adalah area yang jauh dari jalan umum/penduduk.
2. Semi Privat
Dipilih area yang memiliki kebisingan dan lalulintas kegiatan sedang. Perancang memilih
area ini berada di tengah-tengah lahan perancangan.
3. Publik
Dipilih area yang paling dekat dengan kebisingan jalan dan kepadatan lalulintas kegiatan
sekitar. Maka yang dipilih adalah area yang paling dekat dengan jalan.
Penentuan zona-zona di atas adalah tahap penting dalam memulai perancangan blok
massa / bangunan. Karena dengan mendefinisikan gambar-gambar zoning, kami dapat
menentukan fungsi arsitektur apa yang hendak ditempatkan di atas lahan perancangan serta
dimana persisnya kami menempatkan setiap fungsi tersebut.
Konsep Tri Angga
Tri Angga adalah ungkapan tata nilai pada ruang terbesar jagat raya mengecil sampai
elemen-elemen terkecil pada manusia dan arsitektur. Pada alam semesta (bhuwana agung)
susunan tersebut tampak selaku bhur, bhuwah dan swah (tiga dunia/tri loka) bhur sebagai alam
‘bawah’ adalah alam hewan atau butha memiliki nilai ‘nista’, bwah adalah alam manusia dengan
nilai ‘madya’ dan swah alam para Dewa memiliki nilai ‘utama’. Demikin pula pada manusia
(bhuwana alit) ungkapan tata nilai ini terlihat pada tubuhnya yang tersusun atas: kaki sebagai
‘nista angga’, badan sebagai ‘madya angga’ dan kepala adalah ‘utama angga’. Konsep Tri Angga
ini diproyeksikan dalam setiap wujud fisik arsitektur, teritorial perumahan dan teritorial desa.
Pada arsitektur konsep Tri Angga menampakan dirinya dengan jelas, yakni rab/atap
bangunan adalah kepalanya; pengawak atau badan bangunan selaku madya angga; serta
bebataran merupakan kaki sebagai nista angga. Penyusunan Tri Angga pada areal pekarangan
rumah, yakni teba (tempat ternak, pembuangan sampah dan kotoran rumah tangga lainnya)
selaku nista angga, tegak umah atau tempat massa bangunan adalah madya angga, dan pelataran
pemerajan/tempat suci adalah utama angganya. Dalam pola tata ruang desa, pura-pura desa
sebagai utama angga, desa pakraman (daerah pemukiman) sebagai madya angga, dan setra atau
kuburan sebagai nista angga.
Pada badan manusia yang berdiri vertikal dengan mudah tampak bahwa yang ‘nista’ di
bawah, ‘madya’ di tengah dan ‘utama’ di atas. Pada bidang yang horizontal seperti pekarangan
rumah dan areal desa, pola tata letak ‘nista-madya-utama’ berpedoman pada orientasi
kosmologis dan tata nilai ritual yang menempatkan arah kaja dan kangin sebagai arah ‘utama’,
serta kelod dan kauh sebagai arah ‘nista’.
Top Related